efektivitas model somatic, audiotory, visualization ...lib.unnes.ac.id/31306/1/1401413213.pdf ·...
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS MODEL SOMATIC, AUDIOTORY,
VISUALIZATION, INTELECTUALY (SAVI)
TERHADAP HASIL BELAJAR SBK
MEMBUAT KARYA MONTASE
KELAS IV SDN GUGUS AHMAD YANI
KECAMATAN BOJA
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Hasbi Nur Rahman
1401413213
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
iii
iv
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
Sesungguhnya berserta kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al Insyiraah:6)
Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar. (Umar
bin Khatab)
PERSEMBAHAN
Tanpa mengurangi rasa syukur penulis kepada Allah SWT karya tulis ini saya
persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Harjaya dan Ibu Daryatmi yang selalu
mendoakan setiap langkahku dan mendukung dengan sepenuh hati.
2. Almamaterku Universitas Negeri Semarang
vi
ABSTRAK
Rahman, Hasbi Nur. 2017. Efektivitas Model SAVI Terhadap Hasil Belajar SBK
Membuat Karya Montase Kelas IV SDN Gugus Ahmad Yani, Skripsi,
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dra. Yuyarti, M. Pd.,
Putri Yanuarita S, S., Pd. M. Sn. 323 halaman.
Berdasarkan observasi awal dilakukan pada SD di Gugus Ahmad Yani
teridentifikasi masalah, yaitu pembelajaran masih berpusat kepada guru kelas
sehingga komunikasi bersifat satu arah karena guru masih menggunakan metode
konvensional. Data dokumen menunjukkan bahwa hasil belajar SBK siswa IV,
yang belum mencapai keuntasan ada 50% lebih. Berdasarkan permasalahan maka
perlu dilaksanakan pembelajaran yang inovatif dengan menerapkan model SAVI.
Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan aktivitas siswa dalam pembelajaran
SBK (2) mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam membuat karya montase (3)
menguji efektivitas model SAVI daripada metode konvensional pada pembelajaran
SBK membuat karya montase.
Desain penelitian ini menggunakan Quasi-Experimental dengan bentuk
Nonequivqlent Control Group Design. Subjek penelitian terdiri dari 31 siswa yang
terdiri dari 14 siswa kelas IV SDN 3 Ngabean sebagai kelas eksperimen dan 17
siswa kelas IV SDN 2 Tampingan sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan
data yang digunakan meliputi tes, observasi dan dokumentasi. Teknik
pengumpulan data yang digunakan meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji
perbendaan rata-rata, uji hipotesis, dan uji gain.
Hasil penelitian menunjukan (1) Rata-rata skor aktivitas siswa pada
kelas eksperimen menunjukkan persentase sebesar 80% lebih tinggi daripada
dengan kelas kontrol yaitu 62%. (2) Rata-rata nilai unjuk kerja siswa pada kelas
eksperimen menunjukkan nilai 76,07 lebih besar daripada kelas kontrol yaitu
63,52 (3) Harga t-hitung lebih besar dibandingkan harga t-tabel (3,715 > 2,045) dan
signifikansi (0,00 < 0,05), artinya Ha diterima yaitu ada perbedaan rata-rata hasil
belajar SBK antara kelas eksperimen dan kontrol. Besar peningkatan pada kelas
eksperimen terlihat pada rata-rata gain ternormalisasi yaitu 0,588 (kategori
sedang).
Simpulan penelitian ini adalah model SAVI memberikan efektivitas pada
pembelajaran SBK terhadap hasil belajar siswa. Saran dalam penelitian yaitu
hendaknya siswa lebih aktif dan kreatif lagi dalam mengikuti pembelajaran SBK;
guru hendaknya mengkolaborasikan model SAVI dengan metode lain agar
pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.
Kata kunci : efektivitas, model SAVI; SBK; montase
vii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan
hidayah-Nya sehingga peneliti mendapat kemudahan dalam menyusun skripsi
dengan judul “Efektivitas Model Somatic, Auditory,Visualization, Intelectualy
(SAVI) Terhadap Hasil Belajar SBK Membuat Karya Montase Kelas IV SDN
Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja”
Peneliti skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum.,Rektor Universitas Negeri Semarang,
yang telah memberikan kesempatan menuntut ilmu di Universitas Negeri
Semarang.
2. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah
memberikan ijin penelitian.
3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, yang
telah memberikan masukan dan arahan dalam penyempurnaan skripsi.
4. Dra. Yuyarti, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang senantiasa membimbing dan
memberikan banyak masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Putri Yanuarita S, S.Pd. M.Sn, Dosen Pembimbing II, yang telah
membimbing dan banyak memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi
ini.
6. Atip Nurharini, S. Pd., M. Pd., Dosen Penguji Utama, yang telah menguji
dengan teliti sehingga kesalahan-kesalahan dalam skripsi dapat diketahui.
viii
7. Segenap karyawan dan keluarga besar PGSD, yang telah membantu dalam
kelancaran pembuatan skripsi
8. Kepala SDN 1 Campurejo, SDN 2 Tampingan, dan SDN 3 Ngabean yang
telah memberikan ijin dan membantu pelaksanaan penelitian.
9. Guru SDN 1 Campurejo, SDN 2 Tampingan, dan SDN 3 Ngabean yang telah
membantu pelaksanaan penelitian.
10. Siswa SDN 1 Campurejo, SDN 2 Tampingan, dan SDN 3 Ngabean yang telah
membantu pelaksanaan penelitian.
Peneliti sadar bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, namun
peneliti telah berusaha maksimal dalam menulis skripsi ini. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun selalu diharapkan peneliti untuk kemajuan laporan
penelitian berikutnya. Peneliti berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat
bagi pembaca dan perkembangan pendidikan.
Semarang, 28 Agustus 2016
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................... iii
HALAMAN KEASLIAN TULISAN ............................................................ iv
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................. v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
HALAMAN PRAKATA ................................................................................ vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xvii
DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 7
1.3 Batasan Masalah ................................................................................... 7
1.4 Perumusan Masalah .............................................................................. 8
1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................. 8
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................ 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 10
2.1 Kajian Teori .......................................................................................... 10
2.1.1 Hakikat Efektivitas ............................................................................... 10
x
2.1.2 Model Pembelajaran ........................................................................ 11
2.1.3 Model SAVI ..................................................................................... 12
2.1.3.1 Pengertian Model SAVI ................................................................... 12
2.1.3.2 Tahap-tahap Model SAVI................................................................. 14
2.1.3.3 Kelebihan Model SAVI .................................................................... 15
2.1.4 Metode Konvensional ...................................................................... 15
2.1.5 Hakikat Belajar ................................................................................ 16
2.1.5.1 Pengertian Belajar............................................................................ 16
2.1.5.2 Prinsip Belajar ................................................................................. 17
2.1.5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar ..................................... 19
2.1.6 Hakikat Pembelajaran ...................................................................... 20
2.1.7 Aktivitas Belajar .............................................................................. 23
2.1.8 Hasil Belajar .................................................................................... 25
2.1.9 Seni Budaya dan Prakarya ............................................................... 31
2.1.9.1 Hakikat SBK .................................................................................... 31
2.1.9.2 Tujuan dan Ruang Lingkup SBK ................................................... 32
2.1.9.3 Pembelajaran Seni Rupa di SD ........................................................ 32
2.1.10 Montase ........................................................................................... 33
2.1.10.1 Pengertian Montase ....................................................................... 33
2.1.10.2 Alat dan Bahan Montase ............................................................... 34
2.1.10.3 Langkah-langkah membuat Montase ............................................ 35
2.1.10.4 Tema Montase ............................................................................... 35
2.1.10.5 Jenis-jenis Montase ....................................................................... 39
xi
2.1.10.6 Unsur Dasar Montase .................................................................... 40
2.1.10.7 Teknik Membuat Montase ............................................................ 42
2.1.10.8 Metode Membuat Montase............................................................ 43
2.1.10.9 Perpaduan Potongan Gambar dalam Montase .............................. 43
2.1.10.10 Rancangan Membuat Montase ...................................................... 44
2.1.10.11 Manfaat Membuat Montase .......................................................... 44
2.1.11 Penerapan Model SAVI dalam membuat karya Montase ................... 45
2.2 Kajian Empiris ................................................................................... 45
2.3 Kerangka Berpikir .............................................................................. 51
2.4 Hipotesis Penelitian ........................................................................... 53
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 54
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ............................................................ 54
3.1.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 54
3.1.2 Desain Penelitian ............................................................................. 54
3.2 Prosedur Penelitian .......................................................................... 56
3.2.1 Tahap Persiapan ............................................................................... 56
3.2.2 Tahap Pelaksanaan .......................................................................... 56
3.2.3 Tahap Akhir Penelitian .................................................................... 57
3.3 Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 57
3.3.1 Subjek Penelitian ............................................................................. 57
3.3.2 Tempat Penelitian ............................................................................ 57
3.3.3 Waktu Penelitan ............................................................................... 57
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 58
xii
3.4.1 Populasi Penelitian .......................................................................... 58
3.4.2 Sampel Penelitian ............................................................................ 59
3.4.3 Teknik Sampling ............................................................................. 60
3.5 Variabel Penelitian .......................................................................... 60
3.5.1 Variabel Bebas ................................................................................. 60
3.5.2 Variabel Terikat ............................................................................... 61
3.6 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 61
3.6.1 Dokumentasi .................................................................................... 61
3.6.2 Observasi ......................................................................................... 61
3.6.3 Wawancara ...................................................................................... 62
3.6.4 Tes .................................................................................................. 62
3.7 Instrumen Penelitian ....................................................................... 62
3.7.1 Validitas Instrumen ......................................................................... 63
3.7.1.1 Validitas Instrumen Tes Tertulis ..................................................... 63
3.7.1.2 Validitas Instrumen Non Tes ........................................................... 65
3.7.2 Reliabilitas Instrumen Tes ............................................................... 65
3.7.3 Uji Taraf Kesukaran ...................................................................... 66
3.7.4 Daya Pembeda ................................................................................. 69
3.8 Analisis Data Penelitian ................................................................. 73
3.8.1 Analisis Data Awal .......................................................................... 73
3.8.1.1 Uji Normalitas .................................................................................. 73
3.8.1.2 Uji Homogenitas .............................................................................. 74
3.8.1.3 Uji Kesamaan Rata-rata ................................................................... 75
xiii
3.8.2 Analisis Data Akhir ......................................................................... 75
3.8.2.1 Aktivitas Siswa ................................................................................ 75
3.8.2.2 Hasil Unjuk Kerja Membuat Karya Montase .................................. 76
3.8.2.3 Hasil Tes Kognitif Siswa ................................................................. 77
3.8.2.4 Uji Normalitas ................................................................................. 77
3.8.2.5 Uji Homogenitas .............................................................................. 78
3.8.2.6 Uji Dua Pihak (Uji t) ....................................................................... 79
3.8.2.7 Uji Gain .......................................................................................... 80
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 82
4.1 HASIL PENELITIAN .......................................................................... 82
4.1.1 Subjek Penelitian .................................................................................. 82
4.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 83
4.1.3 Aktivitas Siswa ..................................................................................... 88
