7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tanaman Pisang
Pisang yang ada sekarang merupakan hasil persilangan alami dari pisang
liar dan telah mengalami domestikasi. Beberapa literatur menyebutkan pusat
keanekaragaman tanaman pisang berada di kawasan Asia Tenggara (Satuhu
dan Supriyadi, 1990).
Para ahli botani memastikan daerah asal tanaman pisang adalah India,
jazirah Malaya, dan Filipina. Penyebaran tanaman pisang dari daerah asal ke
berbagai wilayah negara di dunia terjadi mulai tahun 1000 SM. Penyebaran
pisang di wilayah timur antara lain melalui Samudera Pasifik dan Hawai.
Sedangkan penyebaran pisang di wilayah barat melalui Samudera Hindia,
Afrika sampai pantai timur Amerika. Sekitar tahun 500, orang-orang Indonesia
berjasa menyebarkan tanaman pisang ke pulau Madagaskar. Pada tahun 650,
pahlawan-pahlawan Islam di negara Arab telah menyebarkan tanaman pisang
di sekitar laut tengah.
Inventarisasi plasma nutfah pisang di Indonesia dimulai pada abad
XVIII. Dalam buku yang berjudul Herbarium Amboninese karangan Rumphius
yang diterbitkan tahun 1750, telah dikenal beberapa jenis pisang hutan dan
pisang budidaya yang terdapat di Kepulauan Maluku (Rukmana, 1999 : 13).
Pengembangan budidaya tanaman pisang pada mulanya terpusat di daerah
Banyuwangi, Palembang, dan beberapa daerah di Jawa Barat.
7
Pengaruh Agensi Hayati..., Fandy Rizki Aditya, Fakultas Pertanian UMP, 2018
8
A.1.Klasifikasi dan Botani Tanaman Pisang
Kedudukan tanaman pisang dalam sistematika (taksonomi)
tumbuhan adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca L. (Tjitrosoepomo, 2000)
Pisang termasuk famili Musaceae dari ordo Scitaminae dan terdiri
dari dua genus, yaitu genus Musa dan Ensete. Genus Musa terbagi dalam
empat golongan, yaitu Rhodochlamys,Callimusa, Australimusa dan
Eumusa. Golongan Australimusa dan Eumusa merupakan jenis pisang
yang dapat dikonsumsi, baik segar maupun olahan. Buah pisang
yangdimakan segar sebagian besar berasal dari golongan Emusa, yaitu
Musa acuminata dan Musa balbisiana.
A.2.Morfologi Tanaman Pisang
Tanaman pisang termasuk dalam golongan terna monokotil tahunan
berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini
merupakan tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur.
Percabangan tanaman bertipe simpodial dengan meristem ujung
memanjang dan membentuk bunga lalu buah. Bagian bawah batang pisang
Pengaruh Agensi Hayati..., Fandy Rizki Aditya, Fakultas Pertanian UMP, 2018
9
menggembung berupa umbi yang disebut bonggol. Pucuk lateral (sucker)
muncul dari kuncup pada bonggol yang selanjutnya tumbuh menjadi
tanaman pisang. Buah pisang umumnya tidak berbiji atau bersifat
partenokarpi.
Tanaman pisang dapat ditanam dan tumbuh dengan baik pada berbagai
macam topografi tanah, baik tanah datar atau pun tanah miring. Produktivitas
pisang yang optimum akan dihasilkan pisang yang ditanam pada tanah datar
pada ketinggian di bawah 500 m di atas permukaan laut (dpl) dan keasaman
tanah pada pH 4,5-7,5. Suhu harian berkisar antara 25˚C-28˚C dengan curah
hujan 2000-3000 mm/tahun. Pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya
sekali, kemudian mati. Tingginya antara 2-9 m, berakar serabut dengan
batang bawah tanah (bongol) yang pendek. Dari mata tunas yang ada pada
bonggol inilah bisa tumbuh tanaman baru.
