eptm-paparan merokok

26
TUGAS TERSTRUKTUR EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR MEROKOK (Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Semester 5 Tahun Ajaran 2012/2013) Disusun oleh: Kelompok 9 Rina Isnawati (G1B011027) Avi Nurdinia Aliftia (G1B011039) Siti Dely Farhani (G1B011081) Kelas A KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Upload: siti-delly-farhani

Post on 24-Oct-2015

40 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EPTM-PAPARAN MEROKOK

TUGAS TERSTRUKTUR

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

MEROKOK

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak

Menular Semester 5 Tahun Ajaran 2012/2013)

Disusun oleh:

Kelompok 9

Rina Isnawati (G1B011027)

Avi Nurdinia Aliftia (G1B011039)

Siti Dely Farhani (G1B011081)

Kelas A

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

PURWOKERTO

2013

Page 2: EPTM-PAPARAN MEROKOK

BAB I

PENDAHULUAN

Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di

dunia. Adapun penyebab utama kematian para perokok itu adalah kanker,

penyakit jantung, paru-paru, dan stroke. Selain kanker juga menyebabkan

gangguan stress di ruang perkantoran. Betapapun diungkapkan berbagai kalangan

peneliti tentang berbagai bahaya rokok untuk kesehatan, tetapi para perokok

seakan-akan tidak peduli terhadap hasil berbagai penelitian itu. Penelitian terbaru

yang melibatkan 34.439 orang dan dipublikasikan oleh British Medical Journal

menunjukkan, merokok membuat seseorang tidak panjang umur. Jika

dibandingkan dengan orang yang tidak merokok, usia para perokok rata-rata lebih

pendek 10 tahun dan menghabiskan uang jutaan dolar (Fawzani, 2005).

Merokok merupakan masalah kesehatan masyarakat karena dapat

menimbulkan berbagai penyakit bahkan kematian. Dari 11 juta kematian per

tahun di negara industri maju, WHO melaporkan lebih dari setengah (6 juta)

adalah disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta adalah penyakit

jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke (www.ash.org.uk).

Perilaku merokok bila dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan

baik bagi individu yang bersangkutan maupun orang di sekelilingnya. Ada

beberapa riset yang mendukung pernyataan tersebut. Jika dilihat dari sisi

kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin,

CO (karbonmonoksida) dan tar akan memacu kerja dari susunan syaraf pusat dan

susunan syaraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan

detak jantung bertambah cepat (Komalasari dan Helmi, 2000), bronkitis kronis,

emfisema, kanker paru-paru, larink, mulut, faring, esofagus, kandung kemih,

penyempitan pembuluh nadi (Susanna dkk, 2003).

Meningkatnya prevalensi merokok di negara-negara berkembang termasuk

Indonesia menyebabkan masalah rokok menjadi semakin serius. Hari tanpa

tembakau sedunia yang diperingati setiap tanggal 31 Mei tidak menyurutkan

perokok untuk mengurangi kebiasaannya. Sebagian perokok di Indonesia telah

menganggap bahwa merokok adalah suatu kebutuhan yang tidak bisa dielakkan,

Page 3: EPTM-PAPARAN MEROKOK

sehingga merokok adalah hal biasa bagi kaum muda. Penampilan bagi kaum muda

menjadi modal utama dalam bergaul tidak saja dengan sesama jenis, tetapi juga

dengan lawan jenis (Fawzani, 2005).

Page 4: EPTM-PAPARAN MEROKOK

BAB II

PERMASALAHAN

A. Angka Kesakitan

Pada tahun 2002 sekitar 500 ribu orang Indonesia menderita berbagai

penyakit akibat rokok (BPOM RI, 2002).

B. Angka Kematian

Tembakau membunuh hampir 6 juta orang setiap tahunnya. Lebih dari 5

juta kematian merupakan hasil dari penggunaan tembakau secara langsung,

sedangkan lebih dari 600 ribu hasil dari non perokok yang terpapar asap

(perokok pasif). Sekitar 1 orang meninggal tiap 6 detik akibat tembakau,

perbandingannya dari 10 orang dewasa. (WHO, 2013).

