Download - Paparan Seminar
-
8/18/2019 Paparan Seminar
1/22
SLIDE 2
1. MBS merupakan salah satu jawaban dari pemberian
otonomi daerah di bidang pendidikan dan telahdiundangkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidik Nasional Pasal 48 ayat (1)
menyatakan bahwa Pengelolaan dana pendidikan
berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan
akuntabilitas publik.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 19 ayat
(1) menyatakan bahwa “Pengelolaan satuan pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah yang
ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi,
keterbukaan, dan akuntabilitas”.
3. MBS merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
kualitas sekolah dengan memberikan wewenang atau
otonomi yang lebih luas kepada setiap sekolah. Pemberian
otonomi yang lebih besar tersebut, bertujuan untuk
memberdayakan sekolah secara maksimal dengan cara
melibatkan semua warga sekolah yaitu guru, siswa, kepala
madrasah, karyawan, orangtua siswa, dan masyarakat
untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan
pendidikan nasional.
4. Kegagalan pengimplementasian ini disebabkan oleh
beberapa factor yang antara lain, kurangnya pemahaman
dan kepemimpinan yang kuat dari kepala sekolah selaku
pengambil kebijakan, serta minimnya pengetahuan dan
tata kerja MBS oleh masyarakat.
-
8/18/2019 Paparan Seminar
2/22
5. Bentuk partisipasi masyarakat yang tercipta yaitu, proses
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), perekrutan tenaga
pengajar, pengawasan proses pembelajaran,
pembangunan sarana dan prasarana pendidikan, dan
pengelolaan keuangan sekolah.
SLIDE 3
Fokus utama penelitian ini adalah kepemimpinan kepala
sekolah dalam mengimplementasikan MBS. Adapun sub fokus
penelitian yaitu kepemimpinan kepala sekolah dalam
meningkatkan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan
(transparansi), dan akuntabilitas.
SLIDE 4
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas
kepemimpinan kepala sekolah dalam mengimplementasikan
MBS dalam meningkatkan kemandirian, kemitraan, partisipasi,
keterbukaan (transparansi), dan akuntabilitas.
SLIDE 5
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep
dalam manajemen pendidikan khususnya tentang MBS.
b. Sebagai bahan kajian mengenai pola pemberdayaan guruyang efektif dalam proses belajar mengajar guru MI oleh
kepala sekolah.
-
8/18/2019 Paparan Seminar
3/22
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pihak sekolah yang menjadi tempat/lokasi penelitian,
bahwa temuan dalam penelitian ini sebagai bahan
pertimbangan dalam memberdayakan guru, kepala sekolah,
komite sekolah dan masyarakat, sehingga dapat dijadikan
kerangka acuan bagi sekolah dalam memberdayakan dan
meningkatkan kepemimpinan dalam mengimplementasikan
MBS.
b. Bagi UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kendal, temuan
dalam penelitian dapat dijadikan sebagai suatu penilaian
mengenai kapasitas guru dalam mengajar dilihat dari
kemampuan guru sekolah setelah adanya usaha
pemberdayaan dari institusinya, serta perlunya
kepemimpinan yang kuat dalam mengimplementasikan MBS.c. Bagi masyarakat bahwa dalam penelitian dapat dijadikan
sebagai suatu masukan mengenai kapasitas stakeholders
dalam rangka implementasi manajemen berbasis sekolah di
MIN Kalibuntu Wetan.
SLIDE 6
1. KEPEMIMPINAN
a. Hakikat
Jadi disipulkan bahwa kepemimpinan merupakan
kegiatan untuk menggerakkan, mempengaruhi orang lain agar
bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah untuk
mencapai tujuan.
b. Faktor
Perilaku pemimpin dipengaruhi oleh berbagai faktor baik
internal maupun eksternal. Faktor internal adalah kemampuan
-
8/18/2019 Paparan Seminar
4/22
(pengetahuan, keterampilan, wawasan, dan pengalaman) di
bidangnya serta sikap mental yang luhur (watak, kepribadian,
integritas, tanggung jawab, kedisiplinan, keteladanan, berani
menanggung resiko, berwibawa, tegas, profesionalitas, tenang,
konsisten, empati, serta visioner, kreatif, dan inovatif). Faktor
eksternal yaitu kekuasaan, kondisi organisasi, persepsi dan
sikap para anggota, mutu sumber daya organisasi, tingkat
persaingan, kondisi kompetitor, peluang dan tantangan, maupun
perkembangan ekonomi, politik, dan social budaya (Pramono,
2013: 62).
