bab ii tga - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2010-2-00106-ar bab 2.pdf ·...

37
8 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Umum II.1.1. Bangunan Fungsi Campur (Mixed Use Building) Pengertian Dalam buku Panduan Perancangan Bangunan Komersil bangunan fungsi campur adalah salah satu upaya pendekatan perancangan yang berusaha menyatukan berbagai aktivitas dan fungsi yang berada di bagian area suatu kota (luas area terbatas, harga tanah mahal, letak strategis, nilai ekonomi tinggi) sehingga terjadi suatu struktur yang kompleks dimana semua kegunaan dan fasilitas saling berkaitan dengan kerangka integrasi yang kuat. Upaya tersebut dimaksudkan untuk mengeliminasi ruang-ruang mati, sehingga penggunaan lahan lebih efektif dan efisien, pelayanan kebutuhan lebih mudah, dan lingkungan menjadi lebih nyaman dihuni. Jika disimpulkan lebih singkat maka bangunan fungsi campur dapat dikatakan sebagai bangunan yang terdiri dari satu atau beberapa massa dengan fungsi yang berbeda, namun terpadu dan saling berhubungan secara langsung. Sejarah dan Perkembangan Sejarah perkotaan memiliki banyak contoh mengenai mixed use building yang sedang dipelajari sekarang ini. Kota-kota bersejarah di Yunani

Upload: trankhuong

Post on 09-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

8

BAB II

TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

II.1. Tinjauan Umum

II.1.1. Bangunan Fungsi Campur (Mixed Use Building)

Pengertian

Dalam buku Panduan Perancangan Bangunan Komersil bangunan

fungsi campur adalah salah satu upaya pendekatan perancangan yang

berusaha menyatukan berbagai aktivitas dan fungsi yang berada di bagian

area suatu kota (luas area terbatas, harga tanah mahal, letak strategis, nilai

ekonomi tinggi) sehingga terjadi suatu struktur yang kompleks dimana

semua kegunaan dan fasilitas saling berkaitan dengan kerangka integrasi

yang kuat. Upaya tersebut dimaksudkan untuk mengeliminasi ruang-ruang

mati, sehingga penggunaan lahan lebih efektif dan efisien, pelayanan

kebutuhan lebih mudah, dan lingkungan menjadi lebih nyaman dihuni.

Jika disimpulkan lebih singkat maka bangunan fungsi campur dapat

dikatakan sebagai bangunan yang terdiri dari satu atau beberapa massa

dengan fungsi yang berbeda, namun terpadu dan saling berhubungan secara

langsung.

Sejarah dan Perkembangan

Sejarah perkotaan memiliki banyak contoh mengenai mixed use

building yang sedang dipelajari sekarang ini. Kota-kota bersejarah di Yunani

Page 2: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

9

dan Roma serta kota-kota di Itali, Perancis, dan Inggris merupakan contoh

perkotaan di jaman medieval yang dikelilingi tembok tinggi. Perkotaan

tersebut memiliki kepadatan yang tinggi dan memiliki fungsi pemerintahan,

komersil, dan pemukiman yang terintegrasi.

Tren dan pola pengembangan kota berubah secara radikal di abad ke-

20. Perubahan ini telah menghasilkan konteks baru dalam pendekatan

perencanaan dan pengembangan, serta menciptakan jenis baru dalam

perkembangan fungsi campur beserta lingkungan yang belum pernah ada

sebelumnya.

Di Indonesia, salah satu kawasan mixed use building yang ada di

Jakarta adalah Senayan City, yang menggabungkan pusat perbelanjaan 5

lantai, perkantoran 21 lantai, apartemen 23 lantai, dan hotel bintang lima 22

lantai. Keempat fungsi bangunan menyatu dalam satu kawasan yang

dihubungkan oleh sebuah podium yang digunakan sebagai pusat

perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh.

Gambar 2.1. Contoh mixed use building: Senayan City

Page 3: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

10

II.1.2. Pusat Perbelanjaan (Shopping Center)

Pengertian

Shopping center is a building or set of buildings which contain retail

units, with interconnecting walkways enabling visitors to easily walk from

unit to unit (www.wikipedia.org), yang jika diterjemahkan memiliki arti

pusat perbelanjaan adalah sebuah bangunan atau beberapa bangunan yang

terdiri dari pertokoan-pertokoan yang memiliki jalan penghubung untuk

memungkinkan pengunjung berjalan dari unit ke unit.

Dalam buku Panduan Perancangan Bangunan Komersil disebutkan

pengertian pusat perbelanjaan, yaitu sekelompok kesatuan pusat

perdagangan yang dibangun dan didirikan pada sebuah lokasi yang

direncanakan, dikembangkan, dimulai, dan diatur menjadi sebuah kesatuan

operasi, berhubungan dengan lokasi, ukuran, tipe toko, dan area

perbelanjaan dari unit tersebut. Unit ini juga menyediakan parkir yang

dibuat berhubungan dengan tipe dan ukuran total toko-toko (Urban Land

Institute, Shopping Centre Development Handbook).

