dalam zikir al-ma ṠŪrĀt di pesantren al-adzkar …
TRANSCRIPT
PRAKTIK PEMBACAAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN
DALAM ZIKIR AL-MA’ṠŪRĀT DI PESANTREN
AL-ADZKAR PAMULANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)
Oleh:
Rosita
NIM 11150340000273
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
JAKARTA
1442 H/2021 M
i
PRAKTIK PEMBACAAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN DALAM ZIKIR AL-MA’ṠŪRĀT DI PESANTREN
AL-ADZKAR PAMULANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar SarjanaStrata Satu (S1)
Oleh:
Rosita
NIM 11150340000273
Dosen Pembimbing
Moh. Anwar Syarifuddin, M.A
NIP: 197205181998031003
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
JAKARTA
1442 H/2021 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Rosita
NIM : 11150340000273
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 29 November 1996
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Praktik Pembacaan Ayat-ayat Al-
Qur’an dalam Zikir Al-Ma’ṡūrāt di Pesantren Al-Adzkar Pamulang” adalah
benar-benar asli karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
terkecuali kutipan-kutipan yang telah disebutkan sumbernya. Kesalahan dan
kekurangan dalam skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya. Jika di
kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pamulang, 16 Oktober 2020
Rosita
iv
ABSTRAK
Rosita
“Praktik Pembacaan Ayat-ayat al-Qur’an dalam Zikir Al-Matsurat di
Pesantren al-Adzkar Pamulang”
Praktik pembacaan ayat-ayat al-Qur’an dalam zikir al-Ma’ṡūrāt di
Pesantren al-Adzkar Pamulang sangat rutin dilakukan. Beberapa alasan di
balik pentingnya masalah ini di antaranya adalah lantaran fungsi al-Qur’an
sebagai pengingat banyak diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Zikir
dengan ayat-ayat al-Qur’an menjadi pelindung diri, obat penenang hati, dan
pemberi keberkahan, ketika ayat-ayat itu dibacakan sebagai doa, seperti yang
terdapat dalam zikir al-Ma’ṡūrāt. Pesantren al-Adzkar secara rutin
membacakan zikir ini setiap harinya, di waktu pagi menjelang belajar,
ataupun di waktu sore menjelang Maghrib. Penelitian lapangan yang penulis
lakukan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Adapun metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data ialah dengan observasi partisipatif,
sehingga data-data yang diperoleh bersumber dari hasil wawancara dan
pengamatan di lapangan. Kemudian data ini diolah dengan cara reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil temuan dari penelitian ini
menyimpulkan bahwa praktik pembacaan zikir al-Ma’ṡūrāt di Pesantren al-
Adzkar dilakukan setiap hari secara bersama-sama dan dipimpin oleh
seorang santri di Masjid santri putra dan santriwati di Aula santri putri
secara rutin pada pagi dan sore hari. Meski terkadang tidak dibaca karena
ada kegiatan lain yang bersamaan di waktu pagi namun kegiatan ini selalu
diusahakan untuk dibaca, meskipun hanya waktu pagi atau sore saja, karena
padatnya kegiatan pesantren. Zikir yang dibaca adalah zikir al-Ma’ṡūrāt
Wāzifah Sughrā. Semua ayat yang terdapat dalam zikir tersebut dibacakan
secara keseluruhan, sedangkan untuk pembacaan doa dibaca sebanyak
sekali-sekali saja. Zikir ini diharapkan banyak memberikan manfaat bagi para
santri dan pesantren. Meskipun dalam faktanya, masih ditemukan santri yang
mengaku belum dapat merasakan manfaat dari zikir al-Ma’ṡūrāt tersebut,
seperti masih merasakan hambatan dalam proses belajar, maupun sikap laku
yang kurang terpuji, kurang terasanya dampak pembacaan zikir ini lebih
disebabkan karena masing-masing individu berbeda proses pengamalannya.
Kata Kunci : al-Qur’an, al-Ma’ṡūrāt, zikir
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wa Rahmatullȃhi wa Barakȃtuh
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, karena atas
petunjuk, taufik, rahmat dan rahim-Nya sehigga penelitian ini dapat
terwujud denga judul “Praktik Pembacaan Ayat-ayat al-Qur’an dalam
Zikir al-Ma’ṡūrāt di Pesantren al-Adzkar Pamulang” Skripsi ini
diajukan guna memenuhi syarat dalam penyelesaian pendidikan pada
Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bagitupun lantunan salawat serta salam kepada baginda Nabi
Muhammad Saw, penyampai risalah dan penebar rahmat Allah bagi
semesta alam. Revolusioner agung yang keteladanan hidupnya menjadi
panutan hingga saat ini. Perjuangan dakwahnya juga yang telah
menginspirasi banyak muballigh dalam berdakwah hingga ke seluruh
pelosok dunia.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai
pihak yang turut memberi andil, baik secara langsung maupun tidak
langsung, baik moril maupun materil. Maka, sepatutnya peneliti
mengucapkan rasa syukur terimakasih dan penghargaam sebesar besarnya
kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis Lc, M.A,
selaku rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, M.A, selaku dekan Fakultas
Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
vi
3. Bapak Dr. Eva Nugraha, M.A, selaku ketua Jurusan Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir dan Bapak Fahrizal Mahdi, Lc. MIRKH,
selaku sekertaris Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
4. Dosen pembimbing skripsi penulis, Bapak Moh. Anwar
Syarifuddin, M.A, yang senantiasa membimbing, mengarahkan,
dan memberikan motivasi penulis dengan sabar dalam
melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan baik. Terimakasih tak terhingga
keikhlasannya dalam membimbing penulis sampai pada
rampungnya penulisan ini. Atas segala perhatian yang telah
bapak berikan tersebut saya hanya mampu membalasnya
dengan doa, semoga kesehatan, kemudahan, dan keberkahan
dari Allah senantiasa mengiringi setiap langkah perjalanan
hidup bapak.
5. Dosen penguji I bapak Dr. H. Hasani Ahmad Said, S.Th.I., M.A.
dan dosen penguji II bapak Hasanuddin Sinaga, M.A., yang
senantiasa sudah menguji dan mengarahkan penulis dalam
penulisan skripsi ini agar lebih baik lagi.
6. Dosen penasehat akademik bapak Dasrizal, S.S.I, MIS, yang
banyak memberikan masukan kepada penulis selama studi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh dosen di Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir yang
dengan tulus memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
8. Para staff Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, terimakasih untuk referensi yang ada
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Ayahanda dan ibunda tercinta: Bapak Awit dan Ibu Nur’aeni,
mereka adalah orang tua penulis yang tidak henti-hentinya
vii
memberikan dukungan, kasih sayang, do’a yang tulus, serta
nasihat kepada penulis agar selalu menjadi sosok yang kuat dan
sabar dalam menghadapi hidup.
10. Kakakku: Aa Agus Nurrohman dan Teh Sundus, Teh Masna dan
suami, dan adikku: Siti Aisyah dan Arya Rizki Ramadhan, yang
sering menanyakan kapan wisuda?, itu sebetulnya yang
memberikan semangat kepada saya agar segera menyelesaikan
skripsi ini.
11. Ust. Ali Rahmat dan Ms. Lili Nabilah, selaku pimpinan Pondok-
Pesantren Al-Adzkar Pamulang yang telah mengijinkan saya
untuk melakukan penelitian ini dan memberikan saya
bantuan/fasilitas tempat tinggal dan lainnya selama perantauan
ini yang membuat saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan
lancar.
12. Ms. Niswah selaku guru di Mts Al-Adzkar yang telah
memberikan bantuan kepada saya dalam mensponsori laptop
dalam proses penulisan skripsi ini.
13. Para musyrifah Al-Adzkar: Ms. Titin, Ms. Niswah, Ms. Ima,
Ms. Nunung, Ms. Rosidah, Ms. Sri, Ms. Ela, Ms. Zulfa, Ms.
Selvia, Ms. Nisa dan Ms. Ria yang telah mendukung dan
memberikan semangat agar segera menyelesaikan skripsi ini.
14. Keluarga besar Pesantren Al-Adzkar yang telah mendukung
dan menyemangati saya agar segera menyelesaikan penelitian
ini.
15. Sahabat-sahabatku “The Goceng”: Ela, Widya, Isma, Uput,
Yulis, Lutfi, Ledia, Ambar, Iroh, Ichya, Fajri, Zahroh, Ulfah,
dan Yuni yang telah menemani perjuangan dari awal hingga
akhir perkuliahan ini.
viii
16. Wulan Nur’aini Ai, adik kelas rasa saudara kandung yang tak
henti memberikan support dan doanya.
17. Teman-teman KKN 4GL7E 2018 yang selalu memberikan
support.
18. Keluarga LEMKA (Lembaga Kaligrafi al-Qur’an) Ciputat yang
selalu memberikan inspirasi dan motivasi.
19. Seluruh teman-teman Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir angkatan 2015
yang saling mendukung dan menyemangati penulis untuk
menyelesaikan penelitian ini.
Besar harapan penulis, semoga skripsi yang penulis susun ini dapat
bermanfaat baik bagi penulis, para akademisi, maupun masyarakat umum.
Wassalamu’alaikum wa Rahmatullāhi wa Barakātuh.
Ciputat, 29 September 2020
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan
bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.
A. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat
dilihat pada halaman berikut:
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan - ا
b Be ب
t Te ت
ṡ Es (dengan titik di atas) ث
j Je ج
ḥ h (dengan titik di bawah) ح
kh Ka dan Ha خ
d De د
ż Zet (dengan titik di atas) ذ
x
r Er ر
z Zet ز
S Es س
Sy Es dan Ye ش
ṣ Es dengan titik di bawah ص
ḍ De dengan titik di bawah ض
ṭ Te dengan titik di bawah ط
ẓ Zet dengan titik di bawah ظ
Apostrof terbalik ‘ ع
G Ge غ
F Ef ف
Q Qi ق
K Ka ك
L El ل
xi
M Em م
N En ن
w We و
H Ha ھ
Apostrof ` ء
Y Ye ي
Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi
tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis
dengan tanda (’).
B. Tanda Vokal
Vokal dalam bahasa Arab-Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau
monoftong dan vokal rangkap atau disebut diftong. Untuk vokal tunggal
sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
A Fatḥah
I Kasrah
U Ḍammah
xii
Adapun untuk vokal rangkap, sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ي Ai a dan i
و Au a dan u
Dalam bahasa Arab untuk ketentuan alih aksara vokal panjang (mad)
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ا Ā a dengan garis di atas ى
ي Ī i dengan garis di atas ى
و Ū u dengan garis di atas ى
C. Kata Sandang
Kata sandang dilambangkan dengan “al-“, yang diikuti huruf
syamsiyah dan huruf qamariyah.
al-Qamariyah ير ن al-Munīr الم
al- Syamsiyah ال ر ج al-Rijāl ال
D. Syaddah atau Tasydîd
Dalam bahasa Arab syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan “ “
ketika dialihkan ke bahasa Indonesia dilambangkan dengan huruf, yaitu:
xiii
al-Qamariyah ة و ق
al-Quwwah ال
al- Syamsiyah ة ور ر ض
al-Ḍarūrah ال
E. Ta Marbūṭah
Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta marbūṭah yang
hidup atau mendapat harkat fatḥah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya
adalah [t]. Sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harkat sukun,
transliterasinya adalah [h].Kalau pada kata yang berakhir dengan ta
marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta
bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbūṭah itu ditransliterasikan
dengan ha (h). Contoh:
No Kata Arab Alih Aksara
1 ة يق ر
Ṭarīqah ط
2 ة ي م
سلا لإ
ا ة ع ام
ج al-Jāmi’ah al-Islāmiah ال
ود 3ج و ال ة حد Waḥdat al-Wujūd و
F. Huruf Kapital
Penerapan huruf kapital dalam alih aksara ini, juga mengikuti Ejaan
Bahasa Indonesia (EBI) yaitu, untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf
awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri
didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap
huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya.
Contoh: Abū Hāmīd al-Gazālī, al-Kindī.
xiv
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang
berasal dari Indonesia sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun
akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-
Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbānī; Nuruddin al-Raniri, tidak
Nūr al-Dīn al-Rānīrī
G. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam
BahasaIndonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah
atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah
atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan
bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia,
tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al-
Qur’an (dari al-Qur’ān), Sunnah, khusus dan umum.Namun, bila kata-kata
tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus
ditransliterasi secara utuh. Contoh:.
Fī ẓilāl al-Qur’an
al-‘Ibārāt bi ‘umūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ al-sabab
H. Singkatan-singkatan
Singkatan Keterangan
QS. al-Qur`an Surah
Swt. Subḥānahu wa Ta‘alā
Saw. ṣallallāhu ‘Alaihi Wasallam
Ra. Raḍiyallāhu ‘Anhu
xv
h. Halaman
Terj. Terjemah
M Masehi
H Hijriah
w. Wafat
xvii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. ii
LEMBAR KEASLIAN .................................................................... iii
ABSTRAK ....................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah .................. 9
1. Identifikasi Masalah ........................................................ 9
2. Pembatasan Masalah ....................................................... 9
3. Rumusan Masalah ........................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 9
1. Tujuan Penelitian ............................................................ 9
2. Manfaat Penelitian .......................................................... 10
D. Tinjauan Pustaka ................................................................... 10
E. Metode Penelitian ................................................................. 14
1. Jenis Penelitian ................................................................ 14
2. Sumber Data .................................................................... 15
3. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................... 15
4. Metode Pengumpulan Data ............................................. 15
5. Populasi ........................................................................... 15
6. Teknik Analisis Data ....................................................... 16
7. Teknik Penulisan ............................................................. 18
F. Sistematika Pembahasan ....................................................... 19
xviii
BAB II ZIKIR AL-MA’ṠŪRĀT SEBAGAI BAGIAN DARI
LIVING QUR’AN
A. Pengertian al-Ma’ṡūrāt ......................................................... 23
B. Keutamaan Membaca Zikir al-Ma’ṡūrāt .............................. 24
C. Sistematika al-Ma’ṡūrāt Hassan al-Banna: antara ayat dan doa
Ma’ṡūr ................................................................................... 26
1. Al-Ma’ṡūrāt Wāzifah Kubrā ........................................... 26
2. Al-Ma’ṡūrāt Wāzifah Ṣugrā ............................................ 28
D. Komposisi Ayat-ayat dalam Al-Ma’ṡūrāt ............................. 29
E. Zikir Al-Ma’ṡūrāt Sebagai Bagian dari Living Qur’an ......... 46
BAB III PROFIL PESANTREN AL-ADZKAR
A. Sejarah Berdirinya Pesantren al-Adzkar Pamulang .............. 51
B. Letak Geografis ..................................................................... 53
C. Profil Pesantren ..................................................................... 54
D. Visi dan Misi Pondok Pesantren ........................................... 54
E. Jenjang Pendidikan yang Diselenggarakan ........................... 55
F. Program Pendidikan dan Pesantren ...................................... 56
G. Struktur Organisasi ............................................................... 59
H. Biodata Narasumber/Informan .............................................. 61
1. Ustadz dan Ustadzah ....................................................... 61
2. Santriwan dan Santriwati ................................................ 62
BAB IV MEMAHAMI AYAT-AYAT AL-QUR’AN DALAM ZIKIR
AL-MA’ṠŪRᾹT ṢUGHRᾹ DAN PRAKTIK
PEMBACAANNYA DI PESANTREN AL-ADZKAR
PAMULANG
A. Latar Belakang Pembacaan al-Ma’ṣūrāt .............................. 65
B. Pemahaman terhadap Penggunaan Ayat-ayat al-Qur’an dalam
Zikir
xix
al-Ma’ṣūrāt ........................................................................... 77
C. Praktik Pembacaan Zikir al-Ma’ṡūrāt .................................. 90
D. Dampak Pembacaan Zikir al-Ma’ṡūrāt bagi Santri .............. 104
BAB V Penutup
A. Kesimpulan ........................................................................... 123
B. Saran ..................................................................................... 124
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 125
LAMPIRAN I .................................................................................. 131
LAMPIRAN II ................................................................................ 153
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Studi kajian terhadap al-Qur’an telah berjalan dalam sejarah
yang cukup panjang. Semakin menyelami lautan terdalam dari al-
Qur’an, maka semakin asyik kita dibuatnya.1 Al-Qur’an adalah
wahyu Ilahi yang berisi nilai-nilai universal kemanusiaan.2 Ia
diturunkan untuk dijadikan petunjuk, bukan hanya untuk
sekelompok manusia ketika ia diturunkan, tetapi juga untuk seluruh
manusia hingga akhir zaman.3
Keberadaan al-Qur’an diyakini memiliki kebenaran mutlak,
namun kebenaran produk penafsirannya bersifat relatif. Ayat-ayat
al-Qur’an yang diturunkan pada waktu tertentu dalam sejarah sering
kali menggunakan ungkapan-ungkapan yang sesuai dengan situasi
yang mengelilinginya. Ayat-ayat tersebut tidak dapat direduksi atau
dibatasi oleh situasi historis pada saat ia diwahyukan. oleh karena
itu, terutama seorang mufasir, dituntut untuk mampu menangkap
ideal moral yang terkandung di dalam al-Qur’an.4 Hal itu terjadi
karena manusia adalah makhluk yang terlampau bebas memahami
kenyataan yang dihadapi, manusia adalah makhluk biologis yang
1 Hasani Ahmad Said, “Menggagas Munasabah al-Qur’an”. Hunafa: Jurnal Studia
Islamika, Vol. 13, No. 1 (Juni 2016), 2. 2 Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah al-Qur’an dalam Tafsir al-Mishbah
(Jakarta: Amzah, 2015), 9. 3 Hasani Ahmad Said, “Corak Pemikiran Kalam Tafsir Fath al-Qadir: Telaah Atas
Pemikiran Kalam Karya al-Syaukani: Tesis S2 PPs UIN Jakarta, tahun 2007. 4Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer (Yogyakarta: Lkis, 2012),
56.
2
memiliki insting dan kebutuhan sehingga pengetahuan dan
pemahaman juga terbentuk dari kondisi materilnya.5
Al-Qur’an memiliki banyak fungsi. Beberapa diantaranya al-
Qur’an berfungsi sebagai hudan (petunjuk) yang dari petunjuk itu
berkembang banyak cabang ilmu. Ada fungsi syifa dan menjadi akar
bagi perkembangan bidang pengobatan dan juga fungsi dzikir. Al-
Qur’an sebagai pengingat, peringatan, dan juga pemberi pelajaran.
Di dalam al-Qur’an banyak perintah untuk berdzikir, mengingat
Allah. Salah satunya dalam QS. Al-Baqarah ayat 152 yang
menerangkan bahwa dengan berzikir kepada Allah, maka Allah pun
akan mengingat kita.
فرون ا تك
روا لي ول
م واشك
رك
ذك
ي ا رون
١٥٢ فاذك
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu.
Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-
Ku.”6
Berdasarkan ayat di atas, diterangkan bahwasannya Allah
memerintahkan kita untuk selalu berzikir dan bersyukur. Dalam
kondisi apapun berzikir dan bersyukur sangat diperlukan, karena
ibadah ini termasuk ibadah yang mudah dilakukan dan dapat
menenangkan hati.
Peran zikir bagi unsur kejiwaan anak, khususnya santri,
sangatlah penting, di mana banyak pesantren yang menerapkan
tradisi pembacaan zikir bagi para santrinya dengan banyak ragam
tujuan. Akan tetapi, pada intinya zikir diharapkan dapat membentuk
5Geger Riyanto, Peter L. Berger: Perspektif Metateori Pemikiran (Jakarta:
LP3ES, 2009), 105. 6Departemen Agama RI, Mushaf al-Qur’an dan Terjemah, terj. Yayasan
Penyelenggara Penerjemah Al-Quran (Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar, 2009), 23.
3
kapabilitas ruhaniah para santri. Di sinilah praktik pembacaan zikir
di pesantren perlu diuji efektivitasnya, apakah mampu memberikan
manfaat seperti yang digagas sebgai motivasi pembacaan zikir itu
oleh para pengasuh dan ustadznya.
Zikir dapat menghidupkan hati seorang hamba, hidupnya hati
dapat membuat bahagia di dunia dan di akhirat. Individu yang benar-
benar melakukan ibadah (zikir) kepada Tuhannya, seperti halnya ia
memberikan nutrisi pada waktu-waktu tertentu demi menjaga
kesehatan dirinya. Zikir yang dilakukan secara berulang-ulang dan
terus menerus maka akan terjadi pemograman di dalam otak,
mensugesti alam bawah sadar individu, dan akhirnya memberi efek
pada perilaku individu untuk menjadi lebih positif serta percaya
diri.7
Zikir memiliki beberapa pengertian, antara lain secara bahasa
zikir berasal dari kata “zakara” yang berarti menyebut, mensucikan,
menjaga, mengerti, mempelajari, memberi dan nasehat. Sedangkan
secara istilah adalah membasahi lidah dengan ucapan-ucapan pujian
kepada Allah. Oleh karena itu zikir berarti mensucikan dan
mengungkapkan, juga dapat diartikan menyebut dan mengucapkan
nama Allah atau menjaga dalam ingatan (mengingat).8
Menurut Ibn Manzur, zikir adalah menjaga sesuatu dengan
menyebut atau mengingatnya, sedangkan menurut Ibn Ishaq berarti
mengambil pelajaran, selain itu zikir juga bermakna kehormatan
atau kemuliaan, nama baik, al-kitab yang isinya menjelaskan agama,
7Latifah, “La Ilaha Illa Allah SebagaiI Afdhalu Dzikri Tinjauan Multidimensi”.
Jurnal, vol. 2, no. 2 (Juli 2018): 70. 8Ismail Nawawi, Risalah Dzikir dan Do’a Penerobos Tirai Risalah Ilahi (Tinjauan
dari Aqidah, Fikih dan Tasawuf) (Surabaya: Karya Agung Surabaya, 2008), 104-105.
4
shalat dan do’a serta pujian atas-Nya.9 Secara etimologi zikir dalam
bahasa arab dikenal dengan istilah al-zikr berasal dari kata zakara-
yazkuru-zikran yang berarti mengingat, menyebut, mengagungkan,
mensucikan, menjaga, mengerti. Dengan demikian zikir dapat
bermakna pujian-pujian kepada Allah Swt yang diucapkan secara
berulang-ulang. Secara terminologi zikir adalah setiap ucapan yang
dirangkaikan untuk tujuan memuji dan berdo’a. Yakni lafal yang
digunakan untuk beribadah kepada Allah Swt berkaitan dengan
pengagungan terhadap-Nya dengan bersyukur dan mengagungkan
zat-Nya dengan memuliakan dan mentauhidkan-Nya, dengan
membaca kitab-kitab-Nya dengan memohon kepada-Nya atau
berdo’a kepada-Nya.10
Dalam Ensiklopedi Tematis Islam, zikir diartikan dengan ingat,
maksudnya mengingat Allah Swt dengan maksud mendekatkan diri
kepada-Nya. Zikir merupakan suatu upaya yang dilakukan manusia
untuk mengingat kebesaran dan keagungan Allah SWT agar
manusia tidak lupa terhadap pencipta nya serta terhindar dari
penyakit sombong dan takabur.11 Menurut M. Quraish Shihab, Zikir
dalam pengertian yang luas adalah kesadaran tentang kehadiran
Allah di mana saja dan kapan saja, serta kesadaran akan
kebersamaan-Nya dengan mahkluk hidup, kebersamaan dalam arti
pengetahuan-Nya terhadap segala yang berada di alam semesta ini
9Ibn Manzur, Lisān al-‘Arab, Jilid 3 (Bierut: Dar al Ma’arif, 1990), 1507-1509. 10Muhammad bin ‘Abd al-Rahman, Al-Kumais zikr al Jamil bain al Iibtidail, terj.
Abu Hakim (Solo: At-Tibayan, t,th), 27. 11Koirul Umam, “Konsep Zikir menurut Al-Maraghi” (Skripsi S1., UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011).
5
serta bantuan dan pembelaan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya yang
taat.12
Kata zikir sering disebut dalam al-Qur’an dengan berbagai
bentuk dan maksud, oleh karenanya al-Qur’an merupakan kitab suci
yang berfungsi memberikan petunjuk dan pedoman hidup umat
manusia serta memberikan solusi untuk memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapi umat manusia. Solusi tersebut adalah
dengan berzikir kepada Allah Swt. Zikir adalah salah satu unsur
penting menuju takwa yang mempunyai wujud keinginan kembali
kepada Allah Swt. Perintah zikir juga ditujukan kepada manusia agar
mereka menyadari keberadaan Allah Swt dalam kehidupannya.
Sesuai dengan firman Allah dalam QS. al-Aḥzāb 41-42 “Hai orang-
orang yang beriman berzikirlah (dengan menyebut nama Allah) zikir
yang sebanyak-banyak nya dan sucikanlah Dia pada pagi dan
petang”.13
Bagi umat Islam, al-Qur’an merupakan kitab suci yang menjadi
dasar dan pedoman dalam menjalani kehidupan mereka. Al-Qur’an
bagi umat Islam memiliki banyak sekali manfaat, mulai dari manfaat
bagi fisik, ilmu serta ruhani. Dalam kehidupan sehari-hari mereka
umumnya telah melakukan praktik resepsi terhadap al-Qur’an baik
dalam bentuk membaca, memahami dan mengamalkan, maupun
dalam bentuk resepsi sosio kultural. Itu semua karena mereka
mempunyai keyakinan bahwa berinteraksi dengan al-Qur’an secara
maksimal akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.14
12M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tentang Zikir dan Do’a (Ciputat:
Lentera Hati, 2006), 14. 13Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakara: CV Darus Sunah,
2002), 58. 14Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, Cet. II (Yogyakarta:
Idea Press, 2015), 103.
6
Macam interaksi dengan al-Qur’an banyak sekali ragamnya,
mulai dari yang paling sederhana, yaitu membacanya, kemudian
berkembang menjadi beberapa macam interaksi dalam bentuk lain.
Seperti mempelajari ilmu-ilmu al-Qur’an, memahami al-Qur’an
secara parsial hingga mendetail, dijadikan sebagai perantara
penyembuhan, mengiramakan bacaan al-Qur’an, menafsirkan al-
Qur’an, menjadikan beberapa ayat sebagai zikir wajib, menentukan
hukum berdasarkan al-Qur’an, perlombaan-perlombaan bertemakan
al-Qur’an dan lain sebagainya.
Cita-cita sosial Islam dimulai perjuangannya dengan
menumbuh-suburkan aspek-aspek akidah dan etika dalam diri
pemeluknya. Ia dimulai dengan pendidikan kejiwaan bagi setiap
pribadi, keluarga dan masyarakat, hingga akhirnya menciptakan
hubungan yang serasi antara semua anggota yang salah satu
cerminannya adalah kesejahteraan lahiriah.15
Pesantren adalah lembaga Pendidikan tradisional Islam yang
mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran
Islam dengan menekankan pentingnya moral keagaamaan sebagai
pedoman perilaku sehari-hari.16 Corak Pendidikan yang ditawarkan
pun beraneka ragam, dari yang berbentuk modern, dengan program
bahasa Arab sebagai unggulan. Ada juga yang menawarkan program
kajian kitab turāts sebagai upaya melestarikan konsep Syariah yang
dibawa oleh ulama yang natabene adalah pewaris para nabi.17 Ciri
khas yang paling menyolok dalam tradisi pesantren adalah jaringan,
15M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1996), 242. 16 Hasani Ahmad Said, “Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren di Nusantara”.
Jurnal Kebudayaan Islam, vol. 9, no. 2 (Juli-Desember 2011): 181. 17 Hasani Ahmad Said, “Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren di Nusantara”.
Jurnal Kebudayaan Islam, vol. 9, no. 2 (Juli-Desember 2011): 182.
7
silsilah, sanad, ataupun geneologi yang bersifat berkesinambungan
untuk menentukan tingkat efisoterisitas dan kualitas keulamaan
seorang intelektual.18
Sama halnya dengan tradisi yang diterapkan oleh pesantren al-
Adzkar Pamulang. Salah satu tradisi atau kegiatannya yang
diterapkan kepada para santri yaitu dalam menghidupkan teks-teks
al-Qur’an ialah dengan pembacaan al-Ma’ṡūrāt. Secara tradisi
pesantren, sebuah institusi Pendidikan Islam dapat disebut pesantren
kalau ia memiliki elemen-elemen utama yang lazim dikenal di dunia
pesantren.19 Dari sisi bahasa, al-Ma’ṡūrāt merupakan bentuk plural
dari al-Ma’ṡūrāt, seakar dengan kata aṡar, sesuatu yang dinukilkan
dari ayat dan dari hadis Rasulullah Saw. dan dari sahabat. Sebagian
ulama ada yang menganggap perkataan tabi’in termasuk bagian dari
aṡar.20 Sedangkan yang dimaksud dengan al-Ma’ṡūrāt di sini
merupakan kumpulan bacaan zikir yang dipilih oleh Hasan al-Banna
dari sejumlah ayat dan hadis Nabi Muhammad Saw.
Para santri sudah terbiasa untuk melakukan pembacaan al-
Ma’ṡūrāt pada pagi dan petang hari. Ini adalah salah satu rutinitas
para santri selain belajar di sekolah dan menghafal al-Qur’an.
Namun demikian, dalam Pratik pembacaan al-Ma’ṡūrāt di pesantren
tersebut sudah tidak begitu rutin seperti dulu. Semisal, pada saat pagi
mereka lebih fleksible mengamalkan zikir al-Ma’ṡūrāt. Berbeda
dengan sore hari yang tetap rutin dibacakan.
18 Hasani Ahmad Said, “Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren di Nusantara”.
Jurnal Kebudayaan Islam, vol. 9, no. 2 (Juli-Desember 2011): 182 19 Hasani Ahmad Said, “Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren di Nusantara”.
Jurnal Kebudayaan Islam, vol. 9, no. 2 (Juli-Desember 2011): 180. 20Fahd Abdurrahman Ibn Sulaiman ar-Rumy, Buḥus fī Uṣūl al-Tafsīr wa
Manāhijuhu (Riyadh: Maktabah al-Taubah, 1420 H), 71.
8
Kegiatan keberagamaan ini sangatlah berpengaruh pada pola
pikir para santri dalam kehidupan sehari-hari karena mereka berlatar
belakang pendidikan dan keluarga yang berbeda sebelum memasuki
pesantren. Sehingga dengan adanya kegiatan keberagamaan di
pesantren pengaruh dalam pola pikir mereka semakin berkembang
dari segi ibadah dan akhlak.
Skripsi ini mengkaji sebuah fenomena yang sudah berkembang
di tengah masyarakat, khususnya di Pesantren al-Adzkar Pamulang
Timur kota Tangerang Selatan. Sebuah lembaga pendidikan
berasrama yang merutinkan kegiatan membaca zikir al-Ma’ṡūrāt
bagi santri di sekitar pesantren di setiap pagi menjelang belajar di
sekolah dan menjelang sholat Maghrib. Fenomena yang terjadi ini
patut untuk dikaji lebih dalam Bagaimana bentuk terapan kegiatan
ini ditengah padatnya aktivitas pesantren? Bagaimana praktik para
santri ketika membaca al-Ma’ṡūrāt? Bagaimana pengaruhnya bagi
para santri ketika atau setelah membaca wirid al-Ma’ṡūrāt?
Sebagaimana telah dideskripsikan di atas bahwa al-Qur’an
begitu banyak menjelaskan mengenai zikir. Berdasarkan kenyataan
di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti dan mengkaji tentang
praktik-praktik serta pengaruh zikir al-Ma’ṡūrāt bagi para santri.
Untuk itu penulis ingin meninjau lebih jauh mengenai praktik dan
pengaruh zikir al-Ma’ṡūrāt pagi petang, karena itu penulis menarik
permasalahan dengan judul penelitian Praktik Pembacaan Ayat-
ayat al-Qur’an dalam Zikir al-Ma’ṡūrāt di Pesantren al-Adzkar
Pamulang. Karena dengan digunakan ayat-ayat al-Qur’an sebagai
zikir membuka kacamata penulis bahwa kegunaan al-Qur’an
memang banyak diterapkan dikehidupan sehari-hari bagi umat
Muslim.
9
B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Untuk memperjelas penelitian ini, maka penulis
mengidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaruh bacaan al-Qur’an dalam lantunan zikir?
b. Bagaimana praktik zikir dilakukan?
c. Apa saja ayat-ayat yang dibacakan pada saat melantunkan
zikir ?
d. Mengapa ayat-ayat tersebut yang dibacakan pada saat zikir?
2. Pembatasan Masalah
Untuk lebih memahami penelitian ini, penulis telah
membatasi masalah penelitian mengenai praktik dan pengaruh
pembacaan ayat-ayat zikir pada para santri untuk kemudian
diteliti lebih lanjut adalah tentang praktik pembacaan zikir al-
Ma’ṡūrāt di Pesantren al-Adzkar Pamulang.
3. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian ini,
Adapun rumusan masalah yang tersusun sebagai berikut:
“Bagaimana praktik pembacaan ayat-ayat al-Qur’an dalam zikir
al-Ma’ṡūrāt di Pesantren al-Adzkar Pamulang?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mendeskripsikan bagaimana praktik zikir yang dilakukan oleh
para santri
10
b. Menjelaskan bagaimana pengaruh ayat-ayat zikir bagi para
santri
c. Memberikan pemahaman kepada para santri dan pembaca
bahwa zikir dapat menjadi do’a dan obat
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian secara teoritis adalah untuk menambah
pengetahuan tentang pengaruh dan praktik ayat-ayat zikir, dan
hasil penelitian dapat melengkapi dan menguatkan penelitian
sebelumnya. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai
referensi peneliti lainnya.
b. Manfaat Praktis
Menambah wawasan dan informasi khususnya dalam ranah
studi Living Qur’ān sehingga dapat menjadi contoh penelitian
lapangan dan dapat memberikan informasi kepada pembaca
bahwa al-Qur’an dapat di aplikasikan dalam kehidupan di
lembaga pendidikan formal dan penelitian ini dapat menjadi
salah satu bahan kajian untuk penelitian selanjutnya.
