bahasa figuratif dan citraan dalam kumpulan puisi …lib.unnes.ac.id/35198/1/upload_octari.pdf ·...

177
BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI MELIHAT API BEKERJA KARYA M. AAN MANSYUR:KAJIAN STILISTIKA TESIS diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Oleh Octari Adelina Kusumawardhani 0202516006 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020

Upload: others

Post on 23-Aug-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN

DALAM KUMPULAN PUISI MELIHAT API BEKERJA

KARYA M. AAN MANSYUR:KAJIAN STILISTIKA

TESIS

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Magister Pendidikan

Oleh

Octari Adelina Kusumawardhani

0202516006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020

Page 2: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas
Page 3: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas
Page 4: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas
Page 5: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

Berpuisi tidak ubahnya seperti mengukir diri pada lajur kehidupan melalui

tulisan. Sementara, memaknai puisi adalah usaha menguraikan ukiran demi ukiran

yang sudah dituliskan.

Persembahan:

Tesis ini penulis persembahkan kepada

Almamater Universitas Negeri Semarang

Page 6: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

v

ABSTRAK

Kusumawardhani, Octari Adelina. 2019. “Bahasa Figuratif dan Citraan dalam

Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja Karya M.Aan Mansyur: Kajian

Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana

Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.

Hum., Pembimbing II Dr. Mukh Doyin, M. Si.

Kata Kunci: Stilistika, Bahasa Figuratif dan Citraan.

Karya sastra merupakan karya seni yang memanfaatkan bahasa sebagai

medium utama. Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan.

Salah satu jenis karya sastra yang banyak dinikmati oleh masyarakat yaitu puisi.

Puisi sebagai media penyair untuk mengemukakan atau mengekspresikan gagasan

dan tujuan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Masalah dalam penelitian ini

yaitu (1) bagaimanakah bentuk, makna dan fungsi bahasa figuratif dalam kumpulan

puisi Melihat Api Bekerja karya M. Aan Mansyur, (2) bagaimanakah bentuk, makna

dan fungsi citraan dalam kumpulan puisi Melihat Api Bekerja karya M. Aan

Mansyur, (3) bagaimanakah hubungan antara bahasa figuratif dan citraan dalam

kumpulan puisi Melihat Api Bekerja karya M. Aan Mansyur.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan stilistika.

Desain penelitian yang digunakan yaitu desain penelitian deskriptif kualitatif.

Fokus penelitian yakni pada bentuk, makna dan fungsi bahasa figuratif dan citraan

dalam kumpulan puisi Melihat Api Bekerja karya M. Aan Mansyur. Data dalam

penelitian ini berupa kata, frasa dan kalimat yang mengandung bahasa figuratif dan

citraan dalam kumpulan puisi Melihat Api Bekerja karya M. Aan Mansyur dan

sumber data penelitian ini adalah kumpulan puisi Melihat Api Bekerja karya M.

Aan Mansyur yang terdiri dari 54 puisi. Pengumpulan data dalam penelitian ini

dengan menggunakan teknik studi pustaka dan teknik pembacaan heuristik. Teknik

keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik ketekunan pengamatan

dan teknik heuristik. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan analisis semiotik dengan menggunakan metode pembacaan heuristik

dan pembacaan hermeneutik.

Hasil penelitian ini adalah (1) Bentuk bahasa figuratif dalam majas simile

terdapat 27 data, majas metafora 17 data, majas personifikasi 18 data, majas

metonimia 3 data, majas sinekdoke 3 data dan idiom 8 data. Makna bahasa figuratif

mengandung sebagian besar tentang kenangan dan kehidupan serta fungsi bahasa

figuratif untuk memberikan gambaran angan yang konkret serta menghidupkan

gambaran angan pembaca. Bahasa figuratif yang mendominasi adalah majas simile.

(2) bentuk citraan ditemukan dalam citraan penglihatan sebanyak 41 data, citraan

pendengaran 8 data, citraan penciuman 2 data, citraan rasaan 1 data, citraan rabaan

19 data dan citraan gerak 6 data. Makna citraan untuk memperkuat gambaran

pikiran dan perasaan pembaca. Fungsi citraan untuk membangkitkan gambaran

konkret imajinasi pembaca serta memberikan gambaran angan-angan yang jelas.

Citraan yang mendominasi adalah citraan penglihatan. (3) hubungan bahasa

figuratif dan citraan dalam kumpulan puisi Melihat Api Bekerja karya M.Aan

Mansyur sangat erat kaitannya dengan karya sastra. Hubungan bahasa figuratif dan

Page 7: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

vi

citraan yaitu untuk saling memperkuat dan melengkapi sehingga puisi menjadi

lebih hidup dan jelas. Bentuk hubungan bahasa figuratif dan citraan terdapat 6 data.

Berdasarkan hasil analisis data penelitian tersebut saran yang dapat

dikemukakan adalah kepada pembaca untuk penelitian ini diharapkan mampu

menjadikan sumber informasi atau pembelajaran tentang bahasa figuratif dan

citraan yang dapat digunakan dalam sebuah karya sastra khususnya puisi, terutama

dalam aspek bentuk, makna dan fungsinya. Bagi peneliti lain yang nantinya akan

melakukan penelitian serupa, disarankan untuk pemahaman lebih lanjut mengenai

bahasa figuratif dan citraan pada karya sastra, perlu diadakan penelitian bahasa

figuratif dan citraan pada karya sastra, baik puisi 86 maupun prosa lebih lanjut.

Masih banyak lagi yang dapat diungkapkan dari ragam bahasa figuratif dan citraan

pada karya sastra baik prosa maupun fiksi ini sesuai dengan kajian stilistika.

Page 8: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

vii

ABSTRACT

Kusumawardhani, Octari Adelina. 2019. “Figurative and Imaginative Language in

Poetry Set Melihat Api Bekerja by M. Aan Mansyur: Stylistic Study” Thesis

Indonesian Education Language Program Postgraduate School of Universitas

Negeri Semarang Advisor I Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum., Advisor II

Dr. Mukh Doyin, M. Si.

Keywords: Stylistics, Figurative and Imaginative Language

Literature work is an art work using language as the primary medium.

Language and literature are interconnected and inseparable. One of most preferred

literature works is poetry. Poetry is as a poet’s medium to express and state his

notions and intention to be delivered to his readers. The research problems are: (1)

how the realization, meaning, and function of figurative language in poetry set

Melihat Api Bekerja by M. Aan Mansyur, (2) how the realization, meaning, and

function of imaginative language in the poetry set Melihat Api Bekerja by M. Aan

Mansyur, (3) how the connections between figurative and imaginative language of

the poetry set Melihat Api Bekerja by M. Aan Mansyur.

The research approach is stylistics approach. The design of the research is

qualitative descriptive. The focuses were on the realization, meaning, and functions

of figurative and imaginative language in poetry set Melihat Api Bekerja by M. Aan

Mansyur. In this research, the data consisted of words, phrases, and sentences

containing figurative and imaginative language in the poetry set by M. Aan

Mansyur. The data source was taken from the poetry set Melihat Api Bekerja by M.

Aan Mansyur, consisted of 54 poetries. The data collection was done by literature

study and heuristics reading technique. The data validity techniques used

observation and heuristics techniques. The data analysis methods was semiotic

analysis by reading heuristically and hermeneutically.

The findings showed that (1) the realization of figurative language, in the

forms of similes, consisted of 27 data; the metaphors consisted of 17 data,

personification consisted of 18 data; metonymy consisted of 3 data; synecdote

consisted of 3 data; and idioms consisted of 8 data. The meaning of figurative

language mostly consisted of tranquility and life. Figurative language also provided

concrete expectation description and lit the images on the readers. The dominant

figurative language was simile. (2) the imaginative realization was found in visual

images with 41 data; auditory images - 8 data, smelling - 2 data, feeling - 1 data,

palpation - 19 data, and movement - 6 data. The meaning of the images strengthened

thought images and feelings of the readers. The functions of images were to evoke

concrete imagination and provide clear imagination on the readers. The dominant

image was visual image. (3) the connection of figurative and Imaginative Language

in the poetry set by M. Aan Mansyur was closely connected to literature works. The

figurative and imaginative language strengthened each other so the poetry become

more alive and much clearer. The realization of the connection consisted of 6 data.

Based on the data analysis, it is suggested for the readers to use this research

as information source or learning about figurative and imaginative language which

could be used in a literature work, especially realization, meaning, and function

Page 9: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

viii

aspects. For other researchers whom would conduct similar research, it is suggested

to have advance comprehension about figurative and imaginative language on

literature works. There is a need to conduct researches on figurative and imaginative

languages on literature works, both 86 poetry or further proses. There are many

things to disclose from figurative and imaginative language on literature works both

proses and fiction based on stylistic study.

Page 10: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

ix

PRAKATA

Segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt karena telah melimpahkan

rahmat-Nya. Berkat karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

“Bahasa Figuratif dan Citraan dalam Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja Karya

M.Aan Mansyur: Kajian Stilistika”. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan

meraih gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa

Indonesia Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

Penelitian ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-

tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini.

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan pertama kali kepada para pembimbing:

Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum. (Pembimbing I) dan Dr. Mukh Doyin, M. Si.

(Pembimbing II).

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yang

telah membantu selama proses penyelesaian studi, di antaranya:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan

pada penulis untuk menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Direksi Program Pascasarjana UNNES yang telah memberikan kesempatan

serta arahan selama pendidikan, penelitian dan penulisan tesis ini.

3. Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Bahasa

Indonesia Program Pascasarjana UNNES yang telah memberikan kesempatan

dan arahan dalam penulisan tesis ini.

Page 11: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

x

4. Bapak dan Ibu dosen Program Pascasarjana UNNES yang telah banyak

memberikan bimbingan dan ilmu kepada peneliti selama menempuh

pendidikan.

5. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan dukungan baik berupa doa

maupun materi.

6. Yorris Adiguna Martin dan Deska Bara Fitrisyah adik peneliti yang

memberikan semangat hingga selesainya penulisan tesis ini.

7. Teman-teman angkatan 2016 khususnya rombel A Program Studi Bahasa

Indonesia yang telah memberikan dukungan dan semangat hingga peneliti

dapat menyelesaikan tesis ini.

Peneliti sadar bahwa dalam tesis ini mungkin masih terdapat kekurangan,

baik isi maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun

dari semua pihak sangat peneliti harapkan. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat

dan merupakan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Semarang, Desember 2019

Octari Adelina Kusumawardhani

NIM 0202516006

Page 12: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

xi

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ i

PENGESAHAN UJIAN TESIS .................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

ABSTRACT…………………………………………………………………. vii

PRAKATA ...................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah. ................................................................................. 13

1.3 Cakupan Masalah ..................................................................................... 14

1.4 Rumusan Masalah ..................................................................................... 15

1.5 Tujuan Masalah ......................................................................................... 15

1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, DAN

KERANGKA BERPIKIR

2.1 Kajian Pustaka .......................................................................................... 17

2.2 Kerangka Teoretis ..................................................................................... 43

2.2.1 Hakikat Stilistika ..................................................................................... 43

2.2.2 Fungsi Stilistika dalam Karya Sastra ...................................................... 47

Page 13: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

xii

2.2.3 Tujuan Stilistika dalam Karya Sastra ..................................................... 48

2.2.4 Bidang Kajian Stilistika .......................................................................... 50

2.2.5 Bahasa Figuratif dalam Karya Sastra ...................................................... 51

2.2.5.1 Bahasa Figuratif ................................................................................... 52

2.2.5.2 Fungsi Bahasa Figuratif ....................................................................... 63

2.2.6 Citraan .................................................................................................... 65

2.2.6.1 Pengertian Citraan ................................................................................ 65

2.2.6.2 Jenis-jenis Citraan................................................................................. 68

2.2.6.3 Fungsi Citraan....................................................................................... 73

2.2.7 Hakikat Puisi ............................................................................................ 74

2.2.8 Unsur-unsur Pembangun Puisi ................................................................. 77

2.2.9 Biografi M.Aan Mansyur ......................................................................... 88

2.3 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 90

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................................ 92

3.2 Desain Penelitian ........................................................................................ 92

3.3 Fokus Penelitian ......................................................................................... 93

3.4 Data dan Sumber Data ............................................................................... 93

3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 94

3.6 Teknik Keabsahan Data ............................................................................. 95

3.7 Teknik Analisis Data…............................................................................... 96

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 98

Page 14: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

xiii

4.1.1 Bahasa Figuratif dalam kumpulan puisi Melihat Api Bekerja karya

M.Aan Mansyur ...................................................................................... 98

4.1.1.1 Majas dalam Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja Karya

M.Aan Mansyur ................................................................................... 99

4.1.1.1.1 Majas Simile .................................................................................... 99

4.1.1.1.2 Majas Metafora ............................................................................... 126

4.1.1.1.3 Majas Personifikasi ......................................................................... 138

4.1.1.1.4 Majas Metonimia ............................................................................ 151

4.1.1.1.5 Majas Sinekdoke ............................................................................. 153

4.1.1.2 Idiom dalam Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja Karya

M. Aan Mansyur .................................................................................. 156

4.1.2 Citraan dalam Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja Karya

M.Aan Mansyur ...................................................................................... 161

4.1.2.1 Citraan penglihatan .............................................................................. 162

4.1.2.2 Citraan pendengaran ............................................................................. 192

4.1.2.3 Citraan penciuman ................................................................................ 199

4.1.2.4 Citraan rasaan ....................................................................................... 200

4.1.2.5 Citraan rabaan ...................................................................................... 201

4.1.2.6 Citraan gerak ....................................................................................... 215

4.1.3 Hubungan antara Bahasa Figuratif dan Citraan dalam Kumpulan

Puisi Melihat Api Bekerja Karya M.Aan Mansyur ................................ 220

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan .................................................................................................... 225

Page 15: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

xiv

5.2 Saran ........................................................................................................... 226

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Puisi M.Aan Mansyur

Lampiran 1 : Belajar Berenang....................................................................... 241

Lampiran 2 : Telanjang di Depan Cermin...................................................... 242

Lampiran 3 : Laut Berparuh Merah................................................................ 243

Lampiran 4 : Menjatuhkan Bintang-Bintang.................................................. 244

Lampiran 5 : Perihal Tokoh Utama Komik................................................... 245

Lampiran 6 : Menonton Flim......................................................................... 246

Lampiran 7 : Mendengar Radiohead............................................................. 247

Lampiran 8 : Menyeberang Jembatan............................................................ 248

Lampiran 9 : Melihat Peta.............................................................................. 249

Lampiran 10 : Menunggu Perayaan................................................................. 250

Lampiran 11 : Memimpikan Hari Libur........................................................... 251

Lampiran 12 : Seekor Kucing dan Sepasang Burung....................................... 251

Lampiran 13 : Menenangkan Rindu................................................................ 252

Lampiran 14 : Sejam Sebelum Matahari Tidak Jadi Tenggelam.................... 253

Lampiran 15 : Catatan Seorang Pedagang di Pasar Terong Makasar............. 255

Lampiran 16 : Menelepon Kau......................................................................... 255

Lampiran 17 : Menjadi Hantu.......................................................................... 256

Lampiran 18 : Menjadi Lumba-lumba............................................................ 256

Lampiran 19 : Menjadi Tamu......................................................................... 257

Page 17: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

xvi

Lampiran 20 : Pameran Foto Keluarga Paling Bahagia.................................. 258

Lampiran 21 : Jendela perpustakaan.............................................................. 259

Lampiran 22 : Hantu Bernyanyi.................................................................... 260

Lampiran 23 : Mengunjungi Ambon............................................................. 262

Lampiran 24 : Langit dan Laut di Timur....................................................... 264

Lampiran 25 : Memastikan Kematian........................................................... 265

Lampiran 26 : Aku Menunggu di Kantukmu................................................ 266

Lampiran 27 : Mengingat Pesan Ibu............................................................. 266

Lampiran 28 : Jalan yang Berkali-kali Kau Tempuh.................................... 267

Lampiran 29 : Mengunjungi Museum........................................................... 268

Lampiran 30 : Menyaksikan Pagi dari Beranda............................................. 270

Lampiran 31 : Menjadi Kemacetan............................................................... 271

Lampiran 32 : Siput atau Bayi atau Aku yang Tidur.................................... 272

Lampiran 33 : Ada Anak Kecil Kesepian di Tubuh Ayahmu....................... 273

Lampiran 34 : Mengurus Surat Keterangan Hilang...................................... 273

Lampiran 35 : Bermain Petak Umpet............................................................ 274

Lampiran 36 : Tentang Sepasang Kekasih yang Melintas Begandengan

Tangan.................................................................................... 275

Lampiran 37 : Pulang ke Dapur Ibu.............................................................. 276

Lampiran 38 : Seorang Lelaki dan Binatang-binatang yang Hidup dalam

Jasnya.................................................................................... 277

Page 18: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

xvii

Lampiran 39 : Menyunting Sajak Untukmu................................................. 280

Lampiran 40 : Ketidakmampuan.................................................................. 280

Lampiran 41 : Kepada Kesedihan................................................................ 281

Lampiran 42 : Mengamati Lampu Jalan...................................................... 282

Lampiran 43 : Mengisahkan Kebohongan................................................... 283

Lampiran 44 : Menikmati Akhir Pekan........................................................ 283

Lampiran 45 : Menyimak Musik di Kafe..................................................... 284

Lampiran 46 : Melihat Api Bekerja.............................................................. 285

Lampiran 47 : Masa Kecil Langit................................................................ 286

Lampiran 48 : Sajak buat Seseorang yang tak Punya Waktu Membaca

Sajak..................................................................................... 286

Lampiran 49 : Jika Aku Sakit...................................................................... 287

Lampiran 50 : Surat Pendek buat Ibu di Kampung..................................... 287

Lampiran 51 : Barangkali............................................................................ 288

Lampiran 52 : Ketika................................................................................... 289

Lampiran 53 : Kau Membakarku Berkali-kali............................................ 290

Lampiran 54 : Hal-hal yang Dibayangkan Sajak Terakhir ini sebagai

Dirinya................................................................................. 291

Page 19: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan karya seni yang memanfaatkan bahasa sebagai

medium utama. Karya sastra terwujud karena hasil perenungan seorang pengarang

terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupannya sehingga hasil karyanya

mencerminkan kreativitas seorang pengarang dalam menggunakan bahasanya

untuk menyampaikan buah pikirannya. Langkah pertama dalam memahami karya

sastra adalah memahami bahasa. Salah satu jenis karya sastra yang banyak

dinikmati oleh masyarakat yaitu puisi. Puisi merupakan bentuk karya sastra yang

menggunakan kata-kata indah dan kaya makna (Kosasih, 2012:97). Genre sastra

atau jenis sastra dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu sastra imajinatif

dan nonimajinatif (Umami, 2009). Pengertian tersebut mewakili penjelasan

sebelumnya bahwa bahasa merupakan media penyampaian gagasan atau makna

dalam sebuah karya sastra. Unsur bentuk paling utama dalam puisi adalah bahasa

karena bahasa adalah hal yang menentukan nilai keindahan. Penggunaan bahasa

yang khas sastra mampu memberikan efek khusus menarik perhatian.

Karya sastra lahir bukan sekadar peristiwa bahasa lebih jauh dari itu,

kelahirannya merupakan peristiwa kehidupan dalam masyarakat. Persoalan-

persoalan yang ada dalam masyarakat, dikemas sedemikian rupa oleh pengarang

disertai tawaran solusi yang diciptakannya sendiri yang tentunya disesuaikan

dengan kondisi ideologi dan sosial budaya yang melatarbelakanginya (Muawanah

Page 20: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

2

dan Supriyanto, 2016). Jika dikaji dengan seksama, karya sastra sejatinya

merupakan sebuah tindakan budaya yang berisikan teladan kehidupan. Banyak

perilaku dan sikap yang menjunjung tinggi nilai moral digambarkan dalam karya

sastra melalui tingkah laku karakter di dalam karya tersebut (Soelistyarini, 2012).

Sebuah karya sastra mengungkap mengenai kehidupan manusia, masalah-masalah

manusia baik itu penderitaan maupun kasih sayang dan politik dalam kehidupan

bermasyarakat. Dengan menggunakan bahasa maka karya sastra akan terwujud.

Shofi dan Supriyanto (2018) menyatakan bahwa karya sastra menjadi salah satu

media bagi penyair untuk menyampaikan aspirasi, gagasan, bahkan juga ideologi

yang kemudian dituangkan ke dalam bentuk tulisan maupun lisan.

Nuroh (2011) menyatakan bahwa kehadiran sastra ditengah-tengah

peradaban manusia tidak dapat ditolak. Bahkan, kehadiran karya sastra tersebut

diterima sebagai suatu realitas sosial budaya. Hingga saat ini, sastra tidak saja

dinilai sebagai karya seni yang memiliki imajinasi, budi dan emosi, tetapi telah

dianggap sebagai suatu karya kreatif yang dimanfaatkan untuk konsumsi

intelektual. Ariyanto dan Nuryatin (2017) menyatakan bahwa karya sastra besar

dapat menolong pembacanya menjadi manusia yang berbudaya (cultured man).

Manusia demikian itu selalu mencari nilai-nilai kebenaran, keindahan, dan

kebaikan. Salah satu cara memperoleh nilai-nilai itu lewat pergaulan dengan karya-

karya seni, termasuk karya-karya sastra besar.

Farhah (2013) menyatakan bahwa karya sastra tidaklah lahir dari

kekosongan sosial (social vacum), tetap memang lahir dan dipengaruhi oleh tata

masyarakat atau berdasarkan realiata sosial yang ada di dalam masyarakat. Artinya,

Page 21: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

3

masyarakat merupakan faktor yang menentukan dan sebagai sumber (bahan) bagi

penulisan atau kelahiran karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang.

Saptawuryandari (2015) menyatakan bahwa karya sastra menampilkan gambaran

kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyatan sosial. Dalam

pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat, antara masyarakat

dengan orang seorang, antar manusia, dan antar peristiwa yang terjadi dalam batin

seseorang. Karya sastra ditulis atau diciptakan oleh sastrawan bukan untuk dibaca

sendiri, melainkan ada ide, gagasan, pengalaman, dan amanat yang ingin

disampaikan kepada pembaca ( Setyamoko dan Supriyanto, 2017).

Karya sastra memuat suatu ajaran berupa nilai-nilai hidup dan pesan-pesan

luhur yang mampu menambah wawasan manusia dalam memahami kehidupan

(Suryadi dan Nuryatin, 2017). Karya-karya yang dihasilkan oleh penyair

merupakan ekspresi kegelisahan dari seorang penyair, bukan secara individu

melainkan sebagai bagian anggota masyarakat. Mujahidin (2012) menyatakan

bahwa keterlibatan manusia dalam karya sastra dapat menolong dirinya untuk

menjadi manusia berbudaya, yaitu manusia yang responsif terhadap hal-hal yang

luhur.

Bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol

bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2015:1). Bahasa sebagai

fungsi ekspresif adalah bahasa yang didayagunakan untuk meluapkan atau

menyampaikan ekspresi si penutur kepada diri sendiri atau khalayak ramai dengan

maksud dan tujuan tertentu. Bahasa menjadi suatu komponen penting dalam

interaksi pembelajaran (Widianto dan Zulaeha, 2016). Bahasa merupakan sarana

Page 22: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

4

yang digunakan pengarang untuk menyampaikan buah pikiran dan imajinasinya

dalam proses penciptaan karya sastra. Hal ini menyiratkan bahwa karya sastra pada

dasarnya adalah peristiwa bahasa. Dengan demikian, unsur bahasa merupakan

sarana yang penting dan diperhitungkan dalam penyelidikan suatu karya sastra

(Supriyanto, 2009:1).

Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan, karena

keduanya berjalan seiring sehingga dapat membentuk ciri khas itu sendiri.

Pengarang memiliki potensi bahasa yang besar dalam mengungkapkan ide-ide

dengan tujuan tertentu. Menurut Tjakrawiriadi (2018) bahasa sastra memiliki pesan

keindahan dan sekaligus membawa makna. Tanpa keindahan bahasa karya sastra

akan menjadi hambar. Keindahan karya sastra hampir sebagian besar dipengaruhi

oleh kemampuan pengarang dalam memainkan bahasa.

Melalui bahasa, seorang pengarang akan mampu merangkai kata yang

mengandung gagasan-gagasan untuk disampaikan kepada pembaca. Adapun

bahasa dalam sastra memiliki keunikan tersendiri yang berbeda dengan bahasa

sehari-hari sehingga mampu menarik minat dan ketertarikan orang lain untuk

menikmati sastra. Karya sastra merupakan karya imajinatif bermediumkan bahasa,

dalam hal ini bahasa tersebut dinamakan bahasa sastra. Al-ma’ruf (2009:3)

mengemukakan bahasa sastra sebagai media ekspresi sastrawan dipergunakan

untuk memperoleh nilai karya sastra, dalam hal ini berhubungan dengan gaya

bahasa sebagai sarana sastra.

Secara umum sastra dibagi menjadi tiga yaitu prosa, puisi dan drama.

Membatasi pengertian yang meluas, pada penelitian ini objek kajian karya sastra

Page 23: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

5

yang akan di teliti adalah puisi. Puisi adalah bagian dari karya sastra,

membicarakan puisi berarti membicarakan bahasa dalam puisi. Puisi

mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang

ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya (Sayuti dalam Inayati dan

Nuryatin, 2016).

Bahasa dalam puisi merupakan perwakilan perasaan, mempunyai arti yang

disimpan dan ingin di ungkapkan oleh penyairnya. Menulis puisi merupakan

proses menciptakan, mengekspresikan seluruh ide atau gagasan dan pikiran.

Melalui proses tersebut penyair mempertimbangkan pilihan kata (diksi) yang tepat,

sehingga puisi tersebut menjadi lebih bernilai mempunyai nilai estetika saat dibaca

dan dimaknai. Mulyono (2018) menyatakan bahwa dalam aspek kata, bentuk

estetika dimanifestasikan melalui diksi, yaitu dalam bentuk kosakata Jawa, Arab

dan sinonim.

Puisi sebagai media penyair untuk mengemukakan atau mengekspresikan

gagasan dan tujuan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Menurut Fransori

(2017) menyatakan bahwa puisi memiliki ciri khas yaitu kepadatan pemakaian

bahasa, sehingga paling besar kemungkinannya untuk menampilkan ciri-ciri

stilistika. Puisi dapat dikaji melalui kajian stilistika, khususnya dengan menggali

menggunakan bahasa figuratif dan citraan. Kajian stilistika menyangkut style

“gaya” pengarang, style “gaya” adalah cara mengungkapkan gagasan dan perasaan

dengan bahasa khas sesuai dengan kreativitas, kepribadian, dan karakter pengarang

untuk mencapai efek tertentu, yakni efek estetik atau efek kepuitisan dan efek

penciptaan makna. Lewat kajian stilistika dapat dibedakan tanda-tanda linguistik,

Page 24: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

6

ciri khas, atau tanda khusus dalam bahasa sastra dan non sastra. Salah satu jalan

untuk menikmati karya sastra adalah melalui pengkajian stilistika.

Stilistika sebagai salah satu sub ilmu dalam kesusastraan. Banyak berperan

dalam pengkajian sastra karena stilistika mengkaji cara sastrawan memanfaatkan

unsur dan kaidah-kaidah kebahasaan dengan mencari efek-efek yang ditimbulkan

oleh penggunaan bahasa, meneliti ciri khas penggunaan bahasa dalam sastra.

Menurut Ratna (2007:233) bahwa stilistika adalah ilmu atau teori yang berkaitan

dengan pembicaraan mengenai gaya bahasa. Gaya bahasa yang muncul dalam

sebuah karya sastra itu sendiri akan membuat sebuah karya sastra menjadi lebih

indah dan menggugah gairah para pembacanya. Pradopo (2014:7),

mengungkapkan bahwa puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan

perasaan, yang merangsang imajinasi pancaindra dalam susunan yang berirama.

Demikian halnya bahwa selain puisi mengandung unsur-unsur keindahan di dalam

bahasanya, puisi juga mampu menuangkan nilai-nilai yang bermanfaat dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan nilai-nilai itulah, puisi dapat membentuk karakter

yang baik dalam diri manusia.

Puisi merupakan sebuah struktur yang kompleks, maka untuk

memahaminya perlu dianalisis sehingga dapat diketahui bagian-bagian serta

jalinannya secara nyata. Meskipun demikian, orang tidak akan dapat memahami

puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya

estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong

tanpa makna. Oleh karena itu, sebelum pengkajian aspek-aspek yang lain, perlu

lebih dahulu puisi dikaji sebagai sebuah struktur yang bermakna dan bernilai

Page 25: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

7

estetis. Puisi memiliki ciri khas yaitu kepadatan pemakaian bahasa, sehingga

paling besar kemungkinannya untuk menampilkan ciri-ciri stilistika. Stilistika

merupakan kajian yang tepat untuk meneliti kekhasan bahasa pada puisi, baik itu

dari segi gaya bahasa figuratif dan citraan.

Setiap pengarang mempunyai gaya tersendiri atau dengan sadar memilih

gaya tertentu dalam menyampaikan buah pikirannya. Dalam dunia sastra masalah

gaya penyampaian atau gaya bahasa ini merupakan sesuatu yang amat menentukan

tujuan pengarangannya seseorang, sekaligus menentukan perbedaan suatu karya

dengan karya dengan karya yang lain. Sebagaimana dinyatakan oleh Stanton

(2012:61) gaya adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa. Meski dua

orang memakai alur, karakter, dan latar yang sama, hasil dan tulisan kedua

pengarang sangat berbeda.

Penelitian ini memfokuskan pada penggunaan bahasa figuratif dan citraan,

karena bahasa figuratif dan citraan lebih sering terlihat penggunaannya dalam

puisi. Bahasa figuratif dan citraan menghiasi puisi-puisi karya M.Aan Mansyur

dikemas dalam kumpulan puisi yang berjudul Melihat Api Bekerja. Bahasa

figuratif atau bahasa kias sering digunakan penyair untuk membangun struktur

puisi. M.Aan Mansyur lebih sering menggunakan bahasa figuratif untuk

menyampaikan segala gagasannya. Bahasa figuratif menghiasi kumpulan puisi

karya M.Aan Mansyur yang terdiri dari 54 judul puisi. Bahasa figuratif lebih sering

digunakan M.Aan Mansyur untuk menyampaikan makna secara tidak langsung

seperti bahasa baku yang mengandung makna sebenarnya. Selain itu, bahasa yang

digunakan oleh M.Aan Mansyur untuk memperoleh nilai estetis.

Page 26: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

8

Nilai estetis suatu puisi terlihat dari pemakaian gaya bahasa yang bermakna

konotasi. Tuturan figuratif (figurative language) menyebabkan karya sastra

menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup dan menimbulkan kejelasan

angan. Pemakaian bahasa kias menggambarkan sesuatu sama dengan yang lainya.

Kehadiran bahasa figuratif akan lebih menimbulkan nilai estetis bila pengarang

memasukan citraan ke dalam setiap karya sastra puisi. Kehadiran citraan dalam

puisi berfungsi memberi gambaran yang jelas dan penginderaan untuk menarik

perhatian pembaca puisi. Citraan adalah gambaran yang digambarkan oleh penyair

dalam puisinya. Penyair memberikan citraan dalam puisinya bertujuan agar

pembaca seolah-olah merasakan apa yang di rasakan dan dialami penyair dalam

puisi yang dibacanya.

Supriyanto (2011) menyatakan bahwa bahasa figuratif dan citraan

merupakan aspek atau piranti stilistika yang penuh dengan intensitas. Artinya,

kedua aspek tersebut harus mampu membangkitkan daya imajinatif saat membaca

sebuah puisi. Penyair dituntut cermat dalam memilih kata dan mempertimbangkan

maknanya terlebih dahulu agar muncul efek estetik dalam larik puisi yang

diproduksi. Berdasarkan hal tersebut, penelitian mengenai stilistika khususnya

aspek bahasa figuratif dan citraan ini menjadi perlu dilakukan untuk mengungkap

keestetikan dan simbolisasi dalam sebuah puisi.

Dipilihnya kumpulan puisi Melihat Api Bekerja karya M.Aan Mansyur

sebagai objek penelitian karena isi dalam puisi ini memaparkan fenomena-

fenomena yang terjadi, seperti menceritakan tentang kehidupan, cinta, kerinduan,

kenangan dan segala sesuatu yang melekat didalamnya. Kemurnian didalam puisi-

Page 27: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

9

puisinya yang menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia. Penyampaian setiap

puisinya dalam kumpulan puisi Melihat Api Bekerja juga menggunakan bahasa

yang khas dan sederhana serta sangat bervariasi ditambah dengan ilustrasi yang

luar biasa antara kolaborasi yang disajikan M.Aan Mansyur dan Muhammad

Taufiq (Emte). Puisi-puisi yang terkumpul dalam satu kumpulan puisi Melihat Api

Bekerja yang terdiri dari 54 puisi diantaranya adalah Belajar Berenang, Telanjang

di Depan Cermin, Laut Berparuh Merah, Menjatuhkan Bintang-Bintang, Perihal

Tokoh Utama Komik, Menonton Flim, Mendengar Radiohead, Menyeberang

Jembatan, Melihat Peta, Menunggu Perayaan, Memimpikan Hari Libur, Seekor

Kucing dan Sepasang Burung, Menenangkan Rindu, Sejam Sebelum Matahari

Tidak Jadi Tenggelam, Catatan Seorang Pedagang di Pasar Terong Makasar,

Menelepon Kau, Menjadi Hantu, Menjadi Lumba-Lumba, Menjadi Tamu,

Pameran Foto Keluarga Paling Bahagia, Jendela Perpustakaan, Hantu Penyanyi,

Mengunjungi Ambon, Langit dan Laut di Timur, Memastikan Kematian, Aku

Menunggu di Kantukmu, Mengingat Pesan Ibu, Jalan yang Berkali-Kali Kau

Tempuh, Mengunjungi Musem, Menyaksikan Pagi dari Beranda, Menjadi

Kemacetan, Siput Atau Bayi Atau Aku Yang Tidur, Ada Anak Kecil Kesepian di

Tubuh Ayahmu, Mengurus Surat Keterangan Hilang, Bermain Petak Umpet,

Tentang Sepasang Kekasih yang Melintas Bergandengan Tangan, Pulang ke

Dapur Ibu, Seorang Lelaki dan Binatang-binatang yang Hidup dalam Jasnya,

Menyunting Sajak Untukmu, Ketidakmampuan, Kepada Kesedihan, Mengamati

Lampu Jalan, Mengisahkan Kebohongan, Menikmati Akhir Pekan, Menyimak

Musik di Kafe, Melihat Api Bekerja, Masa Kecil Langit, Sajak Buat Seorang yang

Page 28: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

10

Tak Punya Waktu Membaca Sajak, Jika Aku Sakit, Surat Pendek Buat Ibu Di

Kampung, Barangkali, Ketika, Kau Membakarku Berkali-kali dan Hal-hal yang

Dibayangkan Sajak Terakhir Ini Sebagai Dirinya.

Melalui kumpulan puisi tersebut, M.Aan Mansyur mengajak pembaca agar

memahami tentang permasalahan sebuah kehidupan, cinta, kerinduan dan

kenangan yang pernah muncul di sekitar kita dan mengambil makna hidup di

dalamnya. Dilihat dari adanya bahasa figuratif dan citraan yang dituangkan oleh

M.Aan Mansyur dalam kumpulan puisi Melihat Api Bekerja yang mampu menarik

perhatian pembaca. Bahasa figuratif dan citraan tersebut dimanfaatkan untuk

menghidupkan suasana cerita sehingga mampu mengoyak batin pembaca.

M.Aan Mansyur melalui kumpulan puisi Melihat Api Bekerja ini memiliki

kemampuan mendeskripsikan kata-kata yang indah. Penggalan kutipan dalam

puisi yang berjudul Laut Berparuh Merah menyentuh dan membawa pembaca

larut ke dalam setiap bahasa yang digunakannya tersebut. M.Aan Mansyur

memiliki dan keunikan tersendiri dalam pemilihan kata-kata dan penyampaiannya

kepada pembaca dengan menggunakan bahasa figuratif, Misalnya:

Laut adalah langit, namun sedikit

lebih basah Keduanya cemburu

kepada matamu.

(Melihat Api Bekerja, M.Aan Mansyur)

Berdasarkan penggalan puisi di atas dapat diketahui bahwa M.Aan Manyur

menggunakan bahasa figuratif yang menimbulkan efek estetika. Penggalan dari

puisi di atas tergolong ke personifikasi. Menurut Keraf (2015:140) Personifikasi

adalah majas yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang

tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat manusia.

Page 29: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

11

Penggalan puisi diatas dikatakan sebagai personifikasi karena laut dan

langit diibaratkan sebagai benda hidup yang memiliki sifat cemburu. Laut dan

langit adalah dua hal yang tidak akan bisa merasakan cemburu karena cemburu itu

adalah sifat manusia. Tetapi dalam lirik tersebut langit dan laut cemburu kepada

mata seseorang.

Bahasa figuratif dan citraan ini sangat dominan untuk menggambarkan isi

puisi tersebut serta keadaannya yang sekitarnya. Menurut Al-Ma’ruf (2009:79),

citraan berfungsi sebagai gambaran dalam penginderaan dan pikiran, menarik

perhatian, membangkit intelekstualitas dan emosi pembaca dengan cepat sehingga

pembaca seakan berada langsung dalam cerita tersebut. Penggunaan citraan dalam

puisi yang berjudul Belajar Berenang dapat dilihat pada penggalan kutipan berikut

ini.

Kau sungai yang memanjang lalu

melapang sebagai laut karena

khawatir aku jatuh sekali lagi.

(Melihat Api Bekerja, M.Aan Mansyur)

Penggalan puisi di atas menimbulkan citraan tentang penglihatan karena

adanya kata kau sungai yang memanjang. Pembaca seakan-akan melihat sungai

yang panjang hanya dengan membaca kutipan ini. Dengan demikian, citraan

penglihatan digunakan dalam penggalan puisi ini.

M.Aan Mansyur merupakan salah satu pengarang yang karyanya cukup

diperhitungkan dalam perkembangan dunia sastra. Aan mempunyai ciri sendiri

dalam mengungkapkan setiap kata-kata yang ditulisnya dalam sebuah karya sastra.

Kisah hidup ibunya juga ikut mempengaruhi gaya menulis Aan. Relasi emosional

antara dia dan ibunya ia tuangkan dalam sebuah karya sastra. Aan lahir di Bone,

Page 30: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

12

Sulawesi Selatan. Kecintaan Aan terhadap dunia tulis-menulis tumbuh saat ia

membaca koleksi buku kakeknya di rumah. Sejak SD, Aan menulis cerita-cerita

pendek. Kemampuan ini terus diasah saat SMP dan SMA. Beberapa majalah atau

tabloid anak dan remaja cukup sering menerbitkan tulisan Aan yang dikirimkan

dengan berbagai nama samara.

