doa emak untuk asa

140

Upload: musa-rustam

Post on 01-Dec-2014

628 views

Category:

Education


17 download

DESCRIPTION

DOA EMAK UNTUK ASA. Sesungguhnya hidup itu memang indah... setidaknya itulah yang aku rasakan dalam dekapan Emak yang selalu hangat. Asa kecil tak pernah jauh dari Emak yang mengasuhnya dengan penuh kasih sayang dan cinta seorang diri. Namun, saat beranjak dewasa, karena tuntutan keadaan yang mengharuskan Asa untuk berjuang pergi meninggalkan Emak dan hidup berdikari di negeri orang. “Ketika doa Emak, perjuangan yang meneteskan air mata demi Asa, Ketika cinta Emak, menguatkan alang rintang pada Asa”.

TRANSCRIPT

Page 1: Doa emak untuk asa
Page 2: Doa emak untuk asa

2

Doa Emak

untuk Asa

Hidup itu indah... ketika aku bersamamu, Emak

Penerbit

Nulisbuku.com

Page 3: Doa emak untuk asa

3

Doa Emak untuk Asa

Oleh: Musa Rustam

Copyright © 2014 by Musa Rustam

Penerbit

Nulisbuku.com

Desain Sampul:

Musa Rustam

Diterbitkan melalui:

Nulisbuku.com

Page 4: Doa emak untuk asa

4

Buku ini kupersembahkan untuk :

Emakku adalah Ibu terbaik sedunia,

terima kasih ‘tuk cinta, kasih sayang dan ridhonya.

Page 5: Doa emak untuk asa

5

Ucapan Terima Kasih...

Ucapan terima kasih kusampaikan

kepadaNYA, Segala puji saya panjatkan ke

hadirat Allah SWT, berkat pertolongan dan

hidayahnya. Kepada wanita pendampingku

sosok sangat bermakna yang selalu

memberikan dukungan dengan

inspirasinya yang luar biasa. Kepada

putraku, Muhammad Hafiz Danish Veysa,

yang senantiasa menjadi penerang dan

pelipur lara dalam hidupku. Kepada

orangtuaku, Mak Rinah, Bapak Rustam

(Alm), Mama Mahirmani, Papa Adi Sucipto,

yang telah memberikan cinta kasih dan

dukungan yang sangat luar biasa

kepadaku. Kepada Kalak, Para Kabid,

Sekretaris, Para Kasie dan rekan-rekan

BPBD Provinsi DKI Jakarta, Rekan-rekan

Satpol PP Provinsi DKI Jakarta, dosenku di

STIA LAN Jakarta dan teman-teman baikku

yang telah mendukungku selama ini serta

Nulisbuku.com.

Page 6: Doa emak untuk asa

6

”Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula)

pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh

Mahfudzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang

demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian

itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput darimu,

dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang

diberikanNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang

sombong lagi membanggakan diri.”

(QS. Al-Hadiid : 22-23)

Page 7: Doa emak untuk asa

7

Chapter One

Ia sangat tinggi menjulang, tepat di jantung ibukota

negara. Di tengah-tengah Jakarta. Di tengah-tengah

peradaban Indonesia. Di tengah-tengah kekaguman

kami dari berbagai pelosok nusantara. Seperti

permainan kemudi putar yang berputar di pasar

malam, membuat tertawa riang anak-anak yang

menaikinya, segala yang berada di atasnya pun ikut

berputar. Kami pun ikut berkemudi putar.

Kami tiba di kota ini layaknya lebah yang

mendatangi bunga-bunga yang memiliki madu.

Terpesona akan cantik dan manisnya yang belum

pernah kami lihat sebelumnya. Tubuh dan jiwa kami

bergerak bersama alunan kereta api listrik yang

membawa kami keluar dari kampung terbiasa dengan

banjir pada musim penghujan. Kami semua di tarik

ke dalam sebuah bejana yang tak berujung,

membawa takdir masing-masing yang tak pernah

kami pahami dan mengerti.

Page 8: Doa emak untuk asa

8

Pada bulan Maret 1993, Emak berkata. Tepat

34 tahun keberadaannya.

“Melihatnya seperti itu, tampaknya ia seperti

kesepian dan sendiri. Berdiri tegak menghiasi kota

pada siang dan mencoba menyinari pada malam, ia

begitu tampak murung”

Tapi menurutku, justru karena itulah ia begitu

di kagumi semua orang. Di ibukota yang terasa

hampa ini, saat orang-orang memandang ke atas dan

melihat ada bongkahan yang berkilau seperti emas

dengan melihatnya berdiri tegak bersinar dengan

penuh kehormatan, mereka akan merasakan adanya

kekuatan luar biasa, penuh perjuangan sejarah bangsa

dan memiliki daya tarik keindahan bagi siapa saja

yang melihatnya.

Wahai anakku, Emak sudah mengalami manis

dan getirnya kehidupan-perebutan paksa,

pengkhianatan yang tak berujung, kekerasan dari

kekejaman-merasakan kekaguman pada keindahan

dalam kesendirian dan keterpurukan itu. Kami tidak

dapat menahan air mata yang jatuh dari pelipis mata,

Page 9: Doa emak untuk asa

9

kesedihan yang mendalam namun kita harus tetap

berputar mengikuti waktu dalam jam, sesuai dengan

putaran porosnya, berputar membuat kita harus kuat

dan menjalaninya dengan penuh kesabaran.

Semua orang berdatangan ke tempat ini.

Mereka meninggalkan kampung halaman demi

sebuah mimpi dan harapan agar dapat berdiri dan

tegak, untuk membangun mimpi mereka, yang penuh

pengharapan nan suci di Jakarta ini.

Inilah kisah masa kecilku, bertiga dengan

Bapak dan Emak di Jakarta, berjuang bersama

mereka yang memiliki persamaan dengan jutaan

orang-orang pemimpi yang datang dari kampung

halaman. Bapak yang terlupakan dari hingar-bingar

dan terhempas dari putaran kemudi putar, aku datang

dengan bertahan memiliki tujuan yang sama, namun

bingung aku tak bisa berjuang melihat segala keadaan

yang terjadi, tapi aku tak dapat pergi kemana-mana.

Sedangkan Emak dengan super-kesabarannya,

mencoba bertahan yang akhirnya harus berjuang

hingga tertidur letih di bantaran kali Ciliwung.

Page 10: Doa emak untuk asa

10

= #=#=#=

Pagi itu, di dalam sebuah kamar yang mungil dengan

pemandangan langsung ke bantaran kali Ciliwung,

kami bertiga tidur berdampingan dengan lelap.

Banyak orang berkata bahwa mereka tidak terlalu

mengingat hal-hal yang terjadi ketika mereka masih

kanak-kanak. Namun, berbeda dengan aku, aku

masih sangat ingat dan jelas. Aku seakan masih dapat

mencium aroma udara yang menghinggapi sekeliling,

serta membayangkan hal-hal yang terjadi pada saat

itu. Mungkin karena aku hanya memiliki sedikit saja

memori yang harus aku ingat dan alami apabila di

bandingkan dengan orang lain.

Ingatan hingga usiaku menginjak umur tiga

tahun, tentang Aku, Emak dan Bapak serta seorang

adik perempuanku. Ingatan ketika kami harus

kehilangan seorang Engkong yang kami cintai telah

meninggal dunia tanpa harus aku mengerti, mengapa

beliau pergi meninggalkan kami, sehingga dalam

ingatanku hanya tersisa sekeping episode tersebut,

Page 11: Doa emak untuk asa

11

saat kami masih memiliki senyum kebahagiaan dan

keindahan dalam hidup yang utuh.

= #=#=#=

Gubrakkk!! Jeger!! bunyi pintu di dobrak

membangunkan tidurku yang lelap. Emak yang tidur

di sampingku di atas ranjang besi berwarna biru juga

langsung terbangun dan terduduk, termenung kaget.

Sudah tengah malam, tak hanya anak-anak, orang

dewasa pun tengah terbuai dalam mimpinya yang

indah. Bapak pun masih terjaga dengan

ketermenungannya yang tak berujung.

Dari arah pintu terdengar teriakkan seorang

laki-laki memanggil nama Emak. Emak langsung

berlari menuju depan pintu yang terdapat seorang

laki-laki, tetapi dia segera kembali masuk ke kamar

dengan wajah ketakutan dan pucat.

Emak langsung mendekapku sangat erat,

seperti induk kucing betina yang memeluk anaknya

karena terancam gangguan dari pengganggu. Dia

membawaku setengah berlari ke balik almari.

Page 12: Doa emak untuk asa

12

Encang, kakak dari Bapakku, tanpa

mengucapkan salam ataupun dengan mengetuk pintu,

Encang malah menendangnya. Pintu yang terbuat

dari kayu dari beberapa lembar potongan tripleks dan

kayu kaso di rekatkan dengan paku ukuran 20

milimeter. Rusak dan ambruk daun engsel yang

menyatukannya. Tanpa melepas sandal, Encang

bergegas mengejar Bapak yang berlari menghindar,

di selingi teriakan Enyak. Seperti pasukan khusus

anti teror yang ingin menyergap teroris. Dan hal

seperti ini sering terjadi. Entah mengapa, aku tak

mengerti mengapa Bapak menjadi sasaran Encang.

Aku tak pernah habis berfikir.

Encang menarik paksa Bapak dari

lamunannya yang penuh dengan kekosongan, Aku

hanya bisa ketakutan di balik almari dalam dekapan

Emak. Bapak sudah terpojok di sudut ruangan,

kemudian menarik bungkusan dari plastik yang

berwarna hitam, isinya ternyata seekor pecel lele

goreng yang baru saja di goreng. Encang kemudian

menjejalkan begitu saja ke mulut bapak.

Page 13: Doa emak untuk asa

13

Rupanya Encang ingin memberi oleh-oleh

seekor pecel lele untuk adiknya yaitu Bapakku.

Seumur hidupku itulah yang pertama, aku melihat

Bapak di perlakukan seperti itu, di suapi dengan

paksa oleh Encang untuk makan. Encang pemabuk

berat. Di bawah pengaruh alkohol dia selalu

mengamuk tak beraturan, tak peduli dengan keadaan

sekitarnya, siapapun bisa terkena bolgem mentah

darinya.

Pintu rumah kami yang rusak di perbaiki oleh

Emak beberapa hari kemudian. Dari pintu yang utuh

dan rapih kini di bagian kanan tertutup bahan tripleks

yang berbeda dari yang aslinya, seperti membentuk

tambalan pintu layaknya ban bocor yang di tambal,

sehingga pintu rumah kami tampak aneh.

Aku sering sekali menangis. Dan ketika aku

menangis lama sekali. Bapak hanya bisa melihat dan

tersenyum ketika aku menangis dengan terkadang

ikut meneteskan air mata juga. Emak selalu

mendekapku dengan penuh kehangatan, Emak

melarangku menangis, Emak tak ingin aku menjadi

Page 14: Doa emak untuk asa

14

anak yang cengeng, walaupun aku masih berumur

tiga tahun.

Pada suatu pagi, saat Aku bermain di depan

televisi, memainkan puzzle bongkar pasang yang

terbuat dari kertas karton bergambar ondel-ondel,

Bapak duduk di kursi tak jauh dariku dengan masih

dalam lamunannya yang kosong, tak memiliki makna

apa-apa akan tetapi menyiratkan beban pikirannya

yang sangat dalam, dia terkadang meledek aku yang

kebingungan tak dapat menyusun puzzle itu. Sesaat

aku menangis kaget, karena aku menjatuhkan

secangkir teh manis yang ada di meja, praang!! Suara

cangkir yang jatuh ke lantai. Tiba-tiba Encang dari

kamar sebelah membentak-bentak dan mengangkat-

angkat tubuhku yang mungil, lalu melemparku ke

ruang yang berlantai dengan tikar hambal.

Aku di buatnya melayang, tubuhku yang

mungil terlempar masuk lorong rumah dengan tikar

hambal. Enyak yang menyaksikan kejadian itu

berusaha menangkap tubuhku seperti bocah-bocah

menangkap bola pada permainan kasti di lapangan.

Page 15: Doa emak untuk asa

15

Emak menceritakan kejadian ini kepadaku di

kemudian hari. Mungkin saat itu aku mengalami

seperti apa yang di rasakan oleh penerjun parasut

yang melompat dari pesawat. Mereka tak akan

pernah ingat apapun, apabila suatu ketika parasut

yang di terbangkan tidak berfungsi dengan baik,

mereka akan terhempas jatuh ke bawah, sehingga

menghancurkan mereka tak berkeping. Seandainya

saja Enyak gagal menangkapku, mungkin aku akan

jatuh dengan terlebih dahulu kepala yang membentur

lantai, dan aku akan mengalami depresi yang

mendalam.

Aku juga mempunyai masalah dalam

tubuhku. Saat aku mengalami gangguan dalam usus

di pencernaanku, Emak membawaku ke Dokter

Puskesmas dekat rumah. Di Puskesmas tersebut ada

seorang dokter perempuan berkerudung, dan Emak

berkali-kali mengatakan bahwa “Dokter itu udah

cantik, betul-betul dokter yang bagus, Emak tak tahu

kalau dia tak ada, kamu pasti sudah mati”. Setiap

kali aku ke sana, dokter itu pasti menyuntik pantatku

Page 16: Doa emak untuk asa

16

dengan sabar. Walaupun begitu, kalaupun selalu di

hibur agar aku tidak menangis. Demi menyenangkan

mereka, aku menahan dalam hati, tidak menangis dan

berpura-pura tidak apa-apa.

Suatu hari, ketika aku mengalami sakit perut

yang sangat meradang dan di bawa ke puskesmas,

ternyata saat itu adalah hari libur. Akhirnya Emak

membawaku ke klinik swasta yang ada di Jatinegara.

Sudah menganggap penyakitku sudah biasa, aku pun

menjalani beberapa pemeriksaan, dari mulai suhu

tubuh dengan termometer, mataku di senter dengan

alat penerang dan perutku di ketuk-ketuk sambil di

dengarkan dengan stetoskop, namun aku kemudian

menangis dengan sangat kencang dan meraung-raung

kesakitan karena dokter itu menyuntikku pada lengan

bagian kiri.

Sakit perutku tak juga kunjung sembuh

sehingga keesokan harinya. Emak membawaku

kembali ke dokter perempuan berkerudung, yang

sudah biasa memeriksaku karena Emak tak tahan

melihat penderitaanku yang menyiksa. Bu dokter

Page 17: Doa emak untuk asa

17

malah menegur Emak, “Kenapa Ibu tidak segera

membawa kemari anaknya?” dokter berkerudung itu

akhirnya duduk di meja kerjanya setelah

memeriksaku, setelah itu dia segera menulis surat

rujukan ke Rumah Sakit Umum Daerah di

Rawamangun dan mengirimkanku ke sana.

Ternyata aku menderita usus buntu dan

kondisiku sepertinya cukup parah, beberapa dokter

ahli penyakit dalam berkumpul dan memasuki ruang

operasi. Menggunakan seragam serba hijau, dengan

tutup kepala berwawna hijau tak luput juga sarung

tangan dan masker berwarna hijau. Meskipun aku

tidak mengetahui prosedurnya secara mendetail,

pertama-tama di lakukan operasi injection cairan

semacam enema listrik yang di masukkan melalui

anus oleh dokter yang berkacamata. Bahkan bagi

orang dewasa pun, langkah ini cukup berat untuk di

jalani seorang pasien dewasa.

Dengan menggunakan radar yang termonitor

dalam layar screen berwarna hitam dengan

menunjukkan keberadaan enema listrik dalam perut

Page 18: Doa emak untuk asa

18

agar dapat di ketahui. Jika sudah sampai di usus dan

enema listrik tersebut terhenti, maka harus di lakukan

operasi pembedahan di bagian perut untuk

mengeluarkan bagian yang bermasalah di dalam usus.

Sebelum operasi, Emak mendapat penjelasan

dari dokter bahwa jika ususku dipotong, tak tertutup

kemungkinan aku akan mengalami beberapa

kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari balik kaca jendela di depan pintu

operasi, Emak berdoa agar cairan enema listrik itu tak

terhenti.

“Ya Allah pemilik segala zat, hanya

ENGKAU yang maha mengetahui, anakku sedang

berjuang untuk melawan penyakitnya, tak ada yang

mengizinkan sehelai rambut pun tumbuh hitam indah

di kepalanya, termasuk penyakit yang tumbuh pada

anakku, kalau boleh meminta pindahkan saja

penyakitnya ke tubuhku, aku ikhlas dan ridho. Tukar

saja usus anak hamba dengan usus hamba Ya Rab”.

Sedangkan Bapak, sama halnya ketika saat

aku di lahirkan, diam dan termenung di dekat jendela

Page 19: Doa emak untuk asa

19

rumah, tak ada banyak hal yang dapat dia perbuat

karena pengaruh tekanan mental yang dia hadapi,

Aku lahir di sebuah kamar dengan ukuran 2 X 3 m2

dengan bantuan dukun beranak yang bernama Mak

Okih. Sebuah proses sangat luar biasa kala itu, proses

persalinan dengan perjuangan seorang ibu antara

hidup dan mati dalam melahirkan anak manusia.

Tidak ada teknologi yang luar biasa ketika itu, tanpa

jarum suntik, tanpa peralatan medik yang canggih,

maupun tenaga bidan ataupun dokter, hanya beberapa

peralatan sederhana seadanya dengan semangat dan

keyakinan yang kuat dari seorang dukun beranak

yang sudah lama di geluti secara turun temurun dari

orangtuanya terdahulu, begitulah sebuah proses

persalinanku. Ibuku di dalam hatinya selalu berzikir

sambil memanjatkan doa-doa di dalam

perjuangannya ;

"Ya Allah, peliharalah anakku selama di

dalam kandunganku dan sembuhkanlah ia.

Sesunggguhnya Engkau Maha Penyembuh, tiada

sembuhan melainkan penawarMu, sembuh yang

Page 20: Doa emak untuk asa

20

tiada meninggalkan kesan yang buruk. Ya Allah,

lahirkanlah ia dari kandungan ku dengan kelahiran

yang mudah dan sejahtera (selamat). Ya Allah,

jadikanlah ia sehat sempurna, cedik, berakal dan

berilmu serta beramal saleh. Ya Allah, elokkanlah

akhlak (perangai)nya, fasihkanlah lidahnya dan

perelokkanlah suaranya untuk membaca Al-quran

dan Hadis dengan berkat Nabi Muhammad SAW"

Tepat pukul 00.45 WIB Kamis dini hari, lahir

dengan sehat ke dunia, anak yang sangat lucu dan

manis, dengan suaranya sangat kencang menangis

menandakan kehadirannya. Di dekati seorang laki-

laki yang sudah mulai putih rambutnya oleh Mak

Okih, lalu di dekatkan telinga sang bayi itu untuk di

adzankan,

“Allahu Akbar....”

“Allahu Akbar....”

“Allahu Akbar....”

