bab ii pembahasan a. biografi paus shenouda iii · meninggalkannya bersama 4 saudara perempuan dan...

70
22 BAB II PEMBAHASAN A. Biografi Paus Shenouda III Paus Shenouda III ( قداسة ال)الث الشنوده الثابا بadalah Paus Ke-117 dari Gereja Kristen Ortodhok Koptik yang berpusat di Gereja Santo Markus, Alexandria, Mesir tahun 1971-2012. Paus Shenouda III dilahirkan dengan nama Nazer Gayed di Desa Salam, Provinsi Asiut di daerah Mesir Atas dari keluarga Kristen yang religius pada 3 Agustus 1923. Ibunya meninggal setelah Nazer Gayed dilahirkan, dan meninggalkannya bersama 4 saudara perempuan dan 2 saudara laki-laki. Diantara saudara-saudaranya adalah Raphael dan Sawki yang kemudian bergelar Frater Botros Gayed (1918-1996). Paus Shenouda III adalah seorang pengkhutbah, guru, penulis, penyair, biarawan, bishop yang menginspirasi, dan pemimpin yang besar sekaligus sosok yang mampu membimbing jutaan pengikut melalui khotbahnya. Hal ini dijelaskan Maged Attia dalam bukunya “The 30th Anniversary Of The Enthronement of His Holiness Pope Shenouda III to The Apostolic Throne Of St. Marc 1973 2001”: His Holiness is, after all, a dynamic preacher, extraordinary teacher, skilful writer, talented poet, ascetic monk, meek hermit, inspiring bishop and, naturally, agreat Patriarch. His Holiness is the shining star, guiding milions by his enlightening sermons and great deeds (Attia, 2001:1) Beliau adalah seorang pengkhutbah yang dinamis, guru yang luar biasa, penulis berbakat, penyair yang bertalenta, biarawan, pertapa yang lembut, bishop yang menginspirasi, dan alami, Bapa yang agung.

Upload: duongphuc

Post on 02-May-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

22

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Paus Shenouda III

Paus Shenouda III (قداسة ال)بابا الشنوده الثالث adalah Paus Ke-117 dari Gereja

Kristen Ortodhok Koptik yang berpusat di Gereja Santo Markus, Alexandria, Mesir

tahun 1971-2012. Paus Shenouda III dilahirkan dengan nama Nazer Gayed di Desa

Salam, Provinsi Asiut di daerah Mesir Atas dari keluarga Kristen yang religius pada 3

Agustus 1923. Ibunya meninggal setelah Nazer Gayed dilahirkan, dan

meninggalkannya bersama 4 saudara perempuan dan 2 saudara laki-laki. Diantara

saudara-saudaranya adalah Raphael dan Sawki yang kemudian bergelar Frater Botros

Gayed (1918-1996).

Paus Shenouda III adalah seorang pengkhutbah, guru, penulis, penyair,

biarawan, bishop yang menginspirasi, dan pemimpin yang besar sekaligus sosok yang

mampu membimbing jutaan pengikut melalui khotbahnya. Hal ini dijelaskan Maged

Attia dalam bukunya “The 30th Anniversary Of The Enthronement of His Holiness

Pope Shenouda III to The Apostolic Throne Of St. Marc 1973 – 2001”:

His Holiness is, after all, a dynamic preacher, extraordinary teacher,

skilful writer, talented poet, ascetic monk, meek hermit, inspiring

bishop and, naturally, agreat Patriarch. His Holiness is the shining

star, guiding milions by his enlightening sermons and great deeds

(Attia, 2001:1)

Beliau adalah seorang pengkhutbah yang dinamis, guru yang luar

biasa, penulis berbakat, penyair yang bertalenta, biarawan, pertapa

yang lembut, bishop yang menginspirasi, dan alami, Bapa yang agung.

23

Dia adalah bintang yang bersinar, membimbing jutaan umat dengan

khotbah yang memberi pencerahan dan perbuatan yang besar.

Untuk mencapai posisi tertinggi dalam gereja atau Paus, bukanlah hal yang

mudah. Banyak proses yang harus dilewati, selain itu harus mau berkorban dalam

melayani Tuhan melalui pelayanan terhadap umat. Salah satu faktor pendukung

seorang Nazer Gayed muda dapat mencapai posisi tertinggi adalah pendidikan. Tak

hanya mendapat pendidikan formal di bangku sekolah umum, Nazer Gayed muda

juga aktif dalam menambah pengetahuan agama. Selain itu, kehidupan keluarga yang

religius juga menjadi latar belakang yang kuat bagi Nazer Gayed muda dalam

memperdalam ilmu agama.

1. Pendidikan Paus Shenouda III

Nazer Gayed muda mengawali pendidikannya di Sekolah Koptik di Damanhur,

kemudian melanjutkannya di American School di Banha. Nazer Gayed

menyelesaikan pendidikan setingkat sekolah menengah atas di Sekolah Koptik Eman

di Kairo, di daerah Shubra. Sejak berumur 16 tahun, Nazer Gayed muda telah aktif di

Sekolah Minggu di Gereja Santo Antoni di Subhra untuk memperdalam pengetahuan

tentang agama Kristen. Pada tahun 1943, Nazer Gayed melanjutkan studinya di

Fakultas Seni di Cairo University. Selama liburan musim panas, Nazer Gayed

mengisinya dengan mengikuti pendidikan di Biara Souryan untuk belajar agama

(Attia, 2001:1).

Sejak lulus dari Cairo University tahun 1947 dalam bidang Bahasa Inggris dan

Sejarah, Nazer Gayed mengikuti wajib militer dan dilanjutkan menjadi guru Bahasa

24

Inggris dan Sejarah. Selain itu, di tahun akhir pendidikan Nazer Gayed di Cairo

University, beliau juga menempuh pendidikan agama di Sekolah Tinggi Theologi

pimpinan Uskup Habib Girgis. Awalnya, sekolah Teologi ini hanya menerima peserta

didik yang telah lulus setingkat sarjana, tetapi kemampuan Nazer Gayed dalam hal

agama sangat baik, sehingga Nazer Gayed dapat diterima di sekolah teologi tersebut

langsung oleh Uskup Habib Girgis. Setelah lulus dari Sekolah Tinggi Theologi

tersebut, Nazer Gayed menjadi pengajar di Sekolah Biarawan di Hellwan sejak tahun

1953 dan melepas profesi awalnya yaitu sebagai guru Bahasa Inggris dan Sejarah di

tahun 1950 (Attia, 2001:2).

Latar belakang keluarga dan pendidikan yang religius inilah yang membuat

Nazer Gayed muda tertarik belajar dan memperdalam agama hingga

mengantarkannya sebagai aktivis gereja dan Sekolah Minggu sampai akhirnya

menjadi seorang biarawan dan mendapat jabatan-jabatan religius.

2. Kehidupan Sosial, Politik dan Keagamaan

Dilahirkan dari keluarga yang religius dan pendidikan agama yang kuat,

membuat Nazer Gayed muda adalah sosok yang memiliki sosial yang tinggi dengan

dibuktikan beliau memiliki banyak teman sekaligus seseorang yang dianggap dewasa.

Throughout his four years at the University he made many friends

who looked up to him because of his mature personality and often

they would go to him seeking advice about their problems. (Attia,

2001:1)

Sepanjang empat tahun menempuh pendidikan di Universitas, dia

memiliki banyak teman yang hormat kepadanya, karena beliau adalah

25

pribadi yang dewasa dan sering ditemui banyak teman untuk mencari

nasehat dan solusi dari masalah mereka.

Nazer Gayed muda sangat aktif sebagai pengajar di Sekolah Minggu.

Kepribadiannya yang hangat juga menarik perhatian banyak kaum muda untuk ikut

dalam Sekolah Minggu. Selain aktif sebagi pengajar di Sekolah Minggu sebagai bukti

pelayanan terhadap gereja, Nazer Gayed muda telah memperlihatkan jiwa

kepemimpinannya ketika dia bersama dua temannya, Labib Ragheb dan Shawki

Younan membuat sebuah pertemuan antar pemuda di Gereja St. Antonius di Shubra.

Pertemuan itu membuat keakraban antar pemuda dan pelayan gereja. Pertemuan

tersebut kemudian menjadi kegiatan rutin pemuda dan jemaat gereja yang

bertetangga. Nazer Gayed juga seorang pengkhutbah yang membuat orang tertarik

untuk mendengarkannya.

My father recalls that whenever Nazeer Gayed was scheduled to speak

at the youth meeting at St. Anthony’s Church, all the youth in the

neighbouring areas would flock to hear him. (Attia, 2001:2)

Ayahku mengingatkan bahwa, ketika Nazer Gayed dijadwalkan untuk

berbicara di pertemuan pemuda di Gereja St. Anthonius, semua

pemuda di daerah yang bertetangga akan berkumpul untuk

mendengarkanya.

Setelah diangkat menjadi Paus Shenouda III, kepeduliannya dalam bidang sosial

semakin dibuktikan dengan kebijakannya terhadap kaum muda dan kaum wanita. Hal

ini dibuktikan dengan dibuatnya departemen kepemudaan pada 1980 yang ditandai

dengan diangkatnya Bishop Moussa sebagai Bishop atau kepala di departemen

kepemudaan. Sedangkan kebijakan terhadap perempuan ditandai dengan diangkatnya

25 pelayan gereja pada Juni 1981 untuk melayani jemaat gereja di Kairo dan

26

Alexandria. Hal ini membuat banyak wanita berpendidikan untuk lebih peduli dan

mengabdikan hidupnya untuk pelayanan dan keuskupan di gereja.

Kehidupan politik Paus Shenouda III tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

beragamanya. Sebagai tokoh utama dalam Gereja Kristen Orthodok Koptik sekaligus

tokoh karismatik di Mesir, Paus Shenouda III sangat menjunjung toleransi dan

kesatuan sebagai rakyat Mesir. Seperti yang beliau sampaikan di konferensi minoritas

yang disponsori oleh PBB di Siprus, beliau menegaskan bahwa “Kami adalah Mesir,

bukan sekte di Mesir”, Paus Shenouda III juga menambahkan:

“We do not accept to be distinguished from other Egyptians. We do

not accept the word ‘Minority’ in such a meaning of claiming for the

political rights or for foreign help. We are Egyptians, part of Egypt –

of the same nation.” (Attia, 2001:48)

Kami tidak terima jika kami dibedakan dan dianggap bukan seorang

Mesir. Kami tidak menerima kata “Minoritas” untuk menjadi

semacam tuntutan politik atau mencari bantuan luar negeri. Kami

adalah Mesir, bagian dari Mesir – bangsa yang sama.

Sejak tahun 1986, Paus Shenouda III membuktikan rasa toleransinya dengan

selalu mengundang para Ulama Muslim untuk makan malam di akhir bulan

Ramadhan. Acara ini dihadiri oleh para Ulama, Perdana Menteri, tokoh nasional dan

para menteri. Hal ini adalah bukti cinta dan kerjasama yang sesungguhnya. Kecintaan

terhadap tanah air juga beliau tunjukkan dengan mengunjungi para tentara di gurun

Sinai pada Oktober 1973 ketika terjadi perang di sana. Paus Shenouda juga selalu

hadir dalam peringatan hari Nasional Mesir (23 Juli), Hari Kemenangan Oktober (6

Oktober) dan hari Buruh (1 Maret) di Parlemen Nasional.

27

Paus Shenouda III juga menegaskan bahwa beliau tidak akan membuat Partai

Koptik dalam perpolitikan Mesir.

“I never sought the establishment of a Coptic political party. This is

not our purpose or message. No one will vote for such a party. I

encourage Copts to be involved in the current political parties. It is in

our best interests to be in mainstream parties.” (Attia, 2001:49)

Saya tidak pernah berpikir untuk mendirikan partai politik Koptik. Ini

bukan tujuan atau pesan kami. Tidak ada yang akan mendukung partai

semacam ini. Saya mendorong para pemeluk Koptik untuk ikut dalam

partai politik yang ada. Ini adalah kepentingan terbaik kita menjadi

bagian partai yang mainstream.

Pada tahun 1995 ketika berkunjung ke Lebanon bertemu dengan Ulama Muslim

di sana. Syaikh Lebanon bahkan mengatakan kepada Paus Shenouda III “Kau adalah

Paus untuk semua, untuk Kristen dan untuk Muslim”. Hal ini membuktikan bahwa

Paus Shenouda III merupakan tokoh toleransi yang dikenal tak hanya di Mesir atau di

Timur Tengah, melainkan dunia. Seperti dibuktikan pada 20 November 2000, Paus

Shenouda III mendapat anugerah “Madanjeet Singh Prize for Tolerance and Non-

Violence” dari UNESCO atas perannya dalam toleransi di Mesir (Attia, 2001:49).

Madanjeet Singh Prize for Tolerance and Non-Violence adalah penghargaan dari

UNESCO yang diberikan kepada aktifis, artis, budayawan atau pegiat sosial yang

peduli terhadap toleransi dan anti kekerasan. Penghargaan ini berdiri pada tahun 1995

sebagai peringatan 125 tahun kelahiran Mahatma Gandhi (unesco.org diakses 17

Februari 2016).

Pada masa pemerintahan Anwar Sadad, Paus Shenouda III pernah mengalami

pengasingan di biara Anba Bishoy karena mengkritik kebijakkan pemerintah yang

28

mengubah konstitusi tentang penerapan hukum Syariah dari salah satu sumber hukum

menjadi sumber hukum utama, hal ini berakibat pada kebijakan terhadap minoritas,

seperti pembangunan gereja dan lain-lain. Kebijakan Anwar Sadad yang bersikap

otoriter ini berujung pada bentrokan antara pengikut Muslim dan Kristiani, yang

mengakibatkan ditangkapnya 1.536 orang, termasuk 120 pengikut Koptik, 8 Bishop

dan 24 Pendeta. Kemudian pada masa pemerintahan Hosni Mubarak, Paus Shenouda

dibebaskan dari pengasingannya, sejak saat itu hubungan antara dua pemimpin ini

menjadi sangat bersahabat. Paus Shenouda III terus mendukung Hosni Mubarak

hingga pada Revolusi Mesir tahun 2011. (Hulsman, dalam arabwestreport.info

diakses 23 Maret 2016)

3. Jabatan Spiritual

Nazer Gayed muda telah aktif dalam sekolah minggu sejak berusia 16 tahun.

Sejak menempuh pendidikan di Cairo University, Nazer Gayed muda menghabiskan

liburan musim panasnya di Biara Souryan untuk belajar agama. Nazer Gayed resmi

bergabung ke Biara Souryan di Wadi El-Natroun pada 18 Juli 1954. Nazer Gayed

diangkat langsung oleh kepala biara, Bishop Theophilus dan diberi nama (baptis)

dengan nama St. Antonius dan resmi menjadi seorang Frather (biarawan) dengan

gelar Fr. Antonius El-Souryani. Fr. Antonius El-Souryani juga diramalkan akan

menjadi seorang Paus oleh Bishop Benyamin Monafia.

On the day of Father Antonious El-Souryani’s ordination, His Grace

Bishop Benyamin of Monafia (1908-1963), sitting with some

members of his diocese said: “Our Patriarch was ordained today”.

(Attia, 2001:3)

29

Suatu hari ketika Frater Antonius El-Souryani ditahbiskan, Yang

Mulia Bishop Benyamin Monafia (1908-1963), sedang duduk bersama

beberapa anggota keuskupan berkata: “Paus kita telah ditahbiskan

hari ini”.

Pada 30 September 1962, Fr. Antonius El-Souryani diangkat oleh Paus Kyrillos

VI sebagai Bishop dengan gelar Bishop Shenouda sekaligus diberi kepercayaan

menjadi Bishop Pendidikan Theologi Kristen dan Sekolah Minggu. Puncak karir

keagamaan Bishop Shenouda adalah pada hari Jum’at, 29 Oktober 1971, Bishop

Shenouda masuk dalam daftar calon Paus ke-117 bersama Bishop Samuel, Bishop

Pelayanan Sosial dan Frather Timotheous El-Makary. Pada hari Minggu, 31 Oktober

1971, setelah melewati berbagai pemilihan yang ketat, salah seorang pemuda

bernama Ayman Muneer Kamel, mengambil kertas dengan mata tertutup, dan setelah

dibuka, nama yang muncul adalah Bishop Shenouda, maka Bishop Shenouda adalah

calon Paus Kristen Ortodok Koptik Ke-117.

