distosia bahu.docx

25
Laporan Kelompok ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN DISTOSIA BAHU DI RUANG BERSALIN RSIA Disusun Oleh : Ananda Rizki Nabillah Debbie Silviana Dena Aulia Ira Irayanti Mayasari Rizka Handayani Dosen Pembimbing : Cut Yuniwati, SKM, M.Kes Preseptor : Zatinur Mutia, SST KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES ACEH PRODI D-III KEBIDANAN 2014 1

Upload: ananda-rizky-nabilla

Post on 23-Nov-2015

149 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Laporan KelompokASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN DISTOSIA BAHU DI RUANG BERSALIN RSIADisusun Oleh : Ananda Rizki Nabillah Debbie Silviana Dena Aulia Ira Irayanti Mayasari Rizka Handayani

Dosen Pembimbing: Cut Yuniwati, SKM, M.KesPreseptor: Zatinur Mutia, SST

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLTEKKES KEMENKES ACEHPRODI D-III KEBIDANAN 2014

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang mana berkat Rahmat dan Hidayahnya pemakalah dapat menyelesaikan tugas ini, tak lupa pula Selawat dan Salam kita sanjungkan keharibaan Nabi Muhammad Saw, keluarga serta sahabat dan mereka yang menyeru dengan seruannya serta berpedoman dengan petunjuk-Nya.Syukur Alhamdulillah, kami telah menyelesaikan makalah ini yang berjudul ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN DISTOSIA BAHU. Dengan lancar, banyak cara yang harus kami lakukan untuk menyelesaikan makalah ini, dengan berbagai kendala-kendala dan pada akhirnya dengan senang hati ini semua terselesaikan.Kami juga memohon kepada Allah SWT agar memberikan manfaat atas makalah kami ini dan melimpahkan pertolongan dan kebenaran kepada kita semua Amin Ya Rabbalalamin

Banda Aceh, 23 Mei 2014

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan dengan judul Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dengan Distosia Bahu. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat yang diperlukan untuk penugasan praktek klinik. Laporan ini telah diperiksa oleh preseptor dan pembimbing.

Banda Aceh, 23 Mei 2014Disetujui oleh:

Preseptor

(Zatinur Mutia, SST)NIP :

Pembimbing

( Cut Yuniwati, SKM, M.Kes) NIP :

DAFTAR ISIKATA PENGANTARiLEMBAR PENGESAHANiiDAFTAR ISI iiiBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang1B. Tujuan Penulisan1a. Tujuan Umum1b. Tujuan Khusus2C. Manfaat 2BAB II PEMBAHASANA. Definisi 3B. Etiologi 3C. Fatofisiologi3D. Komplikasi4E. Faktor Resiko4F. Pencegahan4G. Diagnosis5H. Penanganan 5BAB III TINJAUAN KASUS KALA I9KALA II10KALA III 11KALA IV 12BAB IV PENUTUPA. Kesimpulan14B. Saran14DAFTAR PUSTAKA15

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDistosia bahu merupakan presentasi kepala, kepala telah lahir tetapi bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara-cara biasa (Oxorn, 2003). Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia bahu saat proses persalinan. Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan ke arah belakang kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan kepala bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3% dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala (Prawirohardjo, 2009).Tingginya angka kematian ibu dan besarnnya resiko akibat distosia bahu pada saat persalinan maka fokus utama asuhan persalinan normal adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi, menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir (Depkes, 2004).Sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan yang dapat dilakukan adalah mengupayakan agar setiap persalinan ditolong atau minimal di dampingi oleh bidan dan pelayanan obstetrik sedekat mungkin pada ibu hamil, sehingga komplikasi dapat terdeteksi lebih dini dan dapat ditangani sesegera mungkin.Berdasarkan angka kejadian dan besarnya peran bidan dalam penanganan komplikasi distosia bahu, maka penulis mengambil judul Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan Distosia Bahu Di Ruang Bersalin RSIA Tahun 2014.

