ensiklopedi syirik

101
9 R u q y a h KONSEP WAKTU DAN DASAR PERHITUNGAN JAWA Candra Mangsa Tradisi Jawa senang menggunakan bahasa simbol untuk menjelaskan sesuatu. Simbol atau gegambaran tadi dicandra. Men-candra berarti menguraikan suatu wujud atau keadaan dengan kata-kata. 1 Termasuk juga yang dicandra adalah mangsa atau bulan dalam kalender Jawa. Misalnya Mangsa Kapat dicandra sebagai waspa kumembeng jroning kalbu yang bermakna hati yang sedih. Sementara Mangsa Kalima dicandra sebagai pancuran emas sumawur ing jagad, pancuran emas yang berhamburan ke dunia. Dalam pencandraan mangsa ini, menunjukkan karakter musim pada bulan tersebut (hujan atau kemarau) dan menjadi patokan bagi petani yang akan bercocok tanam. Namun di sisi lain, candra mangsa ini juga terkait dengan watak dan sifat serta nasib manusia yang dinaungi oleh dewa-dewa. Misalnya Mangsa Karo dipengaruhi Batara Sakri, musimnya kemarau sehingga tanah sampai retak-retak, dicandra sebagai Bantala Rengka. 2 Candra Sengkala Candra sengkala merupakan sistem kronogram Jawa yg memakai sistem perhitungan bulan. Candrasengkala melambangkan angka dengan kata-kata. Pemilihan kata yang tepat dipercayai memiliki kekuatan magis. Selanjutnya kata-kata tersebut disusun menjadi kalimat yang bermakna baru. Penyusunan kata-kata tersebut dirangkai secara terbalik urutannya. Makna kalimat baru yang terbentuk bisa bermakna positif, dapat juga bermakna negatif, atau bahkan hanya sekedar perlambang. 1 “Buku Wayang : Pacandra Warnane Semar Gareng Petruk oleh R. Tanojo”. Dimuat dalam wayangpustaka.wordpress.com. 2 Purwadi, Petungan Jawa, hal. 12.

Upload: umar-abdurrahman

Post on 05-Jul-2015

969 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ensiklopedi Syirik

9R u q y a h

KONSEP WAKTU DAN DASAR PERHITUNGAN JAWA

Candra Mangsa

Tradisi Jawa senang menggunakan bahasa simbol untuk menjelaskan sesuatu. Simbol atau gegambaran tadi dicandra. Men-candra berarti menguraikan suatu wujud atau keadaan dengan kata-kata.1 Termasuk juga yang dicandra adalah mangsa atau bulan dalam kalender Jawa. Misalnya Mangsa Kapat dicandra sebagai waspa kumembeng jroning kalbu yang bermakna hati yang sedih. Sementara Mangsa Kalima dicandra sebagai pancuran emas sumawur ing jagad, pancuran emas yang berhamburan ke dunia.

Dalam pencandraan mangsa ini, menunjukkan karakter musim pada bulan tersebut (hujan atau kemarau) dan menjadi patokan bagi petani yang akan bercocok tanam. Namun di sisi lain, candra mangsa ini juga terkait dengan watak dan sifat serta nasib manusia yang dinaungi oleh dewa-dewa. Misalnya Mangsa Karo dipengaruhi Batara Sakri, musimnya kemarau sehingga tanah sampai retak-retak, dicandra sebagai Bantala Rengka.2

Candra Sengkala

Candra sengkala merupakan sistem kronogram Jawa yg memakai sistem perhitungan bulan. Candrasengkala melambangkan angka dengan kata-kata. Pemilihan kata yang tepat dipercayai memiliki kekuatan magis. Selanjutnya kata-kata tersebut disusun menjadi kalimat yang bermakna baru. Penyusunan kata-kata tersebut dirangkai secara terbalik urutannya. Makna kalimat baru yang terbentuk bisa bermakna positif, dapat juga bermakna negatif, atau bahkan hanya sekedar perlambang.

1 “Buku Wayang : Pacandra Warnane Semar Gareng Petruk oleh R. Tanojo”. Dimuat dalam wayangpustaka.wordpress.com.

2 Purwadi, Petungan Jawa, hal. 12.

Page 2: Ensiklopedi Syirik

10Jin; Hakikat bukan Khurafat

Contoh: Tahun keruntuhan Kerajaan Majapahit, 1400 Saka, sering dilambangkan dengan candrasengkala “Sirna Ilang Kertaning Bumi”. Sirna (0), Ilang (0), Kerta (4) dan Bumi (1). Kalangan Kejawen memaknainya sebagai hilangnya bakti anak pada orang tua. Yaitu hilangnya bakti Raden Patah kepada ayahnya, Raja Brawijaya, karena mendirikan Kesultanan Demak yang menggantikan peran Kerajaan Majapahit.

Penentuan candra sengkala relatif longgar karena setiap angka bisa bermakna banyak.

1 : Bumi, buana, surya, candra, tunggal, ika, eka, (p)raja, manunggal, negara

2 : dwi, tangan, sikil, kuping, mata, netra, panembah, bekti

3 : tri, krida, gebyar

4 : catur, kerta

5 : panca, astra, tumata

6 : rasa, sad, bremana, anggata,

7 : sapta, sinangga, sapi

8 : asta, naga, salira, manggala

9 : nawa, hanggatra, bunga

0 : ilang, sirna, sonya

Dengan multimakna terkandung pada setiap angka, candrasengkala bisa bermacam-macam maknanya. Sesuai dengan keinginan dan selera pembuatnya. Sebuah tahun bisa dimaknai baik atau jelek tergantung pilihan kata candrasengkala yang digunakan.

Page 3: Ensiklopedi Syirik

11R u q y a h

Hari

Kalender Jawa mengenal tujuh hari. Yaitu Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at dan Sabtu. Masing-masing memiliki neptu (nilai) yang berbeda. Ahad berneptu 5, Senin berneptu 4, Selasa berneptu 3, Rabu berneptu 7, Kamis berneptu 8, Jum’at berneptu 6 sementara Sabtu berneptu 9. Penentuan neptu ini berdasarkan pandangan para ahli nujum dan perhitungan (petungan) jawa. Gunanya untuk menjadi dasar perhitungan dalam banyak urusan petungan.

Masing-masing hari memiliki watak sendiri-sendiri:

Ahad, berwatak samudana (pura-pura), suka pada hal-hal yang lahir atau kelihatan.

Senin, berwatak samuwa (meriah), harus baik dalam segala pekerjaan.

Selasa, berwatak sujana (curiga), serba tidak percaya.

Rabu, berwatak sembada (serba sanggup, kuat), mantap dalam segala pekerjaan.

Kamis, berwatak surasa (perasa), suka berpikir dan merasakan sesuatu dalam-dalam.

Jum’at, berwatak suci, bersih tingkah lakunya.

Sabtu, berwatak kasumbung (tersohor), suka pamer.3

Dalam sumber lain, watak hari ini sedikit berbeda:

Ahad, berwatak uriping jagad (hidupnya dunia), baik.

Senin, berwatak mlumpat (melompat), kurang baik..

Selasa, berwatak babagan pati (terkait kematian), amat jelek.

Rabu, berwatak uriping roh (hidupnya ruh), baik.

Kamis, berwatak purbaning roh (awalnya ruh), baik.

Jum’at, berwatak rasa tunggal (rasa yang satu), baik.

3 Purwadi, P etungan Jawa, hal. 24.

Page 4: Ensiklopedi Syirik

12Jin; Hakikat bukan Khurafat

Sabtu, berwatak dalaning pati (jalan kematian), amat jelek.

Untuk melakukan berbagai keperluan dianjurkan pada hari-hari yang baik, yaitu Ahad, Rabu, kamis dan Jum’at.4

Sejarah penentuan watak hari ini tidak jelas. Bisa jadi ada nuansa pengaruh Islam dalam pewatakan hari Jum’at (hari ibadah Jum’at bagi Muslim) sebagai suci dan hari Sabtu (hari ibadahnya Bani Israel, Sabat) dengan sifat sombong. Apalagi penamaan hari Ahad hingga Sabtu jelas mengadopsi sistem panamaan dalam kalender Islam.

Jam (Sa’at)

Dalam tradisi Jawa, jam juga memiliki nilai dan makna khusus. Dalam konsep tradisional, sebelum mengenal jam sebagai penunjuk waktu digunakan konsep sebagai berikut:

Pagi : jam 06.00-08.00

Wisang Garu : jam 08.00-11.00

Bedug : jam 11.00-13.00

Lingsir : jam 13.00-15.00

Sore : jam 15.00-18.00

Sirep Wong : jam 20.00-23.00

Tengah Malam : jam 23.00-01.00

Lingsir Malam : jam 01.00-03.00

Bangun : jam 03.00-06.005

Masing-masih sa’at memiliki sifat sendiri-sendiri yang menentukan baik-buruknya sa’at itu untuk melakukan segala sesuatu. Sifat ditentukan oleh nilai neptu yang diperhitungkan dari hari dan pekannya. Misalnya saja, sa’at pagi untuk neptu 7 memiliki sifat sampar, sementara wisang garu pada neptu yang sama memiliki sifat Srilungguh.

4 Tjakraningrat, Primbon Betaljemur Adammakna, hal.123.5 Betaljemur, hal. 119-120.

Page 5: Ensiklopedi Syirik

13R u q y a h

Selengkapnya sifat-sifat tersebut adalah:

Ayu : baik

Sampar : jelek

Pacak : jelek

Kalapengaten : jelek

Srilungguh : baik

Srigumelar : baik

Kalaluweng : jelek6

Kalender Jawa (Pranata Mangsa)

Sebelum mendapatkan pengaruh Hindu, orang Jawa sudah memiliki kalender sendiri yang sekarang dikenal sebagai Petangan Jawi. Yaitu perhitungan Pranata Mangsa dengan rangkaiannya berupa macam-macam petangan seperti wuku, peringkelan, padewan, padangan dan lain-lain. Sistem dalam pranata mangsa berdasarkan solair atau peredaran matahari (Syamsiyah), sama dengan Kalender Saka maupun Masehi.

Nama-nama mangsa dan umurnya dalam Kalender Jawa:

Kasa (Kartika) : 22 Juni-1 Agustus : 41 hari

Karo (Pusa) : 2 Agustus-24 Agustus : 23 hari

Katelu : 25 Agustus-17 September : 24 hari

Kapat (Sitra) : 18 September-12 Oktober : 25 hari

Kalima (Manggala) : 13 Oktober-8 November : 27 hari

Kanem (Naya) : 9 November-21 Desember : 43 hari

Kapitu (Palguna) : 22 Desember-22 Februari : 43 hari

Kawolu (Wasika) : 3 Februari-28 Februari : 26/27 hari

Kasanga (Jita) : 1 Maret-25 Maret : 25 hari

Kasapuluh (Srawana): 26 Maret-18 April : 24 hari

Betaljemur, hal. 120. ٦

Page 6: Ensiklopedi Syirik

14Jin; Hakikat bukan Khurafat

Dhesta (Padrawana) : 19 April-11 Mei :23 hari

Sadha (Asuji) : 12 Mei-21 Juni : 43 hari

Sistem kalender Pranata Mangsa ini merupakan kalendernya kaum tani yang memanfaatkannya sebagai pedoman bekerja. Pada awalnya jumlah masnga hanya sepuluh, setelah mangsa kesepuluh habis pada tanggal 18 April, orang menunggu saat dimulainya mangsa pertama (Kasa) pada tanggal 22 Juni. Mangsa menunggu ini dianggap terlalu lama sehingga ditetapkanlah mangsa kesebelas (Dhesta) dan keduabelas (Sadha). Sistem Pranata Mangsa berjalan seiring dengan Kalender Saka setelah Hindu masuk ke Pulau Jawa. Meskipun Pranata Mangsa sudah berlaku sejak dahulu, namun penetapannya baru pada tahun 1855 Masehi. Yaitu oleh Paku Buwana VII yang memerintah di Kerajaan Surakarta. Selain pedoman bercocoktanam, perhitungan berdasarkan Pranata Mangsa juga membawakan watak atau pengaruh pada kehidupan manusia seperti halnya perhitungan Jawa lainnya.7

Masing-masing mangsa berada di bawah pancaran pengaruh para dewa dengan intensitas yang berbeda-beda. Misalnya saja Mangsa Kasa, di bawah pengaruh Batara Antaboga dan Nagagini. Pancarannya seperti sotya murca ing embanan (permata yang lepas dari cincin pengikatnya). Jatuhnya pada musim kemarau. Manusia dari kelompok mangsa ini memiliki kelemahan pada lever dan pencernaan, namun bisa diatasi den-gan memakai batu mulia jenis Aquamarine, Jamrud, Mutiara, mata Kuc-ing, kristal dan Biduri Bulan. Warna bagi kelompok ini adalah kuning, biru, hijau, cokelat dan merah anggur.8

Kalender Sultan Agung

Kalender Saka dipakai oleh orang Jawa sampai tahun 1633 Masehi. Pada saat Sultan Agung Hanyakrakusuma bertahta, ia mengubah sistem kalender yang berlaku secara revolusioner. Pada saat perubahan dilakukan, Kalender Saka sudah berlaku hingga tahun 1554 Saka. Angka itu kemudian diteruskan dalam Kalender Sultan Agung dengan angka tahun 1555, padahal dasar perhitungannya sama sekali berbeda.

7 Petungan Jawa, hal. 10-11.8 Ibid.

Page 7: Ensiklopedi Syirik

15R u q y a h

Kalender Saka memakai dasar peredaran matahari atau Syamsiyah. Sementara kalender Sultan Agung memakai peredaran bulan atau Qo-mariyah. Kalender Jawa yang baru ini dimulai dengan tanggal 1 Sura Ta-hun Alip 1555. Tanggal itu bertepatan dengan 1 Muharram Tahun 1043 Hijriyah dan 8 Juli 1633 Masehi.

Dalam sejarahnya, perubahan sistem kalender Jawa dari Syamsiyah ke Qomariyah menunjukkan pengaruh Islam. Namun perubahan itu juga bernuansa politik, yaitu pengambilalihan Sultan Agung terhadap otori-tas keagamaan Islam yang sebelumnya berpusat di Giri. Sebelum Sultan Agung, semua raja yang bertahta di Jawa selalu memohon restu dari Su-nan Giri. Pengaruh kuat Sunan Giri I atas Kesultanan Demak dilanjut-kan oleh keturunannya pada raja-raja Pajang hingga Mataram. Pada saat Sultan Agung naik tahta, Giri dipimpin oleh Sunan Giri IV. Para adipati di Jawa Timur sampai Blambangan tunduk pada Giri dan enggan tun-duk pada Sultan Agung. 9 Pengaruh Kesunanan Giri ini tak hanya di Jawa, pada tahun 1629 di jaman Sultan Agung masih ada utusan Sunan Giri yang datang ke Pulau Hitu di Kepulauan Maluku. Orang Belanda yang saat itu berniaga di Maluku bahkan menyebut Sunan Giri sebagai “Paus Islam” atau “Raja Imam.”10

Untuk memperluas kekuasaannya, pengaruh Giri ini kemudian dire-dam oleh Sultan Agung. Caranya dengan tak mau memohon restu kepada Sunan Giri IV saat ia naik tahta. Kemudian Sultan Agung menyerang Giri dengan bantuan Pangeran Pekik dari Surabaya yang beristrikan adik Sul-tan, Ratu Pandansari. Setelah Giri berhasil dikalahkan, keluarganya dip-indahkan ke Mataram agar pengaruhnya pupus dan kedaulatan Giri tak berlanjut. Kelak para ulama pendukung Giri melakukan konsolidasi dan perlawanan pada masa Amangkurat II, namun perlawanan ini ditumpas habis. Sekitar 5000 hingga 6000 kiai dan santri pendukung Giri dihukum bunuh di muka umum oleh Amangkurat II.11

Untuk memupuskan pengaruh Giri yang bertulang punggung peran-nya sebagai pusat Islam, Sultan Agung memusatkan kepercayaan Muslim Jawa pada dirinya. Caranya dengan menciptakan sistem Kalender Jawa baru yang disesuaikan dengan Kalender Hijriyah. Dengan penyesuaian ini, maka perayaan-perayaan Islam menjadi satu dengan upacara kera-ton.

9 Petungan Jawa, hal. 17-22.10 HJ De Graaf dan Th Pigeaud, Kerajaan Islam Pertama di Nusantara, hal. 173.11 Hamka, Dari Perbendaharaan Lama, hal. 9.

Page 8: Ensiklopedi Syirik

16Jin; Hakikat bukan Khurafat

Nama-nama bulan dan umurnya dalam Kalender Sultan Agung:

Sura : 30 hari

Sapar : 29/30 hari

Mulud : 30/29 hari

Bakda Mulud : 29 hari

Jumadilawal : 30/29 hari

Jumadilakhir : 29 hari

Rejeb : 30 hari

Ruwah : 29 hari

Pasa : 30 hari

Syawal : 29 hari

Dulkangidah : 30 hari

Besar : 29/30 hari

Naga dan Rijalolah

Tradisi Jawa mengajarkan untuk golek dina becik (mencari hari yang baik) untuk memulai usaha atau pencaharian. Upaya ini pada hakekatnya mencari perpaduan hari, pasaran, tahun, windu dan mangsa yang menghasilkan penyatuan karakter baik. Suatu hal yang dilakukan pada hari dengan karakter jelek terganggu usaha sehingga banyak kendala, bahkan mengalami kegagalan.

Aura pencemar tersebut dalam primbon disebut naas, sangar tahun, sangar sasi dan sangar dina. Sedangkan anasir pencemar tersebut dikenal sebagai naga dina, naga tahun dan sebagainya. Sebagai anasir pengganggu dan penggagal, naga selalu mengejar rijalolah. Karenanya kedudukan naga dan rijalolah harus selalu diperhitungkan sebelum menjalankan sebuah karya atau usaha.

Dalam mitologi Jawa, naga tercipta dari kotoran Cupu Manik Astagina yang menjadi wadah rahsa (darah) kama Nabi Adam dan Hawa ketika keduanya berselisih tentang perkawinan putra-putri mereka. Nabi Adam ingin menikahkan putra-putri kembarnya secara berselang-seling,

Page 9: Ensiklopedi Syirik

17R u q y a h

sementara Hawa sebaliknya. Untuk membuktikan siapa yang lebih benar, keduanya meletakkan rahsa kama dalam cupu dan membukanya setelah sembilan bulan. Rahsa kama Nabi Adam berubah menjadi orok yang kemudian disebut Baginda Sis, sementara rahsa kama Hawa tetap menjadi darah. Cupu tersebut hilang tertiup angin.

Bersamaan dengan angin datanglah suara gaib tanpa rupa yang disebut Rijalolah. Kemudian datang seekor naga bernama Naga Jatingarang yang berasal dari kotoran cupu. Ia selalu mengejar dan menyerang rijalolah yang melindungi diri dengan cupu tempat Baginda Sis. Inilah sebabnya perhitungan Jawa memasukkan unsur naga dan rijalolah dalam penentuan waktu yang baik dan waktu yang buruk.

Dalam kisah di atas, nampak sinkretisme Jawa yang mencampuradukkan unsur Islam (Adam, Hawa, pernikahan anak-anak kembar mereka) dengan unsur Hindu (kisah Cupu Manik Astagina dalam Ramayana). Rijalolah sendiri mungkin berasal dari rijalullah, sebuah konsep dalam keyakinan Sufi, hamba Allah yang telah memiliki pengetahuan ilmu ma’rifat secara menyeluruh. Rijalullah dibekali ilmu sirri (rahasia) dan sulit dipahami oleh orang awam. Ilmunya sulit terjajagi dan banyak mempunyai karomah, karenanya Rijalullah dipilih sebagai pertahanan maupun keamanan bumi di daerahnya masing-masing.

Di sisi lain, pengagungan dan ketakutan pada gangguan dan kesialan dari naga dapat ditelusuri dari budaya pemujaan kepada ular. Dalam kepercayaan Yunanai purba, ular dianggap pandai menjelma menjadi manusia. Ular-ular kemudian diberi kurban yang khas.12 Kepercayaan ini menyebar di India dan berlanjut hingga sekarang, orang Hindu India biasa memberi persembahan kepada Dewa Ular yang berwujud ular Kobra. Mungkin pengaruh Hindu ini terbawa ke Pulau Jawa dan kemudian mengalami sinkretisasi dengan Islam, ular tetap dihormati dan ditakuti dengan tradisi Naga dan Rijalolah.

Neptu

Neptu adalah nilai yang disandarkan pada pasaran, hari, pekan, bulan dan tahun. Angka nilai neptu menjadi dasar perhitungan berbagai hal. Pada aslinya, kata neptu bermakna sesuai, sebagaimana sesuainya 2x2=4. Namun dalam perkembangannya neptu merupakan hasil “penemuan

12 AZ Marzeqdeq, Parasit Akidah, hal.230.

Page 10: Ensiklopedi Syirik

18Jin; Hakikat bukan Khurafat

para ahli nujum dan sarhana ilmu perhitungan (primbon).”13

Nilai neptu berbeda-beda untuk hari, pasaran, pekan dan tahun.

Neptu hari:

Ahad 5

Senin 4

Selasa 3

Rabu 7

Kamis 8

Jum’at 6

Sabtu 9

Neptu pasaran:

Kliwon 8

Legi 5

Paing 9

Pon 7

Wage 4

Neptu bulan:

Sura 7 Rejeb 2

Sapar 2 Ruwah 4

Rabiulawal 3 Pasa 5

Rabiulakir 5 Sawal 7

Jumadilawal 6 Dulkangidah 1

Jumadilakir 1 Besar 3

13 Petungan Jawa, hal. 35.

Page 11: Ensiklopedi Syirik

19R u q y a h

Neptu tahun

Alip 1

Ehe 5

Jimawal 3

Je 7

Dal 4

Be 2

Wawu 6

Jimakir 3

Nujum

Nujum pada dasarnya adalah ilmu ramalan bintang (astrologi). Namun dalam perkembangannya nujum digunakan untuk menyebut semua jenis ramalan. Dalam Primbon Betaljemur Adammakna, teknik nujum yang digunakan menggunakan tabel yang berisi pertanyaan bernomor I-XXI dan kode huruf bertanda A-U. Kemudian ada kumpulan jawaban yang bernomor 1-21. Daftar pertanyaannya ada 21 buah, dari akan tercapainya keinginan atau tidak, keuntungan dagang, orang yang pergi akan kembali atau tidak, nasib sebuah perkawinan sampai tanda sebuah impian atau kedutan baik atau tidak.14

Pengguna memilih salah satu pertanyaan sesuai hajatnya. Nomor III misalnya berisi pertanyaan “perdagangan saya akan untung atau tidak?”. Kemudian ia harus mengheningkan cipta sesaat, kemudian mengambil salah satu huruf dengan mata terpejam. Huruf pilihannya bertepatan dengan nomor pertanyaan akan menunjuk nomor jawaban. Jawaban akan menunjukkan ramalannya, misalnya huruf K akan menunjukkan nomor 13. Ramalannya adalah “tahun ini memperoleh keuntungan.”

