budaya masa nifas
DESCRIPTION
budaya masa nifasTRANSCRIPT
1. JAMU BERSALIN. Jamu bersalin biasanya dibagi menjadi 3 bagian, yakni yang diminum 10 hari
pertama, 10 hari kedua dan 10 hari ketiga. Manfaatnya antara lain mengencangkan otot-otot
perut yang kendur, mengembalikan stamina, memperlancar ASI, membersihkan darah kotor
dalam rahim, membantu pemulihan luka, dan membantu proses pengerutan rahim ke ukuran
semula.
a. Apakah ibu yang baru melahirkan boleh mengonsumsi jamu bersalin? Pada prinsipnya,
ibu yang baru melahirkan boleh mengonsumsi jamu bersalin. Namun, bagi yang memiliki
gangguan fungsi hati, misalnya hepatitis B positif atau pernah mengalami sakit kuning,
sebaiknya tidak mengonsumsi jamu, mengingat jamu dimetabolisme di hati. Atau yang
mengalami komplikasi saat persalinan, misalnya rahim robek, jamu bisa membuat
kontraksi rahim berlebihan.
b. Sejauh mana ibuhamil dapat meraih manfaat jamu bersalin tersebut? Jamu bisa
membantu agar proses nifas berlangsung tepat waktu, yakni kurang lebih 40 hari.
c. Bagaimana jika ada obat-obatan dari dokter yang harus diminum ibu? Sebaiknya,
tanyakan dulu pada dokter apakah boleh mengonsumsi jamu bersalin atau tidak. Jika
boleh, jangan konsumsi jamu bersama-sama dengan obat dokter. Mungkin, perlu diberi
jeda waktu 1-2 jam.
d. Adakah hal-hal yang perlu diwaspadai pada bayi? Pada bayi, walaupun sedikit, jamu pasti
keluar di ASI. Jika bayi menjadi diare, misalnya, maka berarti ia tidak toleran terhadap
jamu bersalin yang diminum ibunya.
2. PILIS. Digunakan dengan cara mengoleskannya memanjang menutupi dahi. Manfaatnya antara
lain untuk menghilangkan rasa pening, menjaga kesehatan mata, mengobati sakit kepala, dan
mencegah naiknya darah putih ke kepala.
a. Sejauh mana ibuhamil dapat meraih manfaat dari pilis? Sebenarnya, dari segi kesehatan,
manfaatnya agak meragukan. Pening yang dirasakan ibu yang baru melahirkan, misalnya,
mungkin karena ia kurang tidur. Obatnya ya tidur. Istilah darah putih naik ke kepala juga
tidak ada.
b. Risiko gangguan mata apa yang mungkin dialami oleh ibu yang baru melahirkan?
Gangguan mata, seperti pandangan jadi kabur, bisa saja terjadi. Khususnya pada ibu yang
mengalami tekanan darah tinggi atau bengkak. Cara mencegahnya dengan mengurangi
konsumsi garam dan cukup tidur.
3. PARAM. Digunakan dengan cara mengoleskannya ke seluruh tubuh, kecuali daerah payudara
dan perut. Tujuannya antara lain untuk mengatasi pembengkakan yang dialami oleh ibu yang
baru melahirkan.
a. Apakah semua ibu yang baru melahirkan boleh menggunakan param? Ya, sejauh kulitnya
tidak sensitif dan paramnya tidak terlalu kental. Param punya efek menghangatkan. Jika
terlalu hangat, bisa “membakar” kulit. Jadi, perhatikan cara memakainya.
b. Sejauh mana ibuhamil dapat meraih manfaat dari param? Param bisa membantu
mengurangi rasa pegal pada otot-otot tangan dan kaki ibu yang baru melahirkan, karena
bisa mengatasi bengkak yang terjadi di sana. Hindari daerah payudara dan perut, karena
kedua daerah ini mayoritas jaringannya lemah. Param “bekerja” pada otot.
