bab iii perselisihan antara gmist dan kgpm...

23
BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM 3.1 Gambaran Lokasi Penelitian 3.1.1 Sejarah Desa Sawang Nama Kampung Sawang, berasal dari asal kata Sasowang, artinya tempat berlabuh atau teluk kecil. Pada zaman dahulu, transportasi antar pulau hanya dengan menggunakan perahu layar yang juga memerlukan tenaga manusia untuk mendayung. Ketika tiba pada musim angin selatan bertiup kencang, maka orang-orang berlayar dari Talaud, Sangihe besar dan dari tempat yang lain berlindung di Sawang yang dianggap sebagai Labuan yang paling aman ketika musim angin selatan. Sambil menunggu tiupan angin selatan berhenti, hal yang menarik perhatian dari para pelaut, di tempat labuhan ini adalah pantainya yang indah dan juga di pantai ini ada sumber mata air, sehingga sangat mudah orang-orang yang ada diperahu untuk mengambil air. Pantai ini disebut pantai Lilento, sampai sekarang ini. Seiring berjalannya waktu, lama kelamaan ada para nelayan yang datang menangkap ikan di daerah sekitar tempat Labuan ini dan mendirikan tempat tinggal darurat yang disebut daseng sehingga pantai tersebut mulai ramai karena sudah ada penghuninya. Pada umumnya pada waktu itu penduduk asli di Pulau Siau bermukim di pedalaman yang menghindar dari serangan suku Mindanau yang sewaktu-waktu datang melakukan penyerangan pada penduduk yang bermukim di pesisir pantai. Karena pantai ini semakin ramai, maka mulailah penduduk di pedalaman turun bergabung dengan penduduk pesisir pantai. Sehingga pesisir pantai semakin padat dan menjadi sebuah pemukiman yang lebih padat.

Upload: vuonghanh

Post on 10-Jul-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

BAB III

PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM

3.1 Gambaran Lokasi Penelitian

3.1.1 Sejarah Desa Sawang

Nama Kampung Sawang, berasal dari asal kata Sasowang, artinya tempat

berlabuh atau teluk kecil. Pada zaman dahulu, transportasi antar pulau hanya dengan

menggunakan perahu layar yang juga memerlukan tenaga manusia untuk mendayung.

Ketika tiba pada musim angin selatan bertiup kencang, maka orang-orang berlayar dari

Talaud, Sangihe besar dan dari tempat yang lain berlindung di Sawang yang dianggap

sebagai Labuan yang paling aman ketika musim angin selatan. Sambil menunggu tiupan

angin selatan berhenti, hal yang menarik perhatian dari para pelaut, di tempat labuhan

ini adalah pantainya yang indah dan juga di pantai ini ada sumber mata air, sehingga

sangat mudah orang-orang yang ada diperahu untuk mengambil air. Pantai ini disebut

pantai Lilento, sampai sekarang ini. Seiring berjalannya waktu, lama kelamaan ada para

nelayan yang datang menangkap ikan di daerah sekitar tempat Labuan ini dan

mendirikan tempat tinggal darurat yang disebut daseng sehingga pantai tersebut mulai

ramai karena sudah ada penghuninya.

Pada umumnya pada waktu itu penduduk asli di Pulau Siau bermukim di

pedalaman yang menghindar dari serangan suku Mindanau yang sewaktu-waktu datang

melakukan penyerangan pada penduduk yang bermukim di pesisir pantai. Karena pantai

ini semakin ramai, maka mulailah penduduk di pedalaman turun bergabung dengan

penduduk pesisir pantai. Sehingga pesisir pantai semakin padat dan menjadi sebuah

pemukiman yang lebih padat.

Page 2: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

Oleh pemerintah pada waktu itu yang berpusat di kota Ulu-Siau dengan melihat

dibagian selatan pesisir pantai ini sudah banyak penduduk yang bermukim, maka diutus

seorang penghulu yang bernama Bawone yang berasal dari Tarorane Ulu untuk

memimpin masyarakat yang ada di pesisir pantai selatan tersebut. Olehnya dibentuklah

suatu perkampungan dengan sebutan Sasowang dan yang lama kelamaan dirubah

menjadi Sawang yang berarti teluk.1

Seiring berjalannya waktu, sekarang Kampung Sawang sudah berkembang. Di

sana telah dibangun pelabuhan kapal veri dan juga pelabuhan kapal penumpang, sebab

sudah menjadi sebuah Kecamatan, yaitu Kecamatan Siau Timur Selatan yang disahkan

pada tanggal 8 Agustus 2002. Camat yang pertama adalah Bpk. Drs. J. Tangkabiringan.

Kampung Sawang pada mulanya termasuk dalam Kecamatan Siau Timur, masih satu

kecamatan dengan Kota Ulu. Namun karena Siau juga telah menjadi ibukota Kabupaten

SITARO (Siau Tagulandang Biaro), maka diadakan pembagian, karenanya Sawang

menjadi Ibu Kota Kecamatan SiauTimur Selatan.

Selain dua pelabuhan yang telah dibangun tersebut, di sana juga telah tersedia

sarana pemerintahan yaitu kantor camat, kantor polisi, kantor kapitalau. Sarana

pendidikan, SD YPK GMIST Sawang, SMP Negeri 1 Siau Timur Selatan. Sarana

kesehatan, puskesmas dan rumah sakit. Sarana-sarana ini benar-benar memudahkan

masyarakat yang memiliki kepentingan dengan semua sarana tersebut.2

Melalui uraian hasil wawancara di atas, maka diketahuilah bahwa sebenarnya

Kampung Sawang ini hanyalah sebuah tempat dimana dulu selalu menjadi tempat

persinggahan saja karena posisinya yang stategis dan juga memiliki pantai yang indah

dengan faktor lain seperti air yang dapat dimanfaatkan oleh para pesinggah itu, yang

1 Hasil wawancara dengan JK (7 Januari 2013), OT(8 Januari 2013), JT (9 Januari 2013).

2 Hasil wawancara dengan JWM. M( 9 Januari 2013)

Page 3: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

lama kelamaan mulai berkembang sehingga akhirnya menjadi suatu Kampung yang

memiliki fasilitas perhubungan yang lancar dan sistim pemerintahan yang baik karena

telah menjadi pusat kecamatan.

