b.pembahasan

Upload: imam-pras

Post on 08-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

phpt

TRANSCRIPT

B. Pembahasan Salah satu kendala dalam penanaman pepaya di daerah tropis adalah tingginya serangan hama dan penyakit. Curah hujan dan kelembaban yang tinggi sepanjang tahun mengakibatkan perkembangan hama yang sangat cepat. Fluktuasi suhu yang ekstrem juga berperan dalam penyebaran hama. Akhir-akhir ini terdapat hama baru yang menyerang tanaman pepaya, yaitu kutu putih pepaya Paracoccus marginatus. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap produksi dan kualitas buah (Suketi dan Sujiprihati, 2009).P. marginatus merupakan serangga asli Meksiko/Amerika Tengah. Serangga ini dilaporkan menjadi hama pertama kali ditemukan di Florida pada tahun 1998 (Walker et al., 2003). Hama ini merupakan salah satu jenis hama yang memiliki kisaran inang yang cukup luas. Menurut Miller dan Miller (2002) hama ini memiliki lebih dari 25 suku tanaman yang bernilai ekonomi sebagai inangnya, di antaranya tanaman pepaya, ubi kayu, jarak pagar, tomat, alpukat melon, dan kembang sepatu. Selain itu, hama ini juga menyerang tanaman jambu, jagung dan akasiaHama kutu putih biasanya bergerombol sampai puluhan ribu ekor. Mereka merusak dengan cara mengisap cairan. Semua bagian tanaman bisa diserangnya dari buah sampai pucuk. Serangan pada pucuk menyebabkan daun kerdil dan keriput seperti terbakar. Hama ini juga menghasilkan embun madu yang kemudian ditumbuhi cendawan jelaga sehingga tanaman yang diserang akan berwarna hitam.Kutu putih dewasa jantan bisa berukuran 3 mm dan bersayap. Induk betinanya mampu bertelur hingga 500 butir, yang diletakkan dalam satu kantung telur terbuat dari lilin. Dengan siklus hidup sepanjang sebulan. P. marginatus bisa berbiak 11-12 generasi dalam setahun (Rauf, 2008).Individu kutu putih betina dan jantan sudah dapat dibedakan sejak stadium nimfa instar kedua dengan bantuan kaca pembesar untuk mendapatkan hasil yang lebih jelas, yaitu dengan membedakan warna tubuhnya. Individu betina memiliki warna tubuh kuning sedangkan individu jantan memiliki tubuh yang berwarna merah muda, namun terkadang kuning. Hama kutu putih ini apabila menyerang daun, akanmenunjukkan gejala kerdil sehingga dapat menghambat proses assimilasi yang juga memberi pengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman itu sendiri. Apabila menyerang pada bahagianbatang akan menunjukkan gejala kehitam-hitaman pada bahagian terserangdan pada serangan berat akan mengakibatkan buah gugur dan batang membusuk serta dalam waktu tidak begitu lama batang akan mati. Buah yangterserang tidak dapat dipanen lagi akibat buah membusuk dan berwarna hitam. Pengendalian yang terlambat dilakukan sangat memberikan dampak yang menyebabkankerugian secara siknifikan dan dalam waktu singkat. Pada serangan berat proses penyembuhan tamananagak sulit dilakukan, sedangkan pada serangan ringan proses penyembuhan agak cepat apabila diberi pemupukan secara berimbang. Serangan hama ini harus dikendalikan sedini mungkin. Tanpa perhatian dan upaya pengendalian yang baik ataupun upaya preventif kemungkinan akan menimbulkan kerugian yang besar.Pengendalian hayati. Pada awal kedatangan hama ini tidak banyak musuh alami yang ditemukan di lapangan, Namun sejalan dengan waktu terjadi rekrutmen musuh alami, baik yang berupa predator, patogen maupun parasitoid. Predator yang dijumpai meliputibeberapa