Metropolitan Antonious opened the box and Ayman Mouneer, who

had been blindfolded, stretched out his hand, chose one of the pieces

of paper from the box and gave it to His Eminence who then unfolded

it and lifted it up. He joyfully declared God’s chosen shepherd for His

church as His Grace Bishop Shenouda, the Bishop for Education.

(Attia, 2001:8)

Uskup Metropolitan Antonius membuka kotak dan Ayman Mouneer,

yang matanya sudah ditutup, mengulurkan tangannya, mengambil

secarik kertas dari kotak dan memberikanya kepada Yang Mulia,

kemudian membuka matanya dan mengangkatnya. Dia bergembira

mendeklarasikan gembala pilihan Tuhan untuk Gereja-Nya, Yang

Mulia Bishop Shenouda, Bishop Pendidikan.

Bishop Shenouda diangkat menjadi Paus ke-117 pada 14 November 1971, dan

resmi menjadi pemimpin tertinggi Gereja Kristen Ortodok Koptik dengan gelar Paus

Shenouda III. Selain menjadi pemimpin tertinggi Gereja Kristen Ortodok Koptik,

30

Paus Shenouda III masih aktif menjadi editor untuk majalah El-Keraza dan menjadi

pengajar pada Seminari di Kairo, Alexandria dan Institusi Pendidikan Tinggi Koptik

di seluruh dunia. Paus Shenouda III juga mendirikan Seminari di berbagai negara

selain Mesir, seperti di Amerika, Australia dan negara-negara persemakmuran

Inggris. Selama hidup, Paus Shenouda III telah mengarang 101 buku dan telah

diterjemahkan ke berbagai bahasa seperti bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Itali dan

bahasa-bahasa lainya. Paus Shenouda III juga Paus Kristen Ortodok Koptik pertama

yang melakukan kunjungan ke Vatikan, Roma setelah 1500 tahun hal itu tidak

dilakukan. Dalam kunjungannya ke Vatikan, Paus Shenouda III bertemu dengan

Paus Paulus VI untuk membicarakan isu kekristenan, juga membuat persetujuan

dalam membangun persatuan diantara umat (Mikhail, dalam copticchurch.net diakses

21 September 2015).

B. Pemikiran Humanisme Paus Shenouda III

Menurut Paus Shenouda III dalam bukunya “Ten Concept” atau Sepuluh

Konsep yang menjelaskan tentang sepuluh konsep dalam diri manusia untuk

mencapai kedamaian hidup.

1. Konsep Kekuatan

Konsep pertama menurut Paus Shenouda III adalah konsep kekuatan.

Kekuatan adalah salah satu kebutuhan manusia. Setiap manusia ingin menjadi

kuat dan sebagai anak-anak Tuhan, manusia juga diharapkan untuk menjadi

kuat. Kekuatan adalah sifat Tuhan, Tuhan adalah pencipta segala sesuatu, yang

31

mematikan dan yang mempunyai keajaiban, dan itu merupakan bukti kekuatan

Tuhan.

Tuhan Maha Kuasa dan sumber segala kekuatan. Karena Tuhan adalah yang

paling kuat, dan manusia diciptakan dari penggambaran dan penyerupaan-Nya,

maka setiap manusia juga diharapkan untuk menjadi kuat.

It is true that we wish to be powerful, but let God be the source of

our power. He gives us power. Let us not depend on our own

power but on His power. Let us stand before Him weak and take

power from Him. (Shenouda, 1994:13)

Kita berharap untuk menjadi kuat, tapi biarkanlah Tuhan yang

menjadi sumber kekuatan. Dia memberi kita kekuatan. Kita tidak

boleh bergantung kepada kekuatan kita sendiri melalaikan kepada

kekuatan-Nya. Kita harus berdiri sebelum dilemahkan oleh-Nya

dan meminta kekuatan dari-Nya.

Sumber kekuatan bagi manusia adalah dari Tuhan, hal ini didasarkan dari

ayat Al-Kitab (Bible), Kitab Yohanes dan Kitab Mazmur:

)1: 51)يو بدوين ال تقدرون أن تفعلوا شيئاBiduni la taqdiruna an taf ‘alu syai an

“sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5)

)551 14:)مز وقد صار يل خالصا .ي هو الربرن قويت وت

Quwwati wa tarannumi huwa ar-Rabbu wa qad shara li khalashan

“Tuhan itu kekuatanku dan mazmurku (nyanyian); Ia telah menjadi

keselamatanku” (Mazm, 188:14)

Setiap manusia diberi kecerdasan, pengetahuan, pikiran, kepandaian,

keyakinan dan daya ingat. Selain itu, manusia juga diberi kemampuan untuk

menarik dan meyakinkan orang lain.

32

A powerful personality does not obey any wrong counsel. A person

with a powerful personality influences others and is not influenced

by them except by the counsel of the spiritual. A powerful

personality does not mean that a person be stubborn and

opinionated. But rather, he is powerful in good deeds and simple in

dealing with others. (Shenouda, 1994: 25-26)

Pribadi yang kuat adalah pribadi yang menolak nasehat yang salah.

Pribadi yang kuat adalah pribadi yang mampu mempengaruhi

orang lain dan tidak mempengaruhi kecuali pada hal yang spritual.

Pribadi yang kuat bukanlah pribadi yang keras kepala dan

berpendirian keras. Akan tetapi, ia yang memiliki tingkah laku

yang baik dan mampu bergaul dengan yang lain.

Setiap manusia diharapkan untuk memiliki kemampuan dalam memimpin

dan mempengaruhi orang lain. Akan tetapi, tidak setiap orang memiliki

kemampuan tersebut. Hal ini dikarenakan pemikiran yang sempit dan tidak

mau menerima saran dari orang lain dalam menghadapi masalah.

Salah satu cara mendapatkan kekuatan dari Tuhan adalah dengan Doa dan

Iman. Selain itu doa dan pelayanan kepada Tuhan adalah cara untuk

menemukan solusi dari setiap masalah. Hal ini menurut Paus Shenouda III

didasarkan pada kitab Kisah Para Rasul pasal 4 ayat 31:

، وامتأل اجلميع من الروح القدسوملا وصلوا، تزعزع املكان الذي كانوا جمتمعني فيه )15 :4)أع

Walamma washalu, taza‘za‘al-Makanul-ladzi kanu mujtami‘ina

fihi, wamtala al-Jami ‘u minar-Ruhil-Qudusi

“Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka

berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus” (Kis

31:4)

33

Dalam konsep kekuatan ini Paus Shenouda III menyatakan bahwa kekuatan

adalah modal awal bagi setiap manusia untuk melakukan segala sesuatu.

Tetapi, manusia harus selalu ingat kepada Tuhan, sang Maha Kuat dan sang

pemberi kekuatan, karena segala sesuatu dapat terjadi atas kehendak Tuhan.

Manusia harus menjadi kuat, maka cara untuk diberi kekuatan dari Tuhan dan

menjadi kuat adalah dengan berdoa dan mendekat kepada Tuhan, dan

menggunakan setiap kekuatan dari Tuhan itu untuk berbuat kebaikan.

2. Konsep Kebenaran dan Keadilan

Konsep kedua menurut Paus Shenouda III adalah tentang “Kebenaran dan

Keadilan”. Pemahaman dari sebuah “kebenaran” adalah menyatakan segala

sesuatu apa adanya. Segala sesuatu harus diungkapkan secara terang benderang

sesuai kenyataan. Sebuah kenyataan harus diungkapkan dengan jelas dan tidak

setengah-setengah.

Pemahaman tentang kebenaran yang lain adalah melawan kepalsuan yaitu

dengan menentang segala bentuk kemunafikan. Maka, sebuah pujian bisa

dinilai sebagai perlawanan terhadap kebenaran. Pujian adalah menyatakan

sesuatu yang membuat orang lain senang, tetapi hanya bermaksut untuk

mendapat pembelaan atau balasan. Selain itu, kadang sebuah pujian, tidak

sesuai antara maksud di dalam hati dan yang terucap melalui lisan. Hal yang

tidak sesuai antara hati dan lisan inilah yang disebut kemunanfikan, dan

merupakan hal yang harus dihindari.

34

Kebenaran sejalan dengan yang disebut “keadilan” yaitu prinsip pembelaan

terhadap kebenaran. Menurut Paus Shenouda III, manusia harus membela

sebuah kebenaran dari pada membela manusia yang dianggap benar.

My advice to such a person is: Defend the truth instead of

defending persons. (Shenouda, 1994:125)

Pesanku untuk orang-orang adalah: pertahankan kebenaran, dari

pada mempertahankan orang.

Menurut Paus Shenouda III, manusia harus mampu menilai sesuatu secara

objektif, yaitu penilaian berdasarkan hal yang dilakukan si pelaku, bukan

subjektif, yaitu menilai sesuatu berdasarkan pelakunya. Kebenaran yang hakiki

adalah kebenaran dari Tuhan, yaitu kebenaran yang besifat mutlak dan tidak

dapat diragukan. Hal ini sesuai dengan firman dalam Al-Kitab Yohanes pasal

14 ayat 6:

).6: 54)يو واحلق واحلياةأان هو الطريق Ana huwath-Thariqu wal-Chaqqu wal-Chayatu

Akulah jalan dan kebenaran dan hidup (Yoh 14:6)

Ayat di atas menerangkan bahwa kebenaran dan hidup adalah dua hal yang

berasal dari Tuhan. Manusia yang jauh dari kebenaran, ia juga jauh dari Tuhan

dan ia dekat dengan mara bahaya. Sehingga, manusia yang hidup dalam

kebenaran adalah ia yang selalu memegang teguh prinsip kebenaran dalam

hidupnya, yaitu prinsip yang sesuai dengan nilai dan ajaran Tuhan. Maka,

untuk mencapai hidup yang damai, manusia harus berpegang teguh terhadap

sebuah kebenaran.

35

Konsep kedua untuk mencapai hidup yang damai menurut Paus Shenouda

III ini adalah dua hal yang harus selalu dipegang oleh setiap manusia.

Kebenaran dan keadilan adalah dua hal yang saling berhubungan, setiap

manusia yang melakukan kebenaran adalah manusia yang adil. Begitu juga

sebaliknya, manusia yang adil adalah manusia yang melakukan kebenaran,

salah satunya pembelaan terhadap sesuatu yang benar dan memberi hukuman

terhadap sebuah kesalahan tanpa memandang siapapun pelakunya. Kebenaran

dan keadilan yang sejati adalah dari Tuhan, maka untuk melakukannya

manusia harus menggunakan dasar iman dan agama sebagai tolak ukur.

Sehingga manusia diajarkan untuk selalu patuh dan melaksanakan perintah

Tuhan dan menjauhi larangan Tuhan.

3. Konsep Ilmu Pengetahuan

Paus Shenouda III menjelaskan kembali tentang konsep untuk mendapat

hidup yang damai, yaitu konsep ilmu pengetahuan. Menurut Shenouda, Tuhan

memberikan manusia pikiran untuk dapat menerima ilmu pengetahuan. Tetapi,

di sisi lain, Tuhan juga ingin melihat seberapa berguna ilmu yang dimiliki

manusia itu untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain, baik itu individu atau

kelompok.

Ilmu pengetahuan bisa didapatkan manusia melalui berbagai cara, seperti

melihat dengan mata, menyentuh dengan tangan, mencium dengan hidung atau

mendengar melalui telinga. Selain itu, ilmu pengetahuan bisa didapatkan

melalui proses belajar. Ilmu pengetahuan bisa didapatkan manusia melalui

banyak hal seperti buku, koran, film ataupun media yang lain. Selain itu, ilmu

36

pengetahuan juga bisa didapatkan melalui teman dan lingkungannya. Maka,

salah satu fungsi Tuhan menciptakan indera untuk manusia adalah untuk

mendapatkan ilmu pengetahuan, maka pemberian Tuhan tersebut harus

digunakan secara benar.

Manusia harus berhati-hati dalam mencari ilmu pengetahuan yang ia dapat.

Manusia harus mampu memilih ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan

berguna bagi dirinya dan orang lain dengan tolak ukur iman dan agama.

Karena ada juga ilmu yang datang dari setan, yaitu ilmu yang harus dihindari.

Setan dapat mempengaruhi manusia melalui pikiran atau melalui mimpi, dan

hal itu dapat menjerumuskan manusia kepada keburukkan seperti tujuan utama

setan yang ingin menyesatkan manusia. Dari sekian banyak ilmu pengetahuan

yang ada, ilmu pengetahuan yang paling penting dimiliki manusia adalah

pengetahuan terhadap dirinya sendiri, seperti yang dikatakan Paus Shenouda

III:

You can gain great benefits from knowing yourself. When you

know that you are dust and ash, you will be humbled. When you

are aware of your sins, you will be regretful, repentful and contrite.

When you know your nature and the wars within you, you will be

able to overcome them. And when you know your talents, you will

use them to glorify God. (Shenouda, 1994:131-132)

Kau akan mendapat keuntungan yang besar jika dapat mengetahui

dirimu sendiri. Ketika kau tahu bahwa kau hanyalah butiran debu

dan abu, kau akan menjadi bijak. Ketika kau sadar akan dosa-

dosamu, kau akan menyesal, bertaubat dan bersedih. Ketika kau

tahu bahwa betapa alaminya dirimu dan peperangan ada dalam

dirimu, kau akan mampu untuk mengatasinya. Dan ketika kau tahu

tentang kemampuanmu, kau akan gunakan itu untuk

mengagungkan Tuhan.

37

Mengetahui diri adalah kewajiban seorang manusia, agar ia menjadi

seseorang yang bijak dalam menjalani hidup. Manusia akan menjadi bijak

ketika ia mampu mengetahui bahwa dirinya hanyalah makhluk hina seperti

butiran debu dan penuh dosa. Sedangkan karena kebijaksanaan dari Tuhanlah,

maka manusia diberi kemampuan yang hendaknya digunakan untuk memuji

dan mengagungkan Tuhan. Selain mengetahui dirinya sendiri, manusia juga

harus mengetahui tentang Tuhan yang menciptakannya dan berkuasa atas

dirinya. Ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap cara berfikir dan cara pandang

seseorang terhadap sesuatu, maka semakin banyak ilmu pengetahuan yang

dimiliki seorang manusia, maka ia akan memiliki cara pandang yang luas.

Salah satu ayat dalam Mazmur pasal 25 ayat 4 yang menjadi dasar oleh Paus

Shenouda III adalah:

(4: 51طرقك اي رب عرفين. سبلك علمين )مز

Thuruqaka ya rabbu arrifni, subulaka allimni

Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan, tunjukilah itu

kepadaku. (Maz 25:4)

Ayat dalam Mazmur itulah yang menjadi dasar Paus Shenouda III dalam

menjelaskan tentang jalan Tuhan sebagai ilmu, dan setiap manusia hendaknya

mengikuti jalan Tuhan tersebut. Menurut Paus Shenouda III, manusia diberi

pikiran dan kemampuan dari Tuhan serta berkewajiban untuk mencari ilmu

pengetahuan tersebut. Ilmu pengetahuan bisa didapatkan manusia dari berbagai

hal, namun manusia harus berhati-hati karena ada ilmu pengetahuan yang salah

dan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, yaitu ilmu yang berasal dari setan

38

yang harus dihindari. Paus Shenouda III menyatakan ilmu pengetahuan yang

wajib dimiliki manusia adalah pengetahuan tentang dirinya sendiri, karena

dengan mengetahui diri sendiri manusia akan lebih bijak dan lebih dekat

dengan Tuhan.

4. Konsep Dosa

Konsep keempat menurut Paus Shenouda III adalah tentang dosa.

Menurutnya, dosa adalah hal yang melanggar Tuhan dan hal yang memberi

bukti bahwa manusia mengingkari keberadaan Tuhan. Paus Shenouda III

mengatakan bahwa seorang pendosa perlu mendapat perhatian khusus.

A sinner is like one losing consciousness not knowing what he is

doing. He needs someone to awaken him, to make him come to his

senses and show him what he is doing (Shenouda, 1994:60).

Pendosa adalah orang yang seperti kehilangan kesadaran tanpa tahu

yang ia lakukan. Dia membutuhkan seseorang untuk

membangunkannya, untuk membuatnya sadar dan memperlihatkan

yang ia lakukan

Seorang pendosa dianggap orang yang kehilangan kesadaran, maka

sebenarnya dia (pendosa) itu tidak tahu bahwa sebenarnya dia melakukan dosa,

maka dari itu dia harus dibimbing agar bisa lepas dari dosa, sehingga dia sadar

dan segera bertaubat dari dosa yang dia lakukan. Dosa adalah bentuk

pemberontakan dalam melawan Tuhan.

