dinamika tradisi buwuh di desa kaliaman

21
Dinamika Tradisi Buwuh di Desa Kaliaman 1. Makna Buwuh Buwuh secara harafiah memiliki arti imbuh- imbh anggenipun badhe ewuh yang artinya tambahan bagi orang yang memiliki hajat. Orang yang akan menyelenggarakan hajat tentu saja harus mengelurkan banyak dana untuk keperluan hajatan tersebut. tradisi buwuh muncul sebagai upaya untuk membantu meringankan beban antar sesame anggota masyarakat. Membantu meringankan beban merupakan makna buwuh pada dasarnya. Terdapat nilai luhur dan tulus di dalam tradisi buwuh yang dijadikan suatu kegiatan membantu antar sesame yang sedang kesusahan. Untuk menggelar hajatan membutuhkan baiaya yang tidak sedikit, padahal hajatan menjadi sesuatu yang biasa dilakukan oleh warga untuk memberikan kesan terhadap suatu momen yang dipandang penting. Maka tradisi buwuh ini muncul sebagai gejolak perasaan iningin

Upload: basid-ridhowan

Post on 22-Jun-2015

39 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

hhjubbb

TRANSCRIPT

Page 1: Dinamika Tradisi Buwuh Di Desa Kaliaman

Dinamika Tradisi Buwuh di Desa Kaliaman

1. Makna Buwuh

Buwuh secara harafiah memiliki arti imbuh- imbh anggenipun badhe

ewuh yang artinya tambahan bagi orang yang memiliki hajat. Orang yang

akan menyelenggarakan hajat tentu saja harus mengelurkan banyak dana

untuk keperluan hajatan tersebut. tradisi buwuh muncul sebagai upaya untuk

membantu meringankan beban antar sesame anggota masyarakat. Membantu

meringankan beban merupakan makna buwuh pada dasarnya. Terdapat nilai

luhur dan tulus di dalam tradisi buwuh yang dijadikan suatu kegiatan

membantu antar sesame yang sedang kesusahan. Untuk menggelar hajatan

membutuhkan baiaya yang tidak sedikit, padahal hajatan menjadi sesuatu

yang biasa dilakukan oleh warga untuk memberikan kesan terhadap suatu

momen yang dipandang penting. Maka tradisi buwuh ini muncul sebagai

gejolak perasaan iningin membantu meringankan beban tetangga atau

kerabatnya yang sedang menggelar hajatan.

Seiring perkembangan waktu dan tanpa disadari tradisi buwuh ini

menjadi sesuatu yang rutin dilakukan oleh warga desa kaliaman. Mereka

secara bergantian membalas bantuan yang pernah diterima dimasa

sebelumnya. Dan dalam perkembangannya muncullah suatu harapan atas

pemberian yang diberikan kepada seseorang akan dibalas di suatu waktu

Page 2: Dinamika Tradisi Buwuh Di Desa Kaliaman

mendatang. Hal ini menjadi kebiasaan pula suatu keadaan saling membalas

pemberian di dalam tradisi buwuh ini. Untuk memudahkan seseorang dalam

mengembalikan buwuhan yang pernah ia terima kepada pihak yang member

dalam tradisi buwuh ini terdapat buku catatan hasil buwuh dalam pelaksanaan

hajatan. Selain untuk memudahkan pengembalian jumlah, buku catatan hsil

buwuh ini juga untuk meminimalisir ketidakseimbangan dalam pertukaran

yang terjadi.

Pencatatan hasil buwuh dalam penyelenggaraan hajatan ini

memunculkan istilah potangan dalam tradisi buwuh. Potangan berarti perkara

utang piutang dalam tradisi buwuh. Seseorang harus mengembalikan buwuh

yang pernah ia terima kepada orang yang pernah memberinya dimasa

terdahulu. Melalui buku catatan hsil buwuh saat ia menyelenggarakan hajatan

tersebut, seseorang dapat melihat apakah ia memiliki potangan atau tidak

terhadap orang yang hendak menyelenggarakan hajatan. Ketika ia memiliki

potangan, maka buwuh yang dilakukannya bersifat mengembalikan potangan

pemberian kepada orang yang menyelenggarakan hajatan.

