Transcript
  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    1/132

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    2/132

    2

    1. Golongan A, yakni golongan bahan galian yang strategis

    2. Golongan B, yakni golongan bahan galian yang vital.

    3. Golongan C, yakni golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan bahan

    galianA dan B.

    Perkembangan industrialisasi, globalisasi serta kecenderungan peningkatan

    kegiatan ekonomi masyarakat yang semakin pesat telah menyebabkan kebutuhan

    akanenergi berupa minyak dan gas bumi semakin meningkat. Bangsa Indonesia pun

    menyadari akan pentingnya hal ini sehingga negara mendelegasikan pengusahaan

    pertambangan minyak dan gas bumi kepada perusahaan milik negara. Hal

    inisebelumnya diatur pada ketentuan Pasal 3 ayat (2) UU No. 44 tahun 1960 tentang

    Pertambangan Minyak dan Gas Bumi jo UU No. 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan

    Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Lembaran Negara Tahun 1971 Nomor

    76, Tambahan Lembaran Negara No. 2971)..Saat ini kedua undang-undang tersebut

    telah diganti dengan UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara

    Nomor 4152). Pada undang-undang sebelum UU No. 22 Tahun 2001, pengaturan

    mengenai keberadaan Perusahaan Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Negara yang

    kemudian disebut PT. PERTAMINA (Persero) dijumpai pada ketentuan Pasal 2 ayat (1)

    UU No. 8 Tahun 1971 yang menyatakan bahwa Dengan nama Perusahaan

    Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara, disingkat PERTAMINA, selanjutnya

    dalam undang-undang ini disebut Perusahaan, didirikan suatu perusahaan pertambangan

    minyak dan gas bumi, yang dimiliki Negara Republik Indonesia.

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    3/132

    3

    Secara historis, berdirinya PERTAMINA sebagai perusahaan minyak dan gas

    bumi yang dimiliki olehPemerintah Indonesia (National Oil Company), berdiri sejak

    tanggal 10Desember 1957 dengan nama PT. PERMINA. Pada tahun 1961 perusahaan

    iniberganti nama menjadi PN. PERMINA dan setelah merger dengan PN.PERTAMIN

    di tahun 1968, namanya berubah menjadi PN.PERTAMINA.Setelah bergulirnya

    Undang-Undang No. 8 Tahun 1971, sebutan perusahaan berubah menjadi

    PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah status

    hukumnya menjadi PT. PERTAMINA(Persero) pada tanggal 17 September 2003

    berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak

    dan Gas Bumi.1

    Menurut Pasal 4 ayat (1) UU No. 22 Tahun 2001dinyatakan bahwaMinyak dan

    gas bumi sebagai sumber daya alam strategis tak terbarukan yang terkandung di dalam

    wilayah hukum pertambangan Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikuasai

    oleh negara.Salah satu tujuan dari penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas

    bumi, sebagaimana ditentukan padaPasal 3 huruf b UU No. 22 Tahun 2001,

    yangmenyatakan bahwa penyelenggaraan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi

    bertujuan menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian usaha pengolahan,

    pengangkutan, penyimpanan, dan niaga secara akuntabel, yang diselenggarakan melalui

    mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat, dan transparan.Untuk mewujudkan

    tujuan penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas bumi tersebut, pemerintah

    melimpahkan kewenangannya kepada PT. PERTAMINA (Persero) untuk melaksanakan

    1PT.PERTAMINA (Persero) (Persero), Tentang Pertamina,

    http://www.pertamina.com, diunduh pada 20 Januari 2013

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    4/132

    4

    kegiatan yang mencakup pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi, berikut

    pendistribusiannya ke seluruh pelosok tanah air.Dengan demikian, PT. PERTAMINA

    (Persero) menjadi satu-satunya perusahaan negara yang mengelola minyak, gas, dan

    panas bumidi Indonesia. Adapun tugas utama yang dibebankan kepada PT

    PERTAMINA (Pesero) didalam melaksanakan tugasnya, yaitu:

    1. Melaksanakan pengusahaan minyak, gas bumi, dan panas bumi dengan tujuan

    memperoleh hasil yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dan negara.

    2. Mengadakan dan melayani kebutuhan bahan bakar minyak dan gas bumi serta

    mengusahakan panas bumi untuk keperluan konsumsi dalam negeri.

    3. Menyediakan bahan baku yang berasal dari minyak dan gas bumi bagi

    perkembangan dan pertumbuhan industri dalam negeri.

    Sehubungan dengan tugasnya seperti di atas, PT. PERTAMINA (Persero)

    mengimplementasikan sistem yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.Kegiatan hulu

    meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas, dan panas bumi. Kegiatan hilir

    menangani proses pengolahan migas (minyak dan gas), distribusi, dan pemasaran dari

    produk-produknya. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan produk

    Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri serta produk non-BBM dan petrokimia

    untuk kebutuhan dalam negeri dan ekspor.Hal ini telah menyebabkan

    keberadaanPT.PERTAMINA (Persero) sebagai pemimpin bisnis hilir migas nasional

    semakin berat, karena investor asing bermodal kuat mulai beralih pada sektor ini.2

    2Lidyawati Kartika, 2009,TesisAnalisis Kepuasan Kerja Karyawan MelaluiFaktor-Faktor Quality Of Work Life (QWL) Pada PT. PERTAMINA (Persero)

    Perkapalan, Universitas Indonesia, Jakarta, h. 2

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    5/132

    5

    Semenjak berlakunya UU No. 22 Tahun 2001, peta industri hilir migas nasional

    berubah total.Salah satunya mulai 1 Januari 2006, industri hilir migas yang semula

    dimonopoli oleh PT. PERTAMINA (Persero), kini terbuka untuk siapa saja termasuk

    investor asing. Oleh karena itu, PT. PERTAMINA (Persero) saat ini sedang menuju

    pembentukan dunia barunya dan menghadapi tantangan yang berat dari pergeseran

    konteks eksternal, kondisi awal yang memprihatinkan, hingga berbagai kelemahan

    internal lainnya. Perubahan undang-undang dan peraturan telah meningkatkan fokus

    kepada kinerja riil.Keinginan PT. PERTAMINA (Persero) untuk menjadi perusahaan

    migas kelas dunia di sektor hilir. Namun demikian, dengan kondisi tersebut di atas tidak

    akan mudah. Bagi PT. PERTAMINA (Persero) menangkap keinginan kuat dari seluruh

    stakeholders untuk mempertahankan dan mengembangkan PT. PERTAMINA (Persero)

    sebagai economy powerhouse. Menyadari kondisi yang sedang dihadapi saat ini, pihak

    manajemen dan pekerja PT. PERTAMINA (Persero) berkomitmen untuk melaksanakan

    transformasi secara menyeluruh termasuk dalam segi sumber daya manusia, sehingga

    PT. PERTAMINA (Persero) dapat tampil sebagai perusahaan minyak nasional kelas

    dunia yang menjadi kebanggaan bangsa.

    PT. PERTAMINA (Persero) tidak lagi menjadi regulator yang merangkap

    pemain. Saat ini kedudukan PT. PERTAMINA (Persero) sama dan setara dengan

    perusahaan lain, yaitu sebagai pemain, tidak ada lagi hak-hakprivilege yang dapat

    melindungi PT. PERTAMINA (Persero) di arena persaingan, kecuali PT. PERTAMINA

    (Persero) sendiri membangun kekuatan sendiri.3

    Kekuatan yang dibangun PT.

    PERTAMINA (Persero) baik dengan atau tanpa bekerja sama dengan pihak lain seperti

    3Warta Pertamina Edition No. 1/THN XLII, Januari 2007

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    6/132

    6

    halnya dengan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (selanjutnya ditulis SPBU).

    Adapun bentuk pengelolaan SPBU yang dikembangkan oleh PT. PERTAMINA

    (Persero) pada umumnya meliputi 3 jenis SPBU, yakni:

    1. COCO (Company Own Company Operate), yakni SPBU yang dimiliki dan

    dioperasikan sepenuhnya oleh pihakPT. PERTAMINA (Persero).

    2. DODO (Dealer Own Dealer Operate, yakni SPBU yang dimiliki dan

    dioperasikan oleh pengusaha SPBU tersebut.

    3. CODO (Company Own Dealer Operate), yakni SPBU yang tanahnya dikuasai

    oleh pengusaha SPBU bekerja sama dengan PT. PERTAMINA (Persero) yang

    memberikan bantuan pengembangan sarana serta peralatan SPBU agar SPBU

    bersangkutan lebihmaju dan meningkat.4

    Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat terutama di bidang

    transportasi darat, hal ini telah menyebabkan banyaknya bermunculan SPBU yang

    berada dibawah naungan PT. PERTAMINA (Persero).Para pengusaha memandang

    bisnis SPBU sebagai bisnis yang menguntungkan dengan semakin banyaknya volume

    kendaraan yang beredar di masyarakat. Berdasarkan data BP Migas bahwaPT

    PERTAMINA(Persero) berencana menambah jumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar

    Umum (SPBU) yang melayani penjualan pertamax dan pertamax plus sebanyak 1.000

    SPBU pada 2013 sehingga total SPBU pada tahun 2013 ditargetkan menjadi 5.100

    SPBU.5

    4PT. PERTAMINA, Jenis SPBU,www.pertamina.com, diunduh pada 14

    Februari 20135Okezone.com diunduh tanggal 3 Mei 2013

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    7/132

    7

    Fenomena lain yang menarik dalam bisnis minyak dan gas bumi adalah telah

    dibukanya peluang pendirian SPBU untuk investor asing. Sampai saat ini Petronas telah

    membangun lebih dari 200 unit SPBU di seluruh Indonesia.Shell yang menjadi pemilik

    SPBU terbanyak di Malaysia, menargetkan membangun 400 unit SPBU dalam waktu

    delapan tahun.6Dengan banyaknya perusahaan yang berniat untuk terjun ke bisnis

    mengelola SPBU, hal ini tentunya memerlukan suatu kepastian hukum yang dapat

    memberikan perlindungan hukum bagi pihak PT. PERTAMINA (Persero) dan

    pengusaha SPBU, khususnya bagi SPBU CODO yang menjadi obyek penelitian ini.

    SPBU CODO merupakan SPBU yang dibentuk atas dasar kerjasama antara PT.

    PERTAMINA (Persero) dengan pihak-pihak tertentu.Bentuk kerjasama yang dimaksud

    adalah kerjasama dengan pemanfaatan lahan milik perusahaan atau individu untuk

    dibangun SPBU.Dengan demikian, perjanjian kerjasama antara PT. PERTAMINA

    (Persero) dan pengelola SPBU merupakan suatu perjanjian yang dilakukan antara PT.

    PERTAMINA (Persero) dengan pengusaha swasta terkat kegiatan penyaluran dan

    pelayanan bahan bakar minyak bagi masyarakat umum.

    Pihak pertama pada perjanjian SPBU CODO yaitu PT. PERTAMINA (Persero)

    yang akan menempatkan peralatan SPBU pada lahan yang dikuasi/dikelola oleh pihak

    kedua, yakni pengusaha SPBU. Peralatan yang ditempatkan oleh pihak PT.

