direktori putusan mahkamah agung republik...
TRANSCRIPT
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 1 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
PUTUSAN Nomor 60 P/HUM/2017
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
MAHKAMAH AGUNG
Memeriksa dan mengadili perkara permohonan keberatan hak uji materiil
terhadap Pasal 239 ayat (2) huruf b, Pasal 354, dan Pasal 362 angka 15
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2017 Nomor 63),
pada tingkat pertama dan terakhir telah memutuskan sebagai berikut, dalam
perkara:
1. drh. DIAH ASRI EROWATI AS, M.Kes., kewarganegaraan
Indonesia, tempat tinggal di Jalan Berkah, Nomor 24,
Komplek Badak Putih I, RT 003/RW 010, Kotabatu, Ciomas,
Bogor, pekerjaan PNS (Peneliti Madya Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi);
2. Ir. M. NASWIR SETIA NUSA, M.T., kewarganegaraan
Indonesia, tempat tinggal di Komplek Puspiptek, RT 022/RW
006, Desa Setu, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan,
pekerjaan PNS (Peneliti Madya Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi);
3. ARI HANDAYANI, B.E., kewarganegaraan Indonesia, tempat
tinggal di Batan Indah Blok I-B, Kademangan, Setu, Kota
Tangerang, pekerjaan PNS (Peneliti Madya BATAN);
4. Dra. MINANTYORINI, kewarganegaraan Indonesia, tempat
tinggal di Cimanggu Permai, Jalan Airlangga V/52, Kedung
Jaya, Tanah Sareal, Kota Bogor, pekerjaan PNS (Peneliti
Madya Kementerian Pertanian);
5. Dr. Ir. ERNA MARIA LOKOLO, M.Sc., kewarganegaraan
Indonesia, tempat tinggal di Baranangsiang Indah Blok D I/6,
Katulampa, Kota Bogor Timur, Kota Bogor, pekerjaan PNS
(Peneliti Madya Kementerian Pertanian);
6. Dra. ANY ZUBAIDAH, M.Si., kewarganegaraan Indonesia,
tempat tinggal di Komplek LAPAN Blok H.2, Nomor 67,
Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur, pekerjaan PNS (Peneliti
Madya LAPAN);
7. DWI PURWANTO, S.T., kewarganegaraan Indonesia, tempat
tinggal di Komplek LUK Blok N, Nomor 5, Bakti Jaya, Setu,
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 2 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
Kota Tangerang Selatan, pekerjaan PNS (Peneliti Madya
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi);
8. SLAMET SUBANDI, S.Sos., M.M., kewarganegaraan
Indonesia, tempat tinggal di Komplek Koperasi Areman,
Nomor 13, Cimanggis, Depok, pekerjaan PNS-Peneliti Madya
Kementerian Koperasi UKM;
9. Dra. MARIANA RAINI, Apt., M.Kes., kewarganegaraan
Indonesia, tempat tinggal di Villa Taman Kartini F3, Nomor 12,
Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi, pekerjaan PNS
(Peneliti Madya Kementerian Kesehatan);
10. Dra. HERU YUNIATI, M.Si., kewarganegaraan Indonesia,
tempat tinggal di Jalan Semboja Komplek Gizi, Kebon Kelapa,
Kota Bogor Tengah, Kota Bogor, pekerjaan PNS (Peneliti
Madya Kementerian Kesehatan);
11. Dra. DELIAH SESWITA, kewarganegaraan Indonesia, tempat
tinggal di Jalan Kenanga Permai Blok DD, Nomor 53,
Menteng, Kota Bogor, pekerjaan PNS (Peneliti Madya Balitro,
Kementan);
12. Drs. HAYARUDDIN SIAGIAN, kewarganegaraan Indonesia,
tempat tinggal di Jalan Raya Centex, Ciracas, Jakarta Timur,
pekerjaan PNS (Peneliti Madya);
13. ANJAR SUPRIADHIE, S.H., M.H., kewarganegaraan
Indonesia, tempat tinggal di Jalan Siak Raya, Nomor 162,
Baktijaya, Sukmajaya, Kota Depok, pekerjaan PNS (Peneliti
Madya LAPAN);
14. Dra. DAROHAM MUTIATIKUM, Apt., M.Si., kewarga-
negaraan Indonesia, tempat tinggal di Jalan Cibalok I, Nomor
6, Pabaton, Kota Bogor Tengah, Kota Bogor, pekerjaan PNS
(Peneliti Madya Kementerian Kesehatan);
15. ENNY HAWANI LOEBIS, M.Si., kewarganegaraan Indonesia,
tempat tinggal di Jalan Mataram, Nomor 50, Kedungjaya,
Tanah Sareal, Kota Bogor, pekerjaan PNS (Peneliti Madya
Kementerian Perindustrian);
16. Dr. Ir. ACHMAD RACHMAN, M.Sc., kewarganegaraan
Indonesia, tempat tinggal di Cimanggu Hejo Cluster Blok F,
Nomor 16, Kedungwaringin, Tanah Sareal, Kota Bogor,
pekerjaan PNS (Peneliti Madya Kementerian Pertanian);
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 3 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
17. Drs. HUSNI NASUTION, M.Si., kewarganegaraan Indonesia,
tempat tinggal di Villa Pertiwi Blok F-7, Nomor 17, Sukamaju,
Cilodong, Kota Depok, pekerjaan PNS (Peneliti Madya
LAPAN);
18. Dra. SRI RUBIYANTI, M.Si., kewarganegaraan Indonesia,
tempat tinggal di Jalan Kelapa Molek I A 2/27, Kelapa Gading
Timur, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pekerjaan PNS (Peneliti
Madya LAPAN);
19. Ir. SIDIK HADDY TALAOHU, M.M., kewarganegaraan
Indonesia, tempat tinggal di Komplek BTN, Tanah Baru Blok B,
Nomor 27, Kota Bogor Utara, Kota Bogor, pekerjaan PNS
(Peneliti Madya Kementerian Pertanian);
20. Drs. BERNHARD H. SIANIPAR, M.M., kewarganegaraan
Indonesia, tempat tinggal di Komplek LAPAN Blok E-4,
Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur, pekerjaan PNS (Peneliti
Madya LAPAN);
Selanjutnya disebut sebagai Para Pemohon;
melawan:
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, tempat kedudukan di Jalan
Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat;
Memberi kuasa kepada:
1. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;
2. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia;
3. Jaksa Agung Republik Indonesia;
Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 26 Oktober 2017;
Selanjutnya disebut sebagai Termohon;
Mahkamah Agung tersebut;
Membaca surat-surat yang bersangkutan;
DUDUK PERKARA
Menimbang, bahwa Para Pemohon dengan surat permohonannya
tertanggal 2 Oktober 2017 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Agung
pada tanggal 4 Oktober 2017 dan diregister dengan Nomor 60 P/HUM/2017
telah mengajukan permohonan keberatan hak uji materiil terhadap Pasal 239
ayat (2) huruf b, Pasal 354, dan Pasal 362 angka 15 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 4 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
Sipil (Lembaran Negara Tahun 2017 Nomor 63), dengan dalil-dalil yang pada
pokoknya sebagai berikut:
A. Pendahuluan;
1. Bahwa pembentukan pemerintah negara Indonesia sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yaitu antara lain bertujuan “memajukan
kesejahteraan umum” dan “mencerdaskan kehidupan bangsa”, maka
kegiatan penelitian sangat besar pengaruhnya untuk mencapai tujuan
tersebut khususnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi bagi kepentingan bangsa dan negara;
2. Bahwa kegiatan penelitian merupakan salah satu tolok ukur bagi
kemajuan peradaban suatu bangsa. Untuk itu setiap bangsa berlomba-
lombamelakukan penelitian yang dimotori oleh para peneliti (sumber
daya manusia) baik secara kualitas maupun kuantitas agar bangsa
menjadi maju yang indikasinya tampak pada kemandirian, peningkatan
daya saing bangsa, munculnya variasi temuan baru (invensi) berupa
produk barang dan jasa termasuk praktik sosial, hukum, ekonomi
(inovasi) untuk kemanusiaan;
3. Bahwa kepakaran peneliti yang ditugaskan secara penuh di bidang
penelitian di kementerian dan non-kementerian akan memberikan
kontribusi yang signifikan bagi pembangunan bangsa dan negara
Republik Indonesia merupakan hal yang sangat penting, dan karena
itulah dari sejak tahun 1979 hingga tahun 2017 (sudah berlangsung
selama 38 tahun) telah diatur mengenai Batas Usia Pensiun (BUP)
untuk Jabatan Fungsional peneliti madya sampai dengan usia 65 tahun
melalui Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang yang sudah diubah
berkali-kali selama 6 (enam) periode Kepresidenan, yaitu mulai era
Presiden Soeharto, Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden
Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati Soekarnoputri, Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, dan dalam 2 (dua) tahun pertama era
Presiden Joko Widodo;
4. Bahwa pemberlakuan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 tentang Manajeman Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya
disebut PP Nomor 11 Tahun 2017) pada 7 April 2017 yang diantaranya
mengubah ketentuan mengenai Batas Usia Pensiun (BUP) untuk
peneliti madya dari semula berusia 65 tahun menjadi 60 tahun telah
mengejutkan dan meresahkan Para Pemohon dan keluarganya serta
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 5 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
mengganggu keberlangsungan kegiatan penelitian dan pengembangan
bagi seluruh peneliti di Indonesia di lembaganya;
5. Bahwa ketentuan mengenai Batas Usia Pensiun dalam PP Nomor 11
Tahun 2017 yang diberlakukan sangat mendadak pada hakikatnya
merupakan bentuk tindakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara
paksa karena ketentuan tersebut tidak memberikan tenggat waktu pada
peneliti madya yang semula Batas Usia Pensiunnya 65 tahun, dan juga
tidak membuat aturan peralihan yang memberlakukan peraturan lama
bagi peneliti yang sudah menjadi peneliti madya sebelum PP Nomor 11
Tahun 2017 diundangkan sehingga ini berakibat peneliti madya yang
berusia kurang dari 60 tahun pada saat PP Nomor 11 Tahun 2017
diundangkan dipaksa harus menerima Batas Usia Pensiun 60 tahun;
6. Bahwa pada mulanya Pemerintah berkomitmen akan mempensiunkan
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang umumnya berlatar belakang
pendidikan SMA, SMP, SD, namun yang terjadi justru mempensiunkan
PNS berprestasi dan banyak diantaranya bergelar Doktor, Magister dan
Strata Satu, yang dalam satu atau dua tahun kedepan potensial akan
mencapai puncak kepakaran tertinggi sebagai Profesor Riset pada usia
61, 62 dan seterusnya (Bukti P-3);
7. Bahwa secara normatif penyebutan istilah “jabatan fungsional madya”
yang tercantum dalam Pasal 239 ayat (2) huruf b PP Nomor 11 Tahun
2017 tidak dikenal dalam peraturan perundang-undangan sebelumnya,
bahkan juga tidak tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Kategori jabatan fungsional yang
disebut dalam peraturan perundang-undangan sebelumnya dan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
adalah “jabatan fungsional peneliti madya” dan “jabatan fungsional ahli
madya”. Dengan demikian secara hukum norma ketentuan Pasal 239
ayat (2) huruf b mengenai “jabatan fungsional madya” tidak dapat
dilaksanakan, namun dalam kenyataannya ketentuan a quo telah
dijadikan dasar hukum oleh otoritas kepegawaian sebagai Pejabat Tata
Usaha Negara untuk menerbitkan keputusan (beschikking) mengenai
Batas Usia Pensiun 60 tahun bagi peneliti madya yang berusia kurang
dari 60 tahun ketika ketentuan a quo diberlakukan sehingga
menimbulkan kerugian bagi kepentingan Para Pemohon;
8. Bahwa Indonesia masih sangat membutuhkan tenaga peneliti dalam
jumlah yang ideal. Rasio jumlah peneliti yang ideal di negara-negara
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 6 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
maju adalah 2.000 peneliti persejuta penduduk. Sementara di Indonesia
jumlah peneliti saat ini adalah 89 peneliti persejuta penduduk, atau baru
terisi 9% dari rasio kebutuhan jumlah ideal seperti di negara-negara
maju (Bukti P-4);
9. Bahwa pensiun mendadak dan tidak alamiah tersebut mengingkari
kehendak Pemerintah sendiri yang telah berkomitmen ingin melakukan
pensiun secara alamiah untuk perampingan jumlah PNS agar tidak
meresahkan PNS (Bukti P-5), namun kenyataannya skema pensiun
mendadak dan tidak alamiah melalui PP Nomor 11 Tahun 2017 itu
justru sangat meresahkan PNS peneliti madya karena ketentuan
tersebut memaksakan mengubah Batas Usia Pensiun 65 tahun menjadi
60 tahun bagi sebagian peneliti madya yang belum berusia di atas 60
tahun pada saat PP Nomor 11 Tahun 2017 diundangkan pada tanggal 7
April 2017;
10. Bahwa pada saat ini terjadi jeritan peneliti, keresahan, ketidakadilan dan
ketidakpastian hukum yang menimpa PNS, khususnya yang memangku
Jabatan Fungsional peneliti madya, serta ancaman bagi masa depan
kemajuan Republik Indonesia dibidang pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai akibat diterbitkannya PP Nomor 11
Tahun 2017 (Bukti P-6) yang mencabut Peraturan Pemerintah Nomor
21 Tahun 2014 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang
Mencapai Batas Usia Pensiun bagi Pejabat Fungsional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 58) (selanjutnya disebut
PP Nomor 21 Tahun 2014) (Bukti P-7);
B. Kewenangan Mahkamah Agung;
11. Bahwa Pasal 24A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) menyatakan bahwa
“Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji
peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap
undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan
oleh undang-undang” (Bukti P-8);
12. Bahwa Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985
tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dan terakhir diubah
dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 7 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
Agung mengatur bahwa Mahkamah Agung mempunyai wewenang
menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
terhadap undang-undang (Bukti P-9);
13. Bahwa kewenangan Mahkamah Agung juga terdapat dalam Pasal 20
ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwa “Mahkamah Agung
berwenang menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-
undang terhadap undang-undang” (Bukti P-10);
14. Bahwa kewenangan Mahkamah Agung juga tercantum dalam Pasal 9
ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 82) yang mengatur bahwa “Dalam hal suatu
Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang diduga
bertentangan dengan Undang-Undang, pengujiannya dilakukan oleh
Mahkamah Agung” (Bukti P-11);
15. Bahwa Permohonan Hak Uji Materiil yang dimohonkan oleh Para
Pemohon yaitu mengenai ketentuan Pasal 239 ayat (2) huruf b, Pasal
354, dan Pasal 362 angka 15 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Tahun 2017 Nomor 63) terhadap Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6), Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82), dan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional
Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor
84), yang menurut Para Pemohon telah terjadi pertentangan antara
ketentuan Pasal 239 ayat (2) huruf b, Pasal 354, dan Pasal 362 angka
15 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017
tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun
2017 Nomor 63) dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 6), Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82), dan Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 8 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84);
16. Bahwa berdasarkan uraian di atas, Mahkamah Agung berwenang
memeriksa dan memutus Permohonan Hak Uji Materiil ini pada tingkat
pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final dalam menguji
suatu peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang (dalam
hal ini yaitu PP Nomor 11 Tahun 2017) yang bertentangan dengan
Undang-Undang;
C. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Para Pemohon;
17. Bahwa Pasal 31A ayat (2) huruf (a) Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung menyatakan permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31A ayat (1) hanya dapat
dilakukan oleh pihak yang menganggap haknya dirugikan oleh
berlakunya peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang,
yaitu: a. perorangan warga negara Indonesia (Bukti P-12);
18. Bahwa Penjelasan Pasal 31A ayat 2 huruf (a) Undang-Undang Nomor
14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung menyatakan bahwa: “Yang
dimaksud dengan „perorangan‟ adalah orang perseorangan atau
kelompok orang yang mempunyai kepentingan sama”;
19. Bahwa Pasal 1 ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil mengatur
bahwa “Pemohon keberatan adalah kelompok masyarakat atau
perorangan yang mengajukan permohonan keberatan kepada
Mahkamah Agung atas berlakunya suatu peraturan perundang-
undangan tingkat lebih rendah dari Undang-Undang” (Bukti P-13);
20. Bahwa Para Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia
yang berstatus PNS dengan Jabatan Fungsional peneliti madya yang
ditugaskan secara penuh di bidang penelitian di lembaga/unit litbang
Kementerian dan Non-Kementerianyang menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2014 Batas Usia Pensiun (BUP)
adalah 65 tahun, dan dinyatakan telah memenuhi syarat sebagai
penerima tunjangan fungsional peneliti madya melalui instrumen Surat
Bersama Kementerian Keuangan dan Badan Kepegawaian Negara
melalui Surat Edaran Bersama Nomor SE-19/PB/2014 dan Nomor
1/SE/2014, huruf H angka 1 huruf C angka 1 (Bukti P-14) dan oleh
karena itu mempunyai kualifikasi hukum sebagai pihak yang
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 9 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
kepentingannya dirugikan menurut Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung;
21. Bahwa hak Para Pemohon dirugikan oleh ketentuan Batas Usia Pensiun
dari 65 tahun menjadi 60 tahun untuk Jabatan Fungsional peneliti
madya sebagaimana diatur pada Pasal 239 ayat (2) huruf b, Pasal 354,
dan Pasal 362 angka15 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil yang
diundangkan pada 7 April 2017 melalui Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 63;
22. Bahwa diberlakukannya ketentuan Pasal 239 ayat (2) huruf b, Pasal
354, dan Pasal 362 angka 15 PP Nomor 11 Tahun 2017 telah
menimbulkan ketidakpastian hukum bagi Para Pemohon sehingga
merugikan hak konstitusional Para Pemohon yang dijamin oleh Pasal
28D Ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak
atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”;
23. Bahwa diberlakukannya ketentuan Pasal 239 ayat (2) huruf b, Pasal
354, dan Pasal 362 angka 15 PP Nomor 11 Tahun 2017 juga telah
merugikan hak konstitusional Para Pemohon yang dijamin oleh Pasal
28D Ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak
untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja”;
24. Bahwa terkait dengan kerugian konstitusional yang dialami Para
Pemohon sebagaimana disebutkan di atas, pendapat Profesor Bagir
Manan, Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Periode 2001-
2008, dalam bukunya berjudul Membedah UUD 1945 (Malang: UB
Press, 2012) pada halaman 65 menjadi penting dikutip disini, yaitu
bahwa “Semestinya, peran Hakim menjaga dan menghidupkan UUD
(Konstitusi), tidak hanya oleh Hakim-Hakim Mahkamah Konstitusi, tetapi
oleh semua hakim pada semua lingkungan badan peradilan. Sudah
semestinya, UUD 1945 sebagai peraturan perundang-undangan negara
tertinggi, senantiasa menjadi batu penguji setiap penerapan atau
penegakan hukum, baik dalam perkara perdata, perkara pidana,
perkara administrasi dan lain-lain, bukan hanya terbatas pada kasus-
kasus yang bersifat atau mengandung unsur ketatanegaraan. Semua
Pasal UUD 1945, kecuali pasal-pasal mengenai susunan dan alat
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 10 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
perlengkapan negara, wajib dipergunakan sebagai dasar dan penguji
semua jenis perkara” (Bukti P-15);
25. Bahwa dalam kaitannya dengan Permohonan Hak Uji Materiil ini
terhadap PP Nomor 11 Tahun 2017, pendapat Profesor Jimly
Asshiddiqie, Ketua Mahkamah Kontitusi periode 2003-2008, dalam
bukunya yang berjudul Konstitusi Kebudayaan dan Kebudayaan
Konstitusi (Malang: Intrans Publishing, 2017) pada halaman 106-107
sangat relevan dikutip disini, yaitu bahwa “Peraturan Pemerintah (PP)
disusun dan ditetapkan oleh Pemerintah atas perintah undang-undang
untuk mengatur lebih lanjut mengenai hal-hal tertentu yang belum
lengkap diatur dalam undang-undang tersebut. Dalam hal yang
demikian, maka pejabat-pejabat pelaksana undang-undang yang
bersangkutan (para eksekutif) harus menjamin bahwa norma hukum
yang disusun lebih lanjut dalam rangka pelaksanaan undang-undang
(executive acts) tidak bertentangan dengan ketentuan undang-undang
(legislative acts) maupun undang-undang dasar (constitution as the
highest legal norms). Upaya pencegahan ini sangat penting agar
keseluruhan sistem norma hukum kita benar-benar berada dalam satu
kesatuan sistemik berdasarkan UUD 1945” (Bukti P-16);
26. Bahwa dalam kaitannya dengan PP Nomor 11 Tahun 2017, pendapat
Prof Bambang Subiyanto, Wakil Kepala LIPI, jumlah peneliti madya
akan turun secara signifikan yang akan menyebabkan sekitar 1.396
peneliti madya dari 42 instansi pemerintah dipensiun dini. Itu terkait
percepatan usia pensiun jenjang peneliti dari 65 tahun menjadi 60
tahun. Pengurangan peneliti madya tak direncanakan itu diperkirakan
menimpa lebih kurang 20 persen dari jumlah total peneliti madya.
