bab iii objek kajian a. biografi dan konteks sosial al ...digilib.uinsby.ac.id/6314/6/bab...

19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB III OBJEK KAJIAN A. Biografi dan Konteks Sosial Al-Zarnuji 1. Biografi Al-Zarnuji Nama al-Zarnuji tidak asing lagi di dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam dan lebih-lebih di kalangan pesantren salaf, karena kitab (buku) karangannya, yaitu disebut sebagai salah satu kitab kuning, tentu akan mengenal pemikiran Ta’limul Muta’allim, lebih mengakar di kalangan pesantren model ini. Kitab ini mungkin dapat digolongkan sebagai salah satu buku metodologi pendidikan, karena sebagaimana diungkapkan bahwa kitab ini khusus dalam ilmu pendidikan berpengaruh sekali sebagai pegangan para guru untuk mendidik anak-anaknya. 1 Sebelum kita menganalisis pemikiran Al-Zarnuji, sebaiknya kita kaji dulu terkait latarbelakang kehidupan Al-Zarnuji. Maksudnya adalah agar kita mendapat pemahaman yang utuh tentang pemikiran beliau. al-Zarnuji adalah salah seorang filosof Arab yang tidak diketahui nama dan waktu hidupnya secara pasti. 2 Ada yang menyebutnya dengan Burhān al -Din, ada juga yang menyebutnya dengan Burhan al-Islam. Namun, kedua nama itu diperkirakan sebagai julukan saja atas jasa-jasanya dalam menyebarkan Islam. 1 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, ( Jakarta: Hidakarya Agung, 1990 ), 155 2 Plessner, al-Zarnuji dalam al-Syanthawi dkk, Dairah al-Ma‘arif al-Islamiyyah, jilid X, ( Dar al- Fikr, tanpa tahun), 344

Upload: truongdung

Post on 17-Aug-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III OBJEK KAJIAN A. Biografi dan Konteks Sosial Al ...digilib.uinsby.ac.id/6314/6/Bab 3.pdfpendidikan Islam dan lebih-lebih di kalangan pesantren salaf, karena kitab (buku) karangannya,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III

OBJEK KAJIAN

A. Biografi dan Konteks Sosial Al-Zarnuji

1. Biografi Al-Zarnuji

Nama al-Zarnuji tidak asing lagi di dunia pendidikan, khususnya

pendidikan Islam dan lebih-lebih di kalangan pesantren salaf, karena kitab

(buku) karangannya, yaitu disebut sebagai salah satu kitab kuning, tentu

akan mengenal pemikiran Ta’limul Muta’allim, lebih mengakar di kalangan

pesantren model ini. Kitab ini mungkin dapat digolongkan sebagai salah

satu buku metodologi pendidikan, karena sebagaimana diungkapkan bahwa

kitab ini khusus dalam ilmu pendidikan berpengaruh sekali sebagai

pegangan para guru untuk mendidik anak-anaknya.1

Sebelum kita menganalisis pemikiran Al-Zarnuji, sebaiknya kita kaji

dulu terkait latarbelakang kehidupan Al-Zarnuji. Maksudnya adalah agar

kita mendapat pemahaman yang utuh tentang pemikiran beliau. al-Zarnuji

adalah salah seorang filosof Arab yang tidak diketahui nama dan waktu

hidupnya secara pasti.2 Ada yang menyebutnya dengan Burhān al-Din, ada

juga yang menyebutnya dengan Burhan al-Islam. Namun, kedua nama itu

diperkirakan sebagai julukan saja atas jasa-jasanya dalam menyebarkan

Islam.

1 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, ( Jakarta: Hidakarya Agung, 1990 ), 155 2 Plessner, al-Zarnuji dalam al-Syanthawi dkk, Dairah al-Ma‘arif al-Islamiyyah, jilid X, ( Dar al-

Fikr, tanpa tahun), 344

Page 2: BAB III OBJEK KAJIAN A. Biografi dan Konteks Sosial Al ...digilib.uinsby.ac.id/6314/6/Bab 3.pdfpendidikan Islam dan lebih-lebih di kalangan pesantren salaf, karena kitab (buku) karangannya,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

49

Nama "al-Zarnuji" sendiri diyakini bukan nama asli, tetapi nama yang

dinisbahkan kepada tempat, yakni Zurnuj atau Zaranj. Al-Qurasyi mengatakan

Zurnuj adalah sebuah tempat di wilayah Turki. Sedangkan menurut Hamawi,

Zurnuj adalah sebuah tempat yang terkenal di mawara’a al-nahr wilayah

Turkistan.1 Tetapi menurut para pakar geografi daerah mawara’a al-nahr itu

bukan di Turkistan, melainkan di Turki.2 Dengan demikian diperkirakan bahwa

ia berasal dari Turki. Mengenai masa hidupnya juga masih belum jelas, kecuali

sebatas perkiraan-perkiraan saja. Satu-satunya penulis yang menunjuk tahun

wafatnya adalah Fuad al-Ahwani. Menurut dia al-Zarnuji wafat tahun 591

H/1194 M.3

Dalam Islamic Studies Journal dikatakan bahwa “birth or lifetime al-

zarnuji can only be estimated is born in about the year 570 h. while about

kewafatan al-zarnuji there are differences, there are declared al-zarnuji died in

591 h. and according to the description, bahwasannya he has compiled the

book after years of 593 h. The estimate is based on the fact that al-zarnuji many

cite the opinion of his teacher that is written in the book of al-muta'allim study

groups, and some teachers are written in the book he died at the end of the 6th

century h. and he gain knowledge from the teacher when young.

