Download - Protap Medis Anak-perinatal
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
1/29
LAMBANG
RS
IMANUEL
ANEMIA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/2
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Direktur RS Imanuel Way Halim
Bandar Lampung
dr. Andreas Andoko
NIP: 324. 01042004PROSEDUR
TETAP
ANEMIA
Pengertian :
Anemia adalah kadar hemoglobin (Hb) vena sentral sebesar < 13 g/dL atau kadar
hemoglobin kapiler sebesar < 14,5 g/dL, selama periode neonatus (0-28 hari), pada
bayi dengan usia kehamilan > 34 minggu. Perlu dilacak masalah yang dialami, apakah
ada darah dalam tinja, urine, riwayat inkompatibilitas faktor rhesus (Rh), ABO, atau
defisiensi G6PD pada anak sebelumnya, perdarahan selama hamil atau dalam proses
persalinan, tali pusat terjepit saat lahir, apakah bayi muntah bercampur darah, apakah
bayi kembar dan bayi lainnya tampak sangat merah (twin-to-twin transfusion)
Tujuan :
Mencegah komplikasi lebih lanjut anemia pada anak
Kebijakan :
Anemia merupakan kasus darurat yang harus ditangani segera oleh petugas terlatih
berdasar ilmu kedokteran berbasis bukti .
Prosedur :
Perdarahan yang tampak atau riwayat perdarahan
Hentikan perdarahan
Berikan cairan infus dengan 20 ml/kg selama satu jam pertama.
Berikan K1 1 mg IM sekali, pada saat masuk tanpa memandang apakah apakahbayi telah diberi pada saat lhir.
Bila ada tanda syok (misal pucat, teraba dingin, denyut jantung lebih dari 180x/menit. Kesadaran menurun) berikan infus NaCL 0,9% dan ringer laktat
dengan dosis 10 ml/kgbb diberikan selama 10 menit dan dapat diulang sekali
lagi sesudah 20 menit tanda syok masih berlanjut, berikan transfusi darah
segera menggunakan golongan darah O, Rhesus negatif.
Ambil sampel darah untuk pemeriksaaan hemoglobin dan hematokrit sertagolongan darah dan reaksi silang bila belum dikerjakan.
1
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
2/29
Periksa tanda vital, bila bayi sudah stabil, selanjutnya berikan cairan sesuaikebutuhan harian.
Pucat dengan riwayat perdarahan atau tanpa perdarahan.
Bila ada pucat disertai gejala syok (misalnya teraba dingin, denyut jantung
lebih dari 180 x/menit, tidak sadar atau letargis) naikkan tetes infus menjadi20 ml/kg dalam 1 jam.
Transfusi darah
Kriteria transfusi darah pada bayi baru lahir risiko tinggi:
1. Bayi dengan distres pernafasan.
Transfusi bila hematokrit (Hct) < 40%; hipovolemia (pucat, takipnea,
hipotensi, perfusi jelek); kehilangan darah > 10 % volume darah dalam 48 jam
dan hematokrit < 45%.
2. Bayi tanpa distres pernafasan.
Transfusi bila hematokrit < 30% pada minggu pertama kehidupan; takikardia,
takipnea atau kardiomegali pada foto thoraks; peningkatan berat badan
suboptimal dan Hct < 30%
Unit terkait: -
2
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
3/29
LAMBANG
RS
IMANUEL
ASFIKSIA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Direktur RS Imanuel Way Halim
Bandar Lampung
dr. Andreas Andoko
NIP: 324. 01042004
PROSEDUR
TETAP
ASFIKSIA
Pengertian :
Pengertian asfiksia menurutAMERICAN ACADEMY OF PEDIATRICS (AAP) adalah:
1. Asidosis metabolik atau mix
2. Skor Apgar 0-3 > 5 menit
3. Manifestasi neurologis: kejang, hipotonus, koma atau ensefalopati iskemik
hipoksik (s/d hari ke-3)
4. Manifestasi sindroma disfungsi multi organ:
- Sistem kardiovaskuler: syok, hipotensi, insufisiensi trikuspidalis, nekrosis
myokardial, gagal jantung kongesti, disfungsi ventrikuler
- Fungsi ginjal: oliguria-anuria, akut tubular nekrosis, gagal ginjal
- Fungsi hepar: peningkatan aktivitas serum gamma glutamil transpeptidase,
amonia dan bilirubin indirek, penurunan faktor pembekuan darah
- Gastrointestinal: ileus paralisis atau enterokolitis nekrotikans (EKN)
- Paru-paru: sindrom distress respirasi
- Sistem hematologis: trombositopenia
- Metabolik: asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia
- Saraf: kejang, hipotonus, koma atau ensefalopati iskemik hipoksik
Tujuan :
Melakukan penanganan yang tepat dan cepat kejang pada neonatus
Prosedur :
Prosedur tata laksana asfiksi perinatal adalah:
1. Beri oksigen, bila diperlukan untuk gangguan nafas
2. Ukur suhu setiap 2 jam, bila abnormal tangani
3. Yakinkan bayi dapat minum dengan baik:
a. Bila refleks hisap baik, tidak sedang mendapat O2, anjurkan menyusu ASI
b. Bila bayi sedang mendapat O2 atau tidak dapat menyusu, beri ASI peras
c. Bila bayi tidak dapat minum termasuk melalui pipa lambung, beri infus
4. Bila bayi dapat minum dengan baik, tidak ada masalah lain, bayi dapat
dipulangkan dan berikan edukasi
Unit terkait: -
3
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
4/29
LAMBANG
RS
IMANUEL
ATRESIA ANI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/2Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Direktur RS Imanuel Way Halim
Bandar Lampung
dr. Andreas Andoko
NIP: 324. 01042004PROSEDUR
TETAP
ATRESIA ANI
Pengertian :
Tidak adanya anus pada tempat yang semestinya.
Tujuan :
Mengetahui diagnosis atresia ani sedini mungkin .
