gaya bahasa kiasan pada cerita pendek karya penulis …

81
GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS LAKI-LAKI DENGAN KARYA PENULIS PEREMPUAN (KAJIAN STILISTIKA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendididkan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh Musriani Mustafa 10533766714 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2018

Upload: others

Post on 30-Nov-2021

25 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS

LAKI-LAKI DENGAN KARYA PENULIS PEREMPUAN

(KAJIAN STILISTIKA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan pada Jurusan Pendididkan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Musriani Mustafa

10533766714

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018

Page 2: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

SURAT PERNYATAAN

Nama : Musriani Mustafa

Nim : 10533 7667 14

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan judul : Gaya Bahasa Kiasan pada Cerita Pendek Karya

Penulis Laki-Laki dengan Karya Penulis Perempuan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim

penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau

dibuatkan oleh orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi

apabila pernyataan ini tidak benar

Makassar, Juli 2018

Yang Membuat Permohonan

MUSRIANI MUSTAFA

10533 7667 14

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Page 3: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : MUSRIANI MUSTAFA

Nim : 10533 7667 14

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan judul : Gaya Bahasa Kiasan pada Cerita Pendek Karya

Penulis Laki-Laki dengan Karya Penulis

Perempuan.

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyususan skripsi ini,saya

akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapa pun).

2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan

pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1,2,3, saya bersedia

menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Juli 2018

Yang Membuat Permohonan

MUSRIANI MUSTAFA

10533 7667 14

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Page 4: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Teruslah berjuang meski ada yang tidak menghargai, karena kelak mereka yang

mengabaikanmu akan berjuang untuk mendapatkanmu.

(Musriani Mustafa)

Dengan penuh kerendahan hati kupersembahkan karya ini

kepada Ayahanda Mustafa dan Ibunda Ruhani dan saudara-saudariku

tercinta yang selama ini tak henti-hentinya mencurahkan dengan ikhlas doa

dan dukungan terhadap keberhasilan penulis.

Page 5: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

ABSTRAK

Musriani Mustafa. 2018. Gaya Bahasa Kiasan pada Cerita Pendek Karya

Penulis Laki-Laki dengan Karya Penulis Perempuan. Skripsi. Prodi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I M. Ide Said DM dan pembimbing II

Yuddin Pasiri.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu Bagaimana gaya bahasa kiasan

yang terdapat pada cerita pendek karya penulis laki-laki dan cerita pendek karya

penulis perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk Mendeskripsikan gaya bahasa

kiasan yang terdapat pada cerita pendek karya penulis laki-laki dan cerita pendek

karya penulis perempuan.

Objek penelitian yang dikaji yaitu gaya bahasa kiasan yang terdapat pada

cerita pendek karya penulis laki-laki dan cerita pendek karya penulis perempuan.

Subjek penelitiannya berupa cerpen. Data dalam penelitian ini adalah data

kualitatif. Kalimat yang termasuk data dalam penelitian ini adalah semua kalimat

yang mengandung gaya bahasa kiasan pada sebuah cerpen yang penulis teliti.

sumber data dalam penelitian ini adalah cerpen-cerpen karya penulis laki-laki

dalam kumpulan cerpen Drupadi, karya Putu Fajar Arcana, dengan judul “

Seonggok Daging Beku, Bunga Jepun, dan Saraswati ”dan karya penulis

perempuan dalam kumpulan cerpen BH karya Emha Ainun Najb dengan judul

“Lelaki ke-1000 di Ranjangku, Padang Kurusetra, dan Yang Terhormat Nama

Saya”, Teknik analisis data yang digunakan ini adalah analisis teks. Analisis ini

untuk mendeskripsikan gaya bahasa kiasan dalam cerpen karya penulis laki-laki

dan karya penulis perempuan. Serta menjelaskan satuan data yang berupa satuan

bahasa yang mendukung gaya bahasa kiasan. Bentuk satuan data tersebut berupa

kalimat atau kumpulan kalimat.

Berdasarkan hasil penelitian dalam kumpulan cerpen karya penulis laki-laki

secara keseluruhan diperoleh 8 jenis gaya bahasa kiasan. Di antaranya terdapat 4

gaya bahasa persamaan atau simile, 1 gaya bahasa metafora, 3 gaya bahasa

personifikasi, 1 gaya bahasa alusi, 3 gaya bahasa epitet, 2 gaya bahasa

antonomasia, 1 gaya bahasa sinisme, dan 3 gaya bahasa sarkasme. Sedangkan

pada cerpen karya penulis perempuan secara keseluruhan diperoleh 7 jenis gaya

bahasa kiasan di antaranya, 5 gaya bahasa simile atau persamaan, 4 gaya bahasa

metafora, 5 gaya bahasa personifikasi, 2 gaya bahasa alusi, 2 gaya bahasa epitet, 1

gaya bahasa sinekdok, dan 4 gaya bahasa sarkasme.

Dalam penelitian ini cerpen karya penulis laki-laki dengan cerpen karya

penulis perempuan dominan menggunakan gaya bahasa kiasan persamaan atau

simile, metafora, personifikasi, dan sarkasme akan tetapi data yang ditemukan

paling banyak pada cerpen karya penulis perempuan. Pada penelitian ini juga

dapat disimpulkan bahwa penulis laki-laki lebih banyak menggunakan jenis gaya

bahasa kiasan dibandingkan dengan karya penulis perempuan.

Kata kunci: gaya bahasa kiasan, kumpulan cerpen.

Page 6: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Swt. berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya

kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “

Gaya Bahasa Kiasan pada Cerita Pendek Karya Penulis Laki-Laki dengan Karya

Penulis Perempuan”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi dan mendapat gelar sarjana pendidikan (S.Pd.) pada program

Strata -1 di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar. Shalawat dan

salam semoga tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad saw. para keluarga

dan sahabatnya. Semoga rahmat yang Allah limpahkan kepada beliau akan sampai

kepada umatnya ila yaumu al-akhir.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. M. Ide Said DM, M.Pd.

pembimbing I, dan Dr. H. Yuddin Pasiri, M.Pd. pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam

menyusun skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan waktu telah ditentukan.

Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M. Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan peluang mengikuti proses

perkuliahan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Erwin

Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar

yang telah memberikan pelayanan terbaik dalam hal administrasi dan

Page 7: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

kemahasiswaan selama proses pendidikan dan penyelesaian studi penulis. Dr.

Munirah M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian dan

menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan selama menempuh pendidikan

di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Segenap Dosen di Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitras Muhammadiyah Makassar yang

telah memberikan ilmunya kepada penulis.

Ayahanda Mustafa S.E dan Ibunda Ruhani yang telah merawat dan

membesarkanku, mencurahkan segala dukungan materi, memberikan motivasi,

dukungan, dan doa yang tiada hentinya dan tak terbatas selama perkuliahan

hingga penyelesaian skripsi ini. Saudara-saudariku tercinta Abdillah Rahman,

Devi Aulia Mustafa, Nur Ulfiah Mustafa, dan Aditya Alfauzan yang senantiasa

mendukung dalam doa dan memberikan semangat serta dukungan mulai dari awal

sampai penyelesaian studi.

Penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis

mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga

akhirnya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan

penerapan di lapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut. Amin.

Makassar, 20 Juli 2018

Penulis

Musriani Mustafa

Page 8: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN............................................................................................. v

SURAT PERJANJIAN .............................................................................................. vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................. vii

ABSTRAK ................................................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7

E. Definisi Istilah ......................................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................... 9

A. Kajian Pustaka ........................................................................................ 9

1. Karya Sastra ....................................................................................... 9

2. Cerita Pendek ................................................................................... 10

3. Kajian Stilistika ................................................................................ 13

4. Gaya Bahasa ..................................................................................... 23

5. Ragam Gaya Bahasa ........................................................................ 25

Page 9: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

6. Gaya Bahasa Kiasan ......................................................................... 28

B. Penelitian yang Relavan ........................................................................ 39

C. Kerangka Pikir ...................................................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 43

A. Rancangan Penelitian ......................................................................... 43

B. Data dan Sumber Data ........................................................................ 44

C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 45

D. Teknik Analisis Data ......................................................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 47

A. Hasil Penelitian .................................................................................. 47

B. Pembahasan ........................................................................................ 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 66

A. Kesimpulan ........................................................................................ 66

B. Saran .................................................................................................. 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 10: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan wujud penuangan gagasan dan pikiran seseorang

terhadap lingkungannya melalui bahasa yang indah dan menarik. Sastra

hadir sebagai sarana perenungan atas masalah-masalah sosial yang kerap

terjadi dalam masyarakat serta dapat juga digunakan untuk membantu

memahami karakter-karakter dan sifat-sifat yang ada pada diri manusia.

Sastra fiksi memiliki pemahaman lebih mendalam sebab ia merupakan

wujud penuangan ide dan kreativitas pengarang ke dalam sebuah tulisan

sehingga dapat dinikmati oleh pembacanya.

Tidak jarang sastra dijadikan sebuah media bagi seorang pengarang

untuk berbagi pengalaman dan kenangannya kepada pembaca sebagai

penikmat karya sastra. Karya sastra juga merupakan suatu wadah yang

dapat bercerita lebih banyak daripada sebuah sejarah. Sejarah dapat

menceritakan apa yang terjadi di masa lalu, namun sastra dapat

menceritakan apa yang mungkin terjadi di masa lalu dan yang akan terjadi

di masa depan.

Bahasa merupakan hal yang penting dalam sebuah penulisan karya

sastra sebab dengan itulah pengarang dengan pembaca dapat membangun

pertalian batin dari rangkaian kata demi kata yang dicerna oleh pembaca.

Bahasa yang menarik tentunya akan membawa pembaca dalam sebuah

rasa nyaman untuk terus menikmati dan mengikuti atau menyetujui apa

Page 11: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

yang disampaikan penulis. Dalam penyampaiannya, pengarang hendaknya

mempertimbangkan penggunaan bahasanya karena semakin unik atau khas

gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang maka akan semakin menarik

bagi seorang pembaca sehingga akan membangun pertalian batin antara

pengarang dengan pembaca melalui bahasa dalam karya sastranya.

Gaya bahasa merupakan salah satu unsur penunjang dalam sebuah

karya sastra dan sangat berkaitan dengan unsur-unsur yang lain.

Penggunaan gaya bahasa secara khusus seperti gaya bahasa kiasan dalam

karya sastra mampu mempengaruhi pembaca untuk dapat mengetahui ide

pengarang yang tampak dalam tulisannya. Melalui gaya bahasanya,

pengarang juga bisa membawa pembaca untuk ikut merasakan perasaan

dan ekspresinya, baik itu rasa senangnya maupun rasa marahnya yang ia

tuangkan dalam tulisannya. Gaya bahasa yang digunakan dalam sebuah

karya sastra merupakan sebuah bahasa yang dilentur-lenturkan oleh

pengarangnya untuk mencapai efek keindahan dan kehalusan rasa tertentu

yang ingin dituju oleh pengarang. Oleh sebab itu, dengan gaya bahasanya,

sastrawan dapat dengan bebas menuangkan kreasi dan imajinasinya untuk

membagi pengalaman, perasaan, dan ide-idenya kepada para penikmat

sastra.

Karya sastra memiliki sifat imajinatif. Acuan karya sastra bukanlah

dunia nyata, melainkan dunia fiksi dan imajinatif (Faruk, 2010:43).

Sebagai hasil imajinatf, sastra berfungsi sebagai hiburan yang

menyenangkan juga memberikan pengalaman batin bagi para pembacanya

(Wellek dan Warren, 1990:3-4).

Page 12: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Membicarakan karya sastra yang memiliki sifat imajinatif, ada tiga

jenis sastra yaitu, Prosa, Puisi, dan Drama. Prosa adalah ragam sastra

yang biasa menggunakan ragam bahasa sehari- hari. Jenis-jenis prosa,

cerpen, novel, biografi, esai, kritik, artikel. Puisi adalah ragam sastra yang

terikat dengan unsur-unsurnya. Seperti : irama, rima, baris, dan bait.

Sedangkan Drama adalah karya sastra prosa yang berisi dialog di antara

para tokohnya dan kemudian disertai penjelasan-penjelasan lain untuk

pementasan karya sastra tersebut.

Salah satu genre sastra yang sangat akrab dalam kehidupan kita

ialah cerita pendek karena cerita pendek tentunya mudah dinikmati dan

tidak membutuhkan waktu lama untuk membaca kisah yang ada di

dalamnya. Cerita pendek sebagai salah satu karya fiksi menawarkan

sebuah dimensi yang berbeda dari sebuah dimensi nyata. Dimensi yang

berisi dunia yang imajinatif yang dibangun dari unsur instrinsiknya seperti

tema, latar, plot, gaya bahasa, sudut pandang, dan lain-lain, yang tentu saja

semuanya merupakan unsur naratif. Penulis memilih untuk menganalisis

cerpen karena salah satu keunggulan cerpen dibandingkan dengan karya

sastra yang lain seperti novel ialah jika dilihat dari segi formalitas bentuk

dan segi panjang cerita, cerpen lebih singkat dibandingkan dengan novel.

Cerita pendek atau yang lebih dikenal dengan sebutan cerpen

adalah sebuah kisah pendek yang memberikan kesan tunggal yang

dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam sebuah situasi.

Cerpen biasanya kurang dari 10.000 kata dan dibaca dalam waktu sekali

duduk .

Page 13: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Berkaitan dengan pembelajaran yang pastinya berhubungan dengan

kehidupan remaja, maka timbul istilah masa remaja yang dikenal sebagai

masa yang penuh kesukaran, karena masa remaja merupakan masa transisi

antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Pada masa ini, biasanya

remaja berusaha untuk mencari identitas diri.

