daftar isi - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-lepasan naskah 2...

12
Daftar Isi Image and the Veil: A Barthesian Reading of Veiled Muslim Women Diah Ariani Arimbi .......................................................................................... 189–194 Peran Politik Perempuan dalam Sistem Matrilineal di Minangkabau, Sumatera Barat Nurwani Idris ................................................................................................... 195–205 Peranan Perempuan dan Pembangunan di Indonesia Benny Ferdy Malonda ..................................................................................... 206–218 Makna Seksualitas bagi Akseptor Tubektomi Subagyo Adam ................................................................................................. 219–224 "Mappasikarawa" dalam Perkawinan Masyarakat Bugis Wajo Paisal................................................................................................................. 225–231 Mencari Partai Politik Ber-Platform Pembangunan Pedesaan Dwiyanto Indiahono ........................................................................................ 232–235 Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Laut di Lamongan Roestoto Hartojo Putro .................................................................................... 236–242 Anteseden Rasa Saling Percaya dan Kerja Sama Cerdas dalam Tatanan Budaya Kolektivistik untuk Membangun Modal Sosial dan Modal Intelektual Siti Sulasmi ...................................................................................................... 243–250 Pemasaran pada Pemerintah Lokal Mas Roro Lilik Ekowanti ................................................................................ 251–258 Bencana Tsunami dan Stres Pasca-Trauma pada Anak Nurul Hartini .................................................................................................... 259–264 Perilaku Penemuan Informasi Mahasiswa FISIP dan Fakultas Farmasi Unair dalam Proses Penulisan Skripsi Agus Santoso.................................................................................................... 265–273

Upload: truonganh

Post on 04-Apr-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Daftar Isi

Image and the Veil: A Barthesian Reading of Veiled Muslim Women DiahArianiArimbi.......................................................................................... 189–194

Peran Politik Perempuan dalam Sistem Matrilineal di Minangkabau, Sumatera Barat NurwaniIdris................................................................................................... 195–205

Peranan Perempuan dan Pembangunan di Indonesia BennyFerdyMalonda..................................................................................... 206–218

Makna Seksualitas bagi Akseptor Tubektomi SubagyoAdam................................................................................................. 219–224

"Mappasikarawa" dalam Perkawinan Masyarakat Bugis Wajo Paisal................................................................................................................. 225–231

Mencari Partai Politik Ber-Platform Pembangunan Pedesaan DwiyantoIndiahono........................................................................................ 232–235

Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Laut di Lamongan RoestotoHartojoPutro.................................................................................... 236–242

Anteseden Rasa Saling Percaya dan Kerja Sama Cerdas dalam Tatanan Budaya Kolektivistik untuk Membangun Modal Sosial dan Modal Intelektual SitiSulasmi...................................................................................................... 243–250

Pemasaran pada Pemerintah Lokal MasRoroLilikEkowanti................................................................................ 251–258

Bencana Tsunami dan Stres Pasca-Trauma pada Anak NurulHartini.................................................................................................... 259–264

Perilaku Penemuan Informasi Mahasiswa FISIP dan Fakultas Farmasi Unair dalam Proses Penulisan Skripsi AgusSantoso.................................................................................................... 265–273

195

Peran Politik Perempuan dalam Sistem Matrilineal di Minangkabau, Sumatera Barat

Nurwani Idris1

Fakultas Sosial dan Politik, Universitas Jayabaya, Jakarta

AbstrActTraditionally, Minangkabau women are viewed as the source of wisdom as disclosed by local custom: the women symbolized (a) amban puro, pemegang kunci harta pusaka; (b) Unduang-unduang ke Madinah, payung panji ke dalam surga; and (c) Kapai tampek batanyo, ka-pulang tampek babarito. Amban puro is a bag made of the cloth for saving money. Almost all old women in Minangkabau have puro; "the women become a dominant keeper of the household's welfare, embedded deeply in daily social life". "The women are protector for the men to Madinah", suggesting that they accompany the men to Mecca for performing pilgrimage, the fifth pillar of Islam religion, while "payung panji ke dalam surga" means "when the men will go, they must ask for women's permission and when they go home, they must inform this to the them". This fact shows that the relative power exists in the old women's hand (mother and grandmother). For Minangkabau women strictly clinging to a philosophy of alam takambang jadi guru, there is the concept of partnership and balancing factor inherently in the community. Thus, they don't question who will be leader as long as he/she can maintain harmonious and peaceful life in the community in accordance with the priceless principle: "adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah" where people should behave in a manner as required by social and moral values. Thus, participating and self-actualizing in the political sphere must be subject to the moral and religious values, and if this remains then it would be difficult for Minangkabau women to change the position in political leadership.

Key words: Minangkabau women, political culture, political leadership

Kehidupan kemasyarakatan di Minangkabauberpola egaliter; ada kesetaraan dalam hal sistemekonomi,politikdansosial.Dalamsistemekonomi,yangmenjadisumberutamaadalahpertanian.Semuahartabenda, seperti tanahdan rumahadalahmilikbersama,milikkaumyangdikuasaiolehperempuantetua.Dikerjakanbersamadandinikmati bersama.Seperti umumnya dalam masyarakat komunal.Perempuan Minangkabau mempunyai kedudukansangat sentraldalammasyarakatnya.Secaraumumorang dari daerah luar mengenal Minangkabausebagai masyarakat yang egaliter, di manakedudukanperempuandan laki-laki adalah setara,merekaberharapdiMinangkabau adakemudahandan kesempatan yang luas bagi perempuan untukmenduduki jabatan terpilihataumeraihkedudukankepemimpinan politik. Bukankah MinangkabauBukankah Minangkabaumenganggaplaki-lakidanperempuansetara,sesuaidengansistemmatrilinialyangdianut?

Perempuan Minangkabau dianggap sebagaisumber kearifan yang tinggi (the ultimate source of wisdom) sebagaimana cukup terkenal dalam

1 Korespondensi: Nurwani Idris, Fakultas Sosial dan Politik Universitas Jayabaya Jakarta, Jl. M. Kahfi I Gang H. Idris No. 9 Ciganjur Jakarta Selatan Telp. (021) 727402. Email: [email protected]

ungkapan adatnya, perempuan adalah: (a) amban puro;pemegang kunci harta pusaka; (b)unduang- unduang ke Madinah, payung panji ke dalam surga;dan (c)ka-pai tampek batanyo, ka-pulang tampek babarito artinya semua keputusan yang akan diambil harus di musyawarahkan dulu dengannya;Amban puro adalah sejenis tas terbuat dari kainuntukmenyimpanuang"pura".Hampir semua orangHampirsemuaorangtuaMinangkabauyangperempuanmempunyaipuro."Perempuanadalahpemeliharakesejahteraanrumahtangga", suatu tradisi yang berurat-berakar dalamkehidupan sehari-hari. "Pelindung ke Madinah",maksudnyapengantarkeTanahSuci,dan "payungpanji ke dalam surga" artinya "sebelum pergitempat bertanya dan ketika sudah pulang tempatberberita atau memberitahukan". Dalam konteksini,otoritas relatifberadadi tanganperempuan tua(ibudannenek)yangbertindak sebagaipengontrolkekuasaan.

