hubungan antara kecemasan dalam menghadapi...

51
HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PRESTASI AKADEMIK MATEMATIKA PADA REMAJA NAMA : TYA ANGGREINI NPM : 10505235 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA ABSTRAKSI Setiap kali sering ditemui rendahnya prestasi akademik matematika. Rendahnya prestasi akademik matematika dapat dipengaruhi berbagai bermacam hal salah satunya adalah cemas terhadap matematika. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika dengan prestasi akademik matematika pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk menguji sejauh mana hubungan antara kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika dengan prestasi akademik. Subjek penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah para siswa dan siswi kelas XI pada Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 1 Babelan Bekasi.Sampel yang digunakan pada kelas XI tersebut adalah 84 orang. Di mana pengambilan sampel dari populasi adalah dengan menggunakan Purposive Sampling. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kuesioner tertutup dengan memberikan tanda checklist. Untuk mengukur kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika adalah dengan mengunakan skala kecemasan yang diperoleh dari komponen- komponen kecemasan yang di kemukakan oleh Dacey (2000). Sedangkan untuk melihat prestasi akademik matematika digunakan raport kelas X semester 2. Hasil penelitian ini diketahui nilai validitas dari skala kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika bergerak dari nilai 0,301 sampai dengan 0,538 dan reliabilitas sebesar 0,824. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teknik korelasi Pearson (1-tailed) diketahui nilai koefisien korelasi sebesar r = - 0.221 dengan taraf signifikansi sebesar 0,022 (p < 0,05). Hal ini artinya terdapat hubungan yang negatif antara kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika dengan prestasi akademik matematika pada remaja, dimana semakin tinggi tingkat kecemasan remaja dalam menghadapi mata pelajaran matematika maka semakin rendah prestasi akademik matematika pada remaja. Kata Kunci : Kecemasan, Prestasi Akademik Matematika, SMUN (Sekolah Menengah Umum Negeri).

Upload: lamcong

Post on 03-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

HUBUNGAN ANTA R A KECE M A S A N DAL A M MENGH A D A P IMATA PEL A J A R A N MATE M AT I K A DENGAN PRE ST A S I

AKA D E M I K MATE M AT I K A PA D A REM A J A

NAMA TYA ANGGREININPM 10505235

FAKULTAS PSIKOLOGIUNIVERSITAS GUNADARMA

ABST R A K S I

Setiap kali sering ditemui rendahnya prestasi akademik matematika Rendahnya prestasi akademik matematika dapat dipengaruhi berbagai bermacam hal salah satunya adalah cemas terhadap matematika Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika dengan prestasi akademik matematika pada remaja Penelitian ini bertujuan untuk menguji sejauh mana hubungan antara kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika dengan prestasi akademik

Subjek penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah para siswa dansiswi kelas XI pada Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 1 Babelan BekasiSampel yang digunakan pada kelas XI tersebut adalah 84 orang Di mana pengambilan sampel dari populasi adalah dengan menggunakan Purposive Sampling Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kuesioner tertutup dengan memberikan tanda checklist Untuk mengukur kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika adalah dengan mengunakan skala kecemasan yang diperoleh dari komponen-komponen kecemasan yang di kemukakan oleh Dacey (2000) Sedangkan untuk melihat prestasi akademik matematika digunakan raport kelas X semester 2

Hasil penelitian ini diketahui nilai validitas dari skala kecemasandalam menghadapi mata pelajaran matematika bergerak dari nilai 0301 sampai dengan 0538 dan reliabilitas sebesar 0824 Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teknik korelasi Pearson (1-tailed) diketahui nilai koefisien korelasi sebesar r = - 0221 dengan taraf signifikansi sebesar 0022 (p lt 005) Hal ini artinya terdapat hubungan yang negatif antara kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika dengan prestasi akademik matematika pada remaja dimana semakin tinggi tingkat kecemasan remaja dalam menghadapi mata pelajaran matematika maka semakin rendah prestasi akademik matematika pada remajaKata Kunci Kecemasan Prestasi Akademik Matematika SMUN (SekolahMenengah Umum Negeri)

Matematika merupakan salah

satu disiplin ilmu yang telah

berkembang pesat di negara-negara

maju Kemajuan ini disebabkan oleh

pemfokusan negara maju pada bidang

sains dan matematika Namun

penerapan bidang sains dan

matematika tidak hanya dilakukan di

negara-negara maju saja Akhir-akhir

ini negara-negara berkembang mulai

berusaha untuk memfokuskan diri pada

bidang sains dan matematika salah

satunya adalah negara Indonesia

Usaha Indonesia dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan

pada bidang sains dan matematika

dapat di lihat pada pemberian pelajaran

Matematika sejak dini Hudoyo (dalam

Nawangsari 2000) berpendapat

pemfokusan pelajaran matematika

disebabkan matematika merupakan

dasar untuk mengembangkan ilmu

sehingga mutlak diperlukan tenaga

yang terampil dan pandai dalam

matematika Bila perkembangan ilmu

matematika dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka akan di

peroleh generasi yang berkualitas di

masa yang akan datang Namun usaha

tidak selalu sama dengan yang

diharapkan Terkadang sering

ditemukan banyak hambatan dalam

pencapaian usaha tersebut Hambatan-

hambatan itu dapat muncul dari dalam

diri individu maupun dari lingkungan

sekitar individu Bila hambatan-

hambatan tersebut tidak segera

ditanggulangi oleh pemerintah di suatu

negara terutama di negara Indonesia

maka hambatan-hambatan tersebut

dapat menimbulkan kecemasan pada

bidang matematika

Kecemasan merupakan suatu

perasaan tidak nyaman yang sering

terjadi di dalam kehidupan sehari-hari

manusia Hurlock (dalam Hartanti

1997) berpendapat bahwa kecemasan

merupakan sebuah ungkapan perasaan

individu terhadap suatu situasi yang

dapat diekspresikan melalui beberapa

cara yaitu dengan cara yang mudah

dikenali seperti kekhawatiran individu

individu menjadi mudah marah

Kecemasan terlihat dari kekhawatiran

atau ketakutan individu pada hal-hal

tertentu misalnya kecemasan pada

bidang matematika Kecemasan pada

bidang matematika banyak terjadi di

kalangan masyarakat salah satunya

terjadi pada remaja

Menurut Papalia (2004)

periode remaja adalah periode yang

sudah mulai menggabungkan

pengalaman yang di peroleh

sebelumnya dengan tantangan saat ini

dan memikirkan keadaan di masa yang

akan datang Santrock (2003)

mengatakan masa remaja disebut juga

masa pemantapan identitas diri atau

masa masa-masa strom and stress atau

masa up and down Bila pada periode

ini remaja tidak memiliki kemantapan

dalam dirinya maka akan

menimbulkan kecemasan di dalam

dirinya Bila ketidakmantapan tersebut

terjadi pada pelajaran matematika

maka remaja tersebut akan mengalami

kecemasan terhadap pelajaran

mateamtika

Kecemasan remaja dalam

menghadapi matematika dikarenakan

adanya beberapa faktor yaitu faktor

inteligensi faktor di dalam diri remaja

dan faktor lingkungan Ellis (dalam

Alsa 1984) mengatakan bahwa

kecemasan pada remaja disebabkan

oleh adanya tingkat inteligensi yang

berbeda pada diri remaja Hal ini

dijelaskan oleh Zeidner (1998)

kecemasan seseorang terhadap

pelajaran matematika dikarenakan

kurangnya ketertarikan siswa terhadap

pelajaran matematika Kurangnya

ketertarikan siswa terhadap pelajaran

matematika disebabkan oleh

inteligensi siswa dalam pelajaran

matematika siswa yang memiliki

inteligensi tinggi akan cenderung lebih

tertarik dan akan lebih evaluatif

terhadap pelajaran matematika

sedangkan siswa yang memiliki

inteligensi rendah akan kurang tertarik

dan kurang evaluatif terhadap

pelajaran matematika (Zeidner 1998)

Ketertarikan siswa dan siswi dalam

pelajaran matematika berbeda-beda di

mana siswa pria lebih tertarik dalam

pelajaran matematika dibandingkan

dengan siswa wanita sehingga siswa

wanita lebih mudah cemas dalam

menghadapi matematika dibandingkan

dengan siswa pria (Yoenanto dalam

Nawangsari 2000)

Sedangkan menurut Hudoyo

(dalam Nawangsari 2000) kecemasan

siswa dalam pelajaran matematika

dipengaruhi oleh pengalaman belajar

matematika yang diterima siswa di

masa lampau Namun berdasarkan

hasil pengamatan yang dilakukan oleh

Nawangsari (2001) terhadap siswa

kelas 1 Sekolah Menengah Pertama

Negeri (SMPN) 19 Surabaya terlihat

bahwa 81 kecemasan siswa terhadap

pelajaran matematika dipengaruhi oleh

self-efficacy belief siswa atau

keyakinan diri siswa dan expectancy-

value siswa atau harapan siswa

terhadap suatu keberhasilan

Keyakinan diri dan harapan terhadap

keberhasilan dalam mata pelajaran

matematika ditunjukkan bahwa 59

siswa wanita lebih yakin terhadap diri

dan memiliki harapan yang besar

terhadap keberhasilan dalam mata

pelajaran matematika sedangkan 41

untuk siswa pria (Nawangsari 2001)

Oleh karena itu dapat diartikan bahwa

siswa pria lebih cemas jika

dibandingkan dengan siswa wanita

Bila kecemasan pada pelajaran

matematika terus berlanjut dalam satu

periode atau satu semester maka dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika pada remaja

Prestasi akademik matematika

remaja baik secara nasional maupun

internasional belum menggembirakan

Third International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 melaporkan bahwa rata-rata skor

matematika siswa tingkat delapan

(tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP)) Indonesia (dari

Benua Asia) jauh di bawah rata-rata

skor matematika siswa internasional

dan berada pada ranking 34 dari 38

negara dengan skor 403 (Setyono

2005) Setyono (2005) mengatakan

bahwa Negara yang menduduki

rangking 1 dari 38 Negara diduduki

oleh Negara Singapura (dari Benua

Asia) dengan skor 604 sedangkan

Negara yang menduduki rangking 38

dari 38 negara adalah Negara Afrika

selatan (dari Benua Afrika) dengan

skor 275 sehingga dapat disimpulkan

bahwa Negara Indonesia (dari Benua

Asia) termasuk salah satu Negara yang

prestasi siswanya dalam pelajaran

matematika menduduki posisi yang

rendah Rendahnya prestasi disebabkan

oleh faktor siswa yaitu mengatasi

masalah secara komprehensif atau

secara partial (hanya sebagian) dalam

pelajaran matematika

Selain itu belajar siswa belum

bermakna sehingga pengertian siswa

terhadap konsep matematika sangat

lemah (Arjuna 1999) Pemahaman

terhadap konsep matematika sangat

dipengaruhi oleh kemampuan

intelegensi Hal ini sesuai dengan

pendapat Sorenson (dalam Alsa 1984)

mengenai kemampuan inteligensi yang

minim pada remaja wanita dalam

pelajaran-pelajaran matematika

aljabar geometri dan sains dapat

menyebabkan rendahnya prestasi

akademik belajar matematika pada

remaja wanita Sebaliknya pada remaja

pria kemampuan inteligensi dalam

pelajaran-pelajaran matematika

aljabar geometri dan sains sangat

besar sehingga prestasi belajar

matematika remaja pria lebih tinggi

dibandingkan dengan remaja wanita

Hal ini sesuai dengan pengetesan

inteligensi terhadap 7000 siswa-siswi

sekolah menengah umum yang

dilakukan oleh Sorenson (dalam Alsa

1984) di mana hasil pengetesan

inteligensi siswa pria adalah siswa pria

memiliki inteligensi yang lebih baik

dalam pelajaran matematika aljabar

geometri dan sains sedangkan siswa

wanita memiliki inteligensi yang lebih

baik dalam bahasa asing pengertian

verbal dan hal-hal ekspresi pada

umumnya Hal senada terlihat pada

penelitian yang dilakukan oleh Stipek

dan Granlinski (dalam Thompson

2007) pada keberhasilan remaja wanita

dan remaja pria dalam pelajaran

matematika ternyata remaja wanita

memiliki urutan keberhasilan yang

rendah atau berada di bawah

kesuksesan remaja pria dalam

pelajaran matematika

Pelajaran matematika sering

menimbulkan kecemasan pada diri

remaja dan mempengaruhi prestasi

akademik belajar matematika Hal ini

dikarenakan adanya anggapan yang

salah pada remaja terhadap pelajaran

matematika Remaja beranggapan

bahwa pelajaran matematika

merupakan pelajaran yang dapat

meningkatkan harga diri remaja

dihadapan masyarakat Namun pada

kenyataaanya banyak remaja yang

tidak terlalu dapat memahami konsep

matematika yang telah diberikan di

sekolah Sehingga pada saat remaja

mengikuti tes matematika tanpa

persiapan sebelumnya terlihat bahwa

remaja mengalami kecemasan yang

berpengaruh pada rendahnya nilai yang

dihasilkan remaja pada pelajaran

matematika atau rendahnya prestasi

akademik matematika pada remaja

KT Hill dan Sarason (dalam

Nawangsari 2000) melaporkan hasil

studi longitudinal yang intensif pada

700 siswa Sekolah Dasar di mana

siswa akan memperoleh nilai

matematika yang rendah ketika

diberikan tes matematika tanpa ada

pemberitahuan sebelumnya yang

membuat siswa menjadi tidak siap hal

ini dikarenakan oleh situasi dan

suasana tes yang membuat mereka

cemas Sebaliknya para siswa ini

memperlihatkan nilai yang lebih baik

jika berada pada kondisi yang lebih

optimal dalam arti unsur-unsur yang

membuat siswa berada dibawah

tekanan dikurangi atau dihilangkan

sama sekali Ini menunjukkan bahwa

sebenarnya para siswa tersebut

menguasai materi matematika yang

diujikan tapi gagal memperlihatkan

kemampuan mereka yang sebenarnya

karena kecemasan yang melanda siswa

saat mengerjakan soal-soal Sehingga

kecemasan pada saat mengikuti tes

matematika akan mempengaruhi

prestasi akademik matematikanya

Kecemasan menghadapi

pelajaran matematika tidak hanya

disebabkan oleh situasi dan suasana

tes Namun kecemasan pada pelajaran

matematika disebabkan pula oleh

faktor lain salah satunya adalah guru

di mana faktor tersebut dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini sesuai

dengan Nawangsari (2000) laporan

dari hasil pengamatannya pada seluruh

siswa-siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

kecemasan siswa dalam menghadapi

matematika akan berpengaruh dengan

prestasi akademiknya Di mana 53

dipengaruhi oleh materi pelajaran yang

di anggap sulit kemudian di susul 26

dipengaruhi oleh fasilitas yang

kurang memadai dan 23 dipengaruhi

oleh cara mengajar yang sulit dipahami

(Nawangsari 2000)

Berdasarkan Latar belakang

masalah yang telah diuraikan di atas

dihasilkan sebuah rumusan masalah

penelitian sebagai berikut Apakah

ada hubungan antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Tujuan Penelitian

Penulis ingin menguji

hubungan antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Manfaat Penelitian

1 Manfaat Teoritis

Berdasarkan hasil data

dalam penelitian ini terlihat bahwa

terdapat hubungan negatif antara

kecemasan dalam menghadapi

mata pelajaran matematika dengan

prestasi akademik matematika pada

remaja Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan dan

sumbangan bagi perkembangan

ilmu psikologi khususnya

psikologi pendidikan terutama

yang berkaitan prestasi akademik

matematika pada remaja Penelitian

ini diharapkan dapat memberikan

tambahan data empiris yang telah

teruji secara ilmiah mengenai rata-

rata terdapat kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika pada siswa dan siswi

kelas XI di Sekolah Menengah

Umum Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi berada pada taraf sedang

dimana kecemasan tersebut

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa dan siswi Hasil

penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi yang

bermanfaat bagi peneliti-peneliti

lain yang berminat di bidang yang

sama

2 Manfaat Praktis

Dari hasil penlitian ini

diketahui bahwa terdapat hubungan

negatif antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

Pada penelitian ini kecemasan

siswa dan siswi dalam menghadapi

mata pelajaran matematika berada

pada taraf sedang ini berarti bahwa

siswa dan siswi rata-rata memiliki

kecemasan dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

sehingga diharapkan siswa dan

siswi dapat mengurangi kecemasan

dalam menghadapi mata pelajaran

matematika Cara mengurangi

kecemasan itu dapat dilakukan

dengan memperbanyak

mengerjakan latihan-latihan

matematika memperdalam materi-

materi yang telah diberikan oleh

guru matematika dan hal-hal lain

yang berkaitan dengan mata

pelajaran matematika Selain itu

hasil penelitian ini juga diharapkan

dapat membantu memberikan

informasi khususnya kepada para

orang tua konselor sekolah guru

dan seluruh masyarakat agar dapat

memberikan stimulus-stimulus

yang berkaitan dengan matematika

dan menyediakan sarana dan

prasarana yang menunjang

efektifitas belajar matematika

sehingga menumbuhkan rasa

senang didalam diri siswa saat

belajar matematika Bila

kecemasan dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

berkurang diharapkan akan dapat

meningkatkan prestasi akademik

matematika

Kecemasan

Crow dan Crow (dalam

Hartanti 1997) mengemukakan

bahwa kecemasan adalah sesuatu

kondisi kurang menyenangkan

yang di alami oleh individu yang

dapat mempengaruhi keadaan

fisiknya Senada dengan yang

dikemukakan oleh Crow dan Crow

menurut Soehardjono (1988)

kecemasan adalah manifestasi dari

gejala-gejala atau gangguan

fisiologik seperti gemetar banyak

keringat mual sakit kepala sering

buang-buang air palpitasi (debaran

atau berdebar-debar)

Menurut Rathus (dalam

Nawangsari 2001) kecemasan

didefinisikan sebagai keadaan

psikologis yang ditandai oleh

adanya tekanan ketakutan

kegalauan dan ancaman yang

berasal dari lingkungan Sementara

itu menurut Zakiyah Derajat

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah manifestasi dari berbagai

proses emosi yang bercampur

aduk yang terjadi ketika individu

sedang mengalami tekanan

perasaan atau frustasi dan

pertentangan batin atau konflik

Sedangkan menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah suatu

kondisi yang tidak menyenangkan

meliputi rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak suka yang

sifatnya subjektif dan timbul

karena adanya perasaan tidak aman

terhadap bahaya yang diduga akan

terjadi

Dari berbagai definisi di

atas maka dapat disimpulkan

bahwa kecemasan merupakan

kumpulan dari berbagai kondisi

fisiologis dan psikologis sehingga

menimbulkan berbagai macam

reaksi di dalam diri individu

seperti gemetar banyak keringat

mual sakit kepala palpitasi rasa

takut rasa tegang khawatir

binggung dan lain sebagainya

Faktor yang Mempengaruhi

Kecemasan

Freud (dalam

Soehardjono1988) mengutarakan

kecemasan dapat terjadi karena

keadaan seperti berikut

a Kehilangan orang yang

dicintai seperti kehilangan

seorang guru yang di cintai

b Konflik yang tidak

terselesaikan antara kebutuhan

untuk pemuasan instinktual dan

keadaan lingkungan melarang

pemuasan tersebut

Jersild dari Ahli Konstitusi

mengatakan bahwa kecemasan

dipengaruhi oleh faktor konstitusi

individu Menurut Freud dari Ahli

Psikoanalisis kecemasan

merupakan akibat dari hasil konflik

antara dorongan instingtual yang

ingin mencari kepuasan dengan

kekuatan represi untuk

menghambat dorongan yang

muncul Sementara itu Calvin S

Hall dari Ahli Kultural mengatakan

bahwa kecemasan di pandang

sebagai ekspresi langsung dari

pengaruh sosio-kultural Mowrer

dari Ahli Teori Belajar mengatakan

kecemasan dipengaruhi oleh pola

belajar ldquoConditioningrdquo dengan

adaptasi yang salah serta

didasarkan pada pembentukkan

ldquoConditioned Reflexrdquo Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari

Ahli Psikoanalisis Calvin S Hall

dari Ahli Kultural dan Mowrer dari

Ahli Teori Belajar bersepakat

untuk menggabungkan pendapat

masing-masing menjadi dua faktor

yang mempengaruhi kecemasan

(dalam Soeharjono 1988) yaitu

a Mikrokosmos (keadaan diri

individu)

1) Sifat dasar konstitusi

individu sejak lahir yang

meliputi emosi tingkah

laku dan proses berfikir

individu

2) Keadaan biologi individu

seperti jenis kelamin

3) Perkembangan individu

yang dapat dilihat dari usia

individu

b Makrokosmos (keadaan

lingkungan)

1) Orang tua atau keluarga

dirumah

2) Sekolah (kelas) tetangga

teman-teman

3) Masyarakat meliputi

keadaan sosial budaya

lingkungan agama dan

sebagainya

Berdasarkan kedua

pendapat yang dikemukakan oleh

Freud (dalam Soehardjono1988)

dan penggabungan pendapat dari

Jersild dari Ahli Konstitusi (ahli

yang meneliti tentang sifat alamiah

yang dimiliki oleh setiap individu)

Freud dari Ahli Psikoanalisis

Calvin S Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

dapat ditarik kesimpulan bahwa

faktor yang mempengaruhi

kecemasan adalah keadaan

lingkungan di mana keadaan itu

dapat dilihat pada lingkungan

sekolah terutama di dalam kelas

atau karena kehilangan orang yang

dicintai misalnya guru orang tua

teman dan lain sebagainya selain

itu dipengaruhi pula oleh keadaan

didalam diri individu seperti

keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari

usia individu selain itu dapat pula

disebabkan oleh konflik yang tidak

dapat terselesaikan antara

kebutuhan untuk pemuasan

instinktual individu dengan

keadaan lingkungan melarang

pemuasan yang dinginkan oleh

individu

Komponen-Komponen

Kecemasan

Menurut Dacey (2000)

dalam mengenali gejala kecemasan

dapat di tinjau melalui tiga

komponen yaitu

a Komponen Psikologis berupa

kegelisahan gugup tegang

cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut

b Komponen Fisiologis berupa

jantung berdebar keringat

dingin pada telapak tangan

tekanan darah meninggi

(mudah emosi) respon kulit

terhadap aliran galvanis

(sentuhan dari luar) berkurang

gerakan peristaltik (gerakan

berulang-ulang tanpa disadari)

bertambah gejala somatik atau

fisik (otot) gejala somatik atau

fisik (sensorik) gejala

Respiratori (pernafasan) gejala

Gastrointertinal (pencernaan)

gejala Urogenital (perkemihan

dan kelamin)

c Komponen Sosial

sebuah perilaku yang

ditunjukkan oleh individu di

lingkungannya Perilaku itu

dapat berupa tingkah laku

(sikap) dan gangguan tidur

Berdasarkan penjelasan

yang telah dikemukakan oleh

Dacey (2000) bahwa dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

di lihat dari tiga komponen Di

mana ke tiga komponen tersebut

adalah komponen psikologis

komponen fisiologis dan

komponen sosial

Dampak Kecemasan

Menurut Hartanti (1997)

kecemasan akan membawa

individu mengantisipasi situasi

ketakutan yang tak berbahaya

membesar-besarkan bahaya atau

risiko sehingga dapat menghambat

kegiatan individu dalam menjalani

kehidupannya Sementara itu

menurut Horney (dalam

Soeharjono 1988) individu yang

mengalami kecemasan akan terus-

menerus membentuk defens

(pertahanan) di dalam dirinya

untuk melawan lingkungan yang di

anggap tidak adil dan kejam

terhadap dirinya Perlawanan yang

dilakukan oleh individu terhadap

lingkungannya akan membuat

individu semakin tidak mempunyai

kekuatan untuk mengubahnya dan

dapat melemahkan kemampuannya

dalam menumbuhkan kepercayaan

pada dirinya

Dari pendapat yang

dikemukakan oleh Hartanti (1997)

dan Horney (dalam Soeharjono

1988) mengenai dampak

kecemasan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa dampak

kecemasan adalah sebuah

perlawanan yang dilakukan oleh

individu terhadap sesuatu yang

dapat membuat individu cemas di

mana bila individu terus-menerus

melakukan perlawanan pada

kondisi ini maka kegiatan individu

akan terganggu individu akan

merasa tidak berdaya untuk

merubah kondisi tersebut dan

individu menjadi kurang percaya

pada kemampuan yang

dimilikinya

Prestasi Akademik

Penilaian terhadap hasil

belajar siswa untuk mengetahui

sejauhmana siswa telah mencapai

sasaran belajar inilah yang disebut

sebagai prestasi akademik Winkel

(dalam Christantie 2007)

mengatakan bahwa proses belajar

yang dialami oleh siswa

menghasilkan perubahan-

perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman

dalam bidang nilai sikap dan

keterampilan Adanya perubahan

tersebut tampak dalam prestasi

akademik yang dihasilkan oleh

siswa terhadap pertanyaan

persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui

prestasi akademik siswa dapat

mengetahui kemajuan-kemajuan

yang telah dicapainya dalam

belajar Menurut Poerwodarminto

(dalam Wahyuningsih 2004) yang

dimaksud dengan prestasi adalah

hasil yang telah dicapai dilakukan

atau dikerjakan oleh individu

Sedangkan prestasi akademik itu

sendiri diartikan sebagai prestasi

yang dicapai oleh seorang siswa

pada jangka waktu tertentu dan di

catat dalam buku rapor sekolah

Berdasarkan beberapa

pendapat yang telah dikemukakan

oleh Winkel (dalam Christantie

2007) dan Poerwodarminto (dalam

Wahyuningsih 2004) maka dapat

di tarik kesimpulan mengenai

pengertian prestasi akademik yaitu

suatu cara yang dilakukan untuk

memberikan penilaian terhadap

hasil-hasil belajar siswa yang

dilakukan dalam jangka waktu

tertentu dan di catat dalam buku

prestasi siswa atau buku rapor

siswa di sekolah

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Prestasi

Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

Riyanti Prabowo dan

Puspitawati (1996) faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi

akademik dapat digolongkan

menjadi dua bagian yaitu faktor

internal dan faktor eksternal

b Faktor Internal

Merupakan faktor yang

berasal dari dalam diri siswa

yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik Faktor ini

dapat dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu

1) Faktor fisiologis

Dalam hal ini

faktor fisiologis yang

dimaksud adalah faktor

yang berhubungan dengan

kesehatan dan pancaindera

yaitu

a) Kesehatan badan

Untuk dapat

menempuh studi yang

baik siswa perlu

memperhatikan dan

memelihara kesehatan

tubuhnya Keadaan fisik

yang lemah dapat

menjadi penghalang

bagi siswa dalam

menyelesaikan program

studinya Dalam upaya

memelihara kesehatan

fisiknya siswa perlu

memperhatikan pola

makan dan pola tidur

untuk memperlancar

metabolisme dalam

tubuhnya Selain itu

juga untuk memelihara

kesehatan bahkan juga

dapat meningkatkan

ketangkasan fisik

dibutuhkan olahraga

yang teratur

b) Pancaindera

Berfungsinya

pancaindera merupakan

syarat berlangsungnya

belajar yang baik

Dalam sistem

pendidikan dewasa ini

di antara pancaindera

itu yang paling

memegang peranan

dalam belajar adalah

mata dan telinga Hal

ini penting karena

sebagian besar hal-hal

yang dipelajari oleh

manusia dipelajari

melalui penglihatan dan

pendengaran Dengan

demikian seorang anak

yang memiliki cacat

fisik atau bahkan cacat

mental akan

menghambat dirinya di

dalam menangkap

pelajaran sehingga

pada akhirnya akan

mempengaruhi prestasi

akademiknya di

sekolah

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor

psikologis yang dapat

mempengaruhi prestasi

akademik siswa antara lain

adalah

a) Inteligensi

Pada umumnya

prestasi akademik yang

ditampilkan siswa

mempunyai kaitan yang

erat dengan tingkat

kecerdasan yang

dimiliki siswa Taraf

inteligensi ini sangat

mempengaruhi prestasi

akademik seorang

siswa di mana siswa

yang memiliki taraf

inteligensi tinggi

mempunyai peluang

lebih besar untuk

mencapai prestasi

akademik yang lebih

tinggi Sebaliknya

siswa yang memiliki

taraf inteligensi yang

rendah diperkirakan

juga akan memiliki

prestasi akademik yang

rendah Namun

bukanlah suatu yang

tidak mungkin jika

siswa dengan taraf

inteligensi rendah

memiliki prestasi

akademik yang tinggi

dan begitu pula

sebaliknya

b) Sikap

Sikap yang

pasif rendah diri dan

kurang percaya diri

dapat merupakan faktor

yang menghambat

siswa dalam

menampilkan prestasi

akademiknya

c) Motivasi

Motivasi belajar

merupakan faktor psikis

yang bersifat non

intelektual Peranannya

yang khas ialah dalam

hal gairah atau

semangat belajar siswa

yang termotivasi kuat

akan mempunyai

banyak energi untuk

melakukan kegiatan

belajar

c Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor

yang ada dalam diri siswa ada

hal-hal lain di luar diri yang

dapat mempengaruhi prestasi

akademik yang akan diraih

antara lain adalah

1) Faktor lingkungan keluarga

a) Sosial ekonomi

keluarga

Sosial ekonomi

keluarga yang memadai

akan membuat

seseorang lebih banyak

kesempatan

mendapatkan fasilitas

belajar yang lebih baik

mulai dari buku alat

tulis hingga pemilihan

sekolah

b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang

telah menempuh

jenjang pendidikan

tinggi cenderung lebih

memperhatikan dan

memahami pentingnya

pendidikan bagi anak-

anaknya dibandingkan

dengan yang

mempunyai jenjang

pendidikan yang lebih

rendah

c) Perhatian orang tua dan

suasana hubungan

antara anggota keluarga

Dukungan dari

keluarga merupakan

suatu pemacu semangat

berpretasi bagi

seseorang Dukungan

dalam hal ini bisa

secara langsung berupa

pujian atau nasihat

maupun secara tidak

langsung seperti

hubugan keluarga yang

harmonis

2) Faktor lingkungan sekolah

a) Sarana dan prasarana

Kelengkapan

fasilitas sekolah seperti

papan tulis kapur atau

spidol yang dapat

membantu kelancaran

proses belajar mengajar

di sekolah selain itu

bentuk ruangan

sirkulasi udara dan

lingkungan sekitar

sekolah juga dapat

mempengaruhi proses

belajar mengajar

b) Kompetensi guru dan

siswa

Kualitas guru

dan siswa sangat

penting dalam meraih

prestasi kelengkapan

sarana dan prasarana

tanpa disertai kinerja

yang baik dari para

penggunanya akan sia-

sia belaka Bila seorang

siswa merasa

kebutuhannya untuk

berprestasi dengan baik

di sekolah terpenuhi

misalnya dengan

tersedianya fasilitas dan

tenaga pendidik yang

berkualitas yang dapat

menimbulkan rasa

keingintahuan yang

besar hubungan dengan

guru dan teman-

temannya berlangsung

harmonis maka siswa

akan memperoleh iklim

belajar yang

menyenangkan Dengan

demikian siswa akan

terdorong untuk terus-

menerus meningkatkan

prestasi akademiknya

c) Kurikulum dan metode

mengajar

Hal ini meliputi

materi dan bagaimana

cara memberikan materi

tersebut kepada siswa

Metode pembelajaran

yang lebih interaktif

(terjadi melalui dua

arah) sangat diperlukan

untuk menumbuhkan

minat dan peran serta

siswa dalam kegiatan

pembelajaran

3) Faktor lingkungan

masyarakat

a) Sosial budaya

Pandangan

masyarakat tentang

pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi

kesungguhan pendidik

dan peserta didik

Masyarakat yang masih

memandang rendah

pendidikan akan enggan

mengirimkan anaknya

ke sekolah dan

cenderung memandang

rendah pekerjaan

gurupengajar

b) Partisipasi terhadap

pendidikan

Bila semua

pihak telah

berpartisipasi dan

mendukung kegiatan

pendidikan mulai dari

pemerintah (berupa

kebijakan dan

anggaran) sampai pada

masyarakat bawah

setiap orang akan lebih

menghargai dan

berusaha memajukan

pendidikan dan ilmu

pengetahuan

Pengukuran Prestasi Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

rapor merupakan perumusan

terakhir yang diberikan oleh guru

mengenai kemajuan atau hasil

belajar murid-muridnya selama

masa tertentu

Azwar (1996) menyebutkan

bahwa ada beberapa fungsi

penilaian dalam pendidikan yaitu

a Penilaian berfungsi selektif

(Fungsi Sumatif)

Fungsi penilaian ini

merupakan pengukuran akhir

dalam suatu program dan

hasilnya dipakai untuk

menentukan apakah siswa

dapat dinyatakan lulus atau

tidak dalam program

pendidikan tersebut Dengan

kata lain penilaian berfungsi

untuk membantu guru

mengadakan seleksi terhadap

beberapa siswa misalnya

1) Memilih siswa yang akan

diterima di sekolah

2) Memilih siswa untuk dapat

naik kelas

3) Memilih siswa yang

seharusnya dapat beasiswa

b Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi penilaian ini

selain untuk mengetahui hasil

yang dicapai siswa juga

mengetahui kelemahan siswa

sehingga dengan adanya

penilaian maka guru dapat

mengetahui kelemahan dan

kelebihan masing-masing

siswa Jika guru dapat

mendeteksi kelemahan siswa

maka kelemahan tersebut dapat

segera diperbaiki

c Penilaian berfungsi sebagai

penempatan (Placement)

Setiap siswa memiliki

kemampuan berbeda satu sama

lain Penilaian dilakukan untuk

mengetahui di mana

seharusnya siswa tersebut

ditempatkan sesuai dengan

kemampuannya yang telah

diperlihatkannya pada prestasi

belajar yang telah dicapainya

Sebagai contoh penggunaan

nilai rapor SMU kelas I

menentukan jurusan studi di

kelas II dan III

d Penilaian berfungsi sebagai

pengukur keberhasilan (Fungsi

Formatif)

Penilaian berfungsi

untuk mengetahui sejauh mana

suatu program dapat

diterapkan Sebagai contoh

adalah raport di setiap semester

di sekolah-sekolah tingkat

dasar dan menegah dapat

dipakai untuk mengetahui

apakah program pendidikan

yang telah diterapkan berhasil

diterapkan atau tidak pada

siswa tersebut

Raport biasanya

menggambil nilai dari angka 1

sampai dengan 10 terutama

pada siswa SD sampai SMU

tetapi dalam kenyataan nilai

terendah dalam rapor yaitu 4

dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai

di bawah 5 berarti tidak baik

atau buruk sedangkan nilai-

nilai di atas 5 seperti nilai 6

dikategorikan cukup untuk

nilai 7 dikategorikan lebih dari

cukup untuk nilai 8

dikategorikan baik dan untuk

nilai 9 dikategorikan sangat

baik

Mata Pelajaran Matematika

Hudoyo (dalam Yoenanto

2002) mendefinisikan mata

pelajaran matematika adalah

sebagai bidang ilmu yang

berkenaan dengan ide-ide struktur-

struktur dan hubungan-hubungan

yang di atur secara logis sehingga

pelajaran matematika berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

yang tersusun secara hirarkis dan

dengan penalaran deduktif

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas

ide-ide hubungan-hubungan

struktur-struktur yang berkaitan

dengan konsep secara abstrak dan

berguna dalam kehidupan sehari-

hari Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001) yang di

maksud dengan mata pelajaran

matematika adalah matematika

sebagai salah satu ilmu dasar yang

dewasa ini telah berkembang amat

pesat baik materi maupun

kegunaannya

Dari beberapa pendapat

yang telah dikemukakan di atas

maka dapat disimpulkan bahwa

mata pelajaran matematika adalah

sebuah bidang ilmu yang paling

mendasar dari kehidupan sehari-

hari manusia di mana ilmu tersebut

berkenaan dengan ide-ide

hubungan-hubungan dan struktur-

struktur berkaitan dengan konsep-

konsep abstrak yang tersusun

secara hirarkis dan telah diatur

secara logis

Dimensi Mata Pelajaran

Matematika

Dalam Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjut Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001)

mengatakan bahwa didalam mata

pelajaran matematika terdapat 4

dimensi yaitu

a Mata pelajaran matematika

meliputi terjadinya proses

belajar mengajar yaitu berupa

sebuah kegiatan yang

terintegrasi (utuh terpadu)

antara siswa sebagai pelajar

yang sedang belajar dengan

guru sebagai pengajar yang

sedang mengajar dalam

suasana yang bersifat

pengajaran

b Mata pelajaran matematika di

sekolah terdiri atas bagian-

bagian matematika yang di

pilih guna menumbuh

kembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk

pribadi siswa serta berpandu

pada perkembangan ilmu dan

teknologi

c Mata pelajaran matematika

berkenaan dengan materi yang

memerlukan kegiatan berfikir

yang berhubungan dengan

struktur lebih tinggi di mana

hal itu telah terbentuk dari apa

yang sudah dipelajari

sebelumnya Artinya bahan

pelajaran matematika harus

bermakna agar sesuai dengan

kemampuan dan struktur

kognitif yang dimiliki peserta

didik

d Mata pelajaran matematika

memerlukan penggunaan

metode instruksional

Remaja

Secara umum periode

remaja merupakan klimaks dari

periode-periode perkembangan

sebelumnya Dalam periode ini apa

yang diperoleh dalam masa-masa

sebelumnya di uji dan dibuktikan

sehingga dalam periode

selanjutnya individu telah

mempunyai suatu pola pribadi

yang lebih mantap Periode remaja

adalah masa transisi dalam periode

anak-anak ke periode dewasa awal

periode remaja dikelompokkan

menjadi dua fase yaitu fase remaja

awal dan fase remaja akhir

(Riyanti Prabowo dan Puspitawati

1996) Masa remaja adalah masa

dimulainya perkembangan kognitif

yang mengarah pada pemikiran

operasional formal yang lebih

abstrak daripada pemikiran seorang

anak Pemikiran remaja tidak lagi

berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-

kemungkinan hipotesis atau dalil-

dalil dan penalaran yang benar-

benar abstrak (Santrock 2003)

Menurut Papalia (2004) periode

remaja adalah periode yang sudah

mulai mengabungkan pengalaman

yang di peroleh sebelumnya

dengan tantangan saat ini dan

memikirkan keadaan di masa yang

akan datang

Dari beberapa definisi

remaja yang diberikan oleh para

ahli dapat di tarik kesimpulan

bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa Pada masa remaja

merupakan masa awal dari

pembentukan proses pemikiran

operasional yang lebih abstrak

Sehingga pada masa ini remaja

sudah mulai membandingkan

antara pengalaman di masa lalu

dengan keadaan di masa sekarang

dan mulai memikirkan masa yang

datang

Batasan Usia

Periode remaja dianggap

sebagai masa-masa yang amat

penting dalam kehidupan individu

khususnya dalam pembentukan

kepribadian Masa remaja dibagi

dua bagian yaitu (1) periode remaja

awal (early adolescence) yaitu

berkisar antara umur 13-17 tahun

dan periode remaja akhir yaitu

umur 17 tahun sampai dengan 18

tahun (Puspitawati 1996)

Bedasarkan teori

perkembangan kognitif Piaget

(dalam Santrock 2003) masa

remaja dimulai pada usia 11 tahun

sampai dengan 15 tahun dalam

usia ini remaja sudah dapat berfikir

secara operasional formal Masa

remaja atau pubertas adalah proses

menuju kedewasaan seksual atau

kesuburan (kemampuan untuk

reproduksi) pada periode ini selain

perkembangan fisik diikuti pula

dengan perkembangan kognitif

sosial otonomi harga diri dan

keintiman dalam hubungan seksual

(Papalia 2004) Menurut Papalia

(2004) masa remaja dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu

remaja awal dimulai dari usia 11-

13 tahun remaja madya dimulai

dari usia 13 tahun sampai dengan

18 tahun dan remaja akhir dimulai

dari usia 18 tahun sampai dengan

21 tahun

Dari uraian yang

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa usia remaja

adalah dimulai dari 11 tahun

sampai dengan 21 tahun

Karakteristik Remaja

Periode remaja adalah

periode pemantapan identitas diri

Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo

yang dipengaruhi oleh pandangan

orang-orang sekitarnya serta

pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola

perilakunya sebagai orang dewasa

Pemantapan identitas diri ini tidak

selalu mulus tetapi sering melalui

proses yang panjang dan

bergejolak Oleh karena itu banyak

ahli menamakan periode ini

sebagai masa-masa strom and

stress atau masa up and down

(Santrock 2003)

Remaja adalah seorang

idealis remaja memandang

dunianya seperti apa yang

diinginkannya bukan sebagaimana

adanya Remaja suka mimpi-mimpi

yang membuatnya marah cepat

tersinggung atau frustasi Selain

itu oleh keluarga dan masyarakat

remaja di anggap sudah menginjak

dewasa sehingga remaja diberi

tanggung jawab yang sama dengan

seorang yang sudah dewasa

Remaja mulai memperhatikan

prestasi dalam segala hal karena

ini memberinya nilai tambah untuk

kedudukan sosialnya di antara

teman sebaya maupun orang-orang

dewasa

Hubungan antara

Kecemasan Menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika dengan

Prestasi Akademik

Matematika pada Remaja

Masa remaja dapat dikatakan

sebuah masa peralihan antara masa

anak-anak menuju ke masa dewasa

Menurut Santrock (2003) Masa remaja

merupakan masa dimulainya

perkembangan kognitif yang mengarah

pada pemikiran operasional formal

yang lebih abstrak daripada pemikiran

seorang anak Pemikiran remaja tidak

lagi berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-kemungkinan

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

Matematika merupakan salah

satu disiplin ilmu yang telah

berkembang pesat di negara-negara

maju Kemajuan ini disebabkan oleh

pemfokusan negara maju pada bidang

sains dan matematika Namun

penerapan bidang sains dan

matematika tidak hanya dilakukan di

negara-negara maju saja Akhir-akhir

ini negara-negara berkembang mulai

berusaha untuk memfokuskan diri pada

bidang sains dan matematika salah

satunya adalah negara Indonesia

Usaha Indonesia dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan

pada bidang sains dan matematika

dapat di lihat pada pemberian pelajaran

Matematika sejak dini Hudoyo (dalam

Nawangsari 2000) berpendapat

pemfokusan pelajaran matematika

disebabkan matematika merupakan

dasar untuk mengembangkan ilmu

sehingga mutlak diperlukan tenaga

yang terampil dan pandai dalam

matematika Bila perkembangan ilmu

matematika dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka akan di

peroleh generasi yang berkualitas di

masa yang akan datang Namun usaha

tidak selalu sama dengan yang

diharapkan Terkadang sering

ditemukan banyak hambatan dalam

pencapaian usaha tersebut Hambatan-

hambatan itu dapat muncul dari dalam

diri individu maupun dari lingkungan

sekitar individu Bila hambatan-

hambatan tersebut tidak segera

ditanggulangi oleh pemerintah di suatu

negara terutama di negara Indonesia

maka hambatan-hambatan tersebut

dapat menimbulkan kecemasan pada

bidang matematika

Kecemasan merupakan suatu

perasaan tidak nyaman yang sering

terjadi di dalam kehidupan sehari-hari

manusia Hurlock (dalam Hartanti

1997) berpendapat bahwa kecemasan

merupakan sebuah ungkapan perasaan

individu terhadap suatu situasi yang

dapat diekspresikan melalui beberapa

cara yaitu dengan cara yang mudah

dikenali seperti kekhawatiran individu

individu menjadi mudah marah

Kecemasan terlihat dari kekhawatiran

atau ketakutan individu pada hal-hal

tertentu misalnya kecemasan pada

bidang matematika Kecemasan pada

bidang matematika banyak terjadi di

kalangan masyarakat salah satunya

terjadi pada remaja

Menurut Papalia (2004)

periode remaja adalah periode yang

sudah mulai menggabungkan

pengalaman yang di peroleh

sebelumnya dengan tantangan saat ini

dan memikirkan keadaan di masa yang

akan datang Santrock (2003)

mengatakan masa remaja disebut juga

masa pemantapan identitas diri atau

masa masa-masa strom and stress atau

masa up and down Bila pada periode

ini remaja tidak memiliki kemantapan

dalam dirinya maka akan

menimbulkan kecemasan di dalam

dirinya Bila ketidakmantapan tersebut

terjadi pada pelajaran matematika

maka remaja tersebut akan mengalami

kecemasan terhadap pelajaran

mateamtika

Kecemasan remaja dalam

menghadapi matematika dikarenakan

adanya beberapa faktor yaitu faktor

inteligensi faktor di dalam diri remaja

dan faktor lingkungan Ellis (dalam

Alsa 1984) mengatakan bahwa

kecemasan pada remaja disebabkan

oleh adanya tingkat inteligensi yang

berbeda pada diri remaja Hal ini

dijelaskan oleh Zeidner (1998)

kecemasan seseorang terhadap

pelajaran matematika dikarenakan

kurangnya ketertarikan siswa terhadap

pelajaran matematika Kurangnya

ketertarikan siswa terhadap pelajaran

matematika disebabkan oleh

inteligensi siswa dalam pelajaran

matematika siswa yang memiliki

inteligensi tinggi akan cenderung lebih

tertarik dan akan lebih evaluatif

terhadap pelajaran matematika

sedangkan siswa yang memiliki

inteligensi rendah akan kurang tertarik

dan kurang evaluatif terhadap

pelajaran matematika (Zeidner 1998)

Ketertarikan siswa dan siswi dalam

pelajaran matematika berbeda-beda di

mana siswa pria lebih tertarik dalam

pelajaran matematika dibandingkan

dengan siswa wanita sehingga siswa

wanita lebih mudah cemas dalam

menghadapi matematika dibandingkan

dengan siswa pria (Yoenanto dalam

Nawangsari 2000)

Sedangkan menurut Hudoyo

(dalam Nawangsari 2000) kecemasan

siswa dalam pelajaran matematika

dipengaruhi oleh pengalaman belajar

matematika yang diterima siswa di

masa lampau Namun berdasarkan

hasil pengamatan yang dilakukan oleh

Nawangsari (2001) terhadap siswa

kelas 1 Sekolah Menengah Pertama

Negeri (SMPN) 19 Surabaya terlihat

bahwa 81 kecemasan siswa terhadap

pelajaran matematika dipengaruhi oleh

self-efficacy belief siswa atau

keyakinan diri siswa dan expectancy-

value siswa atau harapan siswa

terhadap suatu keberhasilan

Keyakinan diri dan harapan terhadap

keberhasilan dalam mata pelajaran

matematika ditunjukkan bahwa 59

siswa wanita lebih yakin terhadap diri

dan memiliki harapan yang besar

terhadap keberhasilan dalam mata

pelajaran matematika sedangkan 41

untuk siswa pria (Nawangsari 2001)

Oleh karena itu dapat diartikan bahwa

siswa pria lebih cemas jika

dibandingkan dengan siswa wanita

Bila kecemasan pada pelajaran

matematika terus berlanjut dalam satu

periode atau satu semester maka dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika pada remaja

Prestasi akademik matematika

remaja baik secara nasional maupun

internasional belum menggembirakan

Third International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 melaporkan bahwa rata-rata skor

matematika siswa tingkat delapan

(tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP)) Indonesia (dari

Benua Asia) jauh di bawah rata-rata

skor matematika siswa internasional

dan berada pada ranking 34 dari 38

negara dengan skor 403 (Setyono

2005) Setyono (2005) mengatakan

bahwa Negara yang menduduki

rangking 1 dari 38 Negara diduduki

oleh Negara Singapura (dari Benua

Asia) dengan skor 604 sedangkan

Negara yang menduduki rangking 38

dari 38 negara adalah Negara Afrika

selatan (dari Benua Afrika) dengan

skor 275 sehingga dapat disimpulkan

bahwa Negara Indonesia (dari Benua

Asia) termasuk salah satu Negara yang

prestasi siswanya dalam pelajaran

matematika menduduki posisi yang

rendah Rendahnya prestasi disebabkan

oleh faktor siswa yaitu mengatasi

masalah secara komprehensif atau

secara partial (hanya sebagian) dalam

pelajaran matematika

Selain itu belajar siswa belum

bermakna sehingga pengertian siswa

terhadap konsep matematika sangat

lemah (Arjuna 1999) Pemahaman

terhadap konsep matematika sangat

dipengaruhi oleh kemampuan

intelegensi Hal ini sesuai dengan

pendapat Sorenson (dalam Alsa 1984)

mengenai kemampuan inteligensi yang

minim pada remaja wanita dalam

pelajaran-pelajaran matematika

aljabar geometri dan sains dapat

menyebabkan rendahnya prestasi

akademik belajar matematika pada

remaja wanita Sebaliknya pada remaja

pria kemampuan inteligensi dalam

pelajaran-pelajaran matematika

aljabar geometri dan sains sangat

besar sehingga prestasi belajar

matematika remaja pria lebih tinggi

dibandingkan dengan remaja wanita

Hal ini sesuai dengan pengetesan

inteligensi terhadap 7000 siswa-siswi

sekolah menengah umum yang

dilakukan oleh Sorenson (dalam Alsa

1984) di mana hasil pengetesan

inteligensi siswa pria adalah siswa pria

memiliki inteligensi yang lebih baik

dalam pelajaran matematika aljabar

geometri dan sains sedangkan siswa

wanita memiliki inteligensi yang lebih

baik dalam bahasa asing pengertian

verbal dan hal-hal ekspresi pada

umumnya Hal senada terlihat pada

penelitian yang dilakukan oleh Stipek

dan Granlinski (dalam Thompson

2007) pada keberhasilan remaja wanita

dan remaja pria dalam pelajaran

matematika ternyata remaja wanita

memiliki urutan keberhasilan yang

rendah atau berada di bawah

kesuksesan remaja pria dalam

pelajaran matematika

Pelajaran matematika sering

menimbulkan kecemasan pada diri

remaja dan mempengaruhi prestasi

akademik belajar matematika Hal ini

dikarenakan adanya anggapan yang

salah pada remaja terhadap pelajaran

matematika Remaja beranggapan

bahwa pelajaran matematika

merupakan pelajaran yang dapat

meningkatkan harga diri remaja

dihadapan masyarakat Namun pada

kenyataaanya banyak remaja yang

tidak terlalu dapat memahami konsep

matematika yang telah diberikan di

sekolah Sehingga pada saat remaja

mengikuti tes matematika tanpa

persiapan sebelumnya terlihat bahwa

remaja mengalami kecemasan yang

berpengaruh pada rendahnya nilai yang

dihasilkan remaja pada pelajaran

matematika atau rendahnya prestasi

akademik matematika pada remaja

KT Hill dan Sarason (dalam

Nawangsari 2000) melaporkan hasil

studi longitudinal yang intensif pada

700 siswa Sekolah Dasar di mana

siswa akan memperoleh nilai

matematika yang rendah ketika

diberikan tes matematika tanpa ada

pemberitahuan sebelumnya yang

membuat siswa menjadi tidak siap hal

ini dikarenakan oleh situasi dan

suasana tes yang membuat mereka

cemas Sebaliknya para siswa ini

memperlihatkan nilai yang lebih baik

jika berada pada kondisi yang lebih

optimal dalam arti unsur-unsur yang

membuat siswa berada dibawah

tekanan dikurangi atau dihilangkan

sama sekali Ini menunjukkan bahwa

sebenarnya para siswa tersebut

menguasai materi matematika yang

diujikan tapi gagal memperlihatkan

kemampuan mereka yang sebenarnya

karena kecemasan yang melanda siswa

saat mengerjakan soal-soal Sehingga

kecemasan pada saat mengikuti tes

matematika akan mempengaruhi

prestasi akademik matematikanya

Kecemasan menghadapi

pelajaran matematika tidak hanya

disebabkan oleh situasi dan suasana

tes Namun kecemasan pada pelajaran

matematika disebabkan pula oleh

faktor lain salah satunya adalah guru

di mana faktor tersebut dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini sesuai

dengan Nawangsari (2000) laporan

dari hasil pengamatannya pada seluruh

siswa-siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

kecemasan siswa dalam menghadapi

matematika akan berpengaruh dengan

prestasi akademiknya Di mana 53

dipengaruhi oleh materi pelajaran yang

di anggap sulit kemudian di susul 26

dipengaruhi oleh fasilitas yang

kurang memadai dan 23 dipengaruhi

oleh cara mengajar yang sulit dipahami

(Nawangsari 2000)

Berdasarkan Latar belakang

masalah yang telah diuraikan di atas

dihasilkan sebuah rumusan masalah

penelitian sebagai berikut Apakah

ada hubungan antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Tujuan Penelitian

Penulis ingin menguji

hubungan antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Manfaat Penelitian

1 Manfaat Teoritis

Berdasarkan hasil data

dalam penelitian ini terlihat bahwa

terdapat hubungan negatif antara

kecemasan dalam menghadapi

mata pelajaran matematika dengan

prestasi akademik matematika pada

remaja Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan dan

sumbangan bagi perkembangan

ilmu psikologi khususnya

psikologi pendidikan terutama

yang berkaitan prestasi akademik

matematika pada remaja Penelitian

ini diharapkan dapat memberikan

tambahan data empiris yang telah

teruji secara ilmiah mengenai rata-

rata terdapat kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika pada siswa dan siswi

kelas XI di Sekolah Menengah

Umum Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi berada pada taraf sedang

dimana kecemasan tersebut

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa dan siswi Hasil

penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi yang

bermanfaat bagi peneliti-peneliti

lain yang berminat di bidang yang

sama

2 Manfaat Praktis

Dari hasil penlitian ini

diketahui bahwa terdapat hubungan

negatif antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

Pada penelitian ini kecemasan

siswa dan siswi dalam menghadapi

mata pelajaran matematika berada

pada taraf sedang ini berarti bahwa

siswa dan siswi rata-rata memiliki

kecemasan dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

sehingga diharapkan siswa dan

siswi dapat mengurangi kecemasan

dalam menghadapi mata pelajaran

matematika Cara mengurangi

kecemasan itu dapat dilakukan

dengan memperbanyak

mengerjakan latihan-latihan

matematika memperdalam materi-

materi yang telah diberikan oleh

guru matematika dan hal-hal lain

yang berkaitan dengan mata

pelajaran matematika Selain itu

hasil penelitian ini juga diharapkan

dapat membantu memberikan

informasi khususnya kepada para

orang tua konselor sekolah guru

dan seluruh masyarakat agar dapat

memberikan stimulus-stimulus

yang berkaitan dengan matematika

dan menyediakan sarana dan

prasarana yang menunjang

efektifitas belajar matematika

sehingga menumbuhkan rasa

senang didalam diri siswa saat

belajar matematika Bila

kecemasan dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

berkurang diharapkan akan dapat

meningkatkan prestasi akademik

matematika

Kecemasan

Crow dan Crow (dalam

Hartanti 1997) mengemukakan

bahwa kecemasan adalah sesuatu

kondisi kurang menyenangkan

yang di alami oleh individu yang

dapat mempengaruhi keadaan

fisiknya Senada dengan yang

dikemukakan oleh Crow dan Crow

menurut Soehardjono (1988)

kecemasan adalah manifestasi dari

gejala-gejala atau gangguan

fisiologik seperti gemetar banyak

keringat mual sakit kepala sering

buang-buang air palpitasi (debaran

atau berdebar-debar)

Menurut Rathus (dalam

Nawangsari 2001) kecemasan

didefinisikan sebagai keadaan

psikologis yang ditandai oleh

adanya tekanan ketakutan

kegalauan dan ancaman yang

berasal dari lingkungan Sementara

itu menurut Zakiyah Derajat

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah manifestasi dari berbagai

proses emosi yang bercampur

aduk yang terjadi ketika individu

sedang mengalami tekanan

perasaan atau frustasi dan

pertentangan batin atau konflik

Sedangkan menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah suatu

kondisi yang tidak menyenangkan

meliputi rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak suka yang

sifatnya subjektif dan timbul

karena adanya perasaan tidak aman

terhadap bahaya yang diduga akan

terjadi

Dari berbagai definisi di

atas maka dapat disimpulkan

bahwa kecemasan merupakan

kumpulan dari berbagai kondisi

fisiologis dan psikologis sehingga

menimbulkan berbagai macam

reaksi di dalam diri individu

seperti gemetar banyak keringat

mual sakit kepala palpitasi rasa

takut rasa tegang khawatir

binggung dan lain sebagainya

Faktor yang Mempengaruhi

Kecemasan

Freud (dalam

Soehardjono1988) mengutarakan

kecemasan dapat terjadi karena

keadaan seperti berikut

a Kehilangan orang yang

dicintai seperti kehilangan

seorang guru yang di cintai

b Konflik yang tidak

terselesaikan antara kebutuhan

untuk pemuasan instinktual dan

keadaan lingkungan melarang

pemuasan tersebut

Jersild dari Ahli Konstitusi

mengatakan bahwa kecemasan

dipengaruhi oleh faktor konstitusi

individu Menurut Freud dari Ahli

Psikoanalisis kecemasan

merupakan akibat dari hasil konflik

antara dorongan instingtual yang

ingin mencari kepuasan dengan

kekuatan represi untuk

menghambat dorongan yang

muncul Sementara itu Calvin S

Hall dari Ahli Kultural mengatakan

bahwa kecemasan di pandang

sebagai ekspresi langsung dari

pengaruh sosio-kultural Mowrer

dari Ahli Teori Belajar mengatakan

kecemasan dipengaruhi oleh pola

belajar ldquoConditioningrdquo dengan

adaptasi yang salah serta

didasarkan pada pembentukkan

ldquoConditioned Reflexrdquo Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari

Ahli Psikoanalisis Calvin S Hall

dari Ahli Kultural dan Mowrer dari

Ahli Teori Belajar bersepakat

untuk menggabungkan pendapat

masing-masing menjadi dua faktor

yang mempengaruhi kecemasan

(dalam Soeharjono 1988) yaitu

a Mikrokosmos (keadaan diri

individu)

1) Sifat dasar konstitusi

individu sejak lahir yang

meliputi emosi tingkah

laku dan proses berfikir

individu

2) Keadaan biologi individu

seperti jenis kelamin

3) Perkembangan individu

yang dapat dilihat dari usia

individu

b Makrokosmos (keadaan

lingkungan)

1) Orang tua atau keluarga

dirumah

2) Sekolah (kelas) tetangga

teman-teman

3) Masyarakat meliputi

keadaan sosial budaya

lingkungan agama dan

sebagainya

Berdasarkan kedua

pendapat yang dikemukakan oleh

Freud (dalam Soehardjono1988)

dan penggabungan pendapat dari

Jersild dari Ahli Konstitusi (ahli

yang meneliti tentang sifat alamiah

yang dimiliki oleh setiap individu)

