bahan alam morindae

54
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI BAHAN ALAM FORMULASI SEDIAAN KAPSUL EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda Citrifolia Fructus) SEBAGAI ANTIDIABETES Praktikum: Senin, 0700-1000 Kelompok: 3 Anggota: Jimmy Chan Wei Kit 260110132003 Vivian Lee Mun Chee 260110132010 Jasdeep Kaur Gill 260110132013 Muhamad Nazreen Mohd Taha 260110132015 Nur Faizah Hamir 260110132016 Siti Nur Zaharah Mohd Yunos 260110132019 Rita Suzyanti Ibrahim 260110132021 LABORATORIUM FARMASI BAHAN ALAM FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR

Upload: nurfaizahhamir

Post on 07-Dec-2015

44 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

tugasan kelompok

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Alam morindae

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI BAHAN ALAM

FORMULASI SEDIAAN KAPSUL EKSTRAK BUAH MENGKUDU

(Morinda Citrifolia Fructus) SEBAGAI ANTIDIABETES

Praktikum: Senin, 0700-1000

Kelompok: 3

Anggota:

Jimmy Chan Wei Kit 260110132003

Vivian Lee Mun Chee 260110132010

Jasdeep Kaur Gill 260110132013

Muhamad Nazreen Mohd Taha 260110132015

Nur Faizah Hamir 260110132016

Siti Nur Zaharah Mohd Yunos 260110132019

Rita Suzyanti Ibrahim 260110132021

LABORATORIUM FARMASI BAHAN ALAM

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2015

Page 2: Bahan Alam morindae

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI i

BAB I TINJAUAN UMUM SIMPLISIA DAN SENYAWA AKTIF

1.1 Deskripsi Umum 1

1.2 Analisis Farmakognosi 2

1.3 Skrining Fitokimia 6

1.4 Uraian Senyawa Aktif 7

BAB II TINJAUAN FARMAKOLOGI

2.1 Khasiat Empirik dan Hasil Penelitian 9

2.2 Uji Aktivitas 10

2.3 Uji Toksisitas Akut, Subkronik dan Kronik 12

2.4 Dosis dan Alasan Pemilihannya 13

2.5 Peringatan dan Perhatian 16

BAB III PENGEMBANGAN FORMULA

3.1 Contoh Sediaan yang Beredar di Pasaran 17

3.2 Pra Formulasi 17

3.3 Formulasi, Metode dan Pembuatan Sediaan 19

3.4 Pengemasan dan Penyimpanan Sediaan Akhir 20

BAB IV PENGUJIAN MUTU SERTA METODE ANALISIS

4.1 Struktur Molekul dan Dasar Analisis Zat Aktif 21

4.2 Metode Analisis yang Diusulkan 22

4.3 Prosedur Analisis Bahan Baku, Bahan Ruahan, dan Obat Jadi 24

4.4 Pengujian Stabilitas Obat Jadi 26

2

Page 3: Bahan Alam morindae

BAB V REGULASI/PERUNDANG-UNDANGAN

5.1 Registrasi Obat Jadi 28

5.2 Penandaan Sesuai Undang-Undang 28

5.3 Distribusi Obat Jadi 31

BAB VI INFORMASI OBAT JADI

6.1 Kemasan Sediaan 32

6.2 Etiket dan Brosur 33

DAFTAR PUSTAKA 34

3

Page 4: Bahan Alam morindae

BAB 1

TINJAUAN UMUM SIMPLISIA DAN SENYAWA AKTIF

1.1 Deskripsi Umum

1.1.1 Deskripsi

Mengkudu (Morinda citrifolia) termasuk jenis kopi-kopian.Mengkudu

dapat tumbuh di dataran rendah sampai pada ketinggian tanah 1500meter

diatas permukaan laut.Mengkudu merupakan tumbuhan asli dari

Indonesia.Tumbuhan ini mempunyai batang tidak terlalu besar dengan

tinggi pohon 3-8 m.Daunnya bersusun berhadapan, panjang daun 20-40

cm dan lebar 7-15 cm.Bunganya berbentuk bungan bongkol yang kecil-

kecil dan berwarna putih.Buahnya berwarna hijau mengkilap dan

berwujud buah buni berbentuk lonjongdengan variasi trotol-trotol.Bijinya

banyak dan kecil-kecil terdapat dalam dagingbuah. Pada umumnya

tumbuhan mengkudu berkembang biak secara liar di hutanhutan atau

dipelihara orang pinggiran-pinggiran kebun rumah(Ditjen POM, 1989).

1.1.2 Monografi Tanaman

1.1.2.1 Klasifikasi Tanaman

Kingdom : Plantae

Filum : Angiospermae

Subfilum : Dicotyledonae

Divisi : Lignosae

Famili : Rubiaceae

Genus : Morinda

Spesies : Morinda citrifolia

(Ditjen POM, 1989).

1.1.2.2 Morfologi Tanaman

1

Page 5: Bahan Alam morindae

Mengkudu termasuk jenis tanaman yang rendah dan umumnya

memiliki banyak cabang dengan ketinggian pohon sekitar 3 – 8

meter di atas permukaan tanah serta tumbuh secara liar di hutan –

hutan, tegalan, pinggir sungai dan di pekarangan. Mengkudu dapat

tumbuh di berbagai tipe lahan dan iklim pada ketinggian tempat

dataran rendah sampai 1,500 m diatas permukaan laut dengan curah

hujan 1,500 – 3,500 mm/tahun, pH tanah 5 – 7, suhu 22 – 30°C dan

kelembapan 50 – 70% (Rukmana, 2002). Buah mengkudu memiliki

bentuk bulat sampat lonjong, panjang 10cm, berwarna kehijauan

tetapi menjelang masak menjadi putih kekuningan (Djauhariya,

2001). Daun mengkudu merupakan daun tunggal berwarna hijau

kekuningan, bersilang hadapan, ujung meruncing dan bertepi rata

dengan ukuran panjang 10 – 40cm dan lebar 15 – 17cm. Bunga

mengkudu berwarna putih, berbau harum dan mempunyai mahkota

berbentuk terompet(Ditjen POM, 1989).

1.1.2.3 Habitat Tanaman

Tumbuh liar di tepi pantai dan ditanam di seluruh

Nusantara.Tumbuhan ini dapat tumbuh pada lahan dengan

ketinggian 1-1500 m dpl(Ditjen POM, 1989).

