gagasan dan kesimpulan

21
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah Indonesia terdiri atas 17.508 pulau dan memiliki panjang garis pantai sekitar 81.000 Km, merupakan negara yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Luas hutan mangrove di Indonesia mencapai 4,25 juta ha. Sebagian besar terdapat di Irian Jaya terdapat 69% dari jumlah total, Sumatra 16%, dan Kalimantan 9% (Abdullah et al., 1990 dalam Purnobasuki H.,2006). Namun sayangnya, begitu pentingnya peranan mangrove yang merupakan aset ekosistem potensial di Indonesia tidak diimbangi oleh upaya penting tindakan budidaya yang dilakukan secara berkala oleh manusia. Yang terjadi malah sebaliknya, manusia mulai bertindak sembrono dengan melakukan proses penebangan terhadap hutan mangrove yang presentasenya kerusakannya senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data tahun 1999, luas hutan mangrove di Indonesia diperkirakan mencapai 8,60 juta hektar dan 5,30 juta hektar di antaranya dalam kondisi rusak (Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, 2001). Faktor utama penyebab kerusakan mangrove adalah karena ulah manusia yang ingin menggunakan lahan mangrove sebagai ladang komersil. Data menunjukkan bahwasannya 36,84 % penyebab kerusakan mangrove di Indonesia adalah karena adanya pengkonversian lahan mangrove menjadi tambak ikan. Dan 21,05% diantaranya dirusak dan ditebang secara liar untuk didirikan lahan bangunan dan pemukiman (Djamali,2004). Tabel 1. Parameter Penyebab Kerusakan Hutan Mangrove di Indonesia No . Parameter Prosentase( %) 1. Penebangan untuk pemanfaatan 15.79

Upload: ali-dhikri-fahrudin

Post on 04-Jan-2016

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Gagasan Dan Kesimpulan

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Wilayah Indonesia terdiri atas 17.508 pulau dan memiliki panjang garis pantai sekitar 81.000 Km, merupakan negara yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Luas hutan mangrove di Indonesia mencapai 4,25 juta ha. Sebagian besar terdapat di Irian Jaya terdapat 69% dari jumlah total, Sumatra 16%, dan Kalimantan 9% (Abdullah et al., 1990 dalam Purnobasuki H.,2006).

Namun sayangnya, begitu pentingnya peranan mangrove yang merupakan aset ekosistem potensial di Indonesia tidak diimbangi oleh upaya penting tindakan budidaya yang dilakukan secara berkala oleh manusia. Yang terjadi malah sebaliknya, manusia mulai bertindak sembrono dengan melakukan proses penebangan terhadap hutan mangrove yang presentasenya kerusakannya senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data tahun 1999, luas hutan mangrove di Indonesia diperkirakan mencapai 8,60 juta hektar dan 5,30 juta hektar di antaranya dalam kondisi rusak (Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, 2001).

Faktor utama penyebab kerusakan mangrove adalah karena ulah manusia yang ingin menggunakan lahan mangrove sebagai ladang komersil. Data menunjukkan bahwasannya 36,84 % penyebab kerusakan mangrove di Indonesia adalah karena adanya pengkonversian lahan mangrove menjadi tambak ikan. Dan 21,05% diantaranya dirusak dan ditebang secara liar untuk didirikan lahan bangunan dan pemukiman (Djamali,2004).

Tabel 1. Parameter Penyebab Kerusakan Hutan Mangrove di Indonesia

No. Parameter Prosentase(%)1. Penebangan untuk pemanfaatan hasil hutan

mangrove: arang dan kayu15.79

2. Konversi lahan menjadi tambak 36.843. Penebangan untuk tempat bersandar perahu 10.534. Penebangan untuk bangunan

permukiman/industri/hotel dan lain-lain21.05

5. Rusak akibat limbah pabrik dan alam 15.79Total 100

Sumber : Djamali,2004

Tabel 2. Parameter Pelaku Penyebab Kerusakan Hutan Mangrove di Indonesia

No. Parameter Prosentase(%)1. Masyarakat pesisir 10.532. Masyarakat luar 15.793. Aparat pemerintah 21.054. Pengusaha 52.63

Sumber : Djamali,2004

Page 2: Gagasan Dan Kesimpulan

Jika aksi penebangan dan pengrusakan mangrove ini tidak diimbangi dengan upaya penanaman perbaikan dan budidaya kembali, maka keberadaan ekosistem mangrove di Indonesia terancam rusak dan punah. Hal ini tentunya akan memberikan imbas yang signifikan terhadap kehidupan dan kestabilan ekosistem di sekitar mangrove baik biotik maupun abiotik.

