efektivitas penerapan pendekatan matematika … · semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013) tesis...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
EFEKTIVITAS PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA
REALISTIK (PMR) DAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING (QL)
DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN SISWA
(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Se Kabupaten Lampung Timur
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
Desty Septianawati
S851108012
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EFEKTIVITAS PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA
REALISTIK (PMR) DAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING (QL)
DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN SISWA
(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Se Kabupaten Lampung Timur
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)
TESIS
Oleh
Desty Septianawati
S851108012
Komisi Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing
Pembimbing I Prof. Dr. Budiyono, M. Sc. ………………… ………………
NIP. 19530915 197903 1 003
Pembimbing II Dr. Sri Subanti, M. Si. ………………… ………………
NIP. 19581031 198601 2 001
Telah dinyatakan memenuhi syarat
pada tanggal…………………2013
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana UNS
Prof. Dr. Budiyono, M.Sc.
NIP. 19530915 197903 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
EFEKTIVITAS PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA
REALISTIK (PMR) DAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING (QL)
DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN SISWA
(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Se Kabupaten Lampung Timur
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)
TESIS
Oleh
Desty Septianawati
S851108012
Tim penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Dr. Mardiyana, M. Si. …………………… ……………
NIP. 19660225 199302 1 002
Sekretaris Dr. Riyadi, M.Si. …………………… ……………
NIP. 19670116 199402 1 001
Anggota Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. .…………………… ……………
Penguji NIP. 19530915 197903 1 003
Dr. Sri Subanti, M.Si. …………………… ……………
NIP. 19581031 198601 2 001
Telah dipertahankan di depan penguji
Dinyatakan telah memenuhi syarat
pada tanggal ..............................2013
Direktur Program Pascasarjana UNS Katua Program Studi
Pendidikan Matematika
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M. S. Prof. Dr. Budiyono, M. Sc.
NIP. 19610717 198601 1 001 NIP. 19660225 199302 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Tesis yang berjudul: “EFEKTIVITAS PENERAPAN PENDEKATAN
MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DAN PENDEKATAN
QUANTUM LEARNING (QL) DITINJAU DARI TIPE
KEPRIBADIAN SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Se
Kabupaten Lampung Timur Semester Ganjil Tahun Pelajaran
2012/2013)” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat,
serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis
digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber
acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat
plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas, No. 17 tahun
2010)
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum
ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author
dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-
kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak
melakukan publikasi sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi
Matematika PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah
yang diterbitkan oleh Prodi Matematika PPs-UNS. Apabila saya
melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia
mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta,
Mahasiswa,
Desty Septianawati
S851108012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Teriring rasa syukur kehadirat Allah SWT
Tesis ini penulis persembahkan untuk:
Ibuku Suprihatin dan Adikku tercinta Deni Pradana atas curahan doa dan kasih
sayang yang tiada henti
Suamiku tercinta Yadi Ardiawan pemberi semangat dan selalu setia menemaniku
hingga akhir tesis ini dibuat
Keluarga dan saudara yang selalu memberikan doa
Sahabat-sahabat terkasih yang selama ini memberiku perhatian, senyum & tawa
Teman-teman Pendidikan Matematika Pascasarjana angkatan 2011
Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan?”
(QS. Ar Rahman: 13 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang
berjudul “Efektivitas Penerapan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dan
Pendekatan Quantum Learning (QL) Ditinjau dari Tipe Kepribadian Siswa (Studi
Pada Siswa Kelas VIII SMP Se Kabupaten Lampung Timur Semester Ganjil
Tahun Pelajaran 2012/2013).”
Hambatan dan permasalahan yang menimbulkan kesulitan dalam
menyelesaikan penulisan tesis ini banyak ditemui oleh penulis, akan tetapi berkat
bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul tersebut
dapat teratasi. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak atas segala bentuk bantuannya yang telah
meringankan penyelesaian penulisan tesis ini, terutama kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M. Si., Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan
penulis untuk menempuh studi di program Magister Pendidikan Matematika.
2. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus
Pembimbing I, yang telah memberikan petunjuk, saran dan motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis.
3. Dr. Sri Subanti, M. Si., Pembimbing II, yang telah memberikan pengarahan
dan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesungguhan dan kesabaran
hingga penyusunan tesis ini selesai.
4. Sulastomo, S.Pd., M.M., Kepala SMP Negeri 2 Way Bungur, Rohmanjanah,
S.Pd., M.Si., Kepala SMP Negeri 2 Purbolinggo, Suyatno, S.Pd., kepala
SMP Negeri 2 Sukadana, yang telah memberikan ijin penelitian.
5. Hastiani, S.Pd., Fitriani, S.Pd., Candrawati Liyani, S.Pd., Sumiati, S.Pd., dan
Kasnan, S.Pd., validator pada penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
6. Bapak/ Ibu guru SMP Negeri 2 Way Bungur, SMP Negeri 2 Purbolinggo,
SMP Negeri 2 Sukadana, yang telah banyak membantu selama pelaksanaan
penelitian.
7. Sahabat-sahabat sejalan seperjuangan Rany Widiyastuti, Rina Agustina, Siti
Khoiyriah, Nana Hasanah, Laila Puspita, Hasan Sastra Negara, dan
Hidayatullah.
8. Teman-teman angkatan 2011 Program Studi Magister Pendidikan
Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
9. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini
yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapatkan
imbalan dari Allah SWT. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya, bagi dunia pendidikan dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS .................... iv
PERSEMBAHAN .................................................................................................. v
MOTO .................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
ABSTRAK ............................................................................................................ xvi
ABSTRACT ......................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 5
C. Pemilihan Masalah ................................................................................ 6
D. BatasanMasalah ..................................................................................... 6
E. Rumusan Masalah ................................................................................. 7
F. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8
G. Manfaat Penelitian ................................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ......................................................................................... 10
1. Hakikat Pembelajaran Matematika ............................................... 10
2. Prestasi Belajar Matematika ........................................................... 11
3. Metode Diskusi .............................................................................. 12
4. Pendekatan Pembelajaran ............................................................... 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
a. Pendekatan Matematika Realistik ......................................... 13
b. Pendekatan Quantum Learning ............................................. 21
5. Pembelajaran Konvensional ........................................................... 26
6. Sintaks Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Pendekatan
Matematika Realistik ...................................................................... 27
7. Sintaks Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Quantum
Learning ......................................................................................... 29
8. Sintaks Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Pembelajaran
Konvensional .................................................................................. 30
9. Tipe Kepribadian ............................................................................. 31
B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 36
C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 39
D. Hipotesis ............................................................................................... 44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode dan Waktu Penelitian
1. Tempat dan Subjek Penelitian ........................................................... 46
2. Waktu Penelitian ............................................................................... 46
B. Jenis, Rancangan, dan Prosedur Penelitian .......................................... 47
1. Jenis Penelitian .................................................................................. 47
2. Rancangan Penelitian ........................................................................ 47
3. Prosedur Penelitian ........................................................................... 48
C. Penetapan Populasi dan Teknik Sampel Penelitian ............................ 49
1. Populasi Penelitian ............................................................................ 49
2. Sampel Penelitian .............................................................................. 49
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 51
1. Variabel Penelitian ............................................................................ 51
2. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 52
E. Uji Coba Instrumen .............................................................................. 53
1. Angket Tipe Kepribadian .................................................................. 54
2. Tes Prestasi Belajar Matematika ....................................................... 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 57
1. Uji Normalitas ................................................................................... 57
2. Uji Homogenitas ............................................................................... 57
3. Uji Keseimbangan ............................................................................ 58
4. Uji Analisis Variansi ......................................................................... 60
5. Uji Lanjut Analisis Variansi.............................................................. 63
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Keseimbangan Kemampuan awal ................................................... 66
1. Uji Normalitas dan Homogenitas ...................................................... 66
2. Uji Analisis Variansi Satu Jalan ........................................................ 67
B. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ...................................................... 67
1. Angket Tipe Kepribadian ................................................................ 67
2. Tes Prestasi Belajar Matematika .................................................... 68
a. Validitas....................................................................................... 68
b. Reliabilitas .................................................................................. 68
c. Indeks Kesukaran ........................................................................ 68
d. Daya Beda ................................................................................... 69
C. Deskripsi Data Hasil Penelitian ........................................................... 69
1. Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran 69
2. Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Tipe Kepribadian ............ 69
3. Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran
dan Tipe Kepribadian ............................................................................ 70
D. Analisis Data ........................................................................................ 70
1. Uji Normalitas ................................................................................... 71
2. Uji Homogenitas ............................................................................... 72
E. Uji Hipotesis Penelitian ........................................................................ 72
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak sama ........................... 72
2. Uji Lanjut Analisis Variansi.............................................................. 73
F. Pembahasan Hasil Analisis Data ........................................................... 75
1. Hipotesis Pertama.............................................................................. 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
2. Hipotesis Kedua ................................................................................ 76
3. Hipotesis Ketiga ................................................................................ 77
4. Hipotesis Keempat ............................................................................ 78
5. Hipotesis Kelima ............................................................................... 79
6. Hipotesis Keenam ............................................................................. 79
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 80
B. Implikasi ............................................................................................... 81
C. Saran ..................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 83
LAMPIRAN .......................................................................................................... 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sampel Kunci Jawaban Tes Kepribadian................................................ 36
Tabel 2.2 Contoh Jawaban Angket Siswa .............................................................. 36
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ............................................................................. 48
Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal .................. 66
Tabel 4.2 Rangkuman Analisis Variansi Satu Jalan dengan Sel Tak sama ........... 67
Tabel 4.3 Deskripsi Data Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran.......................... 69
Tabel 4.4 Deskripsi Data Berdasarkan Tipe Kepribadian ....................................... 69
Tabel 4.5 Deskripsi Data Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan Tipe
Kepribadian ............................................................................................................ 70
Tabel 4.6 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Matematika ... 71
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas ........................................................................... 72
Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ........... 73
Tabel 4.9 Hasil Uji Komputasi Rerata Antar Kolom ............................................. 74
Tabel L.1 Daftar Sekolah SMP Negeri Berdasarkan Nilai Matematika Ujian
Nasional SMP/MTs Tahun Pelajaran 2010/2011 .................................................... 87
Tabel L.2 Data Nilai Rapor Semester Genap siswa TP 2011/2012 ........................ 89
Tabel L.3 Mencari Lmaks pada Kelompok PMR ...................................................... 92
Tabel L.4 Mencari Lmaks pada Kelompok QL ......................................................... 95
Tabel L.5 Mencari Lmaks pada Kelompok Konvensional ........................................ 99
Tabel L.6 Rangkuman untuk menghitung ................................................... 102
Tabel L.7 Komputasi Analisis Variasi .................................................................. 104
Tabel L.8 Rangkuman Analisis Variansi Satu Jalan dengan Sel Tak Sama ......... 105
Tabel L.9 Uji Reliabilitas Tes ................................................................................ 106
Tabel L.10 Indeks Kesukaran Tes .......................................................................... 109
Tabel L.11 Daya Pembeda Soal Tes ...................................................................... 112
Tabel L.12 Data Amatan dari Nilai Tes Siswa Berdasarkan Pendekatan
Pembelajaran .......................................................................................................... 156
Tabel L.13 Data Amatan dari Nilai Tes Siswa Berdasarkan Tipe Kepribadian .... 158
Tabel L.14 Mencari Nilai Lmaks pada Kelompok PMR .......................................... 160
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel L.15 Mencari Nilai Lmaks pada Kelompok QL ............................................. 163
Tabel L.16 Mencari Nilai Lmaks pada Kelompok Konvensional ............................ 166
Tabel L.17 Mencari Nilai Lmaks pada Tipe Kepribadian Sanguinis ....................... 170
Tabel L.18 Mencari Nilai Lmaks pada Tipe Kepribadian Melankolis ..................... 172
Tabel L.19 Mencari Nilai Lmaks pada Tipe Kepribadian Koleris ........................... 175
Tabel L.20 Mencari Nilai Lmaks pada Tipe Kepribadian Phlegmatis ..................... 178
Tabel L.21 Rangkuman untuk Menghitung pada Kelompok Pendekatan
Pembelajaran .......................................................................................................... 180
Tabel L.22 Rangkuman untuk Menghitung pada Kelompok Tipe
Kepribadian ............................................................................................................ 181
Tabel L.23 Data amatan, Rerata, dan Jumlah kuadrat deviasi ............................... 184
Tabel L.24 Rerata dan jumlah rerata ...................................................................... 185
Tabel L.25 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan ............................................ 187
Tabel L.26 Rerata Marginal ................................................................................... 188
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Sekolah .................................................................................... 87
Lampiran 2. Keterangan Pengambilan Sampel ........................................................ 88
Lampiran 3. Data Nilai Ujian Akhir Semester Genap Tahun 2011/2012 ............... 89
Lampiran 4. Uji Keseimbangan .............................................................................. 92
Lampiran 5. Uji Coba Tes ...................................................................................... 106
Lampiran 6. Instrumen Penelitian ........................................................................... 116
Lampiran 7. Data Amatan Hasil Penelitian............................................................. 156
Lampiran 8. Analisis Variansi Data Hasil Penelitian.............................................. 160
Lampiran 9. Surat-Surat Penelitian ......................................................................... 191
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Desty Septianawati. 2013. Efektivitas Penerapan Pendekatan Matematika
Realistik (PMR) Dan Pendekatan Quantum Learning (QL) Ditinjau Dari Tipe
Kepribadian Siswa (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Se Kabupaten Lampung
Timur Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013). TESIS. Pembimbing I:
Prof. Dr. Budiyono,M.Sc., II: Dr. Sri Subanti, M.Si. Program Studi Pendidikan
Matematika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Mana yang lebih
efektif, pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik (PMR),
Quantum Learning (QL) atau pembelajaran konvensional. (2) Mana yang
mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik, siswa dengan tipe kepribadian
Sanguinis, Melankolis, Koleris atau Phlegmatis. (3) Mana yang lebih efektif untuk
siswa dengan tipe kepribadian Sanguinis, pembelajaran menggunakan metode
diskusi dengan pendekatan matematika realistik (PMR), Quantum Learning (QL)
atau pembelajaran konvensional. (4) Mana yang lebih efektif untuk siswa dengan
tipe kepribadian Melankolis, pembelajaran menggunakan pendekatan matematika
realistik (PMR), Quantum Learning (QL) atau pembelajaran konvensional. (5)
Mana yang lebih efektif untuk siswa dengan tipe kepribadian Koleris,
pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik (PMR), Quantum
Learning (QL) atau pembelajaran konvensional. (6) Mana yang lebih efektif untuk
siswa dengan tipe kepribadian Phlegmatis, pembelajaran menggunakan
pendekatan matematika realistik (PMR), Quantum Learning (QL) atau
pembelajaran konvensional.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan populasi
seluruh siswa SMP Se Kabupaten Lampung. Pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik stratified cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 303 siswa. Teknik pengumpulan data meliputi metode dokumentasi
untuk mendapatkan nilai ujian akhir semester genap kelas VII sebagai data
kemampuan awal; metode tes untuk data prestasi belajar matematika siswa; dan
metode angket untuk data tipe kepribadian siswa. Uji prasyarat meliputi uji
normalitas populasi dengan menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas
variansi populasi dengan menggunakan uji Bartlett. Uji hipotesis penelitian
menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dengan taraf
signifikansi 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Pembelajaran
matematika menggunakan pendekatan pembelajaran PMR sama efektifnya dengan
pembelajaran matematika menggunakan pendekatan pembelajaran QL. Namun,
pembelajaran matematika menggunakan pendekatan pembelajaran PMR lebih
efektif dibandingkan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan
pembelajaran konvensional. Begitu juga, pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan pembelajaran QL lebih efektif dibandingkan pembelajaran matematika
menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional. (2) Pada siswa dengan tipe
kepribadian Sanguinis, Melankolis, Koleris, maupun Phlegmatis memiliki prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
belajar matematika yang sama. (3) Pada Siswa dengan tipe kepribadian Sanguinis,
pembelajaran menggunakan PMR sama efektifnya dengan pembelajaran
matematika menggunakan pendekatan pembelajaran QL. Namun, pembelajaran
matematika menggunakan pendekatan pembelajaran PMR maupun dengan
pendekatan QL lebih efektif dibandingkan pembelajaran matematika
menggunakan pembelajaran konvensional. (4) Pada siswa dengan tipe kepribadian
Melankolis, pembelajaran menggunakan PMR sama efektifnya dengan
pembelajaran matematika menggunakan pendekatan pembelajaran QL. Namun,
pembelajaran matematika menggunakan pendekatan pembelajaran PMR maupun
dengan pendekatan QL lebih efektif dibandingkan pembelajaran matematika
menggunakan pembelajaran konvensional. (5) Pada siswa dengan tipe kepribadian
Koleris, pembelajaran menggunakan PMR sama efektifnya dengan pembelajaran
matematika menggunakan pendekatan pembelajaran QL. Namun, pembelajaran
matematika menggunakan pendekatan pembelajaran PMR maupun dengan
pendekatan QL lebih efektif dibandingkan pembelajaran matematika
menggunakan pembelajaran konvensional. (6) Pada siswa dengan tipe kepribadian
Phlegmatis, pembelajaran menggunakan PMR sama efektifnya dengan
pembelajaran matematika menggunakan pendekatan pembelajaran QL. Namun,
pembelajaran matematika menggunakan pendekatan pembelajaran PMR maupun
dengan pendekatan QL lebih efektif dibandingkan pembelajaran matematika
menggunakan pembelajaran konvensional.
Kata kunci: Pendekatan Matematika Realistik, Pendekatan Quantum Learning,
Tipe Kepribadian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Desty Septianawati. 2013. The Effectiveness of Application Realistic
Mathematics (PMR) and Quantum Learning (QL) Approach Viewed from
Personality Type (Studies in Eight Grade Junior High School in East Lampung
Regency in The Academic Year of 2012/2013). TESIS. Supervisor I: Prof. Dr.
Budiyono,M.Sc., II: Dr. Sri Subanti, M.Si. Program Study of Mathematics
Education, Post-graduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta.
ABSTRACT
The aims of this research are to know: (1) Which one more effective,
learning using realistic mathematics approach, Quantum Learning (QL) or a
conventional learning. (2) Which one gives better mathematics learning
achievement, student with personality types of Sanguinis, Melancholis, Choleris
or Phlegmatis. (3) Which one more effective for students with personality type of
Sanguine, learning using PMR, QL or a conventional learning. (4) Which one
more effective for students with personality type of Melancholy, learning using
PMR, QL or a conventional learning. (5) Which one more effective for students
with personality type of Choleric, learning using PMR, QL or a conventional
learning. (6) Which one more effective for students with personality types of
Phlegmatis, learning using PMR, QL or a conventional learning.