Sejarah dan Perkembangan

Konsep shopping center sudah ada sejak abad pertengahan. Di Timur

Tengah, Grand Bazaar Isfahan adalah suatu lokasi pusat perdagangan yang

terdiri dari kumpulan beberapa toko independen yang bernaung di bawah

satu struktur, berdiri sejak abad ke-10.

Page 4: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

11

Di pertengahan abad ke-20, di Amerika Serikat dan beberapa negara

Eropa lainnya, keberadaan shopping center di dalam kota dirasakan

berdampak negatif karena kota menjadi penuh sesak dan kotor. Berdasarkan

dari faktor tersebut, pemerintah Amerika Serikat dan Eropa bersama

masyarakatnya bersama-sama berniat untuk memperbaiki kualitas hidupnya.

Maka dari itu, dimulailah pembangunan shopping center di luar kota dan di

daerah suburb.

Pada era 1970-an, pusat perbelanjaan di Jakarta seperti aldiron plaza,

pusat pertokoan senen dan pasar-pasar yang dikelola PD pasar jaya

memanfaatkan seluruh lantai untuk penjualan.

Pada pertengahan 1980-an, muncul gagasan baru dengan kedatangan

arsitek asing yang masuk bersama modal dari luar negeri. Istilah plaza mulai

dipakai dan memperkenalkan konsep atrium yang menghasilkan suasana

beda, dengan menyisakan sebagian ruang untuk berjalan dan membukan

lubang lantai hingga atap tembus cahaya alam. Pada akhir 1980-an dan

permulaan 1990-an mulai bermunculan pusat perbelanjaan dengan konsep

atrium yang lebih besar yang memungkinkan pengunjung memperluas

jangkauan pandangan ke seluruh lantai bangunan.

Klasifikasi

Berdasarkan skala pelayanannya, pusat perbelanjaan dapat dibedakan

menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Pusat perbelanjaan lokal (neighborhood center)

Page 5: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

12

Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan yang

meliputi 5.000 sampai 40.000 penduduk (skala lingkungan), dengan

luas bangunan berkisar antara 2.787-9.290 m2.

2. Pusat perbelanjaan distrik (community centre)

Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan 40.000

sampai 150.000 penduduk (skala wilayah), dengan luas bangunan

berkisar antara 9.290-27.870 m2.

3. Pusat perbelanjaan regional (main center)

Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan seluas

daerah dengan 150.000 sampai 400.000 penduduk, dengan luas

bangunan 27.870-92.990 m2.

Pusat perbelanjaan yang memungkinkan untuk lahan yang terbatas

adalah pusat perbelanjaan lokal yang luas bangunannya hanya berkisar

2.787-9.290 m2 dengan perkiraan 2-3 lantai ke atas, dan unit penjualan

terbesar hanya berupa supermarket.

Gambar 2.2. Pusat perbelanjaan lokal: Plaza Slipi Jaya

Berdasarkan bentuknya, pusat perbelanjaan dibedakan menjadi tiga

dengan keuntungan dan kerugian sendiri, yaitu:

Page 6: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

13

1. Pusat perbelanjaan terbuka (open)

Keuntungannya adalah kesan luas dan perencanaan teknis yang mudah

sehingga biaya lebih murah. Kerugiannya adalah berupa kendala

climatic control, yang berpengaruh terhadap kenyamanan.

Gambar 2.3. Pusat perbelanjaan terbuka: Paris van Java

2. Pusat perbelanjaan tertutup (enclosed)

Keuntungannya berupa kenyamanan yang dapat diatur karena

menggunakan alat bantu. Kerugiannya adalah biaya yang mahal dan

kesan kurang luas.

Gambar 2.4. Pusat perbelanjaan tertutup: Summarecon Mal Serpong

Page 7: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

14

3. Pusat perbelanjaan terpadu (integrated)

Merupakan penggabungan pusat perbelanjaan yang terbuka dan

tertutup. Munculnya bentuk ini merupakan antisipasi terhadap

keborosan energi untuk climatic control, serta mahalnya pembangunan

dan perawatan bangunan.

Gambar 2.5. Pusat perbelanjaan terpadu: Canal City, Fukuoka

Jika melihat dari kondisi iklim di Indonesia yang memiliki curah hujan

tinggi, besar resikonya terhadap kenyamanan untuk menggunakan bentuk

pusat perbelanjaan yang terbuka. Namun untuk mensiasati masalah

penggunaan energi yang berlebih, pusat perbelanjaan yang menggabungkan

antara area terbuka dengan tertutup bisa menjadi satu solusi.

II.1.3. Apartemen

Pengertian

An apartment is a self-contained housing unit that occupies only part

of a building (www.wikipedia.org), yang jika diterjemahkan memiliki arti

Page 8: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

15

apartemen merupakan sebuah model hunian yang hanya mengambil

sebagian kecil ruang dari suatu bangunan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, apartemen berarti tempat

tinggal yang berada pada satu lantai bangunan bertingkat yang besar dan

mewah, yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas.

