bab iii biografi m. quraish shihab dan m. ali ash ...menyingkap tabir ilahi: asmaul husna dalam...

54
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 27 BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH SHOBUNI DAN PENAFSIRAN SURAT AN-NISA’ AYAT 34, AR-RUM AYAT 21, ATH-THALAQ AYAT 6 & 7 A. Riwayat Hidup M. Quraish Shihab dan Ali ash Shobuni 1. Biografi M. Quraish Shihab lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, pada tanggal 16 februari 1944. Ia berasal dari keturunan Arab terpelajar. Ayahnya bernama Abdurrahman Shihab (1905-1986), adalah seorang ulama tafsir dan guru besar dalam bidang tafsir IAIN Alauddin, Ujung Pandang. 42 Sejak masa kanak-kanak, Quraish Shihab dan saudara-saudaranya biasa dikumpulkan oleh sang ayah untuk diberi nasihat dan petuah-petuah keagamaan. Belakangan Quraish Shihab mengetahui bahwa petuah-petuah keagamaan dari orang tuanya itu merupakan kandungan ayat-ayat alQur‟an dan hadis Nabi Muhammad. Pada saat berkumpul dengan keluarga semacam itu, sang ayah juga menjelaskan tentang kisah-kisah dalam al-Qur‟an. Tampaknya suasana keluarga yang serba bernuansa Qur‟ani itulah yang telah memotivasi dan menumbuhkan minat Quraish 42 Mahfudz Masduki, Tafsir al-Misbah M. Quraish Shihab (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 9.

Upload: vantuyen

Post on 03-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

BAB III

BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH

SHOBUNI DAN PENAFSIRAN SURAT AN-NISA’ AYAT 34,

AR-RUM AYAT 21, ATH-THALAQ AYAT 6 & 7

A. Riwayat Hidup M. Quraish Shihab dan Ali ash Shobuni

1. Biografi

M. Quraish Shihab lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, pada

tanggal 16 februari 1944. Ia berasal dari keturunan Arab terpelajar.

Ayahnya bernama Abdurrahman Shihab (1905-1986), adalah seorang

ulama tafsir dan guru besar dalam bidang tafsir IAIN Alauddin, Ujung

Pandang.42

Sejak masa kanak-kanak, Quraish Shihab dan saudara-saudaranya

biasa dikumpulkan oleh sang ayah untuk diberi nasihat dan petuah-petuah

keagamaan. Belakangan Quraish Shihab mengetahui bahwa petuah-petuah

keagamaan dari orang tuanya itu merupakan kandungan ayat-ayat

alQur‟an dan hadis Nabi Muhammad. Pada saat berkumpul dengan

keluarga semacam itu, sang ayah juga menjelaskan tentang kisah-kisah

dalam al-Qur‟an. Tampaknya suasana keluarga yang serba bernuansa

Qur‟ani itulah yang telah memotivasi dan menumbuhkan minat Quraish

42

Mahfudz Masduki, Tafsir al-Misbah M. Quraish Shihab (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2012), 9.

Page 2: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Shihab untuk mendalami al-Qur‟an. Sampai-sampai ketika masuk di

Universitas Al-Azhar, Mesir, ia rela mengulang setahun agar dapat

melanjutkan studi di jurusan tafsir.43

Pendidikan Quraish Shihab dimulai dari kampung halamannya

sendiri. Ia menempuh pendidikan dasar di kota kelahirannya sendiri, ujung

pandang. Selanjutnya ia melanjutkan pendidikan menengah di Malang,

sambil mengaji di pondok pesantren Darul Hadis al-Faqihiyyah. Setamat

dari Malang, ia berangkat ke Kairo, Mesir, untuk melanjutkan studi dan

diterima di kelas II Madrasah Tsanawiyah Al-Azhar. Pada tahun 1967, ia

meraih gelar Lc pada fakultas ushuluddin jurusan Tafsir dan Hadis

Universitas Al-Azhar. Selanjutnya ia melanjutkan studinya di fakultas

yang sama, dan memperoleh gelar MA pada 1969 dengan spesialisasi

bidang tafsir al-Qur‟an dengan tesis berjudul al-Ijaz al-Tasyri‟iy li al-

Qur‟an al-karim.44

Sekembalinya ke Ujung Pandang, ia dipercaya menjabat wakil

rektor bidang akademis dan kemahasiswaan pada IAIN Alauddin, Ujung

Pandang. Selain itu, ia juga diserahi jabatan-jabatan lain, baik di dalam

kampus maupun di luar kampus. Di dalam kampus, ia diserahi jabatan

sebagai Koordinator Perguruan Tinggi Swasta. Di luar kampus, diberi

tugas sebagai pembantu Pemimpin Kepolisian Indonesia Timur Bidang

Pembinaan Mental.

43

Ibid., 10. 44

Masduki, Tafsir al-Misbah M Quraish Shihab..., 11.

Page 3: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

Pada tahun 1980, Quraish Shihab kembali ke Kairo dan

melanjutkan pendidikan di almamaternya yang lama yaitu Al-Azhar,

Kairo. Hanya dalam jangka dua tahun, ia menyelesaaikan program

doctoral dan memperoleh gelar doktor pada tahun 1982. Disertasinya

berjudul Nazm al-Durar li al-Biqa‟i, Tahqiq wa Dirasah. Disertasi ini

mengantarkannya meraih gelar doktor dengan yudisium Summa Cum

Laude dengan penghargaan tingkat I, spesialis keilmuannya adalah dalam

bidang ilmu-ilmu al-Qur‟an.45

Sekembalinya ke Indonesia, sejak 1984, Quraish Shihab

ditugaskan di Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Pasca Sarjana IAIN

Syarif Hidayatullah, Jakarta. Selain itu, diluar kampus ia juga dipercaya

menduduki jabatan antara lain ketua MUI pusat (1984), anggota Lajnah

Pentashih al-Qur‟an Departemen Agama (1989), anggota Badan

Pertimbangan Pendidikan Nasional (1989)46

Selain itu, Quraish Shihab juga sangat aktif dalam kegiatan tulis

menulis di harian Pelita dalam rubrik “Pelita Hati”, penulis tetap rubrik

“Tafsir al-Amanah” dalam majalah amanah, ia juga sebagai dewan redaksi

penulis dalam majalah Ulumul Qur‟an dan Mimbar Ulama. Selesai

menulis di media ia juga aktif menulis buku. Tidak kurang 28 judul buku

telah ia tulis dan terbitkan yang sekarang beredar ditengah-tengah

masyarakat.

45

Masduki, Tafsir al-Misbah M Quraish Shihab..., 12. 46

Ibid., 13.

Page 4: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

M. Quraish Shihab adalah ulama dan intelektual yang fasih dalam

berbicara dan lancar dalam menulis. Ia sangat produktif menghasilkan

karya-karya tulis ilmiah. Diantara karya-karya Quraish Shihab yang telah

dipublikasikan ialah:47

1. Fatwa-fatwa: Seputar al-Qur‟an dan Hadis

2. Filsafat Hukum Islam

3. Hidangan Ilahi Ayat-ayat Tahlil

4. Membumikan al-Qur‟an: Fungsi dan Peranan Wahyu dalam

Kehidupan Mayarakat

5. Mukjizat al-Qur‟an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat

Ilmiah dan Pemberitaan Gaib

6. Pandangan Ulama Masa lalu dan Cendekiawan Kontemporer

“Jilbab Pakaian Wanita Muslimah”

7. Studi Kritis Tafsir al-Manar

8. Tafsir al-Manar: Keistimewaan dan Keserasiannya

9. Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an

10. Tafsir al-Qur‟an al-Karim: Tafsir-surat-surat pendek berdasarkan

urutan turunnya wahyu

11. Wawasan al-Qur‟an : Tafsir mawdu‟iy atas Pelbagai Persoalan

Umat

12. Haji bersama Quraish Shihab: Panduan Praktis Untuk Menuju

Haji Mabrur

47

Masduki, Tafsir al-Misbah M Quraish Shihab..., 13.

Page 5: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

13. Sahur bersama Quraish Shihab di RCTI

14. Fatwa-fatwa seputar Ibadah Mahdhah

15. Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan

16. Mahkota Tuntunan Ilahi: Tafsir Aurah al-Fatihah

17. Untaian Permata Buat Anakku: Pesan al-Qur‟an Untuk Mempelai

18. Perempuan: dari Cinta sampai Seks, Dari Nikah Mut‟ah sampai

Nikah Sunnah, Dari Bias Lama sampai Bias Baru

19. Dia di mana-mana: “Tangan” Tuhan diBalik Setiap Fenomena

20. Panduan Puasa Bersama Quraish Shihab

21. Logika Agama: Kedudukan Wahyu dan Batas-batas Akal Dalam

Islam

22. Kumpulan Tanya Jawab Bersama Quraish Shihab: Mistik, Seks

dan Ibadah

23. Panduan Sholat Bersama Quraish Shihab

24. Perjalanan Menuju Keabadian, Kematian, Surga, dan Ayat-ayat

Tahlil

25. Tafsir al-Misbah

26. Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-

Qur‟an

27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al-Qur‟an dan

as-Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa

Kini

Page 6: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

28. Menjemput Maut: Bekal Perjalanan Menuju Allah SWT 48

Tafsir al-Misbah ini berusaha memperkenalkan al-Qur‟an dengan

gaya dan model yang berbeda. Ia berusaha untuk menghidangkan setiap

surah dengan tujuan surah.

Tafsir al-Misbah yang ditulis oleh M. Quraish Shihab ini berjumlah

15 volume, mencakup keseluruhan isi al-Qur‟an sebanyak 30 juz.49

Kitab

ini pertama kali diterbitkan oleh Lentera Hati tahun 2000. Kemudian

dicetak lagi pada tahun 2004. Dari ke 15 volume ini, memiliki ketebalan

yang berbeda-beda dan jumlah yang dikandung pun juga berbeda. Di

volume I: memuat surah al-Fatihah dan al-Baqarah. Volume 2: surah „Ali

Imran dan al-Nisa‟. Volume 3: surah al-Maidah. Volume 4: surah al-

An‟am. Volume 5: surah al-A‟raf, al-Anfal dan al-Taubah. volume 6:

surah Yunus, Hud, Yusuf dan al-„Ra‟ad. Volume 7: surah Ibrahim, al-Hijr,

al-Nahl, dan al-Isra‟. Volume 8: surah al-Kahfi, Maryam, Thaha dan al-

Anbiya‟. Volume 9: surah al-Hajj, al-Mu‟minun, an-Nur dan a-Furqan.

Volume 10: surah asy-Syu‟ara, al-Naml, al-Qasas, dan al-Ankabut.

Volume 11: surah ar-rum, Luqman, as-Sajadah, al-Ahzab, Saba, Fathir

dan Yasin. Volume 12: surah ash-Shoffat, shad, az-Zummar, Gafir,

Fushilat, asy-syura, dan az-Zukhruf. Volume 13: surah ad-Dukhan, al-

Jatsiyah, al-Ahqaf, Muhammad, al-Fath, al-Hujurrat, Qaaf, adz-Dzuriyat,

ath-Thuur, an-Najm, al-Qamar, ar-Rahman, al-Waqi‟ah, al-Hadid, al-

Mujahadalah dan al-Hasyr. Volume 14: surah al-Mumtahanah, as-Saf,

48

Masduki, Tafsir al-Misbah M Quraish Shihab..., 14. 49

Masduki, Tafsir al-Misbah M Quraish Shihab..., 19.

