politik majelis zikir - perilaku politik majelis zikir al-khidmah wilayah jateng pada pemilu...

74
i

Upload: helmi-suyanto

Post on 27-Jul-2015

781 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

i

Page 2: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

i

Page 3: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

i

s

POLITIK MAJELIS ZIKIR

ii

UNDANG-UNDANG HAK CIPTA NO. 19 TAHUN 2002

Pasal 2

(1). Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta dan Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 72

(1). Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan seba-gaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).

(2). Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagai-mana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

Page 4: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

iii iv

POLITIK MAJELIS ZIKIR

Studi Kasus Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jawa Tengah pada Pilleg 2009

Penulis: Ahmad Musyafiq, M.Ag

Editor: Drs. Darmuin, M.Ag

Layout dan Desain Sampul: hilya_ar

Penerbit: AKFI media Jl. Taman Beringin Mulia 35 Ngaliyan Semarang 50185 Telp. [024] 703-55117 http://akfi-media.blogspot.com e-mail:[email protected]

ISBN 978-602-8572-07-1 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Cetakan Pertama, Desember 2009

Sumber Pengambilan Gambar: http://al-khidmah.org

http://alkhidmahsda.blogspot.com

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Ahmad Musyafiq

Politik Majelis Zikir: Studi Kasus Perilaku Politik Majelis Zikir al-

Khidmah Wilayah Jawa Tengah pada Pilleg 2009 / Ahmad Musyafiq,

editor: Darmuin / Cet. 1, -- Semarang: Akfi Media, 2009.

xvi + 128 hlm.; 21 cm.

ISBN 978-602-8572-07-1

Page 5: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

v

PENGANTAR PENULIS

��������� �� ��� �� � ������� � ���������.

Segala puji bagi Allah swt., yang telah memberikan per-

tolongan-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan penulisan buku ini.

Hambatan-hambatan yang ada relatif dapat teratasi. Shalawat dan

salam semoga tercurah ke pangkuan Nabi Muhammad saw. yang

warisannya tidak pernah usai dan usang untuk diteliti, termasuk

warisan spiritualnya. Mudah-mudahan melalui penelitian yang se-

rius dan berkelanjutan, kesalahpahaman terhadap warisan beliau,

yang akhir-akhir ini sering dijumpai, semakin dapat diminimalisir.

Buku yang ada di tangan pembaca ini mulanya merupakan

sebuah hasil penelitian yang mendapatkan bantuan biaya dari DIPA

Balitbang Agama Semarang tahun 2009. Penelitian ini bermula dari

adanya kegelisahan tentang masih rendahnya kesadaran politik di

kalangan masyarakat, termasuk masyarakat Jawa Tengah, terutama

kelas menengah ke bawah. Indikasinya antara lain masih banyak

konflik di tingkat akar rumput yang disebabkan oleh perbedaan

pilihan politik. Karena itu dibutuhkan pendidikan politik yang ber-

vi

kesinambungan dan dilakukan oleh semua pihak. Salah satu lem-

baga yang cukup efektif untuk berpartisipasi dalam menyemaikan

pendidikan politik di kalangan masyarakat kelas menengah ke

bawah adalah majelis-majelis zikir ”tradisional”, sekadar untuk

membedakannya dari majelis-majelis zikir yang lahir di kota-kota

besar dengan jamaah yang hampir semuanya kelas menengah ke

atas. Karena di samping para jamaahnya memang banyak berasal

dari kalangan menengah ke bawah, tingkat kepatuhan jamaah

terhadap pimpinan jamaah masih sangat kuat. Dalam konteks ini,

Majelis Zikir atau Jamaah al-Khidmah bisa menjadi salah satunya.

Penelitian ini difokuskan pada perilaku politik Jamaah al-

Khidmah Wilayah Jawa Tengah pada pemilu legislatif 2009. Istilah

”Jamaah al-Khidmah”, meminjam ungkapan Magniz Suseno,

adalah istilah konstruksi, bukan deskripsi. Sebab Jamaah al-Khid-

mah yang sebenarnya tentu jauh dari yang dikemukakan di dalam

penelitian ini. Jamaah al-Khidmah mengacu kepada keluaraga besar

al-Khidmah yang terdiri dari dewan penasehat, pengurus dan

jamaah.

Penelitian ini merupakan upaya awal untuk mengenal lebih

jauh tentang majelis zikir yang telah menjadi unsur penting di Jawa

Tengah ini. Sebab di samping jumlah jamaahnya yang semakin

besar, majelis zikir ini juga memiliki fleksibilitas dan inklusifitas

yang cukup tinggi. Sehingga majelis zikir semacam ini berpotensi

besar untuk menjadi bagian penting dari upaya bersama mem-

bangun Jawa Tengah khususnya dan Indonesia umumnya agar

menjadi lebih baik lagi. Apalagi bila dikaitkan dengan kenyataan

akhir-akhir ini, bahwa Jawa Tengah ternyata menjadi tempat yang

subur bagi berkembangnya sel-sel terorisme.

Jamaah al-Khidmah berpotensi besar untuk tidak sekedar

menjadi majelis zikir dalam pengertian terminologisnya, melainkan

zikir dalam pengertian yang lebih luas, yakni menyemaikan ke-

sadaran ketuhanan di muka bumi ini. Hal ini tentu saja menjadi

Page 6: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

vii

salah satu upaya meneruskan perjuangan besar yang selama ini

sebenarnya telah diemban oleh tarekat-tarekat terdahulu, dimana

al-Khidmah ini merupakan salah satu penyangga tarekat, yakni

Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah Usmaniyyah yang ber-

pusat di al-Fithrah Kedinding Surabaya.

Selanjunya, penelitian ini tidak mungkin terlaksana tanpa ban-

tuan dari semua pihak. Untuk itu, saya ingin menyampaikan terima

kasih yang tak terhingga kepada Prof. Dr. Muslich Shabir, M.A.

selaku kepala Balitbang Agama Semarang yang telah memberikan

kesempatan kepada saya untuk mendapatkan bantuan penelitian

kompetitif ini, para Dewan Penasehat, para Pengurus dan sejumlah

jamaah al-Khidmah Jawa Tengah yang telah memberikan informasi

berharga bagi penelitian ini, terutama Ustadz H. Ali Musyafak,

salah seorang imam khushushi, yang berkenan rawuh tiap bulan di

tempat saya untuk memimpin zikir bersama jamaah ibu-ibu

“Uswatun Hasanah”. Melalui beliau, saya mendapatkan informasi

yang sangat berharga dan melalui beliau pula saya dipertemukan

dengan pihak-pihak yang sangat memahami al-Khidmah Jawa

Tengah ini. Juga kepada semua pihak yang tidak sempat saya sebut-

kan satu per satu. Atas semua jasa mereka itu, saya hanya bisa

berdoa semoga menjadi amal saleh yang akan mengiringi langkah

sampai ke akhirat kelak, bersama para orang tua, para guru, para

nabi dan terutama Baginda Rasulullah saw. Amin, amin, amin,

Allahumma amin.

Hasil penelitian ini telah saya seminarkan di dalam forum

Seminar Hasil Penelitian Kompetitif Individual: “Peran Agama

dalam Peningkatan Kualitas Perpolitikan di Indonesia” yang di-

selenggarakan oleh Balai Litbang Agama Semarang, pada hari Sabtu

8 Agustus 2009 bertepatan dengan penyergapan seorang teroris

yang diduga kuat sebagai Noordin Mohd. Top di Desa Beji Kedu

Temanggung Jawa Tengah. Sejumlah masukan telah diberikan oleh

viii

pembahas, audiens dan nara sumber, dan semaksimal mungkin

hasil penelitian ini telah saya adakan perbaikan, sesuai dengan

masukan-masukan itu. Namun demikian, tanggung jawab substan-

sial dari hasil penelitian ini tetap ada pada saya.

Pada tanggal 18 Agustus 2009, Hadhratusy Syeikh Romo Kyai

Ahmad Asrori al-Ishaqi wafat dalam usia 58 tahun, karena beliau di-

perkirakan lahir pada tanggal 17 Agustus 1951. Untuk itu, saya ber-

harap agar buku ini menjadi salah satu bentuk ta‘zhim saya kepada

beliau. Mudah-mudahan apa yang telah beliau tinggalkan tetap

berjalan dan semakin berkembang.

Akhirnya, saya sadari bahwa masih banyak sekali kekurangan

dalam penelitian ini di setiap tahapannya. Untuk itu, saran dan

kritik konstruktif masih tetap saya harapkan demi perbaikan pe-

nelitian ini dan penelitian-penelitian saya selanjutnya. Atas semua

saran dan kritik konstruktif itu saya sampaikan banyak terima kash.

��������� �� ��� �� � ������� � ���������.

Semarang, Desember 2009

Penulis

Page 7: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

ix

ABSTRAK

Mulai dekade 90-an, ada sejumlah pergeseran pada majelis-majelis zikir, mulai dari segi pengelolaan sampai heterogenitas jamaahnya. Salah satunya adalah Majelis Zikir al-Khidmah atau yang lebih dikenal Jamaah al-Khidmah. Majelis zikir ini tidak bisa dilepaskan dari sebuah varian baru dari Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah (TQN), yaitu Tarekat Qadiriyyah wa Naqsya-bandiyyah Usmaniyyah (TQN-U). Meski cikal bakalnya sudah ada bersamaan dengan majelis tarekat di Sawahpulo pada tahun 1980-an yang diasuh oleh Romo Kyai Ahmad Asrori al-Ishaqi, dan di era 1990-an sudah dibentuk kepengurusan secara relatif modern, namun secara formal keorganisasian, Majelis Zikir al-Khidmah ini baru diresmikan pada tanggal 25 Desember 2005 di Pesantren al-Fithrah Meteseh Semarang Jawa Tengah.

Di Jawa Tengah jamaah al-Khidmah ini mencapai ratusan ribu. Maka menarik untuk mengkaji, bagaimana perilaku politik mereka pada pemilu legislatif tanggal 9 April 2009 lalu, karena beberapa alasan. Pertama, secara individual masing-masing jamaah adalah warga yang memiliki hak politik dan sekaligus menjadi bagian dari organisasi kerohanian, dimana hubungan hierarkis dengan para guru atau mursyid sangat kuat. Kedua, dalam skala regional, perilaku politik jamaah majelis ini akan sangat menentukan iklim politik di Jawa Tengah. Ketiga, secara kelembagaan majelis zikir ini memiliki jamaah yang cukup besar, sehingga sangat berpotensi untuk mengambil peran strategis bagi keberlangsungan proses demokrasi yang lebih baik. Keempat, heterogenitas jamaah dilihat dari berbagai segi, termasuk latar belakang keagamaan.

x

Ada tiga masalah pokok dalam penelitian ini, yaitu: Pertama, bagaimana pandangan Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jawa Tengah tentang pemilu legislatif tahun 2009? Masalah ini akan dirinci menjadi tiga, yaitu tentang bagaimana hukum memilih dan tidak memilih (golput), tentang fungsi pilleg untuk menghasilkan anggota dewan yang aspiratif dan tentang kriteria memilih caleg. Kedua, bagaimana perilaku politik Majelis Zikir al-Khidmah Wila-yah Jawa Tengah dalam pemilu legislatif tahun 2009? Masalah ini juga akan dirinci menjadi tiga, yaitu tentang perilaku memilih jamaah al-Khidmah, tentang perilaku para caleg dalam meng-kampanyekan diri, dan tentang relasi antara caleg dengan Majelis Zikir ini. Ketiga, bagaimana implikasi dari pandangan dan perilaku politik Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jawa Tengah? Masalah ini akan dirinci menjadi dua, yaitu implikasi internal yakni implikasi pandangan dan perilaku politik para dewan penasehat terhadap para pengurus, implikasi pandangan dan perilaku politik para dewan penasehat dan para pengurus terhadap jamaah dan terhadap Majelis Zikir ini secara kelembagaan; dan implikasi eksternal yakni implikasi pandangan dan perilaku politik Majelis Zikir al-Khidmah terhadap masyarakat dan pemerintah.

Data dikumpulkan dengan metode wawancara mendalam (depth interview), observasi dan dokumentasi. Selanjutnya data dianalsis secara kualitatif, yakni proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Setelah itu dilakukan interpretasi, yakni menjelaskan pola uraian dan menjelaskan hubungan-hubungan di antara dimensi uraian. Metode interpretasi yang digunakan adalah metode hermeneutik, dengan mengambil paradigma kritis sebagai metode utamanya. Hermeneutika kritis berprinsip bahwa untuk menafsir-kan sebuah teks, tidak cukup hanya didasarkan pada apa yang ter-kait dengan kebahasaan (intralinguistic), melainkan juga harus

merambah ke faktor-faktor di luar teks (extralinguistic).

Penelitian ini menemukan beberapa hal, yaitu pertama, pan-dangan Majelis Zikir al-Khidmah Jawa Tengah tentang pemilu

Page 8: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

xi

legislatif 2009 dapat dikategorikan sebagai pandangan yang mo-derat. Sebab, terkait dengan hukum memilih pada pilleg 2009 tersebut, tidak ada yang mengatakan wajib mutlak atau haram mutlak. Namun demikian, sebagian besar menyatakan bahwa kecil sekali peranan pilleg dalam menciptakan masyarakat adil dan makmur. Kedua, perilaku politik Majelis Zikir al-Khidmah Jawa Tengah pada pilleg 2009 dapat dikategorikan sebagai perilaku po-litik yang akomodatif. Indikasinya adalah kemampuan Jamaah al-Khidmah untuk berkompromi dengan partai-partai politik, namun tetap berjarak. Perilaku seperti ini juga mempengaruhi perilaku para caleg dalam mengkampanyekan diri di dalam Jamaah al-Khidmah ini. Hanya cara-cara yang sangat halus yang mereka gunakan dalam mengkampanyekan diri. Selanjutnya, dari sejumlah kemungkinan bentuk relasi yang terbangun antara seorang caleg dengan al-Khidmah, sampai saat ini barulah satu bentuk, yakni seorang caleg yang berstatus sebagai jamaah, tidak ada yang menjadi pengurus ataupun dewan penasehat. Ketiga, pandangan dan perilaku politik Majelis Zikir al-Khidmah ini membawa implikasi positif, baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, al-Khidmah tetap konsisten dengan sikap netral yang sejak awal memang telah dipilih. Yakni al-Khidmah bukan sebagai partai atau cikal bakal partai, melainkan sebagai majelis zikir. Sedang secara eksternal, banyak lembaga pemerintah maupun non-pemerintah yang menjadikan al-Khidmah sebagai partner yang baik. Di samping itu, keinginan untuk memasuki jamaah ini juga sangat tinggi, tanpa ada kekhawatiran perbedaan baju politik.

Kata-kata Kunci: perilaku politik, Jamaah al-Khidmah, muridin-

muridat, muhibbin-muhibbat dan mu`taqidin-mu`taqidat.

xii

Page 9: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

xiii

DAFTAR ISI

PENGANTAR PENULIS—v ABSTRAK—ix DAFTAR ISI—xiii

BAB I: PENDAHULUAN—1

A. Latar Belakang—1

B. Rumusan Masalah—8

C. Tujuan dan Manfaat—9

D. Tinjauan Pustaka—9

E. Metodologi—13

1. Jenis Data—13

2. Sumber Data—13

3. Metode Pengumpulan Data—14

4. Metode Analisis dan Interpretasi Data—15

F. Sistematika Laporan—16

BAB II: GAMBARAN UMUM MAJELIS ZIKIR AL-KHIDMAH

WILAYAH JATENG—17

A. Sejarah Singkat—17

B. Kondisi Sosio Politik Jamaah al-Khidmah Wilayah

Jateng—26

C. Jaringan Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng—34

xiv

1. Jaringan Internal al-Thariqah dan al-Khidmah—37

2. Jaringan Eksternal al-Thariqah dan al-Khidmah—43

3. Jaringan Internal dan Eksternal al-Khidmah Jawa

Tengah—47

D. Kegiatan Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng—49

1. Kegiatan-kegiatan Baku—49

2. Standard Operating Procedure (SOP)—54

3. Kegiatan-kegiatan Tambahan—61

BAB III: PERILAKU POLITIK MAJELIS ZIKIR AL-KHIDMAH

WILAYAH JATENG PADA PILLEG 2009—63

A. Latar Belakang Politik Berdirinya al-Khidmah—65

B. Pandangan Politik Majelis Zikir al-Khidmah

Wilayah Jateng—73

1. Pilleg dalam Perspektif Hukum Islam—74

2. Pilleg sebagai Sarana Menciptakan Masyarakat

Adil Makmur—78

3. Kriteria Memilih Caleg—82

C. Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah Jateng—82

1. Pilihan Politik Jamaah al-Khidmah Jateng—83

2. Perilaku Kampanye Para Caleg—91

D. Relasi Para Caleg dengan Majelis Zikir al-Khidmah

Wilayah Jateng—94

BAB IV: IMPLIKASI PERILAKU POLITIK MAJELIS ZIKIR AL-KHIDMAH WILAYAH JATENG PADA PILLEG

2009—101

A. Pergeseran Wibawa Kyai—101

B. Implikasi Internal—105

1. Pengaruh Dewan Penasehat terhadap Pengurus—105

2. Pengaruh Dewan Penasehat dan Pengurus terhadap

Jamaah—107

Page 10: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

xv

3. Pengaruh Dewan Penasehat dan Pengurus terhadap

Lembaga—111

C. Implikasi Eksternal—113

1. Pengaruh terhadap Lembaga dan Masyarakat di luar

al-Khidmah—113

2. Pengaruh terhadap Pemerintah—114

BAB V: PENUTUP—117

A. Kesimpulan—117

B. Rekomendasi—119

C. Kata Penutup—119

Daftar Pustaka—121

Tentang Penulis—125

Pengalaman Penelitian—127

xvi

Page 11: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Pendahuluan ║ 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mulai dekade 1990-an, ada beberapa pergeseran yang cukup

signifikan dari sejumlah majelis zikir “tradisional”1. Antara lain, per-

tama, dari segi pengelolaan, majelis-majelis zikir itu mulai dikelola

dengan mengakomodasi konsep manajemen modern, lengkap de-

ngan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi. Ini jelas

berbeda dengan majelis-majelis zikir yang sebelumnya dikelola se-

cara konvensional dan cenderung menghindari, untuk tidak me-

ngatakan melarang menggunakan, teknologi modern. Kedua, me-

ningkatnya heterogenitas para jamaah, yakni tidak hanya terdiri dari

masyarakat pedesaan, tetapi juga mulai merambah ke masyarakat

perkotaan; tidak hanya masyarakat kelas menengah ke bawah,

______________

1 Istilah tradisional di sini digunakan sekadar untuk membedakan dari

majelis zikir modern, yang memang sejak berdirinya sudah dikekola secara

modern, bahkan mirip seperti lembaga bisnis.

2 ║Politik Majelis Zikir

tetapi juga mulai merambah ke masyarakat kelas menengah ke atas;

tidak hanya dari kalangan pengusaha, tetapi juga birokrat dan

pejabat.

Salah satu majelis zikir yang mengalami pergeseran seperti itu

adalah Majelis Zikir al-Khidmah. Majelis zikir ini tidak bisa di-

lepaskan dari sebuah varian baru dari Tarekat Qadiriyyah wa

Naqsyabandiyyah (TQN), yaitu Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyaban-

diyyah Usmaniyyah (TQN-U). Nama Usmaniyyah diambil dari

nama salah seorang murid Kyai Musta‘in Romli, yaitu Hadhratus

Syeikh Romo Kyai Usman al-Ishaqi. Kyai Usman ini termasuk

seorang murid yang mengambil sikap netral dalam konflik antara

mereka yang pro dan yang kontra dengan perilaku politik Kyai

Musta‘in Romli masuk ke dalam partai Golkar ketika itu. Pada

tahun 1984 Kyai Usman al-Ishaqi wafat. Namun sebelum wafat,

beliau sudah menunjuk salah seorang putranya, Kyai Ahmad Asrori

al-Ishaqi, sebagai penggantinya dalam tarekat. Gus Asrori bukan

anak sulung, tetapi di mata ayahnya dialah yang paling pantas

mengajar fiqih dan tasawuf. Tiga putra lainnya diberikan tugas

masing-masing di bidang lain. Kyai Asrori sebetulnya sudah di-

lantik sebagai khalifah oleh ayahnya pada tahun 1978. Namun Kyai

Asrori saat itu masih muda, sehingga tidak semua murid ayahnya

menerimanya sebagai guru. Ada yang berpindah kepada Kyai

Maksoem Djafar di Porong, dan ada yang berhenti sama sekali.

Tetapi tampaknya jumlah murid tarekat Kyai Asrori tetap cukup

banyak. Pengajian tarekatnya, sebulan sekali di pesantren Sawah-

pulo dihadiri ribuan orang.2 Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiy-

yah yang dipimpin oleh Kyai Asrori inilah yang kemudian diberi

tambahan nama Usmaniyyah.

______________

2 Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, Mizan,

Bandung, 1992, hlm. 178-182

Page 12: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Pendahuluan ║ 3

Meski tidak bisa dipisahkan, namun Majelis Zikir al-Khidmah

ini berbeda dengan TQN-U tersebut. Mereka yang menjadi jamaah

TQN-U adalah mereka yang sudah berbaiat secara khusus (al-bai‘ah

al-khashshah)3 untuk mengamalkan zikir-zikir dengan segenap me-

tode dan ketentuan yang ada. Sehingga secara spesifik mereka men-

dapat sebutan sebagai muridin-muridat. Sedang mereka yang belum

mampu berbaiat secara khushush itu, tetapi ingin mengikuti dan

bahkan mungkin juga menyukai sejumlah istighatsah dan zikir yang

tidak mengikat cukup menjadi anggota Majelis Zikir al-Khidmah.

Mereka ini biasanya disebut sebagai muhibbin-muhibbat (para sim-

patisan). Dalam prakteknya, tidak sedikit di antara jamaah kategori

ini yang kemudian mengikuti bai‘at khusus dan menjadi murid

tarekat. Itulah sebabnya, Majelis Zikir al-Khidmah ini bisa di-

katakan sebagai wadah untuk menjaring mereka yang menyukai

zikir-zikir model tarekat, tetapi belum berani mengikatkan diri

terhadap tarekat. Di luar itu, ada satu kategori lagi, yakni mu‘taqidin-

mu‘taqidat, yaitu mereka yang meyakini bahwa kegiatan Majelis

Zikir al-Khidmah itu baik, bahkan ada yang sudah memberikan du-

kungan moril dan materiil, namun mereka belum bergabung.4

______________

3 Secara teknis dalam tarekat ini, bai‘at khusus seperti itu dikenal

dengan sebutan bai‘at Tarbiyah. Selain jenis bai‘at ini, ada dua jenis bai‘at

lain, yaitu bai‘at Tasyabuh dan bai‘at Tabarruk. Yang pertama adalah bai‘at

karena sikap husnuzh-zhan kepada Romo Yai atau terhadap tarekat ini.

Dasarnya adalah “man tasyabbaha bi qaumin fa huwa minhum.” Sedang yang

kedua adalah bai‘at karena ingin mendapatkan berkah, biasanya oleh mereka

yang sudah memiliki amalan tarekat di luar tarekat ini. Penjelasan Ustadz H.

Musyafak seusai memimpin zikir di Pengajian al-Barzanji Uswatun Hasanah

Jatisari Asri Mijen, Senin, 21 Januari 2009. 4 Penjelasan Ustadz H. Musyafak seusai memimpin Majelis Khushushi di

Masjid Agung Boja, Jumat 30 Januari 2009. Majelis Khushushi atau disebut

juga Majelis Tawajjuhan adalah zikir rutin mingguan yang harus diikuti oleh

mereka yang sudah menjadi murid tarekat. Namun demikian, mereka yang

belum menjadi murid pun diperbolehkan mengikuti majelis ini.

4 ║Politik Majelis Zikir

Meski Majelis Zikir al-Khidmah ini cikal bakalnya sudah ada

bersamaan dengan majelis tarekat di Sawahpulo pada tahun 1980-

an yang diasuh oleh Romo Kyai Ahmad Asrori al-Ishaqi, dan di era

1990-an sudah dibentuk kepengurusan secara relatif modern,

namun secara formal keorganisasian, Majelis Zikir al-Khidmah ini

baru diresmikan pada tanggal 25 Desember 2005 di Pesantren al-

Fithrah Meteseh Semarang Jawa Tengah. Peresmian Majelis Zikir

ini dihadiri oleh masyarakat dengan beragam latar belakang orga-

nisasi keagamaan, termasuk Muhammadiyyah, dan oleh sejumlah

pejabat, termasuk Menkominfo, yaitu Dr. M. Nuh. Latar belakang-

nya adalah sulitnya mencetak generasi saleh yang dapat me-

nyenangkan kedua orang tua, sahabat, tetangga, guru-guru sampai

Baginda Rasulullah saw.5

Sejak itulah, struktur kepengurusan al-Khidmah disempurna-

kan, mulai dari pengurus tingkat pusat, tingkat provinsi, tingkat

kabupaten/kota, tingkat kecamatan dan tingkat desa/kelurahan.6

Di Jawa Tengah, di semua kabupaten/kota telah terbentuk ke-

pengurusannya. Jumlah jamaahnya mencapai ratusan ribu.7 Maka

menarik untuk mengkaji, bagaimana perilaku politik mereka pada

pemilu legislatif tanggal 9 April 2009 lalu, karena beberapa alasan.

Pertama, secara individual, di satu sisi masing-masing jamaah ini

adalah sebagai warga negara Indonesia yang memiliki hak politik,

baik untuk memilih maupun dipilih. Di sisi lain mereka menjadi

bagian dari sebuah organisasi keagamaan, lebih tepatnya organisasi

kerohanian, dimana hubungan hierarkis dengan para guru atau

______________

5 Penjelasan Drs. H. Hasanuddin pada acara Haul Akbar Kabupaten Ken-

dal di Desa Nawangsari Weleri Kendal pada Senin, 26 Januari 2009. Menurut-

nya, jamaah al-Khidmah saat ini telah merambah ke sejumlah negara lain,

seperti Malaysia, Singapura, Philipina, bahkan Arab Saudi. 6 Hasil Sarasehan al-Khidmah Indonesia, 2005 di Meteseh Semarang Jawa

Tengah. 7 Haul Akbar di alun-alun Masjid Agung Demak di akhir tahun 2008 lalu

dihadiri tidak kurang dari dua ratus ribu jamaah.

Page 13: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Pendahuluan ║ 5

mursyid sangat kuat. Kedua, dalam skala regional, perilaku politik

jamaah majelis ini akan sangat menentukan iklim politik di Jawa

Tengah. Sebagaimana diketahui, Jawa Tengah merupakan salah

satu provinsi yang memiliki tingkat kondusivitas paling tinggi

dalam menghadapi proses-proses demokrasi. Tentu iklim ini tidak

bisa dilepaskan dari jamaah majelis ini sebagai bagian dari warga

Jawa Tengah. Ketiga, secara kelembagaan Majelis zikir ini memiliki

jamaah yang cukup besar, sehingga sangat berpotensi untuk dijadi-

kan sebagai sarana politik, khususnya oleh para caleg, baik yang

berasal dari dalam maupun dari luar majelis zikir ini. Besarnya

jumlah jamaah dari majelis zikir ini juga sangat signifikan untuk

mengambil peran strategis bagi keberlangsungan proses demokrasi

yang baik. Di samping itu, selama ini Majelis Zikir al-Khidmah ini

sudah sering melakukan kegiatan-kegiatan yang difasilitasi oleh

para pejabat sesuai dengan tingkat kepengurusannya. Misalnya, ke-

pengurusan al-Khidmah di tingkat kecamatan kegiatannya sering

difasilitasi oleh para pejabat di tingkat kecamatan. Begitu seterus-

nya. Keempat, heterogenitas jamaah dilihat dari segi latar belakang,

termasuk latar belakang ormas keagamaan. Sehingga peluang mun-

culnya keragaman arah suara jamaah sangat besar. Ini berbeda de-

ngan majelis zikir yang secara spesifik berafiliasi kepada ormas ke-

agamaan atau partai politik tertentu, yang memudahkan mempre-

diksi suara mereka.8

Bukti awal dari adanya pandangan dan perilaku politik yang

signifikan dari majelis zikir ini bisa ditelusuri dari rekam jejak dari

kegiatan-kegiatan besar yang diselenggarakan dan sejumlah per-

nyataan yang muncul dari para sesepuh serta sikap sejumlah caleg

baik internal maupun eksternal. Antara lain, pertama pada saat Haul

______________

8 Sebagai contoh Majelis Zikir SBY. Tentu saja sangat mudah untuk mem-

baca kemana arah suara para jamaah. Meski dalam prakteknya pasti tidak

semua yang bergabung ke dalam majelis zikir tersebut memiliki suara yang

sama, karena keragaman motif mereka.

6 ║Politik Majelis Zikir

Akbar tahunan di Pesantren Kedinding Surabaya, menjelang bulan

Ramadhan tahun 2008 lalu, panitia secara sengaja mengundang

para pasangan cagub-cawagub yang akan berlaga pada pilkada

Jatim,9 meskipun tidak ada pasangan yang sempat hadir. Kedua, saat

Haul Akbar Kabupaten Kendal yang bertempat di Desa Nawangsari

Kecamatan Weleri pada tanggal 26 Januari 2009, beberapa caleg

tingkat kabupaten turut hadir, para sesepuh dan pejabat juga turut

mengingatkan perlunya menyikapi pemilu secara bijaksana. Ketiga,

dalam skala nasional, momentum hadirnya SBY pada saat Mu-

baya‘ah Kubra di Pesantren al-Fithrah Kedinding Surabaya juga me-

rupakan peristiwa politik yang sangat penting. Tak pelak, peristiwa

ini menimbulkan reaksi dari sejumlah jamaah, baik pro maupun

kontra. Keempat, di Kota Semarang, sebagai pusat kepengurusan

tingkat wilayah Jawa Tengah juga dilaksanakan sejumlah kegiatan,

yang difasilitasi oleh sejumlah caleg eksternal, seperti yang ber-

langsung di Pesantren Unggulan Nurul Islami, Mijen Semarang

pada tanggal 29 Maret 2009. Ada sejumlah reaksi yang dapat dijadi-

kan sebagai salah satu contoh, bagaimana seorang caleg eksternal

berinteraksi dengan majelis zikir ini.

Masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang tidak bisa dilepas-

kan sama sekali dari konteks pemilu legislatif tahun 2009. Namun

demikian, sejauh ini belum ada penelitian yang serius berkenaan

dengan bagaimana sebenarnya pandangan Majelis Zikir al-Khidmah

Jawa Tengah ini terhadap pemilu legislatif tahun 2009, bagaimana

perilaku politik mereka dan bagaimana implikasinya. Inilah yang

menjadi fokus penelitian ini. Pemilihan wilayah Jawa Tengah di-

dasarkan pada sejumlah pertimbangan teoretis maupun praktis.

Secara teoretis, pandangan dan perilaku politik Majelis Zikir di

______________

9 Berdasarkan laporan panitia yang disampaikan pada saat memberikan

sambutan, jamaah yang hadir mencapai sekitar 300.000-an jamaah, yang

datang dari berbagai provinsi, bahkan jamaah dari sejumlah negara lain, se-

perti Malaysia, Singapura dan Philipina.

Page 14: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Pendahuluan ║ 7

tingkat wilayah dapat dijadikan sebagai indikator bagi pandangan

dan perilaku politik Majelis Zikir secara nasional. Sebab para dewan

penasehat dan para pengurus ini banyak berinteraksi dengan para

dewan penasehat dan para pengurus dari wilayah-wilayah lain di

tingkat nasional. Mereka jugalah yang lebih banyak menjadi juru

bicara dari pandangan dan sikap yang berasal dari pengurus pusat di

Kedinding. Sedang secara praktis, didasarkan pada kemungkinan

penelitian ini untuk dilakukan. Pertimbangan praktis juga diguna-

kan untuk memilih pilleg ini sebagai obyek penelitian. Di samping

itu, pilleg tahun 2009 ini relatif unik bila dibandingkan dengan

pemilu-pemilu yang lain, baik dalam hal banyaknya partai politik

yang menjadi kontestan maupun dari segi sistemnya.

Majelis Zikir al-Khidmah wilayah Jawa Tengah atau yang lebih

dikenal dengan sebutan Jamaah al-Khidmah (dengan J huruf besar)

ini direpresentasikan oleh tiga unsur, yaitu Dewan Penasehat, Pe-

ngurus dan jamaah. Yang dimaksud dewan penasehat adalah para

imam khushushi, para kyai, para ustadz dan para sesepuh yang di-

sepakati oleh para murid atau para jamaah dan disampaikan kepada

Guru Thariqah.10 Yang dimaksud pengurus adalah orang-orang

yang telah dipilih dan ditetapkan oleh rapat al-Khidmah, untuk

menfasilitasi terselenggaranya kegiatan dan amaliyah yang telah di-

tetapkan dan diamalkan oleh Guru Thariqah atau para ulama as-

Salaf ash-Shalih, Pinisepuh pendahulu kita.11 Sedangkan jamaah dalam

prakteknya dikategorikan menjadi tiga, yaitu muridin-muridat,

muhibbin muhibbat dan mu‘taqidin mu‘taqidat. Sebagaimana telah di-

singgung di muka, yang pertama adalah orang-orang yang telah

menjadi murid tarekat. Yang kedua adalah orang-orang yang mem-

punyai i‘tiqad yang kuat dan mantap, yang mencintai dan bersama-

sama berkumpul dan mengikuti amaliyah serta akhlak atau peri-

______________

10 Pedoman Kepemimpinan dan Kepengurusan dalam Kegiatan dan

Amaliah ath-Thariqah dan al-Khidmah, 2006, hlm. 5 11 Ibid., hlm. 6

8 ║Politik Majelis Zikir

laku para Guru Thariqah atau para ulama as-Salaf ash-Shalih dan Pini-

sepuh pendahulu kita.12 Sedang yang ketiga adalah mereka yang

telah memiliki i‘tiqad yang mantap dan kuat, tetapi belum bisa

bergabung dalam berbagai kegiatan al-Khidmah. Baik dewan pe-

nasehat, pengurus maupun jamaah yang dimaksud dalam peneliti-

an ini adalah yang mereka yang berada di wilayah Jawa Tengah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

ada tiga masalah pokok yang akan diangkat di dalam penelitian ini

dan masing-masing akan diurai untuk menghindari kekaburan pe-

mahaman. Ketiga masalah pokok itu adalah:

Pertama, bagaimana pandangan Majelis Zikir al-Khidmah

Wilayah Jawa Tengah tentang pemilu legislatif tahun 2009? Masa-

lah ini akan dirinci menjadi tiga, yaitu tentang bagaimana hukum

memilih dan tidak memilih (golput), tentang fungsi pilleg untuk

menghasilkan anggota dewan yang aspiratif dan tentang kriteria

memilih caleg.