1.2 Analisis Farmakognosi

1.2.1 Makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati sifat

morfologi luar simplisia berupa irisan buah, berwarna cokelat,

berbau khas, rasa sedikit pahit, dengan ketebalan ± 1 cm, diameter

3-5 cm, dengan tonjolan-tonjolan biji (Ditjen POM, 1989).

2

Page 6: Bahan Alam morindae

3

Page 7: Bahan Alam morindae

4

Page 8: Bahan Alam morindae

1.2.2 Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisa buah

mengkudu.Serbuk simplisia ditaburkan di atas kaca objek yang telah

ditetesi dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup,

kemudian diamati di bawah mikroskop.Fragmen pengenal adalah testa,

serabut, epikarp, dan endokarp (Ditjen POM, 1989).

Serbuk: Berwarna hitam kecoklatan.

5

Page 9: Bahan Alam morindae

1.3 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia simplisia dilakukan untuk mengetahui

secara kualitatif senyawa-senyawa yang terkandung dalam suatu

simplisia.Hasilskrining fitokimia dari simplisia buah mengkudu

diperoleh yaitu simplisiamengandung alkaloid, flavonoid,

glikosida, glikosida antrakinon, saponin, dantriterpenoid. Saponin

yang terkandung dalam mengkudu merupakan salah

satusenyawa yang memacu pembentukan kolagen, yaitu protein

struktur yangberperan dalam proses penyembuhan luka

(Suratman, dkk., 1996). Saponinjuga mempunyai kemampuan

sebagai pembersih sehingga efektif untuk penyembuh luka

terbuka (luka bakar) (Robinson, 1995).

6

Page 10: Bahan Alam morindae

1.4 Uraian Senyawa Aktif

Senyawa kimia dalam tanaman terdiri dari dua bagian, yaitu senyawa

metabolit primer atau yang disebut dengan senyawa bermolekul besar dan

senyawa metabolit sekunder atau yang disebut dengan senyawa bermolekul kecil

(Sirait, 2007).Senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam tanaman

mengkudu diantaranya adalah alkaloid dan antrakuinon yang berfungsi sebagai

antibakteri dan anti kanker (Rukmana, 2002).

Senyawa antrakuinon, alkaloid dan glikosida terdapat hampir pada semua

bagian tanaman mengkudu terutama bagian daun dan buahnya yang berfungsi

untuk mengobati masalah pencernaan dan gangguan jantung. Senyawa aktif

tersebut bersifat bakterisidal pada bakteri Staphylococcus yang menyebabkan

infeksi pada jantung dan Shigella yang memyebabkan disentri, selain itu juga

dapat mematikan bakteri penyebab infeksi diantaranya Salmonella sp, E. coli dan

Bacillus sp. (Solomon, 2002).

Alkaloid adalah senyawa metabolisme sekunder terbesar dalam tumbuhan

yang mengandung atom nitrogen basa sebagai gabungan dari sistem heterosiklik

(Sirait, 2007).Senyawa alkaloid sering digunakan dalam bidang 5 pengobatan

yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif

(Karou, 2006).Senyawa alkaloid dapat mengganggu terbentuknya jembatan

seberang silang komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga

lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel

(Robinson, 1995).

Senyawa metabolit sekunder lainnya dari daun mengkudu adalah

saponin.Saponin merupakan glikosida sterol berdasarkan ketidaklarutannya dalam

air dan tidak beracun terhadap hewan (Robinson, 1995).Kerja saponin dalam

menghambat fungsi membran sel bakteri dengan merusak permeabilitas membran

sel yang mengakibatkan dinding sel bakteri lisis (Cheeke, 2001).Saponin dapat

menimbulkan busa seperti sabun apabila dikocok dalam air ataupun saat ekstraksi,

sehingga dapat membersihkan materi yang menempel pada dinding usus

(Harbone, 1987). Saponin memiliki kemampuan untuk meningkatkan

7

Page 11: Bahan Alam morindae

permeabilitas membran sel usus, sehingga akan memudahkan molekul besar

terserap dalam tubuh dan terjadi peningkatan nutrient yang dideposit oleh tubuh

serta berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan (Francis et al, 2002).

Antrakuinon merupakan golongan dari senyawa glikosida termasuk

turunan kuinon yang biasanya terkandung dalam jumlah yang sedikit dalam

bagian tanaman (Sirait, 2007). Antrakuinon merupakan senyawa kristal bertitik

leleh tinggi, larut dalam pelarut organik dan basa (Robinson, 1995). Turunan

kuinon ini efektif dalam menghambat bakteri gram negatif dengan menghambat

sintesis DNA bakteri, sehingga tidak terjadi replikasi DNA bakteri dan bakteri

tidak dapat terbentuk secara utuh (Siswandono dan Soekardjo, 1995).

8

Page 12: Bahan Alam morindae

BAB 2

TINJAUAN FARMAKOLOGI

2.1 Khasiat Empirik dan Hasil Penelitian

2.1.1 Khasiat Empirik

Mengkudu memiliki khasiat-khasiat lain yang belum dibuktikan

secara medis, namun secara empiris telah banyak orang yang mengalami

perbaikan dan peningkatan kesehatan setelah mengonsumsi sari buahnya.

Beberapa problem kesehatan yang dapat diatasi dengan menggunakan

Mengkudu:

1. Sistem pencernaan: Perut kembung, luka pada usus halus, radang

lambung, muntah-muntah dan keracunan makanan

2. Sistem pernapasan: Batuk,bronchitis, sakit tenggorokan, TBC, kolera,

demam pada bayi, sinusitis, asma

3. Sistem kardiovaskular: Kolesterol tinggi, penebalan otot jantung,

meningkatkan transportasi oksigen di dalam sel.

4. Penyakit kulit: Luka bakar, luka, kudis, bisul, selulit, cacing kulit,

ketombe, kurap, dan radang pada kulit, borok pada kulit, dan masalah-

masalah pada kulit lainnya.

5. Mulut dan tenggorokan: Radang tenggorokan, gusi berdarah, batuk,

sariawan, sakit gigi.

6. Gangguan menstruasi: Sindrom pramenstruasi, siklus haid yang tidak

teratur, nyeri pada waktu haid.

7. Awet muda: Sari buah Mengkudu dapat digunakan sebagai tonik untuk

mengatasi keriput akibat proses penuaan.

8. Penyakit-penyakit dalam tubuh: Diabetis, hepatitis kronis, sakit pinggul,

sakit kepala, gangguan fungsi ginjal, kencing batu, ganguan pada hormon

tiroid.