1 Syihāb al-Dīn Ibn Abd Allah Yaqut al-Hamawi, Mu‘jam al-Buldan jilid III, (Beirut: Dar al-Fikr,

tanpa tahun), 139 2 Marwazi, Konsep Pendidikan dalam Kitab Ta‘limul Muta‘allim Karya al-Zarnuji dan

Aplikasinya di Pondok Pesantren al-Falah Ploso Mojo Kediri, Disertasi, (Jakarta: IAIN Syarif

Hidayatullah, 1998), 29 3 Ahmad Fuad Ahwani, al-Tarbiyyah fî al-Islâm aw al-Ta‘lim fî Ra’si al-Qabis, (al-Qahirah: Isa

al-Babi al-Halabi, 1955), 239

Page 3: BAB III OBJEK KAJIAN A. Biografi dan Konteks Sosial Al ...digilib.uinsby.ac.id/6314/6/Bab 3.pdfpendidikan Islam dan lebih-lebih di kalangan pesantren salaf, karena kitab (buku) karangannya,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

50

al-zarnuji an ulama 'who lives one period with Nukman bin Ibrahim al-

zarnuji who died in the same year, he died not far from the year because both

live in one period and generation. thus it can be concluded that al-zarnuji died

around the year 620 h. or in other words al-zarnuji life in the last quarter of the

6th century until the first two-thirds of the 7th century H.4

Dari berbagai pandangan terkait masa hidup Al-Zarnuji diatas maka

diperkirakan beliau lahir di Turki sekitar Abad 7 H. Pendapat lain mengatakan

bahwa Al-Zarnuji lahir di Bukhara. Al-Zarnuji di samping tergolong sebagai

salah satu tokoh pendidikan, juga terkenal sebagai seorang sastrawan (adib)

dari Bukhara. Dia termasuk ulama yang hidup pada abad 7 H atau sekitar abad

12–13 M, yang bertepatan dengan zaman kemerosotan atau kemunduran

Daulah Abbasiyah. Zaman ini disebut juga periode kedua Daulah Abbasiyah,

yaitu sekitar tahun 292–658 H.5 Oleh karena itu, untuk memahami al-Zarnuji

sebagai seorang pemikir, perlu mengetahui keadaan zaman tersebut, yaitu

zaman Abbasiyah atau zaman yang menghasilkan para pemikir ensiklopedi

yang sulit ditandingi para pemikir yang datang kemudian.

Pendapat yang kuat ialah bahwa Al-Zarnuji hidup pada masa akhir

dinasti Abasiyyah. Pada waktu itu terjadi kemerosotan dan kemunduran ilmu

pengetahuan. Oleh karenanya dari latarbelakang yang demikian itu tentu akan

mempengaruhi hasil karyanya. Tulisan beliau tentu sedikit banyak ada

kaitannya dengan konteks sosial yang terjadi pada waktu itu. Dikatakan pula,

bahwa al-Zarnuji adalah seorang ulama fiqh pengikut Madzhab Hanafi

4 Islamic Studies Jurnal, The Pedagogik of Al-Zarnuji, vol 1 No. 2 Juli-Desember 2013 5 Busairi Madjidi, Konsep Kependidikan Para Filosof Muslim, (Yogyakarta: Press, 1997), 10

Page 4: BAB III OBJEK KAJIAN A. Biografi dan Konteks Sosial Al ...digilib.uinsby.ac.id/6314/6/Bab 3.pdfpendidikan Islam dan lebih-lebih di kalangan pesantren salaf, karena kitab (buku) karangannya,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

51

sehingga dimungkinkan beliau tergolong orang yang banyak menggunakan

akal dalam berargumentasi, karena diketahui salah satu ciri madzhab ini adalah

lebih mengandalkan akal (rasio) dan analogi (secara qias) dalam berpikir.

Bukti bahwa al-Zarnuji pengikut Madzhab Hanafi juga dapat dilihat

dalam kitabnya Ta’limul Muta’alim yang di dalamnya banyak mengutip

pendapat Abu Hanifah, misalnya “Al-fiqhu ma’rifat al-nafsi mâ lahâ wa mâ

‘alaihâ. Mâ al-‘ilmu illa bi al-‘amali wa al-‘amalu bihî tarku al-‘âjili lilâjili ”

“Fiqih adalah pengetahuan tentang hal-hal yang berguna dan yang

membahayakan bagi diri seseorang. Ilmu itu hanya untuk diamalkannya,

sedangkan mengamalkannya berarti meninggalkan orientasi dunia demi

akhirat”.6

Atau syi’ir Abu Hanifah yang berbunyi, “Man talaba al-‘ilmu lilma’âdi

fâza bifadlin mina al-rasyâdi. Fayalkhusrâni tâlibîhi linaili fadlin min al-‘ibâdi”

“Barang siapa menuntut ilmu karena mencari pahala akherat, maka

berbahagialah dia dengan karunia dari Allah. Alangkah ruginya bagi penuntut

ilmu hanya memperoleh kelebihan dari sesama manusia”.7 Pada tahun 593 H,

berkat karangannya yang berjudul Ta’lim al-Muta’llim Thoriq al-Ta’allum, Al-

Zarnuji menjadi terkenal (masyhur).