D. Tinjauan Pustaka
Supaya tidak terjadi kesamaan pembahasan dengan skripsi,
tesis, disertasi, dan jurnal lain maka penulis menelusuri kajian-kajian
yang pernah dilakukan dan memiliki unsur kesamaan, selanjutnya
hasil dari penelitian ini dilakukan untuk tidak mengambil metode
yang sama, sehingga diharapkan kajian ini bukan merupakan plagiat
dari kajian yang telah ada.
11
Ketika melakukan kajian pustaka, penulis menemukan beberapa
tulisan yang berkaitan dengan kajian yang akan dibahas oleh penulis
baik berupa jurnal maupun skripsi. Tulisan-tulisan tersebut adalah:
Skripsi yang berjudul “Pembacaan al-Ma’ṡūrāt (Studi Living
Qur’an Bagi Para Santri Pondok Pesantren Ihyaul Qur’an Bengkulu
Tengah)”. Skripsi membahas masalah tentang pembacaan al-
Ma’ṡūrāt di Pondok Pesantren Ihyaul Qur’an Bengkulu Tengah dan
mendeskripsikan pemaknaan bagi santri terkait pembacaan al-
Ma’ṡūrāt serta mendeskripsikan praktek pembacaan al-Ma’ṡūrāt
yang dijadikan kegiatan rutin wajib.21
Jurnal yang berjudul “Pengaruh Zikir al-Ma’ṡūrāt dan
Terjemahnya terhadap Penurunan Kecemasan Siswa Menghadapi
Ujian Nasional”. Jurnal ini membahas tentang pengaruh zikir al-
Ma’ṡūrāt dan terjemahannya untuk menurunkan kecemasan para
siswa yang akan menghadapi ujian nasional.22
Skripsi yang berjudul “Konsep Wirid Qur’ani Studi Atas Kitab
al-Ma’ṡūrāt Karya Hasan al-Banna”. Menjelaskan konsep Wirid
Qur’ani dan ayat apa saja yang digunakan serta bagaimana
pengkategorian ayat tersebut dalam kitab al-Ma’ṡūrāt Hasan al-
Banna. Di samping itu juga dibahas argumentasi Hasan al-Banna
dalam menjelaskan wirid Qur’ani dan bagaimana tata cara
wiridnya.23
21Dimas Rahmat Riyadi, “Pembacaan al-Ma’ṡūrāt (Studi Living Qur’an Bagi Para
Santri Pondok Pesantren Ihyaul Qur’an Bengkulu Tengah)” (Skripsi S1., Institut Agama
Islam Negeri Bengkulu, 2019). 22Nur Jannah, “Pengaruh Zikir al-Ma’ṡūrāt dan Terjemahannya Terhadap
Penurunan Kecemasan Siswa Menghadapi Ujian Nasional”. Universitas Islam Negeri
Antasari, vol. 5, no. 2 (November 2017): 138-155. 23Fousiah Dwi Astuti, “Konsep Wirid Qur’ani (Studi Atas Kitab al-Ma’ṡūrāt
Karya Hasan al-Banna)” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2013).
12
Jurnal yang berjudul “Living Qur’an: Studi Kasus Pembacaan
al-Ma’ṡūrāt di Pesantren Khalid bin Walid Pasir Pengaraian Kab.
Rokan Hulu”. Jurnal ini membahas tentang ayat al-Qur’an yang
termuat dalam al-Ma’ṡūrāt yang menjadi bacaan rutin santri setiap
pagi dan sore. Penelitian ini tidak mengkaji ayat al-Quran sebagai
teks yang harus difahami dengan menggunakan beberapa disiplin
keilmuan, akan tetapi penelitian ini menggunakan pendekatan
metode living al-Quran. Pendekatan ini berusaha mengkaji bentuk
interaksi kelompok muslim terhadap al-Quran pada aspek penerapan
teks al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.24
Skripsi yang berjudul “Zikir Sebagai Penenang Hati Menurut
Pandangan Ibn Qayyim al-Jauziyyah dan al-Ghazali”. Dalam
skripsinya, penulis membahas tentang zikir sebagai solusi untuk
penenang hati menurut pandangan Ibn Qayyim al-Jauziyyah
menyebutkan dalam kitab “Madārijus Sālikīn” dan al-Ghazali dalam
Ihyā Ulumuddīn menyebutkan bahwa zikir mengingat Allah, antara
diri kita dan Allah, dan pandangan zikir menurut Ibn Qayyim al-
Jauziyyah dan al-Ghazali.25
Skripsi yang berjudul “Kualitas Hadis Doa dan Zikir Pagi
Petang dalam al-Ma’ṡūrāt al-Shugra Karya Hasan al-Banna”. Dalam
skripsi menjelaskan tentang kualitas hadis-hadis yang digunakan
oleh Hasan al-Banna dalam menyusun kitab al-Ma’ṡūrāt dengan
metode takhrij hadis.26
24Syahrul Rahman, “Living Qur’an: Studi Kasus Pembacaan al-Ma’ṡūrāt di
Pesantren Khalid bin Walid Pasir Pengaraian Kab. Rokan Hulu”. Institut Sains al-Qur’an
Syaikh Ibrahim Rokan Hulu, vol. 4, no. 2 (Oktober 2016). 49-71. 25Tuti Maesaroh, “Zikir Sebagai Penenang Hati Menurut Pandangan Ibn Qayyim
al-Jauziyyah dan al-Ghazali)” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2015). 26Aswin, “Kualitas Hadis Doa dan Zikir Pagi Petang dalam al-Ma’ṡūrāt al-Shugra
Karya Hasan al-Banna” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung, 2013).
13
Buku yang berjudul “Wawasan al-Qur’an tentang Zikir dan
Do’a”. Literatur ini lebih menekankan substansi zikir, bacaan,
media, dan dampak zikir dalam kehidupan sehari-hari.27
Skripsi yang berjudul “Konsep Zikir dalam al-Qur’an (Studi
atas Penafsiran M. Quraish Shihab)”. Skripsi ini mendeskripsikan
bentuk penafsiran M.Quraish Shihab tentang zikir dalam al-
Qur’an.28
Skripsi yang berjudul “Praktik Pembacaan Ayat-Ayat Alquran
dalam Zikir al-Ma’ṡūrāt (Studi Kasus di Pesantren Mahasiswa al-
Manar Universitas Muhammadiyah Ponorogo)”. Skripsi penelitian
ini mendeskripsikan tentang praktik pembacaan al-Ma’ṡūrāt yang
dilakukan oleh Mahasiswa di Pesantren Mahasiswa al-Manar.29
Dari beberapa literatur yang dipaparkan di atas, bahwa
penelitian tentang al-Ma’ṡūrāt dengan metode Living Qur’an sudah
ada yang membahas. Dari segi konsep wirid Qur’ani,
pengkategorian ayat al-Qur’an dalam kitab al-Ma’ṡūrāt,
argumentasi tokoh penyusun al-Ma’ṡūrāt yakni Hasan al-Banna
tentang wirid Qur’ani dan pengaruh zikir al-Ma’ṡūrāt dalam
psikologi pelajar. Namun demikian, penulis juga tertarik untuk
melakukan penelitian dengan menggunakan metode Living Qur’an
untuk meneliti kegiatan para santri ketika membaca wirid al-
Ma’ṡūrāt di Pesantren al-Adzkar Pamulang Timur.
27M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an tentang Zikir dan Do’a (Jakarta:
Lentera Hati, 2006). 28Muhammad Idris, “Konsep Zikir dalam al-Qur’an (Studi atas Penafsiran M.
Quraish Shihab)” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2016). 29Mahfidatul Hasanah, “Praktik Pembacaan Ayat-Ayat Alquran dalam Zikir al-
Ma’ṡūrāt (Studi Kasus di Pesantren Mahasiswa Al-Manar Universitas Muhammadiyah
Ponorogo)” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020).
14
Penelitian yang akan dilakukan mempunyai perbedaan objek
dan tempat. Pada penelitian ini peneliti akan meneliti praktik
pembacaan al-Ma’ṡūrāt yang dilakukan oleh para santri Pesantren
al-Adzkar, yaitu faktor yang menjadi motivasi dan tujuannya.
Dengan demikian menjadi penting dan inti dari problem akademik
yang mendorong penelitian ini dilakukan.
E. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang akan diaplikasikan dalam
penelitian ini adalah:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field
research), menggunakan metode deskriptif kualitatif yang mana
penulis ingin menggambarkan dan menjelaskan fakta-fakta yang
ada di lapangan. Selain bersifat deskriptif kualitatif, pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
fenomenologi, dalam penelitian ini akan ditinjau dari fenomena
sosial santri, pendekatan antropologi, psikologi dan melalui
pendekatan-pendekatan ilmiah lainnya.30 Dalam hal ini penulis
menggambarkan mengenai bagaimana interaksi para santri
dengan al-Quran selama ini, lalu seberapa sering membaca dan
menghafal al-Quran, apakah mereka juga sering mengamalkan
zikir setelah salat, sehingga mereka merasakan manfaat dari
zikirnya setelah salat tersebut. Dari penjabaran tersebut sehingga
bisa diketahui kenapa ada sebagian yang mau mengamalkan zikir
dan ada juga yang tidak tertarik dengan hal tersebut.
30Didi Junaedi, “Living Qur’an (Sebuah Pendekatan Baru Dalam Kajian al-
Qur’an)”. Istitut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati, vol. 4, no.2 (Cirebon 2015): 169.
15
2. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan adalah berupa data
primer dan sekunder. Adapun data primer yang digunakan adalah
hasil observasi dan wawancara kepada santri dan guru-guru di
pesantren (kyai/ustadz). Adapun data sekunder yang akan
digunakan dari buku-buku, jurnal, skripsi, tesis atau tulisan yang
bersangkutan dengan pembahasan ini dan akan menggunakan
data yang berkaitan sebagai pendukung untuk penelitian ini.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi berdasarkan rute wilayah
yang terdapat dalam profil Pesantren al-Adzkar yang terletak di
Jl. Pinang RT. 02 RW. 14 Kelurahan Pamulang Timur Kecamatan
Pamulang Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Dan
penelitian ini dilakukan pada tanggal 5 Januari 2020 sampai 16
Oktober 2020. Karena Pesantren al-Adzkar adalah salah satu
Pesantren yang mengadakan kegiatan pembacaan zikir al-
Ma’ṡūrāt. Dengan demikian, peneliti melakukan penelitian di
Pesantren tersebut dan di waktu yang sudah ditentukan karena
melihat situasi dan kondisi pada kegiatan santri agar tidak
mengganggu. Penelitian ini sempat tertunda disebabkan oleh
keadaan pandemi Covid-19 yang mengharuskan pesantren
lockdown dan semua santri dipulangkan ke rumah masing-
masing untuk menghidari tertularnya virus Corona tersebut.
4. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang akan digunakan
dalam penelitian ini antara lain:
16
a. Observasi
Observasi adalah mengumpulkan data langsung dari
lapangan. Data yang diobservasi dapat berupa gambaran
tentang sikap perilaku, serta tindakan, interaksi dan seluruh
kegiatan para santri tersebut. Dalam hal ini peneliti akan
menggunakan teknik observasi partisipasi (observasi
langsung) adalah metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian dan pengamatan dimana
peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian obyek. Dalam
hal ini peneliti akan turut serta dalam kegiatan.
b. Wawancara
Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan tanya
jawab dengan pihak terkait. Dalam hal ini peneliti akan
mewawancarai 10 santri dan 3 guru (kyai/ustadz).
c. Penelitian Dokumen
Metode Penelitian dokumen adalah cara pengumpulan
data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-
dokumen, baik dokumen yang tertulis, gambar, maupun
elektronik.31
Dalam hal ini peneliti akan mengumpulkan data
dokumentasi yang diambil melalui dokumen yang
tervisualisasikan, seperti, berita online, foto kegiatan dan
rekaman dalam bentuk video.
5. Populasi
31Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2017), 221.
17
Dalam melakukan penelitian, penulis harus menentukan
populasi yang akan menjadi objek dari penelitian tersebut.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang diterapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.32 Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tiga ustadz dan sepuluh santri.
6. Teknik Analisis Data
Semua informan atau data diperoleh dari data hasil
observasi dan wawancara. Informasi tersebut bisa dikatakan
sebagai hasil penelitian. Untuk mendapatkan hasil informasi
secara komprehensif maka data tersebut melalui proses analisa,
adapun untuk memperoleh gambaran yang lebih baik maka
penulis melakukan tahap-tahap pengolahan data.
Tahap pertama, reduksi data. Tahap reduksi data pada
tahap penelitian ini melakukan penyesuaian, penyederhanaan,
pemfokusan, dan abstraksi data yang terambil dari hasil catatan
lapangan.33 Berdasarkan teori ini maka semua data yang penulis
peroleh selama mengikuti kegiatan zikir bersama santri secara
keseluruhan dikumpulkan. Supaya data yang diperoleh menjadi
data yang sudah terbagi pada kelompok-kelompok tertentu sesuai
dengan konsep yang telah dibentuk oleh peneliti. Proses ini
32Aprianto Ridwan Salni, “Pemahaman Tokoh Agama terhadap Ayat-ayat
Memuliakan Anak Yatim dan Praktik Santunan Anak Yatim (Desa Sarimukti Kecamatan
Cibitung Kabupaten Bekasi Jawa Barat)” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2019), 11. 33Andi Firman, “Pemahaman Umat Islam Terhadap Surat Yasin di Desa Nyiur
Permai, Kab. Tembelihan Riau” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2016), 20.
18
bertujuan untuk lebih menajamkan, mengarahkan, membuang
bagian data yang tidak diperlukan, serta mengorganisir data
sehingga memudahkan untuk dilakukan penarikan kesimpulan.34
Tahap kedua, penyajian data. Pada tahap ini peneliti
melakukan organisasi data, mengaitkan hubungan-hubungan
tertentu antara data yang satu dengan data yang lainnya. Lebih
jelasnya dalam penelitian ini, data-data yang diperoleh penulis
ketika mengikuti kegiatan praktik zikir akan menghasilkan data
konkrit, tervisualisasi, memperjelas informasi agar nantinya
dapat lebih dipahami oleh pembaca.35
Tahap ketiga, tahap verifikasi data, merupakan tahap akhir,
yaitu proses verifikasi yang dimaknai sebagai penarikan arti data
yang ditampilkan. Proses verifikasi ini dilakukan dengan
mengingat hasil-hasil temuan terdahulu dan melakukan cross
chek dengan temuan lainnya, proses ini juga menghasilkan
penafsiran (interpretasi) terhadap data. Proses ini bertujuan agar
data tersebut memiliki makna. Sehingga dalam proses ini
menghasilkan jawaban dan rumusan masalah yang diajukan
dalam penelitian.36 Konkretnya, penulis kembali mengecek ulang
hasil pengamatan terhadap kegiatan zikir al-Ma’ṡūrāt di
Pesantren al-Adzkar, termasuk wawancara dengan informan.
Dengan melakukan verifikasi ini nantinya dapat mempertahankan
34Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif (Jakarta: Erlangga, 2009), 151. 35Moh. Soehadha, Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama
(Yogyakarta: SUKA Press, 2012), 131. 36Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif, 151.
19
dan menjamin validitas dan rehabilitas hasil temuan penulis
terkait kegiatan zikir al-Ma’ṡūrāt di Pesantren al-Adzkar.
Kemudian untuk menganalisis data dalam penelitian ini,
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penafsiran (interpretative analitic). Metode ini merupakan sebuah
metode analisis data sebagai upaya untuk menjelaskan tentang
apa yang dikatakan oleh informan dan menafsirkan kembali
penjelasan dan aktivitas tersebut berdasarkan penafsiran
peneliti.37 Maka dalam penelitiannya nanti, penulis menganalisis
kembali data-data dari temuan di Pesantren al-Adzkar, dan
menafsirakan ulang semua penjelasan yang diperoleh dari
informan penelitian.
7. Teknik Penulisan
Penulisan skripsi ini mengacu kepada Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (buku, jurnal, artikel, skripsi, dan tesis) keputusan
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 507 tahun 2017.
F. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini akan dibagi kedalam beberapa bab dan sub bab
sebagai rasionalisasi pembahasan dengan pembagian sebagai
berikut:
Bab I merupakan bab pendahuluan sebagai poin acuan dalam
penelitian ini yang mencangkup di dalamnya antara lain: latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan. Adapun Tujuan bab ini
37Moh.Soehadha, Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama, 138.
20
untuk menjelaskan secara keseluruhan berisi pendahuluan penelitian
yang mendasari pemikiran dalam penelitian ini.
Bab II merupakan gambaran umum Zikir al-Ma’ṡūrāt. Bab ini
akan menjelaskan pengertian al-Ma’ṡūrāt, keutamaan membaca
zikir al-Ma’ṡūrāt, Sistematika al-Ma’ṡūrāt Hasan al-Banna: antara
ayat dan doa ma'ṡūr, Komposisi Ayat-ayat dalam al-Ma’ṡūrāt,
Penggunaan ayat-ayat dalam zikir al-Ma’ṡūrāt sebagai bagian dari
Living Qur'an. Bab ini berhubungan dengan bab sebelumnya yang
mendasari pemikiran penelitian ini. Adapun tujuan dari bab ini
adalah menjelaskan gambaran umum yang ada di dalam penelitian
ini.
Bab III berisi tentang sejarah berdirinya Pondok Pesantren al-
Adzkar Pamulang, letak geografis, profil Pesantren, visi dan misi
pondok pesantren, pendidikan yang diselenggarakan, struktur
organisasi, dan biodata responden. Bab ini akan berhubungan
dengan bab sebelumnya karena bab ini akan menjelaskan gambaran
umum objek penelitian.
Bab IV merupakan bab inti yang akan menjelaskan tentang latar
belakang pembacaan zikir al-Ma’ṡūrāt, praktik pembacaan zikir al-
Ma’ṡūrāt, pemahaman terhadap penggunaan ayat-ayat al-Quran
dalam zikir al-Ma’ṡūrāt, manfaat pembacaan zikir al-Ma’ṡūrāt bagi
santri. Bab ini pun berhubungan dengan bab sebelumnya yang
menjelaskan tentang gambaran umum penelitian ini. Adapun dalam
bab ini akan dijelaskan bagaimana praktik pembacaan zikir al-
Ma’ṡūrāt dalam pesantren.
Bab V adalah bab penutup. Bab ini berhubungan dengan bab
selanjutnya, karena berisi kesimpulan sebagai jawaban dari
21
permasalahan yang diteliti serta saran-saran dari penyusun sebagai
perbaikan dan perkembangan terhadap penelitian ke depannya.
23
BAB II
ZIKIR AL-MA’ṠŪRĀT SEBAGAI BAGIAN DARI
LIVING QUR’AN
A. Pengertian al-Ma’ṡūrāt
Dari sisi bahasa, al-Ma’ṡūrāt merupakan bentuk kata dari al-
Ma’ṡūrāt, seakar dengan kata aṡar, yaitu sesuatu yang dinukilkan dari
ayat al-Qur’an, hadis Rasulullah Saw. dan dari sahabat. Sebagian ulama
ada yang menganggap perkataan tabi’in termasuk bagian dari aṡar.1
Sedangkan yang dimaksud dengan al-Ma’ṡūrāt di sini merupakan
kumpulan bacaan zikir yang dikumpulkan dan dipilih oleh Hasan al-
Banna dari ayat al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad Saw. al-Ma’ṡūrāt
terbagi menjadi dua, yaitu waẓifah Kubrā dan waẓifah Sughrā.
Kata al-Ma’ṡūrāt berasal dari kata dasar “aṡara” yang berarti
“naqalal hadis” (mengutip ucapan atau sunnah Rasul Saw), tafsir
(pengaruh). Secara umum pengertian al-Ma’ṡūrāt adalah kumpulan do’a
(dzikir) pilihan yang matsur (ringkas), yang dipetik dari al-Qur’an dan
hadis Nabi. Kitab risalah ini sebagaimana kitab-kitab lain secara umum,
tentu tidaklah sempurna. Telah banyak pihak yang memberikan
penjelasan, penelitian terhadap hadisnya bahkan tidak sedikit yang
mengkritiknya, hingga tahap celaan terhadapnya dikatakan, “Tidak
boleh dibaca, karena mengandung hadis-hadis dhaif (palsu).” Padahal
sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt, oleh karena itu
1Fahd Abdurrahman Ibn Sulaiman ar-Rumy, Buhus fī Uṣul al-Tafsīr wa Manāhijuhu
(Riyadh: Maktabah al-Taubah, 1420 H), 71.
24
mengharapkan selain diri-Nya adalah sempurna, merupakan tindakan
yang keliru dan menyalahi kodrat dan tabiat kehidupan.2
Dalam kamus Prof. Dr. Mahmud Yunus al-Ma’ṡūrāt berasal dari
kata ma’ṡur (مأثور) yang artinya diriwayatkan atau dipindahkan. Dengan
penambahan alif lam dan ta’ marbuṭoh yang digunakan pada sesuatu
yang berhubungan dengan muannaṡ atau sesuatu benda yang jumlahnya
banyak walaupun mużakkar tapi akan menjadi muannaṡ jika banyak
yang diriwayatkan. Sedangkan yang dimaksud penulis dengan al-
Ma’ṡūrāt di sini adalah kumpulan bacaan zikir yang dipilih oleh Hasan
al-Banna dari beberapa ayat al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad Saw.3
Al-Ma’ṡūrāt karya Imam Hasan Abdurrahman al-Banna adalah
risalah kecil berupa wirid, do’a (dzikir), diambil dari sejumlah surat
pilihan dalam al-Qur’an dan Sunnah.4 Salah satu karyanya ini sangatlah
populer di kalangan umat Islam seluruh dunia, tidak terkecuali di
Indonesia. Bahkan wiridan yang terkandung didalamnya dijadikan
sebagai amalan harian wajib bagi para pengikut kelompok Ihwanul
Muslimin (disebagian besar negara Arab) dan kebanyakan para aktivis
Islam di Indonesia.
B. Keutamaan Membaca Zikir al-Ma’ṡūrāt
Dzikir yang tak lain adalah sebuah sarana untuk membangun
kedekatan dan kecintaan dengan Allah, mengingat-Nya di setiap saat.
2Dimas Rahmat Riyadi, “Pembacaan al-Ma’ṡūrāt (Studi Living Qur’an Bagi Para
Santri Pondok Pesantren Ihyaul Qur’an Bengkulu Tengah)” (Skripsi S1., Institut Agama Islam
Negeri Bengkulu, 2019), 21. 3Amri Diantoro, “Tradisi Zikir al-Ma’ṡūrāt pada Kader Unit Kegiatan Mahasiswa
Bidang Pembinaan Dakwah UIN Raden Intan Lampung” (Skripsi S1., Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung , 2018). 4Dimas Rahmat Riyadi, “Pembacaan al-Ma’ṡūrāt (Studi Living Qur’an Bagi Para
Santri Pondok Pesantren Ihyaul Qur’an Bengkulu Tengah)” (Skripsi S1., Institut Agama Islam
Negeri Bengkulu, 2019), 21.
25
Bila ini selalu terjalin maka lahirlah hamba yang selalu mengingat dan
diingat Allah. Yang demikian ini dapat menguatkan hati dan menjaga
kestabilan jiwa. Berikut ini terdapat keutamaan dalam membaca zikir al-
Ma’ṡūrāt 5, di antaranya adalah:
1) Diriwayatkan oleh ad-Darimi dan al-Baihaqi dalam asy-Syu’ab dari
Ibnu Mas’ud ra bahwa dia berkata,”Barangsiapa yang membaca
sepuluh ayat dari surat al-Baqarah di permulaan siang, maka ia tidak
akan didekati syetan hingga sore. Dan jika membacanya sore hari,
maka ia tidak akan didekati oleh syetan sampai pagi hari dan ia tidak
akan melihat sesuatu yang dibenci pada keluarga dan hartanya.”
2) Dari Abu Hurairah ra berkata, “Rasulullah Saw tatkala pagi hari
selalu membaca: Aṣbaḥnā wa aṣbaḥal mulku lillāh..., dan ketika
sore hari berkata: Amsainā wa amsal mulku lillāh… .” (Hadis
riwayat Ibnu Sunni dan al-Bazzar. Al-Baihaqi berkata ‘hadis ini
sanadnya baik’)
3) Dari Abi Salam ra – seorang pelayan Rasulullah Saw – dalam hadis
marfu’, ia berkata, saya mendengar Rasulullah Saw bersabda,
“Barangsiapa ketika pagi dan sore hari mengatakan: raḍītu billāhi
rabbā……, maka adalah wajib bagi Allah untuk meridhainya.”
(Hadis riwayat Abū Dāwūd, al-Tirmiżī, al-Nasā’ī dan al-Ḥākim)
4) Dari Uṡmān bin Affān ra berkata, “Rasulullah Saw bersabda,
‘Tidaklah seorang hamba setiap pagi dan sore membaca:
bismillāhillażi lā yaḍuru……, kecuali bahwa tidak ada sesuatu yang
membahayakannya.” (Hadis riwayat Abū Dāwūd dan al-Tirmiżī)
5Tria Agustina, “10 Keutamaan al-Ma’ṡūrāt, Dzikir Pagi dan Petang Lengkap dengan
Video Bacaan dan Terjemahan,” Diakses 14 September, 2019,
https://palembang.tribunnews.com/amp/2019/09/14/10-keutamaan-al-matsurat-dzikir-pagi-
petang-lengkap-dengan-video-bacaan-dan-terjemahan?page=3
26
5) Dari Abu Musa al-Asy’ari ra berkata bahwa suatu hari Rasulullah
Saw berkhutbah dihadapan kita, seraya bersabda, “Wahai sekalian
manusia, takutlah kalian kepada syirik, karena sesungguhnya syirik
itu lebih lembut dari binatang semut.” Kemudian berkatalah
seseorang kepada beliau, ‘bagiamana kita berhati-hati kepadanya
wahai Rasul, sementara dia lebih lembut daripada binatang semut?’
Rasulullah Saw bersabda ‘Katakanlah Allahumma innī
na’ūżubika……’ (Hadis riwayat Aḥmad dan Ṭabrānī dengan sanad
baik)
C. Sistematika al-Ma’ṡūrāt Hasan al-Banna: antara ayat dan doa
Ma’ṡūr
1. Al-Ma’ṡūrāt Wāzifah Kubrā
Pada bagian pertama, Imam Hasan al-Banna memberi judul
al-wāzifah, yaitu berisi wirid pagi dan sore yang berasal dari al-
Qur’an dan al-Sunnah. Inilah yang umumnya beredar dan orang
mengenalnya, kemudian menyebutnya dengan al-Ma’ṡūrāt.
Di bagian wāzifah kubrā ini dimulai dengan QS. al-Fātiḥah,
QS. al-Baqarah ayat 1-5, QS. al-Baqarah ayat 255-257, QS. al-
Baqarah ayat 284-286, QS. Āli ‘Imrān ayat 1-2, QS. Ṭāhā ayat 111-
112, QS. al-Taubah ayat 129, QS. al-Isrā’ ayat 110-111, QS. al-
Mu’minūn ayat 115-118, QS. al-Rūm ayat 17-26, QS. al-Mu’minūn
ayat 1-3, QS. al-Ḥasyr ayat 22-24, QS. al-Zalzalah ayat 1-8, QS.
al-Kāfirūn ayat 1-6, QS. al-Naṣr ayat 1-3, QS. al-Ikhlāṣ ayat 1-3,
QS. al-Falaq ayat 1-5, dan QS. al-Nās ayat 1-6.6
Pada bagian kedua, berisi wirid-wirid yang berasal dari ayat-
ayat al-Qur’an yang dipilih. Al-Qur’an adalah sistem komprehensif
bagi seluruh hukum Islam. Ia adalah sumber mata air yang
6Hasan al-Banna, al-Ma’ṡūrāt Wazhifah Kubro (Surakarta: Indiva, 2014), 9-32.
27
senantiasa menyirami hati orang-orang beriman dengan kebajikan
dan hikmah. Hal ini yang paling utama bagi seorang hamba dalam
bertaqarrub kepada Allah yaitu dengan membacanya.7
Rasulullah benar-benar membawa manusia kepada al-Qur’an,
melakukan klasifikasi diantara mereka menurut kedudukannya
terhadap al-Qur’an, dan memerintah kepada orang yang tidak
mampu membaca agar mau mendengarkan dan memahami,
sehingga tidak terputus hubungan spiritual dengan kitab Allah Swt.8
Pada bagian ketiga, berisi doa-doa seperti doa bangun tidur,
doa memakai dan melepas baju, doa masuk dan keluar rumah, doa
berjalan menuju masjid, doa masuk dan keluar masjid, doa masuk
kamar kecil, doa wudhu, doa mandi, doa setelah adzan, doa makan,
doa tahajud, doa sulit tidur, doa mimpi, doa tidur, doa penutu shalat
dan doa penutup majelis.9
Pada bagian keempat, berisi doa-doa ma’ṡūr seperti doa
istikharah yang syar’i, doa shalat hajat, doa safar, doa atas kejadian-
kejadian alam, doa pernikahan dan anak-anak, doa terhadap apa
yang dilihat, doa keselamatan dan penghormatan, doa menghadapi
rintangan kehidupan, doa ketika sakit menjelang wafat, doa shalat
tasbih.10
Pada bagian kelima, yaitu wirid-wirid ma’ṡūr yang
dianjurkan untuk dibaca oleh para aktifis al-Ikhwan al-Muslim. Di
7Dimas Rahmat Riyadi, “Pembacaan al-Ma’ṡūrāt (Studi Living Qur’an Bagi Para
Santri Pondok Pesantren Ihyaul Qur’an Bengkulu Tengah)” (Skripsi S1., Institut Agama Islam
Negeri Bengkulu, 2019), 35. 8Dimas Rahmat Riyadi, “Pembacaan al-Ma’ṡūrāt (Studi Living Qur’an Bagi Para
Santri Pondok Pesantren Ihyaul Qur’an Bengkulu Tengah)” (Skripsi S1., Institut Agama Islam
Negeri Bengkulu, 2019), 36. 9Hasan al-Banna, Risalah Pergerakan (Majmu’atu Rasa’il) (Surakarta: Era Adicitra,
2016), 307. 10Hasan al-Banna, Risalah Pergerakan (Majmu’atu Rasa’il) (Surakarta: Era Adicitra,
2016), 330-343.
28
dalamnya terdapat doa rabithah, dia bukan doa ma’ṡūr melainkan
disusun oleh Imam Hasan al-Banna sendiri.11
2. Al-Ma’ṡūrāt Wāzifah Ṣugrā
Bagian pertama pada wazhifah ṣughrā ini, dimulai dengan
QS. al-Fātiḥah, QS. al-Baqarah ayat 1-5, QS. al-Baqarah ayat 255-
257, QS. al-Baqarah ayat 284-286, QS. al-Ikhlāṣ ayat 1-3, QS. al-
Falaq ayat 1-5, dan QS. al-Nās ayat 1-6.12
Pada bagian kedua, berisi wirid berupa doa-doa dan shalawat
yang berasal dari hadis-hadis pilihan.13 Hadis adalah sumber hukum
kedua setelah al-Qur’an, yang telah diwasiatkan Nabi Saw. Nabi
Saw bersabda “tidak akan pernah tersesat orang yang berpedoman
dengan al-Qur’an dan Hadis”. Inilah wasiat yang hendaknya
dilakukan oleh setiap muslim.14
Pada bagian ketiga, ditutup dengan QS. al-Ṣāffāt ayat 180-
182, Āli ‘Imrān ayat 26-27 dan doa rabiṭah.15 Doa rabithah bukan
doa ma’ṡur melainkan doa yang disusun oleh Imam Hasan al-Banna
sendiri.16
11Dimas Rahmat Riyadi, “Pembacaan al-Ma’ṡūrāt (Studi Living Qur’an Bagi Para
Santri Pondok Pesantren Ihyaul Qur’an Bengkulu Tengah)” (Skripsi S1., Institut Agama Islam
Negeri Bengkulu, 2019), 36. 12Hasan al-Banna, al-Ma’ṡūrāt Zikir Pagi dan Sore (Surakarta: Ziyad Books, 2017), 4. 13Hasan al-Banna, al-Ma’ṡūrāt Zikir Pagi dan Sore (Surakarta: Ziyad Books, 2017),
29. 14Dimas Rahmat Riyadi, “Pembacaan al-Ma’ṡūrāt (Studi Living Qur’an Bagi Para
Santri Pondok Pesantren Ihyaul Qur’an Bengkulu Tengah)” (Skripsi S1., Institut Agama Islam
Negeri Bengkulu, 2019), 37. 15Hasan al-Banna, al-Ma’ṡūrāt Zikir Pagi dan Sore (Surakarta: Ziyad Books, 2017),
56. 16 Dimas Rahmat Riyadi, “Pembacaan al-Ma’ṡūrāt (Studi Living Qur’an Bagi Para
Santri Pondok Pesantren Ihyaul Qur’an Bengkulu Tengah)” (Skripsi S1., Institut Agama Islam
Negeri Bengkulu, 2019), 37.
29
D. Komposisi Ayat-ayat dalam al-Ma’ṡūrāt
a. QS. al-Fātiḥah
حيم حمن الر الر مين ١بسم اللهعل رب ال ه حمد لل
ل ٢ا
حيم حمن الر ين ٣الر اياك نعبد واياك ٤ملك يوم الد
ستعين مستقيم ٥ن
راط ال ذين ٦اهدنا الص
صراط ال
نعمت عل
ين ە يهم ا
ال ا الض
يهم ول
مغضوب عل
٧ غير ال
QS. al-Fātiḥah adalah surat yang disebut dengan Ummul
Qur’an atau induk al-Qur’an. Karena ketujuh ayatnya
mengandung intisari dari al-Qur’an secara keseluruhan.