Pulau Morotai memiliki beberapa keunggulan ekosistem yang berpotensi untuk menciptakan peluang investasi disana. Salah satunya adalah ekosistem mangrove di Pulau Moratai Maluku Utara yang tersebar hampir merata di beberapa wilayah perairan pesisir dan pulau-pulau kecil yang luasnya mencapai 1.456,88 Ha (Pusat Informasi Data Investasi Indonesia, 2012). Namun, pembangunan di Pulau Moratai Maluku Utara bukan hanya mempunyai dampak komersil dikawasan tersebut. Namun sektor lainnya seperti ekologi, energi, infrastruktur dan kehidupan sosial juga semakin terganggu. Ekosistem mangrove adalah sebuah komoditi yang diunggulkan di Pulau Moratai Maluku Utara. Pulau Moratai Maluku Utara merupakan salah satu objek wisata Indonesia yang mengandalkan wisata pantai dan pesisirnya. Untuk mendukung dan mengembangkan potensi Pulau Moratai sebagai objek wisata, disebutkan oleh Kepala Bapedalda Pulau Moratai Zainal Hadad bahwa pemerintah Kabupaten Moratai sedang gencar-gencarnya menanam mangrove sebagai salah satu cara mengantisipasi terjadinya abrasi dan juga sebagai ekowisata unggulan. Program ini sudah dilakukan sejak 2010 lalu dan kurang lebih 50 ribu bibit pohon sudah ditanam. Konsep masterplan baru daerah kepulauan Moratai sebagai Architecture by Mangrove) dengan konsep pembangunan ramah lingkungan dan berkelanjutan diharapkan mampu mengoptimalkan potensi Pulau Moratai.

Tujuan Penulisan

1. Konsep masterplan baru daerah kepulauan Moratai sebagai Architecture by Mangrove) dengan konsep pembangunan ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan menggunakan potensi Mangrove Rhizopora.

2. Mengetahui potensi pulau Moratai dalam pengembangan Architecture by Mangrove sebagai lokasi wisata khusunya pada pulau perbatasan.

Manfaat Penulisan1. Sebagai sektor yang mempunyai potensi geopolitik dan geoekonomi di

Pulau Moratai karena terletak didaerah perbatasan Indonesia dengan Filipina

2. Menjadikan Pantai di Pulau Moratai sebagai wisata dan pendidikan baru3. Merupakan solusi bagi kehidupan Pantai di pulau Moratai dimasa

mendatang.4. Untuk melestarikan hutan mangrove di pulau Moratai yang semakin

menurun.

GAGASAN

2

Page 3: Gagasan Dan Kesimpulan

Potensi Mangrove Rhizophora appiculata

Rhizophora appiculata memiliki banyak potensi untuk dikembangkan sebagai hunian yang ramah lingkungan.potensi tersebut ialah sebagai green belt, material struktur bangunan, dan pereduksi beban. Masing-masing potensi dari Rhizophora appiculata tersebut akan di jelaskan berikut ini.

1. Potensi Rhizophora appiculata Secara Alami sebagai Green Belt

` Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketebalan mangrove selebar 200 m dengan kerapatan 30 pohon/100 m2 dengan diameter batang 15 cm dapat meredam sekitar 50% energi gelombang tsunami (Harada dan Fumihiko, 2003 dalam Diposaptono, 2005). Gelombang laut setinggi 1,09 m di Teluk Grajagan, Banyuwangi dengan energi gelombang sebesar 1.493,33 Joule tereduksi gelombangnya oleh hutan mangrove menjadi 0,73 m (Pratikno et al., 2002).

