daftar isi - aktifitas · membuat dan membaca laporan ini mahasiswa dapat mendapatkan pengetahuan...
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 3
1. 1. Latar Belakang ........................................................................................................ 3
1. 2. Tujuan .................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 4
2. 1.Syarat Tumbuh Tanaman Jeruk .................................................................................. 4
2. 2.Fungsi Air dalam Pertumbuhan Tanaman Jeruk ......................................................... 5
2. 3.Software Cropwat 8 ................................................................................................... 6
2. 4.Macam Metode Irigasi ............................................................................................... 7
BAB III METODOLOGI .................................................................................................... 10
3. 1. Analisis Kebutuhan Air Tanaman .......................................................................... 10
3. 2. Analisis Kebutuhan Air Irigasi .............................................................................. 10
3. 3. Analisis Pemilihan Metode Irigasi ......................................................................... 10
3. 4. Perancangan Design Irigasi di Lapangan ............................................................... 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................. 12
4. 1. Kondisi Umum Lokasi Studi ................................................................................. 12
4. 2. Kebutuhan Air Tanaman ....................................................................................... 12
4. 2. 1. Kondisi Meteorologi Lokasi Studi .................................................................. 12
4. 2. 2. Kebutuhan Air Tanaman ................................................................................ 13
4. 3. Kebutuhan Air Irigasi Sesuai Skenario .................................................................. 17
4. 4. Metode Irigasi yang dipilih ................................................................................... 19
4. 4. 1. Rancangan Design Irigasi di Lapangan........................................................... 19
4. 4. 2. Evaluasi Design ............................................................................................. 20
4. 4. 3. Rencana Operasional Irigasi ........................................................................... 21
BAB V KESIMPULAN DAN RENCANA LANJUTAN .................................................... 22
5. 1. Kesimpulan ........................................................................................................... 22
5. 2. Rencana Lanjutan.................................................................................................. 22
KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa ,laporan ini dapat diselesaikan dengan
baik. Laporan dengan judul “Analisis Kebutuhan Air, Schedulling Irigasi Dan Perancangan
Metode Irigasi Tanaman Jeruk” ini disusun berdasarkan tinjauan pustaka, analisis, dan data
dari software cropwat 8.0. pemilihan tanaman disesuaikan dengan keadaan daerah lokasi
studi.
Penyusunan laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas irigasi dan darinase serta untuk
memudahkan para mahasiswa dalam memahami materi yang diajarkan. Isi dari laporan ini
berkisar tentang analisis kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi untuk tanaman jeruk.
Selain itu terdapat pula analisis design irigasi yang baik untuk pertanaman.
Bahasa yang digunakan juga sederhana dan mudah dimengerti , sehingga diharapkan dengan
membuat dan membaca laporan ini mahasiswa dapat mendapatkan pengetahuan lain selain
dari materi yang disampaikan oleh dosen pengajar.
Saya berterima kasih atas bantuan dari segala pihak yang telah membantu
terselesainya laporan ini terutama kepada dosen pengajar dan asisten praktikum mata kuliah
irigasi dan drainase. Namun, saya menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
laporan yang saya buat. Jadi, jika terdapat kesalahan dan kekurangan silahkan dikritik. Saya
menerima kritik dari semua pihak termasuk dosen dan asisten praktikum serta mahasiswa
yang lain.
Malang, 12 April 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Tanaman jeruk merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada berbagai
ketinggian, mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, tergantung pada
varietasnya. Tanaman jeruk termasuk dalam divisio spermatophyta, sub divisio
Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, ordo Rutaleceae, genus Citrus, dan species
Citrus sp. Produktivitas jeruk daerah ini masih rendah, sekitar 16 t/ha/thn, sementara
potensi hasil bisa lebih dari 25 t/tha/thn. Lagi pula ada indikasi bahwa setelah
berumur 7 thn produktivitas jeruk dibeberapa daerah cenderung menurun.
Kemunduran produktivitas diduga karena kekurangan air, gangguan, pekarangan
karena kondisi tanah, hama, dan penyakit, dan lain-lain ( Rosmiyanto dan hutagalung,
1989 ). Petani kita sering latah, ikut-ikutan berusaha tani pada suatu komoditas
tertentu yang lagi populer, bernilai ekonomi tinggi. Mereka belum berpikir rasional
apakah komoditas yang akan diusahakan tersebut sesuai dengan kondisi lahan atau
daerahnya.
Daerah Batu sangat berpotensi untuk mengembangkan budidaya jeruk, karena
lahan dan kondisi lingkungan lainnnya mendukung. Banyak kebun jeruk yang ada di
daerah Batu yang pengembangannya masih kurang intensif, khusunya dalam hal
irigasi.
Kekurangan air pada musim kemarau merupakan faktor utama bagi kemerosotan
produksi jeruk, karena tanaman jeruk mempunyai perakaran yang halus sehingga
mudah sekali terganggu pertumbuhannya apabila tanahnya kering, selain itu kualitas
produksi jeruk juga tidak sebaik apabila kecukupan air.
Oleh karena itu, dalam laporan ini akan dibahas bagaimana system irigasi
yang benar untuk tanaman jeruk. Dengan menyusun kebutuhan air tanaman,
kebutuhan air irigasi, serta pemilihan metode irigasi sesuai dengan keadaan
meteorology dan kondisi lingkungan yang ada di daerah tersebut.
1. 2. Tujuan
Laporan ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan air tanaman, kebutuhan
irigasi, dan pemilihan metode irigasi yang sesuai dengan tanaman jeruk di daerah
Batu, Malang, Jawa Timur, Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Syarat Tumbuh Tanaman Jeruk
1. Iklim
1) Kecepatan angin yang lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan
buah. Untuk daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi
tanaman penahan angin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan
arah angin.
