bab ii tinjauan pustaka 2.1 tanaman kastuba (euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › bab...

26
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) 2.1.1 Deskripsi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) Kastuba (Euphorbia pulcherrima) merupakan tanaman herba yang hidup di daerah yang beriklim tropis sedang dengan kelembapan udara sedang serta temperatur harian tidak terlalu panas. Selain dikenal sebagai tanaman hias, sejak dahulu bangsa Meksiko menggunakan Kastuba (Euphorbia pulcherrima) sebagai ramuan obat tradisional diantaranya untuk mengobati sakit perut dan penyembuhan luka. Kastuba memiliki ciri-ciri yang dapat mudah membedakan dalam satu famili Euphorbiaceae. Ciri kastuba secara umum sebagian besar tanaman Euphorbiaceae memiliki berbatang besar, sangat sukulen, serta mudah dikenal karena terdapat duri di sepanjang bagian tubuh tanaman, sehingga menyerupai Kaktus (Lingga, 2006). Kastuba merupakan perdu yang tingginya bisa mencapai sekitar 3 meter dan memiliki bentuk tajuk yang berdiameter seluas 2 meter. Kastuba mempunyai daun tunggal dengan bentuk elips hingga bulat telur dan tangkai yang kerap ditemukan adanya 2-4 lekukan. Ujung daun Kastuba lancip dan memiliki susunan tulang daun menyirip (Lingga, 2006). Kastuba berbunga majemuk yang membentuk cawan dengan susunan khusus yang disebut dengan cyathium, pada setiap cyathium terdapat daun pelindung (bract) yang berbentuk daun sejati yang berwarna merah, putih,

Upload: others

Post on 07-Jul-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima)

2.1.1 Deskripsi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima)

Kastuba (Euphorbia pulcherrima) merupakan tanaman herba yang hidup di

daerah yang beriklim tropis sedang dengan kelembapan udara sedang serta

temperatur harian tidak terlalu panas. Selain dikenal sebagai tanaman hias, sejak

dahulu bangsa Meksiko menggunakan Kastuba (Euphorbia pulcherrima) sebagai

ramuan obat tradisional diantaranya untuk mengobati sakit perut dan

penyembuhan luka. Kastuba memiliki ciri-ciri yang dapat mudah membedakan

dalam satu famili Euphorbiaceae. Ciri kastuba secara umum sebagian besar

tanaman Euphorbiaceae memiliki berbatang besar, sangat sukulen, serta mudah

dikenal karena terdapat duri di sepanjang bagian tubuh tanaman, sehingga

menyerupai Kaktus (Lingga, 2006).

Kastuba merupakan perdu yang tingginya bisa mencapai sekitar 3 meter dan

memiliki bentuk tajuk yang berdiameter seluas 2 meter. Kastuba mempunyai daun

tunggal dengan bentuk elips hingga bulat telur dan tangkai yang kerap ditemukan

adanya 2-4 lekukan. Ujung daun Kastuba lancip dan memiliki susunan tulang

daun menyirip (Lingga, 2006).

Kastuba berbunga majemuk yang membentuk cawan dengan susunan

khusus yang disebut dengan cyathium, pada setiap cyathium terdapat daun

pelindung (bract) yang berbentuk daun sejati yang berwarna merah, putih,

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

11

kuning maupun warna lain sesuai dengan varietas nya. Daun pelindung

(bract) merupakan ciri khusus dari Kastuba sehingga mudah untuk dikenali.

Bunga betina berada diantara bunga jantan yang tidak mempunyai mahkota, tetapi

di sekitarnya memiliki bunga semu (cyathium) (Lingga, 2006).

Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) menunjukkan perbedaan warna

dalam pertumbuhan daunnya. Perbedaan warna tersebut menunjukkan adanya

perbedaan kandungan pigmen daun termasuk pigmen klorofil dan antosianin.

Antosianin merupakan golongan senyawa flavonoid yang dapat dimanfaatkan

dalam bidang kesehatan sebagai sumber antioksidan (Maulid, 2014).

2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima)

Kastuba pertama kali dibudidaya

oleh bangsa Indian dari suku Aztec di

Meksiko dengan sebutan cuetlaxochitl.

Kastuba memiliki kekerabatan dengan

famili Euphorbiaceae dan dikenal

dengan nama botani Euphorbia

pulcherrima Wild. Ex. Klotzsch

(sinonim Poinsettia pilcherrima

R.Grah.) yang memiliki arti euphorbia yang sangat indah yang ditunjukkan oleh

gambar 2.1. Di Indonesia, tanaman ini disebut Kastuba dan telah lama dikenal

baik sebagai tanaman liar, masyarakat Indonesia sering memanfaatkan Kastuba

sebagai tanaman hias. Menurut Lingga (2006) secara botani Kastuba memiliki

urutan taksonomi sebagai berikut.

Gambar 2.1 Tanaman Kastuba

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

12

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheobionta

Subdivisi : Spermatophyta

Kelas : Dikotiledoneae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Euphorbia

Spesies : Euphorbia pulcherrima Wild. Ex. Klotzsch

2.1.3 Manfaat dan Kandungan Senyawa Tanaman Kastuba (Euphorbia

pulcherrima)

Habitat asli Kastuba yaitu berasal dari Meksiko dengan memanfaatkan

tanaman ini sebagai obat kulit, serta untuk mengatasi gigitan binatang berbisa.

