Download - Laporan Osmosis Milsa
OSMOSIS
(Laporan Praktikum Fisiologi Hewan)
Oleh:
MILSA SOLVA DIANA
1417021073
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Percobaan : Osmosis
Tanggal Percobaan : Kamis, 07 April 2016
Tempat Percobaan : Laboratorium Zoologi
Nama : Milsa Solva Diana
NPM : 1417021073
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jurusan : Biologi
Kelompok : 2 ( Dua)
Bandar Lampung, 07 April 2016
Mengetahui,
Asisten
Sayu Kadek Dwi Dani
NPM. 1217021070
DAFTAR ISI
HALAM PENGESAHAN.......................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III METODE PERCOBAAN
A. Waktu Dan Tempat.......................................................................8
B. Alat Dan Bahan.............................................................................8
C. Prossedur Percobaan.....................................................................8
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan........................................................................11
B. Pembahasan.................................................................................14
BAB V KESIMPULAN.........................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena
ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan
ke luar sel.
Osmosis adalah sebuah fenomena alam yang terjadi didalam sel hidup di
mana molekul “solvent” (biasanya air) akan mengalir dari daerah “solute”
rendah ke daerah “solute” tinggi melalui sebuah membran
“semipermeable”. semi permeabilitas merupakan kemampuan yang
dimiliki oleh membran sel dalam dalam menyaring partikel-partikel yang
akan melalui membran sel. Permeabilitas membran tergantung pada
fluiditas inti hidrofobik membran dan aktivitas protein pengangkutnya.
Oleh karena itu, keadaan lingkungan yang dapat mengganggu keduanya
akan mempengaruhi permeabilitas membran terhadap suatu solut. Gerakan
dari “solvent” berlanjut sampai sebuah konsentrasi yang seimbang tercapai
di kedua sisi membran. Untuk mengetahui bagaimana proses sistem
transpor sel melalui suatu membran, maka praktikan melakukan
percobaan ini.
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami proses terjadinya sistem transpor sel
melalui membran.
2. Mempelajari proses terjadinya osmosis dan gejala-gejala terjadinya
osmosis.
3. Memperoleh perbedaan antara transpor membran melalui difusi dengan
osmosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem transpor pada sel terjadi melalui membran ataupun tidak melalui membran
dengan cara proses difusi, fluks membran, osmosis serta osmolaritas dan tonisitas.
Semua proses ini mempengaruhi sifat fermeasif membran. Fungsi membran itu
sendiri yaitu sebagai pembatas dan pembentukan ruang oleh sitoplasma dan
organel-organel lainnya. Fungsi lain yaitu membran secara aktif dapat melakukan
translokasi partikel/subtansi tertentu sehingga membentuk kondisi intraseluller
sehingga dapat memungkinkan terjadinya aktivitas-aktivitas metabolisme dan
sintesis pada sel tersebut (Widiastuti, 2002).
Difusi adalah proses perpindahan molekul atau ion yang berbeda konsentrasinya,
yaitu dari tempat konsentrasi tinggi ke tempat konsentrasi rendah (ketempat yang
kekurangan molekul). Faktorfa.ktor yang mempengaruhi arah difusi adalah a)
Konsentrasi air, air berdifusi dari daerah dengan konsentrasi air tinggi ke daerah
dengan konsentrasi air rendah, b) Suhu, tekanan difusi air meningkat dengan
meningkatnya suhu, dan C) Tekanan, tekanan difusi air meningkat dengan adanya
tekanan mekanis. Osmosis merupakan proses difusi air (perpindahan air) pada
organisme dimana molekul yang berdifusi hams menerobos pori-puri membran
plasma. Pada umumnya membran plasma pada organisme hidup bersifat
semifermiabel/selektifpermiabel Membran semipermiabel adalah membran yang
dapat dilalui oleh molekul air dengan mudah dan molekul terlarut dalam air
dengan Sukar (hanya molekul-molekul tertentu yang dapat melewatínya). Contoh
membran semípermiabel adalah kertas selofan kulit hewan, dan sel tumbuhan
(Kustiyah, 2007).