3.1.2. Sejarah Berdirinya Gereja Jemaat GMIST Sawang3

Pada tahun 1857, Injil masuk di Siau yang dibawa oleh para zendeling tukang

yaitu A. Grohe dan F. Keling, pada saat itu juga di seluruh Siau tersebar kabar tentang

kedatangan mereka. Adapun yang tergerak hati ingin mendatangi para zendeling tukang

tersebut serta ingin mendengarkan berita yang mereka sampaikan adalah tiga orang

perempuan yakni: almarhumah Maria Tamalero, Marta Patoh dan Lidia Kantohe. Hanya

tiga orang perempuan inilah yang rela menempuh perjalanan yang jauh demi ingin

mendengarkan Injil. Ketiga orang perempuan ini bertempat tinggal di desa Sawang

tepatnya di kampung Lilento karena sawang sebenarnya terdiri dari 5 kampung yaitu:

Kampung Lilento, Enekadio, Pahepa, Keaengbatu serta Binalu.

Injil diberitakan di Ulu tepatnya di kampung Akesimbeka yang sekarang tempat

berdirinya gereja pertama di pulau Siau. Di sana, para zendeling memberitakan Injil

yang didengar oleh orang-orang dari seluruh pelosok pedesaan termasuk ketiga orang

perempuan yang telah disebutkan di atas. Ketika mendengar dan memahami Injil maka

pulanglah kembali ketiga perempuan ini. Sesampainya di sawang tepatnya di Lilento,

mereka mulai menceritakan apa yang telah mereka dengar di Ulu kepada keluarga

mereka serta kepada seluruh masyarakat di sana.

Ibadah pertama dilaksanakan di Lilento tepatnya di rumah keluarga “Lawa

Kawoka” yang lokasinya sekarang ini ditempati oleh “Mananeke Tunduge” Persekutuan

3 Stambook/buku register Jemaat Sawang

Page 4: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

pertama itu terjadi pada tanggal 16 April 1857, meskipun baptisan, perkawinan dan

perjamuan kudus masih dilaksanakan di Ulu, tepatnya di Gedung Gereja Induk.

Jumlah orang-orang yang menerima injil lama kelamaan semakin bertambah,

maka pada tahun 1900 Paul Keling mengutus penginjil yang bernama Petrus Natang

untuk memimpin pelayanan di wilayah Timur Selatan, termasuk di dalamnya adalah

Sawang. Maka pada waktu itu dibangunlah rumah Ibadah di Sawang Lilento yang

masih ada sampai sekarang ini.

Gambar 1. Gereja Jemaat GMIST Sawang

Oleh usaha Petrus Natang dan karena sudah ada pembangunan gedung gereja,

akhirnya perjamuan kudus, baptisan dan perkawinan telah dilaksanakan di Sawang

meskipun masih di bawah pelayanan Paul Keling. Kecuali Katekisasi sudah

dipercayakan langsung kepada Petrus Natang. Perjamuan kudus dan baptisan

dilaksanakan setahun sekali.

Page 5: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

3.1.3. Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Gambar 2. Peta Kampung Sawang

Berdasarkan letak geografis, kampung Sawang berbatasan dengan kampung,

lautan dan juga perkebunan. Adapun akan diuraikan sebagai berikut: Di sebelah Utara,

Kampung sawang berbatasan dengan Kampung Mala. Di sebelah Timur dengan lautan

tempat di mana sebagian masyarakatnya yang berprofesi sebagai nelayan memperoleh

penghasilan. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Biau. Sedangkan di

sebelah Barat, Kampung Sawang berbatasan dengan lahan perkebunan masyarakat,

Page 6: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

yaitu, perkebunan pala, cengkih dan kelapa yang juga menjadi sumber penghasilan

masyarakat setempat.4

2. Demografis

Secara demografis, Kampung Sawang terdiri dari 258 KK, dengan memiliki

jumlah keseluruhan penduduk yaitu sebanyak 827 jiwa. Terdiri dari 409 orang laki-laki

dan 418 orang perempuan.5

3.2 Keadaan Masyarakat

3.2.1 Kebudayaan/ adat Istiadat

Sampai sekarang, bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi antar sesama

adalah bahasa daerah. Hal ini tidak pernah hilang, sebab itu adalah budaya sejak dahulu

kala. Namun bukan berarti masyarakat di sana tidak mengerti bahasa Indonesia yang

baik dan benar dilihat dari tingkat pendidikan yang telah diuraikan di atas, maka dapat

diketahui bahwa sebagian besar masyarakat yang ada di sana memiliki pendidikan yang

cukup untuk dapat mengerti dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Hanya

saja, bahasa daerah tetap dipertahankan sebagai suatu warisan yang patut dijaga agar

tidak dilupakan.