4.1.4 Hasil Unjuk Kerja Membuat Karya Montase ....................................... 95
4.1.5 Data Nilai Pretest ................................................................................. 98
4.1.6 Data Nilai Posttest ................................................................................ 101
4.1.7 Analisis Data Awal ............................................................................... 103
4.1.8 Analisis Data Akhir .............................................................................. 108
4.1.9 Uji Hipotesis ......................................................................................... 110
4.1.10 Uji Gain ................................................................................................ 112
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 114
4.2.1 Pemaknaan Temuan ............................................................................. 114
4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian .................................................................... 120
xiv
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 125
5.1 Simpulan ............................................................................................... 125
5.2 Saran…….. ........................................................................................... 126
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 132
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Revisi Taksonomi Bloom ............................................................... 27
Tabel 2.2 Dimensi Proses Kognitif ................................................................ 28
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................. 58
Tabel 3.2 Populasi Kelas IV SD di Gugus Ahmad Yani ................................ 59
Tabel 3.3 Sampel Kelas IV SD di Gugus Ahmad Yani ................................. 59
Tabel 3.4 Analisis Validitas Tes Uji Coba ..................................................... 64
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Tes Uji Coba ................................................ 66
Tabel 3.6 Indeks Kesukaran ........................................................................... 67
Tabel 3.7 Analisis Uji Kesukaran Soal Uji Coba ........................................... 68
Tabel 3.8 Kriteria Indeks Daya Pembeda Soal Uji Coba ................................ 70
Tabel 3.9 Analisis Uji Daya Pembeda Soal Uji Coba .................................... 71
Tabel 3.10 Rekapitulasi Analisis Daya Beda Soal ......................................... 71
Tabel 3.11 Kreteria Nilai N-Gain .................................................................... 81
Tabel 4.1 Rekapitulasi lembar observasi aktivitas siswa ............................... 89
Tabel 4.2 Kreteria Skor Aktivitas Siswa ........................................................ 90
Tabel 4.3 Data Nilai Unjuk Kerja Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...... 95
Tabel 4.4 Data Nilai Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ............... 98
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Prestest Kelas Eksperimen ................. 99
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol ........................... 100
Tabel 4.7 Data Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............ 101
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen ................... 101
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol ......................... 102
xvi
Tabel 4.10 Output Hasil Uji Normalitas Tes Awal (Pretest) .......................... 104
Tabel 4.11Output Uji Homogenitas Tes Awal (Pretest) ................................. 106
Tabel 4.12 Uji Kesamaan Rata-rata Tes Awal (Pretest) ................................. 107
Tabel 4.13 Output Hasil Uji Normalitas Tes Akhir (Posttest) ........................ 108
Tabel 4.14 Output Hasil Uji Homogenitas Tes Akhir (Posttest)..................... 109
Tabel 4.15 Output Hasil Analisis Uji Hipotesis Hasil Belajar ....................... 111
Tabel 4.16 Data Peningkatan Hasil Belajar SBK ........................................... 112
Tabel 4.17 Gain Ternormalisasi Skor Hasil Belajar SBK Kelas IV ............... 114
xvii
DAFTAR BAGAN
Gambar 2.1 Karya Montase Tema: Pegunungan ............................................ 36
Gambar 2.2 Karya Montase Tema: Olah Raga............................................... 37
Gambar 2.3 Karya Montase Tema: Berlibur ke Pantai .................................. 37
Gambar 2.4 Karya Montase Tema: Bermain di Taman Kota ......................... 38
Gambar 2.5 Karya Montase Tema: Bermain Sepak Bola .............................. 38
Gambar 2.6 Karya Montase Tema: Sekolahku ............................................... 39
Gambar 2.7 Montase teknik gambar .............................................................. 42
Gambar 2.8 Montase teknik foto .................................................................... 43
Bagan 2.1 Alur Kerangka Berpikir Penelitian .............................................. 52
Bagan 3.1 Nonequivalent Control Group Design ........................................ 55
xviii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 3.1 Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba .............................................. 65
Diagram 3.2 Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Uji Coba .................................. 69
Diagram 3.3 Hasil Uji Daya Pembeda ............................................................ 72
Diagram 4.1 Rekapitulasi lembar observasi aktivitas siswa ........................... 90
Diagram 4.2 Rata-Rata Nilai Unjuk Kerja ..................................................... 96
Diagram 4.3 Indikator Unjuk Kerja Membuat Karya Montase ...................... 97
Diagram 4.4 Distribusi Nilai Pretest Kelas Eksperimen ................................ 99
Diagram 4.5 Distribusi Nilai Pretest Kelas Kontrol ....................................... 100
Diagram 4.6 Distribusi Nilai Posttest Kelas Eksperimen ............................... 102
Diagram 4.7 Distribusi Nilai Posttest Kelas Kontrol ...................................... 103
Diagram 4.8 Peningkatan Rata-Rata Hasil Belajar ......................................... 113
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Pembelajaran SBK Model SAVI ................. 132
Lampiran 2 Pedoman Penetapan Indikator Aktivitas Siswa ........................... 134
Lampiran 3 Lembar Observasi Aktivitas Siswa .............................................. 135
Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen Tes Uji Coba ............................................... 139
Lampiran 5 Soal Uji Coba ............................................................................... 140
Lampiran 6 Lembar Validasi Instrumen Penelitian ........................................ 146
Lampiran 7 Daftar Nilai Soal Tes Uji Coba di SDN 1 Campurejo ................. 147
Lampiran 8 Skor Tertinggi Tes Uji Coba ....................................................... 148
Lampiran 9 Skor Terendah Tes Uji Coba ....................................................... 149
Lampiran 10 Analisi Uji Validitas Soal Tes Uji Coba .................................... 150
Lampiran 11 Perhitungan Uji Reliabilitas Tes Uji Coba ................................ 154
Lampiran 12 Perhitungan Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda ................ 155
Lampiran 13 Analisi Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba................................. 156
Lampiran 14 Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba ..................................... 157
Lampiran 15 Kesimpulan Hasil Uji Coba ....................................................... 158
Lampiran 16 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest ............................................ 160
Lampiran 17 Soal Pretest dan Posttest ........................................................... 161
Lampiran 18 Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ................. 166
Lampiran 19 Nilai Tertinggi Pretest Kelas Eksperimen ................................. 167
Lampiran 20 Nilai Terendah Pretest Kelas Eksperimen ................................. 168
Lampiran 21 Nilai Tertinggi Posttest Kelas Eksperimen ............................... 169
Lampiran 22 Nilai Terendah Posttest Kelas Eksperimen ............................... 170
xx
Lampiran 23 Daftar Nilai Prestest dan Posttest Kelas Kontrol ...................... 171
Lampiran 24 Nilai Tertinggi Pretest Kelas Kontrol ....................................... 172
Lampiran 25 Nilai Terendah Pretest Kelas Kontrol ....................................... 173
Lampiran 26 Nilai Tertinggi Posttest Kelas Kontrol ...................................... 174
Lampiran 27 Nilai Terendah Posttest Kelas Kontrol ...................................... 175
Lampiran 28 Kisi-Kisi Penilaian Unjuk Kerja ................................................ 176
Lampiran 29 Rubrik Penilaian Unjuk Kerja Membuat Montase .................... 177
Lampiran 30 Rekapitulasi Nilai Unjuk Kerja Kelas Eksperimen ................... 179
Lampiran 31 Nilai Tertinggi Karya Montase Kelas Eksperimen .................... 180
Lampiran 32 Nilai Terendah Karya Montase Kelas Eksperimen ................... 181
Lampiran 33 Rekapitulasi Nilai Unjuk Kerja Kelas Kontrol .......................... 182
Lampiran 34 Nilai Tertinggi Karya Montase Kelas Kontrol .......................... 183
Lampiran 35 Nilai Terendah Karya Montase Kelas Kontrol .......................... 184
Lampiran 36 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ....................... 185
Lampiran 37 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol.............................. 186
Lampiran 38 Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ............................................ 187
Lampiran 39 Aktivitas Siswa Kelas Kontrol .................................................. 190
Lampiran 40 Output SPSS Versi 21 Uji Normalitas Data Pretest................... 193
Lampiran 41 Output SPSS Versi 21 Uji Homogenitas Data Pretest ............... 194
Lampiran 42 Output SPSS Versi 21 Uji Kesamaan Rata-Rata Pretest ........... 195
Lampiran 43 Output SPSS Versi 21 Uji Normalitas Data Posttest ................. 197
Lampiran 44 Output SPSS Versi 21 Uji Homogenitas Data Posttest .............. 198
Lampiran 45 Output SPSS Versi 21 Uji Hipotesis Posttest ............................ 199
xxi
Lampiran 46 Output SPSS Versi 21 Uji t Gain Score ..................................... 201
Lampiran 47 Silabus Pembelajaran SBK Kelas Eksperimen .......................... 202
Lampiran 48 RPP Kelas Eksperimen .............................................................. 207
Lampiran 49 Silabus Pembelajaran SBK Kelas Kontrol ................................ 261
Lampiran 50 RPP Kelas Kontrol ..................................................................... 264
Lampiran 51 Dokumentasi Hasil Penelitian.................................................... 314
Lampiran 52 Surat-Surat Penelitian ................................................................ 319
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal penting bagi seseorang untuk menjalankan
kehidupan. Kualitas kehidupan suatu bangsa dipengaruhi oleh faktor sumber daya
manusia (SDM) yang dimiliki oleh warga negaranya, salah satu cara untuk
meningkatkan kemampuan SDM melalui pendidikan. Sebagaimana tercantum
dalam dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1
tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Pengembangkan kemampuan dapat dilakukan melalui pendidikan formal
dengan kurikulum KTSP. Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) nomor 22 Tahun 2006, mata pelajaran yang terdapat pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdapat delapan mata pelajaran
untuk jenjang Sekolah Dasar. Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) adalah salah
satu mata pelajaran di SD karena dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk terlibat dalam berbagai pengalaman apresiasi maupun berkreasi
menghasilkan produk berupa benda nyata yang bermanfaat langsung bagi
2
kehidupan siswa (Permendiknas No. 22 tahun 2006). Pendidikan SBK sebagai
mata pelajaran di sekolah sangat penting keberadaanya bagi siswa, karena
pelajaran ini memiliki multilingual, multidimensional, dan multikultural.
Multilingual berarti bertujuan mengembangkan kemampuan mengkspresikan diri
dengan berbagai cara. Multidimensional berarti bahwa mengembangkan
kompetensi kemampuan dasar siswa yang mencakup persepsi, pengetahuan,
pemahaman, analisis, evaluasi, apersepsi dan produktivitas dalam
menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri, dengan memadukan unsur lagika,
etika, dan estetika. Adapun multikultural berarti bertujuan menumbuhkembangkan
kesadaran dan kemapuan berapresiasi terhadap keberagaman budaya lokal dan
global sebagai pembentuk sikap menghargai, demokratis, beradab dan rukun
dalam masyarakat dan budaya majemuk (Susanto, 2016: 262).
Ruang lingkup mata pelajaran SBK yang tertuang pada KTSP meliputi:
(1) Seni rupa, mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam
menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak mencetak dsbnya,
(2) Seni musik, mencakup kemampuan olah vokal, memainkan alat musik,
apresiasi karya musik, (3) Seni tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan
olah tubuh dengan dan tanpa rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari, (4)
Seni drama, mencakup keterampilan pementasan dengan memadukan seni musik,
tari dan peran, (5) Keterampilan, mencakup segala aspek kecakapan hidup (life
skills) meliputi keterampilan personal, sosial, vokasional dan keterampilan
akademik.
3
Tujuan mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan sesuai dengan
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 agar peserta didik memiliki kemampuan (1)
memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan; (2)
menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan keterampilan; (3)
menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan keterampilan; (4) Menampilkan
peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam tingkat lokal, regional,
maupun global. Tujuan mata pelajaran SBK sudah baik dengan mengandung ide-
ide konsep seni secara global namun kenyataannya masih terdapat beberapa
masalah.
Berdasarkan Internasional Seminar on Languages and Arts (ISLA) tahun
2012, menyatakan Pembelajaran Seni dan budaya dewasa ini menghadapi
berbagai masalah baik dari sisi konsep teoretik maupun dari sisi praktik
pembelajaran di sekolah. Mata pelajaran seni budaya dianggap sebagai beban
kurikulum. Mata pelajaran seni budaya baru dianggap penting apabila ada lomba
atau festival yang mengharuskan sekolah mengirimkan siswanya sebagai peserta.
