f07ilh

Upload: marsha-maulina

Post on 31-Oct-2015

113 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lll

TRANSCRIPT

  • FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK

    DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)

    SEBAGAI ANTI HIPERTENSI

    Oleh

    IFFA LUTHFIYA HIDAYATI

    F34102052

    2007

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

  • Iffa Luthfiya Hidayati. F34102052. Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Anti Hipertensi. Di bawah bimbingan H. Abdul. Aziz Darwis dan Tri Marwati. 2007.

    RINGKASAN

    Kecenderungan untuk memanfaatkan bahan alami sebagai obat mulai digemari masyarakat. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi efek samping dari penggunaan obat-obatan sintetik. Daun belimbing wuluh merupakan salah satu bahan alami yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Salah satu khasiat yang dimiliki daun belimbing wuluh adalah sebagai obat hipertensi. Dalam penelitian ini, pemanfaatan daun belimbing wuluh dikaji untuk dimanfaatkan sebagai obat anti hipertensi dalam bentuk sediaan tablet effervescent. Tablet effervescent dipilih sebagai sediaan obat karena sangat praktis dalam penggunaannya

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik produk tablet effervescent dan mendapatkan formulasi tablet effervescent ekstrak daun belimbing wuluh terbaik dilihat dari karakteristik fisik dan sifat organoleptik. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan konsentrasi effervescent mix (40%, 45%, 50% dan 55%).

    Ekstraksi daun belimbing wuluh dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol. Ekstrak kental yang dihasilkan dari proses maserasi diuji dengan menggunakan hewan uji (metode berdarah) sebagai anti hipertensi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh (dosis 30 mg/kg BB) dapat menurunkan tekanan darah. Dosis tersebut digunakan dalam formulasi tablet effervescent. Pembuatan tablet effervescent menggunakan ekstrak kering daun belimbing wuluh yang diperoleh dari hasil pengering semprot dengan penambahan maltodektrin 10%. Proses pembuatan tablet effervescent dilakukan dengan menggunakan metode granulasi basah. Pengujian yang dilakukan meliputi analisis granul dan analisis tablet effervescent.

    Hasil pengujian waktu alir, sudut diam dan kompresibilitas granul menunjukkan bahwa granul yang dihasilkan masih sesuai dengan kriteria (baik). Karakteristik tablet effervescent yang dihasilkan, memiliki nilai pH sebesar 4.55-5.20 (pH kontrol 4.5), kadar air sebesar 1.38-2.01% (kadar air kontrol 5.20%) dan kadar abu sebesar 21.64-23.89% (kadar abu kontrol 27.10%). Waktu larut tablet effervescent sekitar 3.93-4.75 menit (waktu larut kontrol 2.24 menit), kekerasan tablet berkisar 0.06-0.16/g.mm,dtk (kekerasan kontrol adalah 0 (keras)) serta diameter dan tebal tablet sebesar 2.79-2.84 cm dan 0.65-0.70 cm (diameter dan tebal tablet kontrol adalah 2.53 dan 0.66 cm). Warna tablet effervescent berdasarkan oHue menunjukkan warna yellow red (79.63-80.61o).

    Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap nilai pH, kadar air, kadar abu, waktu larut, kekerasan, diameter dan ketebalan tablet. Analisa non-parametik (Friedman test) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap penampakan tablet, warna, aroma dan rasa seduhan tablet effervescent. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa tablet effervescent yang paling disukai adalah tablet effervescent dengan konsentrasi effervescent mix 40% dengan perbandingan effervescent mix 18:28:54.

  • Iffa Luthfiya Hidayati. F34102052. Formulation of Effervescent Tablets From Bilimbi (Averrhoa bilimbi L.) Leaves Extract As Anti Hypertension. Supervised by H. Abdul Aziz Darwis and Tri Marwati. 2006.

    SUMMARY

    Utilization of natural resource as medicine become interesting scientists concern. It may reduce the negative effects by using of synthetic medicine. Bilimbi leaves was one of natural materials which was able to be exploited as medicine. One of the benefits from bilimbi leaves was used as hypertension medicine. In this research, exploring bilimbi leaves studied as hypertension medicine in the form of effervescent tablets. The chosen of effervescent tablet form was because its practical usage.

    The purposes of this research were to determine the effervescent tablets product characteristic and to obtain the best formulation of the effervescent tablets from bilimbi leaves extract based on its physical character and organoleptic test. The design of this research was completely randomized design with the variation of effervescent mix concentration (40%, 45%, 50% and 55%).

    Extraction of bilimbi leaves was conducted with maceration method using ethanol solvent. Viscous bilimbi leaves extract, which was the result from maceration process, was test by bloody method using animal experiment as anti hypertension substance. The result showed that bilimbi leaves extract (dosage of 30 mg/kg weight-body) can decrease blood tension. The dosage was used in the effervescent tablets formulation. The production of the effervescent tablets used dry bilimbi leaves extract produced by spray dryer with an addition of 10% maltodextrin. Effervescent tablets were made by wet granulation method. The effervescent tablets testing consist of granule analysis and effervescent tablets analysis.

    The result of flow time, silent angle and compressibility granule test showed that the effervescent granule has good characteristics. The effervescent tablet has pH value of 4.55-5.20 (control 4.5), water content of 1.38-2.01% (control 5.20%) and ash content of 21.64-23.89% (control 27.10%). Effervescent tablet dissolution time of 3.93-4.75 minute (control 2.24 minute), hardness tablets of 0.06-0.16/g.mm.dtk (control 0 (hard)) and also diameter and thickness tablets of 2.79-2.84 cm and 0.65-0.70 cm (control 2.53 and 0.66 cm). Effervescent tablet has yellow red color (79.63-80.61o) based on oHue colorimeter test.

    The ANOVA result showed that the variation of effervescent mix concentration significantly influenced the pH value, water content, ash content, dissolution time, hardness, diameter and thickness of tablet. Non-parametric analysis of organoleptic test showed that the variation of effervescent mix concentration significantly influenced the tablets appearance, color, flavor and taste. The organoleptic test result showed that the best panelist responded was for effervescent tablets with 40% effervescent mix concentration (comparison of effervescent mix was 18:28:54).

  • SURAT PERNYATAAN

    Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul

    Formulasi Tablet Effervescent Dari Ekstrak Daun Belimbing Wuluh

    (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Anti Hipertensi adalah hasil karya saya sendiri

    dengan arahan dosen Pembimbing Akademik, kecuali yang dengan jelas

    ditunjukkan rujukannya.

    Bogor, 2 Februari 2007

    Yang membuat pernyataan,

    Iffa Luthfiya Hidayati F34102052

  • FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK DAUN

    BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)

    SEBAGAI ANTI HIPERTENSI

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    Pada Departemen TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

    Fakultas Teknologi Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh

    IFFA LUTHFIYA HIDAYATI

    F34102052

    2007

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

  • INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK DAUN

    BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)

    SEBAGAI ANTI HIPERTENSI

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    Pada Departemen TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

    Fakultas Teknologi Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh

    IFFA LUTHFIYA HIDAYATI

    F34102052

    Dilahirkan pada tanggal 23 Februari 1984

    di Ngawi

    Tanggal lulus : 26 Januari 2007

    Menyetujui,

    Bogor, 5 Februari 2007

    Prof. Dr. Ir. A. Aziz Darwis, MSc Ir. Tri Marwati, MSi Pembimbing Akademik I Pembimbing Akademik II

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Ngawi pada tanggal 23 Februari

    1984. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari

    pasangan Drs. Imam Tauhid dan Siti Komariyah. Pada tahun

    1996, penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD

    Muhammadiyah Ponorogo. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah

    di SLTPN 1 Ponorogo pada tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan

    pendidikan di SMUN 1 Ponorogo dan lulus pada tahun 2002. Penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri Institut

    Pertanian Bogor tahun 2002 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)

    di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.

    Selama kuliah di IPB, penulis pernah bekerja sebagai pengajar di Bimbingan

    Belajar DMC Bogor (2006).

    Penulis melaksanakan praktek lapang pada tahun 2005 dengan topik

    Mempelajari Aspek Teknologi Proses Kemasan dan Penyimpanan Wafer

    Cream di Selamat Biscuit Indonesia, Sidoarjo Jawa Timur. Untuk

    menyelesaikan tugas akhir ini, penulis melakukan penelitian yang ditulis dalam

    skripsi berjudul Formulasi Tablet Effervescent Dari Ekstrak Daun Belimbing

    Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Anti Hipertensi.

  • i

    KATA PENGANTAR

    Assalammu alaikum wr wb.

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan

    karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi. Skripsi ini disusun

    berdasarkan hasil penelitian penulis selama delapan bulan di Laboratorium Balai

    Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian, Cimanggu dan

    Laboratorium Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

    Skripsi ini berjudul Formulasi Tablet Effervescent Dari Ekstrak Daun Belimbing

    Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Anti Hipertensi. Skripsi ini merupakan

    salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Institut

    Pertanian Bogor.

    Skripsi ini menyajikan studi tentang pembuatan tablet effervescent dari

    ekstrak daun belimbing wuluh sebagai alternatif obat hipertensi. Tablet

    effervescent yang dihasilkan dilakukan pengujian karakteristik fisik dan

    organoleptik untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap produk. Hasil

    studi ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai acuan pustaka yang

    membantu dalam pembuatan tablet effervescent yang dapat berkhasiat sebagai

    obat.

    Wassalammu alaikum wr wb.

    Bogor, 2 Februari 2007

    Penulis

  • ii

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan

    karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi berjudul Formulasi

    Tablet Effervescent Dari Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

    Sebagai Anti Hipertensi. Ucapan terima kasih ditujukan penulis kepada Ayah

    (Drs. Imam Tauhid), ibu (Siti Komariyah) serta adik-adikku (Arini Aula Rusydati

    dan Husna Umiyati Kholidah) yang telah memberikan doa, kasih sayang dan

    dukungan dalam pelaksanaan dan penyelesaian studi.

    Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah mendapatkan banyak bantuan

    dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan

    terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Abdul Aziz Darwis, MSc selaku dosen

    pembimbing akademik atas bimbingannya selama penulis menyelesaikan studi di

    Departemen Teknologi Industri Pertanian, Ir. Tri Marwati, MSi selaku

    pembimbing II dan Dr. Ir. Ani Suryani, DEA selaku dosen penguji yang telah

    membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. Penulis juga mengucapkan

    terima kasih kepada Ibu Hernani, Ibu Wiwin Winarni, para laboran di Balai

    Litbang Pasca Panen Pertanian, para laboran di Laboratorium TIN. Selain itu

    kepada Rini Budiarti, Fitriati, Andri Susanto, Rosi Cisadesi, Hari Soesanto,

    Farikin, Wahyudin dan Roza Cyntia sebagai teman satu penelitian, teman-teman

    TIN 39 dan teman-teman di Wisma Gajah dan Maharlika Atas serta semua pihak

    yang belum belum disebutkan, yang telah banyak membantu selama pelaksanaan

    penelitian dan penyusunan skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

    Ika Christina, Nurul Catur Febriana, Ika Lailiana, Okiana Winarni, Fery Mutia,

    Inda Setyawati, Maria Ulfah, Jenni Eva dan Rahmi Oktarina atas bantuan yang

    diberikan kepada penulis, semangat dan dukungannya.