9. Defisiensi daya tahan tubuh: Penyakit virus Epstein-Barr, candidiasis

kronis, penyakit akibat infeksi virus HIV, kekurangan tenaga

(AES=altered energy syndrome)

9

Page 13: Bahan Alam morindae

2.1.2 Hasil Penelitian

Riset ilmiah menunjukkan bahwa konstituen-konstituen di dalam buah

Mengkudu memilikikhasiat untuk merangsang respon pembentukan kekebalan

tubuh, membersihkan darah, mengaturfungsi sel, regenerasi sel rusak dan

menghambat pertumbuhan tumor. Fitokimia (zat-zat kimia alami yang

terdapat pada tumbuh-tumbuhan) memiliki khasiat untuk pencegahan penyakit

dan kaya akan kandungan antioksidan. Mengkudu memiliki spektrum

fitokimia yang sangat luas, beberapa diantaranya hanya terdapat di dalam

Mengkudu. Fitokimia-fitokimia tersebut bersinergisatu dengan yang lain

untuk menghasilkan khasiat penyembuhan yang mengagumkan.

Pada tahun 1992, Dr. Isabella Abbott, profesor botani dari Universitas

Hawaii mengatakan bahwa Mengkudu semakin banyak digunakan orang

untuk mengatasi diabetes, kanker, tekanan darah tinggi dan banyak penyakit

lainnya

(Isabella,1992)

2.2 Uji Aktivitas

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antidiabetes ekstrak buah

mengkudu dengan metode toleransi glukosa dan diabetes imbasan-aloksan.

Percobaan

Bahan

Ekstrak etanol kering buah mengkudu, glukosa, glibenklamid, aloksan, kit uji

glukosa (Human), glukotest (Roche), air suling, etanol 70%.

Alat

Alat timbang tikus dan mencit, alat suntik oral tikus dan mencit, spektrofotometer

(Clinicon 4010 Mannheim GMBH), tabung sampel mikro, sentrifuge, mikropipet,

mixer.

10

Page 14: Bahan Alam morindae

Hewan percobaan

Tikus putih jantan galur Wistar dari Laboratorium Perhewanan Departemen

Farmasi ITB, mencit jantan Balb/c dengan berat badan 22 - 35 g dari PT Biofarma

Bandung.

Metode percobaan

Pembuatan ekstrak kering dan sediaan uji

Irisan buah mengkudu yang telah dikeringkan diekstraksi dengan etanol

95%.kemudian ekstraknya dikisatkan dengan alat penguap vakum putar. Sediaan

uji dibuat dengan mensuspensikan ekstrak kering dalam air suling untuk

mendapatkan dosis 500 dan 1000 mg/kg bb

Uji antidiabetes dengan metode toleransi glukosa

Hewan percobaan yang telah dikelompokkan secara acak diambil cuplikan darah-

nya (T = 0) untuk penentuan kadar glukosa awal, kelompok uji diberi sediaan

uji secara oral, kelompok kontrol diberi air suling dan kelompok pembanding

diberi glibenklamid. Setelah 30 menit kemudian, semua hewan percobaan diberi

larutan glukosa secara oral.Setiap 30 menit cuplikan darah diambil dari masing-

masing hewan percobaan. Setelah darah dalam tabung sampel mikro disentrifuga,

kadar glukosa dalam serumnya ditentukan secara uji kolorimetri dengan metode

enzima-tik GOD-PAP .

Uji antidiabetes pada mencit diabetes imbasan aloksan

Hewan setelah disuntik dengan aloksan secara intravena dipelihara selama satu

minggu untuk melihat kembali ke keadaan glukosa serum normal. Hewan perco-

baan yang telah dikelompokkan secara acak cuplikan darahnya diambil (T = 0).

Hewan kelompok uji diberi sediaan uji, kelompok pembanding diberi glibenkla-

mid, sedangkan kelompok kontrol diberi air suling selama tujuh hari berturut-

turut. Semua hewan diberi makan dan minum ad-libitum. Pada hari ke-1,

dilakukan pengambilan serum untuk penentuan kadar glukosa serum pada

11

Page 15: Bahan Alam morindae

pemberian tunggal. Cuplikan darah yang diambil pada hari ke-4 sebelum diberi

sediaan uji digunakan untuk penentuan kadar glukosa serum pada pemberian

berulang (3 hari). Pada hari ke-8, serum diambil untuk penentuan kadar glukosa

serum setelah pemberian sediaan uji 7 hari berturut-turut. Kadar glukosa serum

ditentukan secara uji kolori-metri dengan metode enzimatik GOD-PAP (pada

panjang gelombang 546 nm)

(Yulinah,2004)

So simpulannya ? Dosis mana yang aktivitas antidiabetesnya paling baik?

2.3 Uji Toksisitas

Pada umumnya metode uji toksisitas dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu,uji

toksisitas yang dirancang untuk mengevaluasi seluruh efek umum suatu

senyawa,dan uji yang dirancang untuk mengevaluasi secara rinci tipe toksisitas

spesifik(Hayes, 2001).

2.3.1 Uji Toksisitas Akut

Uji Toksisitas akut dilakukan dengan memberi senyawa yang sedang

diujisebanyak satu kali atau beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam,

kemudian diamatiselama 14 hari. Penelitian ini dirancang untuk menentukan

dosis letal median (LD50),selain juga dapat menunjukkan organ sasaran yang

mungkin dirusak dan efek toksikspesifiknya, serta memberikan petunjuk

tentang dosis yang sebaiknya digunakandalam pengujian yang lebih lama.

Senyawa yang mempunyai toksisitas akut yang rendah, tidak

diperlukanpenentuan (LD50) secara tepat, cukup informasi bahwa dosis yang

cukup besarmenyebabkan hanya sedikit kematian, atau bahkan tidak

menyebabkan kematian(EPA,1988). Pandangan ini diterima oleh Joint

FAO/WHO Expert Committee onFood Additives (WHO, 1966).

12

Page 16: Bahan Alam morindae

2.3.2 Uji Toksisitas Subkronis

Uji toksisitas subkronis dilakukan untuk mengevaluasi efek senyawa,

apabiladiberikan kepada hewan uji secara berulang-ulang. Biasanya diberikan

senyawa ujisetiap hari selama kurang lebih 10% dari masa hidup hewan, yaitu

3 bulan untuk tikusdan 1-2 tahun untuk anjing.

