Download - Laporan Tut 3
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
1/24
Laporan Skenario III Blok Pediatri
Mengapa Belum Bisa Jalan?
Kelompok B11 :
G0009086 FITRIA MARIZKA K
G0009002 ABDULLAH M AZAM
G0009018 ANISA FEBRINA D
G0009026 ARDININGSIH
G0009042 CAESARIA SARAH S
G0009080 FEBRIAN KANTATA JN
G0009116 KRISMAWARNI G
G0009160 NURRINI S Y
G0009182 RIANI DWI HASTUTI
G0009186 RIZAL TAHTA M
G0009204 STEFANNY C N
Tutor :
Pendidikan Dokter Semester VI
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta 2012
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
2/24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangTumbuh kembang anak merupakan hal yang sangat penting pada
anak. Hal itu berpengaruh terhadap kualitas hidup di masa mendatang.
Tumbuh kembang anak dapat dinilai dan dipantau secara dini dan
intensif sejak bayi lahir. Kompetensi dokter umum salah satunya
adalah memberikan konseling kepada tumbuh kembang anak,
mendeteksi gejala keterlambatan tumbuh kembang anak secara dini
menggunakan metode yang telah ditetapkan, mempelajari gangguan
tumbuh kembang angk baik dalam tingkatan somatik, genetik,
maupun epigenetik. Pada skenario ini akan membahas tentang tumbuh
kembang anak secara mendalam.
B. SkenarioSuryadi, bocah berusia 2,5 tahun itu hanya bergelayut manja di
gendongan sang ibu. Ia belum bisa merangkak apalagi berjalan dan
sampai saat ini belum sepatah kata pun bisa diucapkannya, hanya
rengekan pelan yang keluar dari mulutnya. Berdasarkan hasil
pemeriksaan Denver II oleh dokter didapatkan adanjya keterlambatan
di semua domain perkembangan.
C. Tujuan1. Menjelaskan empat domain perkembangan anak menurut Denver
(motorik kasar, motorik halus, bahasa dan perkembangan sosial)
2. Menjelaskan kelainan perkembangan yang ditemukan pada hasilskrining (contoh: developmental delay, autism, pervasive
develeopmental delay, retardasi mental)
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
3/24
BAB II
DISKUSI
LANGKAH TUTORIAL
1. Jump 1. Klarifikasi Istilaha. Perkembangan : bertambahnya fungsi tubuh yang lebih kompleks;
Hasil pematangan, diferensiasi organ yang berkembang sehingga dapat
berfungsi, termasuk emosi, intelektual, dan tingkah laku.
b. Doamin perkembangan : Aspek-aspek perkembangan pada anak yangbisa dinilai, yaitu: 1.) motorik, 2.) sosial, 3.) emosional, 4.) language/
bahasa, 5.) cognition.
c. Denver II : Merupakan revisi dari DDDST dan DDSTR, berupaskrining kelainan perkembangan anak.
2. Jump 2. Menentukan dan Mendefinisikan Masalah-
Keadaan pasien: Bocah laki-laki 2,5 tahun Belum bisa merangkak dan berjalan Belum keluar sepatah kata Hanya merengek dan bergelayut manja
- Pemeriksaan Denver II: Ada keterlambatan di semua domain perkembangan
3. Jump 3 : Menganalisis Permasalahan dan Membuat PenyataanSementara Mengenai Permasalahan (tersebut dalam langkah 2)
- Setiap anak memiliki tahap-tahap pertumbuhan dan perkembanganyang harus dilaluinya sesuai dengan pertambahan usia
- Ditemukannya keterlambatan perkembangan pada anak harus diperiksasampai sejauh mana keterlambatan tersebut terjadi dengan
menggunakan pemeriksaan-pemeriksaan tertentu
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
4/24
- Adanya keterlambatan dalam tugas perkembangan anak harus ditinjaulagi apa penyebabnya
4. Jump 4: Menginventarisasi Permasalahan Permasalahan padaLangkah 3
1. Bagaimana tumbuh kembang anak yang normal?2. Bagaimanakah yang disebut Pemeriksaan Denver II?3. Bagaimana kriteria keterlambatan pada pemeriksaan Denver II?4. Apakah pemeriksaan lain untuk menilai tumbuh kembang anak?5. Apakah kemungkinan penyebab keterlambatan tumbuh kembang
anak?
6. Apakah hal-hal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak?7. Bagaimana penatalaksanaan keterlambatan tumbuh kembang?8. Bagaimana prognosis pada anak dengan tumbuh kembang yang
terlambat?
5. Jump 5: Merumuskan Tujuan Pembelajaran1. Mengetahui tahap-tahap tumbuh kembang anak yang normal2. Mengetahui kriteria keterlambatan tumbuh kembang anak3. Mengetahui pemeriksaan untuk memeriksa keterlambatan tumbuh
kembang anak
4. Mengetahui penyebab keterlambatan tumbuh kembang anak5. Mengetahui penatalaksanaan keterlambatan tumbuh kembang anak
6. Jump 6 : Mengumpulkan Informasi BaruMahasiswa secara aktif dan mandiri mempelajari tujuan
pembelajaran dan pertanyaan yang belum sempat terjawab di pertemuan
pertama.