Pada dasarnya, di negara-negara barat seperti Amerika Serikat rumah

susun dinamakan apartment dan negara Belanda menamakannya flat. Akan

tetapi, Indonesia menyebutkan istilah rumah susun sebagai hunian vertikal

untuk masyarakat menengah ke bawah dengan sarana dan perlengkapan

rumah yang sederhana.

Sejarah dan Perkembangan

Sejarah mengenai apartemen berbeda-beda di tiap negara. Di Roma,

apartemen dinamakan insula dan merupakan pemukiman untuk golongan

masyarakat menengah ke bawah. Lantai dasar apartemen tersebut digunakan

sebagai toko. Pada tahun 1839 di New York, dibangun rumah petak pertama

yang dihuni oleh beberapa keluarga untuk masyarakat yang kurang mampu.

Perkembangan pembangunan apartemen muncul pada era tahun

1950an dan 1960an, seperti Lake Shore Drive (1951), New Century Guild

(1961), Marina City (1964), dan Lake Point Tower (1968).

Di Indonesia sendiri, kehadiran apartemen berawal pada tiga

dasawarsa yang lalu. Sekitar tahun 1974 berdiri sebuah apartemen Ratu

Plaza di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan. Pada tahun 1980an berdiri

Page 9: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

16

sebuah apartemen di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, tepatnya di Jalan

Rasuna Said, yaitu Apartemen Taman Rasuna. Apartemen ini banyak dihuni

oleh kaum ekspatriat karena kawasan Kuningan dikelilingi oleh gedung-

gedung perkantoran yang rata-rata berskala internasional, dan kantor-kantor

kedutaan dari berbagai negara. Apartemen Taman Rasuna akhirnya menjadi

pelopor apartemen-apartemen lainnya di Jakarta.

Penataan Unit-Unit dalam Bangunan

Penataan unit-unit apartemen dalam suatu apartemen dapat dirancang

dengan berbagai pertimbangan, terutama terkait dengan dimensi dan potensi

tapak. Penataan ruang-ruang tersebut dapat dibedakan menjadi beberapa

tipe, yaitu:

1. Center Corridor Plan

Merupakan penataan apartemen dengan denah yang menunjukkan

adanya koridor yang diapit oleh unit yang terdapat pada kedua sisinya.

2. Open Corridor Plan

Merupakan penataan apartemen yang memiliki satu koridor untuk

melayani satu deret unit-unit apartemen pada setiap lantai.

3. Tower Plan

Tipe ini memiliki denah yang terdiri dari satu core pusat dengan unit-

unit hunian di sekelilingnya.

Page 10: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

17

4. Cross Plan

Denah apartemen untuk tipe ini memiliki empat sayap utama yang

merupakan perkembangan ke luar dari satu core.

Klasifikasi

Kepemilikan apartemen dapat bersifat menetap maupun sementara.

Secara umum apartemen dibedakan menjadi dua berdasarkan

kepemilikannya, yaitu:

1. Apartemen Sewa

Merupakan apartemen yang dimiliki perorangan atau suatu badan

usaha bersama dengan unit-unit apartemen yang disewakan kepada

nasyarakat, dengan harga dan jangka waktu tertentu.

2. Apartemen Beli

Merupakan apartemen yang dimiliki oleh perorangan atau suatu badan

usaha bersama dengan unit-unit apartemen yang dijual kepada

masyarakat dengan harga tertentu. Apartemen seperti ini dapat dimiliki

oleh masyarakat secara menetap.

Kebutuhan tiap penghuni bervariasi tergantung kepada jumlah anggota

keluarganya. Sebagai respons terhadap variasi kebutuhan penghuni,

apartemen dapat dirancang ke dalam beberapa tipe berdasarkan jumlah

kamar pada masing-masing unit, yaitu:

Page 11: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

18

1. Tipe efisien (studio)

Tipe ini memiliki ukuran 200 sq ft-500 sq ft (18 m2-45 m2). Tipe ini

mengutamakan efisiensi penggunaan ruang sehingga hanya terdiri dari

ruang-ruang yang bisa digunakan secara multifungsi.

Gambar 2.6. Tipe efisien

2. Tipe satu ruang tidur

Tipe ini memiliki ukuran 400 sq ft-600 sq ft (36 m2-45 m2). Tipe ini

hanya memiliki satu ruang tidur dalam setiap unitnya dan ruang-ruang

lain yang sesuai dengan fungsinya., dengan kapasitas penghuni 2-3

orang.

Gambar 2.7. Tipe satu ruang tidur

3. Tipe dua ruang tidur

Tipe ini memiliki ukuran 500 sq ft-1000 sq ft (45 m2-90 m2). Tipe ini

memiliki dua ruang tidur dan ruang-ruang lainnya dengan tingkat

Page 12: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

19

luasan yang lebih besar daripada tipe satu ruang tidur, dengan

kapasitas penghuni 3-4 orang.

