bad an standardisasi nasional laporan kinerja...standar nasional satuan ukuran jumlah sertifikat...
TRANSCRIPT
BAD AN STANDARDISASI NASIONAL
LAPORAN
KINERJA
2 0 1 9
LAPORAN KINERJA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
TAHUN 2019
BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2020
i
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Daftar Isi ii
Nilai Organisasi BSN iii
Kata Pengantar iv
Pernyataan Hasil Reviu Laporan Kinerja BSN 2019 v
Ringkasan Eksekutif vi-vii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang 9 B. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi 11
C. Mandat dan Peran Strategis 15
D. Sistematika Laporan 18
BAB II
STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN A. Kondisi Umum 20
B. Tujuan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian 24
C. Arah Kebijakan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian 25
D. Arah Kebijakan Nasional 26
BAB III
PERENCANAAN STRATEGIS DAN PERJANJIAN KINERJA A. Perencanaan Strategis 28 B. Rencana Kerja dan Anggaran 32
C. Perjanjian Kinerja 34
D. Pengukuran Kinerja 35
BAB IV
AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Indikator Kinerja Utama 37
B. Capaian Penghargaan dan Inovasi Layanan 81
C. Kinerja Keuangan 84
BAB V
PENUTUP Penutup 87
Lampiran:
1) Perjanjian Kinerja
NILAI ORGANISASI
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin, puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga Laporan Kinerja
Badan Standardisasi Nasional (BSN) Tahun 2019 dapat
disusun dengan baik.
Laporan Kinerja merupakan bentuk akuntabilitas
dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi
pemerintah. Laporan kinerja juga merupakan komponen dari prinsip "good
governance" yang menjadi persyaratan bagi setiap instansi, dalam upaya
mewujudkan visi dan misi organisasi. Sejalan dengan itu, penyusunan Laporan
Kinerja BSN Tahun 2019 dimaksudkan untuk melaporkan secara transparan,
penggunaan seluruh sumber daya yang menjadi kewenangan Kepala BSN
kepada semua pihak yang berkepentingan.
Laporan Kinerja BSN Tahun 2019 ini merupakan laporan akuntabilitas tahun
kelima dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2015-2019 yang menggambarkan sejumlah capaian kinerja Tahun 2019
dibandingkan dengan target kinerja yang telah ditetapkan Tahun 2019 beserta
analisisnya. Berbagai kebijakan dan upaya diambil sebagai langkah demi
mewujudkan visi BSN yaitu “Terwujudnya infrastruktur mutu nasional yang handal
untuk meningkatkan daya saing dan kualitas hidup bangsa” terutama untuk
melindungi pasar domestik, memperkuat penetrasi produk nasional terhadap
pasar di luar negeri, serta mampu menjamin keselamatan, keamanan, kesehatan,
dan kelestarian lingkungan.
Kami berharap dengan disusunnya Laporan Kinerja BSN Tahun 2019 ini
dimaksudkan akan dapat diperoleh manfaat dan umpan balik bagi perbaikan
dan peningkatan kinerja bagi seluruh Unit Kerja di lingkungan BSN. Masukan dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
di masa yang akan datang.
Jakarta, 28 Februari 2020
Badan Standardisasi Nasional
Bambang Prasetya
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 6
RINGKASAN EKSEKUTIF
Tahun 2019 ini merupakan periode terakhir Renstra BSN 2015-2019.
Selama periode tersebut kinerja BSN menunjukkan peningkatan dari tahun ke
tahun dan pada tahun 2019 ini capaian kinerja BSN ada pada capaian
terbaiknya “memuaskan”, seperti digambarkan dalam tabel berikut:
Laporan Kinerja Badan Standardisasi Nasional (BSN) Tahun 2019
menjabarkan capaian 6 (enam) Sasaran Strategis (SS) yang diukur dengan 15
(lima belas) Indikator Kinerja Utama (IKU).
Pada tahun 2019, secara keseluruhan rata-rata capaian kinerja BSN
sebesar 97.20% dari 15 (lima belas) IKU. Sebanyak 10 (sepuluh) IKU capaiannya
telah mencapai target dan 5 (lima) IKU lainnya masih di bawah target.
Berikut disajikan tabel capaian IKU BSN tahun 2019 menurut Sasaran
Strategis :
No
Sasaran Strategis
IKU
Target
Realisasi
% capaian
Stakeholder Perspective 1 Terwujudnya daya
saing produk berstandar dipasar domestik dan global
Persentase pertumbuhan ekspor Produk Nasional yang didukung SNI, Laboratorium, Lembaga Sertifikasi dan Metrologi (Standar Nasional Satuan Ukuran)
2,5% 9,03% 100%
Persentase pertumbuhan produk ber-SNI di pasar retail dalam negeri
1% 2,.5% 100%
Indeks kepuasan masyarakat terhadap efektivitas Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
4,40 Nilai 4,07 Nilai 92,5%
Rata-rata capaian SS 1 97,5%
Internal Process Perspective 2 Meningkatkan
Kapasitas dan Kualitas Pengembangan Standar
Jumlah Standar Nasional Indonesia (SNI) yang ditetapkan (masih aktif)
12.703 SNI 13.048 SNI 100%
Persentase SNI yang harmonis dengan standar internasional
50 % 59,74% 100%
Rata-rata capaian SS 2 100%
3 Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Pengelolaan Standar Nasional Satuan Ukuran
Jumlah Sertifikat Kalibrasi yang tertelusur ke Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU)
100.000 Sertifikat
77.911 Sertifikat
77,91%
Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang diakui internasional
130 Jenis
Layanan
133 Jenis
Layanan
100%
Rata-rata capaian SS 3 88,96%
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 7
No
Sasaran Strategis
IKU
Target
Realisasi
% capaian
4 Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Pengelolaan Akreditasi
Jumlah Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang diakreditasi
2.134 LPK 2.177 LPK 100%
Jumlah pengakuan akreditasi secara internasional
12 SKEMA 12 SKEMA 100%
Rata-rata capaian SS 4 100%
5 Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian
Persentase SNI yang diterapkan 10 % 25,3% 100%
Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan persyaratan SNI
70 % 70% 100%
Rata-rata capaian SS 5 100%
Perspektif Learning & Growth 6 Meningkatkan kinerja
sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional
Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi BSN
75,01 Nilai 72,71 Nilai 96,93%
Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN
70 (BB) Nilai 67,38 (B) Nilai
96,26%
Opini atas Laporan Keuangan BSN
WTP Opini WTP Opini 100%
Persentase Penerapan Budaya Kerja BSN
70 % 65,71% 93,87%
Rata-rata capaian SS 6 96,77%
Rata-rata Capaian BSN Tahun 2019
97,20%
Langkah-langkah ke depan yang harus dilakukan oleh BSN dalam upaya
memperbaiki kinerja dan menghadapi tantangan kedepan, antara lain:
a) Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antara BSN dengan pihak-pihak
terkait dan sinergi dalam kegiatan penyusunan, penerapan, dan
pengawasan standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia.
b) Meningkatkan bimbingan untuk industri khususnya UMK di bidang
standardisasi dan penilaian kesesuaian dengan melibatkan pemerintah
daerah terkait dalam mendukung penyusunan SNI sesuai potensi/kebutuhan
daerah dan dapat mendukung penerapan SNI di UMK.
c) Meningkatkan sosialisasi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian
terutama dalam hal sertifikasi SNI kepada masyarakat melalui berbagai
media publikasi, terutama yang berbasis Information Technology (IT).
8 2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 8
BAB I
PENDAHULUAN
9 2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 9
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu alasan penting ditetapkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian adalah adanya keyakinan
bahwa Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian menjadi pilar yang strategis untuk
meningkatkan daya saing terutama dalam melindungi pasar domestik,
memperkuat penetrasi produk nasional terhadap pasar luar negeri, turut serta
memberikan jaminan kepada masyarakat dalam hal keselamatan, keamanan,
kesehatan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Sejalan dengan hal tersebut, Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, sebagai
upaya untuk mewujudkan kemandirian dalam bidang ekonomi, Presiden
berkomitmen untuk mengembangkan kapasitas perdagangan nasional yang
dilakukan antara lain melalui implementasi dan pengembangan Standar Nasional
Indonesia (SNI) secara konsisten untuk mendorong daya saing produk nasional
dalam rangka penguasaan pasar domestik dan penetrasi pasar internasional serta
melindungi pasar domestik dari barang-barang berstandar rendah.
Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebagai Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (LPNK) memiliki tanggung jawab besar untuk melaksanakan amanah
tersebut. Maka dari itu melalui Rencana Strategis BSN Tahun 2015-2019, BSN telah
berkomitmen untuk mewujudkan infrastruktur mutu nasional yang handal untuk
meningkatkan daya saing dan kualitas hidup bangsa. Dalam mengupayakan
komitmen tersebut, BSN melaksanakan prinsip-prinsip good governance
sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999, dimana
salah satunya adalah azas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan dan hasil akhir dari
kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut
salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan Laporan Kinerja (LKj).
10 2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 10
Laporan Kinerja disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban
BSN dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama Tahun 2019 dalam rangka
melaksanakan misi dan mencapai visi BSN, serta sebagai alat kendali dan
pemacu peningkatan kinerja setiap unit kerja di lingkungan BSN, serta sebagai
salah satu alat untuk mendapatkan masukan bagi pemangku kepentingan demi
perbaikan kinerja BSN. Dasar penyusunan LKj BSN Tahun 2019 adalah :
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan
Penilaian Kesesuaian;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi
Nasional;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah;
5. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang
Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata
Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian;
6. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah;
7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah;
B. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi
Badan Standardisasi Nasional merupakan Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (LPNK) yang diberikan tugas oleh pemerintah untuk membina dan
mengkoordinasikan seluruh kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian di
Indonesia. Pembentukan BSN berdasarkan Keputusan Presiden No. 13 Tahun
1997 yang disempurnakan dengan Keputusan Presiden No. 166 Tahun 2000
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa
11 2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 11
kali diubah dan yang terakhir dengan Keputusan Presiden No. 4 Tahun 2018,
tentang Badan Standardisasi Nasional.
Dalam rangka meningkatkan pengembangan Standar Nasional
Indonesia (SNI), pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun
2000 tentang Standardisasi Nasional. Pada tanggal 14 September 2014,
Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian
Kesesuaian ditet apkan. Dengan adanya Undang-Undang tersebut, pemerintah
makin memperkuat eksistensi dan peran BSN dalam proses pembangunan di
Indonesia baik dalam konteks pembangunan fisik, pengelolaan sumber daya
alam yang efisien, serta pembangunan manusia Indonesia yang berdaya saing
tinggi.
Menyambut era globalisasi yang menuntut daya saing tinggi, serta
implementasi dari Undang-Undang No. 20 Tahun 2014, maka BSN berhasil
mereorganisasi dirinya yang memasukkan struktur baru yakni Kedeputian
Satuan Nasional Standar Ukuran (SNSU) pada tahun 2018. Dengan adanya
Kedeputian tersebut, maka BSN lebih bisa optimal mengimplementasikan
infrastruktur mutu (Standardisasi, Penilaian Kesesuaian, Metrologi) guna
mewujudkan sebuah sistem yang memungkinkan produk memenuhi kualitas
dan persyaratan Keselamatan, Keamanan, Kesehatan, dan Pelesterian
Lingkungan Hidup (K3L); hidup bisa lebih nyaman, aman dan teratur; harkat
dan martabat bangsa akan terangkat karena Indonesia bisa lebih bersaing
dengan internasional.
Untuk menjalankan tugas pokok tersebut, BSN menyelenggarakan fungsi:
1. Memfasilitasi para pemangku kepentingan dalam mengembangkan dan
memelihara SNI. Proses tersebut dilakukan oleh Komite Teknis Perumusan SNI
yang beranggotakan wakil dari produsen, konsumen, ahli/perguruan tinggi,
dan pemerintah. Penetapan SNI dilakukan oleh Kepala BSN melalui
Keputusan Kepala BSN
2. Terlibat aktif dalam berbagai Organisasi Internasional seperti ISO, IEC, CAC,
APEC, APLAC, ILAC, PAC, ASEAN, dan sebagainya. Partisipasi aktif BSN bisa
dalam bentuk hadir dalam sidang-sidang perumusan standard
internasional dalam rangka memperjuangkan kepentingan Indonesia,
maupun sebagai tuan rumah penyelenggaraan sidang/sebagai hosting.
12 2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 12
3. Sebagai sekretariat Komite Akreditasi Nasional (KAN) yang terus
mengembangkan skema akreditasi dan sertifikasi serta memperjuangkan
saling pengakuan di internasional, memungkinkan hasil sertifikasi dan uji
laboratorium yang dilakukan oleh Lembaga Penilaian Kesesuaian
Indonesia diakui dunia.
4. Mendorong pemerintah pusat, pemerintah daerah, asosiasi, industri, dan
perguruan tinggi untuk ikut serta berpartisipasi aktif mengembangkan dan
mempromosikan SNI. Upaya BSN mendorong pemangku kepentingan untuk
bersama-sama BSN melakukan kegiatan standarisasi dan penilaian
kesesuaian, dituangkan secara formal melalui penandatangan Naskah
Kerjasama (MOU).
5. Memberdayakan pelaku usaha untuk menerapkan SNI dengan berbagai
program insentif dan promosi serta penghargaan SNI Award bagi pelaku
usaha yang konsisten dan sangat baik/excellent dalam menerapkan SNI
6. Melakukan penelitian dan uji petik produk SNI di pasar yang hasilnya bisa
menjadi masukkan Kementerian terkait yang memiliki kapasitas sebagai
pengawas pasar. Kegiatan Penelitian yang dilakukan oleh BSN juga bisa
menjadi masukkan bagi kegiatan pengembangan dan pemeliharaan SNI.
7. Memberikan layanan informasi dan penjualan standar, baik SNI maupun
standar internasional
8. Menyelenggarakan kegiatan Standar Nasional Satuan Ukuran yang
memungkinkan kegiatan metrologi di Indonesia, diakui oleh dunia.
Badan Standardisasi Nasional dipimpin oleh Kepala. Dalam menjalankan
tugasnya, Kepala BSN dibantu oleh 1 (satu) Sekretaris Utama dan 4 (empat)
Deputi, yaitu : Deputi Bidang Pengembangan Standar, Deputi Bidang Penerapan
Standar dan Penilaian Kesesuaian, Deputi Bidang Akreditasi, dan Deputi Bidang
Standar Nasional Satuan Ukuran.
1. Sekretariat Utama; mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan
tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh
unit organisasi di lingkungan BSN.
2. Deputi Bidang Pengembangan Standar; mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan standar.
13 2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 13
3. Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian; bertugas
mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang penerapan
standar dan akreditasi.
4. Deputi Bidang Akreditasi; mempunyai tugas melaksanakan melaksanakan
penyusunan dan pelaksanakan kebijakan di bidang penyelenggaraan
akreditasi lembaga penilaian kesesuaian.
5. Deputi Bidang Standar Nasional Satuan Ukuran; mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pengelolaan standar nasional satuan ukuran.
Gambar 1.1 Struktur Organisasi BSN
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 14
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 15
Gambar 1.2 Profil SDM BSN Tahun 2019
C. Mandat dan Peran Strategis
Dalam menghadapi era globalisasi, beberapa negara sepakat untuk membentuk
organisasi perdagangan dunia (World Trade Organization, WTO). Indonesia telah
meratifikasi Perjanjian Pembentukan WTO melalui Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1994
tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan
Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia). Untuk mengurangi hambatan teknis
dalam perdagangan, WTO mengatur penurunan tarif secara bertahap dan instrumen
non-tarif. Adapun instrumen non-tarif ini diatur antara lain melalui perjanjian
Hambatan Teknis dalam Perdagangan (Technical Barriers to Trade, TBT) dan perjanjian
Sanitary and Phytosanitary (SPS). Perjanjian TBT disusun untuk menjamin agar standar,
regulasi teknis, dan prosedur penilaian kesesuaian tidak menimbulkan hambatan teknis
yang tidak perlu dalam perdagangan. Perjanjian SPS disusun untuk mengatur
perlindungan terhadap kehidupan dan kesehatan manusia, hewan, dan tanaman.