Buah pisang tersusun dalam tandan yang terdiri atas beberapa sisir,
dan tiap sisir terdiri dari 6-22 buah pisang tergantung pada varietasnya.
Buah pisang pada umumnya tidak berbiji atau disebut 3n (triploid), kecuali
pada pisang batu (klutuk) bersifat diploid (2n). Proses pembuahan tanpa
menghasilkan biji disebut partenokarpi (Rukmana, 1999 : 15).
Ukuran buah pisang bervariasi, panjangnya berkisar antara 10-18 cm
dengan diameter sekitar 2,5-4,5 cm. Buah berlingir 3-5 alur, bengkok
dengan ujung meruncing atau membentuk leher botol. Daging buah
(mesokarpa) tebal dan lunak. Kulit buah (epikarpa) yang masih muda
Pengaruh Agensi Hayati..., Fandy Rizki Aditya, Fakultas Pertanian UMP, 2018
10
berwarna hijau, namun setelah tua (matang) berubah menjadi kuning dan
strukturnya tebal sampai tipis (Cahyono, 2002 : 16).
Buah pisang termasuk buah buni, bulat memanjang, membengkok,
tersusun seperti sisir dua baris, dengan kulit berwarna hijau, kuning, atau
coklat. Tiap kelompok buah atau sisir terdiri dari beberapa buah pisang.
Berbiji atau tanpa biji. Bijinya kecil, bulat, dan warna hitam. Buahnya
dapat dipanen setelah 80-90 hari sejak keluarnya jantung pisang.
A.3.Ekologi Tanaman Pisang
Persebaran tanaman pisang sangat dipengaruhi oleh berbagai hal,
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Klimatik
Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan
pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah
subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air
disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak dapat
diharapkan.
2. Edafik
Tanah sangat berperan penting bagi tumbuhan yaitu sebagai
media tumbuh tanaman darat. Tanah menyediakan berbagai macam
mineral yang digunakan oleh tumbuhan untuk tumbuh. Namun tanah
juga dapat menjadi salah satu faktor pembatas bagi tanaman. Hal ini
dapat disebabkan karena adanya bermacam kondisi fisik maupun
kimiawi tanah yang berbeda-beda dimana setiap tumbuhan memiliki
Pengaruh Agensi Hayati..., Fandy Rizki Aditya, Fakultas Pertanian UMP, 2018
11
persyaratan tumbuh yang berbeda-beda pula. Tanah yang subur akan
berpengaruh baik pada besar dan panjangnya tandan pisang, sedangkan
tanah yang tidak subur akan mengakibatkan tandan pisang kecil dan
pendek (Satuhu dan Supriyadi, 2008).
Komposisi dalam tanah juga mempengaruhi pertumbuhan
tanaman yaitu pada tanah berkapur. Kapur dalam tanah memiliki
asosiasi dengan keberadaan kalsium dan magnesium tanah, karena
keberadaan kedua unsur tersebut sering ditemukan berasosiasi dengan
karbonat. Secara umum pemberian kapur ke tanah dapat mempengaruhi
sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik tanah. Pengaruh
kapur terhadap sifat fisika tanah ialah dalam hal terbentuknya struktur
tanah remah pada tanah, sehingga aerasi dan air tanah berada dalam
keadaan optimum.
Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan pengapuran adalah
menetralkan kemasaman tanah. Tanah yang memiliki kandungan kapur
yang tinggi, belum tentu tanah tersebut juga memiliki tingkat kesuburan
yang tinggi. bisa terjadi suatu kapur itu menjadi racun karena kapur
akan menyerap unsur hara dari dalam tanah, dimana unsur hara tersebut
dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya Kandungan Ca dan Mg
yang tinggi dalam tanah kapur berhubungan dengan taraf
perkembangan tanah tersebut. Kadar tinggi berkaitan dengan pH yang
netral. Sebagai unsur hara makro Ca dan Mg mempunyai fungsi yang
penting pada tanaman. Kalsium (Ca) berperan sebagai penyusun
Pengaruh Agensi Hayati..., Fandy Rizki Aditya, Fakultas Pertanian UMP, 2018
12
dinding sel tumbuhan dan sering pula menetralkan bahan racun dalam
jaringan tanaman. Magnesium (Mg) merupakan komponen dari klorofil
dan berperan pula dalam pembentukan lemak dan minyak pada
tumbuhan. Kekurangan kedua zat ini dalam tanah dapat menghambat
perkembangan normal pada jaringan muda.
