bab ii tinjauan umum tentang anak, lpka, hak-hak …

27
33 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK ANAK DALAM LPKA DAN PROSES PEMBINAAN ANAK DALAM LPKA 2.1. Anak 2.1.1. Pengertian Anak Di Indonesia, apa yang dimaksud dengan anak tidak ada kesatuan pengertian. Hal ini disebabkan oleh peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kepentingan anak, masing-masing memberikan pengertiannya sesuai dengan maksud dikeluarkannya peraturan perundang-undangan tersebut. Sebagai contoh dapat dilihat di bawah ini. 1 a. Menurut UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Pasal 1 angka 2 UU No. 4 Tahun 1979 menentukan : “Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin” Berdasarkan pengertian anak sebagaimana yang dimaksud Pasal 1 angka 2 UU No. 4 tahun 1979 tersebut dapat diketahui bahwa seseorang dapat disebut anak jika memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu) tahun dan 2. Belum pernah kawin 1 R. Wiyono, 2016, Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Cetakan I, Sinar Grafika, Jakarta, h. 10.

Upload: others

Post on 16-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

33

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK ANAK DALAM

LPKA DAN PROSES PEMBINAAN ANAK DALAM LPKA

2.1. Anak

2.1.1. Pengertian Anak

Di Indonesia, apa yang dimaksud dengan anak tidak ada kesatuan

pengertian. Hal ini disebabkan oleh peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan kepentingan anak, masing-masing memberikan

pengertiannya sesuai dengan maksud dikeluarkannya peraturan

perundang-undangan tersebut. Sebagai contoh dapat dilihat di bawah

ini.1

a. Menurut UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

Pasal 1 angka 2 UU No. 4 Tahun 1979 menentukan :

“Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21

(dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin”

Berdasarkan pengertian anak sebagaimana yang dimaksud Pasal 1

angka 2 UU No. 4 tahun 1979 tersebut dapat diketahui bahwa

seseorang dapat disebut anak jika memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu) tahun dan

2. Belum pernah kawin

1 R. Wiyono, 2016, Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Cetakan I, Sinar Grafika,

Jakarta, h. 10.

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

34

Oleh penjelasan Pasal 1 angka 3 UU No. 4 tahun 1979 tentang

Kesejahteraan Anak disebutkan bahwa batas umur genap 21 (dua

puluh satu) tahun ditetapkan oleh karena berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, tahap kematangan sosial,

kematangan pribadi, dan kematangan mental seorang anak dicapai

pada umur tersebut. Sementara itu, yang dimaksud dengan frasa

“belum pernah kawin” dalam Pasal 1 angka 2 UU No. 4 Tahun 1979

tentang Kesejahteraan Anak adalah belum pernah kawin atau

mengadakan perkawinan menurut UU No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan.2

b. Menurut UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Pasal 1 angka 1 UU No. 23 Tahun 2002 menentukan :

“Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan

belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”

Dari pengertian anak sebagaimana yang dimaksud Pasal 1 angka 1

UU No. 23 Tahun 2002 tersebut dapat diketahui bahwa seseorang

dapat disebut anak jika memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Belum berusia 18 (delapan belas) tahun;

2. Termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Frasa “berusia 18 (delapan belas) tahun” dalam pasal tersebut sama

dengan frasa “di bawah umur 18 (delapan belas) tahun” dalam pasal

1 Konvensi tentang Hak-Hak Anak yang telah diratifikasi dengan

2 Ibid., h. 12.

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

35

UU No. 5 Tahun 1998. Sedangkan frasa “termasuk anak yang masih

dalam kandungan”, dikaitkan dengan pasal 2 KUH Perdata yang

menentukan bahwa :

“Anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan,

dianggap sebagai telah dilahirkan, bilamana juga

kepentingan si anak menghendakinya.”

Dalam hak ini, yang dianggap “kepentingan si anak menghendaki”

dalam Pasal 2 KUH Perdata, misalnya adalah berkaitan dengan

masalah “pewarisan” atau dengan perkataan lain masalah

pengoperan hak-hak (kewajiban-kewajiban) pewarisnya.3

c. Menurut Konvensi Tentang Hak-Hak Anak

Pasal 1 Konvensi tentang Hak-Hak Anak menentukan :

“Untuk tujuan-tujuan Konvensi ini, seorang anak berarti

setiap manusia di bawah umur 18 (delapan belas) tahun,

kecuali menurut undang-undang yang berlaku pada anak,

kedewasaan dicapai lebih awal.”