Pada tahun 1997, Aan merantau ke Makassar. Dia menghabiskan setahun

pertama untuk mengunjungi beberapa perpustakaan di kota itu. Setahun kemudian,

Aan kuliah di jurusan Sastra Inggris Universitas Hasanuddin. Sejak 2001, ia

bertekad untuk hidup dari menulis. Meski tidak mudah, Aan berjanji tidak mau

keluar kampus sebelum menerbitkan sebuah buku. Menjelang lulus, Aan

menerbitkan buku kumpulan puisinya Hujan Rintih-rintih (2005). Dua tahun

berikutnya, ia menerbitkan novel Perempuan, Rumah Kenangan (2007). Menyusul

kemudian Aku Hendak Pindah Rumah (2008), Cinta yang Marah (2009), Tokoh-

tokoh yang Melawan Kita dalam Satu Cerita (2012), Sudahkah Kau Memeluk

Dirimu Hari Ini? (2012), Kukila (2012), Kepalaku: Kantor Paling Sibuk di Dunia

(2014), dan Melihat Api Bekerja (2015). Karya terbaru Aan adalah sebuah buku

kumpulan puisi berjudul Tidak Ada New York Hari Ini. Aan menulis 31 puisi yang

mewakili cerita Rangga selama terpisah dari Cinta dari film Ada Apa Dengan Cinta

2.

Selain penggunaan bahasa figuratif dan citraan yang jarang digunakan oleh

penyair lainnya dan lebih sering digunakan M.Aan Manyur. Alasan lain yang

membuat peneliti berkeingginan mengkaji kumpulan puisi ini karena kumpulan

puisi yang berjudul Melihat Api Bekerja merupakan kumpulan puisi M.Aan

Page 31: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

13

Mansyur yang belum pernah dikaji dengan kajian stilistika. Untuk itu penting

kiranya pengkajian puisi dilakukan terhadap kumpulan puisi Melihat Api Bekerja

karya M.Aan Manyur ini dengan kajian stilistika.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, dalam mengkaji

sebuah karya sastra tidak dapat dilepaskan dari cara pandang yang bersifat parsial,

maka ketika mengkaji karya sastra, seringkali seseorang akan memfokuskan

perhatiannya hanya kepada aspek-aspek tertentu dari karya sastra. Melalui karya

sastra, pengarang dapat mengungkapkan ide, gagasaan, hingga emosinya

mengenai sebuah permasalahan disekitarnya.

Selain itu juga, karya sastra dapat menjadi sarana untuk mempengaruhi

pemikiran maupun kepribadian pembacanya. Karya sastra seperti puisi dapat

mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang

imajinasi pancaindra dalam susunan yang berirama. Unsur-unsur pokok yang

harus ada dalam puisi berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan

panca indera, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang

bercampur-baur.

Kumpulan puisi Melihat Api Bekerja karya M.Aan Mansyur memaparkan

tentang fenomena-fenomena yang terjadi. Seperti menceritakan tentang

kehidupan, cinta, kerinduan, kenangan dan segala sesuatu yang melekat didalam

dirinya. Kemurnian didalam puisi-puisinya yang menjadi bagian tak terpisahkan

dari dunia. Penyampaian setiap puisinya dalam kumpulan puisi Melihat Api

Page 32: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

14

Bekerja juga menggunakan bahasa yang khas dan sederhana serta sangat

bervariasi.

Aspek-aspek tertentu yang berkenaan dengan karya sastra misalnya berkenaan

dengan kajian stilistika yaitu tentang gaya bunyi, gaya kata (diksi), gaya kalimat,

gaya wacana, bahasa figuratif, dan citraan. Latar belakang yang diuraikan di

bagian atas masih tergolong luas dalam jangkauan dan kedalaman penelitian yang

akan dilakukan. Di antara beberapa aspek yang berkenaan tersebut penelitian ini

menggunakan bahasa figuratif dan citraan dengan kajian stilistika. Kajian stilistika

dipilih karena jenis karya sastra yang diteliti oleh penulis adalah kumpulan puisi.

Selain puisi, cerpen juga banyak diteliti dengan kajian stilistika. Dibandingkan

dengan jenis karya sastra yang lain, bahasa yang digunakan dalam puisi lebih

banyak menggunakan bahasa figuratif dan citraan.

1.3 Cakupan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka

permasalahan dalam penelitian ini perlu dibatasi. Pembahasan stilistika mencakup

aspek fonem, gaya kata, gaya kalimat, gaya wacana, bahasa figuratif dan citraan.

Pembahasan aspek tersebut masih terlalu luas jika diterapkan di dalam penelitian

ini. Oleh karena itu, cakupan penelitian stilistika tersebut perlu dibatasi hanya pada

tataran aspek bahasa figuratif dan citraan yang ada di dalam kumpulan puisi

Melihat Api Bekerja karya M.Aan Mansyur. Aspek bahasa figuratif meliputi

majas, idiom dan peribahasa. Sementara itu, pengkajian terhadap majas difokuskan

pada majas perbandingan saja.

Page 33: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

15

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah bentuk, makna dan fungsi bahasa figuratif dalam kumpulan

puisi Melihat Api Bekerja karya M. Aan Mansyur?

2. Bagaimanakah bentuk, makna dan fungsi citraan dalam kumpulan puisi

Melihat Api Bekerja karya M. Aan Mansyur?

3. Bagaimanakah hubungan antara bahasa figuratif dan citraan dalam kumpulan

puisi Melihat Api Bekerja karya M. Aan Mansyur?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Menganalisis bentuk, makna dan fungsi bahasa figuratif dalam kumpulan puisi

Melihat Api Bekerja karya M. Aan Mansyur.

2. Menganalisis bentuk, makna dan fungsi citraan dalam kumpulan puisi Melihat

Api Bekerja karya M. Aan Mansyur.

3. Menganalisis hubungan antara bahasa figuratif dan citraan dalam kumpulan

puisi Melihat Api Bekerja karya M. Aan Mansyur.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terhadap karya sastra diharapkan mampu menjembatani

pemahaman antara karya sastra dan pembacanya. Ada dua manfaat yang

diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

Page 34: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

16

1) Manfaat Teoretis

a. Kajian Stilistika ini memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu

linguistik terapan dan kajian studi kesusastraan sekaligus dalam analisis

karya sastra sebagai penerapan pengkajian fiksi, dan mampu meletakkan

dasar-dasar bagi penelitian stilistika dalam objek karya sastra yang lain.

b. Bermanfaat bagi kepustakaan studi sastra Indonesia, agar dapat dibaca

serta digunakan untuk kajian sastra lebih lanjut, khususnya puisi.

2) Manfaat Praktis

Manfaat praktis berkaitan dengan apa yang ingin dilakukan peneliti

agar bahasa figuratif dan citraan pada puisi mudah dipahami pembaca.

a. Bermanfaat bagi mahasiswa (baik dari sastra maupun dari linguistik)

sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan tentang kajian

stilistika terhadap puisi.

b. Menambah pengetahuan guru untuk bahan pembelajaran sastra

mengenai bahasa figuratif dan citraan dalam puisi.

c. Membantu pembaca atau peminat puisi untuk lebih memahami bahasa

figuratif dan citraan pada puisi.

Page 35: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, DAN

KERANGKA BERPIKIR

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini akan menguraikan beberapa penelitian dan hasil-hasil

yang berkaitan dengan kajian stilistika. Uraian tersebut dimaksudkan untuk

memberikan gambaran singkat mengenai beberapa penelitian terdahulu dan

memberikan gambaran mengenai persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu

dengan penelitian ini.

Beberapa penelitian tentang kajian stilistika telah banyak dilakukan dalam

suatu karya sastra seperti puisi, cerpen, novel dan karya sastra lainnya. Dalam hal

ini peneliti menggunakan beberapa penelitian yang relevan yang telah dilakukan

sebelumnya untuk dijadikan kajian pustaka, diantaranya penelitian yang dilakukan

oleh Subadiyono (2008), Akun dan Winnie (2008), Herianah (2009), Nugroho

(2009), Zhang (2010), Widiastuti (2011), Mussayyedah (2012), Yeibo (2012),

Yuliawati, Waluyo dan Mujiyanto (2012), Sulistiowati (2013), Munir, Haryati dan

Mulyono (2013), Wati (2013), Niazy (2013), Mukminin (2014), Widayati (2014),

Aslam (2014), Napireli (2014), Khan (2015), Hanif, Ahmed dan Aftab (2015),

Manurung (2015), Wibowo (2015), Khan, Shaukat (2016), Aisyah dan Noor

(2016), Tiyas (2016), Gizuatullina dan Gulshat (2017), Islam dan Baiq (2017),

Yono (2017) dan Hidayati (2017).

Page 36: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

18

Subadiyono (2008) telah melakukan penelitian dengan judul “Telaah

Stilistika terhadap Puisi”. Penelitian ini dimuat dalam Jurnal Lingua (Jurnal Bahasa

dan Sastra) Volume 9, Nomor 2, Juni 2008 tersebut bertujuan untuk menelaah puisi

Hari yang Bergemuruh karya Juniarso Ridwan dan Riau karya Sukirnanto. Hasil

penelitian ini adalah puisi Hari yang Bergemuruh menggunakan kalimat panjang

dengan menonjolkan imaji gerak. Penggunaan kalimat panjang diselaraskan dengan

pengaturan enjabemen, variasi bunyi, pemanfaatan majas personifikasi, simile, dan

metafora yang diatur secara kompak berdasarkan prinsip ekuivalensi membuat puisi

itu menarik dibaca dan mudah dipahami. Sementara puisi Riau cenderung

menggunakan kalimat pendek dan perulangan, pilihan nomina, imaji visual, majas

simile, enjabemen, pronomina orang kedua dan memberi kesan puisi itu padat,

tegas dan bergairah.

Penelitian Subadiyono (2008) dengan penelitian yang dilakukan memiliki

persamaan, yaitu menggunakan kajian stilistika dan objek kajiannya menelaah

puisi. Namun perbedaannya penelitian di atas hanya menelaah dua puisi yaitu Hari

yang Bergemuruh karya Juniarso Ridwan dan Riau karya Sukirnanto sedangkan

yang akan dilakukan menelaah kumpulan puisi Melihat Api Bekerja karya M. Aan

Mansyur.

Penelitian yang dilakukan Winnie dan Akun (2008) dengan judul “The

Study Of Figurative Languages Using Stylistics Theory In What My Mother

Doesn’t Know By Sonya Sones”. Penelitian ini dimuat dalam Jurnal LINGUA

CULTURA Vol.2 No.2 November 2008: 156-165. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah gaya penulisan puitik mampu menyampaikan pesan kepada

Page 37: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

19

pembaca. Penelitian ini memfokuskan bahasan pada tema, metafora,

personifikasi, paradok, dan hiperbola yang dibahas menggunakan metode

kualitatif dengan mencari berapa banyak puisi yang mengandung kalimat

figuratif yang sesuai tema. Hasilnya, 91.36% membuktikan bahwa gaya

penulisan ini mampu menyampaikan pesan kepada pembaca.

Penelitian yang dilakukan Winnie dan Akun (2008) secara jelas

memanfaatkan teori gaya bahasa aspek bahasa figuratif. Berbeda dengan

penelitian tersebut, penelitian yang akan dilakukan tidak hanya fokus pada kajian

aspek bahasa figuratif saja tetapi juga mengkaji aspek citraan.

Herianah (2009) dengan judul “Gaya Bahasa dalam Elong Ugi Pammulang

Elong” merupakan penelitian stilistika. Penelitian yang dimuat dalam jurnal

SAWEGARING Volume 15, No 3, Desember 2009. Elong Ugi merupakan suatu

karya sastra orang Bugis yang sudah memasyarakat ditengah-tengah masyarakat

Bugis sejak zaman dahulu. Pada umumnya, elong Ugi terdiri atas baris-baris yang

disebut larik. Larik berkorespondensi dengan larik-larik berikutnya dan

membentuk suatu kesatuan yang disebut bait. Kata-kata yang digunakan dalam

elong adalah kata-kata yang bersifat figuratif atau kiasan. Cara menyampaikan

pikiran atau perasaan ataupun maksud-maksud lain menimbulkan gaya bahasa.

Oleh karena itu tulisan ini membahas tentang penggunaan gaya bahasa dalam

Elong Ugi Pammulang Elong. Dalam elong ini ditemukan beberapa gaya bahasa

yaitu metafora, antitesis, hiperbola, litotes, metonimia, dan repetisi.

Penelitian Herianah (2009) berbeda dengan penelitian yang dilakukan meski

mengkaji stilistika dalam syair atau puisi. Perbedaan tersebut tampak pada objek

Page 38: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

20

kajiannya. Penelitian Herianah mengkaji gaya bahasa secara keseluruhan.

Penelitian yang akan dilakukan hanya mengkaji aspek bahasa figuratif dan citraan.

Nugroho (2009) melalukan penelitian dengan judul “The Famous Poet in

Harpur’s Poem”. Penelitian ini terdapat dalam Jurnal Atavisme Vol 12, No 1

(2009). Penelitian ini bertujuan mengkaji karya sastra melalui analisis stilistika

berdasarkan ilmu bahasa fungsional sistemik dan sistem semiotik karya sastra.

Metode penelitian menggunakan studi pustaka, metode deskriptif, dan pendekatan

intrinsik objektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis semantik

menghasilkan makna bahasa latar belakang (the automatized linguistic

meaning)dan makna bahasa latar depan (the foregrounded linguistic meaning).

Makna pertama menghasilkan masalah utama (subject matter) dan makna kedua

menghasilkan makna sastra (literary meaning). Makna sastra menghasilkan tema.

Masalah utama berkisah tentang harmoni, makna sastra tentang ketenaran Shelley,

dan tema tentang seorang penyair terkenal. Persamaan penelitian ini yaitu

menggunakan kajian stilistika dan puisi sebagai objek kajiannya.

Penelitian tentang stilistika dilakukan oleh Zhang (2010) dengan judul “The

Interpretation of a Novel by Hemingway in Terms of Literary Stylistics”. Penelitian

ini dimuat dalam The International Journal of Language Society and Culture. Issue

30, 2010 membahas interpretasi novel karya Hemingway dengan gaya literal. Hasil

penelitian ini menyatakan bahwa gaya bahasa dan sastra merupakan jembatan yang

menghubungkan antara linguistik dan kritik sastra. Penelitian ini menyebutkan

bahwa tema, nada, sikap, dan nilai estetik yang dihasilkan oleh bentuk-bentuk

linguistik pengarang dapat meningkatkan kekuatan afektif atau emotif dari pesan,

Page 39: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

21

sehingga berkontribusi untuk karakterisasi dan membuat fungsi realitas fiksi dan

menjadi efektif.

Penelitian Zhang (2010) memiliki persamaan dengan penelitian yang di

lakukan yaitu menggunakan kajian stilistika. Namun perbedaannya penelitian di

atas mengkaji tentang novel yang fokus penelitiannya pada penyimpangan kata

benda dan kata kerja, serta struktur repitisi yang digunakan untuk menunjukkan

tema pokok dalam novel. Adapun penelitian ini objek kajiannya yaitu kumpulan

puisi dan fokus pada bahasa figuratif dan citraan.

Penelitian yang dilakukan Widiastuti (2011) dengan judul “Gaya Bahasa

dalam Lirik Lagu Hidup Iv - Ebiet G ade: Kajian Stilistika. Penelitian ini dimuat

dalam jurnal SAWEGARING Volume 17, No 3, Desember 2011. Dalam penelitian

ini mengkaji tentang penggunaan gaya bahasa dalam lirik lagu Hidup IV karya

Ebiet G Ade melalui kajian stilistika. Bahasa lirik lagu merupakan bentuk ekspresi

emotif yang diwujudkan dalam bentuk bunyi dan kata. Metode yang digunakan

adalah metode deskriptif kualitatif sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskrisikan penggunaan gaya bahasa dalam lirik lagu Hidup IV. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gaya bahasa dalam lagu tersebut

didominasi oleh penggunaan gaya bahasa personifikasi. Selain itu, terdapat pula

penggunaan gaya bahasa sinekdoke dan eufemisme.

Penelitian Widiastuti (2011) berbeda dengan penelitian yang dilakukan

meski mengkaji stilistika. Perbedaan tersebut tampak pada objek kajiannya.

Penelitian Widiastuti mengkaji gaya bahasa secara keseluruhan di dalam lirik lagu

Hidup Iv - Ebiet G ade sedangkan penelitian yang akan dilakukan mengkaji aspek

Page 40: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

22

bahasa figuratif dan citraan dalam kumpulan puisi Melihat Api Bekerja Karya

M.Aan Mansyur.

Kajian stilistika mengenai puisi dilakukan oleh Musayyedah (2012), dengan

judul penelitian “Gaya Bahasa Metafora dalam Puisi Bulan Luka Parah karya

Husni Djamaluddin”. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan gaya bahasa

metafora yang digunakan Husni Djamaluddin dalam kumpulan puisinya Bulan

Luka Para. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan

variabel penelitian gaya bahasa metafora yang terdapat dalam kumpulan puisi

tersebut. Pengumpulan data menggunakan teknik-teknik intervaritasi, simak dan

pencatatan. Prosedur penganalisisan data adalah mengidentifikasi, menyajikan,

menyimpulkan data. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam kumpulan puisi

Bulan Luka Parah ditemukan jenis gaya bahasa metafora yang paling sering

digunakan oleh Husni Djamaluddin, yaitu gaya bahasa metafora, yang terdiri dari

(a)klausa metafora, dan (b) frasa metafora. Penelitian ini masih sama dengan

penelitian yang dilakukan yaitu menggunakan kajian stilistika. Sedangkan

perbedaannya terdapat pada fokus penelitian. Penelitian ini terfokuskan pada gaya

bahasa metafora dan penelitian yang dilakukan terfokuskan pada bahasa figuratif

dan citraan pada kumpulan puisi Melihat Api Bekerja karya M.Aan Mansyur.

Penelitian yang dilakukan Yeibo (2012) dengan judul “Figurative Language

and Stylistic Function in J. P. Clark-Bekederemo's Poetry”. Penelitian ini dimuat di

Journal of Language Teaching and Research, Vol. 3, No. 1, Januari 2012. Dalam

penelitian ini ditemukan bahwa bahasa figuratif yang digunakan berfungsi untuk

meningkatkan nilai estetik, terkait dengan situasi dan fungsi tekstual. Hasil

Page 41: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

23

penelitian mengungkapkan bahwa fitur puisi yang signifikan, penulis telah sengaja

menggunakan bahasa figuratif ini untuk secara efektif menyebutkan makna dari

teks yang sedang dipelajari juga mencapai nilai estetika dalam kaitannya dengan

konteks situasi dan fungsi tekstual.

Persamaan penelitian Yeibo (2012) dengan penelitian ini yaitu mengkaji

stilistika dalam sebuah karya sastra. Namun perbedaannya penelitian diatas hanya

terfokus pada bahasa figuratif, sedangkan dalam penelitian ini turut dikaji pula

tentang citraan. Dengan demikian, penelitian ini saling melengkapi.

Penelitian kajian stilistika juga dilakukan oleh Yuliawati, Waluyo dan

Mujiyanto (2012) dengan judul “Analisis Stilistika dan Nilai Pendidikan Novel

Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shizary”. Penelitian ini dimuat dalam jurnal

BASASTRA (Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pengajarannya)

Volume 1, Nomor 1, Desember 2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode analisis isi.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis mengalir, yang

meliputi: pengumpulan data, reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan.

Temuan penelitian adalah sebagai berikut: (1) bentuk-bentuk retorika dalam novel

Bumi Cinta melibatkan menggunakan bahasa kiasan dan pencitraan. Beberapa

bahasa yang digunakan dalam novel Bumi Cinta adalah bahasa kiasan simbolik.

Bahasa kiasan meliputi simile, personifikasi, metafora, apostrof, hiperbola, ironi,

sinisme, sarkasme, paradox, polisindeton, pars pro toto, dan metanimia. Sementara

itu pencitraan dalam novel Bumi Cinta meliputi visual, auditorial, kinestetik,

penciuman, taktil dan perasaan. (2) keunikan diksi dapat dilihat dari penggunaan

Page 42: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

24

bahasa Rusia, Inggris, Arab, Jawa dan pemilihan idiom ;(3) nilai-nilai pendidikan

yang ada dalam novel Bumi Cinta meliputi: agama, nilai-nilai moral, dan social.

Nilai-nilai agama dalam novel tersebut termasuk iman, takwa, rasa syukur,

ketulusan, dan kejujuran. Nilai-nilai moralnya adalah memiliki semangat yang

tinggi, pengorbanan, berpikir positif, meliputi janji, rendah hati, tekat yang kuat dan

kerja sama. Sementara itu nilai-nilai sosial yang terkandung di dalamnya termasuk

menghormati satu sama lain, saling membantu, diskusi, tanggung jawab, dapat

dipercaya dan perhatian.

Penelitian Yuliawati, Waluyo dan Mujiyanto (2012) dengan penelitian ini

memiliki persamaan yaitu menggunakan kajian stilistika pada karya sastra dan

diantaranya menelaah bahasa figuratif dan citraan. Sementara itu perbedaannya,

penelitian di atas menganalisis novel sedangkan penelitian ini menganalisis

kumpulan puisi. Dengan demikian, penelitian ini akan saling meengkapi hasil

penelitian sebelumnya mengenai kajian stilistika dalam karya sastra.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Sulistiowati (2013) dengan judul

“Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer: Kajian Stilistika”. Penelitian

ini dimuat dalam jurnal PUBLIKA BUDAYA Vol 1(1) Juli 2013. Penelitian ini

mengidentifikasikan dan mendeskripsikan keterkaitan unsur-unsur struktural dan

kajian stilistika yang terdapat dalam novel “Gadis Pantai” karya Pramoedya

Ananta Toer. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan ilmu pengetahuan yang

mengkaji ilmu-ilmu sastra khususnya kajian stilistika. Hasil dari analisis novel

“Gadis Pantai” Karya Pramoedya Ananta Toer: Kajian Stilistika ini menunjukkan

efek estetika yang digunakan dalam pemakaian diksi, gaya bahasa,dan tuturan

Page 43: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

25

idiomatik. Novel ini menggambarkan kesenjangan sosial antara kaum borjuis dan

kaum proletar. Pengarang mencoba mengulas kembali pengalamannya melalui

novel ini yang diwakili oleh tokoh Gadis Pantai dan Bendoro. Gadis Pantai berasal

dari kalangan kelas bawah, ia tinggal di daerah pesisir pantai kampung nelayan,

sedangkan Bendoro berasal dari kalangan kelas atas (golongan priyayi).

Persamaan penelitian Sulistiowati (2013) dengan penelitian dengan yang

dilakukan yaitu menggunakan kajian stilistika diantaranya bahasa figuratif dalam

karya sastra. Namun perbedaan penelitian diatas menganalisis novel sedangkan

penelitian ini menganalisis kumpulan puisi serta penelitian yang akan dilakukan

menelaah tentang citraan. Dengan demikian, penelitian ini akan saling meengkapi

hasil penelitian sebelumnya mengenai penelitian stilistika dalam karya sastra.

Munir, Haryati dan Mulyono (2013) melakukan penelitian dengan judul

“Diksi dan Majas dalam Kumpulan Puisi Nyanyian dalam Kelam Karya Sutikno

W.S: Kajian Stilistika”. Penelitian ini dimuat dalam jurnal Sastra Indonesia,

Volume 2, Nomor 1, 2013. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penggunaan

diksi dan majas serta fungsinya. Pendekatannya menggunakan pendekatan

stilistika. Data penelitiannya yaitu data deskriptif yang berupa frasa, kata dan

kalimat dalam kumpulan puisi Nyanyian dalam Kelam karya Sutikno W.S. Hasil

penelitian ini membuktikan adanya wujud penggunaan diksi dan majas serta

fungsinya. Diksi yang dimaksud seperti kata serapan dari bahasa Jawa, bahasa

Asing dan pemanfaatan sinonim. Majas yang dimaksud adalah perbandingan,

metafora, perumpamaan, epos, personifikasi, metonimia, sinekdoke, dan alegori.

Page 44: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

26

Persamaan penelitian Munir, Haryati dan Mulyono (2013) dengan

penelitian yang dilakukan yaitu menggunakan kajian stilisitika dan objek

penelitiannya yaitu sama-sama pada kumpulan puisi. Namun, perbedaannya

penelitian ini menganalisis tentang diksi yang dominan dalam puisi Nyanyian

dalam Kelam karya Sutikno W. S. Adapun penelitian ini menelaah tentang bahasa

figuratif dan citraan dalam kumpulan puisi Melihat Api Bekerja karya M. Aan

Mansyur. Dengan demikian, penelitian ini akan saling melengkapi hasil penelitian

sebelumnya mengenai penelitian stilistika dalam karya sastra.

Wati (2013) melakukan penelitian dengan judul “Tinjauan Stilistika dalam

Novel Sumpahmu Sumpahku Karya Naniek P.M”. Penelitian ini dimuat dalam

Jurnal Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, Volume 3, Nomor 2,

November 2013 tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan diksi, struktur kalimat,

gaya bahasa, dan pencitraan dalam novel Sumpahmu Sumpahku karya Naniek P. M.

Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian berupa novel

Sumpahmu Sumpahku karya Naniek P.M dan objek berupa tinjauan stilistika

mencakup diksi, struktur kalimat, gaya bahasa, dan pencitraan. Teknik

pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan teknik dokumentasi.

Instrumen penelitian yaitu peneliti sendiri dibantu kartu pencatat data. Teknik

analisis data menggunakan teknik analisis isi. Dari hasil penelitian, disimpulkan

bahwa (1) diksi dalam novel Sumpahmu Sumpahku karya Naniek P. M. meliputi

jargon dan peribahasa. (2) struktur kalimat dalam novel Sumpahmu Sumpahku

karya Naniek P. M. meliputi klimaks, paralelisme, antitesis, dan repetisi. (3) gaya

bahasa dalam novel Sumpahmu Sumpahku karya Naniek P. M. meliputi simile atau

Page 45: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

27

persamaan, metafora, personifikasi, sinekdoke, metonimia, eufimisme, litotes,

pleonasme, tautologi, dan hiperbola. (4) pencitraan dalam novel Sumpahmu

Sumpahku karya Naniek P. M. meliputi penglihatan, pendengaran, gerakan,

penciuman, dan peraba.

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa tinjauan stilistika yang

mencakup diksi dalam novel Sumpahmu Sumpahku karya Naniek P.M. meliputi

jargon dan peribahasa. Struktur kalimat dalam novel Sumpahmu Sumpahku karya

Naniek P.M. meliputi gaya bahasa klimaks, paralelisme, antitesis, dan repitisi. Gaya

bahasa dalam novel Sumpahmu Sumpahku karya Naniek P.M meliputi gaya bahasa

persamaan atau simile, metafora, personifikasi, sinekdoke, metonimia, eufimisme,

litotes, pleonasme, tautologi, dan hiperbola. Pencitraan dalam novel Sumpahmu

Sumpahku karya Naniek P.M meliputi pencitraan penglihatan, pendengaran,

gerakan, penciuman dan peraba.

Persamaan penelitian Wati (2013) dengan penelitian yang dilakukan yaitu

menggunakan kajian stilistika diantaranya citraan. Namun, perbedaannya

penelitian di atas objek kajiannya novel Sumpahmu Sumpahku karya Naniek P.M

sedangkan yang akan dilakukan yaitu kumpulan puisi Melihat Api Bekerja karya

M. Aan Mansyur.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Niazy (2013) mengenai “A Stylistic

Analysis of D.H. Lawrence’s ‘Sons and Lovers”. Penelitian ini dimuat dalam

International Journal of Applied Linguistics & English Literature ISSN 2200-3592

Vol. 2 No. 4 July 2013. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis teks dari D.H.

Lawrence berjudul ‘Sons dan Lovers’ yang menggunakan pendekatan gaya bahasa.

Page 46: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

28

Gaya bahasa adalah studi tentang penggabungan bentuk dengan konten. Unsur-

unsur mendefinisikan bahasa modern dalam teks itu sendiri, bukan ditentukan dari

luar. Dalam analisis terhadap teks ‘Sons and Lovers’ yang bersumber dari bahasa:

leksikal, sintaksis, fonologi, bahasa kiasan, kohesi dan koherensi, dibahas dalam

kaitannya dengan gaya wacana untuk mengeksplorasi makna tersembunyi dalam

teks. Sumber daya bahasa yang terbukti menjadi bagian penting dari makna novel.

Penelitian Niazy meski sama-sama mengkaji stilistika dalam karya sastra, namun

memiliki perbedaan dengan penelitian ini. Perbedaannya terletak pada fokus kajian

yang akan diteliti. Penelitian Niazy mengkaji seluruh aspek yang terdapat dalam

kajian stilistika, sedangkan penelitian ini hanya mengkaji aspek bahasa figuratif dan

citraan.

”Stilistika Novel Para Priyayi Karya Umar Kayam” merupakan penelitian

Mukminin (2014). Penelitian ini dimuat dalam jurnal EDU-KATA, Vol. 1, No. 1,

Februari 2014: 91-100. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan diksi

dalam novel, mendeskripsikan gaya kalimat dalam novel, mendeskripsikan gaya

bahasa kiasan dalam novel, seperti (a) gaya bahasa Personifikasi, (b) gaya bahasa

Simile (Asosiasi), (c) gaya bahasa Metafora, selanjutnya aspek citraan dalam novel

dan yang terakhir mendeskripsikan sarana retoris dalam novel Para Priyayi karya

Umar Kayam. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan

strukturalisme–semoitik dan teknik hermeneutik. Hasil penelitian Pertama kajian

fungsi gaya bahasa pada tataran pilihan kata (unsur-unsur diksi) mempunyai relasi

dengan tokoh dan latar. Sebagaimana prinsip strukturalisme, yaitu adanya

relasional antaraunsur, relasional antar unsur gaya bahasa (dalam hal ini diksi),

Page 47: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

29

relasional antar tokoh, dan relasional antarlatar. Kedua, kajian gaya kalimat yaitu

kalimat panjang digunakan pengarang terutama untuk menggambarkan suasana,

melukiskan keadaan alam, atau mendeskripsikan tokoh dan pilihan penggunaan

kalimat pendek mempunyai efek kesederhanaan. Ketiga, kajian gaya bahasa kiasan

(Figuratif) yang sengaja diciptakan untuk memperoleh efek estetis untuk

menggambarkan latar cerita. Keempat, Kajian citraan bahwa aspek citraan atau

image dalam dalam novel Para Priyayi terdapat citraan penglihatan dan citraan

warna setempat (local color) digunakan untuk menekankan latar cerita dan apek

estetis sehingga pembaca seolah-olah melihatnya sendiri. Kelima, Dalam novel

Para Priyayi sarana retoris penggunaan sarana retoris pada teks novel Para Priyayi

menimbulkan keindahan atau efek estetis dan mempunyai relasi (relasional) dengan

alur cerita.

Penelitian Mukminin (2014) dengan penelitian yang dilakukan memiliki

persamaan yaitu mengkaji stilistika dalam sebuah karya sastra. Perbedaannya,

penelitian diatas terfokus pada bahasa figuratif sedangkan dalam penelitian ini

turut dikaji pula mengenai citraan dan penelitian di atas menganalisis novel

sedangkan penelitian yang akan dilakukan yaitu menganalisis kumpulan puisi.

Widayati (2014) melakukan penelitian dengan judul “Language of Poetries

Balada Orang-Orang Tercinta, Empat Kumpulan Sajak, Blues Untuk Bonnie, and

Sajak-Sajak Sepatu Tua Written By W.S. Rendra”. Penelitian ini dimuat dalam

International Journal of Linguistics Vol. 6, No. 3, 2014, ISSN 1948-5425.

Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif kualitatif dan teknik analisis

data menggunakan metode struktural semiotik dengan hermeneutika. Berdasarkan

Page 48: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

30

hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan. (1) puisi W.S Rendra menunjukan

pengunaan khusus bahasa dalam aspek fonem, diksi, dan kosa kata, bahasa kiasan,

citraan, dan perangkat retoris, (2) kekhasan dalam penggunaan aspek tersebut

bertujuan untuk menghasilkan efek estetika sehingga bahasa puisi yang lebih indah,

menarik, dan segar tapi tidak membosankan, (3) efek dari penggunaan aspek

tersebut juga menghasilkan deskripsi konkret gagasan yang disampaikan oleh

penulis puisi sehingga maknanya menjadi lebih jelas.

Persamaan penelitian Widayati (2014) dengan penelitian yang dilakukan

yaitu menelaah citraan dan fungsi citraan. Namun, perbedaannya penelitian diatas

juga menelaah penggunaan khusus bahasa dalam aspek fonem, diksi, kosa kata,

bahasa kiasan, citraan, dan perangkat retoris dalam puisi Balada Orang-Orang

Tercinta, Empat Kumpulan Sajak, Blues Untuk Bonnie, and Sajak-Sajak Sepatu Tua

Written karya W.S. Rendra. Adapun penelitian yang akan dilakukan ini menelaah

bahasa figuratif dan citraan serta fungsi-fungsinya dalam kumpulan puisi Melihat

Api Bekerja karya M.Aan Mansyur.

Sementara itu, Aslam, Bushra Aslam, Paras Mukhtar dan Arooj Sarfaraz

(2014) menganalisis stilistika dengan judul “Stylistics Analysis of The Poem Bereft

by Robert Frost”. Penelitian ini dimuat dalam European Journal of Research and

Reflection in Arts and Humanities Vol. 2 No. 1, 2014. Penelitian tersebut

mengemukakan bahwa puisi “Bereft” yang diteliti menceritakan tentang perasaan

kesendirian seseorang. Orang tersebut merasa sendiri tidak hanya di rumahnya,

namun juga di dunia ini. Semuanya bahkan tampak memusuhinya, tapi dia

mempunyai iman yang kuat pada Tuhan. Penyair menggunakan metafora dan

Page 49: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

31

personifikasi untuk menunjukkan kekejaman alam. Ada juga sinar harapan dalam

puisi ini. Puisi tersebut menyiratkan bahwa meskipun dibayang-bayangi dengan

rasa takut dan kesepian, jika seseorang masih beriman maka ia tidak akan pernah

merasakan ketakutan tersebut. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian

yang akan dilakukan adalah sama-sama mengkaji stilistika dalam sebuah karya

sastra. Perbedaannya, penelitian tersebut terfokus pada gaya bahasa yang

digunakan, sedangkan dalam penelitian ini turut dikaji pula mengenai citraan yang

terdapat dalam kumpulan puisi Melihat Api Bekerja karya M.Aan Mansyur. Oleh

karena itu, penelitian ini akan sangat melengkapi penelitian sebelumnya bidang

stilistika dalam karya sastra.

Napireli (2014) meneliti stilistika berjudul “Stylistic Categories, Based on

the Poem Die schlesischen Weber by Heinrich Heine”. Penelitian ini dimuat dalam

European Researcher Vol.70 (3). Hasil penelitiannya adalah puisi tersebut terbukti

menarik dari sudut pandang gaya dan merupakan contoh sempurna dari kategori

gaya. Puisi tersebut ternyata sangat kaya dalam majas dan perangkat sintaksis.

Penelitian yang dilakukan Napireli tertuju pada metafora (metafora memperkuat

makna bahasa, menghiasi dan pada saat bersamaan ungkapkan pandangan narator

tentang objek dan fenomena). Berdasarkan hal tersebut, penelitian Napireli meski

sama-sama mengkaji stilistika memiliki perbedaan dengan penelitian yang

dilakukan. Perbedaan tersebut yaitu pada aspek kajiannya. Penelitian Napiteli

hanya difokuskan pada kajian metafora dan gaya kalimat, penelitian ini mengkaji

bahasa figuratif dan citraan.

Page 50: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

32

Khan, Abdul Bari., Madiha Ahmad., Sofia Ahmad dan Nida Ijaz (2015)

melakukan penelitian berjudul “Stylistic Analysis of the Short Story ‘The Last

Word’ by Dr. A. R. Tabassum”. Penelitian ini dimuat dalam Jurnal Advances in

Language and Literary Studies Vol. 6 (3) hal. 11-23. Dalam artikel penelitian ini

dikaji gaya bahasa cerita pendek ‘The Last Word’ karya Dr. A. R. Tabassum.

Formatif unsur cerita, seperti sudut pandang, karakter dan elemen alegoris, dibahas

secara rinci sehingga dapat memberikan wawasan yang lebih baik dari cerita. Gaya

cerita dianalisis dalam hal kiasan makna gramatikal, leksikal dan skema fonologi,

kemudian dianggap mengikuti daftar kategori linguistik dan gaya. Fitur

pengulangan , paralelisme, aliterasi, harmoni, asonansi dan sajak difokuskan. Fokus

utama penelitian Khan adalah gaya bahasa secara luas. Tetapi, hanya gaya bahasa

yang dilakukan Khan, penelitian ini tidak mengkaji permajasan saja tetapi aspek

bahasa figuratif dan citraan juga turut dikaji.

Hanif, Sidra., Mumtaz Ahmed dan Maria Aftab (2015) juga melakukan

penelitian dengan judul “A Stylistic Analysis of William Henry Davies’ Leisure”.

Penelitian ini dimuat dalam Journal of Literature, Languages and Linguistics, An

International Peer-reviewed Journal Vol.7, 2015, ISSN 2422-8435. Penelitian

tersebut membantu dalam memahami konsep dasar puisi. Analisis gaya dari puisi

“Leisure” dari W.H. Davies. Pola sintaksis, fonologi, morfologi, dan graphological.

Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa “Leisure” adalah salah satu karya yang

indah sepanjang masa. Tema puisi adalah untuk menikmati alam setelah

meninggalkan mekanik hidup. Puisi menunjukkan kasih penyair terhadap alam.

W.H. Davies menggunakan perangkat gaya dan sastra yang indah. Analisis stilistik

Page 51: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

33

Leisure telah menunjukkan bahwa kita mendefinisikan sastra ada perbedaan mutlak

antara bahasa puitis dan bukan bahasa puitis. Analisis ini membantu pembaca untuk

memahami pesan. Penyair menggunakan pola sajak indah dalam puisinya untuk

menyampaikan pikirannya. Analisis yang dibuat di bawah pola graphologi,

sintaksis, semantik dan fonologi.

Persamaan penelitian Hanif, Sidra., Mumtaz Ahmed dan Maria Aftab

(2015) dengan penelitian yang dilakukan yaitu menggunakan kajian stillistika untuk

menganalisis karya sastra. Namun, perbedaannya penelitian di atas menggunakan

kajian stilistika dari sudut pandang linguistik, objek kajiannya berupa puisi, dan

membahas bagaimana hasil analisis graphologi, sintaksis, semantik dan fonologi

dapat mengetahui makna puisi dan mengetahui apa yang ingin disampaikan

penyair. Adapun penelitian yang akan dilakukan menggunakan kajian stilistika dari

sudut pandang sastra, objek kajiannya berupa puisi dan membahas bahasa figuratif

dan citraan dalam kumpulan puisi Melihat Api Bekerja karya M.Aan Mansyur.