Pada zamannya kitab Ta’limul Muta’allim benar-benar digemari dan

diterima di kalangan para pengajar dan peserta didik, khususnya para pelajar yang

tinggal di lingkungan para raja dan sultan yakni pada masa Murad Khan Bin Salim

abad 14, karena kitab ini telah tampil sebagai alternatif untuk mengatasi ekses-

6 al-Zarnuji, Ta’limul Muta’allim Tariqatta’allum (Jakarta : Darurrohmah, 1995), 9 7 Ibid., 11

Page 5: BAB III OBJEK KAJIAN A. Biografi dan Konteks Sosial Al ...digilib.uinsby.ac.id/6314/6/Bab 3.pdfpendidikan Islam dan lebih-lebih di kalangan pesantren salaf, karena kitab (buku) karangannya,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

52

ekses rasionalisme yang tengah berkembang waktu itu.8 Khususnya di Indonesia,

Kitab Ta’limul Muta’allim tidak asing lagi terutama bagi kalangan pondok

pesantren salafiyah, karena kitab ini telah dijadikan pedoman atau acuan bagi

santri dalam menuntut ilmu. Bahwa berdasarkan fakta kitab ini telah disepakati

para kyai pemangku pesantren sebagai salah satu kitab yang cocok untuk

mendasari jiwa kesantrian dan jiwa pelajar penuntut ilmu pengetahuan.

Pendapat lain mengatakan bahwa Zarnuji merupakan salah seorang guru

Rukn al-Din Imam Zada (Wafat sekitar tahun 573 H) dalam bidang fiqih.

Imam Zada juga berguru pada Syekh Ridha al-Din al-Nishapuri (wafat sekitar

antara tahun 550 dan 600 H) dalam bidang Mujahadah. Kepopuleran Imam

Zada diakui karena prestasinya dalam bidang Ushuluddin bersama dengan

kepopuleran ulama lain yang juga mendapat gelar rukn (sendi). Mereka antara

lain Rukn al-Din al- ‘Amidi (wafat : 615 H) dan Rukn al-Din al-Tawusi (wafat:

600 H). Dari data ini dapat dikatakan bahwa al-Zarnuji hidup sezaman dengan

Syekh Ridha al-Din al-Nisaphuri.9

Dasar filsafat Al-Zarnuji adalah dari Imam Ghazali. Kalau kita cermati

masa hidup Imam Ghazali dengan Al-Zarnuji tidak begitu jauh yaitu sekitar

abad 12 M. Al-Ghazali mempelajari karangan-karangan ahli filsafat terutama

karangan Ibnu Sina. Setelah mempelajari filsafat dengan seksama, ia

mengambil kesimpulan bahwa mempergunakan akal semata-mata dalam soal

ketuhanan adalah seperti mempergunakan alat yang tidak mencukupi

8 Mudjab Mahali, A. dan Mujawazah Mahali, Kode Etik Kaum Santri. Saduran (Yogyakarta: Al-

Bayan, 1988), 6 9 Sudarnoto Abdul Hakim, Hasan Asari, Yudian W. Asmin (penyunting), Islam Berbagai

Perspektif: Didedikasikan Untuk 70 tahun Prof. Dr. H. Munawir Sadzali, MA, (Yogyakarta:

LPMI, 1995), 20

Page 6: BAB III OBJEK KAJIAN A. Biografi dan Konteks Sosial Al ...digilib.uinsby.ac.id/6314/6/Bab 3.pdfpendidikan Islam dan lebih-lebih di kalangan pesantren salaf, karena kitab (buku) karangannya,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

53

kebutuhan. Al-Ghazali dalam Al-Munqidz min al-Dhalal menjelaskan bahwa

jika berbicara mengenai ketuhanan (metafisika), maka disinilah terdapat

sebagian besar kesalahan mereka (para filosof) karena tidak dapat

mengemukakan bukti-bukti menurut syarat-syarat yang telah mereka tetapkan

sendiri dalam ilmu logika.

Al-Ghazali meneliti kerja para filsuf dengan metodenya yang rasional,

yang mengandalkan akal untuk memperoleh pengetahuan yang meyakinkan.

Dia pun menekuni bidang filsafat secara otodidak sampai menghasilkan

beberapa karya yang mengangkatnya sebagai filsuf. Tetapi hasil kajian ini

mengantarkannya kepada kesimpulan bahwa metode rasional para filsuf tidak

bisa dipercaya untuk memberikan suatu pengetahuan yang meyakinkan tentang

hakikat sesuatu di bidang metafisika (ilahiyyat) dan sebagian dari bidang fisika

(thabi’iyat) yang berkenaan dengan akidah Islam. Meskipun demikian, Al-

Ghazali tetap memberikan kepercayaan terhadap kesahihan filsafat-filsafat di

bidang lain, seperti logika dan matematika. Sebagaimana yang telah dijelaskan

di atas, bahwa ada pemikiran tentang filsafat metafisika yang menurut al-

Ghazali sangat berlawanan dengan Islam, dan karenanya para filosof

dinyatakan kafir.

Mengenai kejadian alam dan dunia, Al-Ghazali berpendapat bahwa

dunia itu berasal dari iradat (kehendak) tuhan semat-mata, tidak bisa terjadi

dengan sendirinya. Iradat tuhan itulah yang diartikan penciptaan. Iradat itu

menghasilkan ciptaan yang berganda, di satu pihak merupakan undang-undang,

dan di lain pihak merupakan zarah-zarah (atom-atom) yang masih abstrak.

