gema bidan indonesia

38
Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980 Gema Bidan Indonesia ii GEMA BIDAN INDONESIA (JURNAL PENELITIAN DALAM BIDANG KEBIDANAN) Diterbitkan oleh: Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya Penanggungjawab: drg. Bambang Hadi Sugito, M.Kes. (Direktur Poltekkes Kemenkes Surabaya) Hj.K.Kasiati, S.Pd, A.Md.Keb, M.Kes. (Ketua Jurusan Kebidanan) Setiawan, S.K.M, M.Psi. (Ka Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) Dewan Redaksi: Sri Utami, S.Kp, M.Kes. Hery Sumasto, S.Kep., Ns., M.M.Kes. Sutio Rahardjo, S.Kep., Ns., M.M. Penyunting: Heru SWN, S.Kep, Ns, M.M.Kes. Rekawati Susilaningrum, A.Per.Pen, M.Kes. Teta Puji Rahayu, S.S.T, M.Keb. Kharisma, S.S.T, M.Keb. Sekretariat: Triana Septianti Purwanto, S.S.T, M.Keb. Aulia, S.Sos Alamat: Jl. Prof. Moestopo 8A Surabaya, Telepon 031-5027404 Jl. S. Parman 1 Magetan, Telepon 0351-895216, Faksimil 0351891565 E-mail dan Website: [email protected] www.gebindo.webs.com Keterangan: Penerbitan perdana bulan Juni 2012, selanjutnya diterbitkan setiap tiga bulan Harga per-eksemplar Rp. 30.000,00 Gema Bidan Indonesia Volume V Nomor 3 Halaman 48-82 September 2016 ISSN versi cetak: 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia ii

GEMA BIDAN INDONESIA (JURNAL PENELITIAN DALAM BIDANG KEBIDANAN)

Diterbitkan oleh: Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya

Penanggungjawab: drg. Bambang Hadi Sugito, M.Kes. (Direktur Poltekkes Kemenkes Surabaya) Hj.K.Kasiati, S.Pd, A.Md.Keb, M.Kes. (Ketua Jurusan Kebidanan) Setiawan, S.K.M, M.Psi. (Ka Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat)

Dewan Redaksi: Sri Utami, S.Kp, M.Kes. Hery Sumasto, S.Kep., Ns., M.M.Kes. Sutio Rahardjo, S.Kep., Ns., M.M.

Penyunting: Heru SWN, S.Kep, Ns, M.M.Kes. Rekawati Susilaningrum, A.Per.Pen, M.Kes. Teta Puji Rahayu, S.S.T, M.Keb. Kharisma, S.S.T, M.Keb.

Sekretariat: Triana Septianti Purwanto, S.S.T, M.Keb. Aulia, S.Sos

Alamat: Jl. Prof. Moestopo 8A Surabaya, Telepon 031-5027404 Jl. S. Parman 1 Magetan, Telepon 0351-895216, Faksimil 0351891565

E-mail dan Website: [email protected] www.gebindo.webs.com Keterangan: Penerbitan perdana bulan Juni 2012, selanjutnya diterbitkan setiap tiga bulan Harga per-eksemplar Rp. 30.000,00

Gema Bidan Indonesia

Volume

V

Nomor

3

Halaman

48-82

September

2016

ISSN versi cetak: 2252-8482

ISSN versi elektronik: 2407-8980

Page 2: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia iii

PENGANTAR REDAKSI PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL

Salam dari Redaksi Para Pembaca yang terhormat, selamat bertemu kembali dengan Gema Bidan Indonesia pada Volume V Nomor 3 bulan September 2016. Kali ini kami menyajikan enam artikel hasil penelitian dalam bidang kebidanan. Tim redaksi mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para peneliti yang telah memublikasikan karya ilmiah hasil riset pada nomor ini. Para peneliti lain yang berminat untuk berpartisipasi menggunakan layanan publikasi ilmiah ini, atau memerlukan informasi lebih banyak tentang jurnal ini disilakan menghubungi kami melalui surat, telepon, atau e-mail. Terimakasih juga kami sampaikan kepada PDII LIPI yang telah memfasilitasi legalitas jurnal ini. Redaksi

Gema Bidan Indonesia menerima artikel asli berupa hasil penelitian atau tinjauan hasil-hasil penelitian dalam bidang kebidanan, yang belum pernah dipublikasikan. Artikel harus dilampiri dengan surat ijin penelitian atau halaman pengesahan. Dewan Redaksi berwenang untuk menerima atau menolak artikel yang masuk, juga berwenang mengubah artikel, namun tidak akan mengubah makna yang terkandung di dalamnya. Artikel berupa tugas akhir mahasiswa (karya tulis ilmiah, skripsi, tesis dan disertasi) harus menampilkan mahasiswa sebagai peneliti utama. Artikel yang dikirim ke Dewan Redaksi harus memenuhi persyaratan yaitu: berupa file Ms. Word, ukuran kertas A4, seluruh margin 3,5 cm, format 1 kolom, huruf Arial 10, maksimal 10 halaman, dan dikirim melalui e-mail. Syarat isi artikel hasil penelitian adalah: 1. Judul ber-Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris

maksimum 14 kata, diketik pada bagian tengah, menggunakan huruf kapital dan dicetak tebal.

2. Nama lengkap penulis tanpa gelar ditulis di bawah judul, di bawahnya adalah asal institusi, semua dicetak tebal pada bagian tengah.

3. Abstrak ber-Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dengan huruf miring. Judul abstrak ada di tengah dengan huruf kapital. Isi abstrak dicetak rata kiri dan kanan dalam satu paragraf. Di bawah isi abstrak harus ditambahkan kata kunci.

4. Pendahuluan ber-Bahasa Indonesia rata kiri dan kanan dan awal paragraf masuk 0,5 cm.

5. Metode Penelitian ber-Bahasa Indonesia rata kiri dan kanan, awal paragraf masuk 0,5 cm.

6. Hasil Penelitian ber-Bahasa Indonesia rata kiri dan kanan, awal paragraf masuk 0,5 cm.

7. Pembahasan ber-Bahasa Indonesia rata kiri dan kanan, awal paragraf masuk 0,5 cm.

8. Simpulan dan Saran ber-Bahasa Indonesia rata kiri dan kanan, awal paragraf masuk 0,5 cm. Simpulan dan saran disajikan secara naratif.

9. Daftar Pustaka ber-Bahasa Indonesia, bentuk paragraf menggantung (0,5 cm) rata kanan dan kiri, mengacu pada Sistim Harvard, yaitu: penulis, tahun, judul buku, kota dan penerbit (untuk buku) dan penulis, tahun, judul artikel, nama jurnal (untuk jurnal).

Catatan: Judul tabel berada di atas tabel dengan posisi di

tengah, sedangkan judul gambar berada di bawah gambar dengan posisi di tengah.

Syarat artikel tinjauan hasil-hasil penelitian menyesuaikan dengan persyaratan di atas, namun menggunakan sistematika agak berbeda yaitu: judul, identitas penulis, abstrak, pendahuluan, telaah pustaka, pembahasan, serta simpulan dan saran. Dewan Redaksi

Page 3: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia iv

DAFTAR ARTIKEL Halaman 48-52:

PENGARUH POLA AKTIVITAS AKTIF IBU HAMIL TRIMESTER III TERHADAP PERCEPATAN PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF

Deasy Irawati

Halaman 53-62 ANALISIS KREATIVITAS LULUSAN DIII KEBIDANAN DALAM BERWIRAUSAHA

Kharisma Kusumaningtyas, Ali Madinah

Halaman 63-66 DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KEHAMILAN ISTRI PADA SUKU BATAK TOBA

Ivan Elisabeth, Agnes Purba

Halaman 67-70 STATUS EKONOMI RENDAH MENINGKATKAN KEJADIAN POST PARTUM BLUES

Fatimah Nuril Alifah, Gatut Hardianto, Lilik Herawati, Sunarsih Halaman 71-77

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PARTUS PREMATUR

Dina Isfentiani, Tatarini Ika Pipitcahyani, Rizqi Dyan Kurnia Dewi Halaman 78-82

GAMBARAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL Antarini

Page 4: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 48

PENGARUH POLA AKTIVITAS AKTIF

IBU HAMIL TRIMESTER III TERHADAP PERCEPATAN

PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF

Deasy Irawati (Poltekkes Kemenkes Surabaya, Prodi DIII Kebidanan Bangkalan)

ABSTRAK

Partus lama merupakan persalinan lebih dari 20 jam pada primigravida dan 14 jam pada multigravida. Kejadian partus lama masih sering terjadi. Faktor yang mempengaruhi partus lama yaitu power dimana faktor ini dipengaruhi oleh aktivitas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh aktivitas ibu hamil trimester III terhadap percepatan persalinan kala 1 fase aktif. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cohort menggunakan Probability Sampling secara Systematic Random Sampling dengan besar sampel 33. Variabel independen pola aktivitas aktif ibu hamil TM III dan variabel dependen percepatan persalinan kala 1 fase aktif. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan kohort, analisa data dengan uji statistic fisher exact dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan yang melakukan aktivitas aktif teratur dan terjadi percepatan persalinan 86,7%, sedangkan yang melakukan aktivitas aktif tidak teratur dan terjadi percepatan persalinan 100%. Setelah menggunakan uji fisher exact test menunjukkan nilai probability ρ (1,00) > α(0,05) sehingga Hₒ diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan tidak ada pengaruh pola aktivitas aktif ibu hamil TM III terhadap percepatan persalinan kala 1 fase aktif. Diharapkan ibu hamil melakukan antenatal care secara teratur, selain itu bisa dilatih dengan aktivitas fisik saat hamil yang dapat mencegah terjadinya partus lama.

Kata kunci: Aktivitas, Ibu Hamil, Persalinan

PENDAHULUAN

Kelahiran bayi merupakan saat yang sangat dinantikan oleh setiap pasangan orangtua, terutama pada kehamilan yang pertama. Situasi yang dinantikan namun, sering juga diwarnai kecemasan karena belum ada pengalaman terdahulu. Kelahiran bayi cukup bulan terjadi setelah usia kehamilan 37 minggu, namun sebelum mencapai usia tersebut bayi dapat terlahir secara prematur. Tentunya kondisi ini di luar keinginan dan harapan orangtua, sehingga kecemasan akan semakin meningkat. Prevalensi kelahiran bayi prematur di Indonesia termasuk tinggi, mencapai 7 hingga 14%, bahkan pada beberapa kabupaten mencapai 16%. Penyebab pasti kelahiran bayi prematur sampai saat ini belum diketahui. Ada korelasi yang positif antara kelahiran prematur dengan status sosioekonomi yang rendah. Pada keluarga dengan status ekonomi rendah kasus kurang gizi, anemia, dan penyakit pada ibu; perawatan pranatal tidak adekuat, adiksi obat; komplikasi obstetrik; dan riwayat inefisiensi reproduktif memiliki insiden kelahiran prematur yang tinggi (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000).

Ibu yang melahirkan bayi prematur memiliki pengalaman yang berbeda dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Persalinan prematur merupakan faktor risiko terjadinya depresi pasca melahirkan pada ibu. Sepuluh hingga lima puluh persen ibu mengalami depresi hingga dua minggu pasca persalinan (Kumar & Robson, 1984 dalam Madu & Roos, 2006). Kondisi ini akan mempengaruhi keberhasilan dalam perawatan bayi selanjutnya dan pencapaian peran maternal (maternal role attainment).

Peran maternal yang utama sebagai orangtua adalah memberikan asah (stimulasi), asih (kasih sayang) dan asuh (perawatan) untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Maternal role dapat dicapai secara bertahap, dimulai sejak masa kehamilan dengan tahap antisipasi, tahap formal setelah kelahiran bayi, tahap informal ibu mengembangkan cara yang unik

Page 5: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 49

dalam menjalankan peran dan tahap personal ibu mampu menginternalisasi peran (Tommey & Alligood, 2006). Pencapaian peran ini tidak lepas dari pengetahuan dan pengalaman ibu selama kehamilan dan persalinan. Segala informasi dan praktik dalam pengasuhan bayi yang didapatkan ibu merupakan bagian penting dalam pencapaian peran ini.

Maternal role attainment dipengaruhi oleh faktor ibu, faktor bayi, faktor dukungan sosial, dan faktor lain. Faktor primipara dapat menjadi penyebab tidak tercapainya maternal role. Ibu primipara yang melahirkan bayi prematur dapat mengalami kekhawatiran, kecemasan, ketakutan saat menghadapi persalinan maupun setelah persalinan. Kecemasan yang dirasakan umumnya khawatir tidak bisa merawat bayi yang tampak kecil dan lemah. Proses melahirkan mungkin diawali oleh kondisi kehamilan yang yang terganggu, seperti plasenta previa atau fetal distress. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi proses maternal role attainment. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain

analitik komparatif dengan pendekatan cross sectional pada dua kelompok ibu primipara yang melahirkan bayi cukup bulan dan ibu primipara yang melahirkan bayi prematur. Penelitian dilakukan di RSIA Melinda Kota Kediri selama bulan Agustus sampai dengan Oktober 2015. Sampel berjumlah 30 ibu primipara setelah minggu pertama melahirkan. Sampel diambil secara purposive, dengan rincian 24 ibu melahirkan bayi cukup bulan dan 6 ibu melahirkan bayi prematur. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: 1) ibu yang melahirkan pertama kali, 2) persalinan terjadi secara spontan per vaginam, 3) bersedia menjadi responden. Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian adalah ibu yang mengalami kondisi gawatdarurat dan harus mendapatkan perawatan intensif sehingga tidak dapat berinteraksi.

Karakteristik responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 1. Usia Responden

Rerata usia dalam tahun (SD)

Median Range

28.4 (SD+5.49) 26.0 20-38

Tabel 2. Pendidikan Responden

Tingkat Pendidikan n %

Dasar 3 10 Menengah 18 60

Tinggi 9 30

Tabel 3. Maturitas Maturitas Bayi

Maturitas Bayi

n %

Cukup Bulan 24 80 Prematur 6 20

Instrumen yang digunakan untuk

mengukur pencapaian peran maternal berupa kuesioner yang berisi kompetensi atau kemampuan ibu dalam menjalankan peran pengasuhan bayi sehari-hari. Kuesioner dibuat secara tertutup, terdiri atas 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”.

HASIL PENELITIAN

Penilaian pencapaian peran maternal ibu dilakukan berdasarkan skor jawaban kuesioner. Dari 30 responden didapatkan rerata skor Pencapaian Peran Maternal adalah 36,07, dengan skor tertinggi 39 dan skor terendah 30. Data untuk masing-masing kelompok responden disajikan sebagai berikut:

Tabel 4. Pencapaian Peran Maternal Primipara dengan Bayi Cukup Bulan dan Primipara dengan Bayi Prematur

Kelompok primipara

Nilai Minimum

Nilai Maksimum

Mean Standar Deviasi

p

Bayi cukup bulan

32 39 36.79 2.021

0.017

Bayi Prematur

30 36 33.17 2.563

Page 6: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 50

PEMBAHASAN

Pencapaian peran maternal merupakan bagian penting bagi seorang ibu untuk dapat membentuk identitas dalam pengasuhan anak. Pencapaian peran maternal dipengaruhi oleh interaksi antar komponen yang ada dalam sistem keluarga dalam berbagai tingkatan. Pada tingkat mikrosistem, pencapaian peran maternal dipengaruhi interaksi antara ibu, bayi dan ayah. Kondisi bayi yang lahir prematur dan kebijakan sistem perawatan untuk bayi prematur dapat menghambat proses interaksi antar ketiganya. Dengan demikian proses pencapaian peran maternal pada tahap formal dapat terhambat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok ibu dengan bayi cukup bulan, mendapatkan skor Pencapaian Peran Maternal di atas rerata, sedang kelompok ibu dengan bayi prematur seluruhnya mendapatkan skor Pencapaian Peran Maternal di bawah rerata. Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian peran maternal pada kedua kelompok terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,017).