Manurung (2015) melakukan penelitian dengan novel sebagai kajian.

Penelitian ini berjudul “Gaya Bahasa Enkyokuhou Dalam Novel Nihon Kogyou

Ginkou Karya Ryo Takasug “ . Penelitian bertujuan untuk memaparkan percakapan

yang menggunakan gaya bahasa enkyokuhou oleh bawahan (buka) kepada atasan

(joshi). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara dan novel

Nihon Kogyou Ginkou karya Ryo Takasugi untuk memahami konsep jougekankei

gaya bahasa enkyokuhou. Analisis penelitian menggunakan metode interpretatif

dan metode deskriptif. Berdasarkan analisis data, disimpulkan bahwa enkyokuhou

terbagi dalam lima fungsi, yaitu untuk menekankan klaim atau tuntutan,

Page 52: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

34

menekankan permintaan, menyatakan pikiran secara tidak langsung atau

permintaan pasif, menyatakan secara tidak langsung suatu sindiran, dan mengganti

perkataan atau pernyataan dengan kata yang lain (benda maupun peristiwa).

Perbedaan penelitian Manurung dengan penelitian yang dilakukan yaitu terletak

pada objek kajiannya.

Wibowo (2015) melakukan penelitian dengan judul “A Stylistic Study on

the Literary of Ki Padmasusastra Holistic Critique Perspective”. Penelitian ini

terdapat dalam International Journal of Language and Linguistics Vol. 2, No.5:

November 2015. Studi gaya ini mengeksplorasi keunikan dan khusus dari

penggunaan bahasa yang diberikan oleh Ki Padmasusastra dalam karya sastra. Ki

Padmasusastra adalah seorang penulis terkenal. Kontribusinya untuk kemajuan

bahasa Jawa, karya sastra dan budaya sangat besar. Karakteristik yang kuat dalam

bukunya kepenulisan berhasil menyebabkan ketenarannya sebagai seorang penulis.

Berdasarkan hasil penelitian, pola suara bahasa yang dominan muncul adalah

purwakanthi guru swara atau aspek assonance, purwakanthi guru sastra atau

aliterasi aspek dan lumaksita purwakanthi. Dalam hal ini struktur morfologi,

pembentukan kata penggunaan kata cenderung berusaha bentuk-bentuk kata yang

memiliki nilai kuno. Pilihan kata atau diksi bervariasi seperti penggunaan kata-kata

Kawi. Keunikan dalam hal diksi yang melibatkan sentukan pribadi penulis adalah

pada penamaan penulis dengan penulis. Keunikan sintaks, keunikan penggunaan

metafora dan simile selain menyadari aspek estetika, mereka juga dapat membuat

beton ide seorang penulis berarti menyampaikan kepada pembaca serta

mempercantik itu pada waktu yang sama. Gambaran dari stroty melalui aspek ini

Page 53: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

35

membuat kisah nyata dan hidup. Penelitian ini masih dalam kajian yang sama

dengan penelitian yang dilakukan yaitu kajian stilistika. Perbedaannya yaitu

penelitian ini terfokuskan kepada diksi sedangkan penelitian yang dilakukan

terfokuskan pada bahasa figuratif dan citraan dalam puisi.

Khan, Shaukat., Sumaira Jehandeb., Irfan Ullah dan Muhammad Irfan

(2016) mengkaji stilistika dengan judul “A Stylistic Analysis Of “The Rime Of The

Ancient Mariner”. Penelitian ini dimuat dalam English Review: Journal of English

Education, 5(1), 31-48. Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukan akses

mudah ke dunia sajak yang tidak umum atau kontemporer melalui jalur linguistik

yang diletakkan dengan batu-batu kuno tata bahasa dan kosakata yang akrab.

Dengan demikian bearti dalam penelitian ini puisi akan dikaji secara tepat oleh

seorang ilmuwan sosial dan ahli bahasa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

Balada Samuel Taylor Coleridge yang terkenal, “The Rime Of The Ancient

Mariner”, menjadi puisi yang banyak dibaca dan menampilkan berbagai fitur gaya.

Pesan estetika sang penyair dieksplorasi dengan menganalisis rincian terbaik dari

ekspresi linguistiknya. Penelitian Khan, Shaukat, dkk, meski secara sekilas

menunjukan kajian yang komprehensif, namun tetap terdapat kelemahan. Kajian

yang dilakukan meskipun fokus pada analisis stilistika tetapi tidak menunjukan

hasil yang jelas. Hal itu tampak pada fitur-fitur gaya yang ditemukan. Fitur tersebut

tidak diklasifikasikan secara lebih jelas sesuai dengan fitur temuannya.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Aisyah dan Noor (2016) dengan

judul “Ketidaklangsungan Ekspresi Dalam Kumpulan Puisi Manusia Istana Karya

Radhar Panca Dahana: Kajian Stilistika”. Penelitian ini dimuat dalam Jurnal

Page 54: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

36

Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, ISSN 2527-4104 Vol. 1 No.2, 1 Oktober 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk (a) mendeskripsikan metafora dan metonimi pada

kumpulan puisi Manusia Istana karya Radhar Panca Dahana, yang merupakan

ketidaklangsungan ekspresi puisi yang disebabkan oleh penggantian arti; (b)

mendeskripsikan keambiguitasan, kontradiksi, dan nonsense pada kumpulan puisi

Manusia Istana karya Radhar Panca Dahana, yang merupakan ketidaklangsungan

ekspresi puisi yang disebabkan oleh penyimpangan arti, dan (c) mendeskripsikan

persajakan (rima), enjambemen dan tipografi pada kumpulan puisi Manusia Istana

karya Radhar Panca Dahana, yang merupakan ketidaklangsungan ekspresi puisi

yang disebabkan oleh penciptaan arti.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

stilistika dengan menggunakan metode kualitatif. Sumber data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah puisi Manusia Istana karya Radhar Panca Dahana yang

diterbitkan oleh PT Bentang Pustaka Yogyakarta tahun 2015 dengan tebal 166

halaman dengan 32 judul puisi. Adapun judul puisi yang dianalisis sebanyak 5 buah

judul puisi. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa analisis ketidaklangsungan

ekspresi terhadap lima judul puisi karya Raddhar Panca Dahana terdiri atas: (a)

Penggantian arti yang terdiri dari: tujuh buah metafora dan sembilan buah

metonimi; (b) Penyimpangan arti yang terdiri dari: sepuluh buah keambiguitasan,

lima buah kontardiksi, dan enam buah nonsense, dan (c) Penciptaan arti yang terdiri

dari: rima dengan konsonan h, k, m dan vocal a, i, u yang mendominasi, empat buah

enjambemen, dan tipografinya menggunakan huruf besar-kecil, menggunakan

Page 55: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

37

banyak tanda baca, sebagian lariknya menjorok ke dalam, sebagian puisi

menggunakan angka-angka.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Aisyah dan Noor (2016) dengan

penelitian yang dilakukan yaitu menggunakan kajian stilistika. Namun,

perbedaannya penelitian di atas objek kajiannya yaitu kumpulan puisi Manusia

Istana karya Radhar Panca Dahana yang terdiri dari 32 judul puisi tetapi yang di

analisis hanya 5 judul puisi saja sedangkan yang akan dilakukan yaitu kumpulan

puisi Melihat Api Bekerja karya M. Aan Mansyur yang terdiri dari 54 judul puisi

dan semuanya di analisis.

Tiyas (2016) dengan judul “Analisis Stilistika dan Nilai Pendidikan

Karakter dalam Puisi Sepilihan Sajak Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko

Damono Serta Relevansinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA”.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan dan menjelaskan pemilihan kata

(diksi) dalam Sepilihan Sajak Hujan Bulan Juni Puisi karya Sapardi Djoko Damono

(2) mendeskripsikan dan menjelaskan gaya bahasa figuratif Sepilihan Sajak Hujan

Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono, (3) mendeskripsikan dan menjelaskan

citraan Sepilihan Sajak Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono, (4)

mendeskripsikan dan nilai pendidikan karakter dalam Sepilihan Sajak Hujan Bulan

Juni karya Sapardi Djoko Damono, dan (5) Mendeskripsikan dan menjelaskan

relevansi pengkajian stilistika dalam Sepilihan Sajak Hujan Bulan Juni Puisi karya

Sapardi Djoko Damono sebagai materi pembelajaran bahasa Indonesia di SMA.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan

metode content analysis (analisis isi). Kegiatan yang dilakukan adalah membaca,

Page 56: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

38

mencermati, menafsirkan, dan menganalisis Sepilihan Sajak Hujan Bulan Juni

karya Sapardi Djoko Damono. Sumber data dalam penelitian ini adalah: (1)

Dokumen: Sumber data dari penelitian ini adalah buku Sepilihan Sajak Hujan Bulan

Juni terbit pada bulan Desember tahun 2014 sebagai cetakan ketiga dengan 120

halaman, (2) Informan: Hasil wawancara berisi pendapat para pembaca dan

pengarang mengenai Sepilihan Sajak Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko

Damono. Informan adalah pembaca ahli untuk menanggapi Sekumpulan Sajak

Hujan Bulan Juni dan (3) buku-buku literatur yang relevan. Teknik pengumpulan

data dengan analisis dokumen dan wawancara secara mendalam. Triangulasi

dilakukan dengan triangulasi sumber dan teori.

Hasil penelitan dapat disimpulkan bahwa (1) aspek diksi secara keseluruhan

dalam sepilihan sajak Hujan Bulan Juni puisi karya Sapardi Djoko Damono

berjumlah 123 data, di antaranya ialah a) Kata Abstrak, b) Kata Konkret, c) Makna

Konotasi, dan Makna Denotasi, diksi yang paling dominan adalah Kata Abstrak;

(2) aspek gaya bahasa figuratif keseluruhan berjumlah 50 data di antaranya ialah a)

Majas Personifiksi, b) Majas Simile, c) Majas Sarkasme, d) Majas Hiperbola, dan

e) Majas Paradoks, gaya bahasa figuratif yang paling dominan adalah personifikasi;

(3) aspek citraan secara keseluruhan berjumlah 74 data di antaranya ialah a) Citraan

Penglihatan, b) Citraan Gerak, c) Citraan Perabaan, d) Citraan Pendengaran, e)

Citraan Penciuman, citraan yang paling dominan adalah citraan gerak; (4) nilai

pendidikan karakter yang terungkap yaitu 11 nilai, nilai peduli lingkungan yang

paling dominan; dan (4) memiliki relevansi terhadap pembelajaran sastra di SMA,

hal ini dibuktikan dari adanya silabus di kelas X semester 2. Ciri khas kepenyairan

Page 57: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

39

Sapardi Djoko Damono pada diksi lebih menekankan pada kata konkret dengan

pemanfaatan majas personifikasi di dalam gaya bahasa figuratif, serta lebih banyak

pemanfaatan citraan gerak.

Persamaan penelitian Tiyas (2016) dengan penelitian yang dilakukan yaitu

menggunakan kajian stilistika diantaranya bahasa figuratif dan citraan. Namun,

perbedaannya penelitian di atas objek kajiannya Puisi Sepilihan Sajak Hujan Bulan

Juni Karya Sapardi Djoko Damono sedangkan yang akan dilakukan yaitu kumpulan

puisi Melihat Api Bekerja karya M. Aan Mansyur.

Gizatulilla dan Gulshat (2017) melakukan penelitian stilistika berjudul

“Figurative Potential of Russian Hydronymes in the Poetry of 19th – 20th

Centuries”. Penelitian ini terdapat dalam Journal of History Culture and Art

Research (ISSN: 2147-0626). Penelitian ini mengkaji keanehan puisi Dnieper, Don,

Volga dan Neva yang digunakan secara estetika sebagai elemen artistik yang khas.

Fokus penelitian ini pada perkembangan masalah estetika bahasa dan pidato yang

merupakan salah satu tren studi linguistik yang menjanjikan. Namun, sumber

estetika unit paling onomastis, termasuk toponim, masih kurang dipelajari. Selama

pengkajian yang dilakukan lima paradigma figuratif yang paling tebal terungkap,

dimana posisi anggota kanan digantikan oleh satuan leksikal yang terkait dengan

konsep “makhluk”, “air”, “substansi”, “jaringan” dan “ruang terestrial”. Kriteria

penyesuaian yang disengaja dari hidronim dengan leksem subjek lainnya ditentukan

untuk mengembangkan citra teks puitis. Temuan ini dapat digunakan untuk

mempelajari ruang onomastik bahasa Rusia, serta untuk pengembangan lebih lanjut

teori pidato artistik. Meski Gizatullina mengkaji stilistika puisi, namum terdapat

Page 58: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

40

perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan perbedaannya tampak pada fokus

kajian. Apabila Gizatullina mengkaji keseluruhan aspek stilistika, penelitian yang

akan dilakukan hanya mengkaji aspek bahasa figuratif dan citraan.

Islam dan Baiq (2017) telah melakukan penelitian dengan judul “Citraan

Puisi “Sang Penyemangat” Pada Koleksi Puisi Motivasi: Kajian Stilistika”.

Penelitian ini dimuat dalam jurnal Mabasindo Volume 1 Nomor 2 Edisi November

2017. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk citraan pada puisi

“Sang Penyemangat”. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan

metode deskriptif analisis. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan objektif. Berdasarkan hasil analisis terhadap puisi “Sang Penyemangat“

pada koleksi puisi motivasi terdapat enam jenis citraan diantaranya: (1) citraan

visual yakni; pandangan, menatap, pesona. (2) citraan auditif yakni; kudengar,

katanya, ritmik, telingaku. (3) citraan perabaan yakni; hangat. (4) Citraan

Penciuman yakni; harum, wangi. (5) citraan gerak yakni; hentak, getar, tenggelam,

ketuk, langkah, langkah. (6) citraan perasaan yakni: menggebu, merona, menggebu,

legang, cinta, optimis dan indah.

Persamaan penelitian Islam dan Baiq (2017) dengan penelitian yang

dilakukan yaitu menggunakan kajian stilistika dan objek kajiannya menelaah puisi.

Namun perbedaannya penelitian di atas hanya menelaah tentang citraan yang ada

dalam puisi saja sedangkan yang akan dilakukan menelaah tentang bahasa figuratif

dan citraan dalam kumpulan puisi.

Yono (2017) telah melakukan penelitian dengan judul “Majas dan Citraan

dalam Novel Kerling Si Janda Karya Taufiqurrahman Al-Azizy”. Penelitian ini

Page 59: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

41

dimuat dalam jurnal Seloka 6 (2) (2017): 200-207. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan majas yang dominan, citraan yang dominan, dan fungsi majas dan

citraan yang dominan dalam novel Kerling si Janda Karya Taufiqurrahman Al-

Azizy. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan stilistika.

Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif analisis dengan semiotik. Hasil

penelitian ini yaitu pertama, majas yang dominan dalam novel Kerling si Janda

yaitu majas simile dengan persentase 34,11%, majas sarkasme dengan persentase

20%, majas personifikasi dengan persentase 18,82%, majas hiperbola dengan

persentase 17,64%, dan majas metafora dengan persentase 9,41%. Kedua, citraan

yang dominan dalam novel Kerling si Janda yaitu citraan penglihatan dengan

persentase 44,66%, citraan warna lokal dengan persentase 25,24%, citraan

pendengaran dengan persentase 17,47%, dan citraan gerak dengan persentase

12,62%. Ketiga, fungsi majas dan citraan yang dominan dalam novel KSJ yaitu

untuk mengkritik pengarang novel islami yang menciptakan tokoh yang selalu

ma’shum atau sempurna dalam karya-karyanya.

Persamaan penelitian Yono (2017) dengan penelitian yang dilakukan yaitu

menggunakan kajian stilistika diantaranya majas dan citraan. Namun,

perbedaannya penelitian di atas objek kajiannya novel Kerling si Janda Karya

Taufiqurrahman Al-Azizy sedangkan yang akan dilakukan yaitu kumpulan puisi

Melihat Api Bekerja karya M. Aan Mansyur.

Hidayati (2017) telah melakukan penelitian dengan judul “Citraan Pada

Novel Fantasi Nataga The Little dragon Karya Ugi Agustono”. Penelitian ini

dimuat dalam jurnal BASINDO (Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan

Page 60: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

42

Pembelajarannya) Volume 1, Nomor 1, April 2017. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan jenis citraan dan fungsi citraan pada novel fantasi Nataga the

Little Dragon karya Ugi Agustono. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

kajian teks dengan pendekatan hermeneutika. Hasil penelitian ini menunjukkan

adanya tujuh jenis citraan dan empat fungsi citraan. Jenis citraan tersebut meliputi

citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan penciuman, citraan pencecapan,

citraan gerak, citraan perabaan dan citraan intelektual. Fungsi citraan meliputi

memperjelas gambaran, membuat hidup gambaran dalam pikiran dan

penginderaan, membangkitkan suasana khusus, dan membangkitkan intelektualitas

pembaca. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan yaitu

menganalisis tentang citraan, sedangkan perbedaannya penelitian ini menganalisis

novel sedangkan penelitian yang akan dilakukan yaitu menganalisis kumpulan

puisi. Dengan demikian, penelitian ini akan saling meengkapi hasil penelitian

sebelumnya mengenai penelitian stilistika dalam karya sastra.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa telah ada penelitian

sebelumnya mengenai stilistika. Penelitian tersebut terdapat dalam berbagai jurnal

nasional maupun internasional. Penelitian stilistika yang dilakukan meliputi kajian

mengenai teks sastra yang berupa cerpen, novel, maupun puisi, serta teks nonsastra

yang berupa penggunaan bahasa dalam pesan singkat. Hasil penelitian

menunjukkan adanya penggunaan gaya bahasa tertentu pada masing-masing teks.

Dengan demikian, penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian

sebelumnya yakni melakukan kajian stilistika dalam teks sastra. Penelitian ini

dilakukan sebagai tindak lanjut untuk melengkapi dan menambah kepustakaan

Page 61: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

43

penelitian dengan kajian stilistika, khususnya dalam kumpulan puisi. Dari berbagai

penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa belum ada penelitian yang

secara khusus mengkaji tentang bahasa figuratif dan citraan dalam kumpulan puisi

Melihat Api Bekerja Karya M.Aan Mansyur.

2.2 Kerangka Teoretis

Kerangka teoretis memuat teori-teori yang digunakan dalam penelitian.

Teori-teori itu antara lain meliputi hakikat stilistika, fungsi stilistika, tujuan

stilistika, bidang kajian stilistika, bahasa figuratif, fungsi bahasa figuratif, citraan,

jenis-jenis citraan, fungsi citraan, hakikat puisi, unsur-unsur pembangun puisi dan

biografi M.Aan Mansyur.

2.2.1 Hakikat Stilistika

Secara harfiah, kata stilistika berasal dari bahasa Inggris stylistics yang

artinya studi mengenai style ‘gaya bahasa’ atau ‘bahasa bergaya’. Nurgiyantoro

(2005: 277), Stile pada hakikatnya merupakan teknik, teknik pemilihan ungkapan

kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan diungkapkan. Dalam hal

gaya, seorang pengarang mempunyai ciri khas sendiri atau ciri pribadi. Setiap

pengarang berbeda dalam gaya mengarangnya. Hal ini disesuaikan karakter atau

watak seorang pengarang dengan berbagai pertimbangan pikiran dan perasaannya.

Gaya mengarang sebagian besar tergantung dari watak pengarang yang

bersangkutan sendiri (Lubis dalam Nuryatin 2010:18). Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Buffon (dalam Ratna 2007:238) bahwa le style est de homme

Page 62: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

44

meme atau dalam bahasa inggris style is the man himself yang berarti bahwa style

adalah manusia (pengarang/penulis) itu sendiri. Berdasarkan konsep tersebut.

Penikmat karya sastra dapat mengenali sebuah karya sastra yang dibacanya melalui

gaya tulisan seorang pengarang walaupun nama pengarang tidak tertera dalam

karangannya. Fatoni (2017) menyatakan Style atau gaya bahasa dapat dibatasi

sebagai cara mengemukakan pikiran melalui bahasa secara khas yang

memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).

Definisi stilistika secara harfiah belum mampu mengungkap hakikat

stilistika secara komprehensif. Oleh karena itu, dibutuhkan pemaparan definisi

stilistika secara istilah. Abams (1979:165) memaparkan bahwa stilistika secara

istilah adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam

karya sastra. Junus (1989) mendefinisikan istilah stilistika sebagai studi mengenai

pemakaian bahasa dalam karya sastra. Dalam hal ini, stilistika digunakan sebagai

ilmu gabung antara linguistik dan ilmu sastra. Lazimnya, studi stilistika dilakukan

oleh seorang linguis, tetapi menaruh perhatian terhadap sastra, baik pula sebaliknya.

Dalam hal praktiknya, linguis bekerja dengan menggunakan data pemakaian bahasa

dalam karya sastra, dengan melihat keistimewaan bahasa sastra. Dari hal tersebut

stilistika dapat dipahami sebagai aplikasi teori linguistik pada pemakaian bahasa

dalam sastra. Stilistika akan muncul dengan kekhasan bahasa yang digunakan dan

akan sangat berbeda dengan penggunaan bahasa sehari-hari ( Muntazir, 2017).

Selanjutnya Satoto (1995:35) menyatakan bahwa stilistika merupakan

proses menganalisis karya sastra dengan mengkaji unsur-unsur bahasa sebagai

medium karya sastra yang digunakan sastrawan sehingga terlihat bagaimana

Page 63: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

45

perlakuan sastrawan terhadap bahasa dalam rangka menuangkan gagasannya.

Riyono (2016) menyatakan bahwa stilistika merupakan pemanfaatan bahasa untuk

mencapai efek estetis dalam berkomunikasi biasanya stilistika digunakan oleh

kreator untuk memenuhi hak istimewa dalam menggunakan bahasa yang disebut

kebebasan penyair (licentia poetica).

Turner (dalam Jabrohim 2012:222) stilistika merupakan bagian dari

linguistik yang memusatkan perhatiannya pada variasi penggunaan bahasa, yang

walaupun tidak secara eksklusif, terutama pemakaian bahasa dalam sastra. Hakikat

stilistika sebagai ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam karya

sastra; ilmu intersipliner antara linguistik dan kesusastraan; penerapan linguistik

pada penelitian gaya bahasa (Kridalaksana, 1988:157). Sependapat dengan

Kridalaksana, Depdiknas (2008:134) menyatakan “Stilistika adalah ilmu tentang

penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra”. Jadi, stilistika itu tidak

hanya merupakan studi gaya bahasa dalam kesustraan, melainkan juga studi gaya

bahasa dalam bahasa pada umumnya meskipun ada perhatian khusus pada bahasa

kesustraan yang paling sadar dan paling kompleks.

Supriyanto (2009:7) menyatakan bahwa stilistika berasal dari bahasa latin

yaitu stilus yang berarti sebuah alat yang digunakan untuk menulis. Stilistika

merupakan ilmu tentang gaya bahasa. Adapun stilistika menurut Al-Ma’ruf

(2009:12) yaitu ilmu yang mengkaji wujud pemakaian bahasa dalam karya sastra

yang meliputi seluruh pemberdayaan potensi bahasa, keunikan, dan kekhasan

bahasa serta gaya bunyi, pilihan kata, kalimat, wacana, citraan dan bahasa figuratif.

Page 64: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

46

Selanjutnya Djajasudarma (2013:23) menyatakan istilah stylistics biasanya

digunakan dalam pengertian yang luas, yang menginklusifkan ciri-ciri bahasa

secara situasional bahwa ke dalamnya termasuk variasi dialek regional, sosial,

sejarah. Kurniasih (2013) mengemukakan bahwa stilistika berkaitan dengan

pengertian ilmu tentang gaya secara umum, meliputi seluruh aspek kehidupan

manusia. Selanjutnya Nurmayani dan Roqyal (2019) menyatakan bahwa stilistika

adalah proses menganalisis karya sastra dengan mengkaji unsur-unsur bahasa

sebagai medium karya sastra yang digunakan sastrawan, sehingga terlihat

bagaimana perlakuan satrawan terhadap bahasa dalam rangka menuangkan

gagasannya (subject matter).

Stilistika dalam karya sastra merupakan bagian stilistika budaya itu sendiri.

Meskipun demikian, dengan adanya intensitas penggunaan bahasa, maka dalam

karya sastralah pemahaman stilistika paling banyak dilakukan. Stilistika (stylistic)

adalah ilmu tentang gaya, sedangkan stil (style) secara umum sebagaimana akan

dibicarakan secara lebih luas pada bagian berikut adalah cara-cara yang khas,

bagaimana segala sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu, sehingga tujuan yang

dimaksudkan dapat dicapai secara maksimal (Ratna, 2017:3).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa stilistika atau ilmu

gaya bahasa pada umumnya membicarakan pemakaian bahasa yang khas atau

istimewa, yang merupakan ciri khas seorang penulis, aliran sastra, atau pula

penyimpangan dari bahasa sehari-hari atau dari bahasa yang normal atau baku, dan

sebagainya. Dengan demikian, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa stilistika

Page 65: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

47

(stylistics) adalah ilmu yang secara spesifik mengungkap penggunaan gaya bahasa

yang khas dalam karya sastra.

2.2.2 Fungsi Stilistika dalam Karya Sastra

Kehadiran stilistika dimaknai sebagai fenomena yang sangat penting dalam

karya sastra. Al-Ma’ruf (2012) stilistika merupakan sarana sastra yang berfungsi

penting dalam mengekspresikan gagasan secara tidak langsung melalui ketiga cara

tersebut yakni: penggantian arti (displacing of meaning), penyimpangan arti

(distorting of meaning), dan penciptaan arti (creating of meaning).

Stilistika menurut Al-Ma’ruf (2009:15) berfungsi sebagai alat untuk

menyakinkan atau mempengaruhi pembaca atau pendengar. Stilistika juga

berkaitan dengan situasi dan suasana karangan. Artinya, stilistika dapat

menciptakan suasana hati tertentu, misalnya kesan baik dan buruk, senang, tidak

senang, yang diterima karena pelukisan tempat, peristiwa, dan keadaan tertentu.

Widdowson (dalam Widyaningrum, 2016) stilistika berada di tengah-tengah antara

bahasa dan kritik sastra. Fungsi stilistika adalah sebagai jembatan antara keduanya.

Berbeda dengan pendapat tersebut, Ratna (2017:67) mengungkapkan bahwa fungsi

utama stilistika dalam karya sastra yaitu untuk menghadirkan aspek keindahan.

Kemudian pendapat tersebut diuraikan lagi dengan lebih detail oleh Al-

Ma’ruf (2009:15-16) yang mengklasifikasi fungsi stilistika seperti berikut.

a. Meninggikan selera, yakni dapat meningkatkan minat pembaca atau pendengar

untuk mengikuti apa yang disampaikan pengarang atau pembicara;

Page 66: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

48

b. Mempengaruhi atau meyakinkan pembaca atau pendengar, artinya dapat

membuat pembaca semakin yakin dan mantap terhadap apa yang disampaikan

pengarang atau pembicara;

c. Menciptakan keadaan perasaan hati tertentu, yakni dapat membawa pembaca

hanyut dalam suasana hati, seperti kesan baik dan buruk, perasaan senang atau

tidak senang, benci dan sebagainya setelah menangkap apa yang dikemukakan

pengarang.

d. Memperkuat efek terhadap gagasan, dengan istilah lain dapat membuat

pembaca terkesan oleh gagasan yang disampaikan pengarang dalam karyanya.

Berdasarkan pendapat-pendapat para pakar di atas bahwa stilistika secara

umum memang memiliki fungsi untuk memberikan efek tertentu pada sebuah

karya. Efek tersebut diantaranya adalah keindahan, daya bayang, dan persuasif.

Begitu pula pada karya sastra berupa puisi, ketiga efek tersebut merupakan fungsi

stilistika yang paling sering dijadikan alasan oleh para penyair untuk menciptakan

suatu karya. Efek keindahan stilistika pada puisi akan terwujud melalui diksi dan

bahasa figuratif yang digunakan pada setiap larik atau baris puisi. Efek daya bayang

direalisasikan dengan memanfaatkan kata yang mengandung citraan. Adapun efek

persuasif tercermin pada sebuah karya (puisi) yang sudah diciptakan mampu

mempengaruhi dan memberikan timbal balik kepada pembaca.

2.2.3 Tujuan Stilistika dalam Karya Sastra

Fungsi stilistika dalam karya sastra dibedakan dari tujuan stilistika agar

lebih muda memahami arah pengkajiannya. Tujuan stilistika kaitannya dengan

Page 67: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

49

pendekatan penelitian karya sastra yang berorientasi pada linguistik adalah sebagai

berikut.

a. Untuk menuntun pemahaman yang lebih baik terhadap makna yang

dikemukakan pengarang dalam karyanya dan memberikan apresiasi yang lebih

terhadap kemampuan bersastra pengarangnya (Brooke, 1970: 131).

b. Untuk menelaah bagaimana unsur-unsur bahasa ditempatkan dalam

menghasilkan pesan-pesan aktual lewat pola-pola yang digunakan dalam

sebuah karya sastra (Widdowson, 1979: 202).

c. Untuk menghubungkan perhatian kritikus sastra dalam apresiasi estetik

dengan perhatian linguis dalam deskripsi linguistik, seperti yang dikemukakan

oleh Leech & Short (1984: 13).

d. Untuk menghubungkan intuisi-intuisi tentang makna-makna dengan pola-pola

bahasa dalam teks (sastra) yang dianalisis.

e. Untuk menemukan prinsip-prinsip artistik yang mendasari pemilihan bahasa

seorang pengarang, sebab setiap penulis memiliki kualitas individual masing-

masing (Leech dan Short, 1984: 74).

f. Kajian stilistika akan menemukan kiat pengarang dalam memanfaatkan

kemungkinan yang tersedia dalam bahasa sebagai sarana pengungkapan

makna dan efek estetik bahasa (Sudjiman, 1995: 56).

g. Untuk menentukan seberapa jauh dan dalam hal apa serta bagaimana

pengarang mempergunakan tanda-tanda linguistik untuk memperoleh efek

khusus (Nurgiyantoro, 2014)

Page 68: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

50

Sampai bahasan ini, fungsi dan tujuan stilistika dapat diketahui

perbedaannya. Fungsi stilistika mengarah pada sasaran karya yang diciptakan yaitu

pembaca. Adapun tujuan stilistika, tidak hanya memfasilitasi pihak pembaca saja

melainkan juga menjadi alat bagi pengarang untuk menciptakan karya.

Berdasarkan hal tersebut, tujuan stilistika dibedakan menjadi dua hal,

pertama dari segi pembaca. Tujuan pertama ini dikaitkan dengan kegiatan apresiasi

yang dilakukan pembaca terhadap karya sastra, baik apresiasi estetik maupun

apresiasi komprehensif. Kedua, dari segi penulis. Penulis, dalam hal ini penyair

memanfaatkan stilistika untuk memasukkan unsur-unsur artistik dan estetik ke

dalam karya yang diciptakannya. Selain itu, stilistika juga merupakan medium

pengungkapan makna yang paling cocok bagi penyair.

2.2.4 Bidang Kajian Stilistika

Beberapa pakar telah menyatakan bidang atau aspek kajian stilistika. Keraf

(2015:112) bahwa gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan: pilihan kata

secara individual, frasa, klausa dan kalimat bahkan mencakup pula sebuah wacana

secara keseluruhan. Pradopo (2004:9-14) juga menyatakan hal yang hampir sama

dengan Keraf bahwa unsur-unsur gaya bahasa meliputi intonasi, bunyi, kata,

kalimat dan wacana. Adapun menurut Leech dan Short (1984) berpendapat bahwa

unsur stilistika meliputi unsur leksikal, gramatikal, fiture of speech, serta konteks

dan kohesi.

Junus (1989:8) mengatakan bahwa bidang kajian stilistika meliputi bunyi

bahasa, kata, dan struktur kalimat. Sementara Aminuddin (1995:44) menyatakan

Page 69: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

51

bahwa bidang kajian stilistika dapat meliputi kata-kata, tanda baca, gambar serta

bentuk tanda lain yang dapat dianaogikan sebagai kata-kata. Selanjutnya Sudjiman

(1995:12) memaknai stilistika sebagai gaya bahasa yang mencakup diksi, struktur

kalimat, majas, citraan, pola rima serta matra yang digunakan seorang pengarang

yang terdapat dalam sebuah karya sastra.

Warnaningrum (2015) menyatakan bahwa kajian stilistika dimaksudkan

untuk menjelaskan fungsi keindahan penggunaan bentuk kebahasaan tertentu mulai

dari aspek bunyi, leksikal, struktur, bahasa figuratif, sarana retorika sampai

grafologi. Sedangkan menurut Khalwani (2017) kajian stilistika biasanya

dimaksudkan untuk menerangkan sesuatu, yang pada umumnya dalam dunia

kesastraan dan pada khususnya dalam kajian pengungkapan gaya bahasa pada suatu

kalimat yang digunakan untuk menerangkan hubungan antara bahasa dengan fungsi

artistik dan maknanya.

Merujuk dari beberapa pendapat para ahli diatas kajian stilistika karya sastra

dilakukan dengan mengkaji bentuk dan tanda-tanda linguistik yang digunakan

dalam struktur lahir karya sastra sebagai media ekspresi pengarang dalam

mengemukakan gagasannya. Unsur-unsur stilistika sebagai tanda-tanda lingustik

secara sederhana dapat berupa gaya kata, gaya kalimat, bahasa figuratif dan citraan

(Supriyanto, 2011:31).

Page 70: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

52

2.2.5 Bahasa Figuratif dalam Karya Sastra

Bahasa figuratif dalam karya sastra banyak kita temukan. Tanpa adanya

bahasa figuratif dalam karya sastra akan mengurangi keindahan karya tersebut.

Dibawah ini akan dijelaskan tentang bahasa figuratif dan fungsi bahasa figuratif.

2.2.5.1 Bahasa Figuratif

Bahasa figuratif dapat dikatakan sebagai bahasa berfigura atau bahasa yang

berbingkai. Bahasa figuratif adalah pemanfaatan bahasa yang digunakan oleh

pengarang untuk memperoleh efek keindahan pada sebuah karya sastra.

Penggunaan bahasa tersebut untuk menyatakan sesuatu yang biasanya dengan cara

yang tidak langsung atau bahasa kias.

Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan

sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan

makna (Mabruri dan Sri Dwi, 2015). Bahasa figuratif adalah suatu bentuk

penggunaan bahasa yang maknanya menyimpang dari pemakaian yang biasa, baku,

atau urutan kata dengan tujuan untuk mencapai efek tertentu, yaitu, efek keindahan.

Bahasa figuratif yang tepat digunakan dapat menolong pembaca merasakan dan

melihat seperti apa yang dilihat atau apa yang dirasakan penulisnya (Nurhayati,

2019).

Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi dramatis artinya

memancarkan makna atau kaya makna. Waluyo (1987:83) menjelaskan bahwa

bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu

dengan cara yang tidak biasa yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna.

Page 71: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

53

Bahasa kias pada dasarnya digunakan oleh sastrawan untuk memperoleh dan

menciptakan citraan. Hidayat dan Supriyanto (2017) menyatakan bahasa kias atau

pemajasan dapat pula difungsikan untuk melukiskan perasaan tokoh. Bahasa

kiasan adalah cara yang digunakan pengarang untuk mengekspresikan pengalaman

batin dan memproyeksikan kepribadian, sehingga karya sastra memiliki ciri-ciri

yang personal sehingga menimbulkan efek estetis dalam karyanya (Yunata, 2013).

Keraf (2015:136) menyatakan bahwa bahasa figuratif sering disebut bahasa

kias. Bahasa kias pertama-tama dibentuk berdasarkan perbandingan atau

persamaan. Membandingkan sesuatu dengan sesuatu hal yang lain, berarti mencoba

menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan antara kedua hal tersebut.

Perbandingan sebenarnya mengandung dua pengertian yaitu perbandingan yang

termasuk dalam gaya bahasa yang polos atau langsung, dan perbandingan yang

termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Bahasa figuratif merupakan cara penyair

mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginannya melalui kata-kata yang

dipilihnya (Wirawan, 2016).

Bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang

dimaksud oleh penyair, karena : (1) mampu menghasilkan kesenangan imajinatif,

(2) merupakan cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi, (3)

merupakan cara menambah intensitas perasaan penyair untuk menghasilkan imaji

tambahan dalam puisinya dan menyampaikan sikap penyair, (4) merupakan cara

untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara

menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat (Perrine

dalam Waluyo, 1987:83).

Page 72: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

54

Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pendapat di atas bahwa bahasa

figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan

cara yang tidak biasa yakni secara tidak langsung untuk mengungkapkan

maknanya.

Bahasa figuratif merupakan sarana retorika sastra yang sangat dominan.

Menurut Al-Ma’ruf (2009:60-61) bahasa figuratif merupakan cara pengarang

dalam memanfaatkan bahasa untuk memperoleh efek estetik dengan pengungkapan

gagasan secara kias yang menyaran pada makna literal (literal meaning). Bahasa

figuratif dalam penelitian stilistika karya sastra dapat mencakup (1) majas, (2)

idiom, dan (3) peribahasa. Pemilihan tiga bentuk bahasa figuratif tersebut

didasarkan pada alasan bahwa ketiganya merupakan sarana sastra yang dipandang

representatif dalam mendukung gagasan pengarang. Pendapat Al-Ma’ruf tersebut

ditegaskan lagi oleh Supriyanto (2011:67-68) bahwa bahasa figuratif mencakup

pembahasan berikut.

1. Majas

Majas sering dianggap sebagai sinonim dari gaya bahasa, akan tetapi

sebenarnya majas termasuk dalam klasfikasi gaya bahasa itu sendiri (Manurung

2015). Majas terbagi menjadi dua jenis, yaitu (1) figura of thought: bahasa kias

yang berkaitan dengan pengolahan dan pembayangan gagasan, dan (2) rethorical

figure: bahasa kias yang terkait dengan penataan dan pengurutan kata-kata dalam

kalimat (Aminuddin, 1995:249). Sedangkan menurut Sebayang (2018) majas

adalah bahasa kiasan yang digunakan pengarang di dalam karya sastra dengankesan

tertentu untuk mewakili gagasan yang ingin disampaikan. Majas dapat membuat

Page 73: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

55

karya sastra lebih hidup dan bervariasi serta dapat menghindari hal-hal yang bersifat

monoton yang dapat membuat pembaca bosan.

Nurgiyantoro (2014:215) menyatakan pemajasan (figuratif language,

figures of thought) merupakan teknik pengungkapan bahasa, penggaya bahasan,

yang maknanya tidak menunjuk pada makna harfiah kata-kata yang

mendukungnya, melainkan pada makna yang ditambahkan atau makna yang

tersirat. Jadi, pemajasan merupakan stile yang bermain dengan makna, yaitu dengan

menunjuk makna yang dimaksud secara tidak langsung.

