bab l pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/46669/2/bab l.pdfkalimantan, brunei darussalam...
TRANSCRIPT
1
BAB l
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asia Tenggara merupakan wilayah pusat dari bangsa melayu yang sudah
ada di Asia Tenggara antara 3000- 1500 SM yang diketahui sebagai Melayu Tua
dan Melayu Baru pada 500 SM. Melayu di wilayah Asia Tenggara tersebar di
berbagai Wilayah tersebar di daerah Selat Malaka, Riau, Kepulauan Riau, Sumatra,
Kalimantan, Brunei Darussalam dan Malaysia.1 Berkembangnya Melayu di Asia
Tenggara banyak mempengaruhi aspek- aspek kehidupan, terutama untuk
Indonesia melayu sudah menjadi bagian dari budaya nasional dan bahasa Melayu
menjadi bahasa pemersatu bahasa Indonesia. Selain Indonesia di negara Asia
Tenggara seperti Malaysia dan Brunei Darussalam menggunakan Melayu sebagai
identitas dan landasan di negaranya, dan pengaruh Melayu ini dapat dilihat melalui
bahasa, agama (Islam), serta seni dan adatnya.2 Memiliki peran yang besar di Asia
Tenggara tersebutlah yang mendorong pemerintahan Provinsi Riau untuk
menggunakan budaya Melayu sebagai identitas dan branding daerahnya.
Pemerintah Riau menggunakan Melayu sebagai identitas daerah karena
pada dasarnya Melayu adalah identitas yang lahir di tanah Riau. Dalam sejarahnya
1Prof. H. Suwardi MS, “ Dari Melayu Ke Indonesia”, Penerbit Pustaka Pelajar, ISBN: 978-602-
8300-18-6, Yogyakarta, 2008. 2 Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D, “Melayu : Dari Lingua Franca Ke Cultura Franca”,
Universita Sumatera Utara, diakses dalam
https://www.researchgate.net/profile/Muhammad_Takari/publication/256730080_MELAYU_DA
RI_LINGUA_FRANCA_KE_CULTURA_FRANCA/links/00b7d523afa75aae10000000/MELAY
U-DARI-LINGUA-FRANCA-KE-CULTURA-FRANCA.pdf?origin=publication_detail
2
Riau merupakan daerah kerajaan Melayu utama dan pusat dari kekuasaanya yang
tersebar hingga wilayah Johor yang merupakan bagian dari Malaysia. Selain itu
Riau merupakan tanah lahirnya budaya, kebiasaan dan adat istiadat Melayu3. Selain
itu juga bahasa melayu berasal dan berkembang dari pulau sumatera yang dimana
Provinsi Riau merupakan bagiannya, sehingga hal tersebut menunjukan Riau tidak
hanya kaya akan budaya melayunya namun juga tempat lahir dan tanah kampung
halaman Melayu. Branding Riau sebagai tanah tumpah darah Melayu selain jati diri
dan kebudayaan , Riau merupakan wilayah pusat kerajaan Melayu di Selat Malaka
yaitu Kerajaan Melaka sebelum masa kolonialisme4.
Melalui branding Riau The Homeland Of Melayu, diharapkan dapat
membangun Provinsi Riau serta dapat menjadi pusat kebudayaan melayu di Asia
Tenggara. Cita- cita tersebut dapat dicapai Provinsi setelah adanya otonomi daerah,
yang mendorong setiap daerah Indonesia untuk perencanaan pembangunan dengan
sebuah Branding daerah dengan melihat potensi dan sumber daya saing masing
masing daerah. Setelah keluar nya UU Nomor 22 Tahun 1999 yang berisikan
pemberian keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah,
Dan keluar nya PP Nomor 25 Tahun 2000 yang merupakan peraturan yang
menyatakan penyelanggaraan dari UU No 22 Tahun 1999. Dan setelahnya
pemerintah Provinsi Riau mengeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 36
3 Timothi J, Moy, “The” Sejarah Melayu” tradition of power and political structure: An assesment
of relevant sections oof the “Tuhfat Al- Nafis”, Jurnal, Journal of the Malaysian Branch of the Royal
Asiatic Society, Vol. 48, No. 2 (228) (1975), pp. 64-78 4 Wawancara penulis dengan Seksi Diplomasi Budaya Dinas Kebudayaan Provinsi Riau, Tengku
Arifin,S.E, 17 Januari 2019
3
Tahun 2001 yang berisikan pola dasar untuk pembangunan daerah Provinsi Riau5.
Melalui peraturan daerah Provinsi Riau No 36 tahun 2001 dapat dilihat bahwa
otonomi daerah sebagai momentum bagi Provinsi Riau untuk menggunakan
identitas Melayu sebagai visi dari pembangunan daerahnya.
Adanya otonomi daerah Provinsi Riau dapat melakukan pembangunan
daerah menggunakan identitas Melayu dengan strategi pemerintah yang lebih
akuntabel, responsif dan profesional untuk mencapai tujuan daerah menjadikan
Riau Pusat Kebudayaan Melayu di Asia Tenggara. Dalam pembangunan daerah
terdapat dua perspektif yang mempengaruhinya yaitu sebagai bentuk respon untuk
kebutuhan eksternal dan untuk respon kebutuhan internal. Bahwasanya
pembangunan daerah ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing suatu daerah
yang akan berdampak pada kesejahteraan daerah tersebut.6
Meningkatkan daya saing suatu daerah dapat dilakukan dengan perencanaan
yang strategis, seperti melalui pelaksanaan branding daerah. Branding yang
dilakukan daerah haruslah menggunakan keunggulan yang dimiliki daerah
sehingga berbeda dari daerah lain, maka dengan membentuk Brand Image suatu
daerah diharapkan akan membantu pembangunan daerah. Oleh karena itu keunikan
serta keaslian branding suatu daerah dapat menjadi faktor yang kuat untuk
mencapai keberhasilan suatu branding, dengan keberhasilan branding dapat
menjadikan suatu daerah lebih unggul dari yang lain. Serta dengan pengelolaan
5 DR. M. Mas’ud Said, “ Arah Baru Otonomi Daerah Di Indonesia”, UMM Press, ISBN(10) : 978-
3602- 64- 3, Malang, 2005. 6 Ibid
4
branding daerah yang baik, dapat menguntungkan dalam pembangunan daerah baik
itu ekonomi, sosial dan budaya.7
Branding yang memiliki karakteristik dan identitas dapat diidentifikasi dan
dijelaskan sebagai karakteristik utama daerah tersebut sehingga sangatlah penting.