    PERTAMINA (Persero) sebagai bagian peralatan SPBU dikelola dan dioperasikan oleh

    pihak kedua dengan sebaik-baiknya.Perjanjian dibuat dalam bentuk Surat Perjanjian

    Kerjasama Pengelolaan dan Penggunaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum

    (SPBU).Perjanjian bersangkutan dibuat dalam bentuk perjanjian baku sehingga

    6Harto, 2006, www.wartaekonomi.com, diunduh pada 14 Februari 2013

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    8/132

    8

    bentuknya sudah ditentukan dan tidak ada posisi tawar bagi pihak kedua selaku pelaku

    usaha SPBU. Selain itu Perjanjian kerjasama pengusahaan SPBU ini terkadang terdapat

    beberapaperbuatan wanprestasi, seperti takaran unit pompa yang dikurangi oleh

    pihakpemilik SPBU yang curang, merekayasa takaran minyak pada Dispensing

    Pump,menjual produk pesaing, seperti produk-produk yang mereknya selain barang

    produksi PT. PERTAMINA (Persero).

    Perjanjian kerjasama pengelolaan SPBU antara PT. PERTAMINA (Persero)

    dengan pihak swasta tentunya harus menghasilkan sesuatu yang saling menguntungkan.

    Namun perjanjian yang ditawarkan oleh PT. PERTAMINA (Persero) kepada pihak

    pengusaha SPBU ditetapkan dalam bentuk perjanjian baku, sehingga pihak pengusaha

    SPBU tidak mempunyai posisi tawar dalam pembuatan perjanjian bersangkutan. .Dalam

    UU No. 22 Tahun 2001 tidak ada ketentuan yang mengatur mengenai bentuk perjanjian

    CODO ini.Sementara itu, ketentuan tentang jual beli minyak dan gas bumi dijumpai

    sebagai bagian dari usaha hilir yakni bagian kegiatan usaha niaga yang diatur pada Pasal

    5 ayat (2) huruf d UU No. 22 Tahun 2001.Adapun yang dimaksudkan dengan kegiatan

    niaga dalam usaha minyak dan gas bumi adalah kegiatan pembelian, penjualan, ekspor,

    impor Minyak Bumi dan/atau hasil olahannya, termasuk Niaga Gas Bumi melalui pipa.

    Selanjutnya Pasal 7 ayat (2) menetapkan bahwa kegiatan Usaha Hilir sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 5 angka 2 diselenggarakan melalui mekanisme persaingan usaha

    yang wajar, sehat, dan transparan. Untuk hal tersebut maka kegiatan Usaha Hilir agar

    dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha terlebih dahulu wajib mendapat Izin Usaha dari

    Pemerintah.Mengenai izin yang diperlukan untuk usaha niaga ditetapkan pada Pasal 23

    ayat (2) UU No. 22 Tahun 2001 berupa Izin Usaha Niaga.

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    9/132

    9

    Hal di atas menunjukkan ketentuan UU No. 22 Tahun 2001 belum mengatur

    mengenai kerjasama yang dibangun antara PT. PERTAMINA (Persero) dengan pihak

    pengusaha SPBU, selain pengaturan mengenai izin yang dibutuhkan. Oleh karena itu,

    terjadi kekosongan norma pada UU No. 22 Tahun 2001 terkait dengan pengaturan

    kerjasama antara PT. PERTAMINA (Persero) dengan pengusaha dalam pendirian

    SPBU khususnya lagi SPBU CODO. Kekosongan norma dalam UU No. 22 Tahun

    2001 ini tentunya kurang memberikan perlindungan hukum bagi para pihak yang terikat

    dalam perjanjian kerjasama pengelolaan SPBU CODO. Atas dasar pertimbangan di atas,

    maka penelitian mengenai Perlindungan Hukum Atas Penerapan Klausula Baku Dalam

    Perjanjian Codo (Company Owned Dealer Operated) Antara Pihak PT. PERTAMINA

    (Persero) dengan Mitra Usaha SPBU sangat menarik dan aktual untuk dilakukan.

    Berdasarkan penelusuran kepustakaan bahwa yang dilakukan,ada beberapa

    penelitian yang berkaitan dengan keberadaan PT. PERTAMINA (Persero) dalam

    melakukan kerjasama dengan pihak lain, yaitu:

    a. Tesis dari Suhari, NIM C4A.006.476, alumni Program Studi Magister Manajemen

    Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang Tahun 2008 dengan judul

    tesis Pengaruh Penerapan PT. PERTAMINA (Persero) Way Terhadap Kualitas

    Pelayanan Dalam Rangka Meningkatkan Loyalitas (Studi Kasus Pada SPBU

    44.591.14.PATI). Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian tesis

    tersebut yakni:

    a). bagaimana meningkatkan kualitas pelayanan untuk meningkatkan kepuasan agar

    pelanggan loyal ?

    b).bagaimana cara membentukrelationship untuk menciptakan loyalitas ?

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    10/132

    10

    b. Tesis Novana Octa Syaputra, NIM 087011164/M.Kn, alumni Program Pascasarjana

    Universitas Sumatera Utara, Medan Tahun 2011 dengan judul tesis Analisis Yuridis

    Kontrak Keagenan Minyak Tanah Di PT. PERTAMINA (Persero) Provinsi Aceh.

    Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan tesis tersebut yaitu:

    a). bagaimanakah tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan kontrak keagenan

    minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PT. PERTAMINA ?

    b). bagaimanakahperlindungan hukum terhadap para pihak atas kontrak keagenan

    minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PT. PERTAMINA ?

    Berdasarkan penelusuran dari tesis dengan judul dan pokok permasalahan seperti yang

    dijelaskan diatas, menunjukkan bahwa penelitian dengan judul Perlindungan Hukum

    Atas Penerapan Klausula Baku Dalam Perjanjian CODO (Company Owned Dealer

    Operated) Antara Pihak PT. PERTAMINA (Persero) dengan Mitra Usaha SPBUbelum

    ada yang membahasnya, sehingga tesis ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah

    orisinalitas atau keasliannya.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, dapat

    dirumuskanpermasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

    1. Bagaimanakah kedudukan PT. PERTAMINA (Persero) sebagai perusahaan

    BUMN dalam melakukan perjanjian CODO (company owned dealer operated)

    yang berklausula bakudengan mitra usaha SPBU?

    2. Perlindungan hukum apakah yang diberikan bagi pihak mitra usaha SPBU dalam

    perjanjian CODO yang berklausula baku?

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    11/132

    11

    1.3 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mencapai tujuan yang bersifat

    umum dan khusus sebagai berikut:

    a. Tujuan Umum

    Tujuan umum dari penelitan ini yaitu untuk pengembangan ilmu hukum terkait

    paradigmaScience as a process (ilmu sebagai proses). Dengan paradigma ini, ilmu

    hukum tidak akan mandek dalam penggalian atas kebenaran, khususnya terkait dengan

    materi perlindungan hukum atas penerapan Klausula Baku dalam perjanjian CODO

    (Company Owned Dealer Operated) antara Pihak PT. PERTAMINA (Persero) dengan

    Mitra Usaha SPBU.

    b. Tujuan Khusus

    Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini sesuai permasalahan

    yang dibahas adalah:

    1). Untuk mendeskripsikan dan menganalisa secara mendalam tentang kedudukan

    PT. PERTAMINA (Persero) sebagai perusahaan BUMN dalam melakukan

    perjanjian CODO (company owned dealer operated) yang berklausula

    bakudengan mitra usaha SPBU.

    2). Untuk mendeskripsikan dan menganalisa secara mendalam perlindungan

    hukum yang dapat diberikan bagi pihak mitra usaha SPBU dalam perjanjian

    CODO (company owned dealer operated) yang berklausula baku.

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    12/132

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    13/132

    13

    pengusahaan minyak dan gas bumi yang dikelola oleh pemerintah dengan

    namaPT. PERTAMINA (Persero) dan perlindungan hukum kepada mitra

    usaha SPBU terkait kerjasama tersebut.

    1.5 . Landasan Teoritis dan Batasan Operasional

    a. Landasan Teoritis

    Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, oleh

    karena ada hubungan timbal balik yang erat antara teori dengan kegiatan pengumpulan

    dan pengolahan data, analisa, serta konstruksi data.7 Dengan demikian, landasan teoritis

    merupakan upaya untuk mengidentifikasi teori hukum umum/teori khusus, konsep-

    konsep hukum, asas-asas hukum, aturan hukum, norma-norma dan lain-lain yang akan

    dipakai sebagai landasan untuk membahas permasalahan penelitian. Hal itu dimaksud

    untuk mewujudkan kebenaran ilmu hukum yang bersifat konsensus yang diperoleh dari

    rangkaian upaya penelusuran (controleur baar). Berhubungan dengan itu maka harus

    dihindari teori-teori (ajaran atau doktrin), konsep, asas yang bertentangan satu sama

    lain. Semakin banyak teori, konsep, asas yang berhasil diidentifikasi semakin tinggi

    derajat kebenaran (konsensus) yang bisa dicapai.

    Teori diperlukan untuk menerangkan dan menjelaskan secara spesifik suatu

    proses tertentu yang terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada

    fakta fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.8Teori juga merupakan alur

    7Program Magister Kenotariatan Universitas Udayana, 2011, Buku Pedoman

    Pendidikan Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Udayana, Denpasar, h.48.

    8J.J.JM. Wuisaman, 1996, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, Fakultas Ekonomi

    Universitas Indonesia, Jakarta, h.203

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    14/132

    14

    penalaran atau logika (flow of reasonic/logic), yang terdiri dari seperangkat konsep atau

    variabel, definisi dan proposisi yang disusun secara sistematis.9Sementara itu, kerangka

    teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori tesis mengenai suatu

    kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis

    dalam penelitian.10Oleh karena itu, perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada

    metodologi, aktifitaspenelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.Otje

    Salman dan Anton F. Susanto dalam hal ini menyimpulkan teori adalah seperangkat

    gagasan yang berkembang disamping mencoba secara maksimal untuk memenuhi

    kriteria tertentu, meskimungkin saja hanya memberikan kontribusi parsial bagi

    keseluruhan teori yang lebihumum.11Hal ini sejalan dengan pendapat Snelbecker yang

    mendefinisikan teori sebagai perangkat proposisi yang terintegrasisecara sintaksis (yang

    mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logissatu dengan lainnya

    dengan tata dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagaiwahana untuk meramalkan

    dan menjelaskan fenomena.12

    Suatu kerangka teori bertujuan untuk menyajikan cara-cara untuk bagaimana

    mengorganisasikan dan mengimplementasikan hasil-hasil penelitian dan

    menghubungkannya dengan hasil-hasil terdahulu.13

    Sedang dalam kerangka

    konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan

    9J. Supranto, 2003, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Rineka Cipta,

    Jakarta, h. 19410

    M. Solly Lubis, 1994, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung,h. 80

    11Otje Salman dan Anthon F. Susanto, 2007, Teori Hukum, Refika Aditama,

    Bandung, h. 29.12Snelbecker dan Lexy J. Moleong, 1993, Metodologi Penelitian Kualitatif,

    Remaja Rosdakarya, Bandung, h. 34-3513

    Burhan Ashsofa, 2003,Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, h. 23

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    15/132

    15

    sebagai dasar penelitian hukum.14

    Dalam kaitan itu, maka adapun landasan teoritis yang

    dijadikan dasar dalam mengkaji secara teoritis atas permasalahan penelitian ini adalah

    seperti berikut ini.