B. Tujuan Penulisan1. Tujuan UmumMampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan distosia bahu di Ruang Bersalin RSIA 2. Tujuan Khususa. Dapat melakukan pengumpulan data subjektif pada ibu bersalin dengan distosia bahub. Dapat melakukan pengumpulan data objektif pada ibu bersalin dengan distosia bahuc. Dapat menegakkan assasment pada ibu bersalin dengan distosia bahud. Dapat melakukan planing pada ibu bersalin dengan distosia bahu

C. Manfaat Penulisan 1. Bagi PenulisDiharapkan dapat meningkatkan pengetahuan yang didapat selama perkuliahan serta dapat mengaplikasikan dalam penanganan kasus persalinan dengan distosia bahu.2. Bagi InstitusiDiharapkan mampu menjadikan acuan dan berguna untuk memberikan informasi, pengetahuan dan ilmu baru bagi kemajuan di bidang kesehatan sebagai bahan referensi guna pengembangan ilmu pengetahuan.3. Bagi Lahan PraktekDapat dijadikan gambaran informasi serta bahan untuk meningkatkan manajemen kebidanan yang diterapkan oleh lahan praktek.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Distosia BahuDistosia bahu adalah kegagalan persalinan bahu setelah kepala lahir, dengan mencoba salah satu metoda persalinan bahu ( Manuaba, 2001). Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi ( Prawirohardjo, 2009).Distosia bahu merupakan kegawatdaruratan obstetri karena terbatasnya waktu persalinan, terjadi trauma janin, dan komplikasi pada ibunya. Kejadiannya sulit diperkirakan setelah kepala lahir, kepala seperti kura-kura, dan persalinan bahu mengalami kesulitan (Manuaba, 2001).

B. EtiologiDistosia bahu ada hubungannya dengan obesitas ibu, pertambahan berat badan yang berlebihan, bayi berukuran besar, riwayat saudara kandung yang besar dan diabetes pada ibu (Hakimi, 2003).

C. PatofisiologiPada mekanisme persalinan normal, ketika kepala dilahirkan, maka bahu memasuki panggul dalam posisi oblik. Bahu posterior memasuki panggul lebih dahulu sebelum bahu anterior. Ketika kepala melakukan paksi luar, bahu posterior berada di cekungan tulang sakrum atu disekitar spina ischiadika, dan memberikan ruang yang cukup bagi bahu anterior untuk memasuki panggul melalui belakang tulang pubis atau berotasi dari foramen obturator. Apabila bahu berada dalam posisi antero-posterior ketika hendak memasuki pintu atas panggul, maka bahu posterior dapat tertahan promontorium dan bahu anterior tertahan tulang pubis. Dalam keadaan demikian kepala yang sudah dilahirkan akan tidak dapat melakukan putaran paksi luar, dan tertahan akibat adanya tarikan yang terjadi antara bahu posterior dengan kepala (disebut dengan turtle sign) (Prawirohardjo, 2009).

D. Komplikasi1. Pada janina) Meninggal, intrapartum atau neonatalb) Paralisis plexus brachialisc) Fraktur clavicula2. Ibua) Robekan perineum dan vagina yang luas (Hakimi, 2003).

E. Faktor Resiko Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian distosia bahu, yaitu:1. Makrosomia/kelahiran sebelumnya bayi > 4 kg2. Ibu Obesitas3. Penambahan Berat Badan Berlebih4. Panggul Sempit 5. Melahirkan dengan posisi setengah berbaring di tempat tidur dapat menghambat gerakan koksik dan sakrum yang memperberat terjadinya distosia lahir-tempat tidur6. Diabetes maternal7. Kala II Lama8. Distosia bahu sebelumnya (Chapman, 2006)

F. PencegahanUpaya pencegahan distosia bahu dan cedera yang dapat ditimbulkannya dapat dilakukan dengan cara :1. Tawarkan untuk dilakukan bedah sesar pada persalinan vaginal beresiko tinggi: janin luar biasa besar (>5 kg), janin sangat besar (>4,5 kg) dengan ibu diabetes, janin besar (>4 kg) dengan riwayat distosia bahu pada persalinan sebelumnya, kala II yang memanjang dengan janin besar.2. Identifikasi dan obati diabetes pada ibu.3. Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi.4. Kenali adanya distosia bahu seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan suprapubis atau fundus, dan traksi berpotensi meningkatkan resiko cedera pada janin.5. Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia diketahui. Bantuan diperlukan untuk membuat posisi McRoberts, pertolongan persalinan, resusitasi bayi, dan tindakan anestesia (bila perlu).