Page 7: BAB III OBJEK KAJIAN A. Biografi dan Konteks Sosial Al ...digilib.uinsby.ac.id/6314/6/Bab 3.pdfpendidikan Islam dan lebih-lebih di kalangan pesantren salaf, karena kitab (buku) karangannya,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

54

Penyesuaian antara zarah-zarah yang abstrak dengan undang-undang itulah

yang merupakan dunia dan kebiasaanya yang kita lihat ini. Iradat tuhan adalah

mutlak, bebas dari ikatan waktu dan ruang, tetapi dunia yang diciptakan itu

seperti yang dapat ditangkap dan dikesankan pada akal (intelek) manusia,

terbatas dalam pengertian ruang dan waktu. Al-Ghazali menganggap bahwa

tuhan adalah transenden, tetapi kemauan iradatnya imanen di atas dunia ini,

dan merupakan sebab hakiki dari segala kejadian.10

Pendapat-pendapat diatas adalah perkiraan penulis berdasarkan sumber-

sumber yang ada. Karena setelah dikaji dalam kitab Ta’limul Muta’allim tidak

mendapatkan informasi yang valid tentang masa hidup Al-Zarnuji. Menurut

hemat penulis Al-Zarnuji sendiri tidak mencantumkan biografi serta

sepakterjangnya di dalam kitab karangannya. Karena beliau fokus pada isi

kitab yang dikarangnya tersebut. Penulis berharap kitab ini terus dikaji dalam

dunia pendidikan karena muatannya yang bagus yakni membahas etika atau

adab kita sebagai pelajar, dan juga membahas beberapa pedoman-pedoman

bagi guru tentang aspek yang harus diperhatikan ketika mengajar agar

memperoleh manfaat dari apa yang kita pelajari.

2. Konteks Sosial Konsep Pendidikan Al-Zarnuji

Beberapa pendapat mengatakan bahwa Al-Zarnuji hidup pada masa

akhir dinasti Abasiyyah. Pada waktu itu terjadi kemerosotan dan kemunduran

ilmu pengetahuan. Oleh karenanya dari latarbelakang yang demikian itu tentu

akan mempengaruhi hasil karya Al-Zarnuji. Tulisan beliau sedikit banyak ada

10 Poerwantana, dkk, Seluk Beluk Filsafat Islam, (Bandung: CV ROSDA, 1988), hlm. 172.

Page 8: BAB III OBJEK KAJIAN A. Biografi dan Konteks Sosial Al ...digilib.uinsby.ac.id/6314/6/Bab 3.pdfpendidikan Islam dan lebih-lebih di kalangan pesantren salaf, karena kitab (buku) karangannya,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

55

kaitannya dengan konteks sosial yang terjadi pada waktu itu. Dikatakan pula,

bahwa al-Zarnuji adalah seorang ulama fiqh pengikut Madzhab Hanafi

sehingga dimungkinkan beliau tergolong orang yang banyak menggunakan

akal dalam berargumentasi, karena diketahui salah satu ciri madzhab ini adalah

lebih mengandalkan akal (rasio) dan analogi (secara qias) dalam berpikir. Di

awal sudah dijelaskan juga bahwa di dalam kitab Ta’limul Muta’allim ada

beberapa hal yang oleh Al-Zarnuji dirujuk dari pendapatnya imam Hanafi. Hal

tersebut memperkuat bahwa Al-Zarnuji pengikut Madzhab Hanafi.

Masa hidup Al-Zarnuji, yakni diakhir abad ke-6 H dan memasuki abad

ke-7 H atau abad 12-13 M, merupakan jaman kemunduran dan kemerosotan

Daulah Abbasiyah sekitar tahun 292-656 H.11 Pada masa ini dunia Islam telah

mengalami kontak senjata dengan orang-orang Kristen dalam perang Salib

sejak tahun 1097 M sampai dengan tahun 1291 M.12 Philip K. Hitti

mengatakan bahwa, dunia Islam waktu itu sedang mengalami disintegrasi

politik. Baghdad sebagai pusat pemerintahan Islam tidak dapat mengendalikan

kekuasaannya di daerah-daerah. Hal ini diikuti oleh sikap penguasa daerah

yang melepaskan diri dari pemerintahan pusat. Akan tetapi bahkan ada yang

kemudian menguasai pemerintahan pusat (Baghdad), diantaranya dinasti

Buwaihiyyah (320 - 447 H / 932 – 1055 M), dinasti Saljuk (Saljuk Besar)

didirikan oleh Rukn al-Dīn Abū Thalib Thughrul Bek Ibn Mīka’il Ibn Seljuk

Ibn Tuqaq yang menguasai Baghdad dan memerintah selama 93 tahun (429-

11 Busyairi Madjidi, Konsep Kependidikan Para Filosof Muslim, (Yogyakarta: al-Amin Press,

1997), 101 12 Badriyatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), Cet. VII, 79

Page 9: BAB III OBJEK KAJIAN A. Biografi dan Konteks Sosial Al ...digilib.uinsby.ac.id/6314/6/Bab 3.pdfpendidikan Islam dan lebih-lebih di kalangan pesantren salaf, karena kitab (buku) karangannya,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

56

522 H / 1037-1127 M).13 dua dinasti ini yang memerintah pada masa al-Zarnuji

serta Dinasti Ayubiyah (564-648 H / 1167-1250 M).