    1) Teori Negara Hukum

    Untuk memahami permasalahan mengenai kedudukan pihak Pertamina sebagai

    Badan Hukum Milik Negara (BUMN) dalam melakukan perjanjian kerjasama

    pengelolaan SPBU dengan pihak swasta maka perlu pemahaman tentang konsep negara

    hukum.Dalam konsep negara hukum sangat menjunjung tinggi adanya sistem hukum

    yang menjamin kepastian hukum.

    Suatu negara dapat dikatakan Negara Hukum bilamana memenuhi unsur unsur

    negara hukum. Friedrich Julius Stahl mengemukakan bahwa ciri-ciri dari suatu Negara

    Hukum yaitu:

    1. Adanya pengakuan akan hak-hak dasar manusia;

    2. Adanya pembagian kekuasaan;

    3. Pemerintahan berdasarkan Peraturan; dan

    4. Adanya Peradilan Tata Usaha Negara.15

    Menurut ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar

    Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD RI 45) menyatakan

    bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum.Berdasarkan pernyataan pasal ini

    penyelenggaraan pemerintahan didasarkan atas prinsip-prinsip hukum untuk membatasi

    14Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif Suatu

    Tinjauan Singkat, RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 715

    OemarSeno Adji, 1966, Prasara Dalam Indonesia Negara Hukum, Simposium

    UI Jakarta, h. 24

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    16/132

    16

    kekuasaan pemerintah.Hal ini berarti bahwa kekuasaan Negara c.q. aparat pemerintahan

    dibatasi oleh hukum (rechtsstaat), bukan didasarkan atas kekuasaan belaka

    (machtsstaat). Dengan demikian dalam penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan

    berdasarkan sistem pemerintahan berdasarkan hukum yang oleh K.C. Wheare

    dinyatakan sebagai berikut:16

    first of all it is used to describe the whole system of government of a country,

    the collection of rule are partly legal, in the sense that courts of law will

    recognized as law but which are not less effective in regulating the government

    than the rules of law strictly so called.

    (Terjemahan bebasnya adalah pertama-tamadigunakanuntuk menggambarkanseluruhsistem pemerintahansuatu negara, kumpulanaturanhukum,hukum yang

    dipertimbangkan dalam proses peradilan dalam arti hukumyang dapat

    efektifdalam mengaturpemerintahan).

    Philipus M. Hadjon dalam hubungan di atas memberikan pendapat bahwa asas

    utama Hukum Konstitusi atau Hukum Tata Negara Indonesia adalah asas negara hukum

    dan asas demokrasi serta dasar negara Pancasila.Oleh karena itu dari sudut pandang

    yuridisme Pancasila, maka secara ideal bahwa Negara Hukum Indonesia adalah

    Negara Hukum Pancasila.17

    Adapun unsur-unsur dari Negara Hukum

    Indonesia,dikemukakan18

    meliputi:

    a. hukum bersumber pada Pancasila;

    b. kedaulatan rakyat;

    c. pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi;

    d. persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;

    16K.C Wheare, 1975, Modern Constitutions, Oxford University Press, London,

    p. 1.17

    I Dewa Gede Atmadja, 2010, Hukum Konstitusi: Problematika Konstitusional

    Indonesia Sesudah Perubahan UUD 1945, Setara Press, Malang, h. 16218

    Azhary, 1995, Negara Hukum Indonesia. Analisis Yuridis Normatif tentang

    Unsur- unsurnya, UI Press, Jakarta, h.144.

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    17/132

    17

    e. kekuasaan kehakiman yang bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya;

    f. pembentukan undang-undang oleh presiden bersama-sama DPR;

    g. dianutnya sistem MPR.

    Lebih lanjut Philipus M. Hadjon menyebutkan bahwa ciri-ciri dari Negara

    HukumPancasila, adalah sebagai berikut:

    a. keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asaskerukunan;

    b. hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan- kekuasaan Negara;

    c. prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan

    sarana terakhir;d. keseimbangan antara hak dan kewajiban.19

    Bilamana teori Negara Hukum Pancasila dibandingkan dengan Negara Hukum

    Anglosaxon dan Eropa Kontinental terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan kedudukan

    individu dan hak serta kewajiban individu masyarakat dalam ketiga sistem Negara

    hukum itu, disebabkan oleh pengaruh pandangan hidup serta latar belakang sejarah

    Bangsa Indonesia20

    .

    Tujuan yang hendak dicapai oleh Negara Hukum Indonesia adalah mencapai

    masyarakat adil dan makmur baik spiritual maupun material secara merata berdasarkan

    Pancasila. Untuk mewujudkan tujuan di atas, maka Negara tidak hanya bertugas

    memelihara ketertiban masyarakat saja, akan tetapi dituntut untuk turut serta aktif secara

    aktif (proaktif) dalam semua aspek kehidupan dan penghidupan rakyat. Kewajiban ini

    merupakan amanat para pendiri Negara Hukum Indonesia seperti yang tercantum pada

    19Philipus M. Hadjon, 1992, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia: Sebuah

    Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya, Penerapannya oleh Pengadilan dalam Lingkungan

    Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara, Bina Ilmu,

    Surabaya (selanjutnya ditulis Philipus M. Hadjon I), h. 9020

    Azhary, op.cit., h.116.

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    18/132

    18

    Pembukaan UUD Tahun 1945 alinea ke-4 (empat). Sebagai Negara Hukum maka segala

    aktivitas Pemerintahan dan Masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

    haruslah sesuai atau tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku. Hukum menjadi

    landasan pokok dalam melakukan segala aktivitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

    dan bernegara.

    Berdasarkan uraian dan pendapat mengenai konsep negara hukum di atas dapat

    diketahui bahwa harus ada keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat guna

    mewujudkan keseimbangan antara hak dan kewajiban.Apabila dikaitkan dengan

    penelitian tesis ini, konsep negara hukum menjadikan pemerintah untuk memberikan

    perlindungan bagi rakyatnya melalui perjanjian kerjasama pengelolaan SPBU yang

    ditawarkan oleh pihak PT. PERTAMINA (Persero) kepada pihak swasta.Perjanjian

    yang dibentukseharusnya memberikan keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi

    para pihak dalam hal ini pemerintah dan mitra usaha .PT. PERTAMINA (Persero)

    dalam penyusunan perjanjian kerjasama SPBU untuk memberikan perlindungan hukum

    bagi para pihak.

    2) Teori Kepastian Hukum

    Secara konseptual, Indroharto mengemukakan bahwa kepastian hukum adalah

    konsep yang mengharuskan, bahwa hukum objektif yang berlaku untuk setiap orang

    tersebut harus jelas dan ditaati.21

    Sementara itu, Peter Mahmud Marzuki dengan

    mengutip pendapatnya Van Apeldorn mengemukakan mengenai pengertian kepastian

    hukum, sebagai berikut:

    21Indroharto, tanpa tahun, Rangkuman Asas-asas umum Hukum Tata Usaha

    Negara, Jakarta, h. 212-213.

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    19/132

    19

    Pertama, kepastian hukum berarti dapat ditentukan hukum apa yang berlakuuntuk masalah-masalah konkrit. Dengan dapat ditentukan masalah-masalah

    konkrit, pihak-pihak yang berperkara sudah dapat mengetahui sejak awal

    ketentuan-ketentuan apakah yang akan dipergunakan dalam sengketa tersebut.Kedua, kepastian hukum berarti perlindungan hukum, dalam hal ini pihak yangbersengketa dapat dihindarkan dari kesewenang-wenangan penghakiman.22

    Kepastian hukum atau rechtszekerheid menurut J.M.Otto, yang dikutip oleh

    Tatiek Sri Djatmiati dikemukuakan terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut:10

    1. adanya aturan yang konsisten dan dapat diterapkan yang ditetapkan

    negara.

    2. Aparat pemerintah menerapkan aturan hukum tersebut secara konsisten

    dan berpegang pada aturan hukum tersebut.

    3. rakyat pada dasarnya tunduk pada hukum.

    4. hakim yang bebas dan tidak memihak secara konsisten menerapkan

    aturan hukum tersebut.

    5. putusan hakim dilaksanakan secara nyata.

    Soedikno Mertokusumo dalam kerangka penerapan hukum mengemukakan bahwa

    salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam penegakan hukum yaitu kepastian

    hukum.23Hal ini sejalan dengan pemikiran Prajudi Atmosudirdjo yang berpendapat

    asas kepastian hukum mengandung arti, sikap atau keputusan pejabat administrasi

    negara yang manapun tidak boleh menimbulkan kegoncangan hukum.24

    22Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum,Kencana, Jakarta, h. 59.

    10Tatiek Sri Djatmiati, 2002, Prinsip Izin Usaha Industri Di Indonesia, Disertasi,

    PPS Unair, Surabaya, h.18.23

    E. Fernando M. Manullang, 2007, Menggapai Hukum Berkeadilan, BukuKompas, Jakarta, h. 92.

    24Prajudi Atmosudirdjo, 1983,Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia,

    Jakarta, h. 88.

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    20/132

    20

    Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka jaminan kepastian hukum menjadi

    prasyarat dalam implementasi Negara Hukum Indonesia yang berdasarkan Pancasila

    dan UUD 1945. Hal itu dimaksudkan untuk menjamin terwujudnya tata kehidupan

    bernegara dan berbangsa yang adil dan sejahtera, aman, tenteram dan tertib, serta

    memberikan kedudukan hukum yang sama bagi warga masyarakat. Sejalan dengan

    maksud tersebut maka asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan

    merupakan bagian yang inheren dalam Negara Hukum dikemukakan Saldi Isra bahwa

    Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, bahwa materi muatan

    Peraturan Perundang-undangan tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat membedakan

    berdasarkan latar belakang antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender, atau status

    sosial.25

    Hal itu menunjukan bahwa kepastian hukum akan terjamin bilamana aturan

    hukumnya tidak bermasalah dan setiap warga negara dan pejabat-pejabat pemerintahan

    menjunjung tinggi dan melaksanakan prinsip Negara Hukum terutama asas legalitas.

    Dengan kata lain, persoalan kepastian hukum berkaitan dengan supremasi hukum,

    karena hukumlah yang berdaulat. Teori kedaulatan hukum menurut Krabbe11 bahwa

    hukumlah memiliki kedaulatan tertinggi. Kekuasaan bukan kedudukan atau pangkat dan

    jabatan seorang pemimpin melainkan kekuasaan itu dari hukum. Oleh karena itu,

    hukumlah yang memberikan pengakuan hak maupun wewenang, sedangkan Yohanes

    25Saldi Isra, 2004, Agenda Pembaruan Hukum: Catatan Fungsi Legislasi DPR:Jentera, Jurnal Hukum, Edisi 3 Tahun II November, Jakarta, h. 74.

    11Soehino, 1998, Ilmu Negara, Liberty,Yogyakarta, h.156.

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    21/132

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    22/132

    22

    pihak lain, sehingga diartikan terjadi perjanjian satu arah. Sedangkan dalam

    perkembangannya perjanjian atau kontrak terjadi apabila kedua belah pihak sepakat

    untuk mengikatkan diri.