2. Menejemen Berbasis Sekolah
a. Pengertian
Peneliti menyimpulkan bahwa MBS merupakan proses
pengintegrasian, pengkoordinasian dan pemanfaatan denganmelibatkan secara menyeluruh elemen-elemen yang ada pada
sekolah untuk mencapai tujuan (mutu pendidikan) yang
diharapkan secara efisien. MBS dapat juga diartikan sebagai
model manajemen yang memberikan otonomi (kewenangan)
yang lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan
keputusan yang partisipatif yaitu melibatkan semua warga
sekolah berdasarkan kesepakatan bersama.
b. Tujuan
Menurut peneliti ada tiga tujuan diterapkannya manajemen
berbasis sekolah (MBS) yaitu:
a. Mengembangkan kemampuan kepala sekolah bersama guru
dan unsur komite sekolah dalam aspek MBS untuk
meningkatkan mutu sekolah.
b. Mengembangkan kemampuan kepala sekolah bersama guru
dan unsur komite sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran
-
8/18/2019 Paparan Seminar
5/22
yang aktif dan menyenangkan, baik di sekolah maupun di
lingkungan masyarakat setempat.
c. Mengembangkan peran serta masyarakat yang lebih aktif
dalam masalah umum sekolah dan unsur komite sekolah
dalam membantu peningkatan mutu sekolah.
c. Pinsip
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan Pasal 49 ayat (1) menyatakan:
"Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang
ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi,
keterbukaan, dan akuntabilitas”. Berdasarkan kedua isi
kebijakan tersebut, prinsip MBS meliputi:
1) Kemandirian berarti kewenangan sekolah untuk mengelola
sumberdaya dan mengatur kepentingan warga sekolah
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi seluruh warga
sekolah sesuai peraturan perundangan.
2) Keadilan berarti sekolah tidak memihak terhadap salah satu
sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan
sumberdaya sekolah, dan dalam pembagian sumber daya
untuk kepentingan peningkatan mutu sekolah. Sumber daya
manusia yang terlibat, baik warga sekolah maupun pemangku
kepentingan lainnya diberikan kesempatan yang sama untuk
-
8/18/2019 Paparan Seminar
6/22
ikut serta memberikan dukungan guna peningkatan mutu
sekolah sesuai dengan kapasitas mereka.
3) Keterbukaan manajemen dalam konteks MBS dilakukan
secara terbuka atau transparan, sehingga seluruh warga
sekolah dan pemangku kepentingan dapat mengetahui
mekanisme pengelolaan sumberdaya sekolah.
4) Kemitraan yaitu jalinan kerjasama antara sekolah dengan
masyarakat, baik individu, kelompok/organisasi maupun
Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Prinsip kemitraan
antara sekolah dengan masyarakat dalam posisi sejajar, yang
melaksanakan kerjasama saling menguntungkan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
5) Partisipatif dimaksudkan sebagai keikutsertaan semua
pemangku kepentingan yang terkait dengan sekolah dalam
mengelola dan pembuatan keputusan.
6) Efisiensi dapat diartikan sebagai penggunaan sumberdaya
(dana, sarana prasarana dan tenaga) sedikit mungkin dengan
harapan memperoleh hasil seoptimal mungkin. Efisiensi juga
berarti hemat terhadap pemakaian sumberdaya namun tetap
dapat mencapai sasaran peningkatan mutu sekolah.
7) Akuntabilitas menekankan pada pertanggungjawaban
penyelenggaraan pendidikan di sekolah, utamanya
-
8/18/2019 Paparan Seminar
7/22
pencapaian sasaran peningkatan mutu sekolah. Sekolah
dalam mengelola sumberdaya berdasar pada peraturan
perundangan dan dapat mempertangungjawabkan kepada
pemerintah, seluruh warga sekolah dan pemangku
kepentingan lainnya. Pertanggungjawaban meliputi
implementasi proses dan komponen manajemen sekolah.