It is a revolt and disobedience against God. Imagine then that dust

and ashes rebel and revolt against God the Creator of heaven and

earth! It is a kind of arrogance that dust revolts against God.

(Shenouda, 1994:61)

39

Ini adalah bentuk pemberontakan dan ketidakpatuhan dari

perlawanan terhadap Tuhan. Bayangkan kemudian, jika debu dan

asap, memberontak dan melawan Tuhan, Sang pencipta langit dan

bumi! Ini adalah salah satu bentuk kesombongan bahwa sebutir

debu melawan kehendak Tuhan.

Selain bentuk perlawanan terhadap Tuhan, dosa adalah salah satu bentuk

kesombongan. Seorang pendosa dengan sombong menganggap Tuhan itu tidak

ada, maka ia bebas melakukan kehendaknya sesuka hati tanpa mau tahu bahwa

ia sebenarnya hanyalah sebutir debu di mata Tuhan. Hal ini seperti yang

diungkapkan Paus Shenouda III sesuai dengan Kitab Amsal, Pasal 16 ayat 18:

(51 :56وهبذا الكربايء يسقط اإلنسان )أم

Wa bihadzal-Kibriya u yasquthul- Insanu

Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului

kejatuhan. (Ams 16:18)

Manusia yang sombong akan jatuh karena kesombongannya, sedangkan

manusia yang rendah hati dan menganggap kehidupan duniawi seperti debu

maka ia akan tetap dalam keselamatan. Maka setiap manusia harus menjaga

diri dari kesombongan, karena hal itu adalah dosa dan dapat menghancurkan

manusia. Paus Shenouda III mendasarkan konsep dosa tersebut sesuai dengan

kitab Yohanes 1 pasal 2 ayat 15:

(51: 5يو 5) فليست فيه حمبة اآلب ,حد العلمأأحب إن

In achabba achadun al-‘Alama falaisat fihi machabbatul-Abi

Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada

dalam orang itu(1 Yoh 2:15)

40

Dosa menunjukkan bahwa seorang manusia itu kekurangan cinta Tuhan.

Manusia lebih banyak yang cinta terhadap dunia dibandingkan dengan pemilik

dunia, yaitu Tuhan. Manusia yang lebih mencintai kehidupan dunia daripada

cinta kepada Tuhan, maka cinta dan kasih dari Tuhan juga tidak akan sampai

kepada orang tersebut. Seorang pendosa yang tidak patuh terhadap perintah

Tuhan dan melawan Tuhan maka dia akan kekurangan cinta Tuhan dan akan

terjerumus kedalam bahaya dan kesesatan.

Seperti yang diungkapkan Paus Shenouda III, dosa adalah perbuatan yang

harus dijauhi, tetapi tidak pada pelakunya, seorang pendosa harus dibimbing

agar segera bertaubat dan meninggalkan perbuatan dosanya. Paus Shenouda III

menyatakan kembali bahwa salah satu penyebab seseorang melakukan dosa

adalah karena dia kekurangan cinta dari Tuhan, salah satu penyebab manusia

tidak mendapatkan cinta dan kasih Tuhan adalah karena ia lebih mencintai

kehidupan dunia daripada Tuhan. Selain itu, dosa juga salah satu bentuk dari

ketidakpercayaan terhadap Tuhan.

5. Konsep Kesesatan

Konsep kelima menurut pemikiran Paus Shenouda III adalah konsep tentang

kesesatan. Paus Shenouda III menjelaskan konsep ini sesuai dengan Injil

Matius, pasal 18 ayat 6 dan 7:

هؤالء الصغار املؤمنني يب فخري له أن يعلق يف عنقه حجر الرحى دو من أعثر أح( ويل للعامل من العثرات! فال بد أن أتيت العثرات, ولكن 6ويغرق يف جلة البحر )

(51:6,7مت ( )7ويل لذلك األنسان الذي به أتيت العثرة! )

41

Wa man a’tsara achada ha ula ish-Shigharil-Mu minina bi

fakhairun lahu an yu’allaqa fi ‘unuqihi chajaral-Racha wa

yughraqa fi lujjatil-Bachri.(6) Wailun lil’alam minal-‘Atsarati!

Fala budda an ta tiyal-‘Atsaratu, wa lakin wailun lidzalikal-

Insanil-Ladzi bihi ta til-‘Atsratu! (7)

Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini

yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu

kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam

laut(6). Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang

penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang

mengadakannya(7). (Mat 18:6,7)

Kesesatan mungkin saja sesuatu yang disengaja, ketika hal itu membuat

orang lain celaka, dan kesesatan yang disengaja akan mendapat hukuman yang

berat. Kesesatan yang pertama kali terjadi adalah yang dilakukan Iblis terhadap

Adam dan Hawa yang membuat mereka berdua diturunkan ke dunia.

He caused our first parents to fall; for they were simple, knowing

no evil and he intended on making them fall through deceit and

temptation. (Shenouda, 1994:90)

Dia (iblis) telah membuat orang tua pertama kita jatuh; untuk

mereka ini adalah sangat sederhana, tahu bahwa tak ada kejahatan

dan dia bermaksud membuat mereka berdua jatuh melalui tipuan

dan godaan.

Melalui penyesatan tersebut, maka di dunia terjadi kejahatan yang

disebabkan oleh setan. Penyesatan dapat dilakukan melalui banyak cara, seperti

membuat seseorang akrab dan terbiasa dalam melakukan dosa, memudahkan

orang untuk melakukan dosa, membiarkan orang untuk mencoba dosa dan

memperkenalkan orang terhadap konsep-konsep yang salah. Maka, setiap orang

wajib belajar dan mengetahui apa yang dimaksud dosa yang mampu

menyebabkan penyesatan.

42

Thus knowledge which defiles his thoughts is introduced into his

mind. This knowledge may arouse lusts within and make him fall

into sin. (Shenouda, 1994:90)

Hingga pengetahuan yang mengotori pikirannya memasuki

pikirannya. Pengetahuan tersebut mungkin saja menimbulkan nafsu

dan membuatnya jatuh kedalam dosa

Manusia harus berhati-hati terhadap pengetahuan yang ia dapatkan.

Pengetahuan bisa datang dari mana saja, salah satunya adalah dari teman. Maka

seseorang harus berhati-hati jika ada teman yang mendorongnya untuk

melakukan sesuatu yang salah dan berdosa, maka sebenarnya ia telah

mendapatkan teman yang salah. Karena teman yang salah akan memberikan

hal-hal yang buruk, menyebar fitnah, merusak moral dan bisa jadi membuat

orang tersebut kehilangan imannya. Teman yang mengajak berbuat dosa dan

memberi kemudahan dalam berbuat dosa harus dihindari, karena teman seperti

ini mampu membuat seseorang tersandung dalam sebuah kesesatan. Banyak hal

yang mampu membuat orang sesat, bahkan dalam hal yang berhubungan

dengan agama sekalipun.

There are offenses in the field of religion as in the case of heretics

and those who spread suspicions concerning religion or spread

atheism or deny the resurrection and miracles of Christ. (Shenouda,

1994:94)

Ada banyak macam kesesatan dalam bidang agama, seperti kasus

orang yang melakukan bid’ah dan orang yang berbeda dalam

agama atau orang yang atheis atau menolak kebangkitan kembali

dan mukjizat Yesus Kristus.

Penyesatan juga bisa muncul dalam bidang agama, contoh yang terjadi

terhadap orang-orang yang membuat perkara baru dalam agama atau bid’ah,

orang-orang melakukan perbedaan dalam hal agama, selain itu kesesatan terjadi

43

terhadap orang-orang yang tidak percaya terhadap kebangkitan Yesus Kristus

dan mukjizatnya. Itulah mengapa manusia harus sangat berhati-hati terhadap

semua hal yang ia terima. Termasuk informasi yang diterima dari media masa

yang dapat berpengaruh langsung terhadap rusaknya pikiran, perasaan dan

tingkah laku.

Likewise, all sources of thought, whether books, magazines,

newspapers, pamphlets, leaflets etc... These might be a stumbling

block if they have a bad effect on people's thoughts, feelings and

behaviour and lead them onto a path which is harmful to them and

to the community. (Shenouda, 1994:96,97)

Demikian juga semua sumber dari pemikiran, baik itu buku,

majalah, koran, pamflet, selebaran dan lain-lain. Hal itu dapat

menjadi batu sandungan jika mereka memilki pengaruh buruk

terhadap banyak orang, pikiran, perasaan, tingkah laku dan

membimbing mereka kepada jalan yang berbahaya bagi mereka

dan lingkungannya.

Pikiran dan tingkah laku manusia dapat saja berbuah menjadi buruk karena

pengaruh lingkungan dan media masa, sehingga menjadi kewajiban setiap

manusia untuk membentengi diri, keluarga, teman dan lingkungnya, dari hal-

hal yang mampu membawa kesesatan. Karena seseorang bisa saja melakukan

kesesatan bahkan ketika dia dalam gereja dan berdoa, dia berbicara, maka dia

melakukan dua kesalahan, mengabaikan gereja dan Tuhan, juga telah

menyesatkan orang lain yang mencontoh perilakunya.

First : Not respecting the church, not respecting the prayers, and

lack of God's fear in their heart.

Second : He becomes an offense to others, who will either imitate

him, or commit the sin of condemning him. (Shenouda, 1994:99)

Pertama: Dia tidak hormat kepada gereja, tidak menghormati

ibadah, dan tidak punya rasa takut terhadap Tuhan dalam dirinya.

44

Kedua: Dia telah menyesatkan orang lain, yang salah satunya akan

mencontohnya, atau melakukan dosa dengan menghukumnya.

Selain itu, bentuk kesesatan yang lain adalah menjadi munafik, yaitu orang-

orang yang melakukan kebaikan, sebenarnya ia hanya berbohong, seperti orang

yang mengaku puasa, tetapi sebenarnya ia tidak melakuknnya. Maka setiap

orang tidak boleh hidup dalam kepura-puraan untuk mendapat pujian dari

manusia lain, karena hal itu termasuk bentuk kesesatan.

One should not feign righteousness to avoid being a cause of

offense! The right thing is to behave well and be actually righteous

in order not to offend people. (Shenouda, 1994:104)

Seseorang seharusnya tidak berpura-pura menjadi baik untuk

menjauhi penyebab kesesatan! Hal yang benar adalah dengan

berkelakuan baik dan menjadi baik yang sebenarnya untuk tidak

menyesatkan orang lain.

Kesesatan merupakan hal yang harus dihindari manusia, karena hal ini

berpengaruh buruk bagi diri sendiri dan lingkungan, maka dari itu manusia

harus berhati-hati terhadap perilakunya. Kesesatan banyak terjadi disemua

bidang, bahkan dalam bidang agama yaitu perbuatan bid’ah atau perbuatan

yang menyimpang dan mencurigakan, selain itu kesesatan dalam hal agama

terjadi pada orang-orang yang tidak percaya kebangkitan kembali dan mukjizat

Yesus Kristus. Media masa melalui buku, majalah, koran atau selebaran, juga

bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya kesesatan, jika berisi hal-hal buruk.

Kesesatan juga bisa terjadi melalui teman, jika seorang teman tersebut

mengajarkan keburukan atau membiarkan terjadinya keburukan. Manusia juga

harus berhati-hati terhadap sikap munafik, yaitu sikap ingin dipuji dan dianggap

orang lain dia tidak melakukan kesesatan. Maka manusia harus mampu

45

menjaga diri, keluarga, teman dan lingkungannya dari kesesatan ini dengan

terus belajar dan tahu tentang dosa yang harus dihindari dan tentang hal baik

yang harus dilakukan.

6. Konsep Ambisi Manusia

Konsep keenam menurut Paus Shenouda III adalah tentang ambisi, yaitu

hasrat terhadap cita-cita yang tinggi dan terus menerus. Ambisi adalah keadaan

seseorang yang tak pernah merasa puas dan tak pernah berhenti mencapai

tingkat tertentu dalam melakukan sesuatu. Namun, ambisi adalah sesuatu yang

alami dalam diri manusia, karena manusia adalah ciptaan Tuhan dari sebuah

penggambaran dan penyerupaan terhadap diri-Nya. Salah satu sifat Tuhan

adalah “tak terbatas”, sedangkan manusia merupakan gambaran dari Tuhan,

maka Tuhanpun menciptakan manusia memiliki sifat ingin menjadi “tak

terbatas” pula.

Since man cannot be unlimited by himself; for being unlimited is

the attribute of God alone, his desires and ambitions became

inclined to an unlimited level. Whenever a person attains a certain

position, he longs for a higher and better one. (Shenouda, 1994:47-

48)

Manusia tidak bisa menjadi tak terbatas dengan dirinya sendiri,

karena menjadi tak terbatas adalah sifat Tuhan, hasrat dan ambisi

manusia cenderung untuk mencapai tingkat tak terbatas. Suatu

ketika manusia bisa mendapatkan posisi tertentu, selama ia mau

berusaha untuk lebih tinggi dan lebih baik.

Seperti yang dikatakan Paus Shenouda III diatas, bahwa manusia tidak akan

bisa menjadi sesuatu yang “tak terbatas” atau bebas berkehendak, karena hal

itu merupakan sifat Tuhan yang Maha Kuasa, tetapi takdir manusia oleh Tuhan

46

diberi sifat yang ambisius dan berhasrat tinggi untuk mendapatkan sesuatu.

Tetapi hal itu bisa menjadi nyata jika seorang manusia mau berusaha dengan

baik. Paus Shenouda III mengungkapkan hal ini berdasarkan ayat Alkitab,

Roma pasal 12 ayat 3:

كما قسم هللا لكل إىل التعقل, يرتئي, بل ن يرتئيأال يرتئي فوق ما ينبغي أن (55:1حد مقدارا من اإلميان )روم وا

An la yarta iya fauqa ma yanbaghi an yarta iya, bal yarta iya

ilat-Ta’aqquli, kama qasamal-Lahu likulli wachidin miqdaran

minal-Iman

Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada

yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu

rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang

dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.(Rom 12:3)

Ambisi tiap manusia berbeda-beda dan ada dua macam ambisi manusia,

pertama, ambisi baik yang mengarahkan kepada kehidupan spiritual dan akan

membuat manusia merasa gembira dan lebih rendah hati karena ambisi yang

didasarkan untuk kebaikan dan Tuhan. Selain itu, ada ambisi buruk yaitu

ambisi yang berakibat kepada dosa, seperti ambisi yang bersifat duniawi, nafsu

untuk mendapat pujian dari orang lain yang berakibat kepada kesombongan, iri

hati dan ketidakpuasan. Seperti yang diungkapkan Paus Shenouda III tentang

perbedaan dua ambisi ini:

Sinful ambition: whenever it attains some level, it is puffed up and

becomes arrogant. Whereas spiritual ambition rejoices in the Lord

in humbleness. (Shenouda, 1994:53)

Ambisi yang penuh dosa: ketika memperoleh beberapa tahapan, hal

ini membuatnya menjadi angkuh dan sombong. Sedangkan, ambisi

spiritual membuatnya gembira dalam Tuhan dan kerendahhatian.

47

Hal yang diungkapkan Paus Shenouda III ini didasarkan pada ayat Alkitab,

Lukas pasal 12 ayat 10:

مىت فعلتم كل ما أمرمت به فقولوا: إننا عبيد بطالون, ألننا إنا عملنا ما كان (57:51)لو جيب علينا

Mata fa’altum kulla ma umirtum bihi faqulu: innama ‘abidun

baththaluna, liannana innama ‘amilna ma kana yajibu ‘alaina

Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan

kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba

yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus

lakukan (Luk 17:10)

Menurut Paus Shenouda III, ambisi yang harus dimiliki manusia adalah

ambisi yang bersifat spiritual, karena ambisi tersebut adalah ambisi yang

meletakkan cinta kepada Tuhan.

A person who has spiritual ambition, wants to attain the utmost of

spirituality due to his love to God, never thinks of rivaling or

competing with others or even surpassing them in

spirituality.(Shenouda, 1994:55)

Manusia yang memiliki ambisi spiritual, mengingingkan mendapat

kepuasan rohani sepenuhnya karena cintanya akan Tuhan, tidak

pernah memikirkan untuk bersaing atau berkompetisi dengan yang

lain atau bahkan berusaha melebihi yang lain dalam hal yang

bersifat rohani.

