hubungan antara jenggot dengan kecerdasan dan penampilan

16
Jurnal Penelitian Siswa 2016 SMA Negeri 3 Cilacap 1 PENDAHULUAN Pernyataan KH. Said Agil Siradj Ketua PBNU versi Muktamar Jombang tahun 2015 yang menyatakan “Orang berjenggot itu mengurangi kecerdasan, jadi syaraf yang sebenarnya untuk mendukung kecerdasan otak, ketarik oleh, untuk memanjangkan jenggot,” sontak membuat geger kalangan umat Islam di Indonesia. Pernyataan kontroversi tersebut juga mengundang pro dan kontra di kalangan warga NU sendiri. Sebagian kalangan NU ada yang membenarkannya dan sebagian yang lain ada yang menyalahkan bahkan mengecamnya. Pernyataan pembelaan terhadap pernyataan KH. Said Agil Siradj di antaranya datang dari Hamim Mustofa Nerashuke dalam webnya : www.ngaji.com. Sebenarnya Hamim Mustofa Nershuka hanya mencoba menengahi dengan memberikan beberapa alasan warga NU tidak menghujat habis-habisan terhadap KH. Said Agil Siradj. Dalam webnya Hamim Mustofa Nerashuke menyebutkan beberapa pendapat yang senada dengan pernyataan KH. Said Agil Siradj. Di antaranya adalah : 1. Abdul Malik bin marwan berkata: “Barangsiapa panjang jenggotnya maka ia sedikit akalnya.” 2. Ashabul firosah berkata: “Ketika seseorang tinggi perawakan dan panjang jenggotnya maka bisa dipastikan ia orang yang bodoh.” 3. Sebagian Ahli Hikmah mengatakan: “Tempatnya akal itu pada otak, jalan jiwa itu melalui hidung dan tempat kebodohan itu pada panjangnya jenggot.” 4. Sa'ad bin Manshur mengatakan: “Aku berkata kepada Ibn Idris: “Apakah kamu tahu Sulam bin Abi Hafshah ?” Dia menjawab : “Iya, aku melihat panjang jenggotnya dan dia bodoh.” 5. Ziad berkata: “Tidaklah tambah lelaki yang jenggotnya melebihi genggammannya, kecuali hanya tambah kurang akalnya (kecerdasannya).” Pernyataan kecaman di antaranya datang dari NU Garis Lurus. Dalam webnya NU Garis Lurus menyebutkan bahwa para Kyai NU HUBUNGAN JENGGOT DENGAN KECERDASAN DAN PENAMPILAN Shafna Annisa Harimurti dan Dona Fitria Nur Azizah ABSTRAK Sejak KH. Said Agil Siradj melontarkan pernyataan bahwa jenggot dapat mengurangi kecerdasan, muncul berbagai reaksi baik pro maupun kontra. Tujuan dari penelitian adalah menguji apakah ada hubungan antara jenggot dengan kecerdasan dan sikap ramah. Berdasarkan kajian literatur diperoleh data bahwasanya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenggot dengan kecerdasan maupun dengan sikap ramah. Metode yang kami gunakan adalah kuantitatif dengan melakukan survei untuk mengumpulkan data-data prestasi akademik dan sikap perilaku 15 orang yang berjenggot dan 15 orang tidak berjenggot yang kami pilih secara acak (random sampling) kemudian membandingkannya dengan bantuan software SPSS. Hasil analisis regresi linier menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara jenggot dan kecerdasan sebesar 58 %. Nilai IPK dari responden yang tinggi 33,7%-nya dipengaruhi oleh keberadaan jenggot. Sehingga dalam uji T diketahui bahwa jenggot memiliki pengaruh terhadap peningkatan kecerdasan pria karena signifikansinya hanya 0,001. Seluruh pria yang berjenggot maupun yang tidak berjenggot sama-sama bisa berpenampilan yang menarik. Kata Kunci : jenggot, IPK, kecerdasan, ramah

Upload: agus-darwanto

Post on 20-Mar-2017

78 views

Category:

Lifestyle


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Antara Jenggot Dengan Kecerdasan dan Penampilan

Jurnal Penelitian Siswa 2016

SMA Negeri 3 Cilacap 1

PENDAHULUAN

Pernyataan KH. Said Agil Siradj Ketua

PBNU versi Muktamar Jombang tahun 2015

yang menyatakan “Orang berjenggot itu

mengurangi kecerdasan, jadi syaraf yang

sebenarnya untuk mendukung kecerdasan

otak, ketarik oleh, untuk memanjangkan

jenggot,” sontak membuat geger kalangan

umat Islam di Indonesia. Pernyataan

kontroversi tersebut juga mengundang pro

dan kontra di kalangan warga NU sendiri.

Sebagian kalangan NU ada yang

membenarkannya dan sebagian yang lain ada

yang menyalahkan bahkan mengecamnya.

Pernyataan pembelaan terhadap pernyataan

KH. Said Agil Siradj di antaranya datang dari

Hamim Mustofa Nerashuke dalam webnya :

www.ngaji.com. Sebenarnya Hamim Mustofa

Nershuka hanya mencoba menengahi dengan

memberikan beberapa alasan warga NU tidak

menghujat habis-habisan terhadap KH. Said

Agil Siradj. Dalam webnya Hamim Mustofa

Nerashuke menyebutkan beberapa pendapat

yang senada dengan pernyataan KH. Said

Agil Siradj. Di antaranya adalah :

1. Abdul Malik bin marwan berkata:

“Barangsiapa panjang jenggotnya

maka ia sedikit akalnya.”

2. Ashabul firosah berkata: “Ketika

seseorang tinggi perawakan dan

panjang jenggotnya maka bisa

dipastikan ia orang yang bodoh.”

3. Sebagian Ahli Hikmah mengatakan:

“Tempatnya akal itu pada otak, jalan

jiwa itu melalui hidung dan tempat

kebodohan itu pada panjangnya

jenggot.”

4. Sa'ad bin Manshur mengatakan: “Aku

berkata kepada Ibn Idris: “Apakah

kamu tahu Sulam bin Abi Hafshah ?”

Dia menjawab : “Iya, aku melihat

panjang jenggotnya dan dia bodoh.”

5. Ziad berkata: “Tidaklah tambah lelaki

yang jenggotnya melebihi

genggammannya, kecuali hanya

tambah kurang akalnya

(kecerdasannya).”

Pernyataan kecaman di antaranya datang dari

NU Garis Lurus. Dalam webnya NU Garis

Lurus menyebutkan bahwa para Kyai NU

HUBUNGAN JENGGOT DENGAN KECERDASAN DAN PENAMPILAN

Shafna Annisa Harimurti dan Dona Fitria Nur Azizah

ABSTRAK

Sejak KH. Said Agil Siradj melontarkan pernyataan bahwa jenggot dapat mengurangi kecerdasan,

muncul berbagai reaksi baik pro maupun kontra. Tujuan dari penelitian adalah menguji apakah ada

hubungan antara jenggot dengan kecerdasan dan sikap ramah. Berdasarkan kajian literatur diperoleh

data bahwasanya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenggot dengan kecerdasan maupun

dengan sikap ramah. Metode yang kami gunakan adalah kuantitatif dengan melakukan survei untuk

mengumpulkan data-data prestasi akademik dan sikap perilaku 15 orang yang berjenggot dan 15

orang tidak berjenggot yang kami pilih secara acak (random sampling) kemudian membandingkannya

dengan bantuan software SPSS. Hasil analisis regresi linier menunjukkan bahwa terdapat korelasi

antara jenggot dan kecerdasan sebesar 58 %. Nilai IPK dari responden yang tinggi 33,7%-nya

dipengaruhi oleh keberadaan jenggot. Sehingga dalam uji T diketahui bahwa jenggot memiliki

pengaruh terhadap peningkatan kecerdasan pria karena signifikansinya hanya 0,001. Seluruh pria yang

berjenggot maupun yang tidak berjenggot sama-sama bisa berpenampilan yang menarik.

Kata Kunci : jenggot, IPK, kecerdasan, ramah

Page 2: Hubungan Antara Jenggot Dengan Kecerdasan dan Penampilan

Jurnal Penelitian Siswa 2016

SMA Negeri 3 Cilacap 2

kharismatik hampir semuanya berjenggot,

termasuk juga pendiri NU, yaitu KH. Hasyim

Asyari.

KH. Zuhrul Anam Hisyam atau Gus

Anam pengasuh Pondok Pesantren Leler

Banyumas Jawa Tengah menjawab dengan

gubahan syair :

“Para imam pembawa petunjuk mereka mempunyai jenggot,

Dari Imam Malik sampai Imam Abi Hanifah.