  • iii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

    UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... ii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vi

    I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

    A. LATAR BELAKANG ............................................................................ 1

    B. TUJUAN ................................................................................................. 2

    II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 3

    A. BELIMBING WULUH ........................................................................... 3

    B. KOMPOSISI KIMIA DAN KHASIAT BELIMBING WULUH ........... 4

    C. TABLET EFFERVESCENT ................................................................... 5

    1. Definisi .............................................................................................. 5

    2. Bahan Baku ....................................................................................... 6

    3. Pembuatan Tablet Effervescent ......................................................... 9

    D. HIPERTENSI .......................................................................................... 10

    III. BAHAN DAN METODE ............................................................................. 12

    A. BAHAN DAN ALAT ............................................................................. 12

    B. METODOLOGI ...................................................................................... 12

    1. Ekstraksi Daun Belimbing Wuluh .................................................... 12

    2. Penentuan Formulasi Tablet Effervescent ......................................... 14

    3. Pembuatan Tablet Effervescent ......................................................... 14

    a. Analisis granul ............................................................................ 16

    b. Analisis tablet effervescent .......................................................... 17

    c. Uji organoleptik .......................................................................... 19

    C. RANCANGAN PERCOBAAN .............................................................. 19

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 20

    A. ANALISA MUTU BAHAN ................................................................... 20

    B. PEMBUATAN EKSTRAK KERING .................................................... 22

    C. PENGUJIAN TABLET EFFERVESCENT ............................................ 24

  • iv

    1. Analisis Granul ................................................................................. 24

    2. Analisis Tablet Effervescent .............................................................. 27

    3. Uji Organoleptik ............................................................................... 36

    V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 41

    A. KESIMPULAN ....................................................................................... 41

    B. SARAN ................................................................................................... 42

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 43

    LAMPIRAN ........................................................................................................ 47

  • v

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Klasifikasi hipertensi........................................................................... 11

    Tabel 2. Formulasi tablet effervescent daun belimbing wuluh ......................... 14

    Tabel 3. Hubungan antara sudut diam dan sifat alir.......................................... 16

    Tabel 4. Kriteria kompresibilitas granul ........................................................... 17

    Tabel 5. Kriteria warna berdasarkan oHue ........................................................ 18

    Tabel 6. Hasil analisa proksimat daun belimbing wuluh .................................. 21

    Tabel 7. Rendemen dan karakteristik fisik ekstrak kering daun belimbing wuluh ................................................................................................... 23

    Tabel 8. Hasil pengujian waktu alir granul ....................................................... 25

    Tabel 9. Hasil pengujian sudut diam granul...................................................... 26

    Tabel 10. Hasil pengujian kompresibilitas granul............................................... 26

    Tabel 11. Hasil pengujian diameter dan tablet effervescent ................................ 31

    Tabel 12. Hasil pengujian warna (colorimeter) .................................................. 35

  • vi

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Reaksi asam-basa pada sediaan effervescent ................................... 6

    Gambar 2. Diagram alir proses ekstraksi daun belimbing wuluh ..................... 13

    Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan tablet effervescent ......................... 15

    Gambar 4. Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) ................................. 20

    Gambar 5. Bubuk daun belimbing wuluh ......................................................... 20

    Gambar 6. Ekstrak kental daun belimbing wuluh ............................................. 23

    Gambar 7. Ekstrak kering hasil pengering semprot .......................................... 24

    Gambar 8. Granul effervescent .......................................................................... 24

    Gambar 9. Tablet effervescent masing-masing formulasi ................................. 27

    Gambar 10. Grafik pengujian nilai pH tablet effervescent .................................. 28

    Gambar 11. Grafik pengujian kadar air tablet effervescent ................................. 29

    Gambar 12. Grafik pengujian kadar abu tablet effervescent ............................... 31

    Gambar 13. Grafik pengujian kekerasan tablet effervescent ............................... 33

    Gambar 14. Grafik pengujian waktu larut tablet effervescent ............................. 34

    Gambar 15. Histogram uji kesukaan terhadap penampakan tablet effervescent ...................................................................................... 37

    Gambar 16. Histogram uji kesukaan terhadap warna seduhan tablet effervescent ...................................................................................... 38

    Gambar 17. Histogram uji kesukaan terhadap aroma seduhan tablet effervescent ...................................................................................... 39

    Gambar 18. Histogram uji kesukaan terhadap rasa seduhan tablet effervescent ...................................................................................... 40

  • vii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Analisa proksimat daun belimbing wuluh .................................... 48 Lampiran 2. Diagram alir pengujian anti hipertensi ......................................... 51 Lampiran 3. Contoh pembacaan kymograf pada pengujian anti hipertensi ...... 52 Lampiran 4. Hasil analisis ragam pengujian granul effervescent ...................... 53 Lampiran 5. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap pH tablet effervescent ......................................................................... 54 Lampiran 6. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap kadar air tablet effervescent .................................................................... 55 Lampiran 7. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap kadar abu tablet effervescent .................................................................. 56 Lampiran 8. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap tebal tablet effervescent ................................................................ 57 Lampiran 9. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap diameter tablet effervescent .......................................................... 58 Lampiran 10. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap kekerasan tablet effervescent ........................................................ 59 Lampiran 11. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap waktu larut tablet effervescent ................................................................. 60 Lampiran 12. Lembar kuesioner uji kesukaan dan kode sampel ........................ 61 Lampiran 13. Rekapitulasi nilai kesukaan parameter penampakan tablet

    effervescent ................................................................................... 62 Lampiran 14. Hasil uji Friedman dan uji frekuensi kesukaan terhadap

    parameter penampakan tablet effervescent ................................... 63 Lampiran 15. Rekapitulasi nilai kesukaan parameter warna seduhan tablet

    effervescent ................................................................................... 64 Lampiran 16. Hasil uji Friedman dan uji frekuensi kesukaan terhadap warna seduhan tablet effervescent ................................................ 65 Lampiran 17. Rekapitulasi nilai kesukaan parameter aroma seduhan tablet

    effervescent ................................................................................... 66 Lampiran 18. Hasil uji Friedman dan uji frekuensi kesukaan terhadap aroma seduhan tablet effervescent ................................................ 67 Lampiran 19. Rekapitulasi nilai kesukaan parameter rasa seduhan tablet

    effervescent ................................................................................... 68 Lampiran 20. Hasil uji Friedman dan uji frekuensi kesukaan terhadap rasa seduhan tablet effervescent .................................................... 69 Lampiran 21. Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk

    konversi dosis ............................................................................... 70

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Obat-obatan dikelompokkan dalam bentuk obat sintetik dan obat alami.

    Penggunaan obat sintetik dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya

    karena zat aktifnya berasal dari senyawa kimia sedangkan resiko penggunaan

    bahan alami relatif lebih kecil. Oleh karena itu terjadi kecenderungan untuk

    kembali menggunakan obat yang berasal dari alam. Salah satu sumber alami

    yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat adalah daun tanaman belimbing

    wuluh (Averrhoa bilimbi L.).

    Daun belimbing wuluh dapat berkhasiat sebagai ekspektoran, antipiretik

    dan anti hipertensi. Menurut Hernani, et al. (2005), daun belimbing wuluh

    mengandung senyawa phytol yang terbukti dapat menurunkan tekanan darah

    tinggi. Berdasarkan penelitian terdahulu, daun belimbing wuluh juga memiliki

    kadar kalium yang cukup tinggi, yaitu 1,689 0,007 % (b.k) (Winarni dan

    Marwati, 2005). Kalium tersebut merupakan mineral yang dapat melancarkan

    pengeluaran air seni (diuretik) sehingga dapat menurunkan tekanan darah.

    Ketersediaan obat hipertensi saat ini kebanyakan berbentuk kapsul dan

    tablet. Obat berbentuk kapsul dan tablet membutuhkan waktu yang lama untuk

    diabsorbsi oleh tubuh dan rasanya kurang disenangi. Untuk mengurangi rasa

    obat yang kurang disukai oleh konsumen dapat dibuat bentuk sediaan yang

    menarik dan memiliki rasa yang manis. Oleh karena itu, dalam penelitian ini,

    pemanfaatan daun belimbing wuluh diteliti untuk dimanfaatkan sebagai obat

    anti hipertensi dalam sediaan obat yang lebih praktis dalam bentuk tablet

    effervescent.

    Tablet effervescent adalah tablet yang menghasilkan gas (CO2) sebagai

    hasil reaksi kimia bahan-bahan penyusun tablet dengan cairan pelarutnya (air).

    Tablet effervescent merupakan tablet yang digunakan untuk membuat

    minuman ringan secara praktis. Kepraktisannya adalah tablet dapat melarut

    sendiri dengan adanya gas CO2 yang membantu proses pelarutan. Bentuk

    sediaan seperti ini dapat meningkatkan tingkat kesukaan produk dan

    mempengaruhi aspek psikologis konsumen. Disamping itu, kesannya sebagai

  • 2

    obat juga akan berkurang karena rasanya yang dapat menutupi rasa pahit

    sehingga dapat menarik minat konsumen yang tidak suka mengkonsumsi obat-

    obatan.

    Pembuatan tablet effervescent dari ekstrak daun belimbing dilakukan

    dengan menyusun formula menggunakan berbagai bahan disamping daun

    belimbing wuluh itu sendiri. Formula yang dihasilkan diharapkan dapat

    digunakan sebagai alternatif lain sediaan obat hipertensi.

    B. TUJUAN

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik produk tablet

    effervescent dan untuk mendapatkan formulasi tablet effervescent ekstrak daun

    belimbing wuluh terbaik dilihat dari karakteristik fisik dan sifat organoleptik

    yang disukai oleh konsumen. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

    memberikan alternatif sediaan obat hipertensi yang berasal dari bahan alam,

    sehingga dapat bermanfaat bagi bidang kesehatan dan farmasi serta

    menambah daya guna daun belimbing wuluh.

  • 3

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. BOTANI

    Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) termasuk pohon yang tingginya

    mencapai 10 m dengan batang yang tidak begitu besar dan mempunyai garis

    tengah sekitar 30 cm. Pohon ini ditanam sebagai pohon buah. Pohon yang

    berasal dari benua Amerika ini membutuhkan tempat tumbuh yang cukup

    lembab dan tidak dinaungi oleh pohon lain.

    Klasifikasi ilmiah untuk belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) adalah :

    Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

    Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

    Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

    Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)

    Ordo : Oxalidales

    Famili :Oxalidaceae

    Genus : Averrhoa

    Spesies : A. bilimbi L. (belimbing wuluh)

    Belimbing wuluh mempunyai batang kasar berbenjol-benjol,

    percabangan sedikit dan arahnya condong ke atas. Cabang muda berambut

    halus seperti beludru dan berwarna coklat muda. Daunnya berupa daun

    majemuk menyirip ganjil dengan 21-45 pasang anak daun. Anak daun

    bertangkai pendek, bentuknya bulat telur sampai jorong, ujung runcing,

    pangkal membundar, tepi rata dan mempunyai panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm,

    warnanya hijau, permukaan bawah hijau muda.

