bab ii tinjauan pustaka 1. - unimar amni

34
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Penumpukan Menumpuk (kan): menaruh; bersusun; menimbun(-nimbun) meonggokkan. (W.J.S Poerwadarminta, 1984) Penumpukkan/stacking adalah pekerjaan menyusun container di container yard (CY)/ lapangan penumpukan atau tempat penumpukan Menurut peneliti, penumpukan merupakan proses, cara, perbuatan menumpuk. Penumpukan petikemas adalah proses/ cara menumpuk petikemas dengan stacking container” dalam waktu yang telah ditentukan untuk mencapai target. 2. Lapangan Penumpukan (CY/Container Yard) CY adalah lapangan yang digunakan untuk menumpuk ( stacking) container yang dimuat di kapal atau dibongkar dari kapal baik full maupun empty. Untuk bongkaran container empty biasanya langsung dipindahkan oleh pemilik container ke depo container, karena menghindari biaya penimbunan di CY yang cukup tinggi dan progresif. Untuk melayani reefer container (pendingin), di CY harus dilengkapi dengan flag untuk penyambungan aliran listrik. Adapun pengertian lain CY atau yang biasa disebut lapangan penumpukan merupakan suatu tempat untuk penyimpanan sementara petikemas sebelum dimuat maupun yang sudah dibongkar atau menimbun dan meletakan petikemas di lapangan secara teratur. Pada CY ini terdapat system cara pengaturan peti kemas atau yang biasa diistilahkan Access Liability terhadap lapangan penumpukan. Pada lapangan penumpukan ini terdapat begitu

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Penumpukan

Menumpuk (kan): menaruh; bersusun; menimbun(-nimbun)

meonggokkan. (W.J.S Poerwadarminta, 1984)

Penumpukkan/stacking adalah pekerjaan menyusun container di

container yard (CY)/ lapangan penumpukan atau tempat penumpukan

Menurut peneliti, penumpukan merupakan proses, cara, perbuatan

menumpuk. Penumpukan petikemas adalah proses/ cara menumpuk

petikemas dengan “stacking container” dalam waktu yang telah

ditentukan untuk mencapai target.

2. Lapangan Penumpukan (CY/Container Yard)

CY adalah lapangan yang digunakan untuk menumpuk (stacking)

container yang dimuat di kapal atau dibongkar dari kapal baik full

maupun empty. Untuk bongkaran container empty biasanya langsung

dipindahkan oleh pemilik container ke depo container, karena

menghindari biaya penimbunan di CY yang cukup tinggi dan progresif.

Untuk melayani reefer container (pendingin), di CY harus dilengkapi

dengan flag untuk penyambungan aliran listrik. Adapun pengertian lain

CY atau yang biasa disebut lapangan penumpukan merupakan suatu

tempat untuk penyimpanan sementara petikemas sebelum dimuat

maupun yang sudah dibongkar atau menimbun dan meletakan petikemas

di lapangan secara teratur. Pada CY ini terdapat system cara pengaturan

peti kemas atau yang biasa diistilahkan Access Liability terhadap

lapangan penumpukan. Pada lapangan penumpukan ini terdapat begitu

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

7

banyak tipe dan jenis petikemas serta memiliki kapasitas daya tampung

yang berbeda-beda.

Lapangan penumpukan pada terminal container biasanya terbagi

menjadi dua bagian yaitu:

a. Lapangan penumpukan petikemas untuk muatan ekspor (pemuatan

ke kapal)

b. Lapangan Penumpukan petikemas untuk muatan

impor(pembongkaran dari kapal)

(Banu Santoso, 1988:106)

3. Penanganan Muatan di Lapangan Penumpukan (CY)

Untuk memudahkan penempatan dan pengambilan petikemas di

lapangan penumpukkan, area lapangan penumpukkan diterapkan

Blocksystem. Block di sini dimaksudkan bahwa area lapangan

penumpukkan dibagi menjadi beberapa block dan setiap block diberi

nama sesuai urutan alphabetis (A,B,C dan seterusnya) setiap block

dibagi lagi menjadi beberapa slot.

a. Slot adalah barisan memanjang dari lapangan penumpukan pada

suatu block yang diberi nomor urut yang dimulai 01, 02, 03 dan

seterusnya, setiap slot dibagi menjadi beberapa row.

b. Row adalah barisan melintang dari slot yang di beri nomor urut 1, 2,

3 dan seterusnya, jumlah row tergantung jenis alat yang digunakan.

c. Tier adalah susunan petikemas yang dimulai dari bawah (grand slot)

lapangan penumpukan dimulai dari 1, 2 ,3 dan seterusnya,

tergantung alat yang digunakan.

1. Adapun Istilah – istilah di Area Kerja CY :

a. Gate in adalah letak pintu masuknya kendaraan menuju

area kerja.

b. Gate out adalah letak pintu keluarnya kendaraan menuju

area kerja.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

8

c. Block adalah bagian dari container yard yang

dibatasi/dibagi untuk memudahkan pengaturan tata letak

container.

d. Line RTG (Rubber Tyred Gantry) adalah tempat/jalur batas

roda RTG bergerak/gantry.

e. Line truck adalah tempat/jalur arah truck berjalan.

2. Perhitungan – perhitungan di Lapangan Penumpukan (CY) :

a. TGS (Total Ground Slot), merupakan jumlah/total

keseluruhan petikemas (TEUs) pada tier terbawah (tier 1).

b. Kapasitas per-block, merupakan daya tampung maksimal

untuk petikemas (TEUs) di block CY.

c. Kapasitas (capacity), merupakan daya tampung untuk

petikemas yang menyinggahi CY dalam periode tertentu

berdasarkan dwelling time.

Keterangan

Dwelling time atau jumlah hari petikemas tersimpan di lapangan

penumpukan.

a. Troughput, merupakan jumlah petikemas yang menyinggahi CY.

TGS = Slot X Row

TGS = Slot x Row

Kapasitas per Block = TGS X Tier

Capacity = TGS X Jumlah hari dalam 1 bulan

Dwelling Time X Tier

Troughput = Produksi Bongkar + Produksi Muat

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

9

b. YOR (Yard Occupancy Ratio)/tingkat penggunaan lapangan

penumpukan merupakan perbandingan antara jumlah penggunaan

ruang penumpukan dengan ruang penumpukan yang tersedia (siap

operasi) yang dihitung dalam satuan ton/hari atau M3 hari

(Keputusan Dirjen Perhubungan Laut Nomor

UM.002/38/18/DJPL-11 tanggal 15 Desember 2011).