Dan Imam Ahmad serta Imam Syafi’i yang agung,

Perkataan ini demi Allah mempunyai banyak cacat.

Adapun Said dan seseorang yang lain telah melecehkan,

Mereka semua adalah orang -orang yang meremehkan.”

Kecaman para kyai terhadap KH. Said Agil

Siradj membuat beliau meralat

pernyataannya. Dalam web : www.nu.or.id

KH. Said Agil Siradj mengatakan :

“Memelihara jenggot termasuk salah satu

sunnah Rasulullah SAW sehingga kaum

muslim boleh mengamalkannya. Tapi yang

ditiru jangan hanya jenggotnya saja,

melainkan akhlaknya.” Kemudian beliau

melanjutkan : ”kecerdasannya itu akan turun

ke hati. Artinya orang berjenggot panjang

adalah simbol dari hati yang sudah arif,

bersih, sudah tidak lagi memikirkan harta

dunia, kedudukan, dan ikhlas lillahi

ta’ala. Ulama sufi dan wali semuanya

berjenggot, kecerdasan pindah dari otak ke

hati.”

Kejadian tersebut membuat kami tertarik

untuk melakukan penelitian, apakah benar

jenggot mempengaruhi kecerdasan atau tidak.

Rumusan Masalah

Sejak jaman dahulu banyak ulama dan

ilmuwan yang berperilaku ramah namun tetap

memiliki jenggot. Pernyataan KH Said Agil

Siradj yang merupakan salah satu pemimpin

ormas Islam terbesar di Indonesia membuat

pro dan kontra. Bertitik tolak dari latar

belakang tersebut, dapat dirumuskan

permasalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan jenggot dengan

kecerdasan seorang pria ?

2. Bagaimana hubungan jenggot dengan

penampilan seorang pria ?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Meneliti pengaruh jenggot terhadap

kecerdasan seorang pria.

2. Meneliti pengaruh jenggot terhadap

sikap dan perilaku seorang pria.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Menemukan jawaban ilmiah dari

polemik berkepanjangan seputar

jenggot.

2. Sebagai salah satu upaya

menanamkan sikap ilmiah dalam

menghadapi berbagai wacana-wacana

baru yang membuat geger publik.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Jenggot

Jenggot atau janggut dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah bulu yang tumbuh di

dagu. Syaikh Dr Abdullah bin Nashir al

Sulmi, dosen perbandingan mazhab Ma'had

Ali li Qadha [Sekolah Tinggi Calon Hakim]

di Riyadh KSA mengatakan : “Para imam

yaitu imam mazhab yang empat saat mereka

menjelaskan pengertian lihyah atau jenggot

mereka mengatakan jenggot adalah semua

rambut yang tumbuh pada dua rahang pipi

dan dagu.” Sedangkan dalam Qamus Muhith

karya Fairuz Abadi atau Lisan Arab karya

Ibnu Manzhur, kita jumpai para pakar bahasa

Arab mengatakan bahwa jenggot adalah

semua bulu atau rambut di wajah. (Aris,

2012)

Page 3: Hubungan Antara Jenggot Dengan Kecerdasan dan Penampilan

Jurnal Penelitian Siswa 2016

SMA Negeri 3 Cilacap 3

Jenggot Dalam Pandangan Islam

Secara umum, para ulama fiqh 4 madzhab

sepakat bahwa memelihara jenggot adalah

sebuah keutamaan (fadlilah) dan fitrah kaum

lelaki (fithrah). Akan tetapi, apakah

keutamaan dan fitrah itu hukumnya wajib

atau tidak, dan apakah mencukurnya sama

dengan mengingkari fitrah atau tidak? Dalam

hal ini, ulama fiqh 4 madzhab memiliki

pandangan berbeda (akhtilaf). Perbedaan

pendapat tersebut dapat diperinci sebagai

berkut:

1. Hanafiyah

Mayoritas ulama madzhab Hanafi

mewajibkan memelihara jenggot dan haram

mencukurnya, terutama jenggot yang tumbuh

pertama kali. Dalam Kitab Radd al-Muhtar

‘ala Dar al-Mukhtar, Ibnu Abidin

menyatakan: يحرم عحلحى الرجل قحطع ليحته (Haram atas

laki-laki memotong jenggotnya).

2. Malikiyah

Ulama Malikiyah berbeda pendapat, ada yang

menghukumi wajib dan ada yang

menghukumi sunnah memelihara jenggot.

Yang menghukumi wajib memelihara

jenggot, otomatis mengharamkan

mencukurnya. Sedangkan ulama yang

menghukumi sunnah memelihara jenggot,

memakruhkan mencukurnya. (lihat Hasyiah

ad-Dasuqi ‘ala Syarh al-Kabir dan Al-Hafidz

al-Iraqi dalam Tharh al-Tatsrib).

3. Hanabilah

Mayoritas ulama Hanabilah menghukumi

wajib memelihara jenggot dan haram

mencukurnya, seperti dikatakan Ibnu Muflih

dalam Kitab al-Furu’:

ا لقهح يست حهجحن طولحا وحيحرم حح وحي عفي لي حتحه ، وحف المحذهحب محا لح

(Dibiarkan jenggotnya, di dalam mazhab

(Hanabilah) selama panjangnya jenggot tidak

dikhawatirkan menyebabkan buruk dan haram

mencukurnya).

4. Syafi’iyah

Sebagaimana ulama Malikiyah, ulama

Syafi’iyah juga berbeda pendapat dalam

menentukan hukum memelihara dan

mencukur jenggot. Namun pendapat yang

paling kuat di kalangan Syafi’iyah adalah

yang menghukumi sunnah memelihara dan

makruh mencukur. Pendapat inilah yang

dipegang mayoritas umat Islam Indonesia.

Kemakruhan mencukur jengggot, di antaranya

dinyatakan oleh Imam al-Ghazali, al-Nawawi,

al-Rafi’i, Zakariya al-Anshari, Ibnu Hajar al-

Haitamy, al-Ramli, al-Khatib as-Syarbini, dan

lainnya. Sedangkan keharaman mencukur

jengot, dinyatakan oleh Imam as-Syafi’i, Ibnu

al-Rifa’ah, al-Hulaimi, al-Qaffal as-Syasyi.

(Yasin, 2015)

Jenggot dan Kesehatan

Jenggot ternyata bermanfaat bagi kesehatan

laki-laki, begitu juga dengan kumisnya

(kumis diperintahkan untuk dipotong, tetapi

tidak mesti harus habis). Berikut manfaatnya:

1. Pelindung dari sinar matahari

Sebuah studi terbaru dari University of

Southern Queensland mengungkapkan bahwa

jenggot dapat memberikan perlindungan yang

signifikan dari sinar matahari yang dapat

menyebabkan kerusakan kulit dan kanker

kulit.

Secara rinci, peneliti menemukan bahwa

bagian tubuh yang tertutup oleh kumis dan

Page 4: Hubungan Antara Jenggot Dengan Kecerdasan dan Penampilan

Jurnal Penelitian Siswa 2016

SMA Negeri 3 Cilacap 4

cambang rata-rata tiga kali lebih sedikit

terpapar sinar UV yang berbahaya

dibandingkan dengan bagian tubuh yang tidak

tertutup rambut apapun.

Dengan menggunakan teknik dosimetrik yang

dapat mengukur jumlah sinar atau radiasi

yang diserap tubuh, diperoleh fakta bahwa

jenggot memberikan perlindungan terhadap

sinar matahari hingga 90-95 persen, meski hal

itu bergantung pada panjangnya jenggot.

“Secara umum rambut memang menawarkan

perlindungan terhadap sinar matahari. Itulah

mengapa wanita tak begitu mengalami

kerusakan kulit akibat sinar matahari jika

rambutnya menutupi bagian belakang leher

dan bagian samping wajahnya,” tandas Dr.

Nick Lowe, seorang pakar dermatologi

terkemuka yang berbasis di London.

“Tapi ternyata ketebalan rambutnya juga

berpengaruh. Sama halnya dengan faktor SPF

karena makin tinggi kepadatan dan kelebatan

rambutnya maka makin tinggi SPF-nya.

Makanya ketika saya berpraktik di California,

saya sering melihat peselancar yang botak

tapi berjenggot justru lebih sering mengalami

kerusakan kulit akibat sinar matahari dan pra-

kanker di kepala mereka, daripada jika

mereka punya rambut di atas kepala,”

tambahnya.