    Bunga berbentuk malai, berkelompok, keluar dari batang atau

    percabangan yang besar. Bunganya kecil-kecil berbentuk bintang dan

    warnanya ungu kemerahan. Buahnya berupa buah buni, bentuknya bulat

    lonjong bersegi, warnanya hijau kekuningan, bila masak berair banyak,

    rasanya asam dan bijinya berbentuk bulat telur serta gepeng (Arland, 2006).

  • 4

    B. KOMPOSISI KIMIA DAN KHASIAT BELIMBING WULUH

    Daun belimbing wuluh yang digunakan dalam penelitian mempunyai

    sifat khas seperti asam, kelat dan menetralkan (Anonim, 2006). Kandungan

    simplisia daun belimbing wuluh terdiri dari tanin, sulfur, asam format,

    peroksidase, calsium oksalat dan kalium sitrat (Forum Komunikasi Fakultas

    Pertanian UGM, 2006).

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Winarti dan Marwati (2006),

    senyawa dengan limpahan tertinggi pada daun belimbing wuluh antara lain

    propil asetat, dietil phtalat, phytol dan asam ferulat, sedangkan senyawa minor

    terdiri dari asam kaprat, heksadekanoat dan etil palmitat. Komponen kimia

    lain yang teridentifikasi dalam daun belimbing wuluh adalah p-nitro-m-

    methylphenyl benzenesulfonate, acetic acid ethyl ester, acetic acid prophyl

    ester, butyl ethyl ether, methyl benzene dan 1,2-benzenedicarboxylilic acid

    diethyl ester (Cyntia, 2006).

    Bagian tanaman belimbing wuluh yang sering dimanfaatkan sebagai

    obat adalah bagian bunga, daun dan buah. Bagian buah dan bunga berkhasiat

    sebagai ekspektoran. Selain itu, buahnya dapat digunakan sebagai bahan obat

    tradisional seperti, batuk, sariawan, gusi berdarah, jerawat, panu, tekanan

    darah tinggi (hipertensi) serta dapat memperbaiki fungsi pencernaan. Bagian

    daun berkhasiat sebagai antipiretik dan ekspektoran serta dapat digunakan

    sebagai obat rematik (Anonim, 2006).

    Khasiat lain yang terdapat dalam daun belimbing wuluh adalah sebagai

    penurun tekanan darah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

    Hernani, et al (2005) dengan menggunakan hewan uji kucing teranestesi

    diketahui bahwa penggunaan ekstrak daun belimbing wuluh pada dosis 37.5

    mg/kg BB dapat menurunkan tekanan darah kucing sebesar 75.88 mmHg.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hutahaean (2003) terhadap hewan uji

    tikus putih galur wistar jantan, hasil penelitian menunjukkan bahwa

    penyuntikan dengan ekstrak daun belimbing wuluh secara intraperitoneal

    dapat menurunkan tekanan darah tikus dari tekanan darah normal (hipotensif).

    Dosis ekstrak yang digunakan adalah 1 ml/kg bb, 2 ml/kg bb, 4 ml/kg bb, dan

  • 5

    8 ml/kg bb, masing-masing dapat menurunkan tekanan arteri rata-rata sebesar

    2.49 mmHg; 2.58 mmHg; 3.73 mmHg; dan 3.02 mmHg (Hutahean, 2003).

    Pemanfaatan daun belimbing wuluh sebagai obat hipertensi masih

    terbatas dan kebanyakan yang dimanfaatkan adalah buah belimbing wuluh.

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hernani, et al (2005), pemberian

    ekstrak daun belimbing wuluh terbukti dapat menurunkan tekanan darah

    hewan uji dan terbukti lebih baik dibandingkan dengan pemberian ekstrak

    buahnya. Ketika ekstrak buah diinjeksikan terhadap hewan uji, daya kerja

    jantung meningkat dibandingkan bila menggunakan ekstrak daun.

    C. TABLET EFFERVESCENT

    1. Definisi

    Tablet adalah sediaan obat padat takaran tunggal. Sediaan ini dicetak

    dengan mesin bertekanan tinggi dengan bahan serbuk kering, kristal atau

    granulat dan umumnya dengan penambahan bahan pembantu. Bentuk

    sediaan tablet terbukti sangat menguntungkan karena harganya murah.

    Bentuk tablet takarannya tepat, pengemasannya mudah, tranportasi dan

    penyimpanannya praktis (stabilitas obatnya terjaga dalam sediaannya)

    (Voight,1994).

    Effervescent didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang

    menghasilkan gelembung sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan. Dalam

    ilmu kedokteran campuran effervescent sangat populer. Flavored beverage

    effervescent adalah sediaan effervescent yang digunakan unuk membuat

    minuman ringan secara praktis, yaitu dengan cara mencampurkan tablet

    effervescent ke dalam air. Gas yang dihasilkan saat pelarutan adalah

    karbondioksida (CO2) sehingga dapat memberikan efek sparkle atau rasa

    seperti air soda (Mohrle, 1989).

    Tablet effervescent merupakan tablet berbuih yang dibuat dengan

    cara kompresi granul yang mengandung garam effervescent atau bahan-

    bahan lain yang mampu melepaskan gas ketika bercampur dengan air

    (Ansel, 1989). Reaksi yang terjadi pada pelarutan effervescent adalah

    reaksi antara senyawa asam dan senyawa karbonat untuk menghasilkan

  • 6

    gas CO2. CO2 yang terbentuk dapat memberikan rasa segar, sehingga rasa

    getir dapat tertutupi dengan adanya CO2 dan pemanis (Juniawan, 2004).

    Reaksi ini dikehendaki terjadi secara spontan ketika effervescent

    dilarutkan ke dalam air. Garam-garam effervescent biasanya diolah dari

    suatu kombinasi asam sitrat dan asam tartarat daripada hanya satu macam

    asam saja, karena penggunaan bahan asam tunggal saja akan menimbulkan

    kesukaran. Apabila asam tartarat sebagai asam tunggal, granul yang

    dihasilkan akan mudah kehilangan kekuatannya dan akan menggumpal.

    Asam sitrat saja akan menghasilkan campuran lekat dan sukar menjadi

    granul (Ansel, 1989). Reaksinya adalah sebagai berikut :

    H3C6H5O7.H2O + 3 NaHCO3 Na3C6H5O7 + 4 H2O + 3 CO2 asam sitrat Na-bikarbonat Na-sitrat

    H2C4H4O6 + 2 NaHCO3 Na2C4H4O6 + 2 H2O + 2 CO2 asam tartarat Na-bikarbonat Na-tartarat

    Gambar 1. Reaksi asam-basa pada sediaan effervescent (Ansel, 1989)

    Pemilihan tablet effervescent untuk sediaan karena tablet effervescent

    memiliki kelebihan dalam hal ketepatan dosis, stabilitas dan

    kepraktisannya. Keuntungan lain adalah kemungkinan penyiapan larutan

    dalam waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat (Banker

    dan Anderson, 1994). Tablet effervescent lebih praktis dan mudah

    digunakan (Lieberman, et al, 1989).

    2. Bahan Baku

    Pada umumnya bahan baku tablet effervescent terdiri dari zat aktif

    dan bahan pembantu yang terdiri dari :

    a. Sumber asam

    Senyawa asam dapat diperoleh dari tiga sumber utama yaitu

    asam makanan, asam anhibrida dan garam asam. Asam makanan

    paling sering dan umum digunakan pada makanan serta secara alami

    terdapat pada makanan contohnya asam sitrat, asam tartarat, asam

    malat, asam fumarat, asam adipat dan asam suksinat (Mohrle, 1989).

  • 7

    Asam sitrat memiliki kelarutan yang tinggi dalam air dan mudah

    diperoleh dalam bentuk granular. Alasan inilah yang menyebabkan

    mengapa asam sitrat lebih sering digunakan sebagai sumber asam

    dalam proses pembuatan tablet effervescent (Rohdiana, 2002).

    b. Sumber basa

    Senyawa karbonat yang paling banyak digunakan dalam

    formulasi effervescent adalah garam karbonat kering karena

    kemampuannya menghasilkan CO2. Sumber karbonat yang yang biasa

    digunakan adalah natrium bikarbonat, natrium karbonat, kalium

    hydrogen karbonat dan kalium bikarbonat (Mohrle, 1989).

    c. Bahan pengisi

    Bahan pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk

    membuat bulk (penuh). Pengisi juga dapat ditambahkan karena alasan

    untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau

    untuk memacu aliran (Banker dan Anderson, 1994). Bahan ini juga

    dimaksudkan untuk mencapai bobot tablet dan volume yang

    diinginkan.

    Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan pengisi

    adalah netral terhadap bahan yang berkhasiat, inert (stabil) secara

    farmakologi serta tidak boleh berbahaya atau tidak tercampur dengan

    bahan berkhasiat. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah mudah larut

    sehingga dapat membentuk larutan yang jernih (Banker dan Anderson,

    1994).

    Beberapa contoh bahan pengisi adalah laktosa, laktosa anhidrat,

    laktosa spray dried, mannitol, sorbitol, sukrosa (Lieberman, et al,

    1990). Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak

    digunakan karena tidak bereaksi dengan hampir semua bahan obat

    yang digunakan dalam bentuk hidrat atau anhidrat dan dapat larut air

    (Banker dan Anderson, 1994).

    d. Bahan pengikat

    Bahan pengikat berfungsi sebagai perekat yang mengikat

    komponen dalam bentuk serbuk menjadi granul sampai tablet pada

  • 8

    proses pengempaan (Rohdiana, 2002). Bahan pengikat juga berfungsi

    sebagai pengikat komponen-komponen tablet sehingga produk tidak

    pecah ketika dikempa.

    Pemakaian bahan pengikat disesuaikan dengan bahan aktif,

    dalam pembuatan tablet effervescent bahan pengikat yang biasa

    digunakan adalah PVP (Polivinil Pirolidon). Polivinil pirolidon adalah

    pengikat yang serbaguna dan salah satu yang paling banyak digunakan,

    mudah larut dalam air, alkohol dan pelarut organik lain. Polivinil

    pirolidon biasanya digunakan sebagai pengikat di dalam tablet

    effervescent dan tablet kunyah karena pembuatan dengan pengikat ini

    mempunyai daya simpan yang lebih lama (Mohrle, 1989).

    e. Bahan pelincir

    Bahan pelincir memenuhi fungsi berbeda, antara lain berfungsi

    sebagai bahan pengatur aliran, bahan pelincir dan bahan pemisah

    bentuk. Bahan pengatur aliran berfungsi memperbaiki daya luncur

    massa yang ditabletasi, bahan pelicin berfungsi untuk memudahkan

    pendorongan tablet ke atas dan ke ruang cetak melalui pengurangan

    gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dan permukaan sisi

    tablet, sedangkan bahan pemisah bentuk berguna untuk

    menghindarkan lengketnya massa tablet pada stempel dan pada

    dinding dalam ruang cetak (Rohdiana, 2002).