Kastuba memiliki sifat farmakologi pahit, sepat, bersifat sejuk dan toksin

(beracun). Sifat ini berkhasiat untuk menghentikan pendarahan (hemostatis),

sebagai pencahar (purgativum), menghilangkan bengkak, dan melancarkan ASI

(galaktagog). Disebabkan sifatnya beracun, untuk penggunaan tanaman ini hanya

dapat digunakan sebagai obat luar dengan dosis 10gram herba segar untuk 1 kali

pemakaian. Kelebihan dosis dapat menyebabkan keracunan. Apabila terjadi

keracunan, penawar yang digunakan berupa rebusan dari akar manis atau ganco

(Lingga, 2006).

Penelitian Sharif (2015) menyatakan sifat obat dari tanaman Kastuba dapat

kontra indikasi dalam pengobatan lokal infeksi saluran pernapasan, malaria,

eksim, asma dan penyembuhan luka. Senyawa antioksidan yang ditemukan pada

Kastuba antara lain flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan saponin. Dalam buku

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

13

(Lingga, 2006) mengatakan bahwa daun Kastuba memiliki kandungan alkaloid,

saponin, lemak dan amylodextrin. Senyawa tersebut memiliki fungsi yang dapat

digunakan sebagai penyembuhan pada luka. Kandungan kimia serta efek

farmakologi dari tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) terdapat dalam tabel

dibawah ini:

Tabel 2.1 Kandungan Kimia dan Efek Farmako1ogi Tanaman Kastuba

(Euphorbia pulcherrima)

No Nama Senyawa Manfaat

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Alkaloid

Flavonoid

Fenolik

Steroid

Saponin

Terpenoid

Kuinon

Benzena

Tanin

Antiinflamasi

Untuk menghasilkan sistem imun yang alam

dan spesifik, antiinflamasi, antihistamin

Antiinflamasi

Regenerasi sel, meningkatkan sistem imun

Meningkatkan sistem imun dan antiinflamasi

Antiinflamasi dan antibiotik

Antiseptik, penghilang rasa sakit dan

regenerasi sel

Antiseptik

Antimikroba dan meningkatkan epitelisasi

(Sumber: Sharif, 2015)

2.1.4 Mekanisme Senyawa Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima)

terhadap Penyembuhan Luka Sayat

Kastuba (Euphorbia pulcherrima) mempunyai banyak kandungan

senyawa yang memiliki peran dalam mengobati khususnya pada penyembuhan

luka. Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, kandungan senyawa

dari tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) yang berguna dalam

penyembuhan luka antara lain flavonoid, alkaloid dan saponin. Senyawa

tersebut memiliki fungsi yang berbeda dalam masing-masing tugasnya yaitu

sebagai antiinflamasi, antifungi, antiseptik dan antibakteri.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

14

Flavonoid merupakan komponen polifenol yang banyak terdapat pada

tumbuhan. Flavonoid muncul dalam bentuk aglikon, glikosida, dan turunan

alkohol (Kumar, 2013). Flavonoid berperan dalam penyembuhan luka dengan

menghentikan perdarahan yaitu melalui mekanisme vasokontriksi pada pembuluh

darah, penangkal radikal bebas, penghambat hidrolisis dan oksidasi enzim, serta

antiinflamasi (Calsum, 2018).

Senyawa flavonoid memiliki peran dalam fase inflamasi dalam penghentian

pendarahan sehingga terjadi hipoksia dan inflamasi yang menginduksi ekspresi

gen dan mempromosikan pembelahan sel yang akan dilakukan oleh sitokin.

Senyawa flavonoid juga berfungsi sebagai antioksidan, antiinflamasi dan

menghambat pertumbuhan mikroba, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai

antiseptik serta untuk regenerasi sel (Adawiah, 2015). Mekanisme kerja zat

antibakteri ini dengan cara menghambat sintesis dinding sel, menghambat fungsi

membran sel, menghambat sintesis protein, menghambat sintesis asam nukleat,

dan menghambat kerja enzim pada bakteri. Serta kandungan fenol dalam

flavonoid dapat merusak dinding sel sehingga zat yang berbahaya akan masuk dan

menyebabkan kematian pada bakteri (Siswahyuningsih, 2010).

Senyawa tanin memiliki fungsi untuk antioksidan dan antimikroba yang

dapat berpengaruh dalam penyembuhan luka serta mempercepat proses epitelisasi.

Selain itu, tanin juga memiliki peran pada proses penyembuhan luka sayat.

Tanin memiliki manfaat yaitu sebagai astrigen yang dapat menyebabkan

berkurangnya permeabilitas mukosa dan ikatan antar mukosa menjadi lebih kuat.

Sehingga luka tidak akan terinfeksi oleh mikroorganisme serta zat kimia iritan.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

15

Tanin berperan dalam menghambat hipersekresi pada cairan mukosa dan dapat

menetralisir protein inflamasi. Senyawa tanin berfungsi sebagai antibakteri

dimana senyawa tersebut akan membantu mengerutkan dinding sel atau membran

sel yang dapat menghambat permeabilitas bakteri dalam berkembang biak (Liana,

2018).

Senyawa alkaloid juga memiliki fungsi sebagai anti diare, anti diabetes, anti

mikroba dan anti malaria (Ningrum 2016). Kandungan flavonoid merupakan

antioksidan kuat yang dapat mengurangi lipid peroksidasi, meningkatkan

kecepatan epitelisasi, dan bersifat antimikroba. Penurunan lipid peroksidasi oleh

flavonoid akan mencegah nekrosis, memperbaiki vaskularisasi, dan meningkatkan

viabilitas serabut kolagen dengan meningkatkan kekuatan anyaman serabut

kolagen dalam proses regenerasi sel.

Sedangkan kandungan senyawa lain dalam tanaman Kastuba (Euphorbia

pulcherrima) yang berkontribusi dalam penyembuhan luka sayat yaitu saponin.

Saponin merupakan senyawa sebagai faktor yang diperlukan oleh fibroblas dalam

mensintesis kolagen (Rupina, 2016). Pada jaringan kulit memiliki persentase 50%

yaitu jaringan kolagen. Kolagen berupa protein matriks ekstraseluler yang

mempunyai peran pada fase penyembuhan jaringan ikat atau fase poliferasi.

Tingginya densitas kolagen pada fase poliferasi adalah tanda dimana proses

penyembuhan luka terjadi lebih cepat serta dapat menurunkan potensi buruk pada

luka (Novriansyah, 2008). Saponin dapat merangsang dalam pembentukan sel

epitel baru dan mendukung terjadinya proses epitelisasi sehingga menyebabkan

pengecilan ukuran luka (Kurnianto, 2017).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

16

Saponin dapat meningkatkan jumlah makrofag yang bermigrasi ke daerah

luka terjadi sehingga dapat meningkatkan produksi growth factors dan akan

menstimulasi dalam pembentukan pembuluh darah baru serta meningkatkan

proses migrasi dan proliferasi fibroblas pada permukaan luka (Kurnianto,

2017). Saponin juga memberikan rasa pahit dan sifat menyejukan serta berkhasiat

sebagai anti tumor dan dapat menghambat pertumbuhan kanker, terutama kanker

usus besar (Rohyani, 2015)

2.2 Luka

2.2.1 Definisi Luka

Luka yaitu terjadinya kerusakan pada jaringan kulit yang disebabkan kontak

langsung dengan benda tajam, sumber panas (seperti bahan kimia, air panas, api,

radiasi, dan listrik), hasil tindakan medis, maupun perubahan kondisi fisiologis.

Luka dapat menyebabkan gangguan pada fungsi dan struktur anatomi tubuh

(Purnama, 2016).

2.2.2 Luka berdasarkan Klasifikasinya

Berdasarkan jurnal Meikahani (2015) menurut TBMM luka diklasifikasikan

sebagai berikut:

a. Luka Terbuka

1. Luka 1ecet merupakan 1uka yang disebabkan jatuh bergeser pada benda

atau tempat yang memiliki permukaan keras dan kasar, timbul bintik-

bintik kemerahan, sering terjadi karena jatuh terseret maupun terkena

percikan api. Luka terjadi pada permukaan sehingga lapisan kulit

sebelah atas terkelupas dan membekas berupa daerah yang kasar dan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

17

lunak. Partikel benda asing dapat menimbulkan infeksi terhadap 1uka

(Meikahani, 2015).

2. Luka sayat (Vulnus scissum) diakibatkan oleh goresan dari benda tajam

misalnya pisau ataupun pecahan kaca, pembuluh darah yang terdapat di

tepi luka dapat terpotong luas. Darah yang keluar dapat cukup banyak,

serta bentuk luka memanjang dan jaringan kulit di sekitar luka tidak

mengalami kerusakan (Meikahani, 2015).

3. Luka robek (Vulnus traumaticum) dapat terjadi karena trauma, seperti

kecelakaan lalu 1intas maupun kecelakaan 1ainnya. Luka tidak beraturan,

dan jaringan ku1it di sekitar 1uka jika diikat akan menga1ami kerusakan

(Meikahani, 2015).

b. Luka Tertutup

Luka tertutup adalah luka di mana kulit penderita tetap utuh, tak ada

hubungan dengan dunia luar, jadi kerusakannya terjadi pada jaringan yang

disebabkan oleh benda tumpul. Luka tertutup antara lain memar, cedera pada

otot atau tendon dan ligamen, dan dislokasi. Dislokasi adalah terlepasnya

sebuah sendi dari tempat yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi

adalah dislokasi di bahu, sendi panggul (paha), karena terpeleset dari

tempatnya maka sendi itu pun menjadi macet dan juga terasa nyeri

(Meikahani, 2015).

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah proses yang kompleks dimana adanya kegiatan

bio seluler dan biokimia terjadi secara berkesinambungan. Proses penyembuhan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

18

luka tidak terbatas hanya pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga

dipengaruhi oleh faktor endogen, seperti umur, nutrisi, imunologi, pemakaian

obat-obatan, serta kondisi metabolik (Purnama, 2016).

2.3 Fisiologi Penyembuhan Luka

Berdasarkan dalam jurnal Purnama (2016) menyatakan bahwa mekanisme

penyembuhan luka dibagi ke dalam tiga fase, meliputi fase inflamasi, fase

proliferasi, dan fase maturasi. Saat luka terjadi akan mengakibatkan pendarahan

dan mengaktifkan sistem homeostatis yang akan menginisiasi komponen eksudat

yaitu fibrinogen untuk melakukan pembekuan darah dengan cara koagulasi dan

pembentukan jaringan fibrin dan memproses agen pembekuan darah. Fase

inflamasi ditandai terjadinya edema, ekimosis, kemerahan, dan nyeri karena

adanya mediasi oleh sitokin, kemokin, faktor pertumbuhan, dan efek terhadap

reseptor.

Tahap inflamasi terbagi menjadi fase awal dan fase akhir. Pada saat jaringan

terluka, pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan pendarahan,

reaksi tubuh pertama sekali adalah berusaha menghentikan pendarahan dengan

mengaktifkan faktor koagulasi intrinsik dan ekstrinsik, yang mengarah ke agregasi

platelet dan formasi clot vasokontriksi, pengerutan ujung pembuluh darah yang

putus (retraksi) dan reaksi haemostasis (Primadina, 2019). Menurut Gutner GC

(2007) dalam jurnal Primadina (2019) menyatakan fase inflamasi akhir terjadi

setelah terjadi luka sampai hari ke-5 pasca trauma. Tujuan utama pada fase ini

yaitu untuk menyingkirkan jaringan mati, dan pencegahan terjadinya kolonisasi

dan infeksi oleh agen mikrobial patogen.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

19

Senyawa Flavonoid memiliki peran dalam fase inflamasi dalam penghentian

pendarahan sehingga terjadi hipoksia dan inflamasi yang menginduksi ekspresi

gen dan mempromosikan pembelahan sel yang akan dilakukan oleh sitokin.

Senyawa flavonoid juga berfungsi sebagai antioksidan, antiinflamasi dan

menghambat pertumbuhan mikroba, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai

antiseptik serta untuk regenerasi sel (Adawiah, 2015).

Mekanisme kerja zat antibakteri ini dengan cara menghambat sintesis dinding

sel, menghambat fungsi membran sel, menghambat sintesis protein, menghambat

sintesis asam nukleat, dan menghambat kerja enzim pada bakteri. Serta

kandungan fenol dalam flavonoid dapat merusak dinding sel sehingga zat yang

berbahaya akan masuk dan menyebabkan kematian pada bakteri

(Siswahyuningsih, 2010). Selain itu, tanin juga memiliki peran dalam fase ini

karena dapat menghambat hipersekresi pada cairan mukosa serta menetralisir

protein inflamasi. Senyawa tanin memiliki kandungan senyawa antibakteri yang

berfungsi untuk membantu pengerutan dinding sel atau membran sel sehingga

dapat menghambat proses permeabilitas bakteri untuk berkembang (Liana, 2018).

Sedangkan alkaloid juga memiliki fungsi untuk melawan infeksi mikrobia.

Mekanisme kerjanya yaitu dengan cara mengganggu komponen yang menyusun

peptidoglikan. sehingga sel bakteri tidak terbentuknya lapisan dinding sel secara

utuh serta menyebabkan kematian pada sel bakteri (Hasibuan, 2015). Berdasarkan

fungsinya alkaloid memiliki berperan dalam fase poliferasi pada penyembuhan

luka.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

20

Selanjutnya fase poliferasi terjadi pergerakan sel epitel dan fibroblas pada

area yang mengalami luka. Berfungsi dalam menggantikan jaringan yang rusak

atau hilang. Sel tersebut beregenerasi mulai dari tepi, dan secara cepat tumbuh di

daerah luka pada bagian yang telah tertutup darah yang membeku bersamaan

dengan pengerasan epitel. Jaringan yang telah tergranulasi dibentuk oleh

pembuluh darah kapiler serta limfatik di dalam luka. Kolagen yang disintesis oleh

fibroblas akan memberikan kekuatan pada kulit. Sel epitel kemudian akan

mengeras dan kolagen akan bekerja dalam memperbaiki jaringan yang luka

(Purnama, 2016).

Fase proliferasi berlangsung mulai hari ke-3 hingga 14 pasca trauma,

ditandai dengan pergantian matriks provisional oleh platelet dan makrofag yang

mendominasi secara bertahap dan digantikan oleh migrasi sel fibroblast dan

deposisi sintesis matriks ekstraselular. Pada level makroskopis ditandai dengan

adanya jaringan granulasi yang kaya akan jaringan pembuluh darah baru,

fibroblas, dan makrofag, granulosit, sel endotel dan kolagen yang membentuk

matriks ekstraseluler dan neovaskular yang mengisi celah luka dan memberikan

scaffold adhesi, migrasi, pertumbuhan dan diferensiasi sel. Tujuan fase proliferasi

ini adalah untuk membentuk keseimbangan antara pembentukan jaringan parut

dan regenerasi jaringan (Primadina, 2019).

Tahap maturasi akan berkembang dan membentuk jaringan penghubung

selular serta penguatan sel epitel baru sesuai dengan besarnya luka. Jaringan

granular selular akan membentuk massa aselular dalam waktu sekitar beberapa

bulan sampai 2 tahun (Purnama, 2016). Fase maturasi ini berlangsung mulai hari

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

21

ke-21 hingga sekitar 1 tahun yang bertujuan untuk memaksimalkan kekuatan dan

integritas struktural jaringan baru pengisi luka, pertumbuhan epitel dan

pembentukan jaringan parut. Segera setelah luka terisi oleh jaringan granulasi dan

proses reepitelialisasi usai, fase ini pun segera dimulai (Primadina, 2019).

Saponin merupakan senyawa sebagai faktor yang diperlukan oleh fibroblas

dalam mensintesis kolagen (Rupina, 2016). Pada jaringan kulit memiliki

persentase 50% yaitu jaringan kolagen. Kolagen berupa protein matriks

ekstraseluler yang mempunyai peran pada fase penyembuhan jaringan ikat atau

fase poliferasi. Tingginya densitas kolagen pada fase poliferasi adalah tanda

dimana proses penyembuhan luka terjadi lebih cepat serta dapat menurunkan

potensi buruk pada luka (Novriansyah, 2008). Senyawa saponin juga dapat

meningkatkan permeabilitas membrane sehingga terjadi hemolisis sel, apabila

saponin bereaksi dengan sel bakteri maka dinding sel bakteri akan pecah

(Fridiana, 2012).

Saponin dapat merangsang dalam pembentukan sel epitel baru dan

mendukung terjadinya proses epitelisasi sehingga menyebabkan pengecilan

ukuran luka (Kurnianto, 2017). Saponin dapat memproduksi makrofag yang

bermigrasi ke daerah luka. Sehingga dapat meningkatkan produksi growth factors

yang akan menstimulasi proses pembentukan pembuluh darah yang baru serta

meningkatkan migrasi dan proliferasi fibroblas pada permukaan luka (Kurnianto,

2017).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

22

2.4 Kulit

2.4.1 Pengertian Kulit

Kulit merupakan suatu shell yang fleksibel, mudah melentur, protektif,

mengatur diri sendiri yang melindungi sistem hidup kita. Kulit terdiri atas 2

lapisan utama yaitu epidermis dan dermis. Epidermis merupakan jaringan epitel

yang berasal dari ektoderm, sedangkan dermis berupa jaringan ikat agak padat

yang berasal dari mesoderm. Di bawah dermis terdapat selapis jaringan ikat

longgar yaitu hipodermis, yang pada beberapa tempat terutama terdiri dari

jaringan lemak (Kalangi, 2013). Kulit adalah organ tubuh yang paling besar pada

manusia dan memiliki fungsi memproteksi. Kulit pada manusia dewasa memiliki

berat dapat mencapai 5 kg dan melapisi seluruh bagian permukaan tubuh seluas 2

meter. Kulit berfungsi sebagai barrier fisik, proteksi terhadap agen infeksius,

termoregulasi, sensasi, terhadap sinar ultraviolet (UV), serta untuk regenerasi dan

penyembuhan luka. Fungsi tersebut diperankan oleh keseluruhan bagian lapisan

dari kulit (Murlistyarini, 2018).

2.4.2 Lapisan Kulit

Berdasarkan buku Murlistyarini (2018) menyatakan bahwa kulit tersusun

atas 3 lapisan utama, yaitu lapisan epidermis, dermis dan hipodermis (subkutan).

a. Epidermis

Epidermis yaitu lapisan kulit luar yang dapat dilihat oleh kasat mata.

Epidermis memiliki ketebalan 0,4 - 1,5 mm dengan mayoritas sel keratinosit

yang terdapat di epidermis. Epidermis terdiri atas empat lapisan yang

memiliki diferensiasi keratinosit berbeda-beda, antara lain lapisan basal,

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

23

lapisan spinosus, lapisan granutosum, dan lapisan korneun. Keratinosit

melakukan diferensiasi mulai dari sel basal hingga menjadi sel yang

berdiferensiasi akhir dilapisan korneum yang merupakan lapisan terluar dari

kulit. Lapisan korneum berperan sebagai protektor mekanik kulit dan barrier

terhadap water loss. Proses diferensiasi tersebut biasanya membutuhkan

waktu 28-30 hari (Mulistyarini, 2018).

Diantara sel keratinosit didapatkan melanosit, sel langerhans, dan sel

merkel. Melanosit adalah sel dendritik yang menghasilkan pigmen sehingga

warna kulit dapat muncul. Sel langerhans merupakan sel dendritik yang

berasal dari sumsum tulang belakang yang berperan pada proses imun adaptif

dikulit. Sedangkan sel merkel berperan sebagai reseptor mekanosensori untuk

merespon sentuhan (Mulistyarini, 2018).

b. Dermis

Lapisan dermis yaitu sistem integrasi pada jaringan konektif fibrosa,

filamentosa, dan difus, serta pada lapisan dermis juga merupakan lokasi

terdapatnya pembuluh darah dan saraf. Dermis adalah komponen yamg paling

besar menyusun kulit dan dapat membuat kulit memiliki kemampuan

elastisitas. Lapisan kulit tersebut berfungsi untuk melindungi tubuh dari

trauma mekanik, mengikat air, dan membantu proses regulasi suhu tubuh

serta mengandung reseptor sensorik. Pada dermis terdapat 2 regio antara lain

papilla dermis dan retikuler dermis. Papila dermis berbatasan dengan

epidermis yang memiliki ketebalannya tidak lebih dari 2 kali tebalnya

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

24

epidermis, sedangkan retikuler dermis menyusun sebagian besar dari lapisan

dermal. Lapisan tersebut tersusun dari serabut kolagen (Mulistyarini, 2018).

c. Hipodermis

Hipodermis merupakan susunan dari kumpulan sel-sel adiposit dan

tersusun menjadi lobulus-lobulus yang dibatasi oleh septum dari jaringan ikat

fibrosa. Jaringan hipodermis memiliki berfungsi dalam melindungi tubuh, dan

berperan dalam menyimpan cadangan energi serta melindungi kulit sebagai

bantalan kulit. Lapisan dapat membentuk kontur tubuh seseorang dan

berperan secara kosmetik. Selain itu lemak juga memiliki fungsi sebagai

endokrin yang melakukan komunikasi dengan hipotalamus melalui sekresi

leptin dan dapat mengubah energi di tubuh dan regulasi nafsu makan. Lemak

pada tubuh manusia sekitar 80% terdapat pada subkutis (Mulistyarini, 2018).

2.5 Metode Ekstraksi

Berdasarkan Mukhriani (2014) jenis-jenis metode ekstrasi yang dapat

digunakan adalah sebagai berikut:

a. Maserasi

Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang

sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses

ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi

senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses

ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Kerugian

utama dari metode maserasi ini adalah memakan banyak waktu, pelarut yang

digunakan cukup banyak, dan besar kemungkinan beberapa senyawa hilang.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

25

Selain itu, beberapa senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar.

Namun di sisi lain, metode maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa-

senyawa yang bersifat termolabil (Mukhriani, 2014).

b. Ultrasound - Assisted Solvent Extraction

Merupakan metode maserasi yang dimodifikasi dengan menggunakan

bantuan ultrasound (sinyal dengan frekuensi tinggi, 20 kHz). Wadah yang

berisi serbuk sampel ditempatkan dalam wadah ultrasonic dan ultrasound. Hal

ini dilakukan untuk memberikan tekanan mekanik pada sel hingga

menghasilkan rongga pada sampel. Pelarut akan merusak sel sehingga dapat

menyebabkan peningkatan dalam kelarutan senyawa serta dapat

meningkatkan hasil ekstraksi (Mukhriani, 2014).

c. Perkolasi

Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam sebuah

perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian

bawahnya). Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan

dibiarkan menetes perlahan pada bagian bawah. Kelebihan dari metode ini

adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut baru. Sedangkan kerugiannya

adalah jika sampel dalam perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit

menjangkau seluruh area. Selain itu, metode ini juga membutuhkan banyak

pelarut dan memakan banyak waktu (Mukhriani, 2014).

d. Soxhlet

Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam sarung

selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan di

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

26

atas labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam

labu dan suhu penangas diatur di bawah suhu reflux. Keuntungan dari metode

ini adalah proses ekstraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut

murni hasil kondensasi sehingga tidak membutuhkan banyak pelarut dan

tidak memakan banyak waktu. Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat

termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus-menerus

berada pada titik didih (Mukhriani, 2014).\

e. Reflux dan Destilasi Uap

Pada metode reflux, yaitu sampel dimasukkan ke dalam labu bersama dengan

pelarut kemudian dihubungkan dengan kondensor. Kemudian pelarut

dipanaskan hingga mencapai titik didih. Uap akan terkondensasi dan kembali

ke dalam labu. Destilasi uap memiliki proses yang sama dan biasanya untuk

mengekstraksi minyak esensial (campuran berbagai senyawa menguap).

Selama pemanasan, uap terkondensasi dan destilasi (terpisah sebagai dua

bagian yang tidak saling bercampur) ditampung dalam wadah yang terhubung

dengan kondensor. Kerugian dari kedua metode ini adalah senyawa yang

bersifat termolabil dapat terdegradasi (Mukriani, 2014).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

27

2.6 Tikus Putih (Rattus norvegicus)

2.6.1 Klasifikasi Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Klasifikasi Tikus putih (Rattus norvegicus) menurut Akbar (2010):

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Subordo : Sciurognathi

Famili : Muridae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus

2.6.2 Deskripsi Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Tikus putih (Rattus norvegicus) termasuk kedalam hewan mamalia yang

mempunyai ekor panjang. Tikus ini memiliki tubuh panjang dan kepala yang lebih

sempit. Telinga tikus putih tebal namun pendek dengan rambut halus dan

memiliki mata yang berwarna merah. Ciri yang menonjol pada tikus putih yaitu

berekor panjang. Dengan berat badan tikus jantan pada umur dua belas minggu

dapat mencapai 240 gram, sedangkan tikus betina dapat mencapai berat 200 gram.

Tikus mempunyai lama hidup berkisar antara 4 hingga 5 tahun dengan berat

badan umum Tikus jantan berkisar 267 hingga 500 gram dan betina 225 hingga

325 gram. Galur ini memiliki pertumbuhan yang cepat, temperamen yang baik

dan kemampuan laktasi yang tinggi. Habitat Tikus putih biasanya terdapat pada

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

28

area pertanian, hutan alami maupun buatan, pesisir pantai, dan tempat-tempat

yang lembab (Akbar, 2010).

2.7 Sumber Belajar

2.7.1 Pengertian Sumber Belajar

Sumber belajar dalam jurnal Supriadi (2015) merupakan sesuatu yang dapat

berwujud benda maupun orang yang dapat menunjang kegiatan belajar dan dapat

mencakup semua sumber yang dapat dimanfaatkan oleh tenaga pengajar maupun

siswa agar terjadi perilaku belajar. Pemanfaatan berbagai sumber belajar

merupakan upaya pemecahan masalah belajar. Sedangkan peran teknologi

pendidikan sebagai pemecahan masalah belajar dapat terjadi dalam bentuk sumber

belajar yang dirancang, dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan belajar.

Sumber-sumber belajar tersebut diidentifikasikan sebagai pesan, orang, bahan,

alat, teknik, dan latar.

2.7.2 Kegunaan Sumber Belajar

Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan baik dengan bimbingan tenaga

pengajar maupun dengan usahanya sendiri. Belajar pada dasarnya untuk

memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap di mana saja, kapan saja, dan

dengan apa saja, sebab sumber belajar terdapat di mana saja dan ada bermacam

beragam jenisnya. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh kualitas interaksi peserta

didik dengan sumber belajar. Dengan demikian adanya perbedaan yang sangat

besar yaitu antara peserta didik yang mempunyai intensitas tinggi dalam

memanfaatkan sumber belajar dengan peserta didik yang mempunyai intensitas

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

29

rendah dalam memanfaatkan sumber belajar yang rendah dalam meraih hasil

belajarnya.

2.8 Pengembangan Panduan Praktikum sebagai Sumber Belajar

Berdasarkan jurnal Asmaningrum (2018) menyatakan bahwa panduan

praktikum merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk membantu proses

kegiatan belajar mengajar di laboratorium sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai dan memperkecil risiko kecelakaan. Panduan praktikum termasuk

fasilitas yang diberikan oleh pengajar agar siswa dapat belajar dan bekerja secara

kontinu dan terarah. Peran penting panduan praktikum tersebut yaitu digunakan

untuk mengaktifkan siswa untuk mengembangkan keterampilan melalui kegiatan

yang tersusun dalam panduan praktikum.

Menurut Depdiknas (2008) menyatakan bahwa modul praktikum yang baik

memiliki kriteria Self instructional, self contained, stand alone dan adaptive serta

user friendly. Kriteria tersebut berkaitan erat dengan pemanfaatan modul itu

sendiri. Modul atau panduan praktikum dapat membantu dalam pembelajaran di

kelas kepada peserta didik secara mandiri berbeda dengan bahan ajar lainnya.

Modul yaitu berupa pengajaran yang dilakukan oleh guru kemudian dituangkan

dalam bentuk tulisan. Penerapan praktikum dengan menggunakan modul

praktikum dapat mempengaruhi keterampilan proses sains siswa, keaktifan siswa

dan kognitif siswa (Sufinah, 2013).

Menurut Nurmala (2019), Learning Cycle merupakan model pembelajaran

kooperatif dimana peserta didik sebagai pusat pembelajaran (student centered),

berupa rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasikan sedemikian

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

30

rupa agar peserta didik dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus

dikuasai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif.

Model learning cycle ini mempunyai tujuan yang memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri

dengan terlibat secara aktif mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja

dan berfikir baik secara individu maupun kelompok, sehingga siswa dapat

menguasai kompetensi– kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran

(Fitriyani, 2016).

Pada kegiatan ini hasil penelitian dari tahap I akan dikembangkan menjadi

sebuah produk sumber belajar berupa buku Panduan praktikum dengan

menggunakan Learning Cycle 3E yang dimodifikasi ke dalam penelitian

pengembangan. Model pembelajaran Leaning Cycle 3E adalah pembelajaran yang

dilakukan melalui serangkaian tahap (fase pembelajaran). Model pembelajaran

Learning Cycle 3E terdiri dari tiga fase yaitu, fase eksplorasi (exploration), fase

penjelasan konsep (explanation) dan fase penerapan konsep (elaboration) (Lisma,

Kurniawan, & Sulistri, 2017).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

31

Gambar 2.2 Modifikasi Pengembangan Modul Praktikum Menggunakan

Learning Cycle 3E

a. Eksplorasi

Eksplorasi merupakan fase yang membawa siswa untuk memperoleh

pengetahuan secara langsung yang berhubungan dengan konsep yang akan

dipelajari. Fase ini dapat dilakukan dengan mengobservasi, bertanya, dan

menyelidiki konsep dari bahan-bahan pembelajaran yang telah disediakan

sebelumnya. Pada fase ini perlu diadakan penilaian kebutuhan (need assessment)

dengan melihat hasil penelitian pada tahap I. Pada penelitian tahap I membahas

Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Kastuba (Euphorbia

pulcherrima) terhadap Penyembuhan Luka Sayat Tikus Putih (Rattus norvegicus).

Hasil pada penelitian tahap I ini berkaitan dengan salah satu materi pokok SMA

kelas XI pada bab “Struktur dan Fungsi Sel pada Tumbuhan dan Hewan” SMA

kelas XI KD. 3.4 Menerapkan konsep tentang keterkaitan hubungan antara

struktur sel pada jaringan hewan dengan fungsi organ pada hewan berdasarkan

hasil pengamatan.