Konvensi tentang Hak-Hak Anak (Convention on the Rights of the

Child), Resolusi Nomor 109 Tahun 1990 yang diratifikasi dengan

Keputusan Presiden RI Nomor 36 Tahun 1990 dijadikan salah satu

pertimbangan dibentuknya UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak.

UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

menjabarkan Pasal 1 Konvensi tersebut dengan menentukan bahwa

yang disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas)

3 J. Satrio, 1999, Hukum Pribadi, Bagian Persoon Alamiah, Cetakan II, Citra Aditya Bakti,

Bandung, h. 21.

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

36

tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga

melakukan tindak pidana. Untuk dapat disebut anak menurut Pasal

1 Konvensi tersebut, tidak perlu mempermasalahkan apakah anak

tersebut sudah kawin atau belum kawin.

d. Menurut UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak

Berdasarkan pasal 1 angka 3 UU SPPA, anak adalah anak yang telah

berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan

belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.Perlu ditekankan

bahwa apa yang disebut “anak” menurut UU SPPA adalah anak

menurut pengertian hukum, khusus hanya berlaku untuk UU SPPA

saja. Hal ini yang mungkin berlainan dengan pengertian sehari-hari

tentang anak atau pengertian yang terdapat dalam peraturan

perundang-undangan lain selain UU SPPA.

Dalam merumuskan apa yang dimaksud dengan “anak” menurut UU

SPPA, tidak tergantung apakah anak sudah (pernah) kawin atau

belum. Akibatnya, anak yang sudah (pernah) kawin sebelum

berumur 12 (dua belas) tahun, bahkan mungkin sudah mempunyai

keturunan, anak tersebut masih tetap bukan “anak” menurut

pengertian UU SPPA.

Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menggunakan dasar hukum

UU SPPA sebagai batasan umur Anak. Penelitian ini berbicara tentang

LPKA yang merupakan lembaga/tempat bagi Anak menjalani masa

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

37

pidana. Anak yang dibina tentu bukanlah anak-anak biasa pada

umumnya, tetapi anak-anak yang bermasalah. Sehingga pengertian Anak

merujuk pada UU SPPA yang memiliki kriteria berbeda dengan

pengertian anak pada undang-undang lainnya. Batas usia Anak dalam hal

ini adalah telah berumur 12 tahun, tetapi belum berumur 18 tahun.

2.1.2. Anak yang Berhadapan dengan Hukum

Jika diperhatikan pengertian Sistem Peradilan Pidana Anak sebagaimana

dimaksud Pasal 1 angka 1 UU No. 11 Tahun 2012, maka dapat diketahui

bahwa Sistem Peradilan Pidana Anak yang diatur dalam UU No. 11

Tahun 2012 adalah sistem mengenai proses penyelesaian perkara “anak

yang berhadapan dengan hukum”. Anak yang berhadapan dengan hukum

yang dimaksud oleh UU SPPA , menurut pasal 1 angka 2 terdiri atas :

1. Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut Anak

adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum

berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak

pidana. (Pasal 1 angka 3)

2. Anak yang menjadi korban tindak pidana yang selanjutnya disebut

anak korban adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas)

tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian

ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana. (Pasal 1 angka 4)

3. Anak yang menjadi saksi tindak pidana yang selanjutnya disebut

sebagai anak saksi adalah anak yang belum berumur 18 (delapan

belas) tahun yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

38

penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan

tentang suatu perkara pidana yang di dengar, dilihat, dan/atau

dialaminya sendiri. (Pasal 1 angka 5)

2.2. Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)

2.2.1. Pengertian LPKA

Anak yang berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi pidana penjara

ditempatkan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Anak

sebagaimana dimaksud berhak memperoleh pelayanan, perawatan, pendidikan

dan pelatihan, pembimbingan dan pendampingan serta hak lain sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Istilah lembaga pemasyarakatan

anak (lapas anak) kini sudah tidak dikenal dalam UU SPPA sebagai pengganti

UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak (UU Pengadilan Anak).