Tulude, suatu acara yang senantiasa dilakukan setahun sekali, pada bulan

Januari. Acara ini adalah suatu kegiatan pengucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa yang telah menyertai dan melimpahkan berkat pada sepanjang tahun yang sudah

berlalu, dan memohon perlindungan untuk menjalani tahun yang baru yang hendak di

lewati. Di dalamnya diadakan ibadah dan acara makan bersama serta melaksanakan

kegiatan masamper. Masamper adalah suatu kegiatan menyanyi yang di dalamnya berisi

4 Hasil Observasi, (5 januari 2013)

5 Data Desa, hasil sensus tahun 2011.

Page 7: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

puji-pujian kepada sang pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa, yang tujuannya sudah

sangat jelas yaitu sebagai rasa ucapan syukur.

Budaya inilah yang tak pernah hilang di Kampung Sawang dan sebagian besar

Kampung yang ada di pulau Siau. Tulude sudah menjadi tradisi bersama yang takkan

terhapus oleh waktu dan pengaruh luar apapun itu. Karena adanya anggapan bahwa

seseorang harus menjaga apa yang menjadi warisan dari para nenek moyang agar tidak

tergeser oleh perkembangan zaman.

3.2.2 Sosial

Dilihat dari realita keberadaan masyarakat yang dalam kesehariannya selalu

diwarnai dengan sikap gotong-royong dan saling membantu satu dengan yang lain, yang

berkelebihan berbagi dengan orang-orang yang berkekurangan. Jadi hubungan sosial

yang terjalin di sana sangatlah baik.6

Situasi keakraban ini berlangsung secara turun temurun kecuali sekarang setelah

konflik internal GMIST yang mengakibatkan perpecahan gereja, turut mempengaruhi

kebersamaan. Semua kegiatan gotong royong dilaksanakan berdasarkan anggota gereja

masing-masing. Kalaupun bekerja bersama di bawah kordinir pemerintah, akan sangat

jelas pengaruh konfliknya, di mana anggota gereja GMIST berkumpul dengan

sesamanya demikian juga dengan KGPM. Tidak ditemukan kembali keakraban seperti

dulu, sebab antara anggota GMIST dan KGPM tidak lagi tercipta komunikasi yang

baik.7

3.2.3 Ekonomi

Keadaan ekonomi masyarakat yang ada di sana baik, karena sebagian besar

masyarakat di sana memiliki perkebunan pala, cengkeh dan kelapa. Darinya dapat

6 Hasil wawancara dengan FT. RK. LS. RT(27 Desember 2012).

7 Ibid.

Page 8: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

diperoleh hasil yang memuaskan. Ada juga yang berprofesi sebagai nelayan, pegawai

dan wiraswasta, sehingga dapat membiayai anak-anak mereka sampai ke perguruan

tinggi dan dapat membangun tempat tinggal yang layak.

3.2.4 Politik

Gambar 3. Struktur Organisasi Pemerintahan Kampung Sawang

Pemerintah Kampung yang termasuk dalam struktur Kampung Sawang ini

melalui proses pemilihan yang diikuti oleh segenap warga Kampung. Yang dipilih

adalah Kapitalau (Kepala Kampung) dan wakil Kapitalau. Sedangkan yang anggota-

anggota yang lain di pilih dan dilantik oleh Kapitalau dan Wakil Kapitalau.

Keadaan politik di sana sangat baik. Hubungan pemerintah dengan masyarakat

terjalin dengan akrab. Apakah itu pemerintah kampung, ataupun kecamatan. Sebab

kampung Sawang adalah pusat kecamatan Siau Timur Selatan.

3.2.5 Pendidikan

Dalam hal pendidikan masyarakat kampung sawang masih masuk pada taraf

tengah dimana banyak juga yang tidak memiliki pendidikan yang cukup dan ada juga

Page 9: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

yang sudah memiliki pendidikan yang baik setidaknya selesai di bangku SMP, SMA

bahkan Perguruan Tinggi.

3.3 Kronologis Kisah Terciptanya Konflik

Adapun dalam bagian ini akan penulis jelaskan apa saja yang melatarbelakangi

sehingga terjadi konflik internal gereja GMIST Sawang dan membuahkan hasil

perpecahan sehingga didirikannya jemaat KGPM Sentrum Sawang serta rusaknya

interaksi sosial.

Setelah melakukan wawancara langsung terhadap para responden yang dipilih

sendiri oleh penulis mengingat bahwa mereka adalah oknum-oknum yang memiliki

andil yang besar pada masa puncak terjadinya konflik, maka diperoleh hasil yang akan

penulis uraikan di bawah ini berdasarkan faktor-faktor pemicu yang mempengaruhinya:

Faktor Manajemen Personil GMIST, faktor Ekonomi, Relasi Pendeta X dan Pendeta L

dengan Jemaat, faktor budaya, dan Faktor Pendidikan.

3.3.1 Faktor Manajemen Personil GMIST

Berbicara tentang manajemen personil itu berarti bahwa cara mengatur yang

sistematis dan baik setiap personil atau anggota GMIST dalam sikap berjemaat. Baik

pelayan jemaat maupun anggota jemaat haruslah mengetahui benar apa dan bagaimana

harusnya mengatur diri sendiri dan persekutuan yang ada, agar setiap gesekan-gesekkan

yang bisa menimbulkan konflik sanggup diatasi.

Konflik berawal ketika datangnya surat keputusan mutasi terhadap pendeta X

pada bulan Agustus 2010, sebab berdasarkan hasil sidang sinode, pendeta X ini harus

segera pindah ke desa lain di pulau Tagulandang yang agak jauh dari pulau Siau.