Istilah ndeleh juga muncul yang diartikan sebagai menabung dan

berinvestasi kepada seseorang. Ketika ia menyelenggarakan hajatan saat inilah

ia menarik tabungn yang pernah ia berikan kepada orang lain. Sifat buwuhn

orang lain kepada orang yang ndeleh ini adalah potangan atau mengembalikan

hutang pemberian buwuh kepadanya. Sampai pada tahap ini makna tradisi

Page 3: Dinamika Tradisi Buwuh Di Desa Kaliaman

buwuh telah bergeser kepada suatu jaminan sosial ketika seseorang

menyelenggarakan hajatan. Seseorang akan mengharapkan pemberiannya

kembali saat ia menyelenggarakan hajatan. Buwuh yang pernah ia berikan

tersebut dianggap sebagai invests di masa mendatang.

Dalam perkembangannya buwuh memang telah bergeser dari tujuan

awalnya. Buwuh tidak hanya dianggap sebagai tindakan membantu, namun

diblaik tindakan membantu tersebut terdapat harapan bahwa ia akan dibantu

dikemudian hari. Pertukaran dalam bidang ekonomi terjadi yang mana

perhitungan untung rugi mulai digunakan dalam tradisi buwuh ini. Seseorang

tentunya akan mempertimbangkan kepada siapa ia akan memberikan buwuh.

Dengan segala pertimbangan dan skala priorits yang ia gunakan seseorang

memilih kepada siapa ia hendak memberikan buwuhannya.

2. Bentuk sumbangan

Tradisi buwuh merupakan tradisi yang menyumbang dalam bentuk

barang yang dibunakan saat acara hajatan tersebut dilakukan. Sumbangan

yang biasa diberikan kepada pemilik hajat biasanya adalah bahan- bahan

pokok seperti beras, gula, teh, dan lainnya. bentuk sumbangan barang yang

demikian dimaksudkan untuk membantu penyelenggara hajatan dalam

menjamu para tamunya. Biasanya tuan rumah menjamu tamunya dengan

memberikan makanan atau minuman yang di makan ditempat dan beberapa

Page 4: Dinamika Tradisi Buwuh Di Desa Kaliaman

makanan diberikan untuk dibawa pulang. Begitu banyaknya tamu yang hadir

membuat hidangan yang disiapkan pun begitu banyak. Bahan- bahan yang

disiapkan pun tidaklah sedikit seperti beras, gula, dan bahan lainnya.

Di desa kaliaman sumbangan buwuh yang diberikan yaitu dalam

bentuk beras, gula, dan rokok. Biasany para ibu- ibu membawa beras atau

gula dan para bapak membawa rokok. Barang- barang tersebut pada awalnya

memang diperuntukkan sebagai bahan tuan rumah membuat hidayangan dan

menjamu para tamunya. Beras untuk membuat nasi yang dihidangkan, gula

untuk membuat minuman dan aneka makanan yang memerlukan bahan gula,

sedangkan rokok digunakan untuk menjamu para bapak- bapak yang hadir

saat penyelenggaraan hajatan. Namun dalam perkembangn tradisi buwuh ini,

barang- barang yang dibawa tidaklah digunakan kesemuanya untuk digunakan

dalam penyelenggaraan hajatan. Saat ini barang- barang tersebut hanya

digunakan sebagian kecil saja saat penyelenggaraan hajatan. Biasanya mereka

berhutang kepada seseorang untuk membeli bahan- bahan yang digunakan

dalam hajatan. Setelah hajatan selesai hasil penjualan barang- barang

buwuhan inilah yang digunakan untuk menutupi kekurangan biaya yang

digunakan dalam penyelenggaraan hajatan.

Fungsi barang yang disumbangkan sebagai buwuh tersebut pun

mengalami pergeseran dalam segi kegunaan, yaitu bukan lagi sebagai bahan

utama dalam memberikan hidangan dn mempersiapkan acara hajatan, namun

Page 5: Dinamika Tradisi Buwuh Di Desa Kaliaman

barang tersebut dijual kepada bakul dan hsil penjualan tersebut yang

digunakan untuk menutup kekurangan biaya penyelenggaraan hajatan. Secara

makna pun barang tersebut sudah tidak lagi bermakna barang yang memiliki

arti member bantuan karena kekurangan barang dalam penyelenggaraan

hajatan, namun arti tersebut digantikan dengan uang yang merupakan hasil

penjualan barang tersebut. uang memang menjadi alat tukar yang obyektif dan

praktis digunakan yang dirasa lebih mudah digunakan karena sifatnya sebagai

alat tukar yang efisien.