Page 7: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

al-Jumu‟ah, al-Munafiqun, at-Taghabun, at-Thalaq, at-Tahrim, Tabaraq,

al-Qalam, al-Haqqah, al-Ma‟arij, Nuh, al-Jinn, al-Muzzammil, al-

Muddatstsir, al-Qiyamah, al-Insan, al-Mursalat, an-Naba‟, an-Nazi‟at

dan „Abasa. Volume 15: surah at-Takwir, al-Infithar, al-Muthaffifin, al-

Insyiqaq, al-Buruj, ath-Thariq, al-„Ala, al-Ghasyiyah, al-Fajr, al-Balad,

asy-Syams, al-Lail, al-Dhuha, asy-Syarh, at-Tin, al-„Alaq, al-Qadr, al-

Bayyinah, az-Zalzalah, al-Adiyat, at-Qari‟ah, at-Takatsur, al Asr, al-

Humazah, al-Fil, al-Quraisy, al-Maa‟un, al-Kautsar, al-Kafirun, al-Nasr,

al-Lahab, al-Iklas, al-Falaq dan an-Naas.50

Quraish Shihab dalam menyajikan uraian tafsirnya menggunakan

tertib mushafi, yaitu dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri surah an-

Naas. Diawal surah sebelum menafsirkan ayat-ayatnya, terlebih dahulu ia

memberikan penjelasan yang berfungsi sebagai pengantar memasuki surah

yang akan ditafsirkan. Kemudian ia mengelompokkan ayat-ayat dalam

surah kepada kelompok kecil yang terdiri dari beberapa ayat yang

dianggap memiliki keterkaitan erat dan dicantumkan terjemahan harfiah

dalam bahasa Indonesia dengan tulisan cetak miring, selanjutnya

memberikan penjelasan tentang arti kosa kata dari kata pokok yang

terdapat dalam ayat.

Tafsir ini dapat digolongkan pada tafsir bi al-Ma‟tsur sekaligus

juga tafsir bi al-Ra‟yi dikatakan bi al-Ma‟tsur karena, hampir pada setiap

penafsiran kelompok ayat, disebutkan riwayat-riwayat yang berkaitan

50

Masduki, Tafsir al-Misbah M Quraish Shihab..., 21

Page 8: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

dengan ayat yang ditafsirkan. Dikatakan bi al-Ra‟yi karena uraian-uraian

yang didasarkan pada akal atau rasio juga sangat mewarnai

penafsirannya.51

2. Sistematika dan Metode Penulisan Kitab Tafsir Misbah

M. Quraish Shihab menggunakan metode tahlili karena dalam

menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an Quraish Shihab memberikan perhatian

sepenuhnya kepada semua aspek yang terkandung dalam ayat yang

ditafsirkannya dengan tujuan menghasilkan makna yang benar dari setiap

ayat sesuai urutan bacaan yang terdapat dalam mushaf al-Qur‟an.

Selanjutnya corak yang digunakan dalam Tafsir al-Misbah ialah adabi

Ijtimali.52

Sumber penafsiran yang digunakan oleh Quraish Shihab ialah:

Shahih al-Bukhari, Shohih Muslim, Nazm al-Durar, Fi Zhilaal al-Qur‟an,

Tafsir al-Mizan, Tafsir al-Asma‟ al-Husna, Tafsir al-Qur‟an al-Azhim,

tafsir Jalalain, tafsir al-Kabir, al-Kasyaf, Nahwa al-Tafsir al-Maudhu‟i,

al-dur al-Manshur, at-tabrir wa at-tanwir, ihya‟ „Ulumuddin, Jawahir al-

Qur‟an, Bayan I‟jaz al-Qur‟an, Mafatih al-Ghaib, al-Burhan, Asrar Tartib

al-Qur‟an, al-Itqan, al-Naba‟ al-azhim.53

B. Riwayat Hidup M. ‘Ali ash Shobuni

1. Biografi

51

Ibid.,25. 52

Masduki, Tafsir al-Misbah M Quraish Shihab..., 36. 53

Ibid., 37.

Page 9: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

Muhammad Ali bin Ali bin Jamil ash-Shabuni lahir di kota

Halb/Aleppo Syiria pada tahun 1347 H/1928 M. Beliau dibesarkan dalam

keluarga yang terpelajar. Ayah beliau merupakan salah seorang ulama di

Aleppo.54

Syekh Ali ash Shobuni belajar di kuliyah al-Syari‟ah wa al-

Dirasah al-Islamiyah di Mekkah. Setelah beliau menamatkan di

Tsanawiyah al-Syari‟ah, beliau menuntut ilmu ke Suriah, dan beliau

meneyempurnakannya di al-Azhar Cairo. Dan di al-Azhar beliau

memperoleh syahadah al-„Aliyah (cum laude) pada tahun 1371 H/ 1952

M, dan di sana juga dia memperoleh Magister Syari‟ah pada tahun 1953

M.55

Kepakaran Ali ash Shobuni juga ditandai oleh kekayaan

prespektifnya tentang sejarah dan keluasan cakupan pembahasannya dalam

mengkritisi karya-karya terdahulu dalam khazanah keilmuan Islam, serta

karya tulis tentang keIslaman, terutama tentang al-Qur‟an dan luar Islam

(outsider), yakni para orientalis dan para pemikir sekuler. Sistematikanya

jelas dan runtut, dalam hal menetapkan peristiwa keislaman serta

menyangga tuduhan pada musuh Islam dalam karya-karya kontroversial.56

Setelah pulang dari Mesir, Ali ash Shobuni kembali ke kota

kelahirannya. Beliau mengajar di berbagai madrasah yang ada di Aleppo

dari tahun 1955 hingga 1962. Setelah itu, beliau mendapatkan tawaran

54

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/07/17/m7bb0f-hujjatul-

islam-syekh-ali-ashshabuni- 16 April 2015 jam 17.13WIB 55

Hussain, Muhammad ad-Dzahabi dalam At-Tafsir wa al-Mufassirun, (Cairo : Maktabah

Wahabah, 2003). 507. 56

Drs. H. M. Yusron, M.A, dkk, Studi Kitab Tafsir Kontemporer, (Yogyakarta : Teras,

2006), 51.

Page 10: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

untuk mengajar di Fakultas Syari‟ah Universiti Umm al-Qura dan Fakulti

Ilmu Pendidikan Islam Universiti King Abdul Aziz. Kedua-duanya

Universiti ini berada di Kota Makkah.57

Ali ash Shobuni menghabiskan waktu mengajar di dua buah

universiti ini selama 28 tahun. Oleh karena prestasi akademik dan

kemampuan beliau yang tinggi dalam bidang penulisan ketika menjadi

pensyarah di Universitas Umm al-Qura, beliau pernah menyandang

jabatan sebagai ketua Fakulti Syari‟ah. Beliau juga diberi kepercayaan

untuk mengetuai Pusat Kajian Akademik dan Warisan Islam. Disamping

mengajar universiti, Ali ash Shobuni juga kerap memberikan ceramah bagi

masyarakat umum di Masjidil Haram. Beliau juga turut memberi ceramah

mengenai tafsir di salah satu masjid di Kota Jeddah. Aktiviti ceramah

beliau berlangsung selama sekitar 8 tahun. Setiap ceramah yang

disampaikannya akan direkamkan dalam bentuk kaset, proses rekaman

ceramah beliau berjaya diselesaikan pada tahun 1998.

Disamping sibuk mengajar, Ali ash Shobuni juga aktif dalam

organisasi Liga Muslim Dunia. Ketika aktif dalam organisasi Liga Muslim

Dunia, beliau menjabat sebagai penasihat Dewan Kajian Ilmiah mengenai

al-Qur‟an dan Sunnah, dan beliau aktif dalam organisasi ini selama

beberapa tahun.

Selain aktif dalam organisasi selama beberapa tahun, setelah itu

beliau mengabdikan diri sepenuhnya untuk menulis dan menghasilkan

57

Syeikh Muhammad Ali as-Shobuni, Shofwah at-Tafasir, Dar As-Shobuni press, Cairo

Page 11: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

karya. Banyak sekali karya yang dihasilkan Ali ash Shobuni, diantara

karya-karyanya:

1.Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir dalam tiga jilid.

2.Mukhtasar Tafsir Thabari Jami‟ul Bayan.

3.Al-Tibyan fi Ulum al-Qur‟an.

4.Rawa‟il Bayan fi Tafsir Ayat al-Ahkam.

5.An-Nubuwwah wa al-Anbiya‟.

6.Al-Mawarits fi al-Syari‟ah al-Islamiyah ala dhou‟il Kitab wa al-

Sunnah.

7.Tanwir al-Azhan Min Tafsir Ruh al-Bayan.

8.Shofwat at-Tafasir, ini merupakan karya mutakhir Ali ash Shobuni

dan sekaligus menjadi karya monumental dalam bidang tafsir.58

Salah satu tafsir Ali ash Shobuni yang paling popular ialah

Shofwah al-Tafasir. Kitab ini terdiri daripada 3 jilid. Kitab Tafsir ini

menggunakan metode-metode yang sederhana, mudah dipahami dan tidak

perlu panjang sehingga menjenuhkan pembaca. Ali ash Shobuni telah

menulis kitab Tafsir ini selama lebih kurang 5 tahun dan beliau tidak

menulis ssuatu tentang tafsir sehingga beliau membaca terlebih dahulu apa

yang telah ditulis oleh para mufasir yang terdahulu.59

58

http://penyejukhatipenguatiman.blogspot.com/2013/06/studi-kitab-tafsir-shafwah-at--

tafasir.html?m=1 (16 April 2015) 21.56 WIB 59

Abdul Qodir Muhammad Sholih, al-Tafsir wa al-Mufassirun fi al-Ashri al-Hadits, Dar

El-Marefah press, Beirut, 1424/2003.

Page 12: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

Shofwah al-Tafasir merupakan tafsir ringkas, meliputi semua ayat

al-Qur‟an sebagaimana yang terdapat dalam judul kitab: Jami‟ baina al-

Ma‟tsur wa al-Ma‟qul. Shofwah al-Tafsir ini disusun berdasarkan kepada

kitab-kitab tafsir terbesar seperti al-Thabari, al-Kasysyaf, al-Alusi, Ibn

Katsir, Bahr al-Muhith dan lain-lain dengan uslub yang mudah.

Ali ash Shobuni menyebut kitab tafsir ini sebagai kumpulan tafsir

bi al-Ma‟tsur dan tafsir bi al-Ma‟qul. Sebab, penamaan kitabnya ini beliau

menjelaskan, “aku namakan kitabku Shofwah at-Tafasir kerana kitab

mengandungi intisari daripada kitab-kitab tafsir besar yang telah aku

susun lebih ringkas, tertib, mudah dan jelas”.

2. Sistematika dan Metode Penulisan kitab shafwah al-Tafasir

Dari keempat metode penafsiran al-Qur‟an yang ada seperti

Tahlili, Ijmali, Muqorin dan Maudlhu‟i, kitab tafsir ini menurut penulis

lebih cenderung menggunakan metode tahlili dengan memadukan

(kompilasi) antara corak bil ma‟tsur (tekstuallitas) dengan corak bil

ma‟qul (rasionalitas).60

Dalam menerapkan tafsirnya kitab ini Ali ash Shobuni memakai

sistematika yang dipakainya dalam kitab sebelumnya yaitu Rawai‟ al-

Bayan dengan sepuluh langkah.61

Adapun langkah-langkah itu ialah:

60

Nashruddin Baidan, Perkembangan Tafsir al-Quran Di Indonesia, hal, 65. 61

Ibid.

