perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...sekolah menengah kejuruan (smk) yang merupakan jalur...

70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Upload: vandung

Post on 26-Apr-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan

formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap,

terampil dan profesional. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) N 1 Magelang

adalah sekolah yang didalamnya terdapat berbagai macam jurusan. Jurusan

bangunan, elektro, mesin, otomotif, dan listrik

Berdasarkan hasil pengamatan pada siswa kelas X Teknik Konstruksi

Bangunan (TKB) di SMK N 1 Magelang, siswa kurang aktif dalam kegiatan

belajar mengajar pada mata pelajaran dasar survei sehingga prestasi belajar siswa

tidak bagus. Siswa cenderung tidak begitu tertarik dengan mata pelajaran dan tidak

ikut berpartisipasi selama pelajaran berlangsung, kurang berani dalam bertanya,

tidak antusias dalam pembelajaran, kurang berinteraksi dengan guru dan

berhubungan dengan guru, kurang memahami materi pelajaran. Hal tersebut terjadi

saat guru memberikan materi dengan metode ceramah.

Sebenarnya metode ceramah adalah metode yang bagus karena materi

dapat tersampaikan semua secara keseluruhan, akan tetapi siswa menjadi pasif

karena siswa hanya mendegarkan penjelasan guru dan juga siswa cepat merasa

bosan saat pembelajaran yang berdampak pada prestasi belajar siswa menjadi tidak

tuntas. Masalah ini dianggap sebagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar

sehingga mengakibatkan pembelajaran menjadi kurang berkualitas.

Dalam sistem pembelajaran yang baik dibutuhkan kerjasama yang baik

antara dua belah pihak baik antara guru dan siswa. Dalam metode ceramah tersebut

guru terlihat seperti motor yang menggerakkan anak sedang anak hanya terkesan

diam. Metode ceramah yang digunakan juga mengakibatkan prestasi hasil belajar

siswa belum mencapai KKM yang telah ditentukan SMK N 1 Magelang, terlihat

pada data bahwa nilai rata rata siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan

(TKB) adalah 63,47 pada nilai ulangan harian mata pelajaran praktek dasar survei.

Padahal batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 70. Berdasarkan data

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

tersebut, terdapat siswa yang mampu mencapai nilai % dari 36

siswa, sedangkan sisanya memperoleh nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal

tersebut.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka diperlukan model pembelajaran

yang dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar yaitu dilihat dan ditinjau dari

segi keaktifan siswa dan hasil belajar siswa, oleh karena itu penulis menggunakan

model pembelajaran Circuit Learning yaitu suatu model pembelajaran yang

bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa selama kegiatan belajar mengajar

berlangsung. Indikator atau tolok ukur keberhasilan keaktifan siswa yang

digunakan sesuai dengan batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah

ditetapkan oleh sekolah yaitu 70. Siswa dikatakan aktif apabila 70% dari jumlah

siswa di kelas telah ikut berpartisipasi dalam sistem belajar mengajar yaitu dalam

bentuk bertanya, antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, interaksi siswa

dalam kelompok, hubungan siswa dengan guru saat pembelajaran, partisipasi

siswa dalam pembelajaran, dan penguasaan materi.

Model pembelajaran circuit learning ini digunakan karena model

pembelajarannya memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan

pola bertambah dan mengulang, dengan penerapan peta konsep dan didesain

untuk meningkatkan aktivitas dan pikiran siswa, pemahaman siswa dan rasa

tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri selama proses belajar

mengajar berlangsung. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat

meningkatkan kegiatan belajar mengajar yaitu dilihat dan ditinjau dari segi

keaktifan siswa dan hasil belajar siswa kelas X Teknnik Konstruksi Bangunan

(TKB) pada mata pelajaran praktek dasar survei di SMK N 1 Magelang.

B. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini peneliti membatasi masalah penelitian pada beberapa

hal sebagai berikut:

1. Dalam pengamatan kegiatan belajar mengajar ini di khususkan pada aktivitas

dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Aktivitas yang diamati yaitu

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik, siswa tidak mengobrol

dalam kelas, siswa aktif dalam pembelajaran kelompok, siswa mengajukan

pertanyaan kepada guru, siswa menyatakan pendapat, mengerjakan tugas

dengan baik dalam mata pelajaran dasar survei di SMK N 1 Magelang.

2. Penelitian ini mengambil studi kasus Siswa Kelas X TKB Program Keahlian

Bangunan SMK N 1 Magelang sebanyak 36 siswa.

3. Tahapan kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran circuit

learning tidak diterapkan dalam praktek dasar survei di lapangan, hanya di

khususkan pada penyampaian teori dan evaluasi pada mata pelajaran praktek

dasar survei.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka

dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Circuit Learning

dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar (penyampaian teori) yang

ditinjau dari keaktifan siswa kelas X TKB di SMK N 1 Magelang ?

2. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Circuit

Learning dapat meningkatkan hasil belajar dasar survei pada siswa kelas X

TKB di SMK N 1 Magelang ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian tindakan kelas yang terdapat dalam

perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan :

1. Untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar (penyampaian teori) siswa

pada kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang yang ditinjau dari keaktifan

siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Circuit

Learning.

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas X TKB SMK

Negeri 1 Magelang pada mata pelajaran praktek dasar survei dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Circuit Learning.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Secara teoritis dan praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Manfaat Praktis :

a. Bagi Sekolah

1) Penelitian yang dilakukan sebagai sumbangan pemikiran untuk

meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di program keahlian

bangunan, yang selanjutnya model pembelajaran kooperatif tipe circuit

learning dapat diterapkan di kelas-kelas lainnya.

2) Memperbaiki proses belajar mengajar pada mata pelajaran Praktek Dasar

Survei SMK N 1 Magelang.

b. Bagi Guru

1) Dengan adanya penelitian ini guru dapat lebih siap untuk menyampaikan

materi karena terdapat tahapan pembelajaran sehingga materi yang

disampaikan tidak ada yang terlewatkan dan lebih bisa bekerjasama

dengan siswa.

2) Sebagai bahan masukan atau referensi tentang model pembelajaran yang

efektif untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar

siswa pada pembelajaran Praktek Dasar Survei.

c. Bagi Siswa

1) Membantu mempermudah siswa menerima dan memahami materi pada

pembelajaran Praktek Dasar Survei.

2) Dapat menumbuhkan keberanian bertanya dan mengemukakan pendapat

pada siswa, motivasi siswa dalam mengikuti pempelajaran, partisipasi

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan penguasaan materi pada

siswa.

d. Bagi Peneliti

1) Menambah wawasan, pengetahuan, dan keterampilan peneliti khususnya

yang terkait dengan penelitian yang menggunakan model pembelajaran

aktif tipe circuit learning.

2) Memberi bekal bagi peneliti sebagai calon guru Teknik Bangunan yang

siap melaksanakan tugas di lapangan.

2. Manfaat Teoritis :

a) Sebagai masukan untuk mendukung dasar teori bagi penelitian yang

sejenis dan relevan.

b) Sebagai bahan pustaka bagi siswa Program Pendidikan Teknik

Sipil/Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Hakekat Belajar Mengajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah merupakan proses perubahan sesuatu. Belajar adalah

kegiatan yang dilakukan sepanjang hayat. Menurut Gagne (1984) dalam (H.

Martinis Yamin, 2009 : 98) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana

suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman . Dalam prosesnya

belajar tidak sekedar mengetahui apa yang bermakna tetapi juga sekaligus

mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupan. Learning to do yaitu

belajar untuk melakukan sesuatu. Learning to be yaitu belajar untuk menjadi diri

sendiri. Penguasaan pengetahuan dan ketrampilan merupakan bagian dari prosess

menjadi diri sendiri, dan Learning to live together yaitu belajar untuk hidup

bersama. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar

merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat.

Suatu proses belajar yang dilakukan juga mengajarkan siswa bagaimana

cara belajar (learning how to learn).. Tuntutan pendidikan saat ini sudah banyak

berubah. Antara pendidik dan peserta didik yaitu guru dan siswa harus terjadi

suatu komunikasi yang aktif, dimana guru dapat memberikan materi dengan

variasi-variasi pembelajaran tertentu agar siswa tertarik pada mata pelajaran dan

siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Belajar tidak hanya sekedar proses

dari guru memberikan penjelasan materi dan informasi kepada siswa, namun

belajar itu harus melibatkan siswa aktif di dalam proses pembelajaran yaitu

dengan guru memberikan pertanyaan dan materi secara kreatif dan inovatif, hal ini

dapat dikatakan sebagai pembelajaran aktif.

Belajar menurut anggapan sementara orang, adalah proses yang terjadi

dalam otak manusia. Saraf dan sel-sel otak yang bekerja mengumpulkan semua

yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan lain-lain, lantas disusun oleh

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

otak sebagai hasil belajar. Itulah sebabnya, orang tidak bisa belajar jika fungsi

otaknya terganggu.

Pengertian belajar memang selalu berkaitan dengan perubahan, baik yang

meliputi keseluruhan tingkah laku individu maupun yang hanya terjadi pada

beberapa aspek dari kepribadian individu. Perubahan ini dengan sendirinya

dialami tiap-tiap individu atau manusia, terutama hanya sekali sejak manusia

dilahirkan. Sejak saat itu, terjadi perubahan-perubahan dalam arti perkembangan

melaui fase-fasenya. Dan sejak proses perubahan itu terjadi, secara tidak langsung

proses-proses belajar juga terjadi.

Para ahli telah merumuskan tentang belajar. Berikut adalah beberapa

pernyataannya. (1) Walker dalam (Ahmadi 1990 : 119), menyatakan bahwa

belajar adalah perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman; (2) Winkel

(1991 : 36), menyatakan bahwa belajar sebagai aktivitas mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap; (3) Slameto

(2003 : 2), menyatakan bahwa belajar adalah proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interakso dengan

lingkungannyap; (4) Darsono (2001 : 32), menyatakan bahwa belajar adalah suatu

kegiatan yang melibatkan individu secara keseluruhan, baik psikis maupun fisik

untuk mencapai perubahan dalam tingah laku.

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku

seseorang yang prosesnya terjadi secara internal terhadap situasi tertentu yang

disebabkan oleh latihan dan pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi

itu.

b. Tujuan Belajar dan Pembelajaran

Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa

siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi, pengetahuan

keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa

dalam suatu pembelajaran yang kondusif ( Dewi, 2010 ). Yang menjadi kunci

dalam menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak

dicapai dan dikembangkan serta diapresiasikan. Berdasarkan mata pelajaran yang

ada dalam petunuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang

diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa dan dia

harus mampu menulis dan memilih tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat

diukur.