Kedua, bagaimana perilaku politik Majelis Zikir al-Khidmah

Wilayah Jawa Tengah dalam pemilu legislatif tahun 2009? Masalah

ini juga akan dirinci menjadi tiga, yaitu tentang perilaku memilih

jamaah al-Khidmah, tentang perilaku para caleg dalam mengkam-

panyekan diri, dan tentang relasi antara caleg dengan Majelis Zikir

ini.

Ketiga, bagaimana implikasi dari pandangan dan perilaku

politik Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jawa Tengah? Masalah ini

akan dirinci menjadi dua, yaitu implikasi internal yakni implikasi

perilaku politik para dewan penasehat terhadap para pengurus,

implikasi perilaku politik para dewan penasehat dan para pengurus

______________

12 Ibid., hlm. 1-2

Page 15: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Pendahuluan ║ 9

terhadap jamaah dan terhadap Majelis Zikir ini secara kelembagaan;

dan implikasi eksternal yakni implikasi pandangan dan perilaku

politik Majelis Zikir al-Khidmah terhadap masyarakat dan peme-

rintah.

C. Tujuan dan Manfaat

Penelitian ini bertujuan:

a. Untuk mengetahui pandangan Majelis Zikir al-Khidmah

Wilayah Jawa Tengah terhadap Pilleg 2009.

b. Untuk mengetahui perilaku politik Majelis Zikir al-Khid-

mah Wilayah Jawa Tengah dalam Pilleg 2009.

c. Untuk mengetahui implikasi pandangan dan perilaku po-

litik Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jawa Tengah da-

lam Pilleg 2009.

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Secara teoretis, penelitian ini akan memberikan sum-

bangan teoretik berkenaan dengan hubungan antara Ma-

jelis Zikir dengan politik dan menambahkan khazanah

baru bagi pola-pola hubungan antara keduanya.

b. Secara praktis, dengan mengetahui secara baik pan-

dangan dan perilaku politik Majelis Zikir ini, maka pihak-

pihak yang berkepentingan untuk turut serta mem-

bangun bangsa ini melalui sebuah proses demokrasi yang

baik, akan bisa mengambil sikap dengan baik terhadap

Majelis Zikir ini.

D. Tinjauan Pustaka

Untuk memperjelas ruang lingkup dan arah dari penelitian ini,

maka akan diuraikan terlebih dahulu tentang pengertian dari be-

berapa istilah teknis dan sejumlah teori terkait, serta sejumlah pe-

nelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.

10 ║Politik Majelis Zikir

Pertama, tentang perilaku politik. Menurut terminologi politik,

perilaku politik diartikan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan

proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Kegiatan

politik ada yang dilakukan oleh pemerintah berkaitan dengan fungsi

pemerintah dan ada kegiatan politik yang dilakukan oleh masya-

rakat berkaitan dengan fungsi politik.13 Perilaku politik keluarga

besar Majelis Zikir al-Khidmah, baik dalam kapasitas sebagai pri-

badi maupun kelompok memiliki arti subyektif, memiliki tujuan

tertentu dan bukan merupakan perilaku yang muncul secara ke-

betulan. Tindakan-tindakan mereka memiliki rasionalitas yang be-

ragam. Menurut Johnson, rasionalitas tindakan-tindakan itu dapat

digolongkan menjadi empat, yaitu rasionalitas instrumental, rasio-

nalitas nilai, rasionalitas tradisional dan rasionalitas afektif.14

Dalam penelitian ini, perilaku politik diartikan sebagai ke-

giatan yang dilakukan oleh keluarga besar Majelis Zikir al-Khidmah,

mulai dari dewan penasehat, para pengurus sampai para jamaah

yang berkaitan dengan politik. Kegiatan-kegiatan itu merupakan

wujud partisipasi mereka sebagai warga negara dan dapat terjadi

dalam berbagai bentuk. Dalam penelitian ini, perilaku itu dikate-

gorikan ke dalam dua perilaku utama, yaitu perilaku memilih dan

dipilih.

Menurut Budihardjo, perilaku memilih bagi kyai pesantren

akan terkait dengan empat faktor, yaitu kekuasaan, kepentingan,

kebijaksanaan dan budaya politik.15 Pertama, faktor kekuasaan me-

liputi cara untuk mencapai hal yang diinginkan melalui sumber-

sumber kelompok yang ada di masyarakat. Kekuasaan ini merupa-

kan dorongan manusia dalam berperilaku politik termasuk perilaku

______________

13 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1992,

hlm. 131 14 Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi, Jilid I, Gramedia, Jakarta, 1986,

hlm. 219-222 15 Miriam Budihardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1998,

hlm. 49

Page 16: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Pendahuluan ║ 11

memilih. Kedua, faktor kepentingan merupakan tujuan yang dikejar

oleh pelaku-pelaku atau kelompok politik. Dalam hal ini, Laswell

menyatakan bahwa pada dasarnya dalam mengejar kepentingan

tersebut, manusia membutuhkan nilai-nilai: kekuasaan, pendidik-

an, kekayaan, kesehatan, ketrampilan, kasih sayang, keadilan dan

kejujuran. Ketiga, faktor kebijakan sebagai hasil dari interaksi antara

kekuasaan dan kepentingan yang biasanya berbentuk perundang-

undangan. Kebijakan akan memiliki implikasi penting dalam peri-

laku politik. Keempat, budaya politik, yaitu orientasi subyektif indi-

vidu terhadap sistem politik. Kebudayaan politik sebagai orientasi

nilai dan keyakinan politik yang melekat dalam diri individu dapat

dianalisis dalam beberapa orientasi, yaitu orientasi kognitif, afektif

dan evaluatif yang mendasari perilaku politik.16 Keempat faktor ini

tentu saja dapat digunakan sebagai pisau analisis untuk melihat

bagaimana perilaku memilih dari para dewan penasehat, para pe-

ngurus dan para jamaah Majelis Zikir ini.

Sebagaimana telah disinggung di atas, perilaku politik Majelis

Zikir ini tentu tidak terlepas dari sikap dan pandangan mereka ter-

hadap pilleg. Menurut Thaba, ada empat sikap politik umat Islam,

yaitu: Pertama, kelompok yang berpandangan pragmatis dan cen-

derung mengintegrasikan diri dengan kekuasaan serta meninggal-

kan label ideologinya. Kedua, kelompok akomodatif, yakni ke-

lompok yang sikap dan pemikiran politiknya reseptif dan kom-

promis, namun tidak selalu berintegrasi. Ketiga, kelompok trans-

formatif, yakni kelompok yang memiliki komitmen perubahan yang

mendasar, tetapi menolak cara-cara yang radikal. Dan keempat, ke-

lompok prinsipalis, yakni kelompok yang menghendaki ditegakkan-

nya prinsip-prinsip dasar Islam.17

______________

16 Khoiro Ummah, Perilaku Politik Kyai, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

2002, hlm. 32-33 17 Abdul Aziz Thaba, Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru, Gema

Insani Press, Jakarta, 1996, hlm. 334

12 ║Politik Majelis Zikir

Kedua, sudah banyak penelitian yang dilakukan berkenaan

dengan perilaku politik para kyai. Tetapi selama ini, kyai yang

dimaksud lebih merupakan kyai pesantren secara umum atau kyai

dalam pengertian struktural dan kultural Nahdlatul Ulama’, bukan

kyai dalam pengertian sebagai pemimpin Majelis Zikir. Misalnya,

penelitian yang dilakukan oleh Khoiru Ummatin, yang berjudul

“Perilaku Politik Kyai”. Padahal ada kekhasan pada diri kyai yang

menjadi pemimpin atau mursyid sebuah Majelis Zikir, apalagi yang

berafiliasi kepada suatu tarekat. Tentang tarekat Qadiriyyah wa

Naqsyabandiyyah dan politik, ada sejumlah penelitian yang telah

dilakukan. Antara lain, pertama “Politik Tarekat Qadiriyyah wa

Naqsyabandiyyah” yang dilakukan oleh Mahmud Suyuthi.18 Pe-

nelitian ini mengambil fokus pada perilaku politik Kyai Musta‘in

Romli masuk Golkar menjelang pemilu 1977. Menarik untuk di-

catat, bahwa Majelis Zikir al-Khidmah ini juga memiliki hubungan

keguruan dengan Kyai Musta‘in Romli ini. Kedua, Gerakan Politik

Kaum Tarekat, oleh Ajid Thohir.19 Penelitian terakhir ini masih ber-

sifat umum berkenaan dengan peristiwa-peristiwa politik yang me-

libatkan tarekat tersebut.

Ketiga, sejauh yang peneliti ketahui, setidaknya ada dua pe-

nelitian yang sudah dilakukan terhadap Majelis Zikir al-Khidmah

ini. Pertama, penelitian Ahmad Hanbali yang berjudul “Konsep

Spiritual Haflah Zikir Maulidurrasul saw.: Studi Pelaksanaan Istigha-

tsah Jamaah al-Khidmah Jawa Tengah.” Penelitian ini baru meng-

angkat dimensi spiritualnya, belum menyentuh sama sekali

dimensi non-spiritualnya, termasuk perilaku politiknya. Di samping

itu, penelitian ini juga mengangkat salah satu jenis kegiatan al-

Khidmah saja, yakni Maulidurrasul saw., padahal masih banyak

______________

18 Mahmud Suyuthi, Politik Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah,

Galang Press, Yogyakarta, 2001 19 Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat, Pustaka Hidayah, Ban-

dung, 2002

Page 17: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Pendahuluan ║ 13

jenis kegiatan lainnya yang juga sangat signifikan dan melibatkan

jamaah dalam jumlah yang sangat besar. Kedua, penelitian Mokh.

Sya‘rani yang berjudul “Pemikiran Tasawuf KH. Ahmad Asrori al-

Ishaqi: Kajian teradap Pengajian Tasawuf Program Mutiara Hikmah

Radio Rasika FM Semarang”. Penelitian ini memang tidak secara

spesifik mengambil lokus Jawa Tengah. Namun karena lokus dari

Radio Rasika FM ini mencakup Jawa Tengah, maka penelitian ini

bisa dianggap sebagai representasi al-Khidmah Jawa Tengah. Di

samping itu, hampir menjadi kesepakatan umum, bahwa Radio

Rasika FM ini menjadi sarana komunikasi dan informasi berkenaan

dengan al-Khidmah yang ditujukan kepada para jamaah di tingkat

Jawa Tengah ini. Namun demikian, penelitian ini baru menying-

gung pemikiran tasawuf Guru Besar dari thariqah ini, yakni KH.

Ahmad Asrori al-Ishaqi.

E. Metodologi

1. Jenis Data

Jenis data yang akan dikumpulkan bersifat kualitif dan terdiri

dari tiga jenis, sesuai dengan pokok masalah yang diangkat dalam

penelitian ini. Yaitu tentang pandangan terhadap Pilleg 2009, peri-

laku politik dan implikasinya.

2. Sumber Data

Tentang pandangan Majelis Zikir al-Khidmah Jawa Tengah,

data akan diambil dari para dewan penasehat, para pengurus dan

para jamaah. Yang dimaksud dewan penasehat adalah para se-

sepuh, para kyai, para ustadz dan para imam khushushi. Sedang yang

dimaksud jamaah adalah para mu‘taqidin-mu‘taqidat, muhibbin-

muhibbat dan muridin-muridat.

Tentang perilaku para caleg, data akan diambil dari para caleg

internal, khususnya yang telah lama aktif di Majelis Zikir ini. Juga

14 ║Politik Majelis Zikir

dari para caleg ekternal, yakni yang baru berinteraksi dengan

Majelis Zikir ini pada masa kampanye.

Tentang implikasinya, data akan diambil juga dari keluarga

besar Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jawa Tengah. Yang di-

maksud keluarga besar di sini adalah para dewan penasehat, pe-

ngurus dan jamaah.

Semua data yang telah dikumpulkan itu lebih bersifat primer.

Sebagai pendukung, data sekunder juga akan digunakan, dan di-

ambil dari mereka yang berada di luar Majelis Zikir serta dari data-

data tertulis yang terkait.

Patut pula dikemukakan di sini, bahwa agar penelitian ini me-

menuhi kualifikasi regionalnya, yakni Jawa Tengah, maka di samping

sumber data diambil dari para pengurus di tingkat wilayah, juga akan

diambil dari sejumlah pengurus di tingkat kabupaten/kota. Setidak-

tidaknya satu kabupaten atau kota di setiap Dapil (daerah pe-

milihan) yang ada di Jawa Tengah ini. Sebagaimana diketahui,

bahwa di Jawa Tengah ini terdapat sepuluh Dapil.

3. Metode Pengumpulan Data

Pertama, wawancara mendalam (depth interview).20 Metode ini

digunakan terutama berkenaan dengan data-data mengenai pan-

dangan politik keluarga besar Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah

Jawa Tengah.

Kedua, observasi.21 Metode ini digunakan berkenaan dengan

implikasi pandangan dan perilaku politik Majelis Zikir al-Khidmah

Jawa Tengah. Sebab sampai penelitian ini dilakukan, implikasi itu

______________

20 Mengenai metode ini secara rinci, dan yang akan dijadikan sebagai

pedoman utama dalam penelitian ini, antara lain lihat Sanapiah Faisal,

Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi, YA3, Malang, 1990, hlm. 61-77 21 Mengenai metode ini secara rinci dan yang akan dijadikan sebagai

pedoman utama dalam penelitian ini, lihat Ibid., 77-81

Page 18: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Pendahuluan ║ 15

masih berlangsung dan akan terus berlangsung, setidak-tidaknya

sampai pilpres selesai.

Ketiga, dokumentasi. Metode ini digunakan untuk menelaah

data-data tertulis, data audio, dan data audio visual berkaitan de-

ngan berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh al-Khidmah Jawa

Tengah yang memiliki signifikansi politik berkenaan dengan pilleg

2009 lalu.

4. Metode Analisis dan Interpretasi Data

Metode analisis dalam penelitian ini dibedakan dari metode

interpretasi data. Yang pertama dimaksudkan sebagai proses meng-

atur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kate-

gori dan satuan uraian dasar. Sedang yang kedua dimaksudkan se-

bagai upaya memberi arti terhadap analisis, menjelaskan pola

uraian dan menjelaskan hubungan-hubungan di antara dimensi

uraian.22 Analisis ini dilakukan terhadap masalah pokok, yaitu peri-

laku politik Majelis Zikir al-Khidmah Jawa Tengah, dimana perilaku

ini tidak bisa dilepaskan dari pandangan dan tentu saja memiliki

implikasi. Ketiga masalah ini kemudian akan diurai ke dalam kate-

gori dan satuan uraian dasar tertentu, sebagaimana telah dikemuka-

kan pada sub masalah pokok di atas.

Untuk menginterpretasikan data, akan digunakan metode

hermeneutik, dengan mengambil paradigma kritis sebagai metode

utamanya. Hermeneutika kritis berprinsip bahwa untuk menafsirkan

sebuah teks, tidak cukup hanya didasarkan pada apa yang terkait

dengan kebahasaan (intralinguistic), melainkan juga harus merambah

ke faktor-faktor di luar teks (extralinguistic).23 Metode penafsiran ini

______________

22 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosda Karya,

Bandung, 1999, hlm. 103 23 Richard E. Palmer, Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi,

terjemahan Musnur Hery dan Damanhuri Muhammad, Pustaka Pelajar, Yogya-

16 ║Politik Majelis Zikir

dipilih, agar masalah utama dari penelitian ini dapat dijawab dengan

baik, tidak hanya didasarkan pada pernyataan-pernyataan dan

perilaku para responden, melainkan juga dengan melibatkan faktor di

luar teks tersebut, misalnya latar belakang keagamaan, latar belakang

pendidikan, latar belakang politik dan lain-lain.

F. Sistematika Laporan

Hasil dari penelitian ini dilaporkan dengan sistematika sebagai

berikut:

Bab I, Pendahuluan, meliputi Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat, Kerangka Teori, Telaah

Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Laporan

Bab II, Gambaran Umum Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah

Jateng, meliputi Sejarah Singkat, Kondisi Sosio Politik Jamaah,

Jaringan Majelis Zikir al-Khidmah Jateng dan Kegiatan Majelis Zikir

al-Khidmah

Bab III, Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Jateng pada

Pilleg 2009, meliputi Latar Belakang Politik Berdirinya al-Khidmah,

Pandangan Politik al-Khidmah Jateng yang terdiri dari Pilleg dalam

Perspektif Hukum Islam dan Pilleg sebagai Sarana Menciptakan

Masyarakat Adil Makmur, Pilihan Politik dan Relasi Para Caleg

dengan al-Khidmah Jateng.

Bab IV, Implikasi Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah

Jateng Pada Pilleg 2009, meliputi Implikasi Internal dan Implikasi

Eksternal.

Bab V, Penutup, meliputi Kesimpulan, Rekomendasi dan Kata

Penutup.[]

_______________

karta, 2005, hlm. 190. Lihat pula Ilham B. Sainong, Hermeneutika Pem-

bebasan, Teraju, Jakarta, 2002, hlm. 42-45

Page 19: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 17

BAB II

GAMBARAN UMUM MAJELIS ZIKIR

AL-KHIDMAH WILAYAH JATENG

A. Sejarah Singkat

Selama ini ada sejumlah kesalahpahaman terhadap tarekat.

Antara lain, bahwa tarekat hanya layak dimasuki oleh mereka yang

telah berusia senja, tarekat akan membuat seseorang menderita

gangguan kejiwaan, tarekat tidak Islami, dan lain-lain. Dalam se-

buah ceramah di Masjid Baiturrahman Semarang, Romo Kyai

Ahmad Asrori al-Ishaqi secara khusus memberikan tanggapan ter-

hadap kesalahpahaman-kesalahpahaman tersebut. Ceramah beliau

itu kemudian didokumentasi dalam rekaman audio dalam dua

buah kaset dengan judul “Mendudukkan Tarekat.”1 Namun de-

______________

1 Kedua kaset ini menjadi bagian dari kaset-kaset yang diputar secara

berseri dan berulang di Radio Rasika Semarang setiap pukul 20.00 sampai

pukul 21.00 Wib.

18 ║Politik Majelis Zikir

mikian, penjelasan atau tanggapan teoretis terhadap kesalah-

pamahan tersebut tentu masih jauh dari cukup. Setidak-tidaknya,

ketakutan orang untuk memasuki tarekat masih cukup tinggi. Ada

beberapa alasan yang sering dikemukakan berkenaan dengan ke-

takutan memasuki tarekat. Antara lain, pertama, amalan-amalan

tarekat sangat ketat dan berat, sehingga diperlukan waktu yang

cukup untuk mengamalkannya. Padahal, diyakini apabila seseorang

sudah berbaiat, kemudian tidak bisa melaksanakan amalan-amalan

tersebut, maka dia akan mendapatkan balasan-balasan tertentu,

termasuk yang paling ditakutkan adalah gangguan kejiwaan (gen-

deng). Kedua, untuk memasuki tarekat, seseorang haruslah memiliki

tingkat kesucian lahiriah dan batiniah tertentu, sehingga hanya

sedikit orang yang bisa memasukinya.

Ketakutan dan kesalahpahaman seperti itu tentu saja juga

melanda tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah Usmaniyyah. Di

sisi lain, ada sejumlah alasan agar tarekat lebih memasyarakat, da-

lam arti diterima secara proporsional oleh lebih banyak masyarakat

tanpa kekhawatiran dan ketakutan yang tidak berdasar. Antara lain,

sebagaimana dikemukakan oleh Romo Kyai Ahmad Asrori sendiri:

Pertama, makin susah dan beratnya memegang teguh aqidah,

keyakinan dan perjalanan agama yang benar, tegak dan lurus, se-

perti menggenggam bara api dalam telapak tangan.

Kedua, makin berkurangnya menyayangi dan menghargai diri,

dengan berkurang atau tiadanya rasa malu.

Ketiga, makin banyaknya mencampuri urusan-urusan dan hak-

hak orang lain, sehingga selalu timbul dan bangkit kesalahpahaman

dan salah pengertian, sampai ke perpecahan dan permusuhan.

Keempat, ahlul amanah dikhianati, sebaliknya ahlul khianah di-

percaya, menjadikan yang dekat jauh, sebaliknya yang jauh menjadi

dekat.

Page 20: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 19

Kelima, makin terselubung, kabur dan suramnya untuk mem-

bedakan antara yang haq dan yang batil, dengan beraninya selalu

membawa-bawa nama: “Demi Allah swt., demi Rasulullah saw.,

demi agama dan demi kebenaran yang mutlak serta demi bangsa

dan negara.”

Keenam, makin terbaliknya pemikiran-pemikiran dan sudut

pandang, yang baik dikatakan munkar, sebaliknya yang munkar

dikatakan baik. Persoalan ijtihadiyah, khilafiyah dan furu‘iyah yang

seharusnya untuk saling mengerti, menyayangi dan menghargai,

memuliakan dan menaungi serta melindungi sesama umat, lebih-

lebih umat Islam, disejajarkan dengan persoalan munkar dan di-

tuduh sebagai perkara bid‘ah yang sesat dan menyesatkan, yang me-

nyebabkan makin jauhnya persatuan dan kesatuan umat, lebih-

lebih ukhuwwah Islamiyyah.

Ketujuh, makin terjerat hanya oleh kekuatan daya pikiran dan

wawasan, dan tersekap hanya oleh kemampuan ilmu pengetahuan,

tanpa disadari hampa dan kosongnya rahasia dan cahaya dari Allah

swt., yang mengiringi, menuntun dan membimbing ke satu titik

“shidq al- tawajjuh” (kebenaran, ketepatan, kemantapan dan kesung-

guhan dalam mengabdi dan berkhidmah kepada Allah swt.).

Kedelapan, makin berani dalam menangani persoalan, men-

duduki kedudukan dan dalam menguasai segala kekuasaan, lebih-

lebih yang berkaitan dengan persoalan agama, di luar ilmu, keahlian

dan kemampuannya.

Kesembilan, makin banyak yang membanggakan dan yang

mengagungkan pikiran, wawasan dan pendapatnya sendiri, seakan-

akan yang paling benar secara mutlak.

Kesepuluh, makin banyak yang menuhankan dan menganggap

hawa nafsu dan kepentingan pribadi, kelompok dan golongan di

atas segala-galanya.

20 ║Politik Majelis Zikir

Kesebelas, makin sedikit dan berkurangnya para tokoh agama,

tokoh masyarakat dan para pemimpin yang saleh, yang bisa men-

jadi suri tauladan dan panutan yang baik secara lahir dan batin.

Kedua belas, makin banyak kelompok, golongan yang sesat dan

menyesatkan dengan terang-terangan menampakkan dirinya de-

ngan segala aneka warna yang mengaburkan dan menyilaukan, dan

dengan segala macam raut muka yang berbeda-beda.2

Atas dasar alasan-alasan tersebut, maka terbentuklah Jamaah al-

Khidmah. Secara ringkas, alasan-alasan tersebut dapat dikemukakan

menjadi beberapa butir, yaitu:

Pertama, merosotnya penghayatan keagamaan, yang ditandai

oleh makin meningkatkan semangat sektarianisme dan formalisme.

Kedua, melemahnya dimensi spiritualisme yang ditandai oleh

pendewaan terhahadap rasionalisme, positivisme dan ilmu penge-

tahuan.

Ketiga, melemahnya kesalehan sosial yang ditandai oleh me-

lemahnya semangat saling menghargai, saling menyayangi dan

saling menolong antar sesama manusia.

Bila dibandingkan dengan alasan-alasan yang dikemukakan

oleh para cendekiawan berkenaan dengan urgensi spiritualitas pada

umumnya dan sufisme serta tarekat pada khususnya, maka tampak

sekali ada kesamaan. Ahmad Najib Burhani, misalnya, menge-

mukakan bahwa di samping memberi kemudahan bagi manusia,

manusia juga terasing dari dimensi spiritualitasnya. Ketika manusia

melepaskan diri dari koneksi spiritualitas, maka ia akan seperti

layang-layang yang putus dari benangnya, tidak menyangkut ke

langit dan tidak pula ke bumi.3 Karena itu wajar bila kehidupan

______________

2 Achmad Asrory Oesman al-Ishaqy, Tuntunan dan Bimbingan, al-Khid-

mah, Semarang, 2006, hlm. d-f 3 Ahmad Najib Burhani, Sufisme Kota: Berfikir Jernih Menemukan

Spiritualitas Positif, Serambi, Jakarta, 2001, hlm. 166

Page 21: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 21

modern sekarang ini tampil dengan wajah antagonistik. Di satu

pihak modernisme telah mendatangkan kemajuan spektakuler da-

lam bidang material. Tetapi di lain pihak modernisme menghasil-

kan wajah kemanusiaan yang buram, seperti terlihat pada akibat-

akibat kemanusiaan yang ditimbulkannya. Beberapa akibat tersebut

antara lain, manusia modern semakin tidak mengenal dan terasing

dari dirinya sendiri dan Tuhannya setelah mengalami kehidupan

yang sedemikian mekanistik; munculnya kegelisahan dan ke-

gersangan batiniah dan krisis tentang makna dan tujuan hidup.

Dengan demikian, mendesak bagi tiap individu untuk mene-

mukan dirinya secara utuh, mulai dari dimensi fisik, mental dan

spiritual. Namun demikian, mereka tidak memiliki keberanian yang

cukup untuk memasuki tarekat, karena sejumlah alasan yang telah

disebutkan di atas. Maka berdirinya Jamaah al-Khidmah ini bisa

menjadi salah satu jawabannya. Secara umum, jamaah ini bertujuan

untuk mewadahi mereka yang belum siap secara mental dan spi-

ritual untuk masuk ke dalam tarekat, tetapi sangat membutuhkan

zikir-zikir dengan bimbingan orang-orang yang memiliki genealogi

spiritual yang jelas.

Baik alasan-alasan yang dikemukakan oleh Romo Kyai Asrori

maupun para cendekiawan pada umumnya berkenaan dengan

urgensi sufisme dan tarekat di era modern ini, sama-sama ber-

tumpu pada sisi negatif kemanusiaan. Dengan kata lain, sufisme

dan tarekat dibutuhkan pada saat manusia kehilangan salah satu di-

mensi kemanusiaannya. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa ketika

manusia mampu menemukan dirinya secara utuh, maka sufisme

dan tarekat tidak dibutuhkan. Kesimpulan ini ada benarnya. Se-

hingga beberapa orang menganggap bahwa sufisme dan apalagi

tarekat tidak diperlukan. Namun demikian, akan lebih tepat kiranya

bila dinyatakan bahwa sufisme dan tarekat diperlukan dalam kon-

disi apapun, baik dalam kondisi senang maupun susah, dalam kon-

22 ║Politik Majelis Zikir

disi utuh maupun tidak utuh. Sebab sufisme dan tarekat, dalam arti

spiritualismenya, merupakan bagian tak terpisahkan dari keber-

adaan manusia.

Majelis Zikir al-Khidmah juga sering dikenal dengan sebutan

Jamaah4 al-Khidmah. Ada dua istilah yang perlu mendapat per-

hatian di sini, yaitu istilah “Jamaah” dan istilah “al-Khidmah”. Isti-

lah Jamaah yang secara harfiah berarti perkumpulan biasanya di-

bedakan dari istilah “jam‘iyyah” yang secara harfiah berarti orga-

nisasi. Yang kedua biasanya ditandai dengan tertib administrasi dan

pengelolaan yang lebih baik dibanding dengan yang pertama.

Agaknya hal ini berlaku pada kasus Jamaah al-Khidmah ini di masa-

masa awal pembentukannya. Tetapi di kemudian hari, tepatnya

sejak tahun 2005, istilah Jamaah dalam kasus al-Khidmah ini

identik dengan istilah Jam‘iyyah. Sebab al-Khidmah telah diupaya-

kan untuk dikelola secara profesional, seperti dikatakan oleh Kyai

Asrori: “Maka kita perlu pengaturan dan penanganan yang khusus

secara profesional...”5 Atau lebih tepatnya, istilah Jamaah di sini

merujuk kepada seluruh keluarga, sedang istilah yang merujuk

pada aspek keorganisasiannya tidak ditampakkan. Seakan-akan

istilah lengkapnya berbunyi Jamaah Jam‘iyyah al-Khidmah.

Sementara istilah al-Khidmah mengacu kepada pelayanan

yang memang sangat ditekankan di dalam jamaah ini. Baik pelayan-

an dalam pengertian rohaniah, maupun pelayanan dalam bentuk

material. Dalam berbagai kegiatan yang memerlukan dana besar,

biasanya khidmah dari para jamaah sangat ditekankan, dalam pe-

______________

4 Term Jamaah, yang ditulis dengan ”J” (huruf besar) menunjuk kepada

organisasi atau keluarga besar yang meliputi dewan penasehat, pengurus dan

jamaah (dengan j huruf kecil). Sedang jamaah dengan ”j” (huruf kecil) me-

nunjuk pada anggota al-Khidmah, yang dikategorikan menjadi muridin-

muridat, muhibbin-muhibbat dan mu‘taqidn-mu‘taqidat. 5 Achmad Asrory Oesman al-Ishaqi, op. cit., hlm. j

Page 22: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 23

ngertian pemberian bantuan material. Pemberian bantuan material

ini diyakini juga akan dapat meningkatkan kualitas spiritual

pemberinya.

Lebih lanjut, makna Jamaah al-Khidmah ini dapat dilihat dari

arti, lambang dan maknanya yang dikemukakan sendiri oleh Romo

Kyai Ahmad Asrori al-Ishaqi. Menurut beliau, “al-Fithrah”6 dan “al-

Khidmah” mengandung arti dan makna: 1) menjunjung tinggi ke-

Fithrah-an; 2) mengabdi ke haribaan Allah swt.; 3) mensuri-

tauladani Rasulullah saw.; 4) menegakkan dan meneruskan amali-

yah Ulama’ Aslafuna al-Shalihun; 5) berbakti kepada Nusa dan Bangsa;

dan 6) dalam naungan dan lindungan Ahlis Sunnah wal Jamaah.

Adapun lambang “al-Fithrah” dan “al-Khidmah” terdiri dari gam-

bar: 1) pena, alat untuk menulis; 2) arah pena yang menunjuk ke

arah bawah; 3) kitab, empat buah; 4) bintang, tiga buah; 5) tasbih;

6) pentolan tasbih, yang mengarah ke dalam lingkaran; dan 7) pen-

tolan tasbih yang panjang yang berada di bawah mengarah ke atas.

Adapun arti simbolik dari lambang tersebut adalah: 1) pena, sebagai

lambang mencari ilmu; 2) arah pena ke bawah melambangkan

menuntut dan menambah ilmu sejak lahir hingga kembali ke liang

lahat; 3) empat buah kitab melambangkan landasan al-Qur’an, al-

Hadis, al-ijma dan al-qiyas; 4) tiga buah bintang melambangkan,

memantapkan dan menyempurnakan al-Islam, al-Iman dan al-

Ihsan; 5) tasbih melambangkan, mengikuti ketetapan dan amaliyah

Ulama’ Aslafuna al-Shalihun; 6) pentolan tasbih yang mengarah ke

dalam melambangkan kesungguhan dan keikhlasan dalam meng-

abdi dan berkhidmah kepada Allah swt.; dan 7) pentolan tasbih

yang panjang yang berada di bawah dan mengarah ke atas me-

______________

6 Al-Fithrah ini adalah nama pesantren tempat tarekat dan jamaah al-

Khidmah mengembangkan diri. Pusatnya terletak di Kedinding Lor Surabaya. Di

Jawa Tengah, pesantren Al-Fithrah terletak di Meteseh Semarang, dan

menjadi pusat kegiatan bagi jamaah yang ada di wilayah Jawa Tengah dan

Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya tiap tanggal sebelas bulan qamariyah,

yang lebih dikenal dengan istilah “Sewelasan”.

24 ║Politik Majelis Zikir

lambangkan, berkperibadian dan berperilaku rendah hati, mawas

diri dan toleransi serta arif bijaksana demi meraih rahmat dan ridha

serta keutamaan dan kemuliaan di sisi Allah swt.7

Meski Majelis Zikir al-Khidmah ini cikal bakalnya sudah ada

bersamaan dengan majelis tarekat di Sawahpulo pada tahun 1980-

an yang diasuh oleh Romo Kyai Ahmad Asrori al-Ishaqi, dan di era

1990-an sudah dibentuk kepengurusan secara relatif modern,

namun secara formal keorganisasian, Majelis Zikir al-Khidmah ini

baru diresmikan pada tanggal 25 Desember 2005 di Pesantren al-

Fithrah Meteseh Semarang Jawa Tengah. Peresmian Majelis Zikir

ini dihadiri oleh masyarakat dengan beragam latar belakang orga-

nisasi keagamaan, termasuk Muhammadiyyah, dan oleh sejumlah

pejabat, termasuk Menkominfo, yaitu Dr. M. Nuh. Latar belakang-

nya adalah sulitnya mencetak generasi saleh yang dapat me-

nyenangkan kedua orang tua, sahabat, tetangga, guru-guru sampai

Baginda Rasulullah saw.8 Ini adalah kepengurusan al-Khidmah

tingkat pusat. Demikian pula pembentukan kepengurusan al-

Khidmah wilayah Jawa Tengah dan DIY. Di tingkat wilayah ini,

para sesepuh yang terlibat antara lain KH. Masduri, KH. Munir

Abdullah dan Habib Thahir.9

Struktur organisasi al-Khidmah minimal terdiri dari ketua, se-

kretaris, bendahara, koordinator dan seksi-seksi sesuai kebutuhan.