Freud dari Ahli Psikoanalisis

Calvin S Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

dapat ditarik kesimpulan bahwa

faktor yang mempengaruhi

kecemasan adalah keadaan

lingkungan di mana keadaan itu

dapat dilihat pada lingkungan

sekolah terutama di dalam kelas

atau karena kehilangan orang yang

dicintai misalnya guru orang tua

teman dan lain sebagainya selain

itu dipengaruhi pula oleh keadaan

didalam diri individu seperti

keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari

usia individu selain itu dapat pula

disebabkan oleh konflik yang tidak

dapat terselesaikan antara

kebutuhan untuk pemuasan

instinktual individu dengan

keadaan lingkungan melarang

pemuasan yang dinginkan oleh

individu

Komponen-Komponen

Kecemasan

Menurut Dacey (2000)

dalam mengenali gejala kecemasan

dapat di tinjau melalui tiga

komponen yaitu

a Komponen Psikologis berupa

kegelisahan gugup tegang

cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut

b Komponen Fisiologis berupa

jantung berdebar keringat

dingin pada telapak tangan

tekanan darah meninggi

(mudah emosi) respon kulit

terhadap aliran galvanis

(sentuhan dari luar) berkurang

gerakan peristaltik (gerakan

berulang-ulang tanpa disadari)

bertambah gejala somatik atau

fisik (otot) gejala somatik atau

fisik (sensorik) gejala

Respiratori (pernafasan) gejala

Gastrointertinal (pencernaan)

gejala Urogenital (perkemihan

dan kelamin)

c Komponen Sosial

sebuah perilaku yang

ditunjukkan oleh individu di

lingkungannya Perilaku itu

dapat berupa tingkah laku

(sikap) dan gangguan tidur

Berdasarkan penjelasan

yang telah dikemukakan oleh

Dacey (2000) bahwa dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

di lihat dari tiga komponen Di

mana ke tiga komponen tersebut

adalah komponen psikologis

komponen fisiologis dan

komponen sosial

Dampak Kecemasan

Menurut Hartanti (1997)

kecemasan akan membawa

individu mengantisipasi situasi

ketakutan yang tak berbahaya

membesar-besarkan bahaya atau

risiko sehingga dapat menghambat

kegiatan individu dalam menjalani

kehidupannya Sementara itu

menurut Horney (dalam

Soeharjono 1988) individu yang

mengalami kecemasan akan terus-

menerus membentuk defens

(pertahanan) di dalam dirinya

untuk melawan lingkungan yang di

anggap tidak adil dan kejam

terhadap dirinya Perlawanan yang

dilakukan oleh individu terhadap

lingkungannya akan membuat

individu semakin tidak mempunyai

kekuatan untuk mengubahnya dan

dapat melemahkan kemampuannya

dalam menumbuhkan kepercayaan

pada dirinya

Dari pendapat yang

dikemukakan oleh Hartanti (1997)

dan Horney (dalam Soeharjono

1988) mengenai dampak

kecemasan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa dampak

kecemasan adalah sebuah

perlawanan yang dilakukan oleh

individu terhadap sesuatu yang

dapat membuat individu cemas di

mana bila individu terus-menerus

melakukan perlawanan pada

kondisi ini maka kegiatan individu

akan terganggu individu akan

merasa tidak berdaya untuk

merubah kondisi tersebut dan

individu menjadi kurang percaya

pada kemampuan yang

dimilikinya

Prestasi Akademik

Penilaian terhadap hasil

belajar siswa untuk mengetahui

sejauhmana siswa telah mencapai

sasaran belajar inilah yang disebut

sebagai prestasi akademik Winkel

(dalam Christantie 2007)

mengatakan bahwa proses belajar

yang dialami oleh siswa

menghasilkan perubahan-

perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman

dalam bidang nilai sikap dan

keterampilan Adanya perubahan

tersebut tampak dalam prestasi

akademik yang dihasilkan oleh

siswa terhadap pertanyaan

persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui

prestasi akademik siswa dapat

mengetahui kemajuan-kemajuan

yang telah dicapainya dalam

belajar Menurut Poerwodarminto

(dalam Wahyuningsih 2004) yang

dimaksud dengan prestasi adalah

hasil yang telah dicapai dilakukan

atau dikerjakan oleh individu

Sedangkan prestasi akademik itu

sendiri diartikan sebagai prestasi

yang dicapai oleh seorang siswa

pada jangka waktu tertentu dan di

catat dalam buku rapor sekolah

Berdasarkan beberapa

pendapat yang telah dikemukakan

oleh Winkel (dalam Christantie

2007) dan Poerwodarminto (dalam

Wahyuningsih 2004) maka dapat

di tarik kesimpulan mengenai

pengertian prestasi akademik yaitu

suatu cara yang dilakukan untuk

memberikan penilaian terhadap

hasil-hasil belajar siswa yang

dilakukan dalam jangka waktu

tertentu dan di catat dalam buku

prestasi siswa atau buku rapor

siswa di sekolah

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Prestasi

Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

Riyanti Prabowo dan

Puspitawati (1996) faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi

akademik dapat digolongkan

menjadi dua bagian yaitu faktor

internal dan faktor eksternal

b Faktor Internal

Merupakan faktor yang

berasal dari dalam diri siswa

yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik Faktor ini

dapat dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu

1) Faktor fisiologis

Dalam hal ini

faktor fisiologis yang

dimaksud adalah faktor

yang berhubungan dengan

kesehatan dan pancaindera

yaitu

a) Kesehatan badan

Untuk dapat

menempuh studi yang

baik siswa perlu

memperhatikan dan

memelihara kesehatan

tubuhnya Keadaan fisik

yang lemah dapat

menjadi penghalang

bagi siswa dalam

menyelesaikan program

studinya Dalam upaya

memelihara kesehatan

fisiknya siswa perlu

memperhatikan pola

makan dan pola tidur

untuk memperlancar

metabolisme dalam

tubuhnya Selain itu

juga untuk memelihara

kesehatan bahkan juga

dapat meningkatkan

ketangkasan fisik

dibutuhkan olahraga

yang teratur

b) Pancaindera

Berfungsinya

pancaindera merupakan

syarat berlangsungnya

belajar yang baik

Dalam sistem

pendidikan dewasa ini

di antara pancaindera

itu yang paling

memegang peranan

dalam belajar adalah

mata dan telinga Hal

ini penting karena

sebagian besar hal-hal

yang dipelajari oleh

manusia dipelajari

melalui penglihatan dan

pendengaran Dengan

demikian seorang anak

yang memiliki cacat

fisik atau bahkan cacat

mental akan

menghambat dirinya di

dalam menangkap

pelajaran sehingga

pada akhirnya akan

mempengaruhi prestasi

akademiknya di

sekolah

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor

psikologis yang dapat

mempengaruhi prestasi

akademik siswa antara lain

adalah

a) Inteligensi

Pada umumnya

prestasi akademik yang

ditampilkan siswa

mempunyai kaitan yang

erat dengan tingkat

kecerdasan yang

dimiliki siswa Taraf

inteligensi ini sangat

mempengaruhi prestasi

akademik seorang

siswa di mana siswa

yang memiliki taraf

inteligensi tinggi

mempunyai peluang

lebih besar untuk

mencapai prestasi

akademik yang lebih

tinggi Sebaliknya

siswa yang memiliki

taraf inteligensi yang

rendah diperkirakan

juga akan memiliki

prestasi akademik yang

rendah Namun

bukanlah suatu yang

tidak mungkin jika

siswa dengan taraf

inteligensi rendah

memiliki prestasi

akademik yang tinggi

dan begitu pula

sebaliknya

b) Sikap

Sikap yang

pasif rendah diri dan

kurang percaya diri

dapat merupakan faktor

yang menghambat

siswa dalam

menampilkan prestasi

akademiknya

c) Motivasi

Motivasi belajar

merupakan faktor psikis

yang bersifat non

intelektual Peranannya

yang khas ialah dalam

hal gairah atau

semangat belajar siswa

yang termotivasi kuat

akan mempunyai

banyak energi untuk

melakukan kegiatan

belajar

c Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor

yang ada dalam diri siswa ada

hal-hal lain di luar diri yang

dapat mempengaruhi prestasi

akademik yang akan diraih

antara lain adalah

1) Faktor lingkungan keluarga

a) Sosial ekonomi

keluarga

Sosial ekonomi

keluarga yang memadai

akan membuat

seseorang lebih banyak

kesempatan

mendapatkan fasilitas

belajar yang lebih baik

mulai dari buku alat

tulis hingga pemilihan

sekolah

b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang

telah menempuh

jenjang pendidikan

tinggi cenderung lebih

memperhatikan dan

memahami pentingnya

pendidikan bagi anak-

anaknya dibandingkan

dengan yang

mempunyai jenjang

pendidikan yang lebih

rendah

c) Perhatian orang tua dan

suasana hubungan

antara anggota keluarga

Dukungan dari

keluarga merupakan

suatu pemacu semangat

berpretasi bagi

seseorang Dukungan

dalam hal ini bisa

secara langsung berupa

pujian atau nasihat

maupun secara tidak

langsung seperti

hubugan keluarga yang

harmonis

2) Faktor lingkungan sekolah

a) Sarana dan prasarana

Kelengkapan

fasilitas sekolah seperti

papan tulis kapur atau

spidol yang dapat

membantu kelancaran

proses belajar mengajar

di sekolah selain itu

bentuk ruangan

sirkulasi udara dan

lingkungan sekitar

sekolah juga dapat

mempengaruhi proses

belajar mengajar

b) Kompetensi guru dan

siswa

Kualitas guru

dan siswa sangat

penting dalam meraih

prestasi kelengkapan

sarana dan prasarana

tanpa disertai kinerja

yang baik dari para

penggunanya akan sia-

sia belaka Bila seorang

siswa merasa

kebutuhannya untuk

berprestasi dengan baik

di sekolah terpenuhi

misalnya dengan

tersedianya fasilitas dan

tenaga pendidik yang

berkualitas yang dapat

menimbulkan rasa

keingintahuan yang

besar hubungan dengan

guru dan teman-

temannya berlangsung

harmonis maka siswa

akan memperoleh iklim

belajar yang

menyenangkan Dengan

demikian siswa akan

terdorong untuk terus-

menerus meningkatkan

prestasi akademiknya

c) Kurikulum dan metode

mengajar

Hal ini meliputi

materi dan bagaimana

cara memberikan materi

tersebut kepada siswa

Metode pembelajaran

yang lebih interaktif

(terjadi melalui dua

arah) sangat diperlukan

untuk menumbuhkan

minat dan peran serta

siswa dalam kegiatan

pembelajaran

3) Faktor lingkungan

masyarakat

a) Sosial budaya

Pandangan

masyarakat tentang

pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi

kesungguhan pendidik

dan peserta didik

Masyarakat yang masih

memandang rendah

pendidikan akan enggan

mengirimkan anaknya

ke sekolah dan

cenderung memandang

rendah pekerjaan

gurupengajar

b) Partisipasi terhadap

pendidikan

Bila semua

pihak telah

berpartisipasi dan

mendukung kegiatan

pendidikan mulai dari

pemerintah (berupa

kebijakan dan

anggaran) sampai pada

masyarakat bawah

setiap orang akan lebih

menghargai dan

berusaha memajukan

pendidikan dan ilmu

pengetahuan

Pengukuran Prestasi Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

rapor merupakan perumusan

terakhir yang diberikan oleh guru

mengenai kemajuan atau hasil

belajar murid-muridnya selama

masa tertentu

Azwar (1996) menyebutkan

bahwa ada beberapa fungsi

penilaian dalam pendidikan yaitu

a Penilaian berfungsi selektif

(Fungsi Sumatif)

Fungsi penilaian ini

merupakan pengukuran akhir

dalam suatu program dan

hasilnya dipakai untuk

menentukan apakah siswa

dapat dinyatakan lulus atau

tidak dalam program

pendidikan tersebut Dengan

kata lain penilaian berfungsi

untuk membantu guru

mengadakan seleksi terhadap

beberapa siswa misalnya

1) Memilih siswa yang akan

diterima di sekolah

2) Memilih siswa untuk dapat

naik kelas

3) Memilih siswa yang

seharusnya dapat beasiswa

b Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi penilaian ini

selain untuk mengetahui hasil

yang dicapai siswa juga

mengetahui kelemahan siswa

sehingga dengan adanya

penilaian maka guru dapat

mengetahui kelemahan dan

kelebihan masing-masing

siswa Jika guru dapat

mendeteksi kelemahan siswa

maka kelemahan tersebut dapat

segera diperbaiki

c Penilaian berfungsi sebagai

penempatan (Placement)

Setiap siswa memiliki

kemampuan berbeda satu sama

lain Penilaian dilakukan untuk

mengetahui di mana

seharusnya siswa tersebut

ditempatkan sesuai dengan

kemampuannya yang telah

diperlihatkannya pada prestasi

belajar yang telah dicapainya

Sebagai contoh penggunaan

nilai rapor SMU kelas I

menentukan jurusan studi di

kelas II dan III

d Penilaian berfungsi sebagai

pengukur keberhasilan (Fungsi

Formatif)

Penilaian berfungsi

untuk mengetahui sejauh mana

suatu program dapat

diterapkan Sebagai contoh

adalah raport di setiap semester

di sekolah-sekolah tingkat

dasar dan menegah dapat

dipakai untuk mengetahui

apakah program pendidikan

yang telah diterapkan berhasil

diterapkan atau tidak pada

siswa tersebut

Raport biasanya

menggambil nilai dari angka 1

sampai dengan 10 terutama

pada siswa SD sampai SMU

tetapi dalam kenyataan nilai

terendah dalam rapor yaitu 4

dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai

di bawah 5 berarti tidak baik

atau buruk sedangkan nilai-

nilai di atas 5 seperti nilai 6

dikategorikan cukup untuk

nilai 7 dikategorikan lebih dari

cukup untuk nilai 8

dikategorikan baik dan untuk

nilai 9 dikategorikan sangat

baik

Mata Pelajaran Matematika

Hudoyo (dalam Yoenanto

2002) mendefinisikan mata

pelajaran matematika adalah

sebagai bidang ilmu yang

berkenaan dengan ide-ide struktur-

struktur dan hubungan-hubungan

yang di atur secara logis sehingga

pelajaran matematika berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

yang tersusun secara hirarkis dan

dengan penalaran deduktif

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas

ide-ide hubungan-hubungan

struktur-struktur yang berkaitan

dengan konsep secara abstrak dan

berguna dalam kehidupan sehari-

hari Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001) yang di

maksud dengan mata pelajaran

matematika adalah matematika

sebagai salah satu ilmu dasar yang

dewasa ini telah berkembang amat

pesat baik materi maupun

kegunaannya

Dari beberapa pendapat

yang telah dikemukakan di atas

maka dapat disimpulkan bahwa

mata pelajaran matematika adalah

sebuah bidang ilmu yang paling

mendasar dari kehidupan sehari-

hari manusia di mana ilmu tersebut

berkenaan dengan ide-ide

hubungan-hubungan dan struktur-

struktur berkaitan dengan konsep-

konsep abstrak yang tersusun

secara hirarkis dan telah diatur

secara logis

Dimensi Mata Pelajaran

Matematika

Dalam Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjut Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001)

mengatakan bahwa didalam mata

pelajaran matematika terdapat 4

dimensi yaitu

a Mata pelajaran matematika

meliputi terjadinya proses

belajar mengajar yaitu berupa

sebuah kegiatan yang

terintegrasi (utuh terpadu)

antara siswa sebagai pelajar

yang sedang belajar dengan

guru sebagai pengajar yang

sedang mengajar dalam

suasana yang bersifat

pengajaran

b Mata pelajaran matematika di

sekolah terdiri atas bagian-

bagian matematika yang di

pilih guna menumbuh

kembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk

pribadi siswa serta berpandu

pada perkembangan ilmu dan

teknologi

c Mata pelajaran matematika

berkenaan dengan materi yang

memerlukan kegiatan berfikir

yang berhubungan dengan

struktur lebih tinggi di mana

hal itu telah terbentuk dari apa

yang sudah dipelajari

sebelumnya Artinya bahan

pelajaran matematika harus

bermakna agar sesuai dengan

kemampuan dan struktur

kognitif yang dimiliki peserta

didik

d Mata pelajaran matematika

memerlukan penggunaan

metode instruksional

Remaja

Secara umum periode

remaja merupakan klimaks dari

periode-periode perkembangan

sebelumnya Dalam periode ini apa

yang diperoleh dalam masa-masa

sebelumnya di uji dan dibuktikan

sehingga dalam periode

selanjutnya individu telah

mempunyai suatu pola pribadi

yang lebih mantap Periode remaja

adalah masa transisi dalam periode

anak-anak ke periode dewasa awal

periode remaja dikelompokkan

menjadi dua fase yaitu fase remaja

awal dan fase remaja akhir

(Riyanti Prabowo dan Puspitawati

1996) Masa remaja adalah masa

dimulainya perkembangan kognitif

yang mengarah pada pemikiran

operasional formal yang lebih

abstrak daripada pemikiran seorang

anak Pemikiran remaja tidak lagi

berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-

kemungkinan hipotesis atau dalil-

dalil dan penalaran yang benar-

benar abstrak (Santrock 2003)

Menurut Papalia (2004) periode

remaja adalah periode yang sudah

mulai mengabungkan pengalaman

yang di peroleh sebelumnya

dengan tantangan saat ini dan

memikirkan keadaan di masa yang

akan datang

Dari beberapa definisi

remaja yang diberikan oleh para

ahli dapat di tarik kesimpulan

bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa Pada masa remaja

merupakan masa awal dari

pembentukan proses pemikiran

operasional yang lebih abstrak

Sehingga pada masa ini remaja

sudah mulai membandingkan

antara pengalaman di masa lalu

dengan keadaan di masa sekarang

dan mulai memikirkan masa yang

datang

Batasan Usia

Periode remaja dianggap

sebagai masa-masa yang amat

penting dalam kehidupan individu

khususnya dalam pembentukan

kepribadian Masa remaja dibagi

dua bagian yaitu (1) periode remaja

awal (early adolescence) yaitu

berkisar antara umur 13-17 tahun

dan periode remaja akhir yaitu

umur 17 tahun sampai dengan 18

tahun (Puspitawati 1996)

Bedasarkan teori

perkembangan kognitif Piaget

(dalam Santrock 2003) masa

remaja dimulai pada usia 11 tahun

sampai dengan 15 tahun dalam

usia ini remaja sudah dapat berfikir

secara operasional formal Masa

remaja atau pubertas adalah proses

menuju kedewasaan seksual atau

kesuburan (kemampuan untuk

reproduksi) pada periode ini selain

perkembangan fisik diikuti pula

dengan perkembangan kognitif

sosial otonomi harga diri dan

keintiman dalam hubungan seksual

(Papalia 2004) Menurut Papalia

(2004) masa remaja dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu

remaja awal dimulai dari usia 11-

13 tahun remaja madya dimulai

dari usia 13 tahun sampai dengan

18 tahun dan remaja akhir dimulai

dari usia 18 tahun sampai dengan

21 tahun

Dari uraian yang

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa usia remaja

adalah dimulai dari 11 tahun

sampai dengan 21 tahun

Karakteristik Remaja

Periode remaja adalah

periode pemantapan identitas diri

Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo

yang dipengaruhi oleh pandangan

orang-orang sekitarnya serta

pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola

perilakunya sebagai orang dewasa

Pemantapan identitas diri ini tidak

selalu mulus tetapi sering melalui

proses yang panjang dan

bergejolak Oleh karena itu banyak

ahli menamakan periode ini

sebagai masa-masa strom and

stress atau masa up and down

(Santrock 2003)

Remaja adalah seorang

idealis remaja memandang

dunianya seperti apa yang

diinginkannya bukan sebagaimana

adanya Remaja suka mimpi-mimpi

yang membuatnya marah cepat

tersinggung atau frustasi Selain

itu oleh keluarga dan masyarakat

remaja di anggap sudah menginjak

dewasa sehingga remaja diberi

tanggung jawab yang sama dengan

seorang yang sudah dewasa

Remaja mulai memperhatikan

prestasi dalam segala hal karena

ini memberinya nilai tambah untuk

kedudukan sosialnya di antara

teman sebaya maupun orang-orang

dewasa

Hubungan antara

Kecemasan Menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika dengan

Prestasi Akademik

Matematika pada Remaja

Masa remaja dapat dikatakan

sebuah masa peralihan antara masa

anak-anak menuju ke masa dewasa

Menurut Santrock (2003) Masa remaja

merupakan masa dimulainya

perkembangan kognitif yang mengarah

pada pemikiran operasional formal

yang lebih abstrak daripada pemikiran

seorang anak Pemikiran remaja tidak

lagi berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-kemungkinan

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

sudah mulai menggabungkan

pengalaman yang di peroleh

sebelumnya dengan tantangan saat ini

dan memikirkan keadaan di masa yang

akan datang Santrock (2003)

mengatakan masa remaja disebut juga

masa pemantapan identitas diri atau

masa masa-masa strom and stress atau

masa up and down Bila pada periode

ini remaja tidak memiliki kemantapan

dalam dirinya maka akan

menimbulkan kecemasan di dalam

dirinya Bila ketidakmantapan tersebut

terjadi pada pelajaran matematika

maka remaja tersebut akan mengalami

kecemasan terhadap pelajaran

mateamtika

Kecemasan remaja dalam

menghadapi matematika dikarenakan

adanya beberapa faktor yaitu faktor

inteligensi faktor di dalam diri remaja

dan faktor lingkungan Ellis (dalam

Alsa 1984) mengatakan bahwa

kecemasan pada remaja disebabkan

oleh adanya tingkat inteligensi yang

berbeda pada diri remaja Hal ini

dijelaskan oleh Zeidner (1998)

kecemasan seseorang terhadap

pelajaran matematika dikarenakan

kurangnya ketertarikan siswa terhadap

pelajaran matematika Kurangnya

ketertarikan siswa terhadap pelajaran

matematika disebabkan oleh

inteligensi siswa dalam pelajaran

matematika siswa yang memiliki

inteligensi tinggi akan cenderung lebih

tertarik dan akan lebih evaluatif

terhadap pelajaran matematika

sedangkan siswa yang memiliki

inteligensi rendah akan kurang tertarik

dan kurang evaluatif terhadap

pelajaran matematika (Zeidner 1998)

Ketertarikan siswa dan siswi dalam

pelajaran matematika berbeda-beda di

mana siswa pria lebih tertarik dalam

pelajaran matematika dibandingkan

dengan siswa wanita sehingga siswa

wanita lebih mudah cemas dalam

menghadapi matematika dibandingkan

dengan siswa pria (Yoenanto dalam

Nawangsari 2000)

Sedangkan menurut Hudoyo

(dalam Nawangsari 2000) kecemasan

siswa dalam pelajaran matematika

dipengaruhi oleh pengalaman belajar

matematika yang diterima siswa di

masa lampau Namun berdasarkan

hasil pengamatan yang dilakukan oleh

Nawangsari (2001) terhadap siswa

kelas 1 Sekolah Menengah Pertama

Negeri (SMPN) 19 Surabaya terlihat

bahwa 81 kecemasan siswa terhadap

pelajaran matematika dipengaruhi oleh

self-efficacy belief siswa atau

keyakinan diri siswa dan expectancy-

value siswa atau harapan siswa

terhadap suatu keberhasilan

Keyakinan diri dan harapan terhadap

keberhasilan dalam mata pelajaran

matematika ditunjukkan bahwa 59

siswa wanita lebih yakin terhadap diri

dan memiliki harapan yang besar

terhadap keberhasilan dalam mata

pelajaran matematika sedangkan 41

untuk siswa pria (Nawangsari 2001)

Oleh karena itu dapat diartikan bahwa

siswa pria lebih cemas jika

dibandingkan dengan siswa wanita

Bila kecemasan pada pelajaran

matematika terus berlanjut dalam satu

periode atau satu semester maka dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika pada remaja

Prestasi akademik matematika

remaja baik secara nasional maupun

internasional belum menggembirakan

Third International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 melaporkan bahwa rata-rata skor

matematika siswa tingkat delapan

(tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP)) Indonesia (dari

Benua Asia) jauh di bawah rata-rata

skor matematika siswa internasional

dan berada pada ranking 34 dari 38

negara dengan skor 403 (Setyono

2005) Setyono (2005) mengatakan

bahwa Negara yang menduduki

rangking 1 dari 38 Negara diduduki

oleh Negara Singapura (dari Benua

Asia) dengan skor 604 sedangkan

Negara yang menduduki rangking 38

dari 38 negara adalah Negara Afrika

selatan (dari Benua Afrika) dengan

skor 275 sehingga dapat disimpulkan

bahwa Negara Indonesia (dari Benua

Asia) termasuk salah satu Negara yang

prestasi siswanya dalam pelajaran

matematika menduduki posisi yang

rendah Rendahnya prestasi disebabkan

oleh faktor siswa yaitu mengatasi

masalah secara komprehensif atau

secara partial (hanya sebagian) dalam

pelajaran matematika

Selain itu belajar siswa belum

bermakna sehingga pengertian siswa

terhadap konsep matematika sangat

lemah (Arjuna 1999) Pemahaman

terhadap konsep matematika sangat

dipengaruhi oleh kemampuan

intelegensi Hal ini sesuai dengan

pendapat Sorenson (dalam Alsa 1984)

mengenai kemampuan inteligensi yang

minim pada remaja wanita dalam

pelajaran-pelajaran matematika

aljabar geometri dan sains dapat

menyebabkan rendahnya prestasi

akademik belajar matematika pada

remaja wanita Sebaliknya pada remaja

pria kemampuan inteligensi dalam

pelajaran-pelajaran matematika

aljabar geometri dan sains sangat

besar sehingga prestasi belajar

matematika remaja pria lebih tinggi

dibandingkan dengan remaja wanita

Hal ini sesuai dengan pengetesan

inteligensi terhadap 7000 siswa-siswi

sekolah menengah umum yang

dilakukan oleh Sorenson (dalam Alsa

1984) di mana hasil pengetesan

inteligensi siswa pria adalah siswa pria

memiliki inteligensi yang lebih baik

dalam pelajaran matematika aljabar

geometri dan sains sedangkan siswa

wanita memiliki inteligensi yang lebih

baik dalam bahasa asing pengertian

verbal dan hal-hal ekspresi pada

umumnya Hal senada terlihat pada

penelitian yang dilakukan oleh Stipek

dan Granlinski (dalam Thompson

2007) pada keberhasilan remaja wanita

dan remaja pria dalam pelajaran

matematika ternyata remaja wanita

memiliki urutan keberhasilan yang

rendah atau berada di bawah

kesuksesan remaja pria dalam

pelajaran matematika

Pelajaran matematika sering

menimbulkan kecemasan pada diri

remaja dan mempengaruhi prestasi

akademik belajar matematika Hal ini

dikarenakan adanya anggapan yang

salah pada remaja terhadap pelajaran

matematika Remaja beranggapan

bahwa pelajaran matematika

merupakan pelajaran yang dapat

meningkatkan harga diri remaja

dihadapan masyarakat Namun pada

kenyataaanya banyak remaja yang

tidak terlalu dapat memahami konsep

matematika yang telah diberikan di

sekolah Sehingga pada saat remaja

mengikuti tes matematika tanpa

persiapan sebelumnya terlihat bahwa

remaja mengalami kecemasan yang

berpengaruh pada rendahnya nilai yang

dihasilkan remaja pada pelajaran

matematika atau rendahnya prestasi

akademik matematika pada remaja

KT Hill dan Sarason (dalam

Nawangsari 2000) melaporkan hasil

studi longitudinal yang intensif pada

700 siswa Sekolah Dasar di mana

siswa akan memperoleh nilai

matematika yang rendah ketika

diberikan tes matematika tanpa ada

pemberitahuan sebelumnya yang

membuat siswa menjadi tidak siap hal

ini dikarenakan oleh situasi dan

suasana tes yang membuat mereka

cemas Sebaliknya para siswa ini

memperlihatkan nilai yang lebih baik

jika berada pada kondisi yang lebih

optimal dalam arti unsur-unsur yang

membuat siswa berada dibawah

tekanan dikurangi atau dihilangkan

sama sekali Ini menunjukkan bahwa

sebenarnya para siswa tersebut

menguasai materi matematika yang

diujikan tapi gagal memperlihatkan

kemampuan mereka yang sebenarnya

karena kecemasan yang melanda siswa

saat mengerjakan soal-soal Sehingga

kecemasan pada saat mengikuti tes

matematika akan mempengaruhi

prestasi akademik matematikanya

Kecemasan menghadapi

pelajaran matematika tidak hanya

disebabkan oleh situasi dan suasana

tes Namun kecemasan pada pelajaran

matematika disebabkan pula oleh

faktor lain salah satunya adalah guru

di mana faktor tersebut dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini sesuai

dengan Nawangsari (2000) laporan

dari hasil pengamatannya pada seluruh

siswa-siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

kecemasan siswa dalam menghadapi

matematika akan berpengaruh dengan

prestasi akademiknya Di mana 53

dipengaruhi oleh materi pelajaran yang

di anggap sulit kemudian di susul 26

dipengaruhi oleh fasilitas yang

kurang memadai dan 23 dipengaruhi

oleh cara mengajar yang sulit dipahami

(Nawangsari 2000)

Berdasarkan Latar belakang

masalah yang telah diuraikan di atas

dihasilkan sebuah rumusan masalah

penelitian sebagai berikut Apakah

ada hubungan antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Tujuan Penelitian

Penulis ingin menguji

hubungan antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Manfaat Penelitian

1 Manfaat Teoritis

Berdasarkan hasil data

dalam penelitian ini terlihat bahwa

terdapat hubungan negatif antara

kecemasan dalam menghadapi

mata pelajaran matematika dengan

prestasi akademik matematika pada

remaja Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan dan

sumbangan bagi perkembangan

ilmu psikologi khususnya

psikologi pendidikan terutama

yang berkaitan prestasi akademik

matematika pada remaja Penelitian

ini diharapkan dapat memberikan

tambahan data empiris yang telah

teruji secara ilmiah mengenai rata-

rata terdapat kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika pada siswa dan siswi

kelas XI di Sekolah Menengah

Umum Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi berada pada taraf sedang

dimana kecemasan tersebut

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa dan siswi Hasil

penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi yang

bermanfaat bagi peneliti-peneliti

lain yang berminat di bidang yang

sama

2 Manfaat Praktis

Dari hasil penlitian ini

diketahui bahwa terdapat hubungan

negatif antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

Pada penelitian ini kecemasan

siswa dan siswi dalam menghadapi

mata pelajaran matematika berada

pada taraf sedang ini berarti bahwa

siswa dan siswi rata-rata memiliki

kecemasan dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

sehingga diharapkan siswa dan

siswi dapat mengurangi kecemasan

dalam menghadapi mata pelajaran

matematika Cara mengurangi

kecemasan itu dapat dilakukan

dengan memperbanyak

mengerjakan latihan-latihan

matematika memperdalam materi-

materi yang telah diberikan oleh

guru matematika dan hal-hal lain

yang berkaitan dengan mata

pelajaran matematika Selain itu

hasil penelitian ini juga diharapkan

dapat membantu memberikan

informasi khususnya kepada para

orang tua konselor sekolah guru

dan seluruh masyarakat agar dapat

memberikan stimulus-stimulus

yang berkaitan dengan matematika

dan menyediakan sarana dan

prasarana yang menunjang

efektifitas belajar matematika

sehingga menumbuhkan rasa

senang didalam diri siswa saat

belajar matematika Bila

kecemasan dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

berkurang diharapkan akan dapat

meningkatkan prestasi akademik

matematika

Kecemasan

Crow dan Crow (dalam

Hartanti 1997) mengemukakan

bahwa kecemasan adalah sesuatu

kondisi kurang menyenangkan

yang di alami oleh individu yang

dapat mempengaruhi keadaan

fisiknya Senada dengan yang

dikemukakan oleh Crow dan Crow

menurut Soehardjono (1988)

kecemasan adalah manifestasi dari

gejala-gejala atau gangguan

fisiologik seperti gemetar banyak

keringat mual sakit kepala sering

buang-buang air palpitasi (debaran

atau berdebar-debar)

Menurut Rathus (dalam

Nawangsari 2001) kecemasan

didefinisikan sebagai keadaan

psikologis yang ditandai oleh

adanya tekanan ketakutan

kegalauan dan ancaman yang

berasal dari lingkungan Sementara

itu menurut Zakiyah Derajat

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah manifestasi dari berbagai

proses emosi yang bercampur

aduk yang terjadi ketika individu

sedang mengalami tekanan

perasaan atau frustasi dan

pertentangan batin atau konflik

Sedangkan menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah suatu

kondisi yang tidak menyenangkan

meliputi rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak suka yang

sifatnya subjektif dan timbul

karena adanya perasaan tidak aman

terhadap bahaya yang diduga akan

terjadi

Dari berbagai definisi di

atas maka dapat disimpulkan

bahwa kecemasan merupakan

kumpulan dari berbagai kondisi

fisiologis dan psikologis sehingga

menimbulkan berbagai macam

reaksi di dalam diri individu

seperti gemetar banyak keringat

mual sakit kepala palpitasi rasa

takut rasa tegang khawatir

binggung dan lain sebagainya

Faktor yang Mempengaruhi

Kecemasan

Freud (dalam

Soehardjono1988) mengutarakan

kecemasan dapat terjadi karena

keadaan seperti berikut

a Kehilangan orang yang

dicintai seperti kehilangan

seorang guru yang di cintai

b Konflik yang tidak

terselesaikan antara kebutuhan

untuk pemuasan instinktual dan

keadaan lingkungan melarang

pemuasan tersebut

Jersild dari Ahli Konstitusi

mengatakan bahwa kecemasan

dipengaruhi oleh faktor konstitusi

individu Menurut Freud dari Ahli

Psikoanalisis kecemasan

merupakan akibat dari hasil konflik

antara dorongan instingtual yang

ingin mencari kepuasan dengan

kekuatan represi untuk

menghambat dorongan yang

muncul Sementara itu Calvin S

Hall dari Ahli Kultural mengatakan

bahwa kecemasan di pandang

sebagai ekspresi langsung dari

pengaruh sosio-kultural Mowrer

dari Ahli Teori Belajar mengatakan

kecemasan dipengaruhi oleh pola

belajar ldquoConditioningrdquo dengan

adaptasi yang salah serta

didasarkan pada pembentukkan

ldquoConditioned Reflexrdquo Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari

Ahli Psikoanalisis Calvin S Hall

dari Ahli Kultural dan Mowrer dari

Ahli Teori Belajar bersepakat

untuk menggabungkan pendapat

masing-masing menjadi dua faktor

yang mempengaruhi kecemasan

(dalam Soeharjono 1988) yaitu

a Mikrokosmos (keadaan diri

individu)

1) Sifat dasar konstitusi

individu sejak lahir yang

meliputi emosi tingkah

laku dan proses berfikir

individu

2) Keadaan biologi individu

seperti jenis kelamin

3) Perkembangan individu

yang dapat dilihat dari usia

individu

b Makrokosmos (keadaan

lingkungan)

1) Orang tua atau keluarga

dirumah

2) Sekolah (kelas) tetangga

teman-teman

3) Masyarakat meliputi

keadaan sosial budaya

lingkungan agama dan

sebagainya

Berdasarkan kedua

pendapat yang dikemukakan oleh

Freud (dalam Soehardjono1988)

dan penggabungan pendapat dari

Jersild dari Ahli Konstitusi (ahli

yang meneliti tentang sifat alamiah

yang dimiliki oleh setiap individu)

Freud dari Ahli Psikoanalisis

Calvin S Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

dapat ditarik kesimpulan bahwa

faktor yang mempengaruhi

kecemasan adalah keadaan

lingkungan di mana keadaan itu

dapat dilihat pada lingkungan

sekolah terutama di dalam kelas

atau karena kehilangan orang yang

dicintai misalnya guru orang tua

teman dan lain sebagainya selain

itu dipengaruhi pula oleh keadaan

didalam diri individu seperti

keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari

usia individu selain itu dapat pula

disebabkan oleh konflik yang tidak

dapat terselesaikan antara

kebutuhan untuk pemuasan

instinktual individu dengan

keadaan lingkungan melarang

pemuasan yang dinginkan oleh

individu

Komponen-Komponen

Kecemasan

Menurut Dacey (2000)

dalam mengenali gejala kecemasan

dapat di tinjau melalui tiga

komponen yaitu

a Komponen Psikologis berupa

kegelisahan gugup tegang

cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut

b Komponen Fisiologis berupa

jantung berdebar keringat

dingin pada telapak tangan

tekanan darah meninggi

(mudah emosi) respon kulit

terhadap aliran galvanis

(sentuhan dari luar) berkurang

gerakan peristaltik (gerakan

berulang-ulang tanpa disadari)

bertambah gejala somatik atau

fisik (otot) gejala somatik atau

fisik (sensorik) gejala

Respiratori (pernafasan) gejala

Gastrointertinal (pencernaan)

gejala Urogenital (perkemihan

dan kelamin)

c Komponen Sosial

sebuah perilaku yang

ditunjukkan oleh individu di

lingkungannya Perilaku itu

dapat berupa tingkah laku

(sikap) dan gangguan tidur

Berdasarkan penjelasan

yang telah dikemukakan oleh

Dacey (2000) bahwa dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

di lihat dari tiga komponen Di

mana ke tiga komponen tersebut

adalah komponen psikologis

komponen fisiologis dan

komponen sosial

Dampak Kecemasan

Menurut Hartanti (1997)

kecemasan akan membawa

individu mengantisipasi situasi

ketakutan yang tak berbahaya

membesar-besarkan bahaya atau

risiko sehingga dapat menghambat

kegiatan individu dalam menjalani

kehidupannya Sementara itu

menurut Horney (dalam

Soeharjono 1988) individu yang

mengalami kecemasan akan terus-

menerus membentuk defens

(pertahanan) di dalam dirinya

untuk melawan lingkungan yang di

anggap tidak adil dan kejam

terhadap dirinya Perlawanan yang

dilakukan oleh individu terhadap

lingkungannya akan membuat

individu semakin tidak mempunyai

kekuatan untuk mengubahnya dan

dapat melemahkan kemampuannya

dalam menumbuhkan kepercayaan

pada dirinya

Dari pendapat yang

dikemukakan oleh Hartanti (1997)

dan Horney (dalam Soeharjono

1988) mengenai dampak

kecemasan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa dampak

kecemasan adalah sebuah

perlawanan yang dilakukan oleh

individu terhadap sesuatu yang

dapat membuat individu cemas di

mana bila individu terus-menerus

melakukan perlawanan pada

kondisi ini maka kegiatan individu

akan terganggu individu akan

merasa tidak berdaya untuk

merubah kondisi tersebut dan

individu menjadi kurang percaya

pada kemampuan yang

dimilikinya

Prestasi Akademik

Penilaian terhadap hasil

belajar siswa untuk mengetahui

sejauhmana siswa telah mencapai

sasaran belajar inilah yang disebut

sebagai prestasi akademik Winkel

(dalam Christantie 2007)

mengatakan bahwa proses belajar

yang dialami oleh siswa

menghasilkan perubahan-

perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman

dalam bidang nilai sikap dan

keterampilan Adanya perubahan

tersebut tampak dalam prestasi

akademik yang dihasilkan oleh

siswa terhadap pertanyaan

persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui

prestasi akademik siswa dapat

mengetahui kemajuan-kemajuan

yang telah dicapainya dalam

belajar Menurut Poerwodarminto

(dalam Wahyuningsih 2004) yang

dimaksud dengan prestasi adalah

hasil yang telah dicapai dilakukan

atau dikerjakan oleh individu

Sedangkan prestasi akademik itu

sendiri diartikan sebagai prestasi

yang dicapai oleh seorang siswa

pada jangka waktu tertentu dan di

catat dalam buku rapor sekolah

Berdasarkan beberapa

pendapat yang telah dikemukakan

oleh Winkel (dalam Christantie

2007) dan Poerwodarminto (dalam

Wahyuningsih 2004) maka dapat

di tarik kesimpulan mengenai

pengertian prestasi akademik yaitu

suatu cara yang dilakukan untuk

memberikan penilaian terhadap

hasil-hasil belajar siswa yang

dilakukan dalam jangka waktu

tertentu dan di catat dalam buku

prestasi siswa atau buku rapor

siswa di sekolah

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Prestasi

Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

Riyanti Prabowo dan

Puspitawati (1996) faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi

akademik dapat digolongkan

menjadi dua bagian yaitu faktor

internal dan faktor eksternal

b Faktor Internal

Merupakan faktor yang

berasal dari dalam diri siswa

yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik Faktor ini

dapat dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu

1) Faktor fisiologis

Dalam hal ini

faktor fisiologis yang

dimaksud adalah faktor

yang berhubungan dengan

kesehatan dan pancaindera

yaitu

a) Kesehatan badan

Untuk dapat

menempuh studi yang

baik siswa perlu

memperhatikan dan

memelihara kesehatan

tubuhnya Keadaan fisik

yang lemah dapat

menjadi penghalang

bagi siswa dalam

menyelesaikan program

studinya Dalam upaya

memelihara kesehatan

fisiknya siswa perlu

memperhatikan pola

makan dan pola tidur

untuk memperlancar

metabolisme dalam

tubuhnya Selain itu

juga untuk memelihara

kesehatan bahkan juga

dapat meningkatkan

ketangkasan fisik

dibutuhkan olahraga

yang teratur

b) Pancaindera

Berfungsinya

pancaindera merupakan

syarat berlangsungnya

belajar yang baik

Dalam sistem

pendidikan dewasa ini

di antara pancaindera

itu yang paling

memegang peranan

dalam belajar adalah

mata dan telinga Hal

ini penting karena

sebagian besar hal-hal

yang dipelajari oleh

manusia dipelajari

melalui penglihatan dan

pendengaran Dengan

demikian seorang anak

yang memiliki cacat

fisik atau bahkan cacat

mental akan

menghambat dirinya di

dalam menangkap

pelajaran sehingga

pada akhirnya akan

mempengaruhi prestasi

akademiknya di

sekolah

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor

psikologis yang dapat

mempengaruhi prestasi

akademik siswa antara lain

adalah

a) Inteligensi

Pada umumnya

prestasi akademik yang

ditampilkan siswa

mempunyai kaitan yang

erat dengan tingkat

kecerdasan yang

dimiliki siswa Taraf

inteligensi ini sangat

mempengaruhi prestasi

akademik seorang

siswa di mana siswa

yang memiliki taraf

inteligensi tinggi

mempunyai peluang

lebih besar untuk

mencapai prestasi

akademik yang lebih

tinggi Sebaliknya

siswa yang memiliki

taraf inteligensi yang

rendah diperkirakan

juga akan memiliki

prestasi akademik yang

rendah Namun

bukanlah suatu yang

tidak mungkin jika

siswa dengan taraf

inteligensi rendah

memiliki prestasi

akademik yang tinggi

dan begitu pula

sebaliknya

b) Sikap

Sikap yang

pasif rendah diri dan

kurang percaya diri

dapat merupakan faktor

yang menghambat

siswa dalam

menampilkan prestasi

akademiknya

c) Motivasi

Motivasi belajar

merupakan faktor psikis

yang bersifat non

intelektual Peranannya

yang khas ialah dalam

hal gairah atau

semangat belajar siswa

yang termotivasi kuat

akan mempunyai

banyak energi untuk

melakukan kegiatan

belajar

c Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor

yang ada dalam diri siswa ada

hal-hal lain di luar diri yang

dapat mempengaruhi prestasi

akademik yang akan diraih

antara lain adalah

1) Faktor lingkungan keluarga

a) Sosial ekonomi

keluarga

Sosial ekonomi

keluarga yang memadai

akan membuat

seseorang lebih banyak

kesempatan

mendapatkan fasilitas

belajar yang lebih baik

mulai dari buku alat

tulis hingga pemilihan

sekolah

b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang

telah menempuh

jenjang pendidikan

tinggi cenderung lebih

memperhatikan dan

memahami pentingnya

pendidikan bagi anak-

anaknya dibandingkan

dengan yang

mempunyai jenjang

pendidikan yang lebih

rendah

c) Perhatian orang tua dan

suasana hubungan

antara anggota keluarga

Dukungan dari

keluarga merupakan

suatu pemacu semangat

berpretasi bagi

seseorang Dukungan

dalam hal ini bisa

secara langsung berupa

pujian atau nasihat

maupun secara tidak

langsung seperti

hubugan keluarga yang

harmonis

2) Faktor lingkungan sekolah

a) Sarana dan prasarana

Kelengkapan

fasilitas sekolah seperti

papan tulis kapur atau

spidol yang dapat

membantu kelancaran

proses belajar mengajar

di sekolah selain itu

bentuk ruangan

sirkulasi udara dan

lingkungan sekitar

sekolah juga dapat

mempengaruhi proses

belajar mengajar

b) Kompetensi guru dan

siswa

Kualitas guru

dan siswa sangat

penting dalam meraih

prestasi kelengkapan

sarana dan prasarana

tanpa disertai kinerja

yang baik dari para

penggunanya akan sia-

sia belaka Bila seorang

siswa merasa

kebutuhannya untuk

berprestasi dengan baik

di sekolah terpenuhi

misalnya dengan

tersedianya fasilitas dan

tenaga pendidik yang

berkualitas yang dapat

menimbulkan rasa

keingintahuan yang

besar hubungan dengan

guru dan teman-

temannya berlangsung

harmonis maka siswa

akan memperoleh iklim

belajar yang

menyenangkan Dengan

demikian siswa akan

terdorong untuk terus-

menerus meningkatkan

prestasi akademiknya

c) Kurikulum dan metode

mengajar

Hal ini meliputi

materi dan bagaimana

cara memberikan materi

tersebut kepada siswa

Metode pembelajaran

yang lebih interaktif

(terjadi melalui dua

arah) sangat diperlukan

untuk menumbuhkan

minat dan peran serta

siswa dalam kegiatan

pembelajaran

3) Faktor lingkungan

masyarakat

a) Sosial budaya

Pandangan

masyarakat tentang

pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi

kesungguhan pendidik

dan peserta didik

Masyarakat yang masih

memandang rendah

pendidikan akan enggan

mengirimkan anaknya

ke sekolah dan

cenderung memandang

rendah pekerjaan

gurupengajar

b) Partisipasi terhadap

pendidikan

Bila semua

pihak telah

berpartisipasi dan

mendukung kegiatan

pendidikan mulai dari

pemerintah (berupa

kebijakan dan

anggaran) sampai pada

masyarakat bawah

setiap orang akan lebih

menghargai dan

berusaha memajukan

pendidikan dan ilmu

pengetahuan

Pengukuran Prestasi Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

rapor merupakan perumusan

terakhir yang diberikan oleh guru

mengenai kemajuan atau hasil

belajar murid-muridnya selama

masa tertentu

Azwar (1996) menyebutkan

bahwa ada beberapa fungsi

penilaian dalam pendidikan yaitu

a Penilaian berfungsi selektif

(Fungsi Sumatif)

Fungsi penilaian ini

merupakan pengukuran akhir

dalam suatu program dan

hasilnya dipakai untuk

menentukan apakah siswa

dapat dinyatakan lulus atau

tidak dalam program

pendidikan tersebut Dengan

kata lain penilaian berfungsi

untuk membantu guru

mengadakan seleksi terhadap

beberapa siswa misalnya

1) Memilih siswa yang akan

diterima di sekolah

2) Memilih siswa untuk dapat

naik kelas

3) Memilih siswa yang

seharusnya dapat beasiswa

b Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi penilaian ini

selain untuk mengetahui hasil

yang dicapai siswa juga

mengetahui kelemahan siswa

sehingga dengan adanya

penilaian maka guru dapat

mengetahui kelemahan dan

kelebihan masing-masing

siswa Jika guru dapat

mendeteksi kelemahan siswa

maka kelemahan tersebut dapat

segera diperbaiki

c Penilaian berfungsi sebagai

penempatan (Placement)

Setiap siswa memiliki

kemampuan berbeda satu sama

lain Penilaian dilakukan untuk

mengetahui di mana

seharusnya siswa tersebut

ditempatkan sesuai dengan

kemampuannya yang telah

diperlihatkannya pada prestasi

belajar yang telah dicapainya

Sebagai contoh penggunaan

nilai rapor SMU kelas I

menentukan jurusan studi di

kelas II dan III

d Penilaian berfungsi sebagai

pengukur keberhasilan (Fungsi

Formatif)

Penilaian berfungsi

untuk mengetahui sejauh mana

suatu program dapat

diterapkan Sebagai contoh

adalah raport di setiap semester

di sekolah-sekolah tingkat

dasar dan menegah dapat

dipakai untuk mengetahui

apakah program pendidikan

yang telah diterapkan berhasil

diterapkan atau tidak pada

siswa tersebut

Raport biasanya

menggambil nilai dari angka 1

sampai dengan 10 terutama

pada siswa SD sampai SMU

tetapi dalam kenyataan nilai

terendah dalam rapor yaitu 4

dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai

di bawah 5 berarti tidak baik

atau buruk sedangkan nilai-

nilai di atas 5 seperti nilai 6

dikategorikan cukup untuk

nilai 7 dikategorikan lebih dari

cukup untuk nilai 8

dikategorikan baik dan untuk

nilai 9 dikategorikan sangat

baik

Mata Pelajaran Matematika

Hudoyo (dalam Yoenanto

2002) mendefinisikan mata

pelajaran matematika adalah

sebagai bidang ilmu yang

berkenaan dengan ide-ide struktur-

struktur dan hubungan-hubungan

yang di atur secara logis sehingga

pelajaran matematika berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

yang tersusun secara hirarkis dan

dengan penalaran deduktif

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas

ide-ide hubungan-hubungan

struktur-struktur yang berkaitan

dengan konsep secara abstrak dan

berguna dalam kehidupan sehari-

hari Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001) yang di

maksud dengan mata pelajaran

matematika adalah matematika

sebagai salah satu ilmu dasar yang

dewasa ini telah berkembang amat

pesat baik materi maupun

kegunaannya

Dari beberapa pendapat

yang telah dikemukakan di atas

maka dapat disimpulkan bahwa

mata pelajaran matematika adalah

sebuah bidang ilmu yang paling

mendasar dari kehidupan sehari-

hari manusia di mana ilmu tersebut

berkenaan dengan ide-ide

hubungan-hubungan dan struktur-

struktur berkaitan dengan konsep-

konsep abstrak yang tersusun

secara hirarkis dan telah diatur

secara logis

Dimensi Mata Pelajaran

Matematika

Dalam Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjut Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001)

mengatakan bahwa didalam mata

pelajaran matematika terdapat 4

dimensi yaitu

a Mata pelajaran matematika

meliputi terjadinya proses

belajar mengajar yaitu berupa

sebuah kegiatan yang

terintegrasi (utuh terpadu)

antara siswa sebagai pelajar

yang sedang belajar dengan

guru sebagai pengajar yang

sedang mengajar dalam

suasana yang bersifat

pengajaran

b Mata pelajaran matematika di

sekolah terdiri atas bagian-

bagian matematika yang di

pilih guna menumbuh

kembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk

pribadi siswa serta berpandu

pada perkembangan ilmu dan

teknologi

c Mata pelajaran matematika

berkenaan dengan materi yang

memerlukan kegiatan berfikir

yang berhubungan dengan

struktur lebih tinggi di mana

hal itu telah terbentuk dari apa

yang sudah dipelajari

sebelumnya Artinya bahan

pelajaran matematika harus

bermakna agar sesuai dengan

kemampuan dan struktur

kognitif yang dimiliki peserta

didik

d Mata pelajaran matematika

memerlukan penggunaan

metode instruksional

Remaja

Secara umum periode

remaja merupakan klimaks dari

periode-periode perkembangan

sebelumnya Dalam periode ini apa

yang diperoleh dalam masa-masa

sebelumnya di uji dan dibuktikan

sehingga dalam periode

selanjutnya individu telah

mempunyai suatu pola pribadi

yang lebih mantap Periode remaja

adalah masa transisi dalam periode

anak-anak ke periode dewasa awal

periode remaja dikelompokkan

menjadi dua fase yaitu fase remaja

awal dan fase remaja akhir

(Riyanti Prabowo dan Puspitawati

1996) Masa remaja adalah masa

dimulainya perkembangan kognitif

yang mengarah pada pemikiran

operasional formal yang lebih

abstrak daripada pemikiran seorang

anak Pemikiran remaja tidak lagi

berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-

kemungkinan hipotesis atau dalil-

dalil dan penalaran yang benar-

benar abstrak (Santrock 2003)

Menurut Papalia (2004) periode

remaja adalah periode yang sudah

mulai mengabungkan pengalaman

yang di peroleh sebelumnya

dengan tantangan saat ini dan

memikirkan keadaan di masa yang

akan datang

Dari beberapa definisi

remaja yang diberikan oleh para

ahli dapat di tarik kesimpulan

bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa Pada masa remaja

merupakan masa awal dari

pembentukan proses pemikiran

operasional yang lebih abstrak

Sehingga pada masa ini remaja

sudah mulai membandingkan

antara pengalaman di masa lalu

dengan keadaan di masa sekarang

dan mulai memikirkan masa yang

datang

Batasan Usia

Periode remaja dianggap

sebagai masa-masa yang amat

penting dalam kehidupan individu

khususnya dalam pembentukan

kepribadian Masa remaja dibagi

dua bagian yaitu (1) periode remaja

awal (early adolescence) yaitu

berkisar antara umur 13-17 tahun

dan periode remaja akhir yaitu

umur 17 tahun sampai dengan 18

tahun (Puspitawati 1996)

Bedasarkan teori

perkembangan kognitif Piaget

(dalam Santrock 2003) masa

remaja dimulai pada usia 11 tahun

sampai dengan 15 tahun dalam

usia ini remaja sudah dapat berfikir

secara operasional formal Masa

remaja atau pubertas adalah proses

menuju kedewasaan seksual atau

kesuburan (kemampuan untuk

reproduksi) pada periode ini selain

perkembangan fisik diikuti pula

dengan perkembangan kognitif

sosial otonomi harga diri dan

keintiman dalam hubungan seksual

(Papalia 2004) Menurut Papalia

(2004) masa remaja dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu

remaja awal dimulai dari usia 11-

13 tahun remaja madya dimulai

dari usia 13 tahun sampai dengan

18 tahun dan remaja akhir dimulai

dari usia 18 tahun sampai dengan

21 tahun

Dari uraian yang

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa usia remaja

adalah dimulai dari 11 tahun

sampai dengan 21 tahun

Karakteristik Remaja

Periode remaja adalah

periode pemantapan identitas diri

Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo

yang dipengaruhi oleh pandangan

orang-orang sekitarnya serta

pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola

perilakunya sebagai orang dewasa

Pemantapan identitas diri ini tidak

selalu mulus tetapi sering melalui

proses yang panjang dan

bergejolak Oleh karena itu banyak

ahli menamakan periode ini

sebagai masa-masa strom and

stress atau masa up and down

(Santrock 2003)

Remaja adalah seorang

idealis remaja memandang

dunianya seperti apa yang

diinginkannya bukan sebagaimana

adanya Remaja suka mimpi-mimpi

yang membuatnya marah cepat

tersinggung atau frustasi Selain

itu oleh keluarga dan masyarakat

remaja di anggap sudah menginjak

dewasa sehingga remaja diberi

tanggung jawab yang sama dengan

seorang yang sudah dewasa

Remaja mulai memperhatikan

prestasi dalam segala hal karena

ini memberinya nilai tambah untuk

kedudukan sosialnya di antara

teman sebaya maupun orang-orang

dewasa

Hubungan antara

Kecemasan Menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika dengan

Prestasi Akademik

Matematika pada Remaja

Masa remaja dapat dikatakan

sebuah masa peralihan antara masa

anak-anak menuju ke masa dewasa

Menurut Santrock (2003) Masa remaja

merupakan masa dimulainya

perkembangan kognitif yang mengarah

pada pemikiran operasional formal

yang lebih abstrak daripada pemikiran

seorang anak Pemikiran remaja tidak

lagi berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-kemungkinan

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

pelajaran matematika dipengaruhi oleh

self-efficacy belief siswa atau

keyakinan diri siswa dan expectancy-

value siswa atau harapan siswa

terhadap suatu keberhasilan

Keyakinan diri dan harapan terhadap

keberhasilan dalam mata pelajaran

matematika ditunjukkan bahwa 59

siswa wanita lebih yakin terhadap diri

dan memiliki harapan yang besar

terhadap keberhasilan dalam mata

pelajaran matematika sedangkan 41

untuk siswa pria (Nawangsari 2001)

Oleh karena itu dapat diartikan bahwa

siswa pria lebih cemas jika

dibandingkan dengan siswa wanita

Bila kecemasan pada pelajaran

matematika terus berlanjut dalam satu

periode atau satu semester maka dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika pada remaja