    Zat pelincir yang paling banyak dipakai yaitu talk, asam stearat,

    garam stearat dan derivatnya. Bentuk garam yang paling banyak

    dipakai adalah kalsium dan magnesium stearat (Banker dan Anderson,

    1994). Magnesium stearat [Mg(C18H38O2)2] merupakan salah satu zat

    pelincir yang digunakan dalam tablet. Antirekat (pelincir) yaitu zat

    yang meningkatkan aliran bahan memasuki cetakan tablet dan

    mencegah lekatnya bahan pada cetakan serta membuat tablet menjadi

    lebih bagus dan mengkilat (Lieberman, et al, 1989).

    f. Pemanis

    Pemberi rasa pada sediaan farmasi digunakan untuk bentuk-

    bentuk sediaan cair. Seluruh pengecap rasa dimulut berlokasi pada

  • 9

    lidah dan mengadakan respon dengan cepat terhadap sediaan yang

    diminum. Obat dalam bentuk cair berhubungan langsung dengan

    pengecap rasa. Penambahan zat pemberi rasa ke dalam sediaan obat

    dimaksudkan untuk menyembunyikan rasa obat yang tidak disukai.

    Pemanis yang biasa digunakan adalah sakarin, sukrosa dan aspartam

    (Ansel, 1989). Aspartam adalah senyawa metil ester dipeptida yang

    memiliki daya kemanisan 120 280 kali lebih manis dari gula tebu

    (Ansel, 1989). Aspartam merupakan salah satu bahan tambahan

    makanan yang telah mengalami test dan percobaan yang mendalam

    serta menyeluruh (Winarno dan Rahayu, 1994).

    3. Pembuatan Tablet Effervescent

    Proses pembuatan tablet effervescent diperlukan kondisi yang

    berbeda dengan pembuatan tablet pada tablet konvensional. Pembuatan

    tablet effervescent diperlukan kondisi khusus yaitu pada kelembaban

    relatif kurang lebih 25% (Mohrle, 1989). Pembuatan tablet effervescent

    dibuat memakai dua metode umum yaitu metode granulasi basah dan

    metode granulasi kering.

    a. Metode granulasi basah

    Granulasi adalah suatu proses pengubahan partikel-partikel

    serbuk menjadi bulatan-bulatan dalam bentuk beraturan yang disebut

    granul. Butiran yang diperoleh memiliki daya lekat dan sifat alir yang

    baik. Ukuran granul biasanya berkisar antara ayakan 4-12, walaupun

    demikian granul dari macam-macam ukuran lubang ayakan dapat

    dibuat tergantung pada tujuan pemakaiannya (Ansel, 1989).

    Granul yang baik memiliki bentuk dan warna yang sedapat

    mungkin homogen, memiliki sifat alir yang baik, memiliki distribusi

    ukuran partikel yang sempit dan mengandung komponen berbentuk

    serbuk, menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan dan

    tidak terlalu kering serta mudah hancur di dalam air (Voight, 1994).

    Metode ini adalah metode yang paling tua dan masih banyak

    digunakan. Metode ini digunakan bila bahan obat tidak dapat dicetak

  • 10

    langsung, misalnya karena sifat kohesif, sifat kompresibilitas dan sifat

    aliran yang kurang baik sementara dosisnya besar serta memerlukan

    penambahan pewarna dalam bentuk larutan sehingga dibutuhkan

    bahan pengikat (Ansel, 1989).

    Bahan yang akan dicetak dilembabkan dengan larutan pengikat

    sehingga serbuk terikat bersama dan terasa seperti tanah yang lembab.

    Kemudian serbuk tersebut dikeringkan dengan menggunakan oven,

    setelah kering ukurannya diperkecil dengan pengayakan dan siap untuk

    dicetak. Proses pembuatan tablet dengan metode ini meliputi beberapa

    tahap yaitu penimbangan, pencampuran awal, pembuatan larutan ikat,

    penambahan larutan ikat, pengayakan I, pengeringan, pengayakan II,

    pencampuran lubrikan dan pencetakan (Ansel, 1989).

    b. Metode granulasi kering

    Granulasi kering adalah proses granulasi tanpa menggunakan

    cairan dan panas. Proses granulasi kering dilakukan dengan

    mengkompresi bahan kering menjadi tablet. Pembuatan tablet dengan

    metode ini meliputi beberapa tahap yaitu penghalusan, pencampuran

    awal, pengempaan, granulasi, pencampuran akhir dan pengempaan

    menjadi tablet (Ansel, 1989).

    D. HIPERTENSI

    Dalam istilah kedokteran tekanan darah tinggi sering disebut dengan nama

    hipertensi. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah

    arteri melebihi batas normal dan bertahan lama (Mutschler, 1991).

    Guyton dan Hall (1997) menjelaskan bahwa seseorang dinyatakan

    menderita hipertensi jika tekanan arteri rata-rata lebih tinggi daripada batas

    atas yang dianggap normal dalam keadaan istirahat, yaitu lebih tinggi dari 110

    mmHg. Nilai tersebut terjadi jika tekanan sistoliknya lebih besar dari kira-kira

    135 mmHg sampai 140 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih besar dari 90

    mmHg. Sedangkan menurut WHO, pada keadaan istirahat batas normal teratas

    untuk tekanan sistolik adalah 160 mmHg dan tekanan diastolik adalah 95

  • 11

    mmHg. Dalam mengukur tekanan darah untuk menentukan derajat klasifikasi

    hipertensi, terdapat beberapa batasan yang digunakan yaitu:

    Tabel 1. Klasifikasi hipertensi Kategori Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik Tingkat I / Ringan 140 159 MmHg 90 99 MmHg Tingkat II / Sedang 160 179 MmHg 100 109 MmHg Tingkat III / Berat 180 209 MmHg 110 119 MmHg Tingkat IV / Sangat Berat 210 MmHg 120 MmHg

    Sumber : The Joint National Committe-V, 1992

    Tekanan darah adalah tekanan yang diperoleh darah untuk dapat mengalir

    melalui pembuluh darah. Ukuran tekanan darah dinyatakan dalam mmHg

    dimana Hg merupakan singkatan dari hydragyrum atau air raksa yang terdapat

    di dalam alat pengukur tekanan darah arteri yang disebut dengan alat

    Sphygmomanometer atau lebih dikenal dengan alat tensimeter (Wijayakusuma

    dan Dalimartha, 2000).

    Tekanan darah mempunyai dua komponen kekuatan, yang pertama

    kekuatan pendorong yang disebut tekanan sistolik yang mempengaruhi darah

    karena kontraksi otot jantung dan yang kedua kekuatan penahan yang disebut

    tekanan diastolik pada dinding pembuluh darah yang lebih kecil yang

    mengalirkan darah serta mempercepat jalannya darah pada waktu jantung

    berelaksasi (Tara dan Soetrisno, 2004).

    Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor genetik

    atau keturunan, stress, obesitas atau kegemukan serta adanya perubahan pola

    hidup masyarakat seperti mengkonsumsi makanan berlemak dan berkolesterol

    tinggi serta mengkonsumsi makanan yang mengandung garam berlebihan.

  • 12

    III. BAHAN DAN METODE

    A. BAHAN DAN ALAT

    Pada penelitian ini digunakan bahan baku daun belimbing wuluh yang

    dideterminasi dari Sukabumi. Bahan kimia yang digunakan adalah etanol,

    maltodekstrin, laktosa, asam sitrat, asam tartarat, kalium bikarbonat, aspartam,

    PVP (Polivinil Pirolidon) dan Mg-stearat. Disamping itu digunakan pula

    bahan untuk analisis adalah toluene, HCl 5N, air suling, etanol 90 persen,

    heksan, K2SO4, HgO, H2SO4 pekat, H3BO3 dan HCl 0,02N.

    Alat yang digunakan adalah alat pengaduk, corong, kertas saring,

    evaporator, erlenmeyer, gelas piala, gelas ukur, freeze dryer, spray dryer,

    sudip, ayakan, oven dan alat destilat. Alat yang digunakan untuk analisis

    adalah cawan porselin, cawan aluminium, tanur, labu bersumbat, labu kjedahl,

    labu lemak, bulk density tester, flowmeter, pH-meter, jangka sorong,

    pnetrometer dan alat-alat gelas.

    B. METODOLOGI

    1. Ekstraksi daun belimbing wuluh

    Daun belimbing wuluh terlebih dahulu dipisahkan dari tangkainya

    lalu dikeringkan dengan alat pengering (blower) selama 4 jam dengan

    suhu 40oC. Selanjutnya digiling halus dengan mesin penggiling dan diayak

    dengan ayakan 50 mesh. Bubuk yang dihasilkan dianalisa komposisi

    kimianya (Proksimat Analisis). Prosedur disajikan pada Lampiran 1.

    Bubuk daun belimbing wuluh dimaserasi secara berulang dengan

    menggunakan pelarut etil alkohol 70 persen. Proses maserasi dilakukan

    dengan alat ekstraksi yang terbuat dari stanless steel dan dilengkapi

    dengan agitator. Hasil ekstraksi disaring dan pelarutnya diuapkan dengan

    rotavapor sampai dihasilkan ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh

    dilakukan pengujian anti hipertensi dengan menggunakan metode berdarah

    (Lampiran 2). Dari ekstrak kental kemudian ditambahkan bahan pengisi

  • 13

    untuk dikeringkan dengan alat pengering semprot menjadi ekstrak kering.

    Proses ekstraksi daun belimbing wuluh dapat dilihat pada Gambar 2.

    Daun belimbing wuluh

    Pengeringan (50oC, 4 jam)

    Penggilingan dan penyaringan (50 mesh)

    Pelarutan dengan etanol

    (1:5 b/v)

    Pengadukan (4 jam, 200rpm)

    Penyaringan Ampas

    Filtrat

    Pemekatan

    (rotary evaporator, 50oC)

    Ekstrak Kental

    Pengisian (homogenizer)

    Pengeringan (pengering semprot, 180oC)

    Ekstrak Kering

    Gambar 2. Diagram alir proses ekstraksi daun belimbing wuluh (Hernani, et al, 2005)

  • 14

    2. Penentuan Formulasi Tablet Effervescent

    Penentuan formulasi tablet effervescent yang digunakan dalam

    penelitian merupakan modifikasi formulasi dari Juniawan (2004).

    Modifikasi dilakukan terhadap jenis ekstrak dan jumlah asam sitrat, asam

    tartarat dan kalium bikarbonat (effervescent mix). Ekstrak yang digunakan

    berdasarkan perhitungan :

    30 mg/kg BB kucing dikonversi terhadap BB manusia = 13 (Lampiran 21)

    30 x 2 = 60 mg x 13 = 780 mg : 70 kg = 11 mg/kg BB manusia

    Rata-rata BB manusia adalah 50 kg.