Ketua al-Khidmah memiliki tugas: 1) bertanggung jawab kepada

Dewan Penasehat dan Pengurus Thariqah; 2) melaksanakan segala

keputusan yang telah ditetapkan oleh Pengurus al-Thariqah ber-

______________

7 Achmad Asrory Oesman al-Ishaqy, op. cit., hlm. g-h. 8 Penjelasan Drs. H. Hasanuddin pada acara Haul Akbar Kabupaten Ken-

dal di Desa Nawangsari Weleri Kendal pada Senin, 26 Januari 2009. Menurut-

nya, jamaah al-Khidmah saat ini telah merambah ke sejumlah negara lain,

seperti Malaysia, Singapura, Philipina, bahkan Arab Saudi. 9 Wawancara dengan Ustadz Musyafak, Senin 29 Juni 2009.

Page 23: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 25

sama Pengurus al-Khidmah; 3) mengadakan kegiatan lain yang

tidak bertentangan dengan ketentuan hukum syariat; dan 4) meng-

arahkan sesama pengurus untuk menyukseskan kegiatan sesuai de-

ngan bidang dan tanggung jawab masing-masing. Sekretaris me-

miliki tugas: 1) bertanggung jawab kepada ketua al-Khidmah; 2)

melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan oleh Pe-

ngurus al-Thariqah dan Pengurus al-Khidmah; 3) mengadminis-

trasikan segala kegiatan Pengurus al-Khidmah; dan 4) mengadakan

koordinasi dengan sesama pengurus dalam rangka menyukseskan

kegiatan yang telah ditetapkan. Sedang bendahara memiliki tugas:

1) bertanggung jawab kepada ketua al-Khidmah; 2) merencanakan

biaya dan pendapatan setiap kegiatan yang telah ditetapkan; 3)

mencatat setiap pendapatan dan pengeluaran; dan 4) melaporkan

hasil kerja kepada Dewan Penasehat, Pengurus al-Thariqah dan

Pengurus al-Khidmah.10

Dengan demikian, kepengurusan al-Khidmah tidak bisa di-

lepaskan dari kepengurusan al-Thaqirah, meskipun bisa dibedakan.

Di samping kepengurusan thariqah yang lebih tinggi kedudukan-

nya, juga ada Dewan Penasehat yang kedudukannya di atas pe-

ngurus al-Khidmah dan al-Thariqah. Dengan kata lain, kunci al-

Khidmah dan al-Thariqah sebenarnya terletak pada Dewan Pe-

nasehat ini. Namun demikian, Dewan Penasehat juga harus mem-

berikan kebebasan kepada para pengurus al-Khidmah maupun al-

Thariqah untuk membuat keputusan sepanjang masih berada di

jalur organisasi. Yang dimaksud Dewan Penasehat adalah imam

khushushi, kyai, ustadz dan sesepuh yang tinggal di satu kawasan

atau wilayah atau kota atau kabupaten. Dewan Penasehat bersifat

______________

10 Achmad Asrory Oesman al-Ishaqy, Pedoman Kepemimpinan dan Ke-

pengurusan dalam Kegiatan dan Amaliah al-Thariqah dan al-Khidmah, al-

Khidmah, Semarang, 2006, hlm. 13-15

26 ║Politik Majelis Zikir

kolektif, bukan individual. Namun demikian, dalam prakteknya,

yang paling dihormati adalah yang telah disepakati sebagai para

sesepuh inti di setiap tingkatannya.

B. Kondisi Sosio Politik Jamaah al-Khidmah Wilayah Jateng

Secara garis besar, jamaah (dengan j huruf kecil) al-Khidmah

bisa dibedakan ke dalam sejumlah kategori. Yang pertama adalah

muridin-muridat, yaitu jamaah pria dan wanita yang telah melakukan

bai‘at untuk mengamalkan secara konsisten zikir-zikir dalam

Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah Usmaniyyah. Dengan kata

lain, muridin-muridat adalah mereka yang telah memasuki tarekat.

Untuk menjadi murid dengan kategori ini, seseorang harus me-

lakukan bai‘at khushush (al-bai‘ah al-khashshah) yang disebut dengan

Bai‘at Tarbiyah. Selain jenis bai‘at ini, ada dua jenis bai‘at lain, yaitu

Bai‘at tasyabbuh dan Bai‘at Tabarruk. Yang pertama adalah bai‘at

karena sikap husnuzh-zhan kepada Romo Yai atau terhadap tarekat

ini. Dasarnya adalah “man tasyabbaha bi qaumin fa huwa minhum.”

(siapa yang meniru suatu masyarakat, maka ia termasuk ke dalam

golongan mereka). Sedang yang kedua adalah bai‘at karena ingin

mendapatkan berkah, biasanya oleh mereka yang sudah memiliki

amalan tarekat di luar tarekat ini.11

Yang kedua adalah kategori muhibbin-muhibbat, yaitu mereka

yang memiliki rasa cinta terhadap tarekat ini, tetapi belum memiliki

kesiapan mental dan spiritual untuk memasukinya. Mereka ini

biasanya menjadi anggota dari jamaah al-Khidmah. Mereka juga

sudah mulai terlibat secara aktif dan intensif di dalam berbagai

kegiatan al-Khidmah, terutama kegiatan-kegiatan yang bersifat

______________

11 Penjelasan Ustadz H. Musyafak seusai memimpin zikir di Pengajian al-

Barzanji Uswatun Hasanah Jatisari Asri Mijen, Senin, 21 Januari 2009

Page 24: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 27

massif. Bila dibandingkan dengan jamaah kategori muridin-muridat,

di samping belum memasuki tarekat, jamaah ini juga memiliki ting-

kat fanatisme yang lebih rendah. Hal ini disebabkan, jargon yang

berbunyi “seorang murid di hadapan seorang syaikh haruslah

seperti mayat di tangan orang yang memandikannya”12 belum ber-

laku bagi mereka. Bila dikaitkan dengan jenis bai‘at, maka umum-

nya jamaah dengan kategori ini melakukan bai‘at tasyabuh. Itulah

sebabnya, jamaah ini juga mulai menyukai berbagai atribut yang

menjadi ciri khas dari al-Khidmah, seperti baju koko, peci warna

putih, tasbih, foto-foto Romo Kyai Asrori, dan berbagai pernak-

pernik yang mengandung logo al-Khidmah.

Dan yang ketiga adalah kategori mu‘taqidin-mu‘taqidat, yaitu

mereka yang memiliki keyakinan bahwa tarekat dan zikir-zikir yang

diajarkan oleh Romo Kyai sangat baik. Tetapi karena satu dan lain

hal, mereka tidak menjadi anggota al-Khidmah apalagi anggota

tarekat. Salah satu alasannya adalah karena mereka sudah memiliki

keterikatan dengan tarekat tertentu di luar Tarekat Qadiriyyah wa

Naqsyabandiyyah Usmaniyyah. Alasan lainnya adalah bahwa

mereka hanya menyukai jenis-jenis zikir yang tidak mengikat. Se-

hingga ketika ada kegiatan al-Khidmah yang bersifat massif dan

lokasinya mudah dijangkau, maka mereka akan mengikutinya.

Dilihat dari segi fanatismenya, jamaah dengan kategori ini relatif

tidak memiliki fanatisme. Terhadap berbagai atribut yang berkaitan

dengan al-Khidmah mereka juga tidak terlalu memiliki kegairahan

untuk memilikinya.

______________

12 Ungkapan ini mula-mula dikemukakan oleh al-Ghazali. Ungkapan ini

sering disalahpahami sebagai pangkal dari kemandegan umat Islam dalam hal

ilmu pengetahuan. Iihat misalnya Amin Abdullah, Studi Agama: Normativitas

atau Historisitas?, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996, hlm. 46. Namun

demikian, hal ini telah diklarifikasi oleh Zurkani Jahya, bahwa ungkapan itu

konteksnya adalah dalam masalah spiritual. Lihat Zurkani Jahya, Teologi al-

Ghazali, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996, hlm. 150

28 ║Politik Majelis Zikir

Tabel 1:

Karakteristik Jamaah al-Khidmah Jateng

Kategori Bai‘at Partisipasi Loyal Prosentase

Muridin/at

(1)

Tarbiyah Seluruh aktivitas

tarekat dan al-

Khidmah

Total 25 %

Muhibbin/at

(2)

Tasyabbuh Seluruh aktivitas

al-Khidmah

Besar 50 %

Mu‘taqidin/at

(3)

Tabarruk Sebagian aktivitas

al-Khidmah

Kecil 25 %

Apabila ketiga kategori jamaah tersebut dibandingkan dari segi

jumlah, maka yang paling besar adalah jamaah dengan kategori

muhibbin-muhibbat. Sedang jamaah dengan kategori muridin-muridat

dan mu‘taqidin-mu‘taqidat jumlahnya relatif sama. Maka dalam se-

buah majelis zikir yang bersifat massif, yang diselenggarakan oleh

al-Khidmah, pengikut terbesar adalah jamaah dengan kategori

muhibbin-muhibbat. Jamaah ini, bersama dengan jamaah dengan

kategori muridin-muridat rela mengikuti kegiatan al-Khidmah meski

di tempat yang sangat jauh dan harus mengeluarkan biaya.13 Bila

dibuat prosentasi, maka kurang lebih dalam sebuah acara Haul

Akbar misalnya, lima puluh persen pesertanya adalah jamaah de-

ngan kategori muhibbin-muhibbat. Sedangkan lima puluh persen sisa-

nya adalah jamaah dengan kategori muridin-muridat dan mu‘taqidin-

______________

13 Hal ini antara lain karena di dalam setiap Majelis Khushushi selalu di-

tekankan betapa pentingnya mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggara-

kan oleh al-Khidmah, apalagi bila kegiatan tersebut dihadiri langsung oleh

Romo Kyai Ahmad Asrori al-Ishaqy. Ditekankan bahwa melihat wajah beliau

akan dapat mendatangkan sinar spiritual dalam diri seseorang. Hasil notulasi

dari beberapa kali Majelis Khushushi di Masjid Agung Boja, tiap malam Sabtu

ba‘da Isya‘.

Page 25: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 29

mu‘taqidat. Selengkapnya mengenai ketika kategori jamaah dan

karakteristiknya masing-masing dapat dilihat pada tabel 1.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan jamaah al-Khidmah

sebenarnya adalah mereka yang berstatus sebagai muridin-muridat

dan muhibbin-muhibbat. Atau dalam sebuah kegiatan massif, jumlah

mereka adalah sekitar tujuh puluh lima persen. Jamaah ini relatif

mengenal tradisi yang berlaku di dalam jamaah, termasuk berbagai

jenis zikir, bahkan hampir bisa mengidentifikasi para sesepuhnya.

Tabel 2:

Ragam Mata Pencaharian Jamaah al-Khidmah Jateng

No. Mata Pencaharian Prosentasi

1 Pengusaha 35 %

2 Buruh 25 %

3 Pegawai 20 %

4 Petani 15 %

5 Lain-lain 5 %

Selanjutnya, para jamaah al-Khidmah itu bila dilihat dari segi

latar belakang ekonominya, sangat beragam. Dari seratus respon-

den yang diambil, yang terbesar, meski bukan sebagian besar ada-

lah pengusaha, yakni sekitar 35 persen. Sisanya adalah buruh sekitar

25 persen, pegawai sekitar 20 persen, petani sekitar 15 persen dan

lain-lain 5 persen. Selengkapnya bisa dilihat pada tabel 2.

Pengusaha yang dimaksud tentu saja tidak semuanya pengu-

saha besar. Hanya sebagian kecil saja yang berstatus pengusaha

besar. Sebagian besarnya adalah para pedagang biasa. Namun demi-

kian, keberadaan penguasa besar dan para pejabat cukup mewarnai

jamaah al-Khidmah ini. Sehingga ada kritik yang mengatakan

bahwa jamaah al-Khidmah ini lebih memperhatikan kalangan

menengah ke atas. Tentu saja kritik ini tidak memiliki alasan, bila

30 ║Politik Majelis Zikir

dikaitkan dengan tabel di atas. Hanya saja, karena peran mereka

cukup besar dan menonjol, maka sepintas tampak bahwa jamaah

al-Khidmah ini didominasi oleh kalangan menengah ke atas. Paling

tidak bila dibandingkan dengan jamaah-jamaah sejenis, jamaah al-

Khidmah ini memang relatif lebih banyak pengikutnya yang berasal

dari kalangan dengan ekonomi menengah ke atas. Mereka yang

berasal dari kelas menengah ke atas secara keseluruhan sebenarnya

tidak lebih dari lima puluh persen dari keseluruhan jamaah, tetapi

karena keterlibatan mereka cukup menonjol dan dominan, maka

kesan di atas tidak bisa dihindari. Selengkapnya bisa dilihat pada

tabel 3.

Tabel 3:

Status Sosial Jamaah al-Khidmah Jateng

Status Jamaah Prosentase Bentuk Partisipasi

Kelas Atas 20 % Menjadi dewan penasehat/

pengurus al-Khidmah

Kelas Menengah 30 % Menjadi pengurus al-Thariqah/al-

Khidmah

Kelas Bawah 50 % Menjadi pengurus al-Khidmah/

jamaah

Dalam penelitian lebih lanjut, mereka yang memiliki latar

belakang ekonomi menengah ke atas tersebut sebagian besarnya

masuk ke dalam jamaah dengan kategori muhibbin-muhibbat. Arti-

nya, sebagian besar mereka belum memasuki tarekat, tetapi telah

menjadi pengikut setia Romo Kyai melalui sayap al-Khidmahnya.

Mereka ini kemudian direkrut untuk menjadi pengurus al-Khidmah

di semua lininya. Mulai dari yang berada di tingkat pusat, tingkat

wilayah, tingkat kabupaten atau kota dan tingkat kecamatan.

Bila dilihat dari segi latar belakang ideologi keagamaan, tepat-

nya organisasi keagamaan, maka sebagian besar di antara mereka

adalah para penganut paham keagamaan Nahdlatul Ulama’, meski

Page 26: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 31

dalam pengertiannya yang sangat umum. Yakni mereka yang secara

historis lahir dan besar di lingkungan Nahdlatul Ulama’, atau me-

nurut istilah yang sering digunakan adalah NU kultural dan awwam.

Hanya sebagian kecil yang merupakan Nahdliyyin struktural dan

khawwash. Barangkali inilah sebabnya, sempat terjadi polemik

antara pengurus al-Khidmah dengan pengurus Nahdlatul Ulama’.

Sejumlah petinggi NU struktutal pernah melontarkan pernyataan

bahwa al-Khidmah tidak lagi mengikuti paham keagamaan NU.

Pernyataan ini kemudian ditanggapi secara serius oleh Romo Kyai

sendiri dalam sebuah ceramah rutinnya di Kedinding. Selengkapnya

bisa dilihat pada tabel 4.

Tabel 4:

Latar Belakang Sosial Keagamaan Jamaah al-Khidmah Jateng

Ormas Keagamaan Prosentase Relasi Kategori

Nahdlatul Ulama’ 70 % Kultural,

awwam 1, 2. 3

Muhammadiyyah 10 % Awwam 3

Nasionalis 20 % - 3, 2, 1

Ada banyak faktor yang melatarbelakangi polemik tersebut.

Antara lain, bahwa pihak NU struktural merasa cemburu karena

massa NU masuk ke dalam jamaah ini dan mengikuti berbagai

kegiatannya, tetapi al-Khidmah dan tarekat ini tidak mau masuk ke

dalam wadah organisasi tarekat yang telah dibentuk oleh NU

struktural (Jam‘iyyah Ahl ath-Thariqah al-Mu‘tabarah al-Nadliyyah). Di

sisi lain, al-Khidmah beralasan bahwa jamaah ini tidak hanya

melayani kaum Nahdliyyin, tetapi siapa saja yang ingin berzikir.

Dalam kenyataannya, ada jamaah yang berasal dari luar NU, seperti

warga Muhammadiyah, meski jumlahnya sangat sedikit, dan juga

mereka yang bukan NU dan bukan Muhammadiyah.

32 ║Politik Majelis Zikir

Polemik ini ternyata masih berimbas sampai ke level bawah,

sesuai dengan jenjangnya. Misalnya, muncul keinginan dari NU di

tingkat Cabang (kabupaten atau kota) agar al-Khidmah di tingkat

kabupaten atau kota menjadi bagian dari NU secara struktural, se-

perti yang diutarakan oleh Ketua NU Cabang Kabupaten Kendal

pada akhir tahun 2008. Tampaknya jalan tengah telah diambil untuk

menyelesaikan polemik ini, setidaknya di wilayah Jawa Tengah.

Yakni dengan merekrut para pengurus al-Khidmah secara per-

seorangan ke dalam NU struktural. Di Jawa Tengah misalnya, H.

Hasanuddin dan H. Ali Musyafak direkrut untuk menjadi ketua dan

anggota Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Wilayah Jawa Tengah.

H. Hasanuddin adalah pemilik Radio Rasika yang sekaligus me-

rupakan Ketua al-Khidmah Pusat. Sedang Ustadz Musyafak adalah

salah seorang imam khushushi yang sudah sering terlibat di dalam

kegiatan bertaraf Jawa Tengah.

Karena itu agak disayangkan, bahwa dalam sejumlah kegiatan,

pembawa acara secara spesifik menyebut para peserta kegiatan al-

Khidmah dengan sebutan nahdliyyin-nahdliyyat, padahal acara tersebut

jelas-jelas tidak difasilitasi oleh lembaga NU. Misalnya pada kegiatan

Haul Akbar di Perumahan Permata Puri, pada tanggal 31 Mei 2009.

Sebab penyebutan seperti itu hanya akan mempersempit ruang

lingkup al-Khidmah. Meskipun dalam kenyataannya, sebagian besar

jamaahnya adalah berlatar berlakang Nahdlatul Ulama’.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara umum

jamaah al-Khidmah ini memiliki pilihan politik yang tidak terlalu

jauh dengan warga NU pada umumnya. Variasi kecil terjadi ber-

kenaan dengan jamaah yang berasal dari luar NU, baik yang berasal

dari warga Muhammadiyah atau kaum nasionalis. Sebagaimana

warga NU yang sudah tidak lagi mengikuti suara dari para kyai,14

______________

14 Bukti sederhana dari hal ini antara lain, bahwa menjelang pemilu

legislative, Kyai Haji Haris Sodaqoh, yang memiliki ribuan jamaah pada

pengajian tafsirnya tiap Ahad pagi, mengumpulkan para kyai di sekitar

Page 27: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 33

jamaah al-Khidmah juga relatif memiliki pilihan sendiri dengan

logikanya sendiri, khususnya para jamaah dengan kategori muhibbin-

muhibbat. Sedang para jamaah dengan kategori muridin-muridat relatif

cenderung mendengar pilihan dari para sesepuhnya. Meskipun

demikian, dalam konteks pemilu legislatif, para sesepuh relatif tidak

mengemukakan pilihan politiknya. Berbeda dengan pemilu pre-

siden, dimana para sesepuh bersepakat untuk mendukung JK-WIN.

Bahkan dukungan itu disertai dengan semacam gerakan, yakni

dengan mensosialisasikan dukungan itu kepada semua lapisan

jamaah. Namun, sekali lagi, terbukti bahwa suara dari para sesepuh

itu tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap jamaah.15

Selanjutnya, corak sosio politik jamaah al-Khidmah itu juga

tidak bisa dilepaskan dari corak sosio ekonomi jamaah. Meski tidak

mayoritas, jamaah al-Khidmah ini sangat diwarnai, untuk tidak me-

ngatakan sangat didominasi, oleh kalangan menengah ke atas. Ada

pergeseran yang cukup signifikan berkenaan dengan corak sosio

ekonomi jamaah al-Khidmah umumnya dan jamaah TQNU

khususnya bila dibandingkan dengan jamaah TQN sebelumnya.

Menurut Martin, ciri khas TQN ini dibanding kedua cabang Tarekat

Naqsyabandiyyah lainnya, yakni Khalidiyyah dan Mazhariyyah, ada-

lah pada jamaahnya yang lebih banyak menjangkau kelas me-

_______________

wilayahnya dan memberikan wejangan agar memilih caleg-caleg yang berlatar

belakang NU. Meski memerlukan kajian lebih lanjut, tetapi menurut peng-

amatan sepintas, tampak bahwa wejangan tersebut tidak terlalu efektif.

Bahkan salah seorang peserta ada yang berkomentar: ”Berarti Kyai Haris

belum bisa rahmatan lil alamin.” Wawancara dengan H. Mabrur, tetangga Kyai

Haris Sodaqoh, pada tanggal 14 Juli 2009. 15 Pada hari Sabtu tanggal 4 Juli 2009, sewaktu berangkat menuju Ke-

dinding untuk mengikuti pengajian rutin, para sesepuh mensosialisasikan

dukungan itu kepada semua imam khushushi agar diteruskan kepada jamaah.

Alasannya adalah bahwa SBY akan memberikan peluang cukup besar kepada

PKS dan kepada radio MTA (Majelis Tafsir Al-Qur’an). Wawancara dengan

Ustadz Musyafak pada tanggal 4 Juli 2009 pukul 09.00 WIB.

34 ║Politik Majelis Zikir

nengah ke bawah.16 Namun dalam konteks TQNU dan al-Khidmah

ini, jamaahnya sudah bergeser ke jamaah yang berasal dari kelas

menengah ke atas. Pergeseran ini tentu saja membawa implikasi

yang cukup beragam, antara lain pada corak pilihan politiknya.

Romo Kyai Achmad Asrori sendiri mengakui, bahwa al-Khidmah

telah diikuti oleh jamaah dari semua kalangan, mulai dari kalangan

bawah, menengah sampai atas.17

C. Jaringan Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng

Ada sejumlah argumen mengenai pentingnya pembentukan

jaringan, antara lain, pertama, argumen teologis dan normatif, yakni

ajaran silaturrahmi. Dalam berbagai kesempatan, baik secara lisan

maupun tulisan, Romo Kyai Achmad Asrori selalu menekankan

pentingnya mengembangkan silaturrahmi. Memang harus diteliti

lebih lanjut, sebenarnya apa yang beliau maksud dengan silatur-

rahmi tersebut, apakah sebatas dalam pengertiannya yang seder-

hana atau sudah mengarah pada pengertiannya yang lebih luas yang

mendekati arti istilah jaringan. Tetapi dengan mengamati apa yang

dilakukan oleh beliau melalui pesantren, tarekat dan al-Khidmah,

tampak jelas bahwa silaturrahmi yang beliau maksud tidak terbatas

dalam pengertiannya yang sederhana.

Kedua, argumen sosiologis, dalam arti mendesaknya ke-

butuhan untuk melibatkan semakin banyak pihak agar jamaah al-

Khidmah khususnya dapat dikelola dengan lebih baik lagi. Me-

ngenai hal ini, beliau juga sering memberikan penekanan. Misalnya,

beliau mengatakan:

______________

16 Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, Mizan,

Bandung, 1992, hlm. 30 17 Achmad Asrory Oesman al-Ishaqy, Tuntunan, op. cit., hlm i

Page 28: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 35

Maka, gugah, dorong dan bangkitkan hati para jamaah, para pencinta serta para simpatisan dan masyarakat, lebih-lebih para penerus generasi muda kita, untuk merasa saling memiliki, menyayangi, menaungi dan melindungi “Jamaah al-Khidmah” ini dengan cara didik, ajar, tuntun dan bimbing dengan penuh kasih sayang, kearifan, kebijakan, kesabaran dan ketekunan yang mendalam, diiringi dengan: ajak bersama-sama dan posisikan serta dudukkan pada posisi dan ke-dudukan yang sesuai dengan ilmu, tenaga, keahlian dan kemampuan mereka, secara lahir dan batin.18

Kedua argumen itulah yang kemudian tertanam kuat dalam

benak semua komponan pengurus al-Thariqah dan al-Kidmah,

sehingga mereka semua tergerak untuk meluaskan jaringan. Tentu

saja semakin luas jaringan itu, semakin luas pula daya dakwah dan

nilai kemanfaatan dari al-Khidmah. Sehingga jaringan yang di-

bentuk bukan dalam konteks membesarkan kelompok secara

internal, tetapi lebih kepada dorongan tanggung jawab dakwah dan

sosial yang lebih luas. Itulah sebabnya, dalam berbagai kegiatan

yang diselenggarakan oleh al-Khidmah, mulai dari tingkat yang

paling kecil sampai yang paling besar, tingkat partisipasi jamaah

sedemikian besar. Sebab motivasi mereka sudah sangat kuat dan

utuh.

Berbicara tentang jaringan, maka dalam konteks jaringan

ulama di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari penelitian yang telah

dilakukan oleh Azyumardi Azra, yakni tentang Jaringan Ulama

Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII.19

Dalam penelitian itu, Azyumardi berusaha menunjukkan bahwa

pembaruan Islam tidak bisa dilepaskan dari adanya jaringan ulama

Nusntara dan Timur Tengah. Jaringan itu sedemikian rumit dan

kompleks. Tetapi yang sering luput dari perhatian, menurutnya,

adalah jaringan keilmuan yang sedemikian intensif. Di antara unsur

______________

18 Ibid., hlm. j 19 Edisi revisi dari buku ini diterbitkan oleh Kencana, Jakarta, cet II,

2005

36 ║Politik Majelis Zikir

yang terlibat aktif dalam jaringan itu adalah kelompok sufi umum-

nya dan tarekat khususnya. Ada dua unsur pokok dalam tarekat

yang menguatkan jaringan itu. Pertama, konsep silsilah yang dikem-

bangkan dari konsep isnad dalam ilmu hadis. Seperti diketahui,

salah satu indikasi mu’tabarah dan tidaknya suatu tarekat adalah

pada adanya jalur yang tidak terputus sampai kepada Nabi Mu-

hammad saw. Kedua, dimensi keorganisasian dari tarekat. Se-

bagaimana diketahui, bahwa tarekat merupakan pelembagaan dari

tasawuf. Dengan kata lain, tarekat merupakan wadah dimana

ajaran-ajaran tasawuf dapat dilaksanakan secara kolektif dan ber-

kesinambungan. Atas dasar argumen ini, maka perlu dipertanyakan

kembali adanya ungkapan “tasawuf tanpa tarekat”.20 Sebab ber-

dasarkan argumen ini, ajaran-ajaran tasawuf tidak mungkin bisa

dilaksanakan tanpa tarekat, tentu saja tarekat dalam pengertiannya

yang lebih genuine.

Kembali pada persoalan jaringan al-Khidmah, maka berdasar-

kan uraian singkat tersebut, dapat ditambahkan adanya argumen

ketiga, yaitu argumen teknis. Maksudnya, jaringan merupakan

suatu keniscayaan teknis agar ajaran-ajaran tasawuf dapat di-

laksanakan dengan baik, berkesinambungan dan di bawah bim-

bingan seseorang yang mumpuni. Tarekat dalam hal ini bisa di-

ibaratkan sebagai sebuah sekolah tasawuf. Memang bisa saja sese-

orang belajar tanpa memasuki sebuah sekolah formal, tetapi dalam

belajar dia tetaplah menggunakan sebuah metode, betapapun

sederhananya. Tentu saja hasilnya akan lebih baik apabila yang ber-

sangkutan mau belajar dengan perangkat teknis yang lebih me-

madai.

Sebelum membicarakan jaringan Majelis Zikir al-Khidmah

Wilayah Jateng, terlebih dahulu akan dibicarakan mengenai jaring-

an majelis ini dan tarekat yang didukungnya, yakni Qadiriyyah wa

______________

20 Misalnya yang dikemukakan oleh Amin Syukur, Guru Besar Tasawuf

Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo, dalam berbagai ceramah dan tulisannya.

Page 29: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 37

Naqsyabandiyyah Usmaniyyah secara umum. Untuk memudahkan

pembahasan, maka jaringan yang dimaksud akan dikategorikan ke

dalam dua jenis jaringan, yaitu jaringan internal dan jaringan

eksternal.

1. Jaringan Internal al-Thariqah dan al-Khidmah

Yang dimaksud al-Thariqah di sini adalah Tarekat Qadiriyyah

wa Naqsyabandiyyah Usmaniyyah. Nama Usmaniyyah diambil dari

nama salah seorang murid Kyai Musta‘in Romli, yaitu Hadhratus

Syeikh Romo Kyai Usman al-Ishaqi. Kyai Usman ini termasuk

seorang murid yang mengambil sikap netral dalam konflik antara

mereka yang pro dan yang kontra dengan perilaku politik Kyai

Musta‘in Romli masuk ke dalam partai Golkar ketika itu. Pada

tahun 1984 Kyai Usman al-Ishaqi wafat. Namun sebelum wafat,

beliau sudah menunjuk salah seorang putranya, Kyai Ahmad Asrori

al-Ishaqi, sebagai penggantinya dalam tarekat. Gus Asrori bukan

anak sulung, tetapi di mata ayahnya dialah yang paling pantas

mengajar fiqih dan tasawuf. Tiga putra lainnya diberikan tugas

masing-masing di bidang lain. Kyai Asrori sebetulnya sudah di-

lantik sebagai khalifah oleh ayahnya pada tahun 1978. Namun Kyai

Asrori saat itu masih muda, sehingga tidak semua murid ayahnya

menerimanya sebagai guru. Ada yang berpindah kepada Kyai

Maksoem Djafar di Porong, dan ada yang berhenti sama sekali.

Tetapi tampaknya jumlah murid tarekat Kyai Asrori tetap cukup

banyak. Pengajian tarekatnya, sebulan sekali di pesantren Sawah-

pulo dihadiri ribuan orang.21 Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandi-

yyah yang dipimpin oleh Kyai Asrori inilah yang kemudian diberi

tambahan nama Usmaniyyah.

Sedang yang dimaksud jaringan internal adalah jaringan yang

terbentuk di antara komponen-komponen dalam al-Thariqah mau-

______________

21 Martin, op. cit., hlm. 178-182

38 ║Politik Majelis Zikir

pun al-Khidmah sendiri. Sejauh yang dapat ditemukan melalui pe-

nelitian ini, ada beberapa hal yang dilakukan, baik oleh Romo Kyai

secara individu maupun bersama-sama dengan para pengurus al-

Thariqah dan al-Khidmah untuk mengembangkan jaringan. Hal-hal

yang dimaksud adalah:

Pertama, pembenahan kelembagaan

Sebagaimana telah disebutkan, Tarekat Qadiriyyah wa Naq-

syabandiyyah (Usmaniyyah) sudah dirintis sejak tahun 1980-an.

Bersamaan dengan itu, terbentuk pula jamaah al-Khidmah. Namun

demikian, kelembagaan keduanya masih sangat sederhana. Antara

lain, karena ketika itu perhatian harus diberikan secara lebih ekstra

untuk melakukan konsolidasi internal akibat adanya pihak-pihak

yang tidak setuju dengan pengangkatan Romo Kyai Asrori sebagai

mursyid tarekat ini. Meskipun jumlah jamaah cukup besar untuk

ukuran waktu itu, tetapi pembenahan kelembagaan belum di-

lakukan. Baru pada dekade 90-an, pembenahan mulai dilakukan.

Mulai dibentuk kepengurusan, baik untuk al-Thariqah maupun al-

Khidmah. Pembenahan kelembagaan ini dilakukan seiring dengan

masuknya orang-orang terdidik ke dalam tarekat maupun al-

Khidmah.

Puncak dari pembenahan kelembagaan itu adalah dibentuknya

kepengurusan secara formal dari tingkat pusat sampai desa, baik

untuk al-Thariqah maupun al-Khidmah di Pesantren al-Fithrah

Meteseh Tembalang Jawa Tengah pada bulan Desember 2005. Kyai

Asrori menyebut upaya ini sebagai suatu pengelolaan secara pro-

fesional, mengingat semakin besarnya jumlah jamaah, yang

mencapai puluhan ribu dan bahkan ratusan ribu peserta pada even-

even besar. Secara khusus Romo Kyai juga memberikan tuntunan

dan bimbingan secara tertulis serta pedoman kepemimpinan dan

kepengurusan dalam kegiatan al-Thariqah dan al-Khidmah. Terpilih

sebagai ketua umum pengurus pusat al-Khidmah adalah H.

Page 30: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 39

Hasanuddin dari Semarang. Sosok kelahiran Weleri Kendal ini

sejak dulu telah nyantri di Jombang dan tahu betul polemik politik

yang terjadi berkenaan dengan masuknya Kyai Musta‘in ke Golkar,

dan kemudian memutuskan untuk menjadi pengikut setia Kyai

Asrori.