Prestasi akademik matematika

remaja baik secara nasional maupun

internasional belum menggembirakan

Third International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 melaporkan bahwa rata-rata skor

matematika siswa tingkat delapan

(tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP)) Indonesia (dari

Benua Asia) jauh di bawah rata-rata

skor matematika siswa internasional

dan berada pada ranking 34 dari 38

negara dengan skor 403 (Setyono

2005) Setyono (2005) mengatakan

bahwa Negara yang menduduki

rangking 1 dari 38 Negara diduduki

oleh Negara Singapura (dari Benua

Asia) dengan skor 604 sedangkan

Negara yang menduduki rangking 38

dari 38 negara adalah Negara Afrika

selatan (dari Benua Afrika) dengan

skor 275 sehingga dapat disimpulkan

bahwa Negara Indonesia (dari Benua

Asia) termasuk salah satu Negara yang

prestasi siswanya dalam pelajaran

matematika menduduki posisi yang

rendah Rendahnya prestasi disebabkan

oleh faktor siswa yaitu mengatasi

masalah secara komprehensif atau

secara partial (hanya sebagian) dalam

pelajaran matematika

Selain itu belajar siswa belum

bermakna sehingga pengertian siswa

terhadap konsep matematika sangat

lemah (Arjuna 1999) Pemahaman

terhadap konsep matematika sangat

dipengaruhi oleh kemampuan

intelegensi Hal ini sesuai dengan

pendapat Sorenson (dalam Alsa 1984)

mengenai kemampuan inteligensi yang

minim pada remaja wanita dalam

pelajaran-pelajaran matematika

aljabar geometri dan sains dapat

menyebabkan rendahnya prestasi

akademik belajar matematika pada

remaja wanita Sebaliknya pada remaja

pria kemampuan inteligensi dalam

pelajaran-pelajaran matematika

aljabar geometri dan sains sangat

besar sehingga prestasi belajar

matematika remaja pria lebih tinggi

dibandingkan dengan remaja wanita

Hal ini sesuai dengan pengetesan

inteligensi terhadap 7000 siswa-siswi

sekolah menengah umum yang

dilakukan oleh Sorenson (dalam Alsa

1984) di mana hasil pengetesan

inteligensi siswa pria adalah siswa pria

memiliki inteligensi yang lebih baik

dalam pelajaran matematika aljabar

geometri dan sains sedangkan siswa

wanita memiliki inteligensi yang lebih

baik dalam bahasa asing pengertian

verbal dan hal-hal ekspresi pada

umumnya Hal senada terlihat pada

penelitian yang dilakukan oleh Stipek

dan Granlinski (dalam Thompson

2007) pada keberhasilan remaja wanita

dan remaja pria dalam pelajaran

matematika ternyata remaja wanita

memiliki urutan keberhasilan yang

rendah atau berada di bawah

kesuksesan remaja pria dalam

pelajaran matematika

Pelajaran matematika sering

menimbulkan kecemasan pada diri

remaja dan mempengaruhi prestasi

akademik belajar matematika Hal ini

dikarenakan adanya anggapan yang

salah pada remaja terhadap pelajaran

matematika Remaja beranggapan

bahwa pelajaran matematika

merupakan pelajaran yang dapat

meningkatkan harga diri remaja

dihadapan masyarakat Namun pada

kenyataaanya banyak remaja yang

tidak terlalu dapat memahami konsep

matematika yang telah diberikan di

sekolah Sehingga pada saat remaja

mengikuti tes matematika tanpa

persiapan sebelumnya terlihat bahwa

remaja mengalami kecemasan yang

berpengaruh pada rendahnya nilai yang

dihasilkan remaja pada pelajaran

matematika atau rendahnya prestasi

akademik matematika pada remaja

KT Hill dan Sarason (dalam

Nawangsari 2000) melaporkan hasil

studi longitudinal yang intensif pada

700 siswa Sekolah Dasar di mana

siswa akan memperoleh nilai

matematika yang rendah ketika

diberikan tes matematika tanpa ada

pemberitahuan sebelumnya yang

membuat siswa menjadi tidak siap hal

ini dikarenakan oleh situasi dan

suasana tes yang membuat mereka

cemas Sebaliknya para siswa ini

memperlihatkan nilai yang lebih baik

jika berada pada kondisi yang lebih

optimal dalam arti unsur-unsur yang

membuat siswa berada dibawah

tekanan dikurangi atau dihilangkan

sama sekali Ini menunjukkan bahwa

sebenarnya para siswa tersebut

menguasai materi matematika yang

diujikan tapi gagal memperlihatkan

kemampuan mereka yang sebenarnya

karena kecemasan yang melanda siswa

saat mengerjakan soal-soal Sehingga

kecemasan pada saat mengikuti tes

matematika akan mempengaruhi

prestasi akademik matematikanya

Kecemasan menghadapi

pelajaran matematika tidak hanya

disebabkan oleh situasi dan suasana

tes Namun kecemasan pada pelajaran

matematika disebabkan pula oleh

faktor lain salah satunya adalah guru

di mana faktor tersebut dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini sesuai

dengan Nawangsari (2000) laporan

dari hasil pengamatannya pada seluruh

siswa-siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

kecemasan siswa dalam menghadapi

matematika akan berpengaruh dengan

prestasi akademiknya Di mana 53

dipengaruhi oleh materi pelajaran yang

di anggap sulit kemudian di susul 26

dipengaruhi oleh fasilitas yang

kurang memadai dan 23 dipengaruhi

oleh cara mengajar yang sulit dipahami

(Nawangsari 2000)

Berdasarkan Latar belakang

masalah yang telah diuraikan di atas

dihasilkan sebuah rumusan masalah

penelitian sebagai berikut Apakah

ada hubungan antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Tujuan Penelitian

Penulis ingin menguji

hubungan antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Manfaat Penelitian

1 Manfaat Teoritis

Berdasarkan hasil data

dalam penelitian ini terlihat bahwa

terdapat hubungan negatif antara

kecemasan dalam menghadapi

mata pelajaran matematika dengan

prestasi akademik matematika pada

remaja Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan dan

sumbangan bagi perkembangan

ilmu psikologi khususnya

psikologi pendidikan terutama

yang berkaitan prestasi akademik

matematika pada remaja Penelitian

ini diharapkan dapat memberikan

tambahan data empiris yang telah

teruji secara ilmiah mengenai rata-

rata terdapat kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika pada siswa dan siswi

kelas XI di Sekolah Menengah

Umum Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi berada pada taraf sedang

dimana kecemasan tersebut

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa dan siswi Hasil

penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi yang

bermanfaat bagi peneliti-peneliti

lain yang berminat di bidang yang

sama

2 Manfaat Praktis

Dari hasil penlitian ini

diketahui bahwa terdapat hubungan

negatif antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

Pada penelitian ini kecemasan

siswa dan siswi dalam menghadapi

mata pelajaran matematika berada

pada taraf sedang ini berarti bahwa

siswa dan siswi rata-rata memiliki

kecemasan dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

sehingga diharapkan siswa dan

siswi dapat mengurangi kecemasan

dalam menghadapi mata pelajaran

matematika Cara mengurangi

kecemasan itu dapat dilakukan

dengan memperbanyak

mengerjakan latihan-latihan

matematika memperdalam materi-

materi yang telah diberikan oleh

guru matematika dan hal-hal lain

yang berkaitan dengan mata

pelajaran matematika Selain itu

hasil penelitian ini juga diharapkan

dapat membantu memberikan

informasi khususnya kepada para

orang tua konselor sekolah guru

dan seluruh masyarakat agar dapat

memberikan stimulus-stimulus

yang berkaitan dengan matematika

dan menyediakan sarana dan

prasarana yang menunjang

efektifitas belajar matematika

sehingga menumbuhkan rasa

senang didalam diri siswa saat

belajar matematika Bila

kecemasan dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

berkurang diharapkan akan dapat

meningkatkan prestasi akademik

matematika

Kecemasan

Crow dan Crow (dalam

Hartanti 1997) mengemukakan

bahwa kecemasan adalah sesuatu

kondisi kurang menyenangkan

yang di alami oleh individu yang

dapat mempengaruhi keadaan

fisiknya Senada dengan yang

dikemukakan oleh Crow dan Crow

menurut Soehardjono (1988)

kecemasan adalah manifestasi dari

gejala-gejala atau gangguan

fisiologik seperti gemetar banyak

keringat mual sakit kepala sering

buang-buang air palpitasi (debaran

atau berdebar-debar)

Menurut Rathus (dalam

Nawangsari 2001) kecemasan

didefinisikan sebagai keadaan

psikologis yang ditandai oleh

adanya tekanan ketakutan

kegalauan dan ancaman yang

berasal dari lingkungan Sementara

itu menurut Zakiyah Derajat

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah manifestasi dari berbagai

proses emosi yang bercampur

aduk yang terjadi ketika individu

sedang mengalami tekanan

perasaan atau frustasi dan

pertentangan batin atau konflik

Sedangkan menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah suatu

kondisi yang tidak menyenangkan

meliputi rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak suka yang

sifatnya subjektif dan timbul

karena adanya perasaan tidak aman

terhadap bahaya yang diduga akan

terjadi

Dari berbagai definisi di

atas maka dapat disimpulkan

bahwa kecemasan merupakan

kumpulan dari berbagai kondisi

fisiologis dan psikologis sehingga

menimbulkan berbagai macam

reaksi di dalam diri individu

seperti gemetar banyak keringat

mual sakit kepala palpitasi rasa

takut rasa tegang khawatir

binggung dan lain sebagainya

Faktor yang Mempengaruhi

Kecemasan

Freud (dalam

Soehardjono1988) mengutarakan

kecemasan dapat terjadi karena

keadaan seperti berikut

a Kehilangan orang yang

dicintai seperti kehilangan

seorang guru yang di cintai

b Konflik yang tidak

terselesaikan antara kebutuhan

untuk pemuasan instinktual dan

keadaan lingkungan melarang

pemuasan tersebut

Jersild dari Ahli Konstitusi

mengatakan bahwa kecemasan

dipengaruhi oleh faktor konstitusi

individu Menurut Freud dari Ahli

Psikoanalisis kecemasan

merupakan akibat dari hasil konflik

antara dorongan instingtual yang

ingin mencari kepuasan dengan

kekuatan represi untuk

menghambat dorongan yang

muncul Sementara itu Calvin S

Hall dari Ahli Kultural mengatakan

bahwa kecemasan di pandang

sebagai ekspresi langsung dari

pengaruh sosio-kultural Mowrer

dari Ahli Teori Belajar mengatakan

kecemasan dipengaruhi oleh pola

belajar ldquoConditioningrdquo dengan

adaptasi yang salah serta

didasarkan pada pembentukkan

ldquoConditioned Reflexrdquo Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari

Ahli Psikoanalisis Calvin S Hall

dari Ahli Kultural dan Mowrer dari

Ahli Teori Belajar bersepakat

untuk menggabungkan pendapat

masing-masing menjadi dua faktor

yang mempengaruhi kecemasan

(dalam Soeharjono 1988) yaitu

a Mikrokosmos (keadaan diri

individu)

1) Sifat dasar konstitusi

individu sejak lahir yang

meliputi emosi tingkah

laku dan proses berfikir

individu

2) Keadaan biologi individu

seperti jenis kelamin

3) Perkembangan individu

yang dapat dilihat dari usia

individu

b Makrokosmos (keadaan

lingkungan)

1) Orang tua atau keluarga

dirumah

2) Sekolah (kelas) tetangga

teman-teman

3) Masyarakat meliputi

keadaan sosial budaya

lingkungan agama dan

sebagainya

Berdasarkan kedua

pendapat yang dikemukakan oleh

Freud (dalam Soehardjono1988)

dan penggabungan pendapat dari

Jersild dari Ahli Konstitusi (ahli

yang meneliti tentang sifat alamiah

yang dimiliki oleh setiap individu)

Freud dari Ahli Psikoanalisis

Calvin S Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

dapat ditarik kesimpulan bahwa

faktor yang mempengaruhi

kecemasan adalah keadaan

lingkungan di mana keadaan itu

dapat dilihat pada lingkungan

sekolah terutama di dalam kelas

atau karena kehilangan orang yang

dicintai misalnya guru orang tua

teman dan lain sebagainya selain

itu dipengaruhi pula oleh keadaan

didalam diri individu seperti

keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari

usia individu selain itu dapat pula

disebabkan oleh konflik yang tidak

dapat terselesaikan antara

kebutuhan untuk pemuasan

instinktual individu dengan

keadaan lingkungan melarang

pemuasan yang dinginkan oleh

individu

Komponen-Komponen

Kecemasan

Menurut Dacey (2000)

dalam mengenali gejala kecemasan

dapat di tinjau melalui tiga

komponen yaitu

a Komponen Psikologis berupa

kegelisahan gugup tegang

cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut

b Komponen Fisiologis berupa

jantung berdebar keringat

dingin pada telapak tangan

tekanan darah meninggi

(mudah emosi) respon kulit

terhadap aliran galvanis

(sentuhan dari luar) berkurang

gerakan peristaltik (gerakan

berulang-ulang tanpa disadari)

bertambah gejala somatik atau

fisik (otot) gejala somatik atau

fisik (sensorik) gejala

Respiratori (pernafasan) gejala

Gastrointertinal (pencernaan)

gejala Urogenital (perkemihan

dan kelamin)

c Komponen Sosial

sebuah perilaku yang

ditunjukkan oleh individu di

lingkungannya Perilaku itu

dapat berupa tingkah laku

(sikap) dan gangguan tidur

Berdasarkan penjelasan

yang telah dikemukakan oleh

Dacey (2000) bahwa dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

di lihat dari tiga komponen Di

mana ke tiga komponen tersebut

adalah komponen psikologis

komponen fisiologis dan

komponen sosial

Dampak Kecemasan

Menurut Hartanti (1997)

kecemasan akan membawa

individu mengantisipasi situasi

ketakutan yang tak berbahaya

membesar-besarkan bahaya atau

risiko sehingga dapat menghambat

kegiatan individu dalam menjalani

kehidupannya Sementara itu

menurut Horney (dalam

Soeharjono 1988) individu yang

mengalami kecemasan akan terus-

menerus membentuk defens

(pertahanan) di dalam dirinya

untuk melawan lingkungan yang di

anggap tidak adil dan kejam

terhadap dirinya Perlawanan yang

dilakukan oleh individu terhadap

lingkungannya akan membuat

individu semakin tidak mempunyai

kekuatan untuk mengubahnya dan

dapat melemahkan kemampuannya

dalam menumbuhkan kepercayaan

pada dirinya

Dari pendapat yang

dikemukakan oleh Hartanti (1997)

dan Horney (dalam Soeharjono

1988) mengenai dampak

kecemasan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa dampak

kecemasan adalah sebuah

perlawanan yang dilakukan oleh

individu terhadap sesuatu yang

dapat membuat individu cemas di

mana bila individu terus-menerus

melakukan perlawanan pada

kondisi ini maka kegiatan individu

akan terganggu individu akan

merasa tidak berdaya untuk

merubah kondisi tersebut dan

individu menjadi kurang percaya

pada kemampuan yang

dimilikinya

Prestasi Akademik

Penilaian terhadap hasil

belajar siswa untuk mengetahui

sejauhmana siswa telah mencapai

sasaran belajar inilah yang disebut

sebagai prestasi akademik Winkel

(dalam Christantie 2007)

mengatakan bahwa proses belajar

yang dialami oleh siswa

menghasilkan perubahan-

perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman

dalam bidang nilai sikap dan

keterampilan Adanya perubahan

tersebut tampak dalam prestasi

akademik yang dihasilkan oleh

siswa terhadap pertanyaan

persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui

prestasi akademik siswa dapat

mengetahui kemajuan-kemajuan

yang telah dicapainya dalam

belajar Menurut Poerwodarminto

(dalam Wahyuningsih 2004) yang

dimaksud dengan prestasi adalah

hasil yang telah dicapai dilakukan

atau dikerjakan oleh individu

Sedangkan prestasi akademik itu

sendiri diartikan sebagai prestasi

yang dicapai oleh seorang siswa

pada jangka waktu tertentu dan di

catat dalam buku rapor sekolah

Berdasarkan beberapa

pendapat yang telah dikemukakan

oleh Winkel (dalam Christantie

2007) dan Poerwodarminto (dalam

Wahyuningsih 2004) maka dapat

di tarik kesimpulan mengenai

pengertian prestasi akademik yaitu

suatu cara yang dilakukan untuk

memberikan penilaian terhadap

hasil-hasil belajar siswa yang

dilakukan dalam jangka waktu

tertentu dan di catat dalam buku

prestasi siswa atau buku rapor

siswa di sekolah

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Prestasi

Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

Riyanti Prabowo dan

Puspitawati (1996) faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi

akademik dapat digolongkan

menjadi dua bagian yaitu faktor

internal dan faktor eksternal

b Faktor Internal

Merupakan faktor yang

berasal dari dalam diri siswa

yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik Faktor ini

dapat dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu

1) Faktor fisiologis

Dalam hal ini

faktor fisiologis yang

dimaksud adalah faktor

yang berhubungan dengan

kesehatan dan pancaindera

yaitu

a) Kesehatan badan

Untuk dapat

menempuh studi yang

baik siswa perlu

memperhatikan dan

memelihara kesehatan

tubuhnya Keadaan fisik

yang lemah dapat

menjadi penghalang

bagi siswa dalam

menyelesaikan program

studinya Dalam upaya

memelihara kesehatan

fisiknya siswa perlu

memperhatikan pola

makan dan pola tidur

untuk memperlancar

metabolisme dalam

tubuhnya Selain itu

juga untuk memelihara

kesehatan bahkan juga

dapat meningkatkan

ketangkasan fisik

dibutuhkan olahraga

yang teratur

b) Pancaindera

Berfungsinya

pancaindera merupakan

syarat berlangsungnya

belajar yang baik

Dalam sistem

pendidikan dewasa ini

di antara pancaindera

itu yang paling

memegang peranan

dalam belajar adalah

mata dan telinga Hal

ini penting karena

sebagian besar hal-hal

yang dipelajari oleh

manusia dipelajari

melalui penglihatan dan

pendengaran Dengan

demikian seorang anak

yang memiliki cacat

fisik atau bahkan cacat

mental akan

menghambat dirinya di

dalam menangkap

pelajaran sehingga

pada akhirnya akan

mempengaruhi prestasi

akademiknya di

sekolah

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor

psikologis yang dapat

mempengaruhi prestasi

akademik siswa antara lain

adalah

a) Inteligensi

Pada umumnya

prestasi akademik yang

ditampilkan siswa

mempunyai kaitan yang

erat dengan tingkat

kecerdasan yang

dimiliki siswa Taraf

inteligensi ini sangat

mempengaruhi prestasi

akademik seorang

siswa di mana siswa

yang memiliki taraf

inteligensi tinggi

mempunyai peluang

lebih besar untuk

mencapai prestasi

akademik yang lebih

tinggi Sebaliknya

siswa yang memiliki

taraf inteligensi yang

rendah diperkirakan

juga akan memiliki

prestasi akademik yang

rendah Namun

bukanlah suatu yang

tidak mungkin jika

siswa dengan taraf

inteligensi rendah

memiliki prestasi

akademik yang tinggi

dan begitu pula

sebaliknya

b) Sikap

Sikap yang

pasif rendah diri dan

kurang percaya diri

dapat merupakan faktor

yang menghambat

siswa dalam

menampilkan prestasi

akademiknya

c) Motivasi

Motivasi belajar

merupakan faktor psikis

yang bersifat non

intelektual Peranannya

yang khas ialah dalam

hal gairah atau

semangat belajar siswa

yang termotivasi kuat

akan mempunyai

banyak energi untuk

melakukan kegiatan

belajar

c Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor

yang ada dalam diri siswa ada

hal-hal lain di luar diri yang

dapat mempengaruhi prestasi

akademik yang akan diraih

antara lain adalah

1) Faktor lingkungan keluarga

a) Sosial ekonomi

keluarga

Sosial ekonomi

keluarga yang memadai

akan membuat

seseorang lebih banyak

kesempatan

mendapatkan fasilitas

belajar yang lebih baik

mulai dari buku alat

tulis hingga pemilihan

sekolah

b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang

telah menempuh

jenjang pendidikan

tinggi cenderung lebih

memperhatikan dan

memahami pentingnya

pendidikan bagi anak-

anaknya dibandingkan

dengan yang

mempunyai jenjang

pendidikan yang lebih

rendah

c) Perhatian orang tua dan

suasana hubungan

antara anggota keluarga

Dukungan dari

keluarga merupakan

suatu pemacu semangat

berpretasi bagi

seseorang Dukungan

dalam hal ini bisa

secara langsung berupa

pujian atau nasihat

maupun secara tidak

langsung seperti

hubugan keluarga yang

harmonis

2) Faktor lingkungan sekolah

a) Sarana dan prasarana

Kelengkapan

fasilitas sekolah seperti

papan tulis kapur atau

spidol yang dapat

membantu kelancaran

proses belajar mengajar

di sekolah selain itu

bentuk ruangan

sirkulasi udara dan

lingkungan sekitar

sekolah juga dapat

mempengaruhi proses

belajar mengajar

b) Kompetensi guru dan

siswa

Kualitas guru

dan siswa sangat

penting dalam meraih

prestasi kelengkapan

sarana dan prasarana

tanpa disertai kinerja

yang baik dari para

penggunanya akan sia-

sia belaka Bila seorang

siswa merasa

kebutuhannya untuk

berprestasi dengan baik

di sekolah terpenuhi

misalnya dengan

tersedianya fasilitas dan

tenaga pendidik yang

berkualitas yang dapat

menimbulkan rasa

keingintahuan yang

besar hubungan dengan

guru dan teman-

temannya berlangsung

harmonis maka siswa

akan memperoleh iklim

belajar yang

menyenangkan Dengan

demikian siswa akan

terdorong untuk terus-

menerus meningkatkan

prestasi akademiknya

c) Kurikulum dan metode

mengajar

Hal ini meliputi

materi dan bagaimana

cara memberikan materi

tersebut kepada siswa

Metode pembelajaran

yang lebih interaktif

(terjadi melalui dua

arah) sangat diperlukan

untuk menumbuhkan

minat dan peran serta

siswa dalam kegiatan

pembelajaran

3) Faktor lingkungan

masyarakat

a) Sosial budaya

Pandangan

masyarakat tentang

pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi

kesungguhan pendidik

dan peserta didik

Masyarakat yang masih

memandang rendah

pendidikan akan enggan

mengirimkan anaknya

ke sekolah dan

cenderung memandang

rendah pekerjaan

gurupengajar

b) Partisipasi terhadap

pendidikan

Bila semua

pihak telah

berpartisipasi dan

mendukung kegiatan

pendidikan mulai dari

pemerintah (berupa

kebijakan dan

anggaran) sampai pada

masyarakat bawah

setiap orang akan lebih

menghargai dan

berusaha memajukan

pendidikan dan ilmu

pengetahuan

Pengukuran Prestasi Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

rapor merupakan perumusan

terakhir yang diberikan oleh guru

mengenai kemajuan atau hasil

belajar murid-muridnya selama

masa tertentu

Azwar (1996) menyebutkan

bahwa ada beberapa fungsi

penilaian dalam pendidikan yaitu

a Penilaian berfungsi selektif

(Fungsi Sumatif)

Fungsi penilaian ini

merupakan pengukuran akhir

dalam suatu program dan

hasilnya dipakai untuk

menentukan apakah siswa

dapat dinyatakan lulus atau

tidak dalam program

pendidikan tersebut Dengan

kata lain penilaian berfungsi

untuk membantu guru

mengadakan seleksi terhadap

beberapa siswa misalnya

1) Memilih siswa yang akan

diterima di sekolah

2) Memilih siswa untuk dapat

naik kelas

3) Memilih siswa yang

seharusnya dapat beasiswa

b Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi penilaian ini

selain untuk mengetahui hasil

yang dicapai siswa juga

mengetahui kelemahan siswa

sehingga dengan adanya

penilaian maka guru dapat

mengetahui kelemahan dan

kelebihan masing-masing

siswa Jika guru dapat

mendeteksi kelemahan siswa

maka kelemahan tersebut dapat

segera diperbaiki

c Penilaian berfungsi sebagai

penempatan (Placement)

Setiap siswa memiliki

kemampuan berbeda satu sama

lain Penilaian dilakukan untuk

mengetahui di mana

seharusnya siswa tersebut

ditempatkan sesuai dengan

kemampuannya yang telah

diperlihatkannya pada prestasi

belajar yang telah dicapainya

Sebagai contoh penggunaan

nilai rapor SMU kelas I

menentukan jurusan studi di

kelas II dan III

d Penilaian berfungsi sebagai

pengukur keberhasilan (Fungsi

Formatif)

Penilaian berfungsi

untuk mengetahui sejauh mana

suatu program dapat

diterapkan Sebagai contoh

adalah raport di setiap semester

di sekolah-sekolah tingkat

dasar dan menegah dapat

dipakai untuk mengetahui

apakah program pendidikan

yang telah diterapkan berhasil

diterapkan atau tidak pada

siswa tersebut

Raport biasanya

menggambil nilai dari angka 1

sampai dengan 10 terutama

pada siswa SD sampai SMU

tetapi dalam kenyataan nilai

terendah dalam rapor yaitu 4

dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai

di bawah 5 berarti tidak baik

atau buruk sedangkan nilai-

nilai di atas 5 seperti nilai 6

dikategorikan cukup untuk

nilai 7 dikategorikan lebih dari

cukup untuk nilai 8

dikategorikan baik dan untuk

nilai 9 dikategorikan sangat

baik

Mata Pelajaran Matematika

Hudoyo (dalam Yoenanto

2002) mendefinisikan mata

pelajaran matematika adalah

sebagai bidang ilmu yang

berkenaan dengan ide-ide struktur-

struktur dan hubungan-hubungan

yang di atur secara logis sehingga

pelajaran matematika berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

yang tersusun secara hirarkis dan

dengan penalaran deduktif

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas

ide-ide hubungan-hubungan

struktur-struktur yang berkaitan

dengan konsep secara abstrak dan

berguna dalam kehidupan sehari-

hari Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001) yang di

maksud dengan mata pelajaran

matematika adalah matematika

sebagai salah satu ilmu dasar yang

dewasa ini telah berkembang amat

pesat baik materi maupun

kegunaannya

Dari beberapa pendapat

yang telah dikemukakan di atas

maka dapat disimpulkan bahwa

mata pelajaran matematika adalah

sebuah bidang ilmu yang paling

mendasar dari kehidupan sehari-

hari manusia di mana ilmu tersebut

berkenaan dengan ide-ide

hubungan-hubungan dan struktur-

struktur berkaitan dengan konsep-

konsep abstrak yang tersusun

secara hirarkis dan telah diatur

secara logis

Dimensi Mata Pelajaran

Matematika

Dalam Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjut Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001)

mengatakan bahwa didalam mata

pelajaran matematika terdapat 4

dimensi yaitu

a Mata pelajaran matematika

meliputi terjadinya proses

belajar mengajar yaitu berupa

sebuah kegiatan yang

terintegrasi (utuh terpadu)

antara siswa sebagai pelajar

yang sedang belajar dengan

guru sebagai pengajar yang

sedang mengajar dalam

suasana yang bersifat

pengajaran

b Mata pelajaran matematika di

sekolah terdiri atas bagian-

bagian matematika yang di

pilih guna menumbuh

kembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk

pribadi siswa serta berpandu

pada perkembangan ilmu dan

teknologi

c Mata pelajaran matematika

berkenaan dengan materi yang

memerlukan kegiatan berfikir

yang berhubungan dengan

struktur lebih tinggi di mana

hal itu telah terbentuk dari apa

yang sudah dipelajari

sebelumnya Artinya bahan

pelajaran matematika harus

bermakna agar sesuai dengan

kemampuan dan struktur

kognitif yang dimiliki peserta

didik

d Mata pelajaran matematika

memerlukan penggunaan

metode instruksional

Remaja

Secara umum periode

remaja merupakan klimaks dari

periode-periode perkembangan

sebelumnya Dalam periode ini apa

yang diperoleh dalam masa-masa

sebelumnya di uji dan dibuktikan

sehingga dalam periode

selanjutnya individu telah

mempunyai suatu pola pribadi

yang lebih mantap Periode remaja

adalah masa transisi dalam periode

anak-anak ke periode dewasa awal

periode remaja dikelompokkan

menjadi dua fase yaitu fase remaja

awal dan fase remaja akhir

(Riyanti Prabowo dan Puspitawati

1996) Masa remaja adalah masa

dimulainya perkembangan kognitif

yang mengarah pada pemikiran

operasional formal yang lebih

abstrak daripada pemikiran seorang

anak Pemikiran remaja tidak lagi

berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-

kemungkinan hipotesis atau dalil-

dalil dan penalaran yang benar-

benar abstrak (Santrock 2003)

Menurut Papalia (2004) periode

remaja adalah periode yang sudah

mulai mengabungkan pengalaman

yang di peroleh sebelumnya

dengan tantangan saat ini dan

memikirkan keadaan di masa yang

akan datang

Dari beberapa definisi

remaja yang diberikan oleh para

ahli dapat di tarik kesimpulan

bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa Pada masa remaja

merupakan masa awal dari

pembentukan proses pemikiran

operasional yang lebih abstrak

Sehingga pada masa ini remaja

sudah mulai membandingkan

antara pengalaman di masa lalu

dengan keadaan di masa sekarang

dan mulai memikirkan masa yang

datang

Batasan Usia

Periode remaja dianggap

sebagai masa-masa yang amat

penting dalam kehidupan individu

khususnya dalam pembentukan

kepribadian Masa remaja dibagi

dua bagian yaitu (1) periode remaja

awal (early adolescence) yaitu

berkisar antara umur 13-17 tahun

dan periode remaja akhir yaitu

umur 17 tahun sampai dengan 18

tahun (Puspitawati 1996)

Bedasarkan teori

perkembangan kognitif Piaget

(dalam Santrock 2003) masa

remaja dimulai pada usia 11 tahun

sampai dengan 15 tahun dalam

usia ini remaja sudah dapat berfikir

secara operasional formal Masa

remaja atau pubertas adalah proses

menuju kedewasaan seksual atau

kesuburan (kemampuan untuk

reproduksi) pada periode ini selain

perkembangan fisik diikuti pula

dengan perkembangan kognitif

sosial otonomi harga diri dan

keintiman dalam hubungan seksual

(Papalia 2004) Menurut Papalia

(2004) masa remaja dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu

remaja awal dimulai dari usia 11-

13 tahun remaja madya dimulai

dari usia 13 tahun sampai dengan

18 tahun dan remaja akhir dimulai

dari usia 18 tahun sampai dengan

21 tahun

Dari uraian yang

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa usia remaja

adalah dimulai dari 11 tahun

sampai dengan 21 tahun

Karakteristik Remaja

Periode remaja adalah

periode pemantapan identitas diri

Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo

yang dipengaruhi oleh pandangan

orang-orang sekitarnya serta

pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola

perilakunya sebagai orang dewasa

Pemantapan identitas diri ini tidak

selalu mulus tetapi sering melalui

proses yang panjang dan

bergejolak Oleh karena itu banyak

ahli menamakan periode ini

sebagai masa-masa strom and

stress atau masa up and down

(Santrock 2003)

Remaja adalah seorang

idealis remaja memandang

dunianya seperti apa yang

diinginkannya bukan sebagaimana

adanya Remaja suka mimpi-mimpi

yang membuatnya marah cepat

tersinggung atau frustasi Selain

itu oleh keluarga dan masyarakat

remaja di anggap sudah menginjak

dewasa sehingga remaja diberi

tanggung jawab yang sama dengan

seorang yang sudah dewasa

Remaja mulai memperhatikan

prestasi dalam segala hal karena

ini memberinya nilai tambah untuk

kedudukan sosialnya di antara

teman sebaya maupun orang-orang

dewasa

Hubungan antara

Kecemasan Menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika dengan

Prestasi Akademik

Matematika pada Remaja

Masa remaja dapat dikatakan

sebuah masa peralihan antara masa

anak-anak menuju ke masa dewasa

Menurut Santrock (2003) Masa remaja

merupakan masa dimulainya

perkembangan kognitif yang mengarah

pada pemikiran operasional formal

yang lebih abstrak daripada pemikiran

seorang anak Pemikiran remaja tidak

lagi berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-kemungkinan

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

minim pada remaja wanita dalam

pelajaran-pelajaran matematika

aljabar geometri dan sains dapat

menyebabkan rendahnya prestasi

akademik belajar matematika pada

remaja wanita Sebaliknya pada remaja

pria kemampuan inteligensi dalam

pelajaran-pelajaran matematika

aljabar geometri dan sains sangat

besar sehingga prestasi belajar

matematika remaja pria lebih tinggi

dibandingkan dengan remaja wanita

Hal ini sesuai dengan pengetesan

inteligensi terhadap 7000 siswa-siswi

sekolah menengah umum yang

dilakukan oleh Sorenson (dalam Alsa

1984) di mana hasil pengetesan

inteligensi siswa pria adalah siswa pria

memiliki inteligensi yang lebih baik

dalam pelajaran matematika aljabar

geometri dan sains sedangkan siswa

wanita memiliki inteligensi yang lebih

baik dalam bahasa asing pengertian

verbal dan hal-hal ekspresi pada

umumnya Hal senada terlihat pada

penelitian yang dilakukan oleh Stipek

dan Granlinski (dalam Thompson

2007) pada keberhasilan remaja wanita

dan remaja pria dalam pelajaran

matematika ternyata remaja wanita

memiliki urutan keberhasilan yang

rendah atau berada di bawah

kesuksesan remaja pria dalam

pelajaran matematika

Pelajaran matematika sering

menimbulkan kecemasan pada diri

remaja dan mempengaruhi prestasi

akademik belajar matematika Hal ini

dikarenakan adanya anggapan yang

salah pada remaja terhadap pelajaran

matematika Remaja beranggapan

bahwa pelajaran matematika

merupakan pelajaran yang dapat

meningkatkan harga diri remaja

dihadapan masyarakat Namun pada

kenyataaanya banyak remaja yang

tidak terlalu dapat memahami konsep

matematika yang telah diberikan di

sekolah Sehingga pada saat remaja

mengikuti tes matematika tanpa

persiapan sebelumnya terlihat bahwa

remaja mengalami kecemasan yang

berpengaruh pada rendahnya nilai yang

dihasilkan remaja pada pelajaran

matematika atau rendahnya prestasi

akademik matematika pada remaja

KT Hill dan Sarason (dalam

Nawangsari 2000) melaporkan hasil

studi longitudinal yang intensif pada

700 siswa Sekolah Dasar di mana

siswa akan memperoleh nilai

matematika yang rendah ketika

diberikan tes matematika tanpa ada

pemberitahuan sebelumnya yang

membuat siswa menjadi tidak siap hal

ini dikarenakan oleh situasi dan

suasana tes yang membuat mereka

cemas Sebaliknya para siswa ini

memperlihatkan nilai yang lebih baik

jika berada pada kondisi yang lebih

optimal dalam arti unsur-unsur yang

membuat siswa berada dibawah

tekanan dikurangi atau dihilangkan

sama sekali Ini menunjukkan bahwa

sebenarnya para siswa tersebut

menguasai materi matematika yang

diujikan tapi gagal memperlihatkan

kemampuan mereka yang sebenarnya

karena kecemasan yang melanda siswa

saat mengerjakan soal-soal Sehingga

kecemasan pada saat mengikuti tes

matematika akan mempengaruhi

prestasi akademik matematikanya

Kecemasan menghadapi

pelajaran matematika tidak hanya

disebabkan oleh situasi dan suasana

tes Namun kecemasan pada pelajaran

matematika disebabkan pula oleh

faktor lain salah satunya adalah guru

di mana faktor tersebut dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini sesuai

dengan Nawangsari (2000) laporan

dari hasil pengamatannya pada seluruh

siswa-siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

kecemasan siswa dalam menghadapi

matematika akan berpengaruh dengan

prestasi akademiknya Di mana 53

dipengaruhi oleh materi pelajaran yang

di anggap sulit kemudian di susul 26

dipengaruhi oleh fasilitas yang

kurang memadai dan 23 dipengaruhi

oleh cara mengajar yang sulit dipahami

(Nawangsari 2000)

Berdasarkan Latar belakang

masalah yang telah diuraikan di atas

dihasilkan sebuah rumusan masalah

penelitian sebagai berikut Apakah

ada hubungan antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Tujuan Penelitian

Penulis ingin menguji

hubungan antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Manfaat Penelitian

1 Manfaat Teoritis

Berdasarkan hasil data

dalam penelitian ini terlihat bahwa

terdapat hubungan negatif antara

kecemasan dalam menghadapi

mata pelajaran matematika dengan

prestasi akademik matematika pada

remaja Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan dan

sumbangan bagi perkembangan

ilmu psikologi khususnya

psikologi pendidikan terutama

yang berkaitan prestasi akademik

matematika pada remaja Penelitian

ini diharapkan dapat memberikan

tambahan data empiris yang telah

teruji secara ilmiah mengenai rata-

rata terdapat kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika pada siswa dan siswi

kelas XI di Sekolah Menengah

Umum Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi berada pada taraf sedang

dimana kecemasan tersebut

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa dan siswi Hasil

penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi yang

bermanfaat bagi peneliti-peneliti

lain yang berminat di bidang yang

sama

2 Manfaat Praktis

Dari hasil penlitian ini

diketahui bahwa terdapat hubungan

negatif antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

Pada penelitian ini kecemasan

siswa dan siswi dalam menghadapi

mata pelajaran matematika berada

pada taraf sedang ini berarti bahwa

siswa dan siswi rata-rata memiliki

kecemasan dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

sehingga diharapkan siswa dan

siswi dapat mengurangi kecemasan

dalam menghadapi mata pelajaran

matematika Cara mengurangi

kecemasan itu dapat dilakukan

dengan memperbanyak

mengerjakan latihan-latihan

matematika memperdalam materi-

materi yang telah diberikan oleh

guru matematika dan hal-hal lain

yang berkaitan dengan mata

pelajaran matematika Selain itu

hasil penelitian ini juga diharapkan

dapat membantu memberikan

informasi khususnya kepada para

orang tua konselor sekolah guru

dan seluruh masyarakat agar dapat

memberikan stimulus-stimulus

yang berkaitan dengan matematika

dan menyediakan sarana dan

prasarana yang menunjang

efektifitas belajar matematika

sehingga menumbuhkan rasa

senang didalam diri siswa saat

belajar matematika Bila

kecemasan dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

berkurang diharapkan akan dapat

meningkatkan prestasi akademik

matematika

Kecemasan

Crow dan Crow (dalam

Hartanti 1997) mengemukakan

bahwa kecemasan adalah sesuatu

kondisi kurang menyenangkan

yang di alami oleh individu yang

dapat mempengaruhi keadaan

fisiknya Senada dengan yang

dikemukakan oleh Crow dan Crow

menurut Soehardjono (1988)

kecemasan adalah manifestasi dari

gejala-gejala atau gangguan

fisiologik seperti gemetar banyak

keringat mual sakit kepala sering

buang-buang air palpitasi (debaran

atau berdebar-debar)

Menurut Rathus (dalam

Nawangsari 2001) kecemasan

didefinisikan sebagai keadaan

psikologis yang ditandai oleh

adanya tekanan ketakutan

kegalauan dan ancaman yang

berasal dari lingkungan Sementara

itu menurut Zakiyah Derajat

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah manifestasi dari berbagai

proses emosi yang bercampur

aduk yang terjadi ketika individu

sedang mengalami tekanan

perasaan atau frustasi dan

pertentangan batin atau konflik

Sedangkan menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah suatu

kondisi yang tidak menyenangkan

meliputi rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak suka yang

sifatnya subjektif dan timbul

karena adanya perasaan tidak aman

terhadap bahaya yang diduga akan

terjadi

Dari berbagai definisi di

atas maka dapat disimpulkan

bahwa kecemasan merupakan

kumpulan dari berbagai kondisi

fisiologis dan psikologis sehingga

menimbulkan berbagai macam

reaksi di dalam diri individu

seperti gemetar banyak keringat

mual sakit kepala palpitasi rasa

takut rasa tegang khawatir

binggung dan lain sebagainya

Faktor yang Mempengaruhi

Kecemasan

Freud (dalam

Soehardjono1988) mengutarakan

kecemasan dapat terjadi karena

keadaan seperti berikut

a Kehilangan orang yang

dicintai seperti kehilangan

seorang guru yang di cintai

b Konflik yang tidak

terselesaikan antara kebutuhan

untuk pemuasan instinktual dan

keadaan lingkungan melarang

pemuasan tersebut

Jersild dari Ahli Konstitusi

mengatakan bahwa kecemasan

dipengaruhi oleh faktor konstitusi

individu Menurut Freud dari Ahli

Psikoanalisis kecemasan

merupakan akibat dari hasil konflik

antara dorongan instingtual yang

ingin mencari kepuasan dengan

kekuatan represi untuk

menghambat dorongan yang

muncul Sementara itu Calvin S

Hall dari Ahli Kultural mengatakan

bahwa kecemasan di pandang

sebagai ekspresi langsung dari

pengaruh sosio-kultural Mowrer

dari Ahli Teori Belajar mengatakan

kecemasan dipengaruhi oleh pola

belajar ldquoConditioningrdquo dengan

adaptasi yang salah serta

didasarkan pada pembentukkan

ldquoConditioned Reflexrdquo Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari

Ahli Psikoanalisis Calvin S Hall

dari Ahli Kultural dan Mowrer dari

Ahli Teori Belajar bersepakat

untuk menggabungkan pendapat

masing-masing menjadi dua faktor

yang mempengaruhi kecemasan

(dalam Soeharjono 1988) yaitu

a Mikrokosmos (keadaan diri

individu)

1) Sifat dasar konstitusi

individu sejak lahir yang

meliputi emosi tingkah

laku dan proses berfikir

individu

2) Keadaan biologi individu

seperti jenis kelamin

3) Perkembangan individu

yang dapat dilihat dari usia

individu

b Makrokosmos (keadaan

lingkungan)

1) Orang tua atau keluarga

dirumah

2) Sekolah (kelas) tetangga

teman-teman

3) Masyarakat meliputi

keadaan sosial budaya

lingkungan agama dan

sebagainya

Berdasarkan kedua

pendapat yang dikemukakan oleh

Freud (dalam Soehardjono1988)

dan penggabungan pendapat dari

Jersild dari Ahli Konstitusi (ahli

yang meneliti tentang sifat alamiah

yang dimiliki oleh setiap individu)

Freud dari Ahli Psikoanalisis

Calvin S Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

dapat ditarik kesimpulan bahwa

faktor yang mempengaruhi

kecemasan adalah keadaan

lingkungan di mana keadaan itu

dapat dilihat pada lingkungan

sekolah terutama di dalam kelas

atau karena kehilangan orang yang

dicintai misalnya guru orang tua

teman dan lain sebagainya selain

itu dipengaruhi pula oleh keadaan

didalam diri individu seperti

keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari

usia individu selain itu dapat pula

disebabkan oleh konflik yang tidak

dapat terselesaikan antara

kebutuhan untuk pemuasan

instinktual individu dengan

keadaan lingkungan melarang

pemuasan yang dinginkan oleh

individu

Komponen-Komponen

Kecemasan

Menurut Dacey (2000)

dalam mengenali gejala kecemasan

dapat di tinjau melalui tiga

komponen yaitu

a Komponen Psikologis berupa

kegelisahan gugup tegang

cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut

b Komponen Fisiologis berupa

jantung berdebar keringat

dingin pada telapak tangan

tekanan darah meninggi

(mudah emosi) respon kulit

terhadap aliran galvanis

(sentuhan dari luar) berkurang

gerakan peristaltik (gerakan

berulang-ulang tanpa disadari)

bertambah gejala somatik atau

fisik (otot) gejala somatik atau

fisik (sensorik) gejala

Respiratori (pernafasan) gejala

Gastrointertinal (pencernaan)

gejala Urogenital (perkemihan

dan kelamin)

c Komponen Sosial

sebuah perilaku yang

ditunjukkan oleh individu di

lingkungannya Perilaku itu

dapat berupa tingkah laku

(sikap) dan gangguan tidur

Berdasarkan penjelasan

yang telah dikemukakan oleh

Dacey (2000) bahwa dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

di lihat dari tiga komponen Di

mana ke tiga komponen tersebut

adalah komponen psikologis

komponen fisiologis dan

komponen sosial

Dampak Kecemasan

Menurut Hartanti (1997)

kecemasan akan membawa

individu mengantisipasi situasi

ketakutan yang tak berbahaya

membesar-besarkan bahaya atau

risiko sehingga dapat menghambat

kegiatan individu dalam menjalani

kehidupannya Sementara itu

menurut Horney (dalam

Soeharjono 1988) individu yang

mengalami kecemasan akan terus-

menerus membentuk defens

(pertahanan) di dalam dirinya

untuk melawan lingkungan yang di

anggap tidak adil dan kejam

terhadap dirinya Perlawanan yang

dilakukan oleh individu terhadap

lingkungannya akan membuat

individu semakin tidak mempunyai

kekuatan untuk mengubahnya dan

dapat melemahkan kemampuannya

dalam menumbuhkan kepercayaan

pada dirinya

Dari pendapat yang

dikemukakan oleh Hartanti (1997)

dan Horney (dalam Soeharjono

1988) mengenai dampak

kecemasan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa dampak

kecemasan adalah sebuah

perlawanan yang dilakukan oleh

individu terhadap sesuatu yang

dapat membuat individu cemas di

mana bila individu terus-menerus

melakukan perlawanan pada

kondisi ini maka kegiatan individu

akan terganggu individu akan

merasa tidak berdaya untuk

merubah kondisi tersebut dan

individu menjadi kurang percaya

pada kemampuan yang

dimilikinya

Prestasi Akademik

Penilaian terhadap hasil

belajar siswa untuk mengetahui

sejauhmana siswa telah mencapai

sasaran belajar inilah yang disebut

sebagai prestasi akademik Winkel

(dalam Christantie 2007)

mengatakan bahwa proses belajar

yang dialami oleh siswa

menghasilkan perubahan-

perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman

dalam bidang nilai sikap dan

keterampilan Adanya perubahan

tersebut tampak dalam prestasi

akademik yang dihasilkan oleh

siswa terhadap pertanyaan

persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui

prestasi akademik siswa dapat

mengetahui kemajuan-kemajuan

yang telah dicapainya dalam

belajar Menurut Poerwodarminto

(dalam Wahyuningsih 2004) yang

dimaksud dengan prestasi adalah

hasil yang telah dicapai dilakukan

atau dikerjakan oleh individu

Sedangkan prestasi akademik itu

sendiri diartikan sebagai prestasi

yang dicapai oleh seorang siswa

pada jangka waktu tertentu dan di

catat dalam buku rapor sekolah

Berdasarkan beberapa

pendapat yang telah dikemukakan

oleh Winkel (dalam Christantie

2007) dan Poerwodarminto (dalam

Wahyuningsih 2004) maka dapat

di tarik kesimpulan mengenai

pengertian prestasi akademik yaitu

suatu cara yang dilakukan untuk

memberikan penilaian terhadap

hasil-hasil belajar siswa yang

dilakukan dalam jangka waktu

tertentu dan di catat dalam buku

prestasi siswa atau buku rapor

siswa di sekolah

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Prestasi

Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

Riyanti Prabowo dan

Puspitawati (1996) faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi

akademik dapat digolongkan

menjadi dua bagian yaitu faktor

internal dan faktor eksternal

b Faktor Internal

Merupakan faktor yang

berasal dari dalam diri siswa

yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik Faktor ini

dapat dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu

1) Faktor fisiologis

Dalam hal ini

faktor fisiologis yang

dimaksud adalah faktor

yang berhubungan dengan

kesehatan dan pancaindera

yaitu

a) Kesehatan badan

Untuk dapat

menempuh studi yang

baik siswa perlu

memperhatikan dan

memelihara kesehatan

tubuhnya Keadaan fisik

yang lemah dapat

menjadi penghalang

bagi siswa dalam

menyelesaikan program

studinya Dalam upaya

memelihara kesehatan

fisiknya siswa perlu

memperhatikan pola

makan dan pola tidur

untuk memperlancar

metabolisme dalam

tubuhnya Selain itu

juga untuk memelihara

kesehatan bahkan juga

dapat meningkatkan

ketangkasan fisik

dibutuhkan olahraga

yang teratur

b) Pancaindera

Berfungsinya

pancaindera merupakan

syarat berlangsungnya

belajar yang baik

Dalam sistem

pendidikan dewasa ini

di antara pancaindera

itu yang paling

memegang peranan

dalam belajar adalah

mata dan telinga Hal

ini penting karena

sebagian besar hal-hal

yang dipelajari oleh

manusia dipelajari

melalui penglihatan dan

pendengaran Dengan

demikian seorang anak

yang memiliki cacat

fisik atau bahkan cacat

mental akan

menghambat dirinya di

dalam menangkap

pelajaran sehingga

pada akhirnya akan

mempengaruhi prestasi

akademiknya di

sekolah

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor

psikologis yang dapat

mempengaruhi prestasi

akademik siswa antara lain

adalah

a) Inteligensi

Pada umumnya

prestasi akademik yang

ditampilkan siswa

mempunyai kaitan yang

erat dengan tingkat

kecerdasan yang

dimiliki siswa Taraf

inteligensi ini sangat

mempengaruhi prestasi

akademik seorang

siswa di mana siswa

yang memiliki taraf

inteligensi tinggi

mempunyai peluang

lebih besar untuk

mencapai prestasi

akademik yang lebih

tinggi Sebaliknya

siswa yang memiliki

taraf inteligensi yang

rendah diperkirakan

juga akan memiliki

prestasi akademik yang

rendah Namun

bukanlah suatu yang

tidak mungkin jika

siswa dengan taraf

inteligensi rendah

memiliki prestasi

akademik yang tinggi

dan begitu pula

sebaliknya

b) Sikap

Sikap yang

pasif rendah diri dan

kurang percaya diri

dapat merupakan faktor

yang menghambat

siswa dalam

menampilkan prestasi

akademiknya

c) Motivasi

Motivasi belajar

merupakan faktor psikis

yang bersifat non

intelektual Peranannya

yang khas ialah dalam

hal gairah atau

semangat belajar siswa

yang termotivasi kuat

akan mempunyai

banyak energi untuk

melakukan kegiatan

belajar

c Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor

yang ada dalam diri siswa ada

hal-hal lain di luar diri yang

dapat mempengaruhi prestasi

akademik yang akan diraih

antara lain adalah

1) Faktor lingkungan keluarga

a) Sosial ekonomi

keluarga

Sosial ekonomi

keluarga yang memadai

akan membuat

seseorang lebih banyak

kesempatan

mendapatkan fasilitas

belajar yang lebih baik

mulai dari buku alat

tulis hingga pemilihan

sekolah

b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang

telah menempuh

jenjang pendidikan

tinggi cenderung lebih

memperhatikan dan

memahami pentingnya

pendidikan bagi anak-

anaknya dibandingkan

dengan yang

mempunyai jenjang

pendidikan yang lebih

rendah

c) Perhatian orang tua dan

suasana hubungan

antara anggota keluarga

Dukungan dari

keluarga merupakan

suatu pemacu semangat

berpretasi bagi

seseorang Dukungan

dalam hal ini bisa

secara langsung berupa

pujian atau nasihat

maupun secara tidak

langsung seperti

hubugan keluarga yang

harmonis

2) Faktor lingkungan sekolah

a) Sarana dan prasarana

Kelengkapan

fasilitas sekolah seperti

papan tulis kapur atau

spidol yang dapat

membantu kelancaran

proses belajar mengajar

di sekolah selain itu

bentuk ruangan

sirkulasi udara dan

lingkungan sekitar

sekolah juga dapat

mempengaruhi proses

belajar mengajar

b) Kompetensi guru dan

siswa

Kualitas guru

dan siswa sangat

penting dalam meraih

prestasi kelengkapan

sarana dan prasarana

tanpa disertai kinerja

yang baik dari para

penggunanya akan sia-

sia belaka Bila seorang

siswa merasa

kebutuhannya untuk

berprestasi dengan baik

di sekolah terpenuhi

misalnya dengan

tersedianya fasilitas dan

tenaga pendidik yang

berkualitas yang dapat

menimbulkan rasa

keingintahuan yang

besar hubungan dengan

guru dan teman-

temannya berlangsung

harmonis maka siswa

akan memperoleh iklim

belajar yang

menyenangkan Dengan

demikian siswa akan

terdorong untuk terus-

menerus meningkatkan

prestasi akademiknya

c) Kurikulum dan metode

mengajar

Hal ini meliputi

materi dan bagaimana

cara memberikan materi

tersebut kepada siswa

Metode pembelajaran

yang lebih interaktif

(terjadi melalui dua

arah) sangat diperlukan

untuk menumbuhkan

minat dan peran serta

siswa dalam kegiatan

pembelajaran

3) Faktor lingkungan

masyarakat

a) Sosial budaya

Pandangan

masyarakat tentang

pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi

kesungguhan pendidik

dan peserta didik

Masyarakat yang masih

memandang rendah

pendidikan akan enggan

mengirimkan anaknya

ke sekolah dan

cenderung memandang

rendah pekerjaan

gurupengajar

b) Partisipasi terhadap

pendidikan

Bila semua

pihak telah

berpartisipasi dan

mendukung kegiatan

pendidikan mulai dari

pemerintah (berupa

kebijakan dan

anggaran) sampai pada

masyarakat bawah

setiap orang akan lebih

menghargai dan

berusaha memajukan

pendidikan dan ilmu

pengetahuan

Pengukuran Prestasi Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

rapor merupakan perumusan

terakhir yang diberikan oleh guru

mengenai kemajuan atau hasil

belajar murid-muridnya selama

masa tertentu

Azwar (1996) menyebutkan

bahwa ada beberapa fungsi

penilaian dalam pendidikan yaitu

a Penilaian berfungsi selektif

(Fungsi Sumatif)

Fungsi penilaian ini

merupakan pengukuran akhir

dalam suatu program dan

hasilnya dipakai untuk

menentukan apakah siswa

dapat dinyatakan lulus atau

tidak dalam program

pendidikan tersebut Dengan

kata lain penilaian berfungsi

untuk membantu guru

mengadakan seleksi terhadap

beberapa siswa misalnya

1) Memilih siswa yang akan

diterima di sekolah

2) Memilih siswa untuk dapat

naik kelas

3) Memilih siswa yang

seharusnya dapat beasiswa

b Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi penilaian ini

selain untuk mengetahui hasil

yang dicapai siswa juga

mengetahui kelemahan siswa

sehingga dengan adanya

penilaian maka guru dapat

mengetahui kelemahan dan

kelebihan masing-masing

siswa Jika guru dapat

mendeteksi kelemahan siswa

maka kelemahan tersebut dapat

segera diperbaiki

c Penilaian berfungsi sebagai

penempatan (Placement)

Setiap siswa memiliki

kemampuan berbeda satu sama

lain Penilaian dilakukan untuk

mengetahui di mana

seharusnya siswa tersebut

ditempatkan sesuai dengan

kemampuannya yang telah

diperlihatkannya pada prestasi

belajar yang telah dicapainya

Sebagai contoh penggunaan

nilai rapor SMU kelas I

menentukan jurusan studi di

kelas II dan III

d Penilaian berfungsi sebagai

pengukur keberhasilan (Fungsi

Formatif)

Penilaian berfungsi

untuk mengetahui sejauh mana

suatu program dapat

diterapkan Sebagai contoh

adalah raport di setiap semester

di sekolah-sekolah tingkat

dasar dan menegah dapat

dipakai untuk mengetahui

apakah program pendidikan

yang telah diterapkan berhasil

diterapkan atau tidak pada

siswa tersebut

Raport biasanya

menggambil nilai dari angka 1

sampai dengan 10 terutama

pada siswa SD sampai SMU

tetapi dalam kenyataan nilai

terendah dalam rapor yaitu 4

dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai

di bawah 5 berarti tidak baik

atau buruk sedangkan nilai-

nilai di atas 5 seperti nilai 6

dikategorikan cukup untuk

nilai 7 dikategorikan lebih dari

cukup untuk nilai 8

dikategorikan baik dan untuk

nilai 9 dikategorikan sangat

baik

Mata Pelajaran Matematika

Hudoyo (dalam Yoenanto

2002) mendefinisikan mata

pelajaran matematika adalah

sebagai bidang ilmu yang

berkenaan dengan ide-ide struktur-

struktur dan hubungan-hubungan

yang di atur secara logis sehingga

pelajaran matematika berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

yang tersusun secara hirarkis dan

dengan penalaran deduktif

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas

ide-ide hubungan-hubungan

struktur-struktur yang berkaitan

dengan konsep secara abstrak dan

berguna dalam kehidupan sehari-

hari Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001) yang di

maksud dengan mata pelajaran

matematika adalah matematika

sebagai salah satu ilmu dasar yang

dewasa ini telah berkembang amat

pesat baik materi maupun

kegunaannya

Dari beberapa pendapat

yang telah dikemukakan di atas

maka dapat disimpulkan bahwa

mata pelajaran matematika adalah

sebuah bidang ilmu yang paling

mendasar dari kehidupan sehari-

hari manusia di mana ilmu tersebut

berkenaan dengan ide-ide

hubungan-hubungan dan struktur-

struktur berkaitan dengan konsep-

konsep abstrak yang tersusun

secara hirarkis dan telah diatur

secara logis

Dimensi Mata Pelajaran

Matematika

Dalam Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjut Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001)

mengatakan bahwa didalam mata

pelajaran matematika terdapat 4

dimensi yaitu

a Mata pelajaran matematika

meliputi terjadinya proses

belajar mengajar yaitu berupa

sebuah kegiatan yang

terintegrasi (utuh terpadu)

antara siswa sebagai pelajar

yang sedang belajar dengan

guru sebagai pengajar yang

sedang mengajar dalam

suasana yang bersifat

pengajaran

b Mata pelajaran matematika di

sekolah terdiri atas bagian-

bagian matematika yang di

pilih guna menumbuh

kembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk

pribadi siswa serta berpandu

pada perkembangan ilmu dan

teknologi

c Mata pelajaran matematika

berkenaan dengan materi yang

memerlukan kegiatan berfikir

yang berhubungan dengan

struktur lebih tinggi di mana

hal itu telah terbentuk dari apa

yang sudah dipelajari

sebelumnya Artinya bahan

pelajaran matematika harus

bermakna agar sesuai dengan

kemampuan dan struktur

kognitif yang dimiliki peserta

didik

d Mata pelajaran matematika

memerlukan penggunaan

metode instruksional

Remaja

Secara umum periode

remaja merupakan klimaks dari

periode-periode perkembangan

sebelumnya Dalam periode ini apa

yang diperoleh dalam masa-masa

sebelumnya di uji dan dibuktikan

sehingga dalam periode

selanjutnya individu telah

mempunyai suatu pola pribadi

yang lebih mantap Periode remaja

adalah masa transisi dalam periode

anak-anak ke periode dewasa awal

periode remaja dikelompokkan

menjadi dua fase yaitu fase remaja

awal dan fase remaja akhir

(Riyanti Prabowo dan Puspitawati

1996) Masa remaja adalah masa

dimulainya perkembangan kognitif

yang mengarah pada pemikiran

operasional formal yang lebih

abstrak daripada pemikiran seorang

anak Pemikiran remaja tidak lagi

berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-

kemungkinan hipotesis atau dalil-

dalil dan penalaran yang benar-

benar abstrak (Santrock 2003)

Menurut Papalia (2004) periode

remaja adalah periode yang sudah

mulai mengabungkan pengalaman

yang di peroleh sebelumnya

dengan tantangan saat ini dan

memikirkan keadaan di masa yang

akan datang

Dari beberapa definisi

remaja yang diberikan oleh para

ahli dapat di tarik kesimpulan

bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa Pada masa remaja

merupakan masa awal dari

pembentukan proses pemikiran

operasional yang lebih abstrak

Sehingga pada masa ini remaja

sudah mulai membandingkan

antara pengalaman di masa lalu

dengan keadaan di masa sekarang

dan mulai memikirkan masa yang

datang

Batasan Usia

Periode remaja dianggap

sebagai masa-masa yang amat

penting dalam kehidupan individu

khususnya dalam pembentukan

kepribadian Masa remaja dibagi

dua bagian yaitu (1) periode remaja

awal (early adolescence) yaitu

berkisar antara umur 13-17 tahun

dan periode remaja akhir yaitu

umur 17 tahun sampai dengan 18

tahun (Puspitawati 1996)

Bedasarkan teori

perkembangan kognitif Piaget

(dalam Santrock 2003) masa

remaja dimulai pada usia 11 tahun

sampai dengan 15 tahun dalam

usia ini remaja sudah dapat berfikir

secara operasional formal Masa

remaja atau pubertas adalah proses

menuju kedewasaan seksual atau

kesuburan (kemampuan untuk

reproduksi) pada periode ini selain

perkembangan fisik diikuti pula

dengan perkembangan kognitif

sosial otonomi harga diri dan

keintiman dalam hubungan seksual

(Papalia 2004) Menurut Papalia

(2004) masa remaja dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu

remaja awal dimulai dari usia 11-

13 tahun remaja madya dimulai

dari usia 13 tahun sampai dengan

18 tahun dan remaja akhir dimulai

dari usia 18 tahun sampai dengan

21 tahun

Dari uraian yang

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa usia remaja

adalah dimulai dari 11 tahun

sampai dengan 21 tahun

Karakteristik Remaja

Periode remaja adalah

periode pemantapan identitas diri

Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo

yang dipengaruhi oleh pandangan

orang-orang sekitarnya serta

pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola

perilakunya sebagai orang dewasa

Pemantapan identitas diri ini tidak

selalu mulus tetapi sering melalui

proses yang panjang dan

bergejolak Oleh karena itu banyak

ahli menamakan periode ini

sebagai masa-masa strom and

stress atau masa up and down

(Santrock 2003)