2. Potensi Kekuatan Fisik Rhizophora appiculata sebagai Material Struktur

Bangunan

Berdasarkan hasil tes fisik akar tunjang Rhizophora apiculata dengan mengambil sampel rumpun mangrove di di desa Labuhan-Brondong-Lamongan (6˚52'51,94" LS dan 112˚12'48,21" BT), didapatkan nilai sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil uji fisik akar tunjang Rhizophora apiculata

∂ Tarik ∂ Tekan

∂ Geser ∂ LenturSejajar serat

Tegak lurus serat

Tahap I 153,02 kg/cm2 - - - -

Tahap II 894,82 kg/cm2

557,60 kg/cm2 - 77,00 kg/cm2 156,17

kg/cm2

Tahap III 656,90 kg/cm2

597,88 kg/cm2

87,30 kg/cm2 136,57 kg/cm2

259,36 kg/cm2

Sumber : Hasil uji fisik di laboratorium Beton dan Bahan Bangunan (B3) Teknik Sipil

ITS menggunakan alat Tokyo Testing Machine 1983.

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwasannya mangrove jenis Rhizophora apiculata memiliki kekuatan terbesar pada kekuatan tekan, yaitu sebesar 597,88 kg/cm2. Jika kekuatan tekan mangrove ini dibandingkan dengan standar kekuatan beton, maka kekuatan tekan mangrove setara dengan beton dengan mutu k600 atau fc’ 50. Dalam praktiknya dilapangan, beton mutu ini digunakan sebagai tiang panjang beton pra tekan bulat dan merupakan mutu beton yang memiliki kuat tekan paling besar.

3. Potensi konfigurasi akar Rhizophora Appiculata sebagai pereduksi beban

3

Page 4: Gagasan Dan Kesimpulan

Mangrove terdiri dari tiga jenis akar, yaitu: (1) akar tunggang (aerial roots), (2) akar tunjang (stilts roots), dan (3) akar udara (air roots). Akar tunggang adalah akar utama yang secara visual terlihat menerus dari batang ke tanah. Akar tunjang merupakan akar yang tumbuh dari batang dan berfungsi sebagai struktur penahan batang agar tidak roboh, akar ini merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan alam. Sedangkan akar udara merupakan akar tunjang yang dapat keluar dari batang mencapai ketinggian 5 m dari substrat. (Rusila Noor, Y.m. Khazali, dan I.N.N. Suryadiputra. 1999).

Gambar 1. Konfigurasi akar mangrove

Sumber: Prawiro, Nuansa, Yustiana, Andini, Fajri., 2009

Pada saat menerima beban secara vertikal, maka akar tunjang mangrove yang berjumlah banyak dan bersifat ‘mencekram’ ke tanah mampu mendistribusikan beban secara merata sehingga beban menjadil lebih ringan. Sementara itu, akar tunggang yang berjumlah satu mampu menyalurkan beban tersebut ke dalam lapisan tanah paling dalam. Sehingga, ketika menerima beban secara vertikal, mangrove hanya akan mengalami penurunan bukan patahan.

Gambar 2. Kondisi akar tunjang dan akar tunggangmangrove

saat menerima beban vertikal

Sumber: Prawiro, Nuansa, Yustiana, Andini, Fajri., 2009

4. Mangrove RhizophoraChitecture (MRaC)Mangrove RhizophoraChitecture (MRaC) merupakan arsitektur alternatif

masa depan yang memanfaatkan Rhizophora spp., sebagai biomaterial struktur utama bangunan yang mengacu kepada konsep lingkungan hidup. Hasil akhirnya merupakan sebuah arsitektur yang ramah lingkungan serta tidak merusak ekosistem yang ada. (Prawiro dkk., 2009).

4

Page 5: Gagasan Dan Kesimpulan

Tabel I. Kekuatan tekan akar Rhizophora apiculata (Sumber: Prawiro dkk., 2009)

Kondisi di atas membuktikan bahwa akar tunjang Rhizopora apiculata mampu digunakan sebagai pondasi/tiang pancang sebuah hunian. Hasil penelitian membuktikan bahwa perakaran Rhizopora apiculata memiliki daya dukung yang sangat tinggi terhadap pembebanan, yaitu mampu menahan sampai dengan ± 5.000 ton /m2 terhadap gaya tekan, serta ± 8.000 ton/m2 terhadap gaya tarik. Struktur utama dari pondasi/tiang pancang menggunakan akar Rhizopora apiculata mampu menahan beban 56,928 Mpa, lebih kuat dibandingkan dengan kuat tekan material beton. Hal ini adalah bukti bahwa Rhizophora apiculata memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai biomaterial ditinjau dari kekuatan struktur bangunan melalui tes fisik laboratorium (Prawiro dkk, 2010).