Page 13: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

1. Diawali dengan penjelasan secara global akan kandungan dan juga

dijelaskan tujuan paling mendasar (maqasid al-asasiah) serta pokok-

pokok yang terkandung di dalam ayat-ayat yang di bahas.

2. Mencari korelasi antara ayat-ayat yang mendahuluai atau lebih dahulu

dengan ayat-ayat yang dapat dikatakan senada.

3. Menjelaskan ayat dari segi tata bahasa Arab.

4. Menyebut sebab nuzul ayat-ayat yang memang memiliki latar

belakang penurunan ayat.

5. Menyampaikan penafsiran secara subutansi (isi kandungan) potongan

ayat serta keseluruhan ayat secara utuh.

6. Dipaparkan aspek sastranya (balaghiyah)

7. Memunculkan faedah-faedah dan makna inti dari ayat yang dibahas.

Adapaun secara teknis dalam kitab Shofwah al-Tafasir sebelum

menuju kepada tujuh langkah itu, sebelumnya dipaparkan terlebih dahulu

ayat-ayat yang dibahas dan terkadang ditambah dengan adanya penekanan

mengenai hukum yang dibahas. Sehinga dari pernyataan tersebut, menurut

hemat penulis Ali ash Shobuni dalam menulis kitab tafsirnya ini bercorak

fikhiya.62

C. Penafsiran Surat an-Nisa’ Ayat 34

1. Ayat dan Terjemah

62

Muhammad Ali ash Shobuni, Shafwat al-Tafasir…, hal, 22.

Page 14: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

63

“Para lelaki adalah qawwᾱmun atas para wanita, oleh karena Allah telah

melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain, dan karena mereka

(laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka

wanita yang saleh, ialah yang taat, memelihara diri ketika tidak di tempat,

oleh karena Allah telah memelihara mereka, wanita-wanita yang kamu

khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan tinggalkan mereka

ditempat-tempat pembaringan dan pukullah mereka. Lalu jika mereka

telah manaati kamu, maka jangan kamu mencari-cari jalan untuk

menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah maha tinggi lagi Maha

Besar.”64

2. Mufradat

ا orang-orang yang memimpin, yang mengurusi atau bertanggung : ق

jawab terhadap keluarganya yaitu para suami selama mereka

melaksanakan kewajiban tanggung jawabnya kepada keluarganya.65

3. Tafsiran

Kaum laki-laki adalah pemimpin, pemelihara, pembela dan

pemberi nafkah, bertanggung jawab penuh terhadap kaum perempuan

yang menjadi istri dan yang menjadi keluarganya. Oleh karena itu, wajib

bagi setiap istri menaati suaminya selama suami tidak durhaka kepada

63

al-Qur‟ᾱ n, 4:34. 64

Kementrian Agama RI, al-Qur‟an dan Tafsirnya (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 162. 65

Kementrian Agama RI, al-Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid II (Jakarta: Widya Cahaya,

2011), 162.

Page 15: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

41

Allah. Apabila suami tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya,

maka istri berhak mengadukan kepada hakim yang berwenang

menyelesaikan masalahnya.66

Menurut Riawayat Hasan al-Basri:

ع ه اهلل صي اهلل ػي شأةق ى سع ه اهلل صي اهلل عاءث ا ا, فقاه سع ا ىط ع ص أ حشن ي

اىحغ ا ػي اىغاء......) س ا عو : اىشعاه ق ضه اهلل ػض : اىقصاص فأ عي ػي

اىبصش ػ قاحو (67

“Seorang perempuan mengadu kepada Rasulullah saw, bahwa

suaminya telah memukulnya. Rasulullah saw bersabda, “Ia akan

dikenakan hukum qishash. Maka Allah menurunkan ayat ar-Rijalu

qawwamuna „ala an-Nisa‟.....” (Riwayat al-Hasan al-Basri dari

muqatil).68

Diriwayatkan pula bahwa perempuan itu kembali ke rumahnya dan

suaminya tidak mendapat hukuman qishash sebagai balasan terhadap

tindakannya, karena ayat ini membolehkan memukul istri yang tidak taat

kepada suaminya, dengan tujuan mendidik dan mengingatkannya.69

Yang dimaksud dengan istri yang saleh dalam ayat ini ialah istri

yang disifatkan dalam sabda Rasulullah saw:

ا حفظخل غبج ػ ا أطاػخل شح را أ ا عشحل را ظشث ى ش اىغاء اىخ اىل خ ف

اىب عشش ب ا ا )س فغ شة( ش أب ػ ق70

“Sebaik-baik perempuan ialah perempuan yang apabila engkau

melihatnya ia menyenangkan hatimu, dan apabila kamu

66

Ibid., 67

Ibid., 68

Ibid., 69

Ibid,,, 163. 70

Ibid.,

Page 16: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

42

menyuruhnya ia mengikuti perintahmu, dan apabila engkau tidak

berada di sampingnya ia memelihara hartamu dan menjaga

dirinya.“ (Riwayat Ibnu Jarir dan al-Baihaqi dari Abu Hurairah).71

Inilah yang dinamakan istri yang saleh, sedang yang selalu

membangkang, yaitu meninggalkan kewajiban selaku istri, seperti

meninggalkan rumah tanpa izin suami untuk hal-hal yang tidak penting,

dinamakan istri yang nusyuz (yang tidak taat).

Bagaimana seharusnya suami berlaku terhadap istri yang tidak taat

kepadanya (nusyuz), yaitu menasehatinya dengan baik. Kalau nasehat itu

tidak berhasil, maka suami mencoba berpisah tempat tidur dengan istrinya,

dan kalau tidak berubah juga, barulah memukulnya dengan pukulan yang

enteng yang tidak mengenai muka dan tidak meninggalkan bekas.

Setelah itu para suami diberi peringatan, bila istri sudah kembali

taat kepadanya, jangan lagi si suami mencari-cari jalan untuk

menyusahkan istrinya, seperti membongkar-bongkar kesalahan-kesalahan

yang sudah lalu, tetapi bukalah lembaran hidup baru yang mesrah dan

melupakan hal-hal yang sudah lalu. Bertindaklah dengan baik dan

bijaksana. Karena Allah Maha mengetahui dan Maha Besar.72

Menurut Quraish Shihab, dalam ayat yag lalu mengingatkan bahwa

Allah telah menetapkan bagian masing-masing menyangkut harta warisan,

71

Ibid., 72

Ibid,,, 163

Page 17: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

43

di mana terlihat adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Kini,

fungsi dan kewajiban masing-masing jenis kelamin, serta latar belakang

perbedaan itu di singgung dalam ayat ini dengan menyatakan bahwa: para

lelaki, yakni jenis kelamin atau suami, adalah qawwamun, pemimpin dan

penanggung jawab atas para wanita, oleh karena Allah telah melebihkan

sebagian mereka atas sebagian yang lain dan karena mereka, yakni laki-

laki secara umum atau suami, telah menafkahkan sebagian dari harta

mereka untuk membayar mahar dan biaya hidup untuk istri dan anak-

anaknya. Sebab itu, maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah

dan kepada suaminya, setelah mereka bermusyawarah bersama dan atau

bila perintahnya tidak bertentangan dengan perintah Allah serta tidak

mencabut hak-hak pribadi istrinya. Di samping itu ia juga memelihara diri,

hak-hak suami dan rumah tangga ketika suaminya tidak di tempat , oleh

karena Allah telah memelihara mereka. Pemeliharaan Allah, terhadap para

istri antara lain dalam bentuk memelihara cinta suaminya, ketika suami

tidak di tempat, cinta yang lahir dari kepercayaan suami terhadap

istrinya.73

Karena tidak semua istri taat kepada Allah, demikian juga suami,

maka ayat ini memberi tuntunan kepada suami, bagaimana seharusnya

pembangkangan dan berlaku terhadap istri yang membangkang. Jangan

sampai pembangkangan mereka berlanjut, dan jangan sampai juga sikap

73

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. 2, (Ciputat: Lentera Hati, 2007), 510.

Page 18: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

44

suami berlebihan sehingga mengakibatkan runtuhnya kehidupan rumah

tangga.74

Kata (اىشعاه) ar-rijal adalah bentuk jamak dari kata (سعو) rajul

yang biasa diterjemahkan lelaki, walaupun al-Qur‟an tidak selalu

menggunakannya dalam arti tersebut. Banyak ulama‟ yang memahami

kata ar-rijal dalam ayat ini dalam arti para suami. Penulis tadinya ikut

mendukung pendapat itu. Dalam buku wawasan al-Qur‟an, penulis

kemukakan bahwa ar-rijalu qawwamuna „ala an-nisa‟, bukan berarti

lelaki secara umum karena konsideran pernyataan diatas, seperti

ditegaskan pada lanjutan ayat, adalah :karena mereka (para suami)

menafkahkan sebagian harta mereka, yakni untuk istri-istri mereka.75

Kata (ا ا( qawwamuna adalah bentuk jamak dari kata (ق (ق

qawwam, yang terambil dari kata (قا) qama. Kata ini berkaitan dengannya.

Perintah sholat misalnya, juga menggunakan akar kata itu. Perintah

tersebut bukan berarti perintah mendirikan sholat, tetapi melaksanakannya

dengan sempurna memenuhi segala syarat, rukun, dan sunah-sunahnya.

Seorang yang melaksanakan tugas dan atau apa yang diharapkan darinya

dinamai (قائ) qa‟im. Kalau dia melaksanakan tugas itu sesempurna

mungkin berkesinambungan, dan berulang-ulang, dia dinamai qawwam.

Ayat diatas menggunakan bentuk jamak, yakni qawwamun sejalan dengan

makna kata (اىشعاه) ar-rijal yang berarti banyak lelaki. Sering kali kata ini

74

Shihab, Tafsir al- Misbah, Vol. 2..., 510 75

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, volume

2, (Ciputat: Lentera Hati, 2007,) 422-423

Page 19: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

45

diterjemahkan dengan kata pemimpin. Tetapi seperti berbicara dari

maknanya diatas agaknya terjemahan itu belum menggambarkan seluruh

makna yang dikehendaki, walau harus diakui bahwa berkepemimpinan

merupakan satu aspek yang dikandungnya, atau, dengan kata lain, dalam

pengartian: kepemimpinan tercakup pemenuhan kebutuhan perharian,

pemeliharaan, pembalasan, dan pembinaan.76

Telah diterangkan dalam ayat tersebut bagaimana kedudukan laki-

laki dan perempuan dalam rumah tangga, dan Allah telah menaikkan

kedudukan laki-laki satu tingkat daripada perempuan yaitu hak mengatur

dan hak mengetuai yang keduanya berada di tangan pihak laki-laki, oleh

karena dua sebab. Pertama, pada umumnya laki-laki mempunyai

kelebihan watak dari perempuan. Kedua, oleh karena laki-laki mempunyai

kewajiban untuk membelanjai perempuan, mengeluarkan nafkah untuk

istri dan anak-anaknya. Itulah yang dikatakan hak “mengatur” yang dalam

ayat ini disebut qawwam.77

Kepemimpinan untuk setiap unit merupakan suatu yang mutlak,

lebih-lebih bagi setiap keluarga, karena mereka selalu bersama dan merasa

memiliki pasangan dan keluarganya. Persoalan yang dihadapi suami istri,

sering kali muncul dari sikap jiwa yang tercermin dalam keceriaan wajah

atau cemberutnya sehingga persesuaian dan perselisihan dapat muncul

seketika, tapi boleh jadi juga sirna seketika. Kondisi seperti ini

76

Shihab, Tafsir al- Misbah, Vol. 2..., 512. 77

Abdul Halim Hasan, Tafsir Ahkam, Ed.1 Cet. 1 (Jakarta : Kencana. 2006), 261.