14 Betaljemur, hal.248.

Page 12: Ensiklopedi Syirik

20Jin; Hakikat bukan Khurafat

Primbon

Kata primbon berasal dari “rimbu” yang bermakna simpan atau simpanan. Primbon berisi catatan dari para leluhur berdasarkan pengalaman baik dan buruk yang dialami oleh orang Jawa. Primbon diwariskan dari generasi ke generasi.15 Primbon ada bermacam-macam, antara lain:

Primbon Betaljemur Adammakna

Primbon Lukmanakim Adammakna

Primbon Atassadhur Adammakna

Primbon Bektijammal Adammakna

Primbon Shahdhatsaahthir Adammakna

Primbon Qomarrullsyamsi Adammakna

Primbon Naklassanjir Adammakna

Primbon Quraisyin Adammakna

Primbon Ajimantra

Menurut Susiyanto, peneliti dari Pusat Studi Peradaban Islam, sejumlah primbon Jawa yang ada hingga hari ini mengambil nama dari cerita Menak, yaitu sebuah kisah pewayangan bernuansa Islam yang mengambil karakter dan seting Timur Tengah. Kisah Menak ini sangat populer pada masanya. Sebagai buku yang memuat tradisi mistik dan klenik di Jawa, kitab primbon selalu mengambil nama-nama yang menarik sehingga mampu memikat pembaca. Maka kaum kebatinan yang menciptakan primbon pun memberi judul primbonnya dari cerita Menak yang populer.

Beberapa primbon mencantumkan nama Adammakna di judulnya. Istilah “Adammakna” berasal dari nama sebuah kitab legendaris dalam cerita Menak, yaitu Kitab Adam Makna, semacam kitab “fikih” yang memuat makna, rahasia, dan tuntunan hidup bagi manusia agar dapat menjalani kehidupannya dengan sempurna. Bekti Jamal dan Betal Jemur adalah nama karakter dalam cerita Menak yang pernah menjadi pemilik Kitab Adam Makna. Betal Jemur adalah putra dari Raden Bekti Jamal. Tokoh Amir Ambyah pernah menjadi anak angkat sekaligus murid dari Betal Jemur. Ada pun Lukman Hakim merupakan ayah dari Raden Bekti Jamal. Lukman Hakim disebut-sebut sebagai tokoh yang memiliki kemampuan seperti

Petungan Jawa, hal. 23. ١٥

Page 13: Ensiklopedi Syirik

21R u q y a h

Nabi Sulaiman. Sedangkan Kuraisyin adalah nama dari salah satu putri Amir Ambyah dari istrinya yang bernama Dewi Ismayawati, putri Prabu Tamimasyar dari kerajaan Ngajrak.16

Weton

Weton adalah paduan hari dan pasaran saat seseorang dilahirkan, misalnya Senin Wage atau Jum’at Pon. Weton memiliki peran sentral dalam perhitungan dan ramalan nasib Jawa. Jodoh, rejeki, penyakit dan banyak urusan manusia Jawa diperhitungkan dan diramalkan dengan dasar perhitungan ini. Dalam keluarga-keluarga yang masih memegang kukuh tradisi Jawa, sebuah perjodohan bisa jadi digagalkan karena dalam perhitungan ternyata seorang lelaki dan seorang perempuan memiliki weton dengan paduan angka yang diramalkan bernasib sial. Weton biasa diperingati oleh pemiliknya setiap selapan (35) hari.

Weton adalah peringatan hari lahir seseorang yang terjadi setiap 35 hari sekali. Caranya ada dua macam17:

Pertama : dengan sesaji dan doa. Pada saat weton biasanya akan dibuat semacam sesaji sederhana yang berupa secawan bubur merah putih dan satu gelas air hangat. Pemberian ini adalah untuk saudara-saudara halus, dengan mengatakan: ini untuk semua saudara halusku, aku selalu ingat kamu, mengenali kamu, maka itu bantulah dan jagalah aku. Sesaji sederhana ini juga untuk mengingatkan dan bersyukur kepada ibu dan ayah, karena melalui merekalah kamu dilahirkan dan hidup di dunia ini. Selanjutnya untuk mengingat dan menghormati para leluhur dan memuji Sang Pencipta.

Cara yang lengkapuntuk meyebut saudara-saudara halus tersebut adalah : Mar marti, kakang kawah, adi ari-ari, getih puser sedulur papat, kalimo pancer

Bantulah saya (katakan apa keperluanmu)

Jagalah saya pada waktu saya tidur

16 Susiyanto, “Cerita Menak; Warisan Budaya Islam di Indonesia.” Dimuat dalam susiyanto.

wordpress.com. 17 Puasa Weton Sedulur 4 Limo Pancer, dimuat dalam aindra.blogspot.com

Page 14: Ensiklopedi Syirik

22Jin; Hakikat bukan Khurafat

Nama- nama mereka harus disebut dengan lengkap sehingga terbiasa untuk beberapa bulan. Sesudah itu boleh memanggil mereka semua : saudara ha-lusku.

Dalam tradisi Jawa diyakini bahwa kakang kawah dan adi ari-ari adalah yang unsur sedulur yang paling banyak membantu. Kakang kawah selalu berusaha mewujudkan semua keinginan dan usaha, sedangkan adi ari-ari selalu berusaha menyenangkan pemiliknya. Dianjurkan pula pada saat akan melakukan hal yang penting atau sebelum berdoa, sesudah menyebutkan nama lengkap mereka satu persatu, ulangi lagi dengan menyebut kakang kawah dan adi ari-ari untuk membantu.

Kedua : dengan berpuasa dan ritual lain. Antara lain berpuasa selama 24 jam, hanya makan buah dan sayuran; makan nasi putih dan minum air putih ; tidur sesudah tengah malam atau tidak tidur sama sekali. Puasa pada hari Weton bagi orang Jawa dipercayai dapat memberikan pencerahan spiritual. Ada juga yang melakukan selama tiga hari berturut-turut, yaitu satu hari sebelum weton, pada saat weton dan sehari sesudah weton yang disebut Ngapit.

Mengenal "Sedulur Alus"

Spiritualitas Jawa meyakini bahwa dalam kiprahnya menjalani kehidupan di bumi, manusia selalu didampingi oleh saudara-saudara gaibnya kapan pun dan di mana pun dia berada. Para saudara halus ini mendapatkan tugas dari Sang Pencipta Kehidupan untuk membantu dan menjaga saudaranya yang pada saat ini menjadi manusia dibumi.

Siapa saja saudara Gaib itu?

Sedulur alus yang tidak berbadan fisik itu menurut kepercayaan tradisional Jawa selalu membantu saudaranya yang manusia dengan jalan menyertai, melindungi, membantu supaya saudaranya yang manusia menjalani kehidupannya dengan selamat, sehat, sejahtera selama hidup dibumi ini. Tugas sedulur alus tersebut, menurut

Page 15: Ensiklopedi Syirik

23R u q y a h

kepercayaan Jawa, sesuai dengan ketentuan dari Tuhan..

Saudara Gaib itu jumlahnya banyak. Di antaranya:

Mar dan Marti, biasa dipanggil Mar Marti.

Mereka adalah saudara manusia yang lebih tua. Mereka tidak ikut dilahirkan melalui gua garba ibu. Mar yang paling tua merefleksikan perjuangan ibu sewaktu melahirkan bayi. Dia adalah daya, kekuatan yang kuat, hebat untuk hidup dan melindungi hidup.

Marti merefleksikan perjuangan ibu setelah melahirkan. Perjuangannya berhasil, lega rasanya. Oleh karena itu Mar Marti tinggi pangkatnya, sebagai Raja dan Ratu. Secara mistis warnanya berupa cahaya putih bersih dan kuning muda jernih.

Mar Marti membantu manusia yang dikawalnya, hanya untuk hal-hal yang penting, dalam keadaan yang benar-benar diperlukan. Karena derajat Mar Marti adalah bagai Raja dan Ratu, maka manusia yang meminta bantuan mereka adalah yang punya perbuatan, pikiran dan rasa yang jernih. Menurut istilah Kejawen adalah manusia yang telah melakukan tapabrata terlebih dahulu, yang sudah melakukan laku spiritual yang sungguh-sungguh.

Sedulur papat kalimo pancer

Saudara empat yang kelima pancer, yaitu :

Kakang Kawah : Kakak Kawah, yang keluar dari rahim ibu, sebelum sibayi. Warnanya putih, tempatnya di Timur.

Adi Ari-ari : Adik ari-ari, yang keluar dari rahim ibu, sesudah si bayi. Warnanya kuning, tempatnya di Barat.

Getih : Darah yang keluar dari rahim ibu sewaktu melahirkan. Warnanya merah, tempatnya di Selatan.

Puser : Pusar, yang dipotong sesudah kelahiran bayi. Warnanya hitam, tempatnya di Utara.

Pancer : Pancer adalah bleger ,wujud badan jasmani yang ada ditengah keempat saudara yang lain yang tidak punya raga fisik.

Sedulur papat kalimo pancer juga disebut Keblat papat, kalimo tengah ,artinya : Kiblat empat, yang kelima di tengah. Para saudara halus ini mempunyai tugas untuk membantu manusia didalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Page 16: Ensiklopedi Syirik

24Jin; Hakikat bukan Khurafat

Selanjutnya ada saudara-saudara halus yang dipanggil sebagai :

Kabeh kadang ingsun kang metu saka margo ino lan kang ora metu saka marga ino.

(Semua saudaraku, yang ada melalui rahim ibu dan yang tidak melalui rahim ibu).

Kabeh kadang ingsun kang ora katon miwah kang ora karawatan.

(Semua saudaraku yang tidak kelihatan dan tidak terawat).

Kabeh kadang ingsun kang lahir bareng sadino sawengine karo aku.

(Semua saudaraku yang lahir siang malam bersamaku).

Jadi, memang benar saudara halus manusia itu ada banyak, mereka juga sering disebut sedulur sinarawedi- saudara terdekat. Dari sudut kebatinan, ada yang menyebut mereka makdum sarpin.

Perlu dikenal

Para pinisepuh Kejawen mengajarkan penganutnya supaya mengenal dan syukur kalau mau ngerteni (memahami) saudara halus kita. Mereka itu selalu mengawal dan membantu kita, disadari atau tidak, karena mereka dapat tugas dari Tuhan. Tentunya, si manusia juga harus berbuat dan berkemauan yang baik.

Perlu diketahui bahwa para saudara halus tersebut merasa senang kalau kita mengetahui kehadiran dan keberadaan mereka, terlebih kalau kita memperhatikan mereka. Kalau mereka merasa dianggap dan diperhatikan tentu mereka akan lebih rajin dan giat membantu. Mereka senang bila setiap saat diajak berpartisipasi dalam setiap kegiatan kita, seperti : makan, minum, belajar, bekerja, menyopir, mandi dsb.

Contoh mengajak saudara halus kita, katakan dalam batin :

“Semua saudara halusku ( secara lengkap adalah : Kakang kawah, adi ari-ari, getih, puser, kadang ingsun papat kalimo pancer, kabeh kadang ingsun kang metu saka margo ino lan kang ora metu saka margo ino, kabeh kadang ingsun kang ora katon miwah kang ora karawatan, kabeh kadang ingsun kang lahir bareng sadino sawengine karo aku), saya mau makan, bantulah saya – Aku arep mangan, ewang-ewangono. Artinya supaya kita dibantu bisa makan dengan selamat dan makanan itu juga baik untuk kita.

Page 17: Ensiklopedi Syirik

25R u q y a h

“Semua saudara halusku, bantulah saya menyopir mobil ini atau naik motor ini supaya selamat dan lancar sampai ke kampus atau ke kantor”. Artinya supaya dibantu supaya tidak ada halangan maupun kecelakaan.

“Semua saudara halusku, bantulah saya dalam bekerja, sehingga pekerjaan saya lancar dan benar”.

Akrab dengan saudara halus

Tradisi Jawa meyakini hubungan akrab dengan semua saudara halus bisa dilakukan dengan biasa melakukan komunikasi. Seperti juga dalam pergaulan antar manusia, kalau sering terjadi komunikasi, tentu hubungannya menjadi lebih terbiasa dan bahkan menjadi akrab. Kalau sudah akrab, bisa terjadi hubungan yang saling membantu.

Jalinan komunikasi pertama adalah : Anda sering menyebut nama mereka secara lengkap, satu per satu. Ini anda lakukan karena Anda perlu minta dibantu atau dilindungi. Dengan menyebut mereka dan minta bantuan itu artinya Anda mengakui keberadaan mereka dan bahwa mereka adalah saudara-saudara anda yang anda sayangi dan perlukan. Jadi menyebut mereka dan minta kerjasama mereka, itu tidak merendahkan mereka maupun Anda. Itulah kenyataan yang digariskan Gusti, sesuai Kejawen.

Seandainya Anda tidak pernah menyapa mereka, maka sebagai sesama makhluk mereka juga merasa bahwa keberadaan mereka tidak Anda perhatikan dan perlukan. Mereka akan tidak antusias mendampingi, melindungi dan membantu Anda, meskipun itu tugas alami mereka atas kehendak Gusti. Maka jangan heran kalau kita lihat banyak teman, kenalan kita yang hidupnya kesandhung-sandhung – banyak menghadapi kendala, sial, nasib jelek dan sebagainya. Mungkin saja mereka tidak dibantu secara optimal oleh saudara-saudara halusnya sendiri, selain ada masalah karma.

(dinukil dari Saudara Ghaib, www/sisableng.wordpress.com)

Page 18: Ensiklopedi Syirik

26Jin; Hakikat bukan Khurafat

Wuku

Siklus tujuh harian atau mingguan dalam kalender Jawa disebut sebagai Wuku. Siklus Wuku setiap 210 hari karena ada 30 wuku yang memiliki sifat dan karakter sendiri-sendiri serta mempengaruhi kehidupan manusia. Nama-nama wuku itu adalah:

1. Sinta 11. Galungan 21. Maktal

2. Landep 12. Kuningan 22. Wuye

3. Wukir 13. Langkir 23. Manail

4. Kurantil 14. Mandhasiya 24. Prangbakat

5. Tolu 15. Julungpujut 25. Bala

6. Gumbreg 16. Pahang 26. Wugu

7. Warigalit 17. Kuruwelut 27. Wayang

8. Warigagung 18. Marakeh 28. Kulawu

9. Julungwangi 19. Tambir 29. Dhukut

10. Sungsang 20. Madhangkungan 30. Watugunung

Masing-masing wuku memiliki dewa, sifat, kayu, burung, bencana, selamatan tolak bala, slawat, candra dan jabungkalajayabumi (arah ancaman bahaya).

Misalnya Wuku Sinta: dewanya Batara Yamadipati yang laksana pendeta, wataknya bagaikan raja, cemburu, besar nafsu, tidak sabar, sering kecelakaan, lembut budi, enak bicaranya, tidak percayaan, banyak rejeki kaya harta benda. Sifatnya memanggul panji-panji: memiliki kesenangan. Kayunya kendayakan: menjadi naungan bagi orang sakit dan melarikan diri. Burungnya gagak: tahu gelagat, cepat dalam segala pekerjaan. Bencananya: mati setengah umur. Selamatan penolaknya nasi pulen beras sapitrah (kurang lebih ¼ kg) dan daging kerbau seharga 21 ketheng (mata uang kuno senilai ½ sen)yang dibeli tanpa menawar. Slawatnya 4 ketheng. Candranya: Indra janma nestapa. Jabungkalajayabuminya di timur laut: tujuh hari jangan pergi ke timur laut.18

18 Petungan jawa, hal. 27.

Page 19: Ensiklopedi Syirik

27R u q y a h

Tahun

Kalender Jawa atau Kalender Sultan Agung memiliki delapan tahun dengan nama-nama yang diambul dari huruf Arab. Yaitu Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu dan Jimakir. Karenanya sistem tahun ini disebut juga sebagai Tahun Huruf. Tahun-tahun itu terbagi dua, yaitu dalam Tahun Wastu (pendek) dan Wuntu (panjang). Tahun Wastu berumur 354 hari, sementara Tahun Wuntu berumur 355 hari. Dalam tahun panjang, umur Bulan Besar bertambah 1 hari menjadi 30 hari. Penetapan ini dilakukan pada masa Sultan Agung, menyesuaikan dengan perhitungan tahun Hijriyah.

Mirip dengan penanggalan dan Cina yang menamai tahun dengan Shio berlambang binatang, Kalender Jawa juga memiliki tradisi sama. Awal tahun baru yang jatuh pada tanggal 1 Sura akan memiliki nama se-suai beberapa jenis binatang sesuai harinya19:

Jika 1 Sura jatuh pada Hari Ahad, maka disebut Tahun Dite Kalaba (kelabang), jarang hujan.

Jika 1 Sura jatuh pada Hari Senin, maka disebut Tahun Soma Wrejita (cacing), banyak hujan.

Jika 1 Sura jatuh pada Hari Selasa, maka disebut Tahun Anggara Wrestija (katak), banyak hujan.

Jika 1 Sura jatuh pada Hari Rabu, maka disebut Tahun Buda Wisaba (kerbau), banyak hujan.

Jika 1 Sura jatuh pada Hari Kamis, maka disebut Tahun Respati Mintuna (mimi), banyak hujan.

Jika 1 Sura jatuh pada Hari Jumat, maka disebut Tahun Sukra Minangkara (udang), jarang hujan.

Jika 1 Sura jatuh pada Hari Sabtu, maka disebut Tahun Menda (kambing), jarang hujan.

19 Petungan Jawa, hal. 28.

Page 20: Ensiklopedi Syirik

28Jin; Hakikat bukan Khurafat

Windu

Dalam Kalender Jawa, siklus delapan tahunan disebut satu windu. Siklus Windu sendiri ada empat macam20:

Kunthara : berarti ulah atau tingkah laku. Banyak tingkah laku orang yang aneh dan belum pernah terjadi.

Songara : artinya banjir. Banyak luapan air yang besar.

Sancaya : artinya silaturahmi, sukaria dan bersahabat. Banyak orang saling sepakat dan rukun.

Adi : artinya unggul. Banyak bangunan baru yang menyenangkan.

Waktu Baik dan Jelek

Anggarakasih (Selasa kliwon)

Hari Anggara Kasih adalah hari Selasa-Kliwon. Hari ini oleh orang Jawa dan Hindu Bali dianggap keramat. Dipercaya bahwa pada hari ini, Batara Siwa turun ke bumi. Dalam tradisi Jawa, Bulan yang tidak memiliki hari Anggarakasih dilarang untuk melaksanakan hajat nikah dan lainnya.21

Dalam tahun Alip : Jumadilakir dan Besar

Dalam tahun Ehe : Rejeb

Dalam tahun Jimawal : Sura dan Ruwah

Dalam tahun Je : Sapar dan Ruwah

Dalam tahun Dal : Rabiulawal dan Puasa

Dalam tahun Be : Rabiulakir

Dalam tahun Wawu : Rabiulakir dan Dulkangidah

Dalam tahun Jimakir : Jumadilawal

20 Ibid, hal. 29.21 Betaljemur, hal. 11.

Page 21: Ensiklopedi Syirik

29R u q y a h

Bangas Padewan

Adalah tanggal dalam setiap bulan yang dilarang berhajat menikahkan dan sebagainya. Larangan tersebut diberlakukan karena menurut tradisi Jawa, pada hari itu merupakan hari kebangkitan Dewa Bangas Padewan yang kerap menimpakan angkara murka di muka bumi. Bangas Padewan diidentikan dengan kesialan dan kemalangan yang akan dialami orang yang melanggar pantangan tersebut. Jika dilanggar amat berbahaya, akan mendatangkan kesusahan.22

Bulan dan tanggal Bangas

1. Sura : 11 7. Rejeb : 13 dan 27

2. Sapar : 20 8. Ruwah : 4 dan 28

3. Rabiulawal :1 dan 15 9. Puasa : 7 dan 20

4. Rabiulakir : 10 dan 20 10. Sawal : 10

5. Jumadilawal : 10 dan 11 11. Dulkangidah : 2 dan 22

6. Jumadilakir : 10 dan 14 12. Besar : 6 dan 20

Bulan Baik dan Jelek23

Dalam setiap tahun Jawa yang berjumlah delapan, ada bulan-bulan yang baik dan jelek. Keperluan hajat nikah dianjurkan dilaksanakan pada bu-lan baik dan dihindari pada bulan jelek.

TAHUN BULAN BAIK BULAN BURUK

Alip 1 9 dan 11

Ehe 1,2,6,7,8 dan 10 4,9,11 dan 12

Jimawal 7,8 dan 10 1,2,3,5 dan 12

Je 4,5,6,7,8,9 dan 12 1,2,3,10 dan 11

Dal 6,7,9 dan 10 2,3,8 dan 11

22 Ibid, hal. 20.23 Ibid, hal. 10

Page 22: Ensiklopedi Syirik

30Jin; Hakikat bukan Khurafat

Be 6 dan 12 1,2 dan 7

Wawu 2,3,4,5 dan 9 1,10,11 dan 12

Jumakir 3,5,7,8,10 dan 12 1 dan 11

Bulan Baik dan Jelek untuk Hajat Nikah dan Akibatnya24

Bulan jelek dalam perhitungan Jawa tak boleh untuk hajat nikah. Namun bulan-bulan itu memiliki derajat yang berbeda-beda. Ada yang sama sekali tak boleh dilanggar, ada yang boleh dilanggar. Konsekuensi me-nikah pada bulan-bulan tersebut diyakini ada bermacam-macam. Rinci-annya sebagai berikut:

Sura : Jangan dilanggar. Jika dilanggar akan mendapat kesukaran dan selalu bertengkar.

Sapar : Boleh dilanggar, namun akan kekurangan dan banyak hutang.

Rabiulawal : Jangan dilanggar karena salah satu akan meninggal.

Rabiulakir : Boleh dilanggar, namun akan sering dipergunjingkan dan dicacimaki.

Jumadilawal : Boleh dilanggar, namun akan sering tertipu, kehilangan dan banyak musuh.

Jumadilakir : Kaya akan harta benda.

Rejeb : Selamat dan banyak anak.

Ruwah : Selamat dan selalu damai.

Puasa : Jangan dilanggar, akan mendapat kecelakaan besar.

Sawal : Boleh dilanggar, namun akan sering kekurangan dan banyak hutang.

Dulkangidah : Jangan dilanggar, akan sering sakit dan bertengkar dengan teman.

Besar : Akan kaya dan mendapat kebahagiaan.