Sel-sel hewan dilapisi oleh membrane yang disebut membrane biologis. Dengan
adanya membrane biologis ini maka komposisi dari intraseleler serta organel-
organel akan terjaga, sehingga fungsi serta integrasi sel-sel dan jaringan-jaringan
dapat berjalan dengan baik. Sebagai pembatas dan pembentuk ruang, membrane
membatasi sitosol (sitoplasma) dan organel-organel lainnya termasuk
mitokondria, nucleus, vesikel-vesikel, dan reticulum. Membran juga disebut
sebagai membrane permukaan, membrane sel, membrane plasma, atau
plasmalema yang berlaku sebagai pembatas terhadap difusi bebas dan intraseluler
ke ekstraseluler atau ekstraseluler ke intraseluler. Dapat dikatakan pula bahwa
membrane secara aktif akan melakukan melakukan translokasi parrtikel-partikel
atau substansi-subtansi tertentu sehingga membentuk kondisi intraseluler
sedemikian rupa,” intacellulere miilleu”, sehingga dimungkinkan terjadinya
aktivitas-aktivitas metabolism dan sintesis pada sel tersebut. Membran memiliki
ketebalan sekitar 6-12 mm dan terdiri dari lapis ganda (dwilapis) yang terbentuk
dari senyawa lipida dan protein (lipoprotein). Kandungan protein dari setiap
membran tergantung dengan fungsi atau peran dari membrane tersebut
(Widiastuti, 2002).
Membran sering di katakan bersifat semipermebel, berarti molekul air dapat
menembus membran tersebut, sedangkan bahan-bahan yang terlarut dalam air
tersebut tidak dapat menembus membran tersebut. Pada kenyataannya, bersam-
sama molekul air akan pula ikut ion atau senyawa tertentu yang terlarut di
dalamnya bergerak menembus membran. Berdasarkan kenyataan ini F.B
Salisbury dan C.W. Ross mengusulkan bahwa sesungguhnya membran bersifat
tembus terkendali (differentially permeable) (Lakitan, 1995)
Sifat membran yang memungkinkan pergerakan menyeberangi peregerakan
membran disebut permeabilitas. Lingkungan internal sel harus dijaga sel dengan
hati-hati oleh permeabilitas membran sel. Dulu, para peneliti mengira membran
hanya memainkan peranan pasif dalam pergerakan zat-zat terlarut dan air ke
dalam dan keluar sel melalui difusi dan osmosis. Dalam membran ada sejumlah
mekanisme yang dapat memulai atau mempercepat proses transportasi zat.
Transpor disebut pasif jika pergerakan molekul menyeberangi membran adalah
sesuai gradien konsentrasi tanpa menggunakan energi. Transpor disebut aktif jika
alirannya melawan gradien konsentrasi sehingga harus menggunakan energi
(George H. Fried, 2006)
Proses pasif dalam transport zat melintasi membran salah satunya adalah osmosis.
Pada transport jenis ini, air bergerak melintasi membran selektif permeabel dari
daerah yang berkadar air tinggi ke daerah yang berkadar air rendah. Molekul air
melalui saluran pada protein integral membran. (Jalmo, 2002)
Setiap sel dibatasi oleh membrane yang berperan sebagai jalur lalu lintas
sejumlah substansi yang masuk dan keluar sel. Hal ini akan menetukan apakah
sebuah sel berada dalam keadaan homeostasis atau tidak. Homeostasis adalah
kemampuan sel untuk memperoleh lingkungan internal yang stabil melalui
pengaturan lintasan zat cair melalui membrane sel (Adnan,dkk. 2011).
Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian
yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus
dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan
gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami,
tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian
dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih
encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut
melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi
yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan
sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat
terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri. Prinsip osmosis: transfer
molekul solvent dari lokasi hypotonic (potensi rendah) solution menuju
hypertonic solution, melewati membran. Jika lokasi hypertonic solution kita beri
tekanan tertentu, osmosis dapat berhenti, atau malah berbalik arah (reversed
osmosis).Besarnya tekanan yang dibutuhkan untuk menghentikan osmosis disebut
sebagai osmotic press.Jika dijelaskan sebagai konsep termodinamika, osmosis
dapat dianalogikan sebagai proses perubahan entrropi. Komponen solvent murni
memiliki entropi rendah, sedangkan komponen berkandunagn solut tinggi
memiliki entropi yang tinggi juga (Wulangi, S. 1993)
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilakukannya praktikum ini adalah:
Hari/tanggal : Kamis, 07 April 2016
Waktu : 13.00-15.00 WIB
Tempat : Laboraturium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Lampung
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan dari percobaan ini yaitu : gunting bedah, gelas
beaker 250 mL, karet gelang, stopwacth, neraca, usus ayam, air kran,
larutan gula 25%, dan larutan garam 25%.
C. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur yang dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Membuat larutan masing-masing dengan 100mL. untuk larutan
kontrol 100% aquades, larutan garam 250mL dan larutan gula 250mL.
2. Membuat unit membran menggunakan usus ayam, usus ayam yang
telah dibersihkan dipotong sepanjang 10cm lalu diidi dengan air kran
sampai penuh. Kemudian diikiat kedua ujungnya dengan karet.
3. Menimbang setiap unit membran dengan neraca pada masing-masing
unit membran (usus).
4. Merendam setiap unit membran (usus) kedalam larutan stok dengan
posisis seluruh membran terendam semua.
5. Setelah 5 menit angkat membran tersebut dan timbang kembali untuk
mengetahui berat membran setelah direndam. Kemudian amati juga
volume larutan stok.
6. Ulangi tahap 4-5 untuk setiap 5 menit kedu dan ketiga.
7. Hitung koofesien osmosis setiap unit membran dengan rumus : rata
rata volume awal-volume akhir dibagi dengan waktu perendaman.
12
BAB 1V
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan dari percobaan ini adalah:
1. Usus Ayam
a. Timbangan 1
USUSUKURAN
PANJANGREAKSI AIR VOLUME
A 4,922 Mengapung D 10,011
B 3,844 Tenggelam B 11,050
C 3,607 Tenggelam C 12,785
D 4,488 Tenggelam A 9,552
b. Timbangan 2
USUSUKURAN
PANJANGREAKSI AIR VOLUME
A 5,117 Mengapung A 9,561
B 3,944 Tenggelam B 11,778
C 3,769 Tenggelam C 14,409
D 4,721 Tenggelam D 10,359
c. Timbangan 3
USUSUKURAN
PANJANGREAKSI AIR VOLUME
A 5,232 D 9,568
B 4,102 B 11,382
C 3,911 C 14,475
D 4,831 A 10,369
12
d. Timbangan 4
a. Perlakuan Double Pithing
NOJENIS
RANGSANGANREAKSI UKURAN
1. Setelah dikuliti Tidak ada reaksi 2,5 cm
2. Mekanis Tidak ada reaksi 2,5 cm
3. Osmosis (Garam) Kejang – kejang sedikit 2,5 cm
4. Kimiawi (Cuka) Tidak ada reaksi 2,3 cm
5. Panas (Air Mendidih) Tidak ada reaksi 2,5 cm
6.
Faradis (Elektroda)
a. 2 Baterai
b. 4 Baterai
c. 6 Baterai
a.Bergerak sedikit lambat
b.Bergerak sedikit lebih cepat
c.Bergerak sangat cepat
a. 2,5 cm
b. 2,5 cm
c. 2,5 cm
B. Pembahasan
Praktikum kali ini adalah mengenai osmosis yang terjadi pada usus ayam berisi air
dalam larutan gula 25% dan larutan garam 25%, air biasa. Percobaan dilakukan
dengan cara Membersikan Usus dari kotoran yang ada. Memotong usus ayam
kurang lebih 10 cm, mengikat salah satu ujung usus tersebut kemudian diisi
dengan air larutan garam 25 %, lalu ujung yang lain diikat lagi. Menimbang usus
yang telah berisi air, dan mencatat hasilnya. Memasukkan usus kedalam sebuah
beaker gelas 300 ml yang berisi larutan garam 25 % , dan menghitung waktu
dengan stopwatch. Mengangkat usus dari beaker gelas setelah 5 menit, kemudian
menimbang kembali usus tersebut. Memasukan kembali usus ke dalam beaker
gelas berisi larutan garam yang telag diukur, selama 5 menit lagi. Setelah itu,
kembali menimbang berat usus. Mengulangi percobaan menggunakan air , air
gula dengan langkah yang sama seperti di atas.