Suatu tujuan pembelajaran seharusnya memenuhi kriteria sebagai berikut :

(1) Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya dalam

situasi bermain peran; (2) Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam

bentuk dapat diukur dan dapat diamati; (3) Tujuan menyatakan tingkat minimal

perilaku yang dikehendaki, misalnya pada materi pengukuran profil melintang,

siswa dapat menyebutkan sekurang kurangnya tiga macam pekerjaan lapangan

yang pada pengukurannya diterapkan pengukuran profil melintang.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat

elemen-elemen yang saling terkait (Nurhadi, 2004:112-113). Elemen-elemen itu

adalah : (1) Saling ketergantungan positif, Pembelajaran kooperatif, menciptakan

suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan

yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan

positif. Saling ketergantungan dalam hal mencapai tujuan, menyelesaikan tugas,

bahan atau sumber, peran, dan hadiah; (2) Interaksi tatap muka, Interaksi tatap

muka menjadikan siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga dapat

berdialog. Interaksi semacam ini penting karena siswa merasa lebih mudah belajar

dari sesamanya; (3) Akuntabilitas individual, Pembelajarran kooperatif

menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Nilai kelompok didasarkan atas

rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus

memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang

didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual

ini disebut dengan akuntibilitas individual; (4) Ketrampilan menjalin hubungan

antar pribadi, Ketrampilan sosial seperti rasa tenggang rasa, sikap sopan terhadap

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

sesama, mengkritik ide, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dan

menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya di asumsikan tetapi secara sengaja

diajarkan.

Menurut Slavin (1995: 2) Model pembelajaran kooperatif memiliki

kelebihan atau keunggulan disbanding model pembelajaran yang lainnya, antara

lain:

(1) meningkatkan kemampuan akademik siswa; (2) meningkatkan rasa percaya diri; (3) menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian; (4) memperbaiki hubungan antar kelompok; (5) meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi; (6) meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas; (7) meningkatkan kemampuan siswa dalam bersosialisasi dengan siswa yang lainnya.

Model pembelajaran kooperatif selain memiliki keunggulan juga memiliki

kelemahan, yaitu:

(1) perlu persiapan yang rumit; (2) siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya kurang bisa bekerjasama dalam memahami materi maupun dalam menyelesaikan tugas; (3) bila terjadi persaingan negative maka hasilnya akan buruk; (4) ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam belajar kelompok; (5) bila ada anggota kelompok yang ingin berkuasa atau ada anggota kelompok yang malas maka usaha kelompok dalam memahami materi maupun untuk memperoleh penghargaan tidak berjalan sebagaimana mestinya

3. Kajian tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe Circuit Learning

Pembelajaran kooperatif tipe circuit learning adalah suatu tipe

pembelajaran yang menggunakan peta konsep dengan memaksimalkan

pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang.

Model pembelajaran kooperatif tipe Circuit learning ini didesain untuk

meningkatkan aktivitas dan pikiran siswa, pemahaman siswa dan rasa tanggung

jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri selama proses belajar mengajar

berlangsung.

Model pembelajaran kooperatif tipe Circuit learning dikembangkan oleh

John Parks Le Tellier untuk mengoptimalkan aktivitas siswa dalam pembelajaran

dan menghemat waktu belajar terutama untuk menghadapi ujian, bagi pembelajar

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

yang jadwalnya padat. Selanjutnya De Porter mengembangkannya lagi dengan

penggunaan peta konsep (De Porter, 2000). Peta konsep merupakan strategi

membelajarkan siswa dan mengembangkan pembelajaran. Menurut Dahar, dalam

(H. Martinis Yamin & Bansu I. Ansari , 2009:38). Peta konsep digunakan untuk

menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep - konsep dalam bentuk

proporsisi-proposisi, proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep

yang dihubungkan oleh kata-kata dalam satu unit. Peta konsep ini dikembangkan

secara individual atau dalam kelompok kecil. Siswa-siswa mengatur sejumlah

konsep atau kunci-kunci pada satu halaman kertas, kemudian menghubungkannya

dengan garis-garis dan sepanjang garis itu ditulis suatu kata atau ungkapan yang

menjelaskan kaitan antar kata-kata.

Guru menggunakan peta konsep ini adalah untuk : (1) Mengetahui sejauh

mana pengetahuan siswa tentang suatu topik sebelum materi pembelajaran

diberikan, dengan keadaan guru sudah memberikan kata kunci yang terkait

dengan topik yang akan dipelajari; (2) Menyediakan suatu tanggapan balik untuk

diskusi antar siswa guna memperjelas pengertian mereka. Dalam keadaan ini

siswa ditempatkan didalam dua atau tiga orang untuk membangun peta konsep;

(3) Mengkaitkan gagasan-gagasan dan pengertian yang dikembangkan dalam

suatu kegiatan dengan apa yang mereka pelajari dalam kegiatan lain. Untuk

maksud ini, guru memberikan dua buah daftar kunci kepada siswa kemudian

siswa mengumpulkan kata-kata dari kedua daftar dalam peta konsep mereka.

Dalam proses pembelajaran kooperatif tipe circuit learning ini salah satu

poinnya adalah penggunaan peta konsep, guru memberikan tugas kepada siswa

untuk mengerjakan konsep atau gagasan. Guru memilih gagasan dan memberikan

kepada siswa agar siswa mengenalinya, mengerti, dan menggambarkan. Misalnya

pada mata pelajaran dasar survei, pada pokok bahasan sudut ukuran .

Dari pokok bahasan tersebut dapat diterapkan dalam peta konsep yaitu

seperti gambar berikut, gambar 1

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

macam

adalah

Pokok bahasan : Sudut ukuran

Gambar 1. Sudut ukuran

Sumber :H. Martinis Yamin 2009. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi

Untuk pelaksanaan pembelajaran circuit learning disusun langkah-langkah

sebagai berikut: (1) pembagian kelompok siswa; (2) pengkondisian siswa; (3)

pembagian peta konsep; (4) perwakilan dari masing masing kelompok dua

orang siswa mencari buku di perpustakaan yang berhubungan dengan peta

konsep; (5) diskusi kelompok, kelompok berdiskusi dan mencari hal hal yang

berhubungan dengan peta konsep tersebut; (6) tanya jawab dengan guru

mengenai materi yang mereka peroleh; (7) penyimpulan bersama (guru dan

murid) sesuai peta konsep yang telah dibagikan; (8) pemberian tugas.

4. Dasar Survei

Mata pelajaran dasar survei atau sering disebut juga ilmu ukur tanah dan

pemetaan merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada siswa kelas X

TKB di SMK N 1 Magelang. Mata pelajaran ini disampaikan dalam 2 semester,

yang meliputi teori dan praktek di lapangan. Mata pelajaran dasar survei atau ilmu

ukur tanah dan pemetaan tidak hanya diberikan pada kelas X Teknik Konstruksi

Bangunan (TKB), mata pelajaran ini diberikan ke semua siswa jurusan bangunan

yaitu Teknik Konstruksi Kayu (TKK) dan Teknik Gambar Bangunan (TGB).

Menurut Iskandar Muda (2008:1) mengatakan bahwa:

Dasar survei atau ilmu ukur tanah dan pemetaan merupakan bagian rendah dari ilmu yang lebih luas yang dinamakan ilmu Geodesi. Ilmu geodesi mempunyai dua maksud yaitu : (a) Maksud Ilmiah, adalah

Sudut ukuran

Sudut sentisimal

Sistem besaran sudut

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

menentukan bentuk permukaan bumi; (b) Maksud praktis, adalah membuat bayangan yang dinamakan peta dari sebagian besar atau sebagian kecil permukaan bumi. Pada maksud yang kedua inilah yang sering disebut dengan pemetaan. Pengukuran dan pemetaan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu : (1) Geodetic Surveying; (2) Plan Surveying.

Geodetic Surveying adalah ilmu, seni, teknologi untuk menyajikan

informasi bentuk kelengkungan bumi. Sedangkan Plan Surveying adalah

merupakan ilmu seni dan teknologi untuk menyajikan bentuk permukaan bumi

baik unsur alam maupun unsur buatan manusia pada bidang yang dianggap datar.

Plan Surveying dibatasi oleh daerah yang sempit yaitu berkisar antara 0.5 derajat

x 0.5 derajat atau 55 kilometer x 55 kilometer, (Soetomo Wongsocitro, 1991:1).

Mata pelajaran Dasar survei pada semester 2 di SMK N 1 Magelang terdiri

dari beberapa kompetensi yaitu pada table dibawah ini :

Tabel 1. Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Konstruksi Bangunan

SMK Negeri 1 Magelang Tahun Ajaran 2010/2011

MATA DIKLAT

STÁNDAR KOMPETENSI

KOMPETENSI DASAR

Dasar

Survei

1. Mengukur dan

menghitung jarak tak

langsung

1.1. Terampil menggunakan alat ukur sederhana

Yalon, meteran.

2. Pengukuran

Galian dan Urugan

2.1. Terampil menghitung garis bidik dengan tepat

dan benar.

2.2. Terampil menghitung luas segitiga sembarang.

2.3. Terampil menghitung Volume urugan tanah.

3. Mengukur beda

tinggi memanjang

terikat terbuka

dengan PPD

3.1. Memahami jenis dan bagian dari pesawat

penyipat datar.

3.2. Mengoperasikan pesawat dengan baik.

3.3. Melakukan pengukuran beda tinggi

dengan Pesawat Penyipat Datar (PPD).

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

4. Mengukur Profil

Melintang (Cross)

4.1. Dapat mengerti tahap pengukuran profil

melintang

4.2. Dapat menghitung hasil pengukuran profil

melintang

Sumber : Dokumen SMK N 1 Magelang.

5. Hasil Belajar

Kegiatan belajar mengajar dikatakan efisien jika hasil belajar yang

diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang sekecil mungkin. Setiap proses

belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang

dicapai siswa.

Kualitas hasil belajar dapat dipengaruhi oleh faktor faktor tertentu,

faktor faktor tersebut adalah : (1) Faktor Internal (dari dalam individu yang

belajar), Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada

faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi

kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian,

pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya; (2) Faktor Eksternal (dari luar

individu yang belajar), Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar

siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan,

penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.

