erisipelas.doc

9
Erisipelas Definisi Erisipelas merupakan infeksi kulit akut, biasanya disebabkan oleh kuman Streptococcus ß haemolyticus grup A pada lapisan dermis yang masuk melalui kulit yang rusak dan sering mengenai ekstremitas bawah dan wajah.1 Epidemiologi Insiden erisipelas dilaporkan mengalami penurunan seiring dengan perkembangan antibiotik, perbaikan sanitasi, dan penurunan virulensi kuman penyebab. Erisipelas dapat mengenai semua golongan umur. Erisipelas lebih sering terjadi pada wanita, tetapi ditemukan juga pada laki-laki usia muda karena lebih cenderung bergerak aktif.2 Etiopatogenesis Erisepelas dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, yang paling sering adalah bakteri Streptococcus β hemolyticus grup A dan jarang disebabkan oleh Staphylococcus aureus.1,3,4 Infeksi kuman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sifat biologik kuman, cara host memberikan respon, dan port d’entre kuman. Jika port d’entre pada kulit atau selaput lendir dapat terjadi erisepelas.5 Masuknya bakteri melalui kulit yang trauma merupakan awal terbentuknya erisipelas. Kelainan kulit yang sudah ada seperti eksema pada muka dan telinga, fisura pada mukosa, mikosis interdigitalis dan luka pada kulit sering menjadi pintu masuk kuman. Faktor lokal lain seperti insuffisiensi vena, ulkus

Upload: muhammad-fahriza

Post on 24-Apr-2015

20 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

kulit

TRANSCRIPT

Page 1: Erisipelas.doc

Erisipelas

Definisi

Erisipelas merupakan infeksi kulit akut, biasanya disebabkan oleh kuman Streptococcus ß

haemolyticus grup A pada lapisan dermis yang masuk melalui kulit yang rusak dan sering

mengenai ekstremitas bawah dan wajah.1

Epidemiologi

Insiden erisipelas dilaporkan mengalami penurunan seiring dengan perkembangan antibiotik,

perbaikan sanitasi, dan penurunan virulensi kuman penyebab. Erisipelas dapat mengenai semua

golongan umur. Erisipelas lebih sering terjadi pada wanita, tetapi ditemukan juga pada laki-laki

usia muda karena lebih cenderung bergerak aktif.2

Etiopatogenesis

Erisepelas dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, yang paling sering adalah bakteri

Streptococcus β hemolyticus grup A dan jarang disebabkan oleh Staphylococcus aureus.1,3,4

Infeksi kuman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sifat biologik kuman, cara host

memberikan respon, dan port d’entre kuman. Jika port d’entre pada kulit atau selaput lendir

dapat terjadi erisepelas.5

Masuknya bakteri melalui kulit yang trauma merupakan awal terbentuknya erisipelas. Kelainan

kulit yang sudah ada seperti eksema pada muka dan telinga, fisura pada mukosa, mikosis

interdigitalis dan luka pada kulit sering menjadi pintu masuk kuman. Faktor lokal lain seperti

insuffisiensi vena, ulkus stasis, dermatitis, gigitan serangga dan luka operasi juga di perkirakan

sebagai pintu masuk. Hal ini disebabkan karena terjadi kerusakan epidermis, maka fungsi kulit

sebagai pelindung akan terganggu sehingga memudahkan terjadinya infeksi.2,3,6

Erisipelas yang terjadi pada wajah sering disebabkan bakteri komensal nasopharing. Hal ini

dibuktikan tiga kasus erisipelas terdapat satu kasus faringitis yang disebabkan Streptococcus.2

Faktor predisposisi lain, seperti higiene yang kurang menyebabkan kulit manusia tidak steril

sehingga memudahkan pertumbuhan mikroorganisme. Permukaan kulit mengandung banyak

bahan makanan atau nutrisi untuk mikroorganisme berkembang biak. Bahan-bahan tersebut

antara lain : lemak, bahan-bahan yang mengandung mineral, nitrogen, dan lain-lain yang

merupakan hasil tambahan proses keratinisasi atau hasil dari adneksa kulit.5

Page 2: Erisipelas.doc

Menurunnya daya tahan tubuh merupakan faktor lain yang dapat memudahkan infeksi kuman

seperti misalnya pada keadaan kekurangan gizi, kakheksia, anemia, penyakit kronik, neoplasma,

infeksi Human Imunodeficiency Virus. Pada penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol,

lebih rentan terhadap infeksi bakteri. Pada diabetes mellitus kadar gula darah kulit meningkat

sampai 69-71% dari glukosa darah (normal 55%). Hal tersebut akan mempermudah tumbuhnya

koloni Streptococcus dan Staphylococcus.7,8,9

Pada pecandu alkohol, terjadi perubahan metabolisme asam lemak di dalam tubuh. Pada keadaan

ini banyak dihasilkan asam lemak jenuh daripada asam lemak tak jenuh. Sehingga barier kimiawi