Konsep ruang pada MRaC terlihat jelas melalui konfigurasi perakaran Rhizophora spp,. (Rusila dkk, 1999). Konsep tersebut berdasarkan pada tiga jenis akar. Akar tunggang adalah akar utama yang secara visual terlihat menerus dari batang ke tanah. Akar-akar tunjang tumbuh dari batang dan berfungsi sebagai struktur penahan dan merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan alam. Sedangkan akar udara merupakan akar tunjang yang dapat keluar dari batang mencapai ketinggian 5 m dari substrat.

Solusi yang Pernah Ditawarkan

Agenda yang direncanakan oleh pemerintah daerah dalam pengembangan kawasan pulau Moratai adalah Sail Morotai, yaitu agenda untuk mempromosikan sebagai salau satu obyek wisatan dimaluku Utara. Reklamasi pantai yang digagas tercantum pada Keputusan Presiden No. 52 tahun 1995 merupakan kegiatan pengembangan kawasan pesisir di pantai Pulau Moratai, Maluku Utara. Namun yang terjadi adalah pengembangan tersebut tidak melihat dampak negative terhadap lingkungan dan ekosistem pantai pulau Moratai.

Penyelenggaraan Sail Morotai telah mendorong pertumbuhan pembangunan di Pulau Moratai seperti Bandara Pittu Trip Daruba yang sebelumnya hanya didarati pesawat kecil, sekarang bisa didarati pesawat Boeing 737 seri 800 dan

5

Page 6: Gagasan Dan Kesimpulan

permukiman warga dikota Daruba yang sebelumnya kurang tertata dan terkesan kumuh, sekarang tempak tertata dengan baik.

Pulau Morotai yang mempunyai potensi akan dikembangkan sebagai kawasan industry marittim dan perikanan terpadu serta wisata bahasi dan sejarah. Dengan pengembangan Pemerintah yang akan melakukan pembangunan secara besar-besaran akan menimbulkan dampak yang negative terhadap ekosistem laut, karena Pulau Morati mempunyai potensi di sector perikanan. Sehingga pembangunan yang dilakukan Pemerintah belum menjadi solusi yang tepat dalam pengembangan kawasan pesisir Pulau Moratai, jika pengelolaannya tidak melihat pada dampak ekosistem laut Pulau Moratai

Pihak yang Dapat Mengimplementasikan konsep bangunan ArM (Architecture by Mangrove)

Agar konsep bangunan ArM (Architecture by Mangrove) dapat terealisasikan, maka pihak-pihak yang daapat membantu agar dapat terimplementasikan antara lain:

1. Arsitek

Peran dari seorang arsitek dalam mewujudkan bangunan ArM (Architecture by Mangrove) sangat penting. Peran pertama dari seorang arsitek adalah mentransformasikan ruang alami ArM (Architecture by Mangrove) yang tidak teratur menjadi ”ruang dalam” yang teratur. Seorang arsitek alias perancang dapat menggunakan elemen-elemen arsitektural sebagai penegasan. Proses penegasan dengan elemen-elemen arsitektural tersebut harus memperhatikan konsep ruang yang terbentuk baik oleh individu tanaman, beberapa tanaman maupun kedua-duanya. Yang mana dari space yang ditimbulkan oleh ruang kosong tersebutlah dapat digunakan sebagai tempat hunian.

Gambar 4. Ilustrasi ruang yang tebentuk oleh individu

pada sistem perakaran Rhizophora spp.

Peran kedua dari seorang arsitek harus mampu membuat desain hunian yang fleksibel mengikuti distribusi akar mangrove, hal ini dikarenakan luas lahan dan bentuk bangunan dalam ArM (Architecture by Mangrove) menyesuaikan konfigurasi akar dan titik persebaran mangrove. Lahan yang digunakan untuk pendirian hunian didapatkan dengan mengikuti space ruang kosong yang terdapat dari titik persebaran mangrove Penelitian lapangan membuktikan bahwa pada sela-sela antara individu Rhizophora apiculata dapat dimanfaatkan sebagai lahan untuk bangunan ArM (Architecture by Mangrove).