Mendengarkan keputusan ini ada anggota yang tidak setuju sehingga melakukan

Page 10: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

berbagai aksi untuk mengeluhkan agar pendeta X jangan dipindahkan sebab belum

selesai masa pelayanannya. Pun karena anak semata wayang dari pendeta X ini

bersekolah di SMP Negeri 1 Siau Timur Selatan di desa Sawang. Besar kerinduan dari

anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut untuk melihat anak

tersebut menyelesaikan sekolahnya sebab berpapasan saat itu anak pendeta X sudah

duduk di bangku kelas tiga.8

Berbagai cara yang mereka lakukan untuk mempertahankan pendeta X agar

tidak jadi dimutasi. Memang tidak semua yang pindah itu yang turut memperjuangkan

pendeta X. Karena yang lain hanya ikut berpindah saja, sebab terpengaruh dengan

mereka yang dengan antusias ingin menentang keputusan BPS GMIST. Oknum-oknum

yang berperan dalam aksi protes yang melahirkan konflik tersebut adalah W, A, G, L, R

dan T.9

Berbagai aksi yang mereka lakukan adalah, mengumpulkan tanda tangan dari

anggota-anggota jemaat yang sekiranya mendukung agar pendeta bersangkutan tidak

dimutasi. Mereka berhasil mengumpulkan 350 tanda tangan. Termasuk tanda tangan

orang-orang yang tidak ikut berpindah, hanya saja yang tak menginginkan perpecahan.

Catatan tersebut kemudian diajukan ke resort untuk dijadikan bahan pertimbangan, tapi

yang oleh resort bapak W disarankan untuk menghadap ke Sinode sebab itu merupakan

kebijakan Sinode. Bapak W datang menghadap ke Sinode yang ada di pulau Sangihe

yang harus menempuh perjalanan melalui laut selama kurang lebih 5 jam, dan beliau

kaget mendengar penyampaian Sinode bahwa itu merupakan permintaan dari pihak

Resort. Bapak W kemudian menunggu selama tiga hari di sana sebab Sinode

8 Hasil wawancara dengan EW(10 Januari 2013), AL. FG(9 Oktober 2012), ET. NT(27

Desember 2012). 9 Hasil Wawancara dengan EW(10 Januari 2013), AL. FG(9 Oktober 2012), BT(9 Januari

2013).

Page 11: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

menjanjikan untuk menyampaikan kebijakan hasil perundingan BPS (Badan Pekerja

Sinode) tentang keluhan itu. Namun sia-sia penantian beliau sebab Sinode tidak

mengambil kebijakan apa pun malah menyarankan untuk bertemu kembali lagi dengan

pihak Resort GMIST Siau Timur.10

Kembali dari Pulau Sangihe tepatnya di kota Tahuna, bapak W pun

membicarakan peristiwa yang dialaminya pada beberapa orang temannya yang namanya

telah saya uraikan di atas. Setelah berunding maka mereka memutuskan untuk kembali

menghadap pihak Resort GMIST Siau Timur. Hasilnya pun tak memuaskan sebab pihak

Resort GMIST tidak mengindahkan keluhan-keluhan dan ancaman mereka.11

Selanjutnya mereka mengundang massa untuk menghadap ke Resort GMIST

dan tidak lagi dengan cara baik-baik namun melakukan semacam demo, berteriak di

depan Resort GMIST bahkan tindakkan membakar ban mobil bekas pun di lakukan

dengan tujuan agar keluhan mereka diindahkan. Pada kesempatan inilah mereka

menyampaikan ancaman bahwa mereka akan berpindah ke KGPM, berdasarkan usulan

ibu T, Tapi semua tindakan itu tidak mendapat respon baik dari pihak resort.12

Di tengah keadaan yang semakin runyam karena tindakkan dari pihak yang tidak

setuju tersebut, majelis jemaat atas pimpinan Wakil Ketua jemaat mengadakan rapat

majelis jemaat untuk membicarakan acara temu pisah pendeta X dengan pendeta yang

baru yang akan menggantikan dirinya, sekalian dengan pembacaan keputusan mutasi

pendeta-pendeta yang oleh pihak Resort GMIST Siau Timur akan dilaksanakan di

GMIST Sawang. Selain membicarakan apa yang akan dipersiapkan untuk pelaksanakan

kegiatan serah terima pendeta tersebut mereka membicarakan berapa dana yang akan

10

Ibid., EW. AL. FG. 11

Ibid., EW. AL. FG dan RK(27 Desember 2012), JWM. GRT(9 Januari 2013), WM(5 Januari

2013), JT(9 Januari 2013). 12

Ibid.

Page 12: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

dikeluarkan untuk pendeta X sebagai ucapan terima kasih terhadap pelayanannya di

jemaat GMIST Sawang. Maka berdasarkan kesepakatan bersama, diputuskan bahwa

dana yang akan dikeluarkan oleh jemaat untuk pendeta X adalah sebesar Rp.10.000.000,

yang rencananya akan diserahkan pada hari serah terima tersebut.13

Tiba saatnya serah terima yang dihadiri semua pendeta jemaat Resort GMIST

Siau Timur dan ketua BPS yang sangat menyakitkan hati adalah pendeta X tidak hadir

dalam acara tersebut. Karena sebenarnya pendeta X yang memang tidak ingin dirinya

dipindahkan dari jemaat GMIST Sawang. Pada saat yang sama, oknum-oknum yang

tidak setuju keputusan mutasi tersebut, menyerahkan langsung pada calon pendeta baru

yang akan menggantikan pendeta X surat penolakkan pendeta tersebut. Di mana mereka

tidak mau menerima pendeta L untuk melayani di jemaat Sawang, yang membuat

situasi semakin runyam.14

Dalam keadaan yang semakin kacau, ketua BPS mengambil kesempatan datang

menjumpai pendeta X yang juga disaksikan oleh beberapa orang baik dari pihak yang

pro atas keputusan mutasi maupun dari pihak yang kontra. Ketua BPS bertujuan

menegur pendeta X bahwa sebenarnya seorang pelayan itu harus siap ketika dia harus

dipindah-pindahkan kemana saja. Sebab itulah tugas seorang pelayan. Tapi keadaan

lebih kacau ketika terjadi perdebatan antara ketua BPS dan pendeta X. Pendeta X

menyatakan diri bahwa dia akan mengundurkan diri dari GMIST, atau tidak lagi ingin

melayani di GMIST. Menurut penuturan jelas ketua BPS, pendeta X adalah semacam

orang yang senang ketika suatu jemaat menjadi kacau karena disebabkan oleh dirinya,

pendeta X merasa bangga.15

13

Hasil wawancara dengan TM. S(5 Januari 2013). 14

Hasil wawancara dengan TM(5 Januari 2013), YM. RT. WT(6 Januari 2013), RT(27

Desember 2012). 15

Hasil wawancara dengan WBS(6 Januari 2013).