Uji toksisitas sub kronis menyangkut evaluasi seluruh hewan

untukmengetahui efek patologi kasar dan efek histologi. Uji ini dapat

menghasilkaninformasi toksisitas zat uji yang berkaitan dengan organ

sasaran, efek pada organ itu,dan hubungan dosis efek dan dosis

respons.Informasi tersebut dapat memberipetunjuk jenis penelitian khusus

lainnya yang perlu dilakukan.

2.3.3 Uji Toksisitas Kronis

Uji toksisitas kronis dilakukan dengan memberikan senyawa uji

berulangulangselama masa hidup hewan uji atau sebagian besar masa

hidupnya, misalnya 18bulan untuk mencit, 24 bulan untuk tikus, dan 7-10

tahun untuk anjing dan monyet.Pada uji toksisitas kronis ini dilakukan

evaluasi patologi lengkap (WHO, 1966).

2.4 Dosis dan Alasan Pemilihannya

Ada beberapa dosis yang dianjurkan dalam mengonsumsi sari buah

Mengkudu yang dikaitkan dengan kondisi kesehatan pemakai.

Tabel di bawah ini menjelaskan dosis konsumsi sari buah bagi orang yang

secara umum berada dalam kondisi sehat atau tidak sedang mengalami penyakit

serius.Tujuan konsumsi lebih ditekankan untuk menjaga kesehatan, meningkatkan

stamina tubuh, dan memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.

Dosis berikut adalah untuk kategori usia dewasa, yang berusia di atas 16 tahun.

Waktu Bulan I Bulan I - Seterusnya

13

Page 17: Bahan Alam morindae

Sebelum makan pagi 25 ml 25 ml

Sebelum makan malam 25 ml 25 ml

Sedangkan untuk mereka yang belum 16 tahun, berikut dosis yang dianjurkan.

Waktu Bulan I Bulan I - Seterusnya

Sebelum makan pagi 25 ml 25 ml

Sebelum makan malam 25 ml -

Tabel di bawah ini menerangkan dosis mengonsumsi bagi para penderita penyakit

kronis. Beberapa jenis penyakit kronis adalah sebagai berikut: alergi kronis,

arthritis (radang sendi), asma, bronkhitis, depresi, lupus, neuralgia, nyeri/sakit,

sinusitis, fibromyalgia, penyakit-penyakit degeneratif misalnya stroke, tekanan

darah tinggi, gangguan jantung, kolesterol tinggi, dan kegemukan.

Waktu Bulan I - Seterusnya

14

Page 18: Bahan Alam morindae

Pagi (setelah bangun tidur) 25 ml

Sore 25 ml

Malam (sebelum tidur) 25 ml

Dosis konsumsi sari buah Mengkudu untuk para penderita penyakit serius dapat

dilihat pada Tabel di bawah ini. Jenis-jenis penyakit serius, diantaranya adalah:

ketagihan (adiksi) terhadap alkohol atau obat-obatan yang mengandung zat

adiktif, kecelakan serius, turunnya daya tahan/kekebalan tubuh (misalnya : AIDS),

kanker, penyakit-penyakit yang meradang, nyeri yang menahun.

Waktu Bulan I - Seterusnya

Pagi (setelah bangun tidur) 25 ml

Sebelum makan siang 25 ml

Sore 25 ml

Malam 25 ml

(Maria,2015).

Penjelasan diatas itu untuk dosis buat sari buah (jus) kalau untuk ekstrak berapa?

You need to search it again

15

Page 19: Bahan Alam morindae

2.5 Peringatan dan Perhatian

Berikut beberapa hal tambahan yang perlu diperhatikan sewaktu

mengonsumsi jus Mengkudu: batas waktu yang diberikan tidak menjadi patokan

(tergantung pada kondisi/perubahan yang dialami); silakan mengurangi dosis yang

diminum bila merasakan peningkatan kesehatan; boleh menambah dosis konsumsi

bila dosis yang disarankan belum menunjukkan reaksi positif (Maria, 2015).

16

Page 20: Bahan Alam morindae

BAB 3

PENGEMBANGAN FORMULA

3.1 Contoh Sediaan yang Beredar di Pasaran

Nama dagang : Pacego

Produser : Borobudur Herbal Industri

Kandungan : Morindae Fructus Extract

3.2 Pra Formulasi

Dalam pengobatan tradisional, mengkudu digunakan untuk obat batuk,

radang amandel, sariawan, tekanan darah tinggi, beri-beri, melancarkan kencing,

radang ginjal, radang empedu, radang usus, sembelit, limpa, lever, kencing manis,

cacingan, cacar air, sakit pinggang, sakit perut, masuk angin, dan kegemukan

(Wijayakusuma, 1992).

Produk olahan buah mengkudu tidak hanya berbentuk jus atau sari buah

saja, tetapi juga berupa serbuk buah tanpa biji, serbuk atau kopi biji dan dikemas

dalam kapsul yang banyak dijual di pasar tradisional di Jawa Tengah.Untuk sari

buah, proses pengolahan yang banyak dilakukan meliputi penyimpanan buah

mengkudu dikombinasikan dengan pengepresan atau hanya pengepresan saja.

Bahan baku yang disimpan terlebih dahulu menghasilkan produk olahan yang

lebih disukai karena memberikan aroma yang khas dan biasanya tanpa ada

perlakuan panas dalam pengawetannya. Selama penyimpanan akan terjadi proses

fermentasi yang akan menguraikan komponen asam penyebab aroma yang tidak

menyenangkan (Hardoko, 2003)

Beberapa jenis senyawa fitokimia dalam buah mengkudu adalah terpen,

acubin, lasperuloside, alizarin, zat-zat antrakuinon, asam askorbat, asam kaproat,

asam kaprilat, zat-zat skopoletin, damnakantal, dan alkaloid (Antara,

17

Page 21: Bahan Alam morindae

2001).Senyawa turunan antrakuinon dalam mengkudu antara lain adalah

morindin, morindon dan alizarin, sedangkan alkaloidnya antara lain xeronin dan

proxeronin (prekursor xeronin). Xeronin merupakan alkaloid yang dibutuhkan

tubuh manusia untuk mengaktifkan enzim serta mengatur dan membentuk struktur

protein (Solomon 1998).