Perlakuan yang kurang adil terhadap pelaksanaan pembelajaran seni dan budaya,
misalnya dengan membiarkan ketidakadaan guru bidang studi seni dan budaya
yaitu memberikan tugas mengajar bidang studi ini kepada guru yang bukan
keahliannya di bidang seni dan budaya. Seolah-olah bidang studi seni dan budaya
dapat diajarkan oleh guru bidang studi lain. Guru-guru non pendidikan seni dan
budaya ini diberi tugas mengajar mata pelajaran seni budaya dan dengan
senidirinya menimbulkan masalah tersendiri dalam membelajarankan pendidikan
seni budaya yang sesungguhnya.
4
Permasalahan pembelajaran SBK juga terjadi di SDN Gugus Ahmad Yani
Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara,
pembelajaran SBK di Gugus Ahmad Yani masih kurang optimal. Hasil belajar
juga masih rendah. Proses pembelajaran masih berpusat kepada guru dan masih
menggunakan metode konvensional namun guru tidak memberikan contoh nyata
atau media sehingga banyak siswa kurang antusias dalam mengikuti
pembelajaran.Pembelajaran seni tidak hanya menggunakan kemampuan berpikir
melainkan juga ketrampilan dalam membuat karya namun dalam kenyataannya
guru hanya memberikan tugas untuk siswa tanpa memberikan arahan dalam
membuat karya.
Permasalahan yang terjadi pada pembelajaran SBK di SDN Gugus
Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal didukung data hasil belajar
siswa pada semester 2 tahun ajaran 2015/2016 mata pelajaran SBK menunjukkan
sebagian besar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntatasan Minimal (KKM),
dengan ditunjukkan data SDN 1 Tampingan kelas IV dari 36 siswa, 26 siswa
(72%) mendapatkan nilai dibawah KKM dan hanya 10 siswa (28%) dengan nilai
retata kelas 64, SDN 1 Campurejo kelas IV dari 32 siswa, 9 siswa (28%)
mendapatkan nilai dibawah KKM dan 23 siswa (72%) dengan nilai rerata kelas
76,4. Hal serupa diperoleh di SDN 03 Ngabean kelas IV dari 15 siswa, 10 siswa
(67%) mendapatkan nilai dibawah KKM dan hanya 5 siswa (33%) dengan nilai
rerata kelas 64,8 dengan KKM di masing-masing sekolah 70.
Berdasarkan data rendahnya hasil belajar SBK siswa, diperlukan
membenahi proses pembelajran SBK terutama mengenai model yang digunakan
5
dalam pembelajaran membuat karya montase. Muharrar dan Verayanti (2016: 44-
45) montase merupakan gambar yang sudah ada atau sudah tercetak pada foto,
koran, majalah, buku digunting hingga terlepas dari lembaran aslinya. Gambar-
gambar dipilih dan digunting sesuai obyek yang dikehendaki kemudian masuk
pada tahap reduksi yaitu memilih gambar yang dibutuhkan sesuai dengan tema
sehingga tersisa guntingan yang akan ditempel dalam suatu susunan. Pada materi
montase, peneliti menerapkan model pembelajaran SAVI diharapkan dapat
mengatasi permasalahan pembelajaran SBK adalah model pembelajaran Somatic
Auditori Visual Intelektual (SAVI). SAVI merupakan suatu model pembelajaran
yang dapat di jadikan alternatif dalam mengatasi masalah karena model ini
menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki
siswa (Shoimin, 2014: 177).
Penelitian yang mendukung yaitu penelitian Ni Wayan Yulia Haruminati
dkk pada tahun 2016 (Vol 4 No 1) tentang “Pengaruh Model Pembelajaran SAVI
Terhadap Minat Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Mutiara Singaraja”. Hasil
penelitian menunjukan thit = 9,156 dan ttab (pada taraf signifikansi 5%) =
2,00030. Hal ini berarti thit> ttab, terdapat hasil yang signifikan sehingga model
pembelajaran Somatis, Auditori, Visual,Intelektual (SAVI) berpengaruh terhadap
minat belajar Matematika siswa kelas IV di SD Mutiara Singaraja tahun pelajaran
2015/2016. Pada penelitian tersebut model berpengaruh positif terhadap hasil
belajar Matematika. Sesuai model yang peneliti gunakan, model SAVI diharapkan
efektif dalam pembelajaran SBK membuat karya montase.
6
Penelitian yang mendukung selanjutnya yaitu penelitian Nofika Setya
Andini dan Rachma Hasibuan pada tahun 2016 (Vol 05 No 03) berjudul
“Pengaruh Kegiatan Montase Terhadap Kemampuan Motorik Halus Pada Anak
Kelompok A”. Peserta pada penelitian ini yang berjumlah 21 anak terdiri dari 10
anak laki-laki dan 11 anak perempuan. Hasil analisis data nonparametrik dengan
menggunakan uji jenjang bertanda Wilcoxon (Wilcoxon Match Pairs Test) dengan
thitung<ttabel = 0<59 dengan taraf signifikan 5%. Berdasarkan uraian diatas,
terdapat pengaruh kegiatan montase terhadap kemampuan motorik halus pada
anak kelompok A di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 3 Surabaya. Dengan
melakukan kegiatan membuat montase diharapkan dapat berpengaruh terhadap
kemampuan motorik halus di siswa kelas IV SD.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti akan mengaji
permasalahan melalui penelitian eksperimen dengan menggunakan model SAVI
yang berorientasi pada keterampilan dan berkesinambungan untuk mengefektifkan
pembelajaran SBK siswa kelas IV di SD Gugus Ahmad Yani. Model SAVI
memiliki beberapa tahap yaitu perencanaan jelas, terarah dan terstruktur, di
dukung dengan penggunaan media sehingga siswa dapat melihat contoh nyata
yang diberikan agar dapat meningkatkan efektivitas mengajar guru. Peneliti
memilih materi montase dalam penelitian ini, karena peneliti ingin mengkaji
keefektivan model SAVI pada materi montase. Maka peneliti mengkaji
permasalahan melalui penelitian eksperimen berjudul “Efektivitas Model Somatic,
Audiotory, Visualization, Intelectualy (SAVI) Terhadap Hasil Belajar SBK
Membuat Karya Montase Kelas IV SDN Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja.”
7
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru tentang
permasalahan hasil belajar pengetahuan pada SBK kelas IV di SDN Gugus
Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal, diperoleh beberapa masalah
sebagai berikut:
1) Proses pembelajaran masih berpusat kepada guru serta masih menggunakan
metode konvensional.
2) Guru tidak memberikan contoh visualisasi atau contoh nyata.
3) Pembelajaran SBK yang sudah berlangsung, guru hanya memberikan tugas
untuk siswa.
4) Sumber belajar yang digunakan sangat terbatas, biasanya guru hanya
menggunakan satu buku paket.
5) Banyak siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran karena seni
budaya yang tidak hanya menggunakan kemampuan berpikir melainkan juga
menggunakan ketrampilan
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi permasalahan hasil belajar
siswa pada pembelajaran SBK kelas IV SD Gugus Ahmad Yani. Berdasarkan
salah satu permasalahan, teridentifikasi bahwa guru selama ini menggunakan
metode konvensional. Dalam batasan masalah peneliti ingin membatasi
permasalahan pada efektivitas model pembelajaran SAVI terhadap hasil belajar
siswa pada pembelajaran SBK.
8
Berdasarkan alasan maka peneliti merencanakan alternatif pemecahan
masalah dengan “Efektivitas Model Somatic, Efektivitas Model Somatic,
Audiotory, Visualization, Intelectualy (SAVI) Terhadap Hasil Belajar SBK
Membuat Karya Montase Kelas IV SDN Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja.”
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah penelitian ini
sebagai berikut:
1) Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran SBK membuat karya
montase dengan model SAVI di kelas IV SDN Gugus Ahmad Yani
Kecamatan Boja?
2) Bagaimanakah hasil belajar siswa dalam pembelajaran SBK membuat karya
montase dengan model SAVI di kelas IV SDN Gugus Ahmad Yani
Kecamatan Boja?
3) Apakah model SAVI lebih efektif daripada metode konvensional dalam
pembelajaran SBK membuat karya montase di kelas IV SDN Gugus Ahmad
Yani Kecamatan Boja?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1) Mendeskripsikan aktivitas siswa dalam pembelajaran SBK membuat karya
montase dengan model SAVI di kelas IV SDN Gugus Ahmad Yani
Kecamatan Boja.
9
2) Mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam pembelajaran SBK membuat
karya montase dengan model SAVI di kelas IV SDN Gugu Ahmad Yani
Kecamatan Boja.
3) Menguji efektivitas model SAVI dalam pembelajaran SBK membuat karya
montase di kelas IV SDN Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian dapat menambah pengetahuan baru, bahan
referensi untuk penelitian lain khususnya mengenai efektivitas model SAVI dalam
pembelajaran SBK sehingga hasil belajar dapat meningkat.
1.6.2 Manfaat Praktis
1.6.2.1 Bagi Guru
Penerapan model SAVI memberikan referensi bagi guru mengenai model
pembelajaran yang inovatif sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran yang
lain.
1.6.2.2 Bagi siswa
Penerapan model SAVI siswa dapat meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan peserta didik dalam membuat karya montase dan juga dapat
meningkatkan atusiasme belajar siswa dalam mata pelajaran SBK.
1.6.2.3 Bagi Sekolah
Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah yang dilakukan oleh guru
melalui model SAVI pada pembelajaran SBK membuat karya montase.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Efektivitas
Efektivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu effective berarti suatu
keberhasilan yang dilakukan dengan baik. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) efektif adalah tindakan yang membawa hasil dengan
menunjukkan seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Supardi (2013: 164) efektivitas adalah usaha untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan, rencana, dengan
menggunakan data, sarana, dan waktu yang tersedia untuk memperoleh hasil
maksimal baik secara kuantitafit maupun kualitatif, terkait dengan tujuan dan hasil
belajar yang dicapai.
Sedangkan menurut Hamdani (2011: 194) efektivitas adalah suatu konsep
sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan
individu dalam mencapai sasaran atau tingkat pencapaian tujuan-tujuan berupa
peningkatan pembelajaran. Berdasarkan pendapat ahli efektivitas adalah tingkat
keberhasilan yang dicapai, dengan penerapan strategi yang efektif untuk mencapai
tujuan yang berupa peningkatan pembelajaran sehingga akan mempengaruhi
kegiatan belajar.
11
2.1.2 Model Pembelajaran
Arends (dalam Shoimin, 2014: 23) menyatakan The term model refers to a
particular approach to intruction that includes its goals, syntax, environment and
management system. Model pembelajaran mengarah suatu pendekatan
pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks, lingkungan dan sistem
pengeloaannya. Sedangkan menurut Suyanto dan Jihad (2016: 134-135) model
pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran yang berisi tahapan-
tahapan yang relatif tetap dan pasti dilakukan untuk menyajikan materi pelajaran
secara berurutan.
Sependapat Suprijono (2016: 64-65) model pembelajaran merupakan pola
yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi dan memberi
petunjuk kepada guru dikelas. Fathurrohman (2015: 29) menggemukakan model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan
prosedur dengan sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan
pembelajaran bagi para pendidik dalam melaksanakan aktivitas belajar.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan model pembelajaran
adalah suatu prosedur yang sistematis untuk melakukan pembelajaran sesuai
dengan karakteristik materi serta tahapan-tahapan yang relatif tetap, dengan ciri-
ciri yaitu:
Ciri-ciri model pembelajaran adalah :
a) keterlibatan intelektual-emosional siswa melalui kegiatan mengalami,
menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap;
12
b) keikutsertaan siswa secara aktif dan kreatif selama pelaksanaan model
pembelajaran;
c) guru bertindak sebagai fasilitator, koordinator, mediator, dan motivator
kegiatan belajar siswa;
d) penggunaan berbagai metode, alat, dan media pembelajaran.