Berdasarkan pasal 1 angka 20 UU SPPA, LPKA adalah lembaga atau tempat

Anak menjalani masa pidananya. Setiap Lapas Anak harus melakukan

perubahan sistem menjadi Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA), sesuai

dengan undang-undang ini paling lama 3 (tiga) tahun. Dalam melaksanakan hal

sebagaimana dimaksud, petugas di LPKA wajib mengedepankan asas Sistem

Peradilan Pidana Anak yang meliputi:

1. Perlindungan

2. Keadilan

3. Non diskriminasi

4. Kepentingan terbaik Anak

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

39

5. Penghargaan terhadap pendapat Anak

6. Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Anak

7. Pembinaan dan pembimbingan Anak

8. Proporsional

9. Perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir

10. Penghindaran pembalasan

2.2.2. Hak-Hak Anak dalam LPKA

Wujud dari suatu keadilan adalah dimana pelaksanaan hak dan kewajiban

seimbang. Hak dan kewajiban bagi anak yang melakukan tindak pidana perlu

mendapat bantuan dan perlindungan agar seimbang dan manusiawi. Kewajiban

bagi anak harus diperlakukan sesuai dengan situasi, kondisi mental dan fisik,

keadaan sosial dengan kemampuannya pada usia tertentu.4

Kedudukan anak dalam proses peradilan pidana sangat penting, oleh

karena itu perlu diatur tentang hak dan kewajibannya. Anak berhak mengetahui

tentang tindak pidana yang disangkakan dan berhak didampingi ole penasihat

hukum pada setiap tahap peradilan pidana. Penanganan kasus-kasus anak

cenderung membekaskan stigma atas diri anak, mulai dari tahap penyidikan

(tersangka), penuntutan (terdakwa), persidangan sampai pada pelaksanaan

pidana (terpidana). Hal ini sangat merugikan anak.

Pasal 85 ayat (2) menyatakan bahwa :

“Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak memperoleh

pembinaan, pembimbingan, pengawasan, pendampingan,

pendidikan dan pelatihan, serta hak lain sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan”

4 Wagiati Sutedjo, op.cit., h. 70.

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

40

Selanjutnya pasal 85 ayat (3) menyatakan bahwa :

“LPKA wajib menyelenggarakan pendidikan, pelatihan

keterampilan, pembinaan, dan pemenuhan hak lain sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan”

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya petugas LPKA wajib memperhatikan

hak setiap anak dalam proses peradilan pidana sebagaimana diatur dalam Pasal

3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana

yang meliputi:

1. Diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan

sesuai dengan umurnya

2. Dipisahkan dari orang dewasa

3. Memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif

4. Melakukan kegiatan rekreasional

5. Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang

kejam, tidak manusiawi, serta merendahkan derajat dan martabatnya

6. Tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup

7. Tidak ditangkap, ditahan atau dipenjara kecuali sebagai upaya

terakhir dan dalam waktu yang paling singkat

8. Memperoleh keadilan di muka pengadilan Anak yang objektif, tindak

memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk umum

9. Tidak dipublikasikan identitasnya

10. Memperoleh pendampingan orang tua/Wali/pengasuh dan orang

yang dipercaya oleh Anak

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

41

11. Memperoleh advokasi sosial

12. Memperoleh kehidupan pribadi

13. Memperoleh aksesibilitas, terutama bagi Anak cacat

14. Memperoleh pendidikan

15. Memperoleh pelayanan kesehatan

16. Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

Petugas LPKA harus pula memperhatikan hak anak yang sedang menjalani

pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang meliputi:

1. Mendapat pengurangan masa pidana

2. Memperoleh asimilasi

3. Memperoleh cuti mengunjungi keluarga

4. Memperoleh pembebasan bersyarat

5. Memperoleh cuti menjelang bebas

6. Memperoleh cuti bersyarat

7. Memperoleh hak hak lain sesuai ketentuan

2.3. Proses Pembinaan Anak dalam LPKA

Berdasarkan Penjelasan Undang-undang SPPA, Pembinaan adalah

kegiatan untuk meningkatkan kualitas, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha

Esa, intelektual, sikap dan perilaku, pelatihan keterampilan, profesional, serta

kesehatan jasmani dan rohani Anak baik di dalam maupun di luar proses

peradilan pidana.

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

42

2.3.1. Tahapan Proses Pembinaan Awal.

a. Tahap Pembinaan Awal

Tahap Pembinaan Awal dimulai sejak anak baru diterima di LPKA

hingga 1/3 masa pidana atau batas waktu yang ditentukan berdasarkan

hasil Litmas. Tahap pembinaan awal dimulai dengan proses registrasi

yang terdiri dari kegiatan penerimaan, pendaftaran dan penempatan

serta pengenalan lingkungan sebagaimana telah diuraikan dalam

proses registrasi sebelumnya. Setelah dilakukan registrasi, masih

dalam proses tahapan pembinaan awal dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut;5

1) Penelitian Kemasyarakatan dan Asesmen.

