sistematika pemetaan geomorfo

45
BAB 4 SISTIMATIKA PEMETAAN GEOMORFOLOGI Pemetaan geomorfologi meliputi segala aspek yang berhubungan dengan gambaran bentuklahan, proses bentuklahan, nilai - nilai bentuklahan dan material penyusun bentuklahan. Aspek - aspek tersebut tidak hanya disampaikan dalam bentuk kata (verbal), seperti ketepatan bentuk, ukuran dan posisi, tetapi sangat beik dituangkan dalam bentuk peta. Secara umum peta dapat diklasifikasikan menjadi peta tujuan umum dan peta tujuan khusus. Penelitian dan pemetaan geomorfologi saat ini merupakan gabungan dari dua sumber yang berbeda, yaitu penelitian yang mendalam tentang geomorfologi dan hubungan geomorfologi dengan bidang ilmu lainnya. Penelitian sistematika yang mendalam tentang geomorfologi akan menghasilkan peta geomorfologi analitik , khususnya yang paling menonjol menghasilkan informasi monodisiplin dan pada bagian lain menampilkan informasi bentuklahan, sebagian proses eksogen, menekankan unsur - unsur morfogenesis (termasuk morfostruktural) dan mungkin morfokhronologi. Penelitian terhadap hubungan antara geomorfologi dengan pengkajian elemen - elemen lingkungan disebut sebagai ekologi bentanglahan (landscape ecology) dan hasilnya berupa peta yang disebut sebagai peta sintetik (holistik) . Peta - peta sintetik (holistik) memiliki kandungan multidisiplin ilmu dan data geomorfologi terpadu, sebagian memberikan informasi bentuklahan ditambah dengan proses eksogen dan endogen, data lithologi, sedimen, tanah, kondisi air permukaan dan air bawah tanah.

Upload: maulana-yusuf

Post on 29-Nov-2015

100 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

...

TRANSCRIPT

BAB 4SISTIMATIKA

PEMETAAN GEOMORFOLOGI

Pemetaan geomorfologi meliputi segala aspek yang berhubungan dengan

gambaran bentuklahan, proses bentuklahan, nilai - nilai bentuklahan dan material

penyusun bentuklahan. Aspek - aspek tersebut tidak hanya disampaikan dalam bentuk

kata (verbal), seperti ketepatan bentuk, ukuran dan posisi, tetapi sangat beik dituangkan

dalam bentuk peta. Secara umum peta dapat diklasifikasikan menjadi peta tujuan umum

dan peta tujuan khusus.

Penelitian dan pemetaan geomorfologi saat ini merupakan gabungan dari dua

sumber yang berbeda, yaitu penelitian yang mendalam tentang geomorfologi dan

hubungan geomorfologi dengan bidang ilmu lainnya. Penelitian sistematika yang

mendalam tentang geomorfologi akan menghasilkan peta geomorfologi analitik,

khususnya yang paling menonjol menghasilkan informasi monodisiplin dan pada bagian

lain menampilkan informasi bentuklahan, sebagian proses eksogen, menekankan unsur

- unsur morfogenesis (termasuk morfostruktural) dan mungkin morfokhronologi.

Penelitian terhadap hubungan antara geomorfologi dengan pengkajian elemen -

elemen lingkungan disebut sebagai ekologi bentanglahan (landscape ecology) dan

hasilnya berupa peta yang disebut sebagai peta sintetik (holistik). Peta - peta sintetik

(holistik) memiliki kandungan multidisiplin ilmu dan data geomorfologi terpadu, sebagian

memberikan informasi bentuklahan ditambah dengan proses eksogen dan endogen,

data lithologi, sedimen, tanah, kondisi air permukaan dan air bawah tanah.

Pendekatan analitik dan sintetik memiliki hubungan yang erat, sehingga

penelitian yang bersifat analitik akan menghasilkan satuan - satuan pemetaan

geomorfologi yang rinci, sedangkan penelitian yang bersifat sintetik menghasilkan

informasi - informasi yang berhubungan dengan aspek - aspek terapan, seperti

informasi lingkungan dan hubungan lingkungan dengan bentanglahan (landscape).

Pada kasus tertentu peta geomorfologi terapan dibuat berdasarkan peta geomorfologi

analitik dan pada kasus lain peta geomorfologi sintetik menampilkan informasi -

informasi klasifikasi bentuklahan untuk tujuan tertentu.

Pendekatan pragmatik dilakukan untuk kepentingan saat sekarang dengan data

yang dikumpulkan terbatas hanya untuk penelitian - penelitian yang bersifat lebih

khusus. Peta - peta geomorfologi yang ada sekarang pada dasarnya merupakan peta -

peta geomorfologi pragmatik.

4.1 Pemahaman bentuklahan

Mitchel dan Way (1973) menyebutkan bahwa bentuklahan adalah gambaran

umum fisik rupa bumi. Karakteristik gambaran umum fisik rupa bumi, seperti morfografi,

morfogenetik, morfometri dan material penyusun dapat ditafsirkan melalui peta topografi,

foto udara atau citra satelit yang saat ini telah berkembang dengan pesat. Selaras

dengan karakteristik gambaran umum fisik rupa bumi, maka secara garis besar

bentuklahan berdaarkan morfografi dan morfogenetik dapat dibedakan menjadi

bentuklahan asal denudasional, fluvial, marin, struktural, gunungapi (vulkanik), aeolian,

karst dan glasial.

4.1.1 Bentuklahan asal denudasional

Proses eksogen (epigen), seperti iklim, vegetasi dan aktivitas manusia

merupakan faktor pengaruh yang sangat menonjol pada bentuklahan denudasional.

Iklim, seperti curah hujan dan perubahan temperatur berpengaruh terhadap proses

pelapukan batuan, erosi dan gerakan tanah. Vegetasi dan aktivitas manusia sangat

membantu percepatan proses eksogen, sehingga perubahan bentuklahan terjadi sangat

cepat.

Ciri - ciri bentuklahan asal denudasional dapat diamati dari pola - pola

punggungan yang tidak beraturan, pola aliran sungai yang membentuk pola dendritik

dengan kerapatan pola pengaliran yang cukup rapat dan lereng relatif terjal. Material

penyusun biasanya terdiri dari batuan homogen yang mudah lapuk, seperti lempung,

lanau, serpih, dan breksi. Kenampakkan ciri - ciri bentuklahan denudasional dapat

diamati melalui peta topografi, foto udara atau citra satelit. Secara garis besar proses

yang berlangsung pada bentuklahan asal denudasional dapat dibedakan menjadi proses

erosional dan proses longsoran (degradasional) dengan diakhiri oleh proses

pengendapan (agradasional).

4.1.1.1 Erosi

Erosi adalah proses pengikisan terhadap permukaan bumi oleh hujan hujan,

sehingga partikel - partikel permukaan bumi berpindah terangkut oleh aliran air atau

sungai. Jika kecepata aliran tenang dan memiliki kecepatan yang rendah, maka

perpindahan partikel - partikel hasil pengikisan tersebut tidak menunjukkan telah terjadi

erosi, sedangkan jika kecepatan aliran meningkat, maka erosi berlangsung dengan

cepat. Selaras dengan kondisi aliran tersebut, maka jenis erosi dapat dibedakan menjadi

:

- Erosi permukaan (sheet erosion)

- Erosi alur (riil erosion)

- Erosi parit (gully erosion).

Erosi permukaan berlangsung akibat dari limpasan air permukaan yang tidak

terpusat (terkonsentrasi) dan biasanya berlangsung pada saat hujan mulai berlangsung,

sehingga curah hujan yang jatuh dipermukaan tanah mulai mengalir. Kondisi erosi

permukaan tidak akan pernah tampak pada peta topografi dan sangat sulit diinterpretasi

melalui foto udara, namun sebagai ciri suatu daerah mengalami erosi permukaan pada

foto udara akan menunjukkan tutupan vegetasi yang jarang.

Erosi alur berlangsung ketika limpasan air permukaan mulai bergabung

membentuk alur, sehingga aliran permukaan terpusat membentuk suatu alur dan

pengikisan terjadi pada alur - alur dari suatu aliran tersebut disertai dengan torehan

terhadap dinding alur dan dasar alur. Erosi alur memiliki ciri yang hampir sama dengan

erosi permukaan, tetapi pada foto udara dengan skala yang besar akan tampak alu -

alur pengikisan pada daerah yang terbuka, sehingga erosi alur dapat dipetakan pada

skala peta yang besar.

Semakin tinggi debit hujan dan debit aliran pada alur yang terbentuk, maka

semakin kuat erosi vertikal dan horisonta mengakibatkan alur semakin besar dan

menjadi parit. Erosi parit memiliki ukuran yang reltif besar, sehingga pada peta topografi

dicerminkan oleh lekukan garis kontur yang bertindak sebagai aliran air ari suatu

punggungan dan bersatu menjadi saluran arus aliran air. Kenampakan pada foto udara

sangat jelas, sehingga erosi parit dapat dipetakan dengan skala peta sedang sampai

besar.

Tabel 10. Media dan proses erosi (sumber : Van Zuidam, 1985)

MEDIA PENGARUH PROSES YANG TERJADI PROSES MUATAN MATERIAL

AIR PERMUKAAN

Arus permukaan dan arus bawah permukaan; aliran permukaan.

Kegiatan hidrolik Traksi, saltasi, suspensi, larutan dan apungan.

AIR TANAH

Tanpa arus bawah tanah.

Pencucian ; korosi Larutan

OMBAK, ARUS dan PASANG NAIK.