Dari percobaan tersebut maka dapat ditentukanlah bagaimana proses dan laju
osmosisnya. Osmosis merupakan salah satu macam transport pasif zat melintasi
12
membran. Transport pasif terjadi jika zat bergerak melintasi membran plasma
tanpa bantuan dari sel. Dalam percobaan ini, membran yang harus dilalui air
adalah usus ayam
Berdasarkan percobaan dan data kelas yang ada di dapatkan berat Usus + Air
menit (0) Kelompok [1] 3 , Kelompok [2] 3.2, 5 menit ke-1 Kelompok [1] 3,5 ,
Kelompok [2] 3,2 , 5 menit ke-2 Kelompok [1] 4, Kelompok [2] 3,2 , 5 menit ke-3
Kelompok [1] tetap 4, dan Kelompok [2] tetap 3,2. Berat Usus (gram) Usus +
Larutan garam 25% Awal (0) Kelompok [1] 3,6 , Kelompok [2] 4,7 , 5 menit ke-1
Kelompok [1] 3.8, Kelompok [2] 5, 5 menit ke-2 Kelompok [1] 4,3 , Kelompok
[2] 5,7 , 5 menit ke-3 Kelompok [1] 4,3 , Kelompok [2] 5,8 . Berat Usus (gram)
Usus + Larutan gula 25% Awal (0) Kelompok [1] 3,7 , Kelompok [2] 3,2 , 5
menit ke-1 ) Kelompok [1] 3,8 , Kelompok [2] 3,6 , 5 menit ke-2 ) Kelompok [1]
4,3 , Kelompok [2] 4,2 , 5 menit ke-3 ) Kelompok [1] 4,6 , Kelompok [2] 4,2 ,
Berat Usus (gram) Usus + larutan gula 25% + dipanaskan Kelompok [1] awal
4,6 akhir naik 4,7 , Kelompok [2] 4,4 naik 4,5.
Berdasarkan percobaan dan data kelas yang ada di dapatkan Nilai Rata-rata
Koefisien Osmosis (gram/s) Nilai KO Usus + Air 5 menit ke-1 Kelompok [1] 0,1 ,
Kelompok [2] 0 , 5 menit ke-2 Kelompok [1] 0.05 , Kelompok [2] 0, 5 menit ke-3
Kelompok [1] 0, dan Kelompok [2] 0. Nilai KO Usus (gram) Usus + Larutan
garam 25% 5 menit ke-1 Kelompok [1] 0,04, Kelompok [2] 0,06 , 5 menit ke-2
Kelompok [1] 0,05 , Kelompok [2] 0,07 , 5 menit ke-3 Kelompok [1] 0 ,
Kelompok [2] 0,0067 . Nilai KO Usus (gram) Usus + Larutan gula 25% 5 menit
ke-1 ) Kelompok [1] 0,02 , Kelompok [2] 0,08 , 5 menit ke-2 ) Kelompok [1] 0,06
, Kelompok [2] 0,06 , 5 menit ke-3 ) Kelompok [1] 0,02 , Kelompok [2] 0,0133 ,
Nilai KO Usus (gram) Usus + larutan gula 25% + dipanaskan Kelompok [1]
0,0067 , Kelompok [2] 0,0067
Berdasarkan percobaan dan data kelas yang ada di dapatkan Berat Rata-rata Usus
(gram) berat Usus + Air menit (0) 3,1 , 5 menit ke-1 3,35 , 5 menit ke-2 3,6 , 5
menit ke-3 3,6 . Berat Usus (gram) Usus + Larutan garam 25% Awal (0) 4, 5
12
menit ke-1 4,4 , 5 menit ke-2 5 , 5 menit ke-3 5,05. Berat Usus (gram) Usus +
Larutan gula 25% Awall (0) 3,45 , 5 menit ke-1 ) 3,7 , 5 menit ke-2 4,25. 5 menit
ke-3 3,9 , Berat Usus (gram) Usus + larutan gula 25% + dipanaskan awal 4,5
akhir 4,6.
Dari percobaan menggunakan usus ayam yang dimasukkan dalam larutan gula
dan larutan garam dapat membuktikan adanya proses osmosis pada usus ayam,
karena usus merupakan membran yang bersifat semipermeable. Berdasarkan
perubahan berat yang terjadi pada usus, dapat dihitung laju osmosis usus rata-rata
dalam larutan gula, yaitu 0,121 gram/permenit.. dan laju osmosis rata-rata usus
dalam larutan garam, yaitu 0,116 gram/menit.