Page 13: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

Konflik di jemaat GMIST Sawang sulit diatasi karena sudah ada prakondisi

konflik atau benih-benih konflik yang tertanam pada beberapa oknum-oknum hanya

saja mendapatkan celah untuk keluar nanti pada saat keputusan mutasi pendeta X.16

Ketua BPS tahu pasti oknum-oknum tersebut yaitu mereka yang namanya telah saya

sebutkan pada paragraf sebelumnya. Sebab beliau juga menyebutkan nama mereka saat

sedang diwawancarai. Menurut penuturan ketua BPS, keputusan BPS dan Resort Siau

Timut atas mutasi pendeta X adalah telah benar dan tepat. Hanya saja bagi beliau

sendiri, jika mereka memang orang-orang yang memiliki kualitas yang baik, haruslah

dibicarakan dengan baik bila mana mereka ingin pindah, jangan dengan cara yang salah

dan kasar. Sebab mereka yang benar-benar ingin agar keputusan itu ditunda datang ke

rumah ketua BPS 2 hari setelah peristiwa serah terima pendeta, bukan lagi berbicara

dengan baik-baik solusi apa yang dapat diambil agar jemaat GMIST Sawang tidak

hancur, melainkan mereka meminta agar ketua BPS tidak lagi membuat tindakkan

untuk menghalang-halangi keinginan mereka untuk keluar dari GMIST secara umum

dan Jemaat GMIST Sawang pada khususnya. Maka dengan tegas tapi ikhlas ketua BPS

mengatakan, jika itu keinginan kalian, jika itu yang terbaik menurut kalian, maka

lakukanlah.17

Mereka pun keluar dari GMIST setelah 4 kali beribadah di gereja KGPM yang

ada di Balirangen, mereka menyusun surat resmi menyatakan bahwa mereka keluar dari

GMIST setelah mereka mendapatkan tempat ibadah sementara yaitu di rumah keluarga

Gaghenggang dan menyerahkannya langsung ke Resort Siau Timur dan Sinode

GMIST.18

16

Ibid. 17

Ibid. 18

EW (10 Januari 2013).

Page 14: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

Pada sidang Sinode KGPM yang di laksanakan di Tumpaan Amurang, mereka

yang keluar dari GMIST disahkan menjadi calon sidang KGPM. Pada sidang

selanjutnya tahun 2012, mereka telah sah dinyatakan sebagai sidang Sentrum KGPM di

Sawang. Mengapa mereka dinyatakan sebagai sidang sentrum karena mereka adalah

sidang terbesar yang ada di Siau dilihat dari jumlah anggota sidang.19

Gambar 4. Gedung Gereja Jemaat KGPM dalam Proses Pembangunan

Alasan mengapa mereka ingin berpindah ke KGPM sebab mereka telah tidak

cocok dengan GMIST, dan besar kekecewaan mereka atas tindakkan BPS GMIST dan

Resort GMIST yang menganggap remeh mereka. Menurut mereka pihak Resort dan

BPS GMIST berpikir mereka tidak pernah mampu keluar dari GMIST, dan mungkin

saja hanya akan mendirikan gereja baru di bawah payung GMIST. Alasan tersebut yang

diucapkan oleh pihak yang berpindah ke KGPM. Sedangkan berdasarkan keterangan

dari anggota GMIST sendiri, mereka berpindah karena memiliki tujuan yaitu ingin

memiliki jabatan dalam gereja yang baru dan ketidakcocokan mereka dengan sesama

19

EW(10 Januari 2013), AL. FG(9 Oktober 2012).

Page 15: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

pelayan jemaat lainnya, serta keinginan mereka untuk tetap mempertahankan pendeta X

tidak diindahkan.20

Memang yang memprofokasi untuk terjadi konflik adalah para majelis jemaat,

namun berdasarkan penuturan responden dari pihak GMIST, mereka ingin memiliki

jabatan yang lebih tinggi saja yang tidak sekedar Penatua yang berperan sebagai

koordinator kelompok melainkan juga sebagai yang tertinggi di gereja.21

Sebagaimana berdasarkan peraturan gereja GMIST, selain pendeta yang bisa

memimpin ibadah di mimbar besar Gereja hanyalah penatua, untuk itu jabatan sebagai

penatua adalah jabatan yang tertinggi sebagai seorang majelis jemaat. Maka sangat tak

mengherankan jika jabatan sebagai penatua diperebutkan. Sebagai penatua, seseorang

cenderung dihormati oleh anggota jemaat pada umumnya. Karena alasan tersebut maka

majelis jemaat turut larut dalam konflik internal GMIST ini, dan mereka pun terpecah

sesuai dengan konflik yang ada yaitu ada yang pro dan ada yang kontra terhadap

keputusan tersebut. Pelopor pecahnya GMIST Sawang adalah majelis jemaat.22

3.3.2 Faktor Ekonomi

Mengapa penulis mencantumkan faktor ekonomi? Sebab faktor ini yang juga

menjadi pemicu pecahnya jemaat GMIST Sawang. Faktor ekonomi pastilah berkaitan

dengan dana atau uang yang ada di jemaat GMIST Sawang, menyangkut pengelolahnya

serta bagaimana cara mengelolahnya. Pengelolahnya adalah mereka yang berperan

penting dalam mengatur dana-dana atau uang kas jemaat tersebut. Sedangkan cara

mengelolahnya adalah bagaimana dana itu digunakan untuk sebaik-baiknya demi

kepentingan jemaat atau dengan kata lain demi lancarnya pelayanan.