Di jaman kaum Saljuk, kota Baghdad mendapatkan kembali sebagian

dari daerah kedudukannya yang semula sebagai ibukota kerohanian tempat

persemayaman khalifah Abbasiyah yang menikmati pengaruh keagamaan, dan

menikmati kembali kehebatan serta keagungan yang pernah dinikmati

sebelumnya. Hal ini mungkin dikarenakan kesendirian di Baghdad serta

mendapat kehormatan dan sanjungan dari sultan-sultan kaum Saljuk, dan

pengaruh politik terus berada di ibukota kaum Saljuk di Nisabur kemudian di

Raiyi.14

Dalam zaman inilah para ulama dengan dukungan penguasa mulai

dengan keras mengecam filsafat dan para filosof bahkan dengan ilmu hikmah

(ilmu pengetahuan umum) pada umumnya. Akan tetapi pandangan mereka

terhadap filsafat dan mantiq berbalik arah, semula ilmu hikmah diabadikan

kepada agama tetapi pada akhirnya hampir saja agama itu dibunuhnya. Ibnu

Khaldun sendiri mengatakan bahwa filsafat itu besar mudharatnya terhadap

agama.15

Kalau kita telusuri sejarah pendidikan Islam, maka terdapat lima tahap

pertumbuhan dan perkembangan dalam bidang pendidikan Islam. Pertama

pendidikan pada masa Nabi Muhammad Saw (571-632 M); kedua pendidikan

pada masa Khulafāur Rasyidīn (632 – 661 M); ketiga pendidikan pada masa

13 Badriyatim, Sejarah Peradaban Islam, 65-66 14 Ahmad Salabi, Sejarah dan kebudayaan Islam, (Terj. Muhammad Labieb Ahmad), jilid 3,

(Jakarta: PT Al-Husna Zikra, 1997), Cet. II, 340. 15 Busyairi Madjidi, Konsep Kependidikan Para Filosof Muslim, 101-102

Page 10: BAB III OBJEK KAJIAN A. Biografi dan Konteks Sosial Al ...digilib.uinsby.ac.id/6314/6/Bab 3.pdfpendidikan Islam dan lebih-lebih di kalangan pesantren salaf, karena kitab (buku) karangannya,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

57

Bani Umayyah di Damsyik (661- 750 M); keempat pendidikan pada masa

kekuasaan Abbasiyah di Baghdad (750 – 1250 M); dan kelima pendidikan pada

masa jatuhnya kekuasaan khalifah di Baghdad (1250 – sekarang).

Dengan demikian al-Zarnuji hidup pada masa keempat dari periode

pendidikan dan perkembangan pendidikan Islam, yakni antara tahun 750 –

1250 M. Sehingga beliau sangat beruntung mewarisi banyak peninggalan yang

ditinggalkan oleh para pendahulunya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Dan al-Zarnuji bukanlah seorang fuqaha atau muhaddits ataupun mutakallim

tetapi beliau seorang murabbi biasa pada sebuah pendidikan, hal ini dilihat dari

karyanya hanya satu (Ta’līmul Muta’allim) dan tidak ada pula perkataan-

perkataan beliau yang bernilai hukum, ataupun tidak ada nukilan-nukilan

daripadanya untuk dipakai rujukan saat ini baik dari hukum, hadits ataupun

ilmu kalam. Berbeda dengan Imam Ghazali yang lebih terkenal dengan ilmu

tasawufnya dibandingkan dengan ilmu pendidikannya.16

Dari beberapa pendapat diatas dapat kita identifikasi latar belakang Al-

Zarnuji menulis kitab Ta’limul Muta’allim yaitu beliau ingin membangkitkan

kembali peradaban Islam yang mana pada waktu itu mengalami kemunduran

ilmu pengetahuan yaitu tepatnya pada akhir masa dinasty Abasiyyah. Faktor

lain yaitu pada masa itu banyak pencari ilmu (santri, pelajar dan mahasiswa)

ternyata banyak diantara mereka yang mendapatkan ilmu, tapi ternyata tidak

bisa mendapatkan manfaat dan buahnya ilmu, yaitu dapat mengamalkan dan

menyebarkan ilmu yang diperolehnya. Hal tersebut disebabkan karena

16 Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1992), Cet. III, 7

Page 11: BAB III OBJEK KAJIAN A. Biografi dan Konteks Sosial Al ...digilib.uinsby.ac.id/6314/6/Bab 3.pdfpendidikan Islam dan lebih-lebih di kalangan pesantren salaf, karena kitab (buku) karangannya,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

58

kesalahan mereka dalam menuntut ilmu, mereka tidak menghiraukan syarat-

syarat dalam menuntut ilmu. Dari latar belakang tersebut Al-Zarnuji ingin

menjelaskan kepada para pelajar tentang metodologi dan tips-tips dalam belajar

agar memperoleh ilmu yang bermanfaat. Pada akhirnya Al-Zarnuji menyusun

kitab yang bernama Ta’limul Muta’allim

kitab Ta’līmul Muta’allim merupakan bagian dari karya al-Zarnuji,

yang masih ada sampai sekarang. Sebagai kontribusi tunggal beliau dalam

bidang ilmiah yaitu bidang pendidikan, selain itu tidak ada. Kitab yang terdiri

dari 13 Bab tersebut, menurut Khalifah telah diberi catatan komentar (sarah)

oleh Ibn Isma’il, yang kemungkinan juga dengan al-Nau’i. Yang diterbitkan

pada tahun 996 H, kitab ini juga diterjemahkan kedalam bahasa Turki oleh

Abd. Al-Majid bin Nusuh bin Isra’il dengan judul Irsyad al-Ta’līm fi Ta’līm al-

Muta’allim.

Kitab Ta’līmul Muta’allim telah diakui kepopulerannya oleh Khalil A.

