dilema kesatuan imamah ummat islam dewasa ini.doc

6
Dilema Kesatuan Imamah Ummat Islam Dewasa Ini Oleh : KH. Mawardi Noer, SH. I. PENDAHULUAN Saudara-saudara mu’amiri! "a!# semo#a ea$ selalu da! se!a!iasa dirahmai All dima!a-$u! %erada. Se&ali la#i sa"a %ers"u&ur &ehadira Allah aas mas"i’a-N"a "a!# me!do mem%era-!i&a!i&hwa!-i&hwa! $a!iia Ko!#res u!u& mem$ra&arsai $ela&sa!aa! Ko!#res "a!# sesu!#-#uh!"a sa!#a $e!i!# da! sa!#a srae#is u!u& &e Islam da! umma Islam di !e#eri &ia I!do!esia . Sa"a do’a&a! semo#a &ia su&ses %er&o!#res i!i sam$ai selesai da! seerus!"a dalam mela&sa!a&a! hasil!"a !a!i. "aa 'a%%al (alamii!. Saudara-saudara ) I&hwa! hadiri! "a!# dimulia&a! Allah. *er%i+ara soal $ela&sa!aa! aau $e!e#a&&a! s"ari’a Islam dima!a sa a da! &a$a! ida& %isa &ia harus %er%i+ara le%ih dulu soal wala wali"ul amri , "a!# seri! de!#a! !ama Khali/ah aau Imamah aau Imarah aau "a!# sema&!a de!#a!!"a. *e!ar a$a "a!# di&aa&a! oleh Umar I%!ul Khaa%, ra : 0 Islam ida& a&a! e#a& a!$a ama1ah da! ama1ah ida& a&a! e#a& a!a$a Imamah Imamah ida& a&a! e#a& a!$a a’a2 Sa"a &ui% u+a$a! Umar %i! Khaa% di aas %u&a! ha!"a &are!a u+a$a! Kh 'as"idi! "a!# u#a harus di$edoma!isesudahhadis 'asul,ea$i sa"a meliha u+a$a!!"a iu se%a#ai hasil $emi&ira!, aau hasil isi!%ah dari a"a-a"a da! h hadis e!a!# wala. Di sam$i!# iu ada %e%era$a !ash Al-3ur’a! da! hadis 'asul "a!# me!u! u&&a! a&a! wa i%!"a Khila/ah ) Imamah %a#i umma Islam se%a#ai $e!##a!i risalah &e!a%ia! da! $e!a!##u!# awa% %erla&u!"a s"ari’a Islam. A&a! masalah &edudu&a! Khila/ah ) Imamah, masalah hu&um!"a masalah &e%e!ara!!"a dalam s"ari’a umma Islam ida& a&a! sa"a %i+ara&a! di si!i. Dalam hal wala "a!# %eru#as dalam $ela&sa!aa! s"ari’a Islam , %ai& de!#a! isi Khila/ah aau$u! Imamah al U4hma u!u& i!#&a $usa, sera imamah di i!#&a !e Imarah di i!#&a wila"ah da! seerus!"a &e %awah harus dalam &esulia de!#a! sau hirar+hi, "a!# demi&ia! meru$a&a! &eharusa! "a!# die#as&a! oleh s"a iu se!diri. Se&ali la#i sa"a sa!#a %ers"u&ur aas mu!+ul!"a ide me!#ada&a! Ko!#res dalam ra me!e#a&&a! s"ari’a Islam se%a#aima!a "a!# dise%u&a! dalam $ro$osal u!u& memil da! mem%e!u& i!siusi &eimamaha! "a!# sau me!"au iu. U!u& iu sa"a memoho!

Upload: hendri-hermawan

Post on 08-Oct-2015

262 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Dilema Kesatuan Imamah Ummat Islam Dewasa Ini

Dilema Kesatuan Imamah Ummat Islam Dewasa Ini

Oleh : KH. Mawardi Noer, SH.

I. PENDAHULUAN

Saudara-saudara mutamirin yang semoga tetap selalu dan senantiasa dirahmati Allah dimana-pun berada.

Sekali lagi saya bersyukur kehadirat Allah atas masyiat-Nya yang mendorong dan membera-nikan ikhwan-ikhwan panitia Kongres untuk memprakarsai pelaksanaan Kongres yang sesung-guhnya sangat penting dan sangat strategis untuk kebangkitan Islam dan ummat Islam di negeri kita Indonesia . Saya doakan semoga kita sukses dalam berkongres ini sampai selesai dan seterusnya dalam melaksanakan hasilnya nanti. Amin yaa Rabbal alamiin.