Dalam hal bentuk barang yang disumbangkan pun mengalami

perubahan dalam perkembangan tradisi ini. Sekarang ini rokok yang diberikan

sebagai bentuk buwuh bukan rokok yang harganya murah seperti dulu. Dulu

rokok yang digunakan dalam buwuh terserah dari si pemberi itu, namun

sekarang secara perlahan tanpa disadari terdapat merk- merk rokok yang

digunakan sebagai standar buwuh. Rokok yang biasa dan umum digunakan

adalah rokok merek sukun putih, djarum atau LA. Para tamu yang hadir pada

acara tersebut memberi pemilik hajat satu slop. Rokok yang paling umum

digunkan sebagai pemberian buwuh adalah rokok sukun putih, merk lain

seperti djarum, LA, sampoerna Mild, atau bahkan Marlboro diberikan karena

alasan tertentu. Biasanya orang yang memberikan rokok merk ini karena yang

menyelenggarakan hajatan adalah teman dekat. alasan lainnya yaitu karena

mereka memang potangan rokok merek ini jadi mereka juga mengembalikan

Page 6: Dinamika Tradisi Buwuh Di Desa Kaliaman

jenis rokok yang sama kepada orang yang pernah memberinya dimasa

terdahulu.

Jenis rokok yang digunakan secara nilai memang cukup tinggi untuk

saat ini. Rokok sukun putih saja yang dijadikan sebagai standar buwuh

sekarang harganya mencapai Rp. 75.000. rokok merek lain seperti djarum,

LA, Marlboro tentunya lebih mahal lagi dan mencapai harga diatas

Rp.100.000. meningkatnya standar nilai jenis barang yang harus

disumbangkan ini juga mempengaruhi intensits seseorang dalam memberikan

buwuh. Seseorang akan lebih mempertimbangkan secara detail kepada siapa

ia akan memberikan buwuh. Tingginya harga rokok ini juga membuat mereka

lebih memprioritskan buwuh yang sifatnya potangan. Mereka lebih fokus

untuk mengembalikan barang yang pernah ia terima dimasa terdahulu. Namun

jika yang menggelar hajatan adalah keluarga, tetangga, atau teman dekat, tetap

saja ia akan menyumbang buwuh menggunkan rokok karena memang

begitulah baiknya dan yang biasa dilakukan. Secara umum cakupan wilayah

seseorang dalam menyumbang semakin sempit. Semakin lama mereka

semakin memilih- memilih kepada siapa ia akan buwuh. Terkadang pula

seseorang yang telah mengembalikan bwuh rokok sebagai tanggungan

potangannya, ia akan menyumbang dengan uang. menyumbang dengan uang

dirasa lebih ringan karena nilai nominalnya berkisar antar Rp 10.000 hingga

Rp50.000 . walaupun harganya yang tinggi namun hingga saat ini buwuh

dengan rokok masih tetap digunakan karena faktor potangan tersebut. mereka

Page 7: Dinamika Tradisi Buwuh Di Desa Kaliaman

harus mengembalikan dan juga terkadang memang sengaja menyumbang

rokok karena itulah standar yang digunakan, terlebih lagi yang

menyelenggarakan hajatan adalah keluarga, tetangga, atau teman baik yang

tentunya akan lebih pantas jika menyumbang dengan rokok. Tingginya harga

rokok ini hanya berdampak pada semakin sempitnya cakupan wilayah

seseorang dalam menyumbang buwuh menggunakan rokok. Namun rokok

masih menjadi jenis barang yang paling umum dilakukan oleh kaum laki- laki

dalam menjalankan tradisi buwuh ini. Sekarang ini di desa kaliaman, rata- rata

cakupan mereka melakukan tradisi ini adalah wilayah RW atau orang- orang

tertentu, seperti kerabat, keluarga atau teman dekat mereka saja. orang yang

menyelenggarakan hajatan di RW lain dan bukan termasuk keluarga, kerabat,

kenalan, atau orang yang pernah menyumbang, seseorang lebih memilih tidak

menyumbang buwuh dengan rokok. Mereka biasanya memberikan buwuh

amplop yang berisi uang atau bahkan memilij tidak memberikan buwuh

karena alasan tidak terlalu mengenal dan memang jarang berinteraksi sehari-

hari.

Tingginya harga rokok yang digunakan sebagai barang buwuh

membuat munculnya fenomena rokok palsu dalam tradisi buwuh. Rokok

palsu tersebut bisa berupa rokok yang isinya tidak sesuai dengan merknya,

misalnya rokok sukun putih diisi dengan rokok lain yang harganya jauh lebih

murah. Bahkan fenonena rokok palsu ini juga lebih ekstrim lagi dengan

memasukkan kayu kedalam bungkus rokok yang akan digunakan untuk

Page 8: Dinamika Tradisi Buwuh Di Desa Kaliaman

buwuh. Munculnya fenomena ini dalam tradisi buwuh, beberapa orang dalam

menyelenggaraan hajatan member nama pada bungkus rokok sebelum di catat

dan dikumpulkan. Hal ini dimaksudkan agar dapat kelihatan siapa yang

memberikan rokok palsu dalam hajatan. Fenomena rokok palsu ini hanya

sesaat saja terjadi dalam tradisi buwuh di desa kaliaman ini, hal ini

kecurangan ini telah dapat diantisipasi dengan member nama pada setiap

rokok yang diterima oleh pemilik hajatan.