Faktor lain yang tidak kalah penting adalah pH tanah. pH larutan
tanah sangat penting bagi tumbuhan karena larutan tanah mengandung
unsur hara seperti Nitrogen (N), Potassium/Kalium (K), dan Fosfor (P)
dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh,
berkembang, dan bertahan terhadap penyakit. Pisang dapat tumbuh
dengan baik pada tanah yang mempunyai kisaran pH 4,5-7,5,
(Rukmana,1999 : 38).
Nilai pH suatu tanah berada pada kisaran 1 samapi 14 semakin
kecil nilainya maka tanah tersebut semakin asam, sedangkan sebaliknya
bila nilai tersebut makin besar, maka tanah tersebut semakin bersifat
basa. Kelarutan unsur tertentu di tanah dan laju penyerapannya oleh
tanaman sangat dipengaruhi oleh pH (Salisbury, 1995 : 314). Tanah
yang terlalu asam maupun terlalu basa tidak baik bagi pertumbuhan
tanaman karena akan secara langsung menahan serta mencegah unsur
untuk diserap tanaman.
3. Ketinggian Tempat
Tanaman pisang toleran akan ketinggian dan kekeringan.
Tanaman pisang dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan
Pengaruh Agensi Hayati..., Fandy Rizki Aditya, Fakultas Pertanian UMP, 2018
13
setinggi 1000 m dpl. Produktivitas pisang yang optimum akan
dihasilkan pisang yang ditanam pada tanah datar pada ketinggian
dibawah 500 m (Cahyono, 2002). Tanaman pisang umumnya tumbuh
dan berproduksi secara optimal di daerah yang memiliki ketinggian
antara 400 m- 600 m dpl. Di dataran tinggi umur tanaman hingga
berubah menjadi lama dan kulitnya tebal.
Ketinggian tempat mempengaruhi jenis organisme yang hidup di
tempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menyebabkan
kondisi fisik dan kimia yang berbeda. Semakin tinggi suatu daerah
semakin dingin suhu di daerah tersebut. Demikian juga sebaliknya bila
lebih rendah berarti suhu udara di daerah tersebut lebih panas. Semakin
tinggi suatu tempat, maka suhu dan intensitas cahaya di tempat tersebut
juga akan semakin berkurang (Goldsworthy dan Fisher, 1992 ).
Kondisi lain pada daerah yang memiliki elevasi tinggi adalah
jumlah konsentrasi CO2 yang relatif lebih kecil bila dibandingkan pada
daerah yang lebih rendah. Padahal CO2 adalah bahan baku dalam
proses fotosintesis untuk diubah menjadi karbohidrat, sehingga
tumbuhan yang tumbuh pada dataran tinggi cenderung memiliki jumlah
klorofil yang lebih banyak dari pada tumbuhan yang hidup di dataran
rendah, agar dapat menangkap CO2 lebih banyak. Sedangkan tumbuhan
daerah dataran rendah, dengan kondisi iklimnya umumnya temperatur
tingi, kelembaban rendah dan intensitas sinar matahari besar, memiliki
kepekaan menangkap sinar matahari lebih rendah.