Pemajasan menurut Abrams (2009:63-65) mencakup simile (perbandingan,

metafora, metonimi, sinekdoki, dan personifikasi. Sementara menurut Pradopo

(2014:62) membagi majas menjadi tujuh, yaitu perbandingan (simile), metafora,

perumpamaan epos, allegori, personifikasi, metonimia dan sinekdoki. Berikut

adalah penjabaran pemajasan dengan merujuk pendapat Pradopo tersebut.

a) Perbandingan (simile)

Majas simile adalah majas yang menyamakan satu hal dengan hal yang lain

dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti bagai, bak, seperti, semisal,

seumpama, laksana, sepantun, penaka, se, dan kata-kata pembanding lainnya

(Pradopo, 2014:63). Majas simile adalah majas yang paling sederhana dan paling

banyak digunakan dalam karya sastra. Baldic (dalam Nurgiyantoro 2014:219)

menyatakan simile adalah suatu bentuk pembandingan secara eksplisit di antara dua

hal yang berbeda yang dapat berupa benda, fisik, aksi, perbuatan atau perasaan yang

lazimnya memakai kata-kata pembanding eksplisit tertentu. Sedangkan menurut

Page 74: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

56

Supriyanto (2011:72) majas simile digunakan untuk memperoleh efek estetis dan

sebagai sarana untuk menciptakan suasana cerita menjadi lebih hidup.

Aminuddin (1995:308) menyatakan simile sebagai bentuk bahasa kias yang

menggunakan perbandingan secara langsung. Misalnya, bentuk seperti, bagaikan,

dan lain-lain. Pendapat tersebut menyatakan simile membandingkan sebuah hal

secara langsung. Sependapat dengan Ratna (2017:446) simile menggunakan kata-

kata pembanding: seperti, laksana, umpama. Pernyataan ini menjelaskan bahwa

majas ini merupakan majas perbandingan. Majas simile adalah majas yang paling

sederhana dan paling banyak digunakan dalam karya sastra. Berikut adalah contoh

dari majas simile.

“Suaramu bagai alunan syahdu yang mencairkan kekakuan.

Senyummu laksana pucuk bulan yang merekah diperaduan.”

b) Metafora

Majas metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal

secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya darat,

buah hati, cindera mata, dan sebagainya (Keraf, 2015:139). Menurut Kosasih

(2008:42) menyatakan metafora adalah majas perbandingan yang diungkapkan

secara singkat dan padat. Majas ini secara eksplisit menjelaskan terkait analogi

makna secara singkat dan jelas.

Ratna (2017:445) menyatakan metafora adalah membandingkan suatu

benda dengan benda lainnya. Menurut Nurgiyantoro (2014:224) metafora adalah

bentuk pembandingan antara dua hal yang dapat berwujud benda, fisik, ide, sifat,

atau perbuatan dengan benda lain yang bersifat implisit. Sesuatu yang dibandingkan

Page 75: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

57

dapat berupa ciri-ciri fisik, sifat, keadaan, aktivitas, atau sesuatu yang lain yang

kesemuanya harus ditemukan untuk dapat memahami makna yang ditunjuk.

Majas metafora adalah majas seperti simile, hanya tidak mempergunakan

kata-kata pembanding seperti bagai, laksana dan sebagainya. Metafora ini

menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan yang lain yang

sesungguhnya tidak sama. Becker (dalam Pradopo, 2014:67) bahwa metafora itu

melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain. Dalam metafora sendiri juga

memiliki istilah atau biasa dikenal dengan sebutan term. Metafora teridir dari dua

term atau dua bagian, yaitu term pokok (principal term) dan term kedua (secondary

term). Term pokok disebut juga tenor, term kedua disebut juga vehicle. Term

pokok atau tenor menyebutkan hal yang dibandingkan, sedangkan, sedang term

kedua vehicle adalah hal yang untuk membandingkan. Berikut adalah contoh dari

majas metafora.

Bumi ini perempuan jalang

(Subagio, “Dewa Telah Mati”, 1975:9)

c) Perumpamaan

Majas perumpamaan disebut juga dengan perbandingan atau perumpamaan

epos. Perumpamaan secara definitif merupakan perbandingan yang dilanjutkan,

atau diperpanjang, yakni dibentuk dengan melanjutkan sifat-sifat

pembandingannya lebih lanjut dalam kalimat-kalimat atau frase-frase yang

berturut-turut (Pradopo, 2014:70). Fungsi perbandingan epos ini seperti pada

umumnya, yaitu untuk menghadirkan gambaran yang jelas dalam suatu karya

sastra. Berikut adalah contoh dari majas perumpamaan.

Page 76: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

58

Di tengah Sunyi

Ditengah sunyi menderu rinduku.

Seperti topan. Meranggutkan dahan,

Mencabutkan akar, meranggutkan kembang kalbuku.

(Jassin, 1959:51).

d) Alegori

Majas alegori merupakan cerita kiasan ataupun lukisan kiasan. Cerita

kiasan atau lukisan kiasan ini mengkiaskan hal lain atau kejadian lain (Pradopo,

2014:72). Ada kesamaan karakteristik antara metafora dan alegori, yaitu adanya

unsur yang dibandingkan dengan unsur pembandingnya. Sependapat dengan Keraf

(2015:140) menyatakan bahwa alegori yaitu suatu cerita singkat yang mengandung

kiasan. Makna kiasan ini harus ditarik dari bawah permukaan ceritanya. Dalam

alegori, nama-nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya

selalu jelas tersurat.

Prinsipnya majas alegori masih termasuk ke dalam majas perbandingan.

Nurgiyantoro (2014:239) menyatakan bahwa Alegori adalah sebuah cerita kiasan

yang maknanya tersembunyi pada makna literal. Jadi, ada dua makna yang

dikandung dalam sebuah teks alegoris, yaitu makna literal makna yang secara

langsung ditunjuk pada teks, dan makna yang sebenarnya dimaksudkan, makna

yang tersembunyi yang perlu ditafsirkan. Prinsip alegori dapat dilakukan lewat

majas personafikasi, yaitu dengan mengorangkan sesuatu yang nonhuman dengan

memiliki sifat-sifat manusiawi, dan makna yang sesungguhnya dimaksud dapat

ditujukan kepada figur atau tokoh manusia nyata. Cerita alegoris juga dapat

diungkapkan lewat metafora yang membandingkan sesuatu, dapat berupa karakter,

Page 77: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

59

semangat, aktivitas, bahkan juga seorang tokoh, dengan cerita lain yang

dikembangkan sebagai pembanding. Contoh majas alegori adalah sebagai berikut.

Di Kebon Binatang

Seorang wanita muda berdiri terpikat memandang ular

yang melilit sebatang pohon sambil menjulur-julurkan

lidahnya; katanya kepada suaminya, “Alangkah indahnya

kulit ular itu untuk tas dan sepatu!”

Lelaki muda itu seperti teringat sesuatu, cepat-cepat

menarik lengan istrinya meninggalkan tempat terkutuk itu.

(Damono 1974:17)

e) Personifikasi

Majas personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan

benda-benda mati seolah-olah memiliki sifat kemanusiaaan. Benda-benda mati

dibuat dapat berbuat, berfikir dan sebagainya, seperti hanya halnya manusia dan

banyak dipergunakan penyair dulu sampai sekarang, personifikasi membuat hidup

dengan lukisan disamping itu memberi kejelasan kebenaran, memberikan

bayangan angan yang konkret. Lukisan berupa kiasan menjadi hidup dan benar-

benar memberikan gambaran atau bayangan angan yang konkret (Pradopo,

2014:76).

Nurgiyantoro (2014:235) menyatakan bahwa personafikasi dipandang

sebagai majas yang mendasarkan diri pada adanya sifat perbandingan dan

persamaan. Sedangkan menurut pendapat Ratna (2014:446) personifikasi adalah

gaya bahasa yang benda mati dianggap benda hidup. Pernyataan tersebut

menjelaskan bahwa sifat benda mati akan diubah menjadi sifat benda hidup.

Kosasih (2008:61) menyatakan personifikasi merupakan majas yang

membandingkan benda-benda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti

manusia. Secara khusus gaya bahasa ini adalah menjadikan sifat-sifat benda yang

Page 78: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

60

mati menjadi hidup. Personfikasi atau prosopopenia adalah semacam gaya bahasa

kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak

bernyawa seolah-seolah memiliki kemanusiaan (Keraf, 2015:140). Berikut ini

adalah contoh dari majas personifikasi.

Alur Perjalanan Imaji

“Belaian angin malam ini seakan menusuk tulang-tulangku. Tolonglah

Sejenak menjadi patung, aku hendak berlayar ke pulau imaji.”

f) Metonimia

Majas atau bahasa kiasan yang lebih jarang dijumpai pemakaiannya.

Metonimia ini dalam bahasa indonesia sering disebut kiasan pengganti nama.

Bahasa ini berupa penggunaan sebuah atribut sebuah objek atau penggunaan

sesuatu yang sangat dekat hubungannya dengan mengganti objek tersebut.

Menurut Nurgiyantoro (2017:243) metonimia merupakan sebuah ungkapan yang

menunjukan adanya pertautan atau pertalian yang dekat antara kata-kata yang

disebut dan makna yang sesungguhnya. Pengungkapan yang dimaksud dapat

berupa penggunaan nama benda yang lain seperti merek, atribut, atau ciri khas.

Sedangkan menurut Keraf (2015:142) metonimia adalah suatu gaya bahasa yang

mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena pertalian

yang sangat dekat. Contoh dari majas metonimia adalah sebagai berikut.

Ibu Kota Senja

Klakson dan lonceng bunyi bergiliran

...........

Dan perempuan mendaki tepi sungai kesayangan

Di bawah bayangan samar istana kejang

O, kota kekasih setelah senja

Page 79: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

61

g) Sinekdoki

Bahasa kiasan yang menyebutkan sesuatu bagian yang penting suatu benda

(hal) untuk benda atau hal itu sendiri. Bahasa kiasan dalam benda atau mengganti

nama menjadi benda, kerap kali pengarang menggunakan sinekdoki dalam

membangun karya sastra. Keraf (2015:142) menyatakan bahwa sinekdoke adalah

semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk

menyatakan keseluruuhan atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan

sebagian.

Nurgiyantoro (2017:244) menyampaikan bahwa majas sinekdoki adalah

sebuah ungkapan dengan cara menyebut bagian tertentu yang penting dari sesuatu

untuk sesuatu itu sendiri. Di dalam majas sinekdoki ini sendiri terdapat dua

kategori penyebutan yang berkebalikan. Pertama, pernyataan yang hanya

menyebut sebagian atau bagian tertentu dari sesuatu, tetapi itu dimaksudkan untuk

menyatakan keseluruhan sesuatu tersebut, dan majas itu disebut pars pro toto.

Kedua, penyebutan kebalikannya yaitu pernyataan yang menyebut sesuatu secara

keseluruhan, namun sebenarnya itu untuk sebagian dari sesuatu tersebut dan

dinamakan totum pro parte. Contoh majas sinekdoki adalah sebagai berikut.

Kujelajah Bumi dan alis kekasih

Bumi itu totum pro parte dan alis kekasih pars pro toto.

2. Idiom

Konstruksi unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing anggota

mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain disebut idiom. Yusuf

(1995: 118), mengartikan idiom sebagai kelompok kata yang mempunyai makna

Page 80: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

62

khas dan tidak sama dengan makna kata per kata. Menurut Sudjiman (dalam Al-

Ma’ruf 2012:48) idiom adalah pengungkapan bahasa yang bercorak khas baik

karena tata bahasanya mempunyai makna yang tidak dapat dijabarkan dari makna

unsur- unsurnya. Idiom adalah makna kumpulan kata yang membentuknya.

Kumpulan kata sekurang-kurangnya akan membentuk frasa, lalu klausa dan

kalimat, sehingga idiom dapat berbentuk frasa, klausa dan kalimat (Sukiman,

2015).

Palmer (1981:36) mendefiisikan idiom adalah “sequence of words whose

meaning cannot be predicted from the meaning of the worrds themselves”.

Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa idiom adalah serangkaian kata-kata yang

artinya tidak dapat diprediksi dari kata-kata itu bila berdiri sendiri. Menurut

Kridalaksana (1988:80) bahwa kontruksi yang maknanya tidak sama dengan

gabungan makna anggota-anggotanya dinamakan idiom.

Selanjutnya sejalan dengan pendapat Kridalaksana, Keraf (2015:109)

menyatakan bahwa idiom sebagai pola-pola srtuktural yang menyimpang dari

kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa. Sedangkan artinya

tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal. Dari beberapa pendapat

tersebut dapat disimpulkan bahwa idiom adalah ungkapan khusus dalam suatu

masyarakat tertentu.

Contoh :

Karena skandal yang dilakukannya, dia pun akhirnya harus rela menjadi buah bibir

di masyarakat. (buah bibir : bahan perbincangan).

Page 81: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

63

3. Peribahasa

Peribahasa merupakan kalimat atau penggalan kalimat yang telah membeku

bentuk, makna, dan fungsinya dalam masyarakat, bersifat turun temurun,

dipergunakan untuk menghias karangan atau percakapan, penguat maksud

karangan, pemberi nasihat, pengajaran atau pedoman hidup. Peribahasa dalam

bahasa Indonesia kedudukan dan peran yang penting karena memiliki makna yang

dalam. Bentuk peribahasa itu merupakan penuturan yang sering diucapkan sehari-

hari, tetapi memiliki nilai estetik yang tinggi. Peribahasa menurut Kridalaksana

(1988:131), mencakup pepatah, ibarat (simile), bidal, perumpamaan dan pemeo.

Al-Ma’ruf (2012:49) tujuan orang menggunakan peribahasa adalah untuk

menyingkat pembicaraan, sehingga maksud dan tujuan pembicaraan yang panjang

lebar itu dapat disingkat dan langsung pada intinya. Peribahasa dapat juga diartikan

sebagai ungkapan yang tidak langsung, namun tersirat menyampaikan suatu hal

yang dapat dipahami pembaca atau pendengar.

Contoh :

Tong kosong nyaring bunyinya.

(orang yang bodoh biasanya banyaknya cakapnya atau pembicaraannya).

2.2.5.2 Fungsi Bahasa Figuratif

Bahasa figuratif dalam karya sastra memiliki peran yang sangat penting

dalam penciptaan pada karya sastra tersebut, karena keindahan karya sastra dapat

didukung dengan adanya bahasa figuratif yang digunakannya. Bahasa figuratif

dalam karya sastra dapat memunculkan dan mengembangkan apresiasi dari

Page 82: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

64

pembaca. Pembaca dapat masuk dalam suatu karya sastra dengan adanya bahasa

figuratif yang digunakan.

Nurgiyantoro (2009: 297) menyatakan bahwa penggunaan bahasa kias atau

pemajasan dapat membangkitkan kesan dan suasana tertentu, tanggapan indera

tertentu serta memperindah penuturan yang berarti menunjang tujuan-tujuan estetik

karya sastra. Sama halnya penggunaan bahasa kias berperan dalam penyampaian

maksud seseorang. Kadangkala penafsiran seseorang dapat berbeda dengan maksud

yang diungkapkan orang lain melalui gaya bahasa. Sayuti (1985:124)

mengemukakan bahasa kias merupakan sarana atau alat untuk memperjelas

gambaran ide, mengkonkretkan gambaran dan menumbuhkan perpektif baru

melalui komparasi.

Pradopo (1993: 62) mengemukakan bahwa keberadaan majas dapat

membuat karya sastra menjadi menarik perhatian, hidup, dan menimbulkan

kejelasan gambaran angan. Fungsi bahasa kias adalah menggambarkan sesuatu

dalam karya sastra agar menjadi jelas, hidup, intensif, dan menarik. Penggunaan

majas dapat ditujukan untuk membangkitkan kesan dan suasana tertentu, tanggapan

indera tertentu, serta memperindah penuturan, yang berarti menunjang tujuan-

tujuan karya sastra. Dengan demikian fungsi-fungsi yang muncul dari pemanfaatan

pemajasan ada bermacam-macam tetapi semua fungsi itu tetap bertujuan untuk

membangun nilai estetis dalam karya sastra.

Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi bahasa figuratif adalah untuk

memperindah bunyi dan penutur, konkritisasi, menjelaskan gambaran, memberi

penekanan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, membangkitkan kesan

Page 83: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

65

dan suasana tertentu, untuk mempersingkat penulisan dan penuturan dan

melukiskan perasaan tokoh.

2.2.6 Citraan

Citraan dalam karya sastra banyak kita temukan. Tanpa adanya citraan

dalam karya sastra akan mengurangi keindahan karya tersebut. Dibawah ini akan

dijelaskan tentang pengertian citraan dan jenis-jenis citraan.

2.2.6.1 Pengertian Citraan

Citraan atau imagery berasal dari bahasa Latin imago (image). Citraan

merupakan gambaran angan-angan dalam karya sastra. Persoalan citraan (gambaran

angan-angan) berhubungan dengan pemakaian bahasa dan sering dikaitkan dalam

kajian puisi (Supriyanto, 2011:92). Gambaran angan-angan tersebut untuk

menimbulkan suasana yang lebih khusus dan memperhidup gambaran dalam

sebuah pikiran serta penginderaan juga untuk menarik perhatian. Altenbernd

(dalam Pradopo, 2014:80) memandang bahwa citraan adalah gambar-gambar dalam

pikiran dan bahasa yang menggambarkannya. Dalam puisi, untuk memberi

gambaran yang jelas, untuk menimbulkan suasana khusus, untuk membuat lebih

hidup gambaran pikiran dan penginderaan dan juga untuk menarik perhatian,

penyair juga menggunakan gambaran-gambaran angan (pikiran), disamping alat

kepuitisan yang lain. Citraan menggambarkan kesan atau bayangan visual yang

timbul dari sebuah kata, kelompok kata, atau kalimat yang merupakan unsur dasar

yang khas dalam puisi (Patmawati, Sumiarti dan Sujono, 2018).

Page 84: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

66

Sayuti (2010:170) mengemukakan bahwa citraan merupakan kesan yang

terbentuk dalam menjaga imajinasi melalui sebuah kata atau rangkai kata,

seringkali merupakan gambaran dalam angan-angan. Citraan merupakan gambaran

pengalaman indera, dalam puisi yang tidak hanya terdiri dari gambran mental saja,

tetapi sesuatu yang mampu pula menyentuh atau mengunggah indera-indera yang

lain. Sedangkan Citraan merupakan suatu bentuk penggunaan bahasa yang mampu

membangkitkan kesan yang konkret terhadap suatu objek, pemandangan, aksi,

tindakan, atau pernyataan yang dapat membedakanya dengan pernyataan yang

abstrak (Baldic dalam Nurgiyantoro 2014:276).

Maulina (2016) menyatakan bahwa citraan merupakan satu dari sekian

banyak teknik ekspresi puitik yang digunakan penyair untuk mengoptimalkan efek

pengukuhan pengalaman indra dalam diri penyair dan membangkitkannya dalam

diri pembaca atau pendengar melalui bahasa tulis. Penyair juga menciptakan

pengimajian (pencitraan) dalam puisinya. Pengimajian adalah kata atau susunan

kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh

penyair (Waluyo, 2002:10).

Selanjutnya Abrams (dalam Al-Ma`ruf, 2009:75) menyatakan bahwa

citraan dalam karya sastra berperan untuk menimbulkan pembayangan imajinatif,

membentuk gambaran mental dan dapat membangkitkan pengalaman tertentu pada

pembaca. Citraan bearti kumpulan citra (the colletion of images), yang digunakan

untuk melukiskan objek dan kualitas tanggapan idera yang digunakan dalam karya

sastra, baik dengan deskripsi secara harafiah maupun secara kias. Sedangkan

menurut Hasanuddin (2002: 110) mengemukakan bahwa pada hakikatnya,

Page 85: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

67

permasalahan citraan atau pengimajian ini masih berkaitan dengan permasalahan

diksi. Artinya pemilihan terhadap kata tertentu akan menyebabkan timbulnya daya

saran yang menyebabkan daya bayang pembaca terhadap sesuatu hal. Daya bayang

(imajinasi) pembaca tersentuh, karena beberapa dari indera dipancing untuk segera

membayangkan sesuatu lewat daya bayang yang dimiliki pembaca. Daya bayang

ini tentu saja tergantung kepada kemampuan masing-masing pembaca. Jadi,

pemilihan kata yang tepat dapat menggambarkan suatu daya saran. Daya saran itu

yang akan membangkitkan daya bayang pembaca. Secara imajinatif pembaca akan

menghubungkan pikiran dan perasaanya pada suatu pengalaman yang telah

membuatnya terkesan. Dengan demikian, citraan biasanya lebih mengingatkan

kembali daripada membuat suatu kesan pikiran

Sebagai salah satu alat keindahan atau kepuitisan, citraan berfungsi untuk

memperjelas dan menimbulkan suasana khusus. Dengan demikian, pembaca dapat

merasakan apa yang terdapat dalam karya sastra seakan-akan hidup atau terdapat

dihadapannya. Selain itu juga memberikan suasana yang khusus, jelas dan

memberikan warna setempat maka penulis menggunakan citraan pada karya

sastranya.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa citraan

merupakan suatu gambaran anganangan yang terdapat dalam sebuah puisi. Angan-

angan tersebut dapat dilihat, dicium, diraba, dikecap, dan didengar dengan kata lain

disebut oleh panca indra. Gambaran angan-angan yang terdapat dalam sebuah puisi

sangat menyerupai aslinya tetapi tidak benar-benar ada hanya dapat dirasakan

dalam angan-angan pembaca atau pendengar saja. Pemilihan kata yang tepat dapat

Page 86: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

68

menggambarkan suatu daya saran. Daya saran itu yang akan membangkitkan daya

bayang pembaca. Secara imajinatif pembaca akan menghubungkan pikiran dan

perasaanya pada suatu pengalaman yang telah membuatnya terkesan. Dengan

demikian, citraan biasanya lebih mengingatkan kembali daripada membuat suatu

kesan pikiran. Sehingga pembaca dapat merasakan isi dan mengerti arti sebuah

makna dalam puisi tersebut.

2.2.6.2 Jenis-Jenis Citraan

Pradopo (2014:82) membagi beberapa jenis citraan, seperti citraan

penglihatan, citraan pendengaran, citraan perabaan, citraan pencecapan, dan citraan

penciuman. Jenis-jenis citraan dibedakan menjadi tujuh, antara lain yaitu citraan

penglihatan, citraan pendengaran, citraan gerakan, citraan perabaan, citraan

penciuman, citraan pencecapan, dan citraan intelektual (Nurgiyantoro, 2014:304).

Jenis-jenis citraan yang diduga produktif dimanfaatkan oleh sastrawan

dalam karya sastranya seperti citraan penglihatan (visual imagery), citraan

pendengaran (auditory imagery), citraan gerakan (movement imagery/

kinaesthetic), citraan perabaan (tactile/ thermal imagery), citraan penciuman (smell

imagery), citraan pencecapan (taste imagery) dan citraan intelektual (intellectual

imagery) (Al-Ma`ruf 2012:195). Sependapat dengan Al-Ma’ruf, Hassanuddin

(2002:117) menyatakan jenis-jenis citraan dibagi menjadi enam yaitu citraan

penglihatan, citraan pendengaran, citraan penciuman, citraan rasaan, citraan rabaan,

dan citraan gerak. Jenis-jenis citraan akan dijelaskan seperti dibawah ini.

Page 87: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

69

1) Citraan Penglihatan (Visual Imagery)

Citraan penglihatan adalah citraan yang timbul karena daya saran

penglihatan. Banyak penyair memanfaatkan citraan penglihatan. Pelukisan karakter

tokoh, misalnya keramahan, kemarahan, kegembiraan dan fisik (kecantikan,

keseksian, keluwesan, ketrampilan, kejantanan, kekuatan, ketegapan), sering

dikemukakan penyair melalui citraan penglihatan ini. Banyak penyair

memanfaatkan citraan penglihatan. Citraan ini memang banyak digemari oleh

penyair. Dalam karya sastra, selain pelukisan karakter tokoh cerita, citraan

penglihatan ini juga sangat produktif dipakai penyair untuk melukiskan keadaan,

tempat, pemandangan, atau bangunan. Berikut ini adalah contoh dari citraan

penglihatan.

STANZA

Ada burung dua, jantan dan betina

hinggap di dahan.

Ada daun dua, tidak jantan tidak betina gugur dari dahan.

Ada angin dan kapuk gugur, dua-dua sudah tua

pergi ke selatan.

Ada burung, daun, kapuk, angin, dan mungkin juga debu.

mengendap dalam nyanyiku.

(Rendra, Empat Kumpulan Sajak: 62)

2) Citraan Pendengaran (Auditory Imagery)

Citraan pendengaran adalah citraan yang ditimbulkan oleh pendengaran. Di

samping citraan penglihatan, citraan pendengaran juga produktif dipakai di dalam

karya sastra. Berbagai peristiwa dan pengalaman hidup yang berkaitan dengan

pendengaran yang tersimpan dalam memori pembaca akan mudah bangkit dengan

adanya citraan audio. Lewat citraan pendengaran, sesuatu yang abstrak

digambarkan sebagai sesuatu yang terdengar dan merangsang indera pendengaran.

Page 88: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

70

Dengan begitu, seolah-olah ide itu terasa hadir dalam diri pembaca. Berikut ini

adalah contoh dari citraan pendengaran.

CERMIN, 1

cermin tak pernah berteriak; ia pun tak pernah

meraung, tersedan, atau terhisak,

meski apapun terjadi terbalik didalamnya;

barangkali ia hanya bertanya:

mengapa kau seperti kehabisan suara ?

(Sapardi Djoko Damono, Perahu Kertas: 36)

3) Citraan Penciuman (Smell Imagery)

Ide-ide abstrak coba dikonkretkan oleh penyair dengan cara melukiskan

atau menggambarkannya lewat suatu rangsangan yang seolah-olah dapat ditangkap

oleh indera penciuman. Citraan ini mungkin saja digunakan dipergunakan secara

bersama-sama dengan citraan-citraan yang lain. Jenis citraan penciuman jarang

digunakan dibanding citraan gerak, penglihatan, atau pendengaran. Pelukisan

imajinasi yang diperoleh melalui pengalaman idera penciuman di pakai pengarang

untuk membangkitkan imaji pembaca dalam hal memperoleh pengalaman yang

utuh atas teks sastra yang dibacanya melalui idera penciuman. Berikut ini adalah

contoh citraan penciuman.

BUNGA, 3

seuntai kuntum melati yang di ranjang itu sudah berwarna coklat

ketika tercium udara subuh dan terdengar ketukan di pintu tak

ada sahutan

seuntai kuntum melalui itu sudah kering: wanginya mengeras

di empat penjuru dan menjelma kristal-kristal di udara ketika

terdegar ada yang memaksa membuka pintu

lalu terdengar seperti gema, “hei, siapa gerangan yang telah

membawa pergi jasadku ?”

(Sapardi Djoko Damono, Perahu Kertas: 12)

Page 89: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

71

4) Citraan Rasaan (Taste Imagery)

Lewat citraan ini, digambarkanlah sesuatu oleh penyair dengan

mengetengahkan atau memilih kata-kata untuk membangkitkan emosi dan guna

menggiring daya bayang pembaca lewat sesuatu seolah-olah dapat dirasakan oleh

indera pencecapan pembaca. Citraan ini adalah pelukisan imajinasi yang

ditimbulkan oleh pengalaman idera pencecapan dalam hal ini lidah. Dengan citraan

ini pembaca akan lebih mudah membayangkan bagaimana sesuatu, makanan, atau

minuman misalnya yang diperoleh dari lidah. Berikut ini adalah contoh dari citraan

rasaan.

SAJAK BERKACA

Kuterima telanjang dari kaca

Berdua terasa tolol dan sia-sia

Kugapai bayangan yang lain

Untuk minum bersama

Gelas masih penuh

Dan bila kau datang

Kan kuajak kau minum bersama

Sajakku minum ramuan racun

Setelah menyaksikan

Bayangan kita kehilangan kau dan aku

Seperti beribu gelombang kehilangan laut

1979

(Leon Agusta, Hukla: 16)

5) Citraan Rabaan (Tactile Imagery)

Citraan rabaan adalah citraan yang berupa lukisan yang mampu

menciptakan suatu daya saran bahwa seolah-olah pembaca dapat tersentuh;

bersentuhan; atau apapun yang melibatkan efektivitas indera kulitnya. Sesuatu yang

diungkapkan seolah-olah dapat dirasakan, seperti lengannya tersayat pisau atau

ungkapan lama tetapi masih sering dipergunakan juga oleh banyak orang perihnya

Page 90: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

72

hati bagai tertusuk sembilu. Dalam fiksi, citraan rabaan terkadang dipakai untuk

melukiskan keadaan emosional tokoh. Biasanya citraan perabaan digunakan untuk

lebih menghidupkan imaji pembaca dalam memahami teks karya sastra sehingga

timbul efek estetis. Berikut ini adalah contoh dari citraan rabaan.

TAJAM HUJANMU

tajam hujanmu

ini sudah terlanjur mencintaimu: payung terbuka dan

bergoyang-goyang di tangan kananku, air yang menetes

dari pinggir-pinggir payung itu, aspal yang gemeletuk

di bawah sepatu, arloji yang buram berair kacanya, dua

tiga patah kata yang mengganjal di tenggorokan

deras dinginmu

sembilu hujanmu

(Sapardi Djoko Damono, Perahu Kertas: 30)

6) Citraan Gerak (Kinaesthetic Imagery)

Citraan gerak ini dimanfaatkan dengan tujuan lebih menghidupkan

gambaran dengan melukiskan sesuatu yang diam itu seolah-olah bergerak.Citraan

gerakan melukiskan sesuatu yang sesungguhnya tidak bergerak ataupun gambaran

gerak pada umumnya. Citraan gerak dapat membuat sesuatu menjadi terasa hidup

dan terasa menjadi dinamis. Berikut ini adalah contoh dari citraan gerak.

GONGGONGAN ANJING

untuk Rizki

gonggongan anjing itu mula-mula lengket di lumpur lalu

merayapi pohon cemara dan tergelincir di atas rumah

menyusup lewat celah-celah genting bergema dalam kamar

demi kamar tersuling lewat mimpi seorang lelaki

“siapa yang bernyanyi bagai bidadari ?” tanya sunyi.

(Sapardi Djoko Damono, Perahu Kertas: 31)

Page 91: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

73

2.2.6.3 Fungsi Citraan

Citraan berperan penting untuk menimbulkan pembayangan imajinatif,

membentuk gambaran mental, dan dapat membangkitkan pengalaman tertentu pada

pembaca. Citraan dalam hal ini merupakan kata-kata yang mampu menarik

gambaran dalam imajinasi, membuat kesan pembaca, dan melukiskan sesuatu

mengenai ide atau gagasan yang hendak disampaikan. Fungsi citraan adalah

merangsang imajinasi, menggugah perasaan dan pikiran-pikiran dibalik sentuhan

indera.

Nurgiyantoro (2014:278) mengungkapkan citraan berfungsi untuk

memberikan kemudahan bagi pembaca untuk membayangkan, merasakan, dan

menangkap pesan yang ingin disampaikan pengarang. Menurut Pradopo (2012)

citraan berfungsi untuk memberikan gambaran yang jelas, untuk menimbulkan

suasana yang khusus, untuk membuat (lebih) hidup gambaran dalam pikiran

penginderaan dan juga untuk menarik perhatian, penyair juga menggunakan

gambaran-gambaran angan (pikiran), di samping alat kepuitisan yang lain.

Selain untuk mengongkretkan citraan juga berfungsi untuk menghidupkan

penuturan. Nurgiyantoro (2014:277) mengemukakan bahwa pengimajian adalah

penataan kata yang menyebabkan makna-makna abstrak menjadi konkret dan

cermat. Kekonkretan dan kecermatan makna-makna itu menggugah kekonkretan

dan kecermatan penglihatan atau pendengaran imajian pembaca. Lewat

penggunaan yang seperti itu mampu menghidupkan penuturan.

Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa citraan memiliki fungsi untuk

mengongkretkan sehingga memberikan kemudahan tersendiri untuk pembaca.

Page 92: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

74

Dalam hal ini mengongkretkan bukan berarti benar-benar nyata dilihat, didengar

oleh mata dan telinga tetapi benar-benar nyata di sini maksudnya lewat rongga

imajinasi jadi seolah-olah mengongkretkan. Usaha pengkonkretan sesuatu yang

abstrak menjadi (seolah-olah) konkret lewat bentuk-bentuk citraan, adalah sebuah

upaya untuk lebih mengefektifkan penuturan itu. Lewat penggunaan bentuk-bentuk

citraan, sesuatu yang dituturkan menjadi lebih konkret, mudah dibayangkan, mudah

diimajinasikan dan karenanya juga menjadi lebih mudah dipahami. Maka

penggunaan bentuk-bentuk citraan itu pada hakikatnya merupakan upaya

pengarang untuk memfasilitasi pembaca agar lebih mudah menangkap muatan

makna dari sesuatu yang disampaikan.

2.2.7 Hakikat Puisi

Istilah puisi berasal dari bahasa Yunani yaitu Poeima yang berarti

‘membuat’ atau Poeisis yang berarti ‘pembuatan’. Dalam bahasa Inggis disebut

Poem atau Poetry. Pada hakikatnya, puisi adalah karya seni. Cahyadi (2014)

menyatakan puisi sebagai salah satu karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-

macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsur, mengingat bahwa

puisi adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana

kepuitisan. Dapat pula dikaji jenis-jenis atau ragamnya. Begitu juga puisi dapat

dikaji dari sudut pandang kesejarahannya, dari waktu ke waktu puisi selalu

diciptakan dan dibaca orang sepanjang zaman, puisi selalu mengalami perubahan

dan perkembangan.

Page 93: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

75

Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra (Pradopo, 2014:329). Puisi

adalah bentuk karya sastra yang mengekspresikan secara padat pemikiran dan

perasaan penyairnya, diubah dalam wujud dan bahasa yang paling berkesan. Puisi

banyak memanfaatkan kekuatan citraan untuk melukiskan sesuatu agar mudah

diimajinasikan, dengan adanya citraan pembaca seolah-olah dapat tergugah

tanggapan inderanya (Aris, 2019).

Waluyo (1987:22) menyatakan bahwa puisi adalah karya sastra yang

dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan

kata-kata kias (imajinatif). Kata-kata dipilih agar memiliki kekuatan pengucapan.

Walaupun dipersingkat atau padat, namun memiliki kekuatan, sedangkan untuk

kata yang digunakan memiliki rima dan memiliki makna konotatif atau bergaya

figuratif. Penekanan pada segi estetik pada suatu bahasa serta penggunaan sengaja

pengulangan, meter dan rima merupakan hal yang membedakan pada puisi dari

prosa. Puisi adalah ungkapan secara implisit dan samar, dengan makna yang

tersirat, di mana katakatanya condong pada makna konotatif. Menurut Perrine

(dalam Siswantoro 2014:23) puisi dapat didefinisikan sebagai jenis bahasa yang

mengatakan lebih banyak dan lebih intensif daripada apa yang dikatakan oleh

bahasa harian.

Lamusu (2010) menyatakan bahwa sejak awal puisi telah dihubungkan

dengan kehidupan manusia yang diungkapkan melalui imajinasi yang hidup,

susunan ritmik (irama), dan bunyi yang menyenangkan. Menurut Rozak (2018)

puisi merupakan salah satu hasil sastra buah ekspresi, pemikiran dan perasaan dari

Page 94: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

76

penyair. Penyair secara imajinatif menyusun kata dan bahasa secara selektif

sehingga memiliki kekuatan bahasa dan imajinatif.

Hakikat puisi menurut Pratiwi (2016:14) yaitu 1) puisi mengungkapkan

spiritualitas penyair dalam merespon kehidupan, 2) puisi ditulis dengan bahasa

yang kreatif dan multiinterpretatif sehingga menciptakan ruang imajinasi estetis

bagi penyair maupun pembaca, dan 3) puisi ditulis dengan mempertimbangkan

penataan baris dan bait sehingga tipografinya khas. Prismarini (2011) puisi adalah

satu media penyampaian pesan dengan banyak perlambangan, yang di dalamnya

dapat ditemukan suatu potret situasi. Astuti (2013) menyatakan bahwa puisi bentuk

karya paling tua. Puisi memang dikonsep oleh penyair atau penulisnya sebagai puisi

bukan prosa yang dipuisikan.

Irfan (2013) menyatakan bahwa puisi diciptakan penyair untuk seluruh

lapisan masyarakat, dan di dalamnya terkandung peristiwa-peristiwa yang terjadi

dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa tersebut bersifat universal dan kompleks

yang mencerminkan segala hal tentanag kehidupan manusia, termasuk di dalamnya

menyangkut kehidupan rakyat dan penguasa. Selanjutnya menurut Sayuti

(2010:41) pada hakikatnya puisi merupakan sebuah kesatuan, yakni kesatuan

semantis dan bentuk formalnya, pilihan dan pengendapan salah satu dasar ekspresi

penciptaan akan berpengaruh pada bahasa berikut semua aspek yang melekat

padanya, yang menjadi media ekspresinya. Puisi merupakan salah satu genre karya

sastra yang paling awal muncul. Kemunculan salah satu genre karya sastra ini

mengalami perkembangan sesuai dengan masanya (Muklis, Supriyanto dan

Mulyani, 2018).

Page 95: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

77

Doyin (2008:1) menyatakan bahwa puisi adalah ungkapan perasaan atau

pikiran penulisnya, atau sesuatu yang dituangkan dalam puisi apa yang dipikirkan

atau apa yang dirasakan oleh penyair sebagai respon terhadap apa yang ada di

sekelilingnya. Ada juga yang mengatakan puisi merupakan hasil kreasi manusia

yang mampu menggambarkan dan memaparkan realitas kehidupan sosial

(Aminudin dalam Imron 2009: 142). Namun, berbeda lagi dengan pendapat para

ahli sastra aliran romantik yang memberikan definisi mengenai puisi. Puisi

merupakan jenis sastra yang merupakan ekspresi jiwa manusia yang dituliskan

dalam bentuk teks yang penulisannya memperhatikan bunyi dan rima, nada atau

ritme serta pilihan kata atau diksi (Nufus 2016: 101).

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah adalah

karya sastra yang memiliki unsur-unsur pembentuk yang sistematis dan kompleks,

banyak mengandung makna konotatif, dan memiliki unsur keindahan atau estetis

dan dapat juga disebutkan kata-kata yang mengungkapkan pikiran dan perasaan

penyair yang disusun sebaik-baiknya sehingga pembaca mampu memahami dan

menikmati apa yang diungkapkan penyair dalam puisi tersebut.