This research used quasi experimental method with its population included
all of students of state junior high school in East Lampung Regency. Sampling
was done by stratified cluster random sampling. The size of the samples was 303
students. The data collection technique were the document that was the last of
examination the seven grade for initial capability data before the experiment,
achievement tests for mathematics student achievement data, and questioner of
personality types. Test requirements include tests of normality population using
the Lilliefors and the population variance homogenity test using the Bartlett test.
The data was analyzed using analysis of variance two way with a significance
level of 0,05.
Based on these results it can be concluded: (1) learning mathematics using
PMR is as effective as learning mathematics using QL. However, the learning
mathematics using PMR approach is more effective than learning mathematics
using conventional approach. Likewise, learning mathematics using QL approach
is more effective than learning mathematics using conventional approach. (2) For
students with personality types of Sanguinis, Melancholis, Choleris, nor
Phlegmatis have the same mathematics achievement. (3) For students with
personality type of Sanguine, learning using PMR approach is as effective as
using QL. However, using PMR and QL approach is more effective than learning
mathematics using conventional approach. (4) For students with personality types
of Melancholy, learning using PMR approach is as effective as using QL.
However, using PMR and QL approach is more effective than learning
mathematics using conventional approach. (5) For students with personality type
of Choleric, learning using PMR approach is as effective as using QL. However,
using PMR and QL approach is more effective than learning mathematics using
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
conventional approach. (6) For students with personality type of Phlegmatis,
learning using PMR approach is as effective as using QL. However, using PMR
and QL approach is more effective than learning mathematics using conventional
approach.
Keywords: Realistic Mathematics, Quantum Learning, Personality Types
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menghadapi era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, diperlukan sumber daya manusia
yang handal dan mampu berkompetisi secara global. Sumber daya manusia yang
berkualitas memiliki ciri-ciri antara lain: keterampilan berpikir dan dapat
diandalkan, meliputi berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, mampu bekerja sama
dengan baik, dan mampu memecahkan masalah dalam kehidupan dengan ide-ide
cemerlang.
Salah satu bidang yang dapat mempengaruhi dan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia Indonesia saat ini adalah bidang pendidikan. Secara umum
tujuan pendidikan merupakan upaya untuk membentuk karakter siswa yang
nantinya dapat diandalkan bagi kelangsungan hidup bangsa ini. Seperti tertuang
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20, Tahun 2003 Pasal 3
yang menyebutkan bahwa,
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Keadaan yang saat ini terjadi, jauh dari tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan lebih diarahkan pada menyiapkan tenaga kerja saat ini, bukan lagi
pemikir-pemikir handal yang siap menganalisis kondisi. Tujuan akhir pendidikan
bagi siswa hanyalah untuk mendapatkan ijazah yang diperlukan untuk mencari
pekerjaan. Sangat minim idealisme dan keinginan untuk membuat suatu ide-ide
cemerlang untuk mengubah kondisi bangsa ini. Siswa hanya diajarkan bagaimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
untuk menggunakan ilmu pengetahuan dan bukan sebagai pengembang ilmu-
ilmu baru.
Cara berpikir dan bernalar dalam pembelajaran matematika sangatlah penting.
Hal ini sejalan dengan pendapat R. Soedjadi (2000: 45) bahwa “salah satu
karakteristik matematika adalah berpola pikir deduktif yang merupakan salah satu
tujuan yang bersifat formal, yang memberi tekanan kepada penataan nalar.” Di
samping cara berpikir, dalam proses pembelajaran siswa juga dilatih untuk
mengembangkan kreativitasnya melalui imajinasi dan intuisi. Setiap siswa punya
kemampuan berbeda-beda dalam memandang suatu permasalahan yang
dikembangkan. Berdasarkan karakteristik matematika di atas dapat dimengerti
bahwa matematika itu bukan saja dituntut sekedar menghitung, tetapi siswa juga
dituntut agar lebih mampu menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-
hari. Baik masalah mengenai matematika itu sendiri maupun masalah dalam ilmu
lain, sehingga apabila telah memahami konsep matematika secara mendasar dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kenyataan yang sering dijumpai pada umumnya di sekolah menengah
pertama menunjukkan bahwa pembelajaran matematika diberikan secara klasikal
melalui ceramah dan menggunakan pendekatan mekanistik tanpa melihat
kemungkinan penerapan pendekatan lain sesuai dengan materi yang diajarkan.
Akibatnya, siswa kurang berminat untuk mengikuti pelajaran yang disampaikan
guru, siswa tidak tertarik mengikuti pelajaran, dan tidak adanya kesadaran akan
pentingnya pelajaran matematika. Hal ini salah satu penyebab kemampuan
matematika siswa rendah. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Feza-Piyose
(2012: 62) menyebutkan bahwa ”two factors have been highlighted in research
that impedes mathematics learning: teacher content knowledge and irrelevant
teaching strategies”. Mereka menyimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang
dianggap menghambat pembelajaran matematika: pengetahuan guru dan strategi
mengajar yang tidak relevan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Situasi demikian juga terjadi di SMP Negeri se-Kabupaten Lampung Timur.
Dari hasil wawancara beberapa guru di sekolah yang berbeda, pembelajaran
matematika yang digunakan sebatas penjelasan materi, pemberian contoh, dan
penyelesaian soal-soal. Situasi demikian cenderung membuat siswa menjadi
kurang aktif, kreatif, dan kritis dalam pembelajaran. Penguasaan dan pemahaman
siswa terhadap konsep-konsep matematika lemah karena tidak mendalam.
Akibatnya prestasi belajar matematika siswa rendah. Selain itu, pengetahuan yang
diterima siswa secara pasif menjadikan matematika tidak bermakna bagi siswa.
Data yang bersumber dari Puspendik Balitbang Tahun 2011 menunjukkan
bahwa nilai matematika siswa SMP Negeri se-Kabupaten Lampung Timur pada
UN 2011 memiliki rata-rata 7,92. Data ini berasal dari 45 sekolah negeri yang ada
di Kabupaten Lampung Timur. Dari rata-rata nilai tersebut diperleh nilai tertinggi
9,75, namun masih terdapat siswa yang mendapatkan nilai 1,75. Dari sumber yang
sama, distribusi nilai siswa diperoleh 15,88% siswa memperoleh nilai masih
dibawah rata-rata. Salah satunya dari persentase penguasaan materi soal
matematika UN 2011 SMP pada materi sistem persamaan linear dua variabel.
Perolehan persentase nilai siswa Kabupaten Lampung Timur yang dapat
menyelesaikan soal sistem persamaan linear du avariabel adalah 65,11%,
sedangkan untuk tingkat Provinsi Lampung 72,54%, dan Nasional 66,39%. Data
tersebut menunjukkan bahwa masih perlunya perbaikan kualitas pembelajaran
matematika untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Perbaikan ini
dapat dimulai dengan menggunakan pembelajaran yang sesuai dengan materi
sistem persamaan linear dua variabel.
Rendahnya prestasi belajar matematika menuntut para pendidik untuk
menemukan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Sejalan dengan teori
pembelajaran terbaru seperti konstruktivisme dan munculnya pendekatan-
pendekatan baru dengan inovasi yang disesuaikan dengan kebutuhan pendidikan
saat ini, maka proses pembelajaran di kelas sudah seharusnya dimulai dari
masalah nyata. Dari masalah yang pernah dialami atau dapat dipikirkan para siswa
itu, kemudian siswa mengembangkan pengetahuan yang pernah mereka dapatkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
lalu siswa akan belajar matematika secara informal, dan diakhiri dengan belajar
matematika secara formal. Dengan demikian siswa tidak hanya diberikan teori-
teori dan rumus-rumus matematika yang sudah jadi, akan tetapi siswa dilatih dan
dibiasakan untuk belajar memecahkan masalah selama proses pembelajaran di
kelas. Pembelajaran yang dilakukan terdahulu yaitu masalah diberikan setelah
teorinya didapatkan siswa, namun dengan pembelajaran terbaru, masalah
diberikan sebelum teorinya didapatkan para siswa. Hal ini memungkinkan dapat
melatih siswa untuk berpikir kritis dan analitis hingga sampai pada prestasi belajar
matematika yang tinggi.
Di lain pihak, siswa memiliki kepribadian berbeda-beda. Kepribadian yang
dimaksud adalah suatu ciri khas yang menetap pada diri seseorang dalam berbagai
situasi dan dalam berbagai kondisi, mampu membedakan antara individu yang
satu dengan individu lainnya. Dalam dunia pendidikan, sebagai seorang pendidik
pasti akan dihadapkan pada berbagai karakteristik kepribadian, ada siswa yang
menyenangkan, periang, terbuka terhadap permasalahan yang sedang dihadapi,
aktif, dan sebaliknya ada siswa yang terkesan membosankan, pendiam, tidak
terbuka, tidak hangat dan lain sebagainya. Tentu saja sebagai seorang pendidik
sangat dituntut untuk memahami karakteristik kepribadian setiap siswa, sehingga
selaku pendidik dapat memberikan stimulasi atau perlakuan yang sesuai dengan
tipe kepribadian siswa yang dihadapi. Dengan demikian perlakuan yang diberikan
akan mengantarkan siswa kepada suatu kondisi optimal khususnya prestasi belajar
mereka. Tetapi akan menjadi kebalikannya jika perlakuan yang diberikan tanpa
mempertimbangkan aspek kepribadian siswa akan mengantarkan siswa kedalam
kondisi tidak berprestasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah diungkapkan di atas, diperoleh identifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Adanya anggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit sehingga
menyebabkan sebagian besar siswa belajar matematika dengan minat yang
rendah dan kurangnya motivasi untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika. Terkait dengan hal tersebut muncul pertanyaan apakah
motivasi belajar matematika dapat mempengaruhi prestasi belajar
matematika. Untuk itu dapat dilakukan penelitian dengan membandingkan
yang dihasilkan dari beberapa kategori motivasi belajar matematika yaitu
tinggi, sedang, dan rendah.
2. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa kemungkinan tidak hanya
diakibatkan motivasi belajar matematika siswa tetapi juga pendekatan
pembelajaran para guru. Mengingat pendekatan pembelajaran siswa
memiliki peranan sangat penting dalam belajar matematika, maka
kemungkinan rendahnya prestasi belajar siswa diakibatkan karena kurang
tepatnya pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru. Terkait hal
ini, perlu dikaji apakah pendekatan pembelajaran berpengaruh terhadap
prestasi belajar matematika siswa.
3. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa kemungkinan tidak hanya
diakibatkan pendekatan pembelajaran atau motivasi belajar matematika,
tetapi juga disebabkan karena guru tidak mengetahui tipe kepribadian
siswa, karena tipe kepribadian siswa mencerminkan kesiapan siswa untuk
mengikuti pembelajaran. Terkait hal itu, perlu dilakukan penelitian tentang
adakah pengaruh tipe kepribadian siswa terhadap prestasi belajar
matematika siswa.
4. Karena adanya perbedaan karakteristik siswa maka ada kemungkinan
bahwa suatu pendekatan pembelajaran matematika cocok bagi siswa
tertentu saja, tetapi tidak cocok bagi siswa lain. Demikian juga mungkin
cocok untuk siswa dengan tipe kepribadian tertentu saja. Terkait hal itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
perlu diteliti apakah pendekatan pembelajaran matematika tergantung dari
tipe kepribadian siswa.
5. Guru yang masih mengajar dengan mendominasi kelas sehingga siswa
terbiasa belajar pasif. Hal ini dapat menjadi penyebab rendahnya prestasi
belajar matematika siswa disebabkan guru kurang tepat dalam penggunaan
pendekatan pembelajaran. Terkait dengan ini muncul pertanyaan apakah
jika pendekatan pembelajaran diubah maka prestasi belajar matematika
siswa menjadi lebih baik. Untuk menjawab hal ini dapat dilakukan
penelitian yang membandingkan beberapa pendekatan pembelajaran yang
inovatif.
6. Rendahnya prestasi belajar siswa mungkin banyak dipengaruhi oleh
kurang tersedianya sarana dan prasarana belajar. Padahal ketersediaan
sarana dan prasarana belajar sangat berpengaruh dalam proses
pembelajaran. Anak akan dapat belajar lebih baik apabila semua hal yang
diperlukan untuk belajar tersedia dengan lengkap, seperti buku penunjang,
alat-alat tulis, laboratorium matematika, dan sebagainya. Terkait hal itu,
dapat diteliti apakah dengan adanya sarana dan prasarana belajar yang
lengkap akan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
C. Pemilihan Masalah
Penelitian ini tidak mungkin dilakukan dengan berbagai macam masalah
penelitian dalam waktu yang sama. Oleh karena itu, peneliti memilih masalah
yang terkait dengan pendekatan pembelajaran dan tipe kepribadian yaitu pada
rumusan masalah nomor 2, 3, 4, dan 5.
D. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas agar penelitian yang dikaji dapat lebih
mendalam dan terarah maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah metode diskusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Ada dua pendekatan pembelajaran matematika yang dicoba diteliti
efektivitasnya terhadap prestasi belajar matematika siswa, yaitu:
pendekatan matematika realistik (PMR) dan Quantum Learning (QL).
3. Prestasi belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
hasil belajar siswa dalam menyelesaikan persoalan matematika setelah
menggunakan pendekatan matematika realistik (PMR) dan Quantum
Learning (QL) pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel.
4. Tipe kepribadian siswa adalah suatu karakteristik khusus yang dimiliki
siswa. Dalam penelitian ini tipe kepribadian dikelompokkan menjadi tipe
Sanguinis, Melankolis, Koleris, dan Phlegmatis yang diperoleh dengan
tes kepribadian.
5. Penelitian dilakukan di kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Lampung
Timur semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013.
6. Pokok bahasan yang dipilih adalah persamaan sistem persamaan linear dua
variabel ( SPLDV), karena persentase perolehan nilai pada materi ini
untuk Kabupaten Lampung Timur cukup rendah.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut maka
dapat disusun perumusan masalah sebagai berikut:
1. Manakah yang lebih efektif, pembelajaran menggunakan pendekatan
matematika realistik (PMR), Quantum Learning (QL) atau pembelajaran
konvensional?
2. Manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik, siswa
dengan tipe kepribadian Sanguinis, Melankolis, Koleris atau Phlegmatis?
3. Manakah yang lebih efektif, untuk siswa dengan tipe kepribadian
Sanguinis, pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik
(PMR), Quantum Learning (QL) atau pembelajaran konvensional?
4. Manakah yang lebih efektif, untuk siswa dengan tipe kepribadian
Melankolis, pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik
(PMR), Quantum Learning (QL) atau pembelajaran konvensional?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
5. Manakah yang lebih efektif, untuk siswa dengan tipe kepribadian Koleris,
pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik (PMR),
Quantum Learning (QL) atau pembelajaran konvensional?
6. Manakah yang lebih efektif, untuk siswa dengan tipe kepribadian
Phlegmatis, pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik
(PMR), Quantum Learning (QL) atau pembelajaran konvensional?
F. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Mana yang lebih efektif, pembelajaran menggunakan pendekatan
matematika realistik (PMR), Quantum Learning (QL) atau pembelajaran
konvensional.
2. Mana yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, siswa
dengan tipe kepribadian Sanguinis, Melankolis, Koleris atau Phlegmatis.
3. Mana yang lebih efektif untuk siswa dengan tipe kepribadian Sanguinis,
pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik (PMR),
Quantum Learning (QL) atau pembelajaran konvensional.
4. Mana yang lebih efektif untuk siswa dengan tipe kepribadian Melankolis,
pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik (PMR),
Quantum Learning (QL) atau pembelajaran konvensional
5. Mana yang lebih efektif untuk siswa dengan tipe kepribadian Koleris,
pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik (PMR),
Quantum Learning (QL) atau pembelajaran konvensional.
6. Mana yang lebih efektif untuk siswa dengan tipe kepribadian Phlegmatis,
pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik (PMR),
Quantum Learning (QL) atau pembelajaran konvensional.
G. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini dapat menguji kebenaran penelitian-penelitian
sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
b. Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan acuan bagi
peneliatan sejenis selanjutnya.
2. Manfaat praktis
Melalui penelitian ini diharapkan guru matematika mendapatkan
a. Gambaran penerapan metode diskusi dengan pendekatan
pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar matematika
siswa.
b. Alternatif pendekatan pembelajaran untuk memberikan pembelajaran
matematika yang inovatif.
c. Informasi mengenai efektivitas pembelajaran menggunakan
pendekatan matematika realistik (PMR) dan Quantum Learning (QL)
terhadap siswa dengan tipe kepribadian Sanguinis, Melankolis,
Koleris, dan Phlegmatis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakekat Pembelajaran Matematika
R. Soedjadi (2000: 45) dalam bukunya mengemukakan pengertian belajar,
yaitu:
Belajar matematika pada hakikatnya adalah suatu aktivitas mental untuk
memahami arti dari struktur-struktur, hubungan-hubungan, simbol-simbol,
dan manipulasikan konsep-konsep yang dihasilkan kesituasi yang nyata,
sehingga menyebabkan perubahan. Melalui pembelajaran matematika siswa
diharapkan dapat menata nalarnya, membentuk kepribadiannya serta dapat
menerapkan matematika dalam kehidupannya sehari-hari atau dapat
digunakan sesuai dengan jenjang pendidikannya masing-masing.
Sardiman (2004: 37) menyebutkan “menurut pandangan dan teori
konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk
merekonstruksi makna, sesuatu itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik, dan
lain-lain.” Sehubungan dengan itu Paul Suparno (dalam Sardiman, 2004: 38)
menyebutkan,
Ada beberapa ciri atau prinsip dalam belajar yang dijelaskan sebagai
berikut:
a. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang
mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami.
b. Konstruksi makna adalah proses terus-menerus.
c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.
Belajar bukanlah hasil perkembangan, tetapi perkembangan itu sendiri.
d. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia
fisik dan lingkungannya.
e. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek
belajar, tujuan, motivasi yang memengaruhi proses interaksi dengan
bahan yang sedang dipelajari.