Pengaruh Agensi Hayati..., Fandy Rizki Aditya, Fakultas Pertanian UMP, 2018
14
B. Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Pisang
Penyakit layu Fusarium merupakan salah satu penyakit berbahaya yang
sering ditemukan pada hampir semua jenis tanaman. Baik itu tanaman atau
tumbuhan liar, tanaman sayuran semusim, tanaman perkebunan, tanaman buah
maupun tanaman hias. Penyakit layu Fusarium disebabkan oleh jamur
Fusarium oxysphorum, jamur patogen ini memiliki banyak sekali tanaman
inang. Penyakit layu fusarium jika sudah terlanjur menginfeksi tanaman
sangat sulit dikendalikan, mudah berpindah dan cepat menyebar dari tanaman
satu ketanaman lainnya. Penyebaran jamur fusarium oxysphorum bisa melalui
aliran air, manusia dan melalui bagian tanaman terinfeksi. Pada tanaman
pisang penyakit ini perlu diwaspadai karena dalam waktu singkat dapat
menghabiskan seluruh tanaman pisang yang ada pada satu areal lahan.
Penyakit layu fusarium atau sering disebut penyakit panama pada
tanaman pisang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f. Sp cubense (FOC).
Penyakit ini merupakan penyakit paling berbahaya yang menyerang tanaman
pisang. Penyakit ini dapat menyebabkan kerugian lebih dari 35 %. Penyakit
ini menular melalui tanah, menyerang akar dan masuk kedalam bonggol
pisang.
Salah satu penyakit utama dan sangat berbahaya pada tanaman pisang
adalah penyakit layu Fusarium. Penyakit ini sangat berbahaya dan mematikan
bagi tanaman pisang dan dapat mengakibatkan turunnya kualitas dan kuantitas
Pengaruh Agensi Hayati..., Fandy Rizki Aditya, Fakultas Pertanian UMP, 2018
15
produksi. Bahkan penyakit ini dapat menyebabkan kegagalan panen secara
total. Nama lain dari layu Fusarium adalah penyakit Panama yang disebabkan
oleh cendawan Fusarium oxysphorum. Penyakit ini sukar dikendalikan,
mudah berpindah dan mampu bertahan di dalam tanah dalam jangka waktu
yang cukup lama.
C. Agensi Hayati Pengendali Penyakit Layu Fusarium
C.1. Trichoderma Sp.
a. Biologi Agensi Antagonis Trichoderma Sp.
Menurut Streets (1980) dalam Tindaon (2008), Trichoderma spp.
Kingdom : Plantae
Divisi : Amastigomycota
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Trichoderma
Spesies : Trichoderma spp.
b. Jenis – Jenis Trichoderma sp.
Cendawan marga Trichoderma terdapat lima jenis yang
mempuyai kemampuan untuk mengendalikan beberapa patogen yaitu
Trichorderma harzianum, Trichorderma koningii, Trichorderma viride,
Trichoderma hamatum dan Trichoderma polysporum. Jenis yang
banyak dikembangkan di Indonesia antara lain Trichorderma
Pengaruh Agensi Hayati..., Fandy Rizki Aditya, Fakultas Pertanian UMP, 2018
16
harzianum, Trichorderma koningii, Trichoderma viride (Anonim,
2010).
Trichoderma spp. memiliki konidiofor bercabang – cabang
teratur, tidak membentuk berkas, konidium jorong, bersel satu, dalam
kelompok -kelompok kecil terminal, kelompok konidium berwarna
hijau biru (Semangun,1996). Trichoderma spp. juga berbentuk oval,
dan memiliki sterigma atau phialid tunggal dan berkelompok (Barnet,
1960 dalam Nurhaedah,2002).
Trichoderma spp. merupakan salah satu jamur antagonis yang
telah banyak diuji coba untul mengendalikan penyakit tanaman
(Lilik,dkk., 2010). Sifat antagonis Cendawan Trichoderma spp. telah
diteliti sejak lama. Inokulasi Trichoderma spp. ke dalam tanah dapat
menekan serangan penyakit layu yang menyerang di persemaian, hal ini
disebabkan oleh adanya pengaruh toksin yang dihasilkan cendawan ini
(Khairul, 2000). Selain itu Trichoderma spp.. mempunyai kemampuan
berkompetisi dengan patogen tanah terutama dalam mendapatkan
Nitrogen dan Karbon. (Cook dan Baker, 1983 dalam Djatmiko dan
Rohadi, 1997).