Tingkat kematangan buah.Buah dengan tingkat kematangan yang berbeda

mempunyai kandungan bahan aktif dan khasiat yang berbeda pula.Buah

mengkudu mentah (hijau, mengkal, tekstur masih keras) biasanya dibuat jus untuk

menanggulangi masalah pencernaan dan demam yang disertai muntah-muntah

(Antara, 2001).Buah yang ranum dapat menyembuhkan lidah berdarah, sakit

pinggang, beriberi, dan diabetes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

1987).

Sediaan ini memiliki efek sebagai atidiabetes karena Morindae fructus

mengandungi senyawa metabolit seunder yaitu proxeroni yang memiliki efek

menekan kadar gula darah karena zat ini mampu memperbaiki sel beta pancreas.

Ketika pancreas diperbaiki, maka tubuh mamp memproduksi insulin lebih banyak.

Berdasarkan jurnal penelitian efek antidiabetes ekstrak buah Mengkudu

terhadap mencit, dosis 500mg/kg BB dan 1000 mg/ kg BB memberikan efek yang

bermakna terhadap penurunan kadar gula darah. Setela dikonversi ke dalam dosis

manusia, didapatkan dosis yang memberikan efek kepada manusia adalah 110,8

mg/kgBB atau dosis lazimnya 7758mg/70kg BB (sitasi), perhitungannya salah

500 mg/kg BB divided 1000 0,5 mg/g x 20 = 10 mg/20 gr (dosis absolut

mencit) so, dikali factor konversi ke manusia 387,9 = 3879 mg/70 kg BB (if

one capsul is 500 mg extract, so nanti kamu makan 6 kapsul sehari) . Coba

cari jurnal yang dosisnya lebih kecil ya :)

Penambahan etanol pada formulasi adalah sebagai pengencer untuk ekstrak

Morindae fructus ketika akan dicampurkan atau dikeringkan dengan Saccharum

lactis. Penambahan etanol ini hanya sedikit dan tidak berpengarih pada

18

Page 22: Bahan Alam morindae

perhitungan sediaan, karena nantinya etano ini jumlahnya sangat sedikit dan nanti

akan menguap.

3.3 Formulasi, Metode dan Pembuatan Sediaan

3.3.1 Formulasi sediaan kapsul Morindae Fructus

Formulasi yang digunakan untuk pembuatan sediaan kapsul Morindae

Fructus sebagai obat antidiabetes:

R/ Ekstrak kental Morindae Fructus 250mg

Saccharum Lactis 450mg

Etanol qs

3.3.2 Metode dan Pembuatan Sediaan kapsul Morindae Fructus

a. Penyiapan bahan baku

Penyiapan bahan baku buah Mengkudu meliputi pengumpulan,

penyortiran, pencucian dan permotongan Morindae Fructus.

b. Ekstraksi simplisia Morindae Fructus

Prosedur ekstraksi yang digunakan adalah maserasi. Langkah-

langkah yang dilakukan terlebih dahulu 800,41gram simplisia Morinda

citrifolia fructus yang telah dipotong kecil dimasukkan ke dalam

maserator yang telah dilapis dengan kapas, kemudian ditambah pelarut

etanol 96% secukupnya dan dibiarkan selama kira-kira 10 menit agar

proses pembasahan simplisia berlangsung, kemudian ditambahkan pelarut

yang sama sampai selurug potongan terendam, yaitu sekitar 5500ml.

didiamkan selama 3x24jam sambal sesekali diaduk. Ekstrak cair yang

ditampung dalam penampung. Ekstrak cair tersebut akan dugunakan

sebagian untuk parameter ekstrak cair. Parameter ekstrak cair meliput

19

Page 23: Bahan Alam morindae

organoleptik ekstrak, penetapan pH, pola dinnamolisis, dan pola

kromatografi lapis tipis.Ekstrak kental juga disisakan untuk pengjian

parameter ekstrak kental. Parameter ekstrak kental meliputi rendemen

ekstrak, organoleptic ekstrak, bobot jenis ekstrak, kadar air ekstrak, kadar

minyak atsiri, kadar sari larut air, dan kadar sari latur etanol.

c. Pengentalan ekstrak cair ekstrak Morindae Fructus

Volume ekstrak cair yang diperoleh kemudian diukur dan

dipekatkan dengan rotavapor sampai diperoleh ekstrak kental.

d. Perhitungan dan penimbangan

Formulasi ini menghasilkan kapsul sebanyak 60 buah.Setiap kapsul

mengandung 250mg ekstrak Morindae Fructus.Penggunaan adalah 2 kali

sehari setiap makan 1 kapsul.Jadi senyawa ekstrak yang perlu digunakan

adalah sebanyak 15 gram untuk 60 sediaan kapsul.

e. Proses pembuatan kapsul ekstrak Morindae Fructus

Mortil dilapis terlebih dahulu dengan saccharum lactis

secukupnya.Kemudian ekstrak kental ditimbang sebanyak 15 gram lalu

ditambahkan etanol 96% secukuonya dan digerus.Ke dalam mortie

ditambahkan saccharum lactis sebanyak 27 gram kemudian digerus sampai

campuran tersebut homogen dan kering.Kemudian disiapkan kapsul

kosong no. 0.Kapsul yang sudah berisi serbuk ekstrak kering direkatkan

kemudian dibersihkan dan dikemaskan.

3.4 Pengemasan dan Penyimpanan Sediaan Akhir

Sediaan kapsul yang telah dibuat dimasukkkan ke dalam wadah, diberi

etiket, dan brosur kemudian ditempatkan di dalam wadah yang tertutuprapat.

Wadah untuk sediaan kapsul morindae fructus harus wadah tertutup rapat karena

sifat dari ekstrak tersebut adalah higroskopis, sangat tidak stabil bila terkena

udara.

20

Page 24: Bahan Alam morindae

21

Page 25: Bahan Alam morindae

BAB 4

PENGUJIAN MUTU SERTA METODE ANALISIS

4.1 Struktur Molekul dan Dasar Analisis Zat Aktif

Proxeronine dalam buah Noni merupakan bahan baku alkaloid Xeronine

dalam tubuh. Fungsi alkaloid tersebut adalah untuk membuka pori-pori sel,

sehingga kemudian nutrisi dapat lebih mudah masuk ke dalam sel. Selain nutrisi,

melebarnya pori-pori sel tersebut juga dapat semakin memudahkan sekresi atau

pengeluaran racun dari dalam tubuh, sehingga tubuh akan menjadi lebih sehat.

