ANALISIS FAUNA TANAH DENGAN METODE DEKANTASI KERING
DAN DEKANTASI BASAH DI HUTAN PANTAI TRIANGGULASI
KAWASAN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI
LAPORAN KKL
Untuk memenuhi tugas Matakuliah Ekologi
yang dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si dan Dr. Hadi Suwono, M.Si.
Oleh:
Kelompok 14/ Offering A
Charinda Bella Ramadhiana (130341603396)
Lilik Anggraini (130341603396)
Muasshomah Wardatun Ni’am (130341603372)
Nabilla Gezy Amaringga (130341604792)
Ricky Angga Pratama (130341603384)
Rosita Ariyanti (130341603364)
Santy Faiqotul Himmah (1303416033 )
Shafura Nida Ul Jannah (130341614821)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April 2015
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan KKL
analisis fauna tanah dengan metode dekantasi kering dan dekantasi basah di hutan
pantai trianggulasi kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. Tujuan
dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Matakuliah Ekologi.
Penyelesaian Laporan KKL analisis fauna tanah dengan metode dekantasi
kering dan dekantasi basah di hutan pantai trianggulasi kawasan Taman Nasional
Alas Purwo Banyuwangi ini tentunya tidak lepas dari peran pihak-pihak yang
telah memberikan saran, petunjuk dan bimbingan. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si dan Dr. Hadi Suwono, M.Si selaku dosen
pengampu Matakuliah Ekologi;
2. kakak-kakak Asisten Dosen Matakuliah Ekologi;
3. pihak Departeman Kehutanan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi;
4. teman-teman Jurusan Biologi 2013 dan semua yang telah membantu
sehingga tugas ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa Laporan KKL analisis fauna tanah dengan
metode dekantasi kering dan dekantasi basah di hutan pantai trianggulasi kawasan
Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi ini masih sangat jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari semua
pihak.
Malang, 12 April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
......................................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................
C. Tujuan.............................................................................................
D. Batasan Masalah.............................................................................
E. Batasan Masalah.............................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA.......................................................................
A. Pengertian Fauna Tanah..................................................................
B. Keanekaragaman Fauna Tanah.......................................................
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan dan Distribusi
Fauna Tanah
.........................................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................
A. Waktu dan Tempat.........................................................................
B. Populasi dan Sampel......................................................................
C. Alat dan Bahan...............................................................................
D. Prosedur Kerja................................................................................
E. Teknik tabulasi data.......................................................................
F. Teknik analisis data........................................................................
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA...................................................
A. Data.................................................................................................
B. Analisis Data...................................................................................
BAB V PEMBAHASAN.............................................................................
BAB VI PENUTUP.....................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran...............................................................................................
DAFTAR RUJUKAN..................................................................................
LAMPIRAN................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taman Nasional Alas Purwo terletak di ujung timur pulau Jawa. Tepatnya
di kecamatan Tegal delimo Kabupaten Daerah Tingkat II Banyuwangi. Alas
Purwo merupakan suaka marga satwa sekaligus Taman Nasional dengan luas
430.420 Ha.
Taman Nasional Alas Purwo merupakan suatu ekosistem hutan tropis
dataran rendah yang di dalamnya terdapat vegetasi hutan pantai, hutan mangrove,
hutan tropis dataran rendah (hutan heterogen), dan sebagian hutan tanaman,
padang rumput, dan hutan bambu. Adapun cuplikan yang akan diambil untuk
penelitian berada pada area hutan heterogen Alas Purwo yang kmungkinan di
dalam tanahnya didiami oleh berbagai fauna tanah. Kawasan Taman Nasional
Alas Purwo didominasi oleh hutan tropik dataran rendah.
Pada ekosistem daratan, organisme tanah merupakan pengurai yang
berfungsi untuk mengubah bahan organik menjadi senyawa lain yang bermanfaat
bagi kesuburan tanah. Hewan tanah biasa ditemukan di tempat teduh, tanah yang
lembab, sampah padang rumput, di bawah kayu lapuk, dan tempat lembab yang
lainnya.