20

RT(27 Desember 2012), WBS(6 Januari 2013), TM(5 Januari 2013), RK. NT(27 Desember

2012). 21

Ibid., TM(5 Januari 2013). 22

RT. YM(6 Januari 2013).

Page 16: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

Maraknya perdebatan hingga sekarang ini dari pihak GMIST Sawang dan

Sidang KGPM Sentrum Sawang adalah tentang uang persembahan. Menyangkut

banyaknya sampul syukur yang harus diberikan oleh anggota jemaat GMIST. Ada

kalimat yang paling menyakitkan hati bagi warga GMIST tentang sampul syukur yaitu

sampul panjang pendek. Warga jemaat KGPM mengatakan bahwa mereka tidak seperti

GMIST yang memiliki banyak tanggungan terkait dengan uang persembahan.23

Berdasarkan hasil wawancara disebutkan bahwa gaji pendeta di masa pendeta X

adalah Rp 750.000 di luar tunjangan dari masing-masing kelompok yang tergantung

dari besarnya kelompok tersebut. Sedangkan sekarang tunjangan dari kelompok-

kelompok ditiadakan tapi gaji pendeta dijadikan RP 1.500.000 perbulannya.24

Pendeta X adalah orang yang sangat memperhatikan administrasi gereja

sehingga segala sesuatu yang terkait dengan keuangan jemaat dikoordinir oleh beliau.

Semua uang persembahan yang masuk harus melalui beliau terlebih dahulu lalu

diserahkan kepada bendahara yang selanjutnya dimasukkan ke buku tabungan di Bank

BRI. Beliau paling memperhatikan keterlambatan dari kelompok-kelompok ketika harus

menyetor uang persembahan bulanan ke jemaat GMIST (Sebelum Perpecahan). Jika

terlambat maka akan beliau umumkan pada saat warta jemaat di minggu siang saat

ibadah. Tindakan beliau ini menurut sebagian anggota jemaat adalah tindakkan disiplin

yang baik dalam mengkordinir keuangan jemaat, sedangkan oleh sebagian anggota

jemaat itu sangat mengganggu dan merasa pendeta X tidak menghargai warga jemaat

yang terpilih sebagai sekertaris dan bendahara jemaat.25

Kalau ada kelompok yang

terlambat memberikan tunjangan kesejahteraan pendeta, maka akan diumumkannya

lewat toa, dan tindakkan tersebut membentuk pikiran yang negatif oleh sebagian besar

23

Observasi dilakukan oleh penulis sejak 27 Desember- 5 Januari 2013. 24

TM(5 Januari 2013), SA(29 Desember 2012). 25

Ibid.

Page 17: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

anggota jemaat.26

Karena sikapnya yang terlalu suka mengatur keuangan gereja dan

menuntut untuk tepat waktu dalam penyetoran menimbulkan pikiran buruk tentang

dirinya. Bahwa beliau benar-benar melayani untuk uang. Yang menurut penuturan salah

seorang responden, beliau tidak mau berpindah dari jemaat GMIST Sawang karena

jemaat GMIST Sawang adalah jemaat yang sanggup mengsejahterakan pelayan gereja.27

Pendeta L yang sekarang menjabat sebagai pendeta di jemaat GMIST Sawang

sangat berbanding terbalik dengan pendeta terdahulu. Beliau tidak pernah mau

mengkordinir langsung keuangan jemaat semua beliau serahkan kepada sekertaris dan

bendahara jemaat. Beliau tidak mau menyentuh uang jemaat langsung sebab bagi beliau

hal tersebut adalah tugas mutlak bagi mereka yang telah dipercayakan oleh jemaat

GMIST Sawang. Beliau hanya bertugas memeriksa laporan keuangan bulanan yang

diserahkan baik oleh petugas-petugas kelompok maupun bendahara jemaat sendiri. Jadi

uang jemaat sekarang semua ada di tangan bendahara jemaat dan tidak lagi disimpan di

bank.28

Tanggapan dari anggota jemaat GMIST Sawang sehubungan dengan jumlah

pundi persembahan dan juga sampul-sampul syukur, bagi mereka itu merupakan hal

yang biasa sebab itu merupakan kewajiban dari anggota jemaat. Sebab, uang yang

dikumpulkan dipergunakan untuk kepentingan bersama dalam persekutuan gereja-

gereja GMIST secara umum dan juga persekutuan jemaat GMIST Sawang secara

khusus. Asalkan masing-masing mengetahui dengan baik manfaat pemberian

persembahan hal tersebut tidaklah menjadi masalah. Semua kembali pada kesadaran

dari masing-masing anggota jemaat tanpa tak ada paksaan harus berapa jumlah uang

26

YM(5 Januari 2013). 27

Ibid. 28

Ibid

Page 18: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

yang akan dikumpulkan, melainkan sesuai dengan kemampuan dari masing-masing

orang.29

Dari anggota sidang sentrum KGPM sendiri sering menjadikan jumlah pundi

persembahan sebagai alasan mengapa mereka sudah senang telah berpindah ke KGPM

karena mereka terbebas dari berbagai pemberian uang dalam sampul syukur. KGPM

tidak memiliki kebiasaan untuk sampul syukur kata mereka waktu diwawancarai

sehingga mereka tidak lagi terbeban dengan tanggung jawab sebagai anggota jemaat

yang berkewajiban memberi persembahan-persembahan syukur.30

Jumlah pundi persembahan sejak dahulu adalah 4 pundi. Tiga yang dijalankan

oleh kelompok asistensi jemaat yang dipercayakan melayani setiap hari minggu sesuai

daftar pelayanan kelompok, dan juga satu pundi yang diletakan didepan mimbar gereja.