Suara adzan itu terdengar berkumandang

sangat indah, perasaan haru dan bercampur bahagia

tercermin di mata Yusuf sambil menggendong bayi

Page 21: Doa emak untuk asa

21

mungil itu, bapak dari Rustam, karena kala itu

Rustam masih kebingungan dan panik melihat Rinah

yang sedang lemas dan letih selesai pasca persalinan.

Proses persalinan yang panjang di tandai dengan

banyaknya berbagai kejadian-kejadian yang sangat

memprihatinkan, di karenakan minimnya

pengetahuan hingga memperlambat proses

persalinan. Bayi dengan berat kira-kira 2.9 kg dengan

panjang 48 cm, lahir dengan selamat dan di beri

nama Asa tanpa nama panjang ataupun embel-embel

yang lain. Nama pemberian dari Sang Engkong.

Untungnya, radar di dalam perutku berjalan

lancar. Cairan enema listrik berhasil membuka bagian

yang tersumbat sehingga perutku tak perlu di lakukan

pembedahan. Emak menangis syukur dan haru

dengan perkembangan tubuhku yang membaik,

dengan mengucapkan hamdallah kepada Allah dan

sujud syukur.

Aku masih ingat sekali aroma khas bubur

dengan kuah soto ceker ayam yang di buatkan Emak

ketika aku sakit merintih menahan sakit. Aku juga

Page 22: Doa emak untuk asa

22

masih mengingat ekspresi wajah Emak yang khawatir

dengan penyakitku. Namun, keberadaan Bapak tidak

begitu membekas dalam memoryku

Satu hal lagi yang masih aku ingat dengan

jelas, yaitu sosok wajah Bapak saat termenung diam,

dan sesaat dia menghampiriku memberikan kepingan

puzzle yang membuatku bingung mana yang harus

aku isi terlebih dulu, di karenakan gambarnya masih

penuh teka-teki untukku. Kemudian memberikan

sambil menunjuk dengan tangan kirinya letak

kepingan puzzle itu. Sosok Bapak yang tampak itu,

begitu baik hati di mataku.

Inilah hal-hal yang masih tersimpan dengan

baik dalam memoryku. Mungkin ada hal-hal yang

terhapus. Namun ingatan ini saat Aku, Emak dan

Bapak masih ada sebagai keluarga yang utuh. Hanya

ini yang terkenang, tidak ada yang lain.

= #=#=#=

Aku lahir di Jatinegara di kota Jakarta, di

sebuah kampung yang berada dekat dengan tepian

Page 23: Doa emak untuk asa

23

kali Ciliwung. Kampung kami memiliki dua RW

yang lumayan padat penduduknya, di kampung kami

sudah menjadi langganan setiap tahunnya karena

kampung kami terletak di dataran sangat rendah,

yang bentuk kampungnya bila di lihat dari atas,

serupa tapal kuda di kelilingi oleh sungai Ciliwung

sepanjang kampung. Banjir menjadi sudah biasa,

kampung yang berdampingan dengan banjir yang

sudah di anggap menjadi konsekwensi dari musim

hujan yang melanda, ketika di daerah puncak hujan

lebat, sekitar delapan sampai dengan sembilan jam

kemudian banjir akan menggenangi kampung kami,

hingga mencapai kedalaman dua meter. Kami

mencoba bertahan dengan banjir menjadi potret tiap

tahun musim penghujan di Kampung kami.

Emak bercerita saat dia masih kecil, Kali

Ciliwung bersih dan jernih, airnya pun bisa di

minum, selain itu ikannya beragam dan juga banyak

bebatuan sehingga kita bocah-bocah kali Ciliwung

senang sekali mandi dan bermain di sana bersama

teman-teman.

Page 24: Doa emak untuk asa

24

Di seberang kampung kami ada sebuah Dipo

Bukitduri yang berdiri sejak zaman Belanda, pada

waktu itu sebelum ada lokomotif diesel tempat ini

untuk merawat lokomotif uap. Di perkirakan tahun

1955 baru merawat diesel listrik type BB 302 hingga

tahun 1975. Kehidupan masyarakat di masa itu mulai

di liputi kegairahan aktivitas masyarakat yang

menjalankan roda perekonomiannya. Aktivitas jual

beli di Pasar Lama Jatinegara atau lebih di kenal

dengan Pasar Mester, merupakan pusat ekonomi bagi

warga Jatinegara. Pasar Lama Jatinegara mempunyai

banyak deretan bangunan di mana dulunya di kenal

dengan bangunan Belanda. Di sekitar pasar tersebut

juga terdapat pedagang-pedagang kaki lima yang

menjajakan dagangannya, mulai dari pukul tujuh pagi

hingga pukul enam sore. Pasar ini sangat ramai pada

tanggal-tanggal muda, di mana orang-orang baru saja

mendapatkan penghasilannya.

Ketika aku mulai masuk sekolah dan sudah

terbiasa dengan buku pelajaran, Emak sering

bercerita tentang perjuangan bangsa kita melawan

Page 25: Doa emak untuk asa

25

penjajah. “Kekejaman tentara Jepang yang menjajah

Indonesia, kekejamannya seakan melebihi Belanda.

Bukan hanya kerugian di bidang materi, namun juga

dari sisi mentalitas dan kehormatan. Sebuah catatan

gelap suatu bangsa yang melakukan penjajahan

dengan sempurna”

Setiap aku mendengar cerita itu, meskipun

aku masih kecil, tak tahu kenapa kepalan tanganku

mengeras, seakan ingin marah dengan negara

Belanda dan Jepang, mengapa mereka begitu tega

menjajah kami hingga kami pun tersiksa.

= #=#=#=

Rumahku berada di dekat dengan Pasar

Mester, dan di sekitarnya ada taman bermain. Rumah

tersebut adalah bangunan dua lantai terbuat dari

bangunan semi permanen yang di bangun oleh

Engkong, saat aku belum lahir. Baik Engkong dari

pihak Bapak maupun Emak sudah meninggal

sehingga aku tidak memiliki bayangan mengenai

sosok mereka. Bapak hanya memiliki selembar foto

Page 26: Doa emak untuk asa

26

Engkong ketika Bapak bersama dengan monyet

piaraan Engkong di belakang rumah berfoto bersama

untuk 17 Agustus-an.

Di rumah tersebut tinggalah Emak, Bapak,

Aku, Enyak, dan Encang Uding, Kakak dari Bapak

beserta dua anaknya yaitu ; Mila dan Yadin. Setelah

Engkong meninggal sehingga beberapa ruangan

rumah di sekat dan di beri kamar mandi untuk di

kontrakkan sebagai rumah kontrakan pada beberapa

pasangan muda yang baru menikah ataupun

mahasiswa yang mengadakan penelitian tentang

kampung kami. Para mahasiswa itu baik sekali

kepadaku. Mereka sering membelikan kembang gula

berwarna pink dan kerak telor kesenanganku.

Emak mengandung aku setahun setelah dia

datang ke rumah ini. Tahun 1984, Emak berumur 19

tahun sedangkan Bapak berumur 2 tahun lebih tua,

yang baru ingin menginjak 21 tahun. Bapak yang

kelahiran asli Jatinegara bersekolah di STM Listrik

Boedi Oetomo, tapi sudah di duga Bapak memang

pintar, saat kelas dua STM, Bapak adalah anak

Page 27: Doa emak untuk asa

27

termuda dari empat bersaudara yang memiliki

pendidikan paling tinggi di bandingkan dengan

kakak-kakaknya. Engkong mengira dengan

memasukkan Bapak ke STM akan membentuk Bapak

menjadi karakter yang mandiri dan siap bekerja

kelak. Tetapi, Engkong mungkin tak sadar bahwa itu

bisa berubah dan menjadi fatal “Karena salah

bergaul”.

Setelah masuk STM, Bapak karena kurang

pengawasan melakukan berbagai perbuatan buruk

dan kekeliruan dalam belajar. Karena sering

membolos, tawuran antar pelajar dan berbagai

aktivitas negatif yang mungkin terpengaruh temannya

di sekolah.

Bapak sesungguhnya anak yang cerdas dan

berbakat dengan kepandaian dalam mereparasi

barang-barang elektronik di rumah seperti televisi,

kipas angin, mesin pompa air, dan setrika yang rusak,

sehingga dapat menambah uang jajannya dari

mereparasi barang-barang elektronik milik tetangga.

Page 28: Doa emak untuk asa

28

Semuanya ini bermula dari akibat Bapak

belajar ilmu gaib yang di ajak oleh temannya Junaedi

yang mempelajari dunia mistik, mereka tidak

memahami bahaya yang mengancam, ketika siapa

saja yang mencoba menyelami dunia mistik. Bahaya

yang paling besar adalah “kegilaan”. Seseorang yang

mulanya mencoba belajar ilmu-ilmu gaib, lalu tiba-

tiba menjadi tidak waras alias gila. Hal itu karena

kini dia tidak dapat membedakan antara dunia gaib

dengan dunia nyata, bahkan antara khayalan dan

kenyataan menjadi satu baginya.

Bapak menjadi anak pendiam, sering

menyendiri dan termenung dalam dunianya sendiri.

Tak lebih dari tiga kata yang keluar dari mulutnya,

yaitu “jangan dekati aku”. Berjuta pertanyaan di

lontarkan Engkong kepadanya, apa yang sebenarnya

terjadi.

= #=#=#=

Bapak menikah dengan Emak ketika baru

lulus, dia belum bekerja hanya berjualan meneruskan

Page 29: Doa emak untuk asa

29

usaha Engkong. Bapak menikah dengan Emak

berawal dari perjodohan kedua orangtua mereka,

akhirnya di jalani juga dengan rasa penuh cinta dan

kasih sayang.

Emak lahir di Cipayung, sebuah kampung

pinggiran Jakarta. Emak adalah bontot dari sembilan

bersaudara, dari keluarga pembuat pengrajin tahu.

Emak tidak memiliki pendidikan yang tinggi, dia

bersekolah hanya sampai kelas 2 SD, tak banyak aku

mengetahui masa lalu sebelum Bapak dan Emak

menikah. Yang aku tahu setelah menikah, Bapak dan

Emak tinggal bersama dengan Engkong dan yang lain

di Jatinegara.

Emak tipe orang yang periang, suka tertawa

walaupun tersipu malu serta menyenangkan. Dia

selalu memperhatikan orang-orang di sekitarnya dan

menyukai pekerjaan rumah tangga. Itu terlihat rumah

yang rapih dan bersahaja.

Seratus delapan puluh derajat berbeda dengan

Bapak. Cenderung pendiam, tidak pernah memulai

pembicaraan apabila bukan lawan bicaranya yang

Page 30: Doa emak untuk asa

30

memulai. Bapak bukan tipe senang bercanda,

sehingga terlalu kaku apabila tertawa. Dia suka

melakukan hal-hal di luar orang awam, senang

menyendiri dan hanyut dalam dunianya sendiri.

Pertemuan dua orang tersebut terjadi pada

pesta penikahan. Tidak berapa lama sejak perjodohan

kedua orangtua. Hidup bersama mertua, kakak ipar

yang arogan dengan istrinya, dan seorang suami yang

tak bisa di tebak jalan pikirannya, tidaklah mudah

bagi Emak. Baik secara fisik maupun psikis. Banyak

tekanan yang terjadi secara bertubi-tubi.

Emak melahirkan adik perempuan saat usiaku

empat tahun. Beban Emak makin besar. Kami tinggal

dalam satu kamar, rumah yang kami tempati memang

tidak besar, kami berada di lantai dua dengan ruangan

hanya 3 X 4 meter. Ruangan itu cukup bersih

walaupun kecil, Bapak hanya diam mengawasi

aktivitas kami bertiga. Sesekali adik perempuanku

menangis karena buang air kecil ataupun karena haus

minta di susui oleh Emak.

Page 31: Doa emak untuk asa

31

Ketika adik perempuanku tertidur lelap, Emak

selalu menceritakan setiap malam sosok pemimpin

Islam yang menjadi Khalifah kedua, dialah Umar bin

Khattab r.a. Umar bin Khattab ini masuk dalam Islam

berkat hidayah dari Allah yang pertama, yang kedua

berkat doa Rasulullah SAW dan yang ketiga berkat

adiknya Fatimah yang terlebih dahulu menjadi

pengikut Nabi Muhammad SAW berkat lantunan

ayat suci Al-Qur'an yang di bacanya.

Emak berkata ketika waktu Rasulullah berdoa

kala itu, Emak sambil mengatur nada tinggi

rendahnya sesuai dengan konteks cerita, doanya

adalah :

"Semoga Allah memberi kejayaan pada Islam

dengan masuknya Umar ke dalam Islam." Dan Allah

SWT pun mengabulkan doa tersebut.

Umar adalah sosok pemimpin teladan yang

sangat mengerti kepentingan rakyatnya begitulah kata

Emak. Padahal ia sendiri hidup dalam kondisi sangat

sederhana. Pada suatu malam, sudah menjadi

kebiasaan bahwa Khalifah Umar bin Khattab sering

Page 32: Doa emak untuk asa

32

berkeliling mengunjungi dan menginvestigasi kondisi

rakyatnya dari dekat.

Nah, pada suatu malam itu, ia menjumpai

sebuah gubuk kecil yang dari dalam terdengar suara

tangis anak-anak. Ia pun mendekat dan mencoba

untuk memperhatikan dengan seksama keadaan

gubuk itu. Dalam dialog Umar bin Khattab dengan

seorang Ibu. Ternyata dalam gubuk itu terlihat

seorang ibu yang sedang memasak, dan di kelilingi

oleh anak-anaknya yang masih kecil.

Si ibu berkata kepada anak-

anaknya,"Tunggulah...! Sebentar lagi makanannya

matang yah „nak!!"

Sang Khalifah memperhatikan dari luar, si ibu

terus menerus menenangkan anak-anaknya dan

mengulangi perkataannya bahwa makanan yang di

masaknya akan segera matang.

“Terus gimana lagi Emak!!!” Aku memotong

pembicaraan sambil berkerut penuh perhatian dan

penasaran dengan cerita yang di bacakan oleh Emak.

Page 33: Doa emak untuk asa

33

Dengan nada sedikit tinggi, menyesuaikan

ceritanya, Emak mencoba membuka imajinasiku

dalam merasuk settingan plot cerita yang di narasikan

Emak.

“Sang Khalifah menjadi sangat penasaran,

karena yang di masak oleh ibu itu tidak kunjung

matang, padahal sudah lama dia memasaknya”

Akhirnya Khalifah Umar memutuskan untuk

menemui ibu itu.

"Mengapa anak-anakmu tidak juga berhenti

menangis, Bu..?" tanya Sang Khalifah.

"Mereka sangat lapar" jawab si ibu.

"Kenapa tidak cepat engkau berikan makanan

yang dimasak dari tadi itu?" tanya Khalifah.

"Kami tidak ada makanan. Periuk yang dari

tadi aku masak hanya berisi batu untuk mendiamkan

mereka. Biarlah mereka berfikir bahwa periuk itu

berisi makanan, dengan begitu mereka akan berhenti

menangis karena kelelahan dan tertidur." jawab si

ibu.

Page 34: Doa emak untuk asa

34

Setelah mendengar jawab si ibu, hati sang

Khalifah Umar bin Khattab serasa teriris. Kemudian

Khalifah bertanya lagi, "Apakah ibu sering berbuat

demikian setiap hari?"

"Iya, saya sudah tidak memiliki keluarga atau

pun suami tempat saya bergantung, saya sebatang

kara...," jawab si ibu.

Hati dari sang Khalifah laksana mau copot

dari tubuh mendengar penuturan itu, hati terasa

teriris-iris oleh sebilah pisau yang tajam.

"Mengapa ibu tidak meminta pertolongan

kepada Khalifah supaya ia dapat menolong dengan

bantuan uang dari Baitul Mal?" tanya sang khalifah

lagi.

"Ia telah zalim kepada saya...," jawab si ibu.

"Zalim....," kata sang khalifah dengan

sedihnya.

"Iya, saya sangat menyesalkan

pemerintahannya. Seharusnya ia melihat kondisi

rakyatnya. Siapa tahu ada banyak orang yang

senasib dengan saya!" kata si ibu.

Page 35: Doa emak untuk asa

35

Khalifah Umar bin Khattab kemudian berdiri

dan berkata :

"Tunggulah sebentar Bu ya. Saya akan segera

kembali."

Bantuan dari Khalifah. Di malam yang

semakin larut dan hembusan angin terasa kencang

menusuk, Sang Khalifah segera bergegas menuju

Baitul Mal di Madinah. Ia segera mengangkat

sekarung gandum yang besar di pundaknya, di temani

oleh sahabatnya Ibnu Abbas. Sahabatnya membawa

minyak samin untuk memasak. Jarak antara Madinah

dengan rumah ibu itu terbilang jauh, hingga membuat

keringat bercucuran dengan derasnya dari tubuh

Umar. Melihat hal ini, Abbas berniat untuk

menggantikan Umar untuk mengangkat karung yang

di bawanya itu, tapi Umar menolak sambil berkata,

"Tidak akan aku biarkan engkau membawa

dosa-dosaku di akhirat kelak. Biarkan aku bawa

karung besar ini karena aku merasa sudah begitu

bersalah atas apa yang terjadi pada ibu dan anak-

anaknya itu."

Page 36: Doa emak untuk asa

36

Beberapa lama kemudian sampailah Khalifah

dan Abbas di gubuk ibu itu.

Begitu sekarung gandum dan minyak samin itu di

serahkan, bukan main gembiranya mereka. Setelah

itu, Umar berpesan agar ibu itu datang menemui

Khalifah keesokan harinya untuk mendaftarkan

dirinya dan anak-anaknya di Baitul Mal.

Setelah keesokan harinya, ibu dan anak-

anaknya pergi untuk menemui Khalifah. Dan betapa

sangat terkejutnya si ibu begitu menyaksikan bahwa

lelaki yang telah menolongnya tadi malam adalah

Khalifahnya sendiri, Khalifah Umar bin Khattab.

Segera saja si ibu minta maaf atas

kekeliruannya yang telah menilai bahwa khalifahnya

zalim terhadapnya. Namun Sang Khalifah tetap

mengaku bahwa dirinyalah yang telah bersalah.

“Nah, itulah kisah pemimpin teladan kita,

sahabat Rasulullah SAW, Khalifah Umat Islam yang

kedua, Umar bin Khattab. Pelajaran berharga ini

harus kamu perhatikan yah „nak, ketika kamu dewasa

dan menjadi seorang pemimpin, jangan pernah lupa

Page 37: Doa emak untuk asa

37

dengan kondisi orang-orang sekitarmu, kita masih

bersyukur walaupun makan tiga kali sehari dengan

menu tempe dan tahu saja, kelak kamu akan menjadi

orang besar”

“Sudah malam, Asa tidur yah!” sambil

mencium kening dan mengusap-usap kepalaku.