G. Diagnosis Distosia BahuDistosia bahu dapat dikenali apabila didapatkan adanya:1. Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan.2. Kepala bayi sudah lahir, tetapi menekan vulva dengan kencang.3. Dagu tertarik dan menekan perineum4. Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan di kranial simfisis pubis (Prawirohardjo, 2009)

H. Penanganan Distosia Bahu1. Maneuver Mc RobertTehnik ini ditemukan pertama kali oleh Gonik dkk tahun 1983 dan selanjutnya William A Mc Robert mempopulerkannya di University of Texas di Houston. Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan fleksi sehingga paha menempel pada abdomen ibu. Tindakan ini dapat menyebabkan sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis kearah kepala maternal dan mengurangi sudut inklinasi. Meskipun ukuran panggul tak berubah, rotasi cephalad panggul cenderung untuk membebaskan bahu depan yang terhimpit.Maneuver Mc Robert Fleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan paha ibu pada abdomen sebagaimana terlihat pada (panah horisontal). Asisten melakukan tekanan suprapubic secara bersamaan (panah vertikal) Analisa tindakan Maneuver Mc Robert dengan menggunakan x-ray Ukuran panggul tak berubah, namun terjadi rotasi cephalad pelvic sehingga bahu anterior terbebas dari simfisis pubis

Gambar 1.1 Manuver Mc Robert2. Maneuver Woods ( Wood crock screw maneuver )Dengan melakukan rotasi bahu posterior 1800 secara crock screw maka bahu anterior yang terjepit pada simfisis pubis akan terbebas.Maneuver Woods Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahu kemudian diputar 180 derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah simfisis pubis

Gambar 1.2 Manuver Woods3. Melahirkan bahu belakanga. Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri humerus posterior janin dan kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas didepan dada dengan mempertahankan posisi fleksi sikub. Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janinc. Lengan posterior dilahirkan

Gambar 1.3 Melahirkan Bahu Belakang4. Maneuver RubinTerdiri dari 2 langkah :a. Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan tekanan pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka dilakukan langkah berikutnya yaitu:b. Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan kemudian ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan ini untuk melakukan abduksi kedua bahu anak sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan dari simfisis pubis Maneuver Rubin IIa. Diameter bahu terlihat antara kedua tanda panahb. Bahu anak yang paling mudah dijangkau didorong kearah dada anak sehingga diameter bahu mengecil dan membebaskan bahu anterior yang terjepit

Gambar 1.4 Manuver Rubin5. Pematahan klavikulaDilakukan dengan menekan klavikula anterior kearah SP.6. Maneuver ZavanelliMengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak dilahirkan melalui SC. Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai dengan PPL yang sudah terjadi. Membuat kepala anak menjadi fleksi dan secara perlahan mendorong kepala kedalam vagina.

Gambar 1.6 Manuver Zavanelli

7. KleidotomiDilakukan pada janin mati yaitu dengan cara menggunting klavikula

Gambar 1.7 Kleidotomi

8. SimfisiotomiHernandez dan Wendell (1990) menyarankan untuk melakukan serangkaian tindakan emergensi berikut ini pada kasus distosia bahua. Minta bantuan asisten , ahli anaesthesi dan ahli anaesthesib. Kosongkan vesica urinaria bila penuhc. Lakukan episiotomi mediolateral luasd. Lakukan tekanan suprapubic bersamaan dengan traksi curam bawah untuk melahirkan kepalae. Lakukan maneuver Mc Robert dengan bantuan 2 asisten