2.2.8 Unsur-unsur Pembangun Puisi

Puisi adalah bentuk ungkapan ekspresi dari penyairnya, unsur-unsur puisi

tidaklah berdiri sendiri-sendiri tetapi merupakan sebuah struktur. Seluruh unsur

merupakan kesatuan dan unsur yang satu dengan unsur lainnya menunjukkan diri

secara fungsional, artinya unsur-unsur itu berfungsi bersama unsur lain dan di

dalam kesatuan dengan totalitasnya. Puisi merupakan suatu kesatuan yang akan

Page 96: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

78

membentuk makna yang indah. Unsur-unsur puisi meliputi bunyi, diksi, bahasa

kiasan, citraan, sarana retorika, bentuk visual, dan makna (Jabrohim, 2012:33).

Menurut Wiyatmi, (2006:57) unsur puisi menjadi dua, yakni: (1) unsur bentuk yang

dapat disebut sebagai struktur fisik, unsur tersebut antara lain: diksi, pengimajian,

kata konkret, kiasan, rima dan ritme, serta tipografi. (2) Unsur isi dapat pula

disebut sebagai struktur batin yang terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat.

Hasanah (2013) menyatakan bahwa dalam kajian struktural, analisis tidak

berhenti pada identifikasi unsur-unsur yang terlepas. Lebih dari itu, analisis

struktural harus menjelaskan pula hubungan setiap unsur dalam membentuk

keseluruhan makna. Waluyo (1987:27), struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris

puisi yang bersama-sama membangun bait-bait puisi. Selanjutnya, bait-bait itu

membangun kesatuan makna di dalam keseluruhan puisi sebagai sebuah wacana.

Adapun unsur-unsur yang termasuk dalam struktur fisik puisi menurut Waluyo

adalah (1) diksi, (2) pengimajian, (3) kata konkret, (4) majas (meliputi lambang dan

kiasan), (5) versifikasi (meliputi rima, ritma, dan metrum), (6) tipografi, dan (7)

sarana retorika. Adapun struktur batin puisi menurut waluyo terdiri atas tema, nada

perasaan, dan amanat.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang diuraikan di atas, pada dasarnya unsur

puisi terbagi menjadi dua yaitu struktur fisik dan struktur batin. Merangkum

pendapat beberapa ahli di atas, struktur fisik puisi terdiri dari diksi, bahasa kias,

citraan (pengimajian), kata konkret, rima dan ritma, sarana retorika, dan tipografi,

sedangkan struktur batin puisi meliputi tema, nada, perasaan, dan amanat.

Page 97: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

79

Untuk memberikan pengertian yang lebih memadai berikut ini

dikemukakan uraian mengenai unsur-unsur pembangun puisi.

a. Struktur Fisik

Struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi yang bersama-sama

membangun bait-bait puisi. Bait-bait tersebut membangun kesatuan makna di

dalam keseluruhan puisi. Unsur-unsur struktur fisik antara lain terdiri dari diksi,

bahasa figuratif, citraan, kata konkret, versifikasi dan tipografi.

1) Diksi (Pilihan Kata)

Diksi atau pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama untuk

mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra. Untuk mencapai diksi

yang baik seorang penulis harus memahami secara lebih baik masalah kata dan

maknanya, harus tahu memperluas dan mengaktifkan kosa kata, harus mampu

memilih kata yang tepat, kata yang sesuai dengan situasi yang dihadapi. Menurut

Sayuti (2010:144), diksi merupakan faktor penentu seberapa jauh seorang penyair

mempunyai daya cipta yang asli. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa diksi adalah pilihan kata yang tepat dan sesuai untuk mengekspresikan

maksud dan gagasan penyair. Diksi adalah pemilihan kata untuk mengungkapkan

suatu gagasan, mengungkapkan suasana tertentu dan digunakan untuk mencapai

efek tertentu (Simarmata, 2014).

Semi (1993:122) mengungkapkan bahwa diksi merupakan pemilihan kata.

Pemilihan kata yang tepat akan menentukan keberhasilan dalam berkomunikasi.

Dalam karya sastra, pemilihan kata yang tepat akan menimbulkan gagasan yang

sama antara penulis dengan apa yang dipikirkan oleh pembaca. Sebaliknya, jika

Page 98: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

80

pemilihan kata tidak tepat maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pembaca.

Kemampuan memilih kata yang tepat didukung dengan penugasan kosakata.

Dengan banyaknya kosakata yang telah dipelajari maka sudah seharusnya

pembelajar dapat memakai kosakata secara tepat (Indrasari, 2018).

Pilihan kata juga berhubungan dengan masalah sintagmatik dan

paradigmatik. Hubungan sintagmatik berkaitan dengan hubungan antar kata secara

liniar untuk membentuk sebuah kalimat. Sesungguhnya kata tidak bisa dilepaskan

dari hubungannya dengan kata lain dalam kalimatnya karena tanpa adanya

hubungan dengan unsur kalimat yang lain maka makna tidak bisa terungkap

(Wulandari, 2009).

Pendapat tersebut senada dengan Waluyo (2003:72) mengemukakan bahwa

penyair sangat cermat dalam memilih kata-kata karena kata-kata yang ditulis harus

dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan

kata itu di tengah konteks kata lainnya dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi

itu. Contoh dalam puisi ada kalimat: “Sekejap mata kumengenalimu”, “Ada lukisan

angin di balik awan”. Kalimat dalam puisi tersebut dapat diperoleh hasil analisis

diksi seperti berikut. Kata “sekejap” lebih indah dipakai dan lebih mendukung

suasana puisi dibandingkan jika pilihan kata yang digunakan kata “sebentar” maka

keindahan puisi tidak dapat dinikmati.

Asrofah, Rustono, Supriyanto, dan Mulyani (2017) menyatakan bahwa kata

berisi dua aspek dan konten. Hal pertama terkait dengan bentuk perwujudan yang

muncul sebagai ekspresi, sedangkan yang terakhir terkait dengan makna yang dapat

menghasilkan reasi dalam pikiran seseorang. Hal tersebut yang menjadikan pilihan

Page 99: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

81

kata seorang pengarang mempunyai gaya kata sendiri, kata yang kaitannya erat

dengan hakikat karya sastra yang penuh dengan intensitas.

Aminuddin (1995: 201) bahwa pemilihan kata dalam karya sastra

merupakan alat untuk menyampaikan gagasan dan nilai estetis tertentu. Nurain

(2014) karya sastra tidak pernah hadir secara netral atau bebas nilai; semata-mata

membawa nilai estetis. Karya sastra selalu membawa nilai kehidupan, baik yang

disematkan langsung oleh penulisnya ataupun oleh audiensnya.

Dapat disimpulkan bahwa diksi merupakan kata-kata yang digunakan

penyair untuk memperoleh daya matis dan menghasilkan aspek estetis pada puisi,

kata-kata yang dipilih menjadi media penyair dalam menyampaikan gagasan.

2) Bahasa Figuratif (Pemajasan)

Bahasa figuratif dapat dikatakan sebagai bahasa berfigura atau bahasa yang

berbingkai. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi dramatis artinya

memancarkan makna atau kaya makna. Waluyo (1987:83) menegaskan bahwa

bahasa figuratif terdiri atas pengiasan yang menimbulkan makna kias dan

perlambangan yang menimbulkan makna lambang. Makna kias disebut juga simile

atau persamaan, karena membandingkan atau menyamakan sesuatu hal dengan hal

lain. Maka dalam makna lambang mempunyai arti sesuatu hal yang diganti atau

dilambangkan dengan hal lain.

Selanjutnya Keraf (2015:136) menyatakan bahwa bahasa figuratif sering

disebut bahasa kias. Bahasa kias pertama-tama dibentuk berdasarkan perbandingan

atau persamaan. Membandingkan sesuatu dengan sesuatu hal yang lain, berarti

mencoba menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan antara kedua hal

Page 100: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

82

tersebut. Perbandingan sebenarnya mengandung dua pengertian yaitu perbandingan

yang termasuk dalam gaya bahasa yang polos atau langsung dan perbandingan yang

termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Peran majas dalam puisi merupakan unsur

terpenting dalam sebuah puisi. Jika diperumpamakan, puisi adalah rumah, maka

majas sebagai lenteranya. Tanpa majas, mungkin puisi akan tetap berdiri, namun

tidak bermakna.

Sependapat dengan Keraf, Supriyanto (2011: 68) menyatakan bahwa bahasa

figuratif merupakan gaya bahasa kiasan. Bahasa kias merupakan bahasa

perbandingan. Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk

menyampaikan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung

mengungkapkan makna. Dapat disimpulkan bahwa bahwa figuratif terdiri dari

makna kias dan makna lambang. Makna kias yaitu membandingkan atau

menyamakan sesuatu hal dengan benda lain, sedangkan makna lambang adalah

menggantikan suatu hal dengan benda lain.

3) Citraan (Pengimajian)

Citraan atau imaji (image) adalah gambaran-gambaran angan, gambaran

pikiran, kesan mental atau bayangan visual dan bahasa yang menggambarkannya.

Waluyo (2003:78) menyatakan bahwa pengimajian adalah kata atau susunan kata-

kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan,

pendengaran, dan perasaan. Melalui pengimajian, apa yang digambarkan seolah-

olah dapat dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), dan dirasa (imaji taktil).

Secara umum pengimajian dikenal dengan pencitraan. Citraan berfungsi untuk

Page 101: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

83

menggambarkan yang jelas, menimbulkan suasana yang khusus, membuat suasana

lebih hidup dan menarik perhatian.

Supriyanto (2011:92) menyatakan bahwa citraan adalah gambaran angan-

angan dalam karya sastra. Persoalan citraan (gambaran angan-angan) berhubungan

dengan pemakaian bahasa dan sering dikaitkan dalam kajian puisi. Sayuti

(2010:170) mengemukakan bahwa citraan merupakan kesan yang terbentuk dalam

menjaga imajinasi melalui sebuah kata atau rangkai kata, seringkali merupakan

gambaran dalam angan-angan.

Maulidya (2018) menyatakan bahwa imaji membuat pembaca atau

pendengar seolah-olah melihat dan dapat merasakan secara indrawi. Siswantoro

(2014: 119) berpendapat bahwa imaji bisa berupa visual (terkait dengan aspek

penglihatan), auditif (terkait dengan aspek pendengaran), tectile ( terkait dengan

aspek sentuhan atau rabaan), olfaktory (terkait dengan aspek penciuman), dan

sensasi internal (terkait dengan aspek seperti pikiran, rasa mual, rasa mabuk, emosi

dan lain-lain).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa citraan

(pengimajian) merupakan gambaran pengalaman indera, dalam puisi yang tidak

hanya terdiri dari gambaran mental saja, tetapi sesuatu yang mampu pula

menyentuh atau mengunggah indera-indera yang lain.

4) Kata Konkret

Kata konkret ialah kata-kata yang dapat dilukiskan dengan tepat,

membayangkan dengan jitu akan apa yang hendak di kemukakan oleh penyair.

Waluyo (2003:79) mengungkapkan bahwa setiap penyair berusaha mengonkretkan

Page 102: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

84

hal yang ingin dikemukakan. Hal tersebut bertujuan agar pembaca membayangkan

dengan lebih hidup apa yang dimaksudkan. Berkaitan dengan pendapat tersebut,

kata konkret juga disebut dengan kata yang dapat ditangkap dengan indera yang

memungkinkan munculnya imaji. Dengan kata yang diperkonkretkan, pembaca

dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau kejadian yang dilukiskan oleh

penyair.

Nuriadin (2017) kata konkret adalah kata nyata. Maksudnya bahwa kata

konkret digunakan untuk membangkitkan imaji (daya bayang) pembaca, maka kata

harus diperkonkret. Pengkonkretan di sini bertujuan untuk mengajak pembaca

seolah-olah ada dalam puisi yang sedang dibacanya, atau dengan kata lain pembaca

dapat merasakan apa yang ada di dalam puisi tersebut. Selanjutnya menurut

Azharina (2017) menyatakan bahwa kata konkret adalah kata-kata yang ditangkap

dengan pancaindra. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kata

konkret adalah kata-kata yang digunakan penyair untuk membangkitkan data

bayang pembaca, sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar atau merasa

apa yang dilukiskan penyair.

5) Versifikasi (Rima, Ritma, Metrum)

Versifikasi terdiri atas tiga hal yaitu rima, ritma, dan metrum. Marjorie

Boulton (dalam Waluyo, 2003:90), menyebutkan rima sebagai phonetic form.

(1) Rima adalah pengulangan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir

baris puisi, rima menyangkut perpaduan bunyi konsonan dan vokal untuk

membangun orkestrasi atau musikalitas (Waluyo, 2003: 12).

Page 103: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

85

(2) Ritma berupa pengulangan bunyi, kata, frase, dan kalimat yang teratur suatu

baris puisi menimbulkangelombang yang teratur dan menciptakan keindahan.

Ritma berasal dari bahasa Yunani rheo yang berarti gerakan- gerakan air yang

teratur, terus-menerus, dan tidak putus-putus (Waluyo 2003:94).

(3) Metrum adalah sebagai satuan irama yang ditentukan oleh jumlah dan tekanan

suku kata dalam setiap baris puisi. Hindun (2012) menyatakan bahwa metrum

terdiri atas konsonan dan vocal.

6) Tipografi

Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam

membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama. Karena itu, ia merupakan

pembeda yang sangat penting (Jabrohim, 2012:54). Menurut Semi (1993:135)

mengemukakan bahwa tipografi disebut juga ukiran bentuk. Peranan tipografi

dalam puisi, untuk menampilkan aspek artistik visual, dan menciptakan nuansa

makna dan suasana tertentu (Aminuddin, 2011:146).

Tipografi adalah bentuk visual puisi yang berupa tata hubungan dan tata

baris (Sayuti, 2010:329). Lebih lanjut, merumuskan tipografi sebagai ukiran bentuk

atau susunan baris-baris dan bait-bait suatu puisi. Termasuk ke dalam tipografi ialah

penggunaan huruf-huruf untuk menuliskan kata-kata suatu puisi. Lubis (2019)

menyatakan bahwa tipografi adalah tatanan larik, bait, dan kalimat untuk

menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa, dan suasana.

Dalam puisi-puisi kontemporer, tipografi itu dipandang begitu penting sehingga

menggeser kedudukan makna kata-kata.

Page 104: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

86

Doyin (2015) menyatakan bahwa tifografi melibatkan penulisan judul,

penulisan nama, garis, bait, huruf besar, panjang puisi. Puisi berbentuk bait, larik-

larik puisi tidak membangun periodisitet yang disebut paragraf, baris puisi tidak

harus bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi

kanan dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan dan hal ini

tidak berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa.

b. Struktur Batin

Struktur batin puisi mengungkapkan apa yang hendak dikemukakan oleh

penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Di ungkapakan oleh Richards

(dalam Waluyo, 1987: 106) menyatakan bahwa makna atau struktur batin itu

dengan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi yaitu tema (sense),

perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone) dan

amanat (intention).

1) Tema

Tema adalah pokok permasalahan yang menjadi dasar pencitraan.Untuk

menentukan tema, harus dipahami dulu totalitas makna. Totalitas makna adalah

seluruh makna puisi dari hasil apresaiasi unsur-unsur puisi. Tema bisa ditentukan

dengan cara menyimpulkan totalitas makna. Waluyo (2003:106) menyatakan

bahwa tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan penyair

melalui puisinya. Tema merupakan gagasan pokok tersirat dalam keseluruhan isi

puisi. Perasaan-perasaan yang diungkapkan merupakan penggambaran suasana

batin. Tema mengacu pada penyair. Pembaca sedikit banyak harus mengetahui latar

belakang penyair. Pembaca sedikit banyak harus mengetahui latar belakang penyair

Page 105: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

87

agar tidak salah menafsirkan tema puisi tersebut. Karena itu, tema bersifat khusus

(diacu dari penyair), objektif (semua pembaca harus menafsirkan sama), dan lugas

(bukan makna kias yang diambil dari konotasinya).

2) Rasa

Rasa yaitu sikap penyair mengenai pokok permasalahan yang terdapat

dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya akan latar belakang

sosial dan psikologi penyair, seperti latar belakang pendidikan, agama, jenis

kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis

dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketetapan

dalam menyikapi suatu masalah tidak tergantung dari kemampuan penyair memili

kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, namun juga dari wawasan,

pengetahuan, pengalaman, dan keperibadian yang terbentuk oleh latar belakang

sosiologis dan psikologisnya. Perasaan ini berhubungan dengan suasana hati yang

dirasakan oleh penyair saat menulis puisi. Kondisi perasaan penyair akan

mempengaruhi karya puisi yang diciptakannya. Dalam menciptakan puisi, suasana

perasaan penyair ikut diekspresikan (Waluyo, 1987:121).

3) Nada

Nada adalah sikap penyair terdapat pembacanya. Nada berhubungan dengan

tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema baik dengan nada yang

menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca dalam pemecahan masalah,

menyerahkan masalah kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap

bodoh dan rendah pembaca dan lain-lain (Waluyo, 1987:125). Nada dalam puisi

dapat mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca, nada yang dikaitkan

Page 106: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

88

dengan suasana. Jadi dapat disimpulkan nada berarti sikap penyair terhadap

pokok persoalan dan sikap penyair terhadap pembaca, maka suasana berarti

keadaan perasaan yang ditimbulkan oleh pengungkapan nada dan lingkungan

yang dapat ditangkap oleh panca indera.

4) Amanat

Amanat adalah pesan yang akan disampaikan penyair kepada pembaca yang

terdapat dalam puisi tersebut. Waluyo (1987:130) menyatakan bahwa tujuan atau

amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya.

Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun dan juga berada di balik tema yang

di ungkapkan. Amanat akan disampaikan oleh penyair dan dapat ditelaah setelah

tema, rasa, dan nada puisi dipahami. Kusumawati (2013) menyatakan bahwa karya

sastra pada hakikatnya selalu membawa pesan atau amanat yang berhubungan

dengan sifat-sifat luhur dan utama guna memperjuangkan hak dan martabat

manusiaa. Amanat adalah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan

puisinya.

2.2.8 Biografi M.Aan Manyur

M Aan Mansyur atau Aan adalah seorang penyair asal Bone, Sulawesi

Selatan. Aan lahir pada tanggal 14 Januari 1982. Ia menamatkan pendidikannya di

jurusan Sastra Inggris Universitas Hasanuddin, Makassar pada tahun 2005. Aan

adalah anak sulung dengan dua adik dari sebuah keluarga di Bone. Mereka hidup

bersama ibunya, seorang penjual sayur, setelah ayahnya pergi dan tidak pernah

Page 107: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

89

kembali. Saat masih kecil, Aan adalah seorang anak yang pendiam dan tidak punya

banyak teman. Aan sering sekali mengurung diri di dalam rumah.

Kecintaan Aan terhadap dunia tulis-menulis tumbuh saat ia membaca

koleksi buku kakeknya di rumah. Sejak SD, Aan menulis cerita-cerita penek.

Kemampuan ini terus diasah saat SMP dan SMA. Beberapa majalah atau tabloid

anak dan remaja cukup sering menerbitkan tulisan Aan yang dikirimkan dengan

berbagai nama samaran. Honor yang Aan terima digunakan untuk menutup biaya

sekolah.

Pada tahun 1997, Aan merantau ke Makassar. Dia menghabiskan setahun

pertama untuk mengunjungi beberapa perpustakaan di kota itu. Setahun kemudian,

Aan kuliah di jurusan Sastra Inggris Universitas Hasanuddin. Sejak 2001, ia

bertekad untuk hidup dari menulis. Meski tidak mudah, Aan berjanji tidak mau

keluar kampus sebelum menerbitkan sebuah buku. Menjelang lulus, Aan

menerbitkan buku kumpulan puisinya Hujan Rintih-rintih (2005). Dua tahun

berikutnya, ia menerbitkan novel Perempuan, Rumah Kenangan (2007). Menyusul

kemudian Aku Hendak Pindah Rumah (2008), Cinta yang Marah (2009), Tokoh-

tokoh yang Melawan Kita dalam Satu Cerita (2012), Sudahkah Kau Memeluk

Dirimu Hari Ini? (2012), Kukila (2012), Kepalaku: Kantor Paling Sibuk di Dunia

(2014), dan Melihat Api Bekerja (2015). Karya terbaru Aan adalah sebuah buku

kumpulan puisi berjudul Tidak Ada New York Hari Ini. Aan menulis 31 puisi yang

mewakili cerita Rangga selama terpisah dari Cinta dari film Ada Apa Dengan Cinta

2. Kini, Aan aktif sebagai pustakawan di Katakerja. Katakerja merupakan ruang

alternatif bagi warga kota untuk merekatkan jejaring kaum muda kreatif di

Page 108: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

90

Makassar. Kegiatannya beragam, mulai dari membuka toko buku kecil, pelatihan

keterampilan, diskusi, hingga pentas musik. Selain itu, Aan juga aktif sebagai

kurator dalam Makassar International Writers Festival (MIWF) yang digelar sejak

tahun 2011.

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir guna memperoleh jawaban sementara atas permasalahan

yang timbul. Berikut ini merupakan kerangka berpikir dari penelitian yang berjudul

“Bahasa Figuratif dan Citraan dalam Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja Karya

M.Aan Mansyur: Kajian Stilistika”. Dalam kerangka berpikir ini dijelaskan alur

penelitian yang akan dilakukan. Pertama kumpulan puisi Melihat Api Bekerja

Karya M.Aan Mansyur ini akan diteliti dari segi bentuk, makna serta fungsi bahasa

figuratif dan citraan dengan menggunakan kajian stilistika kemudian mencari

hubungan antara bahasa figuratif dan citraan dan yang terakhir dari penelitian

tersebut barulah akan ditarik sebuah kesimpulan.

Berikut ini merupakan bagan kerangka berpikir dari penelitian yang

berjudul “Bahasa Figuratif dan Citraan dalam Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja

Karya M.Aan Mansyur: Kajian Stilistika”.

Page 109: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

91

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

Kumpulan puisi Melihat Api Bekerja karya

M. Aan Mansyur

Bentuk, makna, fungsi citraan yang

dipakai dalam kumpulan puisi

Melihat Api Bekerja karya M. Aan

Mansyur

Bentuk, makna dan fungsi bahasa

figuratif yang dipakai dalam kumpulan

puisi Melihat Api Bekerja karya M. Aan

Mansyur.

Analisis Kajian

Stilistika

Simpulan

Hubungan antara bahasa figuratif dan

citraan dalam kumpulan puisi Melihat

Api Bekerja karya M. Aan Mansyur.

Page 110: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

225

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis bahasa figuratif dan citraan dalam kumpulan puisi

Melihat Api Bekerja karya M.Aan Mansyur dengan kajian stilistika diperoleh hasil

kesimpulan sebagai berikut.

Pertama, penggunaan bahasa figuratif yang terbagi menjadi majas dan

idiom ditemukan dalam kumpulan puisi Melihat Api Bekerja karya M.Aan

Mansyur. Bentuk bahasa figuratif dalam majas simile terdapat 27 data dari 18 puisi,

majas metafora 17 data dari 6 puisi, majas personifikasi 18 data dari 11 puisi, majas

metonimia 3 data dari 2 puisi, majas sinekdoke 3 data dari 3 puisi dan idiom 8 data

dari 8 puisi yang terdapat dalam kumpulan puisi Melihat Api Bekerja karya M.Aan

Mansyur. Makna bahasa figuratif mengandung sebagian besar tentang kenangan,

kehidupan dan segala sesuatu yang melekat dalam dunia ini. Fungsi bahasa figuratif

untuk memberikan gambaran angan yang konkret serta menghidupkan gambaran

angan pembaca, membuat gambaran menjadi lebih jelas dan nyata serta

membangkitkan efek keindahan pada puisi. Bahasa figuratif yang mendominasi

adalah majas simile yang berfungsi untuk menggambarkan sifat dan perilaku tokoh

yang terdapat dalam puisi tersebut sehingga menjadi lebih hidup dan jelas.

Page 111: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

226

Kedua, bentuk citraan dalam kumpulan puisi Melihat Api Bekerja karya

M.Aan Mansyur ditemukan dalam citraan penglihatan sebanyak 41 data dari 41

puisi, citraan pendengaran 8 data dari puisi, citraan penciuman 2 data dari 2 puisi,

citraan rasaan 1 data dari 1 puisi, citraan rabaan 19 data dari 14 data dan citraan

gerak 6 data dari 5 puisi. Makna citraan untuk memperkuat gambaran pikiran dan

perasaan pembaca. Fungsi citraan untuk membangkitkan gambaran konkret

imajinasi pembaca serta memberikan gambaran angan-angan yang jelas. Citraan

yang mendominasi adalah citraan penglihatan karena berfungsi untuk

membangkitkan gambaran konkret imajinasi pembaca sehingga menjadi lebih

hidup.

Ketiga, hubungan bahasa figuratif dan citraan dalam kumpulan puisi

Melihat Api Bekerja karya M.Aan Mansyur sangat erat kaitannya dengan karya

sastra. Hubungan bahasa figuratif dan citraan yaitu untuk saling memperkuat dan

melengkapi sehingga puisi menjadi lebih hidup dan jelas. Bentuk hubungan bahasa

figuratif dan citraan terdapat 6 data dari 5 puisi dalam kumpulan puisi Melihat Api

Bekerja karya M.Aan Mansyur. Makna dari hubungan bahasa figuratif dan citraan

untuk memperjelas dan melengkapi satu sama lain. Fungsi dari hubungan bahasa

figuratif dan citraan membuat efek estetika yang ditimbulkan dalam puisi menjadi

lebih hidup dan menarik minat pembaca.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran peneliti untuk pembaca dan penelitian

selanjutnya yaitu sebagai berikut.

Page 112: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

227

Kepada pembaca untuk penelitian ini diharapkan mampu menjadikan

sumber informasi atau pembelajaran tentang bahasa figuratif dan citraan yang dapat

digunakan dalam sebuah karya sastra khususnya puisi, terutama dalam aspek

bentuk, makna dan fungsinya.

Bagi peneliti lain yang nantinya akan melakukan penelitian serupa,

disarankan untuk pemahaman lebih lanjut mengenai bahasa figuratif dan citraan

pada karya sastra, perlu diadakan penelitian bahasa figuratif dan citraan pada karya

sastra, baik puisi 86 maupun prosa lebih lanjut. Masih banyak lagi yang dapat

diungkapkan dari ragam bahasa figuratif dan citraan pada karya sastra baik prosa

maupun fiksi ini sesuai dengan kajian stilistika.

Page 113: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

228

DAFTAR PUSTAKA

Abrams, M.H. (2009). A Glossary of Literary Terms. New York:Heinle & Heinle.

Aisyah, Siti dan Noor Indah Wulandari. (2016). “Ketidaklangsungan Ekspresi

Dalam Kumpulan Puisi Manusia Istana Karya Radhar Panca Dahana : Kajian

Stilistika”. Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. ISSN 2527-4104 Vol.

1 No.2, 1 Oktober 2016.

http://ejurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/STI/article/viewFile/208/170

(diunduh pada tanggal 18 Januari 2019 pukul 10.45 WIB).

Al-Ma’ruf, Ali Imron. (2007). Alt. "Pembelajaran Sastra Multi-kutural di Sekolah:

Aplikasi Novel Burung-Burung Rantau". Kajian Linguistik dan Sastra,

Volume 19, No. 1.

http://journals.ums.ac.id/index.php/KLS/article/viewFile/4410/2851

Al-Ma’ruf, Ali Imron. (2009). Stilistika: Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian

Estetika Bahasa. Surakarta: Cakra Books Solo.

Al-Ma’ruf, Ali Imron. (2012). Kajian Stilistika Prespektif Kritik Holistik.

Surakarta: UNS Press.

Al-Ma’ruf, Ali Imron. (2012). “Dimensi Sufistik Dalam Stilistika Puisi “Tuhan,

Kita Begitu Dekat” Karya Abdulhadi W.M”. TSAQAFA, Jurnal Kajian Seni

Budaya Islam Vol. 1, No. 1, Juni 2012.

http://eprints.uad.ac.id/1493/1/0Tsaqafa_ali_imran_al_mar%27ruf_dimensi

_sufistik.pdf (diunduh pada tanggal 8 Maret 2019)

Aminuddin. (1995). Stilistika Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.

Semarang: IKIP Semarang Press.

Aminuddin. (2011). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Aris, M, Erlina Zahar dan Sujoko. (2019). “Citraan dalam Kumpulan Puisi Ayat-

Ayat Api Karya Sapardi Djoko Damono”. Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 3 No.1 April 2019.

http://aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara/article/view/99

Ariyanto, Dodi dan Agus Nuryatin. (2017). Badik dalam “Mata Badik Mata” Puisi

Karya D. Zawawi Imron: Perspektif Paul Ricoeur. Seloka: Jurnal Pendidikan

Bahasa dan Sastra 6 (2). Halaman162.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka/article/view/17281/8729

Page 114: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

229

Aslam, Saima., Bushra Aslam, Paras Mukhtar dan Arooj Sarfaraz. (2014).

“Stylistics Analysis of The Poem “ Bereft” By Robert Frost”. European

Journal of Research and Reflection in Arts and Humanities. 2 (7):1-5.

https://www.idpublications.org/wp-content/uploads/2014/01/STYLISTICS-

ANALYSIS-OF-THE-POEM-%E2%80%9CBEREFT%E2%80%9D-BY-

ROBERT-FROST.pdf

Asrofah, Rustono, Teguh Supriyanto, dan Mimi Mulyani. (2017).”Linguistic

Defamiliarization in The Text of Ahmad Tohari’s Novel Trilogy”. Jurnal

UNNES. Vol 5 (3).

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jed/article/view/18118

(diunduh pada tanggal 6 Maret 2019).

Astuti, Wiwiek Dwi. (2013). “Kritik Sosial dalam Puisi “Wakil Rakyat” dalam

Antologi Puisi:Tidur Tanpa Mimpi Karya Rachmat Djoko Pradopo”.

Atavisme. Vol 16, No 1 (2013)

http://atavisme.web.id/index.php/atavisme/article/view/85/78

(diunduh pada tanggal 21 Juni 2019 Pukul 14.44 WIB)

Azharina, Nia dan Ramli. (2017). “Analisis Struktur dan Fungsi Syair Tari Rabbani

Wahid”. Master Bahasa. Vol 5, No 1 (2017).

http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/MB/article/view/11075/8833

Cahyadi, Acep Deri, Dedi Koswara dan Ruhaliah. (2014). “Kajian Struktural,

Stilistika, dan Etnopedagogi dalam Kumpulan Puisi (Sajak) Periode Tahun

2000-An”. Lokabahasa. Vol 5, No 1 (2014).

http://ejournal.upi.edu/index.php/lokabasa/article/view/3131/2153

Depdiknas. (2008). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

dan Pedoman Pembentukan Istilah. Jakarta: Yrama Widya.

Doyin, Mukh. (2008). Seni Baca Puisi: Persiapan, Pelatihan, Pementasan, dan

Penilaian. Bandung: Bandungan Institute.

Doyin, Mukh. (2015). “Developing Poetry Teaching Material In Elementary

School”. Jurnal UNNES. The Journal of Education Development. Vol 3 No

1 (2015), June 2015.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jed/article/view/6800

(diunduh pada tanggal 6 Maret 2019).

Farhah, Eva dkk. (2013). “Pandangan Dunia Ibnu Chazm Al-Andalusy Tentang

Konsep Cinta (Al-Chubbun-Nazhary) Analisisstrukturalisme Genetik

Terhadap Teks “Thauqul-Chamāmah Fil-Ilfah Wal-Ullāf”. Jurnal Kajian

Linguistik dan Sastra, Vol 25, No 2, Desember 2013, 121-136.

Page 115: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

230

http://journals.ums.ac.id/index.php/KLS/article/view/4132/2653.(diunduh

pada tanggal 27 Agustus 2018).

Fatoni, Nur Rochman. (2017). “Kekhasan Diksi Valentino Simanjuntak Pada Piala

Presiden 2017”. Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra. Vol. I, No. 2,

Desember 2017, hlm. 223-247.

http://ejournal.uin-suka.ac.id/adab/Adabiyyat/article/view/01205/815

Fransori, Arinah. (2017). “Analisis Stilistika Pada Puisi Kepada Peminta-Minta

Karya Chairil Anwar”. Deiksis. Vol. 09 No.01, Januari 2017 hal 1-12.

https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Deiksis/article/view/884/1052

Gizatullina, A., & Hayrutdinova, G. (2017). Figurative Potential of Russian

Hydronymes in the Poetry of 19th – 20th Centuries. Journal of History

Culture and Art Research (ISSN: 2147-0626).

http://kutaksam.karabuk.edu.tr/index.php/ilk/article/view/1117/791 (diunduh

pada tanggal 23 Juli 2018 pada pukul 10.13 WIB).

Hanif, Sidra, Mumtaz Ahmed dan Maria Aftab. (2015). “A Stylistic Analysis of

William Henry Davies’ Leisure”. Journal of Literature, Languages and

Linguistics, An International Peer-reviewed Vol.7, 2015, ISSN 2422-8435.

https://www.iiste.org/Journals/index.php/JLLL/article/viewFile/22055/2254

2

(diunduh pada tanggal 24 Juli 2018 pukul 16.49 WIB).

Hasanah, Muakibatul. (2013). “Karakteristik Struktural-Semiotik Puisi-Puisi Karya

D. Zawawi Imron”. Jurnal Litera, Vol.1, No 2, Oktober 2013.

https://journal.uny.ac.id/index.php/litera/article/view/1589

Herianah. (2009). “Gaya Bahasa Dalam Elong Ugi Pammulang Elong”. Jurnal

SAWEGARING Volume 15, No 3, Desember 2009.

http://sawerigading.kemdikbud.go.id/index.php/sawerigading/article/view/7

3/72 (diunduh pada tanggal 7 Maret 2019).

Hidayat, Ariyo Dwi dan Teguh Supriyanto. (2017). “Paradoks dan Hiperbola dalam

Kumpulan Cerita Koala Kumal Karya Raditya Dika”. Seloka. 6(1) (2017).

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka/article/view/14762/8408

Hidayati, Nurul. (2017). “Citraan Pada Novel Fantasi Nataga The Littledragon

Karya Ugi Agustono”. Jurnal BASINDO (Jurnal Kajian Bahasa, Sastra

Indonesia, dan Pembelajarannya) Volume 1, Nomor 1, April 2017.

http://journal2.um.ac.id/index.php/basindo/article/view/698/433

(diunduh pada tanggal 12 April 2018 pukul 15.46 WIB).

Page 116: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

231

Hindun. (2012). “ Syingir: Tranformasi Puisi Arab ke Dalam Puisi Jawa”. Jurnal

Humaniora, Vol.24. No.1 Februari 2012. Diunduh pada tanggal 6 Maret

2019.

https://media.neliti.com/media/publications/11819-ID-syingir-transformasi-

puisi-arab-ke-dalam-puisi-jawa.pdf

Inayati, T dan Agus Nuryatin. (2016). Simbol dan Makna pada Puisi Menolak

Korupsi Karya Penyair Indonesia. Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia. Vol. 5(2). Hlm. 164.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka/article/view/13078

Indrasari, Yayuk. (2018). “Analisis Kesalahan Pemilihan Kata Pada Karangan

Mahasiswa Semester IV Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri

Semarang”. Journal of Japanase Learning and Teaching. 6 (2):83-88.

Diunduh pada tanggal 23 Mei 2019 pukul 22.48 WIB.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chie/article/view/22600

Irfan, Moh. Anas, Sunarti Mustamar, dan Sri Ningsih. (2013). “The Poem

Collection Of Wiji Thukul’s Aku Ingin Jadi Peluru: Semiotic Review”.

Jurnal Publika Budaya, Vol. 1 (1) September 2013.

Islam, Azanul dan Baiq Emilia Susdiana. 2017. “Citraan Puisi “Sang Penyemangat”

Pada Koleksi Puisi Motivasi: Kajian Stilistika”. Jurnal Mabasindo Volume 1

Nomor 2 Edisi November 2017. (diunduh pada tanggal 30 Maret 2018 pukul

16.25 WIB).

Jabrohim. (2012). Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Junus, Umar. (1989). Stilistik: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan Kiat.

Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat.

Keraf, Gorys. (2015). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Khalwani, Ahmad, Mohamad Yusuf Ahmad Hasyim dan Ahmad Miftahudin.

(2017). “Kata Bermakna Hujan Dalam Al-Quran (Tinjauan Semantik dan

Stilistika)”. Journal of Arabic Learning and Teching. 6 (1):1-5.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/laa/article/view/14386

(diunduh pada tanggal 28 Mei 2019 pukul 1.49 WIB)

Khan, Abdul Bari, dkk. (2015). “Stylistic Analysis of the Short Story ‘The Last

Word’ by Dr. A. R. Tabassum”. Jurnal Advances in Language and Literary

Studies. Vol. 6 (3) hal. 11-23.

http://journals.aiac.org.au/index.php/alls/article/view/1466/1426 (diunduh

pada tanggal 18 Juli 2018 pukul 11.17 WIB).

Page 117: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

232

Khan, Shaukat.,Jehandeb, S., Ullah, I., & Irfan, M. (2016). “A Stylistic Analysis Of

“The Rime Of The Ancient Mariner”. English Review: Journal of English

Education, 5(1), 31-48.

https://www.journal.uniku.ac.id/index.php/ERJEE/article/view/387/317

(diunduh pada tanggal 18 Juli 2018 pada pukul 11.52 WIB).

Kosasih, E. (2008). Ensiklopedia Sastra Indonesia. Jakarta: Penerbit Nobel

Edumedia.

Kosasih, E. (2012). Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.

Kridalaksana, Harimurti. (1988). Kamus Linguistik. Edisi Keempat. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Kurniasih, Novita. (2013). “Kajian Stilistika Dalam Serat Pamoring Kawula Gusti

Karya Raden Ngabehi Ranggawarsita”. Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra,

dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo, Vol. 03 / No. 06

/ November 2013.

http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/aditya/article/view/767/741

(diunduh pada tanggal 7 Maret 2019)

Kusumawati, Aning Ayu. (2013). “Pendidikan Karakter Bangsa dalam Puisi “Malu

(Aku) Jadi Orang Indonesia” Karya Taufiq Ismail. Adabiyyāt: Jurnal Bahasa

dan Sastra. Vol. XII, No. 2, Desember 2013.

http://ejournal.uin-suka.ac.id/adab/Adabiyyat/article/view/12206

Lamusu, Ance A. (2010). “Telaah Stilistika Puisi-puisi Rendra dan Taufik Ismail”.

Jurnal Inovasi, Vol. 7, No. 2, Juni 2010.

http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JIN/article/view/777/72

(diunduh pada tanggah 6 Maret 2019)

Leech, Geoffrey N. & Michael H. Short. (1984). Style in Fiction: a Linguistics

Introduction to English Fictional Prose. London:Longmann.