Sebagaimana mestinya dilakukannya Branding daerah haruslah melihat potensi dan
keuntungan yang akan di dapatkan dari branding tersebut, sehingga daerah tersebut
dapat memposisikan tujuan dari branding yang dilakukan. Branding daerah pada
era globalisasi ini haruslah memiliki dampak global dan tidak hanya berdampak di
dalam negeri saja. Sehingga branding yang dapat membangun identitas dan citra
positif daerah secara otomatis memberikan daerah tersebut karakteristik yang dapat
diidentifikasi oleh masyarakat baik domestik dan internasional.8
Identitas dan karakteristik yang unik serta berbeda merupakan hal utama
yang dilakukan untuk branding daerah seperti yang dilakukan pemerintah Provinsi
Riau melalui identitas Melayu sebagai produk branding daerahnya. Wilayah Riau
ini merupakan Provinsi di pulau Sumatera yang kaya dengan beragam budaya
Melayu di dalam nya dan disebut juga sebagai Tanah Tumpah Darah Melayu.
Budaya Melayu yang terdapat di Provinsi Riau sangat berhubungan erat degan
kebiasaan kebiasaan yang dilakukan masyarakat Riau. Dan kesenian yang terdapat
di Riau ini sangat kompleks , dimana kesenian melayu Riau ini terdapat yang
7Syafrizal Helmi, “Regional Branding: Strategi memasarkan Daerah”, Universitas Sumatera Utara,
2017, diakses dalam
https://www.researchgate.net/publication/44294314_Regional_Branding_Strategi_Memasarkan_D
aerah?enrichId=rgreq-e0896d39f5de873384cc76e8d15c4dd2-
XXX&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzQ0Mjk0MzE0O0FTOjQ3NjE4MTA0NTc0NzcxM0Ax
NDkwNTQxODE2ODQ5&el=1_x_2&_esc=publicationCoverPdf 8 Bambang Widodo, “ Strategi pencitraan kota ( City Branding ) berbasis kearifan lokal (Studi Kasus
di Kota Solo, Jawa Tengah dan Kabupaten Badung, Bali)”, Jurnal, Vol 11, No 2 (2018), ejournal.uin-
suska.ac.id
5
bersifat tradisional yang berpusat di pedesaan serta kesenian bersifat kontemporer
bersifat diperkotaan, serta banyaknya peninggalan bersejarah kesultanan melayu9.
Pemerintah Riau menggunakan kebudayaan Melayu sebagai branding
daerah karena terdapat potensi yang besar dilihat dari kondisi geografis serta
peluang Riau dengan keeratan identitas Melayu dengan negara tetangga yang
sangat relevan dengan Provinsi Riau yang juga merupakan daerah tanah Melayu.
Karena apabila perencanaan suatu daerah tidak relevan dan tidak sesuai dengan
kondisi sosial budaya akan sering kali mengalami kegagalan. Selain bahasa melayu
yang merupakan bahasa pemersatu Republik Indonesia Provinsi Riau memiliki
beragam budaya Melayu yang menjadikan penggunaan Melayu dalam branding
relevan dengan kondisi sosial budaya Riau. Branding daerah pemerintah Riau
melalui Homeland Of Melayu merupakan produk branding untuk mempromosikan
daerah Riau yang kaya akan budaya melayunya. Branding Riau The Homeland Of
Melayu juga merupakan potensi yang besar untuk pemerintah Riau kedepannya
dapat memperkuat perekonomian masyarakat Riau karena bersifat berkelanjutan.
Adapun makna yang terdapat di dalam Riau the Homeland of Melayu adalah
wilayah Provinsi Riau merupakan tanah tumpah darah Melayu dengan
menggunakan lambang perahu lancang kuning yang menggambarkan kejayaan dan
kekuasaan melayu yang terdapat dalam Visi Riau 2020 yang menyebutkan cita- cita
besar Provinsi Riau adalaha untuk menjadi pusat perekonomian dan kebudayaan
9 Berlianti Munir, “ Branding Riau The Homeland Of Melayu dalam mempromosikan pariwisata
Provinsi’ Riau”, Universitas Riau.
6
melayu dalam lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir batin di
kawasan Asia Tenggara.10
Branding Riau The Homeland Of Melayu yang dilakukan pemerintah ini
bertujuan untuk dapat menjadikan Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu di Asia
Tenggara yang sesuai dengan Visi 2020 Riau, dimana melihat banyak negara
tetangga yang merupakan negara serumpun Melayu. Dimana hal tersebut mengacu
pada sejarah pada kerajaan melayu yang daerah kekuasaannya meliputi Malaysia,
Singapura, dan Riau. Daerah Riau sendiri merupakan wilayah basis ekonomi serta
politik dalam kerajaan melayu, sehingga secara bahasa, budaya, adatistiadat, sosial,
norma dan nilai sama dengan negara rumpun melayu lainnya yang masih memiliki
ikatan kekeluargaan yang kuat berdasarkan akar sejarah11. Menggunakan budaya
melayu sebagai identitas branding daerah Provinsi Riau memberikan potensi yang
besar dengan positioning target negara negara tetangga yang memungkinkan
provinsi Riau menjadi pusat kebudayaan melayu di Asia tenggara. Branding daerah
Riau The Homeland Of Melayu merupakan bentuk starategi yang dilakukan
pemerintah untuk pembangunan daerah Provinsi Riau berdasarkan Peraturan
Daerah Provinsi Riau Nomor 36 Tahun 2001 tentang Pola Dasar Pembangunan
Daerah Provinsi Riau dan mencapai Visi dan Misi Riau 2020.12
10 Ibid 11 Adek Risma Dedees, “Melayu di Atas Tiga Bendera: Konstruksi Identitas Nasionalisme
Masyarakat Perbatasan di Kepulauan Batam”, Jurnal, Volume 19, Nomor 2, November 2015 (141-
153) ISSN 1410-4946, jurnal.ugm.ac.id 12 Tribunpekanbaru.com, “Visi 2020 Riau Didukung Dengan UU Pemajuan Kebudayaan yang
Baru”, diakses dalam http://pekanbaru.tribunnews.com/2017/12/07/visi-2020-riau-didukung-
dengan-uu-pemajuan-kebudayaan-yang-baru. (11.09.2018, 14:38 WIB)
7
Dalam penelitian ini penulis akan melihat bagaimana branding yang
dilakukan pemerintah Provinsi Riau dengan strategi menggunakan budaya melayu
sebagai identitas dan karakteristik untuk dapat membangun wilayah Provinsi Riau,
dengan menggunakan branding Riau The Homeland Of Melayu untuk dapat
menjadikan Provinsi Riau sebagai pusat kebudayaan melayu di Asia Tenggara yang
berdasarkan tujuan Visi Riau 2020. Penelitian ini akan melihat upaya serta langkah
langkah yang dilakukan pemerintah untuk mencapai Visi Riau 2020 melalui Riau
The Homeland of Melayu.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana upaya branding pemerintah Riau melalui Riau The Homeland
of Melayu untuk menjadikan Riau sebagai pusat kebudayaan melayu di Asia
Tenggara
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat dan menjelaskan proses serta
upaya yang dilakukan pemerintahan Provinsi Riau melalui Branding daerah
Homeland Of Melayu untuk mencapai Visi Riau 2020 untuk menjadi Pusat
Kebudayaan Melayu di Asia Tenggara.