= #=#=#=

Senin pagi itu, aku pertama kali berangkat ke sekolah

di antarkan Emak. Kumpulan batang pohon Bambu

yang kira-kira berjumlah lima belas batang pohon

Bambu di ikat menjadi satu, tersusun rapi seperti

permadani membentang menjadi sebuah getek yang

membawaku. Emak di sebelahku, memegang erat

pergelangan tanganku dengan tangan kanannya yang

lembut. Emak seorang perempuan berbadan kurus

dan mungil. Wajahnya sekurus badannya, dengan

sepasang mata yang bersih di naungi alis tipis.

Mukanya selalu mengibarkan senyum ke siapa saja.

Kalau keluar rumah selalu menggunakan baju

kebaya yang di padu dengan kain atau rok

Page 38: Doa emak untuk asa

38

panjang. Tidak pernah celana panjang. Kepalanya

selalu di tutup turban dan di lehernya tergantung

selendang.

Emak tidak pernah menamatkan Sekolah

Dasarnya, ia bersekolah hanya sampai kelas dua

saja, di karenakan keluarganya masih memiliki pola

pikir lama ,bahwa sekolah tidak perlu tinggi–tinggi

untuk anak perempuan, karena ujung-ujungnya pasti

di dapur juga. Begitulah pemikiran yang masih

terbenam sama di beberapa pemikiran orang-orang

tua terdahulu, mereka belum mendapatkan virus

semangat yang di bawa oleh Ibu Kartini, pentingnya

emansipasi wanita bahwa pendidikan itu sangat

penting untuk laki-laki maupun perempuan.

Di antara lima gundukan batang yang

tersusun di atas susunan lima belas batang pohon

bambu, di sela-sela tengah pada bagian depan di ikat

erat menjadi penguat untuk di kendalikan, di ujung

tali terikat di atas pohon waru dan di seberang

satunya pun demikian terikat dengan pohon yang

rindang, di ujung depan berdiri di atas getek yang

Page 39: Doa emak untuk asa

39

diawaki seorang laki-laki yang berkopiah putih,

sekuat tenaga menarik getek untuk membawa kami

ke seberang. Laki-laki itu adalah seorang bapak tua

berwajah penuh kesabaran, Pak Marzuki, sang

penarik getek.

Namun, senyum Pak Zuki adalah senyum

yang getir penuh makna, karena terlihat sangat jelas

kecemasan wajahnya penuh ketegangan dan keletihan

sambil terengah-engah menarik nafas berulang kali.

Sesekali menghitung jumlah penumpang yang naik di

getek-nya. Ia begitu khawatir sehingga terkadang tak

peduli pada peluh yang mengalir deras di lehernya.

Bulir-bulir keringat yang bermunculan di seputar

keningnya sebagai tanda perjuangan yang harus di

kenakannya, membuat wajahnya terlihat semakin

letih berbentuk raut kelelahan.

“Sepuluh orang...sudah sepuluh orang

pak...bu...dek...,sudah lewat kapasitas nanti

terbalik...” katanya penuh kegusaran pada para

penumpang getek-nya. Emak dengan penuh kehati-

Page 40: Doa emak untuk asa

40

hatian menjagaku dari licinnya kumpulan bambu

yang aku injak.

Aku juga merasakan kecemasan. Aku cemas

karena melihat aliran air kali Ciliwung sangat deras

dan karena beban yang di rasakan Pak Zuki terlihat

jelas, beberapa otot-otot yang mulai jelas menonjol

di depan mataku. Meskipun beliau begitu tenang pagi

ini tapi genggaman tangannya yang melingkari tali

tambang kemudi getek, tetap saja tidak dapat aku

pungkiri degup jantungku terasa cepat, pertama

kalinya aku menyeberang kali, aku tahu beliau

sedang tidak gugup ataupun grogi karena hal ini

sudah menjadi rutinitas beliau setiap hari, pria

berusia lima puluh tahunan itu, seorang buruh

serabutan yang beranak banyak dengan penghasilan

seadanya. Siang hari bekerja mencari nafkah untuk

keluarga dengan menarik getek, mengumpulkan sisa-

sisa sampah plastik yang di kumpulkan dari arus

membawa sampah di Kali Ciliwung untuk di jual

kembali kepada pengepul barang rongsokan dan

Page 41: Doa emak untuk asa

41

ketika malam pun tiba beliau mengajarkan kami

mengaji kepada anak-anak seumuranku.

Getek pun sampai ke seberang, Emak dan aku

bergegas perlahan untuk turun melalui jembatan yang

terbuat dari bambu di susun empat buah dan di ikat

kuat menjuntai hingga menempel ke dasar kali serta

mengarah ke dasar pelataran tanah yang agak tinggi

dan becek. Kucoba melangkah dengan penuh

perhatian dan perlahan, dengan tangan kiri

memegang pagar jembatan dari bambu itu sambil di

pegangi tangan kananku dengan Emak. Tak tahu

kenapa, aku seperti merasa bisa sendiri, tak ingin di

pegangi dan di bantu Emak.

“Emak, Asa bisa kok....gak perlu di pegangin

„mak”

Emak tak sampai hati untuk melepaskan

tangannya yang memegangi pergelangan tangan

kananku. Tapi Emak pun akhirnya mengabulkan

keinginanku, dengan mengalah karena percaya aku

merasa bisa untuk menyeberangi jembatan bambu itu

tanpa harus di peganginya. Ternyata dewi fortuna

Page 42: Doa emak untuk asa

42

tidak besertaku. Selang hanya beberapa detik saja,

waktunya sangat cepat terjadi, tangan kananku di

lepas Emak, hanya satu langkah saja dari pegangan

Emak, aku terpeleset jatuh masuk ke air kali

berwarna kecoklatan penuh dengan sampah yang

aliran airnya deras.

“Astagfirlohalazim, Ya Allah Ya Rabb....anak

saya ke cemplung”

“Tolong...tolong...anak saya kecebur...Pak

Zuki tolong.....”

Teriak Emak yang panik, melihatku yang

terpeleset jatuh masuk ke dalam air, sontak semua

orang langsung tertuju ke sumber teriakan. Aku panik

dengan gerakan yang tidak beraturan vertikal terbawa

air memutar-mutar seperti pusaran air, pandangan

tidak jelas mana yang harus aku tuju.

Ekspresi wajah Emak yang panik memerah,

seperti ada penyeselan karena telah melepas

pergelangan tanganku. Aku belum bisa berenang,

hanya berteriak sekencang-kencangnya meminta

pertolongan dengan keadaan kadang mengambang

Page 43: Doa emak untuk asa

43

timbul tenggelam, dengan secara refleks aku

berusaha agar kepalaku selalu ada di permukaan air

untuk memberitahukan keberadaanku sehingga ada

yang segera menolongku, arus air yang deras terus

membawaku semakin jauh dari Emak.

Pak Zuki dengan cekatan langsung nyebur ke

arahku, dengan gaya front crawl perlahan tapi pasti

mengejarku, kedua belah lengan secara bergantian di

gerakkan jauh ke depan dengan gerakan mengayuh,

sementara kedua belah kaki secara bergantian di

cambukkan naik turun ke atas dan ke bawah. Posisi

wajah Pak Zuki menghadap ke permukaan air,

dengan pernapasannya di lakukan saat lengan di

gerakkan ke luar dari air saat tubuhnya menjadi

miring dan kepala berpaling ke samping. Sewaktu

mengambil napasnya, ia bisa memilih untuk menoleh

ke kiri atau ke kanan. Gaya berenangnya bisa

membuat tubuhnya melaju lebih cepat di air untuk

menjangkauku.

Pak Zuki segera menghampiriku, dengan

terengah-engah meraihku, aku yang sambil menangis

Page 44: Doa emak untuk asa

44

dan pucat ketakutan, Pak Zuki seperti seorang water

rescuer dengan teknik pertolongan korban/evakuasi

yang dilakukan di air, kemampuannya menolong

untuk memilih dan menentukan kemampuan yang di

miliki seorang rescuer, dengan metode yang harus

dilakukan untuk menolong harus bisa memilih

metode pertolongan yang paling cepat dengan resiko

yang kecil. Pengetahuan mengenai bahaya-bahaya

ketika berada di air, contohnya : panik, letih, maupun

kram karena arus air.

Akhirnya, aku tersadar dan terbangun.

Penglihatan mata dari mulai remang-remang menjadi

terang, perlahan aku coba menggerakkan tanganku

yang di genggam sama Emak. Air matanya di usap

yang ada di pipi kanan dan kiri karena telah melihat

aku tersadar dari pingsan.

“Emak, Asa kenapa?” tanyaku lirih karena

masih mencoba mengingat-ngingat apa yang terjadi

denganku.

“ Iya, anakku kamu tadi terjatuh di kali

..sayang “

Page 45: Doa emak untuk asa

45

“Tapi Alhamdulillah kamu enggak apa-apa

„kan?” sambil memegang badanku dan memeriksa

dari mulai tangan, bahu dan kepala apakah aku

memiliki luka, dengan wajah peluh kepanikan.

“Tapi Alhamdulillah kamu enggak apa-apa

„kan?“ lirih di lemparkan pertanyaan lagi untuk

meyakinkan kalau aku tidak apa-apa.

“Alham...dulillah Emak..........alhamdulillah

Emak... Asa enggak apa-apa, Asa hanya kaget dan

panik, maafkan Asa yah „Mak karena nakal tak mau

dipegangi”

Pak Zuki telah menyelamatkan nyawaku. Di

hari pertama dalam sejarah hidup di hari pertamaku

berangkat ke sekolah.

= #=#=#=

Tak sukar menggambarkan kampungku,

karena kampungku adalah kampung yang terkenal

dengan banjir di setiap musim penghujan tiba.

Dengan kondisi curah hujan yang tinggi dan terus

menerus apabila intensitas mencapai 150 mm/hari

Page 46: Doa emak untuk asa

46

baik di hulu bogor maupun di hilir Jakarta,

kampungku di pastikan terkena banjir. Aku berasal

dari pemukiman kumuh bantaran kali, merupakan

permasalahan klasik yang terjadi sejak lama, yang

berkembang di kota-kota besar. Permasalahan

pemukiman kumuh tetap menjadi masalah dan

hambatan utama bagi pengembangan kota.

Laju perkembangan kota Jakarta yang

semakin pesat membuat pemanfaatan lahan yang

semakin kompetitif, sedangkan di sisi lain,

perkembangan kota menjadi daya tarik urbanisasi

yang pada akhirnya menyebabkan tingginya tingkat

permintaan akan tempat tinggal di dalam kota. Selain

itu, pesatnya perkembangan penduduk perkotaan

tersebut yang umumnya berasal dari urbanisasi tidak

selalu dapat diimbangi oleh kemampuan pelayanan

kota sehingga telah berakibat pada semakin

meluasnya lingkungan permukiman kumuh.

Kampung yang tak pernah luput dari tempat

persinggahan arus urbanisasi.

Page 47: Doa emak untuk asa

47

Aku kelas enam SD tepat tahun 1996,

kampungku di landa kebanjiran yang sangat besar.

Bahkan Pasar Proyek Jatinegara tempat aku bermain

bola ketika malam hari, ikut terkena banjir walau

hanya semata kaki. Bapak, Emak dan ketiga adikku

sibuk menyelamatkan harta benda kami. Semua

tetangga pun sibuk dengan menaikkan barang-barang

berharga ke lantai dua rumah mereka. Semua di

pusingkan bagaimana agar harta tidak terbawa banjir

dan mengharuskan kami untuk mengungsi.

Mereka mencoba bertahan dengan segala

kemampuan mereka. Air tergenang di mana-mana

membuat kampung kami menjadi sebuah kolam

renang raksasa dengan air kecoklatan, seperti macam

tempat permainan orang-orang dewasa yang lalu

lalang dengan berenang.

Aku mencoba menyikapi segala sesuatunya

dengan positif, keadaan serba sulit ini membuat aku

kecil mencoba bangkit dari keterpurukan, menjalani

kehidupan sebagai pengungsi banjir di jalani dengan

senyum dan sabar, dalam wajah kesedihan yang

Page 48: Doa emak untuk asa

48

tercermin mengandung sebuah harapan dan impian,

ketika melihat para Fasilitator dari mbak-mbak

trauma healling dalam menghibur kami anak-anak

korban banjir, mereka menyatakan bahwa semua

bencana dan duka itu pasti ada hikmahnya, jadi adik-

adik tidak perlu takut, di balik setiap ujian dan

bencana, semua itu pasti ada sesuatu yang indah

kelak.

Kucoba merenung dan selalu menanamkan

mimpi dan khayalanku, nanti kelak aku dewasa akan

menjadi seseorang yang bermanfaat untuk orang lain,

mimpi dan hati kecil yang mulia itu lahir dari sebuah

keprihatinan akan pengalaman diri sendiri, dengan

segala keterbatasan dan kekurangan, aku harus terus

berjuang mencoba untuk mencapai mimpi dan

harapan dengan selalu belajar dan bekerja keras serta

berjualan, suatu saat nanti aku akan menjadi orang

yang berguna.

Aku menjalankan kehidupan yang sangat

pahit di karenakan aku adalah anak pertama dengan

dua bersaudara yang menjadi tanggungjawabku

Page 49: Doa emak untuk asa

49

kelak, perjuangan itu di mulai dari Aku duduk

dibangku kelas 3 SD, aku harus berjualan

mengelilingi Kampung Pulo hingga menyeberang

kampung dengan bantuan getek. Aku mencoba

menjajakan daganganku sambil meneriakkan :

“Sate ayam ......“

”Ucus goreng........”

“Kepala ayam.......”

Begitulah teriakanku dengan suaranya yang

lantang.

Aku mencoba menapakkan semangat dan

senyumku berusaha membantu Emak. Di karenakan

Bapak tidak bisa bekerja memberi nafkah untuk

keluarga di karenakan sakit yang tak kunjung sembuh

dari kesadarannya, aku pun tak pernah mengerti

kenapa Bapak hanya diam dan membisu, pernah aku

menanyakan apa yang terjadi sama Bapak dengan

Emak. Emak pun hanya terdiam dan menangis.

Hari demi hari, Aku menapaki setiap jalan

becek, dari satu gang ke gang yang lain, masuk

kampung keluar kampung berkeliling menjajaki

Page 50: Doa emak untuk asa

50

daganganku, mencoba mencari penghasilan untuk

kebutuhan adik-adikku yang masih kecil. Aku

mencoba berjuang dengan penuh keyakinan suatu

saat nanti aku bisa sukses menjadi seorang prajurit

ABRI. Iya, cita-cita yang hampir umum untuk anak

laki-laki kala itu, menjadi seorang prajurit gagah dan

berani membela negara dan bangsa.

Sepulang sekolah dengan getek bersama-sama

teman menyeberangi kali Ciliwung yang membatasi

antara Kampung Pulo dengan Bukitduri. Aku

mencoba mandiri tanpa di suruh Emak, aku

berinisiatif jualan setiap hari pulang sekolah, dengan

berbeda-beda barang yang aku pernah jual, mulai dari

makanan berupa sate ayam goreng, putu mayang,

tempe goreng dan risol goreng pernah aku jajakan,

Aku kecil sangat bahagia, apabila musim banjir pun

melanda, di karenakan sekolah menjadi libur.

Keuntungannya di bilang lumayan hampir dua kali

lipat karena hampir semua orang membeli makanan

yang di jajakan, di karenakan semua berasa lapar

ketika banjir, karena hampir semua keluarga tidak

Page 51: Doa emak untuk asa

51

bisa memasak karena banjir, sehingga penghasilanku

di bilang lumayan karena itu.

= #=#=#=

Semua itu berawal dari pernyataan Engkong sebelum

meninggal yang di pesankan ke Bapak, kata-kata itu

terus terngiang ;

“Asa...harta Engkong tujuh turunan tidak

akan pernah habis-habis di makan semua keluarga

hingga tujuh turunan”

Ingatan masa kecil yang terus di tanamkan

sama Engkong melalui Bapak, menjadi cambuk luar

biasa, karena hal itu aku sering diejek-ejek sama

teman sepermainanku, karena di anggap menjadi

anak sial, karena aku adalah anak keturunan delapan.

“Anak keturunan delapan”

“Asa anak keturunan delapan, wkwkwk

sambil tertawa dan terbahak-bahak semua

menertawakan diriku” mereka mengejek berramai-

ramai.

Page 52: Doa emak untuk asa

52

“Dasar anak keturunan delapan sih,,,sialkan

jadinya keluarga kamu tuh, ayo jangan ditemenin

anak sial itu ; si anak keturunan delapan”.

Sungguh sangat menyedihkan sekali, aku

dianggap menjadi anak sial, karena aku keturunan

delapan, yang menyebabkan kesulitan ekonomi

keluargaku, di karenakan kehadiranku yang membuat

semuanya menjadi hancur, tanah yang begitu luas,

rumah yang begitu banyak, sampai dengan warung

habis tak bersisa, yang ada hanya cerita dan

kenangan, semua itu habis dan tanpa bekas. Aku pun

tidak mengerti mengapa semua itu terjadi, apakah

benar itu memang semua karena penyebabnya karena

aku, sungguh luar biasa mata air ku tak terbendung,

meratapi begitu malangnya aku, tidak banyak yang

mau berteman dengan ku kala itu, karena dianggap

menjadi sebuah musibah karena kelahiranku.

Emaklah yang menjadi penyemangatku dalam

membangkitkan semuanya dari keterpurukan mental

dan percaya diri yang begitu hancur.

Page 53: Doa emak untuk asa

53

“Asa, yang sabar yah, Emak tahu Asa sedih

dengan kelakuan teman-teman Asa, janganlah kamu

bersedih, anakku semuanya itu sudah diatur sama

Allah SWT, jadi Asa jangan bersedih, suatu saat

nanti Asa akan menjadi orang hebat karena

kesabaran dan kerja keras Asa dalam menghadapi

cobaan hidup ini”

“Emak hanya bisa mendoakan kelak engkau

menjadi orang yang berguna dan orang-orang akan

melihat karyamu,dan akan berguna untuk orang lain,

ketika kamu tetap sabar dan menjalankan cobaan

dari Allah, dan kamu tetap tidak sombong ketika

kamu sukses yah „nak”.

“Percayalah „nak sebuah kesuksesan itu

kelak akan kamu raih dengan kerja keras serta doa,

dan ketika kamu tersenyum, senyummu akan

bermanfaat untuk mereka, jadikanlah masa-masa

sulit ini menjadi pembelajaran yang terus kamu

ingat, di saat kamu pun ketika di atas, kamu tidak

akan pernah sombong, karena kesombongan kamu

itu justru akan menghancurkan diri kamu sendiri”

Page 54: Doa emak untuk asa

54

“Emak sangat sayang sekali dengan Asa,

terima kasih banyak yah „nak, waktu bermainmu,

kamu menjadi berjualan setiap hari demi kebutuhan

hidup kita sehari-hari”

Air mataku tak tahu kenapa menetes deras

membasahi tangan Emak, Emak pun sama

meneteskan air mata, kami larut dengan air mata

sebuah harapan, suatu saat nanti aku yakin menjadi

orang yang sukses. Itulah emosi yang menemaniku,

sehingga menguatkanku menapaki hidup dengan

harapan serta doa dari Emak.