Hampir dari 80% dari 1 miliar perokok di dunia tinggal di negara yang

berpenghasilan rendah dan menengah, dimana beban penyakit dan kematian

yang berhubungan dengan tembakau merupakan masalah kesehatan yang serius

di negara tersebut (WHO, 2013).

Depkes melaporkan bahwa jumlah kematian akibat penyakit yang terkait

dengan tembakau tahun 2005 diperkirakan mencapai 399.800 jiwa (Depkes RI,

2004).

Page 5: EPTM-PAPARAN MEROKOK

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Rokok

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun

2003 rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau

bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana

Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar

dengan atau tanpa bahan tambahan.

B. Jenis Rokok

Ada dua jenis produk rokok di Indonesia yaitu rokok putih dan rokok

kretek. Rokok putih sudah dikenal di seluruh dunia, namun rokok kretek

merupakan produksi yang unik dari Indonesia. Berdasarkan bahan dan ramuan,

rokok digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu (1) rokok kretek, yakni rokok

yang memiliki ciri khas adanya campuran cengkeh pada tembakau rajangan

yang menghasilkan bunyi kretek-kretek ketika dihisap, berdasarkan cara

pembuatannya rokok kretek dapat dibedakan menjadi sigaret kretek tangan

(SKT) yaitu rokok kretek yang dibuat menggunakan tangan, dan sigaret kretek

mesin (SKM) yang berawal ketika pabrik rokok Bentoel menggunakan mesin

karena kekurangan tenaga pelinting; (2) rokok putih, adalah rokok dengan atau

tanpa filter menggunakan tembakau virginia iris atau tembakau laiinya tanpa

menggunakan cengkeh, digulung dengan kertas sigaret dan boleh

menggunakan bahan tambahan kecuali yang tidak diijinkan berdasarkan

ketentuan Pemerintah RI dan (3) cerutu, adalah produk dari tembakau tertentu

berbentuk seperti rokok dengan bagian pembalut luarnya berupa lembaran

daun tembakau dan bagaian isisnya campuran serpihan tembakau tanpa

penambahan bahan lainnya (Kusuma, 2012).

Rokok kretek di Indonesia sangat populer karena memiliki kandungan tar

dan nikotin cukup tinggi dibandingkan dengan produk rokok lainnya yaitu

sampai 60 mg nikotin dan 40 mg tar. Tingginya tingkat kematian karena

kebiasaan merokok tembakau mencapai 57 ribu orang/tahun. Serta ditunjang

Page 6: EPTM-PAPARAN MEROKOK

lemahnya peraturan Pemerintah tentang pembatasan kadar nikotin dan tar

dalam sebatang rokok (Kusuma, 2012).

C. Kandungan Zat Dalam Rokok

1. Nikotin

Menurut Jeanne Mandagi, (1996) nikotin dalam jumlah kecil

mempunyai pengaruh menenangkan, tetapi kadang – kadang bisa meradang.

Ditambahkan pula oleh Sue Armstrong (1991) bahwa nikotin merupakan

bahan kimia yang tidak berwarna dan merupakan salah satu racun paling

keras yang kita kenal. Kedua pendapat ini memberikan penjelasan tentang

dampak nikotin pada tubuh dan karakterisiknya. Hal ini tentunya tergantung

pada jumlah dan keadaan fisiologis serta psikologis orangnya. Dalam

jumlah besar, nikotin sangat berbahaya, yaitu antara 20 mg sampai 50 mg

nikotin dapat menyebabkan terhentinya pernapasan. Meghisap satu batang

rokok berarti telah menghisap 2 – 3 mg nikotin. Jika asapnya tidak dihisap,

nikotin yang terhisap hanya 1 – 1,5 mg saja. Bagi orang – orang yang bukan

perokok atau yang tidak biasa merokok, dengan menghisap 1 – 2 mg nikotin

saja sudah menyebabkan mereka pusing, sakit kepala, mual dan muntah.