Kandungan yang terdapat pada surat al-Fatihah yaitu
meyakini Allah dengan segala sifat-sifat-Nya, Allah yang
mencurahkan kasih sayang-Nya dan yang menciptakan serta
mengatur alam semesta, hanya Allah yang menentukan dan
mengetahui kapan hari kiamat terjadi, seharusnya manusia
mematuhi segala yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah, agar
umat manusia selalu Allah arahkan ke jalan yang benar.17
b. QS. al-Baqarah ayat 1-5
قين ١الم متل ا ريب فيه هدى ل
كتب ل
ذين ٢ذلك ال
ال
ا رزقنهم ينفقون ي وة ومل غيب ويقيمون الص
٣ؤمنون بال
17 Tafsir Qur’an kemenag in word
30
خرة ا من قبلك وبال
نزل
يك وما ا
ال
نزل
ذين يؤمنون بما ا
وال
و ٤هم يوقنون هم وا
ب ن ر ى هدى م ك عل ى ول
ك هم ا ى ل
مفلحون ٥ال
Surat al-Baqarah diawali oleh tiga huruf muqaṭṭa’ah, yaitu
Huruf-huruf ini tercantum di awal beberapa .(Alif lām mīm) الم
surat di al-Qur’an. Tentang tafsir hurur-huruf muqaṭṭa’ah ini
terdapat banyak pendapat. Salah satunya ada yang berpendapat
bahwa sesungguhnya ia merupakan isyarat untuk mengingatkan
bahwa Kitab ini (al-Qur’an) tersusun dari huruf-huruf muqaṭṭa’ah
tersebut.18
Petunjuk adalah hakikat al-Qur’an. Petunjuk ini diberikan
kepada orang-orang yang bertakwa. Karena takwa yang hadir
dalam hati dapat membuka hati yang terkunci sehingga al-Qur’an
dapat masuk dan memainkan perannya di dalamnya.orang yang
ingin mendapatkan petunjuk di dalam al-Qur’an harus datang
kepadanya dengan hati yang sehat dan bersih.19
Ciri khas orang-orang yang bertakwa adalah memiliki
keselarasan perasaan yang positif dan aktif. Kesatuan yang
menghimpun di dalam diri mereka antara iman kepada yang ghaib
dan pelaksanaan berbagai kewajiban, iman kepada para rasul, dan
18Sayyid Quthb, Tafsīr Fī Ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, Juz.1,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 82. 19Sayyid Quthb, Tafsīr Fī Ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, Juz.1,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 84.
31
keyakinan terhadap kehidupan akhirat. Iman kepada yang ghaib
merupakan ambang pintu yang harus dilalui manusia agar bisa
melampaui taraf kebinatangan yang tidak bisa mengetahui kecuali
apa yang bisa dijangkau oleh inderanya.20
Yakin akan adanya kehidupan akhirat merupakan suatu
persimpangan jalan antara orang yang hidup di dalam kungkungan
dinding indera yang tertutup dan orang yang hidup di alam wujud
yang luas terbentang. Bila ruh telah jernih dan tidak ada lagi
dinding penghalang antara batin dan zhahir maka sesungguhnya
iman kepada yang ghaib pada saat itu merupakan buah alami dari
terhapusnya berbagai dinding penutup.21
c. Surah al-Baqarah ayat 255-257
وم قيي ال ح
لا هو ا
ه ال
ا ال
ل لله
ه م ە ا
ا نوم ل
ل خذه سنة و
ا تأ
ا ل
ا باذنه ذي يشفع عنده ال
رض من ذا ال
اموت وما فى ال فى الس
مه ن عل يطون بشيء م ا يح
فهم ول
يديهم وما خل
م ما بين ا
يعل
ا بما شاء وده ال ـ ا ي
رض ول
اموت وال ه الس رسي
وسع ك
عظيم علي ال
ين قد تبين ٢٥٥حفظهما وهو ال راه فى الد
ا اك
ل
ف فمن يك
غي شد من ال فقد ر الر اغوت ويؤمن بالله بالط
سميع عليم استمسك ب ها واللهام ل ا انفص
وثقى ل
عروة ال
٢٥٦ال
20Sayyid Quthb, Tafsīr Fī Ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, Juz.1,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 85 21Sayyid Quthb, Tafsīr Fī Ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, Juz.1,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 91.
32
ذين ور وال ى الن
مت ال
ل ن الظ منوا يخرجهم م
ذين ا
ولي ال لله
ا
ولي ا ا فرو
ى اؤهم ك
ور ال ن الن اغوت يخرجونهم م الط
ار هم فيها خلدون صحب النك ا ى ول
مت ا
ل ٢٥٧ الظ
Keesaan Allah yang ditegaskan pada ayat di atas merupakan
sebuah fondasi yang diatasnya dibangun kinsep Islami, dan
merupakan sumber dari system Islam yang menata semya isi
kehidupan manusia. Menurut konsep ini, manusia hanya sebagai
hamba Allah yang wajib mematuhi segala perintah dan menjauhi
larangan-Nya.22
Kehidupan yang menjadi sifat Allah adalah kehidupan
yang mandiri, yang tidak bersumberkan dari pihak yang lain.
Hakikat bahwa Allah Swt., mengatur dan mengurus semua wujud
secara makro dan mikro adalah suatu hakikat yang besar. Allah-
lah satu-satunya pemilik alam ini dengan segala isinya. Adapun
hubungan antara hamba dengan Rabbnya dan kasih sayang Rabb
terhadap hamba-Nya, maka Islam menetapkan hal itu dan
memberi peluang kepada jiwa manusia untuk
mengembangkannya.23
Islam memiliki pandangan yang paling maju tentang hidup
dan kehidupan, dan memiliki system terbaik untuk menata
kehidupan manusia, menyerukan agar tidak melakukan kekerasan
dalam meyakinkan seseorang untuk memeluknya. Islamlah yang
22Sayyid Quthb, Tafsīr Fī Ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz. 2,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 26. 23Sayyid Quthb, Tafsīr Fī Ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz. 2,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 34.
33
pertama-tama menjelasakan kepada penganutnya bahwa mereka
dilarang memaksa orang lain untuk memeluk agama Islam.24
d. QS. al-Baqarah ayat 284-286
موت وما فى ما فى الس ه للنفسك
رض وان تبدوا ما في ا
ام ال
ب من يشاء فيغفر لمن يشاء ويعذ م به الله
اسبك فوه يح خ
و ت
ا
شيء قدير لى ك
عل يه من ٢٨٤ والله
ال
نزل
بما ا
سول من الر
ا
ه و ب ق ر ا نفر
تبه ورسله ل
ته وك
وملىك من بالله
المؤمنون ك
ال
طعنا غفرانك ربنا وا سمعنا وا
سله وقال ن ر حد م
بين ا
مصير يك ال
ا وسعها ٢٨٥وال
نفسا ال ف الله
ا يكل
ها ما ل
ل
و سينا ا
ا تؤاخذنا ان ن
تسبت ربنا ل
يها ما اك
سبت وعل
ك
ذين من ى ال
ته عل
ما حمل
ينا اصرا ك
عل
مل ح
ا ت
نا ربنا ول
خطأ
ا
نا ا طاقة ل
نا ما ل
ل م ح
ا ت
ا قبلنا ربنا ول واعف عن نا به
واغفر ل
فرين كقوم ال
ى ال
ىنا فانصرنا عل
نت مول
٢٨٦ وارحمنا ا
Pada ayat ini Allah menjelaskan tentang kekuasaan-Nya di
langit dan di bumi, serta penciptaan-nya diseluruh alam semesta.
Adapun penjelasan tentang kejahatan yang disembunyakan Allah
24Sayyid Quthb, Tafsīr Fī Ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz. 2,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 35.
34
selalu megetahuinya dan aka nada balasan dari setiap perbuatan
yang dilakukan oleh manusia.25
Kemudian, pada ayat selanjutnya dijelaskan tentang ampunan
Allah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Umat Islam juga
diperintahkan agar mengikuti ajaran para Rasul dan taat dengan
semua yang diperintahkan-Nya.
Allah tidak akan membebani seseorang di atas dengan
kemampuannya. Maksud dari ayat ini menjelaskan tentang beban-
beban berat yang diperintahkan kepada umat terdahulu
sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu seperti
melakukan bunuh diri ketika bertaubat dan meminjam tempat
yang najis. Perbuatan tersebut tidak sanggup dilakukan oleh umat
nabi Muhammad.26
e. Surah Ᾱli-‘Imrān ayat 1-2
وم ١الم قيي ال ح
ا هو ال
ه ال
ا ال
ل لله
٢ا
Pada ayat ini menjelaskan tentang aqidah yang murni dan
bersih merupakan sebuah persimpangan jalan antara aqidah umat
Islam dengan berbagai aqidah yang lainnya. Selain itu,aqidah yang
suci dan bersih juga merupakan persimpangan jalan antara
kehidupan Muslim dengan kehidupan penganut aqidah yang lain.
Dalam Islam, tuhan yang berhak disembah hanya satu, yaitu Allah
SWT. Tidak ada partner bagi Allah dalam masalah uluhiyah atau
25Syaikh Muhammad Ali ash-Shabuni, Ṣafwatut Tafsīr, jilid.1, (Jakarta: Pustaka al-
Kautsar, 2011), 383. 26Syaikh Muhammad Ali ash-Shabuni, Ṣafwatut Tafsīr, jilid.1, (Jakarta: Pustaka al-
Kautsar, 2011), 384.
35
ketuhanan. Allah hidup secara mutlak, tanpa terikat dan serupa
dengan kehidupan apapun.27
f. Surah Ṭāhā ayat 111-112
ما ظل
وم وقد خاب من حمل قي
ال حي
وجوه لل
١١١۞ وعنت ال
من عمل ا ومن ي
ل ما و
ف ظل ا يخ
لحت وهو مؤمن فل الصه
١١٢هضما
Ayat ini menjelaskan tentang dua sifat Allah, yaitu al-
Qayyūm dan al-Ḥayy. Imam Ghazali ketika menguraikan sifat ini
memulai penjelasannya dengan membagi dua bagian pokok.
Pertama, sesuatu yang memerlukan tempat, dan kedua adalah yang
tidak memerlukan tempat.28
Ayat di atas memilih kedua sifat Allah tersebut, karena kontek
ayat ini adalah menghidupkan kembali siapa yang mati, dan ini
berkaitan dengan sifat al-Ḥayy. Selanjutnya, Allah mengadili dan
memberi balasan dan ganjaran bagi manusia yang berbuat dosa
dan taat pada perintah-Nya, dan ini berkaitan dengan sifat Allah
selaku al-Qayyūm.29
27Sayyid Quthb, Tafsīr Fī Ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz. 2,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 185. 28M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: pesan, kesan dan keserasian al-Qur’an
(Jakarta: Lentera Hati: 2002), vol. 8, 373. 29M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: pesan, kesan dan keserasian al-Qur’an
(Jakarta: Lentera Hati: 2002), vol.8, 374.
36
g. al-Taubah ayat 129
يه ف ا هو عل
ه ال
ا ال
ل حسبي الله
وا فقل
ان تول
ت وهو توكل
عظيم عرش ال
١٢٩ رب ال
Hanya kepada Allah semuanya akan kembali dan berakhirnya
segala kekuatan, kerajaan, keagungan, dan kehormatan. Dia yang
memberikan kecukupan kepada orang-orang yang berlindung dan
berserah diri kepada-Nya.30
h. Surah al-Isrā’ ayat 110-111
سماء اه ال
ا تدعوا فل يا م
حمن ا و ادعوا الر
ا قل ادعوا الله
افت بها وابتغ بين ذلك خا ت
اتك ول
هر بصل ج
ا ت
ول حسنى
ال
ا ذي ١١٠سبيل
ال ه حمد لل
ه وقل ال
ن ل
م يك
ل دا و
خذ ول م يت
ل
بيرا ره تك
ب وك
ل ن الذ ه ولي م
ن ل
م يك
ك ول
مل ١١١ شريك فى ال
Pemandangan inspiratif tentang orang-orang yang diberi
pengetahuan sebelumnya, sudah dijelaskan dalam al-Qur’an
setelah kaum Quraisy diberi pilihan antara beriman kepada al-
Qur’an atau tidak beriman. Kemudian pemandangan ini disusuli
dengan membiarkan mereka menyeru Allah dengan nama-nama
yang mereka kehendaki. Lantaran prasangka jahiliyah mereka,
kemudian mereka menolak menamai Allah dengan nama al-
30Sayyid Quthb, Tafsīr Fī ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, , juz. 6,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 521.
37
Raḥmān dan menganggap aneh jika nama ini termasuk nama-
nama Allah.31
Surat ini ditutup sebagaimana ia dimulai, yaitu dengan pujian
kepada Allah, ketetapan keesaan Allah tanpa ada anak dan sekutu,
penyucian-Nya dari kebutuhan terhadap penolong dan pelindung,
dan Dia-lah yang Mahatinggi lagi Mahabesar.32
i. Surah al-Mu’minūn ayat 115-118
ا ترجعون ينا ل
م ال
نكا م عبثا و
قنك
نما خل
فحسبتم ا
١١٥ا
ا ال
ل حق
ملك ال
ال ى الله
ري فتعل
كعرش ال
رب ال ا هو
م ه ال
ه به فانما حسابه ١١٦ا برهان ل
خر ل
ها ا
ال ومن يدع مع الله
فرون كا يفلح ال
ه انه ل
ب اغفر وارحم ١١٧عند رب روقل
حمين نت خير الره ١١٨ وا
Ayat ini menjelaskan tentang terjadinya kebangkitan yang
menyatakan dari akhir fase penciptaan di bumi ini. Kemudian,
dimulailah kehidupan yang baru, kehidupan yang sempurna, yang
terbebas dari kekurangan-kekurangan yang ada di bumi, dari rasa
takut dan cemas, dari perubahan dan perkembangan, karena
kehidupan tersebut adalah puncak kesempurnaan yang ditetapkan
31Sayyid Quthb, Tafsīr Fī ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz. 8,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 154. 32Sayyid Quthb, Tafsīr Fī ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz. 8,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 155.
38
untuk manusia yang menempuh jalan kesempurnaan, yaitu jalan
orang-orang mukmin.33
Kemudian pada ayat selanjutnya menjelaskan tentang tujuh
lapisan-lapisan yang sebagian berada disebagian yang lain,
maksudnya adalah tujuh orbit atau tujuh gugusan bintang seperti
tata surya, atau tujuh blok nebula34. Di sini, tujuh lapisan-lapisan
itu bertemu dengan bumi, karena air yang turun dari langit, dan
langit mempunyai hubungan dengan orbit-orbit tersebut.
Jadi, penciptaan alam semesta dengan sistemnya yang
demikian itulah yang memperkenankan turunnya air dari langit,
dan juga memperkenankan air untuk menetap di bumi.35
j. Surah al-Rūm ayat 17-26
حين تمسون وحين تصبحون حمد فى ١٧فسبحن اللهه ال
ول
حين تظهرون ا و رض وعشياموت وال ي ١٨الس ح
يخرج ال
رض بعد موتها اي ال ويح ي
حت من ال
مي ت ويخرج ال
مي من ال
ذ خرجون وك
ن تراب ثم اذا ١٩ لك ت م م
قك
ن خل
ا يته
ومن ا
نتم بشر تنتشرون م ٢٠ا
نفسك
ن ا م م
كق ل
ن خل
ا يته
ومن ا
رحمة ا ة و ود م م بينك
يها وجعل
نوا ال
تسك
زواجا ل
ي ذلك ن ف ا
33Sayyid Quthb, Tafsīr Fī ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz. 8,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 765. 34Para astronom berpendapat bahwa Nebula adalah bahan pembentuk gugusan bintang. 35Sayyid Quthb, Tafsīr Fī ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz. 8,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 767.
39
رون تفك قوم ي
يت ل
ارض ٢١ل
اموت وال ق الس
يته خل
ومن ا
علمين ل يت ل
ام ان في ذلك ل
وانك
لم وا
سنتك
لاف ا
٢٢واختل
هار وابتغا يل والنم بال
يته منامك
ن فضله ا ومن ا م م
ن في ؤك
قوم يسمعون يت ل
ابرق خوفا ٢٣ذلك ل
م ال
يته يريك
ومن ا
رض بعد موتها ان اماء ماء فيحي به ال
من السل ينز طمعا و و
عق قوم ي يت ل
اون في ذلك ل
ماء ٢٤ل ن تقوم الس
ا يته
ومن ا
نتم رض اذا ا
ان ال م دعوة م
مره ثم اذا دعاك
رض با
اوال
خرجون ه قنتون ٢٥ت
للرض ك
اموت وال ه من فى الس
٢٦ول
Ayat ini menjelaskan tentang bahwa hanya kepada Allah-lah
para penghuni langit dan bumi bertasbih, di waktu petang dan
ketika berada di waktu subuh, di waktu petang dan di waktu
zhuhur. Petang adalah waktu mulai shalat maghrib sampai shalat
isya’.36
Pada ayat ini juga terdapat penjelasan tentang Allah yang
menghidupkan dan mematikan semua yang ada di bumi. Dan itu
semua adalah termasuk tanda-tanda37 yang menunjukkan
keagungan Allah dan kesempurnaan kekuasaan-Nya.
36Syaikh Muhammad Ali ash-Shabuni, Ṣafwatut Tafsīr (Jakarta: Pustaka al-
Kautsar,2011),jilid.4, 127. 37Syaikh Muhammad Ali ash-Shabuni, Ṣafwatut Tafsīr (Jakarta: Pustaka al-
Kautsar,2011),jilid.4, 133.
40
k. Surah al-Mu’minūn ayat 1-3
مؤمنون ح ال
فلذين ه ١قد ا
اتهم خشعون ال
٢م في صل
غو معرضون ذين هم عن الل
٣وال
Ayat ini menjelaskan tentang ketetapan yang pasti
menyangkut keberuntungan orang-orang mukmin, yaitu
keberuntungan di dunia dan akhirat. Keberuntung bagi individu
yang beriman dan keberuntungan masyarakat yang beriman.38
Hati mereka merasakan kewibawaan saat beridiri ketika shalat di
hadapan Allah, mereka merasa tenang dan khusyuk. 39
l. Surah al-Ḥasyr ayat 22-24
غيب ا هو عالم ال
ه ال
ا ال
ذي ل
ال حمن هو الله هادة هو الر والش
حيم م ٢٢الرل وس الس قد
ملك ال
لا هو ا
ه ال
ا ال
ذي ل
ال هو الله
ا عم ر سبحن الله ب متك
ار ال جب
عزيز ال
مهيمن ال
مؤمن ال
ال
ون ال ٢٣يشرك خ
ال سماء هو الله
اه ال
ر ل
مصو بارئ ال
ق ال
حكيم عزيز ال
رض وهو ال
اموت وال ه ما فى الس
ح ل سب
حسنى ي ال
٢٤
38Sayyid Quthb, Tafsīr Fī ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz. 8,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 749. 39Sayyid Quthb, Tafsīr Fī ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz. 8,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 750.
41
Ayat-ayat ini adalah ayat-ayat yang mengandung tasbih
dengan sifat-sifat yang mulia. Tasbih ini memiliki tiga penggal,
dan setiap penggal diawali dengan sifat tauhid.40
Setiap nama dari nama-nama Allah ini memiliki jejak yang
nyata di alam semesta, serta jejak yang bias dirasakan di dalam
kehidupan kita. Nama-nama Allah ini dapat menginspirasi ke
dalam hati tentang efektifitas (fi’liyah) nama-nama dan sifat-sifat
tersebut.41
Di dalam Nurani tertanam keesaan akidah, keesaan ibadah,
keesaan orentasi, dan keesaan efektifitasi dari awal penciptaan
hingga akhirnya. Kemudian tertanam juga kesadaran tentang
pengetahuan Allah terhadap yang nyata dan yang tertutup. Dari
sini muncullah sebuah perasaan yang diawasi oleh Allah di dalam
hati, baik di waktu sembunyi-sembunyi ataupun terang-
terangan.42 Di dalam hati juga tertanam rasa tenang dan tentram.
Rasa takut dan harap, atau rasa cemas dan tenang menjadi
seimbang. Dengan demikian, tertanam dalam Nurani bahwa tiada
raja selain Allah yang tiada tuhan selain Dia.
Pada ayat-ayat terakhir ini ditutup dengan tasbih yang
Panjang (Asma’ul Husna). Pemandangan ini adalah yang
diharapkan oleh hati setelah menyebut Nama-nama Allah. Di
dalam pemandangan tersebut, hati bertasbih dengan makhluk
hidup dan benda mati secara Bersama-sama.43
40Sayyid Quthb, Tafsīr Fī ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz.11,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 815. 41Sayyid Quthb, Tafsīr Fī ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz.11,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 815. 42Sayyid Quthb, Tafsīr Fī ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz.11,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 816. 43Sayyid Quthb, Tafsīr Fī ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz.11,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 819-820.
42
m. Surah al-Zalzalah ayat 1-8
ها زال
رض زل
ات ال
زلها ١اذا زل
ثقال
رض ا
اخرجت ال
٢وا
ها سان ما ل
ان ال
خبارها ٣وقال
ث ا د ح
ن ربك ٤يومىذ ت
با
ها وحى ل
شتاتا ٥ا
صدر الناس ا ه ە يومىذ ي
عمال
يروا ا
٦ م ل
ة خيرا يره ذر مثقال
عمل ة ٧فمن ي ذر
مثقال
عمل ومن ي
ا يره ٨ شر
Surat ini memberi kabar tentang guncangan yang keras
kepada hati yang lalai. Pada hari kiamat, bumi yang kokoh
terguncang dengan guncangan yang sangat kuat sehingga
memuntahkan isinya dan mengeluarkan beban-beban beratnya
(jasad) yang sudah lama dikandungnya. Ini adalah isyarat pertama
kepada pemandangan-pemandangan yang digambarkan al-
Qur’an.44
Banyak hati yang bergetar karena suatu kebaikan atau
keburukan seberat debu atau atom yang akan mendapat balasan.
Di muka bumi ada sekian banyak hati yang tidak bergerak karena
melakukan banyak dosa, kemaksiatan dan kesalahan.45
44Sayyid Quthb, Tafsīr Fī ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz.13,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 533. 45Sayyid Quthb, Tafsīr Fī ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz.13,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 539.
43
n. Surah al-Kāfirūn ayat 1-6
فرون كيها ال
يا
عبد ١قل
ا ا
نتم ٢ما تعبدون ل
ا ا
ول
عبد م ٣عبدون ما ا ا عبدت عابد م
ناا ا
نتم ٤ول
ا ا
ول
عبد م ولي دين ٥عبدون ما ا
م دينك
ك ٦ ل
Surat ini menjelaskan perilaku orang Arab terhadap Allah
yang tidak pernah mengingkari-Nya, akan tetapi mereka tidak
mengenal-Nya secara benar sebagaimana yang dijelaskan oleh
Allah. Mereka menyekutukan Allah, tidak mengagungkan-Nya
secara benar, dan tidak menyembah-Nya dengan sebenar-benar
ibadah. Mereka juga menyekutukan Allah dengan berhala-berhala
yang melambangkan orang-orang shalih atau para leluhur nenek
moyang mereka terdahulu, atau melambangkan para malaikat.
Mereka meyakini bahwa para malaikat adalah anak-anak
perempuan Allah dan bahwa antara Allah dan surga ada nasab
keturunan.46
Mereka melupakan sifat-sifat Allah dan menyembah para
berhala. Dalam kedua keadaan ini mereka menjadikan berhala-
berhala itu sebagai perantara untuk mendekatkan diri mereka
kepada Allah.47
46Sayyid Quthb, Tafsīr Fī ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz.13,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 640. 47Sayyid Quthb, Tafsīr Fī ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz.13,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 640.
44
o. Surah al-Naṣr ayat 1-3
فتح اذا جاء نصر اللهون في دين ١وال
يت الناس يدخل
ورا
فواجا ا ابا ٢الله ان تو
ك واستغفره انه ك
مد رب ح بح فسب
٣
Surat ini menyampaikan berita gembira kepada Rasulullah
Saw. berupa pertolongan Allah.48 Disamping membawa berita
gembira dan mengarahkan Nabi Saw. pada saat yang sama surat
ini juga mengungkapkan tabi’at akidah, hakikat manhaj, dan
sejauh mana agama ini49 ingin mengantarkan umat manusia
kepada ketinggian, kemuliaan, tajarrud50, keikhlasan,
kemerdekaan dan kebebasan.51
p. Surah al-Ikhlāṣ ayat 1-4
حد ا هو الله
مد ١قل الص لله
د ٢ا
م يول
م يلد ول
م ٣ل
ول
حد فوا ا
ه ك
ن ل
٤ يك
Surat ini merupakan peneguhan dan pengokohan terhadap
akidah tauhid Islam, sebagaimana surat “al-Kāfirūn” menafikan
segala bentuk kesamaan dan pertemuan antara akidah tauhid dan
48Sayyid Quthb, Tafsīr Fī ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz.13,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 651. 49Islam 50kemurnian 51Sayyid Quthb, Tafsīr Fī ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz.13,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 652.
45
akidah kemusyrikan. Masing-masing dari surat ini
mengemukakan tentang hakikat tauhid dari satu sisi. Rasulullah
Saw. biasa memulai hari barunya dengan membaca kedua surat
ini52 pada shalat sunah subuh.53
q. Surah al-Falaq ayat 1-5
ق فلعوذ برب ال
اق ١قل
ومن شر غاسق ٢من شر ما خل
عقد ٣اذا وقب ت فى ال
ث فه ومن شر حاسد ٤ومن شر الن
٥ اذا حسد
Surah al-Falaq ataupun surat sesudahnya merupakan sebuah
pengarahan dari Allah kepada Nabi-Nya dan semua kaum
Mu’minin sesudahnya, agar berlindung kepada penjagaan dan
perlindungan-Nya dari segala hal yang menakutkan, baik yang
tersembunya ataupun yang terlihat. Allah membuka perlindungan-
Nya kepada kaum Mu’minin dan menawarkan pertolongan kepada
mereka.54
52Qs. Al-Kafirun dan Qs. An-Nashr 53Sayyid Quthb, Tafsīr Fī ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz.13,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 684. 54Sayyid Quthb, Tafsīr Fī ẓilālil Qur’ān:Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz.13,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 686.
46
r. Surah al-Nās ayat 1-6
عوذ برب الناس اه الناس ٢ملك الناس ١قل
من ٣ال
وسواس اس ە شر ال ن خ
ذي يوسوس في صدور الناس ٤ال
ال
ة والناس ٥ ن ج ٦ من ال
Permohonan perlindungan yang terkandung dalam surat ini
adalah kepada Tuhan manusia, yang memelihara dan menguasai
alam semesta. Sesuatu yang dimintakan perlindungan dari-Nya
adalah kejahatan bisikan syetan yang masuk ke dalam hari
manusia, dari golongan jin atau manusia. Permohonan kepada
Allah mengahadirkan sebagian sifat Allah yang bias menolak
kejahatan secara umum dan kejahatan bisikan syetan secara
khusus.55
E. Zikir al-Ma’ṡūrāt Sebagai Bagian dari Living Qur’an
1. Definisi Living Qur’an
Ditinjau dari segi linguistik, kata Living Qur’an terdiri dari
dua suku kata yang berbeda, yaitu living diartikan dengan hidup dan
kata Qur’an merupakan wahyu terakhir yang tertulis dalam mushaf.
Sederhananya, living Qur’an, dapat diartikan dengan teks ayat al-
Qur’an yang hidup di tengah masyarakat.56
Banyak definisi yang ditawarkan untuk menentukan arah
kajian living Qur’an, salah satunya dari Sahiron Syamsudin yang
55Sayyid Quthb, Tafsīr Fī ẓilālil Qur’ān: Di Bawah Naungan al-Qur’an, juz.13,
(Jakarta: Robbani Press, 2005), 696. 56Sahiron Syamsuddin, “Ranah-ranah penelitian dalam studi al-Qur’an dan Hadis”,
dalam Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis (Yogyakarta: Teras, 2007), xiv.
47
menyatakan, “Teks al-Qur’an yang ‘hidup’ dalam masyarakat itulah
yang disebut Living Qur’an. Sedangkan manifestasi teks yang
berupa pemaknaan al-Qur’an disebut dengan Living Tafsir.57
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Muhammad Mansur
yang berpendapat bahwa pengertian The Living Qur’an sebenarnya
bermula dari fenomena Qur’an in everyday life, yang tidak lain
adalah “makna dan fungsi al-Quran yang real dipahami dan dialami
masyarakat Muslim”. Maksud Muhammad Mansur adalah
“perilaku masyarakat yang dihubungkan dengan al-Qur’an pada
tataran realitas, di luar maqāsid an-nās”. Al-Quran atau teks
mempunyai fungsi sesuai dengan apa yang bisa dianggap atau
dipersepsikan oleh satuan masyarakat dengan beranggapan akan
mendapatkan “faḍīlah” dari pengamalan yang dilakukan dalam
tataran realitas yang dijustifikasi dari teks al-Quran.58
Kajian Living Qur’an mengandung makna yang menjadikan
ayat al-Qur’an sebagai teks yang dihidupkan dikalangan
masyarakat. Contohnya seperti zikir al-Ma’ṡūrāt, pembacaan surah
yasin setiap malam jum’at, pembacaan surah al-Kahfi setiap hari
jum’at, dan sebagainya. Dalam hal ini, fokus pembahasan Living
Qur’an ini adalah zikir yang berkembang atau yang telah membumi
di tengah masyarakat. Adapun perdebatan seputar otentisitas al-
Qur’an, perbedaan metode, kaidah, corak penafsiran tidak terlalu
dirisaukan dalam kajian ini. Penelitian lebih fokus pada praktik para
santri ketika mengamalkan dan membaca wirid al-Ma’ṡūrāt yang
57Moh. Muhtador, “Pemaknaan Ayat al-Qur’an dalam Mujahadah: Studi Living
Qur’an di Pondok Pesantren al-Munawwir Krapyak Komplek al-Kandiyas.” Jurnal
Penelitian, vol. 8, no.1, (Februari 2014), 96. 58Moh. Muhtador, “Pemaknaan Ayat Al-Quran dalam Mujahadah: Studi Living Quran
di Pondok Pesantren al-Munawwir Krapyak Komplek Al-Kandiyas”. Jurnal Penelitian, vol.
8, no.1, (Februari 2014): 97.
48
dilakukan setiap pagi dan menjelang maghrib, serta membahas
pemahaman asatidz terhadap zikir al-Ma’ṡūrāt.59
Bagi umat Islam, al-Qur’an merupakan kitab suci yang
menjadi dasar dan pedoman dalam menjalani kehidupan mereka.
Dalam kehidupan sehari-hari mereka umumnya telah melakukan
praktik resepsi terhadap al-Qur’an, baik dalam bentuk membaca,
memahami, dan mengamalkan dalam bentuk resepsi sosio-kultural.
Itu semua karena mereka mempunyai keyakinan bahwa berinteraksi
dengan al-Qur’an secara maksimal akan memperoleh ketenangan
dan kebahagiaan dunia dan akhirat.60
Tanpa memepercayai kebenaran dan kemurnian wahyu yang
disampaikan Allah kepada sang Rasul, kita tidak akan mampu
menemukan obat kehidupan dari al-Qur’an ini. Karena tanpa
mengimani kebenaran wahyu, kita akan gagal paham lalu menjadi
gagal total untuk memperbaiki karut-marut kehidupan manusia
yang berkepanjangan.61 Oleh karenanya, kita semua diperintahkan
untuk berusaha memahami tafsir al-Quran dengan cara mempelajari
arti kosa katanya, sebab diturunkannya (asbabun nuzūl), serta
mengamalkan pesan-pesan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian kita bisa menguasai dan memimpin umat
manusia.62
Fenomena interaksi atau model “pembacaan” masyarakat
muslim terhadap al-Quran dalam ruang-ruang sosial ternyata sangat
59Muhammad Ali, “Kajian Naskah dan Kajian Living Qur’an dan Living Hadis”.
Journal of Qur’an dan Hadis Studies, vol. 4, no. 2 (2015), 153. 60Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Quran dan Tafsir (Yogyakarta: Idea Press
Yogyakarta, 2015), 103. 61Fahmi Salim, Tadabbur Quran di Akhir Zaman (Yogyakarta: Omah Dakwah Pro-U
Media, 2017), 19. 62Ibrahim Eldeeb, Be A Living Quran, terj. Faruq Zaini (Tangerang: Penerbit Lentera
Hati , 2009), 159.
49
dinamis dan variatif. Sebagai bentuk resepsi sosio-kultural,
apresiasi dan respons umat Islam terhadap al-Quran memang sangat
dipengaruhi oleh cara berpikir, kognisi sosial, dan konteks yang
mengitari kehidupan mereka. Berbagai bentuk dan model praktik
resepsi dan respon masyarakat dalam memperlakukan dan
berinteraksi dengan al-Quran itulah yang disebut dengan living
quran (al-Quran yang hidup)63 di tengah kehidupan masyarakat.64
Di antara ribuan ayat al-Qur’an, ayat-ayat kauniyah
(kesemestaan) perlu mendapat perhatian intens, sebab pada bidang
kesemestaan inilah umat muslim banyak tertinggal. Nilai-nilai
Islam banyak mengalami kemunduran bahkan kekalahan di
hadapan peradaban Barat akibat ketertinggalan umat muslim dalam
bidang ini. Umat Islam masih banyak diliputi falsafah jabariah,
falsafah yang menihilkan hukum kausalitas, padahal hukum ini
amat dijunjung oleh al-Qur’an.
Manurut Salman, dalam menafsirkan ayat-ayat kauniyah ini
sebagai kajian Living Qur’an harus memunculkan tiga resepsi.
Ketiganya adalah resepsi hermenautis, resepsi kultural, dan resepsi
estetis. Resepsi hermenautis yaitu mendudukkan saintifikasi al-
Qur’an, sebagaimana digambarkan dalam kandungan ayat QS. Al-
An’am ayat 67 yang berbunyi :
63Al-Quran yang hidup adalah pengumpulan teks al-Quran dalam ranah realitas yang
mendapat respons dari masyarakat dari hasil pemahaman dan penafsiran. Termasuk dalam
pengertian „respons masyarakat‟ adalah resepsi mereka terhadap teks dan hasil penafsiran
tertentu. Resepsi sosial terhadap al-Quran dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari seperti
pembacaan surah atau ayat pada acara dan seremoni sosial keagamaan tertentu. Resepsi sosial
terhadap hasil penafsiran terjelma dalam dilembagakannya bentuk penafsiran tertentu. Lihat
Moh. Muhtador, “Pemaknaan Ayat Al-Quran dalam Mujahadah: Studi Living Quran di PP
AL-Munawwir Krapyak Komplek Al-Kandiyas”. Jurnal Penelitian, vol.8, no.1, (Februari
2014): 96. 64Abdul Mustaqim, Metode Penelitian al-Qur’an dan Tafsir (Yogyakarta: Idea Press
Yogyakarta, 2015), 104.