Teori lain dinyatakan oleh Iain Sallis, seorang

konsultan trikologi. Menurutnya cahaya

memancar dalam bentuk garis lurus tapi

ketika bertabrakan dengan jenggot yang

keriting, maka jenggot itu akan memecah

cahayanya sehingga tak pernah mencapai

kulit.

2. Mencegah serangan asma

Pria yang asmanya dipicu oleh serbuk bunga

dan debu dapat terlindungi oleh jenggot yang

lebat karena jenggot itu dapat membantu

mengurangi gejala asmanya.

“Kumis yang menutupi area hidung dapat

menghambat pemicu alergi atau alergen

masuk ke dalam hidung dan terhirup masuk

ke paru-paru,” kata Carol Walker, pakar

rambut medis dan pendiri Birmingham

Trichology Centre.

Tapi menurut seorang dokter umum yang

berbasis di London, Dr. Rob Hicks, hanya

serbuk sari yang bisa terperangkap dengan

cara ini, tapi tidak dengan debu yang

berbentuk mikroskopis. Kalaupun bisa

terjebak di kumis, debu-debu itu bisa

menumpuk di kumis dan hanya tinggal

menunggu waktu, lama-lama keduanya pun

bisa masuk ke dalam hidung.

“Teorinya, kumis tak serta-merta dapat

menghambat pemicu asma untuk measuk ke

saluran pernafasan, kecuali jika sangat lebat,”

simpul Dr. Felix Chua, dokter dan konsultan

penyakit sistem pernafasan dari London

Clinic, Harley Street.

3. Memperlambat penuaan

Dari waktu ke waktu, rambut yang tumbuh di

wajah dapat membantu menjaga kulit agar

tetap awet muda dan sehat.

“Dengan kata lain rambut itu menjaga agar

kulit tetap lembab dengan melindunginya dari

angin yang dapat mengeringkan kulit dan

mengganggu upaya perlindungan terhadap

kulit,” ujar Dr. Lowe.

Dr. Lowe juga menyarankan, jika

mengenakan pelembab, usahakan agar Anda

juga memberi pelembab di kumis dan jenggot.

Itu lebih baik daripada mengoleskan

pelembab pada bagian wajah yang tak

Page 5: Hubungan Antara Jenggot Dengan Kecerdasan dan Penampilan

Jurnal Penelitian Siswa 2016

SMA Negeri 3 Cilacap 5

berambut atau telah dicukur karena akan lebih

mudah terhapus.

4. Melawan batuk

Menurut Carol Walker, jenggot tebal yang

tumbuh di bawah dagu dan leher akan

meningkatkan temperatur leher serta

membantu melawan demam dan batuk.

“Rambut adalah semacam insulator yang

dapat membuat Anda terus merasa hangat.

Jenggot yang panjang dan tebal juga dapat

menjebak udara dingin dan meningkatkan

suhu leher sehingga Anda bisa bertahan di

bawah cuaca dingin,” tukasnya.

5. Mencegah ruam kulit

Justru jika seseorang malas bercukur itu

tandanya kulitnya terhindar dari ruam kulit.

“Bercukur itu merupakan penyebab utama

infeksi bakteri pada bagian tubuh yang

tertutup jenggot. Aktivitas ini dapat berakibat

pada ruam akibat pisau cukur, rambut tumbuh

ke dalam kulit dan folikulitis (infeksi folikel

rambut yang menyebabkan munculnya bintik-

bintik di kulit,” ungkap Dr. Martin Wade,

konsultan dan pakar dermatologi dari London

Skin and Hair Clinic. ( Bahraen, 2013 )

Jenggot dan Kecerdasan

Terkait dengan “guyonan” KH. Said Agil

Siradj bahwa jenggot dapat mengurangi

kecerdasan, semakin panjang semakin goblok,

ada beberapa point yang menjadi catatan

untuk menyikapi “guyonan” tersebut :

Pertama : Imam Ghozali berkata : "Syuraih

Al-Qoodhli berkata : "Aku berharap kalau aku

memiliki jenggot, meskipun harus membayar

10 ribu dinar/dirham" (Ihyaa 'Uluum ad-Diin

2/257)

Al-Ghozali juga berkata : "Para sahabat Al-

Ahnaf bin Qois berkata, "Kami berangan-

angan untuk membelikan jenggot buat Al-

Ahnaf meskipun harus membayar 20 ribu

dinar/dirham" (Ihyaa 'Uluum ad-Diin 2/257)

Para ulama yang tidak berjenggot dahulu

ternyata berangan-angan untuk memiliki

jenggot meskipun harus membayar mahal

sekali.

Kedua : Di antara daftar orang-orang

berjenggot adalah para Nabi dan para ulama.

Jabir bin Samuroh berkata : "Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam lebat rambut

janggutnya" (HR Muslim no 2344)

Demikian juga Nabi Harun 'alaihis salam,

Allah berfirman :

سي إن خحشيت أحن ت حقولح خذ بلحيحت وحلح برحأ

ن حؤم لح تح قحالح ي حب

قب ق حول ف حرقتح ب حيح بحن إسرح ءيلح وحلح ت حر

“Harun berkata (kepada Nabi Musa) "Hai

putera ibuku, janganlah kamu pegang

jenggotku dan jangan (pula) kepalaku;

sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu

akan berkata (kepadaku): "Kamu telah

memecah antara Bani Israil dan kamu tidak

memelihara amanatku" (QS Toha : 94)

Ketiga : Bahkan kita dapati kaum Nashrani

juga tatkala menggambarkan nabi Isa 'alaihis

salaam (yang dianggap tuhan oleh mereka)

ternyata selalu berjenggot.

Keempat : Para ulama –terutama Imam Asy-

Syafi'i dan para ulama madzhab syafi'i,

demikian juga madzhab-madzhab yang lain-

telah ijmak (sepakat ) akan larangan

mencukur jenggot hingga gundul habis.

Kelima : Tokoh-tokoh Nusantara pun banyak

yang berjenggot. Ada Muhammad Yasin Al-

Fadani, Nawawi Al-Bantani, Agus Salim,

Page 6: Hubungan Antara Jenggot Dengan Kecerdasan dan Penampilan

Jurnal Penelitian Siswa 2016

SMA Negeri 3 Cilacap 6

Ahmad Dahlan, Buya Hamka, sampai KH.

Hasyim Asy’ari – pendiri NU – juga

berjenggot.

Keenam : Demikian juga banyak tokoh-tokoh

non muslim yang berjenggot, contohnya

Khong hu cu dan Lao Tse.

Demikian juga tokoh-tokoh ilmuan non

muslim seperti James Parkinson (1755 –

1824), William Edmond Logan (1798 –1875),

Asa Gray (1810 - 1888), John Strong

Newberry (1822 – 1892), John Tyndall (1820

– 1893), Alfred Bernhard Nobel (1833 –

1896), John Wesley Powell (1834 – 1902),

Ludwig Eduard Boltzmann (1844 – 1906),

Dmitri Ivanovich Mendeleev (1834 – 1907),

Henry Clifton Sorby (1826 - 1908), Grove

Karl Gilbert (1843 –1918), Pyotr Alexeyevich

Kropotkin (1842 – 1921), Alexander Graham

Bell (1847 – 1922), Wilhelm Conrad Röntgen

(1845 – 1923), dan masih banyak lagi; ini

semua adalah para ilmuwan non-Islam yang

memiliki kecerdasan di atas rata-rata dan

berjenggot.

Ketujuh : Tokoh-tokoh Nusantara yang

dianggap sangat cerdas oleh KH Said Agil

Siradj karena tidak berjenggot, ternyata di

antara mereka beraliran Liberal dan

Pluralisme.

Kedelapan : Sebenarnya pernyataan bahwa

semakin panjang jenggot semakin goblok itu

hanya berdasarkan praduga, bukan

berdasarkan disiplin ilmu tertentu, baik di

bidang kedokteran, atau ahli saraf, atau ahli

agama, atau ahli-ahli yang lainnya.

Kesembilan : KH Said Agil Siradj sendiri

disinyalir waktu masa muda pernah gagah

berjenggot.

Kesepuluh : Bila KH Said Agil Siradj saat ini

lebih memilih tidak berjenggot maka tidak perlu

mengejek yang berjenggot dengan menyatakan

mereka goblok. ( Firanda, 2015 )

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metodologi

kuantitatif dengan melakukan survei untuk

mengumpulkan data prestasi akademik orang-

orang yang berjenggot dan tidak berjenggot

kemudian membandingkannya.