Nanti setelah kehadiran pendeta X pada tahun 2007, pemberian persepuluhan

diwajibkan untuk segenap anggota jemaat. Hingga kini pada masa pelayanan pendeta L

kotak persepuluhan tetap diletakkan di depan mimbar gereja hanya saja tidak seperti

dulu waktu pelayanan pendeta X anggota jemaat seakan-akan tertekan dan malu kalau

tidak memberi persembahan persepuluhan sebab takut akan diumumkan oleh pendeta

yang bersangkutan.31

Pertanyaan mendasar adalah, mengapa orang-orang yang telah

pindah ke KGPM dengan salah satu alasannya yaitu di GMIST telalu banyak

tanggungan sampul, justru mempertahankan pendeta X yang adalah pencetus keharusan

memberi persepuluhan tersebut?. Alasan yang dijumpai oleh penulis sendiri adalah

karena mereka merasa kasihan terhadap pendeta X dan mereka tidak merasa cocok lagi

29

TM(5 Januari 2013), RT. YM(6 Januari 2013), RT(27 Desember 2012). 30

Ibid. 31

Ibid.

Page 19: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

dengan GMIST.32

Alasan lainnya adalah karena mereka ingin tetap mempertahankan

kedudukan sebagai majelis jemaat.33

Fakta di lapangan berdasarkan hasil wawancara menunjukan bahwa memang

para majelis jemaat memiliki gaji dari jemaat sesuai dengan jabatan yang mereka miliki.

Yaitu, yang masuk dalam golongan Badan Pekerja Majelis Jemaat (BPMJ) perbulannya

sebesar Rp.200.000, sedangkan Penatua kelompok yang menjabat sebagai koordinator

kelompok perbulannya sebesar Rp. 75.000, sedangkan bendahara dan sekertaris

kelompok perbulannya Rp. 25.000. Pemberian gaji ini berlaku di jemaat GMIST

Sawang. Sedangkan di jemaat KGPM Sidang Sentrum sawang, para majelis jemaatnya

tidak menerima gaji yang menerima gaji hanyalah gembala sebagai pimpinan jemaat.

Yaitu sebesar Rp. 500.000.

Lebih jauh lagi membahas tentang faktor ekonomi dalam jemaat, pelayanan di

jemaat GMIST Sawang maupun KGPM Sidang Sentrum Sawang belum menyentuh

kehidupan anggota jemaat terkait dengan keadaan perekonomian mereka. Sebab tidak

ada tindakkan jemaat untuk turut mengkoordinir atau memperhatikan keberadaan

anggota jemaat untuk mengembangkan potensi pendapatan. Jemaat hanya

memperhatikan pemberian bantuan ketika ada hari raya gerejawi seperti paskah dan

Natal yaitu memberikan bantuan dalam bentuk uang atau sembako kepada orang tua

lanjut usia serta para janda. Sedangkan perhatian untuk memberdayakan jemaat belum

ada.34

3.3.3 Relasi Pendeta X dan Jemaat Vs Relasi Pendeta L dengan Jemaat

Menurut wawancara dengan berbagai responden baik dari pihak Jemaat GMIST

Sawang dan KGPM Sidang Sentrum Sawang terkait dengan bagaimana pelayanan

32

Ibid. 33

Ibid. 34

Ibid.

Page 20: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

pendeta X. Pendeta X adalah orang yang paling memperhatikan anggota jemaatnya,

sehingga dia benar-benar mengetahui seluruh anggota jemaatnya bukan hanya mengenal

wajah saja tapi nama dan panggilan sehari-hari semua diketahui olehnya. Sebab pada

masa pelayanannya beliau sering berkunjung ke rumah-rumah anggota jemaat hanya

sekedar bertanya keadaan dan mendoakan mereka, tapi tindakkan itu sangat

menyenangkan anggota jemaat. Sebab pelayan-pelayan sebelum dirinya tak pernah

melakukan hal serupa.35

Pendeta X adalah orang yang tegas dan menghendaki keaktifan setiap anggota

jemaat khususnya pelayan jemaat atau yang biasa disebut majelis jemaat. Pada masa

pelayanannya ada 75 orang majelis jemaat yang sangat aktif melayani sebab takut dan

malu jika namanya diumumkan di depan segenap anggota jemaat bahwa dirinya tidak

aktif dalam ibadah walaupun hanya sekali dalam seminggu.36

Pendeta L yang sekarang menjabat sebagai pendeta jemaat GMIST Sawang,

berbeda dengan pendeta X. Beliau lebih banyak menghabiskan waktunya di pastori saja,

dan tidak mengadakan pelayanan ke rumah-rumah seperti yang dilakukan oleh pendeta

X. Tapi dia adalah orang yang sangat percaya terhadap bawahannya. Menyerahkan

semua sepenuhnya kepada pimpinan-pimpinan kelompok untuk dapat mengatur

kelompok-kelompok persekutuan sesuai dengan tugas masing-masing dari majelis

jemaat. Jadi beliau tidak begitu mengenal anggota jemaatnya sama seperti pendeta X

kepada anggota jemaatnya.37

Pada saat terjadi konflik pendeta X tidak mencoba untuk menyelesaikan

melainkan ia selalu mengadakan rapat tertutup yang menghadirkan anggota jemaat yang

35

RT(27 Desember 2012), RT. YM(6 Januari 2013), TM(5 Januari 2013), SA(29 Desember

2012), RK. NT. ET(27 Desember 2012), GRT. JWM(9 Januari 2013). 36

Ibid. 37

Ibid.

