farkin kelompok 6 kelas b 2013 percobaan 2
DESCRIPTION
Laporan Praktikum Farmakokinetika Kompartemen GandaTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA
MODEL DUA KOMPARTEMEN INTRAVENA BOLUS
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Praktikum Farmakokinetika B
Afdilah Irawati W. 1306413454
Afifah Patriani 1306377581
Aulika Desthahrina N. 1306405396
Made Laksmi D. D. 1306480540
Mufida Widayati 1306377146
Nurvita Ulfa S. 1306480263
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
2015
1
Nama Praktikum : Model Dua Kompartemen Intravena Bolus
Tanggal Praktikum : 8 Oktober 2015
Responser : Nadia Farhanah Syafhan, M. Si., Apt.
I. Tujuan
Mahasiswa dapat memahami proses eliminasi obat dalam plasma dan ekskresi urin
setelah pemberian dosis tunggal intravena bolus mengikuti model dua kompartemen
I.V. bolus.
Mahasiswa mampu menentukan jumlah obat yang terdapat dalam sampel plasma
serta dapat menentukan k eliminasi, k ekskresi, dan t ½ dari data tersebut.
Mahasiswa mampu menentukan persamaan farmakokinetika.
II. Dasar Teori
Farmakokinetika merupakan ilmu yang mempelajari kinetika absorpsi obat,
distribusi, dan eliminasi (metabolisme dan ekskresi) obat. Dengan model
farmakokinetik ini dapat dihasilkan pengamatan yang lebih teliti tentang hubungan
kadar obat dalam plasma dan respon farmakologis.
Pengamatan konsentrasi obat dalam darah berperan penting pada penentuan
dosis obat yang harus diberikan pada pasien. Oleh sebab itu diperlukan data waktu
pengambilan sampel darah, dosis obat yang diberikan, dan rute pemberiannya untuk
menghasilkan kesimpulan yang tepat. Selain itu perlu diketahui faktor-faktor atau
kadar optimal dalam darah, hasil pengamatan akan dipengaruhi juga oleh fungsi-
fungsi fisiologik individu (pasien) seperti keadaan patologis pasien, makanan,
lingkungan, obat-obatan yang diberikan bersamaan dalam terapi dan faktor-faktor
lain.
Obat berada dalam keadaan dinamik di dalam tubuh. Untuk menggambarkan
sistem biologis yang kompleks dialami oleh obat tersebut, maka perlu dibuat suatu
model farmakokinetik sederhana. Model ini selanjutnya dikembangkan menjadi suatu
persamaan yang dapat menggambarkan konsentrasi obat dalam tubuh sebagai fungsi
waktu.
Model farmakokinetika berguna untuk :
1. Memperkirakan kadar obat dalam plasma, jaringan dan urin pada berbagai
pengaturan dosis.
2. Menghitung pengaturan dosis optimum pasien secara individu.
2
3. Memprediksi akumulasi obat dan metabolismenya dalam tubuh.
4. Menggambarkan korelasi antara konsentrasi obat dengan aktivitas farmakologi
atau toksikologik.
5. Membandingkan bioekuivalensi dengan berbagai produk obat.
6. Menggambarkan perubahan-perubahan fisiologis atau patologis pasien yang
mempengaruhi absorpsi, distribusi, dan eliminasi obat.
7. Menjelaskan interaksi obat dengan makanan atau obat lainnya.
Macam-macam model kompartemen:
1. Model Kompartemen
Pada model ini tubuh dapat dinyatakan sebagai suatu susunan atau
sistem dari kompartemen-kompartemen yang berhubungan secara timbal balik
satu dengan yang lain. Suatu kompartemen bukan suatu daerah fisiologis yang
sebenarnya, tetapi dianggap sebagai suatu jaringan atau kelompok jaringan
yang mempunyai aliran darah dan afinitas obat yang sama. Dalam masing-
masing kompartemen, obat dianggap terdistribusi secara merata dan kadar obat
merupakan kadar obat rata-rata dan tiap-tiap molekul mempunyai
kemungkinan yang sama untuk meninggalkan kompartemen. Sampel yang
digunakan adalah sampel darah dan urin. Data yang didapat dipergunakan
secara khusus.