Proses sederhana tersebut sebenarnya sudah dapat menjelaskan khasiat

buah Noni sebagai obat untuk penyakit gula darah. Sel-sel yang tadinya

mengalami gangguan atau kerusakan (sel beta pankreas) akan dapat kembali

dioptimalkan fungsinya dengan revitalisasi dan regenerasi yang dipicu oleh

adanya alkaloid Xeronine di dalam tubuh. Hal ini juga berdampak positif pada

sensitifitas sel terhadap insulin yang tadinya menurun, sehingga kemudian

efeknya tampak jelas pada kadar gula darah penderita yang kembali stabil.

(Wijayakusuma, 1996)

22

Page 26: Bahan Alam morindae

4.2 Metode Analisis yang Diusulkan untuk Bahan Baku dan Eksipien

1. Metode Analisis Bahan Baku

1. Metode Identifikasi Bahan Baku dengan Kromatografi Lapis

Tipis

Prinsip: Pemisahan zat terlarut dalam system yang terdiri

dari dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Pemisahan

didasarkan pada adsorpsi, partisi atau kombinasi kedua efek

yang tergantung dari jenis zat penyangga, cara pembuatan

dan jenis pelarut yang digunakan.

Alasan pemilihan metode: Kromatografi Lapis Tipis

merupakan metode yang dapat diandalkan, mudah

pelaksanaannya dan tidak destruktif terhadap sampel

Penafsiran hasil: pengamatan bercak dan Rf dari hasil

kromatografi dibandingkan dengan literature.

2. Metode Penetapan Kadar Bahan Baku dengan Kromatografi

Cair Kinergi Tinggi

Prinsip: KCKT (Kromatografi Cair Kinergi Tinggi) adalah

sebuah instrumen yang menggunakan prinsip kromatografi

(pemisahan) dengan menggunakan fase gerak cair yang

dialirkan melalui kolom yang merupakan fase diam menuju

ke detektordengan bantuan pompa. Sampel dimasukkan ke

dalam kolom akan keluar atas dasar kepolaran yang

berbeda, sehingga akan mempengaruhi kekuatan interaksi

antara senyawa terhadap fase diam. Senyawa-senyawa

yang kurang kuat interaksinya dengan fase diam akan keluar

terlebih dahulu, dan sebaliknya senyawa yang berinteraksi

kuat dengan fase diam akan keluar lebih lama.

Alat: Instrumen KCKT

Penafsiran hasil: Pengukuran luas da tinggi pucak yang

terekam dalam kromatografi

23

Page 27: Bahan Alam morindae

3. Metode Penetapan Kadar Bahan Baku dengan Kromatografi

Gas

Prinsip: Kromatografi gas adalah prosedur pemisahan zat

yang dapat menguap dan mengalami proses migrasi

differensial dinamis dan sistem yang terdiri dari fase gerak

gas dan fase diam cairan yang dilapiskan pada penyangga

padat inert atau pase diam padatan. Zat yang diinjeksikan

akan mudah meguap dalam kolom selanjutnya fase gerak

akan membawa zat tersebut melalui fase diam sehingga

akan terdistribusi diantara dua fase dan menunjukkan

perbedaan mobilitas berdasarkan perbedaan tekanan uap

pada suhu kolom. Penentuan kuantitas zat didasarkan pada

pengukuran luas atau tinggi puncak yang terekam dalam

kromatogram (Depkes RI, 1995)

Alat: Instrumen GC-MS

Penafsira hasil: Pengukuran luas dan tinggi pucak yang

terekam dalam kromatogram

2. Metode Analisis Untuk Bahan Tambahan

1. Sacharum lactis

Campurkan 20 mg dengan 40mg resorsinol P, tambahkan 10

tetes asam sulfat p, dan panaskan campuran dalam tangas cair

yang sesuai pada suu 200oC selama 3 menit. Diamkan hingga

dingin, tambahkan 10ml air dan natrium hidroksida1N berlebih

cairan berfluorensasi hijau. (Depkes RI, 1995)

2. Etanol

Pada 5ml larutan (1 dalam 10) tambahkan 1ml natrium

hidroksida 1N dan perlahan-lahan (setelah 3 menit) tambahkan

2ml iodium 0.1N timbul bai iodoform dan terbentuk dan

24

Page 28: Bahan Alam morindae

terbentuk endapan kuning dalam waktu 30 menit.(Depkes RI,

1995)

4.3 Prosedur Analisis Bahan Baku, Bahan Ruahan, dan Obat Jadi

4.3.1. Prosedur analisis iIdentifikasi bahan baku serbuk buah mengkudu

dengan menggunakan KLT (Depkes RI,1995)

1. Timbang 300mg serbuk.

2. Campur dengan 5 ml methanol P, panaskan dalam penangas

air selama dua menit dinginkan, saring.

3. Cuci endapan dengan methanol P hingga diperoleh 5ml

filtrate

4. Pada titik pertama dan kedua pada lempeng KLT totolkan

40 ul filtrate dan titik ketiga totolkan zat warna iiLP 5 ul

5. Elusi dengan fase gerak yaitu n-heksan : etil asetat (7:3)

dengan jarak rambat 15 cm.

6. Keringkan lempeng di udara selama 10 menit.

7. Amati sinar biasa dan UV 366nm.

4.3.2. Prosedur analisis penetapan kadar kapsul buah mengkudu dengan

menggunakan KCKT.

1. Ambil sebanyak 20 kapsul , haluskan dengan blender atau

digerus.

2. Pisahkan dengan penyaringan bagian tablet inti dan

penyalutnya

3. Timbang sejumlah tertentu masa ini kapsul,ekstraksi

dengan airdeionasi disertai pengocokan dengan shaker

disaring saring.

4. Ambil filtrat, kemudian dilakukan pengenceran dengan

melarutkan filtrat ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian

dilarutkan kembali didalam labu ukur 10 mL, dan tentukan

kadarnya dengan instrument KCKT.

25

Page 29: Bahan Alam morindae

5. Kondisi yang digunakan dalm proses KCKT yaitu:

Fase gerak yang digunakan yaitu berupa methanol:air

(50:50)

Kecepatan aliran 0.8 mL/min

Suhu 30oC

Detektor UV @ 240

Kolom Pinnacle II C 18 (150 mm x 4,6 mm)

4.3.3. Prosedur analisis penetapan kadar kapsul buah mengkudu dengan

menggunakan kromatografi gas.