3. Hal – Hal yang Berpengaruh pada penggunaan CY

a. Slot Booking, merupakan pemesanan slot yang tersedia di CY

untuk stack container.

b. Yard Planning, merupakan perencanaan lapangan untuk semua

kegiatan di lapangan/CY atau merencanakan jadwal layanan

penanganan petikemas.

c. Open stack, merupakan suatu kegiatan waktu dibukanya

penerimaan container untuk di-stack di CY untuk dimuat ke

atas kapal berdasarkan tujuan dan biasanya sebelum 5 hari

kedatangan kapal (tergantung dari terminal petikemas itu

sendiri)

d. Yard allocation, merupakan dokumen sebuah gambaran

lapangan/CY yang berisikan block dan slot yang sudah di

booking/di jadwalkan untuk muatan kapal yang akan sandar.

e. Jadwal windows, merupakan jadwal kapal yang akan sandar di

dermaga dan jumlah kegiatan yang dilakukan kapal (bongkar

muat) dalam periode waktu (1 bulan) dan biasanya dirapatkan

(meeting) pada akhir bulan.

f. Closing time, merupakan waktu yang ditentukan sebagai batas

akhir penerimaan petikemas ekspor/muatan di lapangan

YOR = produksi TEUs

Capacity Teus X 100%

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

10

penumpukan Terminal Petikemas. Closing time digunakan

untuk efisiensi area penumpukan agar tidak mengganggu

proses perencanaa dan operasi.

4. Penentuan Alokasi Petikemas di CY

Penentuan alokasi petikemas di CY harus memperhitungkan

faktor-faktor yang mempengaruhi peletakan suatu petikemas,

antara lain:

a. Dimensi ukuran petikemas dalam (TEUs).

b. Jenis petikemas.

c. Muatan khusus/muatan berbahaya.

d. Berat petikemas

e. Tujuan pengiriman

f. Jadwal kapal pengangkut (closing time)

Dengan adanya faktor-faktor tersebut, petikemas tidak bisa

diletakkan begitu saja, namun juga membutuhkan perhitungan agar

tidak terjadi perpindahan petikemas yang sia-sia atau merugikan

(shifting) dan penempatan alokasi petikemas harus berupaya

mengoptimalkan penggunaan container yard.

5. Cara Tata Letak Container sesuai azas-azas penumpukan

Untuk mencapai penataan petikemas yang sesuai dan

sedekimian rupa, perlu suatu pengoptimalan CY dengan cara tata

letak container sesuai dengan azas berat, sedang, dan ringan.

Rinciannya sebagai berikut:

a. Untuk container 20ft:

1. Row 1 dan 2 untuk berat (24-30 ton).

2. Row 3 dan 4 untuk sedang (13-23 ton).

3. Row 5 dan 6 untuk ringan (empty – 15 ton).

b. Untuk container 40ft:

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

11

1. Row 1 dan 2 untuk berat (23-32 ton).

2. Row 3 dan 4 untuk sedang (16-22 ton).

3. Row 5 dan 6 untuk ringan (empty – 15 ton).

4. Container

a. Pengertian Container

Sesuai International Convention For Save Container (ICSC) dan

International Standart Organization (ISO). Container adalah sebuah

peti besar yang terbuat dari logam seperti alumunium atau logam

lainnya, serta memiliki pintu yang dapat dikunci dari luar.

Selain dua pengertian diatas sesuai dengan custom convention

on container 1972, Container adalah alat untuk mengangkut barang

dengan syarat:

1. Seluruhnya atau sebagian tertutup sehingga berbentuk peti atau

kerat dan dimaksudkan untuk diisi barang yang akan diangkut.

2. Berbentuk permanen dan kokoh sehingga dapat di pakai

berulangkali untuk pengangkutan barang.

3. Dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan

pengangkutan barang dengan suatu kendaraan tanpa terlebih

dahulu di bongkar kembali.

4. Langsung dapat diangkut khususnya pemindahan dari

kendaraan satu ke kendaraan lain.

5. Mudah diisi dan di kosongkan

6. Mempunyai isi (bagian dalam) minimal 1 m3

b. Sejarah Perkembangan Container

Sistem angkutan container di perkenalkan dan dimulai pada

tahun 1920 yaitu pengangkutan container dengan kereta api oleh

The New York Central Railway.

Pada tahun 1921 karena hasilnya sangat baik dikembangkan lagi

di kereta api Eropa. Setelah perang dunia kedua, di kembangkan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

12

juga Peggy Back System dalam angkutan container – container di

pasang di atas chasis dan di angkut dengan kereta api dan jalan

raya (truck/trailer).

Pada tahun seribu sembilan ratus lima puluhan, dikembangkan

lagi suatu rencana yang berkaitan dengan peggy back system

dengan system angkutan laut. Pada tahun 1956 diadakan percobaan

pertama pengangkutan container diatas chasis/trailer antara kereta

api/jalan raya dengan sistem angkutan laut dengan kapal - kapal

roll on – roll off. Dengan berhasilnya integrasi angkutan container

antara kereta api, jalan raya dan angkutan laut, di kembangkan pula

otomatisasi dalam pelayanan container yaitu dengan di

kembangkannya alat-alat mekanik khusus dalam handling

container .

Pada mulanya ukuran container belum ada standart dan masih

disesuaikan dengan alat – alat serta kapal – kapal yang mereka

miliki sendiri, tetapi mengingat container harus disesuaikan dengan

berbagai alat angkutan melalui darat, laut dan kereta api dan kapal

pedalaman, maka kemudian para maskapai pelayaran sepakat

merumuskan International Standart Organization (ISO),

sedangkan untuk kapal-kapal container sendiri muncul dengan

modifikasi / perombakan dari kapal – kapal konvensional.

Di Indonesia yang pertama kali mengoperasikan kapal

container adalah PT. Djakarta Loyd pada tahun 1975 yang

kemudian di ikuti oleh perusahaan lainnya.

c. Ukuran Container

Agar pengoperasian container berjalan dengan baik, maka

semua pihak yang terlibat harus menyetujui agar ukuran dari

ukuran container harus sama dan sejenis serta mudah diangkut.

Ukuran container dibedakan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

13

Berikut adalah penjelasan mengenai tipe dan ukuran container

yang bahwa dimensi container bisa bervariasi pada masing-masing

seri container, meski tidak terlalu signifika.

1. Dry container

Terdapat ukuran dan model/jenis container dry:

a. 20’ dengan payload (bisa memuat) sampai 28.3 metrik ton.

Tapi perlu diingat standar yang diperoleh pengelola

pelabuhan tidak sama masing-masing Negara. Untuk di

Indonesia, rata-rata untuk pengiriman internasional hanya

diperbolehakan sampai maksimum 20 ton, demikian juga di

wilayah sebagian besar Asia. Sedangkan di chili dan

sebagian besar Negara Amerika tengah maksimum 18 ton.

b. 40’- baik yang standart 8’6? Dan mampu 9’6? High Cube

dengan payload sampai 30.4 metrik ton. Batas muatan yang

diperbolehkan biasanya sampai 27-28 ton. Kalau di

wilayah Amerika Serikat malah hanya 25 ton.

c. 45’- dengan ukuran 9’6? High Cube dengan total kapasitas

86m3.

2. Reefer

Sedangkan untuk barang-barang perishable yang

membutuhkan perlakuan khusus misalnya ikan, sayur, buah

baik segar maupun beku, kita bisa menggunakan container

reefer yang dilengkapi dengan mesin pendingin yang bisa

kita atur suhu container sesuai kebutuhan. Detail

penanganan perishable cargo akan dijelaskan pada

kesempatan yang lain. Sehingga kualitas dan daya tahan

cargo tetap terjaga sampai diterima buyer dinegara tujuan.

