Download - e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja
USULAN TEKNIS
1
PENDEKATAN TEKNIS, METODOLOGI, PROGRAM KERJA DAN
ORGANISASI PERSONIL
� PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI
1. LATAR BELAKANG
Proyek Perencanaan Bangunan, adalah bagian dari perencanaan Master Plan sistematis yang telah
ada, merupakan kelanjutan dari perencanaan pembangunan gedung-gedung yang telah dilaksanakan
pada tahun anggaran – tahun anggaran sebelumnya.
Tujuan khusus dari Perencanaan Pembangunan Gedung BALITBANGDA adalah untuk :
• Meningkatkan daya tampung dan angka partisipasi masyarakat dalam sistem kesehatan.
• Menghasilkan Sumber Daya Manusia terampil dan profesional yang sesuai dengan kebutuhan
pembangunan.
• Meningkatkan peran kebutuhan Gedung BALITBANGDA dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan
penelitian dan pelatihan baik intra maupun ekstra yang ada di makassar khususnya dan Provinsi
Umumnya.
USULAN TEKNIS
2
2. METHODE PENDEKATAN PERANCANGAN
Sejalan dengan Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Pembangunan Gedung BALITBANGDA, tahap
sebelumnya, kegiatan perencanaan dan perancangan tersebut diselenggarakan dalam tahapan-tahapan
yang bersifat metodis, disesuaikan dengan sistem pendekatan perencanaan dan perancangan arsitektur
yang bersifat rasional.
Dasar proses pendekatan Arsitektural (Architectural Approaches System) adalah upaya
memperpadukan kaidah-kaidah fungsi bangunan, struktur dan bentuk, biaya pembangunan, waktu
pembangunan dan teknologi membangun serta Faktor Eksternal (Peraturan-peraturan dan Lingkungan
yang berlaku di lokasi).
Secara diagramatik model integrasi pemikiran Metode Pendekatan dapat digambarkan sebagai
berikut :
USULAN TEKNIS
3
● BUILDING DESIGN (ARCHITECTURAL)
● STRUCTURE
● MECHANICAL ELECTRICAL & UTILITIES
● LANDSCAPE & INFRA STRUCTURE
● INTERIOR DESIGN
FUNGSI
BANGUNAN
STRUKTUR, BENTUK
dan TEKNOLOGI
MEMBANGUN serta
IT
EKSTERNAL
(PERATURAN-
PERATURAN DAN
LINGKUNGAN
PEMBIAYAAN
BANGUNAN
WAKTU
MEMBANGUN
INTEGRATED OVERLAPPING
ARCHITECTURAL APPROACHES SYSTEM
USULAN TEKNIS
4
Setiap Keputusan perancangan merupakan out-put (keluaran) suatu proses. Proses yang dimaksud
adalah :
Melalui proses tersebut diharapkan semua out-put merupakan hasil yang optimal dari integrasi pemikiran
yang bersifat comprehensif.
Out-put awal dari pekerjaan ini adalah suatu gambaran rancangan skematik berikut gagasan
perancangan yang memperlihatkan :
- Konsepsi gambaran pola pembagian ruang sebagai manifestasi dari fungsi yang diwadahinya.
- Konsepsi pemecahan fisik struktural dari bangunan dan perekayasaan sehingga memenuhi semua
persyaratan statika dan dinamika (mekanika) bangunan.
- Konsepsi pemecahan perekayasaan penunjangan kenyamanan bangunan seperti mekanikal,
elektrikal dan sanitasi bangunan.
- Gubahan-gubahan estetika bangunan yang harus mampu mengekspresikan fungsi yang
disandangnya dan dapat dirasakan sentuhan-sentuhan rancangan seni arsitektural yang bernilai.
Dalam upaya untuk mencapai objective tersebut, tim perancang mensistematiskan tahapan-tahapan
kegiatannya dalam metodologi perencanaan dan perancangan seperti terlampir pada halaman berikut.
INPUT OUTPUT
INPUT PROSES OUTPUT
Dan Seterusnya
PROSES
USULAN TEKNIS
5
3. METODOLOGI PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Metodologi perencanaan dan perancangan bangunan dibagi pada tahap - tahap sebagai berikut :
A. Lingkup Pekerjaan Tahap Programming Skematik Design
1) Mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja maka berpengaruh pada :
- Perancangan Arsitektur/Interior.
- Perancangan Struktur.
- Perancangan Mekanikal / Elektrikal.
- Dan Lain – lain.
2) Melakukan Survey dan investigasi untuk Pengumpulan data existing site / lahan dan
Bangunan
- Keberadaan lahan.
- Keberadaan bangunan lama.
- Faktor lingkungan dan fasilitas sarana prasarana.
- Topography dan (Boring hand) Struktur Tanah.
- Jaringan Infrastruktur.
- Pencapaian.
- Dan lain–lain
3) Survey dan kajian terhadap peraturan-peraturan setempat dalam kaitannya terhadap
perijinan.
- Master plan kota
- Koefisien dasar bangunan
- Koefisien luas bangunan
- Ketinggian bangunan.
- Bentuk bangunan, (Ciri Arsitektur setempat)
- Dan lain- lain
4) Pendataan data literatur dan Studi Banding. Pengenalan Teknologi dan studi banding
terhadap bangunan bangunan sejenis.
1 2 3 4 5
P ro gra m m ing C o nc e p tua l D e fe nitive D e s ign F ina l D e s ign
S k e m a tik D e s ign P ro gra m m ing D e s ign D e s ign D e ve lo p m e nt (T e nd e r D o c um e nt)
USULAN TEKNIS
6
B. Lingkup Pekerjaan Tahap Conceptual Programming Design
1) Penetapan program ruang berdasarkan arahan dari struktur organisasi yang berlaku dan data
investigasi.
2) Pengelompokan fungsi - fungsi ruang dan studi konfigurasi hubungan ruang.
3) Alokasi ruang pada struktur bangunan baik alokasi ruang secara horizontal maupun alokasi
ruang secara vertikal.
4) Penetapan sirkulasi dalam ruang bangunan dan pada halaman (site) baik sirkulasi untuk
manusia maupun sirkulasi untuk kendaraan. Sirkulasi dipelajari terhadap bangunan secara
vertikal maupun horizontal.
5) Penetapan persyaratan - persyaratan khusus ruang - ruang tertentu sesuai dengan tuntutan
fungsi ruang sebagai gedung kesenian yang ditentukan dalam Rencana Kerja & Syarat-syarat
Perancangan.
6) Pengkondisian fisik ruang dan non fisik yang mencakup
- Penghawaan bangunan dan Air Conditioning System
- Pencahayaan bangunan
- Akustik pada bangunan khususnya Ruang Serbaguna
- Sistem Komunikasi dan IT pada bangunan
- Ekspresi estetika untuk ruang-ruang eksterior
- Ekspresi estetika untuk ruang-ruang interior
- Manejemen Jaringan dalam gedung dan luar gedung
7) Konsep penggunaan bahan struktur / konstruksi bangunan dan bahan untuk instalasi
mekanikal dan elektrikal bangunan beserta perhitungannya.
8) Konsep terhadap sistem struktur dan sistem ME yang digunakan dengan mempertimbangkan
waktu, biaya dan mutu.
C. Lingkup Pekerjaan Tahap Definitive Design
1) Rencana tapak yang telah pasti (pada master plan terlampir)
2) Denah - denah bangunan
3) Potongan site / lahan
4) Potongan bangunan
5) Tampak-tampak bangunan
6) Gambar situasi
7) Out-line sistem utilitas bangunan
a) Out-line sistem utilitas pengadaan dan distribusi air bersih.
USULAN TEKNIS
7
b) Out-line sistem penyaluran air kotor dan drainage.
c) Out-line sistem penyaluran air hujan dan drainage pada site.
d) Out-line sistem elektrikal dan pengadaan daya listrik.
e) Out-line sistem elektronik (listrik arus lemah).
f) Out-line sistem air conditioning bangunan dan penghawaan lainnya.
g) Out-line sistem proteksi bangunan;
1. Proteksi bahaya kebakaran (fire fighting)
2. Proteksi petir.
8) Pra Estimasi proyek untuk komponen-komponen biaya sebagai berikut:
a) Komponen biaya persiapan lahan / site.
b) Komponen biaya pondasi.
c) Komponen biaya pekerjaan struktur atas.
d) Komponen biaya pekerjaan Arsitektur
e) Komponen biaya pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
f) Komponen biaya pekerjaan Tata Ruang Dalam (Interior).
g) Komponen biaya pekerjaan Tata Ruang Luar (Landscape).
D. Lingkup Pekerjaan Dalam Tahap Design Development
1) Site structure (struktur lahan)
a) Perletakan koordinat masa bangunan dan peil-peil bangunan
b) Kejelasan struktur jalan, paving area, parking space
c) Out-line design saluran-saluran drainage pada site
d) Out-line design saluran air bersih pada site
e) Out-line feeders pada halaman serta lay-out sistem elektrikal pada site.
f) Out-line sistem paging pada site
g) Perletakan sistem septictank, rembesan, dan lain -lain
2) Pertamanan
a) Rancangan pola pertamanan pada halaman dan sekitar bangunan
b) Jenis-jenis tanaman yang akan ditanam
c) Proses pemeliharaan tanaman dan masa garansi
3) Struktur Bangunan
a) Denah bangunan setiap lantai
b) Denah partisi dan perletakan perabot untuk tiap lantai
USULAN TEKNIS
8
c) Denah bahan penutup setiap lantai (floor covering oleh karpet, keramik, marmer, atau
jenis bahan lainnya
d) Denah plafond (rangka plafond, out-let elektrikal dan perlengkapan pada plafond
misalnya : titik armatur, diffusser AC, fire detector, speaker dan sebagainya) setiap
lantai.
e) Potongan-potongan struktur bangunan yang terdiri dari
(1) Pondasi
(2) Kolom
(3) Balok-balok
(4) Plat lantai
(5) Dinding
(6) Partisi
(7) Garis plafond
(8) Tangga bangunan
f) Tampak-tampak bangunan
(1) Tampak keseluruhan site
(2) Tampak untuk tiap-tiap masa bangunan
(3) Tampak prinsip dari fasade bangunan
4) Utilitas Bangunan
4.1) Sistem Mekanikal
a) Sistem Plumbing
a.1) Sistem Distribusi Air Bersih :
(1) Perhitungan kebutuhan air bersih
(2) Kasitas Ground Water Tank
(3) Perancangan Pemipaan Plumbing dan accessories
(4) Penentuan kapasitas Pompa Transfer
(5) Perhitungan kapasitas Elevated Water Tank dan Booster Pump
a.2) Pembuangan air kotor pada bangunan :
(1) Perhitungan jumlah air kotor dan air buangan
(2) Perhitungan kapasitas Sewage Treatment Plant
(3) Perancangan pemipaan air kotor, air buangan dan vent pipe di dalam
dan di luar bangunan.