kulit yang umumnya terbentuk dari asam lemak tak jenuh mengalami penurunan, hal ini

memudahkan terjadinya infeksi kulit.5

Port d entrée kuman Streptococcus penyebab erisipelas cenderung pada tempat anatomik yang

drainasenya terganggu, seperti pada penderita sindroma nefrotik yang mengalami limfedema

kronik.6

Diagnosis

Anamnesis

Pasien erisipelas biasanya datang dengan keluhan utama bercak berwarna merah cerah pada kulit

yang disertai gatal. Daerah yang dikenai biasanya tungkai bawah.1

Gejala konstitusi dapat berupa demam tinggi yang kadang bisa disertai menggigil, diikuti adanya

kemerahan pada kulit yang nyeri satu sampai dua hari sesudahnya. sakit kepala dan muntah.3,10

Erisepelas biasanya didahului oleh adanya riwayat trauma, dimana daerah ini merupakan port

d’entree untuk infeksi, sehingga perlu ditanyakan adanya trauma minor sampai adanya riwayat

operasi. Faktor predisposisi yang ditanyakan seperti riwayat diabetes mellitus, riwayat alkohol,

infeksi yang lama, sindroma nefrotik, faringitis.11,12

Gambaran Klinis

Sebanyak 70 – 80 % erisipelas mengenai ekstremitas, biasanya mengenai tungkai bawah karena

penyakit ini sering didahului oleh trauma dan sekitar 5 – 20 % mengenai wajah. Masa inkubasi

25 hari, penderita biasanya demam tinggi (pada bayi sering diikuti konvulsi), sakit kepala, lesu

dan muntah-muntah.1,13,14

Lapisan kulit yang diserang adalah epidermis dan dermis. Pada daerah kulit yang terkena terlihat

makula eritematous, edem, nyeri tekan dan tanda-tanda radang akut. Kadang-kadang dijumpai

Page 3: Erisipelas.doc

vesikel-vesikel kecil pada tepinya. Dapat juga dijumpai bentuk bulosa dan dapat mengenai

kelenjer limfe dan menyebabkan limfangitis. 1,2,14

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil LED yang tinggi dan pada darah tepi didapatkan

leukositosis 15.000- 20.000 / mm3. Pada pemeriksaan urin ditemukan proteinuria dan hematuria

bila telah ada komplikasi pada ginjal.15

Kultur bakteri dari tempat masuknya bakteri akan membantu menunjukkan penyebab erisipelas.

Medium biakan yang sering digunakan antara lain agar nutrien dan agar darah.13

Diagnosis banding

1. Selulitis.

Selulitis adalah radang kulit dan subkutis yang cenderung meluas kearah samping. Penyakit ini

mempunyai etiologi, gejala konstitusi dan tempat predileksi yang sama dengan erisipelas.

Effloresensinya makula eritematosa, ukurannya mulai dari numular sampai plakat, di atasnya

terdapat fistel-fistel yang mengeluarkan sekret seropurulen, batas tidak tegas dapat disertai

dengan rasa gatal yang meningkat,dan terasa panas pada lesi.16,17

2. Flegmon.

Flegmon adalah infeksi lokal yang dalam dari jaringan ikat dermis, otot dan alat-alat gerak yang

di sertai supurasi, disebabkan oleh Streptococcus dan Staphylococcus dengan progresifitas yang

tinggi dan tendensi meluas ke samping yang berawal dari kulit yang luka, dan infeksi kulit.18

3. Dermatitis kontak toksika

Dermatitis kontak toksik adalah dermatitis yang timbul setelah kontak dengan kontaktan eksterna

melalui proses toksik. Lesinya bersifat polimorfik. Penyebabnya adalah iritan primer seperti

asam kuat dan basa kuat, dimana hasil pemeriksaan labor dalam batas normal.18

4. Erisipeloid

Erisipeloid adalah infeksi lokal oleh Erysipelotrix rhusiopatiae terjadi setelah kontak dengan

daging yang terinfeksi, berupa perubahan kulit lokal yang menyerupai erisepelas, lesi berbatas

tegas, tidak beraturan, pada bagian tengah berwarna merah keunguan, dan daerah tepi meninggi

yang berwarna merah terang. Keadaan umum tidak terganggu, tidak ada peningkatan suhu

tubuh.19

5. Lupus Eritematosus Diskoid

Page 4: Erisipelas.doc

Lupus eritematosus diskoid merupakan penyakit yang menyerang sistem konektif dan vaskuler

yang bersifat kronik dan tidak berbahaya. Kelainan biasanya berlokalisasi simetrik di muka,

telinga atau leher. Lesi terutama bercak makula eritem, berbatas tegas dengan ukuran numular

sampai plakat dengan gambaran kupu-kupu.18

Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul pada penyakit erisepelas adalah endokarditis. Staphylococcus

Scalded Skin Syndrome, bursitis, osteitis, artritis, osteoartritis dan tendinitis.2,4,6

Jika tidak diobati akan menjalar ke sekitarnya terutama ke proksimal. Kalau sering residif di

tempat yang sama dapat terjadi elephantiasis.1

Penatalaksanaan

Umum1,15

1. Menjaga kebersihan tubuh

2. Menjag kebersihan lingkungan

3. Mengatasi faktor predisposisi

4. Istirahat, tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan (elevasi), tingginya sedikit lebih

tinggi daripada letak jantung.