Ambisi yang bersifat spiritual ini hanya memasrahkan semua cinta kepada

Tuhan untuk mendapat cinta Tuhan, jadi manusia tersebut tidak berambisi

untuk bersaing dengan manusia lain dalam hal duniawi, ataupun bersaing

dalam kerohanian. Salah satu bentuk manusia yang memiliki ambisi spiritual

adalah dengan doa. Ambisi spiritual adalah ambisi yang terus berkembang, dan

doa adalah salah satunya selain cara manusia dalam melayani Tuhan.

48

In prayer, a spiritually ambitious person likes to develop and grow

whether with regard to the time he spends with God or to the

fervency, depth, contemplation, love and faith in his prayers.

(Shenouda, 1994:57)

Dalam doa, manusia yang memiliki ambisi spiritual seperti

berkembang dan tumbuh yang menganggap waktu yang ia habiskan

bersama Tuhan atau dengan kekuatan, kedalaman, perenungan,

cinta dan iman dalam doanya.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, Paus Shenouda III mengungkapkan

bahwa ambisi adalah hal yang alami bagi manusia, karena sifat ini adalah

pemberian dari Tuhan. Sifat manusia yang ambisius ini kadang mengantarkan

manusia untuk memiliki nafsu yang melampaui batas, yaitu ambisi untuk

menjadi tak terbatas. Tetapi, menjadi tak terbatas tidaklah mungkin bagi

manusia, karena sifat tak terbatas adalah milik Tuhan. Selain itu, diungkapkan

pula bahwa ada dua jenis ambisi manusia, pertama, ambisi spiritual yang

berdasar Tuhan dan mampu mengarahkan manusia untuk menjadi gembira di

dalam Tuhan dan kerendah-hatian, dan satu bentuk dari ambisi spiritual ini

adalah dengan doa untuk mengharap cinta Tuhan. Kedua, ambisi buruk yang

berakibat pada dosa, yaitu ambisi manusia yang bersifat keduniawian dan

hasrat untuk selalu dipuja, hal-hal buruk ini akan menjatuhkan manusia kepada

kesombongan dan ketidakpuasan. Maka, seperti yang diungkapkan Paus

Shenouda III, manusia harus melakukan segala sesuatu berdasar Tuhan, dan

setiap sesuatu yang dilakukan hanya untuk Tuhan agar mendapat rasa gembira

dan kerendahan hati, juga cinta dari Tuhan.

7. Konsep Istirahat & Kelelahan

49

Konsep ketujuh menurut pemikiran Paus Shenouda III adalah konsep

tentang istirahat dan kelelahan. Konsep yang dijelaskan Paus Shenouda III ini

berdasarkan pada kisah tentang penciptaan dunia, seperti yang disebutkan

dalam kitab Kejadian pasal 2 ayat 3:

وابرك هللا اليوم السابع وقدسه, ألنه فيه اسرتاح من مجيع عمله الذي عمل (5:1هللا خالقا )تك

wa baraka-Lahul-Yaumas-Sabi’a wa qaddasahu, li annahu

fihistaracha min jami’i ‘amalihil-ladzi ‘amila-Lahu khaliqan

Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya,

karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan

yang telah dibuat-Nya itu. (Kej 2:3)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Tuhan, beristirahat pada hari ketujuh

setelah Ia menciptakan dunia. Ayat dalam kitab Perjanjian Lama itulah yang

digunakan oleh Paus Shenouda III sebagai dasar dalam menjelaskan konsep ini

bahwa manusia juga membutuhkan istirahat setelah ia bekerja.

The rest meant here is the rest after finishing or completing work.

When a person completes what he is doing he feels comfort and

rest. (Shenouda, 1994:37)

Istirahat disini berarti beristrirahat setelah selesai menyelesaikan

pekerjaan. Ketika seseorang menyelesaikan yang ia lakukan dia

merasa nyaman dan tenang.

Pernyataan Paus Shenouda III diatas menerangkan bahwa setelah seseorang

menyelesaikan pekerjaannya, maka dia bisa bersitirahat dengan nyaman dan

tenang. Jadi bisa disimpulkan bahwa manfaat dari sebuah istirahat adalah

untuK mendapat sebuah ketenangan. Selain itu, ada sebuah istirahat yang

50

bersifat abadi, yaitu istirahat bukan karena lelah, sakit atau menderita, istirahat

itu disebut kematian.

A person after death rests from the troubles of this world, from the

disturbance and the burden of the body, and from the evil existing

around him. (Shenouda 1994, 1994:38)

Manusia setelah mati, dia telah meletakkan masalah di dunia, dari

gangguan dan dari beban di badan, dan dari kejahatan

disekelilingnya.

Maka, dalam Iman Kristen seseorang yang meninggal dunia disebut

“istirahat”dan didoakan supaya beristirahat dalam damai. Sedangkan ketika

manusia masih hidup di dunia, banyak hal yang membutuhkan istirahat, seperti

jasmani, pikiran, jiwa, hati dan perasaan. Selain istirahat untuk jasmani, ada

juga istirahat yang bersifat psikologis dan spiritual. Istirahat jasmani,

psikologis dan spiritual saling berhubungan, dengan mengistirahatkan jasmani

secara cukup, maka psikologis dan spiritual juga akan menjadi lebih baik.

Semua macam istirahat yang dibutuhkan manusia diawali dari istirahat

jasmani, Pernyataan ini didasarkan Paus Shenouda III dalam kitab Markus

pasal 2 ayat 27:

(5:57ت إنا جعل ألجل اإلنسان هو رب السبت أيضا)مربالس

As-Sabtu innama ju’ila li ajlil-Insani huwa Rabbus-Sabti aidhan Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari

Sabat. (Mark 2:27)

Tubuh manusia membutuhkan istirahat setelah melakukan pekerjaan, tetapi

bukan berarti manusia memerlukan banyak istirahat. Hendaknya, Istirahat itu

51

secukupnya saja, agar mental dan psikologi berjalan dengan seimbang dan

tubuh merasa nyaman setelah dipulihkan dari sebuah kelelahan pekerjaan.

To make the body comfortable, as some scientists say, do not let it

work for a long time without rest. Give your body some rest, even

for a few minutes, amidst long hours of work. This is the purpose

of the break given during work, to help your body recover and give

you rest. (Shenouda, 1994:39)

Untuk membuat tubuh merasa nyaman, seperti yang dikatakan

beberapa ilmuwan, jangan terlalu banyak bekerja tanpa istirahat.

Berikan tubuhmu sedikit istirahat, walaupun hanya beberapa menit,

ditengah-tengah waktu bekerja yang panjang. Hal ini dimaksudkan

untuk memberi jeda ketika bekerja, untuk membantu memperbaiki

tubuh kembali dan beristirahat.

Selain membutuhkan sedikit istirahat, kadang manusia membutuhkan

istirahat yang bersifat wajib, salah satunya karena sakit yang bisa jadi muncul

karena pekerjaan yang tidak seimbang dengan istirahat. Kadang, istirahat

dihubungkan dengan rasa lelah, padahal manusia membutuhkan istirahat tanpa

perlu menunggu lelah. Selain lelah karena bekerja, ada juga lelah yang

dikarenakan dari dalam diri manusia itu sendiri.

Some persons have no external reason for fatigue but fatigue comes

from within them, from the concerns of the heart, anxiety,

suspicions, fear and pessimism. Everything that happens to them

causes them trouble; they are the cause of their own fatigue not

others. (Shenouda, 1994:43)

Beberapa orang tidak punya alasan merasa lelah karena faktor dari

luar, tetapi dari dalam diri mereka sendiri, dari hati yang gelisah,

khawatir, curiga, takut dan pesimis. Semua yang terjadi terhadap

diri mereka sendiri adalah karena mereka sendiri; mereka sendiri

adalah penyebab lelah itu, bukan yang lain.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut Paus Shenouda III,

istirahat adalah sesuatu yang dibutuhkan manusia, karena itu merupakan kodrat

52

dari Tuhan. Sesuai Kitab Kejadian yang menjadi dasar konsep ini, Paus

Shenouda III mengungkapkan bahwa setelah bekerja selama enam hari dalam

penciptaan dunia, Tuhan beristirahat dan menguduskan hari tersebut, yaitu

Sabat atau Sabtu. Sehingga, istirahat sebagai kodrat manusia bukanlah sesuatu

yang bersifat buruk, bukan suatu kemalasan ataupun dosa, melainkan salah satu

cara untuk menjaga diri. Istirahat tak perlu menunggu merasa lelah, justru

dengan istirahat manusia tidak mudah merasa lelah. Selain faktor luar yang

membuat manusia merasa lelah, ada faktor dari dalam yang berpangkal dari

dalam hati, seperti rasa sedih, takut, khawatir dan penyakit hati lainnya yang

membuat manusia itu lelah disebabkan oleh dirinya sendiri.

8. Konsep Kebebasan

Paus Shenouda III menyatakan bahwa Tuhan menyukai manusia untuk

menjadi pribadi yang bebas, konsep tentang kebebasan ini didasarkan dalam

kitab Ulangan pasal 30 ayat 15, 19 dan 20:

(51) انظر. قد جعلت اليوم قدامك احلياة واخلري, واملوت و الشر ليكم اليوم السماء واألرض. قد جعلت قدامك احلياة واملوت. الربكة واللعنة. ع أشهد

(51) فاخرت احلياة لكي حتيا أنت و نسلك (51) به, ألنه هو حياتك إذ حتب الرب إهلك وتسمع لصوته وتلتصق

(11:51,51,51 )تث Unzhur. Qad ja’altul-Yauma quddamakal-Chayata wal-Khaira,

wal-Mauta wasy-Syarra. (15)

Usyhidu ‘alaikumul-Yaumas-Sama a wal-Ardha. Qad ja’altu

quddamakal-Chayata wal-Mauta. Al-Barakata wal-La’nata.

Fakhtaril-Chayata likay tachya anta wa nasluka. (19)

53

Idz tuchibbur-Rabbu ilhaka watasma’u lishautihi wa taltashiqu

bihi, liannahu huwa chayatuka (20)

Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan

dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, (15)

Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada

hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat

dan kuruk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau

maupun keturunanmu,(19)

dengan mengasihi Tuhan, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan

berspaut kepada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu(20)

Kebebasan, adalah sesuatu yang mengharuskan manusia untuk bertanggung

jawab terhadapnya. Manusia yang tidak mendapatkan kebebasan, berarti dia

tidak memiliki tanggung jawab atas hal tersebut.

On the other hand, freedom necessitates the accountability of man

for whatever he does whether good or evil so that he might be

rewarded for his good works and punished for his wrong or evil

works. (Shenouda, 1994:32)

Disisi lain, kebebasan mengharuskan seseorang untuk bertanggung

jawab terhadap sesuatu yang ia lakukan, apakah itu hal baik

ataupun hal buruk, jadi dia pantas mendapat penghargaan terhadap

pekerjaannya dan hukuman terhadap kesalahannya.

Manusia yang bertanggung jawab atas kebebasan yang ia lakukan, maka

pantas mendapat penghargaan, sedangkan jika ia melakukan kesalahan dari

kebebasan yang ia dapatkan, maka ia pantas mendapat hukuman. Karena,

kebebasan adalah sesuatu yang membutuhkan pertanggungjawaban, maka tidak

ada kebebasan yang bersifat mutlak. Selain itu, setiap manusia memiliki

kebebasan dalam melakukan segala hal yang ia inginkan dengan syarat, ia tidak

mengganggu kebebasan orang lain, jadi setiap kebebasan yang dilakukan harus

tetap menghormati kebebasan orang lain. Kebebasan yang dimiliki seseorang

54

hendaknya tidak membuat orang lain merasa khawatir dan takut, begitu pula

tidak membahayakan diri sendiri.

Your own self does not belong to us. It belongs to God who created

it and redeemed it. It belongs also to the community that cared for

you and brought you up and thus you have obligations towards it.

(Shenouda, 1994:33)

Dirimu bukanlah milikmu sendiri. Dirimu adalah milik Tuhan yang

menciptakannya dan menyelamatkan. Dirimu juga milik dari

kumpulan yang memperdulikanmu dan membawamu dan dengan

demikian kamu wajib menghormatinya.

Kebebasan yang dimiliki manusia bukanlah sesuatu yang benar-benar bebas

dan mutlak, karena diri manusia itu sendiri bukanlah miliknya pribadi,

melainkan milik penciptanya, yaitu Tuhan. Selain itu, manusia harus

menghormati orang-orang disekitarnya yang telah perdulikan. Kebebasan yang

tidak mutlak dan memiliki batas tersebut, adalah untuk kebaikan diri sendiri,

orang lain, dan juga agar menjaga manusia dekat dengan Tuhan. Kebebasan

yang nyata adalah kebebasan dari kesalahan dan dosa, yaitu kebebasan dari

kebiasaan buruk, perasaan jelek di hati, dan pikiran-pikiran yang menyimpang.

Maka, manusia yang mampu bebas dari dosa di dalam dirinya, dapat

menggunakan kebebasan tersebut dengan tepat. Beberapa orang mampu

memperoleh kebebasan yang nyata, yaitu orang-orang yang mampu

mengendalikan dirinya. Salah satu cara manusia untuk mengendalikan diri

untuk mendapat sebuah kebebasan adalah dengan “puasa” dan cara-cara lain

dalam menjaga diri.

55

spiritual exercises to control his body through fasting and vigil and

to control it regarding lusts so that he may not plunge into diversion

and sensual delight and lose his spirituality. (Shenouda, 1994:36)

latihan rohani untuk mengendalikan tubuh antarlain melalui puasa,

menjaga diri, dan mengendalikan yang berkenaan dengan nafsu,

sehingga ia tidak akan terjun di dalam hiburan dan nafsu

kesenangan dan kehilangan kerohaniannya.

Paus Shenouda III juga memberi pesan agar menggunakan kebebasan yang

dimiliki untuk berbuat kebaikan, yang berguna untuk dirinya sendiri dan untuk

orang lain. Tapi, satu hal yang perlu digaris bawahi, bahwa segala sesuatu

harus diawali dari diri sendiri, kemudian kepada orang lain. Dalam konteks ini

adalah kebebasan yang mampu memberikan manfaat dan berupa kebaikan.

My advice to you is, use your freedom for your own benefit and for

the benefit of others. Free yourself within first before you practice

your external freedom.(Shenouda, 1994:35)

Pesanku untuk kalian adalah, gunakan kebebasanmu untuk

kebaikan bagi dirimu sendiri dan kebaikan bagi yang lain.

Bebaskan dirimu di dalam dahulu sebelum kalian menggunakan

kebebasan itu keluar (kepada yang lain).

Paus Shenouda III menyatakan bahwa Tuhan menyukai manusia untuk

menjadi bebas berdasarkan Kitab Ulangan, pasal 30 ayat 15, 19, 20. Kemudian

dijelaskan kembali bahwa kebebasan adalah sesuatu yang harus dipertanggung-

jawabkan, sedangkan manusia yang tidak mendapat kebebasan berarti ia tidak

memiliki tanggung jawab. Karena kebebasan adalah sesuatu yang harus

dipertanggungjawabkan, maka tidak ada kebebasan yang bersifat mutlak.

Sehingga, sebuah kebebasan harus mampu menghormati dan tidak

mengganggu kebebasan orang lain, karena sesungguhnya diri manusia itu

56

bukanlah miliknya sendiri, melainkan milik Tuhan. Kebebasan yang nyata

adalah keadaan seorang orang manusia yang mampu lepas dari kesalahan dan

dosa yang mampu melukai diri sendiri dan orang lain disekitarnya. Jadi, pesan

Paus Shenouda III, walaupun manusia memiliki kebebasan untuk melakukan

apapun yang ia mau, tetapi ia harus menggunakan kebebasan yang ia punya

untuk melakukan kebaikan bagi dirinya sendiri dan orang lain.

9. Konsep Cinta & Persahabatan

Konsep kesembilan menurut Paus Shenouda III adalah konsep cinta. Dalam

membicarakan tentang konsep ini, beliau mendasarkannya pada kitab Ulangan

pasal 6 ayat 5:

(6:1فتحب الرب إهلاك و من كل قلبك ومن كل نفسك ومن كل قوتك )تث

Fatuchibbur-Rabba ilahaka wa min kulli qalbika wa min kulli

nafsika wa min kulli quwwatika

Kasihilah Tuhanmu, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan

segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. (Ul 6:5)

Dasar dari ayat dalam Kitab Perjanjian Lama inilah yang dipakai Paus

Shenouda III dalam menentukan makna cinta. Setiap manusia diwajibkan

mencintai Tuhan dengan hati, dengan jiwa dan dengan kekuatan lebih dari

apapun, jadi cinta terhadap manusia atau sesuatu yang lain, tidak boleh

melebihi cinta terhadap Tuhan. Karena, hati manusia adalah ciptaan Tuhan,

jadi cinta terhadap Tuhan itulah yang dipakai untuk mencintai orang lain.