    Menurut Hukum Kontrak Indonesia yang berasal dari Burgerlijk Wetboek

    Nederland, dalam membuat suatu perjanjian dikenal dengan azas-azas universal tentang

    pembuatan suatu perjanjian/kontrak yaitu azas kebebasan berkontrak, prinsip itikad

    baik, syarat sahnya perjanjian dalam hukum perjanjian, dan lain-lain. Maksud dari azas

    kebebasan berkontrak itu sendiri bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada setiap

    subyek hukum perdata untuk mencantumkan hal-hal yang dikehendaki oleh masing-

    masing pihak asalkan sebelumnya telah ada persetujuan antara para pihak. Suatu

    kontrak dianggap sah dan mengikat apabila kontrak itu telah memenuhi semua syarat

    seperti yang telah ditetapkan oleh Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu sebagai berikut:

    1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

    2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

    3. Mengenai suatu hal tertentu.

    4. Suatu sebab yang halal.

    Adakalanya suatu perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, tidak

    juga dapat terlaksana sebagaimana telah diperjanjikan. Hukum perjanjian sendiri

    mengenal dua hal yang dapat menyebabkan tidak terlaksananya suatu perjanjian yaitu

    wanprestasi dan overmacht. Jika terjadi wanprestasi tentu akan mengakibatkan salah

    satu pihak menderita kerugian. Oleh karena terdapat pihak yang dirugikan maka pihak

    yang menimbulkan kerugian itu wajib bertanggungjawab. Dengan kata lain perjanjian

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    23/132

    23

    merupakan perbuatan hukum, oleh karena itu para pihak yang melakukan perjanjian

    harus memiliki perlindungan hukum agar kepentingan para pihak dapat terlindungi.27

    Dalam penyusunan suatu kontrak atau perjanjian, baik perjanjian itu bersifat

    bilateral dan multilateral maupun perjanjian dalam lingkup nasional, regional, dan

    internasional harus didasari pada prinsip hukum dan klausula tertentu.28 Dalam Hukum

    Perdata dikenal beberapa prinsip dasar yang harus diterapkan dalam penyusunan

    kontrak sehingga akan terhindar dari unsur-unsur yang dapat merugikan para pihak

    pembuat suatu kontrak yang mereka sepakati. Salah satu prinsipnya yaitu Asas

    Kebebasan berkontrak yang terdapat dalam Pasal 1338 KUHPerdata yang menyebutkan

    bahwa

    1. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sabagai Undang-Undang bagi

    mereka yang membuatnya.

    2. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah

    pihak atau karena alasan-alasan yang oleh Undang-undang dinyatakan cukup

    untuk itu.

    3. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.

    Berdasarkan ketentuan Pasal 1338KUHPerdata,maka kata semua dapat diartikan

    sebagai setiap perjanjian yang dibentuk secara sah adalah mengikat. Dengan demikian,

    asas kebebasan berkontrak dapat dikatakan bersumber dari ketentuan pasal ini.

    Sedangkan kata sah dapat dihubungkan dengan kata sahnya perjanjian pada Pasal

    27Agus Yudha, 2008,Hukum Perjanjian : Azas Proporsionalitas dalam Kontrak

    Komersial, Mediatama, Yogjakarta, h. 25.28

    Joni Emirzon, 1998, Dasar-dasar dan Tehnik Penyusunan Kontrak,

    Universitas Sriwijaya, Ideralaya, h. 19

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    24/132

    24

    1320 KUHPerdata. Setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam Pasal 1320

    KUHPerdata barulah suatu perjanjian dapat mengikat para pembentuknya atau pihak

    lain yang terkait.

    Selain perjanjian pada umumnya juga berkembang perjanjian bakudi Indonesia

    yang sering disebut juga dengan istilahperjanjian standar, kontrak standar dan kontrak

    baku. Dalam beberapa makalah dan buku yang ditulis oleh para ahli hukum, seperti

    Mariam Darus Badrulzaman, Abdul Kadir Muhammad, Sutan Remy Sjahdeini dan

    Johannes Gunawan, istilah yang digunakan adalah perjanjian baku. Oleh karena para

    ahli pada umumnya menggunakan istilah tersebut, maka dalam tesis ini jugadigunakan

    istilah perjanjian baku.

    Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu standart

    contract. Menurut Mariam Darus Badrulzaman: perjanjian baku adalah perjanjian yang

    isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir.29Sedangkan menurut J.

    Satrio: Perjanjian baku adalah perjanjian tertulis,yang bentuk dan isinya telah

    dipersiapkan terlebih dahulu,yang mengandung syarat-syarat tetap, yang oleh salah satu

    pihak kemudian disodorkan kepada pihak lain untuk disetujui (lawan janjinya) dan

    dimaksudkan untuk setiap kali digunakan pada penutupan perjanjian seperti itu.30

    Oleh

    karen itu, dalam perjanjian baku hampir seluruh klausul-klausulnya dibakukan oleh

    pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya tidak mempunyai peluang untuk

    merundingkan atau meminta perubahan.

    29Mariam Darus Badrulzaman, 1994, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung,

    (selanjutnya disebut Mariam I) h. 47-4830

    J. Satrio, 1994, Beberapa Segi Hukum Perjanjian Kredit Standar, Media

    Notariat Nomor : 30-31-31-33, Januari-April-Juli-Oktober, h.136-137.

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    25/132

    25

    Kontrak dalam perjanjian baku ditentukan secara sepihak oleh salah satu pihak,

    terutama pihak ekonomi kuat terhadap pihak ekonomi lemah.31Standar kontrak

    merupakan perjanjian yang telah ditentukan dan telah dituangkan dalam bentuk formulir

    tertentu, sehingga secara substansi hanya menuangkan dan menonjolkan hak-hak yang

    ada pada pihak yang berkedudukan lebih kuat sedangkan pihak lainnya terpaksa

    menerima keadaan itu karenanya posisinya yang lemah.32

    4) Teori Badan Hukum

    Berbagai tokoh dan pendukung aliranilmu hukum dan filsafat hukum telah

    mengemukakan pendapat mengenai eksistensi badan hukum sebagai subjek hukum

    disamping manusia.33Wirjono Prodjodikoro menyatakan bahwa badan hukum adalah

    suatu badan yang disamping manusia perorangan juga dianggap dapat bertindak dalam

    hukum dan yang mempunyai hak-hak, kewajiban-kewajiban dan perhubungan hukum

    terhadap orang lain atau badan lain.34Sejalan dengan itu, Soedewi Masjchoen Sofwan

    menyatakan bahwa badan hukum adalah kumpulan dari orang-orang yang bersama-

    sama mendirikan suatu badan (perhimpunan) dan kumpulan harta kekayaan, yang

    ditersendirikan untuk tujuan tertentu (yayasan).35

    Lebih lanjut, terdapat beberapa teori

    yang berkaitan dengan badan hukum yang diungkapkan oleh para sarjana, yaitu:

    31Salim H.S, 2006, Perkembangan Hukum Kontrak Di Luar KUHPerdata,

    RajaGrafindo Persada, Jakart, h. 14532Rahman Hasanudin, 2000, Legal Draf ting , Citra Aditya Bakti,

    Bandung, h 134.33

    Chidir Ali, 1987,Badan Hukum, Alumni, Bandung, h. 2934P.N.H Simanjuntak, 2009, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia,

    Djambatan, Jakarta, h. 28-2935

    ibid

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    26/132

    26

    a. Teori Fiksi (Fictie Theorie)

    Von Savigny menyatakan bahwa,hanya manusia saja yang mempunyai

    kehendak.Selanjutnya dikemukakan bahwa badan hukum adalah suatu

    abstraksi, bukan merupakan suatu hal yang konkrit.Badan hukum semata-

    mata hanyalah buatan pemerintah atau negara.Terkecuali negara, badan

    hukum itu suatu fiksi yakni sesuatu yang sebenarnya tidak ada tetapi orang

    menghidupkannya dalam bayangannya untuk menerangkan suatu hal.Jadi,

    orang bersikap seolah-olah ada subjek hukum yang lain, tetapi wujud yang

    tidak riil itu tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan, sehingga yang

    melakukan ialah manusia sebagai wakil-wakilnya.36

    b. Teori Organ (Orgaan Theorie)

    Otto von Gierke menyatakan bahwa badan hukum adalah sesuatu yang

    sungguh-sungguh ada dalam pergaulan hukum yang mewujudkan

    kehendaknya dengan perantaraan alat-alat (organ-organ) yang ada padanya

    (pengurus).Menurut teori ini, Berfungsinya badan hukum dipersamakan

    dengan fungsinya manusia.Jadi, badan hukum tidak berbeda dengan

    manusia, karena itu dapat disimpulkan bahwa tiap-tiap perkumpulan atau

    perhimpunan orang adalah badan hukum37.

    c. Teori Kekayaan Tujuan

    A Brinz berpendapat bahwa badan hukum bukalah kekayaan dari seseorang,

    melainkan kekayaan itu terikat pada tujuannya.Setiap hak tidak ditentukan

    36Chidir Ali, Op.cit, hal. 32

    37Komariah, 2002,Hukum Perdata, UMM Press, Malang, h. 23

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    27/132

    27

    oleh suatu subyek, tetapi ditentukan oleh suatu tujuan.Kelemahan teori ini

    adalah kekayaan hanya sesuai untuk badan hukum yang berbentuk yayasan.

    d. Teori Milik Kolektif

    Menurut Planiol dan Molengraaf, hak dan kewajiban badan hukum pada

    dasarnya juga menjadi hak dan kewajiban anggota secara bersama-sama,

    sehingga badan hukum hanyalah konstitusi yuridis yang pada hakekatnya

    adalah abstrak.38

    Menurut ketentuan dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

    (Lembaran Negara RI No. 106 Tahun 2007, Tambahan Lembaran Negara No. 4756)

    menyatakan bahwa Perseroan Terbatas ialah badan hukum yang merupakan

    persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatasn usaha

    dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan

    yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.Dengan

    demikian, Perseroan Terbatas mempunyai sifat badan hukum dan pertanggungjawaban

    terbatas. Dalam kepustakaan hukum Eropa Kontinental perusahaan sering disebut

    sebagai rechtperson dan dalam hukum Common Law Sistem dikenal dengan istilah

    legal entity, juristic person atau artificial person. Dalam kamus Hukum Ekonomi legal

    entity diartikan sebagai badan hukum yaitu badan atau organisasi yang oleh hukum

    diperlakukan sebagai subjek hukum dan mempunyai hak dan kewajiban.

    Dalam Blacks Law Dictionary, legal entity diartikan sebagai body (such as

    company) which is a person in the eye of law (badan (seperti perusahaan) yang

    merupakan orang dimata hukum). Sedangkan menurutBlacks LawDictionary,artificial

    38Op.cit.h 24

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    28/132

    28

    person didefinisikan sebagai persons created and devised by human laws for the

    purpose of society and government, as distinguished from natural person. (orang yang

    direncanakan dan diciptakan oleh hukum manusia untuk tujuan sosial dan

    pemerintahan, dibedakan dari orang alamiah). Kemudian legal entity adalah:an entitty,

    other than natural person, who has sufficient existence in legal contemplation that it

    can function legally, be sued or sue and make decisions through agents as in the case of

    corporation. (suatu kesatuan, berbeda dari orang alamiah, mempunyai kedudukan

    dimuka hukum, dapat dituntut atau menuntut dan membuat keputusan melalui agen

    dalam hal korporasi.)39

    Dalam kaitan di atas maka keberadaan badan hukum yaitu PT.

    PERTAMINA(Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dibentuk

    oleh pemerintah, badan hukum tersebut terdiri dari organ-organ perusahaan yang

    menjalankan tugasnya untuk menyalurkan bahan bakar minyak pada masyarakat luas,

    serta melakukan kerjasama untuk pendistribusiannya kepada badan hukum dalam

    bentuk perusahaan swasta.Sementara itu PT. PERTAMINA sebagai Perseroan Terbatas,

    maka sifat badan hukum dan pertanggungjawaban terbatas dari suatu perseroan terbatas

    melekat juga pada PT. PERTAMINA (Persero).