24 Ibid, hal. 21 .

Page 23: Ensiklopedi Syirik

31R u q y a h

Bulan Sarju25

Sarju sebenarnya bermakna berkenan atau setuju. Namun Bulan Sarju dimaknai sebagai bulan sedang, tidak terlalu baik namun juga tidak jelek untuk melangsungkan berbagai urusan. Namun harinya harus diperhatikan. Rinciannya sebagai berikut:

Bulan Besar, Sura dan Sapar harinya Jum’at

Bulan Rabiulawal, Rabiulakir dan Jumadilawal harinya Sabtu dan Ahad

Bulan Jumadilakir, Rejeb dan Ruwah harinya Senin dan Selasa

Bulan Puasa, Sawal dan Dulkangidah harinya Rabu dan Kamis

Hari Jelek untuk Hajat Menikah26

Bulan Jumadilakir, Rejeb dan Ruwah harinya Jum’at

Bulan Puasa, Sawal dan Dulkangidah harinya Sabtu dan Ahad

Bulan Besar, Sura dan Sapar harinya Senin dan Selasa

Bulan Rabiulawal, Rabiulakir dan Jumadilawal harinya Rabu dan Kamis

Hari Jelek untuk Menikah Berdasarkan Kejadian yang Dialami Para Nabi27

Ada hari-hari yang dianggap jelek dalam tradisi Jawa karena diyakini merupakan hari para nabi mengalami hal yang jelek. Antara lain:

13 Sura : konon pada hari itu Nabi Ibrahim dibakar oleh Raja Namrud

3 Rabiulawal : konon pada hari itu Nabi Adam diturunkan ke dunia dari surga

16 Rabiulakir : konon pada hari itu Nabi Yusuf dimasukkan ke dalam sumur

25 Ibid, hal. 10.26 Ibid, hal. 18.27 Ibid, hal. 19.

Page 24: Ensiklopedi Syirik

32Jin; Hakikat bukan Khurafat

5 Jumadilawal : konon pada hari itu umat Nabi Nuh diterjang banjir

12 dan 21 Puasa : konon Nabi Musa berperang dengan Fir’aun pada hari itu

24 Dulkangidah : hari ditelannya Nabi Yunus oleh ikan paus

25 Besar : hari masuknya Nabi Muhammad ke dalam Gua (Tsur?)

Tanggal-tanggal ini menunjukkan pengaruh Islam dalam tradisi Jawa. Sayang, aplikasinya justru menjadi hari jelek yang dipantangkan untuk berhajat. Maksudnya mungkin mengingat sejarah para nabi tapi terjerumus ke dalam syirik.

Hari Sangar28

Secara bahasa sangar berarti mendatangkan bala dan bencana, angker atau tidak subur. Hari sangar adalah hari yang jelek, tidak boleh untuk hajat nikah dan hajat lainnya.

Bulan Puasa, Sawal, dan Dulkangidah hari sangarnya adalah Jum’at

Bulan Besar, Sura dan Sapar hari sangarnya adalah Sabtu dan Ahad

Bulan Rabiulawal, Rabiulakir dan Jumadilawal hari sangarnya Senin dan Selasa

Bulan Jumadilawal, rejeb dan Ruwah hari sangarnya Rabu dan Kamis

Kunarpawarsa (tahun bencana)29

Berasal dari kata kunarpa yang bermakna bangkai atau mayat dan warsa yang berarti tahun. Dalam tahun Kunarpawarsa hari jelek yang dilarang untuk menikah dan hajat lainnya. Hitungannya jatuh pada setiap tanggal 29 atau 30 bulan Besar.

Tahun Alip harinya Sabtu Paing

Tahun Ehe harinya Kamis Paing

28 Ibid.29 Ibid, hal. 9.

Page 25: Ensiklopedi Syirik

33R u q y a h

Tahun Jimawal harinya Senin Legi

Tahun Je harinya Jum’at Legi

Tahun Dal harinya Rabu Kliwon

Tahun Be harinya Ahad Wage

Tahun Wawu harinya Kamis Pon

Tahun Jimakir harinya Selasa Pon

Pantangan Bulan30

Menurut primbon, melakukan hajat nikah dan sebagainya pada bulan-bulan yang jelek akan menimbulkan musibah-musibah tertentu. Rinciannya sebagai berikut:

Sakit atau kena racun jika melanggar pantangan bulan Jumadilakir dan Dulkangidah pada tahun Alip.

Sakit tulang jika melanggar pantangan bulan Rabiulawal dan Puasa pada tahun Ehe.

Tewas atau hanyut di sungai jika melanggar pantangan bulan Rabiulawal dan Besar pada tahun Jimawal.

Sakit lepra jika melanggar pantangan bulan Sura dan Sawal pada tahun Je.

Sakit demam/panas jika melanggar pantangan bulan Ruwah pada tahun Dal.

Tersangkut perkara besar jika melanggar pantangan bulan Sapar dan Rejeb pada tahun Be.

Sakit kepala jika melanggar pantangan bulan Jumadilawal pada tahun Wawu.

Sakit ingatan jika melanggar pantangan bulan Sura dan Dulkangidah pada tahun Jimakir.

30 Ibid, hal. 11.

Page 26: Ensiklopedi Syirik

34Jin; Hakikat bukan Khurafat

Perang dan Utang Sesuai Hari dan Pasaran31

Dengan menghitung neptu hari dan pasaran akan diketahui nasibnya orang yang akan maju berperang, berhutang ataupun menagih hutang. Caranya neptu hari dan pasaran dijumlahkan, kemudian hasil penjumlahannya akan menunjukkan nasibnya sebagai berikut:

Hasil 7,11 dan 15: lambangnya Janggleng (buah jati). Jika berperang terasa lambat, sering kembali. Berhutang atau menagih tidak berhasil.

Hasil 8,12 dan 16: lambangnya Celeng (babi hutan). Jika berperang bingung. Berhutang atau menagih gagal.

Hasil 9,13 dan 17: lambangnya Nyangking. Jika berperang dapat menyelesaikan. Mudah berhutang maupun menagih.

Hasil 10, 14 dan 18: lambangnya Kithing (cacat berupa dua jari yang menyatu). Tak akan terjadi jika mau berperang. Akan gagal jika berhutang atau menagih.

Melihat rumitnya hitungan keberhasilan berperang serta alternatifnya yang lebih banyak gagal (lambat dan sering kembali, bingung dan batal) daripada yang tidak gagal (itupun sekedar “dapat menyelesaikan), mungkin inilah sebabnya orang Jawa cenderung antikonflik apalagi perang. Perang membutuhkan keberanian mengambil keputusan (decisive), tidak ragu-ragu maupun was-was. Sementara hitungan dan ramalan Jawa justru melahirkan hal-hal tadi.

Perhitungan Hari Menurut Jam32

Barangkali untuk mengatasi kesulitan, karena banyak dan rumitnya pantangan hari atau waktu yang tak boleh digunakan melaksanakan hajat atau bepergian, perhitungan Jawa mencoba “mengakali” konsep hari dengan jam. Dengan teknik ini, meskipun pada hari itu sebenarnya termasuk hari naas atau sial, bepergian atau hajat tertentu dapat dilakukan pada jam tertentu. Caranya dengan memasukkan jam-jam tertentu pada hitungan hari lain.

31 Ibid, hal. 159.32 Ibid, hal. 121.

Page 27: Ensiklopedi Syirik

35R u q y a h

Contohnya Hari Ahad:

Jam 6-8 dihitung tetap masuk hari Ahad

Jam 8-10 dihitung masuk hari Senin

Jam 10-11 dihitung masuk hari Selasa

Jam 11-1 dihitung masuk hari Rabu

Jam 1-3 dihitung masuk hari Kamis

Jam 3-5 dihitung masuk hari Jum’at

Jam 5-6 dihitung masuk hari Sabtu

Misalkan Ahad itu masuk dalam bulan Sura, sebenarnya Sabtu dan Ahad pada bulan itu termasuk hari sangar. Tapi suatu hajat bisa saja dilakukan, misalnya bepergian, asal pada jam 8-5 karena dihitung masuk dalam hari Senin-Jum’at.

Saat Agung33

Teknik “mengakali” hari naas dengan memilih jam juga ada dalam bentuk lain. Segala keperluan bisa dilakukan pada hari apa saja asal memilih jam yang sesuai dengan Saat Agung. Sistem perhitungan Saat Agung memiliki tujuh saat, ada yang baik dan ada yang jelek. Rinciannya sebagai berikut:

Saat yang baik terdiri dari: Saat yang buruk terdiri dari:

Wiji, bersifat aman, tenteram, suka dan senang.

Lara

Cahya, bersifat terang, pantas, selalu tercapai maksudnya.

Malaekat

Rejeki, bersifat menjadi tempat perlindungan, segalanya tercapai dan baik.

Puji

Pati

33 Ibid, hal. 121.

Page 28: Ensiklopedi Syirik

36Jin; Hakikat bukan Khurafat

Saat agung ini memiliki fase yang berbeda pada setiap harinya. Misalkan pada hari Senin, rincian saat agungnya sebagai berikut:

Wiji : jam 6-8

Cahya : jam 8-10

Lara : jam 10-11

Rejeki : jam 11-13

Malaekat : jam 13-15

Puji : jam 15-17

Pati : jam 17-18

Hitungan saat agung ini akan berbeda untuk setiap harinya. Maka mengakali hari naas pun harus melihat tabelnya dalam primbon.

Saat Tertentu yang Harus Dihindari34

Ada saat-saat tertentu yang harus dihindari untuk mengerjakan berbagai keperluan.

Misalnya pada hari Ahad, dihindari mengerjakan keperluan pada jam 10-11 pagi dan jam 5-6 petang.

Hal ini terlihat kontradiktif dengan konsep perhitungan jam (lihat entri Perhitungan hari menurut Jam) yang justru memasukkan jam 10-11 hari Ahad dalam hitungan hari Selasa sehingga boleh saja melakukan suatu keperluan meskipun pada hari yang naas.

Samparwangke35

Samparwangke secara harfiah bermakna tersandung bangkai. Dalam tradisi Jawa hal ini dianggap naas. Dalam siklus wuku yang 30 (lihat entri Wuku), ada lima wuku yang memiliki hari samparwangke (hari naas/sengkala) yang jatuh pada ringkel Aryang. Hari samparwangke hendaknya dihindari untuk mengerjakan sesuatu karena menjadi hari naasnya seseorang. 34 Ibid, hal. 123.35 Ibid, hal. 8.

Page 29: Ensiklopedi Syirik

37R u q y a h

1. Wuku Warigalit samparwangkenya Senin Kliwon

2. Wuku Bala samparwangkenya Senin Legi

3. Wuku Langkir samparwangkenya Senin Paing

4. Wuku Sinta samparwangkenya Senin Pon

5. Wuku Tambir samparwangkenya Senin Wage

Sangarwarsa36

Maknanya tahun yang sangar, dilarang berhajat menikahkan dan lainnya. Hitungannya tetap, jatuh setiap tanggal 3 bulan Sura.

Dalam tahun Alip sangarwarsa jatuh pada Jum’at Legi

Dalam tahun Ehe sangarwarsa jatuh pada Selasa Kliwon

Dalam tahun Jimawal sangarwarsa jatuh pada Ahad Kliwon

Dalam tahun Je sangarwarsa jatuh pada Kamis Wage

Dalam tahun Dal sangarwarsa jatuh pada Senin Pon

Dalam tahun Be sangarwarsa jatuh pada Sabtu Legi

Dalam tahun Wawu sangarwarsa jatuh pada Rabu Paing

Dalam tahun Jimakir sangarwarsa jatuh pada Ahad Legi

Taliwangke37

Secara bahasa bermakna tali bangkai, sebuah hari yang naas dan sial. Dalam siklus wuku yang 30 (lihat entri Wuku), ada enam wuku yang memiliki hari Taliwangke. Hari Taliwangke hendaknya dihindari untuk mengerjakan sesuatu yang perlu. Dengan nama dan lambang khas, hari Taliwangke memiliki rincian sebagai berikut:

1. Somaye (Wuku Wuye): Senin Kliwon, berlambang Perangkap Burung

2. Anggarayang (Wuku Wayang): Selasa Legi, berlambang Sinar Berjalan Matinya Sapi Hutan

36 Ibid, hal. 9.37 Ibid, hal. 8.

Page 30: Ensiklopedi Syirik

38Jin; Hakikat bukan Khurafat

3. Bodanep (Wuku Landep): Rabu Paing, berlambang Ikan Pringga Mati

4. Warigamis (Wuku Warigalit): Kamis Pon, berlambang Manusia Mati

5. Sukraingan (Wuku Kuningan): Jum’at Wage, berlambang Tumbuh-tumbuhan Rontok

6. Tumpaklote (Wuku Kuruwelut): Sabtu Kliwon, berlambang Kapas Garing

Tanggal Naas38

Masing-masing bulan memiliki tanggal naas yang dilarang untuk menggelar hajat nikahan dan sebagainya.

1. Sura : 6 dan 11 7. Rejeb : 2 dan 14

2. Sapar : 1 dan 20 8. Ruwah : 12 dan 13

3. Rabiulawal : 10 dan 20 9. Puasa : 9 dan 20

4. Rabiulakir : 10 dan 20 10. Sawal : 10 dan 20

5. Jumadilawal : 1 dan 11 11. Dulkangidah: 12 dan 13

6. Jumadilakir : 10 dan 14 12. Besar : 6 dan 10

Tanggal Sangar39

Agar terhindar dari akibat buruk, segala keperluan yang penting hendaknya menghindari bulan, tanggal dan hari taliwangke berikut.

Sura tanggal 11, 14, 17 dan 27 serta hari Rabu Paing, jika dilanggar akan berakibat halangan lebih besar.

Sapar tanggal 1, 12, 20 dan 22 serta hari Kamis Pon, jika dilanggar berakibat sering sakit.

Rabiulawal tanggal 10, 13, 15 dan 23 serta hari Jum’at Wage, jika dilanggar berakibat sakit perut.

38 Ibid, hal. 19. 39 Ibid, hal. 12.

Page 31: Ensiklopedi Syirik

39R u q y a h

Rabiulakir tanggal 10, 15, 20 dan 25 serta hari Sabtu kliwon, jika dilanggar berakibat sakit tulang.

Jumadilawal tanggal 10, 11, 16 dan 26 serta hari Senin Kliwon, jika dilanggar berakibat sakit tulang.

Jumadilakir tanggal 3, 11, 14 dan 21 serta hari Selasa Legi, jika dilanggar berakibat sakit ingatan.

Rejeb tanggal 2, 11 dan 22 serta hari Rabu Paing, jika dilanggar berakibat keracunan.

Ruwah tanggal 14, 19, 24 dan 28 serta hari Kamis Pon, jika dilanggar berakibat keracunan.

Puasa tanggal 10, 15, 20 dan 25 serta hari Jum’at Wage, jika dilanggar berakibat sakit mata.

Sawal tanggal 2, 17, 20 dan 27 serta hari Sabtu Kliwon, jika dilanggar berakibat kena perkara.

Dulkangidah tanggal 6, 11, 12 dan 21 serta hari Senin Kliwon, jika dilanggar berakibat di dalam rumah bergantian sakit.

Besar tanggal 1, 13, 20 dan 23 serta hari Selasa Legi, jika dilanggar berakibat kesusahan.

Page 32: Ensiklopedi Syirik

40Jin; Hakikat bukan Khurafat

Page 33: Ensiklopedi Syirik

41R u q y a h

KONSEP WAKTU DALAM ISLAM

Pada dasarnya, dalam ajaran Islam tidak dikenal waktu berpantang. Waktu, di luar pertimbangan yang bisa diterima oleh akal sehat, tidak dapat mempengaruhi baik-buruknya akibat sebuah perbuatan

yang dilakukan. Sebab, penentuan baik-buruknya akibat mutlak dari Allah SWT. Sekali lagi, kecuali untuk beberapa sebab khusus yang sudah ditegaskan oleh sabda Nabi SAW, atau pertimbangan yang bisa diterima oleh rasio.

Bepergian, misalnya. Dapat dilakukan kapan saja. Tidak ada waktu tertentu yang secara dzatiyah-nya memiliki nilai magis yang dapat menimbulkan akibat baik atau buruk. Kecuali beberapa pertimbangan logis. Seperti malam hari, tidak dianjurkan bepergian karena kegelapan yang membatasi pandangan, sehingga dikhawatirkan akan membuat celaka. Atau, perubahan produksi hormon di dalam tubuh pada malam hari yang membuat bekerja di malam hari dianggap tidak baik bagi kesehatan.

Ada juga tuntunan Nabi SAW yang menekankan keadaan khusus pada waktu-waktu tertentu. Seperti saat menjelang malam, kita dianjurkan untuk memasukkan anak-anak kita ke rumah dan menutup pintu.

ياطين تنتشر حينئذ وا صبيانكم فان الش اذا كان جنح الليل او امسيتم فكف

الله واذكروا اسم بواب الا غلقوا فا فحلوهم الليل فاذا ذهب ساعة من

روا يطان لا يفتح بابا مغلقا واوكوا قربكم واذكروا اسم الله وخم فان الش

انيتكم واذكروا اسم الله ولو ان تعرضوا عليها شيئا واطفئوا مصابيحكم

“Jika malam sudah menjelang atau masuk waktu sore maka jagalah batita kalian sebab setan bergentayangan pada waktu itu. Jika sudah berlalu

Page 34: Ensiklopedi Syirik

42Jin; Hakikat bukan Khurafat

sesaat maka biarkanlah mereka dan tutuplah pintu-pintu (rumahmu) serta sebutlah nama Allah, karena setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup. Tutuplah geriba-geriba kalian dan sebutlah nama Allah, tutuplah wadah-wadah kalian dan sebutlah nama Allah meskipun hanya dengan melintangkan kayu di atasnya. Dan padamkanlah lampu-lampu kalian.” 1

Rasulullah menerangkan, setan bergentayangan pada jelang malam hari. Hal-hal yang seharusnya kita lakukan pada saat itu, telah dijelaskan oleh beliau.

Jadi, adanya waktu tertentu yang dinilai tidak baik untuk mengerjakan suatu perbuatan, dasarnya ada dua:

Keterangan dari dalil yang jelas (Al-Qur’an dan sabda Nabi SAW).

Pertimbangan yang rasional, logis, dan diterima oleh akal sehat. Pertimbangan semacam ini diperbolehkan dalam Islam.

Sedangkan dalam filosofi dan tradisi Jawa, baik-buruknya waktu tidak didasarkan kepada dua hal di atas. Rata-rata didominasi kultur Hindu yang menganggap peran dewa-dewa tertentu yang dapat membawa man-faat dan madharat (bahaya), atau bahkan sama sekali tidak ada keteran-gan sebab-musababnya serta penjelasan yang bisa diterima akal sehat. Yang penting ini hari, bulan atau musim yang baik; lalu yang itu adalah hari, bulan atau musim yang buruk.

Pertimbangan di luar dalil naqli (keterangan dari Al-Qur’an dan Sun-nah) dan dalil aqli (rasio) semacam itu membuat pelakunya terjebak melakukan kesyirikan. Mempercayai adanya sosok penguasa di waktu-waktu tertentu yang dapat memberi izin sekaligus larangan pelaksanaan suatu hajat. Bila ada izin, pasti hajat tersebut sukses. Sebaliknya, bila me-langgar larangan, dipastikan bakal celaka.

1 HR Bukhari: X/88, Fathul Bari, dan Muslim: XIII/185, Syarh An-Nawawi.

Page 35: Ensiklopedi Syirik

43R u q y a h

Tathayyur / Thiyarah

Kepercayaan mirip semacam itu, dalam Islam dikenal dengan nama Tathayyur / Thiyarah. Berawal dari tradisi orang-orang di masa jahiliyyah. Sebelum bepergian, mereka melepaskan burung terbang ke udara. Nah, ke arah mana burung tersebut terbang itulah yang menentukan keputusan apakah mereka melanjutkan rencana bepergian, atau membatalkannya. Bila, misalnya, burung tersebut terbang ke Barat, diartikan sebagai kesialan. Mereka pun membatalkan. Namun bila terbanng ke Timur, dimaknai sebagai keberuntungan. Mereka pun melaksanan rencana bepergian tersebut, dengan tambah optimistis bahwa kepergian mereka akan membawa keberuntungan.

Itulah yang disebut dengan Tathayyur atau akrab juga disebut Thiyarah. Mensikapi hal tersebut, Rasulullah SAW menegaskan :

ويعجبني غول، ولا نوء ولا صفر، ولا ة هام ولا طيرة ولا عدوى لا

ل الفا

”Tidak ada ‘Adwa (penyakit menular), tidak Thiyarah (merasa sial), tidak ada Haamah (burung hantu), tidak ada Nau' (ramalan bintang/zodiak), tidak ada Ghaul (nama jin), dan aku menyukai Al-Fa’l (optimistis).”2

KETERANGAN HADITS

Adwa : penjangkitan atau penularan penyakit. Maksud sabda Nabi di sini adalah untuk menolak anggapan mereka ketika masih hidup di zaman jahiliyah, bahwa penyakit berjangkit atau menular dengan sendirinya, tanpa kehendak dan takdir Allah. Anggapan inilah yang ditolak oleh Rasulullah, bukan keberadaan penjangkitan atau penularan, karena dalam riwayat lain, setelah hadits ini, disebutkan:

2 HR Muslim, Kitab as-Salam, Bab La ‘Adwa, wa La Thiyaroh, wa La Haamah,wa La Nau. Da-lam kelengkapan hadits tersebut, saat Rasulullah menyebutkan, “Tidak ada penyakit menular (dengan sendirinya),” seorang Arab badui bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan sekelompok unta yang sehat di padang pasir, kemudian didatangi oleh seekor unta kud-isan, kemudian unta yang sehat itu kudisan pula semuanya?” Jawab Rasulullah SAW, “Lalu, siapakah penular yang pertama-tama?” Penegasan beliau SAW adalah, penyakit itu tidak menular dengan sendirinya. Ada yang membuatnya menular ke makhluk lain, yaitu Allah.

Page 36: Ensiklopedi Syirik

44Jin; Hakikat bukan Khurafat

سد وا من الا وا م ن المجذوم كما تفر وفر

“… dan menjauhlah dari orang yang terkena penyakit kusta (lepra ) sebagaimana kamu menjauh dari singa.” (HR Al-Bukhari).

Ini menunjukkan bahwa penjangkitan atau penularan penyakit itu tidak mungkin terjadi dengan sendirinya. Semuanya atas kehendak dan takdir ilahi. Namun, sebagai insan mukmin, di samping mengimani takdir tersebut ia harus berusaha untuk melakukan tindakan preventif sebelum terjadi penularan sebagaimana usahanya menjauh dari terkaman singa. Inilah hakikat iman kepada takdir ilahi.

Thiyarah : merasa bernasib sial atau meramal nasib buruk karena melihat burung, binatang lainnya, atau apa saja.

Hamah : burung hantu. Orang-orang jahiliyah merasa bernasib sial dengan melihatnya. Apabila ada burung hantu hinggap di atas rumah salah seorang di antara mereka, ia merasa bahwa burung ini membawa berita kematian tentang dirinya sendiri atau salah satu anggota keluarganya. Rasulullah bermaksud untuk menolak anggapan yang tidak benar ini. Seorang muslim jangan sampai beranggapan seperti ini. Semua adalah dari Allah dan sudah ditentukan oleh-Nya.

Shafar : Bulan kedua dalam tahun hijriyah, yaitu bulan sesudah Muharram. Orang-orang jahiliyah beranggapan bahwa bulan ini membawa nasib sial atau tidak menguntungkan. Yang demikian dinyatakan tidak ada oleh Rasulullah. Dan termasuk dalam anggapan seperti ini : merasa bahwa hari rabu mendatangkan sial, dan lain lain. Hal ini termasuk jenis thiyarah, dilarang dalam Islam. Namun, ada pula yang mengartikan "Shafar" di sini sebagai "kematian yang disebabkan oleh cacing perut."

Nau’: bintang. Arti asalnya adalah tenggelam atau terbitnya suatu bintang. Orang-orang jahiliyah menisbatkan turunnya hujan kepada bintang ini atau bintang itu. Islam datang mengikis anggapan seperti ini. Tidak ada hujan turun karena suatu bintang tertentu, tetapi semua itu adalah ketentuan dari Allah.