3. Special Equipment Container

Untuk cargo-cargo khusus baik dimensi maupun beratnya

melebihi batas maksimal penggunaan container biasa,

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

14

terdapat container khusus yang disediakan untuk barang-

barang tersebut.

a. Flat rack dan artificial Tween Decks (ATD) baik 20’

dan 40’, yaitu container yang tidak memiliki dinding

atau atap permanen atau dinding proses pemuatan

barang dari atas maupun samping container, biasanya

b. Open top container, 20’dan 40’ yang atapnya bisa

terbuka atau ditutup dengan terpal.

d. Tanda Pengenal Container

Tanda pengenal container/ marking code dinyatakan dalam huruf

dan angka:

Kode Pemilik (owner code) : 4 huruf

Nomor Seri (serial code) : 6 angka

Nomor Periksa (check number) : 1 angka

Contoh : SPNU 281307-8

(Banu Santoso, 1998:103)

e. Jenis-jenis Container

1. General Cargo

General cargo adalah petikemas yang dipakai untuk

mengangkut muatan umum (general cargo)

2. Open Side Container

Open Side Container adalah container yang sampingnya

dapat dibuka untuk memasukkan dan mengeluarkan barang.

3. Open Top Container

Open Top Container yang bagian atasnya dapat di buka agar

barang dapat dimasukkan atau dikeluarkan lewat atas.

Contoh: alat berat (reach stacker)

4. Fentilated Container

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

15

Fentilated Container adalah container yang memiliki

ventilasi agar terjadi sirkulasi udara dalam container yang

diperlukan untuk muatan tertentu, khususnya muatan yang

mengandung kadar air tinggi.

5. Pen/livestock Container

Pen/livestock Container adalah container yang digunakan

untuk pengiriman binatang.

6. Car Container adalah container yang digunakan untuk

pengiriman barang yang tahan tanpa dinding.

7. Flat Rack Container (container tanpa dinding)

Flat rack container adalah container yang digunakan untuk

pengiriman barang yang tahan tanpa dinding.

8. Reefer Container

Reefer Container adalah container yang dilengkapi dengan

mesin pendingin untuk mendinginkan udara dalam container

dengan suhu yang diperlukan, suapaya muatan tidak mudah

busuk.

f. Status Petikemas (container)

Petikemas dari suatu Negara ke Negara lain, dalam

pengangkutann mempunyai 2 status (Capt. R. P. Suyono,

2003:188),yaitu:

1. Full Container Load (FCL)

Ciri-cirinya adalah:

a. Berisi muatan dari satu shipper dan dikirim untuk

satu consignee.

b. Petikemas diisi oleh shipper dan petikemas yang

sudah diisi diserahkan di container yard (CY)

pelabuhan muat.

c. Di pelabuhan bongkar, petikemas diambil oleh

consignee di CY dan distripping oleh consignee.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

16

d. Perusahaan pelayaran tidak bertanggug jawab

atas kerusakan dan kehilangan barang yang

terdapat dalam petikemas.

2. Less than Container Load (LCL)

Ciri-cirinya adalah :

a. Petikemas berisi muatan dari beberapa shipper

dan dikirim ke beberapa consignee.

b. Muatan diterima dalam keadaan breakbull dan

diisi di Container Freight Stasion (CFS) oleh

perusahaan pelayaran dan diserahkan kebeberapa

dalam keadaan breakbull.

c. Perusahaan pelayaran bertanggung jawab atas

kerusakan dan kehilangan barang yang diangkut

dalam petikemas.

g. Keuntungan dan kelemahan system container(R.P.

Suyono,2007:282)

1. Keuntungan

a. Resiko kehilangan dan kerusakan lebih kecil.

b. Karena resiko yang lebih kecil, maka premi

asuransi relatif lebih kecil.

c. Waktu yang dibutuhkan untuk bongkar/muat lebih

cepat.

d. Biaya penumpukan lebih kecil.

e. Bill of lading lebih cepat diterima

f. mendapat pengurangan biaya pengapalan karena

biaya pelabuhan lebih kecil

g. biaya pengepakan lebih murah

h. kunjungan kapal container lebih teratur dan lebih

terpecaya karena tepatnya time schedule kapal.

i. Mengurangi mata rantai dalam angkutan atau

perpindahan barang dari pengirim dan penerima.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

17

j. Biaya keseluruhan tiap ton lebih rendah daripada

diangkut dengan kapal konvensional.

2. Kelemahan

a. Perubahan Conventional System menjadi

container system membutuhkan modal yang besar.

b. Tidak semua pelabuhan dapat melayani

kontainerisasi

c. Tidak semua barang dapat di containerkan

d. Penggunaan buruh lebih sedikit berarti adanya

ancaman pengangguran

5. Prosedur Bongkar Muat

Dalam bukunya (R.P. Suyono, 2007: 349) prosedur bongkar muat di

mulai dari mempersiapkan dokumen – dokumen bongkar/muat yaitu:

1. Dokumen – dokumen muat barang

a. Bill Of Lading yang di sebut juga konosemen. Bagi pengangkut

merupakan kontrak pengangkutan sekaligus sebagai bukti tanda

terima barang.

b. Cargo List adalah daftar semua muatan yang di muat dalam kapal,

cargo list di buat oleh perusahaan pelayaran atau agennya di

serahkan kepada semua pihak yang terkait dengan pemuatan, yaitu

kapal, stevedore, gudang dan pihak-pihak lainnya.

c. Tally Muat yaitu untuk semua barang yang dimuat kedalam kapal

dicatat ke dalam tally sheet, tally sheet juga dibuat untuk mencatat

semua barang yang di bongkar. Tally sheet selain ditandatangani

oleh petugas yang mencatat juga harus discountersigned oleh

petugas kapal mungkin ada ketidaksesuaian (dispute) dari muatan

yang ada.

d. Mate ‘s Receipt adalah tanda terima barang yang akan di muat ke

dalam kapal. Mate’s receipt dibuat oleh agen pelayaran dan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

18

ditandatangani oleh mualim kapal, jumlah koli dan kondisi barang

disesuaikan dengan data yang ada pada mate’s receipt.

e. Stowage plan adalah gambaran tata letak dan susunan semua

barang yang telah di muat ke dalam kapal. Untuk kapal peti kemas

stowage plan di sebut bay plan, stowage plan di buat oleh petugas

kapal/petugas tally sedangkan bay plan oleh ship planner.

2. Dokumen – dokumen bongkar barang

a. Landing Order adalah dokumen pemberitahuan dari agen

pelayaran kepada kapal tentang adanya perubahan pelabuhan

bongkar suatu partai barang dengan menyebutkan pelabuhan

bongkar sebelumnya dan pelabuhan bongkar tujuan.

b. Tally Bongkar adalah catatan jumlah colli dan kondisinya terhadap

barang yang dibongkar, tally sheet harus discountersign oleh

nahkoda/mualim yang berwenang.

c. Outturn Report adalah daftar dari semua barang dengan mencatat

jumlah colli dan kondisinya barang itu pada waktu di bongkar.