Kehidupan hewan tanah sangat tergantung pada habitatnya, karena
keberadaan populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah sangat ditentukan
keadaan daerah itu yang melipui lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Faktor
lingkungan abiotik secara garis besarnya dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor
kimia. Faktor fisika antara lain ialah suhu, kadar air, porositas, dan tekstur tanah.
Faktor kimia antara lain adalah salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsur-
unsur mineral tanah.
Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan–
hewan yang terdapat pada suatu habitat. Faktor lingkungan biotik bagi hewan
tanah adalah organisme lain yang juga terdapat di habitatnya seperti mikroflora,
tumbuh – tumbuhan, dan golongan hewan lainnya.
Berdasarkan uraian diatas, yaitu kondisi lingkungan dan tanah yang bermacam-
macam di daerah Taman Nasional Alas Purwo, dimungkinkan mempunyai
keanakaragaman jenis fauna tanah yang berbeda mulai dari tanah dekat pantai
hingga yang terjauh dengan pantai. Berkaitan dengan hal tersebut maka diadakan
observasi hewan infauna tanah dengan judul “Analisis Fauna Tanah dengan
Metode Dekantasi Kering Dan Dekantasi Basah Di Hutan Pantai Trianggulasi
Kawasan Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, terdapat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keanekaragaman, kekayaan serta kemerataan infauna tanah di
Taman Nasional Alas Purwo?
2. Bagaimana perbedaan kondisi keanekaragaman, kekayaan serta kemerataan
infauna tanah dari daerah yang paling dekat pantai hingga yang paling jauh dari
pantai di Taman Nasional Alas Purwo?
3. Bagaimana pengaruh faktor abiotik terhadap keberadaan serta jumlah jenis
infauna tanah di Taman Nasional Alas Purwo?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada terdapat
beberapa tujuan yang harus dicapai dari penelitian yaitu:
1. Mengetahui kanekaragaman, kekayaan serta kemerataan infauna tanah di
Taman Nasional Alas Purwo.
2. Mengetahui perbedaan kondisi keanekaragaman, kekayaan dan kemerataan
infauna tanah dari daerah yang paling dekat pantai hingga yang paling jauh dari
pantai di Taman Nasional Alas Purwo.
3. Mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap keberadaan serta jumlah jenis
infauna tanah di Taman Nasional Alas Purwo.
D. Batasan Masalah Penelitian
Batasan masalah pada penelitian ini mencakup semua infauna tanah yang
berada pada tanah sampel yang diambil dari hutan pantai Trianggulasi, kawasan
Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi.
E. Definisi Operasional
KKL adalah salah satu kegiatan yang masuk kedalam kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan langsung dilapangan. KKL ini bertujuan untuk
memantapkan ilmu yang didapat pada saat pembelajaran di kelas. Salah satu
kegiatan yang dilakukan saat KKL matakuliah ekologi adalah melekuakn
peneliian tentang infauna tanah. Penelitian infauna tanah ini dilakukan dengan 2
metode yaitu metode dekantasi kering atau disebut juga barless tulgreen dan
dekantasi basah. Metode barles tulgreen dilakukan dengan menggunakan corong
dan kassa kawat sedangkan dekantasi basah dilakukan dengan menggunakan
saringan bertingkat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Taman Nasional Alas Purwo yang merupakan salah satu perwakilan
ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa, secara umum memiliki
kondisi topografi yang bergelombang, berbukit dan bergunung-gunung dengan
variasi mulai dari dataran pantai sampai dengan ketinggian ± 322 meter di atas
permukaan air laut (Gunung Linggamanis). Sedangkan iklimnya termasuk tipe B
dengan curah hujan antara 1000-1500 mm/tahun, temperatur udara 22° - 31° C
dan kelembaban udara 40-85%.
Gambar 1.1 Peta Wilayah Taman Nasional Alas Purwo,Banyuwangi
A. Pengertian Fauna Tanah
Fauna tanah adalah hewan yang menempati tanah sebagai habitatnya.
Menurut Adianto (1980) dalam Fatawi (2002) kehadiran fauna tanah pada
habitatnya tidak sama, ada yang secara temporer dan ada pula yang menetap.
Menurut Adianto (1980) dalam Fatawi (2002) fauna tanah secara umum
dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuh, ketergantungan terhadap air,
kehadirannya di tanah dan menurut tempat hidupnya.