Seorang ahli psikologi berpendapat bahwa laki-laki dan perempuan

memang memiliki perbedaan, baik dari segi fisik, perilaku, keterampilan

berbahasa, maupun pola pikirnya. Dari segi keterampilan berbahasa,

Dariyo (2004:22) berpendapat bahwa pada umumnya remaja wanita

mempunyai hasil tulisan tangan lebih baik, rapi, bersih, teratur, dan mudah

dibaca, dibandingkan tulisan remaja laki-laki yang cenderung acak-acakan,

tak teratur, dan kadang sulit dibaca.

Sehubungan dengan pendapat Dariyo (2004:134) mengemukakan

bahwa dalam pemerolehan berbahasa, kanak-kanak perempuan lebih cepat

pandai bicara, membaca, dan jarang mengalami gangguan belajar

dibandingkan kanak-kanak laki-laki, para ahli memperkirakan ada

kaitannya dengan kemampuan wanita menggunakan kedua belah

hemisfernya (otak bagian kiri dan otak bagian kanan) ketika membaca atau

melakukan kegiatan verbal lainnya. Sedangkan pria hanya menggunakan

salah satu hemisfernya (biasanya sebelah kiri).

Berdasarkan pendapat Dariyo, letak perbedaan laki-laki dan

perempuan bisa saja terjadi dalam keterampilan menulis cerpen, karena

seseorang yang melakukan kegiatan ini tidak mungkin memiliki gaya yang

sama antara satu dengan yang lainnya. Gaya terbagi atas dua macam yaitu

Page 14: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

gaya pengarang dalam bercerita dan gaya bahasa. Gaya pengarang dalam

mengungkapkan idenya menjadi susunan peristiwa yang disebut cerita

adalah cara-cara khas dari pengarang dalam menyusun bahasa,

menggambarkan tema, menyusun plot, menggambarkan karakter atau

watak, menentukan setting, dan memberikan amanat (Sugiantomas,

2012:71).

Gaya bahasa adalah cara pengarang dalam mengungkapkan suatu

pengertian dalam kata, kelompok kata atau kalimat. Gaya bahasa

sesungguhnya muncul berdasarkan niat pengarang memperjelas uraiannya

dengan bantuan imajinasi, di samping ingin agar pembaca mampu

menerima nilai-nilai yang dilontarkannya. Gaya bahasa yang digunakan

bisa personifikasi, metafora, alegori, sinekdoke, atau apa saja

(Sugiantomas, 2012:71).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui

apakah hasil dari kegiatan menulis cerita pendek yang dilakukan oleh

Penulis laki-laki dan penulis perempuan memang memiliki perbedaan atau

tidak.

Adapun cerita pendek karya penulis laki-laki yang ingin penulis

teliti yaitu kumpulan cerpen Drupadi karya Putu Fajar Arcana dengan

judul “Seonggok Daging Beku, Bunga Jepun, dan Saraswati”. Penulis

tertarik memilih kumpulan cerpen Drupdi sebagai objek penelitian

adalah: pertama, setelah melakukan pembacaan sementara kumpulan

cerpen Drupadi memiliki keunggulan yaitu jarak estetis yang melatari

tokoh-tokohnya. Narrator “aku” misalnya, tidak lain adalah pengarang

Page 15: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

sendiri, akan tetapi berkat kemaampuan menciptakan jarak estetis terasalah

bahwa narrator “aku” bukan diri pengarangnya sendiri, melainkan orang

lain yang betul-betul pernah ada. kedua, dalam kumpulan cerpen Drupadi,

semua tokoh dalam kumpulan cerpen ini pada hakikatnya adalah korban

kekejian, ketiga, cerita-ceritanya akan menambah pengetahuan dan

pengalaman batin pembaca, sehingga amanat yang tersirat itu bisa

dijadikan pelajaran untuk kehidupan pembaca.

Cerita pendek karya penulis perempuan yang ingin penulis teliti

yaitu kumpulan cerpen BH karya Emha Ainun Najib dengan judul cerpen

“ Lelaki ke-1000 di Ranjangku, Padang Krusetra, dan Yang Terhormat

Nama Saya”. Penulis tertarik dengan kumpulan cerpen BH sebagai objek

penelitian sebagai cerpen karya penulis perempuan karena kumpulan

cerpen tersebut ditulis oleh penulis terkenal, yaitu Emha Ainun Najib,

yang telah menghasilkan berbagai karya sastra dan disukai oleh pecinta

sastra. Puluhan buku yang ditulisnya sudah banyak yang diterbitkan, baik

berupa kumpulan puisi, novel, cerpen, maupun esai. Judul pada kumpulan

cerpen “BH” membuat ketertarikan tersendiri untuk dibaca kemudian

kemudian dijadikan bahan yang akan diteliti oleh penulis. Pada kumpulan

cerpen ini banyak megandung gaya bahasa yang semuanya disajikan

dengan sangat apik, menggelitik dan apa adanya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui

apakah penulisan Gaya Bahasa Kiasan pada cerpen dari karya penulis laki-

Page 16: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

laki dengan karya penulis perempuan memang memiliki perbedaan atau

tidak. Maka munculah sebuah perumusan masalah yaitu: Bagaimana gaya

bahasa kiasan yang terdapat pada cerita pendek karya penulis laki-laki dan

cerita pendek karya penulis perempuan ?

C. Tujuan Kajian

Mendeskripsikan gaya bahasa kiasan yang terdapat pada cerita

pendek karya penulis laki-laki dan cerita pendek karya penulis perempuan.

D. Manfaat Kajian

Kajian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara praktis

dan teoretis pada bidang kesastraan dan aplikasinya dalam pemahaman

sastra.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat terhadap perkembangan ilmu bahasa dalam kajian unsur

instrinsik cerpen khususnya dalam analisis gaya bahasa kiasan

dalam cerpen.

2. Manfaat Praktis

Kajian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan

referensi yang sangat bermanfaat untuk berbagai kepentingan,

khususnya di bidang analisis unsur instrinsik cerpen, dan

diharapkan dapat membantu peneliti selajutnya dalam usahanya

menambah wawasan yang berkaitan dengan analisis unsur

instrinsik cerpen.

Page 17: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

E. Definisi Istilah

Judul penelitian ini “Gaya Bahasa Kiasan pada Cerita Pendek

Karya Penulis Laki-laki dan Karya Penulis Perempuan”. Oleh karena itu,

untuk menghindari salah penafsiran, maka penulis menjelaskan bahwa

Gaya bahasa pada Cerita Pendek karya penulis laki-laki merupakan cara

penulis laki-laki dalam menyampaikan pikirannya melalui bahasa pada

sebuah karya sastra berupa cerita pendek secara khas yang

memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis laki-laki atau pemakai

bahasa. Sedangkan Gaya bahasa pada cerpen karya penulis perempuan

merupakan cara penulis perempuan dalam menyampaikan pikirannya

melalui bahasa pada sebuah karya sastra berupa cerita pendek secara khas

yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis perempuan atau

pemakai bahasa tersebut.

Page 18: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Karya Sastra

Karya sastra adalah karya individual yang didasarkan pada

kebebasan mencipta dan dikembangkan lewat imajinasi, (Ignas

Kleden dalam Endraswara, 2011:46-48). Dalam hubungan antara

karya sastra dengan kenyataan, bahwa karya sastra lahir dari

peneladanan terhadap kenyataan, tetapi sekaligus juga model

kenyataan. Bukan hanya sastra yang meniru kenyataan, tetapi

sering kali juga terjadi norma keindahan yang diakui masyarakat

tertentu yang terungkap dalam karya seni, yang kemudian dipakai

sebagai tolok ukur untuk menyatakan. (Teeuw,1988:228).

Karya sastra bukan barang mati dan fenomena yang lumpu,

melainkan penuh daya imajinasi yang hidup. Karya sastra tidak

jauh berbeda dengan fenomena manusia yang bergerak, fenomena

alam yang kadang-kadang ganas dan fenomena apa pun yang ada di

dunia dan akhirat. Karya sastra sendiri memiliki kaidah yang

estetika yang jelas. Ukuran estetik justru menjadi kriteria mutu

karya sastra sebagai karya seni biasanya syarat dengan imajinasi

dan kaya bahasa juga akan estetika. Kedua unsur tersebut akan

baur-membaur dalam cipta sastra, sehingga mewujudkan kepaduan.

Page 19: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Keterpaduan dua hal itu akan menjadi wahana strategis untuk

menuangkan ilham sebagai buah pemikiran, kehendak, dan

perasaan pengarang.

2. Cerita Pendek

Pengertian Cerita Pendek (cerpen) telah banyak dibuat dan

dikemukakan oleh pakar sastra, dan sastrawan. Jelas tidak mudah

membuat definisi mengenai cerpen. Meski demikian, berikut akan

dipaparkan pengertian cerita pendek yang diungkapkan oleh para

ahli sastra dan sastrawan terkemuka.

Purba (2010:48), H.B Jassin dalam bukunya Tifa Penyair

dan Daerahnya, mengemukakan bahwa cerita pendek ialah cerita

yang pendek. Jassin lebih jauh mengungkapkan bahwa tentang

cerita pendek ini orang boleh bertengkar, tetapi cerita yang seratus

halaman panjangnya sudah tentu tidak disebut cerita pendek dan

memang tidak ada cerita pendek yang demikian panjang. Cerita

yang panjangnya sepuluh atau dua puluh halaman masih bisa

disebut cerita pendek, tetapi ada juga cerita pendek yang

panjangnya hanya satu halaman. Pengertian yang sama

dikemukakan oleh Sumardjo dan Saini di dalam buku mereka

Apresiasi Kesusastraan. Mereka berpengertian bahwa cerita pendek

adalah cerita yang pendek. Tetapi dengan hanya melihat fisiknya

yang pendek orang belum dapat menetapkan sebuah cerita yang

pendek adalah sebuah cerpen.

Page 20: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Cerita pendek adalah cerita yang membatasi diri dalam

membahas salah satu unsur fiksi dalam aspeknya yang terkecil.

Kependekan sebuah cerita pendek bukan karena bentuknya yang

jauh lebih pendek dari novel, tetapi karena aspek masalahnya yang

sangat dibatasi (Sumardjo, 1983:69).

Sesuai dengan namanya, cerita pendek dapat diartikan

sebagai cerita berbentuk prosa yang pendek (Suyanto, 2012:46).

Ukuran pendek di sisni bersifat relatif. Menurut Edgar Allan Poe

dalam (Suyanto,2012:46), sastrawan kenamaan Amerika, ukuran

pendek di sini adalah selesai dibaca dalam sekali duduk, yakni kira-

kira kurang dari satu jam. Adapun Jacob Sumardjo dan Saini K.M

(1983:30) dalam Suyanto (2012:46) menilai ukuran pendek ini

lebih didasarkan pada keterbatasan pengembangan unsur-unsurnya.

Cerpen harus memiliki efek tunggal dan tidak kompleks.

Pengertian cerita pendek yang dikemukakan oleh, H.B.

Jassin, kemudian Sumardjo dan Saini, Priyatni, dan Suyanto

merupakan bagian kecil dari pengertian cerita pendek. Beberapa

pengertian cerita pendek yang telah dikemukakan oleh para ahli di

atas, penulis berhasil meyimpulkan pengertian cerita pendek secara

tersendiri. Cerita pendek (cerpen) adalah sebuah karangan

berbentuk prosa fiksi yang habis dibaca sekali duduk, maksud dari

habis dibaca sekali duduk adalah tidak membutuhkan waktu yang

berlama-lama untuk menyelesaikan satu cerita. Cerita pendek juga

Page 21: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

memiliki pemendekan unsur-unsur pembentuknya, jadi kaya akan

pemadatan makna.

Panjang atau pendek sebuah cerita pendek juga tidak bisa

ditetapkan. Pada umumnya panjangnya sebuah cerita pendek itu

habis sekali, dua kali atau tiga kali. Tetapi ini juga bukan pegangan.

Dapatlah kita katakan antara 500-1.000 – 1.500-2.000 hingga

10.000, 20.000, atau 30.000 kata.

Antara cerita pendek yang panjang dan sebuah novelet

sudah sukar membedakannya. Bedanya ialah dalam isi cerita.

Novelet mencakup cerita pengalaman-pengalaman manusia yang

lebih luas, sedangkan cerita pendek memusatkan perhatian pada

sesuatu yang lebih terbatas.

Cerita pendek itu terbatas kemungkinan-kemungkinannya.

Umpamanya, tidak mungkin untuk menceritakan dalam sebuah

cerita pendek dikemukakan tanggapan-tanggapan saat hidup yang

karena sesuatu sebab dapat dibawa ke depan dan ditonjolkan.

Pengertian tentang batas-batas cerita pendek ini perlu diketahui

agar orang jangan mengarang roman dalam sebuah cerita pendek

atau sebaliknya. Karena berapa banyak roman-roman yang

sebenarnya lebih padat dan lancar ceritanya jika dijalin dalam

sebuah cerita pendek. Bahan dalam roman demikian diperpanjang,

bertele-tele, sehingga hambar dan tidak berketentuan rasanya.

Page 22: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

3. Kajian Stilistika

a. Pengertian Stilistika

Salah satu cara untuk menikmati karya sastra yakni

melalui pengkajian stilistika. Stilistika adalah ilmu yang

mempelajari gaya bahasa suatu karya sastra. Hal ini sesuai

dengan pendapat Lodge (dalam Zhang, 2010:155) bahwa untuk

menjembatani apresiasi karya sastra dengan bahasa, maka

diperlukan telaah yang dikenal dengan telaah ilmu gaya

bahasa. Bahasa sastra memiliki pesan keindahan dan sekaligus

membawa makna. Tanpa keindahan bahasa, karya sastra

menjadi hambar. Keindahan karya sastra, hampir sebagian

besar dipengaruhi oleh kemampuan pengarang dalam

memainkan bahasa.