Hasil belajar berasal dari dua kata yaitu hasil dan belajar, istilah hasil

dapat diartikan sebagai sebuah prestasi dari apa yang telah dilakukan. Berikut ini

beberapa definisi tentang prestasi belajar : (1) Muhibbin Syah (1997 : 141)

menyatakan prestasi adalah taraf keberhasilan proses belajar mengajar; (2)

Poerwadarmita (1996 : 169) menyatakan bahwa prestasi adalah apa yang telah

dicapai dari hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan

keuletan kerja.

Dari kedua pengertian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

prestasi adalah hasil yang diperoleh seseorang atas pekerjaan yang telah dilakukan

baik melalui pendidikan atau latihan tertentu.

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

6. Prosedur Pembelajaran

Pada dasarnya kegiatan pembelajaran dipilahkan menjadi empat langkah,

yaitu: orientasi, bekerja kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan. Setiap

langkah dapat dikembangkan lebih lanjut oleh para guru dengan berpegang pada

hakekat setiap langkah sebagai berikut:

a. Orientasi

Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan diawali dengan

orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang akan

dipelajari serta bagaimana strategi pembelajarannya. Guru mengkomunikasikan

tujuan, materi, waktu, langkah-langkah serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai

oleh siswa, serta sistem penilaiannya. Pada langkah ini siswa diberi kesempatan

untuk mengungkapkan pendapatnya tentang apa saja, termasuk cara kerja dan

hasil akhir yang diharapkan atau sistem penilaiannya. Negosiasi dapat terjadi

antara guru dan siswa, namun pada akhir orientasi diharapkan sudah terjadi

kesepakatan bersama.

b. Kerja kelompok

Pada tahap ini siswa melakukan kerja atau diskusi kelompok pada mata

pelajaran praktek dasar survei saat pemberian teori saja tidak pada praktek di

lapangan. Siswa bekerja sama dengan teman sekelompoknya dalam bentuk

kegiatan melakukan, memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari,

menemukan suatu gagasan atau kata kunci dan permasalahan kemudian

membahasnya bersama-sama. Kerja kelompok dapat dilakukan dengan berbagai

cara seperti berdiskusi, melakukan ekslporasi, observasi, percobaan, browsing

internet, dan sebagainya. Waktu untuk bekerja kelompok disesuaikan dengan luas

dan dalamnya materi yang harus dikerjakan. Kegiatan yang memerlukan waktu

lama dapat dilakukan di luar jam pelajaran, sedangkan kegiatan yang memerlukan

sedikit waktu dapat dilakukan pada jam pelajaran.

Agar kegiatan kelompok terarah, perlu diberikan panduan singkat sebagai

pedoman kegiatan. Sebaiknya panduan ini disiapkan oleh guru. Panduan harus

memuat tujuan, materi, waktu, cara kerja kelompok dan tanggung jawab masing -

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

masing anggota kelompok, serta hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai.

Misalnya, siswa diharapkan dapat mengemukakan gagasannya setelah melakukan

kerja kelompok tersebut. Melakukan analisis terhadap komponen-komponen

pembelajaran seperti; kompetensi pembelajaran, materi pembelajaran. Guru

berperan sebagai fasilitator dan dinamisator bagi masing-masing kelompok,

dengan cara melakukan pemantauan terhadap kegiatan belajar siswa,

mengarahkan ketrampilan kerjasama, dan memberikan bantuan pada saat

diperlukan.

c. Tes/Kuis

Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua siswa telah mampu

memahami konsep/topik/masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian masing-

masing siswa menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman mereka

terhadap konsep/topik/masalah yang dikaji. Penilaian individu ini mencakup

penguasaan ranah kognitif, afektif dan ketrampilan. Misalnya, bagaimana

melakukan analisis pembelajaran? Mengapa perlu melakukan analisis

pembelajaran sebelum mengembangkan media? Siswa dapat juga diminta

menggunakan media tepat guna yang memiliki tingkat interaktif tinggi dalam

pembelajaran.

B. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang relevan dengan kerangka berpikir penelitian ini adalah :

Nama : Rokayah Hestri

Judul : MODEL PEMBELAJARAN CIRCUIT

LEARNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETUNTASAN

BELAJAR KLASIKAL MATEMATIK SISWA SMP (Penelitian Tindakan

Kelas terhadap Siswa Kelas VII-C SMP Laboratorium UPI Bandung)

Dari hasil penelitian diatas, dinyatakan bahwa : (1) penerapan model

pembelajaran circuit learning dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa,

hal ini di tandai dengan presentase hasil test yang mengalami peningkatan

dalam tiap siklusnya. Pada siklus I tingkat ketuntasan siswa sebesar 60%,

dengan nilai rata rata 60. Pada siklus II tingkat ketuntasan siswa sebesar

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

80%, dengan nilai rata rata 80. Disamping itu penerapan model

pembelajaran circuit learning dapat meningkatkan kemampuan guru dalam

mengelola kelas.

2. Nama : Tutiek Yunita Rachmawati

Judul

CERITA PENDEK DENGAN METODE PETA PIKIRAN (MIND

MAPPING) PADA SISWA KELAS IX D SMP AL MUAYYAD

SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008 (Penelitian Tindakan Kelas),

Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas

Sebelas Maret Surakarta, Januari 2008.

Dari hasil penelitian dinyatakan bahwa: (1) penerapan metode peta pikiran

dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menulis cerpen, yaitu

meningkatnya keaktifan, perhatian, konsentrasi, minat dan motivasi siswa.

Pada siklus I siswa aktif sebesar 54%, siswa yang perhatian dan konsentrasi

sebesar 65%, dan siswa yang berminat dan termotivasi sebesar 65%. Pada

siklus II siswa aktif 81%, siswa yang perhatian sebesar 85%, dan yang

berminat dan termotivasi sebesar 85%. Pada siklus III siswa yang aktif sebesar

92%, siswa yang perhatian dan konsentrasi sebesar 100%, dan siswa yang

berminat dan termotivasi sebesar 100%. Rata rata nilai per siklus, siklus I

60,2; siklus II 67,5; siklus III 71,9. (2) penerapan mind mapping dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen.

C.Kerangka Berpikir

Pembelajaran yang berkualitas adalah teradinya interaksi guru dengan

siswa selama pembelajaran berlangsung, tidak ada rasa jenuh, bosan pada siswa.

Namun, hal tersebut masih menjadi kendala pada mata pelajaran praktek dasar

survei kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK N 1 Magelang,

karena kegiatan belajar mengajar yang dilakukan masih monoton yaitu guru

terlihat seperti motor yang menggerakan siswa tanpa melibatkan siswa ikut andil

dalam pembelajaran. Hal tersebut menjadikan jalannya kegiatan belajar mengajar

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

tidak lagi bermutu, siswa jadi bosan dan prestasi belajar siswa tidak tercapai,

karena tidak adanya aktivitas siswa dan kerjasama guru dengan siswa.

Prestasi belajar atau hasil belajar merupakan puncak dari suatu proses

pembelajaran. Dalam pembelajaran praktek dasar survei masih banyak ditemukan

masalah masalah yaitu, masih rendahnya prestasi belajar siswa dan keaktifan

siswa dalam pembelajaran yang mana keaktifan siswa ditinjau dalam beberapa

aspek yaitu : (1) Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik; (2) Siswa

tidak mengobrol di dalam kelas; (3) Siswa aktif dalam pembelajaran kelompok;

(4) Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru; (5) Siswa menyatakan pendapat;

(6) Siswa mengerjakan tugas dengan baik.

Model pembelajaran circuit learning adalah model pembelajaran yang

memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan

mengulang, dengan penerapan peta konsep dan didesain untuk meningkatkan

aktivitas dan pikiran siswa, pemahaman siswa dan rasa tanggung jawab siswa

terhadap pembelajarannya sendiri selama proses belajar mengajar berlangsung.

Dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran yang ditinjau dari keaktifan

siswa dan prestasi belajar siswa pada kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB)

di SMK N 1 Magelang maka model pembelajaran circuit learning ini diterapkan.

Gambar 2. Kerangka Berpikir

Prestasi Belajar Belum Tuntas

Proses Pembelajaran Kurang Berkualitas

Kebosanan

belajar tinggi Keaktifan siswa

rendah

Tindakan Penerapan Model Pembelajaran Circuit

Learning

Prestasi Belajar Tuntas

Proses Pembelajaran Berkualitas Kebosanan

belajar rendah Keaktifan siswa

tinggi

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

D.Hipotesis Dari hasil analisis tindakan penulis membuat hipotesis bahwa apabila guru

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Circuit Learning, maka dapat

meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar yang ditinjau dari segi keaktifan

siswa dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran praktek dasar survei kelas X

bangunan SMK N 1 Magelang.

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Lokasi tempat penulis melaksanakan penelitian adalah SMK Negeri 1

Magelang yang beralamat di Jl. Cawang no.2, Kecamatan Magelang selatan Telp.

(0293) 362172 Faximile (0293) 368821 Magelang Kode Pos 56123. Lokasi ini

dipilih sebagai tempat penelitian karena di lokasi tersebut ditemukan kualitas hasil

pembelajaran praktek di SMK Negeri 1 Magelang masih kurang.

B. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TKB SMK Negeri 1

Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 36 orang. Yang terdiri dari

29 siswa laki laki dan 7 siswa perempuan. Alasan peneliti memilih sampel kelas

X TKB yaitu karena peneliti ingin membantu meningkatkan kualitas kegiatan

belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe circuit learning.

C. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam waktu 4 bulan mulai

bulan Januari sampai dengan bulan April 2011. Dapat dilihat pada tabel 2. Jadwal

penelitian, setelah halaman berikut.