(4) Recycling system dan pemanfaatan air buangan.
USULAN TEKNIS
9
a.3) Penyaluran air hujan pada bangunan :
(1) Perhitungan debit air hujan
(2) Perancangan pemipaan air hujan di dalam dan di luar bangunan
(3) Penyediaan sumur-sumur resapan.
b) Sistem Pemadam Kebakaran
(1) Perhitungan kebutuhan debit air untuk hydrant gedung, hydrant halaman dan
sprinkler.
(2) Penentuan kapasitas unit-unit pompa kebakaran.
(3) Penentuan jumlah hydrant unit dan sprinkler head.
(4) Perancangan pemipaan hydrant dan sprinkler dan kelegkapannya.
c) Sistem Tata Udara dan Ventilasi Mekanis
(1) Perhitungan Beban Pendinginan (Cooling Load) dan perhitungan ventilasi
mekanis
(2) Penentuan dan pertimbangan sistem tata udara
(3) Perancangan pemipaan sistem distribusi air-dingin dan atau sistem distribusi
refrigerant.
(4) Perancangan ducting untuk distribusi udara AC dan vntilasi mekanis berikut
perlengkapaannya.
4.2) Sistem Elektrikal
a) Sistem Listrik Arus Kuat
(1) Perhitungan Beban Daya Listrik
(2) Penentuan jumlah dan kapasitas Transformator
(3) Penentuan jumlah dan kapasitas Diesel Generating Set (Genset).
(4) Perhitungan tingkat penerangan dan kebutuhan power outlet
(5) Perhitungan dan perancangan panel utama tegangan menengah dan panel
utama tegangan rendah.
(6) Perhitungan dan perancangan kabel daya, panel-panel daya dan panel-panel
penerangan.
(7) Perhitungan drop-voltage, short circuit dan pentanahan.
(8) Perancangan wiring panel, layout armature lampu, grouping lampu, sakelar
dan stop kontak, sistem kontrol dan interlocking genset, pentanahan,
penangkal petir.
b) Sistem Listrik Arus Lemah (Elektronika)
b.1) Sistem Fire Alarm
USULAN TEKNIS
10
(1) Penentuan jenis detektor dan perhitungan jumlah detektor
(2) Penentuan jenis Fire Control (Convensional atau adressible) dan
kapasitas Panel Kontrol Fire Alarm.
(3) Perancangan sistem, wiring dan layout fire alarm.
b.2) Sistem Telepon dan Data
(1) Penentuan dan perhitungan jumlah pemakai telepon dan data outlet.
(2) Penentuan kapasitas PABX dan Patch Panel
(3) Perancangan sistem, wiring dan layout telepon dan data.
b.3) Sistem Tata Suara (Sound System)
(1) Penentuan tipe dan perhitungan jumlah unit speaker gedung dan car
call.
(2) Perhitungan kuat suara masing-masing speaker dan total daya input
speaker.
(3) Penentuan daya power amplifier dan peralatan utama sound system
(mixer, CD player/recorder, tape player/recorder, tuner, power
amplifier)
(4) Perancangan sistem, wiring dan layout tata suara di dalam
gedung dan di luar gedung.
5) Spesifikasi Teknis
a) Pekerjaan Struktur
b) Pekerjaan Arsitektur
c) Pekerjaan Tata Ruang Luar (Landscape)
d) Pekerjaan Tata Ruang Dalam (Interior)
e) Pekerjaan Mekanikal
f) Pekerjaan Elektrikal
g) Pekerjaan Elektronik dan IT / Manejemen Jaringan
6) Rencana Anggaran Biaya Bangunan secara keseluruhan.
a) Pekerjaan Persiapan
b) Pekerjaan Struktur
c) Pekerjaan Arsitektur
d) Pekerjaan Tata Ruang Luar (Landscape)
e) Pekerjaan Tata Ruang Dalam (Interior)
f) Pekerjaan Mekanikal
g) Pekerjaan Elektrikal
USULAN TEKNIS
11
h) Pekerjaan Elektronik dan IT / Manejemen Jaringan.
4. KONSEPSI PERANCANGAN
A. KONSEP PERUNTUKAN & INTENSITAS.
• Menjamin Proyek Perencanaan Pembangunan Gedung BALITBANGDA dan infrastruktur
didirikan berdasarkan ketentuan yang ada pada Master Plan BALITBANGDA dan Rencana
Tata Ruang dan Tata Bangunan yang berlaku pada lokasi tersebut yang dikeluarkan oleh
pemerintah setempat.
• Menjamin Bangunan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya.
• Rencana Teknis yang ada agar terintegrasi sehingga terjadinya aksesibilitas antar blok
massa bangunan yang ada dalam Kompleks.
B. ARSITEKTUR
Konsep yang digunakan dalam pekerjaan ini selalu mengacu pada ketentuan dan syarat
yang telah ditentukan dalam KAK. Bangunan akan berfungsi sebagai wadah kegiatan Gedung
BALITBANGDA maupun Aparatur Negara yang menyelenggarakan kajian / penelitian dan
pengembangan di bidang administrasi, teknis, pendidikan elektris. Sehingga Secara umum
harus mengikuti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.29/PRT/M/2006, tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung beserta lampirannya. Dan / atau Peraturan
Pemerintah lain yang berlaku.
B.1. KONSEP RUANG
• Secara komprehensif & terpadu konsep Perencanaan Gedung BALITBANGDA
tahap sebelumnya dipertimbangkan terhadap aspek-aspek sebagai berikut :
a) Tuntutan program ruang arsitektur.
b) Pola sirkulasi dan aktivitas yang telah terencana dan mengacu pada tata
ruang arsitektural bangunan sesuai dengan Organisasi dan Kebutuhan ruang.
c) Pemenuhan kebutuhan fisik dan personil dalam hal pemanfaatan ruang
sirkulasi serta pengaruh visual dalam ruang baik secara vertikal (tegak)
maupun secara horizontal (mendatar).
USULAN TEKNIS
12
d) Pemilihan bahan konstruksi furniture (perabot) dan komponen ruang yang
ekonomis dengan rancangan yang sederhana dan serasi baik dari segi
komposisi tata letak maupun komposisi warna.
e) Tuntutan suasana ruang yang diinginkan.
f) Pemenuhan akan tuntutan design reference standard.
• Penerapan rancangan tata ruang dalam merupakan perpaduan antara rancangan
arsitektur, sipil, struktur, mekanikal, elektrikal, interior dan lansekap yang secara
keseluruhan serasi, estetis, dan fungsional serta memenuhi kenyamanan dan
persyaratan keamanan serta keselamatan.
• Perancangan Tata Ruang Dalam / Interior yang optimal dan terpadu berkaitan erat
dengan terciptanya kelompok-kelompok fungsi dan interaksi kegiatan dalam
bangunan, yang didasarkan atas :
1. Hubungan antar ruang dengan kualitas kenyamanan / comfortable yang tinggi
bagi pemakai bangunan.
2. Kebutuhan ruang-ruang yang menuntut kontrol / monitoring khusus.
3. Keserasian dan hirarki ruang.
4. Terciptanya sistem sirkulasi dalam bangunan yang optimal.
• Bentuk Ruang, adalah segi-empat sebagai bentuk yang paling efisien dan fleksibel
terutama untuk ruang kerja yang menerapkan konsep yang sederhana, transparan
dan bersih.
• Sirkulasi Ruang, sirkulasi ruang terdiri dari bentuk ruang dan sirkulasi yaitu : Ruang
Ruang di Banguna Kantor beserta (sirkulasi ruang terbuka sebagai ruang penerima
untuk awal sirkulasi), Koridor (sirkulasi yang menghubungkan antara ruang),
Selasar (sirkulasi yang menghubungkan ruang dalam dengan ruang luar) dan
Sirkulasi Vertikal (pencapaian ruang antar lantai).
B.2. LAY OUT FURNITURE
Penataan layout funiture Gedung BALITBANGDA disesuaikan dengan fungsi
kegiatan pada bangunan yang direncanakan agar tercapai suasana nyaman, efektif dan
efisien dengan mempertimbangkan jumlah pemakai ruangan dan kebutuhan aktifitas
yang akan diwadahi.
USULAN TEKNIS
13
• Penerapan modul rancangan untuk penentuan besaran / ukuran kebutuhan ruang
yang bebas kolom, efisiensi struktur, material standar di Indonesia serta perabot
dan ruang gerak.
• Lay Out Furniture
B.3. BAHAN / MATERIAL
1. Pemakaian bahan dan material finishing pada interior memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Material lokal, kecuali untuk ruang-ruang khusus yang harus menggunakan
material impor.
b. Kemudahan untuk pembersihan dan pemeliharaan.
c. Ketahanan terhadap iklim, dan api.
d. Tuntutan khusus yang berkaitan dengan keamanan dan keselamatan.
e. Kriteria-kriteria lain yang dianggap perlu.
2. Konsep bahan / material finishing pada ruang-ruang khusus
a. Ruang-ruang khusus seperti Ruang Praktek Listrik, ruang rapat, ruang tamu
dan ruang-ruang khusus lainnya menggunakan bahan finishing tertentu
dengan, pemilihan warna yang elegan dan dengan menonjolkan elemen-
elemen estetika sehingga dapat menambah keanggunan kenyamanan dari
ruang-ruang tersebut.
b. Ruang-ruang non operasional dan penunjang digunakan bahan-bahan
finishing yang effisien dan efektif tanpa meninggalkan segi-segi kenyamanan
dan memudahkan perawatannya.
3. Penggunaan material/ bahan finishing dalam ruang tetap mengikuti ketentuan
material finishing yang akan digunakan, namun diusahakan pemakaian material
produksi dalam negeri.
C. STRUKTUR
C.1. Konsep Struktur
• Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang
timbul akibat perilaku alam dan manusia.
USULAN TEKNIS
14
• Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaan atau luka yang
disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan.
• Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan benda yang
disebabkan oleh perlaku struktur.