Padahal, peneliti madya ialah lapisan sumber daya manusia paling
produktif sebelum mencapai kematangan paripurna jenjang peneliti
utama, dengan demikian secara keseluruhan, lembaga riset pemerintah
akan menghadapi kelangkaan peneliti. (Bukti P-17);
27. Bahwa fakta di atas menunjukkan adanya dampak langsung kerugian
hak Para Pemohon dari berlakunya suatu peraturan yang mengatur
secara umum (algemene strekking) terhadap para peneliti madya, ketika
pejabat administrasi pemerintahan yang berwenang menerbitkan
keputusan pensiun bagi peneliti madya dengan alasan melaksanakan
ketentuan Pasal 354 PP Nomor 11 Tahun 2017 (uitvoerings
beschikking);
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 11 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
28. Bahwa berdasarkan uraian di atas, menurut Para Pemohon
pemberlakuan PP Nomor 11 Tahun 2017 bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan telah nyata-nyata
merugikan hak Para Pemohon sehingga Para Pemohon mempunyai
kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan Permohonan Hak
Uji Materiil ini kepada Mahkamah Agung;
D. Posita;
1. Proses Pembentukan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Aspek Formil);
29. Bahwa berdasarkan Pasal 5 Ayat (2) UUD 1945 ditegaskan bahwa
Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan
Undang-Undang sebagaimana mestinya. Selanjutnya berdasarkan
Pasal 22A UUD 1945 dinyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut tentang
tata cara pembentukan undang-undang diatur dengan undang-undang;
30. Bahwa Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan merupakan pelaksanaan Pasal 22A
UUD 1945. Dengan demikian secara atributif ketentuan Pasal 5 Ayat (2)
UUD 1945 tersebut dituangkan dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
yang berbunyi bahwa “Materi muatan peraturan pemerintah berisi materi
untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya”. Dengan
demikian, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan merupakan undang-
undang organik (organieke wet) bagi pelaksanaan ketentuan Pasal 22A
UUD 1945;
31. Bahwa konsiderans Menimbang Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun
2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil tidak mencantumkan
Pasal 90 huruf c Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara yang berbunyi: “Batas usia pensiun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 87 ayat (1) huruf c yaitu: c. sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan bagi Pejabat Fungsional”;
32. Bahwa dengan tidak dicantumkannya Pasal 90 huruf c Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Bukti P-18) di
dalam PP Nomor 11 Tahun 2017 berarti pembentukan PP a quo tidak
mencantumkan pasal yang memerintahkan pengaturan lebih lanjut
mengenai Batas Usia Pensiun sebagaimana ditentukan oleh Pasal 90
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 12 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
huruf c juncto Pasal 87 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
33. Bahwa dengan demikian pembentukan PP Nomor 11 Tahun 2017 tidak
memenuhi aspek landasan yuridis yang dikenal dalam teknik
penyusunan peraturan perundang-undangan dengan cara dan metode
yang pasti, baku, dan standar sebagaimana ditentukan oleh angka 28
huruf b Lampiran II tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-
undangan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
34. Bahwa selain pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, proses
pembentukan PP Nomor 11 Tahun 2017 juga tidak memenuhi
ketentuan tata cara pembentukan peraturan perundang-undangan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
35. Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
pembentukan suatu Peraturan Pemerintah seharusnya melalui prosedur
yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pengesahan atau
penetapan dan pengundangan;
36. Bahwa pada tahap perencanaan dan penyusunan peraturan pemerintah,
instansi pemrakarsa wajib melibatkan kementerian/non-kementerian yang
terkait dan partisipasi masyarakat. Pelibatan partisipasi masyarakat
tersebut dimaksudkan agar peraturan pemerintah yang dibentuk
merupakan peraturan yang aspiratif dan responsif;
37. Bahwa berdasarkan Pasal 54 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dalam tahap
penyusunan suatu rancangaan Peraturan Pemerintah, pemrakarsa
membentuk panitia antarkementerian dan atau lembaga pemerintah non-
kementerian;
38. Bahwa ketentuan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyatakan
bahwa masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan atau
tertulis dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. Oleh karena
itu, untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan secara
lisan dan atau tertulis, setiap rancangan peraturan perundang-undangan
harus dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 13 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
39. Bahwa dalam proses pembahasan Rancangan PP Nomor 11 Tahun
2017 terkait dengan ketentuan mengenai Batas Usia Pensiun peneliti
madya pemrakarsa tidak mempertimbangkan norma Batas Usia
Pensiun sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c PP Nomor
21 Tahun 2014 yang sebetulnya sudah mencerminkan makna yang
dikehendaki oleh Pasal 90 huruf c Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
40. Bahwa oleh karena itu Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
sebagai instansi pembina Jabatan Fungsional peneliti, berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
Kep/128/M.PAN/9/2004 tentang Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka
Kreditnya, yang berkepentingan dengan materi muatan Batas Usia
Pensiun peneliti madya justru menyampaikan kekecewaannya atas
pemberlakuan PP Nomor 11 Tahun 2017, khususnya mengenai aturan
Batas Usia Pensiun bagi peneliti madya, kepada Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi melalui Surat
Nomor B-4432/K/KP.03/V/2017 Perihal Usulan Terkait Batas Usia
Pensiun Jabatan Fungsional Peneliti (Bukti P-19);
41. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 28 huruf a Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, tujuan Komisi Aparatur
Sipil Negara (KASN) yaitu “menjamin terwujudnya Sistem Merit dalam
kebijakan dan Manajemen ASN”. Oleh karena itu sudah sewajarnya
KASN berkepentingan dengan proses pembentukan PP Nomor 11
Tahun 2017 karena salah satu muatan dalam PP a quo yaitu mengatur
tentang Sistem Merit. Namun, KASN sangat kecewa setelah
mengetahui bahwa ketentuan dalam PP 11/2017 terutama yang terkait
dengan Batas Usia Pensiun terjadi perubahan yang sebelumnya sudah
diatur usia 65 tahun untuk peneliti madya menjadi 60 tahun. Itulah
sebabnya Ketua KASN Prof. Sofian Effendi menyesalkan
dikeluarkannya PP Nomor 11 Tahun 2017 yang konsekuensinya akan
terjadi penurunan signifikan jumlah peneliti senior di Indonesia sehingga
dapat menghambat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
Indonesia, padahal filosofi pembentukan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang ASN menghendaki terwujudnya ASN Indonesia
berkelas dunia (Bukti P-20);
42. Bahwa Pasal 25 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara secara tegas menentukan bahwa KASN
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 14 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
adalah salah satu pemegang delegasi (delegataris) atas sebagian
kekuasaan presiden berkaitan dengan kewenangan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan kebijakan dan manajemen ASN untuk menjamin
perwujudan Sistem Merit serta pengawasan terhadap penerapan asas
serta kode etik dan kode perilaku ASN. Sebagai pemegang delegasi
kewenangan untuk mewujudkan Sistem Merit dalam manajemen ASN,
maka KASN berkepentingan mengetahui proses pembentukan PP
Nomor 11 Tahun 2017, terutama dalam penetapan Batas Usia Pensiun
yang terkait dengan terbangunnya Sistem Merit. Hal itu berdasarkan
ketentuan Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana
diatur lebih lanjut dengan Pasal 45 ayat (3) huruf b dan Pasal 63
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa
dalam penyusunan rancangan peraturan pemerintah, pemrakarsa
membentuk panitia antarkementerian yang anggotanya terdiri dari
kementerian dan lembaga pemerintahan nonkementerian serta lembaga
lain yang terkait dengan substansi rancangan peraturan pemerintah
yang sedang disusun;
43. Bahwa dalam kaitannya dengan tahapan penyusunan dan pembahasan
Rancangan PP Nomor 11 Tahun 2017, Himpunan Peneliti Indonesia
(Himpenindo) sebagai organisasi profesi peneliti yang disahkan dengan
Akta Pendirian Himpunan Peneliti Indonesia tanggal 12 Desember 2013
Nomor 01. oleh Notaris Syaffera M. Achmad, S.H., M.Kn., (Bukti P-21)
yang disahkan sebagai badan hukum dengan Keputusan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor AHU-00422.60.2014 tanggal 26
Agustus 2014 (Bukti P-22), seharusnya diberi peluang oleh Kementerian
pemrakarsa atau panitia antarkementerian untuk berpartisipasi dalam
penyusunan Rancangan PP tersebut khususnya ketentuan mengenai
Batas Usia Pensiun (BUP) Jabatan Fungsional ahli madya
sebagaimana tercantum dalam Pasal 354 PP Nomor 11 Tahun 2017;
44. Bahwa di samping pertimbangan hukum sebagaimana diuraikan di atas,
pembentukan norma hukum yang tercantum dalam PP Nomor 11 Tahun
2017, khususnya Pasal 239 ayat (2) huruf bdan Pasal 354, dan Pasal
362 angka 15, tidak memenuhi ketentuan mengenai asas pembentukan
peraturan perundang-undangan yang baik yaitu kejelasan tujuan, dapat
dilaksanakan, kedayagunaan dan kehasilgunaan, kejelasan rumusan,
dan keterbukaan sebagaimana diatur dalam Pasal 5 huruf a, d, e, f, dan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 15 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
g Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan. Demikian pula, ketentuan a quo tidak
menccerminkan asas materi muatan peraturan perundang-undangan,
yaitu asas pengayoman, keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukum
dan pemerintahan, serta asas ketertiban dan kepastian hukum
sebagaimana diatur dalam Pasal 6 huruf a, g, h, dan i Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan;
45. Bahwa berdasarkan uraian di atas, pembentukan PP Nomor 11 Tahun
2017 tidak sepenuhnya melalui prosedur yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan khususnya dalam tahapan penyusunan dan
pembahasaan rancangannya;
46. Bahwa oleh karena itu materi muatan dalam PP Nomor 11 Tahun 2017,
khususnya Pasal 239 ayat (2) huruf b, Pasal 354, dan Pasal 362 angka
15, tidak memenuhi syarat formil pembentukannya sehingga demi
hukum sudah sewajarnya dinyatakan tidak memiliki kekuatan hukum
mengikat;
2. Pasal 239 ayat (2) huruf b, Pasal 354 dan Pasal 362 angka 15 Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil Bertentangan dengan Pasal 2 huruf a, Pasal 2 huruf l, Pasal 1 angka
22, dan Pasal 51 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara dan Pasal 5 huruf f Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, serta Pasal 12 ayat
(1), Pasal 18, Pasal 19 ayat (3) huruf a, dan Pasal 21 Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan
dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Aspek Materiil);
47. Bahwa secara filosofis PP Nomor 11 Tahun 2017 tidak
mempertimbangkan materi muatan yang diatur dalam Pasal 90 huruf c
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Hal ini sangat jelas dalam konsiderans Menimbang tidak mencantumkan
Pasal 90 huruf c Undang-Undang a quo yang mengacu dalam Pasal 87
ayat (1) huruf c sebagai landasan yuridis yang mendelegasikan
pengaturan lebih lanjut mengenai Batas Usia Pensiun;
48. Bahwa pengaturan Pasal 354 dan Pasal 362 angka 15 PP Nomor 11
Tahun 2017 bertentangan dengan Pasal 2 huruf a dan Pasal 2 huruf l
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 16 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
yang mengatur bahwa secara filosofis penyelenggaraan kebijakan dan
Manajemen ASN harus didasarkan pada asas kepastian hukum yang
menurut Penjelasannya mengandung arti “bahwa setiap
penyelenggaraan kebijakan dan Manajemen ASN mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan” serta asas keadilan dan
kesetaraan yang menurut Penjelasannya mengandung arti “yang harus
mencerminkan rasa keadilan dan kesamaan untuk memperoleh fungsi
dan peran sebagai pegawai ASN”;
49. Bahwa dalam teknis pembentukan peraturan perundang-undangan,
penggunaan istilah yang dipilih dalam rumusan norma dalam pasal atau
ayat harus memilih istilah dengan memperhatikan kejelasan makna
(duidelijkheid), konsistensi (consistentie), dan kesatuan makna
(eenheid) secara vertikal maupun horisontal. Hal tersebut karena setiap
istilah atau frasa yang dipakai mengandung pengertian hukum
(rechtsbegruip) yang membawa akibat hukum (juridisch efffecten) dan
dampak faktual (feitelijke effecten) dalam penerapannya;
50. Bahwa Pasal 239 ayat (1) PP Nomor 11 Tahun 2017 mengatur bahwa
“PNS yang telah mencapai Batas Usia Pensiun diberhentikan dengan
hormat sebagai PNS”. Selanjutnya Pasal 239 ayat (2) mengatur bahwa
“Batas Usia Pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu: a. 58
(lima puluh delapan) tahun bagi pejabat adminstrasi, pejabat fungsional
ahli muda, pejabat fungsional ahli pertama, dan pejabat fungsional
keterampilan, b. 60 (enam puluh) tahun bagi pejabat pimpinan tinggi
dan pejabat fungsional madya, dan c. 65 (enam puluh lima) tahun bagi
PNS yang memangku pejabat fungsional ahli utama”. Bahwa jabatan
fungsional tertentu terbagi menjadi dua kategori besar, yaitu keahlian
dan keterampilan. Sementara ketegori jabatan fungsional keahlian
terbagi menjadi empat kelompok, yaitu ahli pertama, ahli muda, ahli
madya, dan ahli utama. Bahwa norma Pasal 239 ayat (2) huruf a
mengatur jabatan fungsional ahli muda dan ahli pertama, Pasal 239
ayat (2) huruf c mengatur jabatan fungsional ahli utama, sementara
jabatan fungsional ahli madya tidak diatur secara jelas karena Pasal 239
ayat (2) huruf b hanya menyebut jabatan fungsional madya. Dengan
demikian, Pasal 239 ayat (2) huruf b tidak mengatur jabatan fungsional
ahli madya. Maka ketentuan norma Pasal 239 ayat (2) huruf b tidak
memberikan kejelasan makna sehingga menimbulkan ketidakpastian
hukum mengenai pengaturan jabatan fungsional ahli madya;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 17 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
51. Bahwa ketidakjelasan makna norma hukum yang terdapat dalam Pasal
239 ayat (2) huruf b PP Nomor 11 Tahun 2017 juga terlihat dalam Pasal
354 PP Nomor 11 Tahun 2017, yaitu apakah jabatan fungsional peneliti
madya yang sebelumnya diatur dengan PP Nomor 21 Tahun 2014 juga
termasuk dalam pengertian jabatan fungsional ahli madya sehingga
juga harus pensiun pada usia 60 tahun apabila PNS yang bersangkutan
belum mencapai usia 60 tahun pada saat PP Nomor 11 Tahun 2017
berlaku;
52. Bahwa ketidakjelasan makna dalam Pasal 239 ayat (2) huruf b dan
Pasal 354 PP Nomor 11 Tahun 2017 bertentangan dengan asas
kepastian hukum yang dianut oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara sebagaimana diatur dalam Pasal 2
huruf a serta bertentangan pula dengan asas kejelasan rumusan dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan sebagaimana tercantum
dalam Pasal 5 huruf f Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
53. Bahwa pencabutan dan pernyataan tidak berlakunya PP Nomor 21
Tahun 2014 berdasarkan Pasal 362 angka 15 PP Nomor 11 Tahun
2017 harus dinyatakan tidak sah (ongeldig) karena: 1) dasar hukum
pembentukan PP Nomor 11 Tahun 2017 tidak mencantumkan Pasal 90
huruf c Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara yang secara tegas mendelegasikan pengaturan lebih lanjut
mengenai Batas Usia Pensiun bagi pejabat fungsional yang mencapai
Batas Usia Pensiun, sementara PP Nomor 21 Tahun 2014 secara
khusus dibentuk untuk melaksanakan ketentuan Pasal 90 huruf c
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
2) materi muatan Pasal 354 PP Nomor 11 Tahun 2017 mengatur Batas
Usia Pensiun Jabatan Fungsional ahli madya, bukan mengenai Jabatan
Fungsional peneliti madya, sehingga subjek norma Pasal a quo demi
hukum tidak dapat diberlakukan terhadap Jabatan Fungsional peneliti
madya;
54. Bahwa sebelum dilakukan perubahan atas ketentuan Batas Usia
Pensiun peneliti madya 65 tahun yang sudah ditetapkan dan
berlangsung selama 38 tahun itu seharusnya dilakukan studi mendalam
terlebih dahulu sehingga dapat dibuktikan secara meyakinkan bahwa
Batas Usia Pensiun peneliti madya 65 tahun tersebut memang benar-
benar tidak efektif dan merugikan anggaran negara, sehingga Batas
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 18 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
Usia Pensiun peneliti madya perlu diubah. Ini agar perubahan ketentuan
tersebut tidak justru bertolak belakang dengan kepentingan yang lebih
besar bagi pengembangan sumber daya manusia peneliti dan
pentingnya peneliti madya dan peneliti utama bagi upaya pembangunan
dan kemandirian bangsa di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagaimana telah berjalan selama ini sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84);
55. Bahwa ketentuan Pasal 362 angka 15 PP Nomor 11 Tahun 2017 yang
mencabut dan menyatakan tidak berlaku PP Nomor 21 Tahun 2014
telah menyangkal adanya Batas Usia Pensiun 65 tahun untuk peneliti
madya, dan ketentuan a quo diberlakukan tanpa disertai studi yang
memadai terlebih dahulu tentang Batas Usia Pensiun yang berorientasi
pada kepentingan bangsa untuk menjadikan ASN berkelas dunia
memenuhi standar kebutuhan jumlah peneliti, mengejar ketertinggalan
terhadap negara lain di kancah global, yang saat ini Indonesia berada
pada urutan paling belakang sebagaimana digambarkan pada majalah
“2017 World R&D Funding Forecast” pada halaman 4 (Bukti P-23), serta