a. Menjelaskan branding Riau The Homeland Of Melayu sebagai bentuk
upaya pemerintah Riau untuk meningkatkan daya saing Riau di wilayah
Asia Tenggara.
b. Melihat dan menjelaskan penggunaan Melayu sebagai identitas dan dasar
dari Branding dengan Riau The Homeland Of Melayu sehingga dapat
8
mencapai Visi Riau 2020 untuk menjadi pusat kebudayaan Melayu di Asia
Tenggara.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Manfaat akademis dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi penelitian
yang dapat menjadi acuan untuk pemikiran dan kajian di dalam ilmu hubungan
internasional. Dan dapat menambah daftar penelitian khususnya dalam penelitian
branding daerah sehingga memperluas penelitian dalam kajian branding daerah dan
turut mengembangkan ilmu hubungan internasional.
1.4.2 Manfaat Praktis
Dari penelitian ini diharapkan kelak dapat menjadi acuan dalam bahan kajian
selanjutnya bagi peneliti- peneliti degan topik yang sama. Serta penelitian ini
diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan dapat menjelaskan dengan jelas
mengenai branding Riau The Homeland Of Melayu sebagai sarana untuk dapat
menjadikan Riau sebagi pusat Kebusayaan Melayu di Asia Tenggara.
1.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian pertama yang digunakan penulis untuk menjadi acuan dalam
penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Berlianti Munir dengan judul
“Branding Riau The Homeland Melayu Dalam Mempromosikan Pariwisata
Provinsi Riau”. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Berlianti Munir berfokus
pada bagaimana branding Riau The Homeland Of Melayu dapat mempromosikan
serta meningkatkan daya saing pariwisata pariwisata Provinsi Riau dengan daerah
lainnya. Penelitian ini menggunakan konsep city branding dan promotion branding
9
dalam melakukan penelitiannya. Penelitian yang dilakukan Berlianti ini
mendapatkan datanya melalui observasi, wawancara serta dokumentasi13.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan branding Provinsi Riau melalui Riau
The Homeland Of Melayu merupakan usaha pemerintah Riau untuk
mempromosikan pariwisata daerah, yang dilakukan untuk meningkatkan daya
saing pariwisata Provinsi Riau dengan daerah lain yang berpacu pada Undang-
undang Nomor 10 tahun 2009. Penelitian ini berfokus pada bagaimana branding
yang dilakukan pemerintah Riau dapat meningkatkan sektor pariwisata di
daerahnya.
Penulis menjadikan penelitian ini sebagai penelitian terdahulu dikarenakan di
dalam penelitian ini menggunakan fenomena yang sama yaitu Riau The Homeland
Of Melayu. Namun dalam penelitian yang dilakukan Berlianti melihat Riau The
Homeland Of Melayu sebagai branding daerah yang merupakan sarana promosi
untuk meningkatkan daya saing pariwisata dengan daerah lain, yang dimana
penelitian ini berfokus pada sektor pariwisata. Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan penulis dimana berfokus pada bagaimana upaya branding daerah Provisi
Riau melalui Riau The Homeland Of Melayu untuk dapat menjadikan Riau sebagai
pusat kebudayaan Melayu di Asia tenggara yang tidak hanya membahas sektor
pariwisata namun bagaimana branding daerah tersebut dapat mendorong
tercapainya visi misi daerah Provinsi Riau.
13 Berlianti Munir, “ Branding Riau The Homeland Melayu Dalam Mempromosikan Pariwisata
Provinsi Riau”, Skripsi, diakses dalam
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/13411 (10.08.2018, 19:18 WIB)
10
Penelitian terdahulu yang kedua adalah jurnal yang ditulis oleh Dyah Larasati
dan Muzayin Nazaruddin dengan judul “Potensi Wisata dalam Pembentukan City
Branding Kota Pekanbaru”. Penelitian tersebut penulis gunakan sebagai penelitian
terdahulu karena adanya pembahasan pembentukan City Branding Kota Pekanbaru,
di dalam penelitian tersebut berfokus pada potensi potensi wisata yang terdapat di
Pekanbaru seperti wisata kuliner, wisata sejarah dan budaya yang dapat menjadi
wisata budaya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan data didapatkan
melalui hasil wawancara, dokumentasi dan observasi14.
Penulis menjadikan penelitian tersebut acuan dilihat dari segi budaya yang
dijelaskan, bagaimana potensi wisata yang berbentuk budaya dapat membentuk city
branding Kota Pekanbaru yang merupakan ibu kota Provinsi Riau. Penelitian ini
berfokus pada potensi potensi wisata yang ada di Pekanbaru yang dapat membentuk
city branding, dan penelitian ini membahas potensi potensi yang terdapat namun
belum dapat dimaksimalkan untuk dapat membentuk branding kota Pekanbaru.
