hubungan antara perfeksionisme dengan …

33
HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN KECENDERUNGAN ANOREKSIA NERVOSA PADA SISWI JURUSAN KECANTIKAN SMK NEGERI 1 SALATIGA OLEH YEFKRIS LAU 80 2012 111 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN KECENDERUNGAN

ANOREKSIA NERVOSA PADA SISWI JURUSAN KECANTIKAN

SMK NEGERI 1 SALATIGA

OLEH

YEFKRIS LAU

80 2012 111

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …
Page 3: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …
Page 4: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …
Page 5: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …
Page 6: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …
Page 7: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …
Page 8: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN KECENDERUNGAN

ANOREKSIA NERVOSA PADA SISWI JURUSAN KECANTIKAN

SMK NEGERI 1 SALATIGA

Yefkris Lau

Chr. Hari Soetjiningsih

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 9: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

i

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

Perfeksionisme dengan Kecenderungan Anoreksia Nervosa pada siswa jurusan

kecantikan di SMK Negeri 1 Salatiga. Penelitian ini menggunakan seluruh siswi jurusan

kecantikan yang berjumlah 98 orang sebagai responden. Metode penelitian yang

digunakan dalam pengumpulan data dengan metode skala, yaitu skala Perfeksionisme

yang disusun penulis, yang terdiri dari 29 pernyataan, dan skala Kecenderungan

Anoreksia Nervosa yang disusun oleh Garner dan Garfinkel (1982) dan dimodifikasi

oleh penulis, yang terdiri dari 26 pernyataan. Teknik analisa data yang dipakai adalah

teknik korelasi product moment dari Pearson. Dari hasil analisa data diperoleh koefisien

korelasi (r) 0,001 dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan

positif yang signifikan antara Perfeksionisme dengan Kecenderungan Anoreksia

Nervosa. Hal ini bermakna bahwa tingginya Perfeksionisme pada siswa akan diikuti

dengan Kecenderungan Anoreksia Nervosa yang tinggi.

Kata Kunci : Perfeksionisme, Anoreksia Nervosa.

Page 10: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

ii

Abstract

The purpose of this study is to determine the relationship between perfectionism

with tendency of anorexia nervosa on students beauty class at SMK Negeri 1 of

Salatiga. This research was using all students beauty class as respondent, there are

amount 98 students. The research method which is used in data collection methods was

scale method; it was the scale of perfectionism that compiled by writer, which consists

of 29 statements, and tendency of anorexia nervosa scale developed by Garner dan

Garfinkel (1982) and modificated by writer, which consists of 26 statements. Data

analysis technique used is a product moment correlation technique. From the data

analysis obtained correlation coefficient (r) 0.001; p = 0,000 (p <0,05), which means

there is a significant positive relationship between perfectionism with tendency of

anorexia nervosa. This means that high perfectionism on the student will be followed by

high tendency of anorexia nervosa

Keywords: Perfectionism, Anorexia Nervosa.

Page 11: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

1

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa

dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio emosional (Santrock,

2003). Pubertas yang dialami remaja mengakibatkan perubahan fisik berupa

peningkatan pertumbuhan berat dan tinggi badan, perubahan dalam proporsi dan bentuk

tubuh, dan pencapaian kematangan seksual. Remaja perempuan mengalami peningkatan

jaringan lemak yang membuat tubuh mereka semakin jauh dari kurus ideal (Graber,

Brooks-Gunn, Paikoff & Warren, 1994; Tobin-Richards, Boxer, Kavrell & Petersen,

1984; dalam Stice & Whitenton, 2002).

Bertambahnya berat badan yang dramatis pada remaja putri mengakibatkan

remaja putri mempersepsikan bahwa diri mereka tersebut dalam kategori gemuk, yang

pada kenyataanya ukuran berat badan sudah sesuai dengan tinggi badan mereka

sehingga remaja putri lebih sering melakukan diet untuk mengurangi berat badan

mereka (Decay & Kenny, 1997). Penilaian diri pada remaja perempuan tentang

kelebihan berat badan yang mereka miliki dan keinginan mereka untuk menjadi lebih

kurus dan langsing mengarahkan remaja pada kecenderungan munculnya perilaku

gangguan makan (Grigg, Bowman, Redman, 1996).

Salah satu gangguan makan yang dapat muncul yaitu kecenderungan anorexia

nervosa, yang dapat dartikan sebagai aktivitas untuk untuk menguruskan badan dengan

melakukan pembatasan makan secara sengaja dan melalui kontrol yang ketat (Bunga,

2012). Remaja dengan kecenderungan anoreksia nervosa sadar bahwa mereka merasa

lapar namun takut untuk memenuhi kebutuhan makan mereka karena bisa berakibat

naiknya berat badan. Persepsi mereka terhadap rasa kenyang terganggu sehingga pada

saat mereka mengkonsumsi sejumlah makanan dalam porsi kecil sekalipun, mereka

Page 12: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

2

akan segera merasa penuh atau bahkan mual. Mereka terus menerus melakukan diet

mati-matian untuk mencapai tubuh yang kurus (Bunga, 2012).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Vander Wal kepada 2409 remaja perempuan

didapatkan data bahwa pola perilaku mengontrol berat badan yang tidak sehat yang

banyak dilakukan adalah 46.6% remaja perempuan sengaja melewatkan makan

(sarapan, makan siang, ataupun makan malam), 16% remaja perempuan berpuasa untuk

menguruskan badan, 12.9% remaja perempuan membatasi atau menolak satu jenis

makanan atau lebih untuk diet yang ketat, 8.9% remaja perempuan menggunakan pil-pil

diet atau pil-pil pengurus badan, 6.6% remaja perempuan merokok untuk menurunkan

berat badan, dan 6.6% remaja perempuan memuntahkan makanan dengan paksa

(Vander Wal, 2011).