Saudara-saudara / Ikhwan hadirin yang dimuliakan Allah.

Berbicara soal pelaksanaan atau penegakkan syariat Islam dimana saja dan kapan saja, tidak bisa kita harus berbicara lebih dulu soal wala (waliyul amri), yang sering disebut dengan nama Khalifah atau Imamah atau Imarah atau yang semakna dengannya.

Benar apa yang dikatakan oleh Umar Ibnul Khattab, ra :

Islam tidak akan tegak tanpa jama'ah dan jama'ah tidak akan tegak tanapa Imamah dan Imamah tidak akan tegak tanpa taat

Saya kutib ucapan Umar bin Khattab di atas bukan hanya karena ucapan Khalifah Rasyidin yang juga harus dipedomani sesudah hadist Rasul, tetapi saya melihat ucapannya itu sebagai hasil pemikiran, atau hasil istinbath dari ayat-ayat dan hadist-hadist tentang wala. Di samping itu ada beberapa nash Al-Quran dan hadist Rasulullah yang menunjukkan akan wajibnya Khilafah / Imamah bagi ummat Islam sebagai pengganti risalah kenabian dan penanggung jawab berlakunya syariat Islam. Akan tetapi masalah kedudukan Khilafah / Imamah, masalah hukumnya masalah kebenarannya dalam syariat ummat Islam tidak akan saya bicarakan di sini.

Dalam hal wala yang bertugas dalam pelaksanaan syariat Islam , baik dengan istilah Khilafah ataupun Imamah al Uzhma untuk tingkat pusat, serta imamah di tingkat negeri, Imarah di tingkat wilayah dan seterusnya ke bawah harus dalam kesulitan Qiyadah dengan satu hirarchi, yang demikian merupakan keharusan yang ditegaskan oleh syariat itu sendiri.

Sekali lagi saya sangat bersyukur atas munculnya ide mengadakan Kongres dalam rangka menegakkan syariat Islam sebagaimana yang disebutkan dalam proposal untuk memilih dan membentuk institusi keimamahan yang satu menyatu itu. Untuk itu saya memohon kepada seluruh muktamirin untuk mengorbitkan tekad atau menyatukan tekad demi suksesnya program ini sampai tuntas, sesuai dengan tuntutan syariat itu sendiri.

Dalam rangka itu pulalah kita sekarang membicarakan dilema kesatuan Imamah ummat Islam itu. Karena berdasarkan kenyataan syariat sampai sekarang ini kesatuan Imamah ummat Islam yang dituntut Allah dan Rasul-Nya atau Khilafah ala minhajun nubuwwah itu sudah lama hilang dan belum juga dapat ditegakkan kembali.

Persoalan Khilafah / Imamah telah menjadi persoalan yang dilematis bagi ummat Islam yang bersama-sama ingin menjadi muslim sejati. Dilemanya ingin menegakkan Khilafah merasa tidak sanggup dan seandainya tidak berupaya menegakkannya merasa berdosa, takut akan ancaman Allah yang diancamkan kepada orang-orang yang tak mau dan tak mampu untuk itu.

Inilah yang mendorong kita untuk membicarakan masalah tersebut dalam kongres ini. Dengan mengenali permasalahan khilafah yang dilematis, kita berusaha mencari solusinya, bagaimana mengatasi kendala-kendala yang menghambat terwujudnya Imamah selama ini.

II UPAYA-UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN UNTUK MENEGAKKAN KESATUAN IMAMAH.

Sebagaimana yang kita semua tahu, bahwa Khilafah Islamiyah yang dibangun sejak Khalifah Abu Bakar Shiddiq sampai jatuhnya Khilafah Islamiyah dalam perjalanannya mengalami pasang surut, dan tidak seluruhnya ala minhajun nubuwwah. Sejak ditumbangkannya Khilafah Usmaniyah oleh Kemal Attaturk yang nasionalis yang konon menurut cerita berdarah Yahudi, segala usaha untuk membangun kembali Khilafah belum ada yang berhasil.