Pertanggungjawaban dapat dilakukan secara tertulis disertai
bukti-bukti administratif yang sah, menunjukkan bukti fisik
(seperti bangunan gedung, bangku, dan alat-alat
laboratorium), atau lisan misalnya rapat dengan mengundang
pemangku kepentingan.
d. Indikator
Indikator dirumuskan mengacu pada instrumen akreditasi
sekolah dan berdasarkan 7 komponen MBS (a) kurikulum dan
pembelajaran (b) peserta didik (c) pendidik dan tenaga
kependidikan (d) sarana dan prasarana (e) pembiayaan (f)
hubungan sekolah dengan masyarakat (f) budaya dan
lingkungan sekolah (Permendiknas, 2014: 29)
SLIDE 7Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang memusatkan
perhatian pada peranan kepala sekolah dalam pemberdayaan
guru dan pengembangan mutu pendidikan.
-
8/18/2019 Paparan Seminar
8/22
. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode
kualitatif. Peneliti menggunakan situasi nyata sebagai sumber
data langsung guna mengungkap permasalahan-permasalahan.
Situasi nyata itu adalah perkataan, perbuatan dan dokumentasi
administrasi sekolah dan kepala sekolah dalam
memberdayakan para guru, peserta didik, orang tua, komite
sekolah, dan stakeholders dalam rangka peran sertanya pada
pendidikan di MIN Kalibuntu Wetan Kendal.
Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan metode
observasi (Pengamatan secara langsung ke tempat penelitian),
wawancara ( melakukan wawancara secara langsung kepada
responden dalam hal ini adalah beberapa warga sekolah), dan
dokumentasi (melihat secara langsung dokumen- dokumen
administrasi yang ada).
SLIDE 8
a. Mengumpulkan data
Peneliti mengumpulkan data yang diperoleh dari
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
b. Mendeskripsikan data
Data yang diperoleh pada saat di lapangan dikumpulkan
dan disusunlah transkip wawancara, hasil observasi, dan
pengumpulan dokumen.
-
8/18/2019 Paparan Seminar
9/22
c. Mereduksi data
Reduksi adalah membuat rangkuman terkait dengan data
hasil penelitian. Reduksi data akan memudahkan peneliti
dalam memahami dan menganalisa data sehubungan dengan
laporan data penelitian.
d. Menyeleksi data
Tahap selanjutnya setelah membuat rangkuman adalah
penyeleksian data yang akan dituangkan dalam tesis. Peneliti
menyeleksi data tanpa menambah atau mengurangi data
hasil penelitian.
e. Menguji keabsahan data
Peneliti menguji keabsahan data dengan empat kriteria
yaitu transferbilitas, kredibilitas, konfirmabilitas, dan
dependabilitas.f. Menyimpulkan data
Tahap terakhir adalah membuat kesimpulan akhir data
penelitian. Kesimpulan ini juga memuat implikasi hasil
penelitian dan saran penelitian.
SLIDE 9
1. Transferbilitas
Transferbilitas merupakan pertanyaan empirik yang tidak
dijawab oleh peneliti itu sendiri, tetapi dijawab dan dinilai oleh
pembaca laporan penelitian. Hasil penelitian kualitatif
mempunyai standar transferbilitas yang tinggi apabila para
pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran dan
pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian.
-
8/18/2019 Paparan Seminar
10/22
2. Kredibilitas
Upaya yang dilakukan peneliti untuk mencapai kredibilitas
adalah dengan cara sebagai berikut:
a. Konsisten pada paradigma penelitian interpretative
atau fenomenologis
b. Peneliti menggunakan komunikasi yang baik untuk
menggali data yang valid. Peneliti mengikuti gaya bicara dari
subyek dan terlebih dahulu melakukan pendekatan personal
pada subyek
c. Membuat pertanyaan panduan yang merujuk pada
konsep strategi membentuk budaya organisasi sebagai
kerangka agar selama proses wawancara dan analisa data
tidak melebar.
d. Peneliti menggunakan triangulasi data, triangulasimengacu pada upaya mengambil sumber-sumber data yang
berbeda untuk menjelaskan suatu hal tertentu. Data dari
berbagai sumber berbeda dapat digunakan untuk
mengelaborasi dan memperkaya penelitian.
3. Konfirmabilitas
Upaya yang ditempuh oleh peneliti untuk mencapai
obyektivitas pada penelitian ini adalah dengan cara penelitian
transparan (terbuka) dalam mengungkapkan proses dan
elemen-elemen penelitiannya kepada orang lain. Konfirmabilitas
ini memungkinkan orang lain menilai hasil penelitian ini.