Indikator Penelitian

Dari kajian pustaka di atas, dapat diturunkan

menjadi beberapa indikator. Indikator ini

merupakan landasan kami melakukan

pengumpulan data. Data yang akan kami

kumpulkan adalah :

1. Pengaruh jenggot terhadap kecerdasan.

Indikator yang kami tetapkan adalah

sebagai berikut :

a. Nilai akademik yang meliputi nilai

IPK raport atau ijazah.

b. Prestasi akademik yang meliputi

prestasi di bidang-bidang yang terkait

dengan kecerdasan, seperti penemuan

baru, dedikasi untuk kemajuan umat

manusia dan sebagainya.

2. Pengaruh jenggot terhadap penampilan

dan karier.

Indikator yang kami tetapkan adalah

sebagai berikut :

a. Penampilan yang menarik dan

perilaku yang ramah, seperti suka

menyapa, murah senyum, sopan dan

lemah-lembut.

b. Kesuksesan dalam kehidupan, seperti

kesuksesan pengusaha, tentara,

birokrat dan sebagainya.

c. Kemasyhuran dalam reputasi, seperti

tokoh-tokoh sejarah dan tokoh-tokoh

dunia.

Metode Penarikan Sample

Penarikan sample menggunakan metode

purposive random sampling dengan jumlah

responden minimal 30 orang merujuk kepada

pendapat Roscoe dalam Sekaran.

Page 7: Hubungan Antara Jenggot Dengan Kecerdasan dan Penampilan

Jurnal Penelitian Siswa 2016

SMA Negeri 3 Cilacap 7

Metode Analisis Data

Analisis data menggunakan analisis regresi

linier dengan software SPSS 16.0. dan

analisis deskriptif observatif.

Hipotesis

Tidak ada pengaruh jenggot terhadap

kecerdasan maupun perilaku dalam artian

setiap laki-laki baik yang berjenggot maupun

tidak memiliki kesempatan yang sama untuk

menjadi orang yang ramah dan menjadi orang

yang cerdas.

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 4 – 12

Mei 2016 di kota Cilacap dengan melibatkan

15 responden berjenggot dan 15 responden

tidak berjenggot dengan latar belakang

beragam, mulai dari dosen, guru, pegawai,

karyawan, wiraswastawan, mahasiswa dan

pelajar yang dipilih secara acak (random).

Data-Data Penelitian

Penelitian pertama adalah penelitian pengaruh

jenggot terhadap kecerdasan dengan cara

mengumpulkan IPK para responden dan

menyusunnya dalam sebuah tabel

perbandingan.

Tabel 4.2.1. Perbandingan IPK responden

Responden

klimis

IPK Responden

berjenggot

IPK

1 2.70 1 3.52

2 2.74 2 3.02

3 3.61 3 3.50

4 2.74 4 2.89

5 2.76 5 2.60

6 2.24 6 3.76

7 3.10 7 3.57

8 2.31 8 3.62

9 2.23 9 3.48

10 2.12 10 3.75

11 3.80 11 3.70

12 3.40 12 3.09

13 2.20 13 3.94

14 2.75 14 3.40

15 3.30 15 3.78 Sumber : hasil survey

Data di atas menunjukkan bahwa responden

yang berjenggot memiliki kecenderungan

nilai IPK yang lebih tinggi daripada

responden yang tidak berjenggot.

Hasil Analisis Regresi Linier

Hasil pengolahan data dengan analisis regresi

linier menggunakan software SPSS 16.0

menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara

jenggot dengan kecerdasan sebesar 58%.

Tabel 4.3.1. Hasil Analisis R dan R Square

Dari tabel di atas diperoleh data bahwa

keberadaan jenggot menjadi penyebab

peningkatan kecerdasan pria yang menjadi

responden hingga 33,7 %.

Tabel 4.3.2. Hasil Analisis Uji T

Sumber : Hasil olahan software SPSS

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil uji T

menyatakan keberadaan jenggot berpengaruh

kepada peningkatan kecerdasan pria yang

menjadi responden dalam penelitian ini

karena signifikansinya hanya 0,001 < 0,05.

Pembahasan

Jenggot adalah salah satu identitas seorang

pria muslim. Sejak jaman Rasulullah SAW

dan para Shahabatnya, kaum muslimin

senantiasa menjaga identitas keislaman ini.

Hal ini didasarkan oleh sabda Rasulullah

SAW :

الفوا المشركيح وحفروا اللححى وح أححفوا الشوحاربح خح“Berbedalah dengan orang-orang musyrikin.

Panjangkanlah jenggot dan potonglah kumis!”

( HR. Bukhari )

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .580a .337 .313 .46571

a. Predictors: (Constant), Kondisi dagu

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.159 .269 8.028 .000

Kondisi dagu .641 .170 .580 3.772 .001

a. Dependent

Variable: IPK

Page 8: Hubungan Antara Jenggot Dengan Kecerdasan dan Penampilan

Jurnal Penelitian Siswa 2016

SMA Negeri 3 Cilacap 8

Dalam hadits yang lainnya, Rasulullah SAW

bersabda :

الفوا المحجوسح جزوا الشوحاربح وح أحرخوا اللححى وح خح “Pendekkan kumis dan panjangkan jenggot,

berbedalah kalian dengan orang-orang

Majusi!”

( HR. Muslim )

Meskipun hadits-hadits di atas dinyatakan

shahih oleh para ulama, namun banyak kaum

muslimin yang enggan mengamalkannya.

Sebagian mereka berargumentasi bahwa

orang-orang musyrikin pada jaman sekarang

ini banyak yang berjenggot, sehingga perintah

Rasulullah SAW untuk berjenggot supaya

berbeda dengan orang-orang musyrikin tidak

berlaku lagi. Argumentasi demikian adalalah

argumentasi yang keliru, karena jenggot telah

dijadikan sebagai identitas seorang pria

muslim oleh Rasulullah SAW, sehingga

selaku seorang muslim seharusnya malu bila

ternyata banyak orang non muslim yang

bangga mengenakan identitas muslim

sementara orang-orang yang mengaku muslim

malah meninggalkannya.

Hal lain yang membuat banyak kaum

muslimin di Indonesia enggan berjenggot

adalah munculnya anggapan bahwa jenggot

adalah ciri dari teroris. Padahal Kapolri

Jenderal Polisi Badrodin Haiti dalam Tabligh

Akbar Indonesia Bersholawat menyatakan

bahwa jenggot bukan ciri teroris. Bahkan

potensi terorisme bisa muncul dari agama

manapun, sehingga tidak benar jika teroris itu

disangkut pautkan dengan Islam. (Islamedia,

2016)

Menurut Direktur Pencegahan Badan

Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

Brigjen Pol Hamidin, terorisme akan selalu

menggunakan konteks agama. Bahkan ribuan

gerakan yang diduga terorisme yang ada di

Indonesia, semuanya mengatasnamakan

agama. Terkait kerap dikaitkannya terorisme

dengan Islam dan sebaliknya, BNPT menilai

bahwa hal itu merupakan risiko agama

mayoritas. Simbol-simbol agama mayoritas

akan digunakan pelaku, untuk membenarkan

kekerasan yang dilakukan. BNPT sendiri

tidak pernah mempermasalahkan penampilan

agama apa pun, termasuk jenggot. (Faza,

2016)

Kebencian terhadap jenggot lebih disebabkan

oleh rasa ketidaksukaan terhadap ormas atau

kelompok lain yang memelihara jenggot.

Fanatisme buta yang disebarkan dengan cara

menebar kebencian bukanlah hal yang baik.

Perbedaan yang ada di antara ormas-ormas

atau kelompok-kelompok Islam yang ada

semestinya dikembalikan kepada Al-Qur’an

dan Sunnah Rasulullah SAW, bukan malah

dijadikan sebagai alasan memfitnah dan

memusuhi kelompok yang lainnya.

Tuduhan bahwa jenggot dapat mengurangi

kecerdasan sesungguhnya adalah tuduhan

yang tidak benar. Dari data yang kami

kumpulkan ternyata hampir seluruh ulama

kharismatik di Indonesia adalah berjenggot.

KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah

berjenggot, KH. Hasyim Asy’ari pendiri NU

berjenggot, KH. Ahmad Surkati pendiri Al-

Irsyad berjenggot, Muhammad Natsir pendiri

Masyumi berjenggot, dan lain-lainnya.