Kegiatan hidrolik Traksi, saltasi, suspensi, larutan dan apungan.

ANGIN Abrasi dan deflasi Traksi, saltasi dan suspensi.

GLASIAL Penggerusan dan saluran. Traksi dan suspensi

GRAVITASI Gerakan massaAliran, luncuran dan penurunan.

Traksi dan suspensi.

Dari F.D. Hole, 1967, didalam :The Encyclopedia of GeomorphologyR.W. Fairbridge, ed.

Selain faktor air yang mempengaruhi terjadinya erosi, maka faktor ketahanan

batuan terhadap pengikisan atau penggerusan merupakan salah satu faktor yang

berperan. Tampilan ketahanan batuan terhadap pe - ngikisan atau penggerusan pada

peta topografi dan foto udara akan ditunjukkan oleh kerapatan pengaliran. Semakin

rapat pola aliran, maka batuan mudah mengalami pengikisan atau penggerusan,

sedangkan semakin renggang pola aliran berarti batuan semakin tahan terhadap

pengikisan atau penggerusan.

Tabel 11. Ketahanan relatif batuan terhadap erosi dan pelapukan (sumber : Van zuidam, 1985).

JENIS BATUAN KETAHANAN BENTUKLAHAN

BATUAN BEKUAN

Tekstur halus Hitam (basa) Basalt Menengah Andesit Cerah Rhiolite

Tekstur kasar Hitam (basa) Gabro Menengah Sienite Cerah Granit

Biasanya tahanBiasanya tahanBiasanya tahan

Biasanya sangat tahanBiasanya tahanBiasanya tahanKecuali di wilayah arid

Gawir dan aliranTidak menyebarTebing terjal

Gawir dan kubahPengangkatanKubah dan pengang-katan..

BATUAN ENDAPAN

Butiran halus Lepas Lempung

Lunak, membentuk din-ding tegak.

Lahan terbuka

Padat Batulempung Karbonat lepas Lanau Karbonat padat Gamping

Butiran kasar Lepas Pasir Padat Batupasir

Butiran sangat kasar Lepas Kerakal Padat Konglomerat

Biasanya lunak

Sangat lunakLunak di daerah basahtahan di daerah arid.

Biasanya lunakTahan jika tersemenkuat.

Memiliki ketahanan se-dang,Sangat tahan.

Dataran rendah sam -pai landaiDasar lembah.Daerah gamping.

Dataran rendahTebing terjal dan plato

Sebagai batuan penu-tup perlipatan.Punggungan dan pe-gunungan.

BATUAN MALIHAN (METAMORF)Asal batuan endapan Serpih Slate Batugamping Marble Batupasir Kuarsit

Asal batuan bekuan atau endapan Banded Gneis Schistose Schist

LunakLunaksangat tahan

Sangat tahanSangat tahan

Dataran rendahDataran rendahPunggungan, gumuk,dan monadnok.

PengangkatanPengangkatan dan punggungan.

Disadur dari : A.K. Lobeck, Geomorphology,Mc Graw-Hill New York

4.1.1.2 Longsor

Longsor adalah gerakan massa tanah atau batuan dengan jumlah yang cukup

besar dari suatu tempat ke tempat lain yang memiliki kemiringan lereng dan disebabkan

oleh gravitasi atau media air. Gerakan massa tanah atau batuan tersebut dapat terjadi

dengan kecepatan yang tinggi dan kecepatan yang rendah. Tiga jenis utama gerakan

massa tanah atau batuan, yaitu luncuran (slide), aliran (flow) dan jatuhan (heave).

Luncuran, merupakan gerakan perpindahan blok massa tanah atau batuan

secara alami dari bagian tertinggi lereng yang curam ke arah bagian kaki lereng.

Gerakan perpindahan massa tanah dan batuan tersebut memiliki kecepatan yang cukup

tinggi (cepat), sehingga menimbulkan kerusakan pada lereng yang dilalui. Faktor

pengaruh terjadinya luncuran disebabkan oleh lereng yang curam dan sedikit pengaruh

air.

Aliran, merupakan gerak perpindahan massa tanah atau batuan yang

dipengaruhi oleh faktor air dengan kecepatan yang relatif cepat, sehingga tidak

menampakkan kerusakan. Gerakan massa tanah atau batuan berupa aliran biasanya

terjadi pada kemiringan lereng landai dan memiliki gerakan kejadian yang tidak

bersamaan serta terhenti jika kemiringan lereng mulai mendatar.

Jatuhan, merupakan gerak perpindahan massa tanah atau batuan yang

dipengaruhi oleh faktor gaya gravitasi, biasanya terjadi pada lereng yang sangat terjal

(hampir tegak lurus). Gerak jatuh massa tanah atau batuan memiliki kecepatan relatif

lambat dan berlangsung pada daerah yang tidak luas.

Proses gerakan massa tanah atau batuan jarang terjadi bersamaan, karena

faktor pengaruh yang berbeda. Pada gambar diagram segitiga (gambar 9), menunjukkan

klasifikasi jenis gerakan massa tanah atau batuan serta faktor yang mempengaruhinya,

seperti angkutan ketika terjadi gerakan atau kandungan jenuh ketika terjadi gerakan.

4.1.2 Bentuklahan asal struktural

Pengaruh struktur geologi terhadap perkembangan dan penampilan bentuklahan

disebut sebagai bentanglahan yang dipengaruhi oleh struktur. Pengaruh struktur geologi

yang sangat luas dapat mempengaruhi bentanglahan secara keseluruhan sampai

tampilan terkecil bentuklahan yang berlangsung bersamaan dengan proses

geomorfologi lainnya. Pengaruh struktur geologi pada geomorfologi dapat dibagi

menjadi dua jenis struktur utama; yaitu : (1) struktur aktif yang berlangsung sehingga

meninggalkan jejak bentanglahan modern, (2) struktur pasif yang meninggalkan jejak

pada bentanglahan modern berupa pelapukan dan erosi.

Pengaruh struktur geologi yang mempengaruhi aspek - aspek struktur

geomorfologi, seperti perlipatan dan sesar dapat dikenali melalui foto udara dan peta

topografi. Foto udara dan peta topografi dapat menampilkan lokasi dan bentuk massa

batuan yang memiliki bermacam - macam tampilan, antara lain : (a) ketahanan batuan

terhadap pelapukan dan erosi, (b) perubahan kristal dan pengikisan batuan akibat

pelapukan dan erosi, (c) penampilan lapisan dan (d) tampilan bentuk lainnya. Batuan

dan iklim memiliki peran penting pada tampilan geomorfologi, terutama pada daerah

yang memiliki hubungan erat dengan kondisi geologi seperti jenis batuan dan struktur

geologi yang tergambar pada peta topografi atau yang tampak pada foto udara. Pada

dasarnya batuan memiliki perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi,

sehingga sangat mendorong terjadinya pengikisan pada lereng dengan ciri terbentuknya

lereng yang terputus. Perkembangan lereng yang cembung menunjukkan batuan yang

relatif tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan perkembangan lereng yang

cekung cenderung kurang tahan terhadap pelapukan dan erosi. Sangat jelas bahwa

ketebalan lapisan batuan sangat berpengaruh terhadap bentuk lereng (cembung atau

cekung). Jika suatu suatu lapisan batuan tipis atau proses pelapukan atau proses

erosi/akumulasi aktif, maka permukaan lereng relatif halus, sehingga batuan tampak

seperti tidak berlapis, sehingga singkapan lapisan akan tampak pada tebing atau dasar

aliran. Interpretasi batuan secara rinci akan lebih baik jika dilakukan dila -pangan, tetapi

kemampuan interpretasi foto udara dan peta topografi ditambah dengan pengetahuan

geologi umum akan memberikan hasil lebih baik didalam menentukan batas - batas

batuan, perlapisan, foliasi, kelurusan dan hubungannya dengan bentuklahan, seperti

tampilan gawir sesar dan erosi. Pola aliran sungai yang tampak pada foto udara dan

peta topografi akan mencerminkan perlapisan batuan yang cukup baik pada suatu

daerah, walaupun tertutup vegetasi dan tanah, tetapi masih mungkin untuk mengenali

struktur geologi utama dan jenis batuan seperti lanau, batupasir dan gamping. Smith

(1943) menyebutkan bahwa ciri - ciri terbaik untuk mengenali batuan di suatu daerah

melalui foto udara atau peta topografi adalah sebagai berikut : (1) kenampakkan

topografi, (2) warna tanah dan batuan, (3) sebaran vegetasi dan (4) struktur primer dan

sekunder.

Tujuan interpretasi struktur adalah menentukan lokasi, sebaran dan

kesinambungan dari kunci hamparan bumi. Bentuk relief batuan yang tahan terhadap

pelapukan dan erosi, seperti batupasir, kuarsit dan batugamping di bawah kondisi

tertentu akan membentuk lapisan kunci yang baik. Hubungan erat antara interpretasi

struktur dengan relief tergantung pada pemahaman dan analisis geomorfologi. Analisis

pola aliran, kelurusan aliran dan pola vegetasi akan memudahkan interpretasi

geomorfologi. Hubungan tersebut akan memberikan gambaran yang jelas terhadap

relief dan struktur geologi, khususnya pada daerah - daerah tektonik muda.