Salah satu pola anorexia yang umum terjadi, bermula setelah menarche atau

setelah mendapatkan haid pertama. Pada saat itu, perempuan mulai sadar akan

pertambahan berat badan dan bersikeras untuk menghilangkannya. Tambahan lemak

tubuh adalah hal yang normal pada masa remaja perempuan: dalam kacamata

evolusioner, lemak bertambah sebagai masa untuk melahirkan dan menyusui (Angier,

1999 dalam Nevid, 2005).

Menurut Hill dan Monks (dalam Monks, 2006), remaja sendiri merupakan salah

satu penilai yang penting terhadap badannya sendiri. Apabila remaja mengerti bahwa

badannya tersebut memenuhi persyaratan, maka hal itu akan berakibat positif terhadap

penilaian dirinya. Menurtu Hamachek (dalam Yao, 2009) sifat positif terkait dengan

standart yang tinggi dapat dianggap sebagai suatu bentuk orientasi pada kesempurnaan

(perfeksionism). Perfeksionisme menurut Hewit dan Flett (Silverman dalam Peters,

1996) adalah keinginan untuk mencapai kesempurnaan diikuti dengan standar yang

Page 13: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

3

tinggi untuk diri sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa orang

lain memiliki pengharapan kesempurnaan untuk dirinya.

Hamchek (Peters, 1996) menjabarkan perfeksionisme dalam dua jenis, yaitu

perfeksionisme normal dan neurotik. Perfeksionisme normal dijabarkan sebagai

seseorang yang memperoleh perasaan kesenangan atau kenikmatan yang sangat nyata

dari usaha kerja yang sungguh-sungguh. Sementara perfeksionisme neurotik adalah

ketika seseorang tidak dapat merasakan kepuasan, dalam pandangan mereka tidak

pernah terlihat cukup baik sesuai keinginannya.

Perfeksionisme neurotik ini dipaparkan pula oleh Pachts (Codd, 2001) yang

menyatakan sikap perfeksionisme merupakan sikap seseorang untuk mencapai

kesempurnaan yang hampa yang membuat seseorang kacau, dan dihubungkan secara

signifikan dengan problem psikologi. Problem psikologi tersebut antara lain depresi,

anorexia nervosa, bulimia, obsessive-compulsive personality disorder, Type A

coronary-prone behavior, migraine, psychosomatic disorder, panic disorder, dan bunuh

diri.

Hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti di Salatiga, khususnya

di SMK Negeri 1 Salatiga. Salah satu siswi sekolah tersebut pernah mengalami

gangguan anorexia nervosa, hal ini menyebabkan siswi tersebut tidak dapat mengikuti

pelajaran sekolah selama beberapa bulan. Selain itu, pihak guru (Guru BK) SMK Negeri

1 Salatiga, menambahkan bahwa mereka terkadang mendapati anak didik mereka

melakukan perilaku diet, tetapi mereka tidak mendata siswa mereka yang melakukan

perilaku diet, hal ini mereka lihat saat dilaksanakannya upacara sekolah tiap hari senin,

ada beberapa dari siswa mereka yang pingsan dan terkena anemia, saat di konfirmasi

dengan pihak siswa yang bersangkutan, ternyata mereka belum makan dan memang

Page 14: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

4

sengaja tidak makan dengan alasan untuk membuat badan mereka menjadi kurus dan

langsing seperti teman-teman mereka.

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi anoreksia nervosa, antara lain faktor

sosiokultural (Bempoard, 1996; Stice, 1994 dalam Nevid 2005), faktor keluarga

(Fabirun dkk, 1997; wonderlich dkk, 1997 dalam Nevid 2005), faktor biologis (Goode,

2000 dalam Nevid 2005), faktor psikologis (Heatherton dkk, 1997 dalam Nevid 2005).

Berdasarkan faktor psiklogis, tedapat beberapa faktor yang memengaruhi

kecenderungan anoreksia nervosa, seperti Penerimaan terhadap kondisi fisik (Bunga,

2012), Body Imgage, kepercayaan diri (Vivi Ratnawati & Diah Sofiah, 2012). Selain

itu, perfeksionisme juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kecenderungan

anoreksia nervosa ( Halmi dkk, 2000).

Berdasarkan penelusuran penulis dari beberapa jurnal, maka kaitan antara

Perfeksionisme dengan Kecenderungan Anoreksia Nervosa belum banyak diteliti, oleh

karena itu penulis ingin menyoroti ada atau tidaknya hubungan antara Perfeksionisme

dengan kecenderungan mengalami gangguan makan yaitu Anorexia Nervosa pada

remaja perempuan. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Salatiga dikarenakan

peneliti tertarik untuk melihat fenomena gangguan makan yang terjadi di SMK tersebut,

sesuai dengan pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti sebelumnya kepada

pihak SMK Negeri 1 Salatiga dan siswanya. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik

untuk meneliti lebih lanjut hubungan antara Perfeksionisme dengan kecenderungan

Anorexia Nervosa pada remaja perempuan di SMK Negeri 1 Salatiga.