Lubis, Fheti Wulandari. (2019). “Kemampuan Menulis Puisi Bebas Dengan Tema

Nilai-Nilai Karakter Bangsa Mahasiswa Semester Genap 2017-2018 Stkip

Budidaya Binjai”. Jurnal Serunai Bahasa Indonesia. Vol.16, No.1, Februari

2019.

http://www.ejournal.stkipbudidaya.ac.id/index.php/je/article/view/129/98

M., Maulidya Riesta, Fitria Sugiatmi, dan M. Alan Mabruri. (2018). “Pengaruh

Aspek Sosio-Kultural Masyarakat Loloan terhadap Struktur dan Makna Syair

Burdah Melayu di Bali”. Jurnal Poetika Vol. VI No. 1 Juli 2018.

https://journal.ugm.ac.id/poetika/article/view/35713/22039

Page 118: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

233

Mabruri, Zuniar Kamaluddin dan Sri Dwi Ratnasari. (2015). “Majas dan Citraan

dalam Kumpulan Puisi Blues Untuk Bonnie Karya W.S. Rendra dan

Pemakaiannya”. CULTURE Vol.2 No.1 Mei 2015.

http://www.unaki.ac.id/ejournal/index.php/jurnal-culture/article/view/100

Maulina, Yeni. (2016). “Citraan dalam Kumpulan Sajak Orgasmaya Karya Hasan

Aspahani”. Madah Jurnal Bahasa dan Sastra. Vol 7, No 2 (2016).

http://ejurnalbalaibahasa.id/index.php/madah/article/view/maulina/260

(diunduh pada tanggal 22 Juni 2019 pukul 20.07 WIB)

Manurung, Rudi Hartono. (2015). “Gaya Bahasa Enkyokuhou Dalam Novel Nihon

Kogyou Ginkou Karya Ryo Takasugi”. Lingua Cultura. Vol 9 (1) hal. 55-56.

https://journal.binus.ac.id/index.php/Lingua/article/view/762/739

Mansyur, M.Aan. (2015). Melihat Api Bekerja. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Moleong J. Lexy. (2008). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remita

Rosdakarya.

Muawanah dan Teguh Supriyanto. (2016). “Pandangan Dunia Pengarang dan

Konteks Sosial Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia”. Seloka:

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 5 (1) (2016).

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka/article/view/12756

Mujahidin, Aziz Amin. (2012). “ Keefektifan Pembelajaran Apresiasi Puisi dengan

Analisis Struktural dan Analisis Semiotik Berdasarkan Gaya Berpikir

Sekuensial-Acak Pada Siswa SMP”. Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, Vol. 1 (2) 129-135.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka/article/view/697/679

(diunduh pada tanggal 11 Maret 2019)

Mukhlis, Abdul, Teguh Supriyanto dan Mimi Mulyani. (2018). “Aspek Stilistika

dalam Antologi Puisi Melipat Jarak Karya Sapardi Djoko Damono dan

Pemanfaatannya sebagai Materi Pengayaan Sastra”. Jurnal Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 3 Nomor 1 Maret 2018. Page 10-17 p-

ISSN: 2477-5932 e-ISSN: 2477-846X.

https://journal.stkipsingkawang.ac.id/index.php/JP-BSI/article/view/443

(diunduh pada tanggal 17 Juli 2018 pada pukul 15.04 WIB).

Mukminin. (2014). “Stilistika Novel Para Priyayi Karya Umar Kayam”. Jurnal

EDU-KATA, Vol. 1, No. 1, Februari 2014: 91-100.

http://e-jurnal.unisda.ac.id/index.php/kata/article/view/240/88 (diunduh pada

tanggal 25 Maret 2018 pukul 14.58 WIB.

Page 119: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

234

Mulyono, T., Sayuti, S. A., dan Rustono. (2018). “Formal Aesthetics of Poems for

Indonesian Children Written by Adult Poets”. The Journal of Educational

Development. JED 6 (2) 2018 : 188-208.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jed/article/view/22140

(diunduh pada tanggal 25 Mei 2018)

Munir, Haryati dan Mulyono. (2013). “Diksi dan Majas dalam Kumpulan Puisi

Nyanyian dalam Kelam karya Sutikno W.S: Kajian Stilistika”. Jurnal Sastra

Indonesia, Volume 2, Nomor 1, 2013.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi/article/view/2437/2238 (diunduh

pada tanggal 25 Maret 2018 pada pukul 14.45 WIB).

Muntazir. (2017). “Struktur Fisik dan Struktur Batin Pada Puisi Tuhan, Aku Cinta

Padamu Karya WS Rendra”. Jurnal Pesona. Volume 3 No. 2, (2017), 208-

223.

http://ejournal.stkipmpringsewulpg.ac.id/index.php/pesona/article/view/448/

225

Musayyedah. (2012). “Gaya Bahasa Metafora dalam Puisi Bulan Luka Parah karya

Husni Djamaluddin”. Sawegaring, Vol 18, No. 3, Desember 2012:485-495

http://sawerigading.kemdikbud.go.id/index.php/sawerigading/article/view/3

98/214

(diunduh pada tanggal 28 Mei 2019 pukul 1.32 WIB)

Napireli, Manana. (2014). “Stylistic Categories, Based on the Poem Die

schlesischen Weber by Heinrich Heine”. European Researcher Vol.70 (3).

http://www.erjournal.ru/journals_n/1396253829.pdf

(diunduh pada tanggal 12 April 2018 pukul 15.40 WIB).

Niazy, Nozar. (2013). “A Stylistic Analysis of D.H. Lawrence’s ‘Sons and Lovers”.

International Journal of Applied Linguistics & English Literature ISSN

2200-3592 Vol. 2 No. 4 July 2013.

http://journals.aiac.org.au/index.php/IJALEL/article/view/989/919 (diunduh

pada tanggal 12 April 2018 pukul 15.36 WIB).

Nillas, Risha dan Nufus, Hayatun. (2016). Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia. Jakarta: PT. Wahyu Media.

Nugroho, Henriono. (2009). The Famous Poet in Harpur’s Poem”. Atavisme.

12(1):23-23.

http://atavisme.web.id/index.php/atavisme/article/view/154

Nurain. (2014). Nilai-Nilai Kehidupan Dalam Puisi Al-Mutanabbi”. Adabiyyāt:

Jurnal Bahasa dan Sastra. Vol. XIII, No. 2, Desember 2014. Diunduh pada

tanggal 17 Juli 2018.

http://ejournal.uin-suka.ac.id/adab/Adabiyyat/article/view/13206/491

Page 120: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

235

(diunduh pada tanggal 7 Maret 2019)

Nurgiyantoro, Burhan. (2005). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada.

Nurgiyantoro, Burhan. (2014). Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Nurgiyantoro, Burhan. (2014). “Penggunaan Ungkapan Jawa Dalam Kumpulan

Puisi Tirta Kamandanu Karya Linus Suryadi (Pendekatan Stilistika

Kultural)”. Jurnal LITERA, Volume 13, Nomor 2, Oktober 2014.

https://journal.uny.ac.id/index.php/litera/article/viewFile/2575/2129

(diunduh pada tanggal 7 Maret 2019)

Nurhayati, Enung dan Yayu Wahyuni Hidayati. (2019). “Diksi Dan Bahasa

Figuratif Sastra Perjalanan Dalam Antologi Puisi A Romantic Journey The

Beginning Karya Desi Anwar: Kajian Stilistika”. Jurnal Akrab Juara.

Volume 4 Nomor 2 Edisi Mei 2019 (87-99).

http://akrabjuara.com/index.php/akrabjuara/article/view/590

Nuriadin, Dani. (2017). “Struktur Puisi Lirik Lagu Ada Band Album 2 Dekade

terbaik Dari”. Jurnal Ilmiah Diksatrasia. Vol 1, No 2 (2017).

https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/diksatrasia/article/view/579/477

Nuroh, Ermawati Zulikhatin. (2011). “Analisis Stilistika Dalam Cerpen”.

PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, Vol. 1, No. 1, Desember 2011: 21-34.

http://ojs.umsida.ac.id/index.php/pedagogia/article/view/30/39

Nuryatin, Agus. (2010). Mengabadikan Pengalaman dalam Cerpen. Rembang.

Yayasan Adhigama.

Patmawati, Leni., Sumiharti dan Sujoko. (2018). “Analisis Citraan Penglihatan

dalam Antologi Puisi di Hadapan Rahasia Karya Adimas Immanuel”. Aksara:

Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Vol. 1 No.2 April

2018.

http://aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara/article/view/45

Pradopo, Rachmat Djoko. (2003). Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: PT

Hanindita Graha Widya.

Pradopo, Rachmat Djoko. (2014). “Pengkajian Puisi”. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Prismarini, Rosalia dan Josep J. Darmawan. (2011). “Potret Pendidikan Indonesia

dalam Puisi Sajak Anak Muda Karya WS Rendra”. Jurnal Ilmu Komunikasi,

Vol. 8, No 2, Desember 2011.

http://ojs.uajy.ac.id/index.php/jik/article/view/176

Page 121: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

236

Ratna, Nyoman Kutha. ( 2007). Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. (2017). Stilistika: Kajian Puitikia Bahasa, Sastra dan

Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Riyono, Ahdi. (2016). “Gaya Bahasa Kumpulan Cerpen ‘Mata Yang Enak

Dipandang’ Karya Ahmad Tohari (Sebuah Kajian Stilistika)”. Jurnal Ilmiah

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol 5, No 2 (2016).

http://ejournal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/semantik/article/view/295/225

Rozak, Abdul. Dede Endang Mascita dan Sri Astuti. (2018). “Kajian Puisi Anak

Dan Bahan Ajar Tematik Bahasa Indonesia Sekolah Dasar”. Deiksis-Jurnal

Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia.Vol 5 No 1 (2018).

http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Deiksis/article/view/992/648

Satoto, Soediro. (1995). Stilistika. Surakarta: STSI Press.

Saptawuryandari, Nurweni. (2015). “Pandangan Dunia Mochtar Lubis Dalam

Novel Senja Di Jakarta”. Jurnal Aksara. Vol. 27, No. 2, Desember 2015.

http://aksara.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/aksara/article/view/184

Sayuti, Suminto. (2010). Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media.

Sebayang, Sri Kurnia Hastuti. (2018). “Analisis Struktur Batin Puisi Sesamar Kasih

Pencari Rezeki Karya Dwi Ayu Utami Nasution”. Basastra. Vol 1, No 7

(2018).

https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/basastra/article/view/9318/8553

Semi, Atar. (1993). Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Setyamoko, Prarika Fitria dan Teguh Supriyanto. (2017). “Penyimpangan Sosial

dalam Novel Neraka Dunia Karya Nur Sutan Iskandar”. Seloka 6 (3) (2017).

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka/article/view/20260/9608

Shofi, Moh. Shofiuddin dan Teguh Supriyanto. (2018). The World View of W.S.

Rendra in Empat Kumpulan Sajak Structuralism Genetic Review. Seloka:

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 7 (3) (2018): 251–258.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka/article/view/27940

Simarmata, Mai Yuliastri. (2014). “Kajian Puisi Kontemporer Parsiak Na Bagi

Karya Thomson Hs Dengan Pendekatan Hermeneutik”. Jurnal Pendidikan

Bahasa Vol 3, No 1 (2014).

http://journal.ikippgriptk.ac.id/index.php/bahasa/article/view/181

Page 122: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

237

Siswantoro. (2014). Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Soelistyarini, Titien D. (2012). “Bercerita Tanpa Menggurui: Gaya Bahasa dalam

Buku Cerita Anak untuk Membangun Karakter”. Atavisme. 15 (2):18-7.

http://atavisme.web.id/index.php/atavisme/article/view/59

Stanton, Robert. (2012). Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Subadiyono. (2008). “Telaah Stilistika Terhadap Puisi”. Jurnal Lingua (Jurnal

Bahasa dan Sastra), Juni 2008, Volume 9, Nomor 2, Hlm. 133-142. ISSN

14112388.

http://eprints.unsri.ac.id/4265/2/Stilistika(isi).pdf (diunduh pada tanggal 9

April 2018 pukul 12.35 WIB).

Sudjiman, Panuti. (1995). Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Sulistiowati, Afrilia. (2013). “Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer:

Kajian Stilistika”. Jurnal PUBLIKA BUDAYA Vol 1(1) Juli 2013.

http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/60738 (diunduh pada tanggal

16 Maret 2018 pukul 13.49 WIB).

Sumardjo, Jakob dan Saini KM. (1991). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Supriyanto, Teguh. (2009). Stilistika dalam Prosa. Jakarta :Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional.

Supriyanto, Teguh. (2011). Kajian Stilistika dalam Prosa. Yogyakarta: Elmatera

Publishing.

Suryadi, Riza dan Agus Nuryatin. (2017). “Nilai Pendidikan dalam Antologi

Cerpen Senyum Karyamin Karya Ahmad Tohari”. SELOKA 6(3) (2017).

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka/article/view/20261/9609

Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasinya

dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Tiyas, Ronaning. (2016). “Analisis Stilistika dan Nilai Pendidikan Karakter dalam

Puisi Sepilihan Sajak Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono Serta

Relevansinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA”.Tesis.

Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Tjakrawiriadi, Muchamad Faisal. (2018). “Efek Estetis Dalam Cerpen Bunga

Mawar dan Burung Bul-Bul Karya Oscar Wilde (Kajian Stilistika)”.

Jalabahasa. Vol 14, No 1 (2018).

http://jurnal.balaibahasajateng.id/index.php/jalabahasa/article/view/114/72

Page 123: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

238

Umami, Imam Mahdil. (2009). “Analisis Wacana Penggunaan Gaya Bahasa dalam

Lirik Lagu-lagu Ungu: Kajian Stilistika”. Dinamika Bahasa & Budaya. 3 (2).

https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fbib1/article/view/451

Waluyo. Herman. J. (1987). Teori Dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Waluyo, Herman J. (2002). Pengkajian Sastra Rekaan. Salatiga: Widyasari Press.

Warnaningrum, Ayu dan Sudartomo Macaryus. (2015). “Gaya Bahasa 10

Geguritan Dalam Antologi Nurani Peduli Karya Handoyo Wibowo”.

CARAKA. Volume 2, Nomor 1, Edisi Desember 2015.

http://www.jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/caraka/article/view/1655/807

Wati, Reni A. (2013). “Tinjauan Stilistika dalam Novel Sumpahmu Sumpahku

Karya Naniek P.M”. Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa,

November 2013, Volume 2013, Nomor 2.

http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/aditya/article/view/667/642 (diunduh

pada tanggal 3 April 2018 pukul 16.23 WIB).

Wellek, Rene & Austin Warren. (1989). Teori Kesusastraan. Jakarta : Gramedia.

Wibowo, Prasetyo Adi Wisnu. 2015.”A Stylistic Study on the Literary of Ki

Padmasusastra Holistic Critique Perspective”. International Journal of

Language and Linguistics Vol. 2, No.5: November 2015.

http://ijllnet.com/journal/index/2230

Widayati, Mukti, Subroto dan Rachmat Djoko Pradopo. (2014). “Language of

Poetries Balada Orang-Orang Tercinta, Empat Kumpulan Sajak, Blues Untuk

Bonnie, and Sajak-Sajak Sepatu Tua Written By W.S. Rendra. International

Journal of Linguistics Vol. 6, No. 3, 2014. ISSN 1948-5425.

http://www.macrothink.org/journal/index.php/ijl/article/view/4971

(diunduh pada tanggal 24 Juli 2018 pada pukul 16.23 WIB).

Widianto, Eko dan Ida Zulaeha. (2016). “Pilihan Bahasa dalam Interaksi

Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing”. Seloka: Jurnal

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 5 (2).(2016).

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka/article/view/13074/7155

Widiastuti, Rini. (2011). “Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu Hidup Iv - Ebiet G ade:

Kajian Stilistika”. Jurnal SAWEGARING Volume 17, No 3, Desember 2011.

http://sawerigading.kemdikbud.go.id/index.php/sawerigading/article/view/4

21/237(diunduh pada 28 Mei 2018 pada pukul 14.55 WIB).

Page 124: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

239

Widyaningrum, Heny Kusuma. (2016). “Kajian Stilistika Dalam Cerpen Berjudul“

Penembak Misterius” Karya Seno Gumira Ajidama”. Jurnal Edutama Vol. 2

No. 2 Januari 2016.

http://ejurnal.ikippgribojonegoro.ac.id/index.php/JPE/article/view/20/20

(diunduh pada tanggal 7 Maret 2019)

Winnie dan Akun. (2008). “The Study Of Figurative Languages Using Stylistics

Theory In What My Mother Doesn’t Know By Sonya Sones”. Jurnal

LINGUA CULTURA Vol.2 No.2 November 2008: 156-165.

http://journal.binus.ac.id/index.php/Lingua/article/view/307/293

Wirawan, Gunta. (2016). “Analisis Struktural Antologi Puisi Hujan Lolos di Sela

Jari Karya Yudhiswara”. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Volume 1 Nomor 2 September 2016. Page 39-44.

http://journal.stkipsingkawang.ac.id/index.php/JP-BSI/article/view/89/66

Wiyatmi. (2006). Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta:Pustaka.

WS, Hasanuddin. (2002). Membaca dan Menilai Sajak, Pengantar Pengkajian dan

Interpretasi. Bandung : Angkasa.

Wulandari, Rini Susanti. (2009). “Gaya Bahasa dalam Cerpen Warga Kota Kacang

Goreng Karya Adek Alwi”. Lingua. 5 (2): 95-104.

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/lingua/article/view/927/867

Yeibo, Ebi. (2012). “Figurative Language and Stylistic Function Clark-

Bekederemo’s Poetry”. Journal of Language Teaching and Research, Vol. 3,

No. 1, pp. 180-187.

http://www.academypublication.com/issues/past/jltr/vol03/01/23.pdf

(diunduh pada tanggal 05 September 2017 pukul 10.25 WIB).

Yono, Robert Rizki, dan Mimi Mulyani. (2017). “Majas dan Citraan dalam Novel

Kerling Si Janda Karya Taufiqurrahman Al-Azizy”. Jurnal Seloka 6 (2)

(2017): 200-207.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka/article/view/17286 (diunduh

pada tanggal 12 Februari 2018 pukul 13.23 WIB).

Yuliawati, N, Waluyo, H, J, Mujiyanto, Y. (2012). “Analisis Stilistika dan Nilai

Pendidikan Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shizary”. Jurnal

BASASTRA (Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia, dan

Pengajarannya) Volume 1, Nomor 1, Desember 2012.

http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/bhs_indonesia/article/view/2081/

1510 (diunduh pada tanggal 16 Maret 2018 pukul 13.55 WIB).

Yunata, Elsa. (2013). “Telaah Stilistika dalam Syair Burung Pungguk”. Jurnal

Bahas, Volume 8, Nomor, 1, April 2013.

Page 125: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

240

https://ejournal.unri.ac.id/index.php/JB/article/view/1321/1311

(diunduh pada tanggal 7 Maret 2019)

Zhang, Zhiqin. (2010). “The Interpretation of a Novel by Hemingway in Terms of

Literary Stylistics”. The International Journal of Language Society and

Culture. Issue 30. Page 155-161. ISSN 1327-774X

https://aaref.com.au/wp-content/uploads/2018/05/30-12.pdf

(diunduh pada tanggal 7 Maret 2019

Page 126: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

241

Lampiran 1

Belajar Berenang

Kau nyala langit yang biru

pada pangkal April dan awan

yang menolak warna selain

putih. Kau setapak berundak-

undak di belakang rumah dan

bayangan pohon-pohon yang

menyembunyikan daun tua dan

hewan melata. Kau tebing dan

suara angin yang memantul-mantul.

Kau nyali yang melepaskan

pakaianku dengan malu-malu.Kau

langkah-langkah yang hendak dan

tidak ke bibir jurang. Kau tangkai

pohon yang tidak kutahu namanya,

tempat tungkai kakiku gemetar

sebelum terlambat memegang

sesuatu.

Kau udara sesaat yang membuatku

berdoa. Kau ketenangan yang

terbuka dan terluka menerima

tubuhku yang telanjang dan jatuh

sebagai jala gagal mengembang.

Kau ikan warna-warni yang kaget

dan sembunyi ke balik batu.

Kau benda-benda pendiam di

kedalaman. Kau air yang tiba-

tiba keruh dan kepanikan yang

menyakiti dadaku. Kau nyawa yang

berlepasan seperti balon-balon

kecil dari paru-paruku.

Kau jari-jari air yang mengangkatku

pelan-pelan ke permukaan.

Kau kekuatan yang kutelan dan

kuembuskan berulang kali. Kau

kepak yang membuat sepasang

lenganku bergerak menggapai-

gapai.

Kau keriangan yang tidak capai

bergolak dalam darahku. Kau

keseimbangan yang berhati-hati

dan tak menginginkanku berhenti.

Kau matahari yang memerahkan

punggungku.

Kau rumah yang membuatku lupa

pulang. Kau petang dan burung-

burung yang mencari sarang. Kau

senyum yang kusembunyikan dari

kemarahan ibu.

Kau kebahagiaan yang terlambat

terpejam. Kau yang pertama dan

akan selalu basah dalam mimpiku.

Kau yang terbangun tengah malam

dari mataku.

Kau sungai yang memanjang lalu

melapang sebagai lautan karena

khawatir aku jatuh sekali lagi. Kau

masa kecil yang sekarang kukenang

dengan rasa bersalah dari dekat

jendela darurat pesawat terbang.

Page 127: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

242

Lampiran 2

Telanjang di Depan Cermin

Aku berdiri di depan cermin.

Telanjang dan mencari yang intim

dari seluruh yang tiba-tiba asing

dan liar.

Rambutku hujan, atau komet di

langit malam. Rahang persegiku

mahir menakut-nakuti tangan

pencari yang lemah lembut.

Mereka akan melihat benteng

kokoh, bukan benteng pemalu.

Bibirku langit dan kakinya pada

pukul enam sore. Atau teluk

yang ditakdirkan tidak dipeluk

sempurna.

Lekuk teluk bibirku mencibir dua

danau di atasnya. Tetangga yang

tidak pernah saling mengunjungi.

Sepasang kesepian.

Masa depan mataku adalah

kemarahan. Juga kelemahan

tempat cinta terjatuh. Suatu hari

kelak kau akan mengatakan hal

indah mengenai mataku. Mataku

kegelapan yang mengenakan

bintang-bintang tidak mati. Gelap

seperti dasar lautan. Seperti

pertanyaan yang menolak semua

jawaban. Mataku menyembunyikan

rahasia, termasuk dari dirinya

sendiri.

Aku mencengkeram kepala

dan wajahku. Menyarankannya

pantang menyerah. Hidungku jalan

sempit dan datar. Aku mewarisi

keterbatasan. Modal baik bagi

petualangan.

Aku menelusuri garis leher hingga

pinggang. Tebing gunung. Para

pendaki belum pernah ke sana.

Lenganmu masa depannya. Juga

payudaramu. Kau akan kelelahan

menanjak ke puncak. Di bahuku

akan dibangun perusahaan

dan rumah tempat seorang

perempuan pelancong akan

mampir. Juga tempat kita berbulan

madu selamanya.

Meski sudah kuat, tubuhku masih

ingat aroma rahim ibunya. Segera

akan

datang kau menawarkan rahim

berparfum merek lain. Jahat – dan

murah senyum.

Tungkai kakiku sepasang pohon.

Berdiri di kiri dan kanan jalan

bersemak. Rerimbunan yang akan

mengembalikanmu pada rahim ibu.

Aku remaja tiga belas tahun.

Berdiri telanjang di depan cermin.

Tubuhku negeri asing. Masih masa

lalu. Menunggu masa datang kau.

Page 128: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

243

Lampiran 3

Laut Berparuh Merah

Akan kuhentikan tahun-tahun

diamku demi mengatakan kau

cantik. Setelah itu, aku bunuh diri.

Atau memintamu menjadi seekor

gagak yang mematuk mataku. Aku

ingin melihat perih terakhir adalah

merah paruhmu.

Halaman dan rumahmu selalu

penuh langit jatuh. Permukaannya

menyentuh dan menjadi kalung

bagi leher kota. Laut merebutmu.

Matamu berteman dengan ikan

dan terancam mata pancing.

Laut adalah langit, namun sedikit

lebih basah. Keduanya cemburu

kepada matamu.

Waktu menjadi siang yang padam

berminggu-minggu. Menggenang

seperti kenangan yang

ditinggalkan jalan pulang.

Bencana melandai menjadi tongkat

yang menggandeng tanganku ke

pantai. Dengan gemetar rindu,

kusentuh alismu. Sesuatu yang asin

dan asing menjawabku. Butiran-

butiran garam yang terbuat dari

masa lalu kita. Aku tak bisa

merasakan angin lagi sebagai lagu.

Ia menyebut terlalu banyak nama.

Bekas lukaku hidup seperti sisa air

yang terperangkap di telinga usai

mandi.

Seperti gigi bungsu. Susah payah

Tumbuh dan merobek gusiku.

Kau kini laut berparuh merah.

Tulang rusukku debu. Cinta jadi

lumpur, jika aku menyentuhmu.

Aku menyimpan napas terakhir

dalam botol parfum. Aku

meletakkannya di rambut-rambut

halus tubuh berombakmu.

Kelak jika kau bangkit, lolos dari

Laut, akan kususun debu-debuku

kembali sebagai kita. Sebagian

kuciptakan jadi kata-kata yang

cuma mencintai mulutmu dan

telingaku.

Page 129: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

244

Lampiran 4

Menjatuhkan Bintang-Bintang

Aku akan menggulung langit

malam seperti karpet Turki dan

menjualnya kepada penawar

tertinggi. Akan aku lepaskan

binatang

buas dari diriku. Ia pernah tidur

berabad-abad di rumah ibadah.

Selalu lolos dari perangkap cahaya.

Aku belajar dengan cara

mengabaikan. Tetapi, sekarang, aku

ingin berhenti sejenak. Mengingat

nama mereka yang tertelan pasir

hisap pikiranku tahun lalu. Ada

hutan hitam di kepalaku. Waktuku

penuh tengkorak. Kakiku tangga,

memanjat dan menjatuhkan diri

sendiri.

Kepalaku pernah lebih ringan dari

bulu burung gelatik. Menggelitik

seperti riak-riak halus di perut

perahu yang berbaring di perut

telaga. Selalu menggoyang langitku.

Begini ramalan cuaca pekan ini:

Besok, udara lebih cerah dari

senyum bayi. Lusa, langit remaja

jatuh cinta ─ ceria, panas, dan

mengumpulkan hujan. Kamis,

penuh awan berbentuk tanda

baca. Jumat, curah dari awan mirip

kebun binatang. Sabtu, alam akan

penuh

api dan apapun yang menyerupai

itu. Minggu, Tidak ada cuaca.

Hati-hati. Angka bunuh diri langit

bisa tiba-tiba meningkat. Begitu

pun dengan kelembaban dan

keasinannya. Tetapi, aku akan

berjalan-jalan di cakrawala ketika

matahari mendarat di topiku.

Aku akan menggulung langit

malam seperti karpet. Sebagai

bintang-bintang, kau akan

berjatuhan. Dalam cahaya sekarat

senyum terakhirmu, ada sesuatu

yang nampak serasi. Mengerikan

dan menantang. Aku, untuk

pertama kali, kaupahami.

Page 130: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

245

Lampiran 5

Perihal Tokoh Utama Komik

Ia berdiri. Luhur dan hening.

Rapuh dalam ikatan yang rawan

putus. Diselubungi jaring laba-laba

dan kebisingan dari kepalanya.

Matanya terpejam bagi puing-

puing, juga bencana yang masih

rencana.

Sepasang tangannya terentang.

Lapang bagi penerimaan. Seperti

sayuran terpotong-potong.

Mencintai pisau dan api dapur.

Kepalanya menampung penyakit.

Sebagian berperang melawan

seluruhnya.

Bibirnya dijahit. Perutnya penuh

kebakaran dan kelaparan.

Kemauannya lunak bagi

kebingungan dan keras kepalanya.

Tubuhnya dicabik-cabik waktu.

Berisi sesuatu yang mengizinkan

tubuh lain tumbuh ditubuhnya.

Paru-parunya sering kering.

Hatinya kuning. Jantungnya

Memompa kehidupan yang ragu-

ragu.

Bahunya lebih kuat dari batu

gunung. Pembuluh darah

menuangkan udara ke dalam

suaranya. Menghamburkan

kekuatan untuk setiap ons

takdirnya. Ia hidup. Dihiasi

pakaian berbagai warna.

Ia bicara menggunakan bahasa

roh.Tidak

masuk akal, namun penuh tetapi.

Ia kadang meratapi bebannya.

Ia menggantungkan diri di

kontrak besar yang tidak pernah

ditandatangani.

Hatinya selalu berduka dengan

harapan suatu hari ia utuh

kembali. Awan akan hilang. Api

yang membakarnya dari

dalam akan dingin. Lengannya

terpasang

lagi – dan tumbuh jadi kebun

baru. Kepalanya menjadi seluruh.

Hatinya merah.

Ia cantik. Pemurah dan sedikit

pemarah. Tak tertandingi

senyumnya. Ia akan menggodamu

dengan cerita yang tidak ada

ujungnya. Dongeng dan musik

ajaib. Ia waktu. Ia seorang ibu. Ia

mengandung dewa-dewa. Ia rahim

ribuan penyembahan dan tarian.

Namanya sama dengan nama

negaramu. Sepasang lengannya

terentang. Mencintai pisau

dan api dapur.

Page 131: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

246

Lampiran 6

Menonton Flim

Semesta di mana orang-orang

bijak mabuk mengelilingi meja

kayu besi sambil membahas masa

depan kita. Udara terbuat dari

asap. Aku dan kau merangkak di

tanah seperti ular sebelum kaki-

kakinya hilang. langit pada musim-

musim tertentu jatuh seperti

potongan-potongan jigsaw. jutaan

simbol matematika menggantung

di kabel-kabel telepon dan lampu-

lampu jalan. bunga-bunga akan

memberi petunjuk ketika kita

kehilangan arah.

Semesta di mana waktu hanya

ada di cangkir-cangkir teh.

kehidupan nyata ibarat dunia

kartun dan kartun terlihat seperti

kehidupan nyata. Keduanya adalah

sepasang tetangga yang tidak saling

percaya. ingatan dikosongkan

setiap pukul 6 sore. Seperti

matahari tenggelam. untuk diisi

berita malam yang membicarakan

keluarga kita.

Semesta di mana kau dimakan

singa dan aku menunggumu di

mulutnya memegang tanda

bertuliskan nama aslimu yang tidak

pernah kautahu sebelumnya.

Semesta di mana setiap kali kau

menyentuh gelas dengan tangan

kosong, kau merasakan bisikan

yang mendesahkan. Lengan dan

kaki tidak diperlukan samasekali.

Kita bercinta dengan menuangkan

cahaya ke mata satu sama lain.

Semesta di mana furnitur

ialah hewan-hewan peliharaan

kesayanganmu. Botol-botol anggur

diisi dengan kelopak-kelopak

bunga untuk disajikan kepada bayi

kita yang baru lahir.

Semesta di mana setiap kali

matahari terbit, di kepalamu

tumbuh sulur-sulur tumbuhan

beracun. Setiap kali matamu

berkedip, aku seperti mendengar

gelegar petir beruntun.

Semesta serupa yang kita huni

kini, tetapi aku tidak pernah ada di

sana. Aku tidak pernah ada di sana.

Page 132: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

247

Lampiran 7

Mendengar Radiohead

Aku ingin belajar menangis tanpa

air mata, perasan perasaan-

perasaan yang lembap. Aku

percaya ada perihal semacam itu;

peri yang memperindah hal-hal

perih, batu yang bertahan di alir

air sungai, atau badai yang lembut.

Aku tahu ketelanjangan tempat

bersembunyi bunyi yang lebih

nyaring daripada sunyi.

Dan dalam setiap yang pecah ada

keindahan, hal-hal yang berhak

dicahayai senyuman; porselin

mahal yang membentur lantai

ruang tamu, lampu taman yang

mati, daun-daun dan daun jendela

yang jatuh, hati yang patah dan

perpisahan, atau rindu dan bayi-

bayi yatim piatu.

Aku lahir dari ucapan-ucapan ibu

yang lebih banyak ia kecupkan

dengan diam: berlari adalah

kesunyian, berjalan adalah

kebalikannya.

Aku bertahan bertahun-tahun

berlari dalam kesunyian menuju

kau. Aku mau menemukanmu, agar

mampu berjalan menggandeng

tanganmu mengelilingi pagi yang

hangat.Atau mengantarmu pulang,

menyusuri gelap, dan dengan

sepenuh ketulusan aku ingin

menjaga dirimu dari diriku.

Ketulusan, panjang dan susah

dinikmati sepenuhnya, seperti

musim. Kejujuran, singkat dan

tidak mudah diduga, seperti cuaca.

Namun jika kau menginginkan

jarak, aku akan menjadi ketiadaan

yang lengang. sebab ingatanmu

sedekat-dekatnya keadaan aku.

Lebih dekap dari pelukan sepasang

lengan.

Kesalahanku padang rumput

yang hijau. seperti ternak, aku

ingin makan dan menjadi gemuk.

Menjadi potongan-potongan

daging yang membuatmu enggan

tersenyum seusai makan. Menjadi

lemak yang kau keluhkan dan

menghabiskan uangmu. Sementara

kebenaran semata museum yang

tidak kita sadari. Jika ada waktu, kau

akan mengunjunginya. Namun, kau

terlalu sibuk melupakanku.

Masing-masing kita adalah

kumparan diri sendiri, orang

lain, dan bayangan yang setia.

Tidak ada kemurnian. Dalam

pengingkaranmu akan aku, ada

cinta yang akan membuatmu

bersedih suatu kelak.

Sementara aku, aku tahu cara

mengisi kekosongan adalah

menunggu. Dunia ini dipenuhi

keseimbangan-keseimbangan. Tepat

ketika seorang melihat matahari

sore menutup mata, di tempat lain

ada seorang menatap matahari

pagi bangun. Ketika matamu

tiba-tiba berair, dari jarak yang

tidak kau ketahui aku tersenyum

menghangatkan kesedihanmu.

Page 133: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

248

Lampiran 8

Menyeberang Jembatan

Aku ingin mampu menceritakan

apa yang kurasakan ketika

berjalan sendirian di jembatan.

Ibuku penasaran kenapa aku

senang melakukannya. Dia tidak

mengerti waktu aku mengatakan:

aku memperoleh kebahagiaan

dari yang gentar gemetar di

diriku. Seperti jatuh cinta? Tidak,

Ibu. Dia diam dan aku merasa

kalah.

Perihal membosankan dan

percuma selalu lebih mampu

menemukan kata-kata untuk

mereka kenakan. Bagi yang

setengah-setengah, dan bagi yang

berdiri di tengah-tengah, kata-kata

semata jembatan yang seolah-olah

ada. Di diriku ada banyak perihal

yang terengah-engah tidak mampu

menyeberang ke jantung ibuku.

Mereka terpaksa menjadi rahasia

dan aku merasa bersalah.

*

Sejak kecil aku sering pergi

ke hutan. Aku membisikkan

pikiran dan perasaaanku yang

merahasiakan diri dari tinta kepada

pepohonan, sebelum mereka

ditebang dan berubah menjadi

pintu dan jendela, kursi dan meja,

atau buku-buku.

Setiap kali ibuku terpekur di

hadapan lemari, aku mungkin ada

di sana menemaninya. Ketika ibuku

berusaha membuat dirinya cantik

sekali lagi, rahasiaku barangkali

yang menggenggam cermin

untuknya. Jika ibuku tidur memeluk

diri sendiri, aku berharap ikut

menopang rindu dan tubuhnya

yang kesepian.

Dan andai dia menerima surat dari

suaminya, pikiranku sungguh ingin

bergetar di jari-jarinya. Perasaanku

sungguh ingin basah oleh air

matanya.

*

Ibuku masa lampau. Kenangan.

Dia selalu mampu mengecup

ingatanku, namun ingatanku kening

yang cuma mampu menunggu

dikecup. Kata-kataku selalu ingin

mampu menyentuh jantungnya,

namun mereka tidak punya jemari.

Puisi ini sama belaka. Sekumpulan

kata, batang-batang pohon mati,

yang bermimpi menjadi rumah

tanpa dinding. Semata memiliki

jendela, pintu, dan sesuatu yang

memeluki keduanya. Rumah yang

menunggu pertanyaan-pertanyaan

ibuku datang memberi penghuni.

Page 134: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

249

Lampiran 9

Melihat Peta

hari ini kematiaan membisikkan

perihal-perihal yang indah.

langit pagi yang perangainya tenang

dan hangat telah

ditanggalkan. beruluran jutaan jalan

kecil, kaki-kakinya

mekar jadi kembang api yang terbuat

dari awan hitam.

aku ingin tiba-tiba seisi tubuhku

tercuri. seseorang

menangis memasangkan pakaian

berwarna sederhana

dan wewangian sambil

membayangkan tuhan

menyambutku dengan riang.

kau, entah di mana, membaa catatan

yang aku tulis, aku

kirim, dan terlambat tiba.

hari terakhirku jadi hari pertama

bagimu. kesedihanku

terbakar menjadi abu. kau tumbuh

menjadi pohon yang

pucuk-pucuknya hendak menyentuh

kebiruan angkasa.

*

peta memberitahuku semua harta

karun tersimpan di

jantung rahasia hal-hal yang hancur.

kau menggantung

seperti sesuatu yang tak mampu aku

namai – mimpi atau

kenangan. di kepalaku, kau cahaya

yang disaring kaca

jendela berdebu. memasukiku

sebagai jiwa yang

kelelahan.

nanti malam, aku tak mampu

menutup mata jendela. akan

aku biarkan ia menatap mata bulan,

tempat barangkali

kau menitip rahasia.

sementara yang menetap di luar aku,

segalanya

dendanmu. memendam dendam, kata

ibuku, seperti

meminum segelas racun dengan

harapan membunuh

orang lain.

aku tak ingin mendengar kabar

pemakamanmu. biar

tubuhku dan seluru isinya yang

tercuri. hiduplah kau.

Page 135: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

250

Lampiran 10

Menunggu Perayaan

Sol sepatumu bicara apa kepada

jalan yang menjauh?

Kuberitahu, hanya sedikit orang

yang mampu mencapai ujung dan

ketiadaan. Sekarang jalan sudah

terlalu panjang dan bercabang-

cabang. Aku terus berdiri di

gerbang ini dengan sepasang

telinga tidak mampu menyentuh

kata-katamu. Aku menunggu

punggungmu tidak menghadap

wajahku.

Kau pergi kedunia masa kecilku

yang dipenuhi gambar hitam putih.

Televisi berisi siaran dunia dalam

berita. Soeharto, topi caping,

hamparan pada, dan senyum yang

mengajari kita hal-hal palsu. Video

klip Tommy J Psa, Nila Daniati, dan

Betharia Sonata. Betapa pandai

mereka menyembunyikan dan

menyembunyikan kesedihan. Atau

siaran pedesaan dan kisah-kisah

keluarga penuh perkelahian.