Our love for everyone and for everything should be through or

within the scope of our love for God. (Shenouda, 1994:71)

57

Cinta kita terhadap orang lain atau sesuatu yang lain haruslah lewat

dalam luasnya cinta kita terhadap Tuhan.

Jika ada cinta melebihi cinta terhadap Tuhan, maka itu adalah cinta yang

salah dan dia tidak layak bagi Tuhan, hal ini didasarkan Paus Shenouda III

dalam Injil Matius pasal 10 ayat 37:

فال يستحقين, من أحب أبنا أو أبنة أكثر مين ثر مين أاب أو أما أك من أحب (51:17فال يستحقين )مت

Man achabba Aban au Umman aktsar minni fala yastahiqquni, wa

man achabbab-nan au ibnatan aktsar minni fala yastahiqquni

Barangsiapa mengasihi bapa dan ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak

layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau

anak perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. (Mat

10:37)

Dari ayat dalam Injil Matius yang menjadi dasar tersebut, Paus Shenouda III

menjelaskan bahwa cinta terhadap apapun yang melebihi cinta terhadap Tuhan,

maka dia termasuk manusia yang tidak pantas mendapat cinta Tuhan. Tetapi,

cinta antara anak dan orang tua adalah salah satu bentuk cinta yang alami, yaitu

cinta yang memang dicontohkan Tuhan, karena cinta Tuhan juga cinta yang

alami seperti cinta ayah dan anak. Selain cinta yang alami, ada juga cinta yang

diperoleh melalui proses tertentu, seperti cinta terhadap teman, sanak keluarga,

rekan kerja, atau cinta diantara dua orang bertunangan atau suami istri.

Kekuatan cinta itu berkembang secara berangsur-angsur.

It may begin as an acquaintance, then develop into friendship.

Acquaintance is a relation between two or more persons who may

work together or have similar interests, and this may develop into a

friendship. (Shenouda, 1994:73)

58

Ini mungkin berawal dari sebuah perkenalan, kemudian

berkembang menjadi sebuah persahabatan. Perkenalan adalah

sebuah hubungan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama

atau memiliki kesamaan kepentingan, dan ini mungkin akan

berkembang menjadi sebuah persahabatan.

Cinta yang tercipta secara tidak alami inilah yang membuat orang

mendapatkan sebuah hubungan baru yang bisa jadi dimulai dari sebuah

perkenalan, seperti persahabatan atau sebuah pernikahan. Ada juga yang

disebut dengan rasa kagum. Kekaguman berbeda dari rasa cinta, karena rasa

kagum muncul terhadap orang lain yang karena dia melakukan sesuatu, seperti

kekaguman terhadap atlit atau terhadap penulis. Rasa kagum tidak disertai

dengan adanya sebuah hubungan ataupun cinta. Sedangkan cinta adalah

pertemuan diantara dua hati yang memiliki rasa dan emosi yang sama.

Love should be reasonable, wise and spiritual; for there are

different kinds of love that may cause harm. True love should be

chaste; for there is a difference between love and lust. (Shenouda,

1994:73,74)

Cinta seharusnya adalah sesuatu yang beralasan, bijak dan spiritual;

berbeda dengan cinta yang membuat kerusakan. Cinta sejati

seharusnya suci; ada perbedaan antar cinta dan nafsu.

Cinta sejati adalah sesuatu yang suci dan mampu menjaga kemurnian,

sedangkan nafsu hanya mempunyai niat untuk melampiaskannya saja tanpa

adanya cinta. Maka, cinta sejati mendasarkan perasaan tersebut kepada Tuhan.

Cinta sejati juga cinta yang membuat seorang manusia itu mampu menjaga dan

tidak kehilangan spiritualitasnya.

59

Who loves you truly does not rob for himself your love for God nor

decreases its value nor shakes the love of God in your heart.

(Shenouda, 1994:75)

Dia yang mencintaimu dengan murni tidak akan merampas cintamu

kepada Tuhan atau tidak akan mengurangi nilai atau tidak akan

menggoyahkan cintamu terhadap Tuhan di hatimu.

Maka cinta sejati adalah cinta yang membuat seseorang itu bertambah iman

dan cintanya terhadap Tuhan, selain itu cinta sejati adalah cinta yang bersifat

abadi, yaitu cinta yang mampu membawa menuju surga. Selain konsep cinta,

Paus Shenouda III juga membahas tentang konsep persahabatan, cinta dan

persahabatan adalah dua hal yang saling berhubungan, dalam cinta ada

persahabatan dan dalam persahabatan ada cinta, seperti kisah antara Daud dan

Yonatan yang dikisahkan dalam Kitab 2 Samuel pasal 1 ayat 26:

تك يل أعجب من بي يواناثن. كنت حلوا يل جدا. حمقد تضايقت عليك اي أخ (5:56صم 5) حميت النساء

Qad tadhayaqtu ‘alaika ya akhi Yunatsanu. Kunta chulwan li

jiddan. Mahabbatuka li a’jabaka min mahabbatun-Nisa i

Merasa susah aku karena engkau, saudaraku Yonatan, engkau

sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib dari pada

cinta perempuan. (2 Sam 2:26)

Ayat di atas menjelasakan tentang cinta diantara dua jiwa dalam sebuah

persahabatan yang murni. Dijelaskan Paus Shenouda III, bahwa persahabatan

adalah perasaan ramah antara satu orang dengan orang lain yang membawa

kepada kebaikan.

Friendship is a feeling of amiability which might be between one

man and another, one woman and another, or among the members

of one family or between two families with their members whether

60

men or women. It might be between two sexes within the scope of

spiritual love without any physical feeling. A friend should be true

in friendship. He should be righteous so as to lead his friend to

goodness. (Shenouda, 1994:78)

Persahabatan adalah perasaan ramah yang bisa terjadi anatara

seorang laki-laki dengan yang lain, atau seorang perempuan dengan

yang lain, atau diantara anggota dari sebuah keluarga atau antara

dua keluarga dengan anggota mereka apakah laki-laki atau

perempuan. Hal ini juga bisa terjadi antara dua orang lawan jenis

didalam lingkup cinta spiritual tanpa adanya perasaan secara fisik.

Seorang sahabat seharusnya mengajak kebenaran dalam

persahabatan. Dia harus menjadi adil, sehingga mampu membawa

temannya kepada kebaikan.

Persahabatan yang sejati adalah mereka yang selalu mengajak kepada

kebaikan, sedangkan teman yang mengajak kepada keburukan dan mengajak

untuk melakukan keburukan itu secara terus menerus, maka itu adalah sahabat

yang palsu, maka dalam memilih teman haruslah ia yang mampu mengajak

kepada keadilan dan kebaikan. Selain itu, manusia harus berhati-hati dari cinta

yang salah, yaitu cinta yang membawa kepada dosa.

It is not love to encourage a person to continue in sin. (Shenouda,

1994:81)

Bukanlah sebuah cinta jika ia mendukungmu untuk terus menerus

melakukan dosa.

Cinta yang sejati tidak akan mendukung seorang manusia untuk terus

melakukan dosa, maka setiap manusia harus berhati-hati dalam perasaan cinta

tersebut. Disisi lain, setiap orang juga menganggap jika ia mencintai seseorang,

maka harus membelanya apapun yang orang yang dicintai lakukan, walaupun

dalam perbuatan salah, tetapi yang dibenarkan justru sebaliknya, yaitu

menjaganya agar tidak melakukan kesalahan tersebut.

61

You can lead him to repentance, thus saving him and saving

yourself of being condemned with him. True love is to deliver him

of his faults, or to justify his faults before others. (Shenouda,

1994:82)

Kamu bisa mengajaknya untuk bertaubat, sehingga dapat

menjaganya dan menjagamu dari memberikan hukuman

terhadapnya. Cinta sejati adalah menyampaikan kesalahan-

kesalahan yang ia lakukan, atau membenarkan kesalahan tersebut

sebelum yang lain.

Salah satu bentuk konsep cinta dan persahabatan adalah pidato Paus

Shenouda III dalam pertemuan minoritas yang disponsori oleh PBB di Siprus

tahun 1994 yang menyatakan bahwa kaum Koptik di Mesir bukanlah sebuah

minoritas, tetapi bagian dari Mesir. Pernyataan tersebut didasarkan terhadap

rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa (Attia, 2001:48).

Konsep cinta dan persahabatan menurut Paus Shenouda III, ada dua macam

cinta, yaitu alami seperti yang ada antara anak dan orang tua, dan cinta yang

memerlukan proses belajar seperti cinta terhadap orang lain, teman, dan

hubungan antara suami istri. Cinta dan persahabatan adalah dua hal yang saling

berhubungan, karena sebuah persahabatan dapat terjadi karena cinta.

Persahabatan yang sejati adalah persahabatan yang mengajak kepada kebaikan,

jika persahabatan itu mengajak kepada keburukan dan dosa, selain itu menjadi

pendudukung perbuatan buruk tersebut, maka itu adalah suatu hubungan yang

salah. Jika sampai seorang sahabat melakukan kesalahan dan dosa, maka

hendaknya dia dibimbing agar segera bertaubat dan tidak melakukanya

kembali. Karena cinta dan persahabatan yang salah, dapat membahayakan diri

sendiri dan orang lain, hal ini membawa kepada dosa dan membuat manusia

62

jauh dari Tuhan. Manusia diperbolehkan untuk mencintai orang lain, tetapi

cinta itu tidak beoleh melebihi cinta terhadap Tuhan. Manusia harus

menjadikan cinta terhadapan Tuhan sebagai sesuatu yang utama, dan dengan

cinta dari Tuhan tersebut manusia menaburkan cinta terhadap yang lain.

10. Konsep Lemah Lembut

Konsep kesepuluh menurut Paus Shenouda III yaitu konsep lemah lembut.

Konsep ini didasarkan bahwa lemah lembut adalah salah satu sifat Yesus, hal ini

didasarkan pada perkataan Yesus dalam Injil Matius pasal 11 ayat 29:

(55:51يع القلب, فتجدوا راحة لنفوسكم )مت اضين وييع و متو مين, أل او تعلمو

Wata’allamu minni lianni wadi’un mutawadhi’ul-Qalbi, fatajidu

rahatan linufusikum

Dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati

dan jiwamu akan mendapat ketenangan (Mat 11:29)

Dari dasar ayat dalam Perjanjian Baru di atas, kemudian Paus Shenouda III

memberi pengertian tentang orang yang lembut, yaitu orang yang

berkepribadian tenang, halus, dan ceria.

He is calm, does not get angry, agitated, or furious, but their voice

is gentle and pleasant. He does not get nervous for he is composed.

(Shenouda, 1994:106)

Dia itu tenang, tidak cepat emosi, gelisah, atau marah, tetapi

suaranya lembut dan menyenangkan. Dia tidak mudah gugup

karena dia tenang.

Orang yang lembut adalah orang yang tenang di luar maupun di dalam

karena kedamaian selalu bersemayam di dalam hatinya, sehingga ia tak mudah

merasa khawatir ataupun gugup. Orang yang memiliki kedamaian hati akan

63

merasa tenang dalam setiap keadaan, dia tidak akan menyerang yang lain,

menyakiti yang lain, tidak pernah berbuat kasar ataupun membalas walaupun ia

disakiti. Orang yang lemah lembut melihat perbuatan Tuhan sebagai contoh,

yaitu menahan nafsu, bersabar terhadap pendosa, dan mereka tak pernah

mengeluh.

He never grumbles either in his relation with God or with people,

but on the contrary, he is always cheerful and smiling. (Shenouda,

1994:107)

Dia tidak pernah mengeluh terhadap hubungannya dengan Tuhan

atau dengan manusia lain, tetapi sebaliknya, dia selalu bahagia dan

tersenyum.

Orang yang tenang adalah orang yang tak pernah mengeluh dengan sesuatu

yang menimpa dirinya, baik ujian dari Tuhan maupun dari orang lain, mereka

akan selalu gembira dan tersenyum dalam menghadapi hidup. Selain itu, salah

satu ciri manusia yang tenang adalah pemalu.

He is known for his bashfulness and even as one of the fathers said,

'He does not look fully at anyone's face'. He does not examine one's

features nor go deep within them to know their hearts. He does not

analyze people and their feelings for his looks are simple. He is shy

and always bashful. (Shenouda, 1994:107,108)

Dia dikenal karena ia seorang pemalu dan seperti apa yang

dikatakan Bapa, ‘Dia tidak melihat wajah orang lain secara penuh’.

Dia tidak menguji sifat orang lain bukan untuk tahu seberapa dalam

mereka mengetahui hatimya. Dia tidak meneliti orang-orang dan

perasaan mereka karena mereka melihat dengan sederhana. Dia

pemalu dan selalu merasa segan.

Selain dikenal sebagai pribadi yang pemalu, orang-orang yang lemah lembut

juga dikenal sebagai pribadi yang mudah dalam mengambil keputusan, karena

ia adalah seorang yang tidak memilki sifat licik, iri dan dengki. Orang yang

64

lembut juga merupakan pribadi yang sederhana, karena mereka bukan orang

yang suka menyembunyikan sesuatu dan mereka bukan pribadi yang rumit.

Dalam mengambil keputusan, mereka selalu membuat keputusan yang jelas,

serta memberikan kenyamanan bagi yang lain karena sifat sederhana, jelas dan

menyenangkan tersebut. Hal-hal yang menyenangkan tersebut yang membuat

orang dengan hati lembut mampu membuat banyak orang suka kepadanya.

Orang yang lembut juga tidak akan kehilangan kelembutannya walaupun ia

mendapat jabatan atau posisi yang tinggi, yang biasanya membuat banyak

orang lupa terhadap hal yang harus ia lakukan.

He does not lose his meekness when he holds a high position or

enjoys some authority. He maintains his meekness whatever high

position he attains. His heart is not elevated by the power of

authority. (Shenouda, 1994:109)

Dia tidak kehilanagan kelembutannya ketika ia memegang posisi

yang tinggi atau sedang menikmati kekuasaan. Dia memelihara

kelembutannya meskipun dia telah mendapatkan posisi yang ia

inginkan. Hatinya tidak menjadi sombong terhadap kekuatan dari

sebuah kekuasaan.

Sehingga, orang yang memiliki pribadi yang lembut, akan selalu menjaga

kelembutan dalam hatinya dimanapun ia berada. Dia tidak akan menjadi

sombong meskipun ia berada pada posisi atau jabatan yang memberikannya

kekuatan dan kekuasaan. Orang yang lembut kadang dihubungkan dengan

orang yang tidak memiliki keberanian dan mereka banyak dicemooh karena hal

tersebut, selain itu mereka terlalu toleran dan sabar. Banyak yang berfikir pula

bahwa orang yang lembut dianggap tak peduli terhadap sesuatu yang buruk dan

tidak akan memberikan hukuman terhadap hal buruk tersebut. Hal itu adalah

65

kelembutan yang salah, sebaliknya kelembutan adalah sesuatu yang dekat

dengan keberanian.

The right concept of meekness recognizes being connected with

manliness, self-respect, courage and gallantry (Shenouda,

1994:110)

Konsep yang benar untuk mengenali kelembutan berhubungan

dengan kejantanan, kepedulian pribadi, keberanian dan

keperkasaan.

Kelembutan tidak sama dengan lemah, maka walaupun memiliki sifat

lembut, maka ia harus tetap memiliki sifat kuat, berani dan peduli terhadap

yang lain. Tetapi, kelembutan merupakan suatu kebaikan, walaupun tetap kuat

dan berani, kelembutan tidak pernah menggunakan kekerasan.

Goodness is the general nature of the meek. However, there is time

in his life for courage and time for gallantry, but without violence

in any case. (Shenouda, 1994:111)

Kebaikan adalah sifat yang umum dari kelembutan. Walaupun, ada

waktu tertentu untuk berani dan waktu untuk perkasa, tetapi tidak

penah menggunakan kekerasan dalam semua kasus.