Dalam penelitian ini, masalah yang ingin diangkat oleh peneliti adalah apakah

terdapat hubungan antara Perfeksionisme dengan kecenderungan Anoreksia Nervosa

pada siswi jurusan kecantikan di SMK Negeri 1 Salatiga?. Tujuan penelitian adalah

Page 15: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

5

untuk mengetahui ada-tidaknya hubungan antara Perfeksionisme dengan kecenderungan

Anoreksia Nervosa pada siswi jurusan kecantikan di SMK Negeri 1 Salatiga.

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan pembaca tentang topik

Perfeksionisme dan kecenderungan Anorexia Nervosa. Hasil dari penelitian yang ada

nantinya diharapkan dapat menjadi salah satu acuan bagi penelitian-penelitian

selanjutnya. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

gutu, orang tua atau significant others akan kecenderungan anorexia nervosa yang

dialami remaja perempuan, apabila hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan

antara Perfeksionisme dengan kecenderungan Annorexia Nervosa pada siswi jurusan

kecantikan di SMK Negeri 1 Salatiga.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Kecenderungan Anoreksia Nervosa

Konsep Anoreksia (Anorexia) berasal dari bahasa Yunani, “an” yang artinya

tanpa, dan “orexis” yang artinya hasrat untuk. Anorexia artinya tidak memiliki hasrat

untuk (makanan), yang sesungguhnya keliru, karena kehilangan nafsu makan diantara

penderita anorexia jarang terjadi (Bunga, 2012). Namun demikian, penderita mungkin

menolak makan lebih dari yang dibutuhkan untuk mempertahankan berat badan

minimal sesuai dengan tinggi badan dan usia mereka. sering terjadi para penderita

melaparkan diri hingga mencapai suatu titik yang membahayakan. Anorexia nervosa

berkembang pada tahap remaja awal dan akhir, antara usia 12 – 18 tahun, namun

kemunculan pada usia yang lebih awal atau lebih tua juga terkadang ditemukan (Nevid,

2005). Salah satu pola anorexia yang umum terjadi, bermula setelah menarche atau

setelah mendapatkan haid pertama. Pada saat itu, perempuan mulai sadar akan

Page 16: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

6

pertambahan berat badan dan bersikeras untuk menghilangkannya. Tambahan lemak

tubuh adalah adalah hal yang normal pada masa remaja perempuan: dalam kacamata

evolusioner, lemak bertambah sebagai masa untuk melahirkan dan menyusui (Angier,

1999 dalam Nevid, 2005). Perempuan dengan gangguan makan sering kali melihat diri

mereka lebih berat dibandingkan dengan perempuan normal lain dengan berat badan

yang sama (Horne, Van Vactor & Emerson 1991, dalam Nevid 2005).

Ada dua subtipe umum dari anorexia, yaitu tipe makan berlebihan/membersihkan

dan tipe menahan. Tipe pertama yaitu tipe makan berlebihan/membersihkan ditandai

oleh episode yang sering dari makan berlebihan dan memuntahkannya; tipe kedua yaitu

tipe menahan tidak demikian. Meskipun siklus berulang dari makan banyak dan

memuntahkannya terjadi pada bulimia, individu penderita bulimia tidak mengurangi

berat badan mereka sampai tingkat anoreksik (Nevid, 2005). Perbedaan antara subtipe

anorexia didukung oleh perbedaan dalam pola kepribadian. Individu dengan tipe makan/

muntah cenderung memiliki masalah yang berhubungan dengan kontrol impuls, dimana

peningkatan episode makan berlebihan mungkin melibatkan penyalahgunaan atau

mencuri (Garner, 1993, dalam Nevid 2005). Mereka cenderung untuk berganti-ganti

antara periode kontrol yang kaku dan perilaku impulsif. Mereka yang memiliki tipe

menahan cenderung secara kaku bahkan secara obsesif mengontrol diet dan penampilan

mereka.

Diagnosa Anoreksia Nervosa adalah berdasarkan karakteristik perilaku, psikologis

dan fisiknya. Kriteria diagnostik yang digunakan secara meluas ialah dari American

Psychiatry Association (APA, 2004), melalui DSM-IV. Beberapa kriteria adalah

sebagai berikut:

1. Ketakutan berlebihan untuk meningkatkan berat badan atau menjadi gemuk

Page 17: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

7

2. Keengganan untuk menetapkan berat badan pada atau di atas berat normal yang

minimal sesuai umur dan ketinggian tubuhnya

3. Distorsi pandangan tubuh (merasakan dirinya “terlalu gemuk” walaupun dirinya

telah underweight)

4. Tidak mengalami menstruasi (amenorrea) selama sekurang-kurangnya 3 siklus

berturut-turut.

Deteksi Kecenderungan Anoreksia Nervosa

Kecendrungan Anorexia Nervosa dapat dideteksi dengan menggunakan Eating

Attitude Test 26 (EAT 26) yang disusun oleh Garner dan Garfinkel (1982). Alat ukur

tersebut juga pernah digunakan oleh Bunga (2012) dalam penelitiannya untuk

mengetahui hubungan antara penerimaan diri terhadap kondisi fisik dengan

kecenderungan anorexia nervosa pada remaja perempuan di sman 1 banjarmasin, dan

kemudian alat ukur ini dimodifikasi oleh penulis.