Penelitian tersebut dengan penelitian yang disusun penulis memiliki perbedaan
yaitu dari penelitian tersebut berfokus pada potensi potensi yang terdapat di
Pekanbaru yang nanti nya dapat membentuk branding kota Pekanbaru, sedangakan
penelitian yang disusun penulis saat ini membahas pada branding yang telah
dilakukan Provinsi Riau melalui Riau The Homeland Of Melayu untuk dapat
menjadi pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara dan secara skala wilayah yang
14 Dyah Larasati dan Muzayin Nazaruddin, ”Potensi Wisata dalam Pembentukan City Branding Kota
Pekanbaru”, , Jurnal komunikasi P-ISSN: 1907-898X, E-ISSN:2548-7647 Volume 10, Nomor 2,
April 2016, jurnal.uii.ac.id
11
dilakukan berbeda yang dimana penelitian tersebut hanya berfokus pada kota
Pekanbaru sedangkan penulis saat ini berfokus pada Provinsi Riau.
Penelitian terdahulu ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Bambang
Widodo dan Mite Setiansah dengan judul “ Strategi Pencitraan Kota (City
Branding) Berbasis Kearifan Lokal ( Studi Kasus di Kota Solo, Jawa Tengah dan
Kabupaten Badung, Bali)”. Penelitian tersebut berfokus pada branding yang
dilakukan daerah untuk membangun citra positif dengan menggunakan kearifan
lokal yang ada pada wilayahnya seperti yang dilakukan kota Solo dengan Solo The
Spirit Of Java dan kabupaten Badung dengan kearifan lokaknya tri hita karana.
Dalam penelitian ini menjelaskan branding yang dilakukan kedua daerah ini
berakar pada kearifan lokal dan budaya daerah nya dan memliki tujuan untuk
mendapatkan citra positif dan pandangan yang baik. Dalam penelitian ini terdapat
saran yang mengatakan bahwa branding daerah yang dilakukan sebaiknya tidak
hanya pada semboyan dan selogan saja namun harus ada strategi pewarisan budaya
sehingga branding daerah yang dilakukan dapat menjadi akar bagi daerah tersebut.
Adanya pembahasan pewarisan budaya sebagai branding daerah ini yang
menjadikan jurnal ini sebagai penelitian terdahulu yang dapat digunakan penulis
saat ini untuk turut menjelaskan bagaimana pentingnya budaya melayu sebagai
pondasi dari branding Riau The Homeland Of Melayu. Hal yang membedakan
penelitian tersebut dengan penelitian yang disusun penulis saat ini adalah pada studi
kasus nya yang dimana penulis menggunakan studi kasus Provinsi Riau15.
15 Bambang Widodo, “ Strategi Pencitraan Kota (City Branding) Berbasis Kearifan Lokal ( Studi
Kasus di Kota Solo, Jawa Tengah dan Kabupaten Badung, Bali)”, Jurnal, diakses dalam
http://ejournal.uin-suka.ac.id/isoshum/profetik/article/view/1104 (11.09.2018, 14:38 WIB)
12
Penelitian terdahulu keempat yang digunakan penulis adalah skripsi Elik
Candra yang berjudul “Strategi Pemerintah Kabupaten Jember dalam
Meningkatkan Brand Image Jember sebagai World Fashion Carnaval City”.
Penelitian ini penelitian deskriptif dengan menggunakan konsep City branding dan
Fashion diplomasi. Dalam penelitian ini menjelaskan strategi yang dilakukan
pemerintah kabupaten Jember melalui Jember Fashion Carnaval untuk
meningkatkan brand image daerah nya menjadi World Fashion Carnaval
City.penelitian ini menjelaskan strategi pemerintah jember yang menggunakan JFC
branding sebagai branding daerah yang pada awalnya digerakkan oleh masyarakat
Jember. Dimana pada awalnya Jember mempunyai branding daerah sendiri yaitu
Jember kota santri, Jember kota tembakau ataupun Jember kota Pendalungan yang
dimana ketiga branding ini tidak berhasil seperti bagaimana keberhasilan Branding
daerah Jember melalui JFC.
Penelitian ini berfokus pada strategi yang dilakukan pemerintah Jember untuk
meningkatkan brand image Jember, dan hal tersebut menjadi acuan penulis dalam
penelitian yang disusun penulis saat ini yang melihat upaya pemerintah dalam
membangun branding daerah16. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian
yang disusun penulis adalah dari segi fenomena dan fokus yang diambil.
Penelitian terdahulu kelima yang penulis gunakan adalah Jurnal Ermanita
yang berjudul Sinergitas Pembangunan Kebudayaan Melayu ( Studi Dunia Melayu
Dunia Islam (DMDI) Provinsi Riau) , dan penelitian ini menggunakan konsep
16 Elik Candra, “Strategi Pemerintah Kabupaten Jember dalam Meningkatkan Brand Image Jember
sebagai World Fashion Carnaval City”, Skripsi, Jurusan Hubungan Internasional, Universitas
Muhammadiyah Malang
13
sinergitas dan Rational choice. Dalam penelitian ini melihat bagaimana
pengembangan budaya melayu di Provinsi Riau berdasarkan Visi 2020 dan peranan
dalam studi kasus DMDI. Penelitian ini dilakukan dengan teknik analisa model
analisis interaktif yang dimana merupakan teknik analisa data yang secara langsung
berinteraksi dengan narasumber dengan tujuan mendapatkan informasi yang
seakurat mungkin17.
Penelitian terdahulu ini juga berfokus pada bagaimana pemerintah Riau
mengembangkan kebudayaan melayunya sebagai branding daerah, yang dimana hal
tersebut menjadi acuan penulis dalam penelitian saat ini. Yang membedakan
penelitian oleh Ermanita dengan penulis adalah penulis berfokus pada budaya
melayu sebagi identitas Provinsi Riau melalui Riau The Homeland Of Melayu
untuk dapat menjadi pusat kebudayaan melayu di Asia Tenggara sesuai dengan visi
misi Provinsi Riau, sedangkan dalam penelitian Ermanita berfokus pada
pengaruhnya branding daerah ini terhadap DMDI.