Page 20: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

46

membutuhkan adanya seorang pemimpin melebihi kebutuhan satu

perusahaan yang bergelut dengan angka-angka, bukan dengan perasaan,

serta diikat dengan perjanjian terperinci yang dapat diselesaikan melalui

pengadilan. Nah, siapakah yang harus mempimpin? Allah swt.

Menetapkan lelaki sebagai pemimpin dengan dua pertimbangan pokok,

yaitu: 78

Pertama ( ا فضو اهلل بؼض ػي بؼضب ) bima fadhdhala-llahu

ba‟dhahum‟ala ba‟dhl/karena Allah melebihkan sebagian mereka atas

sebagian yang lain, yakni masing-masing memiliki keistimewaan-

keistimewaan. Tetapi, keistimewaan yang dimiliki lelaki lebih menunjang

tugas kepemimpinan daripada tugas keistimewaan yang dimiliki

perempuan. Disisi lain, keistimewaan yang dimiliki perempuan lebih

menunjang tugasnya sebagai pemberi rasa damai dan tenang kepada lelaki

serta lebih mendukung fungsinya dalam mendidik dan membesarkan anak-

anaknya.79

Kedua, (با أفقا أاى) bima anfaqu min amwalihim/disebabkan

karena mereka telah menafkahkan sebagai harta mereka.80

Bentuk kata kerja masa lampau yang digunakan ayat ini “telah

menafkahkan” menunjukkan bahwa memberi nafkah kepada wanita telah

menjadi suatu kelaziman bagi lelaki serta kenyataan umum dalam

78

Shihab, Tafsir al- Misbah, Vol. 2..., 512. 79

Ibid., 80

Ibid.,,, 515.

Page 21: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

47

masyarakat umat manusia sejak dahulu hingga kini. Sedemikian lumrah

hal tersebut sehingga langsung digambarkan dengan bentuk kata kerja

masa lalu yang menunjukkan terjadinya sejak dahulu. Penyebutan

konsideran itu oleh ayat ini menunjukkan bahwa kebiasaan lama itu masih

berlaku hingga kini.

Wanita secara psikologis enggan diketahui membelanjai suami,

bahkan kekasihnya, di sisi lain pria malu jika ada yang mengetahui bahwa

kebutuhan hidupnya ditanggung oleh istrinya. Karena itu, agama Islam

yang tuntunan-tuntunannya sesuai dengan fitrah manusia, mewajibkan

suami untuk menanggung biaya hidup istri dan anak-anaknya. Kewajiban

itu diterima dan menjadi kebanggaan suami, sekaligus menjadi

kebanggaan istri yang dipenuhi kebutuhan dan permintaannya oleh suami,

sebagai tanda cinta kepadanya.

Dalam konteks pemenuhan kebutuhan-kebutuhan istri secara

ekstrem dan berlebihan, pakar hukum Islam, Ibn Hazm, berpendapat

bahwa wanita pada dasarnya tidak berkewajiban melayani suaminya dalam

hal menyediakan makanan, menjahit, dan sebagainya, justru sang suamilah

yang berkewajiban menyiapkan untuk istri dan anak-anaknya pakaian jadi

dan makanan yang siap dimakan.81

Perlu digaris bawahi bahwa kepemimpinan yang dianugerahkan

Allah kepada suami tidak boleh mengantarnya kepada kewenang-

81

Shihab, Tafsir al-Misbah, Volume 2, 516.

Page 22: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

48

wenangan. Bukankah “musyawarah” merupakan anjuran al-Qur‟an dalam

menyelesaikan setiap persoalan, termasuk persoalan yang dihadapi

keluarga?

Sepintas terlihat bahwa tugas kepemimpinan ini merupakan

keistimewaan dan “derajat/tingkat yang lebih tinggi” dari perempuan.

Bahkan, ada ayat yang menegaskan “derajat” tersebut, yaitu firman-Nya:82

83

“Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka

(menunggu) tiga kali quru‟. Tidak boleh bagi mereka

menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahim mereka.

Jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan para suami

mereka lebih berhak kembali kepada mereka dalam (masa) itu, jika

mereka menghendaki perbaikan. Dan Para istri mempunyai hak

yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma‟ruf,

akan tetapi para suami mempunyai satu derajat/tingkat, atas

mereka (para istri). Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”84

Telah diterangkan dalam ayat tersebut bagaimana kedudukan laki-

laki dan perempuan dalam rumah tangga, dan Allah telah menaikkan

kedudukan laki-laki satu tingkat daripada perempuan yaitu hak mengatur

dan hak mengetuai yang keduanya berada di tangan pihak laki-laki, oleh

82

Ibid.,,, 517. 83

Al-Qur‟ᾱ n, 1:228. 84

Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid I (Jakarta: Widya Cahaya,

2011), 336.

Page 23: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

49

karena dua sebab. Pertama, pada umumnya laki-laki mempunyai kelebihan

watak dari perempuan. Kedua, oleh karena laki-laki mempunyai kewajiban

untuk membelanjai perempuan, mengeluarkan nafkah untuk istri dan anak-

anaknya.

Derajat itu adalah kelapangan dada suami terhadap istrinya untuk

meringankan sebagian kewajiban istri. Karena itu, tulis Guru Besar para

pakar tafsir, yaitu Imam ath-Thabari, “Walaupun ayat ini disusun dalam

redaksi berita, maksudnya adalah perintah kepada para suami untuk

memperlakukan istrinya secara terpuji agar suami dapat memperoleh

derajat itu.”85

Imam Ghazali menulis, ketahuilah bahwa yang dimaksud dengan

perlakuan baik terhadap istri, bukanlah tidak mengganggunya, tetapi

bersabar dalam gangguan/kesalahan serta memperlakukannya dengan

kelembutan dan maaf saat ia menumpahkan emosi dan kemarahan.”86

“keberhasilan pernikahan tidak tercapai kecuali jika kedua belah

pihak memerhatikan hak pihak lain. Tentu saja hal tersebut banyak, antara

lain bahwa suami bagaikan pemerintah penggembala dan, dalam

kedudukannya seperti itu, dia berkeajiban untuk memperhatikan hak dan

kepentingan rakyatnya (istrinya). Istri pun berkewajiban untuk mendengar

dan mengikutinya, tetapi disisi lain perempuan mempunyai hak terhadap

85

Shihab, Tafsir al-Misbah, Volume 2, 517. 86

Ibid.,

Page 24: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

50

suaminya untuk mencari yang terbaik ketika melakukan diskusi.

“Demikian lebih kurang tulis al-Imam Fakhruddin ar-Razi.87

Kedua faktor yang disebut di atas keistimewaan fisik dan psikis

serta kewajiban memenuhi kebutuhan dan anak-anak lahir hak-hak suami

yang harus pula dipenuhi oleh istri. Suami wajib ditaati oleh istrinya dalam

hal-hal yang tidak bertentangan dengan ajaran agama serta tidak

bertentangan dengan hak pribadi sang istri. Bukan kewajiban taat secara

mutlak. Jangankan terhadap suami, terhadap ibu bapak pun kebaktian

kepada mereka tidak boleh mencabut hak-hak pribadi seorang anak. Pakar

tafsir Rasyid Ridha, menulis makna bakti kepada orang tua bahwa, “Tidak

termasuk sedikit pun dalam kewajiban berbuat baik/berbakti kepada

keduanya sesuatu yang mencabut kemerdekaan dan kebebasan pribadi atau

rumah tangga atau jenis-jenis pekerjaan yang bersangkut paut dengan

pribadi anak, agama, atau negaranya.88

Firman-Nya: ( wahjuruhunna yang diterjemahkan (اجش

dengan tinggalkanlah mereka adalah perintah kepada suami untuk

meninggalkan istri didorong oleh rasa tidak senang pada kelakuabbya. Ini

dipahami dari kata hajar, yang berarti meninggalkan tempat atau keadaan

yang tidak baik atau tidak disenangi menuju ke tempat atau keadaan yang

baik atau lebih baik. Jelasnya, kata ini tidak digunakan untuk sekedar

meninggalkan sesuatu, tetapi disamping itu ia juga mengandung dua hal

87

Ibid., 88

Ibid.,

Page 25: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

51

lain. Yang pertama bahwa sesuatu yang ditinggalkan itu buruk atau tidak

disenangi, dan yang kedua ia ditinggalkan untuk menuju ke tempat dan

keadaan yang lebih baik.89

Jika demikian, melalui perintah ini, suami dituntut untuk

melakukan dua hal pula. Pertama, menunjukkan ketidaksenangan atas

sesuatu yang buruk dan telah dilakukan oleh istrinya, dan kedua, suami

harus berusaha untuk meraih di balik pelaksanaan perintah itu sesuatu

yang baik atau lebih baik dari keadaan semula.

Kata (ف اىضاعغ) fi-al-madhaji‟ yang diterjemahkan dengan di

tempat pembaringan, disamping menunjukkan bahwa suami tidak

meninggalkan mereka di rumah, bahkan tidak juga di kamar tetapi di

tempat tidur. Ini karena ayat tersebut menggunakan kata (ف) fi yang berati

di tempat tidur bukan kata min yang berarti dari tempat tidur yang berarti

meninggalkan dari tempat tidur. Jika demikian, suami hendaknya jangan

meninggalkan rumah, bahkan tidak meninggalkan kamar tempat suami

istri biasanya tidur. Kejauhan dari pasangan yang sedang dilanda

kesalahpahaman dapat memperlebar jurang perselisihan. Perselisihan

hendaknya tidak diketahui oleh orang lain, bahkan anak-anak dan anggota

keluarga d irumah sekali pun. Karena semakin banyak yang mengetahui,

semakin sulit memperbaiki, kalaupun kemudian ada keinginan untuk

89

Ibid.,,, 518.

Page 26: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

52

meluruskan benang kusut, boleh jadi harga diri di hadapan mereka yang

mengetahuinya akan menjadi arah penghalang.90

Kata ( wadhribuhunna yang diterjemahkan dengan (اضشب

pukullah mereka terambil dari kata dharaba yang mempunyai banyak arti.

Bahasa, ketika menggunakan dalam arti memukul, tidak selalu dipahami

dalam arti menyakiti atau melakukan suatu tindakan keras dan kasar.