2) Tergantung pada spesiesnya, jeruk memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan
basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan
bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini
sangat memerlukan air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus.
3) Temperatur optimal antara 25-30 derajat C namun ada yang masih dapat
tumbuh normal pada 38 derajat C. Jeruk Keprok memerlukan temperatur
20 derajat C.
4) Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar
matahari.
5) Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%.
2. Media Tanam
1) Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi
liat 7-27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara
baik.
2) Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk.
3) Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk
adalah 5,5–6,5 dengan pH optimum 6.
4) Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah
permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50
cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.
5) Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki
kemiringan sekitar 30°.
3. Ketinggian Tempat
Tinggi tempat dimana jeruk dapat dibudidayakan bervariasi dari dataran
rendah sampai tinggi tergantung pada spesies:
1) Jenis Keprok Madura, Keprok Tejakula: 1–900 m dpl.
2) Jenis Keprok Batu 55, Keprok Garut: 700-1.200 m dpl.
3) Jenis Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300–800 m dpl.
4) Jenis Siem: 1–700 m dpl. (BAPENNAS, 2000)1
1 BAPENAS. 2000. Jeruk. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta
2. 2. Fungsi Air dalam Pertumbuhan Tanaman Jeruk
Air merupakan sumber kehidupan, tanpa air tidak ada makhluk yang dapat
hidup. Begitu juga tanaman,salah satu unsur terbesar tanaman adalah air yaitu
berkisar anatara 90% untuk tanaman muda, sampai kurang dari 10% untuk padi-
padian yang menua sedangkan tanaman yang mengandung minyak , kandungan
airnya sangat sedikit. penyiraman harus dilakukan teratur agar tidak kekurangan. Jika
tidak disiram, tanaman akan mati kekeringan. Air merupakan bahan untuk
fotosintesis, tetapi hanya 0,1% dari total air yang digunakan untuk fotosintesis. Air
yang digunakan untuk transpirasi tanaman sebanyak 99 %, dan yang digunakan untuk
hidrasi 1 %, termasuk untuk memelihara dan menyebabkan pertumbuhan yang lebih
baik. Selama pertumbuhan tanaman membutuhkan sejumlah air yang tepat.
Air merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan dalam
proses-proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari garam-garam, gas-
gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuh-tumbuhan,melalui dinding
sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya turgiditas, pertumbuhan sel,
stabilitas bentuk daun, proses membuk dan menutupnya stomata, kelangsungan gerak
struktur tumbuh-tumbuhan. Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis
maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air
yang terusmenerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan
pada gilirannya tanaman akan mati.
Air sangat penting bagi kehidupan tanaman, peranannya: Merupakan 90 – 95%
penyusun tubuh tanaman, Aktivator enzim, Pereaksi dalam reaksi hidrolisis, Sumber
H dalam fotosintesis, Penghasil O2 dalam fotosintesis, Pelarut dan pembawa berbagai
senyawa, Menjaga pembelahan sel, pembesaran, pemanjangan sel, mengatur bukaan
stomata, gerakan daun dan bunga (misal epinasti), Pemacu respirasi, Mengatur keluar
masuknya zat terlarut ke dan dari sel, Mendukung tegaknya tanaman, terutama pada
tanaman herbaceus, Agensia penyebaran benih tanaman, Mempertahankan suhu
tanaman tetap konstan pada saat cahaya penuh (Windy, N.,2011)2.
Air merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk pertumbuhan
tanaman jeruk manis, pembentukan buah, fotosintesa, dan lain-lain. Air juga sebagai
komponen semua jaringan tanaman. Kandungan air pada daun dan tunas sekitar 50-
75%, pada buah lebih kurang 85% dan pada akar kira-kira 60-85%. Air melarutkan
unsur hara dan membawanya ke seluruh tubuh tanaman dan aktivitas kehidupan sel-
sel dalam semua jaringan tanaman. (Tandisau, P.,2011)3
2 Windy, N.,2011. http://wihans.info/blog/peranan-air-bagi-tanaman. diakses tanggal 10 April 2012 3 Tandisau, P.,2011. Lahan Untuk Usaha Tani Tanaman Jeruk. BPTP. Sulawesi Selatan.
2. 3. Software Cropwat 8
Selanjutnya perhitungan evapotranspirasi potensial (ETo) dilakukan dengan
menggunakan “Cropwat”. Cropwat merupakan suatu program komputer “under
DOS” (Program yang dipakai melalui perintah DOS) untuk menghitung
evapotranspirasi Penman Modifikasi dan kebutuhan air untuk tanaman. Selanjutnya
dapat juga menghitung kebutuhan air irigasi, jadwal pemberian air irigasi untuk
macam-macam kondisi pengelolaan dan suplai air untuk seluruh daerah irigasi
dengan bermacam-macam pola tanam tertentu. Untuk perhitungan tersebut,
dibutuhkan data-data klimatologi dan data-data lainnya misalnya data tanaman dan
data pola tanam.
Prosedur dalam perhitungan kebutuhan air bagi tanaman dan rencana kebutuhan air
untuk irigasi ini didasarkan pada makalah FAO – ID No. 24 mengenai “Kebutuhan
air bagi tanaman” dan No. 33 mengenai “Respon tanaman terhadap air”.