Kebijakan :
Suatu keadaan gawat darurat sehingga diagnosis atresia ani sangat perlu diketahui segera
untuk kemudian penanganan lebih lanjut
Prosedur:
Diagnosis atresia ani ditegakan dengan
1. Gejala klinik
a. Tidak tampak anus atau hanya tampakdimple
b. Distensi abdomen
c. Muntah hijau
d. Cari gejala yang berkaitan dengan letak tinggi dan letak rendah yaitu
fistula rektourinarius (laki-laki), fistula rektovaginalis (perempuan), fistula
rektokutaneus ataupun fistula perineal
2. Ro BabygramDidapatkan tanda-tanda berikut
a. Pada letak tinggi : batas distal udara usus terletak 2 cm diatas anal marker
b. Pada letak rendah : batas distal udara usus kurang dari 2 cm diatas anal
marker
Unit terkait: SMF Bedah
4
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
5/29
LAMBANG
RS
IMANUEL
ATRESIA ESOFAGUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/2Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Direktur RS Imanuel Way Halim
Bandar Lampung
dr. Andreas Andoko
NIP: 324. 01042004PROSEDUR
TETAP
ATRESIA ESOFAGUS
Pengertian :
90% kasus dengan kelainan ini mempunyai ujung yang buntu, sedangkan - 1/3 dari
esofagus bagian bawah berhubungan dengan trakea setinggi karina. Kira-kira 9% tidak
mempunyai fistula dan sisanya terdiri dari bermacam-macam bentuk
Tujuan :
Mengetahui diagnosis atresia esofagus sedini mungkin .
Kebijakan :
Suatu keadaan gawat darurat sehingga diagnosis atresia esofagus sangat perlu diketahui
segera untuk kemudian penanganan lebih lanjut
Prosedur:
Diagnosis atresia esofagus ditegakkan dengan:
1. Gejala klinik berupa hipersalivasi dan kadang biru oleh karena saliva masuk
dalam saluran pernafasan.
2. Pemberian minum dapat menyebabkan bayi batuk dan seperti tercekik (choking)
3. Bila terdapat fistula trakeoesofagus, perut akan tampak membuncit karena berisi
banyak udara. Bila dimasukkan pipa melalui mulut sepanjang 7,5-10 cm dari
bibir, pipa akan terbentur akan melingkar-lingkar pada ujung esofagus yang buntu.4. Diagnosis pasti dengan usaha memasukkan pipa nasogastrik dan mendapatkan
tahanan 10-12 cm dari lubang hidung dilanjutkan dengan rontgen babygram untuk
konfirmasi
Unit terkait: SMF Bedah
5
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
6/29
LAMBANG
RS
IMANUEL
BAYI BARU LAHIR NORMAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Direktur RS Imanuel Way Halim
Bandar Lampung
dr. Andreas Andoko
NIP: 324. 01042004
PROSEDUR
TETAP
BAYI BARU LAHIR NORMAL
Pengertian :
Bayi normal adalah bayi dengan masa gestasi cukup bulan (37-42 minggu), dengan berat
lahir 2500-4000 gram, lahir tidak dalam keadaan asfiksia, dan tidak terdapat kelaianan
kongenital berat.
Tujuan :
Melakukan penanganan yang tepat pada bayi baru lahir normal.
Kebijakan:
Menyelenggarakan rawat gabung untuk ibu-bayi yang memenuhi kriteria bayi baru lahirnormal.
Prosedur :
Manajemen bayi baru lahir normal:
Perawatan neonatal esensial paska persalinan yang bersih dan aman,serta inisiasi
penafasan spontan (resusistasi) yang dilanjutkan dengan:
- Stabilisasi suhu atau jaga agar suhu badan bayi tetap hangat, dengan jalan
membungkus badan dengan kain, selimut, atau pakaian yang kering dan
hangat, memakai tutup kepala, segera meletakkan pada dada atau putting
susu ibu, tidak memandikan sebelum berumur 6 jam.
- Pemberian ASI dini dan eksklusif, dimulai pada 30 menit pertama.- Pencegahan terhadap infeksi dan pemberian imunisasi.
- Pemberian injeksi vitamin K1 secara intramuscular 1 mg sekalai
pemberian.
Perawatan mata dengan tetes mata antibiotika tetrasiklin atau kloramfenikol
Perawatan tali pusat, dengan menjaga kebersihan dan menjaga agar tali pusat
kering tidak lembab
Pemberian vaksin polio dan hepatitis B pertama.
Pemantauan selama minimal 6 jam untuk melihat kemungkinan timbulnya bahaya,
terutama hipotermia dan hipoglikemia serta gangguan nafas.
Unit terkait: Instalasi Maternal Perinatal
6
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
7/29
LAMBANG
RSIMANUEL
BAYI BERAT LAHIR RENDAH
No. Dokumen No. Revisi Halaman1/1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Direktur RS Imanuel Way Halim
Bandar Lampung
dr. Andreas Andoko
NIP: 324. 01042004
PROSEDUR
TETAP
BAYI BERAT LAHIR RENDAH
Pengertian :
Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir 1500 - < 2500 g
Bayi berat lahir sangat rendah adalah bayi dengan berat lahir 1000 - < 1500g
Bayi berat lahir ekstrim rendah adalah bayi dengan berat lahir < 1000 g
Yang dimaksud dengan bayi berat lahir rendah pada protap ini adalah semua
keadaan bayi dengan berat lahir < 2550 g, tanpa memandang masa gestasi.