jenis kumbang Coccinellidae sepertiCurinus coeruleus,Cryptolaemus montrouzieri,Chilocorussp.,Scymnussp., serta kepik Anthocoridae dan larva Syrphidae. Namun predator yang paling sering dijumpai di lapangan adalahPlesiochrysa ramburi(Neouroptera: Chrysopidae).Musuh alami lainnya yang ditemukan adalah parasitoidAcerophaguspapayaeNoyes and Schauff(Hymenoptera: Encyrtidae).A. papayaeumumnya memarasit nimfa instar-2 atau instar-3 nimfa kutu putih. Nimfa yang terparasit membentuk mumi yang berwarna cokelat. Dari mumi tadi kemudian keluar imago parasitoid yang berwarna oranye pucat, berukuran 0,4-0,7 mm. ParasitoidA. papayaediduga terbawa masuk ke Indonesia bersama inangnya kutu putih pepaya. Tampaknya parasitoid ini cukup efektif dalam mengendalikan perkembangan populasi kutu putih pepaya.Di lapangan banyak pula dijumpai kutu putih yang mati terinfeksi jamurNeozygitessp. Kutu yang demikian mudah dikenali dari warnanya yang berubah menjadi kehitaman.Kutu putih umumnya sulit dikendalikan dengan insektisida. Ada beberapa karakteristik biologi yang membuat pengendalian kimiawi kurang efektif: 1. Lapisan lilin menutupi stadia telur sampai dengan imago. Hanya nimfa instar-1 yang relatif bebas dari lilin. Lilin ini mampu melindungi kutu dari insektisida yang diaplikasikan. Kutu putih kadangkala ditemukan pada tempat yang terlindung seperti di balik buah atau rangkaian pucuk dimana insektisida yang diaplikasikan tidak dapat mengenainya. 2. Kutu putih sering hidup bertumpukan sehingga hanya individu yang ada pada bagian terluar yang akan terkena insektisida.3. Kutu putih bersifat polifag dengan inang mencakup berbagai jenis gulma yang tumbuh di sekitar pertanaman. Dengan demikian, tanaman yang telah disemprot dapat dengan segera mengalami infestasi ulang.Lalat buah ini sering ditemukan di Asia, yang penyebarannya meliputi India, Pakistan, Myanmar, Thailand, Philipina, Indonesia, Vietnam, Jepang dan beberapa negara lain di Asia. Lalat ini mempunyai kisaran inang yang banyak (polyphag) menyerang hamper semua jenis buah-buahan antara lain Belimbing, Jambu Biji, jambu air, mangga, pear, pisang, jeruk, pepaya, cabe, tomat dan sebagainya (White and Elson Haris, 1992). Menurut Drew (1994), hama ini mempunyai spesies yang sangat banyak (lebih dari 40 spesies), sehingga untuk mengetahui perbedaan taksonomi diantara spesies sangat sulit. Karena untuk mengetahui perbedaan tersebut secara akurat dilakukan penelitian dengan memperhatikan perbedaan morfologi diantara spesies, penyebaran geografis, biologi (tanaman inang dan percobaan kopulasi), genetis (sitologi, DNA dan elektroforesis enzim jaringan), dan senyawa kimia dalam feromon.Sekitar 75 % tanaman buah-buahan dari berbagai jenis yang dibudidayakan di Indonesia telah terserang lalat buah (Sutrisno, 1999 dalam Sahabudin, 2004). Di samping menyerang buahbuahan, sekitar 40 % larva lalat buah juga hidup dan berkembang pada tanaman famili asteraceae (Compositae), selebihnya hidup pada tanaman famili lainnya atau menjadi penggorok pada daun, batang dan jaringan akar. Kerugian yang diakibatkannya bisa mencapai 30 60 % (Kuswadi, 2001).Kerugian kuantitatif yang diakibatkan yaitu berkurangnya produksi buah, sedangkan kerugian kualitatifnya yaitu buah yang cacat berupa bercak, busuk, berlubang yang akhirnya kurang diminatioleh Ekspor buah mangga Indonesia pernah ditolak oleh negara tujuan dengan alasan mengandung lalat buah yang merusak