Hasil yang sama didapat Zabielski (1994) bahwa pengenalan identitas peran ibu dengan bayi prematur mengalami penundaan sampai dua minggu pertama pasca persalinan. Ia mendapatkan bahwa sampai dengan minggu kedua, 62% kelompok ibu dengan bayi cukup bulan telah mampu mengenali identitas perannya, sedang pada kelompok ibu dengan bayi prematur baru 24% yang dapat mencapainya dalam waktu yang sama.

Tertundanya pengenalan identitas peran maternal dapat difahami karena pada masa ini bayi prematur masih memerlukan perawatan yang lebih intensif dibandingkan bayi cukup bulan, sehingga interaksi antara ibu dan bayi sedikit terhambat. Masalah yang banyak dialami ibu adalah kegagalan dalam memberikan Air Susu Ibu (ASI). Permasalahan ini mestinya dapat dikurangi dengan pengaturan atau pembuatan kebijakan sistem perawatan. Rustina (2003) mengidentifikasi

informasi yang paling dibutuhkan ibu selama bayi dirawat di RS antara lain: kondisi bayi, pemberian dan penyimpanan ASI, frekuensi minum, perawatan tali pusat, serta pengaturan posisi bayi.

International Lactation Consultant Association (ILCA, 2012) merekomendasikan tiga prinsip yang harus dilakukan guna mendukung sepuluh langkah keberhasilan menyusui untuk perawatan bayi di Neonatal Intensive Care Unit (NICU).

Prinsip yang pertama petugas mampu mengenali dan memahami kondisi individual ibu. Ibu dengan bayi prematur yang dirawat di NICU perlu mendapatkan dukungan guna mengatasi permasalahan yang dihadapinya, antara lain produksi ASI yang belum adekuat dan belum konsisten, keterlambatan dalam mengenali identitas peran, terpisahnya ibu dan bayi, dan kecemasan yang berhubungan dengan perawatan setelah pulang dari Rumah Sakit.

Prinsip kedua adalah dukungan pengaturan lingkungan guna penerapan Family-Centered Care(FCC). Penerapan konsep FCC ini akan memberikan dukungan dalam pencapaian peran maternal. Pengaturan dan desain ruang NICU diperlukan guna mendukung pelaksanaan “training “ bagi orangtua dalam merawat bayinya. Hal ini juga sangat memungkinkan untuk penerapan Neonatal Individualized Developmental Care and Assessment Program (NIDCAP).

Prinsip ketiga adalah pelaksanaan Continuity of Care yang dimulai sejak pre, peri, pascanatal hingga pasca pemulangan dari RS. Penerapan ketiga prinsip ini akan mendukung pencapaian keberhasilan dalam pemberian ASI selama bayi dirawat di NICU.

Faktor lain yang dapat menghambat pencapaian peran maternal adalah kondisi stress pada ibu pasca melahirkan. Chien-Chi Liu, dkk (2011) melaporkan bahwa kepercayaan diri dan kompetensi ibu dalam perawatan bayi baru lahir berpengaruh terhadap kondisi stress pasca melahirkan. Pendapat ini sesuai dengan hasil yang didapat

Page 7: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 51

peneliti, bahwa ibu dengan skor Pencapaian Peran Maternal di bawah rerata pada kedua kelompok, belum dapat menunjukkan kompetensinya dalam perawatan bayi baru lahir, seperti menggendong, mengganti popok, atau memandikan dan merawat tali pusat. Hal ini dilatarbelakangi oleh perasaan tidak berani, atau lebih tepatnya tidak percaya diri.

Ngai, Fei-Wan, dkk (2010) melaporkan di Hong Kong beberapa prediktor yang mempengaruhi pencapaian peran dan kepercayaan diri setelah melahirkan antara lain kemauan belajar, dukungan sosial, stress dan depresi yang dirasakan ibu. Lebih lanjut, mereka menyatakan perlunya mengembangkan upaya promosi kesehatan untuk mengembangkan kompetensi ibu guna mencapai kepercayaan diri dalam merawat bayi.

Yani, (2009) telah mengembangkan paket pendidikan “RINDU” untuk memberikan informasi dan pelatihan keterampilan bagi ibu untuk merawat bayi, dan didapatkan hasil adanya peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu dalam merawat bayi secara bermakna.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa: 1. Pencapaian peran maternal tahap

formal ibu primipara dengan bayi prematur berada di bawah rerata.

2. Sebagian besar ibu primipara dengan bayi cukup bulan mendapatkan pencapaian tahap formal peran maternal di atas rerata.

3. Pencapaian tahap formal peran maternal primipara dengan bayi prematur berbeda dengan kelompok primipara yang memiliki bayi cukup bulan. Selanjutnya diajukan saran sebagai

berikut: 1. Bagi pengembangan ilmu

pengetahuan, disarankan untuk pengembangan intervensi keperawatan yang berbasis Family-Centered care dan continuity of care yang dapat mendukung kompetensi

dan kepercayaan diri ibu primipara dalam perawatan bayi sehingga menunjang pencapaian peran maternal pada tahap formal.

2. Bagi tempat penelitian disarankan memberikan dukungan kepada primipara, terutama yang melahirkan bayi prematur, untuk memfasilitasi pencapaian peran maternal.

3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan melakukan penelitian yang dapat digeneralisasi sehingga memberikan kontribusi untuk pengembangan nursing theory khususnya untuk Maternal Role Attainment dan Becoming a Mother dari Ramona T. Mercer.

DAFTAR PUSTAKA Behrman, R.E., Kliegman, R. & Arvin,

A.M. (2000). Ilmu kesehatan anak Nelson. Volume 1E/15. Alih Bahasa: Wahab, A.S. Jakarta: EGC.

Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. (2005). Buku ajar keperawatan maternitas. Alih bahasa Maria A. Wijayarini & Peter I. Anugerah. Jakarta: EGC.

Budiarti, T., Subekti, I, dan Yani, ER. (2013). Pengalaman Primipara Merawat Bayi Prematur di Kota Kediri. Penelitian Risbinakes.

Chien-Chie Liu; Yueh-Chih Chen, Yen-Po Yeh, Yeu-Sheng Hshieh. (2011). Effect of maternal confidence and competence on maternal parenting stress in newborne care. Journal of Advance Nursing. Vol 68. Issue 4 pages 908–918, April 2012.

ILCA. 2012. Expantion of the ten steps to succesfull breastfeeding into Neonatal Intensive Care: expert group recommendasion for three guiding principles. Journal of Human Lactation 28 (3) 289-296.

Madu, S.N. & Roos, J.J. (2006). Depression among mother with preterm infant and their stress-coping strategies. http://findarticles.com diperoleh 14 Pebruari 2009.

Ngai, Fei Wan; Wai- Chi Chan, Sally; Ip, Wan-Yim. Predictors and correlates of maternal role competence and satisfaction. Nursing Research

Page 8: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 52

May/June 2010 - Volume 59 - Issue 3 - pp 185-193

Oktafiani,S. , Fajarsari, D., dan Mulidah, S (2013). Pengaruh Usia dan Konsep Diri terhadap pencapaian Peran Ibu saat Bayi Berusia 0-6 Bulandi Desa Bojongsari, Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga. Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 5 No. 1 Edisi Juni 2014, hlm. 33-42

Rustina, Y. (2003). Informasi yang dibutuhkan oleh para ibu Indonesia dalam merawat bayi yang lahir prematur. Jakarta: tidak dipublikasikan.

Sari, SH., dan Siregar, A.R., (2012) Peran Body-Image terhadap Penyesuaian Diri Perempuan Dewasa dini pada Kehamilan Pertama. Psikologia online vol. 7 No. 2. Hal: 48-55.

Tommey, A. M., & Alligood, M. R. (2006). Nursing theorist and their work. Sixth

edition. Philadelphia:

Mosby Company. WHO. (2002). Cangaroo mother care: A

practical guide. Geneva: Departeman of Reproductive Health and Research World Healt Organization.

Wong, D.L. (2004). Wong’s essential of pediatric nursing. St Louis, Missouri: Mosby Inc.

Yani, ER. (2009). Pengaruh paket pendidikan “RINDU” terhadap kesiapan ibu merawat bayi prematur setelah pulang dari rumah sakit di Kediri. Tesis Program magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Zabielski, MT. (1994). Recognition of maternal identity in preterm and fullterm mother. Maternal Child Nursing Journal Jan-Mar; 22 (1) :2-36.

Page 9: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 53

ANALISIS KREATIVITAS LULUSAN DIII KEBIDANAN

DALAM BERWIRAUSAHA

Kharisma Kusumaningtyas (Prodi DIII Kebidanan Bangkalan, Poltekkes Kemenkes Surabaya)

Ali Madinah (Prodi DIII Kebidanan Bangkalan, Poltekkes Kemenkes Surabaya)

ABSTRAK Seharusnya institusi pendidikan membentuk jiwa wirausaha pada mahasiswa secara dini tentang entrepreneurship. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan kreativitas berwirausaha, menggunakan rancangan cross sectional. Subyek penelitian adalah lulusan Politeknik Kesehatan Kemenkes surabaya Program Studi DIII Kebidanan Kampus Bangkalan periode 2014. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktualisasi diri berhubungan dengan inkubasi (p=0,009), inkubasi berhubungan dengan ide (p=0,009), inkubasi berhubungan dengan kreativitas berwirausaha (p=0,009), dan ide berhubungan dengan kreativitas berwirausaha (p=0,009). Sehingga disimpulkan bahwa kreativitas berwirausaha dari lulusan mahasiswa bidan berhubungan dengan aktualisasi diri, inkubasi, dan ide atau gagasan. Kata kunci: Aktualisasi Diri, Inkubasi, Ide, Kreativitas Berwirausaha

PENDAHULUAN Saat ini lulusan kebidanan sudah

sangat banyak, sedangkan perkiraan populasi penduduk Indonesia pada tahun 2012 adalah 250 juta jiwa. Maka kebutuhan pada saat itu adalah 250 ribu orang tenaga bidan untuk didistribusikan ke seluruh Indonesia. Menurut catatan dari Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, saat ini sudah ada 200-an ribu lulusan kebidanan dan sudah 101 ribu yang terdaftar sebagai anggota Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. Dari sekitar 726 Akademi Kebidanan, 3 Universitas dengan jurusan S-1 Kebidanan dan 2 universitas untuk S-2 Kebidanan, maka tiap tahun ada 29 ribu bidan baru. Perbandingan tersebut, diperkirakan pada tahun 2015 akan terjadi surplus bidan (Harni, 2012).

Semua lulusan menginginkan dan menggantungkan nasib untuk menjadi Pegawai Negri Sipil (PNS). Kuota untuk PNS tidak besar. Maka, terjadi perbandingan antara peminat dengan kuota tidak sebanding. Selain menginginkan menjadi PNS para lulusan cenderung ingin bekerja langsung di puskesmas, rumah sakit, atau di Bidan Praktik Mandiri. Para lulusan tidak ada keinginan untuk membuka peluang lapangan pekerjaan mandiri. Seharusnya mereka tetap bisa berdaya guna dengan memanfaatkan bidang entrepreneur atau kewirausahaan berdasarkan keahlian yang dimiliki. Banyak bidang kewirausahaan yang bisa lulusan bidan kembangkan diantaranya bidang perawatan rumah tangga (home care atau bidan care), konsultasi untuk remaja maupun ibu-ibu, membuka senam ibu hamil dan ibu nifas, membuka catering MPASI untuk balita (Endang, 2012).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada lulusan bidan di Program Studi DIII Bangkalan pada periode tahun 2013-2014 pada bulan Januari 2016 dari 78 lulusan, peneliti mengambil sampel 15 responden yang sudah bekerja menggunakan metode wawancara. Dari 15 responden yang dikaji, hanya sedikit

Page 10: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 54

yang berkeinginan menjadi wirausahawan. Dari pengakajian diperoleh hasil 2 orang (13,3%) memiliki wacana atau keinginan untuk berwirausaha, namun belum memulai usahanya dan masih berstatus magang di Bidan Praktik Mandiri, 1 orang (6,7%) diantaranya sudah berwirausaha dengan membuka praktik mandiri dirumah dan sudah memiliki pasien namun belum memiliki surat izin karena persyaratan yang kurang, sedangkan 12 orang (80%) sisanya belum memiliki keinginan atau rencana untuk berwirausaha serta masih magang di Bidan Praktik Mandiri dan bekerja di Rumah Sakit.

Dari beberapa hasil wawancara kepada responden, banyak penyebab para lulusan tidak memanfaatkan peluang untuk berwirausaha. Penyebab tersebut diantaranya karena adanya faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi minat untuk berwirausaha adalah kurangnya percaya diri akan kemampuan yang dimiliki para lulusan, memiliki kemauan namun tidak memiliki ide untuk berwirausaha, tidak berani mengambil risiko, tidak ada keinginan ataupun dorongan yang kuat (motivasi) dari masing-masing individu. Sedangkan dari faktor eksternal, penyebab yang dianggap dominan adalah kurangnya biaya, tempat, tidak memiliki banyak jaringan sosial dengan orang lain sehingga tidak memiliki gambaran tentang wirausaha, serta pengaruh dari lingkungan yang menggambarkan kesuksesan menjadi PNS.

Apabila hanya sedikit para lulusan yang berusaha mengembangkan kemampuan kewirausahaan kemudian melihat dari realita yang ada, maka hal tersebut akan menambah angka pengangguran. Di Indonesia ada sekitar 14,7 persen sarjana masih belum bekerja, bahkan cenderung dari mereka sebelum ada informasi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) rela menganggur dan tidak ada ide menciptakan lapangan kerja atau berwirausaha (Kasim, 2012). Bahkan beberapa diantaranya rela membayar atau menyuap untuk bisa mendapat

pekerjaan dengan imbalan yang tidak sebanding dengan biaya yang sudah dikeluarkan. Selain itu saat ini jumlah tenaga kerja bidan sangat banyak pada beberapa puskesmas, rumah sakit dan tempat pelayanan kesehatan yang lainnya. Perbandingan pasien dengan tenaga kesehatan tidak sebanding sehingga tugas pokok dan fungsi dari masing-masing individu kurang optimal. Tidak jarang pula para lulusan bidan yang pada akhirnya bekerja keluar dari jalur dan kemampuan atau ijazah yang dimiliki.