Totah dan Mehdi Nakosteen, ketika masing-masing melakukan survey atas

sumber literatur kependidikan Islam klasik dan abad pertengahan. Hal ini

berdasar pada identifikasi sejumlah karya kependidikan, bahwa kitab Ta’līmul

Muta’allim-lah yang paling terkenal. Kepopuleran itu ditunjukkan dengan

adanya penerjemahan dari bahasa Arab kedalam bahasa Latin dengan judul

Enchiridion Studiosi yang dilakukan dua kali oleh H. Reland pada tahun 1709

Page 12: BAB III OBJEK KAJIAN A. Biografi dan Konteks Sosial Al ...digilib.uinsby.ac.id/6314/6/Bab 3.pdfpendidikan Islam dan lebih-lebih di kalangan pesantren salaf, karena kitab (buku) karangannya,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

59

dan Caspari pada tahun 1838. dan juga penerjemahan kedalam bahasa Latin

digalakkan pada saat masih berlangsung perang Salib.17

B. Biografi dan Konteks Sosial Paulo Freire

1. Biografi Paulo Freire

Paulo Freire lahir pada 19 september 1921 di Recife, kota pelabuhan

diTimur Laut Brazil, dia berasal dari keluarga kelas menengah, ayahnya

bernama Joachim Themistocles Freire berprofesi sebagai polisi militer di

Pernambuco yang berasal dari Rio Grande de Norte. Ayahnya adalah

seorang pengikut aliran kebatinan, tanpa menjadi anggota dari agama resmi.

Baik budi, cakap, dan mampu untuk mencintai.dan ibunya bernama Edultrus

Neves Freire, berasal dari Pernambuco, beragama Katolik, lembut, baik

budi, dan adil. Merekalah yang dengan contoh dan cinta mengajarkan

kepada Paulo Freire untuk menghargai dialog dan menghormati pendapat

maupun pilihan orang lain.

Kehidupan orang tua Freire tergolong kelas menengah, namun sering

mengalami kesulitan financial. Situasi seperti itulah yang membuat Freire

menyadari arti lapar bagi anak sekolah dasar. Dan situasi itu juga membuat

ia pada waktu kecil bersumpah untuk membaktikan hidupnya melawan

kemiskinan dan kelaparan serta membela kaum miskin sehingga tidak ada

anak lain yang akan merasakan penderitaan seperti yang pernah ia alami.

Situasi ini terjadi pada tahun 1929 dimana krisis ekonomi melanda hampir

17 Ahmad Usman, Al-Ta’lim Inda Burhanul Islam Al-Zarnuji, (Kairo:Maktabah Al-Anjalu Al-

Misriyah, 1989), 88

Page 13: BAB III OBJEK KAJIAN A. Biografi dan Konteks Sosial Al ...digilib.uinsby.ac.id/6314/6/Bab 3.pdfpendidikan Islam dan lebih-lebih di kalangan pesantren salaf, karena kitab (buku) karangannya,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

60

di seluruh kota di Brazil.18 Kendati demikian semangat Freire tidak surut

untuk tetap membela dan memperjuangkan kesejahteraan kaum marginal

dan minoritas.

Pada tahun 1943, Freire mulai belajar di Universitas Recife, sebagai

seorang mahasiswa hukum, tetapi ia juga belajar filsafat dan psikologi

bahasa. Meskipun ia lulus sebagai ahli hukum, ia tidak pernah benar-benar

berpraktik dalam bidang tersebut. Sebagai buktinya, ia pernah berkarier

dalam waktu pendek sebagai seorang pengacara. Sebaliknya, ia bekerja

sebagai seorang guru di sekolah menengah, mengajar bahasa Portugis

selama 6 tahun (1941-1947). Pada 1946, Freire diangkat menjadi Direktur

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dari Dinas Sosial di Negara

bagian Pernambuco (yang ibu kotanya adalah Recife).

Selama bekerja itu, terutama ketika bekerja di antara orang-orang miskin

yang buta huruf, Freire mulai merangkul bentuk pengajaran yang non-

ortodoks yang belakangan dianggap sebagai teologi pembebasan. Tahun

1959, Freire menyerahkan disertasi doktoral di Universitas Recife dengan

judul Educacao e Atualidade Brazileira (Pendidikan dan Keadaan Masa

Kini di Brazil). Di kemudian hari, ia bahkan diangkat sebagai guru besar

bidang sejarah dan filsafat pendidikan di universitas tersebut.

Pada 1961-1964, ia diangkat sebagai Direktur Pertama dari

Departemen Perluasan Kebudayaan Universitas Recife. Dan pada 1962, ia

mendapatkan kesempatan pertama untuk menerapkan secara luas teori-

18 Firdaus M. Yunus, Pendidikan Berbasis Realitas Sosial, (Jogjakarta: logung pustaka, 2004), 22

Page 14: BAB III OBJEK KAJIAN A. Biografi dan Konteks Sosial Al ...digilib.uinsby.ac.id/6314/6/Bab 3.pdfpendidikan Islam dan lebih-lebih di kalangan pesantren salaf, karena kitab (buku) karangannya,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

61

teorinya. Saat itu, 300 orang buruh kebun tebu diajar untuk membaca dan

menulis hanya dalam 45 hari. Sebagai tanggapan terhadap eksperimen ini,

pemerintah Brazil menyetujui dibentuknya ribuan lingkaran budaya di

seluruh negeri. Karena keberhasilannya dalam program pemberantasan buta

huruf di daerah Angicos, Rio Grande do Norte, ia diangkat sebagai Presiden

dari Komisi Nasional untuk Kebudayaan Populer.