Bukan tidak ada usaha bahkan usaha itu cukup banyak dan berkepanjangan. Telah berkali-kali diadakan konferensi ummat Islam sedunia yang dihadiri oleh semua tokoh pemerintahan negara Islam, namun belum membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Usaha-usaha itu antara lain :

a. Pada tahun 1926 di Kairo diadakan kongres kekhalifahan di Kairo.

b. Pada tahun 1926 Raja Ibnu Saud memprakarsai kongres muslim sedunia di Makkah.

c. Pada tahun 1931 di Aqsha, Yerusalem diadakan konferensi Islam sedunia.

d. Pada tahun 1949 di Karachi diadakan konferensi Islam Internasional kedua.

e. Pada tahun 1951 di Karachi diadakan konferensi Islam Internasional ketiga

f. Pada tahun 1951 di Makkah diadakan pertemuan puncak ummat Islam.

g. Pada tahun 1964 di Mogadishu diadakan konferensi muslim sedunia.

h. Pada tahun 1969 di Rabat diadakan pertemuan puncak yang melahirkan Organisasi Konferensi Islam.

i. Pada tahun 1974 di Lahore di KTT negeri Islam yang dihadiri 38 negara. Pada kesempatan tersebut Idi Amin presiden Uganda didukung Sinegal mengusulkan agar Raja Faisal menjabat sebagai Khalifah. Selain itu presiden Mesir, pemimpin Libia dan presiden Yaman Utara mengusulkan agar Raja Faishal menjadi Amirul Mukminin, namun usul tersebut ditolak oleh Raja Faishal.

Di Indonesia sendiri munculnya kesadaran berimamah dimulai dengan munculnya gerakan Islam SDI ( Sarekat Dagang Islam ) yang kemudian menjadi Sarekat Islam dan Partai Sarekat Islam Indonesia. Pada mulanya terlihat sebagai wadah gerakan Islam satu-satunya, namun dalam perjalanannya PSII pecah dengan munculnya Partai Islam Indonesia oleh Sukiman Cs, kemudian pecah lagi dengan munculnya barisan Penyadar PSII yang dipimpin oleh KH. Agus Salim dan terakhir Masyumi yang diikrarkan sendiri oleh seluruh tokoh politik dan seluruh ormas Islam sebagai satu-satunya partai ummat Islam yang tujuannya menegakkan syariat Islam di Indonesia itupun hanya bertahan 8 tahun. Kalaupun pada suatu saat pernah diproklamasikan Imamah Islamiyah yang berjuang dengan kekuatan senjata, itupun juga tidak bertahan lama.

Upaya pembentukan Imamah di Indonesia untuk menegakkan syariat Islam di Indonesia telah ditempuh melalui berbagai cara atau sikap, diantaranya sikap Hijrah, sikap kooperatif, dengan pendekatan politik melalui parlemen dan pendekatan non politik sebagaimana telah ditetapinya Jamaah Muslimin Hizbullah, namun sampai saat ini untuk menegakkan syariah Islam di Indonesia saja belum berhasil.

Lebih menyedihkan lagi, setiap usaha membentuk satu Imamah, justru ujungnya menambah jumlah firqah, dan menambah perpecahan dikalangan ummat.

III. KENDALA-KEDALA PENEGAKKAN SYARIAT ISLAM DAN PENEGAKKAN IMAMAH ISLAMIYAH.

Kendala-kendala penegakkan Imamah khususnya di Indonesia dan umumnya di negeri muslim pada umumnya hampir sama, banyak macamnya, baik yang datang dari intern ummat maupun dari luar ummat Islam. Di antaranya :

1. Kendala yang terbesar adalah dari intern ummat Islam sendiri, dimana sebagian besar ummat Islam Indonesia bahkan Ulama dan cendekiawannya sudah terjebak kedalam pemikiran sekularisme dan sebagian besar lainnya terjebak kedalam kelompok sektarian madzab dan atau jamaah yang sudah berubah menjadi firqah. Kuatnya pengaruh dua kelompok diatas dapat dilihat dari munculnya.

a. Golongan yang berpendapat wajibnya menegakkan Imamah Islamiyah demi tegaknya syariat Islam.

b. Golongan yang berpendapat bahwa keberadaan negara dalam Islam adalah wajib, tetapi tidak harus dengan model Imamah Islamiyah, yang penting nilai Islam secara esensial tidak dilanggar.

c. Golongan sekuler yang terang terangan menolak ide negara Islam.

1. Sebagian ummat Islam tidak mengetahui dan menyadari bahwa Islam agama yang mengatur segala aspek kehidupan termasuk wajibnya menegakkan hukum Islam Dalam segala bidang dan tingkat kehidupannya di dunia ini. Bahkan golongan/ orang yang ingin menegakkan syariat Islam dituduhkan sebagai ekstrim, dan tidak mendapat dukungan dari sebagian besar ummat Islam.

2. Adanya ormas Islam, jamaah Islamiyah, lembaga dawah dan harokah Islamiyah lainnya yang tidak menitik beratkan tujuan organisasinya dan dawahnya untuk menegakkan syariat Islam secara kaffah.

3. Banyak golongan terpelajar yang ragu akan kesanggupan jamaah Islamiyah yang akan menegakkan syariat Islam dan mengamalkan Islam secara kaffah.