    5) Konsep Tindakan Pemerintahan

    Menurut Philipus M. Hadjon, kekuasaan pemerintah di Indonesia sangat popular

    disebut dengan kekuasaan eksekutif yang dalam prakteknya tidaklah murni sebuah

    39Gunawan Widjaja, 2008,Resiko Hukum sebagai Direksi, Komisaris & Pemilik

    PT, Forum Sahabat, Jakarta, (selanjutnya disebut Gunawan I) h. 12-13

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    29/132

    29

    kekuasaan eksekutif.57

    Di negara manapun tidak pernah terjadi kekuasaan pemerintahan

    hanya melaksanakan fungsi eksekutif menurut ajaran Trias Politica. Pemerintah dalam

    bahasa Belanda yang disebutbestuur secara negatif dirumuskan sebagai lingkungan

    kekuasaan negara diluar lingkungan kekuasaan legisllatif dan kekuasaan yudisial.

    Dengan rumus itu kekuasaan pemerintahan tidaklah sekedar melaksanakan undang-

    undang. Kekuasaan pemerintahan merupakan kekuasaan aktif. Sifat aktif tersebut dalam

    konsep administrasi negara secara intrinsik merupakan unsur-unsur utama dari sturen

    (bestuuren), dan menurut Philipus M. Hadjon unsur-unsurnya terdiri dari;

    a. Sturen merupakan suatu kegiatan yang kontinu. Kekuasaan pemerintahan

    dalam hal menerbitkan ijin mendirikan bangunan misalnya, tidak berhentidengan diterbitkannya izin mendirikan bangunan. Kekuasaan pemerintah

    senantiasa mengawasi agar izin tersebut digunakan dan ditaati. Dalam hal

    pelaksanaakn mendirikan bangunan tidak sesuai dengan izin yangditerbitkan, pemerintah akan menggunakan kekuasaan penegakan hukum

    berupa penerbitan yang mungkin berupa tindakan pembongkaran bangunan

    yang tidak sesuai. Demikian halnya penerbitan Surat Izin Mengemudi (SIM)oleh polisi. Aktivitas polisi tidak berhenti dengan terbitnya SIM tetapi terus

    mengawasi penggunaan SIM oleh pemegangnya.b. Sturen berkaitan dengan penggunaan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah

    konsep hukum publik. Sebagai konsep hukum publik penggunaan kekuasaanharus dilandaskan pada asas-asas negara hukum, asas demokrasi dan asas

    instrumental. Berkaitan dengan negara hukum adalah asas Wet en

    Rechtmatigheid van Bestuur.

    Dengan demikian, fungsi pemerintahan yang dilaksakan oleh organ

    pemerintahan pada hakikatnya cukup luas yang dilaksanakan melalui berbagai macam

    tindakan pemerintahan. M. Donner mengemukakan ada 4 (empat) macam bentuk fungsi

    penguasa, yakni:

    57Philipus M. Hadjon I, 1992,op.cit, h. 2

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    30/132

    30

    a.Pemeliharaan Ketertiban, dapat terdiri dari penetapan peraturan, mengeluarkan

    perintah untuk mewujudkan ketertiban umum jika terjadi keonaran umum

    (keributan).

    b.Pengelolaan Keuangan, melalui pajak, pungutan-pungutan lain, pihak penguasa

    menjadi yang terkaya dan yang paling boleh dipercaya dalam negara. Pendapatan

    pihak penguasa bertujuan untuk menutup kebutuhan-kebutuhan sendiri, namun juga

    mempunyai fungsi dalam hal pengaturan kembali pendapatan negara dan dalam

    usaha mengadakan koreksi terhadap situasi dalam masyarakat yang dialami secara

    tidak diinginkan. Dengan demikian penguasa memberi bantuan, menyediakan

    subsidi, memberi kredit dan jaminan atau memberi harta milik yang diinvestasikan

    oleh kelompok-kelompok tertentu atau masyarakat umum.

    c.Tuan tanah, mengingat banyak jalan dan sungai, pantai, bendungan dan tentu saja

    bahan-bahan mineral, adalah milik penguasa. Penguasa juga memiliki kesempatan-

    kesempatan yuridis untuk merampas tanah ataupun menggunakan tanah itu dengan

    tujuan membatasi kepentingan umum dan pungutan pajak.

    d.Penguasa, mengingat beberapa kegiatan hanya dapat dilaksanakan oleh pihak

    penguasa karena diharuskan undang-undang.

    Mengkaji berbagai macam kegiatan pemerintahan tersebut maka dapat dipahami

    bahwa disamping perlunya produk hukum yang mengatur tindakan pemerintah juga

    tindakan pemerintah tidak semata-mata berkarakter publik namun dalam hal-hal tertentu

    juga dapat berkarakter perdata:55

    55Yohanes Usfunan, 2002, Perbuatan pemerintah Yang Dapat Digugat,

    Djambatan, Jakarta, h. 6.

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    31/132

    31

    Dalam kaitan itu fungsi pemerintahan diarahkan sebagai:

    a. Badan Organisasi Intern, dalam arti Pemerintahan bertanggungjawab atas

    pengeluaran biaya yang sangat besar bagi kebutuhan para pegawai negeri,

    harta milik yang banyak jumlahnya. Pemerintahan intern berbentuk segala

    macm aturan organisasi, keputusan pengangkatan dan pemberhentian,

    aturan-aturan dan keputusan-keputusan mengenai kedudukan hukum

    pegawai negeri, keputusan tentang bidang kepegawaian para pegawai yang

    kedudukannya lebih tinggi terhadap yang lebih rendah dan peraturan

    mengenai penyelesaian sengketa diantara para pegawai negeri. Berdasarkan

    wewenang yang ada pemerintahan secara intern dapat bertindak menurut

    hukum publik.

    b. Badan hukum menurut perdata, dalam arti mempunyai wewenang untuk

    atas nama negara melaksakan tindakan-tindakan hukum menurut hukum

    perdata.56

    Hal di atas menunjukkan secara intern fungsi pemerintahan yang dijalankan

    tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan menurut hukum publik dan hukum perdata. Salah

    satu contoh penundukan diri pemerintah ke dalam hukum perdata adalah didirikannya

    berbagai perusahaan atas dasar saham negara yang dipisahkan, seperti pendirin PT.

    PERTAMINA (Persero).PT. PERTAMINA(Persero) mersupakan salah satu Badan

    Usaha Milik Negara yang didirikan berdasarkan kaidah-kaidahHukum Perdata.

    Menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 UU No. 19 Tahun 2003 (Lembaran Negara

    No. 70 Tahun 2003, Tambahan Lembaran Negara No. 4297, selanjutnya disebut UU

    56Ibid. H.8.

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    32/132

    32

    BUMN) tentang Badan Usaha Milik Negara dinyatakan bahwa BUMN adalah badan

    usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan

    secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. PT.

    PERTAMINA(Persero) berdasarkan ketentuan dalam UU No. 22 Tahun 2001

    ditetapkan sebagai pemegang kuasa pertambangan nasional yang diselengarakan

    olehpemerintah. Sehubungan dengan tugas tersebut di atas, PT. PERTAMINA(Persero)

    melalui kerja sama dengan pihak pengusana telah membangun dan mengelola sejumlah

    SPBU demi melayani kebutuhan masyarakat atas Bahan Bakar Minyak atau pelumas.

    6) Perlindungan Hukumbagi rakyat

    Philipus M. Hadjon mengemukakan perlindungan hukum bagi rakyat dalam

    kepustakaan hukum berbahasa Belanda dikenal dengan sebutan rechtsbescherming van

    de burgers40

    . Hal itu menunjukkan kata perlindungan hukum merupakan terjemahan

    dari rechtsbescherming (bahasa Belanda). Pengertiannya, dalam kata perlindungan

    hukum terdapat suatu usaha untuk memberikan hak-hak kepada pihak yang dilindungi

    sesuai dengan kewajiban yang telah dilakukan. Ada dua macam perlindungan hukum

    bagi rakyat Indonesia yaitu perlindungan hukum yang preventif dan perlindungan

    hukum yang represif. Pada perlindungan hukum yang preventif, kepada rakyat diberikan

    kesempatan untuk mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum suatu

    keputusan pemerintah mendapat bentuk defenitif. Dengan demikian, perlindungan

    hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa. Sedangkan

    40Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia,

    op.cit Peradaban, Surabaya, h. 1.

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    33/132

    33

    sebaliknya perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan

    sengketa41.

    Sementara itu, dalam negara hukum maka segala tindakan alat-alat perlengkapan

    negara atau penguasa didasarkan atas hukum untuk memberikan perlindungan kepada

    aparatur negara maupun masyarakat. Dengan demikian, Keberadaan hukum dalam

    penyelenggaraan pemerintahan sejak jaman dahulu telah disadari oleh Lord Acton

    sebagaimana dikutip oleh Sjachran Basah yang mengatakan bahwa

    Setiap kekuasaan sekecil apapun cenderung untuk disalahgunakan. Oleh sebab itu,dengan adanya keleluasaan bertindak dari administrasi negara yang memasuki

    semua sektor kehidupan masyarakat termasuk di dalamnya bidang perpajakan,

    kadang-kadang dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat itu sendiri.

    Wajarlah kemudian adanya keinginan yang menghendaki adanya jaminan agar

    jangan sampai keadaan negara menjurus diktator tanpa batas, yang bertentangan

    dengan ciri negara hukum. Oleh karena itu terhadap warga diberikan bilamana

    sikap tindak administrasi negara itu menimbulkan kerugian terhadapnya. Terlebih

    tugas pelayanan publik yang diemban oleh administrasi negara tentu haruslah

    berlandaskan Hukum Administrasi Negara sehingga dalam hal melaksanakan

    tugas itu secara aktif. Artinya dalam melaksanakan pemerintahan, administrasi

    negara melakukan suatu perbuatan penetapan (beschikkings-handeling) yang

    menghasilkan ketetapan (beschikking).42

    Pemerintah dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan maka melakukan

    berbagai tindakan pemerintahan yang dapat timbul berbagai kemungkinan termasuk

    dalam perbuatan melawan hukum oleh administrasi negara.43

    Kaitannya dengan

    penelitian ini, maka pelaksanaan perjanjian antara PT. PERTAMINA (Pesero) dengan

    41Ibid. h.2.

    42Sjachran Basah, 1992, Perlindungan Hukum Atas Sikap Tindak Administrasi

    Negara, Alumni, Bandung (selanjutnya ditulis Sjachran Basah I), h. 1343

    SF, Marbun dkk, 2001, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi

    Negara , Yogyakarta: UII Press, h. 283

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    34/132

    34

    pihak lain dalam pengusahaan SPBU tidaklah juga terlepas dari potensi terjadinya

    masalah. Dalam kaitan itu, Giri Achmad Taufik menyatakan:

    Perlindungan hak-hak asasi manusia dipandang sebagai segala aktivitas yang

    ditujukan untuk mendorong dihormatinya secara penuh hak asasi individu yang

    bersandarkan pada norma-norma hukum. Perlindungan hak-hak asasi manusia

    pada prinsipnya terbagi menjadi dua, yakni yang sifatnya menghormati (respect)

    dan memenuhi (fulfillment).