Beberapa model kompartemen antara lain model satu kompartemen
dan dua kompartemen. Kompartemen satu mewakili plasma atau kompartemen
sentral yaitu darah, cairan ekstra seluler dan jaringan-jaringan dengan perfusi
tinggi, kompartemen-kompartemen ini secara cepat terdifusi oleh obat.
Sedangkan kompartemen dua mewakili kompartemen jaringan, yang berisi
jaringan-jaringan yang berkesetimbangan secara lebih lambat dengan obat.
Model ini menganggap obat dieliminasi dari kompartemen sentral.
Konsentrasi obat dalam plasma dan dalam jaringan-jaringan dengan
perfusi tinggi yang merupakan kompartemen setelah injeksi I.V. menurun
secara cepat karena obat didistribusi ke jaringan lain, yaitu jaringan-jaringan
yang diperfusi secara lebih lambat. Penurunan awal yang cepat dari
konsentrasi obat dalam kompartemen sentral dikenal sebagai fase distribusi.
Pada suatu waktu obat mencapai keadaan kesetimbangan antara kompartemen
sentral dan kompartemen jaringan yang diperfusi lebih kecil. Setelah
3
kesetimbangan dicapai, hilangnya obat dari kompartemen sentral merupakan
suatu proses tunggal dari order kesatu sebagai keseluruhan proses eliminasi
obat dari tubuh. Proses kedus ini, laju prosesnya lebih lambat, dikenal sebagai
fase eliminasi.
Model kompartemen dua beranggapan bahwa pada t = 0 tidak ada obat
dalam kompartemen jaringan. Setelah dosis I.V, obat secara cepat dipindahkan
ke dalam kompartemen jaringan, sedangkan kadar dalam darah menurun
secara cepat sehubungan dengan eliminasi obat dan pemindahan obat keluar
dari kompartemen sentral ke berbagai jaringan. Kadar obat dalam jaringan
akhirnya akan mencapai puncak dan kemudian mulai menurun sehubungan
dengan perbedaan konsentrasi antara dua kompartemen yang kecil.
Selain model kompartemen satu dan dua, terdapat model kompartemen
tiga terbuka atau multi-kompartemen yang merupakan perluasan dari model
kompartemen ganda, yaitu dengan penambahan kompartemen jaringan dalam.
Suatu obat yang menunjukkan perlunya model kompartemen tiga terbuka
didistribusikan secara sangat cepat dalam kompartemen sentral dengan perfusi
tinggi, kurang cepat ke dalam kompartemen kedua atau jaringan, dan sangat
lambat ke kompartemen ketiga atau jaringan dalam, yang terdiri dari jaringan
yang rendah perfusinya seperti tulang dan lemak. Kompartemen jaringan
dalam juga dapat menggambarkan adanya ikatan obat yang kuat dalam
jaringan tersebut.
2. Model Non-Kompartemen
Model non-kompartemen yaitu model farmakokinetik yang didasarkan atas
data anatomik dan fisiologis yang diketahui. Model ini disebut juga model
aliran darah atau perfusi.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Alat simulasi dua kompartemen
2. Buret 50 ml
3. Statif dan klem
4. Pengaduk magnet (Magnetic stirrer)
5. Spektrofotometer UV-Vis
4
6. Beaker glass 50 mL; 1000 mL
7. Tabung reaksi
8. Pipet volume 2 mL; 5 mL
9. Batang pengaduk
10. Gelas ukur
11. Stop watch
12. Labu takar 100 ml
13. Botol semprot.
Bahan:
1. Aquadest
2. KMnO4
IV. CARA KERJA
A. Pembuatan Kurva Kalibrasi
1. Timbang secara seksama 0,5 g KMnO4, masukkan ke dalam labu ukur 50 mL,
kemudian larutkan dengan aquadest dan cukupkan volumenya dengan aquadest
sampai 50 mL hingga diperoleh konsentrasi 10.000 ppm..
