bmt koperasi print
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Daftar
Isi.........................................................................................................................
BAB I :
PENDAHULUAN............................................................................................
A. Latar
Belakang..............................................................................................
B. Rumusan
Masalah.........................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN…………………………........
…………………………….
A. Lembaga Keuangan;
Koperasi/BMT............................................................
a)
Pengertian................................................................................................
b) Prinsip
Operasional.................................................................................
c) Fungsi
Lembaga.......................................................................................
d) Jenis/Macam-macam
Koperasi/BMT......................................................
e) Produk atau
Jasa......................................................................................
BAB III : PENUTUP………………........
…………………………………………… 10
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga perekonomian dewasa ini semakin berkembang pesat, baik
lembaga perekonomian bank atau non bank. Namun yang akan kita bahas dalam
makalah ini adalah Koperasi / BMT (Baitul Mal Wa Tamwil)
Saat ini terdapat beragam jenis lembaga perekonomian yang ada di Indonesia,
mulai dari kelas tradisional sampai dengan kelas modern pun tersedia. Bahkan
dewasa ini perkembangan lembaga perekonomian non bank pun sanga
menggembirakan sebagai pengganti sebagian dari kegiatan perbankan yang tidak
terlayani selama ini. Pada akhirnya masyarakat punya banyak pilihan dalam
rangka memenuhi kebutuhan akan dana untuk membiayai kegiatan usahanya.
Koperasi sebagai salah satu sektor ekonomi Indonesia, harus mampu berperan
dalam mewujudkan Demokrasi Ekonomi Indonesia, yang lebih mengutamakan
kesejahteraan dan kemakmuran anggota khususnya dan kesejahteraan masyarakat
umumnya. Sebagai salah satu sektor perekonomian Indonesia, koperasi harus
memiliki kemampuan untuk menghadapi persaingan diantara sektor ekonomi
yang lain.
B. Rumusan Masalah
Ada beberapa poin yang akan diulas dalam makalah ini, yang dapat kami
rumuskan sebagai berikut :
a) Apa pengertian Koperasi/BMT menurut UU maupun definisi umum?
b) Bagamaina cara berdirinya BMT?
c) Apa Visi, Misi dan Tujuan?
d) Apa fungsi lembaga tersebut?
e) Apa saja jenis / macam-macam lembaga tersebut?
2
f) Produk atau jasa apa yang ditawarkan oleh lembaga perekonomian Koperasi
BMT?
g) Perbedaan Koperasi Konvensional dengan Koperasi Syariah?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Koperasi/BMT
Berdasarkan UU No. 25 Tahun 1992 Koperasi adalah “badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebgai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan”. Prof. R.S Soeriaatmadja,
mendefinisikan Koperasi sebagai berikut: “Koperasi ialah suatu perkumpulan dari
orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusia, dengan tidak
memandang haluan agama dan politik secara sukarela masuk, untuk sekedar
memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas tanggungan
bersama.” Jadi dalam garis besarnya, Koperasi dapat dipahami sebagai
perkumpulan orang-orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk
memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka, melalui
pembentukan suatu perusahaan yang dikelola secara demokratis tanpa
memandang golongan.
Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa didalam koperasi
setidaknya terdapat dua unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Unsur yang
pertama adalah ekonomi, sedangkan unsur yang kedua adalah unsur sosial.
Sebagai suatu bentuk perusahaan maka koperasi berusaha memperjuangkan
pemenuhan kebutuhan ekonomi para anggotanya dengan sebaik-baiknya.
Sedangkan sebagai perkumpulan orang, koperasi berusaha memenuhi kebutuhan
para anggotanya itu, tanpa menjadikan keuntungan sebagai titik tolak usahanya.
Keuntungan memang bukan tujuan utama koperasi. Sebagaimana dikemukakan
oleh Bung Hatta, bahwa : ”Koperasi didirikan sebagai persekutuan kaum yang
lemah untuk membela keperluan hidupnya. Mencapai keperluan hidupnya dengan
ongkos semurah-murahnya, bukan keuntungan.” Namun yang lebih diutamakan
oleh koperasi adalah peningkatan kesejahteraan ekonomi para anggotanya.