Sedangkan menurut Suyanto dan Jihad (2016: 137) mengemukakan ciri-
ciri model pembelajaran yaitu (1) memiliki prosedur yang sistematis, (2) hasil
belajar dirumuskan secara khusuS (3) Penetapan lingkungan secara khusus, (4)
menetapkan ukuran keberhasilan (5) Interaksi dengan lingkungan.
Jadi dapat disimpulkan ciri-ciri model pembelajaran yaitu (1) keterlibatan
pikiran siswa melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, pembentukan
sikap dengan prosedur yang sistematis, (2) keaktifan dan kretifitas siswa dapat
mempengaruhi hasil belajar, (3) guru berperan sebagai fasilitator, koordinator dan
motivator dalam kegiatan belajar, (4) Interaksi dengan lingkungan belajar.
2.1.3 Model SAVI
2.1.3.1 Pengertian Model SAVI
Model SAVI adalah suatu model yang menerapkan pengembangan
perangkat dengan berorientasi pada model pembelajaran berdasar masalah. Model
SAVI merupakan bentuk model dengan menggabungkan gerakan fisik dengan
aktivitas intelektual menggunakan semua indera yang berpengaruh terhadap
pembelajaran, (Suyanto dan Jihad, 2016: 81). Menurut Lestari dan Yudhanegara
(2015: 57) SAVI merupakan model pembelajaran yang melibatkan gerakan, seperti
13
gerak fisik anggota badan tertentu, berbicara, mendengarkan, melihat, mengamati
dan menggunakan kemapuan intelektual untuk berpikir, menggambarkan,
menghubungkan dan membuat kesimpulan.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan model SAVI adalah model
yang berorientasi pada masalah dengan melibatkan gerakan fisik dan aktivitas
intelektual untuk berpikir, menggambarkan, menghubungkan dan membuat
kesimpulan.
Menurut Meier (2004: 91) unsur model SAVI dibagi menjadi empat :
1. Somatis (belajar dengan bergerak dan berbuat)
“Somatic” berasal dari bahasa yunani tubuh-soma. Jika dikaitkan dengan
belajar maka dapat diartikan dengan bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran
somatic adalah memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestik,
melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran
berlangsung).
2. Auditori (belajar dengan berbicara dan mendengar)
Belajar auditori merupakan belajar dengan berbicara dan mendengarkan,
siswa hendaknya mengajak siswa lain menbicarakan apa yang sedang mereka
pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak mereka saat
memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat
rencana kerja, menguasai keterampilan.
14
3. Visual (belajar dengan mengamati dan menggambarkan)
Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat
melihat apa yang sedang dipelajari, unsur visual yang baik apabila siswa dapat
melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon ketika belajar.
4. Intelektual (belajar dengam memecahkan masalah dan merenung)
Belajar dengan cara ini yaitu, memecahkan masalah dan merenung. Makna
intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, dan memecahkan
masalah melalui pikiran. Belajar intelektual adalah belajar dengan cara menyaring
dan menganalisis sera mendetail mengenai permasalahan yang sedang
dipecahkan.
2.1.3.2 Tahapan Model SAVI
Tahapan model SAVI oleh Shoimin (2014: 178), yaitu:
a) Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)
Membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai
pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam
situasi optimal untuk belajar.
b) Penyampaian (Kegiatan Inti)
Siswa menemukan materi belajar yang baru dengan melibatkan panca indera
dan cocok untuk gaya belajar.
c) Pelatihan (Kegiatan Inti)
Siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan ketrampilan baru
dengan berbagai cara.
15
d) Penampilan Hasil (Tahap Penutup)
Siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau ketrampilan baru
mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan
hasil akan terus meningkat.
2.1.3.3 Kelebihan Model SAVI
Kelebihan model SAVI menurut Shoimin (2014: 182) yaitu:
1) membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan
gerak fisik dengan aktivitas intelektual; 2) suasana dalam proses pembelajaran
menyenangkan karena siswa merasa diperhatikan sehingga tidak cepat bosan
untuk belajar; 3) mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan
kemampuan psikomotor siswa; 4) melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan
mengemukakan pendapat dan berani menjelaskan jawabannya; 5) memaksimalkan
ketajaman konsentrasi siswa.
2.1.4 Metode Konvensional
Metode konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut
juga ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan
pembelajaran (Djamarah, 2014: 82)
Sedangkan ceramah menurut Suyanto dan Jihad (2016: 114-115) metode
yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi baru dan untuk
menghubungan materi yang sudah dipelajari dengan materi baru yang akan
diajarkan secara lisan dengan alur satu arah.
16
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan pengertian metode
konvensional adalah metode tradisonal yang digunakan guru sebagai alat untuk
manyapaikan informasi baru untuk menghubungan materi yang baru dengan yang
sudah dipelajari.
2.1.5 Hakikat Belajar
2.1.5.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan usaha atau aktivitas seseorang melalui pengalaman
untuk perubahan dalam diri. Hamalik (2013: 27) belajar adalah modifikasi atau
memperteduh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the
modification or strengthening of behavior through experiencing). Belajar
merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa dengan
stimulis dari lingkungan dengan proses tersebut menghasilkan suatu hasil belajar
yang terdiri dari informasi verbal, ketrampilan intelektual, keterampilan motorik,
sikap, dan siasat kognitif (Dimyanti, 2013: 11-12).
Sedangkan menurut Sardiman (2016: 20) belajar merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan dengan membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru akan lebih baik apabila subjek belajar
mengalami atau melakukan, jadi tidak bersifat verbalistik. Menurut Susanto
(2016:4) belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja
dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman atau
pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan
perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.
17
Slameto (2010: 3-4) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh perubahan tingah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dalam
lingkungan. Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, dapat disumpulkan
belajar adalah suatu aktivitas atau proses usaha sesorang untuk memperoleh
perubahan tingkah laku atau penampilan melalui pengalamannya sendiri dan
stimulis dari lingkungan sehingga menghasilkan suatu hasil belajar yang terdiri
dari informasi verbal, ketrampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap, dan
siasat kognitif.
2.1.5.2 Prinsip Belajar
Menurut Suprijono (2016: 4) prisip belajar terdiri dari tiga:
a) Prinsip belajar merupakan perubahan tingkah laku dengan ciri-ciri rasional,
berkesinambungan, bermanfaat, berakumulasi, aktif sebagai usaha, dengan
permanen, ada tujuan dan mencakup seluruh potensi manusia.
b) Proses yang sistematik, dinamis, kostruktif, dan organik.
c) Bentuk pengalaman dari hasil interaksi dengan lingkunngannya.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 42-49) prinsip-prisip belajar meliputi:
a) Perhatian dan Motivasi
Perhatian terhadap pelajaran akan timbul apabila bahan pelajaran sesuai
dengan kebutuhannya, sehingga akan membangun motivasi siswa untuk
mempelajarinya.
18
b) Keaktifan
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan kesktifan yang
beraneka ragam bentuknya mulai dari aktivitas fisik maupun psikis. Aktifitas
fisik berupa menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam
memcahkan masalah, membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain,
menyimpulkan hasil percobaan, dsb.
c) Keterlibatan langsung/berpengalaman
Belajar melalui pengalaman langsung, siswa tidak sekedar mengamati secara
langsung tetapi menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan
bertanggung jawab terhadap hasilnya.
d) Pengulangan
Pengulangan penting dalam proses belajar karena untuk melatih daya-daya
jiwa, membentuk respon dan kebiasan-kebiasan yang benar
e) Tantangan
Tantangan adalah usaha menghadapi hambatan dalam proses belajar artinya
bahan materi yang mengandung masalah akan membuat siswa tertantang
untuk memecahkannya, sehingga siswa akan belajar dengan giat dan
sungguh-sungguh.
f) Balikan dan Penguatan
Dari hasil belajar yang baik akan mendapat balikan yang menyenagkan dan
berpengaruh pada usaha belajar selanjutnya. Balikan yang sesegera mungkin
diberikan kepada siswa, akan membuatnya terdorong untuk belajar lebih giat
dan bersemangat.
19
g) Perbedaan Individual
Setiap siswa memiliki perbedaan karakteristik psiki, kepribadian, dan sifat
yang akan berpengaruh cara dan hasil belajar mereka, sehingga perbedaan
individu ini perlu diperhatikan oleh guru agar proses belajar berjalan dengan
maksimal.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang prinsip belajar dapat disimpulkan
proses belajar merupakan perubahan perilaku, proses dan bentuk pengalaman
yang didalamnya terdapat perhatian/motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/
berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan
individu.
2.1.5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Proses belajar antara satu siswa dengan siswa lain tidak sama terdapat
banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi proses belajar, tergantung pada
faktor-faktor yang ada pada saat melaksanakan proses belajar.
Menurut Slameto (2010: 54) terdapat dua faktor yang mempengaruhi
belajar yaitu:
a) Faktor Intern
Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam individu siswa itu
sendiri, meliputi:
Jasmani, seperti kesehatan dan cacat tubuh.
Psikologi, seperti intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan
dan kesiapan.
Kelelahan, seperti kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
20
b) Faktor Ekstern
Faktor ekstern merupakan fator yang berasal dari luar individu, meliputi:
Keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar
belakang kebudayaan.
Sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah alat pelajaran, waktu sekolah.
Standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan
tugas rumah.
Masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,
teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
Faktor intern dan faktor ekstern dalam proses belajar ini sangat
mempengaruhi keberhasilan saat melakukan pembelajaran.
2.1.6 Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dengan lingkungan
untuk memperoleh informasi. Menurut Hamdani (2011: 23) pembelajaran adalah
usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan
lingkungan atau stimulus berorientasi pada perilaku siswa, bermakna bahwa
pembelajaran merupakan kumpulan proses yang bersifat individu, merupakan
stimulus dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi, selanjutnya
mendapatkan hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang.
21
Sejalan pendapat, Susanto (2013: 19) pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada
siswa. Dari berbagai pendapat dapat disimpulkan pembelajaran yaitu rangkaian
peristiwa yang dilakukan terus menerus oleh guru kepada siswa di dukung oleh
lingkungan yang memberikan stimulus untuk mengembangkan ilmu, penguasaan,
kemahiran, tabiat dan pembentukan sikap untuk mendapatkan hasil belajar dalam
bentuk ingatan jangka panjang.
Hamdani (2011: 48) menjelaskan tentang komponen-komponen
pembelajaran sebagai berikut:
1) tujuan, berupa pengetahuan dan ketrampilan atau sikap yang dirumuskan
secara explisit dalam tujuan pembelajaran
2) belajar, sistem pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan
sebagai subjek sekaligus objek.
3) materi pelajaran, komponen utama yang akan memberi warna dan bentuk
kegiatan pembelajaran.
4) strategi, merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
5) media, adalah alat bantu atau wahana yang digunakan guru dalam proses
pembelajaran untuk membantu peyampaian pesan.
6) penunjang, dalam sistem pembelajaran adalah fasilitas belajar, sumber
belajar, alat, bahan pembelajaran.
22
Tujuan pembelajaran yaitu membantu siswa agar memperoleh berbagai
peng- alaman dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah, baik
kuantitas maupun kualitasnya, maliputi pengetahuan ketrampilan dan nilai yang
berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa (Hamdani, 2011: 47).
Sedangkan tujuan pembelajaran intruksional menurut Dimyanti dan Mudjiono
(2013: 20-22) adalah peningkatan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
UNESCO (dalam Fathurrohman, 2015: 27-29) menetapkan empat pilar
pendidikan untuk mecapai pembelajaran yang efektif antara lain:
1) Learning to know
Belajar berorientasi pada proses, produk dan hasil belajar. Melalui proses
belajar, siswa akan memiliki kesadaran dan kemampuan bagaimana cara
mempelajari materi.