Belajar diawali dengan rasa ingin tahu dan adanya imajinasi, seperti yang
dituliskan dalam Pusat Kurikulum Balitbang (2003: 10) ”Rasa ingin tahu dan
imajinasi inilah merupakan modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri, dan
kreatif”. Belajar berarti proses membangun makna atau pemahaman terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
informasi atau pengalaman. Dalam setiap kegiatan belajar, tidak semua hal yang
dipelajari dapat diingat, ada beberapa bagian yang terlupakan seiring dengan
berjalannya waktu dan kebutuhan akan ilmu yang dipelajarinya tersebut. Terbukti
ketika seseorang harus mempelajari hal yang sama, tidak diperlukan waktu yang
lama seperti ketika mempelajarinya pertama kali. Agar apa yang dipelajari dapat
bertahan lebih lama, seseorang harus mengalami sendiri.
Pentingnya pengalaman belajar juga diperkuat dengan pendapat Pusat
Kurikulum Balitbang (2003:7) bahwa, “seseorang belajar hanya 10% dari apa
yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa dilihat, 50% dari apa yang
dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan, dan 90% dari apa yang
dikatakan dan dilakukan.” Selanjutnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2001: 723) matematika mempunyai pengertian bahwa, “Ilmu tentang bilangan,
hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah mengenai bilangan.”
Ahli lain menyebutkan matematika merupakan disiplin ilmu yang meliputi:
fakta, konsep, operasi atau relasi dan prinsip. R. Soedjadi (2000: 11)
mengungkapkan bahwa:
Terdapat beberapa definisi tentang matematika, yaitu:
1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir
secara sistematik.
2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan
berhubungan dengan bilangan.
4. Matematika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan fakta-fakta
kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat dikatakan bahwa belajar
matematika merupakan proses membangun makna atau pemahaman siswa untuk
menemukan pengetahuan matematika.
2. Prestasi Belajar Matematika
Mas’ud Hasan Abdul Dahar dalam Syaiful Bahri Djamarah (1994: 21)
menyatakan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang
menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dari
pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan
pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasil
yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi
adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang
menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik
secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan
tertentu.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:3), “hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar
merupakan puncak proses belajar”. Prestasi merupakan bukti usaha yang dicapai
sedangkan belajar adalah proses membangun makna melalui latihan dan
pengalaman, yang dapat menimbulkan perubahan pada diri individu sehingga
prestasi belajar mengandung pengertian sebagai hasil yang dicapai seseorang
selama proses membangun makna melalui latihan dan pengalaman.
Dari pengertian prestasi belajar dalam hubungannya dengan belajar
matematika, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil
belajar yang digunakan untuk menilai tingkat penguasaan yang dicapai siswa
dalam mengikuti pembelajaran matematika sesuai dengan tujuan pembelajaran
matematika yang ditentukan.
3. Metode Diskusi
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 259), menjelaskan bahwa diskusi
adalah “pembahasan/tukar pikiran tentang suatu masalah yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih demi mendapatkan kesimpulan.” Masih dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2001: 565), menyebutkan pengertian metode diskusi sebagai
“cara belajar mengajar yang dilakukan melibatkan semua unsur untuk
bertanggung jawab dan mengemukakan pendapat.”
Slavin (2005: 252) menjelaskan bahwa “pekerjaan pokok dalam
mempersiapkan kelompok diskusi adalah memastikan tiap anggota kelompok
berpartisipasi”. Selanjutnya Slavin (2005: 253) menyebutkan bahwa “sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
tambahan untuk partisipasi yang lebih besar, tugas pokok lainnya dalam
mempersiapkan sebuah kelompok diskusi adalah fokus. Tidak ada yang lebih
buruk dari sebuah diskusi yang tanpa tujuan.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode
diskusi adalah cara belajar mengajar dengan membuat beberapa kelompok untuk
membahas suatu masalah agar diperoleh kesimpulan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
4. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai suatu cara untuk
memperoleh solusi dari permasalahan pembelajaran sehingga dapat berpengaruh
positif terhadap hasil pembelajaran.
a. Pendekatan Matematika Realistik
Pendekatan Matematika Realistik merupakan salah satu pembelajaran
matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari
(mathematize of everyday experience) dan menerapkan matematika dalam
kehidupan sehari-hari. Sutarto Hadi (2005: 7) mengatakan bahwa PMR tidak
dapat dipisahkan dari Institute Freudenthal yang diadopsi dari teori
pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME). Sejak tahun 1971,
Institut Freudenthal mengembangkan suatu pendekatan teoritis terhadap
pembelajaran matematika yang dikenal dengan RME. RME menggabungkan
pandangan tentang apa itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika,
dan bagaimana matematika harus diajarkan.
Freudenthal berkeyakinan bahwa siswa tidak boleh dipandang sebagai
passive receivers of ready-made mathematics (penerima pasif matematika
yang sudah jadi). Selain itu, Institut Freudenthal juga menyatakan bahwa
matematika harus dikaitkan dengan realita. Pendekatan realistik tidak hanya
mengacu pada realistis tetapi juga pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh
siswa. Sesuatu yang dapat dibayangkan tersebut digunakan sebagai starting
point (titik tolak atau titik awal) dalam pengembangan konsep-konsep atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
gagasan-gagasan matematis, bukan sebagai alat untuk memeriksa kemampuan
siswa menerapkan matematikanya.
Selanjutnya, pendidikan harus mengarahkan siswa kepada penggunaan
berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali matematika
dengan cara mereka sendiri. Banyak soal yang dapat diangkat dari berbagai
situasi (konteks), yang dirasakan bermakna sehingga menjadi sumber belajar.
Konsep matematika muncul dari proses matematisasi, yaitu dimulai dari
penyelesaian yang berkait dengan konteks (context-link solution), siswa secara
perlahan mengembangkan alat dan pemahaman matematika ke tingkat yang
lebih formal. Model-model yang muncul dari aktivitas matematika siswa
dapat mendorong terjadinya interaksi di kelas, sehingga mengarah pada level
berpikir matematika yang lebih tinggi.
PMR yang dimaksudkan dalam hal ini adalah matematika sekolah yang
dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai
titik awal pembelajaran. Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber
munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.
Pembelajaran PMR di kelas berorientasi pada karakteristik-karakteristik PMR,
sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk menemukan kembali konsep-
konsep matematika atau pengetahuan matematika formal. Selanjutnya, siswa
diberi kesempatan mengaplikasikan konsep-konsep matematika untuk
memecahkan masalah sehari-hari atau masalah dalam bidang lain.
Pembelajaran ini sangat berbeda dengan pembelajaran matematika selama ini
yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi dan memakai
matematika yang siap pakai untuk memecahkan masalah-masalah.
Treffers (dalam Sutarto Hadi, 2005: 21), membedakan dua macam
matematisasi yaitu matematisasi vertikal dan horizontal.
Dalam matematisasi horizontal siswa mulai dari soal-soal kontekstual,
mencoba menguraikan dengan bahasa dan simbol yang dibuat sendiri,
kemudian menyelesaikan soal tersebut. Dalam proses ini, setiap orang
dapat menggunakan cara mereka sendiri yang mungkin berbeda dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
orang lain. Dalam matematisasi vertikal, kita juga mulai dari soal-soal
kontekstual, tetapi dalam jangka panjang kita dapat menyusun prosedur
tertentu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal-soal sejenis
secara langsung, tanpa menggunakan bantuan konteks.
Karena matematika realistik menggunakan masalah realistik sebagai
pangkal tolak pembelajaran maka situasi masalah perlu diusahakan benar-
benar kontekstual atau sesuai dengan pengalaman siswa, sehingga siswa dapat
memecahkan masalah dengan cara-cara informal melalui matematisasi
horisontal. Cara-cara informal yang ditunjukkan oleh siswa digunakan
sebagai inspirasi pembentukan konsep atau aspek matematiknya ditingkatkan
melalui matematisasi vertikal. Melalui proses matematisasi horisontal-vertikal
diharapkan siswa dapat memahami atau menemukan konsep-konsep
matematika (pengetahuan matematika formal).
Menurut pandangan konstruktivis pembelajaran matematika adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep/
prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses
internalisasi. Guru dalam hal ini berperan sebagai fasilitator. Zulkardi
(2003: 14) mengatakan bahwa.
PMR adalah pendekatan dalam pendidikan matematika yang berdasarkan
ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus
dihubungkan secara nyata dalam konteks kehidupan sehari-hari siswa
sebagai suatu sumber pengembangan sekaligus sebagai aplikasi melalui
proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal.
Pelaksanaan PMR di kelas lebih menekankan cara mengaplikasikan
konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari atau
masalah pada bidang lain. Oleh karena itu, masalah yang digunakan untuk
pembelajaran dengan menggunakan PMR harus mempunyai kaitan dengan
situasi dunia nyata atau realitas yang dijumpai oleh siswa. Realitas yang
dimaksud adalah sebagai hal-hal nyata atau konkret yang dapat diamati atau
dapat dipahami lewat membayangkan. Lingkungan yang dimaksud disini
adalah lingkungan tempat anak-anak atau siswa berada, yaitu lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
sekolah, keluarga, dan masyarakat yang dapat dipahami oleh siswa.
Lingkungan ini juga disebut kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya Blum & Niss (dalam Sutarto Hadi, 2005: 19) menyebutkan,
Dalam PMR dunia nyata (real world) digunakan sebagai titik awal untuk
pengembangan ide dan konsep matematika. Dunia nyata adalah segala
sesuatu di luar matematika, seperti mata pelajaran lain selain matematika,
atau kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar kita.
Sedangkan De Lange (dalam Sutarto Hadi, 2005: 19) mendefinisikan
dunia nyata sebagai “suatu dunia nyata yang konkrit, yang disampaikan
kepada siswa melalui aplikasi matematika.” De Lange dalam Sutarto Hadi
(2005: 25) juga menyatakan:
1. Titik berangkat urutan pembelajaran harus memberi pengalaman nyata
bagi para siswa sehingga mereka dapat terlibat secara langsung secara
personal dalam aktivitas matematika.
2. Untuk menampung pengetahuan matematika yang dimiliki siswa, titik
berangkat tersebut juga harus dapat dijelaskan berdasarkan tujuan
potensial urutan belajar (learning sequence).
3. Urutan pembelajaran harus melibatkan kegiatan dimana para siswa
membuat dan menguraikan model-model simbolik dari aktivitas
matematika informal mereka.
4. Ketiga ajaran di atas efektif apabila direalisasikan dalam pembelajaran
interaktif: siswa-siswa menjelaskan penyelesaian yang mereka buat,
memahami penyelesaian yang dibuat siswa lain, menyatakan
persetujuan atau ketidak-setujuan, mempertanyakan ada atau tidak
adanya penyelesaian alternatif, dan melakukan refleksi.
5. Fenomena riil bentuk-bentuk dan konsep matematika dimanifestasikan
dalam keterkaitan (interwining) berbagai sub pokok bahasan.
Lebih lanjut De Lange dalam Sutarto Hadi (2005:37) menyatakan
pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik meliputi:
1. Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang “riil” bagi
siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga
siswa segera terlibat dalam pelajaran secara bermakna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2. Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut.
3. Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik
secara informal terhadap persoalan/masalah yang diajukan.
4. Pengajaran berlangsung secara interaktif: siswa menjelaskan dan
memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami
jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif
penyelesaian yang lain, dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah
yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran.
Pendekatan Matematika Realistik memiliki karakteristik yang khas
dibandingkan dengan pendekatan-pendekatan yang lain dalam pendidikan
matematika. Y. Marpaung (2011) menjelaskan karakteristik Pendekatan
Matematika Realistik yaitu:
(1) Murid aktif, guru aktif (matematika sebagai aktivitas manusia).
(2) Pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan menyajikan masalah
kontekstual/realistik.
(3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa menyelesaikan masalah
dengan cara sendiri.
(4) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
(5) Siswa dapat menyelesaikan masalah dalam kelompok (kecil atau
besar).
(6) Pembelajaran tidak selalu di dalam kelas.
(7) Guru mendorong terjadinya interaksi dan negosiasi.
(8) Siswa dapat secara bebas memilih modus representasi yang sesuai
dengan struktur kognitifnya sewaktu menyelesaikan suatu masalah
(menggunakan model).
(9) Guru bertindak sebagai fasilitator (Tutwuri Handayani).
(10) Kalau siswa membuat kesalahan dalam menyelesaikan masalah
jangan dimarahi tetapi dibantu melalui pemberian pertanyaan-
pertanyaan (motivasi).
Selain memiliki karakteristik yang khas, Pendekatan Matematika Realistik
juga memiliki prinsip yang berbeda dengan pendekatan-pendekatan yang lain
dalam pendidikan matematika. Gravemeijer (1994: 90) menjelaskan tiga
prinsip Pendekatan Matematika Realistik sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
a. Penemuan terbimbing dan bermatematika progresif (Guided
Reinvention and Progressive Mathematization).
Artinya siswa harus diberikan kesempatan untuk mengalami proses
penemuan konsep matematika. Pembelajaran diatur sedemikian rupa
agar siswa dapat menemukan konsep tersebut dengan cara memberikan
masalah kontekstual yang memiliki banyak kemungkinan solusi.
b. Fenomena didaktil (Didactyl Phenomenome).
Maksudnya topik-topik matematika sebaiknya dikenalkan kepada siswa
melalui penyajian masalah kontekstual, yaitu menyajikan masalah-
masalah yang berkaitan langsung dengan kehidupan nyata.
c. Pengembangan model mandiri (Self Developed Models).
Artinya dalam menyelesaikan masalah kontekstual siswa harus
mengembangkan sendiri model penyelesaian. Setelah itu, dengan arahan
guru siswa menyelesaikan permasalahan matematika dengan model ma-
tematika formal.
Selanjutnya Sutarto Hadi (2005: 4) menyatakan “Pembelajaran
matematika yang kontekstual atau realistik meliputi pendahuluan,
pengembangan, dan penutup/penerapan.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa Pendekatan
Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran
matematika yang menekankan dua hal penting yaitu matematika harus
dikaitkan dengan situasi nyata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa
dan siswa diberikan kebebasan untuk menemukan konsep matematika sesuai
dengan cara dan pemikirannya. Desain pembelajaran dengan Pendekatan
Matematika Realistik menggunakan karakteristik-karakteristik dari
Pendekatan Matematika Realistik itu sendiri baik pada tujuan, materi, metode,
dan evaluasi sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
1. Tujuan
Tujuan haruslah mencakup tiga tingkatan tujuan dalam Pendekatan
Matematika Realistik, yaitu tingkat rendah, sedang, dan tinggi. Tujuan pada
tingkat rendah diharapkan siswa memahami prosedur yang mereka pelajari.
Dua tujuan terakhir menekankan pada kemampuan berargumentasi,
berkomunikasi dan pembentukan sikap kritis siswa.
2. Materi
Desain suatu open material yang disituasikan dalam realitas, berawal dari
konteks yang berarti, yang membutuhkan keterkaitan materi pelajaran
terhadap unit atau topik lain yang riil secara original seperti pecahan dan
persen dalam bentuk model atau gambar, diagram dan situasi atau simbol
yang dihasilkan pada proses pembelajaran. Kebanyakan soal dapat diselesai-
kan dan dijelaskan dengan lebih dari satu strategi atau solusi. Tujuannya
adalah untuk mendiskusikan perbedaan strategi dan kemudian menentukan
yang terbaik.
3. Metode
Dalam metode ini siswa diberikan kesempatan untuk bekerja sama
dengan teman sekelompoknya. Tujuannya adalah untuk mengatur aktivitas
dan motivasi belajar siswa sehingga mereka dapat berinteraksi sesamanya,
diskusi, negosiasi dan kolaborasi. Pada situasi ini, siswa mempunyai
kesempatan untuk menjelaskan pemikirannya dan mengerti pemikiran
seseorang melalui bekerja, berpikir, berkomunikasi tentang matematika. Di
sini peranan guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing.
4. Evaluasi
Materi evaluasi harus dibuat dalam bentuk open question yang
memancing siswa menjawab secara bebas dan menggunakan beragam strategi
dan beragam jawaban. Beragam strategi atau jawaban yang dimaksud adalah
dalam menyelesaikan persoalan dimungkinkan siswa menjawab dengan
beragam strategi dan beragam penyelesaian bahkan dibenarkan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
menjawab dengan algoritma sendiri. Pada tahap ini dihasilkan jawaban non
formal.
Secara lebih khusus urutan pembelajaran dengan Pendekatan Matematika
Realistik adalah sebagai berikut:
1. Memahami masalah kontekstual
Guru menyajikan masalah kontekstual dengan memperhatikan pengalam-
an, tingkat pengetahuan siswa, dan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Penyajian masalah kontekstual tersebut dapat dilakukan dengan
memberikan soal/pertanyaan yang memiliki keterkaitan dengan
kehidupan sehari-hari siswa. Selanjutnya guru meminta siswa menelaah
permasalahan yang terkandung di dalam soal yang diberikan. Pada kegi-
atan ini guru memberikan penjelasan pada bagian-bagian tertentu yang
belum dipahami oleh siswa.
2. Menyelesaikan masalah kontekstual
Siswa secara individu menyelesaikan masalah kontekstual yang disaji-
kan. Guru memotivasi siswa agar mampu menyelesaikan masalah de-
ngan cara mereka sendiri.
3. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertukar pikiran
atau mendiskusikan jawabannya dengan siswa lain dalam kelompok kecil
yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelas.
4. Menyimpulkan
Siswa diminta menyimpulkan jawaban dari masalah kontekstual yang
disajikan. Guru memberikan arahan sehingga diperoleh kesimpulan yang
benar.
Mencermati uraian di atas, pembelajaran dengan Pendekatan Matematika
Realistik memiliki kelebihan antara lain:
a. Siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran karena materi
yang disajikan sering dijumpai dan terkait dengan kehidupan sehari-hari.
b. Pengetahuan yang diperoleh oleh siswa akan lebih lama membekas dalam
pikirannya karena siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Sedangkan kekurangannya antara lain:
a. Memerlukan kreativitas yang tinggi untuk dapat menyajikan topik atau
pokok bahasan secara riil bagi siswa.
b. Membutuhkan waktu yang cukup lama agar siswa dapat menemukan
konsep yang sedang dipelajari.
c. Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar.
b. Pendekatan Quantum Learning
DePorter & Hernacki (2011: 15) menyebutkan “Quantum Learning
adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang mengkombinasikan
penumbuhan rasa percaya diri, ketrampilan belajar, dan kemampuan
berkomunikasi dalam suatu lingkungan yang menyenangkan.” Dalam
bukunya DePorter & Hernacki juga menjelaskan, metode-metode Quantum
Learning menemukan bentuknya di SuperCamp, yang dikembangkan sejak
awal tahun 1980-an. Di SuperCamp ini mereka awalnya bekerja menciptakan
program belajar selama sepuluh hari.