Agar koperasi tidak menyimpang dari tujuannya itu, maka pembentukan dan
4
pengelolaan koperasi harus dilakukan secara demokratis. Pada saat
pembentukannya, koperasi harus dibentuk atas dasar adanya kesukarelaan dan
kemauan bersama para pendirinya. Kemudian, pada saat pengelolaannya, tiap-tiap
anggota koperasi harus turut berpartisipasi dalam mengembangkan usaha serta
dalam mengawasi jalannya koperasi. Bila dirinci lebih jauh, maka beberapa pokok
pikiran yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah sebagai berikut :
1. Koperasi adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang yang
memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang bertujuan untuk
memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi para anggotanya.
2. Bentuk kerja sama di dalam organisasi koperasi bersifat sukarela.
3. Masing-masing anggota koperasi mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
4. Masing-masing anggota koperasi berkewajiban untuk mengembangkan serta
mengawasi jalannya usaha koperasi.
5. Resiko dan keuntungan koperasi ditanggung dan dibagi secara adil.
Selain itu, sesungguhnya terdapat jenis keuangan lain di luar perbankan.
Lembaga ini sama-sama memilki misi keumatan yang jelas, dengan sistem syariah
Islam sebagai sistem operasionalnya. Yang terkait langsung dengan upaya
pengentasan kemiskinan adalah Baitul Maal wa Tamwil (BMT). Pada dataran
hukum di Indonesia, badan hukum yang paling mungkin untuk BMT adalah
koperasi, baik serba usaha (KSU) maupun simpan-pinjam (KSP). Namun
demikian, sangat mungkin dibentuk perundangan tersendiri, mengingat sistem
operasional BMT tidak sama persis dengan perkoperasian.
BMT merupakan kependekan dari Baitul Maal wa Tamwil atau dapat juga
disebut dengan Baitul Maal wa Baitul Tamwil. Secara harfiah Baitul Maal berarti
rumah dana dan Baitul Tamwil berarti rumah usaha. Dari pengertian tersebut
dapat ditarik kesimpulan, bahwa BMT merupaka organisasi bisnis yang juga
berperan sosial. BMT sebagai lembaga keuangan yang ditumbuhkan dari peran
masyarakat secara luas, tidak ada batasan ekonomi, sosial bahkan agama. Semua
komponen masyarakat dapat berperan aktif dalam membangun sebuah sistem
5
keuangan yang lebih adil dan yang lebih penting mampu menjangkau lapisan
pengusaha yang terkecil sekalipun.
BMT tidak digerakkan dengan motif laba semata, tetapi jug motif sosial.
Kerena beroperasi dengan pola Syariah, sudah barang tentu mekanisme
kontrolnya tidak saja dari aspek ekonomi saja atau kontrol dari luar tetapi agama
atau akidah menjadi faktor pengontrol dari dalam yang lebih dominan.
Jadi pada prinsipnya kedua jenis lembaga keuangan non bank ini, yaitu Koperasi
ataupun Koperasi Syariah yang disebut dengan BMT, pada hakikatnya adalah
ingin meningkatkan taraf kesejahteraan anggotanya. Juga dalam menumbuh
kembangkan usaha mikro dan kecil dilingkungannya.
B. Tahapan Pendirian BMT
C. Prinsip Operasional
Sebelum berbicara prinsip operasional daripada koperasi, perlu kita
ketahui asas dalam koperasi itu sendiri. Berdasarkan UU No. 25 tahun 1992 Pasal
2, menetapkan kekeluargaan sebagai asas koperasi. Dan hal ini sejalan dengan apa
yang tercantum dalam pasal 33 UUD 1945 ayat 1. Sejauh bentuk-bentuk
perusahaan lainnya tidak dibangun sebagai usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan, semangat kekeluargaan ini merupakan pembeda utama antara
koperasi dengan perusahaan lainnya.