Penelitian Kemasyarakatan disusun oleh Pembimbing

Kemasyarakatan. Setiap anak wajib dilakukan penelitian

kemasyarakatan. Penelitian Kemasyarakatan di LPKA dilakukan

oleh Pembimbing Kemasyarakatan. Hasil Penelitian

Kemasyarakatan berupa rekomendasi pembinaan atau perlakuan

untuk Anak selama di LPKA yang akan disampaikan kepada

Kepala LPKA.

Penelitian Kemasyarakatan merupakan proses pengumpulan data

dan informasi yang dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan.

Penelitian Kemasyarakatan didalamnya mencakup juga hasil

5 Direktorat Bimkemas dan Pengentasan Anak, tanpa tahun terbit, Pedoman Perlakuan

Anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA), Jakarta, h. 18

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

43

profiling dan assesmen yang dilakukan oleh assessor yang

didalamnya ada rekomendasi kepada Kepala LPKA untuk

disampaikan kepada Pembimbing Kemasyarakatan (PK) sebagai

bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen penelitian

kemasyarakatan (LITMAS) untuk menentukan program

pembinaan Anak. Hasil Penelitian Kemasyarakatan juga

disampaikan kepada Wali/pengasuh untuk dipelajari dalam rangka

persiapan sidang TPP.

Sebelum Penelitian Kemasyarakatan dilakukan, petugas

Pembimbing Kemasyarakatan harus melakukan persiapan yang

meliputi beberapa hal, yaitu:

a. Penelitian Kemasyarakatan ditujukan kepada Anak yang baru

masuk LPKA.

b. Penelitian Kemasyarakatan dilakukan pada saat Anak berada

di Blok Admisi Orientasi dan selambat-lambatnya 24 jam

setelah Anak diterima di LPKA.

c. Dalam persiapan pelaksanaan Penelitian Kemasyarakatan,

petugas Pembimbing Kemasyarakatan wajib mengumpulkan

dan mempelajari data pendukung berupa berkas Litmas proses

peradilan, proses diversi (risalah diversi), berkas penahanan,

petikan/ putusan pengadilan, hasil profiling, assessment

danlain sebagainya.

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

44

Dalam pelaksanaan Penelitian Kemasyarakatan yang dilakukan

oleh Pembimbing Kemasyarakatan, Pembimbing Kemasyarakatan

wajib memperhatikan hal-hal berikut:

a. Surat Permintaan atau pemberitahuan permintaan Litmas dari

kepala LPKA.

b. Pembimbing Kemasyarakatan melakukan wawancara kepada

Anak dan mencatat hasilnya kedalam format Litmas.

c. Pembimbing Kemasyarakatan melakukan verifikasi melalui

berkas/dokumen pendukung dan sumber informasi lainnya

d. Pembimbing Kemasyarakatan melakukan analisa secara

menyeluruh terhadap hasil wawancara dan verifikasi dokumen

pendukung serta sumber rujukan teori yang mendukung.

e. Pembimbing Kemasyarakatan mempelajari hasil profiling dan

assessment yang dilakukan oleh assessor.

f. Pembimbing Kemasyarakatan Membuat rekomendasi sebagai

dasar untuk menentukan program pembinaan Anak.

Asesmen di LPKA yang dilakukan oleh assessor. merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen penelitian

kemasyarakatan (LITMAS) untuk menentukan program

pembinaan. Sebelum asesmen dilakukan, petugas LPKA harus

melakukan persiapan yang meliputi beberapa hal, yaitu:

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

45

a. Asesmen dilakukan pada saat Anak berada di Blok Admisi

Orientasi dan selambat-lambatnya 24 jam setelah Anak

diterima di LPKA.

b. Dalam persiapan pelaksanaan asesmen, petugas asesor wajib

mengumpulkan dan mempelajari data pendukung berupa

berkas Litmas proses peradilan, proses diversi (risalah

diversi), berkas penahanan,.petikan/ putusan pengadilan

danlain sebagainya.

c. Instrumen yang digunakan dalam penyusunan asesmen terdiri

dari form asesmen risiko dan kebutuhan Anak serta form isian

data diri Anak.