1. Ambil sebanyak 20 kapsul , haluskan dengan blender atau

dogerus.

2. Pisahkan dengan penyaringan bagian kapsul dan inti

3. Timbang sejumlah tertentu masa tablet inti, ekstraksi

dengan etanol 70% disertai pengocokan dengan shaker,

saring.

4. Ambil filtrate dan tentukan kadarnya dengan instrument

GC-MS.

4.3.4. Masalah yang mungkin terjadi pada saat pelakasanaan metode

analisis

Identifikasi bahan baku dengan menggunakan metode KLT

mungkin dapat menyebabkan pergeseran nilai Rf yang cukup

signifikan apabila preperasi sampel yang dilakukan kurang dapat

menarik komponen senyawa aktif dari tumbuhan.

Proses analisis pada produk jadi (sedian kapsul) dapat dipersulit

dengan adanya eksipien sehingga mungkin akan mempersulit

proses preparasi sampel yang menyebabkan perbedaan spectrum

maupun kromatogram yang dihasilkan.

26

Page 30: Bahan Alam morindae

4.4 Pengujian Stabilitas Obat Jadi

Tidak ditemukan data stabilitas di beberapa literature seperti USP,

International Pharmacopeia, PDR, Clarke’s, FI IV maupun pustaka lainnya.

Akan tetapi untuk mendapatkan data stabilitas zat aktif dapat dilakukan uji

stabilitas, antara lain:

1. Uji stabilitas yang dilakukan sesuai dengan zona iklim dan persyaratan

yang berlaku di Negara masing-masing. Indonesia dan Asean termasuk

dalam zona iklim IV

2. Uji stabilitas Real Time. Untuk uji stabilitas real time dilakukan pada

kondisi penyimpanan 30oC ± 2oC / RH 75% ± 5%, waktu minimum uji

stabilitas selama 12 bulan dan jumlah bets minimal sebanyak 3 bets.

3. Uji stabilitas dipercepat. Untuk uji stabilitas dipercepat dilakukan pada

kondisi penyimpanan 40oC ± 2oC / RH 75% ± 5%, waktu minimum uni

stabilitas selama 6 bulan dan jumlah bets minimal sebanyak 3 bets

(ASEAN, 2005). Untuk mendapatkan data stabilitas zat aktif dapat

dilakukan uji stabilitas.

4. Uji stabilitas terdiri dari uji stabilitas zat aktif dan sediaan, untuk

pengujian stabilitas zat aktif dilakukan apabila tidak terdapat data

stabilitas pustaka. Padahal data stabilitas diperlukan untuk registrasi obat

dan untuk menjamin kualitas dan keamanan obat.

Tipe Uji Stabilitas Kondisi Penyimpanan Interval Waktu Uji

Dipercepat Climatic Chamber pada

suhu 40oC ± 2oC / RH

75% ± 5%

Bulan 0,1,3,6

Real Time Climatic Chamber pada

suhu 30oC ± 2oC / RH

75% ± 5%,

Bulan 0,3,6,9,12,18,24

27

Page 31: Bahan Alam morindae

Uji stabilitas berguna untuk mendapatkan data kinetika orde reaksi, untuk

selanjutnya dapat ditentukan pula data kecepatan peguraian zat aktif tersebut.

Penentuan uji stabilitas zat aktif dipercepat berguna dalam penentuan waktu

daluarsa, usia guna dan membantu dalam preformulasi sediaan. Selanjutnya

sediaan yang telah dibuat di uji pula stabilitasnya yaitu stabilitas dipercepat pada

suhu 40oC ± 2oC dengan RH 75% ± 5%.

28

Page 32: Bahan Alam morindae

BAB 5

REGULASI/PERUNDANG-UNDANGAN

5.1 Registrasi Obat Jadi

Menurut Permenkes RI No. 246/Menkes/Per/V/1990 tentang izin usaha

Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional pasal 3 menyebutkan

bahwa obat tradisional yang diproduksi, diedarkan di wilayah Indonesia maupun

ekspor terlebih dahulu didaftarkan sebagai persetujuan Menteri dan Menteri

melimpahkan wewenang pemberian izin usaha dan persetujuan pendaftaran obat

tradisional pada Direktur Jeneral.

Obat tradisional yang akan didaftarkan harus memenuhi persyaratan:

a. Secara empiric terbukti aman dan bermanfaat untuk kegunaan manusia.

b. Bahan obat tradisional dan produksi yang digunakan memenuhi

pensyaratan yang ditetapkan.

c. Tidak mengandung bahan kimia sintetik atau hasil isolasi yang berkhasiat

sebagai obat.

d. Tidak mengandung bahan yang tergolong obat keras atau narkotika.

Berdasarkan peraturan kepala BPOM RI Nomor: HK.00.05.41.1384 tentang

Kriteria Dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional , Obat Herbal Terstandar

adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan khasiat dan keamanannya

secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi. Kapsul

buah mengkudu dapat didaftarkan mengikut kategori pendaftaran obat baru

kategori 4 yaitu pendaftaran obat herbal terstandar.Pendaftarannya dilakukan

dalam dua tahap yaitu pra penilaian dan penilaian.

5.2 Penandaan Sesuai Undang-Undang

Peraturan kepala BPOM RI Nomor: HK.00.05.4.2411 tentang ketentuan

pokok pengelompokan dan penandaan obat bahan alam Indonesia menyebutkan

bahwa kriteria dari obat-obat herbal terstandar yaitu:

29

Page 33: Bahan Alam morindae

a. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan penelitian secara ilmiah/pra klinik

serta

b. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan

Kapsul buah mengkudu termasuk kedalam golongan Obat Herbal

Terstandar karena telah memenuhi kedua persyaratan tersebut.

5.2.1 Aturan penandaan pada wadah, leaflet atau brosur.

Obat herbal terstandar sebagaimana dimaksud pasal 1 keputusa kepala

BPOM RI Nomor: HK.00.05.4.2411 butir b harus mencantumkan logo dan

tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” penandaan yang harus diberikan

pada wadah, pembungkus dan brosur sediaan kapsul buah mengkudu adalah

sebagai berikut

Gambar logo obat herbal terstandar

5.2.2 Nomor registrasi

Nomor registrasi kapsul buah mengkudu adalah TR 151313451

Keterangan:

TR: obat tradisional lokal

15: tahun mulai produk tersebut terdaftar di BPOM

1: Obat ini diproduksi oleh pabrik farmasi

3: menunjukkan obat sediaan kapsul

30

Page 34: Bahan Alam morindae

1345: menunjukkan nomor urut jenis produk yang terdaftar

1: menunjukkan jenis kemasan terakhir

5.2.3 Nomor Batch

Menurut surat Dirjen POM No 13650/D/SE/73, penomoran batch

diserahkan pada perusahaan masing-masing. Nomor batch produk kapsul

buah mengkudu adalah 0915011.