Cendawan Trichoderm sp. merupakan mikroorganisme tanah
bersifat saprofit yang secara alami menyerang cendawan patogen dan
bersifat menguntungkan bagi tanaman. Cendawan Trichoderma sp.
merupakan salah satu jenis cendawan yang banyak dijumpai hampir
pada semua jenis tanah dan pada berbagai habitat yang merupakan
Pengaruh Agensi Hayati..., Fandy Rizki Aditya, Fakultas Pertanian UMP, 2018
17
salah satu jenis cendawan yang dapat dimanfaatkan sebagai agens
hayati pengendali patogen tanah. Cendawan ini dapat berkembang biak
dengan cepat pada daerah perakaran tanaman.
Spesies Trichoderma sp. disamping sebagai organisme pengurai,
dapat pula berfungsi sebagai agensi hayati. Trichoderma sp. dalam
peranannya sebagai agensi hayati bekerja berdasarkan mekanisme
antagonis yang dimilikinya (Wahyuno et al., 2009). Purwantisari
(2009), mengatakan bahwa Trichoderma sp. merupakan cendawan
parasit yang dapat menyerang dan mengambil nutrisi dari cendawan
lain. Kemampuan dari Trichoderma sp. ini yaitu mampu memarasit
cendawan patogen tanaman dan bersifat antagonis, karena memiliki
kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan
cendawan lain.
c. Manfaat Dan Keunggulan Trichoderma sp.
Trichoderma sp. merupakan jamur antagonis yang sangat penting
untuk pengendalian hayati. Mekanisme pengendalian Trichoderma sp.
yang bersifat spesifik target, membentuk koloni dengan cepat dan
melindungi akar dari serangan jamur patogen, mempercepat
pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil produksi tanaman,
menjadi keunggulan lain sebagai agen pengendali hayati. Aplikasi
dapat dilakukan melalui tanah secara langsung, melalui perlakuan benih
maupun melalui kompos. Selain itu Trichoderma sp. sebagai jasad
antagonis mudah dibiakkan secara massal, mudah disimpan dalam
Pengaruh Agensi Hayati..., Fandy Rizki Aditya, Fakultas Pertanian UMP, 2018
18
waktu lama dan dapat diaplikasikan sebagai seed furrow dalam bentuk
tepung atau granular/butiran (Purwantisari dan Rini, 2009).
Beberapa keuntungan dan keunggulan Trichoderma sp. yang lain
adalah mudah dimonitor dan dapat berkembang biak, sehingga
keberadaannya di lingkungan dapat bertahan lama serta aman bagi
lingkungan, hewan dan manusia lantaran tidak menimbulkan residu
kimia berbahaya yang persisten di dalam tanah.
Salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai
pupuk biologis tanah adalah jamur Trichoderma sp. Spesies
Trichoderma sp. disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula
berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman.
Beberapa spesies Trichoderma Sp. telah dilaporkan sebagai agensia
hayati seperti T. harzianum, T. viridae, dan T. Konigii yang
berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian. Biakan jamur
Trichoderma Sp. diberikan ke areal pertanaman dan berlaku sebagai
biodekomposer, mendekomposisi limbah organik menjadi kompos yang
bermutu. Serta dapat berlaku sebagai biofungisida, yang berperan
mengendalikan organisme patogen penyebab penyakit tanaman.
Trichoderma Sp. dapat menghambat pertumbuhan beberapa jamur
penyebab penyakit pada tanaman antara lain Rigidiporus lignosus,
Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani, Sclerotium rolfsii dan Pythium
spp. Disamping kemampuan sebagai pengendali hayati, Trichoderma
Sp. memberikan pengaruh positif terhadap perakaran tanaman,
Pengaruh Agensi Hayati..., Fandy Rizki Aditya, Fakultas Pertanian UMP, 2018
19
pertumbuhan tanaman, dan hasil produksi tanaman. Sifat ini
menandakan Trichoderma Sp. juga berperan sebagai Plant Growth
Enhancer (Herlina dan Dewi, 2010).