Gambar 2.8. Tipe dua ruang tidur

4. Tipe tiga ruang tidur

Tipe ini memiliki ukuran 600 sq ft-1200 sq ft (54 m2-108 m2). Tipe ini

memiliki tiga ruang tidur dan ruang-ruang standar lain sesuai

fungsinya, dengan kapasitas penghuni 4-5 orang atau keluarga besar.

Gambar 2.9. Tipe tiga ruang tidur

5. Tipe empat ruang tidur

Tipe ini memiliki ukuran 1100 sq ft-1500 sq ft (100 m2-135 m2). Tipe

ini memiliki empat ruang tidur dan ruang-ruang standar lain sesuai

Page 13: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

20

fungsinya, dengan kapasitas 5-8 orang, seperti keluarga yang memiliki

lebih dari tiga orang anak.

Gambar 2.10. Tipe empat ruang tidur

II.2. Tinjauan Khusus

II.2.1. Pengertian Hemat Energi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ’hemat’ berarti

menggunakan sesuatu dengan cermat dan hati-hati, sedangkan ’energi’

berarti kekuatan yg dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses

kegiatan. Kata ’hemat energi’ berarti menggunakan kekuatan yang dapat

digunakan untuk melakukan berbagai proses kegiatan dengan cermat dan

hati-hati.

Energy efficiency is using less energy to provide the same level of

energy service (www.wikipedia.org), yang jika diterjemahkan memiliki arti

penghematan energi adalah menggunakan energi lebih sedikit dalam

penyediaan energi dalam taraf kebutuhan yang setingkat. Contoh dari

Page 14: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

21

penghematan energi misalnya sebuah lampu yang menghasilkan daya pijar

yang sama namun dengan penggunaan lebih sedikit energi. Penghematan

energi tercipta melalui sebuah proses teknologi atau proses-proses lainnya,

bukan melalui pengurangan kebiasaan penggunaan energi. Kualitas atau

hasil yang didapat tetap sama seperti biasanya namun energi yang

dikeluarkan lebih sedikit.

II.2.2. Pengantar Arsitektur Hemat Energi

Pada tahun 1960-an, penggunaan energi dianggap sebagai suatu hal

yang kurang penting. Sebagai contoh, beberapa bangunan kadang-kadang

dirancang tanpa saklar lampu karena dipercaya akan lebih ekonomis apabila

lampu dibiarkan menyala terus-menerus. Selain itu, perangkat AC untuk

bangunan bertingkat banyak menggunakan sistem terminal reheat dimana

temperatur udara pada awalnya diturunkan secara maksimal untuk ruang

yang memerlukan, lalu ditinggikan lagi sesuai kebutuhan. Penggunaan

energi secara dua kali lipat ini tampaknya tidak dianggap sebagai isu yang

penting.

Pada saat ini konsumsi energi di dunia semakin meningkat.

Peningkatan bukan hanya terjadi pada sektor industri dan transportasi namun

juga dalam sektor bangunan atau arsitektur. Hal ini dikarenakan

perkembangan teknologi modern yang konsumtif terhadap pemakaian

energi. Konsumsi energi dalam bangunan untuk penerangan, AC, lift, dsb

tercatat hampir seperempat dari suplai tahunan energi dunia pada tahun 80-

Page 15: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

22

an. Sehingga diperkirakan dalam jangka waktu tidak lebih dari 100 tahun,

usia cadangan energi akan semakin menipis. Hal ini juga berlaku di negara-

negara Asia Tenggara termasuk Indonesia yang menggunakan teknologi

secara besar-besaran tanpa memikirkan resiko pengurangan sumber energi

yang tidak terbaharukan. (Tri Harso Karyono, Kemapanan Pendidikan

Kenyamanan dan Penghematan Energi).

Tanggung jawab seorang arsitek menjadi sangat besar karena umur

efektif suatu produk. Kendaraan bermotor memiliki umur hingga 10 tahun

sehingga banyaknya kesalahan tidak akan menjadi beban yang terlalu lama.

Namun sebagian besar bangunan memiliki umur fungsional paling sedikit 50

tahun. Konsekuensi terhadap keputusan perancangan akan berpengaruh

dalam jangka waktu yang lama.

Masalah yang muncul adalah penghematan energi memunculkan

konotasi negatif karena dianggap dapat mengurangi kenyamanan dalam

bangunan. Padahal, pada kenyataannya arsitektur yang mampu menghemat

energi justru akan mendukung kenyamanan, berkelanjutan, lebih manusiawi,

serta rasa estetika yang menyenangkan.

Penghematan energi dalam perancangan bangunan mengaitkan banyak

aspek di dalamnya. Aspek-aspek tersebut berkaitan dengan hal-hal seperti

pemilihan lokasi yang sesuai dengan fungsi bangunan, fleksibilitas dan

jangka waktu bangunan, orientasi bangunan, bentuk dan struktur bangunan,

sistem bukaan yang terdapat dalam bangunan, serta pemilihan material yang

digunakan dalam sebuah bangunan.