6

Page 7: Gagasan Dan Kesimpulan

Peran ketiga dari seorang arsitektur adalah menganalisa aspek distribusi keruangan dalam hunian mangrove. Sehingga dengan bentuk hunian yang mengikuti konfigurasi perakaran mangrove dan luas lahan yang mengikuti titik persebaran tersebut seorang arsitek dapat menentukan ruang apa saja yang cocok untuk ditempatkan di sana. Selain itu seorang arsitek juga perlu menganalisa aspek kelayakan huni dari konsep ArM (Architecture by Mangrove).

2. Kontraktor Bangunan

Seorang kontraktor bangunan memiliki peranan dalam menganalisis kelayakan hunian mangrove jika ditinjau dari kekuatan struktur. Analisis yang dilakukan meliputi (1) analisis daya dukung tanah, (2) analisis kekuatan perakaran mangrove Rhizophora architecture sebagai struktur utama bangunan, (3) analisis konfigurasi perakaran mangrove sebagai pereduksi beban (4) analisis pengaruh bebaan hidup seperti manusia dan angin terhadap keseimbangan hunian mangrove dan (5) proses pemilihan material yang cocok, kuat dan murah sebagai elemen dalam pembuatan hunian mangrove.

Selain itu, seorang kontraktor juga yang pada nantinya merancang sistem sanitasi dari bangunan ArM (Architecture by Mangrove) dan kelayakannya. Kontraktor juga berperan dalam menentukan aspek keruangan atau desain, sehingga dapat menentukan desain yang kompleks dan kuat yang mampu menahan beban diakibatkan dari hunian mangrove

3. Pemerintah Lingkungan Hidup

Peran dari Pemerintah yang dalam hal ini adalah Pemerintah Lingkungan Hidup adalah membantu mewacanakan kepada masyarakat akan konsep bangunan ArM (Architecture by Mangrove). Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mensosialisasikan program ArM (Architecture by Mangrove) ini antara lain melalui iklan di media massa, pematenan produk dan legalitas dari kegiatan. Dengan adanya dukungan dari Pemerintah Lingkungan Hidup, maka program hunian hijau dengan konsep ArM (Architecture by Mangrove) dapat terealisasikan dengan baik

4. Masyarakat sekitar kawasan mangrove

Karena sasaran dari hunian yang dibentuk dengan menggunakan konsep ArM (Architecture by Mangrove) adalah masyarakat maka masyarakat kawasan sekitar mangrove adalah subyek dari penggunaan mangrove ini. Salah satu contoh yang relevan adala untuk kawasan pantai Bantul . Proses pembangunan infrastruktur disana mengalami masalah dikarenakan pengadaan bahan kontruksi masih sulit dikarenakan terpencilnya lahan dan sulitnya medan. Dengan menerapkan bangunan ArM (Architecture by Mangrove), maka masyarakat dapat memaanfaatkan mangrove sebagai hunian mereka. Sementara itu, untuk di daerah pantai komersil, bangunan ArM (Architecture by Mangrove) ini juga dapat dimanfaatkan sebagai wisata yang dapat disewakan bagi para pengunjung

7

Page 8: Gagasan Dan Kesimpulan

Tahapan Penelitian dan Pengembangan ArM (Architecture byMangrove)

Permasalahan yang ada sekarang adalah belum dimanfaatkannya mangrove famili Rhizophora sebagai hunian yang ramah lingkungan pada dunia arsitektur lokal maupun global, sehingga penelitian ArM (Architecture by Mangrove) merupakan sebuah penelitian yang baru. Oleh karena itu, sebelum hunian ArM (Architecture by Mangrove) dapat didirikan, maka harus melalui beberapa tahapan penelitian. Antara lain:

1. Tahap 1

Pada tahap pertama ini, penelitian yang dilakukan adalah pada kemampuan mangrove jenis Rhizophora Appiculata sebagai bangunan yang ramah lingkungan struktur utama bangunan. Pada tahap ini, dilakukan pengujian atau tes fisik pada akar mangrove Rhizophora Appiculata yang meliputi tes tekan, tes tarik dan tes struktur. Output dari tahapan ini adalah didapatkan nilai kekuatan fisik Rhizophora Appiculata yang memenuhi standar untuk menahan beban yang ditimbulkan oleh bangunan