• Menjamin perlindungan properti lainnya dari kerusakan fisik yang disebabkan oleh
kegagalan struktur.
C.2. Arahan Perencanaan Struktur
• Memperhatikan aspek-aspek teknis perancangan struktur dari segi keamanan,
kekuatan, kestabilan, ekonomis, kemudahan pelaksanaan dan perawatan
berdasarkan kriteria perencanaan yang ditentukan dan peraturan-peraturan yang
berlaku.
• Memberikan pengarahan dalam rangka pencapaian perencanaan pondasi yang baik
dan ekonomis berdasarkan penyelidikan tanah yang ada.
• Memberikan pengarahan dalam rangka pencapaian perencanaan dalam sistem
struktur yang terpadu dalam hubungannya dengan perencanaan Arsitektur,
Mekanikal dan Elektrikal, serta disiplin disiplin lain yang terkait.
C.3. Kriteria Perencanaan Struktur
Pada dasarnya, kriteria perencanaan yang akan dilakukan adalah didasarkan pada
peraturan -peraturan dan standar - standar sebagai berikut :
Peraturan-peraturan yang dipergunakan;
� Secara umum harus mengikuti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.29/PRT/M/2006, tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
beserta lampirannya. Dan / atau Peraturan Pemerintah lain yang berlaku.
� Pedoman Perencanaan Pembangunan untuk Rumah dan Gedung, SKBI-1.3.53
1987, UDC 624.042.
� Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung SKBI-1.3.53.1987,
UDC: 624.042.
� Tata Cara Perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung SK SNI T-15-
1991/03.
� Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung SKBI -
1.3.53. 1987, UDC : 699.84 1.
USULAN TEKNIS
15
� Pedoman perencanaan bangunan baja untuk gedung, SKBI - 1.3.55 1987, UDC:
693.814.
� Peraturan Beton Bertulang di Indonesia 1971, NI - 2, 1977. UDC 35 (910): 693.55.
� Persyaratan Umum bahan bangunan di Indonesia (PUBI - 1982) UDC : 389.6: 691.
C.4. Daftar Checklist Perencanaan Struktur
Dalam melakukan analisa dan perhitungan struktur, maka disusun suatu daftar
check list yang harus dipenuhi guna terpenuhinya perancangan struktur yang lengkap.
a. Umum
• Outline Bangunan
• Filosofi Desain
• Sistem Struktur
• Lay out Struktur
• Lay out Frame
b. Material
Penentuan kekuatan dan tegangan ultimated untuk beton, baja tulangan dan
struktur baja yang dipakai didasarkan pada kriteria perencanaan, aspek ekonomis
dan kemudahan pelaksanaan.
c. Pembebanan
• Kondisi Pembebanan
- Beban mati
- Beban hidup
- Beban gempa
- Beban angin
- Tekanan hidrostatis
- Tekanan tanah
- Beban yang lain.
• Spesifikasi Pembebanan Kombinasi pembebanan (Biaxial)
• Beban tetap
• Beban sementara
d. Analisa Tegangan
• Model analisis
• Pembebanan pada model
USULAN TEKNIS
16
• Data input dan output
e. Pondasi dan Penggalian
• Hasil soil test
• Dewatering analisis
• Stabilitas galian tanah
• Gambar-gambar penggalian
• Desain struktur plat basement dan retaning wall
• Foundation design (Biaxial) 100% + 30%
- Tipe pondasi
- Kapasitas vertikal pondasi dan kapasitas lateral
- Analisa settlement dan diferential settlement
- Tie beam, pile cap design
- Gambar-gambar pondasi
- Loading test
f. Desain Struktur
• Sistim struktur dan model 3D
• Analisa beban vertical,
• Analisa beban lateral
- Beban statik ekivalen
- Analisa dinamis
- I, K, C factors R =faktor reduksi gempa.
- Pusat masa dan pusat kekakuan (tiap lantai)
- Exentrisitas tambahan akibat momen torsi (tiap lantai)
- Inter-story drift
- Pemisahan bangunan (dilatasi)
g. Disain Penampang
• Desain pelat
• Desain balok
• Disain kolom
• Desain shear wall
h. Gambar - gambar struktur atas
C.5. Hasil Akhir Perencanaan Struktur
USULAN TEKNIS
17
Dari rangkaian proses dan tahapan perencanaan yang dilakukan, maka
perencanaan yang dihasilkan adalah yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Struktur bangunan yang memiliki daya tahan yang tinggi baik dalam penggunaan
rutin, maupun pada saat dilanda gempa.
b. Bangunan dapat dibangun sekaligus atau berdasarkan tahapan (fleksibilitas
pelaksanaan).
c. Suatu sistim struktur yang terpadu yang memenuhi persyaratan batas layan dan
batas ultimate dimana bangunan tidak hanya aman konstruksinya ,namun juga
nyaman bagi pengunanya.
D. KONSEP SISTEM MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL
D.1. KONSEP SISTEM MEKANIKAL
I. SISTEM PLUMBING
I.1. Standard dan Referensi Perancangan
1. SNI 03-6481-200 : Sistem Plumbing
2. SNI 03-2453-2002 : Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan
untuk lahan pekarangan.
3. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan M
Noerbambang & Morimura.
4. Kepmen Kesehatan No. 907/Menkes/SK/VII/2002 : Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum.
5. National Plumbing Code Handbook, R. Dodge Woodson 1993.
6. Peaturan Daerah setempat yang berkaitan dengan penyediaan air bersih
dan sistem pembuangan air kotor.
I.2. Kriteria Perancangan
1. Air Bersih Bangunan Gedung
a. Sistem Air Bersih
Sumber air : dari jaringan PDAM dan Deep Well sebagai cadangan.
b. Kualitas air bersih mengacu pada Kepmen Kesehatan No.
907/Menkes/SK/VII/2002
c. Tekanan di alat plambing : 1 – 3,5 Bar
Pemakaian air rata-rata per-orang setiap hari ditunjukkan pada tabel berikut :
USULAN TEKNIS
18
Fungsi Bangunan Pemakaian air rata-rata
per hari (Liter/orang )
Waktu pemakaian
air rata-rata sehari
( jam )
Kantor 100 8
R. Pertemuan 30 5
R. Perkulihaan/Praktek 80 6
Kantin/restaurant 30 5
2. Air Kotor dan Air Bekas
Air limbah dari tiap-tiap bangunan merupakan limbah domestik dimana
volume air limbah dari alat-alat plambing yang berasal dari tiap-tiap
bangunan diasumsikan sebesar 80% dari kebutuhan harian rata-rata air
bersih.
a. Beban biologis masuk ke Sewage Treatment
- BOD : 250 mg/ltr
- COD : 300 mg/ltr
- SS : 300 mg/ltr
b. Beban Biologis keluar dari Sewage Treatment
- BOD : 20 mg/ltr
- COD : 120 mg/ltr
- SS : 100 mg/ltr
Air kotor & buangan domestik diolah langsung oleh Sewage Treatment
Plant.
I.3. Konsep Perancangan Sistem Plumbing
1. Estimasi Kebutuhan Air Bersih dan Pembuangan Air Kotor
a. Kebutuhan Air Bersih
- Estimasi kebutuhan air bersih perhari : 135 m³
- Sumber Air : dari jaringan PDAM, jaringan kawasan dan atau
sumur dalam (deep well).
b. Jumlah pembuangan air kotor/bekas
Estimasi jumlah air kotor/buangan = 70% x 135 m³ = ±95 m³/hari
USULAN TEKNIS
19
2. Ground Water Tank (GWT)
Ground Water Tank berada di lantai basement atau pada tempat lain
yang direncanakan dan direncanakan untuk penampungan kebutuhan
cadangan air bersih dan cadangan air untuk pemadam kebakaran.
GWT dibagi 2 bagian, yaitu bagian Air Bersih (clean water) dan
bagian Air Baku (raw water).
Air dari jaringan PDAM masuk ke bagian (bak penampung) Air Bersih
dan juga ke bagian Air Baku sedangkan air dari Deep Well masuk ke
bagian (bak penampung) Air Baku.
Kapasitas GWT
- Untuk penampungan air bersih = 135 m³
- Untuk cadangan air pemadam kebakaran = 170 m³
-------------------------------------------------------------------------------
Total kapasitas GWT = ± 205 m³
3. Sistem distribusi air bersih
Dari Ground Reservoir, air bersih dipompakan ke Reservoir Atas
(Elevated Water Tank, EWT) dengan menggunakan Transfer/Delivery
Pump dan dari EWT, untuk Basement s/d lantai 15 distribusikan secara
gravitasi, sedangkan untuk lantai 16 dan 17 memakai Booster Pump.
4. Sistem Pengolahan Air (Water Treatment Plant, WTP)
Jika kwalitas air di lingkungan pryek kurang memadai, untuk
menjamin kualitas air tetap bersih dan memenuhi standard air minum,
terutama catu air yang berasal Deep Well, air yang masuk ke GWT
ditampung terlebih dulu di bak penampung Air Baku. Dengan
menggunakan instalasi WTP, air baku tersebut diproses/filtering dan
kemudian di simpan di bak penampung Air Bersih.
5. Sistem Pengolahan Limbah
Sumber air limbah domestik berasal dari air kotor (wc, urinoir) dan air
bekas (floor drain, wash basin/lavatory dan kitchen sink). Sistem
pemipaan untuk kedua air limbah tersebut dipisah. Khusus untuk air
buangan dari kitchen, sebelum dibuang ke peralatan pengolah limbah
USULAN TEKNIS
20
atau ke saluran drainase, terlebih dulu dilewatkan ke alat perangkap
lemak (grease trap).
Sistem pengolahan limbah diusulkan menggunakan unit pengolah
limbah tipe Packaged Biocell atau tipe Extended Aeration.
6. Pemanfaatkan kembali air hasil olahan STP (Recycling System)
Air hasil olahan dari STP diproses lebih lanjut dengan menggunakan
sand dan karbon filter (recycling). Air Recycling ini dapat digunakan
langsung untuk kebutuhan-kebutuhan tertentu yang ada diluar
bangunan, misalnya untuk siram taman.
Namun demikian, jika diinginkan air-recycling ini dimanfaatkan lebih
lanjut yaitu dalam rangka untuk konservasi air, air recycling ini
selanjutnya diproses lagi dengan sistem Water Treatment Plant, dimana
air hasil WTP dari Recycling ini dapat digunakan untuk kebutuhan di
dalam gedung yaitu sebatas pada pembilasan WC dan Unioir.