Untuk menanggapi permasalahan tersebut seharusnya institusi atau pendidikan membentuk jiwa wirausaha pada mahasiswa secara dini tentang entrepreneurship, karena dengan adanya pembelajaran tersebut diharapkan akan memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kewirausahaan, serta meningkatkan kemampuan dalam menganalisis profil kewirausahaan, etika kewirausahaan, dimensi global kewirausahaan, serta meningkatkan kreativitas melalui pola pikir kewirausahaan (Entrepreneur Mind) dalam rangka membantu untuk mewujudkan gagasan/ ide menjadi realitas. Mengingat kewirausahaan dijadikan kompetensi inti guna meningkatkan kemampuan bersaing, perubahan, inovasi, pertumbuhan dan daya tahan usaha, perusahaan. Kewirausahaan dapat digunakan untuk kiat bisnis jangka pendek dan jangka panjang sebagai kiat kehidupan secara umum (Kristanto, 2009). METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan Cross Sectional. Variabel independen adalah aktualisasi diri, variabel intervening adalah proses inkubasi dan ide atau gagasan, serta variabel dependen adalah kreativitas dalam berwirausaha. Populasi penelitian adalah lulusan Politeknik Kesehatan Kemenkes surabaya Program Studi DIII Kebidanan Kampus Bangkalan periode 2014. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan bentuk tertutup. Analisis data

Page 11: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 55

menggunakan tabel frekuensi. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-April 2016. HASIL PENELITIAN Aktifitas Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa aktifitas pada Lulusan Politeknik Kesehatan Program Studi DIII Kebidanan Bangkalan periode tahun lulus 2014, rata-rata aktifitas responden adalah bekerja atau magang dalam satu profesi (68,18%). Untuk lebih jelasnya lihat tabel 2 berikut :

Tabel 1. Distribusi aktifitas Lulusan Politeknik Kesehatan Program Studi DIII

Kebidanan Bangkalan tahun 2014

Aktifitas Frekuensi Persen

Melanjutkan kuliah Bekerja 1 profesi

Bekerja di luar profesi Tidak bekerja

13 30 1 0

29.55 68.18 2,27

0

Total 44 100 %

Penyebaran Lulusan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata lulusan DIII Kebidanan saat ini berada di daerah Surabaya/Sidoarjo sebanyak (59.09%).

Tabel 2. Wilayah penyebaran Lulusan Politeknik Kesehatan Program Studi DIII

Kebidanan Bangkalan tahun 2014

Wilayah Frekuensi Persen

Magetan Kediri Blitar Surabaya/Sidoarjo Bangkalan Pamekasan Sampang Sumenep Di Luar Jawa Timur

1 1 1

26 3 5 5 2 0

2.27 2.27 2.27

59.09 6.83

11.36 11.36 4.55

0

Total 44 100

Aktualisasi Diri

Data distribusi frekuensi berdasarkan aktualisasi diri diperoleh hasil terbanyak

lulusan DIII Kebidanan dengan aktualisasi diri yang tinggi sebanyak 65,91% dan dengan hasil terendah pada lulusan yang memiliki aktulisasi diri rendah sebanyak 6,82%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3. Proses Inkubasi

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 44 responden diperoleh hasil rata-rata lulusan DIII Kebidanan mengalami proses inkubasi yang cepat (45,45%) dan hasil terendah lulusan mengalami proses inkubasi lambat (11,36%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Ide atau gagasan.

Berdasarkan hasil pengolahan data hasil jawaban kuesioner diperoleh hasil terbanyak pada responden dengan ide atau gagasan yang cukup baik (50%) dan hasil terendah responden yang memiliki ide atau gagasan yang kurang baik (4,55%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Kreativitas

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data didapatkan rata-rata lulusan DIII Kebidanan memiliki kreativitas berwirausaha yang tinggi (47,73%) dan sebagian kecil lulusan memiliki kreativitas berwirausaha rendah (18,18%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Aktualisasi diri, ide, dan kreativitas Lulusan

No Variabel Persen

1 Aktualisasi Diri Tinggi 65,91 2 Aktualisasi Diri Rendah 6,82 3 Proses Inkubasi cepat 45,45 4 Proses Inkubasi Lambat 11,36 5 Ide atau gagasan baik 50 6 Ide atau gagasan kurang

baik 4,55

7 Kreativitas berwirausaha tinggi

47,73

8 Kreativitas berwirausaha rendah

18,18

Page 12: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 56

Tabel 4. Analisis item masing-masing variabel

No Variabel Rerata

1 Aktualisasi Diri Pengambilan keputusan berdasarkan pemikiran sendiri

1

2 Proses Inkubasi Berupaya konsultasi atau sharing terhadap orang yang lebih sukses

2,65

3 Ide atau gagasan baik Merasa enjoy dengan pekerjaan sebagai seorang bidan

0,95

4 Kreativitas berwirausaha tinggi Mengikuti seminar untuk menambah informasi dan wawasan.

2,59

Hubungan aktualisasi diri dengan proses inkubasi

Tabel 5. Hubungan aktualisasi diri dengan proses inkubasi

Aktualisasi diri

Proses inkubasi Total

Lambat Cukup Cepat

% % % %

Rendah 100 0 0 100

Sedang 16.67 0.50 33.33 100

Tinggi 0 44.83 55.17 100

Total 11.36 43.18 45.46 100

Uji Statistik Spearman Rank Test α = 0.1 Sig = 0.009

Berdasarkan tabel 5, responden

yang memiliki aktualisasi diri rendah mengalami proses inkubasi lambat sebesar 100%. Lulusan yang memiliki aktualisasi diri tinggi mengalami proses inkubasi cepat sebesar 55.17%.

Hubungan proses inkubasi dengan kreativitas dalam berwirausaha

Tabel 6. Hubungan proses inkubasi terhadap kreativitas dalam berwirausaha

Proses Inkubasi

Kreativitas Total

Rendah Sedang Tinggi

% % % %

Lambat 80 20 0 100

Cukup 0 63.16 36.84 100

Cepat 20 10 70 100

Total 18.18 34.09 47.73 100

Uji Statistik Spearman Rank Test α = 0.1 Sig = 0.009

Berdasarkan tabel 6, responden yang mengalami proses inkubasi lambat memiliki kreativitas berwirausaha yang rendah sebesar 80%, serta dari lulusan yang mengalami proses inkubasi cepat memiliki kreativitas berwirausaha yang tinggi sebesar 70%.

Hubungan aktualisasi diri dengan ide

Tabel 7. Hubungan aktualisasi diri dengan ide

Aktualisasi diri

Ide atau gagasan Total

Kurang Cukup Baik

% % % %

Rendah 33.33 66.67 0 100

Sedang 0 58.33 41.67 100

Tinggi 3.45 37,93 58.62 100

Total 4.54 45.46 50 100

Uji Statistik Spearman Rank Test α = 0.1 Sig = 0.009

Berdasarkan tabel 7, responden dengan aktualisasi rendah yang memiliki ide atau gagasan kurang sebesar 33.33%, serta dari lulusan dengan aktualisasi tinggi yang memiliki ide atau gagasan baik sebesar 50%.

Hubungan ide dengan kreativitas dalam berwirausaha

Tabel 8. Hubungan ide dengan kreativitas dalam berwirausaha

Ide atau gagasan

Kreativitas Total

Rendah Cukup Tinggi

% % % %

Kurang 100 0 0 100

Cukup 15 50 35 100

Baik 13.63 22.73 63.64 100

Total 18.18 34.09 47.73 100

Uji Statistik Spearman Rank Test α = 0.1 Sig = 0.009

Berdasarkan tabel 8, responden yang memiliki ide atau gagasan kurang dengan kreativitas berwirausaha yang rendah sebesar 100%, serta dari lulusan DIII Kebidanan yang memiliki ide atau gagasan yang baik sehingga memiliki kreativitas berwirausaha yang tinggi sebesar 47.73%.

PEMBAHASAN

Aktualisasi diri

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Lulusan Politeknik

Page 13: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 57

Kesehatan Program Studi DIII Kebidanan Bangkalan menggambarkan bahwa rata-rata lulusan DIII Kebidanan memiliki aktualisasi diri yang tinggi dengan persentase (65.91%). data yang diperoleh ditunjang oleh nilai tertinggi pada pilihan jawaban dari rekapitulasi data kuesioner yang telah diisi oleh para lulusan DIII Kebidanan pada item pernyataan tabel 4, nomor 1 dengan rata-rata skor 1 yaitu pengambilan keputusan oleh berdasarkan pemikiran sendiri. Para lulusan DIII Kebidanan memiliki kebutuhan akan pengakuan diri yang tinggi hal ini berkaitan dengan upaya menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki atau diperoleh mulai dari bangku kuliah. Berbagai pengalaman, pembelajaran teori maupun praktek yang diperoleh pada masa pendidikan menjadikan para lulusan lebih percaya diri dalam mengambil keputusan berdasarkan pemikiran atau pengalamannya sendiri, mengerjakan apa yang dikatakan benar sehingga memperoleh hasil yang memuaskan dan diharapkan dari hasil tersebut demikian para lulusan DIII Kebidanan akan terus termotivasi untuk mengembangkan inovasi agar mendapatkan pengakuan diri yang lebih. Hal ini sesuai dalam teore tes Personal Orientation Inventory (POI) yang disusun oleh L.Shostrom, 1964 (Craighead, 2001) untuk mengukur aktualisasi diri seseorang salah satunya Feeling reactivity yaitu individu dalam penelitian ini adalah lulusan DIII Kebidanan mampu mengambil keputusan berdasarkan pemikiran atau pengalamannnya sendiri, mengerjakan apa yang dirasakan benar sebagai bukti keyakinannya untuk mengarahkan tingkah laku yang memuaskan yang merupakan upaya untuk memperoleh pengakuan diri yang lebih dari orang lain.

Proses Inkubasi

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, rata-rata Lulusan Politeknik Kesehatan Program Studi DIII Kebidanan Bangkalan tahun lulus 2014 memiliki proses inkubasi yang cepat

yaitu (45.45%). Data yang menjadi penunjang dari pernyataan tersebut terdapat pada nilai pilihan jawaban tertinggi dari rekapitulasi data dimana dilakukan analisis setiap item pertanyaan. Sehingga didapatkan nilai tertinggi pada tabel 4, item no 2 dengan rata-rata skor 2,65 bahwa lulusan berupaya berkonsultasi atau sharing terhadap orang yang lebih sukses.

Mempercepat atau menginduksi proses inkubasi dapat diupayakan dengan memenuhi tahapan yang ada di dalam teori. Salah satu tahapan tersebut adalah berupaya sharing kepada orang yang lebih sukses, dengan demikian pembelajaran serta pengalaman yang pernah dialami orang yang terlebih dahulu sukses dapat dijadikan pacuan serta pengetahuan dalam menghasilkan suatu terobosan baru khususnya dalam berwirausaha sesuai dengan profesi yang dimiliki, yaitu profesi kebidanan.

Hal ini sesuai dengan teore Kuratko dan Hodgetts, 2007 (Kristanto, 2009) mengenai beberapa tahapan yang dapat dilakukan calon wirausaha guna mempercepat atau menginduksi proses inkubasi diantaranya kembali dan rileksasi ke permasalahan dasar. Pemikiran yang tenang dan terlepas dari semua beban masalah akan memudahkan seseorang untuk berfikiran lebih jernih hal ini juga dapat dibantu dengan sharing kepada orang yang lebih sukses untuk diambil pelajaran atau pengalaman sebagai modal untuk menambah referensi dalam menjalani proses inkubasi guna menghasilkan inovasi.

Ide atau Gagasan

Berdasarkan hasil penelitian yang ada menyebutkan bahwa rata-rata Lulusan Politeknik Kesehatan Program Studi DIII Kebidanan Bangkalan tahun lulus 2014 memiliki ide atau gagasan yang baik yaitu (50%). Data tersebut ditunjang dari hasil analisis dari masing-masing pernyataan yang ada di dalam kusioner, bahwa nilai tertinggi pilihan jawaban pada tabel 4 item nomor 3 dengan rata-rata skor 0,95 yaitu Lulusan DIII Kebidanan merasa enjoy dengan

Page 14: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 58

pekerjaan profesi menjadi seorang bidan.

Proses menghasilkan ide atau gagasan yang baik dapat diperoleh ketika melakukan pekerjaan dengan enjoy dan tanpa ada unsur paksaan, dengan demikian pikiran juga terasa tenang dan nyaman, dengan pikiran yang tenang dan suasana yang nyaman sehingga dapat berimajinasi kemudian menghasilkan ide atau gagasan yang baik terutama dalam menghadapi persaingan dunia kerja khususnya dalam profesi bidan sehingga mampu menghasilkan inovasi dengan membuka peluang melalui bidang kewirausahaan.

Dari pernyataan diatas, perasaan enjoy dengan pekerjaan menjadi seorang bidan sesuai dengan teore Kuratko dan Hodgetts, 2007 (Kristanto, 2009) yang menyatakan beberapa cara untuk mempercepat terjadinya fase dalam menghasilkan ide atau gagasan yang terjadi secara bertahap di dalam diri seseorang salah satunya adalah Work in leisure environtment yang berarti bekerja di lingkungan yang tidak menekan. Enjoy merupakan perasaan yang nyaman dengan lingkungan maupun profesi yang dimiliki, sehingga pekerjaan yang dilakukan tidak merasa seperti tertekan. Kreativitas Dalam Berwirausaha

Berdasarkan hasil penelitian yang ada, menyebutkan bahwa sebagian besar Lulusan Politeknik Kesehatan Program Studi DIII Kebidanan Bangkalan tahun lulus 2014 memiliki kreativitas dalam berwirausaha yang tinggi yaitu (45.45%). Hal ini dapat didukung dari data yang diperoleh hasil analisis pada masing-masing item pernyataan yang disusun berdasarkan unsur-unsur kreativitas dalam berwirausaha dengan rata-rata skor tertinggi pada tabel 4, item no 4 dengan hasil 2,59 bahwa lulusan DIII Kebidanan kreatif mengikuti seminar untuk menambah informasi dan wawasan.

Keterampilan kreatif lulusan bidan dalam mengikuti seminar guna menambah informasi dan wawasan merupakan suatu minat yang baik.

Karena dengan berkembangnya jaman tentu harus diikuti dengan perkembangan kreativitas di dalam diri yang salah satunya dengan terus mengembangkan serta memperbarui ilmu pengetahuan yang dimiliki. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang dimiliki, sehingga para lulusan DIII Kebidanan dapat mencari peluang yang dapat dilakukan dalam menghadapi persaingan dunia kerja sebagai profesi menjadi seorang bidan.

Dalam pernyataan di atas pada pernyataan lulusan memiliki minat untuk mengikuti seminar guna menambah informasi dan wawasan sesuai dengan teore menurut Munandar dalam bukunya yang berjudul Pengembangan Emosi dan Kreativitas (2004), yang menyatakan kreativitas adalah suatu konstruk multidimensional yang terdiri dari beberapa dimensi salah satunya adalah dimensi psikomotor yaitu keterampilan kreatif yang dapat diartikan keterampilan dalam mengikuti berbagai seminar yang berhubungan dengan profesi bidan yang dapat mengembangkan ide dan cara-cara baru mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan menemukan peluang atau kesempatan (Sunaryo, 2004). Pengaruh Aktualisasi Diri Terhadap Proses Inkubasi

Dari hasil analisis statistik dengan Rank Spearman dengan nilai signifikan 0,1 menunjukkan bahwa ada pengaruh antara aktualisasi diri terhadap proses inkubasi. Berdasarkan data yang diperoleh pada Lulusan Politeknik Kesehatan Program Studi DIII Kebidanan Bangkalan tahun lulus 2014 dari hasil jawaban pada kuesioner rata-rata lulusan yang memiliki aktualisasi diri yang tinggi akan mengalami proses inkubasi yang cepat dengan persentase (55,17%).