Istilah stilistika diserap dari bahasa bahasa Inggris

stylistics yang diturunkan dari kata style yang berarti gaya.

Secara etimologi, istilah style atau gaya itu sendiri menurut

Shipley (1979:314) dan Mikics (2007:288) berasal dari bahasa

Latin stilus, yang berati batang atau tangkai, menyaran pada

ujung pena yang digunakan untuk membuat tanda-tanda

(tulisan) pada tanah liat yang berlapis lilin (metode kuno dalam

menulis). Jadi, secara sederhana stilistika dapat diartikan

sebagai ilmu tentang gaya bahasa.

Penggunaan gaya bahasa dalam karya sastra

berlawanan dengan pengunaan bahasa pada karya ilmiah.

Page 23: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Penggunaan bahasa pada karya ilmiah pastinya menggunakan

bahasa yang baik dan benar, pemilihan kata yang tepat,

kalimatnya jelas, ini harus diperhatikan sekali agar tidak

menimbulkan makna ambigu/ganda. Sedangkan pemakaian

bahasa dalam karya sastra lebih memiliki kebebasan yang

berasal dari kreativitas pengarang, karena dimaksudkan agar

dapat memiliki kekayaan makna.

Secara umum lapangan kajian stilistika adalah pemakaian

bahasa, sehingga dapat dilihat bahasa yang digunakan dalam

suatu karya sastra. Dari beberapa pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa stilistika merupakan ilmu yang

mempelajari tentang gaya bahasa, pilihan kata, dan

penggunaan bahasa.

Turner (dalam Pradopo, 1993:264) mengartikan stilistika

adalah ilmu yang mempelajari gaya bahasa yang merupakan

bagian linguistik yang memusatkan pada variasi-variasi

penggunaan bahasa tetapi tidak secara eksklusif memberikan

perhatian khusus kepada penggunaan bahasa yang kompleks

pada kesusastraan. Menurut Sudjiman (1993:13), pengertian

stilistika adalah style, yaitu cara yang digunakan seorang

pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan

menggunakan bahasa sebagai sarana. Dengan demikian style

dapat diterjemahkan sebagai gaya bahasa.

Page 24: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Endaswara (2011:72) menyebutkan stilistika adalah ilmu

yang mempelajari gaya bahasa suatu karya sastra. Selanjutnya

dikatakan ada dua pendekatan analisis stilistika: “(1) dimulai

dengan analisis sistem tentang linguistik karya sastra, dan

dilanjutkan ke interpretasi tentang ciri-ciri sastra, interpretasi

diarahkan ke makna secara total; (2) mempelajari sejumlah ciri

khas yang membedakan satu sistem dengan sistem lain”.

Fananie (2000:25) mengemukakan stilistika atau gaya

merupakan ciri khas pemakaian bahasa dalam karya sastra

yang mempunyai spesifikasi tersendiri dibanding dengan

pemakaian bahasa dalam jaringan komunikasi yang lain. Gaya

tersebut dapat berupa gaya pemakaian bahasa secara universal

maupun pemakaian bahasa yang merupakan kecirikhasan

masing-masing pengarang.

Ratna (2009:167) mendefinisi stilistika sebagai ilmu yang

berkaitan dengan gaya dan gaya bahasa. Tetapi pada umumnya

lebih mengacu pada gaya bahasa. Dalam bidang bahasa dan

sastra stilistika berarti cara-cara penggunaan bahasa yang khas

sehingga menimbulkan efek tertentu yang berkaitan dengan

aspek-aspek keindahan. Menurut Teeuw (dalam Fananie,

2000:25) stilistika merupakan sarana yang dipakai pengarang

untuk mencapai suatu tujuan, karena stilistika merupakan cara

untuk mengungkapkan pikiran, jiwa, dan kepribadian

pengarang dengan cara khasnya.

Page 25: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Berdasarkan pengertian-pengertian stilistika di atas maka

dapat disimpulkan bahwa stilistika adalah cabang linguistik

yang mempelajari tentang gaya bahasa. Penggunaan gaya

bahasa menimbulkan efek tertentu yang berkaitan dengan

aspek-aspek keindahan yang merupakan ciri khas pengarang

untuk mencapai suatu tujuan yaitu mengungkapkan pikiran,

jiwa, dan kepribadiannya.

b. Ruang Lingkup Kajian Stilistika

Berbagai pakar sastra telah mengurai ruang lingkup

stilistika. Dalam Pengkajian Puisi Univeristas Gadjah

Mada, Yogyakarta, Pradopo (1993:10) mengurai ruang

lingkup stilistika, yaitu aspek-aspek bahasa yang ditelaah

dalam stilistika meliputi intonasi, bunyi, kata, dan kalimat

sehingga lahirlah gaya intonasi, gaya bunyi, gaya kata, dan

gaya kalimat. Dalam Bunga Rampai Stilistika, Sudjiman

(1993:13-14) menguraikan pusat perhatian stilistika adalah

style, yaitu cara yang digunakan pembicara atau penulis

untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan

bahasa sebagai sarana style dapat diterjemahkan sebagai

gaya bahasa.

Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan kata, struktur

kalimat, majas, citra, dan pola rima, makna yang digunakan

seorang sastrawan atau yang terdapat dalam sebuah karya

sastra. Misalnya, kita dapat menduga siapa pengarang

Page 26: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

sebuah karya sastra karena kita menemukan ciri-ciri

penggunaan bahasa yang khas, kecenderungannya untuk

secara konsisten menggunakan struktur tertentu, gaya

bahasa pribadi seseorang. Misalnya, Idrus dikenal dengan

gaya bahasanya yang khas dan sederhana.

Setelah membaca sebuah karya sastra, kita dapat juga

menentukan ragamnya (genre) berdasarkan gaya bahasa

teks karena kekhasan penggunaan bahasa, termasuk

tipografinya. Gaya bahasa sebuah karya juga dapat

mengungkapkan periode, angkatan, atau aliran sastranya.

Misalnya kita dapat mengenal gaya sebuah karya sebagai

gaya egaliter (gaya ragam); kita mengenal gaya realisme

dalam karya yang lain (gaya aliran). Sebuah karya kita

perkirakan terbit pada zaman Balai Pustaka dengan

memperhatikan gaya bahasa (gaya angkatan).

Ranah penelitian stilistika biasanya dibatasi pada teks

tertentu. Pengkajian stilistika adalah meneliti gaya sebuah

teks sastra secara rinci dengan sistematis memperhatikan

preferensi penggunaan kata, struktur bahasa, mengamati

antarhubungan pilihan kata untuk mengidentifikasikan ciri-

ciri stilistika (stylistics features) yang membedakan

pengarang (sastrawan) karya, tradisi, atau periode lainnya.

Ciri ini dapat bersifat fonologi (pola bunyi bahasa, matra

dan rima), sintaksis (tipe struktur kalimat), leksikal (diksi,

Page 27: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

frekuensi penggunaan kelas kata tertentu) atau retoris

(majas dan citraan).

Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan

tentang analisis yang dilakukan apresiasi sastra meliputi:

(1) Analisis tanda baca yang digunakan pengarang. (2)

Analisis hubungan antara sistem tanda yang satu dengan

yang lainnya. (3) Kaitannya dengan kritik sastra, kajian

stilistika digunakan sebagai metode untuk menghindari

kritik sastra yang bersifat impresionistis dan subjektif.

Melalui kajian stilistika, diharapkan dapat memperoleh

hasil yang memenuhi kriteria objektivitas dan keilmiahan

(Aminuddin, 1995b:42). (4) Analisis kemungkinan terjema-

han satuan tanda yang ditentukan serta kemungkinan

bentuk ekspresi yang dikandungnya (Aminuddin,

1995a:98). Aminuddin (1995b:42-43) mengungkapkan

bahwa prosedur analisis yang digunakan dalam kajian

stilistika, di antaranya : (1) Analisis aspek gaya dalam

karya sastra. (2) Analisis aspek-aspek kebahasaan seperti

manipulasi paduan bunyi, penggunaan tanda baca dan cara

penulisan. (3) Analisis gagasan atau makna yang

dipaparkan dalam karya sastra.

c. Stilistika Sastra dan Stilistika Linguistik

Pembicaraan stilistika tidak dapat dilepaskan dari

linguistik atau ilmu bahasa. Bahkan, secara tegas Starcke

Page 28: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

(2010:2) dalam definisinya menyatakan bahwa stilistika

sebagai salah satu disiplin linguistik. Eksistensi linguistik

dalam konteks stilistika itu seperti tampak pada pandangan

beberapa pakar berikut. Junus (1989:xvii) misalnya,

memandang stilistika sebagai ilmu gabung (inter atau

multidisiplin) antara linguistik dan ilmu sastra. Widdowson

(1997:3) dan Sudjiman (1993:3) memandang stilistika

sebagai kajian mengenai diskursus (wacana) kesastraan

yang beranjak dari orientasi linguistik.

Mcrae dan Clark (dalam Davies dan Elder, 2006:

328) berpendapat bahwa stilistika sebagai penggunaan

linguistik (ilmu bahasa) untuk mendekati teks sastra.

Simpson (2004:3) melihat analisis stilistika berfungsi untuk

memahami teks sastra dengan dasar wawasan struktur

linguistik. Sementara Child dan Fowler (2006:229)

memandang stilistika sebagai kajian analitis terhadap sastra

dengan menggunakan konsep atau teknik linguistik

modern. Berdasarkan pandangan beberapa pakar tadi, dapat

ditarik sebuah kesimpulan bahwa stilistika merupakan

pengkajian sastra dari perspektif linguistik.

Beberapa pandangan pakar di atas menjelaskan

bahwa dasar pemahaman linguistik menjadi kebutuhan

mutlak jika ingin menerapkan teori stilistika. Wellek dan

Warren (1990:221) lebih menegaskan bahwa stilistika tidak

Page 29: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

dapat diterapkan dengan baik tanpa dasar linguistik yang

kuat karena salah satu penelitian utamanya adalah kontras

sistem bahasa karya sastra dengan penggunaan bahasa pada

zamannya. Dengan demikian, pemahaman stilistika sebagai

ilmu gabung (linguistik dan sastra) merupakan suatu hal

yang tidak terhindarkan (Sayuti, 2001:173).

Penggabungan dua disiplin ilmu, yaitu linguistik

dan sastra menyebabkan terjadinya dikotomi arah kajian

atau penelitian stilistika. Teori stilistika dapat diterapkan

dalam kerangka penelitian bahasa (linguistik), dan dapat

pula diterapkan dalam penelitian sastra. Teori stilistika

yang digunakan dalam kerangka penelitian bahasa

(linguistik) lazim disebut stilistika linguistik, atau dalam

istilah Hendricks (dalam Aminuddin, 1995b:22) disebut

stylolinguistik. Sementara teori stilistika yang digunakan

dalam kerangka penelitian sastra sering disebut stilistika

sastra. Oleh sebab itu, secara umum, dibedakan menjadi

dua jenis stilistika yaitu stilistika linguistik atau linguistics

stylistics dan stilistika sastra atau literary (poetics)

stylistics (Missikova, 2003:15).

Persamaan antara stilistika linguistik maupun

stilistik sastra terletak pada objek kajian yaitu bahasa dalam

karya sastra, karena stilistika menurut Wynne (2005:1) dan

Crystal (2000:99) adalah kajian terhadap bahasa sastra.

Page 30: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Perbedaan keduanya terletak pada tujuan akhir kajian atau

penelitian. Orientasi akhir kajian stilistika linguistik hanya

untuk mendeskripsikan berbagai fenomena kebahasaan

dalam karya sastra, tanpa memperhatikan efek estetika dari

penggunaan bahasa tersebut.

Darwis (2002:91) menyatakan bahwa dalam

stilistika linguistik tidak terdapat kewajiban untuk

menjelaskan keterkaitan antara pilihan kode bahasa (bentuk

linguistik) dan fungsi atau efek estetika atau artistik karya

sastra. Stilistika linguistik tidak lain hanyalah berupa

penerapan teori linguistik untuk mengungkap berbagai

unsur kebahasaan dalam teks sastra. Penerapan teori

linguistik pada sastra ini yang lazim dikenal dengan istilah

linguistik sastra atau literary linguistics (Fabb, 2003:446).

Stilistika sastra selain mengungkap atau

mendeskripsikan berbagai struktur dan bentuk linguistik,

yang lebih utama lagi adalah deskripsi efek estetika dan

kandungan makna di balik berbagai struktur dan bentuk

linguistik tersebut, yang ditekankan dalam stilistika sastra

adalah bagaimana menemukan fungsi sastra, yaitu

memberikan efek estetika (puitis) (Darwis, 2002:91).

Dalam hal ini, stilistika sastra bertujuan mengungkap

hakikat yang terselubung di balik berbagai fenomena

kebahasaan tersebut, hakikat yang menjadi tujuan utama

Page 31: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

dari sastra, yaitu dulce et utile (menghibur dan bermanfaat),

atau dalam istilah Bressler (1999:12) disebut to

teach (mengajar) dan to entertain (menghibur). Dengan

demikian, penelitian stilistika sastra selain dapat

mengungkap efek estetika sebagai buah kreativitas

pengarang, juga mampu mengungkap makna di balik

bahasa yang estetis tersebut.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas mengenai

stalistika linguistik dan stalistika sastra, penulis memilih

berfokus pada stilistika sastra karena stilistika sastra sejalan

dengan apa yang penulis teliti mengenai keindahan dalam

suatu karya sastra.

d. Manfaat Stilistika

Berbagai manfaat diperoleh dari stilistika bagi

pembaca sastra, guru sastra, kritikus sastra, dan sastrawan.