daging buah, sehingga buah menjadi busuk. Selain itu , konsumen sering kecewa karena buah yang dibelinya busuk dan terdapat ulat atau larva (Kuswadi, 2001).Gejala serangan lalat buah yaitu Pada buah yang hampir masak terdapat bintik-bintik hitam bekas tusukan ovipositor lalat buah betina ketika memasukan telur ke dalam jaringan buah. Larva yang telah menetas mengeluarkan enzim perusak atau pencerna yang berfungsi melunakan daging buah sehingga mudah disedot dan dicerna. Enzim ini juga mempercepat pembusukan sehingga buah berwarna coklat, tidak menarik dan terasa pahit bila dimakan. Apabila aktivitas pembusukan sudah mencapai tahap lanjut, buah akan jatuh ke tanah bersamaan dengan masaknya larva lalat buah yang siap memasuki fase pupa.Berbagai upaya pengendalian lalat buah telah dilakukan, baik secara tradisional dengan membungkus buah dengan kantong plastik, kertas koran atau daun kelapa maupun dengan menggunakan insektisida kimia. Atraktan seperti metil eugenol juga digunakan untuk menginventarisasi lalat buah di Indonesia (Iwashi et al. 1996). Di negara lain, petani mengendalikan lalat buah dengan atraktan, yaitu senyawa yang dapat menarik lalat buah jantan untuk memproduksi feromon. Teknik ini efektif mengendalikan lalat buah jantan yang masuk ke dalam perangkap beratraktan. Teknik mandul jantan adalah suatu cara pengendalian dengan membuat lalat buah jantan menjadi infertil, artinya lalat buah jantan masih dapat membuahi betina, namun telur yang dihasilkan steril dan larva dalam keadaan rusak (Vijaysegaran dan Osman 1991 dalam Shiga 1991). Hama yang cukup merepotkan pada tanaman pepaya california adalah bekicot, hama ini tergolong pasif bila terkena matahari langsung, namun bila malam hari tiba bekicot akan memakan daun papaya, bunga dan bakal buah yang masih kecil yang nantinya bunga akan menjadi rusak dan mati. Langkah pencegahan untuk hama bekicot ini umumnya dilakukan secara manual yaitu dengan mengelilingi lahan diambil satu persatu dari tiap pohon kemudian dikumpulkan dan dimusnahkan, bisa juga untuk makanan ternak dan lain sebagainyaBekicot memiliki tubuh yang lunak dan dilindungi oleh cangkok (shell) yang keras. Pada bagian anterior dijumpai dua pasang antene yang masing-masing ujungnya terdapat mata. Pada ujung anterior sebelah bawah terdapat alat mulut yang dilengkapi dengan gigi parut (radula). Lubang genetalia terdapat pada bagian samping sebelah kanan, sedang anus dan lubang pernafasan terdapat di bagian tepi mantel tubuh dekat dengan cangkok/shell.Bekicot atau siput bersifat hermaprodit, sehingga setiap individu dapat menghasilkan sejumlah telur fertil. Bekicot aktif pada malam hari serta hidup baik pada kelembaban tinggi. Pada siang hari biasanya bersembunyi pada tempat-tempat terlindung atau pada dinding-dinding bangunan, pohon atau tempat lain yang tersembunyi.

V. SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan1. Hama pada tanaman pepaya di lahan yang kami dapati pada desa Arca winangun adalah kutu putih, lalat buah dan bekicot.2. Serangan hama pada pertanaman singkong di desa Arca winangun menyebabkan penurunan hasil produksi dikarenakan perawatan tanaman yang tidak intensif.

B. SaranSebaiknya pengendalian yang dilakukan terhadap tanaman perkebunan adalah dengan menggunakan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) seperti penggunaan musuh alami (biologis), pemangkasan (mekanik), dan caracara lain yang bersifat