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Tab

el 2

. Jad

wal

Pen

elit

ian

Bul

an

Apr

il 20

10

Okt

ober

20

10

Nov

embe

r 20

10

Des

embe

r 20

10

Janu

ari

2011

Fe

brua

ri

2011

M

aret

20

11

Apr

il

2011

M

ei

2011

Ju

ni

2011

M

ingg

u

1 2

3 4

1 2

3 4

1 2

3 4

1 2

3 4

1 2

3 4

1 2

3 4

1 2

3 4

1 2

3 4

1 2

3 4

1 2

3 4

Peng

ajua

n Ju

dul

Peny

usun

an

Prop

osal

Rev

isi

Prop

osal

Sem

inar

Pr

opos

al

Peri

jinan

Pe

nelit

ian

Pela

ksan

aan

Pene

litia

n

Penu

lisan

L

apor

an

Pene

litia

n

Ujia

n Sk

rips

i

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

D. Data Dan Sumber Data

1. Data Penelitian

Data yang diperoleh dan dikumpulkan terdiri dari rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) guru dasar survei kelas X TKB SMK N 1 Magelang, hasil

observasi, wawancara dan tes yang dilakukan terhadap siswa kelas X TKB SMK

N 1 Magelang berkaitan dengan pemahaman siswa mengenai mata pelajaran

praktek dasar Survei setelah diterapkanya model pembelajaran circuit learning.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini data diperoleh dari beberapa informan yaitu:

a. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMK Negeri 1 Magelang.

b. Guru mata pelajaran Dasar Survei kelas X TKB SMK N 1 Magelang.

c. Siswa kelas X TKB tahun ajaran 2010/2011 sejumlah 36 orang.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi yang dilakukan peneliti, untuk mengamati seluruh kegiatan

yang berlangsung baik dari kinerja guru maupun aktivitas siswa, mulai dari awal

pembelajaran sampai akhir pembelajaran Dasar Survei pada kelas X TKB SMK N

1 Magelang. Tujuan tindakan observasi adalah untuk memperoleh data keaktifan

siswa sehingga didapatkan hasil peningkatan keaktifan siswa dalam memperbaiki

pembelajaran (format observasi terlampir).

2. Wawancara

Wawancara dilaksanakan secara tidak formal terstruktur. Dalam hal ini,

peneliti mengajukan pertanyaan yang bersifat terbuka, dalam keadaan alami dan

mengarah pada kedalaman informasi dengan suasana yang lentur, terbuka dan

santai namun tetap serius guna menggali pandangan subyek yang diteliti tentang

banyak hal. Kelonggaran dan kelenturan cara pengumpulan data ini diharapkan

akan mampu mendapatkan kejujuran informan untuk memberikan informasi yang

sebenarnya.

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Peneliti lebih mengarahkan jalannya wawancara mendalam pada masing-

masing informan untuk mendapat informasi antara lain tentang :

a. Sistem kegiatan belajar mengajar di kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang

pada mata pelajaran Praktek Dasar Survei.

b. Kendala-kendala yang dihadapi kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang pada

mata pelajaran Praktek Dasar Survei.

c. Penerapan model pembelajaran circuit learning guna meningkatkan kegiatan

belajar mengajar pada mata pelajaran praktek dasar survei kelas X Teknik

Konstruksi Bangunan di SMK N 1 Magelang.

3. Kajian Dokumen

Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada,

seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan nilai yang diberikan guru

pada kelas X TKB SMK N 1 Magelang

4. Tes

Tes adalah serentatan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk

mengukur kemampuan siswa. Tes yang digunakan peneliti untuk mengetahui

kemampuan siswa dalam memahami pelajaran Praktek Dasar Survei. Tes yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah tes tertulis mengenai materi pelajaran bukan

berupa tes praktek di lapangan. Tes tertulis bertujuan untuk mengetahui

peningkatan pemahaman siswa berupa soal-soal yang harus dijawab.

F. Validitas Data

Teknik pengembangan validitas data yang paling umum digunakan dalam

penelitian kualitatif adalah teknik triangulasi. Pada penelitian ini digunakan teknik

triangulasi data (sumber) untuk menjaga validitasnya. Teknik triangulasi ini

merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat

multiperspektif. Artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap, diperlukan tidak

hanya satu sudut pandang. Triangulasi data mengarahkan dalam proses

pengumpulan data untuk memperoleh beberapa sumber data yang berbeda

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

sehingga apa yang diperoleh dari sumber yang satu bisa lebih teruji kebenarannya.

Triangulasi data (sumber) digunakan karena dalam penelitian ini terdapat tiga

sumber data, yaitu informan atau narasumber dengan tingkatan berbeda (WKS,

guru, siswa), hasil observasi dan kajian dokumen (berbagai arsip dan dokumen

hasil tes siswa).

Validitas data dilaksanakan karena diperkuat oleh pendapat H.B. Sutopo (

simpulan dan tafsir makna seba

diperoleh di lapangan, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus

diusahakan kedalaman, kemantapan dan kebenarannya. Agar hasil penelitian

dapat dipertanggungjawabkan, maka memerlukan teknik pemeriksaan data yang

tepat salah satunya adalah triangulasi data.

Untuk lebih jelasnya, proses triangulasi data (sumber) pada penelitian ini

dapat dilihat pada gambar berikut:

Atau :

Data Wawancara

Informan 1

Informan 2

Informan 3

WKS

Guru

Siswa

Gambar 3. Skema Triangulasi Data (Sumber H.B Sutopo, 2006: 94)

Aktifitas Observasi

Data

Wawancara Informan

Content Analysis

Dokumen/ Arsip

Kegiatan di kelas

WKS, guru, siswa

Data sekolah, data siswa, catatan,dll.

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

G. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilakukan

dan dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan.

Untuk kesinambungan dan kedalaman pengajaran data penelitian ini digunakan

analisis interaktif. Data yang dianalisis secara diskriptif kualitatif dengan analisis

interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penerikan kesimpulan

dilakukan dalam bentuk interaktif dengan pengumpulan data sebagai suatu proses

siklus.

Menurut Punch, dalam ( Pawito, 2007 : 104 ) Teknik analisis ini pada

dasarnya terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data (data reduction), penyajian

data (data display), penarikan kesimpulan (drawing and verifying conclusions).

Analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan secara lebih rinci sebagai berikut :

1. Reduksi data

Reduksi data adalah kegiatan pemilihan data, penyederhanaan data serta

transformasi data kasar dari hasil catatan lapangan. Penyajian data berupa

sekumpulan informasi dalam bentuk tes naratif yang disusun, diatur dan diringkas

sehingga mudah dipahami. Berdasarkan kesimpulan sementara, kemudian

dilakukan penyimpulan dengan cara diskusi bersama dengan guru dasar survei

kelas X TKB SMK N 1 Magelang sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan

diverifikasi.

2. Penyajian data

Data yang telah direduksi kemudian di sajikan, dengan data yang telah

teratur dan penyajaian data yang sistematis akan memudahkan pemahaman

terhadap penyajian data tersebut sehingga memudahkan penarikan kesimpulan

atau menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.

3. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan mencakup semua perubahan atau peningkatan pada

setiap anggota penelitian termasuk peneliti dan situasi tempat penelitian

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

dilakukan. Penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap mulai kesimpulan

sementara sampai kesimpulan akhir yang diperoleh pada siklus terakhir dengan

kesimpulan siklus sebelumnya sebagai pijakan kesimpulan berikutnya.

H. Tolok ukur keberhasilan

Untuk mengukur keberhasilan tujuan penelitian di atas, maka ditetapkan

tolok ukur 0 % dari jumlah siswa dan

70. Tolok ukur tersebut

ditetapkan sesuai dengan ketetapan SMK N 1 Magelang untuk tahun ajaran

2010/2011.

1. 70% siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik.

2. 70% siswa tidak mengobrol dalam kelas.

3. 70% siswa aktif dalam pembelajaran kelompok.

4. 70% siswa mengajukan petanyaan kepada guru.

5. 70% siswa menyatakan pendapat

6. 70% siswa mengerjakan tugas dengan baik

Tabel 3. Tolok Ukur Keberhasilan

No Aspek yang

diamati

Indikator Target

1 Keaktifan siswa

Siswa mendengarkan

penjelasan guru dengan baik

Rata rata keaktifan

Siswa tidak mengobrol di

dalam kelas

Siswa tidak bermain ponsel

Siswa mengajukan pertanyaan

kepada guru

Siswa menyatakan pendapat

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

70%

Siswa mengerjakan tugas

dengan baik

2 Prestasi belajar

siswa

Siswa tuntas belajar dengan

Nilai rata rata kelas

I. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk

siklus yang akan berlangsung lebih dari satu siklus bergantung dari tingkat

keberhasilan target yang akan dicapai, dimana setiap siklus bisa terdiri dari satu

atau lebih pertemuan. Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang mengkaji

tentang permasalahan dengan ruang lingkup yang tidak terlalu luas yang berkaitan

dengan perilaku seseorang atau kelompok tertentu, ditujukan untuk menentukan

tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi atau

memperbaiki sesuatu dan pada umumnya dilaksanakan secara kolaboratif antara

Kepala Sekolah, Guru dan peneliti senantiasa berupaya memperoleh hasil yang

optimal melalui cara dan prosedur yang efektif sehingga dimungkinkan adanya

tindakan yang berulang-ulang dengan revisi untuk meningkatkan kegiatan belajar

mengajar pada praktek dasar survei. Kepala sekolah, guru dasar survei dan

peneliti serta siswa dilibatkan sejak dialog awal sampai refleksi. Langkah-langkah

yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu: (1). Dialog awal (2). Perencanaan

tindakan (3). Pelaksanaan tindakan (4). Observasi dan monitoring (5). Analisis

Data (6). Refleksi.

Langkah-langkah penelitian diilustrasikan dalam siklus sebagai berikut :

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

penjelasan siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan tindakan

Tahap ini mencakup semua perencanaan tindakan seperti pembuatan

rencana pelaksanaan pembelajaran yang dialami, menyiapkan metode alat dan

sumber pembelajaran serta merencanakan pula langkah-langkah dan tindakan apa

yang akan dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Dalam tahap ini seluruh rencana tindakan yang akan dilakukan untuk

memperbaiki praktek pembelajaran dasar survei, yaitu dengan menerapkan

pembelajaran circuit learning, adapun langkah - langkah perencanaannya yaitu:

1) Meminta izin kepada kepala sekolah dan guru terutama guru wali kelas X

TKB SMK N 1 Magelang.

2) Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

3) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar

mengajar yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan

silabus.

4) Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

5) Memilih bahan pelajaran yang sesuai

6) Menentukan skenario pembelajaran dengan model pembelajaran circuit

learning.

Gambar Prosedur

Penelitian

S IKLUS I

S IKLUS II

Masalah terselesaikan?

Berhenti pada Siklus ini!

Permasalahan

Refleksi I

Rencana Tindakan I (Alternatif

Analisis Data I

Pelaksanaan Tindakan I

Pengamatan / Pengumpulan Data I

Belum Terselesaikan

Refleksi II

Rencana Tindakan II (Alternatif

Analisis Data II

Pelaksanaan Tindakan II

Pengamatan / Pengumpulan Data II

Gambar4. Prosedur Penelitian

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

7) Mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa sumber, bahan, dan alat bantu

yang dibutuhkan.