II. SISTEM PEMADAM KEBAKARAN (FIRE FIGTHING)
II.1. Standard dan Referensi Perancangan
a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000
b. National Fire Protection Association ( NFPA )
� NFPA- 13, 1999 Edition
Standard for Installation of sprinkler systems
� NFPA- 14, 2000 Edition
Standard for the installation of stand pipe, Private Hydrant and Hose System.
� NFPA- 20, 1999 Edition
Standard for the installation of stationary pump for fire pump for fire protection.
c. Standard Nasional Indonesia
� SNI 03-3989-2000
Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem sprinkler otomatis untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
� SNI 03-1745-2000
Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.
� SNI 03-6570-2001
USULAN TEKNIS
21
Instalasi Pompa yang dipasang tetap untuk proteksi kebakaran.
� SNI 03-3987-1995
Tata cara perencanaan pemasangan pemadam api ringan untuk pencegahan
bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.
II.2. Kriteria Perancangan
1). Perlengkapan pengamanan kebakaran
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, bangunan ini dilengkapi dengan peralatan
Perlawanan Kebakaran
2). Hydrant Gedung
a. Tingkat Bahaya Kebakaran dan Klasifikasi Pelayanan Hydrant
Tingkat bahaya untuk bangunan ini, sesuai dengan peraturan yang berlaku
ditentukan berdasarkan pemakaian ruangan yang memberikan tingkat bahaya yang
lebih tinggi.
b. Klasifikasi pelayanan ditentukan berdasarkan ketentuan yang berlaku, adalah
"KELAS PELAYANAN III", ialah pelayanan dengan diameter selang 40 mm (1.5
inch) dan dilengkapi dengan katup pengeluaran (landing valve) diameter 65 mm
atau 2.5 inch. (Per.3.1.4/Hal.2).
c. Pembagian zona pemadaman
Berdasarkan ketinggian bangunan yang relatif rendah, maka diterapkan zona
pelayanan tunggal.
d. Sisa Tekanan Minimum pada Hydrant Terjauh
Sisa tekanan minimum pada titik hydrant terjauh direncanakan sebesar 4,5 Bar.
e. Jumlah Hydrant Box di dalam Gedung
• Jumlah kotak hidran per luas lantai sedikitnya 1 buah tiap 800 M² (ruangan-
ruangan tanpa sekat) dan sedikitnya 2 buah kotak hydrant tiap luas 800 – 1000
m2 luas lantai untuk ruangan yang mempunyai sekat.
• Jarak jangkauan selang (30 M) ditambah jarak pancaran air (9,4 M) harus
dapat menjangkau seluruh daerah yang dilindungi.
• Diameter pipa tegak ditentukan berdasarkan tinggi bangunan sesuai ketentuan
SKBI yaitu 150 mm atau 6 inch.
f. Kopling pengeluaran untuk landing valve, pilar hidran dan siamesse dari jenis
kopling van der heyden sesuai standard kopling PK-Pemda Setempat.
USULAN TEKNIS
22
g. Kecepatan aliran dalam pipa dibatasi sebesar 1,5 m/detik dengan debit minimum
sebesar 400 lpm.
h. Karakteristik kapasitas dan tekanan pompa yang dipasang ditentukan
berdasarkan ketentuan NFPA-20.
Disediakan kopling kembar siam (siamese connection), masing-masing instalasi
disediakan secara terpisah, untuk hubungan dengan Dinas Pemadam Kebakaran
dan ditempatkan pada lokasi di depan bangunan dan mudah dicapai oleh petugas
Pemadam Kebakaran.
3). Hydrant Halaman
a. Perletakan Hydrant Halaman
Jarak antara pilar hydrant, sesuai dengan klasifikasi bangunan, maksimum adalah
60 meter.
b. Jumlah Hydrant halaman ditentukan berdasarkan jarak maksimum antar titik
Hydrant yaitu sebesar 60 meter.
c. Ketentuan-ketentuan lainnya :
- Laju aliran air minimum : 250 gpm ( 1000 Lpm)
- Panjang selang : 30 m
- Diameter selang : 6,25 cm
- Diameter pipa cabang minimum : 100 mm
- Diameter pipa induk minimum : 150 mm
4). Sprinkler
Pemasangan sprinkler head dan ukuran kepala ditentukan sebagai berikut :
No. U r a i a n Ketentuan Referensi
1. Coverage area maksimum 16,1 m² NFPA-13
2. Jarak maksimum antar pipa cabang
4,6 m NFPA-13
3. Jarak maksimum antar sprinkler head
4,6 m NFPA-13
4. Diameter sprinkler head 15 mm SKB-87
5. Maks. Jumlah sprinkler head dalam satu riser (pipa tegak).
1.000 titik NFPA-13
5). Sumber Air dan Cadangan Air Kebakaran
USULAN TEKNIS
23
a. Sumber Air
Sumber Air berasal dari jaringan PDAM dan Deep Well (cadangan)
b. Cadangan air pada Ground Reservoir.
Cadangan air pada Ground Reservoir untuk Pemadam Kebakaran dihitung
berdasarkan waktu pemakaian selama minimal 45 menit.
6). Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
- Klasifikasi Bahaya Kebakaran
Tingkat bahaya untuk bangunan ini, sesuai dengan kefungsian dan peraturan yang
berlaku, ditentukan berdasarkan pemakaian ruang yaitu : "Bahaya Kebakaran
Menengah " dan golongan kebakaran adalah Jenis "A".
- Jumlah APAR yang harus disediakan untuk kelas bahaya ini adalah ukuran ; 2A
sebanyak 1 buah setiap maksimum luas 200 m² dengan jarak ketempat
pemadaman 20 m dan ukuran ; 4 A sebanyak 1 buah setiap maksimum luas 600 m²
dengan jarak ketempat pemadaman 15 m.
7). Sistem Pompa Kebakaran
Sistem pompa kebakaran gedung terdiri dari :
a. Jockey Fire Pump, lengkap dengan Fire Control Panel
b. Main Electric Fire Pump, lengkap dengan Fire Control Panel
c. Diesel Fire Pump, lengkap dengan Fire Control Panel
II.3. Konsep Perancangan Sistem Pemadam Kebakaran
Sesuai dengan standard/peraturan nasional maupun internasional, Bangunan Gedung Teknik
Elektronika Politeknik Negeri Ujung Pandang harus dilengkapi dengan Sistem Pemadam
kebakaran (Fire Fighting System), dimana sistem ini terdiri dari Outdoor Hydrant, Indoor
Hydrant dan sprinkler system.
a. Pada jalur pemipaan utama dari setiap sistem, dipasang 2 (dua) buah pressure switch
yang masing-masing dihubungkan ke panel kontrol pompa jockey dan panel kontrol
pompa utama.
b. Switch pertama akan mendeteksi penurunan tekanan air dalam pipa dan memberikan
signal ke panel kontrol pompa jockey bila tekanan menurun mencapai tingkat yang
lebih rendah dari batas bawah pada pressure switch, lalu panel kontrol pompa jockey
akan menghidupkan pompa jockey sampai tekanan kembali mencapai batas atas dari
USULAN TEKNIS
24
pressure switch tersebut dan secara otomatis panel kontrol akan mematikan pompa
tersebut.
c. Bila tekanan menurun terus sampai mencapai pada switch kedua, maka panel kontrol
pompa utama akan menghidupkan pompa utama secara otomatis, namun mematikan
pompa utama harus dilakukan secara manual.
d. Daya listrik untuk pompa-pompa kebakaran disediakan melalui panel khusus yang
mendapat daya listrik dari sumber PLN dan Genset.
e. Sistem yang dikontrol dalam satu koordinasi adalah sebagai berikut :
- Sistem Fire Alarm
- Sistem Lampu Darurat
f. Sistem akan beroperasi bila terjadi signal kebakaran baik yang berasal dari detektor
otomatis maupun dari manual-station/break-glass.
g. Kapasitas Pompa Utama ditentukan berdasarkan kebutuhan catu air maksimum ke
Hydrant dan Sprinkler pada saat terjadi kebakaran dengan mengacu pada jumlah pipa
tegak yang dipasang, dengan data sebagai berikut :
Sistem pemadam kebakaran untuk ruang data (Data Center) menggunakan sistem
pemadam khusus yaitu Fire Suppression System.
III. SISTEM TATA UDARA DAN VENTILASI MEKANIS
III.1. Standard dan Referensi Perancangan
a. Standard Nasional Indonesia
- SNI 03-6572-2001 : Tatacara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian
Udara pada Bangunan Gedung.
- SNI-03-1746-2000 : Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sarana Jalan Keluar
untuk Penyelamatan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung.
- SNI 03-0000-2001 : Sistem Pengendalian Asap Kebakaran pada Bangunan Gedung.
b. ASHRAE Handbook
No. Pompa kebakaran Kapasitas Head
1. Electric Fire Pump 3.786 Lpm (1.000 gpm) 110 m
2. Diesel Fire Pump 3.786 Lpm (1.000 gpm) 110 m
3. Jockey Fire Pump 200 Lpm (54 gpm) 120 m
USULAN TEKNIS
25
- Fundamentals-2005 (Chapter-25, Chapter-35 dan Chapter-36)
- HVAC Systems And Equipment-2008 (Chapter-16)
- HVAC Applications-2007 (Chapter-52)
c. SMACNA : HVAC System Duct Design, 1990.
d. Ansi/Ashrae Standard 62.1-2007 : Ventilation for Acceptable Indoor Air Quality.
e. CARRIER Hand Book (Part-1, Part-2 dan Part-3).
III.3. Konsep Perancangan Sistem Tata Udara
Produktivitas dan efisiensi kerja berhubungan erat dengan lingkungan kerja yang
nyaman. Kenyamanan di dalam suatu lingkungan kerja pada umumnya terdiri dari
kenyamanan thermal, kenyamanan visual dan kenyamanan audial.
Pencapaian tingkat kenyamanan tertentu, misalnya manusia merasa nyman bila berada
di lingkungan bersuhu 22 – 25 ºC dan Relative Humidity (RH) 50 – 60 % dengan kecepatan
aliran udara ±0,1 m/s, akan sulit dicapai bilamana hanya mengandalkan sistem ventilasi, baik
menggunakan sistem ventilasi mekanis maupun (apalagi) memanfaatkan ventilasi alami.