2. Pipet 1 ml larutan induk, lalu masukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Tambahkan
aquadest lalu kocok dan cukupkan volumenya dengan aquadest sampai ml, maka
didapatkan konsentrasi 100 ppm.
3. Lakukan pengenceran hingga didapat 10 konsentrasi yaitu 10 ppm, 20 ppm, 30
ppm, 40 ppm, 50 ppm, 70 ppm, 80 ppm.
4. Ukur segera serapannya pada panjang gelombang maksimum 525 nm
menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis.
5. Buat kurva kalibrasinya.
B. Simulasi Model Dua Kompartemen
1. Siapkan alat simulasi.
2. Masukkan aquadest ke dalam buret. Pada gelas piala masukkan 700 mL aquadest sebagai
volume distribusi.
3. Putar pengaduk magnet, kemudian buka keran buret dan keran beaker glass. Atur
kecepatan aliran air yang masuk melalui buret dan yang keluar melalui keran beaker glass
5
sampai terjadi kesetimbangan kecepatan aliran. Aliran cairan yang masuk dan keluar
dijaga konstan dengan kecepatan 20 ml/menit.
4. Timbang secara seksama 0,5 g KMnO4, kemudian larutkan dalam aquadest dan encerkan
sampai dengan 50 ml (konsentrasi 10.000 ppm).
5. Masukkan 5 ml larutan tersebut dalam kompartemen I (sentral).
6. Siapkan tabung 10 reaksi dan beaker 50 atau 100 ml. Beri tanda masing-masing tabung
reaksi no.1 sampai dengan 10.
7. Untuk sampel plasma, pipet 5,0 ml larutan pada kompartemen I, pada menit ke: 2,5; 5; 7,5;
10; 12,5; 15; 20; 30; 45; dan 60.
8. Tentukan kadar KMnO4 dari tiap sampel dengan menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang (λ) 525 nm. Gunakan aquadest sebagai blanko.
V. DATA DAN PERHITUNGAN
A. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Do = 10.040 mg/ml x 5 ml= 50,2 mg.
Skema pengenceran
Tabel 1. Data kurva kalibrasi larutan standar KMnO4 pada λ = 525 nm dengan
menggunakan Spektrofotometer UV – Vis 3.
C(ppm) A
10,040 0,087
20,080 0,184
30,120 0,313
50,200 0,434
60,240 0,580
6
1 ml/ 10 ml
2 ml/ 10 ml
Lar.induk 100,040 ppm
10,040 ppm
3 ml/ 10 ml
20,080 ppm
5 ml/ 10 ml
30,120 ppm 50,200 ppm
6ml/ 10 ml
60, 240ppm
7 ml/ 10 ml 90,360 ppm9 ml/ 10 ml
70,280ppm
70,280 0,695
90,360 0,780
B. Sampel Plasma
Tabel 2. Tabel serapan sampel plasma setelah waktu tertentu yang diukur pada λ =
525 nm.
t (menit ke-) A
2,5 0,934
5 0,824
7,5 0,707
10 0,644
12,5 0,598
15 0,509
20 0,441
30 0,282
45 0,219
60 0,164
Perhitungan
Tabel 3. Data kurva kalibrasi larutan standar
KMnO4 pada λ = 525 nm.
7
C(ppm) A
10,040 0,087
20,080 0,184
30,120 0,313
50,200 0,434
60,240 0,580
70,280 0,695
90,360 0,780
a= 0,01534
b= 8,9509 x 10-3
r=0,9909
y=a+bx
Jadi, persamaan regresi liniernya adalah y = 0,01534 + 8,9509 x 10-3 x
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1000
0.10.20.30.40.50.60.70.80.9
f(x) = 0.00895090159592843 x + 0.0153410404624277R² = 0.981948217802231
Kurva Kalibrasi KMnO4
Konsentrasi (ppm)
Sera
pan
( A)
Gambar 1. Kurva kalibrasi larutan standar KMnO4 pada λ = 525 nm.
