Download - 186682533 Ppt Referat Anestesi Dedeh
Indikasi Transfusi Darah
Perdarahan akut sampai Hb < 8 gr% atau Ht <30%Pada orang tua, kelainan paru, kelainan jantung Hb <10% g/dl.Perdarahan akut sampai Hb < 8 gr% atau Ht <30%Pada orang tua, kelainan paru, kelainan jantung Hb <10% g/dl.
Bedah mayor kehilangan darah >20% volume darah.Bedah mayor kehilangan darah >20% volume darah.
Pada bayi anak yang kehilangan darah >15%, dengan kadar Hb yang normal. jika kehilangan darah hanya 10-15% dengan kadar Hb normal cukup dengan diberi cairan kristaloid atau koloid
Pada bayi anak yang kehilangan darah >15%, dengan kadar Hb yang normal. jika kehilangan darah hanya 10-15% dengan kadar Hb normal cukup dengan diberi cairan kristaloid atau koloid
Pada orang dewasa yang kehilangan darah sebanyak 20%, dengan kadar Hb normalPada orang dewasa yang kehilangan darah sebanyak 20%, dengan kadar Hb normal
Transfusi darah umumnya >50% diberikan pada saat perioperatif dengan tujuan untuk menaikkan kapasitas pengangkutan oksigen
dan volume intravaskular. Kalau hanya menaikkan volume intravaskular saja cukup
dengan koloid atau kristaloid
Indikasi Transfusi Darah
Average Blood Volume
Usia Volume Darah
Premature neonatus 95 ml/kg
Fullterm 85 ml/kg
Infants 80 ml/kg
Adult Men 75 ml/kg
Adult Women 65 ml/kg
Estimated Blood Volume (EBV)
EBV= BB (kg) x average blood voluem
Estimated Blood Volume (EBV)
EBV= BB (kg) x average blood voluem
Kebutuhan transfusi dapat ditetapkan pada saat prabedah berdasarkan nilai hematokrit dan EBV.
Allowable Blood Loss (ABL)
EBV x (Hi – Hf) Hi
Hi= initial HctHf= final lowest acceptable Hct
Allowable Blood Loss (ABL)
EBV x (Hi – Hf) Hi
Hi= initial HctHf= final lowest acceptable Hct
Normal Hct ValueMen = 42-52%Women = 37-47%
Normal Hct ValueMen = 42-52%Women = 37-47%
Komplikasi Transfusi Darah
Reaksi Hemolisis
Reaksi Febris
Reaksi Urtikaria
Reaksi Anafilaksis
Edema Pulmoner Nonkardiogenik
Purpura Posttransfusi
Imunosupresi
Reaksi hemolisis akut
Reaksi hemolisis lambat
Reaksi imun nonhemolisis
Graft versus Host Disease
Reaksi Hemolisis
• Reaksi Hemolisis umumnya melibatkan destruksi spesifik dari sel darah merah yang ditransfusikan oleh antibodi resipien. Lebih sedikit biasanya, hemolisis sel darah merah resipien terjadi sebagai hasil transfusi antibodi sel darah merah.
• Trombosit konsentrat yang inkompatible, FFP, clotting factor, atau cryoprecipitate berisi sejumlah kecil plasma dengan anti-A atau anti-B (atau kedua-duanya) alloantibodi.
• Transfusi dalam jumlah besar dapat menyebabkan hemolisis intravaskular.
• Reaksi Hemolisis biasanya digolongkan akut ( intravascular) atau delayed (extravascular)
Reaksi Hemolisis
Reaksi hemolisis akut• Hemolisis Intravascular akut umumnya berhubungan Inkompatibilitas
ABO dan frekwensi yang dilaporkan kira-kira 1:38,000 transfusi. • Penyebab yang paling umum misidentifikasi suatu pasien, spesimen
darah, atau unit transfusi. Reaksi ini adalah yang terberat.• Pada pasien yang sadar, gejala rasa dingin, demam, nausea, dan sakit
dada.• Pada pasien yang dianestesi, manifestasi dari suatu reaksi hemolytic akut
suhu meningkat, tachycardia tak dapat dijelaskan, hypotensi, hemoglobinuria, dan oozing yang difus dari lapangan operasi.