Menurut DePorter, Quantum Learning berakar dari upaya Georgi
Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen
dengan "suggestology" atau "suggestopedia". Prinsipnya adalah bahwa
sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail
apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Menurut Lozanov (dalam
DePorter & Hernacki, 2011: 14),
Beberapa teknik yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif
adalah memdudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di
dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-
poster untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan
menyediakan guru-guru terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif.
Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan suggestologi adalah
“pemercepatan belajar” (accelerated learning). Pemercepatan belajar
didefinisikan sebagai “memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan
yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak
mempunyai persamaan: hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif,
kebugaran fisik, dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja
sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.
Quantum Learning mencakup aspek-aspek penting tentang cara otak
mengatur informasi. Menurut DePorter & Hernacki (2011: 16), “Quantum
Learning adalah interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”.
Dengan mengutip rumus Albert Einstein yakni E = mc2, DePorter
memisalkan kekuatan energi ke dalam analogi tubuh manusia yang secara
fisik adalah materi. Sehingga tujuan belajar menurut Quantum Learning
adalah meraih sebanyak mungkin cahaya.
Menurut DePotter, Reardon, dan Singer-Nourie (2008: 54) dalam
pembelajaran Quantum Learning ada 4 ciri spesifik yang berguna untuk
meningkatkan otak untuk memahami suatu informasi yang diberikan. Ciri-ciri
tersebut adalah: 1) Learning To Know yang artinya belajar untuk mengetahui,
2) Learning To Do yang artinya belajar untuk melakukan, 3) Learning To Be
yang artinya belajar untuk menjadi dirinya sendiri, dan 4) Learning To Live
Together yang artinya belajar untuk kebersamaan. Sedangkan metode utama
dalam pembelajaran Quantum Learning adalah 1) Mind Mapping yang
artinya peta pikiran dan 2) Speed Reading yang artinya membaca cepat.
Adapun langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
melalui konsep Quantum Lerning dengan cara:
1) Kekuatan Ambak
Ambak singkatan dari “apa manfaatnya bagi ku”. Disebutkan oleh
DePotter & Hernacki (2011: 49) bahwa “Ambak adalah motivasi yang
didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu
keputusan.” Motivasi sangat diperlukan dalam belajar karena dengan adanya
motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini
siswa akan diberi motivasi oleh guru dengan memberi penjelasan tentang
manfaat apa saja setelah mempelajari suatu materi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2) Penataan lingkungan belajar
Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan lingkungan yang
dapat membuat siswa merasa betah dalam belajarnya, dengan penataan
lingkungan belajar yang tepat juga dapat mencegah kebosanan dalam diri
siswa.
3) Memupuk sikap juara
Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar
siswa, seorang guru hendaknya jangan segan-segan untuk memberikan pujian
pada siswa yang telah berhasil dalam belajarnya, tetapi jangan pula
mencemooh siswa yang belum mampu menguasai materi. Dengan memupuk
sikap juara ini siswa akan lebih dihargai.
4) Bebaskan gaya belajarnya
Ada berbagai macam gaya belajar yang dipunyai oleh siswa, gaya belajar
tersebut yaitu: visual, auditorial dan kinestetik. Dalam Quantum Learning
guru hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada siswanya dan
janganlah terpaku pada satu gaya belajar saja.
5) Membiasakan mencatat
Belajar akan benar-benar dipahami sebagai aktivitas kreasi ketika sang
siswa tidak hanya bisa menerima, melainkan bisa mengungkapkan kembali
apa yang didapatkan menggunakan bahasa hidup dengan cara dan ungkapan
sesuai gaya belajar siswa itu sendiri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
memberikan simbol-simbol atau gambar yang mudah dimengerti oleh siswa
itu sendiri, simbol-simbol tersebut dapat berupa tulisan.
6) Membiasakan membaca
Salah satu aktivitas yang cukup penting adalah membaca. Karena dengan
membaca akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman, menambah
wawasan dan daya ingat akan bertambah. Seorang guru hendaknya
membiasakan siswa untuk membaca, baik buku pelajaran maupun buku-buku
yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
7) Jadikan anak lebih kreatif
Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba dan
senang bermain. Dengan adanya sikap kreatif yang baik siswa akan mampu
menghasilkan ide-ide yang segar dalam belajarnya.
8) Melatih kekuatan memori anak
Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga anak
perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik. Pembelajaran
Quantum Learning lebih mengutamakan keaktifan peran serta siswa dalam
berinteraksi dengan situasi belajarnya melalui panca inderanya baik melalui
penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan, sehingga
hasil penelitian Quantum Learning terletak pada modus berbuat yaitu
Katakan dan Lakukan, dimana proses pembelajaran Quantum Learning
mengutamakan keaktifan siswa, siswa mencoba mempraktekkan media
melalui kelima inderanya dan kemudian melaporkannya dalam laporan
praktikum dan dapat mencapai daya ingat 90%. Semakin banyak indera yang
terlibat dalam interaksi belajar, maka materi pelajaran akan semakin
bermakna. Selain itu dalam proses pembelajaran perlu diperdengarkan musik
untuk mencegah kebosanan dalam belajarnya.
Prinsip-prinsip dasar ini disebutkan oleh DePotter, Reardon, dan Singer-
Nourie (2008: 7), ada lima macam yakni:
1. Ketahuilah bahwa segalanya berbicara
2. Segalanya bertujuan
3. Pengalaman sebelum pemberian nama
4. Akui setiap usaha
5. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
Asas utama yang harus dipegang oleh guru dalam melaksanakan
Quantum Learning di kelas DePotter, Reardon, dan Singer-Nourie (2008: 7)
adalah, “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke
dunia mereka.” Salah satu caranya adalah dengan mengaitkan materi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
diajarkan dengan peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Dengan diterapkannya asas ini, siswa dapat mempelajari materi dengan baik,
sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.
Dalam Quantum Learning, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan, diantaranya adalah yang berhubungan dengan lingkungan, fisik,
dan suasana. Lingkungan yang diciptakan haruslah positif, aman, mendukung
pembelajaran, santai, eksploratori (penjelajahan), dan menggembirakan. Hal-
hal yang berhubungan dengan fisik, seperti gerakan-gerakan, permainan-
permainan, dan partisipasi, harus dilaksanakan. Selain itu, suasana belajar
juga harus nyaman, cukup penerangan, enak dipandang, dan ada musiknya.
Quantum Learning juga sangat memperhatikan jeda atau waktu istirahat.
Memang merupakan suatu hal yang tidak baik jika seseorang terus-menerus
dipaksakan untuk belajar. Ada kalanya otak juga butuh istirahat agar dapat
menyerap informasi dengan baik. Oleh karena itu, dalam setiap pembelajaran,
hendaknya guru selalu menyediakan waktu istirahat untuk siswa. Waktu
istirahat ini dapat diisi dengan hal-hal yang dapat menyegarkan otak,
misalnya minum air mineral, simulasi-simulasi, siswa berdiskusi tanpa
bimbingan guru, dan lain sebagainya.
Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi kesiapan otak untuk bekerja,
sehingga siswa akan lebih siap untuk menerima apa yang akan mereka
pelajari di kelas. Selain itu, peta pikiran (mind mapping) yang dicetuskan oleh
Tony Buzan juga dapat menjadi salah satu alternatif dalam pembelajaran
Quantum Learning. Peta pikiran dibuat berdasarkan bagaimana sesungguhnya
cara otak bekerja, sehingga siswa dapat lebih mudah dan cepat dalam
memahami dan mengingat konsep yang telah dipelajari. Dalam proses
pembelajaran juga hendaknya guru mengajar dengan melibatkan kecerdasan
berganda, sehingga otak kanan dan otak kiri siswa bekerja dengan seimbang.
Kerangka perancangan Quantum Learning menurut DePotter, Reardon,
dan Singer-Nourie (2008: 88), sebagai berikut:
1. Tumbuhkan : sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan AMBAK.
2. Alami : berikan mereka pengalaman belajar; tumbuhkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
“kebutuhan untuk mengetahui”.
3. Namai : berikan “data”, tepat saat minat memuncak.
4. Demonstrasikan : berikan kesempatan bagi mereka untuk
mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati
dan membuatnya sebagai pengalaman pribadinya.
5. Ulangi : rekatkan gambaran keseluruhannya.
6. Rayakan : ingat, jika layak dipelajari, maka layak dirayakan.
Ada beberapa keunggulan dari diterapkannya Quantum Learning dalam
pembelajaran di kelas, yaitu:
1. Belajar menjadi terasa nyaman dan menyenangkan.
2. Belajar menjadi lebih efektif, sehingga proses pembelajaran siswa
bermakna.
3. Dapat menghilangkan pandangan negatif terhadap mata pelajaran yang ada
di sekolah.
Ada beberapa kelemahan dari diterapkannya Quantum Learning, yaitu:
1. Masih banyak sekolah yang jumlah siswa dalam satu kelasnya terlalu
banyak.
2. Tidak semua sekolah memiliki fasilitas atau sarana dan prasarana yang
dapat menunjang pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan.
3. Membutuhkan pengalaman yang nyata.
4. Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar.
5. Kesulitan mengidentifikasi keterampilan siswa.
5. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang mengarah pada adat
kebiasaan yang ada dan yang sering dipakai dalam pembelajaran matematika.
Nasution (2005: 209) memberikan ciri-ciri pembelajaran konvensional yaitu: (a)
tujuan pembelajaran tidak dirumuskan secara spesifik dalam bentuk kelakuan
yang dapat diamati dan diukur; (b) bahan pelajaran yang disajikan kepada
kelompok atau kelas sebagai keseluruhan tanpa memperhatikan peserta didik
secara individu; (c) bahan pelajaran umumnya berbentuk penyampaian langsung;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
(d) pembelajaran berorientasi pada guru sedangkan siswa umumnya bersifat pasif;
(e) siswa harus belajar menurut kecepatan umumnya yang ditentukan oleh
kecepatan guru mengajar; (f) keberhasilan mengajar umumnya dinilai oleh guru
secara subyektif; (g) guru terutama berfungsi sebagai penyebar atau penyalur
pengetahuan (sebagai sumber informasi atau pengetahuan).
Selanjutnya Kusnandar (2007: 328) menyebutkan bahwa “sifat pembelajaran
konvensional lebih berpusat pada guru, sehingga pelaksanaannya kurang
memperhatikan keseluruhan situasi belajar.” Hal ini menyebabkan ada
kekurangan dari pembelajaran konvensional, yaitu: siswa menjadi pasif dalam
pembelajaran dan menyebabkan guru kesulitan mengontrol sejauh mana
perolehan belajar siswa. Meskipun demikian, pembelajaran konvensional masih
sering diterapkan mengingat kelebihannya yaitu: mudah dilaksanakan, dapat
diikuti siswa dalam jumlah besar, dan mudah untuk menerangkan bahan pelajaran
dalam skala (cakupan) yang luas.
6. Sintaks Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik
Prinsip-prinsip dalam pendekatan matematika realistik dapat dilakukan dalam
setiap kegiatan dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini, langkah-langkah
pembelajaran yang direncanakan dengan menggunakan metode diskusi dengan
pendekatan matematika realistik adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal
1. Menggunakan masalah kontekstual
a). Memulai pelajaran dengan mengajukan contoh yang riil bagi siswa
sesuai dengan kebiasaan sehari-hari siswa tentang materi yang akan
dipelajari.
b). Menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran materi
tersebut.
b. Kegiatan Inti
a). Guru membagi siswa dalam kelompok masing-masing kelompok
terdiri dari 4-5 siswa (disesuaikan dengan jumlah siswa dalam satu
kelas).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
b). Siswa diminta berkumpul dengan teman satu kelompoknya agar
dapat belajar secara berkelompok.
2. Menggunakan berbagai model
a). Guru memberikan masalah kontekstual tentang materi yang akan
dipelajari.
b).Guru meminta siswa berdiskusi secara kelompok untuk
mengembangkan atau menciptakan model-model matematis secara
informal pada masalah yang diberikan.
c). Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif. Siswa diberi
kesempatan menjelaskan dan memberi alasan terhadap jawaban yang
diberikannya, memahami jawaban teman atau siswa lain,
menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap jawaban yang
diberikannya, mencari alternatif penyelesaian lain.
3. Menggunakan konstribusi siswa
d). Memberikan pertanyaan terbuka atau menyediakan masalah yang
dapat diselesaikan dengan berbagai cara atau yang tidak hanya
mempunyai satu jawaban benar.
e). Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah
dengan menggunakan strateginya masing-masing.
f). Memberi kesempatan kepada siswa untuk berbeda pendapat atau
mengemukakan gagasan baru.
4. Interaktivitas
g). Mendorong terjadinya diskusi terhadap pengetahuan baru yang
dipelajari.
h). Meminta siswa untuk mengemukakan kembali pertanyaan temannya
dengan bahasanya sendiri.
i). Meminta siswa untuk memberi tanggapan atas jawaban temannya.
j). Memberi respon kepada siswa agar siswa mengemukakan masalah
dan pendapat.
c. Kegiatan Penutup
5. Terintegrasi dengan topik lainnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
a). Mengarahkan siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi.
b). Mengarahkan siswa untuk dapat mengaitkan materi dengan bidang
lain.
7. Sintaks Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Quantum Learning
Prinsip-prinsip dalam pendekatan Quantum Learning dapat dilakukan dalam
setiap kegiatan dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini, berikut langkah-
langkah pembelajaran yang direncanakan dengan menggunakan metode diskusi
dengan pendekatan Quantum Learning:
a. Kegiatan awal
1. Tumbuhkan
a) Guru mengucap salam dan memeriksa keadaan kelas serta kesiapan
siswa.
b) Guru menginformasikan penggunaan metode diskusi dengan
pendekatan Quantum Learning selama pembelajaran berlangsung.
c) Guru menghidupkan musik sebagai pembuka pelajaran, menata
tempat duduk menyerupai setengah lingkaran, dan membuat
kesepakatan belajar, yaitu membuat yel-yel dan sistem penilaian
dengan bintang.
d) Tanya jawab guru dengan siswa tentang materi persamaan linear
dengan contoh-contoh yang ada di sekitar siswa.
b. Kegiatan Inti
2. Alami
a) Guru membagi siswa dalam kelompok masing-masing kelompok
terdiri dari 4-5 siswa (disesuaikan dengan jumlah siswa dalam satu
kelas).
b) Siswa diminta berkumpul dengan teman satu kelompoknya agar
dapat belajar secara berkelompok.
c) Guru meminta siswa untuk mengerjakan lembar kerja kelompok
yang diberikan pada masing-masing kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
d) Guru membimbing jalannya diskusi dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya.
3. Namai
e) Siswa menyimpulkan hasil diskusi kelompok dan menyelesaikan
tugas kelompok mereka.
4. Demonstrasikan
f) Guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas kelompok dan
meminta perwakilan setiap kelompok menjelaskan hasil diskusi
kelompok mereka ke depan kelas.
g) Guru mengarahkan diskusi siswa dan membimbing siswa
mengecek kebenaran jawaban siswa dengan konsep yang dipelajari
h) Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk
memberikan tanggapan.
5. Ulangi
i) Guru memberikan penjelasan materi dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya.
j) Guru memberikan soal di depan kelas dan memberi kesempatan
kepada siswa yang dapat mengerjakan di depan kelas.
k) Guru memberikan tugas individu dan meminta siswa
mengerjakannya dalam waktu yang ditentukan.
l) Meminta siswa untuk mengumpulkan tugas dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
c. Kegiatan penutup
a) Guru memberikan kesimpulan materi yang dipelajari.
6. Rayakan
b) Guru memberi penghargaan dengan meminta siswa untuk bertepuk
tangan dan mengucapkan yel-yel.
c)
8. Sintaks Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Konvensional
Langkah-langkah pembelajaran yang direncanakan dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
a. Kegiatan Awal
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan hari ini.
2. Guru memotivasi siswa tentang pentingnya mempelajari materi hari ini.
b. Kegiatan inti
1. Guru menjelaskan mengenai materi yang dipelajari.
2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas.
3. Guru memberikan latihan soal untuk dikerjakan siswa secara
berkelompok.
4. Guru bersama siswa membahas jawaban latihan soal dengan cara beberapa
siswa diminta mengerjakan di papan tulis.
c. Kegiatan penutup
1. Siswa bersama guru menyimpulkan materi hari ini.
2. Guru memberikan tugas secara individual kepada para siswa tentang
materi yang dipelajari.
3. Guru memotivasi siswa untuk giat belajar dan mempelajari kembali materi
yang telah diajarkan hari ini.
9. Tipe Kepribadian
Setiap orang memiliki kepribadian. Kepribadian setiap orang tidaklah sama,
dan masing masing memiliki tipe kepribadian tersendiri. Ada banyak tipe
kepribadian, seperti diungkapkan oleh parah ahli. Salah satunya adalah tipe
kepribadian menurut Hiprocates dan Gelanus. Hiprocates dan Gelanus membagi
tipe kepribadian berdasarkan zat cair yang ada dalam tubuh seseorang. Mereka
membagi tipe kribadian kedalam empat bagian. Seperti diungkapkan oleh Littauer
(1996: 11) yaitu: Sanguinis, Melankolis, Koleris, dan Phlegmatis.
Lebih dari 400 tahun sebelum Masehi, Hippocrates, seorang tabib dan ahli
filsafat yang sangat pandai dari Yunani,mengemukakan suatu teori kepribadian
yang mengatakan bahwa pada dasarnya ada empat tipe temperamen. Sebenarnya,
ada beberapa teori mengenai macam-macam kepribadian. Teori yang paling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
popular dan terus dikembangkan adalah teori Hipocrates-Galenus. Yang
merupakan pengembangan dari teori Empedokretus.
Berdasarkan pemikirannya, ia mengatakan bahwa keempat tipe temperamen
dasar itu adalah akibat dari empat macam cairan tubuh yang sangat penting di
dalam tubuh manusia:
1. Sifat kering terdapat dalam chole (empedu kuning),
2. Sifat basah terdapat dalam melanchole (empedu hitam),
3. Sifat dingin terdapat dalam phlegma (lendir),
4. Sifat panas terdapat dalam sanguis (darah).
Kemudian teori Hippocrates disempurnakan kembali oleh Galenus yang
mengatakan bahwa keempat cairan tersebut ada dalam tubuh dalam proporsi
tertentu, dimana jika salah satu cairan lebih dominan dari cairan yang lain, maka
cairan tersebut dapat membentuk kepribadian seseorang. Berpuluh tahun lamanya
tipologi yunani yang bersifat filosofis ini berpengaruh luas sekali. Bahkan
psikologi modern telah mengemukakan banyak saran baru mengenai
penggolongan temperamen, tetapi tidak ada yang dapat menemukan
penggolongan yang lebih bisa diterima seperti yang dikemukakan oleh
Hippocrates dan Galenus.