Barang yang kurang jumlahnya/rusak di beri tanda remark pada

outturn report.

d. Damaged Cargo List yaitu khusus untuk barang mengalami

kerusakan dibuat daftar sendiri berupa damaged cargo list.

e. Cargo Manifest adalah keterangan rincian mengenai barang –

barang diangkut oleh kapal, jadi ini adalah daftar barang di bill of

lading dari barang yang diangkut kapal dan di jabarkan secara

rinci. Lajur-lajur dalam cargo manifest adalah nomor urut, nomor

B/L, nama pengirim , nama dan alamat penerima, jumlah colli

dalam angka, keterangan mengenai barang patokan berat/ukuran

yang dikenakan tambang, jumlah berat barang,tarif satuan barang,

lajur kosong untuk catatan seperlunya, jumlah freight yang di bayar

menurut tiap B/L, jumlah OPP/OPT, lajur biaya tata usaha,lajur

jumlah keseluruhan yang dikenakan pada tiap B/L,lajur keterangan.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

19

f. Special Cargo List adalah daftar dari semua barang khusus yang di

muat oleh kapal, misalnya barang berbahaya, barang berharga,

termasuk barang berat dan barang-barang yang membutuhkan

pengawasan khusus termasuk refrigerated cargo.

g. Dangerous Cargo adalah daftar muatan berbahaya baik yang

ditetapkan oleh IMO ataupun yang di tetapkan oleh pejabat yang

berwenang di pelabuhan.

h. Hatch List adalah rincian dari muatan yang ada pada tiap-tiap

palka, yang dibuat oleh pihak kapal.

i. Parcel List adalah barang kiriman yang bukan merupakan barang

dagangan yang dikirim melalui kapal laut sebagai barang titipan,

misalnya personal effect, maka barang tersebut di daftar dalam

suatu daftar yang di sebut dengan parcel list.

Setelah dokumen yang dibutuhkan dalam melaksanakan bongkar/muat

petikemas telah selesai kemudian mempersiapkan alat-alat mekanisme

bongkar/muat petikemas, adapun alat-alat bongkar muat petikemas

diantaranya:

a. Gantry Crane/Port Crane adalah crane untuk membongkar container

dari kapal keatas chasis di sisi lambung kapal atau sebaliknya dari

chasis di sisi lambung kapal ke atas kapal.

b. Transtainer adalah crane untuk menurunkan / menaikkan (lift on /lift

off) dari /ke chasis di CY/CFS.

c. Top Leader adalah alat untuk menaikkan/menurunkan container dari /

ke chasis di CFS dan CY.

d. Fork Lift adalah alat untuk stuffing / stripping di CFS biasa juga

digunakan untuk lift on/ lift off container kosong di CFS.

e. Trayler (chasis) adalah terdiri dari chasis dan head truck untuk kegiatan

haulage dan trucking container.

f. Spreader adalah alat bantu yang di pasang pada crane, top loader, super

stacker, untuk menghandle container.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

20

Menurut (Banu Santoso, 2003: 112) dalam bukunya , gerakan –

gerakan container sebagai berikut:

a. Stevedoring adalah gerakan container dari palka keatas chasis diatas

dermaga dengan menggunakan gantry crane/port crane/ship crane atau

kegiatan sebaliknya.

b. Haulage adalah kegiatan container dari lambung kapal ke CY atau ke

Container Freight Station (CFS) dengan mengguanakan chasis dan

head truck/trailer atau kegiatan sebaliknya.

c. Lift On adalah gerakkan menaikkan container ke atas chasis dengan

menggunakan transtainer / top loader/ super stacker/ forklift / crane.

Kegiatan ini dikerjakan di CY atau dilapangan CFS.

d. Lift Off adalah gerakkan menurunkan container dari chasis dengn

menggunakan transtainer / top loader / super stacker/ forklift/ crane.

Kegiatan ini dikerjakan di CY atau dilapangan CFS.

e. Stripping adalah kegiatan mengosongkan atau mengeluarkan isi

container dengan menggunakan tenaga buruh atau alat forklift.

f. Stuffing adalah kegiatan mengisi atau memasukan barang kedalam

container dengan mengguanakan tenaga buruh atau alat forklift.

g. Angsur adalah gerakan memindahkan container di lapangan CFS

dengan tidak menggunakan trailer, kegiatan angsur terjadi pada

container CFS.

h. Relokasi adalah gerakan memindahkan container dalam suatu lapangan

CY. Kegiatan relokasi adalah kegiatan yang terpaksa dilakukan untuk

efisiensi lapangan, yang disebabkan karena pemilik barang tidak

mengeluarkan containernya pada waktu yang telah ditentukan dalam

dokumen. Untuk tidak memberatkan pemilik barang,kegiatan ini

dilakukan dengan tidak menggunakan trailer.

i. Lashing adalah merupakan bagian dari kegiatan stevedoring,

dikerjakan setelah semua container dimuat diatas kapal, agar

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

21

kedudukan satu dengan yang lainnya tidak bergerak, maka harus di

lashing.

6. Instansi – Instansi Terkait

Berdasarkan peraturan pemerintah No. 70 tahun 1996 tentang

kepelabuhan menyebutkan bahwa pelaksanaan kegiatan di pelabuhan

umumnya terdiri dari instansi pemerintah, penyelenggaraan pelabuhan dan

hokum Indonesia yang menyebutkan pelayanan jasa kepelabuhan

berkaitan dengan lalu lintas kapal penumpang dan barang.

Secara umum instansi-instansi pemerintah,penyelenggara pelabuhan

badan hukum Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Administrator Pelabuhan adalah kepala unit organic di lingkungan

department perhungan, melaksanakan tugas kepelabuhan dan

mengkoordinasikan instansi pemerintah lainnya,unit kerja dan BUMN

untuk kelancaran tugas kepelabuhanan yang diusahakan oleh badan

usaha pelabuhan.

2. Bea dan Cukai adalah instansi pemerintah yang melaksanakan fungsi

pembinaaan, pengaturan, dan pengawasan lalu lintas barang melalui

pelabuhan serta pengamanan keuangan Negara.

3. Syahbandar adalah badan yang melaksanakan port clearance, yaitu

pemeriksaan surat-surat kapal. Agar kapal dapat keluar masuk

pelabuhan. Syahbandar adalah penggerak hokum dalam ketertiban

Bandar dan pengawasan keselamatan pelayaran.

4. Imigrasi adalah badan yang berada dibawah departemen kehakiman.

Di pelabuhan, instansi ini mempunyai tugas untuk: mengawasi keluar

masuknya orang sesuai dari ketentuan keimigrasi,memeriksa awak

kapal atau penumpang asing apakah sudah memenuhi ketentuan dan

memberikan imigration clearance.