Program ini berarti sebagai alat praktis untuk membantu para ahli melakukan
perhitungan dalam perencanaan dan pengelolaan suatu daerah irigasi. Lebih lanjut,
program ini diharapkan dapat membantu memberikan rekomendasi untuk
memperbaiki irigasi yang telah ada, dan merencanakan jadwal irigasi yang sesuai
dengan kondisi suplai air yang beraneka ragam. Beberapa hal yang perlu dijelaskan
berkaitan dengan penggunaan komputer model “Cropwat” ini antara lain mengenai:
perhitungan evapotranspirasi referensi; pemrosesan data curah hujan; pola tanam dan
data tanaman (Susilawati,S., 2003).4
Berikut ini tampilan Cropwat 8
Klik menu :
4 Susilawati,S., 2003. Kajian Pemanfaatan Air Waduk Tilong Untuk Irigasi Pertanian.
Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandira. Kupang
2. 4. Macam Metode Irigasi
Macam-macam sistem irigasi dapat dibedakan sebagai berikut.
Menurut sumber airnya:
1. Air permukaan (surface source)
Sumber air permukaan terutama berasal dari sungai dan danau. Waduk
(reservoir) merupakan juga sumber air permukaan yang berasal dari sungai
yang dengan sengaja dibendung.
2. Airtanah (groundwater)
Airtanah merupakan air yang mengisi pori antar partikel tanah dalam suatu
akuifer (aquifer). Akuifer adalah suatu formasi yang berupa bahan permeable
yang mengandung air serta dapat menghantarkan dan menghasilkan air. Ada
dua macam akuifer yaitu akuifer bebas (unconfined aquifer, phreatik aquifer)
dan aquifer terkekang (confined aquifer) (lihat Gambar 4.6). Pada akuifer
bebas terdapat muka air (water table) yang memisahkan zone aerasi dan zone
saturasi.
Di muka air tekanan air sama dengan tekanan atmosfer. Akuifer terkekang
terjadi apabila air tanah terkekang oleh lapisan kedap (impermeable).
Airtanah pada akuifer terkekang mempunyai tekanan lebih besar daripada
tekanan atmosfer sehingga air akan naik bila dibuat sumur melalui lapisan
kedap. Airtanah dalam akuifer dapat muncul ke permukaan tanah secara
alamiah dalam bentuk mata air maupun melalui saluran vertikal dari
permukaan tanah ke akuifer yang disebut sumur.
Menurut cara pengambilan airnya:
1. Pengambilan gravitasi
Jika elevasi permukaan air atau head pada sumber air cukup maka digunakan
metode gravitasi. Cara pengambilan gravitasi yang paling banyak digunakan
adalah dengan penyadapan dari sumber air pemukaan ke saluran terbuka tidak
memancar Sumur dangkalmaupun pipa. Bangunan sadap biasanya mempunyai
bagian pengatur dan pengukur aliran ke lahan, seperti bendung, pintu, atau
katub.
2. Pemompaan
Apabila head sumber air tidak cukup maka digunakan pompa untuk
menaikkan permukaan air dan/atau memberikan tekanan yang diperlukan
untuk membawa dan/atau mendistribusikan air irigasi. Suatu instalasi pompa
terdiri dari unit pompa (pump unit) dan unit sumberdaya (power unit). Unit
pompa merupakan peralatan mekanis yang memberikan energi pada air untuk
menaikkan elevasinya. Pompa sentrifugal merupakan jenis pompa yang paling
cocok digunakan untuk irigasi dibandingkan jenis pompa rotari maupun
reciprokal. Unit sumberdaya yang berupa motor listrik atau motor bakar
berfungsi menghasilkan energi mekanis untuk menggerakkan pompa.
Menurut cara pengaliran airnya:
1. Saluran terbuka (open channel)
Saluran terbuka biasanya mejpunyai slope searah aliran. Jenis saluran terbuka
adalah saluran tanah dan saluran dengan pasangan (lining) berupa pasangan
batu semen atau yang lain. Saluran tanah mempunyai kelebihan lebih murah
konstruksinya sedangkan saluran dengan lining lebih murah perawatannya,
ukuran penampang relatif tetap, serta kehilangan karena seepage lebih kecil.
2. Jaringan pipa (pipe networks)
Jaringan pipa dapat dibedakan menjadi pipa terbuka (low head) dan pipa
tertutup (pressurized) bergantung apakah sistem terbuka terhadap atmosfer.
Pipa mungkin diletakkan di permukaan tanah agar mudah dipindah (portable)
atau ditanam dalam tanah (burried) untuk mengurangi kemungkinan
kerusakan. Dibandingkan dengan saluran terbuka, jaringan pipa ini
mempunyai keuntungan mengurangi kehilangan karena seepage dan
evaporasi, menghindari pertumbuhan gulma, lebih aman, memungkinkan
aliran ke atas, serta mengurangi kehilangan lahan produktif.
Menurut cara distribusinya:
1. Irigasi permukaan (surface irrigation)
Metode ini merupakan cara aplikasi irigasi yang tua dan paling banyak
digunakan. Irigasi permukaan lebih cocok diterapkan pada lahan yang relatif
33seragam dan datar (slope < 2%) serta tanah dengan kapasitas infiltrasi
rendah sampai sedang. Investasi awal yang diperlukan untuk membangun
irigasi permukaan biasanya rendah namun efisiensinya relatif rendah karena
banyak kehilangan air melalui evaporasi, perkolasi, run off maupun seepage.
Beberapa tipe irigasi permukaan yang sering dijumpai adalah sawah/genangan
(basin), luapan (border), alur (furrow), dan surjan.