untuk memajukan kesejahteraan umum sebagaimana yang
diamanatkan oleh Pembukaan Undang Undang Dasar 1945;
56. Bahwa dalam kaitannya sebagaimana yang disebutkan di atas,
berdasarkan Pasal 24 sampai dengan Pasal 29 Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
dan Pasal 27 sampai dengan Pasal 30 Peraturan Presiden Nomor 87
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011, pembentukan peraturan pemerintah seharusnya
didasarkan pada program perencanaan penyusunan peraturan
pemerintah yang antara lain memuat pokok materi muatan yang disusun
berdasarkan hasil inventarisasi pendelegasian undang-undang. Tidak
adanya studi mendalam dalam pembentukan PP Nomor 11 Tahun 2017
terkait pelaksanaan Batas Usia Pensiun peneliti madya yang tercantum
dalam Peraturan Pemerintah yang telah beberapa kali diubah dan telah
berjalan baik selama 38 tahun, menunjukkan bahwa PP a quo tidak
disusun dengan perencanaan yang komprehensif dan tidak
mencerminkan kebutuhan hukum para pemangku kepentingan;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 19 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
57. Bahwa selama tidak ada studi yang memadai terlebih dahulu yang
dapat membuktikan bahwa Batas Usia Pensiun peneliti madya 65 tahun
dianggap tidak efektif dan bertentangan dengan prinsip seleksi
berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja menurut Sistem Merit
sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 22 dan Pasal 51 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, maka
perubahan ketentuan Batas Usia Pensiun peneliti madya dari 65 tahun
menjadi 60 tahun sebagaimana termaktub dalam PP Nomor 11 Tahun
2017 yang hanya berdasarkan keseragaman jenjang jabatan ahli tanpa
mempertimbangkan kualifikasi, kompetensi, dan tingkat kerumitan
kegiatan kerja yang berbeda untuk beberapa jenis jenjang keahlian
bertentangan dengan manajemen ASN yang diselenggarakan
berdasarkan Sistem Merit sebagaimana dianut Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
58. Bahwa ketentuan Pasal 354 PP Nomor 11 Tahun 2017 yang mengatur
bahwa“PNS yang berusia di atas 60 (enam puluh) tahun dan sedang
menduduki Jabatan Fungsional ahli madya, yang sebelum Peraturan
Pemerintah ini mulai berlaku Batas Usia Pensiunnya ditetapkan 65
(enam puluh lima) tahun, Batas Usia Pensiunnya tetap 65 (enam puluh
lima) tahun telah menciptakan diskriminasi karena latar belakang
tentang perlunya dilanjutkan hubungan kerja bagi PNS peneliti madya
hanya berdasarkan tanggal kelahiran atau usia, bukan berdasarkan
kualifikasi, kompetensi, dan kinerja berdasarkan Sistem Merit yang
diatur dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara. Oleh karena itu,
hal tersebut bertentangan dengan Pasal 1 angka 22 dan Pasal 51
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
59. Bahwa terciptanya diskriminasi umur sebagai akibat berlakunya Pasal
354 PP Nomor 11 Tahun 2017 tersebut terjadi antara peneliti madya
yang berusia tua dan peneliti madya yang berusia muda. Maka dapat
terjadi Peneliti madya berusia tua (diatas 60 tahun) yang kurang
berprestasi secara otomatis mencapai pensiun hingga usia 65 tahun,
sedangkan peneliti madya berusia muda (dibawah 60 tahun) yang
berprestasi (golongan lebih tinggi, pangkat lebih tinggi, dan angka kredit
kumulatif lebih tinggi) harus pensiun pada usia 60 tahun saja. Sebagai
contoh, peneliti madya (berusia diatas 60 tahun) dengan angka kredit
kumulatif 420, golongan/ruang IV-a, dan berpendidikan Sarjana (S-1),
akan ditetapkan Batas Usia Pensiun 65 tahun, sebaliknya peneliti
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 20 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
madya dengan angka angka kredit kumulatif 800, golongan/ruang IV-c,
dan berpendidikan Doktor (S-3) justru ditetapkan Batas Usia Pensiun 60
tahun hanya karena usianya kurang dari 60 tahun. Hal ini jelas
bertentangan dengan asas keadilan dan kesetaraan sebagaimana
diatur dalam Pasal 2 huruf l Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara, serta bertentangan dengan Sistem Merit
yang melarang diskriminasi dimensi umur sebagaimana diatur dalam
Pasal 1 angka 22;
60. Bahwa ketentuan Pasal 354 PP Nomor 11 Tahun 2017 bertentangan
dengan Sistem Merit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 22
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
yang menegaskan “kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan
pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan
tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal
usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan;
61. Bahwa Sistem Merit yang dianut dalam manajemen ASN bertitik tumpu
pada pengembangan potensi human capital, bukan pada dimensi umur.
Sistem Merit bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kemampuan terbaik (prima) ASN. Human capital merupakan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan seseorang yang dapat
digunakan untuk menghasilkan layanan profesional, sehingga mampu
menjalankan tugas-tugas umum pemerintahan melalui kompetensi,
kualifikasi, dan kinerja PNS yang dimilikinya sebagaimana ditentukan
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara;
62. Bahwa norma hukum yang tercantum dalam Pasal 354 PP Nomor 11
Tahun 2017 yang berbunyi “PNS yang berusia di atas 60 (enam puluh)
tahun dan sedang menduduki Jabatan Fungsional ahli madya, yang
sebelum Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku Batas Usia Pensiunnya
ditetapkan 65 (enam puluh lima) tahun, Batas Usia Pensiunnya tetap 65
(enam puluh lima) tahun” bertentangan dengan asas kejelasan rumusan
dalam pembentukan peraturan perundang-undangan sebagaimana
tercantum dalam Pasal 5 huruf f Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Hal ini jika
dikaitkan dengan ketentuan Pasal 90 huruf (c) Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara yang mengatur bahwa
“Batas usia pensiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat (1)
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 21 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
huruf c yaitu: c. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan bagi Pejabat Fungsional”, maka Pasal 354 PP Nomor 11
Tahun 2017 secara normatif melampaui kewenangan mengatur yang
ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara;
63. Bahwa Pasal 354 PP Nomor 11 Tahun 2017 memuat subtansi
ketentuan peralihan (overgangsbepaling) yang seharusnya menurut
teknik penyusunan peraturan perundang-undangan dalam Lampiran II
angka 127 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan bertujuan untuk: a.
menghindari terjadinya kekosongan hukum; b. menjamin kepastian
hukum, c. memberikan perlindungan hukum bagi para pihak yang
terkena dampak perubahan peraturan perundang-undangan, dan d.
mengatur hal-hal yang bersifat transisional atau bersifat sementara.
Akan tetapi secara normatif ketentuan Pasal 354 justru merugikan
kepentingan Para Pemohon (para peneliti madya) yang terkena dampak
perubahan peraturan perundang-undangan dari yang semula Batas
Usia Pensiunnya 65 tahun berdasarkan PP Nomor 21 Tahun 2014
kemudian diubah menjadi 60 tahun berdasarkan Pasal 354 PP Nomor
11 Tahun 2017;
64. Bahwa Pasal 354 PP Nomor 11 Tahun 2017 mempunyai hubungan
normatif internal dengan Pasal 362 angka 15 PP Nomor 11 Tahun 2017,
karena Pasal 354 PP Nomor 11 Tahun 2017 hanya mengatur mengenai
Jabatan Fungsional ahli madya, sementara PP Nomor 21 Tahun 2014
yang secara normatif dicabut oleh Pasal 362 angka 15 PP Nomor 11
Tahun 2017 justru mengatur Jabatan Fungsional peneliti utama dan
peneliti madya yang Batas Usia Pensiunnya adalah 65 tahun. Oleh
karena itu, apabila Pasal 354 dinyatakan tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat dan Pasal 362 angka 15 PP Nomor 11 Tahun 2017
masih tetap berlaku maka terdapat kekosongan hukum mengenai Batas
Usia Pensiun bagi peneliti madya. Hal ini karena Pasal 362 angka 15
PP Nomor 11 Tahun 2017 mengatur tentang pencabutan berlakunya PP
Nomor 21 Tahun 2014, sehingga Batas Usia Pensiun bagi peneliti
madya tidak ada pengaturan baik dalam Undang-Undang maupun
Peraturan Pemerintah. Oleh karena itu, Pasal 354 dan Pasal 362 angka
15 PP Nomor 11 Tahun 2017 haruslah secara bersamaan dinyatakan
tidak memiliki kekuatan hukum mengikat;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 22 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
65. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 12 ayat (1), Pasal 18, Pasal 19
ayat (3) huruf a, dan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002
tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 84), fungsi Pemerintah yaitu
menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan fasilitas,
serta menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan Sistem
Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi. Selain itu, Pemerintah juga berperan mengembangkan
instrumen kebijakan dalam berbagai bentuk kemudahan dan dukungan
yang dapat mendorong pertumbuhan dan sinergi semua unsur Sistem
Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi, yang mencakup kelembagaan, sumber daya, dan
jaringan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lebih lanjut, dalam
meningkatkan keahlian, kepakaran, serta kompetensi manusia dan
pengorganisasiannya, pengembangan jenjang karier sumber daya
manusia merupakan unsur penting dari sistem nasional penelitian,
pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan tekonologi (Bukti
P-24). Salah satu unsur utama sumber daya ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah peneliti yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan
kinerja profesional. Namun demikian, dalam PP Nomor 11 Tahun 2017
sama sekali tidak mengatur tentang sumber daya jabatan fungsional
peneliti secara khusus, padahal Pasal 2 ayat (2) huruf c PP 21 Nomor
Tahun 2014 secara tegas mengatur mengenai jabatan fungsional
peneliti utama dan peneliti madya. Dengan demikian, apabila Pasal 362
angka 15 PP Nomor 11 Tahun 2017 mencabut PP Nomor 21 Tahun
2014 maka jabatan fungsional peneliti utama dan peneliti madya tidak
ada aturan hukum yang mengaturnya. Hal ini menimbulkan kekosongan
hukum khusus untuk peneliti utama dan peneliti madya. Dengan
demikian, perubahan Batas Usia Pensiun sebagaimana diatur dalam PP
Nomor 11 Tahun 2017 tidak mempertimbangkan secara filosofis
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional
Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi khususnya yang terkait dengan jenjang karier sumber daya
manusia, sehingga Pasal 362 angka 15 PP Nomor 11 Tahun 2017
secara nyata tidak memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 23 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Untuk itu, Pasal 362
angka 15 PP Nomor 11 Tahun 2017 harus dinyatakan tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat;
3. Dampak Pemberlakuan Pasal 239 ayat (2) huruf b, Pasal 354, dan Pasal
362 angka 15 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil;
PP Nomor 11 Tahun 2017 Menimbulkan Kerugian Personal
Peneliti Madya
66. Bahwa saat ini terjadi keresahan, kerugian, ketidakadilan bagi PNS
peneliti madya yang secara mendadak dipaksa harus pensiun 5 tahun
lebih awal, tidak secara alamiah atau terjadi PHK (Pemutusan
Hubungan Kerja) tanpa adanya informasi dan kesepahaman kedua
belah pihak (Pemerintah sebagai pemberi kerja, dan PNS peneliti
madya sebagai penerima kerja). Di antara Para Pemohon telah ada
yang menerima surat pemberitahuan berhenti sebagai PNS dengan hak
pensiun karena mencapai Batas Usia Pensiun 60 tahun berdasarkan
Pasal 239 ayat (2) PP Nomor 11 tahun 2017. Selain itu, dengan alasan
yang bersangkutan akan dipensiunkan, yang bersangkutan juga harus
melepaskan kedudukannya dalam sebuah jabatan penelitian, termasuk
melepaskan kegiatan penelitian yang sangat strategik, dengan tingkat
kebutuhan kepakaran keilmuan tertentu, melanjutkan sebuah penelitian
yang sudah terprogram baik sebelumnya yang realitasnya peneliti
tersebut sulit digantikan (Bukti P-25);
67. Bahwa diantara Para Pemohon ada juga yang mengalami
pemberhentian gaji dan/atau tunjangan, pembatasan dan/atau
pemutusan akses kerja sehingga tidak hanya menimbulkan kerugian
materiil tetapi juga menimbulkan dampak negatif psikologis di
lingkungan kerja Para Pemohon (Bukti P-26);
68. Bahwa seorang PNS peneliti madya berusia 59 tahun (kurang dari 60
tahun) dalam kehidupan sosialnya telah melakukan perencanaan hidup
bersama keluarga dengan patokan pensiun pada usia 65 tahun
sebagaimana awalnya diatur dalam PP Nomor 21 Tahun 2014 sebagai
pelaksana Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN, dan
perencanaan keuangannya bersumber dari gaji dan tunjangan
fungsional, namun sejak berlakunya PP Nomor 11 Tahun 2017 dan
selanjutnya ditindaklanjuti dengan pemberitahuan tentang pensiun
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 24 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
mendadak, mengakibatkan timbulnya kesulitan bagi kelangsungan
pembiayaan kebutuhan rumah tangganya, antara lain sulitnya
mencukupi kebutuhan makan, pakaian, dan biaya pendidikan anak-
anak. Padahal harapan sebelumnya dapat terpenuhi dengan bersandar
pada gaji PNS sebagai peneliti madya hingga usia 65 tahun sesuai
dengan ketentuan PP Nomor 21 Tahun 2014 (Bukti P-27);
69. Bahwa cukup banyak PNS untuk memenuhi kebutuhan sekundernya
memerlukan dana pinjaman di bank. Pihak bank bersedia menerima
permohonan pinjaman uang dari PNS tersebut karena pihak bank
percaya dengan janji nasabahnya mampu membayar angsuran kredit
perbulan setelah diyakinkan oleh dokumen PP Nomor 21 Tahun 2014
yang menerangkan bahwa PNS dengan Jabatan Fungsional peneliti
madya pensiun pada usia 65 tahun. Namun ternyata satu tahun
kemudian Pemerintah secara mendadak menerbitkan PP Nomor 11
Tahun 2017 yang mempensiunkan ratusan PNS peneliti madya lebih
cepat 5 (lima) tahun dari program pensiun sebelumnya. Akibatnya
banyak dari PNS peneliti madya terancam tidak mampu melunasi kredit
pinjaman dari bank tersebut sehingga mengakibatkan terjadinya kredit
macet (Bukti P-28);
70. Bahwa sebagai PNS para peneliti madya terdaftar sebagai peserta
TASPEN (Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Sipil)
berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang
Dana Pensiun serta Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional. TASPEN berdasarkan ketentuan
Undang-Undang telah membuat taksiran penghitungan benefit bagi
PNS peneliti madya dengan Batas Usia Pensiun 65 tahun sesuai
dengan ketentuan yang berlaku sebelumnya yaitu PP Nomor 21 Tahun
2014. Dengan berlakunya PP Nomor 11 Tahun 2017 yang memangkas
Batas Usia Pensiun menjadi 60 tahun maka akan berakibat turunnya
nilai benefit peserta TASPEN dari PNS peneliti madya. Hal ini jelas
merugikan hak para peneliti madya yang seharusnya mendapatkan
penghitungan benefit TASPEN hingga pada Batas Usia Pensiun 65
tahun. Hal ini juga tidak selaras dengan asas “yang lebih
menguntungkan” yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Bukti P-29);
71. Bahwa Pemerintah seharusnya konsisten dengan kebijakannya
sebelumnya yang ingin mengayomi PNS, tidak sebaliknya justru
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 25 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
menciptakan keresahan dan ketidakadilan di kalangan PNS dan pihak
terkait (keluarga, masyarakat, dan bank pemberi pinjaman), serta
berpotensi hilangnya kepercayaan publik kepada pemerintah akibat
ketentuan perundang-undangan yang cepat berubah, meresahkan
berbagai pihak, dan tidak ada kepastian hukum
PP Nomor 11 Tahun 2017 Menimbulkan Kerugian bagi
Negara Republik Indonesia
72. Bahwa PNS Peneliti Madya yang terdampak oleh PP 11 Tahun 2017
adalah termasuk peneliti senior yang berpengalaman dan umumnya
telah melakukan kegiatan penelitian lebih dari 25 tahun, sehingga
kapasitas dan kapabilitasnya mampu meningkatkan pengayaan
kegiatan penelitian dan pengembangan yang sekaligus menjadi
penggerak pembangunan bangsa dan menghasilkan inovasi teknologi
unggulan;
73. Bahwa bangsa ini segera kehilangan tenaga potensialnya (peneliti
senior) sebanyak 208 peneliti madya pada tahun ini, dan akumulatif
berlanjut sebanyak 556 peneliti madya dalam dua tahun kedepan, suatu
jumlah yang tidak kecil dari jumlah total peneliti di Indonesia yang hanya
berjumlah 24.250 orang. Hal ini berakibat 43 instansi pembina Jabatan
Fungsional Tertentu (kementerian, lembaga pemerintah non
kementerian atau sekretariat lembaga negara) (Bukti P-30) akan
kekurangan tenaga profesional sehingga melemahkan dukungan nyata
iptek terhadap peningkatan daya saing sektor-sektor produksi barang
dan jasa sebagaimana yang telah dicanangkan pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 (Bukti P-31);
74. Bahwa untuk dapat mengejar ketertinggalan kemajuan dari negara lain,
Indonesia idealnya membutuhkan 200.000 peneliti pada 2030
mendatang, namun faktanya jumlah peneliti Indonesia yang terdaftar
saat ini di LIPI hanya 8.250 orang dan sebanyak 16.000 peneliti dari
kalangan dosen yang tercacat di Perguruan Tinggi. Lemahnya
kesadaran memahami kondisi “sangat kurangnya jumlah peneliti di
Indonesia” menyebabkan bangsa ini mengalami kesulitan mengejar
ketertinggalan dalam kemajuan peradaban dan penciptaan barang
produksi dan jasa, serta komunikasi ilmu pengetahuan dan teknologi di
kancah global;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 26 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
75. Bahwa jumlah Peneliti Indonesia masih sangat kecil dan tidak seimbang
dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar. Menurut Ketua LIPI
Iskandar Zulkarnain, rasio peneliti terhadap jumlah penduduk di negara-
negara maju setidaknya 2.000 peneliti persejuta penduduk. Namun
Indonesia saat ini hanya memiliki sekitar 90 peneliti persejuta penduduk.