Untuk memperoleh gambaran mengenai berbagai sifat temperamen yang
melekat dalam setiap cairan, berikut adalah gambaran dari penggolongan manusia
berdasarkan keempat bentuk cairan tersebut.
Tipe Kepribadian Choleris
Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu cairan chole. Dimana orang
yang choleris adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti
hidup penuh semangat, keras, hatinya mudah terbakar, daya juang besar,
optimistis, garang, mudah marah, pengatur, penguasa, pendendam, dan serius.
Tipe Kepribadian Melancholis
Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu cairan melanchole. Dimana
orang yang melancholis adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas
seperti mudah kecewa, daya juang kecil, muram, pesimistis, penakut, dan kaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Tipe Kepribadian Phlegmatis
Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu cairan phlegma. Dimana orang
yang phlegmatis adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti
tidak suka terburu-buru, tenang, tidak mudah dipengaruhi, setia, dingin, santai dan
sabar.
Tipe Kepribadian Sanguinis
Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu cairan sanguis. Dimana orang
yang sanguinis adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti
hidup mudah berganti haluan, ramah, mudah bergaul, lincah, periang, mudah
senyum, dan tidak mudah putus asa.
Terdapat beberapa tes yang dapat digunakan untuk menentukan tipe
kepribadian yang dimiliki oleh seseorang. Salah satunya dengan menggunakan
angket yang berisi karakter-karakter kepribadian yang akan menentukan tipe
kepribadian seseorang. Dalam bukunya, Littauer (1996: 13) memberikan tes
kepribadian untuk menentukan tipe kepribadian seseorang termasuk dalam
Sanguinis, Melankolis, Koleris atau Phlegmatis. Tes ini mempunyai 40 kriteria
kepribadian siswa, masing-masing kriteria kepribadian terdapat 4 pilihan
pernyataan yang dapat dipilih sesuai dengan karakter kepribadian siswa. Jawaban
dari masing-masing kriteria kepribadian tersebut dicocokkan dengan kunci
penilaian tipe kepribadian. Tipe kepribadian yang dipilih paling banyak atau yang
mempunyai jumlah paling besar akan menentukan tipe kepribadian siswa. Contoh
beberapa kriteria karakter dalam buku Littauer sebagai berikut:
1. a. Adventurous: Orang yang mau melakukan suatu hal yang baru dan
berani dengan tekad untuk menguasainya.
b. Adaptable: Mudah menyesuaikan diri dan senang dalam setiap situasi.
c. Animated: Penuh kehidupan, sering menggunakan isyarat tangan, lengan
dan wajah secara hidup.
d. Analitical: Suka menyelidiki bagian-bagian hubungan yang logis dan
semestinya.
2. a. Persisten: Melakukan sesuatu sampai selesai sebelum memulai yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
lainnya.
b. Playfull: Penuh kesenangan dan selera humor yang baik.
c. Persuasive: Meyakinkan orang dengan logika dan fakta, bukannya pesona
atau kekuasaan.
d. Peaceful: Tampak tidak terganggu dan tenang serta menghindari setiap
bentuk kekacauan.
3. a. Submissive: Dengan mudah menerima pandangan atau keinginan
orang lain
tanpa banyak perlu mengemukakan pendapatnya sendiri.
b. Self-sacrificing: Bersedia mengorbankan dirinya demi atau untuk
memenuhi kebutuhan orang lain.
c. Sociabel: Orang yang memandang bersama orang lain sebagai kesempatan
untuk bersikap manis dan menghibur, bukannya sebagai tantangan atau
kesempatan.
d. Strong-willed: Orang yang yakin akan caranya sendiri.
4. a. Considerate: Menghargai keperluan dan perasaan orang lain.
b. Controlled: Mempunyai perasaan emosional tetapi jarang
memperlihatkannya.
c. Competitive: Mengubah setiap situasi, kejadian, atau permainan menjadi
kontes dan selalu bermain untuk menang.
d. Convincing: Bisa merebut hati anda melalui pesona kepribadian.
5. a. Refreshing: Memperbaharui dan membantu atau membuat orang
lain merasa senang.
b. Respectful: Memperlakukan orang lain dengan rasa segan, kehormatan, dan
penghargaan.
c. Reserved: Menahan diri dalam menunjukkan emosi atau antusiasme.
d. Resourceful: Bisa bertindak cepat dan efektif boleh dikata dalam semua
situasi.
dan seterusnya.
Littauer memberikan tes kepribadian untuk umum dengan pilihan kata yang
dimungkinkan belum dimengerti untuk siswa sekolah menengah pertama,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
sehingga perlu dipilihkan kata-kata yang tepat untuk siswa sekolah menengah
pertama. Oleh karena itu peneliti mengadaptasi kriteri-kriteria kepribadian dari
buku Littauer tersebut dengan menggunakan kata-kata yang sesuai dengan siswa
sekolah menengah pertama. Contoh kriteria yang digunakan setelah diadaptasi
dari buku Littauer tersebut:
1. a. suka dengan hal-hal dan pengalaman baru
b. mudah kenal dengan kawan baru
c. ceria, selalu senang
d. suka bertanya dengan hal-hal baru dan aneh
2. a. senang menyelesaikan pekerjaan satu per satu
b. suka bercanda dan tertawa
c. suka berbicara dengan orang lain
d. tidak suka keributan
3. a. lebih suka mendengarkan pendapat orang lain
b.suka membantu teman dahulu dari pada diri sendiri
c. senang bersahabat
d. percaya diri dan tidak pemalu
4. a. menghargai orang lain
b. penyabar
c. senang berlomba dan ingin menang
d. bisa menarik perhatian orang lain dengan kepribadiannya
5. a. suka membantu dan membuat orang lain senang
b. memperlakukan orang lain dengan rasa hormat
c. suka bersabar dan tidak pemarah
d. suka bekerja dengan cepat
dan seterusnya.
Penilaian dari angket kepribadian ini dilihat dari kunci penilaian yang ada
dalam buku Littauer. Berikut ini diberikan sampel kunci jawaban dari tes
kepribadian yang digunakan dari nomor 1 sampai nomor 5 pada Tabel 2.1. Nomor
1, untuk jawaban a, berarti siswa memilih kriteria kepribadian yang termasuk
salah satu ciri- ciri Koleris; jawaban b, berarti siswa memilih kepribadian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
termasuk salah satu ciri- ciri Phlegmatis; jawaban c, berarti siswa memilih
kepribadian yang termasuk salah satu ciri- ciri Sanguinis; dan jawaban d, berarti
siswa memilih kepribadian yang termasuk salah satu ciri-ciri Melankolis. Hal
yang sama juga berlaku untuk nomor 2 hingga nomor 40.
Tabel 2.1. Sampel Kunci Jawaban Tes Kepribadian
No S M K P
1 c d a b
2 b a c d
3 c b d a
4 d a c b
5 a b d c
Jumlah
Tabel 2.2 berikut ini menyajikan contoh jawaban siswa yang mengisi angket tes
kepribadian dengan melingkari jawaban angket yang siswa pilih.
Tabel 2.2. Contoh Jawaban Angket Siswa
No S M K P
1 c d a b
2 b a c d
3 c b d a
4 d a c B
5 a b d C
Jumlah 0 1 4 0
Jawaban agket siswa di atas dapat dijumlahkan setiap kolomnya, sehingga
diperoleh Sanguinis 0, Melankolis 1, Kholeris 4 dan Phlegmatis 0. Dari
keterangan tersebut, diperoleh tipe kepribadian Kholeris mempunyai jumlah yang
paling besar, sehingga dapat disimpulkan siswa ini memiliki tipe kepribadian
Koleris.
B. Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti
sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut
berkaitan dengan Pendekatan Matematika Realistik, pendekatan Quantum
Learning, dan tipe kepribadian siswa. Penelitian yang berkaitan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dilakukan oleh Nelly Fitriani (2012).
Dalam tesisnya, Ia menerapkan PMR dengan pembelajaran secara berkelompok
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis. Hasil
penelitiannya menunjukkan peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan PMR
secara berkelompok daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan terletak
pada tujuan penelitian, pada penelitian tersebut untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa, sedangkan penelitian yang dilakukan
peneliti adalah untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sigid Edy Purwanto (2010) berupa
disertasi, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelompok eksperimen
(PMR) dan kelompok kontrol (PK). Dengan memperhatikan nilai rata-rata kedua
kelompok dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang telah mengikuti PMR lebih baik dari
pada siswa yang telah mengikuti PK pada gabungan ketiga kelompok siswa pada
aspek kemampuan memahami konsep matematis, kemampuan menggunakan
strategi pemecahan masalah, dan kemampuan memeriksa kemasuk-akalan
jawaban. Perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan terletak pada tujuannya
yaitu untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis, sedangkan
pada penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Yenni B. Widjaja dan Andre Heck (2003) dalam Journal of Science and
Mathematics Education in Southeast Asia memperoleh kesimpulan bahwa masih
terdapat kesulitan dalam penerapan RME di Indonesia, namun RME dapat
diperkenalkan secara perlahan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Dalam
penelitian yang dilakukan ini, peneliti mencoba menerapkan PMR untuk siswa
sekolah menengah pertama dengan memperhatikan karakteristik yang terdapat
dalam PMR. Terdapat pula artikel yang ditulis oleh Barnes (2004) dalam African
Journal of Research in SMT Education, menyatakan bahwa RME telah
memainkan peran dalam menggalang dan mengatasi konsepsi alternatif dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
peserta didik. Hal ini dengan dilakukan terlebih dahulu penerapan prinsip dipandu
dalam desain masalah kontekstual. Masalah yang memulai proses dengan melihat
peserta didik terlibat dalam matematisasi horisontal dan atau vertikal, yang
kemudian menghasilkan konsepsi alternatif untuk dibahas dan ditangani.
Penelitian yang dilakukan mencoba untuk mengetahui efektifitas penerapan
pendekatan matematika realistik untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
dengan melihat prinsip-prinsip PMR.
Penelitian oleh Uzel dan Uyangor (2006) juga mengemukakan mengenai
teori PMR. Penelitian tersebut dilakukan untuk melihat tingkatan sikap siswa
yang diberi pembelajaran menggunakan PMR. Hasil dari penelitian ini
menyebutkan bahwa teori PMR merupakan arah yang menjanjikan untuk
memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran dalam matematika.
Selanjutnya, penelitian yang berkaitan dengan pendekatan Quantum
Learning dilakukan oleh Armin Hary (2011) yang berbentuk tesis. Ia
menggunakan pendekatan Quantum Learning yang dibandingkan dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning pada Pokok Bahasan Statistika
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan Quantum
Learning untuk memperoleh prestasi yang lebih baik dari pada peserta didik yang
mengikuti pembelajaran dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Armin Hary dengan penelitian yang
peniliti lakukan adalah pada tinjauan penelitian. Penelitiannya ditinjau dari
kreativitas belajar siswa dan subjek penelitiannya adalah siswa menengah atas,
sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti ditinjau dari tipe kepribadian siswa
dan dilaksanakan pada siswa menengah pertama.
Penelitian lain yang berkaitan dengan pendekatan Quantum Learning
dilakukan oleh Kusno dan Joko Purwanto (2011) dalam International Journal for
Educational Studies. Mereka melakukan penelitian dengan menerapkan Quantum
Learning yang menyimpulkan bahwa Quantum Learning efektif digunakan dalam
pembelajaran tersebut dan terdapat perbedaan yang signifikan dimana
pembelajaran menggunakan Quantum Learning memberikan prestasi belajar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang peniliti lakukan terletak pada subjek penelitian. Penelitian mereka
dikenakan pada siswa menengah atas, sedangkan penelitian yang dilakukan pada
siswa menengah pertama.
Penelitian oleh Heni Mularsih (2010) menggunakan strategi pembelajaran,
dan tipe kepribadian untuk mengetahui hasil belajara. Beberapa hasil dari
penelitiannya adalah: (1) hasil belajar siswa yang mengikuti strategi pembelajaran
kooperatif lebih tinggi daripada yang mengikuti pembelajaran individual, (2) tidak
ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang berkepribadian
ekstrover dan introver, (3) terdapat interaksi yang positif antara strategi
pembelajaran dan tipe kepribadian siswa pada hasil belajar bahasa Indonesia
Simpulannya, strategi pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar bahasa
Indonesia siswa dengan mempertimbangkan tipe kepribadian siswa. Perbedaannya
dengan penelitian yang dilakukan adalah dari teori tipe kepribadian yang
digunakan, dan mata pelajaran yang diterapkan. Karena tipe kepribadian dilihat
secara umum tanpa melihat teori yang digunakan dan mata pelajaran yang
digunakan, maka pendapat dari penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti di atas
digunakan sebagai rujukan dan kajian teori untuk penelitian yang dilakukan pada
penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas dari penerapan
pendekatan pembelajaran PMR, Quantum Learning, dan pembelajaran
konvensional yang belum pernah diteliti sebelumnya. Posisi peneliti dalam
penelitian ini adalah sebagai pengembangan dari penelitian-penelitian
sebelumnya.
C. Kerangka Berpikir
1. Efektivitas pendekatan pembelajaran PMR, QL, dan pembelajaran
konvensional.
Pada dasarnya pendekatan pembelajaran PMR dan QL memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan pembelajaran yang inovatif dan
menyenangkan daripada pembelajaran konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Pendekatan pembelajaran PMR adalah salah satu pendekatan belajar
matematika yang dikembangkan untuk mendekatkan matematika kepada siswa.
Masalah-masalah nyata dari kehidupan sehari-hari digunakan sebagai titik awal
pembelajaran matematika untuk menunjukkan bahwa matematika sebenarnya
dekat dengan kehidupan sehari-hari. Benda-benda nyata yang akrab dengan
kehidupan keseharian siswa dijadikan sebagai alat peraga dalam pembelajaran
matematika.
Dalam PMR, siswa dipandang sebagai individu yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan.
Selanjutnya, dalam pendekatan ini diyakini pula bahwa siswa memiliki potensi
untuk mengembangkan sendiri pengetahuannya, dan bila diberi kesempatan
mereka dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang
matematika. Melalui eksplorasi berbagai masalah, baik masalah kehidupan
sehari-hari maupun masalah matematika, siswa dapat merekonstruksi kembali
temuan-temuan dalam bidang matematika.
Dalam pembelajaran menggunakan metode diskusi dengan PMR, siswa
dibentuk dalam kelompok dan diberikan masalah-masalah yang riil bagi siswa dan
dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari. Siswa mendiskusikan masalah yang
diberikan dan diharapkan siswa menemukan penyelesaiannya dengan model yang
mereka temukan sendiri.
Selanjutnya pendekatan pembelajaran QL dilaksanakan sedemikian rupa
sehingga siswa berusaha memperoleh pengetahuan dan pemahamannya sendiri
melalui pengalaman belajar yang diberikan kepada mereka dalam suasana belajar
yang menyenangkan selama proses pembelajaran. Pembelajaran quantum lebih
bersifat konstruktif namun juga menekankan pentingnya peranan lingkungan
pembelajaran yang efektif dan optimal dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Pembelajaran quantum mensinergikan faktor potensi individu dengan lingkungan
fisik dan psikis dalam konteks pembelajaran.
Dalam lingkungan pandangan quantum, faktor lingkungan dan kemampuan
keduanya sama-sama penting. Pembelajaran quantum memusatkan perhatian
pada interakasi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transakasi makna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Dapat dikatakan bahwa interaksi telah menjadi kata kunci dan konsep sentral
dalam pembelajaran quantum. Karena itu, pembelajaran quantum memberikan
tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang
bermutu dan bermakna. Dalam kaitan inilah faktor komunikasi menjadi sangat
penting dalam pembelajaran quantum. Metode diskusi dengan pendekatan QL
dapat dilakukan dengan baik karena prinsip dari QL memang sudah mengacu
pada interaksi antar siswa.
Beberapa kelebihan dari pembelajaran konvensional yaitu mudah
dilaksanakan, dapat diikuti siswa dalam jumlah besar, dan mudah untuk
menerangkan bahan pelajaran yang luas. Hal ini membuat pembelajaran
konvensional masih sering digunakan oleh guru dalam pembelajaran di kelas.
Namun pembelajaran konvensional cenderung monoton dan membosankan jika
diterapkan pada pembelajaran matematika, sehingga perlu dibenahi dengan
menggunakan pembelajaran lain yang lebih tepat. Pembelajaran tersebut kurang
mengembangkan kemampuan bernalar dan keaktifan peserta didik sehingga
mengakibatkan rendahnya prestasi belajar mereka.
Dari konsep pembelajaran kedua pendekatan ini dengan metode diskusi,
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam pendekatan
pembelajaran QL siswa diberi perlakuan dengan fasilitas ruang kelas yang
berbeda dengan keadaan biasanya, diberikan musik, dan aktivitas yang padat. Hal
ini diduga menyebabkan tidak semua siswa dapat menerima pelajaran dengan
maksimal. Dibandingkan dengan PMR yang lebih sederhana namun dengan
materi yang disajikan sesuai dengan lingkungan siswa diduga lebih dapat diterima
siswa dengan mudah. Namun pendekatan pembelajaran QL diduga akan lebih
efektif daripada pembelajaran konvensional yang kurang inovatif dan tidak
menarik bagi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
2. Perbandingan antara tipe kepribadian Sanguinis, Melankolis, Koleris,
dan Phlegmatis.
Beberapa sumber yang menjelaskan mengenai tipe kepribadian Hipocrates-
Galenus, menyebutkan bahawa seorang Sanguinis pada umumnya memiliki
tingkah laku yang spontan, lincah, dan periang. Melankolis yang penuh pikiran,
setia, tekun. Seorang Koleris yang suka petualangan, persuasif, dan percaya diri.
Sedangkan Phlegmatis yang ramah, sabar, dan tenang. Keempat tipe ini memiliki
kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Jika dikaitkan dengan prestasi
belajar matematika, keempat tipe kepribadian ini sama-sama memiliki kesempatan
dan potensi untuk meraih prestasi belajar matematika yang tinggi. Namun jika
dilihat dari karakteristik matematika yang membutuhkan pemikiran yang abstrak
maka siswa dengan tipe kepribadian Kholeris akan lebih menonjol dibandingkan
ketiga tipe kepribadian yang lain. Sedangkan siswa dengan tipe kepribadian
Sanguinis yang tidak mudah putus asa akan memiliki prestasi yang lebih baik
daripada siswa dengan tipe kepribadian Melankolis maupun Phlegmatis, dan
siswa dengan tipe kepribadian Phlegmatis yang tenang akan memiliki prestasi
yang lebih baik baik daripada siswa dengan tipe kepribadian Melankolis.