= #=#=#=

Aku kembali mengalami sakit perut yang sangat luar

biasa seperti dulu, tapi kali ini disertai buang air

besar secara terus-menerus. Setelah di bawa ke

dokter, dan menjalani pemeriksaan, aku diberitahu

tentang sesuatu yang membuat Emak hampir jatuh

pingsan.

“Anak Ibu terkena penyakit disentri”

Page 55: Doa emak untuk asa

55

Penyakit menular. Bahkan dokter dan perawat

pun mengatakannya dengan tubuh menegang.

Disentri merupakan salah satu jenis diare akut atau

timbul mendadak, umumnya banyak di alami anak

pada usia balita. Penyakit disentri yakni infeksi

kuman Shigella (disentri basiler) dan parasit

emtamoeba histolitiyca (disentri amuba). Gejala

disentri pada anak biasanya di dahului demam (pada

disentri basiler), ada gejala sakit perut ketika BAB

dan setelahnya rasa sakit tersebut hilang serta feses

berlendir dan berdarah.

Aku belum paham kenapa penyakit itu dapat

merasuki tubuhku yang kecil dan mungil ini. Dari

mana mulanya jalur penyebaran penyakit disentri itu.

Mereka mengira aku mungkin telah menyantap

makanan yang berasal dari jajanan sembarangan yang

ada di depan sekolah.

Penyakit disentri membuatku kembali masuk

rumah sakit. Kali ini bukan hanya di rawat dalam

ruang perawatan yang ada di kamar kelas 3 nomor

367, akan tetapi aku juga masuk ruang isolasi. Di

Page 56: Doa emak untuk asa

56

bagian isolasi Rumah Sakit Umum Daerah

Persahabatan tersebut yang berada di lantai 1, di

bagian pojok dari gedung rumah sakit. Emak yang

mengkhawatirkanku pun ikut terus menemani. Setiap

melihatku gugup dan cemas, dia selalu memberikan

suntikan spirit, keberanian, cinta dan kasih

sayangnya. Seandainya saat itu tidak di temani, aku

mungkin akan menjadi sosok yang pemurung dan

hanya pasrah dengan keadaan yang menimpa.

Seluruh jendelanya berwarna abu-abu dengan

dinding tembok warna putih di pasangi palang besi

kecil dan saat malam tiba semua pintu dikunci dan di

jaga oleh suster perawat jaga. Lantai di bagian isolasi

ini berwarna merah. Di bagian lain rumah sakit

tersebut, lantainya berwarna hijau. Suster perawat

memperingatkan aku agar tidak keluar dari bagian

merah. Meskipun pada hari kedua setelah aku dalam

perawatan, sakit perut dan diareku yang mulai

membaik, dan aku boleh berlarian di lantai berwarna

merah, tetap saja aku tak di perbolehkan keluar dari

bagian itu.

Page 57: Doa emak untuk asa

57

Tak ada yang menengokku, kecuali Bapak

yang di antarkan Enyak membawa pakaian gantiku.

Suster perawat datang mengantarnya setelah

memberikan beberapa penjelasan tentang peraturan

yang ada di rumah sakit, seperti ; jam besuk, larangan

yang tidak dan boleh makanan yang aku makan.

Di atas lorong rumah sakit yang memiliki

batasan warna yang berbeda, daerah mana yang boleh

di kunjungi oleh keluarga pasien dan yang tidak bisa

di akses oleh siapa pun kecuali petugas rumah sakit.

Bapak seperti biasanya hanya duduk terdiam

di bangku yang berada di samping bangsal

perawatan, tak banyak kata-kata yang keluar dari

mulutnya. Dengan sesekali melihat dan

memperhatikan aku yang berbaring di ranjang rumah

sakit, dia seakan tak peduli dengan kondisi pada

diriku. Dengan satu lilitan selang yang membentang

panjang berdiri tegak 120 sentimeter yang menjuntai

tabung infus berisi cairan elektrolit sedangkan di

ujung satunya tertusuk jarum yang tajam ke lengan

kiri berada di telapak tanganku yang mungil.

Page 58: Doa emak untuk asa

58

Saat aku mengira Emak sedang berbicara

dengan bapak, ternyata bapak berteriak sangat

kencang, penuh histeris dan teka-teki.

“Jangan dekati aku”

“Arghhhhhhhhhhhhhhhh”

“Jangan dekati aku”

Bapak seperti marah dan berubah menjadi

yang kalem terdiam, penuh tenaga meronta-ronta

sambil melempar-lempar benda yang ada di

sekitarnya, bapak melempar beberapa benda medis ke

arah samping persis di sebelahku. Tapi aku tak

paham, apa yang Bapak lihat, aku hanya melihat ada

bingkai keterangan tentang peraturan yang ada di

rumah sakit. Emak mencoba menenangkan Bapak,

tapi tenaga Bapak sangat kuat sehingga mendorong

Emak jatuh tersungkur di pojok kamar perawatan.

Aku kaget dan merasa sangat ketakutan. Aku

mengira Bapak sedang di rasuki roh jahat atau

makhluk halus yang selama ini menghantuinya.

Begitulah yang kulihat dari mulai perubahan

matanya, teriakan dan tingkahnya yang sangat aneh.

Page 59: Doa emak untuk asa

59

Beberapa perawat dan petugas keamanan rumah sakit

segera datang setelah mendengar bunyi kegaduhan

yang terjadi di kamar perawatanku. Dan akhirnya

Bapak pun terdiam lemas setelah di suntikkan

beberapa miligram obat penenang oleh seorang suster

perawat, lalu di baringkan di ranjang yang kosong di

sebelahku. Emak mencoba menenangkan aku yang

menangis ketakutan, sambil mendekapku dengan

mencoba memberikan kenyamanan agar aku tenang.

Enyak pun turut menenangkan aku.

Setelah kejadian itu berlalu. Aku mencoba

menjalani kehidupan di bagian isolasi dengan

perasaan senang. Karena dua minggu kemudian aku

di izinkan pulang ke rumah. Namun suster perawat

yang berseragam orange dengan tak lupa acesoris

topinya pun sama berwarna orange, suster itu berkata

;

“Apakah kamu benar-benar terkena

disentri?”

“Kami sudah memeriksanya di hasil

pemeriksan laboratorium, tetapi...?”

Page 60: Doa emak untuk asa

60

Walaupun aku belum begitu paham

pembicaraan antara Emak dan suster perawat, aku

tetap merasa senang karena aku akhirnya dapat

pulang ke rumah.

Hal lain yang aku ingat adalah seorang kakak

perempuan yang kira-kira berusia 12 tahun, di mana

kita sering berbincang ketika kita dalam satu ruang

isolasi. Dia sering mengajakku bermain dengan

permainan yang sangat menarik hatiku, walaupun

perempuan dia pandai sekali merangkai puzzle yang

terbuat dari kertas membentuk sebuah gedung kecil

yaitu Tokyo Tower, aku sangat berkesan sekali

melihat ketelitiannya dalam merangkai potongan

puzzle sehigga membentuk satu bangunan Tokyo

Tower yang megah. Dia senang sekali dengan

bangunan itu. Dia memiliki cita-cita untuk pergi

kesana dan kuliah di sana apabila dia sudah besar.

Kakak itu setiap hari mengajakku bermain dengan

puzzle yang beraneka macam bentuknya, puzzle itu

di bawakan oleh Ayahnya. Dia sering sekali

bertanya-tanya, penyakit apakah yang di derita

Page 61: Doa emak untuk asa

61

olehku? Akupun tak mengerti apa yang terjadi pada

tubuhku, terkadang aku merasa sangat lemah dan tak

bergairah akan hidup, akupun tak ingin tahu jawaban

yang sebenarnya yang membelenggu tubuhku yang

mungil.

"Doa memang tidak mampu mengembalikan

mereka yang kita cinta, tapi mampu memberi

kebahagiaan kepada mereka. Doa tidak mampu

mengulang waktu, tetapi mampu membuat

kesempatan datang kembali. Doa tidak selalu

memperbaiki hati yang hancur, tetapi doa mampu

mengubahnya menjadi sumber kekuatan dan

penenang kalbu"

Akhirnya aku kembali ke sekolah, aku

berubah menjadi periang. Karena aku tak ingin

teman-teman mengetahui kalau aku memiliki

penyakit. Teman-temanku satu kelas mendapat

imunisasi agar mencegah penularan yang di

suntikkan di lengan kiri setiap anak, walaupun kami

tak mengerti kenapa kami harus di suntik? kami pun

tidak begitu peduli dengan hal itu walaupun demikian

Page 62: Doa emak untuk asa

62

imunisasi tetap kami jalani, satu persatu di panggil

oleh ibu guru, namanya yang di panggil langsung

menuju bangku yang sudah menanti seorang dokter

di dampingi perawat, satu-persatu dari kami pun

terlihat seperti ketakutan walaupun kami menangis

tetap saja imunisasi tetap berjalan, menangis, lalu

selesai.

Emak berjualan di pasar bukitduri, pasar itu

berada di seberang kampung kami. Emak berjualan di

pasar itu hanya pagi hari. Emak berjualan makanan

ringan untuk sarapan pagi, seperti pisang goreng,

tempe goreng dan bakwan goreng. Apabila Emak

berjualan, aku dan adik perempuanku di asuh oleh

Enyak, sebagian besar waktuku di habiskan bersama

Enyak. Bukan dengan Bapak, karena dia hanya selalu

terdiam di sudut pojok rumah dekat jendela. Bapak

saat itu sudah tidak memiliki aktivitas apa-apa

kecuali dalam lamunannya yang panjang.

Manusia aneh seperti Bapak mungkin

mengira anak kecil seperti aku hanya layaknya

boneka. Sehingga aku hanya di ajak berbicara dan

Page 63: Doa emak untuk asa

63

tertawa sendiri, apapun yang di lakukan tidak akan

memberikan respon rangsangan motorik ataupun

hanya mematung diam tak berbicara. Mungkin Bapak

tak pernah berfikir aku pun dapat berkembang dan

tumbuh besar, hati dan pikiranku pun mempengaruhi

pola pikir dan pengalaman orangtua yang sangat

berpengaruh besar dalam pertumbuhanku. Hubungan

Bapak-Asa yang seperti itu membuat Enyak di rumah

mencoba memanjakan aku. Enyak sering sekali

berkata, “kasihan sekali nasibmu, Asa.”. Enyak

sering sekali memancing pembicaraan yang

membuatku menjadi sering berfikir. Enyak berkali-

kali mengajukan pertanyaan yang sama padaku.

“Siapa orang yang paling di sayang Asa?”

“Emak”

“Lalu siapa lagi?”

“Tentu saja Enyak”

“Ehm, iyah betul, betul.” Kata Enyak sambil

memelukku dengan hangat.

Aku pun tak sadar kalau nama Bapak tak

masuk dalam daftar orang yang aku sayangi. Itu

Page 64: Doa emak untuk asa

64

bukan karena aku tidak menyukainya. Bukan karena

itu, entah mengapa, aku merasa akan jauh lebih baik

kalau nama Bapak tidak kusebutkan. Paling tidak

itulah kenyataan yang terlihat di depan mata dalam

keseharianku. Mungkin hampir semua anak-anak

kecil sedunia memasukkan daftar sorang Ayah

sebagai urutan nama kedua setelah ibu. Aku pun tak

mengerti apakah itu salah ataupun benar.

= #=#=#=

Page 65: Doa emak untuk asa

65

Chapter Two

Hubungan antara “Emak dengan Asa” adalah sesuatu

yang sangat sederhana. Seandainyapun apabila

mereka hidup secara terpisah, dan hampir tak

bertemu, hubungan itu takkan pernah berubah.

Emak bukan saja sosok yang sangat berarti

untukku. Akan tetapi Emak adalah sebuah jarum

kompas yang mengarahkan aku dalam menjalani

kehidupan ini. Walaupun hidup Emak penuh

kecemasan, akan tetapi Emak tidak pernah

memperlihatkan kecemasannya, seakan merasa

berada di tempat yang tidak membuatnya cemas,

sesungguhnya rasa cemas itu bertumpuk di dalam

hati. Seperti dalam retakan di dinding rumah yang di

biarkan dan akhirnya menjadi terbiasa, namun lambat

laun akan menggerogoti bangunan rumah tersebut.

Retakan seperti itu semestinya membuat malu dan

secepatnya harus di tutup. Emak memiliki pandangan

lain, menurut Emak apapun cobaannya, ketika

pondasi rumah tetap akan membuat berdiri bangunan

Page 66: Doa emak untuk asa

66

rumah sekalipun sudah terendam berminggu-minggu

oleh banjir setiap tahun, di basahi hujan yang sangat

deras dan terik panas yang membentang menyengat

ke seluruh bangunan. Begitupun diri kita.

“Jati diri yang di bangun oleh seorang anak

manusia yang tidak memiliki kesadaran diri, jika di

terpa badai akan terempas ke tepi pantai dan

menjadi rongsokan sampah yang membentang

mengotori keindahan pantai”

Aku seperti cangkang kerang yang teronggok

di pasir, aku lahir dalam kondisi keluarga seperti ini,

tidak ada yang bisa memilih ketika keluarga mana

kita harus berasal dan ketika aku lahir dalam kondisi

yang serba sulit seperti itu, layaknya melihat badai

gelombang yang ada di pantai. Aku pun tidak harus

merasa sedih atau merasa terpuruk, namun hanya

melihat dengan mata yang bersinar penuh titik beku

karena dinginnya hidup ini. Mungkin memang aku

tidak dapat mengungkapkannya melalui kata-kata,

namun aku bersyukur mendapatkan kemampuan

untuk membaca skenario sang pencipta tentang

Page 67: Doa emak untuk asa

67

putaran roda kehidupan yang terjadi. Sehingga aku

dapat memiliki kemampuan untuk memilih apa yang

harus aku lakukan dalam kehidupanku selanjutnya.

Hal tersebut merupakan sebuah insting yang di

berikan sang pencipta kepada seluruh makhluk di

muka bumi ini yang paling lemah sekali pun untuk

mempertahankan hidupnya sehingga dapat

beradaptasi dengan baik.

= #=#=#=

Aku tak pernah merasa memiliki seorang Bapak.

Sejak kecil, walaupun kami tinggal bersama, namun

aku tak pernah menolak statusnya sebagai seorang

Bapak, meskipun itu hal yang wajar.

Bapak layaknya seperti sebuah balon tiup

yang terbuat dari sabun yang terbentuk dari tiupan

seorang anak kecil yang bermain di lapangan, balon

itu memang indah ketika terbang di angkasa, akan

tetapi hanya bertahan dalam hitungan detik saja,

begitu juga Bapak memang jasad dan badannya

selalu hadir bersama kami, akan tetapi dalam

hitungan waktu sesaat saja aku belum pernah

Page 68: Doa emak untuk asa

68

merasakan sebuah kasih sayang dari seorang Bapak.

Namun walaupun demikian, meskipun Bapak tidak

pasti antara ada dan tiada keberadaan jiwanya

dimana. Pada saat-saat tertentu dia akan muncul, lalu

aku tersadar keberadaannya sangat berarti dan

membuat hatiku sangat tenang.

Emaklah yang mengisi relung-relung hatiku

yang hampa, berterbangan yang membawaku sebagai

petualang dan penjelajah dalam menciptakan rute

penerbangan arah mana yang harus aku singgahi.

Keberadaannya begitu dekat dengannya. Sedikit saja

dia menghilang, maka aku akan mencarinya kesana

kemari. Dan dia pun akan muncul dengan segera

sebelum tangisanku mengering di pipi. Kebersamaan

kami membentuk suatu penyatuan seperti jarum jam

yang bunyi berdetak beriringan dan seirama.

Sehingga keberadaan Emak di sisiku membuatku

menjadi manusia yang tenang.

Suatu ketika ada perayaan maulid Nabi

Muhammad SAW yang di isi oleh berbagai ceramah

kondang di musholla Al-Awwabiin. Dan tak lupa

Page 69: Doa emak untuk asa

69

juga para panitia mengundang ke semua anak yang

tak memiliki ayah dan ibu ataupun lebih dikenal

sebagai anak yatim atau anak piatu yang ada di

kampungku. Yang di undang melalui Ketua RT dan

di umumkan melalui pengeras suara yang ada di

Musholla.

Sesampainya di rumah, aku menanyakan

pengumuman itu kepada Emak. Emak bertanya,

“Kamu mau ikut, Asa?”

“Aku enggak mau ikut. Aku enggak mau

ikut,” kataku dengan sedih. Mendengar hal itu, Emak

mencoba membujukku.

“Asa tidak perlu malu, datanglah seperti

jamaah yang lain, walaupun Asa bukan undangan

seperti teman-teman Asa yang lain”

Aku datang karena seperti biasa, aku shalat di

musholla. Aku pun tak mengerti apakah aku

termasuk yang ada dalam undangan tersebut atau

tidak. Aku seperti biasanya seperti jamaah yang lain.

Duduk bersila di barisan kaum bapak-bapak dan

dengan anak-anak yang lain. Acaranya sangat meriah

Page 70: Doa emak untuk asa

70

di hadiri begitu banyaknya jamaah sampai

membludak di sepanjang jalan yang ada di kampung.

Karena kapasitas musholla tidak dapat menampung

begitu banyak jamaah. Selesai penceramah

bertausiyah, selanjutnya acara yang di tunggu oleh

para anak-anak yatim dan piatu. Mereka di panggil

satu persatu sesuai nama dan RT mana dia berasal. Di

panggil ke depan dekat mimbar diberikan sebuah

bingkisan berwarna coklat yang terbuat dari kertas

sampul buku yang berisi perlengkapan dan alat tulis

sekolah, dengan selembar amplop putih berisi uang

sebesar dua puluh ribu rupiah. Sesungguhnya aku

pun mengharapkan di panggil, seperti teman-teman

yang lain. Selesai Syaipudin adalah nama terakhir di

panggil oleh panitia, Pudin panggilannya, anak yatim

yang di panggil karena meninggal Bapaknya yang

tertabrak kereta ketika mengantar Pudin ke sekolah.

Aku pun pulang dengan perasaan sedikit

kecewa dan sedih. Walaupun aku tak berbicara

dengan Emak tentang kesedihanku, tapi Emak telah

mengerti apa yang terjadi denganku.

Page 71: Doa emak untuk asa

71

“Sabar yah „nak, insyallah rezeki nanti ada

yang lebih dari Allah, memang mungkin itu bukan

hak-mu”

“Iyah, Emak...Asa mengerti kok” sambil

senyum mengedipkan mata, memperkuat hati.

= #=#=#=

Meskipun bertahun-tahun tinggal di rumah

Enyak di Kampung Pulo. Namun aku tetap tak

menganggap rumah itu sebagai rumahku sendiri.