DalamkeluargaMinangkabau,leluhurperempuanyangpalingtua,jikamasihhidup,sebenarnyapunyakedudukanyang lebih tinggikarenaperempuanlah

196 Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th. XXII. No. 3, Juli–September 2009, 195–205

yang memegang harta pusaka, sebagai pemegangtanggung jawab ekonomi tertinggi dan sekaligussebagai pengontrol kekuasaan di nagari.Konsekuensinya, tidakadakeputusanpentingyangdijalankantanpasepengetahuannya.Sistemmatrilinimenggambarkanpolabudayayangegaliter.MenurutalampikiranMinangkabau,egalitiberartipersamaanatau kesetaraan, yang menunjukkan bahwa baiklaki-laki maupun perempuan, punya kedudukanyang sama, duduk sama rendah dan tegak samatinggi.SistemmatriliniinimenempatkanperempuanMinangkabaudalamposisisentraldanmantapdalammasyarakatnya dan sederajat, bahkan lebih tinggidaripadalaki-laki.

Konsep Kepemimpinan dalam Budaya Minangkabau

Sistem sosialnya ialah fraterniti, yang berartisemuaorangbersaudarayangdiikatolehhubungandarah dan perkawinan. Perkawinan berlaku antarPerkawinan berlaku antarsuku.Tidakdibenarkanperkawinanantarorangdarisuku sama. Sistem perkawinan itu memperkukuhsistem fraternitidanmenghindariperseteruanantarsuku. Setiap suku terdiri dari masyarakat turunanibu,yangdikenal sebagai sistemmatrilini.Artinya,seseorangadalahanakdariibunya.Bukananakdariayahnya.Laki-lakiyangmenikah tinggaldi rumahistrinya.Kalauterjadiperceraian,makayangkeluarrumah adalah sang suami. Anak-anak tinggal dirumahibunya.

Menurutkonsepegaliti,semuaorang,baiklaki-laki maupun perempuan, berstatus dan berderajatsama.Meskiperempuanmemilikiharta-benda,tapistatusnyatidaklebihtinggidibandinglaki-laki.Laki-lakisendiri,meski tidakmemilikiharta-benda, tapikarena kondisi fisiknya yang kuat, menyebabkan status dan posisinya tidak lebih rendah pula dariperempuan.SecarametaforaNavismengumpamakanhubungan laki-laki dan perempuan layaknyaperusahaan,dimanapemegangsahamutama ialahperempuan. Sedangkan laki-laki menjadi manajerdanpekerjanya.Jadi,perusahaantidakdikuasaiolehsatupihak saja tapidikelola secarabersama-sama.Dengandemikiankonsepegaliti,konsepfraternitidankonsepkomunalitimenjaditerpadusecarakonsistenKehidupansosialdiMinangkabaudiaturolehhukumadat berdasarkan jaringan mamak-kemenakan danibudalamsistemmatrilineal.Struktur iniberpusatpada figur ibu dalam rumah gadangyangdiwariskandan hak milik tanah yang tidak dapat dicabut.Sebagaikepalakeluarga,mamak,biasanyaanggota

pria tertuanya,bertanggung jawabmengurusharto pusako yangdiwarisidankesejahteraananak-anakdari para saudara perempuannya, serta mewakilikeluarga dalam satu-satunya "raja" (baradjo ka mamak) yangharus ia "mintai ijinketika iapergi,diberitahuketikaiakembali."

Sejalan dengan jaringan matrilineal ini sistemsosialMinangkabaujugamengakuijaringanbapak-anak. Hal ini ditandai dengan hubungan antarsukunya. Bapak adalah sumando, laki-laki "tidakmenikah" dalam keluarga matrilineal anak laki-lakinyaadalahanak pisang,anakdariseorangsanaklaki-lakidarigarisketurunanbapak,yaknikakakatauadikperempuandariayahnya.Meskipunhubunganaffinal ini bukanlah suatu sistem yang rumit,perkawinan yang mendahuluinya, sesungguhnya,adalahsuatu"pertempurankehormatan"darimasing-masingsuku.Makadapatdipahami,meskipunstatussosialdidasarkanpada jaringanpaman-kemenakanlaki-laki, perilaku dinilai berdasarkan jaringanbapak-anak.Anak laki-lakidari seorangpemimpinagamasetidaknyadiharapkanmenjalanikehidupanyang saleh. Mamak bertanggung jawab terhadapkesejahteraanmaterialkemenakannya, tetapibapakdiharapkanmengurusiperkembanganspiritualanak-anaknya. Seorang individu yang menjadi bapakbagi anak-anaknya dan mamak bagi anak-anaksaudaraperempuannya,hendaknyamemenuhikeduakumpulan tanggung jawab. Dalam konflik antara anak laki-laki dan kemenakan laki-laki, satu fenomenayangamat lazim,dibutuhkankebijaksanaan sangattinggi;halinibagaikan"menariksehelairambutdaritepung,sehinggarambuttidakputusdantepungtidaktercecer."

Jaringan-jaringan sosial yang tumpang tindihdi Minangkabau ini menjadi faktor pemersatu dinagariMinangkabau.Hampirsemuapendudukdarisebuah nagari bisa menjadi saling terkait melaluikedua jaringan ini dan sistem perkawinan silang(intermariage) yang berlaku. Sistem sosial inimerupakan salah satu faktordalampluralismedanmenjadi kerancuan terus-menerus dalam sistemhukumMinangkabau,dan jugamerupakan sumberkonservatismesosial.Secarateoretisseorangindividudapatmengubahposisinyamenurutkeuntungannya;seorang anak laki-laki dalam suatu kasus tertentudapat mengklaim sebagai kemenakan laki-lakidalamkasuslain.MeskiadapengaruhhukumIslamyang semakinkuatdanakibatdari ekonomiuang,tapi hukum pewarisan matrilinial. Adalah figursentral dalam keluarga, dia merupakan pusat jaladariseluruhsistemdalamkeluarga.Semuapersoalandalamkeluargadinisbatkankepadanya. adatmasih

197N. Idris: Peran Politik Perempuan dalam Sistem Matrilineal di Minangkabau, Sumatera Barat

menjadisumberutamabagimasalahhukumdansosial.Disampingitu,perandankepemimpinanperempuandiMinangkabausangatberbedadariperanlaki-laki,walaupundia tidakmempunyaikekuasaan formal,namunkekuasaannya luas, takadakeputusanyangdiambiltanpasepengetahuannya.

Laki-laki sebagai pengambil keputusan utamatidak terlalubermasalahdalamadatMinangkabau.Sebagianhalinikarenaotoritaskulturalsentraldariperempuandapatdiubah, tergantungpadakeadaan(karena adanya pria dan urang Sumando suamiadikataukakakperempuandarigarisketurunannyaatau pria in-marrying), sebagian lain dikarenakandesentralisasi dalam pengambilan keputusan; dansebagian lagi dikarenakan ideologi dari kelompokmupakaikdalamprosespengambilankeputusan itusendiri yang berdasarkan kompromi atau mufakat(A.A.Navis,1984:112).