4. Dependabilitas
Peneliti memperhitungkan perubahan-perubahan yang
mungkin terjadi menyangkut fenomena-fenomena yang diteliti,
juga perubahan dalam desain sebagai hasil pemahaman yang
-
8/18/2019 Paparan Seminar
11/22
lebih mendalam tentang setting yang diteliti. Upaya yang
dilakukan peneliti agar memenuhi standar dependibilitas :
a. Mencatat hal-hal penting serinci mungkin, mencakup catatan
pengamatan obyektif terhadap setting, partisipan, atau hal
lain yang terkait. Terutama ketika proses wawancara
dilakukan
b. Mendokumentasikan dan menyusun secara rapi data yang
terkumpul, proses pengumpulan data maupun strategi
analisisnya segera setelah wawancara dilakukan untuk
menghindari bias personal (lupa atau terdistorsi hal lain)
c. Konsultasi terus-menerus dengan dosen pembimbing dan
dosen lain yang terkait dengan tema penelitian, serta
membaca referensi tambahan berkaitan dengan
kepemimpinan kepala sekolah maupun teknik penggaliandata setiap selesai melakukan wawancara untuk mempelajari
kekurangan yang terjadi selama melakukan wawancara (agar
tidak diulangi lagi pada wawancara sesi berikutnya, jika
ternyata wawancara pertama belum memenuhi kecukupan
data).
d. Melakukan pengecekan kembali data untuk menguji
keyakinan dugaan-dugaan yang berbeda melalui penyajian
pertanyaan-pertanyaan tentang data. Demikian uraian
tentang teknis kredibilitas penelitian.
-
8/18/2019 Paparan Seminar
12/22
SLIDE 10
A. PERENCANAAN
1. Analisis SWOT
Kegiatan analisis SWOT di MIN Kalibuntu Wetan dilakukan
pada masa akhir tahun pelajaran, untuk persiapan program
pendidikan pada tahun berikutnya.
2. Merumuskan RAPBM
Rapat perumusan RAPBM dilakukan setelah rapat analisis
SWOT. Kepala sekolah bersama guru menyusun rancangan
RAPBM yang belum disahkan oleh pihak komite. Selanjutnya
draft RAPBM tersebut dirapakan bersama orangtua/wali murid.
Setelah dirapatkan serta mendapatkan pengesahan dari komite
dan orangtua maka kepala sekolah baru dapat memulai
menjalankan program.
3. Menentukan Target
a) Target perolehan siswa baru
Sesuai ketersedian ruangan
b) Target hasil belajar
dengan cara menaikkan nilai KKM setiap mata pelajaran.Rata-rata nilai KKM dari semua mata pelajaran adalah 75. Siswa
kelas I dan II hasil belajarnya ditunjukkan dengan kemampuan
CALISTUNG (membaca, menulis, dan menghitung).
c) Target prestasi baik akademik maupun non akademik
(1) Kegiatan ekstrakurikuler terjadwal dengan baik.
(2) Jadwal ekstrakurikuler dilaksanakan di luar jam pelajaran
inti.
(3) Jenis cabang ekstrakurikuler beragam dengan fasilitas
yang mendukung.
-
8/18/2019 Paparan Seminar
13/22
(4) Pelatih ekstrakurikuler di bidang ahlinya masing-masing
(Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi MIN
Kalibuntu Wetan)
d) Merencanakan pembangunan baik secara fisik maupun non
fisik
Target yang ingin diraih dari pembangunan fisik biasanya
adalah renovasi bangunan. Masyarakat selalu dilibatkan dalam
setiap ada program pembangunan.
e) Menentukan sumber pembiayaan
bahwa dalam urusan pembiayaan, masyarakat
membatasi besaran anggaran yang dapat diambil dari orangtua
peserta didik. Kepala sekolah dan komite sepakat untuk mencari
donatur untuk keperluan program pendidikan khususnya untuk
anggaran yang berskala besar seperti pembangunan gedung.B. PENGORGANISASIAN
1) Menentukan koordinator dan penanggung jawab program
Penentuan koordinator dalam hal ini dilakukan atas
kesepakatan antara orang yang diberikan tanggung jawab dan
masyarakat.
2) Menentukan garis koordinasi manajerial program
Penentuan garis koordinasi ini dilakukan berdasarkan
pengalaman pernah terjadinya konflik yang disebabkan adanya
budaya “melu ngatur ”.