2. Irigasi curah (sprinkler irrigation)
Metode ini menggunakan tekanan antara 70-700 kPa untuk menciptakan
butiran-butiran yang menyerupai hujan. Sprinkler mempunyi efisiensi lebih
tinggi daripada irigasi permukaan karena dapat mengurangi kehilangan air
yang diakibatkan oleh perkolasi dan run off. Sprinkler memerlukan investasi
relatif besar serta memerlukan lebih sedikit tenaga kerja tetapi ketrampilannya
dituntut lebih tinggi dibandingkan irigasi permukaan. Sprinkler dapat
digunakan untuk mengaplikasikan pupuk dan pestisida sehingga dapat
digunakan untuk irigasi hidroponik.
3. Irigasi tetes (trickle irrigation)
Irigasi tetes mengaplikasikan air secara perlahan-lahan dan sering pada
permukaan tanah atau dalam tanah di daerah perakaran tanaman. Prinsip
irigasi tetes adalah memberikan air di zone perakaran tanaman dan menjaga
kandungan lengasnya mendekati optimal. Dengan demikian metode ini lebih
efisien daripada sprinkler. Namun demikian metode ini memerlukan investasi
yang besar dan perawatan yang baik karena air yangmengandung bahan
terlarut akan mudah menyumbat komponen penetes. Tekanan yang digunakan
pada irigasi tetes biasanya berkisar 15-20 kPa untuk menghasilkan tetesan di
permukaan atau dalam tanah, pengkabutan di permukaan tanah, atau
gelembung (bubble). Variasi tradisional dari irigasi ini adalah irigasi kendi.
(Anonymous, 2012)5
5Anonymous.2012.
http://www.scribd.com/document_downloads/direct/86162532?extension=pdf&ft=1334113333<=1334116943
&uahk=N4xzzAcLaNDwB2VXCTEPfZHpDJU. Diakses tanggal 10 April
BAB III
METODOLOGI
3. 1. Analisis Kebutuhan Air Tanaman
Kebutuhan air untuk tanaman adalah nilai Eto dikalikan dengan suatu koefisien
tanaman (ETo x Kc). Yang dimaksud ETo, adalah evapotranspirasi tetapan yaitu laju
evaportranspirasi dari suatu permukaan luas tanaman rumput hijau setinggi 8 sampai
15 cm yang menutup tanah dengan ketinggian seragam dan seluruh permukaan teduh
tanpa suatu bagian yang menerima sinar secara langsung serta rumput masih tumbuh
aktif tanpa kekurangan air.
Kebutuhan air tanaman ini dipengaruhi oleh jenis dan usia tanaman (tingkat
pertumbuhan tanaman). Pada saat tanaman mulai tumbuh, nilai kebutuhan air tanaman
meningkat sesuai pertumbuhannya dan mencapai maksimum pada saat pertumbuhan
vegetasi maksimum. Setelah mencapai maksimum dan berlangsung beberapa saat
menurut jenis tanaman, nilai kebutuhan air tanaman akan menurun sejalan dengan
pematangan biji. Pengaruh watak tanaman terhadap kebutuhan tersebut dengan faktor
tanaman (Kc). Nilai koefisien pertumbuhan tanaman ini tergantung jenis tanaman
yang ditanam. Untuk tanaman jenis yang sama juga berbeda menurut varietasnya.
Nilai Kc tanaman jeruk yang digunakan dari FAO adalah initial-deveploment 0,70 ,
Mid-season 0,65 , dan late season 0,70. Dengan masa initial 60 hari, development
10hari, mid-season 90 hari, late season 95 hari.
3. 2. Analisis Kebutuhan Air Irigasi
Untuk keperluan perhitungan kebutuhan air irigasi dibutuhkan nilai
evapotranspirasi potensial (Eto) yaitu evapotranspirasi yang terjadi apabila tersedia
cukup air. Seperti yang telah dijelaskan pada analisis kebutuhan air tanaman.
Perhitungan kebutuhan air irigasi dapat ditentukan dengan mengetahui curah hujan
efektif di daerah sekitar penelitian dan kebutuhan air tanaman (ETc) yang ditanam di
lokasi penelitian. Kebutuhan air tanaman dapat ditentukan dengan mengetahui
evapotranspirasi tanaman acuan (ETo) dan koefisien tanaman (Kc). Nilai koefisien
tanaman tergantung pada tanaman yang ditanam di daerah lokasi yang diamati.
Sedangkan nilai ETo diperoleh dari program CROPWAT 8.0 dengan metode
Penman-Monteith. Analisis dengan program CROPWAT 8.0 membutuhkan data
curah hujan sepuluh tahun terakhir, penyinaran matahari (jam penyinaran),
kelembapan (%), temperatur maksimum dan minimum (°C), dan kecepatan angin
(km/hari). Jadi, setelah kebutuhan air tanaman diketahui, maka kebutuhan air irigasi
dapat diperoleh dari Cropwat 8.0.
3. 3. Analisis Pemilihan Metode Irigasi
Sistem irigasi yang ada sangat bervariasi bergantung pada jenis tanaman, kondisi
lahan dan air, cuaca, ekonomi, dan faktor budaya. Menurut Puspitarini (Anonymous,
2012) penggunaan metode irigasi curah dapat meningkatkan produksi tanaman jeruk
hampir 3 kali lipat dibandingkan dengan metode konvensional (kontrol).