Berdasarkan ukurannya, Van Der Driff (1951) dalam Fatawi (2002)
membagi fauna tanah menjadi empat kategori sebagai berikut:
Mikrofauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 20-200 mikron
Mesofauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 200 mikron-2 mm
Makrofauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 2-20 mm
Megafauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 20-200 mm
Berdasarkan kehadirannya, fauna tanah dibagi menjadi:
Fauna tanah yang temporer, yaitu golongan hewan tanah yang memasuki tanah
dengan tujuan bertelur, setelah menetas dan berkembang menjadi dewasa,
hewan akan keluar dari tanah.
Misalnya: Diptera.
Fauna tanah yang transien, yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya
berlangsung di atas tanah.
Misalnya: kumbang dari famili Conccinelidae.
Fauna tanah yang periodik, yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya ada di
dalam tanah, hanya sesekali hewan dewasa keluar dari dalam tanah untuk
mencari makanan dan setelah itu masuk kembali ke dalam tanah.
Misalnya: ordo Forficula, Chelisolches, Collembola, dan Acarina.
Fauna tanah yang permanen, yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya ada di
dalam tanah, dan tidak pernah keluar dari dalam tanah.
Misalnya: Nematoda tanah, Protozoa, dan Rotifera.
Menurut Adianto (1980) dalam Fatawi (2002) berdasarkan sifat
ketergantungan terhadap air, fauna tanah terbagi menjadi:
Hidrobiontes, yaitu fauna tanah yang membutuhkan air relatif banyak untuk
aktifitas hidupnya.
Misalnya: Cilliata dan Flagelata.
Higrofil, yaitu fauna tanah yang tidak menyukai air terlalu banyak untuk
syarat hidup optimalnya.
Misalnya: Collembola.
Xerofil, yaitu fauna tanah yang lebih menyukai habitat kering.
Misalnya: jenis laba-laba.
Pengelompokan fauna tanah menurut tempat hidupnya dalam Ross (1965),
dibagi menjadi:
Treefauna, yaitu hewan yang hidup di pohon.
Epifauna, yaitu hewan yang hidup di permukaan tanah.
Infauna, yaitu hewan yang hidup di dalam tanah.
Salah satu organisme yang berperan sangat besar dalam perbaikan
kesuburan tanah adalah fauna tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan
mampu berjalan dengan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna
tanah. Makrofauna tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi bahan
organik tanah dalam penyediaan unsur hara. Makrofauna akan merombak
substansi nabati yang mati, kemudian bahan tersebut akan dikeluarkan dalam
bentuk kotoran.
Secara umum, keberadaan aneka macam fauna tanah pada tanah yang
tidak terganggu-seperti padang rumput- karena siklus hara berlangsung secara
kontinyu. (Arief, 2001). Fauna tanah memainkan peranan yang sangat penting
dalam perombakan zat atau bahan-bahan organik dengan cara :
1. Menghancurkan jaringan secara fisik dan meningkatkan ketersediaan daerah
bagi aktifitas bakteri dan jamur,
2. Melakukan perombakan bahan pilihan seperti gula, sellulosa dan sejenislignin,
3. Merubah sisa-sisa tumbuhan menjadi humus,
4. Menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah bagian atas.
5. Membentuk bahan organik dan bahan mineral tanah (Barnes, 1997).
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan fauna tanah adalah:
1. Struktur tanah berpengaruh pada gerakan dan penetrasi fauna tanah;
2. Kelembaban tanah dan kandungan hara berpengaruh terhadap perkembangan
dalam daur hidup;
3. Suhu tanah mempengaruhi peletakan telur;
4. Cahaya dan tata udara mempengaruhi kegiatannya.
Menurut Rahmawati (2006) untuk mendapatkan infauna tanah, dapat
digunakan metode barlese tullgren funnel dan dekantasi basah. Cara kerja Barlese
Tullgren Funnel adalah tanah sampel yang diambil ditaruh diatas saringan atau
kasa nyamuk yang telah ada didalam corong. Kemudian set barles berisi tanah
ditempatkan dibawah sinar matahari dimulai saat matahari hampir terbit.