Reaksi Hemolisis
• Disseminated Intravascular Coagulation, shock, dan penurunan fungsi ginjal dapat berkembang dengan cepat. Beratnya suatu reaksi seringkali tergantung pada berapa banyak darah yang inkompatibel yang sudah diberikan.
• Gejala yang berat dapat terjadi setelah transfusi 10 – 15 ml darah yang ABO inkompatibel.
Reaksi Hemolisis
Manajemen reaksi hemolisis dapat simpulkan sebagai berikut;• Jika dicurigai suatu reaksi hemolisis, transfusi harus dihentikan dengan
segera. • Darah harus di cek ulang dengan slip darah dan identitas pasien.• Kateter urin dipasang , dan urin harus dicek adanya hemoglobin.• Osmotic diuresis harus diaktifkan dengan mannitol dan cairan kedalam
pembuluh darah.• Jika ada perdarahan akut, indikasi pemberian platelets dan FFP
Reaksi Hemolisis
Reaksi hemolisis lambat
Reaksi Hemolisis
Reaksi imun nonhemolisis• Reaksi imun nonhemolisis adalah dalam kaitan dengan sensitisasi dari
resipien ke donor lekosit, platelet, atau protein plasma
Reaksi Anafilaksis
• Reaksi Anafilaksis jarang terjadi (± 1 dari 150,000 transfusi). Reaksi ini berat dan terjadi setelah hanya beberapa mililiter darah ditranfusi, secara khas pada IgA pasien dengan defisiensi anti-IgA yang menerima tranfusi darah yang berisi IgA.
• Prevalensi defisiensi IgA diperkirakan 1:600-800 pada populasi yang umum. Reaksi ini diatasi dengan pemberian epinefrin, cairan, kortikosteroid, H1, dan H2 bloker. Pasien dengan defisiensi IgA perlu menerima Washed Packed Red Cells, deglycerolized frozen red cells).
Reaksi Anafilaksis
• Tandanya hipotensi, bronkospasme, periorbital dan laryngeal edema, mual & muntah, erythema, urtikaria, konjunctivitis, dyspnoea, nyeri dada, dan nyeri abdomen.
• Manajemen: hentikan transfusi sampai gejala menghilang selama 30 menit. Untuk menghilangkan gejala berikan antihistamin, misalnya chlorpheniramine 10 mg. Berikan chlorpheniramine sebelum transfusi berikutnya dilakukan
Edema Pulmoner Nonkardiogenik
• Sindrom acute lung injury (Transfusion-Related Acute Lung Injury [TRALI]) : komplikasi yang jarang terjadi(<1:10,000). Ini berkaitan dengan transfusi antileukositik atau anti-HLA antibodi yang saling berhubungan dan menyebabkan sel darah putih pasien teragregasi di sirkulasi pulmoner.
• Tranfusi sel darah putih dapat berinteraksi dengan leukoaglutinin. Perawatan Awal TRALI adalah sama dengan Acute Respiratory distress syndrome (ARDS), tetapi dapat sembuh dalam 12-48 jam dengan terapi suportif.
• Manajemen: atasi distres pernapasan dengan ventilator, dan berikan steroid.
Imunosupresi
• Transfusi leukosit merupakan produk darah dapat sebagai immunosuppressi. Ini adalah terlihat jelas pada penerima cangkok ginjal, di mana transfusi darah preoperatif nampak untuk meningkatkan survival dari graft
• Dari kejadian yang ada menyatakan bahwa tranfusi leukosit allogenik dapat mengaktifkan virus laten pada resipien.
• Pada akhirnya, transfusi darah dapat meningkatkan timbulnya infeksi yang serius setelah pembedahan atau trauma