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 16
Implikasi dari pelaksanaan UU tersebut di atas, Indonesia tentunya harus siap
dengan keadaan dimana tidak ada lagi pembatasan lalu lintas perdagangan antar
negara melalui tarif. Pemberlakuan standar merupakan salah satu instrumen yang
memungkinkan pembatasan tersebut. Tahun 2015 merupakan momentum awal mulai
diberlakukannnya mekanisme tersebut dalam lingkup regional ASEAN dengan
diimplementasikannya ASEAN Economic Community (AEC) atau lebih dikenal dengan
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). ASEAN sebagai masyarakat ekonomi dengan basis
produksi dan pasar tunggal semestinya menjadi langkah strategis utama bagi Indonesia,
untuk melangkah dan merebut pasar global yang lebih luas.
Ketentuan Umum Standar dan Kesesuaian (Common Rules of Standards and
Conformance), sebagai salah satu pilar utama yang diperlukan untuk dapat
mewujudkan aliran barang secara bebas di pasar ASEAN, harus digunakan sebagai basis
pengembangan Infrastruktur Mutu Nasional. Dengan ketersediaan infrastruktur mutu yang
memadai, Indonesia akan mampu memenuhi kewajibannya untuk melindungi
kepentingan bangsa dan negara serta mendorong daya saing nasional di kancah AEC
dan aliansi ekonomi regional dan internasional lainnya.
Kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian juga diharapkan mampu
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk nasional di pasar domestik.
Kepercayaan masyarakat dibangun dengan memberikan keyakinan bahwa hanya
produk yang telah memenuhi SNI yang mampu memberikan jaminan mutu yang sesuai,
mampu melindungi keselamatan, keamanan, kesehatan serta menjamin fungsi
lingkungan hidup. Kepercayaan masyarakat tersebut dibuktikan melalui kesadaran atau
keinginan masyarakat untuk membeli produk bertanda SNI. Masyarakat sadar bahwa
produk yang memenuhi persyaratan SNI memiliki nilai tambah dibandingkan dengan
produk yang tidak memenuhi persyaratan SNI.
Beberapa kendala yang masih dihadapi dalam kaitannya dengan implementasi
standardisasi dan penilaian kesesuaian, antara lain:
1. Kurangnya kesadaran pelaku usaha terhadap standar. Hal ini tampak dari sebagian
besar SNI diterapkan oleh pelaku usaha sebagai respon dari pemberlakuan regulasi SNI
secara wajib.
2. Kurangnya kesadaran dan kepercayaan konsumen tentang pentingnya standar
untuk melindungi kepentingannya. Konsumen kalangan menengah keatas akan
memilih barang karena merek (telah lolos uji standar tertentu, baik SNI maupun non
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 17
SNI), sedangkan bagi kalangan bawah dengan kemampuan finansial terbatas akan
memilih barang karena pertimbangan harga yang murah);
3. Kurang tepatnya kebijakan dalam penerapan standar. Hal ini tampak dari titik berat
program penerapan standar dilakukan melalui pemberlakuan SNI secara wajib dan
belum mencakup pemberian informasi dan insentif kepada pelaku usaha untuk dapat
memanfaatkan pasar yang lebih besar, padahal SNI hanya dapat diberlakukan
secara wajib dengan alasan perlindungan kepentingan publik dan lingkungan, serta
hanya berlaku di wilayah teritorial Republik Indonesia;
4. Masih perlunya koordinasi antar intansi K/L dalam program pembinaan untuk
mendorong penerapan standar bagi pelaku usaha, terutama UMK untuk mendorong
produk UKM yang telah ber-SNI di desa masuk ke pasar retail modern dan mendorong
produk UKM yang telah memenuhi SNI dapat memperluas distribusinya ke luar negeri.
5. Masih perlunya koordinasi antar instansi pemerintahan dalam rangka penerapan
produk - produk ber-SNI terutama SNI Wajib.
6. Masih lemahnya penegakan hukum bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan
praktek penerapan standar, sehingga dapat merugikan pelaku usaha yang sungguh-
sungguh telah menerapkan standar;
7. Kurangnya infrastruktur mutu baik lembaga sertifikasi produk, laboratorium penguji dan
laboratorium kalibrasi yang terdistribusi secara merata di wilayah Indonesia, sehingga
menyulitkan pelaku usaha dalam proses pengujian dan sertifikasi dan berdampak
biaya tinggi.
D. Sistematika Laporan
Sistematika penyajian Laporan Kinerja BSN Tahun 2019 adalah sebagai berikut:
1. Ringkasan Eksekutif
Bagian ini menguraikan secara singkat tentang tujuan dan sasaran yang akan
dicapai beserta hasil capaian, kendala-kendala yang dihadapi dalam
mencapai tujuan dan sasaran, langkah-langkah yang diambil, serta langkah
antisipatifnya.
2. Bab I Pendahuluan
Bagian ini menguraikan tentang tugas, fungsi dan struktur organisasi, peran
strategis BSN, dan sistematika laporan.
3. Bab II Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
Bagian ini menguraikan tentang kondisi umum, tujuan dan arah kebijakan.
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 18
4. Bab III Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
Bagian ini menguraikan tentang rencana strategis dan penetapan/perjanjian
kinerja BSN Tahun 2019.
5. Bab IV Akuntabilitas Kinerja
Bagian ini menguraikan tentang pengukuran, sasaran dan akuntabilitas
pencapaian kinerja serta realisasi anggaran BSN Tahun 2019.
6. Bab V Penutup
Bagian ini menguraikan tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian
sasaran yang telah ditetapkan, permasalahan dan kendala, serta strategi
pemecahannya untuk tahun mendatang.
19
BAB II STANDARDISASI DAN
PENILAIAN KESESUAIAN
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 20
BAB II STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN
A. Kondisi Umum
Infrastruktur mutu nasional, yang diatur dalam Undang – Undang Nomor 20
tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian meliputi Standardisasi,
Akreditasi, dan Penilaian Kesesuian. BSN sebagai lembaga yang bertanggung jawab
dalam kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia perlu
memastikan bahwa pelaksanaan perencanaan SNI, perumusan SNI, penetapan SNI,
penerapan dan pemberlakuan SNI, pemeliharaan SNI, pengujian, inspeksi, sertifikasi,
akreditasi, pengelolaan standar nasional satuan ukuran, pengendalian tanda SNI,
dan sistem informasi standardisasi dan penilaian kesesuaian sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
BSN menetapkan SNI, berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga
pemerintah lainnya, mengkoordinasikan fungsi dan kegiatan perumusan SNI dengan
melibatkan seluruh pemangku kepentingan bidang standardisasi dan penilaian
kesesuaian, dengan prinsip-prinsip perumusan SNI sebagaimana yang diatur dalam
Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) 01:2015 yaitu prinsip transparansi dan
keterbukaan, konsensus dan tidak memihak, efektif dan relevan, koheren dan
dimensi pengembangan. Perumusan SNI juga harus harmonis dengan kaidah-kaidah
yang berlaku di badan standar tingkat Internasional, seperti ISO, IEC, dan Codex
Alimentarius. BSN diberikan amanah oleh UU Nomor 20 tahun 2014 untuk mengelola
seluruh Komite Teknis ke BSN yang berjumlah 146 Komtek dari 20 K/L terkait.
Indonesia saat ini telah menetapkan 13.048 SNI dengan rincian 10.629 SNI aktif
dan 2.201 telah diabolisi/tidak berlaku yang mencakup berbagai standar produk,
sistem, proses, maupun metode pengujian. Diantara 10.069 SNI yang masih aktif,
sebanyak 205 SNI diantaranya diberlakukan secara wajib. Penerapan SNI dilakukan
oleh pelaku usaha/industri/personel dengan 12.501 Pelaku industri/organisasi
pemegang SPPT SNI. Sertifikat diberikan apabila telah dinyatakan memenuhi SNI oleh
lembaga sertifikasi. Sampai saat ini lebih dari 63.000 penerap yang meliputi produk,
sistem manajemen, HACCP, ekolabel, personel, legalitas kayu, dan pangan organik.
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 21
Selain itu BSN juga ditugaskan untuk membina role model UKM bersertifikasi SNI
sebanyak 10.000 UKM hingga tahun 2025 untuk mendorong daya saing 52 juta
UKM Indonesia, hingga saat ini BSN telah membina 464 role model UKM.
Sesuai Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 2001 tentang Komite Akreditasi
Nasional, untuk melaksanakan tugas BSN di bidang akreditasi, pemerintah
membentuk Komite Akreditasi Nasional (KAN). KAN bertanggung jawab melakukan
akreditasi terhadap lembaga penilaian kesesuaian (LPK), antara lain laboratorium,
lembaga sertifikasi produk, lembaga sertifikasi sistem manajemen, lembaga
sertifikasi personel (termasuk profesi), lembaga inspeksi, serta lembaga penilaian
kesesuaian lainnya yang terkait dengan kegiatan kerjasama akreditasi internasional
dalam lingkup International Laboratory Accreditation Cooperation (ILAC) dan
International Accreditation Forum (IAF). LPK dapat berupa lembaga pemerintah
maupun lembaga non-pemerintah dengan persyaratan kompetensi tertentu.
Persyaratan kompetensi tersebut harus harmonis dengan persyaratan internasional
(dalam forum ILAC dan IAF). KAN dapat mengembangkan sistem akreditasi LPK yang
diperlukan dan mengupayakan pengakuan internasional melalui ILAC dan IAF. Untuk
mendukung fungsi akreditasi KAN, BSN telah berhasil membuat 49 skema akreditasi.
Penerapan SNI didukung oleh sekitar 1.823 LPK dengan rincian 1.474
laboratorium, 13 penyelenggara uji profisiensi, 80 lembaga inspeksi, dan 256 lembaga
sertifikasi yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasonal. Hasil uji, kalibrasi,
dan sertifikasi oleh lembaga penilaian kesesuaian yang diakreditasi oleh KAN
tersebut, pada saat ini telah diakui di tingkat regional maupun internasional melalui
perjanjian saling pengakuan antara KAN dengan badan-badan akreditasi negara
lain, anggota Asia Pacific Laboratory Accreditation Cooperation (APLAC), Pacific
Accreditation Cooperation (PAC), International Laboratory Accrediitation
Cooperation (ILAC), dan International Accreditation Forum (IAF).
Dalam pengembangan standar nasional, Indonesia telah menjadi anggota the
International Organization for Standardization (ISO), International Electrotechnical
Committee (IEC), CODEX Alimentarius Commission (CAC), dan International
Telecommunication Union (ITU). Keanggotaan Indonesia di dalam organisasi
pengembangan standar internasional tersebut, tentunya harus dapat
dimanfaatkan sebagai basis pengembangan SNI dan basis untuk memperoleh
informasi tentang pengembangan standardisasi di negara-negara lain. Partisipasi
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 22
dalam organisasi standardisasi internasional tersebut dapat memperjuangkan
kepentingan Indonesia dalam mendukung ekonomi nasional.
Dalam pengelolaan standar nasional satuan ukuran (SNSU), BSN berkoordinasi
dengan lembaga yang berada di dalam koordinasi Kementrian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi, antara lain Pusat Penelitian Metrologi LIPI dan Pusat Teknologi
Kedokteran dan Metrologi Radiasi BATAN, yang baru mencakup besaran fisik,
sedangkan untuk pengukuran kimia baru pada tahap pengembangan oleh Pusat
Penelitian Kimia LIPI dan belum memulai proses untuk memperoleh pengakuan
internasional. Kebutuhan acuan pengukuran selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan teknologi dan proses produksi. Ke depan, pengelolaan SNSU perlu
memperluas cakupan untuk pengukuran mikrobiologi, alat kesehatan, biomedis, in-
vitro diagnostik, laboratorium obat, pengukuran nano, dan berbagai pengukuran lain
yang dibutuhkan sesuai perkembangan teknologi. Mikrobiologi dan alat kesehatan
akan dikembangkan oleh BSN berdasarkan amanat dalam RPJMN 2015-
2019.
Di dalam pengelolaan teknis ilmiah Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU),
Indonesia telah menjadi anggota Convention du Metre, telah berpartisipasi dalam
Committe Interational des Poids et Mesures (CIPM) Multilateral Recognition
Arrangement, dan telah memperoleh pengakuan terhadap 362 kemampuan teknis
pengelolaan dan diseminasi SNSU yang diakui di seluruh dunia serta dipublikasikan di
dalam basis data acuan pengukuran dunia, Appendix C of CIPM MRA
(www.bipm.org/kcdb/apendixC). Namun, saat ini jumlah kemampuan kalibrasi dan
pengukuran Indonesia berada sangat jauh di bawah China, Korea, dan bahkan di
bawah negara-negara yang baru menjadi anggota Konvensi Meter pada decade
1990–2000an. Untuk itu sedang dilakukan penataan kelembagaan melalui re-
organisasi BSN untuk mengintegrasikan pengelolaan Standardisasi, Akreditasi dan
SNSU
Pada prinsipnya penerapan SNI bersifat sukarela, namun untuk kepentingan
keselamatan, kesehatan, keamanan dan perlindungan fungsi lingkungan hidup,
instansi Pemerintah (regulator) yang berwenang dapat memberlakukan SNI secara
wajib. Dalam pemberlakuan SNI wajib, masih terdapat kelemahan dalam
pengawasan dan penegakan hukum sehingga di pasar masih banyak dijumpai
produk-produk domestik maupun produk impor yang tidak memenuhi persyaratan
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 23
tersebut. Pemerintah diharapkan dapat mengimplementasikan Good Regulatory
Practices (GRP) secara efektif untuk memastikan pemenuhan minimal yang
ditetapkan di dalam regulasi teknis berbasis SNI. Untuk penyiapan pelaku usaha
dalam menerapkan SNI, diperlukan pembinaan melalui bimbingan penerapan SNI
dan pemberian insentif sertifikasi pada pelaku usaha terutama UKM.
Peran serta masyarakat dalam standardisasi dan penilaian kesesuaian tidak
hanya sebagai konsumen yang pasif, namun bisa dimulai dari proses perencanaan
standar sampai dengan penerapan dan pengawasan. Peran tersebut dapat
ditingkatkan melalui upaya pemasyarakatan pada seluruh pemangku kepentingan
melalui berbagai media, termasuk penggunaan teknologi informasi dan didukung
dengan dokumentasi standar yang memadai. Peningkatkan budaya standar
diperlukan untuk pencapaian tujuan dan sasaran pengembangan standardisasi
nasional yang sangat bergantung pada kesadaran seluruh pihak.
Lebih lanjut Proses Bisnis Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
dalam UU No. 20 tahun 2014 dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1. Proses Bisnis Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
dalam UU No. 20 tahun 2014
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 24
B. Tujuan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian di Indonesia diatur dalam Undang–
Undang Nomor 20 tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian yang
mencakup Metrologi Teknik, Standar, Pengujian, dan Mutu. Konsep tersebut
mengacu pada konsep internasional tentang Measurement, Standard, Testing and
Quality Management (MSTQ) Infrastructure, yang bertujuan untuk:
1. Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan
masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun
pelestarian fungsi lingkungan hidup;
2. Membantu kelancaran perdagangan;
3. Mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan.
Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian merupakan salah satu instrumen yang
diharapkan mampu meningkatkan daya saing nasional. Hal ini menjadi salah satu
alasan ditetapkannya UU Nomor 20 Tahun 2014 tersebut. Dalam konteks standardisasi
dan penilaian kesesuaian, peningkatan daya saing nasional dilakukan melalui upaya:
1. Peningkatan jaminan mutu, efisiensi produksi, daya saing nasional,
persaingan usaha yang sehat dan transparan dalam perdagangan, kepastian
usaha, dan kemampuan pelaku usaha, serta kemampuan inovasi teknologi;
2. Peningkatan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja,
dan masyarakat lainnya, serta negara, baik dari aspek keselamatan,
keamanan, kesehatan, maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan
3. Peningkatan kepastian, kelancaran, dan efisiensi transaksi perdagangan
barang dan/atau jasa di dalam negeri dan luar negeri meningkatkan
perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan
masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
C. Arah Kebijakan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
Sejalan dengan dasar hukum penetapan standardisasi nasional serta
tantangan yang dihadapi serta mempertimbangkan rencana pembangunan
jangka panjang nasional 2015-2025 yang menjadi basis pembangunan ekonomi
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 25
Indonesia sampai dengan tahun 2025, tujuan Standardisasi Nasional 2015-2025
adalah “mewujudkan sistem standardisasi nasional untuk meningkatkan daya saing
dan kualitas hidup bangsa”.