AlamMinangkabauadalahduniayangharmonis.Menurut tradisi,AlamMinangkabauadalahsebuahkombinasiyangharmonisdarinilai-nilai Islamdanadat, sebagaimana diekspresikan dalam konseptradisional tentang tiga raja yang cukup terkenal:Radjo Adat,Radjo Ibadat,danRadjo Alam.Dalamurusan agama, Radjo Ibadat adalah pemegangotoritas tertinggi; adat beradadi bawahyurisdiksiRadjo Adat,sedangkanotoritastertinggiatasagamadanadatadalahRadjo Alam.Ditingkatnagariparafungsionaris agama dimasukkan dalam hirearkiadat. Di nagari dengan tradisi Koto Piliang, parafungsionarisadatmeliputipenghulu,manti (juru tulisadat),dubalang ("polisi"),danmalin (pejabatagama).Secarabersama-samamerekadisebuturang ampek djinih (empat fungsionaris). Seperti personil adatyang lain,malin harusdipilihdari sebuahkeluargayang memegang jabatan tersebut berdasarkanaskripsi. Dalam tradisiBodi Caniago, masyarakatsecarapolitikdibagimenjadi tigakelas:penghulu,imam-chatib (fungsionarisagama)danurang banyak (rakyat),disebuttiga jinih (tigafungsionaris).

Dalam tradisi aphorisme, alam Minangkabauyang harmoni ini didefinisikan sebagai adat bersendi syarak, syarak bersendi adat. Adatdianggapmenjagaharmonimasyarakat, sedangkansyarak dimaksudkan untuk mencapai harmoniantara diri (self) dengan tatanan kosmik (cosmic order). Persatuan nagari-nagari dilambangkanPersatuan nagari-nagari dilambangkanoleh eksistensi satu balai dan satu masjid. (Taufik Abdullah, 1985: 12) konsep ini sudah ditentukanoleh adat dan agama yang mengajarkan suatu"konsepkeseimbangan"peran antara laki-laki danperempuan. Selanjutnya, kekuasaan perempuanMinangkabaumasihada(EvelynBlackwood1993:

46) "Perempuan memegang kekuasaan informal,sedangkankekuasaanformaldipegangolehlaki-lakikarenaadatmenentukandemikian".

Sistem Sosial Masyarakat Minangkabau

Minangkabau mempunyai sistem sosialmasyarakat dengan karakteristik yang unik darimasyarakat Sumatera Barat, yang mungkin dapatdikatakan paling mencolok, adalah keserasianantarasalahsatusistemmatrilinealyangkuatyangmasihadadankeyakinanyangteguhterhadapIslampada sebagian besar masyarakat Minangkabau.Perempuan Minangkabau dilambangkan denganpredikat"Bundo Kandung",yangberartimatriarkat.Bundo Kandung sesuai dengan fungsinyadipersonifikasikan sebagai tetua dalam keluarga yang mempunyaisifatarifbijaksana,yangartinyaadalahseorangperempuanyangsudahmatang,kuatdalamkepribadiannyadanmemiliki kearifan, danberadadalampuncakkehidupannya.Bundo Kandung dalamartian ideal-abstrak-filosofisnya pada hakikatnyaadalah nilai-nilai ideal kewanitaan Minangkabauitu sendiri.SetiapperempuanMinangkabaudalambersikap dan berperilaku berusaha menyesuaikandiridanmentaatinya.DanBundo Kandung, dalamartian ideal-abstrak-filosofis, adalah perlambang dan sekaligus personifikasi dari kebudayaan Minangkabau itusendiri,dimanacirikhasnyaadalahmatrilineal.Hal ini seperti yang selalu dilambangkan denganlimpapeh rumah nan gadang, tiang (tonggak) rumah gadang, penguasa pemegang kunci harta pusaka.Amban puro,unduang-unduang ke Madinah, payung panji ke dalam surga,ka-pai tampek batanyo, ka-pulang tampek babarito(MochtarNaim:1991).

Simbol sebagai limpapeh rumah nan gadang,bermaknasebagaiperempuanMinangkabauberperansebagai: (a) pendidik, yang sangat besar artinyabagi masyarakat Minangkabau; "limpapeh rumah nan gadang" melambangkan perempuan sebagaitiang rumah gadang yang berkewajiban untukmemperhatikan pendidikan, moral, budi pekertianak-anaknyaagarmenjadiorangyangbergunadanbertanggungjawabbagikeluarga,kaumdansukunyasertabangsanya, jika tidak rumahgadang ini akanruntuh;(b)sebagaipengelolakeuanganrumahtangga,dimanauangberadadi tangannya; "amban puro"penguasapemegangkuncihartapusaka;(c)sumberkearifan, sebagai tempatbertanya,karenawibawa,pendidikan yang dipunyainya; (d) pembimbingetika moral agama, untuk jalan ke sorga, namundiabukanlahpolitikusdalamartianpolitikpraktis,

198 Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th. XXII. No. 3, Juli–September 2009, 195–205

karena menurut mereka dunia politik bukanlahduniamereka,namunmempunyaikekuasaanpolitikyangkuatdalammasyarakatnyasebagaipengontrolkekuasaan,karenayangmelaksanakanpublic policy adalah laki-laki,dapatdikatakanperempuanadalahpenentu dan laki-laki adalah pelaksana. (KahinAudrey:2005).

Pemilikan harta dalam keluarga kaum, dalamartian extended family, juga dinisbatkan kepadaperempuan,yangpengaturannyadikendalikanolehBundo Kandung. Ketika harta pencaharian masihbelummemegangperananpenting,karenakehidupanekonomi seluruhnya masih agraris, maka tanah,rumah dan harta pusaka lainnya dimiliki secarakolektifdalamkeluargakaum.Jikaadatanah,rumahdan harta tak bergerak lainnya yang didapatkanmelalui usaha pencaharian dalam berdagang danhasilpertaniannya sendiri,makahartapencahariantersebut dalam pewarisannya naik menjadi harta pusaka rendah, untuk selanjutnya menjadi harta pusaka tinggi.Mengenai harta kaumyangberupapusaka tinggi itu, hukum faraidh memang tidakbisaberbuat lainkecualimenghormatinya, karenahartadimaksudbukanlahmilikdariyangmeninggal,tetapi merupakan harta kaum yang dimiliki secarakolektifdanturuntemurun.Darisegihukumfaraidh kedudukannyasamadenganhartawakaf,dalamhalini"wakafkaum".Karenaitu,adalahtidaktepatjikaharta kaum yang berupa pusaka tinggi itu dibagimenuruthukumfaraidh.

Persentuhan antara adat dan agama yangberlangsung dalam waktu cukup panjang telahmenempatkan perempuan Minangkabau dalamkedudukanyang justru lebihkuat, tetap terhormatdan terpeliharadenganbaik.Memangbenarajarankekeluargaan Islam lebih berorientasi patriarkaldanmenempatkan suami sebagai kepalakeluarga.Tetapi Islam mewajibkan laki-laki yang menjadikepalakeluarga ituuntukmemberi nafkahkepadaisteri (QS.An Nisa'[4]: 34), sehingga perempuanMinangkabaumendapatkanperlindungandarikeduabelah pihak, yakni dari adat berupa harta pusakatinggi,disampingproteksisecaraadatdarimamak dankeluargakaumlainnya,dandariagama(Islam)berupa harta pencaharian dan perlindungan sertakasih sayang (mahabbah) dari suami. Islam jugamenjaminbahwaperempuanberhakmendapatkandariapayangdiusahakannya,sebagaimanalaki-lakiberhakmendapatkandariyangdiusahakannyapula(QS.AnNisa'[4]:32).Sementaraadatpunmemberipeluang yang sama kepada perempuan untukmempunyaiusaha sendiriyang terpisahdariusahasuamiataupunkaum.Dengandemikian,perempuan

Minangkabau dari sisi adat dan agama menjadipesonayangmampumenjadi"subjek"dalamberbuatdalambidangusahaatasnamadirinyasendiri.