Asesmen risiko dan kebutuhan wajib dilakukan secara cermat dan

teliti dengan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Sebelum asesmen risiko dan kebutuhan dilaksanakan, petugas

LPKA wajib mendapatkan persetujuan dari Anak yang

dibuktikan dengan formulir persetujuan asesmen

b. Petugas melakukan wawancara dan mencatat hasilnya dalam

form data diri anak

c. Petugas melakukan verifikasi melalui berkas/dokumen

pendukung dan sumber informasi lainnya

d. Petugas melakukan analisa secara menyeluruh terhadap hasil

wawancara dan verifikasi dokumen pendukung

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

46

e. Petugas melakukan penilaian dengan menggunakan instrumen

asesmen risiko dan kebutuhan

f. Hasil asesmen risiko dan hal-hal penting dari verifikasi data

Anak wajib dimasukkan ke dalam catatan kasus. Catatan akan

selalu dibuat dan dikembangkan selama masa pidana Anak

untuk melihat perkembangan perilaku dan program yang

diberikan bagi Anak.

g. Pelaksanaan asesmen risiko dan kebutuhan dilakukan paling

lama 5 (lima) hari dan selama proses berlangsung Anak

diizinkan untuk keluar dan berpartisipasi dalam kegiatan yang

bersifat rekreatif.

h. Hasil asesmen risiko dan kebutuhan yang dilakukan di LPAS

wajib dijadikan pertimbangan di LPKA agar dapat diketahui

perkembangan kebutuhan Anak untuk menentukan program

pembinaan yang tepat baginya.

i. Rekomendasi hasil asesmen sekurang-kurangnya harus

menjelaskan rekomendasi program yang disarankan serta

alasan yang mencakup risiko, kebutuhan, kondisi psikososial,

kondisi kesehatan fisik dan psikologis serta daya responsivity

Anak.

2) Klasifikasi (Penempatan dan Intensivitas Pengawasan)

Untuk kepentingan pemberian program pembinaan selanjutnya,

pada saat masa pengamatan dan pengenalan lingkungan paling

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

47

lama 1 (satu) bulan, maka Anak wajib dipindahkan ke dalam

kamarnya masing-masing. Penempatan Anak sebagaimana

dimaksud harus memperhatikan:

a) Rekomendasi litmas, (asesmen risiko dan kebutuhan)

b) penggolongan usia, jenis kelamin, status penahanan,

tindak pidana, lama penahanan, pengulangan tindak

pidana dan kewarganegaraan

c) dalam hal terdapat kondisi khusus, maka penempatan

Anak memperhatikan ketentuan berikut:

(1) Anak yang sakit menular atau berbahaya dan dalam

keadaan khusus wajib ditempatkan secara terpisah

(2) Anak yang memiliki gangguan kejiwaan harus

dikonsultasikan dengan dokter jiwa dan dilaporkan

kepada instansi yang menahan untuk mendapatkan

perawatan sebagaimana mestinya.

(3) Anak yang sakit dapat dirawat di klinik LPKA

(4) Anak yang sakit keras dapat dirawat di rumah sakit di

luar LPKA setelah melalui pertimbangan dokter LPKA

setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti dengan

seizin instansi yang menahan.

(5) Anak yang dianggap dapat membahayakan dirinya atau

Anak lain sehingga membahayakan ketertiban di

LPKA dapat ditempatkan secara terpisah

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

48

3) Perencanaan Program

a) Untuk kepentingan perencanaan program, PK menyusun

rekomendasi berdasarkan hasil litmas.

b) Rekomendasi Litmas berupa klasifikasi dan perencanaan

program pembinaan.

c) Rekomendasi perencanaan program yang dibuat oleh PK

disampaikan kepada kepala LPKA untuk sidang TPP.

d) Sidang TPP wajib mempertimbangkan rekomendasi Litmas

mengenai hal-hal yang terdiri dari rencana klasifikasi, rencana

penempatan lanjutan, rencana program pembinaan dan

rencana pemberian asimilasi jika telah memenuhi persyaratan

asimilasi

e) Prioritas kebutuhan program bagi Anak. Jika Anak

berdasarkan hasil asesmen kebutuhan dan persetujuan

direkomendasikan untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan

pembinaan keterampilan maka:

(1) dapat diberikan kedua-duanya

(2) dipilih salah satunya berdasarkan prioritas si Anak.

f) Anak wajib diupayakan dan dipastikan untuk mendapat

program pendidikan dengan memperhatikan kesediaan dan

kemampuan Anak untuk mengikuti program. Apabila Anak

tidak memiliki minat pada program pendidikan maka Anak

wajib diarahkan kepada program pembinaan kemandirian.