Penelitian terdahulu keenam yang digunakan penulis dalam skipsi ini adalah
jurnal yang ditulis oleh Hasnina Hassan dan Roslizawati Che Aziz dari Universitas
Kelantan Malaysia yang berjudul “Comparative Analysis: Seeking Similarity of
Malay Cultural City Branding in Kota Bharu and Pekanbaru”. Dalam jurnal yang
ditulis oleh Hasnina Hassan dan Roslizawati Che Aziz ini menjelaskan bagaimana
banyaknya persamaaan budaya diantara dua kota berbeda negara ini, baik dari segi
bangunan, kuliner, pakaian, serta adat dan budaya memiliki persamaan, dan
17 Ermanita, “Sinergitas Pembangunan Kebudayaan Melayu (Studi kasus Dunia Melayu Dunia Islam
(DMDI) Provinsi Riau” , JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017, jom.unri.ac.id
14
penelitian ini berfokus pada bagaimana pentingnya penggunaan budaya lokal dalam
City branding yang yang hall tersebut difokuskan pada analisis antara kota Bharu
dan Pekanbaru. Indonesia dan malaysia memanglah dua negara yang banyak
memiliki persamaan budaya terutama mengenai identitas melayunya.
Jurnal ini menjelaskan bagai branding yang dilakukan dua kota yang memiliki
banyal persamaan ini, dalam penelitian ini menjelaskan walaupun memiliki banyak
budaya yang sama dua kota ini memiliki branding daerah yang berbeda. Dimana
Kota Bharu memiliki branding sebagai Islamic City sedangkan Pekanbaru tetap
berpegang pada Branding yang menitik beratkan pada identitas melayu. penulis
dalam jurnal ini juga menyatakan pentingnya penggunaan melayu dalam
pengembangan kota agar tidak hilang beriring perkembangan kota yang semakin
maju. Penelitian ini dijadikan sebagai acuan penelitian terdahulu karena
menjelaskan banyak mengenai melayu baik di Malaysia dan juga Indonesia beserta
juga persamaan nya, yang dimana hal tersebut akan membantu peneliti engetahui
melayu di salah satu negara di Asia Tenggara.18
18 Hasnina Hassan dan Roslizawati Che Aziz, ““Comparative Analysis: Seeking Similarity of Malay
Cultural City Branding in Kota Bharu and Pekanbaru”, Jurnal, diakses melalui
https://www.researchgate.net/ (11.05.2018, 14:28 WIB)
15
Tabel 1.1
Posisi Penelitian
No Judul dan Nama
Peneliti
Jenis Penelitian dan
Alat Analisa Hasil
1.
Branding Riau The
Homeland Melayu
Dalam
Mempromosikan
Pariwisata Provinsi
Riau
Berlianti Munir
Deskriptif
Pendekatan :
City Branding
Promotion Branding
- Riau The Homeland Of
Melayu sebagai produk yang
mempromosikan pariwisata
Provinsi Riau
- Terbentuknya struktur
pemerintah daerah yang
turut membantu promosi
pariwisata
- Diperlukan peningkatan
struktur untuk mendukung
branding daerah yang
dilakukan.
2.
Potensi Wisata
dalam Pembentukan
City Branding Kota
Pekanbaru
Dyah Larasati dan
Muzayin
Nazaruddin
Deskriptif
Pendekatan :
City Branding
- Dilakukan nya upaya
pemerintaha kota Pekanbaru
dengan melakukan
pemilihan bujang dan
dara yang dapat membantu
promosikan kota Pekanbaru
terkait juga mempromosikan
potensi- potensi yang
terdapat.
- festival bandar senapelan
Kota di
Pekanbaru, menjadikan
Kota Pekanbaru
sebagai kota metropolitan
yang madani, dan
- pembangunan infrastruktur
fasilitas taman publik
dikawasan Sungai Siak serta
dilakukannya renovasi pada
masjid agung dan masjid
raya turut membantu
16
perbaikan objek- objek
wisata di Pekanbaru.
- Pemerintah kota kurang
optimal dalam
mengembangkan potensi
potensi yang ada.
- Kota Pekanbaru memiliki
potensi wisata yang besar
baik itu kuliner, sejarah dan
budaya yang dapat
membentuk branding kota
Pekanbaru.
3.
Strategi Pencitraan
Kota (City
Branding) Berbasis
Kearifan Lokal (
Studi Kasus di Kota
Solo, Jawa Tengah
dan Kabupaten
Badung, Bali)
Bambang Widodo
dan Mite Setiansah
Deskriptif
City Branding
- Branding daerah yang
dilakukan Kota Solo
dipahami secara berbeda
beda oleh aparat pemerintah
dan masyarakat, dan
berjalannya proesbranding
daerah hanya di fokuskan
untuk dijalankan oleh dinas
pariwisata dan tidak
menyeluruh pada seluruh
aparat pemerintah Kota
Solo. Dan berbeda dengan
Kabupaten Badung dimana
Branding daerah nya
dipahami dan dijalani secara
bersama baik pemerintah
dan masyarakat nya.
- Branding daerah yang
dilakukan Di Kota Solo
masih sebatas pada pemahan
makna dari slogan yang ada
dan masih kurang pada
pengembangan budaya dan
akar kearifan lokalnya untuk
mendukung makna dari
slogan yang ada.
- Sedangkan Kabupaten
Badung menjadikan
17
branding daerah nya sebagai
landasan setiap program
pembangunannya dan
menjadikan tri hita karana
sebagai pedoman hidup
masyrakat dan menjadi tugas
pemerintah untuk
melindungi kebenaran dan
rakyatnya tidak hanya
sebagai slogan.
4.
Elik Candra
Strategi Pemerintah
Kabupaten Jember
dalam
Meningkatkan
Brand Image Jember
sebagai World
Fashion Carnaval
City
Deskriptif
City Branding
Fashion diplomasi
- Jember Fashion Carnaval
secara signifikan
memberikan dampak
terhadap peningkatan
wisatawan di kabupaten
Jember dibandingkan
branding- branding daerah
sebelumnya.
- Jember Fashion Carnaval
ini berhasil mendapatkan
prestasi dalam skala global
salah satunya yaitu, best
national costume pada acara
mant hunt international di
Seoul, Korea Selatan di
tahun 2011 dan menjadi
even karnaval terbaik ke
empat di dunia setelah Mardi
Grass di Amerika Serikat,
Rio de Janeiro di Brasil, dan
The Fastnacht di Jerman.
- Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa
branding daerah melalui JFC
ini dilaksanakan secara
sinergi antara pemerintah
dan masyarakat Kabupaten
Jember sehingga
mendapatkan hasil yang
ditargetkan.
18
5.
Ermanita
Sinergitas
Pembangunan
Kebudayaan
Melayu (Studi kasus
Dunia Melayu
Dunia Islam
(DMDI) Provinsi
Riau
Deskriptif
Sinergitas
Rational Choice
- dalam penelitian ini melihat
bahwa sinergitas antara
aktor- aktor yang terkait
dalam pembangunan
kebudayaan melayu masih
berjalan secara efektif.
- Masih diperlukannya
kerjasama yang lebih antar
aktor untuk dapa mencapai
Visi Riau 2020 tersebut.
- Yayasan DMDI juga dilihat
belum memberikan
pengaruh dan hasil
sebagaimana seharusnya.
Dimana DMDI memiliki
peranan nya untuk
mengedukasi, membangun
dan turut menunjang
Provinsi Riau dan
mempromosikan budaya
melayu.
- Dalam penelitian ini
penulisnya memberikan
saran akan lebih baik apabila
kerjasama antar aktor
ditingkatkan dan masyarakat
diajak untuk turut
mensukseskan
pengembangan budaya
melayu ini.
6.
Comparative
Analysis: Seeking
Similarity of Malay
Cultural
City Branding in
Kota Bharu and
Pekanbaru
Hasnina Hassan &
Roslizawati Che
Aziz
City Branding - Penelitian ini berfokus pada
bagaimana pentingnya
budaya lokal dalam city
branding di suatu daerah
- Menganalisi dua kota
dengan budaya yang similar
- Melihat bagaimana kota
Bharu dan Pekanbaru
menggunakan budaya lokal
untuk city branding
19
- Terdapat perbedaan
pengembangan daerah
antara Kota Bharu dan
Pekanbaru, dimana Kota
Bharu berfokus pada nilai
islam dalam pengembangan
daerah dengan city branding
nya. Sedanga Pekanbaru
tetap menggunakan nilai
melayu dalam city
brandingnya
- Penulis dari jurnal ini
menyatakan pentingngnya
penggunaan budaya lokal
dalam city branding.
7.
Alicia Anzani
Upaya Branding
Pemerintah Riau
Melalui “Riau The
Homeland Of
Melayu” Untuk
Menjadikan Riau
Sebagai Pusat
Kebudayaan
Melayu di Asia
Tenggara
Deskriptif
City Branding
Entrepreneurial
Government
- Dalam penilitian ini melihat
pertimbangan pemerintah
Riau menggunakan budaya
melayu sebagai branding
daerahnya melalui Riau The
Homeland Of Melayu.
- Menjelaskan awal
bagaimana pengambilan
budaya melayu menjadi
landasan branding daerah
sdan dapat menadi sarana
untuk mencapai visi misi
Provinsi Riau
- Penelitian ini melihat
bagaimana branding daerah
sebagai strategi pemerintah
Riau untuk dapat mencapai
Visi Riau 2020 yang
sberdasarkan peraturan
daerah Riau, dan menjadi
pembangunan berkelanjutan
Provinsi Riau.
- Melihat pencapaian sebagai
pusat kebudayan melayu di
Asia Tenggara sebagai
20
kesempatan Provinsi Riau
untuk dapat mengguanakan
identitas melayu nya agar
dapat mendorong
pembangunan daerah.
Sebagaimana suatu branding
dalam tujuan nya adalah
untuk dapat meningkatkan
nilai dari daerah nya melalui
investasi, pariwisata dan
juga bahkan meningkatkan
ekspor.
- Penilitian ini juga
menggambarkan upaya-
upaya yang dilakukan
pemerintah Provinsi Riau
untuk dapat menjadikan
Provinsi Riau sebagai pusat
kebudayaan melayu di Asia
Tenggara.
1.6 Kerangka Konseptual : Konsep Nation Branding
Menurut Simon Anholt Nation Branding adalah sebuah tata pengelolaan
dalam membentuk citra wilayah yang dimana nantinya dalam pengelolaan branding
akan menjadi aset utama wilayah yang dapat mempengaruhi reputasi pemerintah
dalam pengelolaan pembangunan wilayah. Konsep nation branding pada dasarnya
memang diplikasikan untuk unit analisa berupa negara namun bedasarkan
komponen yang dijelaskan yaitu strategi, substantif dan tindakan simbolis dapat
diaplikasikan terhadap unit analisis daerah.19 Selain itu penelitian ini menemukan
19 Simon Anholt, “Beyond the Nation Brand: The Role of Image and Identity in International
Relations”, U.K Foreign Office Public Diplomacy Board, diakses dalam
https://surface.syr.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1013&context=exchange (11.09.2018, 20:17
WIB)
21
Provinsi Riau memulai pembangunan daerah menggunakan Melayu karena adanya
momentum otonomi daerah yang memberikan pemerintah daerah untuk melakukan
pembangunan daerah secara mandiri serta melaksanakan branding untuk dapat
meningkatkan citra daerah di dalam dan juga luar negeri. Sehingga hal tersebut
yang mendorong penulis mengaplikasikan konsep nation Branding oleh Simon
Anholt kedalam branding daerah yang dilakukan Provinsi Riau. Oleh karena itu
dalam pengelolaan branding menurut Simon Anholt diperlukan adanya koordinasi
melalui tiga komponen penting yaitu:
1) Strategi merupakan komponen dari Branding yang berguna untuk
menempatkan posisi suatu wilayah pada saat ini yang akan
membantu melihat arah arah tujuan dan bagaimana mencapaiannya.
2) Substansi merupakan langkah eksekusi dari strategi yang dapat
dilakukan dalam bentuk inovasi nyata, sosial, budaya, undang-
undang, reformasi, lembaga, bisnis, investasi serta kebijakan yang
akan memberikan kemajuan yang di inginkan.
3) Tindakan simbolis merupakan lambang dari strategi yang bisa
berupa inovasi, struktur, undang- undang, reformasi atau sebuah
kebijakan sugestif yang bernilai dan disaat yang bersamaan juga
merupakan bagian dari National story.20
Komponen- komponen tersebut yang akan membentuk citra dan reputasi
daerah yang membantu pemerintah dalam pengelolaan pembangunan daerah.