50
مون سوف تعل ستقر و نبا م
٦٧لكل
“Setiap berita (yang dibawa oleh rasul) ada (waktu) terjadinya dan
kelak kamu akan mengetahui.”65
Resepsi kulturalnya adalah pembentukan sistem gagasan
tentang al-Qur’an yang memiliki korelasi dengan ilmu
pengetahuan, terbangunnya sistem tradisi diskusi dan kajian rutin,
serta lahirnya artefak karya tafsir yang telah dibukukan dalam
bulletin al-Misykat, web, dan Tafsir Salman. Dalam resepsi
estetisnya, Tafsir Salman dilengkapi dengan pencantuman gambar
sebagai bentuk penafsiran dalam membantu memahami al-Qur’an
disertai dengan logo kaligrafi Salman.66
Living Qur’an juga dapat diartikan sebagai “fenomena yang
hidup di tengah masyarakat Muslim terkait dengan al-Quran ini
sebagai objek studinya”. Oleh karena itu, kajian tentang Living
Qur’an dapat diartikan sebagai kajian tentang “berbagai peristiwa
sosial terkait dengan kehadiran al-Quran atau keberadaan al-Quran
di sebuah komunitas Muslim tertentu”. Dengan pengertian seperti
ini, maka “dalam bentuknya yang paling sederhana” The Living
Qur’an tersebut pada dasarnya sudah sama tuanya dengan al-
Qur’an itu sendiri.67
65Departemen Agama RI, Mushaf al-Qur’an dan Terjemah, terj. Yayasan
Penyelenggara Penerjemah Al-Quran (Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar, 2009), 135. 66Dewi Murni, “Paradigma Umat Beragama Tentang Living Quran”. Jurnal Syahadah,
vol. 4, no. 2, (Oktober 2016): 80-81. 67Moh. Muhtador, “Pemaknaan Ayat al-Qur’an dalam Mujahadah: Studi Living
Qur’an di Pondok Pesantren al-Munawwir Krapyak Komplek Al-Kandiyas”. Jurnal
Penelitian, vol.8, no.1, (Februari 2014): 97.
51
BAB III
PROFIL PESANTREN AL-ADZKAR
A. Sejarah Berdirinya Pesantren al-Adzkar Pamulang
Munculnya generasi muda Qurani yang berwawasan luas,
amanah, dan berakhlaqul karimah merupakan dambaan kita
semua, sebagai cikal bakal perjuangan kita di masa yang akan
datang. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ḥijr Ayat 9 yang
artinya : “Sesungguhnya kamilah (Allah) yang menurunkan al-
Qur’an dan kami pula yang menjaganya”. Ayat tersebut memberi
perhatian kepada kita bahwa Allah akan menjaga keberadaan,
keaslian dan keistimewaan al-Qur’an melalui para santri yang
mampu menghafal demi huruf dan kata dalam al-Qur’an sesuai
asli dari semenjak di turunkan hingga hari akhir nanti. Bahkan
Rasulullah SAW bersabda dalam hadisnya yang artinya :
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar al-Qur’an dan
kemudian mengajarkannya”. Hadist ini juga menekankan kepada
kita betapa penting dan mulianya orang-orang yang belajar dan
menghafal al-Qur’an.
Saat ini, umat Islam sudah kehilangan banyak ulama dan
sangat minimnya kader-kader penerus dakwah mereka yang
mampu menghafal dan memahami al-Qur’an serta memahami
ilmu keislaman, pengetahuan umum, dan teknologi secara
terpadu dengan baik dan benar yang juga dapat
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan zaman dan budaya saat ini serta yang akan datang
menjadikan lembaga pendidikan pesantren sangat diperlukan
keberadaannya bagi pendidikan masyarakat Islam.
52
Pesantren al-Adzkar adalah lembaga pendidikan Islam
berasrama (Islamic Boarding School) yang mengajarkan ilmu
keislaman, pengetahuan umum, dan teknologi secara terpadu,
serta mengedepankan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris sebagai
bahasa komunikasi. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan generasi
mukmin yang cerdas, kuat, mandiri, modern, dan berwawasan
global.
Selanjutnya dalam upaya membentuk generasi-generasi
mukmin yang cerdas, kuat, mandiri, modern, dan berwawasan
global dibutuhkan suatu lembaga pendidikan yang bisa
mewujudkan harapan orang tua terhadap putra-putrinya.
Pesantren al-Adzkar yang lahir dari harapan dan keinginan
masyarakat akan generasi Qurani ini di bawah kepemimpinan
KH. Ali Rahmat, Lc., MIS menjawab tantangan dan keinginan
tersebut dengan mendirikan Pesantren al-Adzkar karena
prihatin dengan kondisi sebagian anak-anak di Indonesia yang
masih banyak terpengaruh dan tidak bisa mengimbangi
perkembangan teknologi masa kini sehingga belum
mendapatkan perhatian secara khusus dalam menuntut ilmu
pengetahuan Islam terutama pendidikan tentang mengahafal
al-Qur’an.
Dengan adanya Pesantren al-Adzkar besar harapan
lahirnya para Ulama dari Santri Yatim & dhu’afa yang cerdas,
kreatif, inovatif, dan aktif tidak hanya dalam ilmu
pengetahuan Islam, dan ilmu pengetahuan umum lainnya,
sehingga mampu bersaing dengan masyarakat yang lainnya.
Itulah pentingnya untuk mulai memahami betapa pentingnya
mendidik anak-anak dari semenjak usia dini, yaitu “jangan
53
beranggapan bahwa anak-anak kecil tidak mampu mengafal al-
Qur’an, melainkan mereka bisa lebih baik daya hafalnya
dibandingkan orang dewasa dan semoga kelak mereka menjadi
orang yang bermanfa’at bagi Agama, Keluarga, dan negara”.
Pesantren al-Adzkar mengkolaborasikan antara sistem
menghafal modern dan sistem tradisional, sehingga terjadi
keseimbangan menurut roda perputaran zaman. Sistem
tersebut dikenal oleh banyak kalangan masyarakat sebagai
sistem terbaik. Pada sistem pembelajarannya Pesantren
Pesantren al-Adzkar menitik beratkan pada Tahfidzul Qur'an,
Bahasa Arab, kajian Kitab Kuning, serta penguasaan
keterampilan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
Pada awal berdirinya, santri Pesantren al-Adzkar hanya
berjumlah 34 santri yang terdiri dari 16 santri putra dan 18
santri putri, pada tahun ini tahun pelajaran 2020/2021 jumlah
santri Pesantren Al Adzkar sebagai berikut :
Tabel 1.1
Jenjang Laki-Laki Perempuan Jumlah
Madrasah
Tsanawiyah 187 186 373
SMA 95 90 185
TOTAL 558
B. Letak Geografis
Pesantren al-Adzkar yang terletak di Jl. Pinang RT. 02 RW. 14
Kelurahan Pamulang Timur Kecamatan Pamulang Kota Tangerang
Selatan Provinsi Banten. Pesantren al-Adzkar terletak di lokasi yang
54
strategis, di tengah lingkungan masyarakat, mudah diakses, dan
letaknya tidak jauh dari jalan raya.
C. Profil Pesantren
Pesantren Modern al-Adzkar adalah pesantren modern yang
terletak di sebuah kota Tangerang Selatan tepatnya di daerah
Pamulang, yang didirikan pada tanggal 24 Juni 2012 di bawah
asuhan KH. Ali Rahmat, Lc., MIS. Adapun penyelenggara
pendidikan yang diketuai oleh KH. Ali Rahmat sendiri dengan
nama lembaganya yaitu Yayasan Adzkia Pamulang,
beralamatkan di Jl. Dr Setiabudi Pamulang Barat, yang berdiri
pada tahun 2007 dengan akta notaris pada tanggal Tgl. 15 Mei
2000 No. 01 Tahun 2007.
Meskipun terhitung masih baru berdiri pada tahun 2012,
namun pesantren ini sudah memiliki dampak perubahan yang
baik, bahkan banyak santri yang sudah meraih prestasi hingga
jenjang nasional.
Tujuan utama didirikannya Pesantren al-Adzkar adalah
untuk menanamkan akidah dan akhlak, serta melahirkan
generasi Qur’ani. Tujuan tersebut dikarenakan adanya
kekhawatiran melihat kenyataan banyak anak muda beragama
Islam namun masih kurang pemahaman terhadap agama.
D. Visi dan Misi Pondok Pesantren
1. Visi
Visi yang dituju oleh Pesantren al-Adzkar yaitu dengan
terwujudnya pesantren al-Adzkar yang modern, unggul dalam
ilmu keislaman, pengetahuan umum dan teknologi, serta
55
mengedepankan bahasa Arab dan bahasa Inggris dalam
berkomunikasi.
2. Misi
Misi yang dimiliki oleh pesantren ini adalah mengajarkan
ilmu keislaman, pengetahuan umum, dan teknologi secara
terpadu, menyelenggarakan pendidikan tahsin dan tahfidz al-
Qur’an, serta bahasa Arab dan bahasa Inggris secara
berkesinambungan, menanamkan kecintaan beribadah, akhlakul
karimah, hidup mandiri, sederhana, dan disiplin,
menyelenggarakan pendidikan pesantren yang sehat, bersih,
tertib, dan nyaman.
E. Jenjang Pendidikan yang Diselenggarakan
Pendidikan yang diselenggarakan oleh pesantren al-Adzkar ada
dua, yaitu jenjang MTs dan SMA.
MTs al-Adzkar berdiri tepat pada tanggal 24 Desember 2012,
dengan akreditasi A (94) yang memiliki nomor statistik
1212.3674.0041. Mts al-Adzkar terletak di Jalan Pinang Kelurahan
Pamulang Timur Tangerang Selatan. MTs ini didirikan khusus untuk
santri dan santriwati yang siap tinggal di asrama dalam jangka waktu
selama tiga tahun. Adapun SK. Izin Operasional dengan nomor
Kd.28 24/4/PP03.2/1826.A/2012 dan NPSN dengan nomor
69726357.
Adapun jenjang SMA al-Adzkar dengan kepala sekolah Lily
Nabilah, MA. Berdiri pada tanggal 01 Juni 2015. SK. Izin
Operasional SMA diterbitkan dengan Surat Keputusan nomor
570/14-OPS.Dindik/BKPMPT/IV/2016 dan statistik sekolah dengan
56
nomor 302286303001. SMA ini terletak di alamat yang sama dengan
MTs.
F. Program Pendidikan dan Pesantren
Pesantren Modern al-Adzkar memberikan pendidikan dan
pengasuhan terbaik untuk para santri melalui program pendidikan
yaitu al-Ma’ṡūrāt, pendidikan Formal MTs dan SMA, program
tahsin al-Qur’an untuk kelas 7 dan kelas 10, program tahfidz al-
Qur’an untuk kelas 8, 9, 11 dan 12. Pada program tahfidz terbagi dua
kategori diantaranya yaitu tahfidz regular dengan jumlah pencapain
1 juz pertahun, dan tahfidz takhassus dengan target 30 juz. Pengajian
kitab kuning, pembiasaan berbahasa dengan dua bahasa yaitu bahasa
Inggris dan bahasa Arab, pembiasaan ibadah dan akhlakul karimah,
life skill dan ekstrakurikuler, bimbingan belajar, kelas olimpiade
yang dikhususkan untuk siswa-siswa yang siap dibimbing untuk
mengikuti olimpiade.1
Adapun kegiatan santri selama di pesantren dimulai dari pukul
04.00 WIB sampai 22.00 WIB. Kegiatan di Pesantren al-Adzkar
terbagi menjadi dua, yaitu kegiatan harian dan kegiatan mingguan.
1. Kegiatan harian
Dimulai dari bangun tidur pukul 03.15 santri bersiap-siap
qiyamul lail bersama-sama. Tempat antara santri putra dan putri
berbeda, untuk santri putra dilaksanakan di Masjid Pesantren
dipimpin oleh salah satu ustadz, sedangkan untuk santri putri
dilaksanakan di aula putri dan dipimpin oleh salah satu
musyrifah. Setelah shalat tahajud diteruskan dengan zikir dan
1 Dokumentasi Pesantren al-Adzkar
57
doa sembari menunggu azan subuh untuk melaksanakan shalat
berjamaah. Setelah melaksanakan shalat subuh, santri langsung
ke halaqoh tahfidz masing-masing untuk menyetorkan hafalan
kepada ustad atau ustadzah yang sudah ditentukan untuk
menerima setoran hafalan santri. Setoran hafalan ini di mulai
pukul 05.10 hingga 05.50. Setelah selesai kegiatan setoran
hafalan, santri diperbolehkan bersih diri dan bersiap-siap untuk
sarapan sampai pukul 07.00. kemudian hingga pukul 07.20
adalah kegiatan pembacaan zikir al-Ma’ṡūrāt pagi dan
persiapan KBM yang akan dimulai dari pukul 07.20 sampai
pukul 14.10. Pada pukul 11.50 hingga 12.50, santri istirahat
untuk makan siang dan shalat zuhur berjamaah. Setelah itu
kembali belajar di sekolah hingga pukul 14.10. Sepulang
sekolah para santri memiliki waktu hingga 15.15 untuk istirahat
dan persiapan untuk sholat ashar berjama’ah. Selesai sholat
ashar, para santri tilawah bersama yang dipimpin oleh salah satu
santri yang memiliki bacaan yang cukup bagus dalam
tajwidnya. Pada pukul 16.00 hingga pukul 17.00, kegiatan untuk
santri yang mengikuti ekskul, namun bagi santri yang tidak
mengikuti ekskul biasanya mereka bersih-bersih diri dan
mengerjakan tugas sambil menunggu waktu makan yang
terjadwal pada pukul 17.00. Selesai makan sore, mereka
memprersiapkan diri untuk sholat maghrib jama’ah. Sepuluh
menit sebelum sholat maghrib, mereka membacakan zikir al-
Ma’ṡūrāt secara bersamaan, khusus untuk santri putra kegiatan
al-Ma’ṡūrāt ini dilakukan di masjid Pesantren, sedangkan untuk
santri putri biasa dilakukan di Aula putri sebagaimana sholat
jama’ah. Selesai sholat maghrib berjama’ah, para santri berbaur
58
menghampiri para halaqoh tahfidz mereka masing-masing
untuk setoran muroja’ah hapalan hingga waktu isya’. Ketika
waktu isya’ tiba, selesailah kegiatan muroja’ah dan
melaksanakan sholat isya’ jama’ah. Selesai shalat jama’ah
isya’, santri diberikan waktu lima belas menit untuk ke kamar
masing-masing mempersiapkan buku pelajaran dan untuk
mengerjakan tugas atau belajar pelajaran untuk esok hari.
Kegiatan belajar malam ini dilakukan hingga pukul 21.30.
Setelah waktu belajar malam habis, para santri kembali ke
asrama dan ke kamar masing-masing, kemudian bersih-bersih
dan bersiap-siap untuk tidur, sebagaimana terjadwal tepat pukul
22.00 hingga pukul 03.15.
2. Kegiatan mingguan
Kegiatan mingguan tidak berbeda jauh dengan kegiatan
harian. Dimulai dari bangun pagi dan lanjut sholat tahajud,
kemudian kegiatan lainnya hingga sampai waktu tidur kembali.
Hanya saja ada beberapa kegiatan yang dijadwalkan cukup
dihari-hari tertentu, dan kegiatan ini dinamakan kegiatan
mingguan, seperti kegiatan puasa sunnah senin-kamis, namun
di Pesantren al-Adzkar hanya melaksanakan puasa sunnah
kamisnya saja, baca surah al-Kahfi setiap selesai sholat ashar di
hari kamis, baca surah Yāsin setelah selesai sholat maghrib pada
malam jum’at, kajian kitab kuning yang dilaksanakan setiap
malam minggu setelah sholat isya’, kemudian dilanjut dengan
kegiatan muhadhoroh, dan minggu paginya setelah selesai
sholat subuh para santri melakukan senam bersama dan dilanjut
kerja bakti.
59
G. Struktur Organisasi
Struktur organisasi di bentuk agar suatu lembaga dapat
menjalankan program yang telah disepakati dan agar dapat
dilaksanakan oleh masing-masing anggota.
Adapun struktur organsasi di Pesantren al-Adzkar yaitu
dipimpin oleh KH. Ali Rahmat, Lc., MIS, ustadz Abdul Hadi sebagai
ketua pengasuhan keseluruhan, sedangkan untuk di santri putra
ketua pengasuhannya diketuai oleh ustadz Supandi dan di santri putri
diketuai oleh ustadzah Titin. Dibawah pengasuhan ada musyrif dan
musyrifah kemudian baru santri
60
Bagan 1.1 Struktur Organisasi
Santri Putra
Musyrif
Ketua Pengasuhan
Santri Putra
Ustad Supandi
Musyrifah
Ketua Pengasuhan
Santri Putri
Ustadzah Titin
Islakhiyah, S.Pd.I
Santri Putri
Pimpinan Pesantren
KH. Ali Rahmat, Lc.,
MIS
Ketua
Pengasuhan
Ustad Abdul
Hadi, S.Pd.I
61
H. Biodata Narasumber/Informan
Adapun biodata dari informan yang memberikan kesaksian
antara lain:
1. Ustadz dan Ustadzah
a) KH. Ali Rahmat, MIS
Ustad Ali, begitu sapaan akrab para santri dan para
guru terhadap beliau. Ustad Ali Rahmat, lahir di Tangerang
tepat pada tanggal 24 Desember 1970. Beliau juga pernah
bersekolah dasar di SDN pamulang, kemudian melanjutnya
ke Pesantren Daarul Rohman Jakarta selama tujuh tahun,
setelah lulus dari pesantren beliau pun melanjutkan ke
Universitas Islam Madinah untuk jenjang S1 dan
melanjutkan ke Universitas Islam Malaysia untuk jenjang
S2.
b) Ustad Ahmad Supandi
Lahir di Jakarta pada tanggal 3 November 1970. Ustad
Supandi adalah sahabat dari ustad Ali yang dipinta
bantuannya untuk bergabung di Pesantren al-Adzkar. Ustad
Supandi sendiri pernah berkuliah di IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah.
c) Ustad Abdul Basit
Ustad Basit, dengan panggilan akrabnya. Beliau
lulusan dari Pesantren Sirojul Mukhlasin Payaman 3. Sudah
lima tahun beliau bergabung di Pesantren al-Adzkar,
setelah lulus dari pendidikannya beliau memutuskan untuk
mengabdi di Pesantren ini. Beliau lahir tepat pada tanggal
29 Januari 1992.
62
2. Santriwan dan Santriwati
a) Muhammad Albar Yudistyo
Albar, sudah enam tahun mondok di Pesantren al-
Adzkar, tepatnya sejak dari MTs hingga SMA. Saat ini
Albar baru menginjak kelas 12, sebagai salah satu santri
yang aktif, Albar pun diberikan amanah untuk menjadi
ketua ALSO (al-Adzkar Student Organisation), sebanding
dengan OSIS. Albar, panggilan akrab dari para santri dan
teman-temanya, dia lahir pada tanggal 20 November 2003
tepatnya di Jakarta.
b) Arya Maulana Zidane
Arya, lahir di Jakarta pada tanggal 17 Desember 2002.
Keinginannya untuk pesantren sudah tertanam sejak kecil,
hingga akhirnya ketika MTs dan SMA dia pun memutuskan
untuk pesantren tepatnya di Pesantren al-Adzkar. Tahun ini
dia pun sudah menginjak kelas 12, tepatnya sudah hampir
enam tahun pesantren.
c) Rabih Majdi
Rabih Majdi, pernah bersekolah di MI
Asaadatudatarain Pamulang. Setelah lulus dari MI, Rabih
sapaan akrabnya, mengikuti jejak sang kakak untuk
melanjutkan pesantren di al-Adzkar sejak dari MTS hingga
SMA. Rabih lahir di Tangerang pada tanggal 27 Maret
tahun 2003.
d) Ellis Syubban al-Fatih
Ellis, lahir di Jakarta pada tanggal 2 Desember 2003.
Sejak lulus dari MI as-Salamah, Ellis diperintahkan oleh
orang tuanya untuk melanjutkan ke pesantren, kemudian
63
Ellis mengikuti keinginan orang tuanya untuk pesantren,
dan memilih pesantren di al-Adzkar sejak MTs hingga
SMA. Sudah hampir enam tahun Ellis pesantren dan
sekarang dia sedang berada di bangku kelas 12.
e) M. Wildan Gymnastiar
Sejak lulus SDN Lebak Bulus 04 Pagi, Wildan -sapaan
akrabnya- memutuskan untuk melanjutkan MTs dan SMA
di Peantren al-Adzkar. Wildan, lahir pada tanggal 11
Januari tepatnya pada tahun 2003. Sekarang Wildan sudah
menginjak kelas 12.
f) Nasywa Yulia Sari
Nasywa sapaan akrabnya, lahir di Jakarta pada tanggal
28 Juli 2003. Ketika TK Naswya pernah bersekolah di RA
Daarul Rahman, kemudian lanjut ke MIN 09 Jakarta
Selatan. Setelah lulus dari Madrasah Islam, Nasywa
melanjutkan MTs dan SMA ke Pesantren al-Adzkar.
g) Nurhabibah
Nurhabibah, dengan panggilan akrab Bibah. Lahir di
Jakarta pada tanggal 3 Januari 2003. Bibah bersekolah di
Yayasan Adzkia Pamulang dari mulai SDIT hingga
jenjang SMA.
h) Farisa Mutiara Nazhiva
Farisa, begitu teman-temannya memanggil dengan
sebutan akrab. Lahir di Jakarta pada tanggal 03 September
2005. Setelah lulus sekolah dasar, Farisa melanjutkan ke
MTs al-Adzkar dan pesantren. Saat ini dia baru duduk di
kelas tiga MTs.
64
i) Hana Nur Hanifah
Hana, yang saat ini sedang menginjak kelas tiga di
MTs al-Adzkar dan mondok di tempat yang sama, di
Pesantren al-Adzkar. Hana, lahir di Tangerang pada tanggal
14 Mei tahun 2006.
j) Gendis Aura Diva
Diva, lahir di Jakarta tepat pada tanggal 25 Maret tahun
2006. Diva mengikuti jejak sang kakak yang juga
bersekolah dan pesantren di Pesantren al-Adzkar. Saat ini,
Diva sudah menginjak di bangku kelas tiga.
65
BAB IV
MEMAHAMI AYAT-AYAT AL-QUR’AN DALAM ZIKIR
AL-MA’ṠŪRᾹT ṢUGHRᾹ DAN PRAKTIK PEMBACAANNYA
DI PESANTREN AL-ADZKAR PAMULANG
A. Latar Belakang Pembacaan al-Ma’ṣūrāt
Pembacaan zikir al-Ma’ṡūrāt di Pesantren al-Adzkar sudah
menjadi rutinitas setiap hari ketika hendak memulai aktifitas di pagi
hari dan mengakhiri aktifitas di sore hari. Kegiatan ini sudah dimulai
sejak berdirinya pesantren, yaitu pada tahun 2012. Dalam zikir al-
Ma’ṡūrāt terdapat beberapa ayat dan surah al-Qur’an yang
dibacakan selain dari doa-doa ma’ṡūr yang sering dibaca oleh Nabi
Muhammad Saw untuk melindungi diri dari segala marabahaya dan
gangguan jin. Beberapa ayat al-Qur’an yang tercantum di dalam
zikir al-Ma’ṡūrāt wazifah ṣughrā antara lain adalah QS. Al-Fatiḥaḥ,
QS. Al-Baqarah ayat 1-5, QS. Al-Baqarah ayat 255-257, QS. Al-
Baqarah ayat 284-286, QS. Ali ‘Imrān ayat 26-27, QS. Al-Ṣaffāt ayat
180-182, QS Al-Ikhlāṣ, QS. Al-Falaq, QS. Al-Nās.
Adapun alasan yang mendasari praktik pembacaan zikir pagi
dan petang yang dilaksanakan di Pesantren al-Adzkar menurut
pimpinan Pesantren, Ustad Ali Rahmat,1 yaitu merujuk kepada
firman Allah QS. Al-Aḥzāb 41-42:
ثيرارا ك
ذك روا الله
منوا اذك
ذين ا
يها ال
حوه ٤١يا سب و
ا صيل
ا رة و
٤٢بك
1Ali Rahmat, (Pimpinan Pesantren al-Adzkar Pamulang), diwawancarai oleh
Rosita, Pamulang 13 Agustus 2020, Tangerang Selatan.
66
Artinya: ”Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada
Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya,
dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.
Menurutnya, zikir al-Ma’ṡūrāt merupakan zikir yang selalu
dibaca oleh Rasulullah di pagi dan sore hari, dan cocok untuk
dijadikan panduan zikir di waktu tersebut. Karena di dalamnya
mengandung doa-doa ma’ṡūr dari Rasulullah dan ayat-ayat al-
Qur’an pilihan yang disusun oleh Hasan Al-Banna dalam kitab zikir
al-Ma’ṡūrāt dengan tujuan untuk memohon perlindungan kepada
Allah di waktu pagi saat akan melaksanakan aktifitas dan di sore hari
ketika sudah selesai dalam berkatifitas.
Dia juga mengatakan, bahwasannya zikir al-Ma’ṡūrāt
merupakan suatu kegiatan yang positif di mana manusia disibukkan
dengan berzikir kepada Allah dengan membaca ayat-ayat al-Qur’an
yang terdapat didalam zikir al-Ma’ṡūrāt. Pada zikir al-Ma’ṡūrāt juga
terdapat ayat-ayat Mu’awwidzat yang dibaca tiga kali dalam
pelaksanaannya, yakni QS. Al-Ikhlāṣ, QS. Al-Falaq dan QS. Al-Nās.
Surat-surat tersebut mengandung banyak manfaat ketika
membacanya. Pertama QS. Al-Ikhlāṣ, hikmahnya adalah sebuah
penegasan untuk mengesakan Allah, menjadikan satu-satunya
Tuhan di dalam hati kita. Kedua, manfaat dari QS. Al-Falaq dan QS.
Al-Nās yaitu jika dibaca berkali-kali akan melindungi kita dari
godaan setan dan melindungi kita dari kejahatan-kejahatan yang
lainnya.
Dia juga menjelaskan secara umum tentang alasan diadakannya
pembacaan zikir al-Ma’ṡūrāt di Pesantren al-Adzkar yaitu sesuai
dengan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Sebagaimana yang
disampaikan sebagai berikut:
67
“al-Ma’ṡūrāt itu berisi tentang doa-doa matsur. Sebagaimana
yang saya ketahui bahwasanya doa Ma’ṡūr itu adalah doa yang
selalu dibaca oleh Nabi Muhammad Saw. pada pagi dan sore
hari.”
Dari pernyataan pimpinan pesantren di atas, dapat disimpulkan
bahwa bagi pesantren al-Adzkar, pembacaan zikir al-Ma’ṡūrāt
merupakan kegiatan rutin yang wajib diikuti oleh seluruh santri.
Karena dengan membaca al-Ma’ṡūrāt menjadikan salah satu bukti
syukur kita kepada nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan
kepada kita di dunia. Dan ayat-ayat al-Qur’an yang ada di dalam al-
Ma’ṡūrāt bisa bernilai ibadah untuk santri yang membacanya.
Adapun untuk alasan mengapa di Pesantren al-Adzkar ini
menggunakan zikir al-Ma’ṡūrāt menurut ustad Supandi salah satu
pengasuh pesantren, menjelaskan bahwa kagiatan ini untuk
membuat para santri semakin dekat dengan al-Qur’an, sebagaimana
yang diutarakannya:
“Yang pertama yaitu salah satu dari program pesantren, yang
kedua untuk membiasakan anak-anak membaca al-Qur’an dan
mencintai al-Qur’an.”2
Begitupun dengan penjelasan dari ustad Basit:
“Karena memang pada dasarnya pesantren itu yang diutamakan
adalah ketaatan dan keberkahannya, dan al-Ma’ṡūrāt ini
alhamdulillah salah satu kegiatan untuk mendekatkan diri kita
kepada Allah dan efeknya akan memberikan keberkahan kepada
kita, kepada seluruh santri, dengan kita memperbanyak doa,
maka kita akan diberi kemudahan dan keberkahan oleh Allah
dalam semua hal.”3
2Ahmad Supandi, (Ketua Pengasuhan Santri Putra Pesantren al-Adzkar
Pamulang), diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 14 Agustus 2020, Tangerang Selatan. 3Abdul Basit, (Pengasuh Santri Putra Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 14 Agustus 2020, Tangerang Selatan.
68
Dari dua paparan tambahan di atas, dapat dinyatakan
bahwasannya pembacaan dzikir al-Ma’ṡūrāt adalah kegiatan yang
mengundang berkah bagi yang rutin membacanya dan banyak
berdoa kepada sang pemberi berkah agar selalu diberikan
kemudahan dalam segala urusan.
Di beberapa pesantren yang ada di Indonesia banyak yang
mengamalkan zikir-zikir untuk medekatkan diri kepada Allah dan
selalu mengingat-Nya dalam keadaan apapun. Ada beberapa zikir
yang populer dibeberapa kalangan pesantren, seperti zikir Rȃtib al-
Haddad yang disusun oleh seorang ulama terkemuka dari Hadramaut
yaitu Abdullah bin ‘Alawi bin Muhammad al-Haddad, kemudian ada
juga zikir Rȃtib al-‘Ȃtas yang disusun oleh al-Habib ‘Umar bin
Abdurrahman al-‘Ȃtas, seorang ulama dari Hadramaut. Lalu ada
juga yang tak kalah populernya, yaitu zikir al-Ma’ṡūrāt yang
disusun oleh ulama ternama yaitu Hasan al-Bana. Zikir al-Ma’ṡūrāt
inilah yang diamalkan di pesantren al-Adzkar. Adapun pendapat dari
ustad Ali, kenapa pesantren al-Adzkar lebih memilih zikir al-
Ma’ṡūrāt dibandingkan dengan zikir yang sudah sering dibaca di
pesantren-pesantren yang lain, menurutnya semua zikir itu sama saja
dan tujuannya pun sama, yaitu untuk selalu mengingat Allah. Dalam
hal ini dia pun menjelaskan pendapatnya sebagai berikut:
“Sama saja sebenarnya, karena itu kan pilihan, kita boleh milih
Ratib al-Hadad, boleh milih al-Ma’ṡūrāt dan boleh milih ratib-
ratib yang lain. Makanya, kalau menurut saya kurang lebih sama
saja antara Ratib al-Hadad dengan zikir al-Ma’ṡūrāt dengan
doa-doa yang lain sama saja. Semua memiliki keutamaan-
keutamaan.”4
4Ali Rahmat, (Pimpinan Pesantren al-Adzkar Pamulang), diwawancarai oleh
Rosita, Pamulang 13 Agustus 2020, Tangerang Selatan.
69
Adapun pendapat dari ustad Basit, bahwasannya zikir al-
Ma’ṡūrāt ini adalah zikir yang baik untuk dibaca ketika pagi dan
sore. Sebagaimana yang diutarakannya,
“Karena al-Ma’ṡūrāt memang bagus untuk zikir pagi dan
petang.”5
Alasan yang sama pun diutarakan juga oleh ustad Supandi
“Zikir al-Ma’ṡūrāt adalah zikir yang diamalkan oleh Rasulullah
setiap pagi dan sore. Dan baik juga untuk diamalkan oleh para
santri.”6
Setiap zikir yang dibaca dan diniatkan hanya untuk mencapai
ridho Allah itu adalah hal yang baik, meskipun dengan
menggunakan susunan dari ulama yang berbeda-beda.
Setiap kegiatan yang diadakan di pesantren memiliki berbagai
tujuan, salah satunya zikir al-Ma’ṡūrāt yang selalu dibaca di dua
waktu. Kegiatan ini mempunyai tujuan agar para santri semakin
dekat dengan Allah dan selalu mengingat Allah. Dalam hal ini, ustad
Ali sebagai pimpinan menjelaskan tentang tujuan diadakannya zikir
tersebut:
“Pertama untuk membangun kapasitas ruhiyah para santri. Yang
kedua yah memang itu doa yang disuruh yaitu ud’unī
astajiblakum.7 Harapan untuk pesantren yaitu supaya anak-anak
terbangun ruhiyahnya, semangat ibadahnya, kebaikannya bisa
terbangun melalui doa-doa zikir tersebut.”8
5Abdul Basit, (Pengasuh Santri Putra Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 14 Agustus 2020, Tangerang Selatan. 6Ahmad Supandi, (Ketua Pengasuhan Santri Putra Pesantren al-Adzkar
Pamulang), diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 14 Agustus 2020, Tangerang Selatan.
م داخرين 7 ون جهني سيدخل برون عن عبادت
ذين يستك
م ان ال
كستجب ل
ي ا م ادعون
ربك
وقال
“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan
masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” QS. Ghafir: 60. 8Ali Rahmat, (Pimpinan Pesantren al-Adzkar Pamulang), diwawancarai oleh
Rosita, Pamulang 13 Agustus 2020, Tangerang Selatan.