5. Dinas karantina dan Dinas kesehatan

Sesuai dengan KM 26/1998, dinas karantina disatukan dengan dinas

kesehatan. Adapun tugas dinas karantina di pelabuhan adalah

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

22

a) Melakukan pelayanan kesehatan

b) Memeriksa dan meneliti buku kesehatan, deratting certificate,

daftar awak kapal dan penumpang.

c) Memberikan health certificate dan healt clearance

d) Mengawasi tumbuh-tumbuhan dan hewan yang dibawa keluar

masuk pelabuhan melalui kapal.

e) Bila perlu melakukan karantina.

6. Dinas kesehatan di pelabuhan merupakan instansi yang berada di

bawah departemen kesehatan. Dinas kesehatan pelabuhan memiliki

tugas untuk:

a) Melakukan pelayanan kesehatan

b) Meneliti dan memeriksa buku kesehatan, deratting certificate

(sertifiast bebas tikus) daftar awak kapal dan penumpang.

c) Memberikan healt certificate dan healt cleareance

7. PT. Pelindo adalah BUMN yang diberi wewenang untuk

menyelenggarakan pengusahaan pelabuhan.

8. Perusahaan Pelayaran adalah perusahaan yang bergerak di bidang

penyelenggaraan angkutan laut dengan mempergunakan kapal sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

9. Bank Devisa adalah instansi pemerintahan maupun swasta yang

memiliki peranan penting dalam kelancaran arus transaksi ekspor-

impor.

10. Perusahaan Bongkar Muat adalah perusahaan yang bergerak dalam

kegiatan bongkar muat barang/petikemas dari/ke kapal.

11. Perusahaan Angkutan darat/trucking adalah perusahaan yang

menawarkan jasa pekerjaan di bidang angkutan darat.

12. Perusahaan Depo Container adalah perusahaan yang bergerak di

bidang penyediaan lapangan container kosong, bisa terletak dalam

pelabuhan.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

23

2.2. Gambaran Umum Obyek Penulisan

A. Sejarah PT. Nilam Port Terminal Indonesia

PT. NPTI (Nilam Port Terminal Indonesia) adalah perusahaan dalam

bidang penyediaan dan pelayanan jasa operator terminal bongkar muat

barang dan petikemas pelabuhan yang merupakan perusahaan

konsorsium 6 perusahaan,yaitu:

1) PT. PBM Mitra Pasifik

2) PT. PBM Darma Lautan Nusantara

3) PT. PBM Toleran Permai

4) PT. PBM Siantan Windu

5) PT. PBM Mentari Jaya Sentratama

6) PT. PBM Benteng Jaya Stevedoring

Untuk saat ini PT. Nilam Port Terminal Indonesia menjalin

kerjasama dengan PT. Pelabuhan Indonesia III (PELINDO III), Untuk

mengoperasikan pelabuhan petikemas multipurpose (Serba guna) yang

dioperasikan menggunakan alat bantu 3 unit container crane (CC) ,5

unit Rubber Tyred Gantry (RTG), 30 Unit Headtruck /trailer,12 unit

headtruck dan trailer untuk kegiatan di dalam lapangan penumpukan

dengan lahan dermaga 320 meter dan lapangan penumpukan seluas 4

hektar dan didukung 18 Unit headtruck dan trailer relokasi depo

(REPO) untuk kegiatan TL container bongkar dan pelayanan depo.

PT. Nilam Port Terminal Indonesia didirikan berdasarkan Akte

Notaris Tri Avianti Merpatiningsih, SH No.13 tanggal 09 juli 2008 dan

disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM Indonesia.

Sesuai dengan akte didirikannya PT. Nilam Port Terminal Indonesia,

maksud dari perusahaan ini adalah untuk menyelenggarakan usaha

dibidang penyediaan dan pelayanan jasa operator terminal bongkar

muat barang dan petikemas serta segala kegiatan mengenai

kepelabuhan.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

24

1. Tujuan PT. Nilam Port Terminal Indonesia

Adapun tujuan dari perusahaan ini adalah sebagai berikut :

a) Mengusahakan penyediaan dan pelayanan jasa kepelabuhan

dan jasa terkait dengan kepelabuhan serta usaha jasa terkait

dengan angkutan perairan.

b) Mengusahakan penyediaan dan pelayanan jasa operator

terminal bongkar muat barang dan petikemas di pelabuhan.

2. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut PT. Nilam Port

Terminal Indonesia melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut:

a) Menyelenggarakan usaha dibidang penyediaan dan pelayanan

jasa dermaga untuk bertambat kapal.

b) Menyelenggarakan usaha dibidang penyediaan dan pelayanan

jasa terminal bongkar muat curah cair dan curah kering.

c) Menyelenggarakan usaha dibidang penyediaan dan pelayanan

jasa distribusi dan konsilidasi barang.

d) Menyelenggarakan usaha dibidang penyediaan dan pelayanan

jasa bongkar muat barang dan petikemas meliputi

stevedoring,receiving/delivery,haulage,trucking,stuffing/strippi

ng,stacking dan jasa handling lainnya.

e) Menyelenggarakan usaha dibidang penyediaan dan pelayanan

jasa peralatan bongkar muat untuk semua jenis barang dan

petikemas serta peralatan pelabuhan.

f) Menyelenggarakan usaha dibidang penyediaan dan pelayanan

jasa dermaga untuk pelaksanaan kegiatan bongkar muat barang

dan petikemas

g) Menyelenggarakan usaha dibidang penyediaan dan pelayanan

jasa pengangkutan barang dan petikemas.

h) Menyelenggarakan usaha dibidang pelayanan jasa yang terkait

dengan kepelabuhan yang meliputi kegiatan usaha yang

menunjang kelancaran operasional pelabuhan antara lain

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

25

perkantoran, pelayanan bunker , tempat tunggu kendaraan

bermotor.

i) Menyelenggarakan usaha dibidang penyediaan dan pelayanan

jasa gudang dan tempat penimbunan barang dan petikemas.

j) Menyelenggarakan usaha dibidang penyediaan dan pelayanan

jasa penyaluran dan pengisian bahan bakar minyak (BBM) dan

air bersih.

B. Visi dan Misi PT. Nilam Port Terminal Indonesia Surabaya

1. Visi

Menjadi suatu perusahaan yang mampu memberikan pelayanan dan

kepuasan pelanggan dibidang jasa operator terminal bongkar muat

petikemas di Indonesia.

2. Misi

a) Menyediakan jasa pelayanan kepelabuhan yang berkualitas

sehingga memenuhi harapan pelanggan dan akan ikut serta dalam

meningkatkan kegiatan perdagangan di Indonesia.

b) Menjalankan proses bisnis yang efisien dan efektif dengan

memperhatikan K3L (Keselamatan,Kesehatan Kerja dan

Lingkungan).

c) Memberikan nilai tambah kepada para stakeholder.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

26

C. Struktur Organisasi

Gambar: 1

STRUKTUR ORGANISASI

PT. NILAM PORT TERMINAL INDONESIA

Sumber : Human Resource Development PT. NPTI Tahun 2016

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

27

D. Tugas dan Wewenang Masing-Masing Bagian

Dalam melakukan usahanya, PT. Nilam Port Terminal Indonesia dibagi

menjadi beberapa devisi yaitu:

1. General Manager

General manager adalah manajer yang memiliki tanggung jawab

kepada seluruh bagian/fungsional pada suatu perusahaan atau

organisasi.