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

49

g) Penghargaan terhadap hak dan pendapat Anak.

h) Perencanaan program di dalamnya harus meliputi tujuan yang

akan dicapai, jenis program dan kegiatan, saran kebutuhan

program yang sesuai dengan Anak, dan waktu pelaksanaan

program.

4) Sidang TPP

Salah satu tugas Tim Pengamat Pemasyarakatan di LPKA adalah

memberi saran dan pertimbangan kepada Kepala LPKA mengenai

bentuk dan program bagi Anak. Dalam melakukan tugas tersebut,

TPP mempunyai fungsi untuk melakukan sidang TPP.

Rekomendasi hasil perencanaan program yang sudah dibuat

sebelumnya wajib dijadikan bahan pertimbangan oleh TPP untuk

memutuskan program yang tepat bagi Anak. Dalam pelaksanaan

sidang TPP perlu diperhatikan mengenai:

a. Susunan keanggotaan TPP di LPKA terdiri dari :

(1) Ketua adalah pejabat struktural di bidang pembinaan

(2) Sekretaris adalah pejabat struktural satu tingkat di bawah

pejabat bidang pembinaan atau salah satu jabatan

fungsional umum di bidang pembinaan

(3) Anggota adalah:

(a) Pejabat struktural bidang lainnya di LPKA

(b) Pembimbing kemasyarakatan

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

50

(c) Jabatan fungsional lainnya di bidang pembinaan yang

ditunjuk oleh Kepala LPKA

(d) Wali/pengasuh Anak

b. Berkas Anak untuk sidang TPP meliputi :

(1) Litmas Anak

(2) Perencanaan program Anak,

c. Sidang TPP terdiri dari:

(1) Sidang Rutin yaitu sidang TPP yang dilaksanakan

sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) bulan

untuk membahas perkembangan Anak

(2) Sidang Khusus yaitu sidang TPP yang dilaksanakan dan

berlangsung setiap waktu sesuai kebutuhan Anak dan

membahas persoalan-persoalan yang menyangkut

pelaksanan teknis pelayanan, pendidikan dan pelatihan

keterampilan maupun penegakan disiplin yang

memerlukan penyelesaian cepat.

d. Pengambilan keputusan dalam sidang TPP didasarkan atas

musyawarah dan mufakat. Dalam hal musyawarah dan

mufakat tidak tercapai, maka pengambilan keputusan

dilakukan dengan cara pemilihan suara terbanyak dengan

ketentuan bahwa keputusan diambil lebih dari setengah

ditambah 1 (satu).

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

51

e. Selama persidangan berlangsung, proses pembahasan dan

masalah yang berkembang dalam sidang TPP harus dicatat

agar dapat diketahui dasar pengambilan keputusan dalam

penentuan program pendidikan Anak.

f. Ketentuan lebih rinci mengenai pelaksanaan sidang TPP

merujuk pada Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-

Undangan Republik Indonesia Nomor: M.02.PR.08.03 Tahun

1999 Tentang Pembentukan Balai Pertimbangan

Pemasyarakatan dan Tim Pengamat Pemasyarakatan.

5) Pelaksanaan Program Pembinaan

a) Berdasarkan hasil keputusan sidang TPP yang telah disetujui

oleh Ka. LPKA maka program pembinaan anak dapat

dilaksanakan.

b) Pelaksanaan program harus memperhatikan manajemen

operasional program yang terdiri dari kesiapan anggaran,

ketersediaan anak yang akan mengikuti program pembinaan,

kesiapan petugas pemasyarakatan dan tenaga instruktur yang

telah memenuhi kompetensi dan kualifikasi, sarana dan

prasarana pembinaan, dan jadwal program.

c) Dalam hal program dilaksanakan dengan mitra kerjasama,

petugas LPKA terlebih dahulu dapat membuat daftar mitra

kerjasama, baik pemerintah maupun swasta, yang dapat diajak

bekerja sama dalam menyelenggarakan program pendidikan

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

52

bagi Anak di LPKA. Penentuan mitra kerjasama wajib

mempertimbangkan prinsip-prinsip kepentingan terbaik bagi

Anak.