    11 mg/ kg BB manusia x 50 kg = 550 mg = 0.55 g 0.5 g ekstrak

    Perlakuan yang dicobakan pada penelitian ini adalah konsentrasi

    effervescent mix terhadap berat total tablet. Perbandingan asam sitrat :

    asam tartarat : kalium bikarbonat yang digunakan pada formulasi adalah

    18 : 28 : 54. Ada empat taraf formulasi yang dicobakan dengan formulasi

    terlihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Formulasi tablet effervescent daun belimbing wuluh. Bahan F1 (%) F2 (%) F3 (%) F4 (%)

    Ekstrak 3,4 3,4 3,4 3,4 Laktosa 55,3 50,3 45,3 40,3 Asam sitrat 7,2 8,1 9 9,9 Asam tartarat 11,2 12,6 14 15,4 Kalium bikarbonat 21,6 24,3 27 29,7 Mg stearat 0,1 0,1 0,1 0,1 Aspartam 1 1 1 1 PVP 0,2 0,2 0,2 0,2

    Keterangan : F1 = konsentrasi effervescent mix 40% F2 = konsentrasi effervescent mix 45% F3 = konsentrasi effervescent mix 50% F4 = konsentrasi effervescent mix 55%

    3. Pembuatan Tablet Effervescent

    Pembuatan tablet effervescent dari ekstrak daun belimbing wuluh

    dimulai dengan pembuatan granul terlebih dahulu sebelum dikempa.

    Tablet effervescent dalam penelitian ini dibuat dengan menggunakan

    metode granulasi basah yang meliputi tahapan penimbangan, pencampuran

  • 15

    awal, penambahan larutan pengikat, pengayakan I, pengeringan,

    pengayakan II, pencampuran lubrikan dan pencetakan tablet. Proses

    pembuatan tablet effervescent dapat dilihat pada Gambar 3.

    Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan tablet effervescent

    (Said, 2005)

    Pengujian yang dilakukan meliputi analisis granul dan analisis tablet

    effervescent. Oleh karena belum adanya standar untuk tablet effervescent,

    maka untuk menentukan formulasi terbaik digunakan kontrol tablet

    effervescent komersial. Kontrol yang digunakan adalah tablet effervescent

    komersial dengan merek A untuk obat panas dalam (tahun 2006).

    Ekstrak kering

    PVP

    Granul kering

    Granul effervescent

    Tablet effervescent

    Laktosa, aspartam, kalium bikarbonat

    Asam sitrat, asam tartarat

    Pencampuran

    Pengayakan ayakan no.12

    Pencetakan tablet

    Pengeringan (oven, 50oC, 18 jam)

    Pengayakan ayakan no.14

  • 16

    a. Analisis granul

    1) Uji Waktu Alir (Wells, 1987)

    Granul seberat 25 g dituang pelan-pelan ke dalam corong

    pengukur lewat tepi corong. Tutup corong dibuka pelan-pelan,

    granul dibiarkan mengalir keluar. Waktu dicatat dengan stopwatch

    sampai semua granul mengalir keluar. Waktu alir dihitung dengan

    satuan g/dtk. Pengukuran waktu alir menggunakan flowmeter.

    Waktu alir yang baik adalah kurang dari 10 g/dtk.

    2) Sudut Diam (Wells, 1987)

    Granul yang jatuh dari sifat alir dan diukur tinggi kerucut

    yang terbentuk dan panjang dari granul kemudian diukur sudut

    diamnya dengan rumus :

    h tg a =

    r

    a = inv tg a = sudut diam h = tinggi kerucut r = jari-jari kerucut

    Tabel 3. Hubungan antara sudut diam dan sifat alir Sudut Diam Sifat Alir

    40o Buruk

    Sumber : Wells (1987)

    3) Kompresibilitas Granul(Wells, 1987)

    Granul seberat 50 g dituang pelan-pelan ke dalam gelas ukur

    dan dicatat sebagai Vo (ml). Gelas ukur dipasang pada alat bulk

    density tester dan motor dihidupkan. Perubahan volum dicatat

    setelah pengetapan (Vt) dengan t = 10, 50 dan 100 ketukan.

    Pengurangan volume granul akibat pengetapan dinyatakan dengan

    rumus :

  • 17

    (Vo - Vk) Kompresibilitas Granul = x 100%

    Vo

    Vo = Volume awal Vk = Volume setelah ketukan

    Tabel 4. Kriteria Kompresibilitas granul Nilai (%) Kriteria

    5-15 Istimewa 12-16 Baik 18-21 Sedang 23-35 Jelek 33-38 Sangat jelek > 40 Sangat jelek sekali

    Sumber : Wells (1987)

    b. Analisis tablet effervescent

    1) Nilai pH (Modifikasi Khairani, 2002)

    Sebuah tablet dilarutkan dalam 200 ml air kemudian diambil

    100 ml untuk diukur pH-nya menggunakan pH-meter.

    2) Kadar Air Metode Oven (Apriyantono, et al, 1989)

    Bahan sebanyak 2 g yang telah digerus dan ditimbang,

    dimasukkan dalam cawan porselin yang telah ditera kemudian

    diratakan. Cawan kemudian dimasukkan dalam oven suhu 105oC

    selama 3 jam, ulangi pengerjaan sampai didapat bobot tetap. Kadar

    air dihitung terhadap sampel.

    berat awal berat akhir Kadar Air = x 100%

    berat awal

    3) Kadar Abu (Depkes, 1989)

    Bahan sebanyak 2 g atau 3 g yang telah digerus dan

    ditimbang, dimasukkan dalam cawan porselin yang telah dipijarkan

    dan ditera kemudian diratakan. Zat kemudian dipijarkan perlahan-

    lahan sampai arang habis kemudian didinginkan dan ditimbang.

    Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, maka

    ditambahkan air panas dan disaring melalui kertas saring bebas

    abu. Sisa zat dan kertas saring dipijarkan kembali dalam cawan

  • 18

    yang sama. Filtrat dimasukkan dalam cawan dan diuapkan

    kemudian dipijarkan hingga bobot tetap dan ditimbang. Kadar abu

    dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

    berat abu (g) Kadar Abu = x 100% berat sampel (g)

    4) Penampakan Tablet

    Sebuah tablet diukur diameter dan tebalnya menggunakan

    jangka sorong. Pengukuran dilakukan 3 kali di tempat yang

    berbeda.

    5) Kekerasan tablet (Kailaku, 2002)

    Pengukuran kekerasan dilakukan dengan menggunakan

    pnetrometer. Sebuah tablet diletakkan di bawah jarum pnetro

    kemudian ditekan selama 10 detik dan dibaca hasilnya dalam skala.

    6) Waktu Larut (Said, 2005)

    Sebuah tablet dimasukkan dalam air dengan volume 200 ml

    dalam gelas piala 500 ml. Waktu melarut tablet dicatat dengan

    stopwatch sampai tablet hancur dan larut.

    7) Warna (Colorimeter) (Febriyanti, 2003)

    Pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan

    colorimeter. Pengukuran warna dilakukan dua kali di tempat yang

    berbeda. Hasil yang didapat adalah nilai L, a, b dan oHue. Nilai oHue diperoleh dari rumus :

    oHue = arc tg (b/a)

    Tabel 5. Kriteria warna berdasarkan oHue Warna oHue

    Red purple 342-18 Yellow red 54-90 Yellow green 126-162 Green 162-198 Blue green 198-234 Blue 234-270 Blue purple 270-306 Purple 306-342

    Sumber : Huntching (1999)

  • 19

    c. Uji Organoleptik Uji organoleptik yang akan dilakukan adalah uji penerimaan

    dimana setiap panelis diharuskan mengemukakan tanggapan

    pribadinya terhadap produk yang disajikan. Uji penerimaan yang

    dilakukan adalah uji hedonik dengan menggunakan 30 panelis.

    Pada uji ini, panelis diminta mengungkapkan tanggapan

    pribadinya terhadap warna, aroma dan rasa dari sampel tablet

    effervescent yang diberikan. Tanggapan tersebut dapat berupa

    tanggapan suka maupun tidak suka. Skala kesukaan yang digunakan

    adalah 1-7, dimana angka 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 =

    agak tidak suka, 4 = netral, 5 = agak suka, 6 = suka, 7 = sangat suka

    (Rahayu, 1998). Data yang diperoleh, ditabulasikan dan dianalisis

    dengan analisis statistik non-parametik Friedman.

    C. RANCANGAN PERCOBAAN

    Model rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

    dengan menggunakan empat taraf yaitu konsentrasi effervescent mix (40%,

    45%, 50% dan 55%). Masing-masing taraf terdiri dari 2 kali ulangan.

    Model matematik :

    Yij = + i + ij Keterangan :

    Yij : variable yang akan dianalisis

    i : 1,2,.k

    j : 1,2,.n

    : rataan umum i : efek blok ke-i i : efek perlakuan ke-i ij : error blok ke-i, perlakuan ke-j

  • 20

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. ANALISIS MUTU BAHAN

    Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yang digunakan adalah

    semua daun yang terdapat dalam satu pohon dan yang berwarna hijau. Daun

    belimbing wuluh dideterminasi dari Sukabumi. Tampilan daun belimbing

    wuluh dapat dilihat pada Gambar 4.

    Gambar 4. Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

    Daun dipisahkan dari tangkainya dan dikeringkan kemudian digiling

    halus sambil diayak dengan ayakan 50 mesh. Proses penggilingan daun dapat

    mempengaruhi ekstraksi. Menurut Ketaren dan Suastawa (1994), daya

    ekstraksi akan semakin meningkat dengan semakin kecilnya ukuran bahan,

    karena kontak antara bahan dan pelarut merupakan proses osmosis yang

    berjalan lambat. Bubuk daun yang dihasilkan dianalisis komposisi kimianya

    (proksimat analisis). Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 5. dan tampilan

    bubuk daun dapat dilihat pada Gambar 5.

    Gambar 5. Bubuk daun belimbing wuluh

  • 21

    Tabel 6. Hasil analisis proksimat daun belimbing wuluh. Karakteristik Daun Depkes (1989)

    Rendemen, % 64.26 - Kadar air, % 8.80 - Kadar abu, % 7.86 Maks, 7.5 Kadar abu tak larut asam, % 0.35 Maks, 1 Kadar sari larut dalam air, % 18.17 Min, 18 Kadar sari larut dalam alkohol, % 15.90 Min, 11 Lemak, % 1.72 - Protein, % 9.57 - Karbohidrat, % 72.05 -

    Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa rendemen yang dihasilkan dari

    daun kering menjadi bubuk kering sebesar 64.26%. Kadar air yang terkandung

    dalam bahan cukup rendah yaitu sebesar 8.8%. Kadar air yang tinggi akan

    menyebabkan bahan menjadi mudah rusak ketika disimpan karena adanya

    pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim penyebab kerusakan. Batas kadar

    air minimal dimana mikroba masih dapat tumbuh adalah 14-15% (Fardiaz, et

    al, 1992). Penurunan kadar air sampai mencapai 8.8% melalui proses

    pengeringan yang memakan waktu relatif lama.