Aspek-aspek kecenderngan Anoreksia Nervosa menurut Garner dan Garfinkel

(1982) yang diungkap melalui EAT 26, yaitu:

1. Food preocupation

Individu memiliki perhatian berlebih (terpaku) terhadap makanan. Contohnya

ialah individu merasa bahwa makanan mengendalikannya.

2. Body image for thinness

Citra tubuh untuk menjadi lebih kurus, salah satu tandanya ialah merasa takut

mengalami kelebihan berat badan

3. Vomiting and Laxative abuse

Upaya untuk mempertahankan berat badan dengan menggunakan obat pencahar

atau memuntahkan makanan.

Page 18: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

8

4. Dieting

Membatasi asupan makanan yang dikonsumsi seperti mengonsumsi makanan (diet

foods) dan tidak mengonsumsi makanan yang banyak mengandung gula.

5. Slow eating

Makan secara perlahan sehingga waktu yang diperlukan lebih lama dari pada

orang lain dalam menghabiskan makanan.

Faktor-faktor yang memengaruhi Kecenderungan Anoreksia Nervosa

Davison et al., 2004 (dalam Nevid, 2005) mengemukakan beberapa faktor yang

berkontribusi terhadap suatu penyakit atau gangguan anorexia nervosa, antara lain

sebagai berikut:

a. Faktor Sosiokultural

Teoritikus sosiokultural menitik beratkan pada tekanan sosial dan harapan dari

masyarakat pada perempuan muda sebagai kontributor terhadap perkembangan

gangguan makan (Bempoard, 1996; Stice, 1994 dalam Nevid, 2005).

b. Faktor Keluarga

Gangguan makan, anoreksia nervosa sering kali berkembang dari adanya konflik

dalam keluarga (Fairbun dkk, 1997; Wonderlich dkk, 1997 dalam Nevid, 2005).

Keluarga dari perempuan dengan anoreksia cenderung lebih sering mengalami

konflik, kurang memiliki kedekatan dan kurang saling memberi dukungan namun

lebih bersikap overprotective dan kritis daripada kelompok pembanding.(Fairbun

dkk, 1997 dalam Nevid, 2005).

Page 19: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

9

c. Faktor Biologis

Kelaparan menyebabkan banyak perubahan biokimia, beberapa diantaranya juga

ditemukan pada depresi. Para ilmuwan menduga bahwa terdapat ketidaknormalan

dalam mekanisme otak yang mengatur rasa lapar dan kenyang pada penderita

anoreksia nervosa kemungkinan terbesar berkaitan dengan serotonin kimiawi otak

(Goode,2000 dalam Nevid, 2005).

d. Faktor Psikologis

Ketidakpuasan terhadap tubuh sendiri adalah faktor penting dalam anorexia

nervosa. (Heatherton dkk, 1997 dalam Nevid, 2005). Ketidakpuasan terhadap

tubuh dapat menghasilkan usaha – usaha yang maladaptif dengan melaparkan diri

dan memuntahkan untuk mencapai berat badan atau bentuk tubuh yang

diinginkan.

Berdasarkan faktor psiklogis, tedapat beberapa faktor yang memengaruhi

kecenderungan anoreksia nervosa, seperti Penerimaan terhadap kondisi fisik (Bunga,

2012), Body Imgage, kepercayaan diri (Vivi Ratnawati & Diah Sofiah, 2012). Selain

itu, perfeksionisme juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kecenderungan

anoreksia nervosa. Sarah J dkk, (2013) menjelaskam tetang Kecemasan sebagai

Mediator Antara Perfeksionisme dan gangguan makan. Halmi dkk, (2000) dalam

penelitiannya menemukan bahwa Semakin perfeksionisme remaja perempuan maka

semakin tinggi pula kecenderungan untuk mengalami gangguan makan anoreksia

nervosa.

Page 20: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

10

Definisi Perfeksionisme

Perfeksionisme menurut Hewit dan Flett (Silverman dalam Peters, 1996) adalah

keinginan untuk mencapai kesempurnaan diikuti dengan standar yang tinggi untuk diri

sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa orang lain memiliki

pengharapan kesempurnaan untuk dirinya dan memotivasi. Definisi ini juga dipakai

oleh Hill (Hill dkk., 2004).

Dimensi Perfeksionisme

Untuk mengukur variabel ini, digunakan skala berdasrkan konsep Perfectionism

Inventory (PI) oleh Hill, dkk (2004) yang pernah digunakan Adi Kurniawan (2012) dan

kemudian dimodifikasikan oleh penulis sesuai tujuan penelitian yang mencakup 2 aspek

orientasi pada kesempurnaan (perfectionism), yakni:

1. Conscientious perfectionism

Ini merupakan dimensi adaptif atau dimensi posotif dari perfeksionisme. Adapun

indikator dari dimensi ini adalah kecenderungan untuk meminta ihak lain memiliki

standar yang sama, kecenderungan untuk rapi dan teratur, kecenderungan untuk

merencanakan di awal atau membicarakan keputusan sebelum diambil,

kecenderungan untuk mengejar hasil yang sempurna atau berstandar tinggi.