Bahkan walaupun aku hanya memiliki beberapa

ruang untuk menyimpan buku-buku pelajaranku,

sekalipun menurut Enyak rumah ini warisan

Engkong untuk Bapak, Aku merasa bahwa semua

rumah itu hanyalah tempat menumpang. Aku hanya

merasa memiliki Emak yang begitu menyayangiku,

begitulah hidupnya Asa, sederhananya cara pandang

anak kecil yang sangat sederhana.

“Aku hanya ingin di tempat Emak tinggal”

adalah pemikiran yang paling menguatkan hatiku.

Aku sering sekali menulis di buku catatan kecil

Page 72: Doa emak untuk asa

72

tentang sesuatu hal sederhana, dari mulai tentang

silsilah keluarga, catatan kegiatan sehari-hari, dan

perjuangan Emak yang setiap hari membuatku

semakin kuat. Emak adalah sosok yang sangat

menginspirasiku dalam menjalani hidup ini. Karena

saat di minta menulis karangan bertema “Emak”,

dengan mudahnya jari-jari kecilku menulis dari mulai

sosok Emak yang membuatku paling nyaman saat

menulis kehidupan Emak seperti ketika aku menulis,

setiap tulisan yang aku tulis seakan mendapatkan

kehangatan kasih sayang kembali perasaaan dan

mereview keadaan itu.

Aku tak pernah menyesal dan menganggap

salah nasib yang di ciptakan Allah kepadaku. Dengan

berbagai persoalan keluarga dan kekurangan kasih

sayang seorang Bapak sebagai sesuatu inspirasi di

balik kekurangan. Hal itu, kini bagiku tak perlu

mengiri dengan keluarga lain. Aku hanya ingin

dengan segala cobaan dan rintangan di permasalahan

itu tidak di biarkan begitu saja. Bahkan diantara

kerabatku, aku lebih memilih hal itu menjadi topik

Page 73: Doa emak untuk asa

73

perbincangan biasa, tak perlu menjadi kata-kata yang

penuh keprihatinan dan rasa kasihan.

= #=#=#=

Banjir kali ini lumayan sangat besar. Aku dengan

suka cita bersama teman-temanku, sibuk berenang di

air yang kotor memakai ban bekas. Kami tidak

pernah peduli kuman penyakit akan menempel di

kulit, berenang dan bermain air sampai kulit kami

mengkerut.

Walaupun kami harus membersihkan sampah

yang berserakan di dalam rumah atau lumpur akibat

kemasukan luapan air tak di undang. Bahkan ketika

kami harus mengungsi. Kami bersama-sama

warga sekampung tidur dalam tenda berramai-ramai,

makan bersama dari dapur umum seperti acara

perkemahan Pramuka Perjusami (Perkemahan Jumat

Sabtu dan Minggu) yang di lakukan di Bumi

Perkemahan Cibubur. Wajah orangtua kami mendung

seperti langit di bulan Januari atau gerutuan tentang

bantuan yang sedikit dari Pemerintah.

Page 74: Doa emak untuk asa

74

Di pengungsian aku bertemu dengan adik

Sarah yang berumur delapan tahun, adik Sarah kaki

kanannya mendadak lumpuh dan layu. Tidak bisa

menyangga tubuhnya lagi. Bahkan untuk dia berjalan

pun harus di seret kakinya. Menurut Dokter

Puskesmas yang ada di pengungsian, dia terserang

penyakit polio. Sejak itu Ia sangat membenci bulan

penghujan tiba. Ia tidak bisa berenang di kolam

raksasa saat air menggenangi kampung. Dia merasa

menjadi beban untuk bapak dan kedua kakak laki-

lakinya saat harus mengungsi. Mereka terpaksa harus

menggendong atau memapah dalam mengevakuasi

dari rumah yang hampir tenggelam.

Polio juga yang membuatnya berhenti

bersekolah. Dia tidak tahan dengan ejekan dari

teman-teman yang menghina kakinya. Setiap pulang

sekolah Dia selalu menangis sedih. Bukan

kehendaknya, kakinya menjadi lumpuh layu. Apabila

boleh meminta, dia pun ingin kakinya normal seperti

anak-anak yang lain. Namun takdir berkehendak lain.

Dia harus hidup dengan kaki yang harus di seret

Page 75: Doa emak untuk asa

75

jalannya. Kecacatannya menjadi bahan olok-olok

yang lucu bagi teman sekolahnya. Walau guru sudah

memarahi teman-teman yang doyan menghinanya,

mereka tidak jera juga. Saat guru lengah, mereka

terus mengejek yang menghancurkan harga diri.

Satu-satunya jalan untuk menghentikan penghinaan

adalah dengan berhenti sekolah.

Untuk mengisi waktu, Dia belajar menjahit

pada ibunya yang memang seorang tukang jahit. Aku

sangat iba sekali dengan kondisi adik Sarah, Aku

mencoba menghiburnya, memberikan semangat agar

dia bisa bangkit dari mental yang terpuruk akibat

musibah penyakitnya itu. Adik Sarah tak perlu malu

apabila harus bertemu dengan orang asing. Walaupun

tatapan mereka kasihan ataupun menghina, adik

Sarah pun harus terima dengan sabar dan ikhlas.

Polio membuatnya menjadi beban Bapak dan

kedua kakak laki-lakinya saat banjir datang. Mereka

harus menggendong atau mendukung untuk

mengevakuasi dari rumah yang hampir tenggelam.

Udara dingin dan lembab membuat kaki kanannya

Page 76: Doa emak untuk asa

76

semakin ngilu untuk di gerakkan. Januari, puncaknya

musim penghujan sungguh menyiksanya.

Aku juga dan teman-teman tak nyaman

berada di pengungsian. Bercampur-baur dengan

banyak manusia yang beragam watak dan sifatnya

membuat kita harus mengontrol emosi dengan

seksama. Amarah gampang sekali tersulut. Mungkin

karena rasa lelah, capek dan putus asa bercampur-

aduk membuat kesabaran makin menipis. Belum lagi

makanan di pengungsian yang selalu kurang ataupun

telat datang, tidur yang tak bisa nyenyak karena bayi

dan anak kecil yang sibuk menangis di malam hari

karena kedinginan dan kelaparan, saling berebut

menerima bantuan menjadi cerita suram di

pengungsian.

Bertahan di rumah yang kebanjiran juga

bukan pilihan. Saat malam harus bergelap-gelapan

karena tidak ada aliran listrik. Karena Kantor PLN

Jatinegara sengaja memutus aliran listrik ke daerah

yang tergenang banjir agar tidak terjadi korsleting.

Tidak ada akses informasi. Tidak bisa kemana-mana

Page 77: Doa emak untuk asa

77

kecuali memakai perahu. Ditambah lagi susahnya

mendapatkan bahan makanan untuk mengganjal

perut. Betul-betul seperti buah simalakama.

Pernah ada kerabat yang datang dari kampung

bertanya kepada Emak mengapa kami tidak pindah

saja dari kampung ini.

"Sudah tahu tiap tahun kebanjiran kenapa

tidak pindah ke kampung lain saja yang bebas

banjir?"

Emak menghela nafas panjang,

"Ini Jakarta. Harga tanah di sini lebih tinggi

dari harga emas. Harga tanah di daerah yang

langganan banjir saja sudah mencekik leher, apalagi

di kawasan yang katanya bebas banjir. Kami tetap

bertahan disini karena tidak ada pilihan lain!" ujar

Emak dengan nada prihatin.

Rumah bertingkat dua di kampungku bukan

barang mewah tapi lebih sebuah kebutuhan. Untuk

menyelamatkan perabotan dan nyawa. Ketika hujan

turun dengan deras, Emak dan ketiga adikku sibuk

mengangkuti perabotan ke lantai dua. Bersiap-siap

Page 78: Doa emak untuk asa

78

menghadapi banjir yang sewaktu-waktu bisa datang

kapan saja.

Saat banjir besar Tahun 1996, Aku ingat

dengan detail peristiwa yang menjadi latar

belakangnya. Banjir hampir menenggelamkan

rumahku, air yang masuk tingginya lebih dari dua

meter, aku dan Emak beserta adik-adik serta Bapak

memilih bertahan di lantai dua...Emak tahu bahwa

aku dan adik-adik tidak nyaman berada di

pengungsian.

Aku dan Emak harus berpuasa. Tidak ada lagi

yang bisa di makan dan di minum di rumah ini. Doa-

doa terus di panjatkan agar ada cepat datang

pertolongan. Sepertinya doaku tertahan di langit,

belum juga menampakkan ada hasilnya. Airmata

sudah tumpah di pipi. Panik, sedih, kedinginan serta

lapar yang mendera membaur jadi satu memunculkan

putus asa. Di saat aku hampir kehilangan harapan,

Allah mengirimkan pertolongannya. Petugas dari

SAR yang menyisir perkampungan menemukan kami

Page 79: Doa emak untuk asa

79

yang lagi meringkuk kedinginan. Suara memanggil

dari Toa berwarna krem.

“Kepada semua warga agar segera

mengungsi karena debit air akan semakin tinggi,

demi keselamatan saudara-saudara semua harus

kami ungsikan ketempat yang lebih aman”

Aku segera mengiyakan ucapan seorang

anggota SAR yang tertulis di dadanya yang berwarna

orange.

“Kami mau mengungsi pak, tolong kami”

teriakku bersama-sama keluargaku.

Bertahan di rumah yang di kepung banjir

bukan karena takut meninggalkan harta benda. Tidak

ada barang berharga di rumah ini. Lilin menjadi

penerang saat malam tiba. Dingin, lembap dan sepi

yang mencekam membuatku terus memeluk erat

Emak bersama adik-adikku. Untuk mengisi perut,

kami mengandalkan mie instan. Namun ketika

minyak tanah dan persediaan air bersih menipis, aku

dan Emak menjadi panik. Sementara Bapak hanya

terdiam tak pernah mengerti dengan keadaan

Page 80: Doa emak untuk asa

80

sekitarnya, beliau hanya diam dan sesekali tersenyum

sendiri, yang tak pernah kita mengerti apa yang

terjadi padanya.

"Cepat pakai jaket ini dek‟ biar hangat"

Ujar seorang petugas yang memakai topi pet

berwarna hitam. Dia melepaskan jaket yang di

pakainya dan menyerahkannya kepadaku.

Di bantu Emak, aku dan adik-adikku serta

Bapak langsung mengenakan jaket yang di

berikannya. Petugas SAR itu kemudian memapah

Emak untuk menaiki perahu karet. Setelah petugas

membopongku dan adik-adik ke perahu.

"Kenapa kalian tidak mengungsi?" tanyanya.

Aku bingung untuk mencari jawaban. Untung Emak

cepat mengambil alih menjawab pertanyaannya.

"Maunya mengungsi tapi kami pikir banjir

tidak akan sebesar ini”. ujar Emak.

"Syukurlah kalian di temukan, yang penting

sekarang kalian selamat" Petugas dengan penuh rasa

syukur. Aku dan Emak serta adik-adik langsung

berpelukan dan dihujani ciuman oleh Emak.

Page 81: Doa emak untuk asa

81

= #=#=#=

Sifat, watak, karakter dan kepribadian seseorang

bukan hanya di bentuk dari keluarga, namun juga

oleh faktor lingkungan. Kondisi lingkungan

merupakan salah satu pembentuk asal muasal

bantaran kali Ciliwung beserta ekosistemnya

merupakan pembentukan dari penciptaan yang

membentuk seseorang sesuai dengan kondisi

tempatnya berasal.

Aku yang berasal dari kampung Pulo pun

demikian halnya. Di dalam keluarga berawal aku

yang condong pendiam, malu-malu ketika di tanya

sosok orang yang baru di kenal dan tidak mandiri

selalu bergantung sama keberadaan Emak.

Namun karena kondisi orangtua, Bapak yang

kurang berkomunikasi denganku karena penyakitnya,

sehingga aku harus lebih banyak mengenal dan

melompat jauh adalah faktor lingkungan yang

mengharuskan aku untuk membaur dan bersosialisasi

dengan lingkungan tempat tinggalku. Hal itu,

Page 82: Doa emak untuk asa

82

akhirnya yang memberikan begitu banyak perubahan

yang terjadi dalam diriku.

Di dalam lingkungan pendidikanku di

Sekolah Dasar, membuat aku menjadi anak yang

aktif dan periang. Di mana aku harus berangkat

sekolah sendiri menyeberang kali dengan getek serta

menjelajahi jalan raya yang ramai dengan lalu lalang

kendaraan, selain itu juga aku harus menaiki kereta

listrik untuk mengikuti kegiatan Atletik di lapangan

Banteng. Di sekolah, aku terkenal di panggil teman-

temen Asa si “Anak kali”. Saat perlombaan pramuka

penggalang aku menjadi ketua regu Sinna (Singa

Naga). Dengan suaranya yang lantang dan berwibawa

aku acap kali memegang barisan dalam regu untuk

membangkitkan teman-teman dalam beryel-yel.

Demi mengembalikan semangat mereka dan

kecerian tim kembali, aku sering sekali melucu

ataupun membuat lelucon agar mereka tertawa

terbahak-bahak. Tertawa dan tersenyum dengan

mereka itu merupakan masa-masa yang terindah

Page 83: Doa emak untuk asa

83

untuk memberikan semangat kebangkitan menjalani

hidup ini.

Emak tak pernah memarahiku, ia selalu

membebaskan aku untuk melakukan apa saja. Setiap

pulang sekolah, aku langsung keluar lagi untuk

bermain bersama Ajat dan Fadil di pinggiran kali.

Bermain bola kasti, main perahu-perahuan yang

terbuat dari daun bambu ataupun memancing di

pinggiran kali untuk kami makan seperti lindung

/belut, ikan sapu-sapu ataupun udang.

Suatu saat, ketika pertama kali aku bisa

berenang di kali Ciliwung, di atas getek seberang di

saat aku sedang melompat-lompat kegirangan karena

sudah bisa berenang. Ada yang sengaja mengadukan

aku kepada Emak, bahwa aku sedang bermain-main

di kali bersama teman-teman yang lain.

Sesampainya di rumah Emak menanyakan hal

itu.

“Apakah benar, Asa bermain-main dan

berenang di kali?” Emak menanyakan hal itu dengan

penuh kecemasan.

Page 84: Doa emak untuk asa

84

“Benar Emak. Alhamdulillah Emak. Asa

sudah bisa berenang sekarang, malahan sampai bisa

bulak-balik dari getek kampung kita sampai ke getek

seberang”

“Alhamdulillah, syukurlah Asa, Emak tenang

dan lega, Emak sangat trauma dengan kejadian Asa

tercebur waktu awal Asa pertama kali sekolah, tapi

sekarang Emak sudah lega apabila Asa sekarang

sudah bisa berenang, jadi apabila banjir melanda

kampung kita lagi, Asa sudah bisa berenang, dan

suatu saat nanti ketika Asa besar kelak dapat

membantu orang-orang yang kebanjiran”

“Iyah, Emak terima kasih, Asa sayang sama

Emak” aku berlari menuju dekapan pelukan Emak.

“Asa pikir Emak akan memarahi Asa karena

sudah lancang berani bermain-main di kali”

“Iyah, Asa. Ketika seorang ibu marah kepada

anaknya, bukan hanya sekedar marah, akan tetapi

ada alasannya mengapa ada seorang ibu memarahi

anaknya, tapi untuk yang satu ini Emak tidak akan

marah, malahan Emak bersyukur kepada Allah telah

Page 85: Doa emak untuk asa

85

memberikan kemampuan Asa bisa berenang, Emak

pikir Asa akan trauma dengan kali di karenakan Asa

pernah tercebur hanyut dalam kali”

= #=#=#=

Rumah Engkong terletak di tengah-tengah

kampung Pulo dekat lapangan RW.03. Persis di

belakang rumah ada sebuah pohon Belimbing yang

memiliki buah yang sangat ranum berwarna kuning

dan manis sekali walaupun kadang agak masam tapi

sangat segar. Aku bersama sepupuku Nana dan

Fachrul sering sekali naik di atasnya ketika sore,

mengambil buahnya sambil duduk-duduk mengobrol

bertiga di atas pohon, bermain ayunan ataupun

terkadang bergelantungan layaknya menirukan

seorang Tarzan. Aku memetik buah Belimbing itu

untuk aku bawa pulang yang kuberikan buat Nurma,

Rysa dan Emak. Dan tak lupa juga Bapakku sangat

suka, dia lahap sekali menyantap buah Belimbingnya.

Permainan kami saat itu sangat bermacam-

macam. Di bawah rindangnya pohon Belimbing

Page 86: Doa emak untuk asa

86

berbagai macam permainan yang kita mainkan.

Bermain gundu atau lebih di kenal kelereng itu

permainan yang sering kami mainkan, berlomba-

lomba meraih siapa yang paling banyak, dialah yang

keluar sebagai pemenang. Ataupun bermain bola

kasti yang melatih kecepatan mata dengan tangan

untuk melatih kekuatan dan berlatih kemampuan fisik

kita. Kami sangat menikmati permainan demi

permainan yang kita mainkan. Kemenangan dari hasil

kerja keras dan kebahagian yang dapat di petik nilai-

nilai moral sebuah kejujuran dan kebersamaan selalu

tercermin dalam permainan sederhana ini. Walaupun

terkadang ada beberapa anak yang mencoba untuk

tidak berbuat jujur ataupun curang yang mengundang

kemarahan. Tetapi akan kita akhiri dengan elegan

ketika semua bersikap jujur dan tidak berbuat curang,

karena apabila itu di lakukan di jamin pasti tidak

akan ada lagi menemaninya untuk bermain bersama.

Di malam hari, Emak membuat persiapan

adonan yang terbuat dari tepung terigu dan beberapa

bahan yang lain untuk di buat menjadi makanan

Page 87: Doa emak untuk asa

87

gorengan untuk di jual keesokan harinya. Aku

terkadang membantu Emak sebisa yang aku mampu.

Aroma berbagai macam bahan makanan memenuhi

rumah kami. Terlihat di balik selimut, aku melihat

adik-adikku yang terlelap menutupi sebagian badan

yang menghangatkan tubuhnya. Aku mengamati

Emak yang sedang mengaduk-aduk adonan,

mencampurkan beberapa bahan kedalam satu wadah

baskom. Aku menyukai bunyi ketika Emak sedang

mengaduk adonan menggunakan alat yang dari

alumunium berbentuk seperti lengkungan batang

membentuk lengkungan es krim agak kenyal tapi

kuat karena di satukan dengan gagangnya berwarna

agak kecoklatan. Perasaan senang sekali apabila

melihat perjuangan Emak dalam kesibukkannya yang

berarti roda perekonomian keluarga kita akan terus

berputar. Walaupun Bapak hanya terdiam sambil

mengawasi aktivitas seluruh anggota keluarga, hal ini

sesungguhnya sudah membuat kami tenang di

bandingkan ketika dia sedang kumat.