Jumlah ini tertinggal jauh dibandingkan dengan negara-negara lain,
misalnya Brasil memiliki 700 peneliti persejuta penduduk, Rusia memiliki
3.000 peneliti persejuta penduduk, India memiliki 160 peneliti persejuta
penduduk, Korea memiliki 5.900 peneliti persejuta penduduk, dan China
memiliki 1.020 peneliti persejuta penduduk (Bukti P-32);
76. Bahwa berdasarkan data yang dirilis oleh Rencana Induk Riset Nasional
2015-2045, Indonesia masih sangat kekurangan jumlah peneliti (Bukti
P-33); Dibandingkan dengan peneliti dinegara maju di kawasan Asia
seperti Korea Selatan yang memiliki peneliti sejumlah 8.000 peneliti per
sejuta penduduk, Singapura sejumlah 7.000 peneliti persejuta
penduduk, Malaysia sejumlah 2.590 peneliti persejuta penduduk,
Thailand sejumlah 700 peneliti persejuta penduduk. Saat ini Indonesia
hanya memiliki 90 peneliti persejuta penduduk. Hal ini mengindikasikan
bahwa jumlah absolut peneliti Indonesia masih jauh dibandingkan
dengan negara-negara di Asia. Penambahan kuantitas peneliti di
Indonesia seharusnya menjadi isu krusial saat ini;
77. Bahwa peneliti berperan besar dalam memajukan suatu bangsa. Data
dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO)
pada tahun 2016 menyebutkan bahwa kuantitas periset (peneliti) di
Indonesia adalah yang paling sedikit diantara negara-negara anggota
G-20 (Bukti P-34);
78. Bahwa Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain menyatakan bahwa saat ini
Indonesia tidak hanya mengalami krisis ekonomi, tetapi juga mengalami
krisis peneliti. Hal ini dikatakan bahwa “Indonesia akan sulit
berkembang dan bersaing dengan negara lain jika tidak didukung
ketersediaan jumlah peneliti. Negara maju sudah memiliki sekitar 1.000
hingga 6.000 peneliti persejuta penduduk. Sementara Indonesia hanya
memiliki jumlah total peneliti tidak lebih dari 10.000 orang dan bila
dikalkulasi hanya kurang lebih 90 peneliti persejuta penduduk, sehingga
bila Indonesia ingin menjadi negara maju maka jumlah peneliti harus
ditingkatkan (Bukti P-35);
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 27 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
79. Bahwa minimnya jumlah peneliti di Indonesia ditengarai disebabkan
dunia penelitian dianggap bidang kerja yang kurang menarik, sehingga
Menteri Riset dan Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti)
Muhammad Natsir perlu menyatakan “Jumlah Peneliti di Indonesia
harus ditambah” agar negara Indonesia tidak tertinggal jauh dari
negara-negara berkembang lainnya di kawasan Asia. Menteri
Muhammad Nasir menilai kekuatan penelitian kita masih kurang untuk
mengembangkan industri , pertanian, perkebunan dan kehutanan. Oleh
karena itu peneliti harus bisa menjawab persoalan ekonomi dan
perkembangan kebutuhan negara saat ini (Bukti P-36);
80. Bahwa pendapat Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Iskandar Zulkarnaen, perkembangan penelitian di Indonesia berjalan
lambat karena kurangnya dukungan Pemerintah, padahal Indonesia
berkeinginan segera menjadi negara maju. Pada sisi lain jumlah peneliti
Indonesia kurang dari 10.000. Jika jumlah peneliti hanya sedikit, tentu
sulit memajukan penelitian yang membawa dampak besar bagi
Indonesia untuk menjadi negara maju (Bukti P-37);
81. Bahwa Kepala Bappenas menyatakan peran peneliti sangat penting
untuk menghasilkan kebijakan publik yang dapat menyumbangkan
konsep, pemikiran, penemuan, teori dan pendekatan baru untuk
rencana pembangunan seperti ketahanan pangan, ketahanan energi,
maritim, kelautan, industri dan pariwisata, serta melaksanakan agenda
prioritas yang tertuang dalam Nawacita (Bukti P-38);
82. Bahwa butir 6 dan 7 Nawacita yang terkait langsung dengan peran
peneliti pada pembangunan antara lain tertera pada butir 6
“Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional” dan butir 7 “Meningkatkan kemandirian ekonomi”. Maka
berlakunya PP Nomor 11 Tahun 2017 akan berdampak negatif pada
kontribusi peneliti untuk mencapai agenda prioritas dalam Nawacita
(Bukti P-39);
83. Bahwa menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Tahap Ketiga (2015-2019) yaitu
“Memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan
pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis
Sumber Daya Alam yang tersedia, Sumber Daya Manusia yang
berkualitas, serta kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi” (Bukti
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 28 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
P-40). Maka dengan berkurangnya secara kuantitatif ketersediaan
peneliti yang ditugaskan secara penuh di bidang penelitian seperti yang
dimaksudkan dalam peraturan pemerintah yang sudah beberapa kali
diubah sejak mulai berlaku tahun 1979 sampai sebelum
diberlakukannya PP Nomor 11 Tahun 2017 akan berdampak tidak
tercapainya tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahap
Ketiga tersebut. Lebih jauh, berkurangnya jumlah peneliti di lembaga
penelitian juga akan berdampak menurunnya kapasitas dan kapabalitas
lembaga penelitian dan pengembangan (Litbang) dalam menunjang
tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahap Ketiga
tersebut;
84. Bahwa pengurangan jumlah peneliti akan berdampak kepada rumitnya
pemenuhan kebutuhan yang mendasar untuk kemajuan peradaban
Indonesia. Peneliti di Indonesia baru berisi 9% yang artinya kita harus
mengejar 91% dari kekurangan untuk memenuhi ketertinggalan
dengan negara maju. Ini adalah suatu angka yang sangat
mencengangkan, seakan Indonesia sangat mengabaikan
perkembangan kemajuan peradaban dibidang IPTEK;
85. Bahwa secara faktual berdasarkan pernyataan Ketua Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), dengan berlakunya PP Nomor 11 Tahun
2017 maka jumlah peneliti jenjang madya secara nasional yang
langsung terkena dampaknya/pensiun adalah sebanyak 208 orang dan
secara keseluruhan sebanyak 556 orang peneliti madya yang
berpotensi akan pensiun dalam waktu 3 tahun ke depan (2017-2019),
atau sekitar 20% jumlah peneliti madya yang ada saat ini. Jumlah ini
cukup besar dan akan berpengaruh terhadap jumlah peneliti nasional,
mengingat dalam beberapa tahun belakangan secara nasional
penerimaan peneliti baru ditunda karena kebijakan moratorium;
86. Bahwa pemberlakuan PP Nomor 11 Tahun 2017 akan menjadi
bumerang bagi pertumbuhan pembangunan sektor ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta inovasi produk industri di Indonesia. Pengurangan
jumlah peneliti yang mulai berlangsung pada pertengahan Juni 2017
akan semakin membuat minim jumlah peneliti di Indonesia, akibatnya
kedepan Indonesia akan semakin lamban bergerak mengejar
ketertinggalannya dari negara-negara maju;
87. Bahwa berdasarkan uraian di atas, serta untuk memenuhi rasa keadilan
dan kepastian hukum bagi nasib para peneliti madya/ahli madya, maka
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 29 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
Para Pemohon memohon agar Majelis Hakim Agung yang memeriksa
Permohonan a quo berkenan menjatuhkan Putusan Sela yang menunda
pemberlakuan ketentuan Pasal Pasal 239 ayat (2) huruf b, Pasal 354,
dan Pasal 362 angka 15 PP Nomor 11 Tahun 2017 sampai adanya
Putusan Akhir yang berkekuatan hukum tetap dalam Perkara a quo;
Alasan Khusus Jabatan Fungsional Peneliti Madya Seharusnya 65 Tahun
88. Bahwa peneliti itu melakukan pekerjaan penelitian secara penuh (full-
time) pada satuan organisasi penelitian dan pengembangan (litbang)
instansi pemerintah dengan anggaran belanja Litbang (R&D) dari
Pemerintah/Industri (atau yang di sektor Industri dikenal sebagai
researcher pada unit R&D, Research and Development). Kegiatan
penelitian dimaksudkan untuk memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang menentukan maju mundurnya suatu bangsa dalam
peradaban manusia. Tidak ada suatu negara maju yang tidak ditopang
oleh ilmu pengetahuan yang kuat (Pidato Presiden ke 5, Ibu Megawati
pada “Dialog Kebangsaan”, 15 Agustus 2017, LIPI). Kegiatan penelitian
memerlukan, konsentrasi, running alat/laboratorim yang tidak mengenal
waktu, kecermatan, kesabaran waktu yang panjang menempatkan
Jabatan Fungsional tertentu “Peneliti” ini memerlukan rentang
pengabdian lebih lama dibandingkan dengan Jabatan Fungsional
lainnya, karena proses penelitian sangat memerlukan waktu. Memahami
situasi pekerjaan yang spesifik ini, pemerintah telah menempatkan 2
jabatan fungsional Peneliti dan Dosen yang punya kontribusi yang sama
yaitu mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta gigih
menghasilkan teknologi baru (pasal 1 angka 3 Kepmenpan
KEP/128/M.Pan/9/2004), karena itulah dari sejak tahun 1979 hingga
tahun 2017 (sudah berlangsung selama 38 tahun) telah diatur mengenai
Batas Usia Pensiun (BUP) untuk Jabatan Fungsional peneliti madya
sampai dengan usia 65 tahun melalui Peraturan Pemerintah dan
Undang-Undang yang sudah diubah berkali-kali sebagaimana disajikan
dalam bentuk Tabel di bawah ini:
Enam Peraturan Pemerintah Batas Usia Pensiun (BUP) 65 tahun
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun
1979 tentang Pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil (Bukti-41);
Pasal 4 ayat (2) Perpanjangan batas usia
pensiun sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), adalah sampai dengan:
a. 65 (enam puluh lima) tahun bagi
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 30 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
Pegawai Negeri Sipil yang memangku
jabatan:
1. Ahli Peneliti dan Peneliti yang
ditugaskan secara penuh di bidang
penelitian;
2. Guru Besar, Lektor Kepala, Lektor
yang ditugaskan secara penuh pada
perguruan tinggi;
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1994
tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1979 tentang
Pemberhentian Pegawai Negeri
Sipil (Bukti-42);
"Pasal 4, ayat (2) Perpanjangan batas usia
pensiun sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) adalah sampai dengan:
2) sampai 65 (enampuluh lima) tahun bagi
Pegawai Negeri Sipil yang memangku
jabatan:
a) Ahli Peneliti dan Peneliti yang
ditugaskan secara penuh di bidang
penelitian;
b) Lektor Kepala, Lektor yang
ditugaskan secara penuh pada
perguruan tinggi;
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 65 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 1979 (Bukti-
43);
Pasal 4 , ayat (2) Perpanjangan batas usia
pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sampai dengan:
a. 65 (enam puluh lima) tahun bagi Pegawai
Negeri Sipil yang memangku:
1. jabatan Peneliti Madya dan Peneliti
Utama yang ditugaskan secara penuh
di bidang penelitian; atau
2. jabatan lain yang ditentukan oleh
Presiden;
(catatan: UU 14/2005 tentang Guru dan
Dosen, pasal 67, Dosen 65 Tahun, Profesor
70 Tahun)
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun
2011 tentang Perubahan Ketiga
atas Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 1979 (Bukti-
44);
Pasal 4 ayat (2) Perpanjangan batas usia
pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sampai dengan:
a. 65 (enam puluh lima) tahun bagi Pegawai
Negeri Sipil yang memangku:
1. jabatan Peneliti Madya dan Peneliti
Utama yang ditugaskan secara
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 31 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
penuh di bidang penelitian;
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun
2013 tentang Perubahan
Keempat atas Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun
1979 (Bukti-45);
Pasal 4 ayat (2) Perpanjangan batas usia
pensiun sbbagaimana dimaksud pada ayat
(1) sampai dengan:
a. 65 (enam puluh lima) tahun bagi Pegawai
Negeri Sipil yang memangku:
1. jabatan Peneliti Madya dan Peneliti
Utama yang ditugaskan secara penuh
di bidang penelitian;
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun
2014 tentang Pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil yang
Mencapai Batas Usia Pensiun
Bagi Pejabat Fungsional
(Bukti-7);
Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 90
huruf c Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara tentang
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Yang
Mencapai Batas Usia Pensiun Bagi Pejabat
Fungsional tertuang pada PP Nomor 21
Tahun 2014, pasal 2 ayat (2) Batas Usia
Pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yaitu:
c. 65 (enam puluh lima) tahun bagi Pegawai
Negeri Sipil yang memangku:
1) Jabatan Fungsional Peneliti Utama
dan Peneliti Madya yang ditugaskan
secara penuh di bidang penelitian;
89. Bahwa telah berlangsung 6 (enam) periode Kepresidenan, yaitu mulai
era Presiden Soeharto di tahun 1979, dilanjutkan periode Presiden
Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden
Megawati Soekarnoputri, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan
dalam 2 (dua) tahun pertama era Presiden Joko Widodo, Jabatan
Fungsional Peneliti Madya yang ditugaskan secara penuh di bidang
penelitian, ketentuan batas usia pensiunnya ditetapkan 65 tahun;
90. Bahwa dalam kenyataannya pemerintah telah mengalokasikan dana
yang besar untuk membangun unit kelembagaan litbang dengan
menginvestasikan Peralatan/Laboratotium/software yang canggih serta
penyediaan tenaga ahli (Para Peneliti) yang harus di Training dan
melanjutkan jenjang studi di luar negeri, Joint Research berskala
International agar unsur kebaruan ilmu dan teknologi semakin marak
berkembang di Indonesia setara dengan kemajuan global. Bagi
Indonesia ini adalah investasi yang sangat besar, sangat disanyangkan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 32 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
jika Peneliti itu hanya bekerja untuk masa kerja yang relatif singkat. Di
Negeri Belanda, peneliti itu BUP nya tiada batas usia (informasi dari
KASN, September 2017), sepanjang peneliti itu masih mau dan
potensial berkontribusi. Tentu Indonesia akan rugi besar jika Ppeneliti
Madya yang sudah dibentuk dengan investasi yang besar, batas usia
pensiun di turunkan menjadi 60 tahun, dari semula 65 tahun;
91. Bahwa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai instansi
pembina Peneliti telah mengirimkan Surat Nomor B-
4432/K/KP.03/V/2017 ke Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi perihal Usulan Terkait Batas Usia Pensiun Jabatan
Fungsional Peneliti yang pada pokoknya memberikan penjelasan
tentang alasan-alasan mengapa Batas Usia Pensiun untuk Jabatan
Fungsional peneliti madya selain untuk jenjang utama seharusnya
adalah sampai dengan usia 65 tahun, yaitu sebagai berikut:
a. Bahwa dalam perjalanan karir fungsional peneliti, jenjang peneliti
madya merupakan capaian puncak seorang peneliti dalam
mengerahkan kapasitas keilmuannya sebelum peneliti tersebut
memasuki jenjang paling tinggi (peneliti utama), yang mana peneliti
madya telah memiliki pola kerja yang sudah terstruktur secara
alamiah dalam menghasilkan output penelitian;
b. Bahwa karakteristik pejabat fungsional peneliti tidak dapat
dipisahkan dengan keilmuan dan kepakaran yang melekat pada diri