19

BAB IIITINJAUAN KASUS

Tempat: Ruang Bersalin (RSIA)Hari/Tanggal: 13-5-2014Pukul : 22.00 WIB

KALA IPukul : 22.00 WIBS: Ny. N, usia 36 tahun, kiriman dari IGD, masuk ke ruang bersalin RSIA ditemani suami dan keluarganya. Ibu mengeluh mules-mules, keluar air-air dan sakit dibagian pinggang yang menjalar ke bawah perut semenjak pukul 17.00 WIB. Ini merupakan kehamilan ibu yang keempat, riwayat persalinan yang lalu normal dengan berat badan 4200gr . Ibu tidak memiliki riwayat penyakit sistemik. Haid terakhir ibu tanggal 13-09-2013

O: TTP: 20-6-2014 TTV TD: 120/80 mmHg N: 78 x/m RR: 22x/m T: 37 c Pemeriksaan Bimanual

TFU: 38 cm DJJ: 123 x/m His: 2x10 35 TBBJ: 4185 gram

Pemeriksaan Dalam Pembukaan (): 9 cm Ketuban: Keruh Penurunan: Hodge III (1/5) Porsio: Lunak

A: Ibu G4P3A0 usia kehamilan 35 minggu, kala I fase aktif persalinan normal K/U ibu dan janin baik

P:1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan2. Mengkolaborasikan dengan dr SPOG: Observasi kemajuan persalinan3. Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri4. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum di sela kontraksi5. Menyiapkan perlengkapan persalinan 6. Melakukan pemantauan kala I persalinan, nasi, his, DJJ, setiap 30 menit sekali. TD, suhu, pemeriksaan dalam setiap 4 jam sekali atau bila ada indikasi7. Mengisi partograf

KALA IIpukul: 05.20 WIBS: Ibu mengatakan mulesnya semakin kuat dan sering serta adanya dorongan ingin meneran

O: KU: Baik DJJ: 145 x/m His: 4x10>40 Kandung kemih: Kosong Pemeriksaan dalam Pembukaan (): Lengkap (10 cm) Ketuban: Keruh Penurunan: Hodge III-IV Porsio: Tidak teraba Molase : Tidak ada Adanya tanda dan gejala persalinan kala II: dorongan ingin meneran, perineum menonjol, tekanan pada anus, vulva membuka

A: Ibu kala II persalinan dengan distosia bahuP:1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan2. Mengajarkan ibu cara meneran yang benar dan posisi melahirkan3. Memimpin persalinan dengan 58 langkah APN4. Melindungi perineum ketika kepala bayi tampak 5-6 cm di depan vulva, kemudian menganjurkan ibu meneran sampai kepala bayi lahir5. Menunggu putaran paksi luar, putaran paksi tidak terjadi kepala seperti kura-kura6. Melakukan penanganan distosia Melakukan manuver Mc. Robert dengan cara: Meminta ibu untuk menarik kedua lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya. Minta suami atau anggota keluarga untuk membantu ibu. Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah bawah (ke arah anus ibu) untuk menggerakkan bahu anterior dibawah symphisis pubis Lahirkan bahu belakang, bahu depan, dan tubuh bayi seluruhnya Catatan : Bayi lahir pukul 05.30 wib, lahir spontan segera menangis, jenis kelamin: Perempuan, BB: 4100 gram, PB: 51 cm, anus (ada), kelainan kongenital (tidak ada)7. Melakukan penilaian sekilas pada bayi baru lahir: Bayi menangis spontan Warna kulit kemerahan8. Meletakkan bayi di atas perut ibu dan keringkan9. Melakukan palpasi untuk memastikan tidak ada bayi kedua, dan menyuntikkan oksitosin 10 IU IM10. mengklem, menggunting dan mengikat tali pusat11. Melaksanakan IMD

KALA IIIPukul: 05.50 WIBS: Ibu mengatakan masih merasa mules dan lega atas kelahiran anaknya.