Adanya asas kekeluargaan dalam proses manajerial di MIN
Kalibuntu Wetan
3) Memberikan arahan dan bimbingan teknis
Proses pelaksanaan perencanaan dilakukan terlebih dahulu
kepala sekolah memberikan arahan dan bimbingan teknis terkait
-
8/18/2019 Paparan Seminar
14/22
dengan jenis pekerjaan yang akan dipikul oleh masing-masing
pihak. Bimbingan teknis dilakukan untuk menghindari
permasalahan yang muncul berkaitan dengan teknis kerja.
SLIDE 11
C. PELAKSANAAN
1) Mendelegasikan tugas dan wewenang
Kepala sekolah menyampaikan bimbingan teknis
secukupnya dan memberikan koreksi jika diperlukan perbaikan.
2) Memberikan motivasi kepada pelaksana tugas
Motivasi yang diberikan dapat berbentuk reward yang akan
diterima jika tugas yang diberikan selesai sesuai yang
diharapkan. Reward yang dimaksudkan biasanya berupa
insentif kesejahteraan guru.
Memberikan apresiasi secara lisan kepada personil yang
mendapatkan tugas. Apresiasi ini disampaikan ketika ada
rapat dengan cara kepala sekolah memuji hasil pekerjaan
dan untuk diperhatikan oleh teman personil yang lain. Meningkatkan beban tugas yang lebih tinggi atau berat.
3) Melaksanakan kegiatan supervisi
Kepala sekolah melakukan supervisi secara rutin.
Kegiatan supervisi dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan guru saat mengajar di kelas.
Kepala sekolah memberikan koreksi kepada guru yang
disupervisi.
-
8/18/2019 Paparan Seminar
15/22
Kepala sekolah selalu memberikan motivasi untuk menjadi
guru yang berprestasi dalam mengajar dalam rangka
meningkatkan kualitas lembaga secara keseluruhan.
Guru antusias ketika mendapati dirinya sedang disupervisi.
4) Mengoptimalkan upaya koordinasi
Melakukan kontrol secara kontinyu untuk memastikan
proses koordinasi berjalan sesuai yang diharapkan.
D. PENGAWASAN
1) Melakukan pemantauan secara rutin
Pemantauan dilakukan secara rutin oleh kepala MIN
Kalibuntu Wetan.
2) Mengadakan kegiatan evaluasi
Kepala Sekolah memberikan koreksi jika memang
diperlukan dan ditindaklanjuti oleh personil yang bersangkutan.
3) Melaksanakan pelaporan
Pihak-pihak yang mendapatkan laporan dari hasil
implementasi MBS di MIN Kalibuntu Wetan adalah sebagai
berikut:
a) Komite Madrasah
b) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kendal
c) Kantor UPT Dinas Pendidikan Kecataman Kendal
d) Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Kendal
Adanya prosedur yang jelas bagaimana tahapan manajemen
yang terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan
(controlling) dapat terkoordinasi dengan baik.
Adanya nuansa kerja bareng dari semua personel yang ada.
Kepala sekolah dengan bawahan dapat melakukan
-
8/18/2019 Paparan Seminar
16/22
koordinasi dengan baik. Kepala sekolah mau terjun ke
lapangan dan melakukan usaha pemotivasian dengan
sebaik-baiknya. Kepala sekolah memimpin dengan teladan.
Para personil di MIN Kalibuntu Wetan tergabung dalam tim
yang solid.
SLIDE 12
A. KEMANDIRIAN
1) Menjaga independensi kepala sekolah
Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kemandirian
dengan menjaga indepedensi dari segala bentuk intervensi dari
semua pihak. Bentuk intervensi yang dapat dilakukan
Kankemenag misalnya saja adalah masalah rekruitmen tenaga
pengajar, dalam hal ini adalah penempatan guru dengan status
Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Intervensi dengan komite sekolah adalah berkaitan dengan
rekruitmen guru swasta atau honorer. Indepedensi atau
kemerdekaan dalam mengambil kebijakan merupakan syarat
utama yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin.2) Bekerja sama tanpa syarat mengikat
Kepala MIN Kalibuntu menggunakan prinsip mau bekerja
sama dengan pihak manapun, baik itu lembaga pemerintah
maupun swasta, atau juga kerja sama dengan perseorangan
maupun kelompok.