Penelitian sebelumnya tentang Trichoderma sp. yang dilakukan
oleh Shofiyani (2014) menunjukan bahwa perlakuan jenis dan dosis
agensia hayati Trichoderma terbukti berpengaruh terhadap penekanan
perkembangan patogen fusarium penyebab penyakit layu pada tanaman
bawang merah selama penelitian. Dalam penelitian tersebut perlakuan
agensi hayati Trichoderma dengan berbagai dosis berpengaruh nyata
terhadap parametar jumlah daun dan jumlah umbi, namun tidak
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan bobot umbi. Perlakuan
Trichoderma viridae pada kisaran dosis 40 g/ lubang tanam
memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman bawang
merah selama penelitian.
Hasil penelitian Tarigan (2013) mengatakan bahwa hasil
penelitian menunjukkan penyebaran T. harzianum dicampur dalam 42 g
benih jagung kukus / kg tanah merupakan dosis terbaik untuk
menurunkan Fusarium oxysporum f. Spondoksi pada bibit asam
markisa dengan masa inkubasi, persentase profil tanaman layu dan
profil infeksi panjang, yaitu 50 hari setelah inokulasi (dai), 3,3 Masing
3% dan 7,1 cm. T. harzianum meningkatkan intensitas penyakit hingga
88,5% pada bibit asam markisa. Propagulasi T. harzianum yang
dicampur dalam 42 g jagung / kg tanah adalah dosis terbaik untuk
Pengaruh Agensi Hayati..., Fandy Rizki Aditya, Fakultas Pertanian UMP, 2018
20
mempengaruhi tinggi tanaman dan jumlah daun, 34,26 cm dan 6,71
lembar. Kotoran ternak merupakan pupuk kandang terbaik untuk
menurunkan Fusarium oxysporum f. sp pada bibit buah markisa yang
ditunjukkan dari masa inkubasi, persentase tanaman layu dan profil
infeksi panjang masing-masing 38,13 dai, 29,33% 89,25% dan 10,09
cm. Kotoran ayam berkontribusi terhadap tinggi tanaman, sedangkan
pupuk kandang memberikan kontribusi terhadap jumlah daun masing-
masing masing-masing 33,15 cm dan 5,75 lembar.
C.2. Gliocladium sp.
a. Pengertian Gliocladium sp.
Gliocladium sp. adalah agen hayati yang telah diketahui mampu
mengendalikan berbagai macam penyakit tular tanah, seperti penyakit
layu fusarium pada berbagai jenis tanaman seperti pada pisang, gladiol,
dan krisan (Djatnika et al., 2003).
Gliocladium sp. juga dapat menekan pertumbuhan patogen
penyebab rebah semai masing-masing secara berurutan sebesar 32%
dan 20%.Adanya mikroba antagonis pada media tanam yang berfungsi
sebagai kompetitor bagi mikroba penyebab penyakit, akan dapat
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit dan
mengurangi intensitas serangan cendawan penyakit tular tanah .
b. Biologi Agensi Antagonis Gliocladium sp.
Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), Gliocladium sp.
diklasifikasikan sebagai berikut:
Pengaruh Agensi Hayati..., Fandy Rizki Aditya, Fakultas Pertanian UMP, 2018
21
Kingdom : Mycetaceae
Divisi : Amastigomycota
Sub Divisi : Deuteromycotina
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Hypocreales
Famili : Hypocreaceae
Genus : Gliocladium Sp.
Spesies : Gliocladium Sp.
c. Manfaat Gliocladium sp.
Gliocladium sp. adalah agen hayati yang telah diketahui mampu
mengendalikan berbagai macam penyakit tular tanah, seperti penyakit
layu fusarium pada berbagai jenis tanaman seperti pada pisang, gladiol,
dan krisan (Djatnika et al., 2003).