Sebagai ukuran tercapainya tujuan standardisasi nasional dalam kurun waktu
10 tahun mendatang, pengembangan standardisasi nasional 2015-2025 diarahkan
untuk mencapai sasaran pokok untuk masing-masing tujuan sebagai berikut:
1. Terwujudnya sistem standardisasi nasional untuk melindungi keselamatan,
keamanan, dan kesehatan masyarakat serta kelestarian lingkungan hidup;
2. Terwujudnya sistem standardisasi nasional untuk meningkatkan kepercayaan
terhadap produk nasional di pasar domestik;
3. Terwujudnya sistem standarisasi nasional untuk membuka akses produk
nasional ke pasar global;
4. Terwujudnya sistem standardisasi nasional sebagai platform sistem inovasi
nasional;
5. Terwujudnya sistem standardisasi nasional untuk meningkatkan keunggulan
kompetitif produk nasional.
Gambar 2.2. Tahapan dan Skala Prioritas Pencapaian Strategi Standardisasi
Nasional 2015-2025
Gambar 2.3. Strategi Pengembangan Standardisasi Nasional
D. Arah Kebijakan Nasional
Sesuai Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018, BSN bertugas untuk
mengembangkan dan membina kegiatan standardisasi nasional, terus-menerus
mengupayakan penguatan infrastruktur mutu tersebut dalam rangka
meningkatkan daya saing nasional. Infrastruktur mutu tersebut terdiri dari tiga pilar
yakni: (1) standardisasi; (2) penilaian kesesuaian; dan (3) metrologi untuk
mendukung penerapan SNI.
Prioritas Pembangunan bidang Standardisasi ditujukan untuk mendukung
produk nasional dalam menghadapi proses globalisasi. Standardisasi nasional
diupayakan dapat meningkatkan pengembangan harmonisasi SNI terhadap
standar internasional, sebagai bagian strategi memperlancar perdagangan
produk-produk Indonesia di pasar internasional. Dalam mengembangkan
standar dan penilaian kesesuaian untuk mengurangi hambatan perdagangan
tersebut, Indonesia berperan aktif juga dalam organisasi di tingkat regional
ASEAN, pasifik serta internasional.
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 27
27
BAB III
PERENCANAAN STRATEGIS DAN PERJANJIAN KINERJA
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 28
BAB III PERENCANAAN STRATEGIS DAN PERJANJIAN KINERJA
Dalam upaya untuk memperkuat peran BSN dalam melaksanakan tugas di
bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia, BSN telah menetapkan
visi dan misi sebagaimana tertuang dalam RENSTRA BSN tahun 2015-2019. Untuk
mencapai visi dan misi tersebut, BSN telah menetapkan kinerja organisasi dengan
menggunakan pendekatan Balanced Scorecard (BSC), agar pengelolaan kinerja
BSN dapat dilakukan secara terukur dan terstruktur dengan penekanan pada
empat perspektif yang berimbang dan di “cascading” (diturunkan) dari tingkat
organisasi sampai sampai dengan tingkat staf (Sasaran Kinerja Pegawai, SKP). Hal
tersebut dilakukan dalam rangka mendukung penguatan pelaksanaan Reformasi
Birokrasi BSN dan pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) yang lebih baik.
A. Perencanaan Strategis
Badan Standardisasi Nasional bertanggung jawab dalam menjalankan
sebagian urusan pemerintahan di bidang standardisasi secara nasional. Dalam
kurun waktu 2015-2019 dengan berorientasi kepada hasil yang ingin dicapai selama
5 (lima) tahun dan memperhitungkan potensi, peluang, serta kendala yang ada
maupun tantangan yang mungkin terjadi, BSN diharapkan menjadi lembaga yang
terdepan dalam mengupayakan tujuan standardisasi nasional.
Untuk merealisasikan dan mewujudkan tujuan standardisasi nasional maka
Kepala BSN menetapkan visi berikut:
VISI
“Terwujudnya infrastruktur mutu nasional yang handal untuk
meningkatkan daya saing dan kualitas hidup bangsa”
Untuk mewujudkan visi standardisasi dan penilaian kesesuian tersebut,
maka misi yang diemban oleh BSN adalah :
MISI 1. Merumuskan, menetapkan, dan memelihara Standar
Nasional Indonesia (SNI) yang berkualitas dan bermanfaat bagi pemangku kepentingan.
2. Mengembangkan dan mengelola Sistem Penerapan
Standar, Penilaian Kesesuaian, dan Ketertelusuran
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 29
Pengukuran yang handal untuk mendukung
implementasi kebijakan nasional di bidang Standardisasi
dan Penilaian Kesesuaian.
3. Mengembangkan budaya, kompetensi, dan sistem
informasi di bidang Standardisasi dan Penilaian
Kesesuaian sebagai upaya untuk meningkatkan
efektifitas implementasi Sistem Standardisasi dan
Penilaian Kesesuaian.
4. Merumuskan, mengoordinasikan, dan mengevaluasi
pelaksanaan Kebijakan Nasional, Sistem dan Pedoman
di bidang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian yang
efektif untuk mendukung daya saing dan kualitas hidup
bangsa.
SASARAN
STRATEGIS
Stakeholder Perspective SS 1. Terwujudnya daya saing produk berstandar dipasar domestik dan global, dengan IKU:
1. Persentase pertumbuhan ekspor Produk Nasional yang didukung SNI, Laboratorium, Lembaga Sertifikasi dan Metrologi (Standar Nasional Satuan Ukuran).
2. Persentase pertumbuhan produk ber-SNI di pasar retail dalam negeri.
3. Indeks kepuasan masyarakat terhadap efektivitas Sistem
Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian.
Internal Process Perspective
SS 2. Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Pengembangan
Standar, dengan IKU: 4. Jumlah Standar Nasional Indonesia (SNI) yang
ditetapkan (masih aktif). 5. Persentase SNI yang harmonis dengan standar
internasional. SS 3. Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Pengelolaan Standar
Nasional Satuan Ukuran, dengan IKU:
6. Jumlah Sertifikat Kalibrasi yang tertelusur ke Standar
Nasional Satuan Ukuran (SNSU).
7. Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang diakui internasional.
SS 4. Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Pengelolaan Akreditasi, dengan IKU:
8. Jumlah Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang diakreditasi
9. Jumlah pengakuan akreditasi secara Internasional
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 30
SASARAN
STRATEGIS
SS 5. Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian, dengan IKU:
10. Presentase SNI yang diterapkan 11. Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan
persyaratan SNI
Perspektif Learning & Growth SS 6. Meningkatkan kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional, dengan IKU:
12. Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi BSN
13. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN
14. Opini Laporan Keuangan BSN
15. Persentase Penerapan Budaya Kerja BSN
TUJUAN 1. Mewujudkan sistem pengembangan SNI yang efektif dan efisien
mendukung daya saing dan kualitas hidup bangsa.
2. Mewujudkan sistem penerapan standar, penilaian kesesuaian, dan
ketelusuran pengukuran yang efektif dan efisien mendukung daya
saing dan kualitas hidup bangsa.
3. Mewujudkan peningkatan budaya mutu, kompetensi, dan efektivitas
sistem informasi standardisasi dan penilaian kesesuaian.
4. Mewujudkan tata kelola yang efektif, efisien, dan akuntabel.
Sasaran dan IKU ini merupakan revisi ke 5 (Lima) dari Renstra BSN 2015-
2019. Perubahan ini merupakan tindaklanjut dari hasil penilaian Kemenpan
dan RB.
Berdasarkan Sasaran Strategis tersebut, BSN menetapkan 4 (empat) arah
kebijakan sebagai berikut:
KEBIJAKAN 1. Meningkatkan kualitas SNI sesuai dengan kebutuhan
pasar.
2. Meningkatkan kualitas sistem dan infrastruktur penerapan
standar dan penilaian kesesuaian.
3. Membangun budaya standar.
4. Memperkuat kelembagaan dan peran BSN.
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 31
PETA STRATEGIS
Dalam pendekatan Balanced Scorecard (BSC), BSN telah memetakan 6 (enam)
sasaran strategis menjadi 4 (empat) perspective, yaitu :
1. Stakeholder perspective
2. Customer perspective
3. Internal process perspective
4. Learning and growth perspective
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 32
B. Rencana Kerja dan Anggaran
Dengan memperhatikan RKP 2019 dan berpedoman pada Renstra BSN
2015-2019, BSN menyusun Rencana Kerja (Renja) yang memuat kebijakan,
program, dan kegiatan yang meliputi kegiatan pokok serta kegiatan
pendukung untuk mencapai sasaran program, dan dirinci menurut indikator
keluaran, sasaran keluaran pada tahun rencana, prakiraan sasaran tahun
berikutnya, pagu anggaran, serta cara pelaksanaannya.
Dari Renja yang telah disusun dan pagu anggaran yang telah
ditetapkan, BSN menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) yang memuat
informasi kinerja yang meliputi program, kegiatan dan sasaran kinerja, serta
rincian anggaran. Informasi pendanaan dalam RKA memuat informasi Rincian
Anggaran, antara lain: output, komponen input, jenis belanja, dan kelompok
belanja.
Dengan memperhatikan RKP 2019 dan berpedoman pada Renstra 2015-
2019, BSN menyusun Rencana Kerja (Renja) yang memuat kebijakan, program,
dan kegiatan yang meliputi kegiatan pokok serta kegiatan pendukung untuk
mencapai sasaran program, dan dirinci menurut indikator keluaran, sasaran
keluaran pada tahun rencana, prakiraan sasaran tahun berikutnya, pagu
anggaran, serta cara pelaksanaannya. Dari Renja yang telah disusun dan pagu
anggaran yang telah ditetapkan, BSN menyusun Rencana Kerja dan Anggaran
(RKA) yang memuat informasi kinerja yang meliputi program, kegiatan dan
sasaran kinerja, serta rincian anggaran. Informasi pendanaan dalam RKA
memuat informasi Rincian Anggaran, antara lain: output, komponen input, jenis
belanja, dan kelompok belanja.
BSN pada tahun 2019 mendapatkan total pagu anggaran sebesar
Rp.245.736.441.000,-. yang digunakan untuk melaksanakan 2 (dua) program
dengan rincian alokasi anggaran sebagai berikut:
(1) Program Pengembangan Standardisasi Nasional sebesar
Rp. 125.389.506.000,-
(2) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BSN
sebesar Rp.120.346.935.000,-
Rincian alokasi anggaran berdasarkan program dan kegiatan disajikan
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Alokasi anggaran BSN tahun 2019 berdasarkan Program dan Kegiatan
KODE
PROGRAM/KEGIATAN
ANGGARAN (Rp)
84 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 245.736.441.000
084.01.01 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BSN
125.389.506.000
3549 Peningkatan Pelayanan Sumber Daya Manusia, Organisasi dan Hukum
5.197.407.000
3550 Peningkatan Pelayanan Perencanaan, Keuangan dan Umum 116.149.128.000
3551 Peningkatan Penyelenggaraan Pengawasan Internal BSN 786.237.000
4176 Peningkatan Pelayanan Humas, Kerjasama dan Layanan Informasi
3.256.734.000
084.01.06 Program Pengembangan Standardisasi Nasional 120.346.935.000
3553 Pengembangan Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (SPK)
777.081.000
3554 Peningkatan Akreditasi Laboratorium 68.060.551.000
3555 Peningkatan Akreditasi Lembaga Inspeksi dan Lembaga Sertifikasi
9.185.109.000
3556 Peningkatan Data dan Sistem Informasi 2.325.383.000
3558 Peningkatan Penguatan Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian
11.821.577.000
3559 Peningkatan Riset dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
4.834.034.000
3560 Peningkatan Pengembangan Standar Agro, Kimia, Kesehatan dan Halal
6.090.020.000
3561 Peningkatan Sistem Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian
4.667.628.000
4177 Peningkatan Sistem dan Harmonisasi Akreditasi 6.532.851.000
4178 Peningkatan Standar Nasional Satuan Ukuran Mekanika Radiasi dan Biologi
2.023.491.000
4179 Peningkatan Standar Nasional Satuan Ukuran Termoelektrik dan Kimia
1.827.171.000
4180 Peningkatan Pengembangan Standar Mekanika, Energi, Elektronika, Transportasi
995.182.000
4181 Peningkatan Pengembangan Standar,Infrastruktur, Penilaian Kesesuaian
1.206.857.000
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 34
33
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 34
No.
Sasaran Strategis
IKU
Target
Stakeholder Perspective SS 1 Terwujudnya daya saing
produk berstandar dipasar domestik dan global
1. Persentase pertumbuhan ekspor Produk Nasional 2.5%
yang didukung SNI, Laboratorium, Lembaga
Sertifikasi dan Metrologi (Standar Nasional
Satuan Ukuran)
2. Persentase pertumbuhan produk ber-SNI di 1% pasar retail dalam negeri
3. Indeks kepuasan masyarakat terhadap 4.40 Nilai efektivitas Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
Internal Process Perspective
SS 2 Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Pengembangan Standar
4. Jumlah Standar Nasional Indonesia (SNI) yang 12.703 SNI ditetapkan (masih aktif)
5. Persentase SNI yang harmonis dengan standar 50% internasional
SS3 Meningkatkan Kapasitas dan
Kualitas Pengelolaan Standar Nasional Satuan Ukuran
6. Jumlah Sertifikat Kalibrasi yang tertelusur ke 100.000 Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU) Sertifikat
7. Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi 130 Jenis yang diakui internasional Layanan
300.000.000.000
PAGU VS REALISASI 2015 - 2019
250.000.000.000
245.736.441.000 241.520.103.216
200.000.000.000
164.811.970.000
165.504.554.000
183.641.416.000
177.987.242.000
150.000.000.000
100.000.000.000
157.450.708.845 126.178.139.000
119.816.128.032
156.444.731.851
50.000.000.000
0
2015 2016 2017 2018 2019
Gambar 3.2 Grafik Pagu vs Realisasi Anggaran BSN 2015 - 2019
C. Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja BSN tahun 2019 yang dijabarkan ke dalam IKU BSN
sebagaimana Tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2 Perjanjian Kinerja BSN Tahun 2019
No.
Sasaran Strategis
IKU
Target
SS4 Meningkatkan Kapasitas dan
Kualitas Pengelolaan Akreditasi
8. Jumlah Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang 2.134 LPK diakreditasi
9. Jumlah pengakuan akreditasi secara internasional 12 SKEMA
SS 5 Meningkatkan Kapasitas dan
Kualitas Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian
10. Persentase SNI yang diterapkan 10 % 11. Persentase produk bertanda SNI yang sesuai 70 %
dengan persyaratan SNI
Perspektif Learning & Growth
SS 6 Meningkatkan kinerja sistem
pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional
12. Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi BSN 75.01 Nilai
13. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN 70 (BB) Nilai
14. Opini atas Laporan Keuangan BSN WTP Opini
15. Persentase Penerapan Budaya Kerja BSN 70 %
35
Laporan Kinerja BSN tahun 2019 36
BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA
BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Indikator Kinerja Utama
Dari adanya perubahan struktur organisasi Badan Standardisasi Nasional
berdasarkan Peraturan Badan Standardisasi Nasional Nomor 10 Tahun 2018 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional, Maka dipandang perlu
dilakukan perubahan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Badan Standardisasi
Nasional.
Oleh karena itu melalui keputusan kepala Bsn Nomor Keputusan Kepala Badan
Standardisasi Nasional, Nomor : 201a/Kep/Bsn/5/2019 Tentang: Perubahan Kelima
Atas Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 28a/Kep/Bsn/2/2015
Tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Di Lingkungan Badan Standardisasi
Nasional Tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Badan
Standardisasi Nasional.
Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan kegiatan program sesuai dengan sasaran yang telah
ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi BSN. Pengukuran kinerja yang
dimaksud merupakan hasil dari suatu penilaian yang didasarkan pada Indikator
Kinerja Utama (IKU) yang telah disepakati dalam Penetapan Kinerja BSN tahun 2019.
Secara ringkas capaian kinerja BSN tahun 2019 sebagaimana Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Capaian Kinerja BSN tahun 2019
No. Sasaran
Strategis IKU Target Realisasi % capaian
Stakeholder Perspective
1 Terwujudnya daya saing produk berstandar dipasar domestik dan global
1. Persentase pertumbuhan ekspor Produk Nasional yang didukung SNI, Laboratorium, Lembaga Sertifikasi dan Metrologi (Standar Nasional Satuan Ukuran)
2.5% 9.03% 100%
2. Persentase pertumbuhan produk ber-SNI di pasar retail dalam negeri
1% 2.5% 100%
3. Indeks kepuasan masyarakat terhadap efektivitas Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
4.40 Nilai 4.07 Nilai 100%
Internal Process Perspective
2 Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Pengembangan standar
4. Jumlah Standar Nasional Indonesia (SNI) yang ditetapkan (masih aktif)
12.703 SNI 13.048 SNI 100%
5. Persentase SNI yang harmonis dengan standar internasional
50% 59.74% 100%.