Gunung, sungai, rumah, bendera,

juga toko dari kota. Semua dilukis

entah siapa menggunakan pensil

patah dan kertas putih semata.

Kau hanya mampu menghilang jika

pergi melampaui dunia sebelum

aku mengenalmu.

Dulu aku tidak perlu memikirkan

apa-apa selain segera jadi dewasa

Sekolah enam tahun. Berangkat

pagi, pulang siang, dan singgah

mandi telanjang di sungai sampai

tubuh merah. Lulus dari sekolah

lagi. Bersepeda dan terjatuh.

Menjual sawah darn sekolah lagi.

Lalu datang perayaan

kemerdekaan. Aku ikut lomba

memasukkan paku dari pantat

kemulut botol. Aku tidak

memenangkan apa-apa kecuali

tawamu dari sela-sela penonton.

Tawa itu mekar jadi pertanyaan

pada suatu siang yang kubisikkan

ke telingamu di kantin sekolah saat

para guru rapat membahas uang

dan ulangan. Kau mengangguk

dari waktu mengalir secepat

barang-barang impor. Walkman,

pager, DVD player, komputer, dan

telepon pintar.

Telingaku tidak mampu melupakan

tawamu seperti orang Amerika

mengingat peristiwa Sebelas

September.

Meski sendiri, aku ingin mewarnai

gerbang ini dan menyambut lagi

perayaan. Akan kubuat upacara

bendera, baris-berbaris, panggung

lagu-lagu lama, dan lomba-lomba

yang membuat penonton lupa

penderitaan. Barangkali aku tidak

akan memenangkan apa-apa sekali

lagi.

Tapi aku sudah nyaris

menghabiskan diriku di sekolah

bertahun-tahun. Bertahan tidak

mencintai siapa pun, kecuali

seseorang dalam diriku yang

menunggu waktu dan punggungmu

tidak menghadap wajahku.

Menunggu wajahmu tertawa sekali

lagi, mungkin kepada masa depan

yang lain.

Page 136: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

251

Lampiran 11

Memimpikan Hari Libur

Bunga-bunga di beranda tertawa

melihat orang-orang melintas

membawa kendaraan berlibur

ke tempat ramai. Kemacetan,

supermarket, pelabuhan udara,

atau pantai. Hujan bergegas pulang

ke langit setelah bekerja keras

semalaman.

Di meja ada segelas buah-

buahan kedinginan menginginkan

cintamu keluar dari baju tidur.

Kau tenggelam di halaman koran

Minggu, membiarkan sejumlah

puisi berisi masa depan dan

masa lalu membaca matamu. Kau

mengenali puisi-puisi itu. Puisi ini

meniru mataku, katamu sembari

mengulang-ulang nama penulisnya.

Namaku.

Astaga! Kau mengagetkan pagi

seperti kota membangunkan

kesepian. Koran dan puisiku jatuh

menimpa dan menumpahkan

buah-buahan dari gelas yang telah

menempuh usia dan perjalanan

jauh demi menjilat lidahmu.

Aku bangun seperti hujan yang

pulang ke langit. Kepalaku tidak

berada di tempat yang tepat.

Aku berjalan ke kamar mandi

bersama potongan-potongan

mimpi. Pikiranku seperti lukisan

Frida Kahlo atau kisah-kisah Italo

Calvino. Aku memasukkan diriku

ke dalam hari libur dan harapan

bisa menemukan siapa namamu.

Sejak hari itu, aku tidak bisa

tidur lagi. Juga kau dan kesepian

barangkali.

Lampiran 12

Seekor Kucing dan Sepasang

Burung

Ada sangkar besar di tubuh kecil

setiap burung. Surga bagi para

pecinta burung, tempat mereka

terperangkap lupa diri dan mati.

Juga matamu, sepasang burung

terakhir di bumi. Aku tak pernah

membenci apa pun sebesar aku

mencintai matamu.

Pikiran bukan penjara. Aku

penjarakan pikiranku. Kututup

pintunya buat semua tamu dan

nama. Kecuali jiwamu, puisi tentang

jalan-jalan lengang pukul tiga pagi.

Aku ingin menjadi seekor kucing

di jalanan atau puisi. Aku ingin

memangsa sepasang burung di

wajahmu.

Jauh dalam tubuhku ada pohon

yang tumbang dan tumbuh tiap

hari. Juga sarang tempat angin

sering mampir istirahat.

Kelak orang membaca puisi

tentang taman kota, mengunjungi

museum burung, atau membaca

dongeng tentang hutan-hutan

yang hilang. Mereka tersenyum

mengingatkul.

"Pada zaman dahulu, ada seekor

kucing menyelamatkan sepasang

burung dengan memakan

sepasang mata kekasihnya."

Page 137: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

252

Lampiran 13

Menenangkan Rindu

Bumi tidak butuh banyak bulan.

Bulan sendiri, pandai, dan

kekanak-kanakan. Dia bisa jadi

pisang ambon, mangkuk pecah

ibumu, atau martabak utuh jika

kau lapar. Dia akan menertawai

kerakusanmu atau menjadi penuh

ketika kau kosong.

Biarkan bintang padam sebagian

dan langit tetaplah satu-satunya

yang tidak mudah kautebak. Langit

yang lapang dan dalam akan

berterima kasih kepada tubuhnya

karena kau punya mata dan

benak. Juga ungu tato yang kau

sembunyikan di balik malumu yang

pura-pura.

*

Langit tampak cantik karena mobil

yang kautumpangi bergerak cepat.

Jendela mobil mogok bukan

pasangan yang cocok buat kaki

langit. Langit pekerja keras. Dia

membutuhkan satu hari yang

cerah dan kekosonganmu yang

gerah untuk membuat matahari

sore seperti lukisan atau kota

kebakaran.

Warna yang sama bisa tampak

sunyi dan riang sekaligus. Langit

paham hal-hal semacam itu. Kata-

katamu bicara terlalu banyak

tapi tidak pernah cukup. Langit

selalu cukup dengan cuaca dan

pertanyaan-pertanyaan.

*

Jangan percaya pada kartupos

dan kamera seorang petualang.

Menyelamlah ke ingatannya dan

temukan senja selalu basah di

sana. Kau hanya boleh jatuh cinta

kepada ingatan yang menyerupai

langit: rentan dan tidak mudah

dikira.

Dia meninggalkanmu agar bisa

selau mengingatmu. Dia akan

pulang untuk membuktikan

mana yang lebih kuat, langit atau

matamu.

Page 138: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

253

Lampiran 14

Sejam Sebelum Matahari Tidak

Jadi Tenggelam

1.

Perih paling sulit untuk kucintai

adalah perihal yang paling kau cintai.

Aku ingin kau membuat tantangan

bagiku. Mencintaimu, umpama.

Ciri-ciri perempuan yang kucari-

cari adalah yang gampang berduka.

Kau tidak tahu berhenti tertawa.

Hidup bukan lelucon—atau

jantung lelucon adalah kantung air

mata.

Langit sore sedang tidak indah.

Dia senang berawan akhir-akhir ini.

Tetapi ketika aku melihat keluar,

wajahku terasa jauh lebih muda. Di

kaca jendela, samar kulihat diriku

sebagai anak langit tua itu. Dulu,

aku merasa anak matahari, tetapi

langit lebih mudah menerima

kekuranganku.

*

Pukul 5:17 sore. Aku tidak yakin

pada

segala sesuatu—kecuali yang

memar dalam puisi ini. Juga rasa

samar

antara manis dan pahit kopi yang

tinggal

sepah.

aku menginginkan gelas ketiga.

Puisi baru separuh.

Puisi ini kutulis untuk teman-

temanku. Aku ingin merasuk

dan merasakan dada mereka

yang belum kutemui. Kau juga

belum pernah bertemu mereka.

Aku tidak tahu sedalam apa

kebohongan di mata mereka—

barangkali tidak lebih dalam dari

milikmu.

Di internet, bahkan orang yang

sangat jauh dapat menyakiti kita.

Aku suka mereka menyakitiku

dari kejauhan. Aku menjadi lebih

mencintai diriku dan hal-hal yang

sering kuanggap rapuh.

Besok hari rabu. Jika ini hari

terakhirku, Rabu akan menjadi hari

favoritku.

*

Aku sering seperti ini. Gelisah dan

tidak

tahu harus melakukan apa pun.

Hanya

duduk dan mendadak puisi jatuh

cinta

kepada kesunyian di telingaku yang

sudah lama ingin bicara kepada kau

atau

siapa saja.

Puisi adalah pasangan bercinta

yang kasar—kadang seperti

perkelahian yang menggairahkan.

Kata-kata yang kau baca cuma

percik-percik darah.

*

Setelah gelas ketiga, kupikir

sebaiknya

aku melakukan satu hal gila: keluar

dari

kafe ini dan menabrakkan diri ke

kepala

Page 139: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

254

truk.

Aku ingin melihat bagaimana

puisi memungut tubuhku—dan

aku tertawa membacanya di

koran besok pagi. Kubayangkan

kau tertawa pada hari Rabu.

Kau menertawai seseorang yang

bersedih karena kau tidak berhasil

membuat tantangan untuknya.

Aku ingin datang kepadamu

sebagai lelucon yang lebih besar

daripada hidupmu.

2.

Pukul 5:30. Rasanya seperti

pagi—dan aku baru saja bangun

dari mimpi buruk. Jalanan di luar

kafe adalah mimpi buruk yang

lain. Kadang aku berdoa kau tidak

sedang berada di sana, terjebak

bunyi klakson dan debu.

Lebih baik kau berbaring di tempat

tidur menertawai dirimu sendiri atau

siapa

saja yang gagal mencintaimu. Atau

menyerah kepada mimpi manis

tentang seseorang dari masa lalu.

Masa lalu hanya indah bagi orang-

orang yang tidak menyentuhkan

kakinya pada masa kini.

*

Matahari membuat orang mengurus

hal-

hal tertentu di dalam ruangan.

Mengurus

uang negara dan selingkuh, misalnya.

Tetapi tidak ada matahari sore ini.

Dia

takut tenggelam. Dia takut tidak bisa

terbit pada hari favoritku.

Kafe ini dipenuhi lagu yang

menghancurkan dirinya sendiri.

Sementara puisi ini untuk teman-

temanku adalah jalan-jalan baru

di tengah hutan. Kata-kata adalah

pepohonan yang bertumbangan.

kau dengar derak mereka? Seperti

dada teman-temanku yang jauh.

*

Ada kalanya puisi seperti cinta.

Tidak

tahu di mana harus berhenti.

3.

Pelayan kafe mengamati langit dari

jendela yang lain. Barangkali dia

saudara

kembarku. Saudara adalah puisi yang

selalu lupa dituliskan. Puisi tidak

tahu

tinggal di rumah. Sering pura-pura

jadi pengembara.

Aku ingin melupakanmu—dan

mencari tahi lalat ibuku di wajah

pelayan kafe.

Tangannya menyalakan lampu

seperti kesepian yang datang

dari masa lampau. Aku ingin dia

memadamkannya. Lampu tidak

perlu menyala sebelum betul-

betul gelap. Kita mesti memberi

kesempatan kepada bayangan

untuk bertukar dengan tubuh lain.

*

Setiap hari adalah kekasih yang

gagal mengucapkan selamat tinggal.

Kadang-kadang kau yang harus tega

mengecupkan selamat jalan. Dia

barangkali sudah terlalu sakit untuk

pergi—seperti matahari yang takut

tenggelam hari ini.

Page 140: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

255

Lampiran 15

Catatan Seorang Pedagang Di

Pasar Terong Makasar

Dulu aku tak percaya orang lain

berani mengusirku dari rumah

sendiri. Tapi kota ini memaksaku

paham selalu ada orang mengaku

lebih berhak atas milikku.

Mereka dating membawa batu,

pasir, semen, besi, air, minyak tanah,

api, tentara, polisi, dan preman

untuk menebar kecemasan. aku

lebih takut kepada mata uang…..

dan kesenangan-kesenangan……

daripada mata senjata.

Aku tahu betegur sapa dengan

senyum bahkan kepada musuh

yang berpura-pura bertandang

sebagai tamu, teman, atau

pelanggan.

Aku mungkin kehabisan kata

meladeni mereka berbincang

tentang masa depan. Tapi aku

selalu punya senyum untuk

menolak semua yang cuma andai.

Sudah kulingkari nyaris semua

angka di kalender. Sudah kulingkari

hari ini dan besok. Aku waspada.

Aku selalu waspada. Kewaspadaan

yang terlatih tak bias dikalahkan

oleh senjata buatan pabrik.

Besok datang lagi orang-orang itu.

Lampiran 16

Menelepon Kau

Apakah kau ada di sana?

Apakah kau ada?

Apakah kau?

Di pusat malam, dari dalam diriku

Seorang peragu bertanya-tanya.

Apakah cuaca kurang sehat atau

kau sedang tidur memimpikanku?

Dering teleponku, suara menggigil

memanggil diri sendiri. Seperti lagu

mencari seorang penyanyi.

Seperti pohon mati menunggu

angin datang mematahkan lengan-

lengannya, atau memutihkan

ingatan bunga-bunganya. Seperti

seorang pengelana memanggul

penyesalan, mencari Tuhan

agar mampu menemukan dirinya

kembali

Page 141: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

256

Lampiran 17

Menjadi Hantu

Aku ingin tidur seharian di

sepatumu saat kau pergi ke

kantor menggunakan sepatu lain.

Menunggumu di rumah tanpa

mengeluh.

Aku ingin jadi warna kesukaanmu,

melingkari lehermu. Berpura-pura

sebagai selendang, karena seorang

pria lain tidak putus menginginkan

dadamu.

Aku ingin mendengkur sebagai ular

sawah atau angin di sudut kamar,

di tumpukan pakaian kotormu.

Mereka hangat, dekat, mendekap,

dan masih beraroma kita.

Lampiran 18

Menjadi Lumba-lumba

Aku pernah punya mimpi. Kau

menulis angka-angka penanda

dibahuku,

semacam tato permanen. Aku juga

menulis angka-angka serupa

diperutmu,

dan kau tertawa. Ujung pisau yang

aku

gunakan menulis membuat rahimmu

geli. Kita telanjang, bergandengan

tangan,

berjalan dalam gelap dan tiba di

tebing,

lalu aku terjun ke sungai tapi kau

tidak.

Kelak, pada satu hari Sabtu, saat kau

sibuk di kantor, aku mencium pucuk

hidung anak-anakmu di bibir kolam

renang.

Page 142: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

257

Lampiran 19

Menjadi Tamu

Aku akan datang ke rumahmu,

memegang semua benda yang

baru kau letakkan. Aku ingin

merasakan tanganmu ketika kau

sendiri atau tidak ada.

Aku akan menuliskan daftar

benda-benda yang menutup

matamu ketika menyebutkan

nama mereka. Saat sendiri, aku

mengucapkan dan mengecupkan

nama-nama itu agar mimpiku bisa

tertidur.

Aku akan masuk ke kamarmu,

berbaring di tempat tidurmu

hingga kamarmu berubah jadi

kamar kita. Atau menunggu di

beranda sambil mendengar lagu-

lagu cinta dari radio tetangga.

Aku akan menemanimu menanam

sayur-sayuran di halaman belakang

sembari membayangkan di pipiku

tumbuh bulu-bulu yang akan

menggelikan pipimu.

Aku akan mengambil dua foto

setiap hari dan merangkai mereka

jadi film. Barang-barang yang

pernah kau genggam. Ranjangmu.

Cabang-cabang dan kembang

sayurmu, atau cambang di pipiku.

Akan kumasukkan juga tembang-

tembang yang menemaniku

menunggu di beranda.

Page 143: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

258

Lampiran 20

Pameran Foto Keluarga Paling

Bahagia

Aku tidak percaya kepada orang-

orang yang senang memamerkan

kebahagian keluarga mereka.

Hiburan dan liburan. Pakaian

dan kota-kota asing. Senyuman,

pelukan, dan berlembar-lembar

foto keluarga. Mereka kaca buram

yang mudah pecah. Buah-buahan

yang tidak dikupas. Barang-barang

mewah yang takut ketinggian.

Ketika kesedihan menyentuh hidup

mereka, semesta adalah kesalahan.

Tidak akan kuceritakan derita siapa

pun kepada mereka.

Tidak ada yang mampu mereka

lakukan selain berpura-pura—

dan memberi hal-hal yang tidak

dibutuhkan. Kutipan-kutipan atau

kisah sedih tentang usaha melewati

kehidupan yang berbahaya.

Alasan utama mereka bahagia

adalah tidak peduli. Mereka tidak

mau tahu jika kau masih punya

alasan lain.

Sudah lama kuhentikan

percakapan tentang negara dan

cinta dengan mereka. Bahkan

kepada saudara, mereka bicara

menggunakan klakson kendaraan.

Kuberitahu, saat kau menyusuri

jalanan mengenang teman-

temanmu yang pergi dan

tidak pernah pulang. Saat kau

menghindarkan teman-temanmu

yang masih hidup dari kejahatan-

kejahatan lain yang mengancam.

Mereka sibuk tersenyum di depan

kamera.

Mereka punya berlembar-lembar

foto keluarga yang penuh hal

tiruan baru.

Page 144: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

259

Lampiran 21

Jendela perpustakaan

Langit menyentuh buku-buku pada

sore hari ketika para pengunjung

diminta berhenti membaca.

Seorang petugas akan menutupnya

dan tidak menyadari pertemuan

singkat mereka yang hangat.

perpisahan dan warna masa kecil

itu tiba-tiba musnah.

Orang-orang pulang dengan

pikiran-pikiran lama dikepala.

Lampu-lampu dipadamkan dengan

alasan penghematan.Buku-buku

tidak bisa membaca diri mereka

sendiri. Malam akan datang dan

kesunyian menyususn dirinya

kembali.

Di depan perpustakaan, langit

masih mentapa jendela tertutup

itu tanpa berkedip. Aku tidak ingin

cepat sampai rumah. Kubiarkan

langit yang sedih menyentuh

kepalaku. Orang-orang tergesa

dan tidak membawa buku. Mereka

berbahaya dan tidak waspada.

Di jalan menuju rumah aku

ingin memikirkan semua bunyi-

bunyian— bahkan yang paling

jauh—dan tidak ingin mengerti

apa-apa. Dirumah hanya ingin

kurenungkan diriku dan seluruh

yang tidak ingin kulupakan. Jika

mimpi datang, aku ingin jadi

jendela yang luas untuk langit,

buku-buku, dan kau.

Page 145: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

260

Lampiran 22

Hantu Bernyanyi

Ia menekan-nekan tuts keyboard

mengetik kata piano lagi dan lagi,

juga titik dan koma, sambil dalam

hati menyanyikan lagu ciptaannya,

yang di ingatannya tinggal

beberapa larik:

1. Berdering-dering Halo yang

aku kirim sejak bertahun-tahun

lalu belum kau jawab hingga

sekarang. Aku tahu kau dengar.

2. Kepalaku kampung, dipenuhi

anak kecil yang berlarian

mengejar bayang-bayang

mereka sendiri. Aku melihat

diriku.

Di layar komputer, ia lihat piano-

piano seolah-olah dikerubungi

sekawanan semut. Jika ia pemabuk,

pikirnya, tanda-tanda baca itu

menyerupai kunang-kunang.

Tak ada hujan. Jika hujan datang

malam itu ia akan menjadi

penyebab.

*

Meski tidak mabuk, ia masuk

kamar mandi. Ia siram kepalanya.

Ia kosongkan bak. Ia tetap tidak

Mampu menghafal lagu ciptaannya

sendiri.

Sisa-sisa air yang tertinggal

ditelinganya seperti bisikan

kekasihnya yang pergi bertahun-

tahun sebelumnya.

Setelah melepaskan handuk, ia

tiba-tiba tidak bisa membedakan

antara kantuk dan angin. Ia

berjalan ke tempat tidur tanpa

mengenakan apapun kecuali

rambut yang tergerai basah dan

bekas luka.

Ia pejamkan semua mata lampu

dan matanya. Ia lihat di halaman

bunga satu demi satu mekar

bersama masa lampau.

Tak ada hujan. Jika hujan datang

malam itu ia akan menjadi

penyabab.

*

Ia tidur seperti tanda kutip dan

semua yang ia lihat dalam mimpi

adalah pahlawan. Baginya, yang

layak jadi pahlawan hanya bunga-

bunga dan anak-anak. Tetapi, bukan

itu maksudnya, katanya ketika

ia terjaga oleh suara sirine yang

semakin mendekat.

Ia bertanya-tanya, apakah harus

terjaga hingga pagi agar mampu

kehilangan mimpi. Ia tak mau

dikejar-kejar mimpi masa kecilnya.

Masa kecil amat rakus, mengubah

manusia menjadi undur-undur.

Tak ada hujan. Jika hujan datang

malam itu ia akan menjadi

penyebab.

*

Ia lapar. Sangat lapar. Ia seolah

punya kekuatan yang mampu

memakan malam dan seluruh

isinya. Ia lihat, di jendela, bulan

sudah habis ditelan pelan-pelan

oleh bayangan bumi. Ia merasa

Page 146: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

261

lebih kuat dari sekedar bayangan

bumi.

Di tengah laparnya yang belum

melahap apapun, ia lihat mobil

jenazah berhenti dan menunggu

di depan rumah tetangga. Ia

ketakutan dan beberapa bagian

lagunya yang hilang tiba-tiba pulang

menemaninya.

1. Jika aku menyukainya, ia

bernama kesepian. Jika aku

Membencinya, ia bernama

kesepian.

2. Aku akan pergi, aku akan

segera pergi. Begitu juga

denganmu. Begitu juga mereka.

Ia bernyanyi dan bernyanyi sendiri

hingga ia raib ditelan suaranya

sendiri.

Tak ada hujan. Jika hujan datang

malam itu ia akan menjadi

penyebab.

*

Malam-malam berikutnya, penyanyi

itu menghantui rumahnya sendiri.

Page 147: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

262

Lampiran 23

Mengunjungi Ambon

Langit di atap teluk berwarna layar

telivisi yang sudah lama menolak

aliran listrik. Sedih dan menarik.

Kucatat empat hal lain untuk

mengingat langit itu:

1. Gudang barang antik yang

mahal dan belum ditemukan,

2. Gedung pemerintah yang

didatangi demonstran berbayar;

3. Sepasang mata bayi yang mati

digugurkan ayahnya, dan

4. Rok pelajar lima tahin setelah

tak lulus ujian nasional.

Sebelum berangkat, kusimpan

namaku di saku sebagai nomor

kontak darurat yang akan sering

dihubungi ibuku dengan takut. Aku

ingin tinggal di alamat yang tidak

hendak menerima surat. Di antara

keinginan dilupakan dan keharusan

diingat.

Di kapal penyeberangan, di amtara

puluhan sepeda motor dan peluh

gadis-gadis berparas Portugis,

kulemparkan pesan seseorang ke

Tanjung Martha Alfonso

Menjadi diri sendiri adalah filsafat

yang sekarat dan alat kontrasepsi

yang sudah bocor sebelum

dimasukkan ke kemasan dan

dijajakan sembarangan.

Kesedihan selalu menunggu di

kampong Air Mata Cina. Kudengar

kabar, di antara rumah-rumah

sempit, para penduduk sempat

mau berdamai. Tapi, pada suatu

malam, ada bunyi parang riuh dari

dasar sumur mereka. Mata air yang

tak mau mati, terus membanjiri

kantor-kantor berita di Jakarta.

Kudengar erang orang-orang

menangisi diri mereka. Tentara dan

polisi lalu-lalang seperti orang-

orang pribumi, tapi tak tidak tahu

tersenyum.

Ambon yang langitnya berubah

jadi kembang api semalaman

kubayangkan tanah kelahiranku.

Kantuk menguapkan kopi hitam

terbaik

dari darahku.

Aku terpejam dan agamaku hilang

beberapa jam.

Aku bermimpi mengirim surat

kepada ibuku, tapi tidak pernah

sampai karena salah alamat.

Pagi menghidupkanku lagi dan

menemukan kematian bukan lagi

metafora. Sayang, tiket pesawat

sudah dipesan dan aku susah

menghindar dari perjalanan

berikutnya.

Cinta adalah kapsul yang tidak

menyembuhkan apapun kecuali

kegembiraan dan tabungan. Di titik

itu,

siapapun butuh tikungan atau

penghianatan yang cerdik.

Perihal yang jauh mesti diabaikan

hingga terbukti kembali punya hati.

Aku menitip kamera di Warung

Page 148: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

263

Kopi Sibu-sibu dan mendaki tangga

untuk beristirhat di Negeri Soya.

Di tas punggungku ada sekantong

roti sagu yang hangat.

Dari ketinggian, aku menatap

Ambon dan malam perlahan

menutup kepalanya yang

ditumbuhi pohon natal dan kerlip

lampu kubah masjid.

Para perantau seperti masa

lampau mendatangi pintu

dan lonceng yang menunggu

didentangkan sekali lagi

Beberapa buku kembali jadi pohon

di dadaku penuh tanda baca cara

Oxford. Merekahkan memar

berbentuk hati. Luka tak berhenti

mendekatiku, hendak lebih dekap

dari jiwaku sendiri.

Seperti waktu, pahlawan, dan

kiamat yang tak memegang nomor

antrean. Jebakan dan trampolin

ada di mana-mana. Sulit dibedakan,

Untuk sampai ke satu tempat, aku

pergi dan meninggalkan sedikit

demi sedikit tubuh di jalanan,

untuk membangun rumah, aku

harus jatuh dan lumpuh.

Page 149: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

264

Lampiran 24

Langit dan Laut di Timur

Masa lampai sering kali kita tolak

kilaunya. Sebagian bintang di langit

adalah hantu. Kala hidup, mereka

peta penentun kita mencari kerang

dan menyeberang ke pulau-pulau

jauh. Karenanya anak-anak kita

mencintai jendel, angan-angan,

pertualangan, dan buah tangan.

Cahaya bintang berakhir ditepat

waktu seperti peristiwa-peristiwa

dari bencana berubah jadi

kenangan indah yang berpura-pura

kita ingkari. Mata mereka mati.

Mayat mereka jatuh dan terkubur

di udara. Kita terpukau dan

berandai-andai. Kita ingin

jadi pilot dan bukan penyelam.

Tidak ada yang lebih pandai

mengelak dari diri sendiri melibihi

kita.

Kita Maluku kau Buru, aku aru, satu,

tapi laut adalah pusat tubuh kita yang

lapar, menghampar seperti kita riuh

dan berbahaya jari-jari pantai

berusaha

saling menggapai ibarat surat dan

alamat. Rindu surut atau perahu

karam

dan berkarat di dasar paling dalam.

Di permukaan, harapan tidak lebih

dari buih

yang terombang ambing, bimbang

antara

jadi pelampung atau nasib

penumpang

yang selamat dari maut.

Sementara masa kecil kita semata

mata air yang sudah berhenti jadi

sungai. Leluhur adalah gelegak

lahar di perut gunung berapi

yang bersembunyi seperti ranjau di

balik ombak dan mudah meledak.

Rahim ibu, puncak palung yang

lupa pula kita jadikan tempat

pulang, telah jadi cangkang-

cangkang mutiara belaka.

Selebihnya, hanya ada hewan-

hewan air yang asin dan beracun

seperti orang asing.

Sekarang, di televise dan internet,

biru cuma kata sifat yang tidak

tahu harus memeluk tubuh siapa.

Perumpamaan-perumpaan hampa.

Hal-hal lain sudah baru dan bukan

milik kita.

Page 150: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

265

Lampiran 25

Memastikan Kematian

Seperti bulan, di dasar tiap kata,

kunikmati sepi dengan mengubah

benda-benda jadi bayangan.

Kuingin setiap cahaya tersenyum

melihatku sendiri. Kuingin tiada

apa pun mampu menampung dan

menjangkau kesedihanku.

Kejahatan ada di mana-mana.

Di kota-kota atau di kata-kata,

atau pada segala sesuatu yang

kausebut kita. Dalam bentuknya

yang paling sempurna, dia bernama

kebahagiaan.

Akan selalu kutemukan diriku

bersedih dan jatuh cinta kepada

laut yang memisahkan diri dari

puisi dan orang-orang kota yang

gemar berlibur. Aku mengajari

diriku berenang dan menjadi kuat.

*

Berkali-kali kauhadiri pemakaman

semata demi memastikan

kematianku.

*

Setelah mati, aku hidup sebagai

hewan peliharaan yang selalu

tak mau kausangkarkan atau

kebiasaan buruk yang tak mampu

kausingkirkan.

Sesekali aku jadi puisi cerewet

seperti ini untuk meyakinkanmu.

Kau selalu cantik bahkan saat

tidur di pelukan orang asing. Saat

bersedih. Saat jauh dari jangkauan

senyum siapa pun.

Di luar ingatanmu, semua orang

adalah orang asing.

Selalu ada puisi tentang kau. Telah

kuhapus selalu dan tentang di

kalimat sebelum ini. Kuingin tak ada

sesuatu yang butuh diseberangi di

antara kau dan puisi.

*

Kata-kata selalu bunuh diri dan

tumbuh sekali lagi jadi puisi.

Puisi membayangkan tidurmu

gelisah atau tanganmu teriris

saat memotong sayuran atau

kau bersedih kucingmu yang

mengenakan nama dewa mati

digerogoti virus atau anak tetangga

memecahkan kaca jendelamu

karena dia penasaran dan mau

atau kau menangis menyadari

senyummu selembar uang palsu.

Puisi bertamu ke dalam dirimu.

Dia datang dari hal-hal sederhana.

Dari bahaya. Dari pikiran-pikiran

yang menolak waspada. Dan kau

jatuh cinta.

Page 151: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

266

Lampiran 26

Aku Menunggu di Kantukmu

Baik di dalam maupun di luar sajak

ini, kau adalah tragedi yang kubaca

berulang kali dari halaman terakhir

hingga kata pertama.

Sekarang – tidak mau kudengar

musim hujan kausebut puisi seperti

remaja patah hati – ingin kutulis di

keningmu sesuatu yang hangat dan

sudah lama kauingkari. Aku rindu

melihat tubuhmu jadi ruang pamer

benda-benda yang tidak bisa

disaksikan orang lain.

Aku mencintaimu seperti televisi

tua di gudang nenekmu yang

terbakar. Cuma satu kanal dan

tidak pakai remot kontrol.

Kausadari diam-diam. Kau tidak

pernah tampak cantik di internet

atau di jalan-jalan yang terbuat dari

iklan dan kemacetan dan korupsi.

Kau hanya bisa melakukannya di

kamar tidurmu atau di tidurmu

atau di mimpi-mimpimu tentang

harilalu. Ketika sendiri.

Kantuk yang kauabaikan;

(1) kelelahan oleh ulah tanggung

jawab yang pura-pura kautunaikan,

(2) kesedihan karena kau selalu

gagal jadi perayaan, (3) kesepian

yang tidak mampu disembuhkan

riuh dunia, (4) kecemasan yang

kaurahasiakan dengan senyum

lebih menyerupai mata pisau.

Berhentilah. Sejenak saja.

Di ujung sajak ini, kusiapkan

sebotol obat tidur dan segelas

kopi untuk kauberi pertanyaan.

Lampiran 27

Mengingat Pesan Ibu

Setelah sampai di perhatian

terakhir sajak ini, kau ingat pesan

ibumu.

Seluruh yang kau miliki bukan

yang kau mau. Seluruh yang

kau mau bukan yang kau butuh.

Seluruh yang kau butuh bukan

yang kau jangkau. Seluruh

yang mampu kau jangkau luruh

dan sia-sia belaka.

“Berhenti. Jangan berangkat

sebelum tiba,” katanya.

Page 152: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

267

Lampiran 28

Jalan yang Berkali-kali Kau

Tempuh

Kita pernah melewati sajak ini. Kata

ini menemukanmu lagi di sini. Kau

sudah berkali-kali melewati kata ini.

Juga kata ini. Kalimat ini ada di sini

untuk kaulewat dan kaulupakan

sekali lagi. Sajak ini bagimu lebih

akrab daripada jalanan macet

di antara tempat tidur dan bilik

kerjamu.

Kau pernah sembunyi dibalik

beberapa kata sajak ini. Di balik

kata ini dan kata ini. Katu tahan

napas dan pura-pura jadi orang

lain. Seseorang menguntitmu

dan kau ketakutan. Barangkali

tukang tagih hutang. Sajak ini tahu,

ketakutan itu kaupikir telah mati,

sebagaimana kegembiraan yang

berulang kali kaurayakan dengan

minum bir di ujung bait ini.

Kau tak ingat apa yang

membuatmu pelupa. Kau negara

dan anak-anak buahnya yang

menggunakan hati menyakiti diri

sendiri. Kau kantor berita dan

ruang redaksi. Kau sahabat yang

pergi. Kau kekasih yang tidak tahu

berterima kasih. Kau anak yang

mengungsi bermil-mil dari rindu

yang menunggu di mana-mana,

di sajak ini.

Istirahatlah di sini. Kata ini, ada di

sini, mencari seseorang yang mau

mampir dan mampu berpikir. Atau

di sini, di antara kata ini dan kata

ini.

Kenapa kau terburu-buru?

Tunggu.

Masih ada persimpangan di

sajak ini. Beberapa kata dari sini.

Pelankan langkah dan berpikirlah

untuk belok ke lain arah, ke jalan

yang pernah kaulewati sekali.

Di jalan itu, yang tidak lagi

ingin kaulalui, dulu kau berjalan

mengandeng tanganmu. Berjalan

sebagai dirimu yang tidak lagi

kaukenali. Seperti kat lain yang tak

menampakkan diri di sepanjang

perjalananmu menempuh sajak ini.

Kau baru saja melewati

persimpangan terakhir; Kau tak lagi

melihatnya ketika menoleh.

Dan, pada akhirnya, tiada apapun

kautemukan setelah tiba di sini.

Page 153: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

268

Lampiran 29

Mengunjungi Museum

1.

Ada remaja abadi yang tidak

kaukenal dalam diriku. Selalu, di

museum yang sama, ia seperti

patung belum dirampungkan

pahat. Ia tak mampu membedakan

antara menghadapi lukisan

dan berdiri di puncak tebing. Ia

menjatahkan diri ke semesta

benda-benda di bingkai ketika

belum jadi bangkai

atau hantu.

Tempat tidur dan segala yang

tertanggal di atasnya masih

pepohonan. Bekas luka dan

kesendirian perempuan itu masih

kuda muda liar dan senyuman.

Dan lain-lain yang hanya terlihat

jika kausentuh. Waktu, umpama,

sebelum terkutuk jadi kalender

atau jam dinding yang ketagihan

mengulang hidup dan tidak

menyelesaikannya.

Dunia lama selalu baru terjadi di

hadapannya. Ia menjauhkan diri

dari segala yang ada di luar pintu

museum. Ia merasa terjebak di

antara doa dan ciuman pertama.

Jika ia menganggap lukisan sebagai

keindahan, semesta itu memudar.

Ia tidak ingin aman dan tercatat

sebagai penghuni masa lampau

terlalu cepat.

2.

Ia dan seorang gadis di sekolahnya

pernah saling jatuh mencintai.

Semua pria dewasa, termasuk guru,

hanya orang bodoh di depan

gadis itu. Ia ingin gadis itu tumbuh

lebih nyata dari kecantikannya. Ia

ingin menjadi sihir dan gadis itu

percaya pada keajaiban.

Ia ingin sihir tampak nyata

dari lukisan atau lebih hidup dari

seluruh yang sibuk di luar

museum. Tapi ia tak ingin cinta

jadi tangga yang mengangkat dan

merendahkan diri sendiri.

Ketika gadis itu pergi, pelayan

toko buku langganannya berkata,

“Kau kehilangan. Ia terlalu banyak

bagimu”. Hanya ada satu toko

buku kecil di kota ini – dan pelayan

yang dimakan usia sendiri itu

terlalu rajin. Kehilangan dalam

kalimat pelayan itu adalah obat

yang tiap saat menyakitinya.

3.

Ia setuju, dan ia tak setuju. Ia

melihat gadis itu tak mampu

menerima hidupnya sendiri

sebagai kesibukan yang lumrah

dan boleh ditunda. Ia mengejar

dirinya sebagai karir, mengubah

kecantikannya jadi jam kerja.

Di museum, ia ingin

mengembalikan bekas luka di

punggung perempuan itu jadi

senyuman. Ia ingin meniupkan

apapun yang mampu mengubah

ranjang, selimut, dan pakaian

perempuan itu jadi serat-serat

pohon. Ia ingin menjadi penyair atau,

setidaknya, kembali jadi seorang

yang belum pernah bercita-cita

mengenal kuas dan warna. Ia ingin

jadi pencuri takdir sendiri, pulang

ke sekolah yang tidak kenal ujian

Page 154: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

269

dan acara penamatan.

4.

“Setiap orang adalah lukisan, jika

tak membiarkan diri terperangkap

bingkai,” kata pelayan toko buku

itu pada hari terakhir bekerja, hari

terakhir sebelum jadi hantu lain di

pikiran remaja abadi dalam diriku

Page 155: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

270

Lampiran 30

Menyaksikan Pagi dari Beranda

Langit menjatuhkan banyak

kata sifat. Tidak satu pun ingin

kutangkap dan kuingat. Kubiarkan

mereka bermain seperti anak-anak

kecil sebelum mengenal sekolah.

Mereka menyentuh pepohonan

dan membuatnya berwarna-

warni. Mereka memanjat dinding

dan jendela bercahaya. Mereka

mencelupkan jemari di kopi dan

mimpiku meluap jadi mata air di

halaman.

Orang-orang melintas membawa

kendaraan. Mereka menyalakan

radio dan tidak mendengarkan

apa-apa. Mereka pergi ke kantor

tanpa membawa kata kerja.

Mereka tergesa, tapi berharap

tidak tiba tepat waktu.

Jalanan keruh sekali setelah pukul

tujuh

pagi. Satu-satunya jalan keluar

adalah masuk. Tutup pintu. Biarkan

jalanan tumbuh dengan hal-hal

palsu.

Aku ingin mandi dan tidur

siang berlama-lama. Aku

mencintai kemalasanku dan

ingin melakukannya selalu. Pada

malam hari, aku ingin bangun dan

mengenang orang-orang yang

hilang.

Sudah tanggal berapa sekarang?

Page 156: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

271

Lampiran 31

Menjadi Kemacetan

Kita lelah dan mesin-mesin ini tidak

tahu bergerak. Kauingin aku jadi

sesuatu yang ringan dan pandai

terbang. Aku lebih suka andai bisa

jadi mobil bertumpuk di belakang

pabrik yang sudah pension….atau

belukar yang menjadikannya taman

ular.

Dari jendela mobil yang

gelisah tidak ada yang tampak

indah. Bahkan matahari yang

menenggelamkan diri dan jingga.