Dari hasil tersebut, laju osmosis dalam larutan gula lebih tinggi dibanding larutan
garam. Seharusnya, laju osmosi larutan garam lebih tinggi, karena ion-ion dalam
larutan gara, mengikat air lebih kuat, sehingga jumlah air yang berdifusi semakin
banyak dan laju osmosis nya tinggi. Ketidaksesuaian laju osmosis dalam
percobaan ini kemungkinan karena kesalahan dalam penakaran atau pengukuran,
ataupun ukuran bahan yang digunakan oleh praktikan tidak sama. Untuk
percobaan usus + air berdasarakan teori seharusnya beratnya tetap karena
keduanya mengandung jumlah solut, memiliki tekanan osmotik yang sama.akan
tetapi berdasarkan percobaaan bertanya bertambah. Ketidaksesuaian laju osmosis
dalam percobaan ini kemungkinan karena kesalahan dalam penakaran atau
pengukuran, ataupun ukuran bahan yang digunakan oleh praktikan tidak sama,
selain itu dalam membersihkan usus ayam mungkin kurang bersih.
Untuk Usus + larutan gula 25% + dipanaskan sesuai dengan teori karena beratnya
bertambah walaupun tidak terjadi perubahan yang signifikan. Kemudian saat
pengamatan berat usus dari menit ke menit ada yang tidak berubah, hal ini di
karenakan keduanya mengandung jumlah solut, atau zat terlarut, yang sama
sehingga keduanya memiliki tekanan osmotik yang sama. Penebalan membran
setelah pemanasan karen dinding sel usus mempunyai penyususun protein , sifat
12
protein apabila dipanaskan strukturnya akan berubah. Oleh karena itulah terjadi
penebalan.
Konsep terjadinya proses osmosis adalah Perpindahan air yang menembus
membran selektif permeabel dari media yang kaya akan kandungan airnya ke
media yang miskin kandungan airnya . Membran selektif permeabel harus dapat
ditembus oleh pelarut (air), tapi tidak oleh zat terlarut dalam percobaan ini yaitu
garam terlarut dan gula terlarut), yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang
membran. Seperti yang di ketahui osmosis terjadi pada membran yang bersifat
selektif permeable, Berdasarkan kemampuannya untuk melewatkan suatu zat, sifat
membran sel dapat dibagi atas 3 jenis, yaitu Impermeabel adalah Suatu keadaan
dimana semua zat yang ada di luar sel tidak dapat masuk ke dalam sel karena
adanya mekanisme penolakan oleh sel. Semipermeabel adalah Suatu keadaan
dimana hanya zat – zat tertentu yang hanya dibutuhkan oleh sel saja yang dapat
masuk, sedangkan zat lainnya tidak dapat masuk. Keadaan inilah yang lazim
ditemui pada semua jenis sel. Permeabel adalah Suat keadaan dimana segala
macam zat yang ada d luar sel dapat masuk ke dalam sel. Keadaan ini biasa
ditemui pada sel – sel yang membrannya sudah rusak sehingga sel tidak dapat
bertahan hidup.
Larutan hipertonis adalah Larutan yang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi
dibandingkan dengan larutan di dalam sel.Larutan Hipertonis terjadi apabila sel
darah merah terdapat di dalam plasma hipertonis (lebih pekat daripada sitoplasma
sel) maka akan melepaskan air ke dalam plasma dan menjadi berkerut. Sel darah
merah yang berkerut disebut krenasi. Larutan Hipotonis adalah larutan yang
memiliki osmolalitasnya lebih rendah dari plasma.
Sedangkan larutan hipotonis adalah larutan yang terdapat di luar sel, konsentrasi
zat terlarutnya lebih rendah daripada di dalam sel. Larutan Hipotonis terjadi bila
cairan disekeliling sel lebih rendah tekanan osmotiknya dan air cenderung
melewati membran, masuk ke dalam sel. Air yang masuk sel menyebabkan
pembengkakan dan kemudian pecah, keadaan ini disebut sel darah merah
mengalami hemolisa. larutan hipertonis adalah larutan yang memiliki
12
osmolalitasnya lebih besar dari plasma. Larutan isotonik dengan larutan pada sel
tidak melibatkan pergerakan jaringan molekul yang melewati membran biologis
tidak sempurna. Larutan – larutan yang tersisa dalam kesetimbangan osmotik
yang berhubungan dengan membran biologis tertentu disebut isotonik. Hal ini
juga berbeda dengan larutan hipertonik ataupun larutan hipotonik. Jadi isotonil
adalah dua larutan disebut bersifat isotonik ketika keduanya mengandung jumlah
solut, atau zat terlarut, yang sama sehingga keduanya memiliki tekanan osmotik
yang sama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi osmosis adalah :
a) Ukuran molekul yang meresap: Molekul yang lebih kecil daripada garis
pusat lubang membran akan meresap dengan lebih mudah.