2) Learning to do
Belajar meruapakan berbuat untuk mencapai tujuan akhir yaitu penguasaan
kompetensi.
3) Learning to live together
Salah satu fungsi lembaga pendidikan adalah tempat bersosialisasi dan tatanan
kehidupan. Artinya, mempersiapkan siswa untuk hidup bermasyarakat. Situasi
bermasyarakat hendaknya dikondisikan di lingkungan pendidikan.
4) Learning to be
Belajar untuk mengaktualisasi diri sendiri sebagai individu yang memiliki
tanggung jawab sebagai manusia.
23
Suyanto dan Jihad (2016: 101) pembelajaran efektif dapat dilakukan
dengan kegiatan menganalisis antara hubungan, kemampuan dan harapan siswa
dari proses pembelajaran serta sistem ujian yang dipakai. Menurut Susanto (2016:
54) untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif, maka perlu diperhatikan
beberapa aspek : (1) guru membuat persiapan belajar yang sistematis. (2) Proses
belajar mengajar (pembelajaran) harus berkualitas tinggi yang ditunjukan dengan
adanya penyampaian materi oleh guru secara sistematis dan menggunakan
berbagai variasi di dalam penyampaian, baik media, metode, suara maupun gerak.
(3) waktu selama proses belajar mengajar berlangsung digunakan secara efektif.
(4)Motivasi mengajar guru dan motivasi belajar siswa cukup tinggi. (5) Hubungan
interaktif antara guru dansiswa dalam kelas bagus sehingga setiap terjadi kesulitan
belajar dapat segera teratasi.
Aspek dan pilar pendidikan perlu diperhatikan sehingga diharapkan dapat
mencapai pembelajaran yang efektif dan memperoleh hasil belajar.
2.1.7 Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan dilakukan oleh siswa dalam
rangka mengikuti proses pembelajaran. Aktivits tersebut dapat berupa aktivitas
fisik maupun mental (Sardiman, 2016: 100). Menurut Slameto (2010: 36) dalam
proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir
maupun berbuat. Siswa akan menerima materi pelajaran apabila melakukan
aktivitas sendiri, materi tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah
kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda.
24
Menurut Djamarah (2014: 349) aktivitas siswa yang dipandang dari dua
sisi yaitu proses belajar dan hasil belajar. Pada proses belajar, aktivitas yang
optimal merupakan keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, emosional, dan
intelektual. Dipandang dari segi hasil belajar, aktivitas siswa menghendaki hasil
belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual, sikap, dan
keterampilan.
Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2016: 101) membuat suatu daftar yang
berisi 177 macam kegiatan siswa yang digolongkan diantaranya:
1) Visual activities, meliputi : membaca, memerhatikan gambar demonstrasi dan
percobaan.
2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3) Listening activities, seperti mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi,
musik, pidato.
4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5) Drawing activities, seperti : menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6) Motor activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model
mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7) Mental activities, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8) Emotional activites, seperti : menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
25
Berdasarkan uraian diatas disimpulkan, aktivitas siswa merupakan
seluruh kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran yang
dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda.
Aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran
SBK dengan model SAVI.
2.1.8 Hasil Belajar
Gerlach dan Ely (dalam Rifa’I dan Anni, 2012: 69) menyatakan dalam
proses pendidikan menghendaki adanya perubahan perilaku dari siswa. Perubahan
perilaku yang harus dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar
dirumuskan dalam sebuah tujuan pendidikan, merupakan deskripsi tentang
perubahan perilaku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan
bahwa belajar telah terjadi. Untuk mengukur kemampuan siswa dalam mencapai
tujuan pendidikan diperlukan adanya pengamatan kinerja (performance) sebelum
dan sesudah pendidikan berlangsung, serta mengamati perubahan kinerja yang
telah terjadi.
Menurut Suprijono (2016: 7) hasil belajar merupakan perubahan perilaku
secara keseluruhan berupa informasi verbal, ketrampilan intelektual, startegi
kognitif, ketrampilan motorik dan sikap. Susanto (2016: 5) hasil belajar yaitu
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek
kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku yang ditunjukan dari aspek kognitif, afektif dan
26
psikomotorik setelah siswa mengikuti proses pembelajaran. Pada penelitian ini
peneliti akan menfokuskan pada hasil belajar ranah psikomotorik, yakni hasil
belajar siswa pada mata pelajaran SBK khususnya materi membuat karya
montase.
Dalam pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik kurikuler
maupun intruksional, mengacu pada klasifikasi hasil belajar dari Benyamin
Bloom (Sudjana 2005: 22-23) secara garis besar membagi hasil belajar menjadi
tiga ranah, yakni: (1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek. (2) Ranah Afektif berkenaan dengan sikap yang
terdiri dari lima aspek. (3) Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak.
Sedangkan menurut Poerwanti (2008: 7.5) menjelaskan, hasil belajar
adalah kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar
siswa dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ranah (domain), yaitu: (1) domain
kognitif (pengetahuan atau mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika,
(2) domain afektif (sikap dan nilai yang mencakup kecerdasan antara pribadi dan
kecerdasan inter pribadi atau kecerdasan emosional, (3) domain psikomotorik
(keterampilan atau mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial,
dan kecerdasan musikal).
1) Domain Kognitif
Domain kognitif berkaitan dengan kemapuan intelektual seseorang terdiri
dari knowledge (pengetahuan, ingatan), comphrehension ( pemahaman,
27
menjelaskan, merinkas, contoh), synthesis (mengorganisasikan, merencenakan,
membentuk bangunan baru, dan evaluation (menilai).
Berikut ini adalah revisi taksonomi Bloom ( dalam Anderson dan Karthwohl,
2015: 100-102) .
Tabel 2.1 Revisi Taknosonomi Bloom
Tingkatan Taksonomi Bloom (1956) Anderson dan
Karthwohl (2000)
C1 Pengetahuan Mengingat
C2 Pemahaman Memahami
C3 Aplikasi Menerapkan
C4 Analisis Menganalisis
C5 Sintesis Mengevaluasi
C6 Evaluasi Berkreasi (sintesis)
Revisi taksonomi Bloom yang dilakukan oleh Aderson dan Kerthwohl
mendeskripsikan perbedaan atara dimensi proses kognitif dengan dimensi
pengetahuan. Perbedaan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a) Pengetahuan faktual; yaitu pengetahuan tentang elemen dasar yang harus
diketahui oleh siswa. Seperti: pengetahuan tentang pengertian montase.
b) Pengetahuan konseptual; yaitu pengetahuan tentang hubungan antarelemen
sehingga memiliki fun alagsi, memuat ide atau gagasan yang memungkinkan
orang untuk mengklasifikasikan suatu objek. Seperti: pengetahuan tentang
jenis-jenis montase.
c) Pengetahuan prosedural; yaitu pengetahuan cara melakukan sesuatu, metode,
teknik dan kriteria keterampilan. Seperti: pengetahuan tentang langka-
langkah membuat montase.
28
d) Pengetahuan metakognitif; yaitu pengetahuan tentang kognisi sendiri dan
pengetahuan tentang kapan menggunakan pengetahuan konseptual dan
prosedural. Seperti: pengetahuan tentang tugas yang diberikan guru,
mengerjakan tugas tertentu, mengetahui kapan perlu membuat rangkuman,
menyimpulkan materi dsbnya.
Pengertian dimensi proses kognitif (dalam Anderson dan Karthwohl,
2015: 100-102) dijabarkan dalam tabel:
Tabel 2.2 Dimensi Proses Kognitif
Taksonomi Pengertian
Mengingat Mengenal dan mengingat pengetahuan yang relevan dari ingatan
jangka panjang
Memahami Membangun makna dari pesan lisan, tulisan, dan gambar melalui
interpretasi, pemberian contoh, inferensi, mengelom-pokkan,
meringkas, membandingkan, merangkum, dan men-jelaskan
Menerapkan Menggunakan prosedur melalui implementasi
Menganalisis Membagi materi dalam beberapa bagian, menentukan hu-bungan
antara bagian atau secara keseluruhan dengan me-lakukan
penurunan, pengelolaan, dan pengenalan atribut
Mengevaluasi Membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar melalui
pengecekan dan kritik
Berkreasi Mengembangkan ide, produk, atau metode baru dengan cara
menggabungklan unsur-unsur untuk membentuk fungsi seca-ra
keseluruhan dan menata kembali unsur-unsur menjadi po-la atau
struktur baru melalui perencanaan, pengembangan, dan produksi
Indikator domain kognitif dalam pembelajaran SBK materi membuat karya
montase adalah: (1) Menjelaskan pengertian montase (C2); (2) Menyebutkan
peralatan membuat montase (C1); (3) Menyebutkan bahan-bahan membuat
montase (C1); (4) Menjelaskan langkah-langkah membuat montase (C2); (5)
Mengidentifikasi tema karya montase (C2); (6) Mengidentifikasi jenis-jenis
29
montase (C2); (7) Mengidenfikasi unsur-unsur montase (C2); (8) Menyebutkan
teknik membuat montase (C1); (9) Menjelaskan metode membuat montase (C2);
(10) Memadukan potongan gambar montase (C4); (11) Membuat rancangan
montase (C6); (12) Menjelaskan manfaat berkarya montase (C2); (13) Membuat
karya montase (C6).
2) Domain Afektif
Menurut Krathwol dan Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 27-
29) ranah afektif terdiri dari lima perilaku:
a) Penerimaan, mencakup kepekaan dan kesediaan memperhatikan hal tertentu
untuk mengakui adanya perbedaan.
b) Partisipasi, mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi
dalam suatu kegiatan.
c) Penilaian dan penentuan sikap, mencakup menerima suatu nilai, menghargai,
mengakui dan menentukan sikap.
d) Organisasi, mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai
pedoman dan pegangan hidup.
e) Pembentukan pola hidup, mencakup kemampuan menghayati nilai dan
membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.
Indikator domain afektif dalam lembar pengamatan aktivitas siswa pada
pembelajaran SBK pada materi membuat karya montase : (1) mempersiapkan diri
untuk mengikuti pembelajaran; (2) menanggapi apersepsi dari guru; (3)
mendengarkan penjelasan guru; mengamati pendemonstrasian guru; (4) Bertanya
tentang materi yang belum dipamahami; (5) menggambar desain rancangan
30
montase; membuat karya montase; (6) menerima masukan dari guru atau teman;
(7) mempresentasikan hasil karya/diskusi kelompok; (8) Menyimpulkan materi
pembelajaran.
3) Domain Psikomotor
Domain yang menekankan pada gerakan-gerakan fisik berupa
keterampilan fisik berupa keterampilan fisik halus maupun keterampilan fisik
kasar. Domain ini berhubungan dengan kemapuan atau keterampilan. Ada enam
tingkatan dalam domain psikomotorik, yaitu persepsi (P1), kesiapan (P2), gerakan
terbimbing (P3), gerakan mekanisme (P4), gerakan respon kompleks (P5),
penyesuaian pola gerakan (P6), dan kreativitas atau keterampilan (P7) (Rusman,
2014: 172). Adapun indiktor domain psikomotorik dalam pembelajaran SBK pada
materi membuat karya montase adalah membuat karya kerajinan montase
berdasarkan rancangan sendiri dengan memperhatikan desain gambar, teknik
pengeleman, teknik guntingan, perpaduan bahan, kebersihan dan kerapihan karya
montase serta keindahan hasil karya montase (P4).
2.1.9 Seni Budaya dan Prakarya
2.1.9.1 Hakikat SBK
Menurut Susanto (2016: 265) pendidikan SBK merupakan pendidikan seni
berbasis budaya meliputi aspek seni rupa, musik, tari, dan keterampilan untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan berkarya dan berapresiasi. Pendidikan
SBK memiliki peranan dalam pembentukan pribadi siswa dengan memperhatikan
kebutuhan perkembangan siswa dalam mencapai kecerdasan intrapersonal,
31
interpersonal, visual, musikal, linguistik, logika, matematis, naturalis, kreativitas,
spiritual, moral, dan emosional.