Irigasi curah atau siraman (sprinkler) menggunakan tekanan untuk membentuk
tetesan air yang mirip hujan ke permukaan lahan pertanian. Disamping untuk
memenuhi kebutuhan air tanaman, sistem ini dapat pula digunakan untuk mencegah
pembekuan, mengurangi erosi angin, memberikan pupuk, dan lain-lain. Pada irigasi
curah air dialirkan dari sumber melalui jaringan pipa yang disebut mainline dan sub-
mainline dan ke beberapa lateral yang masing-masing mempunyai beberapa mata
pencurah (sprinkler).
Sprinkler digunakan pada tanah porus, solum tanah dangkal, kemiringan tanah
tajam, tanah peka erosi, air terbagat, tanah bergelombang, tenaga terampil terbatas .
3. 4. Perancangan Design Irigasi di Lapangan
Pemilihan sprinkler dilakukan dengan mempertimbangkan biaya, tekanan
operasi, dan kemampuan untuk memenuhi desain dengan keseragaman yang baik dan
tidak menimbulkan run off.
Pompa digunakan untuk mengambil air dari sumber dengan tekanan tertentu
sesuai dengan kebutuhan. Kemudian air yang diambil akan dialirkan ke mainline.
Mainline akan menyalurkan air ke pipa lateral dan terakhir disalurkan ke splinker.
Tekanan dan tinggi pipa riser juga mempunyai pengaruh terhadap luas sebaran
sprinkler dan pengaruh interaksi antar perlakuan tersebut berbeda nyata.
Tekanan yang efektif untuk produksi tanaman jeruk pada sistem irigasi curah
adalah 25 Psi dan tinggi pipa riser yang efektif untuk produksi tanaman jeruk pada
sistem irigasi curah adalah 150 cm dari permukaan tanah. Jadi, untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, pipa lateral dibagi menjadi dua yaitu yang horizontal dan yang
tegak lurus. Agar tanaman jeruk dapat menerima air dari irigasi curah ini.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Kondisi Umum Lokasi Studi
Kecamatan Batu merupakan pusat pemerintahan Kota Batu dan terletak di sebelah
selatan dari wilayah Kota Batu tepatnya di kaki gunung panderman. Sebagai
barometer perkembangan Kota Batu, Kecamatan Batu betul-betul diandalkan sebagai
pusat kegiatan ekonomi yang diharapkan mampu menyerap potensi ekonomi yang
dapat diandalkan utuk melayani berbagai kebutuhan masyarakat Kota Batu maupun
wilayah sekitarnya.
Letak geografi dan topografi dapat dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu daerah
lereng/bukit sebanyak 3 desa/kelurahan dan daerah dataran sebanyak 5
desa/kelurahan. Luas kawasan Kecamatan Batu secara keseluruhan adalah sekitar
4.545,81 Ha atau sekitar 22,83 % dari total luas Kota Batu.
Sebagai daerah yang topografi sebagian wilayahnya perbukitan, Kecamatan Batu
memiliki pemandangan alam yang sangat indah, sehingga banyak dijumpai tempat-
tempat wisata yang mengandalkan keindahan alam pegunungan disertai wisata air
terjun, kolam renang dan sebagainya. Dilihat dari keadaan geografinya, Kecamatan
Batu dapat dibagi menjadi 4 jenis tanah yaitu tanah Andosol, tanah Kambisol, tanah
alluvial dan yang terakhir tanah Latosol.
4. 2. Kebutuhan Air Tanaman
4. 2. 1. Kondisi Meteorologi Lokasi Studi
Data Meteorologi :
Stasiun Pengamat : Karangploso
Altitude : 575 m
Latitude : 7.45° L.S
Longitude : 112.35° B.T
Dari data meteorology di atas memberikan informasi bahwa, suhu
tertinggi berada pada bulan September-Oktober, karena penyinaran pada
bulan-bulan tersebut termasuk pada kategori lama dan curah hujan anatara
bulan Juni hingga September rendah dibandingkan dengan bulan-bulan
yang lain. Keadaan ini dapat mempengaruhi kelembaban. Jika curah hujan
semakin rendah amaka kelembabak juga akan semakin kecil. Sperti pada
tabel, nilai humidity dari Juni samapi September semakin menurun.
Kemungkinan pada bulan-bulan ini terjadi musim kering. Sementara pada
Bulan Desember-Maret lama penyinaran menurun dan kelembaban
meningkat. Karena curah hujan juga semakin meningkat. Keadaan ini
memungkinkan terjadinya musim basah. Jadi, kecamatan Batu memiliki 6
bulan basah dan 6 bulan kering dalm satu tahun.
4. 2. 2. Kebutuhan Air Tanaman
Sebelum menentukan kebutuhan air tanaman, sebelumnya harus
menghitung nilai ETo. Nilai ETo diperoleh dari data meteorology yang
terdiri dari temperatur minimum dan maximum, kelembaban relatif,
kecepatan angin, dan lama penyinaran. Dengan menggunakan cropwat 8.0
diperoleh ETo sebagai berikut :
Semakin tinggi suhu dan lama penyinaran nilai ETo juga semakin
tinggi. Hal ini berarti bahwa dengan meningkatnya suhu dan penyinaran maka
evapotranspirasi semakin meningkat. Setelah menghitung ETo, kemudian
menghitung hujan efektif dengan menggunakan data curah hujan seperti pada
table cropwat di bawah ini:
curah hujan dan hujan efektif berbanding lurus. Semakin tinggi curah
hujan, maka air yang tersedia untuk tanaman semakin banyak. Dengan curah
hujan tertinggi antara bulan Desember sampai bulan Maret (bulan basah)
sedangkan pada bulan Mei-Oktober curah hujan rendah (bulan kering). Untuk
lebih jelasnya bisa dilihat dalam bentuk grafik.