70
Kegiatan zikir ini adalah untuk mendidik kebiasaan para santri
agar terciptanya kapasitas ruhiyah dalam diri dan semangat dalam
melaksanakan ibadah, dan memahami tentang isi kandungan yang
terdapat pada zikir al-Ma’ṣūrāt. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
ustad Supandi:
“Tujuan untuk pesantren sendiri yaitu tujuannya untuk anak-
anak agar lebih mendekatkan diri kepada Allah, karena dengan
membaca al-Ma’ṡūrāt pahalanya cukup besar sekali, fadhilah-
fadhilahnya juga banyak. Yang kedua agar anak-anak santri
juga mengerti al-Ma’ṡūrāt itu apa saja dan diharapkan para
santri bisa dan terbiasa membaca al-Ma’ṡūrāt itu, karena kalau
tidak dibiasakan santri tidak akan membaca al-Ma’ṡūrāt.”9
Dari penjelasan di atas, bahwa zikir al-Ma’ṡūrāt ini dirutinkan
dengan tujuan untuk mendidik para santri agar memiliki kebiasaan
dalam hal-hal baik seperti zikir. Menurut ustad Basit, zikir tersebut
dibiasakan supaya para santri terus terbiasa mengamalkannya
dimulai dari pesantren hingga nanti ketika keluar dari pesantren,
agar selalu mendapat keberkahan. Sebagaimana yang
diutarakannya:
“Ya itu, keberkahan lagi keberkahan lagi, dan harapannya ya
mereka bisa mengamalkan mulai dari pesantren kemudian
diamalkan lagi sampai di rumah diamalkan terus sampai akhir
hayat mereka, karena al-Ma’ṡūrāt ini doa-doa sebagai
pelindung, pelindung dari jin, dari setan, dan bisa mengambil
keberkahan-keberkahan dari zikir tersebut.”10
Penjelasan dari para ustad di pondok pesantren al-Adzkar di atas
menegaskan bahwa dengan membaca ayat-ayat al-Qur’an yang
terdapat di dalam al-Ma’ṡūrāt dapat memberikan nilai ibadah bagi
9Ahmad Supandi, (Ketua Pengasuhan Santri Putra Pesantren al-Adzkar
Pamulang), diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 14 Agustus 2020, Tangerang Selatan. 10Abdul Basit, (Pengasuh Santri Putra Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 14 Agustus 2020, Tangerang Selatan.
71
yang membacanya. Selain bernilai ibadah dan juga doa, pembacaan
ayat-ayat al-Qur’an pada al-Ma’ṡūrāt yang ada di Pesantren al-
Adzkar juga bertujuan untuk membiasakan santri membaca al-
Qur’an dan zikir.
Dari awal pesantren ini didirikan dan memiliki program dengan
diadakannya kegiatan untuk para santri, banyak harapan yang
tertanam untuk para santri dalam jangka waktu selama mereka
berada di pesantren dan bahkan ketika mereka sudah keluar dari
pesantren. Sebagaimana harapan yang ingin dicapai oleh ustad Ali
teruntuk santri-santrinya, berikut yang diutarakannya:
“Harapannya agar para santri selalu ingat kepada Allah, agar
mereka terjaga dirinya dari gangguan-gangguan perilaku-
perilaku yang tidak baik, baik selama di pesantren ataupun di
luar pesantren. Dan kami berharap ini menjadi zikir wirid harian
mereka juga baik di pesantren ataupun di luar pesantren, karena
saya melihat antara ratib al-Hadad ataupun ratib-ratib yang lain
dengan al-Ma’ṡūrāt itu semua memiliki keutamaan-keutamaan.
Ratib itu kan wirid-wirid yang dikumpulkan dan dirutinkan oleh
syekh tertentu atau ulama tertentu, al-Ma’ṡūrāt juga sama
seperti itu.”11
Harapan lain yang diharapkan oleh para ustad dalam pembacaan
zikir al-Ma’ṡūrāt secara rutin yaitu agar semakin terbiasa dalam
berdoa dan memperbanyak doa. Seperti harapan yang diutarakan
oleh ustad Basit.
“Agar mereka ketika di pesantren mereka selalu belajar untuk
melantunkan zikir-zikir, kalamullāh, semakin banyak mereka
berdoa, kita tidak tau doa mana yang Allah terima sehingga
semakin memperbanyak kita berdoa, kita tidak tau mana yang
11Ali Rahmat, (Pimpinan Pesantren al-Adzkar Pamulang), diwawancarai oleh
Rosita, Pamulang 13 Agustus 2020, Tangerang Selatan.
72
Allah ijabah, kalau untuk sampai seterusnya ya insyaallah
mereka akan mengamalkan sampai akhir hayat mereka.”12
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa
harapan yang terbaik untuk para santri yang setiap harinya
mengamalkan zikir ini, baik mereka lakukan ketika di pesantren
maupun ketika sudah keluar dari pesantren, yaitu agar mereka selalu
mendapatkan keberkahan dan selalu terjaga dari segala macam
bahaya.
Tabel 1.2
Narasumber/
Informan
Ustad
Ali
Ustad
Supandi
Ustad
Basit
Pertanyaan
Apa
alasan-
alasan
pesantren
al-Adzkar
mengadak
an
kegiatan
pembacaa
n zikir al-
Ma’ṡūrāt
pagi dan
sore hari?
al-Ma’ṡūrāt
berisi
tentang doa-
doa ma’ṡūr.
Sebagaiman
a yang saya
ketahui
bahwasanya
doa ma’ṡūr
itu adalah
doa yang
selalu
dibaca oleh
Nabi
Muhammad
Saw. pada
Yang pertama
yaitu salah
satu dari
program
pesantren,
yang kedua
untuk
membiasakan
anak-anak
membaca al-
Qur’an dan
mencintai al-
Qur’an.
Karena
memang pada
dasarnya
pesantren itu
yang
diutamakan
adalah
ketaatan dan
keberkahanny
a, dan al-
Ma’ṡūrāt ini
alhamdulillah
salah satu
kegiatan
untuk
mendekatkan
diri kita
kepada Allah
12Abdul Basit, (Pengasuh Santri Putra Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 14 Agustus 2020, Tangerang Selatan.
73
Narasumber/
Informan
Ustad
Ali
Ustad
Supandi
Ustad
Basit
pagi dan
sore hari.
dan efeknya
akan
memberikan
keberkahan
kepada kita,
kepada
seluruh santri,
dengan kita
memperbanya
k doa, maka
kita akan
diberi
kemudahan
dan
keberkahan
oleh Allah
dalam semua
hal.
Mengapa
pilihan
zikirnya
adalah
bacaan al-
Ma’ṡūrāt
susunan
Hasan Al-
Banna?
Mengapa
bukan
zikir
lainnya
(karena
Sama saja
sebenarnya,
karena itu
kan pilihan,
kita boleh
milih Ratib
al-Hadad,
boleh milih
al-Ma’ṡūrāt
dan boleh
milih ratib-
ratib yang
lain.
Makanya,
Zikir al-
Ma’ṡūrāt
adalah zikir
yang
diamalkan
oleh
Rasulullah
setiap pagi
dan sore. Dan
baik juga
untuk
diamalkan
Karena al-
Ma’ṡūrāt
memang
bagus untuk
zikir pagi dan
petang.
74
Narasumber/
Informan
Ustad
Ali
Ustad
Supandi
Ustad
Basit
pesantren
lain ada
yang
memilih
zikir
Ratib al-
Haddad
atau al-
Attas)?
kalau
menurut
saya kurang
lebih sama
saja antara
Ratib al-
Hadad
dengan zikir
al-Ma’ṡūrāt
dengan doa-
doa yang
lain sama
saja. Semua
memiliki
keutamaan-
keutamaan.
oleh para
santri.
Apa
tujuan
dan
harapan
yang
ingin
dicapai
dari
kegiatan
pembacaa
n zikir al-
Ma’ṡūrāt
ini, bagi
pesantren
khususny
a dan bagi
Pertama
untuk
membangun
kapasitas
ruhiyah para
santri. Yang
kedua yah
memang itu
doa yang
disuruh
yaitu ud’unī
astajiblaku
m. Harapan
untuk
pesantren
yaitu supaya
Tujuan untuk
pesantren
sendiri yaitu
tujuannya
untuk anak-
anak agar
lebih
mendekatkan
diri kepada
Allah, karena
dengan
membaca al-
Ma’ṡūrāt
pahalanya
cukup besar
sekali,
Ya itu,
keberkahan
lagi
keberkahan
lagi, dan
harapannya ya
mereka bisa
mengamalkan
mulai dari
pesantren
kemudian
diamalkan
lagi sampai di
rumah
diamalkan
terus sampai
75
Narasumber/
Informan
Ustad
Ali
Ustad
Supandi
Ustad
Basit
para
santri
secara
umum?
anak-anak
terbangun
ruhiyahnya,
semangat
ibadahnya,
kebaikanny
a bisa
terbangun
melalui doa-
doa zikir
tersebut.
fadhilah-
fadhilahnya
juga banyak.
Yang kedua
agar anak-
anak santri
juga mengerti
al-Ma’ṡūrāt
itu apa saja
dan
diharapkan
para santri
bisa dan
terbiasa
membaca al-
Ma’ṡūrāt itu,
karena kalau
tidak
dibiasakan
santri tidak
akan
membaca al-
Ma’ṡūrāt.
akhir hayat
mereka,
karena al-
Ma’ṡūrāt ini
doa-doa
sebagai
pelindung,
pelindung dari
jin, dari setan,
dan bisa
mengambil
keberkahan-
keberkahan
dari zikir
tersebut.
Menurut
ustadz/ust
adzah,
apa
manfaat
yang
diharapka
n akan
didapat
Harapannya
agar para
santri selalu
ingat
kepada
Allah, agar
mereka
terjaga
dirinya dari
Agar mereka
ketika di
pesantren
mereka selalu
belajar untuk
melantunkan
zikir-zikir,
kalamullāh,
semakin
76
Narasumber/
Informan
Ustad
Ali
Ustad
Supandi
Ustad
Basit
oleh
santri
baik
dalam
jangka
pendek
selama
berada di
pesantren
maupun
dalam
masa
hidup
selanjutny
a setelah
selesai
mondok
dengan
pembacaa
n zikir al-
Ma’ṡūrāt
yang
dibiasaka
n dibaca
di pondok
pagi dan
sore ini?
gangguan-
gangguan
perilaku-
perilaku
yang tidak
baik, baik
selama di
pesantren
ataupun di
luar
pesantren.
Dan kami
berharap ini
menjadi
zikir wirid
harian
mereka juga
baik di
pesantren
ataupun di
luar
pesantren,
karena saya
melihat
antara ratib
al-Hadad
ataupun
ratib-ratib
yang lain
dengan al-
Ma’ṡūrāt itu
semua
memiliki
banyak
mereka
berdoa, kita
tidak tau doa
mana yang
Allah terima
sehingga
semakin
memperbany
ak kita
berdoa, kita
tidak tau
mana yang
Allah ijabah,
kalau untuk
sampai
seterusnya ya
insyaallah
mereka akan
mengamalkan
sampai akhir
hayat mereka.
77
Narasumber/
Informan
Ustad
Ali
Ustad
Supandi
Ustad
Basit
keutamaan-
keutamaan.
Ratib itu
kan wirid-
wirid yang
dikumpulka
n dan
dirutinkan
oleh syekh
tertentu atau
ulama
tertentu, al-
Ma’ṡūrāt
juga sama
seperti itu.
B. Pemahaman terhadap Penggunaan Ayat-ayat al-Qur’an dalam
Zikir al-Ma’ṣūrāt
Bacaan al-Ma’ṡūrāt yang digunakan di Pesantren al-Adzkar
adalah Al-Ma’tsūrāt Sugra yang disusun oleh Hasan Al-Banna. Pada
al-Ma’ṡūrāt sugra ini terdapat beberapa surat yang digunakan untuk
berzikir seperti QS. Al-Fātiḥaḥ, QS. Al-Baqarah ayat 1-5, QS. Al-
Baqarah ayat 255-257, QS. Al-Baqarah ayat 284-286, QS. Al-
Ikhlāṣ, QS. Al-Falaq, dan QS. Al-Nās.
Ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat dalam al-Ma’ṡūrāt
sebagaimana penulis sebutkan pada bab sebelumnya, yang tertulis
dalam susunan al-Ma’ṡūrāt wazifah ṣughrā buah tangan dari
seorang ulama yaitu Hasan al-Banna, merupakan bacaan yang tidak
78
asing lagi bagi para ustadz di Pesantren al-Adzkar. Dalam tahap
awal, penulis mencoba berupaya untuk menggali pemahaman
mereka terhadap ayat-ayat yang tercantum di dalam al-Ma’ṡūrāt
sugra. Secara umum, para ustad yang menjadi responden penelitian
ini mengaku sudah sering mendengar ayat-ayat tersebut karena
dibaca rutin setiap harinya.
Menurut ustad Supandi, ayat-ayat yang tercantum di dalam zikir
al-Ma’ṡūrāt ini sangatlah baik untuk dijadikan zikir, bahkan ayat-
ayat tersebut pun diharapkan menjadi tameng perlindungan untuk
diri dari gangguan setan.
“Yang pertama pada QS. Al-fātiḥaḥ, surat ini kan disebut juga
dengan ummul kitab yang dimana manfaatnya sangat besar
sekali dan juga banyak fadhilah yang bisa diterima oleh anak-
anak. Yang kedua pada QS. Al-Baqarah, surat ini juga sangat
bagus sekali untuk anak-anak untuk membentengi diri, karena
disitu kata nabi siapa setiap rumah yang dibacakan suratul
Baqarah maka setan pun tidak akan masuk. Diharapkan juga
ketika membaca surah al-Baqarah ini menjadi wirid untuk
anak-anak dan bisa meruqyah diri sendiri. Kemudian ayat kursi,
dari segi manfaat juga sangat besar sekali bagi anak-anak,
apalagi ayat kursi itu bisa menjadi wiridan. Kemudian surat al-
Ikhlāṣ, untuk meyakinkan kepada para santri tentang ke-Esaan
Allah.”13
Dari penjelasan di atas menegaskan bahwa fungsi al-Qur’an
sebagai ayat-ayat untuk melindungi diri dari godaan setan dan ayat-
ayat tersebut juga memiliki banyak fadhilah atau keutamaan.
Secara ringkas, ustad Basit mengutarakan pemahamannya
terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang ada dalam zikir al-Ma’ṡūrāt
sebagai berikut:
13Ahmad Supandi, (Ketua Pengasuhan Santri Putra Pesantren al-Adzkar
Pamulang), diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 14 Agustus 2020, Tangerang Selatan.
79
“Secara garis besar anak-anak mungkin belum mengerti tentang
al-Ma’ṡūrāt secara mendalam, tapi kalau secara sekilas sih,
mereka membaca ayat kursi, al-Ikhlāṣ, al-Falaq, al-Nās itu agar
kita terjaga dari keburukan-keburukan, terjaga dari jin dan
segala dari golongan jin, dan kemalasan-kemalasan.”14
Begitu juga dengan pemahaman ustadz Ali, terkait ayat-ayat al-
Qur’an yang terdapat dalam zikir al-Ma’ṣūrāt:
“Karena ayat-ayat itu yang sering dibaca oleh Nabi Muhammad
pada pagi dan sore hari, makanya kita mengikuti. Tentu ayat-
ayat itu memiliki keutamaan-keutamaan.”15
Ustad Ali menyimpulkan bahwa ayat-ayat tersebut adalah ayat-
ayat yang sering dibaca oleh Nabi Muhammad di pagi dan sore hari.
Jadi, menurut ungkapan dari ketiga ustad tersebut bahwasannya
Allah swt memiliki sifat yang Maha Pelindung. Allah swt
memberikan perlindungan khusus kepada hamba-hambaNya yang
senantiasa selalu mengingat-Nya. Allah juga memberikan
ketenangan di dalam hati hamba-hambaNya bagi yang selalu
mengingat-Nya. Allah juga akan mengabulkan doa hamba-
hambaNya yang selalu mengingat dan memohon kepada-Nya.
Menurut para ustad yang menjadi informan pada penelitian ini
berpendapat bahwa antara makna kandungan dengan tujuan
diadakannya pembacaan al-Ma’ṡūrāt terdapat kesesuaian.
“Sesuai banget, sangat sesuai karena dalam kandungan ayat
salah satunya kita berlindung kepada Allah dari setan,
berlindung dari jin, minta keberkahan kepada Allah, semuanya
sesuai banget dengan kandungan ayat-ayat tersebut.”16
14Abdul Basit, (Pengasuh Santri Putra Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 14 Agustus 2020, Tangerang Selatan. 15Ali Rahmat, (Pimpinan Pesantren al-Adzkar Pamulang), diwawancarai oleh
Rosita, Pamulang 13 Agustus 2020, Tangerang Selatan. 16Abdul Basit, (Pengasuh Santri Putra Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 14 Agustus 2020, Tangerang Selatan.
80
Kesesuain ayat-ayat zikir yang terdapat di dalam al-Ma’ṡūrāt
ini juga menghadirkan harapan yang besar dari pimpinan pesantren
dan pengaruh yang baik untuk para santri agar semakin semangat
dalam beramal sholeh.
“Ayat-ayat tersebut kan semuanya Kalamullāh, firman Allah,
dan kalau kita baca akan berpengaruh kepada kejiwaan kita,
baik kita rutinkan. Kan Allah senang dengan sesuatu yang rutin,
yang kontinyu, kita rutinkan pagi dan sore, tentu akan besar
pengaruhnya kepada Pendidikan pesantren. Pendidikan
pesantren untuk mendidik santri-santri menjadi lebih semangat,
memiliki semangat ruhiyah, berbuat baik yang kuat dan
semangat untuk beramal sholeh yang bagus.”17
Dari penjelasan ustad Ali di atas, bahwasannya ayat-ayat Allah
akan sangat berpengaruh terhadap kejiwaan kita ketika dibaca secara
rutin, maka pesantren al-Adzkar selalu menerapkan zikir rutinan
terutama diwaktu pagi dan petang, agar para santri lebih
bersemangat ketika melakukan aktifitas dan bersemangat pula dalam
berbuat kebaikan.
Harapan tersebut juga timbul pada diri ustad Supandi. Dia
berharap agar para santri selalu menjadikan al-Ma’ṡūrāt sebagai
wirid, sebagaimana yang dipaparkannya:
“Diharapkan untuk anak-anak agar menjadikan al-Ma’ṡūrāt ini
sebagai wirid, karena jika al-Qur’an sudah menjadi wirid dalam
diri kita, sudah menjadi bagian dari kita manfaatnya besar
sekali, yang pertama jika sering membaca al-Qur’an itu bisa
membersihkan dirinya dari perasaan-perasaan jelek dari
gangguan-gangguan setan. Kalau perintah nabi kan gini
‘bacalah al-Qur’an, karena dia akan menjadikan syafa’at
bagimu’. Dan juga, al-Qur’an sebagai syifa, penyembuh dari
berbagai penyakit, dengan harapan kalau santri membaca al-
Qur’an penyakit-penyakit hati, dengki, iri, semuanya insyaallah
bisa terobati. Karena kalau al-Qur’an sudah menjadi wirid
17Ali Rahmat, (Pimpinan Pesantren al-Adzkar Pamulang), diwawancarai oleh
Rosita, Pamulang 13 Agustus 2020, Tangerang Selatan.
81
insyaallah setiap langkah kita dibimbing oleh Allah SWT,.
karena itu bagian untuk mendekatkan diri kepada Allah.”18
Ustad Supandi percaya atas keyakinan pemahamannya terhadap
ayat-ayat al-Qur’an yang rutin dibaca akan memberikan efek sebagai
perlindungan untuk menjaga diri dan juga menjadi syifa, penyembuh
dari berbagai penyakit.
Secara singkat, dapat disimpulkan bahwa berkenaan dengan
QS. Al-Fātiḥaḥ, QS. Al-Baqarah ayat 1-5, QS. Al-Baqarah ayat 255-
257, QS. Al-Baqarah ayat 284-286, QS. Ali ‘Imrān ayat 26-27, QS.
Al-Ṣaffāt ayat 180-182, QS Al-Ikhlāṣ, QS. Al-Falaq, QS. Al-Nās
yang tercantum di dalam zikir al-Ma’ṣūrāt, didapati temuan bahwa
para ustad di Pesantren al-Adzkar ini secara umum memahami
maksud ayat ini mempunyai fungsi yang hampir sama. Yaitu
difungsikan sebagai sarana berdoa kepada Allah, meminta
perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari segala marabahaya,
sebagai syifa atau obat, sebagai ayat-ayat untuk mengingat Allah
swt, dan ayat-ayat untuk mengagungkan asma’ Allah swt.
Perihal antara kesesuaian ayat dengan tujuan kegiatan zikir al-
Ma’ṡūrāt ialah mendapatkan perlindungan dan ketenangan hati,
karena dengan membaca ayat-ayat al-Qur’an tersebut pembacanya
akan selalu mengingat Allah, dijauhkan dari segala macam
marabahaya dan dilindungi dari godaan setan, serta jika pembacanya
terus memohon atau meminta kepada Allah maka diyakini Allah
akan mengabulkan doa-doanya tersebut.
18Ahmad Supandi, (Ketua Pengasuhan Santri Putra Pesantren al-Adzkar
Pamulang), diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 14 Agustus 2020, Tangerang Selatan.
82
Tabel 1.3
Narasumber/
Informan
Pertanyaan
Bahwa di dalam
rangkaian zikir al-
Ma’ṡūrāt ada
beberapa ayat-ayat al-
Quran (QS al-
Fatihah:1-7; al-
Baqarah:1-5, 255-
257, 284-286; al-
Ikhlas:1-4; al-
Falaq:1-5; an-Nas: 1-
6 dan ayat-ayat lain
dalam wazhifah
kubra) yang menjadi
bagian dari rangkaian
zikir dan doa.
Bagaimana
ustadz/ustadzah
selaku
pendiri/pengasuh
pesantren memahami
kandungan makna
ayat-ayat tersebut?
Apakah ada
kesesuaian makna
kandungan ayat
dengan tujuan
kegiatan
pembacaan al-
Ma’ṡūrāt ini?
Ustad Ali
Karena ayat-ayat itu
yang sering dibaca
oleh Nabi
Muhammad pada
pagi dan sore hari,
makanya kita
mengikuti. Tentu
ayat-ayat itu memiliki
keutamaan-
keutamaan.
Ayat-ayat tersebut
kan semuanya
Kalamullāh, firman
Allah, dan kalau
kita baca akan
berpengaruh
kepada kejiwaan
kita, baik kita
rutinkan. Kan Allah
senang dengan
83
Narasumber/
Informan
Pertanyaan
Bahwa di dalam
rangkaian zikir al-
Ma’ṡūrāt ada
beberapa ayat-ayat al-
Quran (QS al-
Fatihah:1-7; al-
Baqarah:1-5, 255-
257, 284-286; al-
Ikhlas:1-4; al-
Falaq:1-5; an-Nas: 1-
6 dan ayat-ayat lain
dalam wazhifah
kubra) yang menjadi
bagian dari rangkaian
zikir dan doa.
Bagaimana
ustadz/ustadzah
selaku
pendiri/pengasuh
pesantren memahami
kandungan makna
ayat-ayat tersebut?
Apakah ada
kesesuaian makna
kandungan ayat
dengan tujuan
kegiatan
pembacaan al-
Ma’ṡūrāt ini?
sesuatu yang rutin,
yang kontinyu, kita
rutinkan pagi dan
sore, tentu akan
besar pengaruhnya
kepada Pendidikan
pesantren.
Pendidikan
pesantren untuk
mendidik santri-
santri menjadi lebih
semangat, memiliki
84
Narasumber/
Informan
Pertanyaan
Bahwa di dalam
rangkaian zikir al-
Ma’ṡūrāt ada
beberapa ayat-ayat al-
Quran (QS al-
Fatihah:1-7; al-
Baqarah:1-5, 255-
257, 284-286; al-
Ikhlas:1-4; al-
Falaq:1-5; an-Nas: 1-
6 dan ayat-ayat lain
dalam wazhifah
kubra) yang menjadi
bagian dari rangkaian
zikir dan doa.
Bagaimana
ustadz/ustadzah
selaku
pendiri/pengasuh
pesantren memahami
kandungan makna
ayat-ayat tersebut?
Apakah ada
kesesuaian makna
kandungan ayat
dengan tujuan
kegiatan
pembacaan al-
Ma’ṡūrāt ini?
semangat ruhiyah,
berbuat baik yang
kuat dan semangat
untuk beramal
sholeh yang bagus.
Ustad Supandi
Yang pertama pada
QS. Al-fātiḥaḥ, surat
ini kan disebut juga
dengan ummul kitab
yang dimana
manfaatnya sangat
Kalau perintah nabi
kan gini ‘bacalah
al-Qur’an, karena
dia akan
menjadikan
syafa’at bagimu’.
85
Narasumber/
Informan
Pertanyaan
Bahwa di dalam
rangkaian zikir al-
Ma’ṡūrāt ada
beberapa ayat-ayat al-
Quran (QS al-
Fatihah:1-7; al-
Baqarah:1-5, 255-
257, 284-286; al-
Ikhlas:1-4; al-
Falaq:1-5; an-Nas: 1-
6 dan ayat-ayat lain
dalam wazhifah
kubra) yang menjadi
bagian dari rangkaian
zikir dan doa.
Bagaimana
ustadz/ustadzah
selaku
pendiri/pengasuh
pesantren memahami
kandungan makna
ayat-ayat tersebut?
Apakah ada
kesesuaian makna
kandungan ayat
dengan tujuan
kegiatan
pembacaan al-
Ma’ṡūrāt ini?
besar sekali dan juga
banyak fadhilah yang
bisa diterima oleh
anak-anak. Yang
kedua pada QS. Al-
Baqarah, surat ini
juga sangat bagus
sekali untuk anak-
anak untuk
membentengi diri,
karena disitu kata
nabi siapa setiap
Dan juga, al-Qur’an
sebagai syifa,
penyembuh dari
berbagai penyakit,
dengan harapan
kalau santri
membaca al-Qur’an
penyakit-penyakit
hati, dengki, iri,
semuanya
insyaallah bisa
terobati. Karena
86
Narasumber/
Informan
Pertanyaan
Bahwa di dalam
rangkaian zikir al-
Ma’ṡūrāt ada
beberapa ayat-ayat al-
Quran (QS al-
Fatihah:1-7; al-
Baqarah:1-5, 255-
257, 284-286; al-
Ikhlas:1-4; al-
Falaq:1-5; an-Nas: 1-
6 dan ayat-ayat lain
dalam wazhifah
kubra) yang menjadi
bagian dari rangkaian
zikir dan doa.
Bagaimana
ustadz/ustadzah
selaku
pendiri/pengasuh
pesantren memahami
kandungan makna
ayat-ayat tersebut?
Apakah ada
kesesuaian makna
kandungan ayat
dengan tujuan
kegiatan
pembacaan al-
Ma’ṡūrāt ini?
rumah yang
dibacakan suratul
Baqarah maka setan
pun tidak akan
masuk. Diharapkan
juga ketika membaca
surah al-Baqarah ini
menjadi wirid untuk
anak-anak dan bisa
meruqyah diri
sendiri. Kemudian
ayat kursi, dari segi
kalau al-Qur’an
sudah menjadi
wirid insyaallah
setiap langkah kita
dibimbing oleh
Allah SWT,. karena
itu bagian untuk
mendekatkan diri
kepada Allah
87
Narasumber/
Informan
Pertanyaan
Bahwa di dalam
rangkaian zikir al-
Ma’ṡūrāt ada
beberapa ayat-ayat al-
Quran (QS al-
Fatihah:1-7; al-
Baqarah:1-5, 255-
257, 284-286; al-
Ikhlas:1-4; al-
Falaq:1-5; an-Nas: 1-
6 dan ayat-ayat lain
dalam wazhifah
kubra) yang menjadi
bagian dari rangkaian
zikir dan doa.
Bagaimana
ustadz/ustadzah
selaku
pendiri/pengasuh
pesantren memahami
kandungan makna
ayat-ayat tersebut?
Apakah ada
kesesuaian makna
kandungan ayat
dengan tujuan
kegiatan
pembacaan al-
Ma’ṡūrāt ini?
manfaat juga sangat
besar sekali bagi
anak-anak, apalagi
ayat kursi itu bisa
menjadi wiridan.
Kemudian surat al-
Ikhlāṣ, untuk
meyakinkan kepada
para santri tentang
ke-Esaan Allah.
88
Narasumber/
Informan
Pertanyaan
Bahwa di dalam
rangkaian zikir al-
Ma’ṡūrāt ada
beberapa ayat-ayat al-
Quran (QS al-
Fatihah:1-7; al-
Baqarah:1-5, 255-
257, 284-286; al-
Ikhlas:1-4; al-
Falaq:1-5; an-Nas: 1-
6 dan ayat-ayat lain
dalam wazhifah
kubra) yang menjadi
bagian dari rangkaian
zikir dan doa.
Bagaimana
ustadz/ustadzah
selaku
pendiri/pengasuh
pesantren memahami
kandungan makna
ayat-ayat tersebut?
Apakah ada
kesesuaian makna
kandungan ayat
dengan tujuan
kegiatan
pembacaan al-
Ma’ṡūrāt ini?
Ustad Basit
Secara garis besar
anak-anak mungkin
belum mengerti
tentang al-Ma’ṡūrāt
secara mendalam,
tapi kalau secara
sekilas sih, mereka
membaca ayat kursi,
al-Ikhlāṣ, al-Falaq,
al-Nās itu agar kita
terjaga dari
keburukan-
Sesuai banget,
sangat sesuai
karena dalam
kandungan ayat
salah satunya kita
berlindung kepada
Allah dari setan,
berlindung dari jin,
minta keberkahan
kepada Allah,
semuanya sesuai
banget dengan
89
Narasumber/
Informan
Pertanyaan
Bahwa di dalam
rangkaian zikir al-
Ma’ṡūrāt ada
beberapa ayat-ayat al-
Quran (QS al-
Fatihah:1-7; al-
Baqarah:1-5, 255-
257, 284-286; al-
Ikhlas:1-4; al-
Falaq:1-5; an-Nas: 1-
6 dan ayat-ayat lain
dalam wazhifah
kubra) yang menjadi
bagian dari rangkaian
zikir dan doa.
Bagaimana
ustadz/ustadzah
selaku
pendiri/pengasuh
pesantren memahami
kandungan makna
ayat-ayat tersebut?
Apakah ada
kesesuaian makna
kandungan ayat
dengan tujuan
kegiatan
pembacaan al-
Ma’ṡūrāt ini?
keburukan, terjaga
dari jin dan segala
dari golongan jin,
dan kemalasan-
kemalasan.
kandungan ayat-
ayat tersebut.
90
C. Praktik Pembacaan Zikir al-Ma’ṡūrāt
Penulis melakukan dua kali observasi ke pesantren al-Adzkar
untuk mendapatkan gambaran konkrit tentang praktik pembacaan
zikir al-Ma’ṡūrāt ini. Observasi partisipatif pertama dilakukan pada
Selasa 22 September 2020 untuk mengikuti pembacaan zikir al-
Ma’ṡūrāt di Aula santri putri. Observasi partisipatif kedua untuk
mengamati praktik pembacaan Zikir al-Ma’ṡūrāt di Masjid santri
putra pada Rabu 23 September 2020. Santri putra dan santri putri
melaksanakan zikir ini diwaktu yang bersamaan di tempat yang
berbeda.
Pelaksanaan kegiatan pembacaan zikir al-Ma’ṡūrāt ini sudah
dilakukan sejak berdirinya Pesantren al-Adzkar. Saat hendak masuk
ke Pesantren, pihak pesantren mengadakan pre-test untuk seluruh
calon santri untuk kepentingan pembagian kelas dan untuk
mengetahui bagaimana kemampuan calon santri dalam membaca al-
Qur’an. Pre-test ini nantinya akan sangat berpengaruh dalam
pembagian kelompok tahfiz selama di Pesantren. Setelah lulus test,
santri yang dianggap lebih mahir dalam membaca Qur’an akan
ditempatkan pada kelompok tahfidz hafalan untuk memulai
menghafal, sedangkan bagi santri yang belum lancar membaca al-
Qur’an akan ditempatkan pada kelompok tahsin terlebih dahulu
sebelum menghafal.
Dalam observasi yang pertama ini, yaitu pada Selasa, 22
September 2020, penulis mengikuti kegiatan pembacaan zikir al-
Ma’ṡūrāt pagi di Aula santri putri. Berdasarkan keterangan dari
salah satu santriwati diperoleh informasi bahwa yang memimpin
pembacaan zikir adalah perwakilan santri dari setiap kelas yang
sudah dibuatkan jadwal dengan secara bergilir setiap harinya.
91
Pembacaan dzikir al-Ma’ṡūrāt dimulai dengan membaca ta’awudz
yang berbunyi A’ūżubi Allahi As-Samī’i al-‘Alīmi Mina asy-Syaiṭāni
ar-Rajīm.
Kegiatan zikir al-Ma’ṡūrāt diikuti oleh seluruh santri dan
santriwati. Dalam pegamatan penulis, jumlah santri yang mengikuti
kegiatan tersebut adalah 200 santriwan dan 150 santriwati. Jumlah
yang seharusnya lebih banyak, dikarenakan masa pandemi, santri
yang ada di pesantren dibatasi, hanya setengahnya dari jumlah yang
seharusnya, dan setengahnya lagi mereka berada di rumah dan
mengikuti kegiatan dari rumah tanpa meninggalkan kegiatan rutin
seperti di pesantren.
Pada hari Selasa pagi tanggal 22 September 2020, aktivitas
santri dimulai pukul 03:15 WIB, yaitu dengan melakukan qiyamul
lail. Kemudian, disela-sela menunggu waktu Salat Shubuh para
santri seperti biasa berzikir masing-masing dan adapula yang
mempersiapkan hafalan untuk disetorkan. Ketika adzan shubuh
berkumandang, para santri langsung bergegas untuk mengambil
wudhu bagi yang sudah batal dan yang lain dengan khusyu
mendengarkan adzan hingga selesai, setelah itu dilanjut
melaksanakan sholat qobliyah dua rakaat19. Santri di sini selalu
diajarkan untuk membiasakan diri melaksanakan sholat sunnah.
Setelah melaksanakan shalat subuh, santri langsung ke halaqoh
tahfidz masing-masing untuk menyetorkan hafalan kepada ustad
atau ustadzah yang sudah ditentukan untuk menerima setoran
hafalan santri. Setoran hafalan ini di mulai pukul 05.10 hingga
19Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa barang siapa melaksanakan salat dua
rakaat sebelum salat Shubuh itu lebih baik dari pada dunia dan seisinya. Imam Nawawi,
Riyadhus Shalihin, cet. II, terj. Agus Hasan Bashori Al-Sanuwi dan Muhammad Syu’aib
Al-Faiz Al-Sanuwi (Surabaya: Duta Ilmu, 2003).