Pada daerah luas yang memiliki relief rendah dan tertutup oleh lapisan tanah

disertai dengan proses tektonik, malihan (metamorphisme) dan waktu pengikisan, maka

akan sulit melihat hubungan morfologi dengan struktur geologi yang ada. Lapisan

batuan yang memiliki bidang lapisan, arah jurus dan kemiringan lapisan batuan (strike &

dip) mudah dikenali, terutama batuan endapan yang memiliki bidang lapisan dengan

jelas, karena ketahanan batuan terhadap pelapukan dan erosi. Bidang lapisan batuan

yang datar atau hampir datar dan kontak sejajara serta tertutup tanah, pada kontur

topografi menunjukkan pola - pola lingkaran tertutup, sehingga bidang lapisan batuan

yang datar seolah - olah tidak memiliki arah jurus lapisan (strike) atau jarang tergambar

pada bidang lapisan batuan tersebut.

Permukaan lapisan batuan ditunjukkan oleh relief topografi, lapisan dengan

perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi dicerminkan oleh perubahan lereng

pada topografi; lereng yang sangat curam menunjukkan lapisan batuan yang sangat

tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan lereng landai menunjukkan lapisan

batuan yang kurang tahan terhadap pelapukan dan erosi. Kelompok lapisan batuan

yang datar (horisontal), tebal dan sangat tahan terhadap pelapukan dan erosi akan

menunjukkan tebing yang sangat tegak, karena keseragaman ketahanan terhadap

pelapukan dan erosi, maka pola aliran normal akan mengambarkan pola aliran dendritik,

khususnya jika pengaruh kekar dan rekahan tidak ada.

Lapisan batuan yang tegak menunjukkan garis arah jurus lapisan dan garis

kontak lapisan akan lurus dan sejajar dengan arah jurus lapisan, sehingga tampilan

pada topografi tidak menunjukkan adanya pergeseran. Lapisan batuan tegak yang tebal

dapat langsung dikenali dari lebar hasil pelapukannya, khususnya lapisan batuan yang

memiliki perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, sehingga pola aliran jenis

trelis sangat berkembang. Pola - pola permukaan lapisan batuan yang memiliki

kemiringan ditunjukkan oleh relief topografi arah jurus dan kemiringan lapisan batuan.

Kemiringan lapisan batuan yang curam menyebabkan relief arah jurus lapisan batuan

lebih menonjol, sehingga mempengaruhi bentuk permukaan lapisan batuan tersebut.

Permukaan topografi yang datar menyebabkan pola permukaan lapisan batuan

mengikuti arah jurus lapisan batuan sebenarnya. Jika permukaan topografi tidak datar,

maka pola permukaan lapisan batuan menjadi fungsi arah jurus (strike), kemiringan

lapisan (dip) merupakan kemiringan (gradient) topografi. Pola - pola permukaan lapisan

batuan tidak mengikuti sepanjang arah jurus lapisan batuan sebenarnya, tetapi

mengikuti arah jurus lapisan batuan semu.

Penyimpangan antara arah jurus lapisan batuan sebenarnya dengan arah jurus

lapisan batuan semu akan menambah kecuraman lereng pada topografi, kecuali jika

arah jurus lapisan batuan membentuk sudut yang tepat terhadap kemiringan topografi,

sehingga arah jurus lapisan batuan semu dan arah jurus lapisan batuan sebenarnya

memiliki kesamaan. Permukaan topografi dan bidang lapisan batuan membentuk arah

jurus punggungan membentuk hogback serta arah kemiringan lapisan batuan mudah

dikenali. Pada lipatan monoklinal yang baik menunjukkan susunan pola aliran paralel

sampai sub paralel dan trelis, setempat - setempat pola aliran dendritik. sungai atau

lembah pada topografi yang memotong arah jurus lapisan batuan de -ngan membentuk

sudut, maka pada lembah V tersebut akan tercermin suatu lapisan dan kemiringan

batuan yang jelas.

Lapisan batuan yang memiliki kemiringan landai menunjukkan lembah Vs yang

cukup panjang, sedangkan jika dibentuk oleh lapisan batuan dengan sudut kemiringan

yang tajam akan membentuk lembah Vs yang pendek. Lebar suatu lembah atau

punggungan ditentukan oleh tajam atau tumpulnya kemiringan lapisan batuan. Jika

suatu lembah memotong tegak terhadap arah jurus lapisan batuan, maka lembah Vs

akan membentuk tebing yang simetri, sedangkan jika lembah Vs yang memotong arah

jurus lapisan batuan membentuk sudut, maka perkembangan tebing lembah Vs tidak

akan simetri. Jika lembah Vs sejajar (paralel) terhadap arah jurus lapisan batuan, maka

lembah tidak akan berkembang, tetapi percabangan aliran akan mengikis lembah

lembah Vs. Bidang lapisan batuan yang tertutup oleh vegetasi atau material permukaan,

maka arah jurus lapisan batuan dapat dikenali dengan dari ciri - ciri pola aliran pada

daerah tersebut.

Jika kemiringan lapisan batuan landai, maka aliran percabangan su -ngai yang

panjang akan mengikuti arah kemiringan lereng lapisan batuan, tetapi apabila

percabangan sungai pendek dicerminkan oleh gawir lereng (Lattman dan Ray, 1965).

Struktur lipatan yang diikuti dengan sesar normal dan sesar naik dapat diketahui melalui

pengulangan lapisan batuan dengan kemiringan lapisan batuan yang berlawanan,

kecuali pada lipatan isoklin. Jika sumbu lipatan mendatar (horisontal), maka kedua

sayapnya akan sejajar (paralel). Kedua sayap lipatan yang membentuk kurva

(melengkung) dengan puncak sinklinal atau antiklinal akan membentuk lembah V atau

U. Kedua sayap lipatan akan membentuk jalur permukaan lurus atau melengkung ada

sisi - sisi yang berlawanan. Pada suatu daerah perlipatan yang jelas, sumbu lipatan

yang terletak pada puncak atau lembah yang terbentuk akibat perlipatan tersebut dapat

ditentukan dengan cara perhitungan atau perkiraan arah jurus dan kemiringan lapisan

batuan serta hubungan tiga dimensionalnya.

Pada lipatan rebah yang sering diikuti oleh struktur sesar dan sesar naik, arah

kemiringan lapisan batuan pada kedua sayapnya akan sama dan pola lembah V sangat

membantu menentukan sayap yang berlawanan.

Hubungan struktur geologi dengan morfologi akan tampak jelas pada suatu

daerah bervegetasi sedikit dan tutupan tanah relatif tipis, tetapi pada daerah yang

beriklim basah atau tropik basah, struktur geologi akan tercermin oleh bentuk relief

daerah tersebut. Kerapatan vegetasi ketebalan tanah yang menutupi atau menghalangi

morfologi struktur yang berada di bawahnya sangat sulit ditentukan, sehingga untuk

menentukan struktur geologi tersebut pola aliran dan penyimpangan pola aliran dapat

digunakan sebagai ciri penentuan struktur.

Aliran utama pada sayap lipatan cenderung mengalir sejajar arah jurus lapisan

batuan dan mengikuti celah - celah lapisan batuan yang tahan terhadap pelapukan dan

erosi, sedangkan aliran - aliran yang kecil mengalir searah searah kemiringan lapisan

batuan dan permukaan lereng lipatan membentuk pola aliran yang trelis. Lapisan yang

melengkung sekitar puncak lipatan tercermin oleh aliran utama yang melengkung. Pola

aliran radial dan anular atau gabungan kedua pola tersebut sering berkemang pada

daerah - daerah yang berbentuk kubah atau lipatan (antiklin) sungkup.

Howard (1967) menyebutkan kelokan (meander) lokal pada sungai, kelokan

tajam (compressed meander), percabangan sungai lokal, keragaman lebar tanggul

sungai (levee) dan penyimpangan - penyimpangan (anomali) pada sungai merupakan

ciri - ciri struktur geologi atau deformasi aktif.

Pada sesar - sesar besar, biasanya sesar yang terletak pada bidang permukaan

lahan yang melengkung terdapat pergeseran yang tidak menunjukkan celah dan

biasanya berada sekitar mintakat regangan serta permukaan sesar merupakan suatu

bidang. Sudut sesar 450 atau lebih biasanya disebut sebagai sesar normal dan sudut

sesar kurang dari 450 biasanya disebut sebagai sesar naik. Sesar normal pada foto

udara tampak seperti garis lurus atau garis melengkung, seperti kelurusan ( lineament )

yang membentang sangat jelas. Tampilan yang memanjang mencerminkan atau

memberi kesan bahwa sesar seperti dipengaruhi oleh kelurusan morfologi, aliran su -

ngai ( misalnya penggalan sungai lurus, air terjun, danau, genangan air dan mata air)

atau kumpulan vegetasi yang dicerminkan oleh garis lurus karena perubahan rona ( tone

) foto udara yang tajam.

Mintakat sesar atau kekar pada batuan lunak yang mudah tererosi akan

membentuk lekukan atau lembah. Pola aliran yang dipengaruhi oleh sesar atau kekar

akan membentuk pola lurus (elongated ) dan paralel atau angular. perubahan pola atau

arah aliran sungai pada sisi yang berhadapan dari suatu kelurusan merupakan ciri sesar

yang sangat menyolok. Breksi sesar biasanya sering menahan air disekitarnya,

sehingga garis sesar pada foto udara akan menunjukkan garis hitan karena sangat

jenuh oleh kan - dungan air dan kemungkinan lebatnya vegetasi. Mintakat sesar yang

memiliki kelulusan air (permebility) rendah akan mempengaruhi kondisi air tanah dan

menyebabkan perubahan kumpulan vegetasi, sehingga sesar dicirikan oleh mata air.