Page 37: Ensiklopedi Syirik

45R u q y a h

Ghaul: hantu atau gendruwo, salah satu makhluk jenis jin. Mereka beranggapan bahwa hantu ini—dengan perubahan bentuk maupun warnanya—dapat menyesatkan seseorang dan mencelakakannya. Adapun maksud sabda Nabi di sini bukanlah tidak mengakui keberadaan makhluk seperti ini, tetapi menolak anggapan mereka yang tidak baik tersebut, yang membawa akibat takut kepada selain Allah serta tidak bertawakal kepada-Nya. Inilah yang ditolak oleh beliau, karena itu dalam hadits lain beliau bersabda, “Apabila hantu beraksi manakut-nakuti kamu maka serukanlah azan.” (HR Ahmad). Maknanya, tolaklah kejahatannya itu dengan berzikir dan menyebut Allah.

Inti hadits di atas adalah menegaskan, bahwa segala sesuatu terjadi karena ada yang menciptakan, menyebabkan dan mengaturnya. Dia-lah Allah, Al-Khaliq, yang mengatur segala sesuatunya. Oleh sebab itu, mempercayai ada waktu, musim, gejala alam, kejadian tertentu yang bersifat khusus yang memiliki pengaruh ghaib, adalah syirik. Rasulullah SAW bersabda :

يرة شرك يرة شرك الط الط

“Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik!”

Dalam kesempatan lain, beliau SAW menegaskan:

ارة ذلك يا رسول يرة عن حاجته فقد اشرك. قالوا: وما كف ته الط من رد

الله؟ قال: ان يقول: اللهم لا خير الا خيرك ولا طير الا طيرك ولا اله

غيرك

“Barang siapa yang mengurungkan/menghentikan hajatnya/keperluannya karena thiyarah maka dia telah melakukan kesyirikan.” Sahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, apa kafarat (penebus) nya ?” Beliau menjawab, “(Dan kafarat/penebusnya) adalah mengucapkan doa:

اللهم لا خير الا خيرك ولا طير الا طيرك ولا اله غيرك

"Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan Engkau dan tidak ada kesialan kecuali dari Engkau (yang telah engkau tetapkan) dan tidak ada

Page 38: Ensiklopedi Syirik

46Jin; Hakikat bukan Khurafat

Ilah yang berhak diibadahi melainkan Engkau.” 3

Beliau SAW juga bersabda:

“Apabila salah seorang di antara kalian melihat apa yang dia benci, hendaklah ia berdoa:

يئات الا انت ولا حول تي بالحسنات الا انت، ولا يدفع الس اللهم لا يا

ة الا بك ولا قو

<Ya Allah tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Engkau, dan tidak ada yang menolak keburukan kecuali Engkau, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin-Mu>.» 4

Mencela Waktu / Musim

Dalam kepercayaan Jawa, terdapat hari, bulan atau waktu tertentu yang memiliki pantangan. Dilarang bercocok-tanam, menikah, berdagang, atau aktivitas lain. Bila dilanggar akan celaka. Kepercayaan seperti ini meyakini bahwa waktu tersebutlah yang menyebaban untung atau rugi; celaka atau bahagia—bukan Allah SWT. Ini adalah syirik akbar.

Rasulullah SAW bersabda:

قلب الليل والنهار مر ا هر بيدي الا هر وانا الد يؤذيني ابن ادم يسب الد

"Anak Adam telah menyakiti-Ku dia suka mencela masa. Padahal Aku pencipta masa. Akulah yang menggilir siang dan malam." (HR. Bukhari Muslim).

Dalam menjelaskan makna "mencela waktu" yang terdapat dalam sebuah hadits Nabi SAW, Syaikh Ibnu Utsaimin menerangkan:

"Mencela waktu ada tiga bentuk:

1. Memberikan kabar, tanpa ada maksud celaan. Seperti ucapan, «Kami sangat lelah, karena hari ini sangat panas—atau sangat dingin,» atau perkataan lain yang semisal. Yang demikian diperbolehkan, karena panas atau dinginnya cuaca bisa membuat seseorang merasa kelelahan.

3 HR. Ahmad, dalam musnad dari Abdullah bin Amr RA.4 HR. Abu Dawud, Kitab ath-Thib bab Thiyaroh no. 3919

Page 39: Ensiklopedi Syirik

47R u q y a h

2. Mencela waktu, karena meyakini waktu tersebutlah «pelaku.» Waktu tersebutlah yang membuat sesuatu itu menjadi celaka atau bahagia. Keyakinian seperti ini adalah bentuk syirik akbar! Karena meyakini ada zat selain Allah ada Pencipta lain, dan menisbahkan terjadinya suatu perkara kepada selain Allah.

3. Meyakini bahwa semuanya telah diatur oleh Allah.Ia mencela waktu, karena waktu tersebut menjadi tempat terjadinya suatu kesialan, bencana, atau hal-hal yang dibenci. Ucapan seperti ini hukumnya haram, tidak sampai membuat pelakunya kafirTidak secara langsung mencela Allah. Dikatakan haram, karena menafikan perintah untuk bersabar terhadap turunnya musibah."5

Dari uraian tentang kepercayaan Jawa terkait waktu di halaman sebelumnya, rata-rata kepercayaan tersebut dilandasi karena memang waktu tersebut memiliki “sesuatu” yang mampu membuat baik atau buruknya sebuah perkara. Ini, sebagaimana paparan Syaikh Ibnu Utsaimin di atas, adalah syirik. Bahkan syirik akbar! Na’udzubillah.

Ilmu Nujum

Salah satu pedoman yang dipakai dalam tradisi Jawa terkait dengan penentuan waktu baik dan waktu buruk, adalah ilmu nujum/perbintangan. Dalam Islam, praktik nujum adalah haram. Meramal nasib dengan gerakan-gerakan bintang dan bentuknya termasuk dalam apa yang diistilahkan dengan ilmu ta`tsir, yaitu keyakinan bahwa bintang-bintang memberi pengaruh di alam ini. Ilmu ini haram hukumnya. Ilmu ini terbagi tiga macam; sebagiannya lebih haram daripada yang lainnya:

Pertama : meyakini bahwa bintang-bintang itulah yang menjadikan peristiwa-peristiwa di alam ini baik berupa kebaikan ataupun kejelekan, sakit ataupun sehat, paceklik ataupun panen raya, dan selainnya.

Sumber kejadian di alam ini adalah gerakan-gerakan dan bentuk-bentuk bintang. Keyakinan ini merupakan penentangan kepada Sang Pencipta ‘Azza wa Jalla, karena menganggap adanya pencipta selain Dia, dan merupakan kekufuran yang nyata berdasarkan kesepakatan kaum Muslimin.

5 Fatawa Al-‘Aqidah: I/197.

Page 40: Ensiklopedi Syirik

48Jin; Hakikat bukan Khurafat

Kedua : seseorang tidak meyakini bahwa bintang-bintang itu yang menjadikan peristiwa di alam ini. Tapi menurutnya bintang-bintang itu hanya sebab yang memberi pengaruh. Tang menciptakan tetaplah Allah ‘Azza wa Jalla. Keyakinan ini pun batil, karena Allah tidak pernah menjadikan bintang-bintang itu sebagai sebab, dan bintang tersebut tidak ada hubungannya dengan apa yang berlangsung di alam ini.

Ketiga : menjadikan bintang-bintang sebagai petunjuk atas kejadian yang akan datang. Ini merupakan bentuk pengakuan terhadap ilmu gaib, masuk dalam katagori perdukunan serta sihir. Hukumnya kafir menurut kesepakatan kaum muslimin.6

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

حر، زاد ما زاد من اقتبس شعبة من النجوم فقد اقتبس شعبة من الس

“Barang siapa yang mempelajari sebagian dari ilmu nujum (perbintangan) sesungguhnya dia telah mempelajari sebagian ilmu sihir. Semakin bertambah (ia mempelajari ilmu nujum) semakin bertambah pula (dosanya).” (HR Abu Dawud dengan sanad yang shahih)

Padahal sihir termasuk:

حر ق بالس حم ومصد ثلاثة لا يدخلون الجنة، مدمن الخمر وقاطع الر

“Tiga orang yang tidak akan masuk surga: pecandu khamar (minuman keras), orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan, dan orang yang mempercayai sihir7”. (HR Ahmad dan Ibnu Hibban dalam Shahih-nya).

Allah menciptakan bintang-bintang bukan untuk dijadikan sebagai saranan untuk meramal nasib. Imam Al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya dari Qatadah RA, bahwa ia berkata:

6 Al-Qaulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid, Muhammad Al-Utsaimin: II/5–6.7 Mempercayai sihir yang di antara macamnya adalah ilmu nujum (astrologi), sebagaimana

yang telah dinyatakan dalam hadits: “Barang siapa yang mempelajari sebagian dari ilmu nujum, maka sesungguhnya dia telah mempelajari sebagian dari ilmu sihir….”

Page 41: Ensiklopedi Syirik

49R u q y a h

“Allah menciptakan bintang bintang ini untuk tiga hikmah : sebagai hiasan langit, sebagai alat pelempar setan, dan sebagai tanda untuk petunjuk (arah dan sebagainya). Maka barang siapa yang berpendapat selain hal tersebut maka ia telah melakukan kesalahan, dan menyia-nyiakan nasibnya, serta membebani dirinya dengan hal yang di luar batas pengetahuannya.”

Wallahu a’lam.

Mengapa tradisi Jawa tersebut dikategorikan syirik dan terlarang?

No. Nama Tradisi Keterangan Mengapa dianggap syirik?

1 Kalender Jawa

Ada tujuh hari. Masing-masing memiliki makna berbeda, berdasarkan pandangan ahli nujum dan petungan Jawa.

Hukum mempraktikkan dan mempercayai ramalan bintang adalah haram.

2 Jam (Sa'at) Nilai dan makna khsusus dalam jam-jam tertentu. Ditentukan oleh nilai neptu yang diperhitungkan dari hari dan pekannya

Tidak ada dalilnya dalam Islam. Tradisi ini mirip dengan praktik Thiyarah.

3 Naga dan Rijalolah

Mencari perpaduan hari, pasaran, tahun, windu dan mangsa yang menghasilkan penyatuan karakter baik. Suatu hal yang dilakukan pada hari dengan karakter jelek terganggu usaha sehingga banyak kendala, bahkan mengalami kegagalan.

Serupa dengan Thiyarah. Juga merupakan celaan terhadap waktu / musim.

4 Neptu Nilai yang disandarkan pada pasaran, hari, pekan, bulan dan tahun. Dalam perkembangannya neptu merupakan hasil “penemuan para ahli nujum dan sarana ilmu perhitungan (primbon).”

Terdapat unsur Thiyarah dan ilmu nujum di dalamnya.

Page 42: Ensiklopedi Syirik

50Jin; Hakikat bukan Khurafat

5 Nujum Adalah ilmu ramalan bintang (astrologi). Namun dalam perkembangannya nujum digunakan untuk menyebut semua jenis ramalan.

Ilmu nujum adalah haram.

6 Weton Paduan hari dan pasaran saat seseorang dilahirkan, misalnya Senin Wage atau Jum’at Pon. Weton memiliki peran sentral dalam perhitungan dan ramalan nasib Jawa.

Mirip dengan Thiyarah. Meyakini bahwa waktu tertentu memiliki pengaruh ghaib yang khusus.Namun, jika penggunaan weton sebatas identifikasi waktu (misalnya penanggalan kelahiran, undangan dan sebagainya), tanpa ada keyakinan manfaat dan madharat di dalamnya, tidak mengapa.

7 Wuku Siklus tujuh harian atau mingguan dalam kalender Jawa. Memiliki sifat dan karakter sendiri-sendiri serta mempengaruhi kehidupan manusia.

Mirip dengan Thiyarah. Meyakini bahwa waktu tertentu memiliki pengaruh ghaib yang khusus. Juga merupakan celaan terhadap waktu / musim

8 Penetapan tahun

Mirip dengan penanggalan dan Cina yang menamai tahun dengan Shio berlambang binatang. Awal tahun baru yang jatuh pada tanggal 1 Sura akan memiliki nama sesuai beberapa jenis binatang sesuai harinya.

Termasuk Thiyarah dan pencelaan terhadap waktu.

Page 43: Ensiklopedi Syirik

51R u q y a h

9 Windu Siklus per delapan tahun. Masing-masing windu memiliki makna tersendiri terkait sial atau bahagia; untung atau celaka.

Termasuk Thiyarah dan pencelaan terhadap waktu. Selama sebatas identifikasi waktu, tanpa ada keyakinan manfaat dan madharat di dalamnya, tidak mengapa.

10 Bulan, hari dan waktu yang baik dan yang buruk

Penentuan bulan, hari dan waktu tertentu sebagai patokan untuk melakukan atau menunda pekerjaan.Seperti Anggarakasih, Bagas Padewan, Samparwangke, Taliwangke, Sangarwangsa, dan sebagainya.

Termasuk Thiyarah.

Hukum Menggunakan Kalender Hijriah dibandingkan Kalender Jawa

Hukum penggunaan kalender Hijriyah

Nash-nash (dalil-dalil) syar'i menunjukkan wajibnya menggunakan kalender Qomariyah (berdasarkan peredaran bulan)yang kita kenal dengan kalender Hijriyah, di antara dalil-dalil tersebut adalah firman Allah :

"Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: 'Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji'."(Al-Baqarah: 189)

Allah menjadikan Hilal (bulan sabit) sebagai tanda berawal dan dan berakhirnya bulan, maka dengan munculnya Hilal dimulailah bulan baru

Page 44: Ensiklopedi Syirik

52Jin; Hakikat bukan Khurafat

dan berakhirlah bulan yang telah lalu. Maka jadilah hilal-hilal itu sebagai patokan waktu, dan ini menunjukkan bahwa hitungan bulan adalah Qomari karena keterkaitannya dengan peredaran bulan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, "Maka Dia (Allah) mengabarkan bahwa Hilal-hilal itu adalah patokan waktu bagi manusia, dan ini umum dalam setiap urusan mereka, lalu Allah menjadikan Hilal-hilal itu sebagai patokan waktu bagi manusia dalam hukum-hukum yang ditetapkan oleh syari'at, baik sebagai tanda permulaan ibadah maupun sebagai sebab diwajibkannya sebuah ibadah, dan juga sebagai patokan waktu bagi hukum-hukm yang ditetapkan berdasarkan syarat yang dipersyaratkan oelh seorang hamba. Maka hukum-hukum yangditetapkan dengan syari'at atau dengan syarat maka patokan waktunya berdasarkan Hilal, dan masuk ke dalam hal ini puasa, haji, ilaa' (sumpah dari seorang suami untuk tidak men-jima' (berhubungan badan) istrinya dalam watu kurang dari 40 hari), dan 'iddah (masa menunggu setelah dicerai)."

Allah SWT berfirman :

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi." (At-Taubah: 36)

Allah menyifati penghitungan waktu dengan menggunakan peredaran bulan, dan bahwasanya bulan-bulan Qomari apabila sampai pada bilangan ini (12) dinamakan sebagai satu tahun. Dan inilah makna bilangan bulan dalam ayat di atas.

Al-Fakhr ar-Razi berkata, "Para ulama berkata bahwa wajib bagi kaum muslimin berdasarkan ayat ini untuk menghitung dalam perdagangan mereka, waktu jatuh tempo utang mereka, zakat mereka, dan hukum-hukum yang lain dengan peredaran bulan, dan tidak boleh menghitungnya dengan perhitungan tahun selain hijriyah (masehi dan lain-lain)."8

Dan beliau rahimahullah menyebutkan bahwa bulan-bulan yang dianggap (diperhitungkan) di dalam syariat Islam patokanya/landasan adalah dengan melihat bulan, dan tahunnya adalah tahun Qomariyah

8 At-Tafsir al-Kabir: XVI/53

Page 45: Ensiklopedi Syirik

53R u q y a h

(hijriyah). 9

Dalil dari hadits

Adapun dalil dari hadits adalah sabda Rasulullah SAW:

فطروا فان غم عليكم فاقدروا له اذا رايتم الهلال فصوموا واذا رايتموه فا"Apabila kalian melihat hilal (awal Ramadhan) maka berpuasalah, dan apabila kalian melihatnya (pada akhir bulan) maka berbukalah (Idul fithri). Maka apabila kalian tertutupi mendung genapkanlah bulan dengan tiga puluh." 10

Rasulullah SAW menjadikan akhir bulan Sya>ban dan masuknya bulan Ramadhan dengan melihat hilal, dan diqiyaskan dengan hal ini bulan-bulan yang lain.

Dan kesimpulan dari dalil-dalil di atas secara tegas menyatakan bahwa yang dipraktekkan dan dijadikan perhitungan adalah kalender Hijriyah, hal itu yang menguatkan wajibnya berpegang teguh dengannya dan bukan dengan kalender-kalender selainnya. Dan kalender ini cocok dengan keadaan-keadaan manusia, karena ia cocok bagi setiap bangsa karena mudahnya dan gampang dikomusikasikan untuk masing-masing pihak. Dan generasi awal (salaf) umat Islam dari kalangan Shahabat RA, dan Tabi'in telah bersepakat dalam penggunaan kalender ini.

Syaikh Muhammad Al-Utsaimin rahimahullah berkata, "Perhitungan kalender harian dimulai dari terbenamnya matahari, dan bulan dimulai dengan munculnya hilal, dan tahun dimulai dari hijrah (hijrah Nabi), dan inilah yang dipraktekkan oleh kaum Muslimin, yang mereka ketahui dan dijadikan perhitungan oleh Ahli Fiqih dalam kitab-kitab mereka."11

Dan berdasarkan pembahasan yang telah lalu, maka penggunaan kalender Hijriyah dan masehi mempunyai beberapa keadaan:

9 At-Tafsir al-Kabir: XVII/35-3610 HR Al-Bukhari 2/674 dan Muslim 2/76211 Adh-Dhiya' al-Lami' min Khuthbah al-Jawami' hlm. 307

Page 46: Ensiklopedi Syirik

54Jin; Hakikat bukan Khurafat

Pertama: Menggunakan kalender Hijriyah saja

Hukum dari keadaan ini adalah bahwasanya petunjuk Syari'at mengarah pada kewajiban mengamalkan kalender Hiriyah, dan bahwasanya penghitungan waktu-waktu ibadah berdasar padanya dan itu adalah syi'ar dan simbol Islam.

Kedua: Menggunakan kalender Hijriyah dan Jawa secara bersamaan

Telah kami sebutkan pada keadaan pertama bahwa pada asalnya perhitungan yang harus digunakan adalah kaelender Hiriyah, dan hukum ini mencakup seluruh idividu dan negeri-negeri Islam. Akan tetapi tidak mengapa untuk memanfaatkan kalender masehi, akan tetapi hanya sebagai pembantu kalender Hijriyah, yang dia (kalender masehi) disebutkan di belakang kalender masehi ketika dibutuhkan atau ketika ada maslahat yang kuat. Contohnya kita katakan, "Sekarang tanggal 23 Muharram 1432 bertetpatan dengan ... Suro."

Tidak mengapa kita kita mengambil—bukan mengganti—perhitungan (kalender) umat-umat lain yang bermanfaat bagi kita dalam beberapa kesempatan dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan perkara-perkara dunia. Adapun yang berkaitan dengan musim yang empat, dan penggunaannya dalam mengatur matapencaharian, pekerjaan, dan pendidikan, maka hal ini tidak ada kaitannya dengan pembahasan kita tentang kalender Hijriyah maupun Jawa.

Ketiga: Menggunakan kalender Jawa saja

Berdasarkan pembahasan yang telah lalu bahwasanya kalender Jawa berkaitan dengan agama dan kebudayaan Jawa (yang belum tentu sesuai dengan Islam). Ini tampak jelas dari nama-nama bulan yang ada dalam kalender masehi. Maka sebagian besar nama-nama itu adalah nama berhala yang berkaitan tuhan-tuhan Nasrani, atau nama-nama kaisar atau nama-nama pendeta mereka. Oleh sebab itu penetapan kalender masehi sebagai simbol bagi suatu Negara dan menggunakan perhitungan tanggal dengannya dalam berbagai hal adalah bentuk tasyabbuh (meniru-niru) orang Nasrani, dantelah banyak nash-nash Syar'iat yang mengharamkan hal tersebut. Di antara nash tersebut adalah sabda Rasulullah SAW :

من تشبه بقوم فهو منهم

Page 47: Ensiklopedi Syirik

55R u q y a h

"Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia bagian dari kaum itu." 12

Hadits di atas mengandung larangan tasyabbuh dengan simbol-simbol orang kafir, hari raya mereka kebiasaan-kebiasaan dan seragam-seragam mereka serta apa-apa yang menjadi kekhususan mereka. Dan penggunaan kalender Jawa masuk ke dalam ciri khas orang-orang yang kurang saleh (penganut Kejawen) ataupun tradisi Hindu.

Pada era kenabian Muhammad, sistem penanggalan pra-Islam diguna-kan. Pada tahun ke-9 setelah Hirah, turun ayat 36-37 surat At-Taubah, yang melarang menambahkan hari (interkalasi) pada sistem penanggalan.

“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.

Sesungguhnya pengunduran (bulan haram) itu hanya menambah kekafiran. Orang-orang kafir disesatkan dengan (pengunduran) itu, mereka menghalalkannya suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan yang diharamkan Allah, sekaligus mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Oleh setan) dijadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan buruk mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”

12 HR Abu Dawud dan Ahmad 2/50, 2/92 dengan sanad yang masih diperselisihkan.

Page 48: Ensiklopedi Syirik

56Jin; Hakikat bukan Khurafat

Page 49: Ensiklopedi Syirik

57R u q y a h

TRADISI KEJAWEN SAAT BAYI DALAM KANDUNGAN HINGGA LAHIR

Selamatan Wanita Hamil

Slametan berasal dari kata slamet (Arab: salamah) yang berarti selamat, bahagia, sentausa. Selamat dapat dimaknai sebagai keadaan lepas dari insiden-insiden yang tidak dikehendaki. Menurut Clifford Geertz, slamet berarti gak ana apa-apa (tidak ada apa-apa), atau lebih tepat “tidak akan terjadi apa-apa” (pada siapa pun). Konsep tersebut dimanifestasikan melalui praktik-praktik slametan. Slametan adalah kegiatan-kegiatan komunal Jawa yang biasanya digambarkan oleh ethnografer sebagai pesta ritual, baik upacara di rumah maupun di desa, bahkan memiliki skala yang lebih besar, mulai dari tedak siti (upacara menginjak tanah yang pertama), mantu (perkawinan), hingga upacara tahunan untuk memperingati ruh penjaga. Dengan demikian, slametan merupakan memiliki tujuan akan penegasan dan penguatan kembali tatanan kultur umum. Di samping itu juga untuk menahan kekuatan kekacauan (talak balak). Dalam tradisi slametan, unsur yang dicari bukanlah makan bersama di tempat si empunya hajat, melinkan oleh-oleh berupa berkat (berkah) yang diyakini sebagai makanan “bertuah.”

Dalam Primbon Betaljemur Adammakna, kehamilan selalu diiringi ritual selamatan (slametan) setiap bulannya :

Bulan I : slametan dengan bubur abor-abor (bubur sumsum).