Pemanfaatan ventilasi alami, khususnya untuk lingkungan perkantoran dan untuk
bangunan tinggi, akan banyak mengalami masalah. Masalah-masalah yang akan timbul
antara lain adalah : suhu dan RH “nyman” ruangan kerja tidak akan pernah tercapai, ruangan
akan cepat kotor, kecepatan angin yang masuk ke dalam ruangan sulit terkontrol, lingkungan
menjadi lebih bising, dan sebagainya.
Oleh sebab itu, di dalam konsep perancangan sistem tata udara gedung ini, perancang
lebih fakus pada pemakaian sistem tata udara buatan (Air Conditioning System).
Sistem Tata Udara bertujuan untuk mengkondisikan udara di dalam ruangan sesuai
dengan tingkat kenyamanan yang diinginkan penghuni ataupun untuk kondisi yang
dipersyaratkan oleh peralatan yang ada di ruang yang bersangkutan.
Sistem pengkondisian udara di dalam gedung ini meliputi usaha-usaha sebagai berikut :
a. Mengatur kondisi di dalam ruang sesuai tingkat kenyamanan penghuni yang memenuhi
standar yang berlaku umum (temperatur, relatif humidity) atau juga sesuai kebutuhan
untuk peralatan yang ada di ruang tersebut.
b. Mensirkulasi udara di dalam ruangan dalam jumlah yang memenuhi minimun pertukaran
udara yang terjadi, sesuai fungsi ruang-ruang yang bersangkutan.
USULAN TEKNIS
26
c. Mengatur pola aliran udara dalam ruang sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi aliran
udara dari ruang yang kurang bersih ke ruang yang lebih bersih (menghindari terjadinya
contaminasi ruang).
d. Menambahkan udara segar ke dalam ruangan dalam jumlah yang memenuhi standar
sesuai kebutuhan dan fungsi ruang.
e. Membuat aliran udara di dalam ruang pada kecepatan dan distribusi yang baik sehingga
tercapai kenyamanan dan kondisi lain yang diinginkan (aliran laminar).
f. Meredam noise (kebisingan) yang ditimbulkan oleh sistim tata udara terhadap
ruang/lingkungannya, baik yang berasal dari air borne transmission ataupun dari
structure air borne (vibrasi) pada batas-batas standar yang berlaku.
g. Menjaga kebersihan udara yang disirkulasikan pada tingkat kebersihan yang disyaratkan
untuk fungsi ruang ybs. melalui beberapa lapis filter udara (pre, medium filter).
h. Mengadakan sistem Ventilasi mekanis untuk ruang-ruang yang memerlukan pertukaran
udara ataupun untuk ruang-ruang yang memerlukan penurunan akumulasi panas dari
peralatan yang terpasang (ruang utility), agar temperatur ruang tidak melampaui batas
temperatur yang diinginkan. Sebagai dasar perencanaan tata udara dipakai kriteria-
kriteraia seperti yang diuraikan di bawah ini;
1). Estimasi Beban Pendinginan
Jika seluruh ruangan dan lantai yang peruntukannya untuk kegiatan perkantoran,
ruang rapat, ruang auditorium dan ruang theatre serta ruang serbaguna dan hall
seluruhnya di kondisikan, maka estimasi Beban Pendinginan (cooling load) ruangan
adalah sebesar ±750 TR (2.640 kW).
2). Pertimbangan Pemilihan Sistem
Sistem Tata Udara yang akan direncanakan untuk pengkondisian udara gedung ini
antara lain dengan mempertimbangkan hal-hal berikut :
- Fungsi dan waktu pemakaian ruang-ruang yang dikondisikan
- Bangunan merupakan bangunan tinggi perkantoran dengan sistem pengelolaan
secara terpusat.
- Pengoperasian dan pemeliharaan sistem utilitas yang mudah dan rendah
- Kemudahan di dalam pengawasan terhadap operasional sistem
- Sistem yang mengkonsumsi energi yang efisien.
- Sistem yang dapat dikontrol secara individual/zoning.
- Sistem dengan usia pakai yang maksimal
3). Pemilihan Sistem Tata Udara
USULAN TEKNIS
27
Beberapa alternatif Sistem Tata Udara yang dapat diterapkan pada bangunan
perkantoran ini, paling sedikit ada 3 (tiga) pilihan, yaitu :
a. Central Chiller System (Air Cooled atau Water Cooled Chiller).
b. Water Cooled Packaged System
c. Direct Expansion System (VRV System, Split Duct, Remote Condenser,
Individual Split Unit, Window Unit, dll.).
Masing-masing sistem tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan,yang terkait
dengan aspek teknis, biaya (investasi & operasional) dan arsitektur. Namun di
dalam laporan ini tidak membahas masalah detail tentang karakteristik dan
keunggulan/kelemahan dari sistem-sistem tersebut.
Atas pertimbangan-pertimbangan diatas dan estimasi besarnya beban
pendinginan (Total beban pendinginan = ±750 TR) maka Sistem Tata Udara yang
diusulkan adalah :
1. Alternatif-1 : Central Air Cooled Chiller System
2. Alternatif-2 : Individual Direct Expansion System
D.2. KONSEP SISTEM ELEKTRIKAL
I. SISTEM LISTRIK ARUS KUAT
I.1. Standard dan Referensi Perancangan
a. SNI 04-0225-2000 : Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL-2000).
b. SNI 03-6575-2001 : Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan
pada bangunan gedung.
c. SNI 03-2396-2001 : Tata cara perancangan sistem Pencahayaan alami
pada bangunan gedung.
d. SNI 03-6574-2001 : Tata cara perencanaan pencahayaan Darurat, tanda
arah dan sistem peringatan bahaya pada bangunan gedung.
e. Standard International Electrotechnical, Standarisasi IEC.
f. Darrel Locke : Guide to the Wiring Regulation, John Wiley & Son Inc.,
2008.
g. Geoffrey Stokes : Electrical Installation Practice, Blackwell Publishing,
2003.
I.2. Kriteria Perancangan
1). Dasar Pemilihan Sistem
USULAN TEKNIS
28
Perancangan sistem listrik akan memenuhi standard/Code dan kriteria
perencanaan sebagai berikut :
- Sistem penerangan buatan sesuai kebutuhan dan standard secara
optimal dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor bangunan,
aspek arsitektur/ interior dan faktor alamiah.
- Suplai daya listrik dan penyediaan sarana instalasi untuk melayani
beban-beban listrik keseluruhan sehingga memenuhi kebutuhan
begitu pula untuk operasionalnya.
- Penyediaan sarana instalasi listrik yang memenuhi performance listrik
dan pengamanan/proteksi baik untuk peralatan dan operasinya,
bangunan maupun pengaman terhadap manusia.
- Penyediaan sarana sumber daya listrik utama.
2). Dasar Perhitungan dan Asumsi-asumsi
a. Kondisi Lingkungan
- Temperatur : suhu rata-rata per tahun adalah 27,5 oC dengan
fluktuasi (5,5 - 7,5)°C. Temperatur maksimum untuk perencanaan
ini diambil 40°C dan temperatur minimum 18°C.
- Kelembaban : kelembaban rata-rata tiap hari adalah 60% dan
kelembaban maksimum 85%.
b. Tegangan, Variasi & Pengaturan Tegangan.
Tegangan nominal, variasi tegangan dan pengaturan tegangan
sebagai yang diuraikan di bawah ini merupakan pula dasar
perencanaan ini :
No. Kriteria Distribusi
Teg. Menengah Distribusi
Teg. Rendah
1. Tegangan nominal 20 kV 230/400V
2. Variasi tegangan
- Maksimum +5 % +5 %
- Minimum -10 % -10 %
3. Pengaturan tegangan,
maksimum 5% 5%
4. Sistem Fasa 3, 4 kawat Fasa 3, 4 kawat
c. Pembumian Netral Sistem.
USULAN TEKNIS
29
Titik netral sisi tegangan rendah transformator dibumikan tanpa
impedansi (solidly grounding). Titik netral generator emergency
supply dibumikan dengan cara yang sama.
d. Sumber Daya Listrik & Keandalan.
Sumber daya listrik utama berasal dari jaringan PLN dan disediakan
sumber cadangan Genset.
e. Sistem Distribusi
Sistem distribusi listrik Tegangan Rendah adalah secara radial
dengan menggunakan kabel.
f. Beban Listrik
Beban listrik pada bangunan Gedung Teknik Elektronika Politeknik
Negeri Ujung Pandang meliputi beban-beban untuk :
- Penerangan, stop kontak & komputer
- Sistem tata udara dan ventilasi mekanik
- Pompa air bersih & pompa air kotor
- Pompa Kebakaran
- Sistem Elevator
- Peralatan kontrol, tata suara, telepon dan lain-lain.
g. Sistem Proteksi & Selektivitas.
Pengamanan/proteksi terhadap sistem, selektivitas dan tingkat
proteksi yang tepat dengan memperhatikan kesederhanaan sistem,
kemudahan operasi dan kemudahan dalam mencari lokasi gangguan
namun dapat memenuhi pelayanan yang baik.
h. Sistem Penerangan
Acuan perhitungan kuat penerangan yang direncanakan adalah :
No. Nama Ruangan Kuat
Penerangan
1. Ruang kerja/Office 300 – 400 lux
2. Ruangan Workshop 200 – 300 lux
3. Laboratorium 150 - 200 lux
4. Kantin/food court 200 – 300 lux
5. Ruang M & E 150 – 200 lux
i. Faktor Daya
USULAN TEKNIS
30
Faktor daya dipertahankan pada 0,9 laging.
3). Sistem Penangkal Petir
Sistem penangkal petir akan dirancang dengan memakai Electro Static
dengan radius proteksi sebesar 100 meter.
Sebagai penyalur arus petir ke tanah menggunakan kawat BC Ǿ70 mm.
Tahanan grounding yang diijinkan maksimum 5 Ώ.
I.3. Konsep Perancangan Sistem Listrik
1). Penyediaan Daya Listrik
Penyediaan daya listrik untuk Gedung Teknik Elektronika Politeknik
Negeri Ujung Pandang dicatu dari:
a. Sumber Daya Listrik Utama
Sumber listrik utama dilayani oleh sumber PLN. Penyambungan daya
listrik tegangan 20 kV, 3 phasa, 3 kawat, 50 Hz. Kebutuhan total daya
listrik : ±2.000 kVA.
b. Sumber Daya Listrik Cadangan
Untuk menjamin adanya sumber daya listrik pada saat PLN
mengalami gangguan, disediakan Diesel Generator Sets. Kapasitas
Diesel Gensets adalah 2 x 750 kVA. Pelayanan sumber daya listrik
cadangan adalah 80%.