Pada tahun 1964, terjadi kudeta militer di Brazil, yang mengakhiri

upaya itu. Rezim yang berkuasa saat itu menganggap Freire seorang tokoh

yang berbahaya, karena itu mereka menahannya selama 70 hari sebelum

akhirnya “mempersilahkan” Freire untuk meninggalkan negeri itu. Ia

memulai masa 15 tahun pembuangannya dan tinggal untuk sementara waktu

di Bolivia. Dari Bolivia ia pindah ke Chili dan berkerja selama 5 tahun

untuk organisasi internasional Christian Democratic Agrarian Reform

Movement. Dalam masa 5 tahun ini, ia dianggap sangat berjasa menghantar

Chili menjadi 1 dari 5 negara terbaik di dunia yang diakui UNESCO sukses

dalam memberantas buta huruf. Pada tahun 1969, ia sempat menjadi visiting

professor di Universitas Harvard.19

Paulo Freire dalam berfilsafat beliau merujuk filsafat Emmanuel

Khan. Filsafat Emmanuel Khan bermula dari kritikan tentang perdebatan

aliran Rasionalisme dan Empirisme. Pendirian aliran rasionalisme dan

empirisme sangat bertolak belakang. Rasionalisme berpendirian bahwa rasio

merupakan sumber pengenalan atau pengetahuan, sedangkan empirisme

19 Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas, terj:tim redaksi (Jakarta: LP3ES, 2008), 33

Page 15: BAB III OBJEK KAJIAN A. Biografi dan Konteks Sosial Al ...digilib.uinsby.ac.id/6314/6/Bab 3.pdfpendidikan Islam dan lebih-lebih di kalangan pesantren salaf, karena kitab (buku) karangannya,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

62

berpendirian sebaliknya bahwa pengalaman menjadi sumber dalam

berfilsafat. Maka dari perdebatan tersebut, ia berusaha mengadakan

penyelesaian atas pertikaian itu dengan filsafatnya yang dinamakan

Kritisisme (aliran yang kritis).

Immanuel Kant adalah filsuf yang hidup pada puncak perkembangan

“Pencerahan”, yaitu suatu masa dimana corak pemikiran yang menekankan

kedalaman unsur rasionalitas berkembang dengan pesatnya. Pasa masa itu

lahir berbagai temuan dan paradigma baru dibidang ilmu, dan terutama

paradigma ilmu fisika alam. Heliosentris temuan Nicolaus Copernicus (1473

– 1543) di bidang ilmu astronomi yang membutuhkan paradigma geosentris,

mengharuskan manusia mereinterpretasikan pandangan duniannya, tidak

hanya pandangan dunia ilmu tetapi juga keagamaan.

Selanjutnya ciri kedua adalah apa yang dikenal dengan deisme, yaitu

suatu paham yang kemudian melahirkan apa yang disebut Natural

Religion (Agama alam) atau agama akal. Deisme adalah suatu ajaran yang

mengakui adanya yang menciptakan alam semesta ini. Akan tetapi setelah

dunia diciptakan, Tuhan menyerahkan dunia kepada nasibnya sendiri. Sebab

ia telah memasukkan hukum-hukum dunia itu ke dalamnya. Segala sesuatu

berjalan sesuai dengan hukum-hukumnya. Manusia dapat menunaikan

tugasnya dalam berbakti kepada Tuhan dengan hidup sesuai dengan hukum-

hukum akalnya.

Maksud paham ini adalah menaklukkan wahyu ilahi beserta degan

kesaksian-kesaksiannya, yaitu buku-buku Alkitab, mukjizat, dan lain-lain

Page 16: BAB III OBJEK KAJIAN A. Biografi dan Konteks Sosial Al ...digilib.uinsby.ac.id/6314/6/Bab 3.pdfpendidikan Islam dan lebih-lebih di kalangan pesantren salaf, karena kitab (buku) karangannya,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

63

kepada kritik akal serta menjabarkan agama dari pengetahuan yang alamiah,

bebas dari pada segala ajaran Gereja. Singkatnya, yang dipandang sebagai

satu-satunya sumber dan patokan kebenaran adalah akal. Kant berusaha

mencari prinsip-prinsip yang ada dalam tingkah laku dan kecenderungan

manusia. Inilah yang kemudian menjadi kekhasan pemikiran filsafat Kant,

dan terutama metafisikanya yang dianggap benar-benar berbeda sama sekali

dengan metafisikan pra kant. Maka dari itu kalau kita menelaah pemikiran

Paulo Freire maka tidak jauh berbeda dengan Emmanuel Khan. Karena

beliau mengambil dasar filsafat Emmanuel Khan yang diterapkan pada

zamannya.

2. Konteks Sosial Konsep Pendidikan Paulo Freire

Dengan melihat biografi Paulo Freire dari kecil hingga ia menjadi

orang berpengaruh maka tidak lain ialah Paulo ingin memperjuangkan

kemerdekaan dan kebebasan utamanya dalam hal pendidikan. Karena pada

waktu itu negara dalam kondisi krisis sedangkan masyarakatnya dalam

kondisi miskin. Oleh karenanya dengan faktor ini masyarakat tidak dapat

menikmati pendidikan dengan leluasa. Paulo tidak hanya seorang yang

kontroversial dengan metode pendidikan revolusionernya namun juga sosok

yang sulit diterka. Pemikirannya selalu mencerminkan nada gugatan, protes

dan berontak terhadap segala bentuk pendidikan yang telah mencabut

manusia dari kesadarannya.