4. TAPEL. Dicampur dengan kapur sirih dan air jeruk nipis, dibalurkan pada perut sebelum ibu
mengenakan bengkung/stagen. Tujuannya antara lain untuk mengurangi rasa sakit-sakit di
perut, mengempiskan perut serta memulihkan kondisi kulit perut.
a. Apakah semua ibu yang baru melahirkan boleh memakai tapel? Ya, jika ibu bersalin
secara alami. Jika ibu bersalin lewat operasi, tapel tidak boleh digunakan sampai luka
operasinya dinyatakan baik oleh dokter, atau kira-kira sampai 2 minggu setelah
melahirkan. Namun pemakaian tapel ini sebaiknya tidak kena daerah yang ada luka
operasinya.
b. Sejauh mana efektifitas penggunaan tapel? Tapel menghangatkan perut yang membuat
usus bekerja atau berkontraksi lebih cepat sehingga angin yang berada di dalamnya bisa
keluar dengan mudah, sendawa lebih mudah dan perut terasa kempis. Air kapur sirih dan
jeruk nipis memiliki sifat anti selulit. Hanya saja, kalau kulitnya sensitif, atau terlalu
banyak kapur sirihnya, maka bisa timbul luka bakar. Tapel sifatnya membantu proses
pembakaran lemak bawah kulit. Kalau lemaknya berkurang, kulit yang tadinya meregang
juga lebih cepat bertemu.
5. BENGKUNG/STAGEN. Alat ini umumnya terbuat dari kain. Ukurannya beragam. Kini sudah ada
bentuk yang lebih praktis dan mudah digunakan. Manfaatnya untuk membantu mengempiskan
perut dan membuang angin dalam rongga perut.
a. Apakah semua ibu yang baru melahirkan boleh memakai bengkung? Boleh, asal cara
memakainya benar, terutama untuk ibu yang bersalin lewat operasi. Bengkung sebaiknya
dimulai dari bagian bawah luka operasi (setinggi panggul) sampai sedikit di atas pusar.
Jangan terlalu tinggi, karena di situ ada lambung dan paru-paru. Luka operasi yang
tertekan bengkung efeknya sama dengan tulang patah yang digips. Luka jadi diam dan
rapat sehingga cepat menutup. Untuk ibu yang bersalin normal, gerak geriknya jadi
perlahan, dan duduk juga tidak mengangkang. Hal ini baik untuk pemulihan luka.
b. Sejauh mana efektivitas penggunaan bengkung dalam membantu mengempiskan perut?
Cara paling efektif untuk mengempiskan perut adalah dengan senam nifas untuk melatih
otot perut, dan mengurangi konsumsi lemak. Pemakaian bengkung bisa membuat kita
tertipu karena kita merasa perut sudah kempis. Bengkung sifatnya hanya membuat perut
terasa lebih nyaman. Selain itu, bengkung juga membantu penyerapan tapel sehingga
efek pembakar lemaknya bekerja lebih efektif. Sama seperti orang habis creambath yang
kepalanya ditutup handuk.
c. Apakah bengkung harus dipakai sepanjang hari? Sebaiknya tidak karena kulit perlu
bernapas. Jadi, malam hari sebaiknya dibuka saja. Untuk hasil optimal, bengkung dipakai
sampai 3 bulan.
Sumber :
Amankah Perawatan Tradisional Pasca Persalina.
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Kelahiran/Gizi+dan+Kesehatan/amankah.perawatan.tradisiona
l.pasca.persalinan/001/001/1527/2 diakses pada Minggu, 19 April 2015 Pukul 22.15
Suryawati, Chriswardani. "Faktor sosial budaya dalam praktik perawatan kehamilan, persalinan, dan
pasca persalinan (studi di Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara)." Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia 2.1 (2007): 21-31.
FATMAWATI, NOVI INDRA, and D. E. A. Suwijiyo Pramono. KAJIAN HUBUNGAN KHASIAT DAN
KOMPOSISI RAMUAN OBAT TRADISIONAL SERTA PERAWATAN PASCA LAHIR PADA BAYI DI
WILAYAH KABUPATEN SLEMAN BAGIAN BARAT. Diss. Universitas Gadjah Mada, 2014.
Paryono, Paryono, and Ari Kurniarum. "KEBIASAAN KONSUMSI JAMU UNTUK MENJAGA
KESEHATAN TUBUH PADA SAAT HAMIL DAN SETELAH MELAHIRKAN DI DESA KAJORAN
KLATEN SELATAN." Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan 3.1 (2014).