b) Keterlarutan lipid: Molekul yang mempunyai keterlarutan yang tinggi
meresap lebih cepat daripada molekul yang kelarutan yang rendah seperti
lipid.
c) Luas permukaan membran: Kadar resapan menjadi lebih cepat jika luas
permukaan membran yang disediakan untuk resapan adalah lebih besar.
Ketebalan membran: Kadar resapan sesuatu molekul berkadar songsang
dengan jarak yang harus dilaluinya. Berbanding dengan satu membran
yang tebal, kadar resapan melalui satu membran yang tipis adalah lebih
cepat. Suhu: Pergerakan molekul dipengaruhi oleh suhu. Kadar resapan
akan menjadi lebih cepat pada suhu yang tinggi dibandingkan dengan suhu
yang rendah.
Menurut permeabilitas membrane plasma tergantung pada :
a. Ukuran sel, molekul berukuran besar tidak dapat menembus
membrane plasma. Molekul air dan asam amino berukuran kecil
dengan mudah dapat menebus membrane plasma, tetapi kebanyakan
protein yang merupakan gabungan darii banyak asama amino
tergolong molekul besar dan tidak dapat menembus membrane
plasma.
12
b. Kelarutan dalam lemak, substansi yang larut dalam lemak dapat
menembus membrane plasma dengan lebih mudah dibandingkan
dengan substansi lain.
c. Muatan ion, zat yang mempunyai muatan berlawanan dengan muatan
membrane plasma akan ditarik kearah membrane plasma sehingga
lebih mudah menembus membrane plasma
d. Ada / tidaknya molekul pengangkut.
Istamar Syamsuri, dkk mengungkapkan “Osmosis adalah perpindahan ion
atau moloekul air (pelarut) dari kerapatan rendah ke kerapatan tinggi
dengan melewati suatu membrane.” Hal ini berarti ada ion dan zat yang
dapat melewati membrane maupun ada yang tidak bisa melewati
membrane. Zat yang dapat melewati membrane sel adalah zat yang tidak
bermuatan molekul-molekul asam amino, asam lemak, gliserol, gula
sederhana dan air. Zat yang tidak dapat melewati membrane sel seperi zat
gula (pati,polisakarida), protein dan zat yang mudah larut dalam pelarut
organik.
Dari percobaan ini dapat diketahui bahwa laju osmosis yang memilki
konsentrasi berbeda dapat dipengaruhi cepat lambatnya laju osmosis. Hal
ini terlihat dari kedua larutan antara gula dengan garam memilki laju
osmosis yang berbeda. Pada tabel 14,8gr garam dalam waktu 15 menit
mengalami laju osmosis yang lebih cepat dibandingkan dengan gula. Hal
ini dikarenakan sifat kimia garam yang merupakan larutan elektrolit atau
molekul-molekul yang dapat cepat mengalami osmosis. Sedangkan gula
merupakan larutan non elektrolit tidak bermuatan sehingga osmosis yang
terjadi tidak berlangsung cepat. Selain itu, selisih waktu dan berat
membran juga mempengaruhi terhadap laju osmosis. Makin lama waktu
yang digunakan maka makin banyak juga perpindahan air yang terjadi
pada osmosis. Sedangkan semakin berat membran maka makin sulit terjadi
perpindahan air yang terjadi karena membran tersebut semakin tebal.
12
Persamaan menyatakan bahwa kondisi awal, setiap zat terlarut
menyebabkan suatu gradien dari aktifitas air untuk melewati membran,
dan ini mampu untuk memproduksi aliran osmotik air untuk melewati
suatu membran semipermeabel.
Sementara mengenai koofesien osmosis lebih berpengaruh terhadap
voleme larutan serta waktu yang diperlukan untuk terjadinya osmosis.
Perlakuan ini dapat dilihat dari hasil pengamatan usus dengan larutan gula
pada volume awal 125mL setelah perlakuan selama 15 menit terjadi
perubahan volume menjadi 121mL. Sehingga dapat dikatakan bahwa usus
merupakan membran semipermeabel , yakni membran yang dapat dilalui
oleh molekul-molekul tertentu.