Mereka berkeringat dan terasa sakit di daerah lambung.

Nikotin menaikkan tekanan darah dan mempercepat denyut jantung

hingga pekerjaan jantung menjadi lebih berat. Selanjutnya, nikotin juga

menyebabkan ketagihan. (Jeanne Mandagi, 1996). Nikotin mengganggu

sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen

miokard. Bahan ini, selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga

mengganggu suplai oksigen ke otot jantung (miokard) sehingga merugikan

kerja miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga

merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung,

tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan

irama jantung. Oleh karena itu, semakin banyak rokok dihisap, semakin

hebat jantung dipacu. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan

banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan

Page 7: EPTM-PAPARAN MEROKOK

akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh

darah.

2. Karbon Monoksida

Karbon monoksida merupakan gas beracun yang tidak berbau sama

sekali. Karbon monoksida yang terkandung dalam rokok dapat mengikat

HB darah dengan akibat oksigen tersingkir dan tidak dapat digunakan.

Tanpa oksigen, baik otak maupun organ tubuh yang lain tidak dapat

berfungsi. Selanjutnya, efek dari karbon monoksida adalah bahwa jaringan

pembuluh darah akan menyempit dan mengeras sehingga akhirnya dapat

mengakibatkan peyumbatan. Satu batang rokok yang dibakar mengandung 3

– 6 % karbon monoksida dan dalam darah kadarnya mencapai 5%. Pada

orang yang bukan perokok, kadarnya adalah 1%. Perokok dengan kadar

karbon monoksida 5% ke atas mendapat serangan 3 kali lipat dibanding

dengan bukan perokok. Gabungan karbon monoksida dengan nikotin akan

mempermudah para perokok menderita penyakit penyempitan dan

penutupan pembuluh darah dengan akibat – akibatnya”. (Jeanne Mandagi,

1996).

3. Tar

Lebih dari 2000 zat kimia baik berupa gas, maupun partikel padat

terkandung dalam asap rokok. Diantara zat – zat tersebut ada yang

mempunyai efek karsinogen. Tar adalah komponen dalam asap rokok yang

tinggal sebagai sisa sesudah dihilangkan nikotin dan tetesan – tetesan

cairannya. Sebatang rokok menghasilkan 10 – 30 mg tar. Cerutu dan rokok

pipa justru menghasilkan tar yang lebih banyak. Tar merupakan kumpulan

berbagai zat kimia yang berasal dari daun tembakau sendiri, maupun yang

ditambahkan pada tembakau dalam proses pertanian dan industri sigaret

serta bahan pembuat rokok lainnya. Jeanne Mandagi, (1996). Oleh karena

itu, kadar tar yang terkandung dalam rokok inilah yang berhubungan dengan

resiko timbulnya kanker karena tar mempunyai efek karsinogen.

Page 8: EPTM-PAPARAN MEROKOK

D. Peraturan tentang Rokok

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2003 Tentang

Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan, memiliki VIII Bab, yaitu:

1. Bab I : Ketentuan Umum

2. Bab II : Penyelenggaraan Pengamanan Rokok

3. Bab III : Peran Masyarakat

4. Bab IV : Pembinaan dan Pengawasan

5. Bab V : Ketentuan Pidana

6. Bab VI : Ketentuan Lain-Lain

7. Bab VII : Ketentuan Peralihan

8. Bab VIII : Ketentuan Penutup

E. Penyakit Akibat Merokok

1. Penyakit Kanker Paru

Terdapat hubungan yang erat antara kebiasaan merokok dengan

kanker paru sebab penyebab utama dari penyakit ini adalah rokok.

Mengingat tidak adanya obat yang manjur untuk menyembuhkan kanker

paru, tetapi obat – obatan dan oksigen yang diperlukan hanya untuk

meringankan gejalanya saja. Merokok dapat menyebabkan perubahan

struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paruparu. Pada saluran napas

besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah

banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga

penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada

jaringan paru – paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan

alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul

perubahan pada fungsi paru – paru dengan segala macam gejala klinisnya.

Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun

(PPOM). Dikatakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya

PPOM, termasuk emfisema paru – paru, bronkitis kronis, dan asma.

Terdapat pula hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama rokok,

dengan timbulnya kanker paru. Partikel asap rokok, seperti benzopiren,

dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai bahan karsinogen. Tar juga

Page 9: EPTM-PAPARAN MEROKOK

berhubungan dengan risiko terjadinya kanker. Dibandingkan dengan bukan

perokok, kemungkinan timbul kanker paru pada perokok mencapai 1030

kali lebih sering.

2. Penyakit Jantung Koroner

Banyak orang mengira bahwa kanker paru merupakan bahaya terbesar

akibat merokok. Sesungguhnya, penyakit jantung koronerlah yang jauh

lebih berbahaya. Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan

merokok dengan penyakit jantung koroner (PJK). Dari 11 juta kematian

pertahun di negara industri maju, WHO melaporkan lebih dari setengah

(6juta) disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta adalah

penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke. Survei Depkes RI tahun

1986 dan 1992, mendapatkan peningkatan kematian akibat penyakit jantung

dari 9,7 persen (peringkat ketiga) menjadi 16 persen (peringkat pertama).

Dengan demikian, merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit

jantung koroner tersebut. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung

koroner, merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan

perifer sebagaimana akibat yang dihasilkan karbon monoksida. Efek rokok

terhadap jantung dapat dijelaskan melalui efek kimia. Ada dua zat yang

dianggap mempunyai efek yang besar yaitu CO (Karbon Monoksida) dan

nikotin. Efek berkepanjangan dari karbon monoksida adalah bahwa jaringan

pembuluh darah akan terganggu, menyempit dan mengeras sehingga dapat

mengakibatkan penyumbatan. Merokok terbukti merupakan faktor risiko

terbesar untuk mati mendadak. Risiko terjadinya penyakit jantung koroner

meningkat 24 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.

Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang

dihisap. Faktor risiko merokok bekerja sinergis dengan faktor – faktor lain,

seperti hipertensi, kadar lemak atau gula darah yang tinggi, terhadap

tercetusnya PJK. Perlu diketahui bahwa risiko kematian akibat penyakit

jantung koroner berkurang dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah

rokok dihentikan. Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran

(aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak

pembuluh darah perifer. Pembuluh darah yang melibatkan pembuluh darah

Page 10: EPTM-PAPARAN MEROKOK

arteri dan vena di tungkai bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa

muda perokok berat, sering akan berakhir dengan amputasi.

3. Emfisema

Emfisema adalah jenis penyakit paru-paru dimana terjadi kerusakan

kantong udara (alveolus) pada paru-paru sehingga mengganggu sistem

pernapasan.

Zat-zat berbahaya pada asap rokok dapat merusak dinding kantong

udara (dinding alveolus). Kerusakan ini semakin lama semakin parah.

Kebocoran kantong udara paru-paru menyebabkan paru-paru tidak bisa

mengisi udara segar secara sempurna sehingga mempengaruhi suplai

oksigen ke seluruh tubuh. Emfisema menyebabkan pernapasan menjadi

sangat terganggu (American Cancer Society, 2013).

4. Gangguan Kehamilan

Pada wanita hamil yang perokok, akan terjadi efek pada janin dalam

kandungannya. Merokok pada wanita hamil memberi risiko yang tinggi

untuk terjadinya keguguran, kematian janin, kematian bayi sesudah lahir

dan kematian mendadak pada bayi (Sitepoe, 2000).