2. Tahap 2

Pada tahap kedua adalah penelitian mengenai lahan yang cocok digunakan sebagai bangunan ArM (Architecture by Mangrove). Pada tahapan ini, dilakukan analisis mengenai aspek kelayakan hunian yang meliputi daya dukung tanah untuk dapat menahan beban dari bangunan ArM (Architecture by Mangrove). Selain itu, pada tahap ini juga dianalisis mengenai titik persebaran mangrove dan tempat kosong yang dapat digunakan sebagai bangunan ArM (Architecture by Mangrove). Output dari tahapan ini adalah lokasi tentang pendirian ArM (Architecture by Mangrove) yang cocok dan layak tanpa merusak ekosistem mangrove

3. Tahap 3

Pada tahap ketiga,mulai dirancang desain hunian dan bangunan yang cocok untuk didirikan di atas pohon mangrove. Pemilihan desain harus fleksibel, karena desain mengikuti konfigurasi akar mangrove dan titik persebaran mangrove di Pulau Moratai. Pada tahap ini juga dilakukan analisis mengenai tata letak ruang, desain interior dan eksterior hunian serta pemilihan material bangunan yang mendukung. Output pada penelitian ini adalah berupa desain dan tata letak bangunan ArM (Architecture by Mangrove)

4. Tahap 4

Pada tahap keempat, dilakukan analisis kelayakan huni jika manusia ditempaatkan di bangunan ArM (Architecture by Mangrove). Penelitian ini meliputi pengaruh faktor luar, seperti (1) pengaruh tiupan angin, (2) pengaruh air laut pasang, (3) keberadan hewan-hewan liar, (4) sirkulasi CO2 di malam hari antara manusia dan tumbuhan (5) faktor keamanan hunian, dan (6) faktor kenyamanan hunian.

5. Tahap 5

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari rangkaian proses penelitian, pada tahap ini mulai dibahas faktor teknis bangunan ArM (Architecture by Mangrove),

8

Page 9: Gagasan Dan Kesimpulan

yang meliputi sistem (1) sanitasi, (2) aksebilitas ke lokasi wisata, (3) jenis bangunan yang akan dibangun yang cocok untuk digunakan sehingga bisa menjadi obyek-obyek wisata yang digemari orang.

KESIMPULAN

Inti gagasan ArM (Architecture by Mangrove)

Hal pokok dari dirancangnya bangunan ArM (Architecture by Mangrove) ini adalah sebagai bentuk inovasi dari upaya pelestarian hutan mangrove di Indonesia yang senantiasa mengalami kerusakan. Dengan potensi Rhizophora Appiculata yang meliputi (1) potensi alami sebagai green belt yang mampu mereduksi gelombang hingga 50% (2) potensi pada kekuatan tekan yang setara dengan beton K600 dan (3) potensi pada konfigurasi akar yang mampu meredam beban vertikal, maka Rhizophora appiculata cocok digunakan sebagai bangunan yang ramah lingkungan, yang dalam konsep ArM (Architecture by Mangrove).

Dalam konsep desain untuk bangunan ArM (Architecture by Mangrove), maka system tata ruang dalam dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pondasi dengan memanfaatkan akar tunjang dan akar tunggang, dinding dengan memanfaatkan konfigurasi akar udara dan atap dengan memafaatkan perakaran ujung dari mangrove Rhizophora appiculata

Diharapkan dengan dirancangnya ArM (Architecture by Mangrove) sebagai obyek wisata ini, manusia mulai menyadari bahwasannya pada dasarnya manusia bisa hidup dengan alam, bukan malah merusak dan menebangnya. Sehingga pelestarian hutan mangrove yang merupakan potensi Indonesia ini senantiasa dapat terpelihara. Kemudian dengan direncakannya ArM (Architecture by Mangrove) sebagai obyek wisata ini, adanya perhatian khusus untuk pulau Moratai yang terpencil dan berbatasan dengan negera lain, yang sebenarnya mempunyai potensi alam yang baik jika dikembangkan secara baik dan berkelanjutan.

Teknik Implementasi Gagasan ArM (Architecture by Mangrove)

Agar gagasan ArM (Architecture by Mangrove) terimplementasikan, maka diperlukan kerja sama antara ketiga komponen pihak pendukung terselenggaranya ArM (Architecture by Mangrove). Sebelum bangunan ArM (Architecture by Mangrove) ini bisa terealisasikan, maka seorang peneliti, yang dalam hal ini adalah arsitektur dan kontraktor bangunan harus senantiasa bekerja sama dalam menyelesaikan 5 tahapan penelitian tadi (Sekarang pada tahapan ketiga). Seorang peneliti ini adalah dari kalangan mahasiswa yang masih menempuh studi di perguruan tinggi. Agar penelitian berjalan lancar, maka pemerintah yang dalam

9

Page 10: Gagasan Dan Kesimpulan

hal ini adalah Pemerintah Lingkungan Hidup, bersedia memberikan suntikan dana yang telah direncanakan oleh peneliti tadi.