Perjalanan hidup dan karier Paulo Freire sebagai pendidik begitu

optimis meskipun dikungkung oleh kemiskinan, pemenjara’an dan

Page 17: BAB III OBJEK KAJIAN A. Biografi dan Konteks Sosial Al ...digilib.uinsby.ac.id/6314/6/Bab 3.pdfpendidikan Islam dan lebih-lebih di kalangan pesantren salaf, karena kitab (buku) karangannya,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

64

pembuangan. Dialah pejuang kebebasan dunia yang eksis memperjuangkan

keadilan bagi orang-orang kelas marginal yang menyusun budaya diam di

banyak wilayah. Eksistensi dan peran besarnya dalam pendidikan

menempatkan Freire dalam orang-orang revolusioner-radikal.20 Oleh karena

itu dengan latar belakang kondisi sosial inilah maka Paulo mempunyai

banyak pikiran kritis tentang bagaimana memperlakukan seseorang dengan

baik.

Yaitu misalnya pendidikan menurut Paulo Freire merupakan usaha

untuk mengembalikan fungsi pendidikan sebagai alat yang membebaskan

manusia dari berbagai bentuk penindasan dan ketertindasan, atau bisa

disebut dengan usaha untuk "memanusiakan manusia" (humanisasi).

Dengan menggunakan pendekatan humanis, ia membangun konsep

pendidikannya mulai dari konsep manusia sebagai subyek aktif. Manusia

adalah makhluk praksis, yakni makhluk yang dapat beraksi dan berefleksi

dengan menggunakan pikirannya.

Pendidikan dengan pendekatan kemanusiaan sering diidentikan

dengan pembebasan, yakni pembebasan dari hal-hal yang tidak manusiawi.

Jadi, untuk mewujudkan pendidikan yang memanusiakan manusia

dibutuhkan suatu pendidikan yang membebaskan dari unsur dehumanisasi.

Dehumanisasi tersebut bukan hanya menandai seseorang yang

kemanusiannya telah dirampas, melainkan (dalam cara yang berlainan)

20 Hasanuddin wahid, Arti Lapar Bagi Anak Sekolah, dalam: Safiul Arif, Pemikiran Pemikiran

Revolusioner, 146.

Page 18: BAB III OBJEK KAJIAN A. Biografi dan Konteks Sosial Al ...digilib.uinsby.ac.id/6314/6/Bab 3.pdfpendidikan Islam dan lebih-lebih di kalangan pesantren salaf, karena kitab (buku) karangannya,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

65

menandai pihak yang telah merampas kemanusiaan itu, dan merupakan

pembengkokkan cita-cita untuk menjadi manusia yang lebih utuh.

Konsep pendidikan Paulo Freire berpijak pada penghargaan terhadap

manusia. Ia menempatkan pendidik dan peserta didik sebagai subyek dalam

proses pendidikan, karena mereka memiliki kedudukan yang sejajar.

Pendidikan adalah sebuah kegiatan belajar bersama antara pendidik dan

peserta didik dengan perantara dunia, oleh objek-objek yang dapat dikenal.

Pendidikan tidak lagi sekedar pengajaran, namun dialog antara para peserta

didik dan pendidik yang juga belajar. Keduanya bertanggung jawab bersama

atas proses pencapaian. Hal ini merupakan sebuah penghargaan terhadap

peserta didik sebagai manusia. Pendidikan bukan lagi proses transfer ilmu

pengetahuan, sebab keduanya sama-sama dalam suasana dialogis membuka

cakrawala realita dunia.

Paulo mengatakan bahwa “Tujuan utama manusia adalah humanisasi

yang ditempuh melalui pembebasan. Proses untuk menjadi manusia secara

penuh hanya mungkin apabila manusia berintegrasi dengan dunia. Dalam

kedudukannya sebagai subjek, manusia senantiasa menghadapi berbagai

ancaman dan tekanan, namun ia tetap mampu terus menapaki dan

menciptakan sejarah berkat refleksi kritisnya.”21

Sayangnya, gambaran dunia pendidikan secara umum masih jauh dari

ideal. Sebagian besar sekolah (di Indonesia khususnya) hanya berfokus pada

target kuantitatif yang bisa diukur, seperti misalnya harus lulus mata

pelajaran dengan nilai tertentu, mendapatkan trophy, dan lain sebagainya.

Padahal, model pendidikan seperti itu jelas menimbulkan efek yang buruk

21 Paulo Freire dalam Siti Murtiningsih, Pendidikan Alat Perlawanan: Teori Pendidikan Radikal

Paulo Freire, (Yogyakarta: Resist Book, 2004), 55

Page 19: BAB III OBJEK KAJIAN A. Biografi dan Konteks Sosial Al ...digilib.uinsby.ac.id/6314/6/Bab 3.pdfpendidikan Islam dan lebih-lebih di kalangan pesantren salaf, karena kitab (buku) karangannya,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

66

bagi peserta didik. Menurut Paulo Freire dalam bukunya yang berjudul

Pendidikan Kaum Tertindas (1994), model pendidikan yang semacam itu ia

sebut sebagai banking education alias pendidikan gaya bank.

Dalam hal ini Paulo menyatakan “Pendidikan karenanya menjadi

sebuh kegiatan menabung, di mana para murid adalah celengan dan guru

adalah penabungnya. Yang terjadi bukanlah proses komunikasi, tetapi guru

menyampaikan pernyataan-pernyataan dan “mengisi tabungan” yang

diterima, dihafal dan diulangi dengan patuh oleh para murid.”22

22 Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas, (Jakarta: LP3S, 2008), 52