Kebutuhan akan pengakuan diri seseorang (aktualisasi diri) merupakan suatu kebutuhan dasar yang ada pada setiap manusia walaupun sering terhambat atau terpendam, hal merupakan tantangan yang akan mendorong seseorang untuk berfikir

Page 15: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 59

kreatif serta menghasilkan suatu inovasi, agar dapat diterima oleh umum. Namun untuk mencapai suatu suatu kreativitas tentu terdapat proses kreativitas, dimana dalam penelitian ini unsur proses kreativitas adalah proses inkubasi. Proses inkubasi yang merupakan proses mengaitkan informasi, pengalaman dan pengetahuan kemudian seseorang akan berimajinasi sehingga muncul suatu pemikiran kreatif dalam menyeleseikan suatu permasalahan tersebut. Dengan demikian aktualisasi diri seseorang yang pada dasarnya dimiliki setiap manusia agar bisa diterima oleh masyarakat secara umum akan mempengaruhi proses inkubasi sehingga dapat berkembang menjadi matang dalam menemukan peluang-peluang atau kesempatan.

Pernyataan tersebut di atas sesuai dengan teore yang ada berdasarkan pendapat tokoh Kuratko dan Hodgetts, 2007 (Kristanto, 2009) yang menyatakan bahwa beberapa alasan yang mempengaruhi seseorang untuk memiliki kreativitas dalam berwirausaha dipengaruhi oleh kebutuhan akan pengakuan diri. Dalam hal ini termasuk dalam variabel aktualisasi diri, sebelum seseorang berfikir kreatif dan menghasilkan suatu inovasi, aktualisasi diri akan mempengaruhi proses kreativitas yang di dalam penelitian ini membahas tentang proses inkubasi dimana pengertian dari proses inkubasi menurut Machfoedz dan Machfoedz, 2004 (Daryanto, 2012) merupakan proses dimana mengaitkan pengetahuan dan pengalaman yang telah terakumulasi yang berhubungan dengan pengamatan dan pencarian informasi. Pengaruh Proses Inkubasi Terhadap Kreativitas Dalam Berwirausaha

Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan uji Rank Spearman dengan nilai signifikan 0,1 menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh antara variabel proses inkubasi terhadap kreativitas dalam berwirausaha.

Kreativitas seseorang dapat dipelajari sehingga untuk menjadi seseorang yang kreatif bukan semata-mata bawaan dari lahir, dan untuk memperoleh kreativitas yang tinggi seseorang berupaya untuk meningkatkan proses, proses yang bisa diupayakan salah satunya adalah proses inkubasi dimana seseorang akan berupaya untuk mencari suatu masalah kemudian mengaitkan berbagai informasi, pengetahuan dan pengalaman untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Hal ini sesuai dengan teore yang ada yaitu menurut Kuratko dan Hodgetts, 2007 (Wahyudi, 2012) yang menyatakan adanya pengaruh antara proses inkubasi terhadap kreativitas. Di mana proses inkubasi merupakan rangkaian dalam proses kreativitas untuk peringkat awal yaitu mengumpulkan dan menghimpun data serta bahan yang diperlukan untuk penyelesaian sesuatu permasalahan atau pemikiran kreatif sehingga menghasilkan inovasi serta kreativitas dalam berwirausaha.

Pengaruh Aktualisasi Diri Terhadap Ide atau Gagasan

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Rank Spearman dengan nilai signifikan 0,1 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara aktualisasi diri terhadap ide atau gagasan.berdasarkan Hasil pengolahan data menggunakan SPSS yang menunjukkan hasil sig 2-tailed adalah 0,124 yang berarti lebih besar dari nilai signifikan yang sudah ditentukan. Dengan demikian hipotesis tidak diterima.

Kebutuhan akan pengakuan diri seseorang (aktualisasi diri) tidak berpengaruh terhadap ide tau gagasan mungkin dipengaruhi oleh beberapa aspek. Setiap orang memiliki aktualisasi diri, karena aktualisasi diri merupakan kebutuhan hidup manusia dalam tingkatan yang paling tinggi menurut teore Hierarki Maslow, namun tidak selalu mendorong seseorang untuk menemukan suatu ide atau gagasan baru dalam menemukan peluang atau

Page 16: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 60

berfikir kreatif. Proses antara masing-masing individu satu dengan yang lain tidak selalu sama dan pendekatan pun ada kalanya berbeda. Tidak adanya pengaruh antara aktualisasi diri terhadap ide atau gagasan dapat disebabkan karena di dalam tantangan dan pengembangan terdapat aktualisasi diri dan hal yang lain, sehingga aktualisasi bukan satu-satunya yang dapat mempengaruhi seseorang dalam proses kreativitas.

Tidak adanya pengaruh antara aktualisasi diri terhadap ide atau gagasan juga dapat ditunjukkan oleh teore menurut plato yang menyatakan ide tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Ide atau gagasan tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung pada ide. Ide atau gagasan adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Ide atau sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita. Sehingga aktualisasi diri tidak mempengaruhi idea tau gagasan.

Pengaruh Ide atau Gagasan Terhadap Kreativitas Dalam Berwirausaha

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan Rank Spearman dengan nilai signifikan 0,1 menunjukkan bahwa ada pengaruh antara ide atau gagasan terhadap kreativitas dalam berwirausaha.

Pengaruh ide atau gagasan yang merupakan respon seseorang dalam memecahkan suatu masalah yang telah teridentifikasi di masyarakat terhadap kreativitas dalam berwirausaha merupakan langkah awal yang sesuai dalam mengubah menjadi peluang-peluang dan kesempatan yang dapat diambil sehingga menghasilkan inovasi dengan cara yang berbeda. Kemampuan menghasilkan solusi yang kreatif atas kebutuhan atau masalah merupakan suatu indikator untuk melihat suatu keberhasilan individu untuk menjadi seorang yang kreatif dalam menghasilkan suatu inovasi. Ide atau gagasan merupakan suatu alat yang harus dikembangkan dan diubah

menjadi peluang di dalam hal ini seseorang akan dapat mengembangkan kreativitas di dalam dirinya.

Di dalam teore Zimmerer, dkk (Wijatno, 2009) mengungkapkan hubungan antara ide atau gagasan dengan kreativitas adalah, kreativitas merupakan kemampuan berfikir untuk mengembangkan ide-ide baru dan dan untuk menemukan cara-cara baru untuk melihat masalah dan kesempatan. Sehingga ide atau gagasan yang dihasilkan akan menumbuhkan suatu kreativitas dalam mengembangkan peluang-peluang yang ada. Dengan kreativitas seorang wirausaha mampu menampilkan inovasi yang merupakan solusi kreatif terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau mengembangkan kehidupan berdasarkan ide atau gagasan yang dimiliki, hal ini diungkapkan Wijatno (Wijatno, 2011). Sehingga semakin baik ide atau gagasan yang dimiliki seseorang maka akan semakin tinggi kreativitas dalam berwirausaha dalam hal ini berarti dapat menemukan peluang atau kesempatan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan: 1) Lulusan Politeknik Kesehatan Program Studi DIII Kebidanan Bangkalan tahun lulus 2014 rata-rata memiliki aktualisasi diri yang tinggi. 2) Lulusan Politeknik Kesehatan Program Studi DIII Kebidanan Bangkalan tahun lulus 2014 sebagian mengalami proses inkubasi dalam kategori proses inkubasi yang cepat. 3) Lulusan Politeknik Kesehatan Program Studi DIII Kebidanan Bangkalan tahun lulus 2014 rata-rata memiliki ide atau gagasan dalam kategori baik. 4) Lulusan Politeknik Kesehatan Program Studi DIII Kebidanan Bangkalan tahun lulus 2014 sebagian memiliki kreativitas dalam berwirausaha dalam kategori tinggi. 5) Aktualisasi diri lulusan berpengaruh terhadap proses inkubasi pada Lulusan Politeknik Kesehatan Program Studi DIII Kebidanan Bangkalan tahun lulus 2014. 6) Proses inkubasi berpengaruh

Page 17: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 61

terhadap kreativitas dalam berwirausaha pada Lulusan Politeknik Kesehatan Program Studi DIII Kebidanan Bangkalan tahun lulus 2014. 7) Aktualisasi diri tidak berpengaruh terhadap ide atau gagasan pada Lulusan Politeknik Kesehatan Program Studi DIII Kebidanan Bangkalan tahun lulus 2014. 8) Ide atau gagasan berpengaruh terhadap kreativitas dalam berwirausaha Lulusan Politeknik Kesehatan Program Studi DIII Kebidanan Bangkalan tahun lulus 2014. Sehingga disarankan :1) Bagi Institusi pendidikan perlu ditingkatkan dalam pembelajaran terutama dalam bidang kewirausahaan kemudian dievaluasi hasil pembelajaran yang telah diberikan untuk mencetak para lulusan DIII Kebidanan yang memiliki jiwa entrepreneur, dalam upaya persiapan menghadapi persaingan dunia kerja dalam profesi kebidanan. Sehingga memiliki keunggulan serta mampu bersaing di dalam dunia kerja terutama mempersiapkan diri di era globalisasi tahun 2015 mendatang. 2) Bagi peneliti selanjutnya perlu penelitian lanjut mengenai kreativitas dalam berwirausaha pada lulusan DIII Kebidanan dari segi aspek yang lain, agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik serta dapat menyempurnakan hasil penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA

Adhi, S. Ariwibowo. dkk. (2009). Entrepreneur Intelligence Series. PT Alex Media Komputindo : Jakarta

Alimul, Aziz. (2011). Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Salemba Medica : Jakarta

Arikunto, Suharsimi. (2010). Procedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta : Jakarta

Casson, Mark. (2012). Entrepreneurship Teori, Jejaring, Sejarah. PT Raja Gravindo : Jakarta

Craighead, Edward, dkk. (2001). The Corsini Encyclopedia of Psychology and Behavioral Science, Volume 4 : Canada

Daryanto. (2012). Menggeluti Dunia Wirausaha. Gava Media : Yogyakarta

Daryanto. (2012). Pendidikan Kewirausahaan. Gava Media : Yogyakarta

Harni. (2012). Indonesia Akan Mengalami Surplus Bidan Pada 2015. [Internet] bersumber dari http://health.detik.com [diakses Januari 2016]

Jarvis, Matt. (2007). Teori - Teori Psikologi. Nusamedia dan Nuansa : Bandung

Kasim, Musliar. (2012). PT Ciptakan Lulusan Berjiwa Wirausaha. [Internet] bersumber dari http://www.menkokesra.go.id [diakses Januari 2016]

Kristanto, R. Heru. (2009). Kewirausahaan Entrepreneurship Pendekatan Manajemen dan Praktik. Graha Ilmu : Yogyakarta

Kemenkes RI, (2011). Kurikulum Inti Pendidikan DIII Kebidanan. Jakarta

Munandar, Utami. (2004). Pengembangan Kreativitas. PT Rineka Cipta : Jakarta

Notoadmodjo, S. (2005). Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta

Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta

Rahmat, Ioanes. (2009). Sokrates Dalam Tetralogi Plato Sebuah Pengantar dan Terjemahan Teks. PT. Gramedia: Jakarta

Resmiati, S. Endang. (2012). Entrepreneur Bagi Bidan & Tenaga Kesehatan. bersumber dari Seminar Entrepreneur Tenaga Kesehatan. Surabaya [09 Desember 2012]

Saiman, Leonardus. (2009). Kewirausahaan Teori, Praktik, dan Kasus-kasus. Salemba Empat : Jakarta

Soenaryo. (2002). Psikologi Untuk Keperawatan. EGC : Jakarta

Soeryanto, Eddy (2009). Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung. PT Alex Media Komputindo : Jakarta

Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung

Sulistyo, Budi. Dkk. (2010). MDGS Sebentar Lagi Sanggupkah Kita

Page 18: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 62

Menghapus Kemiskinan Didunia. PT Kompas Media Nusantara : Jakarta

Sunyoto, Danang. dkk. (2011). Perilaku Organisasional. CAPS : Jakarta

Videbeck, Sheila. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta

Wahyudi, Sandi. (2011). ENTREPRENEURIAL MINDSET: Creative & Innovative. Internet. http://share.ciputra.ac.id [di akses Februari 2016].

Wijatno, Serian. (2009). Pengantar Entrepreneurship. Grasindo:Jakarta

Wijayanto. (2012). Pengantar Manajemen. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Page 19: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 63

DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KEHAMILAN ISTRI PADA SUKU

BATAK TOBA

Ivan Elisabeth (Universitas Sari Mutiara Indonesia)

Agnes Purba (Universitas Sari Mutiara Indonesia)

ABSTRAK

Batak Toba adalah suku mayoritas di Kabupaten Samosir, yang menganggap bahwa periksa kehamilan, melahirkan dan anak merupakan urusan perempuan, suami lebih banyak berkumpul di Lapo Tuak bersama teman-teman dari pada mengajak istri periksa kehamilan. Budaya Batak Toba ini sudah berakar sejak dahulu kala sehingga menyebabkan rendahnya cakupan kunjungan ANC dan kehamilan istri menjadi berisiko tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberdayaan Hula-Hula terhadap dukungan suami pada kehamilan istri di Suku Batak Toba. Penelitian ini dilakukan selama 2 tahapan, tahapan 1 menggunakan jenis penelitian deskriftif dengan populasi penelitian semua ibu hamil di Puskesmas Buhit dan Limbong Kabupaten Samosir. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling yaitu seluruh ibu hamil trimester 1 (usia kehamilan ≥ 10 minggu) dengan jumlah 32 orang di Puskesmas Limbong dan 42 orang di Puskesmas Buhit. Pengumpulan data dilakukan melalui kuisioner, observasi dan studi dokumen. Analisis data menggunakan statistik deskriftif yaitu distribusi frekuensi dan pengukuran sentral tendensi. Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas dukungan suami di Puskesmas Limbong dalam kategori cukup dan dukungan suami di Puskesmas Buhit juga mayoritas dalam kategori cukup. Kata Kunci: Batak Toba, Dukungan Suami, kehamilan

PENDAHULUAN

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator kesehatan reproduksi perempuan. AKI di Indonesia dalam dekade terakhir mengalami peningkatan dari 307/100.000 kelahiran hidup tahun 2007 menjadi 359/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 (Riskesdas, 2013). Tingginya AKI menunjukkan rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan. Angka cakupan kunjungan ibu hamil (K4) di Kabupaten Samosir selama 3 tahun terakhir di bawah 90% dari target MDGs. Tahun 2007 sebesar 52,77%, tahun 2008 sebesar 48,69% dan tahun 2009 sebesar 67,05% (Dinkes Kabupaten Samosir, 2014), sedangkan sesuai standar, ibu hamil harus melakukan kunjungan ANC minimal 4 kali selama kehamilan dengan jadwal kunjungan pertama sebelum kehamilan 14 minggu, kunjungan ke-2 sebelum usia kehamilan 28 minggu dan kunjungan ke-3 dan ke-4 pada usia kehamilan 28 minggu dan 1 minggu sebelum persalinan (36 minggu).