peneliti itu sendiri, dan kepakaran ini tidak dapat diperoleh secara
tiba-tiba dalam waktu singkat terwujud, tetapi memerlukan proses
dan waktu serta biaya untuk membangun kepakaran seorang
peneliti, dan jenjang peneliti madya merupakan titik akhir penentuan
seorang peneliti dalam menentukan bidang kepakarannya; artinya
perjalanan dalam membangun kepakaran seorang peneliti akan
terlihat ketika peneliti tersebut telah memasuki jenjang peneliti
madya;
c. Bahwa kepakaran seorang peneliti yang telah dibangun tersebut di
atas merupakan aset bangsa dan negara dan bersifat berkelanjutan
(continual), maka perlu upaya melakukan pengkaderan keilmuan
dan kepakaran yang dimiliki oleh seorang peneliti kepada peneliti di
jenjang di bawahnya (peneliti muda dan peneliti pertama) agar ilmu
pengetahuan yang telah dimiliki oleh peneliti madya tidak berhenti,
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 33 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
tetapi dapat terus dikembangkan sehingga dapat memberikan
manfaat lebih kepada bangsa, negara dan masyarakat;
92. Bahwa dengan adanya kebijakan pensiun mendadak dari usia 65 tahun
menjadi 60 tahun pejabat fungsional peneliti madya sesuai ketentuan
Pasal 354 PP Nomor 11 Tahun 2017, maka proses pengkaderan
keilmuan dan kepakaran pejabat fungsional peneliti madya kepada
fungsional peneliti pertama dan peneliti muda akan terhenti dan
berpotensi semakin melemahkan penciptaan inovasi teknologi di masa
datang. Berikut 126 komentar umum tentang kelayakan BUP 65 tahun
bagi peneliti madya (Bukti P-46);
E. Kesimpulan;
93. Berdasarkan uraian di atas, Para Pemohon berkesimpulan sebagai
berikut:
1. Mahkamah Agung berwenang memeriksa dan memutus perkara
a quo;
2. Para Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk
mengajukan Permohonan perkara a quo;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 63) tidak memenuhi syarat formil pembentukan
peraturan perundang-undangan menurut ketentuan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82) sehingga demi hukum sudah sewajarnya dinyatakan
tidak memiliki kekuatan hukum mengikat;
4. Pasal 239 ayat (2) huruf b dan Pasal 354 PP Nomor 11 Tahun 2017
bertentangan dengan asas kepastian hukum yang dianut oleh
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara sebagaimana tercantum pada Pasal 2 huruf a serta
bertentangan pula dengan asas kejelasan rumusan dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan sebagaimana
tercantum pada Pasal 5 huruf f Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
5. Pasal 354 dan Pasal 362 angka 15 Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63) bertentangan
dengan Pasal 2 huruf l,Pasal 1 angka 22, dan Pasal 51 Undang-
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 34 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6);
6. Pasal 362 angka 15 PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 63) bertentangan dengan Pasal 12 ayat (1) Pasal 18,
Pasal 19 ayat (3) huruf a, dan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan
dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84);
7. Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
berdampak buruk terhadap masa depan para peneliti dan jika
Indonesia ingin maju maka jumlah peneliti harus ditingkatkan, bukan
sebaliknya terjadi pengurangan peneliti madya secara mendadak
yang secara konstsetasi akan mempengaruhi iklim penelitian di
Indonesia dimana sesungguhnya di saat-saat Indonesia
membutuhkan peneliti dalam jumlah besar untuk mendukung
percpatan pencapaian tujuan negara dan kemandirian bangsa;
Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka selanjutnya Para
Pemohon mohon kepada Ketua Mahkamah Agung berkenan memeriksa
permohonan keberatan dan memutuskan sebagai berikut:
Putusan Sela:
1. Menyatakan menunda pemberlakuan pelaksanaan Pasal 239 ayat (2) huruf
b, Pasal 354, dan Pasal 362 angka 15 Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2017 tentang Manajemen Aparatur Sipil Negara sampai dengan
adanya Putusan yang berkekuatan hukum tetap dalam perkara a quo;
2. Menyatakan segala Keputusan Tata Usaha Negara yang telah dikeluarkan
oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara berdasarkan pada peraturan
pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 63) ditunda pelaksanaannya sampai dengan adanya
Putusan yang berkekuatan hukum tetap;
Putusan Pokok Perkara:
1. Menerima dan mengabulkan seluruh Permohonan Para Pemohon;
2. Menyatakan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 63) tidak memenuhi syarat formil pembentukan
peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 35 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82)
dan oleh karena itu tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat;
3. Memberlakukan kembali Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
21 Tahun 2014 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang
Mencapai Batas Usia Pensiun bagi Pejabat Fungsional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 58);
Atau sekurang-kurangnya:
4. Menyatakan Pasal 239 ayat (2) huruf b PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 63) yang berbunyi: “Batas UsiaPensiun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yaitu: b. 60 (enam puluh) tahun bagi pejabat
pimpinan tinggi dan pejabat fungional madya” bertentangan Pasal 2 huruf a
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63) dan Pasal 5
huruf f Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 82);
5. Menyatakan Pasal 354 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 63) yang berbunyi: “PNS yang berusia di atas
60 (enam puluh) tahun dan sedang menduduki Jabatan Fungsional ahli
madya, yang sebelum Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku Batas Usia
Pensiunnya ditetapkan 65 (enam puluh lima) tahun, Batas Usia Pensiunnya
tetap 65 (enam puluh lima) tahun” bertentangan dengan Pasal 2 huruf a
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63) dan Pasal 5
huruf f Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 82);
6. Pasal 362 angka 15 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajeman Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 63) yang berbunyi: “Peraturan Pemerintah Nomor 21
Tahun 2014 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang Mencapai
Batas Usia Pensiun bagi Pejabat Fungsional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 58) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku”
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 36 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
bertentangan dengan Pasal 12 ayat (1), Pasal 18, Pasal 19 ayat (3) huruf a,
dan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem
Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84);
7. Menyatakan Pasal 354 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
tentang Manajeman Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 63) yang berbunyi: “PNS yang berusia di atas
60 (enam puluh) tahun dan sedang menduduki Jabatan Fungsional ahli
madya, yang sebelum Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku Batas Usia
Pensiunnya ditetapkan 65 (enam puluh lima) tahun, Batas Usia Pensiunnya
tetap 65 (enam puluh lima) tahun” dan Pasal 362 angka 15 Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajeman Pegawai Negeri
Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63) yang
berbunyi: “Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 tentang
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang Mencapai Batas Usia Pensiun
bagi Pejabat Fungsional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 58) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku” bertentangan dengan
Pasal 2 huruf l, Pasal 1 angka 22, dan Pasal 51 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 6);
8. Memerintahkan Presiden Republik Indonesia mencabut Pasal 239 ayat (2)
huruf b, Pasal 354, dan Pasal 362 angka 15 Peraturan Pemerintah Nomor
11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63);
9. Memerintahkan mencantumkan petikan putusan perkara a quo dalam Berita
Negara;
Atau bilamana Majelis Hakim Agung yang memeriksa dan memutus
Permohonan perkara a quo berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-
adilnya (ex aequo et bono);
Menimbang, bahwa untuk mendukung dalil-dalil permohonannya,
Pemohon telah mengajukan bukti surat/tulisan sebagai berikut:
1. Fotokopi Pasal 239 ayat (2) huruf b, Pasal 354, dan Pasal 362 angka 15
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Bukti P-1);
2. Fotokopi KTP dan SK Pengangkatan PNS Pemohon I (Bukti P-2);
3. Fotokopi KTP dan SK Pengangkatan PNS Pemohon II (Bukti P-3);
4. Fotokopi KTP dan SK Pengangkatan PNS Pemohon III (Bukti P-4);
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 37 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
5. Fotokopi KTP dan SK Pengangkatan PNS Pemohon IV (Bukti P-5);
6. Fotokopi KTP dan SK Pengangkatan PNS Pemohon V (Bukti P-6);
7. Fotokopi KTP dan SK Pengangkatan PNS Pemohon VI (Bukti P-7);
8. Fotokopi KTP dan SK Pengangkatan PNS Pemohon VII (Bukti P-8);
9. Fotokopi KTP dan SK Pengangkatan PNS Pemohon VIII (Bukti P-9);
10. Fotokopi KTP dan SK Pengangkatan PNS Pemohon IX (Bukti P-10);
11. Fotokopi KTP dan SK Pengangkatan PNS Pemohon X (Bukti P-11);
12. Fotokopi KTP dan SK Pengangkatan PNS Pemohon XI (Bukti P-12);
13. Fotokopi KTP dan SK Pengangkatan PNS Pemohon XII (Bukti P-13);
14. Fotokopi KTP dan SK Pengangkatan PNS Pemohon XIII (Bukti P-14);
15. Fotokopi KTP dan SK Pengangkatan PNS Pemohon XIV (Bukti P-15);
16. Fotokopi KTP dan SK Pengangkatan PNS Pemohon XV (Bukti P-16);
17. Fotokopi KTP dan SK Pengangkatan PNS Pemohon XVI (Bukti P-17);
18. Fotokopi KTP dan SK Pengangkatan PNS Pemohon XVII (Bukti P-18);
19. Fotokopi KTP dan SK Pengangkatan PNS Pemohon XVIII (Bukti P-19);
20. Fotokopi KTP dan SK Pengangkatan PNS Pemohon XIX (Bukti P-20);
21. Fotokopi KTP dan SK Pengangkatan PNS Pemohon XX (Bukti P-21);
22. Fotokopi Kriteria 2 Kriteria ASN Yang Akan Dirasionalisasi
(detakriaunews.com 08 Maret 2016) (Bukti P-22);
23. Fotokopi Kalau Indonesia Ingin Jadi Negara Yang Jaya di Masa Depan
(http:/www.kemendagri,go.id/artile/20155/03/02/kalau-indonesia-ingin-jad-
negara-yang-jaya-di-masa-depan) (Bukti P-23);
24. Fotokopi Wapres JK jelaskan tidak ada PHK untuk PNS
(http://www.antaranews.com/berita/565018/wapres-jk-jelaskan-tidak-ada-
phk-untuk-pns) (Bukti P-24);
25. Fotokopi PP No. 11/2017 dan Jeritan Peneliti (KOMPAS, 23 Agustus 2017,
hlm. 6) (Bukti P-25);
26. Fotokopi PP 21 Tahun 2014 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
yang Mencapai BUP bagi Pejabat Fungsional (Bukti P-26);
27. Fotokopi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(Bukti P-27);
28. Fotokopi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Perubahan Atas
Fotokopi Undang-Undang Nomor 14 Athun 1985 tentang Mahkamah Agung
(Bukti P-28);
29. Fotokopi Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman (Bukti P-29);
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 38 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
30. Fotokopi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Fotokopi Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82) (Bukti P-30);
31. Fotokopi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
(Bukti P-31);
32. Fotokopi Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 01 Tahun
2011 tentang Hak Uji Materiil (Bukti P-32);
33. Fotokopi Surat Bersama Kementerian Keuangan dan Badan Kepegawaian
Negara, Surat Edaran Bersama Nomor SE-19/PB/2014 dan Nomor
1/SE/2014 (Bukti P-33);
34. Fotokopi Buku Prof. Dr. Bagir Manan, S.H., Membedah UUD 1945 (Malang:
UB Press, 2012), halaman 65 (Bukti P-34);
35. Fotokopi Buku Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., Konstitusi Kebudayaan dan
Kebudayaan Konstitusi (Malang: Intrans Publishing, 2017), halaman 107
(Bukti P-35);
36. Fotokopi Program Penyesuaian Jadi Solusi Sementara, Kompas 4 Agustus
2017 (Bukti P-36);
37. Fotokopi Undang-Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014 (Pasal 90 huruf c)
(Bukti P-37);
38. Fotokopi Surat Ketua LIPI Nomor B-4432/K/KP.03/V/2017 pada Mei 2017
kepada Menteri PAN dan RB (Bukti P-38);
39. Fotokopi “Telaah Tentang Dampak Penurunan BUP Peneliti Madya” Kertas
Kerja Ketua KASN Sofian Effendi dalam Rapat di Dewan Pertimbangan
Presiden, 29 Agustus 2017 (Bukti P-39);
40. Fotokopi Akta Pendirian Himpunan Peneliti Indonesia (Bukti P-40);
41. Fotokopi Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor AHU-
00422.60.2014 tanggal 26 Agustus 2014 (Bukti P-41);
42. Fotokopi Majalah “2017 World R&D Funding Forecast”
(http://digital.rdmag.com/researchanddevelopment/2017_global_r_d_funding
_forecast?pg=1#pg1) (Bukti P-42);
43. Fotokopi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional
Fotokopi Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84)
(Bukti P-43);
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 39 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
44. Fotokopi Pemberitahuan dari Pejabat Struktural mengenai Pemberhentian
sebagai PNS yang telah mencapai Batas Usia Pensiun berdasarkan PP
Nomor 11 Tahun 2017 (Bukti P-44);
45. Fotokopi Pemberhentian Gaji Bagi Peneliti Madya Terdampak PP 11/2017
(Bukti P-45);
46. Fotokopi Pinjaman Kridit Bank BTN (Bukti P-46);
47. Fotokopi Kepesertaan PNS dalam TASPEN (Bukti P-47);
48. Fotokopi “Implikasi Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Terhadap
Jabatan Fungsional Peneliti Madya” Kertas Kerja Presentasi Ka BKN dalam
dalam Rapat di Dewan Pertimbangan Presiden, 29 Agustus 2017 (Bukti P-
48);
49. Fotokopi Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-
2019 (Bukti P-49);
50. Fotokopi Ini Perbandingan Jumlah Peneliti Indonesia Dengan Negara Lain
(kompas.com, 27/08/2015) (Bukti P-50);
51. Fotokopi Data Rencana Induk Riset Nasional 2015-2045, halaman 13-14
Fotokopi (http://rim.ristekdikti.go.id) (Bukti P-51);
52. Fotokopi Tingkatkan Kualitas SDM Peneliti, (Republika 15 Juni 2017)
(http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/duniakampus/17/06/15/orkwwf
284-tingkatkan-kualitas-sdm-peneliti) (Bukti P-52);
53. Fotokopi Indonesia Krisis Peneliti (https://news.okezone.com/read/2015/
08/28/65/1204157/indonesia-krisi-peneliti) (Bukti P-53);
54. Fotokopi Kemenristekdikti: Jumlah peneliti di Indonesia harus Ditambah
(https://lipi.go.id/berita/single/KEMENRISTEKDIKTI-JUMLAH PENELITI-DI-
INDONESIA-HARUS-DITAMBAH/12395) (Bukti P-54);
55. LIPI: Dukungan Pemerintah untuk Penelitian Sangat Kecil (https://lipi.go.id/
berita/single/LIPI-Dukungan-Pemerintah-untuk-Penelitian-Sangat-Kecil/
12424) (Bukti P-55);
56. Fotokopi Pemerintah Dorong Peneliti Bantu Perumusan Kebijakan Publik
www.anataranews.com 12 Juni 2015 (Bukti P-56);
57. Fotokopi Nawa Cita 9 Agenda Prioritas Jokowo-JK
(https://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/. Nawa.cita.9.