Demikian pula para ulama-ulama dunia

seperti : Imam Abu Hanifah, Imam Malik,

Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal,

Imam Bukhari, Imam Muslim, dan lain-

lainnya semuanya berjenggot. Bahkan

Walisanga semuanya pun berjenggot.

Para ilmuwan dan penemu baik dari kalangan

muslim dan non muslim pada jaman dahulu,

rata-rata berjenggot. Ibnu Sina bapak

kedokteran dunia berjenggot, Ibnu Rusyd

berjenggot, Jabir Ibnu Hayyan berjenggot,

Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi

berjenggot, Al-Battani berjenggot, Al-Kindi

berjenggot, Ibnu Khaldun berjenggot, Ibnu

Batutah berjenggot dan lain-lainnya. Para

ilmuwan dan penemu non muslim juga

Page 9: Hubungan Antara Jenggot Dengan Kecerdasan dan Penampilan

Jurnal Penelitian Siswa 2016

SMA Negeri 3 Cilacap 9

banyak yang berjenggot, seperti Archimedes,

Pythagoras, Socrates, Plato, Aristoteles,

Alexander Graham Bell, Galileo Galilei,

Louis Pasteur, Alfred Nobel, Antonio Meucci,

Dmitri Mendeleev, Johannes Genfleisch, dan

lain-lain juga berjenggot.

Jenggot ternyata tidak menghalangi manusia

untuk sukses sebagai pengusaha. Salah satu

contohnya adalah Kolonel Harland Sanders

yang gambar dirinya dalam keadaan

berjenggot dijadikan sebagai maskot

perusahaan waralaba Kentucky Fried Chicken

(KFC) yang sudah mendunia. Banyak para

pengusaha sukses lainnya yang juga

berjenggot.

Beberapa presiden Amerika Serikat yang

menjadi tokoh legendaris dunia ternyata juga

berjenggot, seperti Abraham Lincoln, Ullyses

S. Grant, James A. Grafield dan Benjamin

Harrison. Sehingga jenggot tidak

menghalangi manusia untuk menjadi seorang

birokrat dan politikus yang memiliki reputasi

yang mendunia.

Pahlawan-pahlawan Indonesia dan prajurit-

ptajurit tangguh yang telah berjuang membela

tanah air banyak pula yang berjenggot, seperti

Kyai Mojo, Tuanku Imam Bonjol, Pattimura,

Sisingamangaraja, Cik Di Tiro, H. Agus

Salim, Sultan Hassanudin dan sebagainya.

Hasil penelitian Pentagon menyebutkan

bahwa tentara yang berjenggot itu lebih

efektif dan taktis di medan tempur

dibandingkan tentara yang klimis tanpa

jenggot. Jonathon Burns, ketua peneliti,

mengambil sampel 100 tentara. 25 tentara

adalah pasukan khusus (special forces) yang

memang berjenggot. 25 tentara adalah dari

pasukan khusus tanpa jenggot. 25 tentara

adalah tentara biasa yang dibolehkan untuk

memanjangkan jenggot untuk kepentingan

penelitian tersebut. Dan 25 tentara sisanya

adalah tentara biasa tanpa jenggot. Semua

tentara ini diterjunkan di medan perang

Afghanistan selama masa penelitian ini.

Hasilnya, 50 tentara yang berjenggot sangat

efektif di medan tempur. Akurasi tembakan

mereka sangat baik. Tidak ada satu pun

diantara 50 tentara tersebut yang terluka atau

mati di medan tempur. Sedangkan tentara

yang tidal berjenggot sangat tidak efektif di

lapangan. Mereka banyak melakukan

kesalahan di medan tempur.

James N. Mattis, seorang petinggi jenderal di

United States Central Command

(CENTCOM) mengatakan bahwa “beards

save lives!” dan merencanakan menetapkan

aturan agar tentara Amerika memanjangkan

jenggot, minimal satu inci.

Para dokter, negarawan, ilmuwan dari

semenjak jaman dulu berpenampilan dengan

berjenggot. Pada zaman dahulu jenggot sudah

menjadi ciri khas orang-orang pintar.

(Syahrial, 2014)

Penelitian dalam jurnal evolution and human

behavior mengungkapkan bahwa semakin

lebatnya jenggot pria, dia akan tampak

semakin maskulin. Riset tersebut melibatkan

351 responden wanita dan 177 pria. Para

responden diminta melihat 10 foto pria

dengan penampilan wajah berbeda-beda

mulai dari yang mulus hingga dipenuhi

rambut. Setelah melihat foto-foto itu,

responden diminta memberikan penilaian

dalam hal maskulinitas, seberapa menarik,

kesehatan, dan kemampuan menjadi orang

tua. Hasilnya pria yang dianggap menarik

oleh wanita adalah pria yang paling tebal

jenggotnya. Sebaliknya, pria yang kurang

menarik adalah mereka yang hanya sedikit

memiliki rambut-rambut disekitar dagunya.

Hasil survei yang kami lakukan dengan

melibatkan 30 responden yang dipilih secara

acak menunjukkan hasil bahwa laki-laki yang

berjenggot cenderung lebih cerdas daripada

yang tidak berjenggot. Analisis regresi linier

menunjukkan bahwa IPK yang tinggi 33,7 %

dipengaruhi oleh keberadaan jenggot. Hal ini

dikarenakan umumnya pria berjenggot aktif

Page 10: Hubungan Antara Jenggot Dengan Kecerdasan dan Penampilan

Jurnal Penelitian Siswa 2016

SMA Negeri 3 Cilacap 10

dalam kegiatan kampus, sekolah, masjid,

kajian ilmiah dan sebagainya. Dengan

demikian anggapan bahwa jenggot dapat

mengurangi kecerdasan adalah keliru.

Jenggot juga tidak menghalangi para pria

dalam berperilaku ramah. Semua responden

berjenggot yang kami survei semuanya

ramah, suka menyapa, murah senyum, sopan

dan lemah-lembut. Tidak ada satu pun di

antara mereka yang selalu memasang

tampang sangar, muka masam dan

berpenampilan garang.

Sehingga seorang pria yang berjenggot tetap

bisa berpenampilan smart. Hal ini didukung

oleh berbagai data penelitian. Berdasarkan

penelitian yang kami lakukan, laki-laki yang

berjenggot cenderung lebih cerdas daripada

laki-laki yang tidak berjenggot. Berdasarkan

penelitian yang lain diperoleh fakta bahwa

jenggot mampu meningkatkan kesehatan dan

lebih menampakkan sifat maskulin seorang

pria.

Kata smart sebenarnya berasal dari bahasa

Inggris yang berarti pintar. Kata ini kemudian

diserap oleh bahasa Indonesia dengan

memiliki sekumpulan makna, yaitu : cerdas,

pintar, bijak, tampan dan tepat atau tangkas.

(Kamuslengkap, 2016)

Wardana Suryapratama ( 2015 ) dalam

Sarasehan Pentingnya Pendidikan Karakter

pada Generasi Muda di Gedung Subud

Purwokerto menyatakan pentingnya

pendidikan karakter untuk mewujudkan

generasi muda yang smart. Hal ini karena

pemuda saat ini adalah pemimpin masa

depan, oleh karena itu pendidikan karakter

bagi generasi muda menjadi sangat penting

dan harus terus menerus dilakukan oleh

semua pihak demi harapan dan masa depan

bangsa Indonesia.

Pada dekade terakhir ini timbul kerisauan di

sebagian kalangan masyarakat terhadap

perilaku masyarakat (termasuk pemuda)

Indonesia yang dinilai menyimpang dari

akhlak atau karakter mulia. Oleh karena itu

karakter diri menjadi hal yang sangat strategis

untuk keberlangsungan hidup berbangsa dan

bernegara, sehingga agar Negara Indonesia

semakin maju perlu adanya pendidikan

karakter, wawasan kebangsaan dan

patriotisme yang dikenalkan kepada kaum

muda sebagai generasi penerus bangsa.

Beberapa nilai-nilai luhur yang perlu di

ajarkan pada generasi muda antara lain :

kejujuran, loyalitas dan dapat diandalkan,

hormat, cinta, ketidak egoisan dan sensitifitas,

baik hati dan pertemanan, keberanian,

kedamaian, mandiri dan potensial, disiplin

diri dan moderasi, kesetiaan dan kemurnian,

serta keadilan dan kasih sayang.

(Suryapratama, 2015)

Wardhana Suryapratama mewakili spesialis

pendidik karakter pemuda menjelaskan bahwa

generasi yang smart adalah generasi yang

jujur, memiliki loyalitas, dapat diandalkan,

menghormati orang lain, cinta dan kasih

sayang kepada sesame, tidak egois, baik hati,

suka berkawan, menyukai perdamaian,

mandiri, memiliki bakat dan potensi diri,

setia, tulus dan selalu mengedepankan sikap

yang penuh keadilan.