2). Sistem Pelayanan
- Pada keadaan normal beban listrik kantor dilayani oleh sumber daya
listrik utama PLN 20 kV yang diturunkan menjadi tegangan kerja
400/230 Volt, melalui transformator (2 x 1.250 kVA) yang terletak di
Power House.
- Bila PLN mengalami gangguan, maka pelayanan listrik oleh Diesel
Gensets. Penyiapan daya listrik adalah secara 80% untuk seluruh
beban. Dengan menghilangnya tegangan dari PLN maka melalui
'Automatic Main Failure' Diesel Genset dijalankan yang kemudian
disalurkan dayanya ke beban melalui Panel Utama Tegangan
Rendah LVMDP yang terletak di power house Basement.
USULAN TEKNIS
31
Sistem interlock pelayanan PLN dan Diesel Genset adalah berupa
suatu kontrol electrically interlock sistem yang mengatur posisi
masuk/switch on dan posisi keluar/switch off daripada operasi dijamin
penuh sedemikian rupa sehingga tegangan listrik dari sumber PLN
sepenuhnya terpisah/isolated terhadap sumber Diesel Genset
ataupun sebaliknya dalam setiap keadaan (mode of operation).
3). Sistem Distribusi
Sistem distribusi listrik adalah sistem radial. Dari Panel Pembagi
Tegangan Menengah (MVDP) disalurkan ke transformator. Selanjutnya
ke panel Pembagi Utama Tegangan Rendah LVMDP.
Pendistribusian dari Panel Pembagi Utama Tegangan Rendah, LVMDP
ke Panel Beban adalah dengan menggunakan kabel NYY single core.
II. SISTEM LISTRIK ARUS LEMAH (ELEKTRONIKA)
II.1. SISTEM FIRE ALARM
II.1.1. Standard dan Referensi Perancangan
a. SNI 03-3985-2000 : Tata cara perancangan sistem proteksi dan
pengindera api dalam bangunan.
b. NFPA-72, 1999 : National Fire Alarm Code
c. Kepmen PU No. 10/KPTS/2000 dan No. 11/KPTS/2000, tentang
sistem pemadam kebakaran dalam dan luar bangunan.
d. SNI 04-0225-2000 : Peraturan umum instalasi listrik.
II.1.2. Kriteria Perancangan
1). Penetapan Jenis Penginderaan
Penetapan jenis penginderaan (detector) yang dipilih harus
disesuaikan dengan fungsi ruangan, seperti yang tercantum
berikut ini :
Tabel Penetapan Jenis Penginderaan
ROR Detector Smoke Detector
Kombinasi Fixed dan ROR Detector
USULAN TEKNIS
32
Ruang kantor Tangga darurat Gudang
Koridor Ruang kontrol Ruang Genset
Lobby Raung Trafo Ruang AC
Canteen Ruang Panel Ruang Pompa
2). Tingkat Bahaya Kebakaran
Tingkat bahaya kebakaran untuk Gedung Teknik Elektronika
dengan total luas ± 21.000 m2, termasuk dalam kategori area
terbatas dengan zone deteksi lebih dari 60 zone, maka
penginderaan kebakaran secara otomatis dengan sistem fully
addressible.
3). Penempatan dan Jarak antar Titik Penginderaan Kebakaran.
Penempatan dan jarak detector (penginderaan) kebakaran terdiri
dari :
• Fixed Detector (detector bertemperatur tetap), adalah suatu
detector yang bekerja pada suatu batasan temperatur tertentu,
sehingga penempatannya pada ruangan bersuhu sedang,
yakni 79 - 120 0F (daerah suhu kerja).
• ROR Detector (detector berdasarkan kecepatan naiknya
temperatur), adalah detector yang bekerja berdasarkan
kecepatan tertentu naiknya temperatur, sehingga
penempatannya pada ruangan bersuhu biasa, yakni 58 - 78
0F.
• Kombinasi ROR dan Fixed Detector adalah detector yang
bekerja berdasarkan kecepatan naiknya temperatur dan batas
temperatur maksimum yang ditetapkan sehingga
penempatannya pada ruangan bersuhu biasa dan sedang,
yakni 58-120 0F.
• Smoke Detector (Detector Asap ionisasi) adalah detector yang
bekarja dengan prinsip berkurangnya arus ionisasi oleh asap
USULAN TEKNIS
33
pada konsentrasi tertentu, sehingga penempatannya pada
ruangan bersuhu rendah, yakni 0-38 0C (suhu ruangan).
• Pemasangan pada plafond yang datar dan 30 cm dari plafond.
Jarak antar detector 12 m untuk ruangan efektif dan 28 m
untuk ruangan sirkulasi. Setiap ruangan dengan luas 92 m2
dan tinggi plafond 3 m dipasang 1 buah detector, jarak detector
dengan dinding pembatas sejauh 6 m untuk ruangan efektif
dan sejauh 12 m untuk ruangan sirkulasi serta paling dekat 30
cm.
4). Penempatan Tombol Isyarat Kebakaran (Manual Station)
Manual station yang digunakan adalah jenis break glass switch
yang diletakan pada box hidran dioperasikan secara manual.
Untuk fixture break glass switch terdapat outlet telepon emergency
sebagai instalasi komunikasi untuk personil yang bekerja pada
saat kebakaran.
Untuk flow switch yang diletakkan pada pipa cabang sprinkler
setiap lantai.
5). Penempatan Peralatan Utama dan Panel Bantu
Penempatan peralatan utama Panel Kontrol MCFA diletakkan
dalam ruang kontrol dilantai lower ground, dimana sistem
menggunakan konvensional.
Penempatan Panel Bantu (Annunciator Aktif) sebagai duplikat dari
MCFA diletakan di Lobby lantai dasar.
6). Penempatan dan Jumlah Alarm Kebakaran Audio dan Visual
Alarm kebakaran yang digunakan dari jenis Bell, Sound Speaker,
Sirine untuk audionya dan jenis lampu tanda untuk visualnya.
Penempatan Alarm Bell dan Lampu Tanda pada box hidran, untuk
sirine diletakkan pada halaman.
Alarm kebakaran mempunyai bunyi serta irama yang khas hingga
dikenal sebagai alarm kebakaran dan irama audio untuk
menimbulkan kepanikan. Bunyi alarm harus mempunyai frekuansi
kerja antara 500-1000 kHz dengan tingkat kekerasan suara
minimum 65 dB (A).
USULAN TEKNIS
34
II.1.3. Konsep Perancangan Sistem Fire Alarm
1). Pengertian tentang fire alarm
Pengertian fire alarm disini adalah system deteksi dini bila terjadi
bahaya kebakaran, dimana peralatan ini akan memberikan
Indikasi secara Audio dan Visual dari mana kebakaran itu berasal,
sehingga dapat diambil tindakan pengamanan dan pencegahan
sedini mungkin untuk memadamkan kebakaran, penyelamatan
Jiwa, Penyelamatan harta benda dan sebagainya.
2). Panel kontrol MCFA (Master Control Fire Alarm) akan dapat
menunjukkan address/ alamat asal lokasi kebakaran, dapat
melakukan tindakan me-reset (cancel) alarm tersebut bila hanya
terjadi “fault alarm” atau alarm palsu, membantu kerja detector
dan alarm kebakaran secara keseluruhan.
3). Apabila keadaan sangat membahayakan “general alarm total”,
signal dari flow switch sprinkler dapat mengoperasikan general
alarm pada MCFA dan secara serentak :
- Menghidupkan pressurization fan
- Menurunkan semua lift ke ground floor dan hanya lift
kebakaran yang dapat dioperasikan.
- Mematikan Unit-unit AC
- Menyambungkan komunikasi emergency telepon ke dinas
kebakaran.
Dan apabila petugas pemeriksa dapat mengatasi keadaan
darurat bahaya kebakaran, maka petugas jaga harus segera
me-reset system alarm kebakaran otomatis, sehingga normal
kembali dan pemberitahuan dengan paging address atas
pengamanan yang dapat diselesaikan.
II.2. SISTEM TELEPON DAN DATA
II.2.1. Standard dan Referensi Perancangan
a. SNI 04-0225-2000 : Peraturan umum instalasi listrik.
b. IEEE Standard 802.6: Averview and Achitecture Communication.
USULAN TEKNIS
35
c. Electronic International Association (EIA) Code 18.5 : Private
Automatic Branch Exchange, 1985.
d. National Electronic Code, 2007 Edition.
II.2.2. Kriteria Perancangan
1). Gedung BALITBANGDA menggunakan sentral telepon PABC
2). Instalasi Telepon
Instalasi telepon pada bangunan ini diasumsikan :
a. Infra structure (structure kabel telephone) akan
menggunakan kabel TITC (Twisted Indoor Telephone Cable)
untuk telephone, sedangkan untuk data, Instalasi dari Patch
Panel ke outlet akan menggunakan kabel UPT Cat 6, 4 pairs.
Instalasi dari Patch Panel ke Main Patch Panel (backbone)
menggunakan kabel UPT Cat 6,4 pairs.
b. Ruang kantor mendapat 1 telephone dan 1 data outlet setiap
10 – 15 m2.
c. Jumlah trunk line dari PT. Telkom sebesar 10% dari total
extension.
II.2.3. Konsep Perancangan Sistem Telepon
1). Konsep secara umum
a. Sistem telekomunikasi internal dan external di dalam / di luar
gedung akan menggunakan extension yang berasal dari
PABX.
b. Trunk line dari PT. Telkom akan diterminasi di MDF dan
didistribusikan kesetiap lantai melalui JBTP.
2). Aspek Teknis
a. Sistem PABX ini bersifat modular dan dapat dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan (perkembangan) menggunakan
tehnologi digital/time division dan PCM (Puse Code
Modulation).
b. Struktur telephone kabel sistem akan mengikuti standard EIA
/ TIA 568 A dimana kabel telepon akan menggunakan tipe
TITC (Twisted Indoor Telephone Cable) untuk voice.
Backbone telephone menggunakan TITC Multipair. Untuk
USULAN TEKNIS
36
data menggunakan kabel UPT Cat 6,4 pairs sebagai
backbone dan instalasi kabel ke outlet data menggunakan
UTP Cat 6.