92
05.50. Setelah selesai kegiatan setoran hafalan, santri diperbolehkan
bersih diri dan bersiap-siap untuk sarapan sampai pukul 07.00.
kemudian hingga pukul 07.20 adalah kegiatan pembacaan zikir al-
Ma’ṡūrātpagi dan persiapan KBM yang akan dimulai dari pukul
07.20 sampai pukul 14.10.
Pelaksanaan zikir al-Ma’ṡūrāt dipimpin oleh salah seorang
santriwati. Santriwati memulai membacakan zikir yang dimulai
dengan membaca ta’awwudz, “A’ūżubi Allahi As-Samī’i al-‘Alīmi
Mina asy-Syaiṭāni ar-Rajīm”. Kemudian dilanjutkan dengan
membaca QS. Al-Fātiḥaḥ, QS. Al-Baqarah ayat 1-5, QS. Al-
Baqarah ayat 255- 257, QS. Al-Baqarah ayat 284-286, QS. Ali
‘Imrān ayat 26-27, QS. Al-Ṣaffāt ayat 180-182, QS Al-Ikhlāṣ, QS.
Al-Falaq, QS. Al-Nās. Setelah membaca ayat-ayat di tersebut,
kemudian zikir dilanjutkan dengan membaca doa pagi hari, yaitu
bacaan Aṣbahnā wa aṣbahal mulku lillāhi wal ḥamdu lillāhi lā
syarīkalah, lā ilāha illa huwa wa ilaihin nusyūr, kemudian membaca
doa supaya ditetapkan Islamnya, bertauhid di atas agama Nabi
Muhammad, berada dalam ajaran nabi Ibrahim serta dijauhkan dari
golongan orang-orang yang musyrik, doa supaya diberikan
kenikmatan, kesehatan, dan perlindungan di dunia dan akhirat, doa
rasa syukur seorang hamba terhadap Tuhan-Nya, doa
menganggungkan kemuliaan dan kekuasaan Allah, membaca doa
yang meyakini Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agama, dan
Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-Nya, membaca doa pujian
terhadap Allah, doa meyakini bahwa hanya Allah yang memberikan
kenyamanan, doa memohon perlindungan dari segala hal yang
bathil, doa berlindung dengan kalimat-kalimat Allah dari keburukan,
doa memohon perlindungan dari rasa gelisah dan kemalasan, doa
93
memohon disehatkan jasmaninya, doa memohon perlindungan dari
kekufuran dan kefakiran, doa sayyidul istighfār, membaca istighfar,
membaca salawat, membaca tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir,
membaca tahlil dan pujian terhadap Allah Swt, doa kafaratul
majelis, bersalawat kepada Rasulullah Saw dan salam penutup, lalu
diakhiri dengan membaca doa Rabiṭah.
Dalam pembacaan ayat-ayat di atas, pemimpin membacakan
ayat secara tartil dan faṣih. Adapun mengenai doa yang dipanjatkan
para santri hanya membaca sebanyak satu kali, salawat Nabi yang
dibaca satu kali, tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir juga hanya dibaca
satu kali (meskipun dalam buku panduan tertulis seratus kali),
membaca tahlil dan pujian terhadap Allah Swt sebanyak satu kali.
Pada kesempatan observasi yang kedua, penulis melakukan
observasi pada hari Rabu, 23 September 2020, penulis
berkesempatan mengikuti praktik pembacaan Zikir al-Ma’ṡūrāt sore
di Masjid santri putra. Kegiatan yang dilaksanakan oleh santri putra
tidak beda jauh dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh santri putri.
Dari bangun tidur hingga tidur lagi, semua kegiatan yang
dilaksanakan sama. Pembacaan zikir al-Ma’ṡūrāt sore tidak beda
jauh dengan zikir al-Ma’ṡūrāt yang dibaca ketika pagi hari, yang
membedakan hanya waktu dan juga doa.
Adapun pelaksanaan pembacaan zikir al-Ma’ṡūrāt
dilaksanakan tepatnya di waktu pagi dan sore hari. Sebagaimana
yang dijelaskan oleh ustad Basit:
“Karena ba’da Subuh dan ba’da Ashar ini adalah waktu-waktu
yang diijabah, waktu-waktu rahasia Allah, untuk Allah terima
doa seorang hamba, mungkin santri mau merubah menjadi yang
lebih baik, memudahkan hafal al-Qur’an dan agar terlindung
94
dari godaan-godaan setan dan segala macamnya. Waktu
keberkahan.”20
Sebagaimana penjelasan di atas, bahwasannya dua waktu
tersebut adalah waktu-waktu yang diijabahnya doa dan waktu
keberkahan, serta disisa-sisa waktu tersebut juga sering digunakan
untuk menghafal al-Qur’an, karena lebih cepat menyerap ketika
menghafal al-Qur’an.
Dengan padatnya kegiatan yang ada di pesantren, pembacaan
zikir ini tetap diusahakan untuk dibaca. Penyiasatan antara padatnya
waktu kegiatan dan zikir tersebut juga dipaparkan oleh pimpinan
pesantren:
“Melihat kondisi waktu pagi dan sore. Karena pagi dan sore
punya waktu yang luang untuk memungkinkan membaca al-
Ma’ṡūrāt di waktu itu. Sebenarnya kita membaca setelah subuh
atau sebelum subuh itu memungkinkan saja yang penting pagi-
pagi. Karena itu bukan sesuatu kemestian.”21
Dari pemaparan di atas bahwasannya kegiatan zikir tersebut
selalu diusahakan untuk dibaca, meskipun hanya waktu pagi atau
sore saja. Melihat kondisi waktu yang lebih luang.
Pelaksanaan pembacaan al-Ma’ṡūrāt ini biasanya dibaca di aula
putri untuk santri putri dan di masjid untuk santri putra ketika akan
memulai aktivitas pagi atau mengakhiri aktivitas sore. Untuk pagi
dibaca sekitar pukul 07.00 secara bersama-sama. Sedangkan untuk
sorenya dibaca sekitar pukul 17.30. Untuk durasi waktunya yaitu 15
menit. Hal ini dikarenakan ada kegiatan lain yang harus dilakukan
setelah melakukan zikir al-Ma’ṣūrāt. Pembacaan al-Ma’ṡūrāt ini
biasanya dipimpin oleh salah seorang santri perwakilan kelas dengan
20Abdul Basit, (Pengasuh Santri Putra Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 14 Agustus 2020, Tangerang Selatan. 21Ali Rahmat, (Pimpinan Pesantren al-Adzkar Pamulang), diwawancarai oleh
Rosita, Pamulang 13 Agustus 2020, Tangerang Selatan.
95
bacaan al-Qur’an yang sudah bagus dan setiap hari selalu bergilir
untuk tugas memimpin. Dalam praktiknya, al-Ma’ṡūrāt diawali
dengan membaca ta’awudz kemudian membaca surat al-Fatiḥaḥ, al-
Baqarah ayat 1-5, al-Baqarah ayat 255- 257, al-Baqarah ayat 284-
286, al-Ikhlāṣ, al-Falaq, dan al-Nās. Kemudian membaca wirid-
wirid berupa doa dan shalawat. Lalu dilanjutkan membaca Qs. Al-
Ṣaffāt ayat 180-182, Qs. Ali ‘Imrān ayat 26-27 dan ditutup dengan
doa robithah.
Zikir adalah salah satu ibadah yang penting, karena dengan
berzikir membuat kita tenang dari permasalahan dan melatih diri kita
agar selalu mengingat Allah beserta ciptaan-Nya. Pentingnya zikir
ini diadakan di pesantren pun demikian.
“Doa ini satu yang sangat penting, doa ini harus pertama yang
kita lakukan sebelum kita usaha, sebelum kita menghafal al-
Qur’an, kita harus minta kepada Allah, kita berdoa kepada
Allah, sangat penting, kalau ibarat nafas, sholat juga doa sama
dengan al-Ma’ṡūrāt juga doa yang sangat penting.”22
Ustad Supandi juga menyampaikan pendapat yang sama:
“Al-Ma’ṡūrāt itu sebenarnya sangat penting dan tidak bisa
digantikan dengan kegiatan yang lain, karena kan isinya itu,
makna dari al-Ma’ṡūrāt itu banyak sekali. Sekalipun ada
kegiatan yang lain seperti kegiatan Bahasa diwaktu pagi, tapi
tetap al-Ma’ṡūrāt itu tetap dibaca meskipun hanya satu kali pada
sore hari.”23
Dari pendapat di atas, pentingnya membaca al-Ma’ṡūrāt tidak
bisa digantikan dengan kegiatan yang lain, bahkan ketika kegiatan
berbahasa yang diadakan pada pagi hari dengan waktu yang bentrok
atau bersamaan dengan dibacanya al-Ma’ṡūrāt, maka al-Ma’ṡūrāt
22Abdul Basit, (Pengasuh Santri Putra Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 14 Agustus 2020, Tangerang Selatan. 23Ahmad Supandi, (Ketua Pengasuhan Santri Putra Pesantren al-Adzkar
Pamulang), diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 14 Agustus 2020, Tangerang Selatan.
96
pagi ditiadakan, namun ketika sore hari tetap dibaca. Meskipun
ketentuanya dibaca pagi dan sore hari, karena padatnya waktu
kegiatan, jadi zikir al-Ma’ṡūrāt ini cukup dibaca satu kali di waktu
sore, karena di waktu itu yang lebih luang. Seperti yang disampaikan
oleh ustad Ali:
“Kita mencari celah-celah waktu yang memungkinkan untuk
anak-anak membaca al-Ma’ṡūrāt dan itu juga ketika anak-anak
ada kegiatan yang lain, kita pilih mana yang lebih penting dan
didahulukan. Tidak selalu membaca al-Ma’ṣūrāt, kadang-
kadang pagi saja, kadang-kadang sore saja, kadang-kadang pagi
dan sore, tidak mutlak.”24
Adapun dalam pembacaan wiridnya hanya dibaca sekali-sekali,
karena terbatasnya waktu. Alasan inipun diutarakan oleh ustad Ali:
“Karena keterbatasan waktu, merujuk kepada kaidah “apa yang
tidak bisa dilakukan semuanya jangan ditinggalkan semuanya”
nah itu, yang penting kita baca.”25
Pendapat yang sama pun disampaikan juga oleh ustad Supandi:
“Karena waktu. Waktu yang ada di pesantren untuk anak-anak
ini sangat padat sekali, begitupun ketika membaca al-Ma’ṡūrāt
kita berusaha untuk menyiasati waktunya agar tidak
meninggalkan kegiatan yang lain. Kalau dibaca tiga kali tiga
kali, nanti waktunya keburu habis dan kegiatan yang lain bisa
terganggu. Tapi kan yang penting rutinitasnya, tiap hari
dibacanya, insyaallah meskipun hanya sehari sekali dan dalam
waktu lima belas menit pembacaan al-Ma’ṡūrāt akan tetap
berdampak baik bagi santri.”26
Ustad Basit juga menyampaikan pendapat yang sama, yaitu:
24Ali Rahmat, (Pimpinan Pesantren al-Adzkar Pamulang), diwawancarai oleh
Rosita, Pamulang 13 Agustus 2020, Tangerang Selatan. 25Ali Rahmat, (Pimpinan Pesantren al-Adzkar Pamulang), diwawancarai oleh
Rosita, Pamulang 13 Agustus 2020, Tangerang Selatan. 26Ahmad Supandi, (Ketua Pengasuhan Santri Putra Pesantren al-Adzkar
Pamulang), diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 14 Agustus 2020, Tangerang Selatan.
97
“Sebaiknya sih sempurnanya sesuai dengan kitabnya, al-Ikhlāṣ
dibaca tiga kali karena pahalanya seperti menghatamkan al-
Qur’an gitu kalau di sini hanya dibaca satu kali karena
terbatasnya waktu dan kegiatan sehingga agak dipercepat ,
mungkin kalau ada waktu yang banyak tetap sama mungkin
tetap dibaca tiga kali sesuai ketentuan kitabnya.”27
Meskipun hanya dibaca satu kali disetiap doanya, hal tersebut
tidak mengurangi arti penting zikir al-Ma’ṡūrāt itu sendiri. Seperti
pendapat yang disampaikan oleh ustad Supandi:
“Tidak mengurangi arti pentingnya, itu kan rangkuman
ulama semuanya yang sudah dirangkum, kenapa tiga kali
karena Allah kan suka yang ganjil-ganjil, ini juga kita
bacanya sekali-sekali juga ganjil, sekali tapi dibacanya
setiap hari bahkan sehari dua kali insyaallah tidak jauh beda
dengan dibaca tiga kali, yang penting rutinitasnya dan
jangan sampai anak-anak tidak baca sama sekali.”28
Ustad Basit juga menyampaikan pendapat yang sama, yaitu:
“Tidak, tidak mengurangi pentingnya al-Ma’ṣūrāt. Cuma
sebaiknya paling bagusnya itu sempurna, Cuma kalau belum
bisa sempurna ya tidak apa-apa kita berusaha untuk mendekati
kesempurnaan.”29
Pendapat dari ustad Basit dan Ustad Supandi berbeda dengan
ustad Ali, sebagaimana yang disampaikannya sebagai berikut:
“Tentu mengurangi keutamaannya. Beda kita membaca tiga kali
dengan satu kali dengan sepuluh kali tentu berbeda
keutamaanya. Hanya saja saya berprinsipnya “apa yang tidak
bisa digapai semuanya jangan ditinggalkan semuanya. Kita
bisanya hanya segitu, ya sudah kita lakukan sebisanya kita,
karena itu bukan kewajiban, kecuali kalau memang harus wajib
seperti sholat harus lima waktu, sesempit apapun kita tetap
27Abdul Basit, (Pengasuh Santri Putra Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 14 Agustus 2020, Tangerang Selatan. 28Ahmad Supandi, (Ketua Pengasuhan Santri Putra Pesantren al-Adzkar
Pamulang), diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 14 Agustus 2020, Tangerang Selatan. 29Abdul Basit, (Pengasuh Santri Putra Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 14 Agustus 2020, Tangerang Selatan.
98
harus melakukan sholat lima waktu, tapi kalau membaca al-
Ma’ṡūrāt bilangan-bilangan bacaan dalam al-Ma’ṡūrāt itu
bukan sesuatu yang diwajibkan. Kita lakukan selama kita bisa
melakukan.”30
Menurut penjelasan ustad Ali di atas, ketika wiridannya dibaca
tiga kali dengan satu kali akan berbeda keutamaanya. Namun, ketika
tidak bisa melakukan sesuai ketentuan yang tertulis dalam kitabnya
yaitu dibaca tiga kali setiap doanya, kita bisa membacanya sekali.
Karena ketentuan ini bukan sesuatu hal yang wajib seperti halnya
sholat wajib.
Tabel 1.3
Narasumber/
Informan
Ustad
Ali
Ustad
Supandi
Ustad
Basit
Pertanyaan
Alasan
pemilihan
waktu
pembacaa
n al-
Ma’ṡūrāt
di pagi
hari
setelah
subuh dan
sebelum
maghrib?
Bagaiman
a
menyiasat
Melihat
kondisi
waktu pagi
dan sore.
Karena pagi
dan sore
punya
waktu yang
luang untuk
memungkin
kan
membaca
al-Ma’ṡūrāt
di waktu itu.
Sebenarnya
Karena ba’da
Subuh dan
ba’da Ashar
ini adalah
waktu-waktu
yang diijabah,
waktu-waktu
rahasia Allah,
untuk Allah
terima doa
seorang
hamba,
mungkin
santri mau
merubah
30Ali Rahmat, (Pimpinan Pesantren al-Adzkar Pamulang), diwawancarai oleh
Rosita, Pamulang 13 Agustus 2020, Tangerang Selatan.
99
Narasumber/
Informan
Ustad
Ali
Ustad
Supandi
Ustad
Basit
i padatnya
jadwal
pengajian
lain di
waktu
pagi/petan
g?
kita
membaca
setelah
subuh atau
sebelum
subuh itu
memungkin
kan saja
yang
penting
pagi-pagi.
Karena itu
bukan
sesuatu
kemestian.
menjadi yang
lebih baik,
memudahkan
hafal al-
Qur’an dan
agar
terlindung
dari godaan-
godaan setan
dan segala
macamnya.
Waktu
keberkahan.
Sepenting
apa
pembacaa
n zikir ini
dan
apakah
tidak
tergantika
n atau
justru
terkalahka
n oleh
kegiatan
lain yang
lebih
penting?
Kita
mencari
celah-celah
waktu yang
memungkin
kan untuk
anak-anak
membaca
al-Ma’ṡūrāt
dan itu juga
ketika anak-
anak ada
kegiatan
yang lain,
kita pilih
mana yang
lebih
Al-Ma’ṡūrāt
itu
sebenarnya
sangat
penting dan
tidak bisa
digantikan
dengan
kegiatan yang
lain, karena
kan isinya itu,
makna dari
al-Ma’ṡūrāt
itu banyak
sekali.
Sekalipun ada
kegiatan yang
Doa ini satu
yang sangat
penting, doa
ini harus
pertama yang
kita lakukan
sebelum kita
usaha,
sebelum kita
menghafal al-
Qur’an, kita
harus minta
kepada Allah,
kita berdoa
kepada Allah,
sangat
penting, kalau
100
Narasumber/
Informan
Ustad
Ali
Ustad
Supandi
Ustad
Basit
penting dan
didahulukan
. Tidak
selalu
membaca
al-
Ma’ṣūrāt,
kadang-
kadang pagi
saja,
kadang-
kadang sore
saja,
kadang-
kadang pagi
dan sore,
tidak
mutlak.
lain seperti
kegiatan
Bahasa
diwaktu pagi,
tapi tetap al-
Ma’ṡūrāt itu
tetap dibaca
meskipun
hanya satu
kali pada sore
hari.
ibarat nafas,
sholat juga
doa sama
dengan al-
Ma’ṡūrāt juga
doa yang
sangat penting
Mengapa
pembacaa
n
ayat/surah
dan doa-
doanya di
pesantren
ini hanya
dibaca
sekali-
sekali
saja, tidak
diulang
tiga kali?
Karena
keterbatasa
n waktu,
merujuk
kepada
kaidah “apa
yang tidak
bisa
dilakukan
semuanya
jangan
ditinggalka
n
semuanya”
Karena
waktu. Waktu
yang ada di
pesantren
untuk anak-
anak ini
sangat padat
sekali,
begitupun
ketika
membaca al-
Ma’ṡūrāt kita
berusaha
untuk
Sebaiknya sih
sempurnanya
sesuai dengan
kitabnya, al-
Ikhlāṣ dibaca
tiga kali
karena
pahalanya
seperti
menghatamka
n al-Qur’an
gitu kalau di
sini hanya
dibaca satu
101
Narasumber/
Informan
Ustad
Ali
Ustad
Supandi
Ustad
Basit
Atau
tidak
diulang
10 dan
100 kali
untuk
bacaan
salawat
dan tasbih
seperti
ketentuan
dalam
buku?
Mohon
penjelasa
n ustadz.
nah itu,
yang
penting kita
baca
menyiasati
waktunya
agar tidak
meninggalka
n kegiatan
yang lain.
Kalau dibaca
tiga kali tiga
kali, nanti
waktunya
keburu habis
dan kegiatan
yang lain bisa
terganggu.
Tapi kan yang
penting
rutinitasnya,
tiap hari
dibacanya,
insyaallah
meskipun
hanya sehari
sekali dan
dalam waktu
lima belas
menit
pembacaan
al-Ma’ṡūrāt
akan tetap
berdampak
baik bagi
santri.
kali karena
terbatasnya
waktu dan
kegiatan
sehingga agak
dipercepat ,
mungkin
kalau ada
waktu yang
banyak tetap
sama mungkin
tetap dibaca
tiga kali
sesuai
ketentuan
kitabnya.
102
Narasumber/
Informan
Ustad
Ali
Ustad
Supandi
Ustad
Basit
Apakah
hal
tersebut
di atas
(poin 3)
dengan
dibaca
tanpa
diulang-
ulang
tidak
menguran
gi arti
penting
zikir al-
Ma’ṡūrāt
itu
sendiri?
Tentu
mengurangi
keutamaann
ya. Beda
kita
membaca
tiga kali
dengan satu
kali dengan
sepuluh kali
tentu
berbeda
keutamaany
a. Hanya
saja saya
berprinsipn
ya “apa
yang tidak
bisa digapai
semuanya
jangan
ditinggalka
n semuanya.
Kita bisanya
hanya
segitu, ya
sudah kita
lakukan
sebisanya
kita, karena
itu bukan
Tidak
mengurangi
arti
pentingnya,
itu kan
rangkuman
ulama
semuanya
yang sudah
dirangkum,
kenapa tiga
kali karena
Allah kan
suka yang
ganjil-ganjil,
ini juga kita
bacanya
sekali-sekali
juga ganjil,
sekali tapi
dibacanya
setiap hari
bahkan sehari
dua kali
insyaallah
tidak jauh
beda dengan
dibaca tiga
kali, yang
penting
rutinitasnya
Tidak, tidak
mengurangi
pentingnya al-
Ma’ṣūrāt.
Cuma
sebaiknya
paling
bagusnya itu
sempurna,
Cuma kalau
belum bisa
sempurna ya
tidak apa-apa
kita berusaha
untuk
mendekati
kesempurnaan
103
Narasumber/
Informan
Ustad
Ali
Ustad
Supandi
Ustad
Basit
kewajiban,
kecuali
kalau
memang
harus wajib
seperti
sholat harus
lima waktu,
sesempit
apapun kita
tetap harus
melakukan
sholat lima
waktu, tapi
kalau
membaca
al-Ma’ṡūrāt
bilangan-
bilangan
bacaan
dalam al-
Ma’ṡūrāt itu
bukan
sesuatu
yang
diwajibkan.
Kita
lakukan
selama kita
bisa
melakukan.
dan jangan
sampai anak-
anak tidak
baca sama
sekali.
104
D. Dampak Pembacaan Zikir al-Ma’ṡūrāt bagi Santri
dampak merupakan suatu hal yang dapat menyebabkan suatu
efek samping pada suatu hal-hal tersebut yang timbul akibat suatu
peristiwa dan berakibat. Sedangkan manfaat adalah hal-hal yang
terjadi dan menimbulkan keuntungan untuk seseorang.
Zikir dan doa merupakan suatu kegiatan untuk mengingat Allah
dan mengungkapkan perasaan, kemauan, dan keinginan kepada
Allah. Dengan berzikir orang akan memperoleh ketenangan dan
kelapangan hati, karena ia akan merasa bahwa dirinya selalu
didampingi oleh Allah swt. Dengan zikir yang dilakukan, seseorang
akan merasa bahwa Allah mengetahui dan mendengar doanya. Di
dalam zikir terdapat beberapa ayat al-Qur’an yang dibaca. Ayat-ayat
al-Qur’an adalah bacaan yang bernilai ibadah dan doa. Membaca
ayat-ayat al-Qur’an termasuk cara kita sebagai manusia untuk
mengingat dan berinteraksi dengan Sang Pencipta.
Berikut ini beberapa pernyataan dari para santri yang merasakan
manfaat dari pembacaan zikir al-Ma’tsūrāt antara lain yang
dipaparkan oleh santriwati bernama Nurhabibah:
“Ketika membaca al-Ma’ṡūrāt hati merasa lebih tenang, apalagi
kalau dibaca rame-rame aku ngerasa bener-bener lagi meminta
dihadapan Allah sama halnya kalau kita lagi sholat berjama’ah
lebih ngefeel gituh lebih berasa kayak bener-bener kita tuh lagi
dihadapan Allah, lagi meminta sama Allah. Aku juga ngerasa
lebih berani aja sih, nggak takut sama hal-hal yang kayak setan
yang kayak gituh-gituh, rasa takut itu seakan-akan hilang gituh
aja. Kalau lagi sedih itu bisa semakin mengingatkan kita sama
Allah sama Rasulullah. Terus juga ketika baca Robithah itu
ngerasa banget persaudaraanya dihadapan Allah jadi kayak apa
ya, yah pokoknya kayak ini bener-bener saudara kita yang
105
disaksikan oleh Allah gituh, semoga sampai akhirat kita bisa
bersaudara.”31
Hal serupa juga disampaikan oleh santriwati yang bernama
Nasywa:
“Membaca al-Ma’ṡūrāt, membuat hati menjadi tenang dan
mempermudah masalah. Semisal, kita membaca al-Ma’ṡūrāt di
pagi hari, maka selama beraktifitas ke sore hari hati kita selalu
tenang, walaupun kita dihadapkan dengan sesuatu yang
membuat amarah, seperti teman yang menjengkelkan, masalah
yang membuat emosi, adapun tugas-tugas yang membuat kita
mumet tuh kita jalanin aja gituh, karena hati kita tenang. Jadi,
lebih diarahin untuk sabar sabar sabar gituh. Juga,
mempermudah urusan semisal lagi ulangan, itu tuh selalu
diusahain gimana paginya itu harus baca al-Ma’ṡūrāt. Kalau
pengalaman yang dirasakan itu pernah ngebacain al-Ma’ṡūrāt
itu ada orang yang kesurupan. Jadi waktu itu sempet ada temen
ataupun kakak kelas yang kesurupan, itu tuh seringnya tuh yang
dibaca bacaan al-Ma’ṡūrāt.”32
Begitupun dengan yang dirasakan oleh Wildan:
“Yang pertama itu hati merasa semakin tenang, terus tadi sama
seperti yang lain juga. Pagi kita itu terjaga, kan ada hadisnya
kalau misalkan membaca al-Ma’ṡūrāt pagi itu dijaga dari pagi
sampai sore. Sebaliknya, kalau misalkan baca dari sore akan
dijaga dari sore sampai pagi lagi. Nah itu, semakin terjaga oleh
Allah dari maksiat-maksiat.”33
Pernyataan yang sama juga dirasakan oleh Diva:
“Kalau ada masalah, terus baca al-Ma’ṡūrāt jadi merasa lebih
baik. Lebih sadar dengan perilaku antara yang baik dan tidak,
ibadah lebih bersemangat. Ngerasa terjaga, karena pernah dulu
kan nggak ngerti maksud al-Ma’tsura itu buat apa gitu, terus
nanya sama kaka kelas “kak, al-Ma’ṡūrāt itu buat apasih kak?”
31Nur Habibah, (Santriwati SMA Pesantren al-Adzkar Pamulang), diwawancarai
oleh Rosita, Pamulang 25 Juli 2020, Tangerang Selatan. 32Nasywa Yulia Sari, (Santri SMA Pesantren al-Adzkar Pamulang), diwawancarai
oleh Rosita, Pamulang 25 Juli 2020, Tangerang Selatan. 33M. Wildan Gymnastiar, (Santri SMA Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 30 Juli 2020, Tangerang Selatan.
106
terus katanya “al-Ma’ṡūrāt itu untuk melindungi kita dari
gangguan jin”. 34
Bacaan-bacaan zikir ini selalu memberikan ketenangan kepada
yang membacanya sekaligus sebagai penjagaan diri dari gangguan
setan. Bahkan, ketika berbagai masalah menghampiri dalam
kehidupan, kemudian kita memperbanyak mengingat Allah dengan
berzikir, maka pikiran terasa jernih dan hati pun lebih lapang ketika
menghadapi permasalahan tersebut. Karena ketika kita mengingat
dan bersyukur atas apapun yang diberikan oleh Allah. Seperti dalam
firmannya:
فرون ا تك
روا لي ول
م واشك
ركذكي ا رون
١٥٢ فاذك
Artinya: “Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat
kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
ingkar kepada-Ku.”
Perasaan tersebut juga dirasakan oleh Albar ketika membaca
zikir al-Ma’ṣūrāt, dia merasa bahwa dirinya selalu terjaga dan
terlindungi. Seperti yang disampaikannya:
“Merasa terlindungi, misalnya dari perbuatan maksiat juga,
terus merasa enak, tenang, kalau misalnya hari itu lagi gelisah
nggak tau kenapa ngerasa jadi tenang aja, hilang dengan
sendirinya atau tidak bisa terselesaikan dengan cepat.”35
Perasaan yang sama juga dirasakan oleh Arya:
“Kalau diri saya pribadi itu setelah membaca al-Ma’ṡūrāt kayak
sama seperti Albar tadi, merasa terlindungi saja gituh. Kalau
misalkan nggak baca al-Ma’ṡūrāt dari pagi kayak ada perasaan
34Gendis Aura Diva, (Santriwati MTs Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 5 Agustus 2020, Tangerang Selatan. 35Muhammad Albar Yudistyo, (Santri SMA Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 30 Juli 2020, Tangerang Selatan.
107
gelisah ketika siangnya atau tiba-tiba sakit. Kalau misalkan
baca, adem-adem saja seharian”.36
Begitu juga dengan yang dirasakan oleh Rabih37, tidak beda
jauh dengan teman-temannya.
“Pertama, saya pribadi merasa yakin bahwa Allah memberikan
rasa aman dan menjaga pribadi saya dari segala yang
memudhorotkan, dan juga merasa lebih adem dan dekat sama
Allah Swt”.38
Berbeda halnya dengan yang dirasakan oleh Ellis39.
Menurutnya, dia justru tidak merasakan apa yang dirasakan oleh
teman-temannya. Seperti penuturannya berikut:
“Saya tidak terlalu merasakan hal-hal yang terlalu signifikan
tapi alhamdulillah saya masih diberikan kesehatan sama Allah
Swt., karena saya mungkin manusia yang sering berbuat dosa
jadi saya belum terlalu merasakan manfaat dari al-Ma’ṡūrāt.”40
Adapun perasaan yang berbeda juga datang dari dua orang
santriwati, yaitu Farisa dan Hana. Menurut mereka membaca al-
Ma’ṡūrāt itu menyenangkan, apalagi dengan nada yang khas, yang
dimiliki oleh Pesantren al-Adzkar.
“Senang, seru, tenang, damai. Seru aja sama nadanya.”41
“Perasaannya enak, senang, kayak ngerasa tenang juga, seru
bacanya bareng-bareng.”42
36Arya Maulana Zidane, (Santri SMA Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 30 Juli 2020, Tangerang Selatan. 37Rabih Majdi, (Santri SMA Pesantren al-Adzkar Pamulang), diwawancarai oleh
Rosita, Pamulang 30 Juli 2020, Tangerang Selatan. 38Rabih Majdi, (Santri SMA Pesantren al-Adzkar Pamulang), diwawancarai oleh
Rosita, Pamulang 30 Juli 2020, Tangerang Selatan. 39Ellis Syubban al-Fatih, (Santri SMA Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 30 Juli 2020, Tangerang Selatan. 40Ellis Syubban al-Fatih, (Santri SMA Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 30 Juli 2020, Tangerang Selatan. 41Farisa Mutiara Nazhiva, (Santriwati MTs Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 5 Agustus 2020, Tangerang Selatan. 42Hana Nur Hanifah, (Santriwati MTs Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 5 Agustus 2020, Tangerang Selatan.
108
Dari beberapa pernyataan di atas, bahwasannya zikir al-
Ma’ṡūrāt ini jika selalu dibaca maka akan mendatangkan rasa aman
dan terlindungi dari segala sesuatu yang dapat merugikan.
Kegiatan zikir al-Ma’ṡūrāt yang diamalkan oleh para santri dan
santriwati di Pesantren al-Adzkar selalu memberikan manfaat dan
dampak pada diri masing-masing. Banyak manfaat yang dirasakan
oleh para santri, begitupun dengan dampaknya. Pelaksanaan zikir ini
dilaksanakan pada dua waktu, salah satunya di waktu pagi.
Pembacaan di waktu pagi ini tidak begitu konsisten, terkadang
dilaksanakan setelah sholat subuh, bahkan pernah juga sebelum
subuh, dan terkadang pula dilaksanakan lima belas menit sebelum
akan melakukan kegiatan belajar.
Ketika kegiatan zikir ini dilakukan sebelum atau sesudah subuh,
tak jarang santri yang merasakan mengantuk ketika membacanya.
Namun, hal ini tidak terlalu berdampak buruk pada diri santri ketika
melanjutkan kegiatan belajar di sekolah. Seperti yang dipaparkan
oleh Nur Habibah:
“Menurut aku, kalau membaca al-Ma’ṡūrātnya sendiri itu tidak
ada dampak buruknya, malah dampak baiknya yang banyak ada.
Cuman kita belum menyadari banyaknya dampak positif dari al-
Ma’ṡūrāt, soalnya kalau dampak buruk itu kan, dia negative
sedangkan al-Ma’ṡūrāt ini isinya pujian kepada Allah, terus
ayat Qur’an sama shalawat kepada Nabi. Jadi kayaknya tidak
ada, untuk dampak buruknya. Cuman kalau ngantuk pada saat
membaca al-Ma’ṡūrāt itu, aku rasa bukan dari dampak
buruknya membaca al-Ma’ṡūrātnya, tapi emang mungkin
tubuhnya kelelahan atau dia kurang tidur, jadi pas lagi baca al-
Ma’ṡūrāt itu ngantuk. Soalnya kan, kalau di pondok banyak
109
kegiatan, jadi ada yang tubuhnya gampang lelah. Jadi, ketika
baca al-Ma’ṡūrāt kadang suka ngantuk.”43
Begitupun pendapat serupa yang datang dari Nasywa:
“Dampak buruk membaca al-Ma’ṡūrāt seperti mengantuk itu
sebenarnya itu bukan dampak buruk dari al-Ma’ṡūrāt nya, tapi
tuh mengantuknya lebih ke kitanya. Kitanya tuh kalau misalkan
niat nih yah, jujur pengalaman saya tuh kalau misalkan niat
pengen baca al-Ma’ṡūrāt dari awal sampai akhir pun bakal baca
gak ada ngantuk sedikit pun, karena kuat dihatinya. Tapi, kalau
semisal nggak niat apalagi ngebaca sambil bengong itu pasti kita
bakal ngantuk dan pasti bakal tidur juga. Jadi, kalau misalkan
nggak konsentrasi belajar menjadi ngantuk, itu bukan dampak
buruknya dari al-Ma’ṡūrāt, malah dampak buruknya mungkin
tidak ada dari al-Ma’ṡūrāt.”44
Diva juga menyampaikan pendapat yang sama, yaitu:
“Nggak sih, ngantuk mah sering tapi mikirnya bukan gara-gara
al-Ma’surat tapi karena kegiatan, di sini kan kegiatannya padat
dan waktu istirahat juga terbatas. Jadi nggak ada pikiran ah gara-
gara al-Ma’ṡūrāt, tapi kan namnanya juga kita kna lagi belajar,
wajar ibaratnya bersusah-susah dahulu bersenang-senang
kemudian.”45
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwasannya ketika mereka
membaca al-Ma’ṡūrāt di waktu yang lebih pagi, yaitu sebelum atau
setelah subuh, sama sekali tidak menghadirkan dampak buruk yang
mereka rasakan, adapun ketika mengantuk pada saat pembacaan al-
Ma’ṡūrāt dan ketika belajar itu dikarenakan kurang konsentrasi
membacanya dan banyaknya kegiatan yang terlalu padat sehingga
waktu istirahat sangat terbatas dan menyebabkan tubuh cepat lelah.