Page 16: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

23

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

mendorong pembangunan bangunan berarsitektur lokal terasa lebih ramah

lingkungan dan selaras dengan lingkungan asal.

II.2.3. Peran Energi dalam Arsitektur

Dalam buku Arsitektur Sadar Energi karangan Prasasto Satwiko, peran

energi dalam arsitektur sangat luas. Pada proyek komersial, kebutuhan

energi perlu dihitung rinci atau paling tidak dipikirkan, antara lain untuk:

• Proses perancangan

• Pembukaan dan penyiapan lahan

• Transportasi material bangunan

• Konstruksi (pembangunan)

• Operasional (penerangan, ventilasi, penyediaan air, transportasi, ruang

pendingin)

• Perawatan berkala (pembersihan, penggantian elemen bangunan,

pengecatan)

• Renovasi besar (penggantian fungsi)

• Penghancuran

• Pengangkutan runtuhan bangunan ke lahan lain

Urutan tersebut terus berulang kembali untuk bangunan berikut dan

seterusnya. Selain itu, setiap material bangunan juga membawa serta

Page 17: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

24

karakter kandungan energi sendiri-sendiri. Sebagai contoh, aluminium

dikenal sebagai bahan yang boros energi pada waktu pembuatannya.

Dalam kehidupan sekari-hari, energi untuk kegiatan operasional dan

perawatan lebih sering dirasakan dan diusahakan penghematannya. Masing-

masing bangunan, sesuai aktivitas di dalamnya mempunyai komposisi

alokasi energi sendiri. Namun pada umumnya, emergi untuk sistem

penyejuk udara mengambil porsi terbanyak, disusul energi untuk penerangan

dan keperluan rumah tangga yang lain.

II.2.4. Prinsip Dasar dalam Perancangan Hemat Energi

Saat ini seorang arsitek dituntut agar dapat menghasilkan karya yang

tidak hanya bertujuan seni atau fungsional namun juga memperhatikan dari

segi bangunan yang nyaman dan hemat energi. Dalam sasaran perancangan

bangunannya, penghematan pemakaian energi menjadi tujuan utama tanpa

mengorbankan kenyamanan dari penghuninya. Beberapa strategi umum

dalam melakukan penghematan energi di dalam bangunan adalah:

• Mencegah terjadinya efek rumah kaca.

• Mencegah terjadinya akumulasi panas pada ruang antara atap dan

langit-langit.

• Meletakkan ruang-ruang penahan panas pada sisi timur dan barat.

• Melindungi pemanasan dinding yang menghadap timur arau barat.

• Mencegah jatuhnya radiasi matahari pada permukaan keras.

Page 18: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

25

Pertimbangan dalam pengefisienan energi di dalam arsitektur lebih

rinci memperhatikan faktor-faktor sbb:

• Lokasi daerah: ketinggian dan lingkungan

• Lahan: topografi, dimensi, dan ketinggian air tanah

• Massa: jumlah dan bentuk, orientasi, dan ketinggian

• Organisasi ruang: pengelompokkan ruang

• Elemen bangunan: atap, dinding, lantai

• Penerangan: penerangan alami dan buatan

• Penghawaan: penghawaan alami dan buatan

• Struktur: penggunaan struktur ringan, pemakaian bahan-bahan lokal,

dan pemilihan bahan-bahan hemat energi

• Utilitas: penyediaan air dan transportasi vertikal

Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi

bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah. Strategi yang paling

baik adalah dengan memaksimalkan potensi positif dan meminimalkan

dampak potensi negatif yang ada di lahan. Hal itu dapat berarti mengolah

total setiap elemen desain, baik yang langsung pada bangunan maupun yang

ada di lingkungannya.

Harus selalu diingat bahwa lingkungan harus dirancang sedemikian

rupa agar dapat mendukung terciptanya kualitas hidup yang baik. Hal itu

dapat melipatgandakan jumlah pemakaian energi sehingga perlu adanya

penataan terhadap hal tersebut. Dalam konteks iklim tropis seperti di

Page 19: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

26

Indonesia (panas dan lembab), maka konsep rancangan bangunan dan

lingkungan perlu diarahkan untuk:

• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk memperoleh

kenyamanan termal

• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk memperoleh penerangan

yang sehat dan indah

• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk pengadaan air

• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk transportasi vertikal

• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk merawat dan mengganti

peralatan

• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk merawat elemen

bangunan

• Memanfaatkan aliran udara malam hari yang bersuhu rendah.

II.2.5. Pendekatan Arsitektur Hemat Energi secara Pasif

1. Pencahayaan Alami

”Kita dilahirkan dengan adanya cahaya. Berbagai macam musim

dirasakan lewat cahaya. Kita mengetahui dunia seperti ini hanya

karena telah dibangkitkan oleh cahaya...Bagi saya, cahaya alami

adalah satu-satunya cahaya karena memiliki suasana hati. Cahaya

menetapkan dasar kesepakatan umum untuk manusia. Cahaya

menempatkan kita untuk berhubungan dengan keabadian. Cahaya

alami merupakan satu-satunya cahaya yang membuat arsitektur

menjadi arsitektur.”

Louis I. Kahn

Page 20: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

27

Perancangan pencahayaan alami, bagaimana pun memerlukan

desain pencahayaan yang hati-hati pada pencapaian pembagian yang

baik dan kualitas dari pencahayaan alaminya.

Cahaya alami yang masuk melalui jendela dapat berasal dari

beberapa sumber, yaitu sinar matahari langsung, langit cerah, awan atau

pantulan permukaan bawah dan bangunan di sekitarnya. Cahaya dari

masing-masing sumber tersebut bervariasi tidak hanya dari jumlah dan

panas yang dibawanya, tetapi juga pada kualitas lainnya seperti warna,

penyebaran, dan penghematan.

Gambar 2.11. Beberapa sumber cahaya alami

Hal-hal berikut ini memberikan pengaruh dalam intensitas cahaya

dalam bangunan, yaitu:

• Orientasi, sinar matahari langsung memiliki banyak kegunaan dan

orientasi pada arah selatan merupakan yang terbaik, karena

mendapatkan cahaya tidak langsung sehingga panasnya tidak

mengenai sisi bangunan.

Page 21: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

28

• Pencahayaan melalui atap, hanya bisa diaplikasikan pada lantai

paling atas atau yang memiliki void namun bisa memberikan

cahaya yang tidak bisa dicapai oleh jendela dalam bentang

bangunan yang lebar.

Gambar 2.12. Skylight pada pusat perbelanjaan

• Perencanaan ruang, perencanaan ruang terbuka sangat

menguntungkan untuk membawa cahaya masuk ke dalam

bangunan, permasalahan mengenai privasi dapat diselesaikan

dengan menggunakan kaca atau tirai.

• Warna, warna ringan dapat memantulkan lebih banyak cahaya dan

menyebarkannya lebih jauh untuk menerangi ruangan.

• Bukaan, dipisahkan antara fungsi untuk penglihatan visual dan

pencahayaan alami.

• Bentuk, tidak hanya ditentukan oleh kombinasi bukaan horisontal

dan vertikal tetapi juga oleh berapa banyak area lantai yang

memiliki akses terhadap cahaya alami.

Page 22: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

29

Gambar 2.13. Efek kepadatan cahaya yang dapat diperoleh

2. Pengudaraan Alami

Untuk mendapatkan suhu yang nyaman, hal pertama yang harus

dilakukan adalah dengan penghindaran panas, yaitu dengan

meminimalisasikan panas yang masuk ke dalam bangunan. Selain

menghindari panas, untuk membuat bangunan lebih nyaman maka perlu

dilakukan pendinginan pasif dengan pengudaraan alami.

Faktor-faktor yang menentukan pola aliran udara yang melewati

suatu bangunan, yaitu:

Page 23: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

30

• Kondisi Tapak, bangunan, tembok, atau vegetasi yang berbatasan

dengan tapak akan memberikan pengaruh yang besar pada aliran

udara yang melewati suatu bangunan.

• Orientasi jendela dan arah angin, angin akan menghasilkan

tekanan yang maksimal ketika posisinya tegak lurus terhadap

permukaan, dan tekanannya akan berkurang sekitar 50 persen ketika

angin tersebut berada pada sudut yang miring sekitar 45 derajat. Pada

bagian ruang dalam, arah angin yang miring lebih baik karena

menghasilkan turbulensi ruang dalam yang lebih besar.

• Lokasi jendela, ventilasi silang sangat efektif karena udara mengalir

dari tekanan positif yang kuat ke area dengan tekanan negatif yang

kuat pada dinding di depannya.

• Sirip dinding, dapat meningkatkan ventilasi melalui jendela yang

terpasang pada sisi sama sebuah bangunan dengan cara mengubah

distribusi tekanannya.

• Overhang horizontal dan aliran udara, overhang horisontal yang

terletak langsung di atas jendela akan menyebabkan arus udara

menangkis ke bagian plafon karena overhang yang solid akan

mencegah tekanan positif yang berada di atasnya dari proses

penyeimbangan tekanan positif di bawah jendela.

• Tipe-tipe jendela, akan mempengaruhi kuantitas maupun arah aliran

udara.

Page 24: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

31

II.2.6. Konsekuensi Penggunaan Energi pada Bangunan Berkaca

Beberapa penelitian mengenai penggunaan kaca pada bangunan

tinggi, sudah dilakukan oleh Soegijanto (2002) dan Soebarto (2002), yang

menunjukkan bahwa besarnya energi akan berkurang dengan pemakaian

peneduh dan pemilihan tipe kaca.

Keterangan lebih lanjut mengenai studi kasus pada bangunan tinggi

yang memakai selubung kaca di daerah tropis lembab, akan diuraikan lebih

jelas pada lampiran.

II.3. Tinjauan Tapak

Gambar 2.14. Lokasi beberapa mal, apartemen, dan universitas di Jakarta Barat

Page 25: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

32

Keterangan gambar:

Gambar 2.15. Lokasi proyek dalam skala disttrik

Data tapak

Lokasi : Jalan Letjen S. Parman, Slipi, Jakarta Barat

Ukuran lahan : ± 6.500 m2

KDB : 60%

KLB : 4

GSB : 15 m dari jalan S.Parman, 8 m terhadap arah selatan, dan 3 m

terhadap arah barat

Ketinggian max : 24 lantai

Page 26: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

33

Gambar 2.16. Lokasi tapak proyek dan lingkungan di sekitarnya

Keterangan gambar:

Foto 2.1. Pemukiman dengan lahan hijau yang memadai

Foto 2.2.Gang kecil perumahan di belakang tapak

Foto 2.3.Halte untuk bus yang melewati jalan Letjen S. Parman

Foto 2.4.Fly over Nelimurni

Foto 2.5.Daerah seberang tapak tempat angkutan umum menarik penumpang

Foto 2.6.Daerah pertigaan tempat ojek atau bajaj menarik penumpang

Page 27: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

34

Foto 2.7.Menara Asia dan Hotel Peninsula

Foto 2.8.Pasar Slipi Jaya dan ruko-ruko

Foto 2.9.Jalan besar Letjen S. Parman yang mengarah ke tapak

Pada mulanya, di sebelah selatan tapak terdapat fly over yang kolongnya

ditempati banyak pedagang kaki lima. Taman dengan pot-pot tanaman yang

tersusun di tempat tersebut digantikan dengan gerobak-gerobak penjual makanan

dan minuman, lengkap dengan meja dan kursi. Karena daerah Slipi Jaya merupakan

daerah perkantoran, maka para pegawai yang berpenghasilan pas-pasan merasa

terbantu dengan kehadiran para penjual makanan di kolong fly over. Kondisi yang

terlihat sekarang ini adalah lokasi pedagang kaki lima berada di sepanjang jalan

Anggrek Nelimurni.

Foto 2.10. Pedagang kaki lima di sepanjang jalan Anggrek Nelimurni

Page 28: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

35

II.4. Studi Kasus dan Studi Banding

Poins Square

Lokasi : Jl. R.A. Kartini no.1, Lebak Bulus, Jakarta Selatan

Luas lahan : 15.000 m2

Luas mal : 30.772 m2

Luas apartemen : 65.067 m2

Luas fasum : 2.693 m2

Fasilitas : kolam renang, jogging track, fitness centre, taman bermain anak,

laundry, sauna

Season City

Lokasi : Jln. Latumenten, Jelambar, Jakarta Barat

Luas lahan : 51.288 m2

Luas bangunan: 431.638 m2

Gambar 2.17. Poins Square

Gambar 2.18. Season City

Page 29: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

36

Luas mal : 130.000 m2

Luas hunian : 185.400 m2

Luas fasum : 20.000 m2

Royal Mediterania Garden Residence

Lokasi : Jln. S. Parman, Grogol, Jakarta Barat

Luas lahan : 15.000 m2

Jumlah unit per kamar

1 BR (33 m2) 58 unit

2BR (42-72,5 m2) 232 unit

3 BR (100-110 m2) 174 unit

Fasilitas : kolam renang, fitness centre, mini market

Centro City Residence

Lokasi : Jln. Macan Kav. 4-5 Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Luas lahan : 11.500 m2

Jumlah lantai : 12

Jumlah unit : 350 unit (menara A)

Jumlah unit per kamar

Studio (26,5-27,4 m2) 192 unit

1 BR (33,7-34,8 m2) 72 unit

Gambar 2.19. Centro City Residence

Page 30: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

37

2 BR (53,1-52,5 m2) 84 unit

Fasilitas : kolam renang, jogging track, pusat perbelanjaan

The Lavande Residences

Lokasi : Jln. Dr. Soepomo 231, Tebet, Jakarta Selatan

Luas lahan : 11.500 m2

Jumlah tower : 2

Jumlah lantai : 22 dan 29

Jumlah unit per kamar

Studio (30,4-33,5 m2) 44 unit

1 BR (34,2-37,4 m2) 66 unit

2BR (53,8-63,6 m2) 374 unit

3 BR (82,9-84,6 m2) 232 unit

Fasilitas : kolam renang, fitness centre, laundry, ATM, ruang serba guna,

taman bermain anak, salon kecantikan, mini market, kafe dan

restoran.