Faktor yang mempengaruhi ANC yaitu pengetahuan, ekonomi, geografis dan sosial budaya (Depkes RI, 2008). Sosial budaya merupakan tata nilai yang dianut dan berlaku di masyarakat. Budaya Batak Toba sebagai suku mayoritas di Kabupaten Samosir menganut sistem patrilineal dan telah berakar sejak dulu sehingga menganggap bahwa urusan kehamilan, melahirkan dan anak merupakan urusan istri (Irianto, 2005; Simanjuntak, 2006). Kaum suami lebih banyak berkumpul di Lapo Tuak bersama teman-teman dari pada membantu istri di rumah atau menemani untuk periksa kehamilan. Budaya, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan pengetahuan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan suami (Cholil dalam Bobak, et al, 2004). Penelitian Purba (2012), menjelaskan bahwa faktor adat istiadat merupakan faktor paling dominan berpengaruh terhadap partisipasi suami dalam asuhan kehamilan istri di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir.

Page 20: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 64

Dukungan suami terhadap kehamilan istri dapat menyebabkan adanya ketenangan batin dan perasaan senang, mengurangi kecemasan menjelang persalinan serta meningkatkan kepercayaan diri sebagai calon ibu karena suami adalah orang pertama dalam memberikan dorongan, dukungan dan perhatian kepada istri yang akan membawa dampak bagi pertumbuhan janin dalam kandungan (Dagul, 2002). Dukungan suami kepada istri terdiri dari 1) Dukungan instrumental yang bersifat nyata, misalnya membantu mengerjakan tugas tertentu di rumah, mempersiapkan dana dan menyediakan waktu. 2) Dukungan informasi, seperti memberi perhatian penuh kepada istri dengan berdiskusi mengenai perkembangan kehamilan dan janin dalam kandungan (Musbakin, 2008). 3) Dukungan psikologis mencakup menemani istri periksa hamil. 4) Dukungan penghargaan berupa sambutan positif dari suami atau pernyataan setuju terhadap tindakan (Cholil dalam Bobak, et al, 2004).

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi terhadap 6 orang suami di Desa Parmonangan Kabupaten Samosir, 2 orang suami mengatakan bahwa sebagai kepala rumah tangga suami tugasnya hanya mencari nafkah sehingga urusan kehamilan adalah tugas istri, bahkan 2 orang suami lagi mengatakan tidak mengetahui bahwa istrinya sedang hamil dan 2 orang lainnya mengatakan tidak tahu jadwal periksa hamil istri karena suami lebih sering di Lapo Tuak. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dukungan suami pada kehamilan istri pada Suku Batak Toba di Kabupaten Samosir. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan populasi penelitian adalah semua ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Buhit dan Limbong Kabupaten Samosir. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling yaitu seluruh ibu hamil dengan kriteria trimester 1 (usia kehamilan ≥ 10

minggu), tinggal satu rumah dengan suami, ibu hamil memiliki suami dan mudah mengakses alat transportasi menuju pelayanan kesehatan serta bersedia menjadi responden dengan jumlah sampel sebanyak 32 orang di Puskesmas Limbong dan 42 orang di Puskesmas Buhit. Data primer yang dikumpulkan yaitu diperoleh langsung dari responden menggunakan kuisioner dukungan dan observasi di lapangan. Setelah peneliti memperoleh surat ijin penelitian dari Dinkes Kabupaten Samosir, maka peneliti melakukan uji validitas instrumen. Instrumen yang telah valid digunakan untuk pengambilan data dukungan suami dan pengolahan serta analisis data menggunakan statistik deskriptif yaitu distribusi frekuensi dan pengukuran sentral tendensi. HASIL PENELITIAN

Di bawah ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan mengenai dukungan suami terhadap kehamilan istri pada Suku Batak Toba.

Tabel 1. Distribusi Dukungan Suami di

Puskesmas Limbong dan Buhit Kabupaten Samosir

Variabel n %

Dukungan Suami di PKM Limbong

Cukup 24 75.0 Kurang 8 25.0

Total 32 100

Dukungan Suami di PKM Buhit

Cukup 41 97.6

Kurang 1 2.4 Total 42 100

PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa mayoritas dukungan suami di Puskesmas Limbong dalam kategori cukup sebanyak 24 orang (75.0%) dan di Puskesmas Buhit mayoritas dalam

Page 21: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 65

kategori cukup sebanyak 41 orang (97.6%).

Dukungan keluarga dapat berperan penting terhadap sikap ibu untuk menentukan status kesehatan ibu dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (Afriliyanti, 2008). Umami dan Puspitosari (2007) menjelaskan bahwa dukungan suami dapat berupa dukungan fisik (mendampingi istri kunjungan antenatal), dukungan emosional (memberikan perhatian dan kasih sayang ekstra selama hamil), dukungan informasional (memberikan tambahan informasi hal-hal penting dalam merawat kehamilan) dan dukungan sarana (memberikan sarana baik biaya maupun transportasi untuk melakukan ANC).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Aryastuti (2013) yang menunjukkan bahwa sebagian besar (26 orang atau 81.25%) ibu hamil trimester 3 mendapatkan dukungan suami yang baik, 4 orang (12.5%) istri mendapat dukungan yang cukup dan 2 orang (6.25%) istri mendapat dukungan suami yang kurang. Demikian pula hasil penelitian Vitriyani (2012) menunjukkan bahwa dukungan suami dalam kategori baik (≥ rata-rata) lebih banyak melakukan pemeriksaan kehamilan dibandingkan dengan dukungan suami yang tidak baik (< rata-rata).

Dukungan suami yang belum baik dapat disebabkan oleh minimnya tingkatnya pengetahuan suami mengenai pentingnya perawatan kehamilan sehingga menyebabkan suami tidak menanggapi ketika istri bercerita tentang hasil pemeriksaan dan suami juga tidak ingin tahu tentang manfaat pemeriksaan kehamilan bagi ibu dan janin. Selain ini, hasil kuisioner dari responden menyatakan bahwa suami kurang menghargai perubahan emosi istri selama hamil dan suami mengabaikan keluhan-keluhan istri bahkan suami jarang menanyakan keadaan ibu dan janin. Dukungan suami pada Suku Batak Toba terhadap istri selama kehamilan masih sulit dilakuakan dan jarang dipedulikan oleh suami.

Hasil pengamatan peneliti, umumnya suami di Masyarakat Samosir lebih senagn berkumpul dengan temannya di warung kopi (Lapo Tuak). Bobak (2004), menjelaskan bahwa faktor-fakto yang mempengaruhi dukungan suami terhadap kesehatan reproduksi istri adalah budaya, pendapatan, pendidikan, pengetahuan tentang kesehatan, pengalaman dan status sosial. Hasil penelitian Purba (2012), mengatakan bahwa faktor adat istiadat merupakan faktor dominan berpengaruh terhadap partisipasi suami dalam perawatan kehamilan istri di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir. Dukungan suami pada Suku Batak Toba terhadap istri selama kehamilan masih sulit dilakukan dan jarang dipedulikan oleh suami. Suku Batak Toba merupakan suku mayoritas di Samosir, dimana suku ini menganut sistem kekeluargaan patrilineal. Sistem patrilineal ini lebih menekankan pada garis keturunan ayah sebagai pengambil keputusan. Hampir semua tindakan dilakukan istri harus sepengetahuan suami, termasuk hal menentukan status kesehatan kehamilan ibu (Irianto, 2005; Simanjuntak, 2006). SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dukungan suami di Puskesmas Limbong mayoritas dalam kategori cukup sebanyak 24 orang dan mayoritas dukungan suami di Puskesmas BUhit dalam kategori cukup sebanyak 41 orang. DAFTAR PUSTAKA Afriliyanti. 2008. Hubungan Kualitas

Pelayanan Antenatal dengan Keteraturan Ibu Hamil dalam Melakukan Antenatal di 4 Puskesmas (Simpur, Korpri, Pasar Ambon, Kedaton) Kota Bandar Lampung Propinsi Lampung. Tesis. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Aryastuti, N. 2013. Hubungan Dukungan Suami dengan Kelengkapan Kunjungan ANC pada Ibu Hamil TM

Page 22: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 66

III di Puskesmas Jetis Bantul Tahun 2013. Karya Tulis Ilmiah. STIKes Aisyiyah Yogyakarta.

Bobak, J & Lowdermilk. 2004. Maternity Nursing. Jakarta: EGC.

Cholil, A. 2007. A to Z : 26 Kiat Menata Keluarga. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Dagul, SM. 2002. Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Samosir Tahun 2014.

Irianto, S. 2005. Perempuan Batak diantara Berbagai Pilihan Hukum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Musbakin, I. 2008. Panduan bagi Ibu Hamil dan Melahirkan. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Purba, FY. 2012. Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir. www.respository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 29 Januari 2015

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia. Jakarta.

Umami & Puspitasari. 2007. Peran Suami selama Proses Kehamilan sampai Nifas Istri. The Indonesian Journal of Public Health. Volume 3. No.3. 101-107. Surabaya.

Vitriyani, dkk. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) K1 Ibu Hamil di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Kesehatan. Volume 5. No. 2. 149-156. Surakarta.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Kementerian Ristek Dikti yang telah mempercayai program ini untuk didanai, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Samosisr, Puskesmas Limbong dan Puskesmas Buhit yang

menjadi mitra bagi terlaksananya program ini.

Page 23: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 67

STATUS EKONOMI RENDAH

MENINGKATKAN KEJADIAN POST PARTUM BLUES

Fatimah Nuril Alifah

(Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga Surabaya)

Gatut Hardianto (Departemen/SMF Obstetri Ginekologi

RSUD dr. Soetomo Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya)

Lilik Herawati (Departemen Ilmu Faal Fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya)

Sunarsih (Jurusan Kebidanan Sutomo Politeknik

Kesehatan Kemenkes Surabaya)

ABSTRAK

Post partum blues adalah sindroma gangguan afektif ringan yang terjadi pada awal pasca melahirkan. Hal ini merupakan masalah yang wajar terjadi setelah melahirkan. Subyek penelitian cross sectional ini adalah 60 ibu nifas hari kedua di RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo. Variabel independent adalah faktor psikososial dan variabel dependent adalah post partum blues. Instrumen penelitian adalah kuisioner Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Data dianalisis dengan uji chi square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 65% ibu nifas mengalami post partum blues. Masing-masing nilai p yaitu usia = 0,015, paritas = 0,038, pendidikan = 0,513, pekerjaan = 0,019, pendapatan = 0,009. Variabel dengan nilai p<0,05 menunjukkan adanya hubungan dengan kejadian post partum blues. Faktor psikososial yang banyak menyebabkan kejadian post partum blues adalah faktor ekonomi rendah. Oleh karena itu, untuk mengurangi angka kejadian post partum blues perlu meningkatkan status ekonomi.

Kata kunci: Post Partum Blues, Faktor Psikososial

PENDAHULUAN

Kehamilan dan persalinan merupakan kejadian fisiologis yang didambakan oleh seorang ibu yang akan menjadi suatu kondisi yang sangat membahagiakan. Namun, pada sebuah studi dari 360 ibu hamil, didapatkan 10% mengalami depresi pada kehamilan dan 6,8% mengalami depresi pasca kehamilan. Kehamilan dan kelahiran merupakan sebuah momen penting dalam hidup seorang wanita dimana wanita menyandang peran baru sebagai seorang ibu yang dapat meningkatkan stres. Hal ini terjadi karena wanita dua kali lebih rentan mengalami stres dibanding laki-laki (yulianti, 2006).

Prevalensi kejadian post partum blues bervariasi diseluruh dunia, di Tanzania sebanyak 80% sementara di Jepang 8%. Di Asia, prevalensi terjadinya post partum blues antara 26-85% dimana Malaysia dan Pakistan menjadi peringkat yang terendah dan tertinggi. Sedangkan di Indonesia memiliki jumlah cukup tinggi dengan prevalensi 50%-70% (Hidayat, 2007 ; Stone dan Menken, 2008).

Penelitian dilakukan oleh Uke Riska (2006) mendapatkan hasil 54,84%, Nurul Azizah (2010) mendapatkan hasil 55,8% dan Sari Priyanti (2013) mendapatkan hasil 61,8% responden mengalami post partum blues. Studi pendahuluan yang sudah dilakukan pada tanggal 8-10 Oktober 2015 di ruang nifas RSUD Dr. Abdoer Rahem Situbondo didapatkan hasil 4 dari 10 ibu nifas mengalami post partum blues.

Post partum blues atau sering disebut maternity blues atau baby blues merupakan suatu sindroma gangguan afektif ringan yang terjadi pada awal pasca persalinan. Tanda dan gejala yang muncul yaitu reaksi sedih atau disforia, menangis, mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur, dan gangguan nafsu makan. Gejala ini mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya menghilang dalam kurun waktu beberapa hari tetapi dapat berubah menjadi keadaan yang lebih berat.

Page 24: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 68

(Iskandar, 2004 ; Bobak, 2004) Faktor-faktor yang mempengaruhi

post partum blues pada umumnya tidak berdiri sendiri sehingga tanda dan gejala post partum blues merupakan hasil suatu mekanisme multi faktorial yang terdiri dari faktor hormonal, faktor aktivitas fisik, dan faktor psikososial. Penyebab tertinggi terjadinya post partum blues adalah kurangnya dukungan suami dan keluarga terhadap ibu mulai masa kehamilan hingga pasca persalinan (Nirwana, 2011).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor psikososial terhadap kejadian post partum blues di ruang nifas RSUD Dr. Abdoer Rahem Situbondo. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan faktor psikososial terhadap kejadian post partum blues di ruang nifas RSUD Dr. Abdoer Rahem Situbondo. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional bersifat analitik dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling. Tempat penelitian di ruang nifas rsud dr. Abdoer rahem situbondo, waktu penelitian tanggal 1-31 maret 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang dirawat di ruang nifas rsud dr. abdoer rahem situbondo pada tanggal 1-31 maret 2016. Dengan sampel berjumlah 60 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi yaitu Ibu dengan status sudah menikah, Ibu dengan persalinan pervaginam tanpa tindakan operatif, Ibu nifas fisiologis hari kedua, Ibu yang bisa baca dan tulis, dan Ibu yang bersedia menjadi responden dengan menndatangani informed consent. Kriteria eksklusi yaitu Ibu dengan keadaan lemah karena perdarahan (syok), Ibu dengan riwayat gangguan jiwa, dan Ibu dengan masalah psikologis di masa prenatal. Variabel independent yaitu usia, paritas, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dukungan suami dan keluarga, dan status kehamilan. Variabel dependent yaitu post partum blues. Teknik pengambilan data dengan melakukan

wawancara dan menggunakan kuisioner umum, kuisioner edinburgh postnatal depression scale (EPDS). Data hasil penelitian dianalisis menggunakan chi square untuk mengetahui hubungan antarvariabel dengan α 0,05.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. hubungan faktor psikososial (usia, paritas, pendidikan, pekerjaan,

pendapatan, dukungan suami dan keluarga, dan status kehamilan)

terhadap kejadian post partum blues

Post partum blues Nilai

Variabel Ya Tidak total

n % n % n % p OR (CI 95%)

Usia <20 tahun dan >35

tahun 19 31,7% 4 6,7% 23 38,3% 0,024 4,038

20-35 tahun 20 33,3% 17 28,3% 37 61,7% (1,148-14,194)

Paritas

Primipara 18 30% 4 6,7% 22 36,7% 0,038 3,643

Multipara 21 35% 17 28,3% 38 63,3% (1,035-2,818)

Pendidikan

SD 14 23,3% 5 8,3% 19 31,7% pembanding

SMP 10 16,7% 8 13,3% 18 30% 0,418 2,240

(0,563-8,912)

SMA ke atas 15 25% 8 13,3% 23 38,3% 0,798 1,493

(0,393-5,668)

Pekerjaan Tidak bekerja 33 55% 12 20% 45 75% 0,019 4,125

Bekerja 6 10% 9 15% 15 25% (1,210-14,059)

Pendapatan

<UMR 25 41,7% 6 10% 31 51,7% 0,009 4,464

UMR ke atas 14 23,3% 15 25% 29 48,3% (1,412-14,111)

Dukungan suami /

keluarga

Tidak ada 0 0%

Ada 60 100%

Status kehamilan

Tidak diterima 1 1,7%

diterima 59 98,3%

Dari tabel 1 dapat dilihat hasil distribusi frekuensi setiap variabel, hubungan antar variabel, dan tingkat kemungkinan resiko kejadian pada setiap variabel. Dari 7 faktor

Page 25: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 69

psikososial yang diteliti terdapat 4 variabel memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian post partum blues, 1 variabel tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian post partum blues, dan 2 variabel yang tidak dapat dianalisis.