Remaja adalah seorang

idealis remaja memandang

dunianya seperti apa yang

diinginkannya bukan sebagaimana

adanya Remaja suka mimpi-mimpi

yang membuatnya marah cepat

tersinggung atau frustasi Selain

itu oleh keluarga dan masyarakat

remaja di anggap sudah menginjak

dewasa sehingga remaja diberi

tanggung jawab yang sama dengan

seorang yang sudah dewasa

Remaja mulai memperhatikan

prestasi dalam segala hal karena

ini memberinya nilai tambah untuk

kedudukan sosialnya di antara

teman sebaya maupun orang-orang

dewasa

Hubungan antara

Kecemasan Menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika dengan

Prestasi Akademik

Matematika pada Remaja

Masa remaja dapat dikatakan

sebuah masa peralihan antara masa

anak-anak menuju ke masa dewasa

Menurut Santrock (2003) Masa remaja

merupakan masa dimulainya

perkembangan kognitif yang mengarah

pada pemikiran operasional formal

yang lebih abstrak daripada pemikiran

seorang anak Pemikiran remaja tidak

lagi berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-kemungkinan

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

matematika yang rendah ketika

diberikan tes matematika tanpa ada

pemberitahuan sebelumnya yang

membuat siswa menjadi tidak siap hal

ini dikarenakan oleh situasi dan

suasana tes yang membuat mereka

cemas Sebaliknya para siswa ini

memperlihatkan nilai yang lebih baik

jika berada pada kondisi yang lebih

optimal dalam arti unsur-unsur yang

membuat siswa berada dibawah

tekanan dikurangi atau dihilangkan

sama sekali Ini menunjukkan bahwa

sebenarnya para siswa tersebut

menguasai materi matematika yang

diujikan tapi gagal memperlihatkan

kemampuan mereka yang sebenarnya

karena kecemasan yang melanda siswa

saat mengerjakan soal-soal Sehingga

kecemasan pada saat mengikuti tes

matematika akan mempengaruhi

prestasi akademik matematikanya

Kecemasan menghadapi

pelajaran matematika tidak hanya

disebabkan oleh situasi dan suasana

tes Namun kecemasan pada pelajaran

matematika disebabkan pula oleh

faktor lain salah satunya adalah guru

di mana faktor tersebut dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini sesuai

dengan Nawangsari (2000) laporan

dari hasil pengamatannya pada seluruh

siswa-siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

kecemasan siswa dalam menghadapi

matematika akan berpengaruh dengan

prestasi akademiknya Di mana 53

dipengaruhi oleh materi pelajaran yang

di anggap sulit kemudian di susul 26

dipengaruhi oleh fasilitas yang

kurang memadai dan 23 dipengaruhi

oleh cara mengajar yang sulit dipahami

(Nawangsari 2000)

Berdasarkan Latar belakang

masalah yang telah diuraikan di atas

dihasilkan sebuah rumusan masalah

penelitian sebagai berikut Apakah

ada hubungan antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Tujuan Penelitian

Penulis ingin menguji

hubungan antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Manfaat Penelitian

1 Manfaat Teoritis

Berdasarkan hasil data

dalam penelitian ini terlihat bahwa

terdapat hubungan negatif antara

kecemasan dalam menghadapi

mata pelajaran matematika dengan

prestasi akademik matematika pada

remaja Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan dan

sumbangan bagi perkembangan

ilmu psikologi khususnya

psikologi pendidikan terutama

yang berkaitan prestasi akademik

matematika pada remaja Penelitian

ini diharapkan dapat memberikan

tambahan data empiris yang telah

teruji secara ilmiah mengenai rata-

rata terdapat kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika pada siswa dan siswi

kelas XI di Sekolah Menengah

Umum Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi berada pada taraf sedang

dimana kecemasan tersebut

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa dan siswi Hasil

penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi yang

bermanfaat bagi peneliti-peneliti

lain yang berminat di bidang yang

sama

2 Manfaat Praktis

Dari hasil penlitian ini

diketahui bahwa terdapat hubungan

negatif antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

Pada penelitian ini kecemasan

siswa dan siswi dalam menghadapi

mata pelajaran matematika berada

pada taraf sedang ini berarti bahwa

siswa dan siswi rata-rata memiliki

kecemasan dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

sehingga diharapkan siswa dan

siswi dapat mengurangi kecemasan

dalam menghadapi mata pelajaran

matematika Cara mengurangi

kecemasan itu dapat dilakukan

dengan memperbanyak

mengerjakan latihan-latihan

matematika memperdalam materi-

materi yang telah diberikan oleh

guru matematika dan hal-hal lain

yang berkaitan dengan mata

pelajaran matematika Selain itu

hasil penelitian ini juga diharapkan

dapat membantu memberikan

informasi khususnya kepada para

orang tua konselor sekolah guru

dan seluruh masyarakat agar dapat

memberikan stimulus-stimulus

yang berkaitan dengan matematika

dan menyediakan sarana dan

prasarana yang menunjang

efektifitas belajar matematika

sehingga menumbuhkan rasa

senang didalam diri siswa saat

belajar matematika Bila

kecemasan dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

berkurang diharapkan akan dapat

meningkatkan prestasi akademik

matematika

Kecemasan

Crow dan Crow (dalam

Hartanti 1997) mengemukakan

bahwa kecemasan adalah sesuatu

kondisi kurang menyenangkan

yang di alami oleh individu yang

dapat mempengaruhi keadaan

fisiknya Senada dengan yang

dikemukakan oleh Crow dan Crow

menurut Soehardjono (1988)

kecemasan adalah manifestasi dari

gejala-gejala atau gangguan

fisiologik seperti gemetar banyak

keringat mual sakit kepala sering

buang-buang air palpitasi (debaran

atau berdebar-debar)

Menurut Rathus (dalam

Nawangsari 2001) kecemasan

didefinisikan sebagai keadaan

psikologis yang ditandai oleh

adanya tekanan ketakutan

kegalauan dan ancaman yang

berasal dari lingkungan Sementara

itu menurut Zakiyah Derajat

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah manifestasi dari berbagai

proses emosi yang bercampur

aduk yang terjadi ketika individu

sedang mengalami tekanan

perasaan atau frustasi dan

pertentangan batin atau konflik

Sedangkan menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah suatu

kondisi yang tidak menyenangkan

meliputi rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak suka yang

sifatnya subjektif dan timbul

karena adanya perasaan tidak aman

terhadap bahaya yang diduga akan

terjadi

Dari berbagai definisi di

atas maka dapat disimpulkan

bahwa kecemasan merupakan

kumpulan dari berbagai kondisi

fisiologis dan psikologis sehingga

menimbulkan berbagai macam

reaksi di dalam diri individu

seperti gemetar banyak keringat

mual sakit kepala palpitasi rasa

takut rasa tegang khawatir

binggung dan lain sebagainya

Faktor yang Mempengaruhi

Kecemasan

Freud (dalam

Soehardjono1988) mengutarakan

kecemasan dapat terjadi karena

keadaan seperti berikut

a Kehilangan orang yang

dicintai seperti kehilangan

seorang guru yang di cintai

b Konflik yang tidak

terselesaikan antara kebutuhan

untuk pemuasan instinktual dan

keadaan lingkungan melarang

pemuasan tersebut

Jersild dari Ahli Konstitusi

mengatakan bahwa kecemasan

dipengaruhi oleh faktor konstitusi

individu Menurut Freud dari Ahli

Psikoanalisis kecemasan

merupakan akibat dari hasil konflik

antara dorongan instingtual yang

ingin mencari kepuasan dengan

kekuatan represi untuk

menghambat dorongan yang

muncul Sementara itu Calvin S

Hall dari Ahli Kultural mengatakan

bahwa kecemasan di pandang

sebagai ekspresi langsung dari

pengaruh sosio-kultural Mowrer

dari Ahli Teori Belajar mengatakan

kecemasan dipengaruhi oleh pola

belajar ldquoConditioningrdquo dengan

adaptasi yang salah serta

didasarkan pada pembentukkan

ldquoConditioned Reflexrdquo Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari

Ahli Psikoanalisis Calvin S Hall

dari Ahli Kultural dan Mowrer dari

Ahli Teori Belajar bersepakat

untuk menggabungkan pendapat

masing-masing menjadi dua faktor

yang mempengaruhi kecemasan

(dalam Soeharjono 1988) yaitu

a Mikrokosmos (keadaan diri

individu)

1) Sifat dasar konstitusi

individu sejak lahir yang

meliputi emosi tingkah

laku dan proses berfikir

individu

2) Keadaan biologi individu

seperti jenis kelamin

3) Perkembangan individu

yang dapat dilihat dari usia

individu

b Makrokosmos (keadaan

lingkungan)

1) Orang tua atau keluarga

dirumah

2) Sekolah (kelas) tetangga

teman-teman

3) Masyarakat meliputi

keadaan sosial budaya

lingkungan agama dan

sebagainya

Berdasarkan kedua

pendapat yang dikemukakan oleh

Freud (dalam Soehardjono1988)

dan penggabungan pendapat dari

Jersild dari Ahli Konstitusi (ahli

yang meneliti tentang sifat alamiah

yang dimiliki oleh setiap individu)

Freud dari Ahli Psikoanalisis

Calvin S Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

dapat ditarik kesimpulan bahwa

faktor yang mempengaruhi

kecemasan adalah keadaan

lingkungan di mana keadaan itu

dapat dilihat pada lingkungan

sekolah terutama di dalam kelas

atau karena kehilangan orang yang

dicintai misalnya guru orang tua

teman dan lain sebagainya selain

itu dipengaruhi pula oleh keadaan

didalam diri individu seperti

keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari

usia individu selain itu dapat pula

disebabkan oleh konflik yang tidak

dapat terselesaikan antara

kebutuhan untuk pemuasan

instinktual individu dengan

keadaan lingkungan melarang

pemuasan yang dinginkan oleh

individu

Komponen-Komponen

Kecemasan

Menurut Dacey (2000)

dalam mengenali gejala kecemasan

dapat di tinjau melalui tiga

komponen yaitu

a Komponen Psikologis berupa

kegelisahan gugup tegang

cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut

b Komponen Fisiologis berupa

jantung berdebar keringat

dingin pada telapak tangan

tekanan darah meninggi

(mudah emosi) respon kulit

terhadap aliran galvanis

(sentuhan dari luar) berkurang

gerakan peristaltik (gerakan

berulang-ulang tanpa disadari)

bertambah gejala somatik atau

fisik (otot) gejala somatik atau

fisik (sensorik) gejala

Respiratori (pernafasan) gejala

Gastrointertinal (pencernaan)

gejala Urogenital (perkemihan

dan kelamin)

c Komponen Sosial

sebuah perilaku yang

ditunjukkan oleh individu di

lingkungannya Perilaku itu

dapat berupa tingkah laku

(sikap) dan gangguan tidur

Berdasarkan penjelasan

yang telah dikemukakan oleh

Dacey (2000) bahwa dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

di lihat dari tiga komponen Di

mana ke tiga komponen tersebut

adalah komponen psikologis

komponen fisiologis dan

komponen sosial

Dampak Kecemasan

Menurut Hartanti (1997)

kecemasan akan membawa

individu mengantisipasi situasi

ketakutan yang tak berbahaya

membesar-besarkan bahaya atau

risiko sehingga dapat menghambat

kegiatan individu dalam menjalani

kehidupannya Sementara itu

menurut Horney (dalam

Soeharjono 1988) individu yang

mengalami kecemasan akan terus-

menerus membentuk defens

(pertahanan) di dalam dirinya

untuk melawan lingkungan yang di

anggap tidak adil dan kejam

terhadap dirinya Perlawanan yang

dilakukan oleh individu terhadap

lingkungannya akan membuat

individu semakin tidak mempunyai

kekuatan untuk mengubahnya dan

dapat melemahkan kemampuannya

dalam menumbuhkan kepercayaan

pada dirinya

Dari pendapat yang

dikemukakan oleh Hartanti (1997)

dan Horney (dalam Soeharjono

1988) mengenai dampak

kecemasan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa dampak

kecemasan adalah sebuah

perlawanan yang dilakukan oleh

individu terhadap sesuatu yang

dapat membuat individu cemas di

mana bila individu terus-menerus

melakukan perlawanan pada

kondisi ini maka kegiatan individu

akan terganggu individu akan

merasa tidak berdaya untuk

merubah kondisi tersebut dan

individu menjadi kurang percaya

pada kemampuan yang

dimilikinya

Prestasi Akademik

Penilaian terhadap hasil

belajar siswa untuk mengetahui

sejauhmana siswa telah mencapai

sasaran belajar inilah yang disebut

sebagai prestasi akademik Winkel

(dalam Christantie 2007)

mengatakan bahwa proses belajar

yang dialami oleh siswa

menghasilkan perubahan-

perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman

dalam bidang nilai sikap dan

keterampilan Adanya perubahan

tersebut tampak dalam prestasi

akademik yang dihasilkan oleh

siswa terhadap pertanyaan

persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui

prestasi akademik siswa dapat

mengetahui kemajuan-kemajuan

yang telah dicapainya dalam

belajar Menurut Poerwodarminto

(dalam Wahyuningsih 2004) yang

dimaksud dengan prestasi adalah

hasil yang telah dicapai dilakukan

atau dikerjakan oleh individu

Sedangkan prestasi akademik itu

sendiri diartikan sebagai prestasi

yang dicapai oleh seorang siswa

pada jangka waktu tertentu dan di

catat dalam buku rapor sekolah

Berdasarkan beberapa

pendapat yang telah dikemukakan

oleh Winkel (dalam Christantie

2007) dan Poerwodarminto (dalam

Wahyuningsih 2004) maka dapat

di tarik kesimpulan mengenai

pengertian prestasi akademik yaitu

suatu cara yang dilakukan untuk

memberikan penilaian terhadap

hasil-hasil belajar siswa yang

dilakukan dalam jangka waktu

tertentu dan di catat dalam buku

prestasi siswa atau buku rapor

siswa di sekolah

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Prestasi

Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

Riyanti Prabowo dan

Puspitawati (1996) faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi

akademik dapat digolongkan

menjadi dua bagian yaitu faktor

internal dan faktor eksternal

b Faktor Internal

Merupakan faktor yang

berasal dari dalam diri siswa

yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik Faktor ini

dapat dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu

1) Faktor fisiologis

Dalam hal ini

faktor fisiologis yang

dimaksud adalah faktor

yang berhubungan dengan

kesehatan dan pancaindera

yaitu

a) Kesehatan badan

Untuk dapat

menempuh studi yang

baik siswa perlu

memperhatikan dan

memelihara kesehatan

tubuhnya Keadaan fisik

yang lemah dapat

menjadi penghalang

bagi siswa dalam

menyelesaikan program

studinya Dalam upaya

memelihara kesehatan

fisiknya siswa perlu

memperhatikan pola

makan dan pola tidur

untuk memperlancar

metabolisme dalam

tubuhnya Selain itu

juga untuk memelihara

kesehatan bahkan juga

dapat meningkatkan

ketangkasan fisik

dibutuhkan olahraga

yang teratur

b) Pancaindera

Berfungsinya

pancaindera merupakan

syarat berlangsungnya

belajar yang baik

Dalam sistem

pendidikan dewasa ini

di antara pancaindera

itu yang paling

memegang peranan

dalam belajar adalah

mata dan telinga Hal

ini penting karena

sebagian besar hal-hal

yang dipelajari oleh

manusia dipelajari

melalui penglihatan dan

pendengaran Dengan

demikian seorang anak

yang memiliki cacat

fisik atau bahkan cacat

mental akan

menghambat dirinya di

dalam menangkap

pelajaran sehingga

pada akhirnya akan

mempengaruhi prestasi

akademiknya di

sekolah

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor

psikologis yang dapat

mempengaruhi prestasi

akademik siswa antara lain

adalah

a) Inteligensi

Pada umumnya

prestasi akademik yang

ditampilkan siswa

mempunyai kaitan yang

erat dengan tingkat

kecerdasan yang

dimiliki siswa Taraf

inteligensi ini sangat

mempengaruhi prestasi

akademik seorang

siswa di mana siswa

yang memiliki taraf

inteligensi tinggi

mempunyai peluang

lebih besar untuk

mencapai prestasi

akademik yang lebih

tinggi Sebaliknya

siswa yang memiliki

taraf inteligensi yang

rendah diperkirakan

juga akan memiliki

prestasi akademik yang

rendah Namun

bukanlah suatu yang

tidak mungkin jika

siswa dengan taraf

inteligensi rendah

memiliki prestasi

akademik yang tinggi

dan begitu pula

sebaliknya

b) Sikap

Sikap yang

pasif rendah diri dan

kurang percaya diri

dapat merupakan faktor

yang menghambat

siswa dalam

menampilkan prestasi

akademiknya

c) Motivasi

Motivasi belajar

merupakan faktor psikis

yang bersifat non

intelektual Peranannya

yang khas ialah dalam

hal gairah atau

semangat belajar siswa

yang termotivasi kuat

akan mempunyai

banyak energi untuk

melakukan kegiatan

belajar

c Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor

yang ada dalam diri siswa ada

hal-hal lain di luar diri yang

dapat mempengaruhi prestasi

akademik yang akan diraih

antara lain adalah

1) Faktor lingkungan keluarga

a) Sosial ekonomi

keluarga

Sosial ekonomi

keluarga yang memadai

akan membuat

seseorang lebih banyak

kesempatan

mendapatkan fasilitas

belajar yang lebih baik

mulai dari buku alat

tulis hingga pemilihan

sekolah

b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang

telah menempuh

jenjang pendidikan

tinggi cenderung lebih

memperhatikan dan

memahami pentingnya

pendidikan bagi anak-

anaknya dibandingkan

dengan yang

mempunyai jenjang

pendidikan yang lebih

rendah

c) Perhatian orang tua dan

suasana hubungan

antara anggota keluarga

Dukungan dari

keluarga merupakan

suatu pemacu semangat

berpretasi bagi

seseorang Dukungan

dalam hal ini bisa

secara langsung berupa

pujian atau nasihat

maupun secara tidak

langsung seperti

hubugan keluarga yang

harmonis

2) Faktor lingkungan sekolah

a) Sarana dan prasarana

Kelengkapan

fasilitas sekolah seperti

papan tulis kapur atau

spidol yang dapat

membantu kelancaran

proses belajar mengajar

di sekolah selain itu

bentuk ruangan

sirkulasi udara dan

lingkungan sekitar

sekolah juga dapat

mempengaruhi proses

belajar mengajar

b) Kompetensi guru dan

siswa

Kualitas guru

dan siswa sangat

penting dalam meraih

prestasi kelengkapan

sarana dan prasarana

tanpa disertai kinerja

yang baik dari para

penggunanya akan sia-

sia belaka Bila seorang

siswa merasa

kebutuhannya untuk

berprestasi dengan baik

di sekolah terpenuhi

misalnya dengan

tersedianya fasilitas dan

tenaga pendidik yang

berkualitas yang dapat

menimbulkan rasa

keingintahuan yang

besar hubungan dengan

guru dan teman-

temannya berlangsung

harmonis maka siswa

akan memperoleh iklim

belajar yang

menyenangkan Dengan

demikian siswa akan

terdorong untuk terus-

menerus meningkatkan

prestasi akademiknya

c) Kurikulum dan metode

mengajar

Hal ini meliputi

materi dan bagaimana

cara memberikan materi

tersebut kepada siswa

Metode pembelajaran

yang lebih interaktif

(terjadi melalui dua

arah) sangat diperlukan

untuk menumbuhkan

minat dan peran serta

siswa dalam kegiatan

pembelajaran

3) Faktor lingkungan

masyarakat

a) Sosial budaya

Pandangan

masyarakat tentang

pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi

kesungguhan pendidik

dan peserta didik

Masyarakat yang masih

memandang rendah

pendidikan akan enggan

mengirimkan anaknya

ke sekolah dan

cenderung memandang

rendah pekerjaan

gurupengajar

b) Partisipasi terhadap

pendidikan

Bila semua

pihak telah

berpartisipasi dan

mendukung kegiatan

pendidikan mulai dari

pemerintah (berupa

kebijakan dan

anggaran) sampai pada

masyarakat bawah

setiap orang akan lebih

menghargai dan

berusaha memajukan

pendidikan dan ilmu

pengetahuan

Pengukuran Prestasi Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

rapor merupakan perumusan

terakhir yang diberikan oleh guru

mengenai kemajuan atau hasil

belajar murid-muridnya selama

masa tertentu

Azwar (1996) menyebutkan

bahwa ada beberapa fungsi

penilaian dalam pendidikan yaitu

a Penilaian berfungsi selektif

(Fungsi Sumatif)

Fungsi penilaian ini

merupakan pengukuran akhir

dalam suatu program dan

hasilnya dipakai untuk

menentukan apakah siswa

dapat dinyatakan lulus atau

tidak dalam program

pendidikan tersebut Dengan

kata lain penilaian berfungsi

untuk membantu guru

mengadakan seleksi terhadap

beberapa siswa misalnya

1) Memilih siswa yang akan

diterima di sekolah

2) Memilih siswa untuk dapat

naik kelas

3) Memilih siswa yang

seharusnya dapat beasiswa

b Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi penilaian ini

selain untuk mengetahui hasil

yang dicapai siswa juga

mengetahui kelemahan siswa

sehingga dengan adanya

penilaian maka guru dapat

mengetahui kelemahan dan

kelebihan masing-masing

siswa Jika guru dapat

mendeteksi kelemahan siswa

maka kelemahan tersebut dapat

segera diperbaiki

c Penilaian berfungsi sebagai

penempatan (Placement)

Setiap siswa memiliki

kemampuan berbeda satu sama

lain Penilaian dilakukan untuk

mengetahui di mana

seharusnya siswa tersebut

ditempatkan sesuai dengan

kemampuannya yang telah

diperlihatkannya pada prestasi

belajar yang telah dicapainya

Sebagai contoh penggunaan

nilai rapor SMU kelas I

menentukan jurusan studi di

kelas II dan III

d Penilaian berfungsi sebagai

pengukur keberhasilan (Fungsi

Formatif)

Penilaian berfungsi

untuk mengetahui sejauh mana

suatu program dapat

diterapkan Sebagai contoh

adalah raport di setiap semester

di sekolah-sekolah tingkat

dasar dan menegah dapat

dipakai untuk mengetahui

apakah program pendidikan

yang telah diterapkan berhasil

diterapkan atau tidak pada

siswa tersebut

Raport biasanya

menggambil nilai dari angka 1

sampai dengan 10 terutama

pada siswa SD sampai SMU

tetapi dalam kenyataan nilai

terendah dalam rapor yaitu 4

dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai

di bawah 5 berarti tidak baik

atau buruk sedangkan nilai-

nilai di atas 5 seperti nilai 6

dikategorikan cukup untuk

nilai 7 dikategorikan lebih dari

cukup untuk nilai 8

dikategorikan baik dan untuk

nilai 9 dikategorikan sangat

baik

Mata Pelajaran Matematika

Hudoyo (dalam Yoenanto

2002) mendefinisikan mata

pelajaran matematika adalah

sebagai bidang ilmu yang

berkenaan dengan ide-ide struktur-

struktur dan hubungan-hubungan

yang di atur secara logis sehingga

pelajaran matematika berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

yang tersusun secara hirarkis dan

dengan penalaran deduktif

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas

ide-ide hubungan-hubungan

struktur-struktur yang berkaitan

dengan konsep secara abstrak dan

berguna dalam kehidupan sehari-

hari Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001) yang di

maksud dengan mata pelajaran

matematika adalah matematika

sebagai salah satu ilmu dasar yang

dewasa ini telah berkembang amat

pesat baik materi maupun

kegunaannya

Dari beberapa pendapat

yang telah dikemukakan di atas

maka dapat disimpulkan bahwa

mata pelajaran matematika adalah

sebuah bidang ilmu yang paling

mendasar dari kehidupan sehari-

hari manusia di mana ilmu tersebut

berkenaan dengan ide-ide

hubungan-hubungan dan struktur-

struktur berkaitan dengan konsep-

konsep abstrak yang tersusun

secara hirarkis dan telah diatur

secara logis

Dimensi Mata Pelajaran

Matematika

Dalam Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjut Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001)

mengatakan bahwa didalam mata

pelajaran matematika terdapat 4

dimensi yaitu

a Mata pelajaran matematika

meliputi terjadinya proses

belajar mengajar yaitu berupa

sebuah kegiatan yang

terintegrasi (utuh terpadu)

antara siswa sebagai pelajar

yang sedang belajar dengan

guru sebagai pengajar yang

sedang mengajar dalam

suasana yang bersifat

pengajaran

b Mata pelajaran matematika di

sekolah terdiri atas bagian-

bagian matematika yang di

pilih guna menumbuh

kembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk

pribadi siswa serta berpandu

pada perkembangan ilmu dan

teknologi

c Mata pelajaran matematika

berkenaan dengan materi yang

memerlukan kegiatan berfikir

yang berhubungan dengan

struktur lebih tinggi di mana

hal itu telah terbentuk dari apa

yang sudah dipelajari

sebelumnya Artinya bahan

pelajaran matematika harus

bermakna agar sesuai dengan

kemampuan dan struktur

kognitif yang dimiliki peserta

didik

d Mata pelajaran matematika

memerlukan penggunaan

metode instruksional

Remaja

Secara umum periode

remaja merupakan klimaks dari

periode-periode perkembangan

sebelumnya Dalam periode ini apa

yang diperoleh dalam masa-masa

sebelumnya di uji dan dibuktikan

sehingga dalam periode

selanjutnya individu telah

mempunyai suatu pola pribadi

yang lebih mantap Periode remaja

adalah masa transisi dalam periode

anak-anak ke periode dewasa awal

periode remaja dikelompokkan

menjadi dua fase yaitu fase remaja

awal dan fase remaja akhir

(Riyanti Prabowo dan Puspitawati

1996) Masa remaja adalah masa

dimulainya perkembangan kognitif

yang mengarah pada pemikiran

operasional formal yang lebih

abstrak daripada pemikiran seorang

anak Pemikiran remaja tidak lagi

berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-

kemungkinan hipotesis atau dalil-

dalil dan penalaran yang benar-

benar abstrak (Santrock 2003)

Menurut Papalia (2004) periode

remaja adalah periode yang sudah

mulai mengabungkan pengalaman

yang di peroleh sebelumnya

dengan tantangan saat ini dan

memikirkan keadaan di masa yang

akan datang

Dari beberapa definisi

remaja yang diberikan oleh para

ahli dapat di tarik kesimpulan

bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa Pada masa remaja

merupakan masa awal dari

pembentukan proses pemikiran

operasional yang lebih abstrak

Sehingga pada masa ini remaja

sudah mulai membandingkan

antara pengalaman di masa lalu

dengan keadaan di masa sekarang

dan mulai memikirkan masa yang

datang

Batasan Usia

Periode remaja dianggap

sebagai masa-masa yang amat

penting dalam kehidupan individu

khususnya dalam pembentukan

kepribadian Masa remaja dibagi

dua bagian yaitu (1) periode remaja

awal (early adolescence) yaitu

berkisar antara umur 13-17 tahun

dan periode remaja akhir yaitu

umur 17 tahun sampai dengan 18

tahun (Puspitawati 1996)

Bedasarkan teori

perkembangan kognitif Piaget

(dalam Santrock 2003) masa

remaja dimulai pada usia 11 tahun

sampai dengan 15 tahun dalam

usia ini remaja sudah dapat berfikir

secara operasional formal Masa

remaja atau pubertas adalah proses

menuju kedewasaan seksual atau

kesuburan (kemampuan untuk

reproduksi) pada periode ini selain

perkembangan fisik diikuti pula

dengan perkembangan kognitif

sosial otonomi harga diri dan

keintiman dalam hubungan seksual

(Papalia 2004) Menurut Papalia

(2004) masa remaja dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu

remaja awal dimulai dari usia 11-

13 tahun remaja madya dimulai

dari usia 13 tahun sampai dengan

18 tahun dan remaja akhir dimulai

dari usia 18 tahun sampai dengan

21 tahun

Dari uraian yang

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa usia remaja

adalah dimulai dari 11 tahun

sampai dengan 21 tahun

Karakteristik Remaja

Periode remaja adalah

periode pemantapan identitas diri

Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo

yang dipengaruhi oleh pandangan

orang-orang sekitarnya serta

pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola

perilakunya sebagai orang dewasa

Pemantapan identitas diri ini tidak

selalu mulus tetapi sering melalui

proses yang panjang dan

bergejolak Oleh karena itu banyak

ahli menamakan periode ini

sebagai masa-masa strom and

stress atau masa up and down

(Santrock 2003)

Remaja adalah seorang

idealis remaja memandang

dunianya seperti apa yang

diinginkannya bukan sebagaimana

adanya Remaja suka mimpi-mimpi

yang membuatnya marah cepat

tersinggung atau frustasi Selain

itu oleh keluarga dan masyarakat

remaja di anggap sudah menginjak

dewasa sehingga remaja diberi

tanggung jawab yang sama dengan

seorang yang sudah dewasa

Remaja mulai memperhatikan

prestasi dalam segala hal karena

ini memberinya nilai tambah untuk

kedudukan sosialnya di antara

teman sebaya maupun orang-orang

dewasa

Hubungan antara

Kecemasan Menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika dengan

Prestasi Akademik

Matematika pada Remaja

Masa remaja dapat dikatakan

sebuah masa peralihan antara masa

anak-anak menuju ke masa dewasa

Menurut Santrock (2003) Masa remaja

merupakan masa dimulainya

perkembangan kognitif yang mengarah

pada pemikiran operasional formal

yang lebih abstrak daripada pemikiran

seorang anak Pemikiran remaja tidak

lagi berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-kemungkinan

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

Manfaat Penelitian

1 Manfaat Teoritis

Berdasarkan hasil data

dalam penelitian ini terlihat bahwa

terdapat hubungan negatif antara

kecemasan dalam menghadapi

mata pelajaran matematika dengan

prestasi akademik matematika pada

remaja Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan dan

sumbangan bagi perkembangan

ilmu psikologi khususnya

psikologi pendidikan terutama

yang berkaitan prestasi akademik

matematika pada remaja Penelitian

ini diharapkan dapat memberikan

tambahan data empiris yang telah

teruji secara ilmiah mengenai rata-

rata terdapat kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika pada siswa dan siswi

kelas XI di Sekolah Menengah

Umum Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi berada pada taraf sedang

dimana kecemasan tersebut

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa dan siswi Hasil

penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi yang

bermanfaat bagi peneliti-peneliti

lain yang berminat di bidang yang

sama

2 Manfaat Praktis

Dari hasil penlitian ini

diketahui bahwa terdapat hubungan

negatif antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

Pada penelitian ini kecemasan

siswa dan siswi dalam menghadapi

mata pelajaran matematika berada

pada taraf sedang ini berarti bahwa

siswa dan siswi rata-rata memiliki

kecemasan dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

sehingga diharapkan siswa dan

siswi dapat mengurangi kecemasan

dalam menghadapi mata pelajaran

matematika Cara mengurangi

kecemasan itu dapat dilakukan

dengan memperbanyak

mengerjakan latihan-latihan

matematika memperdalam materi-

materi yang telah diberikan oleh

guru matematika dan hal-hal lain

yang berkaitan dengan mata

pelajaran matematika Selain itu

hasil penelitian ini juga diharapkan

dapat membantu memberikan

informasi khususnya kepada para

orang tua konselor sekolah guru

dan seluruh masyarakat agar dapat

memberikan stimulus-stimulus

yang berkaitan dengan matematika

dan menyediakan sarana dan

prasarana yang menunjang

efektifitas belajar matematika

sehingga menumbuhkan rasa

senang didalam diri siswa saat

belajar matematika Bila

kecemasan dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

berkurang diharapkan akan dapat

meningkatkan prestasi akademik

matematika

Kecemasan

Crow dan Crow (dalam

Hartanti 1997) mengemukakan

bahwa kecemasan adalah sesuatu

kondisi kurang menyenangkan

yang di alami oleh individu yang

dapat mempengaruhi keadaan

fisiknya Senada dengan yang

dikemukakan oleh Crow dan Crow

menurut Soehardjono (1988)

kecemasan adalah manifestasi dari

gejala-gejala atau gangguan

fisiologik seperti gemetar banyak

keringat mual sakit kepala sering

buang-buang air palpitasi (debaran

atau berdebar-debar)

Menurut Rathus (dalam

Nawangsari 2001) kecemasan

didefinisikan sebagai keadaan

psikologis yang ditandai oleh

adanya tekanan ketakutan

kegalauan dan ancaman yang

berasal dari lingkungan Sementara

itu menurut Zakiyah Derajat

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah manifestasi dari berbagai

proses emosi yang bercampur

aduk yang terjadi ketika individu

sedang mengalami tekanan

perasaan atau frustasi dan

pertentangan batin atau konflik

Sedangkan menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah suatu

kondisi yang tidak menyenangkan

meliputi rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak suka yang

sifatnya subjektif dan timbul

karena adanya perasaan tidak aman

terhadap bahaya yang diduga akan

terjadi

Dari berbagai definisi di

atas maka dapat disimpulkan

bahwa kecemasan merupakan

kumpulan dari berbagai kondisi

fisiologis dan psikologis sehingga

menimbulkan berbagai macam

reaksi di dalam diri individu

seperti gemetar banyak keringat

mual sakit kepala palpitasi rasa

takut rasa tegang khawatir

binggung dan lain sebagainya

Faktor yang Mempengaruhi

Kecemasan

Freud (dalam

Soehardjono1988) mengutarakan

kecemasan dapat terjadi karena

keadaan seperti berikut

a Kehilangan orang yang

dicintai seperti kehilangan

seorang guru yang di cintai

b Konflik yang tidak

terselesaikan antara kebutuhan

untuk pemuasan instinktual dan

keadaan lingkungan melarang

pemuasan tersebut

Jersild dari Ahli Konstitusi

mengatakan bahwa kecemasan

dipengaruhi oleh faktor konstitusi

individu Menurut Freud dari Ahli

Psikoanalisis kecemasan

merupakan akibat dari hasil konflik

antara dorongan instingtual yang

ingin mencari kepuasan dengan

kekuatan represi untuk

menghambat dorongan yang

muncul Sementara itu Calvin S

Hall dari Ahli Kultural mengatakan

bahwa kecemasan di pandang

sebagai ekspresi langsung dari

pengaruh sosio-kultural Mowrer

dari Ahli Teori Belajar mengatakan

kecemasan dipengaruhi oleh pola

belajar ldquoConditioningrdquo dengan

adaptasi yang salah serta

didasarkan pada pembentukkan

ldquoConditioned Reflexrdquo Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari

Ahli Psikoanalisis Calvin S Hall

dari Ahli Kultural dan Mowrer dari

Ahli Teori Belajar bersepakat

untuk menggabungkan pendapat

masing-masing menjadi dua faktor

yang mempengaruhi kecemasan

(dalam Soeharjono 1988) yaitu

a Mikrokosmos (keadaan diri

individu)

1) Sifat dasar konstitusi

individu sejak lahir yang

meliputi emosi tingkah

laku dan proses berfikir

individu

2) Keadaan biologi individu

seperti jenis kelamin

3) Perkembangan individu

yang dapat dilihat dari usia

individu

b Makrokosmos (keadaan

lingkungan)

1) Orang tua atau keluarga

dirumah

2) Sekolah (kelas) tetangga

teman-teman

3) Masyarakat meliputi

keadaan sosial budaya

lingkungan agama dan

sebagainya

Berdasarkan kedua

pendapat yang dikemukakan oleh

Freud (dalam Soehardjono1988)

dan penggabungan pendapat dari

Jersild dari Ahli Konstitusi (ahli

yang meneliti tentang sifat alamiah

yang dimiliki oleh setiap individu)

Freud dari Ahli Psikoanalisis

Calvin S Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

dapat ditarik kesimpulan bahwa

faktor yang mempengaruhi

kecemasan adalah keadaan

lingkungan di mana keadaan itu

dapat dilihat pada lingkungan

sekolah terutama di dalam kelas

atau karena kehilangan orang yang

dicintai misalnya guru orang tua

teman dan lain sebagainya selain

itu dipengaruhi pula oleh keadaan

didalam diri individu seperti

keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari

usia individu selain itu dapat pula

disebabkan oleh konflik yang tidak

dapat terselesaikan antara

kebutuhan untuk pemuasan

instinktual individu dengan

keadaan lingkungan melarang

pemuasan yang dinginkan oleh

individu

Komponen-Komponen

Kecemasan

Menurut Dacey (2000)

dalam mengenali gejala kecemasan

dapat di tinjau melalui tiga

komponen yaitu

a Komponen Psikologis berupa

kegelisahan gugup tegang

cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut

b Komponen Fisiologis berupa

jantung berdebar keringat

dingin pada telapak tangan

tekanan darah meninggi

(mudah emosi) respon kulit

terhadap aliran galvanis

(sentuhan dari luar) berkurang

gerakan peristaltik (gerakan

berulang-ulang tanpa disadari)

bertambah gejala somatik atau

fisik (otot) gejala somatik atau

fisik (sensorik) gejala

Respiratori (pernafasan) gejala

Gastrointertinal (pencernaan)

gejala Urogenital (perkemihan

dan kelamin)

c Komponen Sosial

sebuah perilaku yang

ditunjukkan oleh individu di

lingkungannya Perilaku itu

dapat berupa tingkah laku

(sikap) dan gangguan tidur

Berdasarkan penjelasan

yang telah dikemukakan oleh

Dacey (2000) bahwa dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

di lihat dari tiga komponen Di

mana ke tiga komponen tersebut

adalah komponen psikologis

komponen fisiologis dan

komponen sosial

Dampak Kecemasan

Menurut Hartanti (1997)

kecemasan akan membawa

individu mengantisipasi situasi

ketakutan yang tak berbahaya

membesar-besarkan bahaya atau

risiko sehingga dapat menghambat

kegiatan individu dalam menjalani

kehidupannya Sementara itu

menurut Horney (dalam

Soeharjono 1988) individu yang

mengalami kecemasan akan terus-

menerus membentuk defens

(pertahanan) di dalam dirinya

untuk melawan lingkungan yang di

anggap tidak adil dan kejam

terhadap dirinya Perlawanan yang

dilakukan oleh individu terhadap

lingkungannya akan membuat

individu semakin tidak mempunyai

kekuatan untuk mengubahnya dan

dapat melemahkan kemampuannya

dalam menumbuhkan kepercayaan

pada dirinya

Dari pendapat yang

dikemukakan oleh Hartanti (1997)

dan Horney (dalam Soeharjono

1988) mengenai dampak

kecemasan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa dampak

kecemasan adalah sebuah

perlawanan yang dilakukan oleh

individu terhadap sesuatu yang

dapat membuat individu cemas di

mana bila individu terus-menerus

melakukan perlawanan pada

kondisi ini maka kegiatan individu

akan terganggu individu akan

merasa tidak berdaya untuk

merubah kondisi tersebut dan

individu menjadi kurang percaya

pada kemampuan yang

dimilikinya

Prestasi Akademik

Penilaian terhadap hasil

belajar siswa untuk mengetahui

sejauhmana siswa telah mencapai

sasaran belajar inilah yang disebut

sebagai prestasi akademik Winkel

(dalam Christantie 2007)

mengatakan bahwa proses belajar

yang dialami oleh siswa

menghasilkan perubahan-

perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman

dalam bidang nilai sikap dan

keterampilan Adanya perubahan

tersebut tampak dalam prestasi

akademik yang dihasilkan oleh

siswa terhadap pertanyaan

persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui

prestasi akademik siswa dapat

mengetahui kemajuan-kemajuan

yang telah dicapainya dalam

belajar Menurut Poerwodarminto

(dalam Wahyuningsih 2004) yang

dimaksud dengan prestasi adalah

hasil yang telah dicapai dilakukan

atau dikerjakan oleh individu

Sedangkan prestasi akademik itu

sendiri diartikan sebagai prestasi

yang dicapai oleh seorang siswa

pada jangka waktu tertentu dan di

catat dalam buku rapor sekolah

Berdasarkan beberapa

pendapat yang telah dikemukakan

oleh Winkel (dalam Christantie

2007) dan Poerwodarminto (dalam

Wahyuningsih 2004) maka dapat

di tarik kesimpulan mengenai

pengertian prestasi akademik yaitu

suatu cara yang dilakukan untuk

memberikan penilaian terhadap

hasil-hasil belajar siswa yang

dilakukan dalam jangka waktu

tertentu dan di catat dalam buku

prestasi siswa atau buku rapor

siswa di sekolah

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Prestasi

Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

Riyanti Prabowo dan

Puspitawati (1996) faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi

akademik dapat digolongkan

menjadi dua bagian yaitu faktor

internal dan faktor eksternal

b Faktor Internal

Merupakan faktor yang

berasal dari dalam diri siswa

yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik Faktor ini

dapat dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu

1) Faktor fisiologis

Dalam hal ini

faktor fisiologis yang

dimaksud adalah faktor

yang berhubungan dengan

kesehatan dan pancaindera

yaitu

a) Kesehatan badan

Untuk dapat

menempuh studi yang

baik siswa perlu

memperhatikan dan

memelihara kesehatan

tubuhnya Keadaan fisik

yang lemah dapat

menjadi penghalang

bagi siswa dalam

menyelesaikan program

studinya Dalam upaya

memelihara kesehatan

fisiknya siswa perlu

memperhatikan pola

makan dan pola tidur

untuk memperlancar

metabolisme dalam

tubuhnya Selain itu

juga untuk memelihara

kesehatan bahkan juga

dapat meningkatkan

ketangkasan fisik

dibutuhkan olahraga

yang teratur

b) Pancaindera

Berfungsinya

pancaindera merupakan

syarat berlangsungnya

belajar yang baik

Dalam sistem

pendidikan dewasa ini

di antara pancaindera

itu yang paling

memegang peranan

dalam belajar adalah

mata dan telinga Hal

ini penting karena

sebagian besar hal-hal

yang dipelajari oleh

manusia dipelajari

melalui penglihatan dan

pendengaran Dengan

demikian seorang anak

yang memiliki cacat

fisik atau bahkan cacat

mental akan

menghambat dirinya di

dalam menangkap

pelajaran sehingga

pada akhirnya akan

mempengaruhi prestasi

akademiknya di

sekolah

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor

psikologis yang dapat

mempengaruhi prestasi

akademik siswa antara lain

adalah

a) Inteligensi

Pada umumnya

prestasi akademik yang

ditampilkan siswa

mempunyai kaitan yang

erat dengan tingkat

kecerdasan yang

dimiliki siswa Taraf

inteligensi ini sangat

mempengaruhi prestasi

akademik seorang

siswa di mana siswa

yang memiliki taraf

inteligensi tinggi

mempunyai peluang

lebih besar untuk

mencapai prestasi

akademik yang lebih

tinggi Sebaliknya

siswa yang memiliki

taraf inteligensi yang

rendah diperkirakan

juga akan memiliki

prestasi akademik yang

rendah Namun

bukanlah suatu yang

tidak mungkin jika

siswa dengan taraf

inteligensi rendah

memiliki prestasi

akademik yang tinggi

dan begitu pula

sebaliknya

b) Sikap

Sikap yang

pasif rendah diri dan

kurang percaya diri

dapat merupakan faktor

yang menghambat

siswa dalam

menampilkan prestasi

akademiknya

c) Motivasi

Motivasi belajar

merupakan faktor psikis

yang bersifat non

intelektual Peranannya

yang khas ialah dalam

hal gairah atau

semangat belajar siswa

yang termotivasi kuat

akan mempunyai

banyak energi untuk

melakukan kegiatan

belajar

c Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor

yang ada dalam diri siswa ada

hal-hal lain di luar diri yang

dapat mempengaruhi prestasi

akademik yang akan diraih

antara lain adalah

1) Faktor lingkungan keluarga

a) Sosial ekonomi

keluarga

Sosial ekonomi

keluarga yang memadai

akan membuat

seseorang lebih banyak

kesempatan

mendapatkan fasilitas

belajar yang lebih baik

mulai dari buku alat

tulis hingga pemilihan

sekolah

b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang

telah menempuh

jenjang pendidikan

tinggi cenderung lebih

memperhatikan dan

memahami pentingnya

pendidikan bagi anak-

anaknya dibandingkan

dengan yang

mempunyai jenjang

pendidikan yang lebih

rendah

c) Perhatian orang tua dan

suasana hubungan

antara anggota keluarga

Dukungan dari

keluarga merupakan

suatu pemacu semangat

berpretasi bagi

seseorang Dukungan

dalam hal ini bisa

secara langsung berupa

pujian atau nasihat

maupun secara tidak

langsung seperti

hubugan keluarga yang

harmonis

2) Faktor lingkungan sekolah

a) Sarana dan prasarana

Kelengkapan

fasilitas sekolah seperti

papan tulis kapur atau

spidol yang dapat

membantu kelancaran

proses belajar mengajar

di sekolah selain itu

bentuk ruangan

sirkulasi udara dan

lingkungan sekitar

sekolah juga dapat

mempengaruhi proses

belajar mengajar

b) Kompetensi guru dan

siswa

Kualitas guru

dan siswa sangat

penting dalam meraih

prestasi kelengkapan

sarana dan prasarana

tanpa disertai kinerja

yang baik dari para

penggunanya akan sia-

sia belaka Bila seorang

siswa merasa

kebutuhannya untuk

berprestasi dengan baik

di sekolah terpenuhi

misalnya dengan

tersedianya fasilitas dan

tenaga pendidik yang

berkualitas yang dapat

menimbulkan rasa

keingintahuan yang

besar hubungan dengan

guru dan teman-

temannya berlangsung

harmonis maka siswa

akan memperoleh iklim

belajar yang

menyenangkan Dengan

demikian siswa akan

terdorong untuk terus-

menerus meningkatkan

prestasi akademiknya

c) Kurikulum dan metode

mengajar

Hal ini meliputi

materi dan bagaimana

cara memberikan materi

tersebut kepada siswa

Metode pembelajaran

yang lebih interaktif

(terjadi melalui dua

arah) sangat diperlukan

untuk menumbuhkan

minat dan peran serta

siswa dalam kegiatan

pembelajaran

3) Faktor lingkungan

masyarakat

a) Sosial budaya

Pandangan

masyarakat tentang

pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi

kesungguhan pendidik

dan peserta didik

Masyarakat yang masih

memandang rendah

pendidikan akan enggan

mengirimkan anaknya

ke sekolah dan

cenderung memandang

rendah pekerjaan

gurupengajar

b) Partisipasi terhadap

pendidikan

Bila semua

pihak telah

berpartisipasi dan

mendukung kegiatan

pendidikan mulai dari

pemerintah (berupa

kebijakan dan

anggaran) sampai pada

masyarakat bawah

setiap orang akan lebih

menghargai dan

berusaha memajukan

pendidikan dan ilmu

pengetahuan

Pengukuran Prestasi Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

rapor merupakan perumusan

terakhir yang diberikan oleh guru

mengenai kemajuan atau hasil

belajar murid-muridnya selama

masa tertentu

Azwar (1996) menyebutkan

bahwa ada beberapa fungsi

penilaian dalam pendidikan yaitu

a Penilaian berfungsi selektif

(Fungsi Sumatif)

Fungsi penilaian ini

merupakan pengukuran akhir

dalam suatu program dan

hasilnya dipakai untuk

menentukan apakah siswa

dapat dinyatakan lulus atau

tidak dalam program

pendidikan tersebut Dengan

kata lain penilaian berfungsi

untuk membantu guru

mengadakan seleksi terhadap

beberapa siswa misalnya

1) Memilih siswa yang akan

diterima di sekolah

2) Memilih siswa untuk dapat

naik kelas

3) Memilih siswa yang

seharusnya dapat beasiswa

b Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi penilaian ini

selain untuk mengetahui hasil

yang dicapai siswa juga

mengetahui kelemahan siswa

sehingga dengan adanya

penilaian maka guru dapat

mengetahui kelemahan dan

kelebihan masing-masing

siswa Jika guru dapat

mendeteksi kelemahan siswa

maka kelemahan tersebut dapat

segera diperbaiki

c Penilaian berfungsi sebagai

penempatan (Placement)

Setiap siswa memiliki

kemampuan berbeda satu sama

lain Penilaian dilakukan untuk

mengetahui di mana

seharusnya siswa tersebut

ditempatkan sesuai dengan

kemampuannya yang telah

diperlihatkannya pada prestasi

belajar yang telah dicapainya

Sebagai contoh penggunaan

nilai rapor SMU kelas I

menentukan jurusan studi di

kelas II dan III

d Penilaian berfungsi sebagai

pengukur keberhasilan (Fungsi

Formatif)

Penilaian berfungsi

untuk mengetahui sejauh mana

suatu program dapat

diterapkan Sebagai contoh

adalah raport di setiap semester

di sekolah-sekolah tingkat

dasar dan menegah dapat

dipakai untuk mengetahui

apakah program pendidikan

yang telah diterapkan berhasil

diterapkan atau tidak pada

siswa tersebut

Raport biasanya

menggambil nilai dari angka 1

sampai dengan 10 terutama

pada siswa SD sampai SMU

tetapi dalam kenyataan nilai

terendah dalam rapor yaitu 4

dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai

di bawah 5 berarti tidak baik

atau buruk sedangkan nilai-

nilai di atas 5 seperti nilai 6

dikategorikan cukup untuk

nilai 7 dikategorikan lebih dari

cukup untuk nilai 8

dikategorikan baik dan untuk

nilai 9 dikategorikan sangat

baik

Mata Pelajaran Matematika

Hudoyo (dalam Yoenanto

2002) mendefinisikan mata

pelajaran matematika adalah

sebagai bidang ilmu yang

berkenaan dengan ide-ide struktur-

struktur dan hubungan-hubungan

yang di atur secara logis sehingga

pelajaran matematika berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

yang tersusun secara hirarkis dan

dengan penalaran deduktif

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas

ide-ide hubungan-hubungan

struktur-struktur yang berkaitan

dengan konsep secara abstrak dan

berguna dalam kehidupan sehari-

hari Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001) yang di

maksud dengan mata pelajaran

matematika adalah matematika

sebagai salah satu ilmu dasar yang

dewasa ini telah berkembang amat

pesat baik materi maupun

kegunaannya

Dari beberapa pendapat

yang telah dikemukakan di atas

maka dapat disimpulkan bahwa

mata pelajaran matematika adalah

sebuah bidang ilmu yang paling

mendasar dari kehidupan sehari-

hari manusia di mana ilmu tersebut

berkenaan dengan ide-ide

hubungan-hubungan dan struktur-

struktur berkaitan dengan konsep-

konsep abstrak yang tersusun

secara hirarkis dan telah diatur

secara logis

Dimensi Mata Pelajaran

Matematika

Dalam Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjut Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001)

mengatakan bahwa didalam mata

pelajaran matematika terdapat 4

dimensi yaitu

a Mata pelajaran matematika

meliputi terjadinya proses

belajar mengajar yaitu berupa

sebuah kegiatan yang

terintegrasi (utuh terpadu)

antara siswa sebagai pelajar

yang sedang belajar dengan

guru sebagai pengajar yang

sedang mengajar dalam

suasana yang bersifat

pengajaran

b Mata pelajaran matematika di

sekolah terdiri atas bagian-

bagian matematika yang di

pilih guna menumbuh

kembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk

pribadi siswa serta berpandu

pada perkembangan ilmu dan

teknologi

c Mata pelajaran matematika

berkenaan dengan materi yang

memerlukan kegiatan berfikir

yang berhubungan dengan

struktur lebih tinggi di mana

hal itu telah terbentuk dari apa

yang sudah dipelajari

sebelumnya Artinya bahan

pelajaran matematika harus

bermakna agar sesuai dengan

kemampuan dan struktur

kognitif yang dimiliki peserta

didik

d Mata pelajaran matematika

memerlukan penggunaan

metode instruksional

Remaja

Secara umum periode

remaja merupakan klimaks dari

periode-periode perkembangan

sebelumnya Dalam periode ini apa

yang diperoleh dalam masa-masa

sebelumnya di uji dan dibuktikan

sehingga dalam periode

selanjutnya individu telah

mempunyai suatu pola pribadi

yang lebih mantap Periode remaja

adalah masa transisi dalam periode

anak-anak ke periode dewasa awal

periode remaja dikelompokkan

menjadi dua fase yaitu fase remaja

awal dan fase remaja akhir

(Riyanti Prabowo dan Puspitawati

1996) Masa remaja adalah masa

dimulainya perkembangan kognitif

yang mengarah pada pemikiran

operasional formal yang lebih

abstrak daripada pemikiran seorang

anak Pemikiran remaja tidak lagi

berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-

kemungkinan hipotesis atau dalil-

dalil dan penalaran yang benar-

benar abstrak (Santrock 2003)

Menurut Papalia (2004) periode

remaja adalah periode yang sudah

mulai mengabungkan pengalaman

yang di peroleh sebelumnya

dengan tantangan saat ini dan

memikirkan keadaan di masa yang

akan datang

Dari beberapa definisi

remaja yang diberikan oleh para

ahli dapat di tarik kesimpulan

bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa Pada masa remaja

merupakan masa awal dari

pembentukan proses pemikiran

operasional yang lebih abstrak

Sehingga pada masa ini remaja

sudah mulai membandingkan

antara pengalaman di masa lalu

dengan keadaan di masa sekarang

dan mulai memikirkan masa yang

datang

Batasan Usia

Periode remaja dianggap

sebagai masa-masa yang amat

penting dalam kehidupan individu

khususnya dalam pembentukan

kepribadian Masa remaja dibagi

dua bagian yaitu (1) periode remaja

awal (early adolescence) yaitu

berkisar antara umur 13-17 tahun

dan periode remaja akhir yaitu

umur 17 tahun sampai dengan 18

tahun (Puspitawati 1996)

Bedasarkan teori

perkembangan kognitif Piaget

(dalam Santrock 2003) masa

remaja dimulai pada usia 11 tahun

sampai dengan 15 tahun dalam

usia ini remaja sudah dapat berfikir

secara operasional formal Masa

remaja atau pubertas adalah proses

menuju kedewasaan seksual atau

kesuburan (kemampuan untuk

reproduksi) pada periode ini selain

perkembangan fisik diikuti pula

dengan perkembangan kognitif

sosial otonomi harga diri dan

keintiman dalam hubungan seksual

(Papalia 2004) Menurut Papalia

(2004) masa remaja dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu

remaja awal dimulai dari usia 11-

13 tahun remaja madya dimulai

dari usia 13 tahun sampai dengan

18 tahun dan remaja akhir dimulai

dari usia 18 tahun sampai dengan

21 tahun

Dari uraian yang

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa usia remaja

adalah dimulai dari 11 tahun

sampai dengan 21 tahun

Karakteristik Remaja

Periode remaja adalah

periode pemantapan identitas diri

Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo

yang dipengaruhi oleh pandangan

orang-orang sekitarnya serta

pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola

perilakunya sebagai orang dewasa

Pemantapan identitas diri ini tidak

selalu mulus tetapi sering melalui

proses yang panjang dan

bergejolak Oleh karena itu banyak

ahli menamakan periode ini

sebagai masa-masa strom and

stress atau masa up and down

(Santrock 2003)

Remaja adalah seorang

idealis remaja memandang

dunianya seperti apa yang

diinginkannya bukan sebagaimana

adanya Remaja suka mimpi-mimpi

yang membuatnya marah cepat

tersinggung atau frustasi Selain

itu oleh keluarga dan masyarakat

remaja di anggap sudah menginjak

dewasa sehingga remaja diberi

tanggung jawab yang sama dengan

seorang yang sudah dewasa

Remaja mulai memperhatikan

prestasi dalam segala hal karena

ini memberinya nilai tambah untuk

kedudukan sosialnya di antara

teman sebaya maupun orang-orang

dewasa

Hubungan antara

Kecemasan Menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika dengan

Prestasi Akademik

Matematika pada Remaja

Masa remaja dapat dikatakan

sebuah masa peralihan antara masa

anak-anak menuju ke masa dewasa

Menurut Santrock (2003) Masa remaja

merupakan masa dimulainya

perkembangan kognitif yang mengarah

pada pemikiran operasional formal

yang lebih abstrak daripada pemikiran

seorang anak Pemikiran remaja tidak

lagi berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-kemungkinan

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

informasi khususnya kepada para

orang tua konselor sekolah guru

dan seluruh masyarakat agar dapat

memberikan stimulus-stimulus

yang berkaitan dengan matematika

dan menyediakan sarana dan

prasarana yang menunjang

efektifitas belajar matematika

sehingga menumbuhkan rasa

senang didalam diri siswa saat

belajar matematika Bila

kecemasan dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

berkurang diharapkan akan dapat

meningkatkan prestasi akademik

matematika

Kecemasan

Crow dan Crow (dalam

Hartanti 1997) mengemukakan

bahwa kecemasan adalah sesuatu

kondisi kurang menyenangkan

yang di alami oleh individu yang

dapat mempengaruhi keadaan

fisiknya Senada dengan yang

dikemukakan oleh Crow dan Crow

menurut Soehardjono (1988)

kecemasan adalah manifestasi dari

gejala-gejala atau gangguan

fisiologik seperti gemetar banyak

keringat mual sakit kepala sering

buang-buang air palpitasi (debaran

atau berdebar-debar)

Menurut Rathus (dalam

Nawangsari 2001) kecemasan

didefinisikan sebagai keadaan

psikologis yang ditandai oleh

adanya tekanan ketakutan

kegalauan dan ancaman yang

berasal dari lingkungan Sementara

itu menurut Zakiyah Derajat

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah manifestasi dari berbagai

proses emosi yang bercampur

aduk yang terjadi ketika individu

sedang mengalami tekanan

perasaan atau frustasi dan

pertentangan batin atau konflik

Sedangkan menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah suatu

kondisi yang tidak menyenangkan

meliputi rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak suka yang

sifatnya subjektif dan timbul

karena adanya perasaan tidak aman

terhadap bahaya yang diduga akan

terjadi

Dari berbagai definisi di

atas maka dapat disimpulkan

bahwa kecemasan merupakan

kumpulan dari berbagai kondisi

fisiologis dan psikologis sehingga

menimbulkan berbagai macam

reaksi di dalam diri individu

seperti gemetar banyak keringat

mual sakit kepala palpitasi rasa

takut rasa tegang khawatir

binggung dan lain sebagainya

Faktor yang Mempengaruhi

Kecemasan

Freud (dalam

Soehardjono1988) mengutarakan

kecemasan dapat terjadi karena

keadaan seperti berikut

a Kehilangan orang yang

dicintai seperti kehilangan

seorang guru yang di cintai

b Konflik yang tidak

terselesaikan antara kebutuhan

untuk pemuasan instinktual dan

keadaan lingkungan melarang

pemuasan tersebut

Jersild dari Ahli Konstitusi

mengatakan bahwa kecemasan

dipengaruhi oleh faktor konstitusi

individu Menurut Freud dari Ahli

Psikoanalisis kecemasan

merupakan akibat dari hasil konflik

antara dorongan instingtual yang

ingin mencari kepuasan dengan

kekuatan represi untuk

menghambat dorongan yang

muncul Sementara itu Calvin S

Hall dari Ahli Kultural mengatakan

bahwa kecemasan di pandang

sebagai ekspresi langsung dari

pengaruh sosio-kultural Mowrer

dari Ahli Teori Belajar mengatakan

kecemasan dipengaruhi oleh pola

belajar ldquoConditioningrdquo dengan

adaptasi yang salah serta

didasarkan pada pembentukkan

ldquoConditioned Reflexrdquo Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari

Ahli Psikoanalisis Calvin S Hall

dari Ahli Kultural dan Mowrer dari

Ahli Teori Belajar bersepakat

untuk menggabungkan pendapat

masing-masing menjadi dua faktor

yang mempengaruhi kecemasan

(dalam Soeharjono 1988) yaitu

a Mikrokosmos (keadaan diri

individu)

1) Sifat dasar konstitusi

individu sejak lahir yang

meliputi emosi tingkah

laku dan proses berfikir

individu

2) Keadaan biologi individu

seperti jenis kelamin

3) Perkembangan individu

yang dapat dilihat dari usia

individu

b Makrokosmos (keadaan

lingkungan)

1) Orang tua atau keluarga

dirumah

2) Sekolah (kelas) tetangga

teman-teman

3) Masyarakat meliputi

keadaan sosial budaya

lingkungan agama dan

sebagainya

Berdasarkan kedua

pendapat yang dikemukakan oleh

Freud (dalam Soehardjono1988)

dan penggabungan pendapat dari

Jersild dari Ahli Konstitusi (ahli

yang meneliti tentang sifat alamiah

yang dimiliki oleh setiap individu)

Freud dari Ahli Psikoanalisis

Calvin S Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

dapat ditarik kesimpulan bahwa

faktor yang mempengaruhi

kecemasan adalah keadaan

lingkungan di mana keadaan itu

dapat dilihat pada lingkungan

sekolah terutama di dalam kelas

atau karena kehilangan orang yang

dicintai misalnya guru orang tua

teman dan lain sebagainya selain

itu dipengaruhi pula oleh keadaan

didalam diri individu seperti

keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari

usia individu selain itu dapat pula

disebabkan oleh konflik yang tidak

dapat terselesaikan antara

kebutuhan untuk pemuasan

instinktual individu dengan

keadaan lingkungan melarang

pemuasan yang dinginkan oleh

individu

Komponen-Komponen

Kecemasan

Menurut Dacey (2000)

dalam mengenali gejala kecemasan

dapat di tinjau melalui tiga

komponen yaitu

a Komponen Psikologis berupa

kegelisahan gugup tegang

cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut

b Komponen Fisiologis berupa

jantung berdebar keringat

dingin pada telapak tangan

tekanan darah meninggi

(mudah emosi) respon kulit

terhadap aliran galvanis

(sentuhan dari luar) berkurang

gerakan peristaltik (gerakan

berulang-ulang tanpa disadari)

bertambah gejala somatik atau

fisik (otot) gejala somatik atau

fisik (sensorik) gejala

Respiratori (pernafasan) gejala

Gastrointertinal (pencernaan)

gejala Urogenital (perkemihan

dan kelamin)

c Komponen Sosial

sebuah perilaku yang

ditunjukkan oleh individu di

lingkungannya Perilaku itu

dapat berupa tingkah laku

(sikap) dan gangguan tidur

Berdasarkan penjelasan

yang telah dikemukakan oleh

Dacey (2000) bahwa dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

di lihat dari tiga komponen Di

mana ke tiga komponen tersebut

adalah komponen psikologis

komponen fisiologis dan

komponen sosial

Dampak Kecemasan

Menurut Hartanti (1997)

kecemasan akan membawa

individu mengantisipasi situasi

ketakutan yang tak berbahaya

membesar-besarkan bahaya atau

risiko sehingga dapat menghambat

kegiatan individu dalam menjalani

kehidupannya Sementara itu

menurut Horney (dalam

Soeharjono 1988) individu yang

mengalami kecemasan akan terus-

menerus membentuk defens

(pertahanan) di dalam dirinya

untuk melawan lingkungan yang di

anggap tidak adil dan kejam

terhadap dirinya Perlawanan yang

dilakukan oleh individu terhadap

lingkungannya akan membuat

individu semakin tidak mempunyai

kekuatan untuk mengubahnya dan

dapat melemahkan kemampuannya

dalam menumbuhkan kepercayaan

pada dirinya

Dari pendapat yang

dikemukakan oleh Hartanti (1997)

dan Horney (dalam Soeharjono

1988) mengenai dampak

kecemasan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa dampak

kecemasan adalah sebuah

perlawanan yang dilakukan oleh

individu terhadap sesuatu yang

dapat membuat individu cemas di

mana bila individu terus-menerus

melakukan perlawanan pada

kondisi ini maka kegiatan individu

akan terganggu individu akan

merasa tidak berdaya untuk

merubah kondisi tersebut dan

individu menjadi kurang percaya

pada kemampuan yang

dimilikinya

Prestasi Akademik

Penilaian terhadap hasil

belajar siswa untuk mengetahui

sejauhmana siswa telah mencapai

sasaran belajar inilah yang disebut

sebagai prestasi akademik Winkel

(dalam Christantie 2007)

mengatakan bahwa proses belajar

yang dialami oleh siswa

menghasilkan perubahan-

perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman

dalam bidang nilai sikap dan

keterampilan Adanya perubahan

tersebut tampak dalam prestasi

akademik yang dihasilkan oleh

siswa terhadap pertanyaan

persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui

prestasi akademik siswa dapat

mengetahui kemajuan-kemajuan

yang telah dicapainya dalam

belajar Menurut Poerwodarminto

(dalam Wahyuningsih 2004) yang

dimaksud dengan prestasi adalah

hasil yang telah dicapai dilakukan

atau dikerjakan oleh individu

Sedangkan prestasi akademik itu

sendiri diartikan sebagai prestasi

yang dicapai oleh seorang siswa

pada jangka waktu tertentu dan di

catat dalam buku rapor sekolah

Berdasarkan beberapa

pendapat yang telah dikemukakan

oleh Winkel (dalam Christantie

2007) dan Poerwodarminto (dalam

Wahyuningsih 2004) maka dapat

di tarik kesimpulan mengenai

pengertian prestasi akademik yaitu

suatu cara yang dilakukan untuk

memberikan penilaian terhadap

hasil-hasil belajar siswa yang

dilakukan dalam jangka waktu

tertentu dan di catat dalam buku

prestasi siswa atau buku rapor

siswa di sekolah

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Prestasi

Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

Riyanti Prabowo dan

Puspitawati (1996) faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi

akademik dapat digolongkan

menjadi dua bagian yaitu faktor

internal dan faktor eksternal

b Faktor Internal

Merupakan faktor yang

berasal dari dalam diri siswa

yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik Faktor ini

dapat dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu

1) Faktor fisiologis

Dalam hal ini

faktor fisiologis yang

dimaksud adalah faktor

yang berhubungan dengan

kesehatan dan pancaindera

yaitu

a) Kesehatan badan

Untuk dapat

menempuh studi yang

baik siswa perlu

memperhatikan dan

memelihara kesehatan

tubuhnya Keadaan fisik

yang lemah dapat

menjadi penghalang

bagi siswa dalam

menyelesaikan program

studinya Dalam upaya

memelihara kesehatan

fisiknya siswa perlu

memperhatikan pola

makan dan pola tidur

untuk memperlancar

metabolisme dalam

tubuhnya Selain itu

juga untuk memelihara

kesehatan bahkan juga

dapat meningkatkan

ketangkasan fisik

dibutuhkan olahraga

yang teratur

b) Pancaindera

Berfungsinya

pancaindera merupakan

syarat berlangsungnya

belajar yang baik

Dalam sistem

pendidikan dewasa ini

di antara pancaindera

itu yang paling

memegang peranan

dalam belajar adalah

mata dan telinga Hal

ini penting karena

sebagian besar hal-hal

yang dipelajari oleh

manusia dipelajari

melalui penglihatan dan

pendengaran Dengan

demikian seorang anak

yang memiliki cacat

fisik atau bahkan cacat

mental akan

menghambat dirinya di

dalam menangkap

pelajaran sehingga

pada akhirnya akan

mempengaruhi prestasi

akademiknya di

sekolah

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor

psikologis yang dapat

mempengaruhi prestasi

akademik siswa antara lain

adalah

a) Inteligensi

Pada umumnya

prestasi akademik yang

ditampilkan siswa

mempunyai kaitan yang

erat dengan tingkat

kecerdasan yang

dimiliki siswa Taraf

inteligensi ini sangat

mempengaruhi prestasi

akademik seorang

siswa di mana siswa

yang memiliki taraf

inteligensi tinggi

mempunyai peluang

lebih besar untuk

mencapai prestasi

akademik yang lebih

tinggi Sebaliknya

siswa yang memiliki

taraf inteligensi yang

rendah diperkirakan

juga akan memiliki

prestasi akademik yang

rendah Namun

bukanlah suatu yang

tidak mungkin jika

siswa dengan taraf

inteligensi rendah

memiliki prestasi

akademik yang tinggi

dan begitu pula

sebaliknya

b) Sikap

Sikap yang

pasif rendah diri dan

kurang percaya diri

dapat merupakan faktor

yang menghambat

siswa dalam

menampilkan prestasi

akademiknya

c) Motivasi

Motivasi belajar

merupakan faktor psikis

yang bersifat non

intelektual Peranannya

yang khas ialah dalam

hal gairah atau

semangat belajar siswa

yang termotivasi kuat

akan mempunyai

banyak energi untuk

melakukan kegiatan

belajar

c Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor

yang ada dalam diri siswa ada

hal-hal lain di luar diri yang

dapat mempengaruhi prestasi

akademik yang akan diraih

antara lain adalah

1) Faktor lingkungan keluarga

a) Sosial ekonomi

keluarga

Sosial ekonomi

keluarga yang memadai

akan membuat

seseorang lebih banyak

kesempatan

mendapatkan fasilitas

belajar yang lebih baik

mulai dari buku alat

tulis hingga pemilihan

sekolah

b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang

telah menempuh

jenjang pendidikan

tinggi cenderung lebih

memperhatikan dan

memahami pentingnya

pendidikan bagi anak-

anaknya dibandingkan

dengan yang

mempunyai jenjang

pendidikan yang lebih

rendah

c) Perhatian orang tua dan

suasana hubungan

antara anggota keluarga

Dukungan dari

keluarga merupakan

suatu pemacu semangat

berpretasi bagi

seseorang Dukungan

dalam hal ini bisa

secara langsung berupa

pujian atau nasihat

maupun secara tidak

langsung seperti

hubugan keluarga yang

harmonis

2) Faktor lingkungan sekolah

a) Sarana dan prasarana

Kelengkapan

fasilitas sekolah seperti

papan tulis kapur atau

spidol yang dapat

membantu kelancaran

proses belajar mengajar

di sekolah selain itu

bentuk ruangan

sirkulasi udara dan

lingkungan sekitar

sekolah juga dapat

mempengaruhi proses

belajar mengajar

b) Kompetensi guru dan

siswa

Kualitas guru

dan siswa sangat

penting dalam meraih

prestasi kelengkapan

sarana dan prasarana

tanpa disertai kinerja

yang baik dari para

penggunanya akan sia-

sia belaka Bila seorang

siswa merasa

kebutuhannya untuk

berprestasi dengan baik

di sekolah terpenuhi

misalnya dengan

tersedianya fasilitas dan

tenaga pendidik yang

berkualitas yang dapat

menimbulkan rasa

keingintahuan yang

besar hubungan dengan

guru dan teman-

temannya berlangsung

harmonis maka siswa

akan memperoleh iklim

belajar yang

menyenangkan Dengan

demikian siswa akan

terdorong untuk terus-

menerus meningkatkan

prestasi akademiknya

c) Kurikulum dan metode

mengajar

Hal ini meliputi

materi dan bagaimana

cara memberikan materi

tersebut kepada siswa

Metode pembelajaran

yang lebih interaktif

(terjadi melalui dua

arah) sangat diperlukan

untuk menumbuhkan

minat dan peran serta

siswa dalam kegiatan

pembelajaran

3) Faktor lingkungan

masyarakat

a) Sosial budaya

Pandangan

masyarakat tentang

pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi

kesungguhan pendidik

dan peserta didik

Masyarakat yang masih

memandang rendah

pendidikan akan enggan

mengirimkan anaknya

ke sekolah dan

cenderung memandang

rendah pekerjaan

gurupengajar

b) Partisipasi terhadap

pendidikan

Bila semua

pihak telah

berpartisipasi dan

mendukung kegiatan

pendidikan mulai dari

pemerintah (berupa

kebijakan dan

anggaran) sampai pada

masyarakat bawah

setiap orang akan lebih

menghargai dan

berusaha memajukan

pendidikan dan ilmu

pengetahuan

Pengukuran Prestasi Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

rapor merupakan perumusan

terakhir yang diberikan oleh guru

mengenai kemajuan atau hasil

belajar murid-muridnya selama

masa tertentu

Azwar (1996) menyebutkan

bahwa ada beberapa fungsi

penilaian dalam pendidikan yaitu

a Penilaian berfungsi selektif

(Fungsi Sumatif)

Fungsi penilaian ini

merupakan pengukuran akhir

dalam suatu program dan

hasilnya dipakai untuk

menentukan apakah siswa

dapat dinyatakan lulus atau

tidak dalam program

pendidikan tersebut Dengan

kata lain penilaian berfungsi

untuk membantu guru

mengadakan seleksi terhadap

beberapa siswa misalnya

1) Memilih siswa yang akan

diterima di sekolah

2) Memilih siswa untuk dapat

naik kelas

3) Memilih siswa yang

seharusnya dapat beasiswa

b Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi penilaian ini

selain untuk mengetahui hasil

yang dicapai siswa juga

mengetahui kelemahan siswa

sehingga dengan adanya

penilaian maka guru dapat

mengetahui kelemahan dan

kelebihan masing-masing

siswa Jika guru dapat

mendeteksi kelemahan siswa

maka kelemahan tersebut dapat

segera diperbaiki

c Penilaian berfungsi sebagai

penempatan (Placement)

Setiap siswa memiliki

kemampuan berbeda satu sama

lain Penilaian dilakukan untuk

mengetahui di mana

seharusnya siswa tersebut

ditempatkan sesuai dengan

kemampuannya yang telah

diperlihatkannya pada prestasi

belajar yang telah dicapainya

Sebagai contoh penggunaan

nilai rapor SMU kelas I

menentukan jurusan studi di

kelas II dan III

d Penilaian berfungsi sebagai

pengukur keberhasilan (Fungsi

Formatif)

Penilaian berfungsi

untuk mengetahui sejauh mana

suatu program dapat

diterapkan Sebagai contoh

adalah raport di setiap semester

di sekolah-sekolah tingkat

dasar dan menegah dapat

dipakai untuk mengetahui

apakah program pendidikan

yang telah diterapkan berhasil

diterapkan atau tidak pada

siswa tersebut

Raport biasanya

menggambil nilai dari angka 1

sampai dengan 10 terutama

pada siswa SD sampai SMU

tetapi dalam kenyataan nilai

terendah dalam rapor yaitu 4

dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai

di bawah 5 berarti tidak baik

atau buruk sedangkan nilai-

nilai di atas 5 seperti nilai 6

dikategorikan cukup untuk

nilai 7 dikategorikan lebih dari

cukup untuk nilai 8

dikategorikan baik dan untuk

nilai 9 dikategorikan sangat

baik

Mata Pelajaran Matematika

Hudoyo (dalam Yoenanto

2002) mendefinisikan mata

pelajaran matematika adalah

sebagai bidang ilmu yang

berkenaan dengan ide-ide struktur-

struktur dan hubungan-hubungan

yang di atur secara logis sehingga

pelajaran matematika berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

yang tersusun secara hirarkis dan

dengan penalaran deduktif

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas

ide-ide hubungan-hubungan

struktur-struktur yang berkaitan

dengan konsep secara abstrak dan

berguna dalam kehidupan sehari-

hari Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001) yang di

maksud dengan mata pelajaran

matematika adalah matematika

sebagai salah satu ilmu dasar yang

dewasa ini telah berkembang amat

pesat baik materi maupun

kegunaannya

Dari beberapa pendapat

yang telah dikemukakan di atas

maka dapat disimpulkan bahwa

mata pelajaran matematika adalah

sebuah bidang ilmu yang paling

mendasar dari kehidupan sehari-

hari manusia di mana ilmu tersebut

berkenaan dengan ide-ide

hubungan-hubungan dan struktur-

struktur berkaitan dengan konsep-

konsep abstrak yang tersusun

secara hirarkis dan telah diatur

secara logis

Dimensi Mata Pelajaran

Matematika

Dalam Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjut Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001)

mengatakan bahwa didalam mata

pelajaran matematika terdapat 4

dimensi yaitu

a Mata pelajaran matematika

meliputi terjadinya proses

belajar mengajar yaitu berupa

sebuah kegiatan yang

terintegrasi (utuh terpadu)

antara siswa sebagai pelajar

yang sedang belajar dengan

guru sebagai pengajar yang

sedang mengajar dalam

suasana yang bersifat

pengajaran

b Mata pelajaran matematika di

sekolah terdiri atas bagian-

bagian matematika yang di

pilih guna menumbuh

kembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk

pribadi siswa serta berpandu

pada perkembangan ilmu dan

teknologi

c Mata pelajaran matematika

berkenaan dengan materi yang

memerlukan kegiatan berfikir

yang berhubungan dengan

struktur lebih tinggi di mana

hal itu telah terbentuk dari apa

yang sudah dipelajari

sebelumnya Artinya bahan

pelajaran matematika harus

bermakna agar sesuai dengan

kemampuan dan struktur

kognitif yang dimiliki peserta

didik

d Mata pelajaran matematika

memerlukan penggunaan

metode instruksional

Remaja

Secara umum periode

remaja merupakan klimaks dari

periode-periode perkembangan

sebelumnya Dalam periode ini apa

yang diperoleh dalam masa-masa

sebelumnya di uji dan dibuktikan

sehingga dalam periode

selanjutnya individu telah

mempunyai suatu pola pribadi

yang lebih mantap Periode remaja

adalah masa transisi dalam periode

anak-anak ke periode dewasa awal

periode remaja dikelompokkan

menjadi dua fase yaitu fase remaja

awal dan fase remaja akhir

(Riyanti Prabowo dan Puspitawati

1996) Masa remaja adalah masa

dimulainya perkembangan kognitif

yang mengarah pada pemikiran

operasional formal yang lebih

abstrak daripada pemikiran seorang

anak Pemikiran remaja tidak lagi

berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-

kemungkinan hipotesis atau dalil-

dalil dan penalaran yang benar-

benar abstrak (Santrock 2003)

Menurut Papalia (2004) periode

remaja adalah periode yang sudah

mulai mengabungkan pengalaman

yang di peroleh sebelumnya

dengan tantangan saat ini dan

memikirkan keadaan di masa yang

akan datang

Dari beberapa definisi

remaja yang diberikan oleh para

ahli dapat di tarik kesimpulan

bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa Pada masa remaja

merupakan masa awal dari

pembentukan proses pemikiran

operasional yang lebih abstrak

Sehingga pada masa ini remaja

sudah mulai membandingkan

antara pengalaman di masa lalu

dengan keadaan di masa sekarang

dan mulai memikirkan masa yang

datang

Batasan Usia

Periode remaja dianggap

sebagai masa-masa yang amat

penting dalam kehidupan individu

khususnya dalam pembentukan

kepribadian Masa remaja dibagi

dua bagian yaitu (1) periode remaja

awal (early adolescence) yaitu

berkisar antara umur 13-17 tahun

dan periode remaja akhir yaitu

umur 17 tahun sampai dengan 18

tahun (Puspitawati 1996)

Bedasarkan teori

perkembangan kognitif Piaget

(dalam Santrock 2003) masa

remaja dimulai pada usia 11 tahun

sampai dengan 15 tahun dalam

usia ini remaja sudah dapat berfikir

secara operasional formal Masa

remaja atau pubertas adalah proses

menuju kedewasaan seksual atau

kesuburan (kemampuan untuk

reproduksi) pada periode ini selain

perkembangan fisik diikuti pula

dengan perkembangan kognitif

sosial otonomi harga diri dan

keintiman dalam hubungan seksual

(Papalia 2004) Menurut Papalia

(2004) masa remaja dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu

remaja awal dimulai dari usia 11-

13 tahun remaja madya dimulai

dari usia 13 tahun sampai dengan

18 tahun dan remaja akhir dimulai

dari usia 18 tahun sampai dengan

21 tahun

Dari uraian yang

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa usia remaja

adalah dimulai dari 11 tahun

sampai dengan 21 tahun

Karakteristik Remaja

Periode remaja adalah

periode pemantapan identitas diri

Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo

yang dipengaruhi oleh pandangan

orang-orang sekitarnya serta

pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola

perilakunya sebagai orang dewasa

Pemantapan identitas diri ini tidak

selalu mulus tetapi sering melalui

proses yang panjang dan

bergejolak Oleh karena itu banyak

ahli menamakan periode ini

sebagai masa-masa strom and

stress atau masa up and down

(Santrock 2003)

Remaja adalah seorang

idealis remaja memandang

dunianya seperti apa yang

diinginkannya bukan sebagaimana

adanya Remaja suka mimpi-mimpi

yang membuatnya marah cepat

tersinggung atau frustasi Selain

itu oleh keluarga dan masyarakat

remaja di anggap sudah menginjak

dewasa sehingga remaja diberi

tanggung jawab yang sama dengan

seorang yang sudah dewasa

Remaja mulai memperhatikan

prestasi dalam segala hal karena

ini memberinya nilai tambah untuk

kedudukan sosialnya di antara

teman sebaya maupun orang-orang

dewasa

Hubungan antara

Kecemasan Menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika dengan

Prestasi Akademik

Matematika pada Remaja

Masa remaja dapat dikatakan

sebuah masa peralihan antara masa

anak-anak menuju ke masa dewasa

Menurut Santrock (2003) Masa remaja

merupakan masa dimulainya

perkembangan kognitif yang mengarah

pada pemikiran operasional formal

yang lebih abstrak daripada pemikiran

seorang anak Pemikiran remaja tidak

lagi berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-kemungkinan

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

menimbulkan berbagai macam

reaksi di dalam diri individu

seperti gemetar banyak keringat

mual sakit kepala palpitasi rasa

takut rasa tegang khawatir

binggung dan lain sebagainya

Faktor yang Mempengaruhi

Kecemasan

Freud (dalam

Soehardjono1988) mengutarakan

kecemasan dapat terjadi karena

keadaan seperti berikut

a Kehilangan orang yang

dicintai seperti kehilangan

seorang guru yang di cintai

b Konflik yang tidak

terselesaikan antara kebutuhan

untuk pemuasan instinktual dan

keadaan lingkungan melarang

pemuasan tersebut

Jersild dari Ahli Konstitusi

mengatakan bahwa kecemasan

dipengaruhi oleh faktor konstitusi

individu Menurut Freud dari Ahli

Psikoanalisis kecemasan

merupakan akibat dari hasil konflik

antara dorongan instingtual yang

ingin mencari kepuasan dengan

kekuatan represi untuk

menghambat dorongan yang

muncul Sementara itu Calvin S

Hall dari Ahli Kultural mengatakan

bahwa kecemasan di pandang

sebagai ekspresi langsung dari

pengaruh sosio-kultural Mowrer

dari Ahli Teori Belajar mengatakan

kecemasan dipengaruhi oleh pola

belajar ldquoConditioningrdquo dengan

adaptasi yang salah serta

didasarkan pada pembentukkan

ldquoConditioned Reflexrdquo Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari

Ahli Psikoanalisis Calvin S Hall

dari Ahli Kultural dan Mowrer dari

Ahli Teori Belajar bersepakat

untuk menggabungkan pendapat

masing-masing menjadi dua faktor

yang mempengaruhi kecemasan

(dalam Soeharjono 1988) yaitu

a Mikrokosmos (keadaan diri

individu)

1) Sifat dasar konstitusi

individu sejak lahir yang

meliputi emosi tingkah

laku dan proses berfikir

individu

2) Keadaan biologi individu

seperti jenis kelamin

3) Perkembangan individu

yang dapat dilihat dari usia

individu

b Makrokosmos (keadaan

lingkungan)

1) Orang tua atau keluarga

dirumah

2) Sekolah (kelas) tetangga

teman-teman

3) Masyarakat meliputi

keadaan sosial budaya

lingkungan agama dan

sebagainya

Berdasarkan kedua

pendapat yang dikemukakan oleh

Freud (dalam Soehardjono1988)

dan penggabungan pendapat dari

Jersild dari Ahli Konstitusi (ahli

yang meneliti tentang sifat alamiah

yang dimiliki oleh setiap individu)

Freud dari Ahli Psikoanalisis

Calvin S Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

dapat ditarik kesimpulan bahwa

faktor yang mempengaruhi

kecemasan adalah keadaan

lingkungan di mana keadaan itu

dapat dilihat pada lingkungan

sekolah terutama di dalam kelas

atau karena kehilangan orang yang

dicintai misalnya guru orang tua

teman dan lain sebagainya selain

itu dipengaruhi pula oleh keadaan

didalam diri individu seperti

keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari

usia individu selain itu dapat pula

disebabkan oleh konflik yang tidak

dapat terselesaikan antara

kebutuhan untuk pemuasan

instinktual individu dengan

keadaan lingkungan melarang

pemuasan yang dinginkan oleh

individu

Komponen-Komponen

Kecemasan

Menurut Dacey (2000)

dalam mengenali gejala kecemasan

dapat di tinjau melalui tiga

komponen yaitu

a Komponen Psikologis berupa

kegelisahan gugup tegang

cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut

b Komponen Fisiologis berupa

jantung berdebar keringat

dingin pada telapak tangan

tekanan darah meninggi

(mudah emosi) respon kulit

terhadap aliran galvanis

(sentuhan dari luar) berkurang

gerakan peristaltik (gerakan

berulang-ulang tanpa disadari)

bertambah gejala somatik atau

fisik (otot) gejala somatik atau

fisik (sensorik) gejala

Respiratori (pernafasan) gejala

Gastrointertinal (pencernaan)

gejala Urogenital (perkemihan

dan kelamin)

c Komponen Sosial

sebuah perilaku yang

ditunjukkan oleh individu di

lingkungannya Perilaku itu

dapat berupa tingkah laku

(sikap) dan gangguan tidur

Berdasarkan penjelasan

yang telah dikemukakan oleh

Dacey (2000) bahwa dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

di lihat dari tiga komponen Di

mana ke tiga komponen tersebut

adalah komponen psikologis

komponen fisiologis dan

komponen sosial

Dampak Kecemasan

Menurut Hartanti (1997)

kecemasan akan membawa

individu mengantisipasi situasi

ketakutan yang tak berbahaya

membesar-besarkan bahaya atau

risiko sehingga dapat menghambat

kegiatan individu dalam menjalani

kehidupannya Sementara itu

menurut Horney (dalam

Soeharjono 1988) individu yang

mengalami kecemasan akan terus-

menerus membentuk defens

(pertahanan) di dalam dirinya

untuk melawan lingkungan yang di

anggap tidak adil dan kejam

terhadap dirinya Perlawanan yang

dilakukan oleh individu terhadap

lingkungannya akan membuat

individu semakin tidak mempunyai

kekuatan untuk mengubahnya dan

dapat melemahkan kemampuannya

dalam menumbuhkan kepercayaan

pada dirinya

Dari pendapat yang

dikemukakan oleh Hartanti (1997)

dan Horney (dalam Soeharjono

1988) mengenai dampak

kecemasan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa dampak

kecemasan adalah sebuah

perlawanan yang dilakukan oleh

individu terhadap sesuatu yang

dapat membuat individu cemas di

mana bila individu terus-menerus

melakukan perlawanan pada

kondisi ini maka kegiatan individu

akan terganggu individu akan

merasa tidak berdaya untuk

merubah kondisi tersebut dan

individu menjadi kurang percaya

pada kemampuan yang

dimilikinya

Prestasi Akademik

Penilaian terhadap hasil

belajar siswa untuk mengetahui

sejauhmana siswa telah mencapai

sasaran belajar inilah yang disebut

sebagai prestasi akademik Winkel

(dalam Christantie 2007)

mengatakan bahwa proses belajar

yang dialami oleh siswa

menghasilkan perubahan-

perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman

dalam bidang nilai sikap dan

keterampilan Adanya perubahan

tersebut tampak dalam prestasi

akademik yang dihasilkan oleh

siswa terhadap pertanyaan

persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui

prestasi akademik siswa dapat

mengetahui kemajuan-kemajuan

yang telah dicapainya dalam

belajar Menurut Poerwodarminto

(dalam Wahyuningsih 2004) yang

dimaksud dengan prestasi adalah

hasil yang telah dicapai dilakukan

atau dikerjakan oleh individu

Sedangkan prestasi akademik itu

sendiri diartikan sebagai prestasi

yang dicapai oleh seorang siswa

pada jangka waktu tertentu dan di

catat dalam buku rapor sekolah

Berdasarkan beberapa

pendapat yang telah dikemukakan

oleh Winkel (dalam Christantie

2007) dan Poerwodarminto (dalam

Wahyuningsih 2004) maka dapat

di tarik kesimpulan mengenai

pengertian prestasi akademik yaitu

suatu cara yang dilakukan untuk

memberikan penilaian terhadap

hasil-hasil belajar siswa yang

dilakukan dalam jangka waktu

tertentu dan di catat dalam buku

prestasi siswa atau buku rapor

siswa di sekolah

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Prestasi

Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

Riyanti Prabowo dan

Puspitawati (1996) faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi

akademik dapat digolongkan

menjadi dua bagian yaitu faktor

internal dan faktor eksternal

b Faktor Internal

Merupakan faktor yang

berasal dari dalam diri siswa

yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik Faktor ini

dapat dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu

1) Faktor fisiologis

Dalam hal ini

faktor fisiologis yang

dimaksud adalah faktor

yang berhubungan dengan

kesehatan dan pancaindera

yaitu

a) Kesehatan badan

Untuk dapat

menempuh studi yang

baik siswa perlu

memperhatikan dan

memelihara kesehatan

tubuhnya Keadaan fisik

yang lemah dapat

menjadi penghalang

bagi siswa dalam

menyelesaikan program

studinya Dalam upaya

memelihara kesehatan

fisiknya siswa perlu

memperhatikan pola

makan dan pola tidur

untuk memperlancar

metabolisme dalam

tubuhnya Selain itu

juga untuk memelihara

kesehatan bahkan juga

dapat meningkatkan

ketangkasan fisik

dibutuhkan olahraga

yang teratur

b) Pancaindera

Berfungsinya

pancaindera merupakan

syarat berlangsungnya

belajar yang baik

Dalam sistem

pendidikan dewasa ini

di antara pancaindera

itu yang paling

memegang peranan

dalam belajar adalah

mata dan telinga Hal

ini penting karena

sebagian besar hal-hal

yang dipelajari oleh

manusia dipelajari

melalui penglihatan dan

pendengaran Dengan

demikian seorang anak

yang memiliki cacat

fisik atau bahkan cacat

mental akan

menghambat dirinya di

dalam menangkap

pelajaran sehingga

pada akhirnya akan

mempengaruhi prestasi

akademiknya di

sekolah

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor

psikologis yang dapat

mempengaruhi prestasi

akademik siswa antara lain

adalah

a) Inteligensi

Pada umumnya

prestasi akademik yang

ditampilkan siswa

mempunyai kaitan yang

erat dengan tingkat

kecerdasan yang

dimiliki siswa Taraf

inteligensi ini sangat

mempengaruhi prestasi

akademik seorang

siswa di mana siswa

yang memiliki taraf

inteligensi tinggi

mempunyai peluang

lebih besar untuk

mencapai prestasi

akademik yang lebih

tinggi Sebaliknya

siswa yang memiliki

taraf inteligensi yang

rendah diperkirakan

juga akan memiliki

prestasi akademik yang

rendah Namun

bukanlah suatu yang

tidak mungkin jika

siswa dengan taraf

inteligensi rendah

memiliki prestasi

akademik yang tinggi

dan begitu pula

sebaliknya

b) Sikap

Sikap yang

pasif rendah diri dan

kurang percaya diri

dapat merupakan faktor

yang menghambat

siswa dalam

menampilkan prestasi

akademiknya

c) Motivasi

Motivasi belajar

merupakan faktor psikis

yang bersifat non

intelektual Peranannya

yang khas ialah dalam

hal gairah atau

semangat belajar siswa

yang termotivasi kuat

akan mempunyai

banyak energi untuk

melakukan kegiatan

belajar

c Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor

yang ada dalam diri siswa ada

hal-hal lain di luar diri yang

dapat mempengaruhi prestasi

akademik yang akan diraih

antara lain adalah

1) Faktor lingkungan keluarga

a) Sosial ekonomi

keluarga

Sosial ekonomi

keluarga yang memadai

akan membuat

seseorang lebih banyak

kesempatan

mendapatkan fasilitas

belajar yang lebih baik

mulai dari buku alat

tulis hingga pemilihan

sekolah

b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang

telah menempuh

jenjang pendidikan

tinggi cenderung lebih

memperhatikan dan

memahami pentingnya

pendidikan bagi anak-

anaknya dibandingkan

dengan yang

mempunyai jenjang

pendidikan yang lebih

rendah

c) Perhatian orang tua dan

suasana hubungan

antara anggota keluarga

Dukungan dari

keluarga merupakan

suatu pemacu semangat

berpretasi bagi

seseorang Dukungan

dalam hal ini bisa

secara langsung berupa

pujian atau nasihat

maupun secara tidak

langsung seperti

hubugan keluarga yang

harmonis

2) Faktor lingkungan sekolah

a) Sarana dan prasarana

Kelengkapan

fasilitas sekolah seperti

papan tulis kapur atau

spidol yang dapat

membantu kelancaran

proses belajar mengajar

di sekolah selain itu

bentuk ruangan

sirkulasi udara dan

lingkungan sekitar

sekolah juga dapat

mempengaruhi proses

belajar mengajar

b) Kompetensi guru dan

siswa

Kualitas guru

dan siswa sangat

penting dalam meraih

prestasi kelengkapan

sarana dan prasarana

tanpa disertai kinerja

yang baik dari para

penggunanya akan sia-

sia belaka Bila seorang

siswa merasa

kebutuhannya untuk

berprestasi dengan baik

di sekolah terpenuhi

misalnya dengan

tersedianya fasilitas dan

tenaga pendidik yang

berkualitas yang dapat

menimbulkan rasa

keingintahuan yang

besar hubungan dengan

guru dan teman-

temannya berlangsung

harmonis maka siswa

akan memperoleh iklim

belajar yang

menyenangkan Dengan

demikian siswa akan

terdorong untuk terus-

menerus meningkatkan

prestasi akademiknya

c) Kurikulum dan metode

mengajar

Hal ini meliputi

materi dan bagaimana

cara memberikan materi

tersebut kepada siswa

Metode pembelajaran

yang lebih interaktif

(terjadi melalui dua

arah) sangat diperlukan

untuk menumbuhkan

minat dan peran serta

siswa dalam kegiatan

pembelajaran

3) Faktor lingkungan

masyarakat

a) Sosial budaya

Pandangan

masyarakat tentang

pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi

kesungguhan pendidik

dan peserta didik

Masyarakat yang masih

memandang rendah

pendidikan akan enggan

mengirimkan anaknya

ke sekolah dan

cenderung memandang

rendah pekerjaan

gurupengajar

b) Partisipasi terhadap

pendidikan

Bila semua

pihak telah

berpartisipasi dan

mendukung kegiatan

pendidikan mulai dari

pemerintah (berupa

kebijakan dan

anggaran) sampai pada

masyarakat bawah

setiap orang akan lebih

menghargai dan

berusaha memajukan

pendidikan dan ilmu

pengetahuan

Pengukuran Prestasi Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

rapor merupakan perumusan

terakhir yang diberikan oleh guru

mengenai kemajuan atau hasil

belajar murid-muridnya selama

masa tertentu

Azwar (1996) menyebutkan

bahwa ada beberapa fungsi

penilaian dalam pendidikan yaitu

a Penilaian berfungsi selektif

(Fungsi Sumatif)

Fungsi penilaian ini

merupakan pengukuran akhir

dalam suatu program dan

hasilnya dipakai untuk

menentukan apakah siswa

dapat dinyatakan lulus atau

tidak dalam program

pendidikan tersebut Dengan

kata lain penilaian berfungsi

untuk membantu guru

mengadakan seleksi terhadap

beberapa siswa misalnya

1) Memilih siswa yang akan

diterima di sekolah

2) Memilih siswa untuk dapat

naik kelas

3) Memilih siswa yang

seharusnya dapat beasiswa

b Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi penilaian ini

selain untuk mengetahui hasil

yang dicapai siswa juga

mengetahui kelemahan siswa

sehingga dengan adanya

penilaian maka guru dapat

mengetahui kelemahan dan

kelebihan masing-masing

siswa Jika guru dapat

mendeteksi kelemahan siswa

maka kelemahan tersebut dapat

segera diperbaiki

c Penilaian berfungsi sebagai

penempatan (Placement)

Setiap siswa memiliki

kemampuan berbeda satu sama

lain Penilaian dilakukan untuk

mengetahui di mana

seharusnya siswa tersebut

ditempatkan sesuai dengan

kemampuannya yang telah

diperlihatkannya pada prestasi

belajar yang telah dicapainya

Sebagai contoh penggunaan

nilai rapor SMU kelas I

menentukan jurusan studi di

kelas II dan III

d Penilaian berfungsi sebagai

pengukur keberhasilan (Fungsi

Formatif)

Penilaian berfungsi

untuk mengetahui sejauh mana

suatu program dapat

diterapkan Sebagai contoh

adalah raport di setiap semester

di sekolah-sekolah tingkat

dasar dan menegah dapat

dipakai untuk mengetahui

apakah program pendidikan

yang telah diterapkan berhasil

diterapkan atau tidak pada

siswa tersebut

Raport biasanya

menggambil nilai dari angka 1

sampai dengan 10 terutama

pada siswa SD sampai SMU

tetapi dalam kenyataan nilai

terendah dalam rapor yaitu 4

dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai

di bawah 5 berarti tidak baik

atau buruk sedangkan nilai-

nilai di atas 5 seperti nilai 6

dikategorikan cukup untuk

nilai 7 dikategorikan lebih dari

cukup untuk nilai 8

dikategorikan baik dan untuk

nilai 9 dikategorikan sangat

baik

Mata Pelajaran Matematika

Hudoyo (dalam Yoenanto

2002) mendefinisikan mata

pelajaran matematika adalah

sebagai bidang ilmu yang

berkenaan dengan ide-ide struktur-

struktur dan hubungan-hubungan

yang di atur secara logis sehingga

pelajaran matematika berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

yang tersusun secara hirarkis dan

dengan penalaran deduktif

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas

ide-ide hubungan-hubungan

struktur-struktur yang berkaitan

dengan konsep secara abstrak dan

berguna dalam kehidupan sehari-

hari Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001) yang di

maksud dengan mata pelajaran

matematika adalah matematika

sebagai salah satu ilmu dasar yang

dewasa ini telah berkembang amat

pesat baik materi maupun

kegunaannya

Dari beberapa pendapat

yang telah dikemukakan di atas

maka dapat disimpulkan bahwa

mata pelajaran matematika adalah

sebuah bidang ilmu yang paling

mendasar dari kehidupan sehari-

hari manusia di mana ilmu tersebut

berkenaan dengan ide-ide

hubungan-hubungan dan struktur-

struktur berkaitan dengan konsep-

konsep abstrak yang tersusun

secara hirarkis dan telah diatur

secara logis

Dimensi Mata Pelajaran

Matematika

Dalam Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjut Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001)

mengatakan bahwa didalam mata

pelajaran matematika terdapat 4

dimensi yaitu

a Mata pelajaran matematika

meliputi terjadinya proses

belajar mengajar yaitu berupa

sebuah kegiatan yang

terintegrasi (utuh terpadu)

antara siswa sebagai pelajar

yang sedang belajar dengan

guru sebagai pengajar yang

sedang mengajar dalam

suasana yang bersifat

pengajaran

b Mata pelajaran matematika di

sekolah terdiri atas bagian-

bagian matematika yang di

pilih guna menumbuh

kembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk

pribadi siswa serta berpandu

pada perkembangan ilmu dan

teknologi

c Mata pelajaran matematika

berkenaan dengan materi yang

memerlukan kegiatan berfikir

yang berhubungan dengan

struktur lebih tinggi di mana

hal itu telah terbentuk dari apa

yang sudah dipelajari

sebelumnya Artinya bahan

pelajaran matematika harus

bermakna agar sesuai dengan

kemampuan dan struktur

kognitif yang dimiliki peserta

didik

d Mata pelajaran matematika

memerlukan penggunaan

metode instruksional

Remaja

Secara umum periode

remaja merupakan klimaks dari

periode-periode perkembangan

sebelumnya Dalam periode ini apa

yang diperoleh dalam masa-masa

sebelumnya di uji dan dibuktikan

sehingga dalam periode

selanjutnya individu telah

mempunyai suatu pola pribadi

yang lebih mantap Periode remaja

adalah masa transisi dalam periode

anak-anak ke periode dewasa awal

periode remaja dikelompokkan

menjadi dua fase yaitu fase remaja

awal dan fase remaja akhir

(Riyanti Prabowo dan Puspitawati

1996) Masa remaja adalah masa

dimulainya perkembangan kognitif

yang mengarah pada pemikiran

operasional formal yang lebih

abstrak daripada pemikiran seorang

anak Pemikiran remaja tidak lagi

berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-

kemungkinan hipotesis atau dalil-

dalil dan penalaran yang benar-

benar abstrak (Santrock 2003)

Menurut Papalia (2004) periode

remaja adalah periode yang sudah

mulai mengabungkan pengalaman

yang di peroleh sebelumnya

dengan tantangan saat ini dan

memikirkan keadaan di masa yang

akan datang

Dari beberapa definisi

remaja yang diberikan oleh para

ahli dapat di tarik kesimpulan

bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa Pada masa remaja

merupakan masa awal dari

pembentukan proses pemikiran

operasional yang lebih abstrak

Sehingga pada masa ini remaja

sudah mulai membandingkan

antara pengalaman di masa lalu

dengan keadaan di masa sekarang

dan mulai memikirkan masa yang

datang

Batasan Usia

Periode remaja dianggap

sebagai masa-masa yang amat

penting dalam kehidupan individu

khususnya dalam pembentukan

kepribadian Masa remaja dibagi

dua bagian yaitu (1) periode remaja

awal (early adolescence) yaitu

berkisar antara umur 13-17 tahun

dan periode remaja akhir yaitu

umur 17 tahun sampai dengan 18

tahun (Puspitawati 1996)

Bedasarkan teori

perkembangan kognitif Piaget

(dalam Santrock 2003) masa

remaja dimulai pada usia 11 tahun

sampai dengan 15 tahun dalam

usia ini remaja sudah dapat berfikir

secara operasional formal Masa

remaja atau pubertas adalah proses

menuju kedewasaan seksual atau

kesuburan (kemampuan untuk

reproduksi) pada periode ini selain

perkembangan fisik diikuti pula

dengan perkembangan kognitif

sosial otonomi harga diri dan

keintiman dalam hubungan seksual

(Papalia 2004) Menurut Papalia

(2004) masa remaja dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu

remaja awal dimulai dari usia 11-

13 tahun remaja madya dimulai

dari usia 13 tahun sampai dengan

18 tahun dan remaja akhir dimulai

dari usia 18 tahun sampai dengan

21 tahun

Dari uraian yang

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa usia remaja

adalah dimulai dari 11 tahun

sampai dengan 21 tahun

Karakteristik Remaja

Periode remaja adalah

periode pemantapan identitas diri

Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo

yang dipengaruhi oleh pandangan

orang-orang sekitarnya serta

pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola

perilakunya sebagai orang dewasa

Pemantapan identitas diri ini tidak

selalu mulus tetapi sering melalui

proses yang panjang dan

bergejolak Oleh karena itu banyak

ahli menamakan periode ini

sebagai masa-masa strom and

stress atau masa up and down

(Santrock 2003)

Remaja adalah seorang

idealis remaja memandang

dunianya seperti apa yang

diinginkannya bukan sebagaimana

adanya Remaja suka mimpi-mimpi

yang membuatnya marah cepat

tersinggung atau frustasi Selain

itu oleh keluarga dan masyarakat

remaja di anggap sudah menginjak

dewasa sehingga remaja diberi

tanggung jawab yang sama dengan

seorang yang sudah dewasa

Remaja mulai memperhatikan

prestasi dalam segala hal karena

ini memberinya nilai tambah untuk

kedudukan sosialnya di antara

teman sebaya maupun orang-orang

dewasa

Hubungan antara

Kecemasan Menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika dengan

Prestasi Akademik

Matematika pada Remaja

Masa remaja dapat dikatakan

sebuah masa peralihan antara masa

anak-anak menuju ke masa dewasa

Menurut Santrock (2003) Masa remaja

merupakan masa dimulainya

perkembangan kognitif yang mengarah

pada pemikiran operasional formal

yang lebih abstrak daripada pemikiran

seorang anak Pemikiran remaja tidak

lagi berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-kemungkinan

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

3) Perkembangan individu

yang dapat dilihat dari usia

individu

b Makrokosmos (keadaan

lingkungan)

1) Orang tua atau keluarga

dirumah

2) Sekolah (kelas) tetangga

teman-teman

3) Masyarakat meliputi

keadaan sosial budaya

lingkungan agama dan

sebagainya

Berdasarkan kedua

pendapat yang dikemukakan oleh

Freud (dalam Soehardjono1988)

dan penggabungan pendapat dari

Jersild dari Ahli Konstitusi (ahli

yang meneliti tentang sifat alamiah

yang dimiliki oleh setiap individu)

Freud dari Ahli Psikoanalisis

Calvin S Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

dapat ditarik kesimpulan bahwa

faktor yang mempengaruhi

kecemasan adalah keadaan

lingkungan di mana keadaan itu

dapat dilihat pada lingkungan

sekolah terutama di dalam kelas

atau karena kehilangan orang yang

dicintai misalnya guru orang tua

teman dan lain sebagainya selain

itu dipengaruhi pula oleh keadaan

didalam diri individu seperti

keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari

usia individu selain itu dapat pula

disebabkan oleh konflik yang tidak

dapat terselesaikan antara

kebutuhan untuk pemuasan

instinktual individu dengan

keadaan lingkungan melarang

pemuasan yang dinginkan oleh

individu

Komponen-Komponen

Kecemasan

Menurut Dacey (2000)

dalam mengenali gejala kecemasan

dapat di tinjau melalui tiga

komponen yaitu

a Komponen Psikologis berupa

kegelisahan gugup tegang

cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut

b Komponen Fisiologis berupa

jantung berdebar keringat

dingin pada telapak tangan

tekanan darah meninggi

(mudah emosi) respon kulit

terhadap aliran galvanis

(sentuhan dari luar) berkurang

gerakan peristaltik (gerakan

berulang-ulang tanpa disadari)

bertambah gejala somatik atau

fisik (otot) gejala somatik atau

fisik (sensorik) gejala

Respiratori (pernafasan) gejala

Gastrointertinal (pencernaan)

gejala Urogenital (perkemihan

dan kelamin)

c Komponen Sosial

sebuah perilaku yang

ditunjukkan oleh individu di

lingkungannya Perilaku itu

dapat berupa tingkah laku

(sikap) dan gangguan tidur

Berdasarkan penjelasan

yang telah dikemukakan oleh

Dacey (2000) bahwa dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

di lihat dari tiga komponen Di

mana ke tiga komponen tersebut

adalah komponen psikologis

komponen fisiologis dan

komponen sosial

Dampak Kecemasan

Menurut Hartanti (1997)

kecemasan akan membawa

individu mengantisipasi situasi

ketakutan yang tak berbahaya

membesar-besarkan bahaya atau

risiko sehingga dapat menghambat

kegiatan individu dalam menjalani

kehidupannya Sementara itu

menurut Horney (dalam

Soeharjono 1988) individu yang

mengalami kecemasan akan terus-

menerus membentuk defens

(pertahanan) di dalam dirinya

untuk melawan lingkungan yang di

anggap tidak adil dan kejam

terhadap dirinya Perlawanan yang

dilakukan oleh individu terhadap

lingkungannya akan membuat

individu semakin tidak mempunyai

kekuatan untuk mengubahnya dan

dapat melemahkan kemampuannya

dalam menumbuhkan kepercayaan

pada dirinya

Dari pendapat yang

dikemukakan oleh Hartanti (1997)

dan Horney (dalam Soeharjono

1988) mengenai dampak

kecemasan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa dampak

kecemasan adalah sebuah

perlawanan yang dilakukan oleh

individu terhadap sesuatu yang

dapat membuat individu cemas di

mana bila individu terus-menerus

melakukan perlawanan pada

kondisi ini maka kegiatan individu

akan terganggu individu akan

merasa tidak berdaya untuk

merubah kondisi tersebut dan

individu menjadi kurang percaya

pada kemampuan yang

dimilikinya

Prestasi Akademik

Penilaian terhadap hasil

belajar siswa untuk mengetahui

sejauhmana siswa telah mencapai

sasaran belajar inilah yang disebut

sebagai prestasi akademik Winkel

(dalam Christantie 2007)

mengatakan bahwa proses belajar

yang dialami oleh siswa

menghasilkan perubahan-

perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman

dalam bidang nilai sikap dan

keterampilan Adanya perubahan

tersebut tampak dalam prestasi

akademik yang dihasilkan oleh

siswa terhadap pertanyaan

persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui

prestasi akademik siswa dapat

mengetahui kemajuan-kemajuan

yang telah dicapainya dalam

belajar Menurut Poerwodarminto

(dalam Wahyuningsih 2004) yang

dimaksud dengan prestasi adalah

hasil yang telah dicapai dilakukan

atau dikerjakan oleh individu

Sedangkan prestasi akademik itu

sendiri diartikan sebagai prestasi

yang dicapai oleh seorang siswa

pada jangka waktu tertentu dan di

catat dalam buku rapor sekolah

Berdasarkan beberapa

pendapat yang telah dikemukakan

oleh Winkel (dalam Christantie

2007) dan Poerwodarminto (dalam

Wahyuningsih 2004) maka dapat

di tarik kesimpulan mengenai

pengertian prestasi akademik yaitu

suatu cara yang dilakukan untuk

memberikan penilaian terhadap

hasil-hasil belajar siswa yang

dilakukan dalam jangka waktu

tertentu dan di catat dalam buku

prestasi siswa atau buku rapor

siswa di sekolah

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Prestasi

Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

Riyanti Prabowo dan

Puspitawati (1996) faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi

akademik dapat digolongkan

menjadi dua bagian yaitu faktor

internal dan faktor eksternal

b Faktor Internal

Merupakan faktor yang

berasal dari dalam diri siswa

yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik Faktor ini

dapat dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu

1) Faktor fisiologis

Dalam hal ini

faktor fisiologis yang

dimaksud adalah faktor

yang berhubungan dengan

kesehatan dan pancaindera

yaitu

a) Kesehatan badan

Untuk dapat

menempuh studi yang

baik siswa perlu

memperhatikan dan

memelihara kesehatan

tubuhnya Keadaan fisik

yang lemah dapat

menjadi penghalang

bagi siswa dalam

menyelesaikan program

studinya Dalam upaya

memelihara kesehatan

fisiknya siswa perlu

memperhatikan pola

makan dan pola tidur

untuk memperlancar

metabolisme dalam

tubuhnya Selain itu

juga untuk memelihara

kesehatan bahkan juga

dapat meningkatkan

ketangkasan fisik

dibutuhkan olahraga

yang teratur

b) Pancaindera

Berfungsinya

pancaindera merupakan

syarat berlangsungnya

belajar yang baik

Dalam sistem

pendidikan dewasa ini

di antara pancaindera

itu yang paling

memegang peranan

dalam belajar adalah

mata dan telinga Hal

ini penting karena

sebagian besar hal-hal

yang dipelajari oleh

manusia dipelajari

melalui penglihatan dan

pendengaran Dengan

demikian seorang anak

yang memiliki cacat

fisik atau bahkan cacat

mental akan

menghambat dirinya di

dalam menangkap

pelajaran sehingga

pada akhirnya akan

mempengaruhi prestasi

akademiknya di

sekolah

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor

psikologis yang dapat

mempengaruhi prestasi

akademik siswa antara lain

adalah

a) Inteligensi

Pada umumnya

prestasi akademik yang

ditampilkan siswa

mempunyai kaitan yang

erat dengan tingkat

kecerdasan yang

dimiliki siswa Taraf

inteligensi ini sangat

mempengaruhi prestasi

akademik seorang

siswa di mana siswa

yang memiliki taraf

inteligensi tinggi

mempunyai peluang

lebih besar untuk

mencapai prestasi

akademik yang lebih

tinggi Sebaliknya

siswa yang memiliki

taraf inteligensi yang

rendah diperkirakan

juga akan memiliki

prestasi akademik yang

rendah Namun

bukanlah suatu yang

tidak mungkin jika

siswa dengan taraf

inteligensi rendah

memiliki prestasi

akademik yang tinggi

dan begitu pula

sebaliknya

b) Sikap

Sikap yang

pasif rendah diri dan

kurang percaya diri

dapat merupakan faktor

yang menghambat

siswa dalam

menampilkan prestasi

akademiknya

c) Motivasi

Motivasi belajar

merupakan faktor psikis

yang bersifat non

intelektual Peranannya

yang khas ialah dalam

hal gairah atau

semangat belajar siswa

yang termotivasi kuat

akan mempunyai

banyak energi untuk

melakukan kegiatan

belajar

c Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor

yang ada dalam diri siswa ada

hal-hal lain di luar diri yang

dapat mempengaruhi prestasi

akademik yang akan diraih

antara lain adalah

1) Faktor lingkungan keluarga

a) Sosial ekonomi

keluarga

Sosial ekonomi

keluarga yang memadai

akan membuat

seseorang lebih banyak

kesempatan

mendapatkan fasilitas

belajar yang lebih baik

mulai dari buku alat

tulis hingga pemilihan

sekolah

b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang

telah menempuh

jenjang pendidikan

tinggi cenderung lebih

memperhatikan dan

memahami pentingnya

pendidikan bagi anak-

anaknya dibandingkan

dengan yang

mempunyai jenjang

pendidikan yang lebih

rendah

c) Perhatian orang tua dan

suasana hubungan

antara anggota keluarga

Dukungan dari

keluarga merupakan

suatu pemacu semangat

berpretasi bagi

seseorang Dukungan

dalam hal ini bisa

secara langsung berupa

pujian atau nasihat

maupun secara tidak

langsung seperti

hubugan keluarga yang

harmonis

2) Faktor lingkungan sekolah

a) Sarana dan prasarana

Kelengkapan

fasilitas sekolah seperti

papan tulis kapur atau

spidol yang dapat

membantu kelancaran

proses belajar mengajar

di sekolah selain itu

bentuk ruangan

sirkulasi udara dan

lingkungan sekitar

sekolah juga dapat

mempengaruhi proses

belajar mengajar

b) Kompetensi guru dan

siswa

Kualitas guru

dan siswa sangat

penting dalam meraih

prestasi kelengkapan

sarana dan prasarana

tanpa disertai kinerja

yang baik dari para

penggunanya akan sia-

sia belaka Bila seorang

siswa merasa

kebutuhannya untuk

berprestasi dengan baik

di sekolah terpenuhi

misalnya dengan

tersedianya fasilitas dan

tenaga pendidik yang

berkualitas yang dapat

menimbulkan rasa

keingintahuan yang

besar hubungan dengan

guru dan teman-

temannya berlangsung

harmonis maka siswa

akan memperoleh iklim

belajar yang

menyenangkan Dengan

demikian siswa akan

terdorong untuk terus-

menerus meningkatkan

prestasi akademiknya

c) Kurikulum dan metode

mengajar

Hal ini meliputi

materi dan bagaimana

cara memberikan materi

tersebut kepada siswa

Metode pembelajaran

yang lebih interaktif

(terjadi melalui dua

arah) sangat diperlukan

untuk menumbuhkan

minat dan peran serta

siswa dalam kegiatan

pembelajaran

3) Faktor lingkungan

masyarakat

a) Sosial budaya

Pandangan

masyarakat tentang

pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi

kesungguhan pendidik

dan peserta didik

Masyarakat yang masih

memandang rendah

pendidikan akan enggan

mengirimkan anaknya

ke sekolah dan

cenderung memandang

rendah pekerjaan

gurupengajar

b) Partisipasi terhadap

pendidikan

Bila semua

pihak telah

berpartisipasi dan

mendukung kegiatan

pendidikan mulai dari

pemerintah (berupa

kebijakan dan

anggaran) sampai pada

masyarakat bawah

setiap orang akan lebih

menghargai dan

berusaha memajukan

pendidikan dan ilmu

pengetahuan

Pengukuran Prestasi Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

rapor merupakan perumusan

terakhir yang diberikan oleh guru

mengenai kemajuan atau hasil

belajar murid-muridnya selama

masa tertentu

Azwar (1996) menyebutkan

bahwa ada beberapa fungsi

penilaian dalam pendidikan yaitu

a Penilaian berfungsi selektif

(Fungsi Sumatif)

Fungsi penilaian ini

merupakan pengukuran akhir

dalam suatu program dan

hasilnya dipakai untuk

menentukan apakah siswa

dapat dinyatakan lulus atau

tidak dalam program

pendidikan tersebut Dengan

kata lain penilaian berfungsi

untuk membantu guru

mengadakan seleksi terhadap

beberapa siswa misalnya

1) Memilih siswa yang akan

diterima di sekolah

2) Memilih siswa untuk dapat

naik kelas

3) Memilih siswa yang

seharusnya dapat beasiswa

b Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi penilaian ini

selain untuk mengetahui hasil

yang dicapai siswa juga

mengetahui kelemahan siswa

sehingga dengan adanya

penilaian maka guru dapat

mengetahui kelemahan dan

kelebihan masing-masing

siswa Jika guru dapat

mendeteksi kelemahan siswa

maka kelemahan tersebut dapat

segera diperbaiki

c Penilaian berfungsi sebagai

penempatan (Placement)

Setiap siswa memiliki

kemampuan berbeda satu sama

lain Penilaian dilakukan untuk

mengetahui di mana

seharusnya siswa tersebut

ditempatkan sesuai dengan

kemampuannya yang telah

diperlihatkannya pada prestasi

belajar yang telah dicapainya

Sebagai contoh penggunaan

nilai rapor SMU kelas I

menentukan jurusan studi di

kelas II dan III

d Penilaian berfungsi sebagai

pengukur keberhasilan (Fungsi

Formatif)