Manfaat menelaah sastra adalah sebagai berikut.

a. Mendapatkan atau membuktikan ciri-ciri keindahan

bahasa yang universal dari segi bahasa dalam karya

sastra lebih.

b. Menerangkan keindahan karya sastra dengan

menunjukkan keselarasan penggunaan ciri-ciri

keindahan bahasa dalam karya sastra.

c. Membimbing pembaca menikmati karya sastra

dengan baik.

Page 32: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

d. Membimbing sastrawan dalam memperbaiki atau

meninggikan mutu karya sastranya.

e. Kemampuan membedakan bahasa yang digunakan

dalam satu karya sastra dengan karya sastra yang

lain.

4. Gaya Bahasa

Salah satu hal penting yang tedapat dalam karya sastra ialah

gaya bahasa karena dengan gaya bahasa pengarang mampu

membuat pembaca tertarik terhadap tulisannya. Berikut akan

dipaparkan penjelasan mengenai gaya bahasa.

Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010:276) stile (style, gaya

bahasa) adalah cara pengungkapan bahasa dalam prosa, atau

bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan

dikemukakan. Stile ditandai oleh ciri-ciri formal kebahasaan

seperti pilihan kata, struktur kalimat, bentuk-bentuk

bahasa figuratif, penggunaan kohesi, dan lain-lain. Sebagaimana

diungkapkan Abrams di atas, gaya bahasa meliputi penggunaan

bahasa figuratif dan wujud pencitraan. Bahasa figuratif itu sendiri

menurut Abrams dapat dibedakan ke dalam (1) figures of thought

dan (2) figures of speech, rhetorical figures.Yang pertama memper

-soalkan pengungkapan dengan cara kias, sebut saja dengan

permajasan sedang yang kedua dengan penyiasatan struktur.

Keraf (2006:113) mengungkapkan bahwa gaya atau gaya

bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Pengertian gaya

Page 33: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui

bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian

penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa yang baik harus

mengandung tiga unsur berikut: kejujuran, sopan-santun, dan

menarik. Ratna (dalam Munaris, 2010:22) menyatakan gaya adalah

cara-cara yang khas, bagaimana segala sesuatu diungkapkan

dengan cara tertentu, sehingga tujuan yang dimaksudkan dicapai

secara maksimal. Gaya dapat ditelusuri dari penggunaan elemen-

elemen bahasa, misal, diksi, frase, klausa, dan kalimat.

Sementara itu, Suyanto (2012:51) mengungkapkan bahwa

gaya bahasa (style) adalah cara mengungkapkan bahasa seseorang

pengarang untuk mencapai efek estetis dan kekuatan daya ungkap.

Aminuddin (1995b:v) mengungkapkan gaya merupakan cara yang

digunakan pengarang dalam memaparkan gagasan sesuai dengan

tujuan dan efek yang ingin dicapainya.

Sisi lain, Zulfahnur dkk. (1997:38) juga menyebutkan

bahwa gaya bahasa berarti cara membentuk atau menciptakan

bahasa sastra dengan memilih diksi, sintaksis, ungkapan, majas,

irama, dan imaji yang tepat untuk memperoleh kesan estetik.

Menurut Zainuddin (1992:51) gaya bahasa ialah pemakaian ragam

bahasa dalam mewakili atau melukiskan sesuatu dengan pemilihan

dan penyusunan kata dalam kalimat untuk memperoleh efek

tertentu. Secara lebih ringkas Sumardjo dan Saini K.M. (1983:62)

Page 34: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

berpendapat bahwa gaya adalah cara khas pengungkapan

seseorang.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh

para ahli tersebut, penulis menyimpulkan bahwa gaya bahasa

adalah cara khas seorang pengarang dalam mengungkapkan pikiran

yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian pengarang tersebut

untuk mencapai efek yang diharapkan dengan penggunaan elemen-

elemen bahasa seperti diksi, frase, klausa, dan kalimat.

5. Ragam Gaya Bahasa

Pembagian atau penggolongan gaya bahasa sampai saat ini

belum memiliki kesamaan persis dari para ahli seperti pembagian

gaya bahasa berikut.

Menurut Depdiknas (2005) gaya bahasa atau majas adalah

pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk

memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa

sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyatakan pikiran

dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Meskipun ada

banyak macam gaya bahasa atau majas, namun secara sederhana

gaya bahasa terdiri dari empat macam, yaitu majas perbandingan,

majas penegasan, majas pertentangan, dan majas sindiran.

a) Majas perbandingan, meliputi: alegori, alusio, simile,

metafora, sinestesia, antropomorfemis, antonomesia, aptronim,

metonemia, hipokorisme, litotes, hiperbola, personifikasi, pars

Page 35: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

prototo, totum proparte, eufemisme, depersonifikasi,

disfemisme, fabel, parabel, perifrase, eponim, dan simbolik.

b) Majas penegasan, meliputi: apofasis, pleonasme, repetisi,

pararima, aliterasi, paralelisme, tautologi, sigmatisme,

antanaklasis, klimaks, antiklimaks, inversi, retoris, elipsis,

koreksio, sindeton, interupsi, eksklamasio, enumerasio,

preterito, alonim, kolokasi, silepsis, dan zeugma.

c) Majas pertentangan, meliputi: paradoks, antitesis, oksimoron,

kontradiksi interminus, dan anakronisme.

d) Majas sindiran, meliputi: ironi, sarkasme, sinisme, satire,

inuendo, dan lain-lain.

Senada dengan pendapat di atas, (Keraf, 2006) membagi

jenis-jenis gaya bahasa menjadi empat kelompok, yaitu sebagai

berikut.

a) Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata dibedakan menjadi

gaya bahasa resmi, gaya bahasa tak resmi, dan gaya bahasa

percakapan.

b) Gaya bahasa berdasarkan nada terdiri dari gaya sederhana,

gaya mulia dan bertenaga, dan gaya menengah.

c) Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat terdiri dari

klimaks, antiklimaks, paralelisme, antitesis, dan repetisi.

d) Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna terdiri

dari gaya bahasa retoris meliputi aliterasi, asonansi, anastrof,

Page 36: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

apofasis atau preterisio, apostrof, asidenton, polisidenton,

kiasmus, elipsis, eufemismus, litotes, hysteron proteron,

pleonasme dan tautologi, perifrasis, prolepsis, erotesis,

silepsis dan zeugma, koreksio, hiperbol, paradoks,

oksimoron; dan gaya bahasa kiasan meliputi metafora, simile,

alegori, personifikasi, alusi, eponimi, epitet, sinekdoke,

metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme, dan

sarkasme, satire, inuendo, antifrasis dan pun atau

paronomasia (Keraf, 2006:115-145).

Gaya bahasa berdasarkan penyampaian makna terdiri dari

dua kelompok yakni gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan.

Gaya bahasa retoris merupakan gaya bahasa yang maknanya

diartikan secara harfiah sesuai dengan makna lahirnya. Bahasa

yang digunakan mengandung kelangsungan makna. Misalnya

asindeton, polisindeton, litotes, hiperbola, anastrof, dan

sebagainya. Sementara itu gaya bahasa kiasan merupakan gaya

bahasa yang maknanya tidak dapat ditafsirkan sesuai dengan kata-

kata yang membentuknya. Gaya bahasa kiasan diperoleh dengan

cara membandingkan atau menyamakan sesuatu hal dengan hal

lain. Bahasa kiasan adalah teknik pengungkapan bahasa yang

maknanya tidak menunjukkan pada makna harfiah kata-kata yang

mendukungnya tetapi pada makna yang tersirat.

Ketidaklangsungan makna inilah yang merupakan salah satu siasat

penulis untuk menarik perhatian pembaca (Nurgiyantoro, 2010).

Page 37: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Dari beberapa pendapat di atas, dengan pertimbangan bahwa

teori Keraf lebih sesuai dengan penelitian yang sedang penulis

lakukan, maka penulis memilih gaya bahasa berdasarkan langsung

tidaknya makna sebagai rujukan yang akan penulis gunakan untuk

melakukan penelitian mengenai analisis gaya bahasa kiasan pada

cerpen karya penilis laki-laki dengan karya penulis perempuan.

Berdasarkan langsung tidaknya, makna gaya bahasa dapat

dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

1) gaya bahasa retoris

2) gaya bahasa kiasan.

Gaya bahasa retoris merupakan gaya bahasa yang semata-

mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk

mencapai efek tertentu (Keraf, 2006:130). Gaya bahasa ini

memiliki berbagai fungsi antara lain menjelaskan, memperkuat,

menghidupkan objek mati, menimbulkan gelak tawa, atau untuk

hiasan, sedangkan gaya bahasa kiasan membandingkan sesuatu

dengan sesuatu hal yang lain, berarti mencoba untuk menemukan

ciri yang menunjukkan kesamaan antara dua hal tersebut (Keraf,

2006:136).

6. Gaya Bahasa Kiasan

Keraf (2006:136) menyatakan bahwa gaya bahasa kiasan ini

pertama-tama dibentuk berdasarkan perbandingan dan persamaan.

Membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, berarti

Page 38: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

mencoba menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan antara

kedua hal tersebut. Perbandingan sebenarnya mengandung dua

pengertian, yaitu perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa

polos dan langsung, dan perbandingan yang termasuk dalam gaya

bahasa kiasan. Kelompok pertama dalam contoh berikut termasuk

gaya bahasa langsung dan kelompok kedua termasuk gaya bahasa

kiasan.

1) Dia sama pintar dengan kakaknya.

Kerbau itu sama kuat dengan sapi.

2) Matanya seperti bintang timur.

Bibirnya seperti delima merekah.

Perbedaan antara kedua perbandingan di atas adalah dalam

hal kelasnya. Perbandingan biasa mencakup dua anggota yang

termasuk dalam kelas yang sama, sedangkan perbandingan yang

kedua sebagai bahasa kiasan, mencakup dua hal yang termasuk

dalam kelas yang berlainan. Sebab itu, untuk menetapkan apakah

suatu perbandingan itu merupakan bahasa kiasan atau tidak,

hendaknya diperhatikan tiga hal berikut.

1) Tetapkanlah terlebih dahulu kelas kedua hal yang

diperbandingkan.

2) Perhatikan tingkat kesamaan atau perbedaan antara kedua

hal tersebut.

Page 39: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

3) Perhatikan konteks di mana ciri-ciri kedua hal itu

diketemukan. Jika tidak ada kesamaan maka perbandingan

tersebut merupakan bahasa kiasan.

Berikut yang termasuk ke dalam gaya bahasa kiasan.

a. Gaya Bahasa Perumpamaan/Simile

Keraf (2006:138) menyatakan bahwa persamaan atau simile

adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud

dengan perbandingan yang bersifat eksplisit adalah bahwa ia

langsung menyatakan sesuatu yang sama dengan hal lain. Untuk

itu, memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan

kesamaan itu, yaitu katakata: seperti, sama, sebagai, bagaikan,

laksana, dan sebagainya.

Contoh:

seperti air dengan minyak

bak merpati dua sejoli

kadang-kadang diperoleh persamaan tanpa menyebutkan objek

pertama yang akan dibandingkan, seperti:

seperti menating minyak penuh

bagai air di daun talas

b. Gaya Bahasa Metafora

Metafora berasal dari bahasa Yunani metaphora yang

berarti memindahkan; dari meta „di atas; melebihi‟ + pherein

„membawa‟. Menurut Dale (dalam Tarigan, 2009:15). Metafora

membuat perbandingan antara dua hal atau benda untuk

Page 40: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

menciptakan suatu kesan mental yang hidup walaupun tidak

dinyatakan secara eksplisit dengan penggunaan kata-kata seperti,

ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, penaka, serupa seperti pada

perumpamaan.

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan

dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat : bunga

bangsa, buaya darat, buah hati. Metafora sebagai perbandingan

langsung tidak mempergunakan kata : seperti, bak, bagaikan, dan

sebagainya, sehingga pokok pertama langsung dihubungkan

dengan pokok kedua (Keraf, 2006:139). Metafora merupakan gaya

perbandingan yang bersifat tidak langsung. Hubungan antara

sesuatu yang dinyatakan pertama dengan yang dinyatakan kedua

bersifat sugestif, tidak ada kata-kata penunjuk perbandingan

eksplisit (Nurgiyantoro, 2010:299).

Contoh:

Ali mata keranjang

Perpustakaan gudang ilmu

c. Gaya Bahasa Alegori, Parabel, dan Fabel

Alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung

kiasan. Makna kiasan ini harus ditarik dari bawah permukaan

ceritanya. Dalam alegori, nama-nama pelakunya adalah abstrak,

serta tujuannya selalu jelas tersurat.

Parabel (parabola) adalah suatu kisah singkat dengan

tokoh-tokoh biasanya manusia, yang selalu mengandung tema

moral. Istilah parabel dipakai untuk menyebut cerita-cerita fiktif di

Page 41: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

dalam Kitab Suci yang bersifat alegoris, untuk menyampaikan

suatu kebenaran moral atau suatu spiritual.

Menurut Keraf, (2006:140) Fabel adalah suatu metafora

berbentuk cerita mengenai dunia binatang, di mana binatang-

binatang bahkan makhluk-makhluk yang tidak bernyawa bertindak

seolah-olah sebagai manusia. Tujuan fabel seperti parabel adalah

menyampaikan ajaran moral atau budi pekerti. Fabel

menyampaikan suatu prinsip tingkah laku melalui analogi yang

transparan dari tindak-tanduk binatang, tumbuh-tumbuhan, atau

makhluk tidak bernyawa.

d. Gaya Bahasa Personifikasi atau Prosopopoeia

Keraf (2006:140) mendefinisikan gaya bahasa Personifikasi

adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-

benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah

memiliki sifat kemanusiaan. Personifikasi (penginsanan)

merupakan suatu corak khusus dari metafora yang mengiaskan

benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara seperti manusia

Contoh:

Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah

ketakutan kami.