Seorang muslim yang berjenggot tetap bisa

tampil smart, yaitu menarik hati dalam

perilaku, kecerdasan dan penampilannya.

Tidak sedikit para tokoh-tokoh dunia yang

berjenggot tetapi tetap multitalenta. Berderet-

deret nama tokoh ahli agama ( ulama ),

ilmuwan, pengusaha, perwira, bintang

olahraga hingga artis yang tetap smart

meskipun berjenggot.

Sebuah pusat transplantasi rambut ternama di

Inggris, Crown Clinic menggelar sebuah

voting untuk memilih siapa 10 pria berjenggot

terseksi di dunia. Pemenangnya tak hanya dari

kalangan selebritis, bahkan salah satu anggota

British Royal Family juga berhasil

mendapatkannya. Di antara 10 pria yang

dinobatkan sebagai pria terseksi di dunia

Page 11: Hubungan Antara Jenggot Dengan Kecerdasan dan Penampilan

Jurnal Penelitian Siswa 2016

SMA Negeri 3 Cilacap 11

adalah : Jamie Doman, Gyllenhaal, Brad Pitt,

Alasdhair Willis, Hugh Jackman, Ryan

Gosling, Ben Affleck, George Clooney dan

David Beckham sebagai juaranya. Semua

pria-pria tersebut tampak smart dengan

jenggotnya sehingga melumpuhkan banyak

hati wanita. ( KapanLagi, 2015 )

Jenggot, bulu yang tumbuh di sekitar bibir

laki-laki itu memang salah satu daya tarik

laki-laki bagi para wanita. Ada beberapa

alasan kenapa banyak wanita begitu tergila-

gila dengan para pria yang berjenggot, di

antaranya karena jenggot adalah lambang

kejantanan seorang laki-laki. Pria yang

memelihara jengot tampak lebih macho dari

pada pria yang klimis. Ada yang mengatakan

meski berlama-lama di gym, tanpa jenggot

tetap akan dianggap sebagai pria kelas dua

diantara para laki-laki yang membiarkan

jenggotnya tumbuh. Pria berjenggot pun

terlihat lebih dewasa. Bahkan semakin lebat

jenggot seorang pria semakin tampak lebih

bijaksana dan penyabar. ( Winarta, 2015 )

Bila demikian sudut pandang masyarakat

Eropa dan Negara-Negara maju dalam

menilai jenggot, mengapa masih banyak

kaum muslimin yang malah mencibir jenggot.

Menganggap jenggot sebagai penghalang

untuk tampil smart, bahkan menuding dengan

berbagai macam tudingan yang tidak benar.

Kebencian terhadap suatu kelompok

masyarakat semestinya jangan sampai

membuat seorang muslim berlaku tidak adil

dalam memberikan penilaian, karena Allah

subhanahu wa ta’ala berfirman :

اءح بلقسط وحل يحرمحنكم يح أحي هحا الذينح آمحنوا كونوا ق ح واميح لل شهحدحشحنحآن ق حوم عحلحى أحل ت حعدلوا اعدلوا هوح أحق رحب للت قوحى وحات قوا اللح إن

بري بحا ت حعمحلونح اللح خح

“Wahai orang-orang yang beriman,

hendaklah kamu menjadi orang-orang yang

selalu menegakkan kebenaran karena Allah,

menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah

kebencianmu terhadap suatu kaum

membuatmu tidak berlaku adil. Berbuat

adillah karena ia lebih mendekati ketakwaan.

Dan bertakwalah kepada Allah,

sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa

yang kamu kerjakan”

( QS. Al Maidah : 8 )

Dan tidak layak seorang muslim mengolok-

olok muslim lainnya, apalagi dalam hal yang

mana muslim tersebut sedang mengamalkan

Sunnah Rasulullah SAW karena Allah SWT

berfirman dalam Al-Qur’an :

را ي يح أحي هحا الذينح آمحنوا لح يحسخحر ق حوم من ق حوم عحسحى أحن يحكونوا خحرا من هن ي هم وحلح نسحاء من نسحاء عحسحى أحن يحكن خح وحلح ت حلمزوا من

ميحان أحن فسحكم وحلح ت حنحاب حزوا بلحلقحاب بئسح الس م الفسوق ب حعدح ال وحمحن لح ي حتب فحأولح ئكح هم الظالمونح

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah

suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain

(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok)

lebih baik baik daripada mereka (yang

mengolok-olok) dan jangan pula wanita-

wanita (mengolok-olok) wanita yang lain

(karena) boleh jadi wanita (yang diolok-olok)

lebih baik daripada wanita ( yang mengolok-

olok), dan janganlah kamu mencela dirimu

sendiri dan janganlah kamu panggil-

memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.

Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan)

yang buruk sesudah iman, dan barangsiapa

yang tidak bertaubat, maka mereka itu orang-

orang yang zalim.” ( QS. Al-Hujurat : 11 )

Aksi terorisme belakangan ini membuat

sebagian warga ikut resah secara berlebihan.

Setiap ada orang yang berjenggot selalu

dicurigai sebagai teroris. Padahal jenggot

bukan ciri dari teroris. Ketua Forum

Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT)

Page 12: Hubungan Antara Jenggot Dengan Kecerdasan dan Penampilan

Jurnal Penelitian Siswa 2016

SMA Negeri 3 Cilacap 12

Sumatera Barat, Prof Syaifullah (2015)

mengemukakan terorisme tidak ada

hubungannya dengan penampilan seperti

jenggot dan gamis. Oleh sebab itu FKPT

menghimbau jangan sampai hal ini menjadi

prasangka dan menimbulkan salah paham

terhadap orang yang berjenggot dan bergamis.

Ketua Komisi Hukum Dewan Pers Yosep Adi

Prasetyo (2015) mengkritik pola pemberitaan

sejumlah media massa di Tanah Air tentang

terorisme karena dinilai melanggar etika.

Menyikapi hal itu Dewan Pers telah

menyusun peraturan tentang peliputan

terorisme yang tertuang dalam Peraturan

Dewan Pers Nomor 01/Peraturan-

DP/IV/2015. Aturan tersebut mengatur

tentang bagaimana seharusnya wartawan dan

media massa menyiarkan berita terorisme,

diantaranya menempatkan kepentingan publik

diatas kepentingan jurnalistik.

Mustafa Rizal (2016) menuturkan

pengalaman pribadinya. Saat dia berada di

Indonesia, ternyata banyak yang menafsirkan

berjenggot dekat dengan teroris. Hal ini

menunjukkan bahwa media telah sukses

dalam membuat stereotipe seorang pemuda

muslim berjenggot dekat dengan teroris.

Mustofa Rizal menuturkan bahwa dia lebih

banyak melihat orang berjenggot di Amerika

daripada di Indonesia. Karena di Amerika,

bukan hanya orang Islam saja yang

berjenggot. Orang-orang non muslim bahkan

yang bertatto pun banyak yang berjenggot,

namun mereka ramah-ramah.

Media Midle East Panorama edisi 13 Januari

2016 menyebutkan bahwa teroris ISIS telah

menerbitkan buklet yang ditujukan kepada

anggotanya yang ingin melakukan serangan

individu di Inggris, buklet itu berjudul

“Pedoman Keselamatan dan Keamanan

Mujahidin”, termuat di dalamnya tips dari

markas organisasi teroris kepada para

elemennya tentang beberapa tahapan

persiapan yang harus dilakukan, bagi mereka

yang ingin melakukan aksi serangan teror di

Eropa. Terdapat dalam buklet tersebut

beberapa tips bagi elemen organisasi teroris

ISIS di Eropa, diantaranya melakukan hal-hal

tertentu untuk mengelabui pihak keamanan,

semisal mencukur jenggot, memakai pakaian

wanita (bagi para lelaki) dengan

menggunakan burqo, tidak memakai celana

cingkrang, styling rambut dengan fashion

terbaru, tidak salat di masjid-masjid, tidak

membawa siwak, memakai salib, memakai

cincin emas, mengenakan jam tangan di

tangan kiri dan memakai parfum yang

beralkohol. ( ARN, 2016 )

Kegiatan terorisme ISIS di Irak pun memakai

modus yang sama, yaitu mencukur jenggot

dan memakai baju seperti pakaian wanita

dengan tujuan untuk mengelabui pasukan

keamanan Irak. ( JPNN, 2016 )

VOA Islam News ( 2016 ) menuturkan bahwa

seorang komandan pasukan pejuang Hashd

Al-Shaabi, Jabbar Mamouri, mengungkapkan,

Sabtu (18/06), bahwa sebagian besar elemen

kelompok teroris ISIS meninggalkan

“seragam ala Afghanistan” dan mencukur

jenggot panjang mereka seiring dengan

kemajuan pasukan keamanan di distrik

Sharqat utara provinsi Salahuddin, ia

mencatat bahwa moral kelompok teroris itu

yang berada di distrik tersebut “runtuh” total.