8) Menyusun lembar kerja siswa

9) Mengembangkan format evaluasi

10) Mengembangkan format observasi pembelajaran.

11) Melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan mengacu

pada perencanaan yang telah dibuat yaitu :

A. Tahap Awal Pembelajaran

1) Guru memimpin doa lalu mengucapkan salam.

2) Guru mengkondisikan siswa kearah pembelajaran.

3) Guru mengecek kehadiran siswa (presensi).

B. Tahap Inti Pembelajaran

1) Guru memberikan motivasi kepada siswa.

2) Siswa dibagi menjadi 7 kelompok terdiri dari 5-6 orang.

3) Guru mengkondisikan siswa.

4) Guru membagikan peta konsep.

5) Guru menyuruh perwakilan 2 orang siswa dari masing masing kelompok

untuk mencari buku atau referensi di perpustakaan yang berkaitan dengan

peta konsep yang telah dibagikan dengan waktu kurang lebih 15 menit.

Siswa yang tinggal di kelas dikondisikan oleh guru untuk tenang dan tidak

ramai.

6) Perwakilan kelompok telah membawa buku, kemudian setiap kelompok

berdiskusi mencari apa yang tertulis di peta konsep dari buku yang mereka

dapatkan dengan alokasi waktu kurang lebih 15 menit.

7) Guru menjelaskan sedikit materi yang ada dalam peta konsep dan

kemudian tanya jawab dengan guru mengenai materi yang telah diperoleh

dengan alokasi waktu 15 menit.

8) Praktek pengukuran profil melintang dengan alokasi waktu 115 menit.

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

9) Siswa mengerjakan lembar kerja siswa dengan alokasi waktu 20 menit.

C. Tahap Akhir Pembelajaran

1) Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk membuat peta konsep

dirumah, kemudian dicari referensinya dari buku maupun internet.

2) Guru menutup materi pelajaran.

3. Observasi

Pada tahap ini terdiri dari pengumpulan data serta mencatat setiap aktivitas

siswa dan kinerja guru pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Observasi ini

dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mengamati aktivitas siswa dalam

pembelajaran praktek dasar survei pada kelas X TKB SMK N 1 Magelang saat

penyampaian teori. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah aktivitas siswa

sudah sesuai dengan apa yang tercantum dalam lembar observasi atau tidak.

Sehingga hasil observasi dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.

4. Refleksi

Refleksi merupakan pengkajian hasil data yang telah diperoleh saat

observasi oleh peneliti, praktikan dan pembimbing. Refleksi berguna untuk

memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang telah dilakukan.

Hasil refleksi yang ada dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat

perencanaan tindakan dalam siklus selanjutnya yang berkelanjutan sampai

pembelajaran dinyatakan berhasil.

Peneliti akan melakukan refleksi diakhir pembelajaran dengan

merenungkan kembali secara intensif kejadian atau peristiwa yang menyebabkan

sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapkan. Refleksi merupakan bagian yang

sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan

hasil pembelajaran yang terjadi yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Mengecek kelengkapan data pengumpulan data yang terjaring selama proses

tindakan.

2) Mendiskusikan dan pengumpulan data antara guru, peneliti berupa hasil nilai

siswa, hasil pengamatan, catatan lapangan, dan lain-lain.

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

3) Penyusunan rencana tindakan berikutnya yang dirumuskan dalam skenario

pembelajaran dengan berdasar pada analisa data dari proses dalam tindakan

sebelumnya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan

pada siklus I untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan pada siklus II.

SIKLUS II 1. Perencanaan tindakan

1) Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan

penetapan alternatif pemecahan masalah.

2) Menentukan indikator peningkatan kegiatan belajar mengajar.

3) Pengembangan program tindakan II.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah

yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang

sudah ditentukan, antara lain melalui:

1) Guru memberikan motivasi.

2) Siswa diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin

dicapai dalam pembelajaran.

3) Siswa dibagi menjadi 7 kelompok terdiri dari 5-6 orang.

4) Guru mengkondisikan siswa.

5) Guru membagikan peta konsep.

6) Guru menyiapkan minimal 7 buku materi untuk dibagikan kepada masing-

masing kelompok sebagai bahan untuk mencari materi yang ada dalam peta

konsep tersebut.

7) Setiap kelompok berdiskusi mencari apa yang tertulis di peta konsep dari

buku yang mereka dapatkan dengan alokasi waktu kurang lebih 20 menit.

8) Guru menjelaskan sedikit materi yang ada dalam peta konsep dan kemudian

tanya jawab dengan guru mengenai materi yang telah diperoleh dengan

alokasi waktu 15 menit.

9) Penyimpulan bersama sesuai peta konsep yang telah dibagikan dengan

alokasi waktu 10 menit.

10) Praktek mengukur profil melintang dengan alokasi waktu 115 menit.

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

11) Siswa mengerjakan lembar kerja siswa dengan alokasi waktu 20 menit.

3. Observasi

1) Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan

mencatat semua hal - hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan

tindakan berlangsung.

2) Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.

4. Refleksi

1) Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang

terkumpul.

2) Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus II.

3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk

digunakan pada siklus III

4) Evaluasi tindakan II

Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami

kemajuan minimal 5% dari siklus I.

Siklus III

Siklus III sebenarya harus dilaksanakan karena adanya perubahan pelaksanaan

tindakan siklus I ke siklus II, akan tetapi siklus III tidak dilaksanakan jika ada

peningkatan dari hasil siklus I ke siklus II.

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah SMK Negeri 1 Magelang

Sekitar tahun 1965 di Magelang terdapat sebuah Sekolah Teknik

Menengah dengan nama STM Tidar. Terhitung mulai tanggal 1 Agustus 1965

dengan SP. Menteri P.D & K nomor : 136/Dirpt/BI/65 tanggal 8 Oktober 1965

STM Tidar berubah menjadi sekolah negeri dengan nama STM N di Magelang

dengan jurusan : 1. Bangunan Gedung 2. Mesin. Sesuai dengan perkembangan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, maka terhitung mulai tanggal 1 Januari 1970

menambah jurusan Listrik dengan Surat Keputusan Direktur Djendral Pendidikan

Dep. P.&.K Republik Indonesia nomor : 306/Set/DDT/70 tanggal 13 April 1970,

dan pada tahun pelajaran 1986/1987 ditambah dua jurusan lagi yakni jurusan

Elektronika dan Otomotip. Akhirnya sekarang berubah nama menjadi Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Magelang.

2. Lokasi Gedung SMK Negeri 1 Magelang Gedung SMK Negeri 1 Magelang terletak di Jln.Cawang no.2 Magelang.

Dilihat dari keberadaannya, lokasi SMK Negeri 1 Magelang dekat dengan

komplek perumahan dan jalan raya, sehingga dapat dikatakan terletak di

lingkungan strategis. Hal ini dapat menjadi motivasi tersendiri bagi siswa karena

letak dipinggir jalan raya, maka transportasi mudah dijangkau, baik kendaraan

umum maupun kendaraan pribadi. SMK Negeri 1 Magelang menempati areal

tanah seluas 4,8 Hektar yang terdiri dari gedung dan halaman dan fasilitas sekolah

seperti lapangan sepakbola, basket dan tenis, studio band aula serta perpustakaan.

Karena luasnya yang mencukupi maka sangat menunjang kegiatan belajar

mengajar.

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Utara

Barat Timur

Selatan

Jalan Magelang - Jogja

Jalan

Cawang

Batas pagar

Lap.Sepakbola

Tempat Parkir Siswa

SMK N 1 Magelang

P a Taman Kantor g Kepala a Sekolah Taman Perpus r Lapangan Basket Kesiswaan

Studio Band Bagian Administrasi Kantin R. Kelas

Taman R. Kelas

Ruang Dasar Survei R. Autocad

Bengkel Kayu Bengkel Mesin

Gambar 5. Denah SMK N 1 Magelang

Kampung Warga

Pos Satpam

Komplek Perumahan

Toko

Warnet

Kampung Warga

Komplek Perumahan

Toko

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Hasil Penelitian Siklus I

Atas dasar gagasan yang timbul dari peneliti pada penelitian tindakan

kelas ini selanjutnya dikembangkan rencana penelitian berupa prosedur kerja yang

dilaksanakan pada kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang. Peneliti pada siklus I

melaksanakan pembelajaran dengan standar kompetensi mengukur profil

melinang (cross) pada titik-titik memanjang. Peneliti melaksanakan tahap demi

tahap yang telah direncanakan dalam PTK ini. Siklus I terdiri dari tiga pertemuan,

pertemuan kesatu dilaksanakan pada hari senin tanggal 14 maret 2011 pada jam

ke 1 4 dengan alokasi waktu 4 x 45 menit. Kemudian pertemuan kedua pada

hari senin tanggal 21 maret 2011 pada jam 1 4 dengan alokasi waktu 4 x 45

menit. Dan pertemuan ketiga pada hari senin tanggal 28 maret 2011 diadakan

evaluasi siklus I selama 40 menit. Alokasi pelaksanaan siklus yaitu 4x45 menit

atau sama dengan 4 jam pelajaran (180 menit) dengan perincian 15 menit dua

orang siswa perwakilan dari masing masing kelompok mencari buku di

perpustakaan, 15 menit siswa dikusi kelompok, 15 menit sedikit penjelasan materi

dari guru dan tanya jawab, 115 menit praktek, 20 menit siswa mengerjakan

lembar kerja.

2. Pelaksanaan Siklus I a. Tahap Perencanaan

1. Observer mendokumentasi kondisional siswa yang meliputi jumlah siswa

dalam kelas, serta nilai ulangan harian Paktek Dasar Survei pada kelas X

TKB.

2. Observer mengidentifikasi masalah yang timbul pada siswa dan guru,

kenyataan yang ada setelah melakukan indentifikasi bahwa siswa kelas X

TKB SMK N 1 Magelang tergolong siswa yang kurang minat dalam

belajar sedangkan cara mengajar guru hanya monoton selalu metode

ceramah yang digunakan sehingga siswa jenuh dan kreatifitas siswa tidak

terasah.

3. Observer berkolaborasi dengan guru untuk mengembangkan model

pembelajaran Circuit Learning.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

4. Observer membuat jadwal kegiatan penelitian dengan bantuan guru.

5. Observer membagi siswa dalam 7 kelompok yang dibagi secara

acak.(daftar kelompok pada lampiran 4 hal 72).