Permandiknas No. 20 Tahun 2006 mengemukakan pendidikan SBK
memiliki sifat multinggual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual
memiliki makna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif
dengan berbagai cara dan media yaitu bahasa bunyi, rupa, gerak, peran dan
berbagai perpaduanya. Multidimensional bermakna sebagai pengembangan
beragam kompetensi meliputi konsepsi (pemahaman, analisis, pengetahuan dan
evaluasi), apresepsi, kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur
estetika, logika kinestika dan etika. Sedangkan multikultural mengandung makna
pendidikan seni menumbuh kembangkan kesadaran dan kemampuan apresepsi
terhadap budaya nusantara dan mancanegara.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan pendidikan SBK adalah
mata pelajaran berbasis budaya yang diajarkan di sekolah dasar meliputi tiga
aspek yaitu seni rupa, seni musik dan ketreampilan yang didalamnya berisi
pengembangan sikap, kemampuan berkarya dan apresiasi karya seni.
2.1.9.2 Tujuan dan Ruang Lingkup SBK
Ruang lingkup mata pelajaran SBK yang tertuang pada KTSP
(Susanto,2014: 263) meliputi:
a) Seni rupa, seperti pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam menghasilkan
karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak mencetak dan sebagainya.
b) Seni musik, seperti kemampuan olah vokal, melainkan alat musik, apresiasi
karya musik.
32
c) Seni tari, seperti keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengan dan tanpa
rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari.
d) Seni drama, seperti keterampilan pementasan dengan memadukan seni musik,
tari dan peran.
e) Keterampilan, seperti segala aspek kecakapan hidup (life skills) meliputi
keterampilan personal, sosial, vokasional dan keterampilan akademik.
Dalam standar isi KTSP SD aspek mata pelajaran SBK yang diajarkan
hanya mencakup tiga aspek yaitu seni rupa, seni musik dan keterampilan. Namun
dalam penelititan ini, peneliti membatasi pada aspek seni rupa karena sesuai
dengan materi yang akan diteliti yaitu membuat karya montase termasuk dalam
bidang seni rupa.
2.1.9.3 Pembelajaran Seni Rupa di SD
Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya dengan media yang
bisa ditangkap mata, dirasakan serta diciptakan dengan mengolah kosep titik,
garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur dan pencahayaan berdasarkan acuan
estetika (Wikipedia bahas Indonesia, ensiklopedia bebas). Sedangkan menurut
Salam (dalam Sobandi, 2008: 74) tujuan pembelajaran seni rupa adalah (1)
mengembangkan keterampilan menggambar (2) menanamkan kesadaran budaya
lokal (3) mengembangkan kemampuan apresiasi seni rupa siswa (4) menyediakan
kesempatan mengaktualisasikan diri (5) mengembangkan penguasaan disiplin
ilmu seni rupa (6) mempromosikan gagasan multikutural.
33
2.1.10 Montase
2.1.10.1 Pengertian Montase
Kamus Besar Bahasa Indonesia, montase adalah komposisi gambar yang
dihasilkan dari pencampuran unsur beberapa sumber. Sedangkan menurut
Kristanto dan Haryanto (2014: 80) Karya Montase adalah karya seni rupa yang
mengombinaksikan dari beberapa unsur, baik unsur dua dimensi maupun unsur
tiga dimensi. Menurut Ayusari (2017: 1) montase merupakan sebuah karya yang
dihasilkan dari percampuran unsur dari berbagai sumber, potongan gambar dari
berbagai sumber di sususn sesuai tema dan ditempel pada bidang dasar..Istilah
lain yang digunkan untuk merujuk pada karya montase (montage) adalah rakitan
gambar.
Menurut Muharrar dan Verayanti (2016: 44-45) montase merupakan
gambar yang sudah ada atau sudah tercetak pada foto, koran, majalah, buku
digunting hingga terlepas dari lembaran aslinya. Gambar-gambar dipilih dan
digunting sesuai obyek yang dikehendaki kemudian masuk pada tahap reduksi
yaitu memilih gambar yang dibutuhkan sesuai dengan tema sehingga tersisa
guntingan yang akan ditempel dalam suatu susunan maupun komposisi
Jadi dapat disimpulkan, montase adalah karya seni rupa yang dibuat
dengan cara memotong gambar dari berbagai sumber kemudian disuusn menjadi
satu kesatuan sesuai tema dan ditempelkan pada bidang tertentu.
2.1.10.2 Alat dan Bahan Montase
Menurut Ayusari (2017: 2-5) peralatan yang digunakan untuk membuat
montase yaitu:
34
1. Gunting, berguna untuk memotong kertas dasar dan gambar yang akan
ditempel pada atas gambar rancangan atau gambar dasar
2. Cutter, sama gunanya dengan gunting untuk memotong kertas atau
gambar yang akan ditempel
3. Penggaris, berguna untuk membuat gari tepi pada kertas alas untuk
bidang menepel potongan gambar montase
4. Printer, berguna untuk mencetak gambar dasar maupun bahan gambar
tempelan
b) Bahan membuat montase antara lain:
1. Kertas tebal, digunakan untuk alas tempelan gambar dasar dan
potongan gambar yang telah dipilih
2. Lem, digunakan untuk merekatkan gambar dasar dengan alas kertas
tebal dan menempelkan potongan gambar pilihan.
3. Kertas berwarna digunakan sebagai dasar dari background biasanya
dipadukan dengan warna yang sesuai tema.
4. Koran dan majalah bekas merupakan sumber bahan utama untuk
mendapatkan gambar-gambar yang akan ditempelkan.
2.1.10.3 Langkah-langkah membuat Montase
Menurut Muharrar dan Verayanti (2016: 48-49) karya montase dapat
dilakukan menggunakan bahan yang ada dilingkungan sekitar, dapat berupa
koran, majalah buku yang sudah tidak terpakai dll. Sebelum membuat karya
montase hendaknya terlebih dahulu menetukan tema yang sesuaidengan gambar
35
potongan yang di dapat atau menetukan tema terlebih dahulu lalu baru menyusun
gambar montasenya.
Langkah-langkah membuat karya montase antara lain sebagai berikut:
a) Mengumpulkan gambar-gambar yang sesuai dengan tema dari berbagai
sumber, baik koran, majalah, kalender dsb. Agar terlihat menarik, usahakan
gambar yang dipilih adalah gambar berwarna.
b) Menggunting gambar-gambar tersebut sebanyak mungkin sehingga bisa
dipilih saat akan menempel.
c) Membuat komposisi tempelana yang menarik sehingga betul-betul
mencerminkan tema yang diinginkan.
d) Menempel potongan gambar-gambar tersebut pada sebuah bidang dari
kertas tebal atau karton.
e) Lakukan hingga selesai, lalu dapat diberi bingkai yang menarik.
2.1.10.4 Tema Montase
Montase adalah penggabungan gambar-gambar yang dihasilkan dari
percampuran unsur dari majalah, koran, kalender dan buku yang tidak terpakai.
Karya montase dihasilkan dari menyatukan atau menggabungkan gambar-gambar
dari sumber berbeda dengan susunan tertentu ditempelkan apada sebuah bidang
datar. Biasanya, karya montase digabungkan sesuai dengan tema yang ingin
diciptakan dari gambar-gambar tersebut. Salah satu contohnya tema pedesaan,
gambar-gambar bisa berupa potongan gambar rumah, pegunungan, jalan desa,
sungai (Ayusari, 2017: 16-106).
36
Beberapa contoh tema dalam karya montase
a) Pegunungan
Gambar 2.1 Karya Montase Tema: Pegunungan
Keterangan : Dari gambar diatas yaitu bercerita tentang kehidupan di
dunia. Suatu hari ada sekelompok binatang laut Negara maju yang
kesasar pada daratan di pegunungan, dan di pegunungan tersebut terdapat
persaingan antar politik yang merajalela untuk memajukan bangsa tetapi
tidak ada buktinya. Terdapat juga unsur politik yang ada dalam karya.
b) Olah raga
Gambar 2.2 Karya Montase Tema: Olah raga
Keterangan : Dari gambar diatas yaitu bercerita tentang beberapa olah
raga, antara lain basket dan lari dengan memadukan gambar-gambar
37
penting sepeti menara pisa dan gambar jalan yang terdapat mobil yang
lalulalang
c) Berlibur ke Pantai
Gambar 2.3 Karya Montase Tema: Berlibur ke Pantai
Keterangan : Liburan di pantai saat siang hari bersama keluarga dengan
bermain pasir, melukis, berlarian dan melihat pemandangan.
d) Bermain di Taman Kota
Gambar 2.4 Karya Montase Tema: Bermain di Taman Kota
Keterangan: Rani bersama teman-temannya bermain di taman kota.
Mereka bersenda gurau hingga sore hari. Meskipun mereka bermain di
38
taman cukup lama, mereka tetap menjaga kebersihan taman dengan
membuang sampah di tempat sampah.
e) Bermain Sepakbola
Gambar 2.5 Karya Montase Tema: Bermain Sepak Bola
Keterangan: Setiap sore Andi bermain sepakbola didekat rumahnya.
Bermain sepabola dapat menambah keakraban sesama teman.
f) Sekolahku
Gambar 2.6 Karya Montase Tema: Sekolahku
39
Keterangan: Gambar diatas menceritakan kegiatan disekolah saat jam
istirahat. Mereka saling bercengkrama dengan sesama teman maupun
guru.
2.1.10.5 Jenis-jenis Montase
Montase dibedakan menjadi empat jenis yaitu:
a) Berdasarkan Fungsi
Fungsi montase dapat dibedakan menjadi dua, yaitu seni murni (fine art)
dan seni terapan (applied art). Montase sebagai karya seni murni untuk
menampilkan keindahan atau nilai estetisnya. Sedangkan aplikasi montase
sebagai seni terapan lebih menampilkan komposisi dengan kualitas artistik
yang bersifat dekoratif.
b) Berdasarkan Mantra
Berdasarkan matra, montase terbagi menjadi dua yaitu montase pada
permukaan bidang dua dimensi (dwimatra) dan pada permukaan bidang
tiga dimensi (trimatra). Karya montase untuk (poop up) merupakan
montase pada bidang tiga dimensi, sedangkan pada bidang datar montase
digunakan sebagai hiasan dinding.
c) Berdasarkan Corak
Berdasarkan coraknya, montase dibagi menjadi dua jenis yaitu
representatif dan nonrepresentatif. Representatif artinya menggambarkan
wujud nyata, sedangkan nonrepresentatif artinya dibuat tanpa
menampilkan bentuk nyata, bersifat abstrak, dan menampilkan komposisi
unsur visual yang indah.
40
d) Berdasarkan Material
Materil (bahan) yang ditata sesuai komposisinya akan menghasilkan
montase yang unik dan menarik. Jenis bahan dikelompokkan menjadi dua,
yaitu, bahan gambar-gambar ( diambil dari koran, majalah, kalender, buku
yang sudah tidak dipakai dll) dan bahan dari foto yang di potong potong
lalu ditempel.
Pada Penelitian ini siswa mempraktekkan karya montase yaitu dwi
mantra atau karya dua dimensi. Siswa membuat karya montase dua dimensi untuk
melatih ketrampilan motorik harus dalam hal ini adalah ketrampilan memotong
dan memberikan lem pada potongan gambar yang akan di tempelkan dalam
bidang dasar.