    Kedua konsep perlindungan tersebut berangkat dari peran negara dalam

    perlindungan hak-hak asasi manusia, menghormati hak-hak asasi manusia berarti

    negara dituntut untuk tidak melakukan suatu tindakan yang akan mencederai hak-

    hak asasi tersebut. Sedangkan dalam konteks memenuhi, negara justru diwajibkan

    untuk melakukan tindakan-tindakan agar hak-hak warga negaranya menjadi

    terpenuhi.44

    Di dalam negara hukum Pancasila, perlindungan hukum bagi rakyat diarahkan kepada

    usaha-usaha untuk mencegah terjadinya sengketa antara pemerintah dan rakyat,

    menyelesaikan sengketa antara pemerintah dan rakyat secara musyawarah serta

    peradilan merupakan sarana terakhir dalam usaha menyelesaikan sengketa antara

    pemerintah dengan rakyat. Dengan kata lain, adanya sarana perlindungan hukum ini

    bagi masyarakat pada umumnya dan mitra PERTAMINA (Persero) pada khususnya

    disamping sebagai suatu urgensi yang wajar dalam mewujudkan keadilan dan

    kebenaran, juga merupakan conditio sine qua non dalam negara hukum45.

    7) Konsep Tanggung Jawab

    Dalam ranah hukum, seseorang tentu harus bertanggungjawab terhadap kerugian

    yang diakibatkan oleh perbuatan yang bertentangan dengan hukum dari orang lain. Hal

    44Giri Achmad Taufik, http://www.alumniipb.or.id/index.php?option=com

    content&task=view&id=3199&Itemid=37, diunduh tanggal 3 Mei 201345Sjachran Basah, 1992, Hukum Acara Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan

    Administrasi (HAPLA), Penerbit Rajawali Pers, Cet. ke-2, Jakarta (selanjutnya ditulis

    Sjachran Basah II), h. 4-5.

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    35/132

    35

    ini disebut tanggung jawab kualitatif, yaitu orang yang bertanggungjawab karena orang

    itu memiliki suatu kualitas tertentu.46Hukum memberikan jaminan dan keamanan dalam

    kehidupan sosial termasuk memberikan jaminan dan keamanan kepada masyarakat atas

    hak yang dimilikinya, begitu juga bagi pihak pengusaha SPBU dengan perjanjian

    kerjasama CODO yang disepakati oleh pihak PT. PERTAMINA (Persero) sesuai

    dengan kaidah hukum yang berlaku. Hal ini senada seperti yang dikemukakan oleh

    Roger Catterrell dalam bukunya The Sociology of Law yang menyebutkan bahwalaw

    secures social cohesion and orderly social change by, balancing conflicting interest-

    individual (the private interest of individual citizens), social (arising from the common

    conditions of social life) and public (specifically the interest of the state)47

    Menurut Roscoe Pound, mengenai jenis tanggung jawab ada 3(tiga) yaitu

    sebagai berikut:

    1. Pertanggungjawaban atas kerugian dengan disengaja,

    2. Atas kerugian karena kealpaan dan tidak disengaja,

    3. Dalam perkara tertentu atas kerugian yang dilakukan tidak karena

    kelalaian serta tidak disengaja.48

    Lebih lajut Roscoe Pound menyatakan bahwa tanggung jawab dapat bersumber

    dari beberapa hal, yakni:

    46W. Sommermeijer, 2003, Tanggung Jawab Hukum, Pusat Studi Hukum

    Universitas Parahyangan, Bandung, h. 2347

    Roger Catterrell, 1984, The Sociology of Law : An Introduction, Butterworths,

    London, p. 7648Roscoe Pound, 1996, Pengantar Filsafat Hukum (An Introduction to the

    Philosophy of Law), diterjemahkan oleh Mohammad Radjab, Bharata Karya Aksara,

    Jakarta, h. 92

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    36/132

    36

    1. Perjanjian, dimana para pihak mengadakan perjanjian tersebut masing-masingdituntut untuk bertanggung jawab atas pemenuhan isi perjanjian yang mereka

    buat.

    2. Perbuatan melawan hukum, yang terbagi atas:a. Perbuatan diri sendiri, baik yang disengaja (dolus) maupun yang tidak

    disengaja (culpa)

    b. Perbuatan orang lain (orang yang masih berada di bawah tanggungan

    sipenanggung jawab yang bersangkutan)c. Kejadian lain yang bukan merupakan perbuatan, tetapi menimbulkan akibat

    yang tetap harus dipertanggung jawabkan oleh orang yang oleh hukum

    dianggap sebagai penanggung jawabannya.49

    Dalam kaitannya dengan permasalahan dalam tesis ini, maka kewajiban dalam

    memenuhi prestasi antara kedua belah pihak yaitu antara PT. PERTAMINA (Persero)

    dengan pengusaha SPBU dalam perjanjian kerjasama CODO harus dipenuhi guna

    menghindari perbuatan wanprestasi.Perjanjian kerjasama pengusahaan SPBU CODO

    memperhatikan berlakunya aturan-aturan yang mengatur hak-hak dan kewajiban antara

    kedua belah pihak yang harus diperhatikan, baik pada pembuatan perjanjian, mulainya

    perjanjian, pelaksanaan perjanjian dan berakhirnya perjanjian.

    b. Batasan Operasional

    Berkenaan dengan judul rencana tesis ini adapun beberapa konsep yang

    dipergunakan sehingga membutuhkan penjelasan lebih lanjut adalah:

    1). Perlindungan Hukum

    Perlindungan hukum adalah suatu usaha preventif atau represif untuk memberikan

    hak-hak kepada pihak yang dilindungi sesuai dengan kewajiban yang telah

    dilakukan.

    2). Perjanjian Baku

    49Ibid, h. 163-164

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    37/132

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    38/132

    38

    Pendekatan dalam penelitian hukum dimaksudkan sebagai dasar sudut pandang

    dan kerangka berpikir seorang peneliti didalam melakukan analisis.Secara teoritis,

    dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan yaitu:

    1). Pendekatan analitis (Analytical Approach), pendekatan ini dilakukan dengan

    mencari makna pada istilah-istilah hukum yang terdapat didalam perundang-undangan, dengan begitu peneliti memperoleh pengertian atau makna baru

    dari istilah-istiah hukum dan menguji penerapannya secara praktis dengan

    menganalisis putusan-putusan hukum.2). Pendekatan perundang-undangan (statute approach) hal ini dimaksudkan

    bahwa peneliti menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai dasar

    awal melakukan analisis.

    3). Pendekatan perbandingan (Comparative Approach), pendekatan inidilakukan dengan membandingkan peraturan perundangan Indonesia dengan

    satu atau beberapa peraturan perundangan negara-negara lain.

    4). Pendekatan konsep (Conseptual Approach), konsep-konsep dalam ilmuhukum dapat dijadikan titik tolak atau pendekatan bagi analisis penelitian

    hukum, karena akan banyak muncul konsep bagi suatu fakta hukum.

    5). Pendekatan sejarah (Historical Approach), pendekatan sejarah ini dilakukandengan menelaah latar belakang dan perkembangan dari materi yang diteliti.

    6). Pendekatan kasus (case approach), pendekatan kasus dalam penelitian hukum

    bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum yangdilakukan dalam praktik hukum.51

    Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini agar mendapatkan

    hasil yang ilmiah serta dapat dipertahankan secara ilmiah, yaknijenis pendekatan yang

    diterapkan adalah pendekatan analitis (Analytical Approach), pendekatan konsep

    (conseptual approach), dan pendekatan perundang-undangan (statute approach).

    c. Sumber Bahan Hukum

    Mengenai sumber bahan hukum dari penelitian hukum normatif ini diperoleh dari

    hasil penelitian melalui penelitian kepustakaan (Library Research).52

    Adapun bahan

    hukum yang digunakanterdiri dari:

    51Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum

    Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, h. 185-190

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    39/132

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    40/132

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    41/132

    41

    (deskripsi), menjelaskan masalah (eksplanasi), mengkaji permasalahan dari bahan-

    bahan hukum yang terkait (evaluasi) dan memberikan argumentasi dari hasil evaluasi

    tersebut, sehingga didapat kesimpulanmengenai persoalan yang dibahas pada penelitian

    ini.

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    42/132

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    43/132

    43

    yang berhubungan dengan janji kawin yaitu sebagai perbuatanyang terdapat dalam

    bidang hukum keluarga.55

    Akibat tidak lengkap dan terlalu luasnya rumusan perjanjian makamuncullah

    berbagai pandangan mengenai definisi yang diberikan olehpara sarjana hukum.Menurut

    Subekti, suatu perjanjian adalahsuatu peristiwa, dimana seseorang berjanji kepada

    seseorang lain, ataudimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu

    hal.56Menurut Sudikno Mertokusumo, perjanjian adalah: hubungan hukum antara

    kedua orang yang bersepakat untuk menimbulkan akibat hukum.dua pihak sepakat

    untuk menentukanperaturan atau kaedah atau hak-hak dan kewajiban yang

    mengikatmereka untuk di taati atau di jalankan.57Disamping kedua definisi di atas,

    Munir Fuady menberikandefinisi lebih luas bahwa kontrak adalah: suatu kesepakatan

    yang diperjanjikan diantara dua orang atau lebih yang dapat menimbulkan,memodifikasi

    atau menghilangkan hubungan hukum.58

    Sementara itu, menurut teori klasik yang dimaksud dengan perjanjian adalah

    satu perbuatan hukum, yang berisi dua (een tweezijdige overeenkomst) yang didasarkan

    atas kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.59

    Adapun yang dimaksud dengan

    satu perbuatan hukum yaitu satu perbuatan hukum yang meliputi penawaran (offer,

    aanbod) dari pihak yang satu dan penerimaan (acceptance, aanvaaeding) dari pihak

    yang lain. Pandangan klasik itu kiranya kurang tepat oleh karena dari pihak yang satu

    55Mariam Darus Badrulzaman, Op.cit, hal. 18

    56R. Subekti,Loc. cit57

    Sudikno Mertokusumo, 2003, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty,

    Yogjakarta, h. 2358Munir Fuady, 1999, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Citra Aditya

    Bakti, Bandung, h. 2359

    Sudikno Mertokusumo, Op.cit, hal. 117

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    44/132

    44

    ada penawaran dan dari pihak yang lain ada penerimaan, maka ada dua perbuatan

    hukum yang masing-masing bersisi satu. Oleh karena itu menurut Sudikno

    Mertokusumo definisi perjanjian tidak merupakan satu perbuatan hukum, akan tetapi

    merupakan hubungan hukum antara dua orang yang bersepakat untuk menimbulkan

    akibat hukum.60

    Perjanjian yang dilakukan akanmelahirkan suatu perikatan atau verbintenis

    (bahasa Belanda), yang artinya suatu hubungan hukum antara dua pihak, yang isinya

    adalah hak dan kewajiban. Suatu hak untuk menuntut sesuatu dan disebelah lain suatu

    kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Istilah lain dari perikatan dalam bahasa

    Inggris, yaitu Obligation yang dipakai untuk melukiskan hal yang sama, secara

    kurang lengkap hanya menunjuk pada satu sudut dari hubungan yang timbal balik itu,

    yaitu sudut kewajibannya, meskipun adanya suatu kewajiban mengandung pengertian

    bahwa di sudut lain ada suatu hak.61

    Perikatan sebagaimana dimaksudkan di atas, merupakan suatu pengertian

    abstrak, yaitu suatu hal yang tidak dapat dilihat tetapi dapat dibayangkan dalam pikiran

    manusia. Sorang atau lebih melakukan suatu perjanjian ia dengan sendirinya secara

    langsung akan mengikatkan dirinya pula terhadap mana ia melakukan perjanjian

    tersebut. Mengikatkan diri maksudnya bahwa dengan melakukan perjanjian tersebut,

    maka merekapun melakukan suatu perikatan tertentu, oleh satu pihak terhadap pihak

    lainnya diantara mereka.Dengan demikan, hubungan antara perikatan dan perjanjian

    adalah perikatan itu dilahirkan dari suatu perjanjian atau perjanjian adalah sumber,

    60Op.cit., h. 118

    61R. Subekti, 1992,Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Citra Aditya Bakti,

    Bandung, h. 2

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    45/132

    45

    bahkan sumber utama dari perikatan.Dikemukakan sebagai sumber utama oleh karena

    disamping itu, masih ada sumber-sumber lainnya yang juga bisa melahirkan

    perikatan.Oleh karena itu dapat dirumuskan bahwa perikatan itu dilahirkan dari

    perjanjian, undang-undang dan hukum tak tertulis.62

    Dasar hukum dari pernyataan di

    atas dapat dilihat didalam Pasal 1233 KUHPerdata, yang isinya menyatakan bahwa tiap-

    tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuanataupunkarena undang-undang.