Penilaian berfungsi

untuk mengetahui sejauh mana

suatu program dapat

diterapkan Sebagai contoh

adalah raport di setiap semester

di sekolah-sekolah tingkat

dasar dan menegah dapat

dipakai untuk mengetahui

apakah program pendidikan

yang telah diterapkan berhasil

diterapkan atau tidak pada

siswa tersebut

Raport biasanya

menggambil nilai dari angka 1

sampai dengan 10 terutama

pada siswa SD sampai SMU

tetapi dalam kenyataan nilai

terendah dalam rapor yaitu 4

dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai

di bawah 5 berarti tidak baik

atau buruk sedangkan nilai-

nilai di atas 5 seperti nilai 6

dikategorikan cukup untuk

nilai 7 dikategorikan lebih dari

cukup untuk nilai 8

dikategorikan baik dan untuk

nilai 9 dikategorikan sangat

baik

Mata Pelajaran Matematika

Hudoyo (dalam Yoenanto

2002) mendefinisikan mata

pelajaran matematika adalah

sebagai bidang ilmu yang

berkenaan dengan ide-ide struktur-

struktur dan hubungan-hubungan

yang di atur secara logis sehingga

pelajaran matematika berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

yang tersusun secara hirarkis dan

dengan penalaran deduktif

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas

ide-ide hubungan-hubungan

struktur-struktur yang berkaitan

dengan konsep secara abstrak dan

berguna dalam kehidupan sehari-

hari Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001) yang di

maksud dengan mata pelajaran

matematika adalah matematika

sebagai salah satu ilmu dasar yang

dewasa ini telah berkembang amat

pesat baik materi maupun

kegunaannya

Dari beberapa pendapat

yang telah dikemukakan di atas

maka dapat disimpulkan bahwa

mata pelajaran matematika adalah

sebuah bidang ilmu yang paling

mendasar dari kehidupan sehari-

hari manusia di mana ilmu tersebut

berkenaan dengan ide-ide

hubungan-hubungan dan struktur-

struktur berkaitan dengan konsep-

konsep abstrak yang tersusun

secara hirarkis dan telah diatur

secara logis

Dimensi Mata Pelajaran

Matematika

Dalam Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjut Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001)

mengatakan bahwa didalam mata

pelajaran matematika terdapat 4

dimensi yaitu

a Mata pelajaran matematika

meliputi terjadinya proses

belajar mengajar yaitu berupa

sebuah kegiatan yang

terintegrasi (utuh terpadu)

antara siswa sebagai pelajar

yang sedang belajar dengan

guru sebagai pengajar yang

sedang mengajar dalam

suasana yang bersifat

pengajaran

b Mata pelajaran matematika di

sekolah terdiri atas bagian-

bagian matematika yang di

pilih guna menumbuh

kembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk

pribadi siswa serta berpandu

pada perkembangan ilmu dan

teknologi

c Mata pelajaran matematika

berkenaan dengan materi yang

memerlukan kegiatan berfikir

yang berhubungan dengan

struktur lebih tinggi di mana

hal itu telah terbentuk dari apa

yang sudah dipelajari

sebelumnya Artinya bahan

pelajaran matematika harus

bermakna agar sesuai dengan

kemampuan dan struktur

kognitif yang dimiliki peserta

didik

d Mata pelajaran matematika

memerlukan penggunaan

metode instruksional

Remaja

Secara umum periode

remaja merupakan klimaks dari

periode-periode perkembangan

sebelumnya Dalam periode ini apa

yang diperoleh dalam masa-masa

sebelumnya di uji dan dibuktikan

sehingga dalam periode

selanjutnya individu telah

mempunyai suatu pola pribadi

yang lebih mantap Periode remaja

adalah masa transisi dalam periode

anak-anak ke periode dewasa awal

periode remaja dikelompokkan

menjadi dua fase yaitu fase remaja

awal dan fase remaja akhir

(Riyanti Prabowo dan Puspitawati

1996) Masa remaja adalah masa

dimulainya perkembangan kognitif

yang mengarah pada pemikiran

operasional formal yang lebih

abstrak daripada pemikiran seorang

anak Pemikiran remaja tidak lagi

berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-

kemungkinan hipotesis atau dalil-

dalil dan penalaran yang benar-

benar abstrak (Santrock 2003)

Menurut Papalia (2004) periode

remaja adalah periode yang sudah

mulai mengabungkan pengalaman

yang di peroleh sebelumnya

dengan tantangan saat ini dan

memikirkan keadaan di masa yang

akan datang

Dari beberapa definisi

remaja yang diberikan oleh para

ahli dapat di tarik kesimpulan

bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa Pada masa remaja

merupakan masa awal dari

pembentukan proses pemikiran

operasional yang lebih abstrak

Sehingga pada masa ini remaja

sudah mulai membandingkan

antara pengalaman di masa lalu

dengan keadaan di masa sekarang

dan mulai memikirkan masa yang

datang

Batasan Usia

Periode remaja dianggap

sebagai masa-masa yang amat

penting dalam kehidupan individu

khususnya dalam pembentukan

kepribadian Masa remaja dibagi

dua bagian yaitu (1) periode remaja

awal (early adolescence) yaitu

berkisar antara umur 13-17 tahun

dan periode remaja akhir yaitu

umur 17 tahun sampai dengan 18

tahun (Puspitawati 1996)

Bedasarkan teori

perkembangan kognitif Piaget

(dalam Santrock 2003) masa

remaja dimulai pada usia 11 tahun

sampai dengan 15 tahun dalam

usia ini remaja sudah dapat berfikir

secara operasional formal Masa

remaja atau pubertas adalah proses

menuju kedewasaan seksual atau

kesuburan (kemampuan untuk

reproduksi) pada periode ini selain

perkembangan fisik diikuti pula

dengan perkembangan kognitif

sosial otonomi harga diri dan

keintiman dalam hubungan seksual

(Papalia 2004) Menurut Papalia

(2004) masa remaja dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu

remaja awal dimulai dari usia 11-

13 tahun remaja madya dimulai

dari usia 13 tahun sampai dengan

18 tahun dan remaja akhir dimulai

dari usia 18 tahun sampai dengan

21 tahun

Dari uraian yang

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa usia remaja

adalah dimulai dari 11 tahun

sampai dengan 21 tahun

Karakteristik Remaja

Periode remaja adalah

periode pemantapan identitas diri

Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo

yang dipengaruhi oleh pandangan

orang-orang sekitarnya serta

pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola

perilakunya sebagai orang dewasa

Pemantapan identitas diri ini tidak

selalu mulus tetapi sering melalui

proses yang panjang dan

bergejolak Oleh karena itu banyak

ahli menamakan periode ini

sebagai masa-masa strom and

stress atau masa up and down

(Santrock 2003)

Remaja adalah seorang

idealis remaja memandang

dunianya seperti apa yang

diinginkannya bukan sebagaimana

adanya Remaja suka mimpi-mimpi

yang membuatnya marah cepat

tersinggung atau frustasi Selain

itu oleh keluarga dan masyarakat

remaja di anggap sudah menginjak

dewasa sehingga remaja diberi

tanggung jawab yang sama dengan

seorang yang sudah dewasa

Remaja mulai memperhatikan

prestasi dalam segala hal karena

ini memberinya nilai tambah untuk

kedudukan sosialnya di antara

teman sebaya maupun orang-orang

dewasa

Hubungan antara

Kecemasan Menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika dengan

Prestasi Akademik

Matematika pada Remaja

Masa remaja dapat dikatakan

sebuah masa peralihan antara masa

anak-anak menuju ke masa dewasa

Menurut Santrock (2003) Masa remaja

merupakan masa dimulainya

perkembangan kognitif yang mengarah

pada pemikiran operasional formal

yang lebih abstrak daripada pemikiran

seorang anak Pemikiran remaja tidak

lagi berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-kemungkinan

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

(mudah emosi) respon kulit

terhadap aliran galvanis

(sentuhan dari luar) berkurang

gerakan peristaltik (gerakan

berulang-ulang tanpa disadari)

bertambah gejala somatik atau

fisik (otot) gejala somatik atau

fisik (sensorik) gejala

Respiratori (pernafasan) gejala

Gastrointertinal (pencernaan)

gejala Urogenital (perkemihan

dan kelamin)

c Komponen Sosial

sebuah perilaku yang

ditunjukkan oleh individu di

lingkungannya Perilaku itu

dapat berupa tingkah laku

(sikap) dan gangguan tidur

Berdasarkan penjelasan

yang telah dikemukakan oleh

Dacey (2000) bahwa dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

di lihat dari tiga komponen Di

mana ke tiga komponen tersebut

adalah komponen psikologis

komponen fisiologis dan

komponen sosial

Dampak Kecemasan

Menurut Hartanti (1997)

kecemasan akan membawa

individu mengantisipasi situasi

ketakutan yang tak berbahaya

membesar-besarkan bahaya atau

risiko sehingga dapat menghambat

kegiatan individu dalam menjalani

kehidupannya Sementara itu

menurut Horney (dalam

Soeharjono 1988) individu yang

mengalami kecemasan akan terus-

menerus membentuk defens

(pertahanan) di dalam dirinya

untuk melawan lingkungan yang di

anggap tidak adil dan kejam

terhadap dirinya Perlawanan yang

dilakukan oleh individu terhadap

lingkungannya akan membuat

individu semakin tidak mempunyai

kekuatan untuk mengubahnya dan

dapat melemahkan kemampuannya

dalam menumbuhkan kepercayaan

pada dirinya

Dari pendapat yang

dikemukakan oleh Hartanti (1997)

dan Horney (dalam Soeharjono

1988) mengenai dampak

kecemasan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa dampak

kecemasan adalah sebuah

perlawanan yang dilakukan oleh

individu terhadap sesuatu yang

dapat membuat individu cemas di

mana bila individu terus-menerus

melakukan perlawanan pada

kondisi ini maka kegiatan individu

akan terganggu individu akan

merasa tidak berdaya untuk

merubah kondisi tersebut dan

individu menjadi kurang percaya

pada kemampuan yang

dimilikinya

Prestasi Akademik

Penilaian terhadap hasil

belajar siswa untuk mengetahui

sejauhmana siswa telah mencapai

sasaran belajar inilah yang disebut

sebagai prestasi akademik Winkel

(dalam Christantie 2007)

mengatakan bahwa proses belajar

yang dialami oleh siswa

menghasilkan perubahan-

perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman

dalam bidang nilai sikap dan

keterampilan Adanya perubahan

tersebut tampak dalam prestasi

akademik yang dihasilkan oleh

siswa terhadap pertanyaan

persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui

prestasi akademik siswa dapat

mengetahui kemajuan-kemajuan

yang telah dicapainya dalam

belajar Menurut Poerwodarminto

(dalam Wahyuningsih 2004) yang

dimaksud dengan prestasi adalah

hasil yang telah dicapai dilakukan

atau dikerjakan oleh individu

Sedangkan prestasi akademik itu

sendiri diartikan sebagai prestasi

yang dicapai oleh seorang siswa

pada jangka waktu tertentu dan di

catat dalam buku rapor sekolah

Berdasarkan beberapa

pendapat yang telah dikemukakan

oleh Winkel (dalam Christantie

2007) dan Poerwodarminto (dalam

Wahyuningsih 2004) maka dapat

di tarik kesimpulan mengenai

pengertian prestasi akademik yaitu

suatu cara yang dilakukan untuk

memberikan penilaian terhadap

hasil-hasil belajar siswa yang

dilakukan dalam jangka waktu

tertentu dan di catat dalam buku

prestasi siswa atau buku rapor

siswa di sekolah

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Prestasi

Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

Riyanti Prabowo dan

Puspitawati (1996) faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi

akademik dapat digolongkan

menjadi dua bagian yaitu faktor

internal dan faktor eksternal

b Faktor Internal

Merupakan faktor yang

berasal dari dalam diri siswa

yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik Faktor ini

dapat dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu

1) Faktor fisiologis

Dalam hal ini

faktor fisiologis yang

dimaksud adalah faktor

yang berhubungan dengan

kesehatan dan pancaindera

yaitu

a) Kesehatan badan

Untuk dapat

menempuh studi yang

baik siswa perlu

memperhatikan dan

memelihara kesehatan

tubuhnya Keadaan fisik

yang lemah dapat

menjadi penghalang

bagi siswa dalam

menyelesaikan program

studinya Dalam upaya

memelihara kesehatan

fisiknya siswa perlu

memperhatikan pola

makan dan pola tidur

untuk memperlancar

metabolisme dalam

tubuhnya Selain itu

juga untuk memelihara

kesehatan bahkan juga

dapat meningkatkan

ketangkasan fisik

dibutuhkan olahraga

yang teratur

b) Pancaindera

Berfungsinya

pancaindera merupakan

syarat berlangsungnya

belajar yang baik

Dalam sistem

pendidikan dewasa ini

di antara pancaindera

itu yang paling

memegang peranan

dalam belajar adalah

mata dan telinga Hal

ini penting karena

sebagian besar hal-hal

yang dipelajari oleh

manusia dipelajari

melalui penglihatan dan

pendengaran Dengan

demikian seorang anak

yang memiliki cacat

fisik atau bahkan cacat

mental akan

menghambat dirinya di

dalam menangkap

pelajaran sehingga

pada akhirnya akan

mempengaruhi prestasi

akademiknya di

sekolah

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor

psikologis yang dapat

mempengaruhi prestasi

akademik siswa antara lain

adalah

a) Inteligensi

Pada umumnya

prestasi akademik yang

ditampilkan siswa

mempunyai kaitan yang

erat dengan tingkat

kecerdasan yang

dimiliki siswa Taraf

inteligensi ini sangat

mempengaruhi prestasi

akademik seorang

siswa di mana siswa

yang memiliki taraf

inteligensi tinggi

mempunyai peluang

lebih besar untuk

mencapai prestasi

akademik yang lebih

tinggi Sebaliknya

siswa yang memiliki

taraf inteligensi yang

rendah diperkirakan

juga akan memiliki

prestasi akademik yang

rendah Namun

bukanlah suatu yang

tidak mungkin jika

siswa dengan taraf

inteligensi rendah

memiliki prestasi

akademik yang tinggi

dan begitu pula

sebaliknya

b) Sikap

Sikap yang

pasif rendah diri dan

kurang percaya diri

dapat merupakan faktor

yang menghambat

siswa dalam

menampilkan prestasi

akademiknya

c) Motivasi

Motivasi belajar

merupakan faktor psikis

yang bersifat non

intelektual Peranannya

yang khas ialah dalam

hal gairah atau

semangat belajar siswa

yang termotivasi kuat

akan mempunyai

banyak energi untuk

melakukan kegiatan

belajar

c Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor

yang ada dalam diri siswa ada

hal-hal lain di luar diri yang

dapat mempengaruhi prestasi

akademik yang akan diraih

antara lain adalah

1) Faktor lingkungan keluarga

a) Sosial ekonomi

keluarga

Sosial ekonomi

keluarga yang memadai

akan membuat

seseorang lebih banyak

kesempatan

mendapatkan fasilitas

belajar yang lebih baik

mulai dari buku alat

tulis hingga pemilihan

sekolah

b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang

telah menempuh

jenjang pendidikan

tinggi cenderung lebih

memperhatikan dan

memahami pentingnya

pendidikan bagi anak-

anaknya dibandingkan

dengan yang

mempunyai jenjang

pendidikan yang lebih

rendah

c) Perhatian orang tua dan

suasana hubungan

antara anggota keluarga

Dukungan dari

keluarga merupakan

suatu pemacu semangat

berpretasi bagi

seseorang Dukungan

dalam hal ini bisa

secara langsung berupa

pujian atau nasihat

maupun secara tidak

langsung seperti

hubugan keluarga yang

harmonis

2) Faktor lingkungan sekolah

a) Sarana dan prasarana

Kelengkapan

fasilitas sekolah seperti

papan tulis kapur atau

spidol yang dapat

membantu kelancaran

proses belajar mengajar

di sekolah selain itu

bentuk ruangan

sirkulasi udara dan

lingkungan sekitar

sekolah juga dapat

mempengaruhi proses

belajar mengajar

b) Kompetensi guru dan

siswa

Kualitas guru

dan siswa sangat

penting dalam meraih

prestasi kelengkapan

sarana dan prasarana

tanpa disertai kinerja

yang baik dari para

penggunanya akan sia-

sia belaka Bila seorang

siswa merasa

kebutuhannya untuk

berprestasi dengan baik

di sekolah terpenuhi

misalnya dengan

tersedianya fasilitas dan

tenaga pendidik yang

berkualitas yang dapat

menimbulkan rasa

keingintahuan yang

besar hubungan dengan

guru dan teman-

temannya berlangsung

harmonis maka siswa

akan memperoleh iklim

belajar yang

menyenangkan Dengan

demikian siswa akan

terdorong untuk terus-

menerus meningkatkan

prestasi akademiknya

c) Kurikulum dan metode

mengajar

Hal ini meliputi

materi dan bagaimana

cara memberikan materi

tersebut kepada siswa

Metode pembelajaran

yang lebih interaktif

(terjadi melalui dua

arah) sangat diperlukan

untuk menumbuhkan

minat dan peran serta

siswa dalam kegiatan

pembelajaran

3) Faktor lingkungan

masyarakat

a) Sosial budaya

Pandangan

masyarakat tentang

pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi

kesungguhan pendidik

dan peserta didik

Masyarakat yang masih

memandang rendah

pendidikan akan enggan

mengirimkan anaknya

ke sekolah dan

cenderung memandang

rendah pekerjaan

gurupengajar

b) Partisipasi terhadap

pendidikan

Bila semua

pihak telah

berpartisipasi dan

mendukung kegiatan

pendidikan mulai dari

pemerintah (berupa

kebijakan dan

anggaran) sampai pada

masyarakat bawah

setiap orang akan lebih

menghargai dan

berusaha memajukan

pendidikan dan ilmu

pengetahuan

Pengukuran Prestasi Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

rapor merupakan perumusan

terakhir yang diberikan oleh guru

mengenai kemajuan atau hasil

belajar murid-muridnya selama

masa tertentu

Azwar (1996) menyebutkan

bahwa ada beberapa fungsi

penilaian dalam pendidikan yaitu

a Penilaian berfungsi selektif

(Fungsi Sumatif)

Fungsi penilaian ini

merupakan pengukuran akhir

dalam suatu program dan

hasilnya dipakai untuk

menentukan apakah siswa

dapat dinyatakan lulus atau

tidak dalam program

pendidikan tersebut Dengan

kata lain penilaian berfungsi

untuk membantu guru

mengadakan seleksi terhadap

beberapa siswa misalnya

1) Memilih siswa yang akan

diterima di sekolah

2) Memilih siswa untuk dapat

naik kelas

3) Memilih siswa yang

seharusnya dapat beasiswa

b Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi penilaian ini

selain untuk mengetahui hasil

yang dicapai siswa juga

mengetahui kelemahan siswa

sehingga dengan adanya

penilaian maka guru dapat

mengetahui kelemahan dan

kelebihan masing-masing

siswa Jika guru dapat

mendeteksi kelemahan siswa

maka kelemahan tersebut dapat

segera diperbaiki

c Penilaian berfungsi sebagai

penempatan (Placement)

Setiap siswa memiliki

kemampuan berbeda satu sama

lain Penilaian dilakukan untuk

mengetahui di mana

seharusnya siswa tersebut

ditempatkan sesuai dengan

kemampuannya yang telah

diperlihatkannya pada prestasi

belajar yang telah dicapainya

Sebagai contoh penggunaan

nilai rapor SMU kelas I

menentukan jurusan studi di

kelas II dan III

d Penilaian berfungsi sebagai

pengukur keberhasilan (Fungsi

Formatif)

Penilaian berfungsi

untuk mengetahui sejauh mana

suatu program dapat

diterapkan Sebagai contoh

adalah raport di setiap semester

di sekolah-sekolah tingkat

dasar dan menegah dapat

dipakai untuk mengetahui

apakah program pendidikan

yang telah diterapkan berhasil

diterapkan atau tidak pada

siswa tersebut

Raport biasanya

menggambil nilai dari angka 1

sampai dengan 10 terutama

pada siswa SD sampai SMU

tetapi dalam kenyataan nilai

terendah dalam rapor yaitu 4

dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai

di bawah 5 berarti tidak baik

atau buruk sedangkan nilai-

nilai di atas 5 seperti nilai 6

dikategorikan cukup untuk

nilai 7 dikategorikan lebih dari

cukup untuk nilai 8

dikategorikan baik dan untuk

nilai 9 dikategorikan sangat

baik

Mata Pelajaran Matematika

Hudoyo (dalam Yoenanto

2002) mendefinisikan mata

pelajaran matematika adalah

sebagai bidang ilmu yang

berkenaan dengan ide-ide struktur-

struktur dan hubungan-hubungan

yang di atur secara logis sehingga

pelajaran matematika berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

yang tersusun secara hirarkis dan

dengan penalaran deduktif

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas

ide-ide hubungan-hubungan

struktur-struktur yang berkaitan

dengan konsep secara abstrak dan

berguna dalam kehidupan sehari-

hari Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001) yang di

maksud dengan mata pelajaran

matematika adalah matematika

sebagai salah satu ilmu dasar yang

dewasa ini telah berkembang amat

pesat baik materi maupun

kegunaannya

Dari beberapa pendapat

yang telah dikemukakan di atas

maka dapat disimpulkan bahwa

mata pelajaran matematika adalah

sebuah bidang ilmu yang paling

mendasar dari kehidupan sehari-

hari manusia di mana ilmu tersebut

berkenaan dengan ide-ide

hubungan-hubungan dan struktur-

struktur berkaitan dengan konsep-

konsep abstrak yang tersusun

secara hirarkis dan telah diatur

secara logis

Dimensi Mata Pelajaran

Matematika

Dalam Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjut Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001)

mengatakan bahwa didalam mata

pelajaran matematika terdapat 4

dimensi yaitu

a Mata pelajaran matematika

meliputi terjadinya proses

belajar mengajar yaitu berupa

sebuah kegiatan yang

terintegrasi (utuh terpadu)

antara siswa sebagai pelajar

yang sedang belajar dengan

guru sebagai pengajar yang

sedang mengajar dalam

suasana yang bersifat

pengajaran

b Mata pelajaran matematika di

sekolah terdiri atas bagian-

bagian matematika yang di

pilih guna menumbuh

kembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk

pribadi siswa serta berpandu

pada perkembangan ilmu dan

teknologi

c Mata pelajaran matematika

berkenaan dengan materi yang

memerlukan kegiatan berfikir

yang berhubungan dengan

struktur lebih tinggi di mana

hal itu telah terbentuk dari apa

yang sudah dipelajari

sebelumnya Artinya bahan

pelajaran matematika harus

bermakna agar sesuai dengan

kemampuan dan struktur

kognitif yang dimiliki peserta

didik

d Mata pelajaran matematika

memerlukan penggunaan

metode instruksional

Remaja

Secara umum periode

remaja merupakan klimaks dari

periode-periode perkembangan

sebelumnya Dalam periode ini apa

yang diperoleh dalam masa-masa

sebelumnya di uji dan dibuktikan

sehingga dalam periode

selanjutnya individu telah

mempunyai suatu pola pribadi

yang lebih mantap Periode remaja

adalah masa transisi dalam periode

anak-anak ke periode dewasa awal

periode remaja dikelompokkan

menjadi dua fase yaitu fase remaja

awal dan fase remaja akhir

(Riyanti Prabowo dan Puspitawati

1996) Masa remaja adalah masa

dimulainya perkembangan kognitif

yang mengarah pada pemikiran

operasional formal yang lebih

abstrak daripada pemikiran seorang

anak Pemikiran remaja tidak lagi

berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-

kemungkinan hipotesis atau dalil-

dalil dan penalaran yang benar-

benar abstrak (Santrock 2003)

Menurut Papalia (2004) periode

remaja adalah periode yang sudah

mulai mengabungkan pengalaman

yang di peroleh sebelumnya

dengan tantangan saat ini dan

memikirkan keadaan di masa yang

akan datang

Dari beberapa definisi

remaja yang diberikan oleh para

ahli dapat di tarik kesimpulan

bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa Pada masa remaja

merupakan masa awal dari

pembentukan proses pemikiran

operasional yang lebih abstrak

Sehingga pada masa ini remaja

sudah mulai membandingkan

antara pengalaman di masa lalu

dengan keadaan di masa sekarang

dan mulai memikirkan masa yang

datang

Batasan Usia

Periode remaja dianggap

sebagai masa-masa yang amat

penting dalam kehidupan individu

khususnya dalam pembentukan

kepribadian Masa remaja dibagi

dua bagian yaitu (1) periode remaja

awal (early adolescence) yaitu

berkisar antara umur 13-17 tahun

dan periode remaja akhir yaitu

umur 17 tahun sampai dengan 18

tahun (Puspitawati 1996)

Bedasarkan teori

perkembangan kognitif Piaget

(dalam Santrock 2003) masa

remaja dimulai pada usia 11 tahun

sampai dengan 15 tahun dalam

usia ini remaja sudah dapat berfikir

secara operasional formal Masa

remaja atau pubertas adalah proses

menuju kedewasaan seksual atau

kesuburan (kemampuan untuk

reproduksi) pada periode ini selain

perkembangan fisik diikuti pula

dengan perkembangan kognitif

sosial otonomi harga diri dan

keintiman dalam hubungan seksual

(Papalia 2004) Menurut Papalia

(2004) masa remaja dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu

remaja awal dimulai dari usia 11-

13 tahun remaja madya dimulai

dari usia 13 tahun sampai dengan

18 tahun dan remaja akhir dimulai

dari usia 18 tahun sampai dengan

21 tahun

Dari uraian yang

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa usia remaja

adalah dimulai dari 11 tahun

sampai dengan 21 tahun

Karakteristik Remaja

Periode remaja adalah

periode pemantapan identitas diri

Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo

yang dipengaruhi oleh pandangan

orang-orang sekitarnya serta

pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola

perilakunya sebagai orang dewasa

Pemantapan identitas diri ini tidak

selalu mulus tetapi sering melalui

proses yang panjang dan

bergejolak Oleh karena itu banyak

ahli menamakan periode ini

sebagai masa-masa strom and

stress atau masa up and down

(Santrock 2003)

Remaja adalah seorang

idealis remaja memandang

dunianya seperti apa yang

diinginkannya bukan sebagaimana

adanya Remaja suka mimpi-mimpi

yang membuatnya marah cepat

tersinggung atau frustasi Selain

itu oleh keluarga dan masyarakat

remaja di anggap sudah menginjak

dewasa sehingga remaja diberi

tanggung jawab yang sama dengan

seorang yang sudah dewasa

Remaja mulai memperhatikan

prestasi dalam segala hal karena

ini memberinya nilai tambah untuk

kedudukan sosialnya di antara

teman sebaya maupun orang-orang

dewasa

Hubungan antara

Kecemasan Menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika dengan

Prestasi Akademik

Matematika pada Remaja

Masa remaja dapat dikatakan

sebuah masa peralihan antara masa

anak-anak menuju ke masa dewasa

Menurut Santrock (2003) Masa remaja

merupakan masa dimulainya

perkembangan kognitif yang mengarah

pada pemikiran operasional formal

yang lebih abstrak daripada pemikiran

seorang anak Pemikiran remaja tidak

lagi berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-kemungkinan

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

mana bila individu terus-menerus

melakukan perlawanan pada

kondisi ini maka kegiatan individu

akan terganggu individu akan

merasa tidak berdaya untuk

merubah kondisi tersebut dan

individu menjadi kurang percaya

pada kemampuan yang

dimilikinya

Prestasi Akademik

Penilaian terhadap hasil

belajar siswa untuk mengetahui

sejauhmana siswa telah mencapai

sasaran belajar inilah yang disebut

sebagai prestasi akademik Winkel

(dalam Christantie 2007)

mengatakan bahwa proses belajar

yang dialami oleh siswa

menghasilkan perubahan-

perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman

dalam bidang nilai sikap dan

keterampilan Adanya perubahan

tersebut tampak dalam prestasi

akademik yang dihasilkan oleh

siswa terhadap pertanyaan

persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui

prestasi akademik siswa dapat

mengetahui kemajuan-kemajuan

yang telah dicapainya dalam

belajar Menurut Poerwodarminto

(dalam Wahyuningsih 2004) yang

dimaksud dengan prestasi adalah

hasil yang telah dicapai dilakukan

atau dikerjakan oleh individu

Sedangkan prestasi akademik itu

sendiri diartikan sebagai prestasi

yang dicapai oleh seorang siswa

pada jangka waktu tertentu dan di

catat dalam buku rapor sekolah

Berdasarkan beberapa

pendapat yang telah dikemukakan

oleh Winkel (dalam Christantie

2007) dan Poerwodarminto (dalam

Wahyuningsih 2004) maka dapat

di tarik kesimpulan mengenai

pengertian prestasi akademik yaitu

suatu cara yang dilakukan untuk

memberikan penilaian terhadap

hasil-hasil belajar siswa yang

dilakukan dalam jangka waktu

tertentu dan di catat dalam buku

prestasi siswa atau buku rapor

siswa di sekolah

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Prestasi

Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

Riyanti Prabowo dan

Puspitawati (1996) faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi

akademik dapat digolongkan

menjadi dua bagian yaitu faktor

internal dan faktor eksternal

b Faktor Internal

Merupakan faktor yang

berasal dari dalam diri siswa

yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik Faktor ini

dapat dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu

1) Faktor fisiologis

Dalam hal ini

faktor fisiologis yang

dimaksud adalah faktor

yang berhubungan dengan

kesehatan dan pancaindera

yaitu

a) Kesehatan badan

Untuk dapat

menempuh studi yang

baik siswa perlu

memperhatikan dan

memelihara kesehatan

tubuhnya Keadaan fisik

yang lemah dapat

menjadi penghalang

bagi siswa dalam

menyelesaikan program

studinya Dalam upaya

memelihara kesehatan

fisiknya siswa perlu

memperhatikan pola

makan dan pola tidur

untuk memperlancar

metabolisme dalam

tubuhnya Selain itu

juga untuk memelihara

kesehatan bahkan juga

dapat meningkatkan

ketangkasan fisik

dibutuhkan olahraga

yang teratur

b) Pancaindera

Berfungsinya

pancaindera merupakan

syarat berlangsungnya

belajar yang baik

Dalam sistem

pendidikan dewasa ini

di antara pancaindera

itu yang paling

memegang peranan

dalam belajar adalah

mata dan telinga Hal

ini penting karena

sebagian besar hal-hal

yang dipelajari oleh

manusia dipelajari

melalui penglihatan dan

pendengaran Dengan

demikian seorang anak

yang memiliki cacat

fisik atau bahkan cacat

mental akan

menghambat dirinya di

dalam menangkap

pelajaran sehingga

pada akhirnya akan

mempengaruhi prestasi

akademiknya di

sekolah

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor

psikologis yang dapat

mempengaruhi prestasi

akademik siswa antara lain

adalah

a) Inteligensi

Pada umumnya

prestasi akademik yang

ditampilkan siswa

mempunyai kaitan yang

erat dengan tingkat

kecerdasan yang

dimiliki siswa Taraf

inteligensi ini sangat

mempengaruhi prestasi

akademik seorang

siswa di mana siswa

yang memiliki taraf

inteligensi tinggi

mempunyai peluang

lebih besar untuk

mencapai prestasi

akademik yang lebih

tinggi Sebaliknya

siswa yang memiliki

taraf inteligensi yang

rendah diperkirakan

juga akan memiliki

prestasi akademik yang

rendah Namun

bukanlah suatu yang

tidak mungkin jika

siswa dengan taraf

inteligensi rendah

memiliki prestasi

akademik yang tinggi

dan begitu pula

sebaliknya

b) Sikap

Sikap yang

pasif rendah diri dan

kurang percaya diri

dapat merupakan faktor

yang menghambat

siswa dalam

menampilkan prestasi

akademiknya

c) Motivasi

Motivasi belajar

merupakan faktor psikis

yang bersifat non

intelektual Peranannya

yang khas ialah dalam

hal gairah atau

semangat belajar siswa

yang termotivasi kuat

akan mempunyai

banyak energi untuk

melakukan kegiatan

belajar

c Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor

yang ada dalam diri siswa ada

hal-hal lain di luar diri yang

dapat mempengaruhi prestasi

akademik yang akan diraih

antara lain adalah

1) Faktor lingkungan keluarga

a) Sosial ekonomi

keluarga

Sosial ekonomi

keluarga yang memadai

akan membuat

seseorang lebih banyak

kesempatan

mendapatkan fasilitas

belajar yang lebih baik

mulai dari buku alat

tulis hingga pemilihan

sekolah

b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang

telah menempuh

jenjang pendidikan

tinggi cenderung lebih

memperhatikan dan

memahami pentingnya

pendidikan bagi anak-

anaknya dibandingkan

dengan yang

mempunyai jenjang

pendidikan yang lebih

rendah

c) Perhatian orang tua dan

suasana hubungan

antara anggota keluarga

Dukungan dari

keluarga merupakan

suatu pemacu semangat

berpretasi bagi

seseorang Dukungan

dalam hal ini bisa

secara langsung berupa

pujian atau nasihat

maupun secara tidak

langsung seperti

hubugan keluarga yang

harmonis

2) Faktor lingkungan sekolah

a) Sarana dan prasarana

Kelengkapan

fasilitas sekolah seperti

papan tulis kapur atau

spidol yang dapat

membantu kelancaran

proses belajar mengajar

di sekolah selain itu

bentuk ruangan

sirkulasi udara dan

lingkungan sekitar

sekolah juga dapat

mempengaruhi proses

belajar mengajar

b) Kompetensi guru dan

siswa

Kualitas guru

dan siswa sangat

penting dalam meraih

prestasi kelengkapan

sarana dan prasarana

tanpa disertai kinerja

yang baik dari para

penggunanya akan sia-

sia belaka Bila seorang

siswa merasa

kebutuhannya untuk

berprestasi dengan baik

di sekolah terpenuhi

misalnya dengan

tersedianya fasilitas dan

tenaga pendidik yang

berkualitas yang dapat

menimbulkan rasa

keingintahuan yang

besar hubungan dengan

guru dan teman-

temannya berlangsung

harmonis maka siswa

akan memperoleh iklim

belajar yang

menyenangkan Dengan

demikian siswa akan

terdorong untuk terus-

menerus meningkatkan

prestasi akademiknya

c) Kurikulum dan metode

mengajar

Hal ini meliputi

materi dan bagaimana

cara memberikan materi

tersebut kepada siswa

Metode pembelajaran

yang lebih interaktif

(terjadi melalui dua

arah) sangat diperlukan

untuk menumbuhkan

minat dan peran serta

siswa dalam kegiatan

pembelajaran

3) Faktor lingkungan

masyarakat

a) Sosial budaya

Pandangan

masyarakat tentang

pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi

kesungguhan pendidik

dan peserta didik

Masyarakat yang masih

memandang rendah

pendidikan akan enggan

mengirimkan anaknya

ke sekolah dan

cenderung memandang

rendah pekerjaan

gurupengajar

b) Partisipasi terhadap

pendidikan

Bila semua

pihak telah

berpartisipasi dan

mendukung kegiatan

pendidikan mulai dari

pemerintah (berupa

kebijakan dan

anggaran) sampai pada

masyarakat bawah

setiap orang akan lebih

menghargai dan

berusaha memajukan

pendidikan dan ilmu

pengetahuan

Pengukuran Prestasi Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

rapor merupakan perumusan

terakhir yang diberikan oleh guru

mengenai kemajuan atau hasil

belajar murid-muridnya selama

masa tertentu

Azwar (1996) menyebutkan

bahwa ada beberapa fungsi

penilaian dalam pendidikan yaitu

a Penilaian berfungsi selektif

(Fungsi Sumatif)

Fungsi penilaian ini

merupakan pengukuran akhir

dalam suatu program dan

hasilnya dipakai untuk

menentukan apakah siswa

dapat dinyatakan lulus atau

tidak dalam program

pendidikan tersebut Dengan

kata lain penilaian berfungsi

untuk membantu guru

mengadakan seleksi terhadap

beberapa siswa misalnya

1) Memilih siswa yang akan

diterima di sekolah

2) Memilih siswa untuk dapat

naik kelas

3) Memilih siswa yang

seharusnya dapat beasiswa

b Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi penilaian ini

selain untuk mengetahui hasil

yang dicapai siswa juga

mengetahui kelemahan siswa

sehingga dengan adanya

penilaian maka guru dapat

mengetahui kelemahan dan

kelebihan masing-masing

siswa Jika guru dapat

mendeteksi kelemahan siswa

maka kelemahan tersebut dapat

segera diperbaiki

c Penilaian berfungsi sebagai

penempatan (Placement)

Setiap siswa memiliki

kemampuan berbeda satu sama

lain Penilaian dilakukan untuk

mengetahui di mana

seharusnya siswa tersebut

ditempatkan sesuai dengan

kemampuannya yang telah

diperlihatkannya pada prestasi

belajar yang telah dicapainya

Sebagai contoh penggunaan

nilai rapor SMU kelas I

menentukan jurusan studi di

kelas II dan III

d Penilaian berfungsi sebagai

pengukur keberhasilan (Fungsi

Formatif)

Penilaian berfungsi

untuk mengetahui sejauh mana

suatu program dapat

diterapkan Sebagai contoh

adalah raport di setiap semester

di sekolah-sekolah tingkat

dasar dan menegah dapat

dipakai untuk mengetahui

apakah program pendidikan

yang telah diterapkan berhasil

diterapkan atau tidak pada

siswa tersebut

Raport biasanya

menggambil nilai dari angka 1

sampai dengan 10 terutama

pada siswa SD sampai SMU

tetapi dalam kenyataan nilai

terendah dalam rapor yaitu 4

dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai

di bawah 5 berarti tidak baik

atau buruk sedangkan nilai-

nilai di atas 5 seperti nilai 6

dikategorikan cukup untuk

nilai 7 dikategorikan lebih dari

cukup untuk nilai 8

dikategorikan baik dan untuk

nilai 9 dikategorikan sangat

baik

Mata Pelajaran Matematika

Hudoyo (dalam Yoenanto

2002) mendefinisikan mata

pelajaran matematika adalah

sebagai bidang ilmu yang

berkenaan dengan ide-ide struktur-

struktur dan hubungan-hubungan

yang di atur secara logis sehingga

pelajaran matematika berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

yang tersusun secara hirarkis dan

dengan penalaran deduktif

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas

ide-ide hubungan-hubungan

struktur-struktur yang berkaitan

dengan konsep secara abstrak dan

berguna dalam kehidupan sehari-

hari Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001) yang di

maksud dengan mata pelajaran

matematika adalah matematika

sebagai salah satu ilmu dasar yang

dewasa ini telah berkembang amat

pesat baik materi maupun

kegunaannya

Dari beberapa pendapat

yang telah dikemukakan di atas

maka dapat disimpulkan bahwa

mata pelajaran matematika adalah

sebuah bidang ilmu yang paling

mendasar dari kehidupan sehari-

hari manusia di mana ilmu tersebut

berkenaan dengan ide-ide

hubungan-hubungan dan struktur-

struktur berkaitan dengan konsep-

konsep abstrak yang tersusun

secara hirarkis dan telah diatur

secara logis

Dimensi Mata Pelajaran

Matematika

Dalam Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjut Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001)

mengatakan bahwa didalam mata

pelajaran matematika terdapat 4

dimensi yaitu

a Mata pelajaran matematika

meliputi terjadinya proses

belajar mengajar yaitu berupa

sebuah kegiatan yang

terintegrasi (utuh terpadu)

antara siswa sebagai pelajar

yang sedang belajar dengan

guru sebagai pengajar yang

sedang mengajar dalam

suasana yang bersifat

pengajaran

b Mata pelajaran matematika di

sekolah terdiri atas bagian-

bagian matematika yang di

pilih guna menumbuh

kembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk

pribadi siswa serta berpandu

pada perkembangan ilmu dan

teknologi

c Mata pelajaran matematika

berkenaan dengan materi yang

memerlukan kegiatan berfikir

yang berhubungan dengan

struktur lebih tinggi di mana

hal itu telah terbentuk dari apa

yang sudah dipelajari

sebelumnya Artinya bahan

pelajaran matematika harus

bermakna agar sesuai dengan

kemampuan dan struktur

kognitif yang dimiliki peserta

didik

d Mata pelajaran matematika

memerlukan penggunaan

metode instruksional

Remaja

Secara umum periode

remaja merupakan klimaks dari

periode-periode perkembangan

sebelumnya Dalam periode ini apa

yang diperoleh dalam masa-masa

sebelumnya di uji dan dibuktikan

sehingga dalam periode

selanjutnya individu telah

mempunyai suatu pola pribadi

yang lebih mantap Periode remaja

adalah masa transisi dalam periode

anak-anak ke periode dewasa awal

periode remaja dikelompokkan

menjadi dua fase yaitu fase remaja

awal dan fase remaja akhir

(Riyanti Prabowo dan Puspitawati

1996) Masa remaja adalah masa

dimulainya perkembangan kognitif

yang mengarah pada pemikiran

operasional formal yang lebih

abstrak daripada pemikiran seorang

anak Pemikiran remaja tidak lagi

berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-

kemungkinan hipotesis atau dalil-

dalil dan penalaran yang benar-

benar abstrak (Santrock 2003)

Menurut Papalia (2004) periode

remaja adalah periode yang sudah

mulai mengabungkan pengalaman

yang di peroleh sebelumnya

dengan tantangan saat ini dan

memikirkan keadaan di masa yang

akan datang

Dari beberapa definisi

remaja yang diberikan oleh para

ahli dapat di tarik kesimpulan

bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa Pada masa remaja

merupakan masa awal dari

pembentukan proses pemikiran

operasional yang lebih abstrak

Sehingga pada masa ini remaja

sudah mulai membandingkan

antara pengalaman di masa lalu

dengan keadaan di masa sekarang

dan mulai memikirkan masa yang

datang

Batasan Usia

Periode remaja dianggap

sebagai masa-masa yang amat

penting dalam kehidupan individu

khususnya dalam pembentukan

kepribadian Masa remaja dibagi

dua bagian yaitu (1) periode remaja

awal (early adolescence) yaitu

berkisar antara umur 13-17 tahun

dan periode remaja akhir yaitu

umur 17 tahun sampai dengan 18

tahun (Puspitawati 1996)

Bedasarkan teori

perkembangan kognitif Piaget

(dalam Santrock 2003) masa

remaja dimulai pada usia 11 tahun

sampai dengan 15 tahun dalam

usia ini remaja sudah dapat berfikir

secara operasional formal Masa

remaja atau pubertas adalah proses

menuju kedewasaan seksual atau

kesuburan (kemampuan untuk

reproduksi) pada periode ini selain

perkembangan fisik diikuti pula

dengan perkembangan kognitif

sosial otonomi harga diri dan

keintiman dalam hubungan seksual

(Papalia 2004) Menurut Papalia

(2004) masa remaja dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu

remaja awal dimulai dari usia 11-

13 tahun remaja madya dimulai

dari usia 13 tahun sampai dengan

18 tahun dan remaja akhir dimulai

dari usia 18 tahun sampai dengan

21 tahun

Dari uraian yang

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa usia remaja

adalah dimulai dari 11 tahun

sampai dengan 21 tahun

Karakteristik Remaja

Periode remaja adalah

periode pemantapan identitas diri

Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo

yang dipengaruhi oleh pandangan

orang-orang sekitarnya serta

pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola

perilakunya sebagai orang dewasa

Pemantapan identitas diri ini tidak

selalu mulus tetapi sering melalui

proses yang panjang dan

bergejolak Oleh karena itu banyak

ahli menamakan periode ini

sebagai masa-masa strom and

stress atau masa up and down

(Santrock 2003)

Remaja adalah seorang

idealis remaja memandang

dunianya seperti apa yang

diinginkannya bukan sebagaimana

adanya Remaja suka mimpi-mimpi

yang membuatnya marah cepat

tersinggung atau frustasi Selain

itu oleh keluarga dan masyarakat

remaja di anggap sudah menginjak

dewasa sehingga remaja diberi

tanggung jawab yang sama dengan

seorang yang sudah dewasa

Remaja mulai memperhatikan

prestasi dalam segala hal karena

ini memberinya nilai tambah untuk

kedudukan sosialnya di antara

teman sebaya maupun orang-orang

dewasa

Hubungan antara

Kecemasan Menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika dengan

Prestasi Akademik

Matematika pada Remaja

Masa remaja dapat dikatakan

sebuah masa peralihan antara masa

anak-anak menuju ke masa dewasa

Menurut Santrock (2003) Masa remaja

merupakan masa dimulainya

perkembangan kognitif yang mengarah

pada pemikiran operasional formal

yang lebih abstrak daripada pemikiran

seorang anak Pemikiran remaja tidak

lagi berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-kemungkinan

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

Puspitawati (1996) faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi

akademik dapat digolongkan

menjadi dua bagian yaitu faktor

internal dan faktor eksternal

b Faktor Internal

Merupakan faktor yang

berasal dari dalam diri siswa

yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik Faktor ini

dapat dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu

1) Faktor fisiologis

Dalam hal ini

faktor fisiologis yang

dimaksud adalah faktor

yang berhubungan dengan

kesehatan dan pancaindera

yaitu

a) Kesehatan badan

Untuk dapat

menempuh studi yang

baik siswa perlu

memperhatikan dan

memelihara kesehatan

tubuhnya Keadaan fisik

yang lemah dapat

menjadi penghalang

bagi siswa dalam

menyelesaikan program

studinya Dalam upaya

memelihara kesehatan

fisiknya siswa perlu

memperhatikan pola

makan dan pola tidur

untuk memperlancar

metabolisme dalam

tubuhnya Selain itu

juga untuk memelihara

kesehatan bahkan juga

dapat meningkatkan

ketangkasan fisik

dibutuhkan olahraga

yang teratur

b) Pancaindera

Berfungsinya

pancaindera merupakan

syarat berlangsungnya

belajar yang baik

Dalam sistem

pendidikan dewasa ini

di antara pancaindera

itu yang paling

memegang peranan

dalam belajar adalah

mata dan telinga Hal

ini penting karena

sebagian besar hal-hal

yang dipelajari oleh

manusia dipelajari

melalui penglihatan dan

pendengaran Dengan

demikian seorang anak

yang memiliki cacat

fisik atau bahkan cacat

mental akan

menghambat dirinya di

dalam menangkap

pelajaran sehingga

pada akhirnya akan

mempengaruhi prestasi

akademiknya di

sekolah

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor

psikologis yang dapat

mempengaruhi prestasi

akademik siswa antara lain

adalah

a) Inteligensi

Pada umumnya

prestasi akademik yang

ditampilkan siswa

mempunyai kaitan yang

erat dengan tingkat

kecerdasan yang

dimiliki siswa Taraf

inteligensi ini sangat

mempengaruhi prestasi

akademik seorang

siswa di mana siswa

yang memiliki taraf

inteligensi tinggi

mempunyai peluang

lebih besar untuk

mencapai prestasi

akademik yang lebih

tinggi Sebaliknya

siswa yang memiliki

taraf inteligensi yang

rendah diperkirakan

juga akan memiliki

prestasi akademik yang

rendah Namun

bukanlah suatu yang

tidak mungkin jika

siswa dengan taraf

inteligensi rendah

memiliki prestasi

akademik yang tinggi

dan begitu pula

sebaliknya

b) Sikap

Sikap yang

pasif rendah diri dan

kurang percaya diri

dapat merupakan faktor

yang menghambat

siswa dalam

menampilkan prestasi

akademiknya

c) Motivasi

Motivasi belajar

merupakan faktor psikis

yang bersifat non

intelektual Peranannya

yang khas ialah dalam

hal gairah atau

semangat belajar siswa

yang termotivasi kuat

akan mempunyai

banyak energi untuk

melakukan kegiatan

belajar

c Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor

yang ada dalam diri siswa ada

hal-hal lain di luar diri yang

dapat mempengaruhi prestasi

akademik yang akan diraih

antara lain adalah

1) Faktor lingkungan keluarga

a) Sosial ekonomi

keluarga

Sosial ekonomi

keluarga yang memadai

akan membuat

seseorang lebih banyak

kesempatan

mendapatkan fasilitas

belajar yang lebih baik

mulai dari buku alat

tulis hingga pemilihan

sekolah

b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang

telah menempuh

jenjang pendidikan

tinggi cenderung lebih

memperhatikan dan

memahami pentingnya

pendidikan bagi anak-

anaknya dibandingkan

dengan yang

mempunyai jenjang

pendidikan yang lebih

rendah

c) Perhatian orang tua dan

suasana hubungan

antara anggota keluarga

Dukungan dari

keluarga merupakan

suatu pemacu semangat

berpretasi bagi

seseorang Dukungan

dalam hal ini bisa

secara langsung berupa

pujian atau nasihat

maupun secara tidak

langsung seperti

hubugan keluarga yang

harmonis

2) Faktor lingkungan sekolah

a) Sarana dan prasarana

Kelengkapan

fasilitas sekolah seperti

papan tulis kapur atau

spidol yang dapat

membantu kelancaran

proses belajar mengajar

di sekolah selain itu

bentuk ruangan

sirkulasi udara dan

lingkungan sekitar

sekolah juga dapat

mempengaruhi proses

belajar mengajar

b) Kompetensi guru dan

siswa

Kualitas guru

dan siswa sangat

penting dalam meraih

prestasi kelengkapan

sarana dan prasarana

tanpa disertai kinerja

yang baik dari para

penggunanya akan sia-

sia belaka Bila seorang

siswa merasa

kebutuhannya untuk

berprestasi dengan baik

di sekolah terpenuhi

misalnya dengan

tersedianya fasilitas dan

tenaga pendidik yang

berkualitas yang dapat

menimbulkan rasa

keingintahuan yang

besar hubungan dengan

guru dan teman-

temannya berlangsung

harmonis maka siswa

akan memperoleh iklim

belajar yang

menyenangkan Dengan

demikian siswa akan

terdorong untuk terus-

menerus meningkatkan

prestasi akademiknya

c) Kurikulum dan metode

mengajar

Hal ini meliputi

materi dan bagaimana

cara memberikan materi

tersebut kepada siswa

Metode pembelajaran

yang lebih interaktif

(terjadi melalui dua

arah) sangat diperlukan

untuk menumbuhkan

minat dan peran serta

siswa dalam kegiatan

pembelajaran

3) Faktor lingkungan

masyarakat

a) Sosial budaya

Pandangan

masyarakat tentang

pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi

kesungguhan pendidik

dan peserta didik

Masyarakat yang masih

memandang rendah

pendidikan akan enggan

mengirimkan anaknya

ke sekolah dan

cenderung memandang

rendah pekerjaan

gurupengajar

b) Partisipasi terhadap

pendidikan

Bila semua

pihak telah

berpartisipasi dan

mendukung kegiatan

pendidikan mulai dari

pemerintah (berupa

kebijakan dan

anggaran) sampai pada

masyarakat bawah

setiap orang akan lebih

menghargai dan

berusaha memajukan

pendidikan dan ilmu

pengetahuan

Pengukuran Prestasi Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

rapor merupakan perumusan

terakhir yang diberikan oleh guru

mengenai kemajuan atau hasil

belajar murid-muridnya selama

masa tertentu

Azwar (1996) menyebutkan

bahwa ada beberapa fungsi

penilaian dalam pendidikan yaitu

a Penilaian berfungsi selektif

(Fungsi Sumatif)

Fungsi penilaian ini

merupakan pengukuran akhir

dalam suatu program dan

hasilnya dipakai untuk

menentukan apakah siswa

dapat dinyatakan lulus atau

tidak dalam program

pendidikan tersebut Dengan

kata lain penilaian berfungsi

untuk membantu guru

mengadakan seleksi terhadap

beberapa siswa misalnya

1) Memilih siswa yang akan

diterima di sekolah

2) Memilih siswa untuk dapat

naik kelas

3) Memilih siswa yang

seharusnya dapat beasiswa

b Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi penilaian ini

selain untuk mengetahui hasil

yang dicapai siswa juga

mengetahui kelemahan siswa

sehingga dengan adanya

penilaian maka guru dapat

mengetahui kelemahan dan

kelebihan masing-masing

siswa Jika guru dapat

mendeteksi kelemahan siswa

maka kelemahan tersebut dapat

segera diperbaiki

c Penilaian berfungsi sebagai

penempatan (Placement)

Setiap siswa memiliki

kemampuan berbeda satu sama

lain Penilaian dilakukan untuk

mengetahui di mana

seharusnya siswa tersebut

ditempatkan sesuai dengan

kemampuannya yang telah

diperlihatkannya pada prestasi

belajar yang telah dicapainya

Sebagai contoh penggunaan

nilai rapor SMU kelas I

menentukan jurusan studi di

kelas II dan III

d Penilaian berfungsi sebagai

pengukur keberhasilan (Fungsi

Formatif)

Penilaian berfungsi

untuk mengetahui sejauh mana

suatu program dapat

diterapkan Sebagai contoh

adalah raport di setiap semester

di sekolah-sekolah tingkat

dasar dan menegah dapat

dipakai untuk mengetahui

apakah program pendidikan

yang telah diterapkan berhasil

diterapkan atau tidak pada

siswa tersebut

Raport biasanya

menggambil nilai dari angka 1

sampai dengan 10 terutama

pada siswa SD sampai SMU

tetapi dalam kenyataan nilai

terendah dalam rapor yaitu 4

dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai

di bawah 5 berarti tidak baik

atau buruk sedangkan nilai-

nilai di atas 5 seperti nilai 6

dikategorikan cukup untuk

nilai 7 dikategorikan lebih dari

cukup untuk nilai 8

dikategorikan baik dan untuk

nilai 9 dikategorikan sangat

baik

Mata Pelajaran Matematika

Hudoyo (dalam Yoenanto

2002) mendefinisikan mata

pelajaran matematika adalah

sebagai bidang ilmu yang

berkenaan dengan ide-ide struktur-

struktur dan hubungan-hubungan

yang di atur secara logis sehingga

pelajaran matematika berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

yang tersusun secara hirarkis dan

dengan penalaran deduktif

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas

ide-ide hubungan-hubungan

struktur-struktur yang berkaitan

dengan konsep secara abstrak dan

berguna dalam kehidupan sehari-

hari Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001) yang di

maksud dengan mata pelajaran

matematika adalah matematika

sebagai salah satu ilmu dasar yang

dewasa ini telah berkembang amat

pesat baik materi maupun

kegunaannya

Dari beberapa pendapat

yang telah dikemukakan di atas

maka dapat disimpulkan bahwa

mata pelajaran matematika adalah

sebuah bidang ilmu yang paling

mendasar dari kehidupan sehari-

hari manusia di mana ilmu tersebut

berkenaan dengan ide-ide

hubungan-hubungan dan struktur-

struktur berkaitan dengan konsep-

konsep abstrak yang tersusun

secara hirarkis dan telah diatur

secara logis

Dimensi Mata Pelajaran

Matematika

Dalam Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjut Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001)

mengatakan bahwa didalam mata

pelajaran matematika terdapat 4

dimensi yaitu

a Mata pelajaran matematika

meliputi terjadinya proses

belajar mengajar yaitu berupa

sebuah kegiatan yang

terintegrasi (utuh terpadu)

antara siswa sebagai pelajar

yang sedang belajar dengan

guru sebagai pengajar yang

sedang mengajar dalam

suasana yang bersifat

pengajaran

b Mata pelajaran matematika di

sekolah terdiri atas bagian-

bagian matematika yang di

pilih guna menumbuh

kembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk

pribadi siswa serta berpandu

pada perkembangan ilmu dan

teknologi

c Mata pelajaran matematika

berkenaan dengan materi yang

memerlukan kegiatan berfikir

yang berhubungan dengan

struktur lebih tinggi di mana

hal itu telah terbentuk dari apa

yang sudah dipelajari

sebelumnya Artinya bahan

pelajaran matematika harus

bermakna agar sesuai dengan

kemampuan dan struktur

kognitif yang dimiliki peserta

didik

d Mata pelajaran matematika

memerlukan penggunaan

metode instruksional

Remaja

Secara umum periode

remaja merupakan klimaks dari

periode-periode perkembangan

sebelumnya Dalam periode ini apa

yang diperoleh dalam masa-masa

sebelumnya di uji dan dibuktikan

sehingga dalam periode

selanjutnya individu telah

mempunyai suatu pola pribadi

yang lebih mantap Periode remaja

adalah masa transisi dalam periode

anak-anak ke periode dewasa awal

periode remaja dikelompokkan

menjadi dua fase yaitu fase remaja

awal dan fase remaja akhir

(Riyanti Prabowo dan Puspitawati

1996) Masa remaja adalah masa

dimulainya perkembangan kognitif

yang mengarah pada pemikiran

operasional formal yang lebih

abstrak daripada pemikiran seorang

anak Pemikiran remaja tidak lagi

berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-

kemungkinan hipotesis atau dalil-

dalil dan penalaran yang benar-

benar abstrak (Santrock 2003)

Menurut Papalia (2004) periode

remaja adalah periode yang sudah

mulai mengabungkan pengalaman

yang di peroleh sebelumnya

dengan tantangan saat ini dan

memikirkan keadaan di masa yang

akan datang

Dari beberapa definisi

remaja yang diberikan oleh para

ahli dapat di tarik kesimpulan

bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa Pada masa remaja

merupakan masa awal dari

pembentukan proses pemikiran

operasional yang lebih abstrak

Sehingga pada masa ini remaja

sudah mulai membandingkan

antara pengalaman di masa lalu

dengan keadaan di masa sekarang

dan mulai memikirkan masa yang

datang

Batasan Usia

Periode remaja dianggap

sebagai masa-masa yang amat

penting dalam kehidupan individu

khususnya dalam pembentukan

kepribadian Masa remaja dibagi

dua bagian yaitu (1) periode remaja

awal (early adolescence) yaitu

berkisar antara umur 13-17 tahun

dan periode remaja akhir yaitu

umur 17 tahun sampai dengan 18

tahun (Puspitawati 1996)

Bedasarkan teori

perkembangan kognitif Piaget

(dalam Santrock 2003) masa

remaja dimulai pada usia 11 tahun

sampai dengan 15 tahun dalam

usia ini remaja sudah dapat berfikir

secara operasional formal Masa

remaja atau pubertas adalah proses

menuju kedewasaan seksual atau

kesuburan (kemampuan untuk

reproduksi) pada periode ini selain

perkembangan fisik diikuti pula

dengan perkembangan kognitif

sosial otonomi harga diri dan

keintiman dalam hubungan seksual

(Papalia 2004) Menurut Papalia

(2004) masa remaja dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu

remaja awal dimulai dari usia 11-

13 tahun remaja madya dimulai

dari usia 13 tahun sampai dengan

18 tahun dan remaja akhir dimulai

dari usia 18 tahun sampai dengan

21 tahun

Dari uraian yang

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa usia remaja

adalah dimulai dari 11 tahun

sampai dengan 21 tahun

Karakteristik Remaja

Periode remaja adalah

periode pemantapan identitas diri

Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo

yang dipengaruhi oleh pandangan

orang-orang sekitarnya serta

pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola

perilakunya sebagai orang dewasa

Pemantapan identitas diri ini tidak

selalu mulus tetapi sering melalui

proses yang panjang dan

bergejolak Oleh karena itu banyak

ahli menamakan periode ini

sebagai masa-masa strom and

stress atau masa up and down

(Santrock 2003)

