histologi kulit dan peradangan
TRANSCRIPT
KULIT TIPIS
Kulit tersusun dari 2 lapisan utama : epidermis dan dermis. Epidermis ( 1 ) terdiri dari
epitel gepeng berlapi sangat tipis bila dibandingkan dengan kulit tebal. Lapisan tunggal
yang terdiri dari sel – sel kolumnar rendah adalah stratum basale ( 7 ). Di atasnya
terdapat beberapa deretan sel polygonal, stratum spinosum ( 6 ) yang bercampur dengan
sel – sel stratum korneum (5 ) yang lebih memanjang dan tidak bertanduk. Zona sempit
yang terdiri dari jaringan ikat padat tidak teratur, dan berserat halus adalah lapisan papilar
atau lapisan subepitel ( 2 ) dari dermis. Tonjol – tonjolnya ke dalam bagian basal
epidermis merupakan papilla – papilla dermis ( 8 ). Lapisan Retikular ( 3 ) terdiri dari
jaringan ikat yang tak teratur padat dan banyak mengisi bagian besar dari dermis. Terlihat
sebagian kecil dari hypodermis, bagian superficial jaringan subkutanyang terletak di
bawahnya ( 4 ).
Bangunan – bangunan asesoris kulit, terletak sebagian besar dalam dermis. Di sini
diperlihatkan folikel – folikel rambut yang tersebar dan sebuah kelenjar keringat
( kelenjar sudorifera ) yang susunannya lebih mendetail pada penampang.bagian bawah
folikel rambut dalam potongan longitudinal ( 13 ), memperlihatkan papilla dan bulbus
rambut pada basisnya terletak dalam bagian terdalam dari dermis. Bagian atas dari folikel
lain ( 9 ) memperlihatkan muskuli erector pili ( 10 ) yang merupakan muscular polos, dan
sebuah kelenjar sebasea ( 11 ). Pada ( 14 ) terdapat potongan oblik folikel rambut dalam
jaringan subkutan.
Suatu kelompok tubuli dalam dermis bagian dalam merupakan potongan melintang
melalui bagian yang berkelak – kelok dari kelenjar keringat ( kel. Sedorifera ); potongan
dengan epitelium yang berwarna terang ( 12a ) adalah melalui bagian bersekret; potongan
dengan epitel yang berwarna lebih gelap ( 12b ) adalah melalui saluran keluar.
Pewarnaan trichome-Cajal menekankan variasi – variasi dalam padatnya serat – serat
kolagen dan membedakan denagn jelas antara muskulus dan jaringan ikat. Cat aniline
dugunakan untuk mewarnai nukle dan sitoplasma. Nuclei terwarna merah teragn oleh
fuchsin-basis. Carmin indigo dalam larutan asam pikrat digunakan untuk mewarnai
sitoplasma, yang mengambuk warna cerah oranye. Serat – serat kolagen berwarna biru
tua.
KULIT TEBAL
Diperlihatkan sebagian kulit tebal. Di sini epidermis dan dermis keduanya jauh lebih
tebal daripada gambar 1 di atas. Epidermis lebih tebal, juga memiliki sesian yang lebih
kompleks, yaitu terdapat lima lapisan atau ona yang dapat dikenal. Stratum korneum
yang di luar (1) merupakan zona lebar terdiri dar lapisan sel – sel mat, gepeng yang
secara terus – menerus terkelupas dari permukaan ( 10 ). Di bawahnya, yang berwarna
merah ialah stratum lucidum yang tipis (2). Dengan pembesaran yang lebih kuat kadang
– kadang dapat dikenal batas kabur dari sel – sel terang yang gepeng dan titik – titik
Eleidin. Di bawahnya stratum lucidum terdapat stratum granulosum (3) ; sel –selnya
mempunyai granula – granula keratohialin, berwarna gelap, pada pembesaran yang lebih
kuat (7) dan lebih jelas.
Dibawah ini adalaha stratum spinosum (4) yang tebal, tersusun atas lapisan sel-sel
polyhedral dan sebuahlapisan basal, stratum basale ( stratum silindrikum ) (5) terdiri dari
sel – sel kolumnar yang terletak pada membrane basalis.
Sel –sel stratum spinosum (4) idhubungkan oleh cabang – cabang berduri atau jembatan –
jembatan interselular (8, 9) yang sebenarnya adalah desmosum – desmosum ( macula
adheren). Mitosis (12) terjadi dalam lapisan – lapisan lebih dalam dari stratum spinosum
dan dalam stratum basale.