Grafik tersebut menunjukkan bahwa nilai hujan efektif (hujan yang
bisa diterima oleh tanah) lebih kecil dari curah hujannya sendiri ditunjukkan
dengan grafik berwarna abu-abu. Namun ini berlaku pada bulan basah saja.
Karena saat bulan basah tanah akan menerima air yang berlimpah sehingga
tidak semua dapat diserap, air yang tidak diserap itu disebut dengan limpasan.
Sedangkan pada bulan kering, curah hujan sangat rendah sekali bahkan tanah
dapat mengalami penurunan kadar air. Sehingga jumlah hujan yang jatuh pada
bulan kering hampir semua jumlah hujan yang jatuh masuk ke dalam tanah.
Setelah mengetahui nilai ETo dan hujan efektif, untuk menentukan
kebutuhan air harus mengetahui nilai Kc tanaman yang akan dipilih. Data nilai
Kc tanaman jeruk menurut FAO adalah initial-deveploment 0,70 , Mid-season
0,65 , dan late season 0,70. Dengan masa initial 60 hari, development 10 hari,
mid-season 90 hari, late season 95 hari.
Nilai Kc yang meningkat pada fase mid-season. Hal ini menunjukkan
bahwa pada fase tersebut tanaman berada pada tahap generatif dan pengisian
buah. Sehingga membutuhkan air yang lebih banyak dibandingkan dengan
fase-fase yang lain. Selain itu juga terdapat kedalaman perakaran dan tinggi
tanaman pada fase tertentu. Kedalaman akar ini yang akan kita isikan pada
data tanah.
Kemudian tentukan tanggal tanam di kotak planting date, sesuaikan
dengan keadaan tanaman kapan waktu yang tepat untuk memulai penanaman.
Tanaman jeruk sebaiknya ditanam awal musim hujan. Dan dari data yang ada,
curah hujan mulai meningkat pada bulan November dan Desember. Oleh
karena itu sebaiknya tanaman jeruk ditanam pada awal bulan Desember
tanggal 10 Desember. Kondisi curah hujan pada bulan ini sangat membantu
kebutuhan air tanaman jeruk pada fase initial dan development. Sedangkan
pada fase mid-season, yaitu pada fase generatif atau pembentukan bunga
tanaman jeruk sebaiknya pad musim kemarau. Karena pohon yang berbunga
pada musim kemarau akan menghasilkan buah lebih banyak karena
perpindahan serbuk sari tidak mengalami gangguan. Dan sebaliknya bila
pucuk dipangkas pada musim kemarau pohon akan berbunga pada musim
hujan berikutnya.Karena berbunga pada musim hujan umumnya bunga
akan gugur, yang akan menngakibatkan rendahnya produksi buah. Tanaman
jeruk dapat dipanen setelah berusia 365 hari, sesuai dengan lama setiap fase
yang dilalui.
Setelah menentukan tanaman yang akan ditanam, pilih karakteristik
tanah yang sesuai untuk tanaman tersebut dan daerah lokasi.
Menurut literatur (di kutip dari karya ilmiah IPB yang mengutip dari
Supriyanto, 1979), daerah Batu memiliki tanah bertekstur halus dan drainase
sedang. Dengan informasi tersebut data tanah yang digunakan dari data FAO
adalah medium (loam). Dari data yang diperoleh FAO, tanah dengan tekstur
liat memilki total kadar air 290 mm/m, dengan infiltrasi maximum 40mm/hari,
dan kedalaman maximum perakaran disesuaikan dengan kedalaman akar
tanaman. Agar hasilnya lebih efisien, lakukan pengamatan kadar air tanah di
Batu.
Jika nilai ETo, nilai hujan efektif, jenis tanaman, dan karakteristik
tanah sudah ditemukan. Maka niali ETc sudah dapat ditentukan. Datanya
adalh sebagai berikut :
Jadi, kebutuhan air tanaman pada setiap dekade berbeda-beda,
tergantung pada fase pertumbuhan, nilai Kc, dan ETo. Pada fase initial dan
development tanaman jeruk membutuhkan air yang tinggi dibandingkan
dengan mid-season. Ini termasuk alasan kenapa tanaman jeruk baik ditanam
pada awal musim hujan. Dalam tabel juga menunjukkan kebutuhan air irigasi.
Kebutuhan air irigasi dimulai pada awal bulan Mei. Karena bulan tersebut
merupakan awal musim kemarau. Kadar air tanah mulai menurun, dan
kebutuhan air tanaman tidak terpenuhi. Hujan efektif lebih kecil daripada nilai
ETc, sehingga tanaman membutuhkan irigasi.
Untuk lebih jelasnya disajikan dalam bentuk grafik seperti di bawah
ini:
Dalam grafik juga menjelaskan bahwa awal bulan Mei sampai akhir
bulan Oktober, tanaman membutuhkan irigasi (grafik warna biru). Karena
kadar air tanah mulai menurun. Namun, pada bulan Mei tanah belum sampai
pada kondisi titik layu permanen.
4. 3. Kebutuhan Air Irigasi Sesuai Skenario
Setelah mengetahui kebutuhan air tanaman dan air irigasi, kemudian tentukan jadwal
irigasi yang benar. Dari hasil cropwat diperoleh data jadwal irigasi sebagai berikut :
Jadwal irigasi yang harus dilakukan untuk tanaman jeruk di daerah
Batu, Malang dimulai pada pertengahan bulan Juli. Karena pada bulan ini
keadaan kapasitas lapang tanah sudah menurun. Pemberian irigasi terakhir
yaitu pada bulan November (bulan basah).