Orang yang berjalan kaki atau musafir dinamai oleh bahasa dan oleh al-

Qur‟an yadhribuna fi al-ardd yang secara harfiah berarti memukul di

bumi. Karena itu, perintah di atas, di pahami oleh ulama berdasarkan

penjelasan Rasul saw, bahwa yang dimaksud memukul adalah memukul

yang tidak menyakitkan.91

Perlu dicatat bahwa ini adalah langkah terakhir bagi pemimpin

rumah tangga (suami) dalam upaya memelihara kehidupan rumah

tangganya.92

Menurut Ali ash Shobuni, “kaum laki-laki itu adalah pemimpin

bagi kaum wanita,” kaum laki-laki adalah yang mengurusi kaum wanita

dalam perintah dan larangan, nafkah dan arahan, sebagaimana seorang

pemimpin mengurusi rakyatnya. “oleh karena Allah telah melebihkan

sebagian mereka atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka

(laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” Disebabkan

90

Ibid., 91

Shihab, Tafsir al-Misbah,Vol 2.,,, 519. 92

Ibid.,

Page 27: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

53

apa yang diberikan Allah kepada mereka (laki-laki) berupa akal, kekuatan

pengaturan dan mencari nafkah, maka mereka menjadi pemimpin bagi

wanita-wanita dengan menjaga, memelihara, memberi nafkah dan

mendidiknya. Abu As-Su‟ud berkata, “Kelebihan yang dimiliki laki-laki

adalah kesempurnaan akalnya, kemampuan manajeral, keseimbangan

berpikir, dan kekuatan fisik yang maksimal. Oleh karena itu, kenabian,

kepemimpinan, kekuasaan, jihad dan kesaksian hanya diberikan dan

diutamakan untuk kaum laki-laki.93

" با فضو اهلل بؼض ػي بؼض" oleh karena Allah telah melebihkan

sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian lain (wanita) seandainya Allah

berfirman: بخفضي ػي (disebabkan Allah telah melebihkan laki atas

perempuan), maka lebih pendek dan singkat. Akan tetapi, dalam ungkapan

kalimat dengan menggunakan bentuk kalimat itu terdapat hikmah yang

mulia, yaitu berfungsi bahwa wanita adalah bagian laki-laki yang

posisinya sebagai anggota dari tubuh manusia, begitu pula sebaliknya,

lelaki menempati posisi kepala, sedangkan wanita menempati posisi

badan, karena itu anggota satu tidak boleh bersikap sombong terhadap

anggota yang lainnya, telinga membutuhkan mata, tangan membutuhkan

kaki, dan tidaklah benar bagi seseorang hatinya lebih baik daripada

perutnya, kepalanya lebih mulia daripada tangannya. Semuanya

menjalankan fungsinya masing-masing, satu sama lainnya saling

membutuhkan, dan inilah rahasia ungkapan firman-Nya, “sebagian mereka

93

M. Ali ash Shobuni, Shafwah al-Tafasir, Jilid I, Terj. Ganna Pryadharizal Anaedi, Lc,

(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2011), 635.

Page 28: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

54

(laki-laki) atas sebagian lainnya (perempuan).” Maka tampaklah bahwa

ayat ini sangat ringkas dan mengandung kemukjizatan.94

“Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah

lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah

memelihara (mereka).” Ini adalah penjelasan mengenai kondisi wanita di

bawah kepemimpinan laki-laki. Allah menerangkan bahwa para wanita

(istri) terbagi kedalam dua kelompok. Pertama, wanita-wanita salehah

yang taat. Kedua, wanita-wanita durhaka yang membangkang. Wanita-

wanita salehah taat kepada Allah dan kepada suami-suami mereka,

melaksanakan hak-hak dan kewajiban mereka, serta menjaga dirinya dari

perbuatan keji, dan menjaga harta suaminya dari pemborosan,

sebagaimana mereka menjaga hubungan pernikahan dengan baik, dan

menjaga rahasia yang semestinya dirahasiakan berdua.

Dalam hadits diriwayatkan, “Sesungguhnya seburuk-buruk

kedudukan manusia di sisi Allah, seorang suami yang memberitahukan

rahasia kepada istrinya, dan istrinya memberitahukan rahasia kepada

suaminya, lalu salah seorang dari keduanya menyebarkan rahasia

berdua.”95

“Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya,” ini adalah

keadaan wanita yang kedua, mereka adalah wanita-wanita durhaka dan

membangkang. Bermakna, wanita-wanita yang sombong dan merasa lebih

tinggi serta tidak taat kepada suami. Maka, wahai para suami, hendaklah

94

Shabuni, Shafwatut Tafasir, jilid I..., 644-645. 95

Shabuni, Shafwatut Tafasir,,, 637.

Page 29: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

55

kalian mengupayakan perbaikan bagi mereka. “Maka nasehatilah mereka

dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka,”

peringatkanlah mereka dengan nama Allah, melalui nasehat dan pemberian

arahan. Jika nasehat tidak berhasil, maka pisahkanlah mereka di tempat

tidur mereka, jangan kamu berbicara dengan mereka dan jangan pula

mendekati mereka. Ibnu Abbas berkata, “Al-Hijru” (pisah ranjang)

bermakna tidak menggauli istri, atau memunggunginya di tempat tidur.96

Jika mereka tidak jera juga, maka pukullah mereka dengan pukulan yang

tidak menyakitkan.97

“Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu

mencari-cari jalan untuk menyusahkannya,” kemudian jika mereka

mematuhi perintah kalian, maka kalian jangan sekali-kali menyakiti

mereka. “Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar,”

sesungguhnya Allah lebih tinggi dan lebih agung daripada kamu sekalian.

Allah merupakan wali bagi para wanita itu. Dia menghukum orang-orang

yang menganiaya mereka dan berbuat jahat kepada mereka.

Lihatlah bagaimana Allah mengajari kita bertatakrama kepada istri-

istri kita, dan lihatlah urutan dan detailnya hukuman, di mana Allah

memerintahkan kita memberi nasehat, kemudian memisahkan tempat

tidurnya, dan memukulnya dengan pukulan yang tidak menyakitkan.

Kemudian sebagai penutup ayat, disebutkan sifat-sifat mulia, bertujuan

memperingatkan hamba-Nya, bahwa kekuasaan Allah di atas kekuasaan

96

Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir (1/384) 97

Shabuni, Shafwatut Tafasir..., 637.

Page 30: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

56

suami terhadap istrinya. Dan sesungguhnya Allah menolong hamba-

hambanya-Nya yang lemah dan teraniaya.98

Allah menutup ayat dengan dua namanya yang agung: اهلل ما ػيا

, hal ini untuk memperingatkan para suami ketika mereka berbuat

seenaknya dalam menggunakan hak-hak istrinya. Seakan-akan ayat

tersebut menyatakan , “Janganlah kamu bertindak aniaya meskipun kamu

lebih tinggi kekuasaan dan lebih besar derajatnya daripada wanita-wanita,

sesungguhnya Allah Maha Tingi lagi Maha perkasa menghukum orang-

orang yang berlaku aniaya terhadap istri-istrinya. Maka Allah lebih tinggi

dan lebih kuasa daripada kekuasaan kamu terhadap istri-istrimu, maka

waspadalah terhadap siksa-Nya.”

“dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,

maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam

dari keluarga perempuan.” Maksudnya, wahai para hakim, jika kalian

khawatir akan terjadi persengketaan dan permusuhan antara suami-istri,

maka datangkanlah oleh kalian hakim atau juru damai yang adil dari pihak

suami dan seorang hakim yang adil dari pihak istri. Kedua juru damai itu

kemudian berkumpul, lalu melihat permasalahan suami-istri, kemudian

mencari solusi tepat (perbaikan) demi kemaslahatan suami-istri.99

“Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan,

niscaya Allah memberi taufiq kepada suami-istri itu.” Jika kedua

hakim itu bermaksud mengadakan perbaikan pihak-pihak yang

98

Ibid..., 638. 99

Ibid.,

Page 31: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

57

berselisih, niat keduanya baik dan hati keduanya tulus kepada Allah,

niscaya Allah memberi berkah dalam menengahi kedua belah pihak,

dan Allah memberikan taufiq kepada suami-istri itu, serta Allah

memberikan rasa kasih sayang kepada keduanya. “Sesungguhnya

Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Allah Maha

Mengetahui keadaan hamba-Nya, Bijaksana dalam menentukan syariat

kepada mereka

4. Munasabah

Ayat yang lalu melarang iri hati terhadap seseorang yang

memperoleh karunia lebih banyak, kemudian menyuruh agar semua harta

peninggalan diberikan kepada ahli waris yang berhak menerimanya,

menurut bagiannya masing-masing. Ayat 34 ini menerangkan alasan laki-

laki dijadikan pemimpin kaum perempuan, dan cara-cara menyelesaikan

perselisihan suami istri.100

5. Asbabun Nuzul

Diriwayatkan, bahwasannya istri dari sa‟ad bin Rabi‟ (salah

seorang pemimpin kaum Anshar) bernama Habibah binti Zaid nusyuz

(durhaka) kepadanya. Lalu dia menampar istrinya. Kemudian Habibah

datang menghadap Rasulullah bersama ayahnya mengadukan peristiwa

yang dialaminya. Ayah Habibah berkata, “putriku berbohong kepada

suaminya, lalu dia menamparnya.” Rasulullah bersabda, “Balaslah dia.”

100

Ibid.,

Page 32: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

58

Lalu turunlah ayat, “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum

wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki)

atas sebagian yang lain (wanita)”101

.

D. Penafsiran Surat ar-Rum Ayat 21

1. Ayat dan Terjemah

102

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung

dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu

rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu

benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”103

2. Mufradat

.tanda keesaan dan ketuhanan : ءاخ104

ا ا ى supaya kalian menyukainya dan merasakan : ىخغن

kelembutannya.105

ت سح دة : cinta dan kasih sayang106

3. Tafsiran

101

M. Quraish Shihab, Tasir al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 511. 102

al-Qur‟ᾱ n. 30:21. 103

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid VII (Jakarta: Widya Cahaya,

2011), 477. 104

Shobuni, Shofwah al-Tafasir,,,, 133. 105

Ibid., 106

Al-Qur‟an dan Tafsirannya,,,,, 478.

Page 33: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

59

Dalam ayat ini diterangkan tanda-tanda kekuasaan Allah yaitu

kehidupan bersama antara laki-laki dan perempuan dalam sebuah

perkawinan. Manusia mengetahui bahwa mereka mempunyai perasaan

tertentu terhadap jenis yang lain. Perasaan dan pikiran-pikiran itu

ditimbulkan oleh daya tarik yang ada pada masing-masing mereka, yang

menjadikan yang satu tertarik kepada yang lain, sehingga antara antara

kedua jenis, laki-laki dan perempuan, itu terjalin hubungan yang wajar.

Mereka melangkah maju dan berusaha agar perasaan-perasaan dan

kecenderungan-kecenderungan antara laki-laki dan perempuan tercapai.107

Puncak dari semuanya itu ialah terjadinya perkawinan antara laki-

laki dengan perempuan. Dengan keadaan demikian, bagi laki-laki hanya

istrinya perempuan yang paling baik, sedang bagi perempuan hanya

suaminya laki-laki yang menarik hatinya. Masing-masing merasa tentram

hatinya dengan adanya pasangan itu. Semuanya itu merupakan modal yang

paling berharga dalam membina rumah tangga bahagia. Dengan adanya

rumah tangga yang menjadi tenang, kehidupan dan penghidupan menjadi

mantap, kegairahan hidup akan timbul, dan ketentraman bagi laki-laki dan

perempuan secara menyeluruh akan tercapai.

107

Ibid.,,, 481.