Perpaduan adat dan agama pada kedudukanperempuan di Minangkabau bukan saja tambahkuat,tetapijugamendapatmaknabaru,dimanaadatterutamaberupanorma-norma sosialyangbersifatetikdanagamayangsakraldantransendental.Sanksidan kontrol sosialnya dengan demikian berlapis,dariadatdandariagamasekaligus.(MuchtarNaim,1997:6).Sebaliknya,laki-lakiMinangkabau,dalamkeluargakaum,berfungsiperiferal.Tugasutamanyaadalah melindungi dan membekali. Mamakberfungsi protektoral dan sekaligus seremonialuntuk berhadapan dengan dunia luar. Keputusan-keputusanbersangkutdenganapayangdisampaikankepadadunialuardalammewakilikeluarga,dengandemikian,telahdiaturterlebihdahuludenganBundo Kandung di hadapan anggota-anggota keluargalainnyadalamsuasanamusyawarah.Mamak tidakboleh terlalu jauh menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah digariskan sebelumnya olehBundo Kandung dalamkeluargakaum.

Posisiperempuansekarangdalammasyarakatnyasudah mulai banyak berubah. Perubahanini disebabkan tekanan ekonomi berkenaandengan tekanan kependudukan. Jumlah sawahyang tersedia sudah tidak memadai lagi untukpertambahanpendudukyangkianmeningkat.Dalamperkembangan selanjutnya, hasil sawahdari hartakaum ternyata juga sudah tidak mencukupi lagiuntukmemeliharaanggotakaumyangperempuan.Di samping itu, bertambah majunya pendidikan,berbagai tuntutankehidupanmodernyangsemakinkompleks,globalisasi,kemajuanteknologi,termasukteknologikomunikasisepertikebutuhanakantelepongenggam, supermarket, dan hipermarket di kota-kota besar yang sangat memengaruhi cara hidupmasyarakat perkotaan, juga berimbas pada polahidupmasyarakatdipedesaanataunagari.

Peran Politik Perempuan Minangkabau

Perempuan Minangkabau sudah berperandalam percaturan politik di Minangkabau sudahberlangsung sejak lama, bisa dilihat dari cerita-cerita klasik Minangkabau, seperti dalam kaba,tambo ataupunmitos serta legenda.Banyakkisahkepahlawananperempuanditemukan, tidakhanyaperandomestik (rumah tangga), jugaperandalamduniapublik,sampai-sampaiadayangikutberjuangmelawan penjajah; seperti dikatakan Taufik Abdullah

199N. Idris: Peran Politik Perempuan dalam Sistem Matrilineal di Minangkabau, Sumatera Barat

bahwadalamkabaCinduo Mato diceritakanposisiBundo Kandung merupakansumberkebijakanbagikerajaanPagarruyung.SedangkandalamkabaSabai Nan Aluih,perempuanmerupakantokohyangcakapbertindak dan gagah berani tatkala harga dirinyaterinjak,danadaperempuannyayangmenjadiraja.Penguasa Minangkabau, atau Raja; sebenarnyaadalah tiga, salah satunya paling menonjol dalamurusan politik; bernama Jangdipatuan Basa, "Iadiakui sebagai Raja Agung". Ketiga Pangeranbersama-sama disebut Rajo nan Tigo Selo, satuistilahyangterdiridariJangdipertuan sesungguhnya,atauRajo Alam,Rajo Adat,danRajo Ibadat. (Taufik Abdullah,1985:17)menyatakanbahwa,walaupuntidak memiliki kekuasaan, namun persetujuannyasenantiasa diperlukan dalam hal apapun untukmengambil keputusan yang diambil oleh Rajo Duo Selo danBasa Ampek Balai. PadagilirannyaBundo Kandung sendiri juga merupakan lembaga

yang mengandung tenaga yang menyatakan diriperantaraanparatokohkebijaksanaan.

NamunkedudukanpolitikuntukposisiperempuanMinangkabau di Sumatera Barat masih rendah,terbukti pada Pemilu tahun 2004 menunjukkanbahwa tidak ada satupun perempuan dari etnisMinangkabau yang duduk di Dewan PerwakilanRakyat (DPR RI). Sedangkan pada Pemilu 1992,dari 42 anggota legislatif provinsi (DPRD),hanya4orangdiantaranyaperempuan;dalamPemilu1997,dari38anggotalaki-laki,perempuannya7orang;danpadaPemilu1999dari51anggotalaki-laki,anggotaperempuannyahanya4orang.Distruktureksekutif,dari 534nagari (ataudesa, sebagai kesatuan adatdan administratif) yang diresmikan, hanya ada4orangWaliNagariperempuan,yaituNagariKotaBaruSimalanggang(KabupatenLimapuluhKota),NagariSuayan(KabupatenLimapuluhKota),NagariLawang (KabupatenAgam) dan Nagari SimpangTorang(KabupatenPasaman).

Tabel 1. Daftar Perolehan Suara Anggota DP�D Kabupaten Lima Puluh Kota Periode Tahun 2004–2009

No Nama Jen�s Kelam�n Parta� P. Suara DP BPP Ket1. Zuarman Aulia Dt. Tun Patiah laki-laki P. GOLKA� 2.033 I 4.563 2. Endrijon laki-laki P. GOLKA� 1.651 I 4.563 3. Ismardi laki-laki P. GOLKA� 2.110 II 4.961 4. Masni Djalil Dt. Kayo Mulia laki-laki P. GOLKA� 1.307 II 4.961 5. Hj. Yasnidar Perempuan P. GOLKA� 1.053 II 4.961 6. Feriza �idwan, S.Sos laki-laki P. GOLKA� 2.342 III 4.875 7. Asril Ch. Dt. Nan Kodo laki-laki P. GOLKA� 2.323 III 4.875 8. Dra. Yetnelda Perempuan P. GOLKA� 898 III 4.875 9. Muchlis Agung laki-laki P. GOLKA� 1.565 I� 5.298

10. Alisman, SH laki-laki P. GOLKA� 3.968 I� 5.298 11. Erdi Ekis laki-laki P. GOLKA� 4.442 � 4.193 12. Syamsul Mikar laki-laki P. GOLKA� 1.754 � 4.193 13. Damiris Ar laki-laki P. GOLKA� 493 � 4.193 14. Syahrisman Dt. Iyang Bosa, SP laki-laki PPP 652 I 4.563 15. H. Arius Sampeno Dt. Sinaro Ga�ang, BA laki-laki PPP 1.212 II 4.961 16. Desfida Yofi Perempuan PPP 786 II 4.961 17. Asrul Aziz Dt. Karongkong Kayo, SH laki-laki PPP 618 III 4.875 18. Ir. Novi Yuliasni Dt. Panduko �ajo laki-laki PPP 1.198 III 4.875 19. Ardi laki-laki PPP 826 I� 5.298 20. Drs. Syamsul Udaya laki-laki PPP 463 I� 5.298 21. H. Dinus Zambri Dt. Bandaro Nan Panjang laki-laki PBB 493 I 4.563 22. D�. Candrawita Perempuan PBB 1.084 II 4.961 23. Hardinata laki-laki PBB 434 III 4.875 24. Zagli Bros, SH laki-laki PAN 554 I 4.563 25. Marsanova Andesra, SH laki-laki PAN 1.425 II 4.961 26. Mhd. Afdal laki-laki PAN 1.580 II 4.961 27. Bustaman H.B, S.Sos laki-laki PAN 789 III 4.875 28. Drs. Syafrisman laki-laki PAN 781 I� 5.298 29. D�. H.M. Nazir laki-laki PAN 1.050 � 4.193 30. Ilson, A.md (Cong) laki-laki PB� 1.539 I 4.563 31. Sudahri, S� laki-laki PB� 360 II 4.961