    Pengertian lain dari perikatan dikemukakan oleh L. C. Hofmann, yaitu sebagai

    suatu hubungan hukum antara sejumlah terbatas subjek-subjek hukum sehubungan

    dengan itu seseorang atau beberapa orang dari padanya (Debitur atau para Debitur)

    mengikatkan dirinya untuk bersikap menurut cara-cara tertentu terhadap pihak yang

    lain, berhakatas sikap yang demikian itu.63

    Pengertian perjanjian dan perikatan di atas

    maka dapat disimak bahwa suatu perjanjian adalah suatu peristiwa nyata dan sumber

    utama dari lahirnya suatu perikatan tertentu yang dilakukan oleh seseorang atau lebih

    terhadap seorang atau lebih lainnya.

    Perjanjianyang telah dibuat memiliki akibat hukum pula bagi para pihak yang

    membuat perjanjian tersebut. Akibat hukum yang dimaksudkan adalah apabila isi

    perjanjian tidak dilaksanakan oleh para pihak, maka pihak yang lain (yang merasa

    dirugikan akibat tidak dilaksanakannya isi perjanjian tersebut) dapat saja menuntut

    secara hukum, sebab kedudukannya dilindungi secara hukum oleh undang-undang.

    62Ibid, h. 3

    63R. Setiawan, 1987, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung, h. 1

    (dikutip dari buku L.C. Hofmann, 1968, Het Nederlands Verbintenissenrecht,

    Eersteggedeelte, Wolters-Northdoff, NV, Groningen, p. 3)

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    46/132

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    47/132

    47

    4. Suatu sebab yang halal.

    Kesepakatan yang dimaksudkan adalah persesuaian kehendak antara para

    pihak, yaitu bertemunya antara penawaran dan penerimaan. Dalam hal ini,

    makakesepakatanpada hakikatnya merupakan penyesuaian pernyataan kehendak antara

    satu orang atau lebih dengan pihak yang lainnya.65Secara formil, suatu pernyataan

    kesepakatan para pihak dalam suatu perjanjian tertulis cukup dilakukan dengan

    pembubuhan tandatangan pada perjanjian tersebut.66Namun demikian, kesepakatan ini

    dapat dicapai dengan berbagai cara, baik dengan tertulis maupun secara tidak tertulis.

    Dikatakan tidak tertulis, bukan dalam artian semata-mata lisan karena perjanjian dapat

    saja terjadi dengan cara tidak tertulis dan juga tidak lisan, bahkan hanya dengan

    menggunakan simbol-simbol atau dengan cara lainnya yang tidak secara lisan.

    Mengenai makna kesepakatan harus diperhatikan pula ketentuan Pasal 1321

    KUHPerdata yang menyatakan bahwa Tiada sepakat yang sah apabila sepakat itu

    diberikan karena kekhilafan atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan.

    Kekhilafan terjadi apabila salah satu pihak khilaf tentang hal-halpokok dari apa yang

    diperjanjikan atau tentang barang yang menjadiobjek perjanjian. Paksaan yang

    dimaksudkan adalah paksaan rohani atau paksaanjiwa dan bukan paksaan

    fisik.Sedangkan penipuan terjadi apabila salahsatu pihak dengan sengaja memberikan

    65Salim H.S., 2003, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika,

    Jakarta, h. 16266

    Mariam Darus Badrulzaman, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya

    Bakti, Bandung, (selanjutnya disebut Mariam II) h. 80

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    48/132

    48

    keterangan-keterangan palsudisertai dengan tipu muslihat untuk membujuk pihak

    lawanmemberikan persetujuannya.67

    Berkenaan dengan unsur adanya kecakapan, hal itu berkaitan dengan

    kemampuan suatu pihak menurut hukum untuk melakukan perbuatan hukum

    (perjanjian). Kecakapan ini ditandai dengan dicapainya umur 21 tahun atau telah

    menikah walaupun usianya belum mencapai 21 tahun. Hal ini sesuai dengan ketentuan

    yang tercantum pada Pasal 330 KUHPerdata yang menyatakan bahwa Yang belum

    dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun dan

    tidak kawin sebelumnya. Bila perkawinan dibubarkan sebelum umur mereka genap dua

    puluh satu tahun, maka mereka tidak kembali berstatus belum dewasa.Selain itu Pasal

    1330 KUHPerdata juga mengatur mengenai pihak-pihak yang dipandang tidak memiliki

    kecakapan dalam membuat perjanjian, yakni:

    1. orang-orang yang belum dewasa;

    2. mereka yang ditaruh di bawah pengampuan;

    3. orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkanoleh undang-undang,

    dan pada umumnya semua orang kepadasiapa undang-undang telah melarang

    membuat perjanjianperjanjiantertentu.

    Sehubungan dengan unsur mengenai hal tertentu, sebagai syarat ketiga untuk

    sahnya perjanjian ini menerangkan tentang harus adanya objek perjanjian yang

    jelas.Jika tidak jelas, maka perjanjian tidak sah. Jadi suatu perjanjian tidak bisa

    dilakukan tanpa objek yang tertentu. Dengan kata lain, tidak dapat seseorang menjual

    sesuatu (tidak tertentu) dengan harga seribu rupiah misalnya karena kata sesuatu tidak

    67Salim H.S,Loc.cit

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    49/132

    49

    menunjukkan hal tertentu, tetapi hal yang tidak tentu. Mengenai hal tertentu yang harus

    ada di dalam suatu perjanjian,diatur dalam Pasal 1333 KUHPerdata yang menyatakan

    bahwaSuatu perjanjian harus mempunyai sebagai pokok suatubarang yang paling

    sedikit ditentukan jenisnya.Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak

    tentu,asal saja jumlah itu terkemudian dapat ditentukan ataudihitung.Apabila suatu

    perjanjian tanpa adanya suatu hal tertentu makaperjanjian tersebut adalah batal demi

    hukum.

    Syarat keempat mengenai suatu sebab yang halal, ini juga merupakan syarat

    tentang isi perjanjian. Isi perjanjian yang dimaksudkan disini tidak dapat bertentangan

    dengan undang-undang dan norma kesusilaan yang berlaku, serta ketertiban umum.

    Ketentuan Pasal 1335 KUHPerdata menyatakan bahwaSuatu perjanjian tanpa sebab,

    atau yang telah dibuat karenasuatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak

    mempunyaikekuatan.Adapun yang dimaksudkan dengan sebab atau causa dari suatu

    perjanjianadalah isi perjanjian itu sendiri.Oleh karena itu, isi dari suatu perjanjian

    termasuk terkait antara PT.PERTAMINA (Persero) dengan mitra usaha SPBU tidak

    boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dannorma kesusilaan yang

    telah berlaku maupun dengan ketentuan ketertiban umum.

    Apabila keempat syarat sesuai dengan Pasal 1320 KUHPerdata tersebut telah

    terpenuhi maka perjanjian yang telah dibuat secara sah akan berlaku sebagai undang-

    undang bagi para pihak yang membuatnya. Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 1338

    ayat (1) KUHPerdata yang menyatakan bahwa, semua perjanjian yang dibuat secara

    sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.Dengan demikian,

    Pasal 1338 KUHPerdataini menunjukkan adanya asas kebebasan berkontrak, yang

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    50/132

    50

    mengakui setiap orang bebas mengadakan suatu perjanjian berupa apa saja, baik

    bentuknya, isinya dan pada siapa perjanjian itu ditujukan.Berdasarkan hal tersebut,

    setiap orang baik Pemerintah maupun masyarakat diperbolehkan membuat perjanjian

    yang berupa dan berisi apa saja (tentang apa saja) dan perjanjian itu mengikat mereka

    yang membuatnya sebagai suatu undang-undang sepanjang tidak bertentangan dengan

    peraturan perundang-undangan dan norma kesusilaan yang telah berlaku maupun

    dengan ketentuan ketertiban umum.

    2.3 Klausula Baku Dalam Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah dengan pihak

    Swasta

    Terdapat banyak penyebutan terhadap perjanjian baku, diantaranyadalam bahasa

    asing adalahStandard Contract, Standard Vourrwarden,Standard Konditionen, ataupun

    Standarised Contract. Sementara itu dalam Undang-undangNomor 8 Tahun 1999

    tentang Perlindungan Konsumen dikenal adanyaklausula baku. Menurut Abdulkadir

    Muhamad bahwa perjanjian baku adalah perjanjian yang menjadi tolak ukur yang

    dipakai sebagai patokan atau pedoman bagi setiap konsumen yang mengadakan

    hubungan hukum dengan pengusaha, yang distandarisasikan atau dibakukan meliputi

    model, rumusan dan ukuran.68

    Pendapat lain juga dikemukakan oleh Sutan Remy

    Sjahdeini memberikan pendapat bahwa perjanjian baku adalah perjanjian yang hampir

    seluruh klausul-klausunya sudah dibakukan oleh pemakainya dan pihak lain pada

    dasarnya tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta

    68Abdulkadir Muhammad, 1992, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan

    Perdagangan, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 6

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    51/132

    51

    perubahan.69

    Selanjutnya Pasal 1 angka 10 Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang

    Perlindungan Konsumen memberikan definisi mengenai klausula baku sebagai berikut:

    Setiap peraturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan danditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam

    suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen

    Dalam penjelasan pasal tersebut dapat diketahui bahwa pengaturan mengenai klausula

    baku tersebut dimaksudkan oleh undang-undang sebagai usaha untuk menempatkan

    kedudukan konsumen secara setara dengan pelaku usaha berdasarkan prinsip kebebasan

    berkontrak.