Sama halnya dengan simile dan metafora, personifikasi

mengandung unsur persamaan. Kalau metafora (sebagai istilah

umum) membuat perbandingan dengan suatu hal yang lain, maka

Page 42: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

dalam hal penginsanan hal yang lain itu adalah benda-benda mati

yang bertindak dan berbuat seperti manusia. Keraf (2006:140)

dalam definisinya menyatakan bahwa pokok yang dibandingkan itu

seolah-olah berwujud manusia, baik dalam tindak-tanduk,

perasaan, dan perwatakannya.

e. Gaya Bahasa Alusi

Alusi adalah semacam acuan yang berusaha menyugestikan

kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa. Biasanya, alusi ini

adalah suatu referensi yang eksplisit atau implisit kepada peristiwa-

peristiwa, tokoh-tokoh, atau tempat dalam kehidupan nyata,

mitologi, atau karya-karya sastra yang terkenal. Misalnya dulu

sering dikatakan Bandung adalah Paris Jawa. Demikian dapat

dikatakan : Kartini kecil itu turut memperjuangkan persamaan

haknya. Kedua contoh ini merupakan alusi.

Ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk membentuk

suatu alusi yang baik, yaitu sebagai berikut.

1) harus ada keyakinan bahwa hal yang dijadikan alusi dikenal

juga oleh pembaca;

2) penulis harus yakin bahwa alusi itu membuat tulisannya

menjadi lebih jelas;

3) bila alusi itu menggunakan acuan yang sudah umum, maka

usahakan untuk menghindari acuan semacam itu.

Page 43: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Menurut Keraf (2006:141) bila hal-hal di atas tidak

diperhatikan maka acuan itu dianggap plagiat atau akan kehilangan

vitalitasnya.

f. Gaya Bahasa Eponim

Keraf (2006:141) berpendapat bahwa gaya bahasa eponim

adalah suatu gaya di mana seseorang yang namanya begitu sering

dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai

untuk menyatakan sifat itu. Misalnya: Hercules dipakai untuk

menyatakan kekuatan; Hellen dari Troya untuk menyatakan

kecantikan.

g. Gaya Bahasa Epitet

Epitet (epiteta) menurut Keraf (2006:141) adalah semacam

acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri khusus dari seseorang

atau sesuatu hal. Keterangan itu adalah suatu frasa deskriptif yang

menjelaskan atau menggantikan nama seseorang atau suatu barang.

Contoh :

Lonceng pagi untuk ayam jantan.

Raja rimba untuk singa, dan sebagainya.

h. Gaya Bahasa Sinekdoke

Sinekdoke adalah suatu istilah yang diturunkan dari kata

Yunani synekdechesthai yang berarti menerima bersama-sama.

Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan

sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro

Page 44: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan

sebagian (totum pro parte) (Keraf, 2006:142).

Contoh :

Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp1.000,00. (pars pro

toto)

Dalam pertandingan sepak bola antara Indonesia melawan

Malaysia di Stadion Utama Senayan, tuan rumah menderita

kekalahan 3 – 4. (totum pro parte)

i. Gaya Bahasa Metonimia

Kata metonimia diturunkan dari kata Yunani meta yang

berarti menunjukkan perubahan dan onoma yang berarti nama.

Dengan demikian, metonimia adalah suatu gaya bahasa yang

mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain,

karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Keraf (2006:142)

menyimpulkan bahwa hubungan itu dapat berupa penemu untuk

hasil penemuan, pemilik dengan barang yang dimiliki, akibat untuk

sebab, sebab untuk akibat, isi untuk menyatakan kulitnya, dan

sebagainya.

Contoh:

Ia membeli sebuah chevrolet.

j. Gaya Bahasa Antonomasia

Antonomasia juga merupakan sebuah bentuk khusus dari

sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk

Page 45: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

menggantikan nama diri, atau gelar resmi, atau jabatan untuk

menggantikan nama diri (Keraf, 2006:142).

Contoh:

Yang Mulia tidak dapat menghadiri pertemuan ini.

Pangeran yang meresmikan pembukaan seminar itu.

k. Gaya Bahasa Hipalase

Menurut Keraf (2006:142) bahwa hipalase adalah semacam

gaya bahasa di mana sebuah kata tertentu dipergunakan untuk

menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada sebuah

kata yang lain. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa hipalase

adalah suatu kebalikan dari relasi alamiah antara dua komponen

gagasan.

Contoh:

Ia berbaring di atas sebuah bantal yang gelisah (yang gelisah

adalah manusianya, bukan bantalnya).

l. Gaya Bahasa Ironi, Sinisme, dan Sarkasme

Keraf (2006:143) menyatakan Ironi diturunkan dari kata

eironeia yang berarti penipuan atau pura-pura. Sebagai bahasa

kiasan, ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin

mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa

yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Ironi akan berhasil

kalau pendengar juga sadar akan maksud yang disembunyikan di

balik rangkaian kata-katanya.

Contoh:

Page 46: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Saya tahu bahwa Anda adalah gadis yang paling cantik di dunia

ini yang perlu mendapatkan tempat terhormat!

Sinisme menurut Keraf (2006:143) diartikan sebagai suatu

sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan

terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Sinisme diturunkan dari

nama suatu aliran filsafat Yunani yang mula-mula mengajarkan

bahwa kebajikan adalah satu-satunya kebaikan, serta hakikatnya

terletak dalam pengendalian diri dan kebebasan, tetapi kemudian

mereka menjadi kritikus yang keras atas kebiasaan-kebiasaan sosial

dan filsafat-filsafat lainnya. Dengan kata lain, sinisme adalah ironi

yang lebih kasar dari sifatnya.

Contoh:

Memang Anda adalah seorang gadis yang tercantik seantero jagad

ini yang mampu menghancurkan seluruh isi jagad ini.

Sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi

dan sinisme. Ia adalah suatu acuan yang mengandung suatu kepahitan

dan celaan yang getir. Sarkasme dapat saja bersifat ironi, dapat juga

tidak, tetapi yang jelas adalah bahwa gaya ini akan selalu menyakiti

hati dan kurang enak di dengar. Kata sarkasme diturunkan dari bahasa

Yunani sarkasmos, yang lebih jauh diturunkan dari kata kerja sakasein

yang berarti “merobek-robek daging seperti anjing”, “menggigit bibir

karena marah”, atau “berbicara dengan kepahitan” (Keraf, 2006:144).

Contoh:

Kelakuanmu memuakkan saya.

Page 47: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Lihat sang Raksasa itu (maksudnya si Cebol).

m. Gaya Bahasa Satire

Uraian yang harus ditafsirkan lain dari makna permukaannya

disebut satire. Kata satire diturunkan dari kata satura yang berarti

talam yang berisi penuh buah-buahan. Satire adalah ungkapan yang

menertawakan atau menolak sesuatu. Menurut Keraf (2006:144)

bentuk ini tidak perlu harus bersifat ironis. Satire mengandung kritik

tentang kelemahan manusia. Tujuan utamanya adalah agar diadakan

perbaikan secara etis maupun estetis.

n. Gaya Bahasa Inuendo

Keraf (2006:144) menyatakan bahwa Inuendo adalah

semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang

sebenarnya. Ia menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak

langsung dan sering tampaknya tidak menyakitkan hati kalau

dilihat sambil lalu.

Contoh:

Ia menjadi kaya-raya karena sedikit mengadakan komersialisasi

jabatannya.

Setiap kali ada pesta, pasti ia akan sedikt mabuk karena

kebanyakan minum.

o. Gaya Bahasa Antifrasis

Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud

penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya yang bisa

saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau kata-kata yang dipakai

Page 48: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

untuk menangkal kejahatan, roh jahat, dan sebagainya (Keraf,

2006:144).

Contoh:

Engkau memang orang yang mulia dan terhormat!

Antifrasis akan diketahui dengan jelas, bila pembaca atau

pendengar mengetahui atau dihadapkan pada kenyataan bahwa

yang dikatakan itu adalah sebaliknya.

p. Gaya Bahasa Pun atau Paronomasia

Selanjutnya Keraf (2006:145) menyatakan bahwa Pun atau

Paronomasia adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan

bunyi. Ia merupakan permainan kata yang didasarkan pada

kemiripan bunyi, tetapi terdapat perbedaan besar dalam maknanya

Contoh:

Tanggal dua gigi saya tanggal dua.

Oh, adinda sayang, akan kutanam bunga tanjung di pantai tanjung

hatimu.

B. Penelitian yang Relavan

Penelitian yang relevan dari penelitian ini yaitu penelitian

yang dilakukan oleh Wibowo Hadi tahun 2011 dari Jurusan

Pendidikan Bahasa Daerah Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Yogyakarta dengan judul “Penggunaan Bahasa Kiasan

dalam Novel Kerajut Benang Ireng karya Harwimuka” penelitian

ini berbentuk skripsi. Objek yang menjadi konsentrasi dalam

Page 49: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

penelitian ini membahas jenis bahasa kiasan. Adapun jenis bahasa

kiasan yang ditemukan dalam penelitian tesebut sebanyak 6 jenis

dari jenis-jenis bahasa kiasan yang ditemukan yang mempunyai

frekuensi pemunculan tertinggi adalah metafora, hiperbola,

personifikasi dan simile.

Penelitian ini relevan dengan penelitian tersebut karena

subjek penelitian yang sama-sama mengkaji tentang bahasa kiasan.

Adapun faktor yang membedakan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya terletak pada hasil temuan penelitian dan objek yang

penulis teliti, penulis meneliti tentang gaya bahasa kiasan pada

sebuah cerpen untuk menganalisis gaya bahasa kiasan pada cerpen

karya penulis laki-laki dan karya penulis perempuan.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

bagi pengembangan ilmu kebahasaan dan kesastraan, khususnya

permasalahan gaya bahasa atau bahasa kiasan dan dapat membuat

pembaca lebih mudah untuk memahami makna yang terkandung di

dalamnya dan penelitian ini juga diharapkan dapat menambah

pengetahuan, memperluas dan untuk memperoleh apresiasi

terhadap karya sastra, khususnya analisis gaya bahasa kiasan pada

cerpen karya penulis laki-laki dan karya penulis perempuan.

C. Kerangka Pikir

Merupakan inti dari proses penelitian yang dilakukan oleh

peneliti untuk menyelesaikan permasalahan yang diteliti. Cerpen

Page 50: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

karya penulis laki-laki dan karya penulis perempuan mencakup

keseluruhan dari isi atau teks cerpen itu sendiri. Dalam cerpen

tersebut banyak kalimat yang mengandung gaya bahasa.

Kajian stilistika yang digunakan pada penelitian yang penulis

teliti merupakan pengkajian tentang gaya bahasa. kajian stilistika yang

berfokus pada stilistika sastra yang membahas khusus tentang efek

estetika atau keindahan suatu karya sastra. gaya bahasa yang

digunakan merupakan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya

makna terdiri dari gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis gaya

bahasa kiasan pada cerpen karya penulis laki-laki dengan karya

penulis perempuan yaitu pertama, menentukan gaya bahasa kiasan

pada cerpen karya penulis laki-laki, kedua menentukan gaya bahasa

kiasan pada cerpen karya penulis perempuan.

Setelah dilakukan penganalisisan dengan langkah tersebut,

maka bandingkan gaya bahasa kiasan pada cerpen karya penulis

laiki-laki dengan karya penulis perempuan. Dengan demikan

diasumsikan bahwa temuan tersebut merupakan hasil dari

pengkajian stilistika.

Berdasarkan dukungan landasan teori yang diperoleh, maka

dapat disusun kerangka pikir sebagai berikut.

Page 51: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Bagan Kerangka Pikir

Karya Sastra

Drama Prosa Fiksi Puisi

Cerita Pendek

Kajian Stilistika

Stilistika Linguistik Stilistika Sastra

Gaya Bahasa

Teoretis Kiasan

Gaya Bahasa Kiasan

pada Cerita Pendek

Karya Penulis Laki-

laki dengan Karya

Penulis Perempuan

Kesimpulan

1. Karya Penulis

Laki-laki

2. Karya Penulis

Perempuan

Page 52: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. Alasan penulis menggunakan metode deskriptif karena

dalam penelitian ini analisis data tidak menggunakan perhitungan

angka-angka tetapi dilukiskan dengan menggunakan kata-kata atau

kalimat. Alasan di atas sesuai dengan pendapat Semi (1993:24) bahwa

penelitian bersifat deskriptif berarti terurai dalam bentuk kata-kata atau

gambar, bukan dalam bentuk angka-angka.

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

bentuk kualitatif. Alasan penulis menggunakan metode tersebut karena

penyajian data maupun analisis data pada penelitian ini disampaikan

dalam bentuk kalimat dan uraian. Penulis bermaksud untuk

mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa kiasan dalam cerita pendek

karya penulis laki-laki dan karya penulis perempuan. Analisis data di

dalam penelitian ini bersifat kualitatif karena data hasil penelitian ini

berupa kata-kata tertulis yang mendeskripsikan penggunaan gaya

bahasa kiasan dalam kumpulan cerita pendek karya penulis laki-laki

dan karya penulis perempuan yang penulis teliti. Seorang ahli

berpendapat tentang penelitian kualitatif yaitu penelitian sastra lebih

sesuai menggunakan penelitian kualitatif karena sastra merupakan

bentuk karya kreatif yang bentuknya senantiasa berubah dan tidak tetap

Page 53: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

yang harus diberikan penafsiran ( Semi, 1993:27). Selanjutnya,

Moleong (2006:11-12) menyatkan penelitian kualitatif lebih banyak

mementingkan proses daripada hasil. Hal ini disebabkan oleh hubungan

bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati

dalam proses.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

pendekatan stilistika karya sastra. Alasan penulis menggunakan

pendekatan tersebut karena sesuai dengan yang penulis teliti.