3) Mengadakan kegiatan kewirausahaan
Membuka kantin dan koperasi sekolah. Kedua jenis usaha
ini bertujuan untuk mencari sumber dana tambahan dalam
rangka melancarkan program pendidikan. Melalui kegiatan
-
8/18/2019 Paparan Seminar
17/22
kewirausahaan ini menurut kepala sekolah income sekolah tidak
hanya diperoleh dari sumbangan orangtua, pemerintah, dan
pihak yang lain yang sifatnya dana hibah.
B. KEMITRAAN
Prinsip kemitraan yang digunakan di MIN Kalibuntu
memandang semua pihak yang memiliki kepentingan terhadap
sekolah merupakan pihak yang dapat didayagunakan dan
mampu membantu sekolah dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan. Kepala sekolah tetap menjaga hubungan kemitraan
agar tidak mengabaikan prinsip akuntabilitas dan kemandirian.
Kemitraan yang berlaku di MIN Kalibuntu Wetan adalah
menggunakan prinsip egaliter. Masing-masing pihak yang
bermitra dengan MIN Kalibuntu memiliki posisi dan tanggung
jawab yang sama. Hubungan atasan dan bawahan tidak berlaku
dalam konteks kemitraan. Masing-masing menjalankan fungsi
dan perannya sesuai dengan tugas dan batas-batas wewenang
yang dimiliki.
C. PARTISIPASI MASYARAKAT
1) Pembangunan gedung
2) Penyusunan RAPBS
3) Penjaringan siswa baru
4) Mencarikan sumber dana
5) Mengawasi penyelenggaraan sekolah secara menyeluruh
6) Pengevaluasian program pendidikan dan rencana tindak
lanjut.
Ada beberapa kendala dalam meningkatkan partisipasi :
1) Pertama, MIN Kalibuntu Wetan berada di lingkungan
masyarakat ekonomi pas-pasan.
-
8/18/2019 Paparan Seminar
18/22
2) Kedua, masyarakat umumnya berprofesi sebagai petani.
3) Ketiga, anggota komite sekolah banyak yang berlatar
belakang tokoh agama dan pebisnis bukan seorang tenaga
profesional di bidang pendidikan.
4) Keempat, tingkat pengetahuan masyarakat perihal
manajemen di bidang pendidikan masih minim.
5) Kelima, masyarakat masih berpikir secara tradisional
sehingga terjadi penolakan atau resistensi dari masyarakat
ketika sekolah hendak melakukan inovasi pendidikan yang di
dalamnya menyangkut besaran biaya yang harus
dianggarkan.
Faktor pendukung partisipasi yaitu:
1) Para orangtua siswa cenderung memiliki tingkat religiusitas
yang tinggi atau bersifat agamis. Hal ini mengingat motivasipara orangtua untuk menyekolahkan anaknya ke MIN
Kalibuntu Wetan murni untuk mengejar materi agama.
Bersekolah di MIN Kalibuntu Wetan adalah pilihan karena
mayoritas siswa berasal dari luar desa Kalibuntu Wetan.
2) Para orangtua banyak yang berasal dari golongan ekonomi
menengah ke atas meskipun sebagian berasal dari golongan
ekonomi pas-pasan.
3) Banyaknya tokoh agama di lingkungan masyarakat sekitar
4) Lokasi berada di lingkungan padat penduduk dan di
perkotaan.
5) Memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dari masyarakat dan
adanya perasaan saling memiliki sehingga nuansa
kekeluargaan antara personil sekolah dan masyarakat sangat
kental.
-
8/18/2019 Paparan Seminar
19/22
D. TRANSPARANSI
Kepala sekolah menjalankan prinsip keterbukaan dengan
cara memberikan laporan secara kontinyu setiap diadakan rapat
bulanan. Secara bergiliran para bendahara melaporkan data
keluar masuknya anggaran yang sudah dilakukan. Para guru
dan karyawan lainnya berhak untuk bertanya kepada bendahara
kapan saja.
Prinsip transparansi keuangan kepada pihak eksternal
diterapkan dengan cara memberikan laporan
pertanggungjawaban secara tertulis. Laporan ini diberikan
kepada komite sekolah dan wali murid. Jenis keuangan yang
dilaporkan yaitu dana BOS, DIPA, dan dana ekstrakurikuler.
Masyarakat bisa mengetahui berapa jumlah uang yang diterima
sekolah dari orangtua siswa dan digunakan untuk apa saja uang
itu.