Pelaku aksi terorisme di Indonesia, seperti

pelaku bom bunuh diri di Sarinah Plaza

ternyata juga tidak berjenggot. Salah seorang

pelaku yang tertangkap kamera kontributor

Xinhua sedang melakukan penembakan dan

kemudian tewas, ia memakai topi merek nike,

kaos bertulisan Asto dan celana jeans. Tidak

ada sedikit pun jenggot yang menghiasi

dagunya. ( Siyasa, 2016 )

Bila ada pentolan tokoh-tokoh teroris di

Indonesia yang kebetulan berjenggot, seperti

Amrozi, Imam Samudera dan kawan-

kawannya, hal ini tidak secara langsung

menjadikan jenggot sebagai ciri pelaku

Page 13: Hubungan Antara Jenggot Dengan Kecerdasan dan Penampilan

Jurnal Penelitian Siswa 2016

SMA Negeri 3 Cilacap 13

terorisme. Hal ini karena anjuran berjenggot

bagi laki-laki terdapat dalam banyak hadits

yang shahih. Oleh karena itu mengenakan

jenggot tidak identik dengan paham garis

keras atau terorisme. Bahkan banyak model

tokoh fiktif non muslim yang juga

mengenakan jenggot panjang dan lebat

sebagai identitas tokoh tersebut, seperti Santa

Claus atau Sinterklas.

Santa Claus atau juga dikenal sebagai

Sinterklas, Santo Nikolas, Santo Nick, Bapak

Natal, Kris Kringle, Santy, atau Santa adalah

tokoh dalam berbagai budaya Kristen yang

menceritakan tentang seorang Kardinal yang

hidup di Kota Patara pada abad tiga masehi.

Nama aselinya adalah Nikolas yang

merupakan anak tunggal dari keluarga Kristen

yang berkecukupan bernama Epiphanius

(Ἐπιφάνιος) dan Johanna (Ἰωάννα) atau

Theophanes (Θεοφάνης) dan Nonna (Νόννα)

menurut versi lain. Untuk menjaring orang-

orang kepada ajaran Kritsen, Nikolas pun

digambarkan sebagai figur yang suka

membagi-bagikan hadiah untuk anak-anak

yang baik, serta menghukum anak-anak jahat

dengan kekuatan sihir. Santa Nikolas gemar

mengendarai kereta yang ditarik oleh rusa-

rusa kutub. Jadilah penggambaran ini marak

di berbagai belahan dunia ketika momen Hari

Natal tiba. (Tri, 2013) Dengan demikian

jenggot tidak hanya monopoli orang muslim.

Ada sebagian orang yang mengolok-olok pria

berjenggot sebagai mirip kambing. Cemoohan

demikian bukan sikap yang baik. Bahkan

jenggot bagi binatang memiliki manfaat yang

sangat penting. Para ilmuwan

mengungkapkan bahwa jenggot bagi hewan-

hewan laut seperti anjing laut berguna untuk

melacak arus air laut. Sementara bagi hewan-

hewan darat, jenggot digunakan untuk

melacak arus udara.

Yan Yu mahasiswa S-3 di Norwesthern

University bersama rekannya menyelidiki

peran jenggot pada kemampuan hewan

darat untuk merasakan arah angin dengan

menggunakan lima tikus betina yang

berusia sama untuk dilatih menentukan

sumber angin dari kipas angin khusus di

satu meja bundar.

Di sepanjang meja, lima kipas angin

dengan ruang yang sama dipasang dalam

bentuk setengah lingkaran, dan secara acak

dinyalakan satu per satu untuk

menghembuskan angin ke arah "pintu-

awal" yang sama yang ditaruh di seberang

meja.

Satu tikus harus berlari dari pintu ke arah

kipas yang menghembuskan angin, dan

turun ke lubang seukuran tikus di luar

kipas angin itu. Masing-masing lubang

mengarah ke satu terowongan di bawah

meja, tempat tikus tersebut diberi hadiah

karena memilih kipas angin yang benar.

Setelah semua tikus melaksanakan tugas

pada satu tingkat sekitar 60 % benar atau

lebih tinggi selama 10 hari berturut-turut,

para penelitih memotong jenggot mereka

dan meneliti perubahan prilaku.

Akhirnya, hasil tim itu memperlihatkan

pemotongan jenggot mengurangi

kemampuan tikus sebesar rata-rata 20 %.

Para peneliti tersebut mengatakan

kemerosotan penampilan menunjukkan

tikus menggunakan lebih dari satu petunjuk

untuk menentukan lokasi kipas angin tapi

jelas mereka masih sangat mengandalkan

jenggot mereka untuk melaksanakan tugas

mereka. ( Tresnady, 2016 )

Dengan demikian jenggot benar-benar

bermanfaat bagi makhluk hidup, termasuk

manusia. Menghina jenggot berarti

menyepelekan anugerah Allah subhanahu wa

ta’ala kepada kaum pria. Semestinya seorang

Page 14: Hubungan Antara Jenggot Dengan Kecerdasan dan Penampilan

Jurnal Penelitian Siswa 2016

SMA Negeri 3 Cilacap 14

muslim yang berpendidikan tidak berpendapat

dengan asal-asalan, sekalipun hanya berupa

selorohan.

Trend kaum wanita lebih menyukai pria

berjenggot sudah mulai merambah Australia

dan Amerika. Sebuah studi di Australia

menemukan bahwa perempuan menilai

lelaki berjenggot lebih menarik 15-20 %

dibandingkan mereka yang berwajah

mulus. Hasil ini didapat setelah 8.500

perempuan di Australia disurvei mengenai

tampilan lelaki yang paling membuatnya

menarik. Setiap perempuan disodori foto

lelaki berwajah mulus dan lelaki

berjenggot.

Menurut Profesor Psikologi di Charles

Sturt University di Australia, rambut pada

wajah merupakan tanda maskulinitas

seorang lelaki. Jenggot yang lebat juga

menunjukkan kebahagiaan yang dirasakan

lelaki. Ia pun mengatakan bahwa memiliki

pasangan yang memiliki rambut di wajah,

bisa membuat perempuan lebih bahagia

karena mendapatkan energi positif dari

lelaki. ( Indriani, 2016 )

Survei di Amerika menunjukkan bahwa 80 %

wanita menyukai pria yang memiliki rambut

di wajahnya. Survey ini menemukan bahwa

40 % pria menumbuhkan rambut wajah untuk

merasa lebih percaya diri, 36 % menganggap

itu bisa membuat mereka lebih menarik,

sementara 15 % menganggap rambut wajah

sebagai tren, dan 9 % pria merasa terlihat

lebih pintar dengan rambut wajah. Namun

tampaknya, tak semua rambut di wajah

disukai oleh wanita. Buktinya, survey

menunjukkan bahwa wanita lebih menyukai

pria yang berjenggot daripada berkumis.

(Ananda, 2012)

Ulama Cirebon Buya Yahya

menyayangkan ungkapan yang melecehkan

sunnah Rasulullah berupa berjenggot.

Menurutnya hal itu adalah tindakan aneh yang

tidak perlu dikatakan oleh seorang muslim

yang beriman. Bahkan beliau menyatakan

bahwa kebanyakan orang pintar itu

berjenggot. Orang paling pintar di dunia dan

akhirat, yaitu Nabi Muhammad pun

berjenggot. ( Suandriansyah, 2015 ).

Dari berbagai penelitian dan penjelasan para

ahli menunjukkan fakta tidak terbantahkan

bahwa lelaki berjenggot cenderung lebih

smart dibandingkan dengan lelaki yang klimis

( tidak berjenggot ). Obyektivitas penelitian

ini dapat dipertanggungjawabkan karena

penelitian tidak hanya dilakukan oleh orang

muslim terhadap orang muslim, namun

dilakukan juga oleh banyak lembaga riset dan

lembaga survei di berbagai Negara di dunia

yang melibatkan responden dari berbagai

macam latar belakang agama dan keyakinan.