Page 34: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

60

108

“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari

padanya Dia menciptakan isterinya, agar Dia merasa senang

kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung

kandungan yang ringan, dan teruslah Dia merasa ringan (Beberapa

waktu). kemudian tatkala Dia merasa berat, keduanya (suami-

isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata:

"Sesungguhnya jika Engkau memberi Kami anak yang saleh,

tentulah Kami termasuk orang-orang yang bersyukur".109

Khusus mengenai kata-kata mawaddah (rasa kasih) dan rahmah

(sayang), Mujahid dan „Ikrimah, berpendapat bahwa yang pertama adalah

sebagai ganti dari kata “nikah” (bersetubuh) dan yang kedua sebagai kata

ganti “anak”. Jadi menurut Mujahid dan „Ikrimah, maksud ungkapan ayat

“bahwa Dia menjadikan antara suami dan istri rasa kasih sayang” ialah

adanya perkawinan sebagai yang disyariatkan Tuhan antara seorang laki-

laki dengan seorang perempuan dari jenisnya sendiri, yaitu jenis manusia,

akan terjadi persenggamaan yang menyebabkan adanya anak-anak dan

keturunan. Persenggamaan merupakan suatu yang wajar dalam kehidupan

manusia, sebagaimana adanya anak-anak yang merupakan suatu yang

umum pula.110

Ada yang berpendapat bahwa mawaddah bagi anak muda, dan

rahmah bagi orang tua. Adapula yang menafsirkan bahwa mawaddah ialah

108

al-Qur‟an, 7:189. 109

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsiranya,,, 483. 110

Ibid.,

Page 35: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

61

rasa kasih sayang yang makin lama terasa nakin kuat antara suami istri.

Sehubungan dengan mawaddah itu Allah mengutuk kaum Lut yang

melampiaskan nafsunya dengan homoseks, dan meninggalkan istri-istri

mereka yang seharusnya menjadi tempat mereka melimpahkan rasa kasih

sayang dan melakukan persenggamaan. Allah berfirman:

111

“Dan kamu tinggalkan (perempuan) yang diciptakan Tuhan untuk

menjadi istri-istri kamu?”112

Dalam ayat ini Allah memberitahukan kepada kaum laki-laki

bahwa “tempat tertentu” itu ada pada perempuan dan dijadikan untuk laki-

laki. Dalam hadits diterangkan bahwa para istri semestinya melayani

ajakan suaminya, kapan saja menghendaki, namun harus melihat kondisi

masing-masing, baik dari segi kesehatan ataupun emosional. Dengan

demikian, akan terjadi keharmonisan dalam rumah tangga. Nabi saw

bersabda:

ف اىز ىا ما ا فخأب ػي ى فشاع شأح سعو ذػ ا ذ ب فغ اء عاخطق اىز اىغ

ا حخ يا ئنت ػي ا اى ا ىؼخ ع اعشة فشاػ ص شأة ف ىفظ أخش : را باحج اى ا . شض ػ

غي ػ أب ششة ( ا حخ حصبح. ) س113

“Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak ada seorang

lelaki pun yang mengajak istrinya untuk bercampur, tetapi ia (istri)

enggan, kecuali yang ada di langit akan marah kepada istri itu,

sampai suaminya ridha kepadanya. Dalam lafadz yang lain, hadits

ini berbunyi, “apabila istri tidur meninggalkan ranjang suaminya

111

al-Qur‟an, 26: 166. 112

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya,,,482. 113

Ibid.,

Page 36: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

62

maka malaikat-malaikat akan melaknatinya hingga ia berada di

pagi hari.” (Riwayat Muslim dan Abu Hurairah)114

Dalam hadits ini dan ayat-ayat yang lain, Allah menetapkan

ketentuan-ketentuan hidup suami istri untuk mencapai kebahagiaan hidup,

ketentraman jiwa, dan kerukunan hidup berumah tangga. Apabila hal itu

belum tercapai, mereka semestinya mengadakan intropeksi terhadap diri

mereka sendiri, meneliti apa yang belum dapat mereka lakukan serta

kesalahan-kesalahan yang telah mereka perbuat. Kemudian mereka

menetapkan cara yang paling baik untuk berdamai dan memenuhi

kekurangan tersebut sesuai dengantercapai, yaitu ketenangan, saling

mencintai, dan kasih sayang.

Demikian agungnya perkawinan itu, dan rasa kasih sayang

ditimbulkannya, sehingga ayat ini ditutup dengan menyatakan bahwa

semuanya itu merupakan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah bagi

orang-orang yang mau menggunakan pikirannya. Akan tetapi, sedikit

sekali manusia yang mau mengingat kekuasaan Allah yang menciptakan

pasangan bagi mereka dari jenis mereka sendiri (jenis manusia) dan

menanamkan rasa cinta dan kasih sayang dalam jiwa mereka.115

Menurut Quraish Shihab ayat di atas melanjutkan pembuktian yang

lalu dengan menyatakan bahwa: Dan juga di antara tanda-tanda

kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untuk kamu secara khusus

pasangan-pasangan hidup suami atau istri dari jenis kamu sendiri, supaya

114

Ibid., 115

Ibid.,,, 483.

Page 37: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

63

kamu tenang dan tentram serta cenderung kepadanya yakni kepada

masing-masing pasangan itu, dan di jadikan-Nya diantara kamu

mawaddah dan rahmat sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir tentang kuasa dan nikmat

Allah.116

Sementara ulama menerjemahkan atau memahami kata (أصاس)

azwaj pada ayat ini bahkan ayat-ayat serupa dalam arti istri-istri. Disini

menurut dugaan mereka, kata (ىا) ilaiha yang menggunakan bentuk kata

feminim menunjuk kepada perempuan, dan kata (ىن) lakum menunjuk

kepada maskulin. Sehingga ia tertuju kepada lelaki dalam hal ini suami-

suami. Pemahaman ini tidaklah tepat. Karena bentuk feminim pada kata

ilaihᾱ menunjuk kepada (أصاس) azwaj dalam kedudukannya sebagai

jamak. Dan seperti diketahui bentuk jamak dalam bahasa Arab ditunjuk

dengan bentuk feminim. Di sisi lain, bahasa arab yang sifatnya cenderung

menyingkatkan kata-kata, mencukupkan memilih bentuk maskulin tanpa

menyebut lagi bentuk feminim buat kata-kata yang dapat mencakup

keduanya. Semua perintah atau uraian al-Qur‟an yang berbentuk maskulin

tertuju pula kepada feminim selama tidak ada indikator yang menunjukkan

kekhususannya buat pria. Demikian juga halnya ayat ini, apalagi kata

azwaj berarti (أصاس) zauj yang merupakan bentuk tunggal dari kata (صس)

“apa atau siapa yang menjadikan sesuatu yang tunggal/ satu menjadi dua

dengan kehadirannya”. Atau dengan kata lain, pasangan baik ia pria

116

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Volume 11, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 34.

Page 38: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

64

maupun wanita. Dalam hadits-hadits, istri Nabi katakanlah „Aisyah ra.

disebut sebagai (صس اىب) zauj an-Nabiyy yang tentu saja walau di sini ia

berbentuk maskulin ia tidak dapat diartikan suami tetapi yang dimaksud

adalah pasangan yang dalam hal ini tentu saja seorang wanita (istri).117

Kata ( فغن anfusikum adalah bentuk jamak dari kata nafs yang ( أ

antara lain berarti jenis atau diri atau totalitas sesuatu. Pernyataan bahwa

pasangan manusia diciptakan dari jenisnya menjadikan sementara ulama

menyatakan bahwa Allah swt, tidak membolehkan manusia mengawini

selain jenisnya, dan bahwa jenisnya itu adalah yang merupakan

pasangannya. Dengan demikian, perkawinan antara lain jenis, atau

pelampiasan nafsu seksual melalui makhluk lain, bahkan yang bukan

pasangan, sama sekali tidak dibenarkan Allah. Disisi lain penggunaan kata

anfus dan pernyataan Allah dalam surat an-Nisa‟ ayat 1 bahwa Allah

menciptakan dari nafsin waḥ idah pasangannya, mengandung makna

bahwa pasangan suami istri hendaknya menyatu, sehingga menjadi nafs/

diri yang satu, yakni menyatu dalam perasaan dan pikirannya, dalam cita

dan harapannya, dalam gerak dan langkahnya, bahkan dalam menarik dan

menghembuskan nafasnya. Itu sebabnya perkawinan dinamai zawaj yang

berarti keberpasangan di samping dinamai nikah yang berarti penyatuan

ruhani dan jasmani.118

117

Ibid., 118

Shihab, Tafsir al-Misbah, Volume 11,,, 35.

Page 39: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

65

Kata (ا ) taskunu terambil dari kata (حغن ,sakana yaitu diam (عن

tenang setelah sebelumnya goncang dan sibuk. Dari sini, rumah dinamai

sakan karena dia tempat memperoleh ketenangan setelah sebelumnya si

penghuni sibuk di luar rumah. Perkawinan melahirkan ketenangan batin.

Setiap jenis kelamin, yang tidak dapat berfungsi secara sempurna jika ia

berdiri sendiri. Kesempurnaan eksistensi makhluk hanya tercapai dengan

bergabungnya masing-masing pasangan dengan pasangannya. Allah telah

meniptakan dalam diri setiap makhluk dorongan untuk menyatu dengan

pasangannya apalagi masing-masing ingin mempertahankan eksistensi

jenisnya. Dari sini Allah menciptakan pada diri mereka naluri seksual.

Karena itu, setiap jenis tersebut merasa perlu menemukan lawan jenisnya,

dan ini, dari hari ke hari memuncak dan mendesak pemenuhannya. Dia

akan merasa gelisah, pikirannya akan kacau, dan jiwanya akan terus

bergejolak jika penggabungan dan kebersamaan dengan pasangan itu tidak

terpenuhi. Karena itu, Allah mensyariatkan bagi manusia perkawinan, agar

kekaauan pikiran dan gejolak jiwa itu mereda dan masing-masing

memperoleh ketenangan. Itulah antara lain maksud kata li taskunu

ilaiha.119

Kata (ىا) ilaihᾱ yang merangkai kata ( اىخغن ) li taskunu

mengandung makna cenderung / menuju kepadanya, sehingga penggalan

ayat diatas bermakna Allah menjadikan pasangan suami istri masing-

119

Ibid.,

Page 40: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

66

masing merasakan ketenangan di samping pasangannya serta cenderung

kepadanya.120

Kata (دة) mawaddah dan (ت rahmah mengandung arti (سح

kelapangan dan kekosongan. Ia adalah kelapangan dada dan kekosongan

jiwa dari kehendak buruk. “kalau anda menginginkan kebaikan dan

mengutamakannya untuk orang lain, maka anda telah mencintainya. Tetapi

jika anda menghendaki untuknya kebaikan, serta tidak menghendaki

untuknya selain itu apapun yang terjadi maka mawaddah telah menghiasi

hati anda. Mawaddah adalah jalan menuju terabaikannya yang tertuju

kepadanya mawaddah itu, dan karena itu, maka siapa yang memilikinya

dia tidak akan pernah memutuskan hubungan, apapun yang terjadi.121

Sementara ulama menjadikan tahap rahmat pada suami istri lahir

bersama lahirnya anak, atau ketika pasangan suami istri itu telah mencapai

usia lanjut. Ini karena rahmat, “tertuju kepada yang dirahmati sedang yang

dirahmati itu dalam keadaan butuh, dan dengan demikian rahmat tertuju

kepada yang lemah” dan kelemahan dan kebutuhan itu sangat dirasakan

pada masa tua. Betapapun, baik rahmat maupun mawaddah keduanya

adalah anugerah Allah yang sangat nyata.