Suatu daerah yang disusun oleh batuan yang keras dan memiliki lapisan yang

mendatar (horisontal) kemudian terangkat, maka akan membentuk morfologi "mesa"

atau plato yang dipengaruhi oleh struktur. Pe - ngikisan (erosi) yang berlangsung

pada sisi - sisi gawir bagian depan struktur, maka akan membentuk alur erosi yang

sejajar (paralel) atau gawir erosi yang tidak menerus hasil dari kegiatan erosi mata air

atau limpasan air permukaan ( runoff ) yang terkumpul. Jika diameter batuan penutup

ukurannya lebih kecil dari pada tinggi bukit disekitarnya, maka digunakan istilah "butte".

Kemiringan lapisan batuan yang memiliki satu arah, karena posisi awalnya sudah miring

(contoh : lereng cekungan pengendapan yang curam) atau miring karena tektonik, maka

bentanglahan yang berkembang menunjukkan relief perbukitan atau pegunungan yang

disusun oleh batuan keras yang miring. Bentuklahan yang simetris atau asimetris

tergantung pada kemiringan lapisan batuan dan proses yang berlangsung pada

bentuklahan tersebut. Struktur monoklin yang cukup dikenal antara lain "cuesta",

"hogback" dan pegunungan "dike".

"Cuesta' adalah punggungan asimetri dengan salah satu sayap yang panjang,

umumnya searah dengan kemiringan lapisan batuan yang keras dan lereng landai.

Pada salah satu sisi lereng "cuesta" memiliki kemiringan lereng yang terjal, sedangkan

pada sayap lain memiliki kemiringan yang landai.

" Hogback" adalah punggungan dengan puncak yang terjal, dibentuk oleh

lapisan batuan keras atau batuan yang memiliki kemiringan lapisan batuan yang terjal.

Bentuklahan pada umumnya agak simetri, tetapi ada juga yang tidak simetri.

Punggungan yang menyerupai "dike" dibentuk oleh lapisan batuan yang memiliki

kemiringan hampir tegak, kemiringan lereng sangat curam dan hampir simetris. Lapisan

atau struktur lapisan sejajar (planar) yang miring merupakan bagian dari lipatan tunggal

(single fold ) atau bagian dari sistem lipatan (kumpulan lipatan). Struktur lipatan dapat

berupa antiklin atau sinklin. Antiklin adalah lipatan ke atas yang telah mengalami

perkembangan beberapa tahap. Antiklin sederhana memiliki kemiringan lapisan batuan

dari arah sumbu antiklin ke arah sisi - sisi yang berlawanan, sedangkan sinklin adalah

lipatan lapisan batuan dengan arah kemiringan yang bertindak sebagai sayap menuju

sumbu sinklin (lihat gambar ...). Suatu daerah yang terlipat dan tererosi akan

menunjukkan relief yang bergelombang membentuk bukit dan lembah. Bagian bukit

menunjukkan antiklin, sedangkan bagian lembah menunjukkan sinklin. Jika daerah

terlipat tererosi, maka akan tampak bentuk lapisan batuan yang dipengaruhi oleh

perbedaan kekerasan batuan. Kedua sisi antiklin dikenal sebagai sayap, sedangkan

pada bagian yang paling tinggi disebut puncak. Bidang yang memotong lipatan pada

puncaknya disebut sebagai bidang sumbu. Jika bidang sumbu tegak sejajar sumbu

lipatan, maka lipatan tersebut dinamakan lipatan simetri.

Kekar dan sesar sangat mempengaruhi perkembangan bentuklahan, sedangkan

kekar - kekar tersebut pada umumnya membentuk arah yang tegak atau mendatar pada

lapisan batuan selaras dengan arah gerak yang tidak beraturan. Sistem kekar sangat

banyak dan suatu sistem kekar terdiri dari dua atau lebih kelompok kekar yang sejajar.

Pelapukan dan erosi yang mengikuti sistem alur kekar sejak terbentuk akan menjadi

tempat mengalirnya air ketika terjadi hujan. Sistem kekear yang sangat luas mudah

dikenali pada foto udara dan peta topografi dengan cara melihat pola aliran sungai,

kerapatan vegetasi yang berkelompok pada jalur kekar dan arah perbukitan.

Sesar adalah rekahan atau mintakat (zone) rekahan pergeseran yang panjang

dengan sisi - sisi rekahan sejajar. Pergeseran yang tegak menghasilkan suatu gawir

sesar yang terjal (lihat gambar...). Kenampakan sesar pada foto udara atau peta

topografi akan sangat tajam , seperti naik turunnya blok yang tersesarkan tergantung

pada gerak / pergeseran sesar, kegiatan erosi dan kekerasan batuan. Perbedaan erosi

sepanjang gawir sesar ( = perpotongan antara bidang sesar dengan permukaan) jarang

sekali nampak, dibandingkan dengan hasil langsung dari gerakan yang menyebabkan

terjadinya sesar (bidang sesar), sehingga yang tampak adalah jejak sesar berupa garis

dan biasanya disebut sebagai garis gawir sesar. Suatu garis gawir sesar obsequen

adalah kenampakan gawir sesar, kecuali pada daerah bertopografi rendah tampak blok

yang naik dan turun.

Thornbury (1969, halaman 253 - 256) menggunakan analisis umum untuk

menentukan gawir sesar dan garis gawir sesar, dengan cara :

(1). Melihat bidang kasar yang mengesankan bekas goresan dan di-terapkan

hanya pada sesar - sesar yang berumur muda. Bidang yang memberikan

kesan goresan belum tentu sebagai gawir sesar.

(2). Bidang sesar dicirikan oleh :

(a). Breksi sesar, mintakat (zone) hancuran dan mintakat rekahan

serta kekar

(b). Tampilan permukaan sesar yang menunjukkan goresan -

goresan pada bidang sesar ("slickenside"), tetapi goresan

tersebut jarang ditemukan.

(c), Tampilan pergeseran lapisan batuan yang tegak, mendatar,

atau miring.

(3). "Triangular facet" (permukaan berbentuk segitiga ?) dengan ciri bagian ujung

atas yang meruncing.

Bagian ujung yang meruncing dianggap sebagai bagian yang pa -ling dekat

dengan sesar dan biasanya menutupi sesar yang tampak sekarang.

Biasanya lereng permukaan (facet) yang meruncing kurang dari 300,

sedangkan bidang sesar normal lebih lebih curam.Selanjutnya ujung yang

meruncing dari permukaan segitiga (triangular facet) mengalami perombakan

oleh pelapukan dan erosi, sehingga tidak menunjukkan ciri - ciri permukaan

sesar.

(4). Kelurusan gawir. Sesar memanjang seperti garis lurus; padahal

kenyataannya melengkung, jika dibandingkan dengan gawir cuesta yang

memiliki gawir yang lurus. Kelrusen mencerminkan gawir sesar atau garis

gawir sesar.

(5). Jeram berbentuk V dengan batuan dasar mengikuti garis sesar.

(6). Pendekatan dengan melihat bertambah miringnya dasar sungai di sepanjang

jeram dan disebut sebagai lembah "gelas anggur" ("wineglass" valley),

sehingga dijadikan sebagai bukti sesar sekarang (Resen).

(7). Lembah naik (Hanging valley) pada permukaan gawir. Lembah naik

biasanya terjadi di sepanjang gawir sesar, tetapi dapat juga terjadi di

sepanjang garis gawir sesar yang mencerminkan terdapat perbedaan

regangan pada kedua sisi blok sesar.

(8). Mataair di sepanjang dasar gawir. Mataair sering ditemukan di sepanjang

sesar tetapi bukan berarti batas sesar atau sesar aktif.

(9). Aliran lava sepanjang alur sesar. Hamparan aliran lava bukan menutupi

sesar, tetapi vulkanisme terjadi pada jalur sesar yang disebut sebagai

mintakat lemah.

Tampilan topografi dapat memberikan kesan sesar, tetapi tidak berarti sebagai

sesar. Fenomena - fenomena (kejadian) yang dapat diperkirakan terjadi sesar saat

sekarang atau masa lalu antara lain :

- sering terjadi longsoran.

- kelurusan punggungan yang tidak dipengaruhi oleh jenis batuan.

- pola aliran sungai paralel yang memotong berbagai jenis batuan.

- kelokan tajam aliran sungai.

4.1.3 Bentuklahan asal gunungapi (vulkanik)

Bentuklahan gunungapi terbentuk dari hasil endapan gunungapi berupa endapan

lava yang membeku dan fragmen - fragmen gunungap, sehingga dapat dibedakan

dengan bentuklahan lainnya dan sangat mudah dikenali pada foto udara.

Letusan (erupsi) gunungapi dapat dibedakan berdasarkan material yang keluar

dari saluran magma gunungapi atau " vent " , yaitu jika material yang dikeluarkan dari

saluran magma melalui pusat saluran magama gu - nungapi / vent disebut sebagai

pusat letusan. Material yang keluar melalui celah / rekahan saluran magam disebut

sebagai letusan celah / rekahan dan material yang keluar melalui beberapa saluran

magma yang tersebar luas pada suatu daerah disebut sebagai daerah letusan.