3 Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Pengelolaan Standar Nasional Satuan Ukuran 6. Jumlah Sertifikat Kalibrasi yang tertelusur
ke Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU)
100.000 Sertifikat
77.991 Sertifikat
77.91%
7. Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang diakui internasional
130 Jenis
Layanan
133 Jenis
Layanan
100 %
4 Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Pengelolaan Akreditasi 8. Jumlah Lembaga Penilaian Kesesuaian
(LPK) yang diakreditasi 2.134 LPK 2.177 LPK 100%
9. Jumlah pengakuan akreditasi secara internasional
12 SKEMA 12 SKEMA 100%
5 Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian 10. Persentase SNI yang diterapkan 10% 25.3% 100%
11. Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan persyaratan SNI
70% 70% 100%
Learning and Growth Perspective
6 Meningkatkan kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional
12. Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi (Nilai PMPRB)
75.01 Nilai
72.71 Nilai
96.93%
13. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN 70 (BB) Nilai
67.38 (B) Nilai
96.26%
14. Opini atas Laporan Keuangan BSN WTP Opini
WTP Opini
100%
15. Persentase Penerapan Budaya Kerja BSN 70% 65.71 93,87%
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 39
SASARAN STRATEGIS
1
Terwujudnya daya saing produk berstandar di pasar domestik dan global
Sasaran Strategis Terwujudnya daya saing produk berstandar dipasar domestik
dan global. Untuk implementasi ini disusun 3 indikator, yaitu :
1. Persentase pertumbuhan ekspor Produk Nasional yang didukung SNI,
Laboratorium, Lembaga Sertifikasi dan Metrologi (Standar Nasional Satuan
ukuran).
2. Persentase pertumbuhan produk ber-SNI di pasar retail dalam negeri.
3. Indeks kepuasan masyarakat terhadap efektivitas Sistem Standardisasi dan
Penilaian Kesesuaian
Pencapaian rata – rata dari ketiga indikator diatas pada Tahun 2019 ini telah
mencapai target 100% yang telah dilaksanakan melalui beberapa pelaksanaan
kegiatan seperti survei, penelitian hingga pengolahan data.
Adapun penjelasan capaian atas ketiga indikator sebagai berikut :
Indikator 1. Persentase pertumbuhan ekspor Produk Nasional yang didukung SNI,
Laboratorium, Lembaga Sertifikasi dan Metrologi (Standar Nasional
Satuan Ukuran)
Tabel 4.2 Target, Realisasi dan Capaian IKU 1
No
Indikator Kinerja
Satuan
Capaian s.d 2019
(Kumulatif) Capaian
2019
Capaian 2019
Target Realisasi % Target % Capaian
1 Persentase
pertumbuhan ekspor
Produk Nasional yang didukung SNI,
Laboratorium,
Lembaga Sertifikasi
dan Metrologi
(Standar Nasional
Satuan Ukuran)
Persentase IKU baru
2,5 % 9,03 % 100% 2,5% 100%
Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase pertumbuhan ekspor produk nasional
yang didukung SNI, Laboratorium, Lembaga Sertifikasi dan Metrologi (Standar
Nasional Satuan Ukuran) dihitung dari :
A : Ekspor PN didukung Infrastruktur mutu nasional tahun n
B : Ekspor PN didukung Infrastruktur mutu nasional tahun (n-1)
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 40
Parameter pengukuran IKU ini diperoleh dari persentase pertumbuhan ekspor
produk nasional dan ditargetkan pada tahun 2019 tercapai nilai sebesar 2,5%.
Untuk menjawab target yang telah ditetapkan pada kegiatan ini, diperlukan
data-data pendukung, baik data primer maupun data sekunder dalam pengolahan
dan analisis. Jenis dan sumber data yang digunakan antara lain:
- Data ekspor Indonesia tahun 2015-2018.
- Data Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI).
- Data industri pelaku utama pada sektor terpilih.
- Data penerapan SPK pada industri pelaku utama pada sektor terpilih
- Data ekspor produk oleh industri pelaku utama pada sektor terpilih.
- Data manfaat SPK pada industri pelaku utama pada sektor terpilih.
Metodologi penelitian yang dilakukan adalah dengan pengambilan data
primer maupun indepth interview menggunakan instrument penelitian berupa
kuesioner. Lokus dari kegiatan ini adalah di Sumatera Utara, Jawa Tengah, dan
Banten.
Gambar 4.1. Foto-foto kegiatan survei pengukuran persentase pertumbuhan ekspor produk nasional yang didukung infrastruktur mutu nasional
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 41
Pengambilan data primer (nilai ekspor) diprioritaskan ke sector industri non migas
yang memiliki nilai ekspor 3 tertinggi (3 besar). Persyaratan lainnya yang dijadikan
kualifikasi adalah pemenuhan ketersediaan sertifikasi yang terkait 14001, 9001, 22000,
SVLK dan Produk (DPLS 04) di industri tersebut. Pemilihan sektor didasarkan pada
data akreditasi Lembaga Sertifikasi dari Komite Akreditasi Nasional sehingga
ditentukanlah 3 buah sektor untuk dijadikan sebagai populasi dari kegiatan ini.
Tiga buah sektor tersebut adalah sebagai berikut:
- Sektor Makanan dan minuman : minimal 10 perusahaan menjadi responden
- Sektor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) : minimal 10 perusahaan menjadi
responden
- Sektor Kimia dan Barang Kimia : minimal 10 perusahaan menjadi responden
Selain melakukan pengambilan data primer secara langsung, dilakukan pula
pengambilan data tambahan secara online dari Indonesia stock exchange/
idnfinancials. Secara keseluruhan diperoleh 42 perusahaan yang menjadi
responden dimana menerapkan atau mendapatkan fasilitasi infrastruktur
standardisasi dan penilaian kesesuaian yang tersebar pada 3 sektor utama.
Berdasarkan capaian dari indikator ini didapakan hasil bahwa rata-rata nilai
peningkatan ekspor produk nasional adalah sebesar 9,03 %. Target dari indikator
kinerja ini yang ditetapkan pada tahun 2019 adalah sebesar 2,5 %. Hal ini berarti
ketercapaian target dari indikator kinerja ini melampaui 100 %. Peningkatan nilai
ekspor ini tentunya dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah penerapan
standardisasi dan penilaian kesesuaian (SPK). Penerapan standardisasi dan penialian
kesesuian oleh industri, sebagian besar karena permintaan konsumen (buyer)
ataupun regulasi negara tujuan ekspor. Standar dan penilaian mempunyai pengaruh
dalam perdagangan ekspor, meskipun besaran nilai pengaruhnya belum diketahui,
namun dinyatakan penerapan SPK mempermudah perdagangan dan meningkatkan
daya saing produk dalam perdagangan.
Rekomendasi dari hasil penelitian adalah pengembangan SNI oleh Badan
Standardisasi Nasional pada komoditi unggulan ekspor dilakukan dengan
mempertimbangkan aturan, regulasi, standar, dan skema penilaian kesesuaian di
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 42
negara tujuan eskpor. BSN dan KAN melakukan kerjasama dalam bentuk saling
pengakuan dan keberterimaan atas hasil penialian kesesuaian dengan negara
tujuan ekspor produk unggulan nasional, untuk menghindari adanya re-sertifikasi
ataupun pengujian ulang atas produk ekspor. BSN memberikan informasi tentang
penerapan SPK pada negara tujuan ekspor komoditi unggulan nasional, untuk
mengurangi kemungkinan adanya hambatan teknis dalam aspek SPK.
Indikator 2. Persentase pertumbuhan produk ber-SNI di pasar retail dalam negeri
Tabel 4.3 Target, Realisasi dan Capaian IKU 2
No
Indikator Kinerja
Satuan
Capaian s.d 2019
(Kumulatif) Capaian
2019
Capaian 2019
Target Realisasi % Target Capaian
2 Persentase
pertumbuhan produk
ber-SNI di pasar retail
dalam negeri
Persentase IKU baru
1% 2,5% 100% 1% 100%
Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase pertumbuhan produk ber-SNI di pasar
retail dalam negeri dihitung dari :
(Jumlah produk bertanda SNI di pasar retail dalam negeri tahun n) - (Jumlah Produk bertanda
SNI di pasar retail dalam negeri tahun n-1) : (Jumlah Produk bertanda SNI di pasar retail dalam negeri
tahun n) X 100%
Untuk mengetahui efektifitas penggunaan produk bertanda SNI yang dijual di
pasar ritel, maka dilaksanakan kegiatan penelitian untuk mendukung indikator kinerja
BSN. Kegiatan penelitian yang dilakukan berupa survei yang menggambarkan
aktivitas pertumbuhan jumlah produk bertanda SNI yang diual di pasar ritel.
Outcome yang diharapkan dari penelitian ini adalah jumlah konsumsi produk
bertanda SNI di masyarakat dapat diketahui. Mengingat hal tersebut berkaitan erat
dengan pertumbuhan ekonomi suatu Negara.
Kegiatan survei untuk mengambil data primer dilakukan di beberapa
supermarket yang ada di wilayah Jabodetabek, diantaranya :
a. Transmart Cikokol,
b. Transmart Lebak Bulus,
c. Hypermart Cyberpark Karawaci,
d. Hypermart Supermall Karawaci.
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 43
Sebagai bahan evaluasi dilakukan cross check dengan melihat data produk
bertanda SNI di website bang Beni, data dari aplikasi SISPK dan Permenperin terkait
pemberlakukan SNI wajib maupun SNI produk tersebut.
Penelitian ini menitikberatkan pada pertumbuhan produk bertanda SNI yang
beredar di pasar ritel dan ditargetkan pada tahun 2019 pertumbuhannya mencapai
1%.
Gambar 4.2. Foto-foto kegiatan survei pengukuran persentase pertumbuhan
produk ber-tanda SNI
Berdasarkan analisis dari hasil survey lapangan, pertumbuhan produk bertanda
SNI di pasar ritel adalah sebesar 2,5 % (dari penelitian sebelumnya di tahun 2017).
Sebagai pendukung hasil penelitian dilakukan pula analisis perhitungan pertumbuhan
menggunakan data aplikasi Bang Beni. Dari aplikasi tersebut diperoleh besaran
pertumbuhan yang cukup signifikan dengan nilai variasi sebesar (37~60)% tiap
tahunnya.
Peningkatan nilai menunjukkan bahwa produk pasar ritel bertanda SNI
mengalami pertumbuhan dari tahun-ketahun, sehingga hal ini menjadi bukti positif
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 44
untuk pengembangan SNI yang ada di Indonesia. Meskipun demikian data dari
website bang Beni perlu ditingkatkan akurasinya karena terdapat beberapa produk
yang sama yang dimasukkan sebagai produk bertanda SNI yang dapat
mengakibatkan jumlah produk bertanda SNI lebih banyak dari kenyataannya.
Indikator 3. Indeks kepuasan masyarakat terhadap efektivitas Sistem
Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
Tabel 4.4 Target, Realisasi dan Capaian IKU 3
No
Indikator Kinerja
Satuan
Capaian s.d 2019
(Kumulatif) Capaian
2019
Capaian 2019
Target Realisasi % Target Capaian
3 Indeks kepuasan
masyarakat terhadap
efektivitas Sistem
Standardisasi dan
Penilaian Kesesuaian
Persentase IKU baru 4,40 4,07 100% 4,40 100%
Indikator Kinerja Utama (IKU) Indeks kepuasan masyarakat terhadap efektivitas
Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian dihitung dari :
Survei persepsi masyarakat terhadap Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
(SPK) menggunakan skala 1-5
Sebagai lembaga negara yang diberi kewenangan dalam pengembangan
standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia, dilakukan suatu penelitian yang
bertujuan untuk memenuhi indicator kinerja yang terkait dengan mengukur efektivitas
sistem SPK yang telah berjalan dari sudut pandang indeks kepuasan masyarakat (IKM).
Pengambilan data primer kegiatan ini dilakukan melalui survei lapangan ke
daerah terpilih yang telah bekerjasama dengan Kantor Layanan Teknis (KLT) BSN.
Upaya lain yang dilakukan adalah penyebaran kuesioner kegiatan secara online.
Adapun lokus penelitian dilakukan di 6 (enam) kota yaitu Semarang, Pekanbaru,
Palembang, Makassar, Surabaya dan Yogyakarta. Jumlah total responden penelitian
ini sebanyak 166 responden. Parameter yang dituangkan dalam kuesioner kegiatan
ini terdiri atas 3 bagian, yakni:
A. Edukasi Dan Pemasyarakatan Standardisasi Dan Penilaian Kesesuaian. Yang
terdiri dari 8 data terkait :
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 45
Laporan Kinerja BSN tahun 2019
4
1. Sertifikat SNI merupakan jaminan mutu dan kesesuaian terhadap
persyaratan standar
2. Pencantuman logo/tanda SNI pada produk perlu dilakukan dan dapat
dilihat dengan jelas
3. Pendidikan dan pengenalan standar sejak dini diperlukan untuk
meningkatkan pengetahuan dan awareness masyarakat
4. Sosialisasi dan pemasyarakatan SNI secara luas melalui media massa yang
lebih lengkap
5. Kerjasama dengan pihak dan elemen daerah (pemda, perguruan tinggi,
LPK) mampu mendorong pengembangan SPK
6. Akses terhadap informasi tentang SNI mudah dijangkau dan terbuka bagi
masyarakat
7. Layanan tentang SPK diperoleh dengan mudah dan dapat dirasakan
masyarakat luas
8. Pelibatan peran masyarakat melalui jajak pendapat sebelum SNI
ditetapkan
B. Penerapan SNI dan Penilaian Kesesuaian. Yang terdiri dari 8 data terkait :
1. Penerapan SNI meningkatkan jaminan mutu, memberikan nilai tambah
produk, peningkatan daya saing dan manfaat ekonomi bagi industry
2. SNI sebagai standar yang berlaku secara nasional harus digunakan dan
atau diterapkan oleh industri terkait
3. Penerapan SNI akan melindungi industri domestik, memperkuat stabilitas
pondasi ekonomi bagi industry
4. Keberadaan Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) seperti (Lab. Pengujian,
Lab. Kalibrasi, Lembaga Sertifikasi Produk, dll) perlu merata dan tersebar di
setiap provinsi/daerah
5. Ruang lingkup akreditasi LPK dapat memenuhi kebutuhan stakeholsders
6. Ruang lingkup kemampuan pengukuran di SNSU dapat memenuhi
kebutuhan stakeholsder
7. Pengakuan secara internasional terhadap kemampuan sistem SPK
(akreditasi, sertifikasi dan metrologi(SNSU)) meningkatkan keberterimaan
hasil produksi
8. Peran BSN dalam bidang SPK sudah memenuhi harapan bagi stakeholders
dan pemangku kepentingan.
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 46
C. Dukungan SPK Bagi Ekonomi Rakyat. Yang terdiri dari 4 data terkait :
1. Keberpihakan pada ekonomi rakyat melalui peningkatan bimbingan
teknis, pembinaan, pemberian bantuan dan insentif bagi UKM untuk
menerapkan SNI
2. Pembinaan penerapan SNI bagi pelaku usaha UKM melalui program
jangka panjang dan berkelanjutan
3. Ekspansi pasar bagi produk UKM didukung dengan penerapan SNI
4. Era perdagangan bebas memberi dampak pentingnya penerapan SPK
Mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Reformasi Birokrasi No. 14 tahun 2017 tentang Pedoman Survei Kepuasan
Masyarakat terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik, nilai interpretasi IKM
digambarkan secara detail sesuai dengan tabel di bawah ini:
Tabel 4.5 Interpretasi Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
No
Nilai Interval Nilai Interval
Konversi Mutu
Pelayanan Kinerja Unit
Pelayanan
1 1,00 – 1,80 20,0-35,9 E Sangat tidak
penting dan
efektif
2 1,80 – 2,60 36,0 - 51,9 D Tidak penting
dan efektif
3 2,60 – 3,40 52,0-67,9 C Cukup penting
dan efektif
4 3,40 - 4,20 68,0-83,9 B Penting dan
efektif
5 4,20 – 5,00 84,0-99,0 A Sangat penting
dan efektif
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 47
Gambar I4.3 Foto-foto kegiatan survei pengukuran indeks kepuasan masyarakat
Indeks kepuasan masyarakat (IKM) untuk mengukur efektivitas pelaksanaan
standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia dihitung berdasarkan
jawaban responden yang telah mengisi kuesioner. Capaian dari indikator nilai IKM
ini yang diperoleh adalah 4,07 dari target yang ditetapkan pada tahun 2019
sebesar 4,40.