2. Self-Evaluative perfectionism

Ini merupakan dimensi maladaptif atau dimensi negatif dari orientasi pada

kesempurnaan. Adapun indikator dari dimensi ini adalah kecenderungan

mengalami stress atau kecemasan akibat kesalahan yang dibuat, kecenderungan

untuk mendapatkan validasi dari orang lain atau sensitif terhadap kritik,

kecenderungan merasa perlu tampil sempurna untuk mendapatkan penerimaan dari

Page 21: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

11

lingkungan sekitar, kecenderungan khawatir menegenai kesalahan yang dibuat di

masa lalu atau kesalahan di masa depan.

METODE

Partisipan

Responden penelitian ini adalah seluruh siswi jurusan kecantikan di SMK Negeri

1 Salatiga yang berjumlah 98 orang. Semua responden berjenis kelamin perempuan

dengan usia berkisar 15-18 tahun. Siswa kelas 10 berjumlah 36 orang, siswa kelas 11

berjumlah 32 orang dan siswa kelas 12 berjumlah 30 orang.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 skala. Skala pertama

yaitu skala kecenderungan Anoreksia Nervosa. Kecenderungan Anoreksia Nervosa

diukur dengan menggunakan Eating Attitude Test 26 (EAT 26) disusun oleh Garner dan

Garfinkel (1982). Alat ukur tersebut pernah digunakan oleh Bunga (2012) dan

kemudian dimodifikasi oleh penulis. Skala ini terdiri dari 26 pernyataan. Dari jumlah

tersebut, 9 pernyataan yang mengacu pada perilaku dieting siswa, 6 pernyataan yang

mengacu pada food preoccupstion, 5 pernyataan mengenai Vomiting and laxative abuse,

5 pertanyaan Body image for thinness, dan 1 pertanyaan mengenai slow eating. Untuk

keseluruhan item mencakup jawaban berdasarkan frekuensi berikut: “Jarang = 0,

kadang-kadang = 1, sering = 2, dan selalu = 3”.

Bagian kedua yaitu sakala Perfeksionisme. Perfeksionisme di ukur dengan

menggunakan Perfectionism Inventory (PI) yang diciptakan Hill, dkk (2004) yang

terdiri dari 29 pernyataan. Dari jumlah tersebut, 12 pernyataan yang mengacu pada

Conscientious perfectionism, selanjutnya 17 pertanyaan yang mengacu pada Self-

Page 22: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

12

Evaluative Perfectionism. Untuk keseluruhan item mencakup jawaban berdasarkan

frekuensi berikut: “ 1 = Sangat Tidak Sesuai (STS), 2 = Tidak Sesuai (TS), 3 = Sesuai

(S), dan 4 = Sangat Sesuai (SS).

Reliabilitas dan Seleksi Item

Skala diuji kelayakan kalimat terlebih dahulu terhadap 8 siswi pada hari selasa 4

Agustus 2015. Setelah diperoleh data uji coba, skala direvisi dan disebar ke 98

pratisipan selama 2 hari sekolah yaitu senin 10 Agustus 2015 dan selasa 11 Agustus

2015 di SMK Negeri 1 Salatiga. Dari 98 buku Skala yang disebar dapat dikumpulkan

kembali semuanya.

1. Skala Kecenderungan Anoreksia Nervosa

Uji reliabilitas dan analisa seleksi item pada skala Kecenderungan Anoreksia

Nervosa dilakukan dengan dua kali putaran. Hasil uji reliabilitas dan daya diskriminan

item pada putaran pertama dengan 26 item, didapatkan 4 item gugur yaitu item 15, 16,

17, dan 21. Kemudian pada putaran kedua didapatkan koefisien reliabilitas sebesar

0,898 yang berarti alat ukur tersebut tergolong reliabel. Penentuan-penentuan item valid

menggunakan ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item pada skala

pengukuran dapat dikatakan valid apabila > 0,30. Nilai korelasi item total bergerak

antara 0,333-0,696 dengan minimal indeks daya diskriminan item sebesar > 0,30.

2. Skala Perfeksionisme

Uji reliabilitas dan analisa seleksi item pada skala Perfeksionisme dilakukan dengan

dua kali putaran. Hasil uji reliabilitas dan daya diskriminan item pada putaran pertama

dari Perfeksionisme dengan 29 item didapatkan 3 item gugur yaitu item 24, 25, dan 26.

Kemudian pada putaran kedua didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,939 yang

Page 23: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

13

berarti alat ukur tersebut tergolong reliabel. Penentuan-penentuan item valid

menggunakan ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item pada skala

pengukuran dapat dikatakan valid apabila > 0,30. Nilai korelasi item total bergerak

antara 0,436-0,697 dengan minimal indeks daya diskriminan item sebesar > 0,30.

Prosedur Penelitian

Melalui proses pengumpulan data, maka diperoleh data kasar, kemudian data

tersebut dianalisis dengan metode Product moment korelasi Pearson.. Penggunaan

metode ini bertujuan untuk mengetahui ada-tidaknya hubungan antara Pefeksionisme

dengan kecenderungan anorexia nervosa pada siswi jurusan kecantikan di SMK Negeri

1, Salatiga. Analisa data penelitian yang diperoleh dalam bentuk angka yang dianalisis

dengan memanfaatkan fasilitas komputerisasi SPSS versi 20 for windows. Apabila nilai

sig. < 0,05 maka ada korelasi yang signifikan, sementara apabila nilai sig. > 0,05 maka

tidak ada korelasi yang signifikan.