Klasifikasi ini sulit untuk diterapkan pada setiap kejadian letusan, karena sebuah

letusan akan terjadi di sepanjang rekahan (minakat lemah), sehingga pusat letusan

besar dapat terjadi melalui sejumlah kerucut parasit (parasit cone) yang terapat

disepanjang jalur rekahan pada sayap / lereng gunungapi. Perbedaan pusat letusan

dengan letusan yang terjadi melalui rekahan umumnya tergantung pada skala dan tahap

pertumbuhan gu - nungapi, sehingga perbedaan itu akan sangat menonjol. Daerah

gunungapi disebut juga "polyrifice" dicirikan oleh tidak pernah terdapat pusat letusan,

karena letusan akan terjadi pada titik - titik tertentu dalam kurun waktu yang panjang

(Karapetian, 1964).

Struktur tubuh gunungapi cenderung berukuran kecil dan jarang mencapai

ketinggian 450 meter. Terak (scoria) lava, kerucut lava, kubah lava dan hamparan lava

adalah sebutan jenis - jenis gunungapi yang paling menonjol, sedangkan gunungapi

strato sangat jarang atau hampir tidak ada. Sebaran gunungapi pada umumnya tidak

beraturan, tetapi tidak menutup kemung-kinan sebaran gunungapi tersebut

berkelompok. Kondisi sebaran gunungapi tersebut berdasarkan beberapa penelitian

menyebutkan bahwa gunungapi terbentuk bersamaan dengan tumbukan dan

pemekaran lempeng, sehingga gunungapi biasanya terbentuk pada sabuk pegunungan

Alpen dan sabuk Pasific (gambar ). Komposisi petrografi batuan penyusun gunungapi

pada suatu daerah yang luas akan memiliki kesamaan, sehingga berdasarkan sebaran

yang luas dan kesamaan petrografinya, maka jenis gunungapi dapat dibagi menjadi dua

kategori, yaitu (1) kerucut dan sebaran kerucut serta hubungan bentuk kubah dan (2)

plato dan dataran. Beberapa gunungapai ada yang membentuk sebagian kubah lava

dan sebagian lagi membentuk plato vulkanik. Selanjutnya tampilan negatif hasil letusan

berupa kaldera yang sa- ngat luas, sehingga terbentuk danau hasil dari letusan tersebut

atau akibat penurunan (depresi) yang terbendung oleh lava yang mengeras.

Secara garis besar klasifikasi gunungapi berdasarkan letusan yang diajukan oleh

Lacroix (1908) dan disusun kembali oleh Sapper (1931) adalah sebagai berikut :

Tabel Jenis gunungapi berdasarkan letusannya.

JENIS GUNUNGAPI KARAKTERISTIK

1. ICELANDIC

Letusan melalui rekahan, mengeluarkan aliran magma basalt bebas, tenang, gas sedikit, menghasilkan volume lava yang besar, lava mengalir seperti lapisan pada daerah yang luas, sehingga membentuk plato.

2. HAWAIIANLetusan berasal dari rekahan, kaldera dan lubang kawah, lelehan lava diikuti dengan gas, letusan aktif tenang sampai sedang, lava dan gas mengalir dengan cepat sambil menyemburkan api, debu sangat sedikit, membentuk kubah lava.

3. STROMBOLIAN

Kerucut berlapis ((stratocones) sekitar kawah, letusan sedang, berlanjut, melepaskan gas tidak teratur, me - nyemburkan gumpalan lava, menghasilkan bomb dan terak (scoria) lava, kegiatan letusan berulang - ulang, dengan semburan lava dan awan panas (seperti uap air) yang naik sampai pada ketinggian tertentu..

4. VULCANIAN

Kerucut berlapis pada bagian tengah saluran magma, kumpulan lava lebih kental, lapisan lava tertumpuk diantara letusan, gas terkumpul di bawah permukaan, letusan bertambah hebat dengan waktu yang cukup lama, sampai terak (scoria) lava hancur, lubang saluran magma bersih. Semburan bomb, batuapung dan debu, lava mengalir dari puncak menuruni lereng setelah letusan utama, awan bercampur debu yang pekat tersembur ke udara membentuk seperti cendawan, debu berlapis sekitar lereng puncak gunungapi. (catatan : letusan pseudo vulkanik memiliki ciri yang sama, tetapi hasilnya menjadi lain (contoh: Hawaiian), yaitu menjadi phreatic dan meng- hasilkan kabut uap yang sangat luas, membawa fragmen - fragmen lain).

Lanjutan tabel ......

5. VESUVIAN

Letusan lebih hebat daripada jenis strombolian atau vulcanian, letusan hebat terjadi dengan melepaskan gas dari lubang saluran magma yang berbentuk kerucut berlapis (Stratocones), terjadinya letusan setelah gunungapi istirahat cukup lama, saluran magma cenderung menjadi kosong dan cukup dalam, pada suatu letusan lelehan lava menyebar (pada bagian atas mengkilat) disertai dengan semburan asap seperti cendawan yang terus menerus membentuk lapisan debu pada ketinggian tertentu.

6. PLINIAN. Letusan lebih hebat daripada letusan vesuvian, pada fase utama yang terakhir menyemburkan gas dengan cepat membentuk awan seperti cendawan tegak lurus setinggi beberapa kilometer, menyempit pada bagian bawahnya dan di bagian atasnya menyebar sambil menyebarkan debu.

7. PELE'AN Menghasilkan lava kental bertekanan tinggi, letusan jarang terjadi, saluran magma gunungapi jenis strato terhalang oleh kubah lava atau lava penyumbat, gas keluar rekahan - rekahan lateral (lereng gunungapi) atau dari saluran yang telah mengalami penghancuran penyumbatnya; debu dan fragmen - fragmen bergerak menuruni lereng dalam satu atau lebih letusan sebagai "nue'es ardentes" atau luncuran awan panas, langsung mengendapkan hasillnya.

Sumber : Van Zuidam (1985 dari Holmes,1975 dan Bullard,1962)

Berdasarkan Ollier(1970), jenis gunungapi dan kawah merupakan hasil endapan

lava kental derajat tinggi dari suatu daerah yang sangat luas. Larutan magma (kaya Mg,

Fe dan Ca) menguapkan H2O (uap), SO2 dan CO2 serta mengurangi potensi letusan.

Magma yang bertemperatur tinggi mengalir keluar secara perlahan - lahan melalui celah

- celah / rekahan - rekahan yang terdapat pada gunungapi, seperti rekahan yang

disebabkan oleh "horst volcano tectonic" atau lahan yang tergali (R.W. Fairbridge,

1968). Magma kental (banyak mengandung SiO2 dan alkali) cepat dingin dan melekat,

menyimpan lebih banyak gas.

Setelah gerakan magma pada saluran terhenti dan temperatur naik, tekanan gas

menyebabkan kawah tua retak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya letusan dan

penumpukan debu, bara, serta terak (scoria) lava.Letusan biasanya terjadi dari lubang

kawah tunggal yang biasa disebut dengan pusat letusan gunungapi. Terjadinya letusan

gunungapi dapat dibedakan menjadi dua macam, antara lain (1) monogenetik, yaitu

letusan terjadi sekali, berupa letusan kecil, dan (2) poligenetik, yaitu letusan terjadi

beberapa kali, sering menyemburkan lava secara berulang - ulang.

Letusan monogenetik selalu dihubungkan dengan jalur rekahan gunungapi,

sebagai contoh jalur rekahan lava yang terbuka sekali, kemudian lava membeku dan

muncul kembali di tempat lain. Poligenetik biasanya berhubungan dengan pusat

gunungapi. Pada awalnya letusan terjadi dari kawah - kawah kecil kemudian kawah

tersebut terkubur oleh limpahan / curahan kawah lainnya (sehingga kawah tumpang

tindih) dan pada akhirnya lenyap karena letusan kaldera. Ketika letusan terhenti,

endapan lava dan piroklastik membentuk strato vulkanik, lapisan lava dapat dilihat pada

dinding - dinding kawah atau lereng - lereng kawah yang tererosi.

Gunungapi lava basa. Lava basa bersifat sangat cair, sehingga dapat

menyebar dengan mudah dan meninggikan gunungapi. Ollier (1973) membedakan

perisai lava , kubah lava, kerucut lava, gundukan lava dan lava datar (gambar 28).

Hamparan batuan gunungapi, terbentuk oleh semburan lava basaltik dan dapat

membentuk pilar lava seperti perisai besar, lereng landai (kurang dari 70) dan cembung.

Kerucut parasit, letusan lereng, dan letusan rekahan biasanya berhubungan dengan

gunungapi perisai (gunungapi perisai merupakan pernyataan yang kurang tepat, karena

merujuk kepada lava perisai, tetapi digunakan untuk gunungapi strato yang besar atau

pada suatu lingkungan gunungapi).

Gunungapi berskala kecil memuntahkan lava cairdan menghasilkan kubah

cembung dari pada bentuk perisai, sehingga disebut sebagai kubah lava vulkanik.

Perbedaan ukuran yang digunakan tidak baku, dan beberapa penulis kadang - kadang

mnggunakan perisai atau kubah. Pusat letusan pada skala kecil menyebabkan sisi

kerucut lurus dan aliran lava biasanya memiliki kemiringan lereng yang landai (kurang

dari 70) , tetapi ada juga beberapa contoh yang relatif curam. Gunungapi basaltik tidak

dicirikan oleh kawah, tetapi memiliki ciri berupa gundukan lava yang berlereng landai.

gundukan lava tersebut sebagian menunjukkan bentuk yang tajam, mencerminkan telah

mengalami erosi yang kuat.