Remaja adalah seorang

idealis remaja memandang

dunianya seperti apa yang

diinginkannya bukan sebagaimana

adanya Remaja suka mimpi-mimpi

yang membuatnya marah cepat

tersinggung atau frustasi Selain

itu oleh keluarga dan masyarakat

remaja di anggap sudah menginjak

dewasa sehingga remaja diberi

tanggung jawab yang sama dengan

seorang yang sudah dewasa

Remaja mulai memperhatikan

prestasi dalam segala hal karena

ini memberinya nilai tambah untuk

kedudukan sosialnya di antara

teman sebaya maupun orang-orang

dewasa

Hubungan antara

Kecemasan Menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika dengan

Prestasi Akademik

Matematika pada Remaja

Masa remaja dapat dikatakan

sebuah masa peralihan antara masa

anak-anak menuju ke masa dewasa

Menurut Santrock (2003) Masa remaja

merupakan masa dimulainya

perkembangan kognitif yang mengarah

pada pemikiran operasional formal

yang lebih abstrak daripada pemikiran

seorang anak Pemikiran remaja tidak

lagi berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-kemungkinan

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

melalui penglihatan dan

pendengaran Dengan

demikian seorang anak

yang memiliki cacat

fisik atau bahkan cacat

mental akan

menghambat dirinya di

dalam menangkap

pelajaran sehingga

pada akhirnya akan

mempengaruhi prestasi

akademiknya di

sekolah

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor

psikologis yang dapat

mempengaruhi prestasi

akademik siswa antara lain

adalah

a) Inteligensi

Pada umumnya

prestasi akademik yang

ditampilkan siswa

mempunyai kaitan yang

erat dengan tingkat

kecerdasan yang

dimiliki siswa Taraf

inteligensi ini sangat

mempengaruhi prestasi

akademik seorang

siswa di mana siswa

yang memiliki taraf

inteligensi tinggi

mempunyai peluang

lebih besar untuk

mencapai prestasi

akademik yang lebih

tinggi Sebaliknya

siswa yang memiliki

taraf inteligensi yang

rendah diperkirakan

juga akan memiliki

prestasi akademik yang

rendah Namun

bukanlah suatu yang

tidak mungkin jika

siswa dengan taraf

inteligensi rendah

memiliki prestasi

akademik yang tinggi

dan begitu pula

sebaliknya

b) Sikap

Sikap yang

pasif rendah diri dan

kurang percaya diri

dapat merupakan faktor

yang menghambat

siswa dalam

menampilkan prestasi

akademiknya

c) Motivasi

Motivasi belajar

merupakan faktor psikis

yang bersifat non

intelektual Peranannya

yang khas ialah dalam

hal gairah atau

semangat belajar siswa

yang termotivasi kuat

akan mempunyai

banyak energi untuk

melakukan kegiatan

belajar

c Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor

yang ada dalam diri siswa ada

hal-hal lain di luar diri yang

dapat mempengaruhi prestasi

akademik yang akan diraih

antara lain adalah

1) Faktor lingkungan keluarga

a) Sosial ekonomi

keluarga

Sosial ekonomi

keluarga yang memadai

akan membuat

seseorang lebih banyak

kesempatan

mendapatkan fasilitas

belajar yang lebih baik

mulai dari buku alat

tulis hingga pemilihan

sekolah

b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang

telah menempuh

jenjang pendidikan

tinggi cenderung lebih

memperhatikan dan

memahami pentingnya

pendidikan bagi anak-

anaknya dibandingkan

dengan yang

mempunyai jenjang

pendidikan yang lebih

rendah

c) Perhatian orang tua dan

suasana hubungan

antara anggota keluarga

Dukungan dari

keluarga merupakan

suatu pemacu semangat

berpretasi bagi

seseorang Dukungan

dalam hal ini bisa

secara langsung berupa

pujian atau nasihat

maupun secara tidak

langsung seperti

hubugan keluarga yang

harmonis

2) Faktor lingkungan sekolah

a) Sarana dan prasarana

Kelengkapan

fasilitas sekolah seperti

papan tulis kapur atau

spidol yang dapat

membantu kelancaran

proses belajar mengajar

di sekolah selain itu

bentuk ruangan

sirkulasi udara dan

lingkungan sekitar

sekolah juga dapat

mempengaruhi proses

belajar mengajar

b) Kompetensi guru dan

siswa

Kualitas guru

dan siswa sangat

penting dalam meraih

prestasi kelengkapan

sarana dan prasarana

tanpa disertai kinerja

yang baik dari para

penggunanya akan sia-

sia belaka Bila seorang

siswa merasa

kebutuhannya untuk

berprestasi dengan baik

di sekolah terpenuhi

misalnya dengan

tersedianya fasilitas dan

tenaga pendidik yang

berkualitas yang dapat

menimbulkan rasa

keingintahuan yang

besar hubungan dengan

guru dan teman-

temannya berlangsung

harmonis maka siswa

akan memperoleh iklim

belajar yang

menyenangkan Dengan

demikian siswa akan

terdorong untuk terus-

menerus meningkatkan

prestasi akademiknya

c) Kurikulum dan metode

mengajar

Hal ini meliputi

materi dan bagaimana

cara memberikan materi

tersebut kepada siswa

Metode pembelajaran

yang lebih interaktif

(terjadi melalui dua

arah) sangat diperlukan

untuk menumbuhkan

minat dan peran serta

siswa dalam kegiatan

pembelajaran

3) Faktor lingkungan

masyarakat

a) Sosial budaya

Pandangan

masyarakat tentang

pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi

kesungguhan pendidik

dan peserta didik

Masyarakat yang masih

memandang rendah

pendidikan akan enggan

mengirimkan anaknya

ke sekolah dan

cenderung memandang

rendah pekerjaan

gurupengajar

b) Partisipasi terhadap

pendidikan

Bila semua

pihak telah

berpartisipasi dan

mendukung kegiatan

pendidikan mulai dari

pemerintah (berupa

kebijakan dan

anggaran) sampai pada

masyarakat bawah

setiap orang akan lebih

menghargai dan

berusaha memajukan

pendidikan dan ilmu

pengetahuan

Pengukuran Prestasi Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

rapor merupakan perumusan

terakhir yang diberikan oleh guru

mengenai kemajuan atau hasil

belajar murid-muridnya selama

masa tertentu

Azwar (1996) menyebutkan

bahwa ada beberapa fungsi

penilaian dalam pendidikan yaitu

a Penilaian berfungsi selektif

(Fungsi Sumatif)

Fungsi penilaian ini

merupakan pengukuran akhir

dalam suatu program dan

hasilnya dipakai untuk

menentukan apakah siswa

dapat dinyatakan lulus atau

tidak dalam program

pendidikan tersebut Dengan

kata lain penilaian berfungsi

untuk membantu guru

mengadakan seleksi terhadap

beberapa siswa misalnya

1) Memilih siswa yang akan

diterima di sekolah

2) Memilih siswa untuk dapat

naik kelas

3) Memilih siswa yang

seharusnya dapat beasiswa

b Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi penilaian ini

selain untuk mengetahui hasil

yang dicapai siswa juga

mengetahui kelemahan siswa

sehingga dengan adanya

penilaian maka guru dapat

mengetahui kelemahan dan

kelebihan masing-masing

siswa Jika guru dapat

mendeteksi kelemahan siswa

maka kelemahan tersebut dapat

segera diperbaiki

c Penilaian berfungsi sebagai

penempatan (Placement)

Setiap siswa memiliki

kemampuan berbeda satu sama

lain Penilaian dilakukan untuk

mengetahui di mana

seharusnya siswa tersebut

ditempatkan sesuai dengan

kemampuannya yang telah

diperlihatkannya pada prestasi

belajar yang telah dicapainya

Sebagai contoh penggunaan

nilai rapor SMU kelas I

menentukan jurusan studi di

kelas II dan III

d Penilaian berfungsi sebagai

pengukur keberhasilan (Fungsi

Formatif)

Penilaian berfungsi

untuk mengetahui sejauh mana

suatu program dapat

diterapkan Sebagai contoh

adalah raport di setiap semester

di sekolah-sekolah tingkat

dasar dan menegah dapat

dipakai untuk mengetahui

apakah program pendidikan

yang telah diterapkan berhasil

diterapkan atau tidak pada

siswa tersebut

Raport biasanya

menggambil nilai dari angka 1

sampai dengan 10 terutama

pada siswa SD sampai SMU

tetapi dalam kenyataan nilai

terendah dalam rapor yaitu 4

dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai

di bawah 5 berarti tidak baik

atau buruk sedangkan nilai-

nilai di atas 5 seperti nilai 6

dikategorikan cukup untuk

nilai 7 dikategorikan lebih dari

cukup untuk nilai 8

dikategorikan baik dan untuk

nilai 9 dikategorikan sangat

baik

Mata Pelajaran Matematika

Hudoyo (dalam Yoenanto

2002) mendefinisikan mata

pelajaran matematika adalah

sebagai bidang ilmu yang

berkenaan dengan ide-ide struktur-

struktur dan hubungan-hubungan

yang di atur secara logis sehingga

pelajaran matematika berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

yang tersusun secara hirarkis dan

dengan penalaran deduktif

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas

ide-ide hubungan-hubungan

struktur-struktur yang berkaitan

dengan konsep secara abstrak dan

berguna dalam kehidupan sehari-

hari Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001) yang di

maksud dengan mata pelajaran

matematika adalah matematika

sebagai salah satu ilmu dasar yang

dewasa ini telah berkembang amat

pesat baik materi maupun

kegunaannya

Dari beberapa pendapat

yang telah dikemukakan di atas

maka dapat disimpulkan bahwa

mata pelajaran matematika adalah

sebuah bidang ilmu yang paling

mendasar dari kehidupan sehari-

hari manusia di mana ilmu tersebut

berkenaan dengan ide-ide

hubungan-hubungan dan struktur-

struktur berkaitan dengan konsep-

konsep abstrak yang tersusun

secara hirarkis dan telah diatur

secara logis

Dimensi Mata Pelajaran

Matematika

Dalam Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjut Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001)

mengatakan bahwa didalam mata

pelajaran matematika terdapat 4

dimensi yaitu

a Mata pelajaran matematika

meliputi terjadinya proses

belajar mengajar yaitu berupa

sebuah kegiatan yang

terintegrasi (utuh terpadu)

antara siswa sebagai pelajar

yang sedang belajar dengan

guru sebagai pengajar yang

sedang mengajar dalam

suasana yang bersifat

pengajaran

b Mata pelajaran matematika di

sekolah terdiri atas bagian-

bagian matematika yang di

pilih guna menumbuh

kembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk

pribadi siswa serta berpandu

pada perkembangan ilmu dan

teknologi

c Mata pelajaran matematika

berkenaan dengan materi yang

memerlukan kegiatan berfikir

yang berhubungan dengan

struktur lebih tinggi di mana

hal itu telah terbentuk dari apa

yang sudah dipelajari

sebelumnya Artinya bahan

pelajaran matematika harus

bermakna agar sesuai dengan

kemampuan dan struktur

kognitif yang dimiliki peserta

didik

d Mata pelajaran matematika

memerlukan penggunaan

metode instruksional

Remaja

Secara umum periode

remaja merupakan klimaks dari

periode-periode perkembangan

sebelumnya Dalam periode ini apa

yang diperoleh dalam masa-masa

sebelumnya di uji dan dibuktikan

sehingga dalam periode

selanjutnya individu telah

mempunyai suatu pola pribadi

yang lebih mantap Periode remaja

adalah masa transisi dalam periode

anak-anak ke periode dewasa awal

periode remaja dikelompokkan

menjadi dua fase yaitu fase remaja

awal dan fase remaja akhir

(Riyanti Prabowo dan Puspitawati

1996) Masa remaja adalah masa

dimulainya perkembangan kognitif

yang mengarah pada pemikiran

operasional formal yang lebih

abstrak daripada pemikiran seorang

anak Pemikiran remaja tidak lagi

berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-

kemungkinan hipotesis atau dalil-

dalil dan penalaran yang benar-

benar abstrak (Santrock 2003)

Menurut Papalia (2004) periode

remaja adalah periode yang sudah

mulai mengabungkan pengalaman

yang di peroleh sebelumnya

dengan tantangan saat ini dan

memikirkan keadaan di masa yang

akan datang

Dari beberapa definisi

remaja yang diberikan oleh para

ahli dapat di tarik kesimpulan

bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa Pada masa remaja

merupakan masa awal dari

pembentukan proses pemikiran

operasional yang lebih abstrak

Sehingga pada masa ini remaja

sudah mulai membandingkan

antara pengalaman di masa lalu

dengan keadaan di masa sekarang

dan mulai memikirkan masa yang

datang

Batasan Usia

Periode remaja dianggap

sebagai masa-masa yang amat

penting dalam kehidupan individu

khususnya dalam pembentukan

kepribadian Masa remaja dibagi

dua bagian yaitu (1) periode remaja

awal (early adolescence) yaitu

berkisar antara umur 13-17 tahun

dan periode remaja akhir yaitu

umur 17 tahun sampai dengan 18

tahun (Puspitawati 1996)

Bedasarkan teori

perkembangan kognitif Piaget

(dalam Santrock 2003) masa

remaja dimulai pada usia 11 tahun

sampai dengan 15 tahun dalam

usia ini remaja sudah dapat berfikir

secara operasional formal Masa

remaja atau pubertas adalah proses

menuju kedewasaan seksual atau

kesuburan (kemampuan untuk

reproduksi) pada periode ini selain

perkembangan fisik diikuti pula

dengan perkembangan kognitif

sosial otonomi harga diri dan

keintiman dalam hubungan seksual

(Papalia 2004) Menurut Papalia

(2004) masa remaja dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu

remaja awal dimulai dari usia 11-

13 tahun remaja madya dimulai

dari usia 13 tahun sampai dengan

18 tahun dan remaja akhir dimulai

dari usia 18 tahun sampai dengan

21 tahun

Dari uraian yang

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa usia remaja

adalah dimulai dari 11 tahun

sampai dengan 21 tahun

Karakteristik Remaja

Periode remaja adalah

periode pemantapan identitas diri

Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo

yang dipengaruhi oleh pandangan

orang-orang sekitarnya serta

pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola

perilakunya sebagai orang dewasa

Pemantapan identitas diri ini tidak

selalu mulus tetapi sering melalui

proses yang panjang dan

bergejolak Oleh karena itu banyak

ahli menamakan periode ini

sebagai masa-masa strom and

stress atau masa up and down

(Santrock 2003)

Remaja adalah seorang

idealis remaja memandang

dunianya seperti apa yang

diinginkannya bukan sebagaimana

adanya Remaja suka mimpi-mimpi

yang membuatnya marah cepat

tersinggung atau frustasi Selain

itu oleh keluarga dan masyarakat

remaja di anggap sudah menginjak

dewasa sehingga remaja diberi

tanggung jawab yang sama dengan

seorang yang sudah dewasa

Remaja mulai memperhatikan

prestasi dalam segala hal karena

ini memberinya nilai tambah untuk

kedudukan sosialnya di antara

teman sebaya maupun orang-orang

dewasa

Hubungan antara

Kecemasan Menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika dengan

Prestasi Akademik

Matematika pada Remaja

Masa remaja dapat dikatakan

sebuah masa peralihan antara masa

anak-anak menuju ke masa dewasa

Menurut Santrock (2003) Masa remaja

merupakan masa dimulainya

perkembangan kognitif yang mengarah

pada pemikiran operasional formal

yang lebih abstrak daripada pemikiran

seorang anak Pemikiran remaja tidak

lagi berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-kemungkinan

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

menampilkan prestasi

akademiknya

c) Motivasi

Motivasi belajar

merupakan faktor psikis

yang bersifat non

intelektual Peranannya

yang khas ialah dalam

hal gairah atau

semangat belajar siswa

yang termotivasi kuat

akan mempunyai

banyak energi untuk

melakukan kegiatan

belajar

c Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor

yang ada dalam diri siswa ada

hal-hal lain di luar diri yang

dapat mempengaruhi prestasi

akademik yang akan diraih

antara lain adalah

1) Faktor lingkungan keluarga

a) Sosial ekonomi

keluarga

Sosial ekonomi

keluarga yang memadai

akan membuat

seseorang lebih banyak

kesempatan

mendapatkan fasilitas

belajar yang lebih baik

mulai dari buku alat

tulis hingga pemilihan

sekolah

b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang

telah menempuh

jenjang pendidikan

tinggi cenderung lebih

memperhatikan dan

memahami pentingnya

pendidikan bagi anak-

anaknya dibandingkan

dengan yang

mempunyai jenjang

pendidikan yang lebih

rendah

c) Perhatian orang tua dan

suasana hubungan

antara anggota keluarga

Dukungan dari

keluarga merupakan

suatu pemacu semangat

berpretasi bagi

seseorang Dukungan

dalam hal ini bisa

secara langsung berupa

pujian atau nasihat

maupun secara tidak

langsung seperti

hubugan keluarga yang

harmonis

2) Faktor lingkungan sekolah

a) Sarana dan prasarana

Kelengkapan

fasilitas sekolah seperti

papan tulis kapur atau

spidol yang dapat

membantu kelancaran

proses belajar mengajar

di sekolah selain itu

bentuk ruangan

sirkulasi udara dan

lingkungan sekitar

sekolah juga dapat

mempengaruhi proses

belajar mengajar

b) Kompetensi guru dan

siswa

Kualitas guru

dan siswa sangat

penting dalam meraih

prestasi kelengkapan

sarana dan prasarana

tanpa disertai kinerja

yang baik dari para

penggunanya akan sia-

sia belaka Bila seorang

siswa merasa

kebutuhannya untuk

berprestasi dengan baik

di sekolah terpenuhi

misalnya dengan

tersedianya fasilitas dan

tenaga pendidik yang

berkualitas yang dapat

menimbulkan rasa

keingintahuan yang

besar hubungan dengan

guru dan teman-

temannya berlangsung

harmonis maka siswa

akan memperoleh iklim

belajar yang

menyenangkan Dengan

demikian siswa akan

terdorong untuk terus-

menerus meningkatkan

prestasi akademiknya

c) Kurikulum dan metode

mengajar

Hal ini meliputi

materi dan bagaimana

cara memberikan materi

tersebut kepada siswa

Metode pembelajaran

yang lebih interaktif

(terjadi melalui dua

arah) sangat diperlukan

untuk menumbuhkan

minat dan peran serta

siswa dalam kegiatan

pembelajaran

3) Faktor lingkungan

masyarakat

a) Sosial budaya

Pandangan

masyarakat tentang

pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi

kesungguhan pendidik

dan peserta didik

Masyarakat yang masih

memandang rendah

pendidikan akan enggan

mengirimkan anaknya

ke sekolah dan

cenderung memandang

rendah pekerjaan

gurupengajar

b) Partisipasi terhadap

pendidikan

Bila semua

pihak telah

berpartisipasi dan

mendukung kegiatan

pendidikan mulai dari

pemerintah (berupa

kebijakan dan

anggaran) sampai pada

masyarakat bawah

setiap orang akan lebih

menghargai dan

berusaha memajukan

pendidikan dan ilmu

pengetahuan

Pengukuran Prestasi Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

rapor merupakan perumusan

terakhir yang diberikan oleh guru

mengenai kemajuan atau hasil

belajar murid-muridnya selama

masa tertentu

Azwar (1996) menyebutkan

bahwa ada beberapa fungsi

penilaian dalam pendidikan yaitu

a Penilaian berfungsi selektif

(Fungsi Sumatif)

Fungsi penilaian ini

merupakan pengukuran akhir

dalam suatu program dan

hasilnya dipakai untuk

menentukan apakah siswa

dapat dinyatakan lulus atau

tidak dalam program

pendidikan tersebut Dengan

kata lain penilaian berfungsi

untuk membantu guru

mengadakan seleksi terhadap

beberapa siswa misalnya

1) Memilih siswa yang akan

diterima di sekolah

2) Memilih siswa untuk dapat

naik kelas

3) Memilih siswa yang

seharusnya dapat beasiswa

b Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi penilaian ini

selain untuk mengetahui hasil

yang dicapai siswa juga

mengetahui kelemahan siswa

sehingga dengan adanya

penilaian maka guru dapat

mengetahui kelemahan dan

kelebihan masing-masing

siswa Jika guru dapat

mendeteksi kelemahan siswa

maka kelemahan tersebut dapat

segera diperbaiki

c Penilaian berfungsi sebagai

penempatan (Placement)

Setiap siswa memiliki

kemampuan berbeda satu sama

lain Penilaian dilakukan untuk

mengetahui di mana

seharusnya siswa tersebut

ditempatkan sesuai dengan

kemampuannya yang telah

diperlihatkannya pada prestasi

belajar yang telah dicapainya

Sebagai contoh penggunaan

nilai rapor SMU kelas I

menentukan jurusan studi di

kelas II dan III

d Penilaian berfungsi sebagai

pengukur keberhasilan (Fungsi

Formatif)

Penilaian berfungsi

untuk mengetahui sejauh mana

suatu program dapat

diterapkan Sebagai contoh

adalah raport di setiap semester

di sekolah-sekolah tingkat

dasar dan menegah dapat

dipakai untuk mengetahui

apakah program pendidikan

yang telah diterapkan berhasil

diterapkan atau tidak pada

siswa tersebut

Raport biasanya

menggambil nilai dari angka 1

sampai dengan 10 terutama

pada siswa SD sampai SMU

tetapi dalam kenyataan nilai

terendah dalam rapor yaitu 4

dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai

di bawah 5 berarti tidak baik

atau buruk sedangkan nilai-

nilai di atas 5 seperti nilai 6

dikategorikan cukup untuk

nilai 7 dikategorikan lebih dari

cukup untuk nilai 8

dikategorikan baik dan untuk

nilai 9 dikategorikan sangat

baik

Mata Pelajaran Matematika

Hudoyo (dalam Yoenanto

2002) mendefinisikan mata

pelajaran matematika adalah

sebagai bidang ilmu yang

berkenaan dengan ide-ide struktur-

struktur dan hubungan-hubungan

yang di atur secara logis sehingga

pelajaran matematika berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

yang tersusun secara hirarkis dan

dengan penalaran deduktif

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas

ide-ide hubungan-hubungan

struktur-struktur yang berkaitan

dengan konsep secara abstrak dan

berguna dalam kehidupan sehari-

hari Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001) yang di

maksud dengan mata pelajaran

matematika adalah matematika

sebagai salah satu ilmu dasar yang

dewasa ini telah berkembang amat

pesat baik materi maupun

kegunaannya

Dari beberapa pendapat

yang telah dikemukakan di atas

maka dapat disimpulkan bahwa

mata pelajaran matematika adalah

sebuah bidang ilmu yang paling

mendasar dari kehidupan sehari-

hari manusia di mana ilmu tersebut

berkenaan dengan ide-ide

hubungan-hubungan dan struktur-

struktur berkaitan dengan konsep-

konsep abstrak yang tersusun

secara hirarkis dan telah diatur

secara logis

Dimensi Mata Pelajaran

Matematika

Dalam Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjut Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001)

mengatakan bahwa didalam mata

pelajaran matematika terdapat 4

dimensi yaitu

a Mata pelajaran matematika

meliputi terjadinya proses

belajar mengajar yaitu berupa

sebuah kegiatan yang

terintegrasi (utuh terpadu)

antara siswa sebagai pelajar

yang sedang belajar dengan

guru sebagai pengajar yang

sedang mengajar dalam

suasana yang bersifat

pengajaran

b Mata pelajaran matematika di

sekolah terdiri atas bagian-

bagian matematika yang di

pilih guna menumbuh

kembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk

pribadi siswa serta berpandu

pada perkembangan ilmu dan

teknologi

c Mata pelajaran matematika

berkenaan dengan materi yang

memerlukan kegiatan berfikir

yang berhubungan dengan

struktur lebih tinggi di mana

hal itu telah terbentuk dari apa

yang sudah dipelajari

sebelumnya Artinya bahan

pelajaran matematika harus

bermakna agar sesuai dengan

kemampuan dan struktur

kognitif yang dimiliki peserta

didik

d Mata pelajaran matematika

memerlukan penggunaan

metode instruksional

Remaja

Secara umum periode

remaja merupakan klimaks dari

periode-periode perkembangan

sebelumnya Dalam periode ini apa

yang diperoleh dalam masa-masa

sebelumnya di uji dan dibuktikan

sehingga dalam periode

selanjutnya individu telah

mempunyai suatu pola pribadi

yang lebih mantap Periode remaja

adalah masa transisi dalam periode

anak-anak ke periode dewasa awal

periode remaja dikelompokkan

menjadi dua fase yaitu fase remaja

awal dan fase remaja akhir

(Riyanti Prabowo dan Puspitawati

1996) Masa remaja adalah masa

dimulainya perkembangan kognitif

yang mengarah pada pemikiran

operasional formal yang lebih

abstrak daripada pemikiran seorang

anak Pemikiran remaja tidak lagi

berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-

kemungkinan hipotesis atau dalil-

dalil dan penalaran yang benar-

benar abstrak (Santrock 2003)

Menurut Papalia (2004) periode

remaja adalah periode yang sudah

mulai mengabungkan pengalaman

yang di peroleh sebelumnya

dengan tantangan saat ini dan

memikirkan keadaan di masa yang

akan datang

Dari beberapa definisi

remaja yang diberikan oleh para

ahli dapat di tarik kesimpulan

bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa Pada masa remaja

merupakan masa awal dari

pembentukan proses pemikiran

operasional yang lebih abstrak

Sehingga pada masa ini remaja

sudah mulai membandingkan

antara pengalaman di masa lalu

dengan keadaan di masa sekarang

dan mulai memikirkan masa yang

datang

Batasan Usia

Periode remaja dianggap

sebagai masa-masa yang amat

penting dalam kehidupan individu

khususnya dalam pembentukan

kepribadian Masa remaja dibagi

dua bagian yaitu (1) periode remaja

awal (early adolescence) yaitu

berkisar antara umur 13-17 tahun

dan periode remaja akhir yaitu

umur 17 tahun sampai dengan 18

tahun (Puspitawati 1996)

Bedasarkan teori

perkembangan kognitif Piaget

(dalam Santrock 2003) masa

remaja dimulai pada usia 11 tahun

sampai dengan 15 tahun dalam

usia ini remaja sudah dapat berfikir

secara operasional formal Masa

remaja atau pubertas adalah proses

menuju kedewasaan seksual atau

kesuburan (kemampuan untuk

reproduksi) pada periode ini selain

perkembangan fisik diikuti pula

dengan perkembangan kognitif

sosial otonomi harga diri dan

keintiman dalam hubungan seksual

(Papalia 2004) Menurut Papalia

(2004) masa remaja dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu

remaja awal dimulai dari usia 11-

13 tahun remaja madya dimulai

dari usia 13 tahun sampai dengan

18 tahun dan remaja akhir dimulai

dari usia 18 tahun sampai dengan

21 tahun

Dari uraian yang

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa usia remaja

adalah dimulai dari 11 tahun

sampai dengan 21 tahun

Karakteristik Remaja

Periode remaja adalah

periode pemantapan identitas diri

Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo

yang dipengaruhi oleh pandangan

orang-orang sekitarnya serta

pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola

perilakunya sebagai orang dewasa

Pemantapan identitas diri ini tidak

selalu mulus tetapi sering melalui

proses yang panjang dan

bergejolak Oleh karena itu banyak

ahli menamakan periode ini

sebagai masa-masa strom and

stress atau masa up and down

(Santrock 2003)

Remaja adalah seorang

idealis remaja memandang

dunianya seperti apa yang

diinginkannya bukan sebagaimana

adanya Remaja suka mimpi-mimpi

yang membuatnya marah cepat

tersinggung atau frustasi Selain

itu oleh keluarga dan masyarakat

remaja di anggap sudah menginjak

dewasa sehingga remaja diberi

tanggung jawab yang sama dengan

seorang yang sudah dewasa

Remaja mulai memperhatikan

prestasi dalam segala hal karena

ini memberinya nilai tambah untuk

kedudukan sosialnya di antara

teman sebaya maupun orang-orang

dewasa

Hubungan antara

Kecemasan Menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika dengan

Prestasi Akademik

Matematika pada Remaja

Masa remaja dapat dikatakan

sebuah masa peralihan antara masa

anak-anak menuju ke masa dewasa

Menurut Santrock (2003) Masa remaja

merupakan masa dimulainya

perkembangan kognitif yang mengarah

pada pemikiran operasional formal

yang lebih abstrak daripada pemikiran

seorang anak Pemikiran remaja tidak

lagi berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-kemungkinan

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

langsung seperti

hubugan keluarga yang

harmonis

2) Faktor lingkungan sekolah

a) Sarana dan prasarana

Kelengkapan

fasilitas sekolah seperti

papan tulis kapur atau

spidol yang dapat

membantu kelancaran

proses belajar mengajar

di sekolah selain itu

bentuk ruangan

sirkulasi udara dan

lingkungan sekitar

sekolah juga dapat

mempengaruhi proses

belajar mengajar

b) Kompetensi guru dan

siswa

Kualitas guru

dan siswa sangat

penting dalam meraih

prestasi kelengkapan

sarana dan prasarana

tanpa disertai kinerja

yang baik dari para

penggunanya akan sia-

sia belaka Bila seorang

siswa merasa

kebutuhannya untuk

berprestasi dengan baik

di sekolah terpenuhi

misalnya dengan

tersedianya fasilitas dan

tenaga pendidik yang

berkualitas yang dapat

menimbulkan rasa

keingintahuan yang

besar hubungan dengan

guru dan teman-

temannya berlangsung

harmonis maka siswa

akan memperoleh iklim

belajar yang

menyenangkan Dengan

demikian siswa akan

terdorong untuk terus-

menerus meningkatkan

prestasi akademiknya

c) Kurikulum dan metode

mengajar

Hal ini meliputi

materi dan bagaimana

cara memberikan materi

tersebut kepada siswa

Metode pembelajaran

yang lebih interaktif

(terjadi melalui dua

arah) sangat diperlukan

untuk menumbuhkan

minat dan peran serta

siswa dalam kegiatan

pembelajaran

3) Faktor lingkungan

masyarakat

a) Sosial budaya

Pandangan

masyarakat tentang

pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi

kesungguhan pendidik

dan peserta didik

Masyarakat yang masih

memandang rendah

pendidikan akan enggan

mengirimkan anaknya

ke sekolah dan

cenderung memandang

rendah pekerjaan

gurupengajar

b) Partisipasi terhadap

pendidikan

Bila semua

pihak telah

berpartisipasi dan

mendukung kegiatan

pendidikan mulai dari

pemerintah (berupa

kebijakan dan

anggaran) sampai pada

masyarakat bawah

setiap orang akan lebih

menghargai dan

berusaha memajukan

pendidikan dan ilmu

pengetahuan

Pengukuran Prestasi Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

rapor merupakan perumusan

terakhir yang diberikan oleh guru

mengenai kemajuan atau hasil

belajar murid-muridnya selama

masa tertentu

Azwar (1996) menyebutkan

bahwa ada beberapa fungsi

penilaian dalam pendidikan yaitu

a Penilaian berfungsi selektif

(Fungsi Sumatif)

Fungsi penilaian ini

merupakan pengukuran akhir

dalam suatu program dan

hasilnya dipakai untuk

menentukan apakah siswa

dapat dinyatakan lulus atau

tidak dalam program

pendidikan tersebut Dengan

kata lain penilaian berfungsi

untuk membantu guru

mengadakan seleksi terhadap

beberapa siswa misalnya

1) Memilih siswa yang akan

diterima di sekolah

2) Memilih siswa untuk dapat

naik kelas

3) Memilih siswa yang

seharusnya dapat beasiswa

b Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi penilaian ini

selain untuk mengetahui hasil

yang dicapai siswa juga

mengetahui kelemahan siswa

sehingga dengan adanya

penilaian maka guru dapat

mengetahui kelemahan dan

kelebihan masing-masing

siswa Jika guru dapat

mendeteksi kelemahan siswa

maka kelemahan tersebut dapat

segera diperbaiki

c Penilaian berfungsi sebagai

penempatan (Placement)

Setiap siswa memiliki

kemampuan berbeda satu sama

lain Penilaian dilakukan untuk

mengetahui di mana

seharusnya siswa tersebut

ditempatkan sesuai dengan

kemampuannya yang telah

diperlihatkannya pada prestasi

belajar yang telah dicapainya

Sebagai contoh penggunaan

nilai rapor SMU kelas I

menentukan jurusan studi di

kelas II dan III

d Penilaian berfungsi sebagai

pengukur keberhasilan (Fungsi

Formatif)

Penilaian berfungsi

untuk mengetahui sejauh mana

suatu program dapat

diterapkan Sebagai contoh

adalah raport di setiap semester

di sekolah-sekolah tingkat

dasar dan menegah dapat

dipakai untuk mengetahui

apakah program pendidikan

yang telah diterapkan berhasil

diterapkan atau tidak pada

siswa tersebut

Raport biasanya

menggambil nilai dari angka 1

sampai dengan 10 terutama

pada siswa SD sampai SMU

tetapi dalam kenyataan nilai

terendah dalam rapor yaitu 4

dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai

di bawah 5 berarti tidak baik

atau buruk sedangkan nilai-

nilai di atas 5 seperti nilai 6

dikategorikan cukup untuk

nilai 7 dikategorikan lebih dari

cukup untuk nilai 8

dikategorikan baik dan untuk

nilai 9 dikategorikan sangat

baik

Mata Pelajaran Matematika

Hudoyo (dalam Yoenanto

2002) mendefinisikan mata

pelajaran matematika adalah

sebagai bidang ilmu yang

berkenaan dengan ide-ide struktur-

struktur dan hubungan-hubungan

yang di atur secara logis sehingga

pelajaran matematika berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

yang tersusun secara hirarkis dan

dengan penalaran deduktif

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas

ide-ide hubungan-hubungan

struktur-struktur yang berkaitan

dengan konsep secara abstrak dan

berguna dalam kehidupan sehari-

hari Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001) yang di

maksud dengan mata pelajaran

matematika adalah matematika

sebagai salah satu ilmu dasar yang

dewasa ini telah berkembang amat

pesat baik materi maupun

kegunaannya

Dari beberapa pendapat

yang telah dikemukakan di atas

maka dapat disimpulkan bahwa

mata pelajaran matematika adalah

sebuah bidang ilmu yang paling

mendasar dari kehidupan sehari-

hari manusia di mana ilmu tersebut

berkenaan dengan ide-ide

hubungan-hubungan dan struktur-

struktur berkaitan dengan konsep-

konsep abstrak yang tersusun

secara hirarkis dan telah diatur

secara logis

Dimensi Mata Pelajaran

Matematika

Dalam Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjut Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001)

mengatakan bahwa didalam mata

pelajaran matematika terdapat 4

dimensi yaitu

a Mata pelajaran matematika

meliputi terjadinya proses

belajar mengajar yaitu berupa

sebuah kegiatan yang

terintegrasi (utuh terpadu)

antara siswa sebagai pelajar

yang sedang belajar dengan

guru sebagai pengajar yang

sedang mengajar dalam

suasana yang bersifat

pengajaran

b Mata pelajaran matematika di

sekolah terdiri atas bagian-

bagian matematika yang di

pilih guna menumbuh

kembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk

pribadi siswa serta berpandu

pada perkembangan ilmu dan

teknologi

c Mata pelajaran matematika

berkenaan dengan materi yang

memerlukan kegiatan berfikir

yang berhubungan dengan

struktur lebih tinggi di mana

hal itu telah terbentuk dari apa

yang sudah dipelajari

sebelumnya Artinya bahan

pelajaran matematika harus

bermakna agar sesuai dengan

kemampuan dan struktur

kognitif yang dimiliki peserta

didik

d Mata pelajaran matematika

memerlukan penggunaan

metode instruksional

Remaja

Secara umum periode

remaja merupakan klimaks dari

periode-periode perkembangan

sebelumnya Dalam periode ini apa

yang diperoleh dalam masa-masa

sebelumnya di uji dan dibuktikan

sehingga dalam periode

selanjutnya individu telah

mempunyai suatu pola pribadi

yang lebih mantap Periode remaja

adalah masa transisi dalam periode

anak-anak ke periode dewasa awal

periode remaja dikelompokkan

menjadi dua fase yaitu fase remaja

awal dan fase remaja akhir

(Riyanti Prabowo dan Puspitawati

1996) Masa remaja adalah masa

dimulainya perkembangan kognitif

yang mengarah pada pemikiran

operasional formal yang lebih

abstrak daripada pemikiran seorang

anak Pemikiran remaja tidak lagi

berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-

kemungkinan hipotesis atau dalil-

dalil dan penalaran yang benar-

benar abstrak (Santrock 2003)

Menurut Papalia (2004) periode

remaja adalah periode yang sudah

mulai mengabungkan pengalaman

yang di peroleh sebelumnya

dengan tantangan saat ini dan

memikirkan keadaan di masa yang

akan datang

Dari beberapa definisi

remaja yang diberikan oleh para

ahli dapat di tarik kesimpulan

bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa Pada masa remaja

merupakan masa awal dari

pembentukan proses pemikiran

operasional yang lebih abstrak

Sehingga pada masa ini remaja

sudah mulai membandingkan

antara pengalaman di masa lalu

dengan keadaan di masa sekarang

dan mulai memikirkan masa yang

datang

Batasan Usia

Periode remaja dianggap

sebagai masa-masa yang amat

penting dalam kehidupan individu

khususnya dalam pembentukan

kepribadian Masa remaja dibagi

dua bagian yaitu (1) periode remaja

awal (early adolescence) yaitu

berkisar antara umur 13-17 tahun

dan periode remaja akhir yaitu

umur 17 tahun sampai dengan 18

tahun (Puspitawati 1996)

Bedasarkan teori

perkembangan kognitif Piaget

(dalam Santrock 2003) masa

remaja dimulai pada usia 11 tahun

sampai dengan 15 tahun dalam

usia ini remaja sudah dapat berfikir

secara operasional formal Masa

remaja atau pubertas adalah proses

menuju kedewasaan seksual atau

kesuburan (kemampuan untuk

reproduksi) pada periode ini selain

perkembangan fisik diikuti pula

dengan perkembangan kognitif

sosial otonomi harga diri dan

keintiman dalam hubungan seksual

(Papalia 2004) Menurut Papalia

(2004) masa remaja dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu

remaja awal dimulai dari usia 11-

13 tahun remaja madya dimulai

dari usia 13 tahun sampai dengan

18 tahun dan remaja akhir dimulai

dari usia 18 tahun sampai dengan

21 tahun

Dari uraian yang

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa usia remaja

adalah dimulai dari 11 tahun

sampai dengan 21 tahun

Karakteristik Remaja

Periode remaja adalah

periode pemantapan identitas diri

Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo

yang dipengaruhi oleh pandangan

orang-orang sekitarnya serta

pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola

perilakunya sebagai orang dewasa

Pemantapan identitas diri ini tidak

selalu mulus tetapi sering melalui

proses yang panjang dan

bergejolak Oleh karena itu banyak

ahli menamakan periode ini

sebagai masa-masa strom and

stress atau masa up and down

(Santrock 2003)

Remaja adalah seorang

idealis remaja memandang

dunianya seperti apa yang

diinginkannya bukan sebagaimana

adanya Remaja suka mimpi-mimpi

yang membuatnya marah cepat

tersinggung atau frustasi Selain

itu oleh keluarga dan masyarakat

remaja di anggap sudah menginjak

dewasa sehingga remaja diberi

tanggung jawab yang sama dengan

seorang yang sudah dewasa

Remaja mulai memperhatikan

prestasi dalam segala hal karena

ini memberinya nilai tambah untuk

kedudukan sosialnya di antara

teman sebaya maupun orang-orang

dewasa

Hubungan antara

Kecemasan Menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika dengan

Prestasi Akademik

Matematika pada Remaja

Masa remaja dapat dikatakan

sebuah masa peralihan antara masa

anak-anak menuju ke masa dewasa

Menurut Santrock (2003) Masa remaja

merupakan masa dimulainya

perkembangan kognitif yang mengarah

pada pemikiran operasional formal

yang lebih abstrak daripada pemikiran

seorang anak Pemikiran remaja tidak

lagi berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-kemungkinan

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

untuk menumbuhkan

minat dan peran serta

siswa dalam kegiatan

pembelajaran

3) Faktor lingkungan

masyarakat

a) Sosial budaya

Pandangan

masyarakat tentang

pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi

kesungguhan pendidik

dan peserta didik

Masyarakat yang masih

memandang rendah

pendidikan akan enggan

mengirimkan anaknya

ke sekolah dan

cenderung memandang

rendah pekerjaan

gurupengajar

b) Partisipasi terhadap

pendidikan

Bila semua

pihak telah

berpartisipasi dan

mendukung kegiatan

pendidikan mulai dari

pemerintah (berupa

kebijakan dan

anggaran) sampai pada

masyarakat bawah

setiap orang akan lebih

menghargai dan

berusaha memajukan

pendidikan dan ilmu

pengetahuan

Pengukuran Prestasi Akademik

Menurut Suryabrata (1998)

rapor merupakan perumusan

terakhir yang diberikan oleh guru

mengenai kemajuan atau hasil

belajar murid-muridnya selama

masa tertentu

Azwar (1996) menyebutkan

bahwa ada beberapa fungsi

penilaian dalam pendidikan yaitu

a Penilaian berfungsi selektif

(Fungsi Sumatif)

Fungsi penilaian ini

merupakan pengukuran akhir

dalam suatu program dan

hasilnya dipakai untuk

menentukan apakah siswa

dapat dinyatakan lulus atau

tidak dalam program

pendidikan tersebut Dengan

kata lain penilaian berfungsi

untuk membantu guru

mengadakan seleksi terhadap

beberapa siswa misalnya

1) Memilih siswa yang akan

diterima di sekolah

2) Memilih siswa untuk dapat

naik kelas

3) Memilih siswa yang

seharusnya dapat beasiswa

b Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi penilaian ini

selain untuk mengetahui hasil

yang dicapai siswa juga

mengetahui kelemahan siswa

sehingga dengan adanya

penilaian maka guru dapat

mengetahui kelemahan dan

kelebihan masing-masing

siswa Jika guru dapat

mendeteksi kelemahan siswa

maka kelemahan tersebut dapat

segera diperbaiki

c Penilaian berfungsi sebagai

penempatan (Placement)

Setiap siswa memiliki

kemampuan berbeda satu sama

lain Penilaian dilakukan untuk

mengetahui di mana

seharusnya siswa tersebut

ditempatkan sesuai dengan

kemampuannya yang telah

diperlihatkannya pada prestasi

belajar yang telah dicapainya

Sebagai contoh penggunaan

nilai rapor SMU kelas I

menentukan jurusan studi di

kelas II dan III

d Penilaian berfungsi sebagai

pengukur keberhasilan (Fungsi

Formatif)

Penilaian berfungsi

untuk mengetahui sejauh mana

suatu program dapat

diterapkan Sebagai contoh

adalah raport di setiap semester

di sekolah-sekolah tingkat

dasar dan menegah dapat

dipakai untuk mengetahui

apakah program pendidikan

yang telah diterapkan berhasil

diterapkan atau tidak pada

siswa tersebut

Raport biasanya

menggambil nilai dari angka 1

sampai dengan 10 terutama

pada siswa SD sampai SMU

tetapi dalam kenyataan nilai

terendah dalam rapor yaitu 4

dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai

di bawah 5 berarti tidak baik

atau buruk sedangkan nilai-

nilai di atas 5 seperti nilai 6

dikategorikan cukup untuk

nilai 7 dikategorikan lebih dari

cukup untuk nilai 8

dikategorikan baik dan untuk

nilai 9 dikategorikan sangat

baik

Mata Pelajaran Matematika

Hudoyo (dalam Yoenanto

2002) mendefinisikan mata

pelajaran matematika adalah

sebagai bidang ilmu yang

berkenaan dengan ide-ide struktur-

struktur dan hubungan-hubungan

yang di atur secara logis sehingga

pelajaran matematika berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

yang tersusun secara hirarkis dan

dengan penalaran deduktif

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas

ide-ide hubungan-hubungan

struktur-struktur yang berkaitan

dengan konsep secara abstrak dan

berguna dalam kehidupan sehari-

hari Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001) yang di

maksud dengan mata pelajaran

matematika adalah matematika

sebagai salah satu ilmu dasar yang

dewasa ini telah berkembang amat

pesat baik materi maupun

kegunaannya

Dari beberapa pendapat

yang telah dikemukakan di atas

maka dapat disimpulkan bahwa

mata pelajaran matematika adalah

sebuah bidang ilmu yang paling

mendasar dari kehidupan sehari-

hari manusia di mana ilmu tersebut

berkenaan dengan ide-ide

hubungan-hubungan dan struktur-

struktur berkaitan dengan konsep-

konsep abstrak yang tersusun

secara hirarkis dan telah diatur

secara logis

Dimensi Mata Pelajaran

Matematika

Dalam Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjut Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001)

mengatakan bahwa didalam mata

pelajaran matematika terdapat 4

dimensi yaitu

a Mata pelajaran matematika

meliputi terjadinya proses

belajar mengajar yaitu berupa

sebuah kegiatan yang

terintegrasi (utuh terpadu)

antara siswa sebagai pelajar

yang sedang belajar dengan

guru sebagai pengajar yang

sedang mengajar dalam

suasana yang bersifat

pengajaran

b Mata pelajaran matematika di

sekolah terdiri atas bagian-

bagian matematika yang di

pilih guna menumbuh

kembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk

pribadi siswa serta berpandu

pada perkembangan ilmu dan

teknologi

c Mata pelajaran matematika

berkenaan dengan materi yang

memerlukan kegiatan berfikir

yang berhubungan dengan

struktur lebih tinggi di mana

hal itu telah terbentuk dari apa

yang sudah dipelajari

sebelumnya Artinya bahan

pelajaran matematika harus

bermakna agar sesuai dengan

kemampuan dan struktur

kognitif yang dimiliki peserta

didik

d Mata pelajaran matematika

memerlukan penggunaan

metode instruksional

Remaja

Secara umum periode

remaja merupakan klimaks dari

periode-periode perkembangan

sebelumnya Dalam periode ini apa

yang diperoleh dalam masa-masa

sebelumnya di uji dan dibuktikan

sehingga dalam periode

selanjutnya individu telah

mempunyai suatu pola pribadi

yang lebih mantap Periode remaja

adalah masa transisi dalam periode

anak-anak ke periode dewasa awal

periode remaja dikelompokkan

menjadi dua fase yaitu fase remaja

awal dan fase remaja akhir

(Riyanti Prabowo dan Puspitawati

1996) Masa remaja adalah masa

dimulainya perkembangan kognitif

yang mengarah pada pemikiran

operasional formal yang lebih

abstrak daripada pemikiran seorang

anak Pemikiran remaja tidak lagi

berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-

kemungkinan hipotesis atau dalil-

dalil dan penalaran yang benar-

benar abstrak (Santrock 2003)

Menurut Papalia (2004) periode

remaja adalah periode yang sudah

mulai mengabungkan pengalaman

yang di peroleh sebelumnya

dengan tantangan saat ini dan

memikirkan keadaan di masa yang

akan datang

Dari beberapa definisi

remaja yang diberikan oleh para

ahli dapat di tarik kesimpulan

bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa Pada masa remaja

merupakan masa awal dari

pembentukan proses pemikiran

operasional yang lebih abstrak

Sehingga pada masa ini remaja

sudah mulai membandingkan

antara pengalaman di masa lalu

dengan keadaan di masa sekarang

dan mulai memikirkan masa yang

datang

Batasan Usia

Periode remaja dianggap

sebagai masa-masa yang amat

penting dalam kehidupan individu

khususnya dalam pembentukan

kepribadian Masa remaja dibagi

dua bagian yaitu (1) periode remaja

awal (early adolescence) yaitu

berkisar antara umur 13-17 tahun

dan periode remaja akhir yaitu

umur 17 tahun sampai dengan 18

tahun (Puspitawati 1996)

Bedasarkan teori

perkembangan kognitif Piaget

(dalam Santrock 2003) masa

remaja dimulai pada usia 11 tahun

sampai dengan 15 tahun dalam

usia ini remaja sudah dapat berfikir

secara operasional formal Masa

remaja atau pubertas adalah proses

menuju kedewasaan seksual atau

kesuburan (kemampuan untuk

reproduksi) pada periode ini selain

perkembangan fisik diikuti pula

dengan perkembangan kognitif

sosial otonomi harga diri dan

keintiman dalam hubungan seksual

(Papalia 2004) Menurut Papalia

(2004) masa remaja dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu

remaja awal dimulai dari usia 11-

13 tahun remaja madya dimulai

dari usia 13 tahun sampai dengan

18 tahun dan remaja akhir dimulai

dari usia 18 tahun sampai dengan

21 tahun

Dari uraian yang

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa usia remaja

adalah dimulai dari 11 tahun

sampai dengan 21 tahun

Karakteristik Remaja

Periode remaja adalah

periode pemantapan identitas diri

Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo

yang dipengaruhi oleh pandangan

orang-orang sekitarnya serta

pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola

perilakunya sebagai orang dewasa

Pemantapan identitas diri ini tidak

selalu mulus tetapi sering melalui

proses yang panjang dan

bergejolak Oleh karena itu banyak

ahli menamakan periode ini

sebagai masa-masa strom and

stress atau masa up and down

(Santrock 2003)

Remaja adalah seorang

idealis remaja memandang

dunianya seperti apa yang

diinginkannya bukan sebagaimana

adanya Remaja suka mimpi-mimpi

yang membuatnya marah cepat

tersinggung atau frustasi Selain

itu oleh keluarga dan masyarakat

remaja di anggap sudah menginjak

dewasa sehingga remaja diberi

tanggung jawab yang sama dengan

seorang yang sudah dewasa

Remaja mulai memperhatikan

prestasi dalam segala hal karena

ini memberinya nilai tambah untuk

kedudukan sosialnya di antara

teman sebaya maupun orang-orang

dewasa

Hubungan antara

Kecemasan Menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika dengan

Prestasi Akademik

Matematika pada Remaja

Masa remaja dapat dikatakan

sebuah masa peralihan antara masa

anak-anak menuju ke masa dewasa

Menurut Santrock (2003) Masa remaja

merupakan masa dimulainya

perkembangan kognitif yang mengarah

pada pemikiran operasional formal

yang lebih abstrak daripada pemikiran

seorang anak Pemikiran remaja tidak

lagi berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-kemungkinan

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

mengadakan seleksi terhadap

beberapa siswa misalnya

1) Memilih siswa yang akan

diterima di sekolah

2) Memilih siswa untuk dapat

naik kelas

3) Memilih siswa yang

seharusnya dapat beasiswa

b Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi penilaian ini

selain untuk mengetahui hasil

yang dicapai siswa juga

mengetahui kelemahan siswa

sehingga dengan adanya

penilaian maka guru dapat

mengetahui kelemahan dan

kelebihan masing-masing

siswa Jika guru dapat

mendeteksi kelemahan siswa

maka kelemahan tersebut dapat

segera diperbaiki

c Penilaian berfungsi sebagai

penempatan (Placement)

Setiap siswa memiliki

kemampuan berbeda satu sama

lain Penilaian dilakukan untuk

mengetahui di mana

seharusnya siswa tersebut

ditempatkan sesuai dengan

kemampuannya yang telah

diperlihatkannya pada prestasi

belajar yang telah dicapainya

Sebagai contoh penggunaan

nilai rapor SMU kelas I

menentukan jurusan studi di

kelas II dan III

d Penilaian berfungsi sebagai

pengukur keberhasilan (Fungsi

Formatif)

Penilaian berfungsi

untuk mengetahui sejauh mana

suatu program dapat

diterapkan Sebagai contoh

adalah raport di setiap semester

di sekolah-sekolah tingkat

dasar dan menegah dapat

dipakai untuk mengetahui

apakah program pendidikan

yang telah diterapkan berhasil

diterapkan atau tidak pada

siswa tersebut

Raport biasanya

menggambil nilai dari angka 1

sampai dengan 10 terutama

pada siswa SD sampai SMU

tetapi dalam kenyataan nilai

terendah dalam rapor yaitu 4

dan nilai tertinggi 9 Nilai-nilai

di bawah 5 berarti tidak baik

atau buruk sedangkan nilai-

nilai di atas 5 seperti nilai 6

dikategorikan cukup untuk

nilai 7 dikategorikan lebih dari

cukup untuk nilai 8

dikategorikan baik dan untuk

nilai 9 dikategorikan sangat

baik

Mata Pelajaran Matematika

Hudoyo (dalam Yoenanto

2002) mendefinisikan mata

pelajaran matematika adalah

sebagai bidang ilmu yang

berkenaan dengan ide-ide struktur-

struktur dan hubungan-hubungan

yang di atur secara logis sehingga

pelajaran matematika berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

yang tersusun secara hirarkis dan

dengan penalaran deduktif

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas

ide-ide hubungan-hubungan

struktur-struktur yang berkaitan

dengan konsep secara abstrak dan

berguna dalam kehidupan sehari-

hari Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001) yang di

maksud dengan mata pelajaran

matematika adalah matematika

sebagai salah satu ilmu dasar yang

dewasa ini telah berkembang amat

pesat baik materi maupun

kegunaannya

Dari beberapa pendapat

yang telah dikemukakan di atas

maka dapat disimpulkan bahwa

mata pelajaran matematika adalah

sebuah bidang ilmu yang paling

mendasar dari kehidupan sehari-

hari manusia di mana ilmu tersebut

berkenaan dengan ide-ide

hubungan-hubungan dan struktur-

struktur berkaitan dengan konsep-

konsep abstrak yang tersusun

secara hirarkis dan telah diatur

secara logis

Dimensi Mata Pelajaran

Matematika

Dalam Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjut Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001)

mengatakan bahwa didalam mata

pelajaran matematika terdapat 4

dimensi yaitu

a Mata pelajaran matematika

meliputi terjadinya proses

belajar mengajar yaitu berupa

sebuah kegiatan yang

terintegrasi (utuh terpadu)

antara siswa sebagai pelajar

yang sedang belajar dengan

guru sebagai pengajar yang

sedang mengajar dalam

suasana yang bersifat

pengajaran

b Mata pelajaran matematika di

sekolah terdiri atas bagian-

bagian matematika yang di

pilih guna menumbuh

kembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk

pribadi siswa serta berpandu

pada perkembangan ilmu dan

teknologi

c Mata pelajaran matematika

berkenaan dengan materi yang

memerlukan kegiatan berfikir

yang berhubungan dengan

struktur lebih tinggi di mana

hal itu telah terbentuk dari apa

yang sudah dipelajari

sebelumnya Artinya bahan

pelajaran matematika harus

bermakna agar sesuai dengan

kemampuan dan struktur

kognitif yang dimiliki peserta

didik

d Mata pelajaran matematika

memerlukan penggunaan

metode instruksional

Remaja

Secara umum periode

remaja merupakan klimaks dari

periode-periode perkembangan

sebelumnya Dalam periode ini apa

yang diperoleh dalam masa-masa

sebelumnya di uji dan dibuktikan

sehingga dalam periode

selanjutnya individu telah

mempunyai suatu pola pribadi

yang lebih mantap Periode remaja

adalah masa transisi dalam periode

anak-anak ke periode dewasa awal

periode remaja dikelompokkan

menjadi dua fase yaitu fase remaja

awal dan fase remaja akhir

(Riyanti Prabowo dan Puspitawati

1996) Masa remaja adalah masa

dimulainya perkembangan kognitif

yang mengarah pada pemikiran

operasional formal yang lebih

abstrak daripada pemikiran seorang

anak Pemikiran remaja tidak lagi

berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-

kemungkinan hipotesis atau dalil-

dalil dan penalaran yang benar-

benar abstrak (Santrock 2003)

Menurut Papalia (2004) periode

remaja adalah periode yang sudah

mulai mengabungkan pengalaman

yang di peroleh sebelumnya

dengan tantangan saat ini dan

memikirkan keadaan di masa yang

akan datang

Dari beberapa definisi

remaja yang diberikan oleh para

ahli dapat di tarik kesimpulan

bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa Pada masa remaja

merupakan masa awal dari

pembentukan proses pemikiran

operasional yang lebih abstrak

Sehingga pada masa ini remaja

sudah mulai membandingkan

antara pengalaman di masa lalu

dengan keadaan di masa sekarang

dan mulai memikirkan masa yang

datang

Batasan Usia

Periode remaja dianggap

sebagai masa-masa yang amat

penting dalam kehidupan individu

khususnya dalam pembentukan

kepribadian Masa remaja dibagi

dua bagian yaitu (1) periode remaja

awal (early adolescence) yaitu

berkisar antara umur 13-17 tahun

dan periode remaja akhir yaitu

umur 17 tahun sampai dengan 18

tahun (Puspitawati 1996)

Bedasarkan teori

perkembangan kognitif Piaget

(dalam Santrock 2003) masa

remaja dimulai pada usia 11 tahun

sampai dengan 15 tahun dalam

usia ini remaja sudah dapat berfikir

secara operasional formal Masa

remaja atau pubertas adalah proses

menuju kedewasaan seksual atau

kesuburan (kemampuan untuk

reproduksi) pada periode ini selain

perkembangan fisik diikuti pula

dengan perkembangan kognitif

sosial otonomi harga diri dan

keintiman dalam hubungan seksual

(Papalia 2004) Menurut Papalia

(2004) masa remaja dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu

remaja awal dimulai dari usia 11-

13 tahun remaja madya dimulai

dari usia 13 tahun sampai dengan

18 tahun dan remaja akhir dimulai

dari usia 18 tahun sampai dengan

21 tahun

Dari uraian yang

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa usia remaja

adalah dimulai dari 11 tahun

sampai dengan 21 tahun

Karakteristik Remaja

Periode remaja adalah

periode pemantapan identitas diri

Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo

yang dipengaruhi oleh pandangan

orang-orang sekitarnya serta

pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola

perilakunya sebagai orang dewasa

Pemantapan identitas diri ini tidak

selalu mulus tetapi sering melalui

proses yang panjang dan

bergejolak Oleh karena itu banyak

ahli menamakan periode ini

sebagai masa-masa strom and

stress atau masa up and down

(Santrock 2003)