General manager memimpin beberapa unit di bidang fungsi

pekerjaan yang mengepalai beberapa atau seluruh manager

fungsional. General manager bertugas mengambil keputusan dan

tanggung jawab atas tercapainya tujuan perusahaan serta sebagai

pengendali seluruh tugas dan fungsi-fungsi dalam perusahaan.

Tugas dan wewenang general manager adalah menetapkan

kebijakan perusahaan dengan menentukan rencana dan tujuan

perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang,

mengkoordinasi dan mengawasi seluruh aktivitas yang dilaksanakan

dalam perusahaan, membantu menyusun peraturan intern perusahaan

yang tidak bertentangan dengan kebijakan perusahaan, memperbaiki

dan menyempurnakan segi penataan agar tujuan organisasi dapat

tercapai dengan efektif dan efisien, menjadi perantara dalam

mengkomunikasikan ide, gagasan , dan strategi antara pimpinan dan

staff,serta membimbing bawahan dan mendelegasikan tugas-tugas

yang dapat dikerjakan oleh bawahan secara jelas.

2. Divisi HRD (Human Resource of Development) & GA (General

Affair Supervisor)

a. HRD (Human Resource of Development)

Bertanggung jawab di dalam pengelolaan dan pengembangan

Sumber Daya Manusia , yaitu dalam hal perencanaan,

pelaksanaan dan pengawasan kegiatan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

28

1. sumber daya manusia termasuk pengembangan kualitasnya

dengan berpedoman pada kebijaksanaan dan prosedur yang

berlaku di perusahaan.

2. Bertanggung jawab pada hal-hal yang berkaitan dengan

kegiatan –kegiatan pembinaan goverment & industrial serta

mempunyai kewajiban menjaga &memelihara citra

perusahaan.

Sedangkan uraian tugas dari HRD (Human Resource Development)

Manager adalah sebagai berikut:

1. Memasang iklan lowongan kerja, melakukan sortir lamaran,

melakukan tes psikologi dan interview awal untuk calon

karyawan yang sesuai

2. Merekomendasikan kandidat berdasarkan hasil tes psikologi

dan interview awal, serta mengatur jadwal interview lanjutan

(user,hd,presdir) agar proses rekruitmen berjalan dengan baik

sesuai dengan rencana

3. Menyiapkan perjanjian kerja dan kontrak kerja karyawan, serta

mengupdate masa berlakunya kontrak kerja.

4. Menginput data karyawan ke system agar semua terdata dengan

baik

5. Membuat laporan rekapitulasi mutasi, promosi dan status

karyawan (tambahan anak, menikah atau berhenti)

b. GA (General Affair Supervisor)

1. Mendukung seluruh kegiatan operasional kantor dengan

melakukan proses pengadaan seluruh peralatan kebutuhan

kerja (seperti: ATK, computer,meja/kursi kerja, AC,dst),

maupun sarana/fasilitas penunjang lain (seperti: kendaraan

operasional, office boy,satpam,operator telepon,dst) dengan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

29

cepat,akurat/ berkualitas serta sesuai dengan anggaran yang

ditentukan

2. Membuat, menjalankan dan mengembangkan system kerja/

prosedur atas pengadaan dan pemeliharaan fasilitas

penunjang kinerja.

3. Melakukan survey tingkat kepuasaan atas pelayanan yang

diberikan kepada seluruh karyawan/unit dalam perusahaan

untuk tujuan peningkatan kualitas/mutu ketepatan dan

kecepatan pelayanan yang diberikan.

4. Membina hubungan dengan para vendor atau supplier barang

dan jasa fasilitas/prasarana kantor serta membantu dalam

menangani complain atas vendor/supplier termasuk tindak

lanjut atas penanganan nota pembayaran/invoice maupun

kontrak kerja dengan pihak terkait.

5. Melakukan analisa kebutuhan anggaran atas pengadaan dan

pemeliharaan seluruh fasilitas dan sarana penunjang aktifitas

kantor untuk kemudian diajukan kepada bagian keuangan dan

manajemen perusahaan untuk dianggarkan dan disetujui.

Melakukan aktifitas pemeliharaan atau seluruh fasilitas dan

sarana penunjang, serta melakukan proses penggantian atas

fasilitas atau sarana penunjang yang rusak.

6. Menyiapkan laporan bulanan untuk keperluan rapat anggaran,

laporan keuangan atas asset dan beban biaya kantor.

3. Divisi Teknik

Bertanggung jawab atas kinerja peralatan bongkar muat yang

dimiliki PT. Nilam Port Terminal Indonesia berupa 5 unit RTG

(Rubber Tyred Gantry) & headtruck haulage & 18 headtruck TL

untuk mendukung kinerja divisi operasional.

a. Unit RTG (Rubber Tyred Gantry) yang dimiliki PT. Nilam Port

Terminal Indonesia dibuat pada tahun 2008 merk ZMPC buatan

RRC yang mempunyai kapasitas angkat maksimal 60 ton (twin

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

30

spreader) dengan 8 roda sebagai penggeraknya dengan

kemampuan penanganan 5 + 1 tier container high cube & 6 + 1

row container.

b. Unit headtruck yang dimiliki PT. Nilam Port Terminal Indonesia

dibuat tahun 2009 merek Nissan Pk 260 CF Euro 2 dengan trailer

yang dapat memuat petikemas berukuran 45 feet.

c. Melakukan perawatan alat agar sesuatu yang tidak dinginkan tidak

terjadi saat jalannya operasi serta mengoptimalkan tingkat

pelayanan kepada pengguna jasa agar perusahaan mendapatkan

nilai lebih dari pengguna jasa menggunakan jasa terminal sebagai

perawatan pengoptimalan alat dilakukannnya beberapa cara yaitu:

1) Preventive Maintenance (PM) yaitu perawatan yang dilihat

dengan komponen-komponen alat dan ketangguhan alat saat

digunakan saat alat mulainya berhenti kerja untuk menjaga

alat agar tangguh dan tahan lama dalam penggunaannya

walaupun penggunaannya optimal, maka perlu diadakan

preventive maintenance setiap pagi & setiap penggantian shift

agar operator melalukan pengecekan alat, adapun perumusan

dalam pengecekan ketangguhan alat diantaranya:

- Utilisasi Alat ( Tingkat Pemakaian Alat )

- Availability ( Tingkat Kesiapan Alat )

- Meantime Between Failure ( MTBF )

- Meantime to Repair ( MTTR )

PT. Nilam Port Terminal Indonesia juga mementingkan

keselamatan kerja pada saat kegiatan kapal maupun

dilapangan dengan menerapkan safety operation yaitu cara

pengoperasian alat dengan mematuhi peraturan dan

mengutamakan aspek K3 ( Keselamatan, Kesehatan &

Keamanan ) baik alat, benda, diri, orang lain maupun

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

31

lingkungan. Beberapa tujuan safety operation PT. Nilam Port

Terminal Indonesia adalah meningkatkan :

1. Keselamatan Operator

2. Keselamatan Orang Lain

3. Keselamatan dan life time alat

4. Keselamatan Angkutan

5. Keselamatan barang atau benda

Dengan bermodalkan peralatan & minim pengalaman PT.