Tabel 4. Tabel serapan sampel plasma serta konsentrasi sampel plasma setelah
waktu tertentu yang diukur pada 5 = 526
t (menit ke-) A Cp (µg/ml) Cp’ Cp - Cp
’
2,5 0,934 102,633 79,0 23,633
8
5 0,824 90,344 73,8 16,544
7,5 0,707 77,272 69,0 8,272
10 0,644 70,234 64,0 6,234
12,5 0,598 65,095 59,5 5,595
15 0,509 55,152
20 0,441 47,555
30 0,282 29,791
45 0,219 22,753
60 0,164 16,608
Data yang di dapat berdasarkan settingan alat:
1. k= ClV D
=21,43 ml /menit700 ml
=0,0306 /menit
2. VD = 700 ml
3. Cl = 21,43 ml/menit
Data yang di dapat berdasarkan kertas semilog:
1. b=k e=ln C p 1−ln C p2
t 2−t 1
= ln 90,344 −ln 22,75345−5
=0,0345/menit
a=k d=ln C p 1−ln Cp2
t 2−t1
= ln 23,633−ln16,5445−2, 5
=0,3566/menit
A = 35 µg/ml
B = 86 µg/ml
k=ab( A+B)
Ab+Ba=
0,3566 x0,0345 (35+86)(35 x 0,0345 )+(86 x0,3566)
=0,0467 /menit
2. V p=D0
A+B= 50,2 mg
(35+86)10−3=414,876 ml
V D area=k . V p
b=0,0467 x 414,876
0,0345=561,586 ml
3. AUC=Bb
+ Aa
= 860,0345
+ 350,3566
=2590,902 µg . menit /ml
9
4. Cl=D0
b+ AUC= 50,2 mg
0,0345+(2590,902 x10−3)=19,121 ml /menit
5. t 1/2=0,693
k e
= 0,6930,0345
=20,087 menit
Parameter Setting Alat Analisis Data
k (/menit) 0,0306 0,0467
VD (ml) 700 -
VD area - 561,586
Cl (ml/menit) 21,43 19,121
AUC (µg.menit/ml) - 2590,902
t 1/2 (menit) - 20,087
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kedua ini, dilakukan simulasi dari model dua kompartemen
intravena bolus. Dalam percobaan ini diinjeksikan larutan KMnO4 (100,040 ppm)
sebagai pengumpamaan larutan obat. Dalam model dua kompartemen IV bolus ini,
obat dianggap telah terdistribusi ke dalam dua kompartemen, yaitu kompartemen
kesatu atau kompartemen sentral yaitu kompartemen plasma yakni jaringan yang
memiliki perfusi tinggi. Kompartemen plasma ini cepat terdifusi oleh obat, sedangkan
kompartemen kedua yaitu kompartemen jaringan yang berisi jaringan yang setimbang
secara lebih lambat dengan obat. Model ini menganggap bahwa obat dieliminasi dari
kompartemen sentral dan pada t=0 tidak ada obat dalam kompartemen jaringan,
sedangkan kadar dalam darah menurun cepat setelah obat dipindahkan ke
kompartemen jaringan setelah pemberian Intravena.
Kurva kalibrasi larutan standar KMnO4 dibuat untuk mengetahui kadar obat
dalam plasma. Konsentrasi larutan standar KMnO4 yang digunakan yaitu 10,040;
20,080; 30,120; 50,200; 60,240; 70,280; 90,360ppm. Kemudian diukur serapannya
menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan maksimum 525 nm, dan didapat
serapannya yaitu 0,087; 0,184; 0,313; 0,434; 0,580; 0,695; 0,780. Dengan
10
menggunakan metode linier diperoleh persamaan garis y = 0,01534 + 8,9509 x 10-3x
dengan r = 0,9909 dan y merupakan serapan (A) serta x yaitu konsentrasi (ppm).