PEMBAHASAN

Dari tabel 1 terlihat bahwa sebagian responden berada pada kelompok umur 20-35 tahun (61,7%). Tetapi tingkat kejadian post partum blues tinggi pada kelompok umur <20 tahun dan >35tahun yang merupakan kelompok umur usia dengan resiko tinggi. Hasil analisis menunjukkan nilai p 0,024 yang berarti terdapat hubungan antara usia dengan post partum blues dimana kelompok usia <20 tahun dan >35 tahun memiliki 4,038 kali kemungkinan mengalami post partum blues.

Faktor umur juga mempengaruhi terjadinya masalah psikologis pada ibu post partum. Pada usia remaja belum cukup mencapai kematangan fisik, mental, peran dan aktivitas baru sebagai ibu dalam merawat anaknya. Semakin muda usia ibu melahirkan semakin mudah ibu mengalami post partum blues (Nirwana, 2011).

Dari tabel 1 terlihat bahwa sebagian responden merupakan multipara (63,3%). Tetapi tingkat kejadian post partum blues tinggi pada kelompok primipara yang merupakan kelompok resiko tinggi terhadap kejadian post partum blues. Hasil analisis menunjukkan nilai p 0,038 yang berarti terdapat hubungan antara paritas dengan post partum blues dimana kelompok primipara memiliki 3,643 kali kemungkinan mengalami post partum blues.

Ibu primipara merupakan kelompok yang paling rentan mengalami depresi post partum dibanding ibu Multipara. Post partum blues pada ibu primipara dapat dipicu oleh perasaan belum siap menghadapi lahirnya bayi dan timbulnya kesadaran akan meningkatnya tanggung jawab sebagai ibu (Henshaw, 2003).

Dari tabel 1 terlihat bahwa sebagian

responden memiliki pendidikan terakhir SMA ke atas (38,3%). Hasil analisis menunjukkan nilai p 0,418 pada kelompok SMP dan p 0,798 pada kelompok SMA ke atas dengan kelompok SD sebagai pembanding yang berarti tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan post partum blues.

Wanita dengan pendidikan tinggi dapat menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan aktivitasnya di luar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak-anak mereka (Kartono, 2006).

Dari tabel 1 terlihat bahwa sebagian responden tidak bekerja (75%), ibu rumah tangga termasuk golongan tidak bekerja. Tingkat kejadian post partum blues tinggi pada kelompok ini dengan hasil analisis menunjukkan nilai p 0,019 yang berarti terdapat hubungan antara usia dengan post partum blues dimana kelompok ibu yang tidak bekerja memiliki 4,125 kali kemungkinan mengalami post partum blues.

Menurut Latipun (2001) mengatakan bahwa pendidikan seseorang akan mempengaruhi cara berpikir dan cara pandang terhadap diri dan lingkungannya. Penelitian yang dilakukan Reid dan Oliver (2007) didapatkan bahwa yang mengalami post partum blues yaitu yang berpendidikan di bawah SMA yang berpengaruh terhadap kurangnya informasi yang didapat oleh responden.

Dari tabel 1 terlihat bahwa sebagian responden memiliki pendapatan keluarga kurang dari UMR (51,7%). Perhitungan pendapatan keluarga pada penelitian ini merupakan penjumlahan pendapatan suami dan istri diman standar UMR Kabupaten Situbondo sebesar Rp 1.374.000,00. Tingkat kejadian post partum blues tinggi pada kelompok tersebut dengan hasil analisis menunjukkan nilai p 0,009 yang berarti terdapat hubungan antara pendapatan dengan post

Page 26: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 70

partum blues dimana kelompok yang memiliki pendapatan kurang dari UMR memiliki 4,464 kali kemungkinan mengalami post partum blues.

Keadaan ekonomi yang rendah dapat menimbulkan stress di keluarga yang mempengaruhi depresi ibu setelah melahirkan. Selain itu bisa berasal dari keadaan emosional, seperti konflik dalam keluarga. Pitriani dalam (Burn A. A, 2009).

Dari tabel 1 terlihat bahwa seluruh responden mendapatkan dukungan suami dan keluarga dan hanya ada 1 responden yang tidak dapat menerima kehamilan dan kelahirannya. Maka dari itu, untuk variabel dukungan suami dan keluarda dan status kehamilan tidak dapat dilakukan analisis karena tidak memenuhi syarat uji.

Bobak (2005) bahwa dengan kehamilan yang diharapkan maka seorang ibu akan semakin siap untuk persalinan dan menjadi ibu. Persiapan untuk persalinan dan menjadi ibu akan sangat menentukan apakan seseorang mengalami post partum blues atau tidak. Adanya persiapan yang baik membuat ibu post partum akan mampu menghadapi masa pasca persalinannya dengan baik.

Dukungan suami dan keluarga yang tinggi berupa perhatian, komunikasi dan hubungan emosional yang intim, merupakan faktor yang paling bermakna bagi ibu post partum untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya gangguan psikologis (Sylvia, 2006). SIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Sebagian besar responden berumur 20-35 tahun, multipara, dengan pendidikan SMA ke atas, tidak bekerja, pendapatan keluarga kurang dari UMR, kehamilan dan kelahiran dapat diterima, dan mendapatkan dukungan suami dan keluarga. Kejadian post partum blues di ruang nifas RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo sangat tinggi yaitu sebesar 65%. Ada hubungan antara usia, paritas, pekerjaan, dan pendapatan terhadap kejadian post partum blues. Tidak ada hubungan antara pendidikan terhadap kejadian post partum blues.

Dukungan suami dan keluarga dan status kehamilan tidak dapat dilakukan analisis karena tidak memenuhi syarat uji. Faktor yang paling beresiko menimbulkan post partum blues adalah pendapatan yang rendah.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi kepada petugas kesehatan karena jumlah kejadian yang sangat tinggi sehingga petugas kesehatan dapat lebih waspada dan memberikan penyuluhan pasca persalinan. Untuk setiap pasangan suami istri perlu meningkatkan status ekonomi juga dapat mengurangi kejadian post partum blues. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan pemantauan lebih lanjut tentang perkembangan gangguan psikologis post partum.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. (2005).Buku ajar keperawatan maternitas. (Maria & Peter, Penerjemah). Edisi 4.Jakarta : EGC.

Bobak, Laudermilk, Jensen, et all, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Elvira, Sylvia D, 2006. Depresi Pasca Persalinan. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Henshaw. (2003). Postnatal blues: A risk faktor of postnatal depression. J Pychosom Obstet Gynecol, 25, 267-272.

Hidayat, AA, 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Kartono, K.(2006). Psikologi wanita. Bandung : Mandar Maju

Nirwana Ade B, 2011. Psikologi Ibu Bayi dan Anak. Yogyakarta : Nuha medika Nurul Azizah, 2010, Hubungan Latar Belakang Psikososial Ibu Dengan Kejadian

Post Partum Blues, skripsi, Universitas Airlangga

Sari Priyanti, 2013, Pengaruh Faktor Psikososial Dan Cara Persalinan Terhadap Terjadinya Post Partum Blues Di RSUD Ra. Bosoeni Mojokerto, tesis, Universitas Airlangga

Page 27: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 71

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PARTUS

PREMATUR

Dina Isfentiani (Jurusan Kebidanan,

Poltekkes Kemenkes Surabaya) Tatarini Ika Pipitcahyani

(Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Surabaya)

Rizqi Dyan Kurnia Dewi (Jurusan Kebidanan,

Poltekkes Kemenkes Surabaya)

ABSTRAK Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 menyebutkan proporsi kematian bayi disebabkan BBLR 41,39 % akibat dari partus prematur dan kecil masa kehamilan. Di Kamar Bersalin RSUD Bangil bulan Januari 2013 terjadi 38 kasus partus prematur dan setengahnya 18 (50, 00 %) dengan ketuban pecah dini (KPD). Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara ketuban pecah dini dengan partus prematur di Kamar Bersalin RSUD Bangil. Jenis penelitian analitik dengan metode Case Control. Jumlah populasi seluruh ibu bersalin di Kamar Bersalin RSUD Bangil bulan Januari – Maret 2013 sebanyak 101 ibu bersalin. Sampel secara simple random sampling sejumlah 81 ibu bersalin. Variabel independen ketuban pecah dini, dan variabel dependen partus prematur. Analisis menggunakan chi-square dengan tingkat signifikasi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara ketuban pecah dini dengan partus prematur di RSUD Bangil.

Kata Kunci: Ketuban Pecah Dini, Partus Prematur

PENDAHULUAN

Persalinan prematur merupakan penyebab utama yaitu 60-80% morbiditas dan mortalitas neonatal di seluruh dunia. Indonesia memiliki angka kejadian prematur sekitar 19, 00 % dan merupakan penyebab utama kematian perinatal. Penyebab kematian tersebut antara lain asfiksia (49,00 -60,00 %), infeksi (24,00 -34,00 %), BBLR (15,00 -20,00 %), trauma persalinan (2,00 -7,00 %), dan cacat bawaan (1,00 -3, 00%) (Dhina Novi, Sayono, Erna, 2011). Menurut data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2010, proporsi penyebab kematian bayi terbanyak disebabkan BBLR 41, 39 % ( BBLR prematur dan BBLR kecil masa kehamilan). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Bangil, angka kejadian partus prematur pada bulan Januari 2013 sebesar 38 dari 312 persalinan (12,10 %), dan dari partus prematur setengahnya (50, 00 %) dengan ketuban pecah dini (KPD).

Partus prematurus atau persalinan prematur dapat diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan atau dilatasi serviks serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu ( kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir (Oxorn & Forte, 2010). Etiologi partus prematur belum banyak diketahui, beberapa teori menyebutkan Ketuban Pecah Dini, inkompetensi serviks, korioamnionitis, overdistensi uterus, dan trauma. Diagnosis partus prematur ditegakkan berdasarkan kriteria partus prematurus yang lazim mencakup cervix setidaknya sudah terbuka 2 cm atau sudah mendatar 75, 00 %, ada perubahan yang progresif pada servix selama periode observasi, terjadinya kontraksi yang terasa nyeri, teratur dan intervalnya dari 10 menit menunjukkan bahwa pasien tersebut tengah berada dalam proses persalinan. Pada ibu, setelah perslinan preterm, infeksi endometrium lebih sering terjadi mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Bayi-bayi preterm memiliki risiko infeksi neonatal lebih tinggi (Sujiyatini, Mufdillah, Asri,

Page 28: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 72

2009). Bayi premature cenderung mengalami beberapa komplikasi kesehatan, seperti: hipotermi, gangguan pernafasan seperti Respratory Distress Syndrome (RDS) dan. Pematangan paru pada bayi premature dapat di bantu dengan pemberian obat steroid, tentunya di bawah pengawasan dokter, gangguan jantung, pada bayi premature sering di dapatkan DAP (Duktus Arteriosus Paten) dan juga hipotensi, gangguan saluran cerna. Bayi prematur umumnya akan mengalami kesulitan dalam hal minum, kuning pada bayi, rentan terhadap infeksi, komplikasi jangka panjang seperti perkembangan yang terlambat, resiko palsi selebral, gangguan penglihatan, dan gangguan pendengaran (Inar A.J, 2012).

Untuk mengatasi masalah ini yang telah dilakukan di Kamar Bersalin RSUD Bangil yaitu penatalaksanaan perawatan konservatif dengan pemberian antibiotik, pematangan maturasi paru dengan steroid, dan tokolitik.

Menurut data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2010, proporsi penyebab kematian bayi terbanyak disebabkan BBLR 41, 39 % ( BBLR prematur dan BBLR kecil masa kehamilan). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Bangil, angka kejadian partus prematur pada bulan Januari 2013 sebesar 38 dari 312 persalinan (12,10 %), dan dari partus prematur setengahnya (50, 00 %) dengan ketuban pecah dini (KPD), 21, 05 % dengan kelainan letak, 18, 40 % dengan plasenta previa, 10, 52 % dengan hipertensi kronis.

Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah Adakah adakah hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian partus prematur di Kamar Bersalin RSUD Bangil?