Page 21: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

berjuang untuk mempertahankannya, sehingga sangat merusak citranya di depan

anggota jemaat secara umum, yang telah menerima keputusan BPS GMIST tersebut.38

Pada malam sebelum acara serah terima pendeta, pendeta X mengadakan rapat

tertutup pada malam sekitar pukul 20.00 beserta anggota-anggota yang mengancam

untuk pindah tersebut, menurut penuturan responden beliau tidak begitu tahu apa yang

mereka bicarakan, tapi ketika beliau sampai di sana dia diajak bicara oleh pendeta X

dengan menunjukkan 4 buah buku dari KGPM, beliau mengatakan ancamannya jika

mutasi itu tidak diberhentikan maka, dia beserta 300 anggota yang membelahnya akan

berpindah ke KGPM. Jadi, bagi responden pendeta X yang berperan dalam proses

perpecahan yang terjadi dalam Gereja GMIST Sawang.39

Pendeta L yang menjabat sekarang di jemaat GMIST Sawang tidak mengenal

baik anggota-anggota yang berpindah ke KGPM sebab ketika beliau datang dan

menjabat mereka tidak pernah hadir lagi sekalipun dalam persekutuan ibadah di gereja

GMIST Sawang. Beliau juga dimusuhi oleh anggota-anggota yang berpindah. Tapi bagi

beliau dia mengatas namakan gereja GMIST Sawang tidak pernah menutup diri ketika

anggota jemaat yang berpindah ke KGPM datang kembali ke gereja GMIST Sawang

seperti pada bulan desember kemarin ada satu anggota KGMP sidang KGPM Sawang

kembali lagi ke gereja GMIST Sawang. Hanya saja, telah terkait dengan dua lembaga

gereja yang berbeda jadi bagi yang berpindah diharuskan membacakan surat penyataan

bahwa dia beserta segenap keluarganya akan kembali lagi ke gereja GMIST Sawang.

Surat tersebut kemudian diserahkan kepada pucuk pimpinan KGPM untuk diketahui.

Anehnya adalah yang berpindah ini merupakan salah satu pelopor utama perpecahan.40

38

TM(5 Januari 2013), YM. RT(6 Januari 2013). 39

Ibid. 40

RT. LS(27 Desember 2012).

Page 22: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

Setelah konflik yang menghasilkan perpecahan tersebut tak ditemukkan lagi

kedamaian di kampung Sawang. Perseteruan terjadi baik antara saudara bersaudara,

tetangga dengan tetangga yang intinya membawa rasa tak nyaman dalam menjalin

hubungan kemasyarakatan.41

3.3.4 Faktor Budaya

Bisa jadi budaya juga merupakan salah satu faktor yang melatarbelakangi

terciptanya konflik. Sebab berdasarkan ketiga budaya yaitu mapalus, tulude dan

masamper di mana di dalamnya masyarakat dituntut untuk bekerjasama secara penuh

untuk merealisasikan ketiga budaya yang memiliki tujuan untuk mempersatukan

masyarakat yang memiliki sikap toleransi dan rasa saling mengasihi satu dengan yang

lain yang di dalamnya menampakkan rasa percaya dengan penyembahan kepada Tuhan.

Dari ketiga budaya tersebut di atas, nampak bahwa masyarakat diperbiasakan untuk

bersikap pekah dalam artian saling membantu satu dengan yang lainnya tanpa harus

dipaksakan dengan kata lain memiliki pemikiran yang sama dan menyatu guna

kerukunan sebagai warga masyarakat kampung sawang. Sehingga, ketika terjadi

perbedaan pendapat sedikit saja dalam lingkup gereja seperti perbedaan pendapat atas

mutasi pendeta tersebut, dengan mudahnya konflik tercipta. Sebab sikap toleransi dan

saling mendukung telah hilang.

3.3.5 Faktor Pendidikan

Mengapa penulis mencantumkan faktor pendidikan sebab berdasarkan

wawancara dengan salah satu responden beliau mengatakan faktor yang juga

menentukan mengapa ada anggota-anggota gereja GMIST Sawang bisa pindah dan

mendirikan jemaat KGPM semua itu juga karena disebabkan oleh faktor pendidikan

41

RT. LS. RK(27 Desember 2012), RT. WT. YM(6 Januari 2013).

Page 23: BAB III PERSELISIHAN ANTARA GMIST DAN KGPM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4063/4/T2...Besar kerinduan dari anggota-anggota jemaat yang tidak setuju akan keputusan tersebut

atau beliau menggunakan kata orang yang berkualitas. Baginya, jika mereka yang

berpindah adalah orang yang berkualitas maka harusnya dibicarakan baik-baik bukanya

malah mencari peluang untuk keluar dari Gereja.42

Adapun data tingkat pendidikan dari anggota sidi jemaat GMIST Sawang dan

KGPM Sidang Sentrum Sawang adalah sebagai berikut:

Gambar 4. Tabel data pendidikan anggota jemaat GMIST dan KGPM.

TK

SD

GMIST SAWANG

KGPM SIDANG SENTRUM

SAWANG

172 Orang

14 Orang

SMP

154 Orang

68 Orang

SMA

191 Orang

82 Orang

PT

59 Orang

18 Orang

42

WBS(6 Januari 2013).