Dalam komponen strategi dapat dilihat bahwa momentum awal Provinsi Riau
20 Ibid
22
menempatkan tujuan dan menetapkan tata cara mencapainnya adalah ketika
masuknya masa otonomi daerah. Pada masa otonomi daerah tersebut pertama
kalinya Provinsi Riau menetapkan Visi Riau 2020 dan adanya pelaksanaan rencana
strategis berkelanjutan setiap lima tahun sekali untuk mencapainya.21 Selain itu
komponen subtantif dapat menjelaskan Provinsi Riau yang membentuk Dinas
Kebudayaan sebagai lembaga yang bertujuan untuk memkasimalkan Riau The
Homeland Of Melayu, kebijakan pendidikan muatan lokal Melayu, pemberdayaan
warisan budaya agar dapat diakui dunia merupakan bentuk eksekusi Provinsi Riau
dalam melaksanakan strategi untuk mencapai tujuannya visi Riau 2020.22
Pembangunan daerah menggunakan Branding sangatlah mempunyai
peranan yang penting pada masa ini, dimana saat ini dunia berada pada masa adanya
kompetisi identitas atau disebut juga competitive identity, dan identitas itu sendiri
nantinya akan menjadi dasar dari sebuah Branding yang dilakukan untuk dapat
beradaptasi dan meningkatkan reputasinya di internasional. Branding juga hadir
dengan sebuah tujuan untuk dicapai yaitu investasi, kepariwisataan, dan eksport
promotion yang menjadikan reputasi sebuah branding daerah peran yang kuat
dalam mendorong pembangunan daerah.23
Dalam penelitian ini akan memfokuskan bagaimana konsep Branding
sebagai tata pengelolaan pembentukan citra daerah melalui tiga komponen utama
yaitu strategi, substansi, dan tindakan simbolis. Sehingga penelitian ini akan
21 Jdih.riau.go.id, “Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor: 36 Tahun 2001”, diakses melalui
https://jdih.riau.go.id/downloadProdukhukum/produkhukum_1470642652.pdf 22 Wawancara penulis dengan Seksi Diplomasi Budaya Dinas Kebudayaan Provinsi Riau, Tengku
Arifin,S.E, Pekanbaru, 17 Januari 2019 23 ibid
23
melihat bagaimana pelaksanaan Branding melalui komponen strategi, substansi dan
tindakan simbolis akan menjadi aset utama daerah dan mempengearuhi pengelolaan
pembangunan daerah. Sebagaimana Provinsi Riau menggunakan Branding Riau
The Homeland Of Melayu sebagai aset utama yang dapat mempengaruhi
pengelolaan dan pembangunan daerah. Dengan perkembangan global yang sangat
pesat menjadikan ketatnya persaingan di dunia dan hal tersebut mendorong Provinsi
Riau untuk dapat menunjukan identitas Melayu melalui Branding Riau The
Homeland Of Melayu sebagai aset utama daerah sehingga dapat membangun
Provinsi Riau dan mewujudkannya menjadi pusat kebudayaan Melayu Di Asia
Tenggara. Sedangkan tindakan simbolis yang dilakukan Provinsi Riau untuk
pembangunan citra daerah melalui Riau The Homeland Of Melayu adalah
pelaksanaan event- event nasional dan internasional, penerapan bahasa Melayu di
ruang publik, pemilihan bujang dara dan juga bentuk simbolis promosi yag
dilakukan Provinsi Riau
1.7 Metode Penelitian
1.7.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian dengan proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis,24 Dalam penelitian ini akan menjelaskan upaya yang
dilakuakn pemerintah Riau untuk menjadikan Riau sebagai pusat kebudayaan
melayu di Asia Tenggara melalui branding daerah Riau The Homeland of Melayu.
24 Ulber Silalahi, “Metode penelitian sosial”, Refika Aditama, Bandung, 2009
24
1.7.2 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis kualitatif yaitu penelitian yang menjelaskan hasil penelitian tidak
berdasarkan angka ataupun akurasi statistik. Hasil data-data yang didapatkan,
diolah dan dianalisis sesuai permasalahan yang diteliti. Analisa kualitatif
merupakan teknik yang menggunakan data berupa kata-kata yang disusun dalam
bentuk paragraf cerita atau peristiwa, yang memiliki kesan lebih nyata, sehingga
para pembaca akan lebih mudah untuk memahami25.
Dalam penelitian kualitatif ini peneliti akan meneliti dengan metode
observasi yang akan mengamati studi kasus dari penelitian ini dan akan disusun dan
diorganisir sehingga dapat menjelaskan penelitian ini dengan jelas. Selain iitu
penelitian kualitatif ini akan membantu penulis untuk menjawab rumusan masalah
dalam penelitian yang telah dirumuskan26.
25 Ibid 26 Gumilar Rusliwa Somantri, “ Memahami Metode Kualitatif”, Jurnal, MAKARA, SOSIAL
HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005: 57-65, diakses melalui
https://media.neliti.com/media/publications/4388-ID-memahami-metode-kualitatif.pdf
25
1.8 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup digunakan dalam sebuah penelitian digunakan untuk
menghindari permasalahan dalam pembahasan yang melebar dari luar konteks serta
membatasi studi kasus yang akan diangkat sehingga penelitian yang dilakukan tetap
fokus. Ruang lingkup penelitian akan dibagi menjadi dua bagian yaitu batasan
waktu dan batasan materi.
1.8.1 Batasan Waktu
Batasan waktu penelitian ini yaitu sejak dikeluarkan nya branding daerah
Riau The Homeland of Melayu pada tahun 2015 hingga menjelaskan berjalannya
Branding yang dilakukan Provinsi Riau sejak tahun 2015 sampai tahun 2019 ini
terkait dengan pencapaian yang dihasilkan branding daerah tersebut untuk
menjadikan Riau pusat kebudayaan melayu di Asia Tenggara. Namun tidak
menutup kemungkinan terdapatnya penjelasan dalam penelitian ini dari tahun
sebelumnya yang memiliki relevansi dengan penelitian.
1.8.2 Batasan Materi
Batasan materi di dalam penelitian ini berfokus pada bagaimana Pemerintah
Riau yang menggunakan melayu sebagai dasar Branding daerah sehingga dapat
mencapai Visi Riau 2020 untuk menjadi pusat kebudayaan melayu di Asia
Tenggara melalui branding Riau The Homeland of Melayu.