Nilam Port Terminal Indonesia mencoba memberikan

pelayanan yang terbaik & memuaskan.

4. Divisi Operasional

Bertanggung jawab atas semua kegiatan bongkar muat seperti

receiving, loading,delivery,stacking, dan lain-lain agar berjalan

sebagaimana mestinya sehingga dapat tercipta suatu system terminal yang

dapat meningkatkan produktifitas untuk perusahaan. Divisi operasional

terbagi menjadi beberapa bagian dengan job description sebagai berikut:

a. Asisten manajer operasional dan planner

Bertanggung jawab untuk membantu manajer operasional dalam

pengawasan pelaksanaan dan tugas-tugas lain dari manajer operasional

demi tercapainya tujuan perusahaan serta membuat perencanaan

kinerja operasional di perusahaan.

1. Adm coordinator

a) Rekapitulasi kegiatan operasional per unit yang meliputi lift

on/lift off, receiving/delivery, dan haulage/trucking untuk

bahan penagihan ke PT Pelindo III dan laporan bulanan.

b) Memeriksa dan membuat laporan absensi karyawan dan jam

kerja lembur karyawan.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

32

c) Menginventarisasi barang-barang kebutuhan oprasional dan

membuat berita acara kerusakan aktiva sehingga aktiva dan

inventaris barang termonitor dengan baik.

d) Membuat permintaan barang untuk kebutuhan operasional

yang bersifat continue.

e) Menjalankan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja dalam

ruang lingkup tugasnya.

3. CY Coordinator

a. Mengecek kesiapan satu shift pekerjaan dengan melakukan

briefing sebelum bekerja , menerima laporan dari foreman,

dan memeriksa kesiapan dokumen untuk memastikan kesiapan

operator RTG dan Head Truck.

b. Memantau kegiatan bongkar muat dengan cara melakukan

work round, memantau kelncaran operasional, dan memantau

dari wkatu ke waktu progress operasional untuk menjamin

bahwa kegiatan telah dilakukan sesuai dengan prosedur,

pencapaian target dan keseimbangan operasi container yard

dengan dermaga.

c. Mengambil solusi dalam memecahkan masalah yang timbul

dari operasional terkait kapal, peralatan (RTG dan HT),

muatan dan faktor internal dan eksternal yang berpengaruh

pada satu shift, penyimpangan perencanaan, mengendalikan

ketidaksesuaian (termasuk pelanggaran dan

kecelakaan/insiden) yang timbul dan membuat laporan dengan

menggunakan prosedur yang telah ditetapkan agar operasional

dapat berjalan lancer dan setiap ketidaksesuaian tercatat dan

dapat ditindaklanjuti.

d. Memeriksa hasil kegiatan dan melakukan crosscheck hasil

produksi per-shift dengan PT. Pelindo dan menyusun laporan

dalam satu shift yaitu jurnal, rekap lembur kerja operasi,

absensi, dan monitoring kedisiplinan karyawan.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

33

e. Memotivasi shift kerja dan menampung aspirasi bawahan

untuk menjaga dalam rangka mencapai target produksi.

4. Foreman kapal

a. Menerima dan melaksanakan instruksi dari kordinator shift

tentang rencana kegiatan bongkar muat untuk menjamin

bahwa kegiatan operasional berjalan sesuai dengan rencana.

b. Melaksanakan koordinasi dengan mualim jaga, shipping line,

dan tenaga kerja bongkar muat (TKBM) untuk menjamin

bahwa kegiatan operasional berjalan sesuai dengan rencana.

c. Melaksanakan kegiatan pengawasan operasional bongkar muat

dan memastikan container yang dibongkar atau dimuat dari/ke

kapal sesuai dengan daftar dari loading list/discharging list

untuk menjamin bahwa kegiatan sesuai dengan prosedur dan

target perusahaan.

d. Mengkoordinasi dan mengarahkan TKBM.

e. Mengarahkan dan memandu operator container crane untuk

pelaksanaan kerja bongkar muat.

f. Melakukan serah terima container yang tidak sesuai dengan

menerbitkan Container Damage Report (CDR), membuat

jurnal kegiatan, dan melaporkan adanya kendala – kendala

yang terjadi kepada coordinator shift , agar permasalahan

dapat segera mendapatkan solusi yang baik dan benar.

5. Foreman Lapangan (stackman)

a. Melaksanakan instruksi dari coordinator lapangan rencana

kegiatan di container yard untuk menjamin kegiatan sesuai

dengan rencana dan melakukan koordinasi dengan foreman

kapal.

b. Memberikan instruksi dan memeriksa hasil stacking kepada

operator RTG.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

34

c. Memeriksa kondisi fisik container yang akan di-stack yaitu

nomor container dengan job order receiving serta kondisi seal

masih terpasang atau tidak.

d. Mencatat hasil stack container ke dalam bay block termasuk

shifting.

e. Melaporkan kendala-kendala yang terjadi kepada koordinator

lapangan agar permasalahan dapat segera mendapatkan solusi

yang baik dan benar.

6. Operator RTG

a. menerima dan melaksanakan instruksi kerja dari coordinator

lapangan tentang rencana kerja kegiatan lift on/lift off dengan

mengikuti rencana kerja yang ditetapkan dari coordinator

lapangan (stackman) untuk menjamin kegiatan kerja

operasional.

b. Memberitahukan Hour Meter (HM) awal hingga akhir

operasional dengan membaca alat dan menginformasikan ke

checker RTG untuk dicatat ke daily report.

c. Melaksanakan kegiata lift on/lift off container dari dan ke

chasis, mengikuti instruksi kerja operasional RTG, dan

mengikuti ketentuan/persyaratan K3 (kesehatan dan

keselamatan kerja) untuk menjamin target operasional harian.

d. Melaporkan adanya kendala-kendala operasional (teknis

peralatan atau insiden) yang terjadi kepada kordinator

lapangan dengan menggunakan alat komunikasi yang ada agar

permasalahan dapat segera mendapatkan solusi.

e. Melakukan pemeriksaan RTG saat serah terima dan

mencatatnya pada daily maintenance dengan mengacu pada

instruksi kerja (IK) operasional RTG untuk menjamin

peralatan dalam kondisi layak pakai sebelum dioperasikan.

7. Operator Head Truck

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

35

a. Menerima dan melaksanakan instruksi kerja dari coordinator

lapangan tentang rencana kegiatan haulage, dan mengikuti

rencana kerja yang di tetapkan Koor-lap.

b. Mencatat semua container ang di – haulage ke tally sheet dan

mengisi lembar kerja operasi unit.

c. Melakukan haulage ke dan dari lapangan menuju ked an dari

dermaga dengan mengikuti instruksi foreman lapangan, den

mengikuti instruksi kerja operasional herad truck.

d. Melaporkan adanya kendala-kendala operasional (teknis

peralatan atau insiden) yang terjadi kepada coordinator

lapangan dengan menggunakan alat komunikasi yang ada atau

melalui foreman lapangan agar permasalahan segera

mendapatakan solusi yang baik dan benar.

e. Memastikan armada yang akan digunakan dalam kondisi layak

pakai sebelum dipakai dengan ikut serta dalam Daily

Maintenance.