Prinsipnya hewan tanah tersebut akan jatuh kedalam wadah penampung karenan
hewan tersebut bersifat fototaksis negatif. Sedangkan pada dekantasi
menggunakan sarana saringan bertingkat atau saringan pipa yang akhirnya
diharapkan infauna tanah akan mengendap dibagian bawah.
B. Keanekaragaman Fauna Tanah
Keanekaragam jenis adalah suatu keragaman atau perbedaan di antara
anggota-anggota suatu kelompok spesies. Suatu komunitas mempunyai
keragaman jenis tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies (jenis)
dengan kelimpahan spesies yang sama atau hampir sama. Sebaliknya jika
komunitas itu disusun oleh sangat sedikit spesies yang dominan maka
keanekaragaman jenisnya rendah (Soegianto, 1994 dalam Junaidah, 2001).
Ada dua faktor penting yang mempengaruhi keanekaragaman hewan
tanah, yaitu kekayaan jenis (Indeks Richness) dan kemerataan spesies (Indeks
Evennes). Pada komunitas yang stabil Indeks Richness dan Indeks Evennes tinggi.
Sedangkan pada komunitas yang terganggu karena adanya campur tangan
manusia kemungkinan Indeks Richness dan Indeks Evennes randah.
Menurut Junaidah (2001) komponen utama dari keanekaragaman adalah
kesama-rataan atau equitibilitas dalam pembagian individu yang merata di antara
jenis, fungsi Shanon atau indeks H, menggabungkan komponen keanekaragaman
(variety) dan komponen kemerataan (evennes) sebagai indeks keanekaragaman
keseluruhan.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenekaragaman dan Distribusi Fauna
Tanah
Faktor lingkungan berperan sangat penting dalam menyusun berbagai
pola penyebaran fauna tanah. Faktor biotik dan abiotik bekerja secara bersama-
sama dalam suatu ekosistem, menentukan kehadiran, kelimpahan, dan penampilan
organisme.
Menurut Andayani (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi
keanekaragaman fauna tanah antara lain:
1. Faktor biotik
a) Pertumbuhan populasi
b) Interaksi antar spesies, berupa:
1. kompetisi
2. predator
2. Faktor abiotik
a) Kelembaban tanah
b) Suhu tanah
c) pH tanah
Bahan:- Alkohol 70%- Botol plakon- Plastik- Formalin- Kertas label
Alat: - Corong- Kassa kawat- Botol aqua- Alat tulis- Mikroskop - Animal chamber- Lembar data- Pipit tetes- Cetok- Gelas air mineral
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah secara deskiriptif (digunakan
untuk menggambarkan kondisi lingkungan di Taman Nasional Alas Purwo) dan
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
A. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 19-22 Maret 2015. Pengambilan
sampel tanah untuk metode Barleese Tulgreen dan dekantasi basah dilaksanakan
bersamaan dengan kegiatan praktikum analisis vegetasi pada tanggal 20 Maret
2015 dengan masing-masing 3 ulangan. Pemasangan alat Barleese Tulgreen
dilakukan pagi hari di kawasan pantai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo
tanggal 21 Maret 2015 dan pengambilan hasil Barleese Tulgreen dilaksanakan
pada sore hari. Penelitian dekantasi basah dengan menggunakan seringan
bertingkat dilakukan pada tanggal 24 maret 2015 di gedung Biologi. Identifikasi
hewan yang ditemukan dilakukan selama 4 kali pertemuan di ruang 109 gedung
Biologi.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dari penilitian ini adalah seluruh infauna tanah di hutan pantai
Trianggulasi, kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. Sedangkan
sampel dari penelitian ini adalah seluruh hewan tanah yang terdapat di tanah
sampel pada 20 stasiun di hutan pantai Trianggulasi, kawasan Taman Nasional
Alas Purwo, Banyuwangi.
C. Alat dan Bahan
1. Barless tullgreen
Alat: - Saringan bertingkat- Nampan - Kuas- Pipet tetes- Mikroskop- Animal chamber - Alat tulis- Lembar data- Cetok- Gelas air mineral
Bahan:- Air - Botol plakon- Formalin- Kertas label
2. Dekantai basah
D. Prosedur Kerja
1. Barless tullgreen
Menyiapkan set Barleese Tulgreen, siap dengan botol mineral yang telah
berisi alkohol 70%
mengambil 1 gelas air mineral sampel tanah yang telah diambil pada hari
sebelumnya dengan tebal maksimal ± 5 cm sebanyak 3 kali ulangan secara
acak pada satu plot saja untuk masing-masing kelompok.