Ayat diatas menunjuk kepada penciptaan pasangan serta dampak-

dampak yang dihasilkannya sebagai ayat yakni banyak bukti-bukti bukan

hanya satu atau dua. Memang apa yang diuraikan diatas baru sekelumit

120

Ibid., 121

Shihab, Tafsir al-Misbah, Volume 11,,, 36.

Page 41: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

67

dari bukti kuasa Allah yang ditemukan dalam syariat perkawinan. Tanda-

tanda tersebut dapat ditangkap serta bermanfaat ( خفنش li qaumin (ىق

yatafakkarun yakni bagi kaum yang berfikir.122

Kata (فنش) fikr biasa digunakan al-Qur‟ᾱ n dalam arti merenungkan

hal-hal yang bersifat empiris atau terjangkau oleh panca indra. Karena itu

ada larangan berpikir tentang dzat Tuhan dan anjuran berpikir tentang

nikmat-nikmat-Nya dalam arti larangan merenungkan-Nya sebagai obyek

yang dijangkau oleh panca indra, karena Tuhan tidak dijangkau oleh “fikr”

.

Ayat diatas diakhiri dengan “yatafakkarun”. Disini obyeknya

dengan jelas dapat dilihat dan dirasakan, tetapi untuk memahami tanda itu,

diperlukan pemikiran dan perenungan. Betapa tidak, ia terlihat sehari-hari

sehingga boleh jadi anda yang tidak menyadari bahwa hal tersebut adalah

berkat anugerah Allah. Dialah yang menanamkan mawaddah dan cinta

kasih, sehingga seseorang serta merta setelah perkawinan menyatu dengan

pasangannya, badan dan hatinya. Sungguh, Allah Maha Pengasih lagi

Maha Penyayang.123

Menurut Ali ash shobuni “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-

Nya ialah Dia menciptkan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,”

termasuk tanda yang menunjukkan kebesaran dan sempurnanya kekuasaan

Allah adalah menciptakan kaum wanita anak Adam seperti kalian dari

122

Ibid., 123

Shihab, Tafsir al-Misbah, Volume 11,,, 37.

Page 42: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

68

jenis kalian dan Allah tidak menciptakan mereka dari jenis lain. Ibnu

Katsir berkata: seandainya Allah menciptakan dari jenis lain, baik dari

bangsa jin atau hewan, maka tidak ada keserasian antara lelaki dan

istrinya. Bahkan yang terjadi adalah cerai berai. Hal itu termasuk

kesempurnaan Rahmat Allah kepada anak Adam.124

“supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya,” supaya

kalian menyukai mereka, “dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan

sayang,” Allah menciptakan cinta dan sayang antara suami dan istri. Ibnu

Abbas berkata: Yakni cinta lelaki dan istrinya dan sayang kepadanya

sehingga tidak rela jika istrinya tertimpa keburukan. “Sesungguhnya pada

yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang

berfikir,” hal tersebut mengandung pelajaran dan nasehat yang besar bagi

orang-orang yang berpikir mengenal kekuasaan Allah dan kebesaran-Nya,

sehingga mereka tau hikmah Allah yang tinggi.125

4. Munasabah

Pada ayat-ayat yang lalu, Allah memerintahkan kaum Muslimin

menyucikan-Nya dari segala kejelekan dan kekurangan yang tidak pantas

bagi kegungan dan kesempurnaan-Nya. Allah juga menyebutkan bahwa

segala makhluk, baik yang di langit maupun yang di bumi, semuanya

memuji-Nya, dan menerangkan kesanggupan-Nya menghidupkan yang

124

M. Ali ash Shobuni, Shafwah al-Tafasir, Jilid IV, Terj. Ganna Pryadharizal Anaedi,

Lc, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2011), 134. 125

Ibid.,

Page 43: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

69

mati. Pada ayat-ayat berikut ini diterangkan bukti-bukti kekuasaan dan

kebesaran Allah, diantaranya penciptaan manusia dari tanah kemudian

berkembang biak, penciptaan langit dan bumi, perbedaan warna kulit dan

bahasa manusia, kebutuhan untuk tidur pada malam hari dan berusaha

pada siang hari. Semua tanda kekuasaan Allah ini mengantar kita untuk

meyakini bahwa Allah mampu membangkitkan manusia yang sudah

mati.126

E. Tafsiran Suran ath-Thalaq Ayat 6 & 7

1. Ayat dan Terjemah

127

“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat

tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan

mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka

(isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah

kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika

mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah

kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu

(segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan

Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.”128

126

Ibid.,,, 478. 127

al-Qur‟an 30: 6-7. 128

Deparetemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid VII,,,, 189.

Page 44: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

70

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut

kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah

memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah

tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar)

apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan

kelapangan sesudah kesempitan.”129

2. Mufradat

عذم : kekuasaan atau kemampuan

Dalam konteks wujudikum bermakna perintah untuk memberikan

tempat tinggal bagi para istri di tempat yang layak menurut kemampuan

yang dimiliki suami.130

3. Tafsir

Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa menjadi kewajiban bagi

suami memberi tempat tinggal yang layak, sesuai dengan kemampuannya

kepada istri yang tengah menjalani idah. Jangan sekali-kali ia berbuat yang

menyempitkan dan menyusahkan hati sang istri dengan menempatkannya

pada tempat yang tidak layak atau membiarkan orang lain tinggal

bersamanya, sehingga ia merasa harus meninggalkan tempat itu dan

menuntut tempat lain yang disenangi.131

Jika istri yang ditalak ba‟in sedang hamil, maka ia wajib diberi

nafkah secukupnya sampai ia melahirkan. Apabila ia melahirkan, maka

habislah masa idahnya. Namun demikian, karena ia menyusukan anak-

anak dari suami yang menceraikannya, maka ia wajib diberi nafkah oleh

129

Ibid., 130

Al-Qur‟an dan Tafsirnya.,,,189. 131

Ibid.,

Page 45: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

71

sang suami sebesar yang umum berlaku. Sebaiknya seorang ayah dan ibu

merundingkan dengan cara yang baik tentang tentang kemaslahatan anak-

anaknya, baik mengenai kesehatan, pendidikan, maupun hal lainnya. Di

sejumlah negara muslim, hak-hak perempuan yang dicerai telah diatur

secara khusus dalam undang-undang.132

Apabila diantara kedua belah pihak tidak terdapat kata sepakat,

maka pihak ayah boleh saja memilih perempuan lain yang dapat menerima

dan memahami kemampuannya untuk menyusukan anak-anaknya.

Sekalipun demikian, kalau anak itu tidak mau menyusu kepada perempuan

lain, tetapi hanya ke ibunya, maka sang bapak wajib memberi nafkah yang

sama besarnya seperti nafkah yang diberikan kepada orang lain.133

Dalam ayat selanjutnya Allah menjelaskan bahwa kewajiban ayah

memberikan upah kepada perempuan yang menyusukan anaknya menurut

kemampuannya. Jika kemampuan ayah itu hanya dapat memberi makan

karena rezekinyasedikit, maka hanya itulah yang menjadi kewajibannya.

Allah tidak akan memikulkan beban kepada seseorang, melainkan sesuai

dengan kemampuannya, sebagaimna firman-Nya:134

ا عؼ النيف اهلل فغا ال 135

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya.”136

132

Ibid., 133

Ibid.,,,189. 134

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid X,,, 190. 135

al-Qur‟an, 2: 286. 136

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, 190.

Page 46: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

72

Dalam ayat ini dijelaskan:

االحنيف فظق عؼ ال137

“Seseorang tidak dibebabni lebih dari kesanggupannya.”

Tidak ada yang kekal di dunia. Pada suatu waktu, Allah akan

memberikan kelapangan sesudah kesempitan, kekayaan sesudah

kemiskinan, kesenangan sesudah penderitaan. Allah berfirman:138

غ اىؼغشغشا 139

“Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.”140

Menurut Quraish Shihab dalam ayat ini menyatakan,

Tempatkanlah mereka, para istri yang dicerai itu, di mana kamu, wahai

yang menceraikannya, bertempat tinggal. Kalau dahulu kamu mampu

tinggal di tempat yang mewah dan sekarang penghasilan kamu menurun

atau sebaliknya maka tempatkanlah mereka di tempat menurut, yakni yang

sesuai dengan, kemampuan kamu sekarang: dan janganlah sekali-kali

kamu sangat menyusahkan mereka dalam hal tempat tinggal atau selainnya

dengan tujuan untuk menyempitkan hati dan keadaan mereka sehingga

mereka terpaksa keluar atau minta keluar.141

Pengganti nama ( ) hunna, mereka perempuan pada kalimat

( askinuhunna/tempatkanlah mereka dipahami oleh mayoritas (أعنا

ulama menunjuk kepada semua wanita yang dicerai yang menjadi

137

al-Qur‟an, 2: 233. 138

Al-Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid X,, 190. 139

al-Qur‟an, 94: 6. 140

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, 190. 141

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Volume 14, 143.

Page 47: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

73

pembicaraan surah ini sejak ayatnya yang pertama. Dengan demikian, kata

mereka mencakup semua yang dicerai, baik yang masih boleh rujuk, yang

hamil, maupun perceraian bᾱ ‟in dalam cakupan kata mereka. Ini berdasar

hadist yang menyatakan bahwa Fᾱ thimah binti Qais dicerai bᾱ ‟in oleh

suaminya. Lalu, saudara suaminya melarangnya masuk rumah dan tidak

membolehkannya menerima nafkah. Fathimah ra. mengadu pada

Rasulullah saw., lalu beliau bersabda: “Tempat tinggal dan nafkah hanya

buat yang dicerai raj‟iy (yang masih boleh ruju‟).”142

Riwayat ini ditolak oleh banyak ulama, bahkan menurut riwayat

Sayyidinᾱ Umar r.a pun menolaknya. “kita tidak meninggalkan kitabullah

dan sunnah Nabi kita untuk menerima ucapan seorang wanita yang boleh

jadi lupa atau salah paham.” Demikian sayyidina Umar. Riwayat lain

menyatakan baha „Ᾱ isyah ra. juga menolak riwayat itu.

Kata ( ,dharrah (ضاسة) tudharruhunna terambil dari kata (حضاس

yakni kesulitan/kesusahan yang berat. Ini bukan berarti kesulitan dan

kesusahan yang sedikit atau ringan dapat ditoleransi. Tidak! Penggunaan

kata tersebut disini aganya untuk mengisyaratkan baha wanita yang dicerai

itu telah mengalami kesulitan dengan penceraian itu sehingga bekas suami

hendaknya tidak lagi menambah kesulitan dan kesusahannya karena itu

berarti menyusahkannya dengan kesusahan yang berat, bisa juga redaksi

yang menggambarkan beratnya kesusahan itu tertuju kepada larangan

142

Ibid.,,, 144.