Tujuan :
Mencegah mortalitas dan komplikasi yang tidak diinginkan pada bayi-bayi beratlahir rendah
Kebijakan:
Medikamentosa:
Pemberian vitamin K1: injeksi 1 mg IM (intra muskular) sekali pemberian
Preparat besi sebagai suplementasi mulai diberikan pada usia 2 minggu
Apabila terdapat tanda-tanda infeksi (sepsis), diberikan terapi antibiotika sesuai
protap (lihat protap SEPSIS)
Mempertahankan suhu tubuh normal Gunakan cara kontak kulit dengan kulit, kangoroo mother care, pemancar panas,
inkubator atau ruangan hangat yang tersedia
Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
Ukur suhu tubuh secara periodik
Pemberian minum
ASI adalah pilihan pertama
Pastikan bayi mendapat ASI dengan jumlah cukup
ASI diberikan sesuai kemampuan bayi:
- Menyusu semau bayi- ASI perah melalui pipa lambung, cangkir atau sendok
7
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
8/29
Cairan intravena
Apabila bayi tidak dapat minum per oral, atau kecukupan cairan bayi tidak
terpenuhi melalui asupan peroral, maka dapat ditambahkan dengan pemberian
cairan intravena
Suportif
Jaga dan pantau kehangatan
Jaga dan pantau potensi jalan nafas
Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
Bila terjadi penyulit, segera kelola sesuai dengan penyulit yang ditemukan
Berikan dukungan emosional kepada ibu dan anggota keluarga lainnya
Unit terkait: -
8
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
9/29
LAMBANGRS
IMANUEL
BAYI IBU DIABETES MELLITUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Direktur RS Imanuel Way Halim
Bandar Lampung
dr. Andreas Andoko
NIP: 324. 01042004PROSEDUR
TETAP
BAYI IBU DIABETES MELLITUS
Pengertian:
Bayi baru lahir dari ibu yang menderita Diabetes Mellitus
Tujuan:
Mengetahui masalah yang timbul pada bayi oleh karena ibu menderita penyakit Diabetes
Mellitus
Kebijakan:
Semua kasus bayi dengan ibu yang menderita Diabetes Melitus merupakan kasus yang
harus segera ditangani mengingat penyakit Diabetes Mellitus berisiko untuk terjadi
hipoglikemia pada 3 hari pertama setelah lahir, walaupun bayi sudah dapat minum
dengan baik.
Prosedur:
Manajemen bayi pada ibu yang menderita Diabetes Mellitus
Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering, paling tidak 8 kali
sehari, siang dan malam
Bila bayi berumur kurang 3 hari, amati sampai umur 3 hari
- Periksa kadar glukosa pada
saat bayi datang atau pada umur 3 jam
tiga jam setelah pemeriksaan pertama, kemudian tiap 6 jam selama
24 jam atau sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali
pemeriksaan berturut-turut
- Bila kadar glukosa 45 mg/dL atau bayi mernunjukkan tanda hipoglikemi
(tremor atau letargi), tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi)
- Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain,
bayi dapat minum dengan baik, pulangkan bayi pada hari ke-3
Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit,
bayi tidak perlu pengamatan. Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah
lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
9
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
10/29
Unit terkait:
LAMBANGRS
IMANUEL
BAYI IBU HBsAg
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Direktur RS Imanuel Way Halim
Bandar Lampung
dr. Andreas Andoko
NIP: 324. 01042004PROSEDUR
TETAP
BAYI IBU HBsAg
Pengertian:
Bayi baru lahir dari ibu yang menderita Hepatitis B
Tujuan:
Mengetahui masalah yang timbul pada bayi oleh karena ibu menderita penyakit hepatitis
akut atau tes serologis HbsAg positif
Kebijakan:
Semua kasus bayi dengan ibu menderita hepatitis B atau tes serologis HbsAg positif
merupakan kasus yang harus segera ditangani mengingat penyakit hepatitis B dapat
menular kepada bayinya
Prosedur:
Manajemen bayi pada ibu dengan HbsAg positif
Berikan dosis awal Vaksin Hepatitis B (VHB) 0,5 ml IM segera setelah lahir
(sebaiknya 12 jam sesudah lahir) dilanjutkan dosis ke-2 dan ke-3 sesuai dengan
jadwal imunisasi hepatitis.
Bila tersedia, berikan Imunoglobulin Hepatitis B 200 IU (0,5 ml) IM disuntikanpada paha sisi yang lainnya, dalam waktu 24 jam setelah lahir atau paling lambat
48 jam setelah lahir.
Yakinkan ibu untuk tetap menyusui bayinya.
Unit terkait: Instalasi Maternal Perinatal
10
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
11/29
LAMBANG
RSIMANUEL
DIARE
No. Dokumen No. Revisi Halaman1/1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Direktur RS Imanuel Way Halim
Bandar Lampung
dr. Andreas Andoko
NIP: 324. 01042004PROSEDUR
TETAP
DIARE
Pengertian :
Diare pada neonatal penyebabnya selain infeksi yang tersering adalah sepsis. Tindakan
pencegahan infeksi dengan ketat, bila merawat bayi dengan diare untuk mencegah infeksi
silang diruang perawat bayi. Pakai sarung tangan bila menangani popok dan barang lain
yang kotor yang telah digunakan. Cuci tangan dengan baik setiap selesai memegang bayi
diare. Gejala klinis berupa bayi berak cair lebih sering dari biasanya, tinja berwarna hijau
dan mengandung lender atau darah, dapat terjadi dehidrasi bila kehilangan cairan banyak.
Tanda dehidrasi ( mata cekung, ubun-ubun cekung, elastisitas kulit turun, lidah dan
membrane mukosa kering) secara umum sulit mencari tanda-tanda dehidrasi pada
neonatus, dicurigai bila berat badan turun > 10 % dan atau jumlah kencing menurun.
Tujuan :
1. Mencegah jangan sampai terjadi dehidrasi .
2. Mengatasi kasus diare
Kebijakan :
Diare merupakan kasus darurat yang harus ditangani segera oleh petugas terlatih
Prosedur :
* Berikan dukungan pada ibu untuk menyusui, jika bayi tidak dapat menyusui,
berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternative cara pemberian
minum.
* Jika ibu memberikan makanan atau cairan lain selain ASI, minuman /makanan
lain harus dihentikan.
* Berikan larutan rehidrasi oral, setiap kali diare :
- Jika bayi dapat menyusu, ibu dianjurkan untuk memberi ASI sesering
mungkin, atau diberikan larutan rehidrasi oral sebanyak 20 ml antara
pemberian ASI dengan menggunakan salah satu alternative cara
pemberian minum.- Jika bayi tidak dapat menyusu dengan baik, pasang pipa lambung,
11
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
12/29
- Berikan cairan oralit 20 ml melalui pipa.