Memasukkan sampel tanah dalam corong pada set Barleese Tulgreen
menjemur Barleese Tulgreen di tepi pantai selama ±1 hari
Mengambil alkohol berisi hewan tanah untuk kemudian dipindah ke dalam
plakon dan ditetesi formalin sebelum di identifikasi di gedung Biologi.
Data yang telah diperoleh dimasukkan ke dalam tabel sementara untuk
kemudian dilakukan kompilasi dengan semua plot.
2. Dekantasi basah
2.a Pengambilan sampel Tanah
Mengambil sampel tanah dari salah satu plot yang digunakan sewaktu
pembuatan pithfall trap. Kelompok kami mengambil sampel tanah di plot ke-9
dengan 3 ulangan.
Sampel tanah dimasukkan ke dalam plastik. Pengambilan tanah menggunakan
cethok dan tidak terlalu mendapat tekanan.
Sampel tanah disimpan dengan membuat bolongan pada plastik. Diusahakan
masih ada Oksigen yang masuk, sehingga dimungkinkan hewan-hewan yang
terdapat di dalam tanah tidak mati.
Sampel tanah dibawa ke gedung Biologi untuk melalui langkah identifikasi
2.b. Dekantasi dan identifikasi epifauna
Sampel tanah yang telah dibawa kemudian dimasukkan ke dalam nampan/bak
plastik dan diberi air.
Kotoran yang terlihat di permukaan air dibuang lalu tanah dan air diaduk
hingga dimungkinkan fauna di dalam tanah terdapat di permukaan air
Air tanah tersebut disaring menggunakan saringan dekantasi dan dimasukkan
ke dalam botol plakon sebagai sampel
Sampel air tanah tersebut diberi formalin 7% supaya hewan yang didapat awet
Identifikasi menggunakan pengamatan di bawah mikroskop cahaya langsung
Data yang telah diperoleh dimasukkan ke dalam tabel sementara untuk
kemudian dilakukan kompilasi dengan semua plot.
E. Teknik Tabulasi Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara mengidentifikasi spesies hewan
tanah yang ditemukan pada setiap plot. Kemudian data yang diperoleh
dikompilasikan dan dimasukkan ke dalam tabel berikut:
Tabel3.1 keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan jenis hewan tanah di hutan
pantai Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi
No taksa Plot
1 2 3 4 .....
.
17 18 19 20
1
2
Jumlah
Rata-rata
H’
E
R
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian dianalisis indeks keragaman, indeks
kemerataan, dan indeks kekayaan jenis pada masing-masing stasiun.
1) Indeks keanekaragaman Shanon – Wiener
H’ = - Pi ln Pi
Keterangan: Pi = n/N
H’ : Indeks keanekaragaman Shanon – Wiever
n : Jumlah masing-masing spesies
N : Jumlah total spesies dalam sampel
(Ludwig dan Reynolda, 1998 dalam Junaidah, 2001)
2) Setelah memperoleh indeks keanekaragaman Shanon–Wiener, selanjutnya
menghitung nilai indeks kemerataan (Evennes) dengan rumus:
E= H 'ln . S
Keterangan: E : Indeks kemerataan evennes
H’ : Indeks keanekaragaman Shanon – Wiever
S : Jumlah spesies (n1, n2, n3, …..)
(Ludwig dan Reynolda, 1998 dalam Junaidah, 2001)
3) Selanjutnya dihitung nilai kekayaan dengan menggunakan rumus indeks
Richness:
R= S−1ln .N
∑ ¿ ¿∑ ¿
Keterangan: R : Indeks Richness
S : Jumlah spesies (n1, n2, n3, …..)
N : Total individu dalam pengambilan sampel
(Ludwig dan Reynolda, 1998 dalam Junaidah, 2001)
BAB IV
DATA DAN ANALISIS DATA
A. Data
Tabel 4.1 data pengamatan Barless tulgreen.