7. Jump 7 : Melaporkan, Membahas, dan Menata Kembali InformasiBaru yang Diperoleh
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
5/24
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
A. Tahap Tumbuh Kembang Anak NormalPerkembangan dan kepandaian psikomotor
1. Motorik Kasar- Tangan mengepal : 1 bulan- Miring : 3 bulan- Tengkurap : 8 bulan- Merangkak : 10 bulan- Berjalan tak jatuh : 18 bulan- Berlari : 24 bulan- Berdiri dengan 1 kaki : 36 bulan- Berjinjit : 48 bulan2. Motorik Halus- Melihat sekitar : 1 bulan- Memegang benda : 4 bulan- Memindah benda : 12 bulan- Menggambar garis : 18 bulan- Menggambar lingkaran : 24 bulan- Menggambar silang : 36 bulan- Menggambar orang : 48 bulan3. Bahasa- Bersuara : 1 bulan- Tertawa : 4 bulan- Berteriak : 7 bulan- Ucapkan 1 kata : 10 bulan- Ucapkan 2 kata : 12 bulan- Tanpa arti : 18 bulan- Bicara jelas : 36 bulan- Bicara lancar : 48 bulan4. Sosial- Melihat orang : 1 bulan- Mengenal orang : 4 bulan- Bermain : 7 bulan
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
6/24
- Berikan mainan : 12 bulan- BAB/ BAK teratur : 18 bulan- Ada kehendak BAB/BAK : 24 bulan- Pakai sepatu sendiri : 36 bulan- Bermain bersama : 48 bulan
B. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anaka. Faktor genetik
Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandungdi dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan. Potensi genetik yang bermutu hendaknya
dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga
dapat diperoleh hasil akhir yang optimal. Penyakit keturunan
yang disebabkan oleh kelainan kromosom seperti Sindrom
Down, Sindrom Turner, dll.
b. Faktor lingkungan 1) Lingkungan prenatal
Yang termasuk faktor lingkungan prenatal adalah gizi ibu
saat hamil, adanya toksin atau zat kimia, radiasi, stress,
anoksia embrio, imunitas, infeksi dan lain-lain.
2) Lingkungan post natalc. Faktor biologis
Yang termasuk didalamnya adalah ras (suku bangsa), jenis
kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap
penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, hormon.
d. Faktor fisikYang termasuk di dalamnya adalah cuaca (musim, keadaan
geografis), keadaan rumah, sanitasi, radiasi, dll.
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
7/24
e. Faktor psikososialYang termasuk di dalamnya adalah stimulasi, ganjaran/hukuman
yang wajar, motivasi belajar, keluarga sebaya, sekolah, stress,
cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak dan orang tua.
f. Faktor keluarga dan adat istiadatYang termasuk di dalamnya adalah pekerjaan/ pendapatan
keluarga, pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara, jenis kelamin
dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah dan
ibu, adat istiadat, norma, agama, dll.
Kebutuhan Dasar Anak:
a. Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH)Meliputi pangan/gizi, perawatan kesehatan dasar, pemukiman
yang layak, higienitas perorangan, sandang, kesegaran jasmani,
rekreasi dan lain-lain.
b. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra
dan selaras antara ibu/pengganti ibu dengan anak merupakan
syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang anak yang
selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Kasih sayang
orang tuanya akan menciptakan ikatan yang erat (Bounding) dan
kepercayaan (Basic trust).
c. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar
(Pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini
mengembangkan perkembangan mental psikososial: kecerdasan,
ketrampilan, kemandirian, kemandirian kreativitas, agama,
kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya.
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
8/24
C. Pemeriksaan untuk Menilai Tumbuh Kembang Anaka. Pemeriksaan Denver II
Denver II adalah revisi utama dari restandardisasi Denver
Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver
Developmental Screening Test (DDST-R). DDST adalah salah
satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak.
Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ. Waktu yang dibutuhkan
15-20 menit. Aspek Perkembangan yang dinilai terdiri dari 125
tugas perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali skrining
hanya berkisar 25-30 tugas. Ada 4 sektor perkembangan yang
dinilai:
1). Personal Social (perilaku sosial)Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
2). Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil,
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
3).Language (bahasa)Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan.
4). Gross motor(gerakan motorik kasar)Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Alat yang digunakan:
1) Alat peraga: benang wol merah, kismis/manik-manik,Peralatan makan, peralatan gosok gigi, kartu/permainan ular
tangga, pakaian, buku gambar/kertas, pensil, kubus warna
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
9/24
merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia
kronologis anak saat diperiksa).
2) Lembar formulir DDST II.3) Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara
melakukan tes dan cara penilaiannya.
Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:
1) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anakyang berusia: 3-6 bulan, 9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4
tahun dan 5 tahun.
2) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanyahambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian
dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.
Penilaian: Jika lulus (passed = P), gagal(fail = F), ataukah anak
tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (no opportunity =
NO).
Cara pemeriksaan DDST II:
1) Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anakyang akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu
bulan dan 12 bulan untuk satu tahun.
2) Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan kebawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke
atas.
3) Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garishorizontal tugas perkembangan pada formulir DDST.
4) Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang Pdan berapa yang F.
5) Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam:normal, abnormal, meragukan dan tidak dapat dites.
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
10/24
a) Abnormal- Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan pada 2
sektor atau lebih.
- Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 ataulebih keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan
1 keterlambatan dan pada sektor yang sama
tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang
berpotongan dengan garis vertikal usia .
b) Meragukan- Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau
lebih.
- Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada
yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan
garis vertikal usia.
c) Tidak dapat ditesApabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes
menjadi abnormal atau meragukan.
d) NormalSemua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.
Pada anak-anak yang lahir prematur, usia disesuaikan hanya
sampai anak usia 2 tahun:
Contoh perhitungan anak dengan prematur: An. Lula lahir
premature pada kehamilan 32 minggu, lahir pada tanggal 5
Agustus 2006. Diperiksa perkembangannya dengan DDST II pada
tanggal 1 April 2008. Hitung usia kronologis An. Lula.
Diketahui: Tanggal lahir An. Lula : 5-8-2006
Tanggal periksa : 1-4-2008
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
11/24
Prematur : 32 minggu
Ditanyakan: Berapausiakronologis An. Lula?
Jawab: 200841 An. Lula prematur 32 minggu
200685 Aterm = 37 minggu
Maka 3732 = 5 minggu
1726
Jadi usia An. Lula jika aterm (tidak prematur) adalah 1 tahun 7
bulan 26 hari atau 1 tahun 8 bulan atau 20 bulan. Usia tersebut
dikurangi usia keprematurannya yaitu 5 minggu x 7 hari = 35 hari,
sehingga usia kronologis An. Lula untuk pemeriksaan DDST II
adalah: 1 tahun 7 bulan 26 hari35 hari = 1 tahun 6 bulan 21 hari
atau 1 tahun 7 bulan atau 19 bulan.
Interpretasi dari nilai Denver II:
1) AdvancedMelewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia
kronologis (dilewati pada kurang dari 25% anak pada usia lebih
besar dari anak tersebut).
2) OKMelewati, gagal, atau menolak pokok yang dipotong
berdasarkan garis usia antara persentil ke-25 dan ke-75.
3) CautionGagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis
usia kronologis di atas atau diantara persentil ke-75 dan ke-90.
4) DelayGagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis
usia kronologis; penolakan ke kiri garis usia juga dapat
dianggap sebagai kelambatan, karena alas an untuk menolak
mungkin adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas
tertentu.
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
12/24
Interpretasi:
1) NormalTidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaan.
2) SuspectSatu atau lebih kelambatan dan atau dua atau lebih banyak
kewaspadaan.
3) UntestablePenolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri
garis usia atau pada lebih dari satu pokok titik potong
berdasarkan garis usia pada area 75% sampai 90%.
Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable:
Skrining ulang pada 1 sampai 2 minggu untuk
mengesampingkan faktor temporer.
Meskipun pemeriksaan Denver merupakan pemeriksaan
paling tua dan paling terkenal dalam menilai perkembangan anak.
Pemeriksaan denver kemudian harus mengalami revisi menjadi
Denver-II. Untuk menentukan adanya masalah pekembangan,
secara individu anak dinilai tingkat intelegensinya, kemampuan
berbahasa, prestasi serta kemampuannya dalam beradaptasi.
Masalah perkembangan, termasuk keterlambatan
berbahasa, kesulitan belajar, retardasi mental ringan dan
keterambatan perkembangan fungsional, ditemukan pada sekitar
17% anak. Denver-II dapat mengidentifikasi dengan benar 83%
kasus yang ada sehingga Pemeriksaan denver-II dapat dikatakan
memiliki sensitivitas yang tinggi. Namun, hampir 50% dari anak
dengan perkembangan normal diidentifikasi sebagai abnormal,
meragukan dan tidak dapat ditentukan. Karenanya, pemeriksaan
Denver-II memiliki spesifitas yang rendah yakni 43%. Selain itu,
meskipun telah dilakukan pda 2000 anak dalam menadapatkan data
normatif, semua anak tersebut berasal dari Colorado, sehingga
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
13/24
tidak diketahui apakah penilaian perkembangan dengan Denver
dapat digunakan untuk anak-anak di seluruh dunia yang heterogen.
Ditambah lagi, Denver II dipublikasikan tanpa data mengenai
validitas, sensitivitas dan spesifitas. Hal-hal tersebut diatas lah
yang kemudian menjadi dasar kritikan terhadap pemeriksaan
denver II.
b. Pemeriksaan lainPenilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan
sedini mungkin sejak anak dilahirkan. Deteksi dini merupakan
upaya penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensif untuk
menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta
mengenal faktor risiko pada balita, yang disebut juga anak usia
dini.
Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh
kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi,
penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi
yang jelas pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-
upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak,
dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang
optimal.
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan meliputi dua hal
pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian
perkembangan. Masing-masing penilaian tersebut mempunyai
parameter dan alat ukur tersendiri.
Dasar utama dalam menilai pertumbuhan fisik anak adalah
penilaian menggunakan alat baku (standar). Untuk menjamin
ketepatan dan keakuratan penilaian harus dilakukan dengan teliti
dan rinci. Pengukuran perlu dilakukan dalam kurun waktu tertentu
untuk menilai kecepatan pertumbuhan.