Chanoine J.P (dalam Sitepoe, 2000) mengatakan wanita hamil

perokok juga akan mengganggu perkembangan kesehatan fisik maupun

intelektual anak-anak yang akan bertumbuh.Chainoine J.P (dalam Sitepoe,

2000) juga mengatakan merokok bisa mengurangi peluang seseorang untuk

memiliki anak. Fertilitas pria ataupun wanita perokok akan mengalami

penurunan dibandingkan dengan bukanperokok. Wanita perokok akan

mengalami masa menopause lebih cepat dibandingkan wanita yang tidak

merokok.Dampak lainnya :

a. Lahir mati

b. Bayi prematur

c. Ketuban pecah dini

d. Komplikasi plasenta

e. Berat badan lahir rendah

f. Sindrom kematian bayi mendadak

g. Bronkitis

Page 11: EPTM-PAPARAN MEROKOK

h. Pneumonia

i. Infeksi saluran pernapasan

j. Asma

k. Penyakit telinga tengah

l. Penurunan fungsi paru – paru

5. Impotensi

Kebiasaan merokok bisa menjadi penyebab impotensi karena nikotin

dalam rokok yang terserap oleh darah akan menyebabkan penyumbatan

pembuluh darah, termasuk penyumbatan pembuluh darah dalam penis

(Susilo, 2002).

6. TB Paru

Walaupun merokok bukanlah penyebab utama terjadinya penyakit TB

paru, namun kebiasaan merokok yang sulit untuk dihentikan bisa

menimbulkan masalah bagi kesehatan perokok itu sendiri dan orang-orang

disekitarmya. Kebiasaan merokok yang sulit dihentikan dapat merusak

mekanisme pertahanan paru sehingga memudahkan masuknya kuman

penyakit, seperti kuman penyakit TB.

Menurut Doll dan Hill, dua orang peneliti terkenal asal Inggris,

membagi hubungan antara penyakit dan kebiasaan merokok menjadi dua,

yaitu penyakit yang di sebabkan oleh merokok dan penyakit yang mungkin

sebagian disebabkan oleh merokok, dimana salah satunya adalah penyakit

TB Paru. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hsien-Ho Lin dan timnya

dari Harvard School of Public Health, Amerika Serikat tahun 2009. Lin

menyatakan adanya hubungan antara kebiasaan merokok, perokok pasif,

dan polusi udara di dalam ruangan dari kayu bakar dan batu bara terhadap

risiko infeksi, penyakit, dan kematian akibat TBC (PPTI, 2010). Studi

epidemiologi di Afrika Selatan didaptka 50% kematian akibat infeksi TB

berhubungan dengan merokok. Studi ini menunjukka perokok atau bekas

perokok mempunyai resiko lebih tinggi terjadi infeksi Microbacterium

Tuberkulosis dibanding yang bukan perokok. Alcaide, dkk mendapatkan

hubungan antara jumlah rokok per hari terhadap terjadinya infeksi

Myceobacterium Tuberkulosis, mekanismenya tidak diketahui tapi

Page 12: EPTM-PAPARAN MEROKOK

diperkirakan nikotin pada asap rokok menurunkan respons imun. Merokok

dalam jangka waktu yang panjang berhubungan dengan perubahan

makrofag dan limfosit (Amu, 2007).

Pengaruh kebiasaan merokok terhadap penyakit TB paru dianggap

sebagai faktor predisposisi, dimana zat – zat kimia yang terkandung dalam

asap rokok dan masuk ke dalam tubuh dapat merusak sebagian mekanisme

pertahanan paru yang pembersihan mukosilia (muccociliary clearance) dan

asap rokok dapat menghambat/merusak fungsi fagositik makrofag,

khususnya dalam pembentukan dan pengeluaran surfaktan oleh sel lapisan

alveolus (tipe II), sehingga bisa memudahkan masuknyabakteri/kuman,

seperti Mycrobacterium tuberculosis yang masuk melalui inhalasi.