Paus Shenouda III menjelasakan bahwa konsep lemah lembut diatas adalah

untuk mencontoh sifat sang Juru Selamat, Yesus Kristus yang lemah lembut

dan rendah hati, dan dengan memilki sifat tersebut maka ia akan mendapat

ketenangan dalam hidupnya. Orang yang lemah lembut adalah orang yang

tenang, tidak mudah khawatir, tidak mudah marah, biasanya terlihat pemalu,

dan sangat mudah membuat keputusan yang baik bagi dirinya sendiri dan

orang lain karena tidak bersifat licik dan dengki. Orang yang lemah lembut

sering dicemooh karena kesabaran dan toleransi yang tinggi, dianggap tidak

66

memiliki keberanian, dan dinilai tidak akan melakukan apapun ketika melihat

kejahatan. Hal tersebut adalah salah, sebaliknya, orang dengan sifat lemah

lembut dalam hatinya mereka akan tetap tenang, berani dan peduli. Sesorang

yang lemah lembut tidak akan kehilangan sifat tersebuat walaupun ia berada

dalam posisi atau jabatan yang memiliki kekuatan dan kekuasaan, sifat lemah

lembut dalam dirinya akan terus ada dimanapun ia berada. Dan sifat dasar dari

lemah lembut adalah mereka memilki kebaikan, dan walaupun tetap memilki

keberanian dan keperkasaan, mereka tidak akan menggunakan kekerasan

dalam hal apapun.

Sepuluh pemikiran humanisme tentang konsep hidup untuk mencapai hidup

yang damai menurut Paus Shenouda III dalam bukunya “Ten Concepts” atau

Sepuluh Konsep merupakan materi yang diajarkan dalam Sekolah Minggu.

Menurut kamus bahasa Inggris Oxford (dalam Pickels, 2014:18) kata

humanism dapat bermakna: (1) keyakinan manusia terhadap Kristus; (2)

karakter atau kualitas menjadi seorang manusia; (3) suatu sistem atas

pemikiran dan tindakan berdasarkan minat seseorang atau umat manusia secara

umum; agama kemanusiaan; (4) hasrat tentang studi kebudayaan manusia,

budaya tulisan, secara sistem kaum humanis, studi tentang bangsa Roma dan

Yunani yang juga hadir di masa Renaisans.

Jika dihubungkan dengan makna pertama dari kata humanism dalam kamus

bahasa Inggris Oxford, maka sepuluh konsep menurut Paus Shenouda III ini

sangat sesuai, karena sepuluh konsep ini bersifat religius dan didasarkan pada

Alkitab (Bible) yang merupakan dasar seorang manusia untuk beriman kepada

67

Kristus. Begitu pula pada makna kedua bahwa humanisme adalah “karakter

atau kualitas menjadi seorang manusia”, dalam hal ini sepuluh konsep hidup

menurut Paus Shenouda III mengajarkan kepada manusia untuk menjadi

pribadi yang berkarakter dan berkualitas sesuai dengan tolak ukur iman dan

agama berdasarkan Tuhan. Terakhir pada makna ketiga menurut kamus Oxford

yang mengatakan bahwa humanisme adalah “suatu sistem atas pemikiran dan

tindakan berdasarkan minat seseorang atau umat manusia secara umum; agama

kemanusiaan”, dalam konsep menurut Paus Shenouda III selalu menekankan

kepada manusia untuk mendapatkan hidup yang damai, hidup damai dan

tenang merupakan minat seseorang atau umat manusia secara umum.

Secara fundamental, humanisme religius merupakan hal penting dan utama

dari semua keyakinan moral yang kokoh. Dalam perspektif Filsafat Agama

nilai-nilai humanitas merupakan keyakinan bahkan tuntutan moral yang secara

langsung mengisyaratkan sikap etis yang implementatif dan konsisten dalam

kehidupan. Inti dari kesadaran religius dalam dimensi etis merupakan

kepercayaan yang menyatakan bahwa setiap manusia harus dihormati sebagai

manusia seutuhnya, bukan karena dia itu bijaksana atau bodoh, baik atau jelek,

dan tanpa memandang agama atau suku, komunitasnya, serta apakah laki-laki

atau perempuan. Dengan kata lain, manusia tidaklah diarahkan untuk

menghargai seseorang atas identitas, kepercayaan, idealisme, dan hal-hal yang

menjadi kekhawatiran dan kebutuhannya. Menurut Franzs Magnis Suseno

(dalam Amin, 2013: 74), tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan

dari aspek nilai humanitas, karena sama-sama manusia, dan ini menjadi dasar

68

bahwa suatu penghargaan tidak tergantung pada kualitas atau kemampuan

seseorang, namun hanya didasarkan atas kenyataan bahwa orang tersebut

adalah manusia.

Atas dasar ini humanisme sebenarnya sangat membenci kekerasan dan

ketidakadilan dan tidak ada alasan untuk membenarkan tindakan kejam

terhadap orang lain dan sama sekali tidak manusiawi. Dengan kata lain,

berpijak pada ketentuan agama tentang nilai humanis spritualis, yang

implementasinya adalah perilaku etis, manusia dituntut untuk bersikap empati

dan sensitif terhadap kesulitan orang lain serta mencurahkan kasih sayang yang

melampaui garis-garis primordial ataupun sekat-sekat sosial lainnya. Sebagai

bagian dari prilaku etis religius, humanisme menolak ketidak-ladilan, karena

perlakuan tidak adil tidak pernah bisa dibenarkan. Sikap ini juga berlaku bagi

orang-orang asing di luar komunitas kita, bahkan terhadap musuh-musuh.

Perilaku etis selalu mencitrakan keseimbangan (fairness) dan cinta keadilan

(Amin, 2013: 74-75).

Menurut Musa Asy’ari (dalam Amin, 2013:76) adapun anggapan

humanistik yang mensejajarkan rasio manusia dengan rasio Tuhan jelas sangat

kontras dengan makrifat dan ketaatan beragama. Hal ini dapat dilihat pada

landasan konseptual yang dikembangkan dalam ajaran human-isme religius

berikut ini:

1. Humanisme tidak bertentangan dengan agama

2. Pembelaan nilai dan kebebasan manusia tidak berbenturan dengan agama.

69

3. Berdasarkan ajaran agama, manusia juga memiliki daya kreativitas yang

tiada bandingannya.

4. Kitab suci Ilahi bukan hanya menjamin kebahagiaan manusia dunia dan

akhirat.

5. Menurut agama-agama Ilahi, keyakinan kepada nilai perbuatan manusia

adalah amal perbuatan dan pahalanya di akhirat.

6. Akal yang dikemukakan dalam Yunani kuno tak lain adalah kalimat

Allah dalam Agama Kristen.

Dari sepuluh konsep menurut Paus Shenouda III dapat ditarik kesimpulan

bahwa, pertama, manusia diberikan “kekuatan” oleh Tuhan untuk dapat

melakukan apapun yang ia mau, tetapi karena kekuatan bersumber dari Tuhan,

maka manusia harus menggunakan kekuatan itu untuk “kebaikan dan

keadilan”. Kebaikan dan keadilan adalah perbuatan yang dikehendaki Tuhan,

sehingga manusia perlu tahu perbuatan yang benar dan adil tersebut, sehingga

manusia perlu belajar melalui “ilmu pengetahuan”. Banyak sekali macam ilmu

pengetahuan di dunia ini, maka manusia harus pandai dalam memilihnya, yaitu

ilmu dari Tuhan yang mampu menyelamatkannya, bukan ilmu yang

mengajarkan keburukan yang berasal dari setan.

Ilmu pengetahuan mampu memberikan pelajaran bagi manusia untuk

membedakan antara hal baik dan hal buruk, sehingga manusia dapat terlepas

dari “dosa” yang disebabkan oleh hal buruk. Dosa adalah hal yang harus

dihindari karena mampu membuat manusia jatuh dalam “kesesatan”. Sehingga

ilmu pengetahuan dapat berguna untuk menghindarkan manusia dari hal dosa

70

dan kesesatan. Selain itu, ilmu pengetahuan juga mampu membuat manusia

memiliki “ambisi”, baik itu ambisi duniawi yang bisa jadi mengantarkan

manusia kepada dosa dan kesesatan. Ada juga ambisi spiritual, yaitu ambisi

atas dasar cinta kepada Tuhan dan berharap sepenuhnya kepada Tuhan,

sehingga mengantarkan manusia kepada cinta kasih Tuhan. Manusia yang

berambisi terlalu tinggi dalam hidupnya, ia akan merasa lelah, sehingga ia

membutuhkan istirahat. Istirahat bagi manusia tidak perlu menunggu meadaan

lelah. Karena “istirahat dan lelah” adalah kodrat dari Tuhan untuk manusia,

sehingga istirahat setelah merasa lelah dari suatu pekerjaan bukanlah hal yang

berdosa.

Selain berambisi terhadap sesuatu, kadang manusia juga berharap mendapat

“kebebasan”, tetapi manusia harus tahu bahwa kebebasan yang diberikan

Tuhan harus bisa dipertanggungjawabkan. Kebebasan yang sebenarnya adalah

jika manusia dapat terbebas dari dosa dan kesalahan. Walaupun manusia

terkadang menginginkan kebebasan, tetapi ia tidak dapat melakukan segala

sesuatu secara sendiri, maka ia membutuhkan sahabat atau orang lain

disekitarnya. Sebuah hubungan persahabatan dapat muncul melalui pertemuan

yang sering, kesamaan hobby, atau lingkungan yang kemudian memunculkan

rasa cinta. Sehingga “cinta dan persahabatan” adalah dua aspek yang

dibutuhkan manusia dalam hidupnya. Dengan cinta yang sejati atau

persahabatan yang mengajak kepada kebaikan, maka manusia akan memiliki

sifat “lemah lembut”. Manusia yang lembut adalah manusia yang tenang dan

hatinya dipenuhi cinta.

71

Dari paparan diatas tentang konsep hidup manusia menurut Paus Shenouda

III, maka pemikiran Paus Shenouda III ini adalah pemikiran humanisme yang

bersifat religius dengan Alkitab (Bible) sebagai dasar.

C. Pengaruh Pemikiran Paus Shenouda III di Mesir

Mesir adalah negara yang terletak diantara 24 - 36,55 Bujur Timur dan 22 -

31 Lintang utara. Mesir berbatasan dengan Libia di sebelah barat dan Sudan di sebelah

selatan, Laut Merah di sebelah Timur dan Laut Tengah di sebelah timur, selain itu

Mesir berbatasan langsung dengan wilayah israel di sebelah timur laut, dari Ras Taba

di Teluk Aqaba sampai Rafah. Luas seluruh Mesir termasuk padang pasir dan lautnya

adalah 1.002.000 km² dan dari luas tersebut hanya 35.189 km² atau 3,6 % daerah yang

ditinggali manusia. Jadi 96,4% wilayah Mesir tidak dihuni manusia, yaitu Gurun Barat

(680.000 km²), Sinai (60,714 km²), Gurun Timur (223.000 km²), dan Delta (30.000

km²). Lembah Nil adalah daerah yang banyak dihuni manusia. Mereka tinggal di

sekitar Sungai Nil atau salah satu anak sungainya (Sihbudi, 1992:85).

1. Kehidupan Sosial, Politik dan Keagamaan Mesir

Berdasarkan letak tempat tinggal, masyarakat Mesir dapat digolongkan ke

dalam dua macam. Pertama, masyarakat Mesir Atas. Mereka adalah yang tinggal di

daerah sebelah selatan Kairo sampai hulu sungai Nil. Kebanyakan masyarakat Mesir

Atas masih terisolasi dengan dunia luar dan masih tradisional. Kedua, masyarakat

Mesir Bawah. Mereka adalah yang tinggal di Kairo sampai hilir Nil. Masyarakat

Mesir Bawah sudah mengadakan hubungan dengan dunia luar. Dua kota

metropolitan ada di sana, yaitu Kairo dan Alexandria. Lebih dari seratus tahun yang

72

lalu, mereka sudah bisa mengatur irigasi, kemudian membuat bendungan dan

terusan untuk mengendalikan naik turunnya air Sungai Nil. Dengan demikian,

masyarakat Mesir Bawah sudah belajar lebih dahulu bagaimana cara mengatur

lingkungan alam yang merupakan salah satu kunci modernisasi (Sihbudi, 1992: 85)

Pada tahun 1908, Boutros Gali, Perdana Menteri Mesir saat itu adalah seorang

Koptik. Pada 1911, Saad Zaghul, pemimpin Partai Wafd, yaitu partai politik

nasionalis di Mesir, mengajak tiga orang Koptik untuk bergabung. Mereka adalah

Sinut Hanna, George Khayyat dan Wasif Gali yang merupakan anak Perdana

Menteri Boutros Gali (terbunuh pada 1910) (Leveugle, tt:17).

Dalam pasal 2 Undang-undang Dasar Mesir disebutkan bahwa syariat Islam

merupakan sumber dasar hukum di Mesir. Kendati ada legitimasi dari Pasal 2

tersebut, syariat Islam juga menjadi sumber kontroversi. Suara-suara dari komunitas

Kristen Ortodoks Koptik, yang mencapai 12 persen dari total penduduk Mesir,

menggugat apa yang mereka anggap sebagai diskriminasi terhadap minoritas non-

Muslim yang tersirat dalam pasal ini. Para aktivis HAM sekular dan pro-demokrasi

juga mengungkapkan pandangan serupa, dengan mengatakan bahwa penerapan

hukum Islam tidak selaras dengan demokrasi, yang menurut mereka hanya bisa

terwujud di sebuah negara sekular (commongroundnews.org diakses 15 April 2016).

Ketika Mubarak memerintah, dia sempat mengubah konstitusi dengan

melarang mendirikan sebuah partai yang berlandaskan agama, termasuk Islam. Hal

ini dilakukan demi mencegah hal yang pernah terjadi dimasa-masa awal modern

Mesir karena pada saat itu kekuatan Islam sangat mendominasi. Selain itu, dia juga

73

tidak ingin ada pihak radikal Mesir masuk kedalam pemerintahan Mesir. Pada

masa pemerintahan Mubarak, pemeluk agama Kristen diizinkan untuk menjadi

anggota penuh komunitas sosial dan politik yang ada di Mesir (Esposito dalam

Amalia, 2012:41)

Senada dengan Mubarak, Paus Shenouda III juga menyatakan tidak akan

membuat Partai Koptik, beliau menyarankan untuk pengikut Koptik bergabung

dengan partai politik yang sudah ada (Attia, 2001:49).

Pada tahun 1929 dan 1942, partai Wafd sukses dalam tujuh kali pemilihan

umum dan penganut Koptik bergabung di dalamnya. Kemudian pada tahun 1952-

1971, kesejahteraan dan partisipasi penganut Koptik meningkat dan memberikan

kursi di parlemen. Pada 1971-1990, kesejahteraan dan strata sosial penganut

koptik meningkat, tetapi partisipasi politik menurun. Hanya 5 wakil dari penganut

Koptik yang diangkat di parlemen (Ibrahim, 1996: 23-24).

Di sektor agama, Mesir dapat dikatakan merupakan negara Islam, karena

mayoritas penduduknya bergama Islam. Di Mesir, agama (Islam) memilki peranan

besar dalam kehidupan rakyatnya. Secara tak resmi, adzan dikumandangkan lima

kali sehari menjadi penentu berbagai kegiatan. Kairo juga dikenal dengan menara

masjid dan gereja. Menurut konstitusi Mesir, semua perundang-undangan harus

sesuai dengan hukum Islam. Negara mengakui madzhab Hanafi lewat Kementrian

Agama. Imam di latih di sekolah keahlian dan Universitas Al-Azhar, yang memiliki

komite untuk memberikan fatwa dalam masalah agama. Dari 90 % penduduk Mesir

yang memeluk Islam, Islam mayoritas adalah Sunni, dan sebagian juga menganut

74

ajaran sufi lokal. Sekitar 10% penduduk Mesir menganut agama Kristen; 78%

dalam denominasi Koptik (Koptik Orthodok, Katolik Koptik, dan Protestan Koptik)

(Agastya, 2013:48).

Walaupun Muslim menjadi mayoritas dan penganut Kristen Koptik adalah

minoritas, tapi kedudukan Syeikh Agung Al-Azhar dan Paus Gereja Koptik Mesir

menempati posisi istimewa dalam sistem protokoler kenegaraan Republik Mesir,

yakni setara dengan Perdana Menteri (antaranews.com diakses 6 April 2016).