    Perjanjian standar yang berbentuk klausula baku inisecara historis tumbuh

    danberkembang seiring pertumbuhan keadaan sosial dan ekonomi masyarakat yang

    membatasi keberadaan asas kebebasan berkontrak. Perusahaan besar semi pemerintah

    atau perusahaan-perusahaan pemerintahmengadakan kerja sama dalam suatu organisasi

    dan untuk kepentingannyamenciptakan syarat-syarat tertentu, secara sepihak untuk

    diajukan kepada pihak lawannya (counter party/wederpartij).70

    Dalam perjanjian standar

    biasanyapihak lawan mempunyai kedudukan (bargaining position) yang lemah,

    baikdalam perbuatan hukum yang akan diperbuatnya serta akibat hukumnya.71

    Dengan

    kata lain, menguatnya pembatasan terhadap asas kebebasan berkontraksebagai akibat

    dari dipergunakannya perjanjian-perjanjian baku dalam duniabisnis termasuk juga

    terkait hubungan perjanjian kerjasama antara Pemerintah dengan pihak swasta, maka

    kebebasan pihak lain yangmasih tersisa hanyalah berupa pilihan antara menerima atau

    69Sutan Remy Sjahdeini, Op.cit, h. 66

    70Hasanuddin Rahman, 2000, Legal Drafting, Citra Aditya Bakti, Bandung, h.

    13471

    Mariam II, Op.cit, h. 46

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    52/132

    52

    menolak (take it or leaveit) atas syarat-syarat perjanjian baku yang disodorkan

    kepadanya itu.72

    Mengenai ciri-ciri dari suatu perjanjian dengan klausula baku pada hakikatnya

    meliputi 5 hal sebagai berikut:

    1. bentuknya tertulis;

    2. isinya ditetapkan secara sepihak oleh kreditur yang posisinya relatif kuat dari

    debitor;

    3. debitor sama sekali tidak ikut menentukan isi perjanjian tersebut;

    4. terdorong oleh kebutuhan, debitor terpaksa menerima perjanjian tersebut;

    5. dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual.

    Ciri-ciri klausula baku diatas mencerminkan adanya kepentingan pengusaha dan sngat

    minim berpihak pada kepentingan konsumen. Dengan pembakuan syarat-syarat yang

    tercantum dalam perjanjian, maka kepentingan ekonomi pengusaha lebih terjamin

    karena konsumen hanya menyetujui syarat-syarat yang ditawarkan oleh pengusaha.73

    Dikaji dari klasifikasi perjanjian dengan klausula baku, maka pada dasarnya

    dapat dibedakan menjadi tiga jenis sebagai berikut:74

    1. Perjanjian baku sepihak

    Merupakan perjanjian yang isinya ditentukan oleh pihak yang kuat

    kedudukannya dalam perjanjian itu.Pihak yang kuat di sini adalah pihak kreditur

    yang lazimnya mempunyai kedudukan ekonomi kuat ibandingkan pihak

    72Sutan Remy Sjahdeini, 1993, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang

    Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut BankirIndonesia, Jakarta, h. 65

    73Mariam II, Op.cit, h. 53

    74Mariam II, Op.cit, h. 53

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    53/132

    53

    debitur.Kedua belah pihak lazimnya terikat dalam organisasi, misalnya pada

    perjanjian kerja kolektif.

    2. Perjanjian baku yang ditetapkan oleh pemerintah

    Merupakan perjanjian yang mempunyai objek berupa hak-hak atas tanah. Dalam

    bidang agraria, misalnya Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan

    Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1996 tentang Bentuk Surat Kuasa

    Membebankan Hak Tanggungan, Akta Pemberian Hak Tanggungan, Buku

    Tanah Hak Tanggungan, dan Sertipikat Hak Tanggungan.

    3. Perjanjian baku yang ditentukan di lingkungan Notaris atauAdvokat

    Merupakan perjanjian yang sudah sejak semula disediakan untuk memenuhi

    permintaan dari anggota masyarakat yang meminta bantuan Notaris atau

    Advokat yang bersangkutan.

    Hal di atas menunjukkan bahwa perjanjian dengan klausula baku sering atau

    dimungkinkan dipergunakan oleh Pemerintah dalam melakukan hubungan kerjasama

    dengan pihak swasta.

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    54/132

    54

    BAB III

    KEDUDUKAN PERTAMINA DALAM MELAKUKAN PERJANJIAN

    KERJASAMA CODO DENGAN MITRA USAHA SPBU

    3.1 Sejarah dan Dasar Hukum Kedudukan Pertamina

    Pemboran sumur minyak di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Belanda pada

    tahun 1871 di daerah Cirebon. Namun demikian, sumur produksi pertama adalah sumur

    Telaga Said di wilayah Sumatera Utara yang dibor pada tahun 1883 yang disusul

    dengan pendirian Royal Dutch Company di Pangkalan Brandan pada 1885. Sejak era

    itu, kegiatan ekspolitasi minyak di Indonesia dimulai.Kemudin pada era tahun 1900-an,

    Setelah diproduksikannya sumur Telaga Said, maka kegiatan industri perminyakan di

    tanah air terus berkembang. Penemuan demi penemuan terus bermunculan. Sampai

    dengan era 1950an, penemuan sumber minyak baru banyak ditemukan di wilayah Jawa

    Timur, Sumatera Selatan, Sumatera Tengah, dan Kalimantan Timur. Pada masa ini

    Indonesia masih dibawah pendudukan Belanda yang dilanjutkan dengan pendudukan

    Jepang. Ketika pecah Perang Asia Timur Raya produksi minyak mengalami gangguan.

    Pada masa pendudukan Jepang usaha yang dilakukan hanyalah merehabilitasi lapangan

    dan sumur yang rusak akibat bumi hangus atau pemboman lalu pada masa perang

    kemerdekaan produksi minyak terhenti. Namun ketika perang usai dan bangsa

    Indonesia mulai menjalankan pemerintahan yang teratur, seluruh lapangan minyak dan

    gas bumi yang ditinggalkan oleh Belanda dan Jepang dikelola oleh negara.75

    75PT. PERTAMINA, Sejarah Pertamina EP,www.pertamina-ep.com/id/

    tentang-pep/sejarah-kami, diunduh pada 10 Juli 2013

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    55/132

    55

    Pada awal kemerdekaan Republik Indonesiayakni tahun 1950-an, ketika

    penyelenggaraan negara mulai berjalan normal seusai perang mempertahankan

    kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia mulai melakukan inventarisasi sumber-

    sumber pendapatan negara, termasuk diantaranya dari sektor minyak dan gas.Adapun

    pengelolaan ladang-ladang minyak peninggalan Belanda saat itu tidak terkendali dan

    penuh dengan sengketa.Oleh karena itu, banyak ditemukan perusahaan-perusahaan kecil

    saling berebut untuk menguasai ladang-ladang tersebut.76

    PT. PERTAMINA (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang

    dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10

    Desember 1957 dengan nama PT PERMINA. Pada tahun 1961 perusahaan ini berganti

    nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN PERTAMIN di tahun

    1968 namanya berubah menjadi PN PERTAMINA. Dengan bergulirnya Undang

    Undang No. 8 Tahun 1971 sebutan perusahaan menjadi PERTAMINA. Sebutan ini

    tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT.

    PERTAMINA (Persero) pada tanggal 17 September 2003 berdasarkan Undang-Undang

    Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 pada tanggal 23 November 2001 tentang

    Minyak dan Gas Bumi sebagai dasar hukum Pertamina di Indonesia. PT Pertamina

    (Persero) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17

    September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum & HAM melalui Surat Keputusan

    No. C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober 2003. Pendirian Perusahaan ini

    dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1

    76PT. PERTAMINA, Sejarah Perusahaan, www.pertamina.com/Company

    History.aspx, diunduh pada 10 Juli 2013

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    56/132

    56

    tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998

    tentang Perusahaan Perseroan (Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001

    tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya

    berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 "Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan

    Pertambangan Minyak DanGas Bumi Negara (Pertamina) Menjadi Perusahaan

    Perseroan (Persero)". Sesuai akta pendiriannya, Maksud dari Perusahaan Perseroan

    adalah untuk menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam

    maupun di luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan

    usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut.77

    Dalam menjalankan kegiatan usahanya PT. PERTAMINA (Persero) memiliki

    visi perusahaan, yakni Menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia. Untuk

    mewujudkan visi tersebut PT. PERTAMINA (Persero) memiliki misi yaitu:

    Menjalankan usaha inti minyak, gas, dan bahan bakar nabati secara terintegrasi,

    berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.Adapun yang menjadi tujuan dari

    Perusahaan Perseroan ditetapkan untuk:

    1. Mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perseroan secara

    efektif dan efisien.

    2. Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk

    kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

    Menurut ketentuan dalam UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi,

    PT. PERTAMINA (Persero) tidak lagi menjadi satu-satunya perusahaan yang

    77PT. PERTAMINA, Tentang Pertamina,http://www.pertamina.com, diunduh

    pada 10 Juli 2013

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    57/132

    57

    memonopoli industri Minyak dan Gas Bumi dimana kegiatan usaha minyak dan gas

    bumi diserahkan kepada mekanisme pasar.Sebagai bagian dari manajemen perubahan

    yang tengah digulirkan berkenaan dengan perubahan status hukum PT. PERTAMINA

    (Persero) menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perseroan, PT Pertamina

    (Persero) berkomitmen untuk melaksanakan praktik-praktik Good Corporate

    Governance atau tata kelola perusahaan yang baik sebagai bagian dari usaha untuk

    pencapaian visi dan misi perusahaan. Code of Conductini merupakan salah satu wujud

    komitmen tersebut dan menjabarkan Tata Nilai PT. PERTAMINA (Persero) 6C, yaitu

    Clean, Competitive, Confident, Customer Focused, Commercial dan Capable ke dalam

    interpretasi perilaku yang terkait dengan etika usaha dan tata perilaku. Etika Usaha dan

    Tata Perilaku (Code of Conduct) ini disusun untuk menjadi acuan perilaku bagi

    Komisaris, Direksi dan pekerja sebagai Insan PT. PERTAMINA (Persero) dalam

    mengelola perusahaan guna mencapai visi, misi dan tujuan perusahaan. Penerapan Etika

    Usaha dan Tata Perilaku (Code of Conduct) ini dimaksudkan untuk:

    1. Mengidentifikasikan nilai-nilai dan standar etika selaras dengan Visi dan Misi

    perusahaan.

    2. Menjabarkan Tata Nilai Perusahaan 6C sebagai landasan etika yang harus diikuti

    oleh insan PT. PERTAMINA (Persero) dalam melaksanakan tugas.

    3. Menjadi acuan perilaku insan PT. PERTAMINA (Persero) dalam melaksanakan

    tugas dan tanggung jawab masing-masing dan berinteraksi dengan stakeholders

    perusahaan.

  • 8/10/2019 unud-889-734404711-tesis ( isi)

    58/132

    58

    4. Menjelaskan secara rinci standar etika agar insan PT. PERTAMINA (Persero)

    dapat menilai bentuk kegiatan yang diinginkan dan membantu memberikan

    pertimbangan jika menemui keragu-raguan dalam bertindak.78

    3.2 Kegiatan Usaha Pertamina

    Dalam menyelenggaraakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pengelolaan

    minyak dan gas bumi, PT. PERTAMINA (Persero) melaksanakan beberapa kegiatan

    usaha untuk mencapai maksud dan tujuan seperti yang telah diuraikan di atas.Adapun

    kegiatan usaha yang dimaksudkan meliputi:

    1. Menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi beserta hasil olahan

    dan turunannya.

    2. Menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang panas bumi yang ada pada saat

    pendiriannya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang

    telah mencapai tahap akhir negosiasi dan berhasil menjadi milik Perseroan.

    3. Melaksanakan pengusahaan dan pemasaran Liquified Natural Gas (LNG) dan

    produk lain yang dihas


Top Related