Perbedaan antara koperasi dengan bentuk-bentuk perusahaan lainnya
bukan hanya terletak pada landasan dan asasnya, tapi juga pada prinsip-prinsip
pengelolaan organisasi dan usaha yang dilakukannya. Prinsip-prinsip pengelolaan
organisasi dan usaha koperasi merupakan penjabaran lebih lanjut dari asas
kekeluargaan yang dianut oleh koperasi. Prinsip-prinsip koperasi ini yang
mengatur baik mengenai hubungan antar koperasi dengan para anggotanya,
hubungan antar sesama anggota koperasi, pola kepengurusan organisasi, serta
6
mengenai tujuan yang ingin dicapai oleh koperasi sebagai lembaga ekonomi yang
berasas kekeluargaan. Selain itu, prinsip-prinsip koperasi ini juga mengatur pola
kepengelolaan usaha koperasi. Oleh karena itu, secara lebih terinci, ia juga
mengatur pola kepemilikan modal koperasi serta pembagian hasil sisa usahanya.
Dalam Bab III, bagian Kedua, Pasal 5 UU No. 25 Tahun 1992 diuraikan, bahwa :
1. Koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut :
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
b. Pengelolaan dilakukan sukarela dan terbuka;
c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota;
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;
e. Kemandirian.
2. Dalam mengembangkan Koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip
koperasi sebagai berikut :
a. Pendidikan perkoperasian;
b. Kerjasama antar koperasi.
Dalam penjelasan dari Pasal 5 UU No. 25 Tahun 1992 tersebut, diuraikan
bahwa prinsip koperasi adalah merupakan satu kesatuan dan tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan berkoperasi. Dengan melaksanakan keseluruhan
prinsip tersebut, koperasi mewujudkan dirinya sebagai badan usaha sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berwatak sosial. Prinsip koperasi ini
merupakan esensi dari dasar kerja koperasi sebagai badan usaha dan merupakan
ciri khas serta jati diri koperasi. Dengan adanya prinsip tersebut, koperasi dapat
dibedakan dari badan usaha lainnya.
Dalam melaksanakan usahanya BMT, berpegang teguh pada prinsip utama
sebagai berikut :
7
1. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dengan
mengimplementasikannya pada prinsip-prinsip syariah dan muamalah
dalam kehidupan nyata;
2. Keterpaduan, yakni nilai-nilai spiritual dan moral menggerakkan dan
mengarahkan etika bisnis yang dinamis, proaktif, progresif adil dan
berakhlaq mulia;
3. Kekeluargaan;
4. Kebersamaan;
5. Kemandirian;
6. Profesionalisme;
7. Istiqomah.
C. Fungsi Lembaga
Dasar hukum operasional koperasi Indonessia adalah UU No. 25 Tahun
1992, tentang fungsi dan peran kopersi yang diatur dalam Bab III Pasal 4. Berikut
kutipan bunyi lengkap pasal 4 UU No. 25/1992 : Fungsi dan Peran Koperasi
adalah :
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;
b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kwalitas
kehidupan manusia dan masyarakat;
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional;
d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas dasar asas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Dalam rangka mencapai tujuannya, BMT berfungsi :
8
1) Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan
mengembangkan potensi serta kemampuan potensi ekonomi anggota,
kelompok anggota muamalat (Pokusma) dan daerah kerjanya;
2) Meningkatkan kualitas SDM anggota dan Pokusma menjadi lebih
profesional dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam
menghadapi persaingan global;
3) Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota;
4) Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara aghniya’
sebagai shohibul maal dengan du’afa sebagai mudhorib, terutama
untuk dana-dana sosial seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf, hibah dll;
5) Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara pemilik
dana (shohibil maal), baik sebagai pemodal maupun sebagai
penyimpan dengan pengguna dana (mudhorib) untuk pengembangan
usaha yang produktif.
D. Jenis/Macam-macam Koperasi/BMT
Untuk memisah-misahkan koperasi yang bersifat heterogen itu satu sama
lainnya, Indonesia dalam sejarahnya menggunakan berbagai dasar atau kriteria
seperti: lapangan usaha, tempat tinggal para anggota, golongan dan fungsi
ekonominya. Pemisahan yang menggunakan berbagai kriteria seperti tersebut
diatas itu selanjutnya disebut dengan penjenisan. Dalam perkembangannya
kriteria yang dipergunakan berubah-ubah dari waktu kewaktu.
Peraturan Pemerintah NO. 60 Tahun 1959 tentang perkembangan Gerakan
Koperasi (Pasal 2), mengatakan sebagai berikut :
(1) Pada dasarnya yang dimaksud dengan penjenisan koperasi ialah pembedaan
koperasi yang didasarkan pada golongan dan fungsi ekonomi.