Taksaplot
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20Componotus caryae 1Onthopagus sp 1Proisotominae 1Isotomiela sp 2Symphypleona sp 1Acarina sp 1Entomobrymorpha 2Sclorophendra opcura 1Phillophaga rugosa 1Pronura sp 1Isotomodes 1Siamanura 1ixodesricinus 5Protophonura absolon 1Thalassaphorura bagnal 3Prabhergiasalmon 5Crytopygus willem 1Onychiusrus gervais 4salina macgilivary 2Eurycotis floridana 1Hemisotoma sp 2Planococcuscitri 2
Tabel 4.2 data pengamatan Dekantasi Basah
Taksa
plot
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
colembola sp 2 1Fibricius (kutu kecil) 1Cacing 1Fibricius (kutu lemu) 1Ponera sp 1Allacma sp 1Folsomia candida 2 1 2 1 1Protophonura absolon 1Paranura akselson 1 1Dicranocetrus sp 1Isotomodes bahiensis 1 1Atrax sp 1kutu kayu gunung 1Acarina sp 1 2Isotomiella sp 1 4Protaphorura 8Hemistoma 5Chypoderu 1Prabhergia 3Cherontiella 2Willenia 1Deuterabella 4Paleonura 1Folsomides parvulus 1Ceratarimeria borner 1
B. Analisis Data
Berdasarkan hasil analisis data dari data yang telah didapatkan, didapatkan
hasil nilai H’, E dan R sebagai berikut:
Tabel 4.3 data indeks H’, E dan R barless tullgreen
Plot ke- H’ E R
1 0 0 0
2 1,05492 0,96023 1,24267
3 0 0 0
4 1,7911 0,9205 1,97075
5 0 0 0
6 1,08961 1 1,82048
7 1,0397208 0.94539433 1,442695
8 0 0 0
9 0 0 0
10 1,03972077 0.94539433 1,44269504
11 0 0 0
12 0 0 0
13 0 0 0
14 0 0 0
15 0 0 0
16 0 0 0
17 0 0 0
18 0 0 0
19 0 0 0
20 0.69334781 1 1,4426892
Apabila hasil analisis tersebut dinyatakan dalam bentuk rafik, maka akan
didapat grafik sebagai berikut:
Gambar 4.1 grafik nilai H’, E, R
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 200
0.5
1
1.5
2
2.5
0
1.05492
0
1.7911
0
1.089611.0397208
0 0
1.0397208
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.693347810000001
0
0.96023
0
0.9205
0
1 0.94539433
0 0
0.94539433
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1
0
1.24267
0
1.97075
0
1.82048
1.442695
0 0
1.442695
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1.4426892
Tabel nilai H', E dan R pada p
H'ER
Berdasarkan hasil analisis data, dari grafik pada gambar 4.1 dapat dilihat
bahwa keanekaragaman infauna tanah tertinggi berada pada plot 4, sedangkan
indeks kemerataan tertinggi berada pada plot 6 dan 20 dengan nilai E= 1. Indeks
kekayaan tertinggi berada pada plot 4 dengan nilai R= 1,97075.
Tabel 4.4 hasil analisis H’, E dan R pada Dekantasi basah
Plot ke- H’ E R
1 0 0 0
2 0 0 0
3 0 0 0
4 O,69315 1 0,69314
5 0 0 0
6 0 0 0
7 0 0 0
8 2,19132 0,88158 37,4132
9 0 0 0
10 0 0 0
11 0,956 0,869 3,892
12 0 0 0
13 1,3322 0,96096 4,8283
14 0 0 0
15 0 0
16 0 0 0
17 1,09861 1 2,7725918 0 0 0
19 1,03972 0,94639 2,77259
201,38629 1
4,15888
Apabila hasil analisis data pada tabel 4.4 dinyatakan dalam grafik maka
akan didapatkan grafik sebagai berikut:
Gambar 4.2 Grafik nilai H’, E dan R dekantasi basah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 200
5
10
15
20
25
30
35
40
0 0 0 0 0 0 02.19132
0 0 0.9560 1.33220 0 1.098610 1.039721.386290 0 0 1 0 0 0 0.881580 0 0.8690 0.960960 0 0 1 0 0.9463910 0 0 0.693140 0 0
37.4132
0 0
3.892
0
4.8283
0 0 02.77259
02.772594.15888
Chart Title
H'ER
Berdasarkan grafik pada ambar 4.2, dapat terlihat indekas keanekaragaman
infauna tertinggi berada pada plot 8. Sedangkan indeks kemerataan tertinggi
berada pada plot 4, 17 dan 20 dengan nilai E adalah 1. Indeks kekayaan tertinggi
berada pada plot 8.