Kedua, pemanfaatan media

Di Kedinding Surabaya, tepatnya di Pesantren al-Fithrah, ada

kegiatan zikir, maulid dan manaqib serta ta‘lim yang dilakukan setiap

ahad kedua bulan qamariah. Kegiatan ini diikuti oleh puluhan ribu,

bahkan ratusan ribu jamaah. Mereka berasal dari berbagai dearah di

Jawa Timur, bahkan dari luar Jawa Timur. Al-Khidmah Jawa

Tengah selalu mengadakan rombongan, yang jumlahnya mencapai

puluhan bus. Mulai dekade 90-an, ta‘lim yang diberikan oleh Romo

Kyai Ahmad Asrori direkam secara audio, yang di kemudian hari

juga secara audio visual. Rekaman itu kemudian diputar ulang di

sejumlah radio, yang dimiliki oleh mereka yang telah bergabung

dengan majelis ini, di antaranya Radio Rasika FM Ungaran, Rasika

Wafa Semarang, Citra FM Kendal, Amarta FM Pekalongan dan

Suara Tegal AM Tegal.22 Melalui radio-radio inilah, al-Khidmah

berkembang semakin pesat, yang akan dibahas kemudian.23

Ketiga, penerbitan karya-karya

Hal lain yang ditempuh untuk mengembangkan jaringan al-

Thariqah dan al-Khidmah secara internal adalah penerbitan karya-

karya, mulai dari karya-karya yang berisi tuntunan zikir dan wirid

______________

22 Ahmad Amir Aziz “Sufisme dan Tarekat Kota: Signifikansi dan Ke-

kuatannya di Era Kontemporer” dalam, Teologia, Vol 20 No 1, Fakultas Ushu-

luddin, Semarang, Januari 2009, hlm. 178 23 Kajian terhadap pengajian di Radio Rasika telah dilakukan oleh Mokh

Sya‘rani, “Pemikiran Tasawuf KH. Ahmad Asrori al-Ishaqi: Kajain terhadap

Pengajian Tasawuf Program Mutiara Hikmah Radio Rasika FM Semarang”,

thesis Pasca Sarjana IAIN Walisongo, Semarang, 2003

40 ║Politik Majelis Zikir

sampai karya ilmiah. Yang paling monumental adalah karya Romo

Kyai Ahmad Asrori dalam bahasa Arab yang berjudul “al-Munta-

khabat fi Rabithah al-Qalbiyyah wa Shilah al-Ruhiyyah”.24 Karya ini terbit

dalam dua jilid tebal, dan mendapat apresiasi cukup tinggi dari se-

jumlah kalangan, dan dianggap sebagai salah satu karya yang me-

nempatkan beliau sebagai salah seorang ulama’ terkemuka era ini.25

Tidak berlebihan memang apresiasi tersebut. Sebab jarang mursyid

thariqah yang memiliki karya tulis, dan sebaliknya jarang penulis-

penulis tasawuf yang menjadi mursyid thariqah. Beliau merupakan

satu di antara sedikit tokoh yang memiliki karya tulis sekaligus

menjadi mursyid thariqah. Memperhatikan karya tersebut, terlihat

betapa luas bacaan dan betapa dalam pengetahuan beliau tentang

ilmu-ilmu keislaman, khususnya tasawuf.26 Bisa dikatakan, bahwa

TQNU ini adalah satu di antara sedikit tarekat yang menerbitkan

tuntunan zikir dan wiridnya. Hal ini tentu saja memudahkan ke-

pada jamaah untuk mengamalkannya, di samping membantu se-

makin tersebar luasnya tarekat ini. Sampai saat ini, karya-karya ter-

bitan yang berisi tuntunan zikir sudah mencapai lebih dari sepuluh

buah karya.

Keempat, pembentukan unit usaha

Bermula dari penerbitan buku-buku tuntunan zikir tarekat

dan al-Khidmah, berkembang pula model pengembangan jaringan

internal melalui pembentukan unit-unit usaha. Dalam tuntunan

dan bimbingannya secara tertulis, beliau memang menegaskan

betapa pentingnya pembentukan unit usaha ini sebagai upaya

untuk menguatkan jamaah. Dalam hal ini, beliau mengatakan:

______________

24 Ahmad Asrori ibn Muhammad Usman al-Ishaqi, al-Muntakhabat fi

Rabithah al-Qalbiyyah wa Shilah al-Ruhiyyah, al-Khidmah, Surabaya, 2007,

dua jilid 25 Lihat sejumlah kata pengantar dari kitab tersebut. 26 Perhatikan gaya bahasanya dan kekayaan referensinya.

Page 31: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 41

Dalam kita meniti dan melangkah menjalani hidup dan ke-hidupan ini, tentu tidak bisa lepas dari tuntutan untuk me-menuhi segala perangkat kebutuhan hidup, dan begitu pula dalam kita menjalankan roda perjuangan dan segala kegiatan Jamaah al-Khidmah ini. Tentu diperlukan kesiapan dan dana yang banyak dan besar untuk meraih kesuksesan yang prima, lebih-lebih yang sempurna.

Maka di sini ibarat seekor burung yang ingin terbang tinggi, kita kembangkan dan gerakkan kedua sayap ini, satu sayap untuk kesejahteraan dan kemakmuran keluarga dan lingkung-an sekitarnya, dan sayap yang satu lagi untuk mengabdi dan berkhidmah kepada Allah swt., dengan memenuhi zakat, ber-infaq, bersedekah dan memberi bantuan dan pertolongan.

Alangkah baik dan mulianya bila kedua sayap ini bisa dikem-bangkan dan digerakkan bersama-sama antara jama‘atina Jama-ah al-Khidmah dan para mu’taqidin wal muhibbin, lebih-lebih bila bisa terbentuk dalam satu wadah dan sarana, seperti koperasi “al-Khidmah” atau “al-Wafa” dan sebagainya.27

Sampai saat ini, sudah ada sejumlah unit usaha yang dikelola

oleh al-Khidmah, antara lain, pertama, penerbit al-Khidmah dan al-

Wafa,28 untuk menerbitkan buku-buku pedoman zikir baik bagi

mereka yang sudah masuk ke dalam tarekat maupun mereka yang

baru memasuki al-Khidmah. Jumlah terbitannya sangat besar,

karena memenuhi kebutuhan seluruh jamaah dengan berbagai

kategorinya. Kedua, pabrik air minum dalam kemasan dengan merk

al-’Ajwa. Di samping telah didistribusikan ke sejumlah daerah,

permintaan terhadap air minum ini juga sangat tinggi pada waktu

ada acara-acara besar di Kedinding. Sebagaimana diketahui, bahwa

ada keyakinan dari para jamaah untuk mendapatkan berkah dari

zikir-zikir yang berlangsung, terutama di pesantren ini. Caranya de-

______________

27 Achmad Asrory al-Ishaqy, Tuntunan…, op. cit., hlm. m-n 28 Ada dua nama penerbit yang menerbitkan buku-buku karya Kyai Asrori,

yaitu al-Khidmah dan al-Wafa. Maksudnya, ada buku yang diterbitkan oleh

Penerbit al-Khidmah dan ada yang diterbitkan oleh al-Wafa.

42 ║Politik Majelis Zikir

ngan menyediakan air minum dalam kemasan yang dibuka tutup-

nya, seakan-akan sedang menangkap berkah dari zikir-zikir yang

sedang dibaca. Usai zikir, air tersebut kembali ditutup dan dibawa

pulang untuk diminum di rumah atau dicampurkan dengan air-air

lain yang ada di rumah. Sekali lagi, hal ini didasarkan pada ke-

yakinan yang kuat terhadap konsep tabarrukan. Jauh sebelum

munculnya, dan bahkan sangat sedikit di antara mereka yang telah

mengetahui, konsep “The True Power of Water” yang dikemukakan

oleh Masaru Emoto.29 Ketiga, mini market, terletak di kompleks

Pesantren al-Fithrah Kedinding Surabaya, menyediakan berbagai

macam barang sebagaimana layaknya mini market. Serbuan

pembeli terutama terjadi ketika ada kegiatan-kegiatan massif di

pesantren ini, seperti kegiatan bulanan dan Haul Akbar yang di-

laksanakan menjelang Ramadhan.30 Para pembelinya tidak sekadar

membeli untuk memenuhi kebutuhan, tetapi ada dorongan

spiritual, yakni “ngalap berkah” dari Romo Kyai. Apalagi di majelis-

majelis khushushi juga ditekankan agar ketika datang ke Kedinding

sebisa mungkin membeli sesuatu, meski sekadar stiker. Maksudnya

tidak lain adalah “tabarrukan” dan berkhidmah kepada pesantren.

Keempat, rumah produksi atau dapur rekaman. Kegiatannya adalah

merekam ceramah-ceramah Romo Kyai khususnya dan kegiatan al-

Khidmah pada umumnya. Hasilnya adalah rekaman audio dan

audio visual yang siap diserbu pula oleh para jamaah. Masih banyak

lagi unit usaha lainnya yang dikelola oleh al-Khidmah. Di luar itu,

banyak sekali manfaat yang diambil oleh para pedagang eceran,

yang menjajakan produk-produk al-Khidmah tersebut.

______________

29 Masaru Emoto, The True Power of Water: Hikmah Air dalam Olah

Jiwa, terjemahan Azam Translator, MQ Publishing, Bandung, 2006 30 Tahun ini, Haul Akbar dilaksanakan pada hari Sabtu dan Ahad, 25-26

Juli 2009.

Page 32: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 43

Kelima, penanaman kesadaran ukhuwwah melalui majelis-majelis khushushi

Dalam setiap majelis khushushi selalu disediakan waktu untuk

menyampaikan sejumlah hal, seperti pengumuman-pengumuman

kegiatan al-Khidmah dan yang lebih penting lagi adalah taushiyah

untuk menguatkan hati para jamaah. Salah satu materi yang hampir

selalu diulang adalah pentingnya untuk mengikuti kegiatan-

kegiatan yang diadakan oleh al-Khidmah. Bahkan keaktifan

seseorang dalam mengikuti kegiatan-kegiatan al-Khidmah juga

menjadi salah satu indikator lahiriah tingginya pencapai spiritual

seseorang.31 Seperti telah dikemuakakan di atas, tampak bahwa

kegiatan-kegiatan itu membentuk sebuah sistem jaringan yang

sangat kuat sejak dari tingkat yang terendah sampai yang tertinggi.

Keenam, pembentukan titik-titik khanaqah

Misalnya, di Semarang telah didirikan Pesantren al-Fithrah di

Meteseh Tembalang, yang dijadikan sebagai pusat kegiatan bulanan

bagi semua jamaah al-Khidmah dan al-Thariqah yang berada di

wilayah Jawa Tengah dan DIY. Mengikuti kegiatan di tempat ini

juga sangat ditekankan pentingnya bagi setiap jamaah. Di tempat

ini, masing-masing jamaah baik secara individu maupun ke-

lembagaan dari setiap daerah dapat saling berbaur dan saling

bertukar pengalaman, khususnya mengenai penanganan al-

Khidmah.

2. Jaringan Eksternal al-Thariqah dan al-Khidmah

Selain jaringan internal, al-Khidmah juga menciptakan jaring-

an eksternal. Landasannya sudah dibuat secara jelas oleh Romo

______________

31 Salah satu buktinya adalah salah satu syarat yang harus dimiliki oleh

calon imam khushushi. Lihat Ahmad Asrori al-Ishaqiy, Pedoman…, op. cit.,

hlm. 20

44 ║Politik Majelis Zikir

Kyai Ahmad Asrori sendiri. Yakni bahwa al-Khidmah ini adalah

sebuah organisasi yang terbuka, harus bekerjasama dengan pihak-

pihak lain secara proporsional. Dalam hal ini, beliau menekankan:

“Maka itu, sayangi, hargai dan naungi serta lindungi Jamaah al-

Khidmah ini, jangan dibawa kemana-mana, tetapi selalu berada

dimana-mana.”32 Jaringan ini dibentuk antara lain, pertama, dengan

tarekat-tarekat lain. Sebagaimana diketahui bahwa di Jawa Timur

khususnya dan di Indonesia umumnya, jumlah tarekat sangat

banyak sekali, baik yang muktabarah maupun yang tidak. Yang pa-

ling menonjol antara lain Qadiriyyah, Syadziliyah, Naqsyabandiy-

yah, Khalwatiyah, Syattariyah, Sammaniyah, Tijaniyah dan Qadiriy-

yah wa Naqsyabandiyyah.33 Juga terdapat organisasi antar tarekat,

yang sebenarnya berusaha menaungi tarekat-tarekat yang muk-

tabarah. Pada waktu Kyai Musta‘in Romli masuk ke partai Golkar,

kemudian terjadi perpecahan,34 muncul dua organisasi yang ber-

beda. Yang pertama adalah Jam‘iyyah Ahlit Tariqah al-Muktabarah

Indonesia (JATMI) yang diidentifikasi sebagai kelanjutan dari

organisasi yang dipimpin oleh Kyai Musta‘in, dan Jamiyyah Ahlit

Tariqah al-Muktabarah al-Nahdliyyah (JATMA) yang diidentifikasi

telah keluar dari kepemimpinan Kyai Musat‘in dan secara lebih

tegas merapat ke NU. Yang kedua ini berdiri pada waktu Muk-

tamar NU tahun 1979 di Magelang, yang pimpinan utamanya ada-

______________

32 Achmad Asrory al-Ishaqy, Tuntunan.., op. cit., hlm. p 33 Gambaran umum tentang kedelapan tarekat tersebut bisa dilihat

misalnya Sri Mulyati (et.al), Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, Ken-

cana, Jakarta, 2006 34 Dalam kasus Kyai Musta‘in itu, tarekat Rejoso Jombang kemudian

terpisah menjadi tiga, yaitu tarekat Rejoso yang berkompromi dengan Golkar,

tarekat Cukir yang berkompromi dengan PPP, dan tarekat Kedinding Lor yang

bersikap netral. Tarekat Kedinding Lor inilah yang dipimpin oleh Kyi Usman al-

Ishaqi. Lihat uraian lengkapnya pada Mahmud Suyuti, Politik Tarekat Qadiriyah

wa Naqsyabandiyah Jombang, Galang Press, Yogyakarta, 2001

Page 33: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 45

lah Kyai Adlan Ali. Terhadap kedua organisasi ini, TQN-U dan al-

Khidmah juga menjalin komunikasi, tetapi tanpa masuk menjadi

anggota keduanya atau salah satunya. Itulah sebabnya, pernah ter-

jadi polemik antara TQN-U dengan sejumlah petinggi NU.

Kedua, dengan ormas-ormas keagamaan dan parpol, terutama

yang memiliki paham keagamaan berdekatan, seperti Nahdlatul

Ulama’ dan Muhammadiyah. Namun demikian, hubungan itu te-

tap dilakukan dengan model kesetaraan, tidak dengan mensub-

ordinasikan diri. Dalam hal ini, model komunikasi dilakukan de-

ngan cara masuknya jamaah al-Khidmah secara personal ke dalam

lembaga-lembaga tersebut. Tampaknya model seperti inilah yang

terbaik. Sebab, TQNU tentu pernah belajar dari kasus yang terjadi

pada Kyai Musta‘in. Bahkan Kyai Usman, sebagai tokoh utama

tarekat ini, telah memberikan contoh dengan cara bersikap netral.

Di samping itu, tarekat ini juga berkeinginan agar bisa menampung

siapa saja yang ingin berzikir dengan baik di bawah bimbingan

seorang guru. Dekat tetapi tetap mengambil jarak, inilah barangkali

ungkapan yang menggambarkan pola jaringan ini.

Ketiga, dengan lembaga-lembaga pemerintahan. Yang terakhir

ini biasanya dilakukan secara sejajar sesuai dengan tingkat ke-

pengurusannya. Al-Thariqah dan al-Khidmah di tingkat wilayah

akan bekerjasama dengan pemerintahan provinsi, al-Thariqah dan

al-Khidmah di tingkat kabupaten/kota akan bekerjasama dengan

pemerintahan kabupaten/kota, begitu seterusnya. Kerjasama se-

perti ini telah berjalan cukup lama dan cukup harmonis, mem-

bentuk hubungan yang mutualis. Bagi al-Thariqah dan al-Khidmah,

hubungan itu memungkinkan para ulama memberikan advis ke-

pada pemerintah dengan cara yang bijaksana. Bagi pemerintah,

mereka dapat memberikan himbauan kepada masyarakat yang

hadir dalam jumlah besar, terutama terkait dengan upaya menjaga

keamanan dan ketentraman serta menanamkan wawasan ke-

bangsaan.

46 ║Politik Majelis Zikir

Banyak pola yang ditempuh oleh al-Thariqah dan al-Khidmah

untuk membuka jaringan eksternal ini. Yang paling menonjol

adalah pertama, mengadakan acara zikir bersama. Misalnya pada

saat pemerintahan tertentu memperingati hari ulang tahun, atau

ada suatu lembaga yang mengadakan even tertentu, dan lain-lain.

Kedua, mengundang tokoh-tokoh penting untuk memberikan kata

sambutan mewakili lembaga yang dipimpinnya, atau jamaahnya.

Menarik untuk dicatat di sini, bahwa panggung kegiatan al-

Khidmah dibuat sedemikian rupa, dan bahkan telah distandarkan.

Salah satu fungsinya adalah untuk mengajak duduk di depan orang-

orang yang dianggap sesepuh, baik formal maupun non-formal.

Tidak sedikit tokoh-tokoh yang kemudian berkenan untuk diajak

menjadi bagian dari al-Khidmah, yakni melalui unsur Dewan

Penasehat. Ketiga, mengadakan acara sosial bersama, misalnya pem-

bentukan lembaga yang bergerak di bidang pengembangan pen-

didikan. Selengkapnya bisa dilihat pada tabel 5.

Baik internal maupun eksternal, pembentukan jaringan itu

tentu saja mengalami hambatan-hambatan. Secara internal, sering

terjadi kompetisi yang “kurang sehat” di antara sesama jamaah.

Secara eksternal, tidak sedikit pimpinan dari organisasi-organisasi

atau jamaah-jamaah yang sudah lebih dulu mapan di suatu tempat,

merasakan “kecemburuan” karena banyak jamaahnya yang ke-

mudian beralih ke dalam jamaah al-Khidmah. Bahkan tidak sedikit

orang-orang yang tadinya sudah memiliki tarekat, beralih masuk ke

dalam tarekat ini, meski tentu saja tetap melalui prosedur yang

baku. Bagi al-Khidmah sendiri, ada ungkapan untuk mereka yang

memiliki keyakinan terhadap tarekat ini, tetapi tidak memasukinya,

yakni ungkapan mu‘taqidin-mu‘taqidat. Ungkapan ini sudah menjadi

bagian dari solusi yang cukup. Umumnya, bila terjadi konflik,

solusinya akan ditempuh secara alamiah. Masing-masing pihak

akan berusaha untuk menuju pada titik perdamaian. Tidak ada

mediator khusus atau model khusus resolusi konflik.

Page 34: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 47

Tabel 5:

Jaringan Jamaah al-Khidmah Jateng

Jaringan Unsur Pola Pengembangan

Internal Silsilah, kelembagaan

tarekat, kelembagaan

al-Khidmah

Pembenahan kelembagaan,

pemanfaatan media, pe-

nerbitan karya, pembentukan

unit usaha, pembentukan

majelis khushushi

Eksternal Tarekat-tarekat (bukan

anggota JATMI/JATMA),

ormas keagamaan dan

parpol, pemerintah

Mengadakan acara zikir ber-

sama, mengundang untuk

mengisi acara, membuat

kegiatan soaial bersama

Saat ini, Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah Usmaniyyah

dan al-Khidmah telah tersebar luas, memiliki jamaah ratusan ribu.

Menurut H. Hasanuddin,35 jamaah al-Khidmah saat ini telah me-

rambah ke sejumlah negara lain, seperti Malaysia, Singapura,

Philipina, bahkan Arab Saudi. Jamaah yang berada di luar negeri ini

biasanya menyempatkan diri untuk bisa datang ke Kedinding

minimal satu tahun sekali, yakni pada Haul Akbar yang diadakan

menjelang Ramadhan.

3. Jaringan Internal dan Eksternal al-Khidmah Jawa Tengah

Selanjutnya, berkenaan dengan jaringan internal dan eksternal

al-Khidmah Jawa Tengah ini, akan dijelaskan pola-pola pembentuk-

an jaringan. Pola-pola pembentukan jaringan yang ditempuh oleh

______________

35 Penjelasan disampaikan pada acara Haul Akbar Kabupaten Kendal di

Desa Nawangsari Weleri Kendal pada Senin, 26 Januari 2009. Di tahun 2001,

Romo Kyai Achmad Asrori menyebutkan bahwa al-Thariqah dan al-Khidmah

telah diterima di Pula Jawa, luar Jawa, Makkah al-Mukarramah, Malaysia dan

Singapura. Jadi waktu itu belum ada Philipina. Lihat Ahmad Asrori al-Ishaqiy,

al-Faidh al-Rahmani li Man Yadhillu tahta al-Saqfi al-Utsmani fi al-Irthibath bi

al-Ghauts al-Jilani, al-Khidmah, Surabaya, cet.V, 2006

48 ║Politik Majelis Zikir

al-Khidmah Jawa Tengah, pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan

yang ditempuh oleh al-Khidmah pusat. Sebab pola-pola itu telah

menjadi semacam pola baku. Namun demikian, tidak semua pola

bisa ditempuh oleh al-Khidmah Jawa Tengah. Berikut ini akan di-

kemukakan sebagian pola yang telah berhasil ditempuh.36

Pertama, pembenahan kelembagaan. Sampai saat ini, di semua

kabupaten/kota di Jawa Tengah telah ada kepengurusan al-Khid-

mah. Secara internal, mereka ini bertemu setiap tanggal sebelas

bulan qamariyah di Pesantren al-Fithrah Meteseh, bersama dengan

para pengurus dan jamaah dari DIY. Di samping penguatan ke-

pengurusan, proses pembentukan pengurus baru masih terus ber-

langsung untuk tingkat di bawahnya, seperti di tingkat kecamatan

dan desa. Kedua, pemanfaatan media. Dibanding dengan wilayah

lain, barangkali baru Jawa Tengah yang memiliki radio yang me-

nyiarkan banyak sekali hal terkait dengan al-Khidmah, mulai dari

jurnal al-Khidmah, zikir dan ceramah yang disebut dengan acara

Mutiara Hikmah. Ketiga, pembentukan unit usaha. Dalam hal ini,

unit usahanya baru sebatas menyediakan stand-stand untuk men-

jual produk-produk al-Khidmah pusat, seperti CD, VCD, air mi-

num, baju koko, stiker dan lain-lain. Keempat, penanaman ke-

sadaran ukhuwah melalui majelis-majelis khushushi. Di Jawa Tengah

terdapat sekitar seratusan titik majelis khushushi. Semuanya me-

miliki pola yang hampir sama. Sebab sudah ada panduan bagi ke-

giatan khushushi tersebut.

Sedangkan secara eksternal, al-Khidmah Jawa Tengah telah

menjalin kerja sama dengan sejumlah lembaga, antara pertama,

dengan Nahdlatul Ulama’ Wilayah Jawa Tengah. Kerjasama ini ke-

mudian diikuti oleh lembaga di tingkat bawahnya. Meski terkadang

sering terjadi hambatan, khususnya berkenaan dengan masih

______________

36 Uraian mengenai hal ini didasarkan pada wawancara dengan Ustadz

Musyafak dan H. Joko, Ketua Umum al-Khidmah Jawa Tengah dalam sejumlah

kesempatan.

Page 35: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 49

adanya keinginan untuk memasukkan al-Khidmah menjadi sub

organisasi NU. Kedua, dengan pemerintah provinsi, yang juga

diikuti oleh tingkat di bawahnya. Ketiga, dengan sejumlah perguru-

an tinggi, seperti Unissula, IAIN Walisongo dan lain-lain. Umum-

nya kerjasama itu dalam bentuk menghadirkan al-Khidmah ber-

sama seluruh jamaahnya untuk berzikir di tempat yang meng-

undang berkenaan dengan even-even penting tertentu.

D. Kegiatan Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng

Jamaah al-Khidmah memiliki dua jenis kegiatan, yaitu

kegiatan-kegiatan baku dan kegiatan-kegiatan tambahan. Yang di-

maksud kegiatan baku adalah kegiatan yang formatnya sudah

ditetapkan berdasarkan pedoman yang telah disepakati. Sedangkan

kegiatan tambahan adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk me-

lengkapi upaya jamaah ini untuk berkiprah di tengah-tengah ma-

syarakat, meski formatnya juga distandarkan, tetapi dalam praktek-

nya lebih banyak diserahkan kepada rapat. Berikut ini akan di-

kemukakan kegiatan-kegiatan baku berdasarkan buku pedoman

yang telah dikeluarkan oleh jamaah al-Khidmah disertai dengan

Standard Operating Procedure (SOP)-nya.37

1. Kegiatan-kegiatan Baku

a. Majelis Mubaya‘ah

Majelis Mubaya‘ah adalah majelis yang dilaksanakan oleh Guru

Thariqah kepada calon murid pada waktu dan tempat yang telah

diputuskan bersama oleh para Dewan Pengurus Thariqah dan

disampaikan atau dihaturkan kepada Guru Thariqah.38

______________

37 Rujukan utama sub bab ini adalah Pedoman Kepemimpinan dan Ke-

pengurusan dalam Kegiatan dan Amaliah al-Thariqah dan al-Khidmah. Catatan-

catatan tambahan akan diberikan di sela-sela uraian disertai dengan rujukan-

nya. 38 Guru Thariqah yang dimaksud di dalam sub bab ini, sekarang ini, ada-

lah Romo Kyai Ahmad Asrori al-Ishaqiy.

50 ║Politik Majelis Zikir

b. Majelis Khushushi

Majelis Khushushi adalah majelis zikir, bertawajjuh, bersimpuh,

bermunajat dan berdoa ke hadirat Allah swt., bagi para murid yang

telah berbaiat secara khusus kepada Guru Thariqah, yang dilakukan

secara bersama-sama setiap satu minggu sekali, pada waktu dan

tempat yang telah diputuskan bersama dan disampaikan atau

dihaturkan kepada Guru Thariqah.39

c. Majelis Khushushi Kubra

Majelis Khushushi Kubra adalah majelis khushushi gabungan,

yang dilakukan bersama-sama antar kelompok khushushi di suatu

kawasan tertentu pada waktu dan tempat yang telah disepakati para

pengurus Thariqah.

d. Majelis Dzikir, Maulid dan Manaqib serta Ta‘lim

Majelis zikir, maulid dan manaqib serta ta‘lim adalah majelis

yang mengamalkan bacaan al-Fatihah, istighatsah, maulid Nabi

Besar Muhammad saw. dan manaqib al-Syaikh Abdul Qadir al-Jilani

r.a. Majelis ini dipimpin oleh seorang Imam Majelis Zikir, Maulid

dan Manaqib serta Ta‘lim.

e. Majelis Zikir, Maulid dan Manaqib Kubra serta Ta‘lim

Majelis zikir, maulid dan manaqib kubra serta ta‘lim adalah

kegiatan gabungan dari majelis yang sama dari beberapa tempat

dan daerah atau wilayah pada waktu dan tempat yang telah di-

putuskan bersama dengan para pengurus Thariqah dan para pe-

ngurus al-Khidmah.

______________

39 Dalam prakteknya, Majelis Khushushi ini tidak hanya diikuti oleh

muridin-muridat, tetapi juga oleh muhibbin-muhibbat atau jamaah al-

Khidmah.

Page 36: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 51

f. Majelis Haul

Majelis haul adalah majelis zikir, maulidur Rasul saw. dan

kirim doa kepada para guru-guru, ‘ibadillahish-shalihin, serta untuk

mengirim doa kepada kedua orang tua, pinisepuh, juga kepada

arwahul muslimin wal muslimat, wal mu’minin wal mu’minat. Majelis ini

dilaksanakan dalam kawasan wilayah terbatas pada waktu dan

tempat yang telah diputuskan oleh para Dewan Penasehat, Pe-

ngurus Thariqah dan Pengurus al-Khidmah.

g. Majelis Haul Akbar

Majelis haul akbar adalah majelis haul yang melibatkan jama-

ah dari berbagai wilayah kota atau kabupaten pada waktu dan

tempat yang telah diputuskan bersama oleh para Dewan Penasehat,

Pengurus Thariqah dan Pengurus al-Khidmah dan disampaikan

atau dihaturkan kepada Guru Thariqah.

Di samping itu, ada kegiatan yang sangat penting bagi setiap

jamaah, yakni kegiatan bulanan setiap ahad kedua bulan qamariyah

di Pesantren al-Fithrah Kedinding Surabaya. Dalam berbagai ke-

sempatan majelis khushushi, selalu ditekankan pentingnya meng-

ikuti kegiatan ini. Sebab kegiatan ini dipimpin langsung oleh Romo

Kyai Ahmad Asrori. Ditekankan, bahwa melihat beliau dapat me-

ningkatkan kualitas spiritual seseorang, terutama bagi mereka yang

sudah menjadi murid. Biasanya jamaah al-Khidmah Jawa Tengah

mengadakan rombongan untuk pergi ke sana dengan mengguna-

kan sejumlah bus. Puncak dari kegiatan ini adalah kegiatan bulanan

sebelum Ramadhan. Biasanya kegiatan ini diikuti oleh hampir

semua jamaah, termasuk yang berasal dari luar negeri, seperti

Malaysia, Singapura dan Philipina.

2. Standard Operating Procedure (SOP)

Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut prosedur operasional

baku bagi kegiatan-kegiatan di atas.

52 ║Politik Majelis Zikir

a. Penetapan Imam Khushushi

1) Penjaringan Imam Khushushi dilakukan melalui be-

berapa cara, antara lain:

a) Memilih kyai atau ustadz atau sesepuh se-tempat

b) Calon tersebut adalah orang yang istiqamah menjalankan kewajiban amaliyah sebagai mu-rid dan istiqamah menjalankan khushushi.40

c) Calon tersebut istiqamah mendatangi majelis-majelis yang diadakan atau dianjurkan oleh Guru Thariqah.

d) Berperilaku tawadhu‘ (rendah hati) dan tasamuh (toleran) terhadap para kyai, ustadz, sesepuh dan sesama hamba Allah swt.

e) Mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap sesama murid atau jamaah maupun seluruh kegiatan yang diadakan atau dianjurkan oleh Guru Thariqah.

2) Setelah pengurus thariqah memilih 2-3 orang calon imam khushushi, selanjutnya pengurus thariqah dapat membawa para calon imam khushushi tersebut ke hadapan majelis dimana Guru Thariqah dapat bertemu dengan para calon tersebut.

3) Calon imam khushushi yang disampaikan atau di-haturkan kepada Guru Thariqah, kemudian ditetap-kan dan diumumkan kepada para murid atau jamaah khushushi.41

______________

40 Dalam sebuah majelis khushushi di Masjid Agung Boja Kendal, Ustadz

Musyafak menjelaskan bahwa seorang imam khushushi harus istiqamah me-

mimpin majelis khushushi dalam kondisi apapaun dan bagaimanapun. Bahkan

ketika sakit pun, selama masih bisa ditandu untuk datang ke majelis khu-

shushi, ia tetap harus datang. 41 Di sini tidak dinyatakan dengan tegas, apakah para calon imam

khushushi itu diangkat semua sebagai imam khushushi oleh Guru Thariqah atau

Page 37: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 53

b. Majelis Mubaya‘ah

1) Imam khushushi mendata para ikhwan dan akhawat

yang akan berbaiat. 2) Hasilnya dilaporkan kepada Pengurus Thariqah ting-

kat desa, kecamatan, kota/kabupaten atau provinsi. 3) Atas laporan tersebut, Pengurus Thariqah tersebut

melaporkan kepada Pengurus Pusat untuk men-dapatkan jadwal pelaksanaan mubaya‘ah di wilayah-nya.

4) Jika sudah mendapat jawaban tertulis dari pengurus pusat, maka akan segera dibentuk kepanitiaan khu-sus untuk kegiatan majelis mubaya‘ah.

5) Publikasi kegiatan majelis mubaya‘ah dilaksanakan pada H-15 ke seluruh koordinator desa, kecamatan sampai kota atau kabupaten.

6) Biaya pelaksanaan kegiatan majelis mubaya‘ah menjadi tanggung jawab bersama dari jamaah Thariqah dan al-Khidmah di seluruh kawasan tersebut serta me-nerima sumbangsih dan tali asih dari para dermawan, perorangan atau lembaga yang tidak mengikat.

c. Penetapan Tempat Majelis Khushushi

1) Pengurus thariqah mengajukan penetapan tempat kepada Guru Thariqah melalui pengurus pusat.

2) Tempat majelis khushushi harus segera ditempati setelah disampaikan atau dihaturkan kepada Guru Thariqah.

_______________

hanya satu di antaranya. Namun dalam prakteknya, tiap majelis khushushi

terdapat hanya satu imam khushushi. Menurut Ustadz Musyafak, hal ini

berbeda dengan kebijakan Romo Kyai Usman, dimana dalam tiap majelis

khushushi terdapat lebih dari satu imam khushushi. Kebijakan hanya satu

imam khushushi ini diambil oleh Romo Kyai Asrori dengan pertimbangan agar

seorang imam khushushi tidak dengan mudah berdalih mewakilkan tugasnya

kepada imam khushushi yang lain.

54 ║Politik Majelis Zikir

3) Pengurus al-Khidmah bertanggung jawab untuk mencari beberapa alternatif calon tempat majelis khushushi dengan memperhatikan beberapa per-timbangan sebagai berikut: a) Mendapat restu dari pinisepuh, kepala desa, dan

masyarakat setempat, dan apabila di masjid atau mushalla maka harus mendapat restu dari takmir atau nadhir.42

b) Luas tempatnya dapat menampung seluruh calon jamaah majelis khushushi.

c) Mudah dijangkau dari berbagai jurusan atau arah dan tempat.

d) Tidak bersamaan atau terganggu dengan acara atau kegiatan lain.

e) Jarak dengan tempat majelis khushushi lainnya minimal tiga km.

d. Pelaksanaan Majelis Khushushi

1) Setelah tempat dan waktu khushushi disampaikan atau dihaturkan kepada Guru Thariqah dan beliau menerima penetapannya, maka para murid atau ja-maah di desa dan daerah yang terdekat harus segera melaksanakan majelis khushushi.

2) Pada putaran 1-5, yang menjadi imam khushushi ada-

lah imam khushushi yang ditunjuk oleh Guru Tha-

riqah atau imam khushushi dari daerah terdekat de-

ngan sepengetahuan dan persetujuan pengurus

Thariqah wilayahnya.

______________

42 Menurut Ustadz Musyafak, Romo Kyai Asrori pernah berpesan agar

sebisa mungkin majelis khushushi diadakan di Masjid atau bahkan di Masjid

Agung, agar masyarakat tahu bahwa kegiatan majelis khushushi itu bukan

sesuatu yang dilarang atau rahasia.

Page 38: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 55

3) Selanjutnya pengurus thariqah memilih 2-3 orang

calon imam khushushi setempat, lalu disampaikan

atau dihaturkan kepada Guru Thariqah.

e. Majelis Khushushi Kubra

1) Tujuan Majelis Khushushi Kubra

a) Untuk mempererat dan memperkuat tali ikat-an silaturrahmi dan rohani antar para murid atau jamaah sehingga makin tumbuh rasa per-saudaraan dan kebersamaannya.

b) Untuk menimbulkan rasa saling memiliki ter-hadap keberadaan majelis thariqah dengan se-gala kegiatan dan amaliyahnya.

c) Agar mendapatkan tuntunan dan bimbingan yang merata dari para Dewan Penasehat, imam khushushi, kyai dan ustadz serta pinisepuh.

2) Penetapan Wilayah Majelis Khushushi Kubra.