Gunungapi basaltik tidak memiliki kawah, tetapi menghasilkan lelehan lava yang

keluar melalui dari rekahan - rekahan. Beberapa gunungapi dibedakan kerucutnya oleh

rekahan yang bertindak menjadi kawah dan dapat dinyatakan sebagai gundukan lava

("lava mounds") yang memiliki kesamaan dengan gundukan terak ("scoria mounds"). Di

Victoria (Australia) ada beberapa kelainan gunungapi yang telah diteliti, dan gunungapi

tersebut membentuk lava yang mendatar ("lava disc ) yang terbentuk dari lava basal dan

keluar melalui rekahan - rekahan yang tegak lurus terhadap permukaan lava yang ada di

atas dan sisinya (Ollier, 1970).

Gunungapi lava asam. Batuan bekuan asam pada umumnya sangat pekat dan

apabila batuan bekuan asam ini tidak terlontarkan oleh suatu letusan gunungapi, maka

magma ini akan mengalir melalui rekahan - rekahan membentuk sejumlah bentuklahan (

gambar 30).

Pada saat lava yang pekat dismburkan, maka akan menyebar dan membentuk

gundukan cembung yang dikenal sebagai kubah kumulus ("cumulo dome") dan ini tidak

berdiri sendir, tetapi membentuk kelompok intrusi pada endapan piroklastik.

Istilah "mamelon" sering diterapkan untuk kubah kumulus, tetapi Cotton (1944)

menyebutkan bahwa "mamelon" adalah kubah kumulus yang terbentuk oleh letusan

dengan aliran material lava trakhitik dan "mamelon" sama seperti kubah kumulus yaitu

tidak memiliki kawah,

"Tholoid " mengacu pada kubah kumulus atau mamelon yang berasal dari dalam

kawah besar gunungapi dengan ketinggian dan diameter beribu - ribu meter yang

tertutup oleh runtuhan atau mungkin bentuk kubah yang menyimpang menjadi kasar dan

tidak memiliki kawah. Formasi " tholoid " pada kawah tidak mencirikan akhir dari suatu

aktifitas gunungapi karena terbentuk dan hancurnya " tholoid " berlangsung selama

pertumbuhan gu -nungapi.

Lava kental yang menyembur dari saluran memiliki sifat sangat kaku dan

bergerak seperti batang lurus (piston), sehingga menghasilkan tubuh yang membulat

dan panjang disebut sebagai kubah penyumbat. Kerucut kubah penyumbat berkembang

dengan cepat, tetapi pertumbuhannya hancur oleh letusan dan pecah karena tidak

seimbang pada saat tumbuh dan kumpulan pecahan dari letusan punggungan karena

beberapa kubah penyumbat ditutupi oleh tumpukan batuan rombakan yang membentuk

seperti endapan longsor sekitar lereng dengan batuan berbentuk pilar membentuk sudut

hampir datar.

Kubah penyumbat yang memiliki ukuran besar mendekati ukuran pegunungan

merupakan letusan dengan skala lebih kecil dari lava yang sa-ngat kaku, selanjutnya

rekahan pada permukaan kubah penyumbat atau kubah kumulus muncul membentuk

punggungan.

Gunungapi piroklastik. Letusan gunungapi menghasilkan pecahan - pecahan

(fragmen - fragmen) lava yang berjatuhan dekat lubang kepundan, pecahan - pecahan

lava tersebut membentuk gumuk rombakan dengan lereng sesuai dengan sudut

pembentukan gumuk rombakan tersebut. Partikel - partikel halus diendapkan pada

lereng lebih bawah dibandingkan dengan partikel - partikel kasar, sehingga pecahan -

pecahan kasar terkumpul dekat lubang kepundan. Bentuk lereng yang indah seperti di

Fujiyama (Jepang) dan Mt. Egmont (New Zealand).

Ollier (1973), membedakan lima jenis gunungapi piroklastik menjadi kerucut

terak ("scoria cones"), gundukan terak ("scoria mounds"), kumpulan kerucut terak

("nested scoria cones"), kerucut littoral ("littoral cones") dan maar. Kerucut terak yang

ideal adalah kerucut tunggal yang memiliki lereng lurus atau sisi - sisinya cembung

melandaidan kawah di bagian puncaknya. Bibir kawah yang datar memperlihatkan

seakan - akan kerucut terak memiliki puncak yang datar jika dilihat dari jarak jauh.

Kerucut terak terbentuk sangat cepat, karena pada tahap akhir letusan gunungapi yang

memiliki magma basaltik cenderung membentuk kerucut terak.

Beberapa terak gunungapi tidak memiliki kawah sebenarnya dan biasanya

dinyatakan sebagai gundukan terak ("scoria mounds") yang terpisah dari kerucut terak

normal ("normal scoria cones"). Kerucut terak dihasilkan dari akhir suatu letusan

gunungapi yang cukup besar. Jika posisi terak terletak di tengah kawah atau kepundan

yang sangat besar, maka disebut sebagai kumpulan kerucut terak ("nested scoria

cones"), penampang melintang antara kerucut bagian dalam dengan dinding kawah

disebut "fosse".

Saat lelehan lava bersentuhan dengan laut, maka akan terjadi letusan dan

semburan pecahan lava, sehingga pecahan lava tersebut membentuk tumpukan

pecahan lava yang disebut sebagai kerucut litoral ("littoral cones") dengan ketinggian

100 meter dan memiliki diameter 1 kilometer. Sering ditemukan satu atau dua bukit yang

terbentuk pada sisi aliran lava ( Wentworth dab Macdonald, 1953). "Maars"

atau kawah bekas letusan adalah bentuklahan yang disebabkan oleh letusan

gunungapi, terdiri dari kawah sampai bagian yang paling bawah, luas dan dalam.

Disekitar bibir kawah dibentuk oleh semburan material - material piroklastik, batuan

bekuan atau batuan dasar dan sering dicirikan oleh bentuk endapan besar asimetris

yang searah dengan arah angin pada kawah tersebut. Pada penampang akan tampak

bagian sisi yang curam mengarah ke kawah dan lereng yang berlawanan arah dengan

lereng curam memiliki kemiringan yang landai (umumnya 40 atau kurang) membentuk

lapisan piroklastik yang relatif sejajar dari arah kawah. Kawah sering memeiliki diameter

1 kilometer dan ketinggian bibir antara 50 sampai 100 meter. "Maar" biasanya terdapat

bersama dengan endapan batuan bekuan basal dan kawah bagian bawah ditutupi oleh

air membentuk danau.

Letusan gunungapi campuran. Pada beberapa gunungapi sering ditemukan

endapan campuran antara lava dengan fragmen dan gunungapinya disebut sebagai

gunungapi strato ("strato vulcanous"). Beberapa gunungapi besar di dunia seperti

Gunungapi Visuvius, Fujiyama, Egmont dan sebagainya merupakan gunungapi jenis

strato. Seperti umumnya gu - nungapai, maka gunungapi jenis strato juga memiliki

periode letusan yang panjang selaras dengan aktifitas gunungapi tersebut. Kerucut -

kerucut yang tertoreh kemudian membentuk parit erosi dan menjadi alur mengalirnya

lava. kerucut - kerucut terak ("scoria cones") terbentuk disekeliling puncak gu -

nungapi dan aliran piroklastik serta endapan jatuhan tersebar secara luas disekitar

lereng - lereng gunungapi.

Gunungapi gabungan. Campuran gunungapi yang tampak sempurna adalah

gunungapi yang memiliki campuran bentuk lava dan terak ("scoria"), tetapi tidak

sesederhana kumpulan suatu lapisan lava. Banyak bukit campuran secara genetik

memiliki hubungan yang sama pada awalnya berdiri sendiri, kemudian karena tumpang

tindihnya endapan hasil letusan (erupsi) yang tidak memiliki hubungan antara satu

letusan dengan letusan lainnya dengan umur yang berbeda mengakibatkan bukit - bukit

tersebut menjadi satu, (Ollier, 1970).

Kerucut parasit ("parasit cones") biasa disebut sebagai kerucut "adventive" dan

kerucut kedua dapat berkembang apabila gunungapi memiliki tekananyang sangat

besar agar dapat mengeluarkan lava mengalir melalui rekahan - rekahan yang mudah

dicapai ke permukaan dan meletus pada lereng - lereng utama gunungapi. Sekali

letusan gunungapi terjadi, maka endapan lava yang bertindak sebagai penyumbat

lubang kawah hancur, sehingga memberi peluang keluarnya lava dan letusan

selanjutnya akan menjadi mudah.

Sesar, rekahan dan punggungan terbentuk pada sayap - sayap gunungapi,

sehingga lava dapat mengalir melalui rekahan - rekahan dengan sifat letusan dari

rekahan tersebut. Kawah yang terdapat dipuncak gunungapi telah membentuk

percabangan pada bagian dindingnya, sehingga dijadikan alur keluarnya lelehan lava

atau kegiatan letusan. Pada suatu kawah yang luas dapat terdiri dari satu atau lebih

gundukan kerucut atau kawah. Pada beberapa daerah terbentuk sejumlah kerucut terak

("scoria cones") secara bersamaan dengan mekanisme terbentuknya kerucut parasit

("parasit cones") ; sebagai contoh : jika kerucut yang pertama menutupi saluran magma

("vent"), maka akan terbentuk saluran magma ("vent") baru. Perbedaanya adalah tidak

terjadi pertumbuhan kerucut yang berukuran besar, misalnya : tidak tampak gunungapi

utama, tetapi yang tampak adalah rangkaian gunungapi, sehingga disebut sebagai

rangkaian kerucut ("multiple cones").