2.1.10.6 Unsur Dasar Montase
Sebagai karya seni rupa, montase memiliki unsur dasar visual yang
dipadukan dalam suatu komposisi untuk mengekspresikan gagasan artistik atau
makna tertentu. Menurut Muharrar dan Verayanti (2016: 48-50) unsur-unsur seni
rupa pada montase:
a) Bidang
Bidang merupakan unsur seni rupa yang terjaadi karena pertemuan
beberapa garis dan meiliki panjang serta lebar. Aplikasi unsur bidang pada
montase berupa bidang datar (dua dimensi) dan bidang volume (tiga dimensi).
b) Warna
41
Warna merupakan unsur seni rupa sebagai wujud keindahan yang dicerna
oleh indera pengelihatan manusia. Unsur warna dalam montase dapat diwujudkan
dengan cat, pita/renda, kertas warna, pensil warna, krayon, dan kain warna-warni.
c) Bentuk
Bentuk dapat diartikan bangun, rupa dan wujud. Bentuk dalam pengertian
dua dimensi berupa gambar yang tak bervolume, sedangkan dalam pengertian tiga
dimensi memiliki ruang dan volume.
d) Tekstur
Tekstur merupakan nilai, sifat, atau karakter dari permukaan suatu benda,
seperti halus, kasar, bergelombang, lembut, lunak, keras, dsb. Tekstur secara visul
dibendakan menjadi tekstur nyata ( terlihat kasar, diraba kasar) dan tekstur semu
(dilihat kasar, diraba halus).Unsur nyata pada montase berupa potongan gambar-
gambar yang akan ditempel. Sedangkan tekstur semu berupa pewarnaan yang
dilakukan dengan krayon dan unsur tempelan yang diberikan.
Seni rupa yang terdapat pada montase adalah unsur bidang, warna, bentuk
dan tekstur. Selain unsur-unsur tersebut, komponen lain yang membentuk karya
montase berupa prinsip rancangan montase kerena keindahan, keunikan, struktur
dan keutuhan maknanya ditentukan oleh ketepatan dalam mengolah beragam
unsur sesui dengan prinsip rancangan.
2.1.10.7 Teknik membuat Montase
Montase dapat dibuat dengan dua teknik yaitu teknik foto dan teknik
tempel secara manual menurut Kristanto dan Haryanto (2014: 80).Pertama adalah
teknik foto yaitu foto yang terbuat dari tempelan-tempelan atau kompilasi
42
beberapa foto lain, misalnya menempelkan foto seseorang manusia pada sebuah
foto pemandangan, tetapi bisa juga rumit dan sangat terencana. Kedua adalah
teknik tempel secara manual, yaitu menempelkan potongan-potongan yang dari
berbagai sumber pada sebuah bidang untuk menampilkan satu pesan atau tema
tertentu dan harus juga memeperhatikan jenis gambar yang ditempel harus
mengasilkan harmoni dan keserasian (Muharrar dan Verayanti, 2016: 96).
Montase teknik gambar
Gambar 2.7 Montase teknik gambar
Montase teknik foto
Gambar 2.8 Montase teknik foto
43
2.1.10.8 Metode membuat Montase
Didalam membuat karya montase terdapat beberapa metode yang sering
digunakan antara lain:
Tumpang tindih atau saling tutup (overlapping)
Penataan ruang (spatial arragement)
Pengulangan
Komposisi/kombinasi beragam jenis bahan dari berbagai sumber
2.1.10.9 Perpaduan potongan gambar dalam Montase
Montase akan terlihat unik dan menarik apabila bahan-bahan yang
digunakan lebih dari satu. Tidak ada langkah-langkah yang sistematis dalam
memadukan bahan dalam montase, namun perpaduan tersebut berdasarkan
kretivitas masing-masing siswa dan dalam menempelkannya harus sesuai dengan
gambar dasar atau tema yang ditentukan dengan komposisi yang dikehendaki.
2.1.10.10 Rancangan membuat Montase
Rancangan montase dapat diambil dari berbagai sumber yang terdapat
dalam linkungan sehari-hari menurut tema yang ditentukan. Misalnya dengan
memilih gambar tempat umum. Ada beberapa cara yang harus diperhatikan untuk
memilih gambar rancangan yaitu dengan memilih sesuai tema, kemudia memilih
gambar potongan yang sesuai atau yang cocok dengan gambar rancangan.
Selain memilih gambar rancangan sesuai tema, gambar yang dipilih
suasana keindahan alam di pegunungan, dihutan, dikebun, dsb. Siswa tidak
dibatasi dalam gambar rancangan suasana lingkungan sekitar. Namun dalam
44
memilih rancangan montase, siswa dibebaskan sesuai dengan kreatifitas siswa
masing-masing.
2.1.10.11 Manfaat berkarya Montase
Seni montase diperkenalkan kepada anak-anak SD melalui aktivitas
menghias hiasan dinding dengan potongan gambar dan potongan foto. Montase
kaya akan unsur pendidikan komplet bagi perkembangan otak anak, diantaranya:
Bermain dan berkreasi
Belajar mengenal bentuk geometris dan warna
Melatih kemampuan motorik halus
Membantu kemapuan berbahasa dengan jalan anak bisa menjelaskan
makna dibalik hasil karyannya
Melatih kepekaan estetis
2.1.11 Pembelajaran Membuat Karya Montase menggunakan Model SAVI
Penelitian ini menggunakan model SAVI untuk membangkitkan
ide/gagasan yang ada dalam pikiran siswa. Dengan model SAVI ini siswa harus
memanfaatkan semua alat indra. Sebelum pelaksanaan pembelajarn guru
menyajikan beberapa contoh karya montase yang sederhana dan melihat keadaan
disekitar untuk diamati dan dipahami dengan seksama. Hal tersebut termasuk
dalam konsep somatic (belajar dengan berbuat dan bergerak). Dalam konsep
auditory, visualization, dan intellestually, siswa diminta melibatkan semua panca
indra selama kegiatan pengamatan berlangsung. Semua yang diamati akan
menjadi gambar atau contoh dalam menyusun rangkaian karya montase.
45
Model SAVI mambantu siswa dalam membangkitkan kreativitas dan
meningkatkan kemampuan psikomotor siswa. Kebebasan dalam berkreativitas ini
dapat memunculkan imajinasi-imajinasi yang belum pernah dipikirkan oleh siswa.
Model SAVI sangat efektif diterapkan di semua jenjang pendidikan khususnya
dalam mata pelajaran SBK. Keefektifan model SAVI dapat terlihat dari
peningkatan keterampilan menyusun dan menempelkan potongan gambar yang
akan menjadi gambar montase yang baik dan mempunyai filosis didalamnya.
2.2 Kajian Empiris
Penelitian yang mendukung yaitu penelitian Drs. Agus Sudarmawan, M.Si.
I Gusti Made Budiarta, S.Pd., M.Pd berjudul “Analisis Gambar Montase Karya
Kelas VI MI Pemban Ajie Desa Pejanggik Kecamatan Praya Tengah Lombok”.
Jenis penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini
adalah (1) elemen gambar montase anak ditunjukkan oleh foto-foto jurnalistik
sebagai media karya seni yang telah menunjukkan atau memvisualkan unsur-
unsur garis, bidang, warna, bentuk dalam perwujutannya. anak menyertakan
goresan-goresan dan warna pada gambar montase; (2) proses gambar montase
anak dari menggunting, menempel dan merespon tempelannya. Dengan
menambahkan berbagai garis, warna, teks, bentuk alam (tumbuhan), hewan,
bentuk-bentuk awan, matahari, jalanan. Teknik penempelan ada yang digunting
ditempel secara utuh sesuai dengan foto jurnalistik yang ada, tetapi ada yang
obyek manusianya digunting-gunting sehingga bagian tubuh manusia bisa ditukar-
tukar antara badan yang satu dengan yang lain; (3) tema gambar montase karya
46
anak-anak menurut kurikulum SD 2013 pada buku siswa dan guru terdapat 9 tema
diantaranya selamatkan mahluk hidup, persatuan dalam perbedaan, tokoh dan
penemuan, globalisasi, menuju masyarakat sehat, kepemimpinan, bumiku,
menjelajah angkasa luar.
Penelitian yang dilakukan Mujiyem Sapti & Suparwati tahun 2011
berjudul “An Experiment Of Mathematics Teaching Using SAVI Approach And
Conventional Approach Viewed From The Motivation Of The Students Of Sultan
Agung Junior High School In Purworejo”. ANAVA dengan α = 0,05. Ini
menunjukkan: (1) Fc = 4,378> Ft = 4,024, artinya Mengajar matematika
menggunakan pendekatan SAVI memberikan prestasi yang lebih baik dalam
belajar matematika daripada menggunakan pendekatan konvensional; (2) Fc =
20,822> Ft = 3,174, artinya prestasi belajar Matematika siswa yang memiliki
motivasi tinggi lebih baik daripada mereka yang memiliki motivasi rendah.
Dengan penilitian ini peneliti mengharapkan hasil prestasi yang baik dalam
pembelajaran membuat karya montase dengan model SAVI dari pada
menggunakan metode konvensional.
Penelitian yang relevan selanjutnya yaitu Hilda Nur Azizah tahun 2013
dengan judul “The Implementation Of SAVI (Somatic, Auditory, Visual,
Intellectual) Model To Improve Student Learning Achievement In Natural
Science Instruction For 3rd
Grade At MI NU Maudlu’ul Ulum Blimbing Malang”.
erdasarkan hasil penelitian, penerapan model pembelajaran SAVI dapat
meningkatkan prestasi siswa. Hal ini dapat terlihat dari presentase ketuntasan nilai
siswa yang meningkat jika dibandingkan dengan nilai pratindakan. Nilai rata - rata
47
pada siklus I mengalami peningkatan 4% dibandingkan dengan nilai pratindakan.
Dan nilai pda siklus II mengalami peningkatan sebanyak 5% dibandingkan
dengan nilai pra tindakan dan meningkat 1% dibandingkan dengan sikus I.
Presentase ketuntasan nilai pada siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan
sebesar 12% dibandingkan dengan presentase pra tindakan (88%).
Selanjutnya penelitian Kadek Andriani, Dewa Nyoman Sudana, Kadek
Suranata tahun 2014 (Vol 02 No 01) berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
SAVI Bermuatan Peta Pikiran (Mind Mapping) Terhadap Hasil Belajar IPA Pada
Siswa Kelas V SD Semester Ganjil Di Gugus VI Kecamatan Sawan Kabupaten
Buleleng Tahun Pelajaran 2013-2014”. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
perbedaan hasil belajar secara signifikan antara kelompok siswa yang belajar
mengikuti model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual)
berbantuan peta pikiran(Mind Mapping) dengan kelompok siswa yang belajar
mengikuti model pembelajarn konvensional (thitung=4,15 > t tabel =1,68), rata-rata
skor hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model SAVI bermuatan peta pikirin
(21,4), lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan model konvensional (17,7)
Kelompok siswa yang belajar mengikuti model SAVI bermuatan peta pikiran
menunjukkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa
yang belajar mengikuti model konvensional.
Penelitian yang dilakukan Ni Luh Devi Yulyanitha, Nyoman
Kusmariyatni, Ni Wayan Arini berjudul pada tahun 2014 (Vol 2 No 01)
“Pengaruh Model Pembelajaran SAVI Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil
Belajar IPS Siswa Kelas V SD N Di Gugus V Kecamatan Sukasada”. Hasil
48
penelitian menunjukkan (1) hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran SAVI berbantuan media gambar memiliki mean (M)
= 22,96 termasuk dalam kategori sangat tinggi, (2) hasil belajar siswa yang
mengikuti pembelajaran model pembelajaran konvensional memiliki mean (M) =
19,52 termasuk dalam kategori tinggi, (3) hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
thitung=2,73 > ttabel=2,021 sehingga terdapat perbedaan hasil belajar secara
signifikan antara siswa yang belajar mengikuti model SAVI berbantuan media
gambar dengan siswa yang belajar mengikuti model konvensional. Dengan
demikian penggunaan model SAVI berbantuan media gambar berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa.