3. Efektivitas pendekatan pembelajaran PMR, QL, dan pembelajaran
konvensional ditinjau dari tipe kepribadian Sanguinis.
Siswa dengan tipe kepribadian Sanguinis memiliki sifat dasar periang, aktif,
dan mudah putus asa. Dengan sifatnya yang suka bergerak dan lincah ini
pendekatan pembelajaran yang menerapkan konsep belajar aktif dan
menyenangkan dapat membantu siswa ini untuk lebih memahami materi
pelajaran. Pembelajaran menggunakan metode diskusi dengan pendekatan
pembelajaran PMR dan QL sama-sama menyajikan pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan sehingga materi pelajaran dapat dipahami siswa dengan mudah.
Namun dalam hal ini, metode diskusi dengan pendekatan pembelajaran QL diduga
akan dapat memberikan pengaruh yang lebih besar bagi siswa dengan tipe
kepribadian Sanguinis. Karena dalam QL siswa ini dapat mengekplorasikan
potensi yang ia miliki dengan pembelajaran yang lebih leluasa dan tidak kaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
seperti dalam kelas yang formal. Sedangkan pembelajaran menggunakan metode
diskusi dengan PMR dimungkinkan akan lebih efektif daripada pembelajaran
konvensional untuk siswa dengan tipe kepribadian Sanguinis.
4. Efektivitas pendekatan pembelajaran PMR, QL, dan pembelajaran
konvensional ditinjau dari tipe kepribadian Melankolis.
Siswa dengan tipe kepribadian Melankolis yang mudah kecewa, daya juang
kecil, dan penuh pikiran diduga tidak akan memberikan prestasi belajar yang
cukup baik jika diberikan pembelajaran menggunakan metode diskusi dengan
pendekatan pembelajaran QL. Karena dalam QL siswa diajak untuk melakukan
aktifitas pembelajaran yang membutuhkan konsentrasi dan motivasi belajar yang
tinggi. Penerapan pendekatan pembelajaran PMR diduga akan lebih efektif
diterapkan pada siswa dengan tipe kepribadian Melankolis, karena dalam
pembelajarannya siswa diberikan persoalan yang lebih mudah ia pahami dan tidak
dengan aktifitas yang tinggi. Sedangkan pembelajaran menggunakan metode
diskusi dengan pendekatan pembelajaran QL akan sama efektifnya dengan
pembelajaran konvensional untuk siswa dengan tipe kepribadian Melankolis.
5. Efektivitas pendekatan pembelajaran PMR, QL, dan pembelajaran
konvensional ditinjau dari tipe kepribadian Koleris.
Siswa dengan tipe kepribadian Koleris memiliki sifat dasar yang percaya diri,
daya juang besar, optimistis, menjadi potensi besar bagi siswa ini untuk
meningkatkan prestasi belajar matematikanya dengan menggunakan penerapan
pembelajaran apapun. Baik pembelajaran menggunakan metode diskusi dengan
pendekatan pembelajaran PMR maupun QL siswa dengan tipe kepribadian ini
diduga dapat menerima materi pembelajaran dengan baik. Namun pembelajaran
menggunakan metode diskusi dengan pendekatan pembelajaran PMR maupun QL
akan lebih efektif daripada pembelajaran menggunakan metode diskusi dengan
pembelajaran konvensional untuk siswa dengan tipe kepribadian Koleris.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
6. Efektivitas pendekatan pembelajaran PMR, QL, dan pembelajaran
konvensional ditinjau dari tipe kepribadian Phlegmatis.
Siswa dengan tipe kepribadian Phlegmatis memiliki sifat dasar ramah, sabar,
tenang, akan memberikan pengaruh yang cukup baik dalam prestasi belajarnya.
Secara lebih khusus dalam pembelajaran matematika siswa dengan tipe ini akan
memahami materi dengan tekun. Baik pembelajaran menggunakan metode diskusi
dengan pendekatan pembelajaran PMR maupun QL akan memberikan hasil yang
baik. Namun diduga, dengan menggunakan pendekatan pembelajaran QL siswa
ini akan mendapatkan prestasi belajar yang lebih tinggi daripada pembelajaran
menggunakan metode diskusi dengan pendekatan pembelajaran PMR maupun
pembelajaran konvensional. Karena dengan pendekatan ini siswa akan
memperoleh suasana pembelajaran yang tidak kaku, sehingga siswa dapat
mengeksplor potensi yang ia miliki. Sedangkan pembelajaran menggunakan
metode diskusi dengan pendekatan pembelajaran PMR diduga akan lebih efektif
daripada pembelajaran menggunakan metode diskusi dengan pembelajaran
konvensional untuk siswa dengan tipe kepribadian Phlegmatis.
D. Hipotesis
Dari uraian pada kerangka berpikir di atas, maka diajukan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
1. Pembelajaran menggunakan PMR lebih efektif daripada pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran QL maupun dengan pembelajaran konvensional.
Pembelajaran menggunakan QL lebih efektif daripada pembelajaran dengan
pembelajaran konvensional.
2. Prestasi belajar matematika siswa dengan tipe kepribadian Koleris, lebih baik
daripada siswa dengan tipe kepribadian Sanguinis, Melankolis, dan
Phlegmatis. Siswa dengan tipe kepribadian Sanguinis lebih baik prestasi
belajar matematikanya daripada siswa dengan tipe kepribadian Melankolis
maupun Phlegmatis. Siswa dengan tipe kepribadian Phlegmatis lebih baik
prestasi belajar matematikanya daripada siswa dengan tipe kepribadian
Melankolis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
3. Pada siswa dengan tipe kepribadian Sanguinis, pembelajaran menggunakan
pendekatan QL lebih efektif daripada menggunakan metode diskusi dengan
pendekatan pembelajaran PMR maupun dengan pembelajaran konvensional
dan pembelajaran menggunakan pendekatan PMR lebih efektif untuk siswa
dengan tipe kepribadian Sanguinis daripada menggunakan pembelajaran
konvensional.
4. Pada siswa dengan tipe kepribadian Melankolis, pembelajaran menggunakan
PMR lebih efektif daripada menggunakan pendekatan pembelajaran QL
maupun dengan pembelajaran konvensional, sedangkan pembelajaran
menggunakan pendekatan pembelajaran QL sama efektifnya dengan
pembelajaran konvensional untuk siswa dengan tipe kepribadian Melankolis.
5. Pada siswa dengan tipe kepribadian Koleris, pembelajaran menggunakan
PMR sama efektifnya dengan pendekatan pembelajaran QL, sedangkan
pembelajaran menggunakan PMR dan pendekatan pembelajaran QL sama-
sama lebih efektif daripada menggunakan pembelajaran konvensional.
6. Pada siswa dengan tipe kepribadian Phlegmatis pembelajaran menggunakan
pendekatan QL lebih efektif daripada menggunakan pendekatan pembelajaran
PMR maupun dengan pembelajaran konvensional, sedangkan pembelajaran
menggunakan PMR lebih efektif daripada menggunakan pembelajaran
konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri wilayah Kabupaten Lampung Timur,
Provinsi Lampung. Subyek penelitian ini adalah siswa semester ganjil kelas VIII
tahun pelajaran 2012/2013.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Pelajaran
2012/2013. Pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan, dengan 7 pertemuan
pembelajaran dan 1 kali tes prestasi pada pertemuan terakhir. Adapun tahapan
pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
a) Tahap perencanaan
Tahap perencanaan meliputi: penyusunan usulan penelitian, penyusunan
instrumen penelitian, dan pengajuan ijin penelitian. Tahap ini dilaksanakan
pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Agustus 2012.
b) Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi: eksperimen, uji coba instrumen, dan
pengumpulan data. Tahap ini dilaksanakan pada bulan September 2012
sampai dengan bulan Oktober 2012.
c) Analisis data
Analisis data tipe kepribadian siswa dilaksanakan pada bulan September
2012 sedangkan analisis data amatan dilakukan pada bulan Desember 2012
sampai dengan bulan Januari 2013.
d) Tahap penyusunan laporan
Tahap ini mulai dilaksanakan pada bulan September 2012 sampai dengan
Januari 2013.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
B. Jenis, Rancangan, dan Prosedur Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam bukunya, Sigit Santosa (2011: 33) mengatakan bahwa:
Penelitian eksperimental dilakukan untuk menimbulkan gejala-gejala tertentu
melalui perlakuan-perlakuan tertentu oleh peneliti terhadap sampel percobaan.
Peneliti memanipulasi dan mengontrol variabel-variabel yang berhubungan
dengan gejala-gejala yang diteliti.
Pengertian di atas adalah pengertian penelitian eksperimental sesungguhnya
(true-eksperimental research). Dibandingkan dengan penelitian eksperimental
sesungguhnya, penelitian eksperimental semu (quasi-eksperimental research)
berbeda dalam tingkat kemungkinan peneliti mengontrol variabel-variabel yang
relevan. Dalam keadaan tertentu, peneliti tidak mungkin mengontrol variabel-
variabel yang relevan kecuali beberapa variabel utama maka penelitian ini disebut
penelitian eksperimen semu.
Dari pengertian di atas jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah eksperimental semu, karena terdapat beberapa variabel yang tidak mungkin
untuk dikontrol. Variabel-variabel tersebut adalah variabel luaran dalam
penelitian.
2. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini subyek penelitian dikelompokkan menjadi tiga
kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen, yaitu siswa yang
mendapat pembelajaran matematika menggunakan pendekatan pembelajaran
PMR. Kelompok kedua adalah kelompok eksperimen, yaitu siswa yang mendapat
pembelajaran matematika menggunakan pendekatan pembelajaran QL. Kelompok
ketiga adalah kelompok kontrol, yaitu siswa yang mendapat pembelajaran
matematika menggunakan metode diskusi dengan pembelajaran konvensional.
Untuk masing-masing kelompok eksperimen dan kontrol terdiri dari kelompok
siswa yang memiliki tipe kepribadian Sanguinis, Melankolis, Koleris, dan
Phlegmatis. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
faktorial 3 x 4. Adapun desain yang digunakan adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian
Pendekatan
Pembelajaran
(A)
Tipe Kepribadian (B)
Sanguinis
(b1)
Melankolis
(b2)
Koleris
(b3)
Phlegmatis
(b4)
PMR (a1) (ab)11 (ab)12 (ab)13 (ab)14
QL (a2) (ab)21 (ab)22 (ab)23 (ab)24
Konvensional
(a3) (ab)31 (ab)32 (ab)33 (ab)34
3. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Melakukan survei kepustakaan yang relevan dengan masalah yang
direncanakan yaitu pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran
PMR, QL, dan pembelajaran konvensional.
b. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah penelitian.
c. Merumuskan hipotesis, berdasarkan kajian pustaka.
d. Menentukan variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu dua variabel
bebas, tipe kepribadian siswa dan pendekatan pembelajaran. Satu variabel
terikat, yaitu prestasi belajar matematika siswa.
e. Menentukan populasi dan sampel yang akan dijadikan tempat penelitian,
serta menentukan kelompok-kelompok eksperimen.
f. Menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan, yaitu tes tipe
kepribadian dan tes prestasi belajar matematika.
g. Mengujicobakan instrumen tes prestasi belajar matematika pada kelompok
belajar di luar kelompok eksperimen.
h. Melakukan uji keseimbangan untuk kelas eksperimen.
i. Memberikan tes kepribadian kepada sampel.
j. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran menggunakan pendekatan
pembelajaran PMR pada kelompok pertama dan QL untuk kelompok ke
dua, serta konvensional pada kelompok ketiga. Pembelajaran ini dilakukan
sebanyak 7 pertemuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
k. Mengukur prestasi hasil belajar siswa dengan menggunakan soal-soal tes
prestasi belajar yang sama untuk ketiga kelompok. Tes ini dilakukan pada
pertemuan ke 8.
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri kelas VIII di
Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013. Populasi SMP Negeri
kelas VIII di Kabupaten Lampung Timur terdiri dari 45 SMP Negeri yang tersebar di
Kabupaten Lampung Timur.
2. Sampel Penelitian
Sugiyono (2008: 81) menyebutkan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”, sedangkan Budiyono
(2009: 121) menyebutkan “sebagian populasi yang diamati disebut sampel atau
contoh. Proses pengambilan sampel disebut sampling.”
Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui sampling random stratifikasi
berkelompok (stratified cluster random sampling), yaitu dengan
mengelompokkan populasi menjadi subpopulasi yang dianggap memiliki sampel
homogen, kemudian setiap kelompok dipilih sampel yang diperlukan secara acak.
Penelitian mengambil populasi seluruh siswa kelas VIII SMP di Kabupaten
Lampung Timur. Tahapan proses pengambilan sampel dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Tahap pertama, populasi penelitian yang terdiri dari 45 SMP Negeri di
Kabupaten Lampung Timur diurutkan berdasarkan rerata nilai UN 2011, data
sekolah dapat dilihat pada Lampiran 1.
2) Tahap kedua, membagi 45 sekolah ini menjadi 3 kelompok berdasarkan urutan
nilai rerata UN 2011. Kelompok terdiri atas kelompok atas, kelompok tengah, dan
kelompok bawah. Sekolah dengan peringkat 1 sampai dengan 15 menjadi
kelompok atas, sekolah dengan peringkat 16 sampai dengan 30 menjadi kelompok
tengah, dan sekolah dengan peringkat 31 sampai dengan 45 menjadi kelompok
bawah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
3) Tahap ketiga, dari masing-masing kelompok dipilih secara acak satu sekolah
dan terpilih.
a) Kelompok atas SMPN 2 Way Bungur,
b) Kelompok tengah SMPN 2 Sukadana,
c) Kelompok bawah SMPN 2 Purbolinggo.
4) Tahap keempat, dari tiap-tiap sekolah yang telah terpilih diambil secara acak
tiga kelas. Tiga kelas dari masing-masing sekolah tersebut akan menjadi 2 kelas
sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen
yang pertama diberikan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran PMR,
kelas eksperimen yang kedua diberikan pembelajaran dengan pendekatan QL, dan
kelas kontrol akan diberikan pembelajaran konvensional. Berikut keterangan kelas
yang diambil dari masing-masing sekolah:
SMPN 2 Way Bungur:
1. Kelas 8.B : Kelompok PMR : 40 siswa
2. Kelas 8.C : Kelompok QL : 40 siswa
3. Kelas 8.D : Kelompok Konvensional : 40 siswa
SMPN 2 Sukadana
1. Kelas 8.2 :Kelompok PMR : 39 siswa
2. Kelas 8.3 : Kelompok QL : 39 siswa
3. Kelas 8.4 : Kelompok Konvensional : 40 siswa
SMPN 2 Purbolinggo
1. Kelas 8.B :Kelompok PMR : 23 siswa
2. Kelas 8.C : Kelompok QL : 23 siswa
3. Kelas 8.D : Kelompok Konvensional : 23 siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Berdasarkan fungsinya, Sigit Santosa (2011: 29) mengemukakan bahwa:
Variabel dalam penelitian dibedakan menjadi:
a. Variabel independen (bebas) adalah variabel yang memengaruhi
variabel lain.
b. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi
variabel lain.
Penelitian ini memiliki dua variabel bebas, yaitu tipe kepribadian siswa dan
pendekatan pembelajaran. Satu variabel terikat, yaitu prestasi belajar matematika
siswa.
a. Variabel Bebas
1) Pendekatan Pembelajaran
a) Definisi Operasional
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara untuk
memperoleh solusi dari permasalahan pembelajaran sehingga dapat
berpengaruh positif terhadap hasil pembelajaran.
b) Skala Pengukuran
Skala nominal, dengan pendekatan pembelajaran PMR, QL, dan
pembelajaran konvensional.
c) Simbol : A dengan kategori a1, a2, dan a3.
2) Tipe Kepribadian
a) Definisi Operasional
Tipe kepribadian adalah penggambaran tingkah laku secara deskriptif
tanpa memberi nilai. Dalam hal ini terdiri dari tipe kepribadian
sanguinis, melankolis, koleris, dan pragmatis.
b) Skala Pengukuran
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. Cara
pengelompokan ini dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat menentukan tipe kepribadian. Pengelompokan ditentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
dengan melihat keseluruhan jawaban siswa terhadap tes kepribadian
yang berbentuk angket.
c) Simbol: B dengan kategori b1, b2 , b3 ,dan b4.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika siswa.
1) Definisi operasional
Prestasi belajar matematika adalah hasil belajar yang digunakan untuk menilai
tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika
sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yang ditentukan.
2) Skala Pengukuran
Skala interval
3) Simbol: ab
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Metode Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 132) “Teknik dokumentasi yaitu mencari
data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.” Dalam penelitian ini,
metode dokumentasi digunakan untuk:
1) Memperoleh data mengenai sekolah-sekolah yang akan akan dijadikan
sampel penelitian.
2) Memperoleh data nilai Ujian Akhir Semester genap kelas VII tahun
pelajaran 2011/2012.
b. Metode Angket
Pengelompokan tipe kepribadian siswa dilakukan dengan tes kepribadian yang
berupa angket tipe kepribadian dengan beberapa pertanyaan tertutup. Hal sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Slameto (2001: 128) “Angket adalah merupakan
suatu daftar pertanyaan-pertanyaan tertulis yang harus dijawab oleh siswa yang
menjadi sasaran dari angket tersebut”. Angket yang digunakan diadopsi dari buku
Personality Plus karangan Florence Littauer, yang disesuaikan untuk siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
sekolah menengah. Siswa diminta untuk mengisi angket yang telah diberikan,
dengan menghitung masing-masing jawaban yang telah disediakan disetiap
kriteria tipe kepribadian akan diperoleh jumlah setiap kriteria. Jumlah yang paling
banyak berarti menentukan tipe kepribadian siswa tersebut.
c. Metode Tes
Slameto (2001: 30) mengatakan bahwa “Tes hasil belajar adalah sekelompok
pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa
dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar siswa”. Dalam penelitian ini tes
digunakan untuk memperoleh data prestasi belajar siswa. Tes yang digunakan
adalah tes tertulis yang berbentuk uraian. Dengan menggunakan tes uraian
diharapkan dapat melihat jalan pikiran siswa karena jawaban dituliskan
berdasarkan kata-kata siswa sendiri dan dapat dengan jelas membedakan
kemampuan masing-masing siswa.
E. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan instrumen penelitian yang valid dan reliabel sebelum dikenakan
pada sampel. Uji coba instrumen ini diberikan kepada objek di luar sampel
penelitian. Menurut Sigit Santosa (2011: 69),”instrumen pengukuran dikatakan
valid apabila itu benar-benar bisa digunakan untuk mengukur apa yang ingin
diukur”. Sedangkan Sugiyono (2007: 137) menyebutkan, “Penelitian yang valid
artinya bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Sedangkan penelitian yang reliabel
bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda”.
Karena dalam penelitian ini terdapat dua teknik pengambilan data yang
menggunakan instrumen maka keduanya akan dilakukan uji coba instrumen, yaitu
untuk angket tipe kepribadian siswa dan tes prestasi belajar matematika siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
1. Angket Tipe Kepribadian Siswa
Budiyono (2011: 9) menjelaskan bahwa “suatu istrumen valid menurut validitas
isi apabila instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari
keseluruhan isi hal yang akan diukur.” S. Nasution (2004: 74) mengemukakan
bahwa “Validitas isi memiliki pengertian bahwa isi atau bahan yang diujikan atau
dites relevan dengan kemampuan, pengetahuan, pelajaran, pengalaman atau latar
belakang orang yang diuji”. Untuk melakukan validasi isi angket tipe kepribadian
ini, dilakukan melalui experts judgement atau penilaian yang dilakukan oleh para
pakar. Telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam menentukan tipe kepribadian
siswa dilakukan dengan angket tipe kepribadian siswa yang diadopsi dari buku
Personality Plus karangan Florence Littauer, sehingga untuk mendapatkan angket
tipe kepribadian yang valid dilakukan langkah-langkah antara lain:
1. Membuat pertanyaan-pertanyaan dalam angket yang disesuaikan untuk
siswa sekolah menengah.
2. Melakukan penilaian terhadap kesesuaian pertanyaan dan acuan yang
digunakan (buku Personality Plus karangan Florence Littauer) oleh
dosen BK sebagai validator untuk isi dari angket kepribadian dan dosen
Bahasa Indonesia sebagai validator bahasa yang digunakan dalam angket.
2. Tes prestasi belajar matematika siswa
a. Uji Validitas Isi
Dalam upaya mendapatkan data yang akurat maka tes yang
digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik. Validitas
tes yang digunakan adalah validitas isi yakni ditinjau dari kesesuaian isi tes
dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Untuk keperluan ini prosedur yang
digunakan dalam penyusunan tes sebagai berikut:
1) menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur
sesuai dengan materi yang akan diajarkan,
2) menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan
indikator yang dipilih,
3) menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat,
4) melakukan penilaian terhadap butir tes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Uji validitas isi untuk tes prestasi belajar matematika siswa,
dilakukan penilaian oleh pakar. Sebagai validator, peneliti memilih guru pelajaran
matematika yang mengajar di sekolah sampel karena guru pelajaran matematika
lebih mengetahui soal-soal tes yang baik untuk diujikan. Dalam hal ini para pakar
(subject mater expert) diminta untuk menilai:
1) apakah kisi-kisi telah mewakili isi (substansi) yang akan diukur,
dan
2) apakah butir-butir soal telah memenuhi kisi-kisi yang ditentukan.
b. Uji Reliabilitas
S. Nasution (2004: 77) mengemukakan bahwa, “Suatu alat pengukur dikatakan
reliabel bila alat itu dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan
senantiasa menunjukkan hasil yang sama”. Untuk menentukan tingkat reliabilitas
tes digunakan metode satu kali tes dengan teknik Alpha. Rumus Alpha dari
Cronbach (dalam Anas Sudijono, 2003: 208) sebagai berikut:
2
2
11 11
t
i
s
s
n
nr
dengan
11r : Koefisien reliabilitas tes
n : Banyaknya butir tes yang digunakan
2
iS : varian skor butir ke-i
2
tS : varian skor total
Koefisien reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah lebih
dari atau sama dengan 0,70.
c. Indeks Kesukaran
Slameto (2001: 218) mengemukakan bahwa “Indeks kesukaran adalah
angka yang menunjukkan proporsi siswa yang menjawab betul suatu”. Indeks
tingkat kesukaran untuk tes uraian menurut Budiyono (2011: 40) dirumuskan
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
dengan P adalah indeks tingkat kesukaran, adalah rerata untuk skor butir, dan
adalah skor maksimum untuk butir tersebut.
Penafsiran atas tingkat kesukaran butir tes digunakan kriteria menurut
Witherington (dalam Anas Sudijono, 2003: 374) berikut:
Tabel 3.2 Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes
Besar P Interprestasi
< 0,25
0,25 P 0,75
> 0,75
Terlalu Sukar
Cukup (Sedang)
Terlalu Mudah
Oleh karena penelitian ini digunakan untuk menganalisis kemampuan siswa maka
untuk keperluan pengambilan data dalam penelitian ini, digunakan butir-butir soal
dengan kriteria cukup (sedang).
d. Daya Pembeda
Slameto (2001: 232) mengemukakan bahwa “Indeks beda yaitu angka
yang menunjukkan apakah soal tes dapat dapat membedakan siswa yang pandai
dan yang kurang pandai”. Seperti yang diungkapkan oleh Budiyono (2011: 40)
prosedur untuk mencari indeks daya beda dilakukan dengan mencari koefisien
korelasi antara skor butir dengan skor total sebagai berikut.
dengan X adalah skor butir dan Y adalah skor total
Untuk keperluan pengambilan data dalam penelitian ini digunakan butir soal
dengan daya beda lebih dari atau sama dengan 0,3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
F. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini, data sampel yang diuji harus berasal dari populasi yang
berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu dilakukan lebih dahulu uji
normalitas dan homogenitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang didapat berasal
dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan Metode Liliefors.
Langkah-langkah pengujian normalitas adalah:
1. Hipotesis:
H0: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1: sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal.
2. Tingkat signifikansi: α = 5%
3. Statistik uji
L = Maks ǀ F(zi) – S(zi)ǀ ; dengan F(zi) = P(Z zi) ; Z N(0,1);
dan S(zi) = proporsi cacah Z zi terhadap seluruh z
4. Daerah Kritis
DK =
5. Keputusan Uji
Ho ditolak jika
(Budiyono, 2009: 170)
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang homogen atau tidak. Dalam penelitian ini akan digunakan uji
Bartlett. Langkah-langkahnya sebagai berikut.
1. Hipotesis:
H0 : (semua variansi sama)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
H1 : paling sedikit ada satu variansi yang tidak sama
2. Tingkat signifikansi : α = 5%
3. Statistik uji
dengan:
k = banyaknya populasi = banyaknya sampel
N = banyaknya seluruh nilai ( ukuran )
nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j =ukuran sampel ke-j
fj = nj – 1 = derajat kebebasan untuk ;
f = N – k = = derajat kebebasan untuk RKG
;
RKG = rerata kuadrat galat =
4. Daerah kritis
DK =
5. Keputusan Uji
Ho ditolak jika
3. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui bahwa kemampuan awal
siswa dalam kelas eksperimen dalam keadaan seimbang atau sama. Karena
terdapat tiga kelas yang akan diteliti pada masing-masing sekolah maka uji
keseimbangan akan dilakukan dengan menggunakan uji analisis variansi satu
jalan. Nilai siswa yang dipakai untuk mengukur keseimbangan ini dengan
menggunakan nilai Rapor Ujian Akhir Semeter (UAS) genap tahun pelajaran
2011/2012.
1. Hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
H0 : (semua rerata sama)
H1 : paling sedikit ada dua rerata yang tidak sama
2. Taraf signifikan : α = 5%
3. Statistik Uji
Jumlah Kuadrat Amatan (JKA)
Jumlah Kuadrat Galat (JKG)
Jumlah Kuadrat Total (JKT)
Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat itu adalah :
dkA = k – 1
dkG = N – k
dkT = N – 1
berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing,
diperoleh rerata kuadrat berikut:
Statistik uji untuk analisis variansi ini adalah:
Keterangan :
= jumlah semua siswa
= jumlah semua data
= cacah data masing – masing kelompok
= jumlah kuadrat data masing-masing kelompok
= jumlah kuadrat data semua kelompok
4. Daerah Kritis:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
5. Keputusan Uji :
H0 ditolak jika Fobs DK
(Budiyono, 2009: 197)
4. Uji Analisis Variansi (Anava)
Dalam penelitian ini untuk menganalisis data digunakan analisis variansi dua jalan
(4 x 3) dengan frekuensi tak sama. Model datanya dapat dinyatakan sebagai berikut.
Dimana:
= data ( nilai ) ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
= rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)
= = efek baris ke-i pada variabel terikat
= = efek kolom ke-j pada variabel terikat
=
= interaksi baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
= deviasi data terhadap rerata populasinya ( yang
berdistribusi normal dengan rerata 0
= 1, 2, 3
= 1, 2, 3, 4
= 1, 2, 3 ... nij; = banyaknya data amatan pada setiap sel
a. Hipotesis
Ada tiga pasang hipotesis yang diuji dengan analisis variansi dua jalan.
Tiga pasang tersebut adalah:
HoA : untuk setiap
H1A : paling sedikit ada satu yang tidak nol
HoB : untuk setiap j ,3,4
H1B : paling sedikit ada satu yang tidak nol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
HoAB: untuk setiap dan
H1AB: paling sedikit ada satu yang tidak nol
Ketiga pasang hipotesis itu ekuivalen dengan tiga pasang hipotesis berikut
ini:
H0A : tidak terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap
prestasi belajar
H1A : terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap prestasi
belajar
H0B : tidak terdapat pengaruh tipe kepribadian terhadap prestasi
belajar
H1B : terdapat pengaruh tipe kepribadian terhadap prestasi belajar
H0AB : tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan tipe
kepribadian terhadap prestasi belajar
H1AB : terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan tipe
kepribadian terhadap prestasi belajar
b. Komputasi
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama ini didefinisikan
notasi-notasi sebagai berikut.
nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
= banyaknya data amatan pada sel ij
= rerata harmonik frekuensi seluruh sel
=
N = = banyaknya seluruh data amatan
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
= rerata pada sel ij
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
jumlah rerata pada baris ke-i = kelompok Pendekatan
Pembelajaran
jumlah rerata pada baris ke-j = kelompok Tipe
Kepribadian
jumlah rerata semua sel
p = banyaknya baris
q = banyaknya kolom
Jumlah Kuadrat
Derajat Kebebasan
Rerata Kuadrat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Statistik uji
1. untuk adalah
2. untuk adalah
3. untuk adalah
Daerah Kritis
1. Daerah kritis untuk adalah
2. Daerah kritis untuk adalah
3. Daerah kritis untuk adalah
(Budiyono, 2009: 229-231)
5. Uji Lanjut Anava
Uji lanjut anava (komparasi ganda) adalah tindak lanjut dari analisis variansi, jika
hasil analisis variansi menunjukkan hipotesis nol ditolak. Tujuannya untuk
melakukan pelacakan terhadap perbedaan rerata setiap pasangan kilom, baris dan
setiap pasangan sel. Metode komparasi ganda yang dipakai adalah metode
Scheffe.
Beberapa langkah dalam menerapkan metode Scheffe yaitu:
1. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata.
2. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
3. Mencari harga statistik uji F dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Komparasi Rerata Antar Baris
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar baris adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar baris adalah:
dengan:
= nilai pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j
= rerata pada baris ke-i
= rerata pada baris ke-j
RKG= rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
ni. = ukuran sampel baris ke-i
nj. = ukuran sampel baris ke-j
Daerah kritis untuk uji itu adalah:
Komparasi Rerata Antar Kolom
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar kolom adalah:
Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar kolom adalah:
Daerah kritis untuk uji itu adalah:
Komparasi Rerata Antar Sel pada Kolom yang Sama
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama
adalah:
Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Daerah kritis untuk uji itu adalah:
Komparasi Rerata Antar Sel pada Baris yang Sama
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar sel pada baris yang sama
adalah:
Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama adalah:
Daerah kritis untuk uji itu adalah:
(Budiyono, 2009: 215-217)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Keseimbangan Kemampuan Awal
Data kemampuan awal siswa diambil dari nilai Ujian Akhir Semester
Genap tahun pelajaran 2011/2012. Data kemampuan awal siswa dapat dilihat
dalam Lampiran 3.
1. Uji Normalitas dan Homogenitas
Uji keseimbangan kemampuan awal siswa dilakukan dengan
menggunakan uji analisis variansi satu jalan. Persyaratan uji analisis variansi
satu jalan, terhadap setiap kelompok data dilakukan uji normalitas dengan
menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan
Bartlett. Perhitungan uji normalitas dan homogenitas selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 4, sedangkan rangkuman hasil perhitungan uji
normalitas disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal
No Kelompok Lmaks L0.05;n Keputusan
Uji
1 PMR 0,0809 0,0877 H0 diterima
2 QL 0,0726 0,0877 H0 diterima
3 Konvensional 0,0645 0,0873 H0 diterima
Dari hasil uji normalitas data kemampuan awal siswa di atas, tampak
nilai Lmaks untuk setiap kelompok kurang dari L0,05;n berarti untuk taraf nyata
5% hipotesis nol setiap kelompok diterima. Dengan demikian disimpulkan
bahwa data pada setiap kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
Selanjutnya untuk uji homogenitas diperoleh dengan
maka H0 diterima. Berarti variansi populasi kelompok PMR,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
kelompok QL, dan kelompok konvensional sama. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen.
2. Uji Analisis Variansi Satu Jalan
Perhitungan uji analisis variansi satu jalan untuk uji keseimbangan
dapat dilihat pada Lampiran 4. Berikut disajikan Tabel 4.2 rangkuman
perhitungan uji analisis variansi satu jalan untuk uji keseimbangan.
Tabel 4.2. Rangkuman Analisis Variansi Satu Jalan dengan Sel tak Sama
Sumber JK Dk RK
Pendekatan
2
3,00
Galat
304
- -
Total
306 - - -
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa untuk = 1,5641 dengan
= 3,00 dan daerah kritis DK berarti keputusan ujinya
adalah H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa dengan taraf signifikansi 5%
rerata kemampuan awal ketiga kelompok sama atau dengan kata lain
kemampuan awal siswa ketiga kelompok dalam keadaan seimbang.
B. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen
1. Angket Tipe Kepribadian Siswa
Validitas angket penelitian ini menggunakan validitas isi. Penilaian
terhadap kesesuaian butir pernyataan angket dengan kisi-kisi angket dan
kesesuaian bahasa yang digunakan dalam angket dengan kemampuan bahasa
siswa dilakukan dengan menggunakan daftar cek lis oleh dosen BK Hastiani,
S.Pd. dan dosen Bahasa Indonesia Fitriani, S.Pd. yang mengerti tentang
kepribadian siswa dan susunan bahasa yang dapat dimengerti siswa SMP. Hasil
penilaian menunjukkan bahwa angket yang akan digunakan untuk mengambil
data telah memenuhi validitas isi. Data hasil penilaian terhadap angket dapat
dilihat pada Lampiran 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
2. Tes Prestasi Belajar Matematika
Untuk memperoleh data tes prestasi belajar matematika siswa, dilakukan
uji coba tes prestasi belajar matematika yang terdiri dari 10 butir soal pada
sekolah di luar sampel penelitian tetapi masih dalam populasi. Uji coba tes
dilakukan pada 107 orang siswa kelas IX SMP Negeri 2 Purbolinggo. Data
hasil uji coba tes dapat dilihat pada Lampiran 5.
a. Validitas
Validitas instrumen tes penelitian ini menggunakan validitas isi.
Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan isi kurikulum yang hendak
diukur (kisi-kisi tes) dan kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes
dengan kemampuan bahasa siswa di lakukan dengan menggunakan daftar
kisi-kisi oleh guru tempat penelitian yaitu Candrawati, S.Pd., Sumiati,
S.Pd., dan Kasnan, S.Pd. Hasil penilaian terhadap tes menunjukkan bahwa
tes yang akan digunakan untuk mengambil data telah memenuhi validitas
isi. Data hasil penilaian terhadap tes dapat dilihat pada Lampiran 5.
b. Reliabilitas
Perhitungan koefisien reliabilitas tes dilakukan terhadap tes yang
terdiri dari 10 butir soal yang akan digunakan untuk mengambil data. Dari
hasil perhitungan pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa tes tersebut
memiliki koefisien reabilitas sebesar 0,8589 yang lebih dari koefisien
reliabilitas penelitian ini yaitu 0,70. Dengan demikian tes tersebut
memenuhi kriteria tes yang layak digunakan untuk mengambil data.
c. Indeks Kesukaran
Hasil perhitungan indeks kesukaran butir tes pada Lampiran 5
terhadap 10 butir tes yang diujicobakan menunjukkan keseluruhan butir
soal memiliki indeks kesukaran antara 0,25 sampai 0,75 yang tergolong
sedang. Dengan demikian butir-butir soal tersebut dapat digunakan untuk
mengambil data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
d. Daya Beda
Hasil perhitungan daya beda butir tes pada Lampiran 5
menunjukkan bahwa ke 10 butir tes uji coba memiliki daya beda lebih dari
0,3 yaitu berkisar dari 0,61 s.d 0,83. Berdasarkan kriteria butir tes yang
akan digunakan untuk mengambil data maka semua butir tes uji coba
memenuhi kriteria sebagai butir yang layak digunakan untuk mengambil
data.
C. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Berikut disajikan data hasil penelitian dilihat dari masing-masing tinjauan.
1. Prestasi Belajar Matematika Siswa Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran
Tabel. 4.3. Deskripsi Data Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan
Pembelajaran
Banyak
data (n)
PMR 101 70 85 75,892 3,4695
QL 101 70 90 76,5743 3,6561
Konvensional 101 68 80 73,5743 3,3177
2. Prestasi Belajar Matematika Siswa Berdasarkan Tipe Kepribadian
Tabel. 4.4. Deskripsi Data Berdasarkan Tipe Kepribadian
Tipe
Kepribadian
Banyak data
(n)
Sanguinis 87 68 82 75,3793 3,2322
Melankolis 84 68 85 75,4643 4,0104
Koleris 83 68 85 75,0843 3,7465
Phlegmatis 68 68 90 75,5306 3,9481
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
3. Prestasi Belajar Matematika Siswa Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran
dan Tipe Kepribadian
Tabel. 4.5. Deskripsi Data Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan Tipe
Kepribadian
Pendekatan
Pembelajaran
Tipe Kepribadian
Sanguinis Melankolis Koleris Phlegmatis
PMR
N 28 30 26 17
72 70 70 70
80 85 85 80
76,3214 76 75,2692 75,9412
2,5394 4,1439 3,5951 3,4726
QL
N 25 31 29 16
70 70 70 72
82 83 80 90
76,52 76,2903 76,5172 77,3125
3,4293 3,9344 3,2582 4,3312
Konvensional
N 34 23 28 16
68 68 68 68
80 80 80 78
73,7647 73,6522 73,4286 73,3125
2,9955 3,4851 3,8145 3,0707
D. Analisis Data
Pengambilan data dilakukan setelah proses pembelajaran pada materi
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) pada pertemuan ke delapan
dengan perangkat pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran 6. Setelah data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
terkumpul selanjutnya digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Data
selengkapnya untuk nilai hasil belajar siswa dapat dilihat pada Lampiran 7.