Penetapan wilayah majelis khushushi kubra dilaksana-

kan berdasarkan rapat yang dilaksanakan oleh de-

wan penasehat, para pengurus thariqah dan para

pengurus al-Khidmah.

3) Penetapan Waktu Majelis Khushushi Kubra.

Penetapan waktu majelis khushushi kubra dilaksana-

kan berdasarkan rapat yang dilaksanakan oleh de-

wan penasehat, para pengurus thariqah dan para

pengurus al-Khidmah.

4) Kewajiban Para Murid/Jamaah Khushushi Kubra a) Seluruh murid/jamaah yang ber-khushushi di

wilayah tersebut wajib mengikuti majelis khu-shushi kubra.

b) Pada minggu tersebut seluruh kegiatan majelis khushushi di wilayah tersebut diliburkan.

56 ║Politik Majelis Zikir

5) Urutan Acara Majelis Khushushi Tujuh Harian (Shu-

ghra):

a) Al-Fatihah; b) Pengajian Tauhid, Fiqih atau Tasawuf; c) Doa; dan d) Khushushi

6) Yang Berperan dalam Majelis Khushushi Tujuh

Harian (Shughra):

a) Al-Fatihah dan pengajian oleh para imam khushushi atau kyai atau ustadz atau pinisepuh;

b) Khushushi oleh imam khushushi setempat; dan c) Bagi desa yang berdekatan yang majelis

khushushi-nya bergiliran, pengajiannya oleh imam khushushi atau kyai atau ustadz atau pinisepuh dari desa lain, sedang imam khushushi-nya adalah imam khushushi desa yang ke-tempatan.

7) Urutan Acara Majelis Khushushi Kubra:

a) Al-Fatihah; b) Istighatsah; c) Tahlil (menggunakan panduan Iklil); d) Maulidur Rasul saw. (fi hubbi); e) Pengajian; dan f) Khushushi

8) Yang Berperan dalam Majelis Khushushi Kubra

a) Para imam khushushi atau kyai atau ustadz atau sesepuh, sedang yang menjadi tuan rumah tidak boleh mengambil peran apapun dalam kegiatan majelis khushushi kubra tersebut.

b) Para imam khushushi atau kyai atau ustadz atau sesepuh dari tempat majelis khushushi lain mengambil peran secukupnya secara berganti-an atau bergilir, yakni: al-Fatihah dan istighatsah 1 orang; Surat Yasin dan doa 1 orang; tahlil dan

Page 39: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 57

doa 1 orang; maulid dan doa maulid 1 orang; pengajian 1 orang dan khushushi 1 orang.

c) Materi pengajain diambil dari kitab-kitab yang kuat dan masyhur baik mengenai tauhid, fiqih maupun tasawuf.

d) Topik pengajian harus jelas dan dibawakan oleh imam khushushi atau kyai atau ustadz atau sesepuh yang sesuai dengan bidang keahlian-nya.

e) Waktu pengajian tidak boleh lebih dari 60 menit atau satu jam.

9) Biaya Majelis Khushushi Kubra a) Seluruh biaya khushushi kubra harus dihitung

secara detail oleh pengurus al-Khidmah di wi-layah tersebut.

b) Seluruh biaya khushushi kubra ditanggung oleh semua murid dan jamaah al-Khidmah yang berada di wilayah tersebut.

c) Menerima sumbangsih dan taliasih dari para dermawan, perorangan atau lembaga yang tidak mengikat.

f. Majelis Zikir, Maulid dan Manaqib serta Ta‘lim

1) Setiap majelis khushushi wajib menyelenggarakan majelis zikir, maulid dan manaqib serta ta‘lim mini-mal sebulan sekali.

2) Di setiap desa boleh diadakan secara istiqamah dan s-ecara bergiliran, antar tempat per tempat atau rumah per rumah.

3) Majelis zikir, maulid dan manaqib serta ta‘lim dipim-pin oleh seseorang yang telah dipilih dan ditetapkan oleh jamaah dari imam khushushi atau kyai atau ustadz atau pinisepuh secara bergantian atau bergilir dalam berperan.

58 ║Politik Majelis Zikir

4) Diutamakan dan diharapkan yang memberi mau’i-zhah hasanah dan doa Surat Yasin, doa tahlil dan doa maulid serta doa penutup adalah kyai, ustadz atau pinisepuh yang diundang dari luar murid thariqah dan selain jamaah al-Khidmah.

5) Majelis tersebut terbuka untuk umum dan meng-undang para kyai, ustadz, pinisepuh dan tokoh ma-syarakat setempat.

6) Urutan acaranya adalah: a) Al-Fatihah; b) Istighatsah; c) Surat Yasin; d) Doa Yasin; e) Manaqib; f) Doa Manaqib; g) Tahlil; h) Doa Tahlil; i) Mau’izhah Hasanah (bisa atau tidak diadakan);

dan j) Doa.

7) Yang berperan dalam acara tersebut adalah:

a) Al-Fatihah dan Istighatsah 1 orang; b) Surat Yasin 1 orang; c) Manaqib oleh tim; d) Doa Manaqib 1 orang; e) Tahlil dan doanya 1 orang; f) Mau’izhah Hasanah 1 orang; dan g) Doa 1 orang.

g. Majelis Zikir, Maulid dan Manaqib Kubra serta Ta‘lim

1) Majelis zikir, maulid dan manaqib kubra serta ta‘lim

adalah gabungan dari beberapa majelis yang sama

dari beberapa daerah atau wilayah.

Page 40: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 59

2) Penetapan cakupan wilayah gabungan, waktu dan

tempat penyelenggaraan ditetapkan oleh rapat yang

dihadiri oleh para penasehat dan para pengurus

thariqah serta pengurus al-Khidmah di wilayah ter-

sebut.

3) Tempat pelaksanaan berpindah-pindah sesuai ke-

sepakatan rapat bersama.

4) Kegiatan majelis ini dilaksanakan minimal setiap

tiga bulan sekali atau melihat kadar kebutuhan dan

manfaat serta hikmahnya.

5) Majelis ini terbuka untuk umum dan mengundang

para kyai, ustadz, pinisepuh, para pejabat pemerintah-

an, kumpulan-kumpulan dan lembaga-lembaga serta

organisasi-organisasi dari dalam dan luar wilayahnya.

6) Urutan acaranya adalah: a) Al-Fatihah; b) Istighatsah; c) Surat Yasin; d) Doa Yasin; e) Manaqib; f) Doa Manaqib; g) Tahlil; h) Doa Tahlil; i) Maulidur Rasul saw. (fi hubb atau asyraqal); j) Sambutan Sahibul Bait atau Pinisepuh; k) Sambutan mewakili Pejabat; l) Mau’izhah Hasanah; dan m) Doa Maulidur Rasul saw.

7) Yang berperan dalam acara tersebut adalah:

a) Al-Fatihah dan Istighatsah 1 orang; b) Surat Yasin dan doa 1 orang; c) Manaqib oleh tim; d) Doa Manaqib 1 orang;

60 ║Politik Majelis Zikir

e) Tahlil dan doa 1 orang; f) Maulidur Rasul saw. oleh tim; g) Sambutan sahibul bait atau pinisepuh 1 orang; h) Sambutan mewakili pejabat 1 orang; i) Mau’izhah Hasanah 1 orang; dan j) Doa maulidur Rasul saw. 1 orang.

8) Pedoman sambutan tuan rumah atau pinisepuh

adalah: a) Ucapan syukur; b) Memohon maaf atas segala kekurangsem-

purnaan dalam berkhidmah; dan c) Memohon doa agar majelis zikir, maulid dan

manaqib serta ta‘lim dapat berjalan dengan tertib, istiqamah dan thuma‘ninah dan manfaat serta maq-bul dan diridhai oleh Allah swt. di dunia dan akhirat.

9) Pedoman sambutan mewakili pejabat adalah: a) Ucapan syukur; b) Mohon doa dari para jamaah dan masyarakat

agar dalam menjalankan amanat dan tugas ke-wajibannya mendapatkan pertolongan, naung-an dan lindungan serta petunjuk dari Allah swt.; dan

c) Mendorong agar majelis ini makin bertambah syiar dan memperoleh pertolongan, naungan dan lindungan serta maqbul dan diridhai oleh Allah swt. di dunia dan akhirat.

10) Pedoman Mau’izhah Hasanah majelis ini adalah:

a) Menguatkan dan mengokohkan serta meman-tapkan iman dan i‘tiqad serta membesarkan hati para jamaah yang hadir dan masyarakat umum;

b) Tidak menyinggung soal politik; dan

Page 41: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Gambaran Umum Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng ║ 61

c) Tidak menyinggung dan menyakiti perasaan dan hak serta menjelek-jelekkan orang dan kelompok lain.

h. Majelis Haul/Haul Akbar:

1) Majelis haul/haul akbar ditetapkan dalam rapat ber-

sama antara Dewan Penasehat, pengurus thariqah

dan pengurus al-Khidmah.

2) Waktu dan tempat ditetapkan secara musyawarah.

3) Disampaikan atau dihaturkan kepada Guru Thari-

qah.

4) Waktu penyelenggaraan haul/haul akbar ditetapkan

satu tahun sekali.

5) Biaya penyelenggaraan haul akbar ditanggung ber-

sama oleh seluruh murid dan jamaah al-Khidmah

serta menerima sumbangsih dan taliasih dari para

dermawan, perorangan atau lembaga yang tidak

mengikat, dan

6) Tata cara dan hal-hal lain yang berkaitan dengan

penyelenggaraan dan amaliyah, mengacu kepada pe-

laksanaan majelis zikir, maulid dan manaqib kubra

serta ta‘lim di atas.

3. Kegiatan-kegiatan Tambahan

Selain kegiatan-kegiatan tersebut di atas, terdapat sejumlah

kegiatan yang bersifat tambahan, yakni menjadi bagian dari upaya

jamaah al-Khidmah untuk dapat berkiprah lebih banyak di tengah-

tengah masyarakat. Namun demikian, kegiatan-kegiatan tambahan

ini tetap mendapatkan perhatian berkenaan dengan teknis dan

pelaksanaan standarnya. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah:

a. Majelis Khatmil Qur’an;

b. Shalat malam;

62 ║Politik Majelis Zikir

c. Majelis Asyura (sepuluh Muharram);

d. Majelis Nishfu Sya‘ban;

e. Majelis Tahlil;

f. Majelis Lamaran;

g. Majelis Akad Nikah;

h. Majelis Walimatul Arus;

i. Majelis Walimatul hamli (tujuh bulan masa kehamilan);

j. Majelis walimatut tasmiyah (pemberian nama); dan

k. Kegiatan al-Khidmah atas undangan pribadi atau lem-

baga lain.[]

Page 42: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 63

BAB III

PERILAKU POLITIK MAJELIS ZIKIR

AL-KHIDMAH WILAYAH JATENG PADA

PILLEG 2009

Menurut terminologi politik, perilaku politik diartikan sebagai

kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksana-

an keputusan politik. Kegiatan politik ada yang dilakukan oleh

pemerintah berkaitan dengan fungsi pemerintah dan ada kegiatan

politik yang dilakukan oleh masyarakat berkaitan dengan fungsi

politik.1 Perilaku politik keluarga besar Majelis Zikir al-Khidmah,

baik dalam kapasitas sebagai pribadi maupun kelompok memiliki

arti subyektif, memiliki tujuan tertentu dan bukan merupakan

perilaku yang muncul secara kebetulan. Tindakan-tindakan mereka

______________

1 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1992,

hlm. 131

64 ║Politik Majelis Zikir

memiliki rasionalitas yang beragam. Menurut Johnson, rasionalitas

tindakan-tindakan itu dapat digolongkan menjadi empat, yaitu

rasionalitas instrumental, rasionalitas nilai, rasionalitas tradisional

dan rasionalitas afektif.2

Dalam penelitian ini, perilaku politik diartikan sebagai ke-

giatan yang dilakukan oleh keluarga besar Majelis Zikir al-Khidmah,

mulai dari dewan penasehat, para pengurus sampai para jamaah

yang berkaitan dengan politik. Kegiatan-kegiatan itu merupakan

wujud partisipasi mereka sebagai warga negara dan dapat terjadi

dalam berbagai bentuk. Dalam penelitian ini, perilaku itu dikate-

gorikan ke dalam dua perilaku utama, yaitu perilaku memilih dan

dipilih.

Menurut Budihardjo, perilaku memilih bagi kyai pesantren

akan terkait dengan empat faktor, yaitu kekuasaan, kepentingan,

kebijakan dan budaya politik.3 Pertama, faktor kekuasaan meliputi

cara untuk mencapai hal yang diinginkan melalui sumber-sumber

kelompok yang ada di masyarakat. Kekuasaan ini merupakan do-

rongan manusia dalam berperilaku politik termasuk perilaku me-

milih. Kedua, faktor kepentingan merupakan tujuan yang dikejar

oleh pelaku-pelaku atau kelompok politik. Dalam hal ini, Laswell

menyatakan bahwa pada dasarnya dalam mengejar kepentingan

tersebut, manusia membutuhkan nilai-nilai: kekuasaan, pendidik-

an, kekayaan, kesehatan, ketrampilan, kasih sayang, keadilan dan

kejujuran. Ketiga, faktor kebijakan sebagai hasil dari interaksi antara

kekuasaan dan kepentingan yang biasanya berbentuk perundang-

undangan. Kebijakan akan memiliki implikasi penting dalam

perilaku politik. Keempat, budaya politik, yaitu orientasi subyektif

______________

2 Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Jilid I, Gramedia Jakarta, 1986,

hlm. 219-222 3 Miriam Budihardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1998,

hlm. 49

Page 43: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 65

individu terhadap sistem politik. Kebudayaan politik sebagai orien-

tasi nilai dan keyakinan politik yang melekat dalam diri individu

dapat dianalisis dalam beberapa orientasi, yaitu orientasi kognitif,

afektif dan evaluatif yang mendasari perilaku politik.4 Keempat

faktor ini tentu saja dapat digunakan sebagai pisau analisis untuk

melihat bagaimana perilaku memilih dari para dewan penasehat,

para pengurus dan para jamaah Majelis Zikir ini.

Sebagaimana telah disinggung di atas, perilaku politik Majelis

Zikir ini tentu tidak terlepas dari sikap dan pandangan mereka ter-

hadap pilleg. Menurut Thaba, ada empat sikap politik umat Islam,

yaitu: Pertama, kelompok yang berpandangan pragmatis dan cen-

derung mengintegrasikan diri dengan kekuasaan serta meninggal-

kan label ideologinya. Kedua, kelompok akomodatif, yakni kelom-

pok yang sikap dan pemikiran politiknya reseptif dan kompromis,

namun tidak selalu berintegrasi. Ketiga, kelompok transformatif,

yakni kelompok yang memiliki komitmen perubahan yang men-

dasar, tetapi menolak cara-cara yang radikal. Dan keempat, ke-

lompok prinsipalis, yakni kelompok yang menghendaki ditegak-

kannya prinsip-prinsip dasar Islam.5

Sebelum mengemukakan perilaku politik al-Khidmah, terlebih

dahulu akan diulas bagaimana latar belakang politik berdirinya

majelis zikir ini.

A. Latar Belakang Politik Berdirinya al-Khidmah

Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah tidak bisa dilepaskan

dari Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah di Pesantren Darul

Ulum Rejoso Jombang Surabaya. Kyai Romli bin Tamim (w. 1957 ______________

4 Khoiro Ummatin, Perilaku Politik Kyai, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

2002, hlm. 32-33 5 Abdul Aziz Thaba, Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru, Gema

Insani Press, Jakarta, 1996, hlm. 334

66 ║Politik Majelis Zikir

M) merupakan tokoh yang paling kharismatik dari rangkaian guru

tarekat yang disebut terakhir ini. Ketika Kyai Romli wafat, terjadi

krisis kepemimpinan dalam tarekat ini. Kepemimpinan pesantren

telah diserahkan kepada putranya, Kyai Musta‘in sejak satu tahun

sebelumnya dan sebelum wafat Kyai Romli juga sempat mewasiat-

kan tarekat ini kepada Kyai Musta‘in melalui ijazah bai‘at. Namun

sampai saat itu, Kyai Musta‘in belum berminat betul pada tarekat.

Selama beberapa waktu, ia dibina oleh khalifah utama ayahnya,

yaitu Kyai Usman al-Ishaqi di Sawahpulo, Surabaya. Setelah diajari

semua muraqabah di bawah bimbingan Kyai Usman, Kyai Musta‘in

mulai bertugas sebagai mursyid. Kyai Musta‘in berhasil meng-

konsolidasikan hampir semua badal ayahnya dan membangun lebih

lanjut jaringan tarekatnya. Sedikit demi sedikit ia muncul sebagai

tokoh penting pada tingkat provinsi, bahkan nasional. Ia pandai

menjalin hubungan dengan pemerintah dan sempat menjadi tokoh

utama dalam Jam‘iyyah Ahlit Tariqah al-Muktabarah, yang berdiri

tahun 1957 dan berafiliasi ke NU. Organisasi ini mendaftar 44

tarekat yang muktabarah, tetapi yang paling dominan hanya

Naqsyabandiyyah dan Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah.6

Pada awal dasawarsa 1960-an, Kyai Musta‘in mulai memain-

kan peranan menonjol dan mencapai puncak pengaruhnya pada

pertengahan 1970-an. Pada muktamar kelima Jamiyah Ahlit

Thariqah al-Muktabarah di Madiun tahun 1975, Kyai Musta‘in ter-

pilih sebagai ketua umum. Menjelang 1977, Kyai Musta‘in memper-

taruhkan popularitasnya dengan ikut serta dalam kampanye Golkar

setelah sebelumnya mendapat sejumlah bantuan. Hal ini dianggap

sebagai pengkhianatan, dan kemudian ia dicopot dari posisi ketua

umum. Untuk tindakan-tindakan selanjutnya, prakarsanya lebih

______________

6 Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, Mizan,

Bandung, 1992, hlm. 178-179

Page 44: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 67

banyak datang dari Pesantren Tebuireng di Jombang. Sebab sejak

dulu Tebuireng memang bersikap ambivalen terhadap tarekat.

Pada saat konflik itu, orang di sekitar Kyai Adlan Ali di Pe-

santren Cukir, yang semula adalah salah satu badal Kyai Musta‘in,

mendorongnya untuk keluar dari Kyai Musta‘in dan mengganti-

kannya sebagai mursyid di Jombang. Karena ia hanya badal dan be-

lum mendapatkan ijazah bai‘at, maka ia diberi pelajaran terlebih

dahulu oleh syeikh tarekat senior di Mranggen, yaitu Kyai Muslih.

Setelah Kyai Adlan menerima ijazah bai‘at, sebagian besar badal

Kyai Musta‘in, terutama mereka yang pernah di Tebuireng,

berpindah ke Kyai Adlan. Sebagian lain berpindah ke Kyai Usman

al-Ishaqi di Surabaya. Kyai Usman sendiri tidak ikut berperan

dalam konflik tadi dan, menurut Martin, mengambil jarak dari ke-

dua belah pihak.7 Sementara menurut Mahmud Suyuthi, dalam

kasus Kyai Musta‘in itu, tarekat Rejoso Jombang kemudian terpisah

menjadi tiga. Pertama, tarekat Rejoso yang berkompromi dengan

Golkar di bawah pimpinan Kyai Musta‘in, tarekat Cukir yang ber-

kompromi dengan PPP di bawah pimpinan Kyai Adlan Ali, dan

tarekat Kedinding Lor Surabaya yang bersikap netral di bawah

pimpinan Kyi Usman al-Ishaqi.8

Memang bisa dibenarkan menyebut sikap Kyai Usman itu se-

bagai sikap netral, karena memang tidak memihak kepada salah

satunya, yakni Kyai Adlan maupun Kyai Musta‘in. Sikap netral ini

mengandung konsekuensi bahwa beliau tetap setuju kepada ke-

duanya. Tetapi akan lebih tepat bila dinyatakan bahwa Kyai Usman

dalam konflik itu “mengambil jarak” dari keduanya. Dengan kata

lain, secara halus beliau ingin mengatakan tidak setuju kepada

______________

7 Ibid., hlm. 180 8 Lihat uraian lengkapnya pada Mahmud Suyuti, Politik Tarekat Qadiri-

yah wa Naqsyabandiyah Jombang, Galang Press, Yogykarta, 2001

68 ║Politik Majelis Zikir

keduanya. Itulah sebabnya, beliau juga menerima sejumlah badal

yang semula adalah badal dari Kyai Musta‘in. Datangnya sejumlah

badal itu sangat wajar, mengingat jauh sebelum Kyai Musta‘in

mampu menjadi mursyid, beliaulah yang mengajarinya, dan sudah

banyak yang mengakui Kyai Usman sebagai pengganti Kyai Romli.

Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah pimpinan Kyai

Usman ini terus berkembang pesat. Dan di akhir hayat beliau,

situasi suksesi yang terjadi dari Kyai Usman ke Kyai Asrori rupanya

sama-sama mengalami kendala sebagaimana yang terjadi pada

suksesi dari Kyai Romli ke Kyai Musta‘in. Bedanya, pada kasus Kyai

Musta‘in, Kyai Musta‘in masih muda dan belum cukup mampu

untuk menjadi mursyid, sehingga sejumlah murid Kyai Romli me-

ragukannya. Sedang pada kasus Kyai Asrori, Kyai Asrori masih

muda dan ada saudaranya yang merasa tidak setuju dengan ke-

pemimpinannya dalam tarekat. Sehingga baik Kyai Musta‘in mau-

pun Kyai Asrori sama-sama harus melakukan usaha keras untuk

mengkonsolidasikan tarekatnya masing-masing. Dan keduanya

sama-sama sukses.

Tampaknya, Kyai Asrori juga mengambil pelajaran dari apa

yang terjadi pada Kyai Musta‘in, sehingga ada beberapa karak-

teristik penting yang beliau tekankan dalam tarekat dan al-Khidmah

yang beliau pimpin. Pertama, tidak masuk ke dalam organisasi

tarekat yang berafiliasi kepada NU, yang bernama Jamiyah Ahlit

Thariqah al-Muktabarah al-Nahdliyyah (JATMA). Sebab masuk ke

dalam organisasi ini akan mempersempit ruang gerak al-Khidmah,

yakni hanya akan menjadi wadah bagi kaum Nahdliyyin semata.

Padahal tujuan semula dari terbentuknya al-Khidmah adalah untuk

menampung siapa saja yang ingin berzikir, tanpa melihat latar

belakang organisasi keagamaannya. Di samping itu, menjadi ang-

gota organisasi ini sama dengan memihak kepada mereka yang

nota bene membelot dari kepemimpinan Kyai Musta‘in. Padahal,

Page 45: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 69

apapun yang terjadi, Kyai Musta‘in adalah putra dari seorang

mursyid yang menjadi salah satu mata rantai dalam tarekat ini.9 Di

sisi lain, tarekat dan al-Khidmah ini juga tidak masuk ke dalam

organisasi Jam‘iyyah Ahlit Thariqah al-Muktabarah Indonesia

(JATMI), yang merupakan kelanjutan dari organisasi yang dipimpin

oleh Kyai Musta‘in. Sebab masuk ke dalam organisasi ini sama

dengan mendukung sikap Kyai Musta‘in dan tidak sejalan dengan

sikap yang dulu diambil oleh Kyai Usman.

Efek dari sikap netral ini sebenarnya tidak selamanya positif.

Ada kemungkinan untuk “dimusuhi” oleh kedua belah pihak,

bukan “dibaiki” oleh keduanya seperti yang diinginkan. Dalam

politik ada ungkapan: “Menjadi teman dari semua orang adalah

sama dengan menjadi tidak punya teman.” Dalam kenyataannya,

tarekat ini dan al-Khidmah ini pernah mendapatkan reaksi negatif

dari NU struktural, sebagaimana telah disebutkan. Namun de-

mikian, sikap ini tentu telah disadari dan telah menjadi pilihan

sadar. Dengan penjelasan dan sikap yang santun, apa yang diingin-

kan dari sikap netral itu akhirnya dapat diwujudkan.

Kedua, tidak mendukung parpol tertentu, tetapi tetap menjaga

hubungan baik dengan pemerintah. Sikap ini juga merupakan ke-

lanjutan dari sikap yang diambil oleh Kyai Usman, yang tidak

mengikuti tarekat Cukir yang secara politik berafiliasi ke PPP dan

tidak pula mengikuti tarekat Rejoso yang secara politik berafiliasi ke

Golkar. Setelah NU mendeklarasikan PKB, tarekat ini dan al-

Khidmah melalui Kyai Asrori tidak mengambil sikap mendukung

______________

9 Sedemikian tingginya status Kyai Romli dalam tarekat ini, sehingga

tarekat ini memiliki sebuah bacaan salawat yang disebut dengan Salawat

Romliyyah. Salawat ini merupakan semacam silsilah singkat, yang di dalamnya

memuat nama Kyai Romli, Kyai Usman dan juga Kyai Ahmad Asrori. Salawat ini

dibaca pada setiap akhir majelis khushushi. Lihat Achmad Asrori al-Ishaqy, al-

Anwar al-Khushushiyyah al-Khatmiyyah, al-Wafa, Surabaya, cet. V, 2007, hlm.

78-87

70 ║Politik Majelis Zikir

atau menolak. Meskipun beliau tentu paham bahwa sebagian besar

jamaahnya adalah warga NU. Secara tegas beliau memberikan ke-

bebasan kepada jamaah untuk memilih partai manapun sepanjang

membawa kemaslahatan. Namun ada fenomena menarik, yang

akan dikaji kemudian, yaitu bahwa dalam sejumlah ceramahnya

Kyai Asrori sering melakukan kritik yang dapat dimaknai diarahkan

kepada Gus Dur, sewaktu Gus Dur menjadi presiden.

Salah satu ciri yang menonjol dari tarekat ini adalah ke-

dekatannya dengan pemerintah. Namun demikian, kedekatan ini

tidak sampai membawa dampak-dampak yang “negatif”. Sebab

masing-masing telah sama-sama mendapatkan manfaat dari

hubungan baik itu. Di satu sisi, al-Thariqah dan al-Khidmah dapat

memberikan nasehatnya secara bijak kepada pemerintah, dan di sisi

lain pemerintah dapat memberikan himbauan kepada jamaah yang

jumlahnya sangat besar untuk turut serta menyukseskan program-

program pemerintah. Dengan kata lain, hubungan baik itu tetap

dalam batas saling setara. Tidak ada pihak yang merasa berhutang

budi dengan pihak lain.

Ketiga, mulai merangkul dan menerima jamaah dari kalangan

menengah ke atas. Ini berbeda dengan jamaah TQN sebelumnya.

Sebagaimana telah dikemukakan, Tarekat Qadiriyyah wa Naqsya-

bandiyyah merupakan salah satu varian dari Tarekat Naqsya-

bandiyyah. Dua cabang lainnya adalah Mazhariyah dan Khalidiyah.

Berbeda dengan dua varian ini yang lebih banyak memiliki jamaah

dari kalangan menengah ke atas, tarekat Qadiriyyah wa Naqsya-

bandiyyah lebih banyak memiliki jamaah dari kalangan menengah

ke bawah. Itulah sebabnya, di masa-masa awal berdirinya, para pe-

mimpin tarekat ini lebih banyak berhadapan dengan para penguasa.

Mereka lebih banyak menjadi pembela kaum lemah secara

konfrontatif. Dan memang, sepanjang sejarah Islam, kaum sufi

lebih banyak menjadi oposisi terhadap kaum penguasa yang lebih

Page 46: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 71

banyak didukung oleh kaum fuqaha’. Sebab bagi kaum fuqaha’, ada

jabatan formal di dalam pemerintahan, yakni menjadi qadhi. Dengan

kata lain, advokasi yang dilakukan oleh kaum sufi atau para mursyid

tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah sejak awal lebih banyak

bersifat konfrontatif. Yakni dengan cara mengambil jarak, bahkan

sering berhadapan dengan para penguasa. Namun pada tarekat

Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah Usmaniyyah ini, ada semacam

pergeseran. Jamaahnya mulai merambah ke kelas menengah ke

atas. Atau menurut istilah Kyai Asrori sendiri, bahwa sekarang ini,

jamaah al-Khidmah terdiri dari semua kalangan, mulai dari kelas

bawah, kelas menengah dan kelas atas.10

Ada sejumlah faktor mengenai banyaknya jamaah dari kelas

menangah ke atas ini. Pertama, sebagai dampak dari modernitas,

dimana mereka yang telah mendapatkan kesuksesan secara

material mulai merasakan kehilangan dimensi kemanusiaannya

yang paling dalam, yakni spiritualitas. Dengan bahasa yang se-

derhana, mereka masuk ke dalam tarekat adalah untuk membuat

kekayaannya berkah. Ini berbeda dengan kalangan bawah, dimana

mereka masuk ke dalam tarekat antara lain disebabkan oleh

berbagai kesulitan hidup akibat kalah berkompetisi di dunia mo-

dern yang serba cepat ini. Dengan kata lain, kelompok yang disebut

terakhir ini masuk ke dalam tarekat agar mendapatkan kemudahan

di dalam usahanya. Tentu perbedaan ini bila dilihat dari sudut

kebutuhan duniawiyah. Sementara dari sudut kebutuhan ukhra-

wiyyah, kedua kelompok itu sama-sama membutuhkannya. Sebab,

kebutuhan ukhrawiyyah tidak disebabkan oleh faktor kekayaan atau

kemiskinan, kesuksesan ataupun kegagalan secara duniawiyah.

Kedua, adanya perubahan pengelolaan dari al-Thariqah ini, yang

______________

10 Achmad Asrori al-Ishaqy, Tuntuan dan Bimbingan, al-Khidmah,

Semarang, 2006, hlm. i

72 ║Politik Majelis Zikir

memungkinkan kalangan menengah ke atas merasa lebih nyaman

untuk masuk ke dalam tarekat ini. Sebab, diakui atau tidak, ke-

suksesaan secara material umumnya telah merubah pola hidup se-

seorang, termasuk dalam hal-hal teknis, dan tanpa disadari juga

sering mengambil jarak dengan kaum marginal. Tarekat ini

tampaknya bisa memahami semua kalangan, sehingga semuanya

merasa nyaman dengan tarekat ini. Ketiga, sebagian besar kelas

menengah yang masuk ke dalam tarekat ini sebagian besar berasal

dari kalangan menengah ke bawah. Dengan kata lain, kalangan me-

nengah ke atas ini adalah mereka yang telah mengalami mobilitas

ke atas (social climbing).11

Masuknya kalangan menangah ke atas dalam al-Thriqah dan

al-Khidmah ini juga membawa dampak positif, mulai dari segi

pengelolaan, tampilan dan lain-lain. Dan yang lebih penting dari

pergeseran yang bersifat teknis pengelolaan adalah adanya per-

ubahan sikap yang diambil, dari yang semula konfrontatif, sebagai-

mana yang ditempuh oleh tarekat Cukir di bawah Kyai Adlan Ali

menuju sikap akomodatif, namun tetap setara, tidak pragmatis dan

subordinatif sebagaimana yang ditempuh oleh tarekat Rejoso.

Dalam sitausi dan kondisi seperti itulah al-Khidmah lahir.

Yakni untuk mengkonsolidasikan tarekat secara internal dan eks-

ternal, serta untuk menegaskan sikap dan karakter politiknya. Sikap

dan karakter politik inilah yang secara normatif menjadi pegangan

bagi seluruh komponen al-Thariqah dan al-Khidmah. Dan berikut

ini akan dilihat bagaimana historisitas dan impelementasinya di

______________

11 Mereka yang telah mengalami mobilitas ke atas juga berasal dari kaum

santri tradisional. Sehingga mereka tidak terlalu asing dengan pola hidup yang

ada dalam tarekat, seperti duduk lesehan sewaktu berzikir, mendapatkan

tempat di pinggir-pinggir jalan sewaktu jamaah sudah penuh karena datang

terlambat, dan lain-lain. Tentang teori mibilitas sosial ini, lihat misalnya

Soerjono Soekanto, Sosilogi: Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta, 1991,

hlm. 276

Page 47: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 73

masa-masa selanjutnya, khususnya berkaitan dengan al-Khidmah

Wilayah Jateng.

B. Pandangan Politik Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng

Sebagaimana dikemukakan di bagian awal, bahwa jamaah al-

Khidmah Jateng direpresentasikan oleh tiga komponen, yaitu

Dewan Penasehat, Pengurus dan Jamaah. Termasuk ke dalam kom-

ponen Dewan Penasehat adalah Sang Guru Thariqah, yakni Romo

Kyai Asrori sebagai tokoh sentralnya. Tetapi tokoh yang terakhir ini

sudah dibahas sebelumnya dan hanya akan dilihat sebagai rujukan

sentral dari semua komponen al-Khidmah Jawa Tengah lainnya.

Dewan Penasehat dalam hal ini akan diwakili oleh para sesepuh

yang terlibat dalam proses pendirian al-Khidmah Jawa Tengah. Se-

dang pengurus akan diambilkan dari ketua umumnya. Sementara

unsur jamaah akan diambilkan dari beberapa responden kunci, baik

yang termasuk muridin-muridat, muhibbin-muhibbat maupun mu‘taqidin-

mu‘taqidat.

Ada banyak faktor yang melatarbelakangi pandangan al-

Khidmah, namun dalam konteks ini yang menonjol ada dua hal

inti. Pertama, faktor latar belakang keagamaan. Yang dimaksud latar

belakang keagamaan di sini adalah latar belakang organisasi ke-

agamaan. Sebagaimana telah dikemukakan, jamaah al-Khidmah

umumnya berlatar belakang organisasi keagamaan Nahdlatul

Ulama’. Dari tiga sesepuh yang ada di al-Khidmah Jateng ini,

semuanya adalah kaum Nahdliyyin. Hanya saja, mereka itu adalah

Nahdliyyin kultural, bukan struktural. Sedang pengurusnya, juga

berlatar belakang NU, meskipun dalam kategori awwam. Selanjut-

nya, sebagian besar jamaahnya juga berlatar belakang NU. Hanya

sebagian kecil yang berlatar belakang Muhammadiyyah, yang juga

berkategori awwam. Sebagian kecil lainnya adalah kaum nasionalis,

dalam pengertian tidak berlatar belakang NU maupun Muham-

74 ║Politik Majelis Zikir

madiyah. Yang terakhir ini tidak memiliki emosi terhadap kedua

organisasi keagamaan tersebut. Faktor pertama ini sesungguhnya

juga melibatkan latar belakang pendidikan para jamaah. Bagi kaum

Nahdliyyin, latar belakang pendidikan mereka tidak akan jauh dari

dunia pesantren dan madrasah, dengan sejumlah pemahaman

politik yang tidak jauh dari literatur pesantren pula. Dan kedua,

faktor latar belakang ekonomi. Latar belakang ekonomi inilah yang

saat ini menjadi indikator utama untuk memasukkan seorang jama-

ah ke dalam kategori kelas bawah, menengah atau atas. Di dalam

al-Khidmah, perbedaan kategori jamaah ini ternyata juga menjadi

variabel penting yang akan mempengaruhi pandangan politiknya.