d) Kesepakatan kerjasama dengan pihak ketika wajib mengatur

mengenai hubungan kerjasama, jangka waktu kerjasama, tata

cara kerjasama peran masing-masing pihak dalam pelaksanaan

kerjasama.

e) Tugas LPKA dalam pelaksanaan program pendidikan lebih

bersifat fasilitatif yaitu menyiapkan sarana prasarana serta

peserta didik. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar

yang harus diperhatikan adalah petugas LPKA tidak

memberikan pembelajaran kecuali petugas tersebut

merupakan tenaga fungsional guru/tutor.

f) Dalam pelaksanaan program, petugas LPKA wajib melakukan

monitoring dan evaluasi program pendidikan untuk

mengetahui efektivitas pelaksanaan program terhadap

perkembangan perilaku Anak.

6) Pengasuh Pemasyarakatan

a) Disetiap lembaga harus ditunjuk beberapa Wali/pengasuh

yang terlatih secara khusus petugas dari bagian pembinaan,

diangkat oleh kepala untuk mengurus anak-anak dan

memberikan dukungan pelaksanaan rencana program

pembinaan dan perawatan yang disiapkan oleh manajer kasus

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

53

untuk individualisasi perawatan Anak. Lebih mungkin jika

memiliki latar belakang pendidikan psikologi atau pekerja

sosial.

b) Peran Wali/pengasuh membantu Anak untuk mengidentifikasi

dan memenuhi tujuan yang ditetapkan dalam rencana

manajemen kasus, dan juga dalam mengajukan permohonan

cuti atau untuk proses keluhan, pembebasan lebih awal, dan

untuk membantu Anak pada umumnya untuk setiap kebutuhan

yang dapat diidentifikasi.

c) Wali/pengasuh harus diangkat dengan rasio wajar untuk

jumlah anak-anak, setidaknya satu Wali/pengasuh per 10

anak-anak. Selain itu, harus ada setidaknya dua Wali/pengasuh

secara penuh waktu di LPKA (Shift) untuk melayani

kebutuhan perawatan anak-anak dalam waktu 24 jam).

d) Wali/pengasuh harus memeriksa masing-masing anak-anak

mereka dan membuat catatan atas kemajuan masing-masing

Anak setiap minggunya dalam berkas Anak. Catatan ini adalah

untuk ditinjau ulang pada pertemuan bulanan yang dilakukan

Wali/pengasuh

e) Wali/pengasuh diawasi oleh pejabat pada bagian pembinaan

dan bertanggung jawab kepada kepala LPKA.

7) Pelaporan Pelaksanaan Program Pembinaan.

a) program dilakukan terhadap:

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

54

(1) Manajemen penyelenggaraan program secara keseluruhan

meliputi evaluasi terhadap perencanaan dan pelaksanaan

program.

(a) Evaluasi manajemen operasional pelaksanaan

program terdiri dari pengguna anggaran, jumlah dan

kualifikasi anak yang telah mengikuti program

pembinaan, kompetensi dan kualifikasi petugas

pemasyarakatan dan tenaga instruktur, sarana dan

prasarana pembinaan, dan jadwal program.

(b) Terkait evaluasi tersebut maka perlu dibuat laporan

pelaksanaan program yang dibuat oleh pelaksana

program

(c) Laporan sebagaimana dimaksud merupakan

kompilasi catatan pelaksanaan masing-masing

program dan hasil evaluasinya yang dibuat oleh

penanggung jawab setiap bulannya.

(2) Efektivitas program terhadap perkembangan perilaku

Anak yang meliputi evaluasi terhadap tujuan/capaian

program, hambatan dan kendala dalam pencapaian tujuan

serta rekomendasi tindak lanjut.

(a) Terkait evaluasi tersebut, perlu dibuat laporan

perkembangan Anak yang dibuat oleh Pengasuh.

Laporan sebagaimana dimaksud merupakan

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

55

kompilasi catatan perkembangan Anak yang dibuat

setiap harinya.

b) Terkait dengan fungsi pengawasan Balai

Pemasyarakatan, laporan hasil evaluasi program dan

laporan perkembangan Anak dikirimkan kepada

Kepala Kanwil cq Kepala Divisi Pemasyarakatan dan

PK Bapas

8). Pengawasan Program Pembinaan Anak.