(2) Dalam peraturan ini dasar penjenisan koperasi ditekankan pada lapangan
usaha dan atau tempat tinggal para anggota suatu koperasi.
9
Berdasarkan ketentuan seperti tersebut dalam Pasal 2 PP 60/1959, maka
terdapatlah 7 jenis koperasi (Pasal 3) yaitu :
a. Koperasi Desa
b. Koperasi Pertanian
c. Koperasi Peternakan
d. Koperasi Perikanan
e. Koperasi Kerajinan/Industri
f. Koperasi Simpan Pinjam
g. Koperasi Konsumsi
Dalam Pasal 4 disebutkan bahwa jenis-jenis koperasi lain dapat didirikan
asalkan sesuai dengan Undang-Undang Koperasi dan Peraturan Pemerintah.
Istilah penjenisan koperasi ini juga digunakan dalam Undaang-Undang No. 12/67
tentang Pokok-pokok Perkoperasian (Pasal 17) yang mengatakan :
(1) Penjenisan koperasi didasarkan pada kebutuhan dari dan untuk efisiensi suatu
golongan dalam masyarakat yang homogen karena kesamaan
aktivitas/kepentingan ekonominya guna mencapai tujuan bersama anggota-
anggotanya.
(2) Untuk maksud efisiensi dan ketertiban, guna kepentingan dan perkembangan
koperasi Indonesia, ditiap daerah kerja hanya terdapat satu koperasi yang
sejenis dan setingkat.
Dengan demikian, maka Undang-Undang No. 12/67 ini telah memberikan
ruang gerak yang lebih luas bagi pertumbuhan dan perkembangan bermacam-
macam jenis koperasi di Indonesia.
E. Produk atau Jasa
Jumlah dana yang dapat dihimpun melalui Koperasi/BMT sesungguhnya
tidak terbatas. Namun demikian, Koperasi/BMT harus mampu mengidentifikasi
berbagai sumber dana dan mengemasnya kedalam produk-produknya memiliki
nilai jual yang layak. Dalam perkembangannya, produk dan jasa dari koperasi itu
10
sendiri adalah terus berkembang sesuai dengan perkembangan jenis dari koperasi
itu sendiri. Namun yang akan kami paparkaan disi adalah beberapa produk dari
BMT :
1. Penghimpunan Dana (Funding)
a. Prinsip Wadi’ah. Wadi’ah berarti titipan. Jadi prinsip simpanan wadi’ah
merupakan akad penitipan barang atau uang pada BMT, oleh sebab itu,
BMT berkewajiban menjaga dan merawat barang tersebut dengan baik
serta mengembalikannya saat penitip (muwadi’) menghendakinya.
b. Prinsip Mudhorobah. Prinsip mudhorobah merupakan akad kerja sama
modal dari pemilik dana (shohibul maal) dengan pengelola dana atau
pengusaha (mudhorib) atas dasar bagi hasil. Dalam hal penghimpunan
dana, BMT berfungsi sebagai mudhorib dan penyimpan sebagai shohibul
maal.
2. Pembiayaan (financing-lending). Menurut pemanfaatannya, pembiayaan
BMT dapat dibagi menjadi dua yakni pembiayaan investasi dan pembiayaan
modal kerja.
a. Pembiayaan Investasi. Pembiayaan yang digunakan untuk pemenuhan
barang-barang permodalan (capital goods) serta fasilitas-fasilitas lain
yang erat hubungannya dengan hal tersebut.
b. Pembiayaan Modal Kerja. Pembiayaan yang ditujukan untuk pemenuhan,
peningkatan produksi, dalam arti yang luas dan menyangkut semua sektor
ekonomi, perdagangan dalam arti yang luas maupun penyediaan jasa.
Sedangkan menurut sifatnya, pembiayaan juga dibagi menjadi dua, yakni
pembiayaan produktif dan konsumtif.
a. Pembiayaan Produktif. Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti yang sangat luas seperti
pemenuhan kebutuhan modal untuk meningkatkan volume penjualan
dan produksi, pertanian, perkebunan maupun jasa.