"Cryptocones" adalah gunungapi yang memilikilubang kawah atau bibir kawah

yang kasar dan kadang - kadang ditemukan lapisan material gunungapi yang tebal, tidak

ditemukan batuan beku yang memiliki struktur yang dibentuk oleh pelepasan gas tau

tampilan permukaan saluran magma ("vent") tidak sampai ke permukaan.

Kawah meteorit memiliki bentuk permukaan yang sama dengan gunungapi,

tetapi cara terbentuknya bukan diakibatkan oleh gunungapi, melainkan oleh jatuhan

meteor ke permukaan bumi, kemudian meledakdan letusannya memberi dampak seperti

bentuk kawah tersebut. Batuan meterorit yang jatuh membentuk kawah jarang

ditemukan disekitar bibir kawah, karena pecahannya menyebar jauh dari bibir kawah.

Ciri lain dari meteor yang jatuh ke permukaan bumi adalah kenampakan fragmen batuan

dasar pada bibir kawah menjadi miring akibat benturan meteor yang jatuh tersebut.

Kaldera adalah depresi (cekungan) gunungapi yang sangat luas berdiameter

mencapai 5 kilometer. tiga jenis utama kaldera yang dikenal, yaitu kaldera runtuhan,

kaldera letusan dan kaldera eosi. Kaldera runtuhan selanjutnya dibagi menjadi jenis

Karakatau atau kaldera runtuh karena suatu letusan dan jenis kaldera Glencoe taua

kalderayang mengalami penurunan ("subsidence") (ganbar 32). Pada jenis kaldera

glencoe, penurunan tidak diikuti dengan letusan abu, tetapi rekahan yang mengisolasi

bagian tengah yang melingkar menyebabkan terjadinya terobosan ( intrusi) lateral atau

jalan keluarnya lelehan lava.

Kaldera hasil dari letusan sangat jarang, tampilan letusan gunungapi yang

membentuk kaldera sebenarnya hanya dapat menghasilkan kaldera dengan garis

tengah kurang dari 1,5 kilometer. sedangkan kaldera yang berdiameter besar

merupakan hasil dari beberpa kali letusan. Selanjutnya jenis ketiga adalah kaldera erosi,

yaitu kaldera yang memiliki luas akibat erosi terhadap dinding kawah. Kaldera erosi

akan hilang selaras dengan pemebntukkan kaldera baru oleh proses yang berbeda

(bukan erosi), seperti runtuhan atau penurunana (subsidence).

4.1.3.1 Aliran lava dan tampilan lava minor

Jenis lava. hasil utama gunungapi adalah lava, debu atau tufa, semburan gas

dan asap. Lava silika kental cenderung membentuk kubah kumulus atau "coulees" atau

letusan material piroklastik, sedangkan lava yang lebih cair membeku membentuk

seperti lapisan meninggalkan jejeak seperti aliran lava (Ollier, 1970). Selaras dengan

kenampakan permukaan lava, maka aliran lava diklasifikasikan menjadi aa pahoehoe, a

a, lava blok dan lava bantal (gambar 33).

Lava pahoehoe adalah jenis lava cair dengan sedikit berbusa dan pada lapisan

permukaannya yang tipis mendingin membentuk lipatan akibat gerakan lava yang

meleleh pada bagian bawahnya, hasilnya adalah lava seperti kulit hiu dan lilitan sejajar

yang pijar, seperti melilit pilar

Lava a a (dibunyikan ah ah) adalah lava berbentuk blok, berbusa dan bergerak

secara perlahan. lapisan lava cukup tebal, pecah membentuk blok - blok yang saling

bertumpuk dan masiv, lava seperti bubur saling bertumpang tindih. Aliran lava yang

mengalir secara perlahan - lahan membentuk timbunan seperti bongkah - bongkah dan

bergerak mengeluarkan suara deru yang cukup keras. Lava a a dan lava blok memiliki

persamaan, tetapi Fe'nch (1933) dan Macdonald (1953) membedakan antara a a karena

bentuknya seperti kerak besi yang melintir dengan blok lava yang memiliki bentuk blok -

blok yang menyudut. Jika aliran lava masuk ke dalam air atau terjadi letusan gunungapi

di bawah permukaan air, maka biasanya terbentuk struktur khusus yang disebut sebagai

lava bantal ("pillow lava"). Lava mendingin dengan cepat, sehingga membentuk lava

yang mengkilat seperti kaca, tetapi lapisan kulit yang plastis terdapat menutupi lava

yang cair bergulung seperti kantung plastik yang diisi penuh oleh larutan. Kantung -

kantung yang berbentuk membulat seperti lelehan saus merupakan bantal dan biasanya

saling bertumpuksatu dengan yang lainnya. Pada bagian puncak berbentuk membulat,

tetapi pada bagian dasar yang masuk ke bagian dalam membentuk lapisan. Tampilan ini

tampak sama dengan kilapan kaca, kulit tachylitic dan rekaha radial (gambar 34),

membentuk bantal yang mudah dibedakan dari bentukkebundaran bongkah karrena

pelapukan mengelupas bawang. Banyak lava bantal yang terbentuk dilaut, tetapi ada

juga yang terbentuk pada air tawar (danau).

Tampilan lava minor. Pendinginan aliran lava menyebabkan penyusutan,

sehingga terbentuk formasi kekar. penyusutan dan pembentukan formasi kekar ini tidak

pernah terjadi pada massa lava seperti bubur, tetapi akan mencapai geometri yang

sempurna pada sebaran larutan kental lava basal yang luas. Pengkerutan (kontraksi)

terjadi ketika lava mendingin yang dicerminkan oleh garis - garis kekar memusat yang

menjadi arah tekanan. Ketika pengkerutan (kontraksi) memenuhi ruang, maka rekahan -

rekahan menjadi kekar, kemudian memebntuk pecahan heksagonal. Pola - pola kekar

yang tegak membagi lava menjadi kolom - kolom tegak heksagonal dan pecah

membentuk blok - blok karena rekahan yang melintang.

Permukaan kekar tegak (vertikal) mempunyai jarak gores yang dikenal seperti

bekas pahatan. Bentuk - bentuk kekar akibat aliran lava terbentuk didalam satu

kumpulan, kemudian membentuk mega kolom dan selanjutnya kolom normal dan

terakhir membentuk rekahan - rekahan yang saling berpotongan.

Secara alamiah bagian permukaan lava akan lebih cepat dingin dari pada bagian

dalam (tengah) aliran lava, sehingga bagian permukaan tersebut akan mengkerut dan

pecah. Pada aliran lava, blok - blok lava terangkut sampai ujung ujung aliran dan

terbenam, sehingga gerakan aliran lava yang mendorong blok - blok lava tersebut

membentuk celah - celah yang menjadi jalur aliran lava tersebut, sedangkan pada

bagian atas dan bawah aliran lava tersebut membentuk bongkah - bongkah kerak.

Selanjutnya pada saat bagian atas aliran lava mendingin secara tiba - tiba, maka aliran

lava tersebut akan terputus membentuk ujung - ujung aliran (" toe") yang baru atau

membentuk satuan aliran yang baru. Pada bagian dalam (tengah) tubuh aliran yang

mendinging perlahan - lahan masih bersifat cair dari pada bagian luar (tepi) dan akan

bergerak setiap saat, sehingga dapat dibedakan bagian luar dan bagian dalam dari

suatu aliran lava yang tampak dengan skala kecil.

aliran lava sangat berhubungan dengan kenampakkan topografi, sehingga aliran

lava sangat cepat akan memenuhi lereng - lereng yang terjal. Selanjutnya aliran lava

dapat bergerak pada lereng - lereng yang memiliki kemiringan landai, sedangkan pada

lereng yang tegak membentuk aliran lava terjun seperti air terjun. Aliran lava yang

sangat kental dapat menghancurkan penghalang - penghalang di jalur alirannya dan

aliran lava yang relatif cair akan terbelokkan oleh lambatnya aliran lava kental yang

bertindak seperti tangul - tanggul kecil. Kejadian bentuk - bentuk aliran lava sangat

rumit, sehingga dapat menunjukkan bermacam - macam tampilan seperti lava yang

berlapis, gua - gua lava dan bongkah - bongkah (gambar 35).

Salah satu bentuk lava (minor) dapat ditemukan pada ujung dari aliran lava

("TOE"), yaitu bagian paling depan suatu aliran lava yang berbentuk cembung dengan

ketinggian 3 meter dan panjang dapat mencapai puluhan meter.

4.2 Pelaksanaan pemetaan geomorfologi

Pemetaan geomorfologi dilakukan dengan pendekatan cara yang dikembangkan

oleh Verstappen (1967 dan 1968) dan Van Zuidam (1968 dan 1975), dengan

pertimbangan metode pemetaan gemorfologi dari kedua akhli tersebut mudah dipahami

dan cukup jelas. Sistem pemetaan geomorfologi disusun secara sederhana untuk

keperluan analisis, klasifikasi dan evaluasi yang digunakan sebagai dasar pemetaan

geologi dan penelitian geologi.

Sistem yang digunakan untuk kepentingan geologi dan ilmu - ilmu yang

berhubungan dengan geologi memiliki prinsip - prinsip sebagai berikut :

- Sistem harus terpakai untuk penelitian bidang ilmu geologi dan ilmu - ilmu yang

berhubungan dengan geologi.

- Sistem harus dapat digunakan didalam berbagai skala.

- Sistem harus dapat memisahkan dengan jelas keseragaman satuan.

- Sistem harus mudah diekstrapolasi dan digeneralisasi.