    Hasil analisis kadar abu yang diperoleh sebesar 7.86%. Nilai tersebut

    diatas standar yang ditentukan yaitu tidak lebih dari 7.5%. Kadar abu yang

    tinggi dapat disebabkan oleh tingginya kandungan mineral pada bahan yang

    dapat dipengaruhi pada lahan tanam atau proses pemupukan selama tanam.

    Komponen-komponen yang terdapat dalam abu (senyawa anorganik) alami

    adalah silikat, kalium, natrium, kalsium, magnesium, mangan, besi dan lain-

    lain. Kadar abu merupakan parameter yang menunjukkan banyaknya bahan

    anorganik yang terdapat dalam bahan (Apriyantono, et al, 1989).

    Pengujian kadar abu tidak larut asam dilakukan untuk melihat adanya

    kandungan mineral yang tidak larut asam (HCl). Dari hasil pengujian

    diketahui bahwa kadar abu tidak larut asam dalam bahan sesuai dengan

    kriteria mutu (tidak lebih dari 1%) yaitu sebesar 0.35%. Nilai kadar abu tidak

    larut asam sesuai dengan kriteria mutu yang dapat disebabkan oleh pencucian

    air panas secara berulang-ulang sampai jernih sehingga menyebabkan

    kandungan mineral dalam bahan berkurang.

  • 22

    Hasil pengujian kadar sari yang larut dalam air sebesar 18.17%, dan nilai

    tersebut sesuai dengan kriteria mutu yang ditentukan yaitu tidak kurang dari

    18%. Pada pengujian kasar sari yang larut etanol didapatkan nilai sebesar

    15.9%. Nilai tersebut juga sesuai dengan kriteria mutu yang ditetapkan yaitu

    tidak kurang dari 11%. Nilai kadar sari larut air yang lebih besar menunjukkan

    zat-zat yang berkhasiat yang ada dalam daun belimbing wuluh dapat larut

    lebih baik dalam air dibandingkan dengan etanol. Kadar sari yang larut dalam

    air atau alkohol menunjukkan adanya zat berkhasiat yang dapat terlarut dalam

    pelarut yang digunakan. Semakin tinggi kadar yang dihasilkan berarti semakin

    tinggi kandungan zat berkhasiatnya (Gaman dan Sherington, 1992).

    Kadar lemak yang terdapat dalam daun belimbing wuluh tergolong

    cukup rendah yaitu sebesar 1.72%. Lemak atau minyak merupakan zat

    makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Minyak nabati

    mengandung asam-asam lemak essensial seperti asam linoleat, linolenat dan

    arakhidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat

    penumpukan kolesterol dan minyak juga pelarut vitamin A, D, E dan K

    (Tejasari, 2003).

    Dari hasil pengujian diketahui bahwa kadar protein yang dihasilkan

    adalah sebesar 9.57%. Protein merupakan zat gizi yang berfungsi sebagai zat

    pembangun, zat pengatur dan penghasil kalori. Protein adalah kombinasi dari

    jumlah dan jenis asam amino. Kadar karbohidrat daun belimbing wuluh cukup

    tinggi yaitu sebesar 72.05%. Karbohidrat adalah kelompok nutrien yang

    penting dalam susunan makanan sebagai sumber energi yang mengandung

    unsur karbon, hidrogen dan oksigen (Gaman dan Sheringgton, 1992).

    B. PEMBUATAN EKSTRAK KERING

    Pembuatan ekstrak kering dimulai dari proses ekstraksi yang

    menghasilkan ekstrak kental. Tampilan ekstrak kental daun belimbing wuluh

    disajikan pada Gambar 6.

  • 23

    Gambar 6. Ekstrak kental daun belimbing wuluh

    Ekstrak kental yang dihasilkan terlebih dahulu dilakukan pengujian

    antihipertensi terhadap hewan uji dengan metode berdarah (Djatmiko, 2001).

    Hasil pengujian menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak daun belimbing

    wuluh (dosis 30 mg/kg BB) dapat menurunkan tekanan darah (Hernani, et al,

    2006). Contoh pembacaan kymograf pada pengujian anti hipertensi disajikan

    pada Lampiran 3.

    Ekstrak kental dikeringkan dengan menggunakan pengering semprot

    (spray dryer) dengan penambahan bahan pengisi (maltodekstrin) menjadi

    ekstrak kering. Suhu yang digunakan pada pengering semprot adalah suhu

    inlet 180oC dan suhu outlet 112oC (trial and error). Pada kombinasi kedua

    suhu ini, serbuk yang dihasilkan berwarna coklat tua dan tidak terlalu lengket.

    Jika suhu inlet yang dipakai lebih rendah dari suhu tersebut, ekstrak yang

    dihasilkan banyak yang lengket dalam alat sehingga dapat mengurangi

    rendemen. Rendemen dan karakteristik fisik ekstrak kering daun belimbing

    wuluh dapat dilihat pada Tabel 7.

    Tabel 7. Rendemen dan karakteristik fisik ekstrak kering daun belimbing wuluh

    Penambahan Maltodekstrin

    Rendemen (%)

    Karakteristik fisik

    0% 11.27 warna coklat kehitaman, lengket 5% 37.83 warna hijau tua, tidak terlalu lengket 10% 37.90 warna hijau tua, tidak terlalu lengket

    Berdasarkan hasil pengujian, karakteristik ekstrak kering tanpa

    penambahan bahan pengisi adalah berwarna coklat dan lengket dalam alat

    sehingga mengurangi rendemen. Penggunaan bahan pengisi 5% dan 10% tidak

  • 24

    berbeda dilihat dari penampakan warna tetapi rendemen yang dihasilkan lebih

    banyak yang menggunakan bahan pengisi 10% sehingga konsentrasi ini (10%)

    yang dipilih untuk formulasi dalam pembuatan sediaan effervescent. Hal ini

    didasarkan pada keringnya serbuk yang dihasilkan sehingga akan

    mempermudah pencampuran dan rendemen yang dihasilkan lebih banyak.

    Tampilan ekstrak kering disajikan pada Gambar 7.

    Gambar 7. Ekstrak kering hasil pengering semprot

    C. PENGUJIAN TABLET EFFERVESCENT

    1. Analisis Granul

    Secara visual granul tablet effervescent disajikan pada Gambar 8.

    Analisis granul dilakukan untuk mengetahui baik tidaknya granul sebelum

    dikempa dengan alat cetak.

    Gambar 8. Contoh granul effervescent

    Granul yang baik adalah granul yang seragam ukurannya dan

    berbentuk granulat. Pada Gambar 8. menunjukkan bahwa granul yang

    dihasilkan seragam ukurannya dan berbentuk granulat tetapi warna granul

    masih kurang seragam. Granul yang seragam menunjukkan sifat alir yang

    sesuai dengan kriteria Wells (1987). Keseragaman granul akan

    meningkatkan laju alir dan kompresibilitas saat dilakukan evaluasi granul.

  • 25

    a. Waktu alir Pada penentuan waktu alir yang diukur adalah waktu yang

    diperlukan oleh sejumlah granul untuk mengalir melalui corong. Hasil

    pengujian waktu alir dapat dilihat pada Tabel 10.

    Tabel 8. Hasil pengujian waktu alir granul Konsentrasi effervescent mix Waktu alir (g/dtk)

    40 % 6.66a 45 % 6.63a 50 % 6.54a 55 % 7.13a

    Keterangan : superskrip yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata (p

    0.05).

    Waktu alir yang pendek akan mempermudah proses transportasi

    bahan terhadap alat cetak. Kesempurnaan aliran akan menghasilkan

    bentuk dan bobot yang seragam dari tablet (Lachman, et al, 1989).

    Perbedaan laju alir granul effervescent dipengaruhi oleh keseragaman

    bentuk granul. Pencampuran bahan-bahan yang dilakukan secara

    homogen akan memberikan bentuk granul yang seragam. Selain itu

    pengayakan dua kali membantu memudahkan pembentukan campuran

    yang homogen. Semakin seragam bentuk granul maka akan semakin

    cepat waktu yang dibutuhkan granul ketika melewati corong alat

    flowmeter (Meirina, 2006).

    b. Sudut diam Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan

    partikel bentuk kerucut dengan bidang horisontal bila sejumlah serbuk

    atau granul dituang dalam alat pengukur. Besar kecilnya sudut diam

    dipengaruhi oleh bentuk, ukuran dan kelembaban granul (Lieberman,

  • 26

    et al, 1989). Sudut diam diperoleh dengan cara mengukur diameter dan

    tinggi tumpukan kerucut. Hasil pengujian sudut diam granul disajikan

    pada Tabel 9.

    Tabel 9. Hasil pengujian sudut diam granul Konsentrasi effervescent mix Sudut Diam (o)

    40% 25.36a 45% 25.80a 50% 26.45a 55% 27.09a

    Keterangan : superskrip yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata (p 0.05). Hal ini dapat disebabkan karena waktu

    alir yang diperoleh juga hampir sama pada masing-masing perlakuan.

    Sudut diam dan waktu alir saling berhubungan.

    c. Kompresibilitas granul Kompresibilitas menunjukkan penurunan volume granul akibat

    ketukan atau getaran. Faktor-faktor yang berpengaruh adalah bentuk,

    kerapatan dan ukuran partikel (Fudholi, 1983). Hasil pengujian

    kompresibilitas granul disajikan pada Tabel 10.

    Tabel 10. Hasil pengujian kompresibilitas granul Konsentrasi effervescent mix Kompresibilitas Granul (%)

    40% 11.34a 45% 13.84a 50% 11.11a 55% 13.73a

    Keterangan : superskrip yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata (p

  • 27

    effervescent mix tidak berpengaruh nyata terhadap kompresibilitas

    granul (p > 0.05).

    Nilai kompresibilitas yang berbeda dapat disebabkan adanya

    larutan pengikat PVP yang mempunyai sifat dapat mempertahankan

    kestabilan dan kekompakan granul. Larutan pengikat pada jumlah

    yang sama pada keempat perlakuan yang berbeda memberikan indek

    kompresibilitas yang sama. Kompresibilitas yang jelek akan

    berpengaruh pada saat pencetakan tablet, tablet akan kurang kompak

    pada saat dicetak (Hasanah, 2006).

    2. Analisis Tablet Effervescent

    Granul yang telah homogen langsung dicetak sesuai dengan ukuran

    dan bentuk yang diinginkan. Tablet yang dihasilkan dapat dilihat pada

    Gambar 9.

    Gambar 9. Tablet effervescent masing-masing formulasi

    a. Nilai pH Makanan yang mempunyai pH rendah biasanya tidak dapat

    ditumbuhi bakteri, tetapi dapat menjadi rusak karena pertumbuhan

    khamir dan kapang. Dari hasil pengujian, pH tablet effervescent

    berkisar dari 4.55 - 5.20.

    Analisis ragam (Lampiran 5a) menunjukkan bahwa variasi

    konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap nilai pH (p <

  • 28

    0.05). Dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 5b), dapat diketahui bahwa

    semakin tinggi konsentrasi effervescent mix maka semakin tinggi nilai

    pH tablet effervescent. Nilai pH pada konsentrasi 40% berbeda nyata

    dengan konsentrasi 45%, 50% dan 55%.