Tidak hanya rokok saja yang mengalami beberapa perubahan dalam

perkembangan tradisi buwuh ini. Gula yang dibunakan sebagai pemberian

buwuh juga mengalami beberapa perubahan dalam perkembangannya. Dari

segi ukuran gula tersebut telah mengalami perubahan. Dahulu gula yang

digunakan adalah ukurannya adalah kilogram. Namun sekarang ini ukurannya

adalah bungkus. Hal ini karena satu bungkus gula yang digunakan sebagai

buwuh tidak utuh satu kilo gram yaitu biasanya 0,8 kilogram. Istilah yang

digunakan adalah gula balen, yaitu gula yang di dapat penjual dari hasil

pembelian hasil buwuh setelah orang menyelenggarakan hajatan. Gula hasil

buwuhan para tamu dibeli oleh bakul (pemilik took) yang biasa menjual gula

buwuh di tokonya. Ukurang gula tersebut tentu saja lebih kecil dari ukurang

yang biasa digunakan. Hal ini sudah umum diperjual belikan di desa ini dalam

kurun waktu 10 tahun terakhir ini.

Gula biasanya digunakan oleh kaum perempuan dalam memberikan buwuh

kepada tuan rumah atau pemilik hajatan. Dua kategori barang yang digunakan

Page 9: Dinamika Tradisi Buwuh Di Desa Kaliaman

oleh ibu- ibu di desa kaliaman ini, yaitu beras dan gula. Dulunya proporsi

diantara beras dan gula hampir seimbang, namun saat ini gula lebih banyak

digunakan karena secara hitung- hitungan gula lebih praktis dan lebih

memiliki nilai jual yang tinggi. Harga gula saat ini mencapai harga 10.000/

bungkus dan beras 8000/ kilo. Alasan praktis memang lebih tepat digukan

sebagai alasan lebih banyaknya seseorang menggunakan gula sebagai barang

bwuhan. Selain memudahkan dalam proses pencatatan hasil buwuh, gula juga

lebih praktis dalam segi penyimpanan dan pengumpulannya. Beras dari satu

orang dengan orang yang lain kadang berbeda kualitas yang jika dicampur

akan menghasilkan beras oplosan yang memiliki nilai jual yang tinggi.

Semakin sedikitnya penggunaan berassebagai bahan buwuh ini juga

memberikan suatu perubahan dalam hal penjamuan di acara hajatan. Sekarang

ini nasi yang diberikan tidak seperti dulu yang setara satu porsi orang makan,

namun dalam hajatan di desa kaliaman ini nasi yang diberikan hanya sedikit

dalam ukuran porsi penyajiannya.

3. Kapitalisme (motiv- Motiv yang melatarbelakangi seseorang dalam

buwuh).

Hajatan dan tradisi buwuh memang dua hal yang saling terkait karena

hubungan timbal balik dari kedua kegiatan ini. Hajatan merupakan kegiatan

yang bisa mendayangkan suatu kegatan buwuh. Dan buwuh timbul sebagai

upaya seseorang dalam membantu meringankan beban seseorang dalam

menyelenggarakan hajatan. Dalam membahas tradisi buwuh, hajatan memang

Page 10: Dinamika Tradisi Buwuh Di Desa Kaliaman

sesuatu yang tidak boleh dilewatkan untuk dikaji. Hajatan menjadi suatu

kebiasaan yang biasa dilakukan untuk memberikan kesan dan sebagai bentuk

perayaan atas peristiwa penting dalam kehidupan seseorang. Perayaan hajatan

yang paling umum mendatangkan kegiatan buwuh di desa kaliaman yaitu

perayaan khitatan dan pernikahan. Dalam hal ini yang menyelenggarakan

hajatan adalah seseorang yang merayakan acara khitanan atau pernikahan

anaknya. Tradisi uwuh memang umum dilakukan oleh orang yang telah

berkeluarga dan memiliki anak. Umumnya orang yang telah berkeluargalah

pelaku tradisi buwuh di desa kaliaman.

Dalam hal penyelenggaraan hajatan, jumlah anak yang dimiliki

menjadi acuan intensits seseorang dalam menyelenggarakan hajatan.