6. Observer menyusun rencana pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar

observasi siswa dan mengevaluasi akhir siklus I ( semua data tersebut

lampiran 6 halaman 74, lampiran 7 halaman 77, lampiran 8 halaman 79).

b. Proses Pelaksanaan Tindakan

1. Guru memimpin doa lalu mengucapkan salam.

2. Guru mengkondisikan siswa kearah pembelajaran.

3. Guru mengecek kehadiran siswa (presensi).

4. Guru memberikan motivasi kepada siswa.

5. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok terdiri dari 5-6 orang.

6. Guru mengkondisikan siswa.

7. Guru membagikan peta konsep.

8. Guru menyuruh perwakilan 2 orang siswa dari masing masing kelompok

untuk mencari buku atau referensi di perpustakaan yang berkaitan dengan

peta konsep yang telah dibagikan dengan waktu kurang lebih 15 menit.

9. Perwakilan kelompok telah membawa buku, kemudian setiap kelompok

berdiskusi mencari apa yang tertulis di peta konsep dari buku yang mereka

dapatkan dengan alokasi waktu kurang lebih 15 menit.

10. Guru menjelaskan sedikit materi yang ada dalam peta konsep dan

kemudian tanya jawab dengan guru mengenai materi yang telah diperoleh

dengan alokasi waktu 15 menit.

11. Praktek dengan alokasi waktu 115 menit.

12. Siswa mengerjakan lembar kerja siswa dengan alokasi waktu 20 menit.

13. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk membuat peta konsep

dirumah, kemudian dicari referensinya dari buku maupun internet.

14. Guru menutup materi pelajaran.

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

15. Pada pertemuan 3 hari senin tanggal 28 Maret 2011 guru melakukan

evaluasi siklus I selama 40 menit.

c. Hasil observasi keaktifan siswa dan pretasi belajar siswa

Hasil pada siklus I pertemuan 1 yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Hasil Observasi Keaktifan siswa

Tabel 4. Tolok Ukur Keberhasilan Keaktifan Siswa Siklus I Pertemuan 1

No Aspek yang

diamati Indikator

Banyaknya

siswa yang

melakukan

Persentase Keterangan

1 Keaktifan siswa

Siswa

mendengarkan

penjelasan

guru dengan

baik

12 33,33 % K

Siswa tidak

mengobrol di

dalam kelas

15 41,66 % C

Siswa aktif

dalam

brdiskusi

15 41,66 %

C

Siswa

mengajukan

pertanyaan

kepada guru

12 33,33 % K

Siswa menyatakan pendapat

8 22,22 % K

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Siswa

mengerjakan

tugas dengan

baik

14 38,88 % K

Jumlah Persentase 211,08 %

Persentase rata rata

keaktifan siswa 35,18 %

Keterangan :

Kurang (K) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas < 40%

Cukup (C) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 41% - 60%

Baik (B) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 61% - 80%

Baik Sekali (BS) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 81% - 100%

Dari tabel Tolok ukur keberhasilan keaktifan siswa pada siklus I

pertemuan I didapatkan jumlah persentase total keaktifan siswa sebesar 211,08 %,

yang kemudian dirata rata didapatkan nilai persentase rata rata siswa di dalam

kelas sebesar 35,18 % dari 36 siswa. Persentase tersebut belum mencapai tolok

ukur yang ditetapkan yaitu rata rata keaktifan siswa 70 % dari jumlah siswa

sesuai dengan yang ditetapkan SMK N 1 Magelang. Selanjutnya siklus I

dilanjutkan untuk pertemuan 2 yang hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Tolok Ukur Keberhasilan Keaktifan Siswa Siklus I Pertemuan II

No Aspek yang

diamati Indikator

Banyaknya

siswa yang

melakukan

Persentase Keterangan

1 Keaktifan siswa

Siswa 19 52,77 % C

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

mendengarkan

penjelasan

guru dengan

baik

Siswa tidak

mengobrol di

dalam kelas

20 55,55 % C

Siswa aktif

dalam

brdiskusi

15 41,66 % C

Siswa

mengajukan

pertanyaan

kepada guru

17 47,22 % C

Siswa

menyatakan

pendapat

11 30,55 % K

Siswa

mengerjakan

tugas dengan

baik

19 52,77 % C

Jumlah Persentase 280,52 %

Persentase rata rata

keaktifan siswa 46,75 %

Keterangan :

Kurang (K) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas < 40%

Cukup (C) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 41% - 60%

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Baik (B) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 61% - 80%

Baik Sekali (BS) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 81% - 100%

Dari tabel Tolok ukur keberhasilan keaktifan siswa pada siklus I

pertemuan 2 didapatkan jumlah persentase total keaktifan siswa sebesar 280,52 %,

yang kemudian dirata rata didapatkan nilai persentase rata rata siswa di dalam

kelas sebesar 46,75 % dari 36 anak. Persentase tersebut belum mencapai tolok

ukur yang ditetapkan yaitu rata rata keaktifan siswa 70 % dari jumlah siswa

sesuai dengan yang ditetapkan SMK N 1 Magelang. Selanjutnya siklus I

dilanjutkan untuk pertemuan 3. Sesuai dengan perencanaan siklus yang mana

pada siklus I pertemuan 3 diadakan evaluasi untuk mengetahui prestasi belajar

siswa, yang hasilnya adalah sebagai berikut:

2. Prestasi belajar siswa

Tabel 6. Tolok Ukur Keberhasilan Prestasi Belajar Siswa Siklus I

No Aspek yang

diamati Indikator

Banyaknya

siswa

Nilai

rata rata

kelas

Keterangan

1 Prestasi Belajar

Siswa yang

tuntas belajar

70

19

(52,77 %) 65,55

Prestasi belajar

belum tuntas.

Belum

mencapai nilai

rata rata kelas

Dari data tabel diatas didapatkan presentase siswa yang tuntas belajar

dengan nilai sebesar 52,77 % atau sebanyak 19 siswa dari jumlah

keseluruhan siswa 36 anak, dengan nilai rata rata kelas 65,55. Nilai rata - rata

tersebut belum mencapai tolok ukur yang ditetapkan yaitu 70 sesuai dengan

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

yang ditetapkan SMK N 1 Magelang. (Data selengkapnya nilai prestasi belajar

siswa siklus I ada pada lampiran 14 halaman 91.)

d. Refleksi

Refleksi dilakukan terhadap hasil pelaksanaan tindakan siklus I di kelas.

Dari kegiatan pembelajaran tersebut, diperoleh beberapa hal yang dapat dicatat

sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya, yaitu :

1) Pada saat pembelajaran berlangsung, masih sedikit siswa yang berani

mengungkapkan pendapatnya. Hal tersebut terlihat pada data siklus I

pertemuan pertama yang mana presentase siswa yang mau menyatakan

pendapatnya hanya sebesar 22,22 % atau sebanyak 8 siswa, dan pada

siklus I pertemuan kedua sebesar 30,55 % atau sebanyak 11 siswa dari 36

siswa. Meskipun terjadi peningkatan, namun presentase tersebut belum

mencapai tolok ukur keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu rata rata

keaktifan siswa 70 % dari jumlah siswa sesuai dengan ketetapan SMK N 1

Magelang.

2) Mengerjakan tugas dengan baik saat berlangsungnya proses pembelajaran

belum tercapai sesuai dengan tolok ukur keberhasilan keaktifan siswa,

karena tidak adanya peningkatan presentase dari siklus I pertemuan

pertama ke siklus I pertemuan kedua, yang mana nilai presentase siklus I

pertemuan pertama sebesar 38,88 % atau sebanyak 14 siswa dan

pertemuan kedua sebesar 52,77 % atau sebanyak 19 siswa.

3) Hasil belajar siswa kelas X TKB SMK N 1 Magelang masih belum

tercapai,

sebanyak 19 siswa atau sama dengan 52,77 % dari 36 siswa dengan nilai

rata rata kelas 65,55 (Data selengkapnya nilai prestasi belajar siswa ada

pada lampiran 14 halaman 91). Hal tersebut belum mencapai tolok ukur

keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu nilai rata sesuai

dengan ketetapan SMK N 1 Magelang.

4) Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus 1 pada umumnya baik,

meskipun masih ada beberapa hal yang masih cukup sehingga perlu ada

peningkatan pada siklus.

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

3. Hasil Penelitian Siklus II

Atas dasar gagasan yang timbul dari peneliti pada penelitian tindakan

kelas ini selanjutnya dikembangkan rencana penelitian berupa prosedur kerja yang

dilaksanakan pada kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang. Peneliti pada siklus I

melaksanakan pembelajaran dengan standar kompetensi mengukur profil

melinang (cross) pada titik-titik memanjang . Peneliti melaksanakan tahap demi

tahap yang telah direncanakan dalam PTK ini. Siklus II terdiri dari tiga

pertemuan, pertemuan kesatu dilaksanakan pada hari senin tanggal 4 April 2011

pada jam ke 1 4 dengan alokasi waktu 4 x 45 menit. Kemudian pertemuan kedua

pada hari senin tanggal 11 April 2011 pada jam 1 4 dengan alokasi waktu 4 x

45 menit. Dan pertemuan ketiga pada hari senin tanggal 25 April 2011 diadakan

evaluasi siklus I selama 40 menit. Alokasi pelaksanaan siklus dengan waktu 4 x

45 menit atau sam dengan waktu 4 jam pelajaran (180 menit) dengan perincian.

20 menit diskusi kelompok, 15 menit sedikit penjelasan materi dari guru dan

tanya jawab, 10 menit penyimpulan bersama tentang materi yang telah dibahas,

115 menit praktek , 20 menit siswa mengerjakan lembar kerja.

4. Pelaksanaan Siklus II

a. Tahap persiapan

1. Observer tidak perlu mendokumentasi kondisional siswa yang meliputi

jumlah siswa dalam kelas, serta nilai ulangan harian Paktek Dasar Survei

pada kelas X TKB.

2. Observer mengidentifikasi masalah yang timbul pada siswa dan guru,

kenyataan yang ada setelah melakukan indentifikasi bahwa siswa kelas X

TKB SMK N 1 Magelang tergolong siswa yang kurang aktif dalam

belajar, dikatakan kurang aktif karena siswa jarang berpartisipasi dalam

pembelajaran misalnya bertanya kepada guru. Sedangkan cara mengajar

guru hanya monoton selalu metode ceramah yang digunakan sehingga

siswa jenuh dan kreatifitas siswa tidak terasah.

3. Observer berkolaborasi dengan guru untuk mengembangkan model

pembelajaran Circuit Learning.

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

4. Observer membuat jadwal kegiatan penelitian dengan bantuan guru.

5. Observer membagi siswa dalam 7 kelompok yang dibagi secara

acak.(daftar kelompok pada lampiran 4 hal 72).