Dalam teknik budidaya tanaman jeruk di daerah Batu, penyiraman
jangan berlebih. Tanaman diairi sedikitnya satu kali dalam seminggu pada
musim kemarau. Jika air kurang tersedia, tanah di sekitar tanaman
digemburkan dan ditutup mulsa. Dalam hal ini pemilihan waktu yang cocok
adalah 55% of critical depletion. Didasarkan oleh biaya irigasi dan hasil
produksi tanaman. Dengan menggunakan waktu irigasi yang seperti itu,
tanaman jeruk tidak perlu disiram setiap hari, agar dapat meminimalkan
tenaga kerja.
Dan aplikasi irigasi yang baik untuk tanaman jeruk adalah Refill soil
moisture content to 50% of field capacity. Maksudnya adalah dengan aplikasi
irigasi 50% kapasitas lapang tanaman tidak mengalami penurunan produksi.
Sehingga dapat meminimalkan biaya irigasi. Efisiensinya yang diguanakan
adalah 80%, karena menggunakan irigasi sprinkler (irigasi curah).
Dengan metode pemilihan waktu dan aplikasi irigasi tersebut air aktual
yang digunakan oleh tanaman sama dengan air potensial yang digunakan oleh
tanaman. Dan nilai penurunan kelembaban pada saat panen sangat sedikit
yaitu 5.4 mm. hal ini baik untuk tanaman tahunan seperti tanamanjeruk.
Karena setelah panen pertama, tanaman masih dapat berproduksi untuk tahun
selanjutnya sampai produksinya turun yaitu sekitar tanaman berumur 13 tahun.
4. 4. Metode Irigasi yang dipilih
4. 4. 1. Rancangan Design Irigasi di Lapangan
Rancangan design irigasi pada tanaman jeruk yaitu dengan
menggunakan sprinkler. Pemilihan sprinkler dilakukan dengan
mempertimbangkan biaya, tekanan operasi, dan kemampuan untuk
memenuhi desain dengan keseragaman yang baik dan tidak menimbulkan
run off. Splinker dibuat mendatar dengan jarak antar sprinkler disesuaikan
dengan jarak tanam. Jarak tanam jeruk 3x3m. sprinkler diletakkan setiap
jarak 6m, sedangkan jarak lateral 1 dengan yang lain 9 m.
Sumber bisa dengan menggunakan sumur yang memilki air
jernih agar tidak terjadi penyumbatan pada pipa dan sprinkler. Tekanan
pompa disesuaikan dengan kebutuhan luas penyebaran air yang dapat
diterima oleh tanaman. Pipa lateral dibagi menjadi dua yaitu pipa
lateral yang berada di atas permukaan tanah dan yang tegak lurus. Pipa
tegak lurus yang akan menyalurkan air ke atas sampai keluar dari
sprinkler. Pipa ini idealnya setinggi 150 cm, agar tajuk tanaman jeruk
dapat terbasahi. Dan tipe sprinkler yang digunakan adalah fixed head
sprinkler, yang memilki lebih dari 1 lubang utama. Sehingga tanaman
disekitarnya dapat terbasahi semua.
Sedangkan metode pemasangan
sprinklernya menggunakan metode permanent.
Karena tanaman jeruk merupakan tanaman
tahunan. Sehingga irigasi yang dilakukan
6m
6m
9m
X X X
X X X
X X X
X X X
X X X
Jeruk
3x3m
memerlukan waktu yang cukup lama. Agar tenaga kerja tidak terlalu
banyak, lebih baik pemasangan sprinkler tidak dipindah-pindah.
Pemasangan sprinkler yang digunkan adalah pola segiempat
4. 4. 2. Evaluasi Design
Dalam mengevaluasi design irigasi yang perlu diperhatikan adalah tekanan
operasi. Sprinkler harus dioperasikan dengan tekanan minimal dengan
keseragamaan dan efisiensi yang tinggi guna mengurangi konsumsi energi
dan menghemat biaya operasi. Setiap sprinkler keluaran pabrik sudah
dilengkapi dengan informasi kinerja. Selain itu jenis nozzle juga berpengaruh
terhadap ukuran tetesan, jarak lemparan, dan pola aplikasi. Sudut nozzle
tergantung kecepatan angin dan tinggi tanaman. Ukuran tetesan kecil cocok
untuk tanah terbuka, tetesan besar cocock untuk daerah berangin.
Suatu sprinkler umumnya menghasilkan ukuran diameter butiran air dari
0,5 mm sampai 4,0 mm. Butiran yang lebih kecil umumnya jatuh dekat
sprinkler sedangkan yang lebih besar jatuh lebih jauh. Ukuran butir yang besar
dapat merugikan pada tanaman (terutama sayuran) dan menyebabkan erosi
percik yang akhirnya terjadi pemadatan tanah, sedangkan ukuran butiran yang
terlalu kecil akan mudah menguap sehingga banyak air terbuang dan akibatnya
efisiensi irigasi menjadi rendah. Ukuran butiran yang diinginkan dapat
dikendalikan dengan mengatur ukuran nozzle dan tekanan operasional.
Kinerja sprinkler dipengaruhi oleh variasi tekanan dan jenis nozzle.