Besar persentase ketercapaian dari indikator ini terhadap target adalah
sebesar 92,5 %. Dari hasil kegiatan ini didapatkan fakta bahwa dari nilai yang
didapatkan ini masyarakat telah menilai penerapan SPK Sudah Efektif dan
pengembangan SPK Penting untuk terus ditingkatkan. Meskipun bila
dibandingkan dengan target yang dicanangkan nilainya masih dibawah target
100 %.
Dari kegiatan ini direkomendasikan sebagai berikut :
(1). Kegiatan ini didistribusikan kepada stakeholder terkait guna
pengembangan sistem standardisasi dan penilaian kesesuaian di
Indonesia
(2). BSN perlu memperkuat kerjasama di daerah baik dengan pemerintah
maupun perguruan tinggi yang ada, guna meningkatkan edukasi dan
pemasyarakatan SPK;
(3). Peran dan tugas Kantor Layanan Teknis (KLT) di daerah lebih diperluas
dan diperbanyak jumlahnya.
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 48
mitmen komite teknis dalam membahas dan menyelesaikan perumusan SNI sa
engan penetapannya.
(3). Peran dan tugas Kantor Layanan Teknis (KLT) di daerah lebih diperluas dan diperbanyak jumlahnya.
SASARAN
STRATEGIS 2
Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Pengembangan Standar
Sasaran Strategis Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Pengembangan
Standar Untuk implementasi ini disusun 2 indikator, yaitu :
1. Jumlah Standar Nasional Indonesia (SNI) yang ditetapkan (masih aktif)
2. Persentase SNI yang harmonis dengan standar internasional
Pencapaian rata – rata dari kedua indikator diatas pada Tahun 2019 ini telah
mencapai target 100% yang telah dilaksanakan melalui rapat teknis, konsensus,
sampai dengan penetapan SNI.
Adapun penjelasan capaian atas ketiga indikator sebagai berikut :
Indikator 4. Jumlah Standar Nasional Indonesia (SNI) yang ditetapkan (masih aktif)
Tabel 4.6 Target, Realisasi dan Capaian IKU 4
No
Indikator Kinerja
Satuan Capaian
2018
Capaian 2019 Capaian s.d 2019
Target Realisasi % Target % capaian
4 Jumlah Standar Nasional Indonesia (SNI)
yang ditetapkan (masih
aktif)
SNI 10.069 12.703 13.048 100% 13.048 100%
Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah Standar Nasional Indonesia (SNI) yang
ditetapkan (masih aktif) dihitung dari :
Jumlah Standar Nasional Indonesia (SNI) yang ditetapkan (masih aktif)dihitung
dari Jumlah industri/organisasi yg menerapkan SNI periode/thn berjalan) - (Jumlah
industri/organisasi yg menerapkan SNI periode/thn sebelumnya) dibanding dengan
Jumlah industri/organisasi yg menerapkan SNI periode/thn sebelumnya dikali 100%.
Pada Tahun 2019 BSN telah menetapkan 13.048 SNI ini artinya dari target penetapan
di Tahun 2019 sebesar 12.702 SNI maka telah melampaui target hal ini dikarenakan
ko mpai
d
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 50
Gambar 4.4 Kegiatan rapat teknis perumusan SNI lingkup karet dan barang karet
Gambar 4.5 Konsensus perumusan SNI lingkup Bioenergi
SNI yang ditetapkan yang terdiri dari 9 bidang yaitu Pertanian dan teknologi pangan,
Konstruksi, Elektronik, teknologi informasi dan Komunikasi, Teknologi perekayasaan,
Umum, infrastruktur dan ilmu pengetahuan, Kesehatan, keselamatan dan lingkungan,
Teknologi bahan, Teknologi khusus, Transportasi dan distribusi pangan. Detil dari
masing-masing terlihat dari tabel dibawah ini.
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 51
Tabel 4.7 Klasifikasi SNI Berdasarkan Sektor ICS (International Classification for Standards)
No.
Bidang
SNI
Berlaku
SNI
Abolisi/
Tidak
Berlaku
Tambahan
SNI Bulan
Desember
Total
1
Pertanian dan teknologi pangan
2218
532
32
2.782
2 Konstruksi 865 198 6 1.069
3 Elektronik, teknologi informasi
dan komunikasi
468 13 20 501
4 Teknologi perekayasaan 1.631 291 42 1.964
5 Umum, infrastruktur dan ilmu
pengetahuan
712 89 40 841
6 Kesehatan, keselamatan dan
lingkungan 934 140 18 1.092
7 Teknologi bahan 2.910 649 32 3.591
8 Teknologi khusus 353 89 28 470
9 Transportasi dan distribusi
pangan
532 206 0 738
10.629
2.201
218
13.048 Jumlah
Untuk itu penetapan SNI per Tahun dari 2015 – 2019 terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.8 Penetapan jumlah SNI
dari tahun 2015 sampai 2019
Tahun
Jumlah SNI yang
ditetapkan
% Capaian Target Realisasi
2015 350 463 132,2 %
2016 450 490 108,8 %
2017 500 539 107,8 %
2018 500 510 102 %
2019 500 548 109,6 %
Permasalahan yang dihadapi dalam penetapan SNI antara lain :
a. Adanya sejumlah SNI yang ditetapkan belum memenuhi ketentuan PBSN
terkait Pengembangan SNI
b. SNI yang ditetapkan belum mendukung produk unggulan untuk meningkatkan
daya saingnya
c. Beberapa SNI yang ditetapkan belum diterapkan oleh industri/organisasi
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 52
Dari permasalahan yang dihadapi maka BSN berupaya untuk :
1. SNI yang ditetapkan didorong untuk memenuhi ketentuan PBSN terkait
Pengembangan SNI
2. Pengembangan SNI diarahkan untuk mendukung produk unggulan Nasional
3. Pengembangan SNI untuk memfasilitasi kebutuhan industri/organisasi
Indikator 5. Persentase SNI yang harmonis dengan standar internasional
Tabel 4.9 Target, Realisasi dan Capaian IKU 5
No
Indikator Kinerja
Satuan
Capaian s.d 2019
(Kumulatif) Capaian
2019
Capaian 2019
Target Realisasi % Target Capaian
5 Persentase SNI yang
harmonis dengan
standar Internasional
Prosentase IKU
Baru 50 59.74 100% 50 100%
Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase SNI yang harmonis dengan standar
internasional dihitung dari :
Jumlah SNI yang selaras dengan standar internasional (tahun n) dibanding SNI yang
telah ditetapkan (tahun n) dikali 100%
Perumusan SNI perlu dilakukan selaras dengan standar internasional
sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 20 tahun 2014 yang tercantum pada
Pasal 13 ayat (2). Pengaturan lebih lanjut telah diatur dalam Peraturan BSN No 2 tahun
2018 tentang Pengembangan SNI, menyebutkan bahwa salah satu prinsip dasar yang
harus diterapkan dalam proses perumusan adalah koheren, yaitu sejauh mungkin
mengacu kepada satu standar internasional yang relevan dan menghindarkan
duplikasi dengan kegiatan perumusan standar internasional agar hasilnya dapat
harmonis dengan perkembangan internasional.
Ditinjau dari tingkat keselarasan dengan standar internasional, dari realisasi 549
SNI yang telah ditetapkan pada tahun 2019 sebanyak 328 SNI disusun dengan
mengadopsi standar internasional secara identik dan modifikasi sehingga memiliki
tingkat keselarasan yang sama dengan standar internasional. Dalam hal ini, 142 SNI
disusun dengan metode republikasi-reprint, 173 SNI disusun dengan metode
terjemahan, dan 13 SNI disusun dengan metode modifikasi dari standar internasional.
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 53
Berdasarkan data tersebut, realisasi persentase SNI yang harmonis dengan
Standar Internasional untuk tingkat Deputi Bidang Pengembangan Standar adalah
59,74 % dari target yang ditetapkan tahun 2019 yaitu 50 % ,dengan capaian 119,5%.
Dari 328 SNI tersebut, dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa metode
perumusan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.10 di bawah ini.
Tabel 4.10 – Jumlah SNI yang telah ditetapkan di tahun 2019 yang harmonis dengan
Standar Internasional
No
Metode Perumusan TOTAL
1. Adopsi Identik
1) Adopsi Identik
Republikasi-Reprint
142
2) Adopsi Identik
Terjemahan
173
2 Adopsi Modifikasi 13
TOTAL 328
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 54
SASARAN
STRATEGIS 3
Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Pengelolaan Standar
Nasional Satuan Ukuran
Sasaran Strategis Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Pengelolaan Standar
Nasional Satuan Ukuran Untuk implementasi ini disusun 2 indikator, yaitu :
1. Jumlah Sertifikat Kalibrasi yang tertelusur ke Standar Nasional Satuan
Ukuran (SNSU)
2. Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang diakui
internasional
Pencapaian rata – rata dari kedua indikator diatas pada Tahun 2019 baru mencapai
target 88,96% dari 100% target yang ditetapkan.
Adapun penjelasan capaian atas ketiga indikator sebagai berikut :
Indikator 6. Jumlah Sertifikat Kalibrasi yang tertelusur ke Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU)
Tabel 4.11 Target, Realisasi dan Capaian IKU 6
N
o
Indikator Kinerja
Satuan
Capaian s.d 2019
(Kumulatif) Capaian
2019
Capaian 2019
Target Realisasi % Target Capaian
6 Jumlah Sertifikat
Kalibrasi yang
tertelusur ke Standar
Nasional Satuan
Ukuran (SNSU)
Sertifikat IKU
Baru 100.000 77.911 77.91% 100.000 77.91%
Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah Sertifikat Kalibrasi yang tertelusur ke
Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU) dihitung dari :
Jumlah Sertifikat Kalibrasi yang tertelusur ke SI melalui Standar Nasional Satuan Ukuran
(thn n)
Salah satu peran BSN adalah betanggungjawab dalam pengelolaan SNSU
yaitu menyediakan standar nasional dan menyebarluaskannya melalui kalibrasi ke
layanan kalibrasi nasional. Dengan banyaknya kebutuhan kalibrasi nasional,
dibutuhkan layanan kalibrasi nasional yang terdiri dari jaringan laboratorium kalibrasi
industri dan komersial yang terkait atau tertelusur.
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 55
Sertifikat kalibrasi yang dikeluarkan untuk laboratorium kalibrasi industri dan
komersial nasional, akan menjadi referensi untuk ratusan bahkan ribuan sertifikat
kalibrasi yang dikeluarkan oleh laboratorium-laboratorium kalibrasi tersebut. Dalam
menjalankan hal tersebut, tentunya pengelola SNSU juga melakukan tugas
tambahan dan penting, yaitu penyebaran keahlian dalam pengukuran dan kalibrasi
melalui partisipasi para tenaga ahli dalam evaluasi kompetensi laboratorium
kalibrasi.
Pada tahun 2019, jumlah sertifikat kalibrasi yang tertelusur ke SNSU ditargetkan
sejumlah 100.000 sertifikat yang ditetapkan berdasarkan data-data yang diperoleh
di tahun sebelumnya. Untuk realisasinya, tercatat sejumlah 77.911 sertifikat kalibrasi
dari 76 laboratorium kalibrasi yang tertelusur ke SNSU di tahun 2019 ini.
Dari data yang tercatat tersebut, capaian indikator kinerja ini masih berada di
bawah target yaitu hanya sebesar 77,91 %. Namun demikian, secara riil di lapangan,
BSN tetap optimis bahwa jumlah sertifikat kalibrasi yang tertelusur ke SNSU dapat
memenuhi target yang ditetapkan, mengingat saat ini terdapat lebih dari 250
laboratorium kalibrasi di Indonesia.
BSN telah mengirimkan permintaan data sertifikat yang dikeluakan oleh
masing-masing laboratorium kalibrasi, dan diestimasikan bahwa baru satu per tiga
laboratorium kalibrasi yang merespon permintaan tersebut. Kendala yang dihadapi
dalam memperoleh data ini adalah banyaknya laboratorium kalibrasi yang belum
merespon permintaan tersebut.
Sebagai informasi tambahan mengenai jumlah sertifikat kalibrasi yang telah
dikeluarkan di tahun 2019 ini terdapat sejumlah 1.157 sertifikat kalibrasi yang
diterbitkan, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 4.6
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 56
Gambar 4.6 Jumlah sertifikat kalibrasi yang diterbitkan
Indikator 7. Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang diakui
internasional
Tabel 4.12 Target, Realisasi dan Capaian IKU 7
N
o
Indikator Kinerja
Satuan
Capaian s.d 2019
(Kumulatif) Capaian
2019
Capaian 2019
Target Realisasi % Target Capaian
7 Jumlah kemampuan
pengukuran dan
kalibrasi yang diakui
internasional
Jenis
Layanan
IKU
Baru
130 133 100% 130 100%
Indikator kinerja Utama (IKU) Jumlah Jumlah kemampuan pengukuran dan
kalibrasi yang diakui internasional di hitung dari :
Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang dihasilkan dan diakui secara
internasional yang dapat dilihat pada website BIPM (kumulatif)
Pengakuan internasional atas kemampuan pengukuran dan kalibrasi
(Calibration Measurement Capability – CMC) merupakan jaminan atas kualitas
output kegiatan kalibrasi dan pengukuran yang dihasilkan.
Pengakuan tersebut merupakan prasyarat bagi diakuinya skema akreditasi
dan pada gilirannya bagi diakuinya hasil pengukuran dan kalibrasi yang dilakukan
oleh laboratorium kalibrasi dan pengujian di Indonesia.
Dampak dari hasil pengukuran dan kalibrasi yang diakui tersebut adalah
meningkatnya mutu produk dan keberterimaannya di pasar domestik dan pasar
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 57
global. Pengakuan internasional atas CMC tersebut ditandai dengan tercantumnya
jenis layanan tersebut dalam Appendix C pada CIPM MRA (perjanjian saling
mengakui antarnegara anggota Konvensi Meter).
Pada tahun 2019, jumlah pengakuan internasional untuk kemampuan
pengukuran dan kalibrasi ditargetkan sejumlah 130 jenis layanan dan dapat terealisasi
sejumlah 133 layanan. Target tersebut telah terpenuhi dengan nilai persentase
capaian indikator kinerja sebesar 102%. Pada Direktorat SNSU Termoelektrik dan Kimia,
terdapat kenaikan pengakuan internasional untuk 9 lingkup kemampuan pengukuran
dan kalibrasi untuk bidang SNSU Waktu.
Radiasi dan Biologi, belum terdapat penambahan lingkup kemampuan
pengukuran dan kalibrasi dari dua (2) rencana penambahan yang telah diajukan
melalui Komite Teknis di Asia-Pacific Metrology Programme (APMP) sebagai organisasi
metrologi regional yang berhak menilai pengajuan CMC.
Hal tersebut disebabkan karena proses penilaian yang memakan waktu cukup
lama, sehingga usulan tersebut belum dapat disetujui pada tahun 2019. Sebagai jalan
keluar, telah dilakukan komunikasi dengan mitra kerja di Komite Teknis APMP agar
proses penilaian pengajuan CMC dapat menjadi lebih efisien.
Gambar IV.7 Pengakuan internasional atas CMC yang dimiliki
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 58
SASARAN
STRATEGIS 4
Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Pengelolaan
Akreditasi
Sasaran Strategis Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Pengelolaan Akreditasi
Untuk implementasi ini disusun 2 indikator, yaitu :
1. Jumlah Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang diakreditasi)
2. Jumlah pengakuan akreditasi secara internasional
Pencapaian rata – rata dari kedua indikator diatas pada Tahun 2019 telah mencapai
target 100%, adapun penjelasan capaian atas kedua indikator sebagai berikut :
Indikator 8. Jumlah Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang diakreditasi
Tabel 4.13 Target, Realisasi dan Capaian IKU 8
No
Indikator Kinerja
Satuan
Capaian s.d 2019
(Kumulatif) Capaian
2019
Capaian 2019
Target Realisasi % Target Capaian
8 Jumlah Lembaga
Penilaian Kesesuaian
(LPK) yang
diakreditasi
LPK 2.019 2.134 2.177 100 2.134 100%
Indikator kinerja Utama (IKU) Jumlah Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang
diakreditasi dihitung dari :
jumlah Kumulatif Lembaga Penilaian Kesesuaian yang diakreditasi.
Untuk memastikan kesesuaian barang, jasa, proses, sistem atau personal sesuai
dengan persyaratan SNI, maka diperlukan kegiatan penilaian kesesuaian. Kegiatan
penilaian kesesuaian dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi KAN, baik
laboratorium penguji, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik, lembaga inspeksi
ataupun lembaga sertifikasi. Oleh karena itu, peranan LPK sangat diperlukan dalam
kegiatan penerapan SNI.