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian partus premature di Kamar Bersalin RSUD Bangil Sedangkan tujuan khususnya adalah: 1) Mengidentifikasi kejadian ketuban pecah dini di Kamar Bersalin RSUD Bangil. 2) Mengidentifikasi kejadian partus prematur di Kamar Bersalin RSUD

Bangil. 3) Menganalisis hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian partus prematur di Kamar Bersalin RSUD Bangil.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain Case Control artinya rancangan penelitian yang membandingkan antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol untuk mengetahui proporsi kejadian berdasarkan riwayat ada tidaknya paparan. Populasi dari penelitian ini adalah semua ibu bersalin di Kamar Bersalin RSUD Bangil pada Januari 2013 – Maret 2013 sebanyak 101 orang. Adapun Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari seluruh pasien ibu bersalin yang mengalami Partus Prematur dan Ketuban Pecah Dini di Kamar Bersalin RSUD Bangil pada Januari 2013 – Maret 2013 sebanyak 81 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara probability sampling dengan teknik simple random sampling. Variabel independen yang digunakan adalah Ketuban Pecah Dini dan variabel dependen adalah Partus prematur. Hasil penelitian dianalisis secara statistik uji korelasi chi-square, dan untuk mengathui signifikansi hubungan antara ketuban pecah dini dengan partus prematur menggunakan koefisien kontingensi C.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Distribusi Usia Ibu Bersalin di Kamar Bersalin RSUD Bangil Januari –

Maret 2013

Usia Frekuensi Persen

< 20 tahun & > 35 tahun 17 20,98 20-35 tahun 64 79,01

Total 81 100,00

Tabel 2. Distribusi Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini di Kamar Bersalin

RSUD Bangil Januari – Maret 2013

KPD Frekuensi Persen

KPD 46 57, 50 Tidak KPD 35 43, 20

Total 81 100,00

Page 29: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 73

Tabel 3. Distribusi Partus Prematur di Kamar Bersalin RSUD Bangil Januari –

Maret 2013

Partus Prematur Frekuensi Persen

Partus Prematur 39 48, 75 Partus Aterm/

postdate 42 51, 85

Total 81 100,00

Tabel 4. Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan Partus Prematur di Kamar

Bersalin RSUD Bangil Januari – Maret 2013

KPD Kejadian

Total Partus Prematur

Aterm/ postdate

n % n % n %

KPD 33 84,61 13 30,95 46 100,00 Tidak KPD 6 15,38 29 69,04 35 100,00

Total 39 50,61 42 49,38 81 100,00

Untuk menganalisis hubungan antara

Ketuban Pecah Dini dan Partus Prematur dengan rumus dengan uji chi square:

𝑥2 =𝑛(|ad−bc|−

1

2 n)

2

(𝐴+𝐶)(𝐵+𝐷)(𝐴+𝐵)(𝐶+𝐷)

𝑥2 =81(|957−78|−

1

2 81)

2

39 x 42 x 46 x 35

𝑥2 =81(879−40,5)2

2637180

𝑥2 =81 x 703082,25

2637180

𝑥2 =56949662,25

2637180 = 21,59

Keterangan, x

2 = Statistik x

2, n = Jumlah

sampel penelitian, AD = Jumlah Subjek yang mengalami perubahan, BC = Jumlah subjek yang tidak mengalami perubahan tetap.

Selanjutnya menghiting Signifikansi Hubungan KPD dengan Partus Prematur dengan rumus:

𝐶 = √𝑥2

𝑁+𝑥2

𝐶 = √21,59

81+21,59

C = 0, 45

Dari hasil uji statistik korelasi Chi Square, didapatkan nilai Chi Square hitung = 21, 59, untuk dk = 1, nilai Chi Square tabel = 3, 841, dengan taraf kemaknaan 0,05. Nilai koefisien kontingensi C = 0,45. Dari hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa 𝑥2 hitung

(21,59) ≥ 𝑥2 tabel (3,841), maka H1 diterima dan Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara Ketuban Pecah Dini dengan Partus Prematur.

PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 2 dijelaskan bahwa dari 81 ibu bersalin sebagian besar dengan KPD 46 orang (57,50%).

Menurut Ida Bagus Gde Fajar Manuaba, Ida Ayu Chandranita Manuaba, Ida bagus Gde Manuaba (2009) ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu.

Menurut Sujiyatini, Mufdillah, Asri, (2009), menyebutkan penyebab ketuban pecah dini adalah infeksi, overdistensi uterus, inkompetensi serviks, trauma, dan kelainan letak.

Menurut Sarwono P (2009) pada trimester terakhir kontraksi uterus dan peregangan berulang dan pada kehamilan prematur adanya infeksi yang menjalar dari vagina dan inkompetensi serviks mengakibatkan pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan berkurangnya asam askorbik sebagai komponen Kolagen. Degradasi kolagen dimediasi oleh Matriks Metaloproteinase (MMP) yang

Page 30: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 74

dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi proteolotik dari matriks ekstraseluler dan membran janin. Aktivitas dan degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Sehingga terjadi ketuban pecah dini.

Menurut Amrullah Ali (2013) persalinan prematur akan meningkat kejadiannya pada keadaan – keadaan sebagai berikut, wanita pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, paritas tinggi, pekerjaan fisik yang berat, tekanan mental, kecemasan yang tinggi, riwayat partus prematur pada persalinan sebelumnya, ibu hamil dengan hipertensi dan preklampsi, dan ibu yang mempunyai kebiasaan merokok.

Berdasarkan data umum pada tabel 1 menunjukkan dari 81 ibu bersalin, sebagian besar 64 orang (79,01 %) berusia 20-35 tahun. Hal ini terdapat kesenjangan dengan konsep teori yang menyebutkan bahwa Usia yang dipandang memiliki risiko ketuban pecah dini pada usia subur saat melahirkan adalah di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Hal ini memungkinkan adanya faktor lain seperti infeksi, overdistensi uterus, inkompetensi serviks, kelainan letak, dan trauma yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini. Pada penelitian ini kemungkinan terjadinya KPD karena kurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen yang menyebabkan ketuban rapuh juga mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini.

Berdasarkan tabel 4.3 dijelaskan bahwa dari 81 ibu bersalin, hampir setengahnya 39 orang (48, 75%) mengalami partus prematur.

Partus prematur atau persalinan prematur dapat diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan atau dilatasi serviks serta trunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu ( kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir (Oxorn & Forte, 2010).

Menurut Cunningham, Gant, Leveno (2006) menyebutkan etiologi partus prematur adalah ketuban pecah dini, inkompetensi serviks, overdistensi uterus (Kehamilan kembar, polyhidramnions, janin yang besar), korioamnonitis, trauma ( jatuh, terpukul pada perut, tindakan pembedahan ).

Menurut Ida Bagus Gde Fajar Manuaba, Ida Ayu Chandranita Manuaba, Ida bagus Gde Manuaba (2007). Infeksi pada ibu hamil < 37 minggu dengan mekanisme bakteri dengan produknya (Beta streptococcus, Escherichia colli. Gonore, Clamydia trachomatis) akan masuk ke sel dan merangsang monosit untuk mengeluarkan sitokin, antara lain interleukin 1 dan 6, dan faktor nekrosis rumor. Pengeluaran sitokin akan merangsang dikeluarkan sejumlah bahwa baku asam arkhidonat, yang akan berkelanjutan dibentuknya prostaglandin E2 dan F2 alfa. Prostaglandin akan menimbulkan rangsangan pada otot uterus sehingga terjadi kontraksi. Dalam cairan amnion terjadi peningkatan platelet activating factor yang dapat mempercepat proses pembentukan prostaglandin, sehingga kontraksi akan makin meningkat. Kontraksi yang meningkat mempengaruhi serviks untuk mengalami dilatasi dan mengakibatkan partus prematur.

Menurut Amrullah Ali (2013) persalinan prematur akan meningkat kejadiannya pada keadaan – keadaan sebagai berikut, wanita pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, paritas tinggi, pekerjaan fisik yang berat, tekanan mental, kecemasan yang tinggi, riwayat partus prematur pada persalinan sebelumnya, ibu hamil dengan hipertensi dan preklampsi, dan ibu yang mempunyai kebiasaan merokok.

Menurut Amrullah Ali (2013) persalinan prematur akan meningkat kejadiannya pada keadaan – keadaan sebagai berikut, wanita pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, paritas tinggi, pekerjaan fisik yang berat, tekanan mental, kecemasan yang tinggi, riwayat partus prematur

Page 31: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 75

pada persalinan sebelumnya, ibu hamil dengan hipertensi dan preklampsi, dan ibu yang mempunyai kebiasaan merokok.

Berdasarkan data umum pada tabel 4.1 menunjukkan dari 81 ibu bersalin, sebagian besar 64 orang (79,01 %) berusia 20-35 tahun. Hal ini terdapat kesenjangan dengan konsep teori yang menyebutkan bahwa Usia yang dipandang memiliki risiko partus prematur pada usia subur saat melahirkan adalah di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Hal ini memungkinkan adanya faktor lain seperti ketuban pecah dini, inkompetensi serviks, trauma, overdistensi uterus, dan korioamnionitis yang mempengaruhi terjadinya partus prematur. Pada penelitian ini kemungkinan terjadinya partus prematur disebabkan karena invasi mikroorganisme ke dalam kantong amnion pada kehamilan kurang bulan.

Dari tabel 4 dijelaskan bahwa dari 46 ibu bersalin dengan ketuban pecah dini, hampir seluruhnya 33 orang (84,61) mengalami partus prematur, dan dari 35 ibu bersalin tidak ketuban pecah dini, sebagian besar bersalin aterm/ postdate.

Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu (Ida Bagus Gde Fajar Manuaba, Ida Ayu Chandranita Manuaba, Ida bagus Gde Manuaba, 2009). Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum awitan persalinan (Oxorn & Forte, 2010). Partus Prematur yaitu persalinan yang dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan atau dilatasi serviks serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) atau dapat dilihat dari berat bayi lahir rendah antara 500 – 2499 gram. Ketuban pecah dini mengawali terjadinya kontraksi (Sujiyatini, Mufdillah, Asri, 2009). Pada kasus KPD secara anatomis kutub bawah persambungan selaput janin dengan desidua yang menutupi koralis servikalis tersambung dengan vagina,

meskipun demikian susunan anatomis ini menyediakan jalan masuk bagi penyebaran mikroorganisme ke dalam jaringan intrauteri dan kemudian menginvasi kantong amnion. Mikroorganisme ini menginduksi pembentukan sitokinin yang memicu produksi prostaglandin dan akhirnya KPD ini mendorong terjadinya partus prematur (Cunningham, Gant, Leveno, 2006).

Menurut Amrullah Ali (2013) persalinan prematur akan meningkat kejadiannya pada keadaan – keadaan sebagai berikut, wanita pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, paritas tinggi, pekerjaan fisik yang berat, tekanan mental, kecemasan yang tinggi, riwayat partus prematur pada persalinan sebelumnya, ibu hamil dengan hipertensi dan preklampsi, dan ibu yang mempunyai kebiasaan merokok.

Berdasarkan data umum pada tabel 1 menunjukkan dari 81 ibu bersalin, sebagian besar 64 orang (79,01 %) berusia 20-35 tahun. Hal ini terdapat kesenjangan dengan konsep teori yang menyebutkan bahwa Usia yang dipandang memiliki risiko partus prematur pada usia subur saat melahirkan adalah di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Hal ini memungkinkan adanya faktor lain seperti ketuban pecah dini, inkompetensi serviks, trauma, overdistensi uterus, dan korioamnionitis yang mempengaruhi terjadinya partus prematur. Pada penelitian ini, terjadinya partus prematur kemungkinan sebagian besar disebabkan oleh ketuban pecah dini.

Ibu hamil diharapkan mendapat pengawasan dan deteksi dini komplikasi terhadap kehamilannya, dengan melakukan pemeriksaan antenatal rutin dan menjalankan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). KETERBATASAN

Pada penelitian ini peneliti tidak meneliti variabel paritas yaitu pada multiparitas/ grandemultiparitas dan

Page 32: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 76

riwayat partus prematur pada kehamilan sebelumnya yang mempengaruhi terjadinya partus prematur.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dan pengolahan data dapat diperoleh simpulan : 1) Kejadian ketuban pecah dini sebagian besar dialami ibu bersalin di Kamar Bersalin RSUD Bangil. 2) Kejadian partus prematur hampir setengahnya dialami ibu bersalin di Kamar Bersalin RSUD Bangil. 3) Terdapat hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian partus prematur di Kamar Bersalin RSUD Bangil

Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan, disarankan bagi bidan rumah sakit agar tetap meningkatkan pelayanan dengan memberikan konseling pada ibu hamil tentang deteksi dini ketuban pecah dini dan partus prematur sehingga kejadian ketuban pecah dini dan partus prematur dapat diturunkan/ dketahui sebelumnya. Dan untuk mahasiswa kebidanan agar meneliti variabel yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA Agus Abadi, M. Nadir Abdullah, Erry

Gumilar , dkk. 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/ SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Surabaya : RSUD dr. Soetomo

A. Alimul Aziz Hidayat. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta. Salemba Medika.

Amrullah Ali. 2013. KTI : Gambaran Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang Papsmear di Dusun Pancor kopong Desa Masbagik Utara Baru Kecamatan Masbagik Tahun 2012. http://amrullahali4.blogspot.com/

Apuy Shinobi. 2013. Dampak Merokok bagi Kehamilan dan Kesuburan. http://shinobiapuy.blogspot.com/2013/02/dampak-merokok-bagi-kehamilan-dan.html

Biomartinda. 2010. Ketuban Pecah Dini. http://biomartinda.wordpress.com/2010/06/17/ketuban-pecah-dini/

ketuban pecah dini. Diakses 19-10-12 00.06

Cunningham, F. Garry, Norman F Gant, Kenneth J. F Leveno, , dkk. 2006. Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta : EGC

Dhina Novi Ariana, Sayono, Erna Kusumawati. 2011. Jurnal Kebidanan : Faktor Risiko Kejadian Persalinan Prematur ( Studi di Bidan Praktik Mandiri Wilayah Kerja Puskesmas Geyer dan Puskesmas Toroh Tahun 2011. Semarang : Unimus

Doktersehat. 2012. Mengenali Jenis- Jenis Kontraksi Saat Hamil. http://doktersehat.com/mengenali-jenis-jenis-kontraksi-saat-hamil/

Gudangsurga. 2012. Faktor Risiko Persalinan Prematur. http://gudangsurga.wordpress.com/2012/06/08/faktor-resiko-persalinan-prematur/. Diakses 20-02-2013 21.30

Marsha Khumaira. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Citra Pustaka

Medicastore. 2010. Kehamilan Risiko Tinggi.

http://m.medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=569

Mellyna Huliana. 2007. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta : Puspa Swara.

Morgan, Gary & Hamilton, Carole. 2009. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktis. Jakarta : EGC

Leveno Kenneth J. F., Gary Cunningham, Norman F Gant, dkk. 2009. Obstetri Williams : Panduan Ringkas. Jakarta : EGC

Liu David, & R. Lamount. 2008. Manual Persalinan. Jakarta : EGC

Ida Bagus Gde Manuaba, Ida Ayu Chandranita Manuaba, Ida Bagus Gde Fajar Manuaba. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta : EGC

Ida Bagus Gde Manuaba, Ida Ayu Chandranita Manuaba,Ida Bagus Gde Fajar Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Ida Bagus Gde Manuaba. 2004. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obsterri & Ginekologi. Jakarta: EGC

Inar Andrea Julie. 2012. Bayi Prematur. http://basicknowlegde.blogspot.com/2012/03/bayi-prematur.html

Page 33: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 77

Oxorn, Harry, & William R Forte. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi Dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica

Soekidjo Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sarwono Prawirohardjo , Hanifa Wiknjosastro, Abdul Bari Saifuddin. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sulaiman Sastrawinata, Djamhoer Martaadisoebrata, Firman F. Wirakusumah, dr. 2005 . Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi . Jakarta: EGC

Season. 2012. Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini. http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/04/tanda-dan-gejala-ketuban-pecah-dini.html. Diakses 18-10-2012 23.10

Sugiyono. 2010. Statistik untuk Penelitian. Bandung : IKAPI

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). Jakarta : Rineka Cipta

Sujiantini, Mufdililah, Asri Hidayat. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika

Varney, Helen. 2006. Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC

Yulida Mufidah. 2007. KTI : Hubungan Kejadian Partus Prematur dengan Paritas di Kamar Bersalin RSUD Gambiran Kota Kediri Periode 1 Januari - 31 Desember 2007. http://dc416.4shared.com/doc/WQIB_ntu/preview.html

Page 34: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 78

GAMBARAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

Antarini (Politeknik Kesehatan Kemenkes

Pangkalpinang)

ABSTRAK . Prevalensi anemia pada ibu hamil secara global mencapai 41,8% atau sekitar 56 juta ibu hamil. World Health Organization (WHO) tahun 2008, prevalensi anemia pada ibu hamil di Asia Tenggara. Data Dinas Kesehatan Kota Pangkalpinang tahun 2012 terdapat 4,412 ibu hamil dan 78 (1,8 %) ibu hamil mengalami anemia. Di wilayah kerja Puskesmas Melintang tahun 2014 ada sebanyak 817 ibu hamil dan yang mengalami anemia sebanyak 24 (2,9%) ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran paritas terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Melintang Tahun 2015. Subyek penelitian deskriptif ini 100 ibu hamil yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Melintang Tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan paritas dan umur dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas melintang tahun 2015. Berdasarkan hasil peelitian diperlukan pemberian Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) terhadap ibu hamil tentang bahaya anemia, pentingnya mengkonsumsi tablet Fe secara rutin 1 kali sehari minimal 90 tablet dan rutin memeriksakan kehamilannya. Kata kunci: Kehamilan, Anemia

PENDAHULUAN

Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan setiap warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk warga miskin. Undang-undang dasar 1945 pasal 28 H dan undang-undang no 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Menetapkan bahwa setiap individu, keluarga, dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatan, dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu (Depkes RI, 2009).