E. AKUNTABILITAS
Pengelolaan akuntabilitas pembiayaan MIN Kalibuntu
Wetan dilakukan dengan membagi anggaran pendidikan dipisah
dalam tiga kategori, yaitu: biaya operasional, biaya
pengembangan, dan biaya investasi. Pengelolaan anggaran
tersebut terdapat pihak masing-masing yang bertanggung
jawab. Pembagian tugas dilakukan dengan penunjukkan
bendahara yang berbeda-beda. Penunjukkan koordinator tidak
saja pada urusan anggaran tetapi juga program pembelajaran.
Contohnya koordinator ekstrakurikuler, koordinator pramuka,
koordinator lomba-lomba, dan lain sebagainya.
-
8/18/2019 Paparan Seminar
20/22
SLIDE 13
a. Pemberian otonomi luas kepada sekolah
MBS memberikan otonomi luas kepada sekolah disertaiseperangkat tanggung jawab untuk mengelola sumber daya dan
pengembangan strategi sesuai dengan posisi setempat.
Sekolah diberi kekuasaan dan kewenangan yang luas untuk
mengembangkan kurikulum dan pelajaran sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat.
Usaha yang dapat dilakukan MIN Kalibuntu Wetan adalah
dengan cara sebagai berikut:
1) Merumuskan strategi dalam peningkatan mutu sekolah
2) Mengoptimalkan potensi sekolah
3) Meningkatkan kreatifitas dalam mengelola lembaga
4) Melakukan inovasi-inovasi
5) Mengembangkan sumber daya manusia
6) Melakukan perencanaan dengan mendasarkan pada hasil
analisis SWOT
b. Kepemimpinan yang demokratis dan professional
MBS menuntut kepala sekolah mengimplementasikan
proses buttom-up secara demokratis sehingga semua pihak
memiliki tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil
beserta pelaksanaannya. Pola kepemimpinan demokratis dan
profesional ini dilaksanakan kepala sekolah dalam segala
bentuk keputusan, termasuk di dalamnya adalah pengangkatan
guru dan karyawan.
c. Team-work yang kompak dan transparan
Keberhasilan program-program sekolah tentunya
didukung oleh kinerja team yang kompak dan transparan dari
-
8/18/2019 Paparan Seminar
21/22
berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan di sekolah. Asas
yang digunakan dalam bekerja di MIN Kalibuntu Wetan adalah
asas kekeluargaan.
Segala program yang terselenggara di MIN Kalibuntu
Wetan selalu mengedepankan transparansi dan akuntabel.
Indikatornya antara lain adalah kepala sekolah selalu berembuk
untuk membahas RAPBS, termasuk di dalamnya adalah
pelaporan yang dilakukan secara rutin selama 3 bulan sekali.
Indikator lainnya adalah kepala sekolah bersama dengan komite
bekerja sama dalam mencari sumber pendanaan bagi
terlaksananya program pendidikan di MIN Kalibuntu Wetan.
Beberapa strategi untuk mencapai keberhasilan
implementasi MBS, strategi-strategi tersebut adalah:
a. Sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal yaitudimilikinya kekuasaan dan kewenangan, pengembangan
pengetahuan yang berkesinambungan, akses informasi ke
segala bagian dan pemberian penghargaan kepada setiap
orang yang berhasil.
b. Peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan,
proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum dan
instruksional serta non-instruksional.
c. Kepemimpinan kepala sekolah yang mampu menggerakkan
dan mendayagunakan setiap sumberdaya sekolah secara
efektif.
d. Proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam
kehidupan komite sekolah yang aktif.
e. Semua pihak harus memahami peran dan
tanggungjawabnya.
-
8/18/2019 Paparan Seminar
22/22
f. Guidelines dari kementerian terkait sehingga mampu
mendorong proses pendidikan di sekolah secara efisien dan
efektif. Guidelines itu jangan sampai berupa peraturan-
peraturan yang mengekang dan membelenggu sekolah.
g. Sekolah harus memiliki transparansi dan akuntabilitas yang
minimal diwujudkan dalam laporan pertanggungjawaban
setiap tahunnya.
h. Penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian kinerja
sekolah dan lebih khusus lagi adalah meningkatkan
pencapaian belajar siswa.
i. Implementasi diawali dengan sosialisasi MBS, identifikasi
peran, mengadakan pelatihan, implementasi pada proses
pembelajaran, evaluasi atas pelaksanaan di lapangan dan
dilakukan perbaikan-perbaikan.