Didalam gelas piala dimasukkan 700 mL aquadest, dan magnetic stirrer
dinyalakan. Kemudian, seperti yang telah disebutkan diatas, larutan KMnO4
diumpamakan sebagai obat yang akan dianalisis farmakokinetiknya sebanyak 5,0 ml.
Larutan tersebut diinjeksikan kedalam kompartemen sentral dan saat itu juga mulai
dihitung waktunya dengan menggunakan stopwatch (t=0). Larutan KMnO4
dihomogenkan dengan magnetic stirrer yang telah bergerak dari awal, agar seperti
proses penghomogenan obat di dalam tubuh oleh proses difusi obat dan gerak aliran
darah. Kemudian, setelah larutan KMnO4 di injeksikan kedalam kompartemen sentral,
larutan KMnO4 segera terdistribusi ke dalam kompartemen jaringan walau warna pada
masing-masing kompartemen belum sama, dan semakin lama warna pada masing-
masing kompartemen sama.
Kemudian dilakukan proses pengambilan sampel plasma pada menit ke 2,5; 5;
7,5; 10; 12,5; 15; 20; 30; 45; 60 dengan menggunakan pipet 5,0 mL kemudian diukur
serapan samplenya pada menit-menit tersebut. Kemudian ditentukan konsentrasi
plasma dan memplot Cp vs t pada kertas semilog. Lalu dihitung parameter-parameter
farmakokinetikanya. Setelah dihitung, diperoleh K eliminasinya yaitu 0,0345 /menit
dan K distribusinya yaitu 0,3566 /menit. Beberapa parameter lain yang akan
dicantumkan pada kesimpulan.
VII. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa dari percobaan model dua kompartemen intravena bolus
pada sample plasma yaitu :
Parameter Hasil Teoritis Hasil Analisis Data
k (/menit) 0,0306 0,0467
VD(ml) 700 -
VD area - 561,586
11
Cl (ml/menit) 21,43 19,121
AUC (µg.menit/ml) - 2590,902
t 1/2 (menit) - 20,087
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Mansur, Umar., dkk. 2007. Penuntun Praktikum Farmakokinetika. Depok: Universitas
Indonesia
Shargel, Leon., et al. 1988. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan Ed.2.
Surabaya: Airlangga University Press.
12
IX. LAMPIRAN
A. Pertanyaan
1. Apakah mungkin dari pengolahan data sampel plasma diperoleh persamaan
farmakokinetika satu kompartemen padahal seharusnya dua kompartemen?
Jelaskan!
2. Apakah ada perbedaan hasil perhitunganVd ekstrapolasi dengan Vd area?
Jelaskan!
B. Jawaban
1. Mungkin. Hal ini terjadi apabila KMnO4 tersebar cepat ke kompartemen II
(Jaringan). Hal tersebut terjadi karena pada saat praktikum, kecepatan
pengaduk magnetik (magnetic stirrer) sangat cepat sehingga KMnO4 tersebar
secara cepat (dapat dilihat dari warna KMnO4 yang homogen dengan cepat)
pada menit-menit awal sehingga hanya terdapat satu jenis kurva, yaitu kurva
eliminasi. Jika hanya terdapat satu jenis kurva saja, maka persamaan
farmakokinetikanya adalah persamaan farmakokinetika satu kompartemen dan
berbeda dengan persamaan farmakokinetika dua kompartemen.
2.
V D area=D o
AUC x b= 50,2
2590,902 x10−3 x 0,0345=561,608 mL
V D ekstrapolasi=D o
B= 50,2
86 x 10−3 =583,721 mL
Jika dijabarkan rumus mencari V D area adalah
V D area=D o
AUC x b=
D o
( Aa
+ Bb ) xb
=Do
Aa
b+B sedangkan rumus untuk
V D ekstrapolasi adalah V D ekstrapolasi=D o
B.
Maka hasil yang didapatkan adalah Vd ekstrapolasi lebih besar
dibandingkan Vd area karena angka penyebut pada Vd area lebih besar
dibandingkan Vd ekstrapolasi.
13
Vd ekstrapolasi (Do
B.) > Vd area (
Do
Aa
b+B¿
14