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
14/24
Parameter ukuran antropometrik yang dipakai dalam
penilaian pertumbuhan fisik adalah tinggi badan, berat badan,
lingkar kepala, lipatan kulit, lingkar lengan atas, panjang lengan,
proporsi tubuh, dan panjang tungkai. Menurut Pedoman Deteksi
Dini Tumbuh Kembang Balita (Tim Dirjen Pembinaan Kesmas,
1997) dan Narendra (2003) macam-macam penilaian pertumbuhan
fisik yang dapat digunakan adalah:
1) Pengukuran Berat Badan (BB)Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau
pertumbuhan dan keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap
bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat Balita (KMS
Balita) sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan
dilakukan interfensi jika terjadi penyimpangan.
2) Pengukuran Tinggi Badan (TB)Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun
dilakukan dengan berbaring., sedangkan di atas umur 2 tahun
dilakukan dengan berdiri. Hasil pengukuran setiap bulan dapat
dicatat pada dalam KMS yang mempunyai grafik pertumbuhan
tinggi badan.
3) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Biasanya ukuran
pertumbuhan tengkorak mengikuti perkembangan otak,
sehingga bila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak maka
perkembangan otak anak juga terhambat. Pengukuran
dilakukan pada diameter occipitofrontal dengan mengambil
rerata 3 kali pengukuran sebagai standar.
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
15/24
D. Penyebab Keterlambatan Tumbuh Kembang Anaka. Mental Retardasi (MR)
MR (keterbelakangan mental) adalah suatu keadaan dimana
kemampuan intelektual di bawah rata-rata dan di sertai dengan
penurunan perilaku adaptasi dan manivestasinya selama masa
perkembangan. Biasanya kelihatan saat umur anak di atas 3 tahun.
MR dapat di klasifikasikan menjadi 3 :
1. Educable (mampu untuk di didik) = IQ 50 s/d 752. Try Enable (mampu untuk di latih) = IQ 25 s/d 493. Custodial (mampu rawat) = IQ 0 s/d 24
Penyebab MR (Mental Retardasi) adalah :
Pre Natal (saat kehamilan) : anoxia (kurang oksigen), infeksi ibu sepertitoksoplasma rubella, sipilis, kekurangan gizi.
Natal (saat kelahiran) : anoxia, prematur, lahir dengan di vakum, dll. Post Natal (saat pertumbuhan 0-3 tahun) : anoxia, trauma kepala, kuarang
gizi, dll.
2. Down Sindrome
Down Sindrome adalah gangguan mental syndrome akibat dari jumlah kromosom
yang tidak normal dan memiliki ciri yang khas seperti wajah mongoloid. 90%
kasus di sebabkan karena kelebihan kromosom ke-21, perpindahan komponen
kromosom 21 pindah ke kromosom yang lain sehingga pada manusia normal
mempunyai 2 garis kromosom yang sama (linear) menjadi tidak seimbang karena
salah satu kromosomnya menjadi 47 (pada normalnya 46).
Penyebab yang lainnya adalah faktor usia pada saat ibu hamil. Berdasarkan
penelitian dimana usia ibu melahirkan >= 40 tahun lebih beresiko melahirkan
anak dengan down syndrome dari pada ibu-ibu muda.
3. Autis
Autis adalah gangguan tumbuh kembang anak pada masa kanak-kanak dengan
karakteristik sebagai berikut :
1. Kurang atau tidak adanya respon terhadap orang lain.2. Penurunan dalam berkomunikasi atau berbicara.
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
16/24
3. Bereaksi yang aneh terhadap berbagai aspek lingkungan.4. Gangguan berbicara seperti ecolalia.5. Melakukan sesuatu tanpa tujuan.
Autis kelihatan di saat umur anak di atas 3 tahun.
Penyebab autis secara pasti belum di ketahui, di duga autis disebabkan karena
adanya gangguan reticular system aktif (system saraf pusat), faktor genetik,
metabolic dan biochemical.
Banyak orang tua yang melaporkan anak autis mengalami kemajuan pesat setelah
tidak mengkonsumsi susu sapi dan terigu. Kenapa demikian ? alasannya karena
hampir semua anak autis menderita Multiple Food Alergi / Alergi Makanan,
sehingga perlu dilakukan pengaturan dukungan nutrisi yang sesuai dan seimbang,
sebagai contoh yang paling sering terjadi menurut pengalaman saya, kebanyakan
anak autis lebih sering cenderung bersikap hiperaktif bila di beri susu sapi,
cokelat, dan makanan yang terbuat dari terigu.
Pengaturan nutrisi dan diet untuk anak autis berikut contoh bahan makanan dan
minuman yang dilarang, adalah :
Diet bebas Gluten dan Kasein. Gluten : Makanan yang mengandung terigu( Mie, roti, biskuit ).Kasein : mentega,mozarella butter, butter, susu sapi,
yoghurt, susu kambing, susu bubuk, keju, laktalbumin, cream.
Diet bebas gula : gula pasir, soft drink, sirup, fruit juice kemasan. Diet bebas jamur/fermentasi : minuman fermentasi, kecap, vermipan,
tauco, baking soda, keju, soft drink.
Diet bebas zat aditif : pewarna makanan, penambah rasa, dan pengawetmakanan.
Diet bebas fenol dan salisilat : buah berwarna cerah, anggur, apel, almond,cherry, plum, prune, jeruk, tomat.
Diet rotasi dan eliminasi : diketahui dan dilakukan setelah melakukan testalergi.