1.9 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah data sekunder yaitu studi kepustakaan (library research) dan data primer
yaitu merupakan data yang di dapat secara langsung melalui wawancara. Penulis
26
menggunanakan data data bahan berupa buku, surat kabar, majalah, jurnal ilmiah,
laporan-laporan, internet, e-book, skrispsi, dan literatur-literatur, dan selain itu juga
penulis mengumpulkan data primer melalui wawancara dari narasumber yang dapat
memberi data yang berkaitan dengan penelitian ini.27
Pengumpulan data primer yang peneliti dapatkan melalui lima narasumber
yaitu Yulisman S.Si Anggota DPRD Riau, Henrizal Kepala bagian koordinator
pengembangan Museum Dinas Pariwisata Riau, Tengku Arifin Seksi Diplomasi
Budaya Dinas Kebudayaan Provinsi Riau ketiga narasumber tersebut menjadi
sumber penulis untuk dapat menganalisi data dari pihak pemerintah Provinsi Riau.
Sedangkan wawancara yang penulis dengan Habib Hamidi dan Bimby Ashaika
yang merupakan Bujang Dara Riau dikarenakan kedua narasumber ini memiliki
tugas utama untuk menjadi duta yang mempromosikan Riau The Homeland Of
Melayu.
1.10 Argumen dasar
Melayu merupakan salah satu etnis yang besar di wilayah Asia Tenggara
yang tersebar di beberapa negara termasuk juga di Indonesia. Provinsi Riau
merupakan Provinsi di Indonesia yang penduduknya mayoritas melayu tidak hanya
itu melayu juga dalam sejarah berkembangnya berawal dari Provinsi Riau. Dan
dengan adanya otonomi daerah Pemerintah Provinsi Riau melihat hal tersebut
sebagai kesempatan, dan memulai untuk menjadikan budaya melayu yang sudah
menjadi visi dan misi daerah Provinsi Riau yang dikemas menjadi sebuah branding
27 Khatibah, “ Penelitian Kepustakaan”, Jurnal Iqra’ Volume 05 No.01 Mei, 2011,
repository.uinsu.ac.id
27
daerah. Dan menjadikan Riau The Homeland Of Melayu sebagai sarana untuk dapat
mencapai visi daerah untuk menjadi pusat kebudayaan melayu di Asia Tenggara.
Berangkat dari pemikiran tersebut terbentuk pemikiran untuk memulai
penelitian ini dengan menggunakan konsep Branding yang dapat membantu
menjelaskan upaya serta proses yang dilakukan pemerintahan Provinsi Riau melalui
Branding Riau The Homeland Of Melayu untuk mencapai Visi Riau 2020 untuk
menjadi Pusat Kebudayaan Melayu di Asia Tenggara.
28
1.11 Tabel Sistematika Penulisan
BAB JUDUL BAB ISI BAB
BAB I
Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan Penelitian
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Akademis
1.4.2. Manfaat Praktis
1.5.Penelitian Terdahulu
1.6.Kerangka Konseptual: Konsep City
Branding
1.7.Metode Penelitian
1.7.1. Jenis Penelitian
1.7.2. Teknik Analisa Data
1.7.3. Ruang Lingkup Penelitian
1.7.3.1.Batasan Waktu
1.7.3.2.Batasan Materi
1.7.4. Teknik dan Alat Pengumpulan
Data
1.8. Argumen Dasar
1.9.Tabel Sistematika Penulisan
BAB II Melayu Riau Diantara Melayu Asia
Tenggara
2.1.Melayu dalam perspektf Negara Asia
Tenggara
A. Melayu di Malaysia
B. Melayu di Brunei Darussalam
C. Melayu di Filipina
D. Melayu di Singapura
2.2. Melayu di wilayah Indonesia
2.3. Melayu di Provinsi Riau
2.4. Keinginan Riau Menggunakan Melayu
sebagai Dasar Pembangunan Daerah
2.5. Melayu sebagai dasar pembangunan
daerah
BAB
III
Momentum Penggunaan Melayu
Sebagai Dasar Branding Melalui
Otonomi Daerah
3.1.Otonomi Daerah Sebagai Momentum
Letak Arah Tujuan Pembangunan Daerah
Provinsi Riau
A. Pembangunan Daerah Sebelum
Otonomi Daerah
B. Pembangunan Daerah setelah
Otonomi Daerah
3.2.Visi dan Misi Provinsi Riau Pada Masa
Otonomi Daerah
3.3.Awal Strategi Pembentukan Branding
Melayu Di Provinsi Riau
29
BAB
IV
Branding Pemerintah melalui
Riau The Homeland Of Melayu
2.1.Strategi Branding Riau The Homeland Of
Melayu
4.1.1 Pembangunan Dearah Berbasis
Budaya Sebagai Stategi Provinsi Riau
4.1.2 Pembangunan Pariwisata
Berbasis Budaya Sebagai Strategi
Provinsi Riau
4.1.3 Infrastruktur Budaya Melayu
di Provinsi Riau
2.2.Substansi Eksekusi Branding Riau The
Homeland Of Melayu untuk Mencapai
Visi Riau 2020
4.2.1. Pembentukan Dinas Kebudayaan
Provinsi Riau
4.2.2. Pemeliharaan Infrastruktur
4.2.3. Penguatan Muatan Lokal Melayu
Provinsi Riau
4.2.4. Pemberdayaan Warisan Budaya
2.3.Tindakan Simbolis Provinsi Riau Untuk
Memaksimalkan Riau The Homeland Of
Melayu Dan Mencapai Visi Riau
4.3.1 .Pelaksanaan Event Sebagai
Tindakan Simbolis Mempromosikan
Riau The Homeland Of Melayu
4.3.2 penerapan Penggunaan
Bahasa Melayu Di Ruang Umum
4.3.3 pemilihan Bujang Dara
Sebagai Duta Riau The Homeland Of
Melayu
4.3.4 penggunaan Baju Melayu
Dalam Masyarakat.
2.4.Pencapaian Provinsi Riau Untuk Menjadi
Pusat Kebudayaan Melayu Di Asia
Tenggara
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan
5.2. Saran