Berikut ini akan dikemukakan bagaimana pandangan jamaah

al-Khidmah tentang dua sub masalah penelitian ini, yakni tentang

pilleg dalam perspektif hukum Islam dan mengenai keberadaan

pilleg sebagai salah satu sarana menciptakan masyarakat yang adil

dan makmur.

1. Pilleg dalam Perspektif Hukum Islam

Masalah utama yang diajukan adalah bagaimana hukumnya

nyontreng, yang sekaligus juga berarti menanyakan bagaimana

hukumnya golput. Pertanyaan ini menjadi semakin terasa penting

setelah Gus Dur beberapa kali memerintahkan agar para pen-

dukungnya golput pada Pilleg 2009 ini, setelah kalah bertarung

dengan keponakan dan kadernya sendiri, Muhaimin Iskandar.

Walaupun di kemudian hari, Gus Dur juga mau menyertai kam-

panye salah seorang kader penting PDI-P Jateng, yaitu Murdoko.

Bahkan terpublikasi pula dengan jelas, bahwa Gus Dur mempersila-

kan para pengikutnya untuk memiliki para caleg dari partai ini.

Kembali kepada pertanyaan, bagaimana hukumnya nyontreng,

ada dua kategori jawaban yang ditemukan. Pertama, menyatakan

bahwa nyontreng hukumnya wajib apabila tidak ada hal-hal yang

menyebabkannya keluar dari hukum wajib. Alasannya, karena

Page 48: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 75

betapapun kondisinya, pemerintahan ini haruslah ada pemimpin-

nya. Masyarakat harus mendapatkan wakil untuk menyuarakan

aspirasinya. Setelah dikejar lebih jauh tentang hal-hal yang

menyebabkan hukum nyontreng tidak lagi wajib, ditemukan bahwa

bila diketahui dengan jelas caleg yang bersangkutan tidak amanah.

Maka dalam kasus ini, lebih baik tidak nyontreng. Alasan yang

terakhir ini sebenarnya agak aneh bila dikaitkan dengan pandangan

politik kaum santri, yakni bila ada pilihan caleg yang sama-sama

tidak amanah, maka harus tetap dipilih caleg yang paling sedikit

madharatnya.12 Bagi kelompok ini, berarti hukum golput adalah

haram, bila tidak ada hal-hal yang menyebabkannya keluar dari

hukum haram.

Kedua, menyatakan bahwa hukum nyontreng adalah mubah

saja, yakni tidak terkenai hukum tertentu. Nyontreng terkait

dengan hak seseorang. Karena itu, dia akan menggunakan haknya

atau tidak, kembali kepada yang bersangkutan. Setelah dikejar, apa

yang menjadi alasan seseorang untuk merasa perlu nyontreng,

ditemukan jawaban bahwa hal itu terkait dengan kondisi calegnya.

Dengan demikian, jawaban ini sama dengan jawaban sebelumnya,

dalam hal pentingnya melihat kualitas caleg. Bedanya, yang

pertama terkait lebih erat dengan hukum, sedang yang kedua lebih

longgar. Atau dengan bahasa yang lebih tegas, yang pertama men-

jadikan nyontreng sebagai tindakan sakral, terkait dengan masalah

ukhrawi, sedang yang kedua menjadikannya sebagai tindakan pro-

______________

12 Pandangan ini agaknya bersumber dari seorang tokoh yang sebenarnya

secara pribadi dimusuhi oleh kaum pesantren, yaitu Ibnu Taimiyyah. Ung-

kapannya yang sangat terkenal: ”Enam puluh tahun di bawah sultan yang zalim

lebih baik dari satu malam tanpa sultan.”, meski dianggap sangat ekstrim,

tetapi dianggap lebih membawa kemaslahatan dalam konteks perlunya ada

pemimpin dalam kondisi apapun. Lihat misalnya, Munawir Syadzali, Islam dan

Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, UI Press, Jakarta, 1993, hlm. 89

76 ║Politik Majelis Zikir

fan, terkait dengan masalah duniawi. Kedua pandangan ini tentu

akan membawa efek berbeda pada tindakan politik yang akan

mereka ambil.

Bila dilakukan pemilahan, maka jawaban pertama dikemuka-

kan oleh sebagian besar dewan penasehat, pengurus dan sebagian

kecil jamaah yang berkategori muridin-muridat. Sedang jawaban

kedua dikemukakan oleh sebagian besar jamaah, terutama yang

berkategori muhibbin-muhibbat dan mu‘taqidin-mu‘taqidat. Hal ini bisa

dimaklumi, bila dikaitkan dengan latar belakang pendidikan ke-

agamaan mereka, terutama pendidikan keagamaan di pesantren

dan madrasah. Di samping itu, keduanya juga berbeda dalam hal

memandang tindakan nyontreng, di satu sisi ada yang memandang-

nya sakral dan di sisi lain ada yang memandangnya profan. Se-

lengkapnya bisa dilihat pada tabel 6.

Tabel 6:

Pandangan Jamaah al-Khidmah Jateng Tentang

Hukum Nyontreng

Hukum

Nyontreng Argumen Sifat Sumber

Wajib Bersyarat

(muqayyad)

Bila tidak ada hal

yang memaling-

kan dari hukum

wajib, harus ada

pemimpin (wakil)

Sakral + dewan

penasehat, +

pengurus dan

– muridin/at

Mubah Merupakan hak,

akan digunakan

atau tidak ter-

serah kepada

masing-masing

Profan + jamaah dan

– pengurus

Page 49: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 77

Ada beberapa hal menarik dari kedua jawaban di atas. Pertama,

bahwa al-Khidmah ini tidak terlalu terpengaruh dengan sejumlah

fatwa yang mewajibkan nyontreng, misalnya dari sejumlah ulama’

penting. Hal ini bisa menjadi bukti bahwa apa yang digariskan oleh

Kyai Asrori masih sangat kuat tertanam dalam benak jamaah al-

Khidmah. Kedua, ada semacam rendahnya emosi terhadap pilleg

kali ini. Ini jelas agak ironis, bila dikaitkan dengan keberadaan

jamaah al-Khidmah yang sebagian besar adalah kaum Nahdliyyin

yang tentu memiliki kaitan emosional kuat dengan partai-partai

yang berbasis Islam, terutama PKB dan PPP. Hal ini, tampaknya,

terkait dengan dorongan utama mereka untuk tidak banyak mem-

bicarakan masalah politik di dalam jamaah ini. Dengan demikian,

ini menjadi bukti lain, bahwa jamaah al-Khidmah sangat paham

bahwa di dalam majelis ini, soal nyontreng atau tidak nyontreng

tidak perlu dibicarakan. Hal ini juga terkait dengan motivasi utama

mereka masuk ke dalam jamaah ini, yakni untuk berzikir dan

berkirim doa.

Bila dikaitkan dengan ajakan Gus Dur untuk golput, tampak-

nya jamaah al-Khidmah juga tidak terpengaruh, setidaknya di

dalam majelis ini. Ada banyak faktor mengenai hal ini. Antara lain

pertama, jamaah al-Khidmah sudah jenuh dengan sepak terjang

politik Gus Dur. Meskipun mereka adalah kaum Nahdliyyin, tetapi

karena sebagian besar mereka adalah Nahdliyyin awwam, maka

mereka tidak lagi terlalu mempedulikan apa yang dilakukan atau di-

katakan oleh Gus Dur. Kedua, ada kaitannya dengan memori jama-

ah dimana di masa Gus Dur menjadi presiden, Kyai Asrori sering

melakukan kritik tajam kepada pemerintah atau kepada sosok yang

bisa ditafsirkan diarahkan kepada Gus Dur.13 Kritik Kyai Asrori

kepada Gus Dur memang bisa dimengerti, terutama bila dikaitkan

______________

13 Ceramah-ceramah ini bisa ditemukan di dalam rekaman audio, yang

masih diputar di Radio Rasika FM Semarang, dan juga rekaman audio-visual.

78 ║Politik Majelis Zikir

dengan latar belakang sejarah polemik antara Pesntren Tebuireng

dengan Pesantren Darul Ulum Jombang. Di satu sisi, Pesantren

Tebuireng agak anti terhadap tarekat, dan pernah terlibat dalam

ontran-ontran pelengseran Kyai Musta‘in dari kepemimpinan di

Jam‘iyyah Ahlit Thariqah al-Muktabarah, dan di sisi lain Pesantren

Darul Ulum merupakan pesantren yang menjadi jalur geneologis

tarekat yang sekarang ini dipimpin oleh Kyai Asrori. Juga terkait

dengan referensi tasawuf dan tarekat yang memang lebih banyak

berisi kritikan kepada para penguasa. Jadi, kritik Kyai Asrori itu

juga bisa dimaknai sebagai sebuah masukan bagi pemerintah.

2. Pilleg sebagai Sarana Menciptakan Masyarakat Adil Makmur

Selanjutnya, berkenaan dengan pertanyaan apakah pilleg kali

ini bisa menjadi sarana menciptakan masyarakat yang adil dan

makmur, terdapat sejumlah kategori jawaban dengan variasi alasan

masing-masing.

Pertama, sebagian menjawab bisa, dengan alasan caleg se-

karang ini telah menjalin komunikasi dengan mereka sejak awal,

terutama dikaitkan dengan para caleg yang sejak awal telah aktif,

atau setidaknya pernah mengikuti even-even al-Khidmah. Bahkan

sebagian caleg melakukan kontrak, meskipun tidak tertulis, dengan

sejumlah pengurus al-Khidmah di daerah. Di samping itu, keber-

adaan sistem daerah pemilihan juga berpengaruh pada kemudahan

komunikasi antara caleg dengan al-Khidmah. Bagi jamaah ini,

komunikasi awal yang baik itu menjadi indikasi baiknya komuni-

kasi ketika kelak para caleg itu sudah jadi, dan ketika mereka ingin

menyampaikan aspirasi (baca: mengajukan proposal).

Jawaban seperti ini tampaknya muncul dari sebagian besar

kaum muda. Mereka ini, di samping memiliki idealisme juga tidak

banyak terkait secara psikologis dengan masa lalu pemilu-pemilu

terdahulu. Sebagaimana telah dikemukakan di awal, bahwa salah

Page 50: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 79

satu kesuksesan tarekat dan al-Khidmah ini adalah mulai meluas-

nya keyakinan bahwa untuk masuk tarekat tidak harus menunggu

sampai berusia senja. Bahkan akan lebih baik kalau masuk tarekat

dimulai sejak dini. Yang dibutuhkan hanyalah niat yang kuat. Ke-

beradaan kaum muda ini juga terkait dengan keberadaan para pe-

tugas pembacaan zikir tertentu, seperti pembacaan Yasin, Manaqib

dan maulid. Sebab untuk bacaan-bacaan ini, ada standar dari al-

Khidmah. Yakni harus dibaca dengan lagu tertentu dan dengan

nada tertentu. Inilah aspek musikal dari majelis zikir al-Khidmah

ini. Ada nada-nada tertentu yang bisa membuat jamaah merasa

ketagihan.14

Aspek musikal dan instrumental ini ternyata memang telah

disiapkan sedemikian rupa. Seleksinya relatif agak ketat. Setidak-

tidaknya ada tiga syarat utama yang harus dimiliki oleh seseorang

untuk dapat menjadi anggota tim pembaca. Pertama, memiliki

kemampuan baca yang fasih, yang mampu melafalkan huruf demi

huruf dengan baik. Kedua, memiliki vokal yang baik, dalam arti

lantang dan merdu. Sebab suara ini akan sangat berpengaruh pada

para jamaah.15 Ketiga, harus memiliki akhlak yang baik. Yakni

memiliki tingkat istiqamah yang tinggi dalam berbagai amalan dan

kegiatan al-Khidmah ini. Bahkan di Jawa Tengah ini, sudah be-

berapa kali dilaksanakan pelatihan pembacaan zikir di Pesantren al-______________

14 Bacaan dan nada yang terasa mengena di hati jamaah memang

berbeda-beda. Mahfudz Ali, Wakil Wali Kota Semarang, ketika memberikan

sambutan pada haflah Zikir dan Maulidurrasul di Permata Puri, tanggal 31 Mei

2009, menyatakan bahwa ia sangat terkesan dan merasa ketagihan ketika

secara bersama-sama dibaca kalimah tahlil di akhir acara manaqiban. 15 Dalam studi Sufi Healing, terdapat salah satu jenis penyembuhan yang

dikenal dengan ”music healing”, yakni penyembuhan melalui suara-suara

tertentu. Teori ini disadur dari teori penyembuhan dengan musik klasik. Dalam

tasawuf, musik klasik itu kemudian diganti dengan bacaan-bacaan zikir.

Agaknya, apa yang dipraktekkan dalam al-Khidmah ini terkait dengan konsep

music healing tersebut. Di samping itu, dalam tasawuf juga dikenal konsep

sama‘, yang sebenarnya identik dengan music healing tersebut.

80 ║Politik Majelis Zikir

Fithrah Meteseh. Pesertanya adalah para remaja dari sejumlah

daerah. Mereka dikirim dan dibiayai oleh para pengurus tingkat da-

erah di Jawa Tengah. Tujuannya tidak lain adalah untuk melahirkan

tim-tim pembaca yang baik.

Kedua, sebagian lain menjawab tidak bisa. Bagi mereka ini,

perilaku para caleg itu sudah bisa diperkirakan, yakni hanya baik ke-

tika ada maunya. Mereka ini lebih lanjut membandingkan dengan

apa yang terjadi selama ini. Bahwa pemerintah sering merangkul

dan mendekat pada ulama dan majelis-majelis zikir ketika ada mau-

nya, sementara ketika kemauan mereka sudah terwujud, mereka

lupa dan bahkan jauh kembali. Habis manis sepah dibuang, begitu

ungkapan mereka terhadap sikap para caleg.

Jawaban ini sebagian besar muncul dari kaum tua. Jumlah

kaum tua ini paling besar di dalam al-Khidmah. Sebab memang

majelis-majelis zikir seperti ini menjadi tujuan penting bagi mereka.

Mereka ini tentu memiliki pengalaman psikologis yang tidak terlalu

positif terhadap pemilu. Banyak di antara mereka yang bahkan me-

miliki pengalaman buruk tentang pemilu, terutama di masa Orde

Baru, ketika mereka masih berada di salah satu partai yang berbasis

Islam. Berkampanye saat itu tak ubahnya seperti sedang keluar

untuk berperang. Sebab di tengah jalan tidak jarang mereka harus

mengalami bentrokan luar biasa. Beberapa kali pemilu pada era re-

formasi tampaknya belum bisa menghilangkan memori itu. Bahkan

sebagian mereka merasa asing dengan sistem yang baru dalam

pemilu. Banyaknya partai dan perubahan cara memilih menjadi

faktor kebingungan tersendiri bagi mereka ini. Karena itu wajar bila

jawaban mereka terkesan agak sinis seperti itu.

Ketiga, sebagian lain lagi mengatakan, biasa saja. Keberadaan

seorang caleg tidak akan membawa pengaruh positif maupun ne-

gatif. Bagi mereka, kemakmuran dan keadilan hanya akan terwujud

berkat kerja keras dan doa masing-masing individu, tidak terkait

dengan keberadaan anggota legislatif. Bagi mereka ini, memilih

Page 51: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 81

hanyalah sekedar partisipasi biasa, yang tidak dikaitkan dengan

harapan-harapan tertentu. Pilleg merupakan kegiatan rutin yang

tidak membawa dampak apa-apa.

Bila dikaitkan dengan para jamaah, tampaknya jawaban ini

sebagian besar dikemukakan oleh mereka yang memiliki tingkat

kesuksesan tertentu. Atau dalam kategorisasi jamaah ini, mereka

termasuk kelas menengah ke atas. Sebagaimana telah disebutkan di

awal, bahwa majelis ini tidak hanya diikuti oleh kelas menengah ke

bawah, tetapi juga kelas menengah ke atas. Ada semacam keunikan

dan kekhasan dari kelas menengah ke atas di dalam al-Khidmah ini.

Yaitu bahwa mereka umumnya berasal dari kalangan tradisional

yang telah mengalami mobilitas ke atas. Karena itu, wajar bila

kemakmuran dan keadilan, menurut mereka, lebih banyak terkait

dengan kerja keras dan doa masing-masing individu. Selengkapnya

bisa dilihat pada tabel 7.

Tabel 7:

Pandangan Jamaah al-Khidmah Jateng tentang Fungsi Pilleg

Pilleg sebagai

sarana mencipta-

kan masyarakat

adil dan makmur?

Argumen Sumber

Bisa Ada komunikasi yang baik,

dampak sistem Dapil, se-

bagian membuat kontrak

Jamaah Remaja

Tidak bisa Baik hanya karena ada

maunya, pengalaman

sejarah, habis manis sepah

dibuang

Jamaah Tua

Biasa Keadilan dan kemakmuran

tergantung etos masing-

masing

Kelas

menengah ke

atas

82 ║Politik Majelis Zikir

3. Kriteria Memilih Caleg

Selanjutnya, berkenaan dengan pertanyaan, apa saja kriteria

dalam memilih seorang caleg, ditemukan jawaban yang relatif

seragam. Yaitu bahwa caleg yang akan dipilih haruslah caleg yang

baik. Tentu ukuran baik sangat relatif. Tetapi mereka bisa menilai

kebaikan seorang caleg melalui pengenalan mereka sebelumnya.

Misalnya yang pernah mengikuti even-even al-Khidmah, atau

bahkan yang sudah agak aktif terlibat di dalamnya. Karena itu agak

menjadi persoalan ketika caleg yang bersangkutan tidak mereka

kenal sama sekali sebelumnya. Terutama terkait dengan caleg-caleg

yang berasal jauh dari luar dapil mereka, misalnya caleg pusat.

Karena itu, ada ukuran sederhana bagi mereka untuk menilai

seorang caleg layak dipilih atau tidak, yaitu dengan mengaitkan

keikutsertaan mereka dalam kegiatan-kegiatan al-Khidmah. Alasan-

nya sederhana, ketika seseorang mau bergabung dalam kegaiatan

majelis zikir, maka ada besar kemungkinan orang itu baik,

setidaknya punya niat baik.

Ada sebagian yang mula-mula akan mengaitkan seorang caleg

dengan partai yang telah dipilih. Bagi mereka ini, asal partai seorang

caleg sangat penting. Tetapi ada juga yang tidak mengaitkan

seorang caleg dengan asal partai yang mereka pilih. Sebab bagi

mereka, yang terpenting mereka mengenal seorang caleg dan caleg

yang bersangkutan di mata mereka adalah orang yang baik.

C. Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah Jateng

Perilaku politik di sini akan difokuskan kepada dua hal.

Pertama, perilaku memilih partai yang dilakukan oleh jamaah al-

Khidmah ini. Yang kedua, perilaku dipilih, yakni bagaimana para

caleg mengkampanyekan diri dalam jamaah al-Khidmah ini. Berikut

ini akan dikemukakan hasil dari penelitian terhadap kedua hal

tersebut.

Page 52: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 83

1. Pilihan Politik Jamaah al-Khidmah Jateng

Sebagaimana telah disebutkan di bagian awal, menurut Budi-

hardjo, perilaku memilih bagi kyai pesantren akan terkait dengan

empat faktor, yaitu kekuasaan, kepentingan, kebijakan dan budaya

politik. Keempat faktor ini tampaknya bisa juga digunakan untuk

menjelaskan faktor yang mempengaruhi perilaku memilih dari

jamaah al-Khidmah ini, bukan sebatas para kyai. Pertama, faktor ke-

kuasaan. Jamaah al-Khidmah, sebagaimana ditekankan oleh Romo

Kyai Asrori sendiri bukanlah partai politik atau cikal bakal menuju

terbentuknya partai politik. Sehingga siapa pun yang terlibat dalam

jamaah ini tidak bisa menjadikan organisasi ini sebagai kendaraan

untuk mendapatkan kekuasaan. Namun demikian, secara individu

para jamaah diberi kebebasan untuk menyalurkan aspirasinya.

Maka di sinilah sebenarnya keunikan majelis zikir dalam meng-

antarkan para jamaahnya untuk meraih kekuasaan. Tentu bukan

kekuasaan dalam pengertiannya yang sempit dan terbatas, melain-

kan akses untuk menuju pusat-pusat kekuasaan. Faktor pertama ini

terutama akan tampak jelas terutama bagi para dewan penasehat

dan pengurus. Sebab salah satu watak dari jamaah ini adalah

menjalin kerjasama yang baik dan saling menguntungkan dengan

pemangku kekuasaan, dalam hal ini pemerintah. Dan sekali lagi,

kekuasaan yang dimaksud bukan untuk kepentingan jangka pendek

atau kepentingan kelompok, melainkan untuk kemaslahatan yang

lebih luas, bukan hanya bagi jamaah, tetapi bagi masyarakat luas.

Kedua, faktor kepentingan, yakni tujuan yang hendak dicapai.

Dalam hal ini, di samping kekuasaan, sebagaimana disebutkan

dalam faktor pertama, ada hal-hal lain yang dibutuhkan, yakni

pendidikan, kekayaan, kesehatan, ketrampilan, kasih sayang, ke-

adilan dan kejujuran. Mengenai pendidikan, di pusatnya, yakni di

Pesantren al-Fithrah Kedinding Surabaya, telah dikembangkan

pendidikan formal, bahkan sampai perguruan tinggi, yaitu STIU

(Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin) al-Fithrah. Mengenai kekayaan,

84 ║Politik Majelis Zikir

tidak diragukan bahwa jamaah al-Khidmah ini secara kelembagaan

telah memiliki sumber-sumber kekayaan yang cukup melimpah.

Banyak sekali unit usaha yang telah dikembangkan, dan produk-

produknya sekaligus dapat dipasarkan kepada jamaah secara

internal. Sehingga nyaris tidak ada persoalan berkenaan dengan

pemasaran. Mengenai kasih sayang, keadilan dan kejujuran, tentu

hal-hal ini adalah hal-hal prinsip yang telah diajarkan di pesantren,

baik secara teoretis maupun praktis. Tetapi sekali lagi, al-Khidmah

tidak dimaksudkan sebagai benih partai politik. Untuk itu, semua

hal tersebut lebih berkaitan dengan kemasalahatan umum. Atau

dengan kata lain, lebih terkait dengan politik dalam pengertian luas,

bukan politik praktis.

Ketiga, faktor kebijakan sebagai hasil dari interaksi antara ke-

kuasaan dan kepentingan yang biasanya berbentuk perundang-

undangan. Kebijakan akan memiliki implikasi penting dalam peri-

laku politik. Kebijakan al-Khidmah terangkum di dalam Tuntunan

dan Bimbingan, yang ditulis sendiri oleh Romo Kyai Asrori. Di situ

digariskan, bagaimana setiap individu hendaknya mengambil peran

dalam kehidupan sosial politik, tetapi jangan sampai membawa al-

Khidmah ini secara langsung. Dalam ungkapan yang sederhana,

beliau menuliskan: “Jangan dibawa ke mana-mana, tetapi selalu

berada dimana-mana.”16 Apa yang digariskan dalam Tuntunan dan

Bimbingan inilah yang harus dan akan menjadi pedoman bagi se-

luruh komponen al-Thariqah dan al-Khidmah.

Keempat, budaya politik, yaitu orientasi subyektif individu ter-

hadap sistem politik. Kebudayaan politik sebagai orientasi nilai dan

keyakinan politik yang melekat dalam diri individu dapat dianalisis

dalam beberapa orientasi, yaitu orientasi kognitif, afektif dan evaluatif

yang mendasari perilaku politik. Tampaknya faktor keempat inilah

______________

16 Achmad Asrori Oesman al-Ishaqi, op. cit., hlm. p

Page 53: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 85

yang paling dominan yang mendasari perilaku memilih dari jamaah

al-Khidmah ini. Bahkan dalam konteks yang lebih luas, perilaku

memilih bangsa Indonesia juga lebih merupakan ekspresi budaya,

sebagaimana dikemukakan oleh Fachry Ali.17 Karena lebih me-

rupakan ekspresi budaya, maka pilihan-pilihan jamaah al-Khidmah

ini pasti akan terkait dengan nilai-nilai yang telah lama mereka

pegangi secara teguh.

Berikut ini akan dikemukakan pilihan politik jamaah al-

Khidmah. Dari seratus responden18 yang menggunakan hak pilih-

nya pada pilleg 9 April 2009 lalu, ditemukan bahwa mereka

tersebar ke banyak sekali partai, tidak hanya yang berlatar belakang

keislaman, tetapi juga nasionalis. Dari sepuluh besar, yang paling

besar adalah memilih PPP, yakni sebanyak 25 persen, disusul PKB

sebesar 15 persen, Demokrat 15 persen, PKS 8 persen, Golkar 7

persen, PDI-P 5 persen, PAN 3 persen, Gerindra 3 persen, Hanura 2

persen, PKNU 2 persen dan sisanya lain-lain, yakni partai-partai

yang hanya mendapat 1 persen. Untuk selengkapnya bisa dilihat

pada tabel 8.

Tabel 8:

Pilihan Politik Jamaah al-Khidmah Jateng pada Pilleg 2009

No. Partai Politik Prosentasi

1 PPP 25

2 PKB 15

______________

17 Suara Merdeka, 10 Juli 2009, Tajuk Rencana. 18 Pemilihan responden sebisa mungkin melibatkan semua unsur yang ada

di dalam jamaah al-Khidmah Jateng, yakni unsur umur, jenis kelamin, jabatan

di dalam al-Khidmah dan kategori jamaah dan yang telah nyata-nyata meng-

gunakan hak pilihnya. Namun demikian, keseratus responden ini tentu tidak

bisa benar-benar mencerminkan keseluruhan jamaah al-Khidmah Jateng. Pem-

batasan seratus responden ini di samping didasarkan pada pertimbangan prak-

tis juga dikaitkan dengan jumlah anggota legislatif di Jawa Tengah ini.

86 ║Politik Majelis Zikir

3 Demokrat 15

4 PKS 8

5 Golkar 7

6 PDI-P 5

7 PAN 3

8 Gerindra 3

9 Hanura 2

10 PKNU 2

11 Lain-lain 15

Jumlah 100

Mengamati tabel tersebut, ada sejumlah fenomena yang me-

narik untuk dikaji lebih lanjut. Pertama, fenomena tingginya para

pemilih PPP. Mengenai hal ini, dapat dijelaskan bahwa boleh jadi

mereka adalah para warga NU yang memang sejak awal sangat

konsisten dengan partai ini, ditambah mereka yang kecewa dengan

PKB pasca keluarnya Gus Dur dari kubu Muhaimin dan sejumlah

warga Muhammadiyah. Dilihat dari segi usia, para pemilih PPP ini

adalah dari generasi tua di dalam jamaah ini. Sebagaimana telah

disebutkan, jumlah mereka adalah terbesar bila dibandingkan de-

ngan kategori jamaah usia lainnya. Karena mereka masih memiliki

ikatan yang sangat kuat dengan partai ini. Secara geografis, mereka

kemungkinan besar berasal dari daerah-daerah yang menjadi

kantung-kantung pemilih partai ini, seperti Pekalongan, Jepara dan

lain-lain.

Kedua, keberadaan para pemilih PKS. Partai ini memang per-

nah menjadi partai fenomenal di tahun 2004, dan di tahun 2009 ini

juga masih tergolong fenomenal, meski kalah dengan Demokrat. Di

dalam al-Khidmah perolehan PKS cukup tinggi, padahal di

kalangan petinggi jamaah al-Khidmah, ada semacam gerakan anti

Page 54: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 87

PKS dengan berbagai alasan. Yang paling penting adalah bahwa

PKS diyakini telah dan akan mengusung model keislaman yang

berbeda dengan mainstream kaum Nahdliyyin khususnya dan jama-

ah al-Khidmah umumnya. Namun ternyata gerakan anti PKS ini

tidak menjalar sampai ke akar rumput jamaah. Boleh jadi, para pe-

milih PKS ini adalah jamaah dalam kategori muhibbin-muhibbat dan

berasal dari kaum Nahdliyyin awwam. Sebagaimana dimaklumi,

gerakan PKS untuk merekrut konstituen cukup efektif, termasuk di

kantung-kantung kaum Nahdliyyin. Bagi kaum Nahdliyyin, tidak

dikenal adanya Islam garis keras atau garis lunak. Yang mereka

tahu, para kader PKS datang dengan santun kepada mereka,

bahkan membuat kegiatan-kegiatan yang sangat berguna bagi

mereka, seperti pasar murah, pengobatan gratis dan lain-lain. Di sisi

lain mereka jarang, untuk tidak mengatakan tidak pernah, men-

dapatkan perlakuan dan sentuhan yang sama dari orang-orang NU

sendiri.

Ketiga, keberadaan para pemilih demokrat. Hal ini barangkali

terkait dengan para jamaah yang secara ideologis tidak terkait erat

dengan NU maupun Muhammadiyah. Meski dalam konteks yang

lebih luas para pemilih Demokrat juga banyak yang berasal dari

kalangan NU dan Muhammadiyah, tetapi dalam konteks jamaah

ini, tampaknya lebih tepat apa yang baru saja dikemukakan. Di

samping itu, ada faktor unik dalam diri partai ini, yakni keberadaan

SBY di satu sisi dan keberhasilan pemerintah yang diidentifikasikan

kepada SBY dan Demokrat. Menurut Maswadi Rauf dari Univer-

sitas Indonesia, SBY memberikan kontribusi pencitraan yang cukup

besar terhadap partai. Bahkan, lanjutnya, keberadaan Hadi Utomo

hanyalah sebagai pekerja partai. Sementara menurut Muhammad

Asfar dari Universitas Erlangga, fenomena Demokrat sebenarnya

lebih disebabkan oleh faktor keberhasilan pemerintah yang, sekali

lagi, lebih dikaitkan kepada SBY dan partainya.19 Lebih lanjut ten-______________

19 Radio BBC, Minggu, 26 Juli 2009, pukul 05.45

88 ║Politik Majelis Zikir

tang perolehan kursi legislatif pada pilleg 2009 dan perbandingan-

nya dengan pilleg 2004 bisa dilihat pada tabel 9.

Tabel 9:

Perbandingan Perolehan Anggota Legislatif Jateng

Pada Pilleg 2004 dan Pilleg 2009

No. Partai DPRD 2004 DPRD 2009 Ket.

1 PDI-P 31 23 Turun

2 DEMOKRAT 10 16 Naik

3 GOLKAR 17 11 Turun

4 PKS 7 10 Naik

5 PAN 10 10 Tetap

6 GERINDRA 9 Hebat

7 PKB 15 9 Turun

8 PPP 10 7 Turun

9 HANURA 4 Hebat

10 PKNU 1 Istimewa

Jumlah 100 100

Bila dikaitkan dengan perolehan suara tiap-tiap partai di

tingkat Jateng, tabel di atas memang tidak terlalu sinkron. Hal ini

bisa dijelaskan, bahwa jamaah al-Khidmah memang tidak bisa di-

anggap sebagai miniatur konstituen Jateng. Jamaah al-Khidmah

adalah bagian dari konstituen Jateng dengan karakteristik se-

bagaimana telah dikemukakan. Yang agak mendekati sinkron ada-

lah Demokrat dan PKS. Hal ini bisa dijelaskan, bahwa kedua

Page 55: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 89

rasionalitas pilihan kepada kedua partai tersebut tidak terkait

dengan ideologi yang dominan di jamaah ini, melainkan lebih

karena faktor pragmatis pada kasus PKS, yakni karena para pe-

milihan merasakan manfaat langsung, dan pencitraan positif pada

kasus Demokrat. Selengkapnya perbandingan tersebut dapat dilihat

pada tabel 10.