Pertumbuhan LPK yang diakreditasi mengindikasikan semakin besarnya pasar
sertifikasi di Indonesia dan semakin sadarnya masyarakat dan pelaku usaha akan
pentingnya penilaian kesesuaian pada kelangsungan usaha dan perlindungan pada
kesehatan, keamanan dan lingkungan hidup. Sertifikat sertifikasi merupakan bukti
kesesuaian suatu Barang, Jasa, Sistem, Proses, atau Personal telah memenuhi SNI atau
persyaratan lainnya. Sertifikat kesesuaian diberikan oleh Lembaga Sertifikasi yang
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 59
diakreditasi KAN kepada pelaku usaha, khususnya industri/organisasi, setelah melalui
proses penilaian kesesuaian terhadap persyaratan sertifikasi, SNI. Semakin banyak
jumlah sertifikat kesesuaian yang diberikan oleh LPK menunjukkan bahwa
penggunaan SNI oleh pelaku usaha telah semakin meningkat.
Sampai dengan 31 Desember 2019, sebanyak 2.177 lembaga penilaian
kesesuiaan diakreditasi yang terdiri dari 312 lembaga sertifikasi, 114 lembaga inspeksi,
1.727 laboratorium dan 24 penyelenggara uji profisiensi. Realisasi ini telah melampaui
target yaitu 2.133 LPK yang diakreditasi.
Kontribusi keberhasilan ini adalah semakin banyaknya skema akreditasi yang
dikembangkan dan dioperasikan oleh KAN baik karena mengikuti pasar kebutuhan
sertifikasi dan laboratorium yang ada di internasional maupun respon dari permintaan
pemerintah maupun pemangku kepentingan lain serta semakin banyaknya
kebutuhan sertifikasi untuk menunjang kebutuhan industry dan kebijakan pemerintah.
Gambar 4.8 Logo KAN sebagai tanda bahwa lembaga penilaian kesesuaian
diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional
Sampai dengan 31 Desember 2019, belum ada Produsen Bahan Acuan,
Lembaga Sertifikasi Manajemen Bioresiko Laboratorium, dan Lembaga Sertifikasi
Keamanan Rantai Pasok yang diakreditasi meskipun skema akreditasinya sudah
dioperasikan. Sementara itu akreditasi Lembaga Inspeksi mengalami kenaikan
signifikan disebabkan karena dorongan permintaan pelanggan atas akreditasi
sebagai bukti kompetensi serta adanya regulasi yang mewajibkan akreditasi sebagai
persyaratan kompetensi.
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 60
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
2016 2017 2018 2019
Labor ato rium Pen gu ji Labor atorium Kalibrasi Labor atorium M ed ik Lembaga Penyelen ggara Uji P rofisiensi
Gambar 4.9 Perkembangan Jumlah Akreditasi Laboratorium periode 2016 - 2019
120
100
80
60
40
20
0
2016
2017
2018
2019
Lembag a Inspeksi Lembag a Val ida si dan Verifikasi Ga s Rumah Kaca Lembag a Sertifikasi Pr oduk
Lembag a Sertif ikasi Organik Lembag a Se rtifikasi Ha lal Lembag a Sertifikasi Ekolabel
Lembag a Ve rifikasi Lega litas Ka yu
Lembag a Penilai Peng elolaa n Hutan Pr oduksi Le sta ri
Lembag a Se rtifikasi PPIU
Lembag a Se rtif ikasi Pers
onel
Lembag a Sertifikasi Usaha Par iwis ata
Lembag a Sertifikasi Sistem Manaja men Bioresiko Labor atorium
Lembag a Sertifikasi Sistem Manajemen Lembag a Se rtifikasi Siste m Manajemen K ea manan Pangan Lembag a Sertifikasi HA CCP
Lembag a Sertifikasi Sistem Manaja men Kema nan Informa si Lembag a Se rtifikasi Siste m Manajemen Mutu Alat Kes ehata n Lembag a Sertifikasi Sistem Manajemen A nti Penyuapan
Lembag a Sertifikasi Sistem Manajeme n Lingkungan Lembag a Se rtifikasi Siste m Manajemen E ne rgi Lembag a Sertifikasi SMK3
Lembag a Sertif ikasi SMKRP
Gambar 4.10 Perkembangan Jumlah Akreditasi Lembaga Sertifikasi periode 2016 -
2019
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 61
Beberapa peraturan yang mewajibkan atau mendorong adanya persyaratan
akreditasi dari regulator adalah:
Permendag No. 46/M-DAG/PER/8/2014 tentang Ketentuan Umum Verifikasi
atau Ketertelusuran Teknis di Bidang Perdagangan
Permen ESDM No 38 tahun 2019 tentang Pemeriksaan Keselamatan Instalasi
dan Peralatan Pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi
Permen Kelautan dan Perikanan no. PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian
Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Selain adanya peraturan yang mempersyaratkan untuk akreditasi, pencapaian
indikator kinerja tersebut juga tidak terlepas dari upaya-upaya yang telah dilakukan,
antara lain:
1. Fasilitasi peningkatan kompetensi LPK untuk meningkatkan kemampuan LPK
dan calon LPK dalam memahami persyaratan akreditasi.
2. Pelaksanan layanan akreditasi LPK yang profesional, khususnya terhadap
efisiensi waktu proses layanan akreditasi LPK
3. Peningkatan jumlah dan kompetensi SDM yang terkait dengan pelaksanaan
akreditasi LPK.
4. Pengembangan ruang lingkup skema akreditasi sesuai dengan kebutuhan
stakeholder.
Data lengkap perkembangan akreditasi lembaga penilaian kesesuaian disajikan
pada tabel 4.14.
Tabel 4.14. LPK yang diakreditasi KAN
Lembaga Penilaian Kesesuaian 2016 2017 2018 2019
Laboratorium Penguji 1072 1170 1296 1366
Laboratorium Kalibrasi 230 249 274 291
Laboratorium Medik 49 55 64 70
Lembaga Penyelenggara Uji Profisiensi 11 13 17 24
Produsen Bahan Acuan - - - -
Lembaga Inspeksi 53 80 91 114
Lembaga Validasi dan Verifikasi Gas Rumah Kaca 2 3 3 3
Lembaga Sertifikasi Produk 47 59 69 72
Lembaga Sertifikasi Organik 8 8 9 9
Lembaga Sertifikasi Halal 0 0 1 1
Lembaga Sertifikasi Ekolabel 2 2 2 2
Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu 22 25 25 27
Lembaga Sertifikasi PPIU - - 2 13
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 62
Lembaga Penilaian Kesesuaian 2016 2017 2018 2019
Lembaga Sertifikasi Usaha Pariwisata 52 49 37 34
Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari 13 14 14 15
Lembaga Sertifikasi Personel 7 11 16 18
Lembaga Sertifikasi Sistem Manajamen Bioresiko
Laboratorium
0 0 0 1
Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen 36 40 46 51
Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan
Pangan
8 8 8 8
Lembaga Sertifikasi HACCP 8 8 8 8
Lembaga Sertifikasi Sistem Manajamen Kemanan
Informasi 2 4 6 10
Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu Alat
Kesehatan
2 2 2 2
Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Anti
Penyuapan 0 2 6 9
Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan 16 20 21 23
Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Energi 1 1 2 2
Lembaga Sertifikasi SMK3 0 0 0 3
Lembaga Sertifikasi SMKRP 0 0 0 1
TOTAL 1641 1823 2019 2177
Indikator 9. Jumlah pengakuan akreditasi secara internasional
Tabel 4.15 Target, Realisasi dan Capaian IKU 9
No
Indikator Kinerja
Satuan
Capaian s.d 2019
(Kumulatif) Capaian
2019
Capaian 2019
Target Realisasi % Target Capaian
9 Jumlah
pengakuan
akreditasi secara
internasional
Skema IKU
Baru
12
Skema
12
Skema
100% 12
Skema
100%
Indikator kinerja Utama (IKU) Jumlah Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang
diakreditasi dihitung dari :
Jumlah pengakuan akreditasi (Laboratorium dan Lembaga Inspeksi) secara
internasional (kumulatif)
Indikator ini dihitung dengan menghitung jumlah pengakuan akreditasi LPK yang
diakui secara internasional, dimana data didapat dari mutual recognition
arrangement (MLA/MRA).
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 63
Untuk meningkatkan keberterimaan tersebut, Indonesia dalam hal ini diwakili
oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan sekretariatnya yang berada di bawah
Deputi Bidang Akreditasi menjadi anggota di forum akreditasi tingkat regional yaitu
Asia Pacific Accreditation Cooperation (APAC) dan di tingkat internasional menjadi
anggota International Accreditation Forum (IAF) dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC).
Gambar 4.11
Penandatanganan IAF MRA
untuk Information Security
Management Systems – ISMS
dan Energy Management
Systems - EnMS
Akreditasi laboratorium, Lembaga sertifikasi dan lembaga inspeksi telah
mendapatkan pengakuan internasional berupa Mutual Recognition Arrangement
(MRA) dari organisasi Asia Pacific Accreditation Cooperation (APAC), International
Laboratory Accreditation Cooperation (ILAC) dan International Accreditation Forum
(IAF) untuk lingkup akreditasi laboratorium penguji, laboratorium kalibrasi,
laboratorium medik, penyelenggara uji profisiensi, lembaga inspeksi, lembaga
sertifikasi sistem manajemen mutu, lembaga sertifikasi sistem manajemen lingkungan,
lembaga sertifikasi produk, lembaga sertifikasi sistem manajemen keamanan pangan,
lembaga sertifikasi sistem manajemen energy, lembaga sertifikasi sistem manajemen
keamanan informasi dan lembaga sertifikasi personel. Melalui pengakuan MRA dan
MLA ini akan meningkatkan keberterimaan hasil uji, kalibrasi dan inspeksi serta sertifikat
pelaku usaha dalam transaksi internasional untuk mendukung daya saing produk
nasional.
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 64
MLA MLA APAC MLA IAF
Quality Management Systems - QMS 24 Aug 2000 2 Sep 2002
Environmental Management Systems - EMS 08 Jul 2004 6 Oct 2007
Product 16 Jun 2009 19 Oct 2009
Food Safety Management Systems - FSMS 22 May 2013 21 Oct 2015
Persons 15 Jun 2016 26 Oct 2018
Tujuan utama dari MLA adalah membangun pengaturan antar badan
akreditasi yang menjadi anggotanya untuk berkontribusi pada kegiatan
perdagangan dengan menghilangkan hambatan teknis perdagangan dan
meningkatkan keberterimaan di bidang penilaian kesesuaian antar negara anggota
IAF yang saat ini berjumlah 71 negara dan antar negara anggota ILAC yang saat ini
berjumlah 103 negara.
Gambar 4.12 Simbol ILAC MRA dan IAF MRA sebagai tanda keberterimaan global
dari hasil penilaian kesesuaian
Diharapkan dengan MLA/MRA sertifikat akreditasi dan sertifikasi yang
dikeluarkan oleh LPK yang diakreditasi oleh anggota MLA/MRA diakui oleh anggota
MLA/MRA lainnya, sesuai dengan tujuan MLA/MRA yaitu satu sertifikat diterima di
mana saja (certified once accepted everywhere). Sampai Desember tahun 2019,
telah dilakukan pemeliharaan dan pengembangan skema akreditasi KAN yang
diakui di tingkat internasional (MRA/MLA), yaitu mencakup 12 skema dari 29 ruang
lingkup skema yang dioperasikan. Untuk tahun 2020, akan diajukan evaluasi untuk
akreditasi lembaga validasi dan verifikasi dalam rangka penambahan MLA di APAC.
Detail MRA/MLA yang telah berhasil dicapai diuraikan pada tabel berikut:
Tabel 4.16 MLA APAC dan IAF
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 65
MLA MLA APAC MLA IAF
Information Security Management Systems
- ISMS
14 Dec 2017 21 Jun 2019
Energy Management Systems - EnMS 14 Dec 2017 21 Jun 2019
Tabel 4.17 MLA APAC dan ILAC
MRA MRA APAC MRA ILAC
ISO/IEC 17025 Testing 22 May 2001 20 Jun 2001
ISO/IEC 17025 Calibration 13 Nov 2003 30 Dec 2003
ISO/IEC 17020 Inspection 09 Dec 2004 24 Oct 2012
ISO 15189 Medical 14 Mar 2013 14 Mar 2013
ISO/IEC 17043 PTP 21 Jun 2017 03 Oct 2019
SASARAN STRATEGIS
5
Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian
Sasaran Strategis Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Penerapan Standar dan
Penilaian Kesesuaian Untuk implementasi ini disusun 2 indikator, yaitu :
1. Persentase SNI yang diterapkan
2. Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan persyaratan SNI
Kedua capaian indikator diatas pada Tahun 2019 telah mencapai 100%, adapun
penjelasan capaian atas kedua indikator sebagai berikut :
Indikator 10. Persentase SNI yang ditetapkan
Tabel 4.18 Target, Realisasi dan Capaian IKU 10
No
Indikator Kinerja
Satuan
Capaian s.d 2019
(Kumulatif) Capaian
2019
Capaian 2019
Target Realisasi % Target Capaian
10 Persentase SNI yang
diterapkan Persentase IKU
Baru 10% 25.3% 100 10% 100
Indikator kinerja Utama (IKU) Persentase SNI yang diterapkan dihitung dari :
Jumlah SNI yang diterapkan ---------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah Total SNI yang aktif
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 66
SNI berdayaguna kalau diterapkan oleh pelaku usaha. Penerapan SNI menjadi
elemen penting bagi pelaku usaha untuk meningkatkan daya saing produk nasional
dan memperluas akses pasar global. SNI digunakan sebagai sarana untuk
meningkatkan mutu, efisiensi produksi, memperlancar transaksi perdagangan serta
mewujudkan persaingan usaha yang sehat dan transparan. Sampai tahun 2019, BSN
sudah menetapkan 11.250 SNI yang diharapkan menjadi acuan stakeholder dalam
proses bisnisnya. Capaian indikator kinerja prosentase SNI yang diterapkan mencapai
sebesar 100%.
Target prosentase SNI yang diterapkan pada tahun 2019 sebesar 10% dan terealisasi
sebesar 25%, angka ini melebihi dari capaian tahun sebelumnya yaitu sebesar 6.2 %.
Sumber data SNI yang diterapkan diperoleh dari SNI yang menjadi acuan
lembaga sertifikasi dan laboratorium penguji dalam melakukan penilaian keseuaian,
acuan pelaku usaha dalam sertifikasi SNI, SNI yang diterapkan oleh pelaku usaha
peserta SNI Award (non sertifikasi), dan SNI yang menjadi acuan kebijakan
kementerian/lembaga dalam membuat regulasi. Sehingga diperoleh data sebanyak
2526 SNI.
Sedangkan SNI yang berlaku diambil dari data pada bulan Desember
sebanyak 10.629 SNI. Kedeputian Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian
mengembangkan skema penilaian kesesuaian. SNI dan Skema Penilaian Kesesuaian
didesiminasikan kepada stakeholder melalui berbagai media seperi melalui tatap
muka, workshop, forum group discussion dan juga melalui media sosial BSN, seperti
dalam Gambar 4.13
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 67
Gambar 4.13 Media promosi SNI dalam bentuk infografis yang ditayangkan di Medsos BSN
Indikator 11. Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan
persyaratan SNI
Tabel 4.19 Target, Realisasi dan Capaian IKU 11
No
Indikator Kinerja
Satuan
Capaian s.d 2019
(Kumulatif) Capaian
2019
Capaian 2019
Target Realisasi % Target Capaian
11 Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan persyaratan SNI
Persentase IKU Baru
70% 70% 100% 70% 100%
Indikator kinerja Utama (IKU) Persentase SNI yang diterapkan dihitung dari :
Jumlah produk bertanda SNI yang sesuai dengan persyaratan SNI ------------------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah total produk bertanda SNI
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 68
Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014
tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, BSN melakukan uji petik kesesuaian
untuk memastikan efektivitas penerapan SNI. Dalam melaksanakan kegiatan
tersebut, BSN berkoordinasi dengan kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian. Hasil uji petik kesesuaian terhadap SNI disampaikan kepada KAN,
instansi pembina, dan kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang
bertanggung jawab melakukan pengawasan pasar sebagai masukan untuk tindak
lanjut yang diperlukan.