Bulan II : slametan dengan aneka makanan:

1. Nasi tumpeng kuluban (urap). Jenis sayur kuluban harus ganjil

2. Bubur merah (beras merah diberi gula merah)

Page 50: Ensiklopedi Syirik

58Jin; Hakikat bukan Khurafat

3. Bubur putih (beras dengan santan)

4. Bubur merah putih (bubur putih di bawah, bubur merah di atas)

5. Bubur baro-baro (bubur dedak halus diberi gula merah dan parutan kelapa)

6. Pipis kental (tepung beras diberi garam, santan, gula merah, dibungkus daun pisang lalu dikukus)

7. Segala macam jajan pasar dan kembang boreh

Bulan III : slametannya sama dengan Bulan II

Bulan IV : slametan dengan hidangan:

1. Nasi Punar (nasi kuning gurih) dengan lauk daging, jeroan dan mata kerbau serta sambal goreng.

2. Apem.

3. Ketupat, dengan jenis Sinta, jago, Sidalungguh dan Luwar.

Bulan V : slametan dengan hidangan berupa:

1. Nasi kuluban

2. Ulat-ulatan dari tepung beras yang diwarnai merah dan hitam

3. Ketan mancawarna (aneka warna)dihidangkan dengan enten-enten gula kelapa

Bulan VI : slametan dengan apem kocor dengan juruh gula merah dan santan

Bulan VII : Lihat entri Slametan 7 bulan

Bulan VIII : slametan dengan hidangan bulus angrem, serabi yang ditelungkupkan pada kelepon. Serabinya ibarat bulus, kelepon ibarat telurnya.

Bulan IX : slametan dengan bubur procot. Jika telah lewat sembilan bulan mendekati 10 bulan, diadakan slametan dengan dawet plencing.

Page 51: Ensiklopedi Syirik

59R u q y a h

Slametan setiap bulan kini sudah jarang dilakukan, namun khusus slametan empat dan tujuh bulan masih membudaya di kalangan keluarga Jawa, baik di desa maupun di kota.

Selamatan 4 Bulan (Ngupati)

Slametan bulan keempat kehamilan dipandang istimewa dalam tradisi Jawa. Slametan ini disebut ngupati atau kupatan. Ngupati berasal dari kata kupat atau ketupat, makanan yang terbuat dari beras dengan daun kelapa (janur) sebagai pembungkus. Tradisi ngupati adalah slametan yang bertujuan untuk memohon kepada Tuhan, agar anak yang masih dalam kandungan ibu tersebut memiliki kualitas baik, sesuai dengan harapan orangtua. Slametan ini biasanya menggunakan kupat sebagai hidangan utama . Sebagian kalangan meyakini bahwa tradisi ngupati ini penting karena dihubungkan dengan keyakinan Islam bahwa janin dalam kandungan ditiupkan ruh pada umur empat bulan.

Selamatan 7 Bulan (Mitoni/Tingkeb)

Slametan tujuh bulan kandungan disebut juga mitoni, berasal dari kata pitu (tujuh). Disebut juga Tingkeb atau tingkeban. Tingkep berarti tutup, ada yang memaknai tingkeban ini sebagai upacara atau slametan penutup, padahal dalam primbon ada slametan dalam setiap bulannya. Ada juga yang memaknai tingkeban ini penutup karena setelah usia kandungan tujuh bulan si isteri tak boleh lagi dicampuri oleh suaminya sampai masa nifas berakhir.

Dalam slametan tujuh bulan, syaratnya cukup banyak dan padat. Antara lain:

1. Dipilih hari Rabu atau Sabtu dengan tanggal ganjil sebelum 15ز

2. Si ibu dimandikan keramas dengan air kembang setaman, tepung beras mancawarna (tujuh macam warna), mangir, daun pandan wangi dan daun kemuning. Yang memandikan adalah dukun atau kerabat yang paling tua dengan siwur (gayung batok kelapa).

3. Ketika dimandikan si ibu duduk di atas tikar beralaskan daun apa-apa, keluwih, kara, dadap srep, ilalang dan beraneka jenis kain. Kainnya antara lain letrek, jingga, banguntalak, sindur, sembagi, selendang lurik puluhwatu, yuyusekandang dan mori putih.

Page 52: Ensiklopedi Syirik

60Jin; Hakikat bukan Khurafat

4. Sesajen berupa nasi kuluban dan jajan pasar

5. Bubur merah, putih dan procot

6. Berbagai macam ampyang (nasi kering, ketela, kacang, wijen) yang digoreng sangan (tanpa minyak) dan dicampur gula merah

7. Emping ketan digoreng sangan dicampur gula merah dan parutan kelapa

8. Tumpeng robyong (dalam cething nasi) berlauk telur rebus, ikan, terasi, disertai bawang merah dan cabai yang ditusuk lidi dan diletakkan ddi pucuknya. Di lerengnya diberi ikan, krupuk dan berbagai macam kuluban.

9. Penyon (semacam kue lapis kue beras)

10. Sampora (kue berbentuk tempurung dari tepung beras, diisi gula merah)

11. Pring sedapur (kue tepung beras berbentuk tumpeng kecil berjumlah 9 pasang ditanami batang kecil 7 warna dari tepung beras)

Selain itu disiapkan sebuah kelapa gading yang digambari wajah dewa Kamajaya dan Dewi Kamaratih, atau Arjuna dan Sembadra atau Panji dan Candrakirana. Si ibu hamil berganti kain setelah mandi, perutnya diikat longgar dengan lawe merah, putih dan hitam. Kemudian dukun atau mertuanya menjatuhkan teropong (alat memintal benang), diterima oleh ibu itu sendiri/dukun. Sambil mengatakan: pria atau wanita pun mau asalkan selamat. Lalu dijatihkan kelapa gading bergambar tadi sambil berkata: jika pria seperti Kamajaya, Arjuna atau Panji; jika wanita seperti Kamaratih, atau Sembadra atau Candrakirana.

Setelah itu ibu hamil tadi memakai 7 helai kain secara bergantian. Dari kain pertama sampai ketujuh orang tuanya mengatakan: belum pantas. Kain tadi dibiarkan berserakan dan diduduki. Setelah itu baru memakai kain lagi sebagai kemben, tak berbaju, tak berhias maupun memahai perhiasan apapun. Setelah itu orang tuanya berkata: sudah pantas, sudah pantas.

Di samping hidangan-hidangan tadi, ada juga acara makan rujak buah. Kepercayaan mitologi dari sebagian masyarakat Jawa, di saat ibu hamil makan rujak, jika dia merasa pedas atau kepedasan, maka besar kemungkinan bayi yang dikandung adalah laki-laki, demikian juga sebaliknya.

Page 53: Ensiklopedi Syirik

61R u q y a h

Dalam tradisi lainnya juga, hingga kini masih diamalkan di desa-desa, setelah upacara tujuh bulan perempuan hamil selalu membawa pisau kecil atau gunting agar tidak diganggu oleh hyang jahat. Ini merupakan pengaruh agama Tu dan Yang yang berkembang dari Asia Asia Tengah dan meluas sampai ke Indonesia. Beberapa tradisi di Cina, Korea hingga Polinesia menampakkan pengaruh yang sama, termasuk dalam upacara tujuh bulan bagi wanita hamil.

Mengetahui Jenis Kelamin Janin

Dalam primbon, jenis kelamin bayi dapat diketahui meski masih di dalam perut ibunya. Caranya bukan dengan USG namun dengan perhitungan. Caranya ada orang yang bertanya: jika si bayi keluar pria atau wanita. Kemudian neptu huruf nama si penanya dijumlahkan dengan neptu hari dan pekan ketika ia bertanya, lalu jumlahnya dibagi dengan angka 3. Jawabannya sebagai berikut:

Jika sisa pembagiannya 1 berarti janin itu pria.

Jika sisa pembagiannya 2 maka wanita.

Jika sisa pembagiannya 3 maka jenis kelaminnya.

Waktu Kelahiran Bayi Sesuai Hari dan Jam

Primbon Betaljemur Adammakna mencatat bahwa saat bayi lahir sebagai berikut:

Ahad pukul 6, 7, 11, 1 atau 5

Senin pukul 8, 10, 1, 3 atau 5

Selasa pukul 7, 10, 12, 2 atau 5

Rabu pukul 7, 9, 12, 2 atau 4

Kamis pukul 8, 11, 1, 3 atau 4

Jum’at 8, 10, 12, 3 atau 4

Sabtu 7, 9, 11, 2 atau 4

Tidak diterangkan waktu-waktu apa yang dimaksud. Kemungkinan besar waktu-waktu di atas adalah waktu yang baik untuk kelahiran bayi.

Page 54: Ensiklopedi Syirik

62Jin; Hakikat bukan Khurafat

Padahal kelahiran bayi berlangsung secara sunatullah dan dipengaruhi banyak faktor. Tak jelas mengapa jam-jam di atas menjadi istimewa dibandingkan waktu-waktu lainnya.

Doa Menjelang Kelahiran

Menurut Dewi Siti Fatimah, menjelang kelahiran dibaca doa sebagai berikut:

Ungiduhu bilwakidi samadiminsari kulidikasad 1

Sementara jika kelahiran sulit atau menunggu lama membaca:

Mani luwih retna mulya, kama putih retna gumilang, pangeran tana gumilang, rasa mawa karsa, dat mutrat nur putih mud putih mas kerat sukma eling rasa urip jatining ana, nur langgeng sipat urip, nur dat, nur Mohammad.

Tak jelas siapa Dewi Siti Fatimah, mungkin yang dimaksud adalah putri Rasulullah, Fatimah RA. Doa pertama berbau bahasa Arab, namun artinya agak membingungkan. Sementara doa kedua lebih mirip mantera, namun diakhiri dengan istilah yang masyhur di kalangan sufi, yaitu nur Muhammad. Di sini nampak sinkretisasi yang kental, mencampuradukkan konsep doa, nisbah kepada ahlul bait, mantera dan konsep sufi.

Setelah bayi lahir: adzan, iqomat dan dukun

Setelah bayi dilahirkan, sebelum diberi adzan pada telinga kanan dan qomat pada telinga kiri, bayi tidak boleh disentuh orang lain kecuali dukun. Dipercaya bahwa bayi yang baru lahir masih suci, terbuka hatinya, tulang-tulang, urat, darah, daging dan dzatnya. Jika sampai tersentuh orang yang berdosa maka akan terkejut, tulang, urat dan dzat akan tertutup rapat. Karena itu sunat diberi adzan untuk menolak godaan iblis yang disebut Omisijan. Menangisnya bayi pada saat dilahirkan diyakini karena digoda iblis, ditusuk dengan jari kanan dan kirinya. Jika diberi adzan si iblis tidak berani mengganggu. Primbon juga mengajarkan membacakan surat “Inna anjalna..,” mungkin yang dimaksud adalah Surat Al-Qadar, pada telinga kanan. Sementara pada telinga kiri dibacakan surat “Kulhu” (Al-Ikhlas) tiga kali pada telinga kiri.1 Mungkinkah maksudnya adalah: U'idzuhu bil Wahidis Shamad min kulli hasad (Aku

menjadikan Al-Wahid As-Shamad (Allah) sebagai pelindung dari segala sesuatu yang mendengkinya) ? Wallahu A'lam.

Page 55: Ensiklopedi Syirik

63R u q y a h

Memotong Usus (Ari-Ari)

Usus diurut agar darahnya terkumpul lalu dipotong memakai welat (pisau yang terbuat dari bambu wulung. Memotongnya harus dilapisi kunyit. Setelah dipotong, darah yang keluar disapukan ke bibir si bayi. Setelah dipakai welat dicuci agar bisa digunakan lagi pada kelahiran berikutnya. Penggunaan welat bergantian ini memunculkan istilah “sedulur tunggal welat” alias saudara yang dipotong ari-arinya dengan welat yang sama. Jika welat tidak disimpan, maka dapat ditanam bersama dengan ari-ari dan kunyitnya.

Sedulur Papat Lima Pancer

Dalam kelahiran setiap bayi, kepercayaan Kejawen meyakini empat sedulur (saudara) yang bersama lahir dan menyertai si bayi. Konsep ini disebut sedulur papat lima pancer, empat saudara dan yang kelima di tengah. Konsep ini memiliki takwil yang bermacam-macam:

Dalam pemikiran Jawa pra-Islam, konon konsep ini berasal adalah penyelarasan antara jagad kecil (manusia-mikrokosmos) dengan jagad besar alam semesta (makrokosmos). Empat saudara yang ada di jagad besar adalah empat kiblat yang ada yaitu timur, selatan, barat dan utara. Ditambah saudara pancer yaitu di tengah, tempat manusia itu berada.

Sedangkan empat saudara yang berkaitan dengan jagad kecil (manusia) adalah apa-apa yang mengiringi kelahirannya. “Saudara Empat” itu adalah Marmati, Kawah, Ari–ari (plasenta/ tembuni) dan Darah yang umumnya disebut Rahsa. Semua itu berpusat di Pusar yaitu berpusat di Bayi.

Mengapa disebut Marmati, kakang Kawah, Adhi Ari – Ari, dan Rahsa? Marmati itu artinya Samar Mati (Takut Mati) Umumnya bila seorang ibu mengandung sehari - hari pikirannya khawatir karena Samar Mati. Rasa khawatir tersebut hadir terlebih dahulu sebelum keluarnya Kawah (air ketuban), Ari – ari, dan Rahsa. Oleh karena itu Rasa Samar Mati itu lalu dianggap Sadulur Tuwa (Saudara Tua).

Perempuan yang hamil saat melahirkan, yang keluar terlebih dahulu adalah Air Kawah (Air Ketuban) sebelum lahir bayinya, dengan demikian Kawah lantas dianggap Sadulur Tuwa yang biasa disebut Kakang (kakak) Kawah.

Page 56: Ensiklopedi Syirik

64Jin; Hakikat bukan Khurafat

Bila kawah sudah lancar keluar, kemudian disusul dengan ahirnya si bayi, setelah itu barulah keluar Ari – ari (placenta/ tembuni). Karena Ari – ari keluar setelah bayi lahir, ia disebut sebagai Sedulur Enom (Saudara Muda) dan disebut Adhi (adik) Ari-Ari.

Setiap ada wanita yang melahirkan, tentu saja juga mengeluarkan Rah (Getih=darah) yang cukup banyak. Keluarnya Rah (Rahsa) ini juga pada waktu akhir, maka dari itu Rahsa itu juga dianggap Sedulur Enom.

Puser (Tali pusat) itu umumnya gugur (Pupak) ketika bayi sudah berumur tujuh hari. Tali pusat yang copot dari pusar juga dianggap saudara si bayi. Pusar ini dianggap pusatnya Saudara Empat. Dari situlah muncul semboyan ‘Saudara Empat Lima Pusat’

Pengertian asal ini kemudian berkembang dengan adanya pengaruh agama Hindu. Sedulur papat (empat saudara) kemudian dimaknai sebagai unsur alam yang menjadi pembentuk jasad manusia. Empat anasir ini adalah bumi/tanah, air, api dan angin. Sedang yang kelima pancer adalah diri manusia itu sendiri.

Bagi orang Jawa semua ’sedulur’ tadi harus diruwat, dirawat dan dihormati dengan cara diselamati dengan ‘bancakan’ atau tumpengan. Mereka semua dianggap ‘pamomong’ atau penjaga manusia. Biasanya penyebutan untuk mereka dan sekalian untuk unsur-unsur alam semesta disebut dengan “sedulurku sing lahir bareng sedino, sing ora lahir bareng sedino, sing kerawatan lan sing ora kerawatan.” Artinya : “Saudaraku yang lahir bersamaan sehari denganku (air ketuban, ari-ari, darah kelahiran, tali plasenta,dan ruh/jiwa ), saudara yang tidak lahir bersamaan (unsur alam semesta), yang terawat maupun yang tidak terawat.”

Konsep sedulur papat lima pancer ini kemudian berkembang lagi dengan adanya pengaruh Islam. Konon, Sunan Kalijaga menambahkan pengertian baru yang bernafaskan Islam. Empat saudara itu adalah empat jenis nafsu manusia sedangkan yang kelima pancer adalah hati nurani atau "alam rahsa / sirr." Unsur empat nafsu adalah nafsu aluamah, sufiyah, amarah dan muthmainah. Unsur-unsur tersebut kemudian dilambangkan dalam bentuk gunungan pada wayang.

Nafsu aluamah berkaitan dengan insting dasar manusia. Yaitu keinginan untuk makan, minum, berpakaian, bersenggama dan sebagainya. Dikatakan bahwa nafsu aluamah ini terjadi karena pengaruh unsur tanah yang menjadi unsur pembentuk jasad manusia. Dalam gunungan wayang, nafsu aluamah dilambangkan dengan binatang kera.

Page 57: Ensiklopedi Syirik

65R u q y a h

Nafsu sufiyah berkaitan dengan keinginan duniawi untuk dipuji, untuk kaya, mendapat derajad dan pangkat, loba, tamak dan lain-lain. Nafsu ini berpadanan dengan sifat udara yang menjadi unsur pembentuk jasad. Sifat dari udara adalah selalu ingin memenuhi ruang selagi ruang itu kosong. Dalam gunungan wayang, nafsu sufiyah dilambangkan dengan binatang banteng.

Nafsu amarah berkaitan dengan keinginan untuk mempertahankan harga diri, rasa marah, dan emosi. Dikatakan nafsu ini mendapat pengaruh dari sifat panas api yang menjadi pembentuk jasad manusia. Dalam gunungan wayang, nafsu amarah dilambangkan dengan binatang harimau.

Nafsu muthmainah adalah nafsu yang mengajak ke arah kebaikan. Dikatakan bahwa nafsu ini mendapat pengaruh sifat air yang juga menjadi pembentuk jasad manusia. Dalam gunungan wayang, nafsu muthmainah dilambangkan dengan binatang merak.

Untuk penyebutan unsur kelima atau pancer ada bermacam-macam penafsiran. Ada yang mengatakan Nur Muhammad, ada yang mengartikan sebagai ‘guru sejati’, ada yang menyebut ‘roso jati sejatining roso’ (rasa sejati, sejatinya rasa). Intinya saudara pancer yang kelima itu adalah unsur ’super ego’ yang menjadi sumber nilai bagi manusia. Ada pula yang mengartikan pancer sebagai “bashiroh” yaitu mata hati yang bersumber dari kesejatian ‘min Ruhi’ yang dianugerahkan oleh ilahi.

Dalam perspektif yang mencoba mengakurkan konsep Kejawen dengan tasawuf Islam, keempat nafsu yang ada harus ‘dirawat’, diatur, diseimbangkan dan harus berjalan dibawah kendali akal dalam bimbingan hidayah ilahi. Itulah makna dari ‘angaweruhi’ (merawat) sedulur papat limo pancer.

Tatacara Membuang Ari-Ari

Pentingnya ari-ari sebagai salah satu unsur “sedulur papat” membuat ia diperlakukan khusus dalam tradisi Jawa. Ari-ari diletakkan dalam kendil (kuali tanah liat) dengan dialasi daun sente (talas) dan diberi kembang boreh, minyak wangi, kunyit yang dipakai saat memotong ari-ari, garam, jarum, benang, ikan petek, gantal (gulungan daun sirih yang diikat dengan benang lawe) dua buah. Juga disertakan kemiri gepak jendul, kertas bertuliskan huruf Jawa, Arab dan latin serta uang segobang.

Page 58: Ensiklopedi Syirik

66Jin; Hakikat bukan Khurafat

Kendil kemudian ditutup dengan lemper dan dibungkus dengan kain mori yang baru. Setelah itu kendil bisa dihanyutkan ke sungai, digantung di pojok rumah bagian luar atau ditanam dalam tanah. Yang melakukan harus ayah si bayi dengan berpakaian rapi, berkeris dan mencangkul sendiri lubang untuk menanamnya. Kemudian, pada setiap hari weton si bayi, kubur ari-ari tersebut diberi sesaji kembang telon.

Ada kebiasaan lain terkait ari-ari tersebut. Jika bayi rewel, menangis terus dan tak bisa dihentikan dengan berbagai cara, maka tempat menanam ari-arinya disiram dengan air dingin.

Selamatan tedak siten (turun tanah)

Peringatan tedak-siten/tujuhlapanan atau 245 (dua ratus empat puluh lima) hari sedikit istimewa, karena untuk pertama kali kaki si bayi diinjakkan ke atas tanah. Untuk itu diperlukan kurungan ayam yang dihiasi sesuai selera. Jika bayinya laki-laki, maka di dalam kurungan juga diberi mainan anak-anak dan alat tulis menulis serta lain-lainnya (jika si bayi ambil pensil maka ia akan menjadi pengarang, jika ambil buku berarti suka membaca, jika ambil kalung emas maka ia akan kaya raya, dan sebagainya) dan tangga dari batang pohon tebu untuk dinaiki si bayi tapi dengan pertolongan orang tuanya. Kemudian setelah itu si Ibu melakukan sawuran duwit (menebar uang receh) yang diperebutkan para tamu dan anak-anak yang hadir agar memperoleh berkah dari upacara tedak siten.

Tatacara menyapih bayi

Sebuah proses yang dilaksanakan untuk memisahkan bayi dari susuan ibunya, karena dianggap sudah waktunya, biasanya setelah bayi berumur 2 tahun. Anak dikelilingkan rumah sebanyak tiga kali. Lalu ia dibawa ke sebuah pohon pisang yang di bawahnya telah diberi jembangan berisi air kembang setaman dan dilapisi tape ketan. Kepala si anak kemudian dibenturkan perlahan ke pohon pisang sambil membaca mantra: “Sang Wewe Putih, kowe tak upahi tape sepengaron nanging janji bisa nyapih si jabang bayi, aja nganti nangis.” (Wahai Wewe Putih, kuberi upah tape satu jembangan asalkan dapat menyapih si bayi jangan sampai menangis.

Page 59: Ensiklopedi Syirik

67R u q y a h

Setelah itu si anak diminumi ramuan kunir, ketumbar, terawas yang ditumbuk dan diberi sedikit air. Ampasnya dibuat tapel (ditempelkan di kepala) dengan dibubuhi kapur sedikit.

Supitan (Khitanan) dan Tetesan

Supitan adalah khitan bagi anak lelaki, sementara tetesan bagi anak perempuan. Namun tetesan hanyalah khitan simbolik, yang dipotong adalah kunyit/kunir. Yang khas, sebagaimana ritual-ritual lainnya, selalu ada selamatan dengan hidangan dan sesaji tertentu. Hidangan dan sesajinya berupa bubur merah dan putih, baro-baro, tumpeng gundul (tanpa lauk), gula merah 1 tangkep, sebuah kelapa utuh, empluk berisi: beras, kemiri, kluwak , pisang ayu, sirih kuning, pinang dengan tangkainya, kembang telon, kemenyan, lawe, ayam hidup dan lain-lain.

Untuk supitan sajen ditambah besi tua (gerangan) berupa sabit, cangkul, pisau atau linggis yang diletakkan di atas nampan.

Obat-obatan untuk Ibu dan Bayi

Primbon Jawa yang bersifat ensiklopedis memuat juga beraneka resep dan ramuan obat atau jamu. Periode kehamilan, kelahiran, menyusui dan perkembangan bayi dilengkapi dengan beraneka obat-obatan dan jamu. Antara lain:

Jamu untuk wanita hamil

Obat setelah bersalin

Obat memperbanyak air susu

Obat, tapel dan pupuk (bedak) bayi

Obat melahirkan prematur

Obat dan rapal melahirkan terlalu lama

Obat ari-ari tak keluar

Obat wanita agar dicintai suami

Obat ingin punya anak

Obat jika datang bulan

Page 60: Ensiklopedi Syirik

68Jin; Hakikat bukan Khurafat

Obat bayi sakit cacar/gabag

Obat cacar untuk bayi dan orang tua

Obat bayi sakit sawan

Obat bayi sakit kembung

Obat bayi sakit panas

Obat bayi muntaber

Yang menarik, jamu dan obat-obatan tadi dilengkapi juga dengan rapalan, mantra dan ritual tertentu yang bersifat klenik. Hal ini didasari anggapan bahwa gangguan kesehatan disebabkan karena godaan dan gangguan makhluk halus. Aneka rapal dan mantra tadi berifat bujukan agar makhluk halus tadi tak mengganggu. Biasanya juga disertai “sogokan” berupa sesaji dan hidangan tertentu.