Bila tidak cukup, berikan ASI peras 20 ml dan kemudian berikan
ASI dan oralit secara simultan.
Jika tidak ada ASI, berikan larutan rehidrasi oral 20 ml yang sudah
diencerkan, dengan perbandingan 1:3.
* Jika bayi tidak dehidrasi, ASI diberikan lebih sering dan lebih lama.* Jika bayi menunjukka tanda dehidrasi atau sepsis :
- Pasang jalur IV, sementara bayi masih menyusu jika memungkinkan .
- Jika bayi menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, berikan larutan ringer
laktat / NaCL 0,9 % 30 ml/kg berat badan dalam 1 jam, kemudian
dilanjutkan dengan 70 ml/kg berat badan diberikan dalam 5 jam.
* lakukan pengamatan dan penilaian dalam 18 jam berikutnya :
- jika bayi telah terehidrasi dan tidak diare lagi, berikan cairan dengan
dosis rumatan sesuai umur.
- Jika bayi telah terehidrasi tapi masih diare , tambahkan cairan rumatan
dengan 10 ml setiap kali diare dan sesuaikan volume cairan yang
diberikan.- Lakukan kaji ulang setelah 12 jam.
12
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
13/29
LAMBANG
RSIMANUEL
ENTEROKOLITIS NEKROTIKANS (EKN)
No. Dokumen No. Revisi Halaman1/1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Direktur RS Imanuel Way Halim
Bandar Lampung
dr. Andreas Andoko
NIP: 324. 01042004PROSEDUR
TETAP
ENTEROKOLITIS NEKROTIKANS (EKN)
Pengertian :
Entrokolitis nekrotikans adalah suatu penyakit yang berat pada saluran saluran cerna,
umumnya menyerang bayi prematur penyebabnya belum jelas. Ada dugaan hal ini
disebabkan oleh infeksi, nekrosis vaskuler saluran cerna, dan makanan hiperosmolar.
Penampilan awal dari neonatus tampak lemah, gelisah, malas minum, muntah, perfusi
menurun kemudian diikuti dengan kembung biasanya sampai dinding abdomen tampak
kemerahan, tinja berdarah dan obstipasi.
Tujuan :
1. Mencegah kejadian Entrokolitis nekrotikans .
2. Mengatasi kasus Entrokolitis nekrotikans .
Kebijakan :
Entrokolitis nekrotikans merupakan kasus darurat yang harus ditangani segera oleh
petugas terltih berdasar ilmu kedokteran berbasis bukti .
Prosedur :
1. Hindari pemberiaan makanan padat sebelum empat bulan .
2. Harus dirawat inap dan dipantau secara intensif.
3. Dipuasakan .
4. Makanan diberikan secara parentral sampai ada perbaikan ( lebih kurang
setelah lima hari pencernannya berfungsi ).
5. Cairan dan elektrolit dimonitor ketat.
6. Berikan oksigen untuk mencegah iskemia usus .
7. Biakan darah dan tinja dan berikan antibiotik bila ada tanda-tanda infeksi.
8. Evaluasi dengan ketat tanda-tanda perforasi .
9. Bila ditemukan tanda perforasi harus dilakukan operasi.
Unit terkait: SMF Bedah
13
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
14/29
LAMBANG
RSIMANUEL
HERNIA DIAFRAGMATIKA
No. Dokumen No. Revisi Halaman1/1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Direktur RS Imanuel Way Halim
Bandar Lampung
dr. Andreas Andoko
NIP: 324. 01042004PROSEDUR
TETAP
HERNIA DIAFRAGMATIKA
Pengertian :
Tidak terbentuknya sebagian diafragma sehingga sebagian isi perut masuk ke dalam
rongga toraks melewati foramen Bohdalek
Tujuan :
Mengetahui diagnosis hernia diafragma sedini mungkin .
Kebijakan :
Suatu keadaan gawat darurat sehingga diagnosis hernia diafragma sangat perlu diketahui
segera untuk kemudian penanganan lebih lanjut
Prosedur:
Diagnosis hernia diafragma ditegakan dengan
1. Gejala klinik tergantung kepada banyaknya isi perut yang masuk ke dalam rongga
toraks, sehingga menimbulkan gejala gangguan pernapasan seperti biru, sesak
napas, retraksi sela iga dan substernal, perut kecil dan cekung, suara napas tidak
terdengar pada paru yang terdesak dan bunyi jantung lebih jelas pada bagian yang
berlawanan oleh karena didorong oleh isi perut.
2. Ro Babygram : gambaran udara usus pada salah satu hemitorak, penggeseranmediastinum dan pendesakan paru pada sisi yang berlawanan dengan gambaran
usus.
Unit terkait: SMF Bedah
14
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
15/29
LAMBANG
RSIMANUEL
HIPOGLIKEMIA PADA NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman1/1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Direktur RS Imanuel Way Halim
Bandar Lampung
dr. Andreas Andoko
NIP: 324. 01042004
PROSEDUR
TETAP
HIPOGLIKEMIA PADA NEONATUS
Pengertian :
Hipoglikemia pada neonatus didefinisikan sebagai nilai glukosa serum 45 mg/dL.
Hipoglikemia merupakan salah satu indicator penting stress dan penyakit pada bayi.
Hipoglikemia yang tidak ditangani dapat mengakibatkan kerusakan saraf permanen atau
kematian.