Page 88: Doa emak untuk asa

88

Mungkin karena besok pagi aku harus ke

sekolah, Emak selalu menyuruhku untuk tidur lebih

awal agar besok pagi tidak kesulitan ketika di

bangunkan. Emak masih melanjutkan aktivitas

pembuatan barang dagangan untuk esok pagi.

Suatu hari menjelang sore, Enyak bersama

Emak dan adik-adik perempuanku sedang duduk di

teras depan rumah yang biasa mereka tempati. Saat

itu waktunya untuk shalat Maghrib memang masih

agak lama, jadi mereka berkumpul seperti biasa

untuk bercengkerama dan mengobrol. Emak

mengeluarkan makanan berupa dari adonan tepung

terigu yang berbentuk agak bulat dan yang sering

sekali aku lihat ketika menonton film Doraemon

setiap Minggu pagi di televisi tetangga, iyah memang

benar kue dorayaki, makanan kesenangannya si

Doraemon. Aku senang sekali, makanan yang ingin

sekali aku mencobanya. Aku sering sekali bilang

sama Emak.

“Emak, Asa ingin sekali makanan kue

Dorayaki, seperti yang di makan Doraemon”

Page 89: Doa emak untuk asa

89

“Sabar yah Asa, Insyallah ketika kamu pun

bersabar, berusaha dan berdoa kepada Allah, semua

keinginan Asa, pasti dikabulkannya?”

“Iyah, Emak, tapi Asa maunya makan kue

Dorayaki di Tokyo, aku ingin sekali berkunjung

kesana untuk belajar dan mengejar impian serta cita-

cita Asa”

“Enak banget yah „Mak jadi Doraemon bisa

kemana-mana dengan pintu ajaibnya, Asa ingin juga

seperti Doraemon dapat pergi keliling dunia dengan

pintu ajaibnya”

Emak tidak pernah mematahkan impianku,

dia selalu berkata. Kamu harus terus pelihara

mimpimu. Karena sesungguhnya, mimpi itu yang

akan memberikan kamu semangat untuk

mencapainya. Jangan pernah kamu redupkan api

mimpi itu, sesungguhnya mimpi itu yang akan selalu

menghangatkan perjuangan di dalam perjalanan

hidupmu.

Page 90: Doa emak untuk asa

90

“Ayo semua cobain, makanan kue

dorayakinya, masih hangat karena baru di angkat

dari oven”

Emak sedang menyajikan kue dorayaki.

Dalam hitungan menit saja dorayaki langsung habis.

Bapak hanya diam menghadap jendela melihat kami

yang sedang bercengkerama, bercanda dan

mengobrol satu sama lainnya. Bapak hanya

membuang makanan dorayaki yang di berikan Emak

kepadanya ke arah kucing yang sedang berdiam diri

di pojok teras.

Entah apa yang di pikirkan Bapak saat itu,

padahal sering sekali emak mengajarkan aku jangan

pernah membuang-buang makanan percuma di

karenakan mubajir, Allah tidak senang dengan

makhluknya yang menyia-nyiakan makanan. Aku

sempat pernah berfikir, apakah Bapak tidak pernah di

ingatkan orangtuanya agar tidak menyia-nyiakan

makanannya, begitulah pemikiranku tentang masa

kecilku melihat Bapak.

Page 91: Doa emak untuk asa

91

Kampung ini bukanlah kampung kaya

penduduknya. Meski demikian, orang-orangnya tidak

pelit kepada sesama. Sifat inilah yang menjadi ciri

khas yang lahir dan di besarkan dalam kampung ini,

termasuk Emak dan saudara-saudaraku.

Emak selalu mengajarkanku selalu berbuat

baik kepada siapa saja, jangankan kepada manusia

sama binatangpun Emak sangat baik, Emak

mencontohkan itu dengan memungut anak kucing

yang tak berdaya karena tercebur di kali. Di bawa

pulang sama Emak untuk dirawat dan di besarkan

karena kucingnya sangat lucu. Sampai kadang-

kadang Emak merelakan ikan kembung goreng

jatahnya di berikan kepada si “cungkring” kucing

hitam berbulu yang memiliki matanya yang biru.

Sesungguhnya Emak tak pernah memarahiku.

Dan hal ini pertama kalinya aku di marahi Emak.

Ketika itu umurku sekitaran sebelas tahun. Seorang

teman mengejek-ngejek aku dengan pistol airnya dan

selain itu juga dia membasahi seluruh bajuku dengan

pistol airnya. Aku jengkel dan mengadu ke Emak.

Page 92: Doa emak untuk asa

92

Kemudian aku mengambil pistol air mainannya yang

berwarna hijau muda terbuat dari plastik lalu aku

sembunyikan di dalam kolong gerobak bubur ayam

Bang Somat.

“Ooh, jadi ini kejujuran yang Emak ajarkan

ke kamu dengan mengambil barang yang bukan hak

kamu” dengan membentak dan nada suaranya yang

tinggi. Tak ada pembelaan dan penyangkalan dariku,

walaupun ada alasannya mengapa aku harus

mengambil pistol mainan milik si Jamal itu.

= #=#=#=

Ketika aku masuk SMP, Emak

menghadiahiku sebuah jam tangan yang sudah di

janjikan, karena Emak menjanjikan apabila aku

masuk SMP Negeri, dia akan membelikan aku jam

tangan. Aku bersama Emak berjalan kaki kira-kira 1

kilometer dari rumah ke sekolah. Tak banyak anak-

anak angkatanku yang bisa masuk negeri. Aku

bersyukur dapat meraihnya.

Page 93: Doa emak untuk asa

93

Kini setelah aku beranjak dewasa sering

sekali mengenang berbagai kejadian masa lalu. Aku

merasa bahwa Emak adalah orang paling hebat

sedunia. Dengan segala pengorbanan dan

kesabarannya, selalu memberikan yang terbaik

kepadaku. Memang aku yakin semua Ibu di dunia ini

akan melakukan hal yang sama terhadap anaknya.

Sejak saat itu aku sangat menghargai waktu.

Aku merasa memiliki ketenangan tersendiri ketika

melihat jam tangan. Karena setiap aku melihat jarum

jam detik yang berputar mengitari porosnya, hal itu

menunjukan keyakinanku terhadap Emak yang selalu

memberikan kasih dan sayangnya, yang tak pernah

sedetikpun kasih sayang dan perhatiannya selaluku

rasakan begitu indah.

Beda halnya dengan jam dinding yang di

banting oleh Bapak. Ketika jam dinding yang berada

di rumah berdentang sangat kencang. Jam dinding

berwarna hitam yang memiliki bandul pendulum

yang berbentuk lingkaran peninggalan Engkong.

Hancur tak berkeping.

Page 94: Doa emak untuk asa

94

“Jgrrrrrrrr” berantakan jatuh di lantai yang

hanya berlantai ubin berwarna kuning pucat. Kami

pun tak mengerti mengapa begitu marah sekali Bapak

ketika jam dinding itu berbunyi, seakan dia marah

dengan sesuatu. Dan akhirnya tidak akan ada lagi

detak jantung jam dinding itu berbunyi dikarenakan

sudah rusak dibanting oleh Bapak.

= #=#=#=

Satu-satunya pasar kebanggaan orang Jatinegara telah

terbakar. Dan hal ini mengakibatkan perubahan

kehidupan dan kondisi orang-orang dewasa di sini

yang membawa pengaruh kepada anak-anak di

kampung kami. Demikian juga kepada teman-

temanku, di mana anak-anak harus merasakan juga

kehilangan pekerjaan orangtuanya di karenakan

tempat berjualan orangtuanya habis terbakar. Di

sekolah kami, ada bantuan dari pemerintah yaitu

program Gerakan Nasional Orangtua Asuh

(GNOTA), di mana anak-anak yang berasal dari

keluarga kurang mampu mendapatkan tunjangan

Page 95: Doa emak untuk asa

95

sosial bersifat santunan untuk membantu

meringankan orangtua dengan memberikan berbagai

keperluan perlengkapan sekolah. Pak Hutabarat guru

walikelas membariskan anak-anak tersebut dan

membagikan sumbangan berupa tas yang berisi ;

buku, pensil, pulpen, penghapus, dan seragam merah

putih dua stel. Alhamdulillah, aku mengucapkan

syukur atas rezeki yang di berikannya. Aku pulang

dengan perasaan bahagia, kemudian aku

memberitahunya kepada Emak sepulang dari sekolah.

Emak juga mengucapkan rasa syukur itu.

“Alhamdulillah Ya Rabb, terima kasih

segalanya, semoga rezeki yang di dapatkan Asa hari

ini menjadi bekal dan memberikan semangat dalam

belajarnya”

Emak menyatakan kepadaku, Asa harus

memanfaatkan kepercayaan dari Allah yang di

perantarakannya melalui Pemerintah dengan Program

GNOTA di gunakan sebaik-baiknya, karena masih

banyak anak-anak di luar sana yang belum

mendapatkan kesempatan paket ini dan masih banyak

Page 96: Doa emak untuk asa

96

anak-anak yang belum memiliki kesempatan

bersekolah, banyak dari mereka harus mengasong

berjualan koran di perempatan jalan, mengelap kaca

ataupun mengamen untuk mencari makan sehingga

mereka tak dapat memiliki kesempatan untuk

bersekolah seperti Asa.

Suatu ketika, aku bermain bola di lapangan

Jenderal Urip Sumoharjo. Aku bersama teman-teman

yang sedang asyik bermain bola, di kejutkan karena

adanya teriakan dan berhamburan berlarian para

pedagang kali lima yang berada di sepanjang jalan

depan lapangan Jenderal Urip itu. Aku belum

mengerti apa yang membuat para pedagang itu

berlarian, kemudian Ajat memberitahukan kepada

kita mengapa para pedagang itu berlarian, mereka di

kejar para anggota aparat pemerintah daerah yang

melarang mereka berjualan karena melanggar Perda

Nomor 11 Tahun 1988.

Pada hari berikutnya, aku menanyakan hal itu

kepada emak. Mengapa ada pedagang yang lari

terbirit-birit karena di kejar petugas? Menurutnya

Page 97: Doa emak untuk asa

97

berjualan di trotoar itu di larang petugas. Aku

sebenarnya berharap emak mengatakan itu salahnya

petugas kenapa ada orang yang berjualan kok di

larang?

= #=#=#=

Pada sore menjelang malam, Adzan Magrib dari

Musholla Al Awwabin terdengar sangat

menenteramkan hati, saling bersahutan juga

terdengar dari kampung sebelah, sehingga satu sama

lain yang memberikan ketenangan kampung, anak-

anak remaja tanggung bergegas berbondong-bondong

mengambil sarung dan kopiah. Ibu-ibu membimbing

anaknya untuk ikut serta bersama bapak mereka

untuk shalat berjamaah. Termasuk ustad Zuki yang

sudah menutup geteknya lebih awal di karenakan

untuk memimpin shalat jamaah di Musollah.

Ajat sudah mengenakan baju koko bersarung

dan kopiahnya, muka dan ujung rambutnya juga

sudah basah dengan air wudhu yang baru keluar dari

Page 98: Doa emak untuk asa

98

tempat berwudhu. Pribadi unggul tidak akan pernah

di telan dan menjadi pengikut zaman, tapi jadi tren

setter penentu kecendurangan zaman yang

berkarakter kuat. Bapak Marzuki atau kami

memanggilnya Ustad Zuki, tidak memiliki selembar

ijazah pun, namun beliau bertekad untuk

mencerdaskan anak-anak kampung, Ustad Zuki

merupakan pelopor tempat pengajian non formal

yang di kelola beliau bersama anak-anaknya, mereka

sekeluarga bertekad mengobarkan pendidikan Islam

yaitu membaca dan menulis Al-Quran dari sejak dini,

tanpa imbalan dan bayaran, hanya uang urunan ala

kadarnya dari para orangtua.

Ustad Zuki mengaji terlebih dahulu, lalu di

ikuti anak-anak yang lain termasuk aku.

“Ar rahman allamal bill hussbannn”

“Ar rahman allamal bill husabbannn!”

Suara orangtua bertubuh kurus itu dengan

lantang. Kayu terbuat dari rotan lurus teracung tinggi

ke udara, suaranya menggelegar, sorot matanya

berkilat-kilat menikam kami satu persatu. Wajah

Page 99: Doa emak untuk asa

99

serius, alisnya hampir bertemu dan otot gerahamnya

bertonjolan, seakan mengerahkan segenap tenaga

dalamnya untuk menaklukkan jiwa kami. Sungguh

mengingatkan aku kepada karakter tokoh kera sakti

mandraguna di film layar TV setiap malam aku

tonton.

Ar Rahman : sepotong ayat yang asing ini

kini mulai terdengar. Dalam hitungan beberapa detik

saja, kami bagai bayi yang tertidur dalam pangkuan

ibu yang menentramkan jiwa. Kami, belasan anak

kecil, mengikuti, tidak mau kalah kencang dengan

beliau dengan penuh semangat

“Ar rahman allamal bill hussbannn!”

Sepenuh jiwa, penuh perhatian, sampai bergemuruh

kesebelah rumah tetangga yang mendengar. Bahkan,

cicak yang di para-para rumah seakan tertegun diam

mendengar lantunan suara anak-anak yang mengaji.

Tapi kami tahu, mata laki-laki kurus yang

sedikit mulai berkerut diwajahnya ini tidak dimuati

aura jahat. Walaupun dengan kayu mistar panjang

terbuat dari jati. Dia dengan royal membagi energi

Page 100: Doa emak untuk asa

100

positif yang sangat besar dan meletup-letup. Kami

tersengat menikmatinya. Seperti sumbu kecil

terpercik api, mulai terbakar, membesar, dan

menerangi bagaikan jiwa-jiwa kami yang makin

menyala.

Dengan wajah kaku dan terkadang senyum

sepuluh senti menyilang terpancar, laki-laki ini hilir

mudik di antara barisan meja leckar kami yang duduk

bersila beraturan, mengulang-ulang bacaan agar

masuk ke jiwa dan dibenamkan dihati. Setiap dia

membaca, kami balik membaca dengan kata yang

sama, sesuai dengan bacaanya.

Ayat yang memiliki banyak filosofi dan makna penuh

dengan rahasia :“Asmaul husna!”

Laki-laki ramping ini adalah guru mengajiku

yang sangat baik. Wajahnya lonjong kurus, sebagian

besar dikuasai keningnya yang lebar dengan mulai

adanya beberapa kerutan. Bola matanya yang mulai

tertanda keletihan tapi tetap memancarkan sinar

pengharapan kecerdasan. Pas sekali dengan gerak

kaki dan tangannya yang gesit ke setiap sudut tempat

Page 101: Doa emak untuk asa

101

kami duduk bersila. Sebuah kopiah berwarna putih

seperti peci haji menutupi rapi di kepalanya yang

penuh menutupi rambutnya. Lipatan celana hitamnya

berujung tajam seperti baru saja disetrika. Dengan

baju koko berwarna putih. Tanpa alas kaki dengan

berjalan setiap dia berjalan di atas hamparan tikar

yang terbuat dari lipatan daun.

= #=#=#=

Di kota ini, keluarga yang mendapatkan tunjangan

sosial dari masyarakat sekitar bersifat sukarela atau

yang tidak, mereka yang berbeda kondisi

ekonominya, hal ini sangat terlihat berbeda dari

kehidupan sehari-hari. Antara kondisi kaum yang

berekonomi menengah atas dengan kaum yang

ekonomi kebawah.

Seperti halnya para kaum elite borjuis

ataupun istilah kami menyebutnya ”orang

gedongan” memiliki rumah yang besar, halamannya

yang sangat luas, dengan berbagai macam perabotan

yang mewah beserta di lingkungan kompleks yang

Page 102: Doa emak untuk asa

102

sangat teratur di jaga oleh para petugas keamanan

lingkungan secara mandiri.

Berbeda yang ada di lingkungan kami, dengan

memiliki kamar mandi di dalam rumah beserta WC-

nya hal ini sudah di anggap mewah. Selain itu juga

apabila diantara sudah memiliki televisi dianggap

orang mampu yang ada di kampung kami.

Televisi merupakan barang mewah di

kampung kami. Hanya beberapa rumah saja yang

memiliki televisi. Seperti halnya aku yang hanya bisa

nonton televisi di rumah tetangga. Aku ingat betul

ketika berumur 6 tahun, aku di sunat dengan ikut

serta “sunatan massal” yang ada di Kwitang deket

pasar Senen. Sungguh bahagia rahasianya karena aku

tidak bisa tidur karena masih berasa sakit di sekitar

luka yang di sunat. Aku di izinkan oleh Ayahnya

Tomy yang memiliki rumah gedong itu karena

halamanya luas ada pohon jambunya, aku bisa

nonton film sambil memegang sarung agar tidak

terkena luka dibagian yang telah di sunat.

Page 103: Doa emak untuk asa

103

Bagi orang mampu ataupun ekonomi lemah.

Yang namanya sunatan itu wajib untuk anak laki-laki

karena sudah menjadi perintah agama termasuk aku

harus menjalaninya dengan sabar dan ikhlas. Jika

orang yang berkecukupan untuk anak-anaknya pasti

ada syukuran dalam merayakan sunatan anaknya.

Dengan mengundang banyak tamu dari tetangga

maupun kerabat keluarga yang datang untuk

memberikan selamat dan doa. Selain itu juga ketika

sebelum di sunat. Calon “pengantin sunat” panggilan

yang lazim di bawa keliling kampung dengan iring-

iringan musik gambang kromong yang di arak

berkeliling. Tak lupa juga bunyi petasan menggelegar

ke seantero kampung.

“Asa jadi anak yang pintar dan soleh yah!”

“Emak berharap Asa menjadi penerang

keluarga ini, selalu bersabar dalam menjalani segala

cobaan dan selalu bersyukur ketika apapun rezeki

kesehatan dan kebersamaan kita sekeluarga selalu”

Page 104: Doa emak untuk asa

104

Ketika luka sunatku belum sembuh benar.

Aku di kagetkan dengan suara pecahan piring dan

kaca lemari yang pecah. Lemari kaca berwarna

kecoklatan yang terbuat dari kayu jati, kaca bagian

kiri pecah berserakan ke lantai karena di lempar

piring oleh Encang. Sungguh tragis dan lukaku makin

terasa perih menusuk kulitku yang tegang

dikarenakan detak jantung yang ketakutan melihat

berbagai kejadian menegangkan. Aku tak tahu

kenapa Encang begitu marah dengan istrinya ; aku

biasa memanggilnya dengan sebutan „Mak Kani.

Mukanya merah lebam dan hampir membiru di

sekujur wajahnya yang mulai membengkak dibagian

pipi kiri. Di bibir bagian kiri keluar darah segar yang

menetes perlahan. Kami hanya terdiam ketakutan,

tidak satupun yang berani melawan kezaliman ini.

Kami manusia-manusia lemah yang hanya bisa

terdiam dan menerima segala kondisi ini dengan tak

berani berbuat ataupun berontak dengan kondisi ini.