Pendekatan stilistika sastra adalah pendekatan yang hendak

mengungkapkan aspek-aspek estetik pembentuk kepuitisan karya sastra.

Pendekatan ini memandang penggunaan gaya bahasa secara khusus

dalam karya sastra, gaya yang disengaja atau timbul ketika pengarang

mengungkapkan idenya dalam sebuah karya sastra (Endraswara,

2011:72).

B. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data yang

berupa kata-kata atau kalimat bukan angka atau numerik. Kalimat yang

termasuk data dalam penelitian ini adalah semua kalimat yang

mengandung gaya bahasa kiasan pada sebuah cerpen karya penulis laki-

laki dan karya penulis perempuan teliti. Adapun sumber data dalam

penelitian ini berupa cerpen-cerpen yang penulis teliti dalam buku

cerita pendek karya penulis laki-laki dan karya penulis perempuan.

Page 54: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah teknik

studi dokumenter. Alasan penulis menggunakan teknik tersebut karena

data dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen berupa kumpulan

cerpen karya penulis laki-laki dan cerpen karya penulis perempuan

yang telah penulis tentukan. Studi dokumenter merupakan teknik

pengumpulan data dengan menggunakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011:329).Teknik pengumpulan

data yang dilakukan peneliti adalah mencari data berupa gaya bahasa

kiasan pada sebuah cerpen karya penulis laki-laki dan karya penulis

perempuan. Pengumpulan data dalam penelitian ini peneliti

menggunakan metode simak dengan teknik baca, catat serta mengolah

karena merupakan penyimakan dari wacana. Teknik baca digunakan

karena dalam memperoleh data digunakan tahap membaca, yaitu

membaca disertai pengamatan. Teknik selanjutnya adalah teknik catat

yaitu mencatat data berupa gaya bahasa kiasan yang ditemukan pada

sebuah cerpen karya penulis laki-laki dengan karya penulis perempuan.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis teks. Analisis ini untuk mendeskripsikan gaya bahasa kiasan

dalam cerpen karya penulis laki-laki dan karya penulis perempuan.

Serta menjelaskan satuan data yang berupa satuan bahasa yang

Page 55: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

mendukung gaya bahasa kiasan. Bentuk satuan data tersebut berupa

kalimat atau kumpulan kalimat.

Adapun langkah-langkah menganalisis data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Membaca secara cermat buku cerita pendek karya

penulis laki-laki dan karya penulis perempuan.

2. Mengidentifikasi dan menandai bagian-bagian cerpen

yang menggunakan gaya bahasa kiasan pada setiap

cerpen karya penulis laki-laki dan karya penulis

perempuan.

3. Mengklasifikasikan gaya bahasa kiasan yang ditemukan

dalam cerpen berdasarkan jenis gaya bahasa kiasan

menurut ahli yang penulis jadikan rujukan.

4. Mengategorikan jenis-jenis gaya bahasa kiasan secara

rinci.

5. Membuat kesimpulan.

Page 56: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan masalah dalam penelitian gaya bahasa kiasan pada

cerpen karya penulis laki-laki dan karya penulis perempuan, dengan kajian

stilistika dalam kumpulan cerpen Drupadi, karya Putu Fajar Arcana,

sebagai cerpen karya penulis laki-laki dengan judul “ Seonggok Daging

Beku, Bunga Jepun, dan Saraswati ”, dan cerpen karya penulis perempuan

dalam kumpulan cerpen BH karya Emha Ainun Najb dengan judul “

Lelaki ke-1000 di Ranjangku, Padang Kurusetra, dan Yang Terhormat

Nama Saya”, yang menjadi fokus penelitian gaya bahasa kiasan dalam

kumpulan cerpen karya penulis laki-laki dan karya penulis perempuan

adalah gaya bahasa perumpamaan atau simile, metafora, personifikasi,

alusi, epitet, sinekdok, metonimia, antonomasia, sinisme, dan sarkasme.

Gaya bahasa kiasan pada cerpen karya penulis laki-laki oleh Putu

Fajar Arcana dalam kumpulan cerpen Drupadi dengan judul “ Seonggok

Daging Beku, Bunga Jepun, dan Saraswati” secara keseluruhan terdapat 4

gaya bahasa persamaan atau simile, 1 gaya bahasa metafora, 3 gaya bahasa

personifikasi, 1 gaya bahasa alusi, 3 gaya bahasa epitet, 2 gaya bahasa

antonomasia, 1 gaya bahasa sinisme, dan 3 gaya bahasa sarkasme.

Sedangkan gaya bahasa kiasan pada cerpen karya penulis perempuan oleh

Emha Ainun Najib dalam kumpulan cerpen BH dengan judul “Lelaki ke-

1000 di Ranjangku, Padang Kurusetra, dan Yang Terhormat Nama Saya”,

47

Page 57: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Secara keseluruhan terdapat 5 gaya bahasa simile atau persamaan, 4 gaya

bahasa metafora, 5 gaya bahasa personifikasi, 2 gaya bahasa alusi, 2 gaya

bahasa epitet, 1 gaya bahasaa sinekdok, dan 4 gaya bahasa sarkasme.

B. Pembahasan

1. Gaya bahasa kiasan pada cerpen karya penulis laki-laki

a. Gaya bahasa Persamaan atau Simile

Berdasarkan penelitian, gaya bahasa persamaan atau simile

yang terdapat dalam kumpulan cerpen karya penulis laki-laki oleh

Putu Fajar Arcana dalam kumpulan cerpen Drupadi dengan judul

“Seonggok Daging Beku, Bunga Jepun, dan Saraswati” secara

keseluruhan terdapat 4 data gaya bahasa persamaan atau simile

diantaranya terdapat pada kutipan berikut.

Data 1

“Lalu kubayangkan ketut Gelgel dalam catatan ayah bagai

seonggok daging beku terpuruk di sudut sel yang dingin”.

(SDB:26)

Kutipan di atas melukiskan keadaan seorang ayah yang

lemah tak berdaya didalam ruangan yang dingin.

Data 2

“Apa kekasih senantiasa seperti itu, Chris? Bagai cahaya yang

datang dan pergi?” ( Saraswati:66)

Kutipan di atas termasuk gaya bahasa Simile karena tampak

pada kalimat bagai cahaya yang datang dan pergi. Pengarang

membandingkan kekasih ibarat cahaya yang kemudian cahaya di

Page 58: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

artikan sebagai kebahagian yang mudah menghampiri dan mudah

meninggalkan.

Data 3

“….. Aku merasa selama ini di tempatkan sebagai aksesoris.

Tarian tak pernah benar-benar dipahami dan dihayati sebagai

peneduh, penghalus jiwa-jiwa sangar, sebagai peluluh hati yang

membantu…..” ( Saraswati:70)

Kutipan di atas termasuk gaya bahasa Simile karena tampak

pada kalimat Aku merasa selama ini di tempatkan sebagai

aksesoris. Pengarang menuliskan bahwa ia sama posisinya sebagai

aksesoris yang berupa hiasan saja dan tidak dihargai oleh

penonton.

Data 4

“Air matanya merembes seperti gerimis meleleh melintasi

pipinya” (Saraswati:73)

Kutipan di atas termasuk gaya bahasa Simile karena

terdapat kata air mata yang disamakan dengan gerimis, dimana air

mata tersebut mengalir di pipi seperti gerimis yang jatuh dari langit

kemudian melintasi pipi.

b. Gaya bahasa Metafora

Berdasarkan penelitian, gaya bahasa persamaan atau simile

yang terdapat dalam kumpulan cerpen karya penulis laki-laki oleh

Putu Fajar Arcana dalam kumpulan cerpen Drupadi dengan judul “

Seonggok Daging Beku, Bunga Jepun, dan Saraswati” secara

Page 59: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

keseluruhan terdapat 1 data gaya bahasa metafora di antaranya

terdapat pada kutipan berikut.

Data 1

“Ah dia guru yang baik,” cepat-cepat kata Sutama. Dengan

mudah iya menebak air mukaku”. ( SDB:23)

Metafora tampak pada klausa air mukaku. Air muka berarti

ekspresi wajah. Jadi maksud dari kutipan di atas adalah dengan

mudah iya menebak ekspresi wajah si pengarang.

c. Gaya bahasa Personifikasi

Berdasarkan penelitian ditemukan 3 data yang

mencerminkan gaya bahasa ini. Gaya bahasa ini menggambarkan

benda-benda yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat

kemanusiaan. Data yang mencerminkan gaya bahasa personifikasi

terdapat pada kutipan berikut.

Data 1

“asap bergulung-gulung meluncur dari atap daun kelapa ke rumah

beberapa warga”. ( BJ:43)

Kutipan gaya bahasa di atas mengandung gaya bahasa

personifikasi , asap diandaikan hidup sehingga bisa bergulung-

gulung meluncur dari atap daun kelapa ke rumah beberapa warga.

Gaya bahasa personifikasi di atas digunakan pengarang untuk

memperindah gagasannya sehingga ceritanya lebih indah dan

menarik.

Page 60: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Data 2

“Kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir perempuan

berambut sepinggang ini tanpa dipikirkan terlebih dahulu”. (

BJ:45)

Kutipan gaya bahasa di atas mengandung gaya bahasa

personifikasi, kata:kata diandaikan hidup sehingga bisa meluncur

begitu saja dari bibir perempuan berambut sepinggang ini. Gaya

bahasa personifikasi di atas digunakan pengarang untuk

memperindah gagasannya sehingga ceritanya lebih indah dan

menarik.

Data 3

“sorotan lampu-lampu yang dipsang di gedung-gedung

mengeluarkan kabut yang menghalangi pandangan, hingga langit

senantiasa murung”. ( Saraswati:69)

Kutipan gaya bahasa di atas mengandung gaya bahasa

personifikasi, langit diandaikan hidup sehingga seakan-akan iya

terlihat murung. Gaya bahasa personifikasi di atas digunakan

pengarang untuk memperindah gagasannya sehingga ceritanya

lebih indah dan menarik.

d. Gaya bahasa Alusi

Berdasarkan penelitian ditemukan 1 data yang

mencerminkan gaya bahasa ini. Gaya bahasa ini biasanya dijadikan

acuan untuk menyugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau

peristiwa. Data yang mencerminkan gaya bahasa Alusi terdapat

pada kutipan berikut.

Page 61: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Data 1

“ Tingkah pola para bule yang turut menari bersama Luh Manik

selalu membuat mereka terbahak. Bahkan seringkali perawakan

rata-rata lelaki bule yang tinggi besar diolok-olok sebagai

Rahwana yang sedang mengintai Dewi Sinta”. ( BJ:48)

Pada kutipan di atas terlihat pengarang menggunakan tokoh

Rahwana dan Dewi Sinta yang secara langsung menyugestikan

kesamaannya dengan Tingkah pola para bule yang turut menari

bersama Luh Manik . Kutipan di atas menyatakan secara jelas

bahwa para bule tersebut sangat suka menari.

e. Gaya bahasa Epitet

Berdasarkan penelitian ditemukan 2 data yang

mencerminkan gaya bahasa ini. Gaya bahasa ini biasanya dijadikan

acuan untuk menjelaskan suatu sifat, atau ciri khusus dari

seseorang atau suatu hal. Data yang mencerminkan gaya bahasa

Alusi terdapat pada kutipan berikut.

Data 1

“… mengapa meski nekat hidup dikota keras seperti Jakarta ?....”

(BJ:44)

Kutipan di atas terlihat pengarang menggunakan kata Kota

keras, yang merupakan frasa deskriptif yang menjelaskan atau

menggantikan makna kota yang kehidupan bekerjanya sangat

tinggi, serta memerlukan ekonomi yang banyak untuk hidup di

sana.

Page 62: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Data 2

“Aku berharap banyak kehadirannya mengangkat aku dari lubang

gelap dan menggamit tanganku sembari menunjukkan aku ke

tangga nirwana itu”. ( Saraswati:72)

Kutipan di atas terlihat pengarang menggunakan kata

lubang gelap dan tangga nirwana, yang merupakan frasa deskriptif

yang

menjelaskan atau menggantikan makna kesedihan dan kebahagiaan

f. Gaya bahasa Antonomasia

Berdasarkan penelitian ditemukan 2 data yang

mencerminkan gaya bahasa ini. Gaya bahasa ini menggantikan

nama diri, gelar resmi atau jabatan. Data yang mencerminkan gaya

bahasa tersebut terdapat pada kutipan berikut.

Data 1

“… Kepala desa kami, Ketut Gelgel.”

“Ayah Gelgel?”

“Ya, Namanya juga Gelgel.” (SDB:25)

Penggunaan gaya bahasa antonomasia tampak pada kata

kepala desa yang berarti pemimpin di desa tersebut. Dalam cerita

tersebut kepala desa merupakan jabatan dari Ayah Gelgel yang

namanya sama dengan Gelgel.

Data 2

“Seorang gadis Bali sedang mabuk dan mengomel hingga tidak

bisa dikendalikan.” (Saraswati:71)

Penggunaan gaya bahasa antonomasia tampak pada kata

gadis Bali yang menggantikan nama Saras dari cerita yang penulis

Page 63: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

teliti. Saras merupakan gadis yang berasal dari Bali sehingga diberi

julukan gadis Bali.

g. Gaya bahasa Sinisme

Berdasarkan penelitian ditemukan 1 data yang mencerminkan

gaya bahasa ini. Gaya bahasa sinisme diartikan sindiran yang

berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap

keikhlasan dan ketulusan hati. Data yang mencerminkan gaya

bahasa tersebut terdapat pada kutipan berikut.