Tujuan :
Unit asuhan neonatus harus siap untuk mendeteksi dan menangani hipoglikemia
Kebijakan :
Setiap bayi dengan faktor risiko hipoglikemia, harus dilakukan pemeriksaan glukosa
darah serum. Faktor risiko tersebut adalah:
- Bayi asfiksia
- Bayi sakit
- Bayi hipoksia
- Bayi dari ibu diabetes
- Bayi yang besar untuk masa kehamilan
- Bayi yang kecil untuk masa kehamiln
- Bayi kurang bulan dan lebih bulan
- Bayi puasa- Bayi dengan polisitemia (hematokrit > 68 %)
- Bayi dengan ibu mengkonsumsi obat-obatan, misalnya steroid, beta blocker
Selain bayi dengan faktor-faktor risiko tersebut, kadar glukosa darah harus selalu
dievaluasi ketika terdapat tanda klinis sebagai berikut:
- Jitteriness
- Sianosis
- Kejang atau tremor
- Letargi dan menyusui yang buruk
- Apnea
- Tangisan lemah atau bernada tinggi
- Hipotermia- RDS (Respiratory Distress Syndrome)
15
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
16/29
Prosedur:
Prosedur tata laksana hipoglikemia adalah sebagai berikut:
Unit terkait: -
16
GIR (glucose infusion rate) = jumlah cairan dextrosa/jam (ml/jam) x konsentrasi dextrose
BB x 6
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
17/29
LAMBANG
RSIMANUEL
IBU DENGAN TUBERKULOSIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman1/1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Direktur RS Imanuel Way Halim
Bandar Lampung
dr. Andreas Andoko
NIP: 324. 01042004
PROSEDUR
TETAP
IBU DENGAN TUBERKULOSIS
Pengertian :
Tuberkulosis pada neonatus biasanya berat dan angka kematiannya cukup tinggi karena
sulit untuk diagnosis dan sangat mudah terjadi penyebaran ekstra pulmonar atau TBC
yang berat pada bayi tersebut ( meningitis, milier).
Penemuan dan pengobatan ibu hamil dengan tuberkulosis secara dini adalah cara yang
paling efisien untuk mencegah tuberkulosis pada neonatus. Tuberkulosis pada neonatus
bisa kongenital (didapat in utero) atau neonatal (didapat segera setelah lahir) dari ibu,
penolong persalinan, pengasuh.Tuberkulosis kongenital bisa terjadi melalui plasenta,
inhalasi, ingesti (menelan) cairan amnion yang terinfeksi. Tuberkulosis neonatal terjadi
melalui menghirup droplet yang terinfeksi, menelan droplet yang terinfeksi, menelan susuyang terinfeksi dan kontaminasi dari kulit atau selaput lendir yang terluka .Gejala-gejala
yang sering terdapat pada TB kongenital adalah hepatosplenomegali, distres nafas, panas,
limfadenopati, distensi abdomen, letargi.
Tujuan :
Mencegah kejadian tuberkulosis pada neonatus.
Kebijakan :
Tuberkulosis merupakan kasus cukup beratt yang harus ditangani segera
Prosedur :
Bila ibu menderita tuberkulosis paru aktif dan mendapat pengobatan kurang dari 2 bulan
sebelum melahirkan, atau didiagnosis TBC setelah melahirkan:
- Jangan diberi vaksin BCG saat setelah lahir.
- Beri profilaksis Isoniazid 5 mg/kg sekali sehari secara oral
- Pada umur 8 minggu lakukan evaluasi kembali, catat berat badan dan lakukan
pemeriksaan tes mantoux dan radiologi bila memungkinkan. Tunda pemberian vaksin
BCG sampai 2 minggu setelah pengobatan selesai. Bila vaksin BCG sudah terlanjur
diberikan, ulang pemberiannya 2 minggu setelah pengobatan selesai.
- Yakinkan ibu ASI tetap diberikan. Lakukan tindak lanjut terhadap bayinya tiap 2
minggu untuk menilai kenaikkan berat bayi .
17
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
18/29
Unit terkait: -
LAMBANGRS
IMANUEL
KEJANG PADA NEONATUS
(NEONATAL SEIZURE)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Direktur RS Imanuel Way Halim
Bandar Lampung
dr. Andreas Andoko
NIP: 324. 01042004
PROSEDUR
TETAP
KEJANG PADA NEONATUS (NEONATAL SEIZURE)
Pengertian :
Kejang pada neonatus secara klinis adalah perubahan paroksimal dari fungsi neurologic
(misalnya perlaku, sensorik, motorik, dan fungsi autonom system saraf) yang terjadi pada
bayi berumur sampai dengan 28 hari. Penyebab kejang pada neonatus dapat karena
kelainan susunan syaraf pusat primer karena proses intracranial (meningitis,
cerebrovascular accident, ensefalitis, perdarahan intracranial, tumor), atau sekunder
karena masalah sistemik atau metabolik (misalnya iskemik-hipoksik, hipokalsemia,hipoglikemia, hiponatremia).
Tujuan :
Melakukan penanganan yang tepat dan cepat kejang pada neonatus
Prosedur :
Penatalaksanaan kejang pada neonatus meliputi:
1. Stabilisasi keadaan umum:
- Pemantauan tanda utama, meliputi nadi respirasi dan suhu
- Tangani apabila ada ketidakstabilan suhu
- Beri bantuan respirasi dan terapi oksigen bila diperlukan- Pasang jalur intravena dan beri cairan dengan dosis rumatan
2. Hentikan kejang
- Periksa kadar glukosa darah. Apabila < 45 mg/dL, tangani hipoglikemi
sebelum melanjutkan manajemen kejang
- Bila bayi dalam keadaan kejang atau bayi kejang dalam beberapa jam
terakhir, beri injeksi fenobarbital 20 mg/kg BB secara IV, pelan-pelan
dalam waktu 5 menit
- Bila jalur intravena belum terpasang, beri injeksi fenobarbital 20 mg/kg
BB dosis tungga secara IM, atau dosis dapat ditingkatkan 10-15 %
disbanding dosis IV
18
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
19/29
- Bila kejang tidak berhenti dalam waktu 30 menit, beri ulangan fenobarbital
10 mg/k BB secara IV atau IM. Dapat diulangi sekali lagi 30 menit
kemudian bila perlu. Dosis maksimal 40 mg/kg BB/hari
- Bila kejang masih berlanjut atau berulang, beri injeksi fenitoin 20 mg/kg,
dengan memperhatikan:
Fenitoin hanya dapat diberikan secara IV Campur dosis fenitoin ke dalam 15 ml garam fisiologis dan
diberikan dengan kecepatan 0,5 mL/menit selana 30 menit.