Saluran kelenjar keringat ( kel. Sudorifera) menembus epidermis dalam daerah di antara
dua papile dermal, kehilangan dinding epitelnya dan berjalan spiral di epidermis 9110
sebagai kanal – kanal yang hanya mempunyai lapisan kutikula yang tipis.
Papilla dermal ( papilla subepitel ) adalah menyolok dalam kulit tebal. Dalam beberapa
papillae tersebut, terletak korpuskel taktil ( korpuskel Meissner) (13). Dalam papillae
yang lain terdapat lengkung kapilar yang besar.
Secara singkat, proses peradangan yang terjadi dalam peradangan akut dapat diurutkan
sebagai berikut :
1. terjadi vasokontriksi ( penyempitan pembuluh darah terutama pembuluh darah
kecil ( arteriol ). Berlangsng beberapa detik – menit, tergantung kerasnya jejas.
2. terjadi vasodilatasi dimulai dari arteriol yang tadinya menyempit lalu diikuti
bagian lain pembuluh tersebut. Akibat dilatasi, aliran darah bertambah sehingga
pembuluh darah penuh berisi darah dan tekanan hidrostatiknya meningkat, yang
selanjutnya dapat menyebabkan keluarnya cairan plasma dari pembuluh darah itu.
Inilah yang disebut eksudasi : dimana cairan dari dinding pembuluh mengalir ke
jaringan dalam daerah peradangan.
3. aliran darah melambat. Dikarenakan permeabilitas kapiler bertambah, maka
cairan darah dan protein keluar dari pembuluh darah dan membuat darah menjadi
kental. Pembuluh darah yang melebar jadi penuh dengan sel darah ( hyperemia )
4. marginasi leukosit. Leukosit bergerak mendekati dinding pembuluh darah dan
melekat pada sel endotel sehingga pembuluh darah seperti jalan berbatu ( leukosit
alami pengerasan ). Kemudian emigrasi yaitu leukosit keluar dari pembuluh darah
kemudian masuk ke dalam jaringan daerah peradangan dalam waktu relative
singkat.
Permeabilitas ini terjadi pada pembuluh darah kecil yaitu pembuluh kapiler, arteriol
dan vena kecil. Akibat peninggian permeabilitas, terjadi proses eksudatif ( keluarnya
cairan plasma dan protein dari pembuluh darah)
Jadi urutan kegiatan leukosit :
1. penepian , leukosit bergerak ke tepi pembuluh
2. pelekatan, leukosit melekat pada dinding pembuluh darah ( sticking )
3. diapedesis , leukosit keluar dari pembuluh darah ( emigration )
4. fagositosis, leukosit menelan bakteri dan debris jaringan
jenis cairan eksudat yang terjadi pada radang dipengaruhi oleh beratnya reaksi,
penyebab dan lokasi lesi :
1. eksudat serosa / jernih . mengandung sedikit protein akibat radang ringan
2. eksudat supuratifa. Mengandung pus / nanah. Yaitu campuran leukosit yang
rusak, jaringan nekrotik serta mikroorganisme yang musnah. Co :
staphylococcus ,disebut kuman piogenik
3. eksudat fibrinosa. Mengandung banyak fibrin sehingga mudah membeku.
4. eksudat hemoragika. Mengandung darah.
Pembagian eksudat yang lain, yaitu :
o eksudat non selular
eksudat serosa
merupakan eksudat paling sederhana karena pada dasarnya terdiri dari protein
yang bocor dari pembuluh – pembuluh darah yang permeable dalam daerah
radang , bersama dengan cairan yang menyertainya. Contoh : cairan luka
melepuh. Penimbunan eksudat serosa kadang ditemukan dalam rongga tubuh
seperti rongga pleura, peritoneum dan kadang sering menyebar dalam tubuh
melalui jaringan penyambung
eksudat fibrinosa
terbentuk jika protein yang bocor dari pembuluh dan terkumpul banyak pada
peradangan banyak mengandung fibrinogen. Fibrinogen kemudian diubah
menjadi fibrin ( jala lengket dan elastic ). Eksudat ini sering ditemukan pada
permukaan serosa yang meradang seperti pleura dan pericardium dimana
fibrin yang diendapkan dipadatkan menjadi lapisan kasar di atas membrane
yang terserang. Jika laisan semacam ini sudah terjadi di atas permukaan
serosa, sering disertai rasa sakit jika satu permukaan bergeser di atas
permukaan yang lain. Gesekan permukaan kasar tersebut dapat meninggalkan
tanda berupa friction rub.