O: TFU: Setinggi pusat Kontraksi: Baik Kandung Kemih: Kosong Adanya tanda pelepasan plasenta: Perubahan bentuk uterus dan TFU Tali pusat bertambah panjang Adanya semburan darah

A: Ibu kala III persalinan K/U ibu dan bayi baik

P:1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan2. Melakukan peregangan tali pusat3. Melahirkan plasenta, plasenta lahir pukul 06.05 wib4. Melakukan masase fundus (15 detik), uterus berkontraksi5. Memeriksa kelengkapan plasenta, plasenta lahir lengkap6. Terdapat laserasi jalan lahir, ruptur perineum tingkat II

KALA IVPukul : 06.20 wibS: ibu mengatakan sangat lelah dan kurang nyaman dengan keadaannya

O: K/U: baik Kes: Composmentis TD: 110/80 mmHg N: 78 x/m RR: 21 x/m T: 37c TFU: 2 jari dibawah pusat Kontraksi: Kuat Kandung Kemih: Kosong Pendarahan: 150 cc Ruptur : Derajat II

A: Ibu kala IV persalinan normal dengan ruptur tingkat IIP: 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan2. Melakukan penjahitan ruptur perineum derajat II3. Menilai kontraksi dan pendarahan, kontraksi (kuat) dan pendarahan ( 70 cc)4. Mengajarkan ibu masase dan menilai kontraksi, ibu dapat melakukannya5. Memantau vital sign, kontrksi, kandung kemih, TFU, pendarahan setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua6. Dekontaminasi alat7. Membersihkan ibu8. Membersihkan ibu dan dekontaminasi alat9. Melengkapi patograf dan SOAP10. Memberikan konseling kepada ibu tentang ASI eksklusif: Menyusui 2 jam sekali sampai usia 6 bulan dan posisi menyusui yang benar Perawatan BBL , perawatan tali pusat Konsumsi menu makanan seimbang (hindari pantang makan) Menjaga personal hygiene11. Pukul 08.05 wib ibu dipindahkan ke ruang rawat ibu RSIA

BAB IVPENUTUP

A. KesimpulanBerdasarkan data subjektif dapat diketahui, ibu mengatakn ibu merasa mules dan air-air dari kemaluannya serta sekit dibagian pinggang dan bawah perut, HPHT ibu tanggal 13-09-2013. Dari data objektif, tanda vital dalam batas normal, pemeriksaan abdomen, TFU: 38 cm, TBBJ : 4185 gr, His : 2x1035, DJJ : 123x/m dan dari pemerikasaan bimanual: pembukan 9 cm, ketuban (K), penurunan hodge III (1/5), servik tipis. Data subjektif dan objektif dapat ditarik kesimpulan, Ibu N, usia 36 tahun, G4P3A0 usia kehamilan 35 minggu, kala I persalinan fase aktif.Kala I persalinan berjalan dengan normal, kala II persalinan terjadi distosia bahu ditandai dengan kepala bayi telah lahir tetapi tetap berada di vagina. Melakukan penanganan distosia bahu dengann manuver Mc. Robert . Bayi lahir pukul 05.30 wib, lahir spontan segera menangis, jenis kelamin: Perempuan, BB: 4100 gram, PB: 51 cm, tidak ada bayi kedua, dan menyuntikkan oksitosin 10 IU IM. Kala III dan Kala IV berjalan dengan normal sampai 2 jam pertama. Pukul 08.05 ibu dipindahkan ke ruang rawat ibu RSIA.

B. SaranDalam laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Apabila akan dilakukan studi kasus untuk laporan dengan judul yang sama hendaknya memiliki isi dan referensi yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary. 2005.Obstetri Williams Ed. 21 Vol. 1. Jakarta : EGC.Depkes RI. 2004.Asuhan Persalinan Normal. Jakarta :Jaringan Nasional PelatihanKlinik Kesehatan Reproduksi Lisnawati, Lilis. 2012. Asuhan Kebidanan terkini Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Tasikmalaya : Trans Info Media Oxorn, Harry. 2003. Ilmu Kebidanan: patologi dan fisiologi persalinan. Jakarta: EGCManuba, IBG. 2001. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGCMaryunani, Anik, dkk. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Jakarta: Trans Info MedikMochtar R. 1998.Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi ke-2. Jakarta : EGCSaefudin, Abdul Bari .2008.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBPSPWinkjosastro, H. 2009.Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPS