bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2957/3/shinta l. bab ii.pdf ·...

14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kencur 1. Klasifikasi Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Bangsa : Zingiberales Suku : Zingiberaceae Marga : Kaempferia Jenis : Kaempferia galanga L. (Depkes RI, 2001) 2. Monografi dan Penyebaran Kencur (Kaempferia galanga) merupakan tanaman terna yang hampir menutupi tanah, tidak berbatang, rimpang bercabang-cabang, berdesak- desakan, akarakar berbentuk gelondong, kadang-kadang berumbi, panjang 1 cm sampai 1,5 cm. Setiap tanaman berdaun sebanyak 1 sampai 3 (umumnya 2) helai, lebar merata dan hampir menutupi tanah, daun berbentuk jorong lebar sampai hampir bundar, pengkal hampir berbentuk jantung, ujung mendadak lancip, bagian atas tidak berambut, bagian bawah berambut halus, pinggir bergelombang berwarna merah kecoklatan, bagian tengah berwarna hijau, panjang helai daun 7 cm sampai 15 cm, lebar 2 cm sampai 8 cm, tangkai pendek, berukuran 3 mm sampai 10 mm, pelepah terbenam dalam tanah, panjang 1,5 cm sampai 3,5 cm, warna putih. Perbungaan, panjang 14 cm dan mengandung 4 sampai 12 bunga. Tajuk berwarna putih dengan tabung panjang 2,5 cm sampai 5 cm, ujung berbelahbelah berbentuk pita, panjang 2,5 cm sampai 3 cm, lebar 1,5 mm sampai 3 mm (Depkes RI, 1977). 4 DAta Tabir Surya..., Shinta Lintang Charisma, Fak. Farmasi UMP 2012

Upload: vukhue

Post on 06-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

xix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kencur

1. Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Marga : Kaempferia

Jenis : Kaempferia galanga L.

(Depkes RI, 2001)

2. Monografi dan Penyebaran

Kencur (Kaempferia galanga) merupakan tanaman terna yang hampir

menutupi tanah, tidak berbatang, rimpang bercabang-cabang, berdesak-

desakan, akarakar berbentuk gelondong, kadang-kadang berumbi, panjang

1 cm sampai 1,5 cm. Setiap tanaman berdaun sebanyak 1 sampai 3

(umumnya 2) helai, lebar merata dan hampir menutupi tanah, daun

berbentuk jorong lebar sampai hampir bundar, pengkal hampir berbentuk

jantung, ujung mendadak lancip, bagian atas tidak berambut, bagian bawah

berambut halus, pinggir bergelombang berwarna merah kecoklatan, bagian

tengah berwarna hijau, panjang helai daun 7 cm sampai 15 cm, lebar 2 cm

sampai 8 cm, tangkai pendek, berukuran 3 mm sampai 10 mm, pelepah

terbenam dalam tanah, panjang 1,5 cm sampai 3,5 cm, warna putih.

Perbungaan, panjang 14 cm dan mengandung 4 sampai 12 bunga. Tajuk

berwarna putih dengan tabung panjang 2,5 cm sampai 5 cm, ujung

berbelahbelah berbentuk pita, panjang 2,5 cm sampai 3 cm, lebar 1,5 mm

sampai 3 mm (Depkes RI, 1977).

4

DAta Tabir Surya..., Shinta Lintang Charisma, Fak. Farmasi UMP 2012

xx

3. Khasiat dan Kandungan Kimia Kencur (Kaempferia galanga)

Rimpang kencur mengandung minyak atsiri sekitar 2-4% yang terdiri

dari 3,7,7-trimetil-bisiklo-[4,1,0]-hept-3-ena, etil sinamat, etil para metoksi

sinamat (EPMS), para metoksi stirena, n-penta dekana, borneal, dan kamfen

(Suyatno et al., 2011). Rimpang kencur berkhasiat sebagai obat batuk, obat

lambung, obat mual, obat bengkak dan obat bisul (Depkes RI, 2001).

4. Etil-p-metoksi Sinamat (EPMS)

Etil-p-metoksisinamat (EPMS) adalah salah satu senyawa hasil isolasi

rimpang kencur (Kaempferia galanga, L) yang merupakan bahan dasar

senyawa tabir surya yaitu pelindung kulit dari sengatan matahari. EPMS

merupakan senyawa aktif yang ditambahkan pada lotion kulit ataupun bedak

setelah mengalami sedikit modifikasi yaitu perpanjangan rantai dimana etil

dari ester ini digantikan oleh oktil, etil heksil, atau heptil melalui

transesterifikasi bertahap. Modifikasi yang dilakukan diharapkan

mengurangi kepolaran EPMS sehingga kelarutannya dalam air berkurang

dan hal itu merupakan salah satu syarat senyawa sebagai tabir surya (Barus,

2009).

Senyawa EPMS termasuk dalam golongan senyawa ester yang

mengandung cincin benzena dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan

juga gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar sehingga

dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai

variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, metanol, air dan heksana (Barus,

2009).

Gambar 1. Struktur EPMS (Barus, 2009)

OC2H5

H3CO

O

5

DAta Tabir Surya..., Shinta Lintang Charisma, Fak. Farmasi UMP 2012

xxi

B. Temu Kunci

1. Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiosperma

Kelas : Monocotyledonae

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Marga : Boesenbergia

Jenis : Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlecht.

(Depkes RI, 2001)

2. Monografi dan Penyebaran

Temu kunci merupakan tanaman semak yang berumur tahunan. Saat

tanaman tidak terlalu tinggi karena hanya sekitar 30-100 cm. Batangnya

tersusun atas gabungan pelepahpelepah daun. Warna batangnya hijau agak

merah.

Daunnya tidak terlalu banyak, yakni hanya sekitar 4-5 helai,

berbentuk bulat meruncing ke ujung dan pangkal, warnanya hijau, dan

tangkai daunnya beralur, lebar 4,5-10 cm, panjang 23-38 cm. Tulang

daunnya besar, berlapis tipis tembus cahaya. Permukaan daun sebelah atas

dan bawah bila diraba terasa licin tidak berbulu, meskipun ada juga bagian

daun yang berbulu halus (Muhlisah, 1999).

Rimpang tumbuh di bawah permukaan tanah secara mendatar dan

beruas, sedikit keras, bersisik tipis dan berbau harum. Anakan rimpang

bergerombol kecil di sebelah rimpang induk, serupa rangkaian anak kunci.

Jika dibelah, bagian luar rimpang berwarna hijau kekuningan sementara

daging rimpang sebelah dalam berwarna kuning muda. Dagung rimpang

menyebarkan aroma khas temu kunci (Muhlisah, 1999)..

3. Khasiat dan Kandungan Kimia

Rimpang temu kunci mengandung saponin, flavonoida dan minyak

atsiri. Rimpang temu kunci ini berkhasiat untuk memperbanyak air susu ibu

6

DAta Tabir Surya..., Shinta Lintang Charisma, Fak. Farmasi UMP 2012

xxii

dan penyegar tubuh bagi ibu setelah melahirkan. Daunnya berkhasiat

sebagai obat sariawan (Depkes RI, 2001).

C. Tabir Surya

Sinar surya yang sampai di permukaan bumi dan mempunyai dampak

terhadap kulit dibedakan menjadi sinar ultraviolet A atau UV-A ( 320-400

nm), sinar UV-B ( 290-320 nm) dan sinar UV-C ( 200-290 nm). Sebenarnya

sinar UV hanya merupakan sebagian kecil saja dari spektrum sinar matahari

namun sinar ini paling berbahaya bagi kulit karena reaksi-reaksi yang

ditimbulkannya berpengaruh buruk terhadap kulit manusia baik berupa

perubahan-perubahan akut seperti eritema, pigmentasi dan fotosensitivitas,

maupun efek jangka panjang berupa penuaan dini dan keganasan kulit.

Seseorang dapat terkena paparan sinar UV-C dari lampu-lampu buatan dan

akibatnya adalah kemerahan kulit, peradangan mata dan merangsang

pigmentasi. Sinar UV-B sering disebut sebagai sinar sunburn spectrum dan

juga paling efektif menyebabkan pigmentasi. Sinar UV-A biasanya hanya

menyebabkan pencoklatan walaupun dapat juga menimbulkan sunburn namun

lebih lemah dibandingkan dengan UV-B. Meskipun demikian efek kumulatif

jangka panjang sinar UV-A sama dengan sinar UV-B karena intensitas sinar

UV-A yang sampai ke bumi kira-kira 10 kali UV-B. Efek buruk sinar UV

dipengaruhi oleh faktor individu, frekuensi, lama pejanan serta intensitas

radiasi sinar UV (Tahir, 2002).

Tabir surya (sunscreen) adalah substansi yang formulanya mengandung

senyawa aktif yang dapat menyerap, menghamburkan atau memantulkan

energi cahaya matahari yang datang pada kulit manusia. Berdasarkan teknik

penggunaan dikenal dua macam tabir surya yaitu sistemik dan topikal. Tabir

surya sistemik kurang populer karena sering menimbulkan reaksi alergi dan

belum terbukti mencegah sunburn. Beberapa bahan aktif tabir surya yang

digunakan secara sistemik adalah karoten, vitamin C, vitamin E, asam alisilat

dan obat malaria (Cakhyo, 2010).

7

DAta Tabir Surya..., Shinta Lintang Charisma, Fak. Farmasi UMP 2012

xxiii

Bahan aktif tabir surya bekerja dengan dua mekanisme yaitu

penghambatan fisik (physical bloker), antara lain TiO2, ZnO, kaolin, CaCO3,

MgO, dan penyerap kimia (chemical absorber) meliputi anti UV A misalnya

turunan benzophenon antara lain oksibenson, dibenzoilmetan, serta anti UV B

yaitu turunan salisilat, turunan Para Amoni Benzoic Acid (PABA) misalnya

oktil dimetil PABA, turunan sinamat (sinoksat, etil heksil para metoksi

sinamat) dan lain-lain. Untuk mengoptimalkan kemampuan dari tabir surya

sering dilakukan kombinasi antara tabir surya fisik dan tabir surya kimia,

bahkan ada yang menggunakan beberapa macam tabir surya dalam satu sediaan

kosmetika (Cakhyo, 2010).

D. Sun Protection Factor (SPF)

Penelitian yang dilakukan oleh Bauer et al (2004) memberikan hasil

bahwa menggunakan tabir surya dengan SPF (Sun Protection Factor) tinggi

memberi efek perlindungan lebih lama terhadap cahaya matahari dan

mencegah terbakar cahaya matahari.

Berdasarkan Wasitaatmadja (1997) kemampuan menahan cahaya

ultraviolet dari tabir surya dinilai dalam faktor proteksi cahaya (Sun Protection

Factor/SPF) yaitu perbandingan antara dosis minimal untuk menimbulkan

eritema pada kulit terolesi tabir surya dengan yang tidak. Nilai SPF ini berkisar

0 sampai 100, dan kemampuan tabir surya dianggap baik apabila berada diatas

15. Kemampuan tabir surya sebagai berikut:

1. Minimal bila SPF antara 2-4, contoh: salisilat, antranilat.

2. Sedang bila SPF antara 4-6, contoh: sinamat, benzofenon.

3. Ekstra bila SPF antara 6-8, contoh: derivate PABA.

4. Maksimal bila SPF antara 8-15, comtoh: PABA.

5. Ultra bila SPF lebih dari 15, contoh: kombinasi PABA, non-PABA, dan

tabir surya fisik.

Penentuan aktifitas tabir surya berdasarkan nilai SPF secara in vivo yaitu

dengan membandingkan energy ultraviolet untuk menghasilkan dosis eritema

minimal (DEM) pada kulit yang terlindungi terhadap energi untuk

8

DAta Tabir Surya..., Shinta Lintang Charisma, Fak. Farmasi UMP 2012

xxiv

menghasilkan eritema minimal pada kulit tidak terlindungi, sedangkan

pengujian in vitro yaitu nilai SPF dapat ditentukan dengan menggunakan

metode spektrofotometri. Hubungan antata SPF dengan spektrofotometri yaitu:

(Persamaan 1)

Keterangan

SPF : Faktor proteksi cahaya

AUC : Jumlah serapan pada n-1 dibagi 2

n : Panjang gelombang yang menghasilkan serapan 0,05

1 : 290 nm

Persamaan1 dapat digunakan untuk meramalkan nilai SPF dari suatu

larutan dengan mengukur area dibawah kurva (AUC) dibagi dengan interval

panjang gelombang bersangkutan. Lapisan ozon menyaring di bawah 290 nm

maka sebagai 1 adalah panjang gelombang pada 290 nm,sedangkan n adalah

panjang gelombang diatas 290 nm dimana mempunyai nilai absorbansi kurang

lebih 0,050. Apabila nilai absorbansi 0,050 pada panjang gelombang lebih dari

400 nm maka sebagai n adalah 390 nm karena diatas panjang gelombang

tersebut diasumsikan sensitivitas kulit dapat diabaikan (Cakhyo, 2010).

Tabel 1. Penilaian SPF menurut Food and Drug Administration (FDA)

Tipe proteksi Nilai SPF

Proteksi minimal 1-4

Proteksi sedang 4-6

Proteksi ekstra 6-8

Proteksimaksimal 8-15

Proteksi ultra >15

(Cakhyo, 2010)

E. Radikal Bebas

Para ahli biokimia menyebutkan bahwa radikal bebas merupakan salah

satu bentuk senyawa oksigen reaktif, yang secara umum diketahui sebagai

senyawa yang memiliki elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas yang

ada dalam tubuh dapat mengalami serangkaian reaksi yang berlangsung terus

9

DAta Tabir Surya..., Shinta Lintang Charisma, Fak. Farmasi UMP 2012

xxv

menerus hingga radikal bebas hilang dari dalam tubuh. Hilangnya radikal

bebas dari dalam tubuh dikarenakan bereaksi dengan radikal bebas lain hingga

menjadi suatu senyawa yang stabil, atau hilangnya bisa juga karena sistem

antioksidan (Winarsi, 2007).

Radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada jaringan

biologis, kerusakan tersebut dapat menyebabkan penyakit kronis, seperti

iskemia, katarak, kanker, diabetes melitus, penuaan, dan jantung koroner.

Radikal bebas terbentuk melalui dua cara, yaitu secara endogen dan

eksogen. Secara endogen, radikal bebas dihasilkan melalui reaksi biokimia

di dalam tubuh, contohnya oksidasi enzimatis, fagositosis, transport

elektron, dan oksidasi logam transisi melalui ischemic. Secara eksogen,

radikal bebas dihasilkan dari lingkungan sekitar, seperti polusi udara,

bahan tambahan pangan, dan radiasi ultraviolet (UV). Radikal eksogen

tersebut, selanjutnya akan masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan,

pencernaan, dan absorbsi kulit (Kurniawan, 2011).

Radikal bebas diproduksi secara endogen di dalam sel oleh

mitokondria, membran plasma, lisosom, peroksisom, retikulum endoplasma,

dan inti sel. Radikal bebas yang dihasilkan dalam tubuh, biasanya terdiri

dari spesies oksigen reaktif (ROS) dan spesies nitrogen reaktif (RNS).

Contoh turunan kedua spesies tersebut, diantaranya radikal superoksida

(O2.), hidroksil (OH

.), peroksil (ROO

.), hidrogen peroksida (H2O2), singlet

oksigen (O.), nitrit oksida (NO

.), peroksi nitrit (NOO

.), dan asam hipoklorit

(HOCl.). Atom atau molekul dengan elektron bebas ini, dapat digunakan untuk

menghasilkan tenaga dan beberapa fungsi fisiologis seperti kemampuan untuk

membunuh virus dan bakteri.

Mekanisme reaksi pembentukan radikal bebas terdiri atas tiga tahap,

yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi. Tahap inisiasi, merupakan tahap

awal pembentukan radikal bebas. Tahap kedua adalah propagasi, yaitu

perubahan suatu molekul radikal bebas menjadi radikal bentuk lain

(pembentukan radikal bebas baru). Tahap yang terakhir adalah terminasi.

Terminasi adalah tahap dimana terjadi penggabungan dua molekul radikal

10

DAta Tabir Surya..., Shinta Lintang Charisma, Fak. Farmasi UMP 2012

xxvi

bebas dan membentuk produk yang stabil. Mekanisme reaksi ketiga

tahapan tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

Inisiasi:

RH + OH R + H2O

Propagasi:

R + O2 ROO

ROO + RH ROOH + R

Terminasi:

ROO + ROO

ROOR + O2

ROO + R

ROOR

R + R

RR

(Kurniawan, 2011)

F. Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor) atau

reduktan. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat

oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif

(Fajriyah, 2009).

Berkaitan dengan fungsinya, senyawa antioksidan di klasifikasikan dalam

lima tipe antioksidan, yaitu:

1. Primary antioxidants, yaitu senyawa-senyawa fenol yang mampu

memutus rantai reaksi pembentukan radikal bebas asam lemak. Dalam

hal ini memberikan atom hidrogen yang berasal dari gugus hidroksi

senyawa fenol sehingga terbentuk senyawa yang stabil. Senyawa

antioksidan yang termasuk kelompok ini, misalnya BHA, BHT, PG, TBHQ,

dan tokoferol.

2. Oxygen scavengers, yaitu senyawa-senyawa yang berperan sebagai pengikat

oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi. Dalam hal ini,

senyawa tersebut akan mengadakan reaksi dengan oksigen yang berada

dalam sistem sehingga jumlah oksigen akan berkurang. Contoh dari

11

DAta Tabir Surya..., Shinta Lintang Charisma, Fak. Farmasi UMP 2012

xxvii

senyawa-senyawa kelompok ini adalah vitamin C (asam askorbat),

askorbilpalminat, asam eritorbat, dan sulfit.

3. Secondary antioxidant, yaitu senyawa-senyawa yang mempunyai

kemampuan untuk berdekomposisi hidroperoksida menjadi prodak akhir

yang stabil. Tipe antioksidan ini pada umumnya digunakan untuk

menstabilkan poliolefin resin. Contohnya, asam tiodipropionat dan

dilauriltiopropionat.

4. Antioxidative Enzime, yaitu enzim yang berperan mencegah

terbantuknya radikal bebas. Contohnya glukose oksidase, superoksidase

dismutase(SOD), glutation peroksidase, dan kalalase.

5. Chelators sequestrants.yaitu senyawa-senyawa yang mampu mengikat

logam seperti besidan tembaga yang mampu mengkatalis reaksi

oksidasi lemak. Senyawa yang termasuk didalamnya adalah asam sitrat,

asam amino, ethylenediaminetetra acetid acid (EDTA), dan fosfolipid

(Maulida, 2010).

G. Uji Antioksidan 2,2 diphenyl-1-picryl-hydrazil (DPPH)

Reagen DPPH ditemukan pertama kali oleh Goldschmidt dan Renn

pada tahun 1922. DPPH merupakan seyawa radikal bebas berwarna ungu,

dan pada awalnya digunakan sebagai reagen kolorimetri. Selain itu, reagen

DPPH juga berfungsi untuk investigasi reaksi inhibisi polimerisasi, uji

antioksidan (amina, fenol, dan vitamin), serta inhibisi reaksi homolitik

(Kurniawan, 2011).

DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering

digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau

ekstrak bahan alam. DPPH menerima elektron atau radikal hidrogen akan

membentuk molekul diamagnetik yang stabil. Interaksi antioksidan dengan

DPPH baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH, akan

menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH. Jika semua elektron pada

radikal bebas DPPH menjadi berpasangan, maka warna larutan berubah dari

ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansi pada panjang gelombang 517

12

DAta Tabir Surya..., Shinta Lintang Charisma, Fak. Farmasi UMP 2012

xxviii

nm akan hilang. Perubahan ini dapat diukur secara stoikiometri sesuai dengan

jumlah elektron atau atom hidrogen yang ditangkap oleh molekul DPPH akibat

adanya zat antioksidan (Munim et al, 2008).

Metode DPPH secara umum, digunakan untuk screening berbagai

sampel dalam penentuan aktivitas antioksidan. Metode DPPH dapat

digunakan untuk sampel padatan maupun larutan, dan tidak spesifik untuk

komponen antioksidan partikular, tetapi dapat digunakan untuk pengukuran

kapasitas antioksidan secara keseluruhan pada suatu sampel (Kurniawan,

2011).

Gambar 2. Struktur DPPH (Kurniawan, 2011)

H. Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung

air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Ada dua

tipe krim, krim tipe minyak dalam air (M/A) dan tipe air dalam minyak (A/M).

Krim tipe M/A (vanishing cream) mudah dicuci dengan air, jika digunakan

pada kulit, maka akan terjadi penguapan dan peningkatan konsentrasi dari

suatu obat yang larut dalam air sehingga mendorong penyerapannya ke dalam

jaringan kulit. Pada umumnya orang lebih menyukai tipe A/M, karena

penyebarannya lebih baik, walaupun sedikit berminyak tetapi penguapan

airnya dapat mengurangi rasa panas di kulit.

Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa

surfaktan-surfaktan anionik, kationik, dan nonionik. Untuk krim tipe A/M

digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, cholesterol, cera. Untuk krim

tipe M/A digunakan sabun monovalen (Triethanolaminum stearat, Natrium

stearat, Kalium stearat, Ammonium stearat); tween; natrium lauril sulfat;

13

DAta Tabir Surya..., Shinta Lintang Charisma, Fak. Farmasi UMP 2012

xxix

kuning telur; gelatin; caseinum. Zat antioksidan dan pengawet perlu

ditambahkan dalam pembuatan krim untuk kestabilan. Zat pengawet yang

sering digunakan ialah nipagin 0,12%-0,18% dan nipasol 0,02%-0,05%.

Bahan-bahan yang sering digunakan untuk membuat krim adalah: cetyl

alkohol, stearyl alkohol, acidum stearinicum, polyethylen glikol (macrogol),

glyseryl monostearat, isopropyl myristas, ester-ester dari asam lemak isopropil,

adeps lanae (lanolinum anhidrous), spermacety (cetaceum), kelompok

polisorbate (ester sorbitan) (Lachman et al., 1994).

Sediaan semipadat digunakan pada kulit, dimana umumnya sediaan

tersebut berfungsi sebagai pembawa pada obat- obat topikal, sebagai pelunak

kulit, atau sebagai pembalut pelindung atau pembalut penyumbat (oklusif).

Sejumlah kecil bentuk sediaan semipadat topikal ini digunakan pada membran

mukosa, seperti jaringan rektal, jaringan buccal (dibawah lidah), mukosa

vagina, membran uretra, saluran telinga luar, mukosa hidung, dan kornea.

Membran mukosa memungkinkan penyerapan yang lebih baik ke sirkulasi

sistemik, karena kulit normal bersifat relatif tidak dapat ditembus (Lachman et

al, 1994).

I. Uraian Bahan

1. Setil Alkohol

Setil alkohol secara luas digunakan dalam kosmetik dan formulasi

farmasetik seperti suppositoria, sediaan padat modified-release, emulsi,

losion, krim dan salep (Rowe et al, 2009).

Gambar 3. Struktur Setil Alkohol

Pemeriannya yaitu berupa serpihan putih licin, granul, atau kubus,

putih, bau khas lemah, dan rasa lemah. Kelarutannya yaitu tidak larut dalam

air, larut dalam etanol dan dalam eter, kelarutannya bertambah dengan

14

DAta Tabir Surya..., Shinta Lintang Charisma, Fak. Farmasi UMP 2012

xxx

naiknya suhu. Suhu leburnya yaitu antara 45oC hingga 50

oC (Depkes RI,

1995).

Tabel 2. Fungsi Seti Alkohol (Rowe et al, 2009)

Fungsi Konsentrasi (%)

Emollient 2-5

Zat pengemulsi 2-5

Zat pengeras 2-10

Pengabsorpsi air 5

2. Parafin Cair

Parafin terutama digunakan dalam formulasi farmasi topikal sebagai

komponen krim dan salep. Pada salep, mungkin digunakan untuk

meningkatkan titik leleh formulasi atau untuk menambah kekakuan.Selain

itu, parafin juga ditambahkan sebagai coating agent pada kapsul dan tablet,

dan digunakan dalam aplikasi beberapa makanan. Parafin pelapis juga dapat

digunakan untuk mempengaruhi pelepasan obat dari pertukaran ion resin

(Rowe et al, 2009).

Parafin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak

mineral, sebagai zat pemantap dapat ditambahkan tokoferol atau

butilhidroksitoluen tidak lebih dari 10 bpj. Parafin cair mempunyai

pemerian berupa cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak

berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa.parafin cair

praktis tidak larut dalam air dan etanol 95%, namu larut dalam kloroform

dan eter (Depkes RI, 1979).

3. Polioksi Etilen Sorbitan Monooleat (Tween 80)

Tween 80 atau Polisorbat 80 adalah hasil kondensasi oleat dari

sorbitol dan anhidridanya berkondensasi dengan lebih kurang 20 molekul

etilenoksida. Pemerian cairan kental seperti minyak, jernih, kuning, bau

asam lemak, khas (Depkes RI, 1979).

15

DAta Tabir Surya..., Shinta Lintang Charisma, Fak. Farmasi UMP 2012

xxxi

Gambar 4. Struktur Tween 80 (Rowe et al, 2003)

4. Sorbiton Monooleat (Span 80)

Span 80 (Sorbitan monooleat) merupakan suatu surfaktan atau

emulgator non-ionik. Surfaktan adalah suatu zat yang mempunyai gugus

hidrofil dan gugus lipofil sekaligus dalam molekulnya. Zat ini akan berada

di permukaan cairan atau antarmuka 2 cairan dengan cara teradsorpsi.

Gambar 5. Struktur Span 80 (Rowe et al, 2003)

J. Simplex Lattice Design (SLD)

Simplex Lattice Design merupakan salah satu metode untuk mengetahui

profil efek campuran terhadap suatu parameter. Metode ini ditetapkan pada

formula tablet hisap dengan menggunakan dua campuran atau lebih, dengan

campuran yang paling sederhana menggunakan dua komponen bahan

pengikat. Dasar metode ini adalah adanya dua variabel bebas A dan B.

Rancangan ini dibuat dengan memilih 3 kombinasi dan diamati respon yang

didapat. Respon yang didapat haruslah mendekati tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya baik maksimal ataupun minimal (Bolton, 1997).

Hubungan respon dan komponen yang dapat digambarkan sebagai

berikut:

Y= a (A) + b (B) + c (C)

16

DAta Tabir Surya..., Shinta Lintang Charisma, Fak. Farmasi UMP 2012

xxxii

Y dalam hal ini sebagai parameter yang ingin dicapai yaitu kadar bahan

pengikat yang digunakan, (A) dan (B) adalah fraksi komponen dengan syarat:

0 (A) 1

0 (B) 1

(A) + (B) = 1

a, b, da nab sebagai suatu koefisien yang menyatakan nilai parameter mutu

fisik (kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, dan uji tanggapan rasa). Untuk

mengethui nilai a, b, da nab diperlukan 3 formula sebagai berikut; A=1

bagian atau diambil 100% tanpa A, dan campuran A dan B masing-masing

50% (Bolton, 1997).

Dengan memasukan respon yang didapat dari hasil percobaan kedalam

persamaan diatas maka dapat dihitung harga koefisien a, b, da nab. Dengan

diketahuinya harga-harga koefisien ini dapat pula dihitung nilai Y (respon)

pada setiap variasi campuran A dan B sehingga digambarkan profilnya

(Bolton, 1997).

17

DAta Tabir Surya..., Shinta Lintang Charisma, Fak. Farmasi UMP 2012