Pengaturan alat masak dan saat pemberian makanan : Alat masak daribahan yang tidak mengandung logam berat. Makanan yang tinggi protein
di berikan saat makan pagi untuk mencegah anak hiperaktif.
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
17/24
Pemberian suplemen yang sesuai.Catatan : sebaiknya sebelum melakukan diet, lakukanlah test alergi terlebih
dahulu.
4. ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder)
ADHD adalah suatu kondisi yang di gunakan untuk menggambarkan anak-anak
dengan itelegensi rata-rata atau di bawah rata-rata yang mempunyai tingkat
perkembangan yang tidak sesuai pada area atensi dengan adanya implusive dan
hiperaktif.
Penyebab gangguan ini tidak di ketahui secara pasti, faktor penyebabnya mungkin
berhubungan dengan kerusakan sistem saraf pusat selama atau sebelum
kehamilan, faktor genetik, hiperaktif di sebabkan oleh kurangnya penyaringan
stimulasi eksternal.
5. Gangguan Congenital
Gangguan Congenital adalah suatu kondisi yang di tandai dengan malformasi
pada anggota tubuh yang terjadi selama proses kehamilan. Penyebab secara pasti
masih belum di ketahui, kemungkinan faktor genetik atau metabolisme.
6. Cerebral Palsy
CP (Cerebral Palsy) adalah kelainan anggota gerak yang di sebabkan oleh
gangguan otak/cidera otak yang sifatnya tidak progresif, sehingga berdampak
pada sistem motorik anak.
Penyebabnya :
a. Prenatal (saat kehamilan)
Infeksi seperti : Rubella, toksoplasma, cipilis.
Anoxia (kekurangan oksigen).
Trauma kehamilan.
b. Natal (saat kelahiran)
Prematur
Lahir dengan divakum
Anoxia
c. Post Natal (saat pertumbuhan 0-3 tahun)
Trauma kepala
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
18/24
Anoxia
CP (Cerebral Palsy) ada beberapa macam, yaitu :
- CP Spastik : kerusakan terjadi di otak besar.
- CP Atetoik : lokasi gangguan ada di otak besar.
- CP Ataksia : terjadi gangguan pada otak kecil.
- CP Flaccid : gangguan pada otot.
a. Penatalaksanaan Keterlambatan Tumbuh Kembang Anak
Terlambat Bicara
Diagnosis
Menetapkan klasifikasi penyimpangan berbahasa atau bicara :
Ekspresif, Resepsif, dan Kesukaran Bicara : biasanya merupakan
efek jangka pendek dan jangka panjang OM (Otitis Media) pada usia
sampai 2 tahun.
Interval/pengobatan
Konservatif. Aktif terhadap keadaan yang akut, bila keadaan tenang dianjurkan ke
Rumah Sakit dengan pelayanan yang sudah lengkap dengan speech
therapy (terapi wicara).
Pada Autism / ADHD perlu secara multidisiplin dengan Psikolog danPsikiater dan Rehabilitasi Medik, serta peningkatan interaksi anak dengan
orang tua.
Konseling apabila diperlukan alat bantu dengar.Gagal Tumbuh
Pengobatan :
Sasaran pengobatan adalah diet dan pola makan anak, perkembangan anak,ketrampilan pengasuhnya, dan penyakit organik yang ditemukan
Diet dengan kalori tinggi 150% dari kebutuhan kalori/BB ideal/hari. Pemantauan secara ketat selama 1-2 minggu pertama, dan memperhatikan
kenaikan berat badan yang dicapai.
Diperlukan pendampingan ahli gizi, kerja sama dengan tenaga lulusanAkademi Gizi bisa berperan membantu keberhasilan pengobatan.
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
19/24
Stimulasi perkembangan anak harus diajarkan pada orang tua yang kurangmemahami cara-caranya. Dukungan moril untuk pengasuh agar konsisten
dalam mengasuh anak dengan gagal tumbuh membutuhkan kesabaran, dan
ketekunan. Perbaikan nutrisi terlambat dapat mempengaruhi jangka
panjang kondisi anak.
Untuk menjamin perbaikan holistik mungkin dapat diupayakan suatutempat penitipan anak sementara (day care).
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
20/24
b. Resusitasi Bayi baru LahirResusitasi Kebutuhan bayi akan resusitasi sebagian dapat
diantisipasi dengan memperhatikan faktor-faktor risiko yang ada misalnya
bayi yang lahir dari ibu yang pernah mengalami abortus, ibu dengan
penyakit kronik, kelainan letak, persalinan lama, prolaps tali pusat,
ketuban pecah dini, pre-eklamsia, dan lain-lain. Namun, karena pada
beberapa kasus, kebutuhan akan resusiatsi bayi baru lahir tidak dapat
diantisipas sebelum dilahirkan sehingga penolong harus siap melakukan
resusitasi pada setiap kelahiran. Dalam pelaksanaan resusitasi, hendaknya
sealu melakukan pemantauan terhadap nilai APGAR yang berfungsi untuk
menentukan keberhasilan resusitasi yang telah dilakukan dan menentukan
prognosis.
c. Patofisiologi bayi dengan keadaan lahir tidak menangis, apneu, dankebiruan
Apnea adalah penghentian napas lebih dari 20 detik dengan atau
tanpa sianosis, hipottonia atau bradikardia. Penyebabnya berkaitan dengan
kegagalan mekanisme eksitatori untuk berfungsi secara tepat di pusat
pernafasaan di otak. Ketidakmatangan sistem saraf pusat pada bayi sering
menjadi faktor resiko terjadinya apnea pada bayi dan paling sering terjadi
selama tidur aktif. Apnea juga terjadi pada bayi prematur selama aktivitas
normal tertentu seperti menyusu.