Remaja adalah seorang

idealis remaja memandang

dunianya seperti apa yang

diinginkannya bukan sebagaimana

adanya Remaja suka mimpi-mimpi

yang membuatnya marah cepat

tersinggung atau frustasi Selain

itu oleh keluarga dan masyarakat

remaja di anggap sudah menginjak

dewasa sehingga remaja diberi

tanggung jawab yang sama dengan

seorang yang sudah dewasa

Remaja mulai memperhatikan

prestasi dalam segala hal karena

ini memberinya nilai tambah untuk

kedudukan sosialnya di antara

teman sebaya maupun orang-orang

dewasa

Hubungan antara

Kecemasan Menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika dengan

Prestasi Akademik

Matematika pada Remaja

Masa remaja dapat dikatakan

sebuah masa peralihan antara masa

anak-anak menuju ke masa dewasa

Menurut Santrock (2003) Masa remaja

merupakan masa dimulainya

perkembangan kognitif yang mengarah

pada pemikiran operasional formal

yang lebih abstrak daripada pemikiran

seorang anak Pemikiran remaja tidak

lagi berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-kemungkinan

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

nilai 7 dikategorikan lebih dari

cukup untuk nilai 8

dikategorikan baik dan untuk

nilai 9 dikategorikan sangat

baik

Mata Pelajaran Matematika

Hudoyo (dalam Yoenanto

2002) mendefinisikan mata

pelajaran matematika adalah

sebagai bidang ilmu yang

berkenaan dengan ide-ide struktur-

struktur dan hubungan-hubungan

yang di atur secara logis sehingga

pelajaran matematika berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

yang tersusun secara hirarkis dan

dengan penalaran deduktif

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas

ide-ide hubungan-hubungan

struktur-struktur yang berkaitan

dengan konsep secara abstrak dan

berguna dalam kehidupan sehari-

hari Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001) yang di

maksud dengan mata pelajaran

matematika adalah matematika

sebagai salah satu ilmu dasar yang

dewasa ini telah berkembang amat

pesat baik materi maupun

kegunaannya

Dari beberapa pendapat

yang telah dikemukakan di atas

maka dapat disimpulkan bahwa

mata pelajaran matematika adalah

sebuah bidang ilmu yang paling

mendasar dari kehidupan sehari-

hari manusia di mana ilmu tersebut

berkenaan dengan ide-ide

hubungan-hubungan dan struktur-

struktur berkaitan dengan konsep-

konsep abstrak yang tersusun

secara hirarkis dan telah diatur

secara logis

Dimensi Mata Pelajaran

Matematika

Dalam Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah

Lanjut Tingkat Pertama atau di

singkat dengan GBPP SLTP

(dalam Nawangsari 2001)

mengatakan bahwa didalam mata

pelajaran matematika terdapat 4

dimensi yaitu

a Mata pelajaran matematika

meliputi terjadinya proses

belajar mengajar yaitu berupa

sebuah kegiatan yang

terintegrasi (utuh terpadu)

antara siswa sebagai pelajar

yang sedang belajar dengan

guru sebagai pengajar yang

sedang mengajar dalam

suasana yang bersifat

pengajaran

b Mata pelajaran matematika di

sekolah terdiri atas bagian-

bagian matematika yang di

pilih guna menumbuh

kembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk

pribadi siswa serta berpandu

pada perkembangan ilmu dan

teknologi

c Mata pelajaran matematika

berkenaan dengan materi yang

memerlukan kegiatan berfikir

yang berhubungan dengan

struktur lebih tinggi di mana

hal itu telah terbentuk dari apa

yang sudah dipelajari

sebelumnya Artinya bahan

pelajaran matematika harus

bermakna agar sesuai dengan

kemampuan dan struktur

kognitif yang dimiliki peserta

didik

d Mata pelajaran matematika

memerlukan penggunaan

metode instruksional

Remaja

Secara umum periode

remaja merupakan klimaks dari

periode-periode perkembangan

sebelumnya Dalam periode ini apa

yang diperoleh dalam masa-masa

sebelumnya di uji dan dibuktikan

sehingga dalam periode

selanjutnya individu telah

mempunyai suatu pola pribadi

yang lebih mantap Periode remaja

adalah masa transisi dalam periode

anak-anak ke periode dewasa awal

periode remaja dikelompokkan

menjadi dua fase yaitu fase remaja

awal dan fase remaja akhir

(Riyanti Prabowo dan Puspitawati

1996) Masa remaja adalah masa

dimulainya perkembangan kognitif

yang mengarah pada pemikiran

operasional formal yang lebih

abstrak daripada pemikiran seorang

anak Pemikiran remaja tidak lagi

berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-

kemungkinan hipotesis atau dalil-

dalil dan penalaran yang benar-

benar abstrak (Santrock 2003)

Menurut Papalia (2004) periode

remaja adalah periode yang sudah

mulai mengabungkan pengalaman

yang di peroleh sebelumnya

dengan tantangan saat ini dan

memikirkan keadaan di masa yang

akan datang

Dari beberapa definisi

remaja yang diberikan oleh para

ahli dapat di tarik kesimpulan

bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa Pada masa remaja

merupakan masa awal dari

pembentukan proses pemikiran

operasional yang lebih abstrak

Sehingga pada masa ini remaja

sudah mulai membandingkan

antara pengalaman di masa lalu

dengan keadaan di masa sekarang

dan mulai memikirkan masa yang

datang

Batasan Usia

Periode remaja dianggap

sebagai masa-masa yang amat

penting dalam kehidupan individu

khususnya dalam pembentukan

kepribadian Masa remaja dibagi

dua bagian yaitu (1) periode remaja

awal (early adolescence) yaitu

berkisar antara umur 13-17 tahun

dan periode remaja akhir yaitu

umur 17 tahun sampai dengan 18

tahun (Puspitawati 1996)

Bedasarkan teori

perkembangan kognitif Piaget

(dalam Santrock 2003) masa

remaja dimulai pada usia 11 tahun

sampai dengan 15 tahun dalam

usia ini remaja sudah dapat berfikir

secara operasional formal Masa

remaja atau pubertas adalah proses

menuju kedewasaan seksual atau

kesuburan (kemampuan untuk

reproduksi) pada periode ini selain

perkembangan fisik diikuti pula

dengan perkembangan kognitif

sosial otonomi harga diri dan

keintiman dalam hubungan seksual

(Papalia 2004) Menurut Papalia

(2004) masa remaja dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu

remaja awal dimulai dari usia 11-

13 tahun remaja madya dimulai

dari usia 13 tahun sampai dengan

18 tahun dan remaja akhir dimulai

dari usia 18 tahun sampai dengan

21 tahun

Dari uraian yang

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa usia remaja

adalah dimulai dari 11 tahun

sampai dengan 21 tahun

Karakteristik Remaja

Periode remaja adalah

periode pemantapan identitas diri

Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo

yang dipengaruhi oleh pandangan

orang-orang sekitarnya serta

pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola

perilakunya sebagai orang dewasa

Pemantapan identitas diri ini tidak

selalu mulus tetapi sering melalui

proses yang panjang dan

bergejolak Oleh karena itu banyak

ahli menamakan periode ini

sebagai masa-masa strom and

stress atau masa up and down

(Santrock 2003)

Remaja adalah seorang

idealis remaja memandang

dunianya seperti apa yang

diinginkannya bukan sebagaimana

adanya Remaja suka mimpi-mimpi

yang membuatnya marah cepat

tersinggung atau frustasi Selain

itu oleh keluarga dan masyarakat

remaja di anggap sudah menginjak

dewasa sehingga remaja diberi

tanggung jawab yang sama dengan

seorang yang sudah dewasa

Remaja mulai memperhatikan

prestasi dalam segala hal karena

ini memberinya nilai tambah untuk

kedudukan sosialnya di antara

teman sebaya maupun orang-orang

dewasa

Hubungan antara

Kecemasan Menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika dengan

Prestasi Akademik

Matematika pada Remaja

Masa remaja dapat dikatakan

sebuah masa peralihan antara masa

anak-anak menuju ke masa dewasa

Menurut Santrock (2003) Masa remaja

merupakan masa dimulainya

perkembangan kognitif yang mengarah

pada pemikiran operasional formal

yang lebih abstrak daripada pemikiran

seorang anak Pemikiran remaja tidak

lagi berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-kemungkinan

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

belajar mengajar yaitu berupa

sebuah kegiatan yang

terintegrasi (utuh terpadu)

antara siswa sebagai pelajar

yang sedang belajar dengan

guru sebagai pengajar yang

sedang mengajar dalam

suasana yang bersifat

pengajaran

b Mata pelajaran matematika di

sekolah terdiri atas bagian-

bagian matematika yang di

pilih guna menumbuh

kembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk

pribadi siswa serta berpandu

pada perkembangan ilmu dan

teknologi

c Mata pelajaran matematika

berkenaan dengan materi yang

memerlukan kegiatan berfikir

yang berhubungan dengan

struktur lebih tinggi di mana

hal itu telah terbentuk dari apa

yang sudah dipelajari

sebelumnya Artinya bahan

pelajaran matematika harus

bermakna agar sesuai dengan

kemampuan dan struktur

kognitif yang dimiliki peserta

didik

d Mata pelajaran matematika

memerlukan penggunaan

metode instruksional

Remaja

Secara umum periode

remaja merupakan klimaks dari

periode-periode perkembangan

sebelumnya Dalam periode ini apa

yang diperoleh dalam masa-masa

sebelumnya di uji dan dibuktikan

sehingga dalam periode

selanjutnya individu telah

mempunyai suatu pola pribadi

yang lebih mantap Periode remaja

adalah masa transisi dalam periode

anak-anak ke periode dewasa awal

periode remaja dikelompokkan

menjadi dua fase yaitu fase remaja

awal dan fase remaja akhir

(Riyanti Prabowo dan Puspitawati

1996) Masa remaja adalah masa

dimulainya perkembangan kognitif

yang mengarah pada pemikiran

operasional formal yang lebih

abstrak daripada pemikiran seorang

anak Pemikiran remaja tidak lagi

berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-

kemungkinan hipotesis atau dalil-

dalil dan penalaran yang benar-

benar abstrak (Santrock 2003)

Menurut Papalia (2004) periode

remaja adalah periode yang sudah

mulai mengabungkan pengalaman

yang di peroleh sebelumnya

dengan tantangan saat ini dan

memikirkan keadaan di masa yang

akan datang

Dari beberapa definisi

remaja yang diberikan oleh para

ahli dapat di tarik kesimpulan

bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa Pada masa remaja

merupakan masa awal dari

pembentukan proses pemikiran

operasional yang lebih abstrak

Sehingga pada masa ini remaja

sudah mulai membandingkan

antara pengalaman di masa lalu

dengan keadaan di masa sekarang

dan mulai memikirkan masa yang

datang

Batasan Usia

Periode remaja dianggap

sebagai masa-masa yang amat

penting dalam kehidupan individu

khususnya dalam pembentukan

kepribadian Masa remaja dibagi

dua bagian yaitu (1) periode remaja

awal (early adolescence) yaitu

berkisar antara umur 13-17 tahun

dan periode remaja akhir yaitu

umur 17 tahun sampai dengan 18

tahun (Puspitawati 1996)

Bedasarkan teori

perkembangan kognitif Piaget

(dalam Santrock 2003) masa

remaja dimulai pada usia 11 tahun

sampai dengan 15 tahun dalam

usia ini remaja sudah dapat berfikir

secara operasional formal Masa

remaja atau pubertas adalah proses

menuju kedewasaan seksual atau

kesuburan (kemampuan untuk

reproduksi) pada periode ini selain

perkembangan fisik diikuti pula

dengan perkembangan kognitif

sosial otonomi harga diri dan

keintiman dalam hubungan seksual

(Papalia 2004) Menurut Papalia

(2004) masa remaja dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu

remaja awal dimulai dari usia 11-

13 tahun remaja madya dimulai

dari usia 13 tahun sampai dengan

18 tahun dan remaja akhir dimulai

dari usia 18 tahun sampai dengan

21 tahun

Dari uraian yang

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa usia remaja

adalah dimulai dari 11 tahun

sampai dengan 21 tahun

Karakteristik Remaja

Periode remaja adalah

periode pemantapan identitas diri

Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo

yang dipengaruhi oleh pandangan

orang-orang sekitarnya serta

pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola

perilakunya sebagai orang dewasa

Pemantapan identitas diri ini tidak

selalu mulus tetapi sering melalui

proses yang panjang dan

bergejolak Oleh karena itu banyak

ahli menamakan periode ini

sebagai masa-masa strom and

stress atau masa up and down

(Santrock 2003)

Remaja adalah seorang

idealis remaja memandang

dunianya seperti apa yang

diinginkannya bukan sebagaimana

adanya Remaja suka mimpi-mimpi

yang membuatnya marah cepat

tersinggung atau frustasi Selain

itu oleh keluarga dan masyarakat

remaja di anggap sudah menginjak

dewasa sehingga remaja diberi

tanggung jawab yang sama dengan

seorang yang sudah dewasa

Remaja mulai memperhatikan

prestasi dalam segala hal karena

ini memberinya nilai tambah untuk

kedudukan sosialnya di antara

teman sebaya maupun orang-orang

dewasa

Hubungan antara

Kecemasan Menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika dengan

Prestasi Akademik

Matematika pada Remaja

Masa remaja dapat dikatakan

sebuah masa peralihan antara masa

anak-anak menuju ke masa dewasa

Menurut Santrock (2003) Masa remaja

merupakan masa dimulainya

perkembangan kognitif yang mengarah

pada pemikiran operasional formal

yang lebih abstrak daripada pemikiran

seorang anak Pemikiran remaja tidak

lagi berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-kemungkinan

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

khayalan kemungkinan-

kemungkinan hipotesis atau dalil-

dalil dan penalaran yang benar-

benar abstrak (Santrock 2003)

Menurut Papalia (2004) periode

remaja adalah periode yang sudah

mulai mengabungkan pengalaman

yang di peroleh sebelumnya

dengan tantangan saat ini dan

memikirkan keadaan di masa yang

akan datang

Dari beberapa definisi

remaja yang diberikan oleh para

ahli dapat di tarik kesimpulan

bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa Pada masa remaja

merupakan masa awal dari

pembentukan proses pemikiran

operasional yang lebih abstrak

Sehingga pada masa ini remaja

sudah mulai membandingkan

antara pengalaman di masa lalu

dengan keadaan di masa sekarang

dan mulai memikirkan masa yang

datang

Batasan Usia

Periode remaja dianggap

sebagai masa-masa yang amat

penting dalam kehidupan individu

khususnya dalam pembentukan

kepribadian Masa remaja dibagi

dua bagian yaitu (1) periode remaja

awal (early adolescence) yaitu

berkisar antara umur 13-17 tahun

dan periode remaja akhir yaitu

umur 17 tahun sampai dengan 18

tahun (Puspitawati 1996)

Bedasarkan teori

perkembangan kognitif Piaget

(dalam Santrock 2003) masa

remaja dimulai pada usia 11 tahun

sampai dengan 15 tahun dalam

usia ini remaja sudah dapat berfikir

secara operasional formal Masa

remaja atau pubertas adalah proses

menuju kedewasaan seksual atau

kesuburan (kemampuan untuk

reproduksi) pada periode ini selain

perkembangan fisik diikuti pula

dengan perkembangan kognitif

sosial otonomi harga diri dan

keintiman dalam hubungan seksual

(Papalia 2004) Menurut Papalia

(2004) masa remaja dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu

remaja awal dimulai dari usia 11-

13 tahun remaja madya dimulai

dari usia 13 tahun sampai dengan

18 tahun dan remaja akhir dimulai

dari usia 18 tahun sampai dengan

21 tahun

Dari uraian yang

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa usia remaja

adalah dimulai dari 11 tahun

sampai dengan 21 tahun

Karakteristik Remaja

Periode remaja adalah

periode pemantapan identitas diri

Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo

yang dipengaruhi oleh pandangan

orang-orang sekitarnya serta

pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola

perilakunya sebagai orang dewasa

Pemantapan identitas diri ini tidak

selalu mulus tetapi sering melalui

proses yang panjang dan

bergejolak Oleh karena itu banyak

ahli menamakan periode ini

sebagai masa-masa strom and

stress atau masa up and down

(Santrock 2003)

Remaja adalah seorang

idealis remaja memandang

dunianya seperti apa yang

diinginkannya bukan sebagaimana

adanya Remaja suka mimpi-mimpi

yang membuatnya marah cepat

tersinggung atau frustasi Selain

itu oleh keluarga dan masyarakat

remaja di anggap sudah menginjak

dewasa sehingga remaja diberi

tanggung jawab yang sama dengan

seorang yang sudah dewasa

Remaja mulai memperhatikan

prestasi dalam segala hal karena

ini memberinya nilai tambah untuk

kedudukan sosialnya di antara

teman sebaya maupun orang-orang

dewasa

Hubungan antara

Kecemasan Menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika dengan

Prestasi Akademik

Matematika pada Remaja

Masa remaja dapat dikatakan

sebuah masa peralihan antara masa

anak-anak menuju ke masa dewasa

Menurut Santrock (2003) Masa remaja

merupakan masa dimulainya

perkembangan kognitif yang mengarah

pada pemikiran operasional formal

yang lebih abstrak daripada pemikiran

seorang anak Pemikiran remaja tidak

lagi berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-kemungkinan

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

dari usia 18 tahun sampai dengan

21 tahun

Dari uraian yang

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa usia remaja

adalah dimulai dari 11 tahun

sampai dengan 21 tahun

Karakteristik Remaja

Periode remaja adalah

periode pemantapan identitas diri

Pengertiannya akan ldquosiapa akurdquo

yang dipengaruhi oleh pandangan

orang-orang sekitarnya serta

pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola

perilakunya sebagai orang dewasa

Pemantapan identitas diri ini tidak

selalu mulus tetapi sering melalui

proses yang panjang dan

bergejolak Oleh karena itu banyak

ahli menamakan periode ini

sebagai masa-masa strom and

stress atau masa up and down

(Santrock 2003)

Remaja adalah seorang

idealis remaja memandang

dunianya seperti apa yang

diinginkannya bukan sebagaimana

adanya Remaja suka mimpi-mimpi

yang membuatnya marah cepat

tersinggung atau frustasi Selain

itu oleh keluarga dan masyarakat

remaja di anggap sudah menginjak

dewasa sehingga remaja diberi

tanggung jawab yang sama dengan

seorang yang sudah dewasa

Remaja mulai memperhatikan

prestasi dalam segala hal karena

ini memberinya nilai tambah untuk

kedudukan sosialnya di antara

teman sebaya maupun orang-orang

dewasa

Hubungan antara

Kecemasan Menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika dengan

Prestasi Akademik

Matematika pada Remaja

Masa remaja dapat dikatakan

sebuah masa peralihan antara masa

anak-anak menuju ke masa dewasa

Menurut Santrock (2003) Masa remaja

merupakan masa dimulainya

perkembangan kognitif yang mengarah

pada pemikiran operasional formal

yang lebih abstrak daripada pemikiran

seorang anak Pemikiran remaja tidak

lagi berupa pengalaman konkret saja

namun remaja sudah dapat

membangkitkan situasi-situasi

khayalan kemungkinan-kemungkinan

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran

yang benar-benar abstrak Selain itu

masa remaja disebut pula sebagai masa

strom and stress atau masa up and

down (Santrock 2003) Bila pada masa

ini remaja menemui hambatan dalam

bidang tertentu maka hambatan tersbut

akan membuat remaja menjadi cemas

Menurut Crow dan Crow

(dalam Hartanti 1997) kecemasan

adalah sebuah kondisi yang kurang

menyenangkan yang di alami oleh

individu yang dapat mempengaruhi

keadaan fisiknya Berdasarkan

gabungan dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang meneliti

tentang sifat alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu) Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S Hall dari Ahli

Kultural dan Mowrer dari Ahli Teori

Belajar (dalam Soeharjono 1988)

faktor yang mempengaruhi remaja

menjadi cemas yaitu faktor

Mikrokosmos (keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi individu seperti

jenis kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh perkembangan

individu yang dapat dilihat dari usia

individu dan faktor Makrokosmos

(keadaan lingkungan) lingkungan

sekolah atau lingkungan kelas

Menurut Dacey (2000) dalam

mengenali gejala kecemasan dapat

ditinjau melalui tiga komponen yaitu

komponen psikologis (afektif atau

perasaan) yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah kegelisahan gugup

tegang cemas rasa tidak aman takut

cepat terkejut) komponen fisiologis

(jantung berdebar keringat dingin

pada telapak tangan tekanan darah

meninggi respon kulit terhadap aliran

galvanis berkurang gerakan peristaltik

bertambah gejala somatik atau fisik

(otot) gejala somatik atau fisik

(sensorik) gejala Respiratori

(pernafasan) gejala Gastrointertinal

(pencernaan) gejala Urogenital

(perkemihan dan kelamin)) dan

komponen sosial (tingkah laku (sikap)

dan gangguan tidur) Kecemasan

tersebut dapat pula terjadi pada remaja

yang mendapatkan materi pelajaran

matematika

Menurut Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) yang di maksud

dengan mata pelajaran matematika

adalah matematika sebagai salah satu

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang amat pesat baik materi

maupun kegunaannya Sedangkan

Nawangsari (2000) mendefinisikan

mata pelajaran matematika sebagai

suatu bidang ilmu yang membahas ide-

ide hubungan-hubungan struktur-

struktur yang berkaitan dengan konsep

secara abstrak dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari Dari kedua

pendapat dari Garis-Garis Besar

Program Pengajaran Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama atau di singkat

dengan GBPP SLTP (dalam

Nawangsari 2001) dan Nawangsari

(2000) dapat ditarik kesimpulan bahwa

matematika merupakan suatu bidang

ilmu yang di dalamnya membahas

mengenai ide-ide hubungan-

hubungan struktur-struktur yang

berkaitan dengan konsep secara

abstrak dan berguna dalam kehidupan

sehari-hari di mana bidang ilmu

tersebut saat ini sudah berkembang

pesat

Berkembangnya bidang ilmu

matematika merupakan sebuah kabar

yang baik untuk kemajuan Negara Di

mana siswa-siswinya akan menjadi

lebih pandai lagi dalam pelajaran

matematika Namun bagi siswa materi

pelajaran matematika merupakan

materi pelajaran yang sulit

(Nawangsari 2000) Bila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh siswa dengan baik

maka akan menimbulkan kecemasan di

dalam diri siswa saat menghadapi

pelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan Math Anxiety

Quesstionairre (MAQ) yang

dikembangkan oleh Wigfield (dalam

Nawangsari 2000) pada seluruh siswa

siswi Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Negeri (SLTPN) Surabaya

terdapat reaksi negatif dalam diri

remaja saat menghadapi pelajaran

matematika reaksi yang ditunjukkan

oleh remaja ketika menghadapi

pelajaran matematika adalah rasa tidak

suka kurang percaya diri gelisah

khawatir takut dan frustasi

Kecemasan saat menghadapi

mata pelajaran matematika dapat pula

terjadi pada siswa dan siswi yang

duduk dibangku Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) hal ini dapat

dipengaruhi oleh semakin

kompleksnya perhitungan matematika

di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

(SLTA) Hal ini sebagaimana yang

telah dikatakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika di tingkatan

kelas berikutnya Bila keadaan cemas

sering muncul dalam pelajaran

matematika dalam satu kurun waktu

atau dalam satu semester maka akan

dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa

Winkel (dalam Christantie

2007) mengatakan bahwa prestasi

akademik adalah proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan

perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman dalam

bidang nilai sikap dan keterampilan

Adanya perubahan tersebut tampak

dalam prestasi akademik yang

dihasilkan oleh siswa terhadap

pertanyaan persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru Melalui prestasi

akademik siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah

dicapainya dalam belajar Menurut

Suryabrata (1998) dan Puspitawati

(1996) hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi akademik

siswa adalah faktor internal seperti

kesehatan badan dan faktor eksternal

seperti sarana dan prasarana sekolah

Pelajaran-pelajaran yang biasanya

diberikan penilaian salah satunya

adalah prestasi akademik matematika

Prestasi akademik matematika

siswa di Indonesia saat ini sangat

menurun hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Third

International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun

1999 terhadap siswa tingkat delapan

tingkat II Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) di mana Negara

Indonesia (dari Benua Asia) termasuk

salah satu Negara yang prestasi

matematika siswanya menduduki

posisi yang rendah (Setyono 2005)

Rendahnya prestasi tersebut

dikarenakan oleh kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep

matematika (Arjuna 1999) Bila

kondisi tersebut terus berlanjut maka

akan menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi pelajaran

matematika di mana secara tidak

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

langsung dapat juga mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Melihat adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan

sebagaimana yang telah diungkapkan

di atas maka dapat dilihat bahwa

kecemasan siswa dalam menghadapi

pelajaran matematika dapat

mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa Hal ini terlihat dari

dua faktor yang menyebabkan

kecemasan yaitu keadaan diri individu

dan keadaan lingkungan di mana bila

faktor-faktor tersebut sering muncul

pada saat siswa menghadapi pelajaran

matematika maka hal ini dapat

mengangu kegiatan siswa dalam

belajar matematika siswa pun akan

merasa kurang percaya pada

kemampuannya dalam pelajaran

matematika Bila hal ini terjadi dalam

satu semester maka akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi

akademik matematika siswa Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik yaitu faktor internal

seperti kesehatan badan dan faktor

eksternal seperti sarana dan prasarana

sekolah Bila faktor-faktor tersebut

sering muncul pada siswa dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka dapat mempengaruhi prestasi

akademik matematika siswa di mana

semakin tingginya kecemasan dalam

menghadapi pelajaran matematika

maka semakin rendah prestasi

akademik matematika siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nawangsari

(2000) di mana siswa yang mengalami

kecemasan pada pelajaran matematika

akan mempengaruhi prestasi akademik

matematika siswa hal ini dipengaruhi

oleh materi pelajaran yang dianggap

sulit kemudian disusul oleh fasilitas

kelas yang kurang memadai dan cara

mengajar guru yang sulit dipahami

oleh siswa Sehingga saat siswa

menghadapi pelajaran matematika

siswa akan mengalami kecemasan dan

bila hal ini terjadi dalam satu kurun

waktu maka akan mempengaruhi

prestasi akademik matematika siswa

Senada dengan penelitian

Nawangsari (2000) penelitian yang

dilakukan oleh Sarason (dalam

Nawangsari 2000) terhadap 700

siswa-siswi SLTP di Amerika pada

tahun 1996 didapatkan korelasi yang

negatif antara skor kecemasan pada

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

akademik matematika siswa di mana

korelasi tersebut menunjukkan bahwa

semakin rendah tingkat kecemasan

siswa SLTP pada pelajaran matematika

akan semakin tinggi prestasi akademik

matematika atau semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa SLTP pada pelajaran

matematika akan semakin rendah

prestasi akademik matematika

Hipotesis

Dari beberapa penjelasan yang

telah dikemukakan oleh para ahli di

atas maka terlihat jelas bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara

kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi

akademik matematika pada remaja

dimana semakin tinggi tingkat

kecemasan remaja dalam menghadapi

mata pelajaran matematika maka

semakin rendah prestasi akademik

matematika pada remaja

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A Identifikasi Variabel-Vari-

abel Penelitian

VariabelPrediktor Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran

Matematika

Variabel KriteriumPrestasi Akademik

Matematika

B Definisi Operasional Vari-

abel Penelitian

1 Kecemasan Menghadapi Mata

Pelajaran Matematika Suatu

bentuk ungkapan perasaan cemas

yang dipengaruhi faktor

psikologis dan faktor fisiologis

yang sering dialami oleh setiap

individu dalam kehidupan sehari-

hari dalam hal-hal yang berkaitan

dengan konsep-konsep abstrak

struktur-struktur atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan

pembahasan tentang matematika

Alat yang digunakan untuk

mengukur kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika adalah Skala

Kecemasan yang didapatkan dari

gejala-gejala kecemasan yang

dikemukakan oleh Dacey di mana

gejala-gejala kecemasan tersebut

di bagi menjadi 3 komponen yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

2 Prestasi Akademik Matematika

Suatu pengukuran yang bertujuan

untuk menilai sebuah hasil dari

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

proses belajar matematika yang

dilakukan oleh remaja dalam satu

kurun waktu tertentu untuk melihat

pemahaman remaja mengenai

konsep-konsep abstrak simbol-

simbol yang telah diberikan oleh

para pendidik Alat yang

digunakan untuk mengukur

prestasi akademik matematika

remaja adalah dengan melihat nilai

rapor remaja yang dihasilkan pada

akhir semester

C Populasi dan Sampel

Popolasi dan sampel yang

digunakan dalam pengambilan data

adalah dengan menggunakan

Purposive Sampling di mana teknik

Purposive Sampling ini adalah teknik

penentuan sampling yang digunakan

peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di

dalam pengambilan sampelnya atau

penentuan sample untuk tujuan tertentu

(Riduwan 2008) Populasi yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

para siswa dan siswi kelas XI pada

Sekolah Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan Bekasi

Pengambilan populasi siswa dan siswi

kelas XI dilakukan karena ingin

melihat tingkat kecemasan pada siswa

dan siswi kelas XI sebelum

mendapatkan perhitungan matematika

yang terlalu kompleks dikelas

berikutnya Hal ini seperti yang telah

dikemukakan oleh Loughin ( dalam

Nawangsari 2000) dimana semakin

tinggi tingkat kelas maka semakin

kompleks perhitungan matematikanya

dan bila siswa tidak mampu

memahami perhitungan yang lebih

dasar maka siswa akan cemas pada

pelajaran matematika ditingkatan kelas

berikutnya Sampel yang digunakan

pada kelas 2 tersebut adalah 100 orang

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang

digunakan dalam mengukur tingkat

kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah

dengan menggunakan metode

kuesioner tertutup dengan memberikan

tanda checklist Kuesioner tertutup

dengan tanda checklist ini adalah suatu

daftar yang berisi tentang aspek-aspek

yang akan diukur (Riduwan 2008)

Pengukuran prestasi akademik

matematika dilakukan dengan melihat

nilai rapor siswa dan siswi pada

pelajaran matematika

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

1 Skala Kecemasan

Skala kecemasan yang

digunakan dalam penelitian ini di

peroleh dari komponen-komponen

kecemasan yang di kemukakan

oleh Dacey (2000) yaitu

komponen psikologis komponen

fisiologis dan komponen sosial

Komponen-komponen inilah yang

akan dijadikan acuan atau dasar

pengukuran dalam penelitian ini

yang selanjutnya akan

dikembangkan menjadi item-item

yang akan diberikan kepada

responden untuk dijawab oleh

responden

Tabel 1

Distribusi item Skala kecemasan

N

o

Kom

pone

n

Komponen

Favorabe

l

Unfav

orabel

To

tal

1 Kom

pone

n

Psiko

logis

12345

67

8910

3132

3334

3536

3738

3940

20

2 Kom

pone

n

Fisiol

ogis

111213

141516

171819

20

4142

4344

4546

4748

4950

20

3 Kom

pone

n

Sosia

l

212223

2425

262728

2930

5152

5354

5556

5758

5960

20

Total 30 30 60

2 Prestasi Akademik

Prestasi akademik di peroleh

dengan menggunakan nilai raport

terakhir pada pelajaran

matematika

E Validitas dan Reliabilitas

Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan

validitas dan reliabilitas yang bertujuan

untuk menilai keakuratan dari alat-alat

pengumpulan data

1 Validitas

Menurut Azwar (1997)

validitas adalah sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

ketepatan dan kecermatan suatu

instrument pengukur (alat tes)

dalam melakukan fungsi ukurnya

Sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai

dengan maksud yang dikenakan

dalam tes tersebut Cara

mendapatkan validitas dengan

menggunakan teknik total korelasi

item (korelasi product-moment)

Untuk batasan validitas item yang

digunakan dalam penelitian ini

ditentukan oleh peneliti dengan

koefisien validitas sebesar ge 03

(Azwar 2008)

2 Reliabilitas

Menurut Azwar (1997)

reliabilitas adalah pengukuran

terhadap suatu alat tes di mana

hasil ukurnya dapat terpercaya

sehingga bila alat tes tersebut

digunakan dalam beberapa kali

pengukuran akan menghasilkan

nilai yang relatif sama Cara

mendapatkan reliabilitas dengan

menggunakan teknik Alpha

Cronbach

Pada penelitian ini batas

koefisien realibilitas yang akan

digunakan yaitu sebesar ge 07 hal

ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Azwar (2008)

F Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik

analisis data yang digunakan adalah

Product Moment Correlation Coeffient

Pearson di mana data yang akan di

analisis adalah data yang di peroleh

dari skala kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dikorelasikan dengan data

nilai raport siswa dalam mata pelajaran

matematika

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL

PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini

dimulai awalnya peneliti

melakukan persiapan

administrasi yang berupa

surat keterangan permohonan

izin dari pihak kampus

(Universitas Gunadarma)

untuk melakukan penelitian

ke SMUN 1 Babelan Bekasi

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

setelah itu peneliti

menggandakan kuesioner

tertutup dari skala kecemasan

sebanyak 100 kuesioner

kuesioner atau skala

kecemasan ini berjumlah 60

item yang terdiri dari 30 item

favorable dan 30 item

unfavorable

Subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

siswa dan siswi SMU yang

berada di kelas XI atau kelas

2 SMUN 1 Babelan Bekasi

Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak

3 kelas dan jumlah sampel

sebanyak 100 siswa-siswi di

mana 1 kelas berasal dari

kelas unggulan atau kelas XI

IPA 1 dan dua kelas lagi

berasal dari kelas yang tidak

diunggulkan atau kelas

reguler yaitu kelas XI IPS 2

dan kelas XI IPS 3 Untuk

mendapatkan subjek ini

peneliti bekerjasama dengan

segenap pihak sekolah dari

SMUN 1 Babelan Bekasi

yang berhubungan dengan

bagian kesiswaan dan guru-

guru BP yang menangani ke

tiga kelas tersebut

B Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini

peneliti melaksanakan try out

terpakai yaitu data diperoleh

dengan try out sekaligus

digunakan sebagai data dalam

penelitian Pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13

Oktober 2009 untuk

penyebaran kuesioner atau

skala kecemasan yang

berjumlah 100 angket yang

terdiri dari 60 item Pada 14-

19 Oktober 2009 untuk

mengambil fotocopy raport

yang masih berada di siswa

dan siswi Pengambilan

fotocopy raport dilakukan

dalam rentang waktu 5 hari

disebabkan peneliti

mengalami kesulitan dalam

meminta fotocopy raport

kepada siswa dan siswi

SMUN 1 Babelan Bekasi

Proses pengambilan data

pada tanggal 13 Oktober

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

2009 dilakukan pada pukul

1000 sampai dengan pukul

1200 Proses pengambilan

data pertama dilakukan di

kelas XI IPA 1 kemudian

dilanjutkan di kelas XI IPS 3

dan setelah itu dilanjutkan di

kelas XI IPS 2

Jumlah keseluruhan

subjek dalam penelitian ini

adalah berjumlah 100 siswa-

siswi 30 siswa-siswi berasal

dari kelas XI IPA 1 40

siswa-siswi berasal dari kelas

XI IPS 3 dan 30 siswa-siswi

berasal dari kelas XI IPS 2

Penelitian ini mengalami

hambatan hambatan yang

dimaksud adalah peneliti

menyebarkan angket

sebanyak 100 namun data

yang dapat peneliti olah

hanya 84 data dan 16 data

yang lain tidak dapat diolah

karena subjek tidak mengisi

angket yang telah peneliti

berikan Sehingga penelitian

ini hanya terdiri dari 84

subjek

C Hasil Penelitian

1 Deskripsi Subjek

Penelitian

a Jenis Kelamin

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 46 subjek pria

dengan presentase

5476 dan 38 subjek

wanita dengan

presentase 4524

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 2

Distribusi Subjek

Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase

()

1 Pria 46 5476

2 Wanita 38 4524

b Usia

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 14 subjek yang

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

berusia 15 tahun

dengan presentase

1666 64 subjek

yang berusia 16 tahun

dengan presentase

7619 dan 6 subjek

yang berusia 17 tahun

dengan presentase

715 Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 3

Distribusi Subjek

Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

()

1 15

tahun

14 1666

2 16

tahun

64 7619

3 17

tahun

6 715

c Kelas

Subjek dalam

penelitian ini terdiri

dari 30 subjek dari

kelas XI IPA dengan

presentase 3571

dan 54 subjek untuk

kelas XI IPS dengan

presentase 6429

Dapat dilihat

rinciannya pada tabel

berikut ini

Tabel 4

Distribusi Subjek

Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Presentase

()

1 XI

IPA

30 3571

2 XI

IPS

54 6429

2 Hasil Pengukuran Mean

Skala Kecemasan dengan

Jenis Kelamin Usia dan

Kelas

a Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

Tabel 5

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

Kecemasan dengan

Jenis Kelamin

No Jenis

Kelamin

Jumlah

Kecemasan

1 Pria 46

2 Wanita 38

Berdasarkan

data di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan pada pria

lebih tinggi dari pada

wanita hal ini

ditunjukkan dengan

skor7663 untuk pria

dan 7555 untuk

wanita

b Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Tabel 6

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Usia

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi terletak pada

usia 17 tahun dengan

skor 8567 kemudian

di susul oleh usia 15

tahun dengan skor

8543 dan yang

terendah terletak pada

usia 16 tahun dengan

skor 8144

c Hasil Pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

Tabel 7

Hasil pengukuran

Mean Skala

Kecemasan dengan

Kelas

No Kelas Jumlah Mean

Skala

No Usia Jumlah Mean

Skala

Kecemasan

1 15

tahun

14 8543

2 16

tahun

64 8144

3 17

tahun

6 8567

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

Kecemasan

1 XI

IPA

30

2 XI

IPS

54

Berdasarkan data

di atas diketahui

bahwa mean

kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan

skor 7796 dan yang

terendah berada pada

kelas XI IPA dengan

skor 7287

3 Hasil Uji Validitas dan

Realibilitas Skala

Kecemasan

a Uji Validitas

Menurut Azwar

(2008) validitas item

dapat dianggap

memuaskan apabila

koefisien validitasnya

sebesar ge 03

Berdasarkan hasil uji

coba pada skala

kecemasan yang

berjumlah 60 item

dihasilkan 36 item

yang valid Validitas

item dalam penelitian

ini untuk skala

kecemasan bergerak

dari 0301 sampai

dengan 0538

Distribusi item yang

valid dapat di lihat

dari tabel berikut ini

Tabel 8

Distribusi item

valid Skala

Kecemasan

No Komponen

Nomor Item

Favorabel

1 Komponen

Psikologis

1234567

8910

2 Komponen

Fisiologis

111213141516

17181920

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

3 Komponen

Sosial

2122232425

2627282930

Total

Keterangan

item yang tidak valid

b Uji Realibilitas

Uji realibilitas

dilakukan bertujuan

untuk mengetahui

konsistensi alat ukur

Teknik yang

digunakan untuk

mendapatkan

konsistensi dari alat

ukur yaitu teknik

Alpha Cronbach

Dalam penelitian ini

batas koefisien

reliabilitas yang

digunakan adalah ge

07 Hal ini sesuai

dengan pendapat dari

Azwar (2008)

Hasil uji realibiltas

untuk skala

kecemasan di peroleh

nilai realibitas sebesar

0824 Hal ini terlihat

pada tabel di bawah

ini

Tabel 9

Realibilitas Skala

Kecemasan

Reliability

Statistics

4 Hasil Uji Normalitas dan

Linearitas Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Untuk melihat

sebaran skor dalam uji

normalitas dari skala

kecemasan dapat

dilihat pada uji

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan hasil uji

normalitas pada skala

kecemasan diketahui

nilai statistiknya

sebesar 091 dengan

signifikansi sebesar

Cronbachs Alpha N of Items824 60

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

0084 (p gt 005) Hal

ini menunjukkan

distribusi skor skala

kecemasan pada

subjek penelitian

adalah normal tetapi

prestasi akademik

matematika nilai

statistiknya 0198

dengan signifikansi

sebesar 0000 (p lt

005) yang berarti

tidak normal

Distribusi skor skala

kecemasan terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 10

Hasil Uji

Normalitas Skala

Kecemasan

T

ests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Statistic df Sig

091 84 084Prestasi Akademik 198 84 000

a Lilliefors Significance Correction

b Uji Linieritas

Tabel 11

Hasil Uji Linieritas

Skala Kecemasan

dan Prestasi

Akademik

Matematika

ANOVAb

96932 1 96932 4204 044a

1890628 82 230561987560 83

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

Predictors (Constant) Skala Kecemasana

Dependent Variable Prestasi Akademik Matematikab

Berdasarkan hasil

uji linieritas diperoleh

signifikansi sebesar

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

0044 (p lt 005) Hal

ini menunjukkan

bahwa hubungan

antara skala

kecemasan dengan

prestasi akademik

yaitu linier

5 Analisis Data Uji

Hipotesis

Berdasarkan hasil uji

normalitas dan linieritas

diketahui bahwa bahwa

skala kecemasan normal

tetapi prestasi akademik

matematika tidak normal

sedangkan linieritasnya

adalah linier Oleh karena

itu untuk analisis korelasi

dapat menggunakan

analisis statistik

parametrik dengan teknik

korelasi product moment

Pearson

Berdasarkan analisis

data yang dilakukan

dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson

(1-tailed) diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar

r = - 0221 dengan taraf

signifikansi sebesar 0022

(p lt 005) Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 12

Uji Hipotesis

Correlations

1 -221022

84 84-221 1022

84 84

Pearson CorrelationSig (1-tailed)NPearson CorrelationSig (1-tailed)N

Skala Kecemasan

Prestasi AkademikMatematika

SkalaKecemasan

PrestasiAkademik

Matematika

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Hasil tersebut

menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian ini

diterima artinya terdapat

hubungan negatif yang

signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

6 Hasil Perhitungan Mean

Empirik dan Mean

Hipotetik

Hasil perhitungan dari

perbandingan antara

mean empirik dengan

mean hipotetik antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika dan

prestasi akademik

matematika terlihat

bahwa kecemasan siswa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

sedang Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut

ini

Tabel 13

Hasil Perhitungan

Mean Empirik dan

Mean Hipotetik Skala

Kecemasan

Variabel Mean

Empirik

Mean

Hipotetik

Standar

Deviasi

Skala

Kecemasan

7614 90 18

Dibawah ini

merupakan deskripsi

untuk lebih mengetahui

gambaran kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan klasifikasi sangat

rendah rendah sedang

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

tinggi dan sangat tinggi

yang dapat diketahui

dengan cara perhitungan

sebagai berikut

Jumlah aitem yang

valid pada skala

kecemasan sebanyak 36

item dengan

menggunakan kategori

nilai dari 1 sampai

dengan 4 Ini berarti nilai

skala terkecil berjumlah 1

dan yang terbesar

berjumlah 4 Jarak

minimum adalah nilai

terkecil dikalikan dengan

jumlah item yang valid (1

x 36 = 36) dan jarak

maksimum adalah nilai

terbesar dikalikan dengan

jumlah item yang valid (4

x 36 = 144) Untuk

mendapatkan nilai jarak

sebaran yaitu dengan cara

mengurangi jarak

maksimum dengan jarak

minimum (144 ndash 36 =

108)

Standar Deviasi (δ)

didapatkan dengan cara

membagi nilai jarak

sebaran dengan 6 atau

nilai jarak sebaran 6 =

(108 6 = 18) nilai 6 ini

didapat dari kurva

distribusi normal yang

terbagi atas 6 wilayah 3

daerah positif (+) dan 3

daerah negatif (-) Setelah

mendapatkan nilai standar

deviasi (δ) kemudian

langsung mencari nilai

Mean Hipotetik (micro)

dengan cara mengalihkan

nilai tengah skala dengan

cara mengalikan nilai

tengah skala dengan

jumlah item yang valid

(25 x 36 = 90) Nilai 25

didapatkan dari nilai

tengah dari kategori nilai

minimum (1) sampai

dengan kategori nilai

maksimum (4)

Berikut ini adalah

pengelompokkan skala

kecemasan yang

diperoleh dengan cara

menghitung

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

Sangat Rendah =

ME lt MH ndash 2SD

=

ME lt 90 -2 (18)

=

ME lt 54

Rendah =

MH ndash 2SD le ME lt MH -

1SD

=

90 ndash 36 le ME lt 90 ndash 18

=

54 le ME lt 72

Rata-rata =

MH ndash 1SD le ME lt MH +

1SD

=

90 ndash 18 le ME lt 90 + 18

=

72 le ME lt 108

Tinggi = MH +

1SD le ME lt MH + 2SD

=

90 + 18 le ME lt 90 + 36

=

108 le ME lt 126

Sangat Tinggi = ME ge

MH + 2SD

=

ME ge 90 + 36

=

ME ge 126

Tabel 14

Pengelompokkan Skala

Kecemasan (Azwar

2008)

Keterangan

1 ME Mean

Empirik

ME lt MH ndash 2SD = ME lt 54 (Sangat Rendah)

MH ndash 2SD le ME lt MH - 1SD = 54 le ME lt 72 (Rendah)

MH ndash 1SD le ME lt MH + 1SD = 72 le ME lt 108 (Rata-rata)

MH + 1SD le ME lt MH + 2SD = 108 le ME lt 126 (Tinggi)

ME ge MH + 2SD = ME ge 126 (Sangat Tinggi)

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

2 MH Mean

Hipotetik

3 SD Standar

Deviasi

Dibawah ini

merupakan penggolongan

subjek penelitian yang

digambarkan pada kurva

berikut

Gambar 1

Kurva Distribusi

Normal Kecemasan

dalam menghadapi

Mata Pelajaran

Matematika

Berdasarkan kurva

distribusi normal diatas

diketahui bahwa rata-rata

kecemasan remaja dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada taraf sedang

atau rata-rata

D Pembahasan

Penelitian ini

bertujuan untuk menguji

hipotesis yang berbunyi

terdapat hubungan yang

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis pada

penelitian ini hasil

tersebut menunjukkan

bahwa hipotesis diterima

Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik -2SD

-1SD

MH

+1SD

+2SD54 72 90 10

8126

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

7614

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

matematika pada remaja

dimana semakin tinggi

tingkat kecemasan remaja

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

maka semakin rendah

prestasi akademik

matematika pada remaja

Menurut Nawangsari

(2000) kecemasan adalah

suatu kondisi yang tidak

menyenangkan meliputi

rasa takut rasa tegang

khawatir bingung tidak

suka yang sifatnya

subjektif dan timbul

karena adanya perasaan

tidak aman terhadap

bahaya yang diduga akan

terjadi Kecemasan bisa

terjadi dalam berbagai

macam kondisi ketika

kecemasan ini terjadi

pada saat individu sedang

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka secara jelas

individu tersebut akan

memiliki perasaan tidak

aman saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Hal ini terlihat dalam

penelitian ini dimana

hasil mean empirik skala

kcemasan dalam

penelitian ini yaitu 7614

berada pada posisi rata-

rata Hasil ini

menunjukkan bahwa

terdapat kecemasan yang

dialami oleh siswa dan

siswi kelas XI di Sekolah

Menengah Umum Negeri

(SMUN) 1 Babelan

Bekasi saat menghadapi

mata pelajaran

matematika

Kecemasan siswa

dan siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dipengaruhi oleh

beberapa faktor

Berdasarkan gabungan

dari pendapat Jersild dari

Ahli Konstitusi (ahli yang

meneliti tentang sifat

alamiah yang dimiliki

oleh setiap individu)

Freud dari Ahli

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

Psikoanalisis Calvin S

Hall dari Ahli Kultural

dan Mowrer dari Ahli

Teori Belajar (dalam

Soeharjono 1988) faktor

yang mempengaruhi

remaja menjadi cemas

yaitu faktor Mikrokosmos

(keadaan diri individu)

seperti keadaan biologi

individu seperti jenis

kelamin dan dapat pula

dipengaruhi oleh

perkembangan individu

yang dapat dilihat dari

usia individu dan faktor

Makrokosmos (keadaan

lingkungan) seperti

lingkungan kelas

Hal ini terlihat dari

hasil data yang diperoleh

dalam penelitian ini

berdasarkan hasil data

yang didapatkan

kecemasan dapat

dipengaruhi oleh jenis

kelamin usia dan kelas

Andi (2007) mengatakan

bahwa dalam belajar

matematika diperlukan

rasa ingin tahu perhatian

dan minat dalam

mempelajari matematika

serta sikap ulet dan

percaya diri dalam

pemecahan masalah

Menurut Tapia

(1996) kecemasan

terhadap pelajaran

matematika berhubungan

dengan jenis kelamin

dimana faktor yang

mempengaruhi

kecemasan adalah rasa

percaya diri minat

terhadap pelajaran

matematika dan motivasi

Tapia menerangkan lebih

lanjut bahwa rasa percaya

diri minat terhadap

pelajaran matematika dan

motivasi pada pria lebih

rendah dibandingkan

dengan wanita sehingga

pria lebih cemas dalam

pelajaran matematika

Hal ini dijelaskan

lebih lanjut dari hasil

penelitian Nawangsari

(2001) diperoleh data

bahwa siswa pria lebih

cemas terhadap

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

matematika dibandingkan

siswa wanita

Hal di atas juga

terlihat pada hasil

penelitian ini di mana

jenis kelamin subjek pria

lebih tinggi tingkat

kecemasannya

dibandingkan dengan

subjek wanita ini terlihat

dari skor mean

kecemasan 7663 pada

pria dan 7555 pada

wanita

Berdasarkan

pengamatan yang

dilakukan oleh Riyanto

(2009) di mana kelas IPS

lebih banyak mengalami

kesulitan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika jika

dibandingkan dengan

kelas IPA karena untuk

memahami mata

pelajaran matematika

dibutuhkan pemahaman

yang mendalam dan

latihan yang berulang kali

untuk memperoleh hasil

yang baik sedangkan

materi yang banyak

diberikan di kelas IPS

adalah materi yang

menggunakan metode

menghafal Hal ini lah

yang menyebabkan kelas

IPS lebih cemas bila

dibandingkan dengan

kelas IPA Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian ini

terhadap

pengelompokkan kelas di

mana diperoleh hasil

mean kecemasan yang

tertinggi berada pada

kelas XI IPS dengan skor

7796 yang berarti bahwa

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

siswa kelas XI IPS lebih

cemas jika dibandingkan

dengan siswa XI IPA

Selanjutnya

berdasarkan

pengelompokkan usia

terlihat dari hasil

penelitian yang dilakukan

oleh Pearson (dalam

Soeharjono 1988) pada

100 orang anak yang

berusia 5 ndash 18 tahun

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

ternyata anak yang

berusia diatas 12 tahun

lebih menunjukkan rasa

cemas akan di caci maki

atau dibuat malu karena

tidak dapat melakukan

sesuatu dengan baik dan

benar disamping itu

dipengaruhi pula oleh

jumlah terkecil dari

subjek yang menduduki

suatu kelompok usia atau

jumlah terkecil dari

keberadaan subjek yang

menduduki kelompok

usia tertentu

Hasil penelitian

diatas terlihat pula dalam

penelitian ini di mana

diperoleh hasil mean

kecemasan yang tertinggi

terletak pada usia 17

tahun dengan jumlah 6

subjek diperoleh skor

mean 8567 kemudian di

susul oleh usia 15 tahun

dengan jumlah 14 subjek

diperoleh skor mean

8543 dan yang terendah

terletak pada usia 16

tahun dengan jumlah 64

subjek skor mean 8144

hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

kecemasan subjek dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

dapat terlihat dari

banyaknya jumlah subjek

Di mana semakin banyak

subjek yang berada dalam

suatu populasi maka

semakin rendah tingkat

kecemasannya

Bila kecemasan

dalam menghadapi

matematika terjadi dalam

satu kurun waktu tertentu

atau satu semester secara

tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi

akademik matematika

siswa dan siswi tersebut

Hal ini terlihat pada

data yang dihasilkan

dalam penelitian ini

dimana ada korelasi

negatif antara kecemasan

dalam menghadapi mata

pelajaran matematika

dengan prestasi akademik

matematika pada remaja

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

dengan nilai koefisien

korelasi sebesar r = -

0221 dengan signifikansi

sebesar 0022 (p lt 005)

yang artinya semakin

tinggi tingkat kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik matematika

siswa dan sebaliknya

semakin rendah tingkat

kecemasan siswa dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

maka akan semakin tinggi

prestasi akademik

matematika yang

dihasilkan oleh siswa

Hasil penelitian ini

ternyata sama dengan

penelitian yang

dikemukakan oleh

Nawangsari (2000) di

mana ada korelasi negatif

antara skor kecemasan

terhadap matematika

dengan prestasi akademik

pada siswa SLTP di

Surabaya Hal ini

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kecemasan siswa

terghadap pelajaran

matematika maka

semakin rendah prestasi

akademik yang dihasilkan

oleh siswa begitu pula

sebaliknya semakin

rendah tingkat kecemasan

siswa terhadap pelajaran

matematika maka

semakin tinggi prestasi

akademik yang dihasilkan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dan hasil

analisis data yang telah

dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis dalam penelitian

ini diterima hal ini

menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif

antara kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dengan prestasi

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

akademik matematika pada

siswa dan siswi kelas XI di

Sekolah Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1 Babelan

Bekasi

Berdasarkan data

tambahan diperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan

siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika

adalah jenis kelamin usia

dan kelas Di mana siswa

pria cenderung lebih cemas

dalam menghadapi mata

pealajaran matematika

dibandingkan dengan siswa

wanita Selain itu diperoleh

pula data bahwa usia 17

tahun jauh lebih cemas

dibandingkan selanjutnya

disusul usia 15 tahun dan

16 tahun hal ini terlihat

dari jumlah subjek pada

usia tertentu di mana

jumlah subjek yang

menduduki usia 17 tahun

lebih sedikit atau berjumlah

6 subjek kemudian di susul

oleh usia 15 tahun yang

berjumlah 14 subjek dan

pada usia 16 tahun

sejumlah 64 subjek Bukan

hanya usia namun kelas pun

menunjukkan data bahwa

kelas XI IPS cenderung

lebih cemas dalam

menghadapi mata pelajaran

matematika dibandingkan

dengan kelas XI IPA

Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan peneliti

mempunyai beberapa saran

yang dapat diberikan

sebagai berikut

d Berdasarkan hasil

data yang diperoleh

terlihat bahwa

kecemasan siswa dan

siswi dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

berada pada kategori

rata-rata atau sedang

Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata siswa

dan siswi di Sekolah

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

Menengah Umum

Negeri (SMUN) 1

Babelan Bekasi

mengalami

kecemasan cemas saat

menghadapi mata

pelajaran matematika

Untuk mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

peneliti menyarankan

kepada siswa dan

siswi sebelum

menghadapi mata

pelajaran matematika

diharapkan siswa dan

siswi dapat lebih giat

lagi untuk berlatih

mengerjakan tugas-

tugas matematika

soal-soal matematika

dan memperdalam

kembali materi yang

telah diajarkan oleh

guru matematika Hal

ini bertujuan untuk

membantu siswa dan

siswi agar

mengurangi

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

Bila kecemasan itu

berkurang maka

secara tidak langsung

prestasi akademik

matematika siswa dan

siswi akan meningkat

Sehubungan

penelitian ini peneliti

menyarankan kepada para

peneliti selanjutnya agar

dapat menggunakan

populasi yang lebih luas

lagi bukan hanya siswa

dan siswi dari SMUN

(Sekolah Menengah

Umum Negeri) mungkin

dengan mengambil

sampel dari siswa yang

berasal dari SMUS

(Sekolah Menengah

Umum Swasta) untuk

melihat apakah siswa dari

SMUS (Sekolah

Menengah Umum

Swasta) juga mengalami

kecemasan dalam

menghadapi mata

pelajaran matematika

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

yang secara langsung

akan mempengaruhi

prestasi akademik

matematikanya Selain itu

untuk pengembangan

teori psikologi pendidikan

diharapkan untuk

penelitian selanjutnya

dapat melihat kecemasan-

kecemasan lain yang

terjadi di luar mata

pelajaran matematika di

mana mata pelajaran

tersebut sering pula

dialami oleh siswa dan

siswi selain kecemasan

menghadapi mata

pelajaran matematika

Misalnya cemas

menghadapi pelajaran

kimia bahasa inggris

ataupun pelajaran lainnya DAFTAR PUSTAKAAndi (2007) Program akademik

matematika Diperoleh dari httpsmpacotstbellarminus=jktnetindexphpoption=com_contentamptask=viewampid=20ampItemid=34

Alsa A (1984) Usia mental jenis kelamin dan prestasi belajar matematika Jurnal Psikologi Pendidikan 12 1 22-29

Arjuna (1999) Kaitan antara pembelajaran matematika realistik dengan pengertian siswa Diperoleh dari httpwwwexacuktelematicsT3mathsactar01htm

Azwar S (1996) Tes prestasi Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi ke 2) Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (1997) Reliabilitas dan validitas Yogyakarta Pustaka Pelajar

Azwar S (2008) Penyusunan skala psikologi Yogyakarta Pustaka Pelajar

Christantie JI amp Hartanti (1997) Hubungan antara persepsi terhadap jurusan A-1 A-2 A-3 dan motif berprestasi dengan prestasi belajar Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 47 1997

Dacey JS (2000) Your anxious child How parents and teachers can relieve anxiety in children San Fransisco Jossey-Bass Publishers

Hartanti amp Judith ED (1997) Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura Jurnal Psikologi Pendidikan Anima 12 46 2007

Nawangsari N A F (2000) Kecemasan siswa pada bidang matematika di SLTP Surabaya (Laporan penelitian universitas airlangga) Surabaya Universitas Airlangga

Nawangsari N A F (2001) Pengaruh self-efficacy dan expectancy-value

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data

terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika Jurnal Psikologi Pendidikan Insan media psikologi 32 2001 75-88

Papalia Olds amp Fielman (2004) Human development New York Mc Graw Hill Inc

Riyanti BPDwi Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati (1996) Psikologi umum 1 Depok Universitas Gunadarma

Riduwan (2008) Metode dan teknik menyusun tesis Bandung Alfabeta Bandung

Riyanto G (2009) Aku IPA maka Aku Ada Diperoleh dari httpwwwkompascoidkompas-cetak070512 humaniora3526503 Htm

Santrock JW (2003) Adolescence perkembangan remaja (6thed) Jakarta Erlangga

Setyono A (2005) Mathemagics cara jenius belajar matematika Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

Soehardjono L amp Endang WG (1988) Kecemasan pada anak dan remaja Majalah anima Media Psikologi Indonesia

Suryabrata S (1998) Psikologi pendidikan Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Thompson T amp Dale L D (2007) Poor performance in mathematics is there a basis for a self-worth explanation for women Journal Educational Psychology 27 3 2007

Tapia M (1996) The relationship of math anxiety and gender of math Diperoleh darihttptranslategooglecoidtranslatehl=idamplangpair=en|idampu=httpwwwrapidintellectcomAEQweb5may2690l4htm

Wahyuningsih AS (2004) Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas 2 SMU lab school Jakarta Timur (Skripsi Tidak diterbitkan) Jakarta Universitas Persada Indonesia YAI

Yoeanto NH (2002) ldquoHubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umumrdquo Jurnal Psikologi Pendidikan Insan 42 2002 63-72

Zeidner M (1998) Test anxiety The state of the art New York Kluwer Academic Publishers

  • Prestasi Akademik
  • Mata Pelajaran Matematika
  • Remaja
  • Hipotesis
  • AIdentifikasi Variabel-Variabel Penelitian
  • BDefinisi Operasional Variabel Penelitian
  • CPopulasi dan Sampel
  • DTeknik Pengumpulan Data
  • EValiditas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
  • FTeknik Analisa Data