HASIL PENELITIAN

UJI Deskriptif

1. Variabel Kecenderungan Anoreksia Nervosa (KAN)

Variabel kecenderungan Anoreksia Nervosa (KAN) memiliki skala yang berisi 22

item dengan nilai berjenjang antara nilai 0 hingga nilai 3, dan memiliki mean sebesar

35,28 dengan standar deviasi 9,054 dan jumlah subjek (N) sebanyak 98 yang

memperoleh nilai empirik minimum sebesar 9 dan maksimum 62. Untuk menentukan

tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel kecenderungan Anoreksia Nervosa, peneliti

menggunakan 4 (empat) kategori yaitu rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Maka

Page 24: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

14

skor hipotetik maksimum 3x22 item valid = 66 dan skor minimum 0x22 item valid = 0,

maka intervalnya adalah 16,5 (diperoleh dari perhitungan Interval).

Norma kategorisasi hasil pengukuran Skala KAN dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.

Kategorisasi Pengukuran Skala Kecenderungan Anoreksia Nervosa

No. Interval Kategori Mean N Presentase

1. 0 < X < 16,5 Rendah 3 3,061%

2. 16,5 < X < 33 Sedang 32 32,65%

3. 33 < X < 49,5 Tinggi 35,28 59 60,204%

4. 49,5 < X < 66 Sangat Tinggi 4 4,085%

Jumlah 98 100%

SD = 9,054 Min = 9 Max = 62

Berdasarkan Tabel 2. di atas dapat dilihat bahwa 4 orang memiliki skor KAN yang

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 4,085%, 59 orang memiliki skor

KAN pada kategori tinggi dengan presentase 60,204%, 32 orang memiliki skor KAN

pada kategori sedang dengan presentase 32,65%, dan 3 orang memiliki skor KAN pada

kategori rendah dengan presentase 3,061%. Berdasarkan rata-rata KAN siswa berada

pada kategori sedang. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar

9 sampai dengan skor maksimum sebesar 62 dengan standar deviasi 9,054.

2. Variabel Perfeksionisme

Variabel Perfeksionisme memiliki skala yang berisi 26 item dengan nilai berjenjang

antara nilai 1 hingga nilai 4. dan memiliki mean sebesar 42,98 dengan standar deviasi

13,460 dan jumlah subjek (N) sebanyak 98 yang memperoleh nilai empirik minimum

sebesar 26 dan maksimum 104 (Lihat tabel 1). Untuk menentukan tinggi rendahnya

Page 25: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

15

hasil pengukuran variabel Perfeksionisme, peneliti menggunakan 4 (empat) kategori

yaitu rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Maka skor hipotetik maksimum 4x26

item valid = 104 dan skor minimum 1x26 item valid = 26, maka intervalnya adalah 19,5

(diperoleh dari perhitungan Interval). Norma kategorisasi hasil pengukuran Skala

Perfeksioniseme dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.

Kategorisasi Pengukuran Skala Perfeksionisme

No. Interval Kategori Mean N Presentase

1. 26 < X < 45,5 Rendah

39

39,795%

2. 45,5 < X < 64,5 Sedang 48,52

52

53,061%

3. 65 < X < 84,5 Tinggi 5 5,102%

4. 85,5 < X < 104 Sangat Tinggi 2 2,042%

Jumlah

98

100%

SD = 13,460 Min = 26 Max = 104

Berdasarkan Tabel 4. di atas dapat dilihat bahwa 2 orang memiliki skor

Perfeksionisme yang berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 2,042%, 5

orang memiliki skor Perfeksionisme yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

5,102%, 52 orang memiliki skor Perfeksionisme yang berada pada kategori sedang

dengan prensentase 53,061%, dan 39 orang memiliki skor Perfeksinisme pada kategori

rendah dengan presentase 39,795%. Berdasarkan rata-rata Perfeksionisme siswa berada

pada kategori sedang. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar

26 sampai dengan skor maksimum sebesar 104 dengan standar deviasi 13,460.

Page 26: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

16

Uji Normalitas

Untuk uji normalitas sebaran skor digunakan uji Kolmogorof Smirnov.

Tabel 3.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KAN PERFEKSIONISME

N 98 98

Normal Parametersa,b

Mean 35,28 48,52

Std.

Deviation 9,054 13,460

Most Extreme Differences

Absolute ,106 ,082

Positive ,090 ,082

Negative -,106 -,073

Kolmogorov-Smirnov Z 1,051 ,809

Asymp. Sig. (2-tailed) ,220 ,530

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Berdasarkan hasil uji normalitas yang menggunakan Kolmogorof smirnov pada

tabel 4 diatas, dapat diketahui kedua variabel memiliki signifikansi p>0,05. Variabel

kecenderungan Anoreksia Nervosa memiliki nilai K-S-Z sebesar 1,051 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,220 (p>0,05). Oleh karena nilai signifikansi p>0,05, maka

distribusi data berdistribusi normal. Hal ini juga terjadi pada variabel Perfeksionisme

yang memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,809 dengan nilai signifikansi sebesar 0,530

(p>0,05), dengan demikian data Perfeksionisme juga berdistribusi normal.

Page 27: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

17

Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel bebas

dan variabel terikat, untuk mengetahui apakah variabel bebas berhubungan dengan

variabel terikat atau tidak.

Tabel 4.