3). Konfigurasi Sistem
a. Battery
Sistem dilengkapi dengan battery charger dan battery dengan
kapasitas minimum 30 menit bilamana supply listrik terputus.
b. Class of Service
PABX di disain untuk dapat menerima telephone masuk
berdasarkan groupnya.
c. Pengembangan PABX
• PABX harus dapat dikembangkan sesuai kebutuhan.
• Pengembangan PABX harus meliputi CO / Trunk line dan
extension sebesar 10%.
• Kebutuhan daya listrik harus minimal dan dapat
dioperasikan dalam ruangan tanpa AC.
4). Pada system PABX dilengkapi dengan billing system sehingga
pemakaian pulsa telephone dari pesawat extension dapat
dimonitor.
5). Pada sistem PABX ini dilengkapi kemampuan untuk bekeja
dengan telephone multiline (customized keyset).
6). Pada system PABX ini mempunyai dual processor atau
redundant processor. Apabila processor yang satu rusak maka
processor yang satunya akan menggantikan yang rusak.
7). Kabel Telepon
Instalasi kabel telepon dari junction box ke outlet telepon
menggunakan Twisted Indoor Telephone Cable 2 x 2 x 0,6 mm.
Instalasi kabel telepon dari MDF-TP ke JBTP tiap lantai
menggunakan kabel Twisted Indoor Telephone Cable Multipair.
8). Kabel Data
Instalasi kabel data dari Patch Panel ke Outlet Data
menggunakan Kabel UTP Cat 6,4 pairs. Instalasi kabel data dari
USULAN TEKNIS
37
Patch Panel ke Main Patch Panel (backbone) menggunakan
kabel UTP Cat 6,4 pairs.
9). Pentanahan (Grounding)
- Agar mutu suara pembicaraan baik, diusahakan tahanan
tanah dari unit-unit Sentral telepon cukup rendah, sedangkan
isolasi kabel Instalasi terhadap tanah cukup tinggi (0,1 ohm).
- Untuk menjamin mutu Instalasi pentanahan, maka
pentanahan untuk sistem ini terpisah dengan pentanahan
listrik dan penangkal petir.
II.3. SISTEM TATA SUARA
II.3.1. Standard dan Referensi Perancangan
a. NFPA-72, 1999 : National Fire Alarm Code
b. Kepmen PU No. 10/KPTS/2000 dan No. 11/KPTS/2000, tentang
sistem pemadam kebakaran dalam dan luar bangunan.
c. SNI 04-0225-2000 : Peraturan umum instalasi listrik.
II.3.2. Kriteria Perancangan
Sistem Tata suara yang diterapkan di dalam gedung ini terdiri dari :
a). Sistem Tata Suara Umum (Public Address) dan Paging Address.
b). Sistem Pemanggil Kendaraan (Car Calling).
1. Batasan pendengaran manusia adalah antara 0-120 phon
untuk satuan pendengaran, atau 0 – 120 dB di dalam SPL
(Sound Pressure Level/ Tekenan Suara) pada frekuensi
20Hz - 20kHz.
� Untuk penyampaian suara yang termasuk musik yang
lembut, diperlukan SPL 5 – 40 dB pada frekuensi range 100
Hz - 6 kHz.
� Untuk komunikasi (panggilan, penyampaian pesan)
diperlukan SPL 40 – 60 dB pada frekuensi range 200 Hz -
6/10 kHz.
� Untuk emergency diperlukan SPL 60 – 120 dB pada
frekuensi range 10 kHz-20 kHz.
USULAN TEKNIS
38
2. Noise adalah suara yang tidak diinginkan pendengar yang
timbul bersamaan dengan suara informasi.
� Untuk penyampaian suara yang termasuk musik yang
lembut atau BGM, tekanan suara speaker harus lebih besar
3 dB dari level noise pada titik dengar.
� Untuk komunikasi (panggilan, penyampaian pesan),
tekanan suara speaker harus 6-10 dB diatas Noise level.
� Untuk emergency, takanan suara speaker harus 19 dB
diatas noise level.
3. Hubungan antara plafond (langit-langit) dan jarak speaker
serta coverage angle yang menyatakan sudut pancar dari
speaker.
� Tinggi plafond dibawah 2,5 meter, jarak antar speaker 5 – 6
meter, dengan area yang dilingkupi seluas 25 m2.
� Tinggi plafond antara 2,5-4,5 meter, jarak antar speaker 6 –
7 meter, dengan area yang dilingkupi seluas 36 m2
II.3.3. Konsep Perancangan Sistem Tata Suara
Sarana sistem Tata Suara (Sound System) gedung diperuntukkan
untuk keperluan back ground music, pengumuman, pengumunan tanda
darurat/kebakaran dan untuk pemanggilan.
a. Back Ground Music (BGM)/Public Address di tiap lantai, melalui
Ceiling Speaker. Ceiling speaker yang ada di ruangan-ruangan
kantor, ruang rapat dan ruangan-ruangan khusus lainnya memakai
volume control. Alat untuk Back Ground musik adalah cassette
player, CD / MP3, Radio.
b. Sentral sound system ditempatkan di ruang kontrol elektronik di
lantai dasar.
Paging adalah alat-alat penyampaian informasi.
Car call adalah alat pemanggilan sopir.
c. Khusus untuk paging system akan dilengkapi dengan Remote
Microphone yang diletakkan di Lobby / Recepsionis / Information
USULAN TEKNIS
39
Desk lantai dasar untuk memberi informasi kepada penghuni
bangunan atau dapat juga untuk :
- Tanda Bahaya dan Pengumuman Keadaan Darurat
Keadaan darurat / bahaya misalnya karena adanya gejala
sumber kebakaran, gangguan keamanan atau huru-hara.
Informasi yang disampaikan berupa penjelasan mengenai
situasi, pengarahan untuk penyelamatan (evakuasi) atau tanda
bahaya bila keadaan telah betul-betul gawat.
- Cara menyampaikan bisa secara selektif atau all-call. Selektif
dipilih bila untuk menghadiri kepanikan dan kemacetan pada
satu pintu atau jalan keluar. All-call dipilih bila keadaan sudah
tak terkendali lagi. Emergency call merupakan prioritas pertama
yang dapat mengoverride semua siaran.
E. TATA RUANG LUAR (LANSEKAP)
Perancangan Lansekap pada dasarnya mencakup hal-hal yang berkaitan dengan tapak di luar
bangunan, yang dapat direkayasa dengan memanfaatkan kondisi alam setempat secara
maksimal.
I. Syarat Yang Harus Diperhatikan
A. Ketentuan Umum
A.1. Persyaratan guna
Lansekap harus memenuhi persyaratan guna, sehingga dapat berfungsi secara
menerus selama 15-20 tahun dan dapat memberikan dampak sebagai berikut :
a. Kekuatan
Lansekap dirancang dengan memperhatikan keberadaannya dan dapat
bertahan hidup cukup lama. Rancangan lansekap yang bukan tanaman
hidup dapat disesuaikan lebih lanjut.
b. Estetika
Bentuk penampilan lansekap dan perlengkapannya selaras dengan citra
serta memperhatikan kondisi lingkungan.
USULAN TEKNIS
40
c. Kenyamanan
Memperhatikan aspek tata ruang yang meliputi pola hubungan ruang,
standard ruang dan persyaratan teknis penanaman yang sesuai dengan
lingkungan.
d. Keamanan
e. Kemudahan dalam pemeliharaan / perbaikan.
A.2. Persyaratan lain
a. Persyaratan fasilitas ruang luar / open space yang diperlukan.
b. Persyaratan pengaturan ruang terbuka sesuai dengan pola sirkulasi.
c. Keserasian lansekap dengan bentuk bangunan dan lingkungan yang ada.
B. Ketentuan Khusus
B.1. Tata ruang tapak atau lansekap :
a. Pola
Pola tapak lansekap dirancang sedemikian rupa, sehingga dalam pemanfaatan
ruang luar yang ada dapat dilakukan secara terarah dan dapat mencerminkan
hal-hal sebagai berikut :
- Fungsi ruang tapak / lansekap yang berbeda.
- Adanya pembagian ruang tapak yang jelas antara area public dan private.
- Aksentuasi pada area-area tertentu yang dapat mendukung nilai estetika dari
bangunannya.
- Kemudahan yang dapat dirasakan oleh setiap pemakai dalam penataan
sirkulasi ruangnya.
- Pertimbangan alam diperhitungkan terhadap matahari, angin, pemandangan
dan topografi setempat.
b. Standard Ruang
Standard kebutuhan luas ruang tapak / lansekap didasarkan pada kebutuhan
minimal dari beberapa jenis ruang tapak lansekap seperti ;
- Taman
- Parkir (diwadahi dalam gedung parkir)
- Pedestrian
- Jalan kendaraan
- Utilitas (drainase)
USULAN TEKNIS
41
c. Persyaratan Fungsi
Hal-hal yang menyangkut kepentingan fungsi dan estetika perancangan tapak /
lansekap diperlukan beberapa persyaratan khusus untuk mencapai pada suatu
hasil yang optimal, terutama pada :
- Tapak di halaman depan bangunan
- Tapak yang berhubungan dengan penanaman.
B.2. Fisik Tapak / Lansekap
Bentuk yang tercipta harus menjadi satu kesatuan dalam penataan kawasan
master plan komplek PKP2A I LAN yang ada dan sedapat mungkin telah
mempertimbang kan hal-hal sebagai berikut :
a. Bersifat abadi / permanen sehingga gaya lansekap yang dimaksud dapat
bertahan sepanjang masa.
b. Bilamana memungkinkan unsur-unsur lansekap daerah dapat dituangkan
kedalam fisik tapak / lansekap.
c. Konsep perencanaan tapak / lansekap disesuaikan untuk lansekap pada
daerah tropis dan memanfaatkan potensi alam sekitar yang optimal.
d. Konsep pola tata ruang luar / lansekap memperhatikan pola tata ruang
lingkungan disekitarnya, sehingga perbedaan lansekap dapat meningkatkan
kualitas lingkungan sekitarnya.
C. Ketentuan teknis lansekap
1. Luas area tapak / lansekap minimal 30% dari luas bangunan.
2. Perbandingan rasio antara unsur tanaman dengan pengerasan adalah 40%:
60%.
3. Disain harus memenuhi standard serta semua pedoman yang berlaku untuk
perancangan lansekap.