F. Pencegahan

Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya perilaku

merokok antara lain dapat dilakukan dengan cara :

1. Seminar mengenai tembakau dan rokok

2. Penyuluan mengenai tembakau dan rokok

3. Kampanye anti rokok

4. Kebijakan Pemerintah tentang larangan merokok (Wendra, 2011).

G. Cara Menghentikan Kebiasaan Merokok

Terdapat sejumlah program yang telah dibuat untuk membantu para

perokok agar dapat menghentikan kebiasaan merokoknya. Bentuk umum

program menghentikan kebiasaan merokok yang berhasil antara lain

meliputi: dukungan sosial, pelatihan ketrampilan dan pemecahan masalah,

pendidikan gaya hidup yang sehat, dan penggantian nikotin atau terapi

farmakologi lainnya. Berbgai jenis intervensi tersebut telah terbukti berhasil

membantu para perokok menghentikan kebiasaannya. Seringkali program

menghentinkan kebiasaan merokok mahal biayanya atau tidak dapat

dijangkau oleh sebagian besar penduduk. Oleh karen itu, keluarga dan

teman sangat dibutuhkan untuk mendukung sebagian besar perokok yang

ingin berhenti merokok. Di samping itu, masih terdapat beberapa terapi lain

Page 13: EPTM-PAPARAN MEROKOK

yang dapat dilakukan untuk menghentikan kebiasaan merokok, diantaranya

adalah terapi hipnosa dan terapi totok rokok. Terapi hipnosa, yang bekerja

pada alam bawah sadar akan memberikan suatu sugesti baru bagi perokok

sehingga perokok tersebut akan meninggalkan kebiasaannya tersebut.

Sedangkan terapi totok rokok pada prinsipnya menggunakan Spiritual

Emotional Freedom Technique (SEFT), yang menggabungkan accupoint

dengan aspek kerohanian (Ardini, 2012).

H. Pengobatan

1. Psikoterapi

Salah satu usaha pengobatan terbaik adalah pengobatan secara

berkelompok atau Group Therapy yang di dalamnya orang – orang yang

masih merokok dipertemukan dengan orang – orang yang berhasil

melepaskan diri dari kebiasaan merokok. Lalu dilakukan diskusi diantara

mereka. Setiap individu yang berhasil melepaskan diri dari kebiasaan

merokok membagi pengalamannya kepada mereka yang belum berhasil.

Diskusi dan dialog yang dilakukan bisa memberi pengaruh yang kuat

dalam diri perokok, meningkatkan kemauan dan menuntaskan degala

rintangan yang menghalanginya untuk bisa melepaskan diri dari

kebiasaan merokok.

2. Hipnotis

Cara ini dilakukan berdasarkan titik kesadaran dalam diri

pasiennya. Psikolog menggunakan cara hipnotis ini untuk memberi

kesadaran dalam diri pasien akan bahaya yang dapa ditimbulkan akibat

merokok dan memberikan paparan akan keuntungan yang didapatkan

bila ia berhasil melepaskan diri dari kebiasaan merokok.

3. Psikoanalisis

Cara ini dilakukan bila keadaan yang dihadapi sudah sangat rumit,

yakni di saat motivasi dalam diri perokok berkaitan erat dengan beragam

faktor psikologis yang melekat erat dalam pikirannya.

4. Dimensi Pendidikan

Page 14: EPTM-PAPARAN MEROKOK

Cara ini dilakukan dengan memaparkan berbagai bahaya yang

ditimbulkan dari rokok di hadapan perokok, baik melalui dialog langsung

dengannya ataupun dalam bedah buku yang berkaitan dengan masalah

tersebut, dengan tujuan untuk memberikan pencerahan dan menyadarkan

dirinya dari bahaya rokok (Husaini, 2006).

Page 15: EPTM-PAPARAN MEROKOK

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau

bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana

Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan

tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

2. Rokok terbagi menjadi 3 jenis yaitu rokok putih, rokok kretek dan cerutu.

3. Rokok mengandung berbagai jenis zat kimia berbahaya yaitu nikotin,

karbon monoksida, tar.

4. Penggunaan rokok di Indonesia diatur dalam Peraturan pmerintah Reublik

Indonesia Nomor 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan.

5. Banyak penyakit yang dapat ditimbulkan oleh rokok diantaranya kanker

paru, penyakit jantung koroner, empisema, gangguan kehamilan, impotensi

dan TB paru.