Agenda. Prioritas. Jokowo.JK) (Bukti P-57);
58. Fotokopi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Tahap Ketiga (2015-2019) (Bukti P-58);
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 40 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
59. Fotokopi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1979
tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Bukti P-59);
60. Fotokopi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1994
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979
tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Bukti P-60);
61. Fotokopi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1979 (Bukti P-61);
62. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2011 tentang
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 (Bukti
P-62);
63. Fotokopi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2013
tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1979 (Bukti P-63);
64. Fotokopi Kumpulan 126 Komentar Secara Umum tentang Kelayakan BUP
65 Tahun bagi Peneliti Madya (Bukti P-64);
Menimbang, bahwa permohonan keberatan hak uji materiil tersebut
telah disampaikan kepada Termohon pada tanggal 17 Oktober 2017
berdasarkan Surat Panitera Muda Tata Usaha Negara Mahkamah Agung
Nomor 60/PER-PSG/X/60 P/HUM/2017, tanggal 11 Oktober 2017;
Menimbang, bahwa terhadap permohonan Pemohon tersebut, Termohon
telah mengajukan jawaban tertulis pada tanggal 31 Oktober 2017, yang pada
pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut:
A. Pendahuluan;
Dalam proses pembentukan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (untuk selanjutnya disebut PP
Manajemen PNS), Pemerintah telah memperhatikan dan
mempertimbangkan landasan filosofis, landasan sosiologis dan landasan
yuridis sebagai berikut:
1. Landasan Filosofis;
a. Bahwa berdasarkan Lampiran I angka 4 huruf A Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (untuk selanjutnya disebut Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011), mengatur:
“Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk
mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 41 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia
yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”;
b. Bahwa Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN) diselenggarakan
berdasarkan Sistem Merit yang merupakan kebijakan dan
penyelenggaraan Manajemen ASN yang didasarkan pada
kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar tanpa
membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal-
usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur atau kondisi kecacatan;
c. Dalam penyelenggaraan kebijakan dan Manajemen ASN, Sistem
Merit diterjemahkan menjadi beberapa asas, yakni antara lain:
1) Asas Kepastian Hukum adalah dalam setiap penyelenggaraan
kebijakan dan Manajemen ASN, mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan;
2) Asas Keterpaduan adalah pengelolaan Pegawai ASN yang
didasarkan pada satu sistem pengelolaan yang terpadu secara
nasional;
3) Asas Non Diskriminatif diartikan bahwa dalam penyelenggaraan
Manajemen ASN tidak membedakan perlakukan berdasarkan
jender, suku, agama, ras, dan golongan;
4) Asas Keadilan dan Kesetaraan adalah bahwa pengaturan
penyelenggaraan Manajemen ASN harus mencerminkan rasa
keadilan dan kesamaan untuk memperoleh kesempatan akan
fungsi dan peran ASN;
d. Bahwa pembentukan PP Manajemen PNS telah memperhatikan
landasan filosofis pembentukan peraturan perundang-undangan
yang berasaskan kepastian hukum, keterpaduan, non-diskriminatif
serta keadilan dan kesetaraan;
2. Landasan Sosiologis;
a. Bahwa berdasarkan Lampiran I angka 4 huruf B Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011, mengatur:
“Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan
yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek.
Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris
mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan
negara”;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 42 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
b. Sebelum berlakunya PP Manajemen PNS, pengaturan Batas Usia
Pensiun (BUP) bagi Jabatan Fungsional (JF) untuk jenjang jenis
jabatan yang sama diatur secara bervariasi dalam peraturan
presiden bagi masing-masing jenis jabatan fungsional;
c. Setelah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (untuk selanjutnya disebut UU ASN) ditetapkan,
pengaturan BUP yang bervariasi tersebut diatur kembali untuk
seluruh jabatan fungsional dalam Undang-Undang ASN, kecuali
yang diatur secara tegas oleh undang-undang mengingat terdapat
perbedaan BUP antara jabatan administrasi dengan jabatan
fungsional;
d. Sebelum PP Manajemen PNS berlaku, pengaturan mengenai BUP
Jabatan Fungsional diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21
Tahun 2014 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Yang
Mencapai Batas Usia Pensiun Bagi Pejabat Fungsional (untuk
selanjutnya disebut PP No. 21 Tahun 2014). PP No. 21 Tahun 2014
ini merupakan peraturan sementara sebelum PP Manajemen PNS
sebagai peraturan pelaksanaan Undang-Undang ASN ditetapkan;
e. Pengaturan BUP bagi Peneliti Madya dalam PP No. 21 Tahun 2014
dimaksud, masih berpedoman pada Pasal 4 Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian PNS,
yang menetapkan bahwa BUP Pegawai Negeri Sipil yang
memangku jabatan tertentu dapat diperpanjang;
Perpanjangan BUP tersebut dapat dilakukan sampai dengan 65
(enam puluh lima) tahun bagi PNS yang memangku jabatan Peneliti
Madya dan Peneliti Utama yang ditugaskan secara penuh di bidang
penelitian;
f. Berdasarkan uraian di atas, pembentukan PP Manajemen PNS
telah mempertimbangkan landasan sosiologis dihubungkan dengan
fakta-fakta empiris perkembangan Manajemen Pegawai Negeri
Sipil;
3. Landasan Yuridis;
a. Bahwa berdasarkan Lampiran I angka 4 huruf C Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011, mengatur sebagai berikut:
“Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 43 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau
yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa
keadilan masyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan
hukum yang berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur
sehingga perlu dibentuk Peraturan Perundang-Undangan yang
baru. Beberapa persoalan hukum itu, antara lain, peraturan yang
sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau tumpang
tindih, jenis peraturan yang lebih rendah dari Undang-Undang
sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya sudah ada tetapi
tidak memadai, atau peraturannya memang sama sekali belum
ada”;
b. Ketentuan Pasal 239 ayat (2) huruf b, Pasal 354, dan Pasal 362
angka 15 PP Manajemen PNS merupakan pelaksanaan dari asas
penyelenggaraan kebijakan dan Manajemen ASN yaitu asas
Kepastian Hukum, Keterpaduan, serta Keadilan dan Kesetaraan
sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang ASN;
c. Pasal 239 ayat (1) dan (2) PP Manajemen PNS memberikan
kepastian hukum dan menegaskan bahwa untuk semua jenjang
jabatan diberikan dasar hukum yang sama, sehingga BUP antara
jenjang jabatan yang sama wajib disetarakan;
e. Ketentuan Pasal 239 ayat (2) huruf b, Pasal 354, dan Pasal 362
angka 15 PP Manajemen PNS merupakan pelaksanaan Pasal 87
ayat (1) huruf d, Pasal 89 dan Pasal 90 huruf c Undang-Undang
ASN yang memerintahkan pengaturan lebih lanjut mengenai tata
cara pemberhentian PNS, pengecualian BUP, serta pencabutan PP
No. 21 Tahun 2014;
f. Berdasarkan PP Nomor 21 Tahun 2014, BUP pejabat fungsional
Peneliti Madya adalah 65 (enam puluh lima) tahun, sedangkan
jabatan fungsional jenjang madya lainnya adalah 60 (enam puluh)
tahun;
Berdasarkan uraian diatas, pembentukan PP Manajeman PNS telah
mempertimbangkan landasan yuridis sebagaimana tercantum pada
bagian konsideran menimbang dan mengingat yang menyebutkan:
“Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17,
Pasal 18 ayat (4), Pasal 19 ayat (4), Pasal 20 ayat
(4), Pasal 57, Pasal 67, Pasal 68 ayat (7), Pasal
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 44 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
74, Pasal 78, Pasal 81, Pasal 85, Pasal 86 ayat
(4), Pasal 89, Pasal 91 ayat (6), Pasal 92 ayat (4),
dan Pasal 125 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil;”
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang DasarNegara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5494);” (Vide Bukti T-1)
B. Tentang Kedudukan Hukum (Legal Standing) dan Kepentingan Hukum
Para Pemohon;
Terhadap kedudukan hukum/legal standing dan kepentingan hukum dari
Para Pemohon, Pemerintah menyampaikan argumentasi hukum sebagai
berikut:
1. Bahwa Para Pemohon pada permohonannya halaman 13 angka 26 dan
halaman 14 angka 27, menyebutkan:
Halaman 13 angka 26:
“Bahwa dalam kaitannya dengan PP Nomor 11 Tahun 2017, pendapat
Prof. Bambang Subiyanto, Wakil Kepala LIPI, jumlah peneliti madya
akan turun secara signifikan yang akan menyebabkan sekitar 1.396
peneliti madya dari 42 instansi pemerintah dipensiun dini. Itu terkait
percepatan usia pensiun jenjang peneliti dari 65 tahun menjadi 60
tahun. Pengurangan peneliti madya tak direncanakan itu diperkirakan
menimpa lebih kurang 20 persen dari jumlah total peneliti madya.
Padahal, peneliti madya ialah lapisan sumber daya manusia paling
produktif sebelum mencapai kematangan paripurna jenjang peneliti
utama, dengan demikian secara keseluruhan, lembaga riset pemerintah
akan menghadapi kelangkaan peneliti”;
Halaman 14 angka 27:
“Bahwa fakta di atas menunjukkan adanya dampak langsung
kerugian hak Para Pemohon dari berlakunya suatu peraturan yang
mengatur secara umum (algemene strekking) terhadap para
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 45 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
peneliti madya, ketika pejabat administrasi pemerintahan yang
berwenang menerbitkan keputusan pensiun bagi peneliti madya
dengan alasan melaksanakan Pasal 354 PP Nomor 11 Tahun
2017”;
2. Bahwa berdasarkan Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung yang menyatakan:
“Permohonan sebagaimana dimaksud ayat (1) hanya dapat dilakukan
oleh Pihak yang menganggap haknya dirugikan oleh berlakunya
peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang, yaitu:
a. perorangan warga Negara Indonesia;
b. kesatuan Masyarakat Hukum Adat sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang;
atau
c. badan hukum publik atau badan hukum privat”;
3. Bahwa persyaratan kedudukan hukum (Legal Standing) untuk
mengajukan permohonan pengujian Peraturan Pemerintah terhadap
Undang-Undang kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia
mencakup syarat formal sebagaimana ditentukan dalam undang-
undang, maupun syarat materiil berupa kerugian hak atau kewenangan
konstitusional dengan berlakunya PP Manajemen PNS;
4. Kerugian yang dimaksud dalam ketentuan Pasal 31A ayat (2) Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2009 mensyaratkan permohonan uji materil
harus didasarkan adanya hubungan langsung bahwa kerugian yang
diderita oleh Para Pemohon benar-benar diakibatkan oleh berlakunya
peraturan perundang-undangan yang dimohonkan Uji Materiil tersebut.
Artinya, pemohon Uji Materiil harus didasarkan adanya hubungan sebab
akibat (causal verband) antara kerugian yang diderita oleh Para
Pemohon dengan berlakunya ketentuan peraturan perundang-
undangan dimaksud. Dengan kata lain, permohonan harus dilakukan
oleh pihak yang kepentingannya benar-benar dirugikan (asas point
d’interest point d’action);
5. Bahwa kerugian yang diuraikan oleh Para Pemohon sebagaimana
angka 2 merupakan pendapat disampaikan oleh Prof. Bambang
Subiyanto selaku Wakil Kepala LIPI yang bukan menjadi pihak dari Para
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 46 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
Pemohon, uraian kerugian yang disampaikan oleh Para Pemohon
bukan suatu kerugian langsung diderita oleh Para Pemohon;
6. Berdasarkan uraian di atas Termohon berkesimpulan, Para Pemohon
tidak mempunyai kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan
karena Para Pemohon tidak menguraikan secara konkret kerugian hak
atau kewenangan konstitusional apa yang langsung diderita oleh Para
Pemohon dengan pemberlakuan ketentuan Pasal 239 ayat (2) huruf b,
Pasal 354, dan Pasal 362 angka 15 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil;
7. Namun demikian, Termohon menyerahkan sepenuhnya kepada Yang
Mulia Ketua/Majelis Mahkamah Agung yang memeriksa, mengadili, dan
memutus perkara ini, untuk mempertimbangkan dan menilai kedudukan
hukum (legal standing) Para Pemohon dalam permohonan Uji Materiil
ini, sebagaimana telah ditentukan dalam ketentuan Pasal 31A ayat (2)
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung;
C. Tanggapan atas Pokok Permohonan;
1. Terhadap Pasal 239 ayat (2) huruf b PP Manajemen PNS;
a. Uraian Pasal:
Para Pemohon dalam permohonannya mendalilkan bahwa Pasal
239 ayat (2) huruf b PP Manajemen PNS bertentangan dengan
Pasal 2 huruf a Undang-Undang ASN. Pasal 239 ayat (2) huruf b
PP Manajemen PNS menyatakan sebagai berikut:
“Pasal 239:
(1) Batas Usia Pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yaitu:
b. 60 (enam puluh) tahun bagi pejabat pimpinan tinggi dan
pejabat fungsional madya; dan
Terhadap:
1) Pasal 2 huruf a UU ASN menyatakan sebagai berikut:
“Pasal 2
Penyelenggaraan kebijakan dan Manajemen ASN berdasarkan
pada asas:
a. kepastian hukum;
b. …;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 47 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
2) Untuk memahami pengertian asas Kepastian Hukum diatas,
perlu memperhatikan Penjelasan Pasal 2 huruf a Undang-
Undang ASN (Vide Bukti T-2) yang menyatakan sebagai
berikut:
Penjelasan Pasal 2:
“Huruf a:
Yang dimaksud dengan asas kepastian hukum adalah dalam
setiap penyelenggaraan kebijakan dan Manajemen ASN,
mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan,
kepatutan, dan keadilan”;
b. Jawaban/Keterangan Pemerintah:
Pemerintah berpendapat bahwa Pasal 239 ayat (2) huruf b PP
Manajemen PNS tidak bertentangan dengan Pasal 2 huruf a
Undang-Undang ASN dengan argumentasi sebagai berikut:
1) Sebelum PP Manajemen PNS diberlakukan, pengaturan jabatan
fungsional termasuk penentuan BUP diatur dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional
Pegawai Negeri Sipil beserta perubahannya;
Peraturan Pemerintah ini mendelegasikan pengaturan lebih
lanjut mengenai Jabatan Fungsional termasuk penentuan BUP
kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara untuk
menetapkan peraturan menteri bagi setiap jabatan fungsional;
Selain diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun
1994 beserta perubahannya, BUP bagi pejabat fungsional juga
diatur secara khusus dalam PP 21 Tahun 2014;
2) Batas Usia Pensiun (BUP) bagi jabatan Fungsional Madya
untuk masing-masing jabatan fungsional diatur dengan
peraturan Menteri PANRB. Sebagai contoh dapat dikemukakan
keputusan Menteri PANRB berikut:
a) Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor KEP/128/M.PAN/9/2004 tentang Jabatan
Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya, BUP bagi Peneliti
Madya adalah 65 (enam puluh lima) tahun, (Vide Bukti T-3);
b) Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor PER/219/M.PAN/6/2008 tentang Jabatan
Fungsional Perekayasa dan Angka Kreditnya, BUP bagi
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 48 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
Jabatan Fungsional Perekayasa Madya adalah 60 (enam
puluh) tahun, (Vide Bukti T-4); dan
c) Selain diatur dengan keputusan menteri, pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil yang telah mencapai BUP bagi
pejabat fungsional juga diatur dalam Pasal 2 ayat (2) PP
Nomor 21 Tahun 2014 (Vide Bukti T-5);
3) Pengaturan mengenai Batas Usia Pensiun yang bervariasi
tersebut pada jenjang jabatan Fungsional Madya, menunjukan
tidak adanya pengaturan yang sama untuk jenjang Jabatan
Fungsional yang sama. Hal ini mengakibatkan ketidakadilan dan
ketidakpastian hukum di antara berbagai pemangku jabatan
fungsional pada jenjang yang sama;
4) Berdasarkan argumentasi sebagaimana diuraikan di atas dapat
disimpulkan bahwa Pasal 239 ayat (2) huruf b PP Manajemen
PNS tidak bertentangan dengan Pasal 2 huruf a Undang-
Undang ASN, karena menjamin perlakuan yang adil dan
kepastian hukum bagi pemangku jabatan fungsional dalam
jenjang yang sama;
2. Terhadap Pasal 354 PP Manajemen PNS;
Para Pemohon dalam permohonannya mendalilkan bahwa Pasal 354
PP Manajemen PNS bertentangan dengan Pasal 2 huruf a, Pasal 2
huruf l, Pasal 1 angka 22, dan Pasal 51 Undang-Undang ASN serta
Pasal 5 huruf f Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011;
Pasal 354 PP Manajemen PNS menyatakan sebagai berikut:
Pasal 354:
“PNS yang berusia di atas 60 (enam puluh) tahun dan sedang
menduduki JF ahli madya, yang sebelum Peraturan Pemerintah ini
mulai berlaku Batas Usia Pensiunnya ditetapkan 65 (enam puluh lima)
tahun, Batas Usia Pensiunnya tetap 65 (enam puluh lima) tahun”;
Terhadap:
a. Pasal 2 huruf a dan huruf l Undang-Undang ASN:
1) Uraian Pasal:
“Pasal 2:
Penyelenggaraan kebijakan dan Manajemen ASN berdasarkan
pada asas:
a. kepastian hukum;
b. …;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 49 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
c. …;
l. keadilan dan kesetaraan; dan”
2) Untuk memahami pengertian asas Kepastian Hukum pada Pasal
2 huruf a Undang-Undang ASN diatas, perlu memperhatikan
Penjelasan Pasal 2 huruf a Undang-Undang ASN sebagai
berikut:
Penjelasan Pasal 2:
“Huruf a:
Yang dimaksud dengan “asas kepastian hukum” adalah
dalam setiap penyelenggaraan kebijakan dan Manajemen
ASN, mengutamakan landasan peraturan perundang-
undangan, kepatutan, dan keadilan”;
3) Untuk memahami pengertian asas Keadilan dan Kesetaraan
Pasal 2 huruf l Undang-Undang ASN diatas, perlu
memperhatikan Penjelasan Pasal 2 huruf l Undang-Undang ASN
sebagai berikut:
Penjelasan Pasal 2:
“Huruf l:
Yang dimaksud dengan “asas keadilan dan kesetaraan” adalah
bahwa pengaturan penyelenggaraan ASN harus mencerminkan
rasa keadilan dan kesamaan untuk memperoleh kesempatan
akan fungsi dan peran sebagai Pegawai ASN”;
b. Jawaban/Keterangan Pemerintah:
Pemerintah berpendapat bahwa Pasal 354 PP Manajemen PNS tidak
bertentangan dengan Pasal 2 huruf a dan huruf l UU ASN dengan
argumentasi sebagai berikut:
1) Sebelum PP Manajemen PNS diberlakukan, pengaturan jabatan
fungsional termasuk penentuan BUP diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 beserta perubahannya.