Hasil Uji Linearitas antara Perfeksionsieme dengan Kecenderungan Anoreksia

Nervosa

ANOVA Table

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

KAN *

PERFEKSIO

NISME

Between

Groups

(Comb

ined) 5899,445 39 151,268 4,275 ,000

Within Groups 2052,117 58 35,381

Total 7951,561 97

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F sebesar 4,275 dengan sig.= 0,000 (p<0,05) yang

menunjukkan hubungan antara Perfeksoinisme dengan Kecenderungan Anoreksia

Nervosa pada para siswa adalah linear.

Uji Hipotesis

Hasil korelasi antara Perfeksionisme dengan Kecenderungan Anoreksia Nervosa

pada siswa kecantikan SMK Negeri 1 Salatiga yang menggunakan analisis korelasi

Pearson product moment dapat dilihat pada tabel 5, berikut ini :

Page 28: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

18

Tabel 5.

Hasil Uji Korelasi antara Perfeksionism dengan Kecenderungan Anoreksia

Nervosa

Correlations

KAN PERFEKSIONISME

KAN

Pearson

Correlation 1 ,363**

Sig. (1-tailed) ,000

N 98 98

PERFEKSIONI

SME

Pearson

Correlation ,363** 1

Sig. (1-tailed) ,000

N 98 98

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara

Perfeksionisme dengan Kecenderungan Anoreksia Nervosa siswa kecantikan SMK

Negeri 1 Salatiga sebesar 0,01 dengan signifikansi = 0,000 (p<0,05), yang menunjukkan

bahwa ada hubungan yang positif antara Perfeksionisme dengan Kecenderungan

Anoreksia Nervosa siswa kecantikan SMK Negeri 1 Salatiga.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Perfeksionisme maka semakin tinggi

pula Kecenderungan Anoreksia Nervosa yang dialami siswa. Besarnya variasi

Perfeksionisme siswa dengan Kecenderungan Anoreksia Nervosa dapat menjelaskan

bahwa Perfeksionisme memberikan kontribusi Kecenderungan Anoreksia Nervosa

siswa 53,61% dan sisanya 46,39% yang dipengaruhi oleh faktor lain diluar

Perfeksinisme yang dapat berpengaruh terhadap Kecenderungan Anoreksia Nervosa

siswa.

Page 29: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

19

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara Perfeksionisme dengan

Kecenderungan Anoreksia Nervosa pada siswa jurusan kecantikan di SMK Negeri 1

Salatiga, dari hasil uji korelasi yang sudah dilakukan oleh peneliti maka didapatkan nilai

korelasi sebesar 0,001 dengan signifikansi = 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan

bahwa H1 diterima dan H0 ditolak, yang artinya bahwa ada hubungan yang positif

signifikan antara Perfeksionisme dengan Kecenderungan Anoreksia Nervosa pada

siswa jurusan kecantikan di SMK Negeri 1 Salatiga. Hal ini berarti semakin tinggi

Perfeksionisme maka semakin tinggi pula Kecenderungan Anoreksia Nervosa.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Katherine A, Halmi, dkk

(2000). Semakin tinggi skor perfectionism yang diukr menggunakan Muldimentonal

Perfectionism maka semakin tinggi kecenderungan Anoreksia Nervosa. Hal tersebut

dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan. Pertama, sebagai seorang remaja dalam

masa pubertas, siswa mengalami perubahan-perubahan bentuk tubuh menjadi lebih

besar. Para siswa yang memiliki standar-standar tertentu tentang tubuh ideal akan

merasa bahwa tubuh mereka mengalami kegemukan sehingga mengakibatkan siswa

mengalami kecenderungan gangguan makan untuk mempertahankan bobot tubuh ideal

(Self-Evaluative Perfectionism).

Hasil penelitian ini mendukung yang diutarakan oleh Hill dan Monks (dalam

Monks, 2006), remaja sendiri merupakan salah satu penilai yang penting terhadap

badannya sendiri. Apabila remaja mengerti bahwa badannya tersebut memenuhi

persyaratan, maka hal itu akan berakibat positif terhadap penilaian dirinya. Menurtu

Hamachek (dalam Yao, 2009) sifat positif terkait dengan standart yang tinggi dapat

dianggap sebagai suatu bentuk orientasi pada kesempurnaan (perfectionism).

Page 30: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

20

Perfeksionisme menurut Hewit dan Flett (Silverman dalam Peters, 1996) adalah

keinginan untuk mencapai kesempurnaan diikuti dengan standar yang tinggi untuk diri

sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa orang lain memiliki

pengharapan kesempurnaan untuk dirinya dan memotivasi.

Berdasarkan hasil analisa deskriptif dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa

sebagian besar siswa jurusan kecantikan SMK Negeri 1 memiliki Perfeksionisme

sebesar 53,61% . Sedangkan untuk Kecenderungan Anoreksia Nervosa, sebagian besar

siswa memiliki skor 60,204%.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Ada hubungan positif yang signifikan antara Perfeksionisme dengan

Kecenderungan Anoreksia Nervosa pada siswi jurusan kecantikan di SMK

Negeri 1 Salatiga.

2. Sumbangan efektif Perfeksionisme terhadap Kecenderungan anoreksia nervosa

sebesar 53,61%, sedangkan sisanya 46,39% dipengaruhi oleh faktor lain.

3. Sebagian besar siswi jurusan kecantikan di SMK Negeri 1 Salatiga memiliki

tingkat Perfeksionisme pada kategori sedang dan sebagian besar (60,204%)

mempunyai Kecenderungan anoreksia nervosa pada kategori tinggi.