200 Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th. XXII. No. 3, Juli–September 2009, 195–205

No Nama Jen�s Kelam�n Parta� P. Suara DP BPP Ket32. H.�. Dt. Siri Marajo laki-laki PB� 1.139 I� 5.298 33. Suhadian Bavo laki-laki PKS 588 II 4.961 34. Sepri Yanto Chaniago laki-laki PKS 620 III 4.875 35. Darman Sahladi, SE laki-laki P. DEMOK�AT 1.850 I� 5.298

Sumber: Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Barat, 2004.

Daritabeltersebutterlihatbahwahanyaada4orangperempuandiparlemenKabupatenLimapuluhKotaperiodetahun2004–2009.

Tabel 2. Daftar Perolehan Suara Anggota DP�D Kabupaten Tanah Datar Periode Tahun 2004–2009

No Nama Jns Klmn Parta� P. Suara DP BPP Ket1. Basrizal Dt. �angkayo Basa laki-laki PBB 699 I 4.193 2. �amdalel, A.md laki-laki PBB 1.361 II 4.842 3. �irman Bsri Dt. Bgd M. Nan �entjeh laki-laki PBB 408 III 4.678 4. Kausarwan, SH laki-laki PBB 489 I� 4.556 5. Faizul Dt. �. Mangkuto laki-laki PPP 934 I 4.193 6. Yusneli Perempuan PPP 535 II 4.842 7. A.A. Dt. Gadang Bandaro laki-laki PPP 792 III 4.678 8. Yasmansyah, S.Ag laki-laki PPP 1.297 I� 4.556 9. Bukhari Dt. Tuo, SE laki-laki PAN 1.536 I 4.193

10. Masri Falni, SH laki-laki PAN 438 I 4.193 11. Drs. Irman, MsI laki-laki PAN 1.601 II 4.842 12. Djamalis Ismael laki-laki PAN 506 II 4.842 13. Drs. H. Maswardi laki-laki PAN 2.231 III 4.678 14. Drs. Aswendi laki-laki PAN 1.184 III 4.678 15. Zulkifli Bahri, HS laki-laki PAN 1.025 I� 4.556 16. Istajib, S.Ag laki-laki PAN 675 I� 4.556 17. Saidani, SP laki-laki PKS 913 I 4.193 18. Masril Kt. Sati, S.Pd laki-laki PKS 1.030 I 4.193 19. Ade �aunas, SE laki-laki PKS 709 II 4.842 20. Didatra, S.Ag laki-laki PKS 352 III 4.678 21. Firdaus Agus laki-laki PKS 1.268 I� 4.556 22. Adrian Nurjani, SH laki-laki PDIP 1.135 I 4.193 23. Drs. Anwar Day Dt. Tan Basa laki-laki PB� 830 II 4.842 24. Sasmita Syafnur laki-laki PB� 1.224 III 4.556 25. Amigo �inaldi Dt. Panghulu Sutan laki-laki PB� 336 I� 4.556 26. Mahdelmi St. Barbanso laki-laki P. GOLKA� 2.113 I 4.193 27. H. Nusyirwan DM laki-laki P. GOLKA� 2.041 I 4.193 28. Ir. Asrul Nurhasan laki-laki P. GOLKA� 1.260 I 4.193 29. Yusmaniar Perempuan P. GOLKA� 1.243 II 4.842 30. Zulkarnaini H. Dt. Bagindo Malano Basa laki-laki P. GOLKA� 773 II 4.842 31. Yusmen St. Sinaro laki-laki P. GOLKA� 2.587 III 4.678 32. Yonhendri Dt. Djindo Besar laki-laki P. GOLKA� 1.742 III 4.678 33. Ivonne Estherlie, SH Perempuan P. GOLKA� 1.257 III 4.678 34. Zuldafri Darma laki-laki P. GOLKA� 2.411 I� 4.556 35. Drs. Hendri N. laki-laki P. GOLKA� 1.755 I� 4.556

Sumber: Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Barat, 2004.

Daritabeldiatasterlihatbahwahanyaada3orangperempuanyangterpilihdiDPRDKabupatenTanahDatar.

201N. Idris: Peran Politik Perempuan dalam Sistem Matrilineal di Minangkabau, Sumatera Barat

Tabel 3.

Daftar Perolehan Suara Anggota DP�D Kabupaten Agama Periode Tahun 2004–2009

No Nama Jns Klmn Parta� P. Suara DP BPP Ket1. Ardinal Hasan, S.Ag laki-laki PBB 1.137 II 5.169 2. Zul Arifin Dt. Parpatiah laki-laki PBB 1.168 III 5.499 3. Alimarwan Dt. P. �eno laki-laki PBB 771 I� 4.887 4. Fitriwati Perempuan PBB 317 � 5.178 5. Erizal Dt. Endah Kayo laki-laki PBB 426 I 4.286 6. Ermansyah laki-laki PPP 786 II 5.169 7. Suhelmihadi, SH laki-laki PPP 781 III 5.499 8. Fauzan, SE, MM laki-laki PPP 1.195 I� 4.887 9. Husni Thamrin, SS laki-laki PPP 977 I� 4.887

10. Yosiano Muchtar laki-laki PPP 1.682 � 5.178 11. Irfawaldi, SH laki-laki PPP 1.032 � 5.178 12. Martianus St. Zainudin laki-laki PPP 521 I 4.286 13. Zulpardi, S.Ag laki-laki PAN 2.017 II 5.169 14. A�. Dt. Sati laki-laki PAN 1.478 II 5.169 15. Aditia �arman, S.Ag laki-laki PAN 964 III 5.499 16. Asrar Arifin St. Sati laki-laki PAN 1.503 I� 4.887 17. Mursal laki-laki PAN 1.387 I� 4.887 18. Drs. Husnul Fikri Dt. �mh. GdGd laki-laki PAN 1.677 � 5.178 19. Drs. Chairul �ajo Sulaiman laki-laki PAN 746 I 4.286 20. Yanzil Hidayati, SS Perempuan PAN 418 I 4.286 21. Mhd. Abrar, S.Ag laki-laki PKS 1.293 II 5.169 22. Syafruin, SS laki-laki PKS 2.253 III 5.499 23. Yandril, S.Sos laki-laki PKS 1.819 I� 4.887 24. Dedi Afnori, ST laki-laki PKS 1.136 I� 4.887 25. Ardinal laki-laki PKS 1.891 � 5.178 26. Yully Mardena Perempuan PKS 1.918 � 5.178 27. H. Nibras Nazir laki-laki PKS 642 I 4.286 28. Sukirman Dt. Tumbijo laki-laki P. GOLKA� 1.297 II 5.169 29. Syafrizal, SH laki-laki P. GOLKA� 1.717 II 5.169 30. H. Muzahar St. Pamenan laki-laki P. GOLKA� 1.549 III 5.499 31. Efend, �M laki-laki P. GOLKA� 1.637 III 5.499 32. Arman J. Piliang laki-laki P. GOLKA� 1.739 I� 4.887 33. Martius Ps Bandaro laki-laki P. GOLKA� 1.448 I� 4.887 34. Zakiruddin laki-laki P. GOLKA� 1.187 � 5.178 35. �osmiati Perempuan P. GOLKA� 2.161 � 5.178 36. Zarfinus Makmur laki-laki P. GOLKA� 1.246 I 4.286 37. Syahrial Bakri S laki-laki P. GOLKA� 1.466 I 4.286 38. Lazurdi Erman, SH laki-laki P. GOLKA� 1.912 I 4.286 39. Asminaldi Al, SH laki-laki P. ME�DEKA 411 I 4.286 40. H. Nazir laki-laki PB� 968 I 4.286

Sumber: Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Barat, 2004.