Fenitoin hanya boleh dicampur dengan larutan garam fisiologis,
sebab jenis cairan lain akan mengakibatkan kristalisasi.
Monitor denyut jantung selama pemberian fenitoin IV
- Anti kejang rumatan diberikan setelah kejang teratsi. Pilihan utama adalah
fenobarbital 5 mg/kg BB/hari. Kasus yang resisten dapat diterapi dengan
kombinasi fenobarbital dan karbamazepin. Golongan sodium divalproat
juga dapat dipertimbangkan
Lamanya pemberian anti kejang rumatan tergantung keadaanklinis, atau bila memungkinkan dilakukan pemeriksaan EEG.
- Pengobatan faktor etiologi dan suportif untuk mencegah kejang berulang.
Unit terkait: -
19
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
20/29
LAMBANG
RS
IMANUEL
PENANGANAN TRAUMA LAHIR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Direktur RS Imanuel Way Halim
Bandar Lampung
dr. Andreas AndokoNIP: 324. 01042004
PROSEDUR
TETAP
PENANGANAN TRAUMA LAHIR
Pengertian :
Trauma lahir merupakan trauma yang terjadi selama proses persalinan. Insidensnya
adalah 2-7 per 1000 kelahiran hidup. Bayi akan mengalami salah satu keadaan berikut :
a. Gerakan abnormal atau posisi asimetris dari lengan atau tungkai
b. Bengkak pada daerah tulang yang terkena
c. Menangis apabila lengan, kaki atau bahu digerakkan
d. Tidak dapat menutup mata, atau mengerutkan dahi pada sisi yang terkena trauma,atau kesulitan menelan.
Tujuan :
Mengatasi keadaan yang ditimbulkan akibat trauma lahir.
Kebijakan :
Semua kasus dengan trauma lahir dapat ditangani oleh petugas yang terampil.
Prosedur :
Penanganan neonatus dengan trauma lahir berupa :
1. Palsi Lengan :
- Hati-hati waktu memegang bayi, agar tidak terjadi trauma yang lebih parah.
- Dalam waktu minggu pertama, balut lengan dengan posisi seperti pada bayi
dengan fraktur humerus untuk mengurangi nyeri.
- Bila ibu dapat merawat bayinya, dan tidak ada masalah lain yang memerlukan
perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
- Minta ibu membawa bayinya pada waktu umur satu minggu untuk : melihat
apakah keadaan bayi membaik, minta ibu melakukan latihan pasif bila gerakan
lengan belum normal.
- Lakukan tindak lanjut tiap bulan, dan jelaskan pada ibu bahwa sebagian besar
palsi lengan dapat sembuh setelah umur 6-9 bulan. Apabila setelah umur satu
20
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
21/29
tahun gerakan lengan masih terbatas, kemungkinan kelainan tersebut akan
berlangsung lebih lama.
2. Palsi Wajah :
- Beri salep mata paling tidak 4 kali sehari sampai bayi dapat menutup matanya.
- Bila bayi mengalami kesulitan minum :a. bantu ibu menemukan cara untuk membantu bayi dapat melekat dengan
baik
b. bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan salah satu
alternatif cara pemberian minum.
- Bila bayi dapat minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
- Sebagian besar kasus dapat sembuh spontan dalam 2 minggu.
3. Fraktur :
- Tegakkan diagnosis dengan pemeriksaan radiologis.
- Hati-hati pada waktu mengangkat dan mengubah posisi bayi, ajari juga ibu
cara melakukan hal itu. Hindari sebanyak mungkin menggerakkan ekstremitasyang mengalami patah tulang.
- Imobilisasi lengan untuk mengurangi sakit.
- Terangkan ibu bahwa fraktur dapat sembuh spontan, biasanya tanpa gejala
sisa.
- Bila tidak ada masalah lain, bayi dapat dipulangkan dari rumah sakit.
- Lakukan tindak lanjut pada umur satu bulan untuk melihat penyembuhannnya.
a. Fraktur humerus
- Beri bantalan kapas atau kasa antara lengan yang terkena dan dada
dari ketiak sampai siku.
- Balut lengan atas sampai dada dengan kasa pembalut
- Fleksikan siku 900 dan balut dengan kasa pembalut lain, balut
lengan atas menyilang dinding perut. Yakinkan bahwa tali pusat
tidak tertutup kasa pembalut.
b. Fraktur klavikula
- Lakukan penanganan seperti fraktur humerus
- Bila tidak ada keluhan, meskipun ditemukan fraktur Greenstick,
pada neonatus tidak perlu difiksasi.
- Periode penyembuhan berkisar 3 minggu
- Bila terdapat paralisis nervus brakialis, lakukan manajemen palsi.
c. Fraktur femur
- Letakkan bayi terlentang dan letakkan bantalan bidai di bawah
pinggang sampai dengan lutut bayi pada tungkai yang terkena.
- Balut bidai ke tubuh bayi dengan pembalut elastis pada
pinggangnya dan dari paha sampai di bawah lutut pada kaki yang
terkena.
- Tali pusat jangan sampai tertutup pembalut.
Unit terkait: SMF Bedah
21
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
22/29
LAMBANG
RS
IMANUEL
SEPSIS NEONATORUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Direktur RS Imanuel Way Halim
Bandar Lampung
dr. Andreas Andoko
NIP: 324. 01042004
PROSEDUR
TETAP
SEPSIS NEONATORUM
Pengertian :
Sepsis neonatorum adalah sindroma klinis penyakit sistemik akibat infeksi selama 1 bulan
pertama kehidupan. Penyebab yang terpenting adalah bakteri, virus, jamur, protozoa.