Peraturan Pemerintah ini mendelegasikan pengaturan lebih lanjut
mengenai Jabatan Fungsional termasuk penentuan BUP kepada
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara untuk
menetapkan peraturan menteri bagi setiap jabatan fungsional.
2) Selain diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994
beserta perubahannya, Batas Usia Pensiun bagi pejabat
fungsional juga diatur secara khusus dalam PP 21 Tahun 2014;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 50 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
3) Batas Usia Pensiun (BUP) bagi jabatan fungsional madya diatur
dengan peraturan Menteri PANRB untuk masing-masing jabatan
fungsional, sebagai contoh:
a) Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor KEP/128/M.PAN/9/2004 tentang Jabatan Fungsional
Peneliti dan Angka Kreditnya, BUP bagi Peneliti Madya
adalah 65 (enam puluh lima) tahun, (Vide Bukti T-3);
b) Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor PER/219/M.PAN/6/2008 tentang Jabatan Fungsional
Perekayasa dan Angka Kreditnya, BUP bagi Jabatan
Fungsional Perekayasa Madya adalah 60 (enam puluh)
tahun, (Vide Bukti T-4) dan
c) Selain diatur dengan keputusan menteri, pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil yang telah mencapai BUP bagi pejabat
fungsional juga diatur dalam Pasal 2 ayat (2) PP 21 Tahun
2014 (Vide Bukti T-5);
4) Pengaturan mengenai Batas Usia Pensiun yang bervariasi
tersebut pada jenjang jabatan Fungsional Madya, menunjukan
tidak adanya pengaturan yang sama untuk jenjang Jabatan
Fungsional yang sama. Hal ini mengakibatkan ketidakadilan dan
ketidakpastian hukum di antara berbagai pemangku jabatan
fungsional pada jenjang yang sama;
5) Hal demikian mengakibatkan ketidakadilan dan ketidakpastian
hukum di antara berbagai pemangku jabatan fungsional pada
jenjang yang sama;
6) Hemat kami, norma yang diatur dalam Pasal 354 PP Manajemen
PNS secara tegas memberikan kepastian hukum dan keadilan
bagi pejabat fungsional Madya yang berusia 60 (enam puluh)
tahun atau lebih pada saat PP Manajemen PNS diundangkan;
7) Apabila norma ini tidak diatur maka pejabat fungsional madya
yang berusia berusia 60 (enam puluh) tahun atau lebih pada saat
PP Manajemen PNS ini diundangkan serta merta akan
diberhentikan dan seluruh hak kepegawaian yang telah diperoleh
sejak berusia 60 (enam puluh) tahun sampai dengan PP
Manajemen PNS ini diundangkan wajib mengembalikan kepada
negara;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 51 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
8) Apabila norma ini tidak diatur maka negara tidak memberikan
kepastian hukum dan keadilan, karena pejabat fungsional madya
yang telah melaksanakan kewajiban selaku pejabat fungsional
madya berhak memperoleh hak kepegawaian secara layak, adil
dan berkepastian hukum;
9) Berdasarkan telaah kami, ketentuan Pasal 354 PP Manajemen
PNS tersebut hanya berdampak pada turunnya BUP terhadap 2
(dua) Jabatan Fungsional Madya/Ahli Madya yaitu Jabatan
Fungsional Peneliti dan Jabatan Fungsional Dokter Pendidik
Klinis atau setara dengan 1,57% dari seluruh Jabatan Fungsional
Madya/Ahli Madya yang ada;
10) Sementara itu, terdapat 122 (seratus dua puluh dua) Jabatan
Fungsional Madya/Ahli Madya yang tidak terdampak ketentuan
ini atau setara dengan 96,10% dari seluruh Jabatan Fungsional
Madya/Ahli Madya yang ada, karena memiliki BUP 60 Tahun.
11) Sedangkan untuk 3 (tiga) Jabatan Fungsional Madya/Ahli Madya
lainnya, yaitu Dosen, Guru dan Jaksa atau setara dengan 2,36%
dari seluruh Jabatan Fungsional Madya/Ahli Madya yang ada,
tidak terdampak karena diatur dengan undang-undang tersendiri.
(Vide Bukti T-6);
12) Berdasarkan argumentasi sebagaimana diuraikan diatas dapat
disimpulkan bahwa Pasal 354 PP Manajemen PNS tidak
bertentangan dengan Pasal 2 huruf a dan l Undang-Undang ASN
karena menjamin perlakuan yang adil dan kepastian hukum bagi
pemangku jabatan fungsional dalam jenjang yang sama;
Pemerintah berpendapat bahwa Pasal 354 PP Manajemen PNS tidak
bertentangan dengan Pasal 1 angka 22 dan Pasal 51 Undang-Undang
ASN dengan argumentasi sebagai berikut:
1) Uraian Pasal:
“Pasal 1:
22. Sistem Merit adalah kebijakan dan Manajemen ASN yang
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara
adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang
politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status
pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan”;
Pasal 51:
“Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit”;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 52 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
2) Jawaban/Keterangan Pemerintah:
Pemerintah berpendapat bahwa Pasal 354 PP Manajemen PNS
tidak bertentangan dengan Pasal 1 angka 22 dan Pasal 51 Undang-
Undang ASN dengan argumentasi sebagai berikut:
a) Bahwa sistem merit tidak boleh membedakan umur dalam
penyusunan kebijakan dan Manajemen ASN. Pengaturan BUP
jabatan fungsional harus berpedoman pada asas kesetaraan
dan keadilan yang merupakan prinsip dasar dan asas
penyelenggaraan kebijakan dan manajemen ASN;
b) Pengaturan penyelenggraan Manajemen ASN harus
mencerminkan rasa keadilan dan kesamaan diantara seluruh
pejabat fungsional untuk meperoleh kesempatan yang sama
akan fungsi dan peran sebagai jabatan fungsional dalam
kaitannya dengan pembatasan BUP;
c) Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa BUP Jabatan
Fungsional Peneliti Madya dan Jabatan Fungsional Perekayasa
Madya yang memiliki karakteristik yang sama harus memiliki
BUP yang sama yaitu 60 Tahun;
d) Berdasarkan argumentasi sebagaimana diuraikan diatas dapat
disimpulkan bahwa Pasal 354 PP Manajemen PNS tidak
bertentangan dengan Pasal 1 angka 22 dan Pasal 51 Undang-
Undang ASN karena menjamin keadilan, kepastian hukum, dan
kesetaraan diantara seluruh pejabat fungsional untuk
memperoleh kesempatan yang sama akan fungsi dan peran
sebagai pejabat fungsional dalam kaitannya dengan
pembatasan BUP;
Pemerintah berpendapat bahwa Pasal 354 PP Manajemen PNS
tidak bertentangan dengan Pasal 5 huruf f Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2011 dengan argumentasi sebagai berikut:
1) Uraian Pasal
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011:
“Dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan harus
dilakukan berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan yang baik, yang meliputi:
e. …;
f. kejelasan rumusan; dan
Penjelasan:
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 53 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
“Huruf f:
Yang dimaksud dengan “asas kejelasan rumusan” adalah
bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan harus memenuhi
persyaratan teknis penyusunan Peraturan Perundang-
undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa
hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak
menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam
pelaksanaannya”;
2) Jawaban/Keterangan Pemerintah:
Pemerintah berpendapat bahwa Pasal 354 PP Manajemen PNS
tidak bertentangan dengan Pasal 5 huruf f Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan dengan argumentasi sebagai berikut:
a) Bahwa penyusunan PP Manajemen PNS telah memenuhi
memenuhi persyaratan teknis penyusunan Peraturan
Perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah,
serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti
sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi
dalam pelaksanaannya;
b) Bahwa dalam pembentukan PP Manajemen PNS sudah
dibentuk Panitia Antar Kementerian (Vide Bukti T-7), dan
telah dilakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan
pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan Pemerintah
dikoordinasikan oleh Menteri Hukum dan HAM (Vide Bukti
T-8);
c) Hal ini sesuai dengan Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 12/2011 yang menyatakan:
“Pasal 54:
(1) Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah,
pemrakarsa membentuk panitia antarkementerian
dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian;
(2) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan
konsepsi Rancangan Peraturan Pemerintah
dikoordinasikan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang hukum”;
3. Terhadap Pasal 362 angka 15 PP Manajemen PNS;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 54 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
Pemohon dalam permohonannya mendalilkan bahwa Pasal 362 angka
15 PP Manajemen PNS bertentangan dengan Pasal 12 ayat (1), Pasal
18, Pasal 19 ayat (3) huruf a dan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian Pengembangan dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
“Pasal 362:
15. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 tentang
PemberhentianPegawai Negeri Sipil Yang Mencapai Batas Usia
Pensiun Bagi Pejabat Fungsional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 58), dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku”;
Terhadap:
a. Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang
Sistem Nasional Penelitian Pengembangan dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi:
“Pasal 12:
(1) Dalam meningkatkan keahlian, kepakaran, serta kompetensi
manusiadan pengorganisasiannya, setiap unsur kelembagaan
ilmu pengetahuan dan teknologi bertanggung jawab
mengembangkan struktur dan strata keahlian, jenjang karier
sumber daya manusia, serta menerapkan sistem penghargaan
dan sanksi yang adil di lingkungannya sesuai dengan
kebutuhan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi”;
b. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem
Nasional Penelitian Pengembangan dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi:
“Pasal 18:
(1) Pemerintah berfungsi menumbuhkembangkan motivasi,
memberikan stimulasi dan fasilitas, serta menciptakan iklim
yang kondusif bagi perkembangan Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi di Indonesia;
(2) Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud
dalam ayat(1), pemerintah wajib merumuskan arah, prioritas
utama, dan kerangka kebijakan pemerintah di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dituangkan sebagai kebijakan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 55 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
strategis pembangunan nasional ilmu pengetahuan dan
teknologi”;
c. Pasal 19 ayat (3) huruf a Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002
tentang Sistem Nasional Penelitian Pengembangan dan Penerapan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi:
“Pasal 19:
(3) Dalam menetapkan prioritas utama dan mengembangkan
berbagai aspek kebijakan penelitian, pengembangan, dan
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, Menteri wajib
memperhatikan pentingnya upaya:
a. penguatan penguasaan ilmu-ilmu dasar, ilmu pengetahuan
dan teknologi yang strategis, dan peningkatan kapasitas
penelitian dan pengembangan yang merupakan tulang
punggung perkembangan kemampuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta penguatan penguasaan ilmu-ilmu
sosial dan budaya yang mendukung perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi;”
d. Pasal 21 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem
Nasional Penelitian Pengembangan dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi:
“Pasal 21:
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah berperan mengembangkan
instrumen kebijakan untuk melaksanakan fungsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1);
(2) Instrumen kebijakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diberikan sebagai bentuk kemudahan dan dukungan yang
dapat mendorong pertumbuhan dan sinergi semua unsur
Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
(3) Instrumen kebijakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) dapat berbentuk dukungan sumber daya,
dukungan dana, pemberian insentif, penyelenggaraan program
ilmu pengetahuan dan teknologi, dan pembentukan lembaga;
(4) Lembaga yang dimaksud dalam ayat (3) dapat meliputi
lembaga litbang dan lembaga penunjang, baik yang berdiri
sendiri sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 56 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
maupun sebagai unit kerja departemen atau pemerintah daerah
tertentu;
(5) Pelaksanaan instrumen kebijakan sebagaimana di maksud
dalam ayat (3) diselenggarakan secara adil, demokratis,
transparan, dan akuntabel”;
e. Jawaban/Keterangan Pemerintah;
Pemerintah berpendapat bahwa Pasal 362 angka 15 PP
Manajemen PNS tidak bertentangan dengan Pasal 12 ayat (1),
Pasal 18, Pasal 19 ayat (3) huruf a dan Pasal 21 Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
dengan argumentasi sebagai berikut:
1) Pencabutan PP 21 Tahun 2014 tentang Pemberhentian PNS
yang Mencapai Batas Usia Pensiun Bagi Pejabat Fungsional
sudah tepat karena:
a) Apabila tidak dicabut tidak akan terwujudnya sistem
penghargaan dan sanksi yang adil sebagaimana diatur
dalam Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2002 tentang Sistem Nasional Penelitian Pengembangan
dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
b) Apabila tidak dicabut tidak akan menumbuh kembangkan
motivasi atau demotivasi, bahwa dengan menyamakan BUP
antara fungsional Madya dengan fungsional Utama akan
menimbulkan demotivasi dan tidak memberikan stimulasi
dan tidak menciptakan iklim yang kondusif bagi
perkembangan Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan,
danPenerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
sebagaimana diatur dalam Pasal 18, Pasal 19 ayat (3) huruf
a dan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002
tentang Sistem Nasional Penelitian Pengembangan dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
c) Pencabutan PP 21 Tahun 2004 merupakan upaya
Pemerintah untuk menegakan Manajemen ASN yang
berdasarkan Sistem Merit dan menerapkan secara
konsisten asas penyelenggaraan kebijakan dan Manajemen
ASN berdasarkan kepastian hukum serta keadilan dan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 57 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
kesetaraan berdasar Pasal 2 huruf a dan huruf l Undang-
Undang ASN;
4. Terhadap Kekuatiran Para Pemohon akan Terjadi Kekurangan Peneliti
di Indonesia;
Pemerintah berpendapat bahwa kekhawatiran Para Pemohon akan
terjadi kekurangan peneliti di indonesia dengan berlakunya PP
Manajemen PNS ini adalah tidak beralasan dan menunjukkan kekurang
pahaman atas substansi PP Manajemen PNS dengan argumentasi
berikut:
a. Dalam rangka penyelenggaraan Manajemen ASN yang
berdasarkan Sistem Merit, maka diperlukan pengaturan Manajemen
PNS. Pengaturan Manajemen PNS bertujuan untuk menghasilkan
PNS yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme
dalam rangka pelaksanaan tugas pelayanan publik, tugas
pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu;
b. Penyelenggaraan Manajemen PNS dilaksanakan oleh Presiden
selaku pemegang kekuasaan tertinggi pembinaan ASN yang dapat
mendelegasikan sebagian kekuasaannya kepada PPK;
c. Dalam penyelenggaraan Manajemen PNS, Presiden atau PPK
mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan,
dan pemberhentian PNS serta pembinaan Manajemen PNS di
Instansi Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
d. Kewenangan pembinaan Manajemen PNS dapat didelegasikan
kepada PyB dalam pelaksanaan proses pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian PNS sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
e. Dalam rangka menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi
pengambilan keputusan dalam Manajemen PNS diperlukan sistem
informasi pengembangan kompetensi, sistem informasi pelatihan,
sistem informasi manajemen karier, dan sistem informasi
manajemen pemberhentian dan pensiun, yang merupakan bagian
yang terintegrasi dengan Sistem Informasi ASN;
f. Manajemen PNS dalam Peraturan Pemerintah ini berisi ketentuan
mengenai penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,
pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi,
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 58 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan,
disiplin, pemberhentian, jaminan pensiun dan jaminan hari tua, serta
perlindungan;
g. Berdasarkan kebijakan yang diatur dalam Undang-Undang ASN
kedudukan PNS tidak lagi menjadi pelaku tunggal dalam
melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, namun kedudukan PNS
dalam melaksanakan tugas-tigas pemerintahan dapat dilaksanakan
oleh Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK);
Kedudukan PPPK merupakan pegawai ASN sebagaimana halnya
dengan PNS. Oleh karena itu, kekuatiran akan berkurangnya jumlah
peneliti dapat diisi dengan PPPK selama memenuhi syarat baik
kualifikasi maupun kompetensi sebagai peneliti;
h. Hal ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah untuk membuka
kesempatan yang luas bagi diaspora dan Warga Negara Indonesia
pada umumnya yang memiliki kualifikasi, kompetensi dan
pengalaman pada tingkat global dapat mengabdi dan memajukan
negara, salah satunya melalui bidang penelitian, (Vide Bukti T-9).