Pengawasan Program Pembinaan dilakukan oleh Wali/pengasuh,

pejabat atasan langsung di LPKA dan Pembimbing

Kemasyarakatan.

a. Pengawasan oleh Wali/pengasuh.

Wali/pengasuh secara intensif melakukan pengawasan

langsung terhadap anak selama mengikuti kegiatan

pembinaan. Wali/pengasuh mencatat hasil perkembangan

pembinaan dan melaporkan kepada atasan pada bagian

pembinaan minimal sekali dalam sebulan atau sesuai dengan

kondisi dan kebutuhan.

b. Pengawasan oleh Pejabat atasan langsung.

Pejabat pada bagian pembinaan melakukan pengawasan

terhadap keseluruhan penyelenggaraan program dan

melaporkan kepada kepala LPKA. Kepala LPKA juga

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

56

berkewajiban melakukan pengawasan secara langsung

terhadap pelaksanaan program.

c. Pengawasan oleh Pembimbing Kemasyarakatan.

Pembimbing Kemasyarakatan melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaan program pembinaan untuk memastikan

rekomendasi dan perencanaan program yang diberikan

kepada anak. Pembimbing Kemasyarakatan menyampaikan

hasil pengawasan kepada LPKA untuk dijadikan sebagai

bahan evaluasi.

2.3.2. Tahap Pembinaan Lanjutan6

1) Tahap pembinaan lanjutan dan Asimilasi dilakukan melalui

kegiatan membaurkan anak dengan keluarga, masyarakat dan

lingkungan lain di Luar LPKA.

2) Tahapan pembinaan lanjutan dihitung dari 1/3 sampai dengan 1/2

masa pidana.

3) Dalam hal belum mencapai 1/3 masa pidana namun berdasarkan

hasil pengawasan PK dan penelitian kemasyarakatan anak sudah

menunjukkan perubahan perilaku maka anak didik dapat diberikan

asimilasi.

4) Penghitungan ½ masa pidana diberikan selama anak masih berusia

di bawah 18 tahun

6 Ibid., h. 25.

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

57

5) Asimilasi terdiri dari asimilasi dalam dan asimilasi luar. Asimilasi

dalam adalah program pembauran yang melibatkan masyarakat

dari luar untuk melakukan kegiatan didalam LPKA. Asimilasi luar

adalah membaurkan anak dengan melakukan kegiatan bersama

masyarakat di Luar LPKA.

6) Jika asimilasi diberikan dalam bentuk pelatihan kerja, lamanya

tidak boleh melebihi dari 3 jam per hari.

7) Proses pelaksanaan tahap pembinaan lanjutan, dimulai dengan

melakukan Litmas, dan melakukan evaluasi pelaksanaan progam

pembinaan tahap awal, selanjutnya menyusun Perencanaan

Program Lanjutan, menyusun Pelaksanaan Program Lanjutan

(jenis program yang diberikan dan dapat diberikan assimilasi) dan

terakhir menyusun Evaluasi untuk Program Lanjutan

8) Mekanisme pelaksanaan litmas dan assesmen, perencanaan

program lanjutan, pelaksanaan program lanjutan dan evaluasi

program lanjutan mengacu kepada pedoman penyusunan litmas

dan assesmen, perencanaan program, pelaksanaan program dan

evaluasi program pada tahap pembinaan lanjutan dengan

memperhatikan jenis dan bentuk serta tujuan program tahap akhir.

2.3.3. Jenis Pembinaan Anak

Pembinaan anak terdiri dari Pembinaan Kepribadian, Pembinaan

Ketrampilan dan Pendidikan.

Page 26: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

58

a. Pembinaan Kepribadian terdiri dari kegiatan Pembinaan

kerohanian, kesadaran hukum, jasmani, kesadaran berbangsa dan

bernegara dan kegiatan lainnya

b. Pembinaan Keterampilan terdiri dari kegiatan pembinaan

pertanian, peternakan, pertukangan, kesenian dan Teknologi

Informasi (IT), dan kegiatan lainnya

c. Pendidikan anak yang diselenggarakan di LPKA terdiri dari

Pendidikan Formal dan Non Formal. Pendidikan Formal terdiri

dari pendidikan wajib belajar 9 tahun/ SD, SMP dan SMA,

sedangkan Pendidikan Non Formal mencakup Kejar Paket A

untuk tingkat SD, Paket B untuk tingkat SMP dan Paket C untuk

tingkat SMA.

Page 27: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK …

59