1. Debit sprinkler
- Debit sprinkler adalah volume air yang keluar dari sprinkler per
satuan waktu.
dengan:
Q = debit sprinkler
n = jumlah nozzle
K = konstanta, tergantung satuan yang
digunakan
c = koefisien, tergantung bentuk dan kekasaran bukaan nozzle
A = luas penampang melintang bukan nozzle
P = tekanan operasi nozzle
x =fungsi eksponensial nozzle (0,5)
2. Jarak lemparan
Jarak antar sprinkler yang berdekatan dipengaruhi oleh jarak
lempar sprinkler. Jarak bertambah bila kemampuan melempar
sprinkler naik. Hal ini dipengaruhi tekanan operasi, bentuk, serta
sudut lemparan. Pabrik mengeluarkan publikasi diameter
pembasahan untuk berbagai macam tekanan, ukuran nozzle,
bentuk dan sudut nozzle.
3. Pola distribusi
Volume air yang digunakan bervariasi terhadap jarak dari
sprinkler. Pola distribusi tergantung tekanan operasi, nozzle dan
angin. Bentuk nozzle dan ukuran bukaan biasanya tidak
berpengaruh terhadap pola distribusi
4. Rata-rata aplikasi
Parameter yang penting untuk aplikasi terhadap tanah, tanaman,
dan daerahnya. Bila aplikasi besar akan menyebabkan run off dan
erosi
Dengan: A = rata-rata aplikasi, Q = debit sprinkler, a
= luas areal pembasahan, k = konstanta satuan
5. Ukuran tetesan (droplets)
Ukuran tetesan berpengaruh terhadap daya dispersi ke tanah.
Ukuran tetesan mempengaruh pola distribusi bila ada angin karena
ukuran tetesan kecil lebih peka terhadap angin.
4. 4. 3. Rencana Operasional Irigasi
Pemasangan komponen irigasi sebaiknya dipasang sebelum
tanaman memiliki tajuk yangg masih rendah sekitar 3 bulan atau 4 bulan
setelah tanam. Pembuatana irigasi harus disesuaikan dengan lahan.
Sedangkan waktu irigasi disesuaikan dengan jadwal yang telah ada dari
cropwat. Akan tetapi, air irigasi harus segera diberikan sebelum kadar air
tanah mencapai titik layu permanent, yang disebut dengan defisit air
dibolehkan (MAD, management allowed deficit).
BAB V
KESIMPULAN DAN RENCANA LANJUTAN
5. 1. Kesimpulan
Dari hasil analisis hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Kecamatan Batu memiliki 6 bulan basah dan 6 bulan kering dalm satu tahun. Dan
jeruk cocok ditanam di daerah tersebut
2. Kebutuhan air tanaman pada setiap dekade berbeda-beda, tergantung pada fase
pertumbuhan, nilai Kc, dan ETo. Pada fase initial dan development tanaman jeruk
membutuhkan air yang tinggi dibandingkan dengan mid-season. Kebutuhan air
irigasi dimulai pada awal bulan Mei. Karena bulan tersebut merupakan awal
musim kemarau. Kadar air tanah mulai menurun, dan kebutuhan air tanaman tidak
terpenuhi. Hujan efektif lebih kecil daripada nilai ETc, sehingga tanaman
membutuhkan irigasi.
3. Tanaman jeruk diairi sedikitnya satu kali dalam seminggu pada musim kemarau.
Dalam hal ini pemilihan waktu yang cocok adalah 55% of critical depletion. Dan
aplikasi irigasi yang baik untuk tanaman jeruk adalah Refill soil moisture content
to 50% of field capacity. Efisiensinya yang digunakan adalah 80%, karena
menggunakan irigasi sprinkler (irigasi curah).
4. Pemilihan sprinkler dilakukan dengan mempertimbangkan biaya, tekanan operasi,
dan kemampuan untuk memenuhi desain dengan keseragaman yang baik dan tidak
menimbulkan run off. Sprinkler harus dioperasikan dengan tekanan minimal
dengan keseragamaan dan efisiensi yang tinggi guna mengurangi konsumsi energi
dan menghemat biaya operasi.
5. 2. Rencana Lanjutan
Rencana lanjutan untuk budidaya jeruk ini, sebaiknya ditumpangsarikan
dengan tanaman yang lain. Karena jeruk merupakan tanaman tahunan, untuk
menunggu hasil produksinya akan memakan waktu yang lama. Sebelum tanaman
berproduksi dan tajuknya saling menaungi, dapat ditanam tanaman sela baik kacang-
kacangan/sayuran. Setelah tajuk saling menutupi, tanaman sela diganti oleh
rumput/tanaman legum penutup tanah yang sekaligus berfungsi sebagai penambah
nitrogen bagi tanaman jeruk. Sebelum Tanaman Menghasilkan (TM) untuk
optimalisasi pemanfaatan lahan dapat ditanami dengan cabe, padi gogo,
kacang tanah, dan kedelai.
Tanaman lain yang baik untuk diintercroping adalah kedelai. Selain dapat
menyumbang nitrogen pada tanah, hasil produksinya juga sangat cukup. Kedelai
ditanam setelah tanaman jeruk berumur 1 bulan. Diperkirakan 0,5 luasan lahan
dapat digunakan untuk tanaman cash crop.
Pemberian irigasi pada tanaman kedelai dilakukan manual, yaitu dengan
irigasi permukaan saja. Karena tanaman kedelai ditanam 1 bulan setelah tanaman
jeruk, bulan-bulan itu masih termasuk bulan basah. Luas lahan tanaman utama (jeruk)
60% sedangkan tanaman kedelai 40% dari seluruh luas lahan.
Tanaman kedelai hanya memerlukan irigasi pada awal tanam saja. Kedelai
dapat dipanen selama 4 bulan setelah tanam. Setelah itu, komponen irigasi dapat
dipasang disekitar areal penanaman untuk irigasi tanaman jeruk, saat awal musim
kemarau.