Page 31: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

21

Saran

Adapun saran peneliti berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagi orang tua atau significant others dari siswi yang memiliki Kecenderungan

Anorexia Nervosa

Penelitian ini telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara

perfeksionisme dengan kecenderungan anorexia nevosa pada siswi SMK N 1 Salatiga.

Dengan demikian, semakin tinggi perfeksionisme semakin tinggi pula kecendrungan

anorexia nervosa pada siswi. sehingga penting bagi orangtua atau significant others

untuk menyadari tingkat Perfeksionisme siswi dan melakukan pengawasan terhadap

perilaku-perilaku yang merujuk pada kecenderungan anorexia nervosa. Hal tersebut

dimaksudkan untuk mencegah hal-hal yang tidak dinginkan, yaitu gangguan makan

(eating disorder).

2. Bagi penelitian selanjutnya.

Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain yang

dapat mempengaruhi antara Kecenderungan Anoreksia Nervosa pada siswa jurusan

kecantikan selain Perfeksionisme, seperti faktor konsep diri, dan lainnya.

Page 32: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

22

DAFTAR PUSTAKA

Antony, M.,& Swinson, R.(2009). When perfect isn’t good enough: strategies for

coping with perfectionism. Oakland: New Harbnger Publication.

Azwar, S. (2004). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Azwar, S. (2006). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Brown, J.

Boeren, A. (2013). Perfectionism in anorexia nervosa: a literature review. Netherlands:

Tilburg University.

Bunga, P. (2012). Hubungan antara penerimaan terhadap kondisi fisik dengan

Kecenderungan Anorexia Nervosa pada Remaja Perempuan di SMAN 1 Banjarmasin

(Tesis). Universitas Airlangga.

Burns, R. B. (1993). Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku.

Jakarta: Arcan.

Davidson., Gerald, C., Neale., John, M., Kring., Ann, M. (2006): Psikologi Abnormal.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

E, et. al. (2005). Nutrition Through The Life Cycle 2nd edition. United States of

America: Thomson Wadsworth.

Flett, G.L, Balnkstein, K.R., Hewitt, P.L., & Koledin, S. (1992). Component of

perfectionism and procarastination in college students. Social Behavior and Personality,

20 (2), 85-94.

Garner, M. D., Olmsted, P., Bohr, Y., & Garfinkel, E. P. (1982). The eating attitude test:

Psychometric feauters and clinical correlates. Journal of Psychological Medicine, 12,

pp: 871-878.

Grigg, M., Bowman, J., Redman, S. (1996). Disordered Eating and Unhealthy Weight

Reduction Practice Among Adolescent Females. Article of Preventive Medicine, No.

011, 871-878.

Gunawinata, V.A.R., Nanik, Lasmono, H.K. (2008) Perfeksionisme, prokrastinasi

akademik, dan penyelesaian skripsi mahasiswa. Anima, Indonesia Psychological

Journal, 23, 256-257.

Halmi, A.K., Sunday, R.S., Michael, S., Kaplan, A., Fichter, M., Treasure, J., et al.

(2000). Perfectionism in anorexia nervosa: variation by clinical subtype obsessionality,

and pathological eating behavior, (157), pp: 1799-1806.

Page 33: HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN …

23

Hill, R.W., Huelsman, T.J., Furr, R.M., Kibler, J., Vimcente, B.B., & Kennedy, C.

(2004) A new measure of perfectionism: The perfectionism Inventory. Journal of

Personality Assesment, 82, 80-91.

Hjelle, L. A. & Zielgar, O.J. (1992). Personality Theories Basic Assumtions, Research

& Applications. Singapore: Mc Graw Hill International Book Company.

Hurlock, E. B. (1983). Personality Development. New York: Mc Graw-Hill.

Hurlock, E. B. (1990). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E. B. (1994). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Johnson, David W., (1993), Reaching Out: Interpersonal Effectiveness and Self–

Actualization, fith edition, USA, Allyn and Bacon.

Kaur, H., & Kaur. J., (2011). Perfectionism and procrastination: cross cultural

perspective. FWU Journal of Social Sciences, 5, 34-50.

Kurniawan, A. (2012). Pengaruh orientasi pada kesempurnaan (Perfectionism) dan

efikasi diri (Self Efficacy) terhadap prokrastinasi skripsi mahasiswa fakultas psikologi

uksw (Tesis). Universitas Kristen Satya Wacana.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R. (2006). Psikologi Perkembangan:

Pengantar dan Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada Universiti Press.

Nevid, J. (2005). Psikologi Abnormal. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Pallant, J. (2011). SPSS Survival Manual (4th Ed). Sydney: Midland Typesetter.

Santrock. J. W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup.(edisi

kelima). (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Santrock. J. W. (2003). Adolescence. Jakarta: Erlangga.

Stice, E. Whitenton, K. (2002). Risk factors for body dissatisfaction in adolescent girls:

a longitudinal investigation. Journal of Developmental Psychology, 38, (5), pp: 669-

678.

Trihn, My., Marsh, W. H, Halse, C. (2000). Adolescent Anorexia Nervosa and Self

Concept [R]. SELF Research Centre. Australia:University of Western Sydney.

Vander Wal, S. J. (2011). Unhealthy Weight Control Behaviors Among Adolescents:

Journal of Health Psychology. 24, (6), pp:713-727.