Keterangan:

09: produk diproduksi pada bulan September

15: produk diproduksi pada tahun 2015

01: bentuk sediaan kapsul

1: nomor urut pembuatan

Menurut Permenkes RI No. 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha

Industri Obat Tradisional Dan Pendaftaran Obat Tradisional pasal 34, penandaan

yang tercantum pada pembungkus, wadah, etiket atau brosur harus berisi

informasi tentang:

a. Nama obat tradisional atau nama dagang;

b. Komposisi;

c. Bobot , isi atau jumlah tiap wadah;

d. Dosis pemakaian;

e. Khasiat atau kegunaan;

f. Kontra indikasi (bila ada);

g. Kedaluwarsa;

h. Nomor pendaftaran;

i. Nomor kode produksi;

j. Nama industri atau alamat sekurang-kurangnya nama kota dan kata

“INDONESIA”;

31

Page 35: Bahan Alam morindae

k. Untuk Obat Tradisional Lisensi harus dicantumkan juga nama dan alamat

industri pemberi lisensi, sesuai yang disetujui pada pendaftaran.

5.3 Distribusi Obat Jadi

Sejauh ini belum ada regulasi yang mengatur distribusi obat herbal

terstandar, maka dengan kata lain kapsul buah mengkudu dapat disalurkan dari

industri pembuat melalui pedagang besar farmasi dan dapat langsung

didistribusikan kepada sebuah retailer obat, mulai dari apotek, toko obat berizin

sampai swalayan. Regulasi yang terkait dengan distribusi obat jadi adalah

Peraturan Pemerintah RI Nomor 72 tahun 1998 tentang pengamanan sediaan

farmasi dan alat kesehatan, dimana pasal 15 ayat 1 (b) disebutkan bahwa

penyaluran sediaan farmasi dan alatkesehatan hanya dapat dilakukan badan usaha

yang telah memiliki izin sebagai penyalur sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku untuk menylurkan sediaan farmasi yang berupa obat

tradisional dan obat kosmetik. Dalam hal ini semua retailer dapat menyalurkan

obat herbal terstandar.

32

Page 36: Bahan Alam morindae

BAB 6

INFORMASI OBAT JADI

6.1 Kemasan Sediaan

33

Logo obat herbal terstandarnya mana?

Page 37: Bahan Alam morindae

6.2 Etiket dan Brosur

34

Page 38: Bahan Alam morindae

DAFTAR PUSTAKA

WHO, 1966. The transformation of Noni, a traditional polynesian medicine

(Morinda Citrifolia, Rubiaceae Available at

http://link.springer.com/article/10.1007/BF02860792[Diakses pada tanggal

24 September 2015].

Antara, N.T., H.G. Pohan, dan Subagja. 2001. Pengaruh tingkat kematangan dan

proses terhadap karakteristik sari buah mengkudu. Warta IHP/J. of Agro-

Based Industry 18(1− 2): 25−31.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 1987. Tumbuhan berguna

Indonesia. Jilid III. Terjemahan dari K. Heyne. Badan Litbang Kehutanan,

Jakarta.

Cheeke, R. P. 2001. Saponis : Suprising Benefits of Desert Plants. Available on

http://www.perfectwaters.net/saponin.html/.[Diakses pada tanggal 24

September 2015].

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia. Edisi

IV. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta

Ditjen POM. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Departemen Kesehatan

RI. Jakarta.

Djauhariya, E. 2003.Mengkudu Tanaman Obat Potensial. Balai Penelitian

Tanaman Obat dan Rempah. Perkembangan Teknologi TRO XV (1): 20-

23.

Elin Yulinah, Andreanus A. Soemardji, Endang Kumolosasi, Maria Immaculata

Iwo, Joseph Iskendiarso Sigit, Suwendar ,2004 Unit Bidang Ilmu

Farmakologi-Toksikologi Departemen Farmasi FMIPA ITB Bandung, Jl.

Ganesa 10 Bandung 40132http://dokumen.tips/documents/uji-aktivitas-

anti-diabetes-ekstrak-etanol-buah-mengkudu-morinda-citrifolia-l.html

Francis, G., et al. 2002. The biological Action of Saponin in Animal System. J.

Nut. British 88: 587 – 605.

35

Page 39: Bahan Alam morindae

Harbone.1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Hardoko, A. Parhusip, dan I.P. Kusuma. 2003. Mempelajari karakteristik sari

buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) yang dihasilkan melalui

fermentasi. Jurnal Teknologi Industri Pertanian XIV(2): 144−153.

Hayes,2001. UJI TOKSISITAS SUBKRONIS KOMBINASI EKSTRAK

ETANOL BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia

Linn.

)http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/uji_toksisitas_sub

kronis.pdf

Isabella,1992. Mengkudu, dari Universitas Hawaii

http://dokumen.tips/documents/artikel-mengkudu.html

Karou, D. 2006. Antbacterial Activity of Alkaloids from Sida Acuta African, J of

Biotechnology 5(2): 195 – 200.

Maria,2015.Deherba.cara konsumsi mengkudu.

https://www.deherba.com/cara-konsumsi-mengkudu.html

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Bandung:

Institut Teknologi Bandung.

Rukmana, R. 2002. Mengkudu Budidaya dan Prospek Agribisnis, Yogyakarta

Kanisius.

Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: Institut Teknologi

Bandung.

Siswandono dan B. Soekardjo, 1995.Kimia Medisinal. Surabaya. Universitas

Airlangga Press.

Solomon, N. 1998.Noni. Nature’s Amazing Healer. Woodland Publ. Pleasant

Grove, Utah, USA.

36

Page 40: Bahan Alam morindae

Solomon, N. 2002.Tahitian Noni Juice.Available on

http://www.noni888.com.html/. [Diakses pada tanggal 24 September 2015]

Wijayakusuma, H., Dalimartha, S., dan Wirian, A., 1996, Tanaman Berkhasiat

Obat di Indonesia, Jilid ke-4, Pustaka Kartini, Jakarta.

37