Data 1

“Jujur aku belum ingat sepenuhnya siapa lelaki yang kelihatan

lebih tua dari usianya ini.” (SDG:22)

Dalam kutipan tersebut kalimat “lelaki yang kelihatan lebih

tua dari usianya” merupakan suatu sindiran halus yang merupakan

ejekan. Melalui gaya bahasa ini pengarang berusaha memberikan

kesan halus pada kalimat lelaki yang masih muda tetapi mukannya

sudah terlihat tua.

h. Gaya bahasa Sarkasme

Berdasarkan penelitian ditemukan 3 data yang

mencerminkan gaya bahasa ini. Gaya bahasa ini mengandung

makna pahit dan celaan yang getir. Gaya bahasa ini selalu

menyakiti hati dan kurang enak didengar. Data yang

mencerminkan gaya bahasa sarkasme terdapat pada kutipan

berikut.

Page 64: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Data 1

“Dasar anak kecil…! Entengkan soal berat.” (Saraswati:66)

Dalam kutipan tersebut kata dasar anak kecil yang

merupakan sindiran pedas kepada Luh Manik yang masih dianggap

anak kecil oleh kakeknya padahal dalam cerita tersebut ia sudah

dewasa..

Data 2

“pertanyaan bodoh! tidakkah kau lihat kami semua seperti

barisan kambing yang digiring keruang jagal?.”(Saraswati:69)

Dalam kutipan kalimat di atas kata bodoh yang merupakan

sindiran pedas yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir.

Sarkasme dalam kutipan tersebut tidak bersifat ironi dan jelas

bahwa gaya bahasa ini akan selalu meenyakiti hati dan kurang enak

didengar serta menimbulkan kesan kasar bagi pembacanya.

2. Gaya bahasa kiasan pada cerpen karya penulis perempuan

a. Gaya bahasa persamaan atau simile

Berdasarkan penelitian, gaya bahasa persamaan atau simile yang

terdapat dalam kumpulan cerpen karya penulis perempuan oleh Emha

Ainun Najib dalam kumpulan cerpen BH dengan judul “Lelaki ke-1000 di

Ranjangku, Padang Kurusetra, dan Yang Terhormat Nama Saya”. secara

keseluruhan terdapat 4 data gaya bahasa persamaan atau simile

diantaranya terdapat pada kutipan berikut.

Page 65: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Data 1

“Suamiku dulu kurang apa ? anak muda yang manis, pengusaha swasta

yang berhasil, caranya berjalan seperti pendekar yang mulutnya seperti

pujangga”. (Lelaki ke-1000 di Ranjangku: 5)

Pada kutipan di atas terlihat pengarang menggunakan kata seperti

menunjukkan secara langsung kesamaaan antara dua hal yang

dibandingkan tersebut. Dalam kutipan tersebut pengarang hendak

membandingkan cara berjalan suami perempuan yang terdapat dalam

cerita yang seperti pendekar dan mulut suami perempuan tersebut

disamakan seperti pujangga.

Data 2

“ Sang Prabu Kresna bagai ditabrak matahari mukanya” (PK:23)

Pada kutipan di atas terlihat pengarang menggunakan kata bagai

ditabrak matahari mukanya, menunjukkan secara langsung kesamaan

antara dua hal yang dibandinkan tersebut yang diartikan Sang Prabu dalam

cerita tersebut marah.

Data 3

“keyakinan ssudah karatan, tenaga seperti kerbau kelaparan, katahanan

seperti cacing kepanasan. Baru berjuang sebentar sudah mau pingsan”

(PK:27)

Pada kutipan di atas terlihat pengarang menggunakan kata seperti

menunjukkan secara langsung kesamaan antara dua hal yang dibandingkan

tersebut. Dalam kutipan tersebut pengarang hendak membandingkan

tenaga manusia seperti kerbau kelaparan yang berarti lemah dan ketahanan

manusia dalam cerita teersebut disamakaan dengan cacing kepanasan.

Page 66: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Data 4

“Saya ini orang cakep. Kuning langsat. Hidung cenderung mancung dan

paha saya bagaikan paha wanita” (YTNS:61)

Pada kutipan di atas terlihat pengarang menggunakan kata

bagaikan menunjukkan secara langsung kesamaan antara dua hal yang

dibandingkan tersebut. dalam kutipan tersebut pengarang hendak

membandingkan paha lelaki dengan paha wanita. Makna yang ingin

disampaikan pengarang adalah penggambaran tentang fisik tokoh yang

seorang laki-laki namun memiliki paha yang mulus tanpa bulu seperti paha

seorang wanita.

Data 5

“Jangankan lagi mengajak putrinya itu nonton atau indehoy di kebun

binatang. Melihat saya duduk di kursi beranda rumahnya saja ia seperti

Wak Haji kena najis.” (YTNS:67)

Pada kutipan di atas terlihat pengarang menggunakan kata seperti

menunjukkan secara langsung kesamaan antara dua hal yang dibandingkan

tersebut. dalam kutipan tersebut pengarang hendak membandingkan ayah

Astuty dengan Wak Haji yang mempunyai makna orang baik , dan kena

najis artinya terkena kotoran atau sesuatu yang menjijikan. Jadi makna

yang ingin disampaikan pengarang yaitu ayah Astuty yang tidak suka

dengan kedatangan Bawong karena Bawong adalah seorang laki-laki yang

masa lalunya kurang baik.

Page 67: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

b. Gaya bahasa Metafora

Berdasarkan penelitian, gaya bahasa metafora yang terdapat dalam

kumpulan cerpen karya penulis perempuan oleh Emha Ainun Najib dalam

kumpulan cerpen BH dengan judul “Lelaki ke-1000 di Ranjangku, Padang

Kurusetra, dan Yang Terhormat Nama Saya”. secara keseluruhan terdapat

5 data gaya bahasa metafora di antaranya terdapat pada kutipan berikut.

Data 1

“ siapa yang lebih bijak dari pelacur ? tersenyum terus-menerus kepada

setiap lelaki, meladeninya seperti seorang permaisuri yang terbaik atau

setidaknya seorang istri teladan” (Lelaki ke-1000 di Ranjangku:4)

Pada kutipan di atas analogi secara langsung yang berbentuk

singkat yaitu permaisuri. Makna permaisuri pada kutipan di atas

dimaksudkan sebagai istri raja. Dalam kutipan di atas yang dihormati atau

diperlakukan secara terhormat oleh lelaki. Gaya bahasa metafora pada

kutipan ini membandingkan antara manusia dengan manusia.

Data 2

“Terhadap hampir semua lelaki, moral dan solidaritasku tinggi. Karena

itu sebagai primadona salah satu wisma pasar daging ini, rata-rata aku

menerima 8 lelaki. (Lelaki ke-1000 di Ranjangku:4)

Pada kutipan di atas analogi secara langsung yang berbentuk

singkat yaitu primadona. Makna primadona pada kutipan tersebut

dimaksudkan sebagai wanita yang menjadi idola dan paling dipuja di

wisma tersebut.

Page 68: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Data 3

“Tapi, ia segera ingat perannya. Ia berdiri tegak, membusungkan dada,

mengisap seluruh udara sehingga lenganglah bumi untuk beberapa saat,

waktu terhenti tetapi segera ia embuskan kembali” (PK:21)

Pada kutipan di atas metafora tampak pada klausa membusungkan

dada. membusungan dada pada kutipan tersebut dimaknai sebagai

seseorang yang menyombongkan atau membanggakan diri. Gaya bahasa

metafora pada kutipan ini membandingkan antara manusia dengan

manusia.

Data 4

“Orang suci harus membebaskan diri dari siluman dunia agar

memperoleh kedamaian hidup yang sebenarnya” (PK:26)

Pada kutipan di atas metafora tampak pada klausa siluman dunia

yang dimaknai sebagai seseorang yang bersembunyi atau tidak kelihatan,

tetapi dapat merusak kehidupan sesama manusia. Gaya bahasa metafora

pada kutipan ini membandingkan antara manusia dengan manusia.

Data 5

“Sang Prabu Kresna naik pitam! Arjuna si pejuang hanya mohon dan

mohon ampun tanpa menyatakan sepercik pun niat perbuatan” (PK:28)

Pada kutipan di atas analogi secara langsung yang berbentuk

singkat yaitu naik pitam. Makna naik pitam pada kutipan tersebut adalah

marah. Yang dimaksudkan Sang Prabu Kresna marah dalam kutipan di

atas.

Page 69: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

c. Gaya bahasa Personifikasi

Berdasarkan penelitian, gaya bahasa Personifikasi yang terdapat

dalam kumpulan cerpen karya penulis perempuan oleh Emha Ainun Najib

dalam kumpulan cerpen BH dengan judul “Lelaki ke-1000 di Ranjangku,

Padang Kurusetra, dan Yang Terhormat Nama Saya”. secara keseluruhan

terdapat 5 data gaya bahasa Personifikasi di antaranya terdapat pada

kutipan berikut.

Data 1

“Suara adzan terus mengalun dan mengejekku” (Lelaki ke-1000 di

Ranjangku:7)

Pada kutipan di atas terlihat unsur yang hendak dibandingkan

adalah suara adzan dengan perbuatan manusia yang mengalun dan

mengejek. Suara adzan merupakan benda mati yang seolah-olah

melakukan perbuatan manusia seperti mengalun dan mengejek.

Data 2

“Adi Arjuna ! Betapa sedih hatiku mendengar kata-katamu. Betapa sedih

angin, langit, dan bumi ini” (PK:27)

Kutipan di atas mengandung gaya bahasa personifikasi, angin,

langit, dan bumi seolah-olah hidup sehingga bisa sedih seperti yang

manusia rasakan.

Data 3

“Digenggamnya seluruh jagad di tangan kirinya. Langit lari terbirit-birit,

matahari menyelam di mripatnya. (PK:31)

Pada kutipan di atas terlihat unsur yang hendak dibandingkan

adalah langit yang menyerupai manusia yang bisa lari terbirit-birit, dan

Page 70: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

matahari yang bisa menyelam seperti manusia. Langit dan matahari

merupakan benda mati yang seolah-olah melakukan perbuatan manusia

seperti lari dan menyelam.

Data 4

“Saya ini laki-laki tulen. Saya digedor-gedor dinding dada saya. Tapi si

penggedor ini adalah karib saya sendiri. Saya sampai risih pada angin

malam yang menyapu” (YTNS:62)

Pada kutipan di atas terlihat unsur yang hendak dibandingkan

adalah angin malam yang menyerupai perbuatan manusia yang bisa

menyapu, Angin malam merupakan benda mati yang seolah-olah

melakukan perbuatan manusia.

Data 5

“Saya tidak tahu dimana meletakkan kemurnian rasa cinta manusia saya

ditengah warna-warna buruk yang mencoreng-morengi kanvas hidup

saya” (YTNS:63)

Pada kutipan di atas terlihat unsur yang hendak dibandingkan

adalah warna-warna buruk yang menyerupai perbuatan manusia yang bisa

mencoreng-morengi. warna-warna buruk merupakan benda mati yang

seolah-olah melakukan perbuatan manusia.

d. Gaya bahasa Alusi

Berdasarkan penelitian, gaya bahasa Alusi yang terdapat dalam

kumpulan cerpen karya penulis perempuan oleh Emha Ainun Najib dalam

kumpulan cerpen BH dengan judul “Lelaki ke-1000 di Ranjangku, Padang

Kurusetra, dan Yang Terhormat Nama Saya”. secara keseluruhan terdapat

2 data gaya bahasa Alusi di antaranya terdapat pada kutipan berikut.

Page 71: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Data 1

“lelaki setengah tua gendut rapi dan berwajah pemabuk, tidak ada yang

menarik. Tapi kuladeni juga seperti Ken Dedes meladeni Ken Arok”

(Lelaki ke-1000 di Ranjangku:8 )

Pada kutipan di atas terlihat pengarang menggunakan tokoh

kerajaan seperti Ken Dedes dan Ken Arok. Yang secara langsung

menyugestikan kesamaan, yang dimaksudkan Ken Dedes adalah seorang

tokoh kerajaan berjenis kelamin perempuan dan Ken Arok adalah tokoh

kerajaan yang berjenis kelamin laki-laki. Jadi, maksud dari kutipan

kuladeni juga seperti Ken Dedes meladeni Ken Arok yaitu seorang

perempuan yang meladeni seorang laki-laki.

Data 2

“Tidak kuliah juga tidak sakit lepra. Apalagi saya ini mahasiswa

katutan. Terlempar dari jurusan Sastra Nusantara. Tidak lucu. Apa pula

kepentingan saya sama sastra-sastraan itu. Biar Sutardji pingsan

kebanyakan bir, apalagi Empu Prapanca sudah modar” (YTNS:64 )

Pada kutipan di atas terlihat pengarang menggunakan tokoh

Sutardji dan Empu Prapanca yang secara langsung menyugestikan

kesamaan. Gaya bahasa alusi pada kutipan ini berfungsi memberikan

gambaran yang jelas dan tepat mengenai suatu peristiwa dalam kutipan

tersebut pengarang hendak menyatakan keputusasaan tokoh terhadap

dunia sastra dengan mengaitkan nama-nama tokoh sastra terkenal seperti

Sutardji dan Empu Prapanca.

Page 72: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

e. Gaya bahasa Epitet

Berdasarkan penelitian, gaya bahasa Epitet yang terdapat dalam

kumpulan cerpen karya penulis perempuan oleh Emha Ainun Najib dalam

kumpulan cerpen BH dengan judul “Lelaki ke-1000 di Ranjangku, Padang

Kurusetra, dan Yang Terhormat Nama Saya”. secara keseluruhan terdapat

2 data gaya bahasa Epitet di antaranya terdapat pada kutipan berikut.

Data 1

“Lihatlah Arjuna! Itulah pohon kanker bumi yang harus ditumbangkan.

Itulah tantangan bagi kesatria yang memiliki kesadaran” (PK:27)

Pada kutipan di atas pengarang menggunakan kata pohon kanker

bumi yang merupakan frasa deskriptif yang menjelaskan atau

menggantikan makna sumber masalah.