Insidens
1. Apnea idiopatik pada bayi cukup bulan jarang terjadi2. Sekitar 1/3 bayi yang gestasinya kurang dari 32 minggu mengalami
episode apnea
3. Lebih dari 50% bayi yang berat badannya kurang dari 1,5 kgmemerlukan penanganan untuk mengatasi kekambuhan episode
apnea jangka panjang
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
21/24
4. Apnea obstruktif paling sering disebabkan oleh hipertrofi adenoiddan tonsil.
Manifestasi klinis
a. Henti napas selama lebih dari 20 detik dengan atau tanpa sianosis,bradikardia ataau hipotonisitas
b. MendengkurKomplikasi yang terjadi berkaitan dengan penyebab pokoknya. Jika
apnea terjadi karena faktor perkembangan, kondisi ini akan kembali
pulih seiring pertumbuhan anak. Namun apabila apnea bayi disebabkan
oleh etiologi lain maka penanganan, diagnosis dan prognosis jangka
panjangnya akan bergantung pada penyebabnya.
Penatalaksanaan medis, bayi yang dicurigai apnea dipantau dengan
menggunakan kardiorespirator. Penatalaksanaan apnea episode apnea
segera adalah dengan memberikan stimulus halus dengan menggosok
punggung atau kaki bayi. Jika bayi tidak berespon jalan napas harusterbuka dan resusitasi jantung paru (RJP) harus segera dimulai.
Cecily linn betz, 2009 oleh EGC
Sianosis yang terjadi akibat peningkatan Hb reduksi dua kali dari
normal yang mengakibatkan kebiruan pada selaput lendir dan kulit.
Normal Hb reduksi adalah 2,5 gr/dL darah kapiler.
Klasifikasi sianosis
1. Sianosis periferDisebabkan vasokonstriksi pembuluh darah , obstruksi arteri atau
vena, dan kelainannya bersifat lokal pada daerah obstruksi
2. Sianosis sentral, disebabkan :a). Darahnya tidak tersaturasi oksigenb). Derivat Hb yang abnormal seperti MetHbc). Hb yang memiliki afinitas rendah terhadap oksigen
3. Gabungan
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
22/24
(Prof. dr. Hadiarto Mangunnegoro, Sp.P(K), 2012)
Sianosis pada bayi baru lahir biasanya terjadi pada bayi dengan
sindrom gawat napas idiopatik atau disebut juga penyakit membran hialin,
yaitu kondisi hipoksia dan cedera paru yang terjadi akibat atelektasis
primer yang luas. Atelektasis primer adalah keadaan kolapsnya alveolus
secara substansial yang dijumpai pada bayi baru lahir. Kolapsnya alveolus
mengakibatkan ventilasi berkurang kemudian terjadi hipoksia yang
menyebaban terjadinya cedera paru yang mengakibatkan terjadinya
sianosis atau kebiruan pada bayi akibat terhambatnya aliran darah dan
hipoksi yang terjadi. (buku saku patofisiologi corwin-elizabeth diakses
dari :
(http://books.google.co.id/)
d. NICUNICU (Neonatal Intensive Care Unit) merupakan suatu perawatan
intensive untuk bayi baru lahir hingga usia dua bulan yang dalam keadaaan
sakit berat, perlu perawatan khusus dan pemantauan ketat tim dokter, serta
membutuhkan alat bantu napas dan monitoring denyut jantung.
Prosedur NICU:
1. Dilakukan terapi intensive2. Didukung teknologi kedokteran3. Monitoring invasive4. Perawatan paripurna5. Pemberian obat-obatan paten6. Memerlukan tindakan khususIndikasi NICU:
1. Neonatus dari ibu dengan kehamilan 34 minggu2. Neonatus dengan berat lahir kurang dari 1800 gram3. Sepsis neonatus / meningitis pada neonatus4. Neonatus dari ibu diabetes dan dilahirkan preterm
-
8/2/2019 Laporan Tut 3
23/24
5. Rhesus isomunisasi, severe jaundice6. Aspirasi mekoneum7. Kelainan bawaan, seperti: penyakit jantung bawaan, hernia
diapraghmatika, atresia duodeni, omphalocele, gastroschisis
8. Monitoring apneu dan bradikardi9. Distress pernapasan berat (terapi oksigen >40% atau oxyhood >6
L/menit)
10. Kolaps atau intabilitas sistem kardiorespirasi11. Asfiksia neonatorum berat12. Ventilator mekanin13. Kejang pada neonatus14. Hipoglikemia dengan gejala klinis atau tidak terkontrol dengan
pemberian glukosa iv
15. NPO (Nothing Per Oral) >3 hari yang memerlukan nutrisi parenteraltotal
16. Transfuse tukar17. Operasi mayorhttp://www.neonatology.org/diakses pada 10 Maret 2012
http://www.neonatology.org/http://www.neonatology.org/ -
8/2/2019 Laporan Tut 3
24/24
DAFTAR PUSTAKA
Buku saku keperawatan pediatri edisi 5 oleh cecily linn betz dan linda a sowden.