Sebagian hujan sejak lama sudah

sial tercatat di laporan tahunan

departemen sosial. Selebihnya

memilih sembunyi di sajak siapa-

penyair-itu dan aman jadu laut atau

langit atau

cuaca tanpa ada yang

mengubah namanya jadi keluhan,

Kauingin aku menjadi kekasih atau

puisi yang tangannya bias memijat

betismu yang keram. Aku lebih

suka andai bias jadi trotoar atau

pohon tua yang mengajakmu

berlari-lari kecil seperti bocah

riang pulang sekolah.

Kita lelah dan kata-kata dusta dan

kota-kota jauh jatuh dari layar

telepon genggammu yang lelah

kaupandangi. Kau sedih seolah

semua orang yang kaukenal tiba-

tiba menghapusmu. Kauingin aku

jadi negara atau hal-hal yang

gemar berlibur. Aku lebih suka

andai bisa jadi buku dongeng

yang kaubaca di tempat tidur,

Kaupeluk aku sambil tertawa

membayangkan kita sepasang anak

kecil yang selamanya. Kupeluk kau

sambil membayangkan lengan kita

adalah negara satu-satunya.

Mesin-mesin ini tetap bodoh dan

tak tahu bergerak. Teleponmu

basah dan mati dan lepas dari

genggaman. Tidur, atau mungkin

maut, memasuki tubuhmu pelan-

pelan. Matamu museum kupu-

kupu. Kulihat mimpi satu demi satu

keluar dari sana. Aku, seperti biasa,

memikirikan cita-citaku yang selalu;

ingin segera berhenti jadi buruh.

Page 157: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

272

Lampiran 32

Siput atau Bayi atau Aku yang

Tidur

Satu-satunya rumah yang tersisa

adalah tidurku. Di luar itu, badai –

dan

bayangan-bayangan yang mengejar

diri

sendiri. Aku tidak lagi menunggu.

Jendela

telah kehilangan cahaya. Langit-

langit

dan atap dan langit dipenuhi

perjalanan dan

ketakutan dan bandara.

Kuinginkan ini: selimut warisan

ibuku

adalah cangkang dan aku melunak

jadi

bayi. Sudah lama aku jatuh cinta

pada

hal-hal yang bisa mengajariku

mengerti

cara berhenti. Telingaku tersumbat

dan

lamat-lamat cuma kudengar kalimat

selamat tidur dari dalam diriku yang

baru kembali.

Aku siput dan aku bayi dan aku

diselaputi tidur yang damai.

Kumakan

mimpi-mimpiku: kita ada perih lain

yang

kita kira masa depan dan semua yang

cuma andai.

Kubiarkan semua bayangan di luar

rumahku berlari dan jatuh menabrak

diri

sendiri. Ikutlah berlari jika kau tak

ingin

ke mana-mana lagi. Di dalam

cangkang

ini, aku riang bermain. Alamat-

alamat

yang tidak pernah kudatangi, pulau-

pulau

yang pernah menjauh, pulang satu

demi

satu menempatiku.

Kelak ketika bayangan-bayangan itu,

dan

kau, menyerah atau mengalah atau

gagal

mengalahkan diri sendiri, aku

bangkit.

Mataku adalah pintu. Bahkan batu-

batu

akan memasukiku sebagai bunga

atau

matahari terbit.

Page 158: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

273

Lampiran 33

Ada Anak Kecil Kesepian di

Tubuh Ayahmu

Ibumu tumbuh jadi anak perempuan

yang pandai memasak

dan memiliki anak-anak yang sering

di serang kelaparan

dan pertanyaan-pertanyaan.

Aku cuma seorang ayah yatim piatu.

Lampiran 34

Mengurus Surat Keterangan

Hilang

Ke kantor polisi—aku benci kantor

polisi—aku datang pagi-pagi.

Minggu

lalu dompetku hilang dan harus

menjadi urusan negara. Aku tidak

bisa makan tanpa surat keterangan

hilang. Meski tabunganku kecil, bank

lebih percaya stempel polisi daripada

tanda tanganku atau nama gadis

ibuku.

Di kantor polisi, ada seorang ibu

menangis. Aku ingin bertanya

dia kehilangan apa, tapi polisi

melarangku mendekat. Bukan

urusanku, mereka bilang.

Aku pulang membawa surat

kehilangan dan senyum seorang

ibu yang belepotan air mata. Di

perempatan sebelum belok ke bank,

aku mengirim pesan pendek kepada

ibuku.

Aku baik-baik saja hari ini.

Tapi, aku takut menanyakan

kabarnya.

Page 159: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

274

Lampiran 35

Bermain Petak Umpet

Kututup mata di depan, atau

barangkali di belakang, pohon

mangga dan menghitung satu dua

tiga empat lambat hingga sepuluh.

Kubiarkan kau berlari, menemukan

jarak dan tempat sembunyi. Ketika

kau sudah aman, kucari kau sambil

bernyanyi. Kutahu, di suatu tempat,

kau cemas menunggu.

Rasanya baru dua tiga bulan, bukan

sepuluh, anak-anak belum sempat

menggalkan diri dari kita. Tapi, di

antara pohon mangga tempatku

terpejam menghitung dan sunyi

tempatmu bersembunyi, telah

dibentangkan jalanan. Di dadanya,

orang-orang asing dan mesin-

mesin lalu-lalang lebih cepat dari

waktu, saling kejar mencari dan

mencari dan mencari dan mencair

jadi apa dan kenapa dan kapan.

Kau, meski tak lagi bersembunyi,

tidak

juga kutemukan.

Barangkali kau suntuk menunggu,

dan aku mulai cemas kehabisan

lagu.

Page 160: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

275

Lampiran 36

Tentang Sepasang Kekasih yang

Melintas Begandengan Tangan

Kelak aku seorang asing

bagimu. Wajahku gunung, tidak

tampak puncaknya karena tertutup

kabut….atau pameran tak kukenal

dalam film-film noir yang dipenuhi

kepulan asap kretek.

Ketika kaucoba menyusun

wajahku. Kau seakan-akan

membaca puisi Sulvia Platih pada

pukul tiga pagi. Kau tidak bisa

tidur dan aku satu-satunya

nyawa yang bisa kauhirup sebelum

berangkat ke kantor.

Kelak suatu sore kau berdiri di

depanku. Bumi bergetar sendiri

karena memberat oleh keheningan

yang tidak bisa kita tampung.

Kauingat ketika

mencintaiku segampang

menghirupembuskan napas. Aku

berhenti merokok karena

tidak tega melihat dadamu

nyeri. Aku mengganti parfum

beraroma ayahmu yang mati oleh

peluru nyasar polisi. Aku lebih rajin

memotong kuku. Aku mengurangi

waktu main Twiter dan game

online yang tidak kautahu namanya.

Ke mana-mana kaugenggam

jariku. Kaurasakan jantung kita

berkedut kecil di telapak tanganmu

yang mudah basah. Ketika aku

diam, kau menghitung dalam hati.

Satu. Dua. Tiga. Empat. Lima.

Enam.

Kau tersenyum menyadari jantung

kita adalah penyanyi dan musik

pengiring yang serasi.

Lalu kau tiba-tiba menemukan

kesimpulan. Cinta adalah hidangan

di atas meja. Pelan-pelan dingin

dan kau tidak lagi lapar.

Kelak aku seorang asing bagimu.

Tidak lebih satu wajah entah siapa

tersesat di keramaian karnaval.

Namun, sejak itu, kau tak mampu

menyanyi atau menghitung sesuatu

tanpa merasakan jari-jariku

menggelitik jantungmu.

Aku kembali menghisap kretek

sembari mengenang dadamu yang

sering mendadak minta diantar ke

rumah sakit.

Page 161: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

276

Lampiran 37

Pulang ke Dapur Ibu

Aku hidup di antara orang-orang

yang memilih

melakukan usaha lebih keras untuk

menyakiti orang

lain daripada menolong diri sendiri.

Aku ingin pulang ke dapur ibuku,

melihatnya

sepanjang hari tidak bicara. Aku

ingin menghirup

seluruh kebahagiannya—yang

menebal jadi aroma

yang selalu membuat anak kecil

dalam diriku

kelaparan.

Aku ingin hidup dan diam bersama

ibuku. Aku akan

menyaksikan ia memetik sayur di

kebun kecilnya di

halaman belakang untuk makan

malam yang lengang.

Aku ingin membiarkannya

tersenyum menatapku

makan tanpa bernapas.

Aku ingin melihat ibuku tetap muda

dan mudah

tersenyum. Aku ingin menyimak

seluruh kata

yang tidak ia ucapkan. Aku ingin

hari-harinya sibuk

menebak siapa yang membuatku

tiba-tiba suka

bernyanyi di kamar mandi.

Page 162: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

277

Lampiran 38

Seorang Lelaki dan Binatang-

binatang yang Hidup dalam

Jasnya

(Aku menulis kisah ini sepulang

bertemu penjahit. Aku piker setelah

berulang-ulang berulang tahun.

Tidak salah menghadiahi diri sendiri

satu setelan jas. Kadang aku merasa

penjahat yang perlu

pakaian yang bikin tampan dan

tampak sopan.

Pada usia-usia rawan yang ditarik-

tarik dari depan dan belakang,

seperti sekarang memiliki jas

adalah kebutuhan. Semakin banyak

undangan penjamuan datang.

Meskipun kemugkinan jas itu

cuma aku kenakan pada hari

kematianku yang diramaikan sudah

dekat).

1.

Ada pot bunga-bunga tiruan

duduk di atas meja. Ada pulpen

sedang bekerja menyelesaikan

bagian meja yang tidak sempat

dirampungkan tukang.

Laci terkunci meja itu, tentu saja,

menyimpan rahasia, bencana

rencana, dan mimpi yang hampa.

Sementara lelaki berjas di kursi

kurus jangkung itu ulang seorang

yang selalu membayangkan dirinya

Aristoteles. Dia membaca kalimat

itu lagi dan lagi.

2.

Laki-laki berjas itu berdiri di atas

sepatu lancip sembari menopang

kepalanya yang besar berisi kelinci

(mungkin jantan) yang berisik,

berbulu putih bagai selimut baru

dicuci, dan berhidung sehitam aib.

Dari saku jasnya ada yang seakan-

akan sudut lipatan saputangan.

Tetapi aku tahu itu, itu kuping tikus

yang memerlukan diet.

Di dadanya ada seekor ular tidur

melingkar seusai makan.

Dua tangannya terkepal apakah

dia hendak melepas kawanan

serangga ke udara yang luas tak

terhingga?

Namun dia tidak pernah sekalipun

salah mengeja namanya. Dia

menyentuh dan tersentuh

kesedihan bunga-bunga. Sakitnya

sembuh oleh senyum si asing

yang melintas. Dia tidak marah

celananya disinggahi debu dan bulu

dari bingkai apapun.

3.

Tanah sudah sekeras beton, jangan

tunggu ada yang tumbuh selain

pohon yang sudah berubah jadi

tangga, yang tinggi, ke langit yang

seolah-olah.

“Tanamlah harapan di sepasang

mataku, atauku di lengaku,” katanya

selalu.

Dia menapak satu demi satu anak

tangga sambil membawa ribuan

ekor burung di balik ketiaknya. Dia

Page 163: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

278

tahu puncak tertinggi adalah jatuh

lagi ke tanah.

Dia ingin mengenakan burung-

burung sebagai parasut. Sejak

kanak-kanak dia bercita-cita

menjadi satu berita di koran

berbahasa asing atau tidak

setidaknya

di halaman pertama surat kabar

nasional.

4.

Dia sengaja tidak membawa satu

pun binatang ke mimbar meski

memakai jas yang sama. Pikirnya,

membiarkan mereka tinggal di

rumah sesekali adalah salah satu

cara menjinakkan.

Mereka harus lebih jinak disbanding

wanita.

Dia membaca pidato yang dia

kutip dari naskah kakeknya. Di atas

kepalanya tiba-tiba berdiri

sebuah istana, tempat lahir semua

binatang yang dia tinggalkan di

rumah. Kadang-kadang dia jadi

tokoh utama sebuah komik dan

hanya dia yang tahu.

5.

Suatu pagi, kelincinya sakit gigi. Dia

pergi ke kantor tanpa mengenakan

kepala. Tapi koper dan sakunya

penuh dengan tikus. Dan celananya

berisi sepasang kaki kijang yang

paling gesit berlari. Dia senang

kelincinya sakit gigi.

Dia sedang tidak mau berbasa-basi

dan tersenyum.

Hari itu di jalan, dia berpapasan

dengan orang-orang buta. Mereka

yang tidak buta sedang malas

meninggalkan tempat tidur.

Dia menang.

6.

Ketika cuaca buruk di negerinya

tempat lahir yang dia cinta

dengan penuh kerakusan sedang

memerahkan angka kalender, dia

akan bekerja di kamar hotel.

Tentu, saja dia juga mengajak

binatang-binatangnya berlibur.

Di dinding kamar hotel itu dia

menggambar bayangan dirinya.

Dia ingin seorang raksasa yang

rakus tumbuh dari dinding itu. Dia

tak pernah lupa membayangkan

dirinya jatuh cintah dan menikah

dengan seorang wanita yang akan

menhadiainya masa depan dan

masalah-masalah sepele yang akan

mengembalikannya jadi remaja.

Tapi, untuk tumbuh, anak-anak

butuh lebih dari sepasang orang

tua. Itu lah yang selalu

menghantuinya.

7.

Dia kadang menggunakan

kendaraan umum agar bisa

menyamar sebagai si siapa saja. Dia

lakukan itu saat jasnya sedang ada

di binatu dan binatang-binatangnya

sedang cuti tahunan merayakan

hari besar.

Dia tampak santai dan santun

bukan main karena takut. Sebab

dia kehilangan cakar. Sebab dia

kehilangan taring. Sebab dia

kehilangan kaki yang kuat berlari.

Sebab dia tidak mampu melilit,

Page 164: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

279

menjerat, mengerat, dan menjilaat.

Pada saat-saat seperti itu

sesungguhnya dia sungguh

kesepian. Sebab tidak ada seorang

pun mau menyapa dan tersenyum

kepada seorang pria yang jasnya

sedang berada di binatu.

8.

Dia memutuskan memasang kupu-

kupu di kerah jasnya. Dia sedang

jatuh hati. Setiap kali duduk atau

berbaring, dia membayangkan

seorang perempuan sedang

membayangkan dirinya tersenyum.

Perempuan berbeda, tentu saja,

bukan yang melahirkan anak-

anaknya yang tidak peduli.

Di muka cermin dia kerap

tersenyum, seolah menghadapi

seorang perempuan yang amat

susah dirayu. Perempuan yang

mencintai lelaki lain yang jasnya

memiliki lebih banyak kupu-kupu.

Dia kasihan kepada diri sendiri dan

jasnya yang sudah terlalu sering

dicuci di binatung langganan.

Seluruh

binatang peliharaannya semakin tua.

9.

Sebenarnya dia meminta

berkali-kali agar dipensiunkan saja.

Apalagi dia sudah membeli peti

mati berukuran raksasa yang bisa

menampung satu kebun binatang.

Dia juga sudah berkali-kali

meminta agar diberi gelar

pahlawan dan seluruh kekayaanya

dimuseumkan agar bisa jadi

pelajaran sejarah. Setelah meraih

cita-cita jadi berita, dia ingin hidup

di buku sejarah tidak masalah

jika

buku sejarah ini penuh hal tiruan

seperti bunga di atas mejanya yang

beberapa bagiannya tidak pernah

diselesaikan pulpen yang sudah

berhenti karena kehabisan cinta.

(Aku tidak tega menulis semua

binatang yang hidup dibalik jasnya.

Lelaki berjas yang kumaksud dalam

kisah ini adalah mendiang ayahku.

Sejumlah binatang yang tidak

kusebut itu kini hidup di balik

jasku. Suatu saat, seseorang akan

menuliskan mereka mungkin

anakku ketika berulang tahun dan

memiliki jas baru.)

Page 165: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

280

Lampiran 39

Menyunting Sajak Untukmu

Jangan banyak bicara. Di pusat tiap

kata ada sesuatu yang selalu siap

meledakkan pembuluh darahmu.

Halus dan berbahaya seperti masa

lalu di benak pendendam.

Sajak di tulis bukan untuk

kaukenakan ke pesta. Kata-kata

sesungguhnya pemalu dan benci

keriuhan. Sajak tidak tahu cara

menjatuhkan negara yang paling

lemah sekalipun. Sajak ditulis

untuk menjaga kata tidak meledak

semaunya di jantungmu.

Tidak persis begitu. Sebetulnya.

Singkirkan semua yang cuma kata.

Baca dan baca lagi hingga hilang

maksudku menuliskan sajak ini.

Apakah kau sudah merasakan hal

yang sejak mula kupikirkan?

Baiklah,

akan kuhapus dan memulainya lagi.

Lampiran 40

Ketidakmampuan

Mereka yang asing dan tidak

mengenal namaku adalah

kekasihku—termasuk langit, bunga-

bunga, buku-buku tua, pagi, segelas

kopi, dan anak kecil.

Aku tidak ingin mencintai

pahlawan—mereka yang

pandai dan mampu mengubah

penderitaan orang lain

jadi senyuman. Aku tidak mau

melihat

orang yang kucintai berubah jadi

patung di taman kota atau poster

di dinding sekolah dan diabaikan.

Page 166: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

281

Lampiran 41

Kepada Kesedihan

Pada siang hari, aku tidak bisa

melihat kesedihan. Tapi, pada

malam hari, aku merasa kesedihan

selalu mampu menampakkan

diri dan membelai kepalaku—

membiarkanku tidur di

pangkuannya sebagai anak kecil.

Televisi telah mengubah pikiranku.

memejamkan mata berarti

menjadi politikus. Tidak ada yang

indah dalam hal-hal mudah. Dua

mataku akan berusaha selalu

terjaga. Aku memilih hidup sebagai

penjahat yang ceroboh—cuma

tahu melukai hidup sendiri.

Pada pagi hari, aku tahu ada

seseorang mengusir mimpi buruk

dari matamu dengan ciuman. Kau

terbit sebagai warna paling cerah

di taman.

“Jika kau tinggal mengucapkan

selamat tinggal, lakukan seperti

matahari tenggelam,” kataku

kepada diri sendiri.

Sampai ketemu besok pagi. Lagi.

Page 167: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

282

Lampiran 42

Mengamati Lampu Jalan

─ kepada Eka Wulandari

Mereka lebih teratur daripada

hukum. Mereka lebih kuat daripada

perasaan orang-orang kota.

Mereka setia dan tidak pernah

memilih kepada siapa mereka ingin

tersenyum. Mereka tidak ingin

terlalu terang agar kau tidak malu

pada kelelahanmu pulang kerja–

atau demi menyembunyikan

ciuman entah siapa.

Lampu jalan di dekat pohon yang

baru ditebang itu mencintai

lampu jalan di depan rumahmu.

Lampu jalan memiliki kekasihnya

masing-masing – sebagaimana hati

manusia.

Lampu jalan depan rumahmu

mati – dan bukan hanya dirimu

yang sedih. Lampu jalan di dekat

pohon yang baru ditebang itu

seperti ingin menelan cahayanya

sendiri.

Jika kesedihan lampu jalan itu

sampai menyentuh lampu jalan

yang lain, mereka akan sepakat

berhenti menyala. Jalan-jalan

kota gelap. Lampu-lampu yang

lain – lampu di kamarmu dan

di kamarku – juga merasakan

kesedihannya dan ikut

memadamkan diri. Kota-kota akan

gelap dan bahkan kejahatan

takut keluar rumah.

Bulan dan matahari akan ikut

memejamkan cahaya. Kau tidak

pernah tahu berapa orang yang

mati.

Tapi lampu jalan di dekat pohon

yang

baru ditebang itu merahasiakan

perasaannya. Ia tetap menunggumu

di sana dengan cahaya yang sama.

Kau seperti biasa berjalan pulang

Kerja melewatinya, juga melewati

lampu jalan depan rumahmu

yang mati, sambil berpikir betapa

berbahayanya kesedihan.

Page 168: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

283

Lampiran 43

Mengisahkan Kebohongan

Selalu kau ceritakan tentang

seorang laki-laki tua yang

mencintai taman kota. Dia

senang bicara kepada pohon. Dia

sedih karena pohon-pohon kian

gampang melepaskan. Daun-daun

masih muda sudah jatuh dan

berharap disingkirkan.

Pada suatu sore, katamu, di depan

tempat sampah, dia termangu

seperti batang pohon. Dia

melihat seekor burung mati, tapi

tanpa sayap. Seperti ada yang

melepaskannya dengan sengaja.

Pohon-pohon bahkan tidak lagi

mencintai burung, katanya.

Aku mendengarmu bicara. Aku

selalu mendengarmu bicara

tentang percakapan laki-laki itu di

taman kota.

Aku mencintaimu seperti laki-laki

itu mencintai taman kota, katamu.

Aku juga mencintaimu – meskipun

sebetulnya kautahu di kota ini

tidak ada taman dan percakapan.

Lampiran 44

Menikmati Akhir Pekan

Aku benci berada di antara orang-

orang yang bahagia. Mereka bicara

tentang segala sesuatu, tapi kata-

kata mereka tidak mengatakan

apa-apa. Mereka tertawa dan

menipu diri sendiri menganggap

hidup mereka baik-baik saja.

Mereka berpesta dan membunuh

anak kecil dalam diri mereka.

Aku senang berada di antara

orang-orang yang patah hati.

Mereka tidak banyak bicara, jujur,

dan berbahaya. Mereka tahu apa

yang mereka cari. Mereka tahu

dari diri mereka ada yang telah

dicuri.

Page 169: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

284

Lampiran 45

Menyimak Musik di Kafe

Tidak ada yang istimewa dari

kafe itu. Minumannya biasa-biasa

saja. Lampu-lampunya terlalu

terang. Dan para pengunjung ribut

membicarakan negara yang sedang

tidur.

Panggung dan alat-alat musik

di panggung kafe istirahat setengah

jam. Pukul 2 tiba dan seorang

perempuan menyanyikan lagu

favoritmu. Aku menikmati tiga hal

dari lagu itu. Gempa waktu, rasa

sakit, dan sesuatu yang belum

kutahu namanya.

Aku pulang dan jalan beraroma

kampung halaman terbakar.

Aku berhenti setiap ada pohon

Dan mengucapkan terima kasih

sebelum tiba pada jam-jam tidak

bisa tidur di kamar.

Lagu itu belum berhenti. Rasa

sakit tumbuh seperti kalimat-

kalimat indah di buku-buku puisi

Sylvi Plath. Aku mencintaimu dan

mencintai kehilanganku atasmu.

Di kafe itu, orang-orang

berbahagia demi mengibur

kesedihan mereka. Aku berbahagia

karena selalu bisa sedih pernah

memiliki.

Page 170: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

285

Lampiran 46

Melihat Api Bekerja

Di kota ini ruang bermain

adalah sesuatu yang hilang

dan tak seorang pun berharap

menemukannya. Anak-anak tidak

butuh permainan. Mereka akan

memilih kegemaran masing-masing

setelah dewasa. Menjadi dewasa

bukan menunggu negara bangun.

Menjadi dewasa adalah menu

Favorit di restoran cepat saji.

Para tetangga lebih butuh pagar

tinggi daripada pendidikan. Sekolah

adalah cara yang baik untuk

istirahat berkelahi di rumah. Anak-

anak membeli banyak penghapus

dan sedikit buku. Terlalu banyak hal

yang mereka katakan dan gampang

jatuh cinta. Mereka menganggap

jatuh cinta sebagai kata kerja dan

ingin mengucapkannya sesering

mungkin. Mereka tidak tahu jatuh

cinta dan mencintai adalah dua

penderitaan yang berbeda.

Jalan-jalan dan rumah kian lebar.

Semakin banyak orang yang hidup

dalam kehilangan. Harapan adalah

kalimat larangan, sesuatu yang

dihapus para polisi setiap mereka

temukan di pintu-pintu toko.

Hidup tanpa curiga adalah hidup

yang terkutuk. Kawan adalah lawan

yang tersenyum kepadamu.

Selebihnya, tanpa mereka tahu,

sepasang kekasih diam-diam

ingin mengubah kota ini jadi

abu. Aku mencintaimu dan kau

mencintaiku—meskipun tidak

setiap waktu. Kita menghabiskan

tabungan pernikahan untuk beli

bensin.

Kita akan berciuman sambil

melihat api bekerja.

Page 171: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

286

Lampiran 47

Masa Kecil Langit

Jika pada suatu sore kau

menemukan langit di tempat

tidurmu, jangan katakan apapun

tentang siapapun. Langit

jujur dan punya kemampuan

membayangkan dirimu sebagai

orang lain yang ia cintai atau

benci. Ia hanya menginginkanmu

menunggu. Ia akan pergi tanpa

kauminta.

Namun, pada penghabisan musim

hujan, langit menangis sepanjang

malam dan siang sperti kekasih

tidak bisa mengendalikan diri. Ia

sedang merindukan masa kecilnya.

Bening, penuh warna, dan tidak

memiliki prasangka.

Besok pagi, ketika kau bangun

dan menemukan langit di depan

jendelamu. Lupakan seluruh jadwal

kerja yang menguras jiwamu dan

jadilah bunga-bunga. Biarkan ia

mewarnaimu. Ajak ia menyusuri

jalan menuju masa kecilmu dan

biarkan ia pergi ketika kau sudah

sampai. Ia tidak tahu membuatmu

kehilangan.

Ia tidak bisa melupakan jalan

menuju tempat tidurmu.

Lampiran 48

Sajak buat Seseorang yang tak

Punya Waktu Membaca Sajak

Kata-kata bukan jembatan yang

bisa membuat sepatumu tidak

tersentuh lumpur. Kata-kata bukan

kendaraan yang pandai melayang

dan menghindarkanmu dari

kemacetan. Kata-kata tak ingin

jadi senjata untuk kaugunakan

membunuh atasanmu. Kata-kata

adalah awan yang mengamati

jendela kamarmu menjelang

matahari tenggelam. Pernahkah

kau membayangkan bagaimana

rasanya memiliki awan sebagai

hewan peliharaan? Ia lebih setia

dari kebiasaan buruk.

Page 172: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

287

Lampiran 49

Jika Aku Sakit

Jangan bertanya; sudah sembuh?

Tidak ada orang yang betul-betul

sehat. Aku Cuma lebih sakit darimu.

Aku sedang memberi diriku

kesempatan berharap dan percaya.

Jangan suruh aku menyerahkan

diri ke rumah sakit. Aku tidak akan

mengunjungi tempat itu sebelum

mereka tahu bahwa tidak ada

orang yang betul-betul miskin

hingga tidak pnya rumah. Ada

orang yang memilih membangun

rumah

di mimpi mereka, agar kuku-kuku

negara tidak bisa menyentuhnya.

Biarkan kunikmati penyakit yang

mengisap jiwaku. Rasa sakit adalah

alasan orang menggunakan kata

kerja dalam hidupnya. Mencintai

dan menunggu, umpama.

Jika aku sakit, tersenyumlah. Tidak

ada yang cukup di dunia ini – tapi

senyuman tidak pernah kurang.

Lampiran 50

Surat Pendek buat Ibu di

Kampung

Aku memilih tinggal di kota dan

itu adalah hukuman. Jangan pernah

mengunjungiku, agar aku bisa tiba-

tiba merindukanmu di antara hal-

hal yang teratur.

Agar aku memiliki satu hal indah

yang bisa membuat dadaku

bersedih sebelum tidur memeluk

diri sendiri dan tidak memimpikan

apa apa selain masa silam di

rahimmu.

Page 173: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

288

Lampiran 51

Barangkali

1.

Barang kali aku jadi gelas yang

hangat, kopi yang diminum

tergesa-gesa, atau sendok yang

bunyinya mengganggu sunyi. Jika

dia tidak suka kopi karena alasan

tertentu, aku jadi kemalasan yang

menahannya di tempat tidur

atau cahaya dari jendela yang

memaksanya membuka mata. Aku

ingin sesuatu yang dia sentuh

pada pagi hari.

2.

Barangkali lebih baik dia tidak tahu

apa-apa tentang aku. Dia semata

senang melihatku melintas di depan

rumahnya atau duduk membaca

di warung kesukaannya. Aku

udara yang menyesakkan dadanya

ketika terhimpit penumpang lain

di angkutan umum. Aku sesuatu

yang belum memiliki nama. Aku

ingin diam-diam mencintainya

seperti benda kecil yang sengaja

menjatuhkan diri dan berharap

tidak pernah ditemukan.

3.

Barangkali lebih baik aku tidak

bisa bicara. Aku tidak ingin

mengunakan kebodohanku

memilih kata melalui

keindahannya. Aku tidak ingin

bahasa kehilangan kuasa di

hadapan tatapan matanya.

Cintaku kepadanya melampaui

jangkauan kata. Aku cuma mampu

mengecupnya dengan mata.

4.

Barangkali, pada akhirnya , dia

adalah kota yang tidak berhenti

dilalap api. Dari kejauhan, aku

adalah laut yang menenggelamkan

diri.

Page 174: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

289

Lampiran 52

Ketika

1.

Ketika bicara tentang waktu, ia

mengandalkan ingatannya yang

singkat dan abu-abu. Ingatan

pertamanya adalah mimpi

menjadi seorang lelaki dewasa

dengan saya lepas ketika terbang

melintasi kota. Waktu itu, katanya,

ibuku menangis di pojok kamar

dan tidak ada seseorang yang bisa

dipanggil ayah.

2.

Ketika mandi, ia menghabiskan 17

menit dan selalu seperti itu. Air

dan rasa dingin punya kekuatan

membuatnya ingat kalimat terakhir

orang terakhir yang diajaknya

berbincang. Berhentilah bicara

sebelum mengucapkan kalimat

terakhir, katanya.

3.

Ketika mendengarkan musik,

ia menyerahkan diri kepada rasa

asing yang asing, dan sunyi yang

jauh. Ia senang memasukkan

dirinya ke dalam musik yang sama

ketika merindukanmu. Agar ia bisa

tahu bagaimana rasanya sangat

merindukanmu. Musik yang baik,

baginya, adalah musik yang tidak

tahu menghentikan dirinya sendiri.

Musik yang memiliki dada kosong

dan gema.

4.

ketika seseorang memanggil

nama kecilnya, ia bahagia. Ia punya

cita-cita rahasia membuat toko

permen menggunakan nama

kecilnya. Tetapi ia malu mengatakan

mimpi itu bahkan kepada ibunya

sendiri. Sebagian mimpi harus

rela berhenti dan menjadi rahasia.

Separuh hidupnya adalah rahasia.

5.

Ketika membaca sajak tentang

dirinya di koran, ia merasa

seseorang telah semena-mena

membelahnya jadi dua. Ia tidak

suka menemani dirinya

kesendirian selalu membuat

sesuatu lebih nyata. Ia selalu ingin

memilih kesendirian, namun orang-

orang yang sudah memasukkan

banyak

orang asing ke dalam tubuhnya.

Ia tidak mampu menolong diri

sendiri.

6.

Ketika melihat langit pada pukul

5 pagi, ia merasa dirinya adalah

jendela yang lepas dari dinding

rumahmu. Langit pukul 5 pagi

adalah warna kesukaannya.

Dan kehilangan adalah perasaan

yang

ingin selalu ia miliki. Ia tidak perlu

tahu apa saja telah tercuri dari

dirinya.

7.

Ketika tidur-----ia senang tidur pada

siang hari----ia membiarkan pintu

kamarnya terbuka, tapi menutup

jendelanya melihat dan

mengatakan terlalu banyak. Ia

ingin tidurnya tetap hitam putih,

seperti mimpi atau foto-foto di

koran lama. Keindahan tidak perlu

Page 175: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

290

memiliki kemampuan menyilaukan

mata siapa pun. Sederhana

umpama tidur yang hampa dan

dalam. Seperti puisi yang memakan

maksudnya sendiri.

8.

Ketika maut mengecup keningnya

tidak ada yang ia ingat selain

sepasang kakimu. Ia tahu kau

membencci kakmimu. Sore itu

mereka membawamu ke pantai

dan kau tidak mampu menolak.

Kau menemukannya. Kau

mengenalnya dan ia tahu sepasang

kakimu akan menjadi kenangan

indah baginya. Sejak sore, itu, ia

membiaran kesedihan hidup

bahagia dalam dirinya.

9.

ketika kenangan mengembalikan

sesuatu tentang dirinya kepadamu,

kau tahu ada hari-hari tertentu

dalam hidupmu tak hendak selesai.

Hari-hari yang ditakdirkan menjadi

musik yang baik bagimu.

Lampiran 53

Kau Membakarku Berkali-kali

Aku pernah tinggal di buku

catatan harianmu dan kaubakar

di kaki pohon mangga di samping

kamarmu. Kau kembalikan

aku jadi pohon dan aku semakin

mencintaimu.

Aku ranting yang kemaring sore

kau potong karena menyentuh

kaca jendelamu. Akan kau dengar

aku tidak berhenti mengucapkan

namamu ketika apimu menghabisi

tubuhku sekali saja.

Kelak aku adalah rumput yang

mencium telapak kakimu ketika

kau kelelahan menjemur pakaian

anak-anakmu yang nakal.

Buat apa kuserahkan hidupku

kepada hal-hal lain, jika cinta juga

bisa membunuhku. Berkali-kali dan

berkali-kali lebih parah.

Page 176: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

291

Lampiran 54

Hal-hal yang Dibayangkan Sajak

Terakhir ini Sebagai Dirinya.

Tanah tandus yang pernah

ditumbuhi pohon dan harapan.

Sunyi dan pria yang yakin tidak

putus mencintai ibunya dan kau.

Rahim.

Amin, penjemput yang luput,

malaikat maut yang terlambat. Doa

terakhir yang mati di perjalanan.

Kabut dan mimpi yang cuma

mampu melayang. Selimut yang

membuat subuh kedinginan dan

rindumu tiba-tiba jadi gunung

berapi. Atau air bah yang percaya

bisa mengubah tumpukan sampah

dan kota jadi indah namun

menolak menciptakan kepanikan

para pengungsi.

Pesta pernikahan rahasia antara

kau dan entah siapa. Stalakmit

dan stalaktit yang bercinta dengan

tetesan-tetesan kecil dalam gelap.

Atau sesuatu yang lebih sepi dari

airmata yang menangis di dada

seseorang yang mencintaimu

karena hanya ingin jatuh dari

runcing matamu.

Jalan setapak yang dulu selalu

kaulewati pulang dari sekolah dan

tempat mengaji. Jalan yang pindah

karena tumbuh supermarket,

kantor-kantor pemerintah dan

orang-orang asing di atasnya

jalan ramai yang memaksamu

jadi perempuan ramah agar bisa

selamat tiba dirumah.

Jam weker di meja dekat

ranjangmu. Waktu yang selalu

menolak berbunyi agar mimpi

indahmu tak pecah terlalu pagi.

Kesetiaan yang melebihi satu-

satunya ikan peliharaanmu,

yang bertahan bertahun-tahun

dalam akuarium di dekat jendela

kamarmu. Seekor ikan kecil yang

bercahaya, licin, dan selalu jauh

dari ajal.

Kilau bulan purnama yang terbuat

dan sepasang mata bocah

pengamen. Lagu dari radio yang

jatuh cinta kepada kuping seorang

yang mendengarkan dengan

telapak tangan bergetar. Atau lidah

seorang bisu yang sungguh ingin

bisa menyebut nama kecilnya

Kartu-kartu bergambar hati yang

digunakan pesulap menipumu

berkali-kali dan kau tersenyum,

juga selembar uang di saku tasmu

yang tidak pernah kausadari,

sembunyi demi menyelamatkanmu

suatu ketika.

Namun lilin yang mati kautiup pada

ulang tahunmu di taman kanak-

kanak. Nyala mata yang sudah

tidak pernah lagi menemukanmu

di depan cermin.

Bunga yang enggan jatuh dari

dahan karen mencintai seekor

burung kecil yang mati oleh

batu dari ketapel seorang bocah

yang bersuaha membunuh

kebosannya bermain sendiri.

Atau langit dan bunga-bunga yang

Page 177: BAHASA FIGURATIF DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI …lib.unnes.ac.id/35198/1/UPLOAD_OCTARI.pdf · Stilistika”. Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pascasarjana Universitas

292

tidak tahu menyamar dengan

berubah warna.

Selembar tiket kereta yang

tercecer dan perpisahan yang

gagal sekali lagi. Atau pecahan-

pecahan kaca yang menyusun diri

mereka kembali jadi jendela yang

dulu selalu berembun saat hujan.

Agar matamu dan matahari tidak

tertukar pada sore hari yang haru.

Airmata yang rindu larut di

kebuasan dan keluasan laut.

Kesedihan yang hendak bergolak

seperti gelak ombak jauh dari

jangkauan yang tidak tahu berenang.

Jaket yang merengkuh tubuh

ringkihmu ketika suamimu entah

di mana memeluk perempuan lain.

Atau segar sayur yang membuat

subur air susumu, agar sepasang

anak dan suamimu yang senang

mengeluh itu tumbuh sehat.

Kemacetan yang menahanmu di

jalan raya. Keluhan kota dan sepi

yang sering membuatmu menggigit

bibir sendiri sambil mengingat

bibir mantan kekasimu yang

kering hitam, dan pendiam. Atau

seluruh harilalu yang memanggil-

manggil saat kau terbangun dibalik

punggung suamimu yang tidur

mendengkur.

Mata boneka yang hilang

membuat seorang gadis kecil ingin

mencongkel mata sendiri sebagai

pengganti. Atau cincin kawin

berbentuk hati yang longgar dan

hilang di rumah gadai.

Butir embun atau air mata seorang

anak yang tidak pernah dilahirkan.

Atau hujan yang tiba-tiba diam di

udara karena melihatmu berhenti

dan mendongak berusaha menahan

tangis.

Tunas di punggungmu yang gagal

menjadi sayap. Nama yang selalu

sibuk melupakan pemiliknya. Atau

negara yang tidak tahu bagaimana

cara memeluk.

Helai-helai uban di ubun-

ubun seorang yang menunggu

kekasihnya hidup kembali.

Atau kacamata rabun seorang

perempuan tua dari selembar

surat berbahasa asing dari cucunya

yang menerima beasiswa dari

pemerintah Amerika.

Rumah sakit dari penderitaan akut

yang sengaja tidak disembuhkan.

Kebahagiaan dan kejahatan-

kejahatan lain yang menghabiskan

uangmu. Atau mimpi-mimpi yang

memakan habis tidurmu.

Pistol yang tidak hendak meledak

dan ciuman yang terhapus lipstik.

Nisan yang bertuliskan namamu.

Satu-

satunya manusia yang tersisa dan

alamat-alamat yang merindukan

seorang tamu atau surat. Kota

yang mati dan kembali jadi hutan.

Atau apapun yang kubayangkan

sebagai aku dan kemarahan yang

setiap saat ingin bunuh diri.