1 E (Eksplorasi):

1. Hasil Penelitian

2. Silabus, RPP, dan Kebutuhan

guru/siswa

2 E (Eksplanasi)

1. Studi Pustaka

2. Konsultasi ke pakar/ahli

3 E (Elaborasi)

Pengembangan Produk

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

32

b. Eksplanasi

Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan, dan

mengembangkan konsep yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya. Dalam

kegiatan ini terdapat dorongan untuk menjelaskan konsep yang sudah diperoleh

dengan bahasa sendiri sehingga dapat menentukan istilah-istilah dari konsep yang

dipelajari. Kegiatan tersebut dapat dilaksanakan dengan melakukan studi pustaka

dan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Kemudian setelah melakukan studi

pustaka melanjutkan membuat desain produk buku panduan praktikum yang akan

dikembangkan.

c. Elaborasi

Fase elaborasi bertujuan untuk mengasah pemahaman yang sudah

didapatkan, dan meningkatkan potensi yang ada pada diri siswa. Kegiatan pada

fase ini mengarah pada penerapan-penerapan konsep yang telah dipahami. Hal ini

bertujuan untuk mengubah konsep yang telah dikembangkan menjadi sebuah

produk buku panduan praktikum. Produk tersebut digunakan untuk meningkatkan

pemahaman siswa sehingga siswa dapat membuat hubungan dengan konsep yang

telah dipelajari dan membuatnya lebih mengerti dan paham.

Adapun langkah-langkah pembuatan panduan praktikum pembelajaran

biologi pada materi “Struktur dan Fungsi Sel pada Tumbuhan dan Hewan”

sebagai berikut:

1. Pengerjaan menggunakan aplikasi Mc. Word pada laptop dengan pengaturan

kertas A4, ukuran margin (left 3, top 2, bottom 2, dan right 2)

2. Bagian orientation pilih portrait

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

33

3. Sistematika sesuai kaidah penulisan untuk panduan praktikum sebagai berikut:

Langkah-langkah membuat Buku Panduan Praktikum yakni:

a. Membuat cover buku panduan praktikum.

b. Menyusun tata tertib, kata pengantar dam daftar isi.

c. Menyusun tujuan praktikum.

d. Memasukkan dasar teori yang didapat dari penguatan sumber pustaka pada

tahap eksplanasi.

e. Menyusun alat, bahan serta prosedur yang digunakan dalam praktikum.

f. Mengisi hasil pengamatan dan menarik analisis untuk dikaitkan dengan

materi pembelajaran.

4. Dicetak sesuai kebutuhan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

34

2.9 Kerangka Konsep

Masalah:

Semakin meningkatnya resiko infeksi dari tahun ke tahun di lingkungan masyarakat

akibat infeksi dari luka sayat

Kastuba salah satu tanaman herba yang dimanfaatkan dalam penyembuhan luka

karena memiliki beberapa senyawa antioksidan

Fungsi: sebagai anti

inflamasi yaitu

menyembuhkan rasa

sakit dengan

mengurangi

peradangan atau

pembengkaan

Fase Inflamasi

Penghentian darah

sehingga terjadi hipoksia

dan inflamasi, serta

mempromosikan

pembelahan sel

Fungsi: sebagai faktor

yang diperlukan oleh

fibroblas dalam

mensintesis kolagen.

protein matriks

ekstraseluler yang

berperan dalam fase

penyembuhan jaringan

ikat

Fungsi: dapat

menghambat

hipersekresi cairan

mukosa dan

menetralisir protein

inflamasi, serta

mempercepat proses

epitalisasi

Luka tertutup/sembuh

Flavonoid Saponin Tanin

Fae Poliferasi

Pembentukan jaringan

yang tergranulasi dan

epitelisasi yang

membentuk kolagen

dari sintesis fibroblas

Fase Maturasi

Terjadi setelah fase

poliferasi kemudian

jaringan berkembang

dan penguatan epitel

baru

Senyawa

Peran

Peran

Berkontribusi

Fungsi Fungsi Fungsi

Peran

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kastuba (Euphorbia ...eprints.umm.ac.id › 59936 › 3 › BAB II.pdf · 2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ... dan mengaktifkan

35

2.10 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Ekstrak daun tanaman Kastuba (Euphorbia pulcherrima) dapat

mempercepat proses penyembuhan luka sayat pada Tikus putih (Rattus

norvegicus)

2. Konsentrasi 10% merupakan konsentrasi yang paling efektif pada

pemberian berbagai ekstrak daun Kastuba (Euphorbia pulcherrima)

terhadap kecepatan penyembuhan luka sayat pada Tikus putih (Rattus

norvegicus

3. Hasil penelitian “Pengaruh Pemberian Berbagai Ekstrak Daun Kastuba

(Euphorbia pulcherrima) terhadap Penyembuhan Luka Sayat pada Tikus

Putih (Rattus norvegicus)” dikembangkan sebagai sumber belajar biologi

dalam bentuk panduan praktikum agar memudahkan siswa untuk

memahami materi “Struktur dan Fungsi Sel pada Tumbuhan dan Hewan”

SMA kelas XI KD. 3.4 Menerapkan konsep tentang keterkaitan

hubungan antara struktur sel pada jaringan hewan dengan fungsi organ

pada hewan berdasarkan hasil pengamatan.