BAB V
PEMBAHASAN
Di alam akan banyak ditemui hewan dengan bentuk dan ukuran yang beragam.
Hewan tersebut memilki habitat masing-masing dengan kondisi yang berbeda-
beda. Kondisi habitat tempat tumbuh hewan akan mempengaruhi distribusi
populasi hewan di permukaan bumi. Menurut Dharmawan dkk (2005), habitat
adalah lingkungan yang cocock yang ditempati suatu populasi hewan. Tanah yang
ada di permukaan bumi merupakan salah satu hebitat bagi hewan tanah baik
epifauna maupun infauna.
Tanah merupakan salah satu komponen abiotik yang sangat penting bagi
kehidupan organisme terestrial. Menurut Sugiyanto ( 2003), tanah merupakan
suatu bagian dari ekosistem terestrial yang di dalamnya dihuni oleh berbagai jenis
organisme yang disebut biodiversitas tanah yang juga merupakan biodiversitas
alpha yang berperan dalam mempertahankan serta meningkatkan fungsi tanah
untuk emnopang kehidupan di dalam dan diatasnya.
Menurut Suin (1989), perkembangan hewan tanah tidak lepas dari
beberapa faktor biotik maupun abiotik pada habitatanya. Namaun, secara garis
beras faktor abiotiklah yang memilki peran paling signifikan terhadap keberadaan
oranisme. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberadaan infauna tanah
diantaranya pH tanah, kelembapan, pori tanah serta beberapa faktor abiotik lain.
Faktor lingkungan yang aling essensial bagi perkembangan hewan tanah adalah
temperatur, cahaya, kelembaban dan jumlah makanan yang tersedia.
Penelitian yang dilakukan di Taman Nasional Alas Purwo, pengambilan
sampel infauna tanah dilakukan melalui dua metode yaitu menggunakan dekantasi
basah dan barlese tullgreen. Kedua metode ini digunakan untuk mengetahui
metode pengambilan sampel yang lebih baik dengan melihat benyaknya spesies
hewan tanah yang diperoleh.
Berdasarkan analisis data, indeks keanekaragaman tertinggi dengan
menggunakan metode barles berada pada plot 4 sedangkan apabila menggunakan
metode dekantasi basah indeks keanekaragaman tertinggi berada pada plot 8.
Indeks kekayaan tertingi pada barless dan dekantasi basah sama dengan indeks
keanekaragaman hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi keanekaragaman
infauna tanah yang ditemukan maka akan semakin tinggi pula kekayaan yang
dimiliki tanah tersebut. Sedangkan indeks kemerataan tertinggi pada barles berada
pada plot 6 dan 20 dengan nilai kemerataan 1. Pada metode dekantasi basah,
indeks kemerataan tertinggi berada pada plot 4,17 dan 20 dengan nilai yang sama
yaitu 1.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa didapatkan hasil infauna
tanah yang berbeda pada dua metode tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
perbedaan cara kerja pada kedua metode tersebut. Selain itu terdapat beberapa
kelompok yang tidak mendapatkan infaua tanah sama sekali dari kedua metode
tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena tanah sampel tidak lansung digunakan
namun disimpan terlebih dahulu di dalam plastik yang diberi lubang seadanya
sehingga ada kemungkinan infauna yang berada di dalam tanah mati sehingga saat
menggunakan metode barles hewan tidak akan bergerak menjauhi panas karena
sudah mati. Tidak didapatkannya infauna tanah pada dekantasi basah
dimungkinkan karena infauna tanah terbuang saat melakukan pemisahan antara
sampah dengan air yang diharapkan di dalamnya terdapat infauna tanah.