II. Furniture Lansekap
Pada site yang luas penataan taman tidak cukup hanya dengan menata tanaman
dalam pot saja, tetapi juga melibatkan bermacam-macam unsur tanaman yang lain. Unsur
tanaman adalah bagian dari taman yang dapat ditata membentuk lingkungan asri yang
dikehendaki.
USULAN TEKNIS
42
Biasanya berupa dua unsur pokok yaitu unsur lunak berupa tanaman hias dan unsur
keras berupa benda selain tanaman unsur lunak, yaitu :
A. Unsur Lunak, yaitu
- Pohon,
Jenis tanaman berkayu yang jelas menunjukkan batang tunggal sebagai batang
utama. Jika bercabang dimulai dari bagian atas batang.
- Perdu,
Jenis tanaman berkayu yang percabangannya dimulai dari permukaan tanah.
- Semak,
Jenis tanaman tidak berzat kayu yang percabangannya dimulai dari permukaan
tanah.
- Tanaman penutup tanah,
Tanaman penutup tanah berupa jenis-jenis tanaman berdaun dan berbunga indah.
- Rumput
Tanaman dasar sebagai penutup tanah berupa jenis-jenis rumput.
B. Unsur keras.
- Pagar dan pintu pagar,
Disain disesuaikan dengan karakter bangunan. Pagar samping dan belakang
biasanya digunakan dinding tembok. Sedangkan pagar depan dapat digunakan
bahan besi cor atau sejenisnya.
- Perkerasan,
Terdiri dari perkerasan untuk :
o Jalan kendaraan
o Pedestrian
o Parkir
Bahan untuk jalan kendaraan dapat digunakan aspal atau paving block, pedestrian
dapat digunakan paving block, parkir dapat digunakan bahan kombinasi antara
paving block, grass block dengan rumput juga dapat digunakan untuk lapangan
upacara.
- Pergola,
Berupa kerangka bangunan los yang beratap kisi-kisi kayu atau besi. Dapat
difungsikan sebagai peneduh parkir.
USULAN TEKNIS
43
- Bak tanaman,
Biasanya dibangun dekat pagar atau menyatu dengan bangunan. Dibentuk dari
dinding tembok saja atau dilapis batu-batuan alam.
- Penerangan
Penerangan atau lampu terdiri dari
o lampu jalan
o lampu taman
o lampu sorot
Lampu digunakan untuk menerangi sudut-sudut tertentu dari taman / jalan /
bangunan. Penempatan dan jumlah disesuaikan dengan kebutuhan.
- Bak sampah,
Terdiri dari :
o Bak sampak eksterior
o Bak sampah besar (tempat pembuangan terakhir pada site).
Untuk bak sampah eksterior dapat digunakan bahan dari kayu atau kombinasi kayu
dengan besi. Penempatannya dapat di sisi bangunan atau jalan dan dapat terlihat.
Sedangkan bak sampah besar terbuat dari dinding tembok, dibangun dibagian yang
tidak mencolok dan dirancang sebagai bak tertutup.
- Signage,
terdiri dari :
o Signed exterior
o Traffic sign
Signed exterior yaitu papan nama bangunan yang ditempatkan pada dinding
bangunan bagian luar, dapat terlihat jelas.
Traffic sign yaitu rambu-rambu Lalu lintas yang menyatakan arah masuk, dilarang
masuk dan lain-lain.
5. PENDEKATAN PERANCANGAN
A. KONSEP SKEMATIK GAGASAN
USULAN TEKNIS
44
Konsep gagasan dilatar belakangi oleh fungsi-fungsi bangunan sebagai salah satu pusat orientasi
pelaksana kesehatan di Makassar. Untuk itu skematik gagasan dilandasi oleh latar belakang pemilik untuk
melaksanakan kegiatan kesehatan yang mandiri dan representatif untuk jangka waktu panjang.
Perencanaan Gedung BALITBANGDA, konsep skematik gagasan diajukan dengan
mempertimbangkan nilai-nilai arsitektur di masa kini yang modern, futuristik, tanggap terhadap lingkungan
dan kawasan yang secara sistematis merupakan bagian dari perencanaan pengembangan regional kota.
Nilai-nilai arsitektur Tradisional dan Modern Futuristik masa kini berpadu satu dalam unsur fasade
dan detail-detail bangunan, sebagaimana trend arsitektur yang berkembang pada bangunan-bangunan
pendidikan tinggi di masa modern kini.
Upaya ini agar Bangunan Gedung dapat menyatu dengan lingkungan sekitar dan tidak menurunkan
nilai kawasan. Namun demikian bangunan diutamakan dalam skala monumental terhadap skala manusia.
Wujud bangunan bercirikan modern atau neo-vernakuler yang fungsional.
B. KONSEP FILOSOFI RUANG MAKRO
Penerapan konsep filosofi Gedung BALITBANGDA :
1. Berwibawa, merupakan orientasi dari seluruh bangunan/fasilitas yang ada. Tata letak massa
bangunan dibagi berdasarkan program ruang dan pengembangannya. Blok-blok massa diletakkan
secara sistematis dan teratur memberi ilustrasi view yang sangat baik sehingga bentuk bangunan
harus direncanakan vertikal tetapi tidak melupakan kondisi alam yang berkembang secara
USULAN TEKNIS
45
horisontal. Kesan wibawa diperoleh dengan perencanaan vertikal bangunan yang tanggap
lingkungan untuk merepresentasikan kegiatan civitas akademika.
2. Fungsional, ruang-ruang dalam bangunan dibagi ke dalam masing-masing fungsi. Fungsi bangunan
lalu dikelompokkan dalam zoning publik, semi publik, private dan servis.
USULAN TEKNIS
46
3. Estetis, estetika bangunan dicapai melalui pengolahan bidang dinding dan unsur facade yang
mengakomodir arsitektur modern. Pengolahan bidang menciptakan kondisi dinamis arsitektur
bangunan.
4. Konsep filosofi arsitektur tradisional merupakan salah satu identitas budaya dari suatu suku bangsa.
Dalam perwujudan seni bangunannya terkandung tata nilai, tata laku dan tata kehidupan masyarakat
tradisional.
Re-interpretasi arsitektur lokal/tradisional juga diterapkan. Arsitektur tradisionalnya mewakili prinsip
rumah panggung yang mencerminkan tiga bagian alam semesta, yakni Dunia bawah, Dunia tengah
dan Dunia atas.
Dalam konsep modern maka diwujudkan sebagai bangunan memiliki Kepala sebagai penutup,
Badan sebagai ruang bangunan dan Kaki adalah Kolom-kolom bangunan sebagai bagian dari
landasan bangunan.
C. KONSEP SITE
Menganalisis site sebagaimana pada Master Plan Gedung BALITBANGDA yang telah dilaksanakan
sebelumnya terhadap kawasan sekitarnya, maka rencana lokasi dioptimalkan terhadap titik ikat sumbu
imaginer sebagai link visual akan perletakan pentingnya kawasan terhadap potensi pengembangan
keberlanjutan.
D. KONSEP GUBAHAN MASSA
Perencanaan Gedung BALITBANGDA memiliki kekhasan dimensi dan bentuk dengan mengolah
filosofi modern versus budaya lokal.
USULAN TEKNIS
47
Ada 3 (tiga) symbol utama yang diadopsi agar bangunan ini dapat menjadi ikon :
1. Arsitektur Pendidikan Tinggi, symbol arsitektur dalam membentuk karakter pendidikan yang
bersih, berwibawa dan tanggap lingkungan.
2. Tradisional lokal, simbol pandangan kosmologis tentang tiga bagian dari makrokosmos, yakni
dunia bawah, tengah dan atas. Bangunan-bangunan pada Master Plan akan mengakomodir
kosmologis ini.
3. Modern, kemajuan pengetahuan membangun dan penemuan bahan-bahan mutakhir berdampak
pada kemudahan-kemudahan dalam proses konstruksi sehingga bangunan-bangunan
mengakomodir unsur kemodern-an ini.
Ketiga simbol ini dijadikan dasar dalam mengolah bentuk bangunan Perencanaan Gedung
BALITBANGDA dan penataan pola tata massa dalam satu link visual imaginer.
Menggubah bentuk gedung pada master plan ini merupakan satu kesatuan dengan konsep
Skematik Gagasan dan Konsep Filosofi Ruang Makro, dengan improvisasi ketiga simbol di atas maka
dihasilkan gagasan bentuk sebagai berikut :
1. Bentuk Vertikal, massa-massa bangunan sebagai Pusat Teknik Lingkungan merupakan
representasi dari penyelenggaraan tata organisasi yang bersih dan berwibawa maka wujud bentuk
setiap massa bangunan dikembangkan secara vertikal. Pengembangan vertikal juga
mengekspresikan kepekaan terhadap skyline massa di sekitar lahan dengan radius hingga 1
kilometer.
2. Bentuk Horisontal, massa-massa bangunan akan mewadahi berbagai kegiatan administratif dan
penyelenggaraan kesehatan untuk pelayanan Masyarakat, dan
3. Pola Ruang Vertikal, massa-massa bangunan akan menampung sejumlah unit ruang administrasi
umum, intern dan struktural, maka Pola Ruang Mikro berarsitektur Panggung, di dalamnya
tersusun ruang-ruang menurut pola hirarki kegiatan yang sistematis dan efisien.
Modifikasi konteks visual bangunan adalah High Tech-Modern dan Neo Vernakuler-High Tech. Visualisasi
bentuk ini mampu beradaptasi terhadap terpaan waktu dalam jangka yang panjang.
E. KONSEP SIRKULASI SITE
Sirkulasi pada site dibedakan atas dua pola sirkulasi, yakni :
a. Sirkulasi Makro, merupakan jalur sirkulasi utama kendaraan. Bertujuan untuk kemudahan
aksesibilitas, efektifitas sirkulasi dan sekuensi bangunan. Luasan/besaran berdasarkan standar jalan
USULAN TEKNIS
48
utama. Sirkulasi makro menganalisa pola sirkulasi Master Plan Kompleks Kantor BTKLPP Kelas 1
Makassar di Makassar terhadap pencapaian antar Zoning bangunan.
b. Sirkulasi Mikro, merupakan jalur pencapaian antar bangunan, adalah pola sirkluasi yang berada
dalam site/lahan. Konsep sirkulasi mikro turut menentukan pola tata parkir dalam lahan terhadap site
bangunan. Bangunan dihubungkan oleh sirkulasi internal.