Page 61: Ensiklopedi Syirik

69R u q y a h

SYIRIK DAN BID'AH DALAM TRADISI SLAMETAN BAYI

Di antara syubhat yang melanda kaum Muslimin ketika dihadapkan kepada tradisi-tradisi non-Islam, adalah pertanyaan: "Itu hal yang baik… kenapa dilarang? Mana sisi buruknya?"

Hal serupa pula mungkin yang hinggap di benak kita, setelah membaca uraian tradisi Jawa di atas. "Namanya slametan, maksudnya adalah doa dan pengharapan kepada Yang Maha Kuasa. Kok dilarang..” Dan, betapa banyak ritual dan tradisi non-Islam yang diaku-akukan sebagai sesuatu yang mempunyai kemiripan bentuk dan filosofinya dengan Islam. “Cara dan ritual bisa berbeda, namun tujuannya satu, yaitu Allah,” kilah yang sering kita dengar.

Fenomena di atas hampir mirip dengan asbabun nuzul (sebab turunnya) ayat ke-3 surat Az-Zumar. Diriwayatkan oleh Juwaibir dari Ibnu Abbas, bahwa ada tiga suku bangsawan (Bani Amir, Bani Kinanah dan Bani Salamah) yang menyembah berhala. Mereka beranggapan bahwa malaikat adalah putri-putri Allah. Mereka pun beralasan, tujuan menyembah berhala semata-mata hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah.1 Kemudian, turunlah firman Allah yang menampik semua klaim mereka:

“Ingatlah! Hanya milik Allah-lah dien yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.”

1 Al-Qur’an Miracle, hal 914.

Page 62: Ensiklopedi Syirik

70Jin; Hakikat bukan Khurafat

Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah tidak akan memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar.” (Az-Zumar: 3).

Ayat tersebut menyatakan ajaran Islam sebagai sebuah ajaran mandiri, mempunyai aturan dan tata-laksanan sendiri yang sama sekali tidak sama dengan ajaran lain. Kalau pun ada ajaran lain yang mirip atau bahkan sama, maka motivasi saat mengamalkannya adalah mengamalkan ajaran Islam, bukan ajaran lain. Puasa pada hari-hari tertentu yang sudah ada sebelum Nabi Muhammad SAW di utus, misalnya. Kalau pun kemudian Nabi menetapkannya sebagai ajaran Islam, maka dalam melaksanakan puasa tersebut motivasi kita adalah melaksanakan syariat Muhammad SAW, bukan syariat sebelumnya.

Lalu, bagaimana dengan tradisi yang sama sekali berbeda, kemudian diaku-akukan sebagai cara yang mempunyai tujuan akhir yang sama?

Islam adalah syariat. Kejawen adalah syariat lain. Masing-masing berdiri sendiri, dan tidak ada kaitan satu dengan yang lain.

Kepada Siapa Memohon Keselamatan?

Tradisi Jawa terkait dengan bayi yang berada dalam kandungan hingga lahir, umumnya berupa slametan. Ritual, sesajian berikut dengan filosofi yang dikandung di dalamnya, mengacu kepada sebuah doa dan pengharapan agar sang jabang bayi selamat selama dalam kandungan, dan kelak lahir menjadi manusia yang baik dan berguna bagi sesama. Apalagi, sebagaimana disebutkan di awal pembahasan, slametan juga dimaksudkan untuk tolak balak. Masalahnya, kepada siapa kita berdoa dan berharap? Balak dari mana yang kita khawatirkan akan turun, yang oleh karenanya kita mengadakan slametan untuk (berharap dapat) menangkalnya?

Slametan memiliki tujuan akan penegasan dan penguatan kembali tatanan kultur umum. Di samping itu juga untuk menahan kekuatan kekacauan (talak balak). Dalam tradisi slametan, unsur yang dicari bukanlah makan bersama di tempat si empunya hajat, melainkan oleh-oleh berupa berkat (berkah) yang diyakini sebagai makanan “bertuah.”

Berdoa kepada selain Allah untuk memenuhi kebutuhan atau menolak bala atau untuk mencari kesembuhan dari penyakit kesemuanya dapat

Page 63: Ensiklopedi Syirik

71R u q y a h

mengotori akal dan membutakan mata hati. Allah berfirman:

"Katakanlah, 'Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita." (Al-An'am : 71).

Berdoa kepada «sesuatu» yang tidak dapat memberikan manfaat dan mudharat, yang tidak mampu memerintah dan melarang, tidak mampu mendengar dan tidak mampu memperkenankan doa, baik itu dari kalangan para nabi dan rasul, jin atau malaikat, bintang-bintang atau benda langit lainnya, pepohonan dan bebatuan serta orang-orang yang sudah mati, kesemuanya adalah kezhaliman yang besar, merupakan kesesatan dari jalan yang lurus dan perbuatan syirik terhadap Allah yang Maha Agung. Allah berfirman:

"Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian itu) maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim." (Yunus : 106).

Juga firman Allah:

Page 64: Ensiklopedi Syirik

72Jin; Hakikat bukan Khurafat

"Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sesembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doanya) sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka." (Al-Ahqaaf : 5).

Berdoa kepada selain Allah adalah perbuatan syirik dan merupakan dosa besar, bahkan dosa terbesar. Segala bentuk dosa bisa diampuni oleh Allah bagi siapa yang Allah kehendaki, kecuali dosa syirik. Sebagaimana firman Allah:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya." (An-Nisaa: 48).

Untuk Siapa Sesajian Itu?

Kalau kita amati makanan dalam pelaksanaan slametan di atas, menu yang wajib yang disyaratkan sangat beragam. Bahkan, beda bulan kehamilan, beda pula menunya. Slametan dilakukan tak hanya sekali. Dilakukan setiap bulan (sembilan kali); meski faktanya kini yang banyak dilakukan hanya bulan ke-empat dan ke-tujuh. Sulit dimengerti, mengapa harus sebanyak itu ritual slametan dilakukan. Sama sulitnya menjawab pertanyaan, mengapa makanan yang disajikan harus baku seperti daftar di atas, tidak boleh berubah?

Tradisi Jawa penuh dengan nilai mistik dan filosofis. Sekadar tedak siti (upacara menginjak tanah yang pertama), menginjak telur saat perkawinan dan lainnya, memiliki simbolisasi yang khusus dan kuat. Maka, ketika harus tumpeng urap dengan jumlah sayur yang ganjil, nasi kuning lauk jeroan dan seterusnya, bukan sekadar variasi menu layaknya sebuah warung makan menyajikan hidangannya. Ada makna dan simbol tertentu yang dibingkai dalam sebuah maksud utama: mengharap keselamatan, menghindari mara-bahaya. Lalu, untuk siapa sajian khusus tersebut dihidangkan?

Yang pasti bukan untuk Allah, karena Nabi Muhammad SAW tidak pernah mencontohkan hal tersebut. Kalau para pelaku tradisi Jawa

Page 65: Ensiklopedi Syirik

73R u q y a h

tersebut berkeyakinan semua sesajian itu ditujukan untuk Allah, maka sekali-kali niat tersebut tidak akan pernah sampai.

"Dan mereka menyediakan sebagian hasil tanaman dan hewan (bagian) untuk Allah sambil berkata menurut persangkaan mereka, 'Ini untuk Allah dan yang ini untuk berhala-berhala kami.' Bagian yang untuk berhala-berhala mereka tidak akan sampai kepada Allah, dan bagian yang untuk Allah akan sampai kepada berhala-berhala mereka. Sangat buruk apa yang telah mereka tetapkan itu." (Al-An>am : 136).

Sebab, selain mengandung unsur syirik (dengan mengharap dan menolak sesuatu bukan kepada Allah, bahkan mempersembahkan sajian khusus untuk selain-Nya), cara tersebut tidak pernah dicontohkan oleh Nabi SAW. Sebuah ibadah mahdhah yang dilakukan tanpa ada contoh dari Nabi SAW, akan sia-sia (tertolak). Rasulullah SAW bersabda :

من احدث في امرنا هذا ما ليس منه فهو رد

"Barangsiapa yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini yang bukan berasal darinya, maka amalan tersebut tertolak." (HR. Bukhari dan Muslim).

Pengaruh Agama Lain

Dalam tradisi lainnya juga, hingga kini masih diamalkan di desa-desa, setelah upacara tujuh bulan perempuan hamil selalu membawa pisau kecil atau gunting agar tidak diganggu oleh hyang jahat. Ini merupakan pengaruh agama Tu dan Yang yang berkembang dari Asia Asia Tengah dan meluas sampai ke Indonesia. Beberapa tradisi di Cina, Korea hingga Polinesia menampakkan pengaruh yang sama, termasuk dalam upacara tujuh bulan bagi wanita hamil.

Page 66: Ensiklopedi Syirik

74Jin; Hakikat bukan Khurafat

Semakin jelas, sulit untuk menganggap tradisi-tradisi Jawa di atas sebagai bentuk kulturasi budaya Islam di Indonesia. Selain jauhnya perbedaan ritual di antara kedua ajaran tersebut, pengaruh agama selain Islam justru lebih menonjol—sebagaimana keterangan di atas.

Coba simak ritual berikut, yang sangat kental dengan ajaran non-Islam:

Selain itu disiapkan sebuah kelapa gading yang digambari wajah dewa Kamajaya dan Dewi Kamaratih, atau Arjuna dan Sembadra atau Panji dan Candrakirana. Si ibu hamil berganti kain setelah mandi, perutnya diikat longgar dengan lawe merah, putih dan hitam. Kemudian dukun atau mertuanya menjatuhkan teropong (alat memintal benang), diterima oleh ibu itu sendiri/dukun. Sambil mengatakan: pria atau wanita pun mau asalkan selamat. Lalu dijatihkan kelapa gading bergambar tadi sambil berkata: jika pria seperti Kamajaya, Arjuna atau Panji; jika wanita seperti Kamaratih, atau Sembadra atau Candrakirana.

Setelah itu ibu hamil tadi memakai 7 helai kain secara bergantian. Dari kain pertama sampai ketujuh orang tuanya mengatakan: belum pantas. Kain tadi dibiarkan berserakan dan diduduki. Setelah itu baru memakai kain lagi sebagai kemben, tak berbaju, tak berhias maupun memahai perhiasan apapun. Setelah itu orang tuanya berkata: sudah pantas, sudah pantas.

Page 67: Ensiklopedi Syirik

75R u q y a h

Mengapa Tradisi Tersebut Terlarang?

No. Nama Tradisi Keterangan Penjelasan

1. Slametan wanita hamil.

Dalam tiap bulan ada ritual slametan dengan aneka ragam hidangan yang sudah ditentukan. Beda bulan, beda jenis hidangan.

Dalam slametan terkandung makna memohon agar diberi keselamatan dan dihindarkan dari mara-bahaya. Permohonan itu tidak ditujukan kepada Allah. Padahal, memohon (berdoa) kepada Allah hukumnya syirik. Pelakunya kadang meyakini doa yang ditujukan dalam slametan itu hanya kepada Allah. Namun, cara yang dilakukan sama sekali keliru, karena tidak pernah dicontohkan oleh Nabi SAW. Islam mempunyai tuntunan sendiri dalam hal ini.

Dalam slametan bulan ke-empat, sebagian kalangan meyakini bahwa tradisi ngupati ini penting karena dihubungkan dengan keyakinan Islam bahwa janin dalam kandungan ditiupkan ruh pada umur empat bulan.

Meski tujuan yang diakukan sama, namun cara yang ditempuh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Nabi SAW. Beliau tidak pernah melakukan hal seperti itu.

Page 68: Ensiklopedi Syirik

76Jin; Hakikat bukan Khurafat

2. Mengetahui jenis kelamin bayi

Caranya ada orang yang bertanya: jika si bayi keluar pria atau wanita, lalu neptu huruf nama si penanya dijumlahkan dengan neptu hari dan pekan ketika ia bertanya, lalu jumlahnya dibagi dengan angka 3.

Jenis kelamin janin dapat diketahui dengan metode ilmiah. Cara yang ditempuh dalam tradisi Jawa ini sangat jauh dari unsur rasio / keilmuan. Lebih didasarkan kepada sebuah kepercayaan yang diterima mentah-mentah. Dari mana keyakinan/kepercayaan itu berasal?

3. Hari dan Jam Kelahiran Bayi

Primbon Betaljemur Adammakna mencatat ketentuan khusus hari dan jam kelahiran bayi. Meski tidak diterangkan waktu-waktu apa yang dimaksud. Kemungkinan besar waktu-waktu di atas adalah waktu yang baik untuk kelahiran bayi.

Sekali lagi, baik-buruknya nasib seseorang sama sekali tidak dipengaruhi oleh waktu (hari apa dan jam berapa ia dilahirkan). Lihat keterangan sebelumnya tentang konsep waktu dalam Islam.

4. Doa menjelang kelahiran

Lafal-lafal tertentu yang dipercaya bisa membantu proses persalinan.

Selain tidak tersebut dalam sunnah Nabi SAW, sini nampak sinkretisasi yang kental, mencampuradukkan konsep doa, nisbah kepada ahlul bait, mantera dan konsep sufi.

Page 69: Ensiklopedi Syirik

77R u q y a h

5. Adzan dan Iqamat yang hanya boleh dilakukan oleh dukun.

Setelah bayi lahir, dikumandangkan adzan dan iqamat yang hanya boleh dilakukan oleh dukun. Juga dianjurkan membaca surat "Inna Anzalna."

Adzan dan Iqamat untuk bayi yang baru lahir memang ada sunnahnya. Namun, kenapa harus dukun yang melakukannya? Sedangkan pembacaan surat "Inna Anzalna" (Al-Qadar?) tidak ada sama sekali riwayatnya dalam sunnah Nabi SAW.

6. Memotong dan Membuang Ari-ari

Ada ritual khusus dalam memperlakukan ari-ari.

Bid'ah, karena tidak pernah diajarkan oleh Nabi SAW. Bahkan adanya ritual khusus dengan pakaian dan sesajian tertentu dalam membuang ari-ari mengindikasikan adanya unsur syirik—menganggapnya mampu memberikan manfaat dan mudharat.

7. Sedulur Papat Lima Pencer

Hampir mirip dengan konsep "Sedulur Alus." Meyakini bahwa manusia mempunyai "saudara ghaib" yang menjaga kehidupannya sehari-hari. Sejalan dengan konsep Hindu tentang empat unsur alam (air, api, bumi/tanah dan angin).

Keyakinan adanya makhluk lain yang menjaga manusia, tidak sesuai dengan ajaran Islam. Dalam Islam, ada malaikat yang diutus oleh Allah untuk menjaga manusia. "Dan dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat kami, dan malaikat- malaikat kami itu tidak melalaikan kewajibannya." (surat Al-An'am: 61).

Page 70: Ensiklopedi Syirik

78Jin; Hakikat bukan Khurafat

Konon, Sunan Kalijaga kemudian "mengawinkan" dengan konsep sufistik Islam.

Mereka, para malaikat adalah utusan Allah. Tidak ada tuntunan tentang perlakuan khusus yang harus kita berikan kepadanya.Sementara itu, masing-masing manusia juga diciptakan qarin baginya. Qarin adalah jin atau setan yang selalu membuntuti ke manapun kita pergi. Sesekali ia membujuk dan merayu kita untuk jatuh ke dalam jurang kemaksiatan. Sesekali meninabobokkan kita agar lalai dari kewajiban. Pada kali lain juga membisikkan angan-angan hingga si korban menunda amal dan tobatnya.

8. Tedak Siten (turun tanah)

Ritual ketika pertama kali kaki si bayi diinjakkan ke tanah.

Pada umur 245 hari (sebagaimana keterangan di atas), akal bayi belum berfungsi normal. Lalu, darimana ditebak bakatnya sesuai barang/mainan yang diambil?Sawuran duit yang diperebutkan karena dianggap bertuah, selain mengandung unsur syirik, juga bid>ah.

9. Sang Wewe Putih Menyapih Bayi

Ritual dengan sesajen makanan dan kembang setaman.

Mantra tentang Wewe Putih mengindikasikan kuat bahwa yang dimaksud adalah jin. Sebab, sesajen yang digunakan adalah kembang setaman—yang diyakini sebagai makanan jin. Ritual semacam ini adalah bentuk meminta pertolongan kepada jin.

Page 71: Ensiklopedi Syirik

79R u q y a h

10. Khitanan ala Kejawen

S e b a g a i m a n a r i t u a l - r i t u a l lainnya, selalu ada selamatan dengan hidangan dan sesaji tertentu. Hidangan dan sesajinya berupa bubur merah dan putih, baro-baro, tumpeng gundul (tanpa lauk), gula merah 1 tangkep, sebuah kelapa utuh, empluk berisi: beras, kemiri, kluwak , pisang ayu, sirih kuning, pinang dengan t a n g k a i n y a , kembang telon, kemenyan, lawe, ayam hidup dan lain-lain.

Khitan memang salah satu sunnah dalam Islam. Namun, penyelenggaraannya tanpa memakai ritual semacam itu. Bentuk sesajen yang selalu lekat dalam tradisi Kejawen identik dengan ritual Hindu. Apalagi, dilihat dari komposisi "menu" sesajen (kemenyan, ayam hidup, dan sebagainya) identik dengan persembahan kepada jin.

11. Obat-obatan untk Ibu dan Bayi

Diantaranya dilengkapi juga dengan rapalan, mantra dan ritual tertentu yang bersifat klenik.

Mantra (dalam Islam disebut ruqyah) bagian dari bentuk peribadatan. Oleh karena itu, harus ada tuntunannya dari sunnah Nabi SAW. Di luar mantra/ruqyah syar'iyyah, hukumnya haram.

Page 72: Ensiklopedi Syirik

80Jin; Hakikat bukan Khurafat

Hukum Meminta Tolong Kepada Jin2

Kita mengetahui bahwa Rasulullah SAW diutus kepada jin dan manusia untuk menyeru mereka kepada jalan Allah Ta'ala dan beribadah hanya kepada-Nya semata. Sehingga bila bangsa jin itu ingkar dan kafir kepada Allah, menurut nash dan ijma’, mereka akan masuk ke dalam neraka. Dan bila mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya SAW, menurut jumhur ulama, mereka akan masuk ke dalam surga. Jumhur menegaskan pula bahwa tidak ada seorang rasul dari kalangan jin, yang ada adalah pemberi peringatan dari kalangan mereka. 3

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah menjelaskan: “Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebutkan bahwa meminta bantuan kepada jin ada tiga bentuk:

Pertama : Meminta bantuan dalam perkara ketaatan kepada Allah Ta’ala, seperti menjadi pengganti dalam menyampaikan ajaran agama. Contohnya, apabila seseorang memiliki teman jin yang beriman dan jin tersebut menimba ilmu darinya. kemudian menjadikan jin tersebut sebagai da’i untuk menyampaikan syariat kepada kaumnya atau menjadikan dia pembantu di dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala, maka hal ini tidak mengapa.

Bahkan terkadang menjadi sesuatu yang terpuji dan termasuk dakwah kepada Allah Ta'ala. Sebagaimana telah terjadi bahwa sekumpulan jin menghadiri majelis Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan dibacakan kepada mereka Al-Quran. Selanjutnya, mereka kembali kepada kaumnya sebagai pemberi peringatan. Di kalangan jin sendiri terdapat orang-orang yang shalih, ahli ibadah, zuhud dan ada pula ulama, karena orang yang akan memberikan peringatan semestinya mengetahui tentang apa yang dibawanya, dan dia adalah seseorang yang taat kepada Allah Ta’ala dalam memberikan peringatan tersebut.

2 Dinukil dari voa-islam.com3 Majmu’ Fatawa, 11/169, Tuhfatul Mujib, hal. 364

Page 73: Ensiklopedi Syirik

81R u q y a h

Kedua : Meminta bantuan kepada jin dalam perkara yang mubah. Diperbolehkan, dengan syarat wasilah (perantara) untuk mendapatkan bantuan jin tersebut adalah sesuatu yang mubah dan bukan perkara yang haram. Perantara yang tidak diperbolehkan seperti bila jin itu tidak mau memberikan bantuan melainkan dengan mendekatkan diri kepadanya dengan menyembelih, sujud, atau selainnya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebutkan sebuah riwayat bahwa ‘Umar radhiallahu ‘anhu terlambat datang dalam sebuah perjalanan hingga mengganggu pikiran Abu Musa radhiallahu ‘anhu. Kemudian mereka berkata kepada Abu Musa radhiallahu ‘anhu: “Sesungguhnya di antara penduduk negeri itu ada seorang wanita yang memiliki teman dari kalangan jin. Bagaimana jika wanita itu diperintahkan agar mengutus temannya untuk mencari kabar di mana posisi ‘Umar?” Lalu dia melakukannya, kemudian jin itu kembali dan mengatakan: “Amirul Mukminin tidak apa-apa dan dia sedang memberikan tanda bagi unta shadaqah di tempat orang itu.” Inilah bentuk meminta pertolongan kepada mereka dalam perkara yang diperbolehkan.

Ketiga : Meminta bantuan kepada mereka dalam perkara yang diharamkan seperti mengambil harta orang lain, menakut-nakuti mereka atau semisalnya. Maka hal ini sangat diharamkan dalam agama. Kemudian bila caranya itu adalah syirik maka meminta tolong kepada mereka adalah syirik dan bila wasilah itu tidak syirik, maka akan menjadi sesuatu yang bermaksiat.

Seperti bila ada jin yang fasik berteman dengan manusia yang fasik, lalu manusia yang fasik itu meminta bantuan kepada jin tersebut dalam perkara dosa dan maksiat.

Page 74: Ensiklopedi Syirik

82Jin; Hakikat bukan Khurafat

Maka meminta bantuan yang seperti ini hukumnya maksiat dan tidak sampai ke batas syirik. 4

Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah mengatakan: “Adapun masalah tolong menolong dengan jin, Allah Ta’ala telah menjelaskan di dalam firman-Nya:

“Dan tolong-menolonglah kalian di dalam kebaikan dan ketakwaan dan jangan kalian saling tolong menolong di dalam perbuatan dosa dan maksiat.” (Al-Maidah: 2).