Berdasarkan analisis data, dapat diketahui pula bahwa baik nilai indeks
keanekaragaman, kemerataan dan kekayaan yang dimiliki plot yang paling dekat
dengan pantai hingga terjauh dengan pantai tidak signifikan berbeda kecuali pada
plot 8 pada pengamatan dengan metode dekantasi basah. Hal ini terjadi karena
faktor abiotik lingkungan yang ada tidak berbeda jauh dari tempat yang paling
dekat pantai hingga yang paling jauh dari pantai. Contohnya nilai pH tanah yang
rata-rata 7 pada setiap plot dan hanya beberapa plot yang memilki nilai pH tanah
6.
Pada penelitian ini terdapat beberapa hal yang dapat memungkinkan
terjadinya invalid data yang didapat diantaranya adalah data yang didapat
merupakan data hasil kompilasi sehingga tidak semua stasiun melihat langsung
dan mengidentifikasi langsung infana yang didapat. Adanya pihak yang tidak
bertanggung jawab yang melakukan manipulasi data. Serta adanya beberapa
kelompok yang tidak melakukan kompilasi data sehingga dianggap tidak
menemukan infauna tanah yang akan menyebabkan tidak dapat diketahuinya
perbedaan komposisi serta jumlah infauna tanah yang dekat dengan pantai hingga
terjauh dari pantai.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
- Indeks keanekaragaman tertiggi pada metode barles didapatkan pada plot 4
sedangkan pada metode dekantasi basah pada plot 8. Indeks kemerataan
tertiggi pada metode barles didapatkan pada plot 16 dan 20 sedangkan pada
metode dekantasi basah pada plot 4,17 dan 20. Indeks kekayaan tetinggi
terdapat pada plot yang sama dengan indeks keanekaragaman tertinggi.
- Tidak terdapat perbedaan H’, E dan R yang terlalu signifikan antara plot yang
paling dekat dengan pantai hingga yang terjauh dengan pantai.
- Faktor abiotik sangat berpengaruh terhadap kondisi serta nilai H’, E dan R.
B. Saran
Berdasarkan hasil praktikum terdapat beberapa saran yang perlu di
sampaikan diantaranya:
- Diberlakuaknnya deadline pengumpulan data setiap kelompok dengan tegas.
- Tanah sampel yang didapatkan langpsung digunakan untuk pengamatan,
kalaupun harus disimpan, disimpan ditepat yang memiliki cukup udara.
- Pemberian sanksi yang tegas untuk kelompok yang melakukan manipulasi
data.
DAFTAR RUJUAKAN
Andayani, Lilis. 2001. Studi Keanekaragaman Fauna Tanah Pascaerupsi Gunung
Kelud Kecamatan Ngancar Kediri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
FMIPA UM
Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Jakarta:Kanisius.
Barnes, B. V., Donald R. Z., Shirley R. D. and Stephen H. S. 1997. Forest
Ecology. 4th Edition. New York. John Wiley and Sons Inc.
Darmawan, Agus, dkk. 2005. Ekologi Hewan. Malang: FMIPA UM
Fatawi, Zaim. 2002. Studi Keanekaragaman Serangga Tanah (Epifauna) pada
Berbagai Ketinggian di Lereng Gunung Ijen Kabupaten Banyuwangi.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM
Junaidah. 2001. Keanekaragaman Serangga Tanah (Infauna) di Gunung Kelud
Kabupaten Kediri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM
Maulidiyah, Ary. 2003. Studi Keanekaragaman Fauna Tanah (Infauna) di Puncak
Gunung Ijen Kabupaten Banyuwangi. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
FMIPA UM
Rahmawati. 2006. Study Keanekaragaman Mesofauna Tanah Di Kawasan Hutan
Wisata Alam Sibolangit. www. Journal Fauna. Com
Ross, H.H. 1965. A Text Book of Entomology. 3th Edition. Ney York : John
Wiley & Sons
Sugiyarto. 2003. Konservasi Makrofauna Tanah dalam Sistem Agroforestri,
(Online), (http://pasca.uns.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/sugiyarto-
konservasi-makrofauna-tanah.pdf), diakses 16 April 2014.
Suin, N. N.. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. ITB. Bandung.