Gliocladium sp. juga dapat menekan pertumbuhan patogen
penyebab rebah semai masing-masing secara berurutan sebesar 32%
dan 20%. Adanya mikroba antagonis pada media tanam yang berfungsi
sebagai kompetitor bagi mikroba penyebab penyakit, akan dapat
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit dan
mengurangi intensitas serangan cendawan penyakit tular tanah.
Gliocladium sp. telah dikenal luas sebagai jamur pengendali hayati
beberapa penyakit tular tanah dan mampu menghasilkan hormon
tumbuh sehingga dapat memacu pertumbuhan tanaman. cendawan
Pengaruh Agensi Hayati..., Fandy Rizki Aditya, Fakultas Pertanian UMP, 2018
22
tersebut menghasilkan senyawa gliovirin dan viridin yang mampu
menekan pertumbuhan patogen (Rahardjo dan Djatnika, 2001).
Penelitian sebelumnya tentang Gliocladium sp. yang dilakukan
oleh Soenartiningsih (2011) menunjukan bahwa tiga jenis Trichoderma
mempunyai daya hambat > 50% yaitu isolat TT1 dari tumpang dan
isolat TM dari maros, sedangkan Gliocladium mempunyai daya hambat
> 50% adalah isolat GM yang berasal darimaros dengan daya hambat
50,75%. Trichoderma dapat menurunkan intensitas penularan penyakit
busuk pelepah R. solani yang diiokulasi R. solani bersamaan tanam
yaitu 29,11-37,17%, sedangkan yang diinokulasi R. solani pada 2 MST
dapat menurunkan imtensitas serangan 42,35-46,62 % dan yang
diinokulasi R. solani 4 MST penurunan intensitas penularan 63,31-69,7
%. Cendawan antagonis Gliocladium sp dapat menekan penyakit busuk
pelepah 23,34-54,29 %. (Soenartiningsih, 2011).
C.3. Pseudomonas Fluorescens
Salah satu group mikroorganisme yang punya potensi untuk
dikembangkan sebagai agen hayati adalah Pseudomonas fluorescens.
Bakteri ini juga berperan sebagai pemacu pertumbuhan (Plant growth
Promoting Rhizobakteria = PGPR), karena menghasilkan zat pengatur
tumbuh (ZPT) dan dapat pula meningkatkan ketersediaan hara melalui
produksi asam organic (Linderman and Paulizt, 1985).
Berdasarkan uraian di atas maka dengan menggunakan isolat bakteri
Pseudomonas fluorescens yang lebih murah kita dapat memanfaatkan
Pengaruh Agensi Hayati..., Fandy Rizki Aditya, Fakultas Pertanian UMP, 2018
23
residu fosfast yang tersedia dalam tanah, menggurangi terjadinya
pencemaran lingkungan dan menurunkan biaya produksi karena efisien
dalam penggunaan pupuk sekaligus meningkatkan pendapatan petani
sayuran.
Penelitian sebelumnya tentang Pseudomonas fluorescens yang
dilakukan oleh Loekas (2010) menunjukan bahwa aplikasi Pseudomonas
fluorescens P60, baik dalam bentuk supernatan maupun suspensi, mampu
meningkatkan senyawa fenol (tanin, saponin, dan glikosida) di dalam
jaringan tanaman, menurunkan intensitas penyakit layu Fusarium,
menekan laju infeksi, menurunkan kepadatan akhir pathogen,
meningkatkan kepadatan antagonis akhir, meningkatkan tinggi tanaman,
meningkatkan bobot kering akar, dan meningkatkan bobot buah/tanaman
masing-masing sebesar 66,00-77,88%, 73,18-79,09%, 35,71%, 10 kali
lipat, 26,50%, 55,69%, dan 59,79%.
Pengaruh Agensi Hayati..., Fandy Rizki Aditya, Fakultas Pertanian UMP, 2018