43Nur Habibah, (Santriwati SMA Pesantren al-Adzkar Pamulang), diwawancarai
oleh Rosita, Pamulang 25 Juli 2020, Tangerang Selatan. 44Nasywa Yulia Sari, (Santri SMA Pesantren al-Adzkar Pamulang), diwawancarai
oleh Rosita, Pamulang 25 Juli 2020, Tangerang Selatan. 45Gendis Aura Diva, (Santriwati MTs Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 5 Agustus 2020, Tangerang Selatan.
110
Pernyataan di atas juga diperkuat oleh para santri yang lain,
seperti penjelasan dari Albar:
“Tidak ada, kalau dari segi dampak buruknya rata-rata sih tidak
ada, soalnya walaupun pagi juga kalau dari diri saya pribadi
tidak ada pengaruh apa-apa meskipun waktu pembacaan al-
Ma’ṡūrāt di sini ganti-ganti jadwalnya, pernah subuh atau
sebelum sekolah, itu tidak ada pengaruh buruk apa-apa
walaupun saya ngantuk.”46
Dampak buruk ketika membaca al-Ma’ṡūrāt terlalu pagi juga
tidak dirasakan oleh Arya.
“Kalau dari dampak buruk sendiri sih nggak ada. Nggak ada
dampak buruk yang saya dapatkan dari al-Ma’ṡūrāt itu, malah
kalau misalkan kayak lebih ke dampak positif saja, lebih nggak
ada dampak buruknya sama sekali.”47
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Wildan:
“Jujur sih sebenarnya nggak, walaupun nggak al-Ma’ṡūrāt juga
tetap ngantuk, emang biasanya kayak gituh. Dari al-Ma’ṡūrāt
itu kan ada manfaatnya kayak dijaga dari pagi sampai sore, jadi
tuh nggak ada faktor buruknya.”48
Adapun rasa kantuk ketika al-Ma’ṡūrāt itu pasti selalu ada,
bahkan ketika tidak membaca pun rasa kantuk itu selalu
menghampiri. Seperti yang dirasakan oleh Rabih, ketika
pelaksanaannya ia pernah sesekali mengantuk bahkan ketiduran.
“Selama ini sih tidak ada masalah, tidak mengganggu kegiatan
yang lain. Tapi pernah ngantuk dan ketiduran.49
46Muhammad Albar Yudistyo, (Santri SMA Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 30 Juli 2020, Tangerang Selatan. 47Arya Maulana Zidane, (Santri SMA Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 30 Juli 2020, Tangerang Selatan. 48M. Wildan Gymnastiar, (Santri SMA Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 30 Juli 2020, Tangerang Selatan. 49Rabih Majdi, (Santri SMA Pesantren al-Adzkar Pamulang), diwawancarai oleh
Rosita, Pamulang 30 Juli 2020, Tangerang Selatan.
111
Berbeda halnya dengan Ellis, santri yang hiperaktif sehingga
sama sekali tidak merasakan mengantuk ketika membaca al-
Ma’ṡūrāt ataupun ketika belajar.
“Alhamdulillah saya orangnya agak hiperaktif, jadi walaupun
dilaksanakan pembacaanya habis subuh nggak pernah ngantuk,
jadi walaupun biasanya orang-orang tidur siang atau habis
subuh justru saya nggak mau dan ingin mencari kegiatan yang
lain. Terus juga kalau, setiap perbuatan baik itu pasti nggak ada
hal yang bikin negative, semuanya positif. Al-Ma’ṡūrāt itu
nggak bikin hal-hal negatife, nggak membuat kegiatan itu
menjadi hal negatif.”50
Perasaan yang berbeda dirasakan oleh beberapa santriwati. Ada
keluhan dari mereka ketika pelaksanaa pembacaan al-Ma’ṡūrāt ini
dilakukan terlalu pagi, karena masih ngantuk sehingga tidak
konsentrasi membacanya. Seperti yang disampaikan oleh Hana:
“Ngantuk banget, jadi nggak bisa baca dari awal sampai akhir
karena ngantuk banget. Tapi kalau belajar mah sih nggak
ngerasa ngantuk ngantuknya pas baca al-Ma’ṡūrātnya doang.”51
Begitupun yang disampaikan oleh Farisa:
“Pernah sih, kayak ih bangunnya pagi banget jadinya ngantuk
gituh.”52
Berdasarkan pengakuan para informan terkait dampak yang
dirasakan dari bacaan zikir al-Ma’tsūrāṭ ketika pelaksaannya terlalu
pagi, yang mereka rasakan adalah adanya rasa kantuk dan hilangnya
konsentrasi membaca karena kantuk tersebut. Namun, ada sebagian
santri juga yang tidak merasakan kantuk dikarenakan hiperaktif.
50Ellis Syubban al-Fatih, (Santri SMA Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 30 Juli 2020, Tangerang Selatan 51Hana Nur Hanifah, (Santriwati MTs Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 5 Agustus 2020, Tangerang Selatan. 52Farisa Mutiara Nazhiva, (Santriwati MTs Pesantren al-Adzkar Pamulang),
diwawancarai oleh Rosita, Pamulang 5 Agustus 2020, Tangerang Selatan.
112
Adapun rasa kantuk yang menghampiri para santri ketika
pelaksanaannya di waktu sebelum atau setelah subuh itu disebabkan
oleh kegiatan yang sangat padat dan kelelahan.
Tabel 1.4
Narasumber/
Informan
Pertanyaan
Apakah selama
membaca zikir al-
Ma’ṡūrāt anda
merasakan
manfaatnya? Apa
saja yang dirasakan?
Adakah dampak
buruk kegiatan
membaca al-
Ma’ṡūrāt ini,
seperti terlalu pagi
sehingga
mengantuk? Tidak
bisa konsentrasi
dalam belajar?
Sering ada teman
kerasukan?
Muhammad Albar
Yudistyo
Merasa terlindungi,
misalnya dari
perbuatan maksiat
juga, terus merasa
enak, tenang, kalau
misalnya hari itu lagi
gelisah nggak tau
kenapa ngerasa jadi
tenang aja, hilang
dengan sendirinya
atau tidak bisa
terselesaikan dengan
cepat.
Tidak ada, kalau
dari segi dampak
buruknya rata-rata
sih tidak ada,
soalnya walaupun
pagi juga kalau dari
diri saya pribadi
tidak ada pengaruh
apa-apa meskipun
waktu pembacaan
al-Ma’ṡūrāt di sini
ganti-ganti
jadwalnya, pernah
subuh atau sebelum
sekolah, itu tidak
ada pengaruh buruk
113
Narasumber/
Informan
Pertanyaan
Apakah selama
membaca zikir al-
Ma’ṡūrāt anda
merasakan
manfaatnya? Apa
saja yang dirasakan?
Adakah dampak
buruk kegiatan
membaca al-
Ma’ṡūrāt ini,
seperti terlalu pagi
sehingga
mengantuk? Tidak
bisa konsentrasi
dalam belajar?
Sering ada teman
kerasukan?
apa-apa walaupun
saya ngantuk.
Arya Maulana
Zidane
Kalau diri saya
pribadi itu setelah
membaca al-
Ma’ṡūrāt kayak sama
seperti Albar tadi,
merasa terlindungi
saja gituh. Kalau
misalkan nggak baca
al-Ma’ṡūrāt dari pagi
kayak ada perasaan
gelisah ketika
siangnya atau tiba-
tiba sakit. Kalau
misalkan baca, adem-
adem saja seharian
Kalau dari dampak
buruk sendiri sih
nggak ada. Nggak
ada dampak buruk
yang saya dapatkan
dari al-Ma’ṡūrāt
itu, malah kalau
misalkan kayak
lebih ke dampak
positif saja, lebih
nggak ada dampak
buruknya sama
sekali.
Rabih Majdi
Pertama, saya pribadi
merasa yakin bahwa
Allah memberikan
rasa aman dan
Selama ini sih tidak
ada masalah, tidak
mengganggu
kegiatan yang lain.
114
Narasumber/
Informan
Pertanyaan
Apakah selama
membaca zikir al-
Ma’ṡūrāt anda
merasakan
manfaatnya? Apa
saja yang dirasakan?
Adakah dampak
buruk kegiatan
membaca al-
Ma’ṡūrāt ini,
seperti terlalu pagi
sehingga
mengantuk? Tidak
bisa konsentrasi
dalam belajar?
Sering ada teman
kerasukan?
menjaga pribadi saya
dari segala yang
memudhorotkan, dan
juga merasa lebih
adem dan dekat sama
Allah Swt.
Tapi pernah
ngantuk dan
ketiduran.
Ellis Syubban al-
Fatih
Saya tidak terlalu
merasakan hal-hal
yang terlalu
signifikan tapi
alhamdulillah saya
masih diberikan
kesehatan sama Allah
Swt., karena saya
mungkin manusia
yang sering berbuat
dosa jadi saya belum
terlalu merasakan
manfaat dari al-
Ma’ṡūrāt
Alhamdulillah saya
orangnya agak
hiperaktif, jadi
walaupun
dilaksanakan
pembacaanya habis
subuh nggak pernah
ngantuk, jadi
walaupun biasanya
orang-orang tidur
siang atau habis
subuh justru saya
nggak mau dan
ingin mencari
kegiatan yang lain.
Terus juga kalau,
115
Narasumber/
Informan
Pertanyaan
Apakah selama
membaca zikir al-
Ma’ṡūrāt anda
merasakan
manfaatnya? Apa
saja yang dirasakan?
Adakah dampak
buruk kegiatan
membaca al-
Ma’ṡūrāt ini,
seperti terlalu pagi
sehingga
mengantuk? Tidak
bisa konsentrasi
dalam belajar?
Sering ada teman
kerasukan?
setiap perbuatan
baik itu pasti nggak
ada hal yang bikin
negative, semuanya
positif. Al-Ma’ṡūrāt
itu nggak bikin hal-
hal negatife, nggak
membuat kegiatan
itu menjadi hal
negatif.
M. Wildan
Gymnastiar
Yang pertama itu hati
merasa semakin
tenang, terus tadi
sama seperti yang
lain juga. Pagi kita itu
terjaga, kan ada
hadisnya kalau
misalkan membaca
al-Ma’ṡūrāt pagi itu
dijaga dari pagi
sampai sore.
Sebaliknya, kalau
Jujur sih
sebenarnya nggak,
walaupun nggak al-
Ma’ṡūrāt juga tetap
ngantuk, emang
biasanya kayak
gituh. Dari al-
Ma’ṡūrāt itu kan
ada manfaatnya
kayak dijaga dari
pagi sampai sore,
116
Narasumber/
Informan
Pertanyaan
Apakah selama
membaca zikir al-
Ma’ṡūrāt anda
merasakan
manfaatnya? Apa
saja yang dirasakan?
Adakah dampak
buruk kegiatan
membaca al-
Ma’ṡūrāt ini,
seperti terlalu pagi
sehingga
mengantuk? Tidak
bisa konsentrasi
dalam belajar?
Sering ada teman
kerasukan?
misalkan baca dari
sore akan dijaga dari
sore sampai pagi lagi.
Nah itu, semakin
terjaga oleh Allah
dari maksiat-maksiat.
jadi tuh nggak ada
faktor buruknya.
Nasywa Yulia Sari
Membaca al-
Ma’ṡūrāt, membuat
hati menjadi tenang
dan mempermudah
masalah. Semisal,
kita membaca al-
Ma’ṡūrāt di pagi hari,
maka selama
beraktifitas ke sore
hari hati kita selalu
tenang, walaupun kita
dihadapkan dengan
sesuatu yang
membuat amarah,
seperti teman yang
menjengkelkan,
Dampak buruk
membaca al-
Ma’ṡūrāt seperti
mengantuk itu
sebenarnya itu
bukan dampak
buruk dari al-
Ma’ṡūrāt nya, tapi
tuh mengantuknya
lebih ke kitanya.
Kitanya tuh kalau
misalkan niat nih
yah, jujur
pengalaman saya
tuh kalau misalkan
niat pengen baca al-
117
Narasumber/
Informan
Pertanyaan
Apakah selama
membaca zikir al-
Ma’ṡūrāt anda
merasakan
manfaatnya? Apa
saja yang dirasakan?
Adakah dampak
buruk kegiatan
membaca al-
Ma’ṡūrāt ini,
seperti terlalu pagi
sehingga
mengantuk? Tidak
bisa konsentrasi
dalam belajar?
Sering ada teman
kerasukan?
masalah yang
membuat emosi,
adapun tugas-tugas
yang membuat kita
mumet tuh kita
jalanin aja gituh,
karena hati kita
tenang. Jadi, lebih
diarahin untuk sabar
sabar sabar gituh.
Juga, mempermudah
urusan semisal lagi
ulangan, itu tuh selalu
diusahain gimana
paginya itu harus
baca al-Ma’ṡūrāt.
Kalau pengalaman
yang dirasakan itu
pernah ngebacain al-
Ma’ṡūrāt itu ada
orang yang
kesurupan. Jadi
waktu itu sempet ada
Ma’ṡūrāt dari awal
sampai akhir pun
bakal baca gak ada
ngantuk sedikit pun,
karena kuat
dihatinya. Tapi,
kalau semisal nggak
niat apalagi
ngebaca sambil
bengong itu pasti
kita bakal ngantuk
dan pasti bakal tidur
juga. Jadi, kalau
misalkan nggak
konsentrasi belajar
menjadi ngantuk,
itu bukan dampak
buruknya dari al-
Ma’ṡūrāt, malah
dampak buruknya
mungkin tidak ada
dari al-Ma’ṡūrāt.
118
Narasumber/
Informan
Pertanyaan
Apakah selama
membaca zikir al-
Ma’ṡūrāt anda
merasakan
manfaatnya? Apa
saja yang dirasakan?
Adakah dampak
buruk kegiatan
membaca al-
Ma’ṡūrāt ini,
seperti terlalu pagi
sehingga
mengantuk? Tidak
bisa konsentrasi
dalam belajar?
Sering ada teman
kerasukan?
temen ataupun kakak
kelas yang
kesurupan, itu tuh
seringnya tuh yang
dibaca bacaan al-
Ma’ṡūrāt
Nurhabibah
Ketika membaca al-
Ma’ṡūrāt hati merasa
lebih tenang, apalagi
kalau dibaca rame-
rame aku ngerasa
bener-bener lagi
meminta dihadapan
Allah sama halnya
kalau kita lagi sholat
berjama’ah lebih
ngefeel gituh lebih
berasa kayak bener-
bener kita tuh lagi
dihadapan Allah, lagi
meminta sama Allah.
Aku juga ngerasa
kalau membaca al-
Ma’ṡūrātnya
sendiri itu tidak ada
dampak buruknya,
malah dampak
baiknya yang
banyak ada. Cuman
kita belum
menyadari
banyaknya dampak
positif dari al-
Ma’ṡūrāt, soalnya
kalau dampak
buruk itu kan, dia
negative sedangkan
al-Ma’ṡūrāt ini
119
Narasumber/
Informan
Pertanyaan
Apakah selama
membaca zikir al-
Ma’ṡūrāt anda
merasakan
manfaatnya? Apa
saja yang dirasakan?
Adakah dampak
buruk kegiatan
membaca al-
Ma’ṡūrāt ini,
seperti terlalu pagi
sehingga
mengantuk? Tidak
bisa konsentrasi
dalam belajar?
Sering ada teman
kerasukan?
lebih berani aja sih,
nggak takut sama hal-
hal yang kayak setan
yang kayak gituh-
gituh, rasa takut itu
seakan-akan hilang
gituh aja. Kalau lagi
sedih itu bisa semakin
mengingatkan kita
sama Allah sama
Rasulullah. Terus
juga ketika baca
Robithah itu ngerasa
banget
persaudaraanya
dihadapan Allah jadi
kayak apa ya, yah
pokoknya kayak ini
bener-bener saudara
kita yang disaksikan
oleh Allah gituh,
semoga sampai
isinya pujian
kepada Allah, terus
ayat Qur’an sama
shalawat kepada
Nabi. Jadi kayaknya
tidak ada, untuk
dampak buruknya.
Cuman kalau
ngantuk pada saat
membaca al-
Ma’ṡūrāt itu, aku
rasa bukan dari
dampak buruknya
membaca al-
Ma’ṡūrātnya, tapi
emang mungkin
tubuhnya kelelahan
atau dia kurang
tidur, jadi pas lagi
baca al-Ma’ṡūrāt
itu ngantuk.
Soalnya kan, kalau
di pondok banyak
120
Narasumber/
Informan
Pertanyaan
Apakah selama
membaca zikir al-
Ma’ṡūrāt anda
merasakan
manfaatnya? Apa
saja yang dirasakan?
Adakah dampak
buruk kegiatan
membaca al-
Ma’ṡūrāt ini,
seperti terlalu pagi
sehingga
mengantuk? Tidak
bisa konsentrasi
dalam belajar?
Sering ada teman
kerasukan?
akhirat kita bisa
bersaudara
kegiatan, jadi ada
yang tubuhnya
gampang lelah.
Jadi, ketika baca al-
Ma’ṡūrāt kadang
suka ngantuk.
Farisa Mutiara
Nazhiva
Senang, seru, tenang,
damai. Seru aja sama
nadanya.
Pernah sih, kayak ih
bangunnya pagi
banget jadinya
ngantuk gituh.
Hana Nur Hanifah
Perasaannya enak,
senang, kayak
ngerasa tenang juga,
seru bacanya bareng-
bareng.
Ngantuk banget,
jadi nggak bisa baca
dari awal sampai
akhir karena
ngantuk banget.
Tapi kalau belajar
mah sih nggak
ngerasa ngantuk
ngantuknya pas
baca al-
121
Narasumber/
Informan
Pertanyaan
Apakah selama
membaca zikir al-
Ma’ṡūrāt anda
merasakan
manfaatnya? Apa
saja yang dirasakan?
Adakah dampak
buruk kegiatan
membaca al-
Ma’ṡūrāt ini,
seperti terlalu pagi
sehingga
mengantuk? Tidak
bisa konsentrasi
dalam belajar?
Sering ada teman
kerasukan?
Ma’ṡūrātnya
doang.
Gendis Aura Diva
Kalau ada masalah,
terus baca al-
Ma’ṡūrāt jadi merasa
lebih baik. Lebih
sadar dengan perilaku
antara yang baik dan
tidak, ibadah lebih
bersemangat.
Ngerasa terjaga,
karena pernah dulu
kan nggak ngerti
maksud al-Ma’tsura
itu buat apa gitu, terus
nanya sama kaka
kelas “kak, al-
Ma’ṡūrāt itu buat
apasih kak?” terus
katanya “al-Ma’ṡūrāt
itu untuk melindungi
kita dari gangguan jin
Nggak sih, ngantuk
mah sering tapi
mikirnya bukan
gara-gara al-
Ma’surat tapi
karena kegiatan, di
sini kan
kegiatannya padat
dan waktu istirahat
juga terbatas. Jadi
nggak ada pikiran
ah gara-gara al-
Ma’ṡūrāt, tapi kan
namnanya juga kita
kna lagi belajar,
wajar ibaratnya
bersusah-susah
dahulu bersenang-
senang kemudian.
122
123
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pesantren al-Adzkar Pamulang membiasakan pembacaan Zikir
al-Ma’tsūrāṭ pada pagi dan sore hari. Di dalam zikir tersebut
terdapat ayat-ayat al-Quran yang dibacakan. Dalam praktiknya, zikir
tersebut dibaca secara rutin pada pagi dan sore hari. Namun,
pembacaan pagi terkadang tidak dibaca karena ada kegiatan lain
diwaktu bersamaan. Meskipun demikian, pembacaan zikir sore tetap
dilaksanakan. Pembacaan zikir dipimpin oleh seorang santri di
Masjid santri putra dan santriwati di Aula santri putri yang diikuti
oleh para santri dan santriwati. Zikir tersebut berisi ayat-ayat al-
Quran dan doa-doa kepada Allah. Zikir al-Ma’ṡūrāt yang digunakan
di pesantren tersebut adalah zikir al-Ma’ṡūrāt Wāzifah Sughrā.
Semua ayat yang terdapat dalam zikir tersebut dibacakan secara
keseluruhan, sedangkan untuk pembacaan doa dibaca sebanyak satu
kali. Hal ini dilakukan supaya waktunya lebih efisien.
Menurut penjelasan dari Ustadz Ali Rahmat selaku pimpinan
pesantren dikatakan bahwa zikir al-Ma’ṡūrāt ini dilakukan dengan
melihat kondisi waktu luang di pagi dan sore hari, kegiatan zikir
tersebut selalu diusahakan untuk dibaca, meskipun hanya waktu pagi
atau sore saja, karena padatnya kegiatan di pesantren. Meskipun
demikian, zikir al-Ma’ṡūrāt ini diharapkan banyak memberikan
manfaat dan dampak yang baik bagi para santri dan pesantren.
Diantara manfaatnya adalah sebagai pelindung diri, penenang hati,
memberikan kemudahan dalam segala urusan, dan menghilangkan
rasa takut kepada selain Allah. Manfaat tersebut bisa dirasakan oleh
124
para santri dan juga pesantren itu sendiri. Meskipun dalam faktanya,
masih ditemukan santri yang mengaku belum dapat merasakan
manfaat dari zikir al-Ma’ṡūrāt tersebut, seperti masih saja terhambat
dalam proses belajar, maupun mereka yang memiliki sikap yang
kurang terpuji. Hal tersebut dikarenakan masing-masing individu
yang berbeda-beda dalam proses pengamalannya.
B. Saran
Penulis sudah melakukan penelitian terhadap penggunaan al-
Qur’an dan praktiknya dalam bentuk zikir al-Ma’ṣūrāt. Akan tetapi,
penulis merasakan masih banyak kekurangan yang perlu
disempurnakan oleh peneliti selanjutnya, misalnya yaitu:
1. Dari sisi para santri, tentang bagaimana para santri mampu
mewujudkan akhlak qurani ketika berada di pesantren ataupun
ketika sudah keluar dari pesantren.
2. Bagaimana menumbuhkan minat para santri supaya memiliki
keinginan untuk terus mengamalkan zikir al-Ma’ṡūrāt dalam
kehidupannya sehari-hari.
125
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Tria. “10 Keutamaan al-Ma’tsurat, Dzikir Pagi dan Petang
Lengkap dengan Video Bacaan dan Terjemahan,” Diakses, 14
September, 2019,
https://palembang.tribunnews.com/amp/2019/09/14/10-keutamaan-
al-matsurat-dzikir-pagi-petang-lengkap-dengan-video-bacaan-dan-
terjemahan?page=3
Ali, Muhammad. “Kajian Naskah dan Kajian Living Qur’an dan Living
Hadis”. Journal of Qur’an dan Hadis Studies. vol.4, no.2 (2015):
153.
Astuti, Fousiah Dwi. “Konsep Wirid Qur’ani (Studi Atas Kitab al-
Ma’tsurat Karya Hasan al-Banna)”. Skripsi S1., Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013.
Aswin. “Kualitas Hadis Doa dan Zikir Pagi Petang dalam al-Ma’tsurat al-
Shugra Karya Hasan al-Banna”. Skripsi S1., Universitas Islam
Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, 2018.
al-Banna, Hasan. al-Ma’ṡūrāt Wazhifah Kubro. Surakarta: Indiva, 2014.
....... Al-Ma’ṡūrāt Zikir Pagi dan Sore. Surakarta: Ziyad Books, 2017.
....... Risalah Pergerakan (Majmu’atu Rasa’il). Surakarta: Era Adicitra,
2016.
Departemen Agama RI. Mushaf Al-Qur’an dan Terjemah, terj. Yayasan
Penyelenggara Penerjemah Al-Quran. Jakarta Timur: Pustaka al-
Kautsar, 2009.
Departemen Agama RI. Mushaf Al-Quran dan Terjemah, terj. Yayasan
Penyelenggara Penerjemah Al-Quran. Jakarta: CV Darus Sunah,
2002.
Diantoro, Amri. “Tradisi Zikir al-Ma’ṡūrāt pada Kader Unit Kegiatan
Mahasiswa Bidang Pembinaan Dakwah UIN Raden Intan
126
Lampung”. Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung, 2015
Eldeeb, Ibrahim. Be A Living Quran, terj. Faruq Zaini. Tangerang: Lentera
Hati , 2009.
Hasanah, Mahfidatul. “Praktik Pembacaan Ayat-Ayat Alquran dalam
Zikir Al-Ma’tsūrāt (Studi Kasus di Pesantren Mahasiswa Al-Manar
Universitas Muhammadiyah Ponorogo)”. Skripsi S1., Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
Idris, Muhammad. “Konsep Zikir dalam al-Qur’an (Studi atas Penafsiran
M. Quraish Shihab)”. Skripsi S1., Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar, 2016.
Jannah, Nur. “Pengaruh Zikir al-Ma’tsurat dan Terjemahannya Terhadap
Penurunan Kecemasan Siswa Menghadapi Ujian Nasional”.
Universitas Islam Negeri Antasari, vol. 5, no. 2 (November 2017):
155.
Junaedi, Didi. “Living Qur’an (Sebuah Pendekatan Baru Dalam Kajian al-
Qur’an)”. Istitut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati. vol.4, no.2
(Cirebon 2015): 169.
Latifah, “La Ilaha Illa Allah Sebagai Afdhalu Dzikri Tinjauan
Multidimensi”. Jurnal, vol.2, no.2 (Juli 2018): 58-70.
Maesaroh, Tuti. “Zikir Sebagai Penenang Hati Menurut Pandangan Ibn
Qayyim al-Jauziyyah dan al-Ghazali)”. Skripsi S1., Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Manzur, Ibn. Lisan al-‘Arab. Jilid 3. Bierut Dar al Ma’arif, 1990.
Muhtador, Moh. “Pemaknaan Ayat al-Qur’an dalam Mujahadah: Studi
Living Qur’an di Pondok Pesantren al-Munawwir Krapyak
Komplek al-Kandiyas.” Jurnal Penelitian. vol. 8, no.1, (Februari
2014): 96.
127
Murni, Dewi. “Paradigma Umat Beragama Tentang Living Quran”. Jurnal
Syahadah. vol. IV, no. 2 (Oktober 2016): 80-81.
Mustaqim, Abdul. Epistemologi Tafsir Kontemporer. Yogyakarta: Lkis,
2012.
Mustaqim, Abdul. Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, Cet. I.
Yogyakarta: Idea Press, 2015.
Nawawi, Ismail. Risalah Dzikir dan Do’a Penerobos Tirai Risalah Ilahi
(Tinjauan dari Aqidah, Fikih dan Tasawuf). Surabaya: Karya Agung
Surabaya, 2008.
Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an: Di Bawah Naungan al-Qur’an,
terj. M. Misbah dan Aunur Rafiq Shaleh Tamhid. Juz. 1. Jakarta:
Robbani Press, 2005.
....... Tafsir Fi Zhilalil Qur’an: Di Bawah Naungan al-Qur’an, terj. M.
Misbah dan Aunur Rafiq Shaleh Tamhid. Juz. 6. Jakarta: Robbani
Press, 2005.
....... Tafsir Fi Zhilalil Qur’an: Di Bawah Naungan al-Qur’an, terj. M.
Misbah dan Aunur Rafiq Shaleh Tamhid. Juz. 13. Jakarta: Robbani
Press, 2005.
al-Rahman, Muhammad bin ‘Abd. Al-Kumais zikr al Jamil bain al
Iibtidail, Terj. Abu Hakim. Solo: At-Tibayan, 2005.
Rahman, Syahrul. “Living Qur’an: Studi Kasus Pembacaan al-Ma’tsurat
di Pesantren Khalid Bin Walid Pasir Pengaraian Kab. Rokan Hulu.”
Jurnal Syahadah. vol. IV, no. 2 (Oktober 2016).
Rauf, Abdul Aziz Abdul. Menghafal Al-Quran Itu Mudah Seri 2 Anda
Bisa Menjadi Hafidz Al-Quran. Jakarta: Markas Al-Quran, 2010.
Riyadi, Dimas Rahmat. “Pembacaan al-Ma’ṡūrāt (Studi Living Qur’an
Bagi Para Santri Pondok Pesantren Ihyaul Qur’an Bengkulu
Tengah)”. Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, 2019.
128
Riyanto, Geger. Peter L. Berger: Perspektif Metateori Pemikiran. Jakarta:
LP3ES, 2009.
Rumy, Fahd Abdurrahman Ibn Sulaiman. Buhus fi Ushul al-Tafsir wa
Manahijuhu. Riyadh: Maktabah at-Taubah, 1420 H.
Saefulloh, Aris. “Terapi Zikir Jama’ati di Desa Luwoo dan Tenggela
Kabupaten Gorontalo.” Jurnal Al-Ulum. vol. 12, no. 1, (Juni 2012).
Said, Hasani Ahmad. “Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren di
Nusantara”. Jurnal Kebudayaan Islam. vol. 9, no. 2, (Juli-Desember
2011): 178-193.
....... “Corak Sastra Tafsir al-Azhar: Studi Atas Ayat-ayat Sastra Alquran
dalam Khazanah Tafsir Nusantara Karya Hamka”, Penelitian
Individual, Puslitpen LP2M IAIN Raden Intan Lampung, tahun
2014.
....... “Corak Kalam Tafsir Fath al-Qadir: Telaah Atas Ayat-ayat Kalam
Karya al-Syaukani: Tesis S2 PPs UIN Jakarta, tahun 2007.
....... Diskursus Munasabah al-Qur’an dalam Tafsir al-Mishbah. Jakarta:
Amzah, 2015.
....... “Menggagas Munasabah al-Qur’an”. Hunafa: Jurnal Studia
Islamika. Vol. 13, No. 1, (Juni 2016) 1-34.
Saleh, Arman Yurisaldi. Berzikir untuk Kesehatan Syaraf. Jakarta: Hikaru
Publishing, 2018.
Salim, Fahmi. Tadabbur Quran di Akhir Zaman. Yogyakarta: Omah
Dakwah Pro-U Media, 2017.
Shabuni, Syaikh Muhammad Ali. Shafwatut Tafsir, jilid. 4. Jakarta:
Pustaka al-Kautsar, 2011.
Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1996.
129
....... Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran. Jakarta:
Lentera Hati, 2002.
....... Wawasan Al-Qur’an tenang Zikir dan Do’a. Ciputat: Lentera Hati,
2006.
Soleh, Harmathilda H. “Do’a dan Zikir dalam Meningkatkan Kecerdasan
Emosi.” Jurnal Psikologi Islami. vol. 2, no. 1 (2016): 29.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2017.
Syafei, Abdullah (Pembina Asrama Putra Pesantren Yatim Cahaya
Madinah). Diwawancarai oleh Lutfia Istiqomah. Pamulang, 14
November 2019, Banten.
Syamsuddin, Sahiron. “Ranah-ranah penelitian dalam studi al-Qur’an dan
Hadis”. dalam Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis.
Yogyakarta: Teras, 2007.
....... Metodologi Penelitian Living Quran dan Hadis. Yogyakarta: Teras
Press, 2007.
Taufikin, Muhammad. “Pengaruh Zikir Al-Asmaa Ul-Husna terhadap
Perilaku Keagamaan Siswa-siswi Panti Asuhan Wira Adi Karya
Ungaran.” Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang, 2010.
Umam, Koirul. Konsep Zikir menurut Al-Maraghi. Skripsi S1 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011.
Yaqien, Nurul. “Pengaruh Zikir terhadap Perilaku Santri di Pondok
Pesantren Mahasiswa Universal Bandung.” Skripsi S1., Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, 2018.
131
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran I
HASIL WAWANCARA PENGASUH PESANTREN
Wawancara I
Nama Pengasuh Pesantren : KH. Ali Rahmat, MIS
Hari/Tanggal : Kamis, 13 Agustus 2020
Da 32 ftar Pertanyaan dan Jawaban
A. Latar Belakang Pembacaan al-Ma’ṣūrāt
1. Apa alasan-alasan pesantren al-Adzkar mengadakan kegiatan
pembacaan zikir al-Ma’ṡūrāt pagi dan sore hari?
Jawab: Karena al-Ma’tsurat itu isinya doa, doa matsur. Doa
mat’sur itu kan doa yang selalu dibaca oleh Nabi
Muhammad.
2. Apa tujuan dan harapan yang ingin dicapai dari kegiatan
pembacaan zikir al-Ma’ṡūrāt ini, bagi pesantren khususnya dan
bagi para santri secara umum?
Jawab: Pertama untuk membangun ruhiyah para santri. Yang
kedua yah memang itu doa yang disuruh yaitu ud’unī
astajiblakum.1 Harapan untuk pesantren yaitu supaya anak-
anak terbangun ruhiyahnya, semangat ibadahnya,
kebaikannya bias terbangun melalui doa-doa zikir tersebut.
3. Bahwa di dalam rangkaian zikir al-Ma’ṡūrāt ada beberapa ayat-
ayat al-Qur’an (QS al-Fātiḥaḥ:1-7; al-Baqarah:1-5, 255-257, 284-
م داخرين 1 ون جهني سيدخل برون عن عبادت
ذين ي ستك
م ان ال
ك
ستجب ل
ي ا م ادعون
ربك
وقال
“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk
neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” QS. Ghafir: 60.