Penelitian Ni Putu Dita Wisna Wati, I Wayan Darsana, I Wayan Rinda
Suardika pada tahun 2014 (Vol 2 No 1) berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
Somatic, Auditory, Visual, Intelectual (SAVI) Berbantuan Bahan Ajar Terhadap
Hasil Belajar Ips Siswa Kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini”. Berdasarkan
hasil analisis data, diperoleh thitung = 4,95 > ttabel = 1,990 pada taraf signifikansi 5%
dan dk=81. Sehingga terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara
siswa yang mengikuti dengan model SAVI berbantuan bahan ajar dan siswa yang
mingikuti pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata hasil belajar IPS juga
menunjukkan kelompok eksperimen X = 82,21 > X = 72,30 pada kelompok
kontrol. Dapat disimpulkan penerapan model SAVI berbantuan bahan ajar
berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD di Gugus Raden Ajeng
Kartini Kecamatan Denpasar Barat.
49
Selanjutnya penelitian Fitriyani, Ign. I Wy. Suwatra dan Nym.
Kusmariyatni pada tahun 2015 (Vol 03 No 01) berjudul “Pengaruh Model SAVI
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Mata Pelajaran IPA Kelas V
SD”. Hasil analisis data, diperoleh thitung = 6,70 dan Ttabel (pada taraf signifikan
5%)= 2,000. Hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel sehingga H0 ditolak dan H1
diterima, atau terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis
dalam mata pelajaran IPA antara kelompok siswa yang belajar dengan
menggunakan model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visulization,
Intellectually) dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional, diperoleh rata-rata hitung kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran model SAVI adalah 32,92 dan rata-rata kelompok siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional adalah 15,28. Dengan
demikian, dapat disimpulkan pembelajaran dengan model SAVI berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis dalam mata pelajaran IPA siswa kelas V SD
di gugus II Sahadewa Kecamatan Negara.
Selanjutnya penelitian Dr. Dadang Iskandar, M.Pd, Acep Roni Hamdani,
M.Pd, Teti Suhartini, S.Pd. pada tahun 2016 (Vol 1 No 1) berjudul
“Implemetation Of Model SAVI (Somatic, Audiotory, Visualization, Intellectual)
To Increase Critical Thinking Ability In Class IV Of Social Science Learning On
Social Issues In The Local Environment”. Hasil Analisis data diperoleh persentase
keseluruhan tingkat penguasaan pembelajaran meningkat dari 52,2% pada siklus I,
78,3% pada siklus II dan 100% pada siklus ketiga. Rata-rata kelas kelas siswa
meningkat dari 44,3 prasiklus data dengan kriteria kurang, hingga siklus ketiga,
50
yang mencapai 91,3 dengan kriteria sangat baik. Dengan peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa yang dihitung berdasarkan n-gain 0,53 dengan kriteria berada
pada siklus pertama, dan 0,65 dengan kriteria berada pada siklus kedua, dan 0,81
dengan kriteria tinggi dari Siklus ketiga. Sehigga disarankan guru memngunakan
model SAVI untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa sehingga
terbiasa menganalisa masalah dengan baik.
Berdasarkan kajian empiris, peneliti menyimpulkan bahwa model SAVI
sangat efektif diterapakan pada pembelajaran SBK, khususnya pada materi
membuat karya montase. Maka penelitian tersebut dapat dijadikan acuan dalam
penelitian yang berjudul “ Efektivitas Model SAVI Terhadap Hasil Belajar SBK
Membuat Karya Montase Kelas IV SDN Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja”.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan dapat digunakan sebagai pendukung
pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.
2.3 Kerangka Berpikir
Penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat yang saling
berhubungan erat. Variabel bebas dalam peneilitian ini adalah model SAVI,
sedangkan variabel terikat dalam penilitian ini adalah membuat karya montase.
Pada kegiatan belajar mengajar, guru cenderung menggunakan metode
konvensional. Siswa diminta untuk langsung melihat gambar dan melakukan
kegitan menempel, mengerjakan teori dan tugas dari guru, ini menyebabkan siswa
kurang kreatif dalam mengerjakan tugas dari guru. Serta prose pembelajaran
51
cenderung membosankan sehingga siswa kurang tertarik dengan pembelajaran
tersebut khususnya dalam materi membuat karya montase.
Model SAVI diharapkan dapat menjadi model yang efektif untuk
pembelajaran membuat karya montase, sehingga siswa memiliki ketrampilan
menempel yang tinggi. Efektivitas model SAVI dapat diketahui dari hasil rata-rata
pada kelas kontrol dan kelas ekperiment, diberikan treatment yaitu model SAVI.
Kedua kelas diasumsikan homogen dengan tingkat kecerdasan hampir sama, dan
materi yang sama. Sebelum pelaksanaan treatment, kedua kelas baik kelas kontrol
maupun kelas eksperimen diberikan pretest yang sama untuk mengetahui
kemapuan awal siswa. Setelah itu, dalam waktu yang berbeda pada kelas
eksperimen diberikan treatment sedangkan pada kelas kontrol tidak diberikan
treatment.
52
Adapun kerangka berpikir sebagai berikut:
Membuat karya montase
Kelas kontrol Kelas Eksperimen
Pretest Pretest
Treatment
Metode Konvensional Model SAVI
Posttest Posttest
melihat efektivitas
Hasil belajar dan Aktivitas siswa
Bagan 2.1 Alur Kerangka Berpikir Penelitian
Masalah
Masih menggunakan metode
konvensional tanpa contoh nyata
dan kurang melibatkan panca
indera
Model SAVI penggabungan
gerakan fisik dengan aktivitas
intelektual menggunakan semua
alat indra
53
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan,
maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini adalah Model SAVI efektif
terhadap hasil belajar SBK membuat karya montase kelas IV SDN Gugus Ahmad
Yani Kecamatan Boja.
125
BAB V
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Perbedaan skor rata-rata aktivitas siswa menunjukkan bahwa pada kelas
eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini membuktikan bahwa
penggunaan model SAVI efektif terhadap aktivitas siswa.
2) Perbedaan rata-rata nilai unjuk kerja siswa menunjukkan bahwa pada kelas
ekperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini membuktikan bahwa
penggunaan model SAVI efektif terhadap keterampilan membuat karya montase.
3) Model SAVI efektif apabila digunakan pada pembelajaran SBK materi membuat
karya montase pada siswa kelas IV SDN Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja.
Harga t-hitung lebih besar dari t-tabel menunjukkan bahwa rata-rata kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kelas kontrol.
4) Peningkatan hasil belajar SBK pada kelas eksperimen terlihat pada penghitungan
rata-rata gain ternormalisasi. Rata-rata gain ternormalisasi yang lebih tinggi pada
kelas eksperimen menunjukkan peningkatan hasil belajar SBK membuat karya
montase pada siswa kelas IV SD di Gugus Ahmad Yani merupakan efektivitas
penerapan model SAVI.
126
5.2 SARAN
Saran yang diberikan oleh peneliti dalam menerapkan model SAVI ditujukan
untuk beberapa pihak, yaitu bagi siswa, bagi guru, dan bagi sekolah.
1) Bagi Siswa
Setiap siswa diharapkan lebih aktif dan kreatif lagi dalam mengikuti
pembelajaran SBK khususnya pada materi membuat karya montase.
2) Bagi Guru
Hendaknya guru dapat menggunakan model pembelajaran yang inovatif,
supaya siswa tidak merasa bosan dan tidak merasa kesulitan untuk memahami materi
pelajaran seperti menerapkan model SAVI dan perlu adanya pengalokasian waktu
secara efisien, sehingga pembelajaran akan berjalan dengan optimal.
3) Sekolah
Pihak sekolah hendaknya memberikan kebijakan yang dapat mendukung
pelaksanaan pembelajaran model SAVI, tidak hanya pada pembelajaran SBK tetapi
juga pada mata pelajaran lainnya. Dengan fasilitas, kelengkapan sarana prasarana
yang dapat mengaktifkan proses pembelajaran.
127
DAFTAR PUSTAKA
Agus dan Budiarta. 2016. Analisis Gambar Montase Karya Kelas VI MI Pemban Ajie
Desa Pejanggik Kecamatan Praya Tengah Lombok.
Anderson dan Krathwohl. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan
Asesmen. Terjemahan Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Andriani, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran SAVI Bermuatan Peta Pikiran
(Mind Mapping) Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V SD S
emester Ganjil Di Gugus VI Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Tahun
Pelajaran 2013-2014. Vol. 2(01).
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ayusari, Novidewi. 2017. Keterampilan Montase. Yogyakarta: Indopublika.
Azizah, Hilda Nur. 2013. The Implementation Of SAVI (Somatic, Auditory, Visual,
Intellectual) Model To Improve Studend Learning Achievement In Natural
Sience Intruction For 3rd
Grade At MI NU Maudlu’ul Ulum Blimbing Malang.
Tesis. Malang: Program Pasca Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim.
Departemen Pendidikan Nasional No 2 Tahun 2007 tentang Seni Budaya dan
Ketrampilan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Dimyati & Mudjiono. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamarah. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-model Pembelajaran Inovatif; alternatif
Desain Pembelajaran yang Menyenangkan. Yoyakarta: Ar-ruzz Media.
Fitriyani, dkk. 2015. Pengaruh Model SAVI Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Dalam Mata Pelajaran IPA Kelas V SD. Vol. 3 (01).
128
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Negeri Semarang.
Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Haruminati, dkk. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran SAVI Terhadap Minat
Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Mutiara Singaraja. Vol 4(1)
Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Belajar
Iskandar, dkk. 2016. Implementation of Model SAVI (Somatic, Auditory,
Visualization, Intellectual) To Incerase Critical Thingking Ability In Class IV
Of Social Science Learning On Social Issues In The Local Environmenst. Vol
1 (1)
Kristanto dan Haryanto. 2014. Pendidikan Seni Rupa Anak. Semarang: Universitas
PGRI Semarang Press.
Lestari dan Yudhanegara.2017.Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung:T.Refika
Aditama.
Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Meier, Dave. 2004. The Accelerated Learning Handbook Panduan Kreatif dan Efektif
Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Kaifa.
Muharrar dan Verayanti. 2016. Kreasi kolase, Montase, Mozaik Sedeehana.
Semarang: Erlangga.
Mujiyem dan Suparwati. 2011. An Experiment of Mathematics Teaching Using SAVI
Approach And Conventional Approach Viewed From The Motivation Of The
Students Of Sultan Agung Junior High School In Purworejo.
129
Nofika dan Rachma. 2016. Pengaruh Kegiatan Montase Terhadap Kemampuan
Motorik Halus Pada Anak Kelompok. Vol. 05 (03) hal 20-24.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 tentang standar isi, Jakarta:
Sekretariat Negara.
Poerwanti. 2008. Asessmen Pembelajaran SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Rifa’i, Achmad dan Catharina T. A. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES
Press.
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta:Rajawali Press.
Santoso, Singgih. 2013. Menguasai SPSS 21 di Era Informasi. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Sardiman AM. 2016. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka
Cipta.
Soebandi, Bandi. 2008. Model Pembelajaran Kritik Dan Apresiasi Seni Rupa.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi: Maulana Offset.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata, Nana. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
130
Supardi. 2013. Sekolah Efektif: Konsep Dasar dan Praktiknya. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Suprijono, Agus. 2016. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Suyanto dan Jihad. 2013. Menjadi Guru Profesional Strategi meningkatkan
kualifikasi dan kualitas Guru di Era Global. Jakarta:Erlangga.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, Jakarta:
Sekretariat Negara.
Wati, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Somatic, Auditory, Visual,
Intelectual (Savi) Berbantuan Bahan Ajar Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa
Kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini. Vol. 2 (01).
Yulyanitha, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran SAVI berbantuan Media
Gambar Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD N di Gugus V
Kecamatan Sukasada. Vol 2 (01).