Seseorang yang memiliki banyak anak secara umum akan lebih banyak

menyelenggarakan hajatan. Nilai nominal barang buwuh yang tidak sedikit

yang mencapai ratusan rupiah untuk sekali menghadiri hajatan berpengaruh

terhadap perubahan motivsi seseorang dalam menyelenggarakan hajatan.

Hajatan dianggap sebagai kegiatan yang digunakan oleh seseorang untuk

menarik pemberian yang pernah ia berikan kepada seseorang dimasa

terdahulu dan untuk mendapat sumbangan dari tetangga dan masyarakat

sekitar. Perhitungan untung rugi juga mulai digunakan oleh seseorang dalam

menyelenggarakan hajatan.

Masuknya perhitungan untung dan rugi dalam menggelar hajatan

mengindikasikan mulai masuknya paham kapitalis dalam tradisi buwuh ini.

Page 11: Dinamika Tradisi Buwuh Di Desa Kaliaman

Seseorang akan mendapat hasil keuntungan yang lebih banyak ketika ia

memiliki jumlah kesempatan menyelenggarakan hajatan yang banyak.

Seseorang akan menguruangi dana yang digunakan dalam menyelenggarakan

hajatan, seperti meniadakan hiburan atau mengurangi budget untuk menjamu

para tamu undangan yang hadir. Hal ini dapat dilihat dari orang yang mampu

membeli sepeda motor setelah menyelengarakan hajatan karena keuntungan

yang ia peroleh dari jumlah buwuhan yang lebih besar dari biaya yang

dikeluarkan dalam menyelenggarakan hajatan.

Berbagai macam kasus ditemui bagaimana seseorang berusaha

mengahdirkan kesempatan dalam menyelenggarakan hajatan. Seseorang yang

merayakan seluruh momen penting anaknya misalnya, dia terkadang

merayakan khitanan atau menikahkan cucunya untuk menarik buwuhan dari

para tetangga dan kerabat dekat. kasus lain yang misalnya merayakan

pernikahan anaknya untuk yang kedua kalinya karena p[ernikahan ertama

gagal dan bercerah, ia juga akan merayakannya karena alasan tertentu yang

bisa dikatakan untuk memperoleh keuntungan dari buwuhan para tetangganya.

Dan kasus yang pernah di singgung di bab sebelumnya. Seseorang yang

sehari- harinya bekerja merantau keluar pulau atau kota da ketika

mengkhitankan atau menikahkan anaknya ia memilih pulang dan

menyelenggarakan hajatan di desa kaliaman. Hal ini dilakukan karena tradisi

buwuh masih kuat dan menjadi suatu hal untuk memperoleh keuntungan dari

hasil buwuhan dari para tetangga dan kerabatnya.

Page 12: Dinamika Tradisi Buwuh Di Desa Kaliaman

Nilai kapitalisme yang msuk kedalam tradisi bwuh ini membuat

munculnya istilah atas kegiatan yang dijalan oleh warga di desa kaliaman ini

yaitu bertradisi dalam kapitalisme. Beberapa orang telah mengesampingkan

tujuan utama buwuh karena alasan perhitungan untung dan rugi dalam

menjalankan tradisi yang memiliki tujuan mulia ini. Seseorang akan

memperkirakan dan memperhitungkan dengan seksama ketika ia akan

memberikan buwuh kepada orang lain. Sesuatu hal yang ironis yaitu ketika

hajatan di definisikan sebagai acara perayaan suatu momen penting yang

berisikan suasana suka ria berubah menjadi hal yang sebaliknya bagi para

tamu yang hadir. Mereka akan semakin berat ketika semakin banyak

seseorang yang sering menyelenggrakan hajatan. Hal ini disebabkan karena

perhitungan secara nominal yang mana dalam sekali buwuh saja akan

menghabiskan uang hingga ratusan ribu untuk membeli barang yang akan

digunakan seabagi bantuan buwuh kepada pemilik hajatan. Munculnya istilah

potangan, catatan hasil buwuh, dan perhitungan untung rugi dalam

menyelenggarakan hajatan adalah beberapa hal yang menggambarkan

bagaimana tradisi ini telah kehilangan tujuan utamanya yaitu membantu

meringankan beban orang lain. Bagaimana istilah membantu masih bisa

digunakan ketika seseorang justru terbebani untuk memberikan bantuan

kepada seseorang, ironis memang, namun itulah kenyataan yang terjadi

sekarang.

Page 13: Dinamika Tradisi Buwuh Di Desa Kaliaman