6. Observer menyusun rencana pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar

observasi siswa dan mengevaluasi akhir siklus I ( semua data tersebut

lampiran 6 halaman 74, lampiran 7 halaman 77, lampiran 8 halaman 79).

b. Proses Pelaksanaan Tindakan

1. Guru memimpin doa lalu mengucapkan salam.

2. Guru mengkondisikan siswa kearah pembelajaran.

3. Guru mengecek kehadiran siswa (presensi).

4. Guru memberikan motivasi kepada siswa.

5. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok terdiri dari 5-6 orang.

6. Guru mengkondisikan siswa.

7. Guru membagikan peta konsep.

8. Guru menyiapkan minimal 7 buku materi untuk dibagikan kepada masing-

masing kelompok sebagai bahan untuk mencari materi yang ada dalam

peta konsep tersebut.

9. Setiap kelompok berdiskusi mencari apa yang tertulis di peta konsep dari

buku yang mereka dapatkan dengan alokasi waktu kurang lebih 20 menit.

10. Guru menjelaskan sedikit materi yang ada dalam peta konsep dan

kemudian tanya jawab dengan guru mengenai materi yang telah diperoleh

dengan alokasi waktu 15 menit.

11. Penyimpulan bersama sesuai peta konsep yang telah dibagikan dengan

alokasi waktu 10 menit.

12. Praktek dengan alokasi waktu 115 menit.

13. Siswa mengerjakan lembar kerja siswa dengan alokasi waktu 20 menit.

14. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk membuat peta konsep

dirumah, kemudian dicari referensinya dari buku maupun internet.

15. Guru menutup materi pelajaran.

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

16. Pada pertemuan 3 hari senin tanggal 25 April 2011 guru melakukan

evaluasi siklus I selama 40 menit.

c. Hasil observasi keaktifan siswa dan pretasi belajar siswa

Hasil pada siklus I pertemuan 1 yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Hasil Observasi Keaktifan siswa

Tabel 7. Tolok Ukur Keberhasilan Keaktifan Siswa Siklus II Pertemuan 1

No Aspek yang

diamati Indikator

Banyaknya

siswa yang

melakukan

Persentase Keterangan

1 Keaktifan siswa

Siswa

mendengarkan

penjelasan

guru dengan

baik

24 66,66 % B

Siswa tidak

mengobrol di

dalam kelas

23 63,88 % B

Siswa aktif

dalam

brdiskusi

21 58,33 % C

Siswa

mengajukan

pertanyaan

kepada guru

22 61,11 % B

Siswa menyatakan pendapat

26 72,22 % B

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Siswa

mengerjakan

tugas dengan

baik

26 72,22 % B

Jumlah Persentase 394,42 %

Persentase rata rata

keaktifan siswa 65,73 %

Keterangan :

Kurang (K) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas < 40%

Cukup (C) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 41% - 60%

Baik (B) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 61% - 80%

Baik Sekali (BS) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 81% - 100%

Dari tabel Tolok ukur keberhasilan keaktifan siswa pada siklus II

pertemuan I didapatkan jumlah persentase total keaktifan siswa sebesar 394,42 %,

yang kemudian dirata rata didapatkan nilai persentase rata rata siswa di dalam

kelas sebesar 65,73 % dari 36 siswa. Persentase tersebut belum mencapai tolok

ukur yang ditetapkan yaitu rata rata keaktifan siswa 70 % dari jumlah siswa

sesuai dengan yang ditetapkan SMK N 1 Magelang. Selanjutnya siklus I

dilanjutkan untuk pertemuan 2 yang hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Tolok Ukur Keberhasilan Keaktifan Siswa Siklus II Pertemuan II

No Aspek yang

diamati Indikator

Banyaknya

siswa yang

melakukan

Persentase Keterangan

1 Keaktifan siswa

Siswa 30 88,33 % BS

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

mendengarkan

penjelasan

guru dengan

baik

Siswa tidak

mengobrol di

dalam kelas

27 75 % B

Siswa aktif

dalam

brdiskusi

26 72,22 % B

Siswa

mengajukan

pertanyaan

kepada guru

31 86,11 % BS

Siswa

menyatakan

pendapat

29 80,55 % B

Siswa

mengerjakan

tugas dengan

baik

29 80,55 % B

Jumlah Persentase 482,76 %

Persentase rata rata

keaktifan siswa 80,46 %

Keterangan :

Kurang (K) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas < 40%

Cukup (C) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 41% - 60%

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Baik (B) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 61% - 80%

Baik Sekali (BS) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 81% - 100%

Dari tabel Tolok ukur keberhasilan keaktifan siswa pada siklus I

pertemuan 2 didapatkan jumlah persentase total keaktifan siswa sebesar 482,76 %,

yang kemudian dirata rata didapatkan nilai persentase rata rata siswa di dalam

kelas sebesar 80,46 % dari 36 anak. Persentase tersebut sudah mencapai tolok

ukur yang ditetapkan yaitu rata rata keaktifan siswa 70 % dari jumlah siswa

sesuai dengan yang ditetapkan SMK N 1 Magelang.

Selanjutnya siklus I dilanjutkan untuk pertemuan 3. Sesuai dengan

perencanaan siklus yang mana pada siklus I pertemuan 3 diadakan evaluasi

berbentuk soal test untuk mengetahui prestasi belajar siswa, yang hasilnya adalah

sebagai berikut :

3. Prestasi belajar siswa

Tabel 9. Tolok Ukur Keberhasilan Prestasi Belajar Siswa Siklus II

No Aspek yang

diamati Indikator

Banyaknya

siswa

Nilai

rata rata

kelas

Keterangan

1 Prestasi Belajar

Siswa yang

tuntas belajar

70

30

(88,33 %) 80,46

Prestasi belajar

belum tuntas.

Belum

mencapai nilai

rata rata kelas

Dari data tabel diatas didapatkan presentase siswa yang tuntas belajar

dengan nilai 88,33 % atau sebanyak 30 siswa dari jumlah

keseluruhan siswa 36 anak, dengan nilai rata rata kelas 80,46. Nilai rata rata

tersebut sudah mencapai tolok ukur yang telah ditentukan yaitu nilai rata - rata

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

kelas 70 sesuai dengan yang ditetapkan SMK N 1 Magelang. (Data

selengkapnya nilai prestasi belajar siswa siklus II ada pada lampiran 23 halaman

127)

2. Refleksi

1) Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa yang berani mengungkapkan

pendapatnya di dalam kelas telah meningkat. Hal tersebut terlihat pada

data siklus II pertemuan pertama yang mana presentase siswa yang mau

menyatakan pendapatnya hanya sebesar 72,22 % atau sebanyak 26 siswa,

dan pada siklus II pertemuan kedua sebesar 80,55 % atau sebanyak 29

siswa dari 36 siswa. Hasil tersebut lebih baik dari siklus I karena

mengalami peningkatan persentase. Dengan hasil tersebut maka sudah

mencapai tolok ukur keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu rata rata

keaktifan siswa 70 % dari jumlah siswa sesuai dengan ketetapan SMK

N 1 Magelang.

2) Siswa mengerjakan tugas dengan benar saat berlangsungnya proses

pembelajaran pada siklus II sudah mencapai tolok ukur keberhasilan yang

telah ditetapkan yaitu rata rata keaktifan siswa 70 % dari jumlah siswa

sesuai dengan ketetapan SMK N 1 Magelang, karena adanya peningkatan

presentase dari siklus I yang mana nilai presentase siklus II pertemuan

pertama sebesar 72,22 % atau sebanyak 26 siswa dan pertemuan kedua

sebesar 80,55 % atau sebanyak 29 siswa.

3) Hasil belajar siswa kelas X TKB SMK N 1 Magelang sudah tercapai,

karena jumlah siswa yang tuntas belaj

siswa atau sama dengan 83,33 % dari 36 siswa dengan nilai rata rata

kelas 75,44 (Data selengkapnya nilai prestasi belajar siswa ada pada

lampiran 23 halaman 126). Hal tersebut sudah mencapai tolok ukur

keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu nilai rata rata kelas 70 sesuai

dengan ketetapan SMK N 1 Magelang.

4) Peningkatan kegiatan belajar mengajar yang ditinjau dari tingkat keaktifan

sudah tercapai, karena Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus II

menunjukkan peningkatan dari siklus I yaitu dari persentase siklus I

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

pertemuan pertama 35,18 %, pertemuan kedua 46,75 % kemudian

persentase siklus II adalah pada pertemuan pertama 65,73 %, pertemuan

kedua 80,46 %. Hal ini berarti sudah memenuhi keberhasilan dari tolok

ukur keberhasilan yaitu rata rata keaktifan siswa 70 % dari jumlah

siswa.

C. Pembahasan Pembahasan terhadap penelitian tindakan yaitu berdasar analisis data

kualitatif terhadap hasil penelitian yang diperoleh dari kerja sama antara peneliti

dan guru pengajar dasar survei kelas X TKB SMK N 1 Magelang. Sebenarnya

siklus III harus dilaksanakan karena adanya perubahan pelaksanaan tindakan pada

siklus I ke siklus II, namun karena hasil keaktifan dan prestasi belajar siswa dari

siklus I ke siklus II mengalami banyak peningkatan yang menunjukkan

peningkatan hasil yang optimal dan mencapai tolok ukur keberhasilan yang

ditetapkan. Dapat dinyatakan bahwa Model pembelajaran circuit learning pada

mata pelajaran Dasar Survei kelas X TKB di SMK N 1 Magelang dapat

meningkatkan kegiatan belajar mengajar yang ditinjau dari keaktifan dan hasil

belajar siswa.

Perbandingan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II

disajikan dalam data berikut ini :

Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Observasi Keaktifan Siswa

No Aspek yang

diamati Indikator Banyaknya siswa

yang melakukan

Banyaknya siswa

yang melakukan

Siklus I

P 1 Siklus I

P2 Siklus II

P 1 Siklus II

P 2

1 Keaktifan

siswa

Siswa

mendengarkan

penjelasan

12

(33,33%)

19

(52,77%)

24

(66,66%)

30

(83,33%)

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang melakukan

aktifitas seperti yang ada pada indikator terus mengalami peningkatan dari siklus I

ke siklus II. Indikator tersebut diatas adalah sebagai berikut :

1. Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik

Selama pembelajaran berlangsung jumlah siswa yang mendengarkan

penjelasan guru dengan baik semakin meningkat mulai dari siklus I sampai

dengan siklus II, jumlah siswa tersebut terlihat dari indikator - indikator diatas.