6. Cara menghentikan kebiasaan merokok antar lain meliputi dukungan sosial,

latihan keterampilan dan pemecahan masalah, pendidikan gaya hidup yang

sehat, dan penggantian nikotin atau terapi farmakologi lainnya.

7. Pengobatan yang dapat dilakukan untuk melepaskan diri terhadap rokok

melalui Psikoterapi, Hipnotis, Psikoanalisis dan Dimensi Pendidikan.

B. Saran

Saran bagi pecandu rokok :

1. Mulailah dengan kebiasaan yang baik. Untuk mengubah kebiasaan yang

sering dilakukan harus juga dengan melakukan kebiasaan lain, seperti

makan permen, buah-buahan, atau menggigit cengkeh, dll. Sebab sering

kali yang membuat sulit berhenti merokok adalah karena sugesti untuk

merokok yang sudah menjadi kebiasaan.

2. Tanamkan kesadaran pada diri pribadi yang kuat untuk berhenti. Sadarlah

bahwa rokok itu adalah racun yang kerjanya sangat lambat namun

Page 16: EPTM-PAPARAN MEROKOK

mematikan. Jangan tunggu jantung Anda sendiri berhenti lebih dahulu,

baru berhenti merokok, tetapi berhentilah sekarang.

3. Buat keputusan total untuk berhenti merokok.

4. Mulailah dengan pergaulan yang sehat demi menjaga kesehatan.

Page 17: EPTM-PAPARAN MEROKOK

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. Cancer Facts & Figures 2013. Atlanta, Ga: American

Cancer Society; 2013.

Amu. 2007. Hubungan Merokok Dan Penyakit Tuberkulosis Paru. Jakarta

: Jurnal Tuberkulosis Indonesia Vol 5 hal 5 – 7.

Ardini, Ratih Fatma;Wiwin Hendriani. 2012. Proses Berhenti Merokok Secara

Mandiri. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 1 No. 02,

Juni 2012 .

Armstrong, Sue. 1991. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan . Jakarta : Arcan.

BPOM RI. 2002. Kandungan Zat Berbahaya dalam Rokok. Jakarta.

Depkes RI. 2004. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Data

Tembakau Indonesia Data Empiris untuk Strategi Pengendalian Tembakau

Nasional. Jakarta.

Fawzani, Nurhidayati;Atik Triratnawati. 2005. Terapi Berhenti Merokok. Makara,

Kesehatan, Vol. 9, NO. 1 , 15-16.

Husaini, Aiman. 2006. Tobat Merokok : Rahasia dan Cara Empatik Berhenti

Merokok. Pustaka Iman. Depok.

Komalasari, D. & Helmi, A.F. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok

Pada Remaja. Jurnal Psikologi, 28: 37-47.

Kusuma, Dani Ali;dkk. 2012. Studi Kadar Nikotin dan Tar Sembilan Merk Rokok

Kretek Filter. J.Tek..Pert Vol. 5. No. 3 , 152.

Mandagi, Jeanne. 1996. Masalah Narkotika dan Zat Adiktif Lainnya serta

Penanggulangannya. Jakarta : Bina Darma Pemuda Printing.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2003 Tentang

Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan.

Page 18: EPTM-PAPARAN MEROKOK

Sitepoe, M, 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Penerbit, PT Gramedia

Widiasarana Indonesia Jakarta.

Susanna, D., Budi H. & Hendra F. 2003. Penentuan Kadar Nikotin dalam Asap

Rokok. Jurnal Kesehatan. 7: 47-49.

Susilo Wibowo, 1998. Andropause atau PADAM, Pengenalan, Pengobatan dan

Pencegahan, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia.

Tobacco and The Developing World. (2009, August). Dipetik November 10,

2013, dari Action on Smoking and Health : www.ash.org.uk

Wendra, Erwin. 2011. Jurnal Kebijakan Publik Larangan Merokok di Tempat

Umum. Hal. 1

WHO. July 2013. Media Centre. Tobacco. hal. 1-4.