    Nilai pH tertinggi terdapat pada konsentrasi effervescent mix

    55% sebesar 5.20 dan nilai pH yang terendah terdapat pada konsentrasi

    effervescent mix 40% sebesar 4.55. Nilai pH tersebut masih sesuai

    dengan pH kontrol yaitu sebesar 4.5. Grafik pengujian nilai pH tablet

    effervescent disajikan pada Gambar 10.

    5.20d

    5.00c

    4.75b

    4.55a

    4.20

    4.40

    4.60

    4.80

    5.00

    5.20

    5.40

    40 45 50 55

    Konsentrasi effervescent mix (%)

    Nila

    i pH

    Keterangan : superskrip yang berbeda pada grafik menunjukkan berbeda nyata

    (p

  • 29

    b. Kadar air Kadar air merupakan salah satu parameter mutu yang penting

    bagi produk kering karena akan menentukan daya tahan dan daya

    simpan produk. Dari hasil pengujian diketahui bahwa kadar air dari

    tablet berkisar antara 1.38 - 2.01%.

    Analisis ragam (Lampiran 6a) menunjukkan bahwa variasi

    konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata pada kadar air (p <

    0.05). Dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 6b) menunjukkan bahwa

    konsentrasi 40% berbeda nyata dengan konsentrasi 55%.

    Semakin tinggi konsentrasi effervescent mix semakin tinggi pula

    kadar airnya. Nilai kadar air ini masih di bawah kontrol (5.20%), tetapi

    bukan berarti nilai kadar air kontrol tinggi. Hal ini dapat disebabkan

    karena terlalu lama tablet berhubungan dengan udara sekitar sehingga

    cepat meresap dalam tablet. Kadar air tertinggi terdapat pada

    konsentrasi effervescent mix 55% dan kadar air terendah terdapat pada

    konsentrasi effervescent mix 40%. Grafik pengujian kadar air tablet

    effervescent disajikan pada Gambar 11.

    2.01b

    1.63ab1.57ab

    1.38a

    1.00

    1.20

    1.40

    1.60

    1.80

    2.00

    2.20

    40 45 50 55

    Konsentrasi effervescent mix (%)

    Kad

    ar A

    ir (%

    )

    Keterangan : superskrip yang berbeda pada grafik menunjukkan berbeda nyata

    (p

  • 30

    menjadi ion-ion dengan adanya air sehingga mudah bereaksi. Air

    menyebabkan tablet menjadi mengembang dan lembek. Menurut

    Lieberman, et al (1989), tablet effervescent bersifat mudah menyerap

    air dan akan menyerap cukup air sehingga memicu kerusakan jika

    tidak dikemas dengan benar.

    c. Kadar abu Sebagian besar bahan makanan yaitu sekitar 90% terdiri dari

    bahan organik dan air. Sisanya terdiri atas unsur mineral (zat

    anorganik). Pada proses pembakaran, bahan organik terbakar tetapi zat

    anorganiknya tidak terbakar, oleh karena itu disebut abu. Kadar abu

    suatu bahan makanan menggambarkan banyaknya mineral yang

    terbakar menjadi zat yang tidak dapat menguap. Dari hasil pengujian

    dapat diketahui bahwa kadar abu tablet effervescent berkisar antara

    21.64 - 23.89%.

    Analisis ragam (Lampiran 7a) diketahui bahwa variasi

    konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap nilai kadar

    abu. Dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 7b) menunjukkan bahwa

    konsentrasi 40% berbeda nyata dengan konsentrasi 50% dan

    konsentrasi 55.

    Kadar abu tablet effevescent tertinggi terdapat pada konsentrasi

    effervescent mix 55% dan kadar air terendah terdapat pada konsentrasi

    effervescent mix 40%. Nilai kadar abu tersebut masih sesuai dengan

    kontrol yaitu 27.10%. Grafik pengujian kadar abu tablet effervescent

    disajikan pada Gambar 12.

  • 31

    21.64a

    23.25ab23.48b

    23.89b

    21.00

    21.50

    22.00

    22.50

    23.00

    23.50

    24.00

    40 45 50 55

    Konsentrasi effervescent mix (%)K

    adar

    Abu

    (%)

    Keterangan : superskrip yang berbeda pada grafik menunjukkan berbeda nyata

    (p

  • 32

    Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa diameter tablet

    effervescent berkisar 2.79 - 2.84 cm. Nilai tersebut masih sesuai

    dengan kontrol yang memiliki diameter tablet sebesar 2.53 cm.

    Analisis ragam (Lampiran 8a) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi

    effervescent mix berpengaruh nyata terhadap diameter tablet (p < 0.05).

    Dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 8b), diperoleh hasil bahwa

    diameter tablet pada konsentrasi 40% berbeda nyata dengan semua

    variasi konsentrasi effervescent mix, konsentrasi 45% tidak berbeda

    nyata dengan konsentrasi 50% dan konsentrasi 55% berbeda nyata

    dengan semua konsentrasi effervescent mix. Hal ini dapat disebabkan

    karena pengolesan Mg-stearat pada bagian dalam cetakan yang

    dilakukan dengan tangan.

    Tebal tablet effervescent yang diperoleh dari hasil pengujian

    berkisar 0.65 - 0.70 cm. Nilai tersebut masih sesuai dengan kontrol

    yaitu 0.66 cm. Analisis ragam (Lampiran 9a) menunjukkan bahwa

    variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap tebal

    tablet (p < 0.05). Dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 9b) diperoleh

    hasil bahwa konsentrasi 50% berbeda nyata dengan konsentrasi 40%,

    45% dan 55%. Ketebalan tablet dipengaruhi tekanan pada saat

    mencetak tablet. Alat yang digunakan untuk mencetak tablet dibantu

    dengan tekanan tangan. Perbedaan diameter dan tebal tablet yang

    dihasilkan apabila dilihat dari segi fisik atau secara kasat mata tidak

    terlalu berpengaruh terhadap bentuk tablet.

    e. Kekerasan Kekerasan bahan didefinisikan sebagai daya tahan terhadap

    deformasi. Sifat ini dipengaruhi oleh kadar air, suhu dan umur bahan.

    Hubungan kekerasan dan daya hancur serta kecepatan melarut obat

    sangat dekat. Dari hasil pengujian diketahui bahwa nilai kekerasan

    tablet berkisar 0.06 - 0.16/g.mm.dtk.

    Analisis ragam (Lampiran 10a) menunjukkan bahwa variasi

    konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap nilai

  • 33

    kekerasan. Berdasarkan uji lanjut Duncan (Lampiran 10b) dapat

    diketahui bahwa konsentrasi 55% berbeda nyata dengan konsentrasi

    40%, 45% dan 50%.

    Nilai kekerasan tertinggi terdapat pada konsentrasi effervescent

    mix 55% dan nilai kekerasan terendah terdapat pada konsentrasi

    effervescent mix 40%. Nilai tersebut di atas standar kontrol yaitu

    sebesar 0 (keras). Grafik pengujian kekerasan tablet effervescent

    disajikan pada Gambar 13.

    0.16b

    0.10a0.08a

    0.06a

    0.02

    0.06

    0.10

    0.14

    0.18

    40 45 50 55

    Konsentrasi effervescent mix (%)

    Kek

    eras

    an (/

    g.m

    m.d

    tk)

    Keterangan : superskrip yang berbeda pada grafik menunjukkan berbeda nyata

    (p

  • 34

    f. Waktu larut Waktu larut menunjukkan banyaknya waktu yang dibutuhkan

    oleh tablet dalam suatu ukuran saji (serving size) untuk dapat larut

    sempurna dalam volume tertentu air. Waktu larut tablet effervescent

    berkisar 4 - 5 menit.

    Analisis ragam (Lampiran 11a) menunjukkan bahwa variasi

    konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap daya larut

    tablet effervescent. Pada uji lanjut Duncan (Lampiran 11b), diperoleh

    hasil bahwa konsentrasi 40% berbeda nyata dengan konsentrasi 55%.

    Pada konsentrasi effervescent mix 40% memiliki waktu larut

    tercepat dan waktu larut terlama terdapat pada konsentrasi effervescent

    mix 55%. Waktu larut yang diperoleh termasuk lambat dibanding

    dengan kontrol (2.24 menit). Hasil pengujian waktu larut tablet

    effervescent disajikan pada Gambar 14.

    3.93a

    4.26ab 4.32ab

    4.75b

    3.50

    4.00

    4.50

    5.00

    40 45 50 55

    Konsentrasi effervescent mix (%)

    Wak

    tu L

    arut

    (men

    it)

    Keterangan : superskrip yang berbeda pada grafik menunjukkan berbeda nyata

    (p

  • 35

    maka akan semakin lama daya larutnya. Perbedaan waktu larut tablet

    effervescent dapat disebabkan oleh semakin tinggi konsentrasi

    effervescent mix maka menyebabkan semakin banyak air yang terserap

    oleh tablet sehingga waktu larutnya menjadi lambat.

    g. Warna Secara kuantitatif, pengukuran warna tablet effervescent dengan

    menggunakan colorimeter dapat dilihat pada Tabel 12. Pengujian

    warna kromatik bertujuan untuk mengetahui warna sampel secara

    teoritis. Nilai L menyatakan parameter kecerahan yang memiliki nilai

    0 (hitam) sampai 100 (putih). Nilai a menyatakan campuran warna

    merah sampai hijau dengan nilai +a (0 sampai +100) untuk warna

    merah dan nilai a (0 sampai -100) untuk warna hijau. Nilai +100)

    untuk warna kuning dan b negatif (0 sampai -100) untuk warna biru.

    Tabel 12. Hasil pengujian warna (colorimeter) Konsentrasi

    effervescent mix Warna oHue

    L a b 40% 64.61 13.25 69.61 79.03 45% 66.07 12.50 74.79 80.51 50% 63.43 13.42 81.09 80.61 55% 61.97 14.54 83.77 80.16

    Nilai L dari hasil pengukuran berkisar antara 61.97-66.07. Hasil

    ini menunjukkan bahwa kecerahan warna tablet effervescent semakin

    rendah dengan semakin tingginya konsentrasi effervescent mix. Dari

    hasil pengukuran, nilai a yang diperoleh berkisar 12.50-14.54.

    Peningkatan konsentrasi effervescent mix memberikan nilai a yang

    semakin besar. Nilai a yang positif ini menunjukkan bahwa warna

    tablet didominasi warna merah. Nilai b yang didapatkan dari hasil

    pengukuran berkisar antara 69.61-83.77. Nilai b semakin besar dengan

    meningkatnya konsentrasi effervescent mix. Nilai b positif

    menunjukkan bahwa warna tablet didominasi warna kuning. Nilai oHue tablet effervescent berkisar 79.03-80.61 yang menghasilkan

    warna yellow red (Tabel 4). Nilai oHue didefinisikan sebagai warna

  • 36

    yang terlihat baik yang terdiri dari satu warna maupun campuran

    warna. Berdasarkan penampakan tablet (Gambar 10) juga dapat

    diketahui bahwa tablet effervescent yang dihasilkan didominasi oleh

    warna kuning.