Dari tabel di atas terlihat bahwa ada 4 orangperempuan yang terpilih menjadi anggota DPRDKabupatenAgam.

Dalam mitos, selain dari Bundo Kandung Minangkabau juga ada mempunyai nama-namayang dijadikan mitos yakni Mande Rubiah (ibuRubiah).Mande Rubiah merupakanseorang tipikalratu dalam masyarakat Lunang di Pesisir Selatansesungguhnyamemilikipengaruhyangkuatdalammasyarakat.SebagaiseorangratudiRumah Gadang,ia memiliki wilayah kekuasaan. Dalam kisah-kisah lokal, keturunanatauyangdiangkatmenjadi

ratu merupakan simbol dari penguasa Lunang.Kekuasaannya juga meliputi wilayah Kerinci danJambi.Iajugamemilikigayahidupsepertiperempuanbangsawan abad pertengahan di Eropa. Sawah-sawahnyayang luas dikerjakanolehpengikutnya.Dalambekerjaitu,merekatidakmendapatkanupah,akantetapisebagaibentukpengabdiankepadasangMande. (Lani Verayanti, 2003: 30–32).

Legenda-legenda yang berfungsi menjelaskannama"Minangkabau",danditemukandalamHikayatRaja-RajaPasai.Menurutcerita-ceritaini,padamasa"PatihSiwatang"dan"PatihKatumenggungan"satu

202 Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th. XXII. No. 3, Juli–September 2009, 195–205

bala tentara JawamenyerbuMinangkabau.Merekaberjumlahsangatbanyak,sehinggasesudahmerekasemuanyamengasahpedangmerekadiatas sebuahbatu di lembah Kuantan, seluruh batu tersebutmeletus tergerusmenjadi jurang,yanghinggakinibernamaKilieran Djao, batuasah Jawa.DinegeriMinangkabau sendiri sebuahkesepakatan tercapai,bahwasupremasiatasnegeriitudiputuskanolehhasilpertarunganantaraduakerbau,satudipiliholehbalatentaraJawa,danlainnyaolehrakyatpribumi;dalamversi-versilainbalatentaraJawadiwakiliolehseekorharimau, Minangkabau oleh kerbau. Pertarunganini dimenangkanolehkerbau rakyat pribumi, dansemenjak ituparapendudukmenyebutdirimerekaMinangkabau, yaitu "kerbau yang menang". Balatentara Jawakemudianmenarikdiri,namundalampengundurandirimerekadikalahkanolehpenduduksetempat dan dibantai dalam jumlah sangat besarsehingga mayatnya tidak dapat dikuburkan, dantempat pembantaian tersebut kini bahkan disebutPadang Si Busue', "PadangBauBusuk", sekarangmasih ada kampung yang bernama itu (pen.).Legenda inidijelaskanmengacupadaupaya invasidankemudianpenarikandiridariKertanagaradansekutuyangbarudidapatnya,TribhuwanarajadariMelayu-Dharmmasraya, dalamEkspedisiMelayu,Pamalayutahun1275–1292.(DeJong,1960:100)

Legenda-legenda yang masuk dalam apa yangdisebutkelompokMinangkabau,yangmenunjukkankemiripan mereka dengan hikayat-hikayat Persia.Pertama-tamaiamenunjukkanbahwadalamSejarahMelayuterdapattigaraja,RajaHeiran,RajaSurandanRajaPandan,yangdapatdisamakandengantigarajahikayatFeridunPersia.Kemudian, iamengatakan,kelihatanbahwa tokoh tiga raja terdapatdibagian-bagian Indonesia lainnya juga, dan menyebutkancontoh tigapenguasadalamlegendaMinangkabau:Maharajo Dirajo, Rajo Rum, dan Rajo Dapang.(DeJong,1960:99).

Hubungan Konsep Kepemimpinan di Minangkabau dalam Keluarga, Nagari dan Negara, dan Pengaruhnya terhadap Politik

Perempuan Minangkabau bertindak sebagaipengontrolpengambilankeputusandalamkeluargadan kekerabatan. Meskipun posisi itu bukanposisi formal, namun sangat besar pengaruhnya,keputusan politik apapun yang diambil di Nagariselalu menunggu persetujuan perempuan yang

bergelarBundoKandung.BundoKandungadalahperempuanyangbijaksana,berwibawa,perempuanteladan yang berpandangan luas, berpengalamandanberpendidikan.PadasaatiniPemerintahDaerahsebenarnyatelahmemasukkansecaraformalinstitusiBundoKandungdalamlegislatifNagariberdasarkanUUOtonomiBaruUUNo.32/2004pasal(5),(12),(25) tapi belum diefektifkan. Dalam masyarakat,afiliasinya dengan unit masyarakat yang palingmendasar adalah keluarga, yang mengikatnyakepadakegiatanpolitik.Keluargamerupakansalahsatuunitsistemyangjugaikutberpartisipasidalammewujudkan maksud dan tujuan negara, tidakterpisahdaribidangpolitik.Konsepkepemimpinan,dalam hal ini kepemimpinan dalam kekerabatansebagai pengontrol kekuasaan juga merupakankonsep kepemimpinan politik; the personal is political.

Pandangan masyarakat Minangkabau yangberdasarkan falsafah alam takambang jadi guru,tidak ada kelas atas dan bawah, tidak mengakuipembedaan kelas bawah dan kelas atas sepertiyangterjadidiBarat.Alasannya,karenaduahalinimerupakanwilayahkerjayangterpisah,tetapisalingmelakukan intervensi. Ketika seorang perempuanmengemban tanggung jawabnyadidalamwilayahkeluarga tidak berarti bahwa dia harus menjadiseorang ibu saja, seorang isteri saja, atau anakperempuan saja, sehinggadiahanya sibukdengantugas-tugasdomestik tersebutdan terbelenggudariaktivitas politiknya.Sebaliknya, ketikadiaberadadidalamwilayahkeluarga,diadapatberpartisipasidalamduajenispekerjaan:mendidikdanmengubah suasana politik. Dalam buku ilmu politik Barat,terdapat pemisahan antara institusi keluargadan institusi negara, namun dalam masyarakatMinangkabaukeluargaadalahbagiantakterpisahkandariUnitNagari,Nagaribagiandaripemerintahanyang lebih tinggi, dapat bertindak sebagai kontrolrodapemerintahanyanglebihtinggitersebut.