Boleh ber-ta’awun (kerja sama) dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang harus kamu ketahui dulu tentang mereka, bahwa dia bukanlah setan yang secara perlahan membantumu namun kemudian menjatuhkan dirimu dalam perbuatan maksiat dan menyelisihi agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan telah didapati, bukan hanya satu orang dari kalangan ulama yang dibantu oleh jin.” 5

Al-Lajnah Ad-Daimah (Lembaga Fatwa Kerajaan Saudi Arabia) menjelaskan: “Meminta bantuan kepada jin dan menjadikan mereka tempat bergantung dalam menunaikan segala kebutuhan, seperti mengirimkan bencana kepada seseorang atau memberikan manfaat, termasuk kesyirikan kepada Allah Ta’ala dan termasuk bersenang-senang dengan mereka. Dengan terkabulkannya permintaan dan tertunaikannya segala hajat, termasuk dari katagori istimta’ (bersenang-senang) dengan mereka. Perbuatan ini terjadi dengan cara mengagungkan mereka, berlindung kepada mereka, dan kemudian meminta bantuan agar bisa tertunaikan segala yang dibutuhkannya. Allah Ta’ala berfirman:

4 Al-Qaulul Mufid hal. 276-277, Fatawa ‘Aqidah Wa Arkanul Islam hal. 212, dan Majmu’ Fatawa 11/169

5 Tuhfatul Mujib, hal. 371

Page 75: Ensiklopedi Syirik

83R u q y a h

“Dan ingatlah hari di mana Allah menghimpun mereka semuanya dan Allah berfirman, ‘Wahai segolongan jin (setan), sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia.’ Kemudian berkatalah kawan-kawan mereka dari kalangan manusia, ‘Ya Rabb kami, sesungguhnya sebahagian dari kami telah mendapatkan kesenangan dari sebahagian yang lain dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami’.” (Al-An’am: 128).

“Dan bahwasanya ada beberapa orang dari laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada laki-laki di antara jin kemudian jin-jin itu menambah kepada mereka rasa takut.” (Al-Jin: 6).

Meminta bantuan jin untuk mencelakai seseorang atau agar melindunginya dari kejahatan orang-orang yang jahat, hal ini termasuk dari kesyirikan. Barangsiapa demikian keadaannya, niscaya tidak akan diterima shalat dan puasanya, berdasarkan firman Allah SWT:

“Jika kamu melakukan kesyirikan, niscaya amalmu akan terhapus.” (Az-Zumar: 65).

Barangsiapa diketahui melakukan demikian, maka tidak dishalatkan jenazahnya, tidak diringi jenazahnya, dan tidak dikuburkan di pekuburan orang-orang Islam.” 6

Kesimpulan

Meminta bantuan kepada jin adalah boleh dalam perkara yang bukan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun demikian, kami memandang agar hal itu dihindari pada zaman ini, mengingat kebodohan yang sangat menyelimuti umat. Sehingga banyak yang tidak mengerti perkara yang mubah dan yang tidak mengandung maksiat, atau mana tata cara yang boleh dan tidak mengandung pelanggaran agama serta mana pula yang mengandung hal itu. Wallahu a’lam.

6 Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah, 1/162-163

Page 76: Ensiklopedi Syirik

84Jin; Hakikat bukan Khurafat

Page 77: Ensiklopedi Syirik

85R u q y a h

TUNTUNAN ISLAM TERKAIT KELAHIRAN

Lahirnya seorang bayi merupakan awal dari kehidupannya di dunia. Dia mulai merasakan aktivitas hidup di dunia ini. Tentunya tak patut ayah dan ibu yang menginginkan buah hatinya menjadi

anak yang shalih membiarkan hari-hari pertamanya berjalan tanpa dihiasi tuntunan syariat yang mulia ini, bahkan dikotori oleh hal-hal yang tidak diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Banyak hal dipandang oleh masyarakat sebagai adat untuk menyambut kelahiran seorang bayi. Ada yang memasang lentera di kuburan ari-ari (plasenta) bayi, ada yang memasang gunting atau senjata tajam lain di dekat kepala bayi, ada yang meletakkan rangkaian bawang dan cabai merah di atas kepala bayi, ada pula yang memasang gelang dari benang untuk penangkal bala’ bagi si bayi. Bahkan sebagian orang meyakini, kalau hal itu tidak dilakukan, maka keselamatan si jabang bayi pun terancam. Kalau sudah begini, dikhawatirkan kesyirikan akan masuk tanpa terhindarkan.

Sebenarnya apa yang harus dilakukan pada hari-hari pertama setelah kelahiran telah diajarkan oleh Allah. Melalui sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kita bisa melihat dengan jelas penetapan syariat dalam hal ini. Kita simak, apa yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap seorang bayi yang baru saja lahir.

Aqiqah

Imam Ahmad rahimahullâh dan mayoritas ulama juga berpendapat bahwa apabila ditinjau dari segi syar’i maka yang dimaksud dengan aqiqah adalah menyembelih (an-nasikah). Maksudnya, menyembelih binatang pada hari ke-7 dari kelahiran bayi.

Page 78: Ensiklopedi Syirik

86Jin; Hakikat bukan Khurafat

Ada banyak hadits Nabi yang menjelaskan tuntunan ini:

1. Salman bin Amir Ad-Dhabi berkata: Rasululloh bersabda :

“Aqiqah dilaksanakan karena kelahiran bayi, maka sembelihlah hewan dan hilangkanlah semua gangguan darinya.” (HR Al-Bukhari no. 5472). Makna menghilangkan gangguan adalah mencukur rambut bayi atau menghilangkan semua gangguan yang ada.1

2. Samurah bin Jundab berkata: Rasulullah bersabda :

“Semua anak bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari ketujuhnya disembelih hewan (kambing), diberi nama, dan dicukur rambutnya.” 2

3. Aisyah berkata: Rasulullah bersabda:

“Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua kambing yang sama (setara) dan bayi perempuan satu kambing.” 3

4. Diriwayatkan: “Bahwasanya Rasulullah bersabda menqaqiqahi Hasan dan Husain dengan satu kambing dan satu kambing.”4

5. Rasulullah bersabda:

“Barang siapa di antara kalian yang ingin menyembelih (kambing) karena kelahiran bayi, maka hendaklah ia lakukan untuk laki-laki dua kambing yang sama (setara) dan untuk perempuan satu kambing.” 5

Memberi nama yang baik

Disyariatkan memberi nama anak yang lahir dengan nama yang pada hari yang ketujuh sebagaimana hadits di atas atau pada saat dilahirkan langsung karena Rasulullah SAW telah menamai putranya yang baru lahir dengan nama Ibrahim, beliau berkata: “Tadi malam telah dilahirkan anak laki-laki bagiku, maka saya menamainya dengan nama bapakku Ibrahim.” (HR Muslim)

1. Fathul Bari: IX/593 dan Nailul Authar: V/35 Cet. Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah2 HR Abu Dawud no. 2838, At-Tirmidzi no. 1552, An-Nasa’i: VII/166, Ibnu Majah no. 3165,

Ahmad: V/7-8, 17-18, 22, dan Ad Darimi: II/81; shahih3 HR Ahmad: II/31, 158, 251 dan At-Tirmidzi no. 1513, Ibnu Majah no. 3163, dengan sanad

yang hasan4 HR Abu Dawud no. 2841 dengan sanad yang shahih5 HR Abu Dawud no. 2843, An-Nasa’i: VII/162-163, dan Ahmad no. 2286, 3176, dengan

sanad hasan

Page 79: Ensiklopedi Syirik

87R u q y a h

Tahnik dan Mendoakan Keberkahan

Istri beliau, Aisyah binti Abi Bakr RA menuturkan:

“Apabila didatangkan bayi yang baru lahir ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau mendoakan barakah kepadanya dan mentahniknya.”6

Tahnik adalah mengunyah kurma sampai lumat hingga bisa ditelan, kemudian menyuapkannya ke mulut bayi. Apabila tidak didapatkan kurma, maka diganti dengan makanan manis lain yang bisa digunakan untuk mentahnik. Para ulama bersepakat bahwa istihbab (disenangi) melakukan tahnik pada hari kelahiran anak. Demikian dijelaskan oleh Imam An-Nawawi rahimahullah ketika menerangkan tahnik ini.

Gambaran perbuatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini bisa kita lihat dalam hadits Anas bin Malik RA:

“Aku membawa Abdullah bin Abi Thalhah al Anshari kepada Rasulullah SAW pada hari kelahirannya, dan waktu itu beliau menggunakan mantelnya sedang mengecat untanya dengan ter. Lalu beliau bertanya: “Apakah engkau membawa kurma?” Aku menjawab: “Ya.” Kemudian kuberikan pada beliau beberapa buah kurma, lalu beliau masukkan ke mulut dan mengunyahnya. Kemudian beliau membuka mulut bayi dan meludahkan kurma itu ke mulut bayi. Mulailah bayi itu menggerak-gerakkan lidahnya untuk merasakan kurma tersebut. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kesukaan Anshar adalah kurma,” dan beliau memberinya nama Abdullah.” 7

Hadits Anas bin Malik di atas juga memberikan penjelasan kepada kita bahwa tahnik dilakukan dengan menggunakan kurma, dan ini yang disenangi. Apabila dilakukan dengan selain kurma, maka tahnik itu pun telah terlaksana, namun kurma lebih utama. Dari sini pula kita memetik faidah bahwa tahnik dilakukan oleh orang yang shalih, baik laki-laki ataupun perempuan.8

Inilah tuntunan syariat bagi setiap orang tua yang mengharap kebaikan bagi anaknya. Tak layak semua ini dilewatkan begitu saja, karena sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Wallahu a’lamu bish-shawab.

6 HR Al-Bukhari no. 5468 dan Muslim no. 21477 HR Al-Bukhari no. 5470 dan Muslim no. 21448 Lihat: Syarh Shahih Muslim dan Subulus Salam: IV/194

Page 80: Ensiklopedi Syirik

88Jin; Hakikat bukan Khurafat

Mencukur rambut dan bersedekah

Dianjurkan agar mencukur rambutnya pada hari ketujuh dan mengeluarkan sedekah berupa perak seberat rambut yang dicukur. Hal ini berdasarkan hadits Abu Rafi Radhiyallâhu 'anhu, ia berkata:

“Ketika Fathimah RS melahirkan Al-Hasan, ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, bolehkah aku melumuri putraku ini dengan darah hewan aqiqah?’ ‘Tidak, tetapi cukurlah rambutnya dan bersedekahlah dengan perak seberat rambut yang dicukur kepada fakir miskin.’.”

Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi juga menyebutkan dalam Minhajul Muslim (hkm. 437), kalau tidak ada perak bisa emas yang senilai atau berupa uang.

Imam Malik Rhm meriwayatkan bahwa Fathimah RA menimbang rambut Al-Hasan dan Al-Husain, demikian juga rambut Ummu Kultsum, lalu menyedekahkan perak seberat rambut tersebut.

Ibnu Ishaq menyebutkan dalam Sirah-nya bahwa Rasulullah SAW pernah berkata kepada Fathimah RA setelah melahirkan Al-Hasan, “Wahai Fathimah, cukurlah rambutnya, lalu bersedekahlah dengan mengeluarkan perak seberat timbangan rambutnya.” Lalu Fathimah pun menimbangnya, dan ternyata beratnya adalah satu dirham atau kurang sedikit.

Syaikh Waliyullah Ad-Dahlawi Rhm, ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan tentang sebab perintah bersedekah dengan perak tersebut:

“Sesungguhnya anak itu jika telah berpindah dari janin menjadi bayi merupakan sebuah nikmat yang wajib disyukuri. Bentuk kesyukuran yang terbaik adalah dengan menggantinya. Mengingat bahwa rambut bayi merupakan bagian dari perkembangan janin, dan menghilangkannya merupakan pertanda kemerdekaannya menuju perkembangan sebagai anak, maka sudah seharusnya bila rambutnya itu ditimbang dengan perak. Pengkhususan perak di sini adalah karena emas terlalu mahal, dan hanya orang kaya yang punya, sedangkan perbendaharaan selain emas dan perak tidak seimbang dengan timbangan rambut sang anak.”

Page 81: Ensiklopedi Syirik

89R u q y a h

Mengolesi kepala dengan minyak wangi

Mengolesi kepalanya si bayi dengan minyak wangi sebagai pengganti apa yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyyah yang mengolesi kepala bayi dengan darah hewan aqiqah, kebiasaan mereka ini tidak benar sehingga Islam meluruskannya dengan mengoleskan minyak wangi dikepalanya, sebagaimana dalam hadits Buraidah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan yang lainnya dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Irwa’ul Ghalil: IV/389.

Page 82: Ensiklopedi Syirik

90Jin; Hakikat bukan Khurafat

Page 83: Ensiklopedi Syirik

91R u q y a h

WATAK DAN NASIB

Ramalan Watak dan Nasib

Primbon Jawa memuat berbagai ramalan watak manusia, bahkan sejak masih jabang bayi. Ramalan-ramalan itu sesuai dengan banyak hal, antara lain:

Menurut wuku kelahiran

Menurut hari lahir

Menurut hari dan jam lahir

Menurut pekan lahir

Menurut hari dan pekan lahir

Menurut tanggal lahir

Menurut bulan lahir

Menurut mangsa lahir

Menurut neptu hari/pekan lahir

Menurut hitungan neptu hari/pekan bagi 9

Menurut hitungan neptu hari/pekan bagi 8

Menurut hari/tanggal lahir

Sesuai letak tahi lalat

Sesuai letak toh (tanda lahir)

Sesuai hitungan huruf pertama dan terakhir namanya

Sesuai ciri fisik

Dari jatuhnya benih

Page 84: Ensiklopedi Syirik

92Jin; Hakikat bukan Khurafat

Dalam ramalan-ramalan tersebut, watak dan sifat manusia dikaitkan dengan waktu, ciri-ciri fisik dan proses pembuahannya. Di sini terlihat filosofi tentang nasib manusia yang ditentukan oleh hal-hal di sekelilingnya, mencermati faktor-faktor penentu ini menjadi sebuah “ngelmu” yang biasanya dimiliki oleh para dukun dan orang pintar. Primbon merangkum beraneka hal tadi sehingga menjadi pegangan utama para dukun Jawa.

Sengkala

Sengkala adalah rintangan hidup yang dialami oleh manusia yang diakibatkan adanya energi negatif atau aura hitam yang ada dalam diri seseorang sehingga mengakibatkan penderitaan lahir batin. Contohnya adalah ada orang yang rajin bekerja dan berusaha namun selalu mengalami kegagalan, padahal ada orang lain yang usahanya santai-santai saja selalu saja dinaungi keberuntungan.

Pada asalnya, istilah sengkala mungkin berasal dari Sang Kala atau Batara Kala. Dewa pembawa sial dalam mitologi Hindu yang dibuahkan secara sumbang oleh Batara Guru (rajanya para dewa) saat bangkit nafsunya melihat Dewi Uma. Mani Batara Guru jatuh ke laut dan menjadi Batara Kala. Setelah besar, Kala menghadap ayahnya dan disabda bahwa makanannya adalah orang-orang yang menyandang sengkala. Batara Kala kemudian menebar sial di antara anak manusia yang tak beruntung (sukerta).

Penyebab Sengkala bisa bermacam-macam. Ada sengkala yang sudah dibawa sejak lahir (ini biasanya akibat perbuatan jelek dikehidupan/reinkarnasi sebelumnya), ada sengkala akibat berbuat zalim/tidak baik kepada orang lain di masa sekarang, ada sengkala yang sengaja ‘ditanam’ orang dengan tujuan jahat karena bermusuhan dengan kita, dan lain-lain sebab.

Berbagai Jenis Sengkala dapat dikategorikan menjadi 29 yaitu:

1. Kebo kemali (sulit dapat jodoh)

2. Bahu laweyan (jika menikah, pasangan atau anak anda meninggal)

3. Jlomprong (sepanjang hidup terus menerus dirundung sakit)

4. Cluwak bodas (dengan pasangan selalu bentrok)

5. Sambit (hidup selalu susah/gagal akibat lupa bayar hutang)

Page 85: Ensiklopedi Syirik

93R u q y a h

6. Cekal kendit (karir macet, jabatan tak pernah naik)

7. Gotro Pati (rejeki seret, kerja siang malam tak ada hasil)

8. Kantong bolong (sebesar apapun hasil yang didapat selalu habis, boros)

9. Gendring bumi (usaha selalu gagal karena tanah yang ditempati wingit, angker/keramat)

10. Ruwing (sial terus menerus karena menyakiti orang tua)

11. Rerewo bodes (sering ingkar janji, hidup jadi apes)

12. Bandor sari (hidup sial karena dikutuk/disumpah ibu)

13. Jeblak (hidup sial karena dikutuk/disumpah ayah)

14. Cengis (selalu difitnah orang)

15. Gabuk (sudah tahunan menikah belum punya anak)

16. Cluring (hidup sial, usaha gagal, sering sakit pula alias sial multidimensi)

17. Branjang sunu (sial karena makan makanan haram)

18. Srigunting (selalu ditolak dalam urusan asmara)

19. Blunuk glontar (hidup sengsara karena menolak cinta seseorang)

20. Blorong (tidak betah kerja, selalu pindah-pindah karena berbagai masalah)

21. Pantek jangkar (jiwa labil karena salah salah/belum siap belajar ilmu)

22. Gombak gimbal (sial karena bagian tubuh ada yang diubah misalnya operasi plastik dll)

23. Jebluk (sering mengalami kecelakaan)

24. Borong cokro (sial karena ingkar nadzar misalnya pada makam kera-mat)

25. Surengkala (dimana-mana dimusuhi orang)

26. Cleret timbal (kesialan karena hukum karma akibat perbuatan di masa lalu)

27. Gendrung bedes (sial karena sering berbuat maksiat)

28. Blongkang suji (sial karena membunuh orang)

Page 86: Ensiklopedi Syirik

94Jin; Hakikat bukan Khurafat

29. Birowo (sial karena disabda orang sakit)

Dalam tradisi Jawa, solusi untuk mengatasi sengkala adalah dengan mengikuti ruwatan.

Ruwatan dan Sukerta1

Ruwatan merupakan upacara adat yang bertujuan membebaskan seseorang, komunitas, atau wilayah dari ancaman bahaya. Inti upacara ini sebenarnya adalah do’a, memohon perlindungan dari ancaman bahaya seperti bencana alam, juga do’a memohon pengampunan, dosa-dosa dan kesalahan yang telah dilakukan yang dapat menyebabkan bencana. Upacara ini berasal dari ajaran budaya Jawa kuno yang bersifat sinkretis, namun sekarang diadaptasikan dengan ajaran agama.

Ruwatan bermakna mengembalikan ke keadaan sebelumnya, maksudnya keadaan sekarang yang kurang baik dikembalikan ke keadaan sebelumnya yang baik. Makna lain ruwatan adalah membebaskan orang atau barang atau desa dari ancaman bencana yang kemungkinan akan terjadi, jadi bisa dianggap upacara ini sebenarnya untuk tolak bala’.

Upacara ini berasal dari cerita Batara Kala, yaitu raksasa yang suka makan manusia. Menurut kepustakaan “Pakem Ruwatan Murwa Kala” Javanologi gabungan dari beberapa sumber, antara lain dari Serat Centhini (Sri Paku Buwana V), bahwa orang yang harus diruwat disebut anak atau orang “Sukerta” ada 60 macam penyebab malapetaka, yaitu sebagai berikut:

1. Ontang-Anting, yaitu anak tunggal laki-laki atau perempuan.

2. Uger-Uger Lawang, yaitu dua orang anak yang kedua-duanya laki-laki dengan catatan tidak anak yang meninggal.

3. Sendhang Kapit Pancuran, yaitu 3 orang anak, yang sulung dan yang bungsu laki-laki sedang anak yang ke 2 perempuan.

4. Pancuran Kapit Sendhang, yaitu 3 orang anak, yang sulung dan yang bungsu perempuan sedang anak yang ke 2 laki-laki.

5. Anak Bungkus, yaitu anak yang ketika lahirnya masih terbungkus oleh selaput pembungkus bayi (placenta).

6. Anak Kembar, yaitu dua orang kembar putra atau kembar putri atau

Kebudayaan Jawa, dimuat dalam wattpad.com. ١

Page 87: Ensiklopedi Syirik

95R u q y a h

kembar “dampit” yaitu seorang laki-laki dan seorang perempuan (yang lahir pada saat bersamaan).

7. Kembang Sepasang, yaitu sepasang bunga yaitu dua orang anak yang kedua-duanya perempuan.

8. Kendhana-Kendhini, yaitu dua orang anak sekandung terdiri dari seorang laki-laki dan seorang perempuan.

9. Saramba, yaitu 4 orang anak yang semuanya laki-laki.

10. Srimpi, yaitu 4 orang anak yang semuanya perempuan.

11. Mancalaputra atau Pandawa, yaitu 5 orang anak yang semuanya laki-laki.

12. Mancalaputri, yaitu 5 orang anak yang semuanya perempuan.

13. Pipilan, yaitu 5 orang anak yang terdiri dari 4 orang anak perempuan dan 1 orang anak laki-laki.

14. Padangan, yaitu 5 orang anak yang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 1 orang anak perempuan.

15. Julung Pujud, yaitu anak yang lahir saat matahari terbenam.

16. Julung Wangi, yaitu anak yang lahir bersamaan dengan terbitnya matahari.

17. Julung Sungsang, yaitu anak yang lahir tepat jam 12 siang.

18. Tiba Ungker, yaitu anak yang lahir, kemudian meninggal.

19. Jempina, yaitu anak yang baru berumur 7 bulan dalam kandungan sudah lahir.

20. Tiba Sampir, yaitu anak yang lahir berkalung usus.

21. Margana, yaitu anak yang lahir dalam perjalanan.

22. Wahana, yaitu anak yang lahir dihalaman atau pekarangan rumah.

23. Siwah atau Salewah, yaitu anak yang dilahirkan dengan memiliki kulit dua macam warna, misalnya hitam dan putih.

24. Bule, yaitu anak yang dilahirkan berkulit dan berambut putih “bule”

25. Kresna, yaitu anak yang dilahirkan memiliki kulit hitam.

26. Walika, yaitu anak yang dilahirkan berwujud bajang atau kerdil.

27. Wungkuk, yaitu anak yang dilahirkan dengan punggung bengkok.

Page 88: Ensiklopedi Syirik

96Jin; Hakikat bukan Khurafat

28. Dengkak, yaitu anak yang dilahirkan dengan punggung menonjol, seperti punggung onta.

29. Wujil, yaitu anak yang lahir dengan badan cebol atau pendek.

30. Lawang Menga, yaitu anak yang dilahirkan bersamaan keluarnya “Candikala” yaitu ketika warna langit merah kekuning- kuningan.

31. Made, yaitu anak yang lahir tanpa alas (tikar).

32. Orang yang ketika menanak nasi, merobohkan “Dandhang” (tempat menanak nasi).

33. Memecahkan “Pipisan” dan mematahkan “Gandik” (alat landasan dan batu penggiling untuk menghaluskan ramu-ramuan obat tradisional).

34. Orang yang bertempat tinggal di dalam rumah yang tak ada “tutup keyongnya”.

35. Orang tidur di atas kasur tanpa sprei (penutup kasur).

36. Orang yang membuat pepajangan atau dekorasi tanpa samir atau daun pisang.

37. Orang yang memiliki lumbung atau gudang tempat penyimpanan padi dan kopra tanpa diberi alas dan atap.

38. Orang yang menempatkan barang di suatu tempat (dandhang - misalnya) tanpa ada tutupnya.

39. Orang yang membuat kutu masih hidup.

40. Orang yang berdiri ditengah-tengah pintu.

41. Orang yang duduk didepan (ambang) pintu.

42. Orang yang selalu bertopang dagu.

43. Orang yang gemar membakar kulit bawang.

44. Orang yang mengadu suatu wadah/tempat (misalnya dandhang diadu dengan dandhang).

45. Orang yang senang membakar rambut.

46. Orang yang senang membakar tikar dengan bambu (galar).

47. Orang yang senang membakar kayu pohon “kelor”.

48. Orang yang senang membakar tulang.

49. Orang yang senang menyapu sampah tanpa dibuang atau dibakar

Page 89: Ensiklopedi Syirik

97R u q y a h

sekaligus.