Khusus

1. Sistemik

· Penisilin resisten-penisilinase

Yang termasuk golongan ini salah satunya dikloksasilin. Dosis untuk dewasa 4 x 250 – 500 mg

per oral selama 10 hari. Dosis untuk anak-anak jika berat badan kurang dari 40 kg, 12,5

mg/kgbb/hari per oral di bagi 4 dosis. Jika berat badan besar dari 40 kg dosisnya 125 mg peroral

setiap 6 jam. Obat ini tidak boleh diberikan pada orang dengan hipersensitivitas. Dikloksasilin

relatif aman diberikan pada saat kehamilan.3

· Linkomisin dan Klindamisin

Dosis linkomisin untuk dewasa 3 x 500 mg sehari sedangkan untuk anak 30 – 60 mg/kgbb

terbagi dalam 3 atau 4 kali pemberian tiap hari. Dosis klindamisin untuk orang dewasa 4 x 150

mg sehari, sedangkan untuk anak 8 – 16 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis. Obat ini efektif untuk

erisipelas disamping golongan obat penisilin resisten-penisilinase. Pemakaian linkomisin

sekarang sudah digantikan dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek

Page 5: Erisipelas.doc

sampingnya lebih sedikit, pada pemberian peroral tidak dihambat oleh adanya makanan dalam

lambung. Efek samping obat ini adalah diare, kemerahan pada kulit dan kolitis

pseudomembranosa.1,3,20

· Eritromisin

Pada penderita yang alergi terhadap penisilin diberikan eritomisin (dewasa 4 x 250-500 mg per

oral selama 10 hari; anak-anak 30-50 mg/kgbb/ hari per oral) selama 7-14 hari. Obat ini tidak

boleh diberikan pada orang dengan hipersensitivitas dan gangguan hepar namun relatif aman

diberikan pada saat kehamilan. Efek samping obat ini antara lain reaksi alergi, gangguan fungsi

hepar dan iritasi saluran cerna seperti mual, muntah dan nyeri epigastrium.1,20

· Cefazolin

Dosis cefazolin untuk orang dewasa 3 x 1 gram sehari, sedangkan untuk anak 50 – 100

mg/kgbb/hari dibagi 3 dosis. Obat diberikan secara intravena. Efek samping obat ini

menyebabkan gangguan ginjal dan dikontraindikasikan pada pasien yang hipersensitif.21

· Vancomicin

Penggunaan antibiotik ini diindikasikan pada pasien yang resisten terhadap penicillin dan

sefalosporin. Dosis obat untuk dewasa 1 gram atau 15 mg per kg BB intravena. Dosis pada anak

30-40 mg per kg BB intravena. Obat ini menyebabkan, hipotensi, gangguan ginjal, netropenia,

dan dikontraindikasikan pada pasien yang hipersensitif.21

Topikal

Pengobatan topikal secara lokal dapat diberikan kompres terbuka. Bila vesikel atau bulla sudah

pecah dapat dikompres dengan rivanol 1‰, larutan permanganas kalikus 1/5000, yodium

povidon 7,5% yang dilarutkan 10 kali di lakukan 3 kali sehari masing-masing 1 jam selama

keadaan akut. Setelah cairan mengering dilanjutkan dengan pemberian topikal antibiotika seperti

kombinasi basitrasin dan polimiksin B, salap atau krim asam fusidat 2%, dan mupirasin 2%.Bila

ada abses dapat dilakukan insisi.1

Basitrasin hanya digunakan secara topikal untuk berbagai infeksi kulit karena pemberian

sistemik bersifat nefrotoksik. Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil dan menyusui.

Sediaan basitrasin salap 500 unit/ gram.22

Kombinasi polimiksin dengan basitrasin menghasilkan suatu salap antibakteri dan meningkatkan

aktivitas dari anti bakteri. Efek sampingnya antara lain dermaitis alergi, ototoksisitas,

Page 6: Erisipelas.doc

konjungtivitis, nefrotoksisitis, reaksi alergi. Sediaan krim atau salap yang mengandung 5000

sampai 10000 unit polimiksin B per gram. 22

Prognosis

Quo ad sanationam, quo ad vitam, quo ad kosmetikum, quo ad functionam umumnya baik, akan

tetapi apabila sudah terjadi komplikasi dapat mengancam jiwa. Sebagian besar kasus sembuh

dengan penggunaan antibiotik tanpa gejala sisa. Akan tetapi rekurensi dilaporkan terjadi sampai

20% pada pasien dengan faktor predisposisi.11