    3. Uji Organoleptik

    Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji hedonik (kesukaan) pada

    tablet effervescent dengan perbedaan konsentrasi effervescent mix. Uji

    organoleptik ini dilakukan untuk mengetahui tanggapan kesukaan panelis

    terhadap penampakan umum tablet, warna, aroma dan rasa seduhan tablet

    effervescent. Format penilaian uji kesukaan dapat dilihat pada Lampiran

    12.

    a. Penampakan tablet Penampakan umum tablet didasarkan pada semua permukaan

    tablet baik bentuk maupun teksturnya. Rekapitulasi nilai kesukaan

    terhadap penampakan umum tablet disajikan pada Lampiran 13.

    Analisis statistik non-parametrik Friedman (Lampiran 14a),

    menunjukkan bahwa variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh

    nyata terhadap penampakan tablet (p < 0.05).

    Analisis frekuensi kesukaan (Lampiran 14b) menunjukkan

    bahwa konsentrasi effervescent mix 40% mendapatkan nilai kesukaan

    tertinggi (sangat suka) sedangkan konsentrasi 55% mendapatkan nilai

    kesukaan terendah. Histogram uji kesukaan terhadap penampakan

    tablet disajikan pada Gambar 15.

  • 37

    0%

    20%

    40%

    60%

    80%

    100%

    40% 45% 50% 55%

    Konsentrasi effervescent mixFr

    ekue

    nsi K

    esuk

    aan 7

    6

    5

    4

    3

    2

    1

    Skala kesukaan: 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = netral, 5

    = agak suka, 6 = suka, 7 = sangat suka.

    Gambar 15. Histogram uji kesukaan terhadap penampakan tablet effervescent

    Perbedaan kesukaan terhadap penampakan tablet dapat

    disebabkan panelis lebih suka dengan tablet yang halus permukaan dan

    warnanya seragam. Penampakan tablet yang dihasilkan memiliki

    warna yang kurang seragam dan teksturnya kurang padat. Oleh karena

    itu, panelis lebih menyukai tablet pada konsentrasi effervescent mix

    40% karena tablet yang dihasilkan memiliki warna yang seragam dan

    permukaan yang halus.

    b. Warna Penilaian warna digunakan dalam pengujian organoleptik karena

    warna mempunyai peranan penting terhadap tingkat penerimaan

    produk secara visual. Rekapitulasi nilai kesukaan terhadap warna

    tablet dapat dilihat pada Lampiran 15. Analisis statistik non-parametrik

    Friedman (Lampiran 16a) terhadap warna seduhan tablet effervescent

    menunjukkan variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata

    terhadap skor warna (p < 0,05).

    Analisis frekuensi kesukaan (Lampiran 16b) menunjukkan

    bahwa konsentrasi 40% mendapatkan nilai kesukaan warna yang

    tertinggi (sangat suka) sedangkan tablet dengan konsentrasi 50%

    mendapatkan nilai kesukaan warna terendah. Histogram uji kesukaan

    terhadap warna seduhan tablet effervescent disajikan pada Gambar 16.

  • 38

    0%

    20%

    40%

    60%

    80%

    100%

    40% 45% 50% 55%

    Konsentrasi effervescent mixFr

    ekue

    nsi K

    esuk

    aan

    7

    6

    5

    4

    3

    2

    Skala kesukaan : 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = netral,

    5 = agak suka, 6 = suka, 7 = sangat suka.

    Gambar 16. Histogram uji kesukaan terhadap warna seduhan tablet effervescent

    Warna tablet effervescent dipengaruhi oleh bahan baku terutama

    ekstrak yang mendominasi warna kuning. Warna merupakan ciri-ciri

    bahan yang dapat dikenali melalui indera penglihatan. Warna bahan

    tergantung pada pencampuran bahan tersebut. Selain itu juga

    tergantung pada kemampuan dari bahan tersebut untuk memantulkan,

    menyebarkan, menyerap dan meneruskan sinar tampak (Soekarto,

    1981).

    c. Aroma Aroma suatu produk dapat dinilai dengan cara mencium bau

    yang dihasilkan dari produk tersebut. Pembauan merupakan penilaian

    mutu produk pangan dalam jarak jauh atau disebut juga penciuman

    jarak jauh karena manusia dapat mengetahui enak atau tidaknya suatu

    produk pangan yang belum terlihat hanya dengan mencium baunya

    dari jarak jauh (Soekarto, 1981). Aroma yang digunakan adalah aroma

    minuman (tablet yang sudah dilarutkan dalam air). Rekapitulasi nilai

    kesukaan disajikan pada Lampiran 17. Analisis statistik non-

    parametrik Friedman (Lampiran 18a) menunjukkan bahwa variasi

    konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap skor aroma (p

    < 0.05).

  • 39

    Analisis frekuensi kesukaan (Lampiran 18b) menunjukkan

    bahwa konsentrasi 50% mendapatkan nilai kesukaan tertinggi (suka)

    dan konsentrasi 45% mendapatkan nilai kesukaan terendah. Histogram

    uji kesukaan terhadap aroma seduhan tablet effervescent disajikan pada

    Gambar 17.

    0%

    20%

    40%

    60%

    80%

    100%

    40% 45% 50% 55%

    Konsentrasi effervescent mix

    Frek

    uens

    i Kes

    ukaa

    n 65

    43

    21

    Skala kesukaan : 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = netral,

    5 = agak suka, 6 = suka, 7 = sangat suka.

    Gambar 17. Histogram uji kesukaan terhadap aroma seduhan tablet effervescent

    Aroma yang terdapat pada tablet effervescent dapat berasal dari

    aroma yang dihasilkan oleh ekstrak daun belimbing. Asam yang

    digunakan dalam bahan baku tablet effervescent juga dapat

    mempengaruhi aroma seperti asam dalam tablet.

    d. Rasa Rasa dapat dinilai dengan adanya tanggapan kimiawi oleh indera

    pencicip. Rasa merupakan faktor yang sangat penting dalam

    menentukan keputusan akhir konsumen untuk menerima atau menolak

    suatu produk pangan. Rasa adalah komponen terakhir dalam

    menentukan enak atau tidaknya suatu produk. Rekapitulasi nilai

    kesukaan terhadap skor rasa tablet effervescent dapat dilihat pada

    Lampiran 19. Analisis statistik non-parametrik Friedman (Lampiran

    20a) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi effervescent mix

    berpengaruh terhadap skor rasa (p < 0,05).

  • 40

    Analisis frekuensi kesukaan (Lampiran 20b) menunjukkan

    konsentrasi 40% dan 50% mendapatkan nilai kesukaan yang tertinggi

    (suka) sedangkan konsentrasi 45% mendapatkan nilai kesukaan yang

    terendah. Histogram uji kesukaan terhadap rasa seduhan tablet

    effervescent disajikan pada Gambar 18.

    0%

    20%

    40%

    60%

    80%

    100%

    40% 45% 50% 55%

    Konsentrasi effervescent mix

    Frek

    uens

    i Kes

    ukaa

    n 65

    4

    3

    2

    1

    Skala kesukaan : 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = netral,

    5 = agak suka, 6 = suka, 7 = sangat suka.

    Gambar 18. Histogram uji kesukaan terhadap rasa seduhan tablet effervescent

    Rasa yang dihasilkan dari tablet effervescent ini adalah rasa agak

    asam. Dari hasil uji kesukaan dapat dilihat bahwa panelis banyak yang

    lebih suka dengan rasa asam yang tidak kuat. Rasa asam berasal dari

    campuran asam sitrat dan asam tartarat. Rasa asam merupakan ciri

    khas dari minuman bersoda karena adanya asam bereaksi dengan

    karbonat untuk membentuk CO2 (Rohdiana, 2002).

  • 41

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    Tablet effervescent ekstrak daun belimbing wuluh dibuat dengan

    menggunakan metode granulasi basah. Pada pengujian granul effervescent

    diperoleh hasil bahwa variasi konsentrasi effervescent mix tidak berpengaruh

    nyata terhadap waktu alir, sudut diam dan kompresibilitas granul (6.54-7.13

    g/dtk, 25.36-27.09o, 11.11-13.73%). Hasil pengujian granul effervescent sesuai

    dengan kriteria baik.

    Pengujian tablet effervescent menunjukkan bahwa variasi konsentrasi

    effervescent mix berpengaruh nyata terhadap nilai pH, kadar air, kadar abu,

    diameter dan tebal tablet, kekerasan tablet dan waktu larut. Karakteristik tablet

    effervescent yang dihasilkan, memiliki nilai pH sebesar 4.55-5.20, kadar air

    sebesar 1.38-2.01% dan kadar abu sebesar 21.64-23.89%. Waktu larut tablet

    effervescent sekitar 3.93-4.75 menit, kekerasan tablet berkisar 0.06-

    0.16/g.mm.dtk serta diameter dan tebal tablet sebesar 2.79-2.84 cm dan 0.65-

    0.70 cm. Berdasarkan oHue, tablet effervescent mempunyai warna yellow red

    (79.03-80.61o).

    Hasil analisis statistik non-parametrik Friedman untuk uji organoleptik

    menunjukkan bahwa variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata

    terhadap penampakan tablet, warna, aroma dan rasa seduhan tablet

    effervescent. Hasil uji organoleptik tablet effervescent yang paling disukai oleh

    konsumen berdasarkan penampakan tablet, warna dan rasa adalah tablet

    effervescent dengan konsentrasi effervescent mix 40%.

    Berdasarkan karakteristik fisik dan sifat organoleptik, formulasi terbaik

    tablet effervescent ekstrak daun belimbing wuluh adalah tablet effervescent

    dengan konsentrasi effervescent mix 40% (perbandingan asam sitrat : asam

    tartarat : kalium bikarbonat adalah 18: 28: 54).

  • 42

    B. SARAN

    Perlu dilakukan pengujian mengenai pengaruh tekanan yang digunakan

    untuk mencetak tablet. Waktu larut yang lambat dapat dikurangi dengan

    memenuhi persyaratan dalam proses pembuatan tablet yang dilakukan dalam

    ruangan dengan RH dan suhu yang rendah. Tablet ini dibuat sebagai alternatif

    obat hipertensi sehingga perlu dilakukan pengujian hipertensi terhadap tablet

    effervescent yang telah dibuat dengan metode oral terhadap hewan uji tikus

    (mencit).

  • 43

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2006. Belimbing Wuluh. http://www.idionline.org/05_infodk_obattrad2.htm (November, 2006).

    Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Terjemahan : Farida

    Ibrahim. Edisi IV. UI Press. Jakarta. Apriyantono, A., D. Fardiaz, N. L. Puspitasari dan S. Budiyanto. 1989. Analisis

    Pangan. IPB Press. Bogor. Arland. 2006. Iptek obat : Belimbing wuluh. Sumber data : Bppt.

    http://groups.google.co.id/group/keluarga-islam