Sebelum dilakukan uji hipotesis penelitian dengan menggunakan analisis variansi
dua jalan, dilakukan terlebih dahulu uji normalitas dan uji homogenitas untuk
masing-masing variabel yaitu variabel Pendekatan Pembelajaran dan Tipe
Kepribadian.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data amatan ini menggunakan metode Lilliefors. Uji
normalitas data prestasi belajar matematika siswa dilakukan terhadap masing-
masing kelompok data yaitu kelompok Pendekatan Pembelajaran (A): PMR
(a1), QL (a2), konvensional (a3), dan Tipe Kepribadian (B): Sanguinis (b1),
Melankolis (b2), Koleris (b3), Plagmatis (b4), Perhitungan uji normalitas
kelompok data prestasi belajar matematika selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 8. Rangkuman hasil uji normalitas kelompok data tersebut
disajikan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Matematika
No Kelompok Lmaks L0.05; n
Keputusan
Uji
Pendekatan Pembelajaran
1 PMR 0,0828 0,0882 H0 diterima
2 QL 0,0845 0,0882 H0 diterima
3 Konvensional 0,0777 0,0882 H0 diterima
Tipe Kepribadian
4 Sanguinis 0,0914 0,0949 H0 diterima
5 Melankolis 0,0917 0,0966 H0 diterima
6 Koleris 0,0971 0,0972 H0 diterima
7 Plagmatis 0,1027 0,1266 H0 diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Dengan DK = maka hasil uji normalitas data prestasi belajar
matematika di atas, tampak nilai Lmaks untuk setiap kelompok kurang dari L0,05; n
atau tidak dalam daerah kritis bukan merupakan anggota DK. Hal ini berarti
pada taraf nyata 5% hipotesis nol untuk setiap kelompok diterima. Dengan
demikian disimpulkan bahwa data pada setiap kelompok berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan pada dua kelompok data yaitu kelompok Tipe
Kepribadian dan kelompok Pendekatan Pembelajaran. Uji homogenitas
variansi data penelitian ini menggunakan metode Bartlett. Hasil uji
homogenitas secara lengkap terdapat pada Lampiran 8. Berikut disajikan
rangkuman perhitungan uji homogenitas pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.7. Hasil Uji Homogenitas
No Kelompok 2 hitung
2 tabel Kesimpulan
1 Pendekatan Pembelajaran 0,9434 5,991 H0 diterima
2 Tipe Kepribadian 4,4228 7,815 H0 diterima
Dengan DK = maka dari tabel di atas tampak bahwa
nilai 2 hitung masing-masing kelompok kurang dari 2 tabel atau tidak berada
dalam daerah kritis yang berarti bahwa
diterima, sehingga dapat disimpulkan sampel dari masing-masing kelompok
berasal dari populasi yang memiliki variansi sama.
E. Uji Hipotesis Penelitian
1. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
Selanjutnya dilakukan uji hipotesis penelitian dengan menggunakan analisis
variansi dua jalan. Karena masing-masing kelompok memiliki banyak data yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
berbeda-beda maka digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama.
Perhitungan lengkap analisis variansi dua jalan sel tak sama dapat dilihat pada
Lampiran 8. Berikut disajikan rangkuman hasil perhitungan anava dua jalan sel
tak sama pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama.
Sumber JK dk RK
Pendekatan
Pembelajaran (A) 499,4811 2 20,1455 3,00
Tipe Kepribadian (B) 10,1072 3 3,3691 0,2715 2,60
Interaksi (AB) 21,0532 6 3,5089 0,2827 2,01
Galat 3611,099 291 12,4093 - -
Total 4142,241 302 - - -
Dari tabel tersebut diketahui untuk dan
berarti sehingga keputusan uji untuk
HOA adalah ditolak. Kemudian untuk dan
berarti sehingga keputusan uji untuk
HOB adalah diterima. Selanjutnya untuk dan
berarti sehingga keputusan uji untuk
HOAB adalah diterima. Kesimpulannya adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar
matematika siswa.
b. Tipe kepribadian siswa tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar
matematika siswa.
c. Tidak ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan tipe kepribadian.
2. Uji Lanjut Anava
Dari hasil perhitungan anava diperoleh bahwa HOA ditolak, berarti tidak
semua pendekatan pembelajaran memberikan pengaruh yang sama terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
prestasi belajar matematika siswa. Karena pendekatan pembelajaran memiliki
tiga nilai maka perlu dilakukan uji lanjut anava dengan menggunakan metode
Scheffe untuk mengetahui manakah yang secara signifikan mempunyai rerata
yang berbeda. Perhitungan uji lanjut anava dapat dilihat pada Lampiran 8.
Berikut disajikan rangkuman perhitungan uji lanjut rerata antar baris dalam tabel
berikut.
Tabel 4.9. Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Baris
No H0 F obs 2F0,05;2,291 Keputusan
1 1. = 2. 1,9 6 H0 diterima
2 1. = 3. 21,8416 6 H0 ditolak
3 2. = 3. 36,6258 6 H0 ditolak
Dari tabel di atas dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a. Untuk H0: 1. = 2. diperoleh F1.-2. = 1,9 dengan
DK berarti H0 bukan anggota DK atau H0
diterima. Hal ini berarti pendekatan pembelajaran PMR dan pendekatan
pembelajaran QL sama efektifnya untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa.
b. Untuk H0: 1. = 3. diperoleh F1.-3. = 21,8416 dengan
DK berarti H0 anggota DK atau H0 ditolak. Hal
ini menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran PMR dan pendekatan
pembelajaran konvensional memiliki efektivitas yang berbeda untuk
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Rerata prestasi belajar
matematika siswa pada pembelajaran menggunakan pendekatan
pembelajaran PMR lebih tinggi dibandingkan pembelajaran menggunakan
pendekatan pembelajaran konvensional. Berarti pembelajaran menggunakan
pendekatan pembelajaran PMR lebih efektif dari pada pendekatan
pembelajaran konvensional untuk meningkatkan prestasi belajar matematika
siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
c. Untuk H0: 2.=3. diperoleh F2.-3. = 36,6258 dengan
DK berarti H0 anggota DK atau H0 ditolak.
Hal ini berarti pendekatan pembelajaran QL dan pendekatan
pembelajaran konvensional memiliki efektivitas yang berbeda untuk
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Rerata prestasi belajar
matematika siswa pada pembelajaran menggunakan pendekatan
pembelajaran QL lebih tinggi dibandingkan pembelajaran menggunakan
pendekatan pembelajaran konvensional. Berarti pembelajaran
menggunakan pendekatan pembelajaran QL lebih efektif dari pada
pendekatan pembelajaran konvensional untuk meningkatkan prestasi
belajar matematika siswa.
F. Pembahasan Hasil Analisis Data
Pengolahan data nilai matematika siswa digunakan untuk menguji hipotesis
dalam penelitian ini. Berikut pembahasan hasil analisis data dengan hipotesis
penelitian ini.
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh Fa = 20,1455
lebih dari Ftabel = 3,00 berarti Fa terletak di daerah kritik maka keputusan
ujinya adalah HOB ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendekatan
pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa. Berarti
tidak semua pendekatan pembelajaran memberikan pengaruh yang sama
terhadap prestasi belajar matematika siswa. Setelah dilakukan uji lanjut
diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan pembelajaran PMR sama efektifnya dengan pembelajaran
matematika menggunakan pendekatan pembelajaran QL. Namun,
pembelajaran matematika menggunakan pendekatan pembelajaran PMR lebih
efektif dibandingkan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional.
Begitu juga pembelajaran matematika menggunakan pendekatan
pembelajaran QL lebih efektif dibandingkan pembelajaran matematika
menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Hasil penelitian ini tidak semuanya sesuai dengan hipotesis awal yang
menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan PMR lebih efektif daripada
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran QL maupun dengan
pembelajaran konvensional. Pembelajaran menggunakan QL lebih efektif
daripada pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Perbedaan
hipotesis awal dengan hasil penelitian ini terletak pada pembelajaran
menggunakan pendekatan PMR dan dengan QL. Pada hipotesis awal peneliti
menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan PMR lebih efektif daripada
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran QL. Namun dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa dengan metode diskusi kedua pendekatan ini
menghasilkan prestasi belajar yang sama. Hal ini mungkin terjadi karena
secara teori, PMR maupun QL sama-sama pendekatan yang mengutamakan
kehidupan nyata atau kontekstual sehingga hasil dari kedua pembelajaran ini
relatif sama. Selain itu pelaksanaan pembelajaran di kelas yang tidak
maksimal dan kurang efektif, salah satunya karena jumlah siswa pada
beberapa kelas yang cukup padat.
Dilain pihak, hipotesis awal yang menyatakan bahwa pembelajaran
menggunakan PMR lebih efektif daripada pembelajaran dengan pembelajaran
konvensional sesuai dengan hasil penelitian. Sejalan pula dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Nelly Fitriani (2012) yaitu kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan PMR secara berkelompok lebih baik daripada
siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Selanjutnya untuk
hipotesis awal yang menyebutkan bahwa pembelajaran menggunakan QL
lebih efektif daripada pembelajaran dengan pembelajaran konvensional sesuai
dengan hasil penelitian ini, sesuai pula dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Armin Hary (2011) serta Kusno dan Joko Purwanto (2011)
yang menyimpulkan bahwa QL efektif digunakan dalam pembelajaran dan
terdapat perbedaan yang signifikan dimana pembelajaran menggunakan QL
memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada pembelajaran
konvensional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh Fb = 0,2715
kurang dari Ftabel = 2,60 berarti Fb tidak terletak di daerah kritis maka
keputusan ujinya adalah HOB diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat pengaruh tipe kepribadian siswa terhadap prestasi belajar
matematika siswa. Berarti siswa dengan Tipe Kepribadian Sanguinis,
Melankolis, Koleris, maupun Plagmatis memiliki prestasi belajar matematika
yang sama. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Heni Mularsih (2010) yang menyebutkan tidak ada perbedaan yang signifikan
antara hasil belajar siswa yang berkepribadian ekstrover dan introver.
Namun hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal penelitian yaitu prestasi
belajar matematika siswa dengan tipe kepribadian Koleris, lebih baik
daripada siswa dengan tipe kepribadian Sanguinis, Melankolis, dan
Phlegmatis. Siswa dengan tipe kepribadian Sanguinis lebih baik prestasi
belajar matematikanya daripada siswa dengan tipe kepribadian Melankolis
maupun Phlegmatis. Siswa dengan tipe kepribadian Phlegmatis lebih baik
prestasi belajar matematikanya daripada siswa dengan tipe kepribadian
Melankolis. Hal ini dimungkinkan terjadi karena secara teori tipe kepribadian
ini dikelompokkan berdasarkan kriteria secara umum, tidak berkaitan
langsung dengan pelajaran matematika. Hal lain yang mungkin terjadi adalah
siswa belum dapat mengisi angket tipe kepribadian dengan baik karena siswa
sekolah menengah pertama masih sulit untuk memahami karakter diri mereka
masing-masing.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh Fab = 0,2827
kurang dari Ftabel = 2,01 berarti Fab tidak terletak di daerah kritis maka
keputusan ujinya adalah HOAB diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat interaksi antara pembelajaran menggunakan pendekatan
pembelajaran dan tipe kepribadian siswa terhadap prestasi belajar
matematika. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
oleh Heni Mularsih (2010) bahwa terdapat interaksi antara strategi
pembelajaran dan tipe kepribadian siswa. Hal ini mungkin saja terjadi karena
perbedaan teori tipe kepribadian yang digunakan dan mata pelajaran yang
berbeda.
Secara umum untuk HOAB diterima berarti berlaku perbandingan sel antar
kolom dalam satu baris mengikuti perlakuan yang ada pada induknya yaitu
efek utama A (Pendekatan Pembelajaran) maupun efek utama B (Tipe
Kepribadian). Pada hipotesis induk menghasilkan efek utama A
menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama untuk semu tipe
kepribadian, sedangkan untuk efek utama B terdapat perbedaan efektivitas.
Karena H0AB diterima maka kesimpulan penelitiannya adalah siswa
dengan tipe kepribadian Sanguinis, pembelajaran menggunakan PMR sama
efektifnya dengan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan
pembelajaran QL. Namun, pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan pembelajaran PMR maupun dengan pendekatan QL lebih efektif
dibandingkan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan
pembelajaran konvensional. Hal ini tidak semuanya sesuai dengan hipotesis
awal, perbedaannya terletak pada hipotesis awal yang menyatakan
pembelajaran menggunakan pendekatan QL lebih efektif daripada
menggunakan pendekatan pembelajaran PMR.
4. Hipotesis Keempat
Sejalan dengan hipotesis ketiga, karena H0AB diterima maka kesimpulan
penelitiannya adalah pada siswa dengan tipe kepribadian Melankolis,
pembelajaran menggunakan PMR sama efektifnya dengan pembelajaran
matematika menggunakan pendekatan pembelajaran QL. Namun,
pembelajaran matematika menggunakan pendekatan pembelajaran PMR
maupun dengan pendekatan QL lebih efektif dibandingkan pembelajaran
matematika menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional. Hasil
penelitian ini terdapat perbedaan dengan hipotesis awal yang menyebutkan
pembelajaran menggunakan PMR lebih efektif daripada menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
pendekatan pembelajaran QL. Sedangkan pembelajaran menggunakan
pendekatan pembelajaran QL sama efektifnya dengan pembelajaran
konvensional.
5. Hipotesis Kelima
Selanjutnya karena H0AB diterima maka kesimpulan penelitiannya adalah
pada siswa dengan tipe kepribadian Koleris, pembelajaran menggunakan
PMR sama efektifnya dengan pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan pembelajaran QL. Namun, pembelajaran matematika
menggunakan pendekatan pembelajaran PMR maupun dengan pendekatan
QL lebih efektif dibandingkan pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hipotesis awal penelitian.
6. Hipotesis Keenam
Karena H0AB diterima maka kesimpulan penelitiannya adalah pada siswa
dengan tipe kepribadian Phlegmatis, pembelajaran menggunakan PMR sama
efektifnya dengan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan
pembelajaran QL. Namun, pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan pembelajaran PMR maupun dengan pendekatan QL lebih efektif
dibandingkan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan
pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini terdapat perbedaan dengan
hipotesis awal, yaitu siswa dengan tipe kepribadian Phlegmatis pembelajaran
menggunakan pendekatan QL lebih efektif daripada menggunakan
pendekatan pembelajaran PMR maupun dengan pembelajaran konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan pustaka dan analisis data dari penelitian yang
dilakuakan serta mengacu pada perumusan masalah pada penelitian ini, dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pembelajaran matematika menggunakan pendekatan pembelajaran PMR
sama efektifnya dengan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan
pembelajaran QL. Namun, pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan pembelajaran PMR lebih efektif dibandingkan pembelajaran
matematika menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional. Begitu
juga, pembelajaran matematika menggunakan pendekatan pembelajaran QL
lebih efektif dibandingkan pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan pembelajaran konvensional.
2. Siswa dengan Tipe Kepribadian Sanguinis, Melankolis, Koleris, maupun
Plagmatis memiliki prestasi belajar matematika yang sama.
3. Siswa dengan Tipe Kepribadian Sanguinis, pembelajaran menggunakan PMR
sama efektifnya dengan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan
pembelajaran QL. Namun, pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan pembelajaran PMR maupun dengan pendekatan QL lebih efektif
dibandingkan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan
pembelajaran konvensional.
4. Siswa dengan Tipe Kepribadian Melankolis, pembelajaran menggunakan
PMR sama efektifnya dengan pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan pembelajaran QL. Namun, pembelajaran matematika
menggunakan pendekatan pembelajaran PMR maupun dengan pendekatan
QL lebih efektif dibandingkan pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan pembelajaran konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
5. Siswa dengan Tipe Kepribadian Koleris, pembelajaran menggunakan PMR
sama efektifnya dengan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan
pembelajaran QL. Namun, pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan pembelajaran PMR maupun dengan pendekatan QL lebih efektif
dibandingkan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan
pembelajaran konvensional.
6. Siswa dengan Tipe Kepribadian Phlegmatis, pembelajaran menggunakan
PMR sama efektifnya dengan pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan pembelajaran QL. Namun, pembelajaran matematika
menggunakan pendekatan pembelajaran PMR maupun dengan pendekatan
QL lebih efektif dibandingkan pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan pembelajaran konvensional.
B. Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini,
maka dapat dikemukakan bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar matematika
siswa kelas VIII SMP perlu menggunakan pendekatan pembelajaran PMR
maupun QL terutama pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, ada beberapa hal yang
perlu peneliti sarankan, yaitu:
1. Dalam pembelajaran matematika tidak semua materi efektif disampaikan
dengan pendekatan konvensional. Oleh karena itu, perlu adanya pemilihan
pendekatan yang tepat dengan materi. Pada penelitian ini menghasilkan
pendekatan pembelajaran dengan PMR maupun QL lebih efektif daripada
pembelajaran kontekstual, sehingga guru disarankan menerapkan pendekatan
pembelajaran PMR atau QL untuk pembelajaran di kelas terutama pada materi
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
2. Selain dari pendekatan pembelajaran yang digunakan, guru juga dapat
memperhatikan masing-masing karakter siswa melalui tipe kepribadian siswa.
Salah satunya tipe kepribadian siswa seperti pada penelitian ini. Siswa dengan
tipe kepribadian Sanguinis, Melankolis, Koleris, dan Phlagmatis akan lebih
efektif dan menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik jika diajar
dengan pembelajaran menggunakan PMR atau dengan pembelajaran
matematika menggunakan pendekatan pembelajaran QL.
3. Kepada para peneliti untuk melakukan pengkajian lebih mendalam dan
secara luas mengenai pengaruh pembelajaran dengan pendekatan PMR dan
QL, serta kaitannya dengan Tipe Kepribadian siswa terhadap hasil belajar
siswa di SMP, khususnya di Kabupaten Lampung Timur.