Anemia pada ibu hamil diketahui berdampak buruk, baik bagi kesehatan ibu maupun bayinya. Anemia merupakan penyebab penting yang melatar belakangi kejadian morbilitas dan mortalitas, yaitu kematian ibu pada waktu hamil dan pada waktu melahirkan atau nifas sebagai akibat komplikasi kehamilan. Selain itu ibu hamil yang menderita anemia juga menujukkan kadaan yang tragis yaitu terjadinya perdarahan pada saat melahirkan selain pengaruhnya kepada kematian dan perdarahan, anemia pada saat hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, berat bayi lahir rendah dan peningkatan kematian prenatai (Rasmaliah, 2005).

Prevalensi anemia pada ibu hamil secara global mencapai 41,8% atau sekitar 56 juta ibu hamil. Word Health Organisation (WHO) mengatakan bahwa anemia pada ibu hamil disebabkan karena defesiensi besi. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia tergolong tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh laporan World Health Organization (WHO) tahun 2008, prevalensi anemia pada ibu hamil di Asia Tenggara 48,2. Keadaan ini diperkuat dengan hasil Riskesdas 2007 yang menujukkan bahwa 24,5% wanita usia subur menderita anemia pada saat kehamilannya (Riskesdas, 2007).

World Health Organization (WHO) menagatakan diseluruh dunia terdapat kematian Ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa pertahun. Kematian maternal dan bayi

Page 35: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 79

tersebut terjadi terutama di Negara berkembang sebesar 99% (Manuba, 2010).

Menurut hasil survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 angka kematian ibu mencapai 359 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH). Angka ini meningkat sebesar 57% dari tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 KH. Sedangkan angka kematian Ibu di Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2013 sebesar 119,7 per 100.000 KH ( Dinkes Prov. Bangka Belitung, 2013).

Faktor resiko lain yang dapat menyebabkan kematian ibu adalah anemia, penyakit infeksi lainya seperti malaria, TBC, hepatitis, HIV/AIDS. Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan meningkatnya resiko keguguran, prematuritas atau bayi lahir rendah. Defisiensi energi kronik merupakan penyebab lain dari kematian ibu. Begitu juga status sosail ekonomi keluarga, pendidikan, budaya, akses terhadap pelayanan kesehatan, serta transportasi juga berperan pada kematian ibu (Sarwono, 2010).

Seseorang dikatakan anemia bila kadar Hb nya kurang dari nilai baku yang setelah ditentukan. Untuk menentukan apakah seseorang menderita anemia atau tidak, umumnya digunakan nilai-nilai batas normal yang tercantum dalam SK Menkes RI No.736a/Menkes/ XI/1989, yaitu: Hb laki-laki dewasa: >13 g %, Hb perempuan dewasa: > 12 g %, Hb anak-anak: > 11 g %, Hb ibu hamil: > 11 g%.

Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Karena selama hamil zat-zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi >3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian

kehamilan pada paritas adalah tidak direncanakan (Herlina, 2009).

Paritas >3 tahun dapat meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan, seperti meningkatkan risiko terjadinya kematian janin didalam kandungan dan pendarahan sebelum dan setelah melahirkan, lebih sering dijumpai pada wanita hamil yang anemia dan hal ini dapat berakibat vatal, sebab wanita hamil yang anemia tidak dapat mentoleransi kehilangan darah (Soebroto, 2010).

Data Dinkes Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2011 mengatakan bahwa dari 28,191 ibu hamil tercatat sebanyak 1,099 (3,8%) menderita anemia. Sedangakan pada tahun 2012 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dari 29,526 ibu hamil tercatat sebanyak 701 (2,4 %) ibu hamil menderita anemia.

Pada tahun 2012 dari data Dinas Kesehatan Kota Pangkalpinang terdapat 4,412 ibu hamil dan 78 (1,8 %) ibu hamil mengalami anemia. Ibu yang berkunjung untuk memeriksakan kehamilannya pada tahun 2013 diwilayah kerja Puskesmas Melintang sebanyak 809 ibu hamil,dan ada sebanyak 21 (2,5%) ibu hamil yang mengalami anemia. Dan pada tahun 2014 ada sebanyak 817 ibu hamil dan yang mengalami anemia ada sebanyak 24 (2,9%) ibu hamil. Kejadian anemia pada wilayah kerja Puskesmas Melintang mengalami kenaikan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan yaitu “Bagaimana Gambaran paritas terhadap Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Melintang Kota Pangkalpinang Tahun 2015”.

METODE PENELITIAN

Teknik sampling dalam penelitian deskriptif ini adalah metode acak sederhana (simple random sampling) pada ibu hamil yang berada di wilayah kerja puskesmas Melintang tahun 2015, dengan besar sampel 100 ibu hamil. Data dianalisis secara deskriptif lalu disajikan dalam bentuk tabel frekuensi.

Page 36: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 80

HASIL PENELITIAN Umur

Tabel 1. Distribusi Umur Responden

Umur (tahun) Jumlah Persen

< 20 tahun 20-35 tahun > 35 tahun

9 76 15

9,0% 76,0% 15,0%

Jumlah 100 100

Dari 100 responden ibu hamil ada

sebanyak 24 (24,0%) ibu hamil yang beresiko yaitu ibu hamil yang berusia < 20 atau > 35 tahun dan sebanyak 76 (76,0%) ibu yang tidak beresiko yaitu ibu hamil di rentang usia 20-35 tahun.

Umur mempengaruhi terjadinya anemia,umur kurang <20 tahun secara biologis mentalnya belum optimal dengan emosi yang cenderung labil, mental yang belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kekurangan perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat gizi terkait dengan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang menimpa diusia ini.

Umur <20 tahun membutuhkan zat besi lebih banyak untuk keperluan pertumbuhan diri sendiri serta janin yang akan dikandungnya. Umur > 35 tahun mempunyai resiko untuk hamil karena alat reproduksi ibu hamil sudah menurun dan kekuatan untuk mengejan saat melahirkan sudah berkurang sehingga anemia pun terjadi pada saat ibu hamil > 35 tahun.

Umur < 20 tahun atau > 35 tahun mempunyai resiko yang tinggi untuk hamil, karena sangat membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya. Beresiko mengalami perdarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia (Herlina, 2009). Paritas

Berdasarkan definisi operasional, paritas dikategorikan dalam primipara dan multipara. Paritas tersebut dilihat dari seberapa sering ibu tersebut melahirkan. Hasil analisa deskriptif dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi paritas responden

Paritas Jumlah Persen

Primipara Multipara

61 39

61 39

Jumlah 100 100

Dari 100 responden ibu hamil ada

sebanyak 61 ibu hamil yang primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Melintang Kota Pangkalpinang. Kejadian Anemia

Tabel 3. Distribusi kejadian anemia

Kejadian anemia Jumlah Persen

Primipara Multipara

53 47

53,0 47,0

Jumlah 100 100

Dari 100 responden ibu hamil ada sebanyak 53 (53,0%) ibu hamil yang mengalami anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Melintang Kota Pangkalpinang.

Distribusi Kejadian Anemia Berdasarkan Paritas

Tabel 4. Distribusi kejadian anemia berdasarkan paritas ibu hamil

Paritas

Kejadian Anemia Total Anemia Tidak

anemia

n % n % n %

Primipara 26 42,6 35 57,4 61 100,00 Multipara 27 69,2 12 30,8 39 100,00

Total 53 53,0 47 47,0 100 100,00

Didapatkan hasil bahwa ibu multipara

memiliki beresiko mengalami anemia pada kehamilannya.

PEMBAHASAN

Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Karena selama hamil zat-zat gizi akan

Page 37: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 81

terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya (Herlina, 2009).

Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi >3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas adalah tidak direncanakan (Herlina, 2009).

Paritas >3 tahun dapat meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan, seperti meningkatkan risiko terjadinya kematian janin didalam kandungan dan pendarahan sebelum dan setelah melahirkan, lebih sering dijumpai pada wanita hamil yang anemia dan hal ini dapat berakibat vatal, sebab wanita hamil yang anemia tidak dapat mentoleransi kehilangan darah (Soebroto, 2010).

Kecendrungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia (Wahyudin, 2008).

Kejadian Anemia

Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya kurang dari 11gr%. Bahaya anemia pada ibu hamil tidak saja berpengaruh terhadap keselamatan dirinya, tetapi juga pada janin yang dikandungnya (Wibisono hermawan, 2009).

Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi. Hal ini penting dilakukan pemeriksaan untuk anemia pada kunjungan pertama kehamilan. Bahkan, jika tidak mengalami anemia pada saat kunjungan pertama, masih mungkin terjadi anemia pada kehamilan lanjutannya (Proverawati, 2011).

Anemia juga disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi atau adanya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh (Wibisono hermawan, 2009).

Anemia selama kehamilan berkaitan dengan peningkatan resiko kelahiran

prematur dan berat bayi lahir rendah oleh karena itu sangat penting untuk mempertahankan kadar hemoglobin dalam batas normal karena berfungsi mengangkut oksigen ke janin. Ibu hamil harus memperhatikan pola makannya. Sangat penting untuk memproduksi makanan kaya vitamin C untuk meningkatkan penyerapan zat besi.Sebaiknya menghindari makanan yang dapat mengurangi penyerapan zat besi seperti kopi dan teh. Makanan yang sangat baik untuk mencegah anemia selama hamil yaitu kacang-kacangan, bayam, sayuran hijau, kuning telur, biji-bijian, jeruk, madu, hati ayam,kurma dan lain-lain. Distribusi Kejadian Anemia Berdasarkan Paritas

Ibu yang memiliki paritas lebih dari 3 mempunyai resiko lebih tinggi mengalami anemia karena semakin sering ibu melahirkan mempunyai resiko mengalami anemia apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisinya. Selama hamil zat-zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya.

Ibu yang memiliki paritas > 3 dapat meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinannya, seperti meningkatkan resiko terjadinya kematian janin didalam kandungan dan perdarahan sebelum dan setelah melahirkan, lebih sering dijumpai pada wanita hamil yang anemia dapat berakibat vatal karena wanita hamil yang anemia tidak dapat mentoleransi kehilangan darah (Soebroto, 2010).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh herlia pada tahun ( 2009 ) Wanita yang berumur <20 tahun atau >35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil. Karena sangat membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya. Berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia. Usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia adalah semakin rendah usia ibu hamil maka samakin rendah kadar Hemoglobin.

Page 38: GEMA BIDAN INDONESIA

Volume V Nomor 3, September 2016 ISSN versi cetak : 2252-8482 ISSN versi elektronik: 2407-8980

Gema Bidan Indonesia 82

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa ibu hamil multipara lebih cenderung mengalami anemia kehamilan. Saran 1. Bagi Puskesmas Melintang

diharapkan agar memberikan konseling (penyuluhan) tentang bahaya anemia pada ibu hamil sehingga pengetahuan ibu hamil tentang bahaya anemia semakin bertambah dan dapat memperkecil angka kejadian anemia.

2. Diharapkan kepada Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang agar dapat meningkatkan sumber-sumber bacaan baik buku maupun majalah-majalah kesehatan yang dapat digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan serta dapat digunakan untuk melengkapi referensi kepustakaan yang menunjang penelitian.

DAFTAR PUSTAKA Ardhana. 2008. Dasar – dasar Metode

Penelitian. Jakarta: CV. Sagung Seto. BKKBN. 2006. Paritas

Balitbangkes RI. 2011. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/download/TabelRiskesdas2010.pdf

DepkesRI. 2009. Undang-undang Kesehatan. Jakarta. http://www.depkes.go.id/downloads/SKN%20final.pdf.

Fahriansjah. 2009. Asuhan Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika

Feryanto, Ahmad. 2011. Anemia dalam Kehamilan. Jakarta: Trans Info Media

Friadman. 2005. Klasifikasi Pengetahuan. Bandung: Salemba Medika

Hani. 2010. Asuhan kehamilan. Surabaya: Alumni

Herlina. 2009. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Anemia. (Jurnal)

http://Herlina.com/2009/05/24/studi-kasus-kontrol-anemia-ibu-hamil-jurnal-medika-unhas

Hermawan wibisono. Anemia Pada Kehamilan. 2009. Jakarta: Gramedia

Hidayat, A.aziz, dkk. 2005. Anemia dalam kehamilan. Jakarta : Gramedia

Manuaba. 2009. Klasafikasi paritas. Bandung: Salemba Medika

Notoatmdjo.2010. Metetode Penelitian. Jakarta: Gramedia

Prasetyadi, fans. O.H. 2012. Asuahan Kebidanan pada Ibu Hamil. Surabaya: Trans Media

Profil Puskesmas Melintang. 2014. Data Ibu Hamil Dan Data Anemia

Profil Dinkes Kota Pangkalpinang. 2012. Data Ibu Hamil, dan Anemia

Profil Dinkes Provinsi Bangka Belitung.2012. Data Ibu Hamil, dan Anemia

Proverawati, atikah. Anemia Dalam Kehamilan. 2011. Jakarta: Gramedia

Rasmalia. Asuhan Kehamilan Pada Ibu Hamil Patologi. 2005. Jakarta: Salemba

Rukiyah, Ai yeyeh. 2010. Anemia Pada Ibu Hamil. 2010. Bandung: Salemba

Tarwoto,Wasnidar. 2007. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil. Jakarta: Trans Info Media

Sarwono. 2010. Ilmu Kandungan. Bandung: Salemba

Sinsin, Lis. Anemia Dalam Kehamilan. 2008. Surabaya: Alumni

Soebroto. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Patologi. Bandung: Salemba

Suwingnyo, siswosuharjo. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan I. 2010. Jakarta: Trans Info Media

Wahyudin. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Anemia. (Jurnal) http://wahyudin.com/2008/05/26/studi-kasus-kontrol-anemia-ibu-hamil-jurnal-medika-unhas