Hal tersebut dapat dilihat dari lembar observasi siswa, bahwa siswa yang

mendengarkan penjelasan guru dengan baik pada siklus I pertemuan 1 jumlahnya

guru dengan

baik

Siswa tidak

mengobrol di

dalam kelas

15

(41,66%)

20

(55,55%)

23

(63,88%)

27

(75%)

Siswa aktif

dalam

brdiskusi

15

(41,66%)

15

(41,66%)

21

(58,33%)

26

(72,22%)

Siswa

mengajukan

pertanyaan

kepada guru

12

(33,33%)

17

(47,22%)

22

(61,11%)

31

(86,11%)

Siswa

menyatakan

pendapat

8

(22,22%)

11

(30,55%)

26

(72,22%)

29

(80,55%)

Siswa

mengerjakan

tugas dengan

baik

14

(38,88%)

19

(52,77%)

26

(72,22%)

29

(80,55%)

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

12 siswa atau sama dengan 33,33 % dari 36 siswa, pada siklus I pertemuan 2

jumlahnya 19 siswa atau sama dengan 52,77 % dari 36 siswa, pada siklus II

pertemuan 1 jumlahnya 24 siswa atau sama dengan 66,66 % dari 36 siswa dan

pada siklus II pertemuan 2 jumlahnya 30 siswa atau sama dengan 88,33 % dari 36

siswa.

2. Siswa tidak mengobrol di dalam kelas

Selama pembelajaran berlangsung jumlah siswa yang tidak mengobrol di

dalam kelas semakin meningkat mulai dari siklus I sampai dengan siklus II,

jumlah siswa tersebut terlihat dari indikator - indikator diatas.

Hal tersebut dapat dilihat dari data lembar observasi siswa, bahwa siswa

yang mendengarkan penjelasan guru dengan baik pada siklus I pertemuan 1

jumlahnya 15 siswa atau sama dengan 41,66 % dari 36 siswa, pada siklus I

pertemuan 2 jumlahnya 20 siswa atau sama dengan 55,55 % dari 36 siswa, pada

siklus II pertemuan 1 jumlahnya 23 siswa atau sama dengan 63,88 % dari 36

siswa dan pada siklus II pertemuan 2 jumlahnya 27 siswa atau sama dengan 75 %

dari 36 siswa.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

SIKLUS 1 SIKLUS 2

Gambar 8. Diagram Capaian Keaktifan Siswa Mendengarkan Penjelasan Guru Dengan Baik

pertemuan 1

pertemuan 2

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

3. Siswa aktif dalam pembelajaran kelompok

Selama pembelajaran berlangsung jumlah siswa yang aktif dalam

pembelajaran kelompok semakin meningkat mulai dari siklus I sampai dengan

siklus II, jumlah siswa tersebut terlihat dari indikator - indikator diatas.

Hal tersebut dapat dilihat dari data lembar observasi siswa, bahwa siswa

yang mendengarkan penjelasan guru dengan baik pada siklus I pertemuan 1

jumlahnya 15 siswa atau sama dengan 41,66 % dari 36 siswa, pada siklus I

pertemuan 2 jumlahnya 15 siswa atau sama dengan 41,66 % dari 36 siswa, pada

siklus II pertemuan 1 jumlahnya 21 siswa atau sama dengan 58,33 % dari 36

siswa dan pada siklus II pertemuan 2 jumlahnya 26 siswa atau sama dengan 72,22

% dari 36 siswa.

0%10%20%30%40%50%

60%70%80%90%

100%

SIKLUS 1 SIKLUS 2

Gambar 9. Diagram Capaian Keaktifan Siswa Tidak Mengobrol Dalam Kelas

pertemuan 1

pertemuan 2

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

SIKLUS 1 SIKLUS 2

Gambar 10. Diagram Capaian Keaktifan Siswa Aktif Dalam Pembelajaran Kelompok

pertemuan 1

pertemuan 2

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

4. Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru

Selama pembelajaran berlangsung jumlah siswa yang mengajukan

pertanyaan kepada guru semakin meningkat mulai dari siklus I sampai dengan

siklus II, jumlah siswa tersebut terlihat dari indikator - indikator diatas.

Hal tersebut dapat dilihat dari data lembar observasi keaktifan siswa, bahwa

siswa yang mendengarkan penjelasan guru dengan baik pada siklus I pertemuan 1

jumlahnya 12 siswa atau sama dengan 33,33 % dari 36 siswa, pada siklus I

pertemuan 2 jumlahnya 17 siswa atau sama dengan 47,22 % dari 36 siswa, pada

siklus II pertemuan 1 jumlahnya 22 siswa atau sama dengan 61,11 % dari 36

siswa dan pada siklus II pertemuan 2 jumlahnya 31 siswa atau sama dengan 86,11

% dari 36 siswa.

5. Siswa menyatakan pendapat selama pembelajaran

Selama pembelajaran berlangsung jumlah siswa yang menyatakan pendapat

semakin meningkat mulai dari siklus I sampai dengan siklus II, jumlah siswa

tersebut terlihat dari indikator - indikator diatas.

Hal tersebut dapat dilihat dari data lembar observasi siswa, bahwa siswa

yang mendengarkan penjelasan guru dengan baik pada siklus I pertemuan 1

jumlahnya 8 siswa atau sama dengan 22,22 % dari 36 siswa, pada siklus I

pertemuan 2 jumlahnya 11 siswa atau sama dengan 30,55 % dari 36 siswa, pada

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

SIKLUS 1 SIKLUS 2

Gambar 11. Diagram Capaian Keaktifan Siswa Mengajukan Pertanyaan Kepada Guru

pertemuan 1

pertemuan 2

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

siklus II pertemuan 1 jumlahnya 26 siswa atau sama dengan 72,22 % dari 36

siswa dan pada siklus II pertemuan 2 jumlahnya 29 siswa atau sama dengan

80,55% dari 36 siswa.

6. Siswa mengerjakan tugas dengan baik

Selama pembelajaran berlangsung jumlah siswa yang mengerjakan tugas

dengan baik semakin meningkat mulai dari siklus I sampai dengan siklus II,

jumlah siswa tersebut terlihat dari indikator - indikator diatas.

Hal tersebut dapat dilihat dari data lembar observasi siswa, bahwa siswa

yang mendengarkan penjelasan guru dengan baik pada siklus I pertemuan 1

jumlahnya 14 siswa atau sama dengan 38,88 % dari 36 siswa, pada siklus I

pertemuan 2 jumlahnya 19 siswa atau sama dengan 52,77 % dari 36 siswa, pada

siklus II pertemuan 1 jumlahnya 26 siswa atau sama dengan 72,22 % dari 36

siswa dan pada siklus II pertemuan 2 jumlahnya 29 siswa atau sama dengan 80,55

% dari 36 siswa.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

SIKLUS 1 SIKLUS 2

Gambar 12. Diagram Capaian Keaktifan Siswa Menyatakan Pendapat Selama Pembelajaran

pertemuan 1

pertemuan 2

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

REKAPITULASI HASIL PENGAMATAN

Tabel 11. Rata - Rata Hasil Observasi Keaktifan Siswa

NO ASPEK PENGAMATAN SIKLUS I SIKLUS II

P. 1 P. 2 P. 1 P. 2

1. Keaktifan Siswa 35,18% 46,75% 65,73% 80,46%

Tabel 12. Persentase Prestasi Belajar Siswa

NO ASPEK PENGAMATAN SIKLUS I SIKLUS II

1. Prestasi Belajar Siswa 52,77 % 88,33 %

Berdasarkan hasil penelitian di atas yang mana penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Circuit Learning dapat meningkatkan kegiatan

belajar mengajar yang ditinjau atau dilihat dari segi keaktifan siswa dan prestasi

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

SIKLUS 1 SIKLUS 2

Gambar 13. Diagram Capaian Keaktifan Siswa Menyatakan Pendapat Selama Pembelajaran

pertemuan 1

pertemuan 2

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

belajar siswa, meskipun ada kelemahannya yaitu pada saat pelaksanaan tahap

tahapnya siswa terkadang belum siap mulai pembelajaran dan pada pelaksanaan

siklus I terdapat kelemahan tahap pembelajaran yaitu saat siswa mencari buku di

perpustakaan siswa terkadang kesulitan mencari buku sehingga melebihi batas

waktu yang telah ditentukan ang mengakibatkan waktu pembelajaran tidak sesuai

dengan rencana pembelajaran.

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada pelaksanaan Penelitian

Tindakan Kelas pada siswa kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe circuit learning dapat

meningkatkan kegiatan belajar mengajar yang ditinjau dari keaktifan dan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran dasar survei kelas X TKB di SMK Negeri 1

Magelang. Hal ini dapat dilihat dari:

1. Kegiatan belajar mengajar yang meningkat dengan diterapkannya model

pembelajaran circuit learning. Hal tersebut dilihat dari meningkatnya

keaktifan siswa selama kegitan belajar berlangsung dari dimulai siklus I

sampai dengan siklus terakhir yaitu siklus II dengan hasil akhir persentase

keaktifan siswa sebesar 80,46 % atau sama dengan 30 siswa dari 36 siswa.

2. Penerapan model pembelajaran circuit learning dapat meningkatkan hasil

belajar ( nilai kompetensi ) siswa kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang

tahun ajaran 2010/2011 pada mata pelajaran praktek dasar Survei berstandar

kompetensi mengukur profil melintang (cross) pada titik memanjang dengan

hasil akhir rata - rata kelas 75,44.

B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka beberapa saran peneliti dikemukakan

sebagai berikut:

1. Bagi peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian tindakan kelas ( PTK )

alangkah lebih bagus jika penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

circuit learning diteliti untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

2. Bagi guru hendaknya dapat lebih menciptakan pembelajaran yang kondusif

dan dapat mengikutsertakan siswa lebih aktif dalam setiap kegiatan belajar

sehingga partisipasi siswa dalam pembelajaran terus meningkat.

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac...Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan bagi peneliti

lain dan kiranya perlu dilakukan penelitian sejenis dengan cakupan mata

pelajaran berbeda yang disinyalir menghadapi permasalahan yang serupa,

sehingga dapat diketahui sejauh mana efektifitas pembelajaran dari penerapan

Model Pembelajaran Circuit Learning dalam meningkatkan keaktifan siswa

dan hasil belajar siswa sebagai poin penting meningkatnya kegiatan belajar

mengajar.