Terbit tahun 2009 oleh EGC (diakses dari :
Damanik, Sylviati M, 2008. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa
Gestasi. In: Sholeh Kosim, dkk. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI
http://books.google.co.id/books?id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA557&lpg=PA557&d
q=patofisiologi+sianosis+pada+neonatus&source=bl&ots=JzZRoxCA
WW&sig=nuXCnMu8B1kxpOgMpqwWG3NI0&hl=id&sa=X&ei=H
F9cT7n7IInZrQej9Zj7Cw&ved=0CCUQ6AEwAQ#v=onepage&q=pa
tofisiologi%20sianosis%20pada%20neonatus&f=false
http://books.google.co.id/books?id=j_ScFduyerMC&pg=PA16&lpg=
PA16&dq=patofisiologi+apnea+dan+sianosis&source=bl&ots=1Li27
PaEHL&sig=WPysuU6oMSAniQZxY5gy8gnz2Bg&hl=id&sa=X&ei
=t1RcT57RLc_yrQf5m4WZDg&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&
q=patofisiologi%20apnea%20dan%20sianosis&f=false)
http://rsi.co.id
http://www.litbang.depkes.go.id
http://www.neonatology.org/diakses pada 10 Maret 2012
Nakita, I. M. 2010. Lahir Prematur, Beragam Faktor Penyebabnya.
http://anakbayi.com/artikel/lahir-prematur-beragam-faktor penyebabnya.
Prawirohardjo, Sarwono, dkk, 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prof. dr. Hadiarto Mangunnegoro, Sp.P(K) . slide kuliah .Departemen
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI - RSUP
Persahabatan Jakarta
http://books.google.co.id/books?id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA557&lpg=PA557&dq=patofisiologi+sianosis+pada+neonatus&source=bl&ots=JzZRoxCAWW&sig=nuXCnMu8B1kxpOgMpqwWG3NI0&hl=id&sa=X&ei=HF9cT7n7IInZrQej9Zj7Cw&ved=0CCUQ6AEwAQ#v=onepage&q=patofisiologi%20sianosis%20pada%20neonatus&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA557&lpg=PA557&dq=patofisiologi+sianosis+pada+neonatus&source=bl&ots=JzZRoxCAWW&sig=nuXCnMu8B1kxpOgMpqwWG3NI0&hl=id&sa=X&ei=HF9cT7n7IInZrQej9Zj7Cw&ved=0CCUQ6AEwAQ#v=onepage&q=patofisiologi%20sianosis%20pada%20neonatus&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA557&lpg=PA557&dq=patofisiologi+sianosis+pada+neonatus&source=bl&ots=JzZRoxCAWW&sig=nuXCnMu8B1kxpOgMpqwWG3NI0&hl=id&sa=X&ei=HF9cT7n7IInZrQej9Zj7Cw&ved=0CCUQ6AEwAQ#v=onepage&q=patofisiologi%20sianosis%20pada%20neonatus&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA557&lpg=PA557&dq=patofisiologi+sianosis+pada+neonatus&source=bl&ots=JzZRoxCAWW&sig=nuXCnMu8B1kxpOgMpqwWG3NI0&hl=id&sa=X&ei=HF9cT7n7IInZrQej9Zj7Cw&ved=0CCUQ6AEwAQ#v=onepage&q=patofisiologi%20sianosis%20pada%20neonatus&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA557&lpg=PA557&dq=patofisiologi+sianosis+pada+neonatus&source=bl&ots=JzZRoxCAWW&sig=nuXCnMu8B1kxpOgMpqwWG3NI0&hl=id&sa=X&ei=HF9cT7n7IInZrQej9Zj7Cw&ved=0CCUQ6AEwAQ#v=onepage&q=patofisiologi%20sianosis%20pada%20neonatus&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=j_ScFduyerMC&pg=PA16&lpg=PA16&dq=patofisiologi+apnea+dan+sianosis&source=bl&ots=1Li27PaEHL&sig=WPysuU6oMSAniQZxY5gy8gnz2Bg&hl=id&sa=X&ei=t1RcT57RLc_yrQf5m4WZDg&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=patofisiologi%20apnea%20dan%20sianosis&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=j_ScFduyerMC&pg=PA16&lpg=PA16&dq=patofisiologi+apnea+dan+sianosis&source=bl&ots=1Li27PaEHL&sig=WPysuU6oMSAniQZxY5gy8gnz2Bg&hl=id&sa=X&ei=t1RcT57RLc_yrQf5m4WZDg&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=patofisiologi%20apnea%20dan%20sianosis&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=j_ScFduyerMC&pg=PA16&lpg=PA16&dq=patofisiologi+apnea+dan+sianosis&source=bl&ots=1Li27PaEHL&sig=WPysuU6oMSAniQZxY5gy8gnz2Bg&hl=id&sa=X&ei=t1RcT57RLc_yrQf5m4WZDg&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=patofisiologi%20apnea%20dan%20sianosis&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=j_ScFduyerMC&pg=PA16&lpg=PA16&dq=patofisiologi+apnea+dan+sianosis&source=bl&ots=1Li27PaEHL&sig=WPysuU6oMSAniQZxY5gy8gnz2Bg&hl=id&sa=X&ei=t1RcT57RLc_yrQf5m4WZDg&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=patofisiologi%20apnea%20dan%20sianosis&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=j_ScFduyerMC&pg=PA16&lpg=PA16&dq=patofisiologi+apnea+dan+sianosis&source=bl&ots=1Li27PaEHL&sig=WPysuU6oMSAniQZxY5gy8gnz2Bg&hl=id&sa=X&ei=t1RcT57RLc_yrQf5m4WZDg&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=patofisiologi%20apnea%20dan%20sianosis&f=falsehttp://rsi.co.id/http://www.litbang.depkes.go.id/*http://www.neonatology.org/http://anakbayi.com/artikel/lahir-prematur-beragam-faktor%20penyebabnyahttp://anakbayi.com/artikel/lahir-prematur-beragam-faktor%20penyebabnyahttp://www.neonatology.org/http://www.litbang.depkes.go.id/*http://rsi.co.id/http://books.google.co.id/books?id=j_ScFduyerMC&pg=PA16&lpg=PA16&dq=patofisiologi+apnea+dan+sianosis&source=bl&ots=1Li27PaEHL&sig=WPysuU6oMSAniQZxY5gy8gnz2Bg&hl=id&sa=X&ei=t1RcT57RLc_yrQf5m4WZDg&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=patofisiologi%20apnea%20dan%20sianosis&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=j_ScFduyerMC&pg=PA16&lpg=PA16&dq=patofisiologi+apnea+dan+sianosis&source=bl&ots=1Li27PaEHL&sig=WPysuU6oMSAniQZxY5gy8gnz2Bg&hl=id&sa=X&ei=t1RcT57RLc_yrQf5m4WZDg&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=patofisiologi%20apnea%20dan%20sianosis&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=j_ScFduyerMC&pg=PA16&lpg=PA16&dq=patofisiologi+apnea+dan+sianosis&source=bl&ots=1Li27PaEHL&sig=WPysuU6oMSAniQZxY5gy8gnz2Bg&hl=id&sa=X&ei=t1RcT57RLc_yrQf5m4WZDg&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=patofisiologi%20apnea%20dan%20sianosis&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=j_ScFduyerMC&pg=PA16&lpg=PA16&dq=patofisiologi+apnea+dan+sianosis&source=bl&ots=1Li27PaEHL&sig=WPysuU6oMSAniQZxY5gy8gnz2Bg&hl=id&sa=X&ei=t1RcT57RLc_yrQf5m4WZDg&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=patofisiologi%20apnea%20dan%20sianosis&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=j_ScFduyerMC&pg=PA16&lpg=PA16&dq=patofisiologi+apnea+dan+sianosis&source=bl&ots=1Li27PaEHL&sig=WPysuU6oMSAniQZxY5gy8gnz2Bg&hl=id&sa=X&ei=t1RcT57RLc_yrQf5m4WZDg&ved=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=patofisiologi%20apnea%20dan%20sianosis&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA557&lpg=PA557&dq=patofisiologi+sianosis+pada+neonatus&source=bl&ots=JzZRoxCAWW&sig=nuXCnMu8B1kxpOgMpqwWG3NI0&hl=id&sa=X&ei=HF9cT7n7IInZrQej9Zj7Cw&ved=0CCUQ6AEwAQ#v=onepage&q=patofisiologi%20sianosis%20pada%20neonatus&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA557&lpg=PA557&dq=patofisiologi+sianosis+pada+neonatus&source=bl&ots=JzZRoxCAWW&sig=nuXCnMu8B1kxpOgMpqwWG3NI0&hl=id&sa=X&ei=HF9cT7n7IInZrQej9Zj7Cw&ved=0CCUQ6AEwAQ#v=onepage&q=patofisiologi%20sianosis%20pada%20neonatus&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA557&lpg=PA557&dq=patofisiologi+sianosis+pada+neonatus&source=bl&ots=JzZRoxCAWW&sig=nuXCnMu8B1kxpOgMpqwWG3NI0&hl=id&sa=X&ei=HF9cT7n7IInZrQej9Zj7Cw&ved=0CCUQ6AEwAQ#v=onepage&q=patofisiologi%20sianosis%20pada%20neonatus&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA557&lpg=PA557&dq=patofisiologi+sianosis+pada+neonatus&source=bl&ots=JzZRoxCAWW&sig=nuXCnMu8B1kxpOgMpqwWG3NI0&hl=id&sa=X&ei=HF9cT7n7IInZrQej9Zj7Cw&ved=0CCUQ6AEwAQ#v=onepage&q=patofisiologi%20sianosis%20pada%20neonatus&f=falsehttp://books.google.co.id/books?id=0bMJ2p9GdAC&pg=PA557&lpg=PA557&dq=patofisiologi+sianosis+pada+neonatus&source=bl&ots=JzZRoxCAWW&sig=nuXCnMu8B1kxpOgMpqwWG3NI0&hl=id&sa=X&ei=HF9cT7n7IInZrQej9Zj7Cw&ved=0CCUQ6AEwAQ#v=onepage&q=patofisiologi%20sianosis%20pada%20neonatus&f=false