11
b. Pembiayaan Konsumtif. Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, baik yang digunakan sesaat maupun
dalam jangka waktu yang relatif panjang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan UU No. 25 Tahun 1992 Koperasi adalah “badab usaha yang
bernggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.” Dalam garis besarnya, Koperasi
dapat dipahami sebagai perkumpulan orang-orang yang secara sukarela
memepersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi
mereka, melelui pembentukan suatu perusahaan yang dikelola secara demokratis
tanpa memandang golongan. BMT merupakan kependekan dari Baitul Maal wa
Tamwil atau dapat juga disebut dengan Baitul Maal wa Baitul Tamwil. Secara
harfiah Baitul Maal berarti rumah dana dan Baitul Tamwil berarti rumah usaha.
Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa BMT merupaka
organisasi bisnis yang juga berperan sosial. Dalam Bab III, bagian Kedua, Pasal 5
UU No. 25 Tahun 1992 diuraikan, bahwa :
1) Koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut :
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;
c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota;
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
e. Kemandirian.
12
2) Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip
koperasi, sebagai berikut :
a. Pendidikan perkoperasian;
b. Kerjasama antar koperasi.
Dalam melaksanakan usahanya BMT, berpegang teguh pada prinsip utama
sebagai berikut :
a. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dengan mengimplementasikannya
pada prinsip-prinsip syariah dan muamalah dalam kehidupan nyata;
b. Keterpaduan, yakni nilai-nilai spiritual dan moral menggerakkan dan
mengarahkan etika bisnis yang dinamis, proaktif, progresif adil dan berakhlaq
mulia;
c. Kekeluargaan;
d. Kebersamaan;
e. Kemandirian;
f. Profesionalisme;
g. Istiqomah.
Fungsi dan Peran Koperasi adalah :
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;
b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kwalitas kehidupan
manusia dan masyarakat;
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya;
d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasar atas dasar asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.
Dalam rangka mencapai tujuannya, BMT berfungsi :
13
a. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan
mengembangkan potensi serta kemampuan potensi ekonomi anggota,
kelompok anggota muamalat (Pokusma) dan daerah kerjanya;
b. Meningkatkan kualitas SDM anggota dan Pokusma menjadi lebih profesional
dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan
global;
c. Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan anggota;
d. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara aghniya’ sebagai
shohibul maal dengan du’afa sebagai mudhorib, terutama untuk dana-dana
sosial seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf, hibah dll;
e. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara pemilik dana
(shohibil maal), baik sebagai pemodal maupun sebagai penyimpan dengan
pengguna dana (mudhorib) untuk pengembangan usaha yang produktif.
Berdasarkan ketentuan seperti tersebut dalam Pasal 2 PP 60/1959, maka
terdapatlah 7 jenis koperasi (Pasal 3) yaitu :
1. Koperasi Desa
2. Koperasi Pertanian
3. Koperasi Peternakan
4. Koperasi Perikanan
5. Koperasi Kerajinan/Industri
6. Koperasi Simpan Pinjam
7. Koperasi Konsumsi
Penghimpunan Dana (Funding)
a. Prinsip Wadi’ah
Wadi’ah berarti titipan. Jadi prinsip simpanan wadi’ah merupakan akad
penitipan barang atau uang pada BMT, oleh sebab itu, BMT berkewajiban
menjaga dan merawat barang tersebut dengan baik serta mengembalikannya
saat penitip (muwadi’) menghendakinya.
14
b. Prinsip Mudhorobah
Prinsip mudhorobah merupakan akad kerja sama modal dari pemilik dana
(shohibul maal) dengan pengelola dana atau pengusaha (mudhorib) atas dasar
bagi hasil. Dalam hal penghimpunan dana, BMT berfungsi sebagai mudhorib
dan penyimpan sebagai shohibul maal.
Pembiayaan (financing-lending)
Menurut pemanfaatannya, pembiayaan BMT dapat dibagi menjadi dua yakni
pembiayaan investasi dan pembiayaan modal kerja.
a. Pembiayaan Investasi
b. Pembiayaan Modal Kerja
Sedangkan menurut sifatnya, pembiayaan juga dibagi menjadi dua, yakni
pembiayaan produktif dan konsumtif.
a. Pembiayaan Produktif
b. Pembiayaan Konsumtif
15