50. Orang yang suka membuang garam.

51. Orang yang senang membuang sampah lewat jendela.

52. Orang yang senang membuang sampah atau kotoran dibawah (dikolong) tempat tidur.

53. Orang yang tidur pada waktu matahari terbit.

54. Orang yang tidur pada waktu matahari terbenam (wayah surup).

55. Orang yang memanjat pohon disiang hari bolong atau jam 12 siang (wayah bedhug).

56. Orang yang tidur diwaktu siang hari bolong jam 12 siang.

57. Orang yang menanak nasi, kemuadian ditinggal pergi ke tetangga.

58. Orang yang suka mengaku hak orang lain.

59. Orang yang suka meninggalkan beras di dalam “lesung” (tempat penumbuk nasi).

60. Orang yang lengah, sehingga merobohkan jemuran “wijen” (biji-bijian).

Itulah 60 jenis “Sukerta” yaitu jenis-jenis manusia yang telah dijanjikan oleh Sang Hyang Betara Guru kepada Batara Kala untuk menjadi santapan atau makanannya, bahkan menurut Pustaka Raja Purwa (jilid I halaman 194) karya pujangga R. Ng. Ranggawarsito disebutkan ada 136 macam Sukerta. Menurut mereka yang percaya, orang-orang yang tergolong di dalam kriteria tersebut di atas dapat menghindarkan diri dari malapetaka (menjadi makanan Betara Kala) tersebut, jika ia mempergelarkan wayangan atau ruwatan dengan cerita Murwakala. Ada juga lakon wayang kulit ruwatan yang misalnya: Baratayuda, Sudamala, Kunjarakarna dan lain-lain.

Selain Ruwat Sukerta, terdapat juga “Ruwat Sengkala atau Sang Kala” yang artinya menjadi mangsa Sangkala yaitu jalan kehidupannya sudah terbelenggu serta penuh kesulitan, tidak bisa sejalan dengan alur hukum alam (ruang dan waktu) ini disebabkan oleh kesalahan-kesalahan perbuatan atau tingkah lakunya pada masa lalu.

Adapun sesaji yang disiapakan yaitu kain tujuh warna, beras kuning, jarum kuning, dan bunga tujuh rupa. Untuk tolak bala’ bagi orang yang mengalami sial harus menjalani siraman air suci dan menggunting

Page 90: Ensiklopedi Syirik

98Jin; Hakikat bukan Khurafat

rambut, rambut tersebut dihanyutkan ke sungai untuk menuju laut. Prosesi ini biasanya diawali dengan pertunjukan wayang kulit dengan lakon Murwakala yang menceritakan proses lahirnya Batara Kala dan kesialan yang dibawanya. Lalu turunlah Batara Wisnu sebagai Dalang Kandabuana yang meruwat para sukerta.

Page 91: Ensiklopedi Syirik

99R u q y a h

PERKARA GHAIB DALAM KACAMATA ISLAM

Masa depan adalah misteri (perkara ghaib). Bagian dari keyakinan seorang Muslim adalah tidak ada satu pun yang mengetahui perkara ghaib selain Allah Ta’ala.

"Katakanlah, 'Aku tidak berkuasa memberi kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali sesuatu yang dikehendaki Allah. Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku akan berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman." (Al-A’raf: 188).

"Katakanlah, 'Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah, dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan'." (An-Naml : 65).

Dalam salah satu fatwanya, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz mengatakan, “Ilmu tentang perkara ghaib hanya pada Allah, dan hanya dikhususkan baginya. Ia mengetahui apa yang telah, sedang dan akan

Page 92: Ensiklopedi Syirik

100Jin; Hakikat bukan Khurafat

terjadi; Ia mengetahui bagaimana sesuatu itu akan terjadi. Mengetahui apa yang akan terjadi di akhirat; di surga dan neraka. Mengetahui siapa saja yang selamat (ahli surga) dan siapa yang celaka (ahli neraka). Semua ilmu ghaib itu mutlak hanya milik Allah. Sedangkan para Rasul, hanya mengetahui ketika telah diberitahu oleh Allah melalui wahyu. Sebagaimana firman-Nya:

"(Dialah Allah) yang mengetahui yang ghaib. Ia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya…." (Al-Jin : 26-27).1

Sebelum Terjadi, Nasib itu Bagian dari Perkara Ghaib

Demikian pula dengan nasib seseorang. Dalam ajaran Islam, tidak dikenal adanya cirri atau pertanda khusus yang bisa digunakan untuk menebak nasib seseorang. Bayi yang lahir baik siang atau malam hari; mempunyai tahi lalat di tempat tertentu atau tidak; tanggal berapapun dia lahir, semuanya sama. Tidak ada keistimewaan kelahiran di satu tempat atau waktu tertentu dibanding yang lain.

Bayi yang lahir ibarat secarik kertas putih. Ayah-ibunya—atau siapapun yang mendidiknya kelak—lah yang akan mempengaruhi warna atau tulisan di kertas tadi. Islam tidak mengenal dosa turunan, atau nasib bawaan orang-tua. Islam memandangnya sebagai hal yang rasional, apa adanya. Sekali lagi, tergantung siapa yang kuat memberikan pengaruh / pendidikan kepada si bayi. Rasulullah SAW bersabda :

سانه رانه او يمج دانه او ينص بواه يهو كل مولود يولد على الفطرة فا

"Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Ayah-bundanyalah yang akan menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (Muttafaqun Alaihi).

Anak yang mempunyai sifat nasib buruk kelak di waktu dewasa, sama sekali tidak terkait dengan bawaan orang tua. Islam tidak mengenal dosa warisan yang diterima mutlak seorang anak dari kedua orang-tuanya. 1 http://www.binbaz.org.sa/mat/4201

Page 93: Ensiklopedi Syirik

101R u q y a h

Allah berfirman:

"… dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain…" (Az-Zumar : 7).

"… tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya." (At-Thur: 21).

Sekali lagi, penentuan baik-buruknya nasib seseorang tergantung mutlak kepada kehendak Allah. Dua orang bayi kembar yang memiliki persamaan waktu dan tempat lahir serta ciri-ciri fisik sekalipun, sangat mungkin memiliki nasib yang bertolak-belakang satu dengan lainnya.

Bagaimana proses penetapan nasib/takdir seseorang, digambarkan dalam sebuah sabda Nabi SAW :

ه اربعين يوما نطفة، ثم يكون علقة ان احدكم يجمع خلقه في بطن ام

فينفخ الملك اليه يرسل ثم ذلك، مثل مضغة يكون ثم ذلك، مثل

ربع كلمات: بكتب رزقه واجله وعمله وشقي او وح، ويؤمر با فيه الر

سعيد.

"Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rezekinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya." (HR. Bukhari dan Muslim, dari Abdullah bin Mas'ud RA).

Semenjak itulah, Allah telah menetapkan keadaan seseorang terkait rezeki, ajal, amal serta nasibnya kelak (celaka atau bahagia). Dan semenjak itu pulalah, ketetapan tersebut menjadi perkara ghaib yang hanya diketahui oleh Allah semata. Kita sendiri yang menjalani kehidupan, tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esok; bagaimana nasib dan keadaan kita. Tidak

Page 94: Ensiklopedi Syirik

102Jin; Hakikat bukan Khurafat

ada daya dan upaya manusia yang mampu mengubah takdir tersebut. Rasulullah SAW menggambarkan:

ة لو اجتمعت على ان ينفعوك بشيء لم ينفعوك الا بشيء م واعلم ان الا

وك الا وك بشيء لم يضر قد كتبه الله لك، وان اجتمعوا على ان يضر

حف ت الص قلام وجف بشيء قد كتبه الله عليك، رفعت الا

“Ketahuilah sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu , niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering.” (HR. Tirmdzi).

Pena untuk menulis takdir telah diangkat, dan lembaran tempat tertulisnya takdir pun telah mongering. Tidak ada daya dan upaya manusia yang mampu membuatnya lari menghindari takdir. Kalau memang nasib mujur, bagaimanapun seisi bumi ingin menimpakan bala, niscaya tidak bisa melebihi kadar bala yang memang Allah telah tentukan sebelumnya. Begitupun sebaliknya.

Meski demikian, Allah SWT Maha Pengasih dan Penyayang. Takdir itu bisa berubah dengan doa (permohonan) seorang hamba kepada Rabbnya. Dalam satu sabdanya, Rasulullah SAW menjelaskan :

ا لم ينزل و ان البلاء ا نزل و مم عاء ينفع مم لا يغني حذر من قدر و الد

عاء فيعتلجان الى يوم القيامة اه الد لينزل فيتلق

“Kewaspadaan tidak akan terlalu berpengaruh terhadap takdir, tapi doa bermanfaat untuk apa yang telah dan yang belum terjadi. Sesungguhnya bala bencana itu akan turun lalu bertemu dengan doa dan keduanyapun berkelahi sampai hari kiamat.”2

Kita tidak pernah tahu, apakah ditakdirkan bernasib baik atau buruk. Kalau toh kita khawatir mendapatkan nasib buruk, Islam mengajarkan kita untuk berdoa. Untuk memulai beberapa kegiatan, banyak doa yang

2 Al-Hakim berkata, “Hadits ini sanadnya shahih dan mereka berdua (Al-Bukhari dan Muslim) tidak mengeluarkannya.”

Page 95: Ensiklopedi Syirik

103R u q y a h

disunnahkan, yang mengandung unsur perlindungan diri dari nasib buruk.

Contoh Doa Memohon Perlindungan dari Nasib Sial

Doa memakai pakaian

ه وشر ما اللهم اني اسالك من خيره وخير ما هو له واعوذ بك من شر

هو له

"Ya Allah, sungguh, aku memohon kepada-Mu dari kebaikannya serta kebaikan yang ada padanya; dan aku berlindung kepadamu dari keburukannya dan keburukan yang ada padanya." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Hakim dan Ibnu Sunni).

Doa pagi dan petang

ما في رب اسالك خير ما في هذا اليوم وخير ما بعده واعوذ بك من شر

هذا اليوم وشر ما بعده

"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikan hari ini dan setelahnya; dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan hari ini dan setelahnya." (HR. Muslim).

Menanggulangi Kejahatan yang Datang dari Luar

Dalam ajaran Islam, nasib buruk dan kesialan juga bisa dialami seseorang karena kejahatan orang lain—baik sengaja dilakukan atau tidak. Yang sengaja dilakukan namanya sihir, sedangkan yang tidak sengaja dikenal dengan penyakit ain.

Sihir

Ibnu Qudamah Al-Maqdisi mengatakan, sihir adalah ikatan-ikatan, jampi-jampi, perkataan yang dilontarkan secara lisan maupun tulisan, atau melakukan sesuatu yang mempengaruhi badan, hati atau akal orang yang terkena sihir tanpa berinteraksi langsung dengannya. Sihir ini mempunyai hakikat, diantaranya ada yang bisa mematikan, membuat sakit, membuat seorang suami tidak dapat mencampuri istrinya atau memisahkan

Page 96: Ensiklopedi Syirik

104Jin; Hakikat bukan Khurafat

pasangan suami istri, atau membuat salah satu pihak membenci lainnya atau membuat kedua belah pihak saling mencintainya.3

Cara mengatasi gangguan sihir ini adalah dengan ruqyah syar’iyyah. Kepada korban dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an untuk mengusir pengaruh ghaib yang datang dari setan. Lafal ruqyah harus berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an atau doa-doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.4

Ain

Penyakit ain adalah penyakit ghaib yang dapat menghinggapi seseorang melalu pandangan mata. Ada orang-orang tertentu yang memiliki kelainan ghaib. Misalnya saja A. Nah, bila A, karena satu dan lain sebab memandang A dengan penuh kedengkian kepada B, maka B bisa terkena dampak penyakit ain.

Tanda-tanda anak yang terkena ‘ain di antaranya adalah menangis secara tidak wajar (bukan karena lapar, sakit atau mengompol), kejang-kejang tanpa sebab yang jelas, tidak mau menyusu pada ibunya tanpa sebab, dan tanda-tanda yang tidak wajar lainnya. Umumnya tidak bisa dijelaskan secara medis. Juga kondisi tubuh yang cenderung kurus.

Ain tidak hanya timbul oleh pandangan kedengkian. Bila A meman-dang B dengan pandangan cinta dan kekaguman, B bisa terkena dampak-nya. Gejalanya sama dengan yang ditimbulkan oleh pandangan kedeng-kian.

Penyakit ‘ain itu benar-benar ada dan bukan khurafat yang dihubung-hubungkan dengan pujian. Sebagaimana anggapan sebagian besar masyarakat Indonesia bahwa pujian kepada seorang anak akan menyebab-kab sakit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

العين حق ولو كان شيء سابق القدر لسبقته العين

“’Ain itu benar adanya. Seandainay ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, tentu akan didahului oleh ‘ain.” (HR. Muslim)

Jadi, bukan pujian yang menyebabkan dampak buruk bagi anak yang dipujinya, melainkan bermula dari pandangan mata sang pemujinya, baik

3 Al-Mughni, (X/104)4 Banyak buku-buku tuntunan ruqyah Islami yang sudah diterbitkan dalam bahasa Indonesia.

Salah satu diantaranya adalah sebuah masterpiece karangan Syaikh Wahid Abdussalam Bali, yang diterbitkan AQWAM dengan judul Ruqyah.

Page 97: Ensiklopedi Syirik

105R u q y a h

pujian itu karena ada rasa iri atau karena benar-benar ada kekaguman.

Ada dua kondisi mengatasi penyakit ain.

A. Preventif

Melindungi diri dan anak dengan membaca ruqyah-ruqyah yang disyariatkan Islam, di antaranya:

ة ة ومن كل عين لام ة من كل شيطان وهام اعوذ بكلمات الله التام

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari se-tiap setan, binatang berbisa, dan dari setiap mata yang jahat.” (Riwayat Bukhari)

Atau membaca doa yang digunakan Rasulullah SAW untuk me-lindungi Hasan dan Husain,

ة ة ومن كل عين لام ة من كل شيطان وهام اعيذكما بكلمات الله التام

“Aku berlindung kepada Allah untukmu berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari segala setan, binatang yang berbisa, dan pan-dangan mata yang jahat.” (Riwayat Bukhari).

Atau bisa juga dengan membaca doa yang dibacakan oleh malaikat Jibril AS ketika Nabi SAW mendapat gangguan setan, yaitu:

بسم الله ارقيك من كل شيء يؤذيك من شر كل نفس و عين حاسد

الله يشفيك

“Dengan menyebut nama Allah, aku membacakan ruqyah untukmu dari segala sesuatu yang menganggumu dari kejahatan setiap jiwa dan pen-garuh ‘ain. Semoga Allah menyembuhkanmu.”

Sedangkan bila kita merasa sebagai orang yang berpotensi mem-berikan penyakit ain, untuk mencegah penyakit ain ini, jika kita me-lihat sesuatu yang baik ada pada diri kita, anak, harta kita atau yang lainnya yang menakjubkan, hendaklah membaca doa:

ة الا بالله ما شاء الله لا حول ولا قو

Page 98: Ensiklopedi Syirik

106Jin; Hakikat bukan Khurafat

“ Masya Allah (atas kehendak Allah), tidak ada kekuatan melainkan hanya dengan (pertolongan) Allah.”

B. Kuratif

Jika pelakunya diketahui, maka orang tersebut diperintahkan un-tuk berwudhu. Bekas wudhu orang tersebut digunakan untuk me-mandikan anak yang terkena ‘ain.

Tapi jika tidak diketahui perbanyak membaca surat Al-Ikhlas, muawwidzatain (An-Nas dan Al-Falaq), Al-Fatihah, ayat Kursi (Al-Baqarah: 255), 2 ayat terakhir surat Al-Baqarah, dan mendoakan dengan doa-doa yang disyariatkan. Membaca pada air disertai tiu-pan, kemudian diminumkan pada anak yang sakit dan sisanya di-siramkan ke tubuhya, atau dibacakan pada minyak dan minyaknya dioleskan ke tubuhnya. Lebih baik lagi jika bacaan itu dibacakan pada air zam-zam.

Selain dua hal di atas, nasib kurang beruntung juga bisa berasal dari:

Nama yang Buruk

Nama adalah doa. Oleh sebab itu, Nabi SAW memerintahkan kepada para orang-tua untuk memberikan nama yang baik bagi anaknya. Beliau juga berkali-kali mengganti nama beberapa orang shahabat yang dinilai tidak sesuai.

Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Nabi SAW mengganti nama (se-orang wanita) ‘Ashiyah (pelaku maksiat) dan berkata: Engkau Jami-lah (Cantik/Indah).5

Muhammad bin ‘Amr bin ‘Atha’ juga meriwayatkan bahwasanya ia pernah menemui Zainab binti Abu Salamah. Lalu Zainab bertanya kepada Muhammad tentang nama saudara perempuannya yang ada bersamanya.

Muhammad berkata, «Aku menjawab, ‘Namanya adalah Barrah (yang baik/berbakti)’.”

Zainab berkata, “Gantilah namanya! karena Nabi SAW menikah dengan Zainab binti Jahsy yang nama (sebelumnya) adalah Barrah,

5 Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad. Lihat kitab Shahih Al-Adab Al-Mufrad oleh Al-Albani no. 630/820, hlm. 306. Lihat pula Ash-Shahihah, no. 213.

Page 99: Ensiklopedi Syirik

107R u q y a h

lalu beliau menggantinya menjadi Zinab.”

Beliau pernah masuk menemui Ummu Salamah setelah menikah dengannya, dan namaku (dahulu juga) Barrah, kemudian beliau mendengar Ummu Salamah memanggilku, ‘Barrah’, maka beliau bersabda:

“Janganlah kalian menganggap diri kalian suci, karena Allah lebih mengetehui siapa di antara kalian yang barrah (yang baik) dan yang fajiroh (tidak baik). Beri nama dia Zainab”.

Ummu Salamah berkata, “Dia (namanya sekarang) Zainab.”

Aku (Muhammad) bertanya kepadanya (Zainab binti Abu Sala-mah), “Lantas aku beri nama apa?”

Zainab menjawab, “Gantilah (namanya) dengan nama yang telah diberikan Rasulullah SAW, berilah dia nama Zainab (juga). (HR. Bukhari) .

Dari Ibnu Abbas, bahwa nama Juwairiyah dahulu adalah BarrAh. Lalu nabi mengubah namanya menjadi Juwairiyah. (HR. Bukhari)

Dari Aisyah RA, bahwa pernah disebutkan seorang laki-laki yang bernama Syihab di sisi Rasulullah SAW, lalu Rasulullah SAW bers-abda, “Namamu adalah Hisyam.” (HR. Bukhari).

Dari Sa’id bin Al-Musayyib dari ayahnya dari kakeknya: Bahwasan-ya dia (kakeknya) pernah mendatangi Nabi SAW lalu beliau bertan-ya, “Siapa namamu?” Ia menjawab, “Hazn (sedih).” Beliau berkata, “Engkau adalah Sahl (mudah).”

Ia berkata: “Aku tidak mau mengganti naman yang telah diberikan ayahku!”

Ibnul Musayyib berkata: Sehingga ia terus-menerus merasa sedih setelah itu. (HR. Bukhari).

Dari Laila Istri Basyir, ia bercerita tentang Basyir bin Al-Khashay-ishah, yang dahulu namanya adalah Zahm, lalu Nabi SAW meng-gantinya menjadi Basyir (HR. Bukhari).

Yang harus dicatat dalam penggantian nama ini adalah, nama yang baru harus lebih baik dariapada nama sebelumnya. Ini berbeda dengan tradisi Jawa. Nama yang dianggap mengandung sengkala, diganti den-gan nama lain yang belum tentu lebih baik daripada sebelumnya. Kemu-dian, proses penggantian nama berlangsung cukup sederhana. Cukup

Page 100: Ensiklopedi Syirik

108Jin; Hakikat bukan Khurafat

diumumkan, tanpa harus mengadakan ritual tertentu.

Demikianlah, peran mengubah takdir mutlak ada pada Allah—sebagaimana peran untuk menentukan takdir sebelumnya. Manusia hanya mampu berdoa, menggantungkan segalanya kepada keputusan dan kebijakan Allah saja. Lalu, mengapa masih harus pakai ramal-meramal, kemudian sibuk mengadakan berbagai ritual untuk mengusir nasib buruk—yang akhirnya terjebak dalam kesyirikan?

Mengapa Tradisi Tersebut dikategorikan Syirik dan terlarang?

No. Nama Tradisi Keterangan Penjelasan

1. Meramal watak dan nasib

Nasib seseorang bisa ditentukan dari waktu (jam, hari, bulan, wuku dan neptu kelahiran, ciri fisik dan sebagainya.

Nasib masa depan termasuk perkara ghaib. Ilmunya hanya dimiliki oleh Allah Ta'ala. Meramalnya, berarti sama dengan mengaku tahu ilmu ghaib. Di sinilah kesyirikan itu timbul.Agama Islam sangat keras dalam melarang hal-hal ghaib. Di atas, telah dikemukakan ancaman bagi orang yang mendatangi tukang ramal dan mempercayainya.

2. Ruwatan Sebuah ritual untuk menghilangkan nasib sial yang secara alamiah dibawa oleh seseorang semenjak lahir.Menggunakan beraneka sesajian, mirip tradisi Hindu.

Ruwatan itu sendiri dilakukan karena adanya sebuah kepercayaan dalam agama Hindu, yaitu tentang adanya Betara Kala. Jadi, jelas ini bukan tradisi Islam. Sementara dalam ajaran Islam, untuk menanggulangi nasib buruk yang ditimbulkan oleh sihir atau ain adalah dengan cara meruqyah. Untuk nama yang tidak cocok/buruk, cukup dengan menggantinya.

Page 101: Ensiklopedi Syirik

109R u q y a h

Telaah Islam Tentang Ramalan

Membenarkan atau percaya pada dukun dan paranormal merupakan salah satu pintu kesyirikan. Allah berfirman:

...

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya… " (Al-Isrâ': 36).

... ...

"…Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa..." (Al-Hujurât: 12).

..."(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya…" (Al-Jin: 26-27).

Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Saw bersabda:

د نزل على محم قه بما يقول فقد كفر بما ا افا او كاهنا فصد من اتى عر

"Barang siapa yang mendatangi paranormal atau dukun lalu membenarkan apa yang mereka katakan, maka ia telah mengkufuri apa yang diturunkan kepada Muhammad.”

Kufur di sini bukan berarti kafir dengan hakikatnya. Sekiranya kufur yang dimaksud dalam hadits di atas ialah kufur besar, maka tertolaklah shalatnya untuk selamanya, bukan hanya empat puluh hari. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Saw yang disampaikan oleh istri beliau. Bahwasanya Nabi Saw bersabda:

قه لم تقبل له صلاة اربعين يوما له عن شيء فصد افا فسا من اتى عر

"Barang siapa yang mendatangi paranormal lalu menayakan sesuatu kemudian membenarkan apa yang ia katakan, maka tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh hari.”