Riset dan survei yang kami lakukan di

Indonesia menunjukkan hasil yang tidak jauh

berbeda dari para periset terdahulu. Sehingga

seorang laki-laki yang berjenggot akan

tampak lebih cerdas, lebih penyabar, lebih

bijaksana dan lebih maskulin daripada lelaki

yang tidak berjenggot. Oleh karena itu

penghinaan dan pelecehan terhadap jenggot

sudah seharusnya tidak lagi terjadi.

Berjenggot belakangan ini tengah menjadi

trend di berbagai belahan dunia, baik di

Eropa, Amerika maupun Australia. Bila

masyarakat dunia sudah menerima jenggot

sebagai trend gaya hidup modern, semestinya

umat Islam harus lebih toleran terhadap lelaki

yang berjenggot. Seorang laki-laki muslim

tetap bisa tampil smart meskipun berjenggot.

Kesimpulan

Hasil penelitian yang kami lakukan

menunjukkan bahwa jenggot memiliki

pengaruh terhadap kecerdasan, yaitu 33,7 %

kecerdasan responden yang kami pilih secara

acak ditentukkan oleh keberadaan jenggot di

dagunya.

Jenggot tidak menghalangi manusia untuk

tetap tampil smart, berperilaku ramah dan

Page 15: Hubungan Antara Jenggot Dengan Kecerdasan dan Penampilan

Jurnal Penelitian Siswa 2016

SMA Negeri 3 Cilacap 15

mampu mengembangkan potensi dirinya.

Banyak ulama, ilmuwan, birokrat, tentara,

pahlawan dan pengusaha yang berjenggot.

Bahkan belakangan ini jenggot telah menjadi

trend di Eropa, Amerika dan Australia.

Saran

Semestinya seorang muslim saling

menghargai amalan yang dikerjakan oleh

muslim yang lainnya selama amalan tersebut

mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadits.

DAFTAR PUSTAKA

Alawi, Abdullah. 2015. “Tiru Rasulullah

Bukan Sekedar Jenggot, Tapi

Akhlak.”

http://www.nu.or.id/post/read/62227/

tiru-rasulullah-bukan-sekadar-

jenggot-tapi-akhlak

Ananda, Kun Sila. 2012. “Wanita Lebih

Suka Pria Berjenggot Daripada

Berkumis.”

https://www.merdeka.com/gaya/wani

ta-lebih-suka-pria-berjenggot-

daripada-berkumis.html

Aris, Ustadz. 2012. “Pengertian Jenggot.”

http://ustadzaris.com/pengertian-

jenggot

ARN. 2016. “Jurus Teroris ISIS Eropa,

Pakai Kalung Salib, Cukur Jenggot

dan Bergaya Ala Barat.”

https://arrahmahnews.com/2016/01/1

4/jurus-teroris-isis-eropa-pakai-

kalung-salib-cukur-jenggot-dan-

bergaya-ala-barat/

Bahraen, Raehanul. 2013. “Jenggot : Sehat,

Bikin Ganteng dan Sunnah (Ajaran)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

https://muslimafiyah.com/jenggot-

sehat-bikin-ganteng-dan-sunnah-

ajaran-nabi-shallallahu-alaihi-wa-

sallam.html

Elshinta. 2015. “8 Fakta Unik Sekaligus

Menarik Mengenai Jenggot Pria.”

http://elshinta.com/news/19575/2015

/07/22/8-fakta-unik-sekaligus-

menarik-mengenai-jenggot-pria

Faza, Abu. 2016. “Terorisme Selalu

Dikaitkan Dengan Islam, BNPT

Sebut Resiko Agama Mayoritas.”

http://www.suara-

islam.com/read/index/17850

Firanda, Abu Abdil Muhsin. 2015.

“Bantahan : Goblok Karena

Berjenggot.”

https://www.firanda.com/index.php/a

rtikel/bantahan/969-goblok-karena-

berjenggot

FKPT SUMBAR. 2015. “Jangan Orang

Pakai Jenggot dan Gamis Langsung

Dikira Teroris.”

http://fkptsumbar.damai.id/2015/07/1

1/jangan-orang-pakai-jenggot-dan-

gamis-langsung-dikira-teroris/

Indriani, Ririn. 2016. “Lelaki Berjenggot

Lebih Menarik di Mata Perempuan.”

http://www.suara.com/lifestyle/2016/

09/06/115244/lelaki-berjenggot-

lebih-menarik-di-mata-perempuan

Islamedia. 2016. “Kapolre Kembali

Tegaskan Jenggot dan Celana

Cingkrang Bukan Ciri Teroris.”

http://islamedia.id/kapolri-kembali-

tegaskan-jenggot-dan-celana-

cingkrang-bukan-ciri-teroris/

JPNN. 2016. “Menyamar Jadi Wanita,

Cukur Jenggot, Belasan Militan ISIS

Ditangkap.”

http://www.jpnn.com/read/2016/02/1

5/357032/Menyamar-jadi-Wanita,-

Cukur-Jenggot,-Belasan-Militan-

ISIS-Ditangkap-

Page 16: Hubungan Antara Jenggot Dengan Kecerdasan dan Penampilan

Jurnal Penelitian Siswa 2016

SMA Negeri 3 Cilacap 16

Kamus Lengkap. 2016. “Arti Kata ‘Smart’

Bahasa Inggris Dalam Bahasa

Indonesia.”

http://kamuslengkap.com/kamus/ing

gris-indonesia/arti-kata/smart

KapanLagi. 2015. “10 Pria Berjenggot

Terseksi di Dunia, Super Ganteng

dan Macho.”

http://www.kapanlagi.com/foto/berit

a-

foto/internasional/40405pria_berjeng

got_terseksi_di_dunia-20151001-

003-rita.html

Nerashuke, Hamim Mustofa. 2015.

“Memang Benar, Jenggot

Mengurangi Kecerdasan dan Makin

Panjang Makin Bodoh.”

http://www.ngaji.web.id/2015/09/me

mang-benar-jenggot-

mengurangi.html

NU Garis Lurus. 2015. “Said Agil

Menghina Jenggot, Ini Jawaban

Syi’ir dari KH. Zuhrul Anam (Gus

Anam).”

http://www.nugarislurus.com/2015/0

9/said-agil-menghina-jenggot-ini-

jawaban-syiir-dari-kh-zuhrul-anam-

gus-anam.html

Rizal, Mustofa. 2016. “Antara Jenggot dan

Teroris.”

http://www.enjoyingusa.com/antara-

jenggot-dan-teroris/

Siyasa. 2016. “Ini Penampakan Pelaku Bom

Sarinah : Pakai Celana Jeans, Kaos

Branded, Tidak Berjenggot.”

http://www.tarbiyah.net/2016/01/ini-

penampakan-pelaku-bom-sarinah-

pakai.html

Suandriansyah. 2015. “Buya Yahya : Orang

Paling Pintar Dunia Akhirat Itu

Berjenggot.”

https://www.islampos.com/buya-

yahya-orang-paling-pintar-dunia-

akhirat-itu-berjenggot-213466/

Suryapratama, Wardhana. 2015.

“Membangun Generasi Muda Smart

Melalui Pendidikaan Karakter.”

Kesbangpol Kabupaten Banyumas.

Syahrial, Hendri. 2014. “Inilah Fakta Ilmiah

dan Unik Tentang Jenggot.

http://banghen.com/ternyata-jenggot-

itu-membuat-pria-lebih-ganteng-dan-

sehat-ini-buktinya-foto/

Tresnady, Tomi. 2016. “Jenggot Bantu

Hewan Deteksi Arah Angin.”

http://www.suara.com/tekno/2016/08

/29/082919/jenggot-bantu-hewan-

deteksi-arah-angin

VOA-IslamNews. 2016. “Ketakutan !

Teroris ISIS Rame-Rame Lepas

Seragam dan Cukur Jenggot.”

http://www.voa-

islamnews.com/ketakutan-teroris-

isis-rame-rame-lepas-seragam-dan-

cukur-jenggot.html

Winarta, Karmin. 2015. “12 Alasan Cewek

Suka Cowok Berjenggot.”

http://citizen6.liputan6.com/read/216

9234/12-alasan-cewek-suka-cowok-

berjenggot

Yasin, Ahmad Mubarok. 2015. “Inilah

Pendapat Ulama Terkait Jenggot dan

Kecerdasan.”

http://www.elhooda.net/2015/09/inil

ah-pendapat-ulama-terkait-jenggot-

dan-kecerdasan/