Sehingga yang bersangkutan dapat melaksanakan penelitian
melalui jalur PPPK. Kebijakan ini sejalan dengan sistem merit yang
merupakan basis utama pengaturan dalam Undang-Undang ASN;
i. Dalam Undang-Undang ASN pengaturan mengenai manajemen
PPPK mengatur bahwa hak PPPK tidak jauh berbeda dengan hak
PNS dimana PPPK yang salah satunya dapat mengisi jabatan
fungsional peneliti, akan memperoleh hak: a) gaji dan tunjangan, b)
cuti, c) perlindungan, d) pemberian penghargaan, dan e)
pengembangan kompetensi;
Menimbang, bahwa untuk mendukung dalil-dalil jawabannya, Termohon
telah mengajukan bukti surat/tulisan sebagai berikut:
1. Fotokopi Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil (Bukti T-1);
2. Fotokopi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Bukti T-2);
3. Fotokopi Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI Nomor
KEP/128/M.PAN/9/2004 tentang Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka
Kreditnya (Bukti T-3);
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 58
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 59 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
4. Fotokopi Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI Nomor
KEP/219/M.PAN/6/2008 tentang Jabatan Fungsional Perekayasa dan
Angka Kreditnya (Bukti T-4);
5. Fotokopi Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 tentang
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang Mencapai Batas Usia Pensiun
bagi Pejabat Fungsional (Bukti T-5);
6. Fotokopi Daftar Batas Usia Pensiun (BUP) seluruh Jabatan Fungsional
Madya (Bukti T-6);
7. Fotokopi Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pembentukan Kelompok
Kerja Pemerintah dan Tim Ahli untuk Penyusunan, Pengharmonisasian,
Pembulatan dan Pemantapan Konsepsi Rancangan Peraturan Pelaksanaan
dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(Bukti T-7);
8. Fotokopi Surat Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor
PPE.PP.02.03-648, tanggal 14 September 2015 Perihal Penyampaian Hasil
Pengharmonisasian RPP tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Bukti T-
8);
9. Fotokopi Artikel Media Online (Bukti T-9);
PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan keberatan hak uji
materiil dari Para Pemohon adalah sebagaimana tersebut di atas;
Bahwa yang menjadi objek permohonan keberatan hak uji materiil Para
Pemohon adalah Pasal 239 ayat (2) huruf b, Pasal 354, dan Pasal 362 angka
15 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil;
Bahwa sebelum Mahkamah Agung mempertimbangkan pokok
permohonan yang diajukan Para Pemohon, terlebih dahulu akan
mempertimbangkan apakah permohonan a quo memenuhi syarat formal, yaitu
mengenai kewenangan Mahkamah Agung untuk menguji objek permohonan
keberatan hak uji materiil, dan kedudukan hukum (legal standing) Para
Pemohon untuk mengajukan permohonan keberatan hak uji materiil;
Kewenangan Mahkamah Agung;
Bahwa kewenangan Mahkamah Agung untuk menguji permohonan
keberatan hak uji materiil didasarkan pada ketentuan Pasal 24A Undang-
Undang Dasar Negara RI Tahun 1945, Pasal 20 ayat (2) huruf b Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Pasal 31
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 59
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 60 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, serta Pasal
1 angka 1 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak Uji
Materiil, yang pada intinya menentukan bahwa Mahkamah Agung berwenang
menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi;
Bahwa peraturan perundang-undangan menurut Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah
peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan
dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang
melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan (vide
Pasal 1 angka 2);
Bahwa jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan disebutkan
dalam ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 yaitu:
a. Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota;
Bahwa objek permohonan keberatan hak uji materiil berupa Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil, merupakan salah satu jenis peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, sehingga termasuk objek
permohonan keberatan hak uji materiil yang menjadi wewenang Mahkamah
Agung untuk mengujinya;
Bahwa selanjutnya Mahkamah Agung akan mempertimbangkan apakah
Para Pemohon mempunyai kepentingan untuk mengajukan permohonan
keberatan hak uji materiil, sehingga Para Pemohon mempunyai kedudukan
hukum (legal standing) untuk mempersoalkan objek permohonan a quo
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung, dan Pasal 1 angka 4 Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 60
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 61 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
Kedudukan Hukum (legal standing) Pemohon;
Bahwa Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009
menyatakan bahwa permohonan pengujian peraturan perundang-undangan di
bawah undang-undang hanya dapat dilakukan oleh pihak yang menganggap
haknya dirugikan oleh berlakunya peraturan tersebut, yaitu:
a. perorangan warga negara Indonesia;
b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang diatur dalam undang-undang; atau
c. badan hukum publik atau badan hukum privat;
Dalam Penjelasannya ditentukan bahwa yang dimaksud dengan “perorangan”
adalah orang perseorangan atau kelompok orang yang mempunyai kepentingan
sama;
Bahwa lebih lanjut Pasal 1 angka 4 Peraturan Mahkamah Agung Nomor
1 Tahun 2011 menentukan bahwa pemohon keberatan adalah kelompok orang
atau perorangan yang mengajukan keberatan kepada Mahkamah Agung atas
berlakunya suatu peraturan perundang-undangan tingkat lebih rendah dari
undang-undang;
Bahwa dengan demikian, Pemohon dalam pengujian peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang harus menjelaskan dan
membuktikan terlebih dahulu:
a. kedudukannya sebagai Pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31A
ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009;
b. kerugian hak yang diakibatkan oleh berlakunya peraturan perundang-
undangan yang dimohonkan pengujian;
Bahwa untuk membuktikan adanya kerugian hak yang diakibatkan oleh
berlakunya objek permohonan tersebut, maka Para Pemohon harus
membuktikan:
a. adanya hak Para Pemohon yang diberikan oleh suatu peraturan perundang-
undangan;
b. hak tersebut oleh Para Pemohon dianggap dirugikan dengan berlakunya
objek permohonan keberatan hak uji materiil;
c. kerugian tersebut bersifat spesifik (khusus) dan aktual atau setidak-tidaknya
bersifat potensial yang berdasarkan penalaran yang wajar dipastikan akan
terjadi;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 61
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 62 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
d. adanya hubungan sebab akibat (causal verban) dengan dikabulkannya
permohonan, maka kerugian seperti didalilkan tidak akan atau tidak terjadi
lagi;
e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan, maka
kerugian hak seperti yang didalilkan tidak akan atau tidak terjadi lagi;
Bahwa Para Pemohon, drh. Diah Asri Erowati AS, M.Kes., dan kawan-
kawan dalam kapasitasnya masing-masing sebagai perorangan Warga Negara
Indonesia, oleh karenanya bertindak untuk dan atas nama pribadi;
Bahwa dalam permohonannya, Para Pemohon telah mendalilkan bahwa
Pemohon mempunyai kepentingan dengan argumentasi bahwa diberlakukannya
ketentuan Pasal 239 ayat (2) huruf b, Pasal 354, dan Pasal 362 angka 15
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 telah menimbulkan ketidakpastian
hukum bagi Para Pemohon, sehingga merugikan hak konstitusional Para
Pemohon yang dijamin oleh Pasal 28D Ayat (1) UUD 1945;
Bahwa sebaliknya Termohon dalam jawabannya telah menyanggah dalil
Pemohon tersebut dengan mengemukakan dalil sanggahannya bahwa Para
Pemohon tidak mempunyai kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan
karena Para Pemohon tidak menguraikan secara konkret kerugian hak atau
kewenangan konstitusional apa yang langsung diderita oleh Para Pemohon
dengan pemberlakuan ketentuan Pasal 239 ayat (2) huruf b, Pasal 354, dan
Pasal 362 angka 15 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil;
Bahwa dari dalil Para Pemohon dan sanggahan Termohon di atas
dikaitkan dengan bukti-bukti yang diajukan, Mahkamah Agung berpendapat
bahwa Para Pemohon merupakan subjek hukum yang kedudukannya
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2009, dan haknya dirugikan akibat berlakunya peraturan perundang-
undangan yang dimohonkan pengujian. Dengan demikian, Para Pemohon
mempunyai kedudukan hukum (legal standing) dalam pengajuan permohonan
keberatan hak uji materiil a quo sebagaimana dimaksud Pasal 31A ayat (2)
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 dan Pasal 1 angka 4 Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011;
Bahwa oleh karena Mahkamah Agung berwenang untuk menguji, dan
Para Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing), maka permohonan
a quo secara formal dapat diterima;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 62
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 63 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
Bahwa selanjutnya Mahkamah Agung akan mempertimbangkan pokok
permohonan, yaitu apakah ketentuan yang dimohonkan a quo bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau tidak;
Pokok Permohonan;
Bahwa pokok permohonan keberatan hak uji materiil adalah pengujian
Pasal 239 ayat (2) huruf b, Pasal 354, dan Pasal 362 angka 15 Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil terhadap:
- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
- Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan; dan
- Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknolongi;
Bahwa untuk membuktikan dalil-dalil permohonannya, Para Pemohon
mengajukan alat bukti surat/tulisan yang diberi tanda P-1 s.d. P-64;
Pendapat Mahkamah Agung;
Bahwa setelah mencermati dan mempelajari dalil-dalil permohonan dari
Para Pemohon dan dalil-dalil sanggahan dari Termohon serta bukti-bukti
surat/tulisan yang diajukan, Mahkamah Agung berpendapat bahwa dalil-dalil Para
Pemohon tersebut tidak dapat dibenarkan dengan pertimbangan sebagai berikut:
- Bahwa pengaturan Batas Usia Pensiun yang bervariasi dalam beberapa
kebijakan pemerintah dan peraturan perundang-undangan pada jenjang
jabatan fungsional madya, menunjukkan tidak adanya pengaturan yang
sama untuk jenjang jabatan fungsional yang sama, sehingga
mengakibatkan terjadinya ketidakadilan dan ketidakpastian hukum di antara
pemangku jabatan fungsional pada jenjang yang sama tersebut. Melalui
pengaturan Batas Usia Pensiun dalam Pasal 239 ayat (2) huruf b Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil, menjamin perlakuan yang adil dan kepastian hukum bagi pemangku
jabatan fungsional dalam jenjang jabatan yang sama;
- Bahwa pengaturan dalam Pasal 354 Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2017 merupakan Aturan Peralihan, yang dimaksudkan agar pejabat
fungsional madya yang berusia 60 (enam puluh) tahun atau lebih pada
saat Peraturan Pemerintah tersebut diundangkan tidak serta merta
diberhentikan dan seluruh hak kepegawaian yang telah diperoleh sejak
berusia 60 (enam puluh) tahun sampai dengan Peraturan Pemerintah
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 63
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 64 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
Nomor 11 Tahun 2017 diundangkan tidak diwajibkan mengembalikan
kepada Negara;
- Bahwa pencabutan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 tentang
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang Mencapai Batas Usia Pensiun
bagi Pejabat Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 362 angka 15
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 merupakan upaya pemerintah
untuk menegakkan Manajemen ASN berdasarkan sistem merit dan
menerapkan secara konsisten asas penyelenggaraan kebijakan dan
Manajemen ASN berdasarkan keadilan dan kepastian hukum serta
kesetaraan. Kekhawatiran Para Pemohon akan terjadinya kekurangan
peneliti tidak beralasan hukum karena dalam Undang-Undang ASN
kedudukan PNS tidak lagi menjadi pelaku tunggal dalam melaksanakan
tugas-tugas pemerintahan, namun dapat dilaksanakan juga oleh Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang merupakan pegawai ASN
sebagaimana halnya PNS. Oleh karena itu, kekhawatiran akan kekurangan
jumlah peneliti dapat diisi dengan PPPK yang telah memenuhi syarat baik
kualifikasi maupun kompetensi sebagai peneliti;
Bahwa dengan demikian terbukti objek permohonan keberatan hak uji materiil
berupa Pasal 239 ayat (2) huruf b, Pasal 354, dan Pasal 362 angka 15 Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi yaitu:
- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
- Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan; dan
- Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknolongi
Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, dalil-dalil permohonan Para
Pemohon tidak beralasan hukum;
Konklusi;
Bahwa berdasarkan seluruh pertimbangan di atas, Mahkamah Agung
berkesimpulan:
- Mahkamah Agung berwenang untuk mengadili permohonan keberatan hak
uji materiil;
- Para Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk
mengajukan permohonan a quo;
- Pokok permohonan dari Para Pemohon tidak beralasan menurut hukum;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 64
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 65 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
Oleh karena itu, permohonan keberatan hak uji materiil patut ditolak, dan karenanya
Para Pemohon sebagai pihak yang kalah dihukum untuk membayar biaya perkara;
Menimbang, bahwa dalam musyawarah Majelis Hakim terdapat pendapat
yang berbeda (dissenting opinion) dari Anggota Majelis Hakim, Is Sudaryono,
S.H., M.H., dengan pendapat sebagai berikut:
1. Bahwa dalam penerbitan objek hak uji materiil tidak mempertimbangkan
riwayat pemberian batas usia pensiun kepada jabatan Peneliti Madya yang
dibedakan dengan jabatan fungsional madya lainnya sebagaimana sejak
tahun 1979 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 sampai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014, Peneliti Utama dan
Peneliti Madya yang ditugaskan secara penuh di bidang penelitian diberikan
batas usia pensiun 65 (enam puluh lima) tahun. Pemberian batas usia
pensiun yang berbeda dengan jabatan fungsional madya lainnya
dikarenakan jabatan peneliti memiliki karakteristik yang khusus yaitu terkait
dengan kegiatan proses penelitian yang memerlukan kecermatan,
kesabaran dan waktu yang lama dalam membentuk pengalaman keilmuan
dan keahlian seorang peneliti, sehingga dengan demikian penerbitan objek
hak uji materiil telah kehilangan pijakan filosofisnya;
2. Bahwa penerbitan objek hak uji materiil telah mengabaikan landasan
sosiologis, karena berdasarkan rasio peneliti terhadap jumlah penduduk di
negara-negara maju setidaknya 2.000 (dua ribu) peneliti persejuta
penduduk. Namun, Indonesia saat ini hanya memiliki sekitar 90 (sembilan
puluh) peneliti persejuta penduduk. Jumlah ini tertinggal jauh dibandingkan
dengan negara-negara lain, misalnya Brasil memiliki 700 (tujuh ratus)
peneliti persejuta penduduk, Rusia memiliki 3.000 (tiga ribu) peneliti
persejuta penduduk, India memiliki 160 (seratus enam puluh) peneliti
persejuta penduduk, Korea memiliki 5.900 (lima ribu sembilan ratus) peneliti
persejuta penduduk, dan China memiliki 1.020 (seribu dua puluh) peneliti
persejuta penduduk. Berdasarkan pernyataan Ketua Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), jumlah peneliti jenjang madya secara
nasional yang langsung terkena dampaknya/pensiun adalah sebanyak 208
(dua ratus delapan) orang dan secara keseluruhan sebanyak 556 (lima
ratus lima puluh enam) orang Peneliti Madya yang berpotensi akan pensiun
dalam waktu 3 (tiga) tahun ke depan (2017-2019), atau sekitar 20% (dua
puluh persen) jumlah Peneliti Madya yang ada saat ini;
3. Bahwa penerbitan objek hak uji materiil telah melanggar asas kepastian
hukum, karena tidak mengatur kekhususan terhadap jabatan Peneliti Madya
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 65
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 66 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
yang sebelumnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 usia
pensiun jabatan tersebut diatur secara khusus dalam Pasal 2 ayat (2) huruf
c, yang mana Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 diterbitkan
dalam rangka melaksanakan amanat Pasal 90 huruf c Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
4. Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut dapat disimpulkan bahwa objek
hak uji materiil telah melanggar Pasal 5 huruf a, d, e, f dan g Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan;
Menimbang, bahwa oleh karena terdapat pendapat yang berbeda
(dissenting opinion) dalam Majelis Hakim dan telah diusahakan dengan
sungguh-sungguh tetapi tidak tercapai mufakat, maka sesuai Pasal 30 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan
perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, Majelis
Hakim setelah bermusyawarah, diambil putusan dengan suara terbanyak yaitu
menolak permohonan keberatan hak uji materiil dari Para Pemohon;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985
tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor
3 Tahun 2009, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak
Uji Materiil, serta peraturan perundang-undangan lain yang terkait;
MENGADILI,
Menolak permohonan keberatan hak uji materiil dari Para Pemohon: 1.
drh. DIAH ASRI EROWATI AS, M.Kes., 2. Ir. M. NASWIR SETIA NUSA, M.T.,
3. ARI HANDAYANI, B.E., 4. Dra. MINANTYORINI, 5. Dr. Ir. ERNA MARIA
LOKOLO, M.Sc., 6. Dra. ANY ZUBAIDAH, M.Si., 7. DWI PURWANTO, S.T.,
8. SLAMET SUBANDI, S.Sos., M.M., 9. Dra. MARIANA RAINI, Apt., M.Kes.,
10. Dra. HERU YUNIATI, M.Si., 11. Dra. DELIAH SESWITA, 12. Drs.
HAYARUDDIN SIAGIAN, 13. ANJAR SUPRIADHIE, S.H., M.H., 14. Dra.
DAROHAM MUTIATIKUM, Apt., M.Si., 15. ENNY HAWANI LOEBIS, M.Si.,
16. Dr. Ir. ACHMAD RACHMAN, M.Sc., 17. Drs. HUSNI NASUTION, M.Si.,
18. Dra. SRI RUBIYANTI, M.Si., 19. Ir. SIDIK HADDY TALAOHU, M.M.,
20. Drs. BERNHARD H. SIANIPAR, M.M. tersebut;
Menghukum Para Pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah);
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 66
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 67 dari 67 halaman. Putusan Nomor 60 P/HUM/2017
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan
Mahkamah Agung pada hari Kamis, tanggal 7 Desember 2017, oleh
Dr. H. Supandi, S.H., M.Hum., Ketua Muda Mahkamah Agung Urusan
Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara yang ditetapkan oleh Ketua
Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Is Sudaryono, S.H., M.H., dan
Dr. H. M. Hary Djatmiko, S.H., M.S., Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota Majelis,
dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua
Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota Majelis tersebut dan dibantu oleh Maftuh
Effendi, S.H., M.H., Panitera Pengganti, dengan tidak dihadiri oleh para pihak.
Anggota Majelis: Ketua Majelis,
ttd. ttd.
Is Sudaryono, S.H., M.H. Dr. H. Supandi, S.H., M.Hum.
ttd.
Dr. H.M. Hary Djatmiko, S.H., M.S.
Panitera Pangganti,
ttd.
Maftuh Effendi, S.H., M.H.
Biaya-biaya: 1. Meterai ……..…… Rp 6.000,00 2. Redaksi ……….… Rp 5.000,00 3. Administrasi …... Rp 989.000,00 Jumlah ………………. Rp1.000.000,00
Untuk Salinan
MAHKAMAH AGUNG R.I.
a.n. Panitera
Panitera Muda Tata Usaha Negara,
H. ASHADI, S.H.
NIP. 19540924 198403 1 001
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 67