Page 48: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

74

bukan kepada apa yang dilarang sehingga ia berarti: “jangan sekali-kali

menyusahkan wanita yang dicerai itu.”143

Firman-Nya: ( ا ػي litudhayyiqu „alaihinna/ untuk (ىخضق

menyempitkan mereka bukan berarti bahwa kalau bukan untuk itu,

menyusahkannya dapat dibenarkan. Ini hanyalah isyarat menyangkut apa

yang sering kali terjadi pada masa jahiliah. Begitu tulis Ibn „Asyur. Tetapi,

al-Biqa‟i memahaminya sebagai isyarat bolehnya menjadikan mereka

merasa sulit atau kesal jika tujuannya untuk mendidik mereka.144

Kata ( ا ش أح ) wa‟tamiru adalah perintah bagi ayah dan ibu untuk

memusyawarahkan persoalan anak mereka itu. Ini adalah salah satu dari

dua ayat yang memerintahkan bermusyawarah dan dari empat ayat yang

berbicara tentang musyawarah. Kalau yang telah bercerai saja

diperintahkan untuk melakukan musyawarah, tentu saja hal tersebut lebih

dianjurkan lagi kepada suami istri yang sedang menjalin hubungan

kemesraan, dan tentu saja buat mereka bukan hanya dalam hal penyusuan

anak, tetapi menyangkut segala hal yang berkaitan dengan rumah tangga

bahkan kehidupan bersama mereka145

Firman-Nya: (أخش ضغ ى fasaturdhi‟u lahu ukhra/ maka (فغخش

perempuan lain akan menyusukan untuknya memberi kesan kecaman

kepada ibu karena dorongan keibuan mestinya mengalahkan segala

143

Ibid., 144

Ibid., 145

Ibid.,,, 145.

Page 49: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

75

kesulitan. Di sisi lain, pengalihan gaya redaksi dari persona kedua (kamu)

ke gaya persona ketiga mengesankan juga kecaman kepada bapak, yang

boleh jadi keengganannya membayar itu karena tidak menyadari berapa

banyak kebutuhan ibu yang menyusukan anak, misalnya makanan yang

bergizi, serta betapa berat pula tugas itu dilaksanakan oleh ibu.146

Dalam ayat selanjutnya menjelaskan prinsip umum yang mencakup

penyusuan dan sebagainya sekaligus menengahi kedua pihak dengan

menyatakan bahwa: Hendaklah yang lapang, yakni mampu dan memiliki

banyak rezeki, memberi nafkah untuk istri dan anak-anaknya dari, yakni

sebatas kadar, kemampuannya dan dengan demikian hendaknya ia

memberi sehingga anak dan istrinya itu memiliki pula kelapangan dan

keluasan berbelanja dan siapa yang disempitkan rezekinya, yakni terbatas

penghasilannya, maka hendaklah ia memberi nafkah dari harta yang

diberikan Allah kepadanya. Jangan sampai dia memaksakan diri untuk

nafkah itu dengan mencari rezeki dari sumber yang tidak direstui Allah.

Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sesuai apa

yang Allah berikan kepadanya. Karena itu, janganlah, wahai istri,

menuntut terlalu banyak dan pertimbangkanlah keadaan suami atau bekas

suami kamu. Di sisi lain, hendaklah semua pihak selalu optimis dan selalu

mengharap kiranya Allah memberinya kelapangan karena Allah biasanya

akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.147

146

Ibid., 147

Shihab, Tafsir al-Misbah, Volume 14,,, 146.

Page 50: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

76

Tidak ada jumlah tertentu untuk kadar nafkah bagi keluarga. Ini

kembali kepada kondisi masing-masing dan adat kebiasaan yang berlaku

pada satu masyarakat atau apa yang diistilahkan oleh al-Qur‟an dan

sunnah dengan „urf yang tentu saja dapat berbeda antara satu masyarakat

dan masyarakat yang lain serta waktu dan waktu yang lain.

Suami yang tidak dapat menutupi biaya hidup keluarganya

mestinya memeroleh sumbangan dari Bait al-Mal atau kini dikenal dengan

Departemen Sosial. Tetapi, kalau seandainya ia tidak mendapatkannya,

istri yang tidak rela hidup bersama suami yang tidak mampu memenuhi

kebutuhannya secara wajar dapat menuntut cerai. Apakah permintaan itu

harus diterima oleh pengadilan atau tidak, hal ini menjadi bahan diskusi

dan silang pendapat antara ulama.

Firman-Nya: )عجؼو اهلل بؼذ ػغش غشا( sayaj‟alu Allah ba‟da „usrin

yusran/ Allah akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan ada

ulama yang memahaminya sebagai janji yang pasti terlaksana. Al-Biqa‟i

mengomentari penggalan ayat ini baha: “Karena itu tidak ada seseorang

yang terus-menerus sepanjang usianya dalam seluruh keadaannya hidup

dalam kesempitan.” Ada lagi yang menyatakan bahwa ayat ini ditujukan

kepada kaum muslimin pada masa Nabi saw. Dimana kelapangan rezeki

telah mereka dapatkan dengan kemenangan-kemenangan yang mereka raih

dalam peperangan dan yang menghasilkan harta rampasan serta lahan

pertanian. Ada juga ulama yang menjadikan ayat diatas bukan saja

ditujukan kepada masyarakat yang hidup pada masa turunnya al-Qur‟an,

Page 51: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

77

dan memang seharusnya demikian. Penganut pendapat ini mengamati

bahwa bisa saja ada orang yang tidak pernah mendapatkan kelapangan.

Karena itu, mereka tidak memahami penggalan ayat diatas sebagai janji,

tetapi penjelasan tentang kebiasaan Allah swt, yang bertujuan mendorong

setiap orang, apalagi yang berada dalam kesempitan, untuk selalu optimis.

148

Menurut Ali ash Shobuni dalam tafsiran ini “Tempatkanlah mereka

(para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu”;

tempatkanlah istri-istri yang diceraikan itu pada tempat tinggal di mana

kalian tinggal sesuai dengan kemampuan kalian. Jika suami mampu, maka

dia memberi keleluasaan kepada istrinya dalam tempat tinggal dan nafkah.

Jika suami miskin, maka sesuai dengan kemampuannya. “dan janganlah

kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka”;

janganlah kalian menyempitkan mereka dalam hal tempat tinggal dan

nafkah, sebab hal itu menyebabkan mereka terpaksa keluar atau meminta

khuluk. “Dan jika mereka itu sedang hamil”; jika istri yang ditalak hamil,

“maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin”;

maka suami berkewajiban memberikan nafkah kepada istri, meskipun

waktunya lama, sampai ia melahirkan bayi. 149

“kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu”;

jika istri itu melahirkan dan setuju untuk menyusui anak suaminya, “maka

148

Shihab, Tafsir al-Misbah, Volume 14, 147. 149

M. Ali ash Shobuni, Shafwah al-Tafasir, Jilid V, Terj. Ganna Pryadharizal Anaedi, Lc,

(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2011), 391.

Page 52: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

78

berikanlah kepada mereka upahnya”; maka suami harus menyerahkan

upah menyusui kepada istrinya, sebab anak adalah anak suami.

Dalam At-Tashil li ulum At-Tanzil disebutkan, jika istri-istri yang

diceraikan itu menyusui anak-anak kalian, maka berilah ia upah menyusui,

yaitu nafkah dan biaya hidup lainnya. Dan musyawarahkanlah di antara

kamu (segala sesuatu) dengan baik”; dan hendaklah masing-masing dari

suami istri menyuruh pihak yang lain untuk melakukan kebaikan, yaitu

bersikap lunak, lemah lembut dan berbuat baik.150

Al-Qurthubi berkata, “Yakni hendaklah sebagian dari kalian

menerima perintah kebaikan dari pihak lain. Termasuk kebaikan dari pihak

istri adalah menyusui anak tanpa upah, sedangkan dari pihak suami adalah

memberikan upah yang banyak atas penyusuan itu.”151

“dan jika kamu menemui kesulitan“; jika kalian mengalami

kesempitan dan kesulitan mendamaikan antara suami dan istri, lalu suami

menolak untuk menyerahkan upah kepada yang diinginkan oleh istri dan

istri menolak untuk menyusui anak dengan upah yang minim, “maka

perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya”; hendaknya suami

menyewa perempuan lain untuk menyusui . abu Hayan berkata, “Ayat ini

mengandung kritikan yang lembut kepada istri. Seperti anda katakan

150

Shobuni, Shofwah al-Tafasir, (At-Tashil li Ulum At-Tanzil, 4/129), 392. 151

Shobuni, Shofwah al-Tafasir, (Tafsir al-Qurthubi,18/169), 392.

Page 53: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

79

kepada orang yang anda minta sesuatu, namun dia tidak mau

memenuhinya, “orang lain akan memenuhinya.”152

Adh Dhahhak berkata, “jika ibu tidak mau menyusui, maka ayah

menyewa wanita lain untuk menyusui anaknya. Jika ayah tidak mau, maka

ibu dipaksa untuk menyusui dengan bayaran.

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut

kemampuannnya”; ini menjelaskan berapa kadar nafkah. Yakni istri

hendaknya memberi nafkah kepada istrinya dan anaknya yang masih kecil

sesuai kemampuannya. Dalam Aat-Tashil li Ulum at-Tanzil disebutkan, ini

perintah agar tiap orang memberikan nafkah sesuai dengan

kemampuannya. Suami tidak dipaksa di atas kemampuannya sehingga istri

tidak disia-siakan dan hukum adil. Ayat diatas menunjukkan baha nafkah

berbeda sesuai perbedaan status ekonomi seseorang.” Dan orang yang

disempitkan rezekinya”; barangsiapa rezekinya sempit, sehingga kurang

dari mencukupi, “hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan

Allah kepadanya”; hendaknya dia memberikan nafkah sesuai kadar

kemampuannya dengan harta yang diberikan Allah kepadanya. “Allah

tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang

Allah berikan kepadanya”; Allah tidak membebani siapapun, kecuali

152

Shobuni, Shofwah al-Tafasir, (Tafsir al-Bahr al-Muhtih,8/258), 392.

Page 54: BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN M. ALI ASH ...Menyingkap Tabir Ilahi: Asmaul Husna dalam Perspektif al-Qur‟an 27. Yang Tersembunyi: Jin, Setan dan Malaikat dalam al ... ar-Rahman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

80

sesuai kemampuan dan kesanggupannya. Allah tidak membebankan

kepada si miskin apa yang Dia bebankan kepada si kaya.153

Abu Su‟ud berkata, “Firman ini mengandung hiburan bagi hati

orang yang melarat dan dorongan kepadanya untuk memberikan

kemampuannya.” Allah menguatkan janji tersebut. “Allah kelak akan

memberikan kekayaan setelah sempit rezeki dan memberikan keleluasaan

setelah kesulitan. Firman ini mengandung berita gembira bagi orang-orang

melarat, bahwa Allah akan membuka pintu-pintu rezeki bagi mereka.154

4. Munasabah

Pada ayat-ayat yang lalu, Allah menjelaskan masa idah perempuan

muda yang belum pernah haid, perempuan yang tidak haid lagi karena

usianya sudah lanjut, dan yang sedang hamil. Pada ayat-ayat berikut ini,

Allah menjelaskan tentang kewajiban memberi nafkah dan tempat tinggal

yang layak bagi perempuan yang menjalani masa idah.155

153

Shobuni, Shofwah al-Tafasir, Jilid 5,,, 393. 154

Ibid.,,, 393. 155

Ibid.,