Setelah penelitian tentang ArM (Architecture by Mangrove) ini selesai, maka seorang peneliti dapat mematenkan dan merealisasikan karyanya. Peran Pemerintah lingkungan hidup adalah membantu dalam mensosialisasikan kepada masyarakat umum dan membantu dalam merealisasikan bangunan ArM (Architecture by Mangrove) ini dengan memberikan bantuan hibah bagi peneliti untuk mengimplementasikan karyanya

Prediksi keberhasilan Gagasan Teknik Implementasi Gagasan ArM (Architecture by Mangrove)

Dengan direalisasikannya bangunan ArM (Architecture by Mangrove) ini di masyarakat, maka akan didapatkan dua kemanfaatan, yang pertama adalah bagi masyarakat yang hidup di kawasan pesisir pantai pulau Moratai yang mengalami kesulitan dalam pembangunan infrastruktur rumahnya dikarenakan sulitnya pengadaan material berat ke medan, maka masyarakat dapat memanfaatkan rumpun mangrove sebagai bangunan ArM (Architecture by Mangrove).

Sedangkan yang kedua, ArM (Architecture by Mangrove) dapat dijadikan sebagai objek penambah daya tarik bagi kawan pantai yang memiliki keindahan laut dan masih perawan sehigga dapat dijadikan objek wisata hunian mangrove, khusunya pada daerah perbatasan seperti pulau Moratai. Konsep ArM (Architecture by Mangrove) yang unik dan tidak ditemukan di daerah manapun ini dapat menjadi nilai tambah bagi objek wisata tersebut sehingga dapat dijadikan mata pencaharian bagi masyarakat pulau Moratai

Berbagai kelebihan yang dimiliki Indonesia terutama dalam variasi mangrove yang beragam dan dalam jumlah yang sangat besar seharusnya menjadikan Indonesia sebagai negara pelopor gerakan green architecture yang berbasis material yang hidup tumbuh dan berkembang yaitu ArM (Architecture by Mangrove karena beberapa alasan:

1. Isu global warming dan habisnya sumber daya alam mendorong setiap bidang profesi maupun keilmuan terutama arsitektur untuk menerapkan konsep ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam desainnya. Apabila hal ini tidak didukung dengan penerapan teknologi hunian ramah lingkungan maka akan menyebabkan kerusakan alam serta ekosistem alam yang telah ada. Sehingga penelitian tentang ArM (Architecture by Mangrove) perlu dikembangkan terutama di Indonesia yang kaya akan ekosistem mangrove.

2. ArM (Architecture by Mangrove) dapat memberikan masukan serta pengertian kepada pengembang maupun arsitek muda masa depan untuk menjaga ekosistem alam meskipun harus mendesain dengan bentukan yang beragam.

3. ArM (Architecture by Mangrove) mengajarkan seseorang untuk menanam mangrove, karena untuk membangun sebuah rumah pada tempat berair misal rawa atau danau seseorang dapat memulainya dengan menanam mangrove sebagai pondasi bangunan, tanpa perlu mengurug lahan tersebut

10

Page 11: Gagasan Dan Kesimpulan

dengan mendatangkan tanah dari luar, hal ini akan menjadikan orang sadar tentang ekosistem alam serta memelihara mangrove tersebut agar tetap hidup untuk kelangsungan rumahnya, sehingga kerusakan mangrove dapat dikurangi.

4. Isu penanaman mangrove secara massal sedang dilakukan secara besar-besaran di dunia, terutama di Indonesia sudah banyak program penanaman kembali mangrove yang telah rusak, sehingga diharapkan dengan adanya ArM (Architecture by Mangrove) dapat memberikan salah satu solusi pendekatan kepada masyaraka.