Emak mendekapku dengan keras. Sambil

menjaga luka sunat yang belum sembuh. Adikku

Page 105: Doa emak untuk asa

105

Nurma dan Rysa pun ketakutan sangat sambil

menutup mulut dan kupingnya agar tidak terdengar

dengan kegaduhan yang terjadi.

Ingin sekali rasa di hati ini untuk pergi jauh

dari rumah ini. Di mana memiliki tempat yang

nyaman, dimana tidak ada pihak yang

mengeksploitasi dan dianiaya, karena tidak akan ada

kondisi yang menang ataupun kalah, siapupun di

antara kami yang melawan akan menghancurkan

keluarga ini semakin hancur dan berantakan. Encang

merupakan sosok laki-laki yang sangat arogan, semua

keputusan dan omongannya adalah sesuatu yang

wajib diikuti dan dijalankan bagi siapa saja diantara

anggota keluarga yang melawan ataupun membantah,

dia tidak segan-segan untuk menghujamkan kepalan

dan tonjokan yang sangat merusak badan kita hingga

membiru. „Mak Kani, anak-anaknya ; Yadin dan

Mila, Bapak, Emak dan Akupun tak luput dari

terjangan kekerasannya.

Emak tak kuasa untuk membawa kami pergi,

di karenakan kondisi Bapak yang membuatnya

Page 106: Doa emak untuk asa

106

bingung. Ketika Emak mengajak pergi bersama-sama

aku, Nurma dan Rysa ingin meninggalkan rumah.

Emak tidak tega untuk pergi di karenakan kondisi

Bapak yang memposisikan serba salah dengan

kondisinya. Karena Bapak merupakan belahan

jiwanya, sekaligus Bapak dari anak-anak yang sudah

menjadi tanggungjawabnya sebagai istri untuk selalu

menemani segala apapun kondisi yang dialami sang

suami.

= #=#=#=

Sifat dan karakter kepribadian orang bukan hanya

dibentuk oleh keluarga, namun juga oleh faktor

lingkungan. Aku yang berada di kampung Pulo.

Dengan Jumlah orang betawi di kampung kami

hampir delapan puluh persen dari total populasinya.

Yang turun temurun beranak-pinak akan tetapi

berbagai macam membaur membentuk komunitas

kampung dari berasal berbagai daerah seperti ; sunda,

madura, padang, ambon dan jawa membaur menjadi

satu. Bisa saja kami yang lebih dulu menempati

Page 107: Doa emak untuk asa

107

kampung pulo ini dari siapapun. Engkong Haji,

Engkong Yusuf dan Engkong Ishak serta engkong-

engkong yang lainnya, seluruhnya itu adalah

penduduk asli yang menempati sepertiga kampung.

Bukti bahwa nenek moyang mereka telah lama sekali

berada di kampung pulo. Komunitas ini selalu rendah

hati dan pekerja keras. Meskipun mereka orang asli.

Mereka senantiasa memelihara adat istiadatnya.

Jakarta merupakan ibukota dari Indonesia

bukan hanya terkenal dengan Monas dan kerak

telornya, akan tetapi juga dengan banjir yang sering

kali mampir di setiap musim penghujan tiba. Menurut

catatan sejarah Jakarta, pernah banjir besar melanda,

itu terjadi pada tahun 1621, 1654, 1725 dan yang

paling besar terjadi pada tahun 1918. Padahal kala itu

ruang hijau di Jakarta lebih luas dari saat ini. Salah

satu penyebab banjir di Jakarta pada tahun 1918

adalah pembabatan hutan di Puncak yang dijadikan

perkebunan teh oleh VOC. Alhasil Jakarta

mengalami banjir yang sangat besar dan bahkan

menelan banyak korban jiwa.

Page 108: Doa emak untuk asa

108

= #=#=#=

Dari kampung Pulo kurang lebih satu kilometer aliran

kali Ciliwung yang melintas akan bermuara di Pintu

Air Manggarai. Arsitek The Flood Gates of

Manggarai – yakni Pintu Air Manggarai, menurut

sejarah perjuangan Jakarta telah mencatatnya untuk

mengatasi banjir, yang kiprah dan peranannya saat

dia ditugaskan oleh Departement Waterstaat untuk

memimpin "Tim Penyusun Rencana Pencegahan

Banjir" secara terpadu yang meliputi seluruh kota

wilayah Batavia yang saat itu baru seluas 2.500

Hektar. Penugasan itu diterimanya di mulai ketika

Kota Batavia di tahun 1918 terendam banjir

mengakibatkan yang merenggut banyak korban jiwa.

Setelah mempelajari dengan seksama dari

berbagai aspek penyebab banjir, H. Van Breen dan

Tim penyusun strategi pencegahan banjir yang dinilai

cukup spektakuler saat itu. Tak dapat disangkal,

prinsip-prinsip pencegahan banjir itu lalu dijadikan

acuan pemerintah dalam mengatasi banjir di Jakarta.

Page 109: Doa emak untuk asa

109

Konsep Van Breen dan kawan-kawan

sebenarnya sangat sederhana, namun mereka perlu

perhitungan cermat dan pelaksanaannya butuh biaya

tinggi. Substansinya adalah dengan mengendalikan

aliran air dari hulu sungai dan membatasi volume air

masuk ke kota. Karena itu, perlu dibangun saluran

kolektor di pinggir selatan kota untuk menampung

limpahan air, dan selanjutnya dialirkan ke laut

melalui tepian barat kota. Saluran kolektor yang

dibangun itu kini dikenal sebagai "Banjir Kanal"

yang memotong Kota Jakarta dari Pintu Air

Manggarai bermuara di kawasan Muara Angke.

Dengan penetapan Manggarai sebagai titik

awal, karena saat itu wilayah ini merupakan batas

selatan kota yang relatif aman dari gangguan banjir,

sehingga memudahkan sistem pengendalian aliran air

di saat musim hujan. Banjir Kanal itu mulai dibangun

sejak tahun 1922. Dikerjakan bertahap yakni dari

Pintu Air Manggarai menuju Barat, memotong

Sungai Cideng, Sungai Krukut, Sungai Grogol, terus

ke Muara Angke. Untuk mengatur debit aliran air ke

Page 110: Doa emak untuk asa

110

dalam kota, banjir kanal dilengkapi beberapa "Pintu

Air", antara lain, Pintu Air Manggarai (untuk

mengatur debit Kali Ciliwung Lama) dan Pintu Air

Karet (untuk membersihkan Kali Krukut Lama dan

Kali Cideng Bawah dan terus ke Muara Baru).

Dengan adanya Banjir Kanal, beban sungai di utara

saluran kolektor relatif terkendali. Karena itu, alur-

alur tersebut, serta beberapa kanal yang dibangun

kemudian, dimanfaatkan sebagai sistem makro

drainase kota guna mengatasi genangan air di dalam

kota.

Dalam menyusun konsep H. Van Breen dan

kawan-kawan, mereka menyadari bahwa banjir yang

selalu mengancam Jakarta tak akan teratasi jika

hanya memperbaiki sistem tata air di dalam kota.

Karena itu pencegahan di daerah hulu pun harus

dikelola secara terpadu. Oleh karena itu, untuk

mengendalikan aliran di daerah hulu perlu dibangun

beberapa bendungan untuk penampungan sementara,

sebelum itu air dialirkan ke hilir. Sebagai

implementasi dari rencana pencegahan di daerah

Page 111: Doa emak untuk asa

111

hulu, dibangunlah dua bendungan yakni: Bendungan

Katulampa di Ciawi, dan Bendungan Empang di hulu

Sungai Cisadane.

= #=#=#=

Page 112: Doa emak untuk asa

112

Chapter Three

Manusia mempunyai potensi tak berbatas yang belum

di kembangkan. Bahkan setiap orang belum

menampakkan kemampuan tersebut sehingga belum

di pergunakan seperempat maupun separuh

kemampuannya. Setiap pribadi akan mencoba keluar

dari lingkungan rumahnya, lalu mengembara untuk

berpetualang dalam menguji kemampuan dan

potensinya, serta juga semangat dan bakatnya.

Seperti halnya Emak selalu berpesan di setiap

kesempatan agar aku selalu kuat, inilah pesan yang

selalu menemaniku.

Pesan Emak untuk Asa ;

Biarkanlah waktu terus berjalan

Tetaplah jadi anak manusia yang mulia, apapun dan

kapanpun yang menghadang

Janganlah engkau galau dengan alang rintang yang

menghadang

Karena sesungguhnya itu semua hanyalah cobaan

silih berganti

Jadilah manusia pemberani melawan rasa takut yang

menghampiri

Page 113: Doa emak untuk asa

113

Karena niat suci dan murni adalah bekalmu yang

sejati

Janganlah pandang benci musuhmu yang

menghadang

Karena sejatinya apabila kamu mengetahui,

sesungguhnya keberadaan musuhmu

Merupakan ujian yang membentuk karakter dan

kepribadianmu

Takkan ada yang abadi segala suka dan duka

Takkan kekal segala kebahagiaan dan kesulitan

Berjuanglah, berkarya dan ciptakan sekreatif

mungkin mimpimu

Gapailah setinggi-tinggi impianmu dan wujudkan

menjadi nyata bagimu

Maka ada lima keutamaan untukmu ;

Motivasi yang tak akan pernah padam, selalu

memperkaya imajinasi khasanah kehidupan,

menggerakkan kekuatan yang maha dahsyat, bekerja

dengan penuh tujuan serta selalu meluaskan ilmu.

Manusia mulai mempertanyakan apakah ada

kebahagiaan di ujung jalan yang mulai ditempuhnya.

Kemampuan manusia mungkin bisa membuatnya

sukses, namun belum tentu, hal itu membuat mereka

bahagia.

Page 114: Doa emak untuk asa

114

Begitu manusia mulai merubah cara berfikir

mereka. Ketika memiliki potensi yang belum

dipergunakan secara maksimal, mereka

mengembangkan dengan berbagai cara dan

inovasinya, sehingga dengan cara kreatif dan inovatif

dapat bertahan serta bersaing dengan positif.

Mencoba merubah cara pandang dan cara hidup yang

lebih efektif serta elegan dibandingkan cara hidup

zaman dahulu kala. Dimana peradaban dan teknologi

kian membuat hidup makin lebih hidup.

= #=#=#=

Seperti mencari seuntai cincin yang tercebur

di dalam kali karena kecebur milik Bu Ana yang

tidak sengaja terjatuh waktu menaiki getek Pak Zuki,

sesuatu yang bernama impian dan kebahagian

sebenarnya sangat dekat dengan kita, akan tetapi

karena tertutup alang rintang dan cobaan menjadikan

hal itu tak semudah yang di bayangkan.

Apakah setiap orang akan berusaha

menjalaninya dengan sabar dan melewati segalanya

Page 115: Doa emak untuk asa

115

dengan bijak? Semua bergantung sikap dan

keyakinan kita yang menentukan berhasil atau

tidaknya kita menjalaninya.

Mimpi dan kebahagian berada didalam

keluarga yang harmonis sesuai dengan fungsinya,

tapi bukan kebahagiaan yang semu belaka. Keluarga

bukan hanya sesuatu yang kasat mata, hal itu

merupakan suatu struktur organisasi terkecil dalam

kehidupan ini, ketika salah satu peranan saja tidak

menjalankan fungsinya dengan baik, hal ini akan

mempengaruhi putaran roda kehidupan dalam

keluarga tersebut.

Seperti di dalam hubungan sepasang keluarga

Merpati yang berada didalam sangkarnya di atas

pohon, ketika burung Merpati di dalam

rumahtangganya saling bekerjasama antara merpati

jantan dan betina untuk menjaga, merawat dan

memberikan makan anak-anaknya sebelum dewasa

dan dapat hidup mandiri.

Page 116: Doa emak untuk asa

116

Begitu halnya dengan manusia, ketika terjadi

didalam keluargaku. Aku mencoba memahami,

walaupun kadangkala aku sukar untuk mengerti.

= #=#=#=

Seperti berbagai hal yang dapat berubah,

sekian menit segala sesuatu dapat merubah

segalanya. Aku pun mulai banyak belajar dan

memahami banyak hal yang menimpaku. Belajar dan

bermain Basketball. Walaupun aku tidak menjadi

paling nomor satu dalam menshooting ke dalam

keranjang di lapangan Basketball. Akan tetapi

disekolahku, aku menjadi bintang juara dikelas,

peringkat satu dari kelas satu sampai dengan kelas

tiga.

Tak ada yang istimewa didalam lingkungan

sekolahku di SMPN 33 Jakarta, kecuali bangunan

tinggi yang menjulang di depan sekolahku diseberang

kali, walaupun bangunan tua itu terlihat agak suram

dan menyeramkan akan tetapi bangunan itu pastinya

Page 117: Doa emak untuk asa

117

memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. Seperti

layaknya diriku kenapa,

Jakarta terletak pada posisi 6012 Lintang

Selatan dan 106048 Bujur Timur dan berbatasan

dengan 2 provinsi lain yaitu Provinsi Jawa Barat di

sebelah Selatan dan Timur serta Provinsi Banten di

sebelah Barat. Sementara di sebelah Utara Jakarta

merupakan bentangan pantai sepanjang ± 35 KM dari

Barat hingga Timur yang berbatasan dengan Laut

Jawa dan menjadi tempat bermuaranya sungai dan

kanal yang mengalir melintasi Jakarta. Secara

keseluruhan luas wilayah Jakarta terdiri atas wilayah

daratan seluas 662,33 km2 dan wilayah lautan seluas

6.977,5 km2 dengan 110 pulau di Kepulauan Seribu

Satu-satunya kota di Indonesia yang dihuni

para pendatang dari berbagai suku bangsa, termasuk

keturunan etnis asing, adalah Jakarta. Mereka datang

dari berbagai daerah di Nusantara dan mancanegara

sejak abad ke-16, ketika kongsi dagang Belanda

VOC berkuasa di Batavia.

Page 118: Doa emak untuk asa

118

Ketika itu daya tarik Jakarta adalah pelabuhan

Sunda Kelapa yang merupakan bandar niaga kerajaan

Padjajaran. Sunda Kelapa berada di mulut sungai

Ciliwung. Pelabuhan tersebut menjadi persinggahan

untuk mengambil air minum kapal-kapal niaga asing.

Waktu itu air Ciliwung sangat bersih.

Pada masa itu Jakarta menjadi wilayah

bawahan kesultanan Banten. Jakarta direbut dari

kerajaan Pajajaran pada 1527 dipimpin oleh Pangeran

Jayakarta. Pada awalnya kawasan ini tidak

berpenghuni. Rawa, hutan, dan hewan liar masih

banyak terdapat di kawasan ini. Sekarang masih

teridentifikasi lewat nama-nama jalan yang

menggunakan Rawa (misalnya Rawaterate dan

Rawakebo), Hutan (misalnya Utan Kayu dan Utan

Panjang), dan Kebun (misalnya Kebon Jati dan

Kebon Pala).

Keadaan berubah ketika VOC menguasai

daerah ini dan diberi nama Batavia. Pembangunan

mulai dilakukan oleh Gubernur Jenderal JP Coen.

Sejak itu Batavia dibangun menjadi kota administrasi

Page 119: Doa emak untuk asa

119

pemerintahan VOC. Pembangunan Batavia oleh

Coen didukung dana dari kalangan pengusaha Cina.

Dana pembangunan kota dikoordinasi oleh Souw

Beng Kong (So Bing Kong). Dia dikenal sebagai

pedagang kaya dan akrab dengan para pembesar

kesultanan di Banten dan Jawa sebelum kedatangan

VOC. Kelak Kong menjadi Kapiten Cina di Batavia.

Jauh sebelum kedatangan Belanda masyarakat

keturunan Cina sudah menetap di Batavia dan

berperan sebagai penghubung dengan dunia luar

untuk perdagangan.

Untuk membangun kota, Coen mendatangkan

1.000 tenaga asal Makao pada 1619. Pada 1621

didatangkan 800 orang Banda. Mereka dimukimkan

dekat pelabuhan Sunda Kelapa. Tempat

bermukimnya orang Banda dikenal sebagai Kampung

Bandan dan merupakan kampung etnis pertama di

Batavia. Setelah itu VOC mendatangkan orang-orang

Bali, Manggarai, Bugis, Makassar, Tambora, dan

Melayu. Kesemuanya mendapat pemukiman dan

diberi nama sesuai tempat asal.

Page 120: Doa emak untuk asa

120

Pembangunan Batavia berkembang pesat

mirip kota-kota di Eropa. Maka kemudian Batavia

mendapat julukan “Ratu Asia” atau “Kota Eropa di

Asia”. Batavia menjadi ramai sebagai kota niaga

terbesar di Asia Tenggara sejak abad ke-17. Hal ini

tentu saja menjadi daya tarik para pendatang dari

Timur Tengah, India, dan Asia Timur. Batavia mulai

mengalami proses pembauran masyarakat majemuk

yang terintegrasi dari perpaduan berbagai latar

belakang budaya dan keyakinan. Para pendatang

tetap memelihara budayanya untuk mempertahankan

jati diri mereka. Proses akulturasi di Batavia semarak

dengan dialek bahasa Melayu pasar sebagai

komunikasi pergaulan.

Setiap kali banjir melanda Jakarta, orang

selalu menghubungkannya dengan Sungai Ciliwung

dan anak-anak sungainya. Sungai-sungai di Jakarta

memang sudah dianggap merupakan tempat

pembuangan sampah yang paling murah. Tanpa

peduli dampaknya, pembuangan sampah terus saja

Page 121: Doa emak untuk asa

121

terjadi, meskipun pada 1996 lalu ketika aku kelas 6

SD, Jakarta pernah mengalami pula banjir hebat.

Namun berbeda dengan keadaan pada masa

kini, pada masa lampau Ciliwung merupakan sumber

kehidupan utama masyarakat karena berbagai

aktivitas dilakukan di sini. Mulai dari keperluan

rumah tangga sehari-hari hingga jalur perdagangan

internasional. Ciliwung mulai berperan sejak zaman

purba, ketika manusia prasejarah menghuni Jakarta.

Puncaknya, pada abad ke-15 dan ke-16 pelabuhan

Sunda Kelapa di muara Ciliwung, telah dikenal luas

oleh pedagang-pedagang seantero Nusantara dan

internasional. Orang-orang Belanda yang datang

paling awal antara lain menulis, “Kota ini dibangun

seperti kebanyakan kota-kota di Pulau Jawa. Sebuah

sungai indah, berair jernih dan bersih, mengalir di

tengah kota” (Hikayat Jakarta, 1988). Itulah Ciliwung

pada awalnya.

Pelabuhan Sunda Kelapa dikatakan ramai

didatangi pedagang, meskipun terbujur sepanjang

satu atau dua kilometer di atas potongan-potongan

Page 122: Doa emak untuk asa

122

tanah sempit. Namun setelah dibersihkan, Ciliwung

menjadi lebar. Hal ini memungkinkan sepuluh buah

kapal dagang dengan kapasitas sampai 100 ton, dapat

masuk dan berlabuh dengan aman di Sunda Kelapa.