Dari semua percobaan tidak ada larutan yang mempunyai konsentrasi yang
sama (di dalamusus dan diluar usus (gelas)). Jika terdapat dua larutan yang
tidak sama konsentrasinya, maka molekul air melewati membran sampai
kedua larutan seimbang (isotonik). Dalam proses osmosis, pada larutan
hipertonik, sebagian besar molekul air terikat (tertarik) ke molekul gula
dan garam (terlarut), sehingga hanya sedikit molekul air yang bebas dan
bisa melewati membran.
Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam. Perubahan bentuk sel
terjadi jika terdapat pada larutan yang berbeda. Sel yang terletak pada
larutan isotonik, maka volumenya akan konstan. Dalam hal ini, sel akan
mendapat dan kehilangan air yang sama. Jika sel terdapat pada larutan
yang hipotonik, maka sel tersebut akan mendapatkan banyak air, sehingga
bisa menyebabkan lisis (pada sel hewan), atau turgiditas tinggi (pada sel
tumbuhan). Sebaliknya, jika sel berada pada larutan hipertonik, maka sel
banyak kehilangan molekul air, sehingga sel menjadi kecil dan dapat
menyebabkan kematian.
12
Membahas tentang mengapa garam (NaCl) mengapa dapat lebih cepat
melakukan osmosis yakni karena garam mengandung ion Cl bersifat
permeabilitas membran lebih besar daripada ion pada gula.
18
BAB V
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh setelah dilakukannya percobaan ini
yatitu sebagai berikut:
1. Larutan yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi akan naik. Hal
ini berarti bahwa pada osmosis terjadi dari konsentrasi yang lebih
rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi.
2. Perbedaan konsentrasi larutan, sifat larutan, berat membran,
merupakan faktor yang mempengaruhi membran untuk melakukan
osmosis.
3. Setiap zat terlarut menyebabkan suatu gradien dari aktifitas air
untuk melewati membran, dan ini mampu untuk memproduksi
aliran osmotik air untuk melewati suatu membran semipermeabel.
4. Usus merupaka membran semifermeabel, karna dapat dilewati
oleh molekul-molekul tertentu
5. Koofesien osmosis dapat dihitung melalui volume larutan per
waktu total osmosis.
6. Osmosis merupakan proses difusi air. Yaitu berpindahnya air
melewati membran dari daerah yang berkadar air tinggi ke daerah
yang kadar airnya rendah.
7. Laju osmosi larutan garam lebih tinggi, karena ion-ion dalam
larutan garam mengikat air lebih kuat, sehingga jumlah air yang
berdifusi semakin banyak dan laju osmosis nya tinggi
8. Jenis-jenis sifat membran yang mempengaruhi terjadinya osmosis
ada empat yaitu : membran permeabel, membran semipermeabel,
membran selektifpermeabel, dan membran impermeabel.
18
9. Proses osmosis di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
permeabilitas membran, konsentrasi, suhu, tekanan dan energi.
10. Laju osmosis ditentukan banyaknya air yang berdifusi melewati
membran dalam waktu tertentu.
18
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil.A, dkk. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid III.Erlangga. Jakarta.
Djamhur, W. 1985. Fisiologi Hewan. Jakarta : Universitas Terbuka
Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Johnson, Kurt E. , 1994. Histologi dan Biologi Sel. Binarupa Aksara . Jakarta.
Kustiyah,2007.Miskonsepsi Difusi dan Osmosis Pada Siswa MAN MODEL
Palangkaraya. Jurnal Gu'ru Kanderang Tìngang; Volume 01, Nomor 01,
Desember 2007. Diakses tanggal 15 Oktober 2012.
Nukmal, Nismah. 2012. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Universitas
Lampung . Bandar Lampung.
Nurcahyani,Nuning . 2005. Struktur dan Perkembangan Hewan. Universitas
Lampung. Bandar Lampung .
Tim Penyusun.2011. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Universitas
Lampung: Bandar Lampung
Villee, Claude A. dkk. 1984. Zoologi Umum. Erlangga . Jakarta.
Widiastuti, E.L. 2002. Bahan Ajar Fisiologi Hewan 1. Universitas Lampng.
Bandar Lampung .