8. Asisten Manajer Operasional Repo dan planner

Bertanggung jawab terhadap kegiatan operasional repo dan

perencanaan kegiatan operasional repo serta membantu tugas-

tugas dari manajer operasional.

a. Adm Repo

1) Meng-input, merekapitulasi, dan melampirkan semua

dokumen hasil kegiatan operasional relokasi dan bongkar

truck loosing ke dalam list sebagai dasar bukti penagihan

ke pengguna jasa.

2) Membuat laporan harian produksi repo yang disajikan

untuk management.

3) Memeriksa dan membuat laporan absensi dan jam kerja

lembur karyawan sesuai peraturan yang berlaku.

4) Membuat permintaan barang kebutuhan operasional yang

bersifat continue.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

36

b. Foreman Repo

a. Melakukan kordinasi dengan pihak shipping line, koorlap,

foreman kapal, dan foreman lapangan.

b. Mengkordinir dan mengarahkan operator Head Truck

Repo,

c. Melakukan koordinasi dengan petugas depo pengguna jasa

untuk mengurangi hambatan-hambatan yang muncul agar

kegiatan relokasi dan bongkar truck loosing berjalan lancer

dalam target operasional.

c. Divisi Financial & Accounting

Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan financial dan

accounting guna mencapai sasaran organisasi. Bertanggung

jawab secara langsung untuk memastikan kegiatan financial

dan accounting dalam perusahaan yang dijalankan bersama

para anggota dari perusahaan.

d. Divisi Logistic & Workshop

Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan logistic dan

workshop guna mencapai sasaran organisasi. Bertanggung

jawab langsung untuk memastikan kegiatan logistic dan

workshop dalam perusahaan yang dijalankan bersama anggota

dari perusahaan tersebut.

E. Optimalisasi Container Yard PT Nilam Port Terminal Indonesia

PT NPTI memiliki container yard dengan luas 3,5 ha dengan 5 unit

Rubber Tyred Gantry (RTG) dan 12 unit Head Truck (HT) yang

beroperasi di container yard. Container yard NPTI di bagi menjadi 2

block, dengan rincian sebagai berikut:

1. Block bongkar (discharging)

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

37

a. Block A :memiliki 22 slot (nomer ganjil 1-41), 6 row, 5 tier, dan

kapsitas blok 550 TEUs.

b. Block D: memiliki 16 slot (nomer ganjil 1-31), 6 row, 5 tier, dan

kapasitas blok 400 TEUs.

2. Block muat (Loading)

a. Block B: memiliki 23 slot (nomer ganjil 1-45), 6 row, 5 tier, dan

kapasitas blok 575 TEUs.

b. Block C: memiliki 23 slot (nomer ganjil 1-45), 6 row, 5 tier, dan

kapasitas blok 575 TEUs.

c. Block E: memiliki 22 slot (nomer ganjil 1-43) ), 6 row, 5 tier, dan

kapasitas blok 550 TEUs.

d. Block F: memiliki 22 slot (nomer ganjil 1-43) ), 6 row, 5 tier, dan

kapasitas blok 550 TEUs

Berikut ini adalah indikator-indikator yang mempengaruhi container

yard,yaitu sebagai berikut:

1. Dokumen-dokumen perencanaan container yard PT NPTI

Dalam langkah-langkah optimalisasi container yard,

perencanaa container yard adalah hal yang terpenting sebelum

melaksanakan kegiatan jasa yang berada di container yard PT

NPTI. Berikut ini adalah dokumen-dokumen perencanaan

container yard untuk semua kegiatan jasa di container yard PT

NPTI, yaitu sebagai berikut:

a. Rencana Penetapan Tambat dan Operasi Bongkar Muat

Dalam pembuatan Rencana Penetapan Tambat dan Operasi

Bongkar Muat dilakukan meeting setiap harinya. Meeting adalah

rapat yang diadakan untuk penetapan jadwal tambat kapal dan

operasi kegiatan bongkar muat. Meeting ini dilakukan oleh Pusat

Pelayanan Satu Atap (PPSA) namun dalam hal ini Terminal Nilam

Multipurpose yang dihadiri oleh seluruh perwakialn dari agen

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

38

pelayaran yang beroperasi di Terminal Nilam Multipurpose, tetapi

Terminal Nilam Multipurpose tetap harus mengirimkan hasil

rapatnya ke PPSA

Berdasarkan permohonan container handling (PCH) maka

Terminal Nilam mengadakan dan memimpin meeting perencanaan

dan pengendalian (RENDAL) yang diikuti oleh :

1. Pelayaran/agen (PT SPIL, PT Meratus Line, PT Samudera

Indonesia, dan PT Tanto Line).

2. Supervisor perencanaan dan pengendalian.

3. Supervisor operasi.

4. Supervisor alat Bongkar/Muat.

5. Koordinator tally (JTI- Jasa Tally Indonesia).

6. Koordinator Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM).

Tujuan diadakannya meeting harian/bulanan dari rencana

penetapan tambat dan operasi bongkar muat pada Terminal Nilam

Multipurpose antara lain :

1. Urutan penyandaran kapal berdasarkan master cable.

2. Penentuan Estimated Time, Berthing (ETB) dan Estimated Time

Departure (ETD).

3. Posisi sandar kapal.

4. Posisi kade meter tempat sandar.

5. Penentuan waktu open stack.

6. Menetapkan lamanya sandar kapal.

7. Kesiapan dan kebutuhan peralatan bongkar/muat.

8. Penentuan closing time.

9. Estimasi bongkar muat.

10. Booking slot.

11. Permintaan TKBM

b. Slot booking

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. - UNIMAR AMNI

39

Slot Booking adalah pemesanan slot yang tersedia di container

yard PT NPTI untuk di-stack/ditimbun.

c. Open Stack

Open Stack adalah waktu dibukanya penerimaan (receiving)

container untuk ditimbun di container yard PT NPTI untuk dimuat

(loading) ke atas kapal dan open stack adalah 5 hari sebelum

kedatangan kapal di Terminal Multipurpose Nilam Timur.

d. Yard Allocation

Yard allocation adalah dokumen sebuah gambaran container

yard PT NPTI yang berisikan block, slot, dan row yang sudah

dibooking untuk muatan kapal yang akan sandar.

e. Jadwal Windows

Jadwal windows adalah dokumen kapal yang akan sandar di

Terminal Nilam Multipurpose dan jumlah kegiatan stevedoring

dalam periode 1 bulan dan dalam pembuatan jadwal windows

diadakan rapat (meeting) pada akhir bulan.

f. Closing Time

Closing Time adalah waktu yang ditentukan sebagai batas akhir

penerimaan petikemas di container yard PT NPTI . penentuan

closing time digunakan agar tidak mengganggu proses

perencanaan dan operasi di container yard PT NPTI.