Insidensi sepsis neonatorum adalah 1-10 dari 1000 kelahiran hidup, dengan mortalitas 13-
50%. Manifestasi klinis sepsis neonatorum tidak spesifik. Manifestasi yang dapat
ditemukan adalah gawat nafas: apnea, takipnea, sianosis (paling sering); gejala
gastronintestinal: muntah, diare, distensi abdomen, ileus, sulit minum; hipotermia (paling
sering) atau hipertermia; hepatomegali; ikterus; hipoglikemia atau hiperglikemia; letargi ;
irritable; kejang; fontanela menonjol; syok; disseminated intravaskular coagulopathy
(DIC). Manifestasi laboratorium yang dapat dijumpai adalah leukositosis (AL >
20.000/uL); leukopenia, AL < 5.000/uL; trombositopenia; neutropenia, hitung neutrofil
abosolut < 1.500; IT rasio (rasio neutrofil imatur:neutrofil total) > 0,2; peningkatan CRP
serial setiap 12 jam; peningkatan laju endap darah; dan kultur sebagai baku emas
Tujuan :
Melakukan penanganan yang tepat dan cepat pada sepsis neonatorum
Kebijakan :Neonatus yang lahir dari ibu dengan profilaksis antimikroba antepartum/PAI {persalinan
kurang bulan < 37 minggu, KPD > 18 jam, demam intrapartum pada ibu ( 38 0C), anak
sebelumnya terkena infeksi GBS (Grup B streptokokus) simtomatik, bakteriuria GBS
pada ibu selama kehamilan}:
- Jika bayi menunjukkan tanda sepsis: ambil kultur darah dan mulai berikan
antibiotik.
Jika bayi tidak menunjukkan tanda sepsis, kehamilan 35 minggu dan ibu
mendapatkan sedikitnya 2 dosis antibiotik: lakukan obeservasi ketat. Tidak perlu
kultur ataupun antibiotik.
Jika bayi tidak menunjukkan tanda sepsis, kehamilan < 35 minggu atau ibu hanya
mendapatkan 1 dosis antibiotik: periksa darah tepi lengkap dan kultur darah danlakukan observasi. Tidak perlu antibiotik.
22
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
23/29
Prosedur :
Antibiotik lini pertama:
- Ampisilin 50 mg/kg BB/12 jam, untuk meningitis 100 mg/kg BB/12 jam.
- Gentamicin 5 mg/kg BB/ 24 jam
Antibiotik lini kedua:- Sefotaksim 50 mg/kg BB/12 jam, untuk meningitis 100 mg/kg BB/12 jam
- Amikasin 15 mg/kg BB/ 24 jam
Lama pemberian antibiotik:
Pada sepsis yang didiagnosis secara klinis: 10-14 hari
Pada meningitis: 14-21 hari
Unit terkait: -
23
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
24/29
LAMBANGRS
IMANUEL
TERMOREGULASI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Direktur RS Imanuel Way Halim
Bandar Lampung
dr. Andreas Andoko
NIP: 324. 01042004
PROSEDUR
TETAP
TERMOREGULASI
Pengertian :
Termoregulasi atau pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir (BBL) merupakan aspek
yang sangat penting dalam perawatan BBL. Suhu tubuh normal dihasilkan dari
keseimbangan antara produksi dan kehilangan panas tubuh.
Banyak faktor yang berperan dalam termoregulasi seperti umur, berat badan, luas
permukaan tubuh dan kondisi lingkungan. Bayi tidak seperti orang dewasa dalam
beradaptasi dengan perubahan suhu, oleh karena permukaan tubuh bayi yang lebih luas
disbanding orang dewasa, sehingga saat bayi terpapar dingin akan lebih banyakmenggunakan energy dan oksigen untuk mendapatkan kehangatan.
Hipotermi pada BBL adalah suhu dibawah 36,5 0C, yang terbagi atas hipotermi ringan
(36-35,5 0C), hipotermi sedang (32-36 0C), dan hipotermi berat (< 36 0C). Hipotermi
dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan yang dingin (suhu lingkungan
rendah, permukaan yang dingin atau basah), atau bayi dalam keadaan basah atau tidak
berpakaian.
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh > 37,5 0C. Hipertermi dapat disebabkan karena
terpapar dengan lingkungan yang panas (suhu lingkungan panas, paparan sinar matahari
atau paparan panas yang berlebihan dari inkubator atau alat pemancar panas).
Tujuan :Melakukan penanganan yang tepat dan cepat gangguan termoregulasi pada neonatus.
Kebijakan:
Pada BBL yang memiliki risiko terjadinya gangguan termoregulasi, perlu dilakukan
observasi ketat untuk dapat segera mendiagnosis dan menangani gangguan yang
ditemukan. Faktor-faktor risiko tersebut adalah:
- Bayi preterm dan bayi-bayi kecil
- Bayi dengan kelainan bawaan khususnya dengan penutupan kulit yang tidak
sempurna (meningomielokel, gastroskisis, omfalokel)
- Bayi dengan gangguan saraf sentral (perdarahan intrakranial, obat-obatan,
asfiksia)- Bayi dengan tindakan resusitasi yang lama
24
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
25/29
- BayiIUGR (Intra Uterine Growth Retardation) atau Janin Tumbuh Lambat.
Prosedur :
Tatalaksana hipotermia:
- Segera hangatkan bayi (bila perlu gunakan inkubator, pemancar panas atau
ruangan hangat)- Ganti baju yang dingin dan basah, beri pakaian hangat, topi, kaus kaki, selimut)
- Pada hipotermi sedang, anjurkan menghangatkan bayi dengan metode kontak kulit
dengan kulit atau perawatan bayi lekat
- Hindari panas berlebihan, posisi bayi sering diubah)
- Bila ada gangguan nafas, beri terapi oksigen
- Pasang jalur IV, cairan sesuai dosis rumatan, infus tetap terpasang di bawah
pemancar panas
- Periksa kadar gula darah, bila abnormal tangani segera
- Nilai tanda kegawatan tiap jam dan kemampuan minum tiap 4 jam sampai suhu
normal
- Ambil sampel darah, beri antibiotik bila memenuhi kriteria sepsis- Anjurkan menyusui segera setelah bayi siap:
Bila tidak dapat menyusu, beri ASI peras,
Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beriASI peras begitu suhu bayi mencapai 35 0C
- Periksa suhu tubuh tiap jam, bila naik paling tidak 0,5 0C/jam, upaya
menghangatkan berhasil, lanjutkan pemeriksaan suhu tia 2 jam
- Setelah suhu tubuh normal:
Lakukan perawatan lanjutan
Pantau bayi selama 12 jam kemudian, ukur suhu tiap 3 jam.