eksudat musinosa / kataral
eksudat ini hanya terbentuk di atas permukaan membrane mukosa, dimana
terdapat sel – sel yang mengekskresi musin. Eksudat ini bukanlah sekresi zat
dari pembuluh darah, melainkan sekresei musin yang normal dikeluarkan
membrane mukosa. Contoh : pilek yang menyertai infeksi pernafasan bagian
atas
o eksudat selular
eksudat netrofilik
eksudat paling sering dijumpa. Terdiri dari netrofil polimorfonuklear dalam
jumlah begitu banyak. Eksudat netrofil ini disebut purulen dan kebanyakan
disebabkan oleh infeksi bakteri. Eksudat dapat terjadi di banyak cedera aseptic
dan dapat di mana – mana pada tubuh yang jaringannya telah menjadi
nekrotik. Infeksi bakteri sering menyebabkan sangat tingginya kadar netrofil.
Netrofil ini kemudian mati dan melepaskan enzim – enzim hidrolisis yang
kuat pada jaringan sekitarnya sehingga enzim ini kemudian mencerna jaringan
di bawahnya dan mencairkannya. Kombinasi agregasi netrofil dan
pencairannya disebut supurasi, dan eksudatnya bernama eksudat supuratif /
pus / nanah. Aksi netrofil polimorfonuclear yaitu sebagai berikut : netrofil
polimorfonuclear bergerak seperti amuba dan berfagositosis. Netrofil
mendekati partikel , mengalirkan sitoplasma untuk mengelilingi partikel
tersebut, lalu mengambil partikel ke dalam bungkus sitoplasma pada vesikel
yang terikat membrane, yang menonjol keluar membrane netrofil. Proses
fagositosis dibantu zat tertentu yang melapisi obyek agar mudah dimasuki
leukosit . zat bernama opsonin, mencakup immunoglobulin dan komponen –
komponen system komplemen. Setelah dimakan, partikel tersebut apabila
agen microbial hidup, akan dimatikan dengan berbagai cara yaitu : perubahan
pH setelah fagositosis ; melepaskan zat antibakteri ke dalam vakuola
fagositosis dan pembentukan zat antibakteri. Pencernaan partikel biasanya
dilakukan di dalam vakuola dengan penyatuan lisosom dengan fagosom dan
secara enzimatik.
Jadi pus itu terdiri dari netrofil polimorfonuclear yang hidup, yang mati , dan
yang telah hancur ; jaringan dasar yang telah dicernakan dan dicairkan ;
eksudat cair dari proses radang dan biasanya beserta bakteri – bakteri
penyebabnya.
Perbedaan radang supuratif dan purulen yaitu pada supurasi terjadi nekrosis
liquefaktiva dari jaringan di bawahnya.
Bila supurasi local terjadi pada jaringan padat, kerusakannya disebut asbes.
Asbes adalah lubang terisi nanah dalam jaringan yang terlibat, dan sulit
diatasi tubuh karena memiliki kecenderungan untuk : meluas ke jaringan lain
dengan pencairan ; membentuk lubang ; dan keresistenan terhadap
penyembuhan karena obat seperti antibiotic sulit masuk ke dalam asbes.
Umumnya pengobatan dengan pengosongan lewat pembedahan. Kadang
asbebs bisa pecah sampai permukaan dan membentuk saluran buntu dalam
asbes yang mencapai permukaan yang disebut sinus. Atau, bila asbes meluas
ke 2 permukaan terpisah, maka terbentuk hubungan abnormal antara 2 organ /
lumen organ berongga dan permukaan tubuh. Hubungan tersebut disebut
fisula.
Bila radang purulen yang meluas secara difus lewat jaringan, disebut
flegmon.
eksudat campuran
eksudat campuran selular dan nonselular dan dinamakan sesuai campurannya.
Kadang bila kerusakan pada membran mucosa, daerah nekrosis dapat
mengelupas, meninggalkan celah pada permukaan mucosa yang disebut tukak.
Dasar tukak paling sering dilapisi eksudat fibrinopurulen. Kadang pula pada
membran mucosa yang meluas, akan terdapat nekrosis dan sel – sel yangmati
mungkin terperangkap jala yang dibentuk eksudat fibrinopurulen yang
melapisi permukaan mucosa sehingga membentuk menyerupai membran
mucosa kasar dan disebut radang pseudomembranosa / peradangan
membranosa.
Daftar pustaka :
Mariano S.H . EGC. Atlas Histologi Manusia edisi 6. Jakarta 1992.
Sylvia A Price , Lorraine M Wilson. Patofisiologi Edisi 1.
Patologi Klinik. ( maaf, lupa nama penulis & lupa naroh bukunya dimana )