Capaian indikator kinerja Prosentase produk bertanda SNI yang sesuai persyaratan
SNI pada tahun 2019 sebesar 100% dari 70 % yang ditargetkan tercapai 70 %. Hasil inii
lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebesar 66,28 %.
Pengambilan sampel dilakukan oleh Tim Uji Petik yang beranggotakan wakil dari
Badan Standardisasi Nasional dan K/L dengan lokasi uji petik di 16 kota dan
menetapkan 7 kelompok produk yang disampling.
Produk yang disampling, yaitu:
1) Produk yang SNI-nya telah diberlakukan wajib, yaitu: helm pengendara
kendaraan bermotor roda dua, kipas angin, regulator tekanan rendah untuk
tabung baja LPG dan garam konsumsi beryodium.
2) Produk yang SNI-nya diterapkan secara sukarela dan telah mendapatkan
sertifikat/Tanda SNI atau mencantumkan tanda SNI pada produk, yaitu: penanak
nasi, kertas tisu muka dan sarden dan makerel dalam kemasan kaleng.
Hasil monitoring dan uji petik tersebut telah menghasilkan beberapa
rekomendasai bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai dasar pengambilan
kebijakan, sehingga diharapkan dapat memperkuat kapasitas dan kualitas
penerapan standar, yang pada akhirnya akan berdampak kepada semakin
bertambahnya pelaku usaha yang menerapkan SNI dan terciptanya perlindungan
terhadap kesehatan, keselamatan kerja, dan lingkungan hidup bagi masyarakat.
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 69
SASARAN STRATEGIS
6
Meningkatkan kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional
Sasaran Strategis Meningkatkan kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber
daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional Untuk implementasi ini
disusun 4 indikator, yaitu :
1. Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi (Nilai PMPRB)
2. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN
3. Opini atas Laporan Keuangan BSN
4. Persentase Penerapan Budaya Kerja BSN
Keempat capaian indikator diatas pada Tahun 2019 telah mencapai 72,72 %,
adapun penjelasan capaian atas kedua indikator sebagai berikut :
Indikator 12. Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi (Nilai PMPRB)
Tabel 4.20 Target, Realisasi dan Capaian IKU 12
No
Indikator Kinerja
Satuan
Capaian s.d 2019
(Kumulatif) Capaian
2018
Capaian 2019
Target Realisasi % Target % Capaian
12 Tingkat
pelaksanaan
Reformasi
Birokrasi (Nilai
PMPRB)
Nilai 72.71 75.01 72.76 97 75.01 97%
Indikator kinerja Utama (IKU) Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi (Nilai
PMPRB) dihitung dari :
Hasil Penilaian lembar kerja evaluasi Reformasi Birokrasi dari KemenPANRB
Setiap Kementerian/Lembaga/Daerah (K/L/D) diwajibkan melaksanakan
Reformasi Birokrasi sebagaimana dituangkan dalam Perpres No. 81 Tahun 2010.
Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan
pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintah terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan, tata laksana, dan
sumber daya manusia aparatur.
Untuk menilai tingkat pelaksanaan RB, Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) melakukan evaluasi setiap tahun di
seluruh K/L/D. Nilai pelaksanaan RB BSN berdasarkan hasil evaluasi Tim Evaluator
Kemenpan RB sampai dengan Laporan Kinerja ini disusun belum keluar, sehingga
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 70
realisasi indikator kinerja tingkat pelaksanaan reformasi Birokrasi BSN menggunakan
hasil penilaian tahun 2018 dengan nilai sebesar 72,76 Ini berarti capaian kinerja
sebesar 97%. Namun berdasarkan Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
(PMPRB) oleh Inspektorat BSN pada Tahun 2019 didapatkan nilai 85.32. Berikut
perkembangan hasil evaluasi pelaksanaan RB BSN oleh Kemenpan RB Tahun 2015-
2018
Tabel 4.21 Hasil Evaluasi Pelaksanaan RB BSN Tahun 2015 – 2018
No Komponen Penilaian Nilai 2015 2016 2017 2018
Maks
A Pengungkit
1 Manajemen Perubahan 5 3,66 3,65 3,64 3,64
2 Penataan Peraturan Perundangan 5 2,71 2,71 2,71 2,92
3 Penataan dan Penguatan Organisasi 6 4,01 3,84 3,84 3,84
4 Penataan Tatalaksana 5 3,76 4,13 4,01 4,02
5 Penataan Sistem Manaj SDM 15 10,57 13,25 13,21 13,21
6 Penguatan Akuntabilitas 6 3,89 3,40 3,68 3,68
7 Penguatan Pengawasan 12 7,23 5,39 5,86 6,14
8 Peningkatan Pelayanan Publik 6 3,53 4,78 4,85 4,85
Sub Total Komponen Pengungkit (A) 60 39,36 41,13 41,80 42,30
B Hasil
1 Kapasitas Dan Akuntabilitas Kinerja
Organisasi
20 13,42 13,04 13,79 13,32
2 Pemerintah yang Bersih dan Bebas KKN 10 8,70 9,00 9,27 9,16
3 Kualitas Pelayanan Publik 10 6,80 7,73 7,83 7,98
Sub Total Komponen Hasil (B) 40 28,92 30,66 30,89 30,46
Indeks Reformasi Birokrasi (A+B) 100 68,29 71,79 72,69 72,76
B BB BB BB
Jika dilihat dari perkembangan dari tahun ke tahun terdapat peningkatan nilai
seiring dengan adanya kenaikan target yang direncanakan. Hal-hal yang
menunjukkan kinerja pelaksanaan RB Tahun 2019 lebih meningkat dari sebelumnya
diantaranya sebagai berikut.
a. Telah berhasil dibuat rencana aksi untuk setiap area perubahan RB untuk lembaga
dan diturunkan sampai ke tingkat unit kerja.
Adanya rencana aksi RB Tahun 2019 menjadikan pelaksanaan RB lebih baik di
lembaga dan di setiap unit kerja.
Dalam menyusun rencana aksi ini, disesuaikan dengan prinsip-prinsip pelaksanaan
RB dengan koordinasi dan konsultasi dengan narasumber dari Kemenpan RB.
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 71
Rencana aksi RB Tahun 2019 diawali dengan melakukan analisa kondisi saat ini
dan permasalahan yang ada untuk setiap area perubahan RB, kemudian solusi
dari permasalahan tersebut dibuat rencana kegiatan-kegiatan apa saja, beserta
target outputnya dan rencana pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya rencana aksi
tersebut dilaksanakan oleh unit kerja yang dimotori oleh Kelompok Kerja RB BSN
yang ditetapkan melalui Keputusan Kepala BSN dan dibantu sekretariat RB BSN
yang dilaksanakan oleh Bagian Organisasi dan Tata Laksana.
Gambar IV.14 Rapat Pokja RB BSN
b. Pelaksanaan 8 (delapan) area perubahan RB berdasarkan Rencana Aksi
Rencana aksi tahun 2019 yang telah disusun untuk 8 (delapan) area perubahan
RB dilaksanakan oleh BSN dan unit kerja, yang dimotori oleh Kelompok Kerja
(Pokja) RB BSN ditetapkan melalui Surat Keputusan dan dibantu sekretariat RB BSN
yang dilaksanakan oleh Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Biro SDMOH.
Pelaksanaan 8 (delapan) area perubahan RB BSN, sebagai berikut :
1. Manajemen Perubahan
Telah dibentuk Pokja RB BSN dan Pokja RB Unit Kerja Eselon 1 yang menyusun
rencana aksi dan mengkoordinir pelaksanaan RB, memonitor dan
mengevaluasi pelaksanaannya. Dilakukan pula upaya untuk melakukan
perubahan pola pikir dan budaya kerja pegawai melalui penetapan Nilai
Organisasi BSN yang baru beserta perilakunya. Nilai organisasi tersebut
disosialisasikan dan diinternalisasi secara terus menerus oleh segenap pimpinan
BSN dibantu Agent of Change dan dilakukan pengukuran penerapan budaya
kerja di setiap unit kerja.
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 72
2. Penataan Peraturan Perundang-undangan
Telah dilakukan pemetaan peraturan perundang-undangan terkait
Standardisasai dan Penilaian Kesesuaian (SPK) untuk meningkatkan kualitas
peraturan perundang-undangan dalam rangka meningkatkan kualitas
layanan publik BSN dan menghindari tumpeng tindih/duplikasi peraturan
perundangan di bidang SPK. Untuk meningkatkan layanan di bidang
penyusunan peraturan perundangan, telah mengembangkan aplikasi e-
monitoring penetapan peraturan BSN (E-TAP) yang ditujukan untuk
memudahkan proses pemantauan pembentukan peraturan BSN dan Aplikasi
Penetapan SNI (SIKAP-SNI) yang memudahkan proses penetapan SK SNI.
3. Penataan dan Penguatan Organisasi
Telah dilakukan evaluasi kelembagaan berdasarkan Permenpanrb No. 20
Tahun 2018 tentang Pedoman Evaluasi Kelembagaan Instansi Pemerintah.
Dalam pedoman ini, evaluasi kelembagaan selain dilakukan pada tingkat
Lembaga/BSN juga dilakukan pada tingkat Eselon I, dan dilakukan pula pada
unit eselon 2 di bawah Kepala BSN (unit teknokratik).
Hasil dari evaluasi kelembagaan BSN dinyatakan dalam grafik sebagai berikut:
Gambar IV.15 Grafik Radar Hasil Evaluasi Kelembagaan BSN
Nilai peringkat komposit yang didapat dari evaluasi level BSN sebesar 87,08.
Nilai tersebut dinyatakan masuk ke dalam kategori P-5 (skor 81-100). Kategori
ini menyatakan bahwa dari sisi struktur dan proses, BSN dinilai tergolong sangat
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 73
efektif. Struktur dan proses organisasi BSN yang ada dinilai mempunyai
kemampuan sangat tinggi untuk mengakomodir kebutuhan internal organisasi
dan sangat mampu beradaptasi terhadap dinamika perubahan lingkungan
eksternal organisasi. Hasil penghitungan nilai komposit dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.22 Peringkat Organisasi, dan Interpretasi
Keterangan
P-5
Mencerminkan bahwa dari sisi struktur dan proses, organisasi dinilai
tergolong sangat efektif. Struktur dan proses organisasi yang ada dinilai
mempunyai kemampuan sangat tinggi untuk mengakomodir kebutuhan
internal organisasi dan sangat mampu beradaptasi terhadap dinamika
perubahan lingkungan eksternal organisasi.
Kondisi Dimensi Struktur dan Proses Sangat Efektif
Kemampuan akomodasi kebutuhan internal
dan adaptasi lingkungan eksternal
Sangat Tinggi
Kekurangan -
Hasil penghitungan kuesioner evaluasi masing-masing tim pada tingkat
suborganization wide level dari masing-masing unit kerja menunjukkan bahwa
unit kerja Eselon I, unit teknostruktur, dan Inspektorat menunjukkan bahwa unit
kerja berada pada tingkat P-4 dan P-5.
Unit yang termasuk dalam kategori P-5 adalah :
a. Deputi Bidang Akreditasi (Skor komposit : 87,90)
b. Deputi Bidang Pengembangan Standar (Skor komposit : 87,57)
c. Pusat Data dan Sistem Informasi (Skor komposit :95,.70)
d. Sekretariat Utama (Skor komposit :90,24)
Sedangkan, unit yang termasuk dalam kategori P-4 adalah :
a. Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian (Skor
komposit: 76,35)
b. Deputi Bidang Standar Nasional Satuan Ukuran (Skor komposit: 68,56)
c. Inspektorat (Skor komposit: 68,75)
d. Pusat Riset dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Skor komposit:
73,07)
4. Penataan Tata Laksana
Telah disusun bisnis proses berdasarkan organisasi yang baru. Dalam
melaksakan tugas dan fungsinya, pimpinan BSN telah berkomitmen untuk
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 74
melakukan penataan tata laksana dengan menggunakan sistem manajemen
yang terintegrasi. Pada tahun 2019 telah berhasil disusun Panduan Sistem
Manajemen yang terintegrasi antara SNI/ISO 9001 (Sistem Manajemen Mutu),
SNI ISO/IEC 27001 (Sistem Manajemen Keamanan Informasi), SNI/ISO 37001
(Sistem Manjemen Anti Penyuapan). Untuk tahun 2019 ini pelaksanaan integrasi
belum dapat dilakukan secara utuh, dan akan dilanjutkan pada tahun 2020.
Dalam melaksanakan e-government, BSN juga melaksanakan peningkatan
pelaksanaan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) dengan menyusun
17 Kebijakan, 7 Tata kelola dan 13 Layanan serta membangun dan
mengembangkan layanan internal dan eksternal berbasis aplikasi.
5. Penataan Sistem SDM Aparatur
Melaksanakan manajemen kinerja yang salah satunya terkait penilaian
pegawai berbasis kinerja , dengan membuat:
a. Form SKP memuat Perjanjian Kinerja Individu dengan Kegiatan Tugas
Jabatan
b. Menyusun rencana kerja tahunan individu
c. Memantau capaian rencana kerja triwulanan
d. Pegawai menyusun logbook harian
Yang keseluruhannya difasilitasi dalam Aplikasi “Sistem Kinerja Pegawai”
Disamping itu, telah disusun dan ditetapkan Peraturan Kepala BSN No. /2019
tentang Pembayaran Tunjangan Kinerja di lingkungan BSN dengan perubahan
yaitu pemberian tunjangan kinerja berbasis Data rekaman kehadiran, Disiplin
Pegawai, dan Penilaian Kinerja, yang sebelumnya hanya berdasarkan
kehadiran/presensi.
6. Peningkatan Pengawasan
Pembuatan Aplikasi Whistle Blowing System, Penerapan Zona Integritas dan
Wilayah Bebas Korupsi yang didukung juga melalui penerapan Sistem
Manajemen Anti Penyuapan berbasis SNI ISO 3700.
7. Peningkatan Akuntabilitas
Telah merumuskan peta strategis BSN 2020-2024 sesuai organisasi baru BSN dan
menyusun cascading kinerjanya. Untuk memudahkan pelaksanaan program
akuntabilitas, telah dilakukan pengembangan aplikasi e-Performance dengan
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 75
menambahkan menu integrasi antara Renstra, Renja, Perjanjian Kinerja, dan
Pemantauan capaian kinerja, serta menampilkan capaian kinerja unit kerja
untuk memudahkan dalam memantau capaian kinerja unit.
8. Peningkatan Pelayanan Publik
Layanan penerbitan Surat Persetujuan Penggunaan Tanda SNI melalui aplikasi
Si Bang Beni. Sebelumnya SPPT SNI diajukan oleh lembaga sertifikasi, dengan
aplikasi ini konsumen dapat langsung mengajukan penerbitan SPPT SNI setelah
terlebih dahulu memperoleh sertifikat produk sesuai SNI dari lembaga sertifikasi
produk. Dilakukan pula pengembangan aplikasi pembelian SNI secara online
melalui web http://pesta.bsn.go.id.
c. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan RB
Dilakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan RB BSN dan Unit Kerja Eselon 1
untuk melihat progres dan kendala beserta pemecahan permasalahannya.
Untuk pelaksanaan evaluasi, mulai tahun 2019 Penilaian Mandiri Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi (PMPRB) selain dilakukan di lingkup lembaga, juga dilakukan di
lingkup Unit Eselon 1. Hasil PMPRB telah disampaikan ke Kemenpan RB, dan kemudian
dilakukan evaluasi lapangan oleh Tim Evaluator Kemenpan RB untuk melihat secara
langsung pelaksanaan RB BSN.
Indikator 13. Tingkat kualitas akuntabilitas Kinerja BSN
Tabel 4.23 Target, Realisasi dan Capaian IKU 12
N
o Indikator Kinerja Satuan
Capaian
2018
Capaian 2019 Rencana sd 2019
Target Realisasi % Target % Capaian
13 Tingkat kualitas
akuntabilitas kinerja BSN
Nilai 67.38 (B) 70 (BB) 67,38 (B) 96,26% 70 (BB 96,26%
Tabel 4.24
Hasil Evaluasi AKIP BSN Tahun 2010 – 2018
No Komponen yang
dinilai Bobot
Nilai
Bobot
Nilai
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
a. Perencanaan Kinerja 35 18,65 19,75 19,69 23,04 24,18 30 19,92 21,37 21,58 21,60
b. Pengukuran Kinerja 20 10,33 10,50 10,50 11,35 11,25 25 15,80 16,13 16,95 16,95
c. Pelaporan Kinerja 15 9,25 8,88 9,36 9,63 9,78 15 10,28 10,36 10,45 10,65
d. Evaluasi Kinerja 10 5,00 5,40 5,42 6,14 6,26 10 5,85 5,89 6,11 6,21
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 76
No Komponen yang
dinilai Bobot
Nilai
Bobot
Nilai
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
e. Capaian Kinerja 20 11,08 9,97 13,25 12,79 13,34 20 12,35 11,12 11,79 11,97
Nilai Hasil Evaluasi 100 54,31 54,50 58,21 62,95 63,81 100 64,20 64,87 66,88 67,38
Tingkat Akuntabilitas Kinerja CC CC CC CC CC B B B B
Jika dilihat dari tabel 4.24 di atas, terdapat kenaikan nilai hasil evaluasi
akuntabilitas kinerja setiap tahun, walaupun belum sesuai dengan target yang
diharapkan untuk mendapatkan nilai dengan kriteria ‘BB”.