Tabel 10:

Perbandingan Perolehan Suara Partai

di Tingkat Jateng dan di al-Khidmah Jateng pada Pilleg 2009

No. Partai DPRD 2009 Al-Khidmah (%)

1 PDI-P 23 5

2 DEMOKRAT 16 15

3 GOLKAR 11 7

4 PKS 10 8

5 PAN 10 3

6 GERINDRA 9 3

7 PKB 9 15

8 PPP 7 25

9 HANURA 4 2

10 PKNU 1 2

11 LAIN-LAIN 15

Jumlah 100 100

Analisis lain yang bisa dikemukakan berkenaan dengan tabel

di atas adalah bahwa logika memilih dalam pemilu legislatif ini

lebih terkait dengan kedekatan para jamaah dengan para caleg

tertentu. Di sejumlah daerah, ada semacam pragmatisme yang

dipraktekkan oleh para jamaah al-Khidmah. Yakni, siapa pun caleg

yang mau mendekati jamaah dengan memberikan kontribusi nyata

bagi jamaah, maka akan mendapatkan dukungan suara. Hal ini

90 ║Politik Majelis Zikir

dilakukan dengan semacam adanya kontrak politik. Misalnya yang

dilakukan oleh jamaah al-Khidmah di Desa Ngadirgo Kecamatan

Mijen. Para jamaah al-Khidmah di daerah ini melakukan kontrak

politik dengan seorang caleg dari Partai Bulan Bintang. Meski pada

akhirnya caleg ini pun tidak jadi, tetapi setidaknya kontrak politik

sudah dilakukan.20 Terbukti bahwa para jamaah di wilayah ini

memang suaranya diarahkan kepada caleg yang bersangkutan. Ada

banyak faktor yang menyebabkan caleg ini tidak jadi. Pertama, suara

dari jamaah ini tidak cukup untuk memenuhi suara yang di-

butuhkannya di dapil ini. Kedua, menjelang pemilu legislatif, ada

caleg lain yang membuat acara dengan al-Kidmah di tingkat yang

lebih tinggi dan dengan jumlah massa hadir yang jauh lebih besar.21

Dengan demikian, ada dua model pragmatisme politik di

dalam jamaah al-Khidmah ini. Pertama, pragmatisme individual,

yakni perilaku memilih partai tertentu yang didasarkan pada adanya

keuntungan yang dirasakan oleh jamaah secara individual. Prag-

matisme individual di sini tentu saja tidak berkonotasi negatif,

sebab tidak ada individu yang sengaja membawa jamaah ini untuk

kepentingan pribadinya. Yang terjadi hanyalah, seseorang memilih

partai tertentu bukan karena alasan ideologis, misalnya, melainkan

karena adanya manfaat yang didapat. Dengan kata lain, asas man-

faatlah yang menjadi rasionalitas pilihannya. Kedua, pragmatisme

______________

20 Menarik untuk dikemukakan di sini, bahwa salah satu argumen yang

digunakan dalam kontrak politik itu adalah bahwa caleg dipersilakan

memberikan sumbangan dalam bentuk peralatan yang dibutuhkan untuk mem-

perlancar kegiatan jamaah, dengan janji para jamaah akan dikerahkan untuk

memilih caleg yang bersangkutan. Dan bila ternyata caleg yang bersangkutan

tetap tidak jadi, maka caleg yang bersangkutan dianjurkan merelakan pem-

beriannya sebagai salah satu bentuk amal jariyahnya. Penjelasan Saifullah,

salah seorang pengurus al-Khidmah Ngadirgo Mijen tanggal 13 April 2009. 21 Acara yang dimaksud adalah Haul Akbar di Pesantren Nurul Islami

Wonolopo Mijen Semarang, pada tanggal 5 April 2009, yang dihadiri oleh Kyai

Haji Munir Abdullah dari Ngroto, salah seorang sesepuh yang sangat disegani di

Jawa Tengah, sekaligus merupakan ipar Kyai Asrori.

Page 56: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 91

kolektif, yakni perilaku memilih partai yang dilakukan oleh se-

jumlah orang dalam suatu komunitas di dalam jamaah karena

adanya manfaat yang didapat oleh komunitas tersebut. Sebagai-

mana yang pertama, pragmatisme jenis kedua ini juga tidak

mengandung pengertian negatif, karena tidak ada unsur membawa

al-Khidmah secara kelembagaan.

2. Perilaku Kampanye Para Caleg

Dalam penelitian ini, ada dua kategori caleg dikaitkan dengan

jamaah al-Khidmah Jateng, yaitu caleg internal dan caleg eksternal.

Yang dimaksud caleg internal adalah caleg-caleg yang telah dikenal

aktif di jamaah ini jauh sebelum pilleg. Sedang yang dimaksud caleg

eksternal adalah mereka yang belum pernah aktif di dalam jamaah

ini, atau baru berinteraksi sesaat sebelum pilleg. Berikut ini akan

dikemukakan bagaimana perilaku masing-masing dalam meng-

kampanyekan diri dan kemungkinan efektifitasnya, dan bagaimana

kode etik yang dipegangi oleh para jamaah terkait dengan kam-

panye seseorang.

Pertama, berkaitan dengan perilaku para caleg internal dalam

mengkampanyekan diri, ditemukan beberapa hal. Pertama, me-

lakukan pendekatan dengan pengurus-pengurus yang ada di daerah

pemilihannya. Pendekatan ini mulanya dilakukan melalui Majelis

Sewelasan yang bertempat di al-Fithrah Meteseh. Sebab di majelis

inilah semua pengurus al-Khidmah yang ada di Jateng dan DIY ber-

kumpul. Meskipun tidak mengadakan pendekatan secara langsung,

aktif dan lebih banyak bersilaturrahmi dengan para pengurus

daerah al-Khidmah sudah merupakan suatu bentuk pendekatan

dan merupakan cara halus dalam berkampanye. Kedua, meminta

restu kepada para sesepuh al-Khidmah. Para sesepuh yang di-

maksud adalah para kyai, para ustadz, para imam khushushi yang

berada di daerah pemilihannya.

92 ║Politik Majelis Zikir

Sejauh yang ditemukan oleh penelitian ini, hanya ada dua

caleg yang masuk kategori caleg internal ini dan dua-duanya tidak

jadi. Ada banyak faktor yang menyebabkan mereka tidak jadi.

Tetapi yang jelas, jamaah al-Khidmah Jateng ini bagi kedua caleg

tersebut kurang efektif untuk mendulang suara. Sebab memang

kedua caleg tersebut kalah oleh caleg yang memang berasal dari

dapil yang bersangkutan. Di samping itu, keduanya berasal dari

partai yang memang tidak memiliki kedekatan emosional dengan

jamaah di dapil yang bersangkutan. Namun demikian, kasus ini

tidak serta merta bisa mendukung kesimpulan, bahwa jamaah al-

Khidmah tidak efektif untuk berkampanye. Sebab dibutuhkan

banyak faktor agar al-Khidmah ini membawa berkah bagi seorang

caleg.

Kedua, berkenaan dengan perilaku para caleg eksternal dalam

mengkampanyekan diri, ditemukan beberapa hal. Pertama, melaku-

kan pendekatan kepada para pengurus al-Khidmah yang masuk ke

dalam dapilnya. Berbeda dengan para caleg internal, pendekatan

yang dilakukan oleh para caleg eksternal ini bersifat langsung dan

terang-terangan. Dalam arti mereka menyatakan dirinya adalah

seorang caleg dan ingin memohon dukungan. Kedua, mengundang

jamaah al-Khidmah untuk mengadakan even besar. Cara ini lebih

halus dari cara yang pertama. Cara ini akan efektif apabila yang

bersangkutan justru tidak mengatakan secara langsung permintaan

dukungannya. Sebab, bila yang bersangkutan salah menggunakan

bahasa, maka justru akan menjadi bumerang. Sebab jamaah justru

akan mencibir, karena selama ini belum pernah aktif dalam

kegiatan-kegiatan al-Khidmah. Ketiga, mengadakan kontrak politik,

lisan maupun tertulis. Berbeda dengan caleg internal, ada seorang

caleg eksternal yang jadi. Bahkan caleg ini sudah berencana untuk

mengundang jamaah al-Khidmah. Padahal oleh sebagian jamaah al-

Khidmah, caleg ini sebelumnya dikenal “sangat abangan”.22 Tentu ______________

22 Wawancara dengan Ustadz Musyafak, Selasa, 28 Juli 2009

Page 57: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 93

tidak bisa disimpulkan bahwa jadinya caleg tersebut karena faktor

al-Khidmah. Tetapi rencananya untuk mengundang jamah al-

Khidmah itu, ia merasa bahwa jamaah al-Khidmah ini memiliki

andil bagi jadinya dirinya sebagai anggota legislatif. Setidaknya ia

merasa mendapatkan dukungan moril dari jamaah al-Khidmah ini.

Dengan demikian, faktor etika dalam melakukan kampanye di

dalam jamah ini sangat menentukan bagaimana respon jamaah al-

Khidmah, terlepas apakah seorang caleg jadi atau tidak. Ke-

berhasilan berkampanye di dalam jamaah ini ternyata tidak hanya

diukur dari jadi tidaknya seorang caleg, tetapi juga dari positif atau

negatifnya respon jamaah. Sebagai contoh, ada seorang caleg yang

selama ini tidak pernah aktif di dalam kegaiatan al-Khidmah, dan

kebetulan profesinya adalah seorang muballigh, tetapi beberapa kali

meminta kepada pengurus al-Khidmah agar diberi kesempatan

untuk memberikan mauizhah pada Majelis Sewelasan di al-Fithrah

Meteseh. Selengkapnya bisa dilihat pada tabel 11.

Tabel 11:

Perilaku Kampanye Para Caleg di dalam al-Khidmah

Kategori

Caleg Indikasi Pola Kampanye Efektivitas

Internal Sudah aktif

jauh se-

belum masa

kampanye

Melakukan pendekatan

tidak langsung dengan

pengurus di dapilnya

dan meminta restu ke-

pada dewan penasehat

Tidak ada

yang jadi

Eksternal Baru aktif

sewaktu

masa

kampanye

Melakukan pendekat-

an langsung dengan

pengurus di dapilnya,

mengundang al-

Khidmah pada even

besar dan mengada-

kan kontrak politik

Ada yang

jadi

94 ║Politik Majelis Zikir

Tampaknya etika ini sangat terkait dengan koordinat-

koordinat etika Jawa, yang masih melekat kuat dalam diri jamaah

al-Khidmah, khususnya kaum tuanya. Koordinat-koordinat yang

dimaksud adalah sikap batin yang tepat, tindakan yang tepat dalam

dunia, tempat yang tepat dan pengertian yang tepat, yang te-

rangkum dalam semboyan “sepi ing pamrih, rame ing gawe, memayu

hayuning bawono” yang dapat diterjemahkan sebagai “menjadi bebas

dari kepentingan sendiri, melakukan kewajiban-kewajibannya,

memperindah dunia”.23

D. Relasi Para Caleg dengan Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jateng

Relasi ini difokuskan pada caleg internal, karena adanya relasi

yang relatif signifikan dan berkesinambungan. Sedang caleg eks-

ternal hanya berhubungan dengan jamaah ini secara temporal.

Secara konseptual, ada beberapa pola relasi24 yang mungkin ada di

dalam majelis zikir seperti al-Khidmah ini, yaitu relasi keanggotaan,

relasi kepengurusan dan relasi keguruan. Relasi keanggotaan di-

tandai dengan masuknya seorang caleg menjadi anggota jamaah al-

Khidmah. Keanggotaan yang dimaksud bisa berkategori mu‘taqidin-

mu‘taqidat maupun muhibbin-muhibbat. Relasi kepengurusan ditandai

dengan keberadaan seseorang sebagai pengurus, yang mencakup

pula dewan penasehat. Sedang relasi keguruan ditandai dengan

keberadaan seseorang sebagai murid tarekat. Dengan demikian,

kategorinya adalah muridin-muridat. Dilihat dari urutan formal, maka

pola yang pertama adalah yang terendah, sedang dua pola berikut-

______________

23 Lebih lanjut mengenai koordinat-koordinat tersebut dapat dilihat pada

Franz Magnis Suseno, Etika Jawa: Sebuah Analisis Falsafi tentang Kebijaksana-

an Hidup Jawa, Gramedia, Jakarta, 2003, hlm. 138-167 24 Bentuk-bentuk relasi ini dikembangkan dari Khoiro Ummatin, op. cit.,

hlm. 93-114

Page 58: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 95

nya adalah sejajar. Namun secara substantif, yang terendah adalah

keanggotaan, sedang yang tertinggi adalah keguruan.

Apabila para caleg dihubungkan dengan ketiga bentuk ter-

sebut berdasarkan urutan formalnya, maka akan ditemukan se-

jumlah bentuk relasi beserta masing-masing variasinya antara caleg

dan jamaah al-Khidmah sebagai berikut. Pertama, seorang caleg

yang hanya menjadi anggota, tidak menjadi pengurus dan belum

menjadi murid tarekat. Bentuk pertama ini memiliki dua variasi,

yaitu anggota yang baru berstatus mu‘taqidin-mu‘taqidat dan yang

berstatus muhibbin-muhibbat. Bedanya, variasi pertama baru sebatas

memiliki keyakinan bahwa apa yang dilakukan di dalam jamaah al-

Khidmah itu baik, dan ia mengikuti kegiatan al-Khidmah baru

beberapa kali saja, itupun ketika kegiatan tersebut dilaksanakan di

tempat yang mudah dijangkaunya. Sedang variasi kedua telah

mengikuti berbagai kegiatan al-Khidmah, termasuk yang sulit di-

jangkau karena tempatnya yang jauh, misalnya. Bila diurutkan,

maka variasi kedua tentu lebih tinggi dari yang pertama.

Kedua, seorang caleg yang menjadi anggota dan sedang atau

pernah menjadi pengurus. Tentu saja kategori keanggotaannya

adalah muhibbin-muhibbat, sebab anggota dengan kategori mu‘taqidin-

mu‘taqidat tidak bisa menjadi pengurus. Di samping status ke-

anggotaannya yang telah masuk ke dalam kategori muhibbin-

muhibbat, ada sejumlah syarat yang harus dimiliki agar seseorang

bisa menjadi pengurus, yaitu: 1) sudah baligh; 2) sehat wal afiat,

jasmani dan rohani; 3) mempunyai keahlian dan kemampuan di

bidangnya; 4) mempunyai waktu yang cukup untuk berkhidmah;

dan 5) bersungguh-sungguh dalam menjalankan amanah, tugas dan

kewajibannya.25 Variasi dari bentuk relasi kedua ini terkait dengan

______________

25 Achmad Asrori Oesman al-Ishaqiy, Pedoman Kepemimpinan dan

Kepengurusan dalam Kegiatan dan Amaliah ath-Thariqah dan al-Khidmah, al-

Khidmah, Semarang, 2006, hlm. 9-10

96 ║Politik Majelis Zikir

status di dalam kepengurusan yang bersangkutan, karena masing-

masing memiliki tanggung jawab yang berbeda.

Ketiga, seorang caleg yang menjadi anggota, tetapi tidak

menjadi pengurus, namun ia telah menjadi murid tarekat. Jadi

kategorinya dalam jamaah adalah kategori muridin-muridat. Yang

dimaksud murid menurut pedoman al-Khidmah adalah orang yang

telah berbaiat secara khusus kepada seorang guru thariqah.26 Bai‘at

khusus yang dimaksud itu adalah bai‘at tarbiyah. Bai‘at ini berbeda

dengan bai‘at umum, yaitu bai‘at tabarruk dan bai‘at tasyabbuh. Bai’at

tabarruk adalah bai‘at yang dimaksudkan untuk mendapatkan

berkah dari guru thariqah. Sedang bai‘at tasyabbuh adalah bai‘at yang

dimaksudkan untuk menyerupakan diri dengan guru thariqah.

Berbeda dengan kedua jenis bai‘at yang disebut terakhir ini, bai‘at

tarbiyah membawa konsekuensi keharusan mengikuti semua aturan

yang telah ditetapkan di dalam tarekat dan bahkan oleh sang guru

thariqah. Dalam konteks ini, berlaku ungkapan: “Seorang murid di

hadapan seorang guru tak ubahnya seperti mayat di tangan orang

yang memandikannya.” Oleh karena itu, untuk menjadi seorang

murid tidaklah mudah. Variasi dari bentuk relasi ketiga ini juga

terkait dengan tingkatan yang dimiliki oleh seorang murid, dan hal

ini sangat samar, dan diyakini hanya sang guru tarekatlah yang

mengetahui tingkatan masing-masing muridnya.27

Keempat, seorang caleg yang menjadi anggota, telah atau

pernah menjadi pengurus dan telah menjadi murid tarekat. Perlu

ditegaskan keterangan “telah atau pernah”, karena kepengurusan

waktunya terbatas. Terkait dengan batasan waktu kepengurusan

ini, disebutkan bahwa: 1) setiap tiga tahun sekali diadakan pe-

milihan dan pembentukan kepengurusan baru; 2) setiap pengurus

______________

26 Ibid., hlm. 1 27 Dalam kaitan ini, kisah sufistik tentang seorang guru yang menguji

sejumlah muridnya untuk menyembelih seekor binatang di tempat yang tidak

diketahui oleh siapapun, dapat dijadikan sebagai salah satu bukti.

Page 59: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 97

hanya dapat dipilih dan duduk di kepengurusan selama dua

periode; dan 3) setelah dua periode, seorang pengurus bisa dipilih

lagi pada kedudukan yang berbeda.28 Variasi bentuk relasi ini juga

terkait dengan seberapa lama seorang murid telah menjadi pe-

ngurus serta terkait pula dengan tingkat kepengurusan yang

didudukinya.

Tabel 12:

Bentuk Relasi Caleg dengan al-Khidmah

Keanggotaan Kepengurusan Keguruan Keterangan

Caleg

1 Ya Tidak Tidak Ada

Caleg

2 Ya Ya Tidak Tidak ada

Caleg

3 Ya Tidak Ya Tidak ada

Caleg

4 Ya Ya Ya Tidak ada

Selain keempat bentuk tersebut, sebenarnya masih ada lagi,

yakni bila kriteria dewan penasehat juga dimasukkan. Bentuk ini

pastilah paling tinggi dibanding keempat bentuk tersebut. Tetapi

karena syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang yang duduk

dalam dewan penasehat sedemikian ketat, maka sengaja bentuk ini

tidak dimasukkan. Sebab bentuk ini hanya terjadi secara hipotetis

dan teoretis semata. Berbeda dengan keempat bentuk di atas, yang

meski baru sebatas teoretis, tetapi secara praktis besar ke-

mungkinannya untuk terwujud. Selengkapnya mengenai keempat

bentuk relasi tersebut dapat dilihat pada tabel 12.

______________

28 Achmad Asrori, Pedoman, op. cit., hlm. 7-8

98 ║Politik Majelis Zikir

Bila keempat bentuk relasi tersebut dilihat dari tinggi rendah-

nya loyalitas, maka ditemukan bahwa bentuk pertama memiliki

tingkat loyalitas paling rendah, sedang bentuk keempat memiliki

tingkat loyalitas paling tinggi. Hal ini bisa dijelaskan sebagai

berikut. Pertama, baik caleg yang berstatus sebagai mu‘taqidin-

mu‘taqidat maupun muhibbin-muhibbat sama-sama memiliki tingkat

loyalitas paling rendah. Di antara keduanya, yang lebih rendah

loyalitasnya adalah yang masuk ke dalam kategori mu‘taqidin-

mu‘taqidat. Sebab kategori ini baru sebatas memiliki keyakinan yang

baik atau husnuzh-zhan, dan belum mempraktekkan keyakinannya

itu dengan menjadi anggota aktif, yakni muhibbin-muhibbat. Kedua,

tingkat loyalitasnya lebih tinggi dibanding yang pertama, di

samping kategorinya telah masuk ke dalam muhibbin-muhibbat, ia

juga dituntut meluangkan waktunya untuk melaksanakan tugas

dan kewajibannya. Tanpa loyalitas yang tinggi, tentu ia tidak akan

mampu menjadi pengurus, apalagi bila melihat syarat-syarat

sebagaimana yang telah disebutkan. Ketiga, loyalitasnya lebih tinggi

lagi, karena ikrarnya sudah langsung kepada sang guru. Di samping

itu, yang dikejar sudah memasuki wilayah spiritualitas. Berbagai

amaliyah dan kegiatan yang harus diikutinya memerlukan loyalitas

yang sangat tinggi, meski ia tidak menjadi pengurus. Keempat,

loyalitasnya paling tinggi, karena sudah melibatkan kualitas

kepengurusan dan spiritualitas sekaligus.

Perbedaan tingkat loyalitas tersebut tentu saja akan memiliki

implikasi terkait dengan keuntungan dan manfaat yang diperoleh

oleh masing-masing pihak, baik caleg maupun jamaah al-Khidmah.

Semakin tinggi tingkat loyalitas seorang caleg, maka semakin baik

sikap dan perilakunya terhadap jamaah al-Khidmah. Sebaliknya,

semakin tinggi pula keuntungan dan manfaat yang akan ia dapat

dari jamaah. bentuk relasi seperti inilah yang kemudian melahirkan

model hubungan yang saling menguntungkan (mutualisme).

Benar-benar saling menguntungkan dalam arti yang sebenarnya.

Karena keduanya tetap sejajar, tidak ada yang subordinat. Inilah

Page 60: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 99

yang menjadi salah satu ciri khas dari majelis zikir al-Khidmah ini.

Sehingga sampai saat ini, jamaah al-Khidmah ini telah diterima oleh

semua kalangan, mulai dari kalangan bawah, kalangan menengah

sampai kalangan atas, seperti dinyatakan sendiri oleh Romo Kyai

Asrori.29

Tentu saja keuntungan dan manfaat yang dimaksud tidak

selamanya berbentuk atau diukur dengan perolehan materi. Bagi

seorang caleg, dikenal dan diterima di lingkungan jamaah al-

Khidmah merupakan suatu keuntungan dan manfaat tersendiri. Di

sisi lain, bisa diundang dan berzikir secara bersama-sama oleh caleg

yang bersangkutan juga menjadi keuntungan dan manfaat

tersendiri bagi jamaah al-Khidmah. Sebab melalui kegiatan seperti

itu, al-Khidmah bisa melakukan syiar zikir, yang menjadi salah satu

tujuan utama terbentuknya jamaah tersebut. Di samping sejumlah

tujuan dan latar belakang berdirinya al-Khidmah yang telah ditulis

sendiri oleh Kyai Asrori dan telah dikemukakan pada bab sebelum-

nya, menarik juga untuk dikemukakan di sini perihal filosofi al-

Khidmah yang dikemukakan oleh Kyai Munir Abdullah, salah

seorang sesepuh al-Khidmah Jawa Tengah. Dalam suatu kesempat-

an,30 beliau menyatakan bahwa sekarang ini, “noriqoh” sangat sulit.

Kalau sekedar masuk tarekat mudah saja. Ada empat syarat yang

harus dimiliki, yaitu: 1) qalil al-tha‘am, sedikit makan. Yakni banyak

tirakat. Orang dulu kalau memberi pesan kepada anaknya yang

mau mondok, adalah supaya makan yang enak dan tidur yang nye-

nyak. Maksudnya, jangan makan sebelum benar-benar lapar; 2) qalil

al-manam, sedikit tidur; 3) i’tizal al-anam, menjauhkan diri dari

manusia, hatta la ya’rifunahu wa la ya’rifuhum (topo broto). Syeikh

Abdul Qadir melaksanakannya selama dua puluh tahun. 4) Shuhbah

______________

29 Achmad Asrory Oesman al-Ishaqy, Tuntunan, op. cit., hlm. i 30 Tepatnya pada acara Haul Akbar di Nawangsari Kecamatan Weleri

Kabupaten Kendal, pada tanggal 26 Januari 2009

100 ║Politik Majelis Zikir

al-rijal wa ahlil kamal wa ibadillah al-shalihin, berkumpul dengan orang-

orang saleh. Dan dari keempat hal tersebut, yang paling mungkin

untuk kita lakukan adalah yang keempat. Inilah filosofi majelis zikir

al-Khidmah.

Menutup sub bab sekaligus bab ini, perlu dikemukakan bahwa

secara praktis barulah bentuk pertama yang sampai penelitian ini

selesai dilakukan, ditemukan di dalam jamaah al-Khidmah. Sedang

bentuk-bentuk yang lain masih sebatas teoretis semata, tetapi tidak

ditutup kemungkinan bahwa di masa-masa yang akan datang

bentuk-bentuk lain itu akan bisa ditemukan di dalam jamaah ini.[]

Page 61: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Implikasi Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 101

BAB IV

IMPLIKASI PERILAKU POLITIK

MAJELIS ZIKIR AL-KHIDMAH WILAYAH

JATENG PADA PILLEG 2009

A. Pergeseran Wibawa Kyai

Sebelum memaparkan implikasi perilaku politik jamaah al-

Khidmah, baik secara internal maupun eksternal, terlebih dahulu

akan diulas secara singkat adanya fenomena pergeseran, atau lebih

tepatnya memudarnya wibawa dan kharisma kyai. Sudah dimak-

lumi, bahwa kyai memiliki kedudukan yang tinggi di tengah ma-

syarakat, khususnya masyarakat santri.1 Sebagian besar peneliti

mengatakan bahwa hal ini terkait dengan budaya paternalistik yang

______________

1 Pada masyarakat santri, ilmu dan akhlak menjadi ukuran untuk me-

nentukan kelas seseorang. Dalam hal ini, kyai mendapatkan posisi tertinggi

karena ukuran tersebut. Tentang ukuran-ukuran kelas sosial ini, lihat misalnya

Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, Rajawali Press, Jakarta, 1991,

hlm. 263

102 ║Politik Majelis Zikir

tumbuh subur di dalam masyarakat. Namun dewasa ini, wibawa

itu mulai dan bahkan semakin memudar. Dalam konteks politik,

sejumlah kasus menunjukkan bahwa suara, bahkan fatwa seorang

kyai untuk memilih calon tertentu ternyata tidak cukup efektif

mempengaruhi masyarakat. Hal inipun memunculkan sejumlah

analisis di kalangan para pengkaji. Sebagian besar berpendapat

bahwa faktor utamanya adalah modernitas, yang menyebabkan

masyarakat semakin rasional dan pragmatis.

Tampaknya di luar pendapat mayoritas tersebut, ada faktor yang

sebenarnya lebih tepat. Yaitu bahwa kuatnya wibawa kyai pada

masa-masa dahulu diakibatkan karena kyai menjadi tempat “ber-

sandar” masyarakat dalam memenuhi hampir semua kebutuhannya,

mulai kebutuhan fisik, mental sampai spiritual. Ketika tidak memiliki

pekerjaan, maka seseorang datang kepada kyai, dan kyai memberinya

pekerjaan, entah di ladangnya atau memberinya tempat usaha.

Ketika sakit, seseorang datang kepada kyai untuk meminta peng-

obatan, dan kyai pun memberinya jampi-jampi tanpa dikenakan

biaya tertentu. Begitu seterusnya. Karena itu wajar, bila masyarakat

memiliki kepatuhan dan ketaatan total kepada kyai. Bila analisis ini

digunakan, maka sebenarnya ketaatan itu pun sebenarnya rasional

dan pragmatis semata. Dengan alasan rasional dan pragmatis pula,

fenomena memudarnya wibawa kyai akhir-akhir ini dapat dipahami

dengan baik. Yaitu bahwa kyai sudah tidak lagi menjadi tempat

bersandar masyarakat dalam memenuhi hampir semua kebutuhan

mereka. Dalam memenuhi kebutuhan spiritual masyarakat masih

sangat bergantung kepada kyai. Tetapi dalam memenuhi

kebutuhan-kebutuhan yang lain, praktis sudah banyak institusi lain.

Misalnya dalam memenuhi kebutuhan kesehatan, masyarakat tidak

lagi datang kepada kyai untuk memohon “pengobatan”, tetapi

datang kepada dokter. Sebagian kyai yang memiliki kemampuan

pengobatan alternatif pun sudah menerapkan model transaksi

Page 62: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Implikasi Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 103

seperti lembaga pengobatan modern.2 Begitu pula dengan

kebutuhan-kebutuhan yang lain.

Dalam banyak kasus, terbukti bahwa wibawa dan kharisma

kyai mulai tercabut dari aspek-aspek di luar agama dan spiritualitas.

Bila kesimpulan ini benar, maka rasionalitas dan pragmatisme yang

terjadi di masyarakat terhadap kyai, sebagaimana yang telah di-

sebutkan di atas ada benarnya. Dalam soal-soal yang terkait dengan

agama dan spiritualitas, kyai masih menjadi rujukan sentral bagi

masyarakat. Tetapi menyangkut masalah-masalah di luar itu,

mereka mempunyai logika tersendiri. Sebab perolehan dan pen-

capaian mereka terhadap hal-hal tersebut tidak banyak berkaitan

dengan kyai. Itulah sebabnya, ketika seorang kyai yang disegani

sekalipun, memerintahkan agar memilih seseorang dalam suatu

pilkada, misalnya, ternyata tidak banyak mendapat tanggapan

positif dari masyarakat.3 Namun hal itu tidak berarti masyarakat

anti terhadap kyai tersebut, melainkan hanya dalam aspek tertentu

mereka menghormatinya.

Di dalam al-Khidmah ini, garis koordinasinya juga sangat di-

tentukan oleh wibawa dan kharisma kyai. Manajemen al-Khidmah

juga menempatkan kyai pada posisi yang sangat sentral, yakni

menjadi bagian dari dewan penasehat. Yang paling sentral tentu

saja Sang Guru Thariqah, yakni Romo Kyai Ahmad Asrori Oesman

al-Ishaqi, karena di samping forum rapat, hampir semua keputusan

______________

2 Bahkan ada kecenderungan, bahwa mereka yang menekuni profesi

pengobatan dengan doa-doa, cenderung tidak diposisikan sebagai kyai oleh

masyarakat, apalagi bila prosedurnya sama dengan pengobatan modern, se-

perti tarif dan lain-lain. 3 Kasus Pilkada Jawa Timur tahun 2008 lalu barangkali bisa menjadi

contoh terbaik, dimana Khafifah yang oleh para kyai khash diperintahkan

untuk tidak dipilih, ternyata masih mendapatkan suara yang sangat tinggi,

bahkan disinyalir seandainya tidak ada “upaya sistematis”, dialah yang

menang.

104 ║Politik Majelis Zikir

penting harus dihaturkan kepada beliau. Banyak unsur yang me-

nopang wibawa dan kharisma tokoh ini, antara lain, pertama, garis

keturunan. Beliau adalah keturunan salah seorang khalifah utama

Kyai Romli yang sangat disegani, yang sejak awal oleh sebagian

muridnya diyakini memiliki kedudukan spiritual yang lebih tinggi

dibanding Kyai Romli sendiri.4 Nenek dari jalur ayah beliau adalah

keturunan Maulana Muhammad Ainul Yaqin al-Mulaqqab bi

Sunan Giri bin Maula Ishaq al-Husaini. Sedang kakek dari jalur

ayahnya adalah keturunan Sunan Gunung Jati, juga keturunan al-

Husaini.5 Bahkan berdasarkan salah satu brosur yang ditulis sendiri

oleh Kyai Asrori, garis keturunan itu dapat diketahui secara lengkap

sampai kepada Nabi Muhammad saw. Dalam brosur itu, Kyai

Usman adalah keturunan Nabi Muhammad saw. yang ketiga puluh

enam.6 Kedua, akhlak dan spiritualitas. Oleh para jamaah, di sam-

ping memiliki akhlak yang sangat mulia, beliau juga diyakini telah

mencapai derajat kewalian. Beliau sangat istiqamah dalam me-

mimpin zikir dan pengajian. Ketiga, kualitas keilmuan. Di samping

istiqamah dalam menyampaikan pengajian-pengajian, beliau juga

menulis banyak sekali karya, dimulai dari menulis tuntutan-

tuntunan zikir sampai karya ilmiah. Di buku-buku tuntunan zikir

yang beliau tulis juga terdapat kata pengantar yang sangat men-

dalam isinya berkenaan dengan tasawuf dan tarekat.

______________

4 Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, Mizan,

Bandung, 1992, hlm. 179 5 Mokh Sya‘roni, “Pemikiran Tasawuf KH. Ahmad Asrori al-Ishaqi: Kajian

terhadap Pengajian Tasawuf Program Mutiara Hikmah Radio Rasika FM

Semarang”, thesis Pasca Sarjana IAIN Walisongo, Semarang, 2003, hlm. 47,

tidak diterbitkan. 6 Brosur itu dicetak dalam jumlah besar dan dapat dibeli seperi membeli

foto-foto Kyai Asrori.

Page 63: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Implikasi Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 105

Berikut ini akan dikemukakan implikasi perilaku politik

jamaah al-Khidmah ini, baik secara internal maupun eksternal. Di

sela-sela pemaparan ini akan terlihat pula sejauhmana pergeseran

wibawa kyai terjadi di dalam jamaah al-Khidmah ini.

B. Implikasi Internal

Yang dimaksud implikasi internal adalah pengaruh perilaku

politik dewan penasehat terhadap para pengurus, pengaruh peri-

laku politik dewan penasehat dan pengurus terhadap jamaah dan

pengaruh perilaku politik dewan penasehat dan pengurus terhadap

lembaga.

1. Pengaruh Dewan Penasehat terhadap Pengurus

Yang dimaksud dewan penasehat adalah para imam khushushi,

para kyai, para ustadz dan para sesepuh yang disepakati oleh para

murid atau jamaah dan disampaikan kepada Guru Thariqah.7

Secara normatif kelembagaan, posisi dewan penasehat ini sangat

tinggi, berada di atas pengurus al-Thariqah dan al-Khidmah. Secara

rinci status dewan penasehat dapat dilihat dari uraian tugas mereka

sebagai berikut:

a. Dewan penasehat terdiri dari imam khushushi, kyai,

ustadz dan sesepuh yang tinggal di kawasan tempat ke-

pengurusan berada.

b. Tugas rutin dewan penasehat adalah: memimpin khu-

shushi, memimpin zikir, memimpin maulid, memimpin

manaqib, memimpin pengajian dan lain-lain yang ber-

kaitan dengan amaliyah murid atau jamaah.

______________

7 Achmad Asrori Oesman al-Ishaqi, Pedoman Kepemimpinan dan

Kepengurusan dalam Kegiatan dan Amaliah ath-Thariqah dan al-Khidmah, al-

Khidmah, Semarang, 2006, hlm. 5

106 ║Politik Majelis Zikir

c. Dewan penasehat bertugas melaksanakan kontrol dan

mengistiqamahkan serta men-thuma‘ninah-kan pelaksana-

an amaliyah para murid atau jamaah, khususnya tentang:

1) amaliyah wajib, yaitu harian dan mingguan; dan 2)

amaliyah sunnah, yaitu harian, mingguan, bulanan dan

tahunan.

d. Menerima laporan dari pengurus al-Thariqah dan pe-

ngurus al-Khidmah.

e. Mendukung segala keputusan pengurus al-Thariqah atau

al-Khidmah yang sesuai dengan petunjuk pengurus

pusat.

f. Jika timbul hal-hal yang dirasa menyimpang, maka

dewan penasehat dapat memanggil pengurus al-Thariqah

dan pengurus al-Khidmah untuk mendapatkan pen-

jelasan secara detail dalam forum rapat dewan penasehat

dengan pengurus al-Thariqah atau pengurus al-Khidmah

atau bersama-sama.

g. Keputusan dewan penasehat harus bersifat kolektif, tidak

bersifat pribadi atau perorangan.

h. Dewan penasehat, baik secara kolektif maupun personal

tidak boleh menginterfensi keputusan-keputusan pe-

ngurus al-Thariqah atau al-Khidmah.8

Berdasarkan uraian tersebut, maka status dewan penasehat

memang tinggi, tetapi terbatas. Sebab mereka tidak bisa meng-

interfensi keputusan-keputusan yang diambil oleh pengurus al-

Thariqah maupun al-Khidmah. Uraian tersebut juga menunjukkan

bahwa wewenang tertinggi selain Sang Guru thariqah bersifat

kolektif keorganisasian. Ini menjadi bukti bahwa, kelembagaan al-

Khidmah dan al-Thariqah ini relatif modern, karena tidak ada

______________

8 Ibid., hlm. 10-12

Page 64: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Implikasi Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 107

sentralitas kewenangan secara personal, melainkan secara ke-

lembagaan yang didasarkan pada hasil rapat.

Dapat disimpulkan bahwa dewan penasehat tidak memiliki

pengaruh kuat terhadap para pengurus, baik pengurus al-Thariqah

maupun al-Khidmah. Satu-satunya kewenangan yang paling kuat

adalah berkenaan dengan amaliyah murid atau jamaah, baik amali-

yah harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Karena itu, di

dalam masalah politik, secara normatif kelembagaan, perilaku

dewan penasehat tidak memiliki implikasi yang signifkan terhadap

pengurus. Hal ini sekaligus menjadi bukti, bahwa secara normatif

kelembagaan, jamaah al-Khidmah ini memang disiapkan sedemi-

kian rupa agar tidak masuk terlalu jauh secara kelembagaan ke

dalam wilayah di luar wilayah spiritual. Wilayah-wilayah non-

spiritual itu hanya boleh dimasuki dalam kapasitas sebagai pribadi.

Dapat disimpulkan pula, bahwa pedoman kelembagaan ini benar-

benar sesuai dan sejalan dengan tuntunan yang diberikan oleh

Romo Kyai Asrori.

Dalam prakteknya, perilaku politik dewan penasehat juga

tidak memiliki implikasi terhadap perilaku politik pengurus. Kalau

pun ada implikasi, sifatnya hanya informal dan biasanya sudah ada

hubungan jauh sebelum mereka masuk ke dalam al-Khidmah.

Misalnya karena mereka memiliki latar belakang sosio-politik yang

sama. Namun demikian, hubungan dan komunikasi politik di

antara sesama jamaah yang memiliki latar belakang sosio politik

yang sama tidak sampai membentuk kelompok-kelompok baru di

dalam jamaah al-Khidmah ini. sehingga warna-warni perilaku

politik di kalangan dewan penasehat dan pengurus tidak membawa

dampak negatif terhadap lembaga.

2. Pengaruh Dewan Penasehat dan Pengurus terhadap Jamaah

Yang dimaksud pengurus di sini mencakup pengurus al-

Thariqah dan pengurus al-Khidmah. Pengurus al-Thariqah adalah

108 ║Politik Majelis Zikir

murid-murid yang telah dipilih dan ditetapkan oleh rapat para

murid dan disampaikan atau dihaturkan kepada Guru Thariqah,

untuk mengurusi kagiatan dan amaliyah thariqah. Sedang pengurus

al-Khidmah adalah orang-orang yang telah dipilih dan ditetapkan

oleh rapat al-Khidmah untuk memfasilitasi terselenggaranya ke-

giatan dan amaliyah yang telah ditetapkan dan diamalkan oleh

Guru Thariqah atau para ulama’ salaf al-shalih. Baik pengurus al-

Thariqah maupun al-Khidmah memiliki sejumlah syarat yang

sama, sebagaimana telah disebutkan, yaitu: 1) sudah baligh; 2) sehat

wal afiat, jasmani dan rohani; 3)mempunyai keahlian dan ke-

mampuan di bidangnya; 4) mempunyai kemauan yang tinggi untuk

berkhidmah; 5) mempunyai waktu yang cukup untuk berkhidmah;

dan 6) bersungguh-sungguh dalam menjalankan amanat, tugas dan

kewajibannya.9 Bedanya, untuk menjadi pengurus al-Thariqah

haruslah sudah menjadi murid tarekat, sedang untuk menjadi

pengurus al-Khidmah tidak harus sudah menjadi murid tarekat.

Selanjutnya hubungan antara pengurus al-Thariqah dan pe-

ngurus al-Khidmah adalah 1) pengurus al-Thariqah berhak meng-

awasi pengurus al-Khidmah dalam jabatan yang sama (ketua al-

Thariqah mengawasi ketua al-Khidmah, sekretaris al-Thariqah

mengawasi sekretaris al-Khidmah, begitu seterusnya); dan 2) pe-

ngurus al-Thariqah tidak boleh mengintervensi kegiatan pengurus

al-Khidmah.10 Dengan demikian, pengurus al-Thariqah memiliki

kedudukan yang lebih tinggi dibanding pengurus al-Khidmah. Hal

ini boleh jadi disebabkan karena para pengurus tarekat telah me-

lampaui jenjang spiritual yang lebih berat dan lebih tinggi dibanding

para pengurus al-Khidmah. Namun demikian, pengurus al-Thariqah

tetap tidak boleh mengintervensi pengurus al-Khidmah. Pengawasan

______________

9 Ibid., hlm. 9-10 10 Ibid., hlm. 9

Page 65: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Implikasi Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 109

dilakukan hanyalah untuk melihat apakah kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pengurus yang sejajar jabatannya itu sejalan dengan

apa yang telah digariskan atau tidak. Seandainya terjadi sesuatu yang

menurut pengurus al-Thariqah tidak sesuai, maka keputusannya

haruslah diambil secara kolektif. Oleh karena itu, pengaruh

pengurus al-Thariqah terhadap pengurus al-Khidmah sangat kecil.

Bahkan dapat disimpulkan bahwa keduanya memiliki kedudukan

yang sejajar secara kolektif kepengurusan.

Persoalannya kemudian, bagaimana pengaruh perilaku politik

dewan penasehat dan pengurus-pengurus tersebut terhadap

jamaah? Sebagaimana telah dikemukakan, ada tiga kategori jamaah

di dalam majelis zikir ini, yaitu mu‘taqidin-mu‘taqidat, muhibbin-

muhibbat dan muridin-muridat. Terhadap semua kategori jamaah itu,

perilaku politik dewan penasehat dan para pengurus tidak ber-

pengaruh signifikan secara formal kelembagaan. Sebab, di satu sisi

para dewan penasehat dan para pengurus itu memahami betul

rambu-rambu perilaku politik yang telah digariskan oleh Guru

Thariqah. Dalam hal ini, pengaruh Guru Thariqat terhadap mereka

jauh lebih kuat. Sedang di sisi lain, para jamaah juga memiliki

rasionalitas tersendiri. Pada kasus pilleg 2009 lalu, para jamaah me-

miliki rasionalitas tersendiri, yang tidak terkait dengan rasionalitas

para pengurus dan dewan penasehat. Jangankan para dewan pe-

nasehat, bahkan Sang Guru Thariqah sendiri pun dalam masalah

pilihan politik tidak berpengaruh signifikan terhadap jamaah. Se-

bagai contoh, ketika SBY hadir di Pesantren al-Fithrah pada acara

Mubaya‘ah Kubra, sejumlah jamaah memilih tidak hadir, karena

secara politik tidak setuju dengan partai Demokrat, dimana SBY

merupakan simbolnya. Memang ada beberapa penafsiran terhadap

sikap politik Kyai Asrori dalam kasus hadirnya SBY tersebut. Bagi

yang menolak hadir, diterimanya SBY dalam acara itu sudah me-

nyiratkan dukungan yang jelas dari Kyai Asrori terhadap SBY.

Tetapi bagi yang tetap hadir, meski tidak setuju dengan SBY, feno-

110 ║Politik Majelis Zikir

mena itu justru dimaknai betapa terbukanya Kyai dengan semua

pihak. Karena posisi beliau adalah yang didatangi, bukan yang

mendatangi. Apalagi bila dikaitkan dengan munculnya fenomena

menjelang pilpres, yakni penolakan sejumlah dewan penasehat

terhadap SBY yang disinyalir mendapat restu dari Sang Guru

Thariqah. Sehingga menerima kehadiran seseorang tidak otomatis

mengandung pengertian dukungan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perilaku dewan

penasehat yang di dalamnya terdapat para kyai dan para pengurus

tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap jamaah. Kalau pun

ada pengaruh, pastilah sudah dimulai jauh sebelum mereka masuk

ke dalam al-Khidmah. Misalnya karena mereka memiliki latar

belakang sosio politik yang sama. Di samping itu, besar kecilnya pe-

ngaruh tersebut juga terkait dengan kategori jamaah. semakin ting-

gi jenjang jamaah, samakin tinggi pula potensi pengaruh itu. Sekali

lagi, hal ini juga mengandung makna bahwa dalam urusan-urusan

di luar keagamaan dan spiritualitas, jamaah al-Khidmah memiliki

rasionalitas dan logika tersendiri yang terkadang berbeda dengan

rasionalitas dan logika para kyai.

Kesimpulan ini semakin kuat bila dikaitkan dengan rasio-

nalitas dan logika politik jamaah al-Khidmah pada pemilu berikut-

nya, yaitu pilpres, meskipun sebenarnya antara pilleg dan pilpres

memiliki perbedaan signifikan. Tetapi pilpres 2009 dapat dijadikan

sebagai bukti tambahan atas kesimpulan tersebut. Menjelang

pilpres, ada instruksi dari sejumlah kyai agar menjatuhkan pilihan

kepada JK-WIN, dengan argumen bahwa JK-WIN lah yang lebih

membawa kemaslahatan bagi jamaah dan umat Islam pada umum-

nya. Di samping itu, ada informasi bahwa SBY akan memberikan

dukungan terhadap PKS dan MTA (Majelis Tafsir Al-Qur’an) de-

ngan mengembangkan radio yang telah dimilikinya.11 Bahkan se-

______________

11 Pada hari Sabtu tanggal 4 Juli 2009, sewaktu berangkat menuju Ke-

dinding untuk mengikuti pengajian rutin, para sesepuh mensosialisasikan

Page 66: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Implikasi Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 111

jumlah petinggi al-Khidmah di Jawa Tengah ini juga sempat ber-

koordinasi dengan salah satu organisasi Islam untuk menyiapkan

langkah-langkah strategis bagi sikap politik tersebut. Tetapi semua

itu ternyata tidak mempengaruhi jamaah al-Khidmah. Justru

perolehan suara JK-WIN jauh dari yang diperkirakan. Tentu saja

banyak analisis yang bisa dikemukakan, tetapi dalam konteks ini,

tidak terlalu jauh kiranya bila dimaknai sebagai tidak adanya

pengaruh signifikan antara perilaku politik dewan penasehat dan

pengurus terhadap jamaah.

3. Pengaruh Dewan Penasehat dan Pengurus terhadap Lembaga

Selanjutnya, berkenaan dengan pengaruh perilaku politik de-

wan penasehat dan pengurus terhadap al-Khidmah secara ke-

lembagaan, dapat dikemukakan beberapa hal. Pertama, berkenaan

dengan karakter lembaga. Perilaku politik dari dewan penasehat

dan pengurus itu memberikan dampak positif bagi semakin jelas-

nya karakter lembaga. Yakni bahwa lembaga ini benar-benar fokus

kepada masalah spiritual. Sedang masalah-masalah lain diserahkan

sepenuhnya kepada masing-masing individu jamaah. Dengan

demikian, perilaku mereka itu dapat memperkuat apa yang telah

digariskan oleh Hadhratus Syaikh sendiri.

Ada pendapat yang umum berkembang, bahwa kelemahan

sebuah organisasi keagamaan atau majelis zikir yang pokok ada

dua. Pertama, bila sudah terjun ke dalam kancah politik praktis.

Berapa banyak tokoh dan organisasi keagamaan yang tadinya men-

_______________

dukungan itu kepada semua imam khushushi agar diteruskan kepada jamaah.

Alasannya adalah bahwa SBY akan memberikan peluang cukup besar kepada

PKS dan kepada radio MTA (Majelis Tafsir Al-Qur’an). Wawancara dengan

Ustadz Musyafak pada tanggal 4 Juli 2009 pukul 09.00 WIB. Menarik pula untuk

disebutkan di sini, bahwa ketua umum pengurus pusat al-Khidmah adalah

seorang pengusaha radio swasta yang sangat intensif menyiarkan jurnal dan

kegiatan al-Khidmah.

112 ║Politik Majelis Zikir

jadi serbuan masyarakat, tetapi tiba-tiba meredup karena terjun ke

dalam politik praktis. Dalam konteks tarekat, kasus yang dialami

oleh tarekat Rejoso Jombang di bawah kepemimpinan Kyai

Musta‘in Romli menjadi contoh yang sangat nyata. Kedua, apabila

pemimpinnya melakukan poligami. Dalam hal ini, Darut Tauhid

menjadi contoh yang paling nyata. Hanya saja, mengenai hal kedua

ini, tampaknya ada perbedaan yang cukup mendasar, antara lem-

baga semisal Darut Tauhid dan Jamaah al-Khidmah ini. Agaknya,

seandainya pemimpin dari lembaga yang disebut terakhir ini ber-

poligami, maka tidak akan terlalu membawa pengaruh. Karena di

samping lembaga semacam ini tumbuh dari bawah, penolakan

jamaah terhadap konsep poligami tidak seekstrim massa Darut

Tauhid.

Kedua, berkenaan dengan soliditas lembaga. Sebagaimana

telah dikemukakan, jamaah ini memiliki latar belakang yang sangat

beragam secara ideologi dan politik. Maka apabila perilaku politik

dari para dewan penasehat dan pengurus tidak dibawa ke level

kelembagaan, tetapi tetap pada wilayah individual, maka siapapun

jamaahnya akan merasa nyaman. Hal ini pada gilirannya akan

berdampak pada soliditas jamaah. Di samping itu, kondisi semacam

ini juga bisa menjadi contoh yang baik bagi pendidikan politik di

tanah air. Sebab, salah satu agenda penting bangsa ini berkenaan

dengan pendidikan politik adalah bagaimana menumbuhkan ke-

sadaran dan kedewasaan berpolitik. Berapa banyak kasus konflik

dan pertikaian yang berpangkal pada masalah perbedaan politik. Di

kalangan warga NU misalnya, munculnya sejumlah partai yang

memiliki basis massa yang sama sering menyebabkan timbulnya

konflik, bahkan bentrokan fisik. Yang paling keras adalah konflik

antara massa PKB dengan massa PPP, seperti yang terjadi di

Pekalongan dan Jepara pada pemilu di awal reformasi. Jamaah al-

Khidmah dalam hal ini, sedikit banyak memberikan sumbangan

Page 67: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Implikasi Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 113

terhadap kedewasaan politik di wilayah ini. Pilihan politik boleh

berbeda, tetapi hubungan baik harus tetap terjalin.

C. Implikasi Eksternal

Tak diragukan lagi, bahwa jamaah al-Khidmah ini sudah men-

jadi salah satu komponen penting di tanah air,12 termasuk di

Wilayah Jawa Tengah ini. Karena itu, apa yang dilakukan oleh

keluarga besar jamaah al-Khidmah ini pasti membawa implikasi

eksternal pula. Yang dimaksud implikasi eksternal di sini adalah

pengaruh perilaku politik al-Khidmah Jawa Tengah terhadap lem-

baga dan masyarakat di luar al-Khidmah serta terhadap pemerintah.

1. Pengaruh terhadap Lembaga dan Masyarakat di Luar

al-Khidmah

Penelitian ini menemukan bahwa ada pengaruh yang positif

dari jamaah al-Khidmah terhadap lembaga-lembaga di luar al-

Khidmah dan masyarakat pada umumnya di wilayah Jawa Tengah

ini. Hal-hal positif yang bisa dicatat antara lain, pertama, semakin

banyak lembaga yang mengundang jamah al-Khidmah ini pada

even-even penting mereka. Undangan-undangan seperti itu tentu

mengandung makna bahwa mereka memiliki respon positif ter-

hadap jamaah al-Khidmah ini. Bahkan undangan juga mulai

muncul dari perseorangan.

Kedua, apresiasi yang cukup tinggi terhadap lembaga ini, yang

terbukti melalui dukungan mereka, baik moril maupun materiil

terhadap kegiatan-kegiatan besar yang dilaksanakan oleh lembaga

ini. Di luar kegiatan-kegiatan besar jamaah al-Khidmah yang di-

______________

12 Pada tahun 2003 saja, Mokh. Sya‘roni mencatat bahwa al-Khidmah

sudah berkembang di sejumlah kota besar, seperti di Jawa Timur sebagai pu-

sat perkembangannya, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, DKI Jakarta,

NTT, Kalimantan Barat, Ujung Pandang, Lampung, Palembang dan Medan.

Mokh Sya‘roni, op. cit., hlm. 49

114 ║Politik Majelis Zikir

selenggarakan atas undangan dari instansi tertentu, jamah al-

Khidmah juga memiliki agenda untuk mengadakan kegiatan-ke-

giatan dalam skala besar, sebagaimana telah dikemukakan di bab

sebelumnya. Tentu saja kegiatan-kegiatan seperti ini membutuhkan

biaya yang tidak sedikit. Di sinilah, terlihat berapa antusias ma-

syarakat untuk memberikan dukungan.

Ketiga, semakin tumbuh kesadaran tentang pentingnya ber-

zikir, bahkan terhadap tarekat. Tumbuhnya kesadaran ini bukan

saja karena adanya sejumlah dampak modernitas yang dianggap

mengesampingkan dimensi terdalam manusia, melainkan karena

zikir memang perlu untuk memberikan makanan bagi rohani, apa-

pun kondisinya dan seperti apapun situasinya. Dalam kaitan ini,

agaknya lebih tepat menyatakan bahwa zikir pada umumnya, serta

tasawuf dan tarekat pada khususya menemukan urgensinya bukan

hanya di era modern ini, tetapi di era manapun. Meminjam ke-

terangan Kyai Asrori, keadaan manusia itu ada empat macam, yaitu

sehat atau sakit, dan taat atau durhaka. Dalam semua keadaan itu,

zikir tetap diperlukan. Bagi yang sehat, spiritualitas berfungsi men-

dayagunakan kesehatan itu untuk hal-hal yang positif. Bagi yang

sakit, spiritualitas itu berfungsi menumbuhkan kesabaran. Bagi

yang taat, spiritualitas berfungsi menjaga agar ketaatan itu tidak

ternodai oleh penyakit hati. Sedang bagi yang durhaka, spiritualitas

menumbuhkan optimisme untuk memperbaiki diri.

2. Pengaruh terhadap Pemerintah

Setidaknya ada dua hal penting yang ditemukan berkenaan de-

ngan implikasi perilaku politik jamaah al-Khidmah terhadap pe-

merintah. Antara lain, pertama, pemerintah merasakan tidak ada ke-

khawatiran untuk menjadikan jamaah al-Khidmah ini sebagai

partner dalam mensosialisasikan program-program pemerintah

kepada masyarakat luas, dan meningkatkan partisipasi masyarakat.

Page 68: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Implikasi Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah .... ║ 115

Hal ini biasanya dilakukan oleh pemerintah dengan cara meng-

adakan acara zikir bersama, sesuai dengan wilayah pemerintahan

yang bersangkutan. Pemerintah merasakan tidak ada kekhawatiran

kalau dianggap membawa massa jamaah al-Khidmah ke dalam

partai politik tertentu. Ini berbeda dengan majelis-majelis di masa-

masa dahulu, dimana ketika diajak berzikir dengan pemerintah,

maka semacam ada kesan sedang diajak untuk mendukung partai

tertentu. Berbeda pula dengan majelis-majelis zikir yang memang

secara eksplisit berafiliasi kepada partai tertentu.

Kedua, semakin berkurangnya phobi sebagian pejabat pe-

merintah terhadap organisasi-organisasi Islam. Di zaman Orde

Baru pernah muncul phobi terhadap Islam akibat bisikan-bisikan

yang diberikan kepada tokoh sentral rezim Orde Baru. Dikhawatir-

kan bahwa Islam akan menjadi ancaman besar bagi kelangsungan

kekuasaannya. Namun phobi itu di masa-masa akhir kekuasaannya

sudah sangat berkurang. Bahkan di masa-masa akhir rezim tersebut

muncul program “penghijauan”, semakin banyaknya umat Islam

yang duduk di pemerintahan dan semakin dekatnya pemerintahan

kepada Islam. Sementara di era reformasi sekarang ini juga muncul

phobi yang baru terhadap Islam, termasuk pesantren. Karena di satu

sisi, muncul organisasi-organisasi Islam yang ditengarai sebagai

Islam garis keras, seperti Front Pembela Islam (FPI), Majelis

Mujahidin Indonesia (MMI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)13 dan

lain-lain. Di sisi lain, banyak teror bom yang dilakukan oleh mereka

______________

13 Dibandingkan dengan organisasi Islam garis keras yang lain, HTI me-

miliki identitas tersendiri. Sekeras apapun sikap HTI, kecil kemungkinannya

untuk menggunakan cara-cara kekerasan. Sebab yang menjadi senjata utama

mereka adalah pemikiran. Uraian lengkap mengenai HTI ini antara lain bisa

dilihat pada Ahmad Musyafiq, Spiritualitas Kaum Fundamental: Studi Kasus

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Jawa Tengah, IAIN Walisongo, Semarang, 2008,

laporan penelitian, tidak diterbitkan.

116 ║Politik Majelis Zikir

yang mengatasnamakan Islam. Tentu saja hal ini terlepas dari

adanya analisis bahwa munculnya sejumlah organisasi Islam garis

keras adalah karena adanya desain dari pihak-pihak tertentu, dan

analisis bahwa sejumlah teror bom itu tidak terlepas dari adanya

desain besar dari pihak di luar Islam.[]

Page 69: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Penutup ║ 117

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil beberapa

kesimpulan:

Pertama, pandangan Majelis Zikir al-Khidmah Jawa Tengah ten-

tang pemilu legislatif 2009 dapat dikategorikan sebagai pandangan

yang moderat. Sebab, terkait dengan hukum memilih pada pilleg

2009 tersebut, tidak ada yang menyatakan bahwa memilih hukum-

nya adalah wajib mutlak atau haram mutlak. Selanjutnya, terkait de-

ngan fungsi pilleg sebagai salah satu sarana untuk menciptakan

masyarakat yang adil dan makmur, sebagian besar menyatakan

bahwa kecil sekali peranan pilleg dalam menciptakan masyarakat adil

dan makmur. Bagi mereka, keadilan dan kemakmuran lebih terkait

dengan etos kerja masing-masing individu. Hal ini menunjukkan

bahwa kepercayaan jamaah al-Khidmah terhadap legislatif dan

118 ║Politik Majelis Zikir

eksekutif dalam menciptakan masyarakat adil dan makmur masih

rendah. Sedang berkenaan dengan kriteria caleg yang layak dipilih,

semuanya menyatakan bahwa caleg yang berakhlak-lah yang layak

dipilih. Tentu saja, syarat itu bagi mereka hanyalah dalam wilayah

idealitas. Sedang dalam kenyataannya, mereka menyadari bahwa

caleg yang terbaik dari yang terburuklah yang mereka pilih.

Kedua, perilaku politik Majelis Zikir al-Khidmah Jawa Tengah

pada pilleg 2009 dapat dikategorikan sebagai perilaku politik yang

akomodatif. Indikasinya adalah kemampuan Jamaah al-Khidmah

untuk berkompromi dengan partai politik tertentu, namun tetap

tidak mengintegrasikan diri. Dengan kata lain, mereka dekat, tetapi

tetap berjarak. Perilaku politik seperti ini antara lain dipengaruhi

oleh faktor sejarah, di mana di satu sisi ada majelis zikir yang ber-

sikap integratif dan di sisi lain ada yang bersikap konfrontatif. Peri-

laku Jamaah al-Khidmah yang seperti ini pada gilirannya juga mem-

pengaruhi perilaku para caleg dalam mengkampanyekan diri di

dalam Jamaah al-Khidmah ini. Hanya cara-cara yang sangat halus

yang mereka gunakan dalam mengkampanyekan diri. Selanjutnya,

dari sejumlah kemungkinan bentuk relasi yang terbangun antara

seorang caleg dengan al-Khidmah, sampai saat ini barulah satu

bentuk. Itu pun pada tahap yang paling sederhana, yakni seorang

caleg yang berstatus sebagai jamaah, tidak ada yang menjadi pe-

ngurus ataupun dewan penasehat.

Ketiga, pandangan dan perilaku politik Majelis Zikir al-

Khidmah ini membawa implikasi positif, baik secara internal mau-

pun eksternal. Secara internal, al-Khidmah tetap konsisten dengan

sikap netral yang sejak awal memang telah dipilih. Yakni al-

Khidmah bukan sebagai partai atau cikal bakal partai, melainkan

sebagai majelis zikir. Secara eksternal, banyak lembaga pemerintah

maupun non-pemerintah yang menjadikan al-Khidmah sebagai

partner yang baik. Di samping itu, keinginan untuk memasuki

Page 70: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Penutup ║ 119

jamaah ini juga sangat tinggi, tanpa ada kekhawatiran mengenai

perbedaan baju politik.

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan dan kesimpulan di atas, ada sejumlah

rekomendasi yang bisa dikemukakan, yaitu:

Pertama, secara internal, keberadaan Majelis Zikir al-Khidmah

sebagai wadah bagi semua orang yang ingin berzikir harus tetap

dijaga. Jangan sampai diidentikkan dengan ormas Islam tertentu.

Penting untuk dihindari atribut dan ungkapan yang hanya merujuk

kepada ormas Islam tertentu. Bila identitas ini tetap dijaga, maka al-

Khidmah akan semakin diterima luas oleh masyarakat.

Kedua, secara eksternal, perilaku politik yang ditempuh oleh al-

Khidmah ini hendaknya menjadi contoh yang baik bagi majelis-

majelis serupa yang ingin menjadi bagian dari upaya bersama untuk

menciptakan masyarakat adil dan makmur melalui pembangunan

spiritual. Masyarakat sangat membutuhkan bimbingan spiritual

yang tidak terkontaminasi oleh kepentingan sesaat.

Ketiga, khusus bagi pemerintah, Majelis Zikir al-Khidmah ini

sangat potensial untuk dijadikan sebagai sarana menyemaikan Islam

yang toleran dan damai. Karena itu, sejumlah pendekatan yang se-

lama ini sudah ditempuh, bisa ditingkatkan ke bentuk-bentuk yang

lebih konkret. Misalnya dengan mengadakan “Workshop Islam

Inklusif” dengan para dewan penasehat dan para pengurus. Sebab

dalam masalah agama dan spiritual, pengaruh dewan penasehat dan

pengurus terhadap jamaah masih sangat efektif.

C. Kata Penutup

Penelitian ini merupakan langkah awal dari upaya untuk

menggali lebih dalam karakteristik Majelis Zikir al-Khidmah

120 ║Politik Majelis Zikir

Wilayah Jawa Tengah ini. Masih banyak aspek-aspek lain yang bisa

diteliti, misalnya aspek transformasi spiritual, aspek paham ke-

agamaan, dan lain-lain. Pemahaman yang utuh terhadap majelis

zikir ini sangat penting, terutama bagi upaya bersama untuk men-

ciptakan Jawa Tengah yang lebih baik. Apalagi bila dikaitkan

dengan situasi dan kondisi akhir-akhir ini, yakni bahwa Jawa Ten-

gah justru menjadi lahan yang subur bagi sejumlah orang yang

diindikasikan sebagai penganut pemahaman Islam garis keras.[]

Page 71: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Daftar Pustaka ║ 121

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Thaba, Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru, Gema

Insani Press, Jakarta, 1996

Achmad Asrory Oesman al-Ishaqy, Tuntunan dan Bimbingan, al-

Khidmah, Semarang, 2006

__________, Pedoman Kepemimpinan dan Kepengurusan dalam Kegiatan

dan Amaliah al-Thariqah dan al-Khidmah, al-Khidmah, Semaran,

2006

__________, al-Iklil fi al-Istighatsat wa al-Azkar wa al-Da‘awat fi al-Tahlil,

al-Wafa, Surabaya, cet. V, 2005

__________, Hadzihi al-Fathah al-Nuriyyah fi al-Aurad wa al-Azkar wa al-

Da‘awat wa al-Istighatsat al-Yaumiyyah wa al-Lailiyyah, al-Khid-

mah, Surabaya, cet. II, 2005

__________, al-Muntakhabat fi Rabithah al-Qalbiyyah wa Shilah al-

Ruhiyyah, jilid I dan II, al-Khidmah, Surabaya, 2007,

__________, al-Faidh al-Rahmani li Man Yazhillu tahta al-Saqfi al-Utsmani

fi al-Irthibath bi al-Ghauts al-Jilani, al-Khidmah, Surabaya, cet.V,

2006

122 ║Politik Majelis Zikir

Ahmad Najib Burhani, Sufisme Kota: Berfikir Jernih Menemukan

Spiritualitas Positif, Serambi, Jakarta, 2001

Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat, Pustaka Hidayah, Ban-

dung, 2002

Amin Abdullah, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas? Pustaka

Pelajar, Yogyakarta, 1996

Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi, Jilid I, Gramedia Jakarta, 1986

Franz Magnis Suseno, Etika Jawa: Sebuah Analisis Falsafi tentang

Kebijakan Hidup Jawa, Gramedia, Jakarta, 2003

Ilham B. Sainong, Hermeneutika Pembebasan, Teraju, Jakarta, 2002

Khoiro Ummatin, Perilaku Politik Kyai, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

2002

Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosda Karya, Ban-

dung, 1999

Mahmud al-Khalidi, Bai‘at dalam Perspektif Pemikiran Politik Islam,

terjemaha Muhamamd Bajuri, al-Izzah, Bangil, 2002

Mahmud Suyuthi, Politik Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah,

Galang Press, Yogyakarta, 2001

Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, Mizan,

Bandung, 1992

Masaru Emoto, The True Power of Water: Hikmah Air dalam Olah Jiwa,

terjemahan Azam Translator, MQ Publishing, Bandung, 2006

Miriam Budihardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1998

Mokh. Sya‘rani, “Pemikiran Tasawuf KH. Ahmad Asrori al-Ishaqi:

Kajain terhadap Pengajian Tasawuf Program Mutiara Hikmah

Radio Rasika FM Semarang”, thesis Pasca Sarjana IAIN

Walisongo, Semarang, 2003

Munawir Syadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pe-

mikiran, UI Press, Jakarta, 1993

Page 72: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Daftar Pustaka ║ 123

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1992

Richard E. Palmer, Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi, ter-

jemahan Musnur Hery dan Damanhuri Muhammad, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta, 2005

Ronald H. Chilote, Teori Perbandingan Politik: Penelusuran Paradigma,

terjemahan Haris Munandar dan Dudy Priatna, Rajawali Pers,

Jakarta, 2003

Sanapiah Faisal, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi, YA3,

Malang, 1990

Soerjono Soekanto, Sosilogi: Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta,

1991

Sri Mulyati (et.al), Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, Kencana,

Jakarta, 2006

Sudijono Sastroatmojo, Perilaku Politik, IKIP Semarang Press,

Semarang, 1995

Zurkani Jahya, Teologi al-Ghazali, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996

124 ║Politik Majelis Zikir

Page 73: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Tentang Penulis ║ 125

TENTANG PENULIS

AHMAD MUSYAFIQ, lahir di Demak 9 Juli 1972. Pendidikan

S-1 diselesaikan di Fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadits, IAIN

Walisongo Semarang (1996). Pendidikan S-2 ditempuh di alma-

mater yang sama dengan mengambil Konsentrasi Pemikiran Etika

Islam dan Tasawuf (2001). Kini tengah menempuh pendidikan S-3

di almamater yang sama pula.

Penulis saat ini aktif sebagai pengajar di IAIN Walisongo,

dengan Gol./Pangkat IVa/Pembina dan Jabatan Fungsional Aka-

demik sebagai Lektor Kepala. Penulis tinggal di Bukit Jatisari

Asri, Blok B-6 No. 3-A Mijen Semarang. Telp. (024) 76672237

e-mail: [email protected]

126 ║Politik Majelis Zikir

Page 74: Politik Majelis Zikir - Perilaku Politik Majelis Zikir Al-Khidmah Wilayah Jateng Pada Pemilu Legislatif 2009

Pengalaman Penelitian ║ 127

PENGALAMAN PENELITIAN

Tahun Judul Penelitian Jabatan Sumber

Dana

2009 Perilaku Politik Majelis Zikir al-Khidmah Wilayah Jawa Tengah pada Pilleg 2009

Peneliti Individual

Balitbang Depag Semarang

2008 Studi Kitab Minhajul 'Abidin di Pondok Pesantren Maslakul Huda Pati Jateng

Anggota Balitbang Depag Semarang

2008 Spiritualitas Kaum Fundamentalis: Studi Kasus HTI Jateng

Peneliti Individual

DIPA IAIN Walisongo

2007 Dimensi Non-Teologis dalam Anarkisme Agama: Studi Kasus Pengrusakan Tempat Ibadah di Tegowanu Grobogan

Anggota DIPA IAIN Walisongo

2007 Agama dan Rekonstruksi Pasca Bencana: Studi Kasus di Desa Ngandong Kecamat-an Gantiwarno Kabupaten Klaten Jawa Tengah

Anggota Balitbang Depag Semarang

2007 Dimensi Spiritual dalam Pelatihan Salat Khusyu‘ Abu Sangkan

Peneliti Individual

DIPA IAIN Walisongo

2006 Pemberdayaan Mutu Ma-drasah Tsanawiyah di Daerah Penyangga Kota

Anggota Ditpertais Depag

2006 Studi Kritis Hadis-Hadis Ruqyah

Peneliti Individual

DIPA IAIN Walisongo

2004 Persepsi Masyarakat ter-hadap Fakultas Ushuluddin

Peneliti Individual

DIK-S IAIN Walisongo

2003 Pendekatan Sejarah Sosial dalam Studi Kritik Hadis

Peneliti Individual

PPTA IAIN Walisongo

2001 Pemikiran Tasawuf Imam al-Syafi‘i: Tasawuf dalam Perspektif Fuqaha’

Peneliti Individual

PPTA IAIN Walisongo

2000 Urgensi Ilmu Gharib al-Hadis dalam Pemahaman Hadis

Peneliti Individual

PPTA IAIN Walisongo

128 ║Politik Majelis Zikir