2. Toleransi Antar Umat Beragama di Mesir

Kata toleran berasal dari kata Latin, tolerare. Kata kerja tolerare mempunyai

tiga arti pokok, yakni: (1) membawa, memegang; (2) menanggung, menyebarkan,

menahan, membetahkan, membiarkan; dan (3) memelihara (dengan susah payah),

mempertahankan supaya hidup, dan menghidupi. Dalam Kamus Besar bahasa

Indonesia, kata toleransi memiliki arti: (1) sifat atau sikap toleran dua kelompok

yang berbeda kebudayaannya; (2) batas ukur untuk penambahan atau pengurangan

yang masih diperbolehkan; dan (3) penyimpangan yang masih diterima dalam

ukuran kerja (Nugrohadi, 2013:67). Maka dapat disimpulkan jika toleransi adalah

sikap saling menerima.

Pada tahun 1994 dalam sebuah konfrensi tentang minoritas di Siprus yang

disponsori oleh PBB, beliau menegaskan bahwa Koptik adalah Mesir, dan bukan

sebuah sekte di Mesir. Paus Shenouda III juga menambahkan bahwa Koptik

bukanlah minoritas dan tidak ada perbedaan dengan kaum lainya. Paus Shenouda

75

III juga menolak identitas minoritas digunakan untuk mencari bantuan dari luar

negeri dan sebuah tuntutan politik (Attia, 2001:48)

Toleransi di Mesir sudah terbukti sejak lama, yaitu ketika pasukan muslim

menaklukkan kota Iskandariah yang merupakan ibu kota Mesir kala itu. Ibu kota

negeri itu dipindahkan ke kota baru yang bernama Fustat yang dibangun oleh

‘Amr bin Ash pada tahun 20 H. Masjid ‘Amr masih berdiri tegak di pinggiran kota

Kairo hingga kini sebagai saksi sejarah yang tidak dapat dihilangkan (Amin,

2009:101)

Selain kehidupan toleransi di Mesir, terdapat seorang tokoh yang terkenal

dengan rasa toleran dan sikap yang humanis pada masa perang salib, dia adalah

Shalahuddin Al-Ayyubi (1187-1197 M). Karakteristik sifat yang dimiliki oleh

Khalifah Shalahuddin Al-Ayyubi dari sekian perang yang dilaluinya adalah, beliau

memiliki sikat kemanusiaan yang luar biasa manusiawi tanpa membedakan asal,

keturunan, dan agam yang dipeluk oleh orang yang meminta bantuannya seta

terhadap para musuh dan tawanan perangnya. Hal ini terlihat saat beliau memasuki

Baitul Maqdis setelah perang Salib selesai, beiau tidak memberikan hukuman

kepada orang-orang musyrikin, tetapi memberikan amnesti. Beliau juga

memberikan amnesti dari para istri di Baitul Maqdis yang menjadi tawanan perang

karena para istri menyampaikan keluh kesahnya kepada Shalahuddin Al-Ayyubi.

Sifat manusiawi Shalahuddin Al-Ayyubi juga ditunjukkan pada Raja Eropa (Raja

Richard) yang sedang sakit. Beliau mengutus orang yang pandai mengobatinya.

Beliau juga mengirim makanan untuk istri dan anak-anak raja tersebut.(Ash-

76

Shayim dalam Apriani 2013: 6-7). Selain itu, Shalahuddin Al-Ayyubi juga

memiliki karakter mulia, antara lain: tekun beribadah, adil dan penyayan,

pemberani dan penyabar, penuh pengertian dan pemaaf, toleransi, cinta syair dan

sastra serta zuhud dan dermawan (Ulwan dalam Apriani 2013:7)

Saad Eddin Ibrahim (dalam Misrawi, 2012:212) menggambarkan betapa

sejarah masuknya Islam ke Mesir menggambarkan toleransi yang dinamis antara

kalangan Muslim dan Kristen. Bahkan, toleransi tersebut diabadikan hingga

sekarang ini. Tidak jauh dari Masjid ‘Amr bin al-‘Ash yang merupakan simbol

jejak awal Islam di Mesir, terdapat Gereja St. Georges yang merupakan detak nadi

Kristen Koptik di Mesir. Umar bin Khattab berpesan kepada ‘Amr bin al-‘Ash

agar tentara muslim tidak mengganggu penganut Kristen Koptik yang berada di

kawasan Mesir Kuno. Hingga saat ini, tempat tersebut dijadikan lapak historis

yang menarik para wisatawan asing dalam rangka melihat bangunan toleransi

Muslim-Kristen di Mesir.

Dikatakan Hasibullah Satrawi (dalam kompas.com diakses 6 April 2016).

Selama ini Mesir dikenal dengan kerukunan antarumat beragama yang bisa

menjadi model kerukunan bagi negara-negara lain. Sebuah kerukunan yang tak

hanya berlangsung indah dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di sana, juga di

kalangan elite dan pemuka agama. Pada saat ucapan selamat Natal di republik ini

diharamkan, contohnya, para ulama terkemuka Al-Azhar (seperti almarhum Grand

Syeikh Muhammad Sayyid Thanthawi) justru turut merayakan hari raya

keagamaan umat Kristen (Koptik) di sana. Sebaliknya, para pemuka Koptik juga

77

merayakan hari raya keagamaan yang dilakukan umat Islam. Panorama toleransi

yang dibintangi para pemuka agama itu senantiasa dipublikasikan secara luas oleh

media di Mesir, baik cetak maupun elektronik. Dalam buku berjudul Qabulul

Akhar, Milad Hana—seorang pemikir Koptik—mengatakan, ”Islam di Mesir

berwajah Suni, berdarah Syiah, berhati Koptik, dan bertulang peradaban Firaun.”

Ungkapan yang lebih kurang sama juga pernah disampaikan tokoh Koptik lain,

Baba Syanudah. Ia mengatakan, ”Kami (bangsa Mesir) tidak hidup di negara

Mesir. Mesir-lah yang hidup dalam diri kami.”

Seperti yang diberitakan kompas.com (diakses 6 April 2016) Bicara soal

sejarah, Mesir tak hanya memiliki kekayaan peninggalan era firaun. Sejarah

panjang peradaban yang sudah terentang ribuan tahun menyimpan jejak-jejak

bangsa lain yang pernah berkuasa di Mesir. Mulai dari Yunani, Romawi, hingga

peradaban Kristen dan Islam. Banyak peninggalan era itu bisa ditemukan di

kawasan Old Cairo atau Kota Tua Kairo. Salah satunya adalah kompleks Benteng

Babylon yang diyakini dibangun pada 525 SM. Benteng yang kemudian dibangun

ulang oleh orang-orang Romawi itu diduga menjadi tempat memungut pajak bagi

orang-orang yang melintas di Sungai Nil. Kini benteng itu berada di kompleks

Museum Koptik. Di dalam kompleks itu juga ada Gereja Al-Muallaq atau Gereja

Gantung, gereja Kristen Koptik yang dibangun pada abad ke-4. Artinya, bangunan

dasar gereja itu jauh lebih tua daripada Candi Borobudur. Disebut Gereja Gantung

karena gereja itu dibangun di atas struktur Benteng Babylon tersebut. Tak jauh

dari kompleks tersebut terdapat Masjid Amr ibn al-As, masjid tertua di Mesir yang

78

dibangun pada sekitar tahun 642. Masjid itu dibangun oleh Amr ibn al-As (juga

disebut Amru bin Ash), sahabat Nabi Muhammad SAW yang menaklukkan Mesir

pada 640 (kompas.com diakses 6 April 2016).

Di Mesir dikenal falsafah “Qabul al-Akhar” (menerima yang lain). Falsafat

berpijak pada prinsip kesadaran dan keterbukaan agar setiap kelompok dapat

menerima kehadiran kelompok lain. Menurut Milad Hanna (dalam Misrawi,

2012:210-211), Al-A’midah al-Sab’ah fi al-Syakhsyiyyah al-Mishriyyah, bahwa

Mesir adalah negara dengan tujuh pilar penting, yaitu Fir’aun, Kristen Koptik,

Islam, Arab, Afrika, Asia, dan China. Keanekaragaman pilar tersebut tidak akan

kuat jika tidak dibangun di atas persamaan pikiran tentang pentingnya nilai-nilai

kemanusiaan. Di satu sisi afiliasi setiap orang kepada suku, agama, dan

kebudayaan harus senantiasa dilestarikan, tetapi hal tersebut harus membangun

solidaritas kebangsaan dan kemanusiaan.

Dikutip dari boemi-islam.net (6 April 2016) yang memberitakan tentang

Delegasi Komisi Kebebasan Beragama Internasional AS (USCIRF) yang

mengunjungi Imam besar Al-Azhar Sheikh Mohammad Sayed Tantawi. Ditanya

tentang sikap toleransi masyarakat di Mesir, Sheikh Tantawi menuturkan,

sepanjang sejarah kehidupan rakyat Mesir, mereka dikenal berpikiran terbuka dan

bisa menerima orang lain. “Tidak ada paksaan agama di dalam Islam. Di Mesir

sini, entah itu Muslim atau Kristen, kami semua bekerjasama secara harmonis dan

saling menghormati agama-agama yang berbeda satu sama lain,” ujar Tantawi

pada Komisi AS. Pertemuan itu juga mempertanyakan peran Al-Azhar dalam

79

menempatkan para imamnya di luar negeri. “Sebelum mengirim para ulama Azhar

ke luar negeri, kami melakukan briefing dengan mereka. Membicarakan tentang

bagaimana berhadapan dengan masyarakat setempat, dan pentingnya menghormati

hukum-hukum mereka,” jelas Tantawi.

Dari Kristen Koptik, Paus Shenouda III sejak tahun 1986 membuktikan rasa

toleransinya dengan selalu mengundang para Ulama Muslim untuk makan malam

di akhir bulan Ramadhan. Acara ini dihadiri oleh para Ulama, Perdana Menteri,

tokoh nasional dan para menteri. Hal ini adalah bukti cinta dan kerjasama yang

sesungguhnya (Attia, 2001:48). Dalam hal ini Paus Shenouda III melakukan

konsep cinta dan persahabatan, ia mengundang kaum muslim untuk berbuka puasa

sebagai bukti menghormati kaum lain. Selain itu, kegiatan tersebut juga

mengaplikasikan konsep kebebasan, yaitu dengan menghormati kebebasan kaum

lain dalam melaksanakan kebebasan beragama.

Dalam acara “Cairo Book Fair Conference” pada Februari 1993, Paus

shenouda III menyatakan keprihatinannya terhadap kasus terosrisme, menurutnya

tindakan terorisme tidak hanya mengancam kaum Koptik, tetapi juga akan

mengancam pemerintahan dan akan menghancurkan negara. Selain itu Paus

Shenouda III sangat menentang kekerasan, hal ini diungkapkannya dalam sebuah

wawancara di media:

“People must be aware that the right concept, the good target must

be achieved through good means. Violence is not acceptable. The

danger of fanaticism is linked with violence. Fanaticism itself could

just be thought, but because it is linked with violence it has

dangerous results.”(Attia, 2001:48)

80

Orang-orang harus memperhatikan konsep yang benar, sasaran

yang bagus harus melalui cara yang bagus pula. Kekerasan itu tidak

dapat diterima. Bahaya dari sikap fanatisme adalah berhubungan

dengan kekerasan. Sikap fanatisme terhadap diri sendiri hendaknya

hanya menjadi pikiran saja, tetapi karena hal ini berhubungan

dengan kekerasan, maka hal ini dapat memberikan hasil yang

berbahaya.

Paus Shenouda III menekankan untuk setiap manusia memiliki pemahaman

yang lurus dalam hidupnya. Salah satunya sikap fanatisme yang harusnya hanya

menjadi pemikiran pribadi, tetapi kadang dipaksakan terhadap orang lain dan

menjadi salah satu bentuk kekerasan. Dari pernyataan tersebut, Paus Shenouda III

menerangkan tentang konsep cinta dan persahabatan dan konsep lemah lembut.

Manusia hendaknya mendahulukan sikap cinta terhadap sesama dan berlemah

lembut terhadap sesama untuk menciptakan sebuah perdamaian.

Pada Desember 1994, Paus Shenouda III mengadakan sebuah pertemuan

untuk membahas tentang kegiatan sosial di Kairo, Mesir. Pertemuan itu dilakukan

untuk mempekerjakan para pendeta dan pastor dalam kegiatan sosial, seperti

memberi kepada yang membutuhkan, orang miskin dan kaum papa sebagai bentuk

pelayanan terhadap gereja. Dari pertemuan tersebut Paus Shenouda III

mengangkat Fr. Anastasy El Samuelly untuk menjadi koordinator pelayanan di

Kairo dalam bidang pelayanan terhadap orang sakit, orang papa, orang buta, kaum

jompo, yatim piatu, orang dipenjara, dan orang yang mendapat krisis. Kemudian

pada Maret 1993, Paus Shenouda III mengangkat Fr. Shenouda Yakob sebagai

pelayang kaum bisu dan buta (Attia, 2001:44). Hal tersebut merupakan bentuk dari

pengaplikasian konsep kekuatan, yaitu dengan kekuatan yang diberikan Tuhan

81

digunakan untuk membantu sesama. Selain itu, konsep cinta dan persahabatan

sebagai bentuk cinta kepada sesama dan kaum papa

Diberitakan dari kompas.com (diakses 5 Oktober 2015), bahwa Paus

Shenouda III dan Syeikh Agung dan Pemimpin tertinggi Al-Azhar, Prof Dr

Ahmed Al Tayeb, mengutuk keras agresi militer asing ke Libya yang

mengakibatkan jatuhnya korban warga sipil. "Agresi militer itu sama sekali tidak

bisa diterima karena bukan memecahkan masalah, melainkan malah menimbulkan

persoalan baru dan warga sipil yang menanggung akibatnya," kata Syeikh Tayeb

kepada wartawan di Kairo, Rabu (23/3/2011). Pernyataan senada juga diutarakan

Pemimpin Tertinggi Gereja Koptik Mesir, Baba Shenouda III. "Agresi militer ke

Libya itu tidak beralasan sehingga harus ditentang," katanya. Kedua tokoh

karismatik itu sebelumnya menyerukan Pemerintah Libya pimpinan Moammar

Khadafy dan kelompok proreformasi untuk berdialog guna memecahkan persoalan

di negara itu. Kendati demikian, Syeikh Tayeb dan Baba Shenouda sependapat

bahwa rakyat Libya berhak menuntut rezim Khadafy untuk melakukan reformasi

politik. Dalam hal ini, Paus Shenouda III menunjukan sikap sesuai dengan konsep

cinta dan persahabatan dengan bersama-sama mengecam bentuk kekerasan.

Bentuk kecaman tersebut dilakukan dengan dasar kekuatan yang dimiliki sebagai

tokoh karismatik dari Gereja Orthodok Koptik Mesir.

Diberitakan dari kompas.com (diakses 5 Oktober 2015) bahwa puluhan umat

Kristiani, Minggu (2/1/2011), melakukan misa di Gereja al-Qiddissin di

Alexandria, Mesir. Sebuah bom diledakkan persis di depan gereja tersebut pada

82

Sabtu (1/1/2011) kemarin dan menewaskan 21 orang dan setidaknya 70 orang

menderita luka-luka akibat ledakan bom sesaat setelah misa tahun baru usai itu.

Mayoritas umat mengenakan pakaian hitam-hitam sebagai tanda berduka. Misa

dipimpin oleh Pastor Maqar. Ketika memimpin misa, Pastor Maqar

mengekspresikan rasa duka citanya dalam hening. "Saya meminta umat Kristiani

untuk berdoa untuk mengurangi rasa duka cita," katanya. Akibat bom tersebut,

beberapa bagian dari gereja tersebut rusak. Dua patung Kristus dan satu patung

Bunda Maria yang Kudus rusak. Kursi-kursi yang biasa digunakan untuk misa pun

rusak. Darah para korban masih dapat dilihat di sekitar lokasi ledakan.

Penyerangan terhadap kelompok Kristiani di Alexandria tersebut dilaporkan

sebagai yang terparah sepanjang satu dekade. Kementerian Dalam Negeri

mengatakan, pengeboman tersebut didukung oleh kelompok asing yang ingin

mengadu domba kelompok Kristiani dan Muslim. Sementara itu, pemerintah

daerah Alexandria menuding jaringan al-Qaeda berada di balik penyerangan ini.