Sebagai upaya perbaikan penerapan Akuntabilitas Kinerja pada tahun 2019
telah dilakukan Reviu Renstra BSN 2015-2019 sesuai organisasi baru, merumuskan
Indikator Kinerja Utama BSN untuk periode tahun 2020-2024 dan telah ditetapkan
Perjanjian Kinerja Tahun 2020 pada akhir tahun 2019, dan pembuatan Aplikasi E-
Performance untuk memonitor capaian kinerja. Selanjutnya pada tahun 2020 akan
terus dilakukan penyempurnaan terhadap proses monitoring capaian kinerja yaitu
menambah menu Aplikasi E-Performance yang merupakan penyempurnaan dari
Aplikasi SIPP, mereviu pedoman SAKIP BSN dengan menambahkan tata cara
pengumpulan data kinerja dan monitoring capaian kinerja, serta merumuskan kriteria
pemberian reward dan punishment atas hasil pengukuran kinerja.
Gambar IV.16 Perubahan Renstra BSN 2015-2019, Perjanjian Kinerja BSN 2020,
Aplikasi E-Performance
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 77
Indikator 14. Opini atas Laporan Keuangan BSN
Tabel 4.25 Target, Realisasi dan Capaian IKU 14
No
Indikator Kinerja
Satuan
Capaian s.d 2019
(Kumulatif) Capaian
2018
Capaian 2019
Target Realisasi % Target % Capaian
14 Opini atas laporan keuangan BSN
WTP Opini
WTP Opini
WTP Opini
WTP Opini
100% WTP
Opini 100%
Indikator kinerja Utama (IKU) Opini atas laporan keuangan BSN dihitung dari :
Opini atas Laporan Keuangan tahun n-1 yang dikeluarkan oleh BPK
Indikator ini adalah indikator yang ditetapkan untuk mendukung pencapaian
reformasi birokrasi di lingkungan Sekretariat Utama BSN. Laporan Keuangan Badan
Standardisasi Nasional (BSN) merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek
keuangan yang dikelola oleh Satker Sekretariat Utama BSN. Laporan Keuangan ini
dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual
maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan
pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan
pada Badan Standardisasi Nasional.
Pemeriksaan Laporan Keuangan oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
bertujuan untuk memberikan kejelasan yang memadai bahwa laporan keuangan
telah disajikan dengan wajar sesuai prinsip akuntansi yang berlaku. Pemeriksaan
tersebut dapat menghasilkan opini yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP, Nilai
capaian 100%), Wajar Dengan Pengecualian (WDP, Nilai capaian 75%), Tidak Wajar
(TW, Nilai Capaian 50%), Tidak Memberikan Pendapat (TMP/Disclaimer, Nilai Capaian
25%).
BSN menetapkan target mendapatkan opini WTP untuk Laporan Keuangan
BSN tahun 2018 karena telah mendapatkan opini WTP atas Laporan Keuangan
sebanyak 8 (delapan) kali secara berturut-turut sejak tahun 2009, yaitu untuk Laporan
Keuangan BSN tahun 2008 sampai dengan tahun 2014. Walaupun pada Laporan
Keuangan BSN Tahun 2015 sempat menurun dengan mendapatkan opini WDP,
namun mulai Laporan Keuangan BSN tahun 2016 sampai tahun 2019 opini WTP dapat
dipertahankan.
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 78
Tabel 4.26
Capaian Kinerja Opini BPK atas Laporan Keuangan BSN Tahun 2010-2019
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Opini BPK atas
Laporan
Keuangan
WTP WTP WTP WTP WTP WDP WTP WTP WTP WTP
Gambar IV.17 Piagam Penghargaan WTP atas Laporan Keuangan Tahun 2018
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 79
Indikator 15. Persentase Penerapan Budaya Kerja BSN
Tabel 4.27 Target, Realisasi dan Capaian IKU 15
No
Indikator Kinerja
Satuan
Capaian s.d 2019
(Kumulatif) Capaian
2019
Capaian 2019
Target Realisasi % Target % Capaian
14 Persentase
Penerapan Budaya
Kerja BSN
Persentase Iku Baru 70 65.71 93,87% 70 93,87%
Indikator kinerja Utama (IKU) Persentase SNI yang diterapkan dihitung dari :
Jumlah nilai penerapan budaya kerja unit ------------------------------------------------------ x 100%
Jumlah unit kerja yang dinilai
Mengingat budaya kerja merupakan salah satu elemen kunci pengelolaan
sumber daya manusia aparatur yang menentukan keberhasilan dan
ketidakberhasilan suatu organisasi. Oleh karena itu perlu dipikirkan bagaimana
pegawai dapat menerapkan budaya kerja profesional dengan baik agar dapat
melaksanakan visi dan misi sesuai dengan target organisasi yang diinginkan. Untuk
mengukur tingkat penerapan budaya kerja di lingkup BSN, maka mulai tahun 2019
dilakukan penilaian penerapan budaya kerja di seluruh unit kerja BSN. Realisasi
indikator kinerja ini masih dibawah target yang ditetapkan yaitu sebesar 65,71%
(target sebesar 70%) atau capaiannya hanya sebesar 93,87%.
Pengukuran budaya kerja dimulai dengan mensosialisasikan nilai organisasi
BSN dan perilakunya yang telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala BSN No.
395/KEP/BSN/9/2019 tentang Nilai Organisasi badan Standardisasi Nasional.
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 80
Gambar IV.18 Nilai Organisasi BSN
Untuk tahun 2019 pengukuran penerapan budaya masih dalam fase sosialisasi.
Pengukuran dilakukan melalui 3 (tiga) metode yaitu (1) Metode questioner dan
asessmen (bobot 20%); (2) Metode Interview (bobot 45%); dan (3) Metode Observasi
(bobot 35%). Pengukuran dilakukan kepada seluruh unit kerja eselon 2 di BSN oleh
pihak ke-3 yang independen. Interview dilakukan terhadap unsur Leader, Agent of
Change, dan insan di setiap unit kerja secara random.
Dalam pengukuran fase 1 ini, penilaian dilaksanakan 2 tahap. Setiap tahap
dihasilkan nilai penerapan budaya per unit kerja. Keseluruhan nilai unit kerja kemudian
dirata-rata, yang kemudian nilai rata-rata ini adalah nilai penerapan budaya kerja
BSN secara keseluruhan.
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 81
Gambar IV.19 Program Penerapan Budaya Kerja BSN
Hasil dari penilaian ini terlihat nilai penerapan di masing-masing unit kerja. Lima
unit kerja dengan nilai terendah dalam pada tahap ke-2 akan memperoleh clinic dan
permak oleh Pimpinan Tinggi Utama dan Madya didampingi oleh konsultan penilai.
Kemudian ke-5 pimpinan unit kerja tersebut menandatangani kesepakatan untuk
memperbaiki penerapan budaya di unitnya dengan disaksikan oleh Kepala BSN dan
Pimpinan Tinggi Madya BSN. Diharapkan setelah melalui clinic dan permak, unit kerja
dengan nilai rendah akan meningkatkan penerapan budaya kerja unit nya, sehingga
akan mendapat nilai yang lebih baik. Secara keseluruhan, nilai penerapan budaya
kerja BSN akan meningkat.
Pada penilaian tahap 1, dari 16 unit yang dinilai hasil nilai tertinggi adalah 85,1
dan nilai terendah 71,8. Nilai penerapan budaya BSN yang merupakan rata-rata nilai
seluruh unit kerja adalah 79,2. Hal ini menunjukkan acceptasi yang cukup baik. Target
penerapan budaya kerja di BSN untuk tahun 2019 adalah nilai 70.
Namun untuk penilaian tahap ke-2 terjadi penurunan. Nilai penerapan budaya
kerja di BSN menjadi 65,7 dengan nilai terendah 55,17 dan nilai tertinggi 71,43.
Penurunan nilai cukup ekstrim dan susunan ranking unit kerja yang drastis, dengan
menggunakan metode dan penilaian yang sama. Hal ini menggambarkan
inkosistensi penerapan budaya belum menjadi behavior. Tingginya nilai pada tahap
1 juga dikarenakan pelaksanaan survei sudah terinformasikan/tidak mendadak,
sedangkan survei tahap kedua relatif tidak terduga. Perubahan/inkonsistensi
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 82
penerapan budaya merupakan hal yang wajar, untuk itu dibutuhkan culture
organisasi untuk menjaga arah perilaku insan/pegawai agar tetap terjaga.
B. Capaian Penghargaan dan Inovasi Layanan
1. BSN melalui Komite Akreditasi Nasional (KAN) Peroleh Pengakuan Internasional
ILAC Skema Akreditasi Penyelenggara Uji profisiensi
2. BSN terpilih sebagai anggota komite Eksekutif APAC
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 82
3. Indonesia terpilih menjadi sekretaris PASC Periode 2020 - 2022
4. Tim Indonesia Raih Prestasi dalam olimpiade standardisasi Internasional
5. Opini Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK atas laporan Keuangan 2018
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 84
6. Peresmian kantor Layanan Teknis Ke-4 di Pekanbaru Riau
7. BSN menangkan TOP Digital Awards 2019 (aplikasi layanan berbasis TI)
8. Unit Layanan Terpadu BSN Raih Penghargaan Pelayanan Publik dari Kemenpan RB
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 85
C. Kinerja Keuangan
Dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi BSN sesuai organisasi baru,
pada tahun 2019 BSN melaksanakan 2 (dua) program dan 17 (tujuh belas) kegiatan,
yang didukung oleh anggaran yang bersumber dari Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) Tahun 2019. Berdasarkan DIPA BSN Nomor SP DIPA-084.01-0/2019
tanggal 5 Desember 2018, pagu alokasi anggaran BSN sebesar Rp245.736.441.000,-
sedangkan realisasi anggarannya sebesar Rp 241.520.103.216,- atau sebesar 98,28%.
Setiap tahun realisasi anggaran BSN rata-rata capaiannya sekitar 95%, ini berarti
anggaran yang ada telah digunakan dan dimanfaatkan untuk pelaksanaan program
dan kegiatan sesuai dengan yang direncanakan.
Adapun rincian penyerapan anggaran berdasarkan program dan kegiatan
ditampilkan pada table dibawah ini.
Tabel 4.28
Realisasi Anggaran BSN TA. 2019
KODE PROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN
(Rp) Realisasi (Rp)
84 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 245.736.441.000 241.520.103.216
084.01.01 Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BSN
125.389.506.000 122.087.299.803
3549 Peningkatan Pelayanan Sumber Daya Manusia,
Organisasi dan Hukum
5.197.407.000 5.163.457.708
3550 Peningkatan Pelayanan Perencanaan, Keuangan dan
Umum
116.149.128.000 112.944.331.723
3551 Peningkatan Penyelenggaraan Pengawasan Internal
BSN
786.237.000 765.698.140
4176 Peningkatan Pelayanan Humas, Kerjasama dan
Layanan Informasi
3.256.734.000 3.213.812.232
084.01.06 Program Pengembangan Standardisasi Nasional 120.346.935.000 119.432.803.413
3553 Pengembangan Sistem Standardisasi dan Penilaian
Kesesuaian (SPK)
777.081.000 759.635.980
3554 Peningkatan Akreditasi Laboratorium 68.060.551.000 67.975.567.299
3555 Peningkatan Akreditasi Lembaga Inspeksi dan
Lembaga Sertifikasi
9.185.109.000 9.149.646.160
3556 Peningkatan Data dan Sistem Informasi 2.325.383.000 2.276.389.610
3558 Peningkatan Penguatan Penerapan Standar dan
Penilaian Kesesuaian
11.821.577.000 11.601.886.347
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 86
KODE PROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN
(Rp) Realisasi (Rp)
3559 Peningkatan Riset dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia
4.834.034.000 4.628.874.376
3560 Peningkatan Pengembangan Standar Agro, Kimia,
Kesehatan dan Halal
6.090.020.000 6.052.728.829
3561 Peningkatan Sistem Penerapan Standar dan
Penilaian Kesesuaian
4.667.628.000 4.628.511.569
4177 Peningkatan Sistem dan Harmonisasi Akreditasi 6.532.851.000 6.516.260.856
4178 Peningkatan Standar Nasional Satuan Ukuran
Mekanika Radiasi dan Biologi
2.023.491.000 1.944.243.962
4179 Peningkatan Standar Nasional Satuan Ukuran
Termoelektrik dan Kimia
1.827.171.000 1.699.879.456
4180 Peningkatan Pengembangan Standar Mekanika,
Energi, Elektronika, Transportasi
995.182.000 994.150.466
4181 Peningkatan Pengembangan Standar,Infrastruktur,
Penilaian Kesesuaian
1.206.857.000 1.205.028.503
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 87
BAB V
PENUTUP
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 88
BAB V
PENUTUP
Laporan Kinerja BSN ini merupakan laporan pertanggungjawaban atas
pencapaian pelaksanaan visi dan misi BSN menuju good governance dengan
mengacu pada Rencana Strategis tahun 2015-2019. Penyusunan Laporan Kinerja
BSN mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden Nomor 7
Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), dan Instruksi
Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.
Laporan Kinerja ini merupakan Laporan Kinerja BSN tahun kelima pelaksanaan
RPJMN tahun 2015-2019.
Tantangan globalisasi menuntut daya saing yang tinggi agar mampu
memenangi persaingan tersebut. Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian diyakini
dapat meningkatkan daya saing perekonomian nasional yang diharapkan
mampu melindungi konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat
lainnya untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi
lingkungan hidup; membantu kelancaran perdagangan; dan mewujudkan
persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan.
Sebagai lembaga pemerintah yang bertanggung dalam
mengkoordinasikan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia,
BSN telah mampu menjalankan tugasnya dengan baik. BSN telah berhasil
mengatasi tantangan tersebut, sehingga tugas yang diemban dapat
diselesaikan sesuai dengan harapan. Hal ini tampak pada pencapaian IKU pada
tahun 2019 secara umum sudah sesuai dengan target yang ditetapkan.
Pada tahun 2019, secara keseluruhan rata-rata capaian kinerja BSN
sebesar 100% dari 15 IKU. Sebanyak 10 IKU capaiannya telah melampaui target
dan 5 IKU lainnya masih di bawah target.
Langkah-langkah kedepan yang harus dilakukan oleh BSN dalam upaya
memperbaiki kinerja dan menghadapi tantangan kedepan, antara lain:
a) Meningkatkan bimbingan untuk industri khususnya UMK di bidang standardisasi
dan penilaian kesesuaian dengan melibatkan pemerintah daerah terkait
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 89
dalam mendukung penyusunan SNI sesuai potensi/kebutuhan daerah dan
dapat mendukung penerapan SNI di UMK.
b) Meningkatkan sosialisasi di bidang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
terutama dalam hal sertifikasi SNI kepada masyarakat melalui berbagai media
publikasi, terutama yang berbasis Information Technology (IT).
c) Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antara BSN dengan pihak-pihak
terkait dan sinergi dalam kegiatan penyusunan, penerapan, dan pengawasan
Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian di Indonesia.
Akhirnya dengan disusunnya Laporan Kinerja ini, diharapkan dapat
memberikan informasi secara transparan kepada seluruh pihak yang terkait
mengenai tugas fungsi BSN, sehingga dapat memberikan umpan balik guna
peningkatan kinerja pada periode berikutnya. Secara internal Laporan Kinerja ini
harus memotivasi untuk lebih meningkatkan kinerja organisasi dengan
memperhatikan perkembangan kebutuhan pemangku kepentingan, sehingga
BSN dapat semakin dirasakan keberadaannya oleh masyarakat dengan
pelayanan yang professional.
LAMPIRAN
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 90
2019| Laporan Kinerja BADAN STANDARDISASI NASIONAL 91
. , . -