Air Ciliwung waktu itu mengalir bebas, tidak

berlumpur, dan tenang. Meskipun gempa-gempa

besar sempat mengacaukan aliran pembuangan air,

Ciliwung tidak seberapa tercemar. Karena itu banyak

kapten kapal masih singgah untuk mengambil air

segar yang cukup baik, untuk diisikan ke dalam

botol-botol dan guci-guci mereka.

Sejak kedatangan bangsa Belanda, maka

Batavia (nama pengganti Sunda Kelapa) dibangun

seperti tata letak kota-kota di Belanda, yakni berupa

tembok kota, parit, dan berderet-deret rumah. Dengan

demikian, menurut Jean-Baptiste Tavernier

sebagaimana dikutip van Gorkom, Ciliwung

memiliki air yang paling bersih dan paling baik di

dunia (Persekutuan Aneh, 1988). Tidak berlebihan

kalau ketika itu Batavia mendapat julukan “Ratu dari

Timur”. Banyak orang asing yang datang, tak segan-

Page 123: Doa emak untuk asa

123

segan memberikan sanjungan yang tinggi kepada

Batavia. Bahkan menyamakannya dengan negara-

negara di Eropa.

Pada saat dibangun Belanda, kota Batavia

berbentuk bujur sangkar dengan panjang kira-kira

2.250 meter dan lebar 1.500 meter. Kota ini terbelah

oleh Ciliwung menjadi dua bagian yang hampir sama

besar. Masing-masing bagian dipotong lagi oleh

parit-parit yang saling sejajar dan saling simpang.

Sejumlah jalan juga dibangun sehingga penampang

kota berpola kisi-kisi. Pola seperti inilah yang

dipandang mampu melawan amukan air di kala laut

pasang dan banjir di dalam kota karena air akan

saling berpencar ke segala penjuru. Saat ini kota

tersebut berada di wilayah Kota Tua Jakarta.

Tidak disangka-sangka, pada 1699 Gunung

Salak di Jawa Barat meletus. Erupsinya sungguh

berdampak sangat besar. Karena itu iklim Batavia

menjadi buruk, kabut menggelantung rendah dan

beracun, parit-parit tercemar, dan penyakit-penyakit

aneh bermunculan. Batavia pun berganti julukan

Page 124: Doa emak untuk asa

124

menjadi “Kuburan dari Timur”, bukan lagi “Ratu dari

Timur”. Sejak itu, Ciliwung mulai kotor.

Seperti halnya pemerintahan zaman sekarang,

dulu pun banyak pihak saling tuding terhadap

bencana ekologi tersebut. Mereka bukannya

memasalahkan kebijakan Kompeni atau VOC sendiri,

tetapi justru cenderung menuding pendahulu-

pendahulunya. Mereka dinilai salah karena telah

membangun kota dengan menyontoh kota gaya

Belanda. “Batavia adalah kota bercorak tropis.

Berbeda jauh dengan Belanda yang memiliki empat

musim,” begitu kira-kira kata para penentang.

Sebagian lagi menduga, bencana ekologi itu

disebabkan oleh kepadatan penduduk. Batavia

memang semula dirancang sebagai kota dagang.

Karenanya, banyak pendatang kemudian menetap

secara permanen di sini. Sebagai kota dagang, tentu

Batavia mempunyai magnet kuat.

Segera, lingkungan alam Batavia mengalami

perubahan fundamental setelah berbagai daerah di

sekitarnya dibersihkan dari hutan-hutannya untuk

Page 125: Doa emak untuk asa

125

membudidayakan tanaman tebu. Ternyata, budidaya

itu juga mencemari air dan menanduskan tanah.

Apalagi berbagai pabrik gula sangat membutuhkan

kayu bakar yang demikian banyak jumlahnya. Karena

terletak di dekat sungai, maka pabrik-pabrik gula itu

ikut menyokong pencemaran air bersih di Batavia,

sekaligus mengurangi daerah resapan air.

Pada tahun 1701 terungkap bahwa daerah

hulu Ciliwung sampai hilir di tanah perkebunan gula

telah bersih ditebangi. Sebagai daerah yang terletak

di tepi laut, tentu saja Batavia sering kali kena

getahnya. Kalau sekarang Jakarta hampir selalu

mendapat “banjir kiriman” dari Bogor, dulu “lumpur

kiriman” dari Cirebon bertimbun di parit-parit kota

Batavia setiap tahunnya.

Pada awal abad ke-19 Batavia tidak lagi

merupakan benteng kuat dan kota berdinding tembok.

Karenanya, pada awal abad ke-20 Batavia sudah

menjadi kota yang berkembang dengan penduduk

berjumlah 100.000 orang. Bahkan dalam beberapa

tahun saja penduduk kota sudah meningkat menjadi

Page 126: Doa emak untuk asa

126

500.000 orang. Adanya nama-nama tempat yang

berawalan hutan, kebon, dan rawa setidaknya

menunjukkan dulu Jakarta merupakan kawasan

terbuka. Sayang, kini sudah berubah menjadi

kawasan tertutup (tempat hunian).

Begitu pula adanya wilayah yang berawalan

kampung. Dulu istilah kampung mengacu pada

sederetan daerah permukiman orang-orang pribumi

yang terletak jauh di luar jalan-jalan aspal.

Dibandingkan kota, memang fasilitas di kampung

tidak lengkap. Sanitasi di kampung tidak bagus

karena banyak warga membuang hajat dan sampah

sembarangan di parit atau got. Dalam musim hujan

banyak kampung kebanjiran, meskipun air banjir itu

tidak dalam dan kotor. Baru kemudian ketika jumlah

penduduk semakin meningkat, air kali sekaligus air

banjir menjadi sangat kotor. Siklus banjir tahunan

selalu berulang pada musim penghujan tiba.

Memang, kota-kota di negara maju saja sering kali

tidak berdaya menghadapi bencana alam. Mudah-

mudahan kita mengambil hikmahnya bahwa semakin

Page 127: Doa emak untuk asa

127

tertutupnya daerah resapan air, maka banjir semakin

besar. Begitu pula semakin buruknya sanitasi.

Sanitasi terburuk umumnya terjadi pada daerah

bantaran sungai. Semakin banyaknya pendatang tentu

semakin banyaknya permukiman warga sekaligus

sampah yang dibuang ke kali. Sudah jelas, perilaku

warga yang demikian perlu diubah sehingga banjir

yang mungkin terjadi lagi bisa diminimalisasi.

Page 128: Doa emak untuk asa

128

Chapter Four

Di alam semesta begitu banyak kisah cinta dan kasih

sayang, namun tak ada yang dapat mengalahkan

keindahan kisah cinta dan kasih sayang seorang

Emak kepada anaknya.

Ketika ada perpisahan antara orangtua dan

anak adalah sesungguhnya hanya badan saja yang

terpisah, akan tetapi perasaan dan ikatan bathinnya

selalu terikat kuat tak dapat dipisahkan hanya dengan

jarak.

Ada begitu banyaknya perasaan di dunia,

namun tidak ada yang menyerupai perasaan emak

pada anaknya. Saat kita masih kanak-kanak, kita

belum mengerti hal itu.

Ketika doa Emak, perjuangan yang

meneteskan air mata demi Asa,

Ketika cinta Emak, menguatkan alang

rintang pada Asa

Page 129: Doa emak untuk asa

129

Memang betul, ada jarak antara impian dan

kenyataan, maka kamu bisa perkecil jarak antara

keduanya setiap hari dengan langkah pasti. Kita

tidak akan dapat menambah usia kehidupan kita, tapi

kita bisa tambahkan kehidupan dalam umur kita,

dengan memberikan manfaat sebanyak mungkin

orang di sekeliling kita. Tiada doa yang paling indah

selain ungkapan syukur kepada Allah. Tiada tangisan

yang paling indah selain cucuran airmata taubat

kepada Allah. Terima kasih Ya Allah, engkau beri

anak yang soleh dan solehah sehingga telah

mempertemukan kami kembali dengan penuh

keberkahan.

Terima kasih Ya Allah, atas segala nikmat

dan karuniaMU, Terima kasih Ya Allah, atas segala

kesempatan, kesehatan dan usia yang Engkau berikan

sampai hari ini.

Page 130: Doa emak untuk asa

130

Chapter Five

Memasuki bulan juni, dimana para pemuda tanggung

yang baru lulus dari sekolah menengah atas ataupun

siapapun mereka yang ingin berjuang dari berbagai

penjuru di Indonesia berlomba-lomba memenuhi

Jakarta seperti air hujan yang menghujani kota pada

bulan Januari. Seolah membanjiri seluruh kampung

kota Jakarta dikarenakan curah hujan yang sangat

tinggi mencari sebuah pengharapan berpindah

menuju pulau pemimpi yang indah dan penuh masa

depan yang cerah. Para pemuda dengan segala

harapan dan ketidakpastiannya, yang merasa akan

merubah menjadi sosok baru ketika ke Jakarta.

Ternyata, mereka hanya sampai seperti di

sebuah kubangan lumpur penuh dengan berbagai

kotoran dan sangat berbau.

Jakarta adalah kubangan itu. Semua

berkumpul menjadi satu, ber

Jakarta merupakan dataran rendah dengan

ketinggian rata-rata berkisar 7 meter di atas

Page 131: Doa emak untuk asa

131

permukaan laut. Namun, sekitar 40% dari wilayah

Provinsi DKI Jakarta berupa dataran yang permukaan

tanahnya berada 1-1,5 meter di bawah muka laut

pasang.

Secara hidrologis khususnya mengenai air

permukaan, terdapat 13 sungai yang mengalir

membelah Jakarta. Kondisi sungai ini sangat

memprihatinkan dengan tingkat sedimentasi dan

pengangkutan sampah yang tinggi. Akibatnya, jika

hujan tinggi terjadi di hulu, permukaan air sungai

dengan cepat meluap, yang pada gilirannya akan

mengancam daerah rendah di Jakarta terutama daerah

Jakarta Utara. Perawatan sungai terutama pengerukan

mulut sungai dan pengurangan pembuangan sampah

ke sungai akan membantu menjaga kapasitas debit

sungai. Selain itu, Jakarta juga memiliki 2 kanal

besar, yaitu Kanal Banjir Barat dan Kanal Banjir

Timur. Sungai-sungai dan kanal tersebut

dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Antara

lain digunakan untuk usaha perkotaan, air baku untuk

air minum, perikanan dan lain-lain. Fungsi utama dari

Page 132: Doa emak untuk asa

132

jaringan sungai dan kanal tersebut adalah sebagai

sarana drainase.

Secara geologis, seluruh dataran terdiri dari

endapan pleistocene yang terdapat pada ± 50 m di

bawah permukaan tanah. Bagian selatan terdiri atas

lapisan alluvial, sedang dataran rendah pantai

merentang ke bagian pedalaman sekitar 10 km. Di

bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua

yang tidak tampak pada permukaan tanah karena

tertimbun seluruhnya oleh endapan alluvium.

Di wilayah pesisir Jakarta juga terdapat pantai

yang melintang dari timur ke barat dengan

ketinggian pantai berkisar antara 0 - 5 m dari muka

air laut dengan lebar 7 km di sekitar Jakarta dan 17 -

40 km pada dataran delta. Bagian Barat Teluk Jakarta

sebagian besar merupakan pantai berlumpur,

sedangkan ke arah Timur merupakan pantai berpasir.

Namun kecenderungan yang terjadi selama beberapa

dekade adalah garis pantai itu juga mengalami

perubahan yang diakibatkan oleh aktifitas manusia,

antara lain pembangunan di depan garis pantai atau

Page 133: Doa emak untuk asa

133

penambangan pasir. Perubahan garis pantai oleh

faktor alam terutama berupa penambahan pantai oleh

sedimentasi. Abrasi terjadi di beberapa lokasi di

Pantai Utara Jakarta bagian Timur.

= #=#=#=

Dengan segala kesederhanaan, maka tragedi banjir

besar yang melanda kampung merupakan sebuah

drama cobaan yang bukan karena alasan sang Khalik

dalam memberikan banjir. Kampung itu demikian

porak ponda berantakan dengan berbagai lumpur, bau

merusak tatanan sosial yang ada dengan menambah

luka didada.

Namun kali ini berbeda, mendung bergelayut

murung dilangit Jakarta, siap menumpahkan murka di

kampung itu karena dua warganya semakin lama

kehilangan kewarasannya sehingga kelangsungan

hidupnya terancam.

Sore itu gumpalan–gumpalan awan hitam

bergulung-gulung bergerak di atas kepala kami yang

Page 134: Doa emak untuk asa

134

tinggal di sepanyang bantaran Sungai Ciliwung yang

membelah kota Jakarta. Kami berdiri mendongak-

dongak keatas melihat gumpalan-gumpalan awan

hitam yang terus bergerak dan membuat langit

Jakarta lebih cepat gelap dari hari-hari biasanya.

Awan itu terus bergerak bagaikan ribuan pasukan

berjubah hitam yang hendakberangkat ke medan

perang dari arah hulu sungai menuju ke arah Teluk

Jakarta. Kami berdiri tegak berderet–deret di tepi

sungai, seperti sedang menyaksikan sebuah arak-

arakan di langit.

BERSAMBUNG

(DAPATKAN SEGERA NOVELNYA

“DOA EMAK UNTUK ASA”)

Page 135: Doa emak untuk asa

135

Page 136: Doa emak untuk asa

136

Puisi Asa untuk Emak

Emak…

Malam tadi telah kupanjangkan doaku…

Telah kukhusukkan untukmu Emak…

Mungkin Allah memberi mahabah-Nya..

Sehingga hatiku terasa akrab dengan-Nya…

Emak…

Saat semua tak ada dan tak bisa…

Tak harus kucari pelukanmu…

Tak harus ku tunggu doa-doamu…

Bahkan bentangan bumi serasa tak berarti…

Emak…

Kehangatan kasih sayangmu itu selalu nyata

terasa…

Mengalir dan terasa deras…

Emak…

Detik-detik waktu membuatku rindu akan rahimmu…

Tak perlu nada yang berlebihan

Irama jantung itu begitu indah dan dirindui

Dipelukmu ku bisa kembali merasakannya…

Emak...

Bulan dan langit yang ku tatap tadi malam…

Adalah bulan yang sama dengan yang diatas rumah

kita…

Emak...

Aku telah biaskan kasih dan rindu ini pada langit

Page 137: Doa emak untuk asa

137

Emak...

Telah ku titipkan salamku untukmu pada bulan dan

bintang…

Dan kubisikkan pada hembusan angin…

Terimakasih Emak…

Untuk pahit getir yang kau tempuh untukku

Begitu tegas waktu menyita masa…

Mengambil cerita-cerita…

Mengemasnya menjadi kenangan-kenangan…

Jari-jari lentik ku sekarang hanya sempat bermain

dengan leher pena saja…

Mengukir ilmu, formula alam ataupun cerita hati…

Emak...

Karena Emak…

Aku ada…

Emak…

Semua tak akan lahir tanpamu…

Emak…

Rindu dan doa terbaik selalu untukmu…

Page 138: Doa emak untuk asa

138

Musa Rustam Biodata Penulis

Musa Rustam, lahir di Jakarta. Yang di

panggil oleh teman-temannya sebagai “anak kali”. Lahir dari keluarga yang

kurang mampu tidak mengecilkan

hatinya untuk selalu berjuang dan bermimpi, ia amat menggemari ilmu

komputer yang dipelajari secara

otodidak, menjadi seorang PNS adalah cita-cita Emaknya, mencoba

menyebarkan virus pegawaipreneur

lewat tulisannya.

Penulis multitalenta ini, pendiri DEEP OF TEEN Corporate, sebuah

perusahaan pembuatan Merchandise & Souvenir Unik. Pegawai Negeri Sipil

yang sehari-hari bertugas di Kantor

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DKI Jakarta.

Menjadi anggota komunitas bisnis

Pandu Wirausaha dan Komunitas Tangan Diatas/TDA Jakarta Selatan

serta beberapa Komunitas Fotografer.

Mulai membuka bisnis DEEP OF TEEN pada 5 November 2010, menjadi

Supplier Trans Studio Februari 2011.

Page 139: Doa emak untuk asa

139

Mulai mendapatkan beberapa penghargaan dalam

bisnis yaitu ; Sebagai Finalis Wirausaha Muda Mandiri Regional

Jabodetabek kategori Industri Kreatif dari Bank Mandiri tahun 2011.

Sebagai Finalis Indigo Fellowship kategori Web Application dari PT. Telkom Indonesia tahun 2011.

Sebagai Pemenang Kategori Kewirausahaan dalam

International Youth Muslim Creation dari International Muslim Summit Student di ITB pada

Juli 2012. Juara 3 Lomba Inovasi Bisnis tingkat Nasional dari

Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia pada November 2012.

Juara 2 Apresiasi Astra Socio Enterpreneur tahun

2012 dari PT. Astra International. 4 besar Esai Terbaik Kompetisi Esai Nasional Gebyar

Pemuda Indonesia tahun 2013 di Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Beberapa buku yang sudah di terbitkan secara self

publishing melalui nulisbuku.com antara lain; Meraup

Ratusan Juta Rupiah dari Bisnis Narsis, Traveller Photography Anti Teler, dan Menjadi Pegawaipreneur

Sukses.

Menjadi pembicara dan motivator menjadi kekuatan yang diyakini memperkaya kehidupan manusia dalam

beraktivitas dan ini menjadi hobi yang akan selalu

menginspirasinya !!

Penulis dapat dikontak di Twitter @musajkcc

Page 140: Doa emak untuk asa

140

Doa Emak untuk Asa

Sesungguhnya hidup itu memang indah dan sederhana....

setidaknya itulah yang kurasakan dalam dekapan Emak

yang selalu hangat.

Kisah perjuangan seorang Emak dalam mewujudkan impian Asa

Dengan berbagai cobaan dan

rintangan hidup yang membelenggu siksa

Mulai dari pahit getir, kekejaman dan kekerasan kehidupan ibukota

Kini telah di ijabah dengan titik sinar kehidupan yang menderu

Karena kesabaran dan keikhlasan yang tak pernah Asa

Allah memberikan karunia di balik cobaan dan rintangan

Asa kecil tak pernah jauh dari Emak yang mengasuhnya

dengan penuh kasih sayang dan cinta seorang diri. Namun,

saat beranjak dewasa, karena tuntutan keadaan yang

mengharuskan Asa untuk berjuang pergi meninggalkan

Emak dan hidup berdikari di negeri orang.

Kehidupan yang keras kota Jakarta, lahir serba minim tak

pernah mengecilkan asanya untuk menggapai asa karena

kekuatan Doa Emak yang menghilangkan siksa.

Sampai ketika musibah itu hadir menjemputnya.....

“Ketika doa Emak, perjuangan yang meneteskan air mata demi Asa,

Ketika cinta Emak, menguatkan alang rintang pada Asa”.