Kepemimpinan Perempuan Minangkabau dalam Politik

Kepemimpinan politik perempuan diMinangkabau terdapat dalam keluarga, kaum dankekerabatan.Kedudukannyasangatsentral,karenaiagarispenentudanpengontrolkekuasaan,sebenarnyapengaruhnyasangatbesar.Namunsampaisekarangklasifikasi ilmu pengetahuan tidak memasukkankeluarga,sebagaiunitsosialterkecilkedalamkajianilmupolitik,karenaitujarangsekaliditemukanbuku-

203N. Idris: Peran Politik Perempuan dalam Sistem Matrilineal di Minangkabau, Sumatera Barat

bukumengenaiprinsipilmupolitikyangmembahastentangkeluargadalamsubbagiantersendiri.

Dengandemikian,bertentangandengan tafsirankekuasaansebagaikekuasaanterpusatatauhimpunanberbagai lembaga dalam suatu negara, kekuasaandalam konsep Minangkabau justru seperti konsepFoucault yang menafsirkan kekuasaan sebagaimodel strategi canggihdalammasyarakat tertentu,yangdibentukdarikekuasaan-kekuasaanmikroyangterpisah-pisah,kulturMinangkabau tentangkonsepkekuasaanyanghomogen,berasaldariseluruhalam.

Dalam kekuasaan perempuan Minangkabauterlihat bahwa kekuasaan itu bukan sesuatu yangbersifat publik/formal/impersonal, tetapi the personal is political. Kekuasaan dapat ditentukansecara personal, tak jarang berdiplomasi, prosestawar-menawar justru terjadidi dalam ruangyangpalingpribadi,yaitukamartidur.Untukselanjutnya,kekuasaan yang terpisah-pisah ini dalam lingkupmikro (keluarga) ini dapat meluas ke lingkupmakro (publik), salah satunya melalui jaringanmatrifokal. Ibu-ibu selalu memiliki jaringan yangkuatdi antaramereka,yangakan semakinmeluasdengankebiasaanbergaulantarmereka.Takjarangpembicaraan yang terjadi dengan suaminya ditempat tidurdibawadalam jalinanbergaul ini.Takheran jika kemudian banyak kasus seperti halnyakasus di Kabupaten A atau yang banyak terjadijugadalamunit-unit pemerintahanbahkan sampaiunit level paling rendah bahwa kedudukan suamidi kantor akan sangat ditentukan dari bagaimanadiplomasi perempuan dalam jaringan di antaramereka.Isteriyangtidakpernahbergaulbukansajaakandikucilkan,melainkanyang terpentingadalahtidak akan mendapat akses untuk menentukanposisi suamidikantor.Kenyataanempiris tentangpola tingkah lakuperempuan ini samasekali tidakakantampaksecaraformalsehinggakekuasaanataukekuatannyacenderungmenyelinapdiantaracelah-celah sempit yang tidak akan tampak pula secarapublik.(ChiristinaS.Handayani,2004:214).

Adapunantropologipolitikwalaupun telah tahubahwakeluargamenjadiporos tatanansosialdalamkajian-kajian antropologi, khususnya keluargapada masyarakat tradisional, antropologi mengkajikekabilahan sebagai simbol politik masyarakat,peranan agama dalam masyarakat, macam-macamkepemimpinan, tradisionalisme, dan pembagiankekuatan, sampai kepada berbagai hubungankenegaraan di dalam sistem internasional modern,tanpa menyentuh sedikit pun kajian keluarga yangtetap menjadi bagian mendasar dari antropologi,hinggadekadelimapuluhan,institusikeluargamasih

menjadimedankajiansosialsebagaiunitsosialyangmendasar dan substansial serta dianggap sebagaibibit masyarakat.Akan tetapi, dengan munculnyasekularisasi pada dekade enam puluhan di dalammasyarakat Barat dan sekularisasi pada ilmu-ilmusosialsecaramenyeluruh,keluargadianggapsebagaibuahperkembangan sejarah,dan tidakada sesuatuyangsucididalamnya.(HibbahRaufIzzat,1997:140).

Masyarakat Minangkabau masih menganggapkeluarga,kekerabatansebagaisuatuyangsuciyangharusdijagakeutuhannyadalammencapaiharmonisesuai dengan falsafahalam takambang jadi guru(alamterkembangjadiguru)berdasarkanpadaadat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah (4) artinya perempuan Minangkabau dalam bersikap atau mengambil suatu keputusan yang menyangkut karier di luar rumah harus selalu berpegang pada ketentuan "alur dan patut"; "budi dan sangko", serta nilai-nilai dan norma-norma yang diajarkan agama. Kelihatannya beban kultural yang ditanggung oleh perempuan Minangkabau masih sangat berat.

BerbedadenganNorwegiaberkemungkinanbebankultural yang ditanggung oleh perempuannya tidakseberatyangditanggungolehperempuanMinangkabausepertipersoalanlembagaperkawinanyangtelahhilangtidakdipersoalkanlagi;setengahdarisemuaanakkinidilahirkan oleh ibu yang tidak menikah. Di daerahPettersen,82%pasanganmendapatkananakpertamamereka di luar perkawinan. Angka tersebut sama-sama tinggiuntukSwediadanDenmark.Meskipunbanyak pasangan menikah sesudah mendapat anakpertamaataukedua,lembagaperkawinandibeberapawilayah Skandinavia saat ini hampir hilang.Tetapikebijakan keluarga di negara-negara Skandinaviatidak selalu memberi keuntungan bagi perempuan,walaupun mereka berhasil dalam pemerintahan(politik),tetapiparapencarikerjaperempuanlebihsulitmendapatkanpekerjaandisektorswasta.Alasannya,perusahaan-perusahaanengganmempekerjakanataumempromosikan perempuan karena mereka perlubanyakwaktucutiuntukmembesarkananakmereka.

Perempuan harus berkarier di luar rumah,sepanjang itu tetap dalam koridor adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah, yakni bukanuntuktidakbergantungpadalaki-laki,namunsebagaipenegasannya bahwa perempuan pun mempunyaihakyangsamadenganlaki-lakisertasebagaimitradanpendampinglaki-laki.

Studi ini menemukan bahwa terdapatkesenjangan antara kesetaraan dan perwakilan,karenatidakterdapathubungankausalantaraegaliterdengan suara yang diperoleh perempuan dalampemilihanumum,hal ini terkait eratdenganminat

204 Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th. XXII. No. 3, Juli–September 2009, 195–205

dan kesadaran politik perempuan tersebut dalammengambiltindakanuntukmencalonkandiridengansituasionalyangdihadapisaatitu,berdasarkanhasilstudi di lapangandanwawancaramendalamyangdilakukan dengan para tokoh perempuan, banyakjugaperempuanyangberpendidikantinggi;sebagaigurubesar, doktor, dokter, sarjanahukum, sarjanailmusosial,danseterusnya;namunbanyakdiantaramereka tidak tertarik pada politik, terbukti padaPemilu2004 lalu, sedikit sekaliyangmencalonkandiri.

Setidaknya ada empat penjelasan dalammengambil keputusan perempuan terjun ke duniapolitik: struktural, budayadan agama,perantaraan(agency), serta kelembagaan (institusional),Perempuan Minangkabau menduduki posisi yangrendah dalam parlemen: (1) karena mereka tidakmampu (mereka tidak punya sumber daya);(2) mereka tidak mau (mereka tidak tertarik);(3)tidakadayangmemintamereka(tidakmempunyaijaringan); atau (4) aturan (konstitusi)menghalangimereka.