Cara pemetaan geomorfologi dilakukan dengan 2 tahap, yaitu tahap interpretasi

peta topografi dan atau foto udara / citra satelit serta tahap pemeriksaan lapangan.

Bahan dan alat yang digunakan untuk pemetaan geomorfologi antara lain :

- Peta topografi dan foto udara skala 1 : 50.000 atau lebih besar.

- Citra satelit (Landsat.TM, SPOT atau ERS). jika diperlukan.

- Kerta kalkir dan plastik OHP.

- Kompas geologi.

- Palu geologi.

- Pita ukur.

- Plan table lengkap dengan tripod dan mistar.

-Alat - alat tulis.

4.3 Langkah - langkah pemetaan

Tahap interpretasi peta topografi dan foto udara dilakukan di studio pemetaan

dengan kegiatan yang dilakukan antara lain :

- Batasi puncak - puncak punggungan yang bertindak sebagai batas pemisah

aliran (water devided area) .

- Gambar pola aliran pada peta topografi dan / atau foto udara, pada setiap

lekukan garis kontur atau lekukan lembah pada foto udara.

- Batasi pola aliran pada suatu perbukitan / punggungan mulai dari puncak

punggungan yang bertindak sebagai batas pemisah aliran sampai ke titik akhir

pengaliran. Bandingkan dengan pola aliran yang telah dibakukan seperti pada

gambar 7 dan 8

- Nyatakan aspek geologi yang berkembang berdasarkan pola aliran tersebut.

- Aspek geologi yang tercermin melalui pola aliran merupakan unsur genetikan

suatu bentuklahan.

- Klasifikasikan bentuklahan secara morfografi (perbukitan atau pedataran) yang

tampak pada peta topografi dengan ciri perbedaan garis kontur dan kondisi

pola aliran yang menyatakan aspek genetika, sehingga dapat ditentukan nama

satuan geomorfologi.

- Perhatikan kerapatan kontur, karena kerapatan kontur akan mencerminkan

kecuraman lereng, sehingga memiliki arti bahwa lereng yang curam dan

menerus dapat diperkirakan sebagai sesar yang berkembang di daerah

tersebut, sedangkan perbedaan kerapatan kontur lainnya dapat digunakan

untuk membedakan jenis batuan.

- Perhatikan kerapatan pola aliran, karena kerpatan pola aliran akan

mencerminkan janis batuan yang tahan terhadap erosi atau mudah tererosi.,

sehingga dapat disimpulkan bahwa batuan yang mudah tererosi merupakan

jnis batuan yang lunak, sedangkan batuan yang tahan terhadap erosi

merupakan jenis batuan yang keras.

- Jika telah dibuat klasifikasi dengan dukungan unsur - unsur geomorfologi, maka

kelas lahan yang memiliki kesamaan dijadikan satuan geomorfologi.

4.3.2 Bentuklahan asal fluvial (sungai)

- Bentuklahan asal fluvial (sungai)

a. Satuan bentuklahan dataran banjir.

b. Satuan bentuklahan dataran tanggul alam

c. Satuan bentuklahan dataran teras sungai.

d. Satuan bentuklahan dataran beting gisik.

e. Satuan bentuklahan dataran gosong sungai.

4.3.3 Bentuklahan asal marin (laut)

a. Satuan bentuklahan dataran pesisir (coastal)

b. Satuan bentuklahan dataran pesisir aluvial.

c. Satuan bentuklahan beting gisik.

d. Satuan bentuklahan dataran pantai (beach).

e. Satuan gumuk pasir (sand dunes)

4.3.4 Bentuklahan asal struktural

a. Satuan bentuklahan perbukitan struktural terlipat.

b. Satuan bentuklahan perbukitan struktural gawir sesar.

c. Satuan bentuklahan perbukitan blok sesar.

4.3.5 Bentuklahan asal vulkanik.

a. Satuan bentuklahan perbukitan intrusi.

b. Satuan bentuklahan perbukitan lereng atas vulkanik.

c. Satuan perbukitan lereng vulkanik tengah.

d. Satuan perbukitan lereng vulkanik bawah.

4.3.6 Bentuklahan asal aeolian

4.3.7 Bentuklahan asal karst.

a. Satuan bentuklahan perbukitan karst.

b. Satuan bentuklahan kubah karst.

c. " sinkhole" / 'dolina'

4.3.8 Bentuklahan asal glasial (es)

Tahap kegiatan lapangan dilakukan setelah kegiatan interpretasi peta topografi

dan / atau foto udara di studio, serta telah tersusun kerangka peta geomorfologi

sementara (sebagai peta dasar geomorfologi dan geologi) sebagai acuan. Tahap

kegiatan lapangan meliputi :

1. Peninjauan lapangan dengan tujuan mencocokkan aspek - aspek

bentanglahan (landscape) daerah penelitian dengan peta dasar yang telah

dibuat di studio.

2. Penelusuran batas - batas yang telah dibuat pada peta dasar selaras dengan

kegiatan penelitian geologi.

3. Jadikan aspek geomorfologi sebagai ciri - ciri aspek geologi yang sedang

diteliti.

4. Tentukan (plot) dan catat aspek geomorfologi tersebut sebagai data untuk

pembuktian kondisi geologi yang sedang diteliti.

5. Jika masih diragukan aspek - aspek geomorfologi sebagai ciri - ciri aspek

geologi, maka aspek tersebut dijadikan panduan untuk menelusuri aspek

geologi yang sedang diteliti.

6. Satuan bentuklahan dapat dijadikan panduan untuk menelusuri kondisi geologi

yang sedang diteliti, sehingga didalam penarikan batas satuan geomorfologi

harus dilakukan dengan hati - hati.

7. Batas satuan bentuklahan dan simbol - simbol yang digunakan harus

memberikan cerminan kondisi geologi daerah yang diteliti.

8. Diharapkan dengan membuat peta geomorfologi sebaai peta dasar pemetaan

geologi, cerminan kondisi geomorfologi dapat memudahkan pelaksanaan

pemetaan geologi dan ilmu - ilmu yang berhubungan dengan geologi.

4.2.2 Simbol yang digunakan

Simbol - simbol yang digunakan pada peta geomorfologi terdiri dari simbol

warna, simbol gambar, dan simbol huruf. Simbol warna digunakan untuk satuan

bentuklahan adalah sebagai berikut :

1. Satuan bentuklahan struktural (S) - warna ungu (violet)

2. Satuan bentuklahan vulkanik (V) - warna merah.

3. Satuan bentuklahan denudasional (D) - warna coklat

4. Satuan bentuklahan marin (laut) (M) - warna hijau.

5. Satuan bentuklahan sungai (fluvial) (F) - warna biru tua

6. Satuan bentuklahan gleitser (es) (G) - warna biru muda.

7. satuan bentuklahan aeolian (angin) (A) - warna kuning.

8. Satuan bentuklahan karst (K) - warna jingga (orange)

Simbol huruf :

1. Satuan bentuklahan struktural (S)

a. Satuan bentuklahan perbukitan terlipat - S.1

b. Satuan bentuklahan perbukitan sesar - S.2

c. Satuan bentuklahan perbukitan blok sesar - S.3

d. Satuan bentuklahan perbukitan sesar geser - S.4

2. Satuan bentuklahan vulkanik (V)

a. Satuan bentuklahan puncak vulkanik - V.1

b. Satuan bentuklahan perbukitan lereng - V.2

vulkanik atas.

c. Satuan bentuklahan perbukitan lereng - V.3

vulkanik tengah.

d. Satuan bentuklahan perbukitan lereng - V.4

vulkanik bawah.

3. Satuan bentuklahan denudasional (D)

a. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi kuat - D.1

b. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi sedang - D.2

c. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi ringan - D.3

d. Satuan bentuklahan perbukitan tanah longsor - D.4

4. Satuan bentuklahan marin (M)

a. Satuan bentuklahan dataran gisik - M.1

b. Satuan bentuklahan dataran beting gisik - M.2

c. Satuan bentuklahan dataran gisik aluvial - M.3

d. Satuan bentuklahan dataran gumuk pasir - M.4

5. Satuan bentuklahan fluvial (F).

a. Satuan bentuklahan dataran tanggul alam - F.1

b. Satuan bentuklahan dataran banjir - F.2

c. Satuan bentuklahan dataran undak sungai - F.3

6. Satuan bentuklahan Karst (K)

a. Satuan bentuklahan perbukitan karst - K.1

b. Satuan bentuklahan perbukitan kubah karst - K.2

Simbol gambar :

Bentuklahan struktural.

Batas pemisah aliran (water devide ).

Gawie sesar geser / blok sesar.

Sesar geser / blok sesar geser.

Perlipatan

Sesar naik.

Bentuklahan vulkanik

Kawah / kepundan

Arah lelehan lava

Bentuklahan denudasional

Arah erosional

Tingkat erosi kuat

Tingkat erosi sedang

Tingkat erosi lemah.

Erosi tebing sungai

Erosi garis pantai

Gerakan tanah (Mass wasting)

Longsor jatuhan (rock fall)

Longsor geseran ( landslide)

Longsor geser rotasional (slump)

Bentuklahan marin (M)

Beting gisik ( beach ridge )

Gumuk pasir (sand dunes )

Bentuklahan Fluvial /sungai ( F)

Alur sungai berupa garis tipis

Tanggul alam

Datraran banjir

Undak sungai.

Bentuklahan karst (K)

Kerucut karst

Kubah karst

Sinkhole

Dolina

Gua karst dengan stalagtit/stalagmit