Gambar 2.20. The Lavande Residence

Page 31: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

38

Margonda Residences

Lokasi : Jln. Margonda Raya, Depok, Jakarta Pusat

Luas lahan : 12.000 m2

Jumlah unit per kamar

Studio (20 m2) 450 unit

1 BR (38 m2) 202 unit

2 BR (76 m2) 26 unit

Fasilitas : kolam renang, mini market, fitness center, jogging track, taman

bermain anak, perpustakaan

Aston Urbana Residences

Lokasi : Jalan Alamanda Raya, Karawaci, Tangerang

Luas lahan : ± 40.000 m2

Jumlah tower : 5

Gambar 2.21. The Lavande Residence

Gambar 2.22. Aston Urbana Residences

Page 32: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

39

Jumlah lantai : 5-6 lantai

Jumlah unit per kamar

Studio (24 m2) 505 unit

Studio + (27.5 m2) 144 unit

2 BR (48 m2) 73 unit

Fasilitas : sport club dengan kolam renang, mini market, fitness center,

jogging track, laundry

Konsep tempat tinggal Aston Urbana lebih diarahkan kepada komunitas

perseorangan seperti mahasiswa ataupun karyawan sehingga urban lifestyle sangat

ditonjolkan. Hal ini dapat terlihat dari fasilitas-fasilitas penunjang yang hanya

menyediakan keperluan untuk kehidupan yang praktis seperti laundry, cafe, dan

businness center yang sifatnya buka 24 jam penuh.

Foto 2.11. Bagian fasilitas penunjang apartemen yang melayani 24 jam

Page 33: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

40

Apartemen ini menggunakan pengudaraan buatan pada bagian koridornya dan

bergantung pada pencahayaan buatan untuk penerangannya, karena cahaya alami

hanya dapat masuk melalui ujung-ujung koridor.

Ada pun unit-unit yang disediakan lebih dikhususkan kepada tipe studio,

sedangkan tipe dua kamar hanya sebagian kecil yaitu sekitar 10% dari total

keseluruhan unit.

Foto 2.13. Bagian dalam tipe unit studio

Foto 2.14. Area kamar tidur

Foto 2.12. Pencahayaan dan pengudaraan yang digunakan

Page 34: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

41

Foto-foto di atas adalah interior salah satu unit studio. Dari foto tersebut dapat

dilihat bahwa penempatan cahaya alami berada pada area pantry dan kamar mandi,

sedangkan bagian area tidur hanya mendapatkan sebagian sinar.

Kesimpulannya, apartemen ini sepenuhnya meningkatkan kenyamanan dengan

menggunakan pengudaraan dan pencahayaan buatan sebagai penunjang

kenyamanan dari apartemen tersebut. Sedangkan sosialisasi yang jarang terjadi di

tipikal-tipikal apartemen lainnya dapat terjadi oleh karena fasilitas layanan yang

bersifat 24 jam penuh dan hunian yang hampir seluruhnya dikhususkan untuk

mahasiswa dan karyawan yang memiliki gaya hidup dan cara pandang yang sama.

Cilandak Town Square

Gambar 2.23. Cilandak Town Square

Foto 2.15. Area kamar mandi

Page 35: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

42

Lokasi : Jln. TB. Simatupang Kav 17, Cilandak Barat, Jakarta Selatan

Luas bangunan: 7.991 m2

Pusat perbelanjaan ini terdiri dari 4 anchor tenant, 52 unit restoran dan kafe, 16 unit

retail dengan berbagai macam tipe penjualan, dan beberapa kios-kios kecil.

Foto 2.16. Kios-kios kecil di Cilandak Town Square

Cilandak Town Square hanya menggunakan pengudaraan buatan di dalam

unit-unit retailnya, sedangkan sirkulasi di dalamnya bergantung pada pengudaraan

dan pencahyaan alami.

Foto 2.17. Skylight di sepanjang mal

Foto 2.18. Pencahayaan alami yang menerangi hampir keseluruhan area

Page 36: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

43

Pemanfaatan cahaya alami tersebut dapat mengurangi beban penggunaan

cahaya buatan pada siang hari sehingga dapat menghemat penggunaan energi

Namba Parks

Namba Parks dibangun di lahan seluas sekitar 83.000 meter persegi. Kawasan

ini terdiri dari perkantoran, pertokoan, pusat hiburan, dan ruang publik di dalamnya.

Bangunan ini didirikan oleh The Jerde Partnership dengan mengambil konsep gurun

untuk bentuk massanya.

Letak bangunan perkantoran berada pada sisi-sisi ujung kawasan dengan

ruang terbuka hijau sebagai pusatnya. Taman di atap digunakan sebagai ruang hijau

yang bisa digunakan publik untuk bersantai dan bersosialisasi. Pusat perbelanjaan

pada kawasan ini menggunakan kombinasi ruang terbuka dan tertutup sehingga

kondisi lingkungan bisa teratasi, karena antar bangunan memiliki penghubung.

Gambar 2.24. Namba Parks di Osaka, Jepang

Page 37: BAB II TGA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-2-00106-AR bab 2.pdf · perbelanjaan, sehingga terlihat seperti massa bangunan yang utuh. Gambar 2.1. Contoh mixed

44

Gambar 2.25. Jalan setapak di atas bangunan

Gambar 2.26. Kombinasi ruang terbuka

Gambar 2.27. Hubungan antar pusat perbelanjaan