132
286; al-Ikhlāṣ:1-4; al-Falaq:1-5; al-Nās: 1-6 dan ayat-ayat lain
dalam Wāzifah Kubrā) yang menjadi bagian dari rangkaian zikir
dan doa. Bagaimana ustadz/ustadzah selaku pendiri/pengasuh
pesantren memahami kandungan makna ayat-ayat tersebut?
Jawab: Karena ayat-ayat itu yang sering dibaca oleh Nabi
Muhammad pada pagi dan sore hari, makanya kita
mengikuti. Tentu ayat-ayat itu memiliki keutamaan-
keutamaan.
4. Apakah ada kesesuaian makna kandungan ayat dengan tujuan
kegiatan pembacaan al-Ma’ṡūrāt ini?
Jawab: Ayat-ayat tersebut kan semuanya Kalamullāh, firman
Allah, dan kalau kita baca akan berpengaruh kepada
kejiwaan kita, baik kita rutinkan. Kan Allah senang dengan
sesuatu yang rutin, yang kontinyu, kita rutinkan pagi dan
sore, tentu akan besar pengaruhnya kepada Pendidikan
pesantren. Pendidikan pesantren untuk mendidik santri-
santri menjadi lebih semangat, memiliki semangat ruhiyah,
berbuat baik yang kuat dan semangat untuk beramal sholeh
yang bagus.
5. Mengapa pilihan zikirnya adalah bacaan al-Ma’ṡūrāt susunan
Hasan Al-Banna? Mengapa bukan zikir lainnya (karena pesantren
lain ada yang memilih zikir Ratib al-Haddad atau al-Aṭas)?
Jawab: Sama saja sebenarnya, karena itu kan pilihan, kita boleh
milih Ratib al-Hadad, boleh milih al-Ma’tsurat dan boleh
milih ratib-ratib yang lain. Makanya, kalau menurut saya
kurang lebih sama saja antara Ratib al-Hadad dengan zikir
al-Ma’tsurat dengan doa-doan yang lain sama saja. Semua
memiliki keutamaan-keutamaan.
133
6. Menurut ustadz/ustadzah, apa manfaat yang diharapkan akan
didapat oleh santri baik dalam jangka pendek selama berada di
pesantren maupun dalam masa hidup selanjutnya setelah selesai
mondok dengan pembacaan zikir al-Ma’ṡūrāt yang dibiasakan
dibaca di pondok pagi dan sore ini?
Jawab: Harapannya agar para santri selalu ingat kepada Allah, agar
mereka terjaga dirinya dari gangguan-gangguan perilaku-
perilaku yang tidak baik, baik selama di pesantren ataupun
di luar pesantren. Dan kami berharap ini menjadi zikir wirid
harian mereka juga baik di pesantren ataupun di luar
pesantren, karena saya melihat antara ratib al-Hadad ataupun
ratib-ratib yang lain dengan al-Ma’tsurat itu semua memiliki
keutamaan-keutamaan. Ratib itu kan wirid-wirid yang
dikumpulkan dan dirutinkan oleh syekh tertentu atau ulama
tertentu, al-Ma’tsurat juga sama seperti itu
B. Praktik Pembacaan Zikir al-Ma’ṡūrāt
1. Alasan pemilihan waktu pembacaan al-Ma’ṡūrāt di pagi hari
setelah subuh dan sebelum maghrib? Bagaimana menyiasati
padatnya jadwal pengajian lain di waktu pagi/petang?
Jawab: Melihat kondisi waktu pagi dan sore. Karena pagi dan sore
punya waktu yang luang untuk memungkinkan membaca al-
Ma’tsurat di waktu itu. Sebenarnya kita membaca setelah
subuh atau sebelum subuh itu memungkinkan saja yang
penting pagi-pagi. Karena itu bukan sesuatu kemestian.
2. Sepenting apa pembacaan zikir ini dan apakah tidak tergantikan
atau justru terkalahkan oleh kegiatan lain yang lebih penting?
134
Jawab: Kita mencari celah-celah waktu yang memungkinkan
untuk anak-anak membaca al-Ma’tsurat dan itu juga ketika
anak-anak ada kegiatan yang lain, kita pilih mana yang lebih
penting dan didahulukan. Tidak selalu membaca al-
Ma’tsurat, kadang-kadang pagi saja, kadang-kadang sore
saja, kadang-kadang pagi dan sore, tidak mutlak.
3. Mengapa pembacaan ayat/surah dan doa-doanya di pesantren ini
hanya dibaca sekali-sekali saja, tidak diulang tiga kali? Atau tidak
diulang 10 dan 100 kali untuk bacaan salawat dan tasbih seperti
ketentuan dalam buku? Mohon penjelasan Bapak/ibu ustadz....
Jawab: Karena keterbatasan waktu, merujuk kepada kaidah “apa
yang tidak bisa dilakukan semuanya jangan ditinggalkan
semuanya” nah itu, yang penting kita baca.
4. Apakah hal tersebut di atas (poin 3) dengan dibaca tanpa diulang-
ulang tidak mengurangi arti penting zikir al-Ma’ṡūrāt itu sendiri?
Jawab: Tentu mengurangi keutamaannya. Beda kita membaca tiga
kali dengan satu kali dengan sepuluh kali tentu berbeda
keutamaanya. Hanya saja saya berprinsipnya “apa yang tidak
bisa digapai semuanya jangan ditinggalkan semuanya. Kita
bisanya hanya segitu, ya sudah kita lakukan sebisanya kita,
karena itu bukan kewajiban, kecuali kalau memang harus
wajib seperti sholat harus lima waktu, sesempit apapun kita
tetap harus melakukan sholat lima waktu, tapi kalau
membaca al-ma’tsurat bilangan-bilangan bacaan dalam al-
Ma’tsurat itu bukan sesuatu yang diwajibkan. Kita lakukan
selama kita bias melakukan
135
Wawancara II
Nama Pengasuh Pesantren : Ahmad Supandi, S.H
Hari/Tanggal : Jum’at, 14 Agustus 2020
Daftar Pertanyaan dan Jawaban
A. Latar Belakang Pembacaan al-Ma’ṣūrāt
1. Apa alasan-alasan pesantren al-Adzkar mengadakan kegiatan
pembacaan zikir al-Ma’ṡūrāt pagi dan sore hari?
Jawab: Yang pertama yaitu bagian dari program pesantren, kedua
untuk membiasakan anak-anak membaca al-Qur’an dan
mencintai al-Qur’an.
2. Apa tujuan dan harapan yang ingin dicapai dari kegiatan
pembacaan zikir al-Ma’ṡūrāt ini, bagi pesantren khususnya dan
bagi para santri secara umum?
Jawab: Tujuan untuk pesantren sendiri yaitu tujuannya untuk anak-
anak agar lebih mendekatkan diri kepada Allah, karena
dengan membaca al-Ma’tsurat pahalanya cukup besar sekali,
fadhilah-fadhilahnya juga banyak. Yang kedua agar anak-
anak santri juga mengerti al-Ma’tsurat itu apa saja dan
diharapkan para santri bisa dan terbiasa membaca al-
Ma’tsurat itu, karena kalau tidak dibiasakan santri tidak akan
membaca al-Ma’tsurat.
3. Bahwa di dalam rangkaian zikir al-Ma’ṡūrāt ada beberapa ayat-
ayat al-Quran (QS al-Fātiḥaḥ:1-7; al-Baqarah:1-5, 255-257, 284-
286; al-Ikhlāṣ:1-4; al-Falaq:1-5; al-Nās: 1-6 dan ayat-ayat lain
dalam Wāzifah Kubrā) yang menjadi bagian dari rangkaian zikir
dan doa. Bagaimana ustadz/ustadzah selaku pendiri/pengasuh
pesantren memahami kandungan makna ayat-ayat tersebut?
136
Jawab: Yang pertama pada QS. Al-fatihah, surat ini kan disebut
juga dengan ummul kitab yang dimana manfaatnya sangat
besar sekali dan juga banyak fadhilah yang bisa diterima oleh
anak-anak. Yang kedua pada QS. Al-Baqarah, surat ini juga
sangat bagus sekali untuk anak-anak untuk membentengi
diri, karena disitu kata nabi siapa setiap rumah yang
dibacakan suratul Baqarah maka setan pun tidak akan masuk.
Diharapkan juga ketika membaca surah al-baqarah ini
menjadi wirid untuk anak-anak dan bisa meruqyah diri
sendiri. Kemudian ayat kursi, dari segi manfaat juga sangat
besar sekali bagi anak-anak, apalagi ayat kursi itu bisa
menjadi wiridan. Kemudian surat al-Ikhlas, untuk
meyakinkan kepada para santri tentang ke-Esaan Allah.
4. Menurut ustadz/ustadzah, apa manfaat yang diharapkan akan
didapat oleh santri baik dalam jangka pendek selama berada di
pesantren maupun dalam masa hidup selanjutnya setelah selesai
mondok dengan pembacaan zikir al-Ma’ṡūrāt yang dibiasakan
dibaca di pondok pagi dan sore ini?
Jawab: Diharapkan untuk anak-anak agar menjadikan al-Ma’tsurat
ini sebagai wirid, karena jika al-Qur’an sudah menjadi wirid
dalam diri kita, sudah menjadi bagian dari kita manfaatnya
besar sekali, yang pertama jika sering membaca al-Qur’an
itu bisa membersihkan dirinya dari perasaan-perasaan jelek
dari gangguan-gangguan setan. Kalau perintah nabi kan gini
‘bacalah al-Qur’an, karena dia akan menjadikan syafa’at
bagimu’. Dan juga, al-Qur’an sebagai syifa, penyembuh dari
berbagai penyakit, dengan harapan kalau santri membaca al-
Qur’an penyakit-penyakit hati, dengki, iri, semuanya
137
insyaallah bisa terobati. Karena kalau al-Qur’an sudah
menjadi wirid insyaallah setiap langkah kita dibimbing oleh
Allah SWT,. karena itu bagian untuk mendekatkan diri
kepada Allah
B. Praktik Pembacaan Zikir al-Ma’ṡūrāt
1. Sepenting apa pembacaan zikir ini dan apakah tidak tergantikan
atau justru terkalahkan oleh kegiatan lain yang lebih penting?
Jawab: Al-Ma’tsurat itu sebenarnya sangat penting dan tidak bisa
digantikan dengan kegiatan yang lain, karena kan isinya itu,
makna dari al-Ma’tsurat itu banyak sekali. Sekalipun ada
kegiatan yang lain seperti kegiatan Bahasa diwaktu pagi, tapi
tetap al-Ma’tsurat itu tetap dibaca meskipun hanya satu kali
pada sore hari.
2. Mengapa pembacaan ayat/surah dan doa-doanya di pesantren ini
hanya dibaca sekali-sekali saja, tidak diulang tiga kali? Atau tidak
diulang 10 dan 100 kali untuk bacaan salawat dan tasbih seperti
ketentuan dalam buku? Mohon penjelasan Bapak/ibu ustadz....
Jawab: Karena waktu. Waktu yang ada di pesantren untuk
anak-anak ini sangat padat sekali, begitupun ketika membaca
al-Ma’tsurat kita berusaha untuk menyiasati waktunya agar
tidak meninggalkan kegiatan yang lain. Kalau dibaca tiga
kali tiga kali, nanti waktunya keburu habis dan kegiatan yang
lain bisa terganggu. Tapi kan yang penting rutinitasnya, tiap
hari dibacanya, insyaallah meskipun hanya sehari sekali dan
dalam waktu lima belas menit pembacaan al-Ma’tsurat akan
tetap berdampak baik bagi santri
138
3. Apakah hal tersebut di atas (poin 3) dengan dibaca tanpa diulang-
ulang tidak mengurangi arti penting zikir al-Ma’ṡūrāt itu sendiri?
Jawab: Tidak mengurangi arti pentingnya, itu kan rangkuman
ulama semuanya yang sudah dirangkum, kenapa tiga kali
karena Allah kan suka yang ganjil-ganjil, ini juga kita
bacanya sekali-sekali juga ganjil, sekali tapi dibacanya setiap
hari bahkan sehari dua kali insyaallah tidak jauh beda dengan
dibaca tiga kali, yang penting rutinitasnya dan jangan sampai
anak-anak tidak baca sama sekali
Wawancara III
Nama Pengasuh Pesantren : Abdul Basit
Hari/Tanggal : Jum’at, 14 Agustus 2020
Daftar Pertanyaan dan Jawaban
A. Latar Belakang Pembacaan al-Ma’ṣūrāt
1. Apa alasan-alasan pesantren al-Adzkar mengadakan kegiatan
pembacaan zikir al-Ma’ṡūrāt pagi dan sore hari?
Jawab: Waktu pertama saya ke sini, alhamdulillah memang sudah
ada kegiatan al-Ma’tsurat tersebut, dan kalau kita lihat
sekilas kan memang pesantren itu yang diutamakan ketaatan
dan keberkahannya kan. Dan al-Ma’tsurat ini alhamdulillah
salah satu untuk kita mendekatkan diri kita kepada Allah dan
efeknya akan memberikan keberkahan kepada kita dan
kepada seluruh santri, dengan kita memperbanyak doa kita
akan dimudahkan oleh Allah disegala hal.
2. Apa tujuan dan harapan yang ingin dicapai dari kegiatan
pembacaan zikir al-Ma’ṡūrāt ini, bagi pesantren khususnya dan
bagi para santri secara umum?
139
Jawab: Ya itu, keberkahan lagi keberkahan lagi, dan harapannya
ya mereka bisa mengamalkan mulai dari pesantren kemudian
diamalkan lagi sampai di rumah diamalkan terus sampai
akhir hayat mereka, karena al-Ma’tsurat ini doa-doa sebagai
pelindung, pelindung dari jin, dari setan, dan bisa mengambil
keberkahan-keberkahan dari zikir tersebut
3. Bahwa di dalam rangkaian zikir al-Ma’ṡūrāt ada beberapa ayat-
ayat al-Quran (QS al-Fātiḥaḥ:1-7; al-Baqarah:1-5, 255-257, 284-
286; al-Ikhlāṣ:1-4; al-Falaq:1-5; al-Nās: 1-6 dan ayat-ayat lain
dalam Wāzifah Kubrā) yang menjadi bagian dari rangkaian zikir
dan doa. Bagaimana ustadz/ustadzah selaku pendiri/pengasuh
pesantren memahami kandungan makna ayat-ayat tersebut?
Jawab: Secara garis besar anak-anak mungkin belum mengerti
tentang al-Ma’tsurat secara mendalam, tapi kalau secara
sekilas sih, mereka membaca ayat kursi, al-Ikhlas, al-Falaq,
an-Nas itu agar kita terjaga dari keburukan-keburukan,
terjaga dari jin dan segala dari golongan jin, dan kemalasan-
kemalasan.
4. Apakah ada kesesuaian makna kandungan ayat dengan tujuan
kegiatan pembacaan al-Ma’ṡūrāt ini?
Jawab: Sesuai banget, sangat sesuai karena dalam kandungan ayat
salah satunya kita berlindung kepada Allah dari setan,
berlindung dari jin, minta keberkahan kepada Allah,
semuanya sesuai banget dengan kandungan ayat-ayat
tersebut.
5. Mengapa pilihan zikirnya adalah bacaan al-Ma’ṡūrāt susunan
Hasan Al-Banna? Mengapa bukan zikir lainnya (karena pesantren
lain ada yang memilih zikir Ratib al-Haddad atau al-Attas)?
140
Jawab: Karena al-Ma’tsurat emang bagus untuk zikir pagi dan
petang.
6. Menurut ustadz/ustadzah, apa manfaat yang diharapkan akan
didapat oleh santri baik dalam jangka pendek selama berada di
pesantren maupun dalam masa hidup selanjutnya setelah selesai
mondok dengan pembacaan zikir al-Ma’ṡūrāt yang dibiasakan
dibaca di pondok pagi dan sore ini?
Jawab: Agar mereka ketika di pesantren mereka selalu belajar
untuk melantunkan zikir-zikir, kalamullah, semakin banyak
mereka berdoa, kita tidak tau doa mana yang Allah terima
sehingga semakin memperbanyak kita berdoa, kita tidak tau
mana yang Allah ijabah, kalau untuk sampai seterusnya ya
insyaallah mereka akan mengmalkan sampai akhir hayat
mereka.
B. Praktik Pembacaan Zikir al-Ma’ṡūrāt
1. Alasan pemilihan waktu pembacaan al-Ma’ṡūrāt di pagi hari
setelah subuh dan sebelum maghrib? Bagaimana menyiasati
padatnya jadwal pengajian lain di waktu pagi/petang?
Jawab: Karena ba’da subuh dan ba’da ashar ini adalah waktu-
waktu yang ijabah, waktu-waktu rahasia Allah, untuk Allah
terima doa seorang hamba, mungkin santri mau merubah
menjadi yang lebih baik, memudahkan hafal al-Qur’an dan
agar terlindung dari godaan-godaan setan dan segala
macamnya. Waktu keberkahan.
2. Sepenting apa pembacaan zikir ini dan apakah tidak tergantikan
atau justru terkalahkan oleh kegiatan lain yang lebih penting?
141
Jawab: Doa ini satu yang sangat penting, doa ini harus pertama
yang kita lakukan sebelum kita usaha, sebelum kita
menghafal al-Qur’an, kita harus minta kepada Allah, kita
berdoa kepada Allah, sangat penting, kalau ibarat nafas,
sholat juga doa sama dengan al-Ma’tsurat juga doa yang
sangat penting
3. Mengapa pembacaan ayat/surah dan doa-doanya di pesantren ini
hanya dibaca sekali-sekali saja, tidak diulang tiga kali? Atau tidak
diulang 10 dan 100 kali untuk bacaan salawat dan tasbih seperti
ketentuan dalam buku? Mohon penjelasan Bapak/ibu ustadz....
Jawab: Sebaiknya sih sempurnanya sesuai dengan kitabnya,
al-Ikhlas dibaca tiga kali karena pahalanya seperti
menghatamkan al-Qur’an gitu kalau di sini hanya dibaca satu
kali karena terbatasnya waktu dan kegiatan sehingga agak
dipercepat , mungkin kalau ada waktu yang banyak tetap
sama mungkin tetap dibaca tiga kali sesuai ketentuan
kitabnya.
4. Apakah hal tersebut di atas (poin 3) dengan dibaca tanpa diulang-
ulang tidak mengurangi arti penting zikir al-Ma’ṡūrāt itu sendiri?
Jawab: Tidak, tidak mengurangi pentingnya al-Ma’tsurat. Cuma
sebaiknya paling bagusnya itu sempurna, Cuma kalau belum
bisa sempurna ya tidak apa-apa kita berusaha untuk
mendekati kesempurnaan.
142
HASIL WAWANCARA SANTRI
Wawancara I
Nama Santri : Muhammad Albar Yudistyo
Hari/Tanggal : Kamis, 30 Juli 2020
Daftar Pertanyaan dan Jawaban
1. Apakah selama membaca zikir al-Ma’ṡūrāt anda merasakan
manfaatnya? Apa saja yang dirasakan? Uraikan dengan jelas...
Jawab: Merasa terlindungi, misalnya dari perbuatan maksiat juga,
terus merasa enak, tenang, kalau misalnya hari itu lagi
gelisah nggak tau kenapa ngerasa jadi tenang aja, hilang
dengan sendirinya atau tidak bisa terselesaikan dengan cepat.
2. Adakah dampak buruk kegiatan membaca al-Ma’ṡūrāt ini, seperti
terlalu pagi sehingga mengantuk? Tidak bisa konsentrasi dalam
belajar? Sering ada teman kerasukan? Dll. Sebutkan jika ada
Jawab: Tidak ada, kalau dari segi dampak buruknya rata-rata sih
tidak ada, soalnya walaupun pagi juga kalau dari diri saya
pribadi tidak ada pengaruh apa-apa meskipun waktu
pembacaan al-Ma’ṡūrāt di sini ganti-ganti jadwalnya, pernah
subuh atau sebelum sekolah, itu tidak ada pengaruh buruk
apa-apa walaupun saya ngantuk.
143
Wawancara II
Nama Santri : Ellis Syubban al-Fatih
Hari/Tanggal : Kamis, 25 Juli 2020
Daftar Pertanyaan dan Jawaban
1. Apakah selama membaca zikir al-Ma’ṡūrāt anda merasakan
manfaatnya? Apa saja yang dirasakan? Uraikan dengan jelas...
Jawab: Saya tidak terlalu merasakan hal-hal yang terlalu signifikan
tapi alhamdulillah saya masih diberikan kesehatan sama
Allah Swt., karena saya mungkin manusia yang sering
berbuat dosa jadi saya belum terlalu merasakan manfaat dari
al-Ma’ṡūrāt.
2. Adakah dampak buruk kegiatan membaca al-Ma’ṡūrāt ini, seperti
terlalu pagi sehingga mengantuk? Tidak bisa konsentrasi dalam
belajar? Sering ada teman kerasukan? Dll. Sebutkan jika ada
Jawab: Alhamdulillah saya orangnya agak hiperaktif, jadi
walaupun dilaksanakan pembacaanya habis subuh nggak
pernah ngantuk, jadi walaupun biasanya orang-orang tidur
siang atau habis subuh justru saya nggak mau dan ingin
mencari kegiatan yang lain. Terus juga kalau, setiap
perbuatan baik itu pasti nggak ada hal yang bikin negative,
semuanya positif. Al-Ma’ṡūrāt itu nggak bikin hal-hal
negatife, nggak membuat kegiatan itu menjadi hal negative.
144
Wawancara III
Nama Santri : Rabih Majdi
Hari/Tanggal : Kamis, 25 Juli 2020
Daftar Pertanyaan dan Jawaban
1. Apakah selama membaca zikir al-Ma’ṡūrāt anda merasakan
manfaatnya? Apa saja yang dirasakan? Uraikan dengan jelas...
Jawab: Pertama, saya pribadi merasa yakin bahwa Allah
memberikan rasa aman dan menjaga pribadi saya dari segala
yang memudhorotkan, dan juga merasa lebih adem dan dekat
sama Allah Swt.
2. Adakah dampak buruk kegiatan membaca al-Ma’ṡūrāt ini, seperti
terlalu pagi sehingga mengantuk? Tidak bisa konsentrasi dalam
belajar? Sering ada teman kerasukan? Dll. Sebutkan jika ada
Jawab: Selama ini sih tidak ada masalah, tidak mengganggu
kegiatan yang lain. Tapi pernah ngantuk dan ketiduran.
Wawancara IV
Nama Santri : Arya Maulana Zidane
Hari/Tanggal : Kamis, 25 Juli 2020
Daftar Pertanyaan dan Jawaban
1. Apakah selama membaca zikir al-Ma’ṡūrāt anda merasakan
manfaatnya? Apa saja yang dirasakan? Uraikan dengan jelas...
Jawab: Kalau diri saya pribadi itu setelah membaca al-Ma’ṡūrāt
kayak sama seperti Albar tadi, merasa terlindungi saja gituh.
Kalau misalkan nggak baca al-Ma’ṡūrāt dari pagi kayak ada
perasaan gelisah ketika siangnya atau tiba-tiba sakit. Kalau
misalkan baca, adem-adem saja seharian.
145
2. Adakah dampak buruk kegiatan membaca al-Ma’ṡūrāt ini, seperti
terlalu pagi sehingga mengantuk? Tidak bisa konsentrasi dalam
belajar? Sering ada teman kerasukan? Dll. Sebutkan jika ada
Jawab: Kalau dari dampak buruk sendiri sih nggak ada. Nggak ada
dampak buruk yang saya dapatkan dari al-Ma’ṡūrāt itu,
malah kalau misalkan kayak lebih kedampak positif saja,
lebih nggak ada dampak buruknya sama sekali.
Wawancara V
Nama Santri : M. Wildan Gymnastiar
Hari/Tanggal : Kamis, 25 Juli 2020
Daftar Pertanyaan dan Jawaban
1. Apakah selama membaca zikir al-Ma’ṡūrāt anda merasakan
manfaatnya? Apa saja yang dirasakan? Uraikan dengan jelas...
Jawab: Yang pertama itu hati merasa semakin tenang, terus tadi
sama seperti yang lain juga. Pagi kita itu terjaga, kan ada
hadisnya kalau misalkan membaca al-Ma’ṡūrāt pagi itu
dijaga dari pagi sampai sore. Sebaliknya, kalau misalkan
baca dari sore akan dijaga dari sore sampai pagi lagi. Nah itu,
semakin terjaga oleh Allah dari maksiat-maksiat.
2. Adakah dampak buruk kegiatan membaca al-Ma’ṡūrāt ini, seperti
terlalu pagi sehingga mengantuk? Tidak bisa konsentrasi dalam
belajar? Sering ada teman kerasukan? Dll. Sebutkan jika ada
Jawab: Jujur sih sebenarnya nggak, walaupun nggak al-Ma’ṡūrāt
juga tetap ngantuk, emang biasanya kayak gituh. Dari al-
Ma’ṡūrāt itu kan ada manfaatnya kayak dijaga dari pagi
sampai sore, jadi tuh nggak ada faktor buruknya.
146
Wawancara VI
Nama Santri : Nur Habibah
Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Juli 2020
Daftar Pertanyaan dan Jawaban
1. Apakah selama membaca zikir al-Ma’ṡūrāt anda merasakan
manfaatnya? Apa saja yang dirasakan? Uraikan dengan jelas...
Jawab: Ketika membaca al-Ma’ṡūrāt hati merasa lebih tenang,
apalagi kalau dibaca rame-rame aku ngerasa bener-bener lagi
meminta dihadapan Allah sama halnya kalau kita lagi sholat
berjama’ah lebih ngefeel gituh lebih berasa kayak bener-
bener kita tuh lagi dihadapan Allah lagi meminta sama Allah.
Aku juga ngerasa lebih berani aja sih, nggak takut sama hal-
hal yang kayak setan yang kayak gituh-gituh, rasa takut itu
seakan-akan hilang gituh aja. Kalua lagi sedih itu bisa
semakin mengingatkan kita sama Allah sama Rasulullah.
Terus juga ketika baca Robithah itu ngerasa banget
persaudaraanya dihadapan Allah jadi kayak apa ya, yah
pokoknya kayak ini bener-bener saudara kita yang
disaksikan oleh Allah gituh, semoga sampai akhirat kita bisa
bersaudara.
2. Adakah dampak buruk kegiatan membaca al-Ma’ṡūrāt ini, seperti
terlalu pagi sehingga mengantuk? Tidak bisa konsentrasi dalam
belajar? Sering ada teman kerasukan? Dll. Sebutkan jika ada
Jawab: Menurut aku, kalau membaca al-Ma’ṡūrātnya sendiri itu
tidak ada dampak buruknya, malah dampak baiknya yang
banyak ada. Cuman kita belum menyadari banyaknya
dampak positif dari al-Ma’ṡūrāt, soalnya kalua dampak
buruk itu kan, dia negative sedangkan al-Ma’ṡūrāt ini isinya
147
pujian kepada Allah, terus ayat Qur’an sama shalawat
kepada Nabi. Jadi kayaknya tidak ada, untuk dampak
buruknya. Cuman kalau ngantuk pada saat membaca al-
Ma’ṡūrāt itu, aku rasa bukan dari dampak buruknya
membaca al-Ma’ṡūrātnya, tapi emang mungkin tubuhnya
kelelahan atau dia kurang tidur, jadi pas lagi baca al-
Ma’ṡūrāt itu ngantuk. Soalnya kan, kalua di pondok banyak
kegiatan, jadi ada yang tubuhnya gampang Lelah. Jadi,
ketika baca al-Ma’ṡūrāt kadang suka ngantuk.
Wawancara VII
Nama Santri : Nasywa Yulia Sari
Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Juli 2020
Daftar Pertanyaan dan Jawaban
1. Apakah selama membaca zikir al-Ma’ṡūrāt anda merasakan
manfaatnya? Apa saja yang dirasakan? Uraikan dengan jelas...
Jawab: Membaca al-Ma’tsurat, membuat hati menjadi tenang dan
mempermudah masalah. Semisal, kita membaca al-Ma’ṡūrāt
di pagi hari, maka selama beraktifitas ke sore hari hati kita
selalu tenang, walaupun kita dihadapkan dengan sesuatu
yang membuat amarah, seperti teman yang menjengkelkan,
masalah yang membuat emosi, adapun tugas-tugas yang
membuat kita mumet tuh kita jalanin aja gituh, karena hati
kita tenang. Jadi, lebih diarahin untuk sabar sabar sabar
gituh. Juga, mempermudah urusan semisal lagi ulangan, itu
tuh selalu diusahain gimana paginya itu harus baca al-
Ma’ṡūrāt. Kalau pengalaman yang dirasakan itu pernah
ngebacain al-Ma’ṡūrāt itu ada orang yang kesurupan. Jadi
148
waktu itu sempet ada temen ataupun kakak kelas yang
kesurupan, itu tuh seringnya tuh yang dibaca bacaan al-
Ma’ṡūrāt.
2. Adakah dampak buruk kegiatan membaca al-Ma’ṡūrāt ini, seperti
terlalu pagi sehingga mengantuk? Tidak bisa konsentrasi dalam
belajar? Sering ada teman kerasukan? Dll. Sebutkan jika ada
Jawab: Dampak buruk membaca al-Ma’ṡūrāt seperti mengantuk
itu sebenarnya itu bukan dampak buruk dari al-Ma’ṡūrātnya,
tapi tuh mengantuknya lebih ke kitanya. Kitanya tuh kalau
misalkan niat nih yah, jujur pengalaman saya tuh kalau
misalkan niat pengen baca al-Ma’ṡūrāt dari awal sampai
akhir pun bakal baca gak ada ngantuk sedikit pun, karena
kuat dihatinya. Tapi, kalau semisal nggak niat apalgi
ngebaca sambil bengong itu pasti kita bakal ngantuk dan
pasti bakal tidur juga. Jadi, kalau misalkan nggak konsentrasi
belajar menjadi ngantuk, itu bukan dampak buruknya dari al-
Ma’ṡūrāt, malah dampak buruknya mungkin tidak ada dari
al-Ma’ṡūrāt.
Wawancara VIII
Nama Santri : Farisa Mutiara Nazhiva
Hari/Tanggal : Rabu, 5 Agustus 2020
Daftar Pertanyaan dan Jawaban
1. Apakah selama membaca zikir al-Ma’ṡūrāt anda merasakan
manfaatnya? Apa saja yang dirasakan? Uraikan dengan jelas...
Jawab: Senang, seru, tenang, damai. Seru aja sama nadanya.
149
2. Adakah dampak buruk kegiatan membaca al-Ma’ṡūrāt ini, seperti
terlalu pagi sehingga mengantuk? Tidak bisa konsentrasi dalam
belajar? Sering ada teman kerasukan? Dll. Sebutkan jika ada
Jawab: Pernah sih, kayak ih bangunnya pagi banget jadinya
ngantuk gituh.
Wawancara IX
Nama Santri : Hana Nur Hanifah
Hari/Tanggal : Rabu, 5 Agustus 2020
Daftar Pertanyaan dan Jawaban
1. Apakah selama membaca zikir al-Ma’ṡūrāt anda merasakan
manfaatnya? Apa saja yang dirasakan? Uraikan dengan jelas...
Jawab: Perasaannya enak, senang, kayak ngerasa tenang juga, seru
bacanya bareng-bareng
2. Adakah dampak buruk kegiatan membaca al-Ma’ṡūrāt ini, seperti
terlalu pagi sehingga mengantuk? Tidak bisa konsentrasi dalam
belajar? Sering ada teman kerasukan? Dll. Sebutkan jika ada
Jawab: Ngantuk banget, jadi nggak bisa baca dari awal sampai
akhir karena ngantuk banget. Tapi kalau belajar mah sih
nggak ngerasa ngantuk ngantuknya pas baca al-Ma’tsuratnya
doang
150
Wawancara X
Nama Santri : Gendis Aura Diva
Hari/Tanggal : Rabu, 5 Agustus 2020
Daftar Pertanyaan dan Jawaban
1. Apakah selama membaca zikir al-Ma’ṡūrāt anda merasakan
manfaatnya? Apa saja yang dirasakan? Uraikan dengan jelas...
Jawab: Kalau ada masalah, terus baca al-Ma’tsurat jadi merasa
lebih baik. Lebih sadar dengan perilaku antara yang baik dan
tidak, ibadah lebih bersemangat. Ngerasa terjaga, karena
pernah dulu kan nggak ngerti maksud al-Ma’tsura itu buat
apa gitu, terus nanya sama kaka kelas “kak, al-Ma’tsurat itu
buat apasih kak?” terus katanya “al-Ma’tsurat itu untuk
melindungi kita dari gangguan jin”.
2. Adakah dampak buruk kegiatan membaca al-Ma’ṡūrāt ini, seperti
terlalu pagi sehingga mengantuk? Tidak bisa konsentrasi dalam
belajar? Sering ada teman kerasukan? Dll. Sebutkan jika ada
Jawab: Nggak sih, ngantuk mah sering tapi mikirnya bukan gara-
gara al-Ma’surat tapi karena kegiatan, di sini kan
kegiatannya padat dan waktu istirahat juga terbatas. Jadi
nggak ada pikiran ah gara-gara al-Ma’tsurat, tapi kan
namnanya juga kita kna lagi belajar, wajar ibaratnya
bersusah-susah dahulu bersenang-senang kemudian.
151
152
153
Lampiran II
LAMPIRAN FOTO PRAKTIK PEMBACAAN
ZIKIR AL-MA’ṠŪRĀT
Gambar I: Praktik Pembacaan Zikir al-Ma’ṡūrāt Sore di Masjid Santri
Putra (Dok. Penulis)
Gambar II: Praktik Pembacaan Zikir al-Ma’ṡūrāt Pagi di Aula Santri Putri
(Dok. Penulis)
154
Gambar II: Asrama Santri Putra (Dok. Penulis)
Gambar IV: Asrama Santri Putri (Dok. Penulis)
155
Gambar V: Asrama Santri Putri (Dok. Penulis)
Gambar VI: Aula Santri Putri (Dok. Penulis)