Data 2

“Sang Arjuna mengempaskan napas pembebasan, pelepasan. Memandang

ke ujung hidunghnya. Menguasai jiwa, menghirup nirwana. (PK:29)

Pada kutipan di atas pengarang menggunakan kata nirwana yang

merupakan frasa deskriptif yang menjelaskan atau menggantikan makna

keadaan dan ketentraman atau tempat kebebasan.

f. Gaya bahasa Sinekdoke

Berdasarkan penelitian, gaya bahasa Sinekdok yang terdapat dalam

kumpulan cerpen karya penulis perempuan oleh Emha Ainun Najib dalam

kumpulan cerpen BH dengan judul “Lelaki ke-1000 di Ranjangku, Padang

Kurusetra, dan Yang Terhormat Nama Saya”. secara keseluruhan terdapat

1 data gaya bahasa sinekdok diantaranya terdapat pada kutipan berikut.

Page 73: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Data 1

“Saya pindah kota. Nekat saja. Indonesia kaya raya. Masa tak bisa kasih

makan segumpal perut anak jadah. Saya bergabung dengan sekelompok

pekerja bikin jalan. Sebaagaai buruh yang agak rendahan” (YTNS:65)

Pada kutipan di atas termasuk dalam sinekdoke pas pro toto

(sebagian untuk keseluruhan). Segumpal perut mewakili atau tokoh aku.

Maksud gaya bahasa tersebut adalah dia bekerja ke Jakarta agar dapat

mencukupi kebutuhan hidupnya minimal untuk makan. Makan

menggunakan perut oleh karena itu kata segumpal perut merupakan

perumpamaan sebagian untuk keseluruhan.

g. Gaya bahasa Sarkasme

Berdasarkan penelitian, gaya bahasa Sarkasme yang terdapat dalam

kumpulan cerpen karya penulis perempuan oleh Emha Ainun Najib dalam

kumpulan cerpen BH dengan judul “Lelaki ke-1000 di Ranjangku, Padang

Kurusetra, dan Yang Terhormat Nama Saya”. secara keseluruhan terdapat

4 data gaya bahasa Sarkasme di antaranya terdapat pada kutipan berikut.

Data 1

“ku tutup pintu kamarku keras-keras, ku kunci dan “pergi kau lelaki! Cuci

mulut dan tubuhmu baik-baik sebab istrimu di rumah cukup dungu untuk

kau kelabui” (Lelaki ke-1000 di Ranjangku:2)

Dalam kutipan tersebut kata dungu yang merupakan sindiran pedas

yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir. Sarkasme dalam

kutipan tersebut tidak bersifat ironis dan jelas bahwa gaya bahasa ini

selalu akan menyakiti hati dan kurang enak didengar serta menimbulkan

kesan kasar bagi pembaca.

Page 74: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Data 2

“Gila! Mereka tak akan sirna sebelum menumpas Kurawa!” (PK:22)

Kutipan di atas bergaya bahasa sarkasme karena menggunakan

kata Gila. Gila merupakan kata yang kasar dan terdengar tidak sopan bila

diucapkan kepada orang yang sama sekali tidak gila. Kata gila berarti

orang yang sakit jiwa atau tidak waras.

Data 3

“Lha’ hidup kamu ini yang mimpin syahwat,” begitu ia mendiagnosa.

“Bajingan,” kata saya.

“Jangan misuh. Ini serius” ia tertawa.

“Lantas? Mestinya?” … (YTNS:60)

Kutipan di atas bergaya bahasa sarkasme karena menggunakan

kata Bajingan. Bajingan merupakan kata yang kasar dan terdengar tidak

sopan bila diucapkan kepada seseorang. Kata bajingan dapat diartikan

sebagai pengganti kata kurang ajar yang merupakan kata makian.

Sehingga selalu akan menyakiti hati dan kurang enak didengar serta

menimbulkan kesan kasar bagi pembaca.

Data 4

“kawan saya tertawa mengejek. “ Kamu lebih beriman kepada sahwat.”

“Asu kamu.”

Ia mengangkat tangan. “Begitulah jujur saja.” (YTNS:60)

Dalam kutipan tersebut kata “asu” yang merupakan perkataan

kasar yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir. Sarkasme dalam

kutipan tersebut tidak bersifat ironis dan jelas bahwa gaya bahasa ini

selalu akan menyakiti hati dan kurang enak didengar serta menimbulkan

kesan kasar bagi pembaca. Kata Asu sama halnya dengan Anjing.

Page 75: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap gaya bahasa kiasan pada

cerpen karya penulis laki-laki dan karya penulis perempuan, dengan

kajian stilistika dalam kumpulan cerpen Drupadi, karya Putu Fajar

Arcana, sebagai cerpen karya penulis laki-laki dengan judul“

Seonggok Daging Beku, Bunga Jepun, dan Saraswati ”. Dan cerpen

karya penulis perempuan dalam kumpulan cerpen BH karya Emha

Ainun Najb dengan judul “ Lelaki ke-1000 di Ranjangku, Padang

Kurusetra, dan Yang Terhormat Nama Saya”, bentuk gaya bahasa

yang terdapat pada cerpen karya penulis laki-laki dengan karya penulis

perempuan menunjukkan perbedaan. Hal tersebut dikarenakan

kemampuan individu setiap pengarang dalam menggunakan gaya

bahasa yang berbeda-beda.

Berdasarkan hasil penelitian dalam kumpulan cerpen Drupadi,

karya Putu Fajar Arcana, sebagai cerpen karya penulis laki-laki dengan

judul “ Seonggok Daging Beku, Bunga Jepun, dan Saraswati ”. secara

keseluruhan diperoleh 8 jenis gaya bahasa kiasan. Di antaranya

terdapat 4 gaya bahasa persamaan atau simile, 1 gaya bahasa metafora,

3 gaya bahasa personifikasi, 1 gaya bahasa alusi, 3 gaya bahasa epitet,

2 gaya bahasa antonomasia, 1 gaya bahasa sinisme, dan 3 gaya bahasa

sarkasme.

66

Page 76: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Gaya bahasa kiasan pada cerpen karya penulis perempuan oleh

Emha Ainun Najib dalam kumpulan cerpen BH dengan judul “Lelaki ke-

1000 di Ranjangku, Padang Kurusetra, dan Yang Terhormat Nama Saya”,

secara keseluruhan diperoleh 7 jenis gaya bahasa kiasan di antaranya, 5

gaya bahasa simile atau persamaan, 4 gaya bahasa metafora, 5 gaya bahasa

personifikasi, 2 gaya bahasa alusi, 2 gaya bahasa epitet, 1 gaya bahasa

sinekdok, dan 4 gaya bahasa sarkasme.

Dalam penelitian ini cerpen karya penulis laki-laki dengan cerpen

karya penulis perempuan dominan menggunakan gaya bahasa kiasan

persamaan atau simile, metafora, personifikasi, dan sarkasme akan tetapi

data yang ditemukan paling banyak pada cerpen karya penulis perempuan.

Pada penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa penulis laki-laki lebih

banyak menggunakan jenis gaya bahasa kiasan dibandingkan dengan

karya penulis perempuan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat disarankan beberapa hal, yakni

sebagai berikut.

1. Hasil penelitian ini disarankan agar dijadikan sebagai dasar

bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti gaya bahasa

khususnya gaya bahasa dalam sebuah cerpen.

2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian

pada aspek lain pada suatu karya sastra yang terkait dengan

gaya bahasanya. Selain itu, masyarakat atau pembaca

Page 77: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

disarankan untuk lebih mencintai karya sastra terutama prosa

fiksi.

3. Cerpenis disarankan untuk memperhatikan penggunaan gaya

bahasa sehingga menimbulkan efek keindahan dan dramatisasi

untuk menarik minat seseorang agar senang membaca.

Page 78: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1995a. Pandai Memahami dan Menulis Cerita Pendek. Bandung:

Pribumi Mekar

Aminuddin. 1995b. Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.

Semarang: IKIP Semarang Press.

Bressler, Charles E. 1999. Literary Criticism : An Introduction to Theory and

Practice. Second Edition. New Jersey: Prentice Hall, Upper Saddle River.

Child, Peter and Roger Fowler. 2006. The Routledge Dictionary of Literary

Terms. London and New York: Routledge.

Crystal, David. 2000. New Perspectives of Language Study 1 : Stylistics.

University of Reading: Department of Linguistics Science.

Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.

Darmono, S. D. 2009. Kita dan Sastra Dunia. dalam http://www.mizan.com.

diakses pada tanggal 29 desember 2017.

Darwis, Muhammad. 2002. Pola-pola Gramatikal dalam Puisi Indonesia. Dalam

Jurnal Masyarakat Linguistik Indonesia edisi Tahun 20, Nomor 1, Februari

2002.

Davies, Alan and Catherine Elder (Ed). 2006. The Handbook of Applied

Linguistics. Australia: Blackwell Publishing.

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi 3). Jakarta: Balai

Pustaka.

Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Jakarta: Buku Seru.

Fabb, Nigel. 2003. Linguistics and Literature. In Mark Arnoff and Janie Rees-

Miller (Ed), The Handbook of Linguistics. USA: Blackwell Publisher.

Fananie, Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University

Press.

Faruk. 2010. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik Sampai Post

Modernisasi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Junus, Umar. 1989. Stilistika : Satu Pengantar. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa

dan Pustaka.

Page 79: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa (cetakan XVI). Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Mikics, David. 2007. A New Handbook of Literary Term. London: Yale

University Press.

Missikova, Gabriela. 2003. Linguistics Stylistics. Nitra: Filozoficka Fakulta

Univerzita Konstantina Filozofa.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Munaris. 2010. Karya Sastra dan Pembaca. Tulungagung: Cahaya Abadi

Nurgiantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah

MadaUniversity Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1993. Pengkajian Puisi Analisis Strata Norma dan

Analisis Struktural dan Semiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Purba, Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika Kajian Puitika Bahasa Sastra dan Budaya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sayuti, Suminto A. 2001. Penelitian Stilistika : Beberapa Konsep Pengantar.

Dalam Jabrohim (Ed) Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita.

Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung : Angkasa.

Shipley, Joseph T. 1979. Dictionary of World Literature : Forms, Technique,

Critics. : Boston The Writer, Inc.

Simpson. 2004. Lecture Notes: Kardiologi. Jakarta: Erlangga.

Starcke, Bettina Fischer. 2010. Corpus Linguistics in Literary Analysis. New

York: Continuum International Publishing Group.

Sudjiman, Panutti. 1993. Bunga Rampai Stilistik. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Sugiantomas, Aan. 2012. Kajian Prosa Fiksi & Drama. Kuningan : FKIP.

UNIKU.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1983. Memahami Kesusastraan. Bandung:

Penerbit Alumni

Page 80: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

_____________. 1986. Kumpulan Istilah Sastra dan Apresiasi Sastra. Jakarta:

Dian.

Suyanto. 2012. Majas. Dalam Http://agsuyotowordpress.com/gaya-bahasa/diakses

pada tanggal 16 Januari 2018.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.

Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia Pustama Utama.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Diterjemahkan oleh

Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.

Widdowson, H.G. 1997. Stilistika dan Pengajaran Sastra. Diterjemahkan oleh

Sudijah. Surabaya: Airlangga University Press.

Wynne, Martin. 2005. Stylistics : Corpus Approaches. Oxford: Oxford University

Press.

Zainuddin. 1992. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.

Zhang, Zhiqin. 2010. The Interpretation of a Novel by Hemingway in Term of

Literary.

Zulfahnur, dkk. 1997. Teori Sastra. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

http://digilib.unila.ac.id/22643/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHA

SAN.pdf diakses pada tanggal 3 februari 2018, pukul 21.49 WIB

http://repository.unp.ac.id/1830/1/buku%20metode%20penelitian%20bahasa.pdf

diakses pada tanggal 3 februari 2018, pukul 22.40 WIB

http://www.google.co.id/search?q=caa+penulisan+gaya+bahasa+laki2+dan+pere

mpuan+itu+berbed&client=ucweb-b&channel=sb diakses pada tanggal 6

februari 2018, pukul 19.29 WIB

http://download.portal.garuda.org/article.php?article=130086&title=GAYA%20B

AHASA%20DALAM%20KUMPULAN%20CERPEN%20KACAPIRING%

20KARYA%DANARTO%20(SEBUAH%20KAJIAN%20STILISTIKA)

diakses pada tanggal 6 februari 2018, pukul 21.53 WIB

Page 81: GAYA BAHASA KIASAN PADA CERITA PENDEK KARYA PENULIS …

RIWAYAT HIDUP

Musriani Mustafa. Dilahirkan di Bunne Kabupaten Barru

pada tanggal 3 Agustus 1996. Agama Islam, penulis

merupakan anak kedua dari empat bersaudara, dari

pasangan Ayahanda Mustafa S, S.E. dengan Ibunda Ruhani.

Penulis mulai memasuki jenjang pendidikan Formal di SDI 30 Bunne pada

tahun 2003 dan tamat pada tahun 2009, kemudian melanjutkan Sekolah

Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Tanete Riaja dan selesai pada tahun

2011. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah

Atas di SMA Negeri 3 Tanete Rilau dan lulus pada tahun 2014. Pada tahun

2014 penulis mengikuti tes di Perguruan Tinggi Swasta dan lulus seleksi pada

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tepatnya di kelas C program

Strata 1 (S1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar. Pada tahun 2018 penulis berhasil menyelesaikan

studi dalam waktu kurang lebih 3 tahun 8 bulan dengan judul skripsi Gaya

Bahasa Kiasan pada Cerita Pendek Karya Penulis Laki-Laki dengan Karya

Penulis Perempuan dengan Kajian Stilistika, dengan predikat kelulusan Cum

Laude.