4. Budaya materialistis, budbarat dan pemikiran barat yang sekularistis telah menjauhkan ummat Islam dengan agamanya.

Kendala kendala tersebut diatas hanya sebagian dari kendala kendala yang menghadang dan menghambat upaya penegakkan syariat Islam., apalagi untuk menegakkan Imamah Islamiyah. Hambatan yang tidak kalah besarnya adalah yang datang dari pihak luar yang memang tidak ingin syariat Islam tegak apalagi Imamah Islamiyah.

IV .UPAYA UPAYA MENGATASI KENDALA

Bicara soal mengatasi kendala dalam penegakkan syariat Islam di Indonesia dan kendala untuk membangun kesatuan Imamah, sebelumnya pembicara moon maaf kepada para mutamirin karena dalam menjelaskan/ membicarakan upaya tersebut tidak akan mengemukakan atau menyampaikan program program, teori teori, manhaj yang telah dikemukakan oleh tokoh tokoh atau jamaah yang sudah ada terlebih dahulu. Karena dengan mengemukakan teori tersebut tidak dapat menyelesaikan permasalahan dalam kongres, bahkan saya khawatir akan mengundang debat yang berkepanjangan dan tidak menghasilkan upaya kongkrit. Karena soal ini sangat terkait dengan kebijakan pemimpin lembaga Imamah nanti.

Dalam upaya penegakan syariat Islam di Indonesia adanya lembaga / institusi penegak syariat adalah suatu keharusan. Namun demikian saya mengharapkan kongres dalam upaya membangun lembaga penegak syariat tidak terjerumus kedalam pembentukan wadah baru.

Sebagai upaya penyelesaian masalah saya mengharap dan berdoa semoga kongres dapat berhasil memilih/ membangun lembaga penegak syariat atau Imamah ummat yang berbentuk dewan atau majlis yang beranggotakan tokoh tokoh dari jamaah atau pergerakan Islam yang ada. Dewan/ majlis Imamah tersebut harus berorientasi dan mampu untuk bersatu dan menyatukan pimpinan ummat seluruh jamaah. Dewan/ majlis Imamah tersebut hendaknya membentuk dewan Imamah di daerah untuk menyatukan jamaah didaerah.

Sikap dewan Imamah dalam merangkul potensi ummat di setiap tingkatan harus berlandaskan ruhama bainahum, tasammuh, mengesampingkan perbedaan dan mengutamakan ukhuwah serta mengedepankan syuro dalam mengambil keputusan.

Dalam rangka memilih kepemimpinan ummat yang kondisinya majemuk, sudah syariat Islam. Syaratsyarat ideal anggota dewan Imamah hendaknya sama, atau paling tidak mendekati syarat seseorang bisa menjadi Imam, yaitu seorang muslim diantaranya yang :

1. Adil

2. Mampu berijtihad, oleh karena itu harus :

a. Memahami Al Quran dengan baik dan benar

b. Memahami sunah Rasulullah

c. Memahami tawil ulama salaf menyangkut masalah yang telah disepakati dan diperselisihkan

d. Mengetahui dan mampu menggunakan qiyas.

1. Memiliki ilmu yang luas dan badan yang kuat

2. Keluasan wawasan yang akan membawa kemaslahatan ummat

3. Kuat dan dapat dipercaya

4. Tidak meminta untuk menjadi imam

5. Berakhlaq karimah

Demikian upaya yang bisa saya sampaikan, namun apa yang saya sampaikan tersebut, keberhasilan dan tidaknya sangat tergantung pada kongres dan motivasi mutamirin.

V. PENUTUP

Makalah tentang Dilema Kesatuan Imamah ummat Islam dewasa ini yang disampaikan dalam kongres Mujahidin I, sangat singkat dan sederhana. Namun saya tetap berharap dan berdoa sedikit banyak dapat dijadikan bahan masukan dalam pengambilan keputusan kongres. Untuk itu saya mengharap kepada mutamirin untuk membulatkan tekad, meluruskan niat, merapatkan shaf untuk membangun Imamah Islamiyah demi tegaknya syariat Islam.

Harapan saya semoga kongres berhasil membangun dewan Imamah yang satu untuk kesatuan ummat Islam yang sangat didambakan oleh seluruh ummat Islam, khususnya ummat Islam Indonesia yang sedang dihimpit bala dari Allah SWT.

Adapun saran saran yang menyangkut pembinaan kader pengarahan kader, dai atau mujahid dawah insya Allah akan disampaikan langsung nantinya kepada dewan Imamah.