5. Adanya perhatian khusus pada pulau-pulau terpencil dan perbatasan di Indonesia, khususnya Pulau Moratai yang mempunyai potensi yang baik dalam pengembangan wisata alam yang letaknya ada disebelah utara negara Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara Filipina. Sehingga diharapkan dengan adanya ArM (Architecture by Mangrove) dapat menjadikan media dalam pengembangan potensi alam yang ada di Pulau Moratai.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E. J. (2007) Green Cement: Finding a solution for a sustainable cement industry, Green Cities Competition, Department of Civil and Environmental Engineering, University of California, Berkeley, 22April.http://bigideas2.berkeley.edu/BBB%202007/Anderson_Green%20Cities.pdf [5 September 2008]

Anwar C. dan Gunawan H. (2006) Peranan Ekologis Dan Sosial Ekonomis Hutan Mangrove dalam Mendukung Pembangunan Wilayah Pesisir, Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September. http://www.dephut.go.id-files

Handbook of Mangroves in Indonesia. (1997), JICA.McGraw (2006) Mangrove forests and tsunami protection.Photo: Distribution of coral, mangrove and seagrass diversity.

http://maps.grida.no/go/graphic/distribution_of_coral_mangrove_and_seagrass_diversity

Purnobasuki, Heri. (2005) Tinjauan Perspektif Hutan Mangrove. Airlangga University Press, Surabaya.

Sudarmadji (2001) Rehabilitasi Hutan Mangrove Dengan Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Jurnal ILMU DASAR, Vol.2 No.2, 68-71, Universitas Negeri Jember.

Purnobasuki, H. 2005. Tinjauan Perspektif Hutan Mangrove. Surabaya Airlangga University Press: Surabaya

Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I.N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor

Onrizal. 2008. Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove. Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

11

Page 12: Gagasan Dan Kesimpulan

LAMPIRANDAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ketua Pelaksana Kegiatan

Nama : Ali Dhikri Fahrudin

Tempat/ Tanggal Lahir : Samarinda, 9 Oktober 1993

Alamat Lengkap : Jl. Mayangan no. 11 Kab. Jombang

Telepon/ Handphone : 089676570264

Email : [email protected]

Penulis,

(Ali Dhikri Fahrudin)NRP: 3611100005

Anggota Pelaksana 1Nama : Wilda Al Aluf

Tempat/ Tanggal Lahir : Pamekasan, 26 Juli 1993

Alamat Lengkap : Dsn. Keppo RT/RW 01/01, Kab. Pamekasan

Telepon/ Handphone : 087859000708

Email : [email protected]

Penulis,

(Wilda Al Aluf)

NRP: 3611100008

Anggota Pelaksana 2

Nama : Abdel Hardwin Dito

Tempat/ Tanggal Lahir : Jember. 10 Mei 1993

Alamat Lengkap : Keputih 1D/50B Surabaya

Telepon/ Handphone : 083847233325

Email :

Penulis,

( Abdel Hardwin D.)

NRP: 3611100037

12

Page 13: Gagasan Dan Kesimpulan

Anggota Pelaksana 3

Nama                                      : Adhe Reza Rachmat

Tempat/ Tanggal Lahir        : Ujung Pandang, 09 Februari 1993

Alamat Lengkap                  : Jalan Marina Emas Barat V No.47 Surabaya

Telepon/ Handphone            : 089676502236

Email                                      : [email protected]

Penulis,

(Adhe Reza R)

NRP: 3610100057

Anggota Pelaksana 4

Nama                                      : Rizki Adriadi Ghiffari

Tempat/ Tanggal Lahir        : Masohi, 10 Juni 1995

Alamat Lengkap                  : Perum ITS Blok J-1, Keputih, Sukolilo, Surabaya

Telepon/ Handphone            : 081343389367

Email                                      : [email protected]

Penulis,

(Rizki Adriadi G)

NRP: 3611100067

DOSEN PEMBIMBING

Nama Lengkap dan Gelar : Drs. Edy Subali, M.Pd.

Alamat Rumah/ Telp : Blok U-V/180

Alamat email : [email protected]

Tempat/ Tanggal Lahir : Pamekasan, 26 Maret 1958

Jabatan Fungsional : Lektor/III-D Unit Soshum ITS

Fakultas/ Program Studi : Fakultas Matematika dan Ilmu Pegetahuan

13

Page 14: Gagasan Dan Kesimpulan

Alam/Matematika

Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Dosen Pembimbing,

(Drs. Edy Subali, M.Pd.)NIDN. 0026035801

14