Tatalaksana hipertemi:
Jangan memberi obat antipiretik
Bila diduga karena paparan panas yang berlebihan:
- Bila bayi belum pernah diletakkan dalam alat penghangat:
Letakkan bayi di ruangan suhu normal (25-28 0C)
Lepaskan pakaian bayi
Periksa suhu aksiler tiap jam samapi suhu tubuh normal
Bila suhu sangat tinggi (> 39 0C), bayi dikompres atau dimandikan
10-15 menit dalam air yang suhunya 4 0C lebih rendah dari suhu
bayi. Jangan menggunakan air dingin.- Bila bayi pernah diletakkan di bawah pemancar panas atau inkubator:
Turunkan suhu alat penghangat, bila bayi dalam inkubator, buka
inkubator sampai suhu tubuh normal
Lepas pakaian bayi selama 10 menit kemudian beri pakaian lagi
sesuai alat penghangat yang digunakan
Periksa suhu bayi tiap jam samapi suhu tubuh normal
Periksa suhu inkubator atau pemancar panas tiap jam dan sesuaikan
pengatur suhu
- Bila bukan karena paparan panas berlebihan:
Terapi antibiotik bila ada sepsis
Letakkan bayi di lingkungan suhu normal (25-28 0C)
25
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
26/29
Lepaskan pakaian bayi
Periksa suhu bayi tiap jam samapi suhu normal
Bila suhu sangat tinggi (> 39 0C), kompres bayi atau dimandikan
10-15 menit dalam air yang suhunya 4 0C lebih rendah dari suhu
tubuh bayi.
- Yakinkan bayi mendapat masukan cairan yang cukup:
Anjurkan ibu menyusui bayinya
Tangani dehidrasi bila ada- Periksa kadar glukosa darah, tangani bila ada kelaianan
- Cari tanda sepsis, tangani bila ada
- Setelah suhu normal:
Lakukan perawatan lanjutan
Pantau bayi 12 jam berikutnya, periksa suhu tiap 3 jam
Unit terkait: -
26
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
27/29
LAMBANG
RS
IMANUEL
TETANUS NEONATORUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Direktur RS Imanuel Way Halim
Bandar Lampung
dr. Andreas Andoko
NIP: 324. 01042004
PROSEDUR
TETAP
TETANUS NEONATORUM
Pengertian :
Tetanus neonatorum adalah penyakit toksemik akut dan fatal yang disebabkan oleh
Clostridium tetani, dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan
kesadaran, yang terjadi pada neonates, yang sering terjadi karena persalianan yang kurang
higienis dan perawatan tali pusat yang tidak higienis, pemberian dan penambahan suatu
zat pada tali pusat.
Tujuan :
1. Mencegah kejadian tetanus neonatorum
2. Melakukan tata laksana yang efektif secara cepat dan tepat untuk mencegah
terjadinya komplikasi ataupun mortalitas dikarenakan tetanus neonatorum
Kebijakan:
1. Pelaksanaan pelayanan neonatal esensial, terutama pemotongan tali pusat dengan
alat yang steril
2. Mencegah kejadian tetanus neonatorum dengan menyelenggarakan persalianan
yang higienis dan perawatan tali pusat dengan tidak mengoles atau menabur
sesuatu pada tali pusat.3. Bila sudah terjadi infeksi tali pusat, dilakukan pengobatan yang tepat dengan
antibiotika local dan sistemik (bila diperlukan)
Prosedur :
Medikamentosa:
Pasang jalur intravena (IV) dan beri cairan dengan dosis rumatan
Beri diazepam 10 mg/kg BB/hari secara IV atau bolus IV setiap 3 jam
(0,5ml/kg/kali), maksimum 40 mg/kg/hari.
- Bila jalur IV tidak terpasang, pasang pipa lambung dan berikan diazepam
melalui pipa atau melalui rectum
- Bila perlu beri tambahan dosis 10 mg/kg BB/6 jam
- Bila rekuensi nafas
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
28/29
Bila bayi mengalami henti nafas selama spasme atau sianosis sentral setelah
spasme, beri oksigen dengan kecepatan aliran sedang, bila belum bernafas lakukan
resusitasi
Berikan human tetanus immunoglobulin 500 U IM atau tetanus antitoksin 5000 U
IM dan Tetanus toksoid 0,5 ml IM pada tempat yang berbeda
Bensil penisilin 100.000U/kg BB/ dosis tunggal IV selama 10 hari, atau
antibiotika spectrum luas lain
Bila terjadi kemerahan dan/atau pembengkakan pada kulit sekitar pangkal tali
pusat, atau keluar nanah dari permukaan tali pusat, atau bau bususk dari area tali
pusat, berikan pengobatan dan perawatan tali pusat
Beri ibu imunisasi tetanus toksoid 0,5 ml dan ulangi pemberian 1 bulan kemudian
Rawat bayi di ruang yang tenang dan gelap dan kurangi rangsang yang tidak perlu
Beri ASI peras di antara periode spasme
Nilai kemampuan minum bayi dua kali sehari dan anjurkan untuk menyusu ASI
secepatnya begitu bayi terlihat siap
Bila sudah tidak terjadi spasme selama 2 hari, bayi dapat minum tidak ada lagi
masalah ataupun indikasi rawat inap, maka bayi dapat dipulangkan
Unit terkait: -
28
-
7/29/2019 Protap Medis Anak-perinatal
29/29