Kegiatan ibadah tersebut sebagai wujud toleransi dan cinta terhadap sahabat dan

sesama yang mendapat musibah. Selain itu, kegiatan ini merupakan wujud

keadilan dengan cara pembelaan terhadap kebenaran, yaitu membela orang-orang

yang terkena musibah karena kekerasan dari pihak lain (teroris). Jadi, hal ini

merupakan wujud cinta sesama dan wujud dari pembelaan terhadap kebenaran.

Dikutip dari antaranews.com (diakses 6 April 2016), pemuka agama baik

Islam maupun Koptik saling memberi ucapan hari raya. Tanggal 7 Januari 2016

merupakan Perayaan Natal bagi umat Gereja Kristen Ortodoks Koptik Mesir,

83

berbeda dengan umat Katolik dan Protestan yang merayakan Natal pada 25

Desember 2015. Bertalian dengan perayaan Natal tersebut, para pemuka Islam di

Negeri Seribu Menara itu menyampaikan ucapan Selamat Natal kepada pemimpin

tertinggi Gereja Koptik, Baba Tawadrous II dan pengikutnya. Dua hari menjelang

acara puncak misa Koptik, Syeikh Agung Al Azhar Prof Dr Ahmad Al Tayeb

mengunjungi Katedral Gereja Koptik untuk bersilaturrahim dengan Pemimpin

Tertinggi Koptik, Paus Tawadrous II yang oleh rakyat Mesir menyapanya Baba

Tawadrous. "Sesungguhnya ziarah ke Kaderal ini untuk menyampaikan selamat

Natal kepada Baba Tawadrous dan saudara-saudara Koptik," kata Syeikh Agung

yang disiarkan secara luas oleh media massa di Timur Tengah. Ucapan selamat

Natal sedana disampaikan Mufti Nasional Mesir Prof Dr Shawki Allam. "Ucapan

selamat Natal untuk perayaan Kelahiran Isa ‘Alaihis-Salam merupakan perbuatan

baik sebagai penghormatan terhadap lahirnya kebaikan, perdamaian dan cinta,"

ujarnya. Menteri Waqaf Mesir (semacam Menteri Agama di Indonesia) juga

menyampaikan ucapan Natal kepada Baba Tawadrous II dan semua umat Koptik.

Sementara itu, Syeikh Agung Al Azhar beberapa hari sebelum mendatangi

Katedral, terlebih dahulu mengirimkan kawat ucapan Selamat Natal kepada Baba

Tawadrous. Kedudukan Syeikh Agung Al Azhar dan Paus Gereja Koptik Mesir

menempati posisi istimewa dalam sistem protokoler kenegaraan Republik Mesir,

yakni setara dengan Perdana Menteri. "Dengan hati yang tulus saya sampaikan

Selamat Natal kepada Baba Tawadrous, dan harapan terbaik untuk seluruh saudara

Koptik dalam rangka peringatan Natal," tulisnya. Pemimpin tertinggi Al Azhar

tersebut juga menyinggung kedekatan hubungan dan langkah-langkah bersama

84

dalam mendukung rasa persaudaraan dan persatuan. "Upaya memperkuat

persaudaraan ini tentu saja akan mendatangkan kebaikan untuk segenap

masyarakat dan Mesir, negeri yang kita banggakan, yang mengajarkan kepada kita

nilai toleransi, persaudaraan dan persatuan," paparnya. Di sisi lain, acara puncak

perayaan Natal dilangsungkan misa suci di Katedral Abbasea pada Rabu (6/1)

malam. Presiden Mesir Abdel Fatah Al Sisi secara mendadak menghadiri acara

puncak pada Rabu malam untuk menyampaikan selamat Natal. "Saya datang

secara khusus untuk menyampaikan Selamat Natal dan memperkuat persaudaraan

dan cinta untuks sama-sama membangun Mesir. Tuhan menciptakan manusia

bersuku bangsa, dan tidak seorang pun yang bisa menyatukan semua orang dalam

satu adat saja," ujar al Sisi dalam sambutannya. Di tengah pidato sambutan, para

peserta misa secara spontak meneriakkan yelyel "Hidup Presiden Sisi, hidup

Sisi...", namun al-Sisi memotong yeyel, dan meneriakkan yeyel, "hidup Mesir,

Hidup Mesir...", yang diikuti hadirin. Katedral Koptik di Distrik Abbasea, pusat

kota Kairo ini, setiap Bulan Ramadhan, sudah menjadi tradisi, mengundang

pemuka Islam setempat untuk buka bersama dan menyediakan shalat maghrib di

dalam gedung gereja itu.

Kegiatan di atas menunjukkan rasa toleransi yang tinggi di Mesir. Hal ini

sesuai dengan konsep cinta dan persahabatan dan juga konsep lemah lembut,

dengan memberi ucapan selamat dan kehadiran pada misa Natal tersebut telah

menunjukkan sikap cinta terhadap sesama dan merupakan bentuk perlakuan yang

lemah lembut terhadap sesama. Selain itu, yang dilakukan oleh Presiden Sisi

85

merupakan bentuk konsep kekuatan, yaitu menggunakan kekuatan untuk berlaku

kebaikan, selain itu bentuk dari sebuah keadilan.

Dikutip dari commongroudnews.org (diakses 6 April 2016) yang melaporkan

tentang aksi demonstrasi Presiden Morsi Demonstrasi di Mesir yang

menggulingkan Presiden Hosni Mubarak, dan berbagai dampak politiknya, telah

diliput besar-besaran oleh media. Tetapi berbagai cerita tentang solidaritas

Kristen-Muslim tidak diberitakan secara luas, padahal cerita-cerita itu patut

disebarluaskan. Dalam aksi unjuk rasa itu, orang Kristen membuat pagar betis di

sekitar orang-orang Muslim yang sedang melakukan shalat Jumat untuk

melindungi mereka dari polisi. Dan Senin lalu, orang-orang Muslim membuat

pagar betis di sekitar orang-orang Kristen di Lapangan Tahrir saat mereka

menggelar misa, dan mendampingi mereka berdoa bagi orang-orang yang terluka

atau meninggal dalam aksi protes tersebut.

Warga Mesir dalam hal ini telah mengaplikasikan konsep kekuatan, kebenaran

dan keadilan, ambisi, cinta dan persahabatan, dan kebebasan. Warga Mesir saling

bersatu dengan kekuatan mereka untuk membela sebuah kebenaran dan keadilan.

Dengan ambisi untuk sebuah kebenaran dan keadilan, warga Mesir saling bersatu

dan saling menunjukan solidaritas yang merupakan wujud persahabatan.

Bergantian dalam beribadah adalah sebuah bentuk dari saling menghormati dan

menghargai kebebasan orang lain.

Di Mesir, ribuan umat Muslim menghadiri misa Natal Koptik pada awal

Januari bersama warga Kristen, untuk menunjukkan solidaritas mereka dan

86

bertindak selaku perisai manusia, setelah terjadi serangan bom bunuh diri saat

kebaktian malam tahun baru di luar gereja Koptik al-Qiddisin di Alexandria yang

menewaskan sedikitnya 25 orang dan melukai 70 lainya. Meski setiap orang punya

peran penting, para pemimpin agama harus mengambil peran aktif dalam

mendorong koeksistensi di antara berbagai komunitas agama dan mengutuk

kekerasan bermotif agama. Pemimpin agama di Timur Tengah harus lebih terlibat

dalam membasmi ketidakadilan dan membantu proses pemulihan. Sebuah contoh

bagus adalah pernyataan baru-baru ini yang dikeluarkan oleh Universitas Al-Azhar

Kairo yang mencela kekerasan terhadap orang Kristen Koptik di Mesir, bahwa,

“Ini adalah tindak kejahatan yang tidak pernah dibenarkan oleh agama apa

pun” (commongroudnews.org diakses 6 April 2016).

Dari kegiatan yang disebutkan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa warga

Mesir menggunakan konsep kekuatan, yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki

untuk berbuat kebaikan, yaitu melindungi orang lain. Selain itu, warga Mesir

tersebut mengaplikasikan konsep cinta dan persahabatan, yaitu saling melindungi

saudara dan sahabat sebagai bukti saling mencintai dan saling memiliki sebagai

bangsa Mesir.

Seperti yang diungkapkan Zuhairi Misrawi dalam jurnal berjudul “Kesadaran

Multikultural Dan Deradikalisasi Pendidikan Islam: Pengalaman Bhinneka

Tunggal Ika Dan Qabul Al-akhar”. Maka dari itu, dalam rangka membangun

falsafah “Qabul al-Akhar” diperlukan keterbukaan sejak dini terhadap perbedaan

dan keanekaragaman. Sejak lahir, setiap manusia sudah dihadapkan pada realitas

87

keanekaragaman. Hal tersebut harus membangun kesadaran yang terus tumbuh,

terutama dalam ruang publik yang lebih luas. Interaksi dan akulturasi antara satu

agama dengan agama yang lain akan semakin melapangkan jalan bagi tumbuhnya

multikulturalisme.

Presiden Hosni Mubarak relatif berhasil menanamkan nasionalisme dan

menindak tegas kelompok ekstremis yang mengancam keamanan dan kedamaian.

Di samping itu, Al-Azhar sebagai institusi keagamaan yang mempunyai reputasi

dan basis kultural yang kuat kerapkali menyuarakan dialog antar-agama. Para

tokoh lintas agama melakukan silaturahmi secara rutin dalam rangka

meningkatkan harmoni dan toleransi di antara mereka. Tidak hanya itu, Al-Azhar

mendirikan desk khusus yang secara khusus membangun dialog dengan Vatikan

sebagai komitmen dialog antar-iman. Sebagai institusi keagamaan, Al-Azhar

merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai konsern terhadap toleransi dan

multikulturalisme dalam intra-agama. Dalam fikih, Al-Azhar menganut fikih

empat mazhab dalam Sunni (Syafi’i, Hanafi, Maliki, dan Hanbali), serta dua

mazhab dalam Syi’ah (Zaydiyyah dan Ja’fariyyah). Bahkan, dalam rangka

membangun harmoni dengan kalangan Syi’ah, Al-Azhar telah membangun

lembaga khusus yang bertujuan mempererat hubungan antara Sunni dan Syiah.

Maka dari itu, sebagai ekspresi dari falsafah “Qabul al-Akhar”, Al-Azhar dan para

tokoh agama telah memprakarsai sebuah pertemuan khusus dalam rangka

mengantisipasi meluasnya dampak-dampak negatif dari konflik yang bernuansa

SARA. Para tokoh agama juga mendorong dibentuknya undang-undang yang

88

menjamin kebebasan beribadah. Al-Azhar melalui organisasi Forum Keluarga

(Bayt al-‘Ailah), yang diikuti oleh agama-agama di Mesir meminta agar kehidupan

toleran selalu dijaga, sebagai karakter yang menonjol dalam sejarah Mesir

(Misrawi, 2012: 212).

Latar historis tersebut, tercermin bagi penganut Muslim-Kristen yang

kerapkali saling bahu-membahu dalam menjaga kerukunan di Mesir. Setiap

muncul konflik sektarian, mereka turun ke jalan bersama-sama dalam rangka

menegaskan kepada publik tentang perlunya kebersamaan. Di saat muncul

pengrusakan gereja, kalangan Muslim dan Kristen mengutuk aksi kelompok

ekstremis. Bahkan, pasca Tragedi Maspero, kalangan Muslim dan Kristen

berdemonstrasi membentangkan spanduk, al-kanisah zay jami’, gereja ibarat

masjid. Spanduk tersebut menegaskan cara pandang warga Mesir yang positif

terhadap tempat ibadah, baik gereja maupun masjid. Ketika kalangan Kristen

Koptik menyatakan akan berpuasa selama tiga hari pasca-Tragedi Maspero,

kalangan muslim pun menegaskan akan berpuasa sebagai rasa simpati dan empati.

Hakikatnya, mayoritas muslim di Mesir dapat menerima keberadaan gereja,

dan hanya sebagian kecil yang menolaknya, terutama kalangan ekstremis. Bahkan

di sejumlah daerah, masjid dan gereja dapat berdampingan secara damai. Setiap

umat terhadap dalam doa. Hakikatnya, “Qabul al-Akhar” bukan hanya sebagai

slogan, melainkan sebagai laku keberagamaan yang memberikan jalan bagi

kelompok minoritas agar mendapatkan kebebasan dalam melaksanakan ibadah

(Misrawi, 2012: 212).

89

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan tentang kehidupan di Mesir yang

multikultur. Mayoritas penduduk Mesir beragama Islam, dan minoritas adalah

Kristen dari dominasi Koptik sekitar 10 %. Di Mesir, simbol kerukunan beragama

sudah ada sejak Khalifah Umar bin Khatab berhasil menaklukan Mesir melalui

pasukan yang dipimpin Amr bin Ash. Masjid Amru bin Ash didirikan dekat

dengan Gereja Gantung atau Gereja Muallaqah dan Sinagog Ben Ezra. Selain itu,

tokoh agama baik Muslim dan Kristen saling bergotong royong dalam

menciptakan perdamaian dan toleransi. Tokoh agama di Mesir mencontohkan

untuk saling mengucap selamat ketika hari raya. Tokoh Muslim diwakili oleh

ulama-ulama Al-Azhar dan tokoh minoritas Kristen koptik diwakili Paus Gereja

Orthodoks Koptik Mesir. Prinsip “Qabul al-Akhar” menjadi dasar dalam

menciptakan kerukunan dalam kehidupan yang multikultur di Mesir. Warga Mesir

memiliki rasa saling memiliki satu sama lain sebagai bangsa Mesir. Sesuai dengan

bukti-bukti yang ada, warga Mesir telah mengaplikasikan konsep yang dijelaskan

oleh Paus Shenouda III, yaitu mereka menggunakan kekuatan yang mereka miliki

dengan cara yang benar dan adil berdasarkan rasa cinta dan persahabatan serta rasa

saling memiliki satu sama lain sebagai bangsa Mesir. Toleransi juga menjadi salah

satu bentuk pengaplikasian konsep ilmu pengetahuan, yaitu dengan memiliki ilmu

pengetahuan yang benar, manusia dapat tercegah dari dosa dan kesesatan, salah

satunya adalah kekerasan atau merusak kedamaian sebagai bentuk sikap anti-

toleransi. Ilmu pengetahuan yang benar juga mampu mencegah manusia dari

ambisi buruk untuk berkuasa dan merampas hak orang lain. Sikap toleran, halus,

tenang dan cinta damai adalah salah satu bentuk dari sifat lemah lembut yang

90

harus dimiliki manusia untuk menciptakan kedamaian bagi dirinya dan orang lain

disekitarnya.

D. Aplikasi Konsep Cinta dan Persahabatan

Berdasarkan sepuluh konsep hidup dari pemikiran humanisme Paus Shenouda

III, dapat diambil kesimpulan bahwa “Konsep Cinta dan Persahabatan” adalah

konsep yang paling banyak berpengaruh dalam toleransi antar umat beragama di

Mesir. Dalam sebuah pertemuan tentang minoritas di Siprus yang disponsori oleh

PBB tahun 1994, Paus Shenouda III berpidato dengan memberikan pernyatan

bahwa ia dan penganut Koptik bukanlah minoritas melainkan satu bangsa bernama

Mesir.

“We do not accept to be distinguished from other Egyptians. We do not

accept the word ‘Minority’ in such a meaning of claiming for the

political rights or for foreign help. We are Egyptians, part of Egypt – of

the same nation.” (Attia, 2001:48)

Kami tidak terima jika kami dibedakan dan dianggap bukan seorang

Mesir. Kami tidak menerima kata “Minoritas” untuk menjadi semacam

tuntutan politik atau mencari bantuan luar negeri. Kami adalah Mesir,

bagian dari Mesir – bangsa yang sama.

Pernyataan Paus Shenouda III tersebut sebagai penolakan terhadap istilah

minoritas, ia menganggap bahwa persatuan sebagai suatu bangsa harus

didahulukan dibandingkan perbedaan. Selain itu, Paus Shenouda III juga

menyatakan tidak akan mendirikan partai berhaluan Koptik karena ia tidak ingin

memecah belah bangsa Mesir atas dasar agama. Bukti lain yang dilakukan Paus

Shenouda III dalam mengaplikasikan konsep “Cinta dan Persahabatan” adalah

91

dengan selalu menghadiri acara kenegaraan dan mengundang para Ulama Mesir

untuk berbuka puasa pada bulan Ramadhan untuk memperkuat hubungan antara

Islam dan Kristen sebagai bangsa Mesir.