Minangkabau adalah masyarakat kemitraan,perempuanadalahpenyeimbangyangdidasarkanpadapengamatanatasadat matriarchaat dalamkehidupandesaMinangkabau,mengatakan:

Definisi Barat bahwa matriarki adalah kekuasaan perempuan. Mendefinisikan matriarki sebagai bayanganterbalikdaripatriarkididasarkanpadaduaasumsiyangkeliru.Asumsipertamaadalahbahwaperempuanharus seperti laki-laki untukmenempati posisi sentral dalam masyarakat.Asumsi kedua adalah bahwa ketinggianposisi sosial untuk kedua jenis kelamin hanyadidasarkanpadakekuasaan sosial sebagaimanakitaketahui, yang selaluberarti kekuasaanatasorang.Keduaasumsitersebuttidaksesuaidenganperanyangdimainkanolehnilai-nilaidemokrasidanmaknamaternaldalamkehidupansehari-hariMinangkabau"."Mendefinisikan matriarki dalam hubungannya dengankekuasaanperempuanataudenganhanyamengacu pada dewi-dewi ibu membutakan kitaakan kompleksitas sosial dari peran aktualdan simbolik perempuan dalam masyarakat-masyarakatkemitraan.Tidakmenemukankasus-kasusdimanaperempuanadalahpenguasadalammasyarakatataudikayangan,paracendekiawanmainstream tidak melihat lebih jauh danmenyatakandominasipriauniversal".

Nilai-nilaipersaingandanpertarunganberkuasaseperti mentalitas koboi yang meliputi gambaranAmerikaUtaraakandirinasionalmerekadiduniamasa kini yang mementingkan jenis kelaminmana yang berkuasa karena hasil akhirnya akansama: kesombongan, kekerasan, dan peperanganpre-emptif. Sebaliknya, jika bekerja atas namakesetaraan,HAM,anak-anak,kaummiskindunia,danmelawanpenipisan lingkunganmenjadi nilai-nilaiyangmendorongpemikiran sosial, juga tidakmenjadi penting siapa yang memegang kemudikarena kita semua tahu, laki-laki maupun jugaperempuanadalahsetara,bahwainilahsatu-satunyacarauntukmelindungiduniayangberangsur-angsurhancurdemigenerasi-generasimendatang.

Kekuasaan mutlak ada pada adat, bukan padaorang.Adatmatrilinialdianggapsucidantidakdapatdiubah.Pamanmempunyaiotoritas, namunbegitupulaBundoKandung.Otoritasyangdibagi antaraMamak(saudaralaki-lakiibu)danBundoKandungbersifat saling bergantung (interdependent). Satupihaktidakdapatbekerjatanpayanglain;keduanyamenunjukkan saling hormat. Ini merupakanpandangan Minangkabau yang didasarkan padasistem tali budi (hubungan baik) mereka. (Taufik Abdullah,1985:14).

Nilai-nilaiegaliteryangdianutdalammasyarakatMinangkabau, di mana kedudukan perempuandan laki-laki adalah setarabahkan lebih tinggidarimamak dalam keluarga, suku dan kekerabatan;namun di dalam menentukan pilihan politikbertindaksertamengambilsikappolitik,perempuantidakmempunyaikebebasanmutlak,karenadibatasiolehhal-haltersebutdiatas.

Latarbelakang falsafahyangdianutmasyarakatBaratberbedadenganfalsafahyangdianutmasyarakatMinangkabau, dalam hal ini mengambil suatutindakanakan selaluberintegrasidengannilai-nilaimoral agamayangdianut.Sesuai denganSesuai dengan falsafah alam takambang jadi guruyangdianutmasyarakatMinangkabau, unsur-unsur alam dimaknai olehmerekasebagai lembaga,masyarakatatau individu,yang masing-masing harus mempertahankaneksistensinya, di mana unsur-unsur itu selaluberkewajiban menjaga harmoni atau keselarasanantara sesama lembaga, lembaga dan individu,serta individusesama individu.Sesuaidengansifatalam,semuaunsur ituberbedakadardanperannya(A.A.Navis,1999:129).

205N. Idris: Peran Politik Perempuan dalam Sistem Matrilineal di Minangkabau, Sumatera Barat

Kesimpulan

DiMinangkabauperempuanmenempati posisisentral, namun jika dicermati dengan lebih telitipada realitanya tidak jauhberbedadengankondisiperempuan di kawasan Asia Tenggara padaumumnya, Indonesia pada khususnya. Dilihatdari kacamata feminis memang posisi perempuanMinangkabau yang rendah dalam kepemimpinanpolitik adalah merugikanperempuan, namunbagiperempuan Minangkabau letak persoalannyabukanlah disitu, banyak perempuan yang berhasilmenjadipemimpinbahkanmenjadipresidenbelumtentu dapat menaikkan posisi perempuan dalamkedudukan kepemimpinan politik, atau dapatmengurangiketidakadilanyangdialamiperempuanselama ini.Tentu saja tulisan ini tidakmengatakanbahwa keterlibatan perempuan dalam ranahpublikdanusahaataugerakanuntukmendapatkankedudukan kepemimpinan itu tidak perlu, namunsetiap langkahyangakandiambilharusdidasarkanpadapemahamanbaru tersebutdi atasyang sesuaidenganprinsipataufalsafahyangdianut.

Daftar Pustaka

A.A. Navis (1999) Yang Berjalan Sepanjang Jalan, Kumpulan Karangan Pilihan.Jakarta:Grasindo.

A.A.Navis(1984)Alam Takambang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Grafiti Press.

Abdullah,T.(1985)Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat Minangkabau, Disertasi.UniversitasSumateraUtara.Medan.

Blackwood,E.(1993)The Politics of Daily Life: Gender, Kinship and Indentity in A Minangkabau Village West Sumatra, Indonesia,Dissertation,Hawai,1993.(diakses21Desember 2008)htttp://web.ics.purdue.edu/~blackwoo/research.htm.

Christina, S.H. danArdhian N. (2004) Kuasa Wanita Jawa.Yogyakarta:LkiS.

DeJong,J.P.E.(1960)Minangkabau and Negri Sembilan: Socio-Political Structure in Indonesia,Dissertation,UniversitasJayabaya.Jakarta.

Izzat,H.R.(1997)Wanita dan Politik Pandangan IslamBandung:RemajaRosdakaryaOffset.

Kahin, A. (2005) Dari Pemberontakan ke Integrasi, Sumatra Barat dan Politik Indonesia 1926–1998.Jakarta:YayasanOborIndonesia.

Lani, V. (2003) Partisipasi Politik Perempuan Minangkabau, dalam Sistim Matrilinial, The AsiaFoundation.Padang:InsistPressPrinting.

Mochtar, N. (1991) Kedudukan Wanita Minangkabau Dulu, Sekarang dan akan Datang,DisampaikanpadaSimposium Nasional "Wanita di mata hukum dankenyataandalammasyarakat". (Padang: Kerja sama(Padang:Kerja samaPPPersahidanUniversitasEkasakti,4Juli1991